MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 -...

69
TESIS EFEK PEMBERIAN STROMAL VASCULAR FRACTION CELL TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA BAKAR PADA MODEL LUKA BAKAR DEEP DERMAL BURN THE EFFECT OF THE TREATMENT OF STROMAL VASCULAR FRACTION CELLS ON DEEP BURNT WOUND HEALING MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 KONSENTRASI PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS TERPADU PROGRAM STUDI BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018

Transcript of MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 -...

Page 1: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

TESIS

EFEK PEMBERIAN STROMAL VASCULAR FRACTION CELL TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA BAKAR PADA MODEL

LUKA BAKAR DEEP DERMAL BURN

THE EFFECT OF THE TREATMENT OF STROMAL VASCULAR FRACTION CELLS ON DEEP BURNT WOUND HEALING

MUHAMMAD RIVAI HAMZAH

P1507212095

KONSENTRASI PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS TERPADU

PROGRAM STUDI BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

Page 2: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

ii

EFEK PEMBERIAN STROMAL VASCULAR FRACTION CELL TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA BAKAR PADA MODEL

LUKA BAKAR DEEP DERMAL BURN

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi Biomedik

Pendidikan Dokter Spesialis Terpadu

Disusun dan diajukan oleh

MUHAMMAD RIVAI HAMZAH

Kepada

KONSENTRASI PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS TERPADU

PROGRAM STUDI BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

Page 3: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

iii

Page 4: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

iv

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : MUHAMMAD RIVAI HAMZAH

No. Pokok : P1507212095

Program Studi : Biomedik

Konsentrasi Program Pendidikan Dokter Spesialis

Terpadu FK. Unhas

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, dan bukan merupakan

pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian

hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis

ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut.

Makassar, Juni 2018

Yang menyatakan,

Muhammad Rivai Hamzah

Page 5: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

v

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

berkat dan limpahan karunia-Nya kepada penulis mulai dari awal

timbulnya ide pemikiran, pelaksanaan sampai penyelesaian tesis ini. Pada

kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai

pihak yang telah berperan dalam penyusunan tesis ini, sebagai syarat

dalam program pendidikan Magister di Program studi Biomedik Ilmu

Kedokteran Pasca Sarjana, Universitas Hasanuddin.

Terima kasih saya ucapkan kepada Rektor Universitas Hasanuddin,

Dekan Fakultas Kedokteran, Direktur Pasca Sarjana Unhas, Ketua

Departemen Ilmu Bedah, Ketua Program studi Ilmu Bedah, Ketua

Program Pendidikan Dokter Spesialis Fakultas Kedokteran dan Ketua

Konsentrasi program pendidikan dokter spesialis, Ketua Program Studi

Biomedik Ilmu Kedokteran Pasca sarjana Unhas atas kesempatan yang

telah diberikan kepada saya untuk mengikuti dan menyelesaikan

pendidikan PPDS dan Combine Degree Fakultas Kedokteran Universitas

Hasanuddin.

Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada pembimbing saya,

Dr. dr. Fonny Josh, Sp.BP-RE(K), dr. A. J. Riewpassa, Sp.B. BP-RE atas

bimbingannya dan waktunya dalam menyelesaikan tesis ini serta Ketua

Program Studi Biomedik Dr. dr. Andi Mardiah Tahir, SpOG(K) atas segala

bantuannya.

Terima kasih saya ucapkan kepada para Guru Besar dan seluruh

staf pengajar Departemen Ilmu Bedah atas segala bimbingan dan

arahannya selama saya mengikuti program pendidikan dokter spesialis

bedah dan Combine Degree. Semoga ilmu yang saya dapatkan selama

pendidikan ini dapat saya amalkan dan manfaatkan sebaik-baiknya untuk

kepentingan masyarakat luas.

Page 6: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

vi

Terima kasih yang tak terhingga saya ucapkan kepada seluruh

keluarga dan rekan-rekan residen bedah, khususnya teman-teman Bedah

Angkatan Juli 2012 yang telah membantu dalam proses pendidikan saya.

Terima kasih juga kepada seluruh staf pegawai bagian Ilmu Bedah

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, rekan rekan sejawat

departemen lain dan perawat serta staf kamar operasi di RS Jejaring

tempat saya pernah bertugas, yang telah memberikan pengalaman dan

bantuan selama proses pendidikan saya.

Akhir kata saya menyadari masih banyak kekurangan dalam

penyusunan karya akhir ini dan tidak menutup kemungkinan penulis

mempunyai khilaf dan salah, untuk itu saya mengucapkan permohonan

maaf yang sebesar-besarnya. Semoga Tuhan memberikan rahmat,

kesehatan dan berkat yang melimpah dan kita dapat dipertemukan

kembali dalam suasana bahagia dan semoga tesis ini dapat bermanfaat

dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Makassar, Juni 2018

Muhammad Rivai Hamzah

Page 7: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

vii

Page 8: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

viii

Page 9: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................... i

HALAMAN PENGAJUAN ............................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................ iii

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ................................................. iv

PRAKATA ...................................................................................... v

ABSTRAK ...................................................................................... vii

ABSTRACT ................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ........................................................................ xi

DAFTAR GRAFIK .......................................................................... xii

BAB I. PENDAHULUAN .......................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................... 3

C. Tujuan Penelitian ..................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ................................................... 4

E. Hipotesis .................................................................. 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................. 6

A. Luka Bakar .............................................................. 6

B. Klasifikasi Luka Bakar ............................................... 8

C. Penyembuhan Luka .................................................. 10

D. Fase Penyembuhan Luka ......................................... 12

1. Fase Inflamasi ..................................................... 12

2. Fase Proliferasi.................................................... 14

3. Fase Remodeling ................................................ 17

E. Stromal Vascular Fraction Cell (SVFs) ...................... 20

F. Vaselin ..................................................................... 21

BAB III. KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL 23 A. Kerangka Teori ........................................................ 23 B. Kerangka Konseptual ............................................... 24

BAB IV. METODE PENELITIAN ................................................. 25 A. Desain Penelitian ..................................................... 25

B. Populasi dan Sampel ............................................... 25

C. Kriteria Inklusi dan Ekslusi ........................................ 30

D. Definisi Operasional Variabel .................................... 30

E. Waktu dan Tempat ................................................... 32

F. Cara Pengumpulan Data .......................................... 32

G. Analisis Data ............................................................. 33

H. Tata Cara Kerja Penelitian ........................................ 33

Page 10: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

x

I. Jadwal Penelitian ...................................................... 34

J. Pertimbangan Etika .................................................. 34

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................... 36

A. Epitelisasi ................................................................. 36

B. Kolagen .................................................................... 40

C. Capillary Density ....................................................... 43

D. Pembahasan ............................................................ 46

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................ 52

A. Ringkasan ................................................................ 52

B. Kesimpulan ............................................................... 52

C. Saran ........................................................................ 53

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 54 LAMPIRAN ................................................................................... 57

Page 11: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

xi

DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman Gambar 1. luka bakar derajat 1 ................................................... 8

Gambar 2. Luka bakar derajat 2 .................................................. 9

Gambar 3. Luka bakar derajat 3 .................................................. 10

Gambar 4. Fase penyembuhan luka ............................................ 11

Gambar 5. Diagram proses penyembuhan luka yang melibatkan lapisan ....................................................................... 13

Gambar 6. Tampak gambaran Re-epitelisasi yang di tunjukan panah warna biru (pewarnaan HE) tampak gambaran keratinisasi yang di tunjukan panah warna kuning ..... 39

Gambar 7. Gambar (H4,H7,H10,H14) epitelisasi pada luka bakar deep dermal yang diberikan SVFs pada hari Ke 4, 7, 10, dan 14 (Pewarnaan HE, 40x) ditunjukkan dengan panah warna biru. Gambar (K4,K7,K10,K14) epitelisasi pada luka bakar deep dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke 4, 7, 10, dan 14 (Pewarnaan HE, 40x) ditunjukkan dengan panah warna kuning. Panah biru menunjukkan keratinisasi ........................................... 40

Gambar 8. Tampak gambaran ketebalan kolagen yang di tunjukan panah warna biru (pewarnaan masons thrichrome 100x) ........................................................ 42

Gambar 9. (H0, H10,H14) kolagen pada luka bakar deep dermal yang diberikan SVFs dan kontrol pada hari Ke 0, 10, dan 14 (Pewarnaan masson’s trichrome 100x) di tunjukan dengan panah warna biru ............................ 43

Gambar 10. Gambar (H7, H14) Capillary Density pada luka bakar deep dermal yang diberikan SVFS dan Kontrol pada hari ke-0,4,7,10 dan ke 14 (pewarnaan HE, 400X). Di beri tanda panah warna biru ....................... 45

Page 12: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

xii

DAFTAR GRAFIK Nomor Halaman

Grafik 1. Perbandingan rata rata penutupan epitelisasi ................ 37

Grafik 2. Rata rata penutupan epitelisasi SVFs dan Kontrol berdasarkan Hari perlakukan ......................................... 38

Grafik 3. Perbandingan jumlah rata-rata ketebalan kolagen ......... 41

Grafik 4. Rata rata ketebalan kolagen SVFs dan Kontrol berdasarkan Hari perlakukan ......................................... 41

Grafik 5. Perbandingan jumlah rata-rata Capillary Density (µm)

Page 13: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Luka bakar didefinisikan sebagai kerusakan pada kulit dan jaringan

di bawahnya yang disebabkan oleh panas, bahan kimia, atau listrik. Setiap

tahun di Amerika Serikat 450.000 orang mendapat perawatan medis untuk

luka bakar. Diperkirakan 4.000 orang meninggal setiap tahun karena

kebakaran dan luka bakar. Di Indonesia, prevalensi luka bakar pada

tahun 2013 adalah sebesar 0.7% dan telah mengalami penurunan

sebesar 1.5% dibandingkan pada tahun 2008 (2.2%). Provinsi dengan

prevalensi tertinggi adalah Papua (2.0%) dan Bangka Belitung (1.4%)

(Cleon G, David H, Gerarda B, Agnes B et al, depkes., 2013).

