NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER...

21
NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN KECEMASAN BERSEKOLAH Oleh: DEVIE NATALIA YULIANTI DWI ASTUTI PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2008

Transcript of NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER...

Page 1: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN KECEMASAN

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN

KECEMASAN BERSEKOLAH

Oleh:

DEVIE NATALIA

YULIANTI DWI ASTUTI

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2008

Page 2: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN KECEMASAN

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN

KECEMASAN BERSEKOLAH

Telah Disetujui Pada Tanggal

_________________

Dosen Pembimbing Utama

(Yulianti Dwi Astuti, S.Psi,M.Soc.Sc)

Page 3: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN KECEMASAN

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN

KECEMASAN BERSEKOLAH

Devie Natalia

Yulianti Dwi Astuti

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis apakah ada hubungan positif antara pola asuh otoriter dengan kecemasan bersekolah pada anak. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu ada hubungan yang positif antara pola asuh otoriter dengan kecemasan bersekolah pada anak. Jika pola asuh yang diterapkan orang tua adalah pola asuh otoriter, maka anak cenderung memiliki kecemasan bersekolah.

Sampel dalam penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak berusia 4 hingga 6 tahun, anak bersekolah di TK, pria dan wanita. Subjek penelitian berjumlah 68 responden. Adapun skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala yang disusun sendiri oleh peneliti. Skala yang digunakan adalah skala kecemasan bersekolah mengacu pada gejala-gejala dari Kartono (1990), D’Alessandro & Huth (2002) dan aspek-aspek dari Maramis (2004). Skala pola asuh otoriter disusun dengan mengacu pada ciri-ciri pola asuh otoriter dari Hurlock (1993) dan Lewin dkk (Zuhri, 2002).

Metode analisis data yang digunakan menggunakan program SPSS (Statistical Programme for Social Science) 11.5 for Window untuk menguji apakah terdapat hubungan antara pola asuh otoriter dengan kecemasan bersekolah. Hasil korelasi product moment dari pearson menunjukan angka korelasi sebesar r = 0,325 dan p = 0,003 (p < 0,01) yang artinya ada hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh otoriter dengan kecemasan bersekolah. Jadi hipotesis penelitian diterima. Sedangkan sumbangan efektif yang diberikan variabel pola asuh otoriter terhadap variabel kecemasan bersekolah sebesar 10,6% yang berarti masih ada 89,4% faktor lain yang mempengaruhi kecemasan bersekolah, misalnya saja keadaan diri individu, pengalaman yang tidak menyenangkan, faktor genetik dan suasana emosional sekolah. Kata Kunci : Pola Asuh Otoriter, Kecemasan Bersekolah

Page 4: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN KECEMASAN

PENGANTAR

Sekolah merupakan tempat dimana anak dapat berinteraksi dengan orang

lain selain keluarga. Ketika awal masuk sekolah, ada anak yang menghadapinya

dengan perasaan cemas tetapi ada pula yang menyambutnya dengan enjoy karena

ketika berada di sekolah, anak akan merasa senang karena dapat menemukan

pengalaman baru termasuk mulai mengenali teman-teman sebaya dan guru.

Sebaliknya bagi sebagian anak lain, pengalaman masuk sekolah dapat

menjadi hal yang menakutkan karena adanya perasaan cemas yang dirasakan anak

ketika awal masuk sekolah. Kecemasan bersekolah yang dialami anak akan

menjadi suatu masalah karena anak akan menunjukkan sikap menolak untuk

berangkat sekolah dan hal ini disebabkan karena ketika anak berada di sekolah

anak akan mengalami perpisahan dengan orang terdekatnya seperti orang tua.

Menurut Setiawati (www.kabarindonesia.com. 19 Juli 2008), dampak dari anak

yang memiliki kecemasan bersekolah akan berpengaruh terhadap perkembangan

pendidikan anak karena ada beberapa anak yang menunjukkan sikap menolak

sekolah dalam jangka waktu yang lama sehingga akan mempengaruhi masalah

akademik anak di sekolah. Pengaruh lain apabila anak mengalami kecemasan

bersekolah yaitu berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak karena

ketidakmampuan anak untuk bersosialisasi dengan teman-teman saat berada di

sekolah.

Anak yang mengalami kecemasan ketika awal masuk sekolah biasanya

menunjukkan penolakan terhadap sekolah dengan berbagai alasan yang

dikemukakan anak seperti sakit perut dan sakit kepala. Ciri-ciri lain anak yang

Page 5: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN KECEMASAN

menolak sekolah di antaranya, menangis ketika akan ke sekolah, menempel terus

dengan orangtua atau pengasuh, tak masuk sekolah beberapa hari, dan

mengemukakan keluhan fisik dengan tujuan agar tidak dipaksa berangkat ke

sekolah http://www.cybertokoh.com/mod.php.10 Juli2006). Hal ini terjadi karena

orang tua atau pengasuh tidak bisa selalu mendampingi anak. Orang tua memiliki

kesibukan sendiri sehingga tidak dapat menemani anaknya di sekolah. Selain itu,

peraturan dari sebagian sekolah seringkali melarang anak ditunggui selama berada

di sekolah. Menurut Kartono (1990), gejala-gejala kecemasan yang dialami anak

ketika merasa takut yaitu sakit pada perut, sering buang air besar, sering kencing,

sakit kepala dan tics (gerak-gerak facial pada wajah; misalnya mengedip-

ngedipkan mata terus menerus, menggeleng-gelengkan kepala, mengerenyit-

ngerenyitkan alis, menyengir-nyengirkan bibir dan hidung, dll) atau anak akan

menjadi cepat marah dan agresif tapi terkadang anak juga menjadi pemurung dan

penakut.

