kel 9.doc
-
Upload
sari-sistyawati-rahayu -
Category
Documents
-
view
222 -
download
0
Transcript of kel 9.doc
BIVALVIA PADA PANTAI
Disusun Oleh :
1. Afiah Nasution 260101141400532. Retno Wahyuningsih 260101141200233. Rijon Napitupulu 260101141200224. Afiah Nasution 260101141400535. Shintia Nurul Fatima 260101141400546. Tasya Rachmanita 260101121400297. Fathul Aziz H 26010112130088
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGOROSEMARANG2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keanekaragaman fauna yang dimiliki negara Indonesia menjadikan banyaknya
pengelompokan spesies-spesies sejenis dalam satu phylum. Didalam phylum terdapat class-
class yang mendominasinya. Phylum terbesar yang berada di Indonesia adalah moluska.
Moluska memiliki 3 class yang penyebarannya terbesar dan bernilai ekonomos tinggi, yaitu
bivalvia, gastropoda, dan cephalopoda. Dari ketiga class tersebut jumlah terbanyak adalah
pada class bivalvia. Bivalvia ini mencangkup semua kerang-kerangan memiliki sepasang
cangkang (nama “bivalvia” berarti dua cangkang). Nama lainnya adalah Limellibranchia,
pelecypoda, atau bivalvia. Bivalvia memiliki dua keping atau belahan yaitu belahan sebelah
kanan dan kiri yang disatukan oleh engsel bersifat elastis yang disebut ligamen dan
mempunyai satu ataau dua otot adductor dalam cangkangnya yang berfungsi untuk membuka
dan menutup kedua cangkang tersebut. Untuk membedakan belahan kanan dan kiri cangkang
terkadang mengalami kesulitan, hal ini bisa terjadi pada bivalvia yang hidup menempel pada
benda keras misalnya karang. Habitat pada masing-masing bivalviapun beragam, mulai dari
menempel padabenda keras, substrat atau lumpur, pasir, ekosistem pantai, mangrove, lamun,
karang, dan pada perairan dalam.
1.2 Rumusan Masalah
1. Definisi habitat pantai dan faktor yang mempengaruhinya?
2. Sistem pencernaan dan reproduksi bivalvia pada pantai?
3. Perbedaan bivalvia pada pantai dengan ekosistem yang lain serta nilai ekonmis dari
bivalvia pantai?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui dan mempelajari siklus hidup bivalvia yang berhabitat diwilayah pantai
serta mengetahui nilai ekonomis dan gizi yang terdapat pada bivalvia yang hidup diwilayah
pantai.
BAB II
PEMBAHASAN
1.2 Definisi dan faktor yang mempengaruhi
Ekosistem perairan pesisir pantai Indonesia merupakan kawasan yang akhir-akhir ini
mendapat perhatian cukup besar dalam berbagai kebijaksaan dan perencaan pembangunan
diIndonesia. Menyatakan bahwa secara empiris wilayah pesisir merupakan tempat aktivitas
ekonomi yang mencangkup perikanan laut, transportasi dan pelabuhan, pertambangan,
kawasan industri, agribisnis dan agroindustri, rekreasi dan pariwisata, kawasaan pemukiman
dan tempat pembuangan limbah. Intertidal merupakan wilayah peralihan antara ekosistem
laut dan ekosistem darat (terestrial). Sebagai wilayaah peralihan maka intertidal merupakan
wilayaah yang sangat menekan baik bagi organisme terestrial maaupun organisme laut.
Hanya organisme yang memiliki kemampuan adaptasi terhadap tekanan akibat perubahan
fisik dan kimia ligkungan intertidal yang dapat menghuni wilayah ini. Wilayah intertidal
secara periodik akan mengalami perubahan yang mendasar sebagai sebuah ekosistem
peralihan. Aktivitas pasang air laut yan periodik berlangsung dua kali dalam sehari semalam.
Menyebabkan daerah intertidal mengalami perubahan sebanyak dua kali dalam sehari
semalam sebagai ekosistem daratan dan lautan. Aktivitas pasang air laut yang terjadi pada
siang yang terik menyebabkan intertidal menjadi wilayah daratan yang terbuka dan panas
atau sebaliknya aktivitas pasang yang terjadi pada saat turun hujan deras menyebabkan
intertidal menjadi wilayah laut dengan kadar salinitas yang rendah karena bercampurnya air
hujan. Tekanan-tekanan fisik di atas secara langsung akan menyebabkan perubahan pada
parameter kimia intertidal, dan hanya organisme dengan adaptasi tertentu yang mampu hidup
didaerah intertidal.
