Uas Kesenian (Recovered)

21
UNIVERSITAS INDONESIA ANALISA IKONOGRAFI DALAM LUKISAN I NYOMAN MASRIADI YANG BERTEMAKAN SINDIRAN TERHADAP LIFESTYLE MANUSIA MODERN DALAM 6 KARYA MASRIADI TUGAS AKHIR SEJARAH KESENIAN MUHAMMAD FARIS 1006761963 FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH DEPOK

Transcript of Uas Kesenian (Recovered)

Page 1: Uas Kesenian (Recovered)

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISA IKONOGRAFI DALAM LUKISAN I NYOMAN

MASRIADI YANG BERTEMAKAN SINDIRAN TERHADAP

LIFESTYLE MANUSIA MODERN DALAM 6 KARYA

MASRIADI

TUGAS AKHIR

SEJARAH KESENIAN

MUHAMMAD FARIS

1006761963

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH

DEPOK

DESEMBER 2012

Page 2: Uas Kesenian (Recovered)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penulisan

Seni merupakan I Nyoman Masriadi telah masuk ke dalam jajaran elit

dalam pelukis kontemporer Indonesia. Pencapaian itu ia dapatkan setelah menjadi

yang terbaik di dalam acara lelang Southeby’s di Hongkong.1 Pada acara tersebut

ia telah mengalahkan tidak hanya senior-seniornya dari Indonesia, tetapi juga dari

negara-negara Asia khususnya di Asia Tenggara.

Perjuangannya tersebut di acara tersebut tidak seperti “membalikkan

telapak tangan” karena sebelum ia mencapai posisi tersebut, Masriadi harus

berusaha selama 10 tahun untuk dalam posisi seperti ini. Dalam perjuangannya

tersebut ia pernah berkali-kali lukisannya ditolak oleh kolektor seni pada awal-

awal karirnya.

Dari penolakan tersebut, Masriadi tidak menyerah dalam usaha

melukisnya. Akhirnya ia dapat menjalin koneksi tersebut melalui berbagai

pameran seni bersama tersebut ia kemudian mulai meretas jalan ke Internasional.

Selain perjuangannya dalam usaha agar tetap eksis di dalam dunia perlukisan,

Masriadi juga tetap dalam idealisme melukisnya. Idealisme tersebut dia

pertahankan selama ini tanpa merubahnya, yaitu dalam teknik permainan warna,

gelap terang, dan figur-figur imajinatif dengan lekuk-lekuk tubuh. Kesemuanya

ide yang ia dapatkan, yaitu dari kebiasaannya sehari-harinya baik dari keluarga

maupun hobinya yang menyukai game dan kartun.

Dengan hobinya dan idealisme tersebut Nyoman Masriadi membuat

gambar-gambarnya yang sangat bersifat ekspresionis. Lukisan ekspresionis

tersebut ditambah dengan unsur-unsur, seperti judul yang dibuat sedikit jenaka

1 http://files.shareholder.com/downloads/BID/404267219x0x238915/ee256844-9a9a-4929-9649-c6dca80b44ed/238915.pdf diakses pada tanggal 10 Oktober 2012, pukul 09.35 WIB

Page 3: Uas Kesenian (Recovered)

dan pengambaran yang sedikit menyindir. Dari unsur-unsur tersebut maka saya

mencoba untuk mengambil tema sindiran dalam kehidupan manusia modern

karena lukisan-lukisan yang terpilih sangat terlihat kehidupan orang kota yang

modern dengan berbagai tingkah lakunya baik yang positif maupun negatif.

1.2 Rumusan Penulisan

Dalam penulisan kali, penulis mencoba untuk menganalisa 6 karya I

Nyoman Masriadi dengan mengunakan teknik Ikonografi. Sehingga dalam

perumusannnya akan terdapat pertanyaan-pertanyaan agar memudahkan penulis

menganalisa:

1. Apakah teknik ikonografi tersebut? Dan bagaimanakah melakukan teknik

ikonografi dalam sebuah lukisan?

2. Dalam penulisan kali mengambil 6 karya I Nyoman Masriadi yang telah

dihimpun dalam satu tema, yaitu Kritik Sosial pada Masyarakat Modern,

lalu bagaimanakah cara menganalisanya menggunakan teknik ikonografi?

