NASKAH PUBLIKASI KECEMASAN PRESENTASI ... PUBLIKASI KECEMASAN PRESENTASI DITINJAU DARI KETRAMPILAN...

34
NASKAH PUBLIKASI KECEMASAN PRESENTASI DITINJAU DARI KETRAMPILAN KOMUNIKASI DAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA Oleh : BHIMO ANDRIANTO 03320196 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2008

Transcript of NASKAH PUBLIKASI KECEMASAN PRESENTASI ... PUBLIKASI KECEMASAN PRESENTASI DITINJAU DARI KETRAMPILAN...

NASKAH PUBLIKASI

KECEMASAN PRESENTASI DITINJAU DARI KETRAMPILAN KOMUNIKASI DAN KEPERCAYAAN DIRI

PADA MAHASISWA

Oleh : BHIMO ANDRIANTO

03320196

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA 2008

NASKAH PUBLIKASI

KECEMASAN PRESENTASI DITINJAU DARI KETRAMPILAN

KOMUNIKASI DAN KEPERCAYAAN DIRI

PADA MAHASISWA

Telah Disetujui Pada Tanggal

________________________

Dosen Pembimbing Utama

(Ratna Syifa’a Rachmahana, S.Psi.,M.Si)

KECEMASAN PRESENTASI DITINJAU DARI KETRAMPILAN

KOMUNIKASI DAN KEPERCAYAAN DIRI

PADA MAHASISWA

BHIMO ANDRIANTO

Ratna Syifa’a Rachmahana

Penelitian ini untuk mengetahui hubungan ketrampilan komunikasi dan kepercayaan diri dengan kecemasan presentasi pada mahasiswa. Hipotesis yang diajukan dalam penlitian ini adalah, ada hubungan negatif antara ketrampilan komunikasi dan kepercayaan diri dengan kecemasan presentasi. Jika ketrampilan komunikasi dan kepercayaan dirinya tinggi maka kecemasan presentasinya rendah. Begitu juga sebaliknya jika ketrampilan komunikasi dan kepercayaan dirinya rendah maka kecemasan presentasinya tinggi. Subjek yang akan diambil dalam peneletian ini adalah mahasiswa Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia (UII) yang masih aktif mengikuti kegiatan perkuliahan. Subyek penelitian berjumlah 70 responden, terdiri dari 37 laki-laki dan 33 perempuan. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah dibuat sendiri oleh peneliti. Skala kecemasan presentasi diukur berdasarkan Aspek-aspek kecemasan berpresentasi yang dugunakan mengacu pada teori yang dikemukakan menurut Burgoon dan Ruffner (1977), Cadoret M.D dan King M.D (1983) dan Devito (Puranamaningsih dan Utami) dalam (Endiarsari (2005). Skala ketrampilan komunikasi diukur berdasarkan Aspek-aspek ketrampilan komunikasi yang dugunakan mengacu pada teori yang dikemukakan menurut teori Hardjana (2003) dan prawitasari (kausyar, 2001). Skala kepercayaan diri diukur berdasarkan Aspek-aspek kepercayaan diri yang digunakan mengacu pada teori yang dikemukakan menurut Davies ( 2004 ).

Metode analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis parsial yang dilakukan dengan program komputer SPSS (Statistical Programme for Social Science) 13.0 for Window. Hasil plah data pada ketiga variabel menggunakan uji regresi diketahui bahwa F = 3,442 dan p = 0.038 (p > 0,01). Maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel ketrampilan komunikasi dan variabel kepercayaan diri dengan kecemasan presentasi memiliki hubungan yang signifikan. Kata Kunci : ketrampilan komunikasi, kepercayaan diri, kecemasan presentasi.

PENGANTAR

Bicara dimuka khalayak umum adalah sesuatu hal sering terjadi dalam

kehidupan sehari-hari. Ini bisa terjadi kepada siapa saja, dalam skala besar maupun

kecil. Didalam skala besar bisa seperti seorang mubaligh saat berceramah didepan

umat, bisa juga seorang persiden berpidato kenegaraan didepan parlemen atau juga

rakyatnya.

Berpresentasi adalah salah satu contoh berbicara di muka umum yang dapat

dikategorikan dalam skala kecil. Seni presentasi adalah seni merebut perhatian

audiences untuk kemudian mempertahankannya. Merebut perhatian audiences sangat

tergantung pada kesan awal yang diciptakan (www.itb.ac.id).

Berpresentasi juga sangat mungkin terjadi dalam proses belajar, dalam

masalah ini proses belajar mahasiswa. Seorang mahasiswa seharusnya tentu sangat

tidak asing dengan hal ini. Tentu saja hal-hal seperti itu dapat di jumpai hampir setiap

hari saat proses belajar mengajar di dalam lingkungan perguruan tinggi. Selain dari

pada itu, kompetensi dalam berpresentasi juga sangat diperlukan dalam

perkembangan karir dan pengambangan diri. Keahlian berbicara di hadapan hadirin

merupakan hal yang sangat penting bagi siapa pun yang ingin maju. Banyak presiden,

manajer, wiraniaga, dan pengajar yang menjadi sukses dan terkenal lewat keahlian

berpresentasi (www.wikipedia.org). Dalam dunia kerja, presentasi bukan lagi menjadi

hal yang asing. Selain berfungsi untuk memperkenalkan produk, perusahaan, atau

laporan kerja, presentasi jadi salah satu langkah untuk menunjukkan performa dan

kemampuan seseorang di hadapan orang lain (www.okezone.com). Ide - ide brilian

dan pencapaian yang hebat akan mubazir saat kita tidak dapat menyampaikan dan

mempresentasikannya secara efektif untuk meyakinkan dan mempengaruhi atasan,

teman kerja, maupun pelanggan (www.eureca-educenter.com). Penjelasan ini

menunjukan bahwa banyak kesuksesan yang diraih dalam berbagai bidang profesi

dapat diwujudkan dengan memiliki kemampuan presentasi yang baik. Sebaik apapun

sebuah produk tidak akan berguna jika individu tidak dapat mempresentasikannya

kepada orang lain dengan baik.

Dengan demikian sudah seharusnya mahasiswa mampu melakukan sebuah

presentasi. Mahasiswa juga sudah selayaknya mampu menginterpretasikan pikiran-

pikirannya ke dalam sebuah bentuk yang sistematis seperti presentasi. Akan tetapi hal

ini terlihat masih belum sepenuhnya tercapai. Masih ada beberapa bagian masyarakat

mahasiswa yang enggan untuk berinisiatif maju presentasi saat diberikan kesempatan

untuk berpresntasi, dan lebih senang menunggu inisiatif dosen untuk memilih.

