Kerajaan mataram islam

18
KELOMPOK 6 : 1.LAILLA TRIWID SENJA 2.SUCI RAHAYU 3.USWATUN KHASANAH KERAJAAN MATARAM ISLAM MADRASAH ALIYAH NEGERI KLATEN 2015

Transcript of Kerajaan mataram islam

Page 1: Kerajaan mataram islam

KELOMPOK 6 :1.LAILLA TRIWID

SENJA2.SUCI RAHAYU3.USWATUN

KHASANAH

KERAJAAN MATARAM ISLAM

MADRASAH ALIYAH NEGERI KLATEN 2015

Page 2: Kerajaan mataram islam

Kerajaan Mataram berdiri pada tahun 1582. Pusat Kerajaan ini terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Dalam sejarah Islam,Kesultanan mataram memiliki peran yang cukup penting dalam perjalanan secara kerajaan-kerajaan islam di Nusantara (Indonesia). Hal ini terlihat dari semangat raja-raja untuk memperluas daerah kekuasaan dan mengislamkan para penduduk daerah kekuasaannya, keterlibatan para pemuka agama, hingga pengembangan kebudayaan yang bercorak islam di Jawa.Perintis berdirinya Kerajaan Mataram adalah Kyai Gede Mataram yang memiliki nama asli Kyai Ageng Pamanahan.adalah pengikut setia Joko Tingkir ketika mendirikan Kerajaan Pajang dengan melumpuhkan Arya Panangsang

A.LATAR BELAKANG KERAJAAN MATARAM

Page 3: Kerajaan mataram islam

Mataram islam mencapai puncak kejayaanya pada masa pemerintahan raja ke tiga yaitu Sultan Agung. Raja Sultan Agung memeritah dari tahun 1613 sampai dengan tahun 1645. Pusat Kerajaan ini terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Pada waktu itu wilayah kekuasaanya meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagian dari Jawa Barat. Wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram dibagi menjadi beberapa kesatuan wilayah besar.(Marwati.Nugroho.1990:1)Urutan pembagian wilayah dari pusat ke daerah adalah sebagai berikut: istana atau keraton raja merupakan pusat negara dan terletak di ibu kota negara, yang bisa disebut dengan wilayah kutanegara. Selanjutnya wilayah yang mengitari kutanegara disebut wilayah Negara Agung. Menurut Serat Pustaka Raja Puwara wilayah Negara Agung ini semula dibagi menjadi empat bagian yang meliputi daerah daerah-daerah Kedu, Siti Ageng atau Bumi Gede, Begelen, dan Pajang.

1) Wilayah Kerajaan Mataram Islam

Page 4: Kerajaan mataram islam

Pada masa Sultan Agung masing-masing daerah itu dibagi lagi menjadi dua bagian. Daerah Kedu dibagi menjadi daerah Siti Bumi dan Bumijo. Masing-masing terletak disebelah barat dan timur sungai Progo. Daerah Siti Ageng dibagi menjadi Siti Ageng Kiwa dan Siti Ageng Tengen. Daerah Bagelan dibagi menjadi daerah Sewu dan daerah Numbak. Sedangkan daerah Pajang dibagi menjadi dua bagian, yaitu daerah sukowati dan daerah Panekar ialah daerah pajang itu sendiri. (Marwati.Nugroho.1990:2)

Page 5: Kerajaan mataram islam

Wilayah yang diluar negara Agung, tetapi tidak meliputi daerah pantai disebut Mancanegara. Karena wilayah kekuasaan Mataram Islam meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagian dari Jawa Barat, maka dibagi dalam dua bagian, yaitu Mancanegara wetan (timur) dan Mancanegara kilen (barat). Wilayah yang terletak disepanjang pantai Utara disebut Pasisiran. Pesisiran juga dibagi menjadi Pasisiran Kilen dan Pasisiran Wetan. Batas wilayah ini adalah Sungai Tedunan dan Sungai Serang. Untuk mengurusi wilayah yang luas disusun jabatan-jabatan pemerintahan yang secara hierarkis menyilang dari atas kebawah dan menyebar dari pusat ke daerah. (Marwati.Nugroho.1990:2)