Hasil survey yang dilakukan peneliti pada sebuah Taman Kanak-kanak di

Yogyakarta menunjukkan bahwa ketika anak sekolah, masih banyak yang

ditemani oleh ibunya. Dalam hal ini, ibunya menunggu di luar kelas dan ketika

waktu istirahat sekitar 15 anak yang bermain bersama teman-teman dan 10 anak

lagi lebih memilih melakukan aktivitas bersama ibunya seperti makan atau hanya

duduk saja. Sekitar 40% anak di TK tersebut mengalami kecemasan bersekolah.

Hal ini disampaikan oleh orang tua anak bahwa anak mereka cenderung susah

untuk pergi ke sekolah. Hal-hal yang dilakukan anak ketika pergi sekolah yaitu

menangis dan selalu mengemukakan alasan seperti sakit perut. Selain itu,

Page 6: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN KECEMASAN

D’Alessandro & Huth (2002) mengungkapkan bahwa penelitian di Amerika

Serikat juga menunjukkan bahwa anak-anak sering mengeluh dan menolak untuk

pergi ke sekolah. Keluhan yang banyak muncul salah satunya adalah sakit perut

dan ketika berangkat ke sekolah harus dipaksa, sengaja melupakan sesuatu supaya

terlambat pergi ke sekolah, sering berkata benci sekolah dan ketika berada di

sekolah selalu ingin pulang.

Hal ini juga diungkap oleh Mash & Walfe (2005) bahwa penolakan

terhadap sekolah biasanya terjadi pada anak laki-laki dan perempuan yang berusia

5 sampai 11 tahun. Penolakan terhadap sekolah didefinisikan juga sebagai

penolakan terhadap lingkungan sekitar sekolah misalnya ruang kelas dan anak

cenderung mengalami kesulitan mengingat hari ketika awal masuk sekolah tiba.

Menurut Kruger (2003), berdasarkan penelitian tahun 2003 di Amerika

Serikat menunjukkan bahwa gangguan kecemasan bersekolah merupakan bentuk

penyakit jiwa terbanyak yang dialami oleh anak dan 10 % diantaranya

membutuhkan perawatan medis. Kasus serupa ditemukan pula di Jakarta dimana

seorang ibu yang mengeluhkan bahwa anaknya sering menolak untuk sekolah.

Ketika berangkat sekolah, anak selalu menangis, sulit lepas dari ibunya dan di

sekolah pun anak masih ditunggui ibunya (www.tabloid-wanita-

indonesia.com/921/psikologikeluarga.htm). Kasus serupa di alami juga oleh

seorang ibu yang mempunyai anak usia 6,5 tahun yang mogok sekolah dari awal

masuk sekolah hingga ulangan umum tiba. Anak susah untuk berangkat sekolah

apabila tidak ditunggui oleh ibunya (www.mail-archive.com/milis-

[email protected]).

Page 7: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN KECEMASAN

Menurut Hurlock (1993), perasaan takut anak terhadap sekolah merupakan

bagian dari kecemasan umum akibat dari rasa takut berpisah dari ibu (separation

anxiety disorder), ketergantungan yang kuat pada ibu atau pengganti ibu, dan

ketidakmampuan berdiri sendiri. Ainsworth (Nevid dkk, 2005), yang meneliti

tentang perkembangan perilaku kelekatan, mencatat bahwa kecemasan akan

perpisahan adalah ciri normal dari hubungan anak dengan pengasuh dan dimulai

sejak tahun pertama. Perasaan aman yang dihasilkan oleh ikatan kelekatan,

tampaknya mendorong anak-anak untuk mengeksplorasi lingkungan mereka dan

secara progresif menjadi mandiri dari pengasuhnya. Anak usia 6 tahun,

seharusnya dapat pergi sekolah tanpa ada rasa ketakutan akan perpisahan dengan

orang tua atau pengasuhnya (Nevid dkk, 2005) dan sudah dapat menyesuaikan diri

dengan lingkungan sekitarnya terutama di lingkungan sekolah dimana anak dapat

mengembangkan kehidupan sosialnya dengan bertemu teman seusianya dan guru.

Kecemasan bersekolah yang dialami anak, menurut Kaplan dkk (1997)

adalah suatu akibat dari kecemasan akan perpisahan yang terjadi karena adanya

suatu kelekatan antara anak dengan orang tua atau pengasuhnya. Anak yang masih

memiliki ketergantungan terhadap orang tua atau pengasuhnya sehingga anak

akan merasa cemas ketika berangkat sekolah karena akan berpisah dengan orang

terdekatnya. Pendapat yang sama diungkapkan pula oleh Erikson (Santrock, 1995)

bahwa tahun-tahun pertama kehidupan adalah tahap mengenai perkembangan

kelekatan antara anak dengan orang terdekatnya seperti orang tua atau pengasuh.

Kelekatan yang terjadi sejak dini antara anak dan orang terdekatnya akan

Page 8: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN KECEMASAN

berpengaruh besar terhadap perilaku sosial anak di kemudian hari dalam

perkembangannya.

Hurlock (1993) membedakan pola asuh orang tua dalam 3 kelompok yaitu

otoriter, demokratis dan permisif. Menurut Soetari (Ningsih, 2004), pola asuh

otoriter adalah pola asuh dimana kekuasaan berada di tangan orang tua dan tidak

memberikan kesempatan pada anak untuk menikmati kebebasan sehingga anak

merasa tidak terpenuhi keinginannya. Selain itu, sikap orang tua yang otoriter

dapat menjadikan anak yang memiliki kepatuhan yang berlebihan, mengalah,

kurang inisiatif, dan mempunyai harga diri rendah. Anak cenderung penurut

terhadap orang tua sehingga sulit mengambil keputusan sendiri. Hurlock (1993)

menjelaskan