TUGAS AKHIR STUDI PENGARUH WAKTU PEMERAMAN BAKTERI...
-
Upload
vuongkhuong -
Category
Documents
-
view
230 -
download
0
Transcript of TUGAS AKHIR STUDI PENGARUH WAKTU PEMERAMAN BAKTERI...
TUGAS AKHIR
STUDI PENGARUH WAKTU PEMERAMAN
BAKTERI BACILLUS SUBTILIS TERHADAP NILAI CBR
DISUSUN OLEH:
SEPTIAN Dlll 13 318
JURUSAN SIP IL
FAKULT AS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
2018
STUDI PENGARUH WAKTU PEMERAMAN BAKTERI BACILLUS
SUBTILIS TERHADAP NILAI CBR
Septian
D111 13 318
Mahasiswa S1 Jurusan Sipil
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jl. Poros Malino Km. 7
Kampus Gowa, Gowa 92171, Sul-Sel
Email: [email protected]
Dr.Eng. Tri Harianto, S.T., M.T. Ir. H. Achmad Bakri Muhiddin, M.Sc. Ph.D Pembimbing I Pembimbing II
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Poros Malino Km. 7 Jl. Poros Malino Km. 7
Kampus Gowa Kampus Gowa Gowa 92171, Sul-Sel Gowa 92171, Sul-Sel
ABSTRAK
Salah satu metode yang baik dan ramah lingkungan dalam menstabilisasi tanah ialah
dengan mikroorganisme. Mikroorganisme yang digunakan merupakan bakteri yang
mudah didapatkan yaitu Bacillus Subtillis. Tugas akhir ini membahas tentang tindakan
stabilisasi tanah pada tanah lempung dengan bahan tambah yaitu bakteri Bacillus
Subtillis. Karakteristik tanah yang diteliti ialah karakteristik mekanik dengan
melakukan pengujian CBR (California Bearing Ratio). Metode pelaksanaanya ialah
melakukan pengujian karakterisktik fisis tanah asli yang telah diambil pada lokasi.
Kemudian melakukan pemeriksaan karakteristik fisik dan pengujian CBR pada tanah
asli. Tanah lunak dicampurkan dengan bakteri dengan variasi waktu kultur (umur)
bakteri dengan variasi persentase larutan bakteri yang setelah itu juga diperam dengan
variasi waktu berbeda beda. Variasi kultur bakteri 1,5 hari (fase permulaan), 3 hari
(stasioner), 6 hari (fase kematian) dengan persentase 2%, 4%, 6%, 8%, dan 10% larutan
bakteri dengan waktu pemeraman 7 dan 28 hari. Hasil analisis yang diperoleh ialah
nilai CBR dari tanah lunak yang dicampurkan dengan bakteri Bacillus Subtllis
mengalami peningkatan secara kontinu. Komposisi optimum yang diperoleh untuk
menstabilkan sampel tanah lunak hingga mencapai nilai CBR sebesar 72.23 % pada
penambahan 6% bakteri kultur 6 hari dengan masa pemeraman 28 hari (8 kali lebih
besar dari nilai CBR tanah fasli tanpa campuran).
Kata Kunci: Stabilisasi tanah dengan mikroorganisme, tanah lunak, Bacillus Subtillis,
Kultur Bakteri, pengujian CBR.
Septian
D111 13 318
Mahasiswa S1 Jurusan Sipil
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jl. Poros Malino Km. 7
Kampus Gowa, Gowa 92171, Sul-Sel
Email: [email protected]
Dr.Eng. Tri Harianto, S.T., M.T. Ir. H. Achmad Bakri Muhiddin, M.Sc. Ph.D Pembimbing I Pembimbing II
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Poros Malino Km. 7 Jl. Poros Malino Km. 7
Kampus Gowa Kampus Gowa Gowa 92171, Sul-Sel Gowa 92171, Sul-Sel
ABSTRACT
One of good and environmentally friendly method to stabilize soil is with
microorganism. This final task discuss about soft soil stabilization with additive,
Bacillus Subtilis. Soil Characteristic which is investigated is mechanical characteristic
by doing CBR (California Bearing Ratio) test. The implementation method is by
performing soil properties test with the undisturbed sample. And then perform CBR
test and other physical testing method with the undisturbed sample. The undisturbed
sample then mixed with the bacteria in variation of bacterial culture time and
percentage amount variation of bacterial. Bacterial culture time, varies from 1,5 days
(initiation phase), 3 days (stationer phase), and 6 days (phase of decline) and the
amount of bacteria varies from 2%, 4%, 6%, 8%, and 10% with the sample curing time,
7 and 28 days. Based on analysis result, obtained the CBR value of the soil that have
been mixed with Bacillus Subtilis increased continuously. Also the optimum
composition which reach the highest CBR value, 72,23%, is by mixing 6% of 6 days
cultured bacteria with 28 days of curing (8 times bigger than the CBR value of
undisturbed sample)
Keywords: Soil Stabilization with microorganism, soft soil, Bacillus Subtillis, Bacteria
culture, CBR Test. increased, optimum.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena Rahmat dan
KaruniaNya-lah Penulis dapat sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian dan penulisan tugas akhir yang berjudul "STUDI PENGARUH
WAKTU PEMERAMAN BAKTERI BACILLUS SUBTILIS TERHADAP
NILAI CBR TANAH'', sebagai salah satu persyaratan untuk penyelesaian
studi pada Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
Penulis menyadari bahwa penelitian dan penulisan tugas akhir ini
tidak dapat terselesaikan tanpa adanya bantuan dan dukungan yang begitu
besarnya dari berbagai pihak. Sehingga pada kesempatan ini
perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Allah SWT, atas segala nikmat dan hidayah-Nya, Tuhan Semesta
Alam yang senantiasa beri petunjuk, sang penggenggam hati yang
senantiasa memberikan kekuatan dengan pertolongan-Nya.
2. Orang tua tercinta, Haeruddin dan Budiati untuk semua cinta kasih
yang selalu dilimpahkan, setiap waktu dan tenaga untuk mendoakan
dan menasihati, dan senantiasa memenuhi segala kebutuhan yang
dibutuhkan penulis dalam bentuk materiil dan nonmateriil.
Terimakasih untuk segalanya yang tidak akan pernah mampu
ananda balas.
3. Bapak Dr.Eng. Tri Harianto, S.T, M.T selaku dosen pembimbing
I, Bapak Ir. H. Bakri Muhiddin, M.Sc., Ph.D selaku dosen
pembimbing II yang senantiasa sabar dalam menuntun penulis
dalam mengerjakan tugas akhir ini dari awal hingga tahap
pemaparan hasil penelitian.
4. Siti Faoziah Iskandar Alam sebagai teman seperjuangan,
terimakasih untuk segala pertolongan, semangat, dukungan dan
vi
segalanya yang telah diberikan sehingga dapat menyelesaikan
penelitian bersama-sama.
5. Mahasiswa(i) KKD Geoteknik (S1, S2, S3), utamanya Ibu Hasriana
ST.,MT. Terimakasih untuk semuanya tanpa terkecuali dalam
setiap doa yang dipanjatkan, dan segala hal yang telah
dibagikam kepada penulis.
6. Asisten dan laboran Mektan utamanya Kak Zainal dan Kak Kahar.
Terimakasih untuk setiap cerita yang tidak sempat diungkapkan
satu persatu disini. Terimakasih untuk semua dukungan yang
diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir.
7. Semua dosen dan pegawai Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin. Para dosen, staff, dan laboran di Jurusan
Sipil Politeknik Negeri Ujung Pandang. Kakak-kakak senior dan
adik-adik junior. Terimakasih untuk setiap bantuan dan kerjasama
selama penulis menyelesaikan Tugas Akhir ini.
8. Terimakasih untuk Made Dharma, Panji Reski, Fadhilah Afifah,
Chika Geofeny, Eka Putri, Masita Hasan, Megasari, Yusuf Faksi,
Julian Marchel, Ponco Budianto Shine Aulinez Pabendon, Muh.
Firmansyah Agus Saputra atas do’a dan dukungan moril yang
kalian berikan.
9. Teman-teman IWB yang selalu memberi dukungan moril untuk
selalu semangat dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu
karena begitu banyaknya bantuan, dukungan dan doa yang
diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan
dan kekeliruan dalam penyusunan laporan ini. Sehingga penulis akan
sangat berterima kasih atas setiap koreksi, saran, masukan maupun
petunjuk yang bersifat konstruktif untuk kelanjutan penyusunan yang jauh
lebih baik.
vii
Akhir kata penulis berharap dengan selesainya penulisan dan
penyusunan tugas akhir ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya bagi peningkatan ilmu pengetahuan semua pembaca, khususnya
dalam bidang geoteknik dan bagi pembangunan dunia ketekniksipilan
secara umum.
