TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... ·...

137
TESIS BELANJA PUBLIK DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN DI SULAWESI BARAT THE PUBLIC EXPENDITURE AND ITS IMPACT ON THE ABSORPTION OF MANPOWER IN AGRICULTURE SECTOR IN WEST SULAWESI ACHMAD ERVAN PATURUSI PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018

Transcript of TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... ·...

Page 1: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

TESIS

BELANJA PUBLIK DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN

DI SULAWESI BARAT

THE PUBLIC EXPENDITURE AND ITS IMPACT ON THE ABSORPTION OF MANPOWER IN AGRICULTURE SECTOR IN

WEST SULAWESI

ACHMAD ERVAN PATURUSI

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2018

Page 2: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

TESIS

BELANJA PUBLIK DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN DI

SULAWESI BARAT

THE PUBLIC EXPENDITURE AND ITS IMPACT ON THE ABSORPTION OF MANPOWER IN AGRICULTURE SECTOR IN

WEST SULAWESI

Sebagai Persyaratan untuk memeroleh gelar Magister

disusun dan diajukan oleh

ACHMAD ERVAN PATURUSI

P3400215301

Kepada

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2018

Page 3: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori
Page 4: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori
Page 5: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

PRAKATA

Seluruh kalimat sempurna puji dan syukur hanya untuk Allah Subhanahu

wa Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Belanja Publik dan Dampaknya

Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Sulawesi Barat”

sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan Magister

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.

Dalam penyusunan tesis ini penulis memperoleh banyak bantuan dan

dukungan baik moril maupun materil Pada kesempatan ini, penulis ingin

menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Penyedia dan pengelola Program Beasiswa S2 STAR BPKP Batch III.

2. Pemerintah provinsi Sulawesi Barat yang telah mengutus penulis untuk

mengikuti seleksi Program Beasiswa S2 STAR BPKP Batch III.

3. Kedua orang tua tercinta, Drs. Ek. M. Syamil Azis P. dan Sriwigayati,

yang selalu memberikan dorongan dan semangat kepada penulis dengan

nasehat-nasehat indah.

4. Bapak dan Ibu mertua, Baharuddin dan Hj. St. Hasnah atas perhatian dan

perlakuannya sebagai orang tua kedua penulis, serta dukungannya.

5. Istri tersayang Anna, S. Pt., M. Kom. dan keenam buah hati penulis yang

telah mengisnpirasi dan memotivasi dalam bermimpi dan bercita-cita.

6. Kakak dan adik-adik penulis, sebagai bagian dari warna-warni lembaran

hidup.

7. Dr. Abdul Hamid Paddu, SE., MA. dan Drs. Harryanto, M.Com.,Ph.D.

sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan

arahan kepada penulis.

8. Dr. Madris, DPS., SE., M. Si., Prof. Dr. Haliah, SE.,Ak.,M.Si.,CA. dan Dr.

Nirwana, SE.,Ak.,M.Si.,CA. sebagai dosen penguji yang telah

memberikan saran dan kritik sehingga tesis ini menjadi lebih baik.

9. Seluruh dosen beserta staf sekretariat Universitas Hasanuddin yang telah

membantu penulis dalam menjalani perkuliahan.

10. Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister

Akuntansi,terima kasih atas perjuangan dan kebersamaannya selama 3

tahun ini

11. Seluruh pihak yang telah membantu selama perkuliahan maupun

penyelesaian tesis ini.

Beberapa kekurangan masih terdapat pada tesis ini. Walau demikian

penulis tetap berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi

pihak yang berkepentingan. Akhirul kala, penulis tetap terbuka terhadap kritik

dan saran dari semua pihak dalam rangka perbaikan tesis ini.

Makassar, 15 Agustus 2018

Penulis

Page 6: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

vi

Page 7: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

vii

Page 8: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ......................................................................... i HALAMAN JUDUL ........................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................ iii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN........................ iv PRAKATA……………………….......................................................... v ABSTRAK……………………….......................................................... vi ABSTRACT……………………….......................................................... vii DAFTAR ISI ..................................................................................... viii DAFTAR TABEL ............................................................................ xi DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN……………....................................................... xiii DAFTAR SINGKATAN/SIMBOL........................................................ xiv BAB I PENDAHULUAN ............................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................... 8

1.3 Tujuan Penelitian.......................................................... 9

1.4 Kegunaan Penelitian..................................................... 9

1.4.1 Kegunaan Teoretis ............................................. 9

1.4.2 Kegunaan Praktis ............................................... 10

1.4.3 Kegunaan Kebijakan .......................................... 10

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ............................................ 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 11

2.1 Tinjauan Teori dan Konsep .......................................... 11

2.1.1 Pengertian dan Konsep Belanja Pemerintah....... 11

2.1.2 Model Pembangunan Terkait Pengeluaran

Pemerintah …………………………….................. 13

2.1.3 Belanja Modal ……………………………………... 15

2.1.4 Teori Produksi dan Produksi Pertanian .............. 16

2.1.4.1 Fungsi Produksi dan Teori Produksi

Cobb-Duglass ……………………………….. 16

2.1.4.2 Komposisi Pengeluaran Pemerintah

Sebagai Salah Satu Faktor Fungsi Produksi 19

2.1.4.3 Faktor Produksi Pertanian dan Penerapan

Fungsi Produksi ……………………………... 20

2.1.5 Tenaga Kerja ………........................................... 24

2.1.5.1 Konsep Tenaga Kerja ………………………. 24

2.1.5.2 Penyerapan Tenaga Kerja ………………….. 26

2.1.5.4 Pertumbuhan Ekonomi dan Penyerapan

Page 9: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

ix

Tenaga Kerja ………………………………… 26

2.2 Tinjauan Empiris............................................................ 29

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL & HIPOTESIS...................... 43

3.1 Kerangka Pemikiran ..................................................... 43

3.2 Hipotesis ...................................................................... 45

BAB IV METODE PENELITIAN ................................................. 51

4.1 Rancangan Penelitian ................................................. 51

4.2 Situs dan Waktu Penelitian ......................................... 51

4.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel .. 52

4.4 Jenis dan Sumber Data .............................................. 53

4.5 Metode Pengumpulan Data ........................................ 53

4.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............... 54

4.7 Teknik analisis Data .................................................... 55

BAB V HASIL PENELITIAN ............................................................. 67

5.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ............................. 67 5.2 Deskripsi Data ............................................................. 67

5.2.1 Variabel Independen ...................................... 67 5.2.2 Variabel Dependen ......................................... 72

5.3 Deskripsi Hasil Penelitian ............................................ 76 5.3.1 Uji Asumsi Klasik ............................................. 76 5.3.2 Uji Statistik ....................................................... 82 5.3.3 Interpretasi Model ............................................ 98

BAB VI PEMBAHASAN ............................................................ 94

6.1 Pengaruh Belanja Jalan, Irigasi dan

Bendungan terhadap Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) Sektor Pertanian ……...................................... 95

6.2 Pengaruh Belanja Peralatan dan Mesin terhadap

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor

Pertanian …….............................................................. 98

6.3 Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Sektor Pertanian terhadap Penyerapan Tenaga Kerja

Sektor Pertanian .......................................................... 99

6.4 Pengaruh Belanja Jalan, Irigasi dan

Bendungan terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor

Pertanian melalui Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) Sektor Pertanian............................................. 100

6.5 Pengaruh Belanja Peralatan dan Mesin terhadap

Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian melalui

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor

Pertanian...................................................................... 101

BAB VII PENUTUP .................................................................. 107

Page 10: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

x

7.1 Kesimpulan .................................................................. 107

7.2 Implikasi......................................................................... 109

7.3 Keterbatasan Penelitian…………………………………. 109

7.4 Saran ...................................................................... 110

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 111

LAMPIRAN …………….................................................................... 115

Page 11: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ............................................ 37 5.1 Data Variabel Independen Belanja Jalan, Irigasi dan Bendungan tahun 2006-2012……………………………………. 68 5.2 Data Variabel Independen Belanja Peralatan dan Mesin Tahun 2006-2012 (Miliar Rupiah)…………………………………. 70 5.3 Data Variabel Dependen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Pertanian Tahun 2007-2013 .................... 72 5.4 Data Variabel Dependen Tenaga Kerja Sektor Pertanian Tahun 2007-2013 (Orang) ............................................... 74 5.5 Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov Test......... 78 5.6 Hasil Uji Multikolonearitas ..................................................... 79 5.7 Hasil Uji Heterokedastisitas (Uji Glejser) ............................... 81 5.8 Hasil Uji Autokorelasi ............................................................ 81 5.9 Koefisien Determinasi Regresi X1 dan X2 Terhadap Y1. …… 83 5.10 Hasil Uji F Regresi X1 dan X2 Terhadap Y1 .......................... 84 5.11 Hasil Uji t Regresi X1 dan X2 Terhadap Y1 ........................... 85 5.12 Koefisiensi Determinasi Regresi Ŷ1 Terhadap Y2 ................. 86 5.13 Hasil Uji F Regresi Ŷ1 Terhadap Y2 ...................................... 87 5.14 Hasil Uji t Regresi Ŷ1 Terhadap Y2 ....................................... 88 5.15 Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian.. ......................... ……… 93

Page 12: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

xii

DAFTAR GAMBAR

Tabel Halaman 1.1 Perkembangan Share PDRB Sektoral Tahun 2010-2014 ...... 2 1.2 Struktur PDRB Sulawesi Barat Triwulan III 2015 ................... 3 1.3 Perkembangan Total Belanja Modal Pemerintah Kabupaten di Prov Sulbar dan Porsi Produksi Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor pertanian tahun 2009-2013 ............ 4 1.4 Perkembangan Total Belanja Modal Pemerintah Kabupaten di Prov Sulbar dan Porsi Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian Tahun 2010-2014 ........................................... 5 3.1 Kerangka Pemikiran.................. ............................................ 43 3.2 Kerangka Konseptual........................................................ ..... 45 4.1 Model Kerangka Analisis....................................................... . 58 5.1 Fluktuasi Belanja Jalan, Irigasi dan Bendungan Pemerintah Kabupaten di Prov. Sulbar tahun 2006-2012........................................ ................................ 69 5.2 Proporsi Belanja jalan, irigasi dan Bendungan Terhadap Total Belanja Modal Pemerintah Kabupaten di Prov. Sulbar Tahun 2006-2012................................ ..... 69 5.3 Fluktuasi Belanja Peralatan dan Mesin Pemerintah Kabupaten di Prov. Sulbar Tahun 2006-2012………………………… . 71 5.4 Proporsi Belanja Peralatan dan Mesin Terhadap Total Belanja Modal Pemerintah Kabupaten di Prov. Sulbar Tahun 2006-2012 ....................................................................... 71 5.5 Fluktuasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Pertanian lima Kabupaten di Prov. Sulbar Tahun 2007 -2013 ................................................................................ 73 5.6 Proporsi produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Pertanian Lima Kabupaten Terhadap PDRB Sektor Pertanian Prov.Sulbar Tahun 2007-2013.. ....................... 73 5.7 Proporsi Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian lima Kabupaten Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Utama Lainnya pada Masing-masing Kabupaten Tahun 2007 - 2013.. ................................................................... 75

Page 13: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

xiii

5.8 Fluktuasi Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian pada Lima Kabupaten di Prov. Sulbar Tahun 2007-2013 ......... 76

Page 14: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman 1 Data Utama ........................................................................... 112 2 Uji Asumsi Klasik ................................................................... 115 3 Uji Regresi ............................................................................ 122 4 Porsi Produksi Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan dan . Tanaman Perkebunan Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Pertanian Tahun 2007-2013 ................ 121 5 Perkembangan Lahan Irigasi Teknis dan Semi Teknis pada Lima Kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2007-2012 (Hektar)................................................................ 121 6 Perkembangan Produktivitas Tanaman Padi pada Lima Kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2007-2012 (Kuintal per Hektar)........................................................ ........ 122

Page 15: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

xv

DAFTAR SINGKATAN/SIMBOL

Singkatan/simbol Keterangan

PDRB Produk Domestik Regional Bruto

APBD Angggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

OLS Ordinary Least Square

2SLS Two Stage Least Square

FEM Fixed Effects Model

REM Random Effects Model

Koefisien Determinasi

Page 16: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertanian masih menjadi mesin penggerak roda ekonomi (economic

engine) bagi daerah yang kaya dengan potensi sumber daya alam berupa lahan

pertanian yang masih luas, tanah yang subur, iklim yang mendukung serta masih

tersedianya tenaga kerja. Demikian juga dengan Provinsi Sulawesi Barat dengan

segala potensinya masih menjadikan pertanian sebagai mesin penggerak

ekonominya. Hal ini dapat dilihat pada salah satu dari empat strong point

pembangunannya yaitu “Revitalisasi Pertanian”.

Bidang pertanian mempunyai potensi yang cukup besar, seperti yang

tergambar dari perkembangan kontribusinya terhadap perekonomian Sulbar. Hal

tersebut dapat dilihat pada perkembangan salah satu indikatornya yaitu Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor pertanian. Meskipun ada

kecenderungan menurun, sektor pertanian masih mendominasi dan menjadi

prioritas dalam kegiatan ekonomi dan pembangunan di Provinsi Malaqbi,

Sulawesi Barat.

Pertanian masih menjadi sektor yang memiliki kontribusi Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) terbesar sampai pada Triwulan akhir pada tahun 2014,

Porsi kontribusi sektor pertanian pada PDRB 2014 sebesar 40,38%, lebih kecil

dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 41,38%. Hal tersebut diakibatkan oleh

peningkatan sektor industri pengolahan yang cukup pesat di beberapa tahun

terakhir. Pada tahun 2014 porsi sektor industri pengolahan mencapai 11,06%,

Page 17: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

2

meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 8,85% (Bank Indonesia,

2015).

Selanjutnya, hingga triwulan ketiga tahun 2015 kegiatan ekonomi primer,

yang terdiri dari pertanian, perikanan dan kehutanan, telah berkontribusi pada

Produk Domestik Regional Bruto sebesar 45, 31 persen. Walaupun terdapat

kontraksi sebesar – 4,07 %, melanjutkan kecenderungan yang terus menurun

(BPS Sulbar, 2015). Sehingga bisa dikatakan secara ekonomi pembangunan

pertanian di Sulawesi Barat telah menunjukkan peran yang sangat besar.

Sumber: BPS, diolah dan ditampilkan oleh BI Sulbar

Gambar 1.1 Perkembangan share PDRB Sektoral 2010 – 2014

Demikian juga dengan fakta bahwa sektor pertanian masih menjadi

tumpuan hidup sebagian besar masyarakat Sulbar. Tidak kurang dari 300 ribu

tenaga kerja atau lebih dari setengah tenaga kerja Sulawesi Barat (BPS,

Sakernas 2013) menggantungkan hidupnya pada sektor ini. Meskipun sektor

pertanian tidak dapat memberikan kehidupan yang cukup memadai, tapi masih

mampu menjadi sektor utama dalam penyerapan tenaga kerja di Sulawesi Barat.

Page 18: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

3

Sumber: BPS Sulbar, 2015

Gambar 1.2 Struktur PDRB Sulawesi Barat Triwulan III 2015

Sejak menjadi pemerintah yang otonomi, Pemerintah Provinsi Sulawesi

Barat telah mendapatkan kewenangan yang terdesentralisasi pada bidang fiskal

dan admnistrasi. Seperti yang tertuang dalam UU No 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintah Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Sehingga telah memberikan

kebebasan kepada Pemprov. Sulbar dalam merencanakan, mengalokasikan

anggaran dan mengimplementasikan program dan kegiatan pembangunan

pertanian.

Kembali pada filosofi dasar dari desentralisasi fiskal yang sedianya dapat

meningkatkan efisiensi dan kinerja pengeluaran daerah sehingga berdampak

pada kesejahteraan masyarakat. Desentralisasi yang telah dinikmati melalui

otonomi daerah oleh Provinsi Sulawesi Barat seharusnya juga dapat

meningkatkan pertumbuhan ekonomi khususnya pertumbuhan ekonomi sektor

pertanian.

Dalam konteks belanja publik atau pengeluaran pemerintah (government

spending) untuk barang public, yang merupakan salah satu konsen dalam

Page 19: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

4

517.95

397.11 426.75

508.61

661.26

49.05 49.79 48.55 47.43 47.44

2009 2010 2011 2012 2013

Belanja Modal (MilyarRupiah)

Porsi PDRB SektorPertanian (Persen)

akuntansi sektor publik. Pemerintah kabupaten di Provinsi Sulbar sejauh ini sejak

otonomi daerah, telah mengalokasikan belanja modal sebagai bagian dari

belanja publik (lihat gambar 1.3). Terdapat kecenderungan yang terus meningkat

walaupun ada fluktuasi pada tahun tertentu. Jika dibandingkan dengan

perkembangan porsi Produk domestik regional bruto (PDRB) sektor pertanian

dan selanjutnya terhadap porsi penyerapan tenaga kerja sektor pertaniaan (lihat

gambar 1.4), maka nampak kesenjangan ataupun ketidak-konsistenan antara

kecenderungan kenaikan belanja modal pemerintah kabupaten di Provinsi Sulbar

dengan kecenderungan penurunan porsi PDRB sektor pertanian dan porsi

penyerapan tenaga kerja sektor pertanian.

Gambar 1.3 Perkembangan Total Belanja Modal Pemerintah Kabupaten di Prov. Sulbar dan Porsi Produk domestik regional bruto (PDRB) sektor pertanian Tahun 2009 - 2013

Sehubungan dengan hal tersebut, sejauh ini beberapa peneliti telah

berupaya untuk melihat hubungan kewenangan belanja pemerintah pada

desentralisasi fiskal dengan pertumbuhan ekonomi. Lebih khusus lagi, ada yang

ingin melihat hubungannya dengan pertumbuhan sektor pertanian. Serta lebih

Page 20: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

5

397.11 426.75

508.61

661.26

588.44

61.95 57.85 57.4 58.2 58.35

2010 2011 2012 2013 2014

Belanja Modal (MilyarRupiah)

Penyerapan TenagaKerja Sektor Peranian(Persen)

jauh lagi, hubungan pertumbuhan sektor pertanian dengan penyerapan tenaga

kerja pada sektor pertanian.

Namun demikian hubungan antara desentralisasi fiscal dengan

pertumbuhan ekonomi yang terdapat pada hasil penelitian sebelumnya

menunjukkan hubungan yang bervariasi. Terdapat hubungan yang positif atau

negatif dan bahkan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Akai dan Sakata (2002) dan Faridi (2011) menemukan hubungan positif

dan signifikan antara desentralisasi fiscal dengan pertumbuhan ekonomi.

Sedangkan Bodman et al (2007) dan Asatryan dan Feld (2013) tidak

menemukan hubungan langsung antara desentralisasi fiscal dan pertumbuhan

ekonomi. Sementara itu, hubungan sebaliknya atau negatif antara desentralisasi

fiscal dengan pertumbuhan ekonomi diungkapkan oleh Davoodi dan Zou (1998)

dan Xie et al (2002).

Gambar 1.3 Perkembangan Total Belanja Modal Pemerintah Kabupaten di Prov. Sulbar dan Porsi Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian Tahun 2010 - 2014

Page 21: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

6

Lebih spesifik lagi hubungan antara desentralisasi fiscal dan layanan

pertanian, Kannan (2013) menemukan hubungan yang positf namun tidak

signifikan. Sedangkan Sumedi et al (2013) menemukan hubungan positif dan

signifikan antara dana APBN dan APBD dengan PDRB sektor pertanian.

Hubungan pada tahap lebih lanjut antara pertumbuhan ekonomi sektor pertanian

dengan penyerapan tenaga kerja sektor pertanian Yasrizal dan Hasan (2016)

menemukan hubungan positif dan signifikan, sementara Sobita dan Suparta

(2014) menemukan PDRB riil dan harga modal pertanian secara signifikan

berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja.

Namun demikian penilitian-penelitian tersebut hanya mellihat secara

umum hubungan desentralisasi fiscal terhadap pertumbuhan ekonomi, bukan

terhadap komposisi belanja apalagi spesifik terhadap belanja modal. Davoodi

dan Zou (1998) menjelaskan bahwa komposisi belanja pemerintah sebagai salah

satu penyebab mengapa desentralisasi fiscal memiliki pengaruh negatif terhadap

pertumbuhan ekonomi. Sebab Desentralisasi fiscal tidak memberikan informasi

yang lebih jauh tentang belanja pemerintah. Sehingga tidak bisa dibedakan

antara belanja rutin dengan belanja modal, antara pengeluaran untuk

kesejahteraan dan jaminan sosial dengan belanja infrastruktur.

Oleh karena itu sangat penting untuk mempertimbangkan belanja modal

sebagai bagian dari komposisi pengeluaran pemerintah daerah untuk barang

public untuk diteliti lebih jauh. Bukan hanya hubungannya terhadap pertumbuhan

ekonomi tapi juga dampaknya terhadap penyerapan tenaga kerja, sebagai salah

satu faktor yang mempengaruhi kesejahteraan masyarakat.

Beberapa peneilitan sebelumnya tentang belanja modal dan pengaruhnya

terhadap pertumbuhan ekonomi dan tenaga kerja menunjukkan hasil yang

berbeda baik itu tidak signifikan, signifikan positif maupun signifikan negatif.

Page 22: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

7

Anwar et al (2016) menemukan pengaruh positif dan signifikan antara

Dana Bagi Hasil (DBH) Sumber Daya Alam, belanja modal, dan infra struktur

jalan dengan pertumbuhan ekonomi sektor primer (pertanian dan

pertambangan), dan hubungan pengaruh negatif antara infrastruktur jalan

dengan pertumbuhan ekonomi sektor primer. Disamping itu, Numainah (2013),

Hartati (2012), dan Arsa (2014) juga memperoleh hasil signifikan dan positif

untuk hubungan belanja modal dengan pertumbuhan ekonomi. Namun di sisi

lain, hubungan yang tidak signifikan antara belanja modal dan pertumbuhan

ekonomi diperoleh oleh Xie et al (1999), Hendarmin (2012), dan Anasmen

(2009).

Terkait dengan tenaga kerja, Anwar et al (2016) juga menemukan dalam

penelitiannya pertumbuhan ekonomi sektor primer berpengaruh signifikan dan

positif terhadap penyerapan tenaga. Hartati (2012) dan Hendarmin (2012)

menemukan belanja modal juga berpengaruh terhadap kesempatan kerja.

Selanjutnya, berdasarkan uraian-uraian tersebut diatas dalam konteks

belanja publik sebagai salah satu fokus studi dalam akuntansi sektor publik,

maka masih terdapat celah yang belum terungkap dan diteliti. Seperti belanja

modal yang lebih terperinci (elemen) dalam bentuk belanja jalan, irigasi dan

jaringan dan belanja peralatan dan mesin. Kedua jenis belanja modal tersebut

dapat diasumsikan berdasarkan teori Produk Cobb-Douglas sebagai faktor

produksi yang akan mempengaruhi produk domestik regional bruto (PDRB)

sektor pertanian dan berdampak lebih lanjut terhadap penyerapan tenaga kerja

sektor pertanian.

Oleh karena itu penelitian ini mencoba menawarkan sebuah pendekatan

yang ingin melihat pengaruh langsung antara belanja modal dalam dimensi

belanja jalan, irigasi dan jaringan dan belanja peralatan dan mesin terhadap

PDRB sektor pertanian. Selanjutnya, penelitian ini lebih jauh lagi ingin melihat

Page 23: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

8

dampak belanja jalan, irigasi dan jaringan dan belanja peralatan dan mesin

terhadap penyerapan tenaga kerja sektor pertanian melalui PDRB sektor

pertanian.

1.2 Rumusan Masalah

Provinsi Sulawesi Barat menawarkan sebuah kebaruan kondisi (novelty)

sebagai salah satu provinsi termuda di Indonesia di era desentralisasi fiscal.

Kebaruan ilmiah dalam penelitian untuk melihat arah dan besar pengaruh belanja

modal sebagai bagian dari belanja publik dalam bentuk yang terperinci; dimensi

belanja jalan, irigasi dan jaringan dan belanja peralatan dan mesin; terhadap

pertumbuhan output sektor pertanian serta selanjutnya dampaknya terhadap

penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian.

Oleh karena itu penelitian ini termotivasi oleh beberapa pertanyaan

sebagai berikut:

1. Apakah belanja jalan, irigasi dan jaringan berpengaruh terhadap

pertumbuhan output sektor pertanian.

2. Apakah belanja peralatan dan mesin berpengaruh terhadap pertumbuhan

output sektor pertanian.

3. Apakah pertumbuhan output sektor pertanian berpengaruh terhadap

penyerapan tenaga kerja sektor pertanian

4. Apakah belanja jalan, irigasi dan jaringan berpengaruh terhadap penyerapan

tenaga kerja sektor pertanian secara tidak langsung melalui pertumbuhan

output sektor pertanian.

5. Apakah belanja peralatan dan mesin berpengaruh terhadap penyerapan

tenaga kerja sektor pertanian secara tidak langsung melalui pertumbuhan

output sektor pertanian.

Page 24: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

9

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis:

1. Pengaruh belanja jalan, irigasi dan jaringan terhadap pertumbuhan output

sektor pertanian.

2. Pengaruh belanja peralatan dan mesin terhadap pertumbuhan output sektor

pertanian.

3. Pengaruh pertumbuhan output sektor pertanian terhadap penyerapan tenaga

kerja sektor pertanian

4. Pengaruh belanja jalan, irigasi dan jaringan terhadap penyerapan tenaga

kerja sektor pertanian secara tidak langsung melalui pertumbuhan output

sektor pertanian.

5. Pengaruh belanja peralatan dan mesin terhadap penyerapan tenaga kerja

sektor pertanian secara tidak langsung melalui pertumbuhan output sektor

pertanian.

1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Teoretis

Kegunaan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat khususnya

terhadap pengembangan ilmu pengetahuan di bidang akuntansi sektor publik

mengenai perencanaan dan pengendalian belanja modal. Belanja modal dalam

bentuk belanja jalan dan irigasi dan bendungan; dan belanja peralatan dan

mesin dengan pendekatan teori Cobb-Douglas untuk melihat pengaruhnya

terhadap Produk domestik regional bruto (PDRB) sektor pertanian sehingga

berdampak pada penyerapan tenaga kerja sektor pertanian.

Page 25: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

10

1.4.2. Kegunaan Praktis

Dapat menjadi salah satu sumber informasi dalam penerapan elemen-

elemen prinsip value for money; ekonomis, efisiensi dan efektivitas terhadap

penggunaan belanja jalan, irigasi dan jaringan; dan belanja peralatan dan mesin.

Sebagai bagian dari upaya pengendalian internal pemerintah provinsi Sulawesi

Barat.

