TINGKAT KECEMASAN

25
 Kamis, 03 Maret 2011 Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operatif diruang Bedah Pria BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang bisa menimbulkan kecemasan. Kecemasan biasanya berhubungan dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan. Pasien yang mengalami kecemasan menunjukkan gejela mudah tersinggung, susah tidur, gelisah, lesu, mudah menangis dan tidur tidak nyenyak. Kecemasan pasien pre operatif disebabkan berbagai faktor, salah satunya adalah faktor pengetahua n dan sikap perawat dalam menga plikasikan pencegahan ke cemasan pada pasien pre operatif.  1 Menurut Carpenito (1999), menyatakan 90% pasien pre operatif berpotensi mengalami kecemasan. Menurut Long (1996), kecemasan ( ansietas ) adalah respon psikologik terhadap stres yang mengandung komponen fisiologik dan psikologik. Reaksi fisiolog is terhadap kecemasan  merupakan reaksi yang pertama timbul pada sistem saraf otonom, meliputi peningkatan frekuensi nadi dan respirasi, pergeseran tekanan darah dan suhu, relaksasi otot polos pada kandung kemih dan usus, kulit dingin dan lembab. Manifestasi yang khas pada pasien pre operatif tergantung pada setiap individu dan dapat meliputi menarik diri, membisu, mengumpat, mengeluh dan menangis. Respon psikologis secara umum berhubungan adanya

Transcript of TINGKAT KECEMASAN

Page 1: TINGKAT KECEMASAN

5/16/2018 TINGKAT KECEMASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tingkat-kecemasan 1/25

Kamis, 03 Maret 2011

Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operatif diruang Bedah Pria 

BAB 1 

PENDAHULUAN 

1.1  Latar Belakang 

Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang bisa menimbulkan

kecemasan. Kecemasan biasanya berhubungan dengan segala macam prosedur asing yang

harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat prosedur

pembedahan dan tindakan pembiusan. Pasien yang mengalami kecemasan menunjukkan

gejela mudah tersinggung, susah tidur, gelisah, lesu, mudah menangis dan tidur tidak 

nyenyak. Kecemasan pasien pre operatif disebabkan berbagai faktor, salah satunya adalah

faktor pengetahuan dan sikap perawat dalam mengaplikasikan pencegahan kecemasan pada

pasien pre operatif.

1

Menurut Carpenito (1999), menyatakan 90% pasien pre operatif berpotensi mengalami

kecemasan. Menurut Long (1996), kecemasan (ansietas) adalah respon psikologik terhadap

stres yang mengandung komponen fisiologik dan psikologik. Reaksi fisiologis terhadap

kecemasan  merupakan reaksi yang pertama timbul pada sistem saraf otonom, meliputi

peningkatan frekuensi nadi dan respirasi, pergeseran tekanan darah dan suhu, relaksasi otot

polos pada kandung kemih dan usus, kulit dingin dan lembab. Manifestasi yang khas pada

pasien pre operatif tergantung pada setiap individu dan dapat meliputi menarik diri, membisu,

mengumpat, mengeluh dan menangis. Respon psikologis secara umum berhubungan adanya

Page 2: TINGKAT KECEMASAN

5/16/2018 TINGKAT KECEMASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tingkat-kecemasan 2/25

kecemasan menghadapi anestesi, diagnosa penyakit yang belum pasti, keganasan, nyeri,

ketidaktahuan tentang prosedur operasi dan sebagainya. Hasil survey pendahuluan di ruang D

(Bedah Pria) RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya pada tanggal 20-22 Maret 2010

tentang tingkat kecemasan pasien pre operatif menunjukkan bahwa dari 10 orang pasien

terdapat 5 orang (50 %) yang memiliki tingkat kecemasan dalam kategori sedang, 2 orang (20

%) dalam kategori ringan, responden dengan tingkat kecemasan berat sebanyak 2 orang (20

%), dan responden yang tidak merasa cemas sebanyak 1 orang (10%). Perawat mempunyai

peranan yang sangat penting dalam setiap tindakan pembedahan baik pada masa sebelum,

selama maupun setelah operasi. Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk 

mempersiapkan pasien baik secara fisik maupun psikis.

Keperawatan pre operatif merupakan tahapan awal dari keperawatan perioperatif.

Kesuksesan tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat bergantung pada fase ini. Hal

ini disebabkan fase ini merupakan awal yang menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan-

tahapan berikutnya. Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini akan berakibat fatal pada tahap

berikutnya. Pengakajian secara integral dari fungsi pasien meliputi fungsi fisik biologis dan

psikologis sangat diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi. Fase pre

operatif dari peran keperawatan dimulai ketika keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan

berakhir ketika pasien dikirim ke ruang operasi. Tindakan operasi atau pembedahan

merupakan pengalaman yang sulit bagi hampir semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk 

bisa saja terjadi yang akan membahayakan bagi pasien. Maka seringkali pasien dan

keluarganya menunjukkan sikap yang agak berlebihan dengan kecemasan yang dialami.

Kecemasan dialami pasien dan keluarga biasanya terkait dengan segala macam prosedur

asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat segala

macam prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan. Perawat mempunyai peranan yang

sangat penting dalam setiap tindakan pembedahan baik pada masa sebelum, selama maupun

Page 3: TINGKAT KECEMASAN

5/16/2018 TINGKAT KECEMASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tingkat-kecemasan 3/25

setelah operasi. Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk mempersiapkan klien

baik secara fisik maupun psikis. Tingkat keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada

setiap tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait

(dokter bedah, dokter anestesi dan perawat) disamping peranan pasien yang kooperatif 

selama proses perioperatif . Dampak yang mungkin muncul bila kecemasan pasien pre

operatif stidak segera ditangani, yang pertama pasien dengan tingkat kecemasan tinggi tidak 

akan mampu berkonsentrasi dan memahami kejadian selama perawatan dan prosedur. Kedua,

harapan pasien terhadap hasil, pasien mungkin sudah memiliki gambaran tersendiri mengenai

pemulihan setelah pembedahan. Ketiga pasien akan merasa lebih nyaman dengan

pembedahan jika pasien mengetahui momen yang dihadapi pada saat hari pembedahan tiba.

