KERANGKA DASAR PEMIKIRAN DWIKI OLIVIA SILVI (110210302025)
-
Upload
olive-olivia -
Category
Documents
-
view
75 -
download
9
Transcript of KERANGKA DASAR PEMIKIRAN DWIKI OLIVIA SILVI (110210302025)
1
MERUMUSKAN KERANGKA DASAR PEMIKIRAN
MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Bidang Studi
oleh
Dwiki Olivia Silvi110210302025
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAHJURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS JEMBER
2012
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya dan
karunianya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Dengan terselesainya makalah ini, kami menyampaikan rasa terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan atas terselesainya makalah ini.
Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai bahan diskusi mata kuliah
“Metodologi Penelitian Bidang Studi” dan sebagai media untuk lebih mendalami
setiap unit yang akan dipelajari dan dibahas dalam mata kuliah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih belum sempurna.
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangatdiperlukan untuk
memperbaiki makalah yang telah dibuat. Akhirnya semogamakalah ini dapat
berguna bagi kita, amin.
Jember,11 Oktober 2013
Penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 1
1.3 Tujuan...............................................................................................2
BAB 2. PEMBAHASAN.................................................................................1
2.1 Pengertian Kerangka Dasar Pemikiran...........................................1
2.2 Pentingnya Kerangka Dasar Pemikiran Dalam Penelitian............7
2.3 Unsur Yang Diperlukan Dlam Penyusunan Kerangka Pemikiran10
2.4 Cara Menyusun Kerangka Pemikiran Yang Baik Dan Benar.......14
2.5 Contoh Kerangka Pemikiran pada Jenis-Jenis Penelitian.............17
BAB 3. PENUTUP..........................................................................................20
3.1 Kesimpulan..........................................................................................20
3.2 Saran....................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kerangka dasar pemikiran adalah hasil pemikiran peneliti berdasarkan
teori/konsep yang ada tentang variabel yang diteliti dan dirumuskan dari masalah
penelitian. Kerangka berpikir merupakan inti sari dari teori yang telah
dikembangkan yang dapat mendasari perumusan hipotesis.
Dengan adanya kerangka dasar pemikiran dapat memudahkan peneliti
dalam merumuskan hipotesis. Sebelum melakukan proses kerangka dasar
pemikiran, peneliti harus melewati proses kajian pustaka yang menurut beberapa
ahli dikenal dengan kajian teori. Sedangkan beberapa ahli juga mengumpulkan
kerangka teori kedalam proses kerangka pemikiran/kerangka berpikir. Kerangka
dasar pemikiran adalah perkataan dari kata-kata dari peneliti sendiri dan kerangka
pemikiran adalah buatan dari peneliti sendiri. Dalam penelitian, tidak semua
penelitian menggunakan kerangka dasar pemikiran, hal ini dikarenakan kerangka
dasar pemikiran adalah proses dedktif (dari pemikiran umum ke khusus), sehingga
tidak semua penelitian yang menggunakan hal tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Melihat latar belakang diatas, menimbulkan beberapa rumusan masala,
diantaranya:
a. Apa pengertian kerangka dasar pemikiran?
b. Apakah pentingnya kerangka dasar pemikiran dalam penelitian?
c. Apa saja unsur-unsur yang diperlukan dalam penyusunan kerangka dasar
pemikiran?
d. Bagaimana cara menyusun kerangka dasar pemikiran yang baik dan benar?
e. Bagaimana contoh kerangka dasar pemikiran pada penelitian (kuantitatif,
kualitatif, pengembangan, kebijakan/evaluasi, dan ex post facto)?
5
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian dari kerangka dasar pemikiran
b. Untuk mengetahui pentingnya kerangka dasar pemikiran dalam penelitian
c. Untuk mengetahui unsur-unsur yang diperlukan dalam penyusunan kerangka
dasar pemikiran
d. Untuk mengetahui cara menyusun kerangka dasar pemikiran yang baik dan
benar
e. Untuk mengetahui contoh kerangka dasar pemikiran pada penelitian
(kuantitatif, penelitian kualitatif, PTK, Penelitian pengembangan, penelitian
kebijakan/evaluasi, dan penelitian ex post facto)
6
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kerangka Dasar Pemikiran Menurut Para Ahli
Kerangka dasar pemikiran adalah konstruksi berfikir yang bersifat logis
dengan pernyataan yang konsisten dan dengan pengetahuan yang sebelumnya
telah berhasil disusun. Kerangka berfikir berarti mendudukperkarakan masalah
dalam kerangka teoritis (theoritical framework) atau disebut juga dengan proses
deduktif. Kerangka Berpikir menurut Uma Sekaran, 1992 dalam (Sugiyono 2009:
91) mengemukakan bahwa kerangka berpikir merupakan model konseptual
tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai factor yang telah
diidentifikasi sebagai masalah yang penting.