1.4.3. Kegunaan Kebijakan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam

menyusun kebijakan di Sulawesi Barat dalam hal perencanaan, penganggaran

dan penggunaan anggaran belanja modal sebagai bagian dari belanja publik.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah terbatas pada 8 (delapan)

tahun realisasi belanja modal oleh pemprov dan pemkab di Provinsi Sulawesi

Barat. Periode data yang akan digunakan adalah tahun 2007 s.d 2014 untuk data

keuangan pada pemerintah daerah pada tingkat kabupaten dan provinsi di

Provinsi Sulawesi Barat. Disamping data Produk domestik regional bruto (PDRB)

sektor pertanian, dan penyerapan tenaga kerja sektor pertanian di Provinsi

Sulawesi Barat.

Page 26: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori dan Konsep

2.1.1 Pengertian dan Konsep Belanja Pemerintah (government spending)

Richard Musgrave (1959) dalam Fischer (1996) telah mengidentifikasi tiga

fungsi ekonomi tradisional untuk pemerintah, yaitu menjaga stabilisasi ekonomi,

mengubah distribusi sumber daya, dan mendapatkan alokasi sumber daya

masyarakat yang efisien.

Selanjutnya terkait dengan pemerintah daerah Fischer (1996)

menjelaskan bahwa pemahaman konvensional yang umum selama ini bahwa

pemerintah daerah secara inheren terbatas hanya dalam mewujudkan dua fungsi

pertama (stabilisasi dan distribusi) terutama karena kemudahan mobilitas di

antara wilayah yurisdiksi. Oleh karena itu perlu untuk mengkaji dan meneliti lebih

lanjut tentang fungsi alokasi dari pemerintah daerah.

Terkait dengan fungsi alokasi atau pengeluaran tersebut

Mangkoesoebroto (1997) menjelaskan bahwa pengeluaran pemerintah adalah

salah satu unsur permintaan agregat. Konsep perhitungan pendapatan nasional

melalui pendekatan pengeluaran dinyatakan dengan rumus berikut

Y = C + I + G + X-M ………………………………………………(2.1)

Rumus tersebut dikenal dengan rumus identitas pendapatan nasional,

yang sekaligus mencerminkan penawaran agregat. Variable-variabel pada ruas

kanan disebut variabel permintaan agregat. Variable G adalah pengeluaran

pemerintah (government expenditures), I adalah investment, X-M menyatakan

net ekspor. Dengan cara membandingkan nilai G terhadap Y dan mengamatinya

dari waktu ke waktu maka dapat diperoleh informasi seberapa besar kontribusi

Page 27: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

12

pengeluaran pemerintah pada pembentukan permintaan agregat atau

pendapatan nasional. Dengan demikian selanjutnya dapat dianalisis seberapa

besar peranan pemerintah dalam perekonomian nasional (Mangkoesoebroto,

1997).

Disamping Pemerintah melakukan pengeluaran, pemerintah juga

memperoleh penerimaan. Penerimaan dan pengeluaran pemerintah merupakan

suatu konsep terpadu mengenai pendapatan dan belanja negara.

Kebijaksanaan-kebijaksanaan yang terkait dengan penerimaan dan pengeluaran

pemerintah (pendapatan dan belanja negara) adalah kebijksanaan fiskal

(Mangkoesoebroto, 1997).

Lebih lanjut Mangkoesoebroto (1997) menjelaskan bahwa pengeluaran

pemerintah biasanya direncanakan jauh sebelum realisasinya. Pemerintah

membuat daftar anggaran rencana pengeluaran setiap tahunnya, di Indonesia

dijabarkan dalam bentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),

dan oleh Mahmudi (2010) menyebutkan kalau di daerah adalah Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Pengeluaran pemerintah tersebut dibedakan menjadi dua, yakni

pengeluaran negara dan pengeluaran daerah, yang mempunyai struktur

pengeluaran tersendiri dan berbeda (Mangkoesoebroto, 1997).

Selanjutnya Budiono (1999) dalam Prasetya (2012) menjelaskan

pengeluaran pemerintah tersebut dalam arti riil dapat dipakai sebagai indikator

besarnya kegiatan pemerintah yang dibiayai dari pengeluaran pemerintah.

Semakin besar dan banyak kegiatan pemerintah maka semakin besar pula

pengeluaran pemerintah. Menurut teori ekonomi makro, pengeluaran pemerintah

tersebut terdiri atas tiga pos utama yang digolongkan sebagai berikut:

a) Pengeluaran pemerintah untuk pembelian barang dan jasa.

b) Pengeluaran pemerintah untuk gaji pegawai. Perubahan gaji pegawai

Page 28: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

13

membawa pengaruh terhadap proses makro ekonomi. Perubahan gaji

pegawai akan mempengaruhi tingkat permintaan secara tidak langsung.

c) Pengeluaran pemerintah untuk transfer payment. Transfer payment

bukan pembelian barang atau jasa oleh pemerintah dipasar melainkan

pencatatan pembayaran atau pemberian langsung kepada warganya

dalam hal misalnya pembayaran subsidi atau bantuan langsung

kepada beberapa golongan masyarakat, pembayaran pensiun,

pembayaran bunga pinjaman pemerintah kepada masyarakat. Dari

sudut pandang ekonomi, transfer payment memiliki status dan

pengaruh yang sama dengan pos gaji pegawai walaupun secara

administrasi keduanya berbeda.

2.1.2 Model Pembangunan Terkait Pengeluaran Pemerintah

Sebuah model pembangunan diperkenalkan dan dikembangkan oleh

Rostow dan Musgrave dengan mengaitkan perkembangan pengeluaran

pemerintah dengan tahap-tahap pembangunan ekonomi yang dibedakan dalam

tahap awal, tahap menengah, dan tahap lanjut (Prasetya, 2012).

Mangkoesoebroto (1997) menjelaskan tahap-tahap tersebut sebagai

berikut:

a. Tahap awal perkembangan ekonomi, porsi inventasi pemerintah

terhadap total porsi investasi adalah besar, sebab dalam tahap ini

pemerintah harus menyediakan sarana prasarana umum, seperti:

pendidikan, kesehatan, dan transportasi.

b. Tahap menengah pembangunan ekonomi, peran investasi swasta

semakin besar, namun investasi pemerintah juga tetap diperlukan

untuk mendorong pertumbuhan ekonomi menuju tinggal landas.

c. Tingkat ekonomi lebih lanjut dalam pembangunan ekonomi, aktiitas

pemerintah beralih dari penyediaan prasarana publik ke bentuk

Page 29: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

14

pengeluaran yang bersifat sosial seperti program kesejahteraan hari

tua, program pelayanan kesehatan masyarakat dan sebagainya

Sementara itu, sebuah pandangan lain yang masih terkait dengan

pengeluaran pemerintah dalam pembangunan juga dikemukakan oleh Adolf

Wagner dalam Mangkoesoebroto (1997). Adolf Wagner menyatakan bahwa

pengeluaran dan kegiatan pemerintah semakin lama semakin besar.

Kecenderungan tersebut disebut oleh Wagner dengan hukum selalu

meningkatnya peranan pemerintah. Teori Wagner intinya menyebutkan makin

besarnya peran pemerintah dalam kegiatan dan kehidupan ekonomi masyarakat

secara keseluruhan. Wagner berpendapat bahwa dalam suatu perekonomian jika

pendapatan per kapita meningkat maka secara relatif pengeluaran pemerintah

juga meningkat disebabkan terutama karena pemerintah harus mengatur

hubungan yang terjadi pada masyarakat, seperti hukum, rekreasi, kebudayaan

pendidikan, dan sebagainya.

Di sisi lain, juga masih terdapat pandangan tentang pengeluaran

pemerintah tersebut. Prasetya (2012) menjelaskan teori Peacock dan Wiseman

tentang analisa penerimaan pengeluaran pemerintah. Menurut Peacock dan

Wiseman, pemerintah selalu berusaha meningkatkan pengeluarannya dengan

mengandalkan peningkatan penerimaan dari pajak. Sementara masyarakat tidak

menyukai pembayaran pajak yang besar karena pembiayaan pengeluaran

pemerintah besar tersebut. Peningkatan penerimaan pajak tersebut

menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin besar. Dalam kondisi

normal peningkatan GNP menyebabkan peningkatan penerimaan pemerintah,

yang juga berakibat terhadap peningkatan pengeluaran pemerintah.

Page 30: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

15

2.1.3 Belanja Modal

Penanaman modal adalah kegiatan pengalokasian dana yang bersumber

dari pemerintah atau masyarakat untuk dimanfaatkan dalam menjalankan

kegiatan bisnis dan pengadaan fasilitas atau faktor-faktor produksi seperti mesin-

mesin, pabik, lahan, bahan baku dan sebagainya. Kegiatan penanaman modal

oleh masyarakat dapat berupa investasi swasta ataupun investasi pihak asing.

Sementara penanaman modal oleh pemerintah dapat berupa investasi pada

perusahaan negara baik pada BUMN maupun BUMD ataupun berupa belanja

modal pemerintah.

Halim (2008) berpendapat belanja modal adalah investasi dalam bentuk

pembeliaan/ pengadaan aset yang manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan

dan dapat digunakan dalam kegiatan pemerintah yang bermanfaat secara

ekonomis, sosial (public) dan lainnya sehingga dapat meningkatkan kemampuan

pemerintah untuk melayani masyarakat. Dengan demikian belanja modal

bermanfaat untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Selanjutnya Halim (2008) membagi belanja modal tersebut dalam dua

bagian: 1) Belanja publik yaitu belanja yang manfaatnya bisa dinikmati secara

langsung oleh masyarakat umum. Belanja publik beberapa contohnya seperti

pembangunan jalan raya dan jembatan, pembelian pembelian mobil ambulans

dan alat transportasi massal.2) Belanja Aparatur adalah belanja yang

manfaatnya dinikmati oleh masyarakat tidak secara langsung, tetapi dinikmati

secara langsung oleh aparatur, seperti pembangunan gedung pemerintah dan

pembangunan rumah dinas serta pembelian kendaraan dinas.

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya oleh Rostow dan Musgrave

tentang tahapan pengeluaran terkait pembangunan ekonomi. Oleh karena itu,

belanja modal memilki peran yang sangat penting guna meningkatkan

Page 31: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

16

infrastruktur publik, sehingga dapat mendukung peningkatan pertumbuhan

ekonomi dan mempercepat pembangunan daerah.

Lebih jauh lagi, terkait dengan belanja modal sebagai belanja sektor

publik. Mahmudi (2010) menerangkan bahwa belanja pada sektor publik berbeda

dengan belanja pada sektor bisnis. Belanja pada sektor publik sangat terkait

dengan penganggaran. Belanja menunjukkan jumlah uang yang telah

dikeluarkan selama satu tahun anggaran. Belanja pada sektor publik secara

konsep berbeda dengan ―biaya‖ yang umum digunakan pada sektor bisnis. Itulah

keunikan atau ciri khas belanja pada sektor publik.

2.1.4 Teori Produksi dan Produksi Pertanian

2.1.4.1 Fungsi Produksi dan Teori Produksi Cobb-Douglas

Fungsi produksi adalah sebuah metode yang dapat digunakan dalam

mengukur pertumbuhan output potensial dengan cara memperhitungkan

berbagai sumber kapasitas produksi ekonomi, yakni kontribusi produktivitas

tenaga kerja, modal dan produktivitas total. Setelah itu, dengan metode ini kita

bahkan dapat memperoleh informasi tentang efisiensi teknologi dan efesiensi

alokasi sehingga metode juga dapat dinamakan dengan fungsi sisi penawaran

(Hájková dan Hurník, 2007)

Terkait dengan penerapannya, Hájková dan Hurník (2007) selanjutnya

menjelaskan bahwa fungsi produksi merupakan sebuah alat yang berguna dan

ampuh untuk menganalisa dan mengevaluasi makroekonomi dari kebijakan

struktural pemerintah. Dengan fungsi produksi tersebut, perubahan kinerja pada

sisi penawaran dapat dianalisa lebih lanjut berdasarkan perkembangan simultan

yang diamati pada jumlah produktivitas tenaga kerja, modal dan produktivitas

total. Sebagai contoh kenaikan tingkat pertumbuhan modal disertai dengan

kenaikan produktivitas faktor produksi secara umum dapat menandakan adanya

Page 32: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

17

beberapa perbaikan kinerja pada sisi penawaran. Jika terjadi kenaikan laju

pertumbuhan modal sementara kecenderungan faktor produktivitas total tetap

(stagnant), kita dapat menyimpulkan bahwa sisi penawaran berfungsi tidak

efektif.

Masih terkait dengan penerapannya, Humphrey (1997) berpendapat

penerapan fungsi produksi bukan hanya pada ekonomi makro tapi juga pada

tingkat perusahaan. Para ekonom menggunakan fungsi produksi pada tingkat

mikro, untuk menghasilkan fungsi biaya dan memasukkan jadwal permintaan

untuk perusahaan. Kondisi yang memaksimalkan profit dapat diperoleh dengan

penggunaan faktor-faktor secara optimal berasal pada fungsi ekonomi mikro

tersebut. Sedangkan pada tingkat makro ekonomi, yaitu dengan cara

menggunakan fungsi produksi agregat untuk menjelaskan penentuan pangsa

pendapatan faktor produksi dan untuk menentukan kontribusi relatif dari

kemajuan teknologi dan perluasan persediaan faktor terhadap pertumbuhan

ekonomi.

Gagasan utama fungsi produksi adalah tentang analisa mendasar

terhadap ekonomi. Fungsi produksi bersama konsep fungsi utilitas bagaikan

tiang kembar dalam ekonomi neoklasik (Humphrey, 1997).

Hal tersebut dapat dilihat pada model yang direfleksikan dalam fungsi

produksi, yaitu hubungan matematika antara masukan (input) dengan luaran

(output) yang dapat dituliskan sebagai berikut:

Q = f ( K, L,M,...) …………………………………………………………..(2.2)

Dimana Q adalah luaran (output) barang tertentu selama satu periode, K

adalah mesin (modal) yang digunakan dalam satu periode, L adalah masukan

(input) jam tenaga kerja, dan M adalah bahan baku yang digunakan. Namun

Page 33: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

18

demikian model ini juga masih terbuka terhadap kemungkinan variabel-variabel

lain yang dapat mempengaruhi proses produksi (Nicholson, 2002).

Sementara itu, terkait dengan persamaan fungsi produksi tersebut. Miller

dan Meiners (2000) juga menjelaskan bahwa Q adalah tingkat output per unit

periode, K adalah arus jasa dan cadangan atau sediaan modal per unit periode,

L adalah arus jasa dari pekerja perusahaan per unit periode. Persamaan ini

menunjukkan bahwa kuantitas output secara fisik ditentukan oleh kuantitas

modal dan tenaga kerja.

Lebih jauh lagi mengenai penerapan fungsi produksi, Humphrey (1997)

berpendapat bahwa dari sekian banyak model fungsi produksi pada abad ke-18

dan ke-19 yang paling sering dibahas oleh buku-buku teks dan penelitian adalah

versi Cobb-Douglas.

P = bLkC1−k

. …………………………………………………………….(2.3)

Sebuah model fungsi produksi yang dihasilkan dari kerjasama antara ekonom

University of Chicago Paul Douglas dengan profesor matematika Charles W.

Cobb pada 1927. Pada saat itu Douglas, yang sedang cuti panjang di Amherst,

meminta Cobb untuk menghasilkan sebuah persamaan yang dapat menjelaskan

hubungan antara deret waktu dengan data output manufaktur, input tenaga

kerja, dan modal yang Douglas miliki untuk periode 1889-1922.

Persamaan (2) tersebut menunjukkan hasil konstan terhadap skala,

dengan asumsi teknologi yang juga konstan, dan mengabaikan input lahan dan

bahan baku. Dengan eksponennya k dan 1 – k yang hasil penjumlahannya

adalah satu. Fungsi tersebut tampak menggambarkan keseluruhan teori

produktivitas marjinal distribusi. Bilangan eksponennya merupakan elastisitas

output terkait dengan tenaga kerja dan modal. Elastisitas tersebut dalam

Page 34: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

19

keseimbangan kompetitif dimana input digunakan untuk produk marjinal mereka,

yang merupakan bagian pendapatan faktor yang hanya menambah satu

kesatuan sehingga menguras produk nasional sesuai teori (Humphrey, 1997).

2.1.4.2 Komposisi Pengeluaran Pemerintah Sebagai Salah Satu Faktor

Fungsi Produksi

Barro (1990) mengembangkan sebuah model lebih lanjut dari fungsi

produksi Cobb-Douglas. Sebuah model yang memasukkan layanan pemerintah,

yang dibiayai dari pajak, sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi produksi

dan utilitas. Lebih jelasnya, model tersebut menyatakan bahwa pengeluaran

pemerintah adalah salah satu input disamping pengeluaran sector swasta dalam

fungsi produksi. Lebih jauh lagi Barro (1990) membedakan pengeluaran

pemerintah (public) tersebut berdasarkan tiga tingkatan pemerintahan: federal,

negara bagian (provinsi), dan lokal (kota/kab).

Davoudi dan Zou (1998), berdasarkan model Barro tersebut, menjelaskan

lebih lanjut mengapa komposisi belanja pemerintah menyebabkan desentralisasi

fiscal memiliki pengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Desentralisasi

fiscal dalam penelitiannya tidak memberikan informasi yang lebih jauh tentang

belanja pemerintah. Sehingga tidak bisa dibedakan antara belanja rutin dengan

belanja modal, antara pengeluaran untuk kesejahteraan dan jaminan sosial

dengan belanja infrastruktur. Sementara telah dipahami bersama sebagai

sebuah kesepakatan konvensional bahwa belanja modal dan infrastruktur

memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi, dan pengaruh

yang sebaliknya dari pengeluaran kesejahteraan dan pengeluaran rutin.

Lebih jauh lagi, Devarajan et al (1996) juga mengembangkan sebuah

model dengan cara mengkombinasikan pengamatan empiris dengan kerangka

teoritis untuk memasukkan pengeluaran pemerintah ke dalam fungsi produksi.

Page 35: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

20

Namun demikian, model ini membedakan antara pengeluaran produktif dan tidak

produktif dari pengeluaran pemerintah pada fungsi produksi tersebut.

2.1.4.3 Faktor Produksi Pertanian dan Penerapan Fungsi Produksi

Faktor produksi pada usaha pertanian meliputi modal, tanah, dan tenaga

kerja. Namun ada beberapa ahli memasukkan faktor keempat, yaitu manajemen

atau pengelolaan (skill) pada faktor produksi tersebut. Pendapat tersebut

sebenarnya bukan masalah. Keduanya benar dan dapat digunakan, tergantung

pada pilihan atau penggunaannya (Daniel, 2004).

Kesemua faktor produksi tersebut mempunyai fungsi berbeda dan saling

terkait. Jika ada satu faktor produksi tidak tersedia maka proses produksi tidak

dapat berjalan, terutama pada tiga faktor pertama seperti tanah, modal, dan

tenaga kerja. Jika hanya ada tanah, modal, dan manajemen, maka proses

produksi pertanian tidak berjalan karena tidak ada tenaga kerja. Tanpa tenaga

kerja, tidak ada yang bisa dilakukan. Demikian juga dengan faktor produksi

lainnya seperti modal. Meskipun ada tanah dan tenaga kerja, tetapi tidak ada

modal, maka produksipun tidak dapat dilakukan. Pembelian bibit, pupuk, dan lain

sebagainya membutuhkan modal. Begitu juga jika hanya memiliki modal dan

tenaga kerja tanpa lahan pertanian, maka produksi pertanian juga tidak bisa

berjalan, karena media penanaman tanaman tidak ada (Daniel, 2004).

Lebih lanjut Daniel (2004) mempertegas bahwa media tempat usaha

produksi pertanian yang dilakukan tetap membutuhkan tanah atau ruang.

Meskipun media penanaman saat ini, dengan adanya perkembangan teknologi

seperti teknik hidroponik, aeroponik dan lain sebagainya teknik bertanam tanpa

tanah, tidak terbatas pada pengertian tanah (soil).

Page 36: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

21

Sementara itu Rahim dan Hastuti (2007) menjelaskan beberapa faktor

yang mempengaruhi produksi pertanian seperti berikut:

1. Lahan Pertanian

Lahan pertanian merupakan faktor produksi pertanian. Semakin luas

lahan yang digarap maka semakin besar jumlah produksi dari lahan

tersebut.

Ukuran lahan pertanian bisa dinyatakan dalam hektar (ha) atau are.

Namun demikian petani di pedesaaan masih sering menggunakan istilah

ukuran tradisional, seperti patok, dan jengkal.

2. Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah faktor penting yang diperhitungkan pada proses

produksi pertanian. Penggunaan tenaga kerja bisa dinyatakan sebagai

curahan tenaga kerja, yaitu efektifnya besaran tenaga kerja yang

digunakan.

3. Modal

Modal dibutuhkan dalam setiap kegiatan pencapaian tujuan apalagi

kegiatan proses produksi pertanian. Modal dapat dibagi menjadi dua

bagian dalam kegiatan proses produksi; modal tetap (fixed cost) dan

modal tidak tetap (variable cost). Modal berupa tanah, bangunan, mesin,

dan peralatan pertanian karena tidak habis sekali pakai dalam proses

produksi, sedangkan modal tidak tetap seperti pupuk, benih, pestisida,

dan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja.

Skala usaha produksi pertanian juga menentukan besar kecilnya modal

yang dipakai. Makin besar skala usaha tani makin besar pula modal

yang dipakai, begitu juga sebaliknya. Disamping komoditas yang turut

menentukan besar keilnya modal yang dipakai tertentu dalam proses

Page 37: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

22

produksi komoditas pertanian juga menentukan tertentu dalam proses

produksi pertanian.

4. Pupuk

Pupuk berfungsi sebagai nutrisi bagi tanaman seperti pada manusia.

Disamping nutrisi makanan pokok juga dibutuhkan nutrisi tambahan

seperti vitamin. Demikian juga pada tanaman, disamping air sebagai

makanan pokoknya, tananaman juga membutuhkan pupuk untuk

pertumbuhan dan perkembangannya.

Ada dua jenis pupuk utama, yaitu pupuk organic dan anorganik. Pupuk

organic atau pupuk alam adalah hasil penguraian sisa tanaman atau

binatang, seperti pupuk hijau, kompos, bungkil, pupuk kandang, guano,

dan tepung tulang. Sementara itu, pupuk anorganik atau pupuk buatan

adalah hasil dari pabrik pembuat pupuk, seperti pupuk urea, TSP, dan

KCL.

5. Pestisida

Pestisida adalah racun yang mengandung zat-zat aktif untuk membasmi

hama dan penyakit tanaman.

6. Bibit

Keunggulan produksi pertanian juga ditentukan oleh bibit. Biasaya, bibit

unggul tahan terhadap penyakit dan hasil komoditasnya berkualitas

tinggi.

7. Teknologi

Efisiensi yang tinggi dapat dicapai dengan penggunaan teknologi untuk

rekayasa perlakuan tanaman. Seperti pada tanaman padi yang dipanen

dua kali dalam setahun, namun dengan perlakuan teknologi maka

tanaman padi dapat dipanen tiga kali dalam setahun.

Page 38: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

23

8. Manajemen

Peranan manajemen sangat penting pada usaha tani modern dalam

memproduksi komoditi pertanian. Manajemen usaha pertanian tersebut

meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),

pengendalaian (controlling), dan evaluasi (evaluation).

Selanjutnya dalam menjelaskan penerapan fungsi produksi Coob-

Douglas dalam produksi pertanian, Rahim dan Hastuti (2007) menyebutkan

bahwa faktor produksi dikorbankan untuk menghasilkan komoditas pertanian

sehingga produksi hasil komoditas pertanian (on farm) sering disebut korbanan

produksi. Faktor produksi komoditas sering disebut commodity production input,

sehingga untuk menghasilkan suatu produk diperlukan hubungan antara factor

produksi (input) dan komoditas (output).

Selanjutnya untuk menjelaskan hubungan antara input dan output

tersebut, Soekartawi (1995) menamakannya factor relationship (FR). Menurut

Rahim dan Hastuti (2007), secara matematik, dapat dituliskan dengan analisis

fungsi produksi Cobb-Douglas. Dimana fungsi atau persamaan tersebut

melibatkan dua atau lebih variabel (variable bebas/independent variable dan

variabel tidak bebas/dependent variable).

Y = β0 X1 β1 X2

β2 β… Xi βi… Xn

βneπ …………………………………..(2.4)

Dalam proses produksi Y dapat berupa produksi komoditas pertanian dan

X dapat berupa lahan pertanian (X1), tenaga kerja (X2), modal (X3), pupuk (X4),

pestisida (X5), bibit (X6), teknologi (X7), dan manajemen (X8). Lahan pertanian

bisa berbentuk tingkat kesuburan tanah, lokasi, topografi, status lingkungan, dan

status lahan; tenaga kerja, kualitas tenaga kerja, jenis kelamin, tenaga kerja

musiman, dan upah tenaga kerja (mekanisme pasar, jenis kelamin, kualitas,

Page 39: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

24

umur, lama waktu bekerja, dan tenaga kerja bukan manusia). Modal dalam

bentuk modal tetap dan modal tidak tetap; pupuk seperti urea, KCL, dan TSP;

pestisida; bibit unggul; teknologi seperti kultur jaringan; dan manajemen dalam

bentuk tingkat pendidikan, tingkat keterampilan, skala usaha, besar-kecilnya

kredit, dan macam komoditas (Rahim dan Hastuti, 2007).

Namun pada pelaksanaannya faktor produksi belum cukup untuk

menjelaskan Y. Ada faktor-faktor sosial ekonomi lainnya, yaitu tingkat

pendidikan, tingkat pendapatan, dan tingkat keterampilan yang turut berperan

dalam mempengaruhi tingkat produksi. Oleh karena itu, dalam merancang untuk

menganalisis kaitan input dan output, sebelumnya diperlukan pemahaman dan

identifikasi variable-variabel yang mempengaruhi proses produksi komoditas

pertanian (Rahim dan Hastuti, 2007).

2.1.5 Tenaga Kerja

2.1.5.1 Konsep Tenaga Kerja

Menurut Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Pasal 1, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan

baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sementara itu BPS mendefinisikan

pekerja atau tenaga kerja ialah semua orang yang biasanya bekerja di

perusahaan/usaha terkait produksi ataupun administasi.