Gowa, November 2017
Penulis
iii
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... ii
ABSTRAK .................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... x
DAFTAR TABEL......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... I-1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... I-3
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian................................................... I-3
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... I-4
1.5 Batasan Masalah ........................................................................ I-4
1.6 Sistematika Penelitian ................................................................ I-6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanah ........................................................................................ II-1
2.1.1 Klasifikasi Tanah ............................................................. II-7
2.2 Bakteri Bacillus Subtilis ............................................................ II-9
2.2.1 Sifat dan Morfologi .......................................................... II-9
2.2.2 Kurva Pertumbuhan Mikroorganisme ............................. II-10
2.2.3 Pengaruh Bakteri Dalam Menstabilisasi Tanah ............... II-15
2.3 Stabilisasi Tanah…………………………..…….……… ......... II-16
BAB III. METODOLOGI
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... III-1
ix
3.2 Penyiapan Bahan dan Alat ......................................................... III-1
3.3 Pekerjaan Laboratorium ............................................................ III-3
3.3.1 Pembuatan Larutan Bakteri Bacillus Subtilis ................. III-4
3.3.2 Pengujian Sifat Fisik dan Mekanis Tanah Asli ................ III-7
3.3.3 Pencampuran Sampel Tanah Asli dengan Larutan
Bakteri Bacillus Subtilis ................................................. III-13
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pemeriksaan Karakteristik Dasar Sampel Tanah Asli ........ IV-1
4.2 Klasifikasi Tanah Asli................................................................ IV-3
4.3 Hasil Pemeriksaan Karakteristik Mekanik Tanah Asli .............. IV-4
4.4 Hasil dan Pembahasan Pengujian CBR pada Sampe Campuran IV-4
BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan .............................................................................. V-1
5.2. Saran ........................................................................................ V-2
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. XIV
LAMPIRAN .................................................................................................. XV
x
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 2.1 Jenis-jenis Tanah Berdasarkan Klasifikasi USDA .............. II-5
GAMBAR 2.2 Klasifikasi Tanah Berdasarkan USCS ................................. II-8
GAMBAR 2.3 Bentuk Bakteri Bacillus Subtilis jika dilihat menggunakan
mikroskop ............................................................................. II-9
GAMBAR 2.4 Fase Pertumbuhan Sel Bakteri Bacillus Subtilis .................. II-11
GAMBAR 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel Tanah di Takalar ................... III-2
GAMBAR 3.2 Sektsa Alat Pengujian CBR Laboratorium ........................... III-3
GAMBAR 3.3 Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam membuat
larutan Bakteri Bacillus Subtilis ........................................... III-5
GAMBAR 4.1 Grafik Hubungan Kadar Air – Berat Isi Kering Tanah Asli . IV-4
GAMBAR 4.2 Grafik Hubungan Beban dan Penurunan Tanah Asli ............ IV-5
GAMBAR 4.3 Grafik Hubungan Penetrasi – Beban CBR Umur 7 Hari
Sampel Campuran Tanah Asli dan Larutan Bakteri
Bacillus Subtilis Kultur 1.5 Hari ......................................... IV-6
GAMBAR 4.4 Grafik Hubungan Penetrasi – Beban CBR Umur 28 Hari
Sampel Campuran Tanah Asli dan Larutan Bakteri
Bacillus Subtilis Kultur 1.5 Hari ......................................... IV-7
GAMBAR 4.5 Grafik Hubungan Penetrasi – Beban CBR Umur 7 Hari
Sampel Campuran Tanah Asli dan Larutan Bakteri
Bacillus Subtilis Kultur 3 Hari ............................................ IV-9
GAMBAR 4.6 Grafik Hubungan Penetrasi – Beban CBR Umur 28 Hari
Sampel Campuran Tanah Asli dan Larutan Bakteri
Bacillus Subtilis Kultur 3 Hari ............................................ IV-10
GAMBAR 4.7 Grafik Hubungan Penetrasi – Beban CBR Umur 7 Hari
Sampel Campuran Tanah Asli dan Larutan Bakteri
Bacillus Subtilis Kultur 6 Hari ............................................ IV-12
xi
GAMBAR 4.8 Grafik Hubungan Penetrasi – Beban CBR Umur 28 Hari
Sampel Campuran Tanah Asli dan Larutan Bakteri
Bacillus Subtilis Kultur 6 Hari ............................................ IV-13
GAMBAR 4.9 Grafik Hubungan Nilai CBR – Waktu Kultur Bakteri.......... IV-15
GAMBAR 4.10 Grafik Hubungan Nilai CBR – Jumlah Penambahan
Larutan Bakteri Bacillus Subtilis (Pemeraman Sampel 7
Hari)................................................................................. IV-17
GAMBAR 4.10 Grafik Hubungan Nilai CBR – Jumlah Penambahan
Larutan Bakteri Bacillus Subtilis (Pemeraman Sampel
28 Hari)............................................................................ IV-17
xii
DAFTAR TABEL
TABEL 2.1 Klasifikasi tanah untuk Lapisan Tanah Berdasarkan AASHTO II-7
TABEL 3.1 Sampel Pengujian untuk campuran tanah asli dengan larutan
Bakteri Bacillus Subtilis untuk pengujian CBR (California
Bearing Ratio) ........................................................................... III-13
TABEL 4.1 Rekapitulasi Hasil Pemeriksaan Karakteristik Dasar Tanah
Asli ............................................................................................ IV-1
TABEL 4.2 Nilai CBR Tanah Asli................................................................ IV-5
TABEL 4.3 Rekapitulasi Nilai CBR (56x Tumbukan) Sampel Campuran
Tanah Asli Dengan Larutan Bakteri Bacillus Subtilis Kultur
1.5 Hari ..................................................................................... IV-8
TABEL 4.4 Rekapitulasi Nilai CBR (56x Tumbukan) Sampel Campuran
Tanah Asli Dengan Larutan Bakteri Bacillus Subtilis Kultur
3 Hari ........................................................................................ IV-11
TABEL 4.5 Rekapitulasi Nilai CBR (56x Tumbukan) Sampel Campuran
Tanah Asli Dengan Larutan Bakteri Bacillus Subtilis Kultur
6 Hari ........................................................................................ IV-14
TABEL 4.6 Rekapitulasi Nilai CBR (56x Tumbukan) maksimum dari
Masing-masing Variasi Kultur Bakteri Bacillus Subtilis .......... IV-15
TABEL 4.7 Rekapitulasi Nilai CBR (56x Tumbukan) maksimum dari
Masing-masing Variasi Kultur Bakteri Bacillus Subtilis .......... IV-16
TABEL 4.8 Rekapitulasi Nilai CBR (56x Tumbukan) maksimum dari
Masing-masing Variasi Kultur Bakteri Bacillus Subtilis .......... IV-16
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Dokumentasi
I - 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam bidang teknik sipil tanah mempunyai peranan yang sangat penting
yaitu sebagai pendukung kekuatan suatu struktur, salah satunya sebagai pendukung
struktur jalan. Tetapi, tidak semua jenis tanah mempunyai sifat yang selalu sama.
Setiap tanah mempunyai sifat-sifat teknis yang sangat bervariasi karena
dipengaruhi oleh keadaan geografis suatu tempat. Ada tanah yang memiliki
kekuatan dukung yang baik dan ada pula yang memiliki kekuatan yang kurang baik.
Pada konstruksi jalan, perencanaan tanah sebagai subgrade jalan sangat
penting. Jalan memegang peranan yang sangat penting untuk memperlancar
mobilisasi barang dan jasa, serta mempercepat komunikasi antar wilayah. Agar
jalan dapat berfungsi sesuai dengan harapan, perlu diperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi fungsi pelayanan konstruksi tersebut, antara lain sifat tanah dasar
dimana perkerasan jalan diletakkan di atasnya.
Ada beragam jenis tanah dengan karakteristik yang beragam pula.
Karakteristik tanah yang dominan menentukan jenis tanah itu sendiri. Tanah di
alam terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau tanpa kandungan
bahan organik. Butiran tanah yang tercampur dengan lapukan atau sisa-sisa
tanaman atau hewan disebut tanah organik atau tanah humus. Tanah organik
merupakan salah satu jenis tanah dengan kondisi yang buruk. Tanah organik
memiliki kuat geser yang kecil, dan kompresibilitas tinggi. Tanah organik juga
I - 2
memiliki kadar air yang cukup tinggi. Jenis tanah lunak seperti ini paling jarang
digunakan untuk dasar konstruksi karena tidak aman.
Perilaku tanah lunak tersebut kurang menguntungkan para insinyur sipil
sehingga banyak usaha yang telah dilakukan untuk memperbaikinya. Dibutuhkan
usaha-usaha perbaikan tanah agar tanah lunak dapat dijadikan dasar konstruksi
yang baik. Perbaikan tanah dapat dilakukan dengan meningkatkan kerapatan tanah
sehingga nilai kohesi tanah atau sudut geser meningkat, menambah bahan yang
menyebabkan perubahan kimiawi atau fisis tanah, dan menurunkan muka air tanah.
Ketika berhadapan dengan tanah lunak yang akan digunakan sebagai dasar suatu
konstruksi biasanya dilakukan penggalian tanah dan mengganti dengan tanah yang
memiliki sifat yang lebih baik. Tetapi metode tersebut membutuhkan lahan
panumpukan galian yang luas di tengah-tengah proses pembangunan yang semakin
berkembang sehingga dapat saja dipastikan lahan sangat dimanfaatkan untuk
pembangunan. Oleh karena itu mulai dipikirkan berbagai metode perbaikan agar
tanah lunak dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembangunan. Metode stabilisasi
pada tanah lunak ini sudah ada yang melakukan dengan pencampuran bahan
kimiawi, dan pada tugas akhir ini stabilisasi tanah lunak dilakukan dengan cara
biologis yaitu dengan pencampuran mikroorganisme.
Salah satu mikroorganisme yang paling baik dalam proses stabilisasi tanah
ialah bakteri Bacillus Subtilis. Bakteri Bacillus Subtilis tersebut diyakini dapat
memperbaiki karakteristik tanah sehingga sesuai dengan penggunaan tanah yang
dikehendaki (misalkan untuk meningkatkan kekuatan tanah pondasi bangunan,
stabilisasi subgrade di bawah jalan raya, pembuatan tanggul, dan lain-lain).
I - 3
Penggunaan bahan tambah biologis pada tanah sebagai bahan stabilisasi sudah
mulai dilakukan di Indonesia, alternatif bahan tambah ini tidak merusak lingkungan
seperti bahan kimia selain itu mikroorganisme yang digunakan adalah
mikroorganisme yang hidup di Indonesia.
Sebelumnya sudah ada beberapa penelitian mengenai stabilisasi tanah lunak
dengan menggunakan bakteri Bacillus Subtilis seperti misalnya penelitian dari
Dr.Eng. Tri Harianto, ST. MT. dimana beliau melakukan penelitian tentang
bagaimana pengaruh penambahan bakteri ini terhadap lempung berpasir yang
diambil dari dasar laut. Kemudian Vera, dkk. Yang juga meneliti mengenai
karakteristik mekanis tanah yang terstabilisasi bakteri Bacillus Subtilis. Dan
berdasarkan hasil penelitian tersebut memang karakteristik mekanik tanah
meningkat dengan ditambahkannya bakteri Bacillus Subtilis kedalam campuran
tanah. Sehingga dengan keuntungan tersebut maka digunakanlah bakteri Bacillus
Subtilis sebagai bahan stabilisasi tanah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik fisis dan mekanis tanah asli?
2. Bagaimana pengaruh waktu pemeraman (kultur) larutan bakteri Bacillus
Subtilis terhadap peningkatan nilai CBR tanah yang distabilisasi?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1. Untuk mempelajari karakteristik fisis dan mekanis tanah asli.
I - 4
2. Untuk mempelajari pengaruh waktu pemeraman (kultur) larutan Bakteri
Bacillus Subtilis terhadap peningkatan nilai CBR tanah yang distabilisasi.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Untuk mengetahui karakteristik fisis dan mekanis dari tanah asli yang akan
distabilisasi
2. Untuk mengetahui pengaruh waktu pemeraman (kultur) larutan Bakteri
Bacillus Subtilis terhadap nilai CBR tanah yang distabilisasi.
3. Untuk mengetahui salah satu alternatif bahan stabilisasi untuk tanah lunak
1.5 Batasan Penelitian
Dalam penelitian ini dilakukan pembatasan permasalahan, yaitu:
1. Tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah lunak.
2. Penelitian hanya meneliti sifat-sifat fisis dan mekanis tanah.
3. Sifat-sifat fisis dan mekanis tanah yang dianalisis adalah:
Pemeriksaan Kadar Air
Pemeriksaan Berat Jenis Spesifik
Pemeriksaan Batas-batas Atterberg
Analisa Ukuran Butir
Pengujian Pemadatan (Kompaksi)
Pengujian CBR (California Bearing Ratio)
4. Bahan stabilisasi yang digunakan adalah bakteri Bacillus Subtilis yang
diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas
Hasanuddin
I - 5
5. Variasi persentase larutan bakteri Bacillus Subtilis
Bacillus Subtilis kultur 1.5 hari
a. Tanah lunak + 2% larutan bakteri Bacillus Subtilis
b. Tanah lunak + 4% larutan bakteri Bacillus Subtilis
c. Tanah lunak + 6% larutan bakteri Bacillus Subtilis
d. Tanah lunak + 8% larutan bakteri Bacillus Subtilis
e. Tanah lunak + 10% larutan bakteri Bacillus Subtilis
Bacillus Subtilis kultur 3 hari
a. Tanah lunak + 2% larutan bakteri Bacillus Subtilis
b. Tanah lunak + 4% larutan bakteri Bacillus Subtilis
c. Tanah lunak + 6% larutan bakteri Bacillus Subtilis
d. Tanah lunak + 8% larutan bakteri Bacillus Subtilis
e. Tanah lunak + 10% larutan bakteri Bacillus Subtilis
Bacillus Subtilis kultur 6 hari
a. Tanah lunak + 2% larutan bakteri Bacillus Subtilis
b. Tanah lunak + 4% larutan bakteri Bacillus Subtilis
c. Tanah lunak + 6% larutan bakteri Bacillus Subtilis
d. Tanah lunak + 8% larutan bakteri Bacillus Subtilis
e. Tanah lunak + 10% larutan bakteri Bacillus Subtilis
Dengan masa pemeraman sampel 7 dan 28 hari.
