KIANAK KALENA -...

50
Kianak Kalena , Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 1 TESIS KIANAK KALENA : STUDI PROSES PERSALINAN DI LEMBANG BALOPASANGE, TORAJA UTARA Disusun dan Diajukan Oleh : Ismail Ibrahim P1900210003 ANTROPOLOGI UNIVERSITAS HASANUDDIN 2013

Transcript of KIANAK KALENA -...

Page 1: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 1

TESIS

KIANAK KALENA : STUDI PROSES PERSALINAN DI LEMBANG BALOPASANGE,

TORAJA UTARA

Disusun dan Diajukan Oleh :

Ismail Ibrahim P1900210003

ANTROPOLOGI UNIVERSITAS HASANUDDIN

2013  

Page 2: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 2

TESIS

KIANAK KALENA : STUDI PROSES PERSALINAN DI LEMBANG BALLOPASANGE, TORAJA UTARA

Disusun dan Diajukan Oleh :

Ismail Ibrahim P1900210003

Telah Dipertahankan di Depan Panitia Ujian Tesis Pada Tanggal 20 Agustus 2013

Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat

Menyetujui Komisi Penasihat

Prof. Dr. M. Yamin Sani, MS Dr. Muh. Basir Said, MA

Ketua Anggota

Mengetahui

Ketua Program studi Antropologi

Prof. Dr. H. Pawennari Hijjang, MA  

Lembaran Pengesahan

Page 3: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 3

KIANAK KALENA : STUDI PROSES PERSALINAN DI LEMBANG BALLOPASANGE, TORAJA UTARA

Disusun dan Diajukan Oleh :

Ismail Ibrahim P1900210003

Menyetujui Komisi Penasihat

Prof. Dr. M. Yamin Sani, MS Dr. Muh. Basir Said, MA

Ketua Anggota

Mengetahui

Ketua Program studi Antropologi

Prof. Dr. H. Pawennari Hijjang, MA

Page 4: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 4

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ismail Ibrahim

Nomor Mahasiswa : P1900210003

Program Studi : Antropologi

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis benar-benar

merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan

atau pemikiran orang lain.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau

keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi

atas perbuatan tersebut.

Makassar, 20 Agustus 2013

Yang menyatakan

Ismail Ibrahim

Page 5: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 5

PRAKATA Pada awalnya, penelitian ini berangkat dari sebuah perbincangan dengan salah seorang bidan di Sa’dan. Yah, perbincangan yang mungkin terbilang iseng saja sembari menunggu masakan malam yang tak kunjung matang. Pelan hujan membawa saya menyimak satu persatu kata yang berlalu dari mulut sang bidan. dan akhirnya dua kata sempat singgah begitu lama dalam telinga, ‘kianak kalena’. Dua kata ini, akhirnya menjadi topic yang hangat sehangat kepulan asap nasi yang mendekati titik matangnya. Sepulang dari Toraja, saya kemudian bertemu dengan seorang teman di sebuah warung kedai kopi. Sambil menunggu pesanan, tiada salah menggunakan waktu itu untuk membicarakan ‘kegalauan’ penyelesaian masa studi saya yang hampir uzur. Saya kemudian mengangkat dua kata yang diucapkan oleh sang bidan yang saya temui di di Sa’dan, kianak kalena. Sambil bercanda, teman saya mengatakan ‘melahirkan kaya’ kucing itu e’. saya kemudian mengajaknya serius untuk membicarakan hal tersebut dan teman saya ini kemudian menyarankan ada baiknya itu diangkat sebagai judul tesis saya saja. Sembari melakukan diskusi yang bisa dikatakan sedikit bertele-tele akhirnya disimpulkan bahwa kianak kalena adalah proses pilihan persalinan yang pada kenyataannya menurutkan pengetahuan didalamnya. Mmm, dalam pikiran saya, apa salahnya saya coba, bukankah disiplin ilmu saya memang memiliki kewajiban untuk memaknai semua kenyataan. Sayapun kemudian teringat pada apa yang diaktakan oleh Edward Bruner yang kurang lebih mengatakan bahwa antropology sebagai ilmu yang menempatkan dirinya untuk memahami manusia yang dikajinya dalam memandang pengalamannya sendiri, bagaimana mereka berusaha memahami dunia sebagai manusia yang mengalami dan melihatnya dengan perspektif yang ada dalam dirinya. Akhirnya keputusan memposisikan saya untuk menjadikan kenyataan ini diangkat sebagai telaah akademik. Dalam prosesnya, sebagai seorang yang mencoba mendalami persalinan hal yang menjadi kendala utama adalah dimana saya tidak bisa terlalu dalam memaknai secara subjektif berkenaan apa yang dirasakan oleh seorang perempuan dikala mereka hamil terlebih pada berlangsungnya proses persalinan. Namun dengan keterbatasan itu, apa yang saya temukan dalam peneltian ini, sedikitnya membuka mata kita bahwa ada kenyataan lain yang semestinya dipandang sebagai penyikapan seseorang dalam menjalani proses persalinan mereka. Sebagai akhir dari prakata ini, melalui prosesnya, tesis ini akhirnya selesai saya lakukan dengan segala keterbatasannya. Dalam keterbatasann itu dukungan dari Prof. Dr. M. Yamin Sani, MS dan Dr. Muh. Basir Said, MA selaku pembimbing cukup memberikan arti dalam penyelesaian tesis ini. Dukungan moril dari para pengajar lain, Prof. Dr. Pawennari Hijjang selaku Ketua Program Studi Antropologi, Prof. Dr. Mahmud Tang, MA, Dr. Munsi Lampe, MA dan Dr. Ansar Arifin, M.Si menjadi ‘cambuk’ untuk menyelesaikan lebih awal tesis ini, terima kasih untuk beliau semua. Bagi semua informan dan keluarga di Sa’dan, kurre sumanga atas penerimaan dan terlebih pengetahuan dan pengalaman yang telah dibagi kepada saya. Untuk semua teman-teman, terima kasih untuk dukungannya semua.

Page 6: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 6

ABSTRAK Ismail Ibrahim, Kianak Kalena : Studi Proses Persalinan Di Lembang Ballopasange, Toraja Utara. Dibimbing oleh Prof. Dr. M. Yamin Sani, M.Si dan Dr. Muh. Basir Said. Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran tentang persepsi, pengetahuan atau gagasan yang menjadi latar atau pengarah bagi berlangsungnya praktik kianak kalena dan menggambarkan bagaimana proses kianak kalena yang berlangsung di Lembang Ballopasange. Jenis penelitian ini tergolong penelitian kualitatif dengan memakai pendekatan fenomenologi. Penentuan informan dilakukan secara purposive, sedangkan tehnik pengumpulan data adalah melalui observasi, wawancara mendalam dan dokumntasi. Analisis data menggunakan pendekatan deskripsi interpretative. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum persalinan dianggap sebagai suatu hal yang sifatnya alamiah. Dalam prosesnya, praktik kianak kalena di Lembang Ballopasange merupakan rangkaian pengetahuan yang diperoleh melalui proses belajar yang memungkinkan praktik ini diterima sebagai suatu hal yang wajar untuk dilakukan. Dalam rentang waktu yang begitu lama, hal yang telah dipraktikkan menunjukkan kenyataan bahwa sesungguhnya praktik-praktik medis moderen telah dilakukan meskipun tidak menghilangkan pengetahuan tradisional, baik itu pada proses pra persalinan, persalinan maupun pasca persalinan Kata kunci : persalinan, kianak kalena, Lembang Ballopasange

Page 7: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 7

ABSTRACT ISMAIL IBRAHIM. Kianak Kalena : Study of Childbirth Process in Ballopasange Vilage of North Toraja Regency (Supervised by M. Yamin Sani and Muh. Basir Said) The aims of the study are to give description on perception and knowledge or idea as the backround or director for practice of kianak kalena and to find out the process of self childbirth in Ballopasange Vilage. The research used qualitative study with phneomological paradigm. The informan werw determined purposively and the methods of obtaining the data were observation, in-depth interview and documentation. The data were analized using descriptive interpretative analysis. The results of the research indicate that in general, childbirth is considered as a natural event. In its process, the practice of self-childbirth in Ballopasange Vilage is a series of knowledge obtained through learning process that makes it pssible for the practice to be accepted as a natural thing to do. In a ;ong period of time, what is practiced indicates that moderen medical practice have been done although they do not make the traditional knowledge disappear either at the process of pre-childbirth, while-childbirth pr post-childbirth. Key words : childbirth, kianak kalena, Ballopasange Vilage

Page 8: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 8

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL .................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .................................................. ii PRAKATA ............................................................................................. iii ABSTRAK ............................................................................................. iv ABSTRACT ............................................................................................. v DAFTAR ISI ............................................................................................. vi DAFTAR TABEL ...................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... viii BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................... 1 B. Fokus Penelitian ................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian ................................................................. 7 D. Manfaat Penelitian ............................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kebudayaan ............................................................ 8 B. Persepsi dan Tindakan ........................................................ 13 C. Penelitian Yang Relevan ...................................................... 25 D. Kerangka Konseptual ........................................................... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian .................................................................... 37 B. Prosedur Kerja Penelitian .................................................... 37 1.Penentuan Lokasi Penelitian ............................................. 38 2. Penentuan Subjek (informan) Penelitian .......................... 39 C. Tehnik Pengumpulan Data ................................................... 40 D. Analisis Data ........................................................................ 42

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Ballopasange Sebuah Lembang Di Sa’dan ......................... 43 B. Sekilas Tentang Empat Rumah Tangga Informan ............... 54 C. Fasilitas Kesehatan Dan Petugas Kesehatan ...................... 63 D. GambaranTentang Ibu Hamil, Bersalin Dan NIfas ............... 66 G. Tindakan Pencarian Penolong Kesehatan ........................... 71

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Persepsi Dibalik Kianak Kalena ........................................... 78

1. Memahami Konsep Sakit ................................................. 80 2. Terbentuknya Persepsi di Balik Kianak Kalena ............... 90

B. Proses Kianak Kalena Di Lembang Ballopasange ............... 122 1. Proses Pra Persalinan ................................................. 123

a. Masa Hamil .............................................................. 123 b.Pengambilan Keputusan Penolong Persalinan ........ 160 c. Menjelang Persalinan .............................................. 198

2. Proses Persalinan ........................................................ 207 a. Membaca Tanda ...................................................... 211 b. Jongkok Adalah Sebuah Posisi ............................... 215 c. Dorong Secara Alamiah ........................................... 218 d. Kepasrahan ............................................................. 220

Page 9: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 9

e. Mengikatdan Melepaskan Ikatan ............................. 224 3. Proses Pasca Persalinan ................................................. 229

a. Tidak Menerima Jahitan .......................................... 229 b. Memotong Tali Pusar ............................................... 231

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan........................................................................... 238 B. Saran .................................................................................... 238

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 240

Page 10: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 10

DAFTAR BAGAN DAN TABEL

Nomor Halaman 1. Bagan Kerangka Konsep ................................................................... 36 2. Tabel 1, MATRIKS METODE PENGUMPULAN DATA ............................................. 41 3. Tabel 2, BANYAKNYA PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN SEKS RASIO DIRINCI PER

