Kesenian Mamanda
description
Transcript of Kesenian Mamanda
Kesenian Mamanda
Menjelaskan mengenai kesenian mamanda
Nama:: Puji Lestari Dwi .K.Kelas:: XI.IPS-1
Kata Pengantar
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat Rahmat dan Kasihnya, saya dapat menyelesaikan tugas yang
telah diberikan.
Saya menyadari bahwa hasil tugas saya ini masih belum sempurna.
Oleh karena itu dimohon agar dapat dimaklumi. Karena dengan waktu
singkat ini saya mencoba untuk dapat menyelesaikan tugas ini dengan
baik. Puji Lestari Dwi K.XI.IPS-1
Pengertian MamandaMamanda adalah seni teater atau pementasan tradisional yang berasal dari
Kalimantan Selatan. Dibanding dengan seni pementasan yang lain, Mamanda lebih
mirip dengan Lenong dari segi hubungan yang terjalin antara pemain dengan penonton.
Interaksi ini membuat penonton menjadi aktif menyampaikan komentar-komentar lucu
yang disinyalir dapat membuat suasana jadi lebih hidup.
Bedanya, Kesenian lenong kini lebih mengikuti zaman ketimbang Mamanda yang
monoton pada alur cerita kerajaan. Sebab pada kesenian Mamanda tokoh-tokoh yang
dimainkan adalah tokoh baku seperti Raja, Perdana Menteri, Mangkubumi, Wazir,
Panglima Perang, Harapan Pertama, Harapan kedua, Khadam (Badut/ajudan),
Permaisuri dan Sandut (Putri).
Lanjutan pengertianDisinyalir istilah Mamanda digunakan karena di dalam lakonnya, para pemain
seperti Wazir, Menteri, dan Mangkubumi dipanggil dengan
sebutan pamanda atau mamanda oleh Sang Raja. Mamanda secara etimologis
terdiri dari kata "mama" (mamarina) yang berarti paman dalam bahasa Banjar dan
“nda” yang berarti terhormat. Jadi mamanda berarti paman yang terhormat. Yaitu
“sapaan” kepada paman yang dihormati dalam sistem kekerabatan atau
kekeluargaan.
Tokoh-tokoh ini wajib ada dalam setiap Pementasan. Agar tidak ketinggalan, tokoh-
tokoh Mamanda sering pula ditambah dengan tokoh-tokoh lain seperti Raja dari
Negeri Seberang, Perompak, Jin, Kompeni dan tokoh-tokoh tambahan lain guna
memperkaya cerita.
Sejarah Mamanda
Asal muasal Mamanda adalah kesenian Badamuluk yang dibawa rombongan
Abdoel Moeloek dari Malaka tahun 1897. Dulunya diKalimantan Selatan bernama
Komedi Indra Bangsawan. Persinggungan kesenian lokal di Banjar dengan
Komedi Indra Bangsawan melahirkan bentuk kesenian baru yang disebut sebagai
Ba Abdoel Moeloek atau lebih tenar dengan Badamuluk. Kesenian ini hingga saat
ini lebih dikenal dengan sebutan mamanda.
Bermula dari kedatangan rombongan bangsawan Malaka (1897 M) yang dipimpin
oleh Encik Ibrahim dan isterinya Cik Hawa di Tanah Banjar, kesenian ini
dipopulerkan dan disambut hangat oleh masyarakat Banjar. Setelah beradaptasi,
teater ini melahirkan sebuah teater baru bernama "Mamanda".
Aliran dan Nilai Budaya Mamanda
Mamanda mempunyai dua aliran. Pertama adalah Aliran Batang Banyu yang hidup di pesisir sungai
daerah Hulu Sungai yaitu diMargasari. Sering juga disebut Mamanda Periuk. Kedua adalah
Aliran Tubau yang bermula tahun 1937 M. Aliran ini hidup di daerah Tubau, Rantau. Sering
dipentaskan di daerah daratan. Aliran ini disebut juga Mamanda Batubau. Aliran ini yang berkembang
di Tanah Banjar.
Pertunjukkan Mamanda mempunyai nilai budaya Yaitu pertunjukkan Mamanda disamping merupakan
sebagai media hiburan juga berfungsi sebagai media pendidikan bagi masyarakat Banjar. Cerita yang
disajikan baik tentang sejarah kehidupan, contoh toladan yang baik, kritik sosial atau sindiran yang
bersifat membangun, demokratis, dan nilai-nilai budaya masyarakat Banjar.
Bermula, Mamanda mempunyai pengiring musik yaitu orkes melayu dengan mendendangkan lagu-
lagu berirama melayu, sekarang beralih dengan iringan musik panting dengan mendendangkan Lagu
Dua Harapan, Lagu Dua Raja, Lagu Tarima Kasih, Lagu Baladon, Lagu Mambujuk, Lagu Tirik, Lagu
Japin, Lagu Gandut , Lagu Mandung-Mandng, dan Lagu Nasib.
Perkembangan Mamanda saat ini
Sekarang ini Mamanda mulai terpinggirkan oleh kesenian modern. Bahkan mungkin, hanya sedikit
generasi muda yang tahu kesenian ini. Jika kesenian asli daerah seperti Mamanda tak lagi mendapat
perhatian generasi muda, jangan heran nantinya benar-benar punah.
Keberadaan kesenian bertutur seperti Mamanda Kecamatan Paringin Selatan dan Wayang Gong di
Kecamatan Juai, Kabupaten Balangan sudah sekarat. Kesenian, yang dulu jadi sarana warga
mendapatkan hiburan sekaligus informasi, nyaris mati karena kurang mendapat apresiasi masyarakat.
Abdul Syukur, pelaku teater dan sastra Banjarmasin, mengatakan dulu saat ada Departemen
Penerangan, kesenian bertutur lebih terangkat karena sering diminta tampil menyampaikan program
Pemerintah, terutama di kalangan pedalaman. Tapi sekarang makin jarang sehingga banyak
masyarakat jadi kurang mengenal.
Penyebab Mamanda Mulai Punah
Kesenian mamanda pada saat ini berangsur angsur mulai
punah, itu disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah :
1. Banyak remaja yang lebih menyukai kesenian modern
2. Kesenian daerah saat ini kurang dilestarikan
3. Remaja banyak yang belum mengetahui seperti apa mamanda itu
4. Masyarakat mulai bosan dengan cerita yang dibawakan pada
kesenian mamanda
Dampak mamanda bagi daerah atau
sekolah
Dampak mamanda bagi sekolah maupun daerah diantaranya adalah:
1. masyarakat bisa menjadikan mamanda sebagai hiburan apabila
ada wisatawan yang datang kedaerahnya
2. Siswa bisa lebih mengenal bagaimana kesenian mamanda yang
sebenarnya
3. Siswa bisa mempelajari bagaimana mengadakan kesenian
mamanda
Mencegah mamanda agar tidak punah
Kita bisa melakukan berbagai upaya untuk mencegah agar
kesenian mamanda tidak punah, diantaranya adalah :
1) Menampilkannya sebagai hiburan dalam sebuah acara
2) Mengajarkan siswa agar mengetahui tentang mamanda
3) Belajar untuk bisa menampilkan mamanda
4) Mengenalkan kesenian mamanda bila ada wisatawan yang datang
Kesimpulan
Kesenian mamanda pada saat ini kurang mendapatkan
perhatian dari masyarakat, hal itu karena adanya kesenian modern.
Oleh sebab itu, untuk mencegah agar kesenian ini tidak punah
maka kita harus melestarikannya.