Kelembagaan Pak Ragil

6
PERBANDINGAN KELEMBAGAAN MANAJEMEN AIR BERSIH DI MEXICO DAN INDONESIA Air merupakan salah satu kebutuhan yang paling esensial dalam setiap aspek kehidupan. Air dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan manusia dari skala yang paling kecil yaitu pada tingkat individu untuk memenuhi kebutuhan domestik hingga lingkup yang lebih luas terkait keberlanjutan lingkungan. Kebutuhan air di perkotaan, dalam hal ini air bersih, semakin meningkat terkait pertumbuhan penduduk dan tingkat urbanisasi yang tinggi. Penyediaan air bersih bagi masyarakat perkotaan menjadi permasalahan yang semakin kompleks. Permasalahan yang muncul tidak hanya sebatas pada timpangnya supply air bersih dengan demand yang ada, tetapi juga terkait pada aspek lingkungan, sosial, dan politik kelembagaan pengelolaan dan penyediaan air bersih. Pengelolaan dan penyediaan air bersih tidak dapat terlepas dari pengelolaan sumber daya air dalam suatu sistem lingkungan. Pengelolaan sumber daya air yang menekankan pada prinsip keberlanjutan menjadi salah satu metode yang efektif. Hal ini karena pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan menekankan pada tiga aspek utama, yaitu aspek sosial, aspek ekonomi, dan aspek lingkungan. Kemudian ketiga aspek tersebut berada di bawah suatu payung kelembagaan sebagai bentuk tata kelola yang seimbang. Pentingnya pengelolaan sumber daya air dengan menggunakan prinsip berkelanjutan perlu didukung oleh aspek kelembagaan yang tata kelolanya juga mengarah pada keberlanjutan sumber daya air. Kelembagaan dalam pengelolaan sumber daya air mencakup beberapa aspek atau tanggung jawab. Menurut Global Water Partnership (2003), kelembagaan dalam pengelolaan air mencakup aspek politis, sosial, ekonomi, dan sistem administrasi yang bertujuan untuk mengembangkan dan mengelola sumber daya air dan pelayanan penyediaan air pada setiap level sosial yang berbeda-beda. Sistem ini mencakup dua nilai penting, yaitu secara inklusif dan akuntabilitas. Secara inklusif, yaitu harus memastikan bahwa setiap masyarakat harus mendapatkan pelayanan yang sama dan secara

Transcript of Kelembagaan Pak Ragil

Page 1: Kelembagaan Pak Ragil

PERBANDINGAN KELEMBAGAAN MANAJEMEN AIR BERSIH DI MEXICO DAN INDONESIA

Air merupakan salah satu kebutuhan yang paling esensial dalam setiap aspek kehidupan. Air dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan manusia dari skala yang paling kecil yaitu pada tingkat individu untuk memenuhi kebutuhan domestik hingga lingkup yang lebih luas terkait keberlanjutan lingkungan. Kebutuhan air di perkotaan, dalam hal ini air bersih, semakin meningkat terkait pertumbuhan penduduk dan tingkat urbanisasi yang tinggi. Penyediaan air bersih bagi masyarakat perkotaan menjadi permasalahan yang semakin kompleks. Permasalahan yang muncul tidak hanya sebatas pada timpangnya supply air bersih dengan demand yang ada, tetapi juga terkait pada aspek lingkungan, sosial, dan politik kelembagaan pengelolaan dan penyediaan air bersih. Pengelolaan dan penyediaan air bersih tidak dapat terlepas dari pengelolaan sumber daya air dalam suatu sistem lingkungan. Pengelolaan sumber daya air yang menekankan pada prinsip keberlanjutan menjadi salah satu metode yang efektif. Hal ini karena pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan menekankan pada tiga aspek utama, yaitu aspek sosial, aspek ekonomi, dan aspek lingkungan. Kemudian ketiga aspek tersebut berada di bawah suatu payung kelembagaan sebagai bentuk tata kelola yang seimbang. Pentingnya pengelolaan sumber daya air dengan menggunakan prinsip berkelanjutan perlu didukung oleh aspek kelembagaan yang tata kelolanya juga mengarah pada keberlanjutan sumber daya air.

