LAPORAN PROYEK PERUBAHANpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/...melalui...
Transcript of LAPORAN PROYEK PERUBAHANpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/...melalui...
1
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
STRATEGI PERCEPATAN IMPLEMENTASI PROGRES 5.0 MELALUI STANDARDISASI SARANA DAN PRASARANA UNIT
PELAKSANA TEKNIS DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL
Nama : Drs. Idit Supriadi Priatna, M.Si NDH : 42/PKN II/Ak. XXIV Instansi : Kementerian Sosial
PUSBANGKOM PIMNAS DAN MANAJERIAL ASN LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA
2019
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya Proyek Perubahan ini dapat diselesaikan tepat waktu dengan topik “Strategi Percepatan Implementasi PROGRES 5.0 melalui Standardisasi Sarana dan Prasarana Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial.” Proyek perubahan ini merupakan bagian dari rangkaian perubahan sistemik yang sedang berjalan di Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, khususnya perubahan dalam aspek regulasi dan kelembagaan.
Proyek perubahan ini berfokus pada upaya mempercepat pelaksanaan perubahan dimaksud dari sisi penataan kelembagaan rehabilitasi sosial melalui penyiapan regulasi dan sistem informasi manajemen standardisasi sarana dan prasarana Balai/Loka. Proyek perubahan ini juga bagian dari upaya menguatkan positioning, differentiation, dan branding Pemerintah Pusat dalam melaksanakan tugas baru “Rehabilitasi Sosial Lanjut” yang seharusnya berbeda dari “Rehabilitasi Sosial Dasar” yang dimandatkan kepada Pemerintah Daerah oleh peraturan perundang-undangan.
Proses pembelajaran Diklatpim Tk II telah dilalui dengan baik, mulai dari tahapan merancang proyek perubahan, tahapan laboratorium kepemimpinan, hingga tahapan pelaporan proyek perubahan. Selama proses tersebut, khususnya off campus, kami belajar menguji kapasitas kepemimpinan manajerial kami dalam mengeksekusi rancangan proyek perubahan. Kami juga belajar bagaimana meyakinkan organisasi kami untuk dapat memberikan dukungan penuh atas pelaksanaan proyek perubahan ini hingga terwujud perubahan kondisi yang diinginkan. Kami juga belajar bagaimana menggali dan mendayagunakan seluruh sumber daya yang dimiliki, termasuk meyakinkan stakeholders terkait untuk dapat berpartisipasi dan mendukung keberhasilan proyek perubahan ini.
Kami menyadari proyek perubahan ini berjalan tidak tanpa kendala dan masalah. Kami bersyukur semua hambatan menjadi tidak berarti dan selalu ada jalan keluarnya, terutama karena dukungan, bantuan, partisipasi dan kontribusi dari pihak-pihak dibawah ini: 1. Edi Suharto, PhD, Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial, selaku Mentor, 2. Dra. Sinta Dame Simanjuntak, MA, selaku Coach, 3. Sanusi, SH., MH, Kepala Biro Hukum Kementerian Sosial, selaku
narasumber bidang regulasi, 4. Mirza, M.Eng., PhD, Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Sosial,
selaku narasumber bidang sistem informasi manajemen, 5. Para Direktur di Lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, selaku
partner dalam menyusun konsepsi awal dan koordinator para kepala UPT; 6. Para Kepala Balai/Loka di Lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi
Sosial, selaku partner dalam mendetailkan konsepsi standar sarana dan prasarana;
7. Para Kepala Kepala Bidang, Kepala Subdirektorat, Kepala Subbagian, Kepala Seksi, dan seluruh staf yang terlibat langsung secara teknis dalam pertemuan-pertemuan dan pembahasan-pembahasan sehingga proyek perubahan ini sampai pada target yang semestinya,
8. Secara khusus, Tim Efektif Proyek Perubahan, teman-teman di Sekretariat Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, khususnya Herman Koswara, Aty Setiawati, Sunarto, dan Maria Hapsari yang telah dengan sangat baik
3
menjalankan tugasnya sebagai koordinator kelompok kerja masin-masing, dan semua anggota tim efektif yang terus menerus mengawal proses ini sehingga semua tahapan dapat terlaksana dengan baik dan efektif
9. Pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Kami menyadari ini merupakan tahap awal dari serangkaian proyek perubahan penataan regulasi dan kelembagaan UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial. Masih ada tahapan berikutnya yang harus kami tuntaskan. Dengan semangat melayani dan memberi yang terbaik bagi para pemerlu pelayanan kesejahteraan sosial, semoga proyek perubahan ini membawa kemanfaatan yang besar.
Terima kasih.
Jakarta, 4 Desember 2019
Idit Supriadi Priatna NDH. 42/PKN II/Ak. XXIV
4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................... 2
DAFTAR ISI ................................................................................................... 4
DAFTAR TABEL ............................................................................................ 6
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ 7
ABSTRAK ...................................................................................................... 8
BAB I .............................................................................................................. 9
GAGASAN PROYEK PERUBAHAN .............................................................. 9
A. LATAR BELAKANG .......................................................................... 9
B. NAMA GAGASAN PERUBAHAN .................................................... 14
C. REFERENSI HUKUM ..................................................................... 14
D. TUJUAN PROYEK PERUBAHAN ................................................... 15
E. MANFAAT PERUBAHAN ................................................................ 15
F. RUANG LINGKUP PROYEK PERUBAHAN .................................. 16
G. OUTPUT KUNCI ............................................................................. 16
BAB II ........................................................................................................... 18
RANCANGAN PROYEK PERUBAHAN ....................................................... 18
A. MILESTONE/JADWAL PROYEK PERUBAHAN ............................. 18
B. TATA KELOLA PROYEK PERUBAHAN ......................................... 20
C. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS STAKEHOLDER ............................ 23
D. IDENTIFIKASI POTENSI KENDALA DAN STRATEGI MENGATASI 24
E. FAKTOR PENDUKUNG KEBERHASILAN ..................................... 24
BAB III .......................................................................................................... 25
PELAKSANAAN TAHAP PROYEK PERUBAHAN ....................................... 25
A. CAPAIAN PROYEK PERUBAHAN JANGKA PENDEK .................. 25
B. TAHAP PERSIAPAN (27 SEPTEMBER 2019) ............................... 25
C. PEMBENTUKAN TIM EFEKTIF (1 SD. 7OKTOBER 2019) ............ 26
D. IDENTIFIKASI MASALAH DAN KEBUTUHAN SISTEM (2-9 OKTOBER 2019) ...................................................................................... 27
E. PENYUSUNAN DRAT AWAL PERATURAN MENTERI SOSIAL (3-14 OKTOBER 2019) ................................................................................. 28
F. PROTOTYPE SISTEM INFORMASI MANAJEMEN (SIM) SARPRAS (8-29 OKT 2019) ....................................................................................... 28
G. UJI PUBLIK (16 OKT – 23 NOV 2019) .......................................... 29
5
H. PEMBAHASAN LEGAL DRAFTING PERMENSOS (11-13 NOV 2019) 30
I. CAPAIAN MELEBIHI TARGET .......................................................... 31
J. STRATEGI PEMASARAN PROYEK PERUBAHAN ....................... 32
K. DUKUNGAN STAKEHOLDERS ..................................................... 33
L. KENDALA DAN RISIKO .................................................................. 35
M. STRATEGI MENGATASI MASALAH .............................................. 35
N. KESIMPULAN CAPAIAN ................................................................ 36
BAB IV ......................................................................................................... 37
PENUTUP .................................................................................................... 37
A. KESIMPULAN ................................................................................. 37
B. SARAN DAN REKOMENDASI ........................................................ 37
C. KOMITMEN JANGKA MENENGAH DAN PANJANG ..................... 38
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 39
LAMPIRAN BUKTI-BUKTI ........................................................................... 40
6
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.1 Perbedaan Rehabilitasi Sosial Dasar dan Lanjut .............. 10
Tabel 1.2 Perbedaan Sarana dan Prasarana Penyelenggaraan
Kesejahteraan Sosial ........................................................ 11
Tabel 1.3 Standar Sarana dan Prasarana Panti Sosial ..................... 12
Tabel 2.1 Jadwal Proyel Perubahan ................................................. 18
Tabel 2.2 Tugas dan Posisi Tim Efektif ............................................. 20
7
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Struktur Tim Efektif ....................................................... 20
Gambar 2.2 Stakeholder Mapping .................................................... 23
Gambar 3.1 Capaian Melebihi Target Proper ................................... 31
Gambar 3.2 Video Soft Launching SIM-Sarpras ............................... 31
Gambar 3.3 Strategi Pemasaran Proyek Perubahan ........................ 32
Gambar 3.4 Perubahan Posisi Dukungan Stakeholders ................... 34
8
ABSTRAK “Strategi Percepatan Implementasi PROGRES 5.0 melalui Standardisasi Sarana dan prasarana Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial” merupakan proyek perubahan yang dirancang untuk mendukung pelaksanaan salah satu tugas Sekretaris Ditjen Rehsos, yaitu pemberian dukungan tata laksana organisasi sesuai Kepmensos No. 20 tahun 2018 tentang Uraian Tugas Pejabat Struktural di Lingkungan Kementerian Sosial.