Pada sisi lain ada juga tidak mencoba berinisiatif memberikan pendapat saat

terjadi diskusi atau ketika untuk menanggapi sebuah presentasi yang sedang

berlangsung dari mahasiswa lainya. Bahkan diantara mereka ada yang

berkecenderungan untuk sedapat mungkin menghindari moment tersebut. Mereka

akan menunjukan perilaku menghindar dengan cara sekedar

melemparkannya/menunjuk mahasiswa lain yang ada di sekitarnya, atau berpura-pura

kekamar mandi. Mungkin bagi mereka itu adalah kesulitan tersendiri atau di anggap

sebagai sebuah ancaman sehingga terjadi reaksi semacam itu. Hal ini bisa dikatakan

sebagai indikator akan timbulnya kecemasan. Sesorang dengan kecemasan akan

mengalami kegelisahan, kegugupan, anggota badan bergetar atau gemetar, banyak

berkeringat, jantung berdebar keras dan melakukan perilaku menghindar, perilaku

melekat dan dependen, perilaku terguncang (Nevid dkk, 2003).

Kecemasan adalah sebuah respon yang tepat terhadap suatu ancaman. Akan

tetapi kecemasan akan menjadi abnormal, apabila tingkatan kecemasannya tidak

sesuai dengan proporsi ancaman yang akan dihadapi (Nevid dkk, 2003). Adalah

normal jika seseorang akan merasa sedikit cemas saat menghadapi situasi berbicara di

depan umum. Bahkan kecemasan dapat bermanfaat bila hal tersebut dapat mendorong

kita untuk belajar dan belajar guna mempersiapkan situasi seperti saat menjelang

presentasi. Akantetapi, di dalam pikiran, mereka merespon itu sebagai sebuah

ancaman.

Mereka bukannya tidak mempunyai keinginan untuk menghadapi kecemasan

tersebut, namun adanya kecenderungan berpikir untuk mengharapkan sesuatu hal

yang buruk akan terjadi, lebih mendorong mereka untuk melakukan tindakan

penghindaran kepada situasi yang memicu terjadinya kecemasan. Rachman (1994)

mengungkapkan, orang dengan gangguan-gangguan kecemasan seringkali

memprediksi secara berlebihan tentang seberapa besar ketakutan atau kecemasan

yang akan mereka alami didalam situasi pembangkit kecemasan. Masalah ini Pada

gilirannya justru malah menghalangi mereka untuk belajar dalam menghadapi dan

mengatasi kecemasan. Tetapi pada suatu saat akan ada keadaan dimana mahasiswa

tidak mampu lagi berkelit untuk menghindar. Maka mereka akan menghadapinya

dengan keadaan distress yang cukup menggangu.

Dalam mindset mereka seolah-olah ada ratusan pasang mata yang sedang

memeriksa gerak-gerik yang mereka lakukan dengan teliti dan siap untuk

menanggapinya secara negatif, kecemasannya mengambil alih dan mereka

memfokuskan diri pada kemungkinan mempermalukan diri sendiri (Duran & Barlow,

2006).

Sebuah survey pernah dilakukan, pada penduduk Winipeg, Manitoba. yakni

terhadap 500 penduduk Winipeg, Manitoba, ditemukan bahwa 1 di antara 3 orang

mengalami kecemasan yang berlebihan ketika bebicara di hadapan umum, yang

mempunyai pengaruh buruk yang cukup signifikansi terhadap hidup mereka (Stein,

Walker, & Forde, 1996). Survey tersebut lebih luas, dapat menjadi cermin betapa

seriusnya masalah ini.

Banyak dari mahasiswa mengindikasikan bahwa mereka melakukan

penghindaran ketika diberi kesempatan untuk berbicara dimuka umum. Perasaan-

perasaan ini bersumber pada kecemasan dan beberapa disebabkan oleh kurangnya

pengetahuan tentang berbicara dimuka umum (Burgoon & Ruffner, 1977). Sebuah

penelitian yang dilakukan di Amerika juga mengemukakan bahwa 10 sampai 20

persen mahasiswa Amerika menderita hambatan komunikasi (Hunt, Scot,

McCroskey, 1978:148).

Masalah-masalah semacam ini erat hubungannya dengan kesulitan seseorang

dalam melakukan proses komunikasi. Ketrampilan atau kecekapan komunikasi

dikatakan dapat mengatasi kecemasan komunikasi. Dengan ketrampilan atau

kecakapan komunikasi seseorang dapat mengatasi rasa takut, bingung, dan kacau

pikiran, tubuh gemetar, demam panggung yang muncul dalam berkomunikasi

(ketrampilan berkomunikasi dalam tinjauan kecakapan behavioral), (Hardjana, 2003).

Ketrampilan berkomunikasi berkaitan dengan kompetensi-kompetensi yang

sebaiknya dimiliki dalam berkomunikasi dan bagaimana melakukan komunikasi

dengan efektif. Agar komunikasi berjalan lancar dan mendapat hasil yang diharapkan,

maka baik pemberi maupun penerima pesan perlu memiliki kemampuan dan

kecakapan/ketrampilan komunikasi yang diperlukan (Hardjana, 2003). Tidak peduli

seberapa berbakatnya seseorang, betapapun unggulnya sebuah produk, atau seberapa

kuatnya sebuah kasus hukum, kesuksesan tidak akan pernah diperoleh tanpa

penguasaan ketrampilan komunikasi yang efektif (www.sinarharapan.co.id).

Apakah seseorang sedang mempersiapkan presentasi, negosiasi bisnis,

melatih tim bola basket, membangun sebuah teamwork, bahkan menghadapi ujian

akhir gelar kesarjanaan, maka efektifitas komunikasi akan menentukan kesuksesan

seseorang dalam kegiatan-kegiatan tersebut (www.sinarharapan.co.id). Dengan

penguasaan komunikasi yang baik para mahasiswa dapat mempunyai nilai tambah,

baik dalam kehidupannya secara umum, maupun dalam mengkontribusikan dirinya di

tempat kerja kelak, sehingga lebih produktif (www.STEKPI.ac.id).

Selain ketrampilan komunikasi yang kurang memadai, kecemasan saat

melakukan presentasi juga bisa timbul karena kurangnya rasa percaya diri. Rasa

percaya diri dapat membantu seseorang apabila berhadapan dengan ketidakpastian,

membantu melihat tantangan-tantangan sebagai kesempatan-kesempatan, mengambil

resiko-resiko yang dapat diperhitungkan, dan membuat keputusan-keputusan dengan

tepat (Davies, 2004).