LEMBANG/KELURAHAN DI KECAMATAN SA'DAN, 2010 ............................................. 49 4. Tabel 3, BANYAKNYA RUMAH TANGGA, PENDUDUK DAN KEPADATAN PENDUDUK DIRINCI PER

LEMBANG/KELURAHAN DI KECAMATAN SA'DAN, 2010 ............................................. 50 5. Tabel 4, BANYAKNYA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DIRINCI PER LEMBANG/KELURAHAN DI

KECAMATAN SA'DAN, 2010 ............................................................................ 64 6. Tabel 5, BANYAKNYA DOKTER, PARAMEDIS DAN DUKUN BAYI DIRINCI PER

LEMBANG/KELURAHAN DI KECAMATAN SA'DAN, 2010 ............................................. 65 7. Tabel 6, CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL, PERSALINAN DITOLONG TENAGA KESEHATAN,

DAN PELAYANAN KESEHATAN IBU NIFAS MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS, KABUPATEN TORAJA UTARA, TAHUN 2011 ........................................................................ 68

8. Tabel 7, JUMLAH IBU HAMIL YANG MELAKUKAN KUNJUNGAN K1, K4 NEONATUS DAN PERSALINAN OLEH TANAGA

KESEHATAN, PUSKESMAS MALIMBONG, DESEMBER 2011 ......................................................... 70

Page 11: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 11

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. GAMBAR INFORMAN 1 .................................................................... ix 2. GAMBAR INFORMAN 2 .................................................................... x

Page 12: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ada begitu banyak pernyataan yang sering kita dengar disaat

mendengar kata persalinan. Pernyataan-pernyataan itu sarat dengan kata

perdarahan, sakit bahkan kematian. Cara penggambarannyapun begitu

beragam yang boleh dikatakan menimbulkan perasaan ‘mencengangkan’

disaat mendengarnya. Sekaitan dengan penggambaran yang

mencengangkan itu, saya teringat dengan pernyataan istri teman yang

menggambarkan bahwa proses persalinan itu diibaratkan seperti halnya

menginjakkan kaki kanan di dunia dan kaki kiri di kuburan. Pernyataan

yang begitu beragam ini terdengar nyata dalam keseharian kita yang bisa

dikatakan diamini sebagai sebuah ‘kebenaran’. Dalam konteks

kekiniannya kemudian persalinan oleh sebagian besar dari kita

menanggapinya sebagai hal yang ‘menyeramkan’ untuk jalani.

Secara umum, persalinan ditafsirkan sebagai proses yang dialami

oleh seorang perempuan dalam berbagai bentuk untuk mengeluarkan

seorang bayi (janin) yang dikandungnya selama sembilan bulan atau

kurang melalui lubang vagina atau melalui cara cesar. berkenaan dengan

hal ini, Menurut Mochtar (1998 : 91), persalinan dibedakan menjadi dua

berdasarkan cara persalinannya yaitu persalinan biasa (normal)

danpersalinan luar biasa (abnormal). Menurutnya persalinan normal atau

persalinan spontan ialah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri,

tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya

berlangsung kurang 24 jam. Sedangkan persalinan abnormal ialah

Page 13: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 13

persalinan dengan bantuan alat-alat atau melalui dinding-dinding perut

dengan operasi cectio caesaria. Pengertian lain dari persalinan normal

yang lebih lengkap adalah persalinan yang dimulai secara spontan,

berisiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses

persalinan, dimana bayi dilahirkan secara spontan dalam presentasi

belakang kepala pada usia kehamilan 37 – 42 minggu lengkap dan

setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi baik.

Melihat dari prosesnya, ada kemungkinan persalinan yang

seharusnya berjalan normal menjadi abnormal, hal ini diakibatkan oleh

adanya kondisi-kondisi tertentu yang memungkinkan terjadinya resiko

keselamatan bagi ibu maupun bayi. Pada proses berjalannya proses

persalinan, biasanya terdapat hal-hal yang membuat persalinan normal

menjadi persalinan abnormal di antaranya yaitu persalinan lama. Partus

lama yaitu fase laten lebih dari 8 jam, persalinan telah berlangsung 12 jam

atau lebih bayi belum lahir dan dilatasi serviks di kanan garis waspada

pada persalinan fase aktif (Saifudin, 2005: 184).

Wiknjosastro (2002 : 185-186) mendefenisikan persalinan sebagai

suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam

uterus melalui vagina ke dunia luar. Menurutnya, persalinan pada

umumnya melalui empat tahap1, yaitu tahap I yang dimulai dari adanya his

                                                                                                               1Empat tahap dalam proses persalinan : tahap I : Klinis dapat dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan lendir yang bersemu (bloody show). Lendir yang bersemu darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks mulai membuka atau mendatar. Sedangkan darahnya berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada di sekitar kanalis servikalis itu pecah karena pergeseran-pergeseran ketika serviks membuka. Tahap II : Pada kala II his menjadi kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Karena biasanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk di ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa pula tekanan kepada rektum dan hendak buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebardengan anus membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his. Bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi, kepala janin tidak masuk masuk di luar his, dan dengan his dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput di bawah simfisis dan dahi, muka dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan, dan anggota bayi. Para primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multipara rata-rata 0,5 jam. Tahap III yaitu Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta

Page 14: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 14

(kontraksi uterus) sampai pembukaan lengkap, tahap ke II yaitu dimulai

dari pembukaan lengkap 10 cm sampai bayi lahir, tahap ke III yaitu

dimulai dari bayi lahir sampai lahirnya plasenta, tahap ke IV dimulai dari

saat lahirnya plasenta sampai dua jam bersama postpartum.

Mencermati apa yang dinyatakan oleh Wiknjosastro dan

menghubungkannya dengan apa yang saya sampaikan diawal

menegaskan bahwa persalinan merupakan proses yang beresiko dan

sarat dapat menimbulkan kematian. Untuk kematian ibu di Indonesia pada

saat persalinan, berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga

tahun 2001 dikatakan bahwa terjadi sekitar 60% kematian terjadi pada

saat persalinan. Dari data tersebut dikatakan juga bahwa penyebab

langsung kematian ibu pada saat persalinan disebabkan adanya

komplikasi persalinan perdarahan sebanyak 28%, eklampsi 24%, infeksi

11%, persalinan lama 5%, dan abortus 5%.

Salah satu faktor yang disinyalir sebagai penyebab tingginya angka

tersebut oleh karena masih adanya proses persalinan yang dilakukan

secara tradisional atau dengan kata lain masih adanya masyarakat yang

mempercayakan persalinannya kepada dukun 2 . Berbicara tentang

penolong persalinan, menurut Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, disebutkan bahwa ada beberapa jenis tenaga yang

memberikan pertolongan persalinan kepada masyarakat, jenis tenaga

persalinan tersebut adalah a) Tenaga profesional yang meliputi dokter

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                             daridindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah. Tahap IV yaitu pengecekan jika terjadi pendarahan postpartum 2 Data Susenas 2007 menunjukkan bahwa hanya sekitar 35% penduduk sakit yang mencari pertolongan ke fasilitas pelayanan kesehatan. Tampaknya penduduk cukup banyak yang tidak memanfaatkan fasilitas kesehatan terbukti 55,4% persalinan terjadi di fasilitas kesehatan dan masih banyak yaitu 43,2 persen melahirkan di rumah. Dari jumlah ibu yang melahirkan di rumah 51,9 persen ditolong bidan dan masih ada 40,2 persen yang ditolong dukun bersalin (Riskesdas 2010). Data Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa setahun sebelum survei, 82,2% persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan namun masih ada kesenjangan antara pedesaan (72,5%) dan perkotaan (91,4%).

Page 15: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 15

spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, perawat bidan. b) Dukun bayi

yang dibedakan menjadi dua yaitu dukun terlatih yang didefenisikan

sebagai dukun bayi yang telah mendapatkan pelatihan oleh tenaga

kesehatan dan dinyatakan lulus dan dukun tidak terlatih yang berarti

sebagai dukun bayi yang belum pernah dilatih oleh tenaga kesehatan atau

dukun bayi yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus.

Seturut apa yang saya ceritakan diatas, khususnya berkenaan

dengan penolong persalinan, sebuah kenyataan, bagi sebagaian ibu-ibu

yang berada di Kecamatan Sa’dan, Toraja Utara, justru tidak

menggunakan penolong persalinan yang disebutkan diatas. Oleh

sebagian ibu-ibu tersebut justru lebih mempercayakan dirinya sendiri

untuk melakukan persalinannya. Fenomena ini pada awalnya saya

sangsikan kebenarannya dengan memperbandingkannya dengan apa

yang seringkali saya dengar tentang resiko-resiko yang senantiasa

menyertai sebuah persalinan. Namun setelah saya mendengar langsung

dari beberapa ibu-ibu yang pernah menjalani proses persalinan ini

penyangkalan akan fenomena tersebut terkikis pelan. Fenomena

melahirkan sendiri ini, oleh beberapa ibu yang saya temui di Lembang

Ballopasange, Kecamatan Sa’dan, menjelaskan bahwa bentuk persalinan

seperti itu sudah ada sejak dahulu bahkan sampai sekarangpun bentuk

persalinan itu masih dilakukan. Bagi masyarakat di Sa’dan model

persalinan yang dilakukan sendiri tersebut diistilahkan sebagai ‘kianak

kalena’. Menurut salah satu informan yang saya wawancarai,

pengistilahan ini didasarkan pada kenyataan bahwa dalam prosesnya

sebagaian besar yang menjalankan kianak kalena dilakukan tanpa

Page 16: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 16

melibatkan orang lain secara langsung, meskipun menurutnya beberapa

dari mereka terkadang melibatkan suami atau orang tua mereka dalam

membantu persalinan mereka semisalnya membantunya menopang

punggung sang perempuan akan melahirkan dari belakang.

Kianak kalena menjadi hal menarik untuk dikaji disaat fenomena

tersebut dipertemukan dengan dua hal yaitu pertama adanya angka

kematian ibu maupun anak di Toraja Utara yang terbilang masih tinggi.

Berdasarkan data Profil Kesehatan Kabupaten Toraja Utara tahun 2011

ditemukan adanya kasus kelahiran mati bagi bayi sebanyak 37 kasus dari

4.259 jumlah kelahiran. Ke 37 kematian bayi ini tersebar di 21 kecamatan

yang ada. Data Profil Kesehatan tahun 2010 sendiri, dari 3.416 jumlah

kelahiran ada 15 balita yang meninggal, 12 bayi dan 2 anak terjadi di

Toraja Utara. Sedangkan kematian ibu sendiri di tahun 2010 menunjukkan

ada dua kasus kematian ibu bersalin3.

Kedua adalah adanya kebijakan pemerintah dalam menurunkan

angka kematian ibu dan anak. Telah disebutkan diatas bahwa salah satu

faktor penyebab kematian tersebut adalah masih adanya masyarakat

yang mempercayakan persalinannya ke dukun. Pemilihan penolong

persalinan ke dukun tersebut disebutkan oleh adanya pandangan bahwa

adanya kendala masyarakat dalam persoalan pembiayaan persalinan.