Epitelisasi yang merupakan hal penting pada proses penyembuhan

luka bakar sering terhambat karena berbagai hal diantaranya adalah

infeksi atau jaringan nekrotik. Tujuan dari penanganan luka adalah

penyembuhan luka dengan cepat dan memuaskan secara fungsi dan

estetik. Secara fisiologis proses penyembuhan luka terdiri atas 3 fase:

Fase inflamasi, fase proliferasi atau fibroplasia dan fase maturasi atau

remodeling. Proses epitelialisasi merupakan bagian dari fase proliferasi

penyembuhan luka. Epitelialisasi ini merupakan proses pelapisan

permukaan luka dengan epitel baru yang berasal dari proliferasi dan

migrasi keratinosit yang terdapat pada tepi luka dan dasar luka

Page 14: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

2

(Kalaszczynska, I. & Ferdyn, K., 2015, Nan, W., Liu, R., Chen, H., Xu, Z.,

Wang, M., Yuan, Z. et al., 2015, Barry F, Boynton RE, Liu B, Murphy JM.

2001).

Sromal Vascular Fraction (SVF) merupakan komponen lipoaspirat

yang diperoleh dari liposuction jaringan lemak yang berlebihan.

Lipoaspirat mengandung sejumlah besar stem sel yang disebut Adipose

derived stem cell (ASCs). SVF dari jaringan lemak diketahui mengandung

stem sel, sel T regulator, sel precursor endothelial, preadiposit, yang

diketahui sebagai anti inflamasi magrofag M2. Stromal vascular fraction

merupakan campuran autolog yang memiliki banyak efek yang

menguntungkan pada berbagai jenis luka, Keamanan implantasi jaringan

lemak autolog telah terbukti pada prosedur bedah kosmetik, sebagaimana

pada penelitian in vitro expanded ASCs (Tantaway V et al int J Res orhop

2017)

stromal vascular fraction dapat memperbaiki penyembuhan luka

bakar melalui peningkatan proliferasi sel dan vaskularisasi, mengurangi

inflamasi, dan meningkatkan aktifitas fibroblastic (Atalay S.Stromal

vascular fraction 2016).

Philippe Foubert et.al melakukan penelitian eksperimental pada

babi Gottingen dan menghasilkan bahwa ASCs memodulasi inflamasi,

memperbaiki angiogenesis dan epitelisasi luka (Philippe Foubert et.al

Adipose-Derived stem cell 2016).

Page 15: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

3

Penanganan Stromal vascular fraction cell (SVFs) sebagai terapi

regeneratif akhir-akhir ini telah meningkat pesat meliputi rekonstruksi

payudara, stimulasi penyembuhan luka kronis, keloid, anti penuaan,

penyakit degeneratif pada kasus ortopedi.SVFs adalah campuran

heterogen dari berbagai sel darah, preadipocytes, fibroblas, vascular

endotelial dan ASCs (Ryan a.Lockhart : tissue dissociation enzymes for

adipose stromal vascular fraction isolation : A review 2015).

Saat ini belum ada penelitian yang membuktikan efek penggunaan

SVFs terhadap penyembuhan luka bakar deep dermal di bandingkan

dengan perawatan luka secara konvensional (vaseline). Hal ini yang

melatarbelakangi kami melakukan penelitian untuk membuktikan SVFs

memilki efek mempercepat penyembuhan luka bakar deep dermal

dibandingkan dengan perawatan luka secara konvensional (vaseline).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat

dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Apakah SVFs mempercepat epitelisasi mikroskopik dibandingkan

perawatan dengan vaseline pada model luka deep dermal burn

2. Apakah SVFs meningkatkan jumlah capillary density dibandingkan

perawatan dengan vaseline pada model luka deep dermal burn

3. Apakah SVFs mempercepat pertumbuhan kolagen dibandingkan

perawatan dengan vaseline pada model luka deep dermal burn

grade IIB

Page 16: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

4

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Membuktikan efektifitas peggunaan Stromal vascular fraction

cell (SVFs) dalam mempercepat proses penyembuhan luka deep

dermal.

2. Tujuan Khusus

1. Membuktikan SVFs mempercepat epitelisasi mikroskopik

dibandingkan perawatan dengan vaseline pada model luka deep

dermal burn (grade IIB)

2. Membuktikan Stromal SVFs meningkatkan jumlah capillary

densitydibandingkan perawatan dengan vaseline pada model luka

deep dermal burn (grade IIB)

3. MembuktikanStromal SVFs mempercepat pertumbuhan kolagen

dibandingkan perawatan dengan vaseline pada model luka deep

dermal burn grade IIB.

D. Manfaat Penelitian

1. Memberikan konfirmasi ilmiah tentang SVFs terhadap penyembuhan

Deep dermal burn

2. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai alternatif penanganan Deep

dermal burn

Page 17: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

5

3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian lebih

lanjut terutama dalam pemanfaatan aplikasi SVFs untuk penyembuhan

Deep dermal burn.

E. Hipotesis

Stromal vascular fraction cell mempercepat penyembuhan luka

dengan cara meningkatkan proliferasi sel memodulasi sel inflamasi dan

meningkatkan fibroblast mempercepat epitelisasi, meningkatkan

angiogenesis ke area luka yang dideteksi dengan penutupan luka secara

makroskopik dan mikroskopik, adanya peningkatan jumlah capillary

density, pembentukan kolagen pada model luka bakar deep dermal pada

model luka tikus wistar.

Page 18: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Luka Bakar

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan

jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air

panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis

trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi yang memerlukan

penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok) sampai fase lanjut.1

Luka bakar dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara langsung

maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak

terjadi pada kecelakaan rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari

matahari, listrik maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan luka bakar.

Secara garis besar, penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi menjadi:

(Moenadjat., 2008)

1. Paparan api

2. Scalds (air panas)

Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan

semakin lama waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang

akan ditimbulkan. Luka yang disengaja atau akibat kecelakaan

dapat dibedakan berdasarkan pola luka bakarnya. Pada kasus

kecelakaan, luka umumnya menunjukkan pola percikan, yang satu

sama lain dipisahkan oleh kulit sehat. Sedangkan pada kasus yang

Page 19: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

7

disengaja, luka umumnya melibatkan keseluruhan ekstremitas

dalam pola sirkumferensial dengan garis yang menandai

permukaan cairan.

3. Uap panas

Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan

radiator mobil. Uap panas menimbulkan cedera luas akibat

kapasitas panas yang tinggi dari uap serta dispersi oleh uap

bertekanan tinggi. Apabila terjadi inhalasi, uap panas dapat

menyebabkan cedera hingga ke saluran napas distal di paru.

4. Gas panas

Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian

atas dan oklusi jalan nafas akibat edema.

5. Aliran listrik

Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan

tubuh. Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik

yang menyebabkan percikan api dan membakar pakaian dapat

menyebabkan luka bakar tambahan.

6. Zat kimia (asam atau basa)

7. Radiasi

8. Sunburn sinar matahari, terapi radiasi

Page 20: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

8

B. Klasifikasi Luka Bakar

Kedalaman luka bakar ditentukan oleh tinggi suhu, lamanya

pajanan suhu tinggi, adekuasi resusitasi, dan adanya infeksi pada luka.

Selain api yang langsung menjilat tubuh, baju yang ikut terbakar juga

memperdalam luka bakar. Bahan baju yang paling aman adalah yang

terbuat dari bulu domba (wol). Bahan sintetis seperti nilon dan dakron,

selain mudah terbakar juga mudah meleleh oleh suhu tinggi, lalu menjadi

lengket sehingga memperberat kedalaman luka bakar. Kedalaman luka

bakar dideskripsikan dalam derajat luka bakar, yaitu luka bakar derajat I,

II, atau III (Moenadjat., 2008)

1. Derajat I

Pajanan hanya merusak epidermis s9ehingga masih menyisakan

banyak jaringan untuk dapat melakukan regenerasi. Luka bakar derajat

I biasanya sembuh dalam 5-7 hari dan dapat sembuh secara

sempurna. Luka biasanya tampak sebagai eritema dan timbul dengan

keluhan nyeri dan atau hipersensitivitas lokal. Contoh luka bakar

derajat I adalah sunburn

Gambar 1. luka bakar derajat 1

Page 21: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

9

2. Derajat II

Lesi melibatkan epidermis dan mencapai kedalaman dermis namun

masih terdapat epitel vital yang bisa menjadi dasar regenerasi dan

epitelisasi. Jaringan tersebut misalnya sel epitel basal, kelenjar

sebasea, kelenjar keringat, dan pangkal rambut. Dengan adanya

jaringan yang masih “sehat” tersebut, luka dapat sembuh dalam 2-3

minggu. Gambaran luka bakar berupa gelembung atau bula yang

berisi cairan eksudat dari pembuluh darah karena perubahan

permeabilitas dindingnya, disertai rasa nyeri. Apabila luka bakar

derajat II yang dalam tidak ditangani dengan baik, dapat timbul edema

dan penurunan aliran darah di jaringan, sehingga cedera berkembang

menjadi full-thickness burn atau luka bakar derajat III.

Gambar 3. Luka bakar derajat 2

3. Derajat III

Mengenai seluruh lapisan kulit, dari subkutis hingga mungkin organ

atau jaringan yang lebih dalam. Pada keadaan ini tidak tersisa jaringan

epitel yang dapat menjadi dasar regenerasi sel spontan, sehingga

Page 22: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

10

untuk menumbuhkan kembali jaringan kulit harus dilakukan cangkok

kulit. Gejala yang menyertai justru tanpa nyeri maupun bula, karena

pada dasarnya seluruh jaringan kulit yang memiliki persarafan sudah

tidak intak.

