HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN HIPERTENSI...
Transcript of HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN HIPERTENSI...
Skripsi 2017
HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN
HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Oleh :
Grelvan Iftan Suangga
C111 14 541
Pembimbing :
dr. Endy Adnan, Ph.D., Sp.PD
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui untuk dibacakan pada seminar akhir di Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin dengan judul :
“HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN HIPERTENSI DI RUMAH
SAKIT PENDIDIKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN”
Hari / Tanggal : Rabu / 22 November 2017
Waktu : 10.30 WITA
Tempat : Bagian Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit
Pendidikan Universitas Hasanuddin
Makassar,
( dr. Endy Adnan, Ph.D., Sp.PD )
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh :
Nama : Grelvan Iftan Suangga
NIM : C111 14 541
Fakultas/ Program Studi : Kedokteran / Pendidikan Kedokteran
Judul Skripsi : Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Hipertensi di
Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin
Telah berhasil dipertahankan dihadapan dewan penguji dan diterima sebagai
bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar sarjana
kedokteran pada Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : dr. Endy Adnan, Ph.D., Sp.PD (……………………)
Nip. 197701012009121002
Penguji : DR. dr. Harun Iskandar, Sp.P, Sp.PD, K-P (……………………)
Nip. 197506132008121002
Dr. dr. Risna Halim, Sp.PD (…..………………)
Nip. 197505172008122002
Ditetapkan di : Makassar
Tanggal : 22 November 2017
iv
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
TELAH DISETUJUI UNTUK DICETAK DAN DIPERBANYAK
Judul Skripsi :
“HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN HIPERTENSI DI
RUMAH SAKIT PENDIDIKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN”
Makassar,
( dr. Endy Adnan, Ph.D., Sp.PD )
v
LEMBAR PERYATAAN ANTI PLAGIARISME
Dengan ini saya menyatakan bahwa seluruh skripsi ini adalah hasil karya saya.
Apabila ada kutipan atau pemakaian dari hasil karya orang lain baik berupa
tulisan, data, gambar atau ilustrasi baik yang telah dipublikasi atau belum
dipublikasi, telah direferensi sesuai dengan ketentuan akademis.
Saya menyadari plagiarism adalah kejahatan akademik, dan melakukannya
akan menyebabkan sanksi yang berat berupa pembatalan skripsi dan sanksi
akademik yang lain.
GRELVAN I SUANGGA
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Indeks
Massa Tubuh Dengan Hipertensi Di Rumah Sakit Pendidikan Universitas
Hasanuddin” ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Kedokteran. Penulisan skripsi ini tidak semata-mata karena hasil kerja dari
penulis sendiri melainkan juga adanya bantuan dari berbagai pihak. Olehnya itu
pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya. Ucapan terima
kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya dari penulis diberikan kepada dr.
Endy Adnan, PhD., Sp.PD selaku pembimbing dalam penulisan skripsi ini atas
waktu, tenaga, pikiran, semangat, dorongan serta bimbingan yang tidak bosan
bosannya diberikan selama penulisan skripsi ini.
Tidak hanya itu, penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak atas jasa-jasanya yang tidak mungkin dilupakan oleh penulis, yaitu:
1. Bapak Prof. DR. dr. Andi Asadul Islam, Sp.BS selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin.
2. Dr. dr. Harun Iskandar, Sp.P, Sp.PD, K-P dan Dr. dr. Risna Halim, Sp.PD
selaku penguji atas waktu, masukan, dan arahan yang telah diberikan
kepada penulis.
vii
3. Prof. dr. A Jayalangkara Tanra., Ph.D., Sp.KJ(K) selaku pembimbing
akademik atas waktu, masukan, dan arahan yang telah diberikan kepada
penulis.
Seluruh staf dosen FK Unhas, yang telah banyak memberikan ilmu
pengetahuan serta pengalamannya yang sangat berharga bagi penulis.
4. Seluruh staf pegawai FK Unhas, yang telah memberikan bantuan selama
penulis menjalani pendidikan di FK Unhas.
5. Teman satu pembimbing skripsi yaitu Andi Syalazil Marjuwa atas
kerjasama dan bantuannya selama proses pembuatan skripsi ini.
6. Sahabat-sahabat saya Muhammad Anugrah Prasetya, Muhammad Fadly
Hafid, Fiqih Eka Putra, Rizal Talalu, Zulkarnain Rusli, Iqra Wardana,
Vecky Valentino Lie, Krisna Goysal, Amirrudin, Verry Asward Samiun,
Winardi Rudiato, Kwan Silvea Kwandou, Ayumi Kandacong, dan semua
teman-teman Neutrof14vine atas motivasi, dukungan, dan doa demi
kelancaran skripsi ini.
7. Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
terlibat memberikan bantuan kepada penulis baik langsung maupun tidak
langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
8. Secara khusus ucapan terima kasih serta hormat yang teramat tinggi
penulis sampaikan kepada kedua orang tuaku yang tercinta, yaitu bapak
Alfret Suangga ST.,Msi dan ibu Krismawangi Lasampa atas semua doa,
dukungan dan pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis sejak
viii
kecil sampai saat ini, dan juga kepada sanak keluarga yang penulis tidak
dapat sebutkan satu persatu.
Dengan segala kerendahan hati penulis memohon maaf atas segala
kekurangan penulis, sehingga belum dapat membalas semua jasa dan kebaikan
bapak / ibu, penulis hanya berdoa kiranya Tuhan Yang Maha Esa akan membalas
semua budi baik bapak / ibu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. demi
penyempurnaan dalam menghadapi tantangan dan perkembangan ilmu
pengetahuan di masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis mempersembahkan skripsi ini semoga dapat bermanfaat
bagi kita semua. Amin.
Makassar, 22 November 2017
Penulis
GRELVAN I SUNGGA
ix
Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin
Skripsi, November 2017
ABSTRAK
Grelvan Iftan Suangga (C11114541)
“Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Hipertensi Di Rumah Sakit
Pendidikan Universitas Hasanuddin”
Latar Belakang : Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi kronis di
mana tekanan darah pada dinding arteri (pembuluh darah) meningkat yaitu
≥140/90 mmHg. Peningkatan berat badan memainkan peranan penting pada
mekanisme timbulnya hipertensi pada orang dengan obesitas. Tujuan :
Mengetahui hubungan IMT dengan tekanan darah pasien hipertensi di Rumah
Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin Maret hingga Agustus 2017. Metode :
Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan cross
sectional. Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu rekam medik. Sampel
: Sampel adalah bagian dari keseluruhan objek yang diteliti serta dianggap
mewakili seluruh populasi. Dalam penelitian ini, sampel diambil menggunakan
teknik non probability sampling yaitu purposive sampling. Hasil penelitian :
Berdasarkan data yang dikumpulkan dari total 68 pasien, ditemukan bahwa jenis
kelamin laki-laki dan perempuan sama banyak yaitu 34 orang (50%), jumlah
pasien dengan rentang usia 40 – 50 tahun dan 51 – 60 sama banyak yaitu
berjumlah 19 orang (27,9 %), rentang usia 61 – 70 tahun 18 orang (26,5 %), dan
rentang usia > 70 tahun 12 orang (17,6 %), Sampel dengan hipertensi derajat 1
terbanyak pada IMT normal (25, %), sedangkan sampel dengan hipertensi derajat
2 terbanyak pada IMT obes II (11,76 %). Kesimpulan : Hubungan antara IMT
dengan tekanan darah pasien hipertensi di Rumah Sakit Pendidikan Universitas
Hasanuddin pada bulan Maret hingga Agustus 2017 tidak memiliki hubungan
yang signifikan tetapi memiliki hubungan yang kuat.
Kata kunci : Hubungan, Indeks Massa Tubuh, Hipertensi, RS Universitas Hasanuddin
x
Faculty of Medicine
Hasanuddin University
Skripsi, November 2017
ABSTRACT
Grelvan Iftan Suangga (C11114541)
"Relationship of Body Mass Index With Hypertension In Hasanuddin
University Education Hospital"
Background : Hypertension or high blood pressure is a chronic condition in
which blood pressure in the arterial wall (blood vessels) increases ≥140 / 90
mmHg. Increased weight plays an important role in the mechanism of
hypertension in people with obesity. Objective : To know relation of BMI with
blood pressure of hypertension patient at Hasanuddin University Education
Hospital from March to August 2017. Method : This research use analytical
survey method with cross sectional approach. This study uses secondary data that
is medical record. Sample : The sample is part of the whole object under study
and is considered representative of the entire population. In this study, the sample
was taken using non probability sampling technique that is purposive sampling.
Results : Based on data collected from a total of 68 patients, it was found that the
sexes of men and women were 34 persons (50%), the number of patients with age
range 40-50 and 51- 60 was about 19 (27.9%), age range 61-70 years 18 people
(26.5%), and age range > 70 years 12 people (17.6%), Sample with hypertension
grade I on normal BMI (25% ), whereas samples with hypertension grade II on
IMT obes II (11,76%). Conclusion : Relation of BMI with hypertension patient at
Hasanuddin University Education Hospital from March to August 2017 not have
significant relation but have a strong relation.
Keywords : Relationship, Body Mass Index, Hypertension, Hasanuddin
University Hospital
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN CETAK ..............................................................iv
LEMBAR PERYATAAN ANTI PLAGIARISME……………………………v
KATA PENGANTAR ....................................................................................vi
ABSTRAK ......................................................................................................ix
DAFTAR ISI. .................................................................................................. xi
DAFTAR DIAGRAM ..................................................................................xvi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xviii
BAB 1. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................ 3
1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................... 3
1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................... 3
1.4.1. Institusi .......................................................................... 3
1.4.2. Ilmiah ............................................................................. 4
xii
1.4.3. Peneliti ........................................................................... 4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 5
2.1. Hipertensi ..................................................................................... 5
2.1.1. Definisi ............................................................................ 5
2.1.2. Etiologi ............................................................................ 6
2.1.3. Patogenesis Hipertensi Primer ........................................ 7
2.1.4. Patofisiologi .................................................................... 8
2.1.5. Diagnosis Hipertensi ..................................................... 10
2.2. Indeks Massa Tubuh (IMT) ....................................................... 15
2.3. Hubungan Hipertensi dan Indeks Massa Tubuh (IMT) ............. 17
BAB 3. KERANGKA KONSEPTUAL HIPOTESIS PENELITIAN ........... 19
3.1. Kerangka Teori .......................................................................... 19
3.2. Kerangka Konseptual ................................................................. 20
3.3. Identifikasi Variabel .................................................................. 21
3.4. Definisi Operasional .................................................................. 21
3.5. Hipotesis Penelitian ................................................................... 23
BAB 4. METODE PENELITIAN ................................................................. 24
xiii
4.1. Desain Penelitian ....................................................................... 24
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 24
4.3. Populasi dan Sampel .................................................................. 24
4.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ..................................................... 25
4.4.1. Kriteria Inklusi .............................................................. 25
4.4.2. Kriteria Eksklusi ........................................................... 25
4.5. Manajemen Data ........................................................................ 26
4.5.1. Jenis dan Sumber Data .................................................. 26
4.5.2. Pengolahan Data ........................................................... 26
4.5.3. Penyajian Data .............................................................. 28
4.6. Etika Penelitian .......................................................................... 28
4.7. Alur Penelitian. .......................................................................... 29
BAB 5. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN …30
5.1 Hasil Penelitian. ........................................................................... 30
5.1.1 Distribusi Frekuensi Pasien Hipertensi
Berdasarkan Kelompok Jenis Kelamin
di Rumah Sakit Pendidikan
Universitas Hasanuddin
Pada Bulan Maret - Agustus 2017…………………….31
xiv
5.1.2 Distribusi Frekuensi Pasien Hipertensi
Berdasarkan Kelompok Usia
di Rumah Sakit Pendidikan
Universitas Hasanuddin
Pada Bulan Maret - Agustus 2017…………………….31
5.1.3 Distribusi Frekuensi Pasien Hipertensi
Berdasarkan Kelompok IMT
di Rumah Sakit Pendidikan
Universitas Hasanuddin
Pada Bulan Maret - Agustus 2017…………………….32
5.1.4 Distribusi Frekuensi Pasien Hipertensi
Berdasarkan Interpretasi Derajat Hipertensi
di Rumah Sakit Pendidikan
Universitas Hasanuddin
Pada Bulan Maret - Agustus 2017…………………….33
5.1.5 Hubungan Interpretasi IMT
dan Interpretasi Derajat Hipetensi
Pada Pasien Hipertesi
di Rumah Sakit Pendidikan
Universitas Hasanuddin
Pada Bulan Maret - Agustus 2017………………….….34
5.2 Analisis Hasil Penelitian………………………………………...36
BAB 6. PEMBAHASAN…………………………………………………....38
6.1 Pembahasan ............................................................................................... 38
xv
BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………….…..43
7.1 Kesimpulan…………………………………………………………….....43
7.2 Saran………………………………………………………………….…..44
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... .45
xvi
DAFTAR DIAGRAM
Grafik 5.1 Hubungan Interpretasi IMT Dengan Derajat Hipertensi .............. 36
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah Pada Usia Dewasa
(Usia ≥18 tahun) Menurut JNC 8 .................................................... 6
Tabel 2.2 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh Usia Dewasa
(Usia ≥18 tahun) Kriteria Asia Pasifik …………………………….17
Tabel 3.1 Klasifikasi Tekanan Darah Pada Usia Dewasa
(Usia ≥18 tahun) Menurut JNC 8 …………………………………22
Tabel 3.2 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh Usia Dewasa
(Usia ≥18 tahun) …………………………………………………...22
Tabel 4.1 Interpretasi Koefisien Kolerasi Versi de Vaus …………………….27
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pasien Hipertensi
Berdasarkan Kelompok Jenis Kelamin ...…………………………31
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pasien Hipertensi
Berdasarkan Kelompok Usia ………………………………………32
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pasien Hipertensi
Berdasarkan Interpretasi IMT ……………………………………..33
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pasien Hipertensi
Berdasarkan Interpretasi Derajat Hipertensi ………………………33
Tabel 5.5 Hubungan Interpretasi IMT dan Interpretasi Tekanan Darah ….….35
Tabel 5.6 Analisis Hasil Penelitian …………………………….…………….36
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel Data Penelitian ..................................................................... 49
Lampiran 2. Surat Permohonan Iizin Penelitian Dan
Pengambilan Data Rekam Medik .................................................. 51
Lampiran 3. Surat Rekomendasi Persetujuan Etik ………………………….…52
Lampiran 4. Lembar Persetujuan Judul ………………………………………..53
Lampiran 5. Lembar Persetujuan Proposal ......................................................... 54
Lampiran 6. Lembar Persetujuan Hasil............................................................... 55
Lampiran 7. Hasil Pengolahan Data ................................................................... 56
Lampiran 8. Biodata Diri Penulis ....................................................................... 59
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi dapat diartikan sebagai peningkatan tekanan darah ≥140/90 mmHg
(Tanto, Hustrini, 2014). Hipertensi merupakan kelainan tekanan darah yang paling
sering dijumpai, hipertensi juga merupakan salah satu masalah kesehatan yang
serius, namun penyebab umumnya belum dapat diketahui (Sherwood, 2012).
Hipertensi sering disebut sebagai the silent killer karena penderita tidak dapat
merasakan gejala maupun tanda dari penyakit hipertensi. Hipertensi yang tidak
terkontrol dapat meningkatkan peluang untuk terjadinya penyakit-penyakit
berbahaya seperti penyakit kardiovaskuler, antara lain stroke, 6 kali lebih besar
Congestive Heart Failure (CHF) dan 3 kali lebih besar serangan jantung (Rahajeng et
al, 2009).
Sampai sekarang ini prevalensi hipertensi atau sering disebut tekanan darah
tinggi di Indonesia masih sangatlah tinggi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2013 memperlihatkan bahwa sebagian besar kasus hipertensi yang ada di
masyarakat belum terdiagnosis. Prevalensi hipertensi pada umur ≥18 tahun di
Indonesia yang didapat melalui jawaban pernah didiagnosis tenaga kesehatan sebesar
9,4 persen, sedangkan yang pernah didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum
obat hipertensi sendiri sebesar 9,5 persen. Jadi, terdapat 0,1 persen penduduk yang
2
minum obat sendiri, meskipun tidak pernah didiagnosis hipertensi oleh nakes.
Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran pada umur ≥18
tahun sebesar 25,8 persen. Jadi cakupan nakes hanya 36,8 persen, sebagian besar
(63,2%) kasus hipertensi di masyarakat tidak terdiagnosis (Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, 2013).
Peningkatan berat badan memainkan peranan penting pada mekanisme
timbulnya hipertensi pada orang dengan obesitas (Nurrahmani, 2012). Saat ini
terdapat berbagai metode pengukuran antropometri tubuh yang dapat digunakan
sebagai skreening obesitas. Metode tersebut antara lain pengukuran indeks massa
tubuh, lingkar pinggang, lingkar panggul, lingkar lengan atas, serta perbandingan
lingkar pinggang dan lingkar panggul (Malope, 2012). Indeks Massa Tubuh (IMT)
merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya
yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Penggunaan IMT
hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18 tahun. IMT tidak dapat
diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan (Supariasa, 2012).
Body Mass Index di definisikan sebagai berat badan (BB) dalam kg dibagi dengan
tinggi badan (TB) dalam m2 (kg/m2 ). Dikatakan overweight bila IMT>25 kg/m2,
sedangkan obesitas apabila IMT>30 kg/m2 berdasarkkan umur dan jenis kelamin
(Haris dan Tambunan, 2009).
Berdasarkan data tersebut diatas, peneliti ingin mengetahui apakah ada
hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan tekanan darah pada penderita
hipertensi. Oleh karena itu peneliti sangat tertarik menemukan jawabannya dengan
melakukan pembuktian secara ilmiah melalui sebuah penelitian yang difokuskan
3
untuk mengetahui apakah ada hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan tekanan
darah pada penderita hipertensi yang berada di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin
Makassar Sulawesi Selatan.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini yaitu adakah hubungan Indeks Massa Tubuh
(IMT) dengan tekanan darah pasien hipertensi di Rumah Sakit Pendidikan
Universitas Hasanuddin pada bulan Maret hingga Agustus 2017?
1.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan tekanan darah pasien
hipertensi di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi pemerintah,
baik pusat maupun daerah, dalam usaha menurunkan prevalensi pasien hipertensi
di Indonesia serta meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap hipertensi,
terutama faktor risiko, upaya pencegahan, dan penanganan pada pasien.
4
1.4.2 Ilmiah
Sebagai salah satu referensi atau acuan bagi peneliti berikutnya yang ingin
melanjutkan penelitian ini.
1.4.3 Peneliti
Sebagai pengalaman baru bagi peneliti dalam hal penelitian, sekaligus
sebagai media bagi peneliti untuk memperluas wawasan.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
2.1.1 Definisi
Hipertensi merupakan manifestasi gangguan keseimbagan secara
hemodinamik sistem kardiovaskular, yang patofisiologinya adalah
multifaktor, sehingga tidak bisa diterangkan dengan hanya satu mekanisme
tunggal. Masalahnya ialah beberapa mmHg tekanan darah diatas harga
kesepakatan normal tersebut, maka ia akan dikatakan sebagai hipertensi
(tekanan darah tinggi) (Yugiantoro, 2009).
Menurut The Eighth Report of The Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure
(JNC 8) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa (18 tahun dan lebih tua)
didasarkan pada rata-rata dua atau lebih diukur dengan benar pembacaan
tekanan darah dari dua atau lebih kunjungan klinis. Jika tekanan darah sistolik
dan nilai-nilai tekanan darah diastolik jatuh ke dalam kategori yang berbeda,
klasifikasi keseluruhan ditentukan didasarkan pada lebih tinggi dari dua
tekanan darah. Tekanan darah adalah diklasifikasikan ke dalam salah satu
dari empat kategori: normal, prehipertensi, hipertensi derajat 1 dan hipertensi
derajat 2. Prehipertensi tidak dianggap sebagai penyakit, namun
6
mengidentifikasi mereka yang cenderung untuk maju ke tahap 1 atau Tahap
2 HTN di masa depan (Tabel 2.1) (JNC 8).
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah Pada Usia Dewasa (Usia ≥18 tahun)
Menurut JNC 8
2.1.2 Etiologi
Berdasarkan etiologinya, hipertensi diklasifikasikan menjadi:
1) Hipertensi primer/esensial (insidens 80-95%): hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya (Tanto, Hustrini, 2014). Hipertensi semacam ini
dikenal sebagai hipertensi idiopatik. Hipertensi primer adalah suatu
kategori umum untuk peningkatan tekanan darah yang disebabkan oleh
beragam penyebab yang tidak diketahui dan bukan suatu entitas tunggal.
Orang dapat memperlihatkan kecenderungan genetik yang kuat mengidap
hipertensi primer, yang dapat dipercepat atau diperburuk oleh faktor
kontribusi misalnya kegemukan, stres, merokok, atau kebiasaan makan
(Sherwood, 2012).
2) Hipertensi sekunder: akibat suatu penyakit atau kelainan mendasari,
seperti stenosis arteri renalis, penyakit-penyakit parenkim ginjal,
Klasifikasi Tekanan
Darah
Tekanan Darah
Sistolik (mmHg)
Tekanan Darah
Diastolik (mmHg)
Normal <120 Dan <80
Prehipertensi 120-139 Atau 80-95
Hipertensi Derajat I 140-159 Atau 90-99
Hipertensi Derajat II ≥160 Atau ≥100
7
hiperaldosteronisme, dan sebagainya (Tanto, Hustrini, 2014). Beberapa
contoh hipertensi sekunder antara lain: (1)Hipertensi ginjal. Sebagai
contoh lesi aterosklerotik yang menonjol ke dalam lumen suatu arteri
renalis atau penekanan eksternal pembuluh ini oleh suatu hormon dapat
mengurangi aliran darah ke ginjal. Ginjal berespons dengan mengaktifkan
jalur hormon yang melibatkan angiotensin II. Jalur ini mendorong retensi
garam dan air sewaktu pembentukan urin sehingga volume darah
bertambah untuk mengompensasi berkurangnya aliran darah ginjal.
Angiotensin II merupakan vasokontriktor kuat. Meskipun kedua efek ini
(peningkatan volume darah dan vasokontriksi yang dipicu oleh
angiotensin) adalah mekanisme kompensasi untuk memperbaiki aliran
darah ke arteri renalis yang menyempit namun keduannya juga menjadi
penyebab meningkatnya tekanan darah arteri secara keseluruhan.
(2)Hipertensi endokrin. Sebagai contoh, feokromositoma adalah suatu
tumor medulla adrenal yang mengeluarkan epinefrin dan nonepinefrin
secara berlebihan. Peningkatan abnormal kadar kedua hormon ini
menyebutkan peningkatan curah jantung dan vasokontriksi perifer
generalisata, di mana keduanya berperan menyebabkan hipertensi khas
pada penyakit ini. (3)Hipertensi neurogenik. Salah satu contoh adalah
hipertensi yang disebabkan oleh kesalahan kontrol tekanan darah karena
defek di pusat kontrol kardiovaskular (Sherwood, 2012).
8
2.1.3 Patogenesis Hipertensi Primer
Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial. Berbagai mekanisme
yang berperan dalam peningkatan tekanan darah, antara lain:
- Mekanisme neural: stres, aktivitas simpatis, variasi diurnal;
- Mekanisme renal: asupan natrium tinggi dengan retensi cairan;
- Mekanisme vascular: disfungsi endotel, radikal bebas, dan remodeling
pembuluh darah;
- Mekanisme hormonal: sistem renin, angiotensin, dan aldosterone (Tanto,
Hustrini, 2014).
2.1.4 Patofisiologi
Mekanisme patofisiologi yang berhubungan dengan peningkatan
hipertensi esensial antara lain :
1) Curah Jantung dan Tahanan Perifer
Keseimbangan curah jantung dan tahanan perifer sangat berpengaruh
terhadap kenormalan tekanan darah. Pada sebagian besar kasus hipertensi
esensial, curah jantung biasanya normal tetapi tahanan perifernya
meningkat. Tekanan darah ditentukan oleh kosentrasi sel otot halus yang
terdapat pada arteriol kecil. Peningkatan konsentrasi sel otot halus akan
berpengaruh pada peningkatan konsentrasi kalsium intraseluler.
Peningkatan konsentrasi otot halus ini semakin lama akan mengakibatkan
penebalan pembuluh darah arteriol yang mungkin dimediasi oleh
9
angiotensin yang menjadi awal meningkatnya tahanan perifer yang
irreversible.
2) Sistem Renin-Angiotensin
Ginjal mengontrol tekanan darah melalui peningkatan volume cairan
ekstraseluler dan ekskresi renin. Sistem Renin-Angiotensin merupakan
sistem endokrin yang penting dalam pengontrolan tekanan darah. Renin
diekskresi oleh juxtaglomerulus aparatus ginjal sebagai respon glomerulus
underperfusion atau penurunan asupan garam, ataupun respon dari sistem
saraf simpatik.
3) Sistem Saraf Otonom
Sirkulasi sistem saraf simpatik dapat menyebabkan vasokontriksi dan
dilatasi arteriol. Sistem saraf otonom ini mempunyai peran yang penting
dalam mempertahankan tekanan darah. Hipertensi dapat terjadi karena
interaksi antara sistem saraf otonon dan sistem renin-angiotensin bersama-
sama dengan faktor lain termasuk natrium, volume sirkuasi, dan beberapa
hormon.
4) Disfungsi Endotelium
Pembuluh darah sel endotel mempunyai peran yang penting dalam
pengontrolan pembuluh darah jantung dengan memproduksi sejumlah
vasoaktif lokal, yaitu molekul oksida nitrit dan peptida endotelium.
Disfungsi endotelium banyak terjadi pada kasus hipertensi primer. Secara
klinis pengobatan dengan antihipertensi menunjukan perbaikan gangguan
produksi dari oksida nitrit.
10
5) Substansi Vasoaktif
Banyak sistem vasoaktif yang mempengaruhi transpor natrium dalam
mempertahankan tekanan darah pada keadaan normal. Bradikinin
merupakan vasodilator yang potensial, begitu endothelin. Endothelin dapat
meningkatkan sensitifitas garam pada tekanan darah serta mengaktifkan
sistem rein-angiotensin lokal. Arterial natriuretic peptide merupakan
hormon yang diproduksi di atrium jantug dalam merespon peningkatan
volum darah. Hal ini dapat meningkatkan ekskresi garam dan air dari
ginjal yang akhirnya dapat meningkatkan retensi cairan dan hipertensi.
6) Hiperkoagulasi
Pasien dengan hipertensi memperlihatkan ketidaknormalan dari dinding
pembuluh darah (disfungsi endotelium atau kerusakan sel endotelium),
ketidaknormalan faktor homeostasis, patelet, dan fibrinolisis. Diduga
hipertensi dapat menyebabkan protombotik dan hiperkoagulasi yang
semakin lama akan semakin parah dan merusak organ target. Beberapa
keadaan dapat dicegah dengan pemberian obat anti-hipertensi.
7) Disfungsi Diastolik
Hipertrofi ventrikel kiri menyebabkan ventrikel tidak dapat beristirahat
ketika terjadi tekanan diastolik. Hal ini untuk memenuhi peningkatan
kebutuhan input ventrikel, terutama pada saat olahraga terjadi peningkatan
tekanan atrium kiri melebihi normal, dan penurunan tekanan ventrikel.
(Gray, et al, 2005).
11
2.1.5 Diagnosis Hipertensi
1. Anamnesis. Kebanyakan pasien hipertensi bersifat asimtomatik.
Beberapa pasien mengalami sakit kepala, rasa seperti berputar, atau
penglihatan kabur. Hal yang dapat menunjang kecurigaan ke
hipertensi sekunder, antara lain: penggunaan obat-obatan
(kontrasepsi hormonal, kortikosteroid, dekongestan, OAINS); sakit
kepala paroksimal, berkeringat, atau takikardi (feokromositoma);
riwayat penyakit ginjal sebelumnya. Mencari faktor risiko
kardiovaskuler lainnya: merokok, obesitas, inaktivitas fisik,
dislipidemia, diabetes mellitus, mikroalbuminuria, atau laju filtrasi
glomerulus (LFG) <60 mL/mnt, usia (laki-laki >55th, perempuan
>65th), riwayat keluarga dengan penyakit kardiovaskuler dini (laki-
laki <55th, perempuan <65th) (Tanto, Hustrini, 2014).
2. Pemeriksaan fisis. Pengukuran tekanan darah (TD) dilakukan pada
penderita yang dalam keadaan nyaman dan rilaks, dan dengan tidak
tertutup/tertekan pakaian. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada
saat melakukan pengukuran tekanan darah adalah:
a. Untuk mengukur TD terdapat 3 jenis sphygmomanometer. Yaitu
aneroid (kurang akurat bila digunakan berulang-ulang),
manometer elektronik (juga kurang akurat) dan manometer
merkuri/air raksa (ingat merkuri dapat mencemari lingkungan).
Gunakan manset dengan ukuran iflatable bag; (karet yang ada di
bagian dalam manset) yang sesuai, yaitu lebar ± 40% dari lingkar
12
lengan (rata-rata pada orang dewasa 12-14 cm) dan panjang ± 60-
80% lingkar lengan, sehingga cukup panjang untuk melingkupi
lengan.
b. Pasang manset pada lengan atas dengan pusat iflatable bag di
bagian atas arteri brakhialis (pada sisi dalam lengan atas) dan sisi
bawah manset ± 2,5 cm di atas fossa antecubiti.
c. Posisi lengan penderita sedikit fleksi pada siku, lengan harus
disangga (dengan bantal, meja atau benda lain yang stabil),
pastikan bahwa manset setinggi jantung. Cari arteri brakhialis,
biasanya sedikit medial dari tendon bisep.
d. Lakukan pemeriksaan palapasi tekanan darah sistolik (TDS) yaitu
ibu jari atau jari-jari lain diletakan di atas arteri brakhialis, manset
dipompa/dikembangkan sampai ± 30 mmHg di atas tingkat mana
pulsasi mulai tidak teraba, kemudian manset pelan-pelan
dikendurkan dan akan didapatkan TDS yaitu saat pulsasi mulai
terasa kembali.
e. Selanjutnya stetoskop (bagian bell) diletakkan di atas arteri
brakhialis, manset dipompa kembali sampai ± 30 mmHg di atas
harga palpasi TDS, kemudian manset dikendurkan pelan-pelan
(mulai terdengar suara) dan tekanan darah diastolik atau TTD
(suara mulai menghilang).
f. Pengukuran TD harus dilakukan pada lengan (arteri brakhialis)
kanan dan kiri, setidaknya pernah dilakukan walaupun sekali saja.
13
Normal antara kanan dan kiri terdapat perbedaan 5-10 mmHg.
Bila ada perbedaan > 10-15 mmHg perlu dicurigai adanya
kompresi atau obstruksi arteri pada sisi yang TD-nya lebih
rendah.
g. Pada penderita yang mendapat obat antihipertensi dan ada riwayat
pingsan atau postural dizziness, atau pada penderita dengan
dugaan hipovolemik. TD diukur pada posisi tidur, duduk, dan
berdiri (kecuali ada kontraindikasi). Normal dari posisi horizontal
ke posisi berdiri akan menyebabkan TDS sedikit menurun atau
tidak berubah dan TDD sedikit meningkat. Bila saat berdiri TDS
turun & 20 mmHg, apalagi disertai adanya keluhan, menunjukan
adanya hipotensi ortostatik (postural). TDD juga bisa turun.
Penyebabnya adalah obat, hipovolemia, terlalu lama tirah baring
dan gangguan sistem saraf otonom perifer.
3. Pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi
terdiri dari: tes darah rutin, glukosa darah (sebaiknya puasa),
kolestrol total serum, kolestrol LDL dan HDL serum, trigliserida
serum (puasa), asam urat serum, kreatinin serum, kalium serum,
hemoglobin dan hematokrit, urinalisis (uji carik celup serta sedimen
urin), elektrokardiogram.
Beberapa pedoman penanganan hipertensi menganjurkan tes lain
seperti: ekokardiogram, USG karotis (dan femoral), C-reactive
protein, mikroalbuminuria atau perbandingan albumin/kreatinin urin,
14
proteinuria kuantitatif (jika uji carik positif), funduskopi (pada
hipertensi berat).
Evaluasi pasien hipertensi juga diperlukan untuk menentukan adanya
penyakit penyerta sistemik, yaitu: aterosklerosis (melalui
pemeriksaan profil lemak), diabetes (terutama pemeriksaan gula
darah), fungsi ginjal (dengan pemeriksaan proteinuria, kreatinin
serum, serta memperkirakan laju filtrasi glomerulus) (Yugiantoro,
2009).
Pemeriksaan penunjang untuk kecurigaan klinis hipertensi sekunder:
i. Hipertiroidisme/hipotiroidisme: fungsi tiroid (TSH, FT4, FT3);
ii. Hiperparatiroidisme: kadar PTH, Ca2+
;
iii. Hiperaldosteronisme primer: kadar aldosterone plasma, CT-scan
abdomen, kadar serum Na+↑, K
+↓, peningkatan ekskresi K
+ dalam
urin, ditemukan alkalosis metabolik;
iv. Feokromasitoma: kadar metanefrin, CT-scan/MRI abdomen;
v. Sindrom Cushing: kadar kortisol urin 24 jam;
vi. Hipertensi renovaskular: CT-angiografi arteri renalis, USG ginjal,
Doppler sonografi.
(Tanto, Hustrini, 2014)
4. Pemeriksaan kerusakan organ target. Pada pasien hipertensi,
beberapa pemeriksaan untuk menentukan adanya kerusakan organ
target dapat dilakukan secara rutin, sedang pemeriksaan lainnya
hanya dilakukan bila ada kecurigaan yang didukung oleh keluhan
15
dan gejala pasien. Pemeriksaan untuk mengevaluasi adanya
kerusaakan organ target meliputi:
1. Jantung: pemeriksaan fisik, foto polos dada (untuk melihat
pembesaran jantung, kondisi arteri intra toraks dan sirkulasi
pulmoner), elektrokardiografi (untuk deteksi iskemia, gangguan
konduksi, aritmia, serta hipertrofi ventrikel kiri), ekokardiografi.
2. Pembuluh darah: pemeriksaan fisik termasuk perhitungan pulse
pressure, ultrasonografi (USG) karotis, fungsi endotel.
3. Otak: pemeriksaan neurologis, diagnosis stroke ditegakan
dengan mengguanakan cranial computed tomo-grafi (CT) scan
atau magnetic resonance imaging (MRI) (untuk pasien dengan
keluhan gangguan neural, kehilangan memori atau gangguan
kognitif).
4. Mata: funduskopi retina.
5. Fungsi ginjal: pemeriksaan fungsi ginjal dan penentuan adanya
proteninuria/mikro-makroalbuminuria serta rasio albumin
kreatinin urin, perkiraan laju filtrasi glomerulus, yang untuk
pasien dalam kondisi stabil dapat diperkirakan dengan
mengguanakan modifikasi rumus dari Cockroft-Gault sesuai
dengan anjuran National Kidney Foundation (NKF) yaitu :
16
( )
( )
(*glomerulus filtration rate/laju filtrasi glomerulus (GFR) dalam
ml/menit/1,73 m2). (Yugiantoro, 2009).
2.2. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan suatu pengukuran yang
membandingkan berat badan dengan tinggi badan. Walaupun dinamakan
“indeks”, IMT sebenarnya adalah rasio atau nisbah yang dinyatakan sebagai berat
badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter)
(Markenson, 2004). Rumus penghitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah:
( )
( ( ) ( )
Dengan menggunakan IMT dapat diketahui apakah berat badan seseorang
dinyatakan normal, kurus atau gemuk. Penggunaan IMT hanya untuk orang
dewasa berumur diatas 18 tahun dan tidak dapat diterapkan pada bayi, anak,
remaja, ibu hamil, dan olahragawan. Disamping itu pula IMT tidak dapat
diterapkan dalam keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti edema, asites, dan
hepatomegali (Supariasa, 2002).
Pada remaja dan anak-anak tidak digunakan rumus Indeks Massa Tubuh
(IMT) yang digunakan oleh orang dewasa. Pengukuran dianjurkan untuk
17
mengukur berat badan berdasarkan nilai presentil yang dibedakan atas jenis
kelamin dan usia anak karena kecepatan pertumbuhan tinggi badan serta berat
badan tidak berlangsung dengan kecepatan yang sama, jumlah lemak tubuh yang
masih sering berubah seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan anak dan
perbedaan jumlah lemak tubuh untuk anak laki-laki dan perempuan juga berbeda
selama pertumbuhan berlangsung. (Dinsdale H, Ridler C, Ells L, 2011).
Olahragawan mempunyai Indeks Massa Tubuh (IMT) yang cukup tinggi
dikarenakan peningkatan massa otot yang akan menunjukan kategori obesitas
dalam pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) namun memiliki kadar lemak
tubuh yang rendah (Maqsood S, 2011).
Tabel 2.2 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh Usia Dewasa (Usia ≥18 tahun)
Kriteria Asia Pasifik
Klasifikasi IMT (kg/m2)
Berat Badan Kurang <18,5
Berat Badan Normal 18,5-22,9
Berat Badan Berlebih 23-24,9
Obes I 25-29,9
Obes II ≥30
Sumber: WHO technical series, 2000
2.3. Hubungan Hipertensi dan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Peningkatan Indeks Massa Tubuh (IMT) erat kaitannya dengan penyakit
hipertensi baik pada laki-laki maupun pada perempuan. Kenaikan berat badan
(BB) sangat berpengaruh pada mekanisme timbulnya kejadian hipertensi pada
18
orang yang obes akan tetapi mekanisme terjadinya hal tersebut belum dipahami
secara jelas namun diduga pada orang yang obes terjadi peningkatan volume
plasma dan curah jantung yang akan meningkatkan tekanan darah. Angka
kejadian hipertensi pada pasien yang menderita obesitas menurut Sweedish Obese
Study didapatkan sebesar 13,5% dan angka tersebut terus meningkat seiring
dengan peningkatan IMT dan Waist Hip Ratio (WHR) (Sihombing, 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Avihani RDH dan Sulcan M pada tahun 2013
menunjukan bahwa sekitar 7,5% hipertensi obesitik diderita oleh remaja awal
(Avihani, Sulchan, 2013). Penelitian hipertensi pada pasien yang menderita
obesitas berusia dewasa di Indonesia memperlihatkan bahwa, angka kejadian
hipertensi pada pasien yang menderita obesitas sebesar 48,6%, presetase pada
pasien laki-laki yang menderita obesitas terdapat 50,1% dan pasien perempuan
yang menderita obesitas 47,9%. Hasil ini jika dibandingkan dengan angka
kejadian hipertennsi pada pasien yang menderita obesitas hasil laporkan Swedish
Obese Study jauh lebih tinggi (Sihombing, 2010).
19
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Teori
(Dhianningtyas, Hendrati, 2006; Rahajeng, Tumiah, 2009; Sihombing, 2010; Irza
2009; Humayun, et al, 2009; Kotchen, 2006; Uiterwaal, et al,2007).
Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap
kejadian hipertensi
Faktor-faktor yang
tidak dapat di
kontrol:
Faktor-faktor yang dapat
di kontrol:
Usia
Jenis kelamin
Etnis
Riwayat
keluarga
Pola makan
Status gizi
Aktivitas fisik
Kebiasan
merokok
Faktor penyakit
lain
Konsumsi
alkohol
Keadaan stres
Konsumsi
minuman
bekafein
Hipertensi
20
3.2 Kerangka Konseptual
Faktor resiko (variabel bebas) Kejadian (variabel terikat)
= Diteliti = Tidak diteliti
Usia
Jenis kelamin
Etnis
Riwayat keluarga
Pola makan
Status gizi
Aktivitas fisik
Faktor penyakit lain
Keadaan stres
Konsumsi berkafein
Konsumsi alkohol
Kebiasaan merokok
Hipertensi
Kata Kata
21
3.3 Identifikasi Variabel
1. Variabel bebas : status gizi (menggunakan IMT)
2. Variabel terkait : tekanan darah
3. Variabel perancu : umur, ras, jenis kelamin, aktivitas fisik/olahraga,
konsumsi alkohol, merokok, stress, pola konsumsi (diet).
3.4 Definisi Operasional
1. Tekanan darah
Definisi : Tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri darah ketika
darah di pompa oleh jantung keseluruh tubuh anggota tubuh manusia.
Alat Ukur : Data rekam medik pasien.
Cara Ukur : Memindahkan informasi mengenai tekanan darah sistolik dan
diastolik pasien ke dalam program komputer untuk menentukan
interpretasinya.
Skala Ukur : Ordinal
Hasil Ukur :
22
Tabel 3.1 Klasifikasi Tekanan Darah Pada Usia Dewasa (Usia ≥18 tahun)
Menurut JNC 8
1. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Definisi : Alat ukur untuk menentukan status gizi seseorang.
Alat Ukur : Data rekam medik pasien.
Cara Ukur : Memindahkan informasi mengenai berat badan dan tinggi
badan pasien ke dalam program komputer untuk menentukan Indeks
Massa Tubuh (IMT) dan interpretasinya.
Skala Ukur : Ordinal
Hasil Ukur :
Tabel 3.2 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh Usia Dewasa (Usia ≥18 tahun)
Klasifikasi IMT (kg/m2)
Berat Badan Kurang <18,5
Berat Badan Normal 18,5-22,9
Berat Badan Berlebih 23-24,9
Obes I 25-29,9
Obes II ≥30
Klasifikasi Tekanan
Darah
Tekanan Darah
Sistolik (mmHg)
Tekanan Darah
Diastolik (mmHg)
Normal <120 Dan <80
Prehipertensi 120-139 Atau 80-95
Hipertensi Derajat
I
140-159 Atau 90-99
Hipertensi Derajat II ≥160 Atau ≥100
23
3.5 Hipotesis Penelitian
Adanya hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan tekanan darah pasien
hipertensi di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Makassar pada bulan Maret
hingga Agustus 2017.
24
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan cross
sectional. Dalam penggunaan pendekatan cross sectional, pengukuran variabel
terikat (tekanan darah pada pasien hipertensi) dan variabel bebas (Indeks Massa
Tubuh (IMT)) dilakukan secara stimulan, satu kali saja dalam waktu yang
bersamaan dan tidak dilakukan follow up.
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Sakit Pendidikan Universitas
Hasanuddin pada bulan Maret hingga Agustus 2017.
4.3 Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Populasi pada penelitian ini
adalah seluruh pasien hipertensi yang datang berobat ke Rumah Sakit Pendidikan
Universitas Hasanuddin pada bulan Maret hingga Agustus 2017.
Sampel adalah bagian dari keseluruhan objek yang diteliti serta dianggap
mewakili seluruh populasi. Dalam penelitian ini, sampel diambil menggunakan
teknik non probability sampling yaitu purposive sampling karena tidak semua
25
pasien mewakili kesempatan yang sama untuk menjadi sampel, terdapat kriteria-
kriteria yang telah ditentukan peneliti sebelumnya (kriteria inklusi dan eksklusi).
Adapun yang akan menjadi sampel pada penelitian ini adalah keseluruhan
pasien hipertensi yang datang berobat ke Rumah Sakit Pendidikan Universitas
Hasanuddin pada bulan Maret hingga Agustus 2017 dan memenuhi kriteria inklusi
serta eksklusi.
4.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
4.4.1 Kriteria Inklusi
1. Pasien hipertensi yang datang berobat ke Rumah Sakit Pendidikan
Universitas Hasanuddin pada bulan Maret hingga Agustus 2017.
2. Memiliki data rekam medik yang dapat dievaluasi, meliputi:
identitas pasien berupa nama, umur, jenis kelamin, alamat,
pekerjaan, serta hasil antropometri pasien berupa berat badan dan
tinggi badan.
3. Pasien berumur 40 tahun ke atas.
4.4.2 Kriteria Eksklusi
1. Pasien dengan data rekam medik yang tidak lengkap (identitas
pasien dan hasil antropometri), rusak, atau tidak terbaca.
2. Pasien adalah seorang ibu hamil.
26
3. Pasien adalah olahragawan (jika dapat diketahui melalui rekam
medik).
4.5 Manajemen Data
4.5.1 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang diperoleh melalui rekam medik pasien hipertensi yang datang berobat ke
Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin pada bulan Maret hingga
Agustus 2017 namun belum pernah mendapatkan terapi pengobatan
sebelumnya, sudah pernah mendapatkan terapi pengobatan tetapi berhenti
atau tidak teratur.
4.5.2 Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh dari rekam medik kemudian dimasukan ke
dalam tabel untuk kemudian diolah dengan menggunakan perangkat
Statistical Package for the Social Sciences (SPSS).
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji korelasi
Spearman karena kedua kelompok data yang di peroleh menggunakan skala
ordinal (interpretasi) sehingga untuk menghubungkan keduanya diperlukan
uji korelasi dengan metode spearman.
27
Rumus uji korelasi spearman untuk jumlah sampel ≤ 30 adalah :
( )
Di mana :
rs = koefisien korelasi Spearman
∑d2 = total kuadrat selisih antar ranking
n = jumlah sampel penelitian
Jika, jumlah sampel > 30 maka :
√
Di mana :
z = nilai z hitung
rs = koefisien korelasi Spearman
n = jumlah sampel penelitain
Sedangkan untuk menentukan hasil interpretasinya menggunakan
koefisien korelasi Versi de Vaus
Tabel 4.1 Interpretasi Koefisien Kolerasi Versi de Vaus
Koefisien Kekuatan Hubungan
0,00 Tidak ada hubungan
0,01 – 0,09 Hubungan kurang berarti
0,10 – 0,29 Hubungan lemah
0,30 – 0,49 Hubungan moderat
0,50 – 0,69 Hubungan kuat
0,70 – 0,89 Hubungan sangat kuat
>0,90 Hubungan mendekati sempurna
28
4.5.3 Penyajian Data
Data yang telah diolah dan dianalisis kemudian akan disajiakan dalam
bentuk tabel disertai penjelasan serta disusun dan dikelompkan sesuai dengan
tujuan penelitian.
4.6 Etika Penelitian
1. Menyertakan surat pengantar yang ditujukan kepada instansi terkait
sebagai permohonan izin melakukan penelitian.
2. Menjaga kerahasiaan data rekam medik sehingga diharapkan tidak ada
pihak yang merasa dirugikan atas penelitian yang dilakukan.
29
4.7 Alur penelitian
Rumusan Masalah
Identifikasi variabel
Penentuan subjek penelitian
(populasi dan sampel)
Kriteria inklusi dan ekslusi
Pengolahan dan analisis data
Pengumpulan data dan sampel
Hasil penelitian
Kesimpulan
30
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
5.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini di lakukan pada pasien hipertensi di Rumah Sakit Pendidikan
Universitas Hasanuddin pada bulan Maret hingga Agustus 2017. Penelitian ini
dilakukan dengan mengambil data sekunder dari rekam medik penderita
hipertensi namun belum pernah mendapatkan terapi pengobatan sebelumnya,
sudah pernah mendapatkan terapi pengobatan tetapi berhenti atau tidak teratur.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sample yaitu
cara pemilihan sampel yang disengaja karena ada pertimbangan tertentu sesuai
dengan persyaratan sampel yang diperlukan. Jumlah penderita hipertensi yang
berobat di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin mulai dari Maret
hingga Agustus 2017 yang akan dijadikan sampel pada penelitian ini didapatkan
sebanyak 68 orang.
Sampel yang telah diambil dari data bagian rekam medik Rumah Sakit
Pendidikan Universitas Hasanuddin yang dikumpulkan dan diolah berdasarkan
jenis kelamin, usia, indeks massa tubuh, dan tekanan darah. Data yang terkumpul
kemudian diolah dengan menggunakan program SPSS yang hasilnya dapat dilihat
sebagai berikut.
31
5.1.1 Distribusi Frekuensi Pasien Hipertensi Berdasarkan Kelompok Jenis
Kelamin di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin Pada
Bulan Maret - Agustus 2017
Berdasarkan data yang dikumpulkan dari total 68 pasien, ditemukan
bahwa jenis kelamin laki-laki sebanyak 34 orang (50%) dan perempuan
sebanyak 34 orang (50 %).
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pasien Hipertensi Berdasarkan
Kelompok Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah (n) Persen (%)
Laki-laki 34 50
Perempuan 34 50
Total 68 100
Sumber : Rekam Medik Rumah Sakit Universitas Hasanuddin
5.1.2 Distribusi Frekuensi Pasien Hipertensi Berdasarkan Kelompok Usia
di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin Pada Bulan
Maret - Agustus 2017
Berdasarkan data yang dikumpulkan dari total 68 pasien, ditemukan
bahwa jumlah pasien dengan rentang usia 40 – 50 tahun berjumlah 19
orang (27,9 %), rentang usia 51 – 60 tahun berjumlah 19 orang (27,9 %),
rentang usia 61 – 70 tahun 18 orang (26,5 %), dan rentang usia > 70
tahun 12 orang (17,6 %).
32
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pasien Hipertensi Berdasarkan
Kelompok Usia
Usia Jumlah (n) Persen (%)
40 – 50 Tahun 19 27,9
51 – 60 Tahun 19 27,9
61 – 70 Tahun 18 26,5
> 70 Tahun 12 17,6
Total 68 100
Sumber : Rekam Medik Rumah Sakit Universitas Hasanuddin
5.1.3 Distribusi Frekuensi Pasien Hipertensi Berdasarkan Interpretasi IMT
di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin Pada Bulan
Maret - Agustus 2017
Berdasarkan data yang dikumpulkan dari total 68 pasien, ditemukan
bahwa jumlah pasien dengan IMT berat badan kurang berjumlah 7 orang
(10,3 %), IMT berat badan normal berjumlah 23 orang (33,8 %), IMT
berat badan berlebih 10 orang (14,7 %), IMT obes I 23 orang (33,8 %),
dan IMT obes II 5 orang (7,4 %).
33
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pasien Hipertensi Berdasarkan
Interpretasi IMT
Interpretasi IMT Jumlah (n) Persen (%)
Berat Badan Kurang 7 10,3
Normal 23 33,8
Berat Badan Berlebih 10 14,7
Obese I 23 33,8
Obese II 5 7,4
Total 68 100
Sumber : Rekam Medik Rumah Sakit Universitas Hasanuddin
5.1.4 Distribusi Frekuensi Pasien Hipertensi Berdasarkan Interpretasi
Derajat Hipertensi di Rumah Sakit Pendidikan Universitas
Hasanuddin Pada Bulan Maret - Agustus 2017
Berdasarkan data yang dikumpulkan dari total 68 pasien, ditemukan
bahwa jumlah pasien dengan hipertensi derajat I 48 orang (70,6 %) dan
jumlah pasien dengan hipertensi derajat II 20 orang ( %).
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pasien Hipertensi Berdasarkan
Interpretasi Derajat Hipertensi
Jenis Kelamin Jumlah (n) Persen (%)
Hipertensi Derajat I 48 70,6
Hipertensi Derajat II 20 29,4
Total 68 100
Sumber : Rekam Medik Rumah Sakit Universitas Hasanuddin
34
5.1.5 Hubungan Interpretasi IMT dan Interpretasi Derajat Hipertensi
Pada Pasien Hipertensi di Rumah Sakit Pendidikan Universitas
Hasanuddin Pada Bulan Maret - Agustus 2017
Beradasarkan Tabel 5.5 dapat dilihat bagaimana hubungan antara
interpretasi IMT dan interpretasi derajat hipertensi secara angka dalam
bentuk tabel. Sampel dengan hipertensi derajat 1 berjumlah 48 orang
(70,59 %), di mana 6 orang memiliki IMT berat badan kurang (8,82 %),
17 orang memiliki IMT berat badan normal (25,00 %), 6 orang memiliki
IMT berat badan berlebih (8,82 %), 15 orang memiliki IMT obes I (22,06
%), dan 4 orang memiliki IMT obes II (5,88 %). Sedangkan Sampel
dengan hipertensi derajat 2 berjumlah 20 orang (29,41 %), di mana 1
orang memiliki IMT berat badan kurang (1,47 %), 6 orang memiliki IMT
berat badan normal (8,82 %), 4 orang memiliki IMT berat badan berlebih
(5,88 %), 8 orang memiliki IMT obes I (11,76 %), dan 1 orang memiliki
IMT obes II (1,47 %).
35
Tabel 5.5 Hubungan Interpretasi IMT dan Interpretasi Tekanan
Darah
Interpretasi IMT
Interpretasi Hipertensi
Total HT
Derajat 1
HT
Derajat
2
Berat Badan Kurang 6
(8,82 %)
1
(1,47 %)
7
(10,29 %)
Normal 17
(25,00 %)
6
(8,82 %)
23
(33,82 %)
Berat Badan Lebih 6
(8,82 %)
4
(5,88 %)
10
(14,71 %)
Obes I 15
(22,06 %)
8
(11,76 %)
23
(33, 82 %)
Obes II 4
(5,88 %)
1
(1,47 %)
5
(7,35 %)
Total 48
(70,59 %)
20
(29,41 %)
68
(100 %)
Sumber : Rekam Medik Rumah Sakit Universitas Hasanuddin
36
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
BERATBADAN
KURANG
NORMAL BERATBADANLEBIH
OBES I OBES II
HT GRADE I
HT GRADE II
Grafik 5.1 Hubungan Interpretasi IMT Dengan Derajat Hipertensi
5.2 Analisis Hasil Penelitian
Tabel 5.6 Analisis Hasil Penelitian
Interpretasi
IMT
Interpretasi
Derajat
Hipertensi
Spearman’s rho Interpretasi
IMT
Correlation
Coefficeient
Sig. (2-tailed)
N
1,000
68
0,065
0,597
68
Interpretasi
Hipertensi
Correlation
Coefficeient
Sig. (2-tailed)
N
0,065
0,597
68
1,000
68
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Spearman
karena kedua kelompok data yang diperoleh menggunakan skala ordinal
(interpretasi) sehingga untuk menghubungkannya keduanya digunakan uji
korelasi dengan metode Spearman. Pada penelitian ini di dapatkan data > 30
jumlah sampel maka digunakan rumus √ untuk menentukan
37
correlation coefficient. Berdasarkan Tabel 5.6 dapat dilihat bahwa hubungan
antara interpretasi IMT dan interpretasi tekanan darah menghasilkan nilai
correlation coefficient (simbol r), sebesar 0,065 serta nilai Sig. (2-tailed)
(symbol p), sebesar 0,597. Untuk nilai p sendiri dipakai untuk menentukan
hubungan yang signifikan (p < 0,05) atau tidak (p > 0,05) antara dua variabel,
sedangkan nilai r dipakai untuk menentukan bagaimana kekuatan hubungan
antara kedua variabel tersebut, dalam penenlitian ini interpretasi nilai r
menggunakan koefisien korelasi Versi de Vaus. Dari hasil penelitian, maka di
temukan nilai p sebesar 0,597 dimana p > 0,05 yang berarti tidak adanya
hubungan yang signifikan antara indeks massa tubuh dengan hipertensi pada
pasien hipertensi di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin pada
bulan Maret hingga Agustus 2017 sedangkan untuk nilai r ditemukan sebesar
0,065, karena jumlah sample lebih dari 30 orang sehingga menggunakan
rumus √ maka di dapatkan nilai r sebesar 0,532 yang berarti nilai
r jika di konversikan dengan koefisien korelasi Versi de Vaus mempunyai
hubungan yang kuat antara indeks massa tubuh dengan hipertensi pada pasien
hipertensi di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin pada bulan
Maret hingga Agustus 2017. Selain itu angka koefisien korelasi pada hasil di
atas, bernilai positif, yaitu 0,532 sehingga hubungan kedua variabel bersifat
searah, dengan demikian dapat diartikan bahwa semakin meningkat indeks
massa tubuh pada pasien hipertensi yang berusia ≥ 40 tahun di Rumah Sakit
Pendidikan Universitas Hasanuddin pada bulan Maret hingga Agustus 2017
maka tekanan darah pada pasien tersebut juga akan meningkat.
38
BAB 6
PEMBAHASAN
6.1 Pembahasan
Berdasarkan pengolahan rekam medik pasien hipertensi di Rumah Sakit
Pendidikan Universitas Hasanuddin pada bulan Maret hingga Agustus 2017
ditemukan jumlah pasien hipertensi laki-laki sebanyak 34 orang (50 %) dan
pasien hipertensi perempuan sebanyak 34 orang (50 %). Sehingga total pasien
hipertensi berjumlah 68 orang (100 %).
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Iksan,
dkk (2014) yang dilakukan pada bulan September 2013 hingga Februari 2014 di
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta yang menyatakan bahwa jumlah
pasien hipertensi laki-laki berjumlah 11 orang (36,7 %) dan jumlah pasien
hipertensi perempuan berjumlah 19 orang (63,3 %) sehingga total pasien
hipertensi berjumlah 30 orang (100 %). Berdasarkan hasil penelitian tersebut di
dapatkan jenis kelamin pasien terbanyak adalah berjenis kelamin perempuan.
Menurut Cortas, dkk (2008) mengatakan bahwa prevalensi kejadian pada pria
sama dengan wanita. Untuk wanita diatas usia 45 tahun cenderung akan
mengalami peningkatan risiko tekanan darah tinggi (hipertensi) di akibatkan
karena terjadinya menopause. Hal ini di karenakan berkurangnya hormon estrogen
pada masa menopause yang mengakibatkan berkurang pula kadar High Density
Lipoprotein (HDL), hal tersebut akan mempengaruhi terjadinya proses
aterosklerosis dan mengakibatkan tekanan darah tinggi akibat tingginya kadar
High Density Lipoprotein (LDL) (Anggraini, dkk, 2009).
39
Berdasarkan hasil penelitian pasien hipertensi didapatkan jumlah pasien dengan
rentang usia 40 – 50 tahun berjumlah 19 orang (27,9 %), rentang usia 51 – 60
tahun berjumlah 19 orang (27,9 %), rentang usia 61 – 70 tahun 18 orang (26,5 %),
dan rentang usia > 70 tahun 12 orang (17,6 %). Dapat dilihat bahwa pada rentang
usia rata-rata pasien hipertensi di Rumah Sakit Pendidikan Universitas
Hasanuddin pada bulan Maret hingga Agustus 2017 lebih banyak pada usia diatas
atau sama dengan 40 tahun relatif sama, yang berarti hasil penelitian ini
menunjukan bahwa pasien yang menderita hipertensi di dominasi oleh usia-usia
di atas 40 tahun yang datang ke Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin
untuk mendapatkan pengobatan. Peningkatan usia sangat mempengaruhi proses
terjadinya hipertensi. Usia lebih dari 40 tahun memiliki risiko menderita
hipertensi dengan prevalensi angka kejadian hipertensi adalah sekitar 40 %
dengan angka kematian sekitar 50 % pada usia diatas umur 60 tahun (Staessen,
dkk, 2003). Menurut teori dikatakan bahwa usia diatas 45 tahun dinding
pembuluh darah akan mengalami penebalan karena adanya penumpukan zat
kalogen pada lapisan otot. Sehingga pembuluh darah akan menyempit dan
menjadi kaku (Nuraini, 2015).
Berdasarkan data yang dikumpulkan dari total 68 pasien, ditemukan bahwa
jumlah pasien dengan IMT berat badan kurang berjumlah 7 orang (10,3 %), IMT
berat badan normal berjumlah 23 orang (33,8 %), IMT berat badan berlebih 10
orang (14,7 %), IMT obes I 23 orang (33,8 %), dan IMT obes II 5 orang (7,4 %).
Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa jumlah pasien hipertensi dengan IMT
normal berjumlah 23 orang sama dengan jumlah pasien hipertensi dengan IMT
obes I. Artinya untuk distribusi pasien hipertensi dengan IMT normal dan IMT
40
dengan obes I sama banyaknya di Rumah Sakit Pendidikan Universitas
Hasanuddin pada bulan Maret hingga Agustus 2017.
Berdasarkan data yang dikumpulkan dari total 68 pasien, ditemukan bahwa
jumlah pasien dengan hipertensi derajat I 48 orang (70,6 %) dan jumlah pasien
dengan hipertensi derajat II 20 orang (29,4 %). Untuk distribusi pasien hipertensi
dengan derajat I lebih banyak dari pasien hipertensi derajat II di Rumah Sakit
Pendidikan Universitas Hasanuddin pada bulan Maret hingga Agustus 2017.
Distribusi pasien hipertensi dengan interpretasi IMT dan Interpretasi derajat
hipertensi memperlihatkan bahwa pasien dengan IMT normal serta menderita
hipertensi derajat I lebih mendominasi penelitian ini dengan jumlah 17 orang
(25,00 %) dibandingkan dengan pasien dengan IMT obes I serta menderita
hipertensi derajat II dengan jumlah 15 orang (22, 06 %).
Untuk hubungan interpretasi IMT dan interpretasi derajat hipertensi sampel
dengan hipertensi derajat 1 berjumlah 48 orang (70,59 %), di mana 6 orang
memiliki IMT berat badan kurang (8,82 %), 17 orang memiliki IMT berat badan
normal (25,00 %), 6 orang memiliki IMT berat badan berlebih (8,82 %), 15 orang
memiliki IMT obes I (22,06 %), dan 4 orang memiliki IMT obes II (5,88 %).
Sedangkan Sampel dengan hipertensi derajat 2 berjumlah 20 orang (29,41 %), di
mana 1 orang memiliki IMT berat badan kurang (1,47 %), 6 orang memiliki IMT
berat badan normal (8,82 %), 4 orang memiliki IMT berat badan berlebih (5,88
%), 8 orang memiliki IMT obes I (11,76 %), dan 1 orang memiliki IMT obes II
(1,47 %). Jika melihat data diatas pasien hipertensi pada bulan Maret hingga
Agustus 2017 di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin terbanyak pada
pasien yang memiiki IMT normal serta menderita hipertensi derajat I hal ini di
41
dukung dengan hasil uji analisis dengan metode Spearman menunjukan hasil nilai
p sebesar 0,597 dimana p > 0,05 yang berarti tidak adanya hubungan yang
signifikan antara indeks massa tubuh dengan hipertensi pada pasien hipertensi di
Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin pada bulan Maret hingga
Agustus 2017. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian lainnya yang
dilakukan di Desa Samosir pada tahun 2013 oleh Arifin, dkk dengan
menggunakan metode chi-square di peroleh bahwa nilai p sebesar 0,160 dimana
p > 0,05 yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan
kejadian hipertensi. Hasil yang berbeda dengan penelitian lainnya yang dilakukan
di RSUD DR. Moewardi Surakarta pada tahun 2017 oleh Yundari dengan
menggunakan uji chi-square di peroleh bahwa nilai p sebesar 0,000 dengan nilai
p < 0,05 dan penelitian yang dilakukan oleh Natalia, dkk pada tahun 2015 yang
dilakukan penelitian pada Kecamatan Sintang, Kalimantan Barat dengan hasil
p < 0,05, kedua penelitian tersebut menunjukan adanya hubungan yang signifikan
antara obesitas dan hipertensi dalam artian semakin besar indeks massa tubuh
maka resiko terkena hipertensi akan semakin tinggi.
Pada penelitin ini di dapatkan nilai r sebesar 0,532 yang berarti nilai r jika di
konversikan dengan koefisien korelasi Versi de Vaus mempunyai hubungan yang
kuat antara indeks massa tubuh dengan hipertensi pada pasien hipertensi di
Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin pada bulan Maret hingga
Agustus 2017. Selain itu angka koefisien korelasi pada hasil di atas, bernilai
42
positif, yaitu 0,532 sehingga hubungan kedua variabel bersifat searah, dengan
demikian dapat diartikan bahwa semakin meningkat indeks massa tubuh pada
pasien hipertensi yang berusia ≥ 40 tahun di Rumah Sakit Pendidikan Universitas
Hasanuddin pada bulan Maret hingga Agustus 2017 maka tekanan darah pada
pasien tersebut juga akan meningkat. Penelitian yang dilakukan oleh Hendrik di
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara tahun 2012 menunjukan bahwa
kenaikan nilai IMT diikuti dengan kenaikan tekanan darah. Artinya semakin
tinggi nilai IMT seseorang maka peluang untuk terkena hipertensi semakin tinggi
pula. Menurut Sheps pada tahun 2005 obesitas adalah salah satu faktor dari
hipertensi. Ketika seseorang mengalami obesitas atau dalam kata lain memiliki
berat badan yang berlebih maka orang tersebut akan membutuhkan lebih banyak
darah untuk menyuplai oksigen dan makanan ke jaringan tubuhnya, sehingga
volume darah yang beredar melalui pembuluh darah meningkat, curah jantung
ikut meningkat, dan akhirnya tekanan darah ikut meningkat.
43
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian mengenai hubungan indeks massa tubuh
dengan hipertensi di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin pada
bulan Maret hingga Agustus 2017 dengan jumlah pasien 68 orang maka dapat
diberikan kesimpulan sebagai berikut :
1. Jenis kelamin laki laki dan perempuan cenderung mempunyai resiko yang
sama untuk menderita penyakit hipertensi.
2. Kelompok usia diatas 40 Tahun (> 40 tahun) mempunyai resiko yang
sangat signifikan untuk menderita penyakit hipertensi.
3. Dari hasil penelitian, maka di temukan nilai p sebesar 0,597 dimana
p > 0,05 yang berarti tidak adanya hubungan yang signifikan antara indeks
massa tubuh dengan hipertensi pada pasien hipertensi di Rumah Sakit
Pendidikan Universitas Hasanuddin pada bulan Maret hingga Agustus
2017.
4. Pada penelitin ini di dapatkan nilai r sebesar 0,532 yang berarti nilai r jika
di konversikan dengan koefisien korelasi Versi de Vaus mempunyai
hubungan yang kuat antara indeks massa tubuh dengan hipertensi pada
pasien hipertensi di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin pada
bulan Maret hingga Agustus 2017. Selain itu angka koefisien korelasi pada
hasil penelitian, bernilai positif, yaitu 0,532 sehingga hubungan kedua
44
variabel bersifat searah, dengan demikian dapat diartikan bahwa semakin
meningkat indeks massa tubuh pada pasien hipertensi yang berusia ≥ 40
tahun di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin pada bulan
Maret hingga Agustus 2017 maka tekanan darah pada pasien tersebut juga
akan meningkat.
7.2 Saran
Setelah melakukan penelitian mengenai hubungan indeks massa tubuh
dengan hipertensi di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin pada
bulan Maret hingga Agustus 2017 maka dapat diberikan saran yaitu :
1. Diharapkan bagi tenaga kesehatan untuk lebih memperhatikan penulisan
rekam medik sebaik mungkin dan sesuai data yang tertera agar bisa di
gunakan dengan baik untuk tujuan-tujuan penelitian selanjutnya.
2. Diharapkan bagi tenaga kesehatan lebih aktif dalam melakukan
penyuluhan dengan metode-metode menarik, skrining, serta edukasi pada
pasien-pasien hipertensi maupun non hipertensi untuk mencegah penyakit
tersebut tidak terjadi atau bertambah parah sehingga menimbulkan
komplikasi-komplikasi.
3. Disarankan kepada penelitian selanjutnya untuk memperhatikan dan
menemukan variabel lain yang dapat berpengaruh pada kejadian hipertensi
terhadap faktor resiko lainnya serta memperhatikan kekurangan-
kekurangan dari penelitian ini sehingga dapat di sempurnakan di kemudian
hari.
45
DAFTAR PUSTAKA
1. Anggraeni, A.D, Waren A, Situmorang E, Asputra H, Siahaan S. 2009. Faktor-
Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Yang
Berobat Di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode Januari – Juni
2008. Laporan Penelitian: Fakultas Kedokteran Universitas Riau.
2. Arifin, M.H.B.M, Weta, Ratnawati, Ni Luh, K.A. 2016. Faktor Yang
Berhubungan Dengan Hipertensi Pada Kelompok Lanjut Usia Di Wilayah
UPT Puskesmas Petang I Kabupaten Bandung Tahun 2016. E-Jurnal Medika.
3. Avihani RDA, Sulchan M. 2013. Densitas Energi Makanan dan Hereditas
Sebagai Faktor Resiko Hipertensi Obesitik pada Remaja Awal. Journal of
Nutrition College.
4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
5. Cortas K, et al. 2008. Hypertension. Emedicine.
6. Dhianningtyas Y, Hendrati LY. 2006. Resiko Obesitas, Kebiasaan Merokok,
dan Konsumsi Garam terhadap Kejadian Hipertensi pada Usia Produktif. The
Indonesian Jurnal of Public Health.
7. Dinsdale H, Ridler C, Ells L. 2011. A simple guide to classifying body mass
index in children. Oxford: National Obesity Observatory.
8. Gray, et al. 2005. Hipertensi, dalam: Lecturer Notes Kardiologi, Edisi ke-4.
Jakarta: Erlangga.
46
9. Haris, S. & Tambunan, T. (2009).Hipertensi pada sindrom metabolik. Jurnal
Sari Pediatri , 11 (4):257-63.
10. Hendrik. 2012. Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Tekanan Darah
Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Skripsi:
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
11. Humayun A, et al. 2009.Relation of Hyeprtension with Body Mass Index
and Age in Male and Female Population of Peshawar. Pakistan: J Ayub Med
Coll Abbottabad.
12. Iksan I, Tuti R. 2014. Hubungan Olahraga Terhadap Tekanan Darah
Penderita Hipertensi Rawat Jalan Di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Surakarta.
13. Irza S. 2009. Analisis Faktor Resiko Hipertensi pada Masyarakat Negeri
Bungo Tanjung Sumatra Barat. Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi USU.
14. Kotchen TA, et al. 2006. Nutrition, Diet, and Hypertension. Modern
Nurtrition in Health and Disease (2). Philadelpia: Lippincot Williams &
Wikins.
15. Malope S. (2012). Hubungan Lingkar Lengan Atas dan Lingkar Pinggang
dengan Tingkat Hipertensi pada Pasien Rawat Jalan di Poliklinik Interna RSJ
Prof. Dr.V. L. Ratumbuysang Propinsi Sulawesi Utara.
16. Markendon JA. 2004. An In-Depth Overview of Osteoarthritis for
Physician.
47
17. Michael, et al. 2011. Body Mass Index in Diagnosing Obesity in Athletes
Vs. General Population. Rutgers University, New Brunswick, NJ.
18. Natalia, Diana, Petrus H, Hendro. 2015. Hubungan Obesitas Dengan
Kejadian Hipertensi Di Kecamatan Sintang, Kalimantan Barat.
19. National Obesity Observatory. 2009. Body Mass Index As A Meassure of
Obesity.
20. Nuraini, B. 2015. Risk Factors of Hypertension. Faculty of Medicine,
University of Lampung.
21. Nurrahmani, Ulfa. (2012). Stop! Hipertensi. Bandung : Familia.
22. Rahajeng, Ekowati dan Sulistyowati Tuminah. 2009. Prevalensi
Hipertensi dan Determinannya di Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia
2009 Vol 59 (12): 580- 587.
23. Sheps SG. 2005. Mayo Clinic Hipertensi, Mengatasi Tekanan Darah
Tinggi. Jakarta: Intisari Mediatama.
24. Sherwood L. 2012. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem, Edisi 6. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
25. Staessen A Jan, Juguang W, Giuseppe B, Willem H.B. 2003. Essential
Hypertension. The Lancet.
26. Sihombing M. 2010. Hubungan Perilaku Merokok, Konsumsi
Makanan/Minuman, dan Aktivitas Fisik dengan Penyakit Hipertensi pada
Responden Obes Usia Dewasa di Indonesia. Maj Kedokt Indon.
48
27. Supariasa Nyoman. (2012). Penilaian Status Gizi. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
28. Tanto C, Hustrini NM. 2014. Hipertensi, dalam: Kapita Selekta
Kedokteran, Jilid II, Edisi IV. Jakarta: Media Aesculapius.
29. Uiterwaal SPM, et al. 2007. Coffee Intake and Incidence of Hypertension.
Am J Clin Nutr 2007 Vol 85.
30. Verma A, et al. 2013. Relation of BMI & hypertension in natives of
Gujarat. GCSMC J Med Sci.
31. Yugiantoro M. 2009. Hipertensi Esensial, dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Jilid II, Edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
32. Yundari S.A. 2017. Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Hipertensi
Pada Penderita Penyakit Ginjal Kronik Di RSUD DR. Moehardi Surakarta.
49
Lampiran 1
Tabel Data Penelitian
Data pasien Hipertensi di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin pada
bulan Maret hingga Agustus 2017.
No Jenis Kelamin
Umur (tahun)
Berat Badan (kg)
Tinggi Badan (cm)
Tekanan Darah
(mmHg)
1 P 58 54 155 170/80
2 P 50 54 156 150/100
3 P 64 55 154 140/90
4 L 43 45 145 150/90
5 L 65 60 165 170/80
6 L 57 68 165 140/80
7 L 42 65 163 150/90
8 P 64 56 153 150/90
9 P 56 57 154 149/76
10 P 80 40 155 180/100
11 L 40 53 149 145/80
12 L 52 47 162 145/90
13 P 48 67 158 145/80
14 L 60 70 172 140/46
15 P 40 69 157 179/104
16 P 49 68 163 150/85
17 P 40 61 154 142/86
18 L 41 66 163 150/90
19 L 70 71 166 140/90
20 P 46 62 157 160/90
21 P 45 60 152 140/70
22 L 46 64 170 150/90
23 L 68 66 162 180/90
24 L 70 55 160 140/80
25 P 59 68 155 140/70
26 P 69 52 154 140/90
27 P 55 60 157 165/90
28 P 70 52 152 150/90
29 P 66 53 154 180/100
30 L 74 70 162 140/80
31 P 55 53 158 140/80
32 L 62 62 163 165/90
33 P 64 64 162 180/110
34 P 49 49 158 140/90
35 L 57 57 168 150/80
36 L 59 59 165 140/70
50
No Jenis Kelamin
Umur (tahun)
Berat Badan (kg)
Tinggi Badan (cm)
Tekanan Darah
(mmHg)
37 P 70 70 155 160/70
38 L 73 73 152 140/70
39 L 76 76 163 140/90
40 L 63 63 160 160/90
41 L 70 70 161 140/90
42 L 82 82 159 140/70
43 L 57 57 159 150/90
44 P 47 66 152 240/140
45 P 64 64 154 150/80
46 P 49 65 166 140/90
47 L 43 50 168 140/100
48 P 71 70 162 150/70
49 P 68 43 157 140/90
50 L 75 52 170 140/80
51 L 59 69 159 140/90
52 P 58 70 156 150/100
53 P 69 74 164 180/80
54 P 73 60 152 150/80
55 L 55 57 162 140/70
56 P 66 61 156 150/100
57 L 74 65 173 170/90
58 L 53 70 162 150/90
59 L 52 65 170 150/80
60 P 47 75 155 150/90
61 L 58 74 156 140/90
62 P 48 43 158 150/90
63 L 75 60 167 150/80
64 P 52 67 160 140/80
65 L 71 52 170 140/90
66 L 72 61 167 160/100
67 P 48 65 150 160/90
68 L 51 80 168 170/100
51
Lampiran 2
Surat Permohonan Iizin Penelitian Dan Pengambilan Data Rekam Medik
52
Lampiran 3
Surat Rekomendasi Persetujuan Etik
53
Lampiran 4
Lembar Persetujuan Judul
54
Lampiran 5
Lembar Persetujuan Proposal
55
Lampiran 6
LEMBAR PERSETUJUAN HASIL
Kami selaku pembimbing Skripsi mahasiwa :
Nama : Grelvan Iftan Suangga
NIM : C111 14 541
Judul Skripsi : Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Hipertensi Di Rumah
Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin
Menyatakan bahwa mahasiswa ini telah mempresentasikan hasil penelitian
Skripsinya pada :
Hari/tanggal : Rabu, 22 November 2017
Waktu : 10.30 WITA
Tempat : Bagian Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Pendidikan
Universitas Hasanuddin
Makassar, 22 November 2017
( dr. Endy Adnan, Sp.PD, Ph.D )
Nip. 197701012009121002
56
Lampiran 7
Hasil Pengolahan Data
1. Distribusi Frekuensi Pasien Hipertensi Berdasarkan Kelompok Jenis Kelamin
di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin Pada Bulan Maret -
Agustus 2017.
2. Distribusi Frekuensi Pasien Hipertensi Berdasarkan Kelompok Usia di Rumah
Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin Pada Bulan Maret - Agustus 2017.
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Laki-laki 34 50.0 50.0 50.0
Perempuan 34 50.0 50.0 100.0
Total 68 100.0 100.0
Kelompok Usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 40-50 19 27.9 27.9 27.9
51-60 19 27.9 27.9 55.9
61-70 18 26.5 26.5 82.4
>70 12 17.6 17.6 100.0
Total 68 100.0 100.0
57
3. Distribusi Frekuensi Pasien Hipertensi Berdasarkan Interpretasi IMT di
Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin Pada Bulan Maret - Agustus
2017.
4. Distribusi Frekuensi Pasien Hipertensi Berdasarkan Interpretasi Derajat
Hipertensi di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin Pada Bulan
Maret - Agustus 2017.
Interpretasi IMT
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Berat Badan Kurang 7 10.3 10.3 10.3
Berat Badan Normal 23 33.8 33.8 44.1
Berat Badan Berlebih 10 14.7 14.7 58.8
Obes I 23 33.8 33.8 92.6
Obes II 5 7.4 7.4 100.0
Total 68 100.0 100.0
Interpretasi Hipertensi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Hipertensi Derajat 1 48 70.6 70.6 70.6
Hipertensi Derajat 2 20 29.4 29.4 100.0
Total 68 100.0 100.0
58
5. Hubungan Interpretasi IMT dan Interpretasi Derajat Hipertensi Pada Pasien
Hipertensi di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin Pada Bulan
Maret - Agustus 2017.
Pada penelitian ini di dapatkan data > 30 jumlah sampel maka digunakan rumus
√ untuk menentukan correlation coefficient.
Correlations
Interpretasi IMT
Interpretasi
Hipertensi
Spearman's rho Interpretasi IMT Correlation Coefficient 1.000 .065
Sig. (2-tailed) . .597
N 68 68
Interpretasi Hipertensi Correlation Coefficient .065 1.000
Sig. (2-tailed) .597 .
N 68 68
59
Lampiran 8
Data Diri Penulis
Nama Lengkap : Grelvan Iftan Suangga
Nama Panggilan : Elvan
NIM : C11114541
Tempat, Tanggal Lahir : Saemba, 6 November 1996
Agama : Kristen Protestan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jurusan/Fakultas : Pendidikan Dokter / Kedokteran
Nama Orangtua :
Ayah : Alfret Suangga ST., Msi
Ibu : Krismawangi Lasampa
Anak Ke : 1
Alamat : BTN Asal Mula Blok E2 No.7
Telepon : 081355477722
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
No Jenjang Pendidikan Asal Tahun Tamat
1 Sekolah Dasar SDN Maliwuko
Poso
2008
2 Sekolah Menengah Pertama SMPN I Poso
Kota Selatan
2011
3 Sekolah Menengah Atas SMAN 2 Poso 2014