BAB 2

Page 4: Uas Kesenian (Recovered)

ISI

2.1 Proses Pendekatan Ikonografi

Kemunculan seni tidak lepas dari sejarah berkembangnya peradaban

manusia di dunia. Bahkan seni itu sendiri dalam sejarahnya pernah menjadi

pertanda dari majunya peradaban manusia pada zaman dahulu, karena pada waktu

belum adanya tulisan di dunia ini manusia mendeskripsikan dirinya dengan

menggunakan gambar atau lukisan. 2Dari gambar dan lukisan tersebut manusia

menjelaskan kehidupannya selama itu.

Kemudian perkembangan lukisan yang merupakan cabang dari seni

tersebut dapat dievaluasi melalui berbagai Perspektif, seperti estetika, semiotika,

Ikonografi, dan lain-lain. Pendekatan ikonografi menjadi aspek yang sering

dijadikan bahan analisa karena pada Perspektif ini dibahas mengenai

subjek/matter dari sebuah lukisan.

Aspek ikonografi dipopulerkan oleh Erwin Panofsky dari Institut Warburg,

Jerman. Ia memperkenalkan Ikonografi untuk pembacaan sebuah lukisan dengan

tiga tahap, yaitu pra-ikonografi, ikonografi (pendeskripsian), dan interpretasi

ikonografi.3 Dari ketiga tahap tersebut dilakukan secara berurutan untuk dapat

membaca lukisan yang ingin dianalisa. Penjelasan ketiga tahap tersebut, yaitu:

- Pra-ikonografi merupakan tahap awal dari pendekatan ikonografi. Dalam

tahap ini mengindentifikasi bentuk, garis, warna, dan material lainnya

yang merepresentasikan dari objek natural sebuah lukisan

- Ikonografis atau pemabahasan subjek konvensional adalah tahap kedua

dari Ikonografi. Tahap ini menjelaskan mengenai pertautan antara motif,

citra gambar, dan maknanya

2 Harry Sulistianto, MENGKAJI LUCIA HARTINI DAN LUKISANNYA DARI PERSPEKTIF PSIKOANALISIS, http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._SENI_RUPA/196605251992021-HARRY_SULASTIANTO/ARTIKEL/PENDEKATAN_PSIKOANALISIS_PADA_KARYA_SENI_LUKIS.pdf. diakses pada 28-11-2012, pukul 09.04 WIB3 http://basnendar.dosen.isi-ska.ac.id/2010/07/26/kajian-makna-kartun-editorial-melalui/

Page 5: Uas Kesenian (Recovered)

- Ikonologis atau Interpretasi Ikonografi adalah tahap terakhir dari

ikonografi. Tahap ini menjelaskan mengenai penafsiran dan penggalian

makna intrinsik atau makna yang hakiki dari lukisan yang menjadi objek

pengamatan.

2.2 Analisa 6 Karya Dalam Perspektif Ikonografi

Pendekatan perspektif Ikonografi akan menjadi metode yang akan

digunakan untuk menganalisa enam karya I Nyoman Masriadi. Keenam karya

tersebut memiliki kesamaan sehingga dalam penentuan temanya, yaitu “Sindiran

Dalam Kehidupan Manusia Modern” dan karya-karya tersebut yaitu :

no Judul Lukisan Lukisan

1 Paparazzi (tahun 2001)

2 Juling

Page 6: Uas Kesenian (Recovered)

3 Interior

4 Uang Segar (tahun 2007)

5 Gadis Harli

6 Too Small

Page 7: Uas Kesenian (Recovered)

1. Paparazzi :

a. Deskripsi Preiconographical

Dalam lukisan terdapat seorang laki-laki dengan badan yang maskulin dan

hanya mengenakan celana pendek dan kaos kaki . Lelaki tersebut menjadi

karakter tunggal dalam lukisan yaitu dengan hampir satu lukisan penuh (potrait)

dan lelaki tersebut juga sedang memegang dengan kamera dan kemudian ia

tersenyum saat melihat sesuatu dengan kameranya. Lukisan ini dominan dengan

sedikit warna gelap yaitu tubuh karakter yang ditampilkan dan background

lukisan yang sedikit terang yaitu abu-abu bergaris-garis yang berada di belakang

karakter.