Dalam menyusun kerangka pemikiran anda perlu dipahami dengan baik
tentang Teori dan Hipotesis. Menurut Kerlinger (2000), theory is a set of
interelated construct or concept, definition, and proposition that presents a
systematic view of phenomena by specifying relations among variables with the
purpose of explanation and predicting the phenomena. Teori merupakan
sekumpulan pemikiran atau konsep, definisi atau usulan yang saling berkaitan
untuk menjelaskan suatu fenomena tertentu dengan cara menspefikkan hubungan
antar berbagai peubah. Wiersma (1986), theory is generalization or series of
generalization by which we attempt to explain some phenomena in a systematic
manner. Teori adalah generalisasi atau seri generalisasi di mana kita mencoba
menjelaskan suatu fenomena dengan cara yang sistematis. Babbie (1989), theory
is a systematic explanation for the observed facts and laws that relate to a
particular aspect of life. Teori suatu penjelasan yang sistematis terhadap suatu
fakta yang diamati dan hukum yang berhubungan dengan aspek kehidupan
tertentu.
Kerangka berpikir adalah hasil pemikiran peneliti berdasarkan
teori/konsep yang ada tentang variabel yang diteliti dan dirumuskan dari masalah
penelitian. Kerangka berpikir merupakan inti sari dari teori yang telah
dikembangkan yang dapat mendasari perumusan hipotesis. Teori yang telah
7
dikembangkan dalam rangka memberi jawaban terhadap pendekatan pemecahan
masalah yang menyatakan hubungan antar variabel berdasarkan pembahasan
teoritis (Deparita 2012).
Seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar
menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis. Kerangka berpikir
merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek
permasalahan. Kerangka berpikir yang berupa penjelasan sementara ini
merupakan argumentasi dalam merumuskan hipotesis yang merupakan jawaban
sementara terhadap masalah yang diajukan. Kerangka berpikir yang baik akan
menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti
(Suriasumantri 2001: 322).
Kerangka berpikir adalah penjelasan sementara terhadap gejala yang
menjadi objek permasalahan yang ada. Kerangka berpikir disususun berdasarkan
tinjauan pustaka dan hasil penelitian yang relevan. Kerangka berpikir merupakan
argumentasi peneliti dalam merumuskan hipotesis. Untuk merumuskan hipotesis,
maka argumentasi kerangka berpikir menggunakan logika deduktif dengan
memakai pengetahuan ilmiah sebagai premis-premis dasarnya. Kerangka berpikir
adalah buatan peneliti sendiri (bukan buatan orang lain), yaitu cara penulis
berargumentasi dalam merumuskan hipotesis. (Husaini Usman 2009:34).
Kerangka pemikiran dijabarkan dari teori-teori yang ada dan tinjauan
pustaka sebagai tuntutan untuk memecahkan masalah penelitian dan untuk
merumuskan hipotesis (I Made Artawan). Kerangka pemikiran dapat berbentuk
uraian kualitatif, model matematis, diagram atau persamaan-persamaan yang
langsung berkaitan dengan bidang ilmu yang diteliti. (Mantra; 2004).
Kerangka pemikiran atau kerangka pikir adalah gambaran tentang
hubungan variabel dalam suatu penelitian. Kerangka pikir diuraikan oleh jalan
pikiran menurut kerangka yang logis. Inilah yang disebut dengan logical
construct. Di dalam kerangka pemikiran inilah akan didudukan masalah penelitian
yang telah diidentifikasikan dalam kerangka teoritis yang relevan, yang mampu
menangkap dan menunjukkan perspektif terhadap dengan masalah penelitian
(Muhammad 2008: 75).
8
Seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar bagi
argumentasi dalam menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis.
Kerangka pemikiran ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala
yang menjadi obyek permasalahan. Kriteria utama agar suatu kerangka pemikiran
bisa meyakinkan sesama ilmuwan, adalah alur-alur pikiran yang logis dalam
membangun suatu kerangka berpikir yang membuahkan kesimpulan yang berupa
hipotesis (Sugiyono. 2004 : 47).
Kerangka pemikiran adalah narasi (uraian) atau pernyataan (proposisi)
tentang kerangka konsep pemecahan masalah yang telah diidentifikasi atau
dirumuskan. Uraian dalam kerangka berpikir harus mampu menjelaskan dan
menegaskan secara komprehensif asal-usul variabel yang diteliti, sehingga
variabel-variabel yang tercatum di dalam rumusan masalah dan identifikasi
masalah semakin jelas asal-usulnya.
Pada dasarnya esensi kerangka pemikiran berisi, diantaranya:
a. Alur jalan pikiran secara logis dalam menjawab masalah yang didasarkan
pada landasan teoretik dan atau hasil penelitian yang relevan. Hal ini
dimaksudkan dalam menyusun kerangka berpikir secara ilmiah yang benar,
maka peneliti harus teliti dalam menelurusi literatur-literarur yang relevan
serta melakukan kajian terhadap hasil penelitian-penelitian terdahulu yang
relevan, sehingga uraian yang dibuatnya tidak semata-mata berdasarkan pada
pertimbangan logika.