Page 6: Kerajaan mataram islam

Sistem pembagian wilayah pada awal abad ke-18 mengalami perubahan dengan adanya pengaruh kekuasaan VOC. Setelah raja Sultan Agung wafat, kemunduran-kemunduran mulai terjadi. Berangsur-angsur wilayah kekuasaan Kerajaan semakin menyempit akibat aneksasi yang dilakukan VOC, sebagai imbalam intervensinya dalam pertengtangan-pertentangan intern Kerajaan Mataram setelah perang Trunojoyo berakhir pada tahun 1678 Mataram harus melepaskan Karawang, sebagian daerah Priangan, dan Semarang. Demikian pula setelah perlawanan Untung Suropati dapat dipadamkan sekitar tahun 1705 daerah Cirebon yang juga mengakui kekuasaan Mataram,juga sisa dari sebagian Priangan, dan sebagian pulau madura dianeksasi oleh Belanda. Setelah perang China pada tahun 1743, seluruh pantai utara Jawa dan seluruh pulau Madura dikuasai oleh Belanda. (Marwati.Nugroho.1990:3)

Page 7: Kerajaan mataram islam

Pada tahun 1755 terjadi perang Gianti, yang mengakibatkan negara Mataram dipecah menjadi dua, yaitu Surakarta dan Yogyakarta. Dalam tahun 1757 sampai 1813 wilayah terpecah lagi dengan munculnya kekuasaan Mangkunegara dan Pakualam. Pada masa Gubernur Deandles (1808-1811) dia membuat peraturan baru yakni residen dikerajaan diberi penghormatan sebagai wakil dari suatu kekuasaan yang tertinggi dan menempatkanya sejajar dengan raja. Peraturan itu dapat diterima di Surakarta. Namun tidak demikian di Yogyakarta, Sultan Hamengkubuwono II atau Sultan Sepuh menentang peraturan itu. Deandles menanggapi itu dengan ekspedisi militer, yang dipimpin oleh deandles sendiri. Sang Sultan Sepuh dipaksa turun dari tahtanya. Sebagai pengantinya diangkat putra mahkotanya menjadi raja dengan gelar Hamengkubuwono II atau Sultan Rojo. Akibatnya kedua negara itu terpaksa menerim perjanjian itu. (Marwati.Nugroho.1990:3)

Page 8: Kerajaan mataram islam

Pada tahun 1812 Inggris merebut Jawa dari tangan Belanda. Mengetahui hal itu, Surakarta dan Yogyakarta ingin memperoleh kekuasaanya kembali. Namun tidak berhasil. Tetapi wilayahnya semakin berkurang. Sultan Sepuh yang sempat diturunkan oleh Belanda, kini menjadi raja lagi. Sang Sultan Sepuh mengajak Sunan Surakarta untuk menentang Inggris. Oleh karena itu Ingris mengambil tindakan kekerasan, dan memaksa Sultan Sepuh untuk turun Tahta lagi. Sebelum turun dari tahtanya, Sultan dan Sunan Surakarta dipaksa menandatangani perjanjian, yang isinya harus menyerahkan sebagian wilayahnya dan kekuasaan pada pangeran Notokusumo yang diangkat oleh Inggris menjadi Pangeran Mangkunegara. (Marwati.Nugroho.1990:4)