b. Analisa Iconographical

Paparazzi berasal dari bahasa Italia yang artinya fotografer, sehingga

Paparazzi dapat disebut bagian dari fotografer yang memfoto orang-orang terkenal

atau penting, seperti Artis, politikus, atlit, dan lain-lain. Namun, dalam faktanya

Paparazzi tidak seperti fotografer biasanya karena dia merupakan fotografer

independen sehingga ia tidak terikat terhadap institusi apapun. Paparazzi dalam

bekerja selalu sembunyi-sembunyi sehingga keadaan mereka tidak diketahui oleh

targetnya. Dari cara bekerja mereka tersebut Paparazzi dapat menghasilkan foto-

foto yang luar biasa dibandingkan fotografer lainnya karena mereka selalu

berusaha untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Akibat dari cara mereka

tersebut kadang-kadang target mereka merasa kesal karena kehidupan pribadinya

terusik dengan keberadaan Paparazzi. Paparazzi semakin berkembang dengan

berkembangnya dunia entertaiment di dunia sehingga semakin berkembang

kehidupan modern manusia maka akan bertambah juga profesi Paparazzi.

c. analisa Interpretasi Ikonologi

Lukisan Paparazzi yang dibuat oleh I Nyoman Masriadi pada tahun 2001.

Lukisan ini memiliki makna yaitu Paparazzi yang merupakan fotografer yang

misterius dan melakukan apa saja untuk mendapatkan foto, digambarkan dengan

Page 8: Uas Kesenian (Recovered)

laki-laki yang bahkan dia tidak memperhatikan dirinya sendiri. Dapat dilihat

dengan pakaian yang dipakai oleh Paparazzi tersebut hanya celana pendek dan

kaos kaki, namun ketika dia sudah mendapatkan apa yang diinginkan seperti

target misalnya seorang artis melakukan sebuah kontroversi, maka sang Paparazzi

akan tersenyum melihat keadaan tersebut walau dia lupa akan dirinya sendiri.

2. Juling :

a. Deskripsi Preiconographical

Pada gambar ini terdapat beberapa orang seperti yang dijadikan objek

lukisan. Orang-orang tersebut hanya digambar dengan setengah badan ataupun

kepalanya saja. Karakter-karakter di lukisan tersebut semuanya memegang

handphone dan mata-mata mereka terfokus hanya kepada handphone yang

dipegang. Pewarnaan dalam lukisan yang dipakai adalah warna-warna tersier,

seperti coklat merah maupun kuning. Penggambaran waran coklat tersebut

memiliki makna bijaksan, maskulin, sopan, dan lain-lain. Sehingga terlihat

kehidupan modern dari lukisan tersebut dengan tambahan unsur teknologi yaitu

handphone.

b. Analisa Iconographical

Penggambaran visual dari lukisan sangat terlihat jelas kehidupan modern

masyarakat kota yang kebanyakan adalah pekerja kantoran. Visual tersebut

terlihat dengan pakaian dari karakter-karakter yang ditampilkan, seperti

perempuannya berpakaian formil atau terkesan elegan dengan tambahan seperti

syal dan aksesoris-aksesoris lainnya yang menambah kesan feminim dari pekerja

kantoran wanita. Untuk pria digambarkan memakai kemeja dan ada beberapa

yang beberapa karakternya memakai jas dan dasi menambah kesan maskulin dari

karakter-karakter pria tersebut. Untuk menambah kesan modern ditambah

Page 9: Uas Kesenian (Recovered)

handphone yang merupakan alat komunikasi yang tidak bisa dilepaskan dalam

dunia modern.

c. analisa Interpretasi Ikonologi

Dalam pemaknaan lukisan Juling karya Nyoman Masriadi ini adalah

sebuah sindiran terhadap berkembangnya Handphone sekarang ini. Pada awalnya

dibuat sebagai alat komunikasi jarak jauh yang dapat dipakai dimana saja, namun

saat ini Handphone berubah menjadi lifestyle bagi masyarakat kota ataupun

modern. Berkembangnya teknologi dalam handphone juga berpengaruh terhadap

lifestyle manusia terhadap pemakaiannya, sampai ada joke dari anak-anak sekolah

saat ini,”lebih baik ketinggalan tugas rumah (PR) daripada ketinggalan

handphone”. Oleh sebab itu dapat diinterpretasikan judul Juling dari lukisan ini

adalah sindiran bagi orang-orang modern saat ini yang matanya tidak dapat

terlepas dari handphone yang mereka miliki.