b. Kerangka logika (logical construct) yang mampu menunjukan dan
menjelaskan masalah yang telah dirumuskan dalam kerangka teori. Adanya
kerangka logika adalah kesesuaian antara kajian teori atau pustaka dengan
pemikiran peneliti dan sesuai dengan kenyataan (dapat dibuktikan). Oleh
karena itu, dalam penyusunan kerangka logika, peneliti dapat memberikan
argumen teoritis mengenai hubungan antar variabel yang diteliti. Argumen
teoritis dalam kerangka pemikiran merupakan sebuah upaya untuk
memperoleh jawaban atas rumusan masalah. Dalam prakteknya, membuat
argumen teoritis memerlukan kajian teoretis atau hasil-hasil penelitian yang
relavan yang terdapat dalam proses landasan teoritis. Hal ini dilakukan
9
sebagai petunjuk atau arah bagi pelaksanaan penelitian. Hal lain yang perlu
diperhatikan adalah karena pernyataan teoritis sebagai upaya untuk
memperoleh jawaban atas rumusan masalah, maka hasil dari argumen teoritis
ini adalah sebuah jawaban sementara atas rumusan masalah penelitian yang
menghasilkan hipotesis.
c. Model penelitian yang dapat disajikan secara skematis dalam bentuk gambar
atau model matematis yang menyatakan hubungan-hubungan variabel
penelitian atau merupakan rangkuman dari kerangka pemikiran yang
digambarkan dalam suatu model. Menurut Sambas Ali menyatakan model
adalah konstruksi kerangka pemikiran atau konstruksi kerangka teoretis yang
diragakan dalam bentuk diagram dan atau persamaan-persamaan matematik
tertentu. Sebagai suatu kontruksi kerangka pemikiran, suatu model akan
menampilkan: (a) jumlah variabel yang diteliti, (b) prediksi tentang pola
hubungan antar variabel, (c) dekomposisi hubungan antar variabel, dan (d)
jumlah parameter yang diestimasi. Sehingga pada akhir kerangka pemikiran
ini terbentuklah hipotesis.
Dengan demikian, uraian atau paparan yang harus dilakukan dalam
kerangka berpikir adalah perpaduan antara asumsi-asumsi teoretis dan asumsi-
asumsi logika dalam menjelaskan atau memunculkan variabel-variabel yang
diteliti serta bagaimana kaitan di antara variabel-variabel tersebut, ketika
dihadapkan pada kepentingan untuk mengungkapkan fenomena atau masalah
yang diteliti.
Kerangka pemikiran merupakan sintesa/kesimpulan tentang hubungan
antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan.
Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis
secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa/kesimpulan tentang
hubungan antar variabel yang diteliti. Sintesa tentang hubungan variabel tersebut,
selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis (Sugiyono, 2004 : 49).
10
2.2 Pentingnya Kerangka Dasar Pemikiran Dalam Penelitian
Kerangka pikir merupakan intisari dari teori yang telah dikembangkan dan
mendasari perumusan hipotesis. Teori yang telah dikembangkan dalam rangka
memberi jawaban terhadap pendekatan pemecahan masalah yang menyatakan
hubungan antar variabel berdasarkan pembahasan teoritis.
Perlu dijelaskan bahwa tidak semua penelitian memiliki kerangka pikir.
Kerangka pikir pada umumnya hanya diperuntukkan pada jenis penelitian
kuantatif. Untuk penelitian kualitatif kerangka berpikirnya terletak pada kasus
yang selama ini dilihat atau diamati secara langsung oleh peneliti. Sedangkan
untuk penelitian tindakan kerangka berpikirnya terletak pada refleksi, baik pada
peneliti maupun pada partisipan. Hanya dengan kerangka berpikir yang tajam
akan dapat digunakan untuk merumuskan hipotesis.
Kemampuan peneliti untuk menyusun kerangka teoritis akan sangat terkait
dengan upaya penelusuran studi kepustakaan, sebagai upaya memperoleh
sejumlah referensi yang mendukung dan tepat untuk membahas lingkup kajian
penelitian yang dilakukan. Selanjutnya kerangka teoritis yang disusun akan
bermanfaat pada saat peneliti menentukan hipotesis penelitian.
Pengertian dari kerangka berpikir adalah penjelasan sementara terhadap
gejala yang menjadi objek permasalahan yang ada. Kerangka berpikir disususun
berdasarkan tinjauan pustaka dan hasil penelitian yang relevan. Penyusunan
kerangka berpikir dengan menggunakan argumentasi-argumentasi yang dapat
dipertanggungjawabkan ini akan melahirkan kesimpulan. Kesimpulan inilah yang
menjadi rumusan hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap pemecahan
masalah dalam penelitian (Metodologi Penelitian Sosial. Hal 35).
Kerangka dasar pemikiran dalam penelitian dalam penelitian dianggap
penting dikarenakan:
a. Mengapa penelitian dilakukan?
Penelitian dilakukan untuk mencari suatu kebenaran dari data atau masalah
yang ditemukan. seperti, membandingkan hasil penelitian yang telah ada dengan
penelitian yang sedang atau yang akan dilakukan, membantah atau membenarkan
11
hasil penelitian sebelumnya, atau menemukan suatu kajian baru (ilmu baru) yang
akan digunakan dalam menjawab masalah-masalah yang ada.
b. Bagaimana proses penelitian dilakukan ?
Proses penelitian dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan kebutuhan
yang akan diperlukan, ada yang melakukan penelitian dengan metode sampling,
olah literatur (studi pustaka), studi kasus dan lain sebagainya.
c. Apa yang akan diperoleh dari penelitian tersebut?
