Kecemasan

20
CARA MENGUKUR TINGKAT KECEMASAN 1. Kecemasan Sensasi kecemasan sering dialami oleh hampir semua orang. Kecemasan pada tingkat tertentu dapat dianggap sebagai bagian dari respons normal untuk mengatasi masalah sehari-hari. Walaupun demikian, bila kecemasan ini berlebihan dan tidak sebanding dengan keadaan atau situasi, dapat dianggap sebagai hambatan dan menimbulkan masalah klinis. Kecemasan bukanlah suatu penyakit melainkan suatu gejala. Kebanyakan orang mengalami kecemasan pada waktu-waktu tertentu dalam kehidupannya. Biasanya, kecemasan muncul sebagai reaksi normal terhadap situasi yang sangat menekan dan berlangsung sebentar saja. Ada dua simptom kecemasan yaitu simptom fisiologis dan simptom psikologis. Simptom fisiologis berupa meningkatnya saraf simpatis seperti takikardia, sakit kepala, berkeringat, ketegangan otot, dan bruksism. Sedangkan simtom psikologis misalnya pada suasana hati dapat berupa mudah marah, ketidakmampuan duduk atau berdiri lama, perasaan sangat tegang, dan pada pikiran dapat berupa khawatir, sukar berkonsentrasi, pikiran kosong, membesar-besarkan ancaman, memandang diri sendiri sebagai sangat sensitif, merasa tidak berdaya. Tindakan penolakan pada pasien dapat berupa menghindari situasi, ketergantungan, ingin melarikan diri, dan

description

ANCIETAS

Transcript of Kecemasan

Page 1: Kecemasan

CARA MENGUKUR TINGKAT KECEMASAN

1. Kecemasan

Sensasi kecemasan sering dialami oleh hampir semua orang. Kecemasan pada tingkat

tertentu dapat dianggap sebagai bagian dari respons normal untuk mengatasi masalah sehari-

hari. Walaupun demikian, bila kecemasan ini berlebihan dan tidak sebanding dengan keadaan

atau situasi, dapat dianggap sebagai hambatan dan menimbulkan masalah klinis.

Kecemasan bukanlah suatu penyakit melainkan suatu gejala. Kebanyakan orang

mengalami kecemasan pada waktu-waktu tertentu dalam kehidupannya. Biasanya, kecemasan

muncul sebagai reaksi normal terhadap situasi yang sangat menekan dan berlangsung

sebentar saja.

Ada dua simptom kecemasan yaitu simptom fisiologis dan simptom psikologis.

Simptom fisiologis berupa meningkatnya saraf simpatis seperti takikardia, sakit kepala,

berkeringat, ketegangan otot, dan bruksism. Sedangkan simtom psikologis misalnya pada

suasana hati dapat berupa mudah marah, ketidakmampuan duduk atau berdiri lama, perasaan

sangat tegang, dan pada pikiran dapat berupa khawatir, sukar berkonsentrasi, pikiran kosong,

membesar-besarkan ancaman, memandang diri sendiri sebagai sangat sensitif, merasa tidak

berdaya. Tindakan penolakan pada pasien dapat berupa menghindari situasi, ketergantungan,

ingin melarikan diri, dan pada perilaku dapat berupa gelisah, gugup, kewaspadaan yang

berlebihan.

Sakit kepala akibat kecemasan

Page 2: Kecemasan

Tangan berkeringat akibat kecemasan

Ketegangan otot akibat kecemasan

Ketidakmampuan duduk lama

Page 3: Kecemasan

Bentuk ketegangan pasien

Bentuk penghindaran pasien terhadap perawatan

2. Mekanisme Kecemasan

Studi terbaru menunjukkan bahwa 3 bagian utama pada otak bertanggung jawab untuk

mengatur kecemasan. Prefrontal pada korteks serta amigdala dan hipotalamus pada

subkorteks. Subkorteks bertanggung jawab untuk memulai dan mengendalikan keadaan

kecemasan fisiologis dan fungsi homeostatis. Korteks bertanggung jawab terhadap stresor

dalam memahami, menafsirkan, memulai dan mengkoordinasikan keadaan.

Proses integrasi pada pusat otak dalam menangani stres dimulai dari korteks ketika

individu pertama kali merasakan stresor. Khususnya, prefrontal pada korteks yang terlibat

dalam evaluasi kognitif dari stresor kemudian menuju struktur subkortikal dan mengaktifkan

Page 4: Kecemasan

aktifitas otot (Gambar 7). Amigdala pada sistem limbik bertanggung jawab atas timbulnya

rasa takut. Sedangkan hipotalamus telah lama dikenal sebagai organ vital dalam mengatur

respons kecemasan dan bertanggung jawab untuk mengaktifkan sistem otonom dan sistem

endokrin. Hipotalamus menghubungkan antara kedua sistem tersebut.

Sistem aktifasi retikular23

Korteks mengontrol potensi otot rangka dan frekuensi gelombang otak. Frekuensi

gelombang beta dapat meningkat pada saat dibawah tekanan. Pada keadaan rileks, gelombang

teta dan alpha lebih dominan.23

Pada stimulasi hipotalamus menghasilkan integrasi antara emosi dengan respons

tingkah laku, baik otonom atau skeletal. Fungsi utama dari hipothalamus selama kecemasan

adalah mengatur sistem otonom dan endokrin. Hipothalamus terletak dibawah thalamus

didasar otak depan. Hipotalamus memiliki hubungan langsung dengan kelenjar pituitary,

struktur limbik, korteks dan thalamus. Hipothalamus dan hipofisis juga dipengaruhi oleh

berbagai hormon dari kelenjar endokrin.23

Hipothalamus berhubungan dengan pituitari melalui dua jalur. Yang pertama adalah

koneksi endokrin pada lobus anterior, yang kedua adalah melalui koneksi saraf melalui lobus

posterior. Pada dasarnya, hipothalamus memiliki dua lobus yang berkaitan dengan regulasi

gairah. Lobus anterior lateral menghambat sistem saraf simpatik dan mengaktifkan pelepasan

hormon dari hipofisis, lobus posteromedial memiliki efek yang sebaliknya.23

Pada sistem saraf otonom memiliki dua bagian penting dalam mengontrol tingkat

kecemasan fisiologis. Sistem saraf otonom memiliki dua cabang utama yaitu sistem saraf

Page 5: Kecemasan

parasimpatis dan sistem saraf simpatis. Sistem saraf simpatis merespons stres dan

parasimpatis merespons relaksasi. Simpatis lebih dominan selama keadaan stres,

mempersiapkan seseorang untuk melawan atau menolak. Aliran darah dialihkan dari organ

pencernaan ke peningkatan otot dan peningkatan denyut jantung. Selama keadaan rileks

parasimpatik yang lebih dominan, untuk mempersiapkan individu dalam penyembuhan dan

penenangan.23

Efek utama sistem saraf simpatis adalah :

1. Meningkatnya aliran darah ke otot rangka

2. Meningkatnya ketegangan otot

3. Meningkatnya kecepatan nafas

4. Meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah

5. Meningkatnya pengeluaran keringat

6. Meningkatnya konduktifitas kulit

7. Meningkatnya motilitas usus

8. Meningkatnya pengeluaran saliva

Efek utama sistem parasimpatis adalah :

1. Menurunnya alirah darah ke otot rangka,

2. Menurunnya ketegangan otot,

3. Menurunnya kecepatan nafas,

4. Menurunnya denyut jantung dan tekanan darah,

5. Menurunnya pengeluaran keringat,

6. Menurunnya konduktivitas kulit,

7. Menurunnya motilitas usus,

8. Menurunnya pengeluaran saliva

Berdasarkan mediator kimiawi yang dilepaskan, sistem saraf otonom dapat dibagi

menjadi divisi kolinergik dan noradrenergik. Divisi noradrenergik melepaskan impuls sebagai

kesatuan dalam keadaan cemas. Pelepasan impuls ini untuk menyiapkan individu

menghadapi keadaan darurat. Kegiatan noradrenergik menyebabkan relaksasi akomodasi dan

dilatasi pupil, mempercepat denyut jantung dan meningkatkan tekanan darah, serta

Page 6: Kecemasan

menyempitkan pembuluh darah di kulit (Gambar 8). Lepas-muatan noradrenergik juga

menurunkan ambang di formasio retikularis (meningkatkan kewaspadaan) dan meningkatkan

kadar glukosa plasma serta asam lemak bebas.