Seseorang yang kurang percaya diri akan cenderung sedapat mungkin

menghindari komunikasi. Mereka takut orang lain akan mengejeknya atau

menyalahkannya. Dalam diskusi, mereka akan lebih banyak diam. Dalam pidatao,

mereka akan berbicara terpatah-patah (Rakhmat, 2005). Kecemasan dikatakan

sebagai suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana seseorang merasa ketakutan atau

kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun wujudnya. Berbagai fakta

literatur yang terpapar memperkuat asumsi peneliti bahwa salah satu hal yang

berpengaruh di dalam kecemasan adalah kepercayaan diri (Wiramiharja, 2005).

Orang yang mengalami kecemasan di dalam berkomunikasi, akan menarik

diri dalam pergaulan, berusaha sekecil mungkin untuk dapat berkomunikasi, dan

hanya akan berbicara apabila terdesak saja. Bila kemudian mereka terpaksa

berkomunikasi, sering pembicaraannya tidak relevan, sebab pembicaraan yang

relevan tentu saja akan mengundang reaksi orang lain, dan akan dituntut untuk

berbicara lagi (Rakhmat, 2005).

Ketrampilan dalam berkomunikasi dan kepercayaan diri mahasiswa, di

asumsikan dapat mempengaruhi tingkat kecamasan mereka di dalam berpresentasi.

Mahasiswa dengan ketrampilan berkomuniksai yang bagus dan memiliki kepercayaan

diri yang memadai akan dapat meminimalisir kecemasan yang terjadi pada diri

mereka saat mengadakan sebuah presentasi. Dengan memiliki kepercayaan diri yang

memadai tersebut mahasiswa dapat menyikapi sebuah proses prsentasi dengan respon

yang positif. Mahasiswa tidak akan menganggap presentasi sebagai sebuah ancaman

yang harus di hindari, tapi menyikapi sebagai sebuah proses belajar dan tantangan.

Sedangkan, apabila seorang mahasiswa memiliki ketrampilan komunikasi yang

bagus, maka mereka akan mampu menyampaikan pesan-pesan dan informasi-

informasi dengan tepat tanpa perlu terjadi berbagai macam kesalahpahaman. Hal ini

juga diasumsikan memiliki hubungan dengan kecemasan pada presentasi. Mahasiswa

yang memiliki ketrampilan berkomunikasi mampu menginterpretasikan isi pikirannya

dengan tepat, sehingga tidak perlu cemas akan kesalahpahaman yang dapat

menimbulkan reaksi negatif dari pendengar.

Oleh karena hal tersebut, maka di asumsiakan bahwa ketrampilan dalam

berkomunikasi dan kepercayaan diri berhubungan dengan kecemasan dalam

melakukan presentasi. Ketiga variabel tersebut di asumsikan saling memliki

hubungan negatif. Semakin mahasiswa terampil dalam berkomunikasi maka akan

semakin rendah kecemasan yang akan di alaminya. Demikian pula dengan

kepercyaan diri semakin percaya diri seseorang dalam menghadapi tantangan maka

juga akan semakin rendah kecemasan dalam melakukan sebuah presentasi.

Berdasarkan uraian yang telah di kemukakan oleh peneliti di atas, maka

permasalahan yang akan di kaji penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara

ketrampilan dalam berkomunikasi dan kepercayaan diri dengan kecemasan dalam

melakukan presentasi pada mahasiswa.

TINJAUAN PUSTAKA

Kecemasan Presentasi

Bila merujuk pada pendapat Freud (Wiramiharja, 2005) dapat dikatakan,

bahwa kecemasan saat melakukan sebuah presentasi dapat di golongkan kedalam

kecemasan yang sumbernya objektif atau kecemasan nyata, yang juga disebut takut

(fear). Hal ini dikarenakan, seseorang yang mengalami kecemasan saat akan

melakukan sebuah presentasi mengalami katakutan akan ancaman yang nyata, seperti

pencemoohan jika gagal, presentasi yang tidak berjalan dengan lancar. Hanya saja

individu merespon semua ancaman tersebut dengan respon negatif. Dengan begitu

individu merasa tidak berani dan mampu untuk bersikap dan bertindak secara rasional

sesuai dengan yang seharusnya dilakukan dan kemudian dilakukanlah tindakan

penghindaran tersebut.

Dengan demikian yang dimaksud kecemasan presentasi dalam penelitian ini

adalah kecemasan yang terjadi pada saat akan melakkukan sebuah proses presentasi.

Aspek-Aspek Kecemasan Presentasi

Aspek-aspek kecemasan berpresentasi yang dugunakan mengacu pada teori

yang dikemukakan menurut Burgoon dan Ruffner (1977), Cadoret M.D dan King

M.D (1983) dan Devito (Purnamaningsih dan Utami) dalam (Endiarsari (2005),

meliputi:

a. Unwillingness

b. Takut terlibat dalam transaksi melakukan presentasi.

c. Mempunyai perasaan-perasaan negatif dan meramalkan hasil yang negatif

sebagai fungsi keterlibatannya dalam situasi saat memulai presentasi.

d. Menurunkan frekuensi dan intensitas keterlibatan dalam transaksi melakukan

presentasi.

e. Reaksi diri yang berlebihan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Presentasi

Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan berbicara dimuka

umum. Menurut Purnamaningsih dan Utami (Endiarsari 2005), faktor-faktor tersebut

adalah sebagai berikut. Reinforcement, Skill acquisition, Peniruan (modeling),

Pikiran yang tidak rasional (irrasional thinking).

Ketrampilan Komunikasi

Kemampuan individu dalam mengirimkan pesan atau informasi dengan baik,

kemampuan menjadi pendengar yang baik, kemampuan atau ketrampilan

menggunakan berbagai media atau alat audio visual merupakan bagian penting dalam

melaksanakan komunikasi yang efektif (Prijosaksono dan Sembel, 2002).

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan

melalui media terrtentu untuk menghasilkan efek/tujuan dengan mengharapkan

feedback atau umpan balik (Candra, 2006). Sedangkan tujuan utama komunikasi

adalah untuk membangun/menciptakan pemahamam atau pengertian bersama. Saling

memahami atau mengerti bukan berarti harus menyetujui tetapi mungkin dengan

komunikasi terjadi suatu perubahan sikap, pendapat, perilaku ataupun perubahan

secara sosial.

Sehingga ketrampilan komunikasi adalah kemampuan individu dalam

mengirimkan pesan atau informasi dengan baik sehingga individu mencapai

pemahaman bersama, merangsang pihak lain melakukan tindakan, dan mendorong

orang untuk berpikir dengan cara baru.