Keempat, pasien mungkin memerlukan penjelasan mengenai nyeri yang akan di rasakan

setelah operasi. Nyeri adalah suatu fenomena pascaoperatif yang memperlambat pemulihan.

Apabila pasien mencapai harapan yang realistik terhadap nyeri dan mengetahui cara

mengatasinya, rasa cemas akan jauh berkurang. Oleh sebab itu perlu peran perawat untuk 

mengevaluasi pemahaman pasien mengenai prosedur pre operatif.

Individu dapat mengatasi kecemasan dengan menggerakkan sumber koping di

lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal ekonomik, kemampuan penyelesaian

masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat membantu seseorang

mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stres dan mengadopsi strategi koping yang

berhasil. Peran perawat sangat penting dalam tindakan pre operatif dapat menggunakan

metode STOP yaitu mencari dan mengidentifikasi apa yang menjadi sumber masalah

(Source), mencoba berbagai rencana pemecahan masalah yang telah disusun (Trial and 

error ), menganjurkan pasien meminta bantuan orang lain bila diri sendiri tidak mampu

(Others), menganjurkan pasien untuk berdoa kepada Tuhan (Pray and patient ). Oleh sebab

Page 4: TINGKAT KECEMASAN

5/16/2018 TINGKAT KECEMASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tingkat-kecemasan 4/25

itu, peneliti tertarik melakukan kajian tentang Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operatif di

Ruang D (Bedah Pria) RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

1.2  Rumusan Masalah 

Bagaimana Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operatif diruang D (Bedah Pria) RSUD Dr.

Doris Sylvanus Palangka Raya?

1.3 Tujuan Penelitian 

Mengidentifikasi tingkat kecemasan pasien pre operatif yang dirawat diruang D (Bedah

Pria) RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

1.3  Manfaat Penelitian 

1.3.1 Teoritis

Memperkuat teori tentang kecemasan pada pasien pre operatif dan pengembangan ilmu

pengetahuan di bidang keperawatan khususnya perawatan pre operatif.

1.3.2 Praktis

1) Bagi Rumah Sakit

Memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai umpan balik dalam peningkatan

pelayanan keperawatan pada pasien dengan pre operatif.

2)  Bagi Perawat

Menambah pengetahuan dalam upaya peningkatan kualitas personal perawat dan

sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan aplikasi pencegahan

Page 5: TINGKAT KECEMASAN

5/16/2018 TINGKAT KECEMASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tingkat-kecemasan 5/25

kecemasan pasien pre operatif serta sebagai masukan agar perawat lebih meningkatkan

kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan secara menyeluruh pada pasien.

Page 6: TINGKAT KECEMASAN

5/16/2018 TINGKAT KECEMASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tingkat-kecemasan 6/25

BAB 2 

TINJAUAN PUSTAKA 

2.1  Konsep Teori Kecemasan 

2.1.1  Pengertian Kecemasan

Kecemasan adalah keadaan dimana indvidu atau kelompok mengalami perasaan gelisah

(penilaian atau opini) dan aktivasi sistem saraf autonom dalam berespons terhadap ancaman

yang tidak jelas, nonspesifik (Carpenito, 2000 : 9).

Kecemasan (kecemasan) merupakan suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan

dan tidak dapat dibenarkan yang sering disertai dengan gejala fisiologis, yang dirasakan oleh

pasien pre operatif (David, 2003 : 96).

Kecemasan adalah respon subjektif terhadap stres. Ciri-ciri kecemasan adalah

keprihatinan, kesulitan, ketidakpastian, atau ketakutan yang terjadi akibat ancaman yang

nyata atau dirasakan (Isaacs, 2004 : 48).

Kecemasan akibat terpajan pada peristiwa traumatik yang dialami individu yang

mengalami, menyaksikan atau menghadapi satu atau beberapa peristiwa yang melibatkan

kematian aktual atau ancaman kematian atau cidera serius atau ancaman integritas fisik diri

sendiri (Doenges, 2006 : 371).

Kecemasan merupakan gejolak emosi seseorang yang berhubungan dengan sesuatu

diluar dirinya dan mekanisme diri yang digunakan dalam mengatasi permasalahan (Asmadi,

2009 : 165).

2.1.2  Penyebab Kecemasan

6

Page 7: TINGKAT KECEMASAN

5/16/2018 TINGKAT KECEMASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tingkat-kecemasan 7/25

Menurut Andaners (2009), penyebab rasa cemas dapat dikelompokan pula menjadi 3

faktor, yaitu :

1)  Faktor biologis atau fisiologis, berupa ancaman akan kekurangan makanan, minuman,

perlindungan dan keamanan.

2)  Faktor psikososial, yaitu ancaman terhadap konsep diri, kehilangan orang atau benda yang

dicintai, perubahan status sosial atau ekonomi.

3)  Faktor perkembangan, yaitu ancaman pada masa bayi, anak, remaja.