Pemilihan topik ini terkait erat dengan perubahan nomenklatur dan tata laksana organisasi yang sedang terjadi di unit-unit pelaksana teknis (UPT) di lingkungan Ditjen Rehsos, yakni perubahan nomenklatur dari Panti menjadi Balai/Loka Rehabilitasi Sosial dengan tugas baru sebagai penyelenggara Rehabilitasi Sosial (tingkat) Lanjut. Rehabilitasi sosial dasar itu sendiri sudah ditetapkan sebagai tugas Pemerinah Daerah. Mandat baru ini datang dari UU No. 14 tahun 2019 tentang Pekerjaan Sosial, PP No. 52 tahun 2019 tentang Kesejahteraan Sosial bagi Penyandang Disabilitas, dan Permensos No. 16 Tahun 2019 tentang Standar Nasional Rehabilitasi Sosial.
Rehabilitasi sosial lanjut itu sendiri oleh Kementerian Sosial telah dirumuskan dalam bentuk branding kebijakan PROGRES 5.0, yaitu program rehabilitasi sosial yang bersifat holistik, sistematik, dan terstandar guna “mengembangkan” fungsi sosial (kapabilitas dan tanggung jawab sosial) lima kluster PPKS (pemerlu pelayanan kesejahteraan sosial), yaitu anak, lanjut usia, penyandang disabilitas, tuna sosial dan korban perdagangan orang, serta korban penyalahgunaan NAPZA. Proyek perubahan ini merupakan salah satu upaya merumuskan strategi percepatan pelaksanaan PROGRES 5.0 melalui standardisasi Sarana dan Prasarana UPT Pusat.
Pemilihan topik proyek perubahan ini juga untuk menjawab kebutuhan mendesak terkait kekosongan regulasi setingkat menteri tentang standar
minimum Sarana dan Prasaranan Balai/Loka rehabilitasi sosial. Kenyataannya, PP 39 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial, pada Pasal 38-50, belum mengatur standar minimum Sarpras balai/loka Rehsos. Yang sudah diatur baru panti sosial, pusat rehabilitasi sosial, pusat pendidikan dan pelatihan, pusat kesejahteraan sosial, rumah singgah, dan rumah perlindungan sosial.
Berdasarkan kesadaran, bahwa tersedianya regulasi tentang standard Sarpras UPT tidak akan membuat UPT otomatis memiliki Sarpras yang terstandard, maka perlu ditempuh upaya “standardisasi” atau serangkaian proses penerapan ketentuan-ketentuan dalam regulasi hingga Sarpras UPT benar-benar terstandard. Oleh karena itu, output kunci dari proyek perubahan ini bukan hanya Rancangan legal drafting Permensos tetapi juga protoype Sistem Manajemen Informasi Standardisasi Sarpras (SIM-Sarpras). SIM dibuat untuk memudahkan Sekretariat Ditjen Rehsos dalam mengawasi dan mengendalikan (wasdal) proses penerapan regulasi tersebut di lapangan.
9
BAB I
GAGASAN PROYEK PERUBAHAN
A. LATAR BELAKANG
Penataan organisasi dan tata laksana merupakan bagian dari tugas
seorang sekretaris Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian Sosial.
Penugasan ini didasarkan pada Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahun
2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial. Sekretariat
Direktorat Jenderal diberi mandat untuk melaksanakan koordinasi
pelaksanaan tugas dan pemberian dukungan administrasi Direktorat
Jenderal. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, terdapat empat fungsi
yang diemban: (a) penyiapan koordinasi dan penyusunan rencana,
program, dan anggaran, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; (b)
penyiapan koordinasi dan pengelolaan urusan keuangan; (c) penataan
organisasi dan tata laksana, urusan hukum, dan hubungan masyarakat;
dan (d) pelaksanaan urusan kepegawaian, rumah tangga, perlengkapan,
pergudangan, dan tata usaha.
Terkait dengan fungsi penataan organisasi dan tata laksana,
Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial hingga tahun 2019 ini sudah
memiliki 41 organisasi unit pelaksana teknis (UPT) yang tersebar di 18
provinsi. UPT-UPT tersebut baru saja mengalami perubahan nomenklatur
kelembagaan dari Panti menjadi Balai dan Loka rehabilitasi sosial.
Perubahan nomenklatur ini didasarkan pada Peraturan Menteri Sosial
No. 16 sd. 20 tahun 2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja UPT
Rehabilitasi Sosial, secara berturut-turut: Korban Penyalahgunaan
Napza, Anak, Penyandang Disabilitas, Lanjut Usia, serta Tuna Sosial dan
Korban Perdagangan Orang.
Perubahan nomenklatur tersebut bukan (dan tidak boleh dibiarkan)
sekadar penggantian “plang” nama lembaga. Perubahan Ini
merupakan bagian dari kebijakan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial
dalam merespon 6 (enam) peraturan perundang-undangan yang terbit
selama lima tahun terakhir, yakni: (1) UU No. 23 tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah; (2) UU No. 14 tahun 2019 tentang Pekerjaan
Sosial; (3) PP No. 2 tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal yang
merupakan salah satu turunan dari UU 23 tahun 2014; (5) PP No. 52 tahun
2019 tentang Kesejahteraan Sosial bagi Penyandang Disabilitas yang
merupakan turunan dari UU No. 8 tahun 2016 tentang Penyandang
Disabilitas; dan yang paling terbaru (6) Peraturan Menteri No. 16 tahun
2019 tentang Standar Nasional Rehabilitasi Sosial.
10
Pada intinya, semua peraturan perundang-undangan tersebut
menyepakati ketentuan baru mengenai pembagian penyelenggaraan
rehabilitasi sosial menjadi dua tingkatan, yakni Rehabilitasi Sosial
(tingkat) Dasar dan Rehabilitasi Sosial (tingkat) Lanjut. Terdapat
beberapa persamaan dan perbedaan diantara kedua tingkatan rehab
tersebut. Menurut UU No. 14 tahun 2019, PP. 52 tahun 2019 dan
Permensos No. 16 tahun 2019, persamaan dimaksud salah satunya
terletak pada sasaran pelayanannya, yaitu bahwa baik dasar maupun
lanjut sama-sama menyasar seseorang, keluarga, kelompok, dan/atau
komunitas, sama-sama menempatkan Pekerja Sosial sebagai Sumber
Daya Manusia (SDM) utama, sama-sama menyediakan pelayanan untuk
mengubah kondisi disfungsi sosial menjadi berfungsi sosial. Adapun
perbedaannya meliputi aspek-aspek berikut:
Tabel 1.1 Perbedaan Rehabilitasi Sosial Dasar dan Lanjut
NO ASPEK REHSOS DASAR REHSOS LANJUT
1 Kemunculan PP No. 2 tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM)
UU No. 14 tahun 2019 Pekerjaan Sosial dan PP No. 52 tahun 2019 tentang Kesejahteraan Sosial Penyandang Disabilitas
2 Branding SPM PROGRES 5.0 NP
3 Maksud Memulihkan keberfungsian sosial
Mengembangkan keberfungsian sosial
4 Penanggung jawab
Gubernur dan Bupati/Wali Kota
Menteri Sosial
5 Intervensi layanan
Fokus pada perawatan dan pemenuhan kebutuhan dasar
Fokus pada kegiatan pengembangan dan menyiapkan Kemandirian
6 Kelembagaan Dalam dan luar panti
Dalam dan luar Balai/ Loka
Terdapat beberapa kelebihan Panti dibandingkan dengan Balai/Loka.
Pertama, Panti sudah dikenal lama oleh masyarakat, bahkan jauh
sebelum Kementerian Sosial didirikan tahun 1946. Kedua, Panti sudah
memiliki regulasi mengenai Standar Pelayanan Panti, baik regulasi lama
seperti Kepmensos No. 50 tahun 2004 maupun yang terbaru seperti
Permensos No 9 tahun 2018 tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar
pada SPM Bidang Sosial di daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota. Ketiga,
Panti sebagai salah satu sarana prasarana penyelenggaraan
11
kesejahteraan sosial, termasuk ketentuan mengenai standar minimum
sarana dan prasarananya, sudah tertuang dalam Pasal 39 PP No. 39
tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial.
Tabel 1.2
Perbedaan Sarana dan Prasarana Penyelenggaraan Kesejahteraan
Sosial PP 39/2012 Pasal 37-50
NO. SARANA
PRASARANA MAKSUD
1 Panti Sebagai lembaga/ unit pelayanan yang melaksanakan rehabilitasi sosial bagi satu jenis sasaran untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.
2 Pusat Rehabilitasi Sosial
Sebagai lembaga/unit pelayanan yang melaksanakan Rehabilitasi Sosial bagi lebih dari satu jenis sasaran untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.