3. Interior

a. Deskripsi Preiconographical

Dalam gambar ini terdapat dua latar berbeda yang menjadi satu lukisan.

Pada latar sebelah kiri terdapat sepasang pria dan wanita yang sedang

bercengkrama dan sebelah kanan terdapat tiga orang yaitu satu laki-laki dan dua

wanita sedang duduk di sofa. Pewarnaan yang dipakai, yaitu latar keduanya

dipakai warna hitam-putih yang memiliki makna bijak, karakter laki-laki

disebelah kanan berwarna abu-abu dan sebelah kiri berwarna hitam. Terakhir

pewarnaan untuk karakter wanita adalah warna tersier.

b. Analisa Iconographical

Penggambaran visual dari dua latar yang disajikan dalam satu lukisan ini

adalah kehidupan orang perkotaan dan modern saat ini. Sebelah kiri laki-laki yang

digambarkan memiliki tubuh yang besar yang memiliki makna orang yang berduit

Page 10: Uas Kesenian (Recovered)

atau kaya sedang memegang tangan seorang wanita. Kemudian laki-laki itu

tersenyum seperti sedang menawarkan sesuatu kepada wanita, lalu wanita tersebut

berkata “jangan begicu dong” yang memiliki makna menolak atau malu akan

ajakan laki-laki tersebut. Pada latar sebelah kiri terlihat seorang laki-laki hanya

memakai singlet dan celana pendek sedang duduk, lalu disebelah kanan dan kiri

lelaki tersebut terdapat dua wanita berpakaian seksi. Kedua wanita tersebut

bersikap menggoda laki-laki dengan kata-kata yang berada dalam lukisan

c. analisa Interpretasi Ikonologi

Pemaknaan lukisan tidak dapat terlepas dari judul lukisan tersebut yaitu

Interior. Dalam visualisasi lukisan yang terdapat dua latar dalam satu lukisan.

Dalam latar sebelah kanan visualisasi laki-laki dengan perut gendut yang memiliki

makna seorang laki-laki kaya sedang menggoda wanita yang berpakaian seksi.

Pada latar sebelah kiri hampir sama dengan latar di samping lelaki kaya sedang

dikelilingi oleh dua wanita berpakaian seksi. Maka dapat diinterpretasikan bahwa

seorang laki-laki kaya dapat menjadikan wanita menjadi “interior” dari

kehidupannya. Hal tersebut juga karena terbentuknya karakter materialisme di

dalam diri beberapa wanita pada kehidupan modern saat, sehingga jika ada laki-

laki kaya yang ingin memacarinya atau menikahinya maka akan diterima.

4. Uang Segar :

a. Deskripsi Preiconographical

Dalam lukisan ini hanya terdapat satu karakter yaitu seorang wanita

memakai baju ucansee, celana jeans, dan terdapat selipan uang di dada sebelah

kirinya . Di belakang wanita terebut terdapat banyak bantal yang bersusun-susun

sampai tingginya melebihi wanita tersebut. Pewarnaan yang dipakai adalah warna

coklat kemerahan untuk karakter wanita yang memiliki kesan maskulin atau

Page 11: Uas Kesenian (Recovered)

feminim, sedangkan pakaian dan latarnya dipakai warna-warna terang yang

mengesankan suasana meriah dan mengairahkan.

b. Analisa Iconographical

Penggambaran visual dari lukisan Uang segar adalah karakter wanita yang

memakai pakaian seksi. Wanita tersebut sedang berpose menggoda yaitu

mengangkat tangan kirinya keatas dan tangan kanannya bertolak-pinggang. Selain

itu, terdapat selipan uang seratus ribu segenggam yang berada diselipan dada

sebelah kirinya. Di belakang terdapat bantal yang bertumpuk, bantal biasanya

berada di sebuah kamar dan di kamar biasanya orang tidur atau berhubungan

suami istri.

c. Analisa Interpretasi Ikonologi

Pemaknaan lukisan dengan judul uang segar ini tidak terlepas dengan

visualisasi lukisan. Visualisasi dari lukisan tersebut ialah seorang wanita yang

berpakaian seksi dengan pewarnaan warna-warna cerah yang menggairahkan.