Gambar 3.Luka bakar derajat 3

C. Penyembuhan Luka

Definisi penyembuhan luka termasuk perbaikan dari kerusakan

pada organ atau jaringan, umumnya kulit. Bagaimanapun, telah jelas

bahwa proses sistemik pada luka yang mengubah jauh melebihi batas dari

kerusakan itu sendiri. Lebih jauh lagi, riset sebelumnya melibatkan stem

sel dan sel progenitor dalam proses penyembuhan luka membutuhkan

perspektif yang luas daripada yang satu semata-mata fokus pada

kerusakan organ itu sendiri. Penyembuhan luka paling baik dipahami

secara menyeluruh sebagai respon organism terhadap cedera, tanpa

melihat apakah lokasinya pada kulit, hati, atau jantung. (Chen, G., Yue, A.,

Page 23: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

11

Ruan, Z., Yin, Y., Wang, R., Ren, Y. et al., 2015, Aravindan Rangaraj KH,

David Leaper., 2011)

Terdapat dua proses yang penting yang dengan hal ini

pembentukan ulang proses homeostasis dapat terjadi. Pertama adalah

penggantian selular matriks yang berbeda sebagai tambalan untuk

kembali menyusun kelanjutan baik fisik dan psikologis terhadap organ

yang cedera. Hal tersebut merupakan proses terbentuknya scar. Proses

yang kedua adalah rekapitulisasi proses pembentukan yang awalnya

tercipta dari organ yang cedera. Arsitektur organ asal dibentuk kembali,

dengan mengaktifkan kembali jalur pembangunan. Ini merupakan proses

regenerasi. (Chen, G., Yue, A., Ruan, Z., Yin, Y., Wang, R., Ren, Y. et al.,

2015, Aravindan Rangaraj KH, David Leaper., 2011)

Penyembuhan luka dapat dibagi ke dalam tiga fase, yaitu fase

inflamasi, proliferasi, dan remodeling (Maturasi) yang merupakaan

perupaan ulang jaringan(9) (Djauhari, Thontowi. 2010).

Gambar 4. Fase penyembuhan luka

Page 24: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

12

Luka akut adalah luka yang terjadi hingga 3 sampai 4 minggu. Bila luka

berlangsung melebihi 4 sampai 6 minggu ini termasuk sebagai luka

kronis, istilah tersebut termasuk luka yang yang terjadi bulanan atau

tahunan.

D. Fase Penyembuhan Luka

1. Fase Inflamasi

Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira-

kira hari kelima. Pembuluh darah yang terputus pada luka akan

menyebabkan perdarahan, dan tubuh berusaha menghentikannya

dengan vasokonstriksi, pengerutan ujung pembuluh yang putus

(retraksi), dan reaksi hemostasis. Hemostasis terjadi karena trombosit

yang keluar dari pembuluh darah saling melekat, dan bersama jala

fibrin yang terbentuk, membekukan darah yang keluar dari pembuluh

darah. Trombosit yang berlekatan akan berdegranulasi, melepas

kemoatraktan yang menarik sel radang, mengaktifkan fibroblast lokal

dan sel endotel serta vasokonstriktor. Sementara itu, terjadi reaksi

inflamasi. (Li et al., 2007)

Hemostasis memicu inflamasi dengan terjadinya pelepasan

faktor kemotaktik dari luka. Gangguan integritas jaringan karena luka,

mengarahkan bagian pembuluh darah dan paparan segera dari

ekstraselular matrik ke platelet. Paparan kolagen subendothelial

terhadap platelet menghasilkan agregasi platelet, degranulasi, dan

aktifasi kaskade koagulasi menghasilkan bekuan fibrin. Granul2

Page 25: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

13

platelet α melepaskan sejumlah zat kimia seperti platelet-derived

growth factor (PDGF), transforming growth factor-β (TGF-β),

Gambar 5. Diagram proses penyembuhan luka yang melibatkan lapisan

platelet-activating factor (PAF), fibronectin, dan serotonin. Sebagai

tambahan untuk mencapai hemostasis, bekuan fibrin memungkinkan

migrasi sel2 inflamasi menuju luka, seperti polymorphonuclear

leucocytes (PMNs, neutrofil) dan monosit.Polimorfonuklear (PMN)

adalah sel pertama yang menuju ke tempat terjadinya luka. Jumlahnya

meningkat cepat dan mencapai puncaknya pada 24 – 48 jam. Fungsi

utamanya adalah memfagositosis bakteri yang masuk. Meningkatkan

permeabilitas pembuluh darah, pelepasan prostaglandin local, dan

adanya komponen kemotaktik seperti faktor komplemen, interleukin-1

(IL-1), tumor nekrosis faktor-α (TNF-α), TNF-β, faktor platelet 4, atau

produk bakteri kesemuanya merangsang migrasi netrofil. (young &

McNaught., 2011, Sorg., 2012)

Elemen imun seluler yang berikutnya adalah makrofag. Sel ini

turunan dari monosit yang bersirkulasi, terbentuk karena proses

Page 26: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

14

kemotaksis dan migrasi. Muncul pertama 48 – 96 jam setelah terjadi

luka. Makrofag berumur lebih panjang dibanding dengan sel PMN dan

tetap ada di dalam luka sampai proses penyembuhan berjalan

sempurna. Makrofag seperti halnya netrofil, memfagositosis dan

mencerna organisme-organisme patologis dan sisa-sisa jaringan.

Makrofag juga memainkan peranan penting dalam regulasi

angiogenesis dan terkumpulnya ekstraseluler matriks (ECM) oleh

fibroblast dan proliferasi dari otot polos dan sel endothelial yang

dihasilkan dalam angiogenesis.Sesudah makrofag akan muncul

limfosit T dan jumlahnya mencapai puncak pada hari ke 7. Jumlahnya

lebih sedikit dibandingkan makrofag dan sebagai jembatan transisi dari

fase inflamasi ke proliferasi.Fase ini juga disebut fase lamban karena

reaksi pembentukan kolagen baru sedikit, dan luka hanya dipertautkan

oleh fibrin yang amat lemah. (young & McNaught., 2011, Sorg., 2012).

2. Fase Proliferasi

Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasia karena yang

menonjol adalah proses proliferasi fibroblast. Fase ini berlangsung dari

akhir fase inflamasi sampai kira-kira akhir minggu ke tiga. Apabila tidak

ada kontaminasi atau infeksi yang bermakna, fase inflamasi

berlangsung pendek. Setelah luka berhasil dibersihkan dari jaringan

mati dan sisa material yang tidak berguna, dimulailah fase proliferasi.

Fase proliferasi ditandai dengan pembentukan jaringan granulasi pada

luka. Jaringan granulasi dibentuk dari tiga tipe sel yang memainkan

Page 27: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

15

peranan yang penting dalam pembentukan jaringan granulasi, yaitu

fibroblast, makrofag, dan sel endothelial. Sel-sel ini membentuk

ekstraseluler matrik dan pembuluh darah baru, yang secara histologis

merupakan bahan untuk jaringan granulasi. ( flanagan., 2007, li et al.,

2007)

Fibroblast muncul pertama kali secara bermakna pada hari ke 3

dan mencapai puncak pada hari ke 7. Peningkatan jumlah fibroblast

pada daerah luka merupakan kombinasi dari proliferasi dan migrasi.

Fibroblast berasal dari sel mesenkim yang belum berdiferensiasi,

menghasilkan mukopolisakarida, asam amino glisin, dan prolin yang

merupakan bahan dasar serat kolagen yang akan mempertautkan tepi

luka. Pertumbuhannya disebabkan oleh sitokin yang diproduksi oleh

makrofag dan limfosit. Fibroblast juga memproduksi kolagen dalam

jumlah besar, kolagen ini berupa glikoprotein berantai tripel, unsur

utama matriks luka ekstraseluler yang berguna membentuk kekuatan

pada jaringan parut. Kolagen pertama kali dideteksi pada hari ke 3

setelah luka, meningkat sampai minggu ke 3. Kolagen terus

menumpuk sampai tiga bulan. Fibroblast juga menyebabkan matriks

fibronektin, asam hialuronik dan glikos aminoglikan. (Darby &

hewitson., 2007)

Pada fase ini, serat-serat dibentuk dan dihancurkan untuk

penyesuaian diri dengan tegangan pada luka yang cenderung

mengerut. Sifat ini bersama dengan sifat kontraktil miofibroblast,

Page 28: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

16

menyebabkan tarikan pada tepi luka. Pada akhir fase ini, kekuatan

regangan luka mencapai 25% jaringan normal. Sitokin merupakan

stimulan potensial untuk pembentukan formasi baru pembuluh darah

termasuk basic fibroblast growth faktor ( bFGF), asidic FGF (aFGF),

transforming growth factor α β ( TGF α β ) dan epidermal growth factor

(eFGF). FGF pada percobaan invivo merupakan substansi poten

dalam neovaskularisasi. (Woo., 2008, Loots, 2002)

Proses tersebut terjadi dalam luka, sementara itu pada

permukaan luka juga terjadi restorasi intregritas epitel. Reepitelisasi ini

terjadi beberapa jam setelah luka. Epitel tepi luka yang terdiri atas sel

basal terlepas dari dasarnya dan berpindah mengisi permukaan luka.

Tempatnya kemudian diisi oleh sel baru yang terbentuk dari proses

mitosis. Proses migrasi hanya terjadi kearah yang lebih rendah atau

datar. Proses ini baru berhenti setelah epitel saling menyentuh dan

menutup seluruh permukaan luka. Dengan tertutupnya permukaan

luka, proses fibroplasia dengan pembentukan jaringan granulasi juga

akan berhenti dan mulailah proses pematangan dalam fase

penyudahan. Proses reepitelisasi sempurna kurang dari 48 jam pada

luka sayat yang tepinya saling berdekatan dan memerlukan waktu

lebih panjang pada luka dengan defek lebar. Li et al, 2007, woo., 2008)

Angiogenesis

Angiogenesis adalah tahap dasar pada proses penyembuhan luka

yang mana pembuluh darah baru terbentuk dari pembuluh darah yang

Page 29: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

17

sebelumnya ada (Folkman dan Shing 1992). Pembuluh darah baru

terlibat dalam pembentukan jaringan granulasi menyediakan jaringan

yang tumbuh dengan oksigen dan nutrien (Schafer dan Werner 2008).