Untuk itu pemerintah di tahun 2011 meluncurkan program yaitu Jaminan

Persalinan yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik

                                                                                                               3 Catatan lapangan diolah dari data Profil Kesehatan Toraja Utara

Page 17: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 17

Indonesia Nomor 631/Menkes/Per/III/2011 tentang Petunjuk Teknis

Jaminan Persalinan4.

Dalam tataran idealnya, tingginya kematian ibu dan anak di Toraja

Utara dan diberlakukannya Jampersal seharusnya menjadi bagian dari

pengetahuan masyarakat untuk tidak lagi melakukan praktik-praktik

tradisional dalam proses persalinan mereka. Setidaknya dua hal ini

menjadi cambuk bagi mereka untuk melakukan persalinan dengan

melibatkan secara penuh penolong persalinan yang dianjurkan oleh medis

moderen. Namun apa ayal, kenyataan di Lembang Ballopasange

memberikan isyarat lain dari apa yang menjadi momok ketakutan kita

sebagai orang luar dalam menyikapi persoalan persalinan. Untuk itu

pengkajian dalam menelaah lebih jauh proses dan apa yang menjadi

alasan para ibu-ibu di Sa’dan, khususnya di Lembang Ballopasange

dalam memilih kianak kalena sebagai model persalinan mereka

merupakan tantangan bagi saya untuk mengungkapnya secara

mendalam.

B. FOKUS PENELITIAN

Sebagai usaha untuk lebih memfokuskan tentang apa yang saya

dalami, kianak kalena saya tempatkan sebagai sebuah pilihan dalam

melakukan persalinan. Sebagai sebuah pilihan tentunya pengkajiannya

kemudian bertumpu pada seperti apa masyarakat memaknai atau

mempersepsikan sebuah persalinan. Dengan demikian ada dua hal yang

menjadi focus penelitian saya, yaitu :

                                                                                                               4 Jaminan Persalinan merupakan jaminan pembiayaan pelayanan persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas, termasuk pelayanan KB pasca persalinan, dan pelayanan bayi baru lahir. Sasaran dari program ini adalah ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas (sampai 42 hari pasca melahirkan), serta bayi baru lahir (sampai dengan usia 28 hari)

Page 18: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 18

1. Bagaimana persepsi ibu-ibu di Lembang Ballopasange berkenaan

dengan persalinan?

2. Bagaimana proses kianak kalena yang berlangsung di Lembang

Ballopasange?

C. TUJUAN PENELITIAN

Secara akademis tujuan penelitian ini menjawab rumusan masalah

seperti yang disebutkan dalam rumusan masalah diatas, yaitu :

1. Memberikan gambaran tentang persepsiyang menjadi pengarah bagi

berlangsungnya praktik kianak kalena di Lembang Ballopasange

2. Memberikan gambaran bagaimana proses berlangsungnya kianak

kalena di Lembang Ballopasange

Secara praktis, penelitian ini bertujuan untuk memberikan sumbang

saran yang bisa dinegosiasikan dalam mengarahkan ibu-ibu di Lembang

Ballopasange pada khususnya untuk lebih memilih persalinan yang

dilakukan dengan melibatkan tenaga medis professional.

D. MANFAAT PENELITIAN

Apa yang tergambarkan dalam penulisan tesis ini memberi manfaat

dalam pengembangan ilmu pengetahuan terkhusus bagi disiplin ilmu

antropologi. Selain itu diharapkan apa yang menjadi temuan dalam tesis

ini menjadi modal dasar bagi pengambil kebijakan terkhusus bagi Dinas

Kesehatan Toraja Utara dalam menemu kenali model kebijakan seperti

apa yang mesti dilakukan dalam melakukan pendekatan bagi masyarakat

untuk melibatkan para penolong persalinan sebagaimana yang

diamanatkan oleh undang-undang.

Page 19: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP KEBUDAYAAN

Kianak Kalena bukanlah model persalinan yang secara insich ada

dalam kehidupan masyarakat di Lembang Ballopasange. Ia merupakan

sebentuk pilihan dari sekian banyak model persalinan yang ada. Sebagai

sebuah model, entah itu sebagai suatu hal yang diwariskan ataupun

sebagai sebuah adopsi pengetahuan dari luar ranah kehidupannya, kianak

kalena menyimpan sebalik alasan yang dikatakan sebagai pengetahuan.

Dengan kata lain kianak kalena memiliki dimensi pengetahuan yang bisa

jadi berupa gagasan, ide ataupun sebaris persepsi yang bermain dibalik

pilihan-pilihan model persalinan yang dilakukan. Memakai alur ini, maka

nampak apa yang dikatakan sebagai kebudayaan yang secara kompleks

melibatkan pengetahuan dan prilaku seseorang dalam menjalankan

pilihan-pilihannya khususnya dalam persoalan persalinan mereka.

Kebudayaan, mungkin karena sifatnya yang dinamis sehingga kata

ini menjadi suatu hal yang sampai sekarang mengandung makna yang

kompleks. Keesing (dalam Fedyani, 2005 : 83–84) mengidentifikasi empat

pendekatan terhadap masalah kebudayaan. Pendekatan pertama

memandang kebudayaan sebagai sistem adaptif dari keyakinan dan

prilaku yang dipelajari dimana fungsi primernya adalah menyesuaikan

masyarakat manusia dengan lingkungannya. Kedua adalah yang

memandang kebudayaan sebagai sistem kognitif yang tersusun dari

apapun yang diketahui dalam berpikir menurut cara tertentu yang dapat

diterima bagi masyarakat kebudayaan (natives) yang diteliti. Ketiga adalah

Page 20: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 20

yang memandang kebudayaan sebagai sistem struktur dari simbol-simbol

yang dimiliki bersama yang memiliki analogi dengan struktur pemikiran

manusia. Dan keempat adalah yang memandang kebudayaan sebagai

sistem simbol yang terdiri dari simbol-simbol dan makna-makna yang

dimiliki bersama, yang dapat diidentifikasi dan bersifat public.

Masih dalam Fedyani (2005 : 84-87), Keesing menyimpulkan

bahwa secara esensial ada dua pendekatan mengenai konsep

kebudayaan di kalangan antropolog kontemporer : pertama para

antropolog yang mendefenisikan kebudayaan dalam konteks pikiran dan

prilaku (pendekatan adaptif) dan kedua adalah mereka yang

mendefenisikan kebudayaan dalam konteks pikiran semata-mata

(pendekatan ideasional). Pendekatan adaptif memandang kebudayaan

sebagai suatu sistem sosial budaya yang terdiri dari prilaku dan

keyakinan-keyakinan yang melekat padanya. Sistem sosial budaya

tersusun dari bentuk-bentuk rutin, adaptif, berpola dari interaksi di

kalangan para anggota pada suatu masyarakat – bentuk-bentuk interaksi

yang didukung, dirasionalisasi dan ditransmisi oleh keyakinan-keyakinan

dan perspektif yang dimiliki bersama. Sedangkan pendekatan ideasional

memandang kebudayaan sebagai suatu sistem simbolik yang terdiri atas

keyakinan dan prilaku yang melekat padanya. sistem-sistem simbolik

tersusun dari perangkat-perangkat makna yang dipelajari, dimiliki

bersama, berpola yang memberikan kemampuan bagi manusia untuk

mempersepsi, menginterpretasi dan mengevaluasi kehidupan –

perangkat-perangkat makna yang eksplisit maupun implisit dan yang

terkandung dan diekspresikan dalam keyakinan maupun prilaku.

Page 21: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 21

Mengikuti alur diatas, maka perdebatan itu tak akan ada habisnya

dan semakin runyam pendekatan mana yang akan digunakan dalam

melihat fenomena sosial dan budaya yang terjadi. Apakah akan

menggunakan pendekatan adaptif dengan konsekuensi akan menemukan

semua prilaku yang tampak dikatakan sebagai fenomena budaya ataukah

menggunakan pendekatan ideasional dengan menempatkan prilaku

sebagai pengejawantahan dari sistem makna yang menjadi pengarah

prilaku. Untuk tidak terjebak pada operasionalisasi konseptual semacam

ini sebaiknya saya menjelaskan fenomena kianak kalena dalam proporsi

seperti yang dikatakan oleh Lawless (dalam Fedyani, 2005 : 87) yang

menjelaskan bahwa kebudayaan dapat didefenisikan sebagai pola-pola

prilaku dan keyakinan (dimediasi oleh simbol) yang dipelajari, rasional,

terintegrasi, dimiliki bersama dan yang secara dinamik adaptif dan yang

tergantung pada interaksi sosial manusia demi eksistensi mereka.

Parsudi Suparlan (2003 : 18) sendiri mendefenisikan kebudayaan

sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang

digunakannya untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungan dan

pengalamanya, serta menjadi landasan bagi tingkah-lakunya. Dengan

demikian, kebudayaan merupakan serangkaian aturan-aturan, petunjuk-

petunjuk, rencana-rencana, dan strategi-strategi yang terdiri atas

serangkaian model-model kognitif yang dipunyai oleh manusia, dan

digunakannya secara selektif dalam menghadapi lingkungannya

sebagaimana terwujud dalam tingkah-laku dan tindakan-tindakannya.

Menempatkan kianak kalena sebagai pilihan dalam menentukan

siapa yang berhak atau memiliki kewajiban untuk membantu persalinan

Page 22: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 22

mereka tidaklah serta merta kemudian lahir dengan sendirinya.

Kebudayaan kemudian menjadi pengarah akan pilihan tersebut karena

dalam kebudayaanlah seseorang terpolakan pemikiran dan apa yang akan

dilakukannya. Menyangkut hal ini, kebudayaan seperti apa yang

dijelaskan oleh Goodenough5 bahwa kebudayaan adalah suatu sistem

kognitif - suatu sistem yang terdiri dari pengetahuan, kepercayaan, dan

nilai yang berada dalam pikiran anggota-anggota individual masyarakat.

Hal yang sama pula dikemukakan oleh Sathe (dalam Kalangie, 1994 : 1-2)

bahwa kebudayaan adalah gagasan-gagasan dan asumsi-asumsi penting

yang dimiliki suatu masyarakat yang menentukan atau mempengaruhi

komunikasi, pembenaran, dan perilaku anggota-anggotanya.

Dengan menghubungkannya dengan kianak kalena di Lembang

Ballopasange, apa yang saya saksikan disana bahwa bentuk persalinan

tersebut merupakan pertautan antara pahaman masyarakat dengan apa

yang dialami dan dipelajari melalui pengalaman mereka sehari-hari.

Disinilah wajah kebudayaan itu menampakkan wujudnya yang berupa

perlengkapan mental yang oleh anggota-anggota masyarakat

dipergunakan dalam proses-proses orientasi, transaksi, pertemuan,

perumusan gagasan, penggolongan, dan penafsiran perilaku sosial nyata

dalam masyarakat yang memiliki fungsi untuk menjadi pedoman bagi

anggota-anggota masyarakat untuk berperilaku sosial yang baik atau

pantas dan sebagai penafsiran bagi perilaku orang-orang lain.