Selain, itu juga terdapat selipan segenggam uang seratus ribu di dada wanita

tersebut yang menambah kesan sensual dan terdapat adanya bantal yang

bertumpuk menambah kesan sensual. Sehingga dari penggambaran visual tersebut

adanya kesan sensual dari karakter wanita tersebut dan jika dihubungkan dengan

judul yang bernama uang segar akan menjadi tambah sensual. Uang segar

biasanya uang yang dipakai untuk senang-senang. Jadi dapat diinterpretasikan

bahwa uang yang dipakai untuk berhubungan dengan wanita tuna susila.

Keberadaan pekerjaan tersebut sebenarnya sudah dari dulu ada, namun khusus

zaman modern ini dimana tingkat konsumtif sangat besar membuat orang-orang

rela melakukan apa saja untuk memenuhi hasratnya dan wanita biasanya yang

paling tergoda denga perilaku konsumtif ini.

Page 12: Uas Kesenian (Recovered)

5. Gadis Harli

a. Deskripsi Preiconographical

Dalam lukisan Gadis Harli hanya terdapat satu karakter yaitu seorang

wanita yang memakai linggerie, celana panjang ketat, dan sepatu kulit ber-hak

sedang duduk di sebuah sofa dengan gaya yang cool. Pewarnaan dalam lukisan

yang dipakai pada latar adalah coklat gelap sehingga terlihat sekali kesan

maskulin dan karakter wanitanya pun memakai warna coklat sehingga kesan

maskulin sangat kuat, walaupun karakter yang ditampilkan adalah seorang wanita.

b. Analisa Iconographical

Penggambaran visual dari lukisan gadis harli ini sangat kental kesan

maskulinnya mulai dari teknik pewarnaan, pakaian mulai dari baju hingga sepatu,

dan latar. Dalam posenya wanita terebut mengangkat kaki kanannya, kemudian

memegang rokok setelah menghisapnya dengan melihat asap keluar dari kedua

lubang hindungnya. Selain itu penempatan lilin diatas meja menambah kesan

“gothik” yang biasanya diidentikan dengan pria.

c. Analisa Interpretasi Ikonologi

Jika kita menengok harli atau harley merupakan motor besar buatan

Amerika ini merupakan sepeda motor yang dikhususkan untuk laki-laki, namun

Nyoman Masriadi dalam lukisannya menempatkan wanita sebagai pemakai harli.

Sehingga pemaknaan atau interpretasi dapat membayangkan bagaimana selama

ini kesan-kesan yang selalu diidentikan dengan pria seperti maskulin, macho, dan

keren. Pada saat ini perempuan pun dapat melakukannya aktivitas dan hobi yang

biasanya dilakukan oleh pria, seperti menunggang harli dan merokok. Keadaan

tersebut akibat berkembangnya pendidikan dan emansipasi di segala lini bagi

wanita. Namun, Masriadi dalam lukisannya tidak hanya menggambarkan

emansipasi wanita dengan karakter wanita harli, tetapi wanita-pun juga berubah

seperti laki-laki dalam bergaya dan bertindak sehingga terkadang wanita tersebut

kehilangan sisi feminim dalam dirinya.

Page 13: Uas Kesenian (Recovered)

6. Too Small

a. Deskripsi Preiconographical

Dalam lukisan Too Small karya Nyoman Masriadi hanya terdapat satu

karakter yaitu seorang pria yang memakai singlet dan celana pendek putih. Selain

itu, Pria tersebut juga sedang memegang celana jeans yang besarnya lebih dari

pria tersebut. Pewarnaan yang dipakai adalah warna-warna terang seperti biru,

putih, dan abu-abu, namun untuk pewarnaan karakter dipakai warna coklat yang

menjadi penggambaran kesan maskulin pada karakter pria.

b. Analisa Iconographical

Pengambaran visual dari lukisan ini ialah adalah seorang laki-laki yang

digambarkan tidak penuh, yaitu kepala dan kakinya tidak diperlihatkan. Lalu pria

tersebut memegang sebuah jeans berwarna biru, dimana jeans tersebut

digambarkan mempunyai ukuran yang melebihi bentuk tubuhnya.

c. Analisa Interpretasi Ikonologi

Pemaknaan yang dipakai dalam menginterpretasikan lukisan Nyoman

Masriadi yang berjudul Too Small. Digambarkan seorang laki-laki ingin memakai

celana yang ukurannya melebihi ukuran tubuhnya, sehingga dapat dibayangkan

bagaimana jika laki-laki tersebut memaksa untuk memakainya. Pasti celana jeans

tersebut akan menutupi semua tubuhnya dan dia-pun tidak akan terlihat.

Begitupun dengan orang yang berusaha untuk mengikuti perkembangan zaman,

jika ada handphone model terbaru keluar maka dia akan buru-buru untuk

membelinya sehingga dia tidak dibilang ketinggalan zaman. Namun, perilaku

konsumtif tersebut berbanding terbalik dengan keadaan perekonomiannya

sehingga ia mulai menghutang kemana-kemana dan akhirnya tidak tahu untuk

menutupi semua hutangnya tersebut.

Page 14: Uas Kesenian (Recovered)

BAB 3

KESIMPULAN

Perkembangan kehidupan manusia di bumi saat ini telah membuat

majunya ilmu, pengetahuan, teknologi. Hal tersebut menyebabkan kehidupan

manusia tidak hanya untuk memenuhi papan dan sandangnya saja, tetapi juga

hasrat untuk memenuhi kebutuhan tersier juga. Sehingga manusia berlomba-

lomba untuk memenuhi hasrat tersebut untuk bergerak maju dalam kegiatan

memenuhi hasrat.

Arus perkembangan kehidupan manusia tersebut menimbulkan sebuah

lifestyle yang hampir diikuti oleh manusia modern saat ini. Namun, tumbuh

berkembanya lifestyle di dalam kehidupan manusia modern tidak selalu

menghasilkan suatu unsur positif dalam perkembangannya, kadang-kadang

perkembang tersebut juga menjurus ke unsur negatif.

Oleh seba itu, Nyoman Masriadi yang merupakan seorang pelukis

khususnya di dalam dunia seni rupa kontemporer, ia membuat beberapa karyanya

untuk menjawab perkembangan lifestyle yang negatif tersebut. Masriadi yang

mempunyai hobi bermain game online di Internet dan menonton anime tersebut

menuangkan idenya dalam sebuah lukisan, sehingga lukisan-lukisannya memiliki

kesan impresionis yang kental dengan perpaduan warna yang beragam.

Dalam menjawab perkembangan negatif dari lifestyle manusia modern

saat ini, masriadi membuatnya dalam sebuah karya dengan sindiran dalam

visualiasi karya. Kemudian dalam memberi judulnya dia gunakan kata-kata yang

memiliki unsur humor, seperti salah satu karya dari enam karya yang terpilih,

yaitu “Juling”. Bahasanya humor yang ia hadirkan dari judul karya tersebut

kemudian ia visualisasikan dengan orang-orang saat ini tidak bisa lepas dari

Handphone. Dimana setiap waktu handphone tersebut ia liat sehingga matanya

menjadi “juling”

Page 15: Uas Kesenian (Recovered)

Daftar Pustaka

Buku :

Panofsky, Erwin. 1972. Studies in Iconology : Humanistic Themes In The Art Of Renaissance. Westview Perss : Massachussets

Internet :

http://files.shareholder.com/downloads/BID/404267219x0x238915/ee256844-9a9a-4929-9649-c6dca80b44ed/238915.pdf diakses pada tanggal 10 Oktober 2012, pukul 09.35 WIB

Sulistianto, Harry. MENGKAJI LUCIA HARTINI DAN LUKISANNYA DARI PERSPEKTIF PSIKOANALISIS. http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._SENI_RUPA/196605251992021-HARRY_SULASTIANTO/ARTIKEL/PENDEKATAN_PSIKOANALISIS_PADA_KARYA_SENI_LUKIS.pdf. diakses pada 28-11-2012, pukul 09.04 WIB

http://basnendar.dosen.isi-ska.ac.id/2010/07/26/kajian-makna-kartun-editorial-melalui/ diakses pada 12-12-2012, pukul 12.43 WIB

http://www.wikipaintings.org/en/nyoman-masriadi/mode/all-paintings diakses pada 27-12-2012, pukul 17.30 WIB