2.1.3  Faktor Predisposisi

Menurut Asmadi (2009 : 165), berbagai faktor predisposisi yang dijelaskan ke dalam

beberapa teori mengenai kecemasan. Teori tersebut antara lain :

1)  Teori Psikoanalisis

Menurut pandangan psikoanalisis, kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi

antara dua elemen kepribadian, yaitu id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan

impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan

dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari

dua elemen tersebut, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

2)  Teori Interpersonal

Kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap penolakan saat berhubungan dengan

orang lain. Kecemasan ini juga dihubungkan dengan trauma pada masa pertumbuhan, seperti

kehilangan dan perpisahan dengan orang yang dicintai. Penolakan terhadap eksistensi diri

oleh orang lain atau masyarakat akan menyebabkan individu yang bersangkutan menjadi

cemas. Namun, bila keberadaannya diterima oleh orang lain, maka ia akan merasa tenang dan

tidak cemas. Kecemasan berkaitan dengan hubungan antara manusia.

3)  Teori Perilaku

Page 8: TINGKAT KECEMASAN

5/16/2018 TINGKAT KECEMASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tingkat-kecemasan 8/25

Kecemasan merupakan hasil frustasi. Ketidakmampuan atau kegagalan dalam mencapai

suatu tujuan yang diinginkan akan menimbulkan frustasi atau keputusasaan. Keputusasaan

inilah yang menyebabkan seseorang menjadi cemas.

Menurut Stuart (1998 : 179), berbagai faktor predisposisi yang dijelaskan ke dalam

beberapa teori mengenai asal kecemasan yaitu :

1)  Teori Psikoanalitik 

Kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian id dan

superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego

mencerminkan hati nurani seseorang dan dikembalikan oleh norma-norma budaya seseorang.

Ego atau Aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan, dan fungsi

kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

2)  Teori Interpersonal

Kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan

penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti

perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri

rendah terutama mudah mengalami perkembangan kecemasan yang berat.

3)  Teori perilaku

Kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu

kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku lain

menganggap kecemasan sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari

dalam untuk menghindari kepedihan. Pakar tentang pembelajaran menyakini bahwa individu

yang terbiasa dalam kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan lebih

sering menunjukkan kecemasan pada kehidupan selanjutnya.

4)  Kajian Keluarga

Page 9: TINGKAT KECEMASAN

5/16/2018 TINGKAT KECEMASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tingkat-kecemasan 9/25

Kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang

tindih dalam gangguan kecemasan dan antara gangguan kecemasan dengan depresi.

5)  Kajian Biologis

Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzo diaz epindes.

Reseptor ini, mungkin membantu mengatur kecemasan. Penghambat asam aminobutirik-

gamma neroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme

biologis berhubungan dengan kecemasan, sebagaimana halnya endorphin. Selain itu, telah

dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi;

terhadap kecemasan. Kecemasan mungkin disertai gangguan fisik dan selanjutnya

menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stesor.

2.1.4  Faktor Presipitasi

Menurut Stuart (1998 : 181), kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan yang tidak 

pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Pengalaman

kecemasan seseorang tidak sama pada beberapa situasi dan hubungan interpersonal. Namun

demikian secara umum ancaman besar yang dapat menimbulkan kecemasan dikategori

menjadi 2, yaitu :

1)  Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan

datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.

2)  Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan indentitas, harga diri dan

fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.

Page 10: TINGKAT KECEMASAN

5/16/2018 TINGKAT KECEMASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tingkat-kecemasan 10/25

Menurut Esperanza (1997), Fundamental of Nursing Practice a Nursing Poscess

 Aproach, faktor pencetus kecemasan antara lain:[1]) 

1)  Perubahan patologi dari penyebab penyakit atau suatu injuri.

2)  Trauma (injuri, luka bakar, serangan, elektrik, shock).

3)  Tidak adekuatnya; makanan, kehangatan, dan pencegahan.

4)  Tidak terpenuhinya kebutuhan dasar (kelaparan, gangguan seksual).

5)  Program terapi (diet, terapi fisik, psikoterapi).

6)  Kekacauan hubungan sosial dan keluarga.

7)  Konflik sosial dan budaya.

8)  Perubahan fisiologis yang normal (pubertas, menstruasi, kehamilan dan menopause).

9)  Peristiwa yang menyebabkan stressful (peristiwa yang penting dalam kegiatan sosial,

wawancara dan diagnostik test).

10)  Membayangkan ancaman dari injuri (sumber dari stress yang tidak dapat dipastikan).

11)  Bencana alam (gempa bumi, banjir).

12)  Serangan wabah, bakteri, virus atau parasit.

13)  Isolasi sosial.

14)  Kompetisi dalam olahraga.

15)  Perpindahan tempat tinggal.

16)  Peperangan.

17)  Kegiatan sehari-hari dari kehidupan (entertaining, pengemudi).

18)  Situasi positif dari peristiwa kehidupan (menikah, mempunyai bayi, lulus kuliah).

2.1.5  Tingkat Kecemasan dan Karakteristik 

Menurut Asmadi (2009 : 166), kemampuan untuk merespons terhadap suatu ancaman

yang berbeda satu sama lain. Perbedaan kemampuan ini berimplikasi terhadap perbedaan

tingkat kecemasan yang dialami. Respons individu terhadap kecemasan beragam dari

kecemasan sampai panik.

Page 11: TINGKAT KECEMASAN

5/16/2018 TINGKAT KECEMASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tingkat-kecemasan 11/25

2.1.5.1  Rentang Respons Kecemasan

Menurut Stuart (1998 : 176), rentang respons sehat sakit dapat dipakai untuk 

menggambarkan respons adaptif-maladaptif pada kecemasan.

Gambar 2.1 Rentang Respons Kecemasan. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3, Stuart (1998).

2.1.5.2  Tingkat Kecemasan

Menurut Asmadi (2009 : 167), tiap tingkatan kecemasan mempunyai karakteristik atau

manifestasi yang berbeda satu sama lain. Manifestasi kecemasan yang terjadi bergantung

pada kematangan pribadi, pemahaman dalam menghadapi ketegangan, harga diri, dan

mekanisme koping yang digunakannya.

Tabel 2.1 Tingkat Kecemasan dan Karakteristik. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan

Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien, Asmadi (2009).