Aspek-aspek Ketrampilan Komunikasi

Berdasar pada teori yang dikemukakan oleh Hardjana (2003) dan prawitasari

(kausyar, 2001), maka dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek ketrampilan

komunikasi adalah sebagai berikut :

a. Pengetahuan akan situasi pada waktu berkomunikasi.

b. Keterlibatan interaktif

c. Mendengarkan dengan pasif.

d. Mendengarkan dengan aktif

e. Memonitor diri (self monitoring).

Kepercayaan Diri

Menurut Golemen (2003) dalam (Melandy RM dan Aziza, 2006),

kepercayaan diri adalah kesadaran yang kuat tentang harga dan kemampuan diri

sendiri. Sedangkan menurut Rini (2002) dalam (Melandy RM dan Aziza, 2006)

kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya

untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap

lingkungan atau situasi yang dihadapinya. Hal ini bukan berarti bahwa individu

tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri.

Sebagian besar orang menganggap percaya diri adalah keyakinan pada

kemampuan-kemampuan sendiri, keyakinan pada adanya sesuatu maksud di dalam

kehidupan, dan kepercayaan bahwa, dengan akal dan budi, individu akan mampu

melaksanakan apa yang akan individu tersebut inginkan, rencanakan, dan harapkan

(Davies, 2004).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian kepercayaan

diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk

mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri serta keyakinan pada

kemampuan-kemampuan sendiri bahwa dirinya akan mampu mengatasi persoalan

yang terjadi.

Aspek-aspek Kepercayaan Diri

Aspek-aspek yang dikemukakan pada variabel kepercayaan diri ini akan

mengacu kepada teori yang dikemukakan Davies ( 2004), meliputi :

a. Mengetahui dan mampu melnilai diri sendiri

b. Mempunyai keahlian-keahlian sosial yang baik.

c. Mempunyai sikap yang positif.

d. Tegas.

e. Mempunyai tujuan yang jelas.

f. Siap menghadapi tantangan-tantangan.

Hubungan Ketrampilan Berkomunikasi dan Kepercayaan diri dengan

Kecemasan Berpresentasi pada Mahsasiswa

Kecemasan berpresentasi adalah kecemasan yang terjadi pada saat pertukaran

verbal dari suatu pemikirang atau gagasan. Sedangkan kepercayaan diri adalah

keyakinan untuk mampu menangani segala situasi dengan tenang, mampu menjalin

hubungan dengan orang lain dengan baik.

Dikatakan oleh Burgoon dan Ruffner (1978) penghindaran untuk melakukan

prsentasi atau berbicara dimuka umum dikarenakan adanya kecemasan dan kekurang

tahuan tentang keadaan saat melakukan presentasi atau berbicara dimuka umum.

Kecemasan tersebut dianggap sebagai sebuah ancaman dan kemudian di respon

negatif secara berlebihan, dan bukan malah menanggapinya sebagai sebuah tantangan

yang harus ditaklukan.

Individu yang mengalami kecemasan di dalam berkomunikasi, akan menarik

diri dalam pergaulan, berusaha sekecil mungkin untuk dapat berkomunikasi, dan

hanya akan berbicara apabila terdesak saja. Bila kemudian Individu tersebut terpaksa

berkomunikasi, maka sering pembicaraannya tidak relevan, sebab pembicaraan yang

relevan tentu saja akan mengundang reaksi orang lain, dan akan dituntut untuk

berbicara lagi (Rakhmat, 2005).

Penelitian yang sudah pernah dipublikasikan berkenaan dengan tema

kecemasan saat melakukan presentasi dilakukan oleh Endiarsari (2005) yaitu

mengenai hubungan antara efkasi diri akademik dengan kecemasan melakukan

presentasi pada mahasiswa. Penelitian tentang kepercayaan diri juga sudah pernah

dilakukan, antara lain oleh Prasekti (2003) yang ingin mengetahui hubungan antara

kepercayaan diri dengan kecemasan sosial pada penderita kusta di RSK Sitanela

Tangerang Banten

Keterkaitan antara variabel kepercayaan diri dengan kecemasan melakukan

presentasi dapat dilihat dari uraian aspek-aspek yang telah di kemukakan diatas.

Aspek-aspek yang mengakibatkan timbulnya kecemasan berbicara dimuka umum

menurut Endiarsari (2005) adalah sebagai berikut, unwillingness, takut terlibat dalam

transaksi melakukan presentasi, mempunyai perasaan-perasaan negatif dan

meramalkan hasil yang negatif sebagai fungsi keterlibatannya dalam situasi saat

memulai presentasi,. menurunkan frekuensi dan intensitas keterlibatan dalam

transaksi melakukan presentasi,. reaksi diri yang berlebihan.

Seseorang yang mempunyai rasa percaya diri akan mampu menghadapi

tantangan dengan baik. Mahasiswa yang mempunyai kepercayaan diri yangtinggi

akan sangat merasa tertarik pada hal-hal yangsifatnya menantang. Presentasi adalah

sesuatu yang menantang, dikarenakan saat melakukan sebuah presentasi individu

tidak akan pernah mengetahui respon apa yang akan di terima dari audiens, lalu jenis

audiens seperti apa yang akan dihadapi, semenarik apa materi yang mampu disajikan,

apakah audiens merespon negatif atau positif. Semua hal yang disebutkan itu adalah

tantangan-tantangan yangakan di hadapi saat berpresentasi.

Bagi mahasiswa yang mempunyai kepercayaan diri rendah akan merespon hal

tersebut lebih pada ancaman. Dari sinilah akan timbul kecemasan dalam

berpresentasi. Individu yang mempunyai kecenderungan kecemasan tidak

menganggap hal itu sebagai sebuah tantangan melainkan sebuah ancaman. Oleh

karena itu mereka pasti akan sedapat mungkin menghindari tugas untuk melakukan

presentasi didepan kelas, dan seaindainyapun harus melakukn presentasi didepan

kelas, maka mereka akan menghadapi keadaan tersebut dengan distress yang sangat

tinggi.

Mahasiswa yang mempunyai kepercayaan diri tinggi akan mempunyai

keahlian-keahlian sosial yang baik tentunya. Sehingga apabila mereka dihadapkan

pada situasi yang mengharuskan melakukan sebuah proses presentasi akan sangat

tertarik dan memiliki minat yang tinggi pada hal tersebut. Akan tetapi pada individu

yang tidak memiliki kepercayaan diri tinggi, cenderung tidak memilki minat yang

tinggi atau keinginan melakukan sebuah tugas presentasi.

Hal tersebut dikarenakan seseorang yang tidak mempunyai kepercayaan diri

tinggi berpresentasi kurang mempunyai keahlian sosial yang baik. Hal ini

dikarenakan seseorang yang kurang percaya diri akan cenderung sedapat mungkin

menghindari komunikasi. Mereka takut orang lain akan mengejeknya atau

menyalahkannya (Rakhmat, 2005) dan lebih cenderung menganggapnya sebagai

sebuah ancaman. Dengan begitu diartikan bahwa individu yang memilki

kecenderungan kecemasan berpresentasi tidak mempunyai keahlian-keahlian sosial

yang baik.

Mahasisiwa yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi selalu mempunyai

sikap yang positif terhadap dirinya dan keadaan atau situasi yang akan dihadapinya.

Pada saat akan menghadapi senuah presentasi, seseorang yang memiliki kepercayaan

diri yang tinggi, akan selalu bersikap dan berpikir positif pada apa saja yang akan

terjadi nantinya, dan yakin akan kemampuan kemampuan yang ada pada dirnya.

Akan tetapi untuk seseorang yang memiliki kepercaayaan diri rendah selalu akan

mempunyai pikiran-pikiran atau perasaan-perasaan negatif pada situasi yang akan

terjadi dan tentu saja tidak memilki keyakinan atas kemampuan yang dimilikinya.

Individu yang berkepercayaan diri rendah akan berpikir bahwa diri mereka

tidak siap dan memilih untuk menghindar. Mereka akan mengalami grogi saat akan

menjelaskan masalah, perasaan khawatir yang berlebihan dan gelisah. Mereka juga

akan memprediksi bahwa hal-hal yang buruk akan terjadi pada saat mereka

melakukan presentasi, seperti, kereka akan merasa bahwa presentasi yang akan

mereka lakukan dinilai buruk oleh para audiens, merasa bahwa mereka akan menjadi

bahan cemoohan audiens dan lain sebagainya.

Seseorang yang mempunyai kecemasan berpresentasi akan sangat mengurangi

intensitas keterlibatan mereka didalam sebuah proses presentasi dan cenderung

menghindari tugas untuk melakukan presentasi. Hal ini dapat diartikan bahwa mereka

tidak mempunyaikepercayaan diri yang cukup, hal ini dikarenakan seseorang yang

mempunyai kepercayaan diri yang tinggi akan merasa tertantang untuk mampu

menghadapinya dan memganggapnya sebagai sebuah tantangan. Untuk itu mereka

mereka akan berusaha semaksimal mungkin dengan berbagai macam persiapan untuk

dapat menaklukannya.

Individu yang memiliki kepercayaan diri tinggi mengetahui tentang diri

mereka dan mampu menilainya. Dengan begitu individu tersebut akan mengetahui

apakah mereka mampu atau tidak. Dengan mengetahui tentang kemampuan yang

mereka miliki, mereka mampu memprediksi apa yang akan dan bisa mereka lakukan

pada sebuah proses presentasi Sedangkan apabila individu memilki kecenderungan

kecemasan berpresentasi akan bereaksi berlebihan pada momen-momon seperti itu,

karena mereka tidak mampu menilai dirinya, tidak mengetahui mengenai

kemampuan-kemampuan yang mereka miliki dan bisa kembangkan dalam hal

melakukan proses presentasi. Bahkan cenderung menganggap bahwa diri mereka

tidak mampu mengatasinya dan menunjukan reaksi-reaksi fisik maupun prilaku yang

berlebihan.

Individu dengan kepercayaan diri yang tinggi akan mempunyai tujuan yang

jelas di dalam hidupnya, apa yang ingin dicapai, bagaimana cara yang harus

dilakukan untuk mencapainya. Hal-hal seperti itu ada di dalam rencana-rencana yang

akan dilkukannya. Mereka akan menganggap bahwa sebuah proses prsentasi adalah

salah satu tahap yang harus dilakukan guna mencapai tujuan didalam rencananya.

Dengan presentasi mereka akan mengetahui bagaimana cara-cara

mengkomunikasikan ide-ide dengan efektif. Hal tersebut sangatlah penting dan

krusial dalam mencapai tujuan, apapun tujuan itu. Dengan begitu mereka akan merasa

butuh dan meningkatkan intensitas dan frekuensi keterlibatannya dalam melakukan

presentasi. Sedangkan individu yang memilki kecenderungan kecemasan akan

menurunkan intensitas dan frekuensi keterlibatannya dalam melakukan presentasi

karena melakukan sebuah proses presentasi dapat melibatkan mereka pada keadaan

distress yang tidak menyenangkan.

ketrampilan komunikasi adalah kemampuan individu dalam mengirimkan

pesan atau informasi dengan baik sehingga individu mencapai pemahaman bersama,

merangsang pihak lain melakukan tindakan, dan mendorong orang untuk berpikir

dengan cara baru. Kemampuan individu dalam mengirimkan pesan atau informasi

dengan baik, kemampuan menjadi pendengar yang baik, kemampuan atau

ketrampilan menggunakan berbagai media atau alat audio visual merupakan bagian

penting dalam melaksanakan komunikasi yang efektif (Prijosaksono dan Sembel,

2002).

Penelitian tentang ketrampilan komunikasi pernah dilakukan sebelumnya oleh

kausyar (2001), yaitu tentang kemampuan negosiasi di tinjau dari ketrampilan

komunikasi dan jenis kelamin. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa ada

hubungan positif antara ketrampilan komunikasi dengan kemampuan negosiasi.

Kemudian hasil yang lain menunjukan bahwa ada perbedaaan yang tidak signifikan

antara kemampuan negosiasi laki-laki dan perempuan.

Keterkaitan antara ketrampilan komunikasi dengan kecemasan berpresentasi

dapat diketahui dari uraian beberapa aspek yang dipaparkan. Aspek-aspek

ketrampilan berkomunikasi adalah pengetahuan akan situasi pada waktu

berkomunikasi, keterlibatan interaktif, mendengarkan dengan pasif., mendengarkan

dengan aktif, memonitor diri (self monitoring).

Pengetahuan seseorang akan situasi pada waktu akan melakukan sebuah

komunikasi kuhusunya presentasi, dapat menghindarkan individu mempunyai

perasaan yang negative dan meramalkan hasil yang negative, sebagai fungsi

keterlibatannya dalam situasi pada saat akan melakukan sebuah proses presentasi. Hal

ini dapat menghindarkan dari pkiran-pikiran bahwa presentasi yang akan dilakukan

akan dinilai jelek dan akan dicemooh, karena dengan pengtahuan tentang situasi

tersebut individu menjadi tahu audiens sepeti apa yang akan dihadapi.

Dengan keterlibtan interaktif dalam sebuah presentasi, individu dapat

mengetahui tentang situasi selama proses presentasi. Dengan mengetahui proses dan

terlibat, individu menjadi mengerti bagaimana proses presentasi berlangsung.

Sehingga individu dapat menekan ketakutan dalam keterlibatannya dalam sebuah

transakasi presentasi. Hal ini dikarenakan individu sudah mengetahui dan pernah

terlibat dalam prsentasi, walaupun hanya menjadi audiens misalnya.

Memonitor diri (self monitoring) membantu individu menanggulangi reaksi

diri yang berlebihan saat akan melakukan sebuah presentasi.dengan mampu

memonitor diri dengan baik membantu individu menjaga ketepatang di dalam

berprilaku., dalam artian dapat menata diri dan bereaksi dengan semestinya,

bukannya memprediksi secara negative dan kemudian bereaksi negatif secara

berlebihan. Dengan memiliki self monitoring tinggi seseorang akan mampu

menggunakan prilaku sendiri dan prilaku lawan bicara untuk memilih prilaku

selanjutnya dengan tepat (Hardjana, 2003).

Individu dengan kecemasan berpresentasi tidak memiliki keinginan untuk

melakukan sebuah proses presentasi. Hal tersebut dikarenakan individu memilki

pengetahuan yang kurang tentang situasi apada waktu berkomunikasi. Pengetahuan

akan situasi dan keadaan orang sekitar merupakan pegangan bagaimana individu

harus berprilakudalam situasi tersebut. Dengan adanya pengetahuan ini individu yang

aakan melakukan presentasi tidak akan melakukan penghindaran karena mengetahui

situasi seperti apa yang aakan dihadapi sehingga dapat meminimalisir kecemasan

yang dialami.

Oleh karena itu diasumsikn bahwa kepercayaan diri dan ketrampilan berkomunikasi

mempunyai hubungan negatif dengan kecemasan berpresentasi. Semakin tinggi

kepercayaan diri maka akan semakin rendah kecemasan berprsentasinya, begitu juga

dengan ketrampilan berkomunikasi, semakin tinggi ketrampilan berkomunikasinya

semakin rendah juga kecemasan berpresentasinya pada mahasiswa.

Hipotesis Penelitian

Ada hubungan negatif antara ketrampilan komunikasi dan kepercayaan diri

dengan kecemasan presentasi pada mahasiswa.

METODE PENELITIAN

1 Variabel tergantung adalah kecemasan presentasi.

2 Variabel bebas adalah : - ketrampilan komunikasi

- kepercayaan diri.

Subyek Penelitian

Subjek yang akan diambil dalam peneletian ini adalah mahasiswa yang sudah dan

masih aktif mengikuti kegiatan perkuliahan berjumlah 70 mahasiswa.

Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif. Metode pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk skala alat ukur. Skala yang

digunakan dalam penelitian ini adalah skala kepercayaan diri, skala ketrampilan

komunikasi, skala kecemasan presentasi.

1. Kecemasan Presentasi

Skala kecemasan presentasi diukur berdasarkan Aspek-aspek kecemasan

berpresentasi yang dugunakan mengacu pada teori yang dikemukakan menurut

Burgoon dan Ruffner (1978), Cadoret M.D dan King M.D (1983) dan Devito

(Puranamaningsih dan Utami) dalam (Endiarsari (2005) yaitu unwillingness,

takut terlibat dalam transaksi melakukan presentasi, mempunyai perasaan-

perasaan negatif dan meramalkan hasil yang negatif, menurunkan frekuensi dan

intensitas keterlibatan dalam transaksi melakukan presentasi, reaksi diri yang

berlebihan.

2. Ketrampilan Komunikasi

Skala ketrampilan komunikasi diukur berdasarkan Aspek-aspek ketrampilan

komunikasi yang dugunakan mengacu pada teori yang dikemukakan menurut

teori Hardjana (2003) dan prawitasari (kausyar, 2001). Aspek-aspek tersebut

adalah pengetahuan akan situasi pada waktu berkomunikasi, keterlibatan

interaktif, mendengarkan dengan pasif., mendengarkan dengan aktif, memonitor

diri (self monitoring).

3. Kepercayaan Diri

Skala kepercayaan diri diukur berdasarkan Aspek-aspek kepercayaan diri

yang digunakan mengacu pada teori yang dikemukakan menurut Davies ( 2004 ).

Aspek-aspek tersebut adalah mengetahui dan mampu melnilai diri sendiri,

mempunyai keahlian-keahlian sosial yang baik, mempunyai sikap yang positif,

tegas, mempunyai tujuan yang jelas, siap menghadapi tantangan-tantangan.

Metode Analisis Data

Metode analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah

korelasi product-moment dari Pearson yang dilakukan dengan program komputer

SPSS (Statistical Programme for Social Science) 13.0 for Window.

HASIL PENELITIAN

Dilihat dari koefisien determinasi (Adjusted R Square) hasil pengolahan data

diperoleh R² = 0,093 Sehingga sumbangan efektif yang diberikan ketrampilan

komunikasi dan kepercayaan diri terhadap variabel tergantung yaitu kecemasan

presentasi mahasiswa sebesar 9,3%, sedangkan sisanya sebesar 90.7% dipengaruhi

variabel lain diluar variabel tersebut. Sedangkan koefisien korelasinya Rxi,x2,y =

0,305.

Dari hasil pengolahan data antara keseluruhan variabel tersebut diketahui

bahwa F = 3,442 dan p = 0.038 (p > 0,01). Maka dapat disimpulkan bahwa antara

variabel ketrampilan komunikasi dan variabel kepercayaan diri dengan kecemasan

presentasi memiliki hubungan yang sangat signifikan ketika kedua variabel

independent diinteraksikan dan kemudian dikorelasikan engan varabel dependen.

Dari kedua variabel bebas tersebut diketahui bahwa variabel ketrampilan komunikasi

mempunyai korelasi yang lebih atau sumbangan yang lebih kuat. Hal ini dapat dilihat

melalui F = 5,900 dan p = 0.018 (p < 0,05). Sumbangan efektif yang diberikan

ketrampilan komunikasi terhadap kecemasan presentasi mahasiswa sebesar 8%,

sedangkan sisanya sebesar 92% dipengaruhi variabel lain diluar variabel tersebut.

Sedangkan koefisien korelasinya Rxi,x2,y = -0,283.

Sedangkan variabel kepercayaan diri mempunyai korelasi sebagai berikut F =

5,900 dan p = 0.018 (p < 0,05). Sumbangan efektif yang diberikan ketrampilan

komunikasi variabel tergantung yaitu kecemasan presentasi mahasiswa sebesar 7%,

sedangkan sisanya sebesar 92% dipengaruhi variabel lain diluar variabel tersebut.

Sedangkan koefisien korelasinya Rxi,x2,y = -0,264

PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis tentang adanya hubungan

negatif antara ketrampilan komunikasi dan kepercayaan diri dengan kecemasan

presentasi pada mahasiswa. Dari hasil pengolahan data yang sudah dilaksanakan

diketahui bahwa ketrampilan komunikasi dan kepercayaan diri dengan kecemasan

presentasi memiliki hubungan yang signifikan. Hal ini diperoleh melalui uji regresi

yang dilakukan kepada ketiga variabel tersebut, yaitu diketahui bahwa F = 3,442 dan

p = 0.038 (p < 0,05).

Hal ini berarti menunjukan bahwa hubungan antara ketrampilan komunikasi

dan kepercayaan diri dengan kecemasan presentasi pada mahasiswa yang diajukan

dalam penelitan ini memiliki korelasi yang kuat. Dari hal ini terbukti pula bahwa

semakin tinggi ketrampilan komunikasi dan kepercayaan diri yang dimiliki oleh

mahasiswa, maka semakin rendah kecemasan yang terjadi pada mahasiswa saat akan

melakukan sebuah presentasi. Begitu juga sebaliknya semakin rendah ketrampilan

komunikasi dan kepercayaan diri yang dimiliki oleh mahasiswa, maka semakin

rendah kecemasan yang terjadi pada saat akan melakukan presentasi.

Ketrampilan komunikasi dan kepercayaan diri terbukti secara signifikan

berpengaruh terhadap kecemasan presentasi. Sumbangan efektif ketrampilan

komunikasi dan kepercayaan diri terhadap kecemasan presentasi adalah sebesar 9,3%

( = 0,093). Sebanyak 9,3% kecemasan presentasi mahasiswa dipengaruhi oleh

ketrampilan komunikasi dan kepercayaan diri. Sedangkan sisanya sebanyak 90.7%

dipengaruhi variabel lain diluar variabel tersebut. Dengan demikian, kecemasan saat

akan melakukan presentasi pada mahasiswa akan menurun apabila seorang

mahasiswa memiliki ketrampilan komunikasi yang memadai dan juga memiliki rasa

percaya diri yang tinggi. Penjelasan ini memang masuk akal karena dilihat dari

kontribusi kedua variabel tersebut. Faktor diluar ketrampilan komunikasi dan

kepercaya diri yang dimaksud yang dapat mempengaruhi kecemasan presentasi

adalah peniruan (modeling), reinforcement yang dialami oleh setiap individu.

Dari kedua variabel bebas yang diajukan yaitu ketrampilan komunikasi dan

kepercayaan diri, diketahui bahwa variabel bebas ketrampilan komunikasi lebih

memiliki sumbangan yang lebih besar terhadap variabel tergantung kecemasan

presentasi. Hal ini berdasarkan pada F = 5,900 dan p = 0.018 (p < 0,05) dengan

sumbangan efektif yang diberikan ketrampilan komunikasi terhadap variabel

tergantung yaitu kecemasan presentasi mahasiswa sebesar 8%, sedangkan sisanya

sebesar 92% dipengaruhi variabel lain diluar variabel tersebut. Sedangkan koefisien

korelasinya Rxi,x2,y = -0,283.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hardjana (2003), yang

mengatakan bahwa dengan ketrampilan atau kecakapan komunikasi seseorang dapat

mengatasi rasa takut, bingung, dan kacau pikiran, tubuh gemetar, demam panggung

yang muncul dalam berkomunikasi (ketrampilan berkomunikasi dalam tinjauan

kecakapan behavioral). Dengan demikian, kecemasan saat akan melakukan presentasi

pada mahasiswa akan menurun apabila seorang mahasiswa memiliki ketrampilan

komunikasi yang memadai dan juga memilki rasa percaya diri yang tinggi.fakta ini

memang masuk akal karena dilihat dari kontribusi kedua variabel tersebut.

Lebih lanjut dikatakan bahwa ketrampilan berkomunikasi berkaitan dengan

kompetensi-kompetensi yang sebaiknya dimiliki dalam berkomunikasi dan

bagaimana melakukan komunikasi dengan efektif. Agar komunikasi berjalan lancar

dan mendapat hasil yang diharapkan, maka baik pemberi maupun penerima pesan

perlu memiliki kemampuan dan kecakapan/ketrampilan komunikasi yang diperlukan

(Hardjana, 2003).

Berdasarkan penjelasan ini bukan berarti bahwa variabel kepercayaan diri tidak

memiliki kontribusi yang berarti terhadap variabel kecemasan presentasi.

Berdasarkan proes analisis data diperoleh bahwa F = 5,103 dan p = 0.027 (p < 0,05)

dengan koefisien korelasinya Rxi,x2,y = -0,264.

sumbangan efektif yang diberikan variabel kepercayaan diri terhadap variabel

tergantung yaitu kecemasan presentasi mahasiswa sebesar 7%, penjelasan ini juga

berarti bahwa variabel kepercayaan diri mempunyai korelasi yang signifikan hanya

saja sumbangan yang diberikan terhadap kecemasan presentasi lebih sedikit daripada

yang diberikan ketrampilan komunikasi.

Pejelasan inipun senada dengan yang dipaparkan oleh Rakhmat, (2005) yang

menyebutkan bahwa faktor yang paling menentukan dalam hambatan komunikasi

adalah kurangnya kepercayaan diri. Seseorang yang kurang percaya diri akan

cenderung sedapat mungkin menghindari komunikasi. Mereka takut orang lain akan

mengejek atau menyalahkan, dalam diskusi, mereka akan lebih banyak diam, dalam

pidatao, mereka akan berbicara terpatah-patah (Rakhmat, 2005).

Dalam Davies (2004) juga dikatakan bahwa rasa percaya diri dapat membantu

seseorang apabila berhadapan dengan ketidakpastian, membantu melihat tantangan-

tantangan sebagai kesempatan-kesempatan, mengambil resiko-resiko yang dapat

diperhitungkan, dan membuat keputusan-keputusan dengan tepat.

Sumbangan efektif yang didapat dalam penelitian ini tergolong sangat kecil,

ini terjadi mungkin dikarenakan proses pengambilan data yang dilakukan tidak pada

saat subyek akan melakukan sebuah proses presentasi sehingga subyek tidak pada

kondisi yang sebenarnya yang diinginkan oleh penelitian ini. Sumbangan efektif yang

diperoleh saat kedua variabel independen dikorelsikan adalah 9.3%, sedangkan ketika

kedua variabel dipisahkan guna mengetahui variabel mana yang lebih mempengaruhi

variabel dependen adalah 8% dan 7%, jika dijumlahkan menjadi 15% bukan 9,3 %,

hal ini menunjukan bahwa antara kedua variabel independen pun kuat dimungkinkan

memiliki korelasi sehingga muncul hasil demikian.

