kendala eksport

12
BAB III PEMBAHASAN A. Kondisi Ekspor Indonesia Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal , umumnya dalam proses perdagangan. Proses ekspor pada umumnya adalah tindakan untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri untuk memasukannya ke negara lain. Ekspor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima. Ekspor adalah bagian penting dari perdagangan internasional, lawannya adalah impor. Pengutamaan Ekspor bagi Indonesia sudah digalakkan sejak tahun 1983. Sejak saat itu, ekspor menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan ekonomi seiring dengan berubahnya strategi industrialisasi-dari penekanan pada industri substitusi impor ke industri promosi ekspor. Konsumen dalam negeri membeli barang impor atau konsumen luar negeri membeli barang domestik, menjadi sesuatu yang sangat lazim. Persaingan sangat tajam antar berbagai produk. Selain harga, kualitas atau mutu barang menjadi faktor penentu daya saing suatu produk. Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-Oktober 2008 mencapai 118,43 juta US$ atau meningkat 26,92% dibanding periode yang sama tahun 2007, sementara ekspor non migas mencapai 92,26 juta US$ atau meningkat 21,63%. Sementara itu menurut sektor, ekspor hasil pertanian,

description

kendala ekspor

Transcript of kendala eksport

Page 1: kendala eksport

BAB III

PEMBAHASAN

A. Kondisi Ekspor Indonesia

Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara

lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses ekspor pada umumnya

adalah tindakan untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri untuk

memasukannya ke negara lain. Ekspor barang secara besar umumnya membutuhkan

campur tangan dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima. Ekspor adalah

bagian penting dari perdagangan internasional, lawannya adalah impor.

Pengutamaan Ekspor bagi Indonesia sudah digalakkan sejak tahun 1983. Sejak saat itu,

ekspor menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan ekonomi seiring dengan

berubahnya strategi industrialisasi-dari penekanan pada industri substitusi impor ke

industri promosi ekspor. Konsumen dalam negeri membeli barang impor atau konsumen

luar negeri membeli barang domestik, menjadi sesuatu yang sangat lazim. Persaingan

sangat tajam antar berbagai produk. Selain harga, kualitas atau mutu barang menjadi

faktor penentu daya saing suatu produk.

Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-Oktober 2008 mencapai 118,43 juta

US$ atau meningkat 26,92% dibanding periode yang sama tahun 2007, sementara ekspor

non migas mencapai 92,26 juta US$ atau meningkat 21,63%. Sementara itu menurut

sektor, ekspor hasil pertanian, industri, serta hasil tambang dan lainnya pada periode

tersebut meningkat masing-masing 34,65%, 21,04%, dan 21,57% dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya. Adapun selama periode ini pula, ekspor dari 10 golongan

barang memberikan kontribusi 58,8% terhadap total ekspor non migas. Kesepuluh

golongan tersebut adalah, lemak dan minyak hewan nabati, bahan bakar mineral, mesin

atau peralatan listrik, karet dan barang dari karet, mesin-mesin atau pesawat mekanik.

Kemudian ada pula bijih, kerak, dan abu logam, kertas atau karton, pakaian jadi bukan

rajutan, kayu dan barang dari kayu, serta timah. Selama periode Januari-Oktober 2008,

ekspor dari 10 golongan barang tersebut memberikan kontribusi sebesar 58,80%

terhadap total ekspor non migas. Dari sisi pertumbuhan, ekspor 10 golongan barang

tersebut meningkat 27,71% terhadap periode yang sama tahun 2007.

Sementara itu, peranan ekspor non migas di luar 10 golongan barang pada Januari-

Oktober 2008 sebesar 41,20%. Jepang pun masih merupakan negara tujuan ekspor

Page 2: kendala eksport

terbesar dengan nilai US$11,80 juta (12,80%), diikuti Amerika Serikat dengan nilai

10,67 juta US$ (11,57%), dan Singapura dengan nilai 8,67 juta US$ (9,40%).

Peranan dan perkembangan ekspor non migas Indonesia menurut sektor untuk periode

Januari-Oktober tahun 2008 dibanding tahun 2007 dapat dilihat pada. Ekspor produk

pertanian, produk industri serta produk pertambangan dan lainnya masing-masing

meningkat 34,65%, 21,04%, dan 21,57%. Dilihat dari kontribusinya terhadap ekspor

keseluruhan Januari-Oktober 2008, kontribusi ekspor produk industri adalah sebesar

64,13%, sedangkan kontribusi ekspor produk pertanian adalah sebesar 3,31%, dan

kontribusi ekspor produk pertambangan adalah sebesar 10,46%, sementara kontribusi

ekspor migas adalah sebesar 22,10%.

Kendati secara keseluruhan kondisi ekspor Indonesia membaik dan meningkat, tak

dipungkiri semenjak terjadinya krisis finansial global, kondisi ekspor Indonesia semakin

menurun. Sebut saja saat ekspor per September yang sempat mengalami penurunan

2,15% atau menjadi 12,23 juta US$ bila dibandingkan dengan Agustus 2008. Namun,

secara year on year mengalami kenaikan sebesar 28,53%.