3 Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Sebagai tempat mendidik dan melatih sumber daya manusia di bidang Kesejahteraan Sosial agar memiliki dan meningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku, dan keterampilan yang profesional dalam melaksanakan Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial.
4 Pusat Kesejahteraan Sosial
Sebagai tempat yang berfungsi untuk melakukan kegiatan pelayanan sosial bersama secara sinergis dan terpadu antara kelompok masyarakat dalam komunitas yang ada di desa atau kelurahan dalam Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial.
5 Rumah Singgah
Sebagai tempat tinggal sementara bagi penerima pelayanan yang dipersiapkan untuk mendapat pelayanan lebih lanjut.
6 Rumah Perlindungan Sosial
Sebagai Tempat pelayanan sementara untuk memberikan rasa aman kepada penerima pelayanan yang mengalami trauma akibat tindak kekerasan dan perlakuan salah, dan konflik sosial yang memerlukan perlindungan.
12
Tabel 1.3 Standar Sarana dan Prasarana Panti Sosial
(PP 39/2012 Pasal 39)
NO. SARANA
PRASARANA MAKSUD
1 Perkantoran Ruang pimpinan, ruang kerja staf, ruang rapat, ruang tamu, ruang dokumentasi, ruang data dan informasi, ruang perpustakaan, kamar mandi, dan dapur.
2 Pelayanan
teknis
Ruang asrama, ruang pengasuh, ruang diagnosa, ruang konseling psikososial, ruang instalasi produksi, ruang olahraga dan pembinaan fisik, ruang bimbingan mental dan sosial, ruang praktik keterampilan, dan ruang kesenian.
3 Pelayanan
umum
Ruang makan, ruang belajar, ruang ibadah, ruang kesehatan, aula, pos keamanan, ruang tamu, gudang, kamar mandi, tempat parkir, dan rumah dinas/pengurus.
4 Tenaga
pelayanan
panti sosial
Tenaga administrasi, tenaga keuangan, tenaga fungsional, dan tenaga keamanan
5 Peralatan
panti sosial
Peralatan penunjang perkantoran, peralatan komunikasi, penerangan, instalasi air dan air bersih, peralatan bantu bagi penerima pelayanan, peralatan penunjang pelayanan teknis
6 Alat
transportasi
Alat transportasi perkantoran dan alat transportasi penerima pelayanan
Di sisi yang lain, Balai dan Loka, sebagai kelembagaan pelayanan
rehabilitasi sosial lanjut, belum memiliki ketentuan mengenai sarana
prasarana seperti apa yang sudah dimiliki oleh Panti seperti tampak pada
Tabel 1.3. Balai dan loka rehabilitasi sosial juga belum terlalu dikenal oleh
masyarakat, seperti telah dikenalnya Balai Latihan Kerja (BLK) milik
Kemeterian Tenaga Kerja. Sebagai kelembagaan baru, Balai/Loka
rehabilitasi sosial juga belum memiliki standar pelayanan balai dan loka,
termasuk ketentuan mengenai standar minimum sarana dan
prasarananya.
Seperti tampak pada Tabel 1.2 : Standar Sarana dan Prasarana
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial, Balai dan loka memang sudah
ditetapkan sebagai lokus pelaksanaan atau kelembagaan pelayanan
rehabilitasi sosial lanjut dalam PP. 52 tahun 2019 dan UU No. 14 tahun
2019 tentang Pekerjaan Sosial, tetapi belum diakomodasi sebagai
sarana dan prasarana Kesejahteraan Sosial dalam PP. No. 39 tahun
13
2012. Dalam Pasal 37 PP tersebut hanya disebut 6 jenis Sarpras
kesejahteraan sosial: (a) panti sosial; (b) pusat rehabilitasi sosial; (c) pusat
pendidikan dan pelatihan; (d) pusat kesejahteraan sosial; (e) rumah
singgah; dan (f) rumah perlindungan sosial. Bukan hanya disebut, masing-
masing jenis sarpras tersebut bahkan telah ditentukan standar minimum
sarpras yang harus dimilikinya (Pasal 38-49).
Lebih lanjut, dalam Pasal 50 PP No. 39 tahun 2012 tersebut terdapat
amanat kepada Kementerian Sosial untuk membuat ketentuan lebih
lanjut mengenai rincian standar minimum sarana dan prasarana
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial. Standar Sarana dan Prasarana
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial sebagaimana dimaksudkan
dalam PP. No. 39 tahun 2012 adalah “ukuran kelayakan yang harus
dipenuhi secara minimum baik mengenai kelengkapan kelembagaan,
proses, maupun hasil pelayanan sebagai alat dan penunjang utama
dalam Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial.”
Ketersediaan regulasi menjadi landasan hukum bagi UPT untuk
meningkakan kualitas Sarprasnya secara terstandard. Sarpras yang
terstandard menjadi prasyarat bagi UPT untuk dapat melaksanakan
tugasnya sebagai Balai dan Loka pelaksana rehabilitasi sosial lanjut.
Namun, tersedianya regulasi tentang standard Sarpras UPT tidak otomatis
membuat UPT memiliki Sarpras yang terstandard. Perlu ditempuh
"standardisasi" atau serangkaian proses penerapan ketentuan-ketentuan
dalam regulasi sampai Sarpras UPT benar-benar terstandard. Oleh
karena itu, dalam proyek perubahan ini dibuat juga Sistem Manajemen
Informasi Standardisasi Sarpras (SIM-Sarpras) untuk memudahkan
Sekretariat Ditjen Rehsos dalam mengawasi dan mengendalikan (wasdal)
proses penerapan tersebut.
Oleh karena itu, Sekretariat Ditjen Rehsos beradaptasi dan merespon
perubahan tersebut melalui dua jalan: regulasi dan digitalisasi.
Harapannya, perubahan nomenklatur UPT dari panti menjadi balai dan
loka bukan hanya sekadar penggantian nama lembaga, melainkan bagian
dari suatu paket transformasi penataan organisasi dan tata laksana yang
sungguh-sungguh untuk menyiapkan UPT Ditjen Rehsos lebih siap dalam
mengimplementasikan PROGRES 5.0 dimasa yang akan datang.
Dari uraian di atas menjadi jelas perlunya dibuat peraturan mengenai
Standar Sarana Prasarana Balai/Loka Rehabilitasi Sosial sebagaia UPT
di lingkungan Ditjen Rehabilitasi Sosial untuk mengisi kekosongan
regulasi di satu sisi, dan sekaligus menyiapkan sistem informasi untuk
penerapan standardisasinya agar ketentuan-ketentuan dalam regulasi
14
tersebut dapat diimplementasikan di lapangan secara terkendali, guna
mempercepat penerapan kebijjakan PROGRES 5.0.
B. NAMA GAGASAN PERUBAHAN
Berangkat dari uraian latar belakang diatas, maka gagasan perubahan
yang diangkat adalah:
“STRATEGI PERCEPATAN IMPLEMENTASI PROGRES 5.0 MELALUI
STANDARDISASI SARANA DAN PRASARANA UNIT PELAKSANA
TEKNIS DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL
REHABILITASI SOSIAL”
C. REFERENSI HUKUM
Berikut ini adalah beberapa regulasi yang mendukung dilaksanakannya proyek perubahan ini: 1. UU No. 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial;
2. UU No. 16 tahun 2019 tentang Pekerjaan Sosial;
3. PP No. 52 tahun 2019 tentang Kesejahteraan Penyandang Disabilitas;
4. PP No. 2 tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal;
5. PP No. 27 tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah
6. Peraturan Menteri Keuangan No. 150/PMK.06/2014 tentang
Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara;
7. Peraturan Menteri Sosial nomor 20 tahun 2015 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Sosial;
8. Peraturan Menteri Sosial No. 9 tahun 2018 tentang Standarr Juknis
SPM Bidang Sosial di Provinsi dan Kabupaten/Kota;
9. Peraturan Menteri Sosial nomor 16 tahun 2019 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Rehabilitasi Sosial Korban
Penyalahgunaan Napza di Lingkungan Direktorat Jenderal
Rehabiltasi Sosial;
10. Peraturan Menteri Sosial nomor 6 tahun 2019 tentang Perubahan atas
Permensos No. 16 tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Napza
di Lingkungan Direktorat Jenderal Rehabiltasi Sosial;
11. Peraturan Menteri Sosial nomor 17 tahun 2019 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Rehabilitasi Sosial Anak di
Lingkungan Direktorat Jenderal Rehabiltasi Sosial;
12. Peraturan Menteri Sosial nomor 18 tahun 2019 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Rehabilitasi Sosial Penyandang
Disabilitas di Lingkungan Direktorat Jenderal Rehabiltasi Sosial;
13. Peraturan Menteri Sosial nomor 19 tahun 2019 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial
15
dan Perdagangan Orang di Lingkungan Direktorat Jenderal
Rehabiltasi Sosial;
14. Peraturan Menteri Sosial nomor 20 tahun 2019 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia
di Lingkungan Direktorat Jenderal Rehabiltasi Sosial;
15. Peraturan Menteri Sosial nomor 7 tahun 2019 tentang Perubahan atas
Permensos No. 20 tahun 2018 Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan Korban
Perdagangan Orang di Lingkungan Direktorat Jenderal Rehabiltasi
Sosial;
16. Keputusan Menteri Sosial No. 20 tahun 2018 tentang Uraian Tugas
Struktural di Lingkungan Kementerian Sosial;
D. TUJUAN PROYEK PERUBAHAN
1. Tujuan utama dari proyek perubahan ini adalah meningkatnya kualitas
Sarpras UPT secara terstandar sesuai tuntutan kebijakan teknis
rehabilitasi sosial lanjut sehingga para penerima layanan benar-benar
terfasiilitasi dalam mengembangkan keberfungsian sosialnya.
2. Tujuan terkait Organisasi Adaptif, proyek perubahan ini untuk
merespon inisiatif branding PROGRES 5.0 dan amanat rehabilitasi
sosial lanjut kepada Balai dan loka melalui standardisasi Sarpras.
E. MANFAAT PERUBAHAN
Diharapkan, “Strategi Percepatan Implementasi PROGRES 5.0 melalui
Sistem Informasi Standardisasi Sarpras UPT di lingkungan Ditjen
Rehsos” akan mendatangkan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Institusi
a. Bermanfaat bagi organisasi Ditjen Rehsos dalam menata Sarpras
UPT agar lebih terstandar dan lebih siap dalam
mengimplementasikan PROGRES 5.0;
b. Bermanfaat bagi proses pengawasan dan pengendalian
Standardisasi Sarpras seacra lebih real-time, mendalam dan
detail, sehingga permasalahan segera dapat diidentifikasi,
keputusan segera dapat dibuat dan tindak lanjut segera dapat
dilaksanakan.
c. Meningkatkan kualitas pelayanan.
2. Bagi Peserta (Leader Proyek Perubahan)
a. Meningkatkan kemampuan manajerial dalam melakukan
pengawasan dan pengendalian standardisasi Sarpras di
lingkungan UPT Ditjen Rehsos sehingga dukungan manajemen
16
dan adsministrasi dapat diberikan kepada UPT secara lebih
terarah sesuai kebutuhan.
b. Mengetahui standar dari proyek perubahan dalam hal
kemampuan mengetahui, merancang dan mengimplementasikan
gagasan, metode, dan kegiatan yang sistematis sesuai dengan
perencanaan strategis.
c. Sebagai pelopor proyek perubahan mampu mendorong
stakeholders untuk melaksanakan gagasan proyek perubahan,
mendorong institusi untuk terus berinovasi dalam melaksanakan
tugas dengan mengikuti perkembangan dan mensosialisasikan
proyek perubahan sebagai sesuatu yang bermanfaat bagi
stakeholder.
F. RUANG LINGKUP PROYEK PERUBAHAN Ruang lingkup proyek perubahan “Strategi Percepatan Implementasi “PROGRES 5.0” melalui SIM-Sarpras UPT di Lingkungan Ditjen Rehsos” meliputi kegiatan utama yang menjadi pokok kegiatan, yaitu penyusunan Rancangan Peraturan Menteri Sosial dan pembuatan SIM-Sarpras UPT yang kemudian dibagi ke dalam kegiatan-kegiatan dalam jangka pendek, menengah dan panjang
G. OUTPUT KUNCI Sesuai tujuan dan ruang lingkup proyek perubahan ini, maka keberhasilan
dapat dilihat dari beberapa output kunci berikut:
1. Dalam Jangka Pendek (2 bulan)
a. SK Dirjen Rehsos tentang TimEfektif
b. Draft Rancangan Permensos & Lampiran
c. Laporan hasil Konsultasi dan Uji Publik Rancangan Permensos &
Lampiran
d. Draft rancangan SIM-Sarpras (Pemodelan Sistem Input-Proses-
Output”)
e. Prototipe Aplikasi SIM-Sarpras
2. Jangka Menengah (12 bulan)
a. Laporan hasil Uji coba
b. SIM-Sarpras
c. Aplikasi SIM-Sarpras versi 1.0
3. Jangka Panjang (24 bulan)
a. Permensos & Lampiran yang sudah ditetapkan
b. Laporan Hasil Sosialisasi SIM-Sarpras
17
c. Laporan per Twriwulan Hasil Implementasi SIM-Sarpras di 41 UPT
d. Laporan Pemeliharaan SIM-Sarpras
e. SIM-Sarpras Versi 2.1
18
BAB II
RANCANGAN PROYEK PERUBAHAN
A. MILESTONE/JADWAL PROYEK PERUBAHAN
Untuk mengimplementasikan gagasan proyek perubahan, maka disusun
rancangan proyek perubahan dengan terlebih dahulu mengurai
pentahapan kegiatan sebagai berikut:
1. Jangka Pendek
Tahapan jangka pendek merupakan tahapan yang direncanakan akan
dilaksanakan pada tahap pelaksanaan yaitu masa laboratorium
kepemimpinan. Tahapan ini telah diseminarkan pada pelaksanaan
seminar I, yaitu seminar tentang proposal proyek perubahan dengan
pentahapan sebagai berikut:
Tabel 2.1
Milestone/ Jadwal Proyek Perubahan
No.
Aktivitas Kunci
Waktu
Nov Oktober November Desember
IV I II III IV I II III IV I II III IV
1 Persiapan
Kick-Off Meeting
Koordinasi
dengan customer
& key partner
2 Pembentukan Tim Efektif
Penetapan Tim
Efektif
Pembahasan
Strategi
pencapaian
proper.
3 Identifikasi Masalah dan Kebutuhan Sistem
Observasi lapangan (Kunjungan Kerja ke UPT)
19
No.
Aktivitas Kunci
Waktu
Nov Oktober November Desember
IV I II III IV I II III IV I II III IV
Pengisian Instrumen
4 Rancangan Draft Awal Peraturan Menteri Sosial
Penyusunan draft awal rancangan Permensos
Pengumpulan materi lampiran rancangan Permensos
5 Prototype SIM-Sarpras
Pengumpulan bahan dan materi
Rancangan Prototype SIM
Pembuatan Aplikasi SIM
Manual Book SIM
Video Tutorial SIM
Video Soft Launching SIM
6 Uji Publik
Rancangan Peraturan Menteri Sosial
Uji Coba Prototype SIM-Sarpras
7 Pembahasan Rancangan Permensos a. Legal drafting Rancangan Permensos b. Lampiran Permensos
20
2. Jangka Menengah (12 Bulan)
a. Laporan hasil Uji coba b. SIM-Sarpras c. Aplikasi SIM-Sarpras versi 1.0
3. Jangka Panjang (24 bulan)
a. Permensos & Lampiran yang sudah ditetapkan b. Laporan Hasil Sosialisasi SIM-Sarpras c. Laporan per Twriwulan Hasil Implementasi SIM-Sarpras di 41
UPT d. Laporan Pemeliharaan SIM-Sarpras e. SIM-Sarpras Versi 2.1
B. TATA KELOLA PROYEK PERUBAHAN
1. Struktur Tim efektif
Gambar 2.1 Struktur Tim Efektif
2. Tugas dan Posisi Tim Efektif
Peran dari masing-masing pihak yang terlibat dalam organisasi proyek perubahan adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2
Tugas dan Posisi Tim Efektif
NO NAMA JABATAN TUGAS POSISI
1. Edi Suharto Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial
Membimbing, memberikan masukan, motivasi dan melakukan koreksi
Mentor
21
NO NAMA JABATAN TUGAS POSISI
terhadap proyek perubahan
2. Dra. Sinta Dame Simanjuntak, MA
Widyaiswara Utama LAN RI
Memberikan arahan, masukan dan dukungan untuk terselesaikannya proyek perubahan
Coach
3. Herman Koswara
Kepala Bagian Umum Setditjen Rehabilitasi Sosial
Mengkoordinir administrasi kegiatan, pencatatan dan mengagendakan semua agenda milestone yang dilaksanakan
Koordinator Pokja Sarpras
4. Maria Hapsari
Kepala Bagian Organisasi Hukum dan Humas Setditjen Rehsos
Mengkoordinir penyusunan pedoman, SK Irjen dan Draf Permensos
Koordinator Pokja Regulasi
5. Aty Setiawati Kepala Bagian Program dan Pelaporan Setditjen Rehsos
Memastikan Sistem Aplikasi sesuai rancangan
Koordinator Pokja Sistem Aplikasi
6 Sunarto Kabag Keuangan Setditjen Rehsos
Mengkoordinir adminstrasi, keuangan selama proses hingga tahap pelaporan
Koordinator Pokja Administrasi
7 Ratih Kusuma Astuti
Kepala Sub Bagian Tata Usaha Setditjen Rehsos
Memberikan masukan dan dukungan terhadap proyek perubahan
Anggota Pokja administrasi
8 Dede Nurdin Kepala Sub Bagian Pelaporan Setditjen Rehsos
Menyiapkan bahan-bahan regulasi penyusunan pedoman, SK Irjen dan Draf Permensos
Anggota Pokja Penyusunan Regulasi
`9 Endang Wijayani
Kasubag Humas Setditjen Rehsos
Menyiapkan bahan-bahan humas
Anggota Pokja Penyusunan Regulasi
10 Adrianus Alla
Kasubag Pemantauan dan Evaluasi
Menyiapkan bahan-bahan SIM
Anggota Pokja Pokja
22
NO NAMA JABATAN TUGAS POSISI
Setdijten Rehsos
Sistem Aplikasi
11 Andri Martono
Analisis Kepegawaian Ahli Pertama Setditjen Rehsos
Menyiapkan perangkataplikasi sistem informasi audit sesuai rancangan sampai dengan pemanfaatan/ penggunaan
Anggota Pokja Sistem Aplikasi
12 Ratih Soraya Analisis Pengelola Barang Milik Negara Setditjen Rehsos
Menyiapkan perangkataplikasi sistem informasi audit sesuai rancangan sampai dengan pemanfaatan/ penggunaan
Anggota Pokja Sistem Aplikasi
13 Hadianti Basti Putri
Penyusun Laporan Keuangan
Menyiapkan administrasi kegiatan, pencatatan dan mengagendakan semua agenda milestone yang dilaksanakan
Anggota Pokja Administrasi
14 Adhi Rustamaji
Analisis Produk Hukum
Menyiapkan administrasi kegiatan, pencatatan dan mengagendakan semua agenda milestone yang dilaksanakan
Anggota Pokja Administrasi
15. Ika Fitri Astuti
Analisis Produk Hukum
Menyiapkan bahan-bahan regulasi penyusunan pedoman, SK Irjen dan Draf Permensos
Anggota Pokja Penyusunan Regulasi
16 Safiah Sari Perancang Peraturan UU Muda Setditjen Rehsos
Menyiapkan bahan-bahan regulasi penyusunan pedoman, SK Irjen dan Draf Permensos
Anggota Pokja Penyusunan Regulasi
17 Tamsil Jayadi
Perencana Pertama Setditjen Rehsos
Menyiapkan administrasi kegiatan, pencatatan dan mengagendakan semua agenda milestone yang dilaksanakan
Anggota PokjaAdministrasi
23
C. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS STAKEHOLDER
Upaya mempengaruhi stakeholder sangatlah esensial bagi
keberhasilan perancangan dan pelaksanaan program organisasi. Dalam kontek membangun tim efektif, upaya mempengaruhi stakeholder harus diawali dengan mengelompokkan stakeholder berdasarkan pengaruh dan kepentingan yang dimilikinya. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan hasil pemetaan stakeholder dengan menggunakan netmap.