Page 9: Kerajaan mataram islam

Ketika Jawa dikembalikan lagi kepada Belanda, Sunan Surakarta dan Sultan Yogyakarta mencoba memulihkan kekuasaan namun gagal. Di Yogyakarta kebencian terhadap Belanda semakin bertambah, akhirnya meletus perang Diponegoro atau Perang Jawa. Setelah perang Diponegoro selesai, wilayah Surakarta ataupun Yogyakarta semakin menyempit, hanya meliputi Daerah Pajang, Mataram, Gunung Kidul, dan Sukowati. Dan semua persoalan pemerintahan diatur oleh pemerintahan Hindia-Belanda. Bahkan penghasilannya ditentukan oleh Belanda. Pada tahun 1831 di Yogyakarta pangeran Mangkudiningrat dicurigai akan melakukan pemberontakan, akhirnya dia ditangkap dan dibuang. Di Surakarta Sunan Paku Buwono IV diam-diam meninggalkan istana pada tahun 1830.namun sunan dikejar dan ditangkap dan dibuwang ke Ambon. Pangeran Purboyo menjadi Raja bergelar Sunan Paku Buwono VII. Selanjutnya pada tanggal 27 September 1830 diadakan perjanjian yang isinya Sunan Surakarta menguasai Pajang dan Sukowati, sedangkan Sultan Yogyakarta memerintah Mataram dan Gunung Kidul. (Marwati.Nugroho.1990:5)

Page 10: Kerajaan mataram islam

Sistem PemerintahanSistem pemerintahan yang dianut Kerajaan mataram islam adalah sistem Dewa-Raja. Artinya pusat kekuasaan tertinggi dan mutlak ada pada diri sultan. Seorang sultan atau raja sering digambarkan memiliki sifat keramat, yang kebijaksanaannya terpacar dari kejernihan air muka dan kewibawannya yang tiada tara. Raja menampakkan diri pada rakyat sekali seminggu di alun-alun istana.Selain sultan, pejabat penting lainnya adalah kaum priayi yang merupakan penghubung antara raja dan rakyat. Selain itu ada pula panglima perang yang bergelar Kusumadayu, serta perwira rendahan atau Yudanegara. Pejabat lainnya adalah Sasranegara, pejabat administrasi.Sultan Agung menerapkan peraturan yang bertujuan mencegah perebutan tahta, antara keluarga raja dan putra mahkota. Di bawah kepemimpinan Sultan Agung, Mataram tidak hanya menjadi pusat kekuasaan, tapi juga menjadi pusat penyebaran islam.

2) Sistem Pemerintahan Dan Birokrasi Kerajaan Mataram

Page 11: Kerajaan mataram islam

Masyarakat Mataram Islam terbagi menjadi orang besar(wong gede) yang terdiri golongan yang memerintah. Dan orang kecil (wong cilek) yang terdiri dari rakyat biasa, yang jumlahnya sangat banyak. Dan ada golongan menengah yang terdiri dari orang yang memerintah di daerah. Selain itu juga ada golongan Budak atau buruh. Sebagian besar masyarakat Mataram bekerja sebagai petani. Karena kondisi geografisnya sangat subur. Namun petani dianggap golongan bawah.Sedangkan kedudukan pedagang masih dibawah pejabat-pejabat pemerintah. Sehingga banyak para pedagang mendekati para priyayi ataupun abdi dalem, dengan harapan hubungan yang yang lebih erat melalui tali perkawinan. Dengan demikian secara otomatis derajat pedagang itu akan terangkat.Kemajuan yang dicapai pada masa pemerintahan Sultan AgungKemajuan yang dicapai meliputi kemajuan di bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya,

3) Masyarakat Kerajaan Mataram Islam

Page 12: Kerajaan mataram islam

Aspek Kehidupan SosialKehidupan masyarakat di kerajaan Mataram, tertata dengan baik berdasarkan hukum Islam tanpa meninggalkan norma-norma lama begitu saja. Dalam pemerintahan Kerajaan Mataram Islam, Raja merupakan pemegang kekuasaan tertinggi, kemudian diikuti oleh sejumlah pejabat kerajaan. Di bidang keagamaan terdapat penghulu, khotib, naid, dan surantana yang bertugas memimpin upacara-upacara keagamaan. Di bidang pengadilan,dalam istana terdapat jabatan jaksa yang bertugas menjalankan pengadilan istana. Untuk menciptakan ketertiban di seluruh kerajaan, diciptakan peraturan yang dinamakan anger-anger yang harus dipatuhi oleh seluruh penduduk