Tenaga kerja di Indonesia dihitung mulai pada usia 10 tahun tanpa batas

maksimum. Pemilihan usia 10 tahun berdasarkan kenyataan karena adanya

kesulitan ekonomi keluarga maka pada usia tersebut sudah banyak penduduk

yang bekerja. Sementara itu Indonesia belum menganut batas umur maksimal

tenaga kerja karena belum adanya sistem jaminan sosial nasional. Di Indonesia

yang memiliki jaminan nasional dihari tua sebagian kecil saja, yakni hanya

Page 40: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

25

pegawai negeri dan sebagian kecil pegawai perusahaan swasta. Kelompok

inipun, memiliki pendapatan yang belum dapat mencukupi kebutuhan mereka

sehari-hari. Oleh karena itu pegawai yang pensiunpun biasanya masih tetap

bekerja sehingga mereka masih dikelompokkan sebagai tenaga kerja (Payaman,

2001).

Penduduk usia kerja terbagi dalam angkatan kerja dan bukan angkatan

kerja. Angkatan kerja merupakan penduduk yang masuk dalam usia kerja dan

memiliki pekerjaan, atau memiliki pekerjaan tapi sementara tidak bekerja dan

yang mencari pekerjaan. Sementara yang bukan angkatan kerja, penduduk

dalam usia kerja yang tidak bekerja atau sedang tidak bekerja atau tidak

mempunyai pekerjaan disebabkan bersekolah, mengurus rumah tangga dan

menerima pendapatan namun bukan merupakan imbalan langsung atas jasanya

seperti pensiunan. Kelompok bukan angkatan kerja tersebut sewaktu-waktu

dapat menawarkan jasanya untuk bekerja. Oleh karena itu kelompok tersebut

sering juga disebut potensial labor force (Simanjuntak, 2001).

Namun demikian, lebih jauh lagi terkait dengan batas usia tenaga kerja

dan kriteria tenaga kerja di Indonesia, Simanjuntak (2001,) menegaskan bahwa

tenaga kerja adalah penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang

mencari pekerjaan, dan melakukan kegiatan lain seperti bersekolah atau

mengurus rumah tangga, dengan batasan umur 15 tahun. Pendapat tersebut

searah dengan pendapat Sitanggang dan Nachrowi (2004) bahwa tenaga kerja

ialah sebagian dari seluruh jumlah penduduk yang potensial dalam menghasilkan

barang dan jasa.

Oleh karena itu bisa dikatakan bahwa tenaga kerja di Indonesia adalah

sebagian penduduk dengan batasan umur minimal 15 tahun, yang dapat

Page 41: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

26

menghasilkan barang dan jasa bila terdapat permintaan terhadap barang dan

jasa.

2.1.5.2 Penyerapan Tenaga Kerja

Terdapat perbedaan pada pengertian permintaan tenaga kerja dan jumlah

tenaga kerja yang diminta atau tenaga kerja yang diserap oleh produsen atau

perusahaan. Permintaan tenaga kerja merupaka fungsi hubungan antara tingkat

upah dan jumlah orang yang diminta untuk dipekerjakan. Sementara, jumlah

tenaga kerja yang diminta bermakna jumlah atau kuantitas permintaan tenaga

kerja pada titik upah tertentu (sukirno, 2005)

Selanjutnya, Simanjuntak (2001) menjelaskan bahwa penyerapan

penduduk sebagai tenaga kerja tersebar pada berbagai sector dalam jumlah

besar dan menghasilkan barang dan jasa yang juga relatif besar. Laju

pertumbuhan yang berbeda pada tiap sector tersebut juga berakibat terhadap

perbedaan kemampuan setiap sektor dalam menyerap tenaga kerja. Perbedaan

tersebut disebabkan oleh (1) adanya perbedaan laju peningkatan produktivitas

kerja pada tiap sector; (2) adanya perubahan sektoral secara bertahap dalam

penyerapan tenaga kerja maupun kontribusinya terhadap pendapatan nasional.

2.1.5.3 Pertumbuhan Ekonomi dan Penyerapan Tenaga Kerja

Salah satu indicator yang paling sering digunakan dan penting dalam

penilaian kinerja perekonomian adalah pertumbuhan ekonomi. Utamanya dalam

analisis terhadap pembangunan ekonomi suatu negara atau daerah.

Perekonomian disebut mengalami pertumbuhan jika produksi barang dan jasa

mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Oleh karena itu,

pertumbuhan adalah suatu ukuran aktivitas perekonomian dalam menghasilkan

tambahan pendapatan atau kesejahteraan masyarakat pada periode tertentu.

Page 42: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

27

Ekonomi negara atau wilayah yang mengalami pertumbuhan adalah suatu

indikasi bahwa perekonomian sedang berkembang.

Lebih jauh, menurut Kuznet dalam Jhingan (2000), ada enam ciri

pertumbuhan ekonomi didasarkan pada produk nasional dan komponen

pembentuknya, yaitu: (1) Laju pertumbuhan penduduk dan produk per kapita; (2)

Peningkatan produktivitas; (3) Laju perubahan structural yang tinggi; (4)

Urbanisasi; (5) Ekspansi Negara maju; serta (6) Arus barang, modal dan orang

antar bangsa. Keenam ciri pertumbuhan ekonomi tersebut saling berkaitan satu

sama lain, yang terjalin dalam urutan sebab akibat.

Dengan demikian pertumbuhan ekonomi tersebut akan menggerakan

sektor lainnya sehingga produksi akan memerlukan tenaga kerja. Selanjutnya

berdasarkan teori pertumbuhan ekonomi Solow tentang fungsi produksi agregat

menyatakan bahwa ouput negara atau nasional (sebagai gambaran

pertumbuhan ekonomi disimbolkan dengan Y) adalah fungsi dari modal

(kapital=K) fisik, tenaga kerja (L) dan kemajuan teknologi yang dicapai (A).

Faktor penting lainnya yang mempengaruhi pengadaan modal fisik adalah

investasi. Dari persamaan (2.2) tersebut dapat dilihat pertumbuhan ekonomi

yang tinggi akan berpengaruh positif terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja

(Todaro dan Smith, 2012):

Y = A.F(K,L)................................................................................................. (2.5)

di mana Y adalah output nasional (kawasan), K adalah modal (kapital) fisik, L

adalah tenaga kerja, dan A merupakan teknologi. Y meningkat jika input (K atau

L, atau keduanya) meningkat. Disamping itu, ada faktor penting yang

mempengaruhi pengadaan modal fisik yaitu investasi. Y juga akan meningkat jika

ada kemajuan teknologi yang ditunjukkan oleh kenaikan A. Oleh karena itu,

Page 43: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

28

pertumbuhan perekonomian nasional bisa bersumber dari pertumbuhan input

dan perkembangan kemajuan teknologi—yang dikenal juga dengan

pertumbuhan total faktor produktivitas.

Besarnya porsi setiap input terhadap output menggambarkan berapa

besar pengaruh setiap input terhadap pertumbuhan output. Hubungan tersebut

bisa dijelaskan oleh persamaan berikut:

Y = (LS + RL) + (KS + RK) + A ........................................................................(2.6)

dimana:

Y = Pertumbuhan output (Output growth)

LS = Kontribusi tenaga kerja (Labor share)

RL = Pertumbuhan tenaga kerja (Labor growth)

KS = Kontribusi modal/kapital (Capital share)

RK = Pertumbuhan modal/kapital (Capital growth)

A = Teknologi (Technological progress)

Persamaan tersebut menggambarkan tentang perbedaan porsi kontribusi input

tertentu terhadap pertumbuhan output sehingga terdapat perbedaan

pertumbuhan ekonomi pada suatu negara atau daerah. Dalam penghitungan

pertumbuhan ekonomi riil, sebelumnya harus dinafikan pengaruh perubahan

harga yang ada pada angka-angka agregat ekonomi pada harga berlaku

sehingga diperoleh harga agregat ekonomi berdasarkan harga konstan.

Idealnya, pertumbuhan ekonomi yang dapat menambah kesempatan kerja juga

dapat mengurangi jumlah penganggur. jika jumlah angkatan kerja relatif konstan.

Namun demikian, kenyataannya jumlah angkatan kerja terus mengalami

Page 44: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

29

peningkatan karena pertumbuhan penduduk, peningkatan partisipasi angkatan

kerja, serta mobilitas tenaga kerja.

2.2 Tinjauan Empiris

Berdasarkan penelusuran yang peneliti lakukan, ditemukan beberapa

penelitian mengenai hubungan antara desentralisasi fiscal dalam berbagai

dimensinya dan pertumbuhan ekonomi serta hubungan antara pertumbuhan

ekonomi sektor pertanian dan penyerapan tenaga kerja. Penjelasan ringkas

tentang tujuan, variabel yang terlibat dan metode analisis statistic yang

digunakan serta hasil penelitian berupa hubungan antara variabel-variabel yang

terlibat, dapat dilihat pada paragraf-paragraf berikut ini dan tabel .

Penelitian yang dilakukan oleh Davoodi dan Zou (1998) terhadap

sejumlah data panel dari 46 negara selama periode 1970-1989, bertujuan untuk

mengetahui hubungan antara desentralisasi fiskal dan pertumbuhan ekonomi.

Penelitian yang menggunakan regresi pada model pertumbuhan endogenus

sederhana (Barro) pada data panel lintas negara menggunakan teknik kuadrat

terkecil biasa (ordinary least square). Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat

hubungan negatif antara desentralisasi fiskal dan pertumbuhan ekonomi selama

lima dan sepuluh tahun pada negara-negara di seluruh dunia dan sampel negara

berkembang. Sementara itu disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara

desentralisasi fiskal dan pertumbuhan di negara-negara maju,

Xie et al. (1999) dalam penelitiannya mengevaluasi pengaruh

desentralisasi fiscal terhadap pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat pada

periode 1948 – 1994. Analisa dilakukan terhadap variabel desentralisasi fiskal

yaitu Pajak dan porsi belanja pemerintah sebagai variabel independen dan laju

pertumbuhan ekonomi perkapita yang diukur dengan PDB sebagai variabel

Page 45: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

30

dependen pada tiga tingkatan pemerintah yaitu federal, negara bagian (state)

dan daerah (local), dengan estimasi regresi pertumbuhan menggunakan teknik

kuadrat terkecil biasa (OLS). Hasil analisa menunjukkan bahwa hasil penelitian

ini ternyata tidak signifikan.

Bodman et al (2007) mengkaji kembali hubungan antara desentralisasi

fiskal dan pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan perataan model

Bayesian (BMA) terhadap data Indikator Pembangunan Dunia Bank Dunia dan

Statistik Keuangan Pemerintah IMF pada basis data Biro Statistik Australia

periode 33 tahun (1972 – 2005). BMA memungkinkan untuk memperhitungkan

berbagai ukuran desentralisasi fiskal dan memungkinkan memasukkan

ketidakpastian model ke dalam metodologi empiris. Hasil perhitungan koefisien

posterior dengan BMA menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan langsung

antara desentralisasi fiskal dan pertumbuhan ekonomi berdasarkan data deret

waktu di Australia.

Akai dan Sakata (2002) dalam penelitiannya yang bertujuan untuk

mengetahui pengaruh desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi

dengan menggunakan kumpulan data yang dianggap lebih tepat. Data 50 negara

bagian di Amerika Serikat dimana pengaruh desentralisasi fiskal dapat diteliti

dengan lebih obyektif karena kumpulan data tersebut berlatar belakang dengan

variasi budaya, sejarah, dan kelembagaan yang sangat minim. Teknik ordinary

least square (OLS) pada model regresi panel digunakan terhadap variabel

independen dalam bentuk empat indicator desentralisasi fiscal; yaitu indikator

pendapatan, indikator produksi, dan indikator otonomi serta indikator pendapatan

produksi. Hasil analisis regresi diperoleh hubungan yang positif dan signifikan

pada taraf 1%, 5% dan 10% antara indikator-indikator desentralisasi fiscal

dengan pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut memberikan bukti baru bahwa

Page 46: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

31

desentralisasi fiskal berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sesuai

dengan teori yang ada.

Sementara Asatryan dan Feld (2013) dalam penelitiannya berusaha untuk

mengisi kesenjangan antara metode yang bias dan teori dengan menerapkan

metode perataan model Bayesian (BMA) dalam estimasi hubungan antara

federalisasi keuangan dan pertumbuhan ekonomi. Dari Data sampel 23 negara-

negara anggota organisasi untuk kerjasama dan pembangunan ekonomi (OECD)

periode 1975 – 2000, ditetapkan empat indicator: ratio belanja pemerintah

wilayah terhadap keseluruhan (ExpDCT), ratio pendapatan pemerintah wilayah

terhadap keseluruhan (RevDCT), dan bagi hasil pendapatan dari pajak yang

diputuskan sepenuhnya oleh pemerintah otonomi (RAut1), serta bagi hasil

pendapatan dari pajak yang diputuskan bersama oleh pemerintah otonomi dan

pemerintah pusat (RAut2) dalam kuantifikasi federalisasi fiscal sebagai variabel

independen. Sedangkan variabel independennya adalah tingkat pertumbuhan

GDP per kapita yang disesuaikan terhadap paritas daya beli; purchasing power

parity (PPP). Selanjutnya dengan mengendalikan heterogenitas negara yang

tidak teramati (unobserved heterogeneity), hasil penelitian menunjukkan bahwa

tidak ada hubungan langsung, baik positif maupun negatif antara pertumbuhan

output (ekonomi) dan federalisme fiskal.

Faridi (2011) melakukan penelitian terhadap provinsi di Pakistan dengan

menggunakan data tahunan seri waktu periode 1972 – 2009 untuk mengetahui

pengaruh desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi dan

pembangunan Pakistan. Model autoregresif digunakan pada estimasi kuadrat

terkecil biasa (OLS) terhadap dua variabel desentralisasi yaitu otoritas pajak dan

otonomi pengeluaran sebagai variabel independen untuk melihat hubungannya

terhadap variabel pertumbuhan ekonomi yaitu Produk Domestik Bruto (PDB)

Page 47: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

32

sebagai variabel dependen. Penelitian ini berkesimpulan kedua variabel

desentralisasi fiskal (otoritas pajak, otonomi pengeluaran) berpengaruh positif

dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Pembangunan Sektor

Pertanian Terhadap Distribusi Pendapatan dan Kesempatan Kerja di Indonesia,

Yasrizal dan Hasan (2016) mengkaji pengaruh pertumbuhan produk domestik

bruto sektor pertanian terhadap distribusi pendapatan dan penyerapan tenaga

kerja sektor pertanian di Indonesia. Dimana PDRB sector pertanian sebagai

variable bebasnya, distribusi pendapatan dan kesempatan kerja sebagai variabel

terikat. Dalam penelitian tersebut, dengan menggunakan analisis regresi

sederhana peneliti menemukan bahwa PDRB sektor pertanian berpengaruh

positif terhadap distribusi pendapatan dengan p-value 0.000 dan koefisien

determinasi (R2) sebesar 0.9943. Sedangkan terhadap variabel penyerapan

tenaga kerja sektor pertanian, PDRB sektor pertanian juga berpengaruh positif

dengan p-value 0.000 dan koefisien determinasi (R2) sebesar 0.99014.

Sementara itu pada penelitian yang dilakukan oleh Kannan (2013) yang

mengkaji dampak desentralisasi struktur pemerintahan terhadap penyediaan

layanan publik di sector pertanian pada salah satu negara bagian di India;

Karnataka. Dengan menggunakan hasil data survey terhadap 36 grama

panchayats (Dewan Desa) melalui diskusi kelompok terfokus, untuk melihat

pengaruh antara desentralisasi kekuasaan terkait pertanian dengan penyediaan

layanan publik pertanian. Dimana desentralisasi terkait kegiatan pertanian

sebagai variabel independen. Sedangkan layanan terkait produksi tanaman

pangan, yang diukur dalam bentuk indeks pemberian layanan pertanian sebagai

variabel dependen. Dengan menggunakan analisis regresi Tobit, maka diperoleh

hasil yang menunjukkan bahwa desentralisasi terkait masalah pertanian secara

Page 48: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

33

positif memiliki pengaruh terhadap penyediaan layanan pertanian. Meskipun

hubungan tersebut tidak menunjukkan hubungan sebab akibat.

Sebagai salah satu dari kajian empiris terkait dengan analisis hubungan

desentralisasi fiskal dengan pertumbuhan ekonomi, Sumedi et. al. (2013)

melakukan penelitian yang bertujuan untuk menguji secara empiris efektivitas

dana dekonsentrasi dan alokasi anggaran sektor pertanian APBD dengan

melihat Indikator efektivitas pada dua aspek, yaitu aspek kualitatif dan kuantitatif.

Dimana dana dekonsentrasi dan pengeluaran pemerintah daerah yang

bersumber dari Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah (APBD) sebagai

variabel independen serta indikator PDRB dan penyerapan tenaga kerja sebagai

variabel dependen. Dengan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan Instrumental Variabel 2SLS maka diperoleh hasil estimasi model

dana APBN dan APBD sektor pertanian berpengaruh positif terhadap PDRB

sektor pertanian pada taraf nyata berturut-turut 5 dan 1 persen. Sedangkan untuk

nilai elastisitas dan efek multiplier terhadap PDRB, nilai elastisitas dana

dekonsetrasi lebih besar daripada alokasi APBD pada sektor pertanian sebesar

0,33 berbanding 0,24. Sementara multiplier efek, nilai APBD pertanian sebesar

7,4, sementara dari dana dekonsentrasi sebesar 35,4.

Sebuah penelitian yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel

independen PDRB riil, Upah riil, harga Modal bidang pertanian, dan Indeks

Harga Implisit terhadap variabel dependen Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi

Lampung, dilakukan oleh Sobita dan Suparta (2014). Dimana hasil yang

diperoleh adalah variabel independen PDRB riil dan harga Modal di bidang

pertanian secara signifikan berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga

kerja, dengan probabilitas masing-masing sebesar 0,0001 dan 0,0088.

Page 49: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

34

Sementara itu variabel Upah riil secara signifikan berpengaruh negatif terhadap

penyerapan tenaga kerja dengan probabilitas sebesar 0,0013.

Sementara itu penelitian yang dilakukan Anwar et. al. (2016) yang

bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh bagi hasil pendapatan

sumberdaya alam, pengeluaran pemerintah, investasi, infrastruktur jalan

terhadap penyerapan tenaga kerja melalui struktur ekonomi yang terdiri dari

sector primer, sekunder dan tersier di Provinsi Kalimantan Timur. Disamping juga

untuk menguji pengaruh secara langsung penyerapan tenaga kerja terhadap

ketimpangan pendapatan di Kalimantan Timur. Selanjutnya Analisa jalur atau

path analysis digunakan dalam menganalisa hubungan antara variabel-variabel

eksogenus dan endogenus. Dimana dana bagi hasil sumber daya alam, belanja

modal, dan investasi serta infrastruktur jalan sebagai variabel independen atau

variabel eksogenusnya. Dan PDRB sektor primer, sekunder dan tersier, masing-

masing sebagai intervening variables terhadap penyerapan tenaga kerja. Lalu

tenaga kerja sebagai intervening variable terhadap masing-masing hubungan

antara PDRB sector primer, sekunder dan tersier dengan variabel dependen

ketimpangan pendapatan. Selanjutnya dengan analisis jalur maka dperoleh

beberapaa hasil diantaranya adalah pengaruh infrastruktur jalan terhadap porsi

PDRB sektor primer (pertanian dan pertambangan) sebesar 0,37 yang signifikan

pada taraf kepercayaan 99%. Sementara pengaruh porsi PDRB sektor primer

(pertanian dan pertambangan) terhadap penyerapan tenaga kerja adalah 0,254

dan signifikan pada taraf kepercayaan 99%. Sedangkan total pengaruh

infrastruktur jalan terhadap penyerapan tenaga kerja melalui porsi PDRB sektor

primer adalah 0,3065.

Arsa (2014) dalam penelitiannya ingin menguji pengaruh langsung

komponen kinerja keuangan pemerintah daerah terhadap alokasi belanja modal

Page 50: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

35

dan selanjutnya pertumbuhan ekonomi di kabupaten/kota di Provinsi Bali tahun

2006 hingga. 2013. Dengan menggunakan analisis jalur (path analysis), hasil

penelitian menunjukkan bahwa rasio efektifitas PAD dan derajat desentralisasi

berpengaruh signifikan dan positif terhadap alokasi belanja modal. Sementara

alokasi belanja modal sebagai variabel mediator berpengaruh signifikan dan

positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali.

Sementara itu Hartati (2012) dengan penelitiannya menganalisa dampak

komposisi belanja pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi, kesempatan

kerja, dan kemiskinan di Indonesia. Disamping membuat simulasi alternatif

komposisi belanja pemerintah guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

kesempatan kerja serta pengurangan tingkat kemiskinan di Indonesia. Dengan

penggunaan metode ekonometrika persamaan simultan, hasil penelitian

menunjukkan peningkatan belanja modal berpengaruh terhadap peningkatan

pertumbuhan ekoomi, kesempatan kerja dan pengurangan kemiskinan di

Inodnesia. Sementara untuk hasil simulasi memperlihatkan dengan peningkatan

belanja modal sebesar Rp. 20 triliun maka penurunan terjadi pada tingkat

pengangguran sebesar 0,83 persen dan tingkat kemiskinan sebesar 0,02 persen.

Disamping elastisitas pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan hanya sebesar

0.01 dalam jangka pendek dan 0,05 dalam jangka panjang

Hendarmin (2012) memperoleh hasil penelitian yang menunjukkan

hubungan belanja modal yang tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi

dan sebaliknya signifikan dan positif terhadap kesempatan kerja. Selanjutnya

melalui belanja modal berpengaruh signifikan dan positif terhadap kesejahteraan

masyarakat melalui kesempatan kerja.

Nurmainah (2013) dengan penelitiannya yang bertujuan untuk menguji

pengaruh belanja modal pemerintah daerah, penyerapan tenaga kerja dan

Page 51: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

36

Indeks Pembangunan Manusia terhadap pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan

di 35 kabupaten / kota di Provinsi Jawa Tengah. Dengan menggunakan data

sekunder. belanja modal pemerintah daerah, penyerapan tenaga kerja dan

Indeks Pembangunan Manusia sebagai variabel eksogen, sedangkan

pertumbuhan ekonomi dan tingkat kemiskinan sebagai variabel endogennya.

Data dalam bentuk data panel dianalisis dengan menggunakan Structural

Equation Modeling (SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa belanja modal

pemerintah daerah berpengaruh signifikan dan mempunyai hubungan yang

positif terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupaten/kota di Provinsi Jawa

Tengah.

Anasmen (2009) yang membahas hubungan antara Belanja Modal

Pemerintah dengan pertumbuhan ekonomi dalam penelitiannya. Penelitian yang

tersebut bertujuan melihat besarnya pengaruh belanja modal pemerintah

kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat, investasi swasta dan jumlah

penduduk terhadap Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat (2000-2006). Penelitian

yang menggunakan metode regresi berganda pada data panel memperoleh hasil

yang menunjukkan bahwa pengaruh belanja modal pemerintah tidak signifikan

terhadap Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Sementara

Investasi swasta dan jumlah penduduk berpengaruh signifikan terhadap PDRB.

Page 52: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

37

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu

No Nama

Peneliti Variabel Hasil Penelitian

1 Yasrizal dan Hasan, I (2016)

PDRB sektor pertanian sebagai variable bebas, distribusi pendapatan dan kesempatan kerja sebagai variabel terikat.

PDRB sektor pertanian berpengaruh positif terhadap distribusi pendapatan dengan p-value 0.000 dan koefisien determinasi (R2) sebesar 0.9943. Sedangkan terhadap penyerapan tenaga kerja sektor pertanian, PDRB sektor pertanian juga berpengaruh positif dengan p-value 0.000 dan koefisien determinasi (R2) sebesar 0.99014.

2 Kannan, E. (2013)

Desentralisasi terkait kegiatan pertanian sebagai variabel independen. Sedagkan layanan terkait produksi tanaman pangan, yang diukur dalam bentuk indeks pemberian layanan pertanian sebagai variabel dependen.

Hasil uji regresi menunjukkan bahwa desentralisasi terkait masalah pertanian secara positif memiliki pengaruh terhadap penyediaan layanan pertanian. Meskipun hubungan tersebut tidak menunjukkan hubungan sebab akibat.

3 Sumedi, Simatupang, P., Sinaga, B. M., Firdaus, M. (2013)

Dana dekonsentrasi dan dana APBD sektor pertanian sebagai variabel bebas. Sedangkan indikator PDRB dan penyerapan tenaga kerja sebagai terikatnya

Dana APBN (dekonsentrasi) dan APBD sektor pertanian berpengaruh positif terhadap PDRB sektor pertanian pada taraf nyata (signifikan) berturut-turut 5 dan 1 persen. Sedangkan untuk nilai elastisitas dan efek multiplier terhadap PDRB, nilai elastisitas dana dekonsetrasi lebih besar daripada alokasi APBD pada sektor pertanian sebesar 0,33 berbanding 0,24. Sementara multiplier efek, nilai APBD pertanian sebesar 7,4, sementara dari dana dekonsentrasi sebesar 35,4.

Page 53: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

38

4 Sobita, N. E. dan Suparta, I W. (2014)

variabel independen adalah PDRB riil, Upah riil, harga Modal bidang pertanian, dan Indeks Harga Implisit. Sedangkan variabel dependen Penyerapan Tenaga Kerja

Variabel independen PDRB riil dan harga Modal di bidang pertanian secara signifikan berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja, dengan probabilitas masing-masing sebesar 0,0001 dan 0,0088. Sementara itu variabel Upah riil secara signifikan berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja dengan probabilitas sebesar 0,0013.

5 Anwar, Sy., Zain, M. Y., Fattah, S., Paddu, A. H. (2016)

dana bagi hasil sumber daya alam, belanja modal, dan investasi serta infrastruktur jalan sebagai variabel independen atau variabel eksogenusnya. PDRB sektor primer, sekunder dan tersier, masing-masing sebagai intervening variables terhadap penyerapan tenaga kerja. tenaga kerja sebagai intervening variable terhadap masing-masing hubungan antara PDRB sector primer, sekunder dan tersier dengan variabel dependen ketimpangan pendapatan

Dana bagi hasil, belanja modal, dan infrastruktur jalan berpengaruf positif secara tidak langsung terhadap penyerapan tenaga kerja melalui sektor primer di Kalimantan Timur. Lebih lanjut, investasi memiliki pengaruh negatif melalui jalur yang sama. Untuk pengaruh yang sama melalui sektor sekunder, dana bagi hasil dan investasi berpengaruh negatif. Sementara itu pengaruh positif diperoleh dari belanja modal dan infrastruktur jalan. Selanjutnya melalui sektor tersier, baik dana bagi hasil, belanja modal dan investasi berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja, kecuali infrastruktur jalan berpengaruh negatif.

6 Davoodi and Zou (1998)

Desentralisasi fiskal sebagai variabel independen dan PDB perkapita sebagai variabel dependen.

Tidak ada hubungan antara desentralisasi fiskal dengan pertumbuhan ekonomi pada negara maju. Terdapat hubungan negatif antara desentralisasi fiskal dengan pertumbuhan ekonomi pada negara berkembang

Page 54: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

39

7 Bodman P., Heaton K., Hodge (2007)

Enam belas indikator desentralisasi fiskal sebagai variabel independen dan pertumbuhan ekonomi sebagai variabel dependen

Tidak terdapat hubungan langsung antara desentralisasi fiskal dan pertumbuhan ekonomi

8 Akai dan Sakata (2002)

Empat indicator desentralisasi fiscal; yaitu pendapatan, produksi, dan otonomi serta pendapatan produksi sebagai variabel independen. Pertumbuhan ekonomi tahunan sebagai variabel dependen

Terdapat hubungan positif dan signifikan antara desentralisasi fiskal dan pertumbuhan ekonomi

9 Asatryan dan Feld (2013)

Federalisasi (baca: desentralisasi) keuangan sebagai variabel independen yang dikuantifikasi melalui empat indicator: ExpDCT, RevDCT dan RAut1 serta RAut2. Variabel independennya adalah laju pertumbuhan GDP per kapita yang disesuaikan terhadap paritas daya beli; purchasing power parity (PPP)

Tidak terdapat hubungan langsung baik secara positif maupun negatif antara federalisasi fiskal dan pertumbuhan ekonomi

10 Faridi (2011)

Dua variabel desentralisasi yaitu otoritas pajak dan otonomi pengeluaran sebagai variabel independen. Sedangkan variabel pertumbuhan ekonomi yaitu Produk Domestik Bruto (PDB) sebagai variabel dependen

kedua variabel desentralisasi fiskal (otoritas pajak, otonomi pengeluaran) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Page 55: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

40

11 Xie, Zou, dan Davoodi (1999)

Variabe desentralisasi fiskal yaitu Pajak dan porsi belanja pemerintah sebagai variabel independen. Laju pertumbuhan ekonomi perkapita yang diukur dengan PDB sebagai variabel dependen

Hasil penelitian ini ternyata tidak signifikan baik dalam hubungan pertumbuhan ekonomi dengan belanja pada pemerintah tingkat daerah maupun porsi belanja pemerintah negara bagian.

12 Arsa (2015 Variabel independen adalah komponen kinerja keuangan pemerintah daerah. Variabel dependen pertumbuhan ekonomi, sementara belanja modal sebagai variabel mediasi.

Rasio efektifitas PAD dan derajat desentralisasi berpengaruh signifikan dan positif terhadap alokasi belanja modal. Sementara alokasi belanja modal sebagai variabel mediator berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali.

13 Hartati (2012)

Belanja pemerintah sebagai variabel bebasnya. Pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja dan tingkat kemiskinan sebagai variabel terikat

Dengan metode ekonomitrika persamaan simultan, hasil penelitian menunjukkan peningkatan belanja modal berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja dan pengurangan kemiskinan di Indonesia. Sementara untuk hasil simulasi memperlihatkan dengan peningkatan belanja modal maka tingkat pengangguran turun sebesar 0,83 persen dan penurunan tingkat kemiskinan sebesar 0,02 persen.

14 Hendarmin (2012)

Belanja modal pemerintah daerah dan Investasi swasta sebagai variabel eksogen . Sedangkan pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja sebagai variabel intervening. Sementara kesejahteraan masyarakat sebagai variabel endogen.

Hasil penelitian menunjukkan belanja modal pemerintah tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, berpengaruh signifikan dan positif terhadap kesempatan kerja. Sedangkan terhadap kesejahteraan masyarakat belanja modal berpengaruh signifikan dan positif melalui kesempatan kerja.

Page 56: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

41

15 Numainah (2013)

belanja modal pemerintah daerah, penyerapan tenaga kerja dan Indeks Pembangunan Manusia sebagai variabel eksogen, sedangkan pertumbuhan ekonomi dan tingkat kemiskinan sebagai variabel endogennya.

Dengan menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) untuk mwnganalisa data panel diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa belanja modal pemerintah daerah berpengaruh signifikan dan memiliki hubungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah.

16 Anasmen (2009)

Belanja modal pemerintah kabupaten/kota, investasi swasta dan jumlah penduduk Sebagai variabel independen. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai variabel dependen

Penelitian yang menggunakan metode regresi berganda pada data panel memperoleh hasil yang menunjukkan bahwa pengaruh belanja modal pemerintah tidak signifikan terhadap Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Sementara Investasi swasta dan jumlah penduduk berpengaruh signifikan terhadap PDRB.

17

Alam (2016)

1. PAD. 2. DAU. 3. Rasio Kemandirian. 4. Rasio Efektifitas PAD. 5. Rasio Efisiensi. 6. Alokasi Belanja Modal.

7. Pertumbuhan Ekonomi.

Peneliti menemukan rasio kemandirian dan rasio efektifitas tidak berpengaruh pada alokasi belanja modal sedangkan rasio efisiensi berpengaruh terhadap alokasi belanja modal. Sedangkan PAD dan DAU berpengaruh terhadap alokasi Belanja Modal. Alokasi belanja modal berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.

18 Wulansari ( 2014)

1. Pajak Daerah. 2. Belanja Modal. 3. Pertumbuhan

Ekonomi. 4. Pengangguran.

Peneliti menemukan bahwa belanja modal tidak berpengaruh terhadap tingkat pengangguran di Kab./Kota Provinsi Sumatera Utara.

Page 57: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

42

19 Sularso dan Restianto (2011)

1. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah.

a. Rasio Kemandirian b. Rasio Efektifitas

PAD. c. Rasio Derajat

Desentralisasi fiskal

d. Rasio Ketergantungan Keuangan.

e. Derajat Kontribusi BUMD.

2. Alokasi Belanja Modal

3. Pertumbuhan Ekonomi

Peneliti menemukan bahwa rasio efektifitas PAD, rasio kemandirian, rasio ketergantungan keuangan dan Derajat Kontribusi BUMD berpengaruh signifikan kepada alokasi belanja modal. Kemudian alokasi belanja modal berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali.

Page 58: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

43

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Pemikiran

Penelitian ini terutama difokuskan pada realisasi belanja modal di provinsi

Sulawesi Barat, dalam bentuk lebih rinci Belanja Jalan, irigasi dan jaringan dan

belanja peralatan dan mesin. Lebih jauh lagi, penelitian ini bertujuan untuk

menganalisa bagaimana faktor belanja modal yang merupakan salah satu subjek

dalam akuntansi sektor publik dapat mempengaruhi Pertumbuhan Output Sektor

Pertanian di Sulawesi Barat dan efeknya terhadap penyerapan tenaga kerja

pada sektor pertanian (lihat gambar 3.1).

Gambar 3.1 Kerangka pemikiran

Teori utama yang digunakan dalam merancang penelitian ini adalah teori

model pembangunan terkait pengeluaran pemerintah Rostow dan Musgrave

APBD

Belanja Jalan, irigasi

& Jaringan

Belanja Peralatan

dan Mesin

Pertumbuhan Output

Sektor Pertanian

Penyerapan Tenaga Kerja

Sektor Pertanian

Belanja Modal

Page 59: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

44

(grand theory) yang menyatakan bahwa tahap-tahap pembangunan ekonomi

yang dibedakan dalam tahap awal, tahap menengah, dan tahap lanjut.

Disamping itu juga digunakan teori pendukung, fungsi produksi Cobb-Douglas

dengan model penerapannya pada produksi pertanian, sebagai alat untuk

menganalisa dan mengevaluasi makro ekonomi dari kebijakan struktural

pemerintah. Khususnya dalam menganalisa kontribusi modal (realisasi belanja

modal) dan produktivitas total dan pengaruhnya terhadap penyerapan tenaga

kerja,.

Hubungan pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen

didasarkan pada teori, studi empiris dan rasionalisasi penulis. Lebih jelasnya

hubungan tersebut dapat diterangkan berikut ini, yaitu, pertama, belanja jalan,

irigasi dan jaringan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi sektor primer,

salah satunya yaitu sektor pertanian dalam perekonomian Sulawesi Barat.

Kedua, belanja peralatan dan mesin berpengaruh terhadap pertumbuhan output

sektor primer; pertanian.

Selanjutnya, belanja jalan, irigasi dan jaringan dan belanja peralatan dan

mesin mempengaruhi lapangan kerja sektor pertanian secara tidak langsung

melalui produk domestik regional bruto (PDRB) sektor pertanian. Hal tersebut

disebabkan jika produk domestik regional bruto (PDRB) sektor pertanian

meningkat maka semakin besar lapangan pekerjaan yang diciptakan pada sektor

pertanian.

Merujuk pada premis-premis tersebut, maka dapat dirancang suatu model

penelitian yang mengambarkan pengaruh belanja jalan, irigasi dan jaringan dan

belanja peralatan dan mesin terhadap PDRB sektor pertanian dan nantinya

secara tidak langsung mempengaruhi penyerapan tenaga kerja.

Keterangan lebih lanjut mengenai kerangka konseptual penelitian ini

dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Page 60: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

45

Gambar 3.2. Kerangka Konseptual

3.2 Hipotesis

3.2.1 Pengaruh Belanja Jalan, irigasi dan jaringan terhadap Pertumbuhan Output Sektor Pertanian

Model pembangunan Rostow dan Musgrave yang mengaitkan

perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahap-tahap pembangunan

ekonomi yang dibedakan dalam tahap awal, tahap menengah, dan tahap lanjut.

Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, peran investasi swasta

semakin besar, namun investasi pemerintah juga tetap diperlukan untuk

mendorong pertumbuhan ekonomi menuju tinggal landas.

Anwar et al (2016) dalam penelitiannya menemukan hubungan positif

antara belanja modal dan infrastruktur dengan pertumbuhan ekonomi sektor

primer (pertanian dan pertambangan minyak dan gas). . Sumedi et al (2013)

menemukan hubungan signifikan dan positif antara dana APBD dan APBN

(dekonsentrasi) sektor pertanian terhadap Produk domestik regional bruto

(PDRB) sektor pertanian. Disamping itu, Numainah (2013), Hartati (2012), dan

Page 61: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

46

Arsa (2014) juga memperoleh hasil signifikan dan positif untuk hubungan belanja

modal dengan pertumbuhan ekonomi.

Belanja modal dalam bentuk Belanja Jalan, irigasi dan jaringan tersebut

dapat diasumsikan berdasarkan teori produksi Cobb-Douglas sebagai faktor

produksi yang akan mempengaruhi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Sektor Pertanian. Berdasarkan uraian-uraian tersebut, maka hipotesis yang

diajukan adalah:

H1 : Belanja Jalan, irigasi dan jaringan berpengaruh signifikan dan positif

terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Pertanian

3.2.2 Pengaruh Belanja peralatan dan mesin terhadap Pertumbuhan Output Sektor Pertanian

Model pembangunan Rostow dan Musgrave yang menghubungkan

perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahap-tahap pembangunan

ekonomi yang dibedakan dalam tahap awal, tahap menengah, dan tahap lanjut.

Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, peran investasi swasta

semakin besar, namun investasi pemerintah juga tetap diperlukan untuk

mendorong pertumbuhan ekonomi menuju tinggal landas.

Anwar et al (2016) dalam penelitiannya menemukan hubungan positif

antara belanja modal dan infrastruktur dengan pertumbuhan ekonomi sektor

primer (pertanian dan pertambangan minyak dan gas). Sumedi et al (2013)

menemukan hubungan signifikan dan positif antara dana APBD dan APBN

(dekonsentrasi) sektor pertanian terhadap Produk domestik regional bruto

(PDRB) sektor pertanian. Disamping itu, Numainah (2013), Hartati (2012), dan

Arsa (2014) juga memperoleh hasil signifikan dan positif untuk hubungan belanja

modal dengan pertumbuhan ekonomi.

Belanja modal dalam bentuk belanja peralatan dan mesin berdasarkan

teori produksi Cobb-Douglas dapat diasumsikan sebagai faktor produksi yang

Page 62: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

47

akan mempengaruhi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Pertanian.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut, maka hipotesis yang dapat diajukan adalah:

H2 : Belanja peralatan dan mesin berpengaruh signifikan dan positif terhadap

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Pertanian

3.2.3 Pengaruh Pertumbuhan Output Sektor Pertanian terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian

Bila pertumbuhan ekonomi menggambarkan pendapatan yang

disebabkan peningkatan produksi, maka pertumbuhan ekonomi sangat terkait

erat dengan fungsi produksi. Sebagaimana telah dijelaskan oleh Hájková dan

Hurník (2007) fungsi produksi merupakan sebuah alat yang berguna dan ampuh

untuk menganalisa dan mengevaluasi makroekonomi dari kebijakan struktural

pemerintah. Dengan fungsi produksi tersebut, perubahan kinerja pada sisi

penawaran dapat dianalisa lebih lanjut berdasarkan perkembangan simultan

yang diamati pada jumlah produktivitas tenaga kerja, modal dan produktivitas

total.

Penerapan teori produksi Cobb-Duglas pada produksi pertanian

digunakan untuk menggambarkan hubungan antara input dan output,

Soekartawi (1995) menamakan hubungan tersebut factor relationship (FR).

Daniel (2004) menjelaskan bahwa Jika ada satu faktor produksi tidak tersedia

maka proses produksi tidak dapat berjalan, terutama pada tiga faktor pertama

seperti tanah, modal, dan tenaga kerja. Rahim dan Astuti (2007) dalam

menjelaskan faktor produksi tenaga kerja menyebutkan bahwa Tenaga kerja

adalah faktor penting yang diperhitungkan pada proses produksi pertanian.

Penggunaan tenaga kerja bisa dinyatakan sebagai curahan tenaga kerja, yaitu

efektifnya besaran tenaga kerja yang digunakan.

Salah satu hasil dari penelitian Yasrizal dan Hasan (2016) menunjukkan

bahwa Produk domestik regional bruto (PDRB) sektor pertanian berpengaruh

Page 63: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

48

signifikan dan positif terhadap penyerapan tenaga kerja sektor pertanian. Sobita

dan Suparta (2014) juga menemukan pengaruh signifikan dan positif PDRB riil

dan harga modal di bidang pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja..

Demikian juga dengan Anwar et al (2016), pada salah satu hasil penelitiannya,

ditemukan hubugan signifikan dan positif antara PDRB sektor primer (pertanian

dan pertmbangan migas) dengan penyerapan tenaga kerja.

Teori dan temuan empiris tersebut telah memberikan landasan kuat bagi

penulis untuk mengajukan hipotesis berikut ini:

H3 : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Pertanian berpengaruh

signifikan dan positif terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian

3.2.4 Pengaruh Belanja Jalan, irigasi dan jaringan terhadap Penyerapan Tenaga Sektor Pertanian melalui Pertumbuhan Output Sektor Pertanian

Model pembangunan Rostow dan Musgrave yang mengaitkan

perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahap-tahap pembangunan

ekonomi yang dibedakan dalam tahap awal, tahap menengah, dan tahap lanjut.

Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, peran investasi swasta

semakin besar, namun investasi pemerintah juga tetap diperlukan untuk

mendorong pertumbuhan ekonomi menuju tinggal landas. Sehingga dapat

diasumsikan bahwa pengeluaran pemerintah sebagai salah satu input juga turut

menentukan pertumbuhan ekonomi dimana pertumbuhan output sektor pertanian

adalah salah satu sub sektor dari sembilan sub sektor ekonomi yang

pertumbuhannya diukur oleh BPS.

Dengan penerapan teori produksi Cobb-Douglas pada produksi pertanian,

seperti yang diungkapkan melalui persamaan oleh Rahim dan Astuti (2007)

dalam menjelaskan faktor produksi tenaga kerja, menyebutkan bahwa Tenaga

kerja adalah faktor penting yang diperhitungkan pada proses produksi pertanian.

Page 64: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

49

Sehingga pertumbuhan output sektor pertanian turut menentukan penyerapan

tenaga kerja pada sektor pertanian,

Hartati (2012) dan Hendarmin (2012) menemukan belanja modal juga

berpengaruh terhadap kesempatan kerja. Selanjutnya kembali lagi dalam salah

satu hasil penelitiannya Anwar et al (2016) menemukan bahwa infrastruktur jalan

berpengaruf positif secara tidak langsung terhadap penyerapan tenaga kerja

melalui sektor primer

Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya tersebut, maka bisa

diasumsikan bahwa terdapat hubungan positif antara Belanja Jalan, irigasi dan

jaringan dengan pertumbuhan output sektor pertanian. Disamping terdapat

hubungan positif antara pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga. Oleh

karena itu penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H4 : Belanja Jalan, irigasi dan jaringan berpengaruh positif terhadap

Penyerapan Tenaga Sektor Pertanian melalui Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) Sektor Pertanian

3.2.5 Pengaruh Belanja peralatan dan mesin terhadap Penyerapan Tenaga Sektor Pertanian melalui Pertumbuhan Output Sektor Pertanian

Model pembangunan Rostow dan Musgrave yang membagi tahap-tahap

pembangunan ekonomi yang dibedakan dalam tahap awal, tahap menengah,

dan tahap lanjut dan mengaitkannya dengan pengeluaran pemerintah. Pada

tahap menengah pembangunan ekonomi, peran investasi swasta semakin

besar, namun investasi pemerintah juga tetap diperlukan untuk mendorong

pertumbuhan ekonomi menuju tinggal landas. Sehingga dapat diasumsikan

bahwa pengeluaran pemerintah sebagai salah satu input juga turut menentukan

pertumbuhan ekonomi dimana pertumbuhan output sektor pertanian adalah

salah satu sub sektor dari sembilan sub sektor ekonomi.

Page 65: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

50

Sementara untuk pertumbuhan output sektor pertanian, melalui

penerapan teori produksi Cobb-Douglas pada produksi pertanian tenaga kerja

adalah faktor penting yang diperhitungkan pada proses produksi pertanian

(Rahim dan Astuti, 2007).

Anwar et al (2016) dalam penelitiannya menemukan hubungan positif

antara belanja modal dan infrastruktur dengan pertumbuhan output sektor primer

(pertanian dan pertambangan minyak dan gas) dan sekunder.

Salah satu hasil dari penelitian Yasrizal dan Hasan (2016) menunjukkan

bahwa produk domestik regional bruto (PDRB) sektor pertanian berpengaruh

signifikan dan positif terhadap penyerapan tenaga kerja sektor pertanian. Sobita

dan Suparta (2014) juga menemukan pengaruh signifikan dan positif produk

domestik regional bruto (PDRB) riil dan harga modal di bidang pertanian

terhadap penyerapan tenaga kerja.. Demikian juga dengan Anwar et al (2016),

pada salah satu hasil penelitiannya, ditemukan hubugan signifikan dan positif

antara produk domestik regional bruto (PDRB) sektor primer (pertanian dan

pertmbangan migas) dengan penyerapan tenaga kerja. Selanjutnya kembali lagi

dalam salah satu hasil penelitiannya Anwar et al (2016) menemukan bahwa

belanja modal berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja melalui

PDRB sektor primer (pertanian dan pertambangan) meskipun tidak signifikan.

Berdasarkan teori dan penelitian-penelitian tersebut, maka bisa

diasumsikan bahwa terdapat hubungan positif antara belanja langsung dengan

pertumbuhan output sektor pertanian. Disamping terdapat hubungan positif

antara pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga. Oleh karena itu penulis

mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H5 : Belanja peralatan dan mesin berpengaruh positif terhadap Penyerapan

Tenaga Sektor Pertanian melalui Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) Sektor Pertanian

Page 66: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

51

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan paradigma positivis

dengan pendekatan kuantitatif, melalui pengujian hipotesis untuk melihat korelasi

dan besar pengaruh antara belanja jalan, irigasi dan Jaringan dan belanja

peralatan dan mesin terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor

Pertanian dan implikasinya terhadap penyerapan tenaga kerja di sektor

pertanian. Penelitian yang merupakan studi data runut waktu (time series) ini

dilakukan pada pemerintah kabupaten se-Sulawesi Barat dan provinsi Sulawesi

Barat. Data yang digunakan adalah data sekunder.

Data diperoleh dari berbagai literatur yang terkait dalam bentuk arsip,

artikel dokumen, maupun catatan-catatan. Data yang dikumpulkan dari berbagai

sumber itu disusun dan diolah sesuai dengan tujuan penelitian. Metode analisis

two stage least square (2SLS) digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui

hubungan antar variabel yang diteliti untuk mendapatkan kesimpulan yang bisa

menggambarkan kondisi sebenarnya dari objek yang diteliti.

4.2 Situs dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada Pemerintahan Daerah di Provinsi Sulawesi

Barat yang terdiri dari Pemprov. Sulbar, Pemkab Mamuju, dan Pemkab, Majene,

serta Pemkab. Polman, Pemkab. Mamasa dan Pemkab Mamuju Utara,

disamping Pemkab. Mamuju Tengah. Sebagai salah satu provinsi termuda,

diharapkan data yang diperoleh di daerah ini dapat mewakil sebuah kondisi

sebenarnya dalam hal belanja modal sebagai bagian belanja publik. Disamping

Page 67: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

52

pengaruhnya terhadap produksi pertanian dan dampaknya terhadap penyerapan

tenaga kerja.

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Agustus hingga Desember

2017.

4.3 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Sampling sebagai langkah awal dalam menggali sumber data utama,

adalah tahap penting pada penelitian ini. Data yang diperoleh diharapkan dapat

memberi gambaran seperti yang ingin dicapai dalam tujuan penelitian ini. Di

Provinsi Sulawesi Barat hingga saat penelitian ini dilakukan ada 7 (tujuh)

pemerintah daerah yang bisa menjadi objek penelitian. Namun demikian, tidak

semua pemerintah daerah tersebut dapat dijadikan objek penelitian. Ada

beberapa kriteria yang dipertimbangkan oleh penulis agar data yang diperoleh

dapat mewakili kondisi yang akan diteliti. Beberapa diantaranya adalah:

1. Pemerintah daerah yang diteliti berada pada wilayah administratif Provinsi

Sulawesi Barat.

2. Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat dimasukkan karena wilayah administrasi

Pemprov Sulbar adalah total wilayah 6 pemkab di Prov. Sulbar. Objek

tersebut dimasukkan karena data yang akan diolah adalah data time series

(runut waktu), yaitu dengan menjumlahkan total semua variabel yang diteliti

dengan rentang waktu yang sama.

Oleh karena itu metode sampling yang dilakukan pada penelitian ini

adalah sampling jenuh terhadap 7 (tujuh) pemerintah daerah di Provinsi Sulawesi

Barat. Sampling yang memberikan peluang yang sama bagi seluruh pemerintah

daerah di Provinsi Sulawesi Barat (populasi).

Selanjutnya penelitian ini menggunakan data data runut waktu (time

series) dalam kurun waktu 8 (delapan) tahun dari tahun 2007 sampai dengan

Page 68: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

53

2014. Sebuah rentang waktu sebagai hasil dari irisan rentang waktu data

realisasi belanja modal yang tersedia (2007-2014) dengan rentang waktu (t+1)

data Produk Domestic Regional Bruto (PDRB) sektor pertanian atas dasar harga

konstan (2007-2016) di Provinsi Sulawesi Barat. Disamping rentang waktu data

tenaga kerja sektor pertanian (2005-2016) di Provinsi Sulawesi Barat.

4.4 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data kuantitatif yang

merupakan data sekunder yaitu data realisasi anggaran belanja jalan, irigasi

dan Jaringan dan belanja peralatan dan mesin yang diperoleh dari Badan

Pemeriksa Keuangan (BPK) Prov. Sulbar, disamping data Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) Sektor Pertanian dan penyerapan tenaga kerja sektor

pertanian yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi

Barat atau Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Sulbar. Disamping itu sumber

data juga diperoleh dari internet pada situs www.bps. go.id.

4.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang diakukan dalam penelitian ini adalah

dengan metode studi kepustakaan yaitu pengumpulan data dilakukan dengan

cara melakukan penelusuran data dari literatur-literatur dan buku-buku serta

internet, lalu dilakukan pengumpulan, pencatatan dan pengolahan data yang

yang dibutuhkan dalam penelitian. Oleh karena itu pengumpulan data dalam

penelitian ini dilakukan dengan cara:

1. Mengumpulkan data produksi domestik regional bruto (PDRB) sektor

pertanian dan penyerapan tenaga kerja sektor pertanian dari Badan Pusat

Statistik (BPS) Prov. Sulbar.

2. Mengumpulkan data realisasi belanja jalan, irigasi dan jaringan dan belanja

peralatan dan mesin Pemerintah di wilayah Provinsi Sulawesi Barat (6

Page 69: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

54

pemkab dan 1 pemprov) tahun 2006-2012 dari Badan Pemeriksa Keuangan

Provinsi Sulawesi Barat.

3. Mengumpulkan data atau informasi tambahan dari buku referensi, jurnal, atau

situs internet.

4.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Penelitian ini terdiri dari dua variabel independen, satu variabel mediasi

(intervening variable) dan satu variabel dependen. Belanja jalan, irigasi dan

jaringan dan belanja peralatan dan mesin pemerintah daerah sebagai variabel

independen sedangkan untuk variabel mediasi dan variabel dependen masing-

masing adalah pertumbuhan ekonomi sektor ekonomi dan penyerapan tenaga

kerja sektor pertanian.

1. Belanja jalan, irigasi dan jaringan (Independen)

Belanja jalan, irigasi dan jaringan adalah realisasi belanja barang dan jasa

untuk pengadaan barang publik sebagai bagian dari belanja modal berupa

jalan, saluran irigasi dan Jaringan.

2. Belanja peralatan dan mesin (Independen)

Belanja peralatan dan mesin adalah realisasi belanja barang dan jasa untuk

pengadaan barang public sebagai bagian dari belanja modal berupa

peralatan dan mesin.

3. Produk domestik regional bruto (PDRB) sektor pertanian (mediator

atau intervening)

PDRB sektor pertanian adalah salah satu indikator penting untuk

mengetahui kondisi ekonomi sektor pertanian pada suatu daerah.

Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto sektor pertanian dengan

pendekatan produksi yang dilakukan terhadap sektor pertanian, peternakan,

Page 70: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

55

kehutanan dan perikanan dengan cara dikumpulkan oleh BPS dari

departemen/instansi terkait. Data yang dikumpulkan berupa data produksi,

data harga di tingkat produsen, dan biaya yang dikeluarkan untuk

berproduksi, serta data pengeluaran, yang diperoleh baik melalui survey

maupun estimasi.

4. .Penyerapan tenaga kerja sektor pertanian (dependen)

Penyerapan tenaga kerja sektor pertanian adalah kemampuan sektor

pertanian dalam menyerap tenaga kerja untuk digunakan dalam proses

produksi pertanian di Provinsi Sulawesi Barat selama periode 2007-2014,

dinyatakan dalam satuan jiwa.

4.7 Teknik Analisis Data

4.7.1 Model Regresi Berganda

Metode analisis data dalam penelitian ini akan menggunakan analisis

regresi. Salah satu teknik analisis statistik yang umum digunakan untuk

menganalisis hubungan antara dua variabel atau lebih. Drapper dan Smith

(1992) menjelaskan bahwa analisis regresi merupakan metode analisis yang bisa

diterapkan dalam analisis data dan pengambilan kesimpulan terhadap hubungan

ketergantungan antara variabel terhadap variabel lainnya. Hubungan tersebut

umumnya dinyatakan dalam bentuk persamaan matematika yang

menggambarkan hubungan antara variabel bebas (independent variable) dan

variabel tak bebas (dependent variable) dalam bentuk persamaan sederhana.

y = β 0 + β 1x1 + ɛ……................…………………………………………………..(4.1)

Selanjutnya regresi sederhana tersebut dapat diperluas lagi menjadi

regresi linear berganda. Perluasan tersebut bisa dilihat pada banyaknya variabel

bebas yang terlibat pada model regresi. Bentuk regresi linear berganda

umumnya secara statistik dapat dnyatakan seperti berikut:

Page 71: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

56

yi = β 0 + β 1x1i + β 2x2i + β 3x3i + …+ β kxki + ɛi ………………………………..(4.2)

Keterangan

yi = Variabel Dependen

Xki = Variabel Independen

β 1, … β k = Variabel Dependen

ɛi = Variabel Pengganggu

Lebih jauh lagi , parameter-parameter (β 0 …β k) untuk regresi linier

berganda tersebut dapat diestimasi salah satunya dengan metode Ordinary

Least Square (OLS). Konsep metode Ordinary Least Square adalah menaksir

parameter regresi ( ) dengan meminumkan jumlah kuadrat dari error (Dajan,

1986). Taksiran parameter regresi dapat dirumuskan sebagai berikut:

yi = 0 + 1x1i + 2x2i + …+ kxki + ɛi …………………………………..(4.3)

Yang bisa ditulis dengan ringkas dalam notasi matriks seperti berikut:

Y = X +ɛ ……………………………………………………………………..(4.4)

adalah suatu vector kolom k- unsur dari penaksir kuadrat terkecil biasa

parameter regresi dengan ɛ adalah suatu vector kolom n x 1 dari n residual.

Kemudian metode kuadrat terkeci biasa (OLS) diterapkan untuk menaksir

parameter regresi berganda tersebut. Metode OLS dilakukan dengan memilih

nilai parameter yang tidak diketahui sehingga diperoleh jumlah kuadrat

kesalahan (∑ ) sekecil mungkin, sebagaimana dinyatakan dalam persamaan

berikut

∑ ∑( )

……………………………….(4.5)

Page 72: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

57

Tujuan OLS tersebut adalah untuk meminimumkan jumlah kuadrat error

(Lains, 2003) karena untuk mengestimasi parameter regresi maka jumlah kuadrat

error harus diminimumkan (Supranto, 2009).

Selanjutnya, dikembangkan model analisis regresi yang sejalan dengan

tujuan penelitian yang didasarkan pada teori dan peneltian sebelumnya.

Hájková dan Hurník (2007) menjelaskan bahwa fungsi produksi adalah

sebuah alat sebuah alat yang berguna dan ampuh untuk menganalisa dan

mengevaluasi makroekonomi dari kebijakan struktural pemerintah. Lebih jauh

lagi, Humphrey (1997) menyatakan bahwa gagasan utama fungsi produksi

adalah analisa mendasar terhadap ekonomi melalui sebuah model. Model fungsi

produksi yang dijelaskan oleh hubungan matematika antara masukan (input)

dengan luaran (output) yang dapat dituliskan sebagai berikut:

Q = f ( K, L,M,...) ………………………………………………………….(4.6)

Q adalah luaran (output) barang tertentu selama satu periode, K adalah

mesin (modal) yang digunakan dalam satu periode, L adalah masukan (input)

jam tenaga kerja, dan M adalah bahan baku yang digunakan.

Lebih jauh lagi Humphrey (1997) mengungkapkan bahwa teori Cobb-

Douglas yang paling sering dibahas dalam menjelaskan penerapan fungsi

produksi tersebut (persamaan 4.7).

P = bLkC

1−k. ………………………………………………………………(4.7)

Namun demikian, model tersebut masih terbuka bagi variabel-variabel

lain yang mungkin dapat mempengaruhi proses produksi (Nicholson, 2002).

Page 73: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

58

Selanjutnya Barro (1990) dalam Davoodi dan Zou (1998) menyatakan

bahwa modal swasta dan belanja publik merupakan dua input bagi fungsi

produksi.

Gambar 4.1 Model Kerangka Analisis

Oleh karena itu, penulis mengembangkan model kerangka analisis

(gambar 4.1) berdasarkan uraian tersebut diatas dan penelitian-penelitian

sebelumnya terutama penelitian Davoodi dan Zou (1998) dan Devarajan et al

(1996). Disamping itu kerangka analisis didasarkan pada penjelasan Rahim dan

Hastuti (2007) tentang penerapan analisis fungsi produksi Cobb-Douglas pada

produksi komoditas pertanian. Oleh karena itu, penulis menggunakan metode

analisis two stage least square (2SLS). Metode yang terdiri dari dua tahap

regresi ordinary least square (OLS)

Namun sebelumnya, penulis mengembangkan model persamaan regresi

seperti berikut ini:

Y1 = f ( X1, X2) ……………………………………………………………………(4.8)

Y1 = α0 X1 α1 X2

α2 e 𝞵 1……………………………………………………..……..(4.9)

Y2 = f (Ŷ1) …………………………………………………………………….……(4.10)

Y2 = β0 + β1 Ŷ1 + 𝞵 2 ……………………………………………………………..(4.11)

Page 74: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

59

Keterangan

Y1 = PDRB Sektor Pertanian (juta rupiah)

Y2 = Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian (orang)

Ŷ1 = PDRB Sektor Pertanian (juta rupiah) model

X1 = Belanja jalan, irigasi dan bendungan (juta rupiah)

X2 = Belanja peralatan dan mesin (juta rupiah)

α0 dan β0= Intercept (konstanta)

α1, α2dan β1= Koefisien variabel bebas

𝞵 = error term

Namun demikian, sebagaimana terlihat bahwa terdapat perbedaan dalam satuan

dan besaran variabel bebas. Oleh karena itu, persamaan regresi tersebut harus

dibuat dengan model logaritma natural. Ada beberapa pertimbangan

penggunaan logaritma natural seperti yang dijelaskan oleh Ghozali (2011)

sebagai berikut :

a. Menghindari terjadi heteroskedastisitas

b. Mengetahui koefisien yang menunjukkan elastisitas

c. Mendekatkan skala data

Ln Y1 = Ln α0 + α1LnX1 + α 2LnX2+ 𝞵1 ………………………………….………(4.12)

Selanjutnya 2SLS dilakukan dengan cara manual yaitu dengan uji regresi

terhadap data runut waktu (time series) dalam dua tahap. Pertama meregresikan

variabel pertumbuhan domestik regional bruto (PDRB) sektor pertanian terhadap

variabel belanja jalan, irigasi dan bendungan, dan variabel belanja peralatan dan

mesin. Koefisien hasil regresi tersebut kemudian digunakan untuk memperoleh

estimasi produk domestik regional bruto (PDRB) sektor pertanian atau PDRB

sektor pertanian model. Selanjutnya penyerapan tenaga kerja sektor pertanian

Page 75: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

60

diregresikan terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) sektor pertanian

model tersebut.

4.7.2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan sebelum analisis data. Jika terjadi

penyimpangan asumsi klasik maka digunakan pengujian statistik non parametric.

Sebaliknya asumsi klasik terpenuhi jika digunakan statistik parametrik untuk

memperoleh model regresi yang baik. Maka dalam model regresi tersebut bersih

dari multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Teknik yang

digunakan dalam pengujian penyimpangan asumsi klasik yaitu uji normalitas, uji

multikolinieritas dan uji heterokedastisitas serta uji autokorelasi.

4.7.2.1 Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2011) uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui

apakah variabel dependen (terikat) dan variabel independen (bebas) dalam

model regresi mempunyai kontribusi atau tidak. .Kehandalan suatu metode

dalam pengujian data juga bergantung yaitu dengan terdistribusinya data secara

normal atau tidak, dengan cara melihat Normal Probability Plot -nya. Model

Regresi yang baik adalah data terdistribusi normal atau mendekati normal.

Normalitas suatu data dapat diketahui dengan melihat penyebaran data (titik)

pada sumbu diagonal grafik.

4.7.2.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam suatu

model regresi linear berganda memiliki korelasi antar variabel bebas. Idealnya

korelasi antar variabel bebas semestinya kecil atau justru tidak ada sama sekali

pada model regresi linear berganda yang baik. Sehingga boleh dipahami bahwa

model regresi linear berganda yang baik adalah yang tidak terjadi

multikolinearitas.

Page 76: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

61

Patrick (2007) mengutip Stevens (1992) yang merekomendasikan eliminasi

variabel bebas yang memiliki interkorelasi lebih besar dari (>) 0,80. Sedangkan

rekomendasi untuk eliminasi variabel bebas jika mempunyai interkorelasi

sebesar 0,90 dianjurkan oleh Mertler dan Vannatta (2001) dalam Patrick (2007).

Multikolinieritas dapat diatasi dengan beberapa cara yaitu dengan

penambahan atau pengurangan jumlah data observasi, penambahan variabel

bebas, penggantian data dan transformasi variabel. Cara yang lebih sederhana

adalah dengan penghapusan variabel bebas yang dianggap memiliki

multikolinearitas. Cara tersebut biasanya digunakan pada variabel bebas yang

mengukur informasi yang sama

4.7.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Pengujian heteroskedastisitas ditujukan untuk mengetahui apakah terjadi

ketidaksamaan residual antara pengamatan satu dan pengamatan lainnya pada

suatu model regresi. Model regresi yang baik adalah model yang tidak terdapat

heteroskedastisitas pada datanya. Heterokedastisitas dapat diketahui dengan

cara melihat grafik scatterplot Z prediction (ZPRED) dengan nilai residualnya

(SRESID) (Sunyoto, 2011). Pola teratur pada plot menunjukkan terjadi

heteroskedastisitas pada model regresi penelitian. Untuk memperkuat uji

scatterplot terdapat cara lain yaitu dengan pengujian statistik uji park. Apabila

variabel independen memiliki tingkat signifikasinya melebihi 0,05 maka

disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi.

Disamping itu, pendeteksian heterokdastisitas dapat dilakukan dengan uji

Glejser, yaitu dengan meregresikan variabel independen terhadap nilai absolute

residual (AbsRes) (lampiran 1). Heterokedastisitas tidak terjadi jika Sig > 0.05

(H0) dan sebaliknya terjadi heterokedastisitas jika sig < 0.05 (Ha).

Page 77: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

62

4.7.2.4 Uji Autokorelasi

Autokorelasi terjadi jika terdapat hubungan antara residual satu

pengamatan dengan residual pengamatan lainnya. Autokorelasi sering terjadi

pada data time series, karena berdasarkan karaketristik datanya, data waktu

sekarang mendapatkan pengaruh dari data periode sebelumnya. Namun

demikian, mungkin juga dapat ditemui pada data cross section. Cara memeriksa

keberadaan autokorelasi yakni dengan melakukan uji Durbin Watson.

Berdasarkan tabel Durbin-Watson, terdapat nilai batas atas/maksimum

(du) dan batas bawah/minimum (dL) pada setiap level kepercayaan dan derajat

kebebasan. Kriteria penilaian didasarkan pada range tersebut, dapat dilihat

berikut ini:

Terdapat

autokorelasi

positif

Tidak dapat

diputuskan

Menerima

Hipoesis , tidak

ada

autokorelasi

Tidak dapat

diputuskan

Terdapat

Korelasi

negatif

0 dL du 4-du 4-dL 4

1,1 1,54 2,46 2,9

1. Jika nilai DW antara 0 hingga dL, bermakna ada korelasi positif.

2. Jika nilai DW antara dL hingga du atau 4 – dL hingga 4 – du, bermakna tidak

jelas apakah ada autokorelasi atau tidak.

3. Jika nilai DW antara du hingga 4 – du, bermakna tidak ada korelasi

4. Jika nilai DW antara 4 – dL hingga 4, bermakna ada korelasi negatif

Jika d berada di antara 1,54 dan 2,46 maka tidak ada autokorelasi, dan jika nilai

d ada di antara 0 hingga 1,10 dapat disimpulkan bahwa data mengandung

autokorelasi positif.

Page 78: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

63

4.7.3. Uji Kelayakan Model

Evaluasi terhadap model perlu dilakukan agar diperoleh model yang baik

berdasarkan kriteria statistik. Pengujian tersebut meliputi pengujian koefisien

determinasi R2 (goodness of fit), pengujian signifikansi secara simultan (Uji-F)

serta signifikansi secara parsial (Uji-t).

4.7.3.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinan (R2) Model

Koefisien determinasi (R2) ditujukan untuk melihat seberapa besar

kemampuan model dapat menjelaskan variasi variabel terikat. Pada pengujian

hipotesis, pertama koefisien determinasi dilihat dari besarnya nilai (R2). Nilai (R2))

bernilai antara 0 dan 1. Jika nilai R2 bernilai besar (mendekati 1) berarti variabel

bebas dapat memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variabel dependen. Sedangkan jika (R2) bernilai kecil berarti

kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variabel dependen sangat

terbatas. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (crossection)

relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing

pengamatan, sedangkan untuk data runtut waktu (time series) biasanya

mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi (Ghozali, 2011).

Uji Koefisien Determinasi (R2) Total

Total keragaman data yang dijelaskan oleh model ukur dengan:

Rm2 = 1 – P2 ei P2 e2 ... P

2 ep ………………………………………………….(4.13)

Dalam hal ini interprestasi terhadap Rm sama dengan interprestasi Koefisien

determinasi (R2) pada analisis regresi. Pei yang merupakan standar error of

estimate dari model regresi dihitung dengan rumus:

Pei = √ …………………………………………………………………..(4.14)

Page 79: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

64

4.7.3.1 Uji Signifikansi Secara Simultan (F)

Uji sigifikansi simultan (F) dilakukan terhadap variabel-variabel

independen untuk mengetahui apakah variabel tersebut secara bersama-sama

berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan

dengan cara membandingkan nilai hasil uji (F- Statistik) dari hasil regresi dengan

nilai F-Tabel yang diperoleh dari tabel distribusi F sebagai berikut:

Jika F hitung < F tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang bermakna

variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel terikat

secara signifikan. Sebaliknya, jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan H1

diterima, yang bermakna variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh

terhadap variabel terikat secara signifikan.

Namun demikian, pengunaan software SPSS telah memudahkan

penarikan kesimpulan dalam uji tersebut. Apabila nilai prob. F hitung (ouput

SPSS ditunjukkan pada kolom sig.) lebih kecil (sig < α) dari tingkat

kesalahan/error (alpha) 0,05 maka model regresi yang diestimasi layak.

Sebaliknya, jika nilai prob. F hitung lebih besar dari tingkat kesalahan 0,05 maka

model regresi yang diestimasi tidak layak.

4.7.3.2 Uji Signifikansi Secara Parsial (t)

Uji signifikansi secara parsial atau uji-t digunakan untuk mengetahui

signifikansi pengaruh variabel bebas secara individual terhadap variabel terikat

dengan asumsi variabel lain bersifat konstan. Uji tersebut dapat dilakukan

dengan cara membandingkan t hitung dengan t tabel.

Page 80: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

65

Keterangan;

t = nilai yang dicari

bk = koefisien regresi variabel bebas

B0 = nilai hipotesis nol

Se(bk) = simpangan baku koefisien regresi (parameter) b yang ke – k (var bk)

n = jumlah variabel/koefisien regresi

Pengujian signifikasnsi individual atau dikenal dengan Uji t dilakukan

untuk mengetahui pengaruh satu variabel independen secara individu dalam

menjelaskan variasi variabel dependen. Adapun kriteria pertimbangan keputusan

dalam penelitian ini adalah:

1. Apabila t-hitung < t-tabel, maka variabel bebas secara individu tidak

berpengaruh terhadap variabel terikat.

2. Apabila t-hitung > t-tabel, maka variabel bebas secara individu berpengaruh

terhadap variabel terikat.

Namun demikian, penarikan kesimpulan dengan uji t juga telah

dipermudah dengan penggunaan software SPSS. Apabila nilai prob. t hitung

(ouput SPSS pada kolom sig.) lebih kecil (sig < α) daripada tingkat kesalahan

(alpha) 0,05, bermakna variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel

terikatnya. Apabila nilai prob. t hitung lebih besar dari tingkat kesalahan 0,05 (sig

> α) bermakna variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel

terikat.

4.7.4 Uji Hipotesis

Persamaan (4.12) dan (4.13) yang telah diperoleh sebelumnya pada

penjelasan model regresi berganda menjadi dasar untuk menentukan data

variabel-variabel yang akan diregresikan dengan software SPSS 20. Selanjutnya

output dari SPSS tersebut akan memperlihatkan nilai koefisien konstanta dan

parameter-parameter regresi lainnya. Nilai-nilai tersebut kembali disubtitusikan

Page 81: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

66

pada koefiesien-koefisien persamaan regresi yang belum diketahui sebelumnya.

Sehingga model tersebut dapat diinterpretasikan dalam bentuk persamaan

regresi dan uji hipotesis.

Namun demikian, sebelum melakukan uji hipotesis perlu ditetapkan jenis

dan kriteria-kriteria pengujian sebelumnya. Pada penelitian ini, uji hipotesis

dilakukan dengan uji t. Ghozali (2011) menjelaskan bahwa uji t ditujukan untuk

mengetahui pengaruh setiap variabel bebas secara individual terhadap

perubahan variasi dari variabel bebas. Uji t pada koefisien regresi parsial pada

regresi berganda adalah dengan mengajukan hipotesis melalui uji dua sisi.

Kriteria pengujian tersebut adalah :

a. Jika Prob. < α maka Ho ditolak dan Ha diterima bermakna ada pengaruh

yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat dengan α

= 0,05

b. Jika Prob. > α maka Ha ditolak dan Ho diterima bermakna tidak terdapat

pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel

dependen dengan α = 0,05

Page 82: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

67

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Sulawesi Barat menjadi provinsi ke-33 di Indonesia tepatnya pada

tanggal 5 Oktober 2004 berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2004.

Provinsi Sulawesi Barat terdiri dari lima kabupaten yaitu Majene, Polewali

Mandar, Mamasa, Mamuju, dan Mamuju Utara, pada awalnya. Namun

kemudian Kabupaten Mamuju Tengah terbentuk sebagai hasil dari pemekaran

Kabupaten Mamuju, pada tanggal 14 Desember 2012. Wilayah Provinsi

Sulawesi Barat dibatasi oleh Provinsi Sulawesi Tengah di sebelah utara dan

Selat Makassar di sebelah barat. Sementara sebelah selatan dan timur dibatasi

oleh Provinsi Sulawesi Selatan. Luas wilayah Provinsi Sulawesi Barat adalah

sekira 16.787,18 kilometer persegi. Jumlah penduduk berdasarkan proyeksi

penduduk tahun 2016 adalah 1.306.478 jiwa (BPS, 2017).

5.2 Deskripsi Data

Statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah rerata

(mean), standar deviasi (standard deviation), maksimum dan minimum.

Pengukuran rerata (mean) digunakan untuk mengukur nilai sentral dari suatu

distribusi data, sedangkan standar deviasi merupakan perbedaan nilai data yang

yang diteliti dengan nilai reratanya.

5.2.1 Variabel Independen

Variabel independen terdiri dari belanja jalan, irigasi dan jaringan dan belanja

peralatan dan mesin pemerintah daerah di Provinsi Sulawesi Barat (minus

Page 83: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

68

Kabupaten 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Mean Min MaxStandar

Deviasi

Majene 21.84 31.49 38.46 27.22 37.60 61.29 31.68 35.66 21.84 61.29 11.74

Polman 26.54 41.09 48.64 56.45 58.80 69.87 34.54 47.99 26.54 69.87 13.92

Mamasa 40.34 40.34 33.33 64.10 33.66 21.56 21.09 36.35 21.09 64.10 13.47

Mamuju 76.26 88.99 77.82 53.72 32.25 80.64 80.50 70.03 32.25 88.99 18.42

Mamuju Utara 69.90 53.51 64.44 57.94 62.34 43.40 41.82 56.19 41.82 69.90 9.81

Kabupaten Mamuju Tengah). Data yang dirangkum dan ditampilkan adalah data

sejak 2006 hingga tahun 2012.

Tabel 5 .1 Data Variabel Independen Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan Tahun 2006-2012 (Miliar Rupiah)

Sumber: LHP BPK (2006-2012), diolah

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa realisasi belanja jalan, irigasi dan jaringan

terbesar terdapat pada Pemkab Mamuju sebesar 88.99 miliar rupiah pada tahun

2007. Sedangkan realisasi belanja jalan, irigasi dan jaringan terkecil terdapat

pada Pemkab Mamasa yaitu sebesar 21.09 miliar rupiah pada tahun 2012.

Sementara itu perbedaan data realisasi belanja jalan, irigasi dan jaringan setiap

tahunnya terhadap nilai rerata yang paling besar juga terdapat pada Kabupaten

Mamuju, dengan nilai standar deviasi sebesar 18.42 miliar rupiah. Secara rerata

dalam tujuh tahun tersebut, realisasi belanja jalan, irigasi dan jaringan terbesar

terdapat pada Pemkab Mamuju sebesar 70.03 miliar rupiah dan yang terkecil

pada Pemkab Majene sebesar 35.66 miliar rupiah. Fluktuasi selama tujuh tahun

tersebut secara lebih jelas dapat dilihat pada gambar 5.1.

Perkembangan belanja jalan, irigasi dan jaringan secara keseluruhan

menunjukkan trend yang meningkat dari tahun ke tahun. Hal tersebut dapat

dilihat pada gambar 5.2 yang menunjukkan persentase belanja jalan, irigasi dan

jaringan terhadap total belanja modal pada masing-masing pemkab. Kabupaten

Majene menunjukkan persentase terendah belanja jalan, irigasi dan jaringan

Page 84: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

69

secara rerata dalam periode tersebut, yaitu 34,7%. Sementara, Kabupaten

Mamuju Utara adalah yang tertinggi dengan rerata 44,1%

Gambar 5.1 Fluktuasi Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan Pemerintah Kabupaten di Prov. Sulbar Tahun 2006 - 2012

Gambar 5.2 Proporsi Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan Terhadap Total Belanja Modal Pemerintah Kabupaten di Prov. Sulbar Tahun 2006 - 2012

Tabel 5.2 menunjukkan belanja peralatan dan mesin terbesar terdapat

pada Kabupaten Mamasa yaitu sebesar 38.62 miliar rupiah. Sementara belanja

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

90.00

100.00

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Majene Polman Mamasa Mamuju Mamuju Utara

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Majene 29.4% 18.1% 40.0% 32.8% 37.5% 56.8% 28.2%

Polman 30.7% 18.8% 42.0% 46.6% 51.8% 53.7% 27.8%

Mamasa 65.7% 14.4% 43.1% 59.5% 50.2% 47.0% 18.7%

Mamuju 64.7% 18.1% 45.3% 36.8% 31.1% 51.6% 48.2%

Matra 57.1% 21.5% 48.8% 40.5% 55.2% 45.8% 40.0%

Page 85: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

70

Kabupaten 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Mean Min MaxStandar

Deviasi

Majene 20.66 16.96 11.58 18.06 26.86 20.44 28.16 20.39 11.58 28.16 5.31

Polman 22.15 20.09 20.39 12.48 13.97 17.86 15.07 17.43 12.48 22.15 3.39

Mamasa 12.74 12.75 9.41 13.93 16.44 10.48 38.62 16.34 9.41 38.62 9.34

Mamuju 15.23 31.20 34.32 33.93 27.17 22.02 30.54 27.77 15.23 34.32 6.45

Mamuju Utara 21.49 24.26 22.82 38.08 37.14 37.07 19.50 28.62 19.50 38.08 7.75

peralatan dan mesin terkecil juga terdapat pada Pemkab Mamasa yaitu sebesar

9.41 miliar rupiah. Oleh karena itu perbedaan data realisasi belanja mesin dan

peralatan setiap tahunnya terhadap nilai rerata yang paling besar juga terdapat

pada Kabupaten Mamasa. Hal tersebut dapat dilihat pada nilai standar deviasi

data realisasi belanja peralatan dan mesin Pemkab Mamasa yaitu sebesar 9.34

miliar rupiah. Namun demikian realisasi belanja peralatan dan mesin terbesar

secara rerata dalam tujuh tahun tersebut, terdapat pada Pemkab Mamuju Utara

dan yang terkecil pada Pemkab Mamasa, dengan masing-masing sebesar 28.62

miliar rupiah dan 16.34 miliar rupiah.

Tabel 5 .2 Data Variabel Independen Belanja Peralatan dan Mesin Tahun

2006-2012 (Miliar Rupiah)

Sumber: LHP BPK (2006-2012), diolah

Perkembangan belanja peralatan dan mesin masing-masing kabupaten

cukup fluktuatif (gambar 5.3). Kelima kabupaten menunjukkan kecenderungan

(trend) kenaikan dalam periode tujuh tahun tersebut. Kecenderungan kenaikan

belanja peralatan dan mesin tiap tahunnya diperlihatkan oleh semua kabupaten

kecuali Polman.

Kenaikan tersebut dapat dijelaskan lebih jauh dengan melihat persentase

belanja peralatan dan mesin terhadap total belanja modal masing-masing

kabupaten. Perkembangan belanja peralatan dan mesin secara keseluruhan

menunjukkan trend yang meningkat dari tahun ke tahun (gambar 5.4). Kabupaten

Polman menunjukkan persentase terendah belanja peralatan dan mesin secara

Page 86: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

71

rerata dalam periode tersebut, yaitu 15.8 %. Sementara, Kabupaten Mamuju

Utara adalah yang tertinggi dengan rerata 24.8%

Gambar 5.3 Fluktuasi Belanja Peralatan dan Mesin Pemerintah Kabupaten

di Prov. Sulbar Tahun 2006 – 2012 (Milyar Rupiah)

Gambar 5.4 Proporsi Belanja Peralatan dan Mesin Terhadap Total Belanja Modal Pemerintah Kabupaten di Prov. Sulbar Tahun 2006 – 2012

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

45.00

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Majene Polman Mamasa Mamuju Mamuju Utara

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Majene 27.8% 18.1% 12.0% 21.7% 26.8% 18.9% 25.1%

Polman 25.6% 18.8% 17.6% 10.3% 12.3% 13.7% 12.1%

Mamasa 20.7% 14.4% 12.2% 12.9% 24.5% 22.9% 34.3%

Mamuju 12.9% 18.1% 20.0% 23.2% 26.2% 14.1% 18.3%

Matra 17.6% 21.5% 17.3% 26.6% 32.9% 39.2% 18.7%

Page 87: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

72

Kabupaten 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Mean Min MaxStandar

Deviasi

Majene 250.81 251.22 270.98 288.89 306.30 317.59 322.86 286.95 250.81 322.86 30.12

Polman 560.43 589.36 602.59 675.94 725.98 788.20 841.64 683.45 560.43 841.64 106.76

Mamasa 289.59 309.48 316.15 342.42 359.79 378.66 394.54 341.52 289.59 394.54 38.50

Mamuju 574.44 580.44 603.33 656.53 722.00 787.97 837.28 680.28 574.44 837.28 104.60

Mamuju Utara 218.11 235.22 253.21 284.37 326.77 364.42 385.75 295.41 218.11 385.75 65.07

5.2.2 Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini terdiri dari Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) sektor pertanian dan penyerapan tenaga kerja sektor pertanian

pada wilayah pemerintah kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat dari tahun 2007

sampai tahun 2013 seperti berikut ini:

Tabel 5 .3 Data Variabel Dependen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sector pertanian Tahun 2007-2013 (Miliar Rupiah)

Sumber: BPS (2008-2014), diolah

Tabel 5.3 memperlihatkan nilai PDRB sektor pertanian terbesar yang

pernah dicapai pada periode 2007-2013 ada pada Kabupaten Polman yaitu

sebesar 841.64 miliar rupiah. Sementara Kabupaten Mamuju Utara pernah

menyentuh PDRB sektor pertanian terendah diantara kelima kabupaten, yaitu

sebesar 218.11 miliar rupiah. Perbedaan PDRB sektor pertanian setiap tahunnya

terhadap nilai rerata yang paling besar juga terdapat pada Kabupaten Polman,

dengan standar deviasi senilai 106.76 miliar rupiah. Rerata PDRB sektor

pertanian terbesar terdapat pada Kabupaten Polman sebesar 683.45 miliar

rupiah dan yang terkecil pada Kabupaten Mamuju Utara sebesar 286.95 miliar

rupiah dalam tujuh tahun tersebut. Fluktuasi nilai PDRB sektor pertanian tersebut

dijelaskan pada gambar 5.5.

Page 88: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

73

Gambar 5.5 Fluktuasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Pertanian lima Kabupaten di Prov. Sulbar Tahun 2007 – 2013 (Milyar Rupiah)

Gambar 5.6 Proporsi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Pertanian lima Kabupaten Terhadap PDRB Sektor Pertanian Prov. Sulbar Tahun 2007 - 2013

Perkembangan PDRB sektor pertanian di Provinsi Sulawesi Barat

mengalami kenaikan setiap tahunnya secara keseluruhan. Gambar 5.6

0.00

100.00

200.00

300.00

400.00

500.00

600.00

700.00

800.00

900.00

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Majene Polman Mamasa Mamuju Mamuju Utara

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Majene 13.2% 12.8% 13.2% 12.9% 12.5% 12.0% 11.6%

Polman 29.6% 30.0% 29.4% 30.1% 29.7% 29.9% 30.3%

Mamasa 15.3% 15.7% 15.5% 15.2% 14.7% 14.4% 14.2%

Mamuju 30.3% 29.5% 29.5% 29.2% 29.6% 29.9% 18.2%

Mamuju Utara 11.5% 12.0% 12.4% 12.6% 13.4% 13.8% 13.9%

Page 89: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

74

Kabupaten 2007* 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Mean Min MaxStandar

Deviasi

Majene 26,591 23,605 23,601 24,230 29,658 24,909 24,895 25,356 23,601 29,658 2,155

Polman 80,984 94,774 89,958 97,633 100,544 96,885 88,296 92,725 80,984 100,544 6,731

Mamasa 64,190 59,920 61,587 51,285 45,086 48,085 50,101 54,322 45,086 64,190 7,447

Mamuju 70,437 83,794 82,684 104,981 100,773 105,098 96,179 91,992 70,437 105,098 13,251

Mamuju Utara 52,942 39,041 42,527 42,052 39,701 39,313 42,084 42,523 39,041 52,942 4,819

menunjukkan persentase PDRB sektor pertanian masing-masing kabupaten

terhadap total PDRB sektor pertanian seluruh kabupaten di Provinsi Sulawesi

Barat. Kabupaten Polman dan Mamuju adalah dua kabupaten yang

menunjukkan persentase tertinggi PDRB sektor pertanian secara rerata dalam

periode tersebut, masing-masing sebesar 29,9 % dan 28,0 %. Sementara,

Kabupaten Majene dan Mamuju Utara adalah yang terendah dengan rerata

masing-masing 12,6% dan 12,8 %.

Tabel 5.4 Data Variabel Dependen Tenaga Kerja Sektor pertanian Tahun 2007-2013 (Orang)

Sumber: BPS (2008-2014), diolah

Jumlah tenaga kerja yang terbesar diserap pada sektor pertanian pada

lima kabupaten adalah Kabupaten Mamuju, sebanyak 105.098 orang pada tahun

2012. Jumlah tenaga kerja yang terkecil pada sektor pertanian di Kabupaten

Majene yaitu sebanyak 23.601 orang, pada tahun 2009. Fluktuasi terbesar

tenaga kerja sektor pertanian setiap tahunnya juga terjadi pada Kabupaten

Mamuju. Hal tersebut dapat dilihat pada besar standar deviasinya yaitu 13.251.

Namun demikian, Rerata tenaga kerja sektor pertanian terbesar ada pada

Kabupaten Polman sebanyak 92.725 orang per tahun dan yang terkecil pada

Kabupaten Majene yaitu rerata 25.356 orang per tahun. Hal tersebut bermakna

bahwa penyerapan tenaga kerja sektor pertanian terbesar dari segi kuantitas

terjadi di Kabupaten Polman dan yang terkecil di Kabupaten Majene (tabel 5.4).

Page 90: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

75

Walaupun demikian, penyerapan tenaga kerja sektor pertanian terbesar

terjadi di Kabupaten Mamasa secara proporsional terhadap sektor-sektor utama

lainnya (industri dan jasa). Gambar 5.7 menunjukkan rerata proporsi penyerapan

tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Mamasa yaitu 77,8%. Sementara

penyerapan tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Polman masih lebih

rendah dari pada Kabupaten Mamuju dan Mamuju Utara, meskipun terbesar dari

segi kuantitas. Gambar 5.7 memperlihatkan rerata proporsi penyerapan tenaga

kerja sektor pertanian di Kabupaten Polman yaitu 58,0%. Kabupaten Majene

masih terendah, meskipun secara proporsional yaitu 43,1%.

Gambar 5.7 Proporsi Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian lima Kabupaten Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Utama Lainnya pada Masing-masing Kabupaten Tahun 2007 - 2013

Selanjutnya gambar 5.7 menunjukkan bahwa trend penurunan tenaga

kerja sektor pertanian terjadi hampir pada semua kabupaten kecuali Kabupaten

Polman dan Mamuju. Kedua kabupaten tersebut mengalami kecenderungan

kenaikan dari segi kuantitas pada periode 2007-2013.

2007* 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Majene 41.4% 60.5% 38.4% 38.8% 45.3% 36.1% 41.2%

Polman 59.6% 77.0% 55.3% 56.7% 54.1% 52.7% 50.4%

Mamasa 82.5% 88.2% 80.0% 78.5% 69.6% 71.4% 74.5%

Mamuju 70.3% 79.5% 63.8% 66.8% 64.6% 64.0% 62.2%

Mamuju Utara 79.4% 86.0% 74.0% 72.7% 62.2% 61.2% 63.5%

Page 91: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

76

Gambar 5.8 Fluktuasi Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian pada lima Kabupaten di Prov. Sulbar Tahun 2007 - 2013

5.3. Deskripsi Hasil Penelitian

5.3.1 Uji Asumsi Klasik

Penelitian ini menggunakan analisis dengan model regresi linear

berganda. Oleh karena itu uji asumsi klasik perlu dilakukan terhadap suatu model

agar benar-benar mampu memberikan estimasi yang tidak bias dan handal, atau

memenuhi kaidah- kaidah Best Linear Unbiased Estimator atau BLUE.

Uji asumsi klasik tersebut dilakukan dengan lima uji, yaitu uji normalitas,

uji heteroskedastisitas, uji serial korelasi (autokorelasi) dan uji multikolinieritas.

Serta uji autokorelasi. Model regresi yang diperoleh dapat diyakini mempunyai

kemampuan prediktif serta memenuhi asumsi- asumsi jika model regresi diuji

terlebih dahulu. Model akan dipertanyakan apakah telah memenuhi asumsi-

asumsi yang melandasinya. Penyimpangan dari asumsi- asumsi tersebut di

0

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

2007* 2008 2009 2010 2011 2012 2013Majene PolmanMamasa MamujuMamuju Utara Linear (Majene)Linear (Polman) Linear (Mamasa)

Page 92: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

77

atas, bermakna model regresi yang diperoleh tidak banyak bermanfaat dalam

pengambilan keputusan.

Dalam penelitian ini, pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan

model regresi berganda. Oleh karena itu pengujian asumsi klasik sangat penting

dilakukan sebelumnya. Pengujian hipotesis bertujuan untuk keberartian

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Hasil analisis

hipotesis tersebut dapat diinterpresentasikan dengan lebih akurat dan efisien jika

terbebas dari kesalahan–kesalahan yang disebabkan oleh gejala-gejala asumsi

klasik.

5.3.1.1 Uji Normalitas

Pengujian normalitas atau biasa dikenal juga dengan uji asumsi.

Pengujian asumsi normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Kalau

asumsi ini dilanggar, uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil

(Ghozali, 2011). Pengujian normalitas adalah suatu usaha untuk menentukan

apakah data variabel yang kita miliki mendekati populasi distribusi normal atau

tidak. Dalam uji normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan cara

Kolmogorov-Smirnov Test, Histogram ,dan Normal Probability Plot.

Dalam penelitian ini digunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk mendeteksi

apakah residual berdistribusi normal atau tidak. Jika nilai Sig Kolmogorov-

Smirnov > 0.05, maka asumsi normalitas terpenuhi. Adapun hasil yang diperoleh

dari uji tersebut dengan SPSS 20 (lampiran 2) adalah sebagai berikut :

Page 93: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

78

Tabel 5.5 Hasil Uji Nomalitas dengan Kolmogorov-Smirnov Test

No. Variabel Sig.

Kolmogorov-Smirnov Z

Keterangan

1 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan (X1)

0.866 Normal

2 Belanja Peralatan dan Mesin (X2)

0.967 Normal

3 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sector pertanian (Y1)

0.999 Normal

4 Tenaga Kerja Sektor pertanian (Y2)

0.928 Normal

Sumber: Hasil Olah Data dengan SPSS 20.0, 2017

Tabel 5.5 menunjukkan hasil pengujian asumsi normalitas pada masing-masing

variabel dengan nilai Sig Kolmogorov-Smirnov >0,05. Hasil pengujian asumsi

normalitas pada variabel X1 diketahui nilai Sig. sebesar 0,866 > 0.05, pada X2

diketahui nilai Sig. sebesar 0,967 > 0.05 dan pada variabel Y1 nilai Sig. sebesar

0,999 > 0.05 serta variabel Y2 nilai Sig. sebesar 0,928 > 0.05. Hal ini

mengindikasikan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.

5.3.1.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bemaksud untuk mengetahui apakah dalam suatu

model regresi linear berganda memiliki korelasi antar variabel bebas. Idealnya

korelasi antar variabel bebas semestinya kecil atau justru tidak ada sama sekali

pada model regresi linear berganda yang baik. Sehingga boleh dipahami bahwa

model regresi linear berganda yang baik adalah yang tidak terjadi

multikolinearitas.

Pada penelitian ini pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat

nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Nilai tersebut merupakan nilai

Page 94: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

79

yang dapat memperlihatkan ada tidaknya multikolinearitas. Kedua ukuran ini

menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel

independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang

terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai tolerance

yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (VIF = 1/Tolerance). Nilai cut off yang

umumnya dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai

tolerance < 0,1 atau sama dengan nilai VIF > 10.

Dalam penelitian ini, uji multikolinearitas hanya dilakukan pada variabel

X1 dan X2, karena perlu diketahui multikolinearitas antar variabel independen.

Oleh karena itu, pada Y1 tidak dilakukan uji multikolinearitas karena hanya

memiliki satu variabel bebas. Sedangkan hasil uji multikolinearitas dalam

penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.6 (lampiran 3):

Tabel 5.6 Hasil Uji Multikolinearitas

No. Variabel Tolerance VIF Keterangan

1 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan (X1)

0.717 1.395 Tidak Terjadi Multikolinearitas

2 Belanja Peralatan dan Mesin (X2)

0.717 1.395 Tidak Terjadi Multikolinearitas

Sumber: Hasil Olah Data dengan SPSS 20.0, 2017

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa hasil perhitungan nilai tolerance

menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance < 0.10

yang bermakna tidak ada korelasi antar variabel independen. Perhitungan nilai

Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hasil yang sama yaitu tidak ada

variabel independen yang memilki nilai VIF > 10. Oleh karena itu kesimpulan

Page 95: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

80

yang dapat diambil dari uji ini adalah diantara variabel independen pada

penelitian ini tidak terjadi multikolinearitas.

5.3.1.3 Uji Heteroskedatisitas

Uji Heteroskedastisitas dilakukan untuk melihat apakah kesalahan (error)

pada data kita memiliki varians (keberagaman) yang sama atau tidak. Kondisi

pada heterokedastisitas adalah error varians (keberagaman kesalahan) berbeda

dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Uji ini diterapkan sebelum uji

regresi linear berganda.

Heterokedastisitas adalah kondisi seluruh faktor gangguan tidak memiliki

varians yang sama. Heterokedastisitas akan menyebabkan penaksiran koefisien-

koefisien regresi menjadi tidak efisien. Pengujian asumsi heteroskedastisitas

bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance

dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari

residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut

homokedasitas dan jika berbeda disebut heterokedatisitas.

Dalam penelitian ini pendeteksian ada tidaknya heterokdastisitas

menggunakan uji Glejser, yaitu dengan meregresikan variabel independen

terhadap nilai absolute residual (AbsRes) (lampiran 1). Heterokedastisitas tidak

terjadi jika Sig > 0.05 (H0) dan sebaliknya terjadi heterokedastisitas jika sig < 0.05

(Ha).

Tabel 5.7 menunjukkan hasil uji Glejser terhadap variabel X1 dan X2

dengan Sig. yang lebih besar daripada 0.05, yaitu masing-masing adalah 0.439

dan 0.895. Sementara terhadap variabel Y1, juga menunjukkan nilai Sig yang

lebih besar daripada 0.05, yaitu sebesar 0.135. Nilai tersebut menunjukkan

bahwa juga tidak terjadi heterokedastisitas pada varibel Y1.

Page 96: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

81

Tabel 5.7 Hasil Uji Heterokedastisitas (Uji Glejser)

No. Variabel Sig Keterangan

1 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan (X1)

0.439 Tidak Terjadi Heterokedastisitas

2 Belanja Peralatan dan Mesin (X2)

0.895 Tidak Terjadi Heterokedastisitas

3 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sector pertanian (Y1)

0.135

Tidak Terjadi Heterokedastisitas

Sumber: Hasil Olah Data dengan SPSS 20.0, 2017

5.3.1.4 Uji Serial Korelasi (Autokorelasi)

Autokorelasi ditujukan untuk mengetahui apakah ada kesalahan (error)

pada suatu data pada periode tertentu berkorelasi dengan periode lainnya.

Idealnya model regresi linear berganda yang baik tidak terdapat autokorelasi.

Dalam penelitian ini diperiksa nilai Durbin-Watson (DW) untuk mengetahui

apakah data mengalami autokorelasi atau tidak (tabel 5.8) dengan persyaratan

agar tidak terjadi autokorelasi adalah 1 < DW < 3.

Tabel 5.8 Hasil Uji Autokorelasi

Sumber: Hasil Olah Data dengan SPSS 20.0, 2017

Angka Durbin-Watson yang ditunjukkan pada kedua model tersebut berada

diantara dua angka batas autokorelasi (1 < DW < 3), yaitu masing-masing 1.297

Model Variabel Independen Variabel Dependen Durbin-Watson

Keterangan

1 Realisasi Belanja Peralatan dan Mesin (X1)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sector pertanian (Y1)

1.297 Tidak Terjadi Autokorelasi

Realisasi Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan (X2)

2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sector pertanian (Y1)

Tenaga Kerja Sektor pertanian (Y2)

1.745 Tidak Terjadi Autokorelasi

Page 97: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

82

dan 1.745. Nilai tersebut lebih besar dari 1 dan lebih kecil dari 3. Oleh karena itu

dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini tidak mengalami autokorelasi

sehingga memenuhi salah satu syarat untuk uji regresi linear berganda

selanjutnya.

5.3.2 Uji Statistik

5.3.2.1 Uji Regresi

Analisis regresi ini digunakan untuk mengetahui hubungan pengaruh

variabel belanja jalan, irigasi dan jaringan, dan belanja peralatan dan mesin

terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor pertanian dan

dampaknya terhadap penyerapan tenaga kerja sektor pertanian, secara simultan

maupun secara parsial. Sementara itu, pada penelitian ini formulasi atau

persamaan regresi berganda yang digunakan adalah persamaan yang dibahas

sebelumnya pada bab 4 (empat), yaitu persamaan 4.11 dan 4.12i.

5.3.2.1.1 Model Regresi Berganda Pengaruh Belanja Modal (X1 dan X2) Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Pertanian (Y1)

Model regresi ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel

independen yang terdiri dari belanja jalan, irigasi dan jaringan (X1), dan belanja

peralatan dan mesin (X2) terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

sektor pertanian (Y1). Adapun formulasi regresinya adalah sebagai berikut :

Ln Y1 = Ln α0 + α1LnX1 + α 2LnX3

Keterangan:

X1 = Belanja jalan, irigasi dan jaringan (juta rupiah)

X2 = Belanja peralatan dan mesin (juta rupiah)

Y1 = PDRB sektor pertanian (juta rupiah)

Page 98: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

83

α0 = Intercept (konstanta)

α1 dan α2 = Koefisien variabel bebas

𝞵1 = error term

Namun demikian, nilai-nilai koefisien yang diperoleh dari hasil regresi X1

dan X2 terhadap Y1 (lampiran 3) dapat disubtitusikan ke dalam persamaan

tersebut. Sehingga diperoleh persamaan seperti berikut ini:

Ln Y1 = 4.207 + 0.095LnX1 + 0.876LnX2

Atau sama dengan:

Ln Y1 = Ln 67.1548 + 0.095LnX1 + 0.876LnX2

Selanjutnya, uji statistik dilakukan terhadap data belanja jalan, irigasi dan

jaringan dan belanja peralatan dan mesin, dan diperoleh hasil sebagai berikut:

a. Hasil Uji Koefisien Determinasi Regresi X1 dan X2 Terhadap Y1

Uji ini dilakukan untuk mengukur kemampuan variabel-variabel

independen, yaitu belanja jalan, irigasi dan jaringan, dan belanja peralatan dan

mesin terhadap variabel dependen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

sektor pertanian. Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada kolom adjusted

R Square pada tabel hasil SPSS Uji koefisien Determinasi Tabel 5.9.

Tabel 5.9 Koefisien Determinasi Regresi X1 dan X2 Terhadap Y1

R R Square Adjusted R

Square SEE

0.826 0.683 0.556 0.11924

Sumber: Hasil Olah Data dengan SPSS 20.0, 2017 (lampiran 3)

Page 99: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

84

Tabel tersebut menunjukkan nilai R Square sebesar 0,683 atau 68,3 %.

Nilai ini bermakna bahwa model dengan variabel bebas realisasi belanja

peralatan dan mesin, dan realisasi belanja jalan, irigasi dan jaringan mampu

menjelaskan hubungan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor

pertanian sebesar 68,3%. Sedangkan sisanya sebesar 100% - 68,3% = 31,7%

dipengaruhi oleh faktor lain yg tidak diteliti. Dengan kata lain, perhitungan ini juga

menjawab nilai 𝞵1 pada model persamaan regresi X1 dan X2 terhadap Y1, yaitu

sama dengan 31,7%. atau 0,32. Hal ini bermakna bahwa model tersebut cukup

bisa diandalkan. Hanya sekitar sepertiga nilai Y1 dipengaruhi oleh faktor lain

yang tidak diperhitungkan dalam model regresi ini.

b. Hasil Uji Secara Simultan (Uji F) Regresi X1 dan X2 Terhadap Y1

Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh simultan variabel-variabel

independen terhadap variabel dependen. Tabel 5.12 menunjukkan bahwa nilai F

hitung yang diperoleh adalah sebesar 5.377 dengan probabilitas sebesar 0.057.

Sementara itu, F tabelnya adalah 5.79 yang berarti F hitung lebih kecil daripada

F tabel (F Hitung < F Tabel). Disamping itu, nilai probabilitas (p-value) F hitung

yang diperoleh masih lebih besar daripada Alpha yang ditetapkan (0.057>0.05).

Dengan demikian H0 diterima, yang bermakna bahwa variabel dependen belanja

jalan, irigasi dan jaringan (X1), dan belanja peralatan dan mesin (X2) secara

simultan atau bersama-sama tidak memiliki pengaruh terhadap Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) sektor pertanian (Y1).

Tabel 5.10. Hasil Uji F Regresi X1 dan X2 Terhadap Y1

Variabel F Sig

Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan

5.377 0.57 Realisasi Belanja Peralatan dan Mesin

Sumber: Hasil Olah Data dengan SPSS 20.0, 2017 (lampiran 3)

Page 100: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

85

c. Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) Regresi X1 dan X2 Terhadap Y1

Tabel 5.11 hasil olah SPSS uji t regresi X1 dan X2 terhadap Y1 (lampiran

3) menunjukkan nilai t hitung sebesar masing-masing 0,419 dan 2,53 untuk

variabel bebas belanja jalan irigasi dan jaringan (X1) dan belanja peralatan dan

mesin (X2). Kedua nilai tersebut lebih kecil dari pada t tabel yaitu 2,78 (t hitung <

t tabel).

Disamping itu, hasil uji t juga menunjukkan nilai p-value 0.693 (0.693 >

0.05) untuk variabel bebas belanja jalan irigasi dan jaringan (X1) dan p-value

0.053 (0.053 > 0.05) untuk variabel belanja peralatan dan mesin (X2). Nilai-nilai

tersebut berarti bahwa secara parsial masing-masing variabel bebas tidak

memiliki hubungan linear terhadap variabel dependen Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) sektor pertanian (Y1).

Tabel 5.11 Hasil Uji t Regresi X1 dan X2 Terhadap Y1

Variabel t Sig

Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 0,419 0,693

Realisasi Belanja Peralatan dan Mesin 2,53 0,053

Sumber: Hasil Olah Data dengan SPSS 20.0, 2017 (lampiran 3)

5.3.2.1.2 Model Regresi Berganda Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Pertanian Model (Ŷ1) Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian (Y2)

Formulasi model regresi yang digunakan untuk mengetahui pengaruh

variabel independen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor pertanian

model (Ŷ1) terhadap penyerapan tenaga kerja sektor pertanian (Y2) adalah

sebagai berikut :

Page 101: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

86

Y2 = β 0 + β 1Ŷ 1 + 𝞵 2

Keterangan:

Y1 = PDRB sektor pertanian model (juta rupiah); hasil estimasi

Y2 = Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian (orang)

β0 = Intercept (konstanta)

β1 = Koefisien variabel bebas

𝞵2 = error term

Selanjutnya nilai-nilai koefisien yang diperoleh dari hasil regresi Y2

terhadap Y1 (lampiran 3) disubtitusikan ke dalam persamaan tersebut. Sehingga

diperoleh persamaan seperti berikut ini:

Y2 = 212,394.042 + 0.013 Ŷ1

Selanjutnya, uji statistik pada hasil olahan data dengan SPSS (lampiran

3) memperlihatkan hasil pengujian sebagai berikut :

a. Hasil Uji Koefisien Determinasi Regresi Ŷ 1 Terhadap Y2

Uji ini dilakukan untuk mengukur kemampuan variabel Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) sektor pertanian model terhadap variabel dependen

penyerapan tenaga kerja sektor pertanian. Hasil uji koefisien determinasi

tersebut dapat dilihat pada kolom adjusted R Square pada tabel hasil SPSS Uji

koefisien Determinasi Tabel 5.12.

Tabel 5.12 Koefisien Determinasi Regresi Ŷ1 Terhadap Y2

R R Square Adjusted R

Square SEE

0.874 0.765 0.725 9,421.66712

Sumber: Hasil Olah Data dengan SPSS 20.0, 2017 (lampiran 3)

Page 102: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

87

Tabel tersebut nilai R Square sebesar 0.765 atau 76.5%. Hal tersebut

menunjukkan bahwa model dengan variabel bebas Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) sektor pertanian model memiliki kontribusi atau berpengaruh

terhadap variabel dependen penyerapan tenaga kerja sektor pertanian sebesar

76.5%. Sedangkan sisanya sebesar 100% - 76.5% = 23.5% dipengaruhi oleh

faktor lain yg tidak diteliti.

b. Hasil Uji Secara Simultan (Uji F) Regresi Ŷ1 Terhadap Y2

Pengujian secara simultan atau uji F dilakukan untuk melihat pengaruh

simultan variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Meskipun

pada model ini hanya ada satu variabel independen, uji ini tetap ditampilkan

sebagai bagian dari uji kelayakan model. Tabel 5.13 menunjukkan bahwa nilai F

hitung yang diperoleh adalah sebesar 19.483 dengan probabilitas sebesar 0,005.