Gambar 8. Aktifitas saraf simpatis dan parasimpatis saat merespons kecemasan.

3. Perubahan Tanda Vital Akibat Kecemasan

Tanda vital adalah tanda yang sifatnya objektif yang dapat berubah setiap saat yang

menggambarkan keadaan tubuh seseorang, yang terdiri dari tekanan darah, respirasi, denyut

nadi dan suhu tubuh. Pemeriksaan tanda vital merupakan cara yang cepat dan efisien untuk

memantau kondisi pasien, mengidentifikasi masalah serta mengavaluasi respons pasien

terhadap suatu tindakan.

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan perubahan pada satu atau lebih tanda-

tanda vital, diantaranya usia, jenis kelamin, lingkungan, rasa sakit dan kecemasan. Terdapat

Page 7: Kecemasan

hubungan antara status psikologis dengan kesehatan fisik yang dapat di lihat dari tanda-tanda

vital.

a. Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri, yang

terdiri dari tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Tekanan sistolik adalah tekanan

puncak yang terjadi saat ventrikel berkontraksi, sedangkan tekanan diastolik adalah

tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat. Hasil dari pemeriksaan

tekanan darah dinyatakan dalam millimeter air raksa (mm Hg). Rata-rata tekanan

darah normal biasanya 120/80.

Pemeriksaan tekanan darah

Tekanan darah dapat di pengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah

kecemasan. Hal ini dikarenakan tekanan darah pada sistem kardiovaskular di atur oleh

sistem saraf otonom. Kecemasan merupakan sifat subjektif dan secara sadar disertai

perangsangan sistem saraf otonom yang dapat meningkatkan tekanan darah, denyut

jantung dan respirasi. Dari teori tersebut dapat dijelaskan bahwa peningkatan tekanan

darah merupakan respons fisiologis dan psikologis dari kecemasan. Kedua hal ini

saling berhubungan sebagai dampak dari perubahan psikologis yang akan

mempengaruhi fisiologis, begitu pula sebaliknya. Apabila pasien mengalami

kecemasan maka akan berdampak pada peningkatan tekanan darah. Hal ini

dikarenakan pusat pengaturan tekanan darah dilakukan oleh sistem syaraf, sistem

humoral dan sistem hemodinamik.30-5

Page 8: Kecemasan

Menurut Salan, pada kecemasan sedang terjadi reaksi yang dipengaruhi oleh

komponen parasimpatis sehingga akan mengakibatkan penurunan tekanan darah dan

frekuensi denyut jantung. Pada kecemasan yang kronis kadar adrenalin terus meninggi

sehingga kepekaan terhadap rangsangan yang lain berkurang dan akan terlihat tekanan

darah meninggi. Pada sistem saraf yang salah satunya dilakukan oleh hipotalamus,

akan berperan dalam mengatur emosi dan tingkah laku yang berhubungan dengan

pengaturan kardiovaskuler. Rangsangan pada hipothalamus anterior menyebabkan

penurunan tekanan darah dan bradikardi sedangkan rangsangan pada hipothalamus

posterior dapat meningkatkan tekanan darah dan takikardi.

Teori menurut Cannon, menyatakan bahwa kecemasan akan menimbulkan

respon “fight or flight”. Flight merupakan reaksi isotonik tubuh untuk melarikan diri,

dimana terjadi peningkatan sekresi adrenalin kedalam sirkulasi darah yang akan

menyebabkan meningkatnya denyut jantung dan tekan darah sistolik. Sedangkan fight

merupakan reaksi agresif untuk menyerang yang akan meyebabkan sekresi

nonadrenalin rennin angiotensin sehingga tekanan darah meningkat baik sistolik

maupun diastolik.

Kecemasan akan merangsang respons hormonal dari hipothalamus yang akan

mensekresi CRF (Corticotrophin-Releasing Factor) yang menyebabkan sekresi

hormon-hormon hipofisis. Salah satu hormon tersebut adalah ACTH (Adreno

Corticotrophin Hormon). Hormon tersebut akan merangsang korteks adrenal untuk

mensekresi kortisol kedalam sirkulasi darah. Peningkatan kadar kortisol dalam darah

akan mengakibatkan peningkatan rennin plasma, angiotensin II, dan peningkatan

kepekaan pembuluh darah terhadap katekolamin sehingga terjadi peningkatan tekanan

darah.

b. Denyut Nadi

Denyut nadi adalah getaran atau denyut darah di dalam pembuluh darah arteri

akibat kontraksi ventrikel kiri jantung. Denyut nadi dirasakan di area tubuh dimana

arteri dekat dengan permukaan kulit dan di bawah struktur yang padat seperti tulang.

Secara umum denyut nadi dapat di temukan di daerah pergelangan tangan, karotis,

temporal, brankhial, femoral, popliteal dan dorsalis pedis. Denyut nadi normal dalam

keadaan istirahat adalah antara 72-80 per menit. Walaupun kecepatan denyut nadi

dapat bervariasi selama jangka waktu pendek pada respons terhadap kecemasan.

Page 9: Kecemasan

Pemeriksaan denyut nadi dilakukan selama satu menit secara manual dengan cara

menekan tiga jari (telunjuk, tengah, manis) pada salah satu pergelangan tangan

(Gambar 11). Penghitungan denyut nadi di mulai ketika denyut nadi sudah mulai

teraba.

Pemeriksaan denyut nadi selama 1 menit29

c. Respirasi

Pernafasan normal dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya usia, aktivitas,

penyakit, obat-obatan, dan emosi atau kecemasan. Hiperventilasi dapat menjadi

respon seseorang saat mengalami kecemasan. Hal ini disebabkan karena kondisi

psikologis seseorang saat merasa cemas digambarkan hanya bernafas secara pendek

atau hanya pada bagian paru-paru atas atau tidak sampai ke seluruh paru-paru. Hal ini

menyebabkan tidak terjadinya pertukaran oksigen yang baik dan penumpukan karbon

dioksida dalam darah.

4. Cara Penanganan Pasien Cemas

1. Strategi Umum

a. Membangun Hubungan Harmonis

Page 10: Kecemasan

Konsultasi antara pasien dan dokter atau perawat untuk membangun kepercayaan pasien

b. Berikan pasien kesempatan untuk bertanya tentang penyakitnya.

Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya.

c. Pemberian dan Penjelasan Informasi tentang penyakitnya dan prosedur tindakan yang

akan dilakukan

Page 11: Kecemasan

Pemberian dan penjelasan informasi mengenai kondisi pasien

4. Skala Pengukuran Tingkat Kecemasan

Sering kali para klinisi mengalami kesulitan mengukur kecemasan secara klinis dan

oleh karena itu banyak alat ukur yang dibuat oleh para pakar untuk mengukur kecemasan

dental untuk membantu para klinisi, di antaranya; Corah Dental Anxiety Scale (CDAS),

Modified Dental Anxiety Scale (MDAS), Kleinknecht Dental Fear Scale, Stouthard’s Dental

Anxiety Inventory, Child Fear Survey Schedule-Dental Subscale.