Angiogenesis pada pembuluh darah yang sebelumnya ada.

Pada angiogenesis tipe ini terdapat vasodilatasi dan kenaikan

permeabilitas dari pembuluh darah yang ada, degradasi ECM, dan

migrasi sel endothelial. Tahap-tahap utamanya seperti di bawah ini.

a. Vasodilatasi sebagai respon dari nitric oxide, dan peningkatan

permeabilitas pembuluh darah yang ada yang dipengaruhi VEGF

b. Degradasi membrane basalis proteolitik pembuluh darah oleh

matriks metalloproteinase (MMPs) dan gangguan kontak anatar sel

diantara sel endothelial oleh activator plasminogen

c. Migrasi sel endothelial kearah rangsangan angiogenik

d. Proliferasi sel endothelial, tepat setelah migrasi sel sebelumnya

e. Maturasi sel endothelial, termasuk inhibisi dari pertumbuhan dan

remodeling ke pembuluh kapiler

f. Pengerahan sel periendothelial (Pericyte dan sel otot polos

vascular) untuk membentuk pembuluh darah sempurna

3. Fase Remodeling

Fase remodeling adalah bagian yang paling lama dalam

penyembuhan luka dan pada manusia berkisar antara hari ke 21

hingga 1 tahun. Sekali luka telah terisi jaringan granulasi dan setelah

migrasi kerainosit yang telah mengalami re-epithelisasi, proses

Page 30: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

18

remodeling terjadi. Walaupun durasi remodeling yang lama dan

hubungannya yang jelas sangat tampak, fase ini masih jauh dari

pemahaman tentang penyembuhan luka. ( li et al., 2007, young &

McNaught., 2011)

Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri atas

penyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai dengan

gaya gravitasi, dan akhirnya perupaan kembali jaringan yang baru

terbentuk. Fase ini dapat berlangsusng berbulan-bulan dan dinyatakan

berakhir kalau semua tanda radang sudah lenyap. Tubuh berusaha

menormalkan kembali semua yang menjadi abnormal karena proses

penyembuhan. Udem dan sel radang diserap, sel muda menjadi

matang, kapiler baru menutup dan diserap kembali, kolagen yang

berlebih diserap dan sisanya mengerut sesuai dengan regangan yang

ada.Pada manusia, remodeling ditandai oleh dua proses yaitu

kontraksi luka dan remodeling kolagen. Proses kontraksi luka

dihasilkan oleh miofibroblast, yang mana fibroblast dengan intraseluler

aktin mikrofilamen mampu mendorong pembentukan dan kontraksi

matriks. Miofibroblast menghubungkan luka melalui interaksi spesifik

secara utuh dengan matriks kolagen. ( li et al., 2007, young &

McNaught., 2011, Nagaoka, T., Kaburagi, Y., Hamaguchi, Y.,

Hasegawa, M., Takehara, K., Steeber, D.A. et al., 2000)

Beberapa growth factor yang msnstimulus sintesis kolagen dan

molekul jaringan ikat yang lain juga merangsang sintesis dan aktivasi

Page 31: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

19

dari metalloproteinase, enzim yang mendegradasi komponen ECM ini.

Matriks metalloproteinase termasuk interstitial collagenases ( MMP-1,-

2, dan -3 ), yang membelah menjadi kolagen tipe I, II, dan III;

gelatinases ( MMP-2 dan 9 ), yang merubah kolagen tidak berbentuk

sebaik fibronektin; stromelysin (MMP-3, 10, dan 11 ), yang beraksi

pada berbagai komponen ECM, termasuk proteoglycans, laminin,

fibronektin, dan kolagen tak berbentuk; dan keluarga ikatan-membran

MMPs. MMPs diproduksi oleh fibroblast, makrofag, neutrofil, sel

synovial, dan beberapa sel epithel. Sekresinya dipicu oleh growth

factor ( PDGF, FGF ), sitokin ( IL-1, TNF ), dan fagositosis dalam

makrofag, dan di hambat oleh TGF-β dan steroid. Enzim kolagen

membelah kolagen di bawah kondisi fisiologis. Mereka disintesis

secara tersembunyi ( procollagenase ) yang diaktivasi secara kimiawi,

seperti radikal bebas diproduksi selama oksidasi leukosit, dan enzim

proteinase ( plasmin ). Sekali dibentuk, enzim kolagen yang diaktivasi

secepatnya dihambat oleh golongan jaringan spesifik penghambat

enzim metalloproteinase, yang diproduksi oleh hamper seluruh sel

mesenkimal, hal ini mencegah aksi enzim protease yang tidak

terkontrol. ( li et al., 2007, young & McNaught., 2011, Nagaoka, T.,

Kaburagi, Y., Hamaguchi, Y., Hasegawa, M., Takehara, K., Steeber,

D.A. et al., 2000).

Page 32: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

20

E. Stromal Vascular Fraction Cell (SVFs)

Stromal vascular fraction cell (SVFs) berasal dari jaringan adiposa

autologous, yang diperoleh melalui sedot lemak dan mengandung

beberapa jenis sel, termasuk sel induk yang diturunkan dari adipose

derived stem cell (ASCs) , sel mesenchymal dan sel progenitor endotel,

subtipe leukosit, sel limfatik, pericytes, sel T, sel B dan sel otot polos

vaskular. SVFs diproses sedemikian rupa sehingga mengandung

komposisi sel heterogen Sesuai sifat mesenchymal stem cells maka SVFs

yang mempunyai sifat multipotent dapat berdiferensiasi menjadi jenis

jaringan yang berbeda, mendukung neovaskularisasi, mengganti sel dan

memperbaiki jaringan yang cedera.(Josh kobe 2012)

Proses ekstraksi SVFs dari jaringan adiposa dicerna oleh suatu

kolagenase, tripsin atau enzim terkait.(L.A.L Tissiani and N.alonso 2016)

Setelah netralisasi enzim, unsur dengan media control maka

dihasilkan pellet yang didefinisikan sebagai SVFs dari adiposity.SVFs

terdiri dari populasi sel mesenkim heterogen yang tidak hanya mencakup

sel stroma dan sel hematopoietik serta sel progenitor adiposa tetapi juga

sel endotel, eritrosit, fibroblas, limfosit, monosit / makrofag dan pericytes.

Ketika SVFs ditumbuhkan ke dalam kultur dish sebagian sel mulai

menempel pada plastik kultur dish dalam bentuk stellate tanpa

menyisahkan populasi sel hematopoietik dari SVFs. ASCs termasuk sel

multipoten dengan kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi adiposit,

kondrosit dan osteoblasts. Dalam hal ini, ASCs menunjukkan sifat yang

Page 33: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

21

serupa dengan MSCs sumsum tulang yang menyebabkan beberapa

peneliti menyarankan bahwa kedua populasi itu identik. Namun banyak

fitur membedakan kedua populasi sel ini. Sebagai contoh, ASCs

tampaknya lebih rentan untuk berdiferensiasi menjadi sel otot atau bahkan

menjadi kardiomiosit dibandingkan dengan MSCs sumsum tulang,

sementara kurang kuat pada sifat chondrogenik dan osteogenik menurut

beberapa laporan. Variabilitas antara ASCs dan MSCs sumsum tulang

mungkin mencerminkan sebagian lingkungan mikro yang berbeda atau

dimana sel-sel ini berada di jaringan asal masing-masing dan perbedaan

dalam protokol perluasan ex vivo., Darinskas et.al Stromal Vascular

Fraction cell for the treatment of critical limb ischemia 2017.)

Penelitian klinis pada populasi sel stroma dewasa ini telah

meningkat dan beberapa penyelidikan klinis sedang dilakukan untuk

memeriksa penggunaan ASCs,SVFs dan MSCs sumsung tulang untuk

rekayasa jaringan dan aplikasi medis regenerative.metode untuk

mengisolasi SVFs menggunakan tehnik mekanis dan non enzimatik

sedang dikembangkan dan beberapa telah diterapkan dalam praktek klinis

(Josh,Tobita 2012).

F. Vaselin

Vaseline Petroleum Jelly adalah campuran dari mineral oil, paraffin

dan lilin micro crystalline yang dilebur menjadi satu dalam bentuk gel halus

yang biasanya berwarna off white bening. Saat dioleskan ke kulit, gel ini

Page 34: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

22

meresap sempurna ke pori-pori kulit dan dengan cepat akan mengganti

sel kulit mati dengan sel kulit baru yang sehat. Setelah meresap ke kulit,

petroleum jelly juga dapat langsung masuk ke dalam celah-celah sel kulit

untuk menghalangi hilangnya air alami yang diproduksi kulit kita. Sehingga

kelembapan kulit tetap terjaga secara natural. Pada dasarnya Vaseline

petroleum jelly berfungsi untuk memperbaiki fungsi sel2 pada kulit, dari

fungsi ini lah banyak sekali manfaat yg bisa kita dapat dr Vaseline

petroleum jelly. Mengandung 100% Petroleum Jelly yang berfungsi :

- Sebagai anti luka bakar

- Bekas luka

- Luka gores

- Anti kulit kering

- Untuk bibir kering

- menghindari stretch mark seusai kehamilan

- untuk menjaga kelembaban kulit di cuaca yang panas dibawah terik

matahari.

Ini bukan satu-satunya kasus yang kita hadapi di mana Vaseline

digunakan sebagai tindakan pertolongan pertama untuk luka bakar pada

anak kecil. Sebagai tambahan, oklusi tidak steril mendorong proliferasi

bakteri pada permukaan luka dan dapat menyebabkan infeksi.