Bivalvia merupakan salah satu dari 5 anggota dari fillum Moluska yang memiliki nilai
ekonomis. Bivalvia (pelecypoda) terdiri dari clams, mussels, oyster dan scallops. Sejumlah
dari mereka merupakan kerang-kerangan komersil yang penting. Bivalvia memiliki dua
keping cangkang yang setangkup. Diperkirakan terdapat 1000 jenis yang hidup diperairan
indonesia. Cangkang bivalvia berfungsi untuk melindungi diri dari lingkungan dan predator
serta sebagai tempat melekatnya otot. Cangkang bivalvia merupakan engsel secara dorsal dan
terbuka disetiap katup margin setiap terbuka. Bivalvia bernafas menggunakan ingsang yang
terdapat dirongga mantel dan memperoleh makanan dengan menyaring partikel-partikel yang
terdapat didalam air. Dari semua anggota moluska, bivalvia lebih dikategorikan sebagai
deposit feeder ataupun suspension feeder.
Faktor yang mempengaruhi persebaran bivalvia pada pantai ialah:
1. Suhu
2. Salinitas
3. DO
4. Tipe substrat
2.2 sistem pencernaan dan reproduksi bivalvia pantai
Habitat lepas pantai adalah wilayah perairan sekitar pulau yang kedalamannya 20-40
meter. Jenis bivalvia yang ditemukan didaerah ini seperti: Plica sp, Chalamis sp, Amussium
sp, Pleuronectus sp, Malleu albus, Solia sp, Pinctada maxima sp.
a. Sistm pncernaan
Sistem pencernaan dimulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus dan akhirnya
bermuara pada anus. Anus ini terdapat disaluran yang sama dengan saluran untuk
keluarnya air. Sedangkan makanan golongan hewan kerang ini adalah hewan-hewan
kecil yang terdapat dalam perairan berupa protozoa diatom dll. Makanan ini dicerna
dilambung dengan bantuan getah pencernaan dan hati. Sisa-sisa pencernaan
dikeluarkan melalui anus.
b. Sistem reproduksi
Pembuahan dilakukan secara eksternal, sel telur yang telah matang akan dikeluarkan
dari ovarium kemudian masuk dalam ruangan suprabranchial , disini terjadi
pembuahan oleh sperma yang dilepaskan oleh hewan jantan. Telur yang telah dibuahi
berkembang menjadi larva, selanjutnya larva akan keluar dari indukya dan menempel
pada ikan sebagai parasit, lalu menjadi kista, setelah beberapa hari keluarlah sebagai
moluska.
2.3 Perbedaan ekosistem pantai dengan yang lain dan nilai gizi bivalvia pantai
Pada umumnya jenis bivalvia yang hidup di ekosistem pantai memiliki cangkang
yang lebih besar dan kokoh daripada bivalvia yang hidup di ekosistem lainnya. Hal ini
dikarenakan pada daerah pantai terjadi pasang surut sehingga bentuk cangkang dari bivalvia
pantai merupakan adaptasi morfologi agar mereka tetap dapat bergerak. Selain itu, faktor
lingkungan seperti suhu, salinitas, TSS, dan pH juga dapat memengaruhi keberadaan bivalvia
pada tiap ekosistem.
Kondisi suatu perairan dapat dinilai dengan berbagai metode dan berbagai sudut
pandang. Pendugaan kondisi perairan dapat dilakukan berdasarkan sifat fisika kimia air
maupun berdasarkan data biotik penghuni perairan tersebut. Sifatsifat ini akan saling
berinteraksi dan saling mempengaruhi satu sama lain secara kompleks, sehingga kondisi fisik
dan kimiawi akan mempengaruhi kondisi biotik demikian juga sebaliknya, bahwa kondisi
biotik juga dapat mempengaruhi kondisi fisik dan kimiawi suatu perairan (Tobing, 2009).