Stakeholder merupakan perorangan maupun kelompok-kelompok
yang tertarik, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar organisasi, yang berpengaruh maupun terpengaruh oleh tujuan-tujuan dan tindakan-tindakan sebuah tim.
Komisi VIII DPR
Bappenas
DJA Kemenkeu
Kemenpan RB
Kemen PUPR
Biro Hukum
Biro Umum
Inspektorat Jenderal
LATENT
Menteri Sosial
Dirjen Rehsos
Direktur 5 UKE II
Kepala UPT Ditjen Rehsos
PROMOTEURS
APHATETIC
Kemendagri
Kemenkumham
DEFENDER
Dinas Sosial Provinsi & Kab/Kota
Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS)
Lembaga Kesejahteraan Sosial
NGO Domestik & Asing
Gambar 2.2 Stakeholder Mapping
a) Promoteurs: memiliki kepentingan besar terhadap program dan juga kekuatan untuk membantu membuatnya berhasil (atau gagal)
b) Defenders: memiliki kepentingan pribadi dan dapat menyuarakan dukungannya dalam komunitas, tetapi kekuatannya kecil untuk mempengaruhi program.
c) Latents: tidak memiliki kepentingan khusus maupun terlibat dalam program, tetapi memiliki kekuatan besar untuk mempengaruhi program jika mereka menjadi tertarik.
d) Apathetics: kurang memiliki kepentingan maupun kekuatan, bahkan mungkin tidak mengetahui adanya program.
I N T E R E S T
I N
F L
U E
N C
E
24
D. IDENTIFIKASI POTENSI KENDALA DAN STRATEGI MENGATASI
Resiko
1. UPT kesulitan menerapkan SIM-Sarpras karena kekurangpahaman
terhadap cara penggunan.
2. Tidak konsistennya pihak Sekretariat Ditjen dan UPT dalam
menggunakan sistem aplikasi.
3. Tidak terjamin kerahasiaan data dalam aplikasi
4. Resistensi terhadap perubahan (status quo)
5. Berubah sekadar berubah, tidak sesuai kebutuhan
6. Penghujung tahun, timeframe padat kegiatan kejar realisasi
Strategi Antisipasi Resiko 1. Bimbingan Teknis penggunaan aplikasi
2. Penetapan regulasi dengan sanksi dan reward.
3. Melakukan uji kelayakan aplikasi melibatkan Pusdatin Kemensos
E. FAKTOR PENDUKUNG KEBERHASILAN
Masalah-masalah dan kendala yang dirasakan oleh UPT terkait kesiapan dalam mengimplementasikan PROGRES 5.0, khsusunya kesiapan terkait aspek sarana dan prasarana sehingga tercipta organisasi yang adaptif. Salah satu cara atau alat yang dapat digunakan untuk memastikan tujuan ke arah yang lebih baik itu tercapai adalah analisis SWOT.
Kekuatan 1. Dasar hukum Rehabsos Lanjut sudah kuat (UU Pekerjaan Sosial dan
PP No. 52 tahun 2019) 2. Arahan Pimpinan yang jelas (PROGRES 5.0) 3. Ketersediaan dukungan anggaran 4. Ketersediaan UPT di 18 Provinsi 5. Ketersediaan Tim Efektif yang handal
Kesempatan 1. Tersedia contoh Permen di Kementerian/Lembaga lain tentang
Standar Sarpras 2. Tersedia standar yang sudah dibuat oleh PUP 3. Tersedia Balai Pelatihan di Kementan dan Perindustrian atau
kemenaker yang bisa di benchmark
25
BAB III
PELAKSANAAN TAHAP PROYEK PERUBAHAN
A. CAPAIAN PROYEK PERUBAHAN JANGKA PENDEK
Capaian proyek perubahan “Strategi Percepatan Implementasi
PROGRES 5.0 melalui Standardisasi Sarana dan Prasarana Unit
Pelaksana Teknis di Lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial”
untuk jangka pendek dilaksanakan melalui 7 (tujuh) tahapan: (1)
Persiapan, (2) Pembentukan Tim Efektif, (3) Identifikasi Masalah dan
Kebutuhan Sistem, (4) Rancangan Drat Awal Peraturan Menteri Sosial, (5)
Prototype SIM-Sarpras, (6) Uji Publik, dan (7) Pembahasan Legal Drafting
Permensos.
B. TAHAP PERSIAPAN (27 SEPTEMBER 2019)
1. Proses
Tahap persiapan terdiri dari dua kegiatan: kick-off meeting dan koordinasi dengan customer dan key partner yang dilakasanakan secara paralel pada tanggap 27 Spetember 2019, atau 2 hari setelah seminar proposal proyek perubahan.
a. Kick-Off Meeting
Kegiatan pada tahap ini berbentuk sosialisasi atau pertemuan langsung dengan key partner dan customer berupa penjelasan tentang pengenalan proyek perubahan yang akan dilakukan. Pada tahap ini pemimpin proyek perubahan menyampaikan tujuan dan alasan memilih topik yang diusulkan untuk dilakukan perubahan, sekaligus meminta masukan terkait pelaksanaan dalam proyek perubahan.
b. Koordinasi dengan customer & key partner
Bentuk kegiatan pada tahap ini adalah berupa pertemuan langsung dalam bentuk diskusi/rapat dengan customer dan key partner. Kegiatan direncanakan sepanjang pelaksanaan proyek. Hal ini karena selama pelaksanaan proyek berlangsung senantiasa memerlukan koordinasi dengan customer dan key partner.
Key partner dalam hal ini adalah para Direktur di Lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial. Jika para Direktur adalah key partner internal, maka key partner eksternal dalam penyusunan rancangan Permensos dalam proyek perubahan ini adalah Kepala Biro Hukum pada Sekretariat Jenderal Kementerian Sosial.
Customer dalam hal ini adalah para Kepala Balai dan Loka Rehabilitasi Sosial di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi
26
Sosial. Mereka disebut customer karena merekalah subjek pengguna dari Peraturan Menteri Sosial dan SIM-Sarpras yang disusun dalam proyek perubahan ini. Sehari-hari mereka mengikuti arahan kebijakan teknis dari Direkturnya masing-masing.
Para Kepala Bagian di lingkungan Sekretariat Ditjen Rehsos, juga masing-masing mengambil peran yang sangat penting dalam mengkoordinasi pengumpulan bahan-bahan dan materi penyusunan rancangan Permensos dan SIM-Sarpras dalam proyek perubahan ini. Khususnya Kepala Bagian Umum dikatakan key partner dan sekaligus key customer karena memiliki tugas pengadministrasian dan pengelolaan aset-aset negara berbentuk sarana dan prasana di yang ada di seluruh UPT. Selain itu, Kepala Bagian Organisasi, Hukum, dan Humas juga merupakan internal key partner karena berperan sebagai koordinator penyiapan dan peyusunan bahan-bahan dan materi menjadi rancangan Permensos Standardisasi Sarpras UPT, termasuk lampirannya.
2. Capaian
Terbentuknya komitmen key partner dan customer dari semua unsur Pejabat dan ASN untuk berkontribusi aktif dalam melakukan perubahan.
3. Bukti (Lampiran 1)
a. Surat Undangan b. Daftar Hadir c. Notulensi d. Dokumentasi Foto
C. PEMBENTUKAN TIM EFEKTIF (1 SD. 7OKTOBER 2019) Tim Efektif merupakan penentu keberhasilan dalam suatu proyek perubahan. Seorang pemimpin proyek perubahan wajib terlebih dahulu merancang pembentukan tim kerja dalam sebuah proses membangun Tim Kerja Efektif. Pementukan tim efektf dalam proye perubahan ini berjalan selama satu minggu dari tanggal 1 sd. 7 Oktober 2019.
1. Proses
Proses membangun tim efektif dilakukan melalui 5 (lima) kegiatan,
a. Rapat pembentukan tim efektif, b. Pembuatan SK Tim Efektif, c. Perbaikan SK Tim Efektif, d. Penandatanganan SK Tim Efektif, dan e. Pendistribusian SK Tim Efektif
27
2. Capaian a. Ditetapkannya SK Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial No. 10
tanggal 1 Oktober 2019 tentang Penunjukan Tim Efektif “Strategi Percepatan Implementasi PROGRES 5.0 melalui Standardisasi Sarana dan Prasarana Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial.”
b. Terwujudnya pemahaman yang sama dari semua angota tim efektif untuk siap melaksanakan dan mensukseskan proyek perubahan.
3. Bukti (Lampiran 2)
a. Surat Undangan b. Daftar Hadir c. SK Tim Efektif d. Notulensi e. Dokumentasi Foto
D. IDENTIFIKASI MASALAH DAN KEBUTUHAN SISTEM (2-9 OKTOBER 2019)
Identifikasi masalah dan kebutuhan sistem merupakan langkah awal sebelum menyusun rancangan Peraturan Menteri Sosial dan membangun Sistem Informasi Manajemen tentang Standard Sarana Prasarana UPT di lingkungan Ditjen Rehsos. Ini merupakan langkah pertama yang tidak boleh dilewatkan, karena kualitas dan nilai kemanfaatan Permensos dan SIM proyek perubahan ini sangat tergantung dari berkualitas atau tidaknya kegiatan dalam tahapan identifikasi masalah. Jika tahapan ini dibuat secara asal-asalan, maka kemungkinan besar tidak akan mampu menjawab kebutuhan.
Maka, untuk tujuan itu dilakukan upaya-upaya pengumpulan bahan-bahan dan materi dengan cara mempotret kondisi eksisting, mencari model-model yang dapat dirujuk, mendaftar sebanyak-banyaknya pertanyaan serta isu-isu yang mungkin timbul, meminta masukan-masukan dari key partner, customer, dan stakeholders yang sekiranya dapat mengarahkan pada kebutuhan-kebutuhan sessungguhnya terkait standar sarana dan prasarana UPT di lingkungan Ditjen Rehsos. 1. Proses
a. Observasi lapangan (kunjungan kerja ke UPT) b. Pengisian Instrumen oleh Direktorat dan UPT c. Meminta masukan dari stakeholder Biro Hukum d. Pembuatan outline/kerangka Permensos dan SIM-Sarpras
2. Capaian
a. Rekap pengisian Instrumen oleh Direktorat dan UPT b. Outline/kerangka Permensos dan SIM-Sarpras
28
3. Bukti (Lampiran 3)
a. Surat Undangan b. Daftar Hadir c. Notulensi d. Dokumentasi Foto
E. PENYUSUNAN DRAT AWAL PERATURAN MENTERI SOSIAL (3-14 OKTOBER 2019)
Output kunci yang pertama dari proyek perubahan ini adalah rancangan Peraturan Menteri Sosial tentang Standar Sarana dan Prasarana UPT di Lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial. Jadi, target jangka pendek ini bukan Permensos yang sudah ditandatangani Menteri Sosial melainkan rancangan Permensos yang sudah menjalani tahapan legal drafting dibawah arahan Biro Hukum Kementerian Sosial. Oleh karena itu, kegiatan penyususnan draft permensos ini dibagi menjadi dua, yaitu tahapan penulisan draft awal permensos dan pembahasan legal dratfting-nya.
1. Proses
a. Rapat Penyusunan
b. Penulisan drat awal
c. Rapat pembahasan draft awal
d. Perapihan draft awal
2. Capaian
Draft awal rancangan Permensos 3. Bukti (Lampiran 4)
a. Surat Undangan
b. Daftar Hadir
c. Notulensi
d. Dokumentasi Foto
F. PROTOTYPE SISTEM INFORMASI MANAJEMEN (SIM) SARPRAS (8-29 OKT 2019)
Output kunci yang kedua dari tahapan jangka pendek proyek perubahan ini adalah Prototyope SIM-Sarpras UPT di Lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial. SIM-Sarpras ini dibuat untuk dapat dijadikan alat bagi Sekretaris Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial untuk mengawasi dan mengendalian proses penerapan regulasi Permensos Sarpras oleh UPT-UPT Balai dan Loka. Dalam tahap pembuatan prototipe SIM-Sarpras ini dilakukan beberapa kegiatan sebagaimana dalam proses di bawah ini.
29
1. Proses
a. Pengumpulan bahan dan materi b. Rancangan Prototype SIM c. Pembuatan Aplikasi SIM d. Manual Book SIM e. Video Tutorial SIM f. Video Soft Launching SIM
2. Capaian
a. Prototype SIM
b. Manual Book SIM
c. Video Tutorial SIM
d. Video Soft Launching SIM
3. Bukti (Lampiran 5)
a. Surat Undangan
b. Daftar Hadir
c. Notulensi
d. Dokumentasi Foto
G. UJI PUBLIK (16 OKT – 23 NOV 2019)
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), “Uji” dapat berarti
percobaan untuk mengetahui kualitas sesuatu atau memeriksa untuk
mengetahui mutu sesuatu. Publik sama dengan orang banyak atau umum.
Publik dalam proyek perubahan ini adalah publik UPT yang berjumlah 41
tersebar di 18 Provinsi. Uji publik dengan demikian dapat diartikan sebagai
pengujian oleh stakeholder atas draf Permensos dan SIM tentang standar
sarpras UPT sebelum dan sesudah ditetapkan sebagai standar di semua
balai dan loka rehabilitasiu sosial.
Tujuan dari uji publik adalah menyempurnakan Draft Permensos dan
prototipe SIM-Sarpras yang telah dibuat. Dengan uji publik, para
stakeholders di UPT dapat mengetahui struktur draft Permensos yang
diterapkan terhadap Sarpras UPT sehingga UPT dapat memberi saran
atau kritik yang bersifat konstruktif. Pelaksanaan uji publik dapat dilakukan
dengan berbagai metoda. Dalam proyek perubahan ini, cara yang
dilakukan adalah pesentasi materi dalam rapat pertemuan atau
didiskusikan oleh pihak yang mendapat undangan. Cara yang lain yang
dapat dilakukan sebetulnya adalaha melalui daring (online), tetapi ini tidak
dilakukan dalam proyek perubahan ini.
1. Proses
a. Uji Publik rancangan Peraturan Menteri Sosial Sarpras UPT b. Uji Publik Prototype SIM-Sarpras
30
2. Capaian
a. Terhimpunnya masukan-masukan untuk penyempurnaan rancangan Peraturan Menteri Sosial Sapras UPT
b. Terhimpunnya masukan-masukan untuk penyempurnaan Prototipe SIM-Sarpras
3. Bukti (Lampiran 6)
a. Surat Undangan
b. Daftar Hadir
c. Notulensi
d. Dokumentasi Foto
H. PEMBAHASAN LEGAL DRAFTING PERMENSOS (11-13 NOV 2019)
Tahapan terakhir dari proyek perubahan jangka pendek adalah pembahasan legal drafting Permensos tentang Standar Sarana dan Prasarana UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial. Dalam tahapan ini, Tim pejabat fungsional penyusun dan perancang perundag-undangan dihadirkan untuk membantu tim regulasi dari Sekretariat Ditjen Rehsos menyisir dan menyempurnakan pasal per pasal rancangan permensos. Dalam kegiatan pembahasan ini juga dihadiri oleh seluruh kelompok kerja proyek perubahan. Jadi, inti dari kegiatan ini adalah upaya untuk mengsinkronkan antara batang tubuh rancangan Peraturan Menteri Sosial dengan bagian Lampiran Permensos yang berisi daftar tabel sarpras utama yang harus dimiliki oleh balai dan loka rehabilitasi sosial agar memenuhi standar dalam memberikan pelayanan kepada para penerima manfaat. Standar sarpras dimaksud terutama sarpras untuk pelaksaaan intervensi utama rehabilitasi sosial lanjut, yakni Terapi (fisik, psikososial, mental-spiritual, dan penghidupan), Bantuan Bertujuan, Dukungan Keluarga, dan Perawatan Sosial.