Sebagai pedoman dalam berprilaku kebudayaan kemudian tidak

bisa diartikan sebagai suatu hal yang terberi, melainkan ia sebagai suatu

                                                                                                               5Goodenough dalam Keesing, 1992, Antropologi Budaya: Suatu Perspektif Kontemporer. Jilid 1, 2. Jakarta, Erlangga

Page 23: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 23

hal yang melalui proses belajar. Kianak kalena disaat dinyatakan sebagai

budaya masyarakat dalam model persalinannya bukanlah suatu hal yang

turun dari langit kemudian menuntun bagi ‘penganutnya’ untuk kianak

kalena. Sebagai pola yang diperoleh melalui proses belajar, kianak kalena

dalam konteksnya, pengetahuan yang membentuknya selalu berdasarkan

pada interpretasi terhadap apa yang memungkinkan pilihan itu bisa

berlangsung. Kebudayaanlah kemudian yang menjadi alat saring lagi

dalam penentuan tentang apakah yang dilakukan tersebut bersesuaian

dengan apa yang semestinya. Kebudayaan yang menjadi ‘alat’ untuk

menginterpretasi, memahami lingkungan yang dihadapi, dan untuk

menciptakan serta mendorong terwujudnya kelakuan.

Menempatkan kebudayaan sebagai pengetahuan yang dibagi

dalam masyarakat biasanya terjadi suatu kesepakatanuntuk mempelajari

dan mengajarkan budaya tersebut agar bisa dipahami, dan apa yang

dipelajari dan diajarkan atau dibagikan kepada yang lain adalah

cenderung sama tidak banyak berubah dikarenakan adanya kesepakatan

bersama. Tapi dalam budaya sebagai informasi pembelajaran sosial,

individu-individu didalamnya cenderung mengembangkan informasi yang

diterimanya kedalam bentuk apa yang bisa dia terima, karena masing-

masing individu berbeda-beda dalam memaknai informasi yang didapat

meskipun itu dalam suatu kelompok sosial yang sama, apalagi kalau itu

terjadi dalam kelompok sosial yang berbeda.

Dengan memakai kacamata kebudayaan seperti ini, apa yang

kemudian terpampang dalam kenyataan kesehatan masyarakat tidak akan

selalu sama. Bahwa keyakinan akan medis moderen yang senantiasa

Page 24: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 24

memakai logika-logika rasionalitas akan selalu ditafsirkan berbeda.

Lembang Ballopasange yang secara kultural tidaklah kemudian bisa dilihat

sebagaimana ia dahulu melainkan berada pada tataran dunia yang sedikit

banyak memiliki pengaruh besar dalam pertarungannya dengan dunia

luarnya. Hal ini kemudian menjelaskan bahwa kebudayaan tidaklah bisa

dipandang sebagai suatu hal yang tertutup melainkan sebuah proses

dimana segenap pengetahuan terintegrasi. Prilaku-prilaku kesehatan yang

kemungkinanya mencerap pengetahuan yang berdasarkan pada

pengalaman-pengalaman sebelumnya yang berhadapan langsung dengan

medis-medis moderen tidak bisa kemudian dijadikan suatu hal yang saling

bertentangan melainkan ia akan membentuk suatu tatanan dunia

kesehatan yang lebih dinamis.

B. PERSEPSI DAN TINDAKAN

Sebagaimana yang saya sampaikan pada focus penelitian ini

bahwa dalam mendalami apa yang menjadi dasar dari praktik kianak

kalena maka hal yang tidak bisa dihindarkan dari pembahasan ini adalah

konsep yang berkenaan dengan persepsi dan tindakan itu sendiri. Untuk

itu ada baiknya dalam pembahasan selanjutnya saya memaparkan

beberapa konsep yang berkenaan dengan persepsi dan tindakan,

sebagaimana yang termaktub di bawah ini :

1. Persepsi

Adalah hal yang membuat berbeda sebuah tindakan yang

dilakukan oleh seseorang bergantung pada pengetahuan yang

dimilikinya. Bagimana ia mempersepsikan sesuatu maka serta merta ia

akan mengikuti logika persepsi yang dimilikinya. Persepsi disini

Page 25: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 25

menjadi landasan seseorang dalam rangka praktik yang dilakukan.

Namun sebuah persepsi tidaklah merupakan acuan tunggal yang

memprakarsai tindakan-tindakan yang dilakukan, dikarenakan ada

begitu banyak kemungkinan persepsi yang dimiliki berkenaan dengan

suatu hal yang akan dilakukan. Dalam bagian ini saya mengungkapkan

beberapa hal menyangkut operasinalisasi dari apa yang dikatakan

sebagai persepsi dan tindakan.

Persepsi, seperti apa yang tergambar pada konsep-konsep

kebudayaan yang telah saya utarakan diatas, merupakan unsur

kognitif dari tindakan yang dilakukan oleh seseorang. Seseorang bisa

menyatakan baik, buruk, pantas dan tidak pantas atas tindakan yang

dilakukannya berdasarkan apa yang dipahaminya. Persepsi kemudian

saya tempatkan sebagai sebentuk pengetahuan yang membimbing

seseorang untuk bertindak yang pada tentunya menjadi penjelas bagi

tindakannya. Dalam konteks ini, persepsi yang dimiliki bisa jadi

merupakan sebentuk pengetahuan yang dimiliki bersama dalam suatu

masyarakat dan bisa jadi hanya dimiliki oleh seorang individu saja.

Persepsi sendiri bisa dikatakan sebagai sekumpulan

pengalaman yang membentuk sebuah rangkaian besar pengetahuan

didalamnya. Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya Psikologi Komunikasi

(2003 : 51) mendefenisikan persepsi sebagai pengalaman tentang

obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan

menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Dalam

membicarakan tentang persepsi, seorang individu dalam konteks yang

sama bisa jadi dalam mempersepsikan sesuatu hal bisa berbeda, hal

Page 26: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 26

ini disebabkan oleh adanya pengetahuan dan pengalaman yang

dimiliki oleh orang per orang bisa jadi berbeda. Disini bisa dicermati

bahwa mempersepsikan sesuatu sangat tergantung pada apa yang

dikatakan oleh Schutz sebagai stock of knowledge6. Pada titik ini,

semakin banyak pengetahuan dan pengalaman seseorang dalam

kehidupannya turut membentuk persepsi yang dimiliki seseorang.

Inilah yang menjadi penjelas bagaimana seseorang dalam tindakannya

dianggap berbeda bahkan deviant dalam suatu kebudayaan

masyarakat dikarenakan mereka memiliki persepsi yang berbeda

tentang suatu hal.

Seturut dengan pengertian persepsi ini, Desideranto (dalam

Rahmat, 2003 : 16) mendefenisikan bahwa persepsi merupakan

penafsiran suatu obyek, peristiwa atau informasi yang dilandasi oleh

pengalaman hidup seseorang yang melakukan penafsiran itu.

Memakai defenisi ini maka tampak bahwa pengalaman seseorang turut

mengambil peran dalam membentuk persepsi seseorang. dengan kata

lain bahwa melalui pengalaman yang dimiliki seseorang menjadi alat

tafsir bagi sesuatu hal yang akan dilakukan. Disaat diperhadapkan

                                                                                                               6Menurut Alfred Schutz, beberapa ciri yang perlu ditekankan ketika membicarakan tentang stock of knowledge adalah ; pertama; realitas yang dialami oleh orang-orang merupakan stok pengetahuan bagi orang tersebut. Bagi anggota-anggota sebuah masyarakat, stok pengetahuan mereka merupakan realitas terpenting yang membentuk dan mengarahkan semua peristiwa sosial. Actor-aktor menggunakan stok pengetahuan ini ketika mereka berelasi dengan orang-orang lain di dalam lingkungannya. Kedua; keberadaan stok pengetahuan ini memberikan ciri take for granted (menerima sesuatu begitu saja tanpa mempertanyakannya) kepada dunia sosial. Stok pengetahuan ini jarang menjadi refleksi sadar tetapi menjadi semacam asumsi-asumsi dan prosedur-prosedur implisit yang diam-diam digunakan oleh individu-individu ketika berinteraksi. Ketiga; stok pengetahuan ini dipelajari dan diperoleh individu melalui proses sosialisasi di dalam dunia sosial dan budaya dimana ia hidup. Tetapi kemudian stok pengetahuan tersebut menjadi realitas bagi actor di dalam dunia lain karena kemana saja ia pergi ia membawa stok pengetahuan itu di dalam dirinya. Keempat; orang-rang bekerja di bawah sejumlah asumsi yang memungkinkan mereka menciptakan perasaan kesalingan atau timbal balik. Kelima; eksistensi dari stock pengetahuan dan perolehannya melalui sosialisasi dan asumsi yang memberikan actor rasa kesalingan atau timbal balik semua beroperasi untuk memberikan kepada actor perasaan atau asumsi bahwa dunia ini sama untuk semua orang dan ia menyingkapkan ciri-ciri yang sama kepada semua. Keenam; asumsi akan dunia sama itu memungkinkan si actor bisa terlibat dalam proses tipifikasi yakni berdasarkan tipe-tipe, resep-resep atau pola-pola tingkah laku yang sudah ada. Tindakan atau perbuatan pada hampir semua situasi, kecuali situasi yang sangat personal dan intim, dapat berlangsung melalui proses tipifikasi yang bersifat timbal balik ketika si actor menggunakan stok pengetahuannya untuk mengkategorikan satu sama lain dan menyesuaikan tanggapan mereka terhadap tipifikasi-tipifikasi tersebut. (Schutz dalam Bernard Raho, Teori Sosiologi Moderen, 2007 : 137)  

Page 27: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 27

pada kondisi yang sama maka akan serta merta pengalaman yang

dimiliki sebelumnya akan mengarahkan pembentukan persepsi

seseorang. Menambahkan apa yang disampaikan berkenaan dengan

defenisi persepsi ini ada baiknya juga memaparkan apa yang

dikatakan oleh Bimo Walgito (2002 : 54), ia mengatakan bahwa

persepsi merupakan pengorganisasian, penginterpretasian terhadap

stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga

merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktifitas integrated

dalam diri individu. Memakai konsep yang disampaikan oleh Walgito ini

menjelaskan bahwa bagaimana seseorang dalam kehidupannya

diperhadapkan pada kenyataan hidup yang dinterpretasinya

sebagaimana kebudayaan yang melingkupinya. Menempatkan kianak

kalena sebagai pilihan dalam praktik persalinan di Lembang

Ballopasange tentunya didasarkan pada bagaimana masyarakat

menyikapi persoalan hidup yang dihadapinya. Ada kemungkinan

banyak faktor yang menjadi penjelas dari pembentukan persepsi

mereka dalam menampik persoalan yang dihadapinya, semisalnya

faktor alam yang bisa jadi disadarinya sebagai sebuah hal yang tidak

bisa tidak harus dianggapnya sebagai penghambat bagi mereka dalam

mengakses sarana kesehatan yang telah disediakan oleh pemerintah.

Saya kembali pada konsep yang berkenaan dengan persepsi,

David Krech dan Ricard Crutcfield (dalam Rahmat, 2003 : 55) membagi

faktor-faktor yang menentukan persepsi dibagi menjadi dua yaitu : a)

Faktor fungsional, yaitu faktor yang berasal dari kebutuhan,

pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita

Page 28: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 28

sebut sebagai faktor-faktor personal. Faktor fungsional yang

menentukan persepsi adalah obyek-obyek yang memenuhi tujuan

individu yang melakukan persepsi. b) Faktor Struktural, yaitu faktor-

faktor yang berasal semata-mata dari sifat stimulus fisik terhadap efek-

efek syaraf yang ditimbulkan pada sistem saraf individu. Faktor-faktor

struktural yang menentukan persepsi bila kita ingin memahami suatu

peristiwa kita tidak dapat meneliti faktor-faktor yang terpisah tetapi

memandangnya dalam hubungan keseluruhan. Kedua faktor yang

yang disampaikan oleh Krech dan Crutcfield ini boleh digunakan dalam

menelisik sejauhmana kebutuhan masyarakat terhadap penolong

persalinan. Dalam kenyataan seperti ini pengalaman sebagaimana apa

yang telah dijalani sebelumnya turut membentuk tingkat kebutuhan

seseorang, semisalnya dalam menyikapi persoalan sakit, seseorang

terkadang tidak melakukan tindakan pengobatan namun sakit yang

dideritanya akan sembuh dengan sendirinya. Pengalaman yang

berulang ini besar kemungkinan akan membentuk tingkat kebutuhan

seseorang yang pada titik tertentu membentuk pula persepsi mereka

tentang konsep sakit mereka.

Dengan menempatkan persepsi sebagai manifestasi dari apa

yang dipahami dimana didalamnya dipengaruhi oleh pengetahuan dan

pengalaman yang dimiliki seseorang maka akan menarik menyimak

bagaimana perbedaan seseorang dalam menilai suatu pengalaman

hidupnya. Dalam konteks ini kita akan dituntun untuk bisa memahami

apa yang menjadi latar dari pengambilan keputusan untuk kianak

kalena. Alasan dalam memilih kianak kalena sebagai model dalam

Page 29: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 29

persalinan oleh sebagian ibu-ibu di Sa’dan khususnya di Lembang

Ballopasange akan terjawab dengan sendirinya disaat kita secara arif

menyikapi persepsi yang melatari praktik kianak kalena tersebut.

2. Tindakan

Telah dibahas sebelumnya bahwa kebudayaan menyangkut

keseluruhan pengetahuan yang teraktual dalam tindakan seseorang.

Tindakan dalam hal ini dipahami sebagai perwujudan dari keseluruhan

gagasan, ide, aturan dan pengetahuan. Namun terkadang apa yang

tampak sebagai tindakan tidak selamanya sama dengan apa yang

seharusnya ‘dibenarkan’ oleh keumuman. Kianak kalena misalnya jika

ditempatkan dalam ranah kesehatan medis moderen bisa jadi

dianggap sebagai tindakan yang menyalahi kaidah-kaidah medis

moderen. Namun bisa pula ia mendapatkan pembenaran di saat

diperhadapkan pada konteks dimana tindakan tersebut berlaku.

Setiap tindakan bisa membutuhkan legitimasi atau pembenaran

oleh pelaku tindakan terlebih oleh orang yang berada dalam ruang

lingkup yang sama. Ada kecendrungan bahwa dengan memakai

kacamata diluar ruang budaya dimana budaya tersebut berada

tindakan atau prilaku yang dilakukan tersebut tanpa disadari merugikan

kesehatan pelakunya, namun pelaku budaya ini tidak menganggapnya

sebagai suatu hal yang merugikan kesehatannya. Apa yang ingin saya

sampaikan seturut dengan apa yang dikatakan oleh Masri

Singarimbun, bahwa prilaku itu dapat merugikan kesehatan dilihat dari

perpektif biomedis tetapi dalam masyarakat tidak hanya dilihat dari sisi

apakah prilaku itu dapat menguntungkan atau merugikan kondisi

Page 30: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 30

kesehatannya, namun yang terpenting atau yang menjadi orientasi

kognitif mereka adalah bagaimana prilaku itu sesuai atau tidak dengan

alasan-alasan agama, kepercayaan dan struktur sosial atau dengan

kata lain kebudayaan dalam pengertian yang luas (Singarimbun, 1982 :

19). Disini saya melihat kianak kalena sebagai sebuah pilihan yang

pada dasarnya melibatkan pertimbangan-pertimbangan yang penuh

dengan konsekuensi didalamnya. Meskipun demikian apakah

kemudian pilihan itu tidak berdasar pada capaian-capaian rasionalitas

yang melatarinya?

Menjawab akan hal ini ada baiknya saya mengangkat apa yang

dikatakan oleh Talcot Parson berkenaan dengan elemen-elemen

analitis dari tindakan manusia. Tindakan yang paling mendasar yang

dapat eksis sebagai entitas yang konkret disebut Parson sebagai

satuan tindakan (unit act) – yang dibaginya menjadi empat elemen

anlitis yaitu, pertama adalah tujuan pelaku yakni suatu tindakan

mendatang yang disebabkan oleh tindakan. Kedua adalah cara yang

tersedia baginya untuk mencapai tujuan tersebut. Ketiga adalah

kondisi yang tidak dapat dikontrol oleh pelaku dan oleh karena itu bisa

dipandang sebagai kendala. Keempat adalah normative yang terdiri

dari gagasan pelaku, seringkali dimiliki bersama dengan orang lain,

yang atas dasar normative tersebut pelaku memilih tujuan dan cara

untuk mencapai tujuan (Parson dalam Fedyani, 2005 : 153). Dalam

kerangka ini apa yang diparktikkan oleh Ibu-ibu dalam memilih kianak

kalena sebagai cara bersalin memiliki tujuan yang diharapkan

meskipun dengan menempuh cara yang bisa jadi mennguntungkan

Page 31: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 31

atau malah justru merugikan kesehatan dalam kacamata medis

modern (biomedis).

Untuk itu, memilih kianak kalena sebagai cara dalam melahirkan

di Lembang Ballopasange menunjukkan sebuah proses yang bisa jadi

dimulai pada saat pranikah, nikah, hamil, persalinan dan pasca

melahirkan. Dalam proses ini segenap pengetahuan terangkum

kemudian melahirkan sebuah prilaku. Mengikuti apa yang saya

katakan, kianak kalena menunjukkan seperti apa sang individu

menampakkan pengetahuan yang dimilikinya secara langsung.

Menurut Notoatmodjo, yang dimaksud prilaku manusia adalah semua

kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun

yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (2003 : 114). Dengan

menempatkannya sebagai proses, maka yang tertuang didalam proses

tersebut adalah adanya pengetahuan yang menjadi kerangka

seseorang untuk bertindak dimana dalam kondisi tertentu pengetahuan

tersebut saling bernegosiasi dalam alam pikiran untuk menetukan

bagaimana dan seperti apa seseorang bertindak. Dalam wilayah ini,

ada penyikapan yang dilakukan oleh individu yang pada akhirnya

menunjukkan prilaku yang ditampilkan.

Sebuah tindakan yang dilakukan oleh sang pelaku terkadang

bisa dimaknai lain oleh orang lain terlebih jika orang lain tersebut tidak

memiliki pemahaman yang sama akan seseuatu hal. Dalam proses

kianak kalena, bagi kita pada umumnya yang tidak berada dalam

ruang budaya yang sama akan memberikan pemaknaan lain akan hal

tersebut. Hal ini lebih merujuk pada adanya pemaknaan yang bisa jadi

Page 32: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 32

memberlakukan pemaknaan yang sifatnya subjektif sebagaimana yang

dinyatakan oleh Parson diatas yaitu yang melihat proses keterlibatan

actor dalam pengambilan keputusan subjektif tentang sarana dan cara

untuk mencapai tujuan yang telah dipilih yang kesemuanya itu dibatasi

kemungkinannya oleh sistem budaya baik itu norma, ide atau nilai

yang mendukungnya.

Dalam menjelaskan makna akan suatu tindakan, Weber

Mengidentifikasi empat tipe tindakan dasar yaitu : pertama, rasionalitas

sarana-tujuan atau tindakan yang ditentukan oleh harapan terhadap

prilaku objek dalam lingkungan dan prilaku manusia lain. Harapan-

harapan ini digunakan sebagai syarat atau sarana untuk mencapai

tujuan-tujuan actor lewat perhitungan yang rasional. Kedua,

rasionalitas nilai atau tindakan yang ditentukan oleh keyakinan dengan

penuh kesadaran akan nilai yang diyakini dan terlepas dari prospek

keberhasilannya. Nilai yang dimaksudkan adalah nilai akhir bagi

individu yang bersangkutan dan biasanya nonrasional sehingga tidak

memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan lainnya. Ketiga,

tindakan afektual yang merupakan suatu tindakan sosial yang lahir dari

adanya perasaan atau emosional dari sang actor. Tindakan ini terjadi

secara spontan, tidak rasional dan merupakan ekspresi emosional dari

individu. Keempat, tindakan tradisional yang merupakan tindakan yang

berhubungan dengan orientasi atau dorongan tradisi masa lampau

tanpa refleksi yang sadar atau perencanaan (Weber dalam Ritzer,

2007 : 448).

Page 33: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 33

Teori lain yang menjelaskan tentang tindakan adalah teori

pilihan rasional Colleman (dalam Ritzer, 2007 : 394), Colleman

menyatakan bahwa tindakan perseorangan mengarah pada suatu

tujuan tertentu dan tujuan tersebut ditentukan oleh nilai atau pilihan. Ia

menyatakan bahwa untuk maksud yang terbilang teoritis, ia

memerlukan konsep yang lebih tepat mengenai actor rasional yang

melihat actor memilih tindakan yang dapat memaksimalkan kegunaan

atau yang memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka.

Seturut dengan pilihan rasional ini, Friedman dan Hetcer (dalam

Ritzer, 2007 : 358) mengemukakan dua gagasan yang menjadi teori

pilihan rasional. Pertama, adalah kumpulan mekanisme atau proses

yang menggabungkan tindakan actor secara individual yang terpisah

untuk menghasilkan akibat sosial. Kedua, adalah bertambahnya

pengertian tentang informasi dalam membuat pilihan rasional. Dalam

asumsi kedua dengan informasi atau dengan bahasa lainnya

pengetahuan yang dimiliki akan membuka peluang bagi sang aktor

untuk berprilaku lebih terbuka yang bersesuaian dengan informasi

yang bisa jadi berubah pula.

Adalah hal yang tergambar dalam proses kianak kalena di

Lembang Ballopasange adalah bagaimana persepsi para ibu-ibu hamil

dalam menyikapi kondisi kesehatan mereka. Telah disinggung diatas

bahwa prilaku yang nampak dalam keseharian tiap aktor merupakan

manifestasi dari pengetahuan yang dimilikinya. Dalam konteks kianak

kalena disaat ditempatkan sebagai praktik pencarian ‘penolong’

kesehatan mereka khususnya dalam persalinan maka ada baiknya

Page 34: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 34

menyimak apa yang disampaikan oleh Sukidjo Notoatmodjo (2003 :

179-208). Ia menuturkan bahwa prilaku pencarian kesehatan

masyarakat terdiri dari beberapa hal yaitu :

1. Tidak bertindak apa-apa (no action)

2. Tindakan mengobati sendiri (self treatment)

3. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional

(traditional remedy)

4. Mencari pengobatan dengan membeli obat-obat di warung obat

(chemist shop)

5. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan modern yang

diadakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan

swasta, yang dikategorikan ke dalam balai pengobatan,

puskesmas, dan rumah sakit

6. Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang

diselenggarakan oleh dokter praktek (private medicine)

Apa yang disampaikan oleh Notoatmadjo diatas dalam

keseharian suatu masyarakat tidaklah serta merta hanya melakukan

satu dari keenam tindakan tersebut, melainkan bisa jadi lebih dari apa

yang tertulis diatas. Hal ini lebih dimungkinan terjadi oleh adanya

pahaman budaya yang sifatnya cair dimana seperti yang diungkapkan

oleh Parson diatas bahwa suatu tindakan diarahkan oleh adanya

tujuan-tujuan tertentu. Ada kemungkinan bahwa disaat seseorang

mempersepsikan bahwa kondisi yang dialaminya bukanlah sebuah

kondisi yang dikategorikan sebagai kondisi sakit sehingga ia tidak

melakukan apa-apa, namun dalam kondisi tertentu disaat kondisi tubuh

Page 35: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 35

yang dipersepsikannya tersebut berdampak pada aktivitas sosialnya

misalanya bisa jadi melakukan tindakan-tindakan yang merupakan

sebuah tindakan pengobatan.

Apa yang disampaikan diatas adalah rangkaian dari apa yang

dilakukan oleh individu dalam mempersepsikan apa yang menyangkut

hidupnya. Adanya respon yang ditimbulkan pada akhirnya

membimbing individu dalam penentuan sikapnya. Dari penentuan

sikap inilah yang kemudian menentukan cara bersalin yang pantas

menurutnya. Dengan bahasa singkatnya kianak kalena menuang cerita

tentang bagaimana persepsi yang dimiliki menentukan pilihan

seseorang.

Dalam rangkaian teori yang terjabarkan diatas kianak kalena

kemudian menjadi sebuah fenomena dimana tidaklah hanya sekedar

sebagai tindakan yang secara paripurna dilakukan dalam keseharian

masyarakat Lembang Ballopasange. Ada kecendrungan untuk

mempertautkan persepsi yang dimiliki dimana pada titik tertentu akan

terjalin dengan apa yang dimaksudkan tadi sebagai pilihan-pilihan

entah itu sebagai pilihan rasional ataupun unrasional. Ibu-ibu yang

mempraktikkan kianak kalena adalah rangkuman dari kompleksitas

tindakan yang memiliki banyak pertimbangan-pertimbangan baik

secara ekonomi, sosial maupun budaya yang dianutnya. Sebuah

kompleksitas yang secara kasat mata merangkum pengetahuan

lokalitas yang seharusnya lebih dipahami sebagai sebuah

kebijaksanaan dalam berkehidupan sosial.

Page 36: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 36

C. PENELITIAN YANG RELEVAN

Apa yang saya angkat dalam penelitian saya pada intinya

menggambarkan pilihan seorang perempuan berkenaan dengan penolong

persalinan yang dipercayainya bisa memudahkan mereka untuk bersalin.

Dengan bahasa lain penelitian ini menjelaskan salah satu model proses

persalinan yang ada dalam masyarakat.

Di bagian pendahuluan telah saya utarakan bahwa secara umum

penolong persalinan dibagi dua yaitu tenaga professional (dimana

termasuk dokter, bidan dan perawat bidan) dan dukun bayi. Kedua

penolong persalinan ini yang secara umum dikenal dalam ranah

kebudayaan yang sekaligus mendapatkan legitimasi oleh masyarakat.

Namun dalam beberapa kenyataan lain ada juga masyarakat yang

mempercayakan persalinannya dengan menempuh untuk melahirkan

sendiri.

Tidak begitu banyak literature yang mengungkap fenomena

persalinan sendiri ini. Secara oral, ada begitu banyak cerita yang

terungkap bahwa persalinan sendiri yang dilakukan oleh para ibu-ibu yang

masih berada di pelosok. Saya teringat akan apa yang diceritakan oleh

salah satu teman yang menceritakan bagaimana perempuan yang berada

di pelosok Sulawesi Barat dimana pada saat akan melahirkan ia akan

berlari ke hutan untuk melahirkan. Menurut teman saya, hal ini dilakukan

oleh karena adanya pahaman bahwa kematian seorang bayi ataupun ibu

pada saat persalinan merupakan aib yang tidak boleh diketahui oleh

masyarakat lainnya.

Page 37: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 37

Berkenaan dengan cerita tersebut saya menemukan beberapa

catatan yang terangkum dalam literature antropologi yang menjelaskan

secara singkat tentang persalinan yang dilakukan oleh perempuan eksimo

dan indian amerika. Dalam buku Antropologi Kesehatan karya Foster

digambarkan bagaimana Chance menceritakan menyangkut persalinan

perempuan Eksimo yang tengah berada diatas perahu dalam melakukan

persalinan di pantai dan menguburkan plasenta bayinya dan setelahnya

kembali ke perahunya. Cerita lain, masih dalam buku yang sama,

bagaimana, Downs menceritakan perempuan Indian Amerika yang berlari

masuk hutan untuk melakukan persalinan dan setelah itu melanjutkan

pekerjaannya lagi seperti tidak terjadi sesuatu (Chance dan Downs dalam

Foster, 1986 : 335). Kedua cerita yang ini mengisahkan bagaimana

penyikapan masyarakat terhadap proses persalinan yang ditempatkan

sebagai suatu hal yang tidaklah menampakkan suatu hal yang berlebihan

dimana aktivitas keseharian mereka tidaklah mengalami perubahan sama

sekali.

Untuk lebih memperkaya khasanah dalam penelitian saya ini

dengan mengingat begitu sedikitnya tulisan yang menjelaskan fenomena

melahirkan sendiri ada baiknya saya hanya memaparkan hal yang

berkenaan dengan alasan-alasan seseorang yang mengalihkan atau lebih

memilih penolong persalinan diluar tenaga professional. Dalam buku

Antropologi Kesehatan yang dituliskan oleh Foster. Pada intinya ia

menjelaskan bahwa bagi orang-orang Amerika dalam beberapa waktu

lamanya merasakan ketidakpuasan terhadap pelayanan persalinan di

rumah sakit sehingga mereka mencari bentuk-bentuk persalinan

Page 38: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 38

alternative. Ia menjelaskan bahwa ada tiga hal alasan pemilihan

persalinan diluar tenaga professional di kalangan masyarakat Amerika.

Pertama adalah adanya dunia kedokteran barat yang membuat kompleks

dan mekanisasi proses persalinan yang normal. Hal-hal yang sifatnya

prosedural ini dilihat sebagai kerumitan bagi pasien yang akan melahirkan

dikarenakan mereka diharuskan untuk mengikuti segala aturan yang

diberlakukan dalam rumah sakit. Bayangan akan pelayanan yang akan

didapt di rumah sakit semisal pelayanan dokter dalam persoalan

pemeriksaan itu terbantahkan. Hazel (dalam Foster, 1986 : 337)

menjelaskan bahwa dengan adanya pasien di rumah sakit mempermudah

aktivitas lain dari sang dokter untuk melakukan aktivitas-aktivitas lainnya

sehingga pada kondisi tertentu sang dokter tidak melayani keseluruhan

dari pasien. Menurutnya rata-rata dari pasien yang berkunjung ke rumah

sakit ditangani oleh perawat atau dokter lainnya. Hal lain adalah adanya

aturan yang selalu menguntungkan dokter semisal dalam proses

persalinan. Tidak jarang pasien harus mengikuti posisi melahirkan yang

dianjurkan oleh dokter dimana posisi tersebut sangat memudahkan dokter

dalam memberikan pelayanan. Bagi pasien yang memiliki kebiasaan untuk

bersalin dalam posisi jongkok itu tidak dianjurkan atau dibolehkan karena

posisi tersebut sangat tidak nyaman bagi dokter.

Kedua adalah persalinan harus dikembalikan ke rumah sakit.

Asumsi ini membantah apa yang diagungkan oleh pihak tenaga

professional bahwa semakin ilmiah dan maju tingkatan perawatan ibu dan

anak akan semakin efektif pula pencegahan mortalitas, cedera dan cacat

kelahiran. Pelayanan yang dulunya tenaga professional mendatangi

Page 39: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 39

pasiennya akhirnya dikembalikan ke rumah sakit. Aturan ini kemudian

membuat pasien harus bersusah payah ke rumah sakit untuk

mendapatkan pelayanan persalinan yang memadai. Hal yang terlupakan

pada kebijakan seperti adalah adanya kondisi dimana rumah (keluarga)

oleh sebagian masyarakat merupakan pelayan yang paling baik. Ada

dimensi perhatian yang lebih bisa tercurah disaat persalinan dilakukan

dalam lingkup keluarga.

Ketiga adalah bidan, bukan dokter, merupakan orang yang tepat

untuk membantu persalinan. Dalam bagian ini Suzanne Arms

mengisahkan bagaimana seorang bidan mendapatkan pengesahannya

dalam menangani persalinan. Dalam kajiannya, ia menyatakan bahwa

peradaban telah membawa kondisi dan sikap-sikap yang membuat

persalinan menjadi rumit yang secara tidak langsung memberikan mandat

sekaligus legitimasi kepada dokter untuk mengani kerumitan persalinan

tersebut. Padahal pada dasarnya menurut Arms, kelahiran di kalangan

masyarakat khusnya masyarakat non industry adalah suatu hal yang tidak

rumit dan cukup aman. ‘apabila kita kini mempercayai bahwa persalinan

berbahaya, penuh resiko, sangat sakit dan menakutkan, hal itu adalah

karena kita sebagai suatu ras telah membuatnya demikian. Apabila kita

berpaling kepada dokter dan rumah sakit sebagai satu-satunya otoritas

yang bersedia dalam hal persalinan ini, hal ini itu terjadi karena kita telah

meninggalkan otoritas yang tersedia dalam tubuh kita sendiri’ (Arms dalam

Foster, 1986 : 338).

Dalam pandangan ini pula ada kecendrungan untuk membuat

proses persalinan untuk ditangani sedemikian rupa yang bersesuaian

Page 40: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 40

dengan konteks budaya dan kenyamanan para pasien. Dan adalah bidan

yang melakukan kenyamanan tersebut bekerjasama dengan seorang ibu

yang akan melakukan persalinan. Proses persalinan kemudian dibuat

menjadi nyaman sehingga terjalin komunikasi yang baik antara sang bidan

dan pasien. Seorang pasien kemudian diberikan kebebasan yang

menurutnya nyaman dalam menyiapkan persalinannya.

D. KERANGKA KONSEPTUAL

Apa yang dijelaskan sampai paragraph ini adalah bagaimana

tindakan (prilaku) dalam hal ini kianak kalena melibatkan persepsi dan

prilaku itu sendiri. Telah disinggung sebelumnya bahwasanya prilaku yang

tampak pada dasarnya tidak selamanya sebagaimana adanya. Dalam

kontek kianak kalena, dengan menempatkan sebagai sebuah rangkaian

prilaku kesehatan maka hal yang tak boleh dinafikkan adalah adanya

kebiasaan hidup para ibu-ibu di Lembang Ballopasange itu sendiri. Hal ini

sengaja saya ungkap karena bisa jadi ada hal yang dilakukan dalam

keseharian mereka yang memungkinkan mereka memilih cara

persalinannya yang diluar wacana medis modern.

Untuk itu ada baiknya dalam kerangka konsep ini saya membahas

sedikit tentang prilaku kesehatan. Dunn menggolongkan prilaku kesehatan

menjadi empat bagian yaitu : 1) prilaku sadar atau sengaja yang

menguntungkan kesehatan, 2) prilaku yang disadari atau disengaja

merugikan kesehatan, 3) prilaku yang tidak disengaja atau tidak disadari

menguntungkan kesehatan serta 4) prilaku yang tidak disengaja dan tidak

disadari merugikan kondisi kesehatan mereka (Dunn dalam Kalangie 1994

: 43-44). Berpegang pada apa yang disampaikan Dunn, perilaku

Page 41: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 41

kesehatan bisa dikatakan sebagai bentuk pengalaman dan interaksi

individu terhadap lingkungannya, yang memiliki kontribusi nyata pada

persoalan kesehatan suatu masyarakat.

Apa yang diulas diatas menyangkut persepsi sehat sakit dan prilaku

kesehatan dalam kaitannya dengan penelitian ini berujung pada

bagaimana ibu-ibu menjadikan kianak kalena sebagai pilihan dalam

persalinan mereka. Jika diasumsikan bahwa kianak kalena adalah prilaku

ibu-ibu hamil dalam menyerahkan persalinannya untuk ditangani sendiri

maka prilaku ini seperti dikatakan oleh Kalangie 7 (Kalangie dalam

Sudibyo, 2008 : 43) sebagai model tindakan kesehatan yang ada dalam

pahaman masyarakat secara umum. Tindakan-tindakan kesehatan yang

dilakoni oleh masyarakat bisa jadi tumpang tindih antara praktik medis

modern dan medis tradisional. Hal ini dimungkinkan terjadi oleh adanya

beberapa hal yang saling terkait. Bagi mereka yang hidup jauh dari akses

layanan kesehatan bisa jadi menjadikan hal tersebut sebagai alasan untuk

tidak melakukan persalinan di Puskesmas meskipun secara ekonomi bisa

dilakukan. Menurut Andersen8 (dalam Sudibyo Supardi, 2008 : 12) dalam

Behavioral Model of Families Use of Health Service, prilaku orang sakit

berobat ke pelayanan kesehatan secara bersamaan dipengaruhi oleh

faktor predisposisi (prsedisposing factors), faktor pemungkin (enabling

factors) dan faktor kebutuhan (need factors). Ketiga faktor tersebut

digambarkan sebagai berikut :

                                                                                                               7Kalangie mengatakan bahwa sumber pengobatan di Indonesia mencakup tiga sektor yang saling berkaitan yaitu pengobatan rumah tangga/pengobatan sendiri, pengobatan tradisional, dan pengobatan medis profesional. Perilaku berobat umumnya dimulai dari pengobatan sendiri, kemudian apabila tidak sembuh dilanjutkan ke pengobatan medis atau pengobat tradisional. Demikian juga dari pengobatan medis dapat dilanjutkan ke pengobat tradional, atau sebaliknya. Tiga hal ini disampaikan dalam Seminar Peranan Universitas dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk Menunjang Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta, 2008 8 Andersen dalam Sudibyo Supardi, Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Prilaku Pasien Berobat ke Puskesmas, Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, Januari 2008 : 12

Page 42: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 42

1. Faktor Predisposisi yaitu ciri-ciri yang telah ada pada individu dan

keluarga sebelum menderita sakit yaitu pengetahuan, sikap dan

kepercayaan terhadap kesehatan. Faktor predisposisi ini berkaitan

pula dengan karakteristik individu yang mencakup usia, jenis kelamin,

pedidikan dan pekerjaan

2. Faktor Pemungkin yaitu kondisi yang memungkinkan orang sakit

memanfaatkan pelayanan kesehatan. Faktor pemungkin ini mencakup

status ekonomi keluarga, akses terhadap sarana pelayanan kesehatan

yang ada dan penanggung biaya berobat

3. Faktor Kebutuhan yaitu kondisi individu yang mencakup keluhan sakit.

Melihat apa yang disampaikan oleh Andersen ini, dengan mengacu

pada apa yang telah saya jabarkan dalam paragraf awal dari kerangka

konsep ini, persepsi, pengetahuan, gagasan ataupun ide saya tempatkan

sebagai faktor predisposisi seperti yang dijabarkan oleh Andersen.

Adapun persoalan berkenaan dengan ketersediaan layanan kesehatan,

akses ke palayanan kesehatan, biaya (persoalan ekonomi) saya

tempatkan sebagai faktor pemungkin dan berkenaan dengan faktor

kebutuhan maka unit analisisnya saya lebih cenderung untuk

menempatkan dampak sebelum dan sesudah proses persalinan dilakukan

yang tentunya berdasarkan pula pada keluhan sakit seseorang yang

menjalaninya.

Secara gamblang, proses kianak kalena di Lembang Ballopasange

menjelaskan sebuah kompleksitas dari pertautan antara kebiasaan-

kebiasaan lama yang berupa tindakan dimana didalamnya penuh intrik

pengetahuan yang saling bernegosiasi. Kondisi jalan, akses untuk sampai

di pelayanan kesehatan, tidak tersedianya penolong persalinan saat

dibutuhkan, kebaisaan hidup yang terbilang sederhana, persepsi

masyarakat akan pelayanan tenaga profesional yang masih rendah,

Page 43: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 43

birokrasi medis yang ribet, kenyamanan, dimensi perhitungan ekonomis

akan waktu yang ‘terbuang’ disaat berurusan dengan medis moderen

membuat pengalaman yang ada sebelumnya saling beintraksi dalam alam

pikir ibu-ibu yang akan melahirkan. Dimensi-dimensi inilah yang kemudian

menjadi atau membentuk persepsi mereka dan menjadi penjelas dari

pilihan untuk kianak kalena.

Sambil memilah benang-benang konsep yang kusut itu, saya sampai

pada pilihan untuk lebih mencernai sebuah praktik yang dilakukan oleh

sang actor melalui sebuah proses pengetahuan-pengetahuan yang

terbentuk didalamnya. Dengan menempatkan kianak kalena sebagai

praktik sosial budaya, dalam hemat saya akan melibatkan dua hal yang

selama ini menjadi pertautan tatkala membicarakan kebudayaan. Dua hal

tersebut adalah pengetahuan dan tindakan. Pengetahuan dalam hal ini

saya tempatkan sebagai kerangka pikir yang digunakan dimana

didalamnya terjadi proses yang saling ‘bernegosiasi’ berkenaan akan

pilihan yang memilah manfaat, konsekuensi, resiko, untung rugi dan

banyak hal lainnya. Tindakan sendiri saya tempatkan sebagai konsekunsi

logis dari hasil negosiasi pengetauan yang telah dilaluinya.

Pengetahuan yang ada dalam masyarakat bukanlah sesuatu hal yang

secara ansich ada melainkan melalui proses-proses pembentukan.

Sebagai sebuah proses, pengetahuan yang ada tersebut oleh

koentraraninggrat disebutnya sebagai tahapan belajar kebudayaan 9 .

                                                                                                               9 Koentjaranigrat menjelaskan tiga tahapan belajar kebudayaan dalam masyarakat yaitu : pertama; proses sosialisasi, yaitu proses belajar kebudayaan dalam hubungannya dengan system sosial, dalam proses ini seorang individu dari masa anak-anak hinmgga masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksinya dengan setiap individu-individu di sekelilingnya yang menduduki beraneka macam peranan sosial yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Kedua; proses enkulturasi yaitu proses pembudayaan suatu pengetahuan, dimana seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat istiadat, system norma dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Ketiga; proses internalisasi yaitu proses panjang sejak individu

Page 44: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 44

Proses yang ada ini melibatkan begitu banyak actor di dalamnya entah itu

sang suami, anak, keluarga, kerabat, tetangga, bidan, dokter terlebih oleh

sang ibu sendiri. Pengetahuan yang terbentuk kemudian menjadi seperti

apa yang dikatakan oleh Schutz diatas yaitu sebagai stock of knowledge.

Melalui Stock of Knoledege yang dimiliki oleh setiap individu dalam suatu

masyarakat menjadi sebuah kerangka tindakan yang bisa adi berupa tipe-

tipe, nilai, aturan sehingga apa yang mesti dilakukan dalam suatu

fenomena sosial menjadi suatu hal yang wajar.

Dalam proses pembentukan pengetahuan ini terjadi penyebaran

pengetahuan yang bisa jadi diterima atau ditolak oleh sang actor.

Penyebaran pengetahuan ini melintasi ruang sosial yang bisa jadi berasal

dari luar ruang sosial sang penerima pengetahuan yang saling beriteraksi

satu sama lain Koentjaraninggrat10. Dengan mengikuti logika ini, apa yang

tampak dalam realitas sampai hari ini, bukan merupakan suatu hal yang

dengan sendiri hadir, namun ia merupakan bentukan dari sebuah proses

panjang yang dalam praktiknya terkadang tanpa disadari mengalun tanpa

batas. Apa yang tersajikan dalam praktik persalinan di Lembang

Ballopasange menjadi suautu hal yang wajar dan tidak aneh bagi

masyarakat pendukungnya. Ia kemudian menjadi sebuah praktik yang

pada tentunya merupakan konsekuensi dari sekian banyak pilihan yang

dilaluinya.

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                             dilahirkan, sampai ia hampir meninggal, dimana ia menanamkan dalam kepribadiannya segala macam perasaan, hasrat, nafsu serta emosi yang diperlukan sepanjang hidupnya (1990 : 228) 10Penyebaran kebudayaan melalui beberapa bentuk yaitu : pertama; penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari suatu tempat ke tempat yang lain di muka bumi yang dibawa oleh kelompok-kelompok manusia yang bermigrasi. Kedua; penyebaran unsur-unsur kebudayaan tanpa terjadi perpindahan kelompok-kelompok manusia atau bangsa-bangsa dari satu tempat ke tempat lain tetapi karena ada individu-individu tertentu yang membawa unsur-unsur kebudayaan. Ketiga; penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang berdasarkan pertemuan antara indivdu-individu dalam suatu kelompok manusia dan kelompok tetangga (1990 : 240)

Page 45: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 45

Bagi saya, sebagai orang luar yang menyaksikan adanya praktik

persalinan yang dilakukan sendiri di Lembang Ballopasange boleh jadi

menjadi suatu hal yang aneh, namun bagi mereka hal tersebut bukanlah

menjadi hal yang perlu dipermasalahkan. Praktik tersebut telah menjadi

apa yang disebut fakta sosial oleh Durkheim11 dimana bagi masyarakat

pendukungnya menjalankannya tanpa perlu dipertanyakan lagi. Sebuah

fakta sosial menjadi kenyataan hidup yang tanpa memerlukan ruang

penafsiran lagi telah melalui proses seperti yang dikatakan oleh Berger

dan Luckman sebagai produk kultural dari proses kesadaran yang telah

mendapatkan legitimasi 12 . Kenyataan merupakan sebuah realitas dari

pengetahuan yang dipraktikkan dan biasanya diterima sebagaimana

adanya. Ia berjalan sebagaimana ia hidup yang telah ‘dibebankan’ oleh

setiap individu dalam ruang sosial dimana ia berada. Mengikuti alur pikir

Berger dan Luckman dalam studinya tentang pengetahuan dan

kenyataan, apa yang menjadi kenyataan dalam suatu masyarakat

merupakan sebuah proses eksternalisasi pengetahuan yang

terinternalisasi menjadi hal yang objektif dalam kehidupan sehari-hari

sehingga menjadi bangunan-bangunan pengetahuan yang ‘sudah

seharusnya’ dijalankan dan diperankan oleh setiap individu13.

                                                                                                               11Dalam berpikir dan bertingkah laku manusia dihadapkan pada gejala-gejala atau fakta-fakta sosial yang seolah-olah sudah ada di luar diri para individu yang menjadi warga masyarakat. Fakta-fakta sosial itu merupakan entitas yang berdiri sendiri, lepas dari fakta-fakta individu. Fakta-fakta sosial ini memiliki kekuatan memaksa para individu untuk berpikir menurut garis-garis dan bertindak menurut cara-cara tertentu. (Durkheim dalam Koentraninggrat, 1987 : 87) 12 Legitimasi adalah pengetahuan yang diobyektivasi secara sosial yang bertindak untuk menjelaskan dan membenarkan tatanan sosial (Berger, 1991: 36)  13Kenyataan sosial adalah hasil (eksternalisasi) dari internalisasi dan obyektivasi manusia terhadap pengetahuan –dalam kehidupan sehari-sehari. Atau, secara sederhana, eksternalisasi dipengaruhi oleh stock of knowledge (cadangan pengetahuan) yang dimilikinya. Cadangan sosial pengetahuan adalah akumulasi dari common sense knowledge (pengetahuan akal-sehat).Common sense adalah pengetahuan yang dimiliki individu bersama individu-individu lainnya dalam kegiatan rutin yang normal, dan sudah jelas dengan sendirinya, dalam kehidupan sehari-hari (Berger dan Luckman, 1990: 34)

Page 46: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 46

Apa kemudian yang menjadi titik pertemuan antara pengetahuan

dalam kenyataan persalinan yang dilakukan sendiri di Ballopasange

menjadi rujukan pertanyaan yang tak henti-hentinya menggelayut dalam

pemikiran saya. Dengan sedikit bergeser dari paradigma yang

menekankan adanya struktur besar pengetahuan yang memang sudah

ada dan diterima apa adanya tanpa perlu dipertanyakan lagi oleh individu

pendukungnya ke paradigma yang melihat peran individu yang turut

membangun struktur pengetahuan tersebut. Dengan kata lain apa yang

saya ingin angkat adalah melalui praktik persalinan sendiri saya melihat

adanya kecendrungan bagi sang individu menyerap sekian banyak

pengetahuan yang ada dalam sebuah realitas yang dihadapinya kemudian

mengolahnya dengan segenap kuasa dan kepentingan yang bermain di

dalamnya. Dalam pandangan seperti ini maka individu sebagai actor

dilihat sebagai subjek yang memiliki peran aktif dalam mencari bentuk

prlaku yang selalu disesuaikan dengan konteksnya. Sang actor tidak bisa

lagi dilihat sebagai individu ‘penurut’ yang serta merta menerima apa yang

telah tergariskan olehnya.

Disaat memposisikan medis moderen sebagai subjek penentu

dalam menjelaskan kesehatan suatu masyarakat tidaklah serta merta

dianggap oleh masyarakat sebagai suatu hal yang benar. Hal ini

dikarenakan oleh adanya tradisi kesehatan yang dipahami berbeda

dengan medis moderen. Praktik-praktik kesehatan yang ditunjukkan oleh

masyarakat merangkai keseluruhan pertimbangan yang satu sama lain

bisa jadi dikontekskan pada kondisi kekiniannya. Hal ini tentunya

melibatkan proses yang satu sama lain saling terkait.

Page 47: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 47

Apa yang tersajikan dalam praktik kianak kalena dengan menyimak

keseluruhan prosesnya menggambarkan rangkaian pengetahuan yang

diresapi oleh orang per orang yang melakoninya berdasarkan apa yang

mereka pahami. Dalam kerangka ini, saya mengasumsikan bahwa

semakin banyak pengetahuan yang dimiliki seseorang semakin kompleks

pula proses yang melingkupi praktik yang dilakukannya. Disinilah apa

pentingnyanya menafsirkan apa yang dimaksudkan oleh Bordieu14 (dalam

Poll dan Geissler, 2005 : 118) sebagai habitus. Menurutnya, melalui

habitus, seseorang menjalankan apa yang dipahaminya memungkinkan

praktik tersebut mendapatkan tempat dalam ruang sosial suatu

masyarakat.

Bagan 1

                                                                                                               14HabitusEmbodied dispositions that shape and delimit social practice; the concept helps to bridge between social structures outside the person and personal agency and will inside (Bourdieu 1977). Culture and society are inculcated as a habitus into bodies; persons are constrained as well as enabled by their habitus. For medical anthropology, the habitus is a tool to examine the interrelation of society, body and person in illness and health

PERSEPSI KIANAK KALENA

PENGALAMAN DAN PENGETAHUAN

KETERSEDIAAN LAYANAN

KESEHATAN, AKSES KE LAYANAN

KESEHATAN, BIAYA, KONDISI ALAM

INTERPRETASI

Page 48: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 48

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian yang saya gunakan dalam menjawab rumusan

masalah yang saya jabarkan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif dimana fenomenologi merupakan metodenya. Penggunaan

metode ini sengaja saya terapkan dengan asumsi bahwa metode inilah

yang bisa menggambarkan secara jelas apa yang menjadi latar atau

pemaknaan dari praktik kianak kalena yang dilakukan oleh sebagian ibu

bersalin di Lembang Ballopasange.

B. PROSEDUR KERJA PENELITIAN

Dalam memahami apa yang menjadi alasan bagi sebagian ibu di

Lembang Ballopasange untuk lebih memilih kianak kalena dibandingkan

memilih penolong persalinan baik itu tenaga profesional maupun dukun

hal yang saya lakukan adalah menjadi bagian dari keseharian hidup

mereka. Meskipun hal ini sangat susah untuk dilakukan disebabkan oleh

penyesuaian hidup dengan kebudayaan yang baru memerlukan waktu

yang cukup lama. Namun setidaknya dengan melakukan pengamatan

akan keseharian hidup masyarakat di Lembang Ballopasange, tidak

terkecuali rumah tangga yang saya jadikan informan, dalam beberapa

bulan, saya rasa mencukupi untuk saya jadikan acuan dalam penelitian

ini.

Tindakan-tindakan yang dilakukan adalah sarat dengan pemaknaan

hidup merupakan kata kunci dalam penelitian saya ini. Apa yang dilakukan

Page 49: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 49

oleh ibu-ibu yang bisa jadi tidak dianggapnya sebagai prilaku yang

berhubungan langsung dengan kesehatan reproduksinya tidak menjadi

hilang disaat saya berada di dalam ranah kebudayaan mereka. Kebiasaan

mereka untuk melakukan pekerjaan sehari-hari mereka seperti bertani di

saat mereka hamil merupakan hal yang sangat menarik untuk diamati.

Untuk itu dalam penelitian ini ada beberapa prosedur kerja yang saya lalui

dalam penelitian saya, yaitu :

1. Penentuan Lokasi Penelitian

Tersebarnya masyarakat yang masih menjalankan praktik

kianak kalena di Sa’dan, Toraja Utara menjadi kendala awal bagi saya

untuk menentukan lokasi penelitian. Dari data yang saya dapatkan dari

seorang Bidan Puskesmas Malimbong menyatakan bahwa dari 10

lembang yang ada di Kecamatan Sa’dan, secara kasuistik di setiap

lembang tersebut masih ada beberapa ibu yang kianak kalena, terlebih

di lembang yang terbilang jauh dari Puskesmas Malimbong yang

berada di pusat ibu kecamatan.

Untuk itu, saya kemudian memilah data yang ada, dari data

tersebut dan atas pertimbangan jarak dan waktu penelitian akhirnya

saya memutuskan untuk memilih Lembang Ballopasange sebagai

lokasi penelitian saya. Secara mendasar pemilihan Lembang

Ballopasange sebagai lokasi penelitian adalah pada tentunya praktik

kianak kalena masih berlangsung di lembang ini. Pertimbangan jarak

saya jadikan salah satu faktor dalam memilih Lembang Ballopasange

berangkat dari asumsi bahwa pertama adalah lembang tersebut

terbilang dekat dengan ibukota kecamatan yang pada tentunya selain

Page 50: KIANAK KALENA - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2...Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ismail Ibrahim Nomor Mahasiswa : ...

 

Kianak Kalena …, Ismail Ibrahim, Antropologi, Universitas Hasanuddin, 2013 50

alasan teoritik bahwa apakah jarak merupakan alasan atau faktor

penghambat untuk bersalin di Puskesmas juga membantu saya untuk

lebih mobile dalam mendapatkan data-data skunder yang saya

perlukan. Kedua adalah alasan bahwa lembang tersebut masih bisa

terjangkau oleh sarana transportasi berupa kendaraan beroda empat

meskipun dalam kondisi tertentu transportasi tersebut terkadang sulit

untuk dilalui.

2. Penentuan Subjek (Informan) Penelitian

Untuk menentukan informan, saya lakukan secara purposive

dimana pertimbangan utama adalah informan tersebut merupakan ibu-

ibu yang pernah mengalami langsung kianak kalena. Dalam penelitian

ini ada empat rumah tangga yang saya jadikan informan utama yang

berasal dari strata sosial yang berbeda meskipun secara sepintas hal

itu tidak nampak dalam kehidupan ekonomi sebagaimana yang kita

bayangkan. Alasan lain pemilihan informan utama tersebut adalah

mereka adalah pelaku yang masih memiliki ‘kesegaran’ pemikiran

dikarenakan empat informan tersebut dalam satu tahun terakhir

melakukan kianak kalena dan sebagian lagi tengah hamil.

Keempat rumah tangga yang saya pilih berada di poros jalan

Lembang Ballopasange. Alasan untuk memilih rumah tangga ini

karena keempat rumah tangga ini relative terbuka untuk membicarakan

persalinan mereka. Selain itu, asumsi yang mengatakan bahwa akses

ke pelayanan kesehatan yang susah dijangkau sehingga masyarakat

tidak memilih ke puskesmas atau dukun akan terjawab disaat saya

memilih ketiga rumah tangga ini.