Kimia Medisinal Natrium Diklo

25
BAB I PENDAHULUAN Menghilangkan rasa nyeri merupakan hal yang sangat diinginkan oleh pasien terutama .Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam mengatasi nyeri ini adalah dengan pemberian obat analgetika. Analgetika yang akan dibahas pada materi ini adalah yang termasuk golongan anti inflamasi non-sterid yang dikenal dengan AINS yang memiliki efek analgetika, anti piretika dan antiinflamasi. AINS banyak digunakan pada pasien pediatric. Obat ini merupakan bahan aktif yang secara farmakologi tidak homogen dan terutama bekerja menghambat produksi prostaglandin serta digunakan untuk perawatan nyeri akut dan kronik. Obat ini mempunyai sifat mampu mengurangi nyeri, demam dengan inflamasi, dan yang disertai dengan gangguan inflamasi nyeri lainnya. Dalam prakteknya dokter selalu menanggulangi keluhan rasa sakit atau nyeri pada pasien dengan pemberian obat - obatan analgetika sederhana, dan pada kenyataannya belum mampu mengontrol rasa sakit akibat inflamasi. AINS merupakan sediaan yang paling luas peresepannya terutama pada kasus- kasus nyeri inflamasi karena efeknya yang kuat dalam mengatasi nyeri inflamasi tingkat ringan sampai sedang. Dalam peresepan AINS hal yang terpenting adalah pertimbangan efek terapi dan efek samping yang berhubungan dengan mekanisme kerja sediaan obat ini. Dimana efek samping AINS dapat

Transcript of Kimia Medisinal Natrium Diklo

Page 1: Kimia Medisinal Natrium Diklo

BAB I

PENDAHULUAN

Menghilangkan rasa nyeri merupakan hal yang sangat diinginkan oleh pasien

terutama .Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam mengatasi nyeri ini adalah dengan

pemberian obat analgetika. Analgetika yang akan dibahas pada materi ini adalah yang

termasuk golongan anti inflamasi non-sterid yang dikenal dengan AINS yang memiliki

efek analgetika, anti piretika dan antiinflamasi. AINS banyak digunakan pada pasien

pediatric. Obat ini merupakan bahan aktif yang secara farmakologi tidak homogen dan

terutama bekerja menghambat produksi prostaglandin serta digunakan untuk perawatan

nyeri akut dan kronik. Obat ini mempunyai sifat mampu mengurangi nyeri, demam dengan

inflamasi, dan yang disertai dengan gangguan inflamasi nyeri lainnya.

Dalam prakteknya dokter selalu menanggulangi keluhan rasa sakit atau nyeri pada

pasien dengan pemberian obat - obatan analgetika sederhana, dan pada kenyataannya

belum mampu mengontrol rasa sakit akibat inflamasi. AINS merupakan sediaan yang

paling luas peresepannya terutama pada kasus-kasus nyeri inflamasi karena efeknya yang

kuat dalam mengatasi nyeri inflamasi tingkat ringan sampai sedang. Dalam peresepan

AINS hal yang terpenting adalah pertimbangan efek terapi dan efek samping yang

berhubungan dengan mekanisme kerja sediaan obat ini. Dimana efek samping AINS dapat

terjadi pada berbagai organ tubuh terpenting seperti saluran cerna, jantung dan ginjal.

Tentunya hal ini patutlah menjadi perhatian, khususnya menyangkut pengetahuan

farmakokinetik dan farmakologik obat atau patofisiologi proses penyakit yang akan

diterapi. Seiring dengan perkembangan sediaan AINS, para ahli mengupayakan penyediaan

obat ini dengan efek samping yang seminimal mungkin, diantaranya merubah formulasi

dan penemuan sediaan AINS baru. Akan tetapi ternyata sediaan terkinipun tidak mampu

memberikan solusi yang terbaik sebab disatu sisi memberikan efek samping minimal

terhadap suatu organ tubuh tertentu, tetapi memberi efek samping yang lebih besar

terhadap organ tubuh lainnya. Untuk itu hal yang terbaik dilakukan adalah menghindari

peresepan yang tidak diperlukan, sebab resikonya akan lebih besar jika kontraindikasi

AINS tidak diindahkan atau tidak menjadi perhatian yang utama, khususnya pemberian

pada anak. Untuk itu pemberian obat AINS ini perlu dikaji dengan seksama dan

Page 2: Kimia Medisinal Natrium Diklo

melakuakan terapi medikamentosa secara rasional. .Tulisan ini diharapkan dapat

memberikan masukan yang bermanfaat dalam hal penggunaan dan pemilihan AINS.

Page 3: Kimia Medisinal Natrium Diklo

BAB II

ISI

I. Nyeri dan Inflamasi

Rasa nyeri hanya merupakan suatu gejala, fungsinya memberi tanda

tentang adanya gangguan-gangguan di tubuh seperti peradangan, infeksi kuman

atau kejang otot. Rasa nyeri disebabkan rangsang mekanis atau kimiawi, kalor

atau listrik, yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan dan melepaskan zat yan

disebut mediator nyeri (pengantara). Zat ini merangsang reseptor nyeri yang

letaknya pada ujung syaraf bebas di kulit, selaput lendir dan jaringan lain. Dari

tempat ini rangang dialaihkan melalui syaraf sensoris ke susunan syaraf pusat

(SSP), melalui sumsum tulang belakang ke talamus (optikus) kemudian ke pusat

nyeri dalam otak besar, dimana rangsang terasa sebagai nyeri.

Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan

yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat-zat

mikrobiologik. Inflamasi adalah usaha tubuh untuk mengaktifasi atau merusak

organisme yang menyerang, menghilangkan zat iritan, dan mengatur derajat

perbaikan jaringan. Jika penyembuhan lengkap, proses peradangan biasanya reda.

Namun kadang-kadang inflamasi tidak bisa dicetuskan oleh suatu zat yang tidak

berbahaya seperti tepung sari, atau oleh suatu respon imun, seperti asma atau

artritisrematid. Antiinflamasi adalah obat yang dapat mengurangi atau

menghilangkan peradangan.

Nyeri inflamasi, terjadinya nyeri oleh karena stimuli yang sangat kuat

sehingga merusak jaringan. Jaringan yang dirusak mengalami inflamasi dan

menyebabkan fungsi berbagai komponen nosiseptif berubah. Jaringan yang

mengalami inflamasi mengeluarkan berbagai mediator inflamasi, seperti:

bradikinin, leukotrin, prostaglandin, purin dan sitokin yang dapat mengaktivasi

atau mensensitisasi nosiseptor secara langsung maupun tidak langsung. Aktivasi

nosiseptor menyebabkan nyeri, sedangkan sensitisasi nosiseptor menyebabkan

hiperalgesia. Meskipun nyeri merupakan salah satu gejala utama dari proses

inflamasi, tetapi sebagian besar pasien tidak mengeluhkan nyeri terus menerus.

Page 4: Kimia Medisinal Natrium Diklo

Kebanyakan pasien mengeluhkan nyeri bila jaringan atau organ yang berlesi

mendapat stimuli, misalnya: sakit gigi semakin berat bila terkena air es atau saat

makan, sendi yang sakit semakin hebat bila digerakkan

II. Perkembangan Obat analgesik Anti Inflamasi Non Steroid (AINS)

Obat analgesik anti inflamasi non steroid merupakan suatu kelompok

sediaan dengan struktur kimia yang sangat heterogen, dimana efek samping dan

efek terapinya berhubungan dengan kesamaan mekanisme kerja sediaan ini pada

enzim cyclooxygenase (COX). Kemajuan penelitian dalam dasawarsa terakhir

memberikan penjelasan mengapa kelompok yang heterogen tersebut memiliki

kesamaan efek terapi dan efek samping, ternyata hal ini terjadi berdasarkan atas

penghambatan biosintesis prostaglandin (PG). Mekanisme kerja yang

berhubungan dengan biosintesis PG ini mulai dilaporkan pada tahun 1971 oleh

Vanedan kawan-kawan yang memperlihatkan secara invitro bahwa dosis rendah

aspirin dan indometason menghambat produksi enzimatik PG. Dimana juga telah

dibuktikan bahwa jika sel mengalami kerusakan maka PG akan dilepas. Namun

demikian obat AINS secara umum tidak menghambat biosintesis leukotrin, yang

diketahui turut berperan dalam inflamasi. AINS menghambat enzim

cyclooxygenase (COX) sehingga konversi asam arakidonat menjadi PGG2

terganggu. Setiap obat menghambat cyclooxysigenase dengan cara yang berbeda.

AINS dikelompokkan berdasarkan struktur kimia, tingkat keasaman dan

ketersediaan awalnya. Sekarang yang popoler dikelompokkan berdasarkan

selektifitas hambatannya pada penemuan dua bentuk enzim constitutive

cyclooxygenase-1 (COX-1) dan inducible cycloocygenase-2 (COX-2). COX-1

selalu ada diberbagai jaringan tubuh dan berfungsi dalam mempertahankan

fisiologi tubuh seperti produksi mukus di lambung tetapi sebaliknya ,COX-2

merupakan enzim indusibel yang umumnya tidak terpantau di kebanyakan

jaringan, tapi akan meningkat pada keadaan inflamasi atau patologik. AINS yang

bekerja sebagai penyekat COX akan berikatan pada bagian aktif enzim, pada

COX-1 dan atau COX -2, sehingga enzim ini menjadi tidak berfungsi dan tidak

mampu merubah asam arakidonat menjadi mediator inflamasi prostaglandin.

Page 5: Kimia Medisinal Natrium Diklo

AINS yang termasuk dalam tidak selektif menghambat sekaligus COX-1 dan

COX-2 adalah ibuprofen,indometasin dan naproxen. Asetosal dan ketorokal

termasuk sangat selektif menghambat menghambat COX-1. Piroxicam lebih

selektif menyekat COX-1, sedangkan yang termasuk selektif menyekat COX-2

antara lain diclofenak, meloxicam, dan nimesulid. Celecoxib dan rofecoxib

sangat selektif menghambat COX-2.

III. Obat golongan Antiinflamasi non Steroid

a. Turunan asam salisilat : aspirin, salisilamid,diflunisal

Aspirin adalah agen antiinflamasi yang tertua, merupakan penghambat

prostaglandin yang menurunkan proses inflamasi dan dahulu merupakan agen

antiinflamasi yang paling sering dipakai sebalum adanya ibuprofen. Aspirin

yang denga dosis tinggi untuk inflamasi menyebabkan rasa tidak enak pada

lambung.Pada situasi seperti ini, biasanya digunakan tablet enteric-coated.

Aspirin tidak boleh dipakai bersama-sama dengan NSAIA/NSAID karena

menurunkan kadar NSAIA/NSAID dalam darah dan efektifitasnya. Aspirin

juga dianggap sebagai obat antiplatelet untuk klien dengan gangguan jantung

atau pembuluh darah otak.

b. Turunan paraaminofenol : Paracetamol

Parasetamol (asetaminofen) seringkali dikelompokkan sebagai NSAID,

walaupun sebenarnya parasetamol tidak tergolong jenis obat-obatan ini, dan

juga tidak pula memiliki khasiat anti nyeri yang nyata.Merupakan

penghambat prostaglandin yang lemah.Parasetamol mempunyai efek

analgetik dan antipiretik, tetapi kemampuan antiinflamasinya sangat lemah.

Intoksikasi akut parasetamol adalah N-asetilsistein, yang harus diberikan

dalam 24 jam sejak intake parasetamol.

c. Turunan 5-pirazolidindion : Fenilbutazon, Oksifenbutazon.

Kelompok derivat pirazolon tinggi berikatan dengan protein.

Fenilbutazon (butazolidin) berikatan 96% dengan protein. Telah dipakai

Page 6: Kimia Medisinal Natrium Diklo

bertahun-tahun untuk obat artritis rematoid dan gout akut.Obat ini

mempunyai waktu paruh 50-65 jam sehingga sering timbul reaksi yang

merugikan dan akumulasi obat dapat terjadi.Iritasi lambung terjadi pada 10-

45% klien. Agen lain: oksifenbutazon (tandearil), aminopirin (dipirin),

dipiron (feverall), jarang dipakai kerena reaksi yang ditimbulkannya karena

terjadi toksisitas. Reaksi yang paling merugikan dan berbahaya dari

kelompok ini adalah diskrasia darah, seperti agranulositosis dan anmeia

aplastik. Fenilbutazon hanya boleh dipakai untuk obat artritis dengan keadaan

NSAIA/NSAID yang berat dimana NSAIA/NSAID lainnya yang kurang

toksik telah digunakan tanpa hasil.

d. Turunan asam N-antranilat : Asam mefenamat, Asam flufenamat

Untuk keadaan artritis akut dan kronik.Dapat mengiritasi

lambung.Klien dengan riwayat tukak peptik jangan menggunakan obat ini.

Efek lain: edema, pusing, tinnitus, pruritus. Fenamanat lain: meklofenamanat

sodium monohidrat (meclomen), dan asam mefenamat (ponstel).

e. Turunan asam arilasetat/asam propionat : Naproksen, Ibuprofen,

Ketoprofen

Kelompok ini lebih relatif baru. Obat-obat ini seperti aspirin, tetapi

mempunyai efek yang lebih kuat dan lebih sedikit timbul iritasi

gastrointestinal—tidak seperti pada aspirin, indometacin, dan

fenilbutazon.Diskrasia darah tidak sering terjadi. Agen ini yaitu: fenoprofen

kalsium (nalfon), naproksen (naprosyn), suprofen (suprol), ketoprofen

(orudis), dan flurbiprofen (ansaid).

f. Turunan oksikam : Peroksikam, Tenoksikam, Meloksikam.

Piroksikam/feldene adalah NSAIA/NSAID baru.Indikasinya untuk

artritis yang lama seperti rematoid dan osteoartritis.Keuntungan utama, waktu

paruh panjang sehingga mungkin dipakai satu kali sehari. Menimbulkan

masalah lambung seperti tukak dan rasa tidak enak pada epigastrium, tetapi

Page 7: Kimia Medisinal Natrium Diklo

jarang daripada NSAIA/NSAID lain. Oksikam juga tinggi berikatan dengan

protein.

g. Asam Paraklorobenzoat/asam asetat indol

NSAIA/NSAID yang mula-mula diperkenalkan adalah

indometacin/indocin, yang digunakan untuk obat rematik, gout, dan

osteoartritis.Merupakan penghambat prostaglandin yang kuat. Obat ini

berikatan dengan protein 90% dan mengambil alih obat lain yang berikatan

dengan protein sehingga dapat menimbullkan toksisitas. Indometacin

mempunyai waktu paruh sedang (4-11 jam).Indocin sangat mengiritasi

lambung dan harus dimakan sewaktu makan atau bersama-sama makanan.

Derivat asam paraklorobenzoat yang lain adalah sulindak (clinoril) dan

tolmetin (tolectin), yang dapat menimbulkan penurunan reaksi yang

merugikan daripada indometacin. Tolmetin tidak begitu tinggi berikatan

dengan protein seperti indometacin dan sulindak dan mempunyai waktu paruh

yang singkat.Kelompok NSAIA/NSAID ini dapat menurunkan tekanan darah

dan menyebabkan retensi natrium dan air.

h. Turunan asam fenilasetat : Natrium diklofenak

Diklofenak sodium (voltaren), adalah NSAIA/NSAID terbaru yang

mempunyai waktu paruh plasmanya 8-12 jam. Efek analgesik dan

antiinflamasinya serupa dengan aspirin, tetapi efek antipiretiknya minimal

atau tidak sama sekali ada. Indikasi untuk artritis rematoid, osteoartritis, dan

ankilosing spondilitis. Reaksi sama seperti obat-obat NSAIA/NSAID lain.

Agen lain: ketorelak/toradol adalah agen antiinflamasi pertama yang

mempunyai khasiat analgesik yang lebih kuat daripada yang lain. Dianjurkan

untuk nyeri jangka pendek. Untuk nyeri pascabedah, telah terbukti khasiat

analgesiknya sama atau lebih dibanding analgesik opioid.

Page 8: Kimia Medisinal Natrium Diklo

IV. Natrium Diklofenak

a. Mekanisme Kerja

Mekanisme kerjanya adalah dengan menghambat sintesis

prostaglandin, mediator yang berperan penting dalam proses

terjadinya inflamasi, nyeri dan demam. Kalium diklofenak akan

diabsorbsi dengan cepat dan lengkap dan jumlah yang

diabsorbsi tidak berkurang jika diberikan bersama dengan

makanan. Kadar puncak obat dicapai dalam ½ -1 jam. Ikatan

protein 99,7%, waktu paruh 1-2 jam. Pemberian dosis berulang

tiidak menyebabkan akumulasi . eliminasi terutama melalui urin

Natrium diklofenak dalam bentuk CR/lepas-lambat

terkendali adalah salah satu tekonologi yang dikembangkan

untuk memperbaiki efikasi dan toleransi diklofenak.

Pengembangan formulasi yang canggih dengan teknologi tinggi

pada “drug delivery System” telah dilakukan oleh Klinge Pharma

GmbH dan telah dipasarkan di Indonesia dengan nama Deflamat

CR oleh PT. Actavis Indonesia. Deflamat CR (gabungan antara

teknologi Enteric-Coated dengan Sustained-Release ) memiliki

bentuk yang unik yaitu pelet CR dimana zak aktif terbagi dalam

ratusan unit sferis kecil ( pelet) yang akan menjamin penyebaran

yang baik dari zat aktif diseluruh saluran gastro-intestinal

sehingga akan memperbaiki toleransi gastro-intestinal dari obat

AINS.

Selain itu, dengan ukuran partikel yang kecil, pelet bisa

melintasi pilorus dengan cepat bersama kimus, dimana

transportasi menuju doudenum tidak bergantung pada

pengosongan lambung, sehingga waktu transit obat rata-rata

lebih cepat dan dengan sistem pelepasannya yang terkendali,

absorpsi yang cepat dan kontinyu memberikan kontribusi utama

untuk memperbaiki bioavilabilitas obat AINS.

Page 9: Kimia Medisinal Natrium Diklo

Beberapa studi klinis natrium diklofenak yang diberikan sebagai

monoterapi atau kombinasi, menunjukkan obat ini efektif meredakan gejala

osteoartritis (OA) maupun reumatoid artritis (RA). Studi yang dilakukan di

Jerman terhadap 230 pasien menunjukkan, penggunaan diklofenak dalam sediaan

gel untuk pasien osteoartritis pada lulut terbukti efektif dan aman untuk

meredakan gejala osteoartritis pada lutut. Studi ini dimuat dalam Journal of

Rheumatology

b. Indikasi

Sebagai pengobatan jangka pendek untuk kondisi-kondisi

akut sebagai berikut:

- Nyeri inflamasi setelah trauma seperti terkilir.

- Nyeri dan inflamasi setelah operasi, seperti operasi gigi atau

tulang.

Sebagai adjuvant pada nyeri inflamsi yang berat dari

infeksi telinga, hidung, atau tenggorokan misalnya

tonsilofaringitis, otitis.

Sesuai dengan prinsip pengobatan umum, penyakitnya sendiri

harus diobati dengan terapi dasar. Demam sendiri bukan suatu

indikasi.

c. Kontraindikasi

Hipersensitif terhadap zat aktif dan tukak lambung. Juga

dikontraindikasikan pada pasien dengan riwayat tercetusnya

serangan asma, urtikaria atau rhinitis akut akibat obat-obat

anti nonsteroid lainnya

d. Peringatan dan perhatian

Hati-hati penggunaan pada penderita dekomposisi jantung

atau hipertensi, karena diklofenak dapat menyebabkan

retensi cairan dan edema.

Page 10: Kimia Medisinal Natrium Diklo

Hati-hati penggunaan pada penderita gangguan fungsi

ginjal, jantung, hati, penderita usia lanjut dan penderita

dengan luka atau perdarahan pada saluran pencernaan.

Hindarkan penggunaan pada penderita porfiria hati.

Hati-hati penggunaan selama kehamilan karena diklofenak

dapat menembus plasenta.

Diklofenak tidak dianjurkan untuk ibu menyusui karena

diklofenak diekskresikan melalui ASI.

Pada anak-anak efektivitas dan keamanannya belum

diketahui dengan pasti.

e. Efek samping

Saluran pencernaan :

Kadang- kadang : nyeri epigastrum, gangguan saluran

pencernaan seperti mual, muntah, diare, kejang perut,

dyspepsia, perut kembung, anoreksia.

Jarang : perdarahan saluran pencernaan ( hematemesis,

melena, tukak lambung dengan atau tanpa perdarahan/

perforasi, diare berdarah )

Sangat jarang : gangguan usus bawah seperti

“nonspesifik haemorrhagic colitis” dan eksaserbasi

colitis ulseratif atau chron’s disease, stomatitis

aphthosa, glositis, lesi esophagus, konstipasi.

Saluran saraf pusat dan perifer :

Kadang- kadang : sakit kepala, pusing, vertigo

Jarang : perasaan ngantuk

Sangat jarang : gangguan sensasi ternasuk parestesia,

gangguan memori, disorientasi, gangguan penhlihatan (

blurred vision, diplopia ), gangguan pendengaran,

tinnitus, insomnia, iritabilitas, kejang, depresi,

Page 11: Kimia Medisinal Natrium Diklo

kecemasan,mimpi buruk, tremor, reaksi psikotik,

gangguan perubahan rasa.

Kulit :

Kadang-kadang : ruam atau erupsi kulit

Jarang : urtikaria

Sangat jarang : erupsi bulosa , eksema, eritema

multiforme, SSJ, lyell syndrome ( epidermolisis toksik

akut ), eritrodema ( dermatitis exfoliatif ), rambut

rontok, reaksi fotosensitivitas, purpura termasuk

purpura alergi.

Sistem urogenital, fungsi hati, darah, hipersensitivitas,

susunan organ lainnya.

f. Interaksi obat

Apabila diberikan bersamaan dengan preparat yang

mengandung lithium atau digoxin, kadar obat-obat tersebut

dalam plasma meningkat tetapi tidak dijumpai adanya gejala

kelebihan dosis.

Beberapa obat antiinflamasi nonsteroid dapat

menghambat aktivitas dari diuretika. Pengobatan bersamaan

dengan diuretika golongan hemat kalium mungkin mungkin

disertai dengan kenaikan kadar kalium dalam serum.

Pemberian bersamaan dengan antiinflamasi nonsteroid

sistemik dapat menambah terjadinya efek samping. Meskipun

pada uji klinik diklofenak tidak mempengaruhi efek

antikoagulan, sangat jarang dilaporkan adanya penambahan

resiko perdarahan dengan kombinasi diklofenak dan

antikoagulan, oleh karena itu dianjrkan untuk dilakukan

pemantauan yang ketat terhadap pasien tersebut. Seperti

Page 12: Kimia Medisinal Natrium Diklo

dengan anti inflamasi nonsteroid lainnya, diklofenak dalam

dosis tinggi (200 mg ) dapat menghambat agrregasi platelet

untuk sementara.

Uji klinik memperlihatkan bahwa diklofenak dapat

diberikan bersamaan dengan anti diabetic oral tanpa

mempengaruhi efek klinis dari masing-masing obat. Sangat

jarang dilaporkan efek hipoglikemik dan hiperglikemik dengan

adanya diklofenak sehingga diperlukan penyesuaian dosis

obat-obat hipoglikemik. Perhatian harus diberikan bila

antiinflamasi nonsteroid diberikan kurang dari 24 jam

sebelum atau setelah pengobatan dengan methotrexate

dalam darah dapat meningkat dan toksisitas dari pbat ini

bertambah. Penambahan nefrotoksisitas cyclosporine munkin

terjadi oleh karena efek obat-obat antiinflamasi nonsteroid

terhadap prostaglandin ginjal.

g. Dosis berlebih

Penanganan keracunan akut dengan antiinflamasi

nonsteroid pada dasrnya dilakukan dengan tindakan supportif

dan simptomatik. Tidak ada gambaran klinis yang khas dari

dosis berlebih diklofenak. Tindakan pengobatan yang

dilakukan dalam hal dosis berlebih adalah sebagai erikut :

absorbs harus dicegah segera setelah dosis berlebih dengan

pencucian lambungdan pengobatan dengan arang aktif.

Pegobatan suportif dan simptomatik harus diberikan untuk

komplikasi seperti hipotensi, gagal ginjal, kejang, iritasi

saluran pencernaan dan depresi pernapasan. Tetapi spesifik

seperti “ forced dieresis”, dialysis atau hemoperfusi mungkin

tidak membantu menghilangkan antirematik non steroid

karena jumlah ikatan protein yang tinggi.

Page 13: Kimia Medisinal Natrium Diklo

h. Dosis

Umumnya takaran permulaan untuk dewasa 100-150

mg sehari. Pada kasus-kasus yang sedang , juga untuk anak-

anak di atas usia 14 tahun 75-100 mg sehari pada umumnya

sudah mencukupi. Dosis seharian harus diberikan dengan

dosis terbagi 2-3 kali. Tablet harus diberikan dengan air,

sebaiknya sebelum makan, tidak dianjurkan untuk pemakaian

anak-anak.

i. Nasib Obat dalam Tubuh

1. Absorpsi

Diklofenak pemberian topikal terabsorpsi ke dalam sirkulasi sistemik,

tetapi konsentrasi plasmanya sangat rendah jika dibandingkan dengan pemberian

oral. Pemberian 4 g Natrium diklofenak secara topikal (gel 1%) 4x sehari pada

satu lutut, konsentrasi mean peak plasma sebanyak 15 ng/ml terjadi setelah 14

jam. Pada pemberian gel ke kedua lutut dan kedua tangan 4x sehari (48 g gel

sehari), konsentrasi mean peak plasma sebanyak 53,8 ng/ml terjadi setelah 10

jam. Pemaparan sistemik 16 g atau 48 g sehari adalah sebanyak 6 atau 20% jika

dibandingkan dengan administrasi oral dosis 50 mg 3x sehari. Penggunaan heat

patch selama 15 menit sebelum pemakaian gel tidak berpengaruh terhadap

absorpsi sistemik.

2. Distribusi (AHFS 2010, hal.2087)

Untuk sediaan topikal, seperti gel, diklofenak tidak mengalami distribusi.

Sediaan oral, diklofenak terdistribusi ke cairan sinovial. Mencapai puncak 60-

70% yang terdapat pada plasma. Namun, konsentrasi diklofenak dan metabolitnya

pada cairan sinovial melebihi konsentrasi dalam plasma setelah 3-6 jam.

Diklofenak terikat secara kuat dan reversibel pada protein plasma, terutama

albumin.Pada konsentrasi plasma 0,15-105 mcg/ml, diklofenak terikat 99-99,8%

pada albumin.

Diklofenak pemberian topikal tidak mengalami distribusi.

3. Metabolisme (AHFS 2010, hal.2087; GG Ed.11, hal.698)

Page 14: Kimia Medisinal Natrium Diklo

Metabolisme diklofenak secara jelas belum diketahui, namun

dimetabolisme secara cepat di hati. Diklofenak mengalami hidroksilasi, diikuti

konjugasi dengan asam glukoronat, amida taurin, asam sulfat dan ligan biogenik

lain. Konjugasi dari unchanged drug juga terjadi. Hidroksilasi dari cincin aromatic

diklorofenil menghasilkan 4′-hidroksidiklofenak dan 3′ hidroksidiklofenak.

Konjugasi dengan asam glukoronat dan taurin biasanya terjadi pada gugus

karboksil dari cincin fenil asetat dan konjugasi dengan asam sulfat terjadi pada

gugus 4′ hidroksil dari cincin aromatik diklorofenil. 3′ dan/atau 4′-hidroksi

diklofenak dapat melalui 4′-0. Metilasi membentuk 3′-hidroksi-4′-metoksi

diklofenak. Diklofenak pemberian topikal tidak mengalami metabolisme.

4. Eliminasi (AHFS 2010, hal.2087 dan GG Ed.11, hal.698)

Diklofenak dieksresikan melalui urin dan feses dengan jumlah minimal

yang dieksresikan dalam bentuk tidak berubah (unchanged). Eksresi melalui feses

melalui eliminasi biliari. Konjugat dari diklofenak yang tidak berubah

dieksresikan melalui empedu (bile), sementara metabolit terhidroksilasi dieksresi

melalui urin.

j. Kimia dan Farmakokinetika

AINS dikelompokkan dalam berbagai kelompok kimiawi. Sekalipun

ada banyak perbedaan dalam kinetika AINS, mereka mempunyai beberapa

karakteristik umum yang sama. Semua kecuali satu dari AINS adalah asam

organik lemak kecuali nabumeton. Sebagian besar obat-obat ini diserap

dengan baik, dan makanan tidak mempengaruhi bioavailibilitas mereka secara

substansial. Sebagian besar dari AINS sangat dimetabolisme, beberapa oleh

mekanisme fase 1I dan fase II dan lainnya hanya oleh glukoronidasi langsung

(fase II). Metabolisme dari sebagian besar AINS berlangsung sebagian

melalui enzin P450 kelompok CYP3A dan CYP2C dalam hati. Sekalipun

ekskresi ginjal adalah rute yang paling penting untuk eliminasi terakhir,

hampir semuanya melalui berbagai tingkat ekskresi empedu dan penyerapan

kembali (sirkulasi enterohepatis). Kenyataannya, tingkat iritasi saluran cerna

bagian bawah berkorelasi dengan jumlah sirkulasi enterohepatis. Sebagian

Page 15: Kimia Medisinal Natrium Diklo

besar AINS berikatan protein tinggi (> 98 %), biasanya dengan albumin.

Beberapa AINS (misalnya ibuprofen) adalah campuran rasemik, sementara

naproksen tersedia sebagai enansiomer tunggal dan beberapa tidak

mempunyai pusat kiral (misalnya diklofenak). Semua AINS didapatkan dalam

cairan sinovial setelah pemberian berulang kali. Obat-obat dengan paruh

waktu pendek tinggal lebih lama dalam sendi-sendi dari pada yang bisa

diprediksi dari waktu paruh mereka, sedangkan obat-obat dengan waktu paruh

yang lebih panjang hilang dari cairan sinovial dengan laju yang sebanding

dengan waktu paruh mereka.

BAB IIIPENUTUP

Kesimpulan:Penggunaan AINS seharusnya dilakukan dengan sangat cermat. Berbagai penelitian telah

dilakukan untuk menentukan jenis obat yang paling aman. Akan tetapi setiap obat

Page 16: Kimia Medisinal Natrium Diklo

memiliki efek samping dan daya kerja yang masing-masing disesuaikan dengan

kebutuhan dan kondisi sistemik pasien yang memerlukan pemberian obat ini.

DAFTAR PUSTAKA

Goodman ., Gillman’s. The Pharmacological Basis of Therapeutics, 8th ed. Millan

Publishing Company,1990; 207-300.

Page 17: Kimia Medisinal Natrium Diklo

Lelo A . NSAIDS: Friend or Foe, Journal of the Indonesia Dental Association.

Makassar 2005.

Neal,M.J., 2006, Farmakologi Medis, 70-71, Erlangga, Jakarta

Radde C., Macleod S.M. Pediatric Pharmacology and Therapeutics , 2 ed. Hipocrates,

1998, 665-7.

Sala A., Folco G. Actual Role of Prostaglandin in inflammation, in Drug invest, 1999.

4-9

Vane J.R., Botting R.M. Inhibition of prostaglandin synthesis’ as a mechanism of action

for aspirin-like drugs. Nature 1971; 231: 232 – 5.