Menurut Hawari (2008), untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang

apakah ringan, sedang, berat atau berat sekali digunakan alat ukur yangdikenal dengan nama

Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS-A). Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala

yang masing-masing kelompok dirinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih spesifik. Masing-

masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antara 0-4, yang artinya nilai 0 berarti

tidak ada gejala, nilai 1 gejala ringan, nilai 2 gejala sedang, nilai 3 gejala berat, dan nilai 4

gejala berat sekali. Masing-masing nilai angka (score) dari ke-14 kelompok gejala tersebut

dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan

seseorang yaitu Total nilai (score) < 14 tidak ada kecemasan, nilai 14-20 kecemasan ringan,

nilai 21-27 kecemasan sedang, nilai 28-41 kecemasan berat dan nilai 42-56 kecemasan berat.

Page 12: Kecemasan

Tabel 2.1. Alat Ukur

HRS-A (Hamilton

Rating Scale For

Anxiety) No

Gejala kecemasan Nilai Angka (skor)

1.

2.

3.

Perasaan cemas

1 Cemas

2 Firasat buruk

3 Takut akan pikiran sendiri

4 Mudah tersinggung

Ketegangan

1. Merasa tegang

2. Lesu

3. Tidak bisa istirahat tenang

4. Mudah terkejut

5. Mudah menangis

6. Gemetar

7. Gelisah

Ketakutan

1. Pada gelap

2. Pada orang asing

3. Ditinggal sendiri

Gangguan tidur

1. Sukar tidur

2. Terbangun malam hari

3. Tidur tidak nyenyak

4. Bangun dengan lesu

5. Banyak mimpi-mimpi

(mimpi buruk)

Gangguan kecerdasan

1. Sukar konsentrasi

2. Daya ingat menurun

3. Daya ingat buruk

Perasaan depresi (murung)

1. Hilangnya minat

2. Sedih

3. Bangun dini hari

4. Perasaan berubah-rubah

0 1 2 3 4

0 1 2 3 4

0 1 2 3 4

0 1 2 3 4

0 1 2 3 4

0 1 2 3 4

Page 13: Kecemasan

2. Corah Dental Anxiety Scale (Corah’s DAS)

Para peneliti menetapkan bahwa Corah Dental Anxiety Scale (CDAS) adalah alat ukur paling

banyak digunakan dan DAS direkomendasikan digunakan untuk mengukur kecemasan dental

pada usia dewasa di klinik. DAS memiliki empat skala item pengukuran kecemasan dental.

Nilai untuk setiap rentang jawaban terdiri atas 1-5. Total rata-rata dari setiap tingkat

kecemasan adalah 4-20. Pengukuran keempat pertanyaan sangat bervariasi, 2 pertanyaan

berkaitan dengan kecemasan umum dan 2 pertanyaan berhubungan dengan kecemasan yang

lebih spesifik terhadap tindakan rangsangan dengan bur gigi dan instrumen pembersihan gigi.

Ada perbedaan lain antara pertanyaan pertama dan tiga pertanyaan selanjutnya. Pada

pertanyaan pertama responden diminta untuk berspekulasi tentang perasaannya sebelum

perawatan. Sedangkan tiga pertanyaan lain meminta responden untuk menilai bagaimana

perasaan mereka ketika mereka berada dalam situasi yang ditentukan.

3. Modified Dental Anxiety Scale (MDAS)

Versi modifikasi dari DAS juga banyak digunakan dengan menambahkan penilaian pasien

terhadap pemberian anastesi lokal karena rasa sakit yang dialami saat pemberian anastesi

lokal bervariasi sesuai dengan lokasinya, yang juga berpengaruh terhadap tingkat kecemasan

yang dialami. Selain itu, rentang 1-5 pada skala kecemasan dapat menjawab secara sederhana

mengenai tingkat kecemasan mulai dari tidak cemas sampai phobia. Modifiksi DAS dapat

digunakan untuk semua pasien di atas 12 tahun. Pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan

dengan aspek yang berbeda dari

perawatan dental namun lebih mengarah kepada pengalaman subjektif pasien. Validitas tes

telah di uji dan dikonfirmasi banyak peneliti.

Modifikasi DAS berisi 5 item pilihan ganda termasuk sebagai berikut :

1. Jika Anda pergi ke Rumah Sakit untuk merencanakan perawatan Anda besok,

bagaimana perasaan Anda ?