Ada berbagai macam cara guna membangun dan meningkatkan kepercayaan

diri dan ketrampilan komunikasi guna menekan kecemasan saat akan melakukan

presentasi. Menurut Johnson (1981), dalam Supratiknya (1995) dijelaskan bahwa ada

tiga syarat yang harus dipenuhi agar seseorang dapat mengirimkan pesan secara

efektif. Pertama, individu yang bersangkutan harus mengusahakan agar pesan-pesan

yang akan dikirimkan mudah dipahami.

Kedua, sebagai pengirim individu harus memiliki kredibilitas dimata

penerima. Dengan kata lain jika individu ingin diperhatikan saat akan presentasi

maka mereka harus meningkatkan kredibilitas pribadinya, tentu saja berkaitang

dengan kompetensi bidang yang diinginkan. Ketiga, individu harus berusaha

mendapatkan umpan balik secara optimal tentang pengaruh pesan yang ingin mereka

sampaikan dalam diri penerima. Dengan demikian, individu tersebut harus memilki

kredibilitas dan terampil mengirimkan pesan.

Sedangkan dalam Davies (2004), mengatakan bahwa dalam pembangunan

rasa percaya diri yang berhasil membutuhkan suatu pendekatan yang terorganisasi

yaitu, bulatkan tekad yang dimilki, menetapkan tujuan-tujuan spesifik, mencari

dukungan, dan meletakkan masa lampau dibelakang untuk memulai suatu permulaan

yang baik. Sebagai sorang calon intelektual seorang mahasiswa mengerti betul

tentang pentingnya sebuah presentasi. Melalui kenyataan tersebutlah hendaknya

mahasiswa memiliki kesadaran untuk menstimulasi diri mereka masing-masing

dengan berbagai macam alternatif guna meningkatkan ketrampilan komunikasi dan

kepercayaan diri yang mereka miliki, semisal dengan berbagai macam alternatif yang

telah dikemukakan diatas.

SARAN

Berdasarkan hasil yang telah dicapai, maka peneliti mengajukan beberapa

saran sebagai berikut :

1. Bagi Subjek

Dalam usaha mengurangi kecemasan dalam melakukan sebuah proses presentasi,

hendaknya mahasiswa memperhatikan faktor ketrampilan komunikasi dan

kepercayaan diri. Hal ini dikarena kedua hal tersebut berperan penting dalam

mengurangi kecemasan dalam melakukan presentasi. Oleh karena itu, mahasiswa

diharapkan selalu menumbuhkan dan meningkatkan ketrampilan komunikasi dan

kepercayaan diri yang terdapat di dalam dirinya, agar dapat mengahadapi

tantangan-tantangan global.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Penggunaan respon Sangat Setuju, Setuju, Kurang Setuju, Tidak Setuju, dan

Sangat Tidak Setuju pada skala memiliki social desirability yang tinggi.

Sehubungan dengan itu, disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk

meningkatkan kualitas item yang akan dibuat, agar dapat memancing keadaan

subyek yang sebenarnya.

b. Pada penelitian selanjutnya, disarankan untuk mengambil subyek yang lebih

heterogen, dalam artian, peneliti mengambil subyek dari berbagai disiplin

ilmu yang terutama banyak menuntut mahasiswanya untuk melakukan sebuah

proses presentasi. Dalam melakukan pengambilan data hendaklah pada saat

subyek akan melakukan sebuah proses presentasi sehingga akurasi data yang

diperoleh dapat lebih tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Cadoret, M. D & King, M. D. 1983. Psychiatry in Primary Care. London

Davies, P. 2004. Meningkatkan Rasa Percaya Diri. Yogyakarta: Torrent Books.

DeVito, J. A. 1997. Human Comunnication. Jakarta: Professional Books.

Durand, M. V, &, Barlow, D. H. 2006. Intisari Psikologi Abnormal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Endiarsari, A. 2005. Hubungan Antara Efikasi Diri Akademik Dengan Kecemasan Melakukan Presentasi Pada Mahasiswa. Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia.

Haycock, L. A, McCarthy, P, and Skay, C. L. 1998. Procrastination in College Student: The Role of Self Efficacy and Anxiet .Journal of Counseling and Development Vol 76.

Hadi, S. 2001. Statistik Jilid 2. Yogyakarta : Andi Offset.

Hambly, K. 1992. Bagaimana Meningkatkan Kepercayaan Diri. Jarkarta: Arcan.

Harjdana, M. A. 2003. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius.

Hutagalung, A. E. Tatalaksana Diagnosis dan Terapi Gangguan Anxietas . www.idijakbar.com.

Kausyar, R. 2001. Kemampuan Negosiasi Ditinjau dari Ketrampilan Komunikasi dan Jenis Kelamin. Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Kiat sukses saat presentasi. Wwww.okezone.com.

Komunikasi yang Efektif . www.sinarharapan.co.id.

Memahami Dasar-Dasar Komunikasi. www.stekpi.ac.id.

Nevid, J. S, Rathus, S. A, &, Greene, B. 2003. Psikologi Abnormal Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Perbedaan Rasa Percaya Diri Antara Mahasiswa Yang Aktif Dengan Mahasiswa

Yang tidak Aktif Dalam Organisasi Kemahasiswaan Di UMM. www.digilib.itb.ac.id.

Powerful Public Speaking & Presentation Skills Two Days Training & Workshop. Www.eureca-educenter.com.

Presentasi. www. Wikipedia. Org

Rakhmat, J. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosda.

Rissyo Melandy RM dan Aziza, N. 2006. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akutansi, Kepercayaan Diri Sebagai Variabel Pemoderasi. Simposium Nasional Akuntansi 9. 23-26 Agustus 2006. Padang: Universitas Bengkulu.

Supratiknya, A. 1995. Komunikasi Antar Pribadi. Tinjauan Psikologis. Yogyakarta: Kanisius.

Supratiknya, A. 1995. Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta: Kanisius.

Strategi Presentasi Efektif, Keep it Simple!. www. Itb. ac. Id .

Trismiati. 2004. Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Pria dan Wanita Akseptor Kontrasepsi Mantab Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Jurnal Psyche Vol 1 No 1. Fakultas Psikologi Universitas Bina Dharma Palembang.

Whalen, D. J. 2005. I See What You Mean. Yogyakarta: Alinea.

Wiramiharja, A. W. 2005. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung: Refika Aditama.

Wulandari, L. H. 2004. Efektivitas Modifikasi Perilaku Untuk mengurangi Kecemasan Komunikasi Antar Pribadi. USU Repository. Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara.