digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Nzk... · Penulis...

46
PEMANFAATAN SEMUT Solenopsis sp. DARI PEMATANG SAWAH UNTUK PENGENDALIAN HAMA PUTIH PALSU (Cnaphalocrocis medinalis) PADA TANAMAN PADI NURMIN NURWAHIDAH G111 12 316 DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018

Transcript of digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Nzk... · Penulis...

Page 1: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Nzk... · Penulis menyadari dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, hingga ... Para sahabat dari

PEMANFAATAN SEMUT Solenopsis sp. DARI PEMATANG SAWAH

UNTUK PENGENDALIAN HAMA PUTIH PALSU (Cnaphalocrocis

medinalis) PADA TANAMAN PADI

NURMIN NURWAHIDAH

G111 12 316

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

Page 2: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Nzk... · Penulis menyadari dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, hingga ... Para sahabat dari

PEMANFAATAN SEMUT Solenopsis sp. DARI PEMATANG SAWAH

UNTUK PENGENDALIAN HAMA PUTIH PALSU (Cnaphalocrocis

medinalis) PADA TANAMAN PADI

Oleh :

NURMIN NURWAHIDAHG111 12 316

Laporan Praktik Lapang dalam Mata Ajaran Minat UtamaIlmu Hama dan Penyakit Tumbuhan

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh GelarSarjana Pertanian

Pada

Fakultas PertanianUniversitas Hasanuddin

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

Page 3: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Nzk... · Penulis menyadari dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, hingga ... Para sahabat dari
Page 4: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Nzk... · Penulis menyadari dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, hingga ... Para sahabat dari

Pemanfaatan Semut Solenopsis sp. dari Pematang Sawah untuk

Pengendalian Hama Putih Palsu (Cnaphalocrocis medinalis) pada Tanaman

Padi

Nurmin Nurwahidah, Itji Diana Daud, Tamrin Abdullah([email protected])

Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian,Universitas Hasanuddin

ABSTRAK

Semut merupakan predator generalis dengan populasi tinggi pada agroekosistem.Semut Solenopsis sp. hidup di pematang sawah dan dapat berperan sebagaipredator hama padi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui populasiSolenopsis sp. pada pematang sawah dan kemampuan predasi terhadap larvaCnaphalocrocis medinalis pada tanaman padi. Penelitian ini dilaksanakan dipematang sawah dan lahan tanaman padi. Pengamatan populasi Solenopsis sp.pada pematang sawah dilakukan setiap hari sebanyak 12 kali pengamatan. Indekskategori populasi menggunakan skala Way dan Khoo. Kemampuan predasiSolenopsis sp. menggunakan 60 ekor larva hama putih palsu. Dengan caramembuat simulasi jalan semut menggunakan tali yang menghubungkan daripematang ke lahan pertanaman padi. Hasil menunjukkan rata-rata populasiSolenopsis sp. sebanyak 136,5 ekor/ sarang alami. Kemampuan predasi Solenopsissp. terhadap larva Cnaphalocrocis medinalis sebanyak 56% dari jumlah mangsayang tersedia.

Kata Kunci : Solenopsis sp., tali, predasi Cnaphalocrocis medinalis

Page 5: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Nzk... · Penulis menyadari dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, hingga ... Para sahabat dari

“The Utilization of Solenopsis sp. from Rice Fields to Control Fake White(Cnaphalocrocis medinalis) on Rice Plants”

Nurmin Nurwahidah, Itji Diana Daud, Tamrin Abdullah([email protected])

Department of Plants Pests and Diseases, Faculty of Agriculture, HasanuddinUniversity

ABSTRACT

Ants are generalist predators with high populations in agroecosystems. Solenopsis

sp. live in rice field dikes and can act as pest predators of rice. The aim of this

research is to know the population of Solenopsis sp. on rice field and predation

ability of Cnaphalocrocis medinalis larvae on rice plant. This research was

conducted in rice field and rice field cultivation. Observation of Solenopsis sp.

population on rice field embankment is done every day as much as 12 times

observation. The population category index uses the Way and Khoo scales. The

predation ability of Solenopsis sp uses 60 false white pest larvae. By way of

simulating the ant path using a rope connecting from the embankment to the rice

cultivation field. The results show the average population of Solenopsis sp. as

many as 136.5 nests / natural nest. The predominant ability of Solenopsis sp. to

Cnaphalocrocis medinalis larvae is 56% of the number of prey available.

Keywords : Solenopsis sp., Rope, Predation Cnaphalocrocis medinalis

Page 6: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Nzk... · Penulis menyadari dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, hingga ... Para sahabat dari

vi

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas segala kebesaran

dan limpahan nikmat dan karunia yang diberikan-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Salam dan shalawat kepada

suri tauladan kita nabi Muhammad SAW semoga senantiasa tercurah Amin.

Penulis menyadari dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, hingga

penyusunan skripsi ini penulis tidak bekerja sendiri, melainkan berkat bantuan

dari berbagai pihak yang telah mendukung penulis baik secara moril maupun

materil. Dari lubuk hati yang paling dalam penulis menyampaikan terima kasih

yang tiada terhingga dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Keluarga tercinta, Ayahanda Abd. Rahman R. dan Ibunda Halimah J. yang

telah memberikan doa, pengorbanan, cinta dan kasih sayang kepada

penulis yang tak ternilai harganya, sehingga penulis tetap semangat

mewujudkan harapan yang dititipkan, semoga ketulusan hati dalam

mendidik mendapat balasan pahala dan limpahan rahmat Allah SWT serta

kepada saudaraku Achmad Rizaldin atas bantuan dan motivasinya dalam

setiap langkah.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. Itji Diana Daud, MS selaku pembimbing I dan Bapak Dr.

Ir. Tamrin Abdullah, M.Si. selaku pembimbing II atas segala keikhlasan

dan ketulusannya mengarahkan, memberikan bimbingan, bantuan,

motivasi, dan saran kepada penulis mulai dari penyusunan rencana

penelitian hingga penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Prof. Dr. Ir. Nurariaty Agus, MS selaku penguji bersama Bapak Dr. Ir.

Andi Nasruddin, M.Sc dan Bapak Ir. Patahuddin, MP serta Almarhum

Bapak Prof. Dr. Ir. La Daha, MS atas saran dan masukannya, telah

memberikan inspirasi semangat dan motivasi dalam melaksanakan

penelitian serta seluruh bapak dan ibu dosen pengajar yang telah

memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis.

Page 7: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Nzk... · Penulis menyadari dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, hingga ... Para sahabat dari

vii

4. Para Pegawai dan Staf Laboratorium Jurusan Hama dan Penyakit

Tumbuhan, Ibu Rahmatiah, SH., Ibu Nirwana Rahman, SE., Bapak

Kamaruddin, dan Bapak Ardan yang telah banyak membantu, memberikan

saran dan motivasi sehingga bisa menyelesaikan penelitian ini.

5. Teman-teman seperjuangan Feromon 2012, Agroteknologi 2012 yang

selalu membagi suka dan duka dalam kebersamaan selama perkuliahan

berlangsung, serta teman-teman pengurus HMPT UH atas bantuan, saran,

dan semangatnya kepada penulis.

6. Teman-teman sedari mahasiswa baru Sri Ayu Anggita, SP., Siti A. Regina

Zees, SP., Chaerani Nurazizah, SP., Nurshinta Basyir, SP., Ella Yunisriani

Ahmadi, dan Putriyani Rante Lembang atas dukungan semangat dan

kebersamaannya.

7. Para sahabat dari grup 5 KM dan Sisterhood yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu, yang selalu memberikan bantuan dan motivasi

untuk penulis.

8. Ibu Aisyah yang bersedia menyediakan lahan penelitian untuk penulis.

Banyak kendala yang dihadapi penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini,

tetapi semua merupakan suatu proses pembelajaran yang sangat berguna sebagai

modal dimasa yang akan datang. Akhir kata, dengan segala kerendahan hati

penulis sekali lagi mengucapkan terima kasih semoga apa yang disajikan penulis

dapat memberikan manfaat bagi pembaca, Amin.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, Mei 2018

Penulis

Page 8: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Nzk... · Penulis menyadari dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, hingga ... Para sahabat dari

viii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ........................................................................ vi

DAFTAR TABEL ............................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ...................................................................... 1

1.2 Tujuan dan Kegunaan .......................................................... 5

1.3 Hipotesis .............................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keanekaragaman semut ....................................................... 6

2.2 Morfologi Tubuh Semut ...................................................... 8

2.3 Semut sebagai Predator ....................................................... 10

2.4 Perilaku Semut ..................................................................... 12

2.5 Hama Putih Palsu (Cnaphalocrocis medinalis) .................. 13

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu .............................................................. 16

3.2 Metode Pelaksanaan ............................................................. 16

3.2.1 Persiapan Sarang Buatan ............................................. 16

3.2.2 Persiapan Tali Penghubung ......................................... 16

3.2.3 Parameter Pengamatan ................................................ 18

3.3 Analisis Data ......................................................................... 19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil ...................................................................................... 20

Page 9: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Nzk... · Penulis menyadari dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, hingga ... Para sahabat dari

ix

4.1.1 Populasi Solenopsis sp ................................................ 20

4.1.2 Populasi Solenopsis sp pada Sarang Alami ................ 21

4.1.3 Populasi Solenopsis sp pada Sarang Buatan ............... 22

4.1.4 Larva Hama Putih Palsu (Cnaphalocrocis medinalis) 23

4.2 Pembahasan .......................................................................... 23

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ........................................................................... 26

5.2 Saran ...................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 10: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Nzk... · Penulis menyadari dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, hingga ... Para sahabat dari

x

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1. Analisis Ragam Populasi Solenopsis sp pada Setiap Perlakuan ........ 20

2. Populasi Solenopsis sp yang Mencapai Sarang Buatan ..................... 22

3. Jumlah Larva Hama Putih Palsu ........................................................ 23

LAMPIRAN

1. Populasi Solenopsis sp pada Tali Perlakuan ....................................... 30

2. Total populasi Solenopsis sp pada tiap Perlakuan .............................. 31

3. Analisis Ragam ................................................................................... 31

4. Populasi Solenopsis sp pada Sarang Alami ........................................ 32

5. Skoring semut (Way dan Khoo) ......................................................... 32

6. Populasi Solenopsis sp. pada Sarang Buatan ....................................... 33

Page 11: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Nzk... · Penulis menyadari dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, hingga ... Para sahabat dari

xi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1. Larva Cnaphalocrocis medinalis ..................................................... 15

2. Tali Perlakuan ................................................................................. 17

3. Kurva Populasi Solenopsis sp pada Sarang Alami .......................... 22

LAMPIRAN

1. Pengamatan Solenopsis sp .............................................................. 34

2. Solenopsis sp .................................................................................. 34

3. Handcounter (Alat Hitung Semut) .................................................. 34

4. Sarang Buatan ................................................................................. 35

5. Larva Cnaphalocrocis medinalis .................................................... 35

Page 12: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Nzk... · Penulis menyadari dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, hingga ... Para sahabat dari

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan jenis flora dan fauna

dan hampir sebagian besar dari jenis ini sangat berpotensi untuk dikembangkan

dan diusahakan. Salah satunya yaitu tanaman padi yang merupakan sumber

makanan pokok seluruh dunia khususnya di Indonesia. Padi merupakan tanaman

penting dan merupakan komoditi yang strategis. Peningkatan produktivitas padi

terus diupayakan untuk mengimbangi kenaikan konsumsi, karena pertumbuhan

jumlah penduduk masih tinggi. Hama dan penyakit adalah salah satu kendala

program peningkatan produksi padi, kendala peningkatan produksi akan semakin

kompleks akibat perubahan iklim global.

Hama putih palsu merupakan hama pada tanaman padi yang ditandai

dengan gejala daun terlipat akibat kerusakan yang ditimbulkan oleh larva hama

putih palsu. Tanda mulai akan adanya serangan hama putih palsu ini adalah

penerbangan ngengat yang berwarna kuning coklat, pada sayap depan terdapat 3

pita hitam. Hama ini tidak menyebabkan kerugian yang besar pada budidaya padi,

tetapi akan menjadi masalah yang perlu diwaspadai jika kerusakan daun mencapai

50% pada fase anakan dan fase pematangan.

Barbosa (1998) menegaskan bahwa diperlukan pengetahuan tentang biologi,

perilaku dan ekologi dari hama dan musuh alami dimana merupakan strategi

konservasi musuh alami. Untuk mengembangkan konservasi dan peningkatan

musuh alami yang efektif, diperlukan pemahaman biofisik (lingkungan yang

Page 13: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Nzk... · Penulis menyadari dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, hingga ... Para sahabat dari

2

terdiri dari komponen biotik dan abiotik) tentang faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap populasi alami dan kemampuan musuh alami untuk mengendalikan

hama. Dengan kata lain, faktor pembatas bagi peningkatan populasi musuh alami

harus bisa diidentifikasi sehingga bisa dilakukan manipulasi untuk meningkatkan

populasi musuh alami.

Teknik pengendalian serangga hama dengan memanfaatkan musuh alami

dapat dilakukan dengan tiga cara : introduksi atau menghadirkan musuh alami,

augmentasi atau meningkatkan populasi musuh alami, dan konservasi musuh

alami (tindakan yang melindungi dan memelihara populasi musuh alami yang

sudah ada di lokasi) (Johnson, 1987).

Keberadaan serangga pada suatu habitat tidak terlepas dari ketersediaan

makanan dan kesesuaian kondisi lingkungan. Pada habitat pertanian seperti

persawahan, serangga-serangga herbivor cenderung lebih mendominasi karena

ketersediaan tanaman padi sebagai sumber makanan. Walaupun demikian,

serangga-serangga lain baik yang memiliki hubungan tropik secara langsung,

seperti kelompok pengurai dan polinator, juga ditemukan melimpah pada habitat

pertanian (Settle et al., 1996). Keanekaragaman serangga-serangga tersebut

bervariasi bergantung pada cara budidaya yang digunakan dan kondisi lahan

pertanian (Altieri, 1999).

Setiap jenis hama secara alami dapat dikendalikan oleh kompleks musuh

alami yang meliputi predator, parasitoid dan patogen. Dibandingkan dengan

penggunaan pestisida, penggunaan musuh alami bersifat alami, efektif, murah dan

tidak menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan dan lingkungan hidup. Oleh

Page 14: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Nzk... · Penulis menyadari dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, hingga ... Para sahabat dari

3

karena itu perlu pengelolahan agroekosistem sedemikian rupa sehingga musuh

alami dapat dilestarikan dan dimanfaatkan. Sebagai contoh semut merah.

Semut digunakan sebagai studi kasus dalam penelitian ini karena semut

merupakan kelompok serangga yang paling dominan di habitat darat (Holldobler

& Wilson 1990). Di samping itu semut juga memiliki kepekaan terhadap tekanan

yang ada di lingkungannya (Andersen, 1997), sehingga dapat digunakan sebagai

indikator gangguan habitat (Peck et al., 1998) dan juga indikator pengaruh

aplikasi pestisida (Matlock & de la Cruz, 2002). Semut juga bisa beradaptasi

dengan manusia atau yang biasa disebut tramp (McGlynn 1999) dan bahkan

semut Solenopsis geminata mampu beradaptasi pada habitat persawahan

mengikuti perubahan kondisi lahan dan umur tanaman padi (Way et al., 1998).

Solenopsis mampu menundukkan dan memangsa serangga yang badannya

lebih besar. Solenopsis dapat menjadi pemangsa (predator) serangga yang sangat

kuat dan agresif, membantu petani melawan serangga-serangga pengganggu

tanaman baik tanaman padi maupun tanaman lainnya. Semut akan memberikan

respon apabila terjadi gangguan terhadap vegetasi dan tanah sebagai habitat

hidupnya. Perlu upaya untuk meningkatkan peran semut sebagai predator di

sawah. Salah satunya dengan melestarikan habitat atau sarang semut itu sendiri

baik secara alami maupun buatan. Sarang buatan dapat membantu semut agar

koloni yang semakin banyak bisa tetap hidup sebagai predator di sawah.

Solenopsis sp adalah semut yang banyak terdapat pada lahan pertanian ini, lokasi

sarangnya bisa merupakan gundukan setinggi 40 cm atau di samping benda yang

ditemukan di tanah, misalnya tumpukan kayu. Jika terdesak, jenis ini dapat

Page 15: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Nzk... · Penulis menyadari dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, hingga ... Para sahabat dari

4

bereaksi agresif dan dapat menimbulkan sengatan menyakitkan. Pada lahan

sawah, semut ini bisa ditemui pada pematang sawah yang membentuk sarang

sebagai habitatnya.

Semut sebagai predator ini mampu menekan populasi hama pada

pertanaman padi. Bagi semut, kendala yang dihadapi dalam menekan populasi

hama adalah sulitnya menjangkau atau ketidakmampuan semut mencapai

pertanaman padi yang selalu tergenang air. Pengendalian bisa dilakukan dengan

pengeringan sawah selama tiga hari. Namun, pengendalian ini tidak

memungkinkan dilakukan secara terus menerus karena lahan sawah akan

mengalami kekeringan yang bisa membuat pertanaman padi kekurangan air dan

mati. Perlu upaya pemberian tali ke dalam sawah sebagai jembatan atau

penghubung predator ini menjangkau pertanaman padi. Hal inilah yang

menjadikan semut sangat sesuai untuk melihat keanekaragaman dan potensi semut

menjangkau pertanaman padi sebagai predator hama putih palsu pada pertanaman

padi.

Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan pemberian tali ke dalam sawah

sebagai jembatan menjangkau pertanaman padi menggunakan tali rajut putih.

Perlakuan tali rajut putih dengan olesan larutan gula lebih efektif dibandingkan

dengan perlakuan tali rajut putih yang diolesi campuran ebi, tali dari batang

pisang yang diolesi campuran ebi, tali rajut putih yang diolesi minyak jelantah,

dan tali rajut putih tanpa olesan. Populasi semut sangat tinggi pada perlakuan

tersebut disebabkan karena kebutuhan semut akan kandungan gizi dalam makanan

yang selalu berubah-ubah (Mutmainna Iin, 2017). Hal ini sesuai dengan pendapat

Page 16: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Nzk... · Penulis menyadari dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, hingga ... Para sahabat dari

5

Chapman (1971) bahwa kebutuhan semut akan makanan dapat berubah pada

setiap tahap perkembangan.

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) mengetahui populasi Solenopsis sp,

jarak yang ditempuh Solenopsis sp pada perlakuan tali/jembatan yang berbeda, 2)

mengetahui populasi Solenopsis sp pada sarang alaminya di pematang tempat

ikatan pangkal tali, 3) mengetahui populasi Solenopsis sp yang berada (mencapai)

di sekitar sarang buatan, dan 4) mengetahui banyaknya larva hama putih palsu

yang dimakan atau dibawa oleh Solenopsis sp pada masing-masing tali perlakuan.

Kegunaan penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan kepada

masyarakat khususnya petani sawah bahwa dengan upaya pemanfaatan/

pelestarian semut sebagai predator dalam menjangkau pertanaman padi dengan

perantara jembatan tali buatan ke dalam area persawahan, mampu mengurangi

keberadaan hama pada pertanaman padi.

1.3 Hipotesis

Diduga terjadi perbedaan waktu yang digunakan semut Solenopsis sp untuk

menemukan mangsa dan pakan buatan serta diduga salah satu perlakuan tali akan

lebih efektif sebagai jembatan bagi semut dari pematang sawah ke dalam

pertanaman padi.

Page 17: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Nzk... · Penulis menyadari dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, hingga ... Para sahabat dari

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keanekaragaman Semut

Keanekaragaman hayati yang ada pada ekosistem di suatu daerah dapat

mempengaruhi keadaan lingkungan dan sekitarnya, yaitu dalam sistem perputaran

nutrisi, perubahan iklim mikro dan detoksifikasi senyawa kimia. Seperti halnya

semut yang mempunyai peranan penting yaitu sebagai bioindikator dan indikator

kondisi agroekosistem pada suatu daerah (Rizali et al., 2002).

Semut adalah serangga yang mempunyai beragam peranan penting dalam

suatu ekosistem dan penyebarannya sangat begitu luas dan diperkirakan mencapai

15.000 spesies. Semut dapat berperan sebagai indikator ekologi untuk menilai

kondisi ekosistem, menyebar dalam jumlah yang banyak dalam suatu lokasi dan

memungkinkan untuk diidentifikasi (Latumahina, 2011).

Semakin beragamnya spesies semut maka peranan semut di alam tidak akan

hilang, namun seperti kita ketahui akibat dari konversi lahan yang begitu cepat

keberadaan serangga ini juga terancam punah. Konversi lahan merupakan

penyebab utama hilangnya keanekaragaman hayati, baik itu semut maupun

serangga-serangga lainnya yang mempunyai peranan penting di alam. Konversi

akan menjadi ancaman terhadap fungsi ekosistem dan penggunaan lahan yang

berkelanjutan (Latumahina, 2011). Keanekaragaman semut harus dijaga dengan

baik karena kelangsungan hidup dari semut-semut ini sangatlah penting bagi

ekosistem alam. Indeks keanekaragaman yang rendah dipengaruhi oleh makanan

yang ada pada suatu daerah dan umumnya jenis semut ini adalah sebagai predator.

Page 18: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Nzk... · Penulis menyadari dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, hingga ... Para sahabat dari

7

Semut (Formicidae: hymenoptera) adalah kelompok hewan Invertebrata

yang berdasarkan jumlah keanekaragaman jenis, sifat biologi dan ekologinya

sangat penting. Kehidupan sosial semut sebagai predator, pengurai dan herbivor.

Semut memiliki adaptasi tinggi terhadap lingkungan sehingga dapat dijumpai

diberbagai habitat dan memiliki struktur sosial yang efektif. Semut memiliki

spesies dan tersebar di seluruh dunia. Semut termasuk dalam kingdom animalia,

kelas insecta, ordo hymenoptera dan famili formicidae. Semut berperan penting

dalam ekosistem terestrial, yaitu sebagai predator, herbivor dan detrivitor. Semut

juga memiliki peranan yang unik dalam interaksinya dengan organisme lain,

seperti tumbuhan atau serangga lain. Interaksi semut dengan tumbuhan berupa

simbiosis mutualisme (Irfanul Arifin, 2014).

Semut dari subfamili myrmicinae terdapat 4 genus (Syamsul Rizal, 2002)

yaitu :

a. Baracidrus sp

Semut kecil berwarna hitam dengan mata yang berkembang biak dengan

baik. Semut pekerja cenderung memiliki panjang 1,5 – 2 mm, sedangkan semut

jantan lebih panjang dengan ukuran 3 mm dan berwarna hitam gelap. Semut ratu

memiliki panjang tubuh 3,6 – 5 mm. Tersebar luas di seluruh Malaysia, Singapura

dan Brunei, mereka perlu suhu hangat, kondisi lembab yang berarti bahwa di

wilayah mereka terbatas pada bangunan dan sering ditemukan di rumah sakit.

Habitat dari semut ini adalah pada tanah dan pohon dengan makanan utama

berupa serangga kecil yang berada di sekitar sarang.

Page 19: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Nzk... · Penulis menyadari dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, hingga ... Para sahabat dari

8

b. Solenopsis sp

Semut berwarna kemerahan sampai coklat. Mereka membuat sarang di

tanah kering dan menyukai tempat yang hangat oleh sinar matahari. Mereka bisa

mencari makanan sampai beberapa meter dari sarangnya. Semut api cepat

membentuk koloni di tempat yang baru, membuat sarang dengan ratusan sampai

ribuan pekerja dan serdadu. Semut memangsa berbagai jenis serangga dari hewan

kecil. Mereka juga membawa biji-bijian dari sawah yang kering dan dibawa ke

sarangnya. Ada pekerja yang bertugas khusus untuk menghancurkan biji-bijian

sehingga menjadi bentuk yang dapat dimakan bagi semut yang muda.

c. Paedalgus

Genus ini memiliki warna tubuh kuning. Habitat genus ini menyukai tempat

yang sedikit kering dan banyak menghabiskan waktu mencari makan disiang hari.

Makanan utama berupa serangga kecil yang hidup di tanah.

d. Oligomyrmex

Genus ini memiliki ukuran tubuh yang kecil yaitu 2 mm. Memiliki warna

tubuh coklat kehitaman dengan bagian perut yang berwarna hitam. Semut dewasa

memiliki sayap, namun akan hilang setelah proses perkawinan berkunjung.

Makanan semut ini berupa biji-bijian dari tanaman budidaya sehingga genus

carebara dianggap sebagai hama.

2.2 Morfologi Tubuh Semut

Tubuh semut terdiri atas tiga bagian, yaitu kepala, mesosama (dada) dan

metasoma (perut). Morfologi semut cukup jelas dibandingkan dengan serangga

Page 20: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Nzk... · Penulis menyadari dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, hingga ... Para sahabat dari

9

lain yang juga memiliki antena, kelenjar metapleural dan bagian perut kedua yang

berhubungan ke tangkai semut membentuk pinggang sempit (pedunkel) diantara

mesosoma (bagian rongga dada dan daerah perut). Petiole yang dapat dibentuk

oleh satu atau dua node (hanya yang kedua dan ketiga abdominal segmen ini bisa

terwujud) (Agus Krisno, 2002).

Morfologi tubuh semut seperti serangga lainnya, memiliki eksoskeleton

yang memberikan perlindungan dan juga sebagai tempat menempelnya otot, dan

merupakan hewan bertulang belakang. Serangga tidak memiliki paru-paru, tetapi

serangga memiliki lubang-lubang pernapasan di bagian dada bernama spirakel

untuk sirkulasi udara dalam sistem respirasi. Serangga juga tidak memiliki sistem

peredaran darah tertutup. Sebagai gantinya, serangga memiliki saluran berbentuk

panjang dan tipis disepanjang bagian atas tubuhnya yang disebut “aorta

punggung” yang fungsinya mirip dengan jantung. Sistem saraf semut terdiri dari

sebuah semacam otot saraf ventral yang berada disepanjang tubuhnya, dengan

beberapa buah ganglion dan cabang yang berhubungan dengan setiap bagian

dalam tubuhnya (Suhara, 2007).

Kebanyakan semut umumnya memiliki penglihatan yang buruk, bahkan

beberapa jenis dari semut itu buta. Pada kepala semut terdapat banyak organ

sensor. Semut layaknya serangga lainnya, memiliki mata majemuk yang terdiri

dari kumpulan lensa mata yang lebih kecil dan tergabung untuk mendeteksi

gerakan dengan sangat baik. Semut juga mempunyai tiga oselus di bagian puncak

kepalanya untuk mendeteksi perubahan cahaya dan polarisasi. Antena semut juga

digunakan untuk berkomunikasi satu sama lain dan mendeteksi feromon yang

Page 21: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Nzk... · Penulis menyadari dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, hingga ... Para sahabat dari

10

dikeluarkan oleh semut lain. Selain itu antena semut juga berfungsi sebagai alat

peraba untuk mendeteksi segala sesuatu yang berada di depannya. Pada bagian

depan kepala semut juga terdapat sepasang rahang atau mandibula yang

digunakan untuk membawa makanan, memanipulasi objek, membangun sarang

dan untuk pertahanan.

Pada beberapa spesies, di bagian dalam mulutnya terdapat semacam

kantung kecil untuk menyimpan makanan, untuk sementara waktu sebelum

dipindahkan ke semut lain atau larvanya. Di bagian dada semut terdapat 3 pasang

kaki dan diujung setiap kakinya terdapat semacam cakar kecil yang membantu

semut memanjat dan berpijak pada permukaan. Sebagian besar semut jantan dan

betina calon ratu memiliki sayap. Namun, setelah kawin betina akan

meninggalkan sayapnya dan menjadi ratu semut yang tidak bersayap.

2.3 Semut sebagai Predator

Semut melakukan interaksi dengan tumbuhan dan hewan. Interaksi semut

dengan tumbuhan berupa simbiosis mutualisme. Semut mendapatkan

perlindungan, makanan atau keduanya dari tumbuhan dan tumbuhan akan

mendapat perlindungan dari arthropoda dan vertebrata herbivora. Semut juga

membantu penyebaran biji dan membantu polinasi tumbuhan. Interaksi semut

dengan hewan bisa berupa predator atau pemangsa (Agosti et al., 2000).

Pemanfaatan agens pengendali hayati untuk mengendalikan hama

merupakan pilihan yang tepat untuk menekan penggunaan bahan kimia di sektor

pertanian. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan ragam hayati yang

dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk mengendalikan Organisme

Page 22: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Nzk... · Penulis menyadari dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, hingga ... Para sahabat dari

11

Pengganggu Tanaman (OPT). Organisme tersebut dapat berfungsi sebagai

patogen, parasit dan predator bagi hama-hama tanaman. Hubungan fungsional

antara hama dan musuh alaminya akan berlangsung dengan baik apabila

memenuhi syarat yaitu: 1) Musuh alami dapat menentukan inang/mangsa, 2)

Jumlah minimal populasi musuh alami mampu membunuh inang/mangsa, 3)

Sinkronisasi dan fenologi antara musuh alami dengan inang/mangsa, dan 4) selalu

tersedia pakan bagi agens hayati untuk dapat bertahan hidup.

Peran semut di alam dapat memberikan pengaruh positif dan negatif

terhadap hewan dan manusia. Manfaat segi positif tidak dapat secara langsung

dinikmati oleh manusia misalnya perannya sebagai predator, menguraikan bahan

organik, mengendalikan hama dan bahkan membantu penyerbukan. Semut secara

ekonomi kurang bermanfaat langsung bagi manusia, namun bila dilihat secara

ekologi dapat bermanfaat untuk hewan lain dan tumbuhan, karena dalam rantai

makanan memiliki peran yang sangat penting. Semut dapat dimanfatkan menjadi

predator untuk mengurangi hama di perkebunan. Rossi dan Fowler (2002)

melaporkan bahwa Solenopsis sp di Brazil dapat dimanfaatkan sebagai agen

pengontrol kepadatan larva Diatraea saccharalis. Larva ini dapat mengebor

tanaman tebu. Menurut Depparaba dan Mamesah (2005) bahwa populasi dan

serangan penggerek daun (Phyllocnistis citrella Staint) pada tanaman jeruk dapat

dikurangi dengan musuh alami semut hitam (Dolichoderus sp). Pengaruh negatif

semut dapat menggigit dan memakan makanan simpanan.

Solenopsis sp adalah predator berbagai hama yang hidup secara berkoloni.

Semut predator ini banyak ditemukan baik diekosistem yang telah dikelola

Page 23: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Nzk... · Penulis menyadari dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, hingga ... Para sahabat dari

12

manusia (agroekosistem) maupun ekosistem asli (Wetterer & Snelling, 2006).

Selain berfungsi sebagai predator semut dapat juga dijadikan indikator terjadinya

kontaminasi pestisida pada ekosistem (Matlock & Ramiro de la Cruz, 2003).

Meskipun efektivitas predatisme Solenopsis sp telah diketahui, namun di

Indonesia belum dimanfaatkan sebagai pengendali hayati pada hama-hama padi

padahal predator tersebut memiliki potensi tinggi untuk menekan populasi hama

padi terutama fase telur dan pradewasa, yang kalau dibiarkan bisa mengancam

produksi beras. Beberapa contoh pemanfaatan serangga predator sebagai agens

pengendali hama yang cukup berhasil adalah penggunaan Curinus Careolis untuk

mengendalikan kutu loncat Heteropsylla Cubana, Lycosa Pseudoanulata untuk

mengendalikan kepik Dysmicossus brevipes (Cockerell) (Gonzalez-Hernandez et

al., 1999).

2.4 Perilaku Semut

Semut merupakan hewan yang memiliki tingkat sosial tinggi, hal ini terbukti

pada aktivitas mencari makan dan pengangkutan semut yang mati ke dalam

sarang. Semut melakukan aktivitas mencari makan dengan menggunakan suatu

senyawa yang terdapat di dalam tubuhnya yaitu feromon. Selain itu solidaritas

semut berupa pengangkatan semut yang mati ke dalam sarang tidak terjadi secara

kebetulan, melainkan hal itu terjadi terus menerus setiap ada semut yang mati

dalam satu koloni, maka semut pekerja akan membawa semut yang mati ke dalam

sarang. Sebagai makhluk sosial semut hidup dalam koloni yang terdiri dari banyak

individu, dari jumlah ratusan hingga ribuan. Biasanya dalam setiap koloni terdiri

atas kelompok pekerja, pradewasa (larva dan pupa), ratu dan semut jantan. Koloni

Page 24: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Nzk... · Penulis menyadari dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, hingga ... Para sahabat dari

13

semut secara umum terdiri atas dua kasta utama yaitu kasta reproduktif seperti

ratu dan pejantan, dan individu non reproduktif yaitu terdiri dari pekerja.

Dalam hal komunikasi semut, pertama, semut pencari pergi ke sumber

makanan yang baru ditemukan. Kemudian memanggil semut lain dengan cairan

yang sibut feromon. Saat kerumunan di sekitar makanan membesar, sekresi

feromon membatasi pekerja. Jika makanan sangat kecil atau jauh, pencari

menyesuaikan jumlah semut yang mencoba mencapai makanan dengan

mengeluarkan isyarat. Jika makanan besar, semut mencoba lebih giat untuk

meninggalkan lebih banyak jejak, sehingga lebih banyak semut dari sarang yang

membantu para pemburu. Apapun yang terjadi, tak pernah ada masalah dalam

konsumsi makanan dan pemindahannya ke sarang (Yahya, 2003).

Semut dapat dengan mudah mendeteksi apakah seekor semut lain berasal

dari koloni yang sama atau tidak. Semut pekerja menyentuh tubuh semut satunya

untuk mengenali, jika semut lain memasuki sarangnya. Ia dapat langsung

membedakan semut yang sekoloni dengannya atau tidak, berkat bau khusus

koloni pada tubuh semut. Jika semut yang memasuki sarang adalah semut asing,

gerombolan semut akan menyerang tamu tak diundang ini secara kejam. Penghuni

sarang akan menggigit tubuh semut asing dengan rahang mereka yang kuat dan

membuatnya tak berdaya dengan asam format, sitronelal, dan zat racun lain yang

mereka sekresikan.

Contoh lain berkaitan dengan semut penjelajah yang bermigrasi dari sarang

ke sarang. Semut ini mendekati sarang tua dari sarang yang baru ditemukan

dengan meninggalkan jejak. Para pekerja memeriksa sarang itu dan jika sudah

Page 25: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Nzk... · Penulis menyadari dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, hingga ... Para sahabat dari

14

yakin, semut pekerja juga mulai meninggalkan jejak kimiawi di atas jejak lama.

Oleh karena itu, semut yang berjalan di antara dua sarang itu meningkat

jumlahnya dan menyiapkan sarang.

2.5 Hama Putih Palsu (Cnaphalocrocis medinalis)

Hama putih palsu Cnaphalocrocis medinalis termasuk dalam famili

Pyralidae, ordo Lepidoptera. Hama ini disebut sebagai hama putih palsu

karena gejala serangannya hampir menyerupai gejala serangan hama putih

(Harahap & Tjahjono 1988). Hanya stadia larva yang bertindak sebagai hama,

menyerang pertanaman padi sawah, gogo dan gogoranca sejak persemaian sampai

panen. Bagian tanaman padi yang diserang adalah daun, menyebabkan bagian

daun yang terserang berwarna putih transparan memanjang sejajar tulang daun

karena zat hijau daun dimakan dan hanya disisakan kulit epidermis bagian atas.

Larva Cnaphalocrosis makan dan merusak daun sehingga berpengaruh terhadap

fosintesis pada daun yang tidak diserang. Di samping itu daun padi digulung ke

bagian atas dan tepi daun direkatkan dengan benang-benang yang dihasilkan oleh

larva. Larva tinggal dalam gulungan daun tersebut dan makan di dalamnya. Siklus

hidup hama ini 30-60 hari.

Secara alami hama ini mempunyai beberapa musuh alami, berupa

parasitoid, predator dan patogen. Trichogramma spp adalah parasitoid yang

menyerang telur-telur hama putih palsu. Larva dan pupa hama ini diserang oleh

bermacam jenis parasitoid diantaranya dari famili-famili: Brachonidae,

Chlacididae, Elasmidae, Encytridae, dan Icheneumidae. Beberapa predator hama

ini terdiri dari famili Carabidae, Coccinella, Dermaptera, serta laba-laba sering

Page 26: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Nzk... · Penulis menyadari dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, hingga ... Para sahabat dari

15

terlihat memangsa imago hama putih palsu. Sedangkan petogen serangga yang

dijumpai pada hama ini, antara lain Beauveria basssiana (CAB international,

2004).

Salah satu kendala biologis yang dihadapi dalam melakukan usaha tani padi

adanya Cnaphalocrosis medinalis (Guenee) (Klilin et al., 1993). Hama ini telah

menimbulkan masalah serius masalah serius pada tanaman padi di daerah di

Indonesia seperti di Minahasa Selatan (Tangkilisan dkk, 2013) dan di daerah

Sumatra Utara (Anonim, 2014).

Gambar 1. Larva Cnaphalocrocis medinalis (Hymenoptera: Formicidae). Sumber:

koleksi foto pribadi, 2016

Page 27: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Nzk... · Penulis menyadari dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, hingga ... Para sahabat dari

16

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Lahan pertanaman padi sawah Kelurahan

Tamarunang, Kecamatan Somba Opu Gowa dan Laboratorium Hama dan

Penyakit Tanaman, Universitas Hasanuddin, Makassar, yang berlangsung selama

bulan November 2016.

3.2 Metode Pelaksanaan

3.2.1 Persiapan Sarang Buatan

Sarang buatan terbuat dari bambu yang ditopang oleh papan dengan ukuran

bambu masing-masing panjang satu ruas dengan diameter >5 cm. Bambu tersebut

dibuatkan lubang sebanyak 4 lubang dengan diameter 1 cm. Selanjutnya, di dalam

bambu tersebut diisi dengan media campuran tanah kering, daun pisang kering

sesuai dengan sarang alami spesies semut yang telah diobservasi sebelumnya. Di

samping bambu diletakkan pakan semut berupa udang rebon kering, larutan gula

dan pakan buatan. Sarang buatan tersebut dipasang di tengan sawah dengan jarak

dari pematang sawah sejauh 5 meter.

3.2.2 Persiapan Tali Penghubung

Kegiatan ini dilakukan di sawah areal pertanaman padi milik petani (Ibu

Aisyah) di Tamarunang, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Makassar

selama bulan November 2016. Saat itu tanaman padinya berumur 14 hari setelah

tanam (HST). Pada varietas Inpari 14 dipindahkan dari persemaian saat bibit

berumur 15 hari. Luas persawahan satu petak 800 m2.

Page 28: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Nzk... · Penulis menyadari dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, hingga ... Para sahabat dari

17

Percobaan disusun mengikuti prosedur rancangan acak kelompok yang

terdiri dari 5 perlakuan dan 12 ulangan, dengan pengamatan hari ke – sebagai

ulangannya. Dengan tarikan tali pandn putih dengan olesan larutan gula sebagai

perlakuan satu, tarikan tali pandan putih tanpa olesan sebagai perlakuan dua,

tarikan tali ijuk hitam dengan olesan larutan gula sebagai perlakuan tiga, tarikan

tali rajut putih dengan olesan larutan gula sebagai perlakuan empat serta tarikan

tali terbuat dari batang pisang tanpa olesan sebagai perlakuan lima.

Gambar 2. Tali Perlakuan

Tali pandan putih yang digunakan memiliki panjang 5 meter dengan

diameter 0,3 cm. Pengolesan larutan gula dilakukan menggunakan kuas pada saat

sebelum pengamatan dan sekali setiap pengamatan. Tali diolesi dengan larutan

gula yang sebelumnya dilarutkan dengan air sebanyak 100 gr ke dalam labu

erlenmeyer mencapai 200 ml. Tali ijuk hitam terbuat dari ijuk yang membentuk

tali dengan panjang 5 meter dengan diameter 0,5 cm. Pengolesan gula dilakukan

30 menit sebelum pengamatan dan sekali setiap pengamatan. Tali batang pisang

terbuat dari batang pisang yang telah dikeringkan agar tidak mudah putus, dengan

diameter tali 0,5 cm.

Page 29: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Nzk... · Penulis menyadari dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, hingga ... Para sahabat dari

18

Untuk mengetahui banyaknya larva hama putih palsu yang dimakan atau

dibawa oleh semut ini, maka setiap sore hari sebelum waktu pengamatan

dikumpulkan larva hama putih palsu yang berada pada pertanaman padi sebanyak

yang diperlukan. Pada penelitian ini, setiap hari pengamatan, larva yang

digunakan sebanyak 5 ekor. Jadi selama 12 hari pengamatan diperlukan 60 ekor

larva Cnaphalocrocis medinalis. Dipasangkan/ ditempelkan pada meter kedua

setiap tarikan tali perlakuan dengan masing-masing sebanyak 1 ekor larva. Guna

pemasangan larva ini untuk mengetahui apakah kehadiran semut mampu

mengurangi populasi larva hama putih palsu pada area pertanaman padi.

3.2.3 Parameter Pengamatan

Masing-masing tarikan tali pada meter kedua ditempelkan daun padi yang

mengandung larva hama putih. Pengumpulan larva dilakukan tiap sore hari

sebanyak yang diperlukan. Kemudian ditempelkan pada tarikan tali meter kedua

tiap jam 6 awal pengamatan pada pagi hari. Adapun parameter pengamatan yang

diamati adalah banyaknya populasi Solenopsis sp untuk tiap perlakuan tali

penghubung dan populasi Solenopsis sp yang berada di sekitar sarang buatan serta

menghitung larva hama putih palsu yang terbawa/ termakan oleh semut tersebut

saat dilakukannya pengamatan.

Pada awal pengamatan setiap harinya, dilakukan pula perhitungan/

pengamatan terhadap populasi semut pada sarang alaminya di pematang tempat

pangkal tali diikatkan.

Page 30: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Nzk... · Penulis menyadari dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, hingga ... Para sahabat dari

19

3.3 Analisis Data

Tabulasi data ke dalam frekuensi dilakukan sebelum analisis data. Tabel

frekuensi untuk semua variabel dalam pengamatan semut disusun sendiri. Tabel

ini dijadikan bahan dasar untuk menganalisis data. Data pengaruh perlakuan tali

terhadap populasi semut dianalisis dengan analisis ragam. Hasil analisis ragam

yang menunjukkan perbedaan yang nyata, selanjutnya diuji dengan uji jarak

berganda Duncan pada taraf α = 0,05.

Page 31: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Nzk... · Penulis menyadari dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, hingga ... Para sahabat dari

20

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Rataan Populasi Solenopsis sp

Hasil pengamatan selama 12 hari dengan 5 perlakuan yang berbeda

menunjukkan bahwa populasi Solenopsis sp tertinggi berada pada perlakuan tali

ijuk hitam dengan olesan larutan gula.

Tabel 1. Analisis Ragam Populasi Solenopsis sp pada tiap Perlakuan

Perlakuan Rataan populasi

Tali pandan putih dengan olesan gula 301,83ab

Tali pandan putih tanpa olesan 209,00ab

Tali ijuk hitam dengan olesan gula 402,75b

Tali rajut putih dengan olesan gula 39,42a

Tali batang pisang tanpa olesan 32,50a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama berarti tidak berbeda

nyata pada α = 0,05 dengan uji jarak Ganda Duncan.

Hasil analisis ragam yang dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan

menunjukkan bahwa populasi Solenopsis sp pada perlakuan tali batang pisang

merupakan yang terendah populasinya dari semua tali perlakuan. Tali pandan

putih dengan olesan larutan gula (rataan 301,83 ekor) nyata lebih tinggi

dibandingkan dengan perlakuan tali pandan putih tanpa olesan (rataan 209 ekor)

dan tali rajut putih dengan olesan larutan gula (rataan 39,42 ekor). Selanjutnya,

pada tali ijuk hitam dengan olesan larutan gula (rataan 402,7 ekor) adalah yang

tertinggi populasi semutnya dari semua perlakuan. Sehingga disimpulkan bahwa

perlakuan tali ijuk hitam dengan olesan larutan gula adalah yang terbaik dari

semua perlakuan.

Page 32: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Nzk... · Penulis menyadari dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, hingga ... Para sahabat dari

21

Perlakuan tali ijuk hitam dengan olesan gula lebih efektif dibandingkan

dengan perlakuan lainnya, selain terdapatnya sumber makanan pada sarang

buatan, memang pada tali ijuk hitam sudah terdapat gula bagi semut sebagai

sumber karbohidrat yang merupakan nutrisi penting untuk melakukan

aktivitasnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Ho dan Khoo (1997) yang

menyatakan bahwa semut memerlukan karbohidrat dalam bentuk glukosa.

Pada perlakuan tali lainnya yang tanpa olesan gula yakni tali pandan putih

tanpa olesan dan tali batang pisang kering tanpa olesan, karena sumber makanan

(sarang buatan) jauh, semut pencari menyesuaikan jumlah semut yang akan

mencapai sarang buatan tersebut. Sehingga jumlah semut pada tali perlakuan lebih

sedikit dibandingkan dengan tali perlakuan dengan olesan larutan gula karena

terbatasnya sumber makanan bagi semut. Semut akan mengeluarkan isyarat, jika

makanan dalam jumlah yang besar, semut mencoba lebih giat untuk

meninggalkan lebih banyak jejak (feromon), sehingga lebih banyak semut dari

sarang yang mencari makanan. Hal ini sesuai dengan pendapat Borror et al (2005)

dan Elzinga (1987) yang menyatakan bahwa serangga memiliki feromon jejak

untuk pemandu jenisnya menemukan sumber makanan.

4.1.2. Populasi Solenopsis sp pada Sarang Alami

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata populasi Solenopsis sp

pada sarang alami sebanyak 136,5 ekor/pengamatan termasuk dalam kategori

banyak sesuai dengan nilai indeks skala populasi menurut Way dan Khoo.

Page 33: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Nzk... · Penulis menyadari dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, hingga ... Para sahabat dari

22

populasi (ekor/sarang alami)

Umur Padi (Hari Setelah Tanam)

Gambar 1. Perkembangan Populasi Solenopsis sp pada sarang alami

4.1.3 Populasi Solenopsis sp pada Sarang Buatan

Tabel 2. Populasi Solenopsis sp yang mencapai sarang buatan

Waktu

pengamtan

(Pukul)

Selenopsis yang Mencapai Sarang Buatan

∑ Rataan

Tali

pandan

putih

dengan

olesan

gula

Tali

pandan

putih tanpa

olesan

Tali ijuk

hitam

dengan

olesan

gula

Tali rajut

putih

dengan

olesan

gula

Tali batang

pisang

kering

tanpa

olesan

6 324 402 497 0 15 1238 247,6

7 329 495 521 5 46 1396 279,2

8 262 432 566 5 63 1328 265,6

9 282 404 473 4 56 1219 243,8

∑ 1197 1733 2057 14 180 5181 1036

Rataan 299,25 433,25 514,25 3,5 45 1295,3 259,1

Solenopsis sp yang mencapai sarang buatan untuk semua perlakuan

sebanyak 5181 ekor dengan 12 hari pengamatan. Hasil pengamatan menunjukkan

bahwa rata-rata populasi Solenopsis sp pada sarang buatan pada tiap perlakuan

sebanyak 299,25 ekor pada perlakuan tali pandan putih dengan olesan larutan

gula, tali pandan putih tanpa olesan 433,25 ekor, tali ijuk hitam dengan olesan

larutan gula 514,25 ekor, tali rajut putih dengan olesan larutan gula 3,5 ekor dan

tali batang pisang 45 ekor.

0

50

100

150

200

250

14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

Page 34: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Nzk... · Penulis menyadari dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, hingga ... Para sahabat dari

23

4.1.4 Larva Hama Putih Palsu (Cnaphalocrocis medinalis)

Tabel 3. Persentase larva hama putih palsu yang termangsa oleh Solenopsis sp

Larva

Hama Putih

Palsu

Jenis Tali

Jumlah Tali pandan

putih

dengan

olesan gula

Tali pandan

putih tanpa

olesan

Tali ijuk

hitam

dengan

olesan gula

Tali rajut

putih

dengan

olesan gula

Tali batang

pisang

tanpa

olesan

Disediakan 12 12 12 12 12 60

Termangsa 10 6 12 5 1 34

Termangsa

(%) 83,33 50 100 41,67 8,33 56,67

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tidak ada larva hama putih palsu

yang dibawa oleh Solenopsis sp pada seluruh perlakuan, akan tetapi jumlah larva

hama putih palsu yang termakan oleh Solenopsis sp bervariasi. Pada perlakuan

tarikan tali pandan putih dengan olesan larutan gula, tali pandan putih tanpa

olesan, tali ijuk hitam dengan olesan larutan gula, tali rajut putih dan tali dari

batang pisang kering masing-masing jumlah hama putih palsu yang termakan oleh

Solenopsis sp yaitu 10, 6, 12, 5, dan 1 ekor, sehingga total keseluruhan larva hama

putih palsu yang termakan sebesar 34 ekor dari total 60 ekor yang disediakan. Hal

ini terjadi karena pada seluruh perlakuan kecuali pada perlakuan tarikan tali ijuk

hitam dengan olesan larutan gula pada beberapa pengamatan tidak ditemukan

Solenopsis sp. Sehingga, larva hama putih palsu yang ditempelkan pada semua

perlakuan pada beberapa pengamatan tersebut tidak termakan ataupun dibawa

oleh Solenopsis sp.

4.2 Pembahasan

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan tali ijuk hitam dengan

olesan larutan gula lebih efektif dibandingkan dengan perlakuan tali pandan putih

Page 35: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Nzk... · Penulis menyadari dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, hingga ... Para sahabat dari

24

tanpa olesan larutan gula, tali pandan putih dengan olesan larutan gula, tali rajut

putih dengan olesan larutan gula dan tali dari batang pisang tanpa olesan.

Solenopsis sp sangat tinggi pada perlakuan tali ijuk hitam diduga karena jumlah

sumber makanan pada beberapa tali perlakuan berbeda, yakni pada perlakuan tali

ijuk hitam dengan olesan larutan dengan tali perlakuan lainnya yang tanpa olesan.

Meskipun pada tali pandan putih dan tali rajut putih mendapat perlakuan yang

sama dengan olesan larutan gula sama halnya dengan tali ijuk hitam, namun

perbedaan kerapatan tali yang membuat kandungan tali ijuk hitam mampu

menyerap gula lebih banyak (lebih lama) dibandingkan dengan tali pandan putih

dan tali rajut putih. Diduga, juga dipengaruhi oleh ukuran tali ijuk hitam yang

lebih besar dari ukuran tali lainnya sehingga jumlah semut yang melewati masing-

masing tali perlakuan jauh lebih besar jumlahnya.

Rataan populasi semut pada sarang alami sebanyak 136,5 ekor/ pengamatan

termasuk dalam kategori banyak sesuai dengan indeks skala populasi Way dan

Khoo. Keberadaan semut pada lingkungan (tanah) dipengaruhi oleh suhu tanah.

Pernyataan ini didukung oleh pendapat Rahmawati (2004) bahwa suhu tanah

merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kehadiran dan kepadatan

organisme tanah. Solenopsis sp cenderung tinggi populasinya pada pematang

sawah, apalagi jika sarang alaminya diberi pakan dimana semut ini menyukai

larutan gula, ebi kering dan makanan buatan lainnya. Populasi Solenopsis sp juga

dapat dipengaruhi oleh faktor biotik dan abiotik yang mendukung kehidupan

populasi semut. Hal ini sesuai dengan pendapat Price (1998), bahwa kehidupan

populasi hewan dipengaruhi oleh faktor biotik dan faktor abiotik, ditambahkan

Page 36: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Nzk... · Penulis menyadari dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, hingga ... Para sahabat dari

25

oleh Harington dan Stork (1997) bahwa faktor fisik lingkungan seperti temperatur

dapat mempengaruhi perkembangan dan fekunditas serangga.

Tali perlakuan yang paling efektif dalam aktivitas semut yaitu pada

perlakuan tali ijuk hitam yang diolesi larutan gula dimana jumlah semut yang

melewatinya menuju sarang buatan mencapai 402 ekor. Penyebab lain yang

mungkin memacu kehadiran semut adalah kemampuan semut berjalan mengikuti

jejak jenisnya. Kemampuan mengikuti jejak ini karena adanya feromon pemandu.

Hal ini terlihat dari hasil pengamatan umumnya semut Solenopsis sp berjalan

mengikuti jejak jenisnya. Menurut Borror et al (2005) & Elzinga (1987)

menyatakan bahwa serangga memiiki feromon jejak untuk pemandu jenisnya

menemukan sumber makanan.

Selain dari sifat semut yang memiliki feromon untuk saling mengikuti

sesama jenisnya, pada ujung tali perlakuan juga terdapat sarang buatan berisi

larutan gula, udang rebon kering dan pakan buatan yang merupakan pakan dari

semut tersebut. Karbohidrat diperlukan serangga untuk kelangsungan hidupnya.

Semut memerlukan karbohidrat dalam bentuk glukosa (Ho dan Khoo, 1997).

Serangan larva Cnaphalocrocis medinalis mampu dikendalikan oleh

hadirnya musuh alami pada pertanaman sawah. Dengan adanya musuh alami yang

mampu menekan populasi hama, diharapkan di dalam agroekosistem terjadi

keseimbangan populasi antara hama dengan musuh alaminya, sehingga populasi

hama tidak melampaui ambang toleransi tanaman (Balitsa, 2015).

Page 37: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Nzk... · Penulis menyadari dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, hingga ... Para sahabat dari

26

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Populasi Solenopsis sp tertinggi berada pada perlakuan tali ijuk hitam

dengan olesan larutan gula mencapai rataan 402,75 ekor dan terendah pada

perlakuan tali batang pisang dengan rataan 32,50 ekor. Populasi Solenopsis sp

pada sarang alami mencapai 136,5 ekor/ pengamatan. Sedangkan pada sarang

buatan populasi tertinggi berada pada perlakuan tali ijuk hitam dengan olesan

larutan gula sebanyak 5181 ekor selama 12 hari pengamatan. Selanjutnya, pada

larva yang ditempelkan pada meter kedua tiap tali perlakuan mampu menarik/

mendatangkan semut Solenopsis sp masuk ke area pertanaman padi. Larva hama

putih palsu yang termakan oleh Solenopsis sp sebanyak 34 ekor.

5.2 Saran

Sebaiknya perlu dilakukan penelitian tentang sarang buatan yang disukai

semut dan jenis tali lain yang mampu menarik semut masuk dalam pertanaman

padi sebagai predator yang mampu mengendalikan hama tanaman padi sehingga

dapat berproduksi dengan baik.

Page 38: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Nzk... · Penulis menyadari dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, hingga ... Para sahabat dari

27

DAFTAR PUSTAKA

Altieri MA. 1999. The Ecological role of Biodiversity in Agroecosystem,

agriculture, Ecosystem and Environment 74:19–31.

Andersen AN. 1997. Using ants as bioindicators: multiscale issnes in ant

community ecology, http://www.Consecol. Org/vol1/iss1/art8/. (diakses

Agustus 2016)

Arifin, Irfanul. 2014. Keanekaragaman Semut (Hymenoptera Formicidae) pada

berbagai Subzone Hutan Pegunungan di Sepanjang Jalur Pendakian

Cibodas, Taman Nasional Gunung Gede-Pangngaro (TNGGP). BIOMA.

Vol.X, no 2

Balitsa, H. 2015. Empat Prinsip Dasar dalam Penerapan Pengendalian Hama

Terpadu (PHT). http:// balitsa.litbang.pertanian.go.id/ind/ index.php/ berita-

terbaru/378empat-prinsip-dasar-dalam-penerapan-pengendalian-

hamaterpadu-pht.html

Barbosa, P. 1998. Conservation Biological Control. Academic. Press. USA.

CAB International. 2004. Crop Protection Compendium. Wallingford, UK: CAB

(Commonwealth Agricultural Bureaux) International. Disajikan dalam

compact disc.

Depparaba, F. dan Mamesah, D., 2005. Populasi dan Serangan Penggerek daun

(Phyllocnistis citrella Staint) pada Tanaman Jeruk dan Alternatif

Pengendalianya. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Vol 8 No. 1 Hal 88-93.

Gonzalez, hernandez, H; M. W. Johnson; and N. Reimer. 1999. Impact of

Pheidole Megacephala (F.) (Hymenoptera: Formicidae) on The Biological

Control of Dysmicoccus Brevipes (Cockerell) (Homoptera:

Pseudococcidae). Biological Control Volume 15, issue 2, June 1999: 145-

152.

Harahap, I. S. Dan B. Tjahjono, 1998. Pengendalian Hama Penyakit Padi.

Penebar Swadaya, Jakarta, 114 hal.

Harrington, R. And Stork, N.E., 1997. Insects in a changing Environment.

Academy Press. Harcourt Brace & Company, Publishers London, San

Diego, New York, Boston, Sydeney, Tokyo, Torornto.

Page 39: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Nzk... · Penulis menyadari dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, hingga ... Para sahabat dari

28

Harun Yahya, 2003. Menjelajah Dunia Semut, (Solid Converter Pdf, 2003), h.11

Holldober B & Wilson. 1990. The Ants. Cambridge, Mass. 732pp.

Johnson, M.W. 1987. Biological Control of Pests. Hand Out Compilation of 1987

Spring Season Course. Departement of Entomology University of Hawai at

Manoa. Honalulu Hawai.

Klilin. D. I. W. Laba dan P. Panuju. 1993. Dampak Penggunaan Insektisida

dalam Pengendalian Hama Wereng Coklat dan Penggerek Batang Padi.

Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan III, Jakarta/Bogor 23-25

Agustus 1993.

Krisno, Agus. 2011. Klasifikasi Makhluk Hidup secara Umum dan Kajian

Mikrobiologi Umum. (Online), http://biologimediacentre.com/macam-

klasifikasi-makhluk-hidup. (Diakses tanggal 1 Februari 2018, pukul 22.00)

Latumahina, Fransina. 2011. Pengaruh Alih Fungsi Lahan Terhadap

Keanekaragaman semut Dalam Hutan Lindung Nona-Ambon. Jurnal

Agroforestri. Volume VI Nomor I. 2011.

Matlock RB Jr, de la Cruz R. 2002. An inventory of Parasitic Hymenoptera in

banana plantations under two pesticide regimes. Agriculture, Ecosystem &

Environment 93:147-164. Doi: http://dx.doi.org/10.1016/s.0167-

8809(02)00002-6.

MyGlynn TP. 1999. The worldwide transfer of ants:geographical distribution &

ecological invastons. Biogeography 26:535-548.

Oerke, E.C., et al. 1994. “Crop Production and Crop Protection: Estimated

Losses in Major food and Cash Crops”. In Global Yield Loss, Economic

Impact. Crop Protection. CAB International 2001 edition.

Peck SL, Mcquard B, Campbell CL. 1998. Using and species (Hymenoptera:

Formicidae) as a biological indicator of agroecosystem condition. Environ

Entomol 27:1102-1110.

Purtaniwingsih, 2001. Kehadiran Liriomyza Huidobrents (Blanchard) (Diptera:

Agromyzidae) pada Tanaman Kentang (Solanum Tuberosum Var. Granolo)

Selama Dua Musim Tanam. Jurnal ILMU DASAR 2(2) :87-95.

Price, P.W., 1997. Insects Ecology. Third Edition. Jhon Wiley & Sons Inc. New

York. Chichester, Weinkeim, Brisbane, Singapore, Torornto.

Page 40: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Nzk... · Penulis menyadari dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, hingga ... Para sahabat dari

29

Rahmawati, 2004. Studi Keanekaragaman Mesofauna Tanah di Kawasan Hutan

Wisata Alam Sibolangit. USU e-USU repository : 1-17.

Rossi, M.N. and Fowler, H.G., 2002. Manifulation of Fire Ant Density, Solenopsis

spp., for Short-Term Reduction of Diatraea saccharalis Larva densities in

Brazil. Scientia Agricola, Vol 59, N.2. p.389-392.

Settle, W.H., H. Ariawan, E. Tri Astuti, W. Cahyono, A. L. Hakim, D. Hidayana,

A. Sri Lestari & Pajarningsih. 1996. Managing Tropical Rice Pest Through

Concervation of generatif Natural Enemies & Alternative Prey. Ecology,

77(7).

Suhara. 2007. “Morfologi Semut”. (On-Line)., tersedia di

http://upikke.staff.ipb.ac.id.Struktur-Tubuh-Semut1.jpg. (diakses 3 juli 2015

pukul 07.30)

Syamsul, Rizal. 2002. Keanekaragaman Semut Predator permukaan Tanah

(Mymenoptera:Formicidae) Di perkebunan Kelapa Sawit SPPN Sembawa

Banyuasin. Jurnal penelitian. Palembang. Universitas PGRI.

Way MJ, Islam Z. Heong KL, Joshi RC. 1998. Ants in tropical irrigated rice:

distribution and abudance, of Solenopsis geminate (Hymenoptera:

Formicidae). Bull. Entomol. Res 88:467-476.

Page 41: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Nzk... · Penulis menyadari dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, hingga ... Para sahabat dari

LAMPIRAN

Tabel lampiran 1. Populasi Solenopsis sp pada Tiap Tali perlakuan

UmurTanamanPadi (hst)

Tali Pandan Putih + Gula Tali Pandan Putih tanpaolesan Tali Ijuk Hitam + Gula Tali Rajut Putih + Gula Tali Batang pisang Kering

Total Rataan6 7 8 9 6 7 8 9 6 7 8 9 6 7 8 9 6 7 8 9

14 21 4 1 0 0 6 0 0 111 66 62 34 72 88 46 19 0 0 0 0 530 26,515 1 7 1 0 18 0 0 0 133 101 59 19 18 17 10 3 0 0 0 0 387 19,3516 0 0 0 18 0 0 0 0 110 108 118 33 20 54 25 14 0 0 0 0 500 2517 134 169 69 136 0 0 0 0 96 104 88 240 0 0 0 0 0 0 0 0 1036 51,818 453 409 320 167 0 0 0 0 90 57 45 404 0 0 0 0 0 0 0 0 1945 97,2519 360 244 136 157 0 0 0 0 174 166 104 92 28 0 22 27 0 0 0 0 1510 75,520 81 70 66 50 116 106 68 56 71 99 72 51 0 5 3 2 0 0 0 0 916 45,821 0 0 0 0 0 0 0 0 101 54 94 125 0 0 0 0 0 0 0 0 374 18,722 0 0 0 0 0 0 0 0 91 92 83 67 0 0 0 0 0 0 0 0 333 16,6523 0 0 0 0 0 0 0 0 84 67 112 76 0 0 0 0 0 0 0 0 339 16,9524 178 120 126 110 158 135 77 89 99 97 65 96 0 0 0 0 121 121 80 68 1740 8725 14 0 0 0 523 435 388 333 141 115 142 125 0 0 0 0 0 0 0 0 2216 110,8

Total 1242 1023 719 638 815 682 533 478 1301 1126 1044 1362 138 164 106 65 121 121 80 68 11826 591,3

Rataan 104 85,25 59,92 53,17 67,92 56,8 44,4 39,83 108,42 93,833 87 113,5 11,5 13,67 8,8333 5,417 10,08 10,08 6,667 5,667 985,5 49,275

Page 42: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Nzk... · Penulis menyadari dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, hingga ... Para sahabat dari

31

Tabel Lampiran 2. Total Populasi Solenopsis sp pada Tali Perlakuan

Keterangan : Perlakuan 1 = Tali Pandan Putih dengan Olesan Gula

Perlakuan 2 = Tali Pandan Putih tanpa Olesan

Perlakuan 3 = Tali Ijuk Hitam dengan Olesan Gula

Perlakuan 4 = Tali Rajut Putih dengan Olesan gula

Perlakuan 5 = Tali Batang Pisang kering tanpa Olesan

Tabel Lampiran 3. Analisis Ragam

sumber keragaman db JK KTFhitung Ftabel "tn"

atau **0,05 0,01Ulangan 11 1061113 96464,8182 1,0507815 2,01 2,68 tn

Perlakuan 4 1264317,57 316079,392 3,44302081 2,58 3,78 *Acak 44 4039328,83 91802,928Total 59 6364759,4

Keterangan : tn = Tidak Berbeda Nyata

* = Berbeda Nyata pada Taraf 0,05

** = Berbeda Nyata pada taraf 0,05 dan 0,01

UlanganPerlakuan

1 2 3 4 5

1 26 6 273 225 02 9 18 312 48 03 18 0 369 113 04 508 0 528 0 05 1349 0 596 0 06 897 0 536 77 07 267 346 293 10 08 0 0 374 0 09 0 0 333 0 010 0 0 339 0 011 534 459 357 0 39012 14 1679 523 0 0

Total 3622 2508 4833 473 390

Rataan 301,8333 209 402,75 39,41667 32,5

Page 43: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Nzk... · Penulis menyadari dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, hingga ... Para sahabat dari

32

Tabel Lampiran 4. Populasi Solenopsis sp pada Sarang Alaminya

Pengamatanke -

Umur padi(hst)

Populasi Solenopsis sp(ekor)

1 14 1362 15 703 16 1654 17 1145 18 1836 19 937 20 1098 21 1209 22 9810 23 17411 24 16812 25 208

Total 1638Rataan 136,5

Tabel Lampiran 5. Skoring Semut (Way dan Khoo)

KategoriNilaiskor

Jumlah semut dipohon

Populasi tidak ada 0 Tidak terdapat semutSedikit 1 1 - 19 ekor semutSedang 2 20 - 50 ekor semutBanyak 3 51 - 200 ekor semutSangat banyak 4 201 - 1000 ekor semutMelimpah 5 > 1000

Page 44: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Nzk... · Penulis menyadari dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, hingga ... Para sahabat dari

33

Tabel Lampiran 6. Populasi Solenopsis sp pada Sarang Buatan

6 7 8 9Total Rataan

P1 P2 P3 P4 P5 P1 P2 P3 P4 P5 P1 P2 P3 P4 P5 P1 P2 P3 P4 P5U1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0U2 0 0 59 0 0 0 0 42 0 0 0 0 42 0 0 0 0 2 0 0 145 7,25U3 0 0 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 23 0 0 0 0 0 0 0 30 1,5U4 0 0 36 0 0 0 0 40 0 0 0 0 42 0 0 3 0 47 0 0 168 8,4U5 143 0 68 0 0 120 80 55 0 0 105 58 70 0 0 105 71 93 0 0 968 48,4U6 100 52 60 0 0 109 60 77 0 0 51 44 64 0 0 100 50 0 0 0 767 38,35U7 51 63 52 0 0 38 83 42 5 0 26 41 38 5 0 26 19 37 4 0 530 26,5U8 0 0 35 0 0 0 0 31 0 0 0 0 48 0 0 0 0 53 0 0 167 8,35U9 0 0 51 0 0 0 0 62 0 0 0 0 51 0 0 0 0 43 0 0 207 10,35

U10 0 0 43 0 0 0 0 40 0 0 0 0 62 0 0 0 0 51 0 0 196 9,8U11 30 82 38 0 15 62 71 76 0 46 80 66 57 0 63 48 66 73 0 56 929 46,45U12 0 205 48 0 0 0 201 56 0 0 0 223 69 0 0 0 198 74 0 0 1074 53,7Total 324 402 497 0 15 329 495 521 5 46 262 432 566 5 63 282 404 473 4 56 5181 259,1

Rataan 27 33,5 41,4 0 1,25 27,4 41,3 43,4 0,42 3,83 21,8 36 47,2 0,42 5,25 23,5 33,7 39,4 0,33 4,67 431,8

Page 45: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Nzk... · Penulis menyadari dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, hingga ... Para sahabat dari

35

LAMPIRAN

Gambar 1. Pengamatan

Gambar 2. Solenopsis sp Gambar 3. Handcounter

Page 46: digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Nzk... · Penulis menyadari dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, hingga ... Para sahabat dari

35

Gambar 4. Sarang buatan

Gambar 5. Larva Cnaphalocrocis medinalis