Apa yang akan di peroleh dari sebuah penelitian tergantung dari pemikiran
yang sebelumnya tercantum dalam kerangka pemikiran, walaupun secara umum
tidak semuanya apa yang di inginkan tidak sesuai dengan apa yang dipikirkan
sebelumnya.
d. Untuk apa hasil penelitian diperoleh ?
Untuk menjawab pertanyaan di atas kita bisa kembali ke point satu
“mengapa penelitian itu dilakukan”? yakni untuk mencari kebenaran akan sesuatu
masalah yang kontroversi di kalangan masyarakat atau untuk membantah opini
atau mitos yang tersebar sejak turun-temurun. Pada intinya hasil penelitian yang
diperoleh seharusnya bermanfaat bagi banyak kalangan masyarakat, sehingga
penelitian itu tidak di anggap sia-sia.
Jika dilihat dalam langkah-langkah penelitian, maka akan di dapat gambar
seperti ini:
12
Gambar langkah penelitian secara umum
13
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwasanya dalam langkah-langkah
penelitian sangat dibutuhkan kerangka dasar pemikiran dalam peyusunan
hipotesis. Mengapa hanya ditulis dalam penelitian kuantitatif? Karena penelitian
kuantitatif sering menggunakan kerangka pemikiran. Penelitian kuantitatif
dilakukan dengan cara mengumpulkan data secara deduktif atau dari umum ke
khusus. Sedangkan menurut Rusidi (1993), kerangka berfikir berarti
mendudukperkarakan masalah dalam kerangka teoritis (theoritical framework)
atau disebut juga dengan proses deduktif.
2.3 Unsur-Unsur Dalam Penyusunan Kerangka Dasar Pemikiran
Kerangka teoritis (theoritical framework) pada hakikatnya meliputi dua
hal, yaitu deskripsi teoritis dan pembahasan penelitian terdahulu yang relevan,
serta kerangka berpikir. Dan kerangka teoritis itu diperoleh dari pengkajian teori
yang relevan (Husaini 2009:33). Dalam proses merumuskan hipotesis atau
sebelum pada pembahasan hipotesis, harus melewati beberapa hal, diantaranya
deskripsi teorits, kerangka berpikir, asumsi, hingga akhirnya akan menghasilkan
perumusan hipotesis. Deskripsi teoritis yaitu deskrisi dan kajian teori-teori yang
relevan. Di saming itu juga dibahas kelemahan dan keunggulan teori yang
digunakan dibandingkan dengan teori lainnya.
Deskripsi teoritis telah diketahui, selanjutnta adalah kerangka berpikir.
Untuk penjelasan mengenai kerangka berpikir telah dijlaskan pada pembahasan
atas. Untuk selanjutnya peneliti melewati asumsi sebelum penyususnan hipotesis.
Dalam rangka memilih salah satu teori atau pendekatan yang digunakan untuk
mendukung argumentasi pada kerangka berpikir diperlukan adanya asumsi,
postulat, atau prinsip yang tersurat. Asumsi tersebut harus bersifat imperatif,
karena dengan asumsi, postulat, atau prinsip yang berbeda, maka pendekatan atau
teori yang digunakan akan berbeda pula. Perbedaan asumsi yang dimilki peneliti
dengan pembaca, membuat pembaca tidak menyetujui argumentasi yang dibuat
peneliti. Asumsi adalah pernyataan yang dapat diuji kebenarannya secara empiris.
Postulat ialah pernyataan yang kebenarannya tidak perlu diuji, karena sudah
14
diterima oleh umum, misalnya matahari terbit disebelah timur. Prinsip adalah
pernyataan yang berlaku umum bagi gejala tertentu dan mampu menjelaskan
kejdian yang terjadi, misalnya hukum sebab akibat. Asumsi, postulat, atau prinsip
ini jangan diada-adakan dalam suatu penelitian jika memang tidak diperlukan.
Dalam membuat asumsi harus diperhatikan beberapaa hal dibawah ini:
1. Asumsi harus operasional dan merupakan dasar bagi pengkajian teoritis.
Asumsi bahwa manusia sebagai makhluk administrasi tidak mempunyai maka
apa-apa dalam menyusun teori-teori administrasi. Administrasi manusia
secara opersional antara lain, makhluk ekonomi, makhluk sosial, makhluk
yang bersifat aktualisasi diri, makhluk yang kompleks, dan makhluk yang
mempunyai banyak keinginan.
2. Asumsi harus menyatakan keadaan yang sebenarnya, bukan keadaan yang
seharusnya
3. Peneliti harus mengenal betul asumsi yang dipakainya dalam menyusun
kerangka berpikirnya. Sebab menggunakan asumsi yang berbeda, maka
berbeda pula teori yang dipakainya.
4. Asumsi harus dinyatakan tersurat sebab asumsi yang tersirat sering
menyesatkan dan menyebabkan interpretasi yang berbeda.