Nilai F hitung jauh lebih besar dari pada F tabel atau F hitung > F tabel (19.483>

5.79). Disamping itu, nilai probabilitas F hitung yang diperoleh lebih kecil

daripada Alpha yang ditetapkan (0,005<0,05). Dengan demikian, hasil tersebut

memberi kesimpulan bahwa H0 ditolak, yang bermakna bahwa variabel

dependen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor pertanian model (Ŷ1)

memiliki pengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja sektor pertanian (Y2).

Tabel 5.13. Hasil Uji F Regresi Ŷ1 Terhadap Y2

Variabel F Sig

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor pertanian model

19.483 0.005

Sumber: Hasil Olah Data dengan SPSS 20.0, 2017 (lampiran 3)

Page 103: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

88

c. Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) Regresi Ŷ1 Terhadap Y2

Hasil perhitungan uji t menunjukkan nilai sebesar 4.414. Nilai t hitung

tersebut lebih besar dari pada dari pada t tabel (4.414 > 2.44691).

Selanjutnya tabel 5.14 hasil olah SPSS uji t pada regresi Ŷ1 terhadap Y2

pada lampiran 3 menunjukkan nilai p-value 0,005 (0,005 < 0,05) untuk variabel

bebas Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor pertanian model (Ŷ1).

Oleh karena itu kita dapat menyimpulkan bahwa secara parsial variabel bebas

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor pertanian memiliki hubungan

linear terhadap variabel dependen penyerapan tenaga kerja sektor pertanian

(Y1).

Tabel 5.14 Hasil Uji t Regresi Ŷ1 Terhadap Y2

Variabel t Sig

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor pertanian

4.414 0.005

Sumber: Hasil Olah Data dengan SPSS 20.0, 2017 (lampiran 3)

5.3.3 Interpretasi Model

Berdasarkan hasil pengujian terhadap model regresi berganda hubungan

antara variabel bebas belanja jalan, irigasi dan jaringan dan variabel bebas

belanja peralatan dan mesin terhadap penyerapan tenaga kerja sektor pertanian

melalui produk domestik regional bruto (PDRB) sektor pertanian maka diperoleh

hasil analisis bahwa tidak semua hubungan antar variabel itu yang signifikan.

Oleh karena itu, interprestasi model selanjutnya akan dilakukan melalui

pengujian hipotesis.

Page 104: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

89

Hipotesis 1 : Belanja jalan, irigasi dan jaringan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) Sektor Pertanian.

Hasil Uji parameter statistic t (tabel 5.11) menunjukkan bahwa nilai t

variabel belanja jalan, irigasi dan jaringan adalah 0.419 (ttabel= 2.78; thitung < ttabel).

Disamping tingkat signifikansi koefisien yang diukur dalam bentuk nilai

probabilitas (nilai p-value) sebesar 0.693. Angka tersebut lebih besar dari pada

probabilitas 0.05 atau 5 %, sehingga korelasi diantara variabel belanja jalan,

irigasi dan jaringan dengan tingkat Produk domestik regional bruto (PDRB) sektor

pertanian adalah tidak nyata. Hal tersebut memberikan makna bahwa secara

parsial tidak terdapat hubungan linear antara variabel independen realisasi

belanja jalan, irigasi dan jaringan (X1) terhadap variabel dependen Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor pertanian (Y1). Oleh karena itu hipotesis

pertama tidak dapat diterima.

Hipotesis 2 : Belanja peralatan dan mesin berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sektor

Pertanian.

Hasil Uji t (tabel 5.11) menunjukkan bahwa nilai t variabel belanja

peralatan dan mesin adalah 2.53 (t tabel = 2.78; t hitung < ttabel) serta memiliki nilai

probabilitas (nilai p-value) sebesar 0.053 (Sig > 0.05). Angka-angka tersebut

menunjukkan bahwa korelasi antara variabel belanja peralatan dan mesin

dengan tingkat Produk domestik regional bruto (PDRB) sektor pertanian adalah

tidak nyata. Hal ini berarti bahwa secara parsial tidak terdapat hubungan linear

antara variabel independen belanja peralatan dan mesin (X2) terhadap variabel

Page 105: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

90

dependen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor pertanian (Y1). Oleh

karena itu hipotesis kedua juga tidak dapat diterima.

Hipotesis 3 : Produk domestik regional bruto (PDRB) sektor Pertanian

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penyerapan

Tenaga Kerja Sektor Pertanian.

Seperti pengujian hipotesis 1 dan 2, pengujian hipotesis 3 juga

berdasarkan kriteria nilai probabilitasnya disamping nilai hasil uji t. Jika nilai

probability t lebih kecil dari 0,05 maka Ha (terdapat hubungan linear) diterima dan

Ho (tidak terdapat hubungan linear) ditolak, sedangkan jika nilai probability t

lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima.

Alat analisis yang digunakan pada penelitian untuk menguji hubungan

tersebur hanya menggunakan analisis regresi berganda sebagai bagian dari

analisis regresi 2SLS.

Penulis melakukan regresi variabel endogen produk domestik regional

bruto (PDRB) sektor pertanian terhadap variabel eksogen belanja jalan, irigasi

dan jaringan. Hasil estimasi produk domestik regional bruto (PDRB) sektor

pertanian (Ŷ1) diperoleh dari persamaan dengan koefisien estimasi dari hasil

regresi variabel produk domestik regional bruto (PDRB) sektor pertanian (Y1)

terhadap variabel belanja jalan, irigasi dan jaringan (X1). Variabel penyerapan

tenaga kerja sektor pertanian (Y2) kemudian diregresikan terhadap hasil estimasi

tersebut.

Pengujian hipotesis hanya dilakukan dengan melihat signifikansi

hubungan antara variabel eksogen dengan variabel endogen, Ŷ1 dan Y2. Tidak

seperti Uji Sobel yang menguji signifikansi hubungan tidak langsung antara

variabel independen dengan varibel dependen melalui variabel mediasi.

Page 106: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

91

Pengujian hipotesis 4 berdasarkan kriteria nilai signifikansinya disamping

nilai hasil uji t. Jika nilai signifikansi (probability) t lebih kecil dari 0,05 maka

hipotesis Ha (ada hubungan linear) diterima dan Ho (tidak ada hubungan linear)

ditolak, sedangkan jika nilai probability t lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak

dan Ho diterima.

Hasil Uji t (tabel 5.14) menunjukkan bahwa nilai t variabel Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Pertanian model adalah 4.414 (t tabel =

2.44691; t hitung > t tabel) serta memiliki nilai probabilitas (nilai p-value) sebesar

0,005 (Sig < 0.05). Hal itu bermakna bahwa secara parsial terdapat hubungan

linear antara variabel independen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Sektor Pertanian (Ŷ1) model terhadap variabel dependen penyerapan tenaga

kerja sektor pertanian (Y2). Oleh karena itu hipotesis ketiga (H3) diterima, dan

hipotesis nol (H0) ditolak, yang berarti terdapat pengaruh variabel independen

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Pertanian terhadap variabel

dependen penyerapan tenaga kerja sektor pertanian (Y2).

Hipotesis 4 : Belanja jalan, irigasi dan jaringan berpengaruh positif

terhadap Penyerapan Tenaga Sektor Pertanian melalui

produk domestik regional bruto (PDRB) sektor Pertanian.

Hasil pengujian hipotesis 1 dan 3 dapat menjadi bagian dari pengujian

terhadap hipotesis 4. Hipotesis tersebut (1 dan 3) merupakan bagian-bagian dari

model pengaruh belanja jalan, irigasi dan jaringan terhadap penyerapan tenaga

kerja sektor pertanian melalui produk domestik regional bruto (PDRB) sektor

Pertanian.

Berdasarkan hasil uji hipotesis 1 dan 3 tersebut, dapat dijelaskan bahwa

hanya pengaruh variabel produk domestik regional bruto (PDRB) sektor

pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja sektor pertanian yang signifikan.

Page 107: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

92

Sementara pengaruh belanja jalan, irigasi dan jaringan terhadap produk domestik

regional bruto (PDRB) sektor pertanian tidak signifikan.

Dengan kata lain, secara parsial tidak terdapat hubungan linear antara

variabel independen belanja jalan, irigasi dan jaringan (X1) terhadap variabel

dependen penyerapan tenaga kerja sektor pertanian (Y2) melalui Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor pertanian (Y1). Oleh karena itu hipotesis

keempat juga tidak dapat diterima.

Hipotesis 5 : Belanja peralatan dan mesin berpengaruh positif terhadap

Penyerapan Tenaga Sektor Pertanian melalui produk

domestik regional bruto (PDRB) sektor Pertanian.

Selanjutnya, hasil pengujian hipotesis 2 dan 3 dapat menjadi bagian dari

pengujian terhadap hipotesis 5. Hipotesis 2 dan 3 merupakan bagian dari model

pengaruh belanja peralatan dan mesin terhadap penyerapan tenaga kerja sektor

pertanian melalui produk domestik regional bruto (PDRB) sektor Pertanian.

Hasil uji hipotesis 2 dan 3 dapat menjelaskan bahwa hanya pengaruh

variabel produk domestik regional bruto (PDRB) sektor pertanian terhadap

penyerapan tenaga kerja sektor pertanian yang signifikan. Sedangkan pengaruh

belanja peralatan dan mesin terhadap produk domestik regional bruto (PDRB)

sektor pertanian tidak signifikan.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa antara variabel belanja peralatan dan

mesin dengan penyerapan tenaga kerja sektor pertanian terdapat korelasi yang

tidak nyata melalui Produk domestik regional bruto (PDRB) sektor pertanian.

Dengan kata lain, secara parsial tidak terdapat hubungan linear antara variabel

independen belanja peralatan dan mesin (X2) terhadap variabel dependen

penyerapan tenaga kerja sektor pertanian (Y2) melalui Produk Domestik

Page 108: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

93

Regional Bruto (PDRB) sektor pertanian (Y1). Oleh karena itu hipotesis kelima

tidak dapat diterima.

Seluruh hasil pengujian terhadap hipotesis yang diajukan pada penelitian

ini, secara ringkas dapat dijelaskan pada tabel berikut ini:

Tabel 5.15 Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian

No Hipotesis Hasil

Pengujian

H1 Belanja jalan, irigasi dan jaringan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Pertanian.

Ditolak

H2 Belanja peralatan dan mesin berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian.

Ditolak

H3 Produk domestik regional bruto (PDRB) sektor Pertanian berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian.

Diterima

H4

Belanja jalan, irigasi dan jaringan berpengaruh positif terhadap Penyerapan Tenaga Sektor Pertanian melalui produk domestik regional bruto (PDRB) sektor Pertanian.

Ditolak

H5

Belanja peralatan dan mesin berpengaruh positif terhadap Penyerapan Tenaga Sektor Pertanian melalui produk domestik regional bruto (PDRB) sektor Pertanian

Ditolak

Page 109: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

94

BAB VI

PEMBAHASAN

Setelah melalui beberapa tahap uji statistik terhadap model dan hipotesis

yang diajukan dalam penelitian ini, maka telah diperoleh beberapa hipotesis yang

diterima dan ditolak. Dari lima hipotesis yang diajukan berdasarkan model

analisis regresi berganda yang dikonstruksi atas dasar beberapa teori dan

penelitian sebelumnya, hanya satu hipotesis yang dapat dterima. Hipotesis

tersebut adalah hipotesis ketiga.

Selanjutnya interpretasi dilakukan terhadap hasil tersebut secara

deskriptif. Dengan memperhatikan luaran dari pengolahan data, membandingkan

dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya dan menganalisis lebih lanjut dengan

data pendukung.

Data pendukung difokuskan utamanya pada sub sektor tanaman bahan

makanan dan perkebunan. Jumlah kedua sektor tersebut memiliki rerata porsi

diatas 70% terhadap PDRB sektor pertanian (lampiran 4 ).

Namun demikian, sebelum membahas lebih jauh hasil uj hipotesis perlu

dikemukakan beberapa kriteria uji statistik yang digunakan sebagai alat

menganalisis antara variabel. Uji yang utamanya digunakan untuk menjelaskan

secara keseluruhan hipotesis yang diajukan adalah uji t. Uji t adalah alat uji

statistik yang dapat menjelaskan hubungan secara parsial atau individu antara

variabel independen dan variabel dependen. Sementara seluruh hipotesis yang

diajukan adalah hipotesis yang ingin melihat hubungan secara individu atau

parsial antara variabel independen dan variabel dependen.

Page 110: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

95

Adapun uji F sebagai salah satu uji kelayakan statistik dalam regresi,

tidak digunakan dalam pembahasan hipotesis penelitian ini. Model kerangka

analisis (gambar 4.1) yang dibangun berdasarkan teori dan penelitian terdahulu

serta rasionalisasi penulis menggambarkan hubungan antara variabel

independen terhadap variabel dependen secara individual atau parsial. Oleh

karena itu, penulis memasukkan hasil uji F hanya pada uji kelayakan model.

Disamping itu, kadang hasil uji F menunjukkan nilai probabilitas yang signifikan

namun uji t menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Hasil tersebut bermakna

bahwa secara individu hubungan sebuah variabel independen terhadap variabel

dependen tidak signifikan, namun jika bersama atau dikombinasikan dengan

variabel independen yang lain maka kemungkinan nilai probailitasnya signifikan.

6.1. Pengaruh Belanja Jalan, Irigasi dan Bendungan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Pertanian.

Hasil perhitungan parameter statistik t (0.419) menunjukkan nilai yang

lebih kecil dari pada t tabel (2.78) dan nilai probabilitas (0.693) yang lebih besar

dari pada 0,05. Hasil tersebut berarti bahwa secara parsial tidak terdapat

hubungan linear antara variabel independen belanja jalan, irigasi dan bendungan

(X1) terhadap variabel dependen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor

pertanian (Y1). Oleh karena itu, secara empiris penelitian ini menjelaskan bahwa

hipotesis pertama tidak dapat diterima.

Hasil tersebut tidak mendukung beberapa penelitian sebelumnya yang

masih terkait dengan penjelasan hubungan dan pengaruh antara anggaran atau

realisasinya di pemerintah daerah terhadap pertumbuhan ekonomi sektor

pertanian. Seperti penelitian Sumedi et al (2013) yang membuktikan bahwa

terdapat hubungan signifikan dan positif antara dana konsentrasi dan anggaran

pendapatan dan belanja daerah (APBD) sektor pertanian terhadap pertumbuhan

Page 111: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

96

ekonomi sektor pertanian. Lebih khusus lagi dengan hasil penelitian Anwar et al

(2016), yang menunjukkan hubungan signifikan positif antara inftastruktur jalan

dengan porsi produk domestik regional bruto (PDRB) sektor pertanian. Hasil

penelitian ini juga tidak dapat mendukung atau menjelaskan lebih lanjut hasil

penelitian Alam (2016) yang membuktikan bahwa belanja modal secara

signifikan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun demikian

peneltian ini dapat mendukung atau menjelaskan lebih lanjut temuan Xie et al

(1999); Hendarmin (2012); dan Anasmen (2009) bahwa tidak terdapat hubungan

yang signifikan antara belanja modal dan pertumbuhan ekonomi.

Temuan tersebut bertentangan dengan teori model pembangunan oleh

Rostow dan Musgrave tentang tahapan pengeluaran terkait pembangunan

ekonomi. Sementara itu belanja modal merupakan bagian dari pengeluaran

pemerintah yang memilki peran yang sangat penting dalam peningkatan belanja

publik, sehingga dapat mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi dan

mempercepat pembangunan daerah.

Disamping itu, penelitian ini juga bertentangan dengan teori Produksi

Cobb-Douglas yang dijelaskan melalui model Barro (1990) dalam Davoodi dan

Zou (1998) bahwa modal swasta dan belanja publik merupakan dua input bagi

fungsi Produksi.

Selanjutnya, analisis terhadap hubungan belanja jalan, irigasi dan

bendungan dan belanja peralatan dan mesin dengan PDRB Sektor Pertanian

tidak menggunakan pendekatan pengeluaran tapi menggunakan pendekatan

produksi. Kedua jenis belanja tersebut merupakan bagian dari belanja publik

pemerintah yang diasumsikan sebagai input (teori Cobb-Douglas) terhadap

produksi pertanian yang diukur dengan PDRB Sektor Pertanian.

Page 112: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

97

Oleh karena itu, analisis lebih lanjut terhadap hubungan belanja jalan,

irgasi dan bendungan dengan PDRB Sektor Pertanian bukan melihat besarnya

(persen atau rupiah) kontribusi belanja tersebut sebagai bagian dari belanja

pemerintah (G). Temuan hubungan yang tidak nyata antara belanja jalan, irigasi

dan bendungan dengan PDRB sektor pertanian disebabkan karena belanja

tersebut tidak memberikan informasi lebih jauh tentang alokasi dan komposisi

belanja yang terkait langsung dengan produksi pertanian.

Variabel tersebut tidak dapat menjelaskan lebih lanjut apakah memang

belanja tersebut terkait langsung atau berkontribusi terhadap PDRB sektor

pertanian. Lebih tegas lagi, apakah belanja tersebut merupakan belanja bersifat

produktif (Devarajan et al, 1996) terhadap PDRB Sektor Pertanian.

Perkembangan lahan irigasi teknis dan semi teknis terlihat nyata pada

Kabupaten Polman dan sangat jauh perbedaannya jika dibandingkan dengan

kabupaten lainnya (lampiran 5). Rerata luas lahan irigasi teknis dan semi teknis

di Kabupaten Polman mencapai 13.579 Ha per tahun. Sementara rerata

kabupaten lainnya tidak lebih dari 1000 Ha/tahun, kecuali Kabupaten Mamasa.

Sebuah fakta yang tidak paralel dengan data belanja jalan, irigasi dan

bendungan yang sangat fluktuatif pada kelima kabupaten.

Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa alokasi dan komposisi pada

belanja jalan, irigasi dan bendungan yang mungkin menyebabkan hubungan

tidak nyata terhadap PDRB sektor pertanian. Proporsi alokasi dan komposisi

elemen-elemen belanja jalan, irigasi dan bendungan kemungkinan tidak terkait

langsung dengan produksi pertanian pada lima kabupaten di Provinsi Sulawesi

Barat.

Page 113: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

98

6.2 Pengaruh Belanja peralatan dan mesin terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Pertanian.

Nilai parameter statistik t variabel belanja peralatan dan mesin adalah -

2.53 (t tabel= 2.78; t hitung < t tabel) serta memiliki nilai probabilitas (nilai p-value)

sebesar 0.053 (Sig > 0.05).. Hasil tersebut berarti bahwa hubungan antara

variabel belanja peralatan dan mesin (X2) dengan tingkat Produk domestik

regional bruto (PDRB) sektor pertanian (Y1) adalah tidak nyata. Hal ini bermakna

bahwa secara parsial tidak terdapat hubungan linear antara variabel independen

belanja peralatan dan mesin (X2) terhadap variabel dependen Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) sektor pertanian (Y1). Oleh karena itu hipotesis kedua

juga tidak dapat diterima.

Sama dengan hipotesis pertama, variabel belanja peralatan dan mesin

adalah salah satu diantara jenis-jenis belanja modal yang ada di pemerintah

daerah, Hasil penelitian ini tidak mendukung beberapa penelitian sebelumnya

yang membuktikan hubungan negatif antara belanja modal dan pertumbuhan

ekonomi seperti hasil penelitian Alam (2016). Namun demikian peneltian ini

sejalan dan dapat menjelaskan lebih lanjut temuan Xie et al (1999); Hendarmin

(2012); dan Anasmen (2009) bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan

antara belanja modal dan pertumbuhan ekonomi. Disamping itu, terkait dengan

PDRB sektor pertanian sebagai variabel dependen, hasil tersebut juga tidak

sejalan dengan penelitian Sumedi et al (2013) yang membuktikan bahwa

terdapat hubungan signifikan dan positif antara Dana dekonsentrasi dan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Sektor Pertanian terhadap

pertumbuhan ekonomi sektor pertanian.

Page 114: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

99

Temuan tersebut bertentangan dengan teori model pembangunan oleh

Rostow dan Musgrave dan teori Produksi Cobb-Douglas. Semestinya sebagai

salah satu faktor produksi (teknologi), variabel belanja peralatan dan mesin dapat

memiliki hubungan yang nyata terhadap PDRB sektor pertanian.

Penggunaan peralatan dan mesin oleh petani dalam penyiapan lahan dan

panen diharapkan dapat meningkatkan produktivitas tanaman bahan makanan

atau perkebunan. Namun demikian, data produktivitas salah satu komoditi

tabama, seperti padi, menunjukkan kecenderungan produktivitas tetap atau

bahkan turun pada kelima kabupaten kecuali Polman (lampiran 6 ). Data tersebut

tidak sejalan dengan kecenderungan belanja peralatan dan mesin secara

keseluruhan yang menunjukkan kenaikan dari tahun ke tahun.

Belanja tersebut juga tidak dapat menjelaskan lebih lanjut apakah

memang belanja tersebut terkait langsung atau berkontribusi terhadap PDRB

sektor pertanian. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh alokasi dan

komposisi belanja peralatan dan mesin yang tidak memiliki kontribusi langsung

terhadap produksi pertanian.

6.3 Pengaruh Produk domestik regional bruto (PDRB) Sektor Pertanian terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian.

Hasil Uji t variabel belanja peralatan dan mesin menghasilkan nilai t

sebesar 4.414 (t tabel= 2.44691; t hitung > t tabel) dan nilai probabilitas (nilai p-value)

sebesar 0,005 (Sig < 0.05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat

hubungan linear antara variabel independen Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) Sektor Pertanian model (Ŷ1) terhadap variabel dependen penyerapan

tenaga kerja sektor pertanian (Y2). Oleh karena itu hipotesis ketiga diterima yang

berarti terdapat pengaruh antara variabel independen Produk Domestik Regional

Page 115: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

100

Bruto (PDRB) Sektor Pertanian terhadap variabel dependen penyerapan tenaga

kerja sektor pertanian.

Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yasrizal dan

Hasan (2016) yang menemukan hubungan signifikan dan posistif antara

pertumbuhan ekonomi sektor pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja;

disamping penelitian Anwar et al (2016) yang memperoleh hasil hubungan yang

signifikan dan positif antara porsi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor

primer (pertanian dan pertambangan) dengan penyerapan tenaga kerja.

Temuan ini menunjukkan bahwa sektor pertanian masih mampu

menyerap tenaga sektor pertanian dengan porsi yang masih dominan. Namun

demikian kecenderungannya terus menurun. Persentase tenaga kerja pada

sektor pertanian mengalami penurunan sebesar 7,37% pada periode 2008-2012

(BPS, 2014). Disamping itu, laju penurunan produksi (porsi) tidak diikuti laju

penurunan tenaga kerja di sektor pertanian sehingga menghasilkan elastisitas

kesempatan kerja yang tidak elastis, yaitu sebesar 0,41%. Hal tersebut

bermakna setiap satu persen kenaikan produksi hanya mampu menyerap tenaga

kerja sebesar 0.41 persen (BPS, 2012).

6.4 Pengaruh Belanja jalan, irigasi dan bendungan terhadap Penyerapan Tenaga Sektor Pertanian melalui produk domestik regional bruto (PDRB) sektor Pertanian.

Kedua hubungan, yaitu antara variabel belanja jalan, irigasi dan

bendungan dengan variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor

pertanian, dan variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor

pertanian dengan penyerapan tenaga kerja sektor pertanian, masing-masing

menunjukkan hubungan yang tidak siginifikan dan signifikan.

Page 116: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

101

Hasil tersebut bermakna bahwa hubungan tidak langsung tersebut tidak

signifikan. Hal itu menunjukkan hipotesis keempat (H4) ditolak dan hipotesis nol

(H0) diterima, yang bermakna bahwa belanja jalan, irigasi dan bendungan (X1)

tidak berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja sektor pertanian (Y2)

melalui Produk domestik regional bruto (PDRB) sektor pertanian (Y1).

Hasil tersebut tidak sejalan dengan penelitian Anwar et al (2016) yang

menemukan hubungan yang signifikan dan positif antara infrastruktur jalan

terhadap penyerapan tenaga kerja melalui porsi PDRB sektor primer dengan

total pengaruh sebesar 0,3065.

Hasil uji tersebut bermakna bahwa belanja jalan, irigasi dan bendungan

tidak memiliki dampak yang nyata terhadap penyerapan tenaga kerja sektor

pertanian. Belanja tersebut belum efektif terhadap sasaran (outcome)

penyerapan tenaga kerja, jika dilihat dari prinsip value for money (Mardiasmo,

2009). Belanja tersebut tidak memiliki hubungan nyata terhadap output apalagi

terhadap outcome. Hal tersebut terjadi karena variabel belanja jalan, irigasi dan

bendungan tidak dapat menjelaskan lebih lanjut apakah memang belanja

tersebut terkait langsung atau berkontribusi terhadap PDRB sektor pertanian. Hal

ini terjadi karena kemungkinan alokasi dan komposisi belanja tidak berkontribusi

langsung terhadap PDRB sektor pertanian. Sehingga tidak berdampak terhadap

penyerapan tenaga kerja sektor pertanian.

6.5 Pengaruh Belanja peralatan dan mesin terhadap Penyerapan

Tenaga Sektor Pertanian melalui produk domestik regional bruto

(PDRB) sektor Pertanian

Demikian pula hasil pengujian hipotesis kelima yang menunjukkan hasil

yang tidak berbeda dengan hasil pengujian hipotesis keermpat. Pengujian

Page 117: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

102

hipotesis dilakukan dengan cara yang sama dengan pengujian hipotesis

keempat.

Hasil uji regresi sebelumnya menunjukkan hubungan antara variabel

belanja peralatan dan mesin dengan variabel Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) sektor pertanian tidak signifikan. Sementara hubungan antara variabel

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor pertanian dengan penyerapan

tenaga kerja sektor pertanian menunjukkan hubungan yang signifikan.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa hubungan tidak langsung tersebut

tidak signifikan. Konsekuensinya, hipotesis kelima (H5) juga ditolak dan hipotesis

nol (H0) diterima. Hal ini bermakna bahwa belanja peralatan dan mesin (X1)

tidak berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja sektor pertanian (Y2)

melalui Produk domestik regional bruto (PDRB) sektor pertanian (Y1).

Hasil yang diperoleh juga tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya

oleh Anwar et al (2016) yang menemukan hubungan yang signifikan dan positif

antara infrastruktur jalan terhadap penyerapan tenaga kerja melalui porsi PDRB

sektor primer (pertanian dan pertambangan).