2. Jika Anda sedang duduk di ruang tunggu, bagaimana perasaan Anda ?

3. Jika hendak dilakukan operasi, bagaimana perasaan Anda?

4. Jika hendak dilakukan operasi katarak pada mata anda, bagaimana perasaan Anda?

5. Jika hendak dilakukan anastesi lokal, bagaimana perasaan Anda ?

Page 14: Kecemasan

4. Kleinknecht’s Dental Fear Scale

Ukuran lain yang paling umum digunakan untuk mengukur kecemasan dan ketakutan

gigi adalah Kleint DFS. Skala ini dikembangkan dari 27 pertanyaan dan kemudian dikurangi

menjadi 20 pertanyaan untuk kemudahan studi analitiknya. Meskipun DFS banyak digunakan

sebagai alat pengukuran ketakutan dan kecemasan dental, skala ini tidak dikembangkan dan

digunakan untuk mendapatkan skor ketakutan tunggal, melainkan untuk memberikan

informasi tentang berbagai rangsangan tertentu yang mungkin menimbulkan rasa takut atau

menghindari tanggapan atau sebagai respons spesifik dan respons yang unik dari rangsangan

yang diterima pasien.

Skala DFS awalnya memiliki 27 item yang terdiri atas 2 item mengenai penghindaran

terhadap perawatan dokter gigi, 6 item terkait dengan gairah fisiologis, 14 item menilai

rangsangan ketakutan tertentu, 1 item ketakutan tersendiri dan 4 item pada reaksi terhadap

kedokteran gigi di kalangan keluarga dan teman.39,49

Schuurs dan Hoogstraten (cit. Jason, 2010) menyatakan bahwa DFS banyak dikritik

karena tidak eksplisit menghubungkan konstruksi teoritis untuk kuesioner dan tidak secara

eksplisit mendefinisikan ketakutan. Namun, DFS tetap dapat menjadi ukuran yang dapat

membantu dokter gigi lebih memahami rasa takut pasien, tidak terlalu cocok untuk

pengukuran kecemasan pasien.

5. Stouthard’s Dental Anxiety Inventory

Pada tahun 1980-an, Stouthard mengembangkan kuesioner untuk penelitian kecemasan

berdasarkan teori eksplisit pertimbangan-pertimbangan dan dirancang untuk mengukur situasi

kecemasan tertentu. Skala kecemasan dental yang terdiri dari 36 item berdasarkan tiga aspek

(waktu, situasi dan reaksi) dianggap cukup relevan untuk pengukuran kecemasan dental.

Aspek waktu diasumsikan seperti yang ada pada teori DAS bahwa sifat dan ketakutan

kecemasan dental dapat berubah tergantung pada jarak antar perawatan dental. Aspek situasi

mencerminkan 3 elemen yang berbeda dari aspek pengalaman terhadap dokter gigi dan

perawatan gigi, dan yang terakhir, aspek reaksi mengacu pada unsur-unsur kecemasan atau

perasaan takut. Meskipun DAI memiliki beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan perilaku

penghindaran, reaksi perilaku dinyatakan telah sengaja dikeluarkan sebagai elemen yang

terpisah karena jarang terjadi pada populasi dewasa.

6. Child Fear Survey Schedule-Dental Subscale

Page 15: Kecemasan

Survey yang paling banyak digunakan untuk mengukur ketakutan anak secara berkala. Child

Fear Survey Schedule-Dental Subscale (CFSS), awalnya dikembangan oleh Scherer dan

Nakamura pada tahun 1968 dan kemudian disebut Fear Survey Schedule for Children (FSS-

FC). Sedangkan CFSS didasarkan pada skala ketakutan umum untuk orang dewasa. FSS-FC

diperlukan 80 rangsangan tertentu, yang dikembangkan dalam 8 kategori yang berbeda, untuk

mendapatkan ukuran total ketakutan umum dan skala ketakutan. CFSs-DS telah terbukti

handal dan valid untuk berbagai ulasan, namun secara teoritis hanya saja belum dieksplorasi.