Page 35: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

23

BAB III

KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL

A. Kerangka Teori

Deep Dermal burn

Neovaskularisasi, Sintesis

ECM

Makrofag sitokin &

kemokin

Fibroblast

memproduksi

kolagen dan ECM,

MMPs, TIMPs

Wound healing

ASCs

multipoten

Limfosit T

PDGF

F

VEGF

F

IGF TNF

1. Usia

2. nutrisi

3. infeksi

4. keadaan

luka

5. obat

Growth factor

( VEGF, TGF-β, PDGF, EGF,

IGF)

SVFs

hematopoi

tik

IGF

VEGF

Kolagen

epitelisasi

Capilary dencity

Page 36: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

24

B. Kerangka Konseptual

: Variabel dependent : Variabel independent : tidak diteliti

SVFs

Deep dermal burn

Kolagen Capillary Density Epitelisasi

Remodelling luka

Skar mature

Page 37: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

25

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimental

laboratorium pada tikus wistar dengan menggunakan rancang post test

control group design yang terdiri dari 1 kelompok perlakuan, 1 kelompok

kontrol, 1 kelompok donor Stromal vascular fraction cell( SVFs)

B. Populasi dan Sampel

Subjek berupa tikus wistar (Rattus norvegicus), jantan, dewasa,

berusia 2-3 bulan, dengan berat badan (BB) 150-250 gram, diperoleh dari

Laboratorium Hewan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

sebanyak 45 ekor, yang merupakan hasil peternakan.

1. Metode Penarikan Sampel

Subjek dibagi menjadi dua kelompok, masing-masing kelompok

15 ekor tikus, dipilih secara acak, yaitu :

Lima belas ekor tikus sebagai donor untuk SVFs yang dilakukan

sehari sebelum eksperimen dimulai.

kelompok 1: Tikus perlakuan yang dilakukan pemberian SVFs ,

pada hari ke 0, 4,7, 10, dan 14 dilakukan sacrificed masing-masing 3

ekor tikus dan dilakukan biopsi pada daerah luka bakar.

Page 38: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

26

kelompok 2: tikus yang dilakukan model luka bakar deep dermal

kemudian di berikan perawatan luka dengan menggunakan vaseline

sebagai kontrol pada hari ke 0, 4,7, 10, dan 14 dilakukan sacrificed

masing-masing 3 ekor tikus dan dilakukan biopsi pada daerah luka

bakar.

Penentuan jumlah sampel tiap kelompok didasarkan rumus

Federer, yaitu :

(r – 1) (t – 1) ≥ 15

r = jumlah sampel

t = jumlah perlakuan

Pada penelitian ini terdapat 2 kelompok perlakuan, maka :

(r – 1) (t – 1) ≥ 15

(r – 1) (2 – 1) ≥ 15

(r – 1) 1` ≥ 15

r – 1 ≥ 7,5

r ≥ 8,5

Jadi jumlah sampel minimal untuk tiap kelompok adalah 15 ekor

hewan coba, (total tikus pada penelitian ini 45 ekor)

2. Jalannya Penelitian

1) Tikus wistar, jantan, dewasa, berusia 2-3 bulan, diperoleh dari

Laboratorium Hewan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

sebanyak 45 ekor. Sebelum perlakuan ditimbang, dilakukan

adaptasi selama dua minggu dengan dipelihara di dalam kandang

Page 39: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

27

berukuran (40x20x20) cm3 setiap kandangnya berisi 3 ekor. Suhu

dalam kandang diatur pada suhu kamar. Setiap harinya tikus diberi

makan berupa pelet sebanyak 20 gram dan air minum diberikan

secara ad libitum.

2) tikus putih (wistar) dilakukan pencukuran bulu pada punggung

tikus, kemudian dilakukan anesthesi dengan menggunakan ether.

pada kelompok donor, dilakukan torakotomi hingga cordis nampak.

Identifikasi apeks cordis kemudian dilakukan penusukan dan

aspirasi darah apeks cordis dengan menggunakan needle 25G

spoit 3 cc. dilanjutkan untuk pengambilan lemak pada kedua

inguinal tikus wistar.

3. Preparasi SVFs

Preparasi SVFs jaringan lemak dikumpulkan dari seluruh darah

15 donor tikus adipose dicuci dengan garam fosfat buffer lalu dipotong

kecil-kecil,setelah pencampuran dengan 0,15 % kolagen dan di

inkubasi suhu 37 derajat celcius selama 30 menit , di masukan ke

tabung dan, ditambah dengan 10 % FBS dan 1 % antibiotic di

tambahkan untuk menetralisir aktivasi kolagenase kemudian di

sentrifugasi dengan 1.500 Rpm selama 5 menit, pellet sel resuspended

dengan aquadest dipindahkan ke tabung 0,5 cc dengan jumlah sell

50.000 untuk menyiapkan produk akhir SVFs.( Fonny Josh,Mirokuni

et.al J Nippon med sch 2013)

Page 40: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

28

Perlakuan model luka bakar diberikan dengan menggunakan

besi berbentuk bulat dengan diameter 1 cm yang dipanaskan pada

suhu 80 derajat kemudian ditempelkan selama 30 detik pada

punggung kanan dan kiri tikus wistar tersebut. Empat tepi luka (posisi

jam 12, 3, 6 dan 9) serta senter luka diberi tatto dengan menggunakan

gentiaan violet untuk memudahkan evaluasi penyembuhan luka yang

terjadi . Pada tikus kelompok 1 dilakukan penyuntikan SVFs pada tepi

luka posisi jam 12, 3, 6, 9 dan senter luka masing-masing 0,1 cc

dengan total volume SVFS 0.5 cc tiap hewan coba.

Pada kelompok 2 (kontrol) dilakukan perawatan luka secara moist

dengan menggunakan vaselin ointment yang dioleskan ke permukaan

luka bakar. Luka ditutup dengan transparant film kemudian korset

dipasang melingkar menutupi luka pada kedua kelompok. Tikus

dimatikan pada hari ke 0, 4, 7, 10, dan 14 masing masing 3 ekor.

4. Cara Sacrifice

Pada hari ke 0, 4, 7, 10 dan 14 dilakukan sacrificed untuk

kedua kelompok. Seluruh tikus yang hendak di sacrifice dilukukan

pembiusan inhalasi dengan menggunakan ether. Luka pada tikus

kemudian difoto dengan menggunakan kamera samsung galaxynote 7.

Selanjutnya tikus di fiksasi diatas meja dan dilakukan prosedur

thorakotomi. Identifikasi apeks kordis kemudian jarum 25G dengan

spoit 3 cc ditusukkan secara hati-hati pada apeks cordis. Darah dihisap

seluruhnya melalui dengan menggunakan spoit 3cc hingga seluruh

Page 41: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

29

darah diperkirakan telah diaspirasi kemudian formalin cair disuntikkan

dengan cara yang sama. Setelah tikus mati kemudian dilakukan eksisi

biopsi pada jaringan luka kurang lebih 2 cm persegi dengan

kedalaman sampai subkutis. Kemudian dilakukan blok parafin dan

dibuat preparat histologi dengan pewarnaan Hematoxylin Eosin untuk

menilai epitelisasi makroskopik mikroskopik (secara klinis) dan

fibroblast,capillary density, Masson’s Trichrome untuk menilai

ketebalan kolagen serta granulasi jaringan. Kemudian sediaan

diperiksa dibawah mikroskop OLYMPUS seri BX 51, kemudian di foto

menggunakan Camera digital OLYMPUS DP-21 dan diukur

ketebalannya (dengan satuan µm).

5. Blok Parafin

Dilakukan pemotongan jaringan dan dan dimasukkan kedalam

kaset jaringan, jaringan direndam dalam formalin buffer 10%,

kemudian dimasukkan dalam mesin prosesing, keluarkan kaset yang

berisi jaringan dari alat prosesing, kemudian dilakukan proses

embeding (penanaman jaringan dalam parafin cair) menggunakan alat

embedding center,tahap selanjutnya dilakukan pemotongan tipis

jaringan menjadi slide menggunakan alat mikrotom dengan pisau

khusus mikrotom. Ukuran ketebalan pemotongan 3-5 mikrometer.

Tahap akhir pewarnaan slide, dan slide siap baca.

Page 42: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

30

C. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

1. Kriteria Inklusi

a. Tikus winstar

b. Berumur 2-3 bulan

c. Berat badan antara 150-250 gram

d. Tikus dalam keadaan sehat.

2. Kriteria Eksklusi

Sampel biopsi rusak

Luka infeksi

Hewan percobaan mati sebelum penelitian selesai.

D. Definisi Operasional Variabel

1. Luka bakar grade II B

Luka bakar grade II B adalah luka bakar yang mengalami

kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis, Organ-organ kulit

seperti folikel-folikel rambut, kelenjar keringat,kelenjar sebasea

sebagian besar masih utuh. pada penelitian ini Perlakuan model luka

bakar diberikan dengan menggunakan besi berbentuk bulat dengan

diameter 1 cm yang dipanaskan pada suhu 80 derajat kemudian

ditempelkan selama 30 detik

2. Stromal vascular fraction cell (SVFs)

SVFs adalah pellet sel yang merupakan populasi stem cells

heterogen yang berasal dari jaringan berasal dari jaringan adipose

melalui proses digested enzimatik menggunakan kollagenase.

Page 43: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

31

3. Epitelisasi

Epitelisasi adalah penebalan lapisan epidermis pada lapisan

luka, pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop

Olympus seri EX51 dengan pembesaran 40 x lapang pandang dan

pewarnaan HE (Hematoksilin eosin). Kemudian gambar histopatologi di

foto menggunakan kamera OLYMPUS DP-21, gambar yang dihasilkan

dipindahkan dalam bentuk Slide power point dan handout di print

dengan 2 slide per page. Epitelisasi di ukur menggunakan mistar

dengan hasil dalam bentuk centimeter dan data yang ditampilkan dalam

bentuk persentase. Dibandingkan antara kelompok perlakuan dengan

kelompok kontrol.

