Kelarutan Aspal

6
2. TUJUAN PERCOBAAN Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kadar bitumen yang larut dalam karbon tetra klorida (bensin). 3. PERALATAN a. Labu Erlenmeyer b. Corong c. Kertas Penyaring d. Neraca Analitik dengan kapasitas (200+0,001) gram e. Karbon Tetra Klorida ( digantikan dengan bensin) f. Batang Pengaduk g. Gelas Ukur 4. BENDA UJI Ambil contoh bitumen yang telah dikeringkan di bawah suhu penguapan air, sebanyak ± 2 gram. 5. PROSEDUR a. Timbanglah gelas ukur (A). b. Benda uji dimasukkan ke gelas ukur, kemudian ditimbang (B). c. Kertas penyaringan yang akan digunakan ditimbang (C). d. Masukkan bensin ke dalam gelas ukur hingga 1/3 tinggi gelas ukur, dan diaduk perlahan-lahan hingga melarutkan benda uji. e. Larutan bitumen disaring dengan cara menuangkan ke dalam erlenmeyer melalui corong yang di atasnya diletakkan kertas penyaring. f. Setelah kertas penyaring kering, ditimbang (D). NAMA : DEWI ELVIRA KELARUTAN BITUMEN DALAM KARBON TETRA KLORIDA HAL : NIM : 110424005

Transcript of Kelarutan Aspal

Page 1: Kelarutan Aspal

2. TUJUAN PERCOBAAN

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kadar bitumen yang larut dalam karbon

tetra klorida (bensin).

3. PERALATAN

a. Labu Erlenmeyer

b. Corong

c. Kertas Penyaring

d. Neraca Analitik dengan kapasitas (200+0,001) gram

e. Karbon Tetra Klorida ( digantikan dengan bensin)

f. Batang Pengaduk

g. Gelas Ukur

4. BENDA UJI

Ambil contoh bitumen yang telah dikeringkan di bawah suhu penguapan air, sebanyak ± 2

gram.

5. PROSEDUR

a. Timbanglah gelas ukur (A).

b. Benda uji dimasukkan ke gelas ukur, kemudian ditimbang (B).

c. Kertas penyaringan yang akan digunakan ditimbang (C).

d. Masukkan bensin ke dalam gelas ukur hingga 1/3 tinggi gelas ukur, dan diaduk perlahan-

lahan hingga melarutkan benda uji.

e. Larutan bitumen disaring dengan cara menuangkan ke dalam erlenmeyer melalui corong

yang di atasnya diletakkan kertas penyaring.

f. Setelah kertas penyaring kering, ditimbang (D).

NAMA : DEWI ELVIRA KELARUTAN BITUMEN DALAM KARBON TETRA KLORIDA

HAL :NIM : 110424005

Page 2: Kelarutan Aspal

6. PERHITUNGAN

Berat benda uji tanpa air dikurangi berat zat yang tidak larut dalam bensin.

Kadar kelarutan =

( B−A )−( D−C )( B−A )

X 100 %

Dari hasil percobaan didapat hasil sebagai berikut:

Berat Aspal ± 2 gram.

Pemeriksaan Notasi Berat (gram)

Berat Tabung Erlenmeyer

Berat Tabung Erlenmeyer + Benda uji

Berat Kertas Saring

Berat Kertas Saring + Endapan

A

B

C

D

94,472

98,602

0,451

0,464

Dengan menggunakan rumus di atas, maka diperoleh hasil:

Kadar kelarutan =

( B−A )−( D−C )( B−A )

X 100 %

=

(98 , 602−94 , 472 )−(0 ,464−0 , 451)( 98 ,602−94 , 472 )

X 100 %

= 99,685 %

7. KESIMPULAN

1. Berdasarkan SNI-06-2438-1991 kadar kelarutan bitumen 99%.

2. Dari hasil percobaan yang dilakukan diperoleh kadar kelarutan 99,685%.

3. Asphalt baik digunakan untuk bahan perkerasan.

8. APLIKASI

1. Digunakan dalam pencampuran Marshall Test.

2. Hasil pengujian ini dapat digunakan untuk pengendalian mutu bahan aspal yang

digunakan pada perkerasan jalan.

Page 3: Kelarutan Aspal

NAMA : DEWI ELVIRA KELARUTAN BITUMEN DALAM KARBON TETRA KLORIDA

HAL :NIM : 110424005

9. REFERENSI

1. Laporan Praktikum Jalan Raya Fakultas Teknik Sipil USU.

2. Buku Pedoman Pratikum Jalan Raya Jurusan Teknik Sipil.

3. Asisten Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik Sipil USU.

Page 4: Kelarutan Aspal

NAMA : DEWI ELVIRA KELARUTAN BITUMEN DALAM KARBON TETRA KLORIDA

HAL :NIM : 110424005

KELARUTAN BITUMEN DALAM KARBON TETRA KLORIDA

(PA – 0305 – 76)

(AASHTO T – 44 – 81)

(ASTM D – 2042 -97)

1. TEORI

Bitumen adalah zat perekat (cementitious) berwarna hitam atau gelap, yang dapat

diperoleh di alam ataupun sebagai hasil produksi. Bitumen terutama mengandung senyawa

hidrokarbon seperti aspal, tar, atau  pitch. Aspal adalah suatu bahan bentuk padat atau

setengah padat berwarna hitam sampai coklat gelap, bersifat perekat (cementitious) yang akan

melembek dan meleleh bila dipanasi, tersusun terutama dari sebagian besar bitumen yang

kesemuanya terdapat dalam bentuk padat atau setengah padat dari alam atau dari hasil

pemurnian minyak bumi, atau merupakan campuran dari bahan bitumen dengan minyak bumi

atau derivatnya. Tar adalah material berwarna coklat atau hitam, berbentuk cair atau semi

padat, dengan unsur utama bitumen sebagai hasil konsedat dalam destilasi destruktif dari

batubara, minyak bumi, atau material organik lainnya. Pitch didefinisikan sebagai material

perekat (cementitious) padat , berwarna hitam atau coklat tua, yang berbentuk cair jika

dipanaskan. Pitch diperoleh sebagai residu dari destilasi fraksional tar. Tar dan pitch tidak

diperoleh di alam, tetapi merupakan produk kimiawi.

Dari ketiga material pengikat di atas, aspal merupakan material yang umum digunakan

untuk bahan pengikat agregat, oleh karena itu seringkali bitumen disebut pula sebagai aspal.

Aspal merupakan bahan perekat termoplastis, yaitu pada suhu ruang bersifat keras atau padat

tetapi akan menjadi plastis atau encer apabila temperaturnya dinaikkan, dan akan menjadi

keras kembali apabila suhunya diturunkan.

Page 5: Kelarutan Aspal

NAMA : DEWI ELVIRA KELARUTAN BITUMEN DALAM KARBON TETRA KLORIDA

HAL :NIM : 110424005