A.1 Produk ekspor Indonesia

Produk ekspor Indonesia meliputi hasil produk pertanian, hasil hutan, hasil perikanan,

hasil pertambangan, hasil industri dan begitupun juga jasa.

a. Hasil Pertanian

Contoh karet, kopi kelapa sawit, cengkeh,teh,lada,kina,tembakau dan cokelat.

b. Hasil Hutan

Contoh kayu dan rotan. Ekspor  kayu atau rotan tidak boleh dalam bentuk kayu

gelondongan atau bahan mentah, namun dalam bentuk barang setengah jadi maupun

barang jadi, seperti mebel.

c. Hasil Perikanan

Hasil perikanan yang banyak di ekspor merupakan hasil dari laut. produk ekspor hasil

perikanan, antara lain ikan tuna, cakalang, udang dan bandeng.

d. Hasil Pertambangan

Contoh barang tambang yang di ekspor timah, alumunium, batu bara tembaga dan

emas.

e. Hasil Industri

Contoh semen, pupuk, tekstil, dan pakaian jadi.

Page 3: kendala eksport

f. Jasa

Dalam bidang jasa, Indonesia mengirim tenaga kerja keluar negeri antara lain ke

malaysia dan negara-negara timur tengah.

A.2 Kondisi Ekspor Jawa Timur

Mengawali tahun 2012, tercatat transaksi perdagangan Jatim mengalami peningkatan

signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya dengan mencatatkan kinerja net ekspor sebesar

Rp. 3,94 trilyun, sebagai lanjutan tren positif sejak triwulan II-2010. Membaiknya kinerja

ekspor impor Jatim dipicu oleh peningkatan nilai net ekspor perdagangan antar pulau ( Rp.

4,91 triliun) dalam mengimbangi ekspor impor luar negeri Jatim yang kembali mencatatkan

nilai net impor (Rp. 0, 97 triliun). Turut mengkonfirmasi kondisi net impor perdagangan luar

negeri Jatim yaitu hasil Laporan Aplikasi Permohonan Ekspor Barang (PEB) dan

Permohonan Impor Barang (PIB) yang mencatatkan kondisi net impor sebesar USD 2.438,9

juta dengan faktor pendorong dari melambatnya kinerja ekspor barang bahan baku

(intermediate goods) sedangkan transaksi impor relatif stabil terjaga pada nilai USD 4.500

juta. Berdasarkan data ini, kinerja perdagangan luar negeri Jatim terus mengalami perbaikan

dibandingkan periode sebelumnya. Ekspor barang bahan baku menurun akibat masih

lemahnya permintaan global dan penurunan harga komoditas internasional. Selain itu,

merembetnya pelemahan ekonomi negara emerging seperti Cina dan India, turut

mempengaruhi kinerja ekspor Jatim pada periode laporan.

Perkembangan Ekspor Jatim

Page 4: kendala eksport

Sumber: BPS Jatim

Perkembangan Kinerja Ekspor Luar Negeri Jatim

Sumber: Bank Indonesia

Perkembangan Nilai Ekspor per Nilai Jenis Barang

Sumber: Bank Indonesia

Page 5: kendala eksport

Pertumbuhan Ekspor per Jenis Barang

Sumber: Bank Indonesia

Kondisi serupa turut diindikasikan oleh perolehan data dari kegiatan bongkar muat

kontainer di Pelabuhan Tanjung Perak. Sebagaimana ditunjukkan pada grafik 1.28, terjadi

penurunan jumlah kontainer yang melakukan kegiatan bongkar/impor, dengan dominasi pada

jenis pengiriman barang antar pulau (8,47% - yoy). Sedangkan arus muat/ekspor melambat

dengan dominasi pada jenis pengiriman barang antar negara (3,12%). Tercatat penurunan

arus bongkar muat kontainer baik yang ditujukan untuk pasar internasional maupun domestik,

secara total masih tumbuh positif sebesar 5,08% (yoy) atau menjadi sebanyak 354.601 Teus.

Dapat diinformasikan pula bahwa jumlah kapal yang melakukan transaksi bongkar muat di

Pelabuhan Tanjung Perak mengalami penurunan sebesar 5,39%, namun masih lebih baik

dibandingkan triwulan sebelumnya yang dilaporkan menurun 10,95%.

B. Kendala Indonesia Dalam Melakukan Ekspor

Kendala-kendala yang dihadapi oleh negara kita dalam melakukan ekspor, di antaranya

sebagai berikut.

B.1 Perekonomian negara kita dihadapkan pada ekonomi biaya tinggi (high cost

economy), yang ditandai dengan:

1. produktivitas dan kualitas tenaga kerja relatif rendah;

2. struktur industri dan teknis produksi tidak efisien dan rapuh;

3. struktur dan prosedur birokrasi sering menimbulkan biaya tambahan;

Page 6: kendala eksport

4. sistem transportasi dan jalur distribusi laut dan darat yang lamban dan kurang

memadai, serta sistem integrasi antarmodal yang lemah di hampir semua jenis

angkutan dan distribusi sehingga menganggu ketepatan waktu penyampaian barang

dan efisiensi biaya;

5. mekanisme keterkaitan industri hulu dan hilir yang tidak efisien;

6. banyaknya industri yang terkait dengan monopoli, oligopoli, dan konsentrasi rasio

yang tinggi pada kelompok tertentu, serta kolusi yang samar-samar yang

mengkonsentrasikan

diri pada pasar domestik;

7. kondisi moneter yang terlalu peka dan labil terhadap inflasi, nilai kurs, dan tingkat

bunga;

8. ketergantungan terhadap kandungan impor yang tinggi serta industri hulu dan

industri strategis;

9. Kawasan Berikat Nusantara (KBN) yang sarat dengan biayabiaya tambahan dan

birokratis;

10. proteksi yang berlebihan dan berkepanjangan pada industry hulu;

11. kesalahan struktural dalam kebijakan pemerintah serta kurangnya kemampuan dalam

bidang rekayasa dan rancang bangun;

12. tata niaga perdagangan dan jasa dalam negeri yang berlingkar pada kelompok

tertentu.

B.2 Kendala internal lainnya berupa:

1. lingkar proses bahan baku yang belum memadai untuk industri barang jadi;

2. rendahnya tingkat investasi untuk komoditas ekspor, baik investasi domestik maupun

asing;

3. keserasian proses dan mekanisme kerja antara birokrat dan pengusaha masih belum

selaras dan harmonis;

4. kelemahan dalam informasi pasar;

5. proses inovasi dan pengembangan teknologi yang rendah;

6. forum Indonesia Incorporated yang kurang berperan antif;

7. trading house yang belum berfungsi;

8. tingginya ketergantungan pada beberapa komoditas ekspor bahan-bahan pertanian

dan tambang (90% konsentrasi mata dagangan nonmigas hanya pada 23 komoditi);

9. term of trade beberapa komoditas pendukung cenderung merosot;

Page 7: kendala eksport

10. ekspor masih dalam komoditas pesanan, belum masuk dalam tahap daya saing dan

lemahnya respon terhadap permintaan pasar sehingga riskan terhadap perubahan

global;

11. rendahnya upaya strategi promosi ekspor dan budaya ekspor serta tumpulnya ujung

tombak atase dan wakil dagang di luar negeri, dan lemahnya kekuatan jangkauan

pasar yang hanya terbatas pada akses pasar dari pemiliki merek sebagai pemesan;

12. kecilnya peran konglomerat yang ikut bermain dalam pasar internasional, mereka

lebih melihat pasar domestik untuk melempar produknya;

13. lemahnya jaringan bisnis dan saluran distribusi perdagangan internasional;

14. mayoritas industri Indonesia hanya bertumpu pada hasil akhir, tanpa didukung oleh

akar industri yang kuat;

15. lemahnya infrastuktur pendukung dan lambatnya kesiapan kelembagaan pendukung,

seperti pelabuhan, listrik, telekomunikasi, dan tenaga ahli;

16. pasar luar negeri yang mendikte bahan baku produksi atau pun pelemparan output

produksinya.

B.3 Kendala eksternal berupa:

1. semakin ketatnya persaingan beberapa macam ekspor antarnegara;

2. proses substitusi barang impor meningkat di negara-negara pengimpor, sikap

proteksionis dari beberapa negara tujuan ekspor;

3. ketergantungan pada ekonomi dunia akibat strategi led growth;

4. daya serap negara maju rendah akibat resesi dan problem ekonomi yang masih terasa

dan upaya penghematan impor dari negara-negara pengimpor sehingga membuat

permintaan turun, yang berakibat merosotnya harga barangbarang tersebut;

5. lingkaran utama negara-negara berkembang ikut mempengaruhi lalu lintas impor-

ekspor internasional;

6. perubahan struktur produksi bagi negara-negara maju yang cenderung dan bertendensi

menjadi over supply bagi negaranegara pengekspor sehingga mendorong merosotnya

hargaharga dari produksi ekspor tersebut;

7. perubahan gerak nilai tukar internasional yang sulit dideteksi;

8. munculnya negara-negara pendatang baru yang memproduksi barang sejenis, seperti

Vietnam, Bangladesh, dan Cina yang bersamaan dengan pesaing-pesaing lama yang

memiliki jaringan internasional membanjiri pasaran dengan ciri dan pola strategi

pemasaran yang berbeda dengan harga yang lebih kompetitif;

Page 8: kendala eksport

9. semakin berkembangnya trading block, seperti pasar tunggal Eropa, NAFTA, AFTA,

dan forum APEC. Walaupun pada akhirnya semakin terarah menuju liberalisasi

perdagangan

dan investasi, terutama setelah ditandatanganinya kesepakatan-kesepakatan WTO

untuk tahun 2010/2020.

DAFTAR PUSTAKA

http://pratamafahri.blogspot.com/2012/04/perkembangan-ekspor-impor-di-indonesia.html