1. Proses
a. Pembahasan Legal drafting Rancangan Permensos b. Lampiran Permensos Standar Sarpras UPT Ditjen Rehsos
2. Capaian
a. Draft Permensos yang sudah mendapatkan persetujuan verbal b. Lampiran Permensos yang sudah diklasifikasi dan distandardkan
3. Bukti (Lampiran 6)
a. Surat Undangan
b. Daftar Hadir
c. Notulensi
d. Dokumentasi Foto
31
I. CAPAIAN MELEBIHI TARGET
Gambar 3.1 Capaian Melebihi Target Proyek Perubahan Dalam tahapan jangka pendek proyek perubahan ini, terdapat capaian yang melebihi target dalam seminar rancangan proyek perubahan. Adapun Capaian yang melebihi target dalam implementasi proyek perubahan ini yaitu : 1. SIM-Sarpras (Manual Book, Video Tutorial dan Soft Launching
SIM-Sarpras);
Capaian yang telah melebihi target salah satunya adalah SIM-Sarpras. Dalam seminar hanya ditargetkan sampai pada tahap pembuatan Prototipe SIM-Sarpras. Berkat kerjasama tim efektif yang solid, ternyata dapat diwujudkan juga Manual Book SIM-Sarpras, Video Tutorial SIM-Sarpras, dan Video Soft Launching SIM-Sarpras yang sudah di upload di Youtube dan telah disosialisasikan
kepada customers dari proyek perubahan ini. Berikut adalah link akses video SIM-Sarpras : a. Video Soft Launching bit.ly/youtube-softlaunching b. Video Tutorial SIM bit.ly/simtutorial Gambar 3.2 Video Soft Launching SIM-Sarpras
32
2. Permensos Standardisasi Sarana dan Prasarana UPT di
Lingkungan Ditjen Rehabilitasi Sosial (telah dilaksanakan proses verbal dan harmonisasi); Capaian yang melebihi target selanjutnya adalah Regulasi (Permensos) sebagai salah satu output/product dari proyek perubahan ini. Dalam seminar hanya ditargetkan sampai pada tahap penyusunan draft rancangan Permensos, namun berkat kerjasama tim efektif dan dukungan stakeholders. Permensos ini telah sampai pada proses atau tahapan verbal (UKE II dan UKE I) serta harmonisasi peraturan perundang-undangan yang dilaksanakan
pada Hari Rabu, 3 Desember 2019 dengan melibatkan Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia.
3. Adanya penambahan dukungan stakeholders dalam kuadran
promoteurs (Biro Hukum, Poltekesos Bandung dan Pusdatin Kesos). Capaian yang melebihi target selanjutnya adalah adanya penambahan dukungan stakeholders dalam kuadran promoteurs, yaitu Biro Hukum, Poltekesos Bandung dan Pusdatin Kesos.
Dalam seminar Biro Hukum berada pada posisi latent, namun pada saat implementasi proyek perubahan, Biro Hukum berpindah ke dalam kuadran Promoteurs karena beberapa hal yang telah dilakukan oleh pemimpin proyek perubahan, dibantu Tim Efektif. Selain adanya pergeseran posisi dukungan, dalam implementasi ini juga terjadi penambahan dukungan stakeholders pada kuadran promoteur yaitu Poltekesos Bandung dan Pusdatin Kesos. Keterlibatan Poltekesos dan Pusdatin Kesos menjadi sangat penting karena dalam pengembangan proyek perubahan ini dibutuhkan kajian dan literasi dari berbagai sudut pandang termasuk dari perguruan tinggi (akademisi) dan pendekatan teknologi informasi (pengembangan sistem aplikasi).
J. STRATEGI PEMASARAN PROYEK PERUBAHAN
Implementasi proyek perubahan ini dilaksanakan secara holistik, sistematik dan terstandar yang juga didukung dengan strategi pemasaran yang dibumikan dengan pendekatan 4P + 1C sebagai berikut.
Gambar 3.3 Strategi Pemasaran Proyek Perubahan
33
Strategi pemasaran dilaksanakan sebagaimana pada gambar 3.3 dengan berorientasi pada tujuan yang telah ditetapkan. Adapun uraian startegi pemasaran apda proyek perubahan ini sebagai berikut. a. Product
Produk atau output dari proyek perubahan ini adalah Permensos tentang Standardisasi Sarpras Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Ditjen Rehsos dan SIM Sarpras.
b. Price Penyelenggaraan standardisasi sarpras UPT di Lingkungan Ditjen Rehabilitasi Sosial didasarkan pada penggunaan APBN sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Place Implementasi Proyek Perubahan ini dilaksanakan di Ditjen Rehabilitasi Sosial yang meliputi Sekretariat, Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak, KP NAPZA, Penyandang Disabilitas, Lanjut Usia serta Tuna Sosial dan Korban Perdagangan Orang.
d. Promotion Sebagai bentuk promosi dan pengenalan dari proyek perubahan ini dilaksanakan dengan sasaran pengembangan layanan rehabilitasi sosial pada UPT Ditjen Rehsos. Media dalam promosi proyek perubahan ini adalah melalui kegiatan sosialisasi, uji publik, dan harmonisasi, selain itu juga menggunakan media sosial sebagai upaya penyebaran informasi secara aktual dan mudah di akses oleh berbagai pihak. Brand pada promotion proyek perubahan ini adalah SIM-Sarpras dengan semangat yang sama sesuai dengan program dan kebijakan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial.
e. Customer Customer pada proyek perubahan ini adalah 41 Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Ditjen Rehabilitasi Sosial yang terdiri dari 5 (lima) kluster permasalahan serta tersebar pada 18 Provinsi di Indonesia.
K. DUKUNGAN STAKEHOLDERS Tercapainya semua target proyek perubahan, bahkan melebihi, dalam jangka pendek ini tidak terlepas dari dukungan stakeholders. Tentu sebagai seorang pemimpin birokrasi, pemimpin proyek perubahan ini harus dapat mengajak seluruh stakeholder internal dan eksternal untuk dapat mendukung proyek perubahan. Untuk dapat mengajak seluruh stakeholder memberikan dukungan kepada proyek perubahan, maka diperlukan strategi-strategi yang berbeda terhadap masing-masing stakeholder.
34
Gambar 3.4
Perubahan Posisi Dukungan Stakeholders
Semula Menjadi
Dari gambar di atas, tampak bahwa terdapat perubahan posisi dukungan Biro Hukum yang semula berada dalam kuadran latent berpindah ke dalam kuadran Promoteurs karena beberapa hal yang telah dilakukan oleh pemimpin proyek perubahan, dibantu Tim Efektif. Pemimpin proyek perubahan mennyadari bahwa peran dan pengaruh stakeholder sangat mempengaruhi kesuksesan pelaksanaan proyek perubahan. Kunci utamanya terletak pada pola menjalin hubungan komunikasi dengan para stakeholder. Pemimpin perubahan selalu berusaha untuk menjalin pola komunikasi yang baik terutama berusaha agar tidak ada gap/kesenjangan antara pemimpin perubahan dengan para stakeholder. Selain itu, pemimpin perubahan juga menjelaskan bahwa proyek ini bukan semata-mata untuk kepentingan pendidikan tetapi untuk kepentingan institusi yang lebih luas di masa mendatang.
Bersyukur, Biro Hukum dapat berpindah dari posisi latent menjadi Promoteurs. Ini artinya, Biro Hukum memiliki kepentingan besar terhadap proyek perubahan ini dan juga memiliki kekuatan untuk membantu membuatnya berhasil. Strategi yang dilakukan dalam menarik stakeholder ke arah Promoters yaitu dengan cara sebagai berikut: (a) memperlakukan mereka dengan respek; (b) memberi informasi apapun, training, mentoring, dan/atau dukungan yang diperlukan agar tetap terlibat; (c) menemukan tugas atau pekerjaan yang perlu dilakukan yang menarik minat dan menggunakan bakat mereka; (d) menjaga semangat mereka dengan memuji, merayakan, apresiasi kecil, dan secara terus menerus mengingatkan pencapaian upaya; (e) melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan; dan (f) mengajak mereka mengerjakan pembuatan konsep, perencanaan, implementasi, dan evaluasi upaya dari sejak awal.
35
L. KENDALA DAN RISIKO Kendala dan risiko dalam pelaksanaan “Strategi Percepatan Implementasi
Progres 5.0 melalui Standardisasi Sarana dan Prasarana Unit Pelaksana
Teknis di Lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, dapat kami
sampaikan sebagai berikut:
Harus kami kemukakan bahwa beberapa kendala muncul selama pelaksanaan proyek perubahan, yaitu kendala internal dan kendala eksternal. Kendala Internal antara lain lebih kepada pengaturan jadwal waktu yang bentrok dengan kegiatan pokok tugas sehari-hari yang memang harus lebih diutamakan. Selain itu juga masalah ketersediaan data-data yang belum lengkap yang selama ini masih belum seluruhnya diserahkan oleh UPT kepada Sekretariat. Kendala eksternal pun tidak jauh berbeda dengan kendala internal, soal waktui yang bergesekan, akhir tahun semua satker padat kegiatan. Terkait dengan layanan teknologi informasi tidak ada kendala yang berarti karena Pokja Sistem Aplikasi diawaki oleh SDM yang memiliki kapasitas dan komptensi memadai di bidang itu.
Adapun resiko yang mungkin terjadi dikemudian hari dalam melanjutkan proyek perubahan ini adalah sebagai berikut: a. Beberapa pertemuan yang direncanakan dapat berubah waktunya
karena tidak hadirnya stakeholder dalam pertemuan yang telah
ditetapkan.
b. Kendala teknis dalam membangun aplikasi SIM-Sarpras yang tidak
diperkirakan sebelumnya.
c. Adanya perubahan kebijakan yang menyebabkan pelaksanaan strategi
ini tidak dapat diteruskan.
d. UPT kesulitan menerapkan SIM-Sarpras karena kekurangpahaman
terhadap cara penggunan.
e. Tidak konsistennya pihak Sekretariat Ditjen dan UPT dalam
menggunakan sistem aplikasi.
f. Tidak terjamin kerahasiaan data dalam aplikasi;
M. STRATEGI MENGATASI MASALAH
Dalam pelaksanaan proyek perubahan pasti mengalami masalah, namun
demikian semua masalah dapat diselesaikan dengan baik. Strategi untuk
mengatasi semua permasalahan antara lain dengan membangun pola
komunikasi yang baik dengan para stakeholder. Selain itu juga
perencanaan tahapan yang matang dan pengaturan waktu pelaksanaan.
Namun demikian masih ada beberapa permasalahan yang mungkin tidak
dapat diselesaikan dalam jangka pandek karena di luar kemampuan.
Kondisi ini akan selalu dikomunikasikan dan dicarikan solusinya karena
memang proyek ini dilaksanakan untuk jangka panjang dan
berkesinambungan.
36
Kemungkinan terjadinya risiko akan berdampak terhadap tidak
tercapainya tujuan dari proyek perubahan yang telah ditetapkan. Secara
teknis, oleh karena itu diperlukan antisipasi agar risiko tersebut tidak
terjadi dengan melakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Penguatan dalam pelaksanaan Bimbingan Teknis penggunaan
aplikasi
b. Memastikan kerahasiaan data melalui uji kelayakan aplikasi dengan
melibatkan pusdatin kemensos.
c. Memastikan regulasi yang ditetapkan dengan adanya penjelasan yang
berkaitan dengan sanksi dan reward.
N. KESIMPULAN CAPAIAN
Sesuai dengan kriteria keberhasilan, maka capaian pelaksanaan proyek
perubahan ini telah sesuai dengan target jangka pendek, bahkan dalam
pelaksanaannya telah melampaui dari target yang ditetapkan (melampaui
capaian target). Adapun Capaian yang melebihi target dalam
implementasi proyek perubahan ini yaitu :
1. SIM-Sarpras (Manual Book, Video Tutorial dan Soft Launching SIM-
Sarpras); 2. Permensos Standardisasi Sarana dan Prasarana UPT di Lingkungan
Ditjen Rehabilitasi Sosial (telah dilaksanakan proses verbal dan hamonisasi);
3. Adanya penambahan dukungan stakeholders dalam kuadran promoteurs (Biro Hukum, Poltekesos Bandung dan Pusdatin Kesos).
37
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dengan berhasil dicapainya output kunci dan target-target jangka pendek, draft Permensos dan SIM-Sarpras, termasuk capaian melebih target dalam SIM-Sarpras, maka proyek perubahan ini telah dilalui dengan baik. Semua tahapan telah dialui mulai dari tahapan merancang proyek perubahan, tahapan laboratorium kepemimpinan, hingga tahapan pelaporan proyek perubahan.
Selama proses tersebut, khususnya off campus, kapasitas kepemimpinan manajerial kami diuji dalam mengeksekusi rancangan proyek perubahan. Selama itu pula, dirasakan pembelajaran bagaimana meyakinkan organisasi untuk dapat memberikan dukungan penuh atas pelaksanaan proyek perubahan ini hingga terwujud kondisi yang diinginkan. Tidak sulit dan tidak juga mudah dalam menggali dan mendayagunakan seluruh sumber daya yang dimiliki untuk dapat berpartisipasi dan mendukung keberhasilan proyek perubahan ini. Karena proyek perubahan ini merupakan bagian dari rangkaian perubahan sistemik yang sedang berjalan di Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, khususnya perubahan dalam aspek regulasi dan kelembagaan, maka proyek perubahan ini menjadi bagian penting dari upaya mempercepat implementasi Progres 5.0 dari sisi penataan kelembagaan. Proyek perubahan ini juga bagian dari upaya menguatkan positioning, differentiation, dan branding Pemerintah Pusat dalam melaksanakan tugas baru “Rehabilitasi Sosial Lanjut” yang seharusnya berbeda dari “Rehabilitasi Sosial Dasar” yang dimandatkan kepada Pemerintah Daerah oleh peraturan perundang-undangan.
Dalam pelaksanaan proyek perubahan ini masih banyak hal yang perlu diperbaiki. Kekurangsempurnaan dalam sebuah pekerjaan merupakan suatu hal yang wajar, namun demikian karena tujuan proyek ini jangka panjang maka kekurangsempurnaan akan terus diperbaiki di waktu mendatang tentunya dengan komitmen yang kuat dari pemimpin perubahan dan dukungan para stakeholder. Diharapkan, draft Permensos Sarpras UPT ini akan terus disempurnakan hingga finalisasi, sehingga dapat benar-benar menjawab kebutuhan mendesak terkait kekosongan regulasi tentang standar minimum Sarana dan Prasaranan Balai/Loka rehabilitasi sosial. Ke depan, dengan makin sempurnanya SIM-Sarpras diharpakan upaya “standardisasi sarpras UPT” dapat benar-benar dilaksanakan sehingga kualitas pelayana UPT makin
meningkat.
B. SARAN DAN REKOMENDASI Proyek ini akan semakin bermanfaat jika dapat berjalan secara kontinu dan berkelanjutan di masa datang. Maka, untuk menjaga kesinambungan berjalannya proyek ini, maka disarankan hal-hal sebagai berikut:
38
1. Dibuat SK Direktur Jenderal tentang pembentukan Tim Penyempurnaan
Permensos dan SIM-Sarpras,
2. Dibuat mekanisme evaluasi secara kontinu proses penyempurnaan
Permensos dan SIM-Sarpras,
3. Perlu dibuat aplikasi SIM-Sarpras selain berbasis web juga berbasis
android agar dalam penerapannya dapat lebih mudah dan realtime;
4. Mengintensifkan sosialisasi kepada stakeholders melalui media-media
sosialisasi yang mudah dipahami seperti infografis, audio-visual, dan
model-model sosialisasi yang menarik dan mudah dipahami,
5. Mengoptimalkan petugas admin yang telah dilatih untuk membantu
implementasi aplikasi SIM-Sarpras;
6. Mempersiapkan cadangan Server SIM-Sarpras dalam rangka menghindari
resiko ganguan pada server utama di Kantor Pusat Kementerian Sosial,
dan
7. Menyediakan anggaran khusus untuk pengembangan SIM-Sarpras.
C. KOMITMEN JANGKA MENENGAH DAN PANJANG
Dukungan stakeholders kunci menjadi jaminan berlanjutnya proyek perubahan dimasa yang akan datang. Berikut ini komitmen pasti yang sudah disampaikan untuk jangka menengah dan panjang. 1. Komitmen dari Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial akan menandatangani
segera SK pembentukan Tim Penyempurnaan Permensos dan SIM-
Sarpras untuk memastikan berlanjutnya proyek perubahan pada jangka
menengah dan jangka panjang.
2. Komitmen dari Kepala Biro Hukum akan mempercepat jadwal harmonisasi
rancangan Permensos Standar Sarpras UPT yang semula dijadwalkan
bulan Januari 2020 menjadi hari selasa, 3 Desember 2019. (Undangan
Rapat Harmonisasi dengan Kemenkumham terlampir)
39
DAFTAR PUSTAKA 1. Panduan Penyelenggaraan Diklat PIM II Angkatan XXIVI, Pusbangkom
Pimnas dan Manajerial ASN LAN RI. 2019
2. Panduan Proyek Perubahan Diklat PIM II, Pusbangkom Pimnas dan
Manajerial ASN LAN RI. 2019
40
LAMPIRAN BUKTI-BUKTI