keracuanan singkong
description
Transcript of keracuanan singkong
KERACUNAN MAKANAN SINGKONG
SECARA ALAMI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Gizi Kesehatan Masyarakat
oleh
KELOMPOK 2
Rabiyatul Syakdiyah 25010110120009
Aning Isfandyari 25010110120010
Fely Fitriyana Aprilly 25010110120011
Hanna Hulwiyyah 25010110120012
Ajeng Putri Maharani 25010110120013
Widya Ratna Wulan 25010110120014
Hesti Meylia Pratiwi 25010110120015
Annisa Prayudya 25010110120016
Henny Putri S T E2A008057
Dosen Pembimbing : Ir. Laksmi Widajanti, M.Si.
R1-A1 2010
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Penyusun dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “KERACUNAN MAKANAN UMBI SINGKONG SECARA
ALAMI” ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah
satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Gizi Kesehatan
Masyarakat.
Tak lupa Penyusun ucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Dra. VG. Tinuk Istiarti, M.Kes.
2. Dosen pembimbing mata kuliah Gizi Kesehatan Masyarakat, Ir. Laksmi
Widajanti, M.Si.
3. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Diponegoro
Atas bimbingan dan dukungan baik moril maupun materiil sehingga makalah
ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penyusun berharap dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat
bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai pembahasan
Keracunan Makanan.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karenanya kritik dan saran yang membangun Penyusun harapkan untuk penulisan
makalah yang lebih baik.
Penyusun,
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................ i
Daftar Isi ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
LATAR BELAKANG .................................................................... 1
TUJUAN ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3
DASAR TEORI ................................................................................ 3
ANALISA MASALAH .................................................................... 4
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 6
KESIMPULAN ................................................................................ 6
SARAN ............................................................................................ 6
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap orang dalam siklus hidupnya selalu membutuhkan dan
mengkonsumsi berbagai bahan makanan yang mengandung zat gizi berguna
untuk memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan yaitu
pergantian sel- sel yang rusak dan sebagai zat pelindung dalam tubuh. Proses
tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan yang terpelihara dengan baik
akan menunjukkan baiknya kesehatan yang dimiliki seseorang.
Nilai yang sangat penting dari bahan makanan atau zat makanan bagi
pertumbuhan dan perkembangan fisik serta perolehan energi guna melakukan
kegiatan sehari- hari seperi dikemukakan di atas tergantung dari keadaan dan
macam-macam bahan makanannya.
Makanan merupakan sumber nutrisi, tetapi apabila kita tidak hati-hati
dalam memilih dan mengolahnya maka sumber makanan akan menjadi
sumber petaka bagi manusia. Seringkali kita mendengar adanya kasus
keracunan akibat mengkonsumsi suatu makanan seperti kasus yang terjadi di
Jepang, sedikitnya ada 52 orang meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang
telah tercemar oleh merkuri, kemudian kasus keracunan makanan yang terjadi
di Banyumas, Jawa Tengah dalam tempo dua hari saja 40 orang meninggal
hanya karena mengkonsumsi tempe bongkrek. Karenanya sejak saat itu
Pemerintah Daerah Banyumas memberlakukan larangan memproduksi
“tempe maut” dari bungkil kelapa.
Belum lama berselang kita kembali dikejutkan oleh peristiwa yang
sama, kali ini penyebabnya adalah singkong. Kejadian yang terjadi
mengakibatkan sebanyak lima warga yang merupakan satu keluarga dan satu
kerabat, penduduk Dusun Ngawen, Desa Botoputih, Kecamatan Tembarak,
mengalami keracunan, setelah menyantap masakan singkong kukus gula
merah, dan serangga goreng, akhir pekan kemarin. Setelah mendapatkan
perawatan di RSUD Djojonegoro, mereka kini sudah membaik. Kelima
warga itu adalah Mujianto (35 tahun), istrinya, Sardiyah (35 tahun) dan
anaknya, Riyan (15 tahun). Juga, keponakan Mujianto, Soyidi (21 tahun)
bersama istrinya, Munarti (20 tahun). Sardiyah dan Riyan, Selasa (10/4)
masih menjalani rawat inap di RSUD, sedangkan tiga lainnya, setelah
menjalani pemeriksaan di bangsal unit gawat darurat (UGD) dan diberi cairan
infus dua botol kemudian minta pulang, kendati sebetulnya direkomendasikan
dokter menjalani rawat inap.
Contoh kasus di atas menjadikan kita tersadar, bahwa makanan tidak
selalu aman untuk dikonsumsi, dalam kondisi tertentu makanan bisa menjadi
musuh kita yang sangat berbahaya. Sebuah dilema memang, makanan adalah
sumber gizi bagi tubuh agar bisa bertahan hidup. Di sisi lain, jika tidak
berhati-hati memilihnya, jenis makanan tertentu bisa bersifat toksik atau
beracun bagi tubuh.
Faktor penyebab keracunan adalah kontaminasi mikroba dan
pencemaran senyawa-senyawa beracun diantaranya mercuri dan logam-
logam berat dari besi, timah, dan tembaga. Namun ada kalanya bahan pangan,
baik itu hewani maupun nabati secara alamiah sudah mengandung racun
seperti asam sianida (HCN) pada singkong.
Dalam makalah ini, penulis akan membahas mengenai racun alamiah
yang terdapat pada singkong yaitu asam sianida (HCN) mengingat singkong
merupakan salah satu bahan pangan sumber karbohidrat sehingga singkong
sangat potensial sebagai alternatif lain sumber kalori bagi tubuh. Dengan
pemahaman dan pengolahan yang benar, maka akan dapat meminimalkan
terjadinya resiko keracunan makanan akibat mengkonsumsi singkong
B. TUJUAN
1. Mengetahui kandungan yang terdapat dalam singkong
2. Mengetahui racun yang terdapat dalam singkong
3. Mengetahui dampaknya terhadap tubuh
4. Mengetahui penegakan diagnosa keracunan singkong
5. Mengetahui cara pengolahan yang benar untuk mengurangi terjadinya
keracuanan
BAB II
PEMBAHASAN
A. DASAR TEORI
Singkong (Manihot utilisima) yang dikenal juga sebagai ketela pohon atau
ubi kayu, merupakan sumber karbohidrat dan telah menjadi makanan pokok
andalan rakyat Indonesia setelah beras, jagung, dan sagu. Di Indonesia, tanaman
singkong telah dikenalkan sejak masa penjajahan Belanda. Tanaman ini
mempunyai sifat mudah tumbuh di daerah tropis dan subtropis.
Secara keseluruhan tumbuhan ini mudah dimanfaatkan, baik daunnya
maupun akarnya. Bagian akar disebut juga umbi dengan dagingnya berwarna
putih atau kekuning-kuningan bila dalam keadaan segar. Umbinya mengandung
air sekitar 60%, pati 25-35%, serta protein, mineral, serat, kalsium, dan fosfat.
Ubi kayu merupakan sumber energi yang lebih tinggi dibanding padi, jagung,
dan ubi jalar.
Tapi tahukah anda bahwa memakan singkong mentah dapat menimbulkan
keracunan? Singkong merupakan sumber HCN (Asam Sianida). Asam sianida
ini merupakan senyawa kovalen yang sangat beracun, tidak bewarna dan
terbentuk bila sianida direaksikan dengan sianida. Jika asam sianida cepat
terserap oleh alat pencernaan dan masuk kedalam aliran darah lalu bergabung
dengan hemoglobin di dalam sel darah merah. Keadaan ini menyebabkan
oksigen tidak dapat diedarkan dalam sistem badan. Sehingga dapat
menyebabkan sakit atau kematian dengan dosis mematikan.
Umbi singkong juga tidak tahan disimpan lama tanpa perlakuan khusus
setelah dipanen kurang lebih selama dua hari. Pada saat itu, singkong telah
mengandung racun yang ditandai oleh perubahan warna daging buahnya menjadi
biru gelap. Berhati-hatilah terbentuknya warna biru gelap tersebut menunjukan
adanya kandungan racun pada singkong secara tidak langsung.
Gejala keracunan akut singkong ini diantaranya berupa gangguan saluran
cerna seperti mual, muntah, pusing, sukar bernapas atau pernapasan, detak
jantung cepat, kulit menjadi kebiruan, kejang-kejang.
Kandungan asam sianida pada setiap jenis singkong berbeda-beda. Sedikit
saja singkong memiliki rasa pahit, maka singkong tersebut telah mengandung
kadar asam sianida. Tingkat racun sianida di dalam tubuh seseorang pun
ditentukan dari daya tahan tubuh untuk menoleransi racun tersebut. Bagi anak-
anak dan orang dewasa yang sedikit mengonsumsi protein dalam makanannya,
mereka tergolong sensitif terhadap racun sianida. Karena bagaimanapun juga
protein berfungsi membantu dalam proses penguraian racun atau lebih dikenal
detoksifikasi. Karena itu, mengonsumsi umbi singkong dan beberapa jenis umbi-
umbi lain yang mengandung sianida tetap memperhatikan cara pengolahan untuk
menghilangkan racunnya. Memilih jenis singkong manis dan masih segar serta
tetap mengonsumsi jenis-jenis makanan lain yang mengandung protein, vitamin,
dan mineral.
B. ANALISA MASALAH
Dalam kasus yang telah disinggung di atas, didapati suatu kejadian dimana
mengakibatkan sebanyak lima warga yang merupakan satu keluarga dan satu
kerabat, penduduk Dusun Ngawen, Desa Botoputih, Kecamatan Tembarak,
mengalami keracunan, setelah menyantap masakan singkong kukus gula merah,
dan serangga goreng, akhir pekan kemarin.
Perlu diketahui bahwa singkong mengandung senyawa yang berpotensi
racun yaitu linamarin dan lotaustralin. Keduanya termasuk golongan glikosida
sianogenik. Linamarin terdapat pada semua bagian tanaman, terutama
terakumulasi pada akar dan daun. Singkong dibedakan atas dua tipe, yaitu pahit
dan manis. Singkong tipe pahit mengandung kadar racun yang lebih tinggi
daripada tipe manis. Jika singkong mentah atau yang dimasak kurang
sempurna dikonsumsi, maka racun tersebut akan berubah menjadi senyawa
kimia yang dinamakan hidrogen sianida, yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan.
Singkong manis mengandung sianida kurang dari 50 mg per kilogram,
sedangkan yang pahit mengandung sianida lebih dari 50 mg per kilogram.
Meskipun sejumlah kecil sianida masih dapat ditoleransi oleh tubuh,
jumlah sianida yang masuk ke tubuh tidak boleh melebihi 1 mg per kilogram
berat badan per hari. Gejala keracunan sianida antara lain meliputi penyempitan
saluran nafas, mual, muntah, sakit kepala, bahkan pada kasus berat dapat
menimbulkan kematian. Untuk mencegah keracunan singkong, sebelum
dikonsumsi sebaiknya singkong dicuci untuk menghilangkan tanah yang
menempel, kulitnya dikupas, dipotong-potong, direndam dalam air bersih
yang hangat selama beberapa hari, dicuci, lalu dimasak sempurna, baik itu
dibakar atau direbus. Singkong tipe manis hanya memerlukan pengupasan dan
pemasakan untuk mengurangi kadar sianida ke tingkat non toksik. Singkong
yang umum dijual di pasaran adalah singkong tipe manis.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Singkong merupakan sumber karbohidrat pengganti beras, sagu atau
jagung yang mengandung HCN (Asam Sianida) yang merupakan
senyawa kovalen yang sangat beracun.
2. Asam sianida cepat terserap oleh alat pencernaan dan masuk kedalam
aliran darah lalu bergabung dengan hemoglobin di dalam sel darah merah.
Keadaan ini menyebabkan oksigen tidak dapat diedarkan dalam sistem
badan.
3. Gejala keracunan akut singkong ini diantaranya berupa gangguan saluran
cerna seperti mual, muntah, pusing, sukar bernapas atau pernapasan,
detak jantung cepat, kulit menjadi kebiruan, kejang-kejang.
B. SARAN
1. Menangani singkong ini harus hati-hati dan akan mematikan jika
dikonsumsi mentah.
2. Sebisa mungkin tidak mengkonsumsi umbi singkong yang sudah
berwarna biru keunguan atau yang sudah terlihat lama.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 2001. Kumpulan Modul Kursus Penyehatan Makanan
Bagi Pengusaha Makanan dan Minuman. Yayasan Pesan : Jakarta.
Sartono. 2002. Racun dan Keracunan. Widya Merdeka : Jakarta.
Media Indonesia. 2004. Zat Kimia Masih Ditemukan dalam Makanan Anak.
Copyright, 204, 2005 LIPI.
HAKLI. 2001. Kumpulan Makalah Seminar dan Simposium Nasional Kesehatan
Lingkungan. Yogyakarta.