Kerang telah dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, baik secara ekologi,
ekonomi, maupun kepentingan lainnya. Secara ekologi, kerang memiliki peranan yang
penting dalam suatu ekosistem dan menjadi salah satu elemen yang tidak terpisahkan dari
rantai makanan yang ada di perairan. Selain itu, kerang juga dapat digunakan sebagai
indikator dari suatu kondisi lingkungan. Secara ekonomi, kerang telah dikenal sebagai
sumber makanan yang lezat dan bergizi. Selain itu, cangkangnya juga dapat digunakan untuk
hiasan atau pernak-pernik (Mikkelsen dan Henne, 2011).
Salah satu jenis bivalvia pantai yang bernilai ekonomis dan juga non ekonomis yaitu
Kerang Manis (Gafrarium tumidum). Kerang manis merupakan salah satu jenis makanan
hasil laut yang digemari masyarakat karena rasanya yang lezat dan juga memiliki kandungan
gizi tinggi. Di kawasan pesisir Maluku, kerang manis dimanfaatkan oleh penduduk sekitar
sebagai salah satu sumber makanan alternatif selain ikan, terutama pada saat musim ombak
dimana ikan sulit didapat. Selain itu dari segi non ekonomis dapat dilihat dari perannya di
lingkungan. Seperti bivalvia pada umumnya, kerang manis dapat menjadi bio indikator
lingkungan karena kemampuannya yang mampu menyerap logam-logam berat di perairan.
Bivalvia merupakan makanan yang umum untuk dikonsumsi dikalangan masyarakat.
Selain memiliki cita rasa yang enak bivalvia juga memiliki kadungan gizi yang banyak dan
baik untuk dikonsumsi. Secara umum bagian tubuh pada bivalvia yang bisa dimakan adalah
dagingnya. Daging bivalvia terdapat dalam cangkangnya yang keras. Adapun kandungan gizi
pada bivalvia :
KOMPONEN NILAI SATUAN
PROTEIN 7,82 %
KARBOHIDRAT 66,887 %
HDL 6 Mg/dl
LEMAK 6,82 %
KOLESTEROL 10 Mg/dl
Berdasarkan tabel diatas kandungan karbohidrat, kolesterol dan lemak cukup tinggi
dibandingkan dengan yang lain. Hal ini memiliki arti bahwa kandungan terbanyak bivalvia
adalah karbohidrat, kolesterol dan lemak.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan Bivalvia adalah salah satu class dari fillum moluska yang sangat berpegaruh
bagi ekosistemnya. Bivalvia satu dengan yang lain dibedakan dengan habitatnya. Habitat yang ditempati bivalvia diantaranya yaitu pada pantai, prairan dalam, karang, lamun, mangrove, menempel , pada substrat dan pasir. Hal ini terjadi karena adanya faktor yang mempengaruhi persebaran bivalvia tersebeut yaitu suhu, salinitas, DO dan tipe substrat.
3.2 Saran-saran1. Sebaiknya bivalvia yang berhabitat dimana saja dijaga kelestariaan dan jangan
sampai terjadi blooming akibat kelimpahannya dalam suatu habitat tersebut2. Sebaiknya dalam pemanfaatan bivalvia jenis apapun harus diperhatikan
kelestariaannya dan keamanannya dalam mengomsumsi secara berkelanjutan mengingat begitu peningnya peran bivalvia dalam perairan
DAFTAR PUSTAKA
Padjdjaran Nontji Anugerah, 2007. Laut Nusantara. Penerbit : Djambatan
Mikkelsen PM, Henne R. 2011.The Teacher-Friendly Guide to Evaluation Using Bivalves as aModel Organism. The Paleontological Research Instution 1259 Trumansburg Road Ithaca, New York
Satino,tth, struktur komunitas bivalvia di daerah intertidal pantai krakal yogyakarta
Sjafaraenan.,SuryaniAs’ad. ,EddySoekendarsi. 2014.Kandunganzatgizikerangsemelesp yang berasaldariperairankabupatenmuna, Sulawesi tenggara.
Suwondo, elya febrita dan nurida siregar,2012. kepadatan dan distribusi bivalvia pada mangrove di pantai cermin kabupaten serdang bedagai provinsi sumatra utara . Universitas Riau Pekanbaru
Tobing, L.S.2009.Kondisi Perairan Pantai Sekitar Merak Berdasarkan Indeks Keanekaraagaman Jenis Benthos.vol 2(2)