Kematian Akibat Over Dosis Insulin
-
Upload
irfan-adi-saputra -
Category
Documents
-
view
208 -
download
4
description
Transcript of Kematian Akibat Over Dosis Insulin
KEMATIAN AKIBAT OVER DOSIS INSULIN
I. PENDAHULUAN
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di dalam darah tinggi
karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara adekuat. Insulin
adalah hormon yang dilepaskan oleh pankreas, merupakan zat utama yang bertanggungjawab
dalam mempertahankan kadar gula darah yang tepat. Insulin menyebabkan gula berpindah ke
dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi.
Peningkatan kadar gula darah setelah makan atau minum merangsang pankreas untuk
menghasilkan insulin sehingga mencegah kenaikan kadar gula darah yang lebih lanjut dan
menyebabkan kadar gula darah menurun secara perlahan. Pada saat melakukan aktivitas fisik
kadar gula darah juga bisa menurun karena otot menggunakan glukosa untuk energi.1
Insulin eksogen telah digunakan selama bertahun-tahun untuk mengobati diabetes
mellitus. Selama bertahun-tahun, telah terjadi banyak kecelakaan overdosis oleh pasien
diabetes mellitus. Insulin banyak digunakan sebagai agen untuk bunuh diri dan juga dalam
kasus pembunuhan, baik oleh penderita diabetes dan nondiabetik. Sejak diperkenalkan pada
tahun 1921, bahaya potensial dari insulin telah dikenal dengan baik. Kematian diketahui
lebih awal terjadi pada pasien sebagai akibat dari overdosis insulin yang terjadi dengan tidak
sengaja. 2,3
Overdosis insulin sangat berbahaya. Toksisitas dari overdosis insulin adalah
disebabkan hipoglikemia, dan bisa juga karena hipokalemia. Durasi dari efek hipoglikemia
tergantung pada jenis insulin yang disuntikkan, jumlah dan usia, resistensi insulin, dan
faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan atau mengurangi sensitivitas pasien terhadap
insulin. Kematian akibat overdosis insulin adalah sebesar 25 %. Efek fatal bisa terjadi dengan
dosis paling minimum 20 unit, tapi dosis 400 sampai 900 unit atau lebih adalah lebih sering.
Cedera neurologis yang ireversibel terjadi ketika simpanan glikogen yang habis karena otak
benar-benar tergantung pada metabolisme glukosa. Durasi dari hipoglikemia dengan tanda
dan gejala neurologis akan menentukan hipoglikemia post ensefalopati.3,4
1
II. FISIOLOGI INSULIN
Insulin dibentuk dari sebuah molekul prekursor, yaitu pro insulin. Insulin merupakan
hormon yang terdiri dari rangkaian asam amino, dihasilkan oleh sel beta kelenjar pankreas.
Dalam keadaan normal, bila ada rangsangan pada sel beta, insulin disintesis dan kemudian
disekresikan kedalam darah sesuai kebutuhan tubuh untuk keperluan regulasi glukosa darah.
Sintesis insulin dimulai dalam bentuk preproinsulin (precursorI hormon insulin) pada
retikulum endoplasma sel beta. Dengan bantuan enzim peptidase, preproinsulin mengalami
pemecahan sehingga terbentuk proinsulin, yang kemudian dihimpun dalam gelembung-
gelembung (secretory vesicles) dalam sel tersebut. Kemudian disini, sekali lagi dengan
bantuan enzim peptidase, proinsulin diurai menjadi insulin dan peptida-C (C-peptide) yang
keduanya sudah siap untuk disekresikan secara bersamaan melalui membran sel.5,6
Diketahui ada beberapa tahapan dalam proses sekresi insulin, setelah adanya rangsangan
oleh molekul glukosa. Tahap pertama adalah proses glukosa melewati membran sel. Untuk
dapat melewati membran sel beta, dibutuhkan bantuan senyawa lain, Glukose transporter
(GLUT) adalah senyawa asam amino yang terdapat dalam berbagai sel yang berperan dalam
proses metabolisme glukosa. Fungsinya sebagai “kendaraan” pengangkut glukosa masuk dari
luar ke dalam sel jaringan tubuh. Glukose transporter 2 (GLUT 2) yang terdapat dalam sel
beta misalnya, diperlukan dalam proses masuknya glukosa dari dalam darah, melewati
membran, ke dalam sel. Proses ini penting bagi tahapan selanjutnya yakni molekul glukosa
akan mengalami proses glikolisis dan fosforilasi di dalam sel dan kemudian membebaskan
molekul ATP. Molekul ATP yang terbentuk ini dibutuhkan untuk tahap selanjutnya yakni
proses mengaktifkan pentupan K Channel pada membran sel. Penutupan ini berakibat
terhambatnya pengeluaran ion K dari dalam sel yang menyebabkan terjadinya tahap
depolarisasi membran sel, yang diikuti kemudian oleh tahap pembukaan Ca Channel.