Misalnya ada pertanyaan, mengapa kita menggunakan teori partisipasif
bukan koersi? Jawabannya adalah karena diasumsikan bahwa manusia
mempunyai motivasi yang tinggi. Mengapa kita menggunakan pendekatan sistem
dan bukan pendekatan perilaku/ jawabannya adalah karena diasumsikan bahwa
masalah organisasi sangat kompleks dan luas dimana sangat banyak komponen-
komponen terkait yang turut menentukan efektifitas organisasi.
Kesimpulannya adalah kerangka teoritis disususun untuk mendapatkan
kerangka berpikir, dan kerangka berpikir disususn untuk mendapatkan perumusan
hipotesis. Kerangka teoritis dan kerangka berpikir disususn dengan cara mengkaji
teori-teori dan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang relevan; menggunakan
logika berpikir (dari umum ke khusus), jika perlu menggunakan asumsi, postulat,
dan prinsip yang dapat mendukung argumentasi, mengapa teori atau pendekatan
15
tertentu yang kita/penulis pilih. Jika dilihat dari beberapa buku menuliskan bahwa
adanya kerangka teoritis itu sma halnya dengan kajian pustaka.
Dalam menyusun kerangka berpikir boleh saja dijadikan satu dengan
kerangka teoritis (tidak berdiri sendiri pada bab khusus kerangka berpikir). Hal ini
bukan saja dapat menghindari pengulangan yang tidak perlu melainkan sekaligus
menjuruskan pemaparan landasan teori ke arah kerangka berpikir yang
argumentatif. Peran teori dalam penelitian diantaranya:
a. Memberi kerangka pemikiran bagi penelitian;
b. Membantu peneliti dalam menyusun hipotesis penelitian;
c. Memberikan landasan yang kuat dalam menjelaskan dan memaknai data dan
fakta;
d. Mendudukkan permaslahan penelitian secara logis dan runtut;
e. Membantu dalam membangun ide-ide yg diperoleh dari hasil penelitian;
f. Memberikan acuan dan menunjukkan jalan dalam membangun kerangka
pemikiran;
g. Memberikan dasar-dasar konseptual dlm merumuskan difinisi operasional;
h. Membantu mendudukkan secara tepat dan rasional dalam mensitesis dan
mengintegrasikan gagasannya
Dengan adanya fungsi dalam penyusunan teori dalam perumusan kerangka dasar
pemikiran, maka dibutuhkan prosedur penyusunan teori, yaitu:
1. Tahapan
a. Melakukan kajian pustaka;
b. Melakukan sintesa atau modifikasi antara teori yang satu dengan yang lain;
c. Menyusun sendiri kerangka pemikiran secara logis, runtut, dan rasional;
d. Merumuskan hipotesis;
e. Melakukan penelitian untuk menguji hipotesis
f. Merumuskan teori baru.
Jadi untuk memperoleh hasil penelitian yang baik, studi pustaka harus
memenuhi prinsip kemutakhiran dan keterkaitannya dengan permasalahan yang
ada. Apabila menggunakan literatur dengan beberapa edisi, maka yang digunakan
adalah buku dengan edisi terbaru, jika referensi tidak terbit lagi, referensi tersebut
16
adalah terbitan
terakhir. Dan bagi
yang menggunakan
Jurnal sebagai
referensi pembatasan
tahun terbitan tidak
berlaku. Contoh dari
kerangka pemikiran
setelah melewati
proses teori dan
kajian pustaka
Sedangkan menurut Sambas Ali, dalam menulis kerangka berpikir, ada
tiga kerangka yang perlu dijelaskan, yakni: kerangka teoritis, kerangka
konseptual, dan kerangka operasional. Kerangka teoritis atau paradigma adalah
uraian yang menegaskan tentang teori apa yang dijadikan landasan (grand theory)
yang akan digunakan untuk menjelaskan fenomena yang diteliti. Mardalis (1990:
32,41,57) mengartikan kerangka teoritis sebagai pokok-pokok atau tiang
pemikiran yang digunakan untuk membrikan gambaran atau batasan-batasan
tentang teori-teori yang akan dipakai sebagai landasan penelitian yang digunakan,
atau teori mengenai variabel-variabel yang akan diteliti. Soerjono Soekanto
(1981:113) mengartikan kerangka teoritis sebagai ikhtisar daripada hal-hal yang
telah diketahui serta diuji kebenarannya yang menyangkut objek penelitian (Nico
Ngani 2012:15-16).
Kerangka konseptual merupakan uraian yang menjelaskan konsep-konsep
apa saja yang terkandung di dalam asumsi teoretis yang akan digunakan untuk
mengabstraksikan (mengistilahkan) unsur-unsur yang terkandung di dalam
fenomena yang akan diteliti dan bagaimana hubungan di antara konsep-konsep
tersebut. Kerangka konseptual penelitian ibarat kompas atau peta sebgai ptunjuk
mencapai suatu tujuan. Dalam penelitian kuantitatif, kerangka konseptual
merukan suatu kesatuan kerangka pemikiran yang utuh dalam rangka mencari
jawaban-jawaban ilmiah terhadap masalah-masalah penelitian yang menjelaskan
17
tentang variabel-variabel, hubungan antar variabel-variabel secara teoritis yang
berhubungan dengan hasil penelitian yang terdahulu yang kebenarannya dapat
teruji secara (empiris) (Husaini Usman 2009: 36). Kerangka konseptual
menerangkan tentang koonseptual suatu teoritis tentang variabel penelitian yaitu
variabel bebas dan terikat. Menurut Hatch dan Farhady dalam Sugiyono (2005:36)
variabel dapat didefinisikan sebagai atribut dari seseorang atau objek yang
mempunyai variasi anatara satu orang dengan orang lain atau satu objek dengan
objek lain.