Diameter luka : Diameter luka adalah ukuran luka secara makro

yang diukur dengan menggunakan mistar dalam satuan milimeter

4. Kolagen

Ketebalan kolagen adalah gambaran ketebalan serabut

berwarna biru dengan pengecatan masson’s trichorm, pada saat

dilakukan pengamatan menggunakan mikroskop Olympus seri EX51

dengan pembesaran 100 x pada satu lapang pandang. Kemudian

gambar histopatologi di foto menggunakan kamera OLYMPUS DP-21,

gambar yang dihasilkan dipindahkan dalam bentuk Slide power point

dan handout di print dengan 2 slide per page. Lokasi pengamatan

kolagen adalah di daerah bekas luka bakar, selanjutnya ketebalan

kolagen diinterpretasikan dengan mengukur ketebalan kolagen dengan

Page 44: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

32

menggunakan penggaris dengan satuan centimeter. Dibandingkan

antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol.

5. Capillary Density

Gambaran histologi pembuluh darah kapiler (lumen yang

dikelilingi sel endotel dengan 1 lapis otot polos) pada penampang luka.

dilakukan pengamatan menggunakan mikroskop Olympus seri EX51

dengan pembesaran 400 x pada satu lapang pandang. Kemudian

gambar histopatologi di foto menggunakan kamera OLYMPUS DP-21,

gambar yang dihasilkan dipindahkan dalam bentuk Slide power point

dan handout di print dengan 2 slide per page. Lokasi pengamatan

Capillary Density di daerah bekas luka bakar, selanjutnya capillary

density diinterpretasikan dengan menghitung jumlah capillary density

dan dibandingkan antara kelompok perlakuan dengan kelompok

kontrol.

E. Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan di Laboratorium Hewan Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin dalam kurun waktu 2 minggu.

F. Cara Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode

eksperimental laboratorium pada tikus. Upaya mempelajari efek waktu

pemberian SVFs mereduksi respons inflamasi, dilakukan melalui

pemeriksaan histopatologi untuk melihat perubahan Kerusakan jaringan

Page 45: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

33

struktur kulit pasca luka bakar. Waktu pemeriksaan histopatologi dilakukan

pada hari ke 0, 4, 7, 10, dan 14 setelah pemberian injeksi topikal SVFs.

pada model luka bakar.

G. Analisis Data

Data yang terkumpul dikelompokkan berdasarkan jenis data,

kemudian dipilih metode statistik yang sesuai.

1. Analisis univariat.

Digunakan untuk deskripsi karakteristik data dasar berupa distribusi

frekuensi, yang disajikan dalam bentuk grafik dan tabel.

2. Analisis bivariat.

H. Tata Cara Kerja Penelitian

1. Pemilihan Alat dan Bahan

Perangkat operasi minor :

a. korset buatanPinset chirurgis

b. Gunting jaringan / benang

c. Betadine

d. Opsite ukuran S / M

e. Disposible syringe

f. Gentian violet

g. Obat anestesi (eter

h. Vaseline

i. Kompor elektrik

Page 46: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

34

j. Logam

k. Dispo 1 cc, 3cc

l. Needle 25G

2. Preparasi Stromal vascular fraction cell( SVFs)

a. Tabung reaksi 3cc warna ungu

b. Tabung reaksi 15 cc

c. Pipette tip

d. Aquadest

3. Bahan dan alat untuk pemeriksaan histologi

a. Formalin buffer10%.

b. Alkohol 70 % absolut.

c. Xylol.

d. Hematoxylin Eosin (HE)

e. Bahan pengecatan Masson’s Trichrome.

I. Jadwal Penelitian

Penelitian dilakukan setelah usulan penelitian diterima dan setelah

lulus izin Komite Etik hewan.

J. Pertimbangan Etika

Penelitian dilakukan dengan persetujuan Komite Etika untuk

penelitian dengan obyek tikus.

1. Implikasi Etik Eksperimentasi pada Hewan

Faktor-faktor yang harus diperhatikan pada penelitian hewan :

Page 47: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

35

a. Penggunaan hewan untuk penelitian ini sesuai dengan perjanjian

Helsinki, dimana hewan percobaan diperlakukan sesuai dengan

kelayakan dan sebagai makhluk perasa

b. Perlakuan pengandangan, tata cahaya, ventilasi udara dan

makanan sesuai prosedur perlakuan hewan untuk penelitian

kedokteran.

c. Sterilitas sewaktu tindakan operasi diperlakukan seperti tindakan

operasi kraniektomi pada manusia.

d. Jasad tikus dikubur selayaknya seperti pemulasaran jenazah

manusia sebagai prilaku etik terhadap binatang coba.

e. Semua biaya ditanggung oleh peneliti.

f. Penelitian dilaksanakan setelah ada persetujuan animal ethical

clearance Komite Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin Makassar.

Page 48: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

36

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan november 2017, penelitian

ini menggunakan 2 laboratorium yaitu laboratorium Animal Fakultas

Kedokteran Unhas untuk pemeliharaan dan perlakuan hewan coba dan

Laboratorium Patologi Anatomi Rumah Sakit Pendidikan Unhas untuk

pembuatan slide histopatologi.

Sebelum penelitian utama dilakukan terlebih dahulu dilakukan

penelitian pendahuluan yaitu penelitian pembuatan Stromal vascular

fraction sell dengan mengambil sampel darah tikus wistar sebanyak 15

ekor. Berdasarkan hasil ini selanjutnya dilakukan penelitian utama.

A. Epitelisasi

Berdasarkan hasil histopatologi, penyembuhan luka yang diberikan

Stromal vascular fraction cell pada hari ke 4, 7, 10, dan 14 menunjukkan

hasil yang lebih baik dibandingkan dengan penyembuhan luka dengan

moist standar. Luka yang diberikan Stromal vascular fraction cell,

epitelisasi sudah menutup sempurna pada hari ke 10

Page 49: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

37

Grafik 1. Perbandingan rata rata penutupan epitelisasi Keterangan (*) p<0,05

Hasil persentase rata-rata penutupan luka pada model luka bakar

deep dermal ditampilkan pada grafik 1. Pada parameter ini persentase

rata-rata area penutupan luka dinilai pada hari ke 0, 4, 7, 10 dan 14 dari

pembuatan luka. Luka bakar yang diberikan SVFs menunjukkan

persentase penyembuhan luka yang lebih besar dibandingkan yang

dirawat dengan moist standar pada hari ke-4, 7, 10 dan 14. Pada hari ke-

4 luka bakar deep dermal yang diberikan SVFs 65,64 %, sedangkan yang

dirawat dengan moist standar 23,76 %. Secara statistik pada hari ke-4

menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan nilai p=0,03. Hari ke-7

persentase rata-rata penutupan luka bakar deep dermal yang diberikan

SVFs yaitu 89,17 %, dibandingkan yang dirawat dengan moist standar

46,05 %. Secara statistik pada hari ke-7 menunjukkan perbedaan yang

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

H 0 H 4 H7 H 10 H 14

SVFs

Kontol

p<0.05

p<0,05

p<0,05

Page 50: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

38

bermakna dengan nilai p=0,001. Pada hari ke 10 luka bakar deep dermal

yang diberikan SVFs, epitelisasi yang terbentuk hampir menutup

sempurna (94,11 %), sedangkan yang dirawat dengan moist standar

(65,64 %). Secara statistik pada hari ke-10 menunjukkan perbedaan yang

bermakna dengan nilai p=0,00. . Pada hari ke 14 luka bakar deep dermal

yang diberikan SVFs, epitelisasi yang terbentuk menutup sempurna (100

%), sedangkan yang dirawat dengan moist standar (92,11 %). Secara

statistik pada hari ke-14 tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna

dengan nilai p=0,073.

Grafik 2. Rata rata penutupan epitelisasi SVFs dan Kontrol berdasarkan Hari perlakukan Keterangan (*) p<0,05

Pada luka bakar Deep dermal burn yang diberikan SVFs terjadi

peningkatan pada hari ke 4, 7, 10 dengan masing masing persentase

65,64 %, 89,17 %, 94,11 %. Pada hari ke 14 terjadi penutupan sempurna

(100 %). Secara statistik pemberian SVFs terhadap penutupan epitelisasi

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

H0 H4 H7 H10 H14

SVfs

Kontrol

p<0,05

p<0.05

Page 51: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

39

bermakna dengan p=0,000. Pada luka bakar deep dermal perawatan

dengan moist standar terjadi peningkatan pada hari ke 4, 7, 10, dan 14

dengan persentase masing-masing 23,76 %, 46,05 %, 65,64 %, dan 92,11

%. Namun epitelisasi belum menutup sempurna pada hari ke 14.secara

statistik perawatan luka deep dermal burn dengan moist standar

bermakna dengan p=0,32

Gambar 6. Tampak gambaran Re-epitelisasi yang di tunjukan panah

warna biru (pewarnaan HE) tampak gambaran keratinisasi yang di

tunjukan panah warna kuning

H7 K7

H4 K4

Page 52: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

40

Gambar 7. Gambar (H4,H7,H10,H14) epitelisasi pada luka bakar deep dermal yang

diberikan SVFs pada hari Ke 4, 7, 10, dan 14 (Pewarnaan HE, 40x) ditunjukkan dengan

panah warna biru. Gambar (K4,K7,K10,K14) epitelisasi pada luka bakar deep dermal

dengan perawatan moist standar pada hari Ke 4, 7, 10, dan 14 (Pewarnaan HE, 40x)

ditunjukkan dengan panah warna kuning. Panah biru menunjukkan keratinisasi

B. Kolagen

Perbandingan jumlah rata-rata ketebalan kolagen, tampak

kelompok yang diberikan kombinasi SVFs lebih tinggi dibandingkan

dengan yang dirawat dengan moist standar. Peningkatan yang cukup

banyak terjadi antara hari ke-7,10 dan ke-14. Kelompok yang diberikan

SVfs (0,72 cm µm,1,16 menjadi 1,5 cm ) sedangkan yang dirawat dengan

moist standar (0,08 cm menjadi 1,5 cm ). Pada hari ke-7 luka bakar deep

dermal yang diberikan SVfs memiliki ketebalan rata-rata 0,72 cm,

sedangkan yang dirawat dengan moist standar belum ada kolagen yang

tumbuh. Pada hari ke 10 luka bakar deep dermal yang diberikan SVFs

H10 H1

0

H14 H14

Page 53: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

41

memiliki ktebalan rata-rata 1,16 cm dan moist standar memiliki ketebalan

yang sama rata-rata 0,83 cm. Pada hari ke 14 luka bakar deep dermal

yang diberikan SVFs terjadi peningkatan dengan rata rata 1,5 cm dan

perawatan dengan moist standar 1,5 cm. Secara statistik tampak

perbedaan yang bermakna pada hari ke-7 (p=0,00)

