MAKALAH EMG 4 kel 10.doc
-
Upload
tiara-rahmawati -
Category
Documents
-
view
87 -
download
6
Transcript of MAKALAH EMG 4 kel 10.doc
03007240 Shisca Purnamasari
03008010 Agra Cesarienne Pradito
03008030 Anggun Retnita
03008040 Arini Nurlela
03008060 Billy Susanto
03008070 Christy Suryandari
03008120 Herliana Widyantari
03008180 Nikita Rizki Arimami
03008200 Rara Amourra Arviolla
03008210 Ririn Aprilya Anggela
03008220 Selvi Annisa
03008240 Tiara Rahmawati
03008250 Vida Rahmi Utami
2
BAB I
PENDAHULUAN
Pada diskusi keempat modul organ endokrin, metabolik, dan gizi dengan judul
“Seorang Laki-laki yang Tiba-tiba Kesadarannya Menurun” terbagi dalam dua sesi.
Pada sesi pertama, diskusi dibimbing oleh dr. H. Sajuti Jandifson, MS. selaku tutor.
Diskusi sesi pertama berlangsung pada hari Selasa, 29 Maret 2011 pada pukul 08.00-
10.00. Diskusi pada sesi pertama dihadiri oleh 12 anggota kelompok diskusi dari
jumlah 13 orang peserta, dimana diskusi dipimpin oleh Anggun Retnita sebagai ketua
dan Tiara Rahmawati selaku sekretaris.
Pada sesi kedua yang berlangsung pada hari Kamis, 31 Maret 2011, diskusi
masih tetap dibimbing oleh dr. H. Sajuti Jandifson, MS. selaku tutor. Diskusi sesi
kedua ini dihadiri oleh seluruh anggota kelompok diskusi yang berjumlah 13 orang
peserta, dimana diskusi dipimpin oleh Anggun Retnita sebagai ketua dan Arini
Nurlela selaku sekretaris.
4
BAB II
LAPORAN KASUS
Kasus Tn. Halim (50 tahun) :
Tn. Halim, 50 tahun diaantar keluarganya ke IGD RS tempat saudara bekerja sebagai
dokter Instalasi Gwat Darurat karena tadi pagi ditemukan dalam keadaan tidak
sadarkan diri di tempat tidurnya. Tn. Halim tidak menikah dan tinggal serumah
dengan ibunya. Ayahnya meninggal dunia 3 tahun yang lalu karena stroke. Menurut
keterangan ibunya, Tn. Halim selama ini jarang berobat ke dokter. Walaupun akhir-
akhir ini sering terdengar batuk-batuk.
Tetapi sejak 2-3 minggu terakhir Tn. Halim mengeluh tangannya gatal hingga sering
digaruk-garuk. Akibatnya tangannya menjadi lecet-lecet, 2 hari sebelum ditemukan
pingsan, Tn. Halim pergi ke sebuah klinik 24 jam dan diberi obat glibenclamid,
amoxycillin, amlodipin dan salep kulit. Tn. Halim menceritakan kepada ibunya bahwa
dokter di klinik itu mengatakan bahwa ia menderita tekanan darah tinggi dan mungkin
menderita kencing manis.
Ia dianjurkan jangan banyak makan, terutama gula, garam, dan nasi. Ia pun diberi
surat pengantar untuk melakukan beberapa pemeriksaan laboratorium, tetapi hingga
hari ini belum dilakukannya.
Pada pemeriksaan awal didapatkan :
Tn. Halim dalam keadaan soporo koma (GCS 7), kulitnya lembab dan dingin.
- Suhu : 36,3 °C
- Pernafasan : 18x/m, reguler
5
- Nadi : 100x/m
- TD : 150/80 mmHg
- TB : 168 cm
- BB : 74 kg
Kasus Tn. Halim (50 tahun) lanjutan:
Dari anamnesis lanjutan diketahui bahwa Tn.Halim malam sebelumnya menelan
glibenklamid 4 tablet,amoxyxilin 4 tablet, amilodipine 2 tablet.
Saat ditemukan,Tn Halim dalam keadaan mengorokdan tidak dapat dibangunkan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
Kelenjer tiroid dan kelenjar getah bening leher tidak membesar. Kaku kuduk (-).
Jantung tidak ada kelainan.
Paru: terdengar ronkhi basah halus di paru kanan atas
Abdomen: Hepar dan lien tak teraba
Pemeriksaan laboratorium didapatkan:
Hb: 16 gr%
HbA1c: 8,5%
Leukosit: 9300/mmHg
Trombosit: 212.000/mm3
SGOT: 42 u/L
SGPT: 65 u/L6
PEMBAHASAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Tn. Halim
Usia : 50 Tahun
Jenis Kelamin : Pria
Status : Tidak menikah
Alamat : -
Pekerjaan : -
Keluhan utama
Kesadaran menurun secara tiba-tiba
Riwayat penyakit sekarang
Tadi pagi ditemukan dalam keadaan tidak sadarkan diri di tempat tidurnya.
Saat ditemukan dalam keadaan mengorok dan tidak dapat dibangunkan.
Akhir-akhir ini sering terdengar batuk-batuk.
Sejak 2-3 minggu terakhir mengeluh tangannya gatal hingga sering di garuk-
garuk dan menjadi lecet.
Dokter di klinik tempat ia berobat mengatakan bahwa ia menderita hipertensi
dan mungkin menderita kencing manis.
Riwayat penyakit keluarga
Ayah meninggal dunia 3 tahun yang lalu karena stroke
8
Riwayat Pengobatan
Ia jarang berobat ke dokter
Dua hari sebelum ditemukan pingsan ia mendapat obat Glibenclamid,
Amoxycillin, Amlodipin, dan salep kulit.
Ia dianjurkan jangan banyak makan, terutama gula, garam, dan nasi.
Pada malam sebelumnya menelan glibenclamid 4 tablet, amoxycillin 4 tablet,
amlodipin 2 tablet.
Riwayat Kebiasaan
Bagaimanakah gaya hidup pasien? (Pola makan, olahraga, konsumsi alcohol,
dll)
Pada pemeriksaan awal ditemukan
Keadaan umum : tidak sadarkan diri
Kesadaran : Soporo koma
Tanda Vital
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi Hasil
Suhu 36,30C 36,5 – 37,6 0C Sedikit dibawah
normal
Tekanan darah 150/80 mmHg 120/80 mmHg Hipertensi stage I
(Isolated Sistolic
Hipertension)
Nadi 100 x/m 60 – 100 x/m Normal, batas atas
Respiration rate 18 x/m 16 – 20 x/m Normal
9
Reguler
Dari pemeriksaan fisik didapatkan:
- Lecet-lecet di tangan
- Kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening tidak teraba
- Kaku kuduk(-)
- Jantung tidak ada kelainan
- Paru: terdengar ronkhi basah halus di paru kanan atas
- Abdomen: Hepar dan lien tidak teraba
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi Hasil
Hb 16 g/dl 12-16 g/dl Normal
HbA1C 8,5% 4-6,7% Meningkat
Trombosit 212.000/mm3 150.000-450.000/mm3 Normal
SGOT 42 u/L 5-40 u/L Meningkat
SGPT 65 u/L 5-41 u/L Meningkat
Ureum 40 mg/dl 15-40 mg/dl Normal
Kreatinin 1,2 mg/dl 0,5-1,5 mg/dl Normal
GDS 29 mg/dl < 140 mg/dl Menurun
Leukosit 9.300/mm3 5.000-10.000 /mm3 Normal
Na 128 meq/l 135meq/l Menurun
K 3,1 meq/l 3,5-5,5meq/l Menurun
LED 80mm/jam 10 mm/jam Meningkat
10
Berdasarkan pada data hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang dari kasus tersebut, didapatkan beberapa masalah yang dialami oleh
pasien:
Masalah Dasar Pemikiran Hipotesis Penyebab
Penurunan kesadaran - Keadaan soporo coma dengan
GCS 7
- Hipoglikemia
Hipoglikemi (saat
ini)
- GDS: 29 mg/dl
- Kulit yang dingin dan lembab
- Penggunaan obat
hiperglikemi dengan
dosis berlebihan
(Glibenklamid)
Suspect Diabetes
Melitus
- HbA1C : 8,5%
- Gatal-gatal
- Pola makan
Hipertensi (isolated
hipertensi)
Tekanan darah 150/80 mmHg - Gaya hidup
- Overweight
- Genetic
Obesitas (stage 1) BMI = 26,2 - Gaya hidup
- Pola makan
Suspek Pneumonia
aspirasi
- batuk-batuk
- terdapat ronkhi basah halus di
paru kanan atas
- LED: 80mm/jam
- Penurunan imunitas
(akibat Diabetes
Melitus)
- Usia tua merupakan
factor risiko
Gangguan enzim
hati
SGOT dan SGPT meningkat Efek samping obat
Glibenklamid
Gangguan elektrolit Kalium = 3,1 meq/l
Natrium = 128 meq/l
- Penggunaan obat
Glibenclami
- Diet
11
Patofisiologi
Penurunan kesadaran secara tiba-tiba pada pasien ini disebabkan oleh pemakaian
obat hiperglikemia yaitu Glibenklamid yang dosisnya berlebihan. Obat ini
merangsang sekresi insulin pada sel-sel beta Langerhans. Pada kelebihan insulin,
jumlah glukosa yang dimasukkan ke dalam jaringan yang tergantung insulin lebih
banyak. Sehingga jumlah glukosa yang ada di darah semakin berkurang, yang
menyebabkan jaringan-jaringan yang tidak tergantung insulin seperti otak tidak
mendapatkan asupan glukosa yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhannya.
Dengan demikian, hal ini dapat menimbulkan berbagai gejala yang berkaitan dengan
fungsi otak seperti penurunan kesadaran bahkan kematian. Kondisi ini akan
diperparah pada saat pasien tidur, karena pada saat tidur pasien tidak menkonsumsi
makanan selingan sehingga jumlah glukosa yang ada di dalam darah jumlahnya akan
lebih berkurang.
Selain itu, pemakaian Glibenklamid ini juga menimbulkan efek samping
gangguan enzim hati dan peningkatan berat badan. Gangguan enzim dibuktikan
dengan peningkatan kadar enzim hati pada pemeriksaan laboratorium, dan
peningkatan berat badan pada pasien ini juga dapat disebabkan oleh pemakaian obat
ini. Obat golongan sulfonylurea berikatan dengan reseptor sulfonylurea di ATP
sensitive K+ chanel di membrane sel beta, K+ chanel tertutup, menghambat efflux K+,
K+ ekstrasel turun.
Sewaktu membrane mulai mengalami depolarisasi ke arah ambang akibat adanya
kejadian pencetus, sebagian dari saluran Na membuka. Karena baik gradient
konsentrasi maupun gradient listrik Na mendorong perpindahan Na ke dalam sel, Na
mulai masuk ke dalam sel membawa muatan positif bersamanya. Hal ini
12
menyebabkan depolarisasi membrane lebih jauh sehingga membuka lebih banyak
saluran Na dan memungkinkan lebih banyak Na yang masuk.
Pasien ini menderita DM tipe2. Pada DM tipe 2 terdapat resistensi insulin
sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel. Hal ini menyebabkan sel-sel di
dalam tubuh yang tergantung insulin tidak dapat menghasilkan energi sehingga pasien
ini merasa lemas. Dengan demikian pusat makan di otak akan dirangsang sehingga
mengakibatkan pasien ini akan terus-menerus merasa lapar sehingga banyak makan
(polifagi). Selain itu gula darah yang meningkat akan menyebabkan peningkatan
tekanan osmotik di dalam darah sehingga akan menarik cairan intrasel keluar dan
volume cairan ekstrasel meningkat. Hal ini mengakibatkan terjadinya poliuri dan
dehidrasi intrasel. Dehidrasi ini menyebabkan kulit pasien menjadi kering. Kulit
kering ini akan merangsang histamin keluar sehingga terjadi gatal-gatal.
Pada DM tipe 2 ini juga terjadi penurunan imunitas tubuh karena gula yang
banyak di darah merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman sehingga
mudah terjadi infeksi sekunder terutama pada cavum oris, anal, genital ,kulit, dan
paru. Pada pasien ini kami mencurigai telah terjadi infeksi sekunder pada paru-paru
berdasarkan keluhan batuk-batuk, ditemukan ronkhi basah halus pada pemeriksaan
fisik, dan ditemukan LED meningkat pada pemeriksaan laboratorium.
Stridor (sonorous rhoncus) yaitu suara yang akan terdengar bilamana ada
segumpal dahak atau penyebab obstruksi intraluminer lain berada dalam bronkus
besar/ trakea/laring, tentunya semakin besar makin besar gumpalan dahak ataupun
penyebab obstruksi serta makin besar saluran napas, makin keras/ kasar pula bunyi
ini, sehingga tanpa stetoskop dapat didengar. Pada pasien ini penyebab stridor yang
paling mungkin ialah tertutupnya saluran pernapasan oleh lidah pasien yang karena
13
Genetik & Faktor resiko
( Usia, obesitas, gaya hidup)
Lipolisis ↑
Glukoneogenesis ↑
Immunitas ↓
Suspect pneumonia
aspirasiglibenklamid
hipoglikemi
Penurunan kesadaran
Insulin naik
Gangguan fungsi hati
SGOT dan SGPT
meningkat
hipokalemi hiponatremiami
DIABETES MELITUS
kondisi paien yang jatuh dalam keadaan tidak sadarkan diri. Pada keadaan ini, seluruh
otot menjadi lemas, termasuk lidah.
Pada penatalaksanaan, terlebih dahulu ditetapkan bahwa pada pasien diperlukan
rawat inap. Pertama-tama, atasi dahulu hipoglikemia yang terjadi pada pasien. Jika
pasien telah sadar, penatalaksanaan tetap dilanjutkan. Tatalaksana tersebut seperti di
bawah ini:
14
Hipoglikemia
SADAR TIDAK SADAR
- Beri larutan gula murni 20-30 gram
- Minum gula-gula ( bukan pemanis pengganti gula tau gula diet/gula diabetes)
- Obat DM stop sementara
- Pantau glukosa darah
- Pertahankan GD~200mg/dL (apabila sebelumnya tak sadar)
- Suntikan 50 cc Dx 40% bolus ( atau glukoagon 0,5-1 mg iv/im, bila penyebabny insulin)
- Infus Dx 10% 6 jam/kolf
- Pantau GD tuap ½ jam
BELUM SADAR
GD masih <100mg/dL ulangi suntik 50 mL Dx 40%Pantau GD tiap 1/2jam
BELUM SADAR
Ulangi suntik 50 mL Dx 40 %Pantau GD tiap 1/2jam
BELUM SADAR ~200mg/dl
Suntikan hidrokortison 100mg per 4 jam selama 12 jam atau Deksametason 10 mg iv bolus dilanjutkan 2 mg tiap 6 jam dan Manitol iv 1,5-2 g/kgBB setiap 6-8jam.Cari penyebab lain kesadaran menurun
15
Setelah hipoglikemia teratasi, lanjutkan dengan 4 pilar penatalaksanaan DM sbb:
1. Edukasi.
- Penyakit ini tidak dapat disembuhkankan hanya bisa dikendalikan
- Pengobatan seumur hidup
- Perjalanan penyakitnya berjalan terus, akan tetapi diperlambat dengan terapi
yang dianjurkan oleh dokter. Terapi harus dijalankan sesuai anjuran dan
ukuran yang telah ditentukan oleh dokter.
- Edukasi diberikan kepada pasien dan keluarga terdekat
2. Terapi gizi medis
Dengan mengatur diet yang sesuai dengan pasien ini yaitu dengan mengetahui
jumlah kalori yang dibutuhkan untuk mencapai berat badan ideal. Jika perlu
pasien dikonsulkan ke ahli gizi.
BB ideal = TB-100-(10% x (TB-100)) = 68-6,8 = 61,2 kg
BMR= 61,2 x 30 = 1836 kalori
Umur >40tahun = (-5%xBMR) = 1836-91,8 = 1744,2
Aktivitas ringan= (+10%xBMR) = 1744,2+183,6 = 1927,8
BB gemuk = (-20%x BMR) =1927,8-367,2 = 1560,6
Maka, kalori yang dibutuhkan adalah 1560,6 kalori
Disarankan porsinya: - Makan pagi
- Makan selingan pagi
- Makan siang
- Makan selingan siang
- Makan malam
- Makan selingan malam
3. L atihan jasmani
16
Semua macam latihan yang memenuhi program CRIPE
- Continiuous
Latihan harus berkesinambungan dan dilakukan terus menerus tanpa
berhenti.contoh: bila dipilih joging 30 menit,maka selama 30 menit,maka
selama 30 menit pasien melakukan joging tanpa istirahat
- Rythmical
Latihan olah raga harus dipilih yang berirama,yaitu otot-otot berkontraksi
dan relaksasi secara teratur. Contoh: jalan kaki, joging, berlari, bersenang,
bersepeda, mendayung
- Interval
Latihan dilakukan selang-seling antara gerak cepat dan lambat. Contoh:
jalan cepat diselingi jalan lambat, jogging diselingi jalan
- Progressive
Latihan dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan dari intensitas
ringan sampai sedang hingga mencapai 30-60menit
- Endurence
Latihan daya tahan untuk meningkatkan kemampuan
kardiorespirasi,seperti jalan,jogging,berenang dan bersepeda.
4. Obat-obatan
Contohnya: Metformin
Rencana tata laksana yang akan dilakukan juga meliputi upaya diagnostik
lanjutan. Beberapa hal dapat dilakukan untuk menegakkan diagnostik secara pasti.
antara lain:
17
1. Foto thorax
Untuk mengetahui diagnosis pasti dari pneumonia aspirasi. Hasil yang
diharapkan adalah adanya gambaran infiltrate pada segmen paru unilateral
yang dependen yang mungkin disertai kavitas dan efusi pleura. Lokasi
tersering adalah lobus kanan dan/atau lobus atas.
2. Profil lipid
Untuk mengetahui adanya hiperlipidemia atau tidak pada pasien ini. Dan
pasien ini memiliki factor keturunan penyakit stroke.
Prognosis
Ad vitam: Dubia ad bonam
Ad sanationam: Dubia ad bonam
Ad fungsionam: Dubia ad malam
18
BAB III
PEMBAHASAN
Secara umum, pandangan yang dapat diberikan pada kasus diskusi yang
disajikan adalah cukup baik. Dari ketersediaan informasi pada kasus yang disajikan
cukup lengkap, tetapi akan lebih baik apabila disertai dengan keterangan lebih lanjut
mengenai riwayat penyakit dahulu pada pasien. Untuk kesesuaian antara data dalam
kasus dengan data dalam literatur yang digunakan sudah sesuai, baik ditinjau dari
keluhan subjektif, faktor resiko, kelainan fisik yang ditemukan, dan hasil pemeriksaan
laboratorium yang diberikan.
19
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Silbernagl S, Lang F. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta: EGC ;
2006.
2. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem: Organ endokrin perifer.
Jakarta: EGC ; 2001.
3. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadhibrata MK, Setiati S, dkk. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Ed 4. Jilid 3. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI ; 2006.
4. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadhibrata MK, Setiati S, dkk. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam – Pneumonia Bentuk Khusus. Ed 4. Jilid 2. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI ; 2006.
5. Danusantoso H. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Penerbit Hippokrates ;
1999.
6. Syarif A, Estuningtyas A, Setiawati A, Arif A, Bahry B, Suyatna FD, dkk.
Farmakologi dan TerapiUI. Ed 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Teraeutik
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ; 2009.
20
BAB V
PENUTUP
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa,
dosen pembimbing, dan teman-teman diskusi kelompok sepuluh yang telah bersama-
sama berpartisipasi dalam diskusi kasus kedua ini sehingga kami bisa menyusun
makalah diskusi ini sampai selesai. Dan tidak lupa pula kami memohon maaf sebesar-
besarnya apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini.
21