Kerangka operasional adalah penjelasan tentang variabel-variabel apa saja
yang diturunkan dari konsep-konsep terpilih tadi dan bagaimana hubungan di
antara variabel-variabel tersebut, serta hal-hal apa saja yang dijadikan indikator
untuk mengukur variabel-variabel yang bersangkutan (Sambas Ali M. 2011).
Jadi dengan keterangan diatas dapat dituliskan bahwa kerangka dasar
pemikiran itu tidak selalu ditulis sendiri dalam suatu pembahasan akan tetapi
biasanya menjadi satu pembahasan dengan kerangka teoritis atau yang biasanya
dikenal dengan tinjauan pustaka. Dengan adanya hal seprti itu, akan memudahkan
peneliti dalam merumuskan suatu hipotesis.
2.4 Cara Merumuskan Kerangka Dasar Pemikiran Yang Baik Dan Benar
Penyusunan kerangka dasar pemikiran, peneliti hendaknya membuat
argumentasi dengan bahasa dan caranya sendiri. Akan tetapi dalam penusunan
kerangka dasar pemikiran tersebut, Argumentasi itu harus analitis, sistematis, dan
menggunakan teori yang relevan. Dalam membangun kerangka berpikir sering
timbul kecenderungan bahwa pernyataan-pernyataan yang disusun tidak merujuk
keada sumber kepustakaan, karena sudah habis terpakai di alam menyusun
kerangka teoritis. Hal ini tidaklah benar, justru dalam menyusun kerangka berpikir
inilah sangat diperlukan argumentasi ilmiah yang dipilih dari teori-teori yang
relevan. Agar argumentasi penulis diterimasesama ilmuwan, maka kerangka
berpikir harus disusun secara logis dan sistematis. Kerangka berpikir yang
meyakinkan hendaklah memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:
18
1. Teori-teori yang digunakan dalam berargumentasi hendaknya dikuasai
sepenuhnya serta mengikuti perkembangan teori yang mutakhir. Peneliti
hendaknya mengetahui bahwa dalam ilmu administrasi dikenal lima
pendekatan, yaitu klasik, hubungan manusiawi, tingkah lau, sistem, dan
kontingensi. Sebaiknya disertakan argumentasinya mengapa peneliti
menggunakan pendekatan itu, bukan pendekatan lainnya. Pemilihan
pendekatan atau teori yang relatif lama (kuno) agak sukar diterima ilmuwan
lainnya, meskipun argumentasi peneliti sudah baik. Oleh karena itu,
sebaiknya peneliti selalu mengikuti perkembangan ilmu yang terbaru.
2. Analisis filsafat dari teori-teori keilmuwan yang diarahkan kepada cara
berpikir keilmuan yang mendasari pengetahuan tersebut harus disebutkan
secara tersuratsemua asumsi, postulat atau prinsip yang melandasinya. Dalam
ilmu administrasi terdapat sejumlah teori yang dapat dipakai untuk
memecahkan masalah yang sama. Oleh karena itu, peneliti harus
menggunakan argumentasi, misalnya mengapa kita menggunakan pendekatan
sistem, bukan pendekatan perilaku. Mengapa peneliti menggunakan teori
partisipatif buakn teori koersif? Untuk menawab pertanyaan diatas, maka
peneliti dituntut untuk menyatakan asumsi, postulat, ayau prinsip sevara
tersurat (Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar 2009:34-35).
Penyusunan kerangka dasar pemikiran hendaknya harus memulainya
dengan menegaskan teori apa yang dijadikan landasan dan akan diuji atau
digambarkan dalam penelitian kita. Lalu dilanjutkan dengan penegasan tentang
asumsi teoretis apa yang akan diambil dari teori tersebut sehingga konsep-konsep
dan variabel-variabel yang diteliti menjadi jelas. Selanjutnya, kita menjelaskan
bagaimana cara mengoperasionalisasikan konsep atau variabel-variabel tersebut
sehingga siap untuk diukur.
Walaupun dalam kerangka berpikir itu harus terkandung kerangka teoretis,
kerangka konseptual, dan kerangka operasional, tetapi cara penguraian atau cara
pemaparannya tidak perlu kaku dibuat per sub bab masing-masing. Hal yang
penting adalah bahwa isi pemaparan kerangka berpikir merupakan alur logika
19
berpikir kita mulai dari penegasan teori serta asumsinya hingga munculnya
konsep dan variabel-variabel yang diteliti.
Dalam menyusun kerangka berpikir secara ilmiah (memadukan antara
asumsi teoretis dan asumsi logika dalam memunculkan variabel) dengan benar,
maka peneliti harus teliti dalam menelurusi literatur-literarur yang relevan serta
melakukan kajian terhadap hasil penelitian-penelitian terdahulu yang relevan,
sehingga uraian yang dibuatnya tidak semata-mata berdasarkan pada
pertimbangan logika. Untuk itu, dalam menjelaskan kerangka teoretisnya, peneliti
mesti merujuk pada literatur atau referensi serta laporan-laporan penelitian
terdahulu (Ali M. 2011).
Menurut Sambas Ali muhidin (2011), secara sederhana penyusunan
kerangka berpikir dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah berikut:
a. Menentukan paradigma atau kerangka teoretis yang akan digunakan,
kerangka konseptual dan kerangka operasional variabel yang akan diteliti.
b. Memberikan penjelasan secara deduktif mengenai hubungan antarvariabel
penelitian. Tahapan berpikir deduktif meliputi tiga hal yaitu: (a) Tahap
penelaahan konsep (conceptioning), yaitu tahapan menyusun konsepsi-
konsepsi (mencari konsep-konsep atau variabel dari proposisi yang telah ada,
yang telah dinyatakan benar). (b) Tahap pertimbangan atau putusan
(judgement), yaitu tahapan penyusunan ketentuan-ketentuan (mendukung atau
menentukan masalah akibat pada konsep atau variabel dependen). (c)
Tahapan penyimpulan (reasoning), yaitu pemikiran yang menyatakan hal-hal
yang berlaku pada teori, berlaku pula bagi hal-hal yang khusus.
c. Memberikan argumen teoritis mengenai hubungan antar variabel yang diteliti.
Argumen teoritis dalam kerangka pemikiran merupakan sebuah upaya untuk
memperoleh jawaban atas rumusan masalah. Dalam prakteknya, membuat
argumen teoritis memerlukan kajian teoretis atau hasil-hasil penelitian yang
relavan. Hal ini dilakukan sebagai petunjuk atau arah bagi pelaksanaan
penelitian. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah karena argumen teoritis
sebagai upaya untuk memperoleh jawaban atas rumusan masalah, maka hasil
dari argumen teoritis ini adalah sebuah jawaban sementara atas rumusan
20
masalah penelitian. Sehingga pada akhirnya produk dari kerangka pemikiran
adalah sebuah jawaban sementara atas rumusan masalah (hipotesis).
d. Merumuskan model penelitian. Model adalah konstruksi kerangka pemikiran
atau konstruksi kerangka teoretis yang diragakan dalam bentuk diagram dan
atau persamaan-persamaan matematik tertentu. Esensinya menyatakan
hipotesis penelitian. Sebagai suatu kontruksi kerangka pemikiran, suatu
model akan menampilkan: (a) jumlah variabel yang diteliti, (b) prediksi
tentang pola hubungan antar variabel, (c) dekomposisi hubungan antar
variabel, dan (d) jumlah parameter yang diestimasi.
Menurut Suryana mengemukakan dalam penyususnan kerangka dasar
pemikiran, hendaknya memperhatikan hal-hal berikut:
1. Cari teori-teori, konsep-konsep dan generalisasi yang relevan untuk dijadikan
landasan teoritis dalam penelitian. Teori-teori dan konsep tersebut berasal
dari acuan umum yaitu dari kepustakaan seperti buku teks, ensiklopedia, dan
sejenisnya. Sedangkan generalisasi dapat ditarik dari laporan hasil penelitian
terdahulu yang relevan dengan masalah yang diteliti. Kriteria sumber bacaan
adalah prinsip kemutakhiran dan relevansi. Menurut Rusidi (1993), tahap
penguraian teori yang menjadi titik tolak berfikir untuk menjawab masalah
kepada konsep-konsep yang mengabstraksikan fenomena, disebut tahap
conceptioning.
2. Dari teori-teori, kosep-konsep dan generalisasi tersebut lakukakn perincian
analisis melalui penalaran deduktif. Sedangkan dari hasil-hasil penelitian
terdahulu dilakukan pemaduan (sintesis) dan generalisasasi dilakukan melalui
penalaran induktif. Proses deduktif dan induktif itu dilakukan secara iteratif,
sehingga dihasilkan jawaban yang paling mungkin terhadap masalah.
Jawaban inilah yang menjadi hipotesis penelitian.
2.5 Contoh-Contoh Kerangka Dasar Pemikiran Pada Jenis-Jenis Penelitian
2.5.1 Penelitian Kuantitatif
Pengaruh Prestasi Belajar Terhadap Gaya Belajar Peserta Didik
21
Dalam penelitian ini, yang akan diteliti adalah masalah Prestasi belajar
dalam hubungannya dengan Gaya Belajar, maka penyajiannya dimulai dari
Prestasi belajar lalu dikaitkan dengan teori Belajar Keterkaitan dua variabel
tersebut sedapat mungkin dilengkapi dengan teori atau penelitian terdahulu yang
dilakukan seorang pakar/peneliti atau lebih yang menyatakan adanya hubungan
atau pengaruh antar keduanya. Pada bagian akhir kerangka berpikir umumnya
disajikan hubungan antara keseluruhan variabel dilengkapi dengan bagan yang
menggambarkan hubungan antar variabel penelitian.
(Fkip Unika Mamuju).
Ini adalah kerangka pemikiran dalam bentuk diagram, karena kerangka
pemikiran itu sendiri dapat berbentuk uraian kualitatif, model matematis, diagram
atau persamaan-persamaan yang langsung berkaitan dengan bidang ilmu yang
diteliti. (Mantra; 2004).
2.5.2 Penelitian Tindakan Kelas
Peningkatan Pemahaman Konsep Perkalian Bilangan Cacah Melalui Pendekatan
Matematika Realistik (Pada Siswa Kelas 2 Sd).
22
Mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang sulit dikuasai
siswa jika dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Siswa juga kurang
menyenangi dan takut apabila mengikuti mata pelajaran tersebut. Adapun guru,
selama ini dalam menyajikan pembelajaran matematika masih monoton dan
mendominasi pembelajaran sehingga siswa menjadi pasif. Akibatnya, hasil belajar
siswa rendah, khususnya dalam hal ini pemahaman konsep perkalian bilangan
cacah masih rendah. Semua kondisi tersebut merupakan permasalahan yang
terjadi selama ini.
Oleh karena itu, dalam pembelajarannya perlu dicari inovasi baru yang
mampu mengatasi masalah tersebut. Pembelajaran matematika melalui
Pendekatan Matematika Realistik yang di dalamnya terdapat kegiatan
matematisasi diharapkan dapat menjadi solusinya. Pembelajaran yang dirancang
menekankan pada aktifitas siswa dalam menemukan kembali ide dan konsep
matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata sesuai proses berpikir
siswa. Selama pembelajaran, siswa tidak dipandang sebagai penerima pasif, tetapi
diberi kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika di
bawah bimbingan guru.
Dengan demikian, permasalahan yang terjadi selama ini dapat diatasi.
siswa tidak lagi asing terhadap materi matematika khususnya dalam memahami
konsep perkalian bilangan cacah. Siswa juga merasa dihargai di dalam
pembelajaran yang berlangsung sehingga merasa betah dan menyukai pelajaran
matematika. Guru juga dapat mengeksplorasi kemampuan siswa, sehingga siswa
aktif dalam pembelajaran. Hasilnya, pemahaman siswa terhadap konsep perkalian
bilangan cacah dapat meningkat, sehingga hasil belajar siswa juga dapat
meningkat.
23
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kerangka dasar pemikiran Menurut Rusidi (1993), kerangka berfikir
berarti mendudukperkarakan masalah dalam kerangka teoritis (theoritical
framework) atau disebut juga dengan proses deduktif. Kerangka Berpikir menurut
Uma Sekaran, 1992 dalam (Sugiyono 2009: 91) mengemukakan bahwa kerangka
berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan
dengan berbagai factor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.
Dengan adanya kerangka dasar pemikiran akan memudahkan peneliti dalam
membuat hipotesis. Kerangka pemikiran itu merupakan buatan sendiri dari
peneliti dengan bahasanya sendiri.
Pada dasarnya esensi kerangka pemikiran berisi: (1) Alur jalan pikiran
secara logis dalam menjawab masalah yang didasarkan pada landasan teoretik dan
atau hasil penelitian yang relevan. (2) Kerangka logika (logical construct) yang
mampu menunjukan dan menjelaskan masalah yang telah dirumuskan dalam
kerangka teori. (3) Model penelitian yang dapat disajikan secara skematis dalam
bentuk gambar atau model matematis yang menyatakan hubungan-hubungan
variabel penelitian atau merupakan rangkuman dari kerangka pemikiran yang
digambarkan dalam suatu model.
Dengan demikian, uraian atau paparan yang harus dilakukan dalam
kerangka berpikir adalah perpaduan antara asumsi-asumsi teoretis dan asumsi-
asumsi logika dalam menjelaskan atau memunculkan variabel-variabel yang
diteliti serta bagaimana kaitan di antara variabel-variabel tersebut, ketika
dihadapkan pada kepentingan untuk mengungkapkan fenomena atau masalah
yang diteliti.
3.2 Saran
Dengan adanya pembahasan mengenai kerangka dasar pemikiran, yang
diharapkan adalah setiap penelitian menggunakan kerangka pemikiran dalam
merumuskan hipotesis.
24
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad. 2008. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kuantitatif. Jakarta: Rajawali Pers
Iskandar. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta: Anggota IKAPI
Ngani Nico. 2012. Metodologi Penelitian dan Penulisan Hukum. Yogyakarta: Pustaka Yustisia
Usman Husaini dan Purnomo Setiady Akbar . 2009. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara
Sumber Internet:
Deparita. Menganalisis dan Menelaah Persoalan Seputar Humanis. 2012. http:// kerangka-berpikireddy-suranta.html (diakses ttaggal 10 Oktober 2013).
Muhidin Sambas Ali. 2011. Panduan praktis memahami penelitian. Bandung: Pustaka Setia. http:// Bagaimanakah Menyusun Kerangka Berpikir Penelitian _ SAMBAS ALI M.htm (diakses tanggal 10 Oktober 2013)
Suryana. 2010. Metodologi Penelitian Praktis Kuantitatif dan Kualitatatif. Universitas Pendidikan Indonesia. http://File_7.pdf (diakses tanggal 10 Okteober 2013)