Belanja peralatan dan mesin,belum memiliki dampak yang nyata terhadap

penyerapan tenaga kerja sektor pertanian. Belanja tersebut belum efektif

terhadap sasaran penyerapan tenaga kerja. Belanja tersebut tidak memiliki

hubungan nyata terhadap PDRB Sektor Pertanian (output) apalagi berdampak

terhadap penyerapan tenaga sektor pertanian (outcome). Belanja tersebut tidak

dapat menjelaskan lebih lanjut apakah memang belanja tersebut terkait langsung

atau berkontribusi terhadap PDRB sektor pertanian. Hal tersebut mungkin

disebabkan alokasi dan komposisi belanja peralatan dan mesin yang tidak

Page 118: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

103

berkontribusi langsung terhadap PDRB sektor pertanian. Kemudian tidak

berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja sektor pertanian.

Page 119: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

104

BAB VII

PENUTUP

7.1. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh belanja modal dalam

bentuk yang lebih rinci yaitu belanja jalan, irigasi dan bendungan, dan belanja

peralatan dan mesin terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor

Pertanian dan dampaknya terhadap penyerapan tenaga kerja sektor pertanian.

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan sebelumnya, diperoleh kesimpulan

sebagai berikut:

1. Belanja jalan, irigasi dan bendungan tidak berpengaruh terhadap Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Pertanian. Hal tersebut bermakna

bahwa perubahan belanja jalan, irigasi dan bendungan tidak berpengaruh

terhadap perubahan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor

Pertanian. Hal ini disebabkan belanja tersebut tidak dapat menjelaskan

lebih lanjut apakah belanja tersebut terkait langsung atau berkontribusi

terhadap PDRB sektor pertanian. Alokasi dan komposisi belanja jalan,

irigasi dan bendungan yang mungkin menyebabkan hubungan tidak nyata

terhadap PDRB sektor pertanian

2. Belanja peralatan dan mesin tidak berpengaruh terhadap Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) Sektor Pertanian. Hal tersebut menunjukkan bahwa

perubahan belanja peralatan dan mesin tidak memberi pengaruh terhadap

perubahan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Pertanian. Hal

tersebut juga disebabkan belanja tersebut juga tidak dapat menjelaskan

Page 120: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

105

apakah belanja tersebut terkait langsung atau berkontribusi terhadap PDRB

sektor pertanian. Kemungkinan alokasi dan komposisi belanja peralatan

dan mesin tidak berkontribusi langsung terhadap produksi pertanian pada

lima kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat.

3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Pertanian berpengaruh

terhadap penyerapan tenaga kerja sektor pertanian. Artinya perubahan nilai

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Pertanian memberi

pengaruh terhadap penyerapan tenaga sektor pertanian. Hal ini disebabkan

sektor pertanian masih mampu menyerap tenaga sektor pertanian dengan

porsi yang masih dominan dibandingkan sektor lain.

4. Belanja jalan, irigasi dan bendungan tidak berpengaruh terhadap

penyerapan tenaga kerja sektor pertanian melalui Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) sektor pertanian. Hal ini berarti bahwa perubahan

belanja jalan, irigasi dan bendungan dapat memberi dampak terhadap

penyerapan tenaga kerja sektor pertanian. Belanja tersebut belum efektif

dalam pencapaian sasaran (outcome) penyerapan tenaga kerja. Belanja

tersebut tidak memiliki hubungan nyata terhadap output apalagi terhadap

outcome. Hal ini terjadi kemungkinan karena alokasi dan komposisi belanja

jalan, irigasi dan bendungan tidak berkontribusi langsung terhadap PDRB

sektor pertanian. Sehingga tidak berdampak terhadap penyerapan tenaga

kerja sektor pertanian.

5. Belanja peralatan dan mesin tidak berpengaruh terhadap penyerapan

tenaga kerja sektor pertanian melalui Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) sektor pertanian. Hal tersebut bermakna bahwa perubahan belanja

peralatan dan mesin tidak memberi dampak terhadap penyerapan tenaga

kerja sektor pertanian. Belanja peralatn dan mesin belum efektif terhadap

Page 121: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

106

sasaran (outcome) penyerapan tenaga kerja. Hal ini disebabkan belanja

tidak memiliki hubungan nyata terhadap luaran (output) selanjutnya

terhadap hasil atau sasaran (outcome). Hal ini terjadi kemungkinan juga

karena alokasi dan komposisi belanja peralatan dan mesin tidak

berkontribusi langsung terhadap PDRB sektor pertanian dan tidak

berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja sektor pertanian.

7.2. Implikasi

Hasil penelitian diharapkan memiliki implikasi bagi pengembangan ilmu

pengetahuan maupun bagi para pengguna akuntansi sektor publik, seperti

berikut ini:

1. Hasil penelitian ini dapat menjelaskan lebih jauh tentang pengaruh belanja

modal dalam bentuk yang diasumsikan berkontribusi terhadap Produksi

Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Pertanian serta dampaknya

terhadap penyerapan tanaga kerja sektor pertanian

2. Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya untuk

meneliti lebih jauh alokasi dan komposisi belanja modal yang berkontribusi

langsung terhadap Produksi Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor

Pertanian.

3. Hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan bagi pemerintah daerah di

Provinsi Sulawesi Barat dalam mengukur belanja jalan, irigasi dan

bendungan dan belanja peralatan dan mesin berdasarkan elemen-elemen

prinsip value for money; ekonomis, efisiensi dan efektifitas.

7.3. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki kelemahan atau keterbatasan yang membutuhkan

perbaikan untuk penelitian-penelitian selanjutnya, sebagaimana diuraikan berikut

ini:

Page 122: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

107

1. Hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan karena keterbatasan data

dalam hal periode Data selama tujuh tahun dari lima kabupaten adalah

sangat terbatas untuk memperoleh informasi secara utuh tentang pengaruh

belanja modal terkait dengan Produksi Domestik Regional Bruto (PDRB)

Sektor Pertanian serta dampaknya terhadap penyerapan tenaga kerja

sektor pertanian.

2. Penelitian ini masih belum bisa menjelaskan besar alokasi dan apa saja

komponen-komponen dari belanja jalan, irigasi dan bendungan dan belanja

peralatan dan mesin yang berkontribusi langsung terhadap Produksi

Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Pertanian.

3. Variabel-variabel lain yang berpengaruh secara teknis terhadap Produksi

Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Pertanian tidak dimasukkan dalam

model pada penelitian ini.

7.4 Saran

1. Periode data dan wilayah objek studi sebaiknya di-upscale bagi penelitian

selanjutnya untuk memperoleh gambaran yang lebih utuh tentang belanja

modal terkait produksi domestik regional bruto (PDRB) sektor pertanian dan

dampaknya terhadap penyerapan tenaga sektor pertanian.

2. Bagi pengambil kebijakan dan praktisi akuntansi sektor publik di daerah

sebaiknya menerapkan elemen-elemen prinsip value for money; ekonomis,

efisiensi dan efektifitas, dalam mengukur dan mengendalikan penggunaan

anggaran belanja modal terkait dengan produksi pertanian dan dampaknya

terhadap penyerapan tenaga kerja sektor pertanian.

Page 123: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

108

DAFTAR PUSTAKA

Akai, N and M. Sakata. 2002. Fiscal Decentraliztion Countributes to Economic Growth: Evidence from State-Level Cross-Section Data for the United States. Journal of Urban Economics, 52:93-108.

Alam, N. 2016. Analisis Flypaper Effect dan Kinerja Keuangan terhadap Alokasi Belanja

Modal serta Dampaknya pada Pertumbuhan Ekonomi, Tesis. Makassar: Program Pasca Sarjana Magister Akuntansi Universitas Hasanuddin

Anasmen. 2009. Pengaruh Belanja Modal Pemerintah Terhadap Pertumbuhan

Ekonomidi Provinsi Sumatera Barat: 2000-2006. Tesis. Depok: Fakultas Ekonomi Program Studi Perencanaan dan Kebijakan Publik Kekhususan Ekonomi Keuangan Negara dan Daerah.

Anwar, Sy., Zain, M. Y., Fattah, S., Paddu, A. H. 2016. Determinants and Effects

of Structural Economic Change on Employment and Income Inequality in East Kalimantan. International Journal of Education and Research. Vol. 4 No. 2: 179 – 196.

Arsa, I Ketut 2015. Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Alokasi Belanja Modal

dan Pertumbuhan Ekonomi. Tesis Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Ekonomi Universitas Udayana

Asatryan, Zareh; Feld, Lars P. 2013 : Revisiting the link between growth and

federalism: A Bayesian model averaging approach, ZEW Discussion Papers, No. 13-049

Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat. 2013. Potensi Pertanian Provinsi Sulawesi Barat: Analisis Hasil Pencacahan ,Lengkap Sensus Pertanian 2013. Mamuju: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat.

BI Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan. 2015. Kajian

Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat Triwulan IV 2014. Makassar: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan.

Bodman P., Heaton K., Hodge, A. 2007. Fiscal Decentralisation and Economic

Growth: A Bayesian Model Averaging Approach. In Macroeconomics research group, The University of Queensland.. ISSN 1833-4474.

BPS. 2010 Sulawesi Barat dalam Angka . Katalog BPS No. 1102001.76 BPS. 2012 Indikator Makro Ekonomi Provinsi Sulawesi Barat. Katalog BPS No.

9201006.76 BPS. 2014 Produksi Tanaan Padi dan Palawija Provinsi Sulawesi Barat. Katalog

BPS No. 5203007.76 BPS. 2015 Sulawesi Barat dalam Angka . Katalog BPS No. 1102001.76

Page 124: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

109

BPS. 2016 Sulawesi Barat dalam Angka . Katalog BPS No. 1102001.76 Dajan, Anto. 1986. Pengantar Metode Statistika. Jakarta: LP3ES Daniel, Moehar. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: Bumi Aksara. Davoodi, H. and H. Zou. 1998. Fiscal Decentralization and Economic Growth: A

Cross-Country Study. Journal of Urban Economics, 43: 244–257. Draper, N.R. and H. Smith. 1998. Applied regression analysis. 3rd edn. New

York: Wiley. Faridi, M. Zahir. 2011. Contribution of Fiscal Decentralization to Economic

Growth: Evidence from Pakistan. Pakistan Journal of Social Sciences (PJSS). Vol. 31, No. 1, pp. 1-13.

Firdaus, M. 2012. Aplikasi Ekonometrika untuk Data Panel dan Time Series. IPB Press.

Bogor. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS

19, Edisi 5. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Gujarati, N. Damodar dan Dawn C. Porter. 2010. Basic Econometrics. Jilid I

Terjemahan Eugenia Mardanugraha dkk. Jakarta: Salemba Empat. Halim, Abdul 2008 Analisis Investasi (Belanja Modal) Sektor Publik –Pemerintah

Daerah UPP STIM YKPN Yogyakarta Hájková, D., Hurník, J. Cobb-Douglas Production Function: The Case of a

Converging Economy. Finance a úvČr - Czech Journal of Economics and Finance, 57, 2007, no. 9-10.

Harryanto, Kartini, Haliah. 2014. Budget Process of Local Government in

Indonesia. Review of Integrative Business and Economics Research. Vol 3 (2).

Hartati, Enny 2012. Dampak Komposisi Belanja Pemerintah Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi, Kesempatan Kerja dan Tingkat Kemiskinan .

Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian

Bogor 2012

Hendarmin. 2012. Pengaruh Belanja Modal Pemerintah Daerah dan Investasi Swasta terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Kesempatan Kerja dan Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal Eksos. Vol. 8 No. 3; 144 -155.

Humphrey, Thomas M., Algebraic Production Functions and Their Uses Before

Cobb-Douglas. Federal Reserve Bank of Richmond Economic Quarterly Winter 1997 Volume 83/1

Jhingan, ML. 2000. Ekonomi Perencanaan dan Pembangunan, edisi pertama.

Jakarta: Penerbit CV. Rajawali.

Page 125: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

110

Kannan, E. 2013. Does Decentralization Improve Agricultural Services Delivery? — Evidence from Karnataka. Agricultural Economics Research Review, Vol. 26 (No.2): pp 199-208.

Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2015. Rencana Strategis

Kementerian Pertanian Tahun 2015 – 2019. Jakarta: Kementerian Pertanian Republik Indonesia.

Kerlinger, Fred. N. 2003. Asas-asas Penelitian Behavioral. Terj. Landung R

Simatupang, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Lains, Alfian. 2003. Ekonometrika Teori dan Aplikasi. Jakarta: Pustaka LP3ES

Indonesia Mahmudi. 2010. Manajemen Keuangan Daerah. Jakarta: Erlangga.

Mangkoesoebroto, Guritno. 1997. Ekonomi Publik. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE

Mardiasmo 2009 Akuntansi Sektor Pubik Edisi Revisi . Penerbit Andi Yogyakarta Miller, R. L., Meiners, R. E. 2000. Teori Ekonomi Intennediate. Terjemahan

Hans Munandar. Pt Raja Grafindo Persada. Jakarta. Muhidin, Sambas A, dan Maman Abdurahman. 2009. Analisis Korelasi, Regresi,

dan Jalur dalam Penelitian, Bandung: Pustaka Setia. Nachrowi, Djalal. 2002. Penggunaan Teknik Ekonometrika. Jakarta: PT Rija

Grafindo Persada. Nicholson, W. 2002. Mikroekonomi intermediate dan aplikasinya. Jakarta:

Erlangga. Nurmainah, S. 2013. Analisis Pengaruh Belanja Modal Pemerintah Daerah

,Tenaga Kerja Terserap dan Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan. Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE). Vol. 20 No. 2.: 131-141.

Patrick, Patricia A. 2007 The Determinant of Organizational innovative : The

Adoption of GASB 34 in Pennsylvania local government Ph.D Dissertation

. The Pennsylvania State University, United State – Pennsylvania.

Retrieved August 8 2011 from accounting & tax perodicals ( Publication

No.AAT 3266180)

Prasetya, Ferry. 2012. Modul Ekonomi Publik Bagian V: Teori Pengeluaran Pemerintah. Malang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Rahim, Abd. dan Hastuti. D. R. D.. 2007. Ekonomika Pertanian: Pengantar, Teori,

dan Kasus. Jakarta. Penebar Swadaya. Simanjuntak, Payaman . 2001. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia.

Jakarta: LPFE UI.

Page 126: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

111

Sitanggang, Ignatia Rohana dan Nachrowi Djalal Nachrowi. 2004. Pengaruh Struktur Ekonomi Pada Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral: Analisis Model Demometrik di 30 Propinsi pada 9 Sektor di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia. Vol. V No. 01, 2004 Juli, hal. 103 – 133.

Sobita, N. E. dan Suparta, I W. 2014. Pertumbuhan Ekonomi dan Penyerapan

Tenaga Kerja di Provinsi Lampung. Jurnal Ekonomi Pembagunan. Vol. 3 No. 2: 141 – 166.

Sudihartono, Yudi and Muhyiddin. 2008. Structural Transformation from

Agricultural To Manufacturing Sector in Indonesia. Journal of Development Planning Edition 03/Tahun XIV, 2008.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

ALFABETA. Sukartawi. 1995. Analisis Usahatani. Jakarta. Penerbit Universitas Indonesia (UI-

Press) Sumedi, Simatupang, P., Sinaga, B. M., Firdaus, M. 2013. Dampak Dana

Dekonsentrasi Kementerian Pertanian dan Pengeluaran Daerah pada Sektor Pertanian Terhadap Kinerja Pertanian Daerah. Jurnal Agro Ekonomi. Volume 31 No. 2: 97-113.

Sunyoto, D. 2011. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis. Cet. 1. Yogyakarta: CAPS Supranto. 2009. Statistik Teori dan Aplikasi Jilid II. Jakarta: Erlangga. Todaro,Michael P,1997.Pembangunan Ekonomi.Jakarta :Erlangga. Todaro, M.P and Smith S.C. (2012). Economic Development (11thed.). Adisson-

Wesley. Tran, Tuyen., Tinh Doan. 2010. Industrialization, Economic and Employment

Structures Changes in Vietnam During Economic Transition. ASEAN Business Case Studies.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. 2004.

Jakarta: Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Negara

dan Daerah. 2004. Jakarta: Departemen Keuangan Republik Indonesia. Widarjono, A.. 2007. Ekonometrika Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis.

Yogyakarta: .Ekonisia. Yasrizal dan Hasan, I. 2016. Pengaruh Pembangunan Sektor Pertanian

Terhadap Distribusi Pendapatan dan Kesempatan Kerja di Indonesia. JIEP-Vol. 18, No 1.

Xie, D., H. Zou, and H. Davoodi. 1999. Fiscal Decentralization and Economic

Growth in the United State. Journal of Urban Economics, 45: 228-239.

Page 127: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

112

X1 (t) X2 (t) Y1 (t+1) Y2 (t+1)

(Juta Rupiah) (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) (Orang)

2007 Sulbar 27,630.60 34,396.62 6,312,182.63 301,134

Majene 31,487.51 16,956.01 251,222.21 23,605

Polman 41,091.86 20,089.18 589,364.22 94,774

Mamasa 40,344.51 12,745.93 309,482.29 59,920

Mamuju 88,990.62 31,201.26 580,439.25 83,794

Mamuju Utara 53,510.82 24,262.18 235,222.44 39,041

Total 283,055.92 139,651.18

2008 Sulbar 62,626.16 26,806.69 6,575,615.80 300,357

Majene 38,463.98 11,578.78 270,979.08 23,601

Polman 48,639.98 20,387.59 602,587.86 89,958

Mamasa 33,334.65 9,410.67 316,149.23 61,587

Mamuju 77,821.72 34,315.61 603,327.58 82,684

Mamuju Utara 64,441.82 22,815.20 253,209.83 42,527

Total 325,328.32 125,314.56

2009 Sulbar 104,456.27 48,084.55 7,486,608.81 320,181

Majene 27,218.18 18,059.06 288,886.91 24,230

Polman 56,453.11 12,475.80 675,935.85 97,633

Mamasa 64,104.50 13,925.56 342,418.95 51,285

Mamuju 53,717.32 33,930.04 656,527.43 104,981

Mamuju Utara 57,941.05 38,084.74 284,374.86 42,052

Total 363,890.42 164,559.75

2010 Sulbar 100,063.27 47,344.39 8,115,114.72 315,762

Majene 37,600.59 26,861.20 306,300.15 29,658

Polman 58,802.76 13,965.19 725,984.53 100,544

Mamasa 33,655.46 16,444.56 359,787.88 45,086

Mamuju 32,248.20 27,174.36 721,999.38 100,773

Mamuju Utara 62,339.98 37,144.87 326,765.84 39,701

Total 324,710.26 168,934.56

Observasi

Lampiran 1: Data Utama

Data Panel Belanja Jalan, Irigasi dan Bendungan (X1), Belanja Peralatan dan

Mesin (X2) dan Produk Domestik Regonal Bruto (PDRB) Sektor Pertanian (Y1)

serta Tenaga Kerja Sektor Pertanian (Y2) Tahun 2007 – 2014 di Provinsi

Sulawesi Barat.

Page 128: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

113

Lanjutan lampiran 1.

Sumber: BPS Sulbar, 2007 – 2015.

Page 129: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

114

Data Panel Belanja Jalan, Irigasi dan Bendungan (X1), Belanja Peralatan dan

Mesin (X2) dan Produk Domestik Regonal Bruto (PDRB) Sektor Pertanian (Y1)

serta Produk Domestik Regonal Bruto (PDRB) Sektor Pertanian Model (Ŷ1) dan

Tenaga Kerja Sektor Pertanian (Y2) Tahun 2007 – 2014 di Provinsi Sulawesi

Barat.

Sumber: BPS Sulbar, diolah.

X1 (t) X2 (t) Y1 (t+1) Ŷ1 (t+1) Y2 (t+1)

(Juta Rupiah) (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) (Orang)

2007 283,055.92 139,651.18 6,312,182.63 7,113,180.57 301,134.00

2008 325,328.32 125,314.56 6,575,615.80 6,555,363.71 300,357.00

2009 363,890.42 164,559.75 7,486,608.81 8,411,405.59 320,181.00

2010 324,710.26 168,934.56 8,115,114.72 8,514,328.91 315,762.00

2011 349,341.19 141,241.97 8,709,502.43 7,329,154.60 314,290.00

2012 245,744.52 171,270.96 9,207,147.85 8,392,276.83 301,555.00

2013 437,678.50 178,995.16 9,753,263.93 9,214,580.91 338,649.00

2014 515,189.71 201,545.45 10,313,540.46 10,383,517.84 348,779.00

Observasi

Page 130: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

115

Lampiran 2: Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Belanja Jalan Irigasi

dan Jaringan (X1)

Belanja Peralatan dan

Mesin (X2)

PDRB Sektor

Pertanian (Y1)

Tenaga Kerja Sektor

Pertanian (Y2)

N 8 8 8 8

Normal Parametersa Mean 355,617.3550 161,439.1987 8.3091E6 317588.38

Std. Deviation 85,786.34401 24,689.32768 1.45293E6 17976.483

Most Extreme Differences Absolute .212 .175 .134 .193

Positive .212 .168 .134 .193

Negative -.109 -.175 -.109 -.169

Kolmogorov-Smirnov Z .598 .496 .378 .545

Asymp. Sig. (2-tailed) .866 .967 .999 .928

a. Test distribution is Normal.

Page 131: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

116

Uji Multikolinearitas Variance Inflation Factor (VIF)

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

Belanja Jalan Irigasi dan Jaringan (X1) .717 1.395

Belanja Peralatan dan Mesin (X2) .717 1.395

a. Dependent Variable: PDRB Sektor Pertanian (Y1)

Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.667 1.889 .883 .418

Belanja Jalan Irigasi dan

Jaringan (X1) -.101 .120 -.399 -.841 .439

Belanja Peralatan dan Mesin

(X2) -.025 .183 -.066 -.138 .895

a. Dependent Variable: AbsY1

Page 132: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

117

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -1.135 .672 -1.689 .142

PDRB Sektor Pertanian (Y1) .073 .042 .577 1.729 .135

a. Dependent Variable: AbsY2

Uji Autokorelasi Durbin - Watson (DW)

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .826a .683 .556 .11924 1.297

a. Predictors: (Constant), Belanja Peralatan dan Mesin (X2), Belanja Jalan Irigasi dan

Jaringan (X1)

b. Dependent Variable: PDRB Sektor Pertanian (Y1)

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .733a .537 .459 .03984 1.745

a. Predictors: (Constant), PDRB Sektor Pertanian (Y1)

b. Dependent Variable: Tenaga Kerja Sektor Pertanian (Y2)

Page 133: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

118

Lampiran 3: Uji Regresi

Model Regresi Pengaruh X1 dan X2 terhadap Y1

Uji Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .826a .683 .556 .11924

a. Predictors: (Constant), Belanja Peralatan dan Mesin (X2), Belanja

Jalan Irigasi dan Jaringan (X1)

b. Dependent Variable: PDRB Sektor Pertanian (Y1)

Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .153 2 .076 5.377 .057a

Residual .071 5 .014

Total .224 7

a. Predictors: (Constant), Belanja Peralatan dan Mesin (X2), Belanja Jalan Irigasi dan Jaringan

(X1)

b. Dependent Variable: PDRB Sektor Pertanian (Y1)

Page 134: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

119

Uji t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 4.207 3.580 1.175 .293

Belanja Jalan Irigasi dan

Jaringan (X1) .095 .228 .125 .419 .693

Belanja Peralatan dan

Mesin (X2) .876 .346 .753 2.530 .053

a. Dependent Variable: PDRB Sektor Pertanian (Y1)

Model Regresi Pengaruh Ŷ1 terhadap Y2

Uji Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .874a .765 .725 9,421.66712

a. Predictors: (Constant), PDRB Sektor Pertanian Model

b. Dependent Variable: Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian

Page 135: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

120

Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1.729E9 1 1.729E9 19.483 .005a

Residual 5.326E8 6 8.877E7

Total 2.262E9 7

a. Predictors: (Constant), PDRB Sektor Pertanian Model

b. Dependent Variable: Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian

Uji t

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 212394.042 24063.833 8.826 .000

PDRB Sektor Pertanian

Model .013 .003 .874 4.414 .005

a. Dependent Variable: Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian

Page 136: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

121

Lampiran 4: Porsi Produksi Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan dan Tanaman Perkebunan Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Pertanian Tahun 2007-2013

Sumber: BPS, Data diolah

Lampiran 5: Perkembangan lahan irigasi teknis dan semi teknis pada lima Kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2007-2012 (Hektar)

Kabupaten 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Rerata

Majene 135 135 135 166 166 148 148

Polewali Mandar 13,366 13,514 13,911 13,680 13,502 13,503 13,579

Mamasa 112 1,075 157 719 1,481 2,864 1,068

Mamuju 0 0 0 550 2,425 2,525 917

Mamuju Utara 0 15 15 237 1,279 1,221 461 Sumber: BPS (2007-2012)

Kabupaten Sub Sektor Pertanian 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Rerata

Majene

Tanaman Bahan Makanan 33.9% 34.0% 31.5% 31.3% 30.9% 28.3% 27.1% 31.0%

Tanaman Perkebunan 40.3% 39.9% 40.4% 39.2% 39.3% 40.7% 41.0% 40.1%

Polman

Tanaman Bahan Makanan 45.2% 45.0% 41.2% 42.1% 42.4% 42.6% 43.1% 43.1%

Tanaman Perkebunan 27.2% 24.3% 25.5% 24.5% 24.3% 24.8% 24.0% 24.9%

Mamasa

Tanaman Bahan Makanan 47.9% 50.2% 50.5% 52.2% 50.5% 50.5% 51.7% 50.5%

Tanaman Perkebunan 42.6% 40.1% 39.7% 37.8% 39.5% 39.6% 38.7% 39.7%

Mamuju

Tanaman Bahan Makanan 31.9% 37.6% 37.0% 38.9% 36.8% 35.2% 35.3% 36.1%

Tanaman Perkebunan 56.8% 50.1% 49.9% 47.6% 48.3% 50.0% 46.8% 49.9%

Mamuju Utara

Tanaman Bahan Makanan 11.8% 12.1% 12.1% 13.7% 12.6% 11.6% 11.4% 12.2%

Tanaman Perkebunan 84.1% 83.6% 83.6% 82.4% 83.8% 84.9% 85.2% 83.9%

Page 137: TESIS - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Teman-teman kelas C dan D Maksi-STAR dan Rekan-Rekan Magister ... 2.1 Tinjauan Teori

122

Lampiran 6: Perkembangan Produktivitas Tanaman Padi pada Lima Kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2007-2012 (Kuintal per Hektar)

Sumber : BPS (2008-2014)

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Majene 37.21 38.14 49.82 56.04 44.37 36.82 28.38

Polewali Mandar 50.13 50.16 48.23 49.36 54.14 52.38 54.87

Mamasa 42.36 44.06 40.99 45.22 37.34 44.75 42.93

Mamuju 45.28 46.95 53.02 46.92 46.21 49.68 49.71

Mamuju Utara 49.25 45.60 42.40 46.62 49.18 48.10 44.63

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00