Grafik 3. Perbandingan jumlah rata-rata ketebalan kolagen Keterangan : (*) p < 0,05

Grafik 4. Rata rata ketebalan kolagen SVFs dan Kontrol berdasarkan Hari perlakukan Keterangan (*) p<0,05

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1.6

H 0 H 4 H 7 H 10 H 14

KOLAGEN

SVFs Kontrol

p<0,05

0

0.5

1

1.5

2

H 0 H 4 H 7 H 10 H 14

Kolagen

SVFs Kontrol

p<0,05

p<0,05

Page 54: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

42

Pada grafik 4. Terjadi peningkatan ketebalan kolagen pada luka

bakar deep dermal dengan pemberian SVFs mulai hari ke 7 sampai hari

ke 14 dengan masing -masing rata – rata 0,72 cm, 1,16 cm, dan 1,5 cm.

Secara statistik peningkatan ketebalan kolagen pada SVFs tidak

bermakna dengan p=0,00 Penigkatan kolagen pada kontrol terjadi pada

hari ke 4,10 dan 14 dengan rata rata 0,83 cm dan 1,5 cm. Secara statistik

peningkatan kolagen pada kontrol bermakna dengan p=0,000.

Gambar 8. Tampak gambaran ketebalan kolagen yang di tunjukan panah warna biru (pewarnaan masons thrichrome 100x)

H0 K0

H10 K10

Page 55: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

43

Gambar 9. (H0, H10,H14) kolagen pada luka bakar deep dermal yang diberikan SVFs dan kontrol pada hari Ke 0, 10, dan 14 (Pewarnaan masson’s trichrome 100x) di

tunjukan dengan panah warna biru

C. Capillary Density

Pada grafik 5. Jumlah rata-rata angiogenesis, tampak terjadi

peningkatan angiogenesis dari hari ke-0 dan ke-7 baik yang diberikan

SVFs ataupun yang dirawat dengan moist standar. Pada hari ke-0 yang

diberikan SVFs rata rata 1,33, sedangkan yang dirawat dengan moist

standar 0. Pada hari ke-7 Capillary density yang diberikan SVFs mencapai

puncak dengan rata-rata 10,16, sedangkan yang dirawat dengan moist

standar 1,5. Pada hari ke 10 dan 14 capillary density tampak menurun

pada kelompok yang diberikan SVFs menjadi 7,16 dan 8,66 sedangkan

yang dirawat dengan moist standar meningkat menjadi 1.83 dan 2. Dari

hasil statistik menunjukkan bermakna pada hari ke-0, yaitu p=0,10 dan

hari ke 7, yaitu p=0,07 hari ke 10 yaitu p= 0,39 dan hari ke 14 p= 0.39

K14 H14

Page 56: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

44

Grafik 5. Perbandingan jumlah rata-rata Capillary Density (µm) Keterangan : (*) p < 0,05

Grafik 6. Rata rata jumlah Capillary Density SVFs dan Kontrol berdasarkan Hari perlakukan

Keterangan (*) p<0,05

0

2

4

6

8

10

12

H 0 H 4 H 7 H 10 H 14

CAPILLARY DENSITY

SVFs Kontrol

p<0.05

p<0.05

p<0.05

p<0,05

0

2

4

6

8

10

12

H 0 H 4 H 7 H 10 H 14

Capillary Density

Capillary Density Kontrol

Page 57: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

45

Gambar 10. . Gambar (H7, H14) Capillary Density pada luka bakar deep dermal yang

diberikan SVFS dan Kontrol pada hari ke-0,4,7,10 dan ke 14 (pewarnaan HE, 400X). Di beri tanda panah warna biru

H7 K7

H0 K0

H4

H14

H1 K10

K4

Page 58: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

46

Pada grafik 6. Jumlah capillary density pada luka bakar deep

dermal dengan pemberian SVFs meningkat pada hari ke 0 dan ke 7

dengan jumlah rata-rata 1,33 dan 10,16. Pada hari ke 10 dan 14

mengalami penurunan. Namun secara statistik tidak bermakna dengan

p=0,52. Jumlah capillary density pada luka bakar deep dermal dengan

perawatan moist standar mengalami peningkatan pada hari ke 4 dengan

jumlah rata rata 2,83. Pada hari ke 7, 10, dan 14 mengalami penurunan

jumlah capillary density (1,83, 1,5 dan 2). Secara statistik bermakna

dengan p=0,032.

D. Pembahasan

1. Stromal vascular fraction cell dalam mempercepat epitelisasi

Re-epitelisasi adalah terbentuknya kembali lapisan epitel dari

permukaan luka sehingga luka tertutup, yang ditandai dengan

terjadinya migrasi sel epitel di permukaan jaringan, dari tepi luka atau

dari kulit sehat di sekitarnya. Migrasi dapat terjadi beberapa jam

setelah terjadi luka. Sel epitel membutuhkan jaringan yang viabel untuk

proses migrasi. Sel-sel epitel pada tepi luka berproliferasi pada hari ke-

2 atau ke-3 setelah terjadi luka untuk menyediakan cukup sel untuk

proses migrasi. (Romo T and Pearson J.M, 2005., Mulvaney M. and

Harrington A, 1994., Marcandetti M., Cohen A.J, 2005).

Penelitian luka bakar deep dermal ini menunjukkan bahwa

epitelisasi yang terjadi pada luka bakar deep dermal yang diberikan

Stromal vascular fraction cell lebih cepat (hari ke-4, 65,64 %)

Page 59: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

47

dibandingkan yang dirawat dengan moist standar (hari ke-4, 23,76 %).

Hasil statistik pada hari ke-4 menunjukkan perbedaan yang bermakna

dengan p=0,030. Waktu yang dibutuhkan untuk epitelisasi hampir

menutup sempurna juga lebih cepat dengan pemberian SVFs (hari ke-

10, 94,11 %) dibandingkan yang dirawat dengan moist standar (hari

ke-10, 65,64 %).

Seperti diketahui bersama penyembuhan luka dibagi menjadi

tiga fase yaitu fase inflamasi, proliferasi dan maturasi. Pada fase

inflamasi terjadi pelepasan mediator pro inflamasi. Yang berpengaruh

dalam proses penyembuhan luka. Beberapa kandungan dari Stromal

vascular fraction sell ini telah terbukti memiliki kemampuan

antiinflamasi dan mensekresi growth factor terdiri dari populasi sel

mesenkim heterogen yang tidak hanya mencakup sel stroma dan sel

hematopoietik serta sel progenitor adiposa tetapi juga sel endotel,

eritrosit, fibroblas, limfosit, monosit / makrofag dan pericytes. Ketika

SVFs ditumbuhkan ke dalam kultur dish sebagian sel mulai menempel

pada plastik kultur dish dalam bentuk stellate tanpa menyisahkan

populasi sel hematopoietik dari SVFs. ASCs termasuk sel multipoten

dengan kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi adiposity

(Darinskas et.al Stromal Vascular Fraction cell for the treatment of

critical limb ischemia 2017.)

Page 60: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

48

2. Stromal vascular fraction cell dalam mempercepat pertumbuhan

kolagen

Kolagen memainkan peranan utama dalam penyembuhan luka

dan komponen penting dari jaringan ikat yang menyediakan kerangka

struktural untuk regenerasi jaringan. Setelah terjadi luka sintesis

protein segera terjadi di daerah luka. Kolagen adalah protein

ekstraseluler utama yang terdapat di jaringan granulasi pada luka.

Sintesis kolagen diperbanyak oleh faktor pertumbuhan dan sitokin

yaitu PDGF, FGF, TGF β dan IL-1, IL-4, IgGI yang diproduksi oleh

lekosit dan limfosit pada saat sintesis kolagen. Selain itu komponen

yang paling berperan dalam sintesis kolagen adalah sel fibroblast.

Dari hasil penelitian ini, tampak sejak hari ke-7 kolagen mulai dibentuk

pada luka yang diberikan SVFs dibandingkan yang dirawat dengan

moist standar, secara statistik perbandingan tersebut bermakna di hari

ke-7 dengan p < 0,00. Terjadi peningkatan, khususnya pada hari ke-7

dibandingkan dengan sebelumnya (hari ke-3). Hal ini sesuai dengan

teori yang disebutkan bahwa yang memperbanyak sintesis kolagen

adalah makrofag (muncul pada 48-96 jam setelah luka) yang

merangsang dihasilkannya growth faktor dan menarik fibroblast ke

arah luka. Pada hari ke-14 tampak peningkatan ketebalan kolagen

dibandingkan dengan hari sebelumnya yaitu hari ke-10 tidak terlalu

banyak. Hal ini mungkin disebabkan fase penyembuhan luka mulai

masuk di fase remodelling dimana mulai terjadi degradasi ekstraseluler

Page 61: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

49

matriks (ECM) termasuk kolagen oleh enzim matriks metalloproteinase

(MMP) yang dihasilkan oleh myofibroblast. Bila kolagen masih sangat

meningkat di fase remodelling ini kemungkinan terjadinya skar

hipertrofi semakin besar ( li et al., 2007, young & McNaught., 2011,

Nagaoka, T., Kaburagi, Y., Hamaguchi, Y., Hasegawa, M., Takehara,

K., Steeber, D.A. et al., 2000)

Pada penelitian ini Stromal vascular fraction cell ini telah terbukti

memiliki kemampuan antiinflamasi dan mensekresi growth factor terdiri

dari populasi sel mesenkim heterogen yang tidak hanya mencakup sel

stroma dan sel hematopoietik serta sel progenitor adiposa tetapi juga

sel endotel, eritrosit, fibroblas, limfosit, monosit / makrofag dan

pericytes(Darinskas et.al Stromal Vascular Fraction cell for the

treatment of critical limb ischemia 2017.)