I - 6
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tugas akhir ini tersusun dalam lima bab, yaitu sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, maksud dan
tujuan penelitian, manfaat penelitian, manfaat penelitian,
batasan penelitian serta sistematika penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi teori-teori dan tinjauan umum yang digunakan untuk
menjadi rujukan pada penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Menguraikan tahap demi tahap prosedur pelaksanaan
penelitian serta pengolahan data hasil penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berisi tentang data-data hasil penelitian yaitu analisa data, hasil
analisis serta pembahasannya.
BAB V PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran.
II - 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanah
“Soil” (tanah) berasal dari bahasa italia yaitu “solium” yang menurut kamus
Webster berarti lapisan bumi yang mungkin digali atau dibajak, terutama bahan
permukaan lepas bumi di mana tanam-tanaman dapat tumbuh.
Tanah terbentuk dari terjadinya pelapukan batuan menjadi partikel-partikel yang
lebih kecil akibat proses mekanis dan kimia. Pelapukan mekanis disebabkan oleh
memuai dan menyusutnya batuan akibat perubahan panas dan dingin yang terus
menerus yang akhirnya menyebabkan hancurnya batuan tesebut. Ketiga bagian
yang membentuk tanah yaitu udara, air, dan partikel-partikel tanah itu sendiri
akan membentuk suatu gumpalan yang mempunyai massa total tanah.
Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-
mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dari
bahan-bahan organik yang telah melapuk disertai dengan zat cair dan zat gas
yang mengisi ruang-ruang kosong di antara partikel-partikel padat.
Tanah merupakan agregasi dari partikel yang dapat berkisar sangat lebar dalam
ukuran. Partikel ini adalah hasil dari pelapukan mekanik dan kimia batuan.
Beberapa partikel ini diberikan nama khusus sesuai dengan ukurannya, seperti
kerikil, pasir, lumpur, tanah liat, dan lain lain.
Dikutip dari buku Bowles, tanah adalah campuran partikel-partikel yang terdiri
dari salah satu atau seluruh jenis berikut:
II - 2
1. Berangkal (boulders), merupakan potongan batu yang besar, biasanya lebih besar
dari 250 mm sampai 300 mm. untuk kisaran antara 150 mm sampai 250 mm,
fragmen batuan ini disebut kerakal (cobbles).
2. Kerikil (gravel), partikel batuan yang berukuran 5 mm sampai 150 mm.
3. Pasir (sand), partikel batuan yang berukuran 0.074 mm sampai 5 mm, berkisar
dari kasar (3-5 mm) sampai halus (kurang dari 1 mm).
4. Lanau (silt), partikel batuan berukuran dari 0.002 mm sampai 0.074 mm. Lanau
dan lempung dalam jumlah besar ditemukan dalam deposit yang disedimentasi
ke dalam danau atau di dekat garis pantai pada muara sungai.
5. Lempung (clay), partikel mineral yang berukuran lebih kecil dari 0.002 mm.
Partikel-partikel ini merupakan sumber utama dari kohesi pada tanah yang
kohesif.
6. Koloid (colloids), partikel mineral yang “diam” yang berukuran lebih kecil dari
0.001 mm.
Tanah terbentuk dari terjadinya pelapukan batuan menjadi partikel-partikel yang
lebih kecil akibat proses mekanis dan kimia. Pelapukan mekanis disebabkan oleh
memuai dan menyusutnya batuan akibat perubahan panas dan dingin yang terus
menerus yang akhirnya menyebabkan hancurnya batuan tersebut. Ketiga bagian
yang membentuk tanah, yaitu udara, air, dan partikel-partikel tanah itu sendiri
akan mlembentuk suatu gumpalan yang mempunyai massa total tanah.
II - 3
2.1.1 Klasifikasi Tanah
Maksud dilakukannya klasifikasi tanah secara umum adalah
pengelompokan berbagai jenis tanah dalam kelompok yang sesuai dengn sifat
teknik dan karakteristiknya.
System klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jens
tanah yang berbeda-beda lapisan mempunyai sifat yang serupa ke dalam
kelompok-kelompok dan sub kelompok berdasarkan pemakaiannya (Braja M
Das, 1995).
System klasifikasi tanah dimaksudkan untuk menentukan dan
mengidentifikasi tanah dengan cara sistematis guna menentukan kesesuaian
terhadap pemakaian tertentu dan juga berguna untuk menyampaikan informasi
mengenai kondisi tanah dari suatu daerah ke daerah lain dalam bentuk suatu
data daasar. Klasifikais tanah juga berfungsi untuk studi yang lebih terperinci
mengenai keadaaan tanah tersebut serta kebutuhan akan pengujian untuk
menentukan sifat teknis seperti karakteristik pemadatan, kekuatan tanah, berat
isi, dan sebagainya.
Sistem klasifikasi tanah yang dikembangkan untuk tujuan rekayasa
umumnya didasarkan pada sifat-sifat indeks tanah yang sederhana seperti
gradasi butiran tanah dan nilai-nilai batas Atterberg sebagai petunjuk kondisi
plastisitas tanah, hal ini dikarenakan tanah tidak tersementasi, sehingga
partikel-partikel tanah mudah untuk dipisah-pisahkan secara mekanik.
Adapun system klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Klasifikasi Berdasarkan Tekstur dan Ukuran
II - 4
Tekstur tanah dipengaruhi oleh ukuran tiap-tiap butir yang ada dalam
tanah. Pada umumnya tanah asli merupakan campuran dari butir-butir
yang mempunyai ukuran berbeda-beda. System ini relative sederhana
karena hanya didasarkan pada distribusi ukuran tanah saja, tetapi tidak
menunjukkan sifat-sifat tanah yang penting.
System klasifikasi tanah berdasarkan tekstur dikembangkan oleh
Departemen Pertanian Amerika dan klasifikasi internasional yang
dikembangkan oleh Atterberg. Tekstur tanah dipengaruhi oleh ukuran
tiap-tiap butir yang ada dalam tanah. Pada umumnya tanah asli merupakan
campuran dari butir-butir yang mempunyai ukuran yang berbeda-beda.
Sistem ini relatif sederhana karena hanya didasarkan pada system
distribusi ukuran tanah yang membagi tanah dalam beberapa kelompok,
yaitu:
Pasir : Butiran dengan diameter 2.0 – 0.06 mm.
Lanau : Butiran dengan diameter 0.06 – 0.002 mm.
Lempung : Butiran dengan diameter lebih kecil dari 0.002 mm.
II - 5
Gambar 2.1. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Tekstur oleh Departemen
Pertanian Amerika Serikat (USDA)
2. Sistem Klasifikasi AASHTO
Sistem ini dikembangkan pada tahun 1929 sebagai Public Road
Administration Classification System. Sistem ini telah mengalami
beberapa perbaikan, yang berlaku saat ini adalah yang diajukan oleh
Committee on Classification of Material for Subgrade and Granular Type
Road of Highway Research Board dalam tahun 1945 (ASTM Standart No.
D-3282, AASHTO model M145).
Dalam system ini tanah dikelompokkan menjadi tujuh kelompok besar
yaitu A-1 sampai dengan A-7. Tanah yang termask dalam golonga A-1, A-
2. Dan A-3 termasuk dalam tanah berbutir dimana 35% atau kurang dari
jumlah tanah yang lolos ayakan No. 200. Sedangkan tanah yang masuk
II - 6
dalam golongan A-4, A-5, A-6, dan A-7 adalah tanah lempung atau lanau.
A-8 adalah kelompok tanah organik yang bersifat tidak stabil sebagai
lapisan struktur jalan raya, maka revisi terakhir oleh AASHTO diabaikan
(Sukirman, 1992)
Sistem klasifikasi ini didasarkan pada kriteria dibawah ini:
a. Ukuran butiran
Kerikil adalah bagian tanah yang lolos ayakan diameter 75 mm dan
tertahan pada ayakan No. 200. Pasir adalah tanah yang lolos ayakan
No.10 (2 mm) dan tertahan ayakan No. 200 (0.075 mm). Lanau dan
lempung adalah yang lolos ayakan No. 200.
b. Plasitisitas
Tanah berlanau mempunyai indeks plastis sebesar 10 atau kurang.
Tanah berlempung bila indeks plastisnya 11 atau lebih.
c. Bila dalam contoh tanah yang akan diklasifikasikan terdapat batuan
yang ukurannya lebih besar dari 75 mm, maka batuan tersebut harus
dikeluarkan dahulu tetapi persentasenya tetap dicatat.
II - 7
Tabel 2.1 Jenis tanah berdasarkan klasifikasi AASHTO
3. Sistem Klasifikasi Unified (USCS)
Sistem klasifikasi Unified pada mulanya diperkenalkan oleh Prof. Arthur
Cassagrande pada tahun 1942 untuk dipergunakan pada pekerjaan
pembuatan lapangan terbang selama Perang Dunia II. Sistem ini
disempurnakan oleh United Bureau of Reclamation pada tahun 1952.
Sistem ini mengelompokkan tanah ke dalam tiga kelompok besar, yaitu:
II - 8
1. Tanah berbutir kasar (Coarse-Grained-Soil), yaitu tanah kerikil dan
pasir dimana kurang dari 50% berat total contoh tanah lolos ayakan
No. 200.
2. Tanah berbutir halus (Fine-Grained-Soil), yaitu tanah dimana lebih
dari 50% berat total contoh tanah lolos ayakan 50%.
3. Tanah organik yang dapat dikenal dari warna, bau, dan sisa tumbuh-
tumbuhan yang terkandung didalamnya.
Pada sistem klasifikasi Unified ini factor-faktor yang perlu diperhatikan
dalam pengklasifikasian antara lain:
1. Persentase butiran yang lolos ayakan No. 200 (ini adalah fraksi halus)
2. Persentase fraksi kasar yang lolos ayakan No. 20.
3. Koefisien keseragaman (Cu) dan koefisien gradasi (cc).
4. Batas cair (LL) dan indeks plastisitas (IP)
Gambar 2.2 Sistem Klasifikasi Tanah Menurut USCS
II - 9
2.2 Bakteri Bacillus Subtilis
Bakteri yang berperan dalam pembusukan daging, salah satunya yaitu
bakteri Bacillus Subtilis. Bakteri ini memiliki karakter-karakter tertentu dan
spesifik.
Gambar 2.3 Bentuk Bakteri Bacillus Subtilis jika dilihat menggunakan
mikroskop.
Berikut adalah klasifikasi Bacillus Subtilis:
Kingdom : Procaryorae
Divisi : Firmicutes
Kelas : Schizomycetes
Bangsa (Ordo) : EubacteriaIes
Suku (Familia) : Bacillaceae
Marga (Genus) : Bacillus
Jenis (Spcsies) : Baciilus Subtilis
II - 10
2.2.1 Sifat dan Morfologi
Bacillus Subtilis merupakan bakieri berbentuk barang berukuran 0.5 –
2.5 x 1.2 - 10 mikron, tersusun dalam sepasang atau bentuk rantai, dimana
silika meliputi seluruh permukaan sel. Dalam kondisi krisis marnpu
membentuk spora. Dapat tumbuh pada suhu maksimum 25 - 75 °C. Dapat
ditemukan di udara, air, tanah, bulu binatang, dan bangkai, pH optimum
tumbuh 5.5 – 8.5 (Buchanan dan Gibbons. 1975). Selanjutnya Brock et al.
(1994) mengatakan bahwa Bacillus mampu memproduksi enzim hydrolytic
untuk memecah polisakarida asam nukleat. dan lemak yang memungkinkan
organisme menggunakannya sebagai sumber karbon dan elekrron. Selain itu
bakteri genus Bacillus juga meugandung enzim protease, lipase, amilase, dan
sellulose.
Menurut Rao (1994), bakteri genus Bacillus termasuk bakteri pengurai
dan mampu memanfaatkan komponen bahan organik yang berbeda-beda
sepeni selulosa. Semiselulosa, tepung, pectin, khitin, protein dan asam
nukleat. Selanjutnya dijelaskan bahwa Bacillus termasuk bakteri denitrifikasi.
juga tergolong bakteri amonifikasi mampu mengurai penumpukan senyawa
nitrogen. Berdasarkan hasil Laboratoriurn Mikro oleh Sri pada Juli 2003,
karakteristik biokimia 8. Subtilis menunjukkan bahwa bakteri ini mampu
mengurai bahan organik dan mampu memproduksi enzim eurase.
2.2.2 Kurva Pertumbuhan Mikroorganisme
Analisis sel dengan spektrofotometer merupakan metode analisis sel
yang didasarkan oleh pengukuran sinar monokromatis oleh suatu larutan
II - 11
berwarna dengan panjang gelombang tertentu. Spektrofotometer merupakan
suatu alat yang dgunakan untuk mengukur transmitansi dan absorbansi suatu
larutan sampel. Teknik analisis spektrofotometer berdasarkan atas interaksi
radiasi elektromagnetik dengan komponen atom atau molekul yang
menghasilkan fenomena yang dipakai sebagai parameter analisisnya. Dalam
melakukan analisis sel dengan perangkat spektrofotometer, terdapat dua jenis
analis yang digunakan, yaitu Optical Density (OD) dan absorbansi. Besarnya
sinar diserap larutan disebut Optical Density (OD) atau nilai Absorbansi
(Suyitno, 2008). Sebagian sinar yang tidak terserap merupakan sinar yang
dilewatkan (transmit), disebut nilai transmitan (Suyitno, 2008).
Ketika mikroba bertambah jumlahnya atau semakin besar ukurannya
dalam biakan cair, terjadi peningkatan kekeruhan dalam biakan. Kekeruhan
dapat disebut optical density (absorbsi cahaya, biasanya diukur pada panjang
gelombang 520 nm – 700 nm). Untuk mikroba tertentu, kurva standar dapat
memperlihatkan jumlah organisme/ml (ditentukan dengan metode hitungan
cawan) hingga pengukuran optical density (ditentukan dengan
spektrofotometer). Biasanya dinyatakan dalam persen (%) yaitu dari hasil
pembacaan alat spektrofotometer. Nilai absorbansi merupakan negatif dari log
transmitansinya; (OD [A] = - log T).
Apabila sejumlah sel mikroba (contoh: Bakteri) ditanam kedalarm
suatu medium baru, maka sel-sel bakteri tersebut tidak akan segera membelah
diri. Bila pada waktu-waktu tertentu jumlah populasi bakteri tersebut dihitung
dan hasilnya di-plot dalam grafik hubungan antara jumlah sel dengan waktu
II - 12
generasi (waktu yang dibutuhkan sampai populasi selnya menjadi dua kali
lipat), lazimnya jumlah populasi selnya dinyatakan dalam logaritrna jumlah.
Dari profil garis grafik penumbuhan set bakteri tersebut, dapat dikenal fase-
fase pertumbuhan populasi sel bakteri tersebut (Gambar 2.3)
Gambar 2 4 Fase-Fase Pertumbuhan Sel Bakteri
(Sumber: Prof. Natsir Djide, Sartini. “Dasar-dasar Mikrobiologi Lingkungan”)
Kurva yang menunjukkan logaritma dari kerapatan populasi sel. Titik
vertikal menunjukkan batas-batas setiap fase penumbuhan: 1.Fase permulaan.
2. Fase pertumbuhan dipercepat; 3.Fase logaritma; 4.Fase pertumbuhan rnulai
terharnbat; 5. Fase stasioner maksimum; 6. Fase kematian dipercepat; dan 7.
Fase kematian.
1. Fase Permulaan
Dikenal pula dengan initial phase atau lag phase atau laten phase.
Dalam fase ini bakteri belum mengadakan perbanyakan sel, bahkan sebagian
sel bakteri mati, hingga hanya sel yang kuat saja yang bertahan hidup. Ukuran
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10Per
tum
bu
han
Bak
teri
Waktu (Hari)
II - 13
sel membesar yang disebabkan oleh adanya pemasukan air imbibisi kedalam
sel. Secara teoritis, keadaan laten atau lag dari populasi bakteri ini diakibatkan
oleh pasokan metabolit yang tidak mencukupi, atau oleh tidak aktifnya suatu
enzim hingga keseluruhan merabolisme terhambat. Hal ini disebabkan oleh
keberadaan sel bakteri dalam lingkungan baru hingga sel harus menyesuaikan
diri dalarn lingkungan yang baru tersebut.
Disamping itu, secara khusus ada dua peristiwa lain yang memungkinkan
terjadinya fase ini, yaitu:
a. Fase lag yang terjadi karena pembentukan enzim induktif.
b. Fase lag yang terjadi karena germinasis spora,
2. Fase Pertumbuhan yang dipercepat (Accelerated Growth Phase)
Selama fase ini, sel bakteri belum memperbanyak diri. Kecepatan
penumbuhannya makin lama makin meningkat. Bila kecepatan pertumbuhan
diberikan dalam jangka waktu generasi (doubling time, Id, yaitu waktu yang
dibutuhkan populasi sel untuk melipatkan jumlahnya menjadi dua kali lipat,
maka waktu generasinya makin lama makin pendek). Sedangkan kecepatan
penumbuhannya dinyatakan dalam kecepatan iumbuh spesifik (specific
growth rule. µ = maka kecepatan tumbuhnya makin lama makin x dt tinggi.
Secara individual, makin lama ukuran sel makin mendekati maksimum. lni
disebabkan oleh adanya kemasukan air imbibisi dan adanya permulaan
aktivitas merabolisme.
3. Fase Penumbuhan Logaritma (Logarithm Phase atau Exponential Phase)
II - 14
Selama fase ini kecepatan pertumbuhan tpopulasi sel berjalan maksimum dan
konstan, sangat tepat bila digambarkan dengan cmetode logaritma, apabila
kecepatan sintesisnya dinyatakan dengan kecepatan penumbuhan spesifik.
Bila populasi sel yang sedang mengalarni fase ini dipindahkan ke dalam
medium baru dengan komposisi nutrien yang sama dengan kondisi
Iingkungan yang juga sama, maka di dalam medium baru populasi sel ini
akan langsung mengalami fase logaritma. jadi tidak mengawali pertumbuhan
dengan fase permulaan dan fase pertumbuhan dipercepat.
4. Fase Pertumbuhan Mulai Terhambat (Phase of Negative Accelerated
Growth)
Dimulai dari awal fase ini, kecepatan pertumbuhan, makin lama makin
menurun. Penghambatan pertumbuhan dapat diakibatkan oleh berbagai
sebab. dalam banyak hal, penurunan kecepatan pertumbuhan ini diakibatkan
oleh kehabisan nultisi. Tetapi sering terjadi walaupun pasokan nutrisi
deberikan dengan cukup, penurunan kecepatan penumbuhan retap berjalan.
Umumnya ini disebabkan oleh akurnulasi substansi toksik hasil metabolisme
sel yang dapat menghambat pertumbuhan sel. Substansi ini memungkinkan
pula menyebabkan tepresi terhadap kerja sistem sintesis enzim, yang
mengakibatkan terhentinya transkripsi kode genetic dari gen tertentu hingga
pembentukan enzim baru terhenti sama sekali, Selanjumya perubahan
kondisi lingkungan, seperti perubahan pil yang tajam sebagai akibat
II - 15
metabolisme sel, dapat mengakibatkan penghambatan terhadap pertumbuhan
sel.
5. Fase Stasioner atau Fase Konstan
Karena adanya penurunan kadar nutrien dan adanya penimbunan zat-
zat yang bersifat racun, maka kecepatan pertumbuhan dan perbanyakan
mikroorganisme akan terhambat. Selain daripada itu juga jumlah
mikroorganisme yang mati semakin meningkat, sehingga jumlah
mikroorganisme yang mati sama dengan yang hidup.
Panjang pendek fase stasioner ini sangat tergantung pada kepekaan
mikroorganisme dalam menghadapi faktor-faktor pertumbuhan serta
perubahan-perubahan yang berlangsung dalam mediumnya. Semakin peka
bakteri itu, semakin pendek pula fase stasionernya.
6. Fase Kematian Dipercepat dan Fase Kematian Logaritma
Kedua fase ini biasanya dijadikan satu menjadi fase yang menurun
(phase of decline). Selama fase ini jumlah sel yang hidup makin lama makin
rnenurun, sedangkan jumlah kematian sel makin banyak. Kematian ini
disebabkan oleh kondisi lingkungan yang memburuk, terutama sekali oleh
makin banyaknya akumulasi hasil metabolisme yang toksik terhadap sel.
Lamanya fase ini tergantung pada kondisi lingkungannya sendiri (M. Natsir
Djide dan Sartini. 2012).
2.2.3 Pengaruh bakteri dalam menstabilkan tanah
II - 16
Bakteri urease akan mengkatalisis urea sehingga melepas ion karbonat,
yang selanjutnya akan terikat dengan ion kalsium dari CaCl2 dan
mempresipitasikan Kalsium Karbonat/Kalsit (CaCO3). Kalsit ang mengikat
partikel tanah satu sama lain. Sehingga presipitasi kalsium karbonat
merupakan proses yang utama dalam teknik biogroutiug. Teknik tersebut
bekerja pada tingkat pori-pori yaitu memperbaiki kondisi tanah dengan
meningkatkan kekuatan dan kekakuan (stiffness) serta sedikit mempengaruhi
permeabilitas. Berikut reaksi/proses yang terjadi saat presipitasi kalsium
karbonat oleh bakteri pada tanah:
Peran bakteri dalam menstabilkan tanah tersebut pada saat proses
presipirasi kalsium karbonat, Beberapa penelitian (Gusmawati, N.F dkk.
2009) menyebutkan bahwa presipitasi kalsiurn karbonat oleh bakteri
diakibatkan oleh adanya aktiviras sel bakteri, ion Ca2+ dari senyawa CaCl2
yang ditarik oleh bakteri dari lingkungan dan terdepositkan pada permukaan
sel, dan enzim urease yang mengambil urea ke dalam bakteri yang
mendekomposisinya dengan ammonia NH3) dan karbon dioksida (CO2)
Suatu investigasi terhadap kinetika telah mengindikasikan bahwa presipitasi
kalsit merupakan fungsi dari konsentrasi sel, kekuatan ionik dan pH media
(Lappin-Scott 1998 dan Deo 1997). Mikroorganisme menarik kation
termasuk ion Ca2+ dari lingkungan dan terdepositkan pada permukaan sel.
2.3 Stabilisasi Tanah
II - 17
Menurut Ingels dan Metcalf (1972), sifat-sifat tanah yang diperbaiki
dengan stabilisasi dapat meliputi; kestabilan volume, kekuatan/daya dukung,
permeabilitas, dan kekekalan/keawetan.
Stabilisasi tanah secara prinsip adalah suatu tindakan atau usaha yang
dilakukan guna menaikkan kekuatan tanah, mempertahankan kekuatan
gesernya, dan mendapatkan sifat-sifat yang diinginkan dari tanah sehinga
sesuai untuk proyek pembangunan. Faktor yang sangat penting dalam
penentuan tebal perkerasan yang dibutuhkan pada suatu jalan aspal (flexible
pavement) atau pondasi suatu gedung adalah tanah dasar. Apabila tanah dasar
merupakan tanah lempung yang mempunyai kuat dukung yang rendah dan
sangat sensitif terhadap perubahan kadar air, akan menyebabkan
ketidakstabilan jalan atau pondasi gedung tersebut. Oleh karena itu diperlukan
perbaikan atau stabilisasi pada tanah tersebut.
Tanah yang akan digunakan pada suatu proyek bangunan teknik sipil (pondasi
gedung, perkerasan jalan) harus memiliki sifat-sifat fisik maupun teknis yang
baik.
2.4 Penelitian Sebelumnya
Penelitian mengenai stabilisasi tanah sudah banyak dilakukan jauh sebelum
penelitian ini dilakukan. Namun stabilisasi dengan metode grouting bakteri Bacillus
Subtilis bisa dibilang merupakan hal yang baru.
Salah satu penelitian mengenai stabilisasi tanah dengan menggunakan bakteri
Bacillus Subtilis dilakukan oleh Imelda Vera Tumanan (Studi Karakteristik Mekanik
Tanah Organik Terstabilisasi Bakteri Bacillus Subtilis. 2014). Dimana penelitian
II - 18
tersebut fokus pada karakteristik mekanik tanah organik. Siti Faoziah dkk. juga
melakukan penelitian mengenai pengaruh penambahan Bakteri Bacillus Subtilis
terhadap nilai kuat tekan tanah.
III - 1
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai sejak bulan Oktober 2016 pada beberapa lokasi penelitian
yaitu:
1. Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas
Hasanuddin.
2. Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Sipil Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin.
3. Laboratorium Tanah Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Ujung Pandang.
Penelitian ini berupa penelitian eksperimen dimana tanah distabilisasi dengan
larutan bakteri Bacillus Subtilis.
3.2 Penyiapan Bahan dan Alat
3.2.1 Penyiapan bahan uji yang digunakan
Tanah yang akan distabilisasi adalah tanah lunak yang diambil di saluran irigasi
di Kecamatan Polombangkeng Selatan Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan.
Bakteri yang digunakan sebagai bahan stabilisasi di dapatkan dari Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin serta media pencampur
bakteri dibuat di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas MIPA
Universitas Hasanuddin.
III - 2
Gambar 3.1 Lokasi Pengambilan sampel tanah di Kabupaten Takalar, Sulawesi
Selatan
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dimana tanah akan di
stabilisasi dengan menggunakan bakteri Bacillus Subtilis. Tanah yang pada
pengaplikasian di lapangan memerlukan perlakuan khusus (stabilisasi) sebelum
digunakan adalah tanah lunak. Maka kami memilih tanah lunak sebagai sampel
penelitian. Pada lokasi pengambilan tanah di Takalar terdapat tanah lunak
tepatnya pada saluran irigasi dan sekitarnya.
3.2.2 Penyiapan alat
1. Satu set alat pemeriksaan kadar air untuk mengetahui kadar air yang
terkandung di dalam tanah yang digunakan pada penelitian ini.
2. Satu set alat pemeriksaan berat jenis untuk mengetahui berat jenis tanah
asli yang digunakan pada penelitian ini.
III - 3
3. Satu set alat pemeriksaan batas-batas Atterberg untuk menentukan batas
cair, batas plastis, batas susut, dan indeks plastisitas sampel tanah asli
yang digunakan pada penelitian ini.
4. Satu set alat pemeriksaan ukuran butir (analisa saringan dan hidrometer)
untuk menganalisa ukuran-ukuran butir sampel tanah asli yang digunakan
pada penelitian ini.
5. Satu set alat pengujian pemadatan (kompaksi) untuk mengetahui nilai
berat isi kering dan kadar air optimum dari sampel tanah yang digunakan
pada penelitian ini.
6. Satu set alat pengujian CBR untuk mengetahui nilai CBR tanah asli yang
digunakan maupun tanah yang sudah distabilisasi dengan larutan bakteri
Bacillus Subtilis. Kalibrasi alat yang digunakan pada pengujian CBR pada
penelitian ini adalah 5.8404𝑥 − 2.5777.
Gambar 3.2 Sektsa Alat Pengujian CBR Laboratorium
(Sumber: SNI 1744-2012 Metode Uji CBR Laboratorium)
III - 4
7. Wadah pencampuran serta gelas ukur yang digunakan pada saat
mencampur tanah dengan larutan bakteri Bacillus Subtilis.
3.3 Pekerjaan Laboratorium
1. Pencampuran bakteri Bacillus Subtilis dengan media B4 di Laboratorium
Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin
2. Pemeriksaan sifat-sifat fisik (Kadar air, berat jenis, ukuran butir, dan batas
konsistensi) dan sifat-sifat mekanik (Kompaksi, CBR, UCT) tanah asli
dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Sipil Fakultas
Teknik Universitas Hasanuddin
3. Pencampuran larutan bakteri Bacillus Subtilis dengan tanah asli dilakukan di
laboratorium Tanah Politeknik Negeri Ujung Pandang dengan beberapa
variasi kultur (1.5 hari, 3 hari, 6 hari), jumlah larutan bakteri (2%, 4%, 6%,
8%, 10%) dan waktu pemeraman (7 dan 28 hari).
4. Pengujian sifat mekanis tanah khususnya CBR dilakukan sesuai waktu
pemeraman dilakukan di Laboratorium Tanah Politeknik Ujung Pandang.
III - 5
3.3.1 Pembuatan Larutan Bakteri Bacillus Subtilis
a. Medium B4
Komposisi:
Urea 20 gram
Nutrient Broth 3 gram
NaHCO3 2.12 gram
CaCl2.H2O 4.14 gram
NH4Cl 10 gram
Cara Membuat:
Bahan-bahan diatas dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer. Kemudian
dilarutkan dengan air suling (aquades) sebanyak 1000 ml. setelah itu disterilkan
dalam autoclave pada suhu 121oC tekanan 1 atm selama 15 menit.
Gambar 3.3 Campuran bahan-bahan kimia dalam larutan Bakteri Bacillus Subtilis
III - 6
Pembuatan medium B4 dan pencampuran dengan bakteri Bacillus Subtilis
1. Sediakan aquades (Air) sebanyak 500 ml dan dicampurkan dengan
Nutrient Broth 3 gram serta 500 ml aquades (Air) tanpa campuran
di dalam gelas erlenmeyer berbeda.
2. Setelah itu kedua gelas erlenmeyer dimasukkan ke dalam alat
autoclave dengan suhu 121oC dengan tekanan 1 atm selama 15
menit.
3. Dinginkan erlenmeyer tadi setelah dari alat autoclave. Kemudian
campur NH4Cl (10 gram), CaCl.2H2O (4.14 gram), NaHCO3 (2.12
gram), Urea (20 gram) ke dalam erlenmeyer yang cuma berisi
aquades. Kemudian kocok sampai kira-kira tercampur.
4. Lalu satukan isi kedua tabung erlenmeyer.
5. Kemudian dilakukan proses inokulasi bakteri yaitu pencampuran
isolat bakteri ke dalam medium B4 yang sudah dibuat dan semua
dilakukan di dalam alat Laminar Airflow untuk menjaga kestabilan
dan kestrerilannya.
6. Ambil isolat bakteri sebanyak 1 ose (menggunakan jarum ose)
kemudian disuspensi dalam akuades pada tabung reaksi.
7. Masukkan tabung reaksi kedalam alat spektrofotometer kemudian
uji. Hasil uji spektrofotometer isolat bakteri harus sama dengan
25%T.
8. Kemudian ambil suspensi bakteri sebanyak 2% dari total medium
B4 untuk dimasukkan ke dalam tabung erlenmeyer,
III - 7
9. Guncangkan media dengan alat penggetar sampai kira-kira bakteri
sudah tercampur dengan media.
10. Kemudian kultur bakteri selama 1.5 hari, 3 hari, dan 6 hari untuk
di aplikasikan ke tanah yang akan di stabilisasi.
b. Membuat Grafik Pertumbuhan Bakteri Bacillus Subtilis pada medium
B4.
1. Ambil larutan bakteri dari erlenmeyer sebanyak 10 ml dengan
mikropipet, masukkan ke tabung reaksi.
2. Guncang tabung reaksi dengan vortex (minimal 3 kali) untuk
menghilangkan udara yg terjebak di dasar tabung.
3. Ulangi langkah 1 dan 2 untuk membuat blanko.
4. Kalibrasi spektrofotometer dengan blanko kemudian uji sampel 1
(T0).
5. Lakukan langkah (4) setiap 24 jam kultur, selama 7 hari untuk
T1,T2, T3, T4, T5, T6, T7.
Dari hasil uji spektrofotometer selama 7 hari (T1, T2, T3, T4, T5, T6, T7)
bisa diketahui kerapatan optik (Optical Density) kemudian dibuatkan
grafik pertumbuhan bakteri.
III - 8
Gambar 3.4 Grafik Pertumbuhan Bakteri Bacillus Subtilis pada larutan yang akan
digunakan sebagai bahan stabilisasi
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5
OP
TIC
AL
D
EN
SIT
Y
UMUR (HARI)
III - 9
3.3.2 Pengujian Sifat Fisik dan Mekanis Tanah
a. Sifat Fisik
1. Kadar Air Tanah (Water Content)
Cara pengujian kadar air tanah adalah timbang cawan kosong
kemudian masukan contoh tanah ke dalam cawan timbang,
setelah itu dalam keadaan terbuka, cawan bersama tanah
dimasukan kedalam oven (105°C - l10 °C) selama 16 - 24 jam,
setelah itu dinginkan dalam desikator ±2 jam, cawan yang berisi
tanah tersebut ditimbang.
2. Berat Jenis (Specific Gravity)
Cara pengujian berat jenis adalah piknometer kosong di timbang
masukan tanah kedalam piknometer, sehingga tanah terendam
seluruhnya kira-kira 10 gram, diisi air kurang lebih 10 ml kedalam
piknometer, sehingga tanah terendam seluruhnya kira-kira 2-10 jam,
setelah itu picnometer beserta tanah di vacuum sampai gelembungnya
hilang kemudian tambahkan air sampai penuh, kemudian ukur suhunya
kemudian timbang. Piknometer dikosongkan dan dibersihkan, kemudian
diisi dengan air, ditutup kemudian ditimbang.
3. Batas Cair (Liquid Limit)
Cara memeriksa batas cair adalah contoh tanah diambil ±150-200 gram
ditaruh dalam mangkuk dan diberi air sebanyak 15 - 20 ml, contoh
tanah ditaruh dalam cawan batas cair, ratakan permukaan contoh dalam
cawan menjadi sejajar dengan alas, buat alur dengan menggunakan alat
III - 10
grooving tool tegak lurus permukaan contoh, setelah itu angkat dan
turunkan cawan tersebut dengan kecepatan 2 putaran/detik, hentikan
aksi. Tersebut jika alur sudah tertutup sepanjang ±1.25 cm dan hitung
berapa ketukan yang dibutuhkan, ambil contoh tanah untuk diperiksa
kadar airnya. Ulangi percobaan dengan kadar air yang berbeda.
4. Batas Plastis (Plastic Limit)
Cara memeriksa batas plastis adalah dengan menggunakan tanah kering
yang lolos saringan No. 40 atau tanah yang dipakai untuk menentukan
batas cair diambil sebagian, ditaruh pada mangkuk dan diberi air
akuades serta diaduk sampai merata setelah itu diambil sedikit
dan ditaruh pada lempengan kaca terus digililng-giling sampai tanah
tersebut kelihatan retak-retak atau putus pada 3 mm. Setelah itu tanah
diambil dan ditaruh pada cawan kemudian ditimbang dan dioven
selama 24 jam ditimbang kembali.
5. Batas Susut (Shrinkage Limit)
Cara memeriksa batas susut adalah contoh tanah diambil sedikit taruh
pada cawan porselin kemudian diberi air sedikit sampai campuran tanah
tersebut dapat dicetak pada cawan penguap, setelah itu tanah dicetak
dan diketok-ketok untuk menghilangkan rongga udara yang ada setelah
itu ditimbang baru dioven selama 24 jam, setelah itu tanah kering
ditimbang kembali cawan kaca ditimbang siapkan air raksa
secukupnya taruh pada mangkok kaca yang bawahnya diberi juga
diberi alas untuk tempat air raksa nanti yang tumpah, tanah
III - 11
kita ambil dan kita masukkan kedalam air raksa kemudian kita tekan
dan geser-geser dengan lempengan kaca air raksa akan tumpah, air
raksa yang tumpah tersebut kita taruh pada cawan kaca yang sudah
diketahui beratnya dan kita timbang bersama air raksa yang tumpah
tadi.
6. Analisis Ukuran Butir
a) Analisa Saringan (Sieve Analysis)
Prosedur pengujian analisa saringan adalah timbang masing-masing
saringan dan susun sesuai standar yang dipakai. Letakan susunan saringan
tersebut diatas alat pengguncang. Keringkan benda uji dalam oven dengan
temperatur 600 C sampai dapat digemburkan, atau dengan panas matahari,
kemudian tumbuk dengan palu karet agar butirannya tidak
hancur. Timbang sampel sebanyak 500 gram, masukan kedalam saringan
no. 200 kemudian cuci sampai air kelihatan bersih. Keringkan sample
tertahan saringan no. 200 tersebut didalam oven selama 24 jam dengan
suhu 1100C. Susun atau set saringan sesuai dengan standar yang digunakan.
Timbang masing-masing saringan tersebut dan sebelumnya dibersihkan
dengan menggunakan sikat. Masukan sample yang tertahan saringan
no.200 kedalam saringan yang telah tersusun, goncangkan dengan
menggunakan sieve shaker (alat pengguncang) selama 10 - 15 menit,
diamkan selama 5 menit agar sample mengendap. Timbang sample yang
tertahan pada masing-masing saringan, Hitung hasil keseluruhan.
b) Hidrometer (Hydrometer)
III - 12
Prosedur pengujian hidrometer adalah untuk tanah yang lolos saringan
No.200 lebih dari 80%, langsung diambil tepat 50 gram tanah kering
oven. Mengambil 50 gram contoh tanah kering oven dari langkah No 1
atau No 2 diatas, aduk sampai merata dengan 125 ml larutan 4 % NaPO3 (
40 gram/liter Sodium metaphosphate). Membiarkan selama 24 jam agar
ikatan / kohesi antar butir hilang, dan semua gumpalan – gumpalan terpisah
butirannya. Memasukkan larutan tanah seluruhnya ke dalam mangkuk
pengaduk dan menambahkan air suling sampai penuh dan aduk merata
selama 15 menit, dengan menggunakan pengaduk listrik. Menuang
selurunya kedalam silinder pengendapan dan menambahkan air suling
hingga larutan menjadi 1000 ml, menutup rapat mulut tabung dengan
telapak tangan dan mengocok dalam arah mendatar selama 1 menit. Segera
setelah dikocok, meletakkan tabung bersamaan dengan menjalankan
stopwatch dan memasukkan hidrometer. Kemudian membaca hidrometer
pada menit ke, 1 dan 2 menit. Mengangkat hidrometer, membersihkan dan
memindahkan ketabung kontrol yang berisi air suling. Meletakkan kedua
tabung dalam bak perendam untuk menjaga temperaturnya sama dan
konstan. Memasukkan kembali hidrometer ke dalam larutan dan
melakukan pembacaan untuk menit ke 5, 15, 30 dan pada jam ke 1, 4 dan
24 jam. Mengukur suhu larutan pada setiap melakukan pembacaan
hidrometer.
III - 13
b. Sifat Mekanis
1. Pengujian Pemadatan (Kompaksi)
Cara pengujian kompaksi adalah dengan menggunakan tanah kering yang
lolos saringan No. 40 yang telah dihitung kadar airnya. Kemudian ambil
5 sampel dengan berat masing-masing 2 kg untuk setiap sampelnya.
Diamkan sampel selama 24 jam di dalam kantong plastik. Kemudian
ambil salah satu sampel lakukan penambahan air sedikit demi sedikit
sambil diaduk dan catat jumlah penambahan air tersebut. Kemudian
diamkan sampel 24 jam lagi. (lakukan hal yang sama untuk sisa 4
sampel lainnya dengan jumlah penambahan air yang berbeda).
Sekarang sampel tanah sudah siap untuk dipadatkan. Ambil salah satu
sampel, masukkan 1/3 bagian ke dalam mold berdiameter 10,09 cm dan
tinggi 11,61 cm lalu tumbuk dengan penumbuk seberat 2,5 kg dengan
tinggi jatuh 30,5 cm. Tanah tersebut dipadatkan dalam 3 lapisan dengan
tiap lapisannya ditumbuk sebanyak 25 kali.(Lakukan hal yang sama untuk
lapisan kedua dan ketiga). Setelah selesai ratakan tanah dan isi rongga-
rongga yang terbentuk dengan tanah bekas potongan. Kemudian timbang
tanah beserta mouldnya. Kemudian ambil sampel di bagian tengah atas
dan bawah mold untuk kemudian ditimbang dan dioven selama 24 jam
untuk dihitung kadar airnya. (lakukan hal yang sama untuk 4 sampel
lainnya)
III - 14
2. CBR (California Bearing Ratio)
Untuk melakukan pemeriksaan CBR, sediakan tanah kering sebanyak 5 kg.
Kemudian campur dengan air sesuai kadar air optimum yang didapatkan
dari hasil olah data pengujian kompaksi (Untuk pemeriksaan CBR pada
tanah yang akan di stabilisasi, setelah penambahan air, tambahkan larutan
bakteri Bacillus Subtilis sesuai dengan variasi campuran terhadap berat
tanah). Diamkan selama 24 jam dalam kantong plastik. Kemudian ambil
1/5 bagian dari sampel dan masukkan ke dalam mold CBR lalu tumbuk
sebanyak 10 kali. Tanah tersebut ditumbuk sebanyak 5 lapis dengan 10
tumbukan tiap lapis. Potong sampel dengan mistar sesuai ukuran mold uji
CBR lalu timbang sampel dengan mold-nya. Sampel siap di uji sesuai
waktu pemeraman yang diinginkan. Ulangi dari tahap awal untuk CBR
dengan 25 dan 56 kali tumbukan.
III - 15
3.3.3 Pencampuran Sampel Tanah dengan Larutan Bakteri Bacillus Subtilis
Siapkan contoh tanah yang kering udara kemudian ambil contoh tanah yang lolos
saringan nomor 4. Berat contoh tanah disesuaikan dengan kebutuhan masing-
masing standar pengujian yang akan diterapkan untuk membuat sampel
pengujian CBR. Dalam penelitian ini berat tanah yang digunakan ialah sebanyak
5 kg.
Setelah itu siapkan larutan bakteri yang akan dicampur dengan tanah. Variasi
kultur larutan bakteri, jumlah larutan bakteri, dan waktu pemeraman bisa dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Sampel Pengujian untuk campuran tanah asli dengan larutan Bakteri
Bacillus subtilis untuk pengujian CBR (California Bearing Ratio)
tanpa rendaman.
Kultur Bakteri (hari) 1 3 6
Variasi Sampel
(Campuran)
Waktu Pemeraman
7 28 7 28 7 28
Tanah Asli + 2% BS 1 1 1 1 1 1
Tanah Asli + 4% BS 1 1 1 1 1 1
Tanah Asli + 6% BS 1 1 1 1 1 1
Tanah Asli + 8% BS 1 1 1 1 1 1
Tanah Asli + 10% BS 1 1 1 1 1 1
Total 30
(Catatan: BS = Larutan bakteri Bacillus Subtilis)
Dalam penelitian ini sampel uji terdiri dari masing-masing material asli dan
campuran yang dibuat berdasarkan variasi waktu kultur bakteri, dan volume
bakteri. Ditentukan masa pemeraman sampel campuran selama 7 dan 28 hari.
IV - 1
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pemeriksaan Karakteristik Dasar Tanah Asli
Pengujian karakteristik fisik tanah dilakukan untuk mengklasifikasi
Jenis tanah yang digunakan pada penelitian. Dari hasil pemeriksaan
karakteristik tanah ditampilkan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.1 Rekapitulasi hasil pemeriksaan karakteristik dasar tanah asli
Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan
1. Kadar air 76.24 %
2. Berat Jenis Spesifik 2.56
3. Batas-batas Atterberg
Batas Cair (LL)
Batas Plastis (PL)
Indeks Plastis (PI)
72.47 %
31.48 %
40.99 %
4. Gradasi Butiran
Kerikil = 0 %
Pasir = 4.25 %
Lanau = 35.21 %
Lempung = 60.53 %
5. Klasifikasi tanah USCS CH
AASHTO A-7-5
6. Pemadatan 𝑊𝑜𝑝𝑡 = 25.90 %
𝛾𝑑𝑟𝑦 = 1,51 gr/cm3
7. California Bearing Ratio
Unsoaked/tanpa rendaman
Tanah Asli
10x tumbukan = 1.837%
25x tumbukan = 2.818%
56x tumbukan = 8.962%
IV - 2
1. Kadar Air
Dari hasil pemeriksaan kadar air sampel adalah 76.24%.
2. Berat Jenis Spesifik
Dari hasil pemeriksaan berat jenis spesifik diperoleh nilai berat jenis 2.56.
Dari harga berat jenis ini diperoleh jenis tanah lempung.
3. Batas-Batas Atterberg
Batas Cair (Liquid Limit, LL)
Dari grafik hubungan jumlah ketukan dan kadar air diperoleh nilai batas
cair (LL) = 72.47%.
Batas Plastis (Plastic Limit, PL)
Dari hasil pengujian diperoleh hasil batas plastis (PL) = 31.48%. Indeks
plastisitas diperoleh dasi selisih antara batas cair dan batas plastis,
rumus PI = LL – PL. Diperoleh nilai Indeks Plastisitas (PI) = 40.99%.
4. Analisa Gradasi Butiran
Dari hasil pengujian gradasi yang dilakukan dengan analisa saringan
diperoleh hasil tanah tersebut lebih dari 95% lolos saringan No.200.
Tanah tersebut merupakan tanah lempung.
Hal ini menunjukkan persentase butiran halusnya sangat dominan.
Menurut Unified Soil Classification System, tanah ini termasuk dalam
kelas CH, yaitu lempung anorganik dengan plastisitas tinggi, lempung
gemuk (fat clays). Sedangkan menurut AASHTO tanah ini termasuk
dalam tipe A-7-5 jenis tanah berlempung dengan penilain sebagai bahan
tanah dasar baik sampai buruk.
IV - 3
Peninjauan klasifikasi tanah yang mempunyai ukuran butiran
lebih kecil dari 0,075 mm, tidak didasarkan secara langsung pada
gradasinya sehingga penentuan klasifikasinya lebih didasarkan pada
batas-batas Atterberg-nya.
4.2 Klasifikasi Tanah
4.2.1 Klasifikasi Tanah Asli menurut AASHTO (American Association of
State Highway and Transportation Officials)
Berdasarkan persentase tanah yang lolos saringan no. 200
diperoleh hasil tanah tersebut 95.74% (>35%) sehingga tanah
diklasifikasikan dalam kelompok (A-4, A-5, A-6, A-7).
Berdasarkan batas cair (LL) = 72.47 % maka tanah tersebut
masuk dalam kelompok A-7-5. Tanah yang masuk kategori A-7-5
termasuk dalam klasifikasi tanah berlempung.
4.2.2 Klasifikasi Tanah Asli menurut USCS (Unified Soil Classification
System)
Dari hasil analisa saringan didapatkan tanah lolos saringan No.200
sebesar 95.74 % sehingga masuk ke dalam klasifikasi tanah berbutir
halus.
Batas cair (LL) = 72.47 % dan Indeks Plastisitas (PI) = 31.48 %. Dari
bagan plastisitas, klasfikasi tanah masuk ke dalam kategori CH yaitu
lempung anorganik dengan plastisitas tinggi.
IV - 4
4.3 Hasil Pemeriksaan Karakteristik Mekanik Tanah Asli
4.3.1 Pengujian Kompaksi (Pemadatan)
Dari Gambar 4.1 pada pengujian pemadatan standar (proctor
test) diperoleh kadar air maksimum pada tanah asli adalah 𝑊𝑜𝑝𝑡 =
25.90% dan berat isi kering maksimumnya 𝛾𝑑𝑚𝑎𝑘𝑠= 1.51 gr/cm3.
Gambar 4.1 Hubungan Kadar Air dan Berat Isi Kering Tanah Asli
Dari gambar di atas grafik hubungan kadar air dan berat isi kering
menentukan nilai penambahan air pada persiapan sampel tanah CBR
yang akan diujikan nilai daya dukungnya. Penambahan air untuk sampel
tanah CBR sebesar 1234 ml.
1.00
1.10
1.20
1.30
1.40
1.50
1.60
1.70
1.80
1.90
2.00
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Berat
Isi
Kerin
g (
gr/c
m3)
Kadar Air (%)
gdry= 1,51 gr/cm3
Wopt= 25.90 %
IV - 5
4.3.2 Pengujian CBR
Dari Gambar 4.2 terlihat hasil pengujian CBR tanah asli bebannya
mendekati 400 lbs.
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Beban dan Penurunan CBR Tanah Asli
Tabel.4.2 Nilai CBR Tanah Asli
Tumbukan Penurunan
(inchi) Beban (lbs) CBR (%)
10 0.1 57.00 1.90
0.2 79.80 1.77
25 0.1 85.50 2.85
0.2 125.40 2.79
56 0.1 302.10 10.07
0.2 353.40 7.85
4.4 Hasil dan Pembahasan pada Pengujian CBR Sampel Campuran (Tanah
Asli + Larutan Bakteri)
Hasil pengujian CBR tanpa rendaman yang distabilisasikan dengan
larutan Bakteri Bacillus Subtilis maka diperoleh data nilai CBR sebagai
berikut:
0
100
200
300
400
500
600
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60
Beb
an
(lb
s)
Penurunan (inch)
10x Tumbukan
25x tumbukan
56x tumbukan
IV - 6
4.4.1 Hasil pengujian CBR campuran tanah asli dan larutan bakteri
Bacillus Subtilis kultur 1.5 Hari
Pada Gambar 4.3 menunjukkan grafik hubungan antara penurunan dan
beban pada variasi campuran tanah asli dan larutan bakteri Bacillus Subtilis
kultur 1.5 hari untuk penambahan 2%, 4%, 6%, 8%, dan 10% larutan bakteri
(Penambahan bakteri didasarkan pada perbandingan berat larutan bakteri
terhadap sampel tanah asli) serta waktu pemeraman sampel campuran 7 dan
28 hari.
Gambar 4.3 Grafik hubungan penetrasi-beban CBR umur 7 hari sampel
campuran Tanah Asli dan larutan bakteri Bacillus Subtilis kultur 1.5 hari.
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
5000
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
Beb
an (
lbs)
Penetrasi (inch)
Grafik Hubungan Penetrasi-Beban CBR
Campuran Tanah Asli dan Larutan BS
(umur sampel 7 hari)
TA+2%BS (Kult.1.5)
TA+4%BS (Kult.1.5)
TA+6%BS (Kult.1.5)
TA+8%BS (Kult.1.5)
TA+10%BS (Kult.1.5)
IV - 7
Gambar 4.4 Grafik hubungan penetrasi-beban CBR sampel umur 28 hari
untuk campuran Tanah Asli dan larutan bakteri Bacillus Subtilis kultur 1.5
hari.
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
5000
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
Beb
an (
lbs)
Penetrasi (inch)
Grafik Hubungan Penetrasi-Beban CBR
Campuran Tanah Asli dan Larutan BS
(umur sampel 28 hari)
TA+2%BS (Kult.1.5)
TA+4%BS (Kult.1.5)
TA+6%BS (Kult.1.5)
TA+8%BS (Kult.1.5)
TA+10%BS (Kult.1.5)
IV - 8
Table 4.3 rekapitulasi nilai CBR (56 tumbukan) sampel campuran tanah asli
dengan larutan bakteri Bacillus Subtilis kultur 1.5 hari.
Umur sampel (hari) 7 28
Penambahan
Bakteri (%)
Penurunan Beban CBR Beban CBR
(inchi) (lbs) (%) (lbs) (%)
2
0.1 610.7 20.36 1077.9 35.93
0.2 931.9 20.71 1667.8 37.06
Nilai CBR
(%) 20.71 37.06
4
0.1 815.1 27.17 1247.3 41.58
0.2 1142.1 25.38 1994.8 44.33
Nilai CBR
(%) 27.17 44.33
6
0.1 943.6 31.45 1346.6 44.88
0.2 1264.8 28.11 2047.4 45.49
Nilai CBR
(%) 31.45 45.59
8
0.1 791.7 26.39 1148.0 38.26
0.2 1089.6 24.21 1825.5 40.56
Nilai CBR
(%) 26.39 40.56
10
0.1 739.2 24.64 1107.1 36.90
0.2 1013.7 22.53 1732.0 38.94
Nilai CBR
(%) 24.64 38.49
Dari data hasil pengujian CBR di atas dapat disimpulkan bahwa nilai CBR
maksimum dicapai dengan campuran Tanah Asli dan 6% Larutan Bakteri
Bacillus Subtilis. Nilai CBR untuk campuran tersebut sebesar 45.59%. Serta
semakin lama pemeraman sampel akan semakin meningkatkan nilai CBR.
IV - 9
4.4.2 Hasil pengujian CBR campuran tanah asli dan larutan bakteri Bacillus
Subtilis kultur 3 Hari
Gambar 4.5 Grafik hubungan penetrasi-beban CBR sampel umur 7 hari
untuk campuran Tanah Asli dan larutan bakteri Bacillus Subtilis kultur 3
hari.
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
5000
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
Beb
an (
lbs)
Penetrasi (inch)
Grafik Hubungan Penetrasi-Beban CBR
Campuran Tanah Asli dan Larutan BS
(umur sampel 7 hari)
TA+2%BS (Kult.3)
TA+4%BS (Kult.3)
TA+6%BS (Kult.3)
TA+8%BS (Kult.3)
TA+2%BS (Kult.3)
IV - 10
Gambar 4.6 Grafik hubungan penetrasi-beban CBR sampel umur 28 hari
untuk campuran Tanah Asli dan larutan bakteri Bacillus Subtilis kultur 3
hari.
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
5000
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
Beb
an (
lbs)
Penetrasi (inch)
Grafik Hubungan Penetrasi-Beban CBR
Campuran Tanah Asli dan Larutan BS
(umur sampel 28 hari)
TA+2%BS (Kult.3)
TA+4%BS (Kult.3)
TA+6%BS (Kult.3)
TA+8%BS (Kult.3)
TA+10%BS (Kult.3)
IV - 11
Table 4.4 rekapitulasi nilai CBR (56 tumbukan) sampel campuran tanah asli
dengan larutan bakteri Bacillus Subtilis kultur 3 hari.
Umur
sampel (hari) 7 28
Penambahan
Bakteri (%)
Penurunan Beban CBR Beban CBR
(inchi) (lbs) (%) (lbs) (%)
2
0.1 709.95 23.67 1235.59 41.19
0.2 1060.38 23.56 1813.79 40.31
Nilai CBR
(%) 23.67 41.19
4
0.1 1066.22 35.54 1580.17 52.67
0.2 1480.88 32.91 2286.86 50.82
Nilai CBR
(%) 35.54 52.67
6
0.1 1171.34 39.04 1784.59 59.49
0.2 1621.05 36.02 2549.68 56.65
Nilai CBR
(%) 39.04 59.49
8
0.1 1019.49 33.98 1533.45 51.11
0.2 1399.12 31.09 2275.18 50.56
Nilai CBR
(%) 33.98 51.11
10
0.1 902.68 30.09 1375.76 45.86
0.2 1165.50 25.90 2234.30 49.65
Nilai CBR
(%) 30.09 49.65
Dari data hasil pengujian CBR di atas dapat disimpulkan bahwa nilai CBR
maksimum dicapai dengan campuran Tanah Asli dan 6% Larutan Bakteri
Bacillus Subtilis. Nilai CBR untuk campuran tersebut sebesar 59.49%. Serta
semakin lama pemeraman sampel akan semakin meningkatkan nilai CBR.
IV - 12
4.4.3 Hasil pengujian CBR campuran tanah asli dan larutan bakteri Bacillus
Subtilis kultur 6 Hari
Gambar 4.7 Grafik hubungan penetrasi-beban CBR sampel umur 7 hari
untuk campuran Tanah Asli dan larutan bakteri Bacillus Subtilis kultur 6
hari.
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
5000
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
Beb
an (
lbs)
Penetrasi (inch)
Grafik Hubungan Penetrasi-Beban CBR
Campuran Tanah Asli dan Larutan BS
(umur sampel 7 hari)
TA+2%BS (Kult.6)
TA+4%BS (Kult.6)
TA+6%BS (Kult.6)
TA+8%BS (Kult.6)
TA+10%BS (Kult.6)
IV - 13
Gambar 4.8 Grafik hubungan penetrasi-beban CBR sampel umur 28 hari
untuk campuran Tanah Asli dan larutan bakteri Bacillus Subtilis kultur 6
hari.
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
5000
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
Beb
an (
lbs)
Penetrasi (inch)
Grafik Hubungan Penetrasi-Beban CBR
Campuran Tanah Asli dan Larutan BS
(umur sampel 28 hari)
TA+2%BS (Kult.6)
TA+4%BS (Kult.3)
TA+6%BS (Kult.3)
TA+8%BS (Kult.3)
TA+10%BS (Kult.3)
IV - 14
Table 4.5 rekapitulasi nilai CBR (56 tumbukan) sampel campuran tanah asli
dengan larutan bakteri Bacillus Subtilis kultur 6 hari.
Umur sampel (hari) 7 28
Penambahan
Bakteri (%)
Penurunan Beban CBR Beban CBR
(inchi) (lbs) (%) (lbs) (%)
2
0.1 1083.74 36.12 1545.13 51.50
0.2 1504.25 33.43 2064.92 45.89
Nilai CBR
(%) 36.12 51.50
4
0.1 1504.25 50.14 1989.00 66.30
0.2 1983.16 44.07 2567.20 57.05
Nilai CBR
(%) 50.14 66.30
6
0.1 1568.49 52.28 2123.33 70.78
0.2 2099.97 46.67 3250.53 72.23
Nilai CBR
(%) 52.58 72.23
8
0.1 1241.43 41.38 1807.95 60.26
0.2 1673.62 37.19 2339.42 51.99
Nilai CBR
(%) 41.38 60.26
10
0.1 1130.46 37.68 1422.48 47.42
0.2 1475.04 32.78 2175.89 48.35
Nilai CBR
(%) 37.68 48.35
Dari data hasil pengujian CBR di atas dapat disimpulkan bahwa nilai CBR
maksimum dicapai dengan campuran Tanah Asli dan 6% Larutan Bakteri
Bacillus Subtilis. Nilai CBR untuk campuran tersebut sebesar 72.23%. Serta
semakin lama pemeraman sampel akan semakin meningkatkan nilai CBR.
Berdasarkan hasil pengujian CBR dengan 3 variasi waktu kultur (pemeraman)
bakteri diatas menunjukkan bahwa variasi penambahan bakteri sebanyak 6% (dari
berat tanah) merupakan yang optimum karena menunjukkan nilai CBR paling
tinggi dibanding yang lain.
IV - 15
4.4.4 Hubungan antara waktu pemeraman bakteri dengan nilai CBR tanah.
Table 4.6 Rekapitulasi nilai CBR (56 tumbukan) maksimum dari masing-
masing variasi lama kultur bakteri Bacilllus Subtilis
Kultur
(hari)
Penambahan
(%)
Waktu
Pemeraman
(hari)
CBR
(%)
1.5 6% 7 31.45
28 45.50
3 6% 7 39.04
28 59.49
6 6% 7 52.58
28 72.23
Gambar 4.9 Grafik hubungan Nilai CBR dengan waktu pemeraman
larutan bakteri Bacillus Subtilis
Gambar 4.9 menunjukkan bahwa waktu pemeraman larutan bakteri Bacillus
Subtilis yang akan dicampur ke dalam tanah sangat mempengaruhi nilai
31.45
39.04
52.28
45.50
59.49
72.23
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
0 1 2 3 4 5 6 7
CB
R (
%)
Waktu Kultur (Hari)
Grafik Hubungan
Nilai CBR - Waktu Kultur Larutan Bakteri
TA+BS (7 Hari)
TA+BS (28 Hari)
IV - 16
CBR tanah. Hasil pengujian terhadap sampel campuran tanah asli dengan
larutan bakteri dengan lama kultur 6 hari menunjukkan nilai CBR
maksimum. Hal ini disebabkan karena pada waktu 6 hari larutan bakteri
memasuki fase kematian dimana bakteri tersebut akan menghasilkan enzim-
enzim yang memperkuat ikatan antar butir-butir tanah.
4.4.5 Hubungan antara variasi penambahan jumlah larutan bakteri Bacillus
Subtilis dengan nilai CBR
Table 4.7 Rekapitulasi nilai CBR (56 tumbukan) maksimum dari masing-
masing variasi lama kultur bakteri Bacilllus Subtilis dengan masa
pemeraman sampel 7 hari
Table 4.8 Rekapitulasi nilai CBR (56 tumbukan) maksimum dari masing-
masing variasi lama kultur bakteri Bacilllus Subtilis dengan masa
pemeraman sampel 28 hari
Umur Larutan Bakteri (hari)
1.5 3 6
BS (%) CBR (%) BS (%) CBR (%) BS (%) CBR (%)
2 37.06 2 41.19 2 51.50
4 44.33 4 52.67 4 66.30
6 45.50 6 59.49 6 72.23
8 40.57 8 51.11 8 60.26
10 38.49 10 49.65 10 48.35
Umur Larutan Bakteri (hari)
1.5 3 6
BS (%) CBR (%) BS (%) CBR (%) BS (%) CBR (%)
2 20.71 2 23.67 2 36.12
4 27.17 4 35.54 4 50.14
6 31.45 6 39.04 6 52.28
8 26.39 8 33.98 8 41.38
10 24.64 10 30.09 10 37.68
IV - 17
Gambar 4.10 Grafik hubungan Nilai CBR (56 tumbukan) dengan variasi
penambahan larutan bakteri Bacillus Subtilis
Gambar 4.11 Grafik hubungan Nilai CBR (56 tumbukan) dengan waktu
pemeraman larutan bakteri Bacillus Subtilis
Gambar diatas menunjukkan bahwa hasil pengujian terhadap sampel
campuran tanah asli dengan larutan bakteri kultur 6 hari (fase kematian)
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
CB
R (
%)
Penambahan Bakteri (%)
Grafik Hubungan Penambahan Bakteri terhadap nilai CBR
(56 Tumbukan) Pemeraman 7 hari
Bakteri Kultur 1.5 hari
Bakteri Kultur 3 hari
Bakteri Kultur 6 hari
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
100.00
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
CB
R (
%)
Penambahan Bakteri (%)
Grafik Hubungan Penambahan Bakteri terhadap nilai CBR
(56 Tumbukan) Pemeraman 28 hari
Bakteri Kultur 1.5 Hari
Bakteri Kultur 3 Hari
Bakteri Kultur 6 Hari
IV - 18
memberikan nilai CBR paling tinggi terhadap tanah dibandingkan dengan variasi
lainnya. Berdasarkan grafik diatas, penambahan larutan bakteri yang efektif adalah
6% dari total berat sampel tanah.
V - 1
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian laboratorium yang diperoleh dapat disimpulkan
bahwa:
1. Berdasarkan pengujian fisik dan mekanis, tanah asli dapat digolongkan ke
dalam golongan CH (USCS) dan A-7-5 (AASHTO).
2. Pengaruh waktu pemeraman (kultur) bakteri Bacillus Subtilis terhadap nilai
CBR tanah yaitu:
a. Nilai CBR tertinggi untuk kultur bakteri 1,5 hari pada penambahan 6%
larutan bakteri dengan masa pemeraman sampel 28 hari yaitu 45.59 %.
b. Nilai CBR tertinggi untuk kultur bakteri 3 hari pada penambahan 6%
larutan bakteri dengan masa pemeraman sampel 28 hari yaitu 59.49 %.
c. Nilai CBR tertinggi untuk kultur bakteri 6 hari pada penambahan 6%
larutan bakteri dengan masa pemeraman sampel 28 hari yaitu 72.23 %.
3. Sampel dengan penambahan larutan bakteri Bacillus Subtilis kultur 6 hari
(fase kematian) memiliki nilai CBR tertinggi. Disebabkan karena pada saat
fase kematian, larutan bakteri menghasilkan suatu enzim yang dapat
mengikat unsur di dalam tanah sehingga nilai CBR tanah meningkat.
V - 2
4. Nilai CBR tertinggi dicapai pada waktu pemeraman sampel campuran
selama 28 hari.
5.2 Saran
1. Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan terhadap permasalahan ini
untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dengan ketelitian dan
efektifitas alat yang lebih tinggi agar meminimalisasi kesalahan yang
terjadi sehingga data dan hasil yang diperoleh lebih akurat.
2. Sebaiknya dilakukan penelitian selanjutnya untuk melihat pengaruh
bakteri Bacillus Subtilis terhadap karakteristik mekanis tanah gambut.
3. Kalibrasi alat laboratorium harus tetap diperhatikan sebelum memulai
penelitian sehingga diperoleh hasil lebih akurat utamanya alat CBR.
DAFTAR PUSTAKA
Sukirman, S. (1992). Perkerasan Lentur Jalan Raya. Penerbit Nova, Bandung
Bowles, Joseph E. (1995). Foundation Analysis and Design.
Buchanan, R. E. dan N. E. Gibbons (1975). Bergey’s Manual of Determenistic
Bacteriology. Williams and Wilkins. USA
T. D. Brock, et al. (1994). Biology of Microorganisms, 7th ed. Prenticee Hall, USA
Rao, Subba, N. S. (1994). Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan. UI Press, Jakarta
Djide Natsir, Sartini. (2012). Dasar-Dasar Mikrobiologi Lingkungan. Laboratorium
Mikro-Biotek Farmasi. Fakultas Farmasi. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Sumarsih, Sri. 2003. Diktat Kuliah: Mikrobiologi Dasar. Fakultas Pertanian UPN
”Veteran”. Yogyakarta.
O. G. Ingles and J. B. Metcalf (1972). Soil Stabilization: Principles and Practice.
Butterworths, Sydney
Tumanan, Imelda Vera. 2014. Studi Karakteristik Mekanik Tanah Organik
Terstabilisasi Bakteri Bacillus Subtilis. Universitas Hasanuddin. Makassar
Faoziah, Siti. 2017. Pengaruh Penambahan Bakteri Bacillus Subtilis Terhadap Nilai
Kuat Tekan Tanah Dengan Variasi Kultur. Universitas Hasanuddin.
Makassar.
DOKUMENTASI