Kelembagaan dalam pengelolaan sumber daya air mencakup beberapa aspek atau tanggung jawab. Menurut Global Water Partnership (2003), kelembagaan dalam pengelolaan air mencakup aspek politis, sosial, ekonomi, dan sistem administrasi yang bertujuan untuk mengembangkan dan mengelola sumber daya air dan pelayanan penyediaan air pada setiap level sosial yang berbeda-beda. Sistem ini mencakup dua nilai penting, yaitu secara inklusif dan akuntabilitas. Secara inklusif, yaitu harus memastikan bahwa setiap masyarakat harus mendapatkan pelayanan yang sama dan secara akuntabilitas harus dapat menjawab atau menyelesaikan jika terjadi konflik atau masalah. Dalam pengelolaan sumber daya air, terdapat beberapa hal yang perlu diatur, yaitu mengenai penyediaan air, tipe-tipe penggunaan air, peraturan mengenai ekstraksi air tanah, alokasi air antara untuk yang dikonsumsi dan yang seharusnya dikonservasi. Inilah yang menjadi tantangan bagi kelembagaan pengelolaan sumber daya air saat ini dan masa mendatang.

Pengelolaan sumber daya air memerlukan suatu sistem kelembagaan yang saling terintegrasi untuk menghadapi berbagai tantangan yang ada. Tantangan dalam pengelolaan sumber daya air antara lain adalah bahwa saat ini air yang pada awalnya merupakan public goods secara perlahan bergeser menjadi private goods. Beberapa sumber air bersih seperti sungai, danau, air tanah, dan infrastruktur pendukungnya yang awalnya bebas diakses oleh setiap orang kini menjadi tidak dapat diakses karena telah “dikuasai” oleh kelompok tertentu. Fenomena ini tentunya memerlukan pendekatan yang berbeda dari sebelumnya ketika air masih menjadi barang publik. Pembangunan infrastruktur air bersih saat ini juga telah mengalami perubahan yang awalnya hanya dikelola oleh pemerintah, kini investasi dan peran swasta menjadi semakin besar. Hal ini karena pengelolaan air beserta infrastruktur pendukungnya memerlukan modal yang tidak sedikit dan sulit untuk disediakan secara mandiri jika hanya ditanggung oleh sektor publik saja. Selanjutnya, pengelolaan sumber daya air seharusnya dikelola secara menyeluruh dalam suatu sistem yang mungkin saja berada dalam status spasial yang berbeda-beda. Oleh karena itu dikenal lah prinsip one river one plan sebagai jawaban atas pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan dari sistem hulu hingga hilir. Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana jika suatu wilayah tidak memiliki sumber air bersih alami seperti sungai atau danau? Bagaimanakah wilayah tersebut mendapatkan sumber air untuk warganya?

Singapura merupakan negara kecil dengan luas kurang lebih 700 km2 dan populasi penduduk sebesar 4,8 juta jiwa. Singapura adalah salah satu negara dengan sumber daya air yang

Page 2: Kelembagaan Pak Ragil

sangat terbatas. Bahkan menurut UNESCO Singapura termasuk kedalam negara dengan kelangkaan sumber daya air. Singapura tidak memiliki akuifer atau air tanah. Salah satu sumber air negara ini adalah berasal dari air hujan yang intensitasnya cukup besar yaitu rata-rata 2400 mm setiap tahunnya. Meskipun begitu negara ini memiliki keterbatasan lahan untuk menangkap dan menyimpan air hujan tersebut. Sumber air bersih utama Singapura sejak kemerdekaannya tahun 1965 berasal dari Johor, Malaysia dan air dari tangkapan lokal dalam bentuk reservoir-reservoir. Pemerintah Singapura sadar bahwa kedua sumber air ini nantinya diprediksi tidak akan mampu untuk mencukupi kebutuhan air bersih dimasa mendatang seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan populasi Singapura.

Ketergantungan Singapura terhadap pasokan air dari Malaysia menjadi hal yang mengkhawatirkan bagi pemerintahan Singapura. Jika kontrak pasokan air ini telah usai dan Malaysia enggan untuk memperpanjang kontrak tersebut, maka Singapura terancam mengalami defisit air baku. Terdapat dua perjanjian yang terjadi antara pemerintah Malaysia dengan pemerintah Singapura terkait penyediaan pasokan air baku. Perjanjian pertama terjadi tahun 1961 (Tebrau and Scudai Water Agreement) yang mengijinkan pemerintah Singapura untuk memanfaatkan secara penuh air baku dari reservoir Gunung Pulai yang airnya berasal dari Sungai Tebrau dan Skudai. Jangka waktu perjanjian ini adalah 50 tahun, dan berakhir tahun 2011 lalu. Perjanjian kedua disepakati tahun 1962 (Johor River Water Agreement) yang berisi kesepakatan bahwa Malaysia akan memasok air baku dari Sungai Johor ke Singapura sejumlah 250 juta gallon per hari. Jangka waktu perjanjian ini adalah 100 tahun, dan berakhir tahun 2061 mendatang. Sebagai kompensasinya, air baku yang dialirkan ke Singapura akan diolah menjadi air minum dan dijual kembali ke Malaysia dengan harga yang disepakati bersama. Berdasarkan harga tersebut Singapura mampu mendapatkan keuntungan sekitar 1.90 RM per 1000 gallon untuk setiap air yang dijual ke Malaysia.

Sejak tahun 1990an Singapura telah mencanangkan penyediaan air yang berkelanjutan sebagai target utama dalam strategi pemenuhan kebutuhan air. Hingga saat ini, Singapura telah melakukan berbagai inovasi untuk mendukung penyediaan air bersih. Sumber air bersih Singapura kini bertambah menjadi empat sumber utama (The Four National Taps). Pertama, penyediaan air dari sistem tangkapan lokal, yaitu suatu sistem yang terintegrasi antara jaringan drainase yang mengalirkan limpasan air ke suatu reservoir. Kedua, pasokan air dari Johor sebagai suplemen kebutuhan air di Singapura. Ketiga, berasal dari daur ulang air (NEWater, yaitu memproduksi air minum dengan teknik purifikasi yang modern. Keempat, desalinasi air laut menjadi air baku. Keempat sumber air bersih ini merupakan dukungan terhadap The Singapore Green Plan 2012 yang dicanangkan oleh Menteri Lingkungan dan Sumber daya air Singapura dalam kerangka keberlanjutan penyediaan air bersih untuk Singapura.

Kunci utama pengelolaan sumber daya air Singapura adalah adanya satu institusi yang menangani sumber daya air secara keseluruhan dalam satu payung institusi. Awalnya, penyediaan air bersih dan pengelolaan sistem buangan air berada di bawah intitusi yang berbeda. Pengelolaan dan penyediaan air bersih ditangani oleh Public Utilities Board (PUB), sedangkan pengelolaan sistem buangan air ditangani oleh Ministry of Environtment (MOE). Pada tahun 2002, pengelolaan sumber daya air menjadi dibawah satu payung institusi yaitu dibawah Ministry of Environment and Water Resource (MOEWR) agar tercipta manajemen sumber daya air yang terintegrasi. PUB kini berada di bawah MOEWR dan memiliki tanggung jawab yang lebih luas, yaitu meliputi pengelolaan air buangan, pengendali banjir, dan pengelolaan sistem air buangan untuk mendukung penyediaan air bersih. PUB merupakan institusi induk yang menangani seluruh aspek terkait air dengan konsep manajemen sumber daya air yang terintergrasi.

Sebagai satu institusi induk yang mengelola sumber daya air secara keseluruhan di Sinagpura, PUB memiliki beberapa departemen utama untuk mendukung strategi perwujudan manajemen sumber daya air yang terintegrasi. Pembagian departemen serta tugas pokoknya dapat dilihat pada Tabel 1.

Page 3: Kelembagaan Pak Ragil

Departemen Tugas Pokok

Water Supply

Singapura memiliki beberapa strategi terkait kebijakan dalam pengelolaan air. Strategi tersebut meliputi beberapa aspek, yaitu: infrastruktur fisik, penyelenggaraan perundangan terkait air bersih, penetapan harga air, pendidikan publik, serta upaya untuk menggali inovasi melalui riset teknologi.

tetapi negara ini seolah memiliki seribu satu cara dan inovasi untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada.

Page 4: Kelembagaan Pak Ragil

SUMBER

UNESCO. 2006. Water A Shared Responsibility. Barcelona: UNESCO Publishing

Haggarty, Luke. et. al. 2001. Thirst for Reform? Private Sector Participation in Mexico City's Water Sector. The World Bank Development Research Group Regulation and Competition Policy

Tortajada, Cecilia. 2006. Who Has Access to Water? Case Study of Mexico City Metropolitan Area. Human Development Report Office