Pada penelitian alexander lamaro Cardoso at.al berjudul

penatalaksanaan luka bakar full thickness dengan pemberian

SVFs,dilaporkan terjadi peningkatan signifikan pada proses

angiogenesis dan kolagen pada grup SVFs dengan p<0.05. (alexander

lamaro Cardoso et.al adipose tissue stromal vascular fraction in the

treatment of full thickness burn rats 2016)

3. Stromal vascular fraction cell dalam meningkatkan capillary

density

Bagian yang tidak kalah penting dari suksesnya suatu

penyembuhan luka adalah kecepatan kembali berfungsinya

Page 62: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

50

mikrosirkulasi di jaringan hipoxic, yang terjadi melalui proses

angiogenesis yaitu memanjangnya pembuluh darah baru dari

pembuluh darah yang sebelumnya ada. Pada kondisi normal, suatu

jaringan tidak dapat tumbuh dengan diameter melebihi 1 sampai 2 mm

tanpa neovaskularisasi. Jarak ini ditentukan oleh batas dari difusi

oksigen dan metabolit, seperti glukosa dan asam amino.

Pada penelitian ini didapatkan perbandingan jumlah rata-rata

capillary density selalu lebih banyak yang diberikan Stromal vascular

fraction cell dibandingkan yang dirawat dengan moist standar di hari

evaluasi ke- 0, 4, 7, 10 dan 14 bermakna di hari ke 0 secara statistic

dengan nilai p= 0,10,hari ke-7 secara statistik dengan p=0,07 dan hari

ke-10 dan 14 yaitu p=0,39. Di akhir hari evaluasi (hari ke10 dan 14)

tampak penurunan jumlah rata-rata angiogenesis pada kelompok yang

diberikan SVFs, dan tampak peningkatan yang sangat sedikit pada

kelompok yang dirawat dengan moist standar. Hal ini mungkin

disebabkan proses maturasi sudah berlangsung dimana terjadi

degradasi dari materi-materi yang berlebihan untuk menyerupai seperti

jaringan nomal di sekitarnya. Dengan fungsi SVFs mengandung

komposisi sel heterogen sesuai sifat mesenchymal stem cell maka

SVFs yang mempunyai sifat sebagai multipoten yang dapat

berdeferensisasi menjadi jenis jaringan yang berbeda sehingga

mempunyai peranan yang kuat pada proses angiogenesis ini,

Page 63: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

51

(Darinskas et.al Stromal Vascular Fraction cell for the treatment of

critical limb ischemia 2017.)

Philippe Foubert et.al melakukan penelitian eksperimental pada

babi Gottingen dan menghasilkan bahwa ASCs memodulasi inflamasi,

memperbaiki angiogenesis dan epitelisasi luka (Philippe Foubert

et.alAdipose-Derived stem cell 2016)

Pada penelitian alexander lamaro Cardoso et.al berjudul

penatalaksanaan luka bakar full thickness dengan pemberian

SVFs,dilaporkan terjadi peningkatan signifikan pada proses

angiogenesis dan kolagen pada grup SVFs dengan p<0.05.(alexander

lamaro Cardoso et.al adipose tissue stromal vascular fraction in the

treatment of full thickness burn rats 2016)

Page 64: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

52

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Ringkasan

1. Stromal vascular fraction cell( SVFs) mempercepat epitelisasi

mikroskopik dibandingkan perawatan dengan vaseline pada model

luka deep dermal burn

2. Stromal vascular fraction cell( SVFs) meningkatkan jumlah capillary

density dibandingkan perawatan dengan vaseline pada model luka

deep dermal burn

3. Stromal vascular fraction cell( SVFs) mempercepat pertumbuhan

kolagen dibandingkan perawatan dengan vaseline pada model

luka deep dermal burn (grade IIB

B. Kesimpulan

Stromal vascular fraction cell( SVFs) lebih baik dalam proses

penyembuhan luka dibandingkan perawatan dengan moist standar

(vaseline) yang dibuktikan dengan percepatan pertumbuhan epitelisasi,

peningkatan jumlah capillary density, dan percepatan pertumbuhan

kolagen.

Page 65: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

53

C. Saran

Stromal vascular fraction cell( SVFs) diharapkan dapat

dikembangkan menjadi terapi yang digunak.an untuk perawatan luka

bakar deep dermal, namun perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadaf

efek lain dari Stromal vascular fraction cell( SVFs) pada penyembuhan

luka

Page 66: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

54

DAFTAR PUSTAKA

Andrew Nguyen, James et.al 2015 Stromal Vascular Fraction A.regenerative Reality ? Part 1 : current concepts and review of the literature

Andrew Nguyen, James et.al 2015 Stromal Vascular Fraction A.regenerative Reality ? Part 2 : current concepts and review of the literature

Aravindan Rangaraj KH, David Leaper. 2011. Role of collagen in wound management. Wounds uk.;7(2).

Alexandre Lamaro Cardoso,Maria Marcia Bachion,Julia de Miranda Morais,Silva Fantinati,Vera Lucia Lima de Almeida, Ruy Souza Lino Junior 2016. Adipose Tissue Stromal Vascular Fraction in the treatment of full thickness burn in rats.

Barry F, Boynton RE, Liu B, Murphy JM. 2001. Chondrogenic differentiation of mesenchymal stem cells from bone marrow: differentiation-dependent gene expression of matrix components. Experimental Cell Research, 268

Chen, G., Yue, A., Ruan, Z., Yin, Y., Wang, R., Ren, Y. et al., 2015. Comparison of biological characteristics of mesenchymal stem cells derived from maternal-origin placenta and Wharton’s jelly. Stem Cell Research & Therapy, 6(1).

Cleon G, David H, Gerarda B, Agnes B et al, American burn Association. 311 South Wacker Drive, Suite 4150 Chicago, IL 60606 (312) 642-9260

Djauhari, Thontowi. 2010. Sel Punca. Jurnal Saintika Medika, 6(13).

Darby, I.A., & Hewitson, T.D. 2007. Fibroblast differentiation in wound healing and fibrosis. International review of cytology, 257, 143-79.

Darinskas et.al Stromal Vascular Fraction cell for the treatment of critical limb ischemia 2017

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2013, Riset kesehatan dasar, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Fonny Josh,Hiroshi Mizuno J 2012 Fetal bovine serum substitute : Implication for their use in translating Adipose- derived stem cell from bench to bedside ( Review)

Page 67: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

55

Fonny Josh,Morikuni Tobita ,Rica Tanaka,Hakan orbay,Kasumi Ogata,Koji Suzuki,Hiko Hyakusoko and Hirozi Minzo 2013 cocentration of PDGF AB,BB and TGF β1 as valuable human serum parameters in adipose –derived stem cell proliferation)

Flanagan , v. 2005. Wound healing and its impairment in the diabetic foot. Lancet, 366(9498) 1736-43.

Greene, RM, Johnson B, O’Grady K, Toriumi DM. 2009. Blood Products in wound healing. in: Friedman CD, Gosain AK, Hom DB, Hebda PA. (editors). Essential tissue healing of the face and neck. Shelton, Connecticut: BC Decker Inc.

Jaewoo Pak, Jung Hun Lee 2017 Current use of autologous adipose tissue – derived stromal vascular fraction cell for orthopedic aplications.

Kalaszczynska, I. & Ferdyn, K., 2015. Wharton ’ s Jelly Derived Mesenchymal Stem Cells: Future of Regenerative Medicine? Recent Findings and Clinical Significance. BioMed Research International.

Ryan a.Lockhart : tissue dissociation enzymes for adipose stromal vascular fraction isolation : A review 2015)

Li, j., Chen, j., & kirsner, R. 2007. Pathophysiology of acute wound healing. Clinics in dermatology, 25(1), 9-18.

Loots, M. 2002. Fibroblast derived from chronic diabetec ulcer differ in their response to stimulation with EGF, IGF-I, bFGF and PDGF-AB compared to controls. European journal of cell biology, 81(3), 153-160.

Nagaoka, T., Kaburagi, Y., Hamaguchi, Y., Hasegawa, M., Takehara, K., Steeber, D.A. et al., 2000. Delayed Wound Healing in the Absence of Intercellular Adhesion Molecule-1 or L-Selectin Expression. Am J Pathol, 157(1).

Nan, W., Liu, R., Chen, H., Xu, Z., Wang, M., Yuan, Z. et al., 2015. Umbilical Cord Mesenchymal Stem Cells Combined With a Collagen-fibrin Double-layered Membrane Accelerates Wound Healing. Wounds, 27(5),

Sorg, J. M. R. H 2012. Wound repair and regeneration. European Surgical Research, 49, 35-43.

Vina Tantaway,pawan bhambani,ashok nagla,piyush mantry,raj sharma,pankaj mehto,swati bansal : Autologus grafting of non

Page 68: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

56

manipulated freshly isolated-adipose tissue derived stromal vascular fraction in single surgical sitting for treatment of knee osteoarthritis.

Woo, K.Y. 2008. The biology of chronic foot ulcers in persons with diabetes. Diabetes metabolism research and reviews. 25-30.

Yefta Moenadjat, dkk. 2018. : Luka Bakar, Edisi I, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Young, A., & McNaught, C.E. 2011. The physiology of wound healing. Surgery (oxford), 29(10, 475-479.

Page 69: MUHAMMAD RIVAI HAMZAH P1507212095 - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTc... · dermal dengan perawatan moist standar pada hari Ke

57