Keadaan inilah yang memunkinkan masuknya ion Ca sehingga menyebabkan peningkatan
kadar ion Ca intrasel. Suasana ini dibutuhkan bagi proses sekresi insulin mekanisme yang
cukup rumit dan belum seutuhnya dapat dijelaskan.6
Dalam keadaan fisiologis, insulin disekresikan sesuai dengan kebutuhan tubuh normal
oleh sel beta dalam dalam dua fase, sehingga sekresinya berbentuk biphasic. Seperti
dikemukakan, sekresi insulin normal yang biphasic ini akan terjadi setelah adanya
2
rangsangan seperti glukosa yang berasal dari makanan atau minuman. Insulin yang
dihasilkan ini, berfungsi mengatur regulasi glukosa darah agar selalu dalam batas fisiologik,
baik saat puasa, maupun setelah mendapat beban. Dengan demikian, kedua fase sekresi
insulin yang berlangsung secara sinkron tersebut menjaga kadar glukosa darah selalu dalam
batas normal, sebagai cerminan metabolisme glukosa yang fisiologis. 6
Sekresi fase 1 (acute insulin secretion respone = AIR) adalah sekresi insulin yang terjadi
segera setelah ada rangsangan terhadap sel beta, muncul cepat dan berakhir juga cepat.
Selanjutnya, setelah sekresi fase 1 berakhir, muncul sekresi fase 2 (sustained phase, latent
phase), dimana sekresi insulin kembali meningkat secara perlahan dan bertahan dalam waktu
yang relatif lebih lama. Setelah berakhir fase 1, tugas pengaturan glukosa darah selanjutnya
diambil alih oleh sekresi fase 2. 6
III. PATOFISIOLOGI
Overdosis insulin menyebabkan hipoglikemia. Hipoglikemia adalah sebuah keaadaan
dimana kadar glukosa darah kurang dari 50 mg/100 ml darah. Otak sangat bergantung pada
glukosa darah sebagai sumber energi utamanya, hipoglikemia menyebabkan gejala
3
perubahan fungsi sistem saraf sentral, yang mencakup kebingungan, iritabilitas, kejang dan
koma. Hipoglikemia dapat menyebabkan sakit kepala, sebagai akibat dari perubahan aliran
darah serebral, dan perubahan keseimbangan cairan. Secara sistematis, hipoglikemia
menyebabkan aktivasi sistem saraf simpatetik, merangsang rasa lapar, berkeringat, dan
takikardi. Level ansietas meningkat ditandai dengan gementar dan agitasi.
Jaringan neural juga bergantung pada glukosa sebagai bahan bakar utamanya,
hipoglikemia, atau kadar glukosa darah yang rendah, memiliki pengaruh yang besar pada
metabolisme otak. Perubahan fungsi otak merupakan gejala khas dari hipoglikemia. Pada
keadaan normal glukosa memenuhi kebutuhan energi otak sebesar 98% hingga 100%.
Walaupun asam asetoasetat, badan keton dan asam betahidroksibutirik juga menyediakan
energi, mereka menjadi sumber energi yang signifikan ketika mereka terdapat dalam
konsentrasi yang tinggi dalam darah. Kadar glukosa minimal dalam darah untuk
mempertahankan transport glukosa di sekitar sawar darah otak tidak dapat ditetapkan.
Beberapa individu dapat beradaptasi dengan kadar glukosa sebesar 30 hingga 40 mg/100 ml.
Sebaliknya, pada pasien diabetes yang bergantung pada insulin dapat mengalami reaksi
hipoglikemik parah pada nilai 100 mg/100 ml jika glukosa darah menurun dengan cepat dari
kadar semula sebesar 300 mg/100 ml.
Penurunan kadar glukosa darah secara cepat merangsang sekresi hormon yang
memiliki fungsi yang berlawanan yang bekerja bersama-sama untuk mengembalikan ke
keadaan normoglikemia. Cryer menyatakan bahwa glucagon dan norepinefrin memainkan
peran penting dengan meningkatkan glikogenolisis dan glukoneogenesis, kortisol, hormon
pertumbuhan, dan norepinefrin tampak memainkan peranan minor.
IV. PEMERIKSAAN
Dalam menangani kasus kematian akibat keracunan perlu dilakukan beberapa
pemeriksaan penting, yaitu:7
1. Pemeriksaan di tempat kejadian
4
Perlu dilakukan untuk membantu penentuan penyebab kematian dan menentukan cara
kematian. Mengumpulkan keterangan sebanyak mungkin tentang saat kematian.
Mengumpulkan barang bukti.
2. Pemeriksaan luar
Pada pemeriksaan luar pasien yang meninggal dengan kelebihan insulin tidak terdapat
tanda-tanda yang khas. Jarum yang digunakan pada pasien untuk menyuntikkan insulin
dapat tidak terlihat kecuali bila merusak pembuluh darah kecil.8
3. Autopsi
Tidak adanya tanda khas dari hasil autopsi seringkali membuat ahli forensik bingung
kecuali ada kecurigaan telah meminum obat atau racun yang bisa diambil untuk
penyelidikan. Jika tidak ditemukan kelainan morfologi dipertimbangkan untuk
melakukan pemeriksaan toksikologi. Selain itu dikenal pasti juga lokasi dan
kemungkinan tempat tusukan jarum serta diabil sampel darah tepi, dan kulit dan jaringan
dimana dilakukan injeksi. 8
4. Pemeriksaan tambahan
Untuk mengetahui apakah korban terbunuh karena hipoglikemia yang disebabkan oleh
pemberian insulin dari luar dengan hipoglikemia karena kadar insulin dalam darah yang
meningkat adalah dengan pemeriksaan serum insulin dan C-peptida. Pada keadaan
normal, ketika sel beta pankreas menghasilkan insulin, mereka menghasilkan 1 molekul
insulin ditambah dengan 1 molekul C-peptida dengan rasio 1:1. Sehingga, jika kadar
insulin korban meningkat dan kadar C-peptida juga meningkat, dapat disimpulkan bahwa
sumber insulin berasal dari tubuh (missal, karena insulinoma). Akan tetapi, jika kadar
insulin tinggi tetapi kadar C-peptida rendah, dapat disimpulkan bahwa insulin berasal dari
luar tubuh.8
Kematian disebabkan penggunaan insulin secara parenteral tidak sering terjadi. Kasus
Beverley Allitt di Inggris beberapa tahun yang lalu menunjukkan bahwa kematian
disebabkan banyak hal, terutama bila staf medis menaruh perhatian khusus, berikut juga pada
orang dengan kemungkinan mengidap diabetes dimana dapat berhubungan dengan
penggunaan insulin. 8
Pada pemeriksaan dalam (autopsy) tidak ditemukan penyebab kematian tiba-tiba seorang
wanita berumur 75 tahun dengan ketergantungan insulin. Pemeriksaan Radioimmunoassay
5
juga berguna untuk membuktikan penyebab kematian seseorang yang disebabkan oleh
hypoglycaemi. Radioimmunoassay merupakan kunci reagent apakah diproduksi di hewan
ataukah diproduksi dari hasil fermentasi. Sekali uji cukup sensitive untuk mendeteksi insulin
pada serum darah post-mortem. Bukti dalam banyak kasus berdasarkan hasil pemeriksaan
insulin berhubungan dengan c-peptida, kadar c-peptida yang rendah atau tidak terdeteksi. 9
V. KESIMPULAN
Untuk mengetahui apakah korban terbunuh karena hipoglikemia yang disebabkan oleh
pemberian insulin dari luar dengan hipoglikemia karena kadar insulin dalam darah yang
meningkat adalah dengan pemeriksaan serum insulin dan C-peptida. Pada keadaan normal,
ketika sel beta pankreas menghasilkan insulin, mereka menghasilkan 1 molekul insulin
ditambah dengan 1 molekul C-peptida dengan rasio 1:1. Sehingga, jika kadar insulin korban
meningkat dan kadar C-peptida juga meningkat, dapat disimpulkan bahwa sumber insulin
berasal dari tubuh (missal, karena insulinoma). Akan tetapi, jika kadar insulin tinggi tetapi
kadar C-peptida rendah, dapat disimpulkan bahwa insulin berasal dari luar tubuh. Sebagai
kesimpulannya, penggunaan insulin sebagai salah satu cara untuk melakukan pembunuhan
hanya terdapat pada cerita fiksi saja.
Di kehidupan yang sesungguhnya cara ini jarang dilakukan. Dosis yang dibutuhkan untuk
membunuh sangatlah besar. Waktu yang diperlukan mulai dari korban diberikan suntikan
insulin hingga meninggal cukup lama sehingga korban dapat mencari pertolongan dan
terdapat kemungkinan korban mendapatkan suntikan glukosa intravena. Sebagian besar kasus
yang terbukti meninggal karena keracunan insulin juga melibatkan penggunaan senjata
tambahan.
DAFTAR PUSTAKA
6
1. Nick I ,Joseph A. 2004. Accidental Insulin Overdose. Available from:
htttp://www.astm.org
2. Helmut H., Jayendra H. 2009. Homicide by Insulin Administration. Available from :
http://library-resources.cqu.edu.au/
3. Anonyms. 2012. Insulin Overdose. Available from :
http://diabetes.emedtv.com/insulin/insulin-overdose.html
4. Anonyms. 2012. Insulin. Available from :
http://curriculum.toxicology.wikispaces.net/2.1.7.1.1+Insulin
5. Horwitz, Dabid L et al. 1975. Proinsulin, insulin, and C-Peptide concentration in Human
portal and peripheral blood. The journal of clinical investigation; vol 55: 1278-1283
6. Manaf, asman. 2010. Insulin: mekanisme sekresi dan aspek metabolisme. Available from:
htttp://www.pdfsearchengine.com
7. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu
Kedokteran Forensik, Edisi Kedua: 1997\
8. Arianty D, dkk. Keracunan Obat. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006.
9. Simon Heller, BA. Sudden death and hypoglycaemia. In: Diabetic Hypoglycaemia
September. Volume 1.2008.
7