Page 13: Kerajaan mataram islam

Aspek Kehidupan Ekonomi dan KebudayaanKerajaan Mataram adalah kelanjutan dari Kerajaan Demak dan Pajang. Kerajaan ini menggantungkan kehidupan ekonominya dari sektor agraris. Hal ini karena letaknya yang berada di pedalaman. Akan tetapi, Mataram juga memiliki daerah kekuasan di daerah pesisir utara Jawa yang mayoritas sebagai pelaut. Daerah pesisir inilah yang berperan penting bagi arus perdagangan Kerajaan Mataram. Kebudayaan yang berkembang pesat pada masa Kerajaan Mataram berupa seni tari, pahat, suara, dan sastra. Bentuk kebudayaan yang berkembang adalah Upacara Kejawen yang merupakan akulturasi antara kebudayaan Hindu-Budha dengan Islam.

Page 14: Kerajaan mataram islam

4) Puncak Kejayaan Mataram IslamMataram Islam mencapai puncak kejayaannya pada jaman Sultan Agung Hanyokrokusumo (1613-1646). Daerah kekuasaannya mencakup Pulau Jawa (kecuali Banten dan Batavia), Pulau Madura, dan daerah Sukadana di Kalimantan Barat. Pada waktu itu, Batavia dikuasai VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie ) Belanda.Kekuatan militer Mataram sangat besar. Sultan Agung yang sangat anti kolonialisme itumenyerang VOC di Batavia sebanyak dua kali (1628 dan 1629). Menurut Moejanto sepertiyang dikutip oleh Purwadi (2007), Sultan Agung memakai konsep politik keagungbinataran yang berarti bahwa kerajaan Mataram harus berupa ketunggalan, utuh, bulat, tidak tersaingi,dan tidak terbagi-bagi.

Page 15: Kerajaan mataram islam

5) Kemunduran Mataram IslamKemunduran Mataram Islam berawal saat kekalahan Sultan Agung merebut Batavia dan menguasai seluruh Jawa dari Belanda. Setelah kekalahan itu, kehidupan ekonomi rakyat tidak terurus karena sebagian rakyat dikerahkan untuk berperang.Setelah Sultan Agung, raja Mataram berikutnya adalah Sunan Amangkurat I (1645-1677). Pada masa pemerintahannya, masa kejayaan Mataram pun lambat laun mulai pudar. Raja-raja berikutnya juga tidak mampu membawa Mataram kembali ke masa jayanya. Daerah-daerah yang selama ini berada di bawah kekuasaan Mataram, satu per satu berusaha memisahkan diri.

Page 16: Kerajaan mataram islam

Akhirnya, setelah dikacau berbagai pemberontakan, seperti Pangeran Trunojoyo dari Madura yang mendirikan keratonnya di Kediri (1677-1680) dan Untung Surapati yang kemudian berkeraton di Pasuruan (1686-1703), Mataram pun terjerumus dalam 3 perang suksesi, yang berakhir dengan Perjanjian Giyanti (1755) dan Perjanjian Salatiga (1757).

Page 17: Kerajaan mataram islam

Ya, apa yang telah dilakukan oleh raja-raja pertama relatif menjadi tidak berarti lagi setelah dibuatnya perjanjian Giyanti dan Salatiga. Padahal, politik luar negeri yang dilakukan dengan cara ekspansi telah berhasil membawa Mataram menjadi sebuah kerajaan besar, yang mencapai puncak kejayaannya di masa pemerintahan Sultan Agung. Namun sekali lagi, Perjanjian Giyanti dan Salatiga telah mengakibatkan Mataram runtuh, sehingga punahlah impian para raja pertama akan pembentukan kesatuan Jawa. Ditambah pula dengan pecahnya Keraton Yogyakarta, maka agaknya kesatuan Jawa seperti yang diimpikan oleh para raja pertama, hanyalah sekedar impian yang tidak pernah terwujud

Page 18: Kerajaan mataram islam

TUNTUTLAH ILMU SETINGGI LANGIT