Tingkat Kecemasan Karakteristik 

Kecemasan ringan Berhubungan dengan ketegangan dalam peristiwa sehari-hari

Kewaspadaan meningkatPersepsi terhadap lingkungan meningkat

Dapat menjadi motivasi positif untuk belajar dan menghasilkan

kreativitas

Respons fisiologis: sesekali napas pendek, nadi dan tekanan

darah meningkat sedikit, gejala ringan pada lambung, muka

berkerut, serta bibir bergetar.

Respons kognitif: mampu menerima rangsangan yang kompleks,

konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif,

dan terangsang untuk melakukan tindakan.

Respons perilaku dan emosi: tidak dapat duduk tenang, tremor

halus pada tangan, dan suara kadang-kadang meninggi.Kecemasan sedang Respons fisiologis: sering napas pendek, nadi ekstra sistol dan

tekanan darah meningkat, mulut kering, anoreksia diare/ 

konstipasi, sakit kepala, sering berkemih, dan letih.

Respons kognitif: memusatkan perhatiannya pada hal yang

penting dan mengesampingkan yang lain, lapang persepsi

menyempit, dan rangsangan dari luar tidak mampu diterima.

Respons perilaku dan emosi: gerakan tersentak- sentak, terlihat

lebih tegang, bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur, dan

perasaan tidak aman.

Kecemasan Berat Individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan

mengabaikan hal yang lain.

Respons fisiologis: napas pendek, nadi dan tekanan darah naik,

Page 12: TINGKAT KECEMASAN

5/16/2018 TINGKAT KECEMASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tingkat-kecemasan 12/25

berkeringat dan sakit kepala, penglihatan berkelabut, serta

tampak tegang

Respons kognitif: tidak mampu berpikir berat lagi dan

membutuhkan banyak pengarahan / tuntutan, serta lapang

persepsi menyempit.

Respons perilaku dan emosi: perasaan terancam meningkat dankomunikasi menjadi terganggu (verbalisasi cepat).

Panik Respons fisiologis: napas pendek, rasa tercekik dan palpitasi,

sakit dada, pucat, hipotensi, serta rendahnya koordinasi motorik.

Respons kognitif: gangguan realitas, tidak dapat berpikir logis,

persepsi terhadap lingkungan mengalami distorsi, dan

ketidakmampuan memahami situasi.

Respons perilaku dan emosi: agitasi, mengamuk dan marah,

ketakutan, berteriak-teriak, kehilangan kendali/kontrol diri

(aktivitas motorik tidak menentu), perasaan terancam, serta

dapat berbuat sesuatu yang membahayakan diri sendiri dan/ atau

orang lain.

2.1.5.3  Respon Fisiologis, Perilaku, Kognitif dan Afektif Terhadap Kecemasan

Menurut Stuart (1998 : 177-179), kecemasan dapat diekspresikan secara langsung

melalui perubahan fisiologis dan perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala

atau mekanisme koping sebagai upaya untuk melawan kecemasan. Intensitas perilaku akan

meningkat sejalan dengan tingkat kecemasan.

Tabel 2.2 Respons Fisiologis terhadap Kecemasan. Buku saku Keperawatan Jiwa Edisi 3, Stuart (1998).

Sistem Tubuh Respons

Kardiovaskular Palpitasi

Jantung berdebar

Tekanan darah meninggi

Rasa mau pingsan*

Pingsan*

Tekanan darah menurun*Denyut nadi menurun*

Pernapasan Napas cepat

Napas pendek 

Tekanan pada dada

Napas dangkal

Pembengakakan pada tenggorok 

Sensasi tercekik 

Terengah-engah

Neuromuskular Refleks meningkat

Reaksi kejutan

Page 13: TINGKAT KECEMASAN

5/16/2018 TINGKAT KECEMASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tingkat-kecemasan 13/25

Mata berkedip-kedip

Insomnia

Tremor

Rigiditas

Gelisah

Wajah tegangKelemahan umum

Kaki goyah

Gerakan yang janggal.

Gastrointestinal Kehilangan nafsu makan

Menolak makanan

Rasa tidak nyaman pada abdomen*

Mual*

Rasa terbakar pada jantung*

Diare*

Traktus urinarius

Tidak dapat menahan kencing*

Sering berkemih

Kulit Wajah kemerahan

Berkeringat setempat (telapak tangan)

Gatal

Rasa panas dan dingin pada kulit

Wajah pucat

Berkeringat seluruh tubuh

*Respons Parasimpatis.

Tabel 2.3 Respons Perilaku, Kognitif dan Afektif terhadap Kecemasan. Buku saku Keperawatan Jiwa

Edisi 3, Stuart (1998).Sistem Respons

Perilaku Gelisah

Ketegangan fisik 

Tremor

Gugup

Bicara cepat

Kurang koordinasi

Cenderung mendapat cedera

Menarik diri dari hubungan interpersonal.

Menghalangi

Melarikan diri dari masalahMenghindari

Hiperventilasi

Kognitif Perhatian terganggu

Konsentrasi buruk 

Pelupa

Salah dalam memberikan penilaian

Preokupasi

Hambatan berpikir

Bidang persepsi menurun

Kreativitas menurunBingung

Page 14: TINGKAT KECEMASAN

5/16/2018 TINGKAT KECEMASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tingkat-kecemasan 14/25

Sangat waspada

Kesadaran diri meningkat

Kehilangan objektivitas

Takut kehilangan kontrol

Takut pada gambaran visual

Takut cedera atau kematianAfektif Mudah terganggu

Tidak sabar

Gelisah

Tegang

Nervus

Ketakutan

Alarm

Teror

Gugup

Gelisah

2.1.6  Mekanisme Koping Terhadap Kecemasan

Menurut Asmadi (2009 : 168), Setiap ada stressor  penyebab individu mengalami

kecemasan, maka secara otomatis muncul upaya untuk mengatasinya dengan berbagai

mekanisme koping. Penggunaan mekanisme koping menjadi efektif bila didukung oleh

kekuatan lain dan adanya keyakinan pada individu yang besangkutan bahwa mekanisme

koping yang digunakan dapat mengatasi kecemasan nya. Sumber koping merupakan modal

kemampuan yang dimiliki individu guna mengatasi kecemasan. Kecemasan perlu diatasi

untuk mencapai keadaan homeostatis dalam diri individu, baik secara fiosiologis maupun

psikologis. Apabila individu tidak mampu mengatasi kecemasan secara konstruktif, maka

ketidakmampuan tersebut dapat menjadi penyebab utama terjadinya perilaku patologis.

Secara umum, mekanisme koping terhadap kecemasan diklasifikasikan ke dalam dua

kategori yaitu :

2.1.6.1  Strategi Pemecahan Masalah ( problem solving strategi) 

Strategi pemecahan masalah bertujuan untuk mengatasi atau menanggulangi masalah

atau ancaman yang ada dengan kemampuan pengamatan secara realitis. Beberapa contoh

strategi pemecahan masalah yang dapat digunakan antara lain :

Page 15: TINGKAT KECEMASAN

5/16/2018 TINGKAT KECEMASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tingkat-kecemasan 15/25

1)  Meminta bantuan kepada orang lain.

2)  Secara besar hati, mampu mengungkapkan perasaan sesuai dengan situasi yang ada.

3)  Mencari lebih banyak informasi yang terkait dengan masalah yang dihadapi, sehingga

masalah tersebut dapat diatasi secara realitis.

4)  Menyusun beberapa rencana untuk memecahkan masalah.

5)  Meluruskan pikiran atau persepsi terhadap masalah. Bayangan pikiran yang dimiliki setiap

orang memberikan pengaruh yang besar dalam kehidupan pribadi. Sebab, segala sesuatu yang

dilakukan individu adalah reaksi langsung dari apa yang ada dalam pikirannya.

Strategi pemecahan masalah ini secara ringkas dapat digunakan dengan metode STOP,

yaitu :

1)  Source 

Mencari dan mengidentifikasi apa yang menjadi sumber masalah.

2)  Trial and  error  

Mencoba berbagai rencana pemecahan masalah yang telah disusun . bila satu metode

tidak berhasil, maka mencoba lagi dengan metode lain.hal yang perlu dihindari adalah adanya

rasa keputusasaan terhadap kegagalan yang dialami.

3)  Others 

Minta bantuan orang lain bila diri sendiri tidak mampu.

4)  Pray and patient  

Berdoa kepada Tuhan sebab Dia adalah Zat yang Maha mengetahui segala sesuatu yang

ada didunia ini. Dia pula yang memberikan jalan yang terbaik buat manusia sebab manusia

memilikibanyak keterbatasan. Dengan berdoa, maka hati, jiwa, dan pikiran seseorang akan

menjadi tentram dan tenang. Juga harus sabar denagn berlapang dada menerima kenyataan

yang ada pada dirinya.

2.1.6.2  Mekanisme Pertahanan Diri ( Defence mechanism)

Page 16: TINGKAT KECEMASAN

5/16/2018 TINGKAT KECEMASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tingkat-kecemasan 16/25

Mekanisme pertahanan diri merupakan mekanisme penyesuaian ego yaitu usaha untuk 

melindungi diri dari perasaan tidak adekuat. Beberapa ciri mekanisme pertahanan diri antara

lain :

1)  Bersifat hanya sementara karena berfungsi hanya untuk melindungi atau bertahan dari hal-

hal yang tidak menyenagkan dansecara tidak langsung mengatasi masalah.

2)  Mekanisme pertahanan diri terjadi diluar kesadaran. Individu tidak menyadari bahwa

mekanisme pertahanan diri tersebut sedang terjadi.

3)  Sering kali tidak berorientasi pada kenyataan.

Tabel 2.4 Jenis-jenis mekanisme pertahanan diri ( Defence mechanism). Teknik ProseduralKeperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien, Asmadi (2009).

Jenis Mekanisme Pertahanan Diri Uraian

Denial Menghindar atau menolak untuk melihat kenyataan yang

tidak diinginkan dengan cara mengabaikan atau menolak 

kenyataan tersebut. Misalnya, individu yang telah terdeteksi

secara akurat mengidap AIDS, maka dia mengatakan bahwa

dirinya hanya sakit flu biasa. Penyangkalan terhadap

kenyataan merupakan pembelaan ego yang paling sederhana

dan primitif.

Proyeksi Menyalahkan orang lain mengenai ketidakmampuan

pribadinya atas kesalahan yang ia perbuat. Mekanisme ini

digunakan untuk menghindari celaan dan hukuman yang

mungkin akan ditimpakan pada dirinya. Akan tetapi,

mekanisme pembelaan diri ini tidak realistis. Misalnya,

seorang mahasiswa yang tidak lulus ujian, ia mengatakan

bahwa dirinya tidak lulus karena dosennya sentimen terhadap

dirinya.

Page 17: TINGKAT KECEMASAN

5/16/2018 TINGKAT KECEMASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tingkat-kecemasan 17/25

Represi Menekan ke alam tidak sadar dan sengaja melupakan

terhadap pikiran, perasaan, dan pengalaman yang

menyakitkan. Individu yang menggunakan mekanisme represi

sebenarnya menipu diri sendiri. Sebab, ia hanya melindungi

dirinya dari masalah yang sebenarnya dapat diatasi secara

lebih realistis. Misalnya, seorang remaja yang diputuskancintanya oleh kekasihnya, maka ia sengaja melupakan. Setiap

ada orang yang menanyakan, ia selalu menjawab dengan

perkataan: "Sudahlah tidak usah menanyakan itu lagi."

Regresi Kemunduran dalam hal tingkah laku yang dilakukan individu

dalam menghadapi stres. Misalnya, pengantin baru yang lari

pulang ke rumah orang tuanya masing-masing karena

mengalami masalah dalam rumah tangganya. Dalam regresi,secara tidak sadar, individu mencoba lagi berperilaku seperti

anak kecil, bergantung kepada orang lain, dan tidak mau

berpikir susah.

Rasionalisasi Berusaha memberikan alasan yang masuk akal terhadap

perbuatan yang dilakukannya. Padahal perbuatan yang

dilakukan sebenarnya tidak baik. Namun, ia berusaha agar

perbuatan/perilakunya dapat diterima. Misalnya, mahasiswa

yang terlambat datang ujian mengatakan bahwa di jalan

macet total. Rasionalisasi mempunyai dua segi pembelaan

yaitu:

Membantu kita membenarkan yang kita lakukanMenolong kita mengurangi kekecewaan yang berhubungan

dengan cita-cita yang tidak tercapai.

Fantasi Keinginan yang tidak terkabul dipuaskan dalam imajinasi

yang diciptakan sendiri dan merupakan situasi yang

berkhayal/berfantasi. Misalnya, seorang mahasiswa yang

kurang pandai, lalu berfantasi mendapat nilai cum laude.

Fantasi dapat menjadi produktif ataupun bahkan sebaliknya.Fantasi yang produktif dapat menajdi motivasi yang kuat

dalam menyelesaikan masalah. Sedangkan fantasi yang

nonproduktif bersifat hanya untuk memuaskan khayalan

sebagai pengganti kekurangan, tetapi tidak menimbulkan

motivasi untuk berprestasi.

Page 18: TINGKAT KECEMASAN

5/16/2018 TINGKAT KECEMASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tingkat-kecemasan 18/25

 Displacement  Memindahkan perasaan yang tidak menyenangkan dari

seseorang atau objek ke orang atau objek lain yang biasanya

lebih kurang berbahaya daripada semula. Misalnya, tidak 

lulus ujian langsung membanting dan membuang buku-

bukunya.

 Displacement  tidak menyelesaikan masalah. Bahkan dapatmenciptakan masalah baru, misalnya seorang pegawai yang

melampiaskan emosinya ke istrinya lantaran waktu di kantor

dimarahi pimpinannya.

Undoing Tindakan atau komunikasi tertentu yang bertujuan

menghapuskan atau meniadakan tindakan sebelumnya.

Misalnya, meminta maaf.

 Reaction formation Mengembangkan pola sikap dan perilaku tertentu yang

disadari, tetapi berlawanan dengan perasaan dan

keinginannya. Misalnya, seorang lelaki yang mencintai

seorang perempuan. Lalu ditanya oleh temannya, ia

menjawab: "Saya benci dengan gadis itu."

Kompensasi Menutupi kekurangan dengan meningkatkan kelebihan yang

ada pada dirinya. Misalnya, mahasiswa yang kemampuan

belajarnya kurang lalu menekuni musik karena musik 

merupakan kelebihannya.

Sublimasi Penyaluran rangsangan/nafsu yang tidak tercapai ke dalam

kegiatan lain yang bisa diterima oleh masyarakat. Misalnya,

seseorang yang senang berkelahi lalu disalurkan ke dalam

bentuk olahraga tinju.

2.1.7  Intervensi Keperawatan Pasien Dengan Kecemasan

Menurut Asmadi (2009 : 169), pada pasien dengan kecemasan ringan, tidak ada

intervensi khusus sebab pada ansietas ringan ini pasien masih mampu mengontrol dirinya dan

mampu membuat keputusan yang tepat dalam penyelesaian masalah. Sedangkan pada

ansietas sedang, intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan pola

mekanisme koping yang positif seperti penjelasan di atas.

Page 19: TINGKAT KECEMASAN

5/16/2018 TINGKAT KECEMASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tingkat-kecemasan 19/25

Kecemasan berat dan panik, terdapat strategi khusus yang perlu diperhatikan oleh

perawat dalam pemberian asuhan keperawatan. Prinsip intervensi keperawatan pada pasien

tersebut adalah melindungi klien dari bahaya fisik dan memberikan rasa aman pada pasien

karena pasien tidak dapat mengendalikan perilakunya.

Setelah tingkat kecemasan pasien menurun sampai tingkat sedang atau ringan, prinsip

intervensi keperawatan yang diberikan adalah re-edukatif atau berorientasi pada kognitif.

Tujuannya adalah menolong klien dalam mengembangkan kemampuan menoleransi ansietas

dengan mekanisme koping dan strategi pemecahan masalah yang konstruktif. Intervensi

utama yang harus dilakukan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien

ansietas adalah menyadari untuk mengenali perasaannya dan juga mampu mengendalikannya.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pre Operatif 

2.2.1 Pengkajian Keperawatan

Menurut Hidayat (2008 : 164), beberapa hal yang perlu dikaji dalam tahap prabedah

adalah pengetahuan tentang persiapan pembedahan dan pengalaman masa lalu, kesiapan

psikologis, pengobatan yang memengaruhi kerja obat anestesi, seperti antibiotika yang

berpotensi dalam istirahat otot, antikoagulan yang dapat meningkatkan perdarahan,

antihipertensi yang memengaruhi anestesi yang dapat menyebabkan hipotensi, diuretika yang

berpengaruh pada ketidakseimbangan potasium, dan Iain-lain. Selain itu, terdapat juga

pengkajian terhadap riwayat alergi obat atau lainnya, status nutrisi, ada atau tidaknya alat

protesa seperti gigi palsu, dan sebagainya.

Pemeriksaan lain yang dianjurkan sebelum pelaksanaan bedah adalah radiografi

thoraks, kapasitas vital, fungsi paru, dan analisis gas darah pada pemantauan sistem respirasi,

kemudian pemeriksaan elektrokardiogram, darah, leukosit, eritrosit, hematokrit, elektrolit,

pemeriksaan air kencing, albumin, blood urea nitrogen (BUN), kreatinin, dan lain-lain untuk 

Page 20: TINGKAT KECEMASAN

5/16/2018 TINGKAT KECEMASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tingkat-kecemasan 20/25

menentukan gangguan sistem renal dan pemeriksaan kadar gula darah atau lainnya untuk 

mendeteksi gangguan metabolisme.

2.2.3 Diagnosis Keperawatan

Menurut Hidayat (2008 : 164), hal yang perlu diperhatikan dalam diagnosis

keperawatan pre operatif adalah:

1)  Cemas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian.

2)  Takut berhubungan dengan dampak dari tindakan pembedahan atau anestesi.

3)  Risiko terjadi infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan atau menurunnya nutrisi.

4)  Risiko terjadi cedera berhubungan dengan defisit penginderaan/ motor.

2.2.4 Perencanaan Keperawatan

Menurut Hidayat (2008 : 164), perencanaan keperawatan pada pasien pre operatif 

memiliki tujuan sebagai berikut:

1) Memperlihatkan tanda-tanda tidak ada kecemasan.

2) Memperlihatkan tanda-tanda tidak ada ketakutan.

3) Risiko infeksi dan cedera tidak terjadi.

Rencana Tindakan:

Mengatasi adanya rasa cemas dan takut, dapat dilakukan persiapan psikologis pada

pasien melalui pendidikan kesehatan, penjelasan tentang peristiwa yang mungkin akan

terjadi, dan seterusnya.

Mengatasi masalah risiko infeksi atau cedera lainnya dapat dilakukan dengan persiapan

prabedah seperti diet, persiapan perut, kulit, persiapan bernapas dan latihan batuk, persiapan

latihan kaki, latihan mobilitas, dan lain-lain.

2.2.5 Pelaksanaan (Tindakan) Keperawatan

Menurut Hidayat (2008 : 165), ada beberapa tindakan keperawatan yaitu:

1)  Pemberian Pendidikan Kesehatan Pre Operatif 

Page 21: TINGKAT KECEMASAN

5/16/2018 TINGKAT KECEMASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tingkat-kecemasan 21/25

Pemberian pendidikan kesehatan yang perlu dijelaskan adalah berbagai informasi

mengenai tindakan pembedahan, di antaranya jenis pemeriksaan yang dilakukan sebelum

bedah, alat-alat khusus yang diperlukan, pengiriman ke kamar bedah, ruang pemulihan, dan

kemungkinan pengobatan setelah bedah.

2)  Persiapan Diet

Pasien yang akan dibedah memerlukan persiapan khusus dalam hal pengaturan diet.

Pasien boleh menerima makanan biasa sehari sebelum bedah, tetapi 8 jam sebelum bedah

tidak diperbolehkan makan, sedangkan cairan tidak diperbolehkan 4 jam sebelum bedah,

sebab makanan atau cairan dalam lambung dapat menyebabkan terjadinya aspirasi.

3)  Persiapan Kulit

Persiapan ini dilakukan dengan cara membebaskan daerahyang akan dibedah dari

mikroorganisme dengan cara menyiram kulit menggunakan sabun heksaklorofin

(hexachlorophene) atau sejenisnya sesuai dengan jenis pembedahan. Bila pada kulit terdapat

rambut, maka harus dicukur.

4)  Latihan Bernapas dan Latihan Batuk 

Cara latihan ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pengembangan paru

sedangkan batuk dapat menjadi kotraindikasi pada bedah intrakranial, mata, telinga, hidung,

dan tenggorokan karena dapat meningkatkan tekanan, merusak jaringan, dan melepaskan

 jahitan. Pernapasan yang dianjurkan adalah pernapasan diafragma, dengan cara seperti di

bawah ini:

(1)  Atur posisi tidur semi fowler, lutut dilipat untuk mengembangkan thorak.

(2)  Tempatkan tangan di atas perut.

(3)  Tarik napas perlahan-lahan melalui hidung, biarkan dada mengembang.

(4)  Tahan napas selama 3 detik.

(5)  Keluarkan napas dengan mulut yang dimoncongkan.

Page 22: TINGKAT KECEMASAN

5/16/2018 TINGKAT KECEMASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tingkat-kecemasan 22/25

(6)  Tarik napas dan keluarkan kembali, lakukan hal yang sama hingga 3 kali, setelah napas

terakhir, batukkan untuk mengeluarkan lendir.

(7)  Istirahat.

5)  Latihan Kaki

Latihan ini dapat dilakukan untuk mencegah dampak tromboplebitis. Latihan kaki yang

dianjurkan antara lain latihan memompa otot, latihan quadrisep, dan latihan mengencangkan

glutea. Latihan otot dapat dilakukan dengan mengontraksikan otot betis dan paha, kemudian

istirahatkan otot kaki, dan ulangi hingga 10 kali. Latihan quadrisep dapat dilakukan dengan

cara membengkokkan lutut kaki rata pada tempat tidur, kemudian meluruskan kaki pada

tempat tidur, mcngangkat tumit, melipat lutut rata pada tempat tidur, dan ulangi hingga 5 kali.

Latihan mengencangkan glutea dapat dilakukan dengan cara menekan otot pantat, kemudian

coba gerakkan kaki ke tepi tempat tidur, lalu istirahat dan ulangi scbanyak 5 kali.

6)  Latihan Mobilitas

Latihan mobilitas dilakukan untuk mencegah komplikasi sirkulasi, mcncegah

dekubitus, merangsang peristaltik scrta mengurangi adanya nyeri. Untuk melakukan latihan

mobilitas, pasien harus mampu menggunakan alat di tcmpat tidur, seperti menggunakan

penghalang agar bisa memutar badan, mclatih duduk di sisi tempat tidur atau dengan cara

menggeser pasien ke sisi tcmpat tidur, melatih duduk diawali tidur fowler, kemudian duduk 

tegak dengan kaki menggantung di sisi tempat tidur.

7)  Pencegahan Cedera

Untuk mengatasi risiko terjadinya cedera, tindakan yang pcrlu dilakukan sebelum

pelaksanaan bedah adalah:

(1)  Cek identitas pasien.

(2)  Lepaskan perhiasan pada pasien yang dapat mengganggu, misalnya cincin, gelang, dan Lain-

lain.

Page 23: TINGKAT KECEMASAN

5/16/2018 TINGKAT KECEMASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tingkat-kecemasan 23/25

(3)  Bersihkan cat kuku untuk memudahkan penilaian sirkulasi.

(4)  Lepaskan lensa kontak.

(5)  Lepaskan protesa.

(6)  Alat bantu pendengaran dapat digunakan jika pasien tidak dapat mendengar.

(7)  Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kencing.

(8)  Gunakan kaos kaki antiemboli bila pasien berisiko mengalami tromboplebitis.

2.2.5 Evaluasi Keperawatan

Menurut Hidayat (2008 : 165), evaluasi terhadap masalah prabedah secara umum

dapat dinilai dari adanya kemampuan dalarri memahami masalah atau kemungkinan yang

terjadi pada intra dan pascabedah. Tidak ada tanda kecemasan, ketakutan, serta tidak 

ditemukannya risiko komplikasi pada infeksi atau cedera lainnya.

2.3  Kerangka Konsep 

Menurut Hidayat (2008 : 12), kerangka konsep merupakan justifikasi ilmiah terhadap

penelitian yang dilakukan dan memberi landasan kuat terhadap topik yang dipilih sesuai

dengan identifikasi masalah.

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Berbagai Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan.

: Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti

: Berpengaruh

: Berhubungan

Page 24: TINGKAT KECEMASAN

5/16/2018 TINGKAT KECEMASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tingkat-kecemasan 24/25

BAB 5 

KESIMPULAN DAN SARAN 

5.1  Kesimpulan 

Berdasarkan hasil penelitian dan proses pengolahan data pada penelitian yang

dilaksanakan pada 04 Mei-07 Juli 2010 di Ruang D (Bedah Pria) RSUD Dr. Doris Sylvanus

Palangka Raya dengan 30 responden diperoleh kesimpulan bahwa sebagian besar responden

mengalami kecemasan sedang dan sebagian kecil mengalami kecemasan berat mengenai pre

operatif hal ini terjadi karena manifestasi yang terjadi bergantung pada kematangan pribadi,

pemahaman dalam menghadapi ketegangan, harga diri, dan mekanisme koping yang

digunakannya.

5.2  Saran 

5.2.1 Bagi Tempat penelitian

Hendaknya perawat khususnya ruang D memberikan asuhan keperawatan tidak hanya

berfokus pada tindakan terapi fisik tetapi terapi psikis dan penjelasan terhadap semua

tindakan keperawatan yang akan diberikan pada pasien. Serta masukan kepada perawat

ruangan agar dapat membantu pasien mengatasi kecemasannya menjelang operasi dengan

menggunakan komunikasi terapeutik.

5.2.2 Bagi penelitian selanjutnya

Penelitian selanjutnya hendaknya menggali lebih dalam lagi gambaran atau faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kecemasan pasien pre operatif.

Page 25: TINGKAT KECEMASAN

5/16/2018 TINGKAT KECEMASAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tingkat-kecemasan 25/25

DAFTAR PUSTAKA 

Andaners (2009). Konsep Cemas, Stress dan Adaptasi.http://andaners.wordpress.

Com/2009/04/21/konsep-cemas-stress-dan-adaptasi/ 

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka

Cipta.

Asmadi. (2009). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan  Dasar Klien.

Jakarta: Salemba Medika.

Brockopp, Dorothy Young. (1999). Dasar-Dasar Riset Keperawatan Edisi 2. Jakarta. EGC.

Doengoes, Marilynn E. (2006). Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri Edisi 3. Jakarta: EGC.

Gruedemann, Barbara J. (2005). Buku Ajar Keperawatan Peroperatif, Vol. 1 Prinsip. Jakarta: EGC.

Hidayat, A. Azis Alimul. (2008).  Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah Edisi 2. Jakarta:

Salemba Medika.

___________________. (2008). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Apliklasi Konsep dan

Proses Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, A. Azis Alimul. (2009).  Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.

Jakarta: Salemba Medika.

Isaac, Ann. (2004). Panduan Belajar Keperawatan Kesehatan dan Psikiatrik Edisi 3. Jakarta: EGC.

Nazir, Moh. (2005). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman

Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta.: Salemba Medika.

Paryanto (2009). Skripsi Perbedaan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operatif Selama Menunggu

 Jan Operasi Antara Ruang Rawat Inap Dengan Ruang Persiapan Operasi Rumah Sakit 

Ortopedi Surakarta. Universitas Muhammadiyah. Surakarta.

http://etd.eprints.ums.ac.id/4455/1/J210070104.pdf  diakses 10 Maret 2010.

Rasmun. (2004). Stress, Koping dan Adaptasi Teori dan Pohon Masalah Keperawatan Edisi

Pertama. Jakarta: Sagung Seto.

Somantri, Ating. (2006).  Aplikasi Statistika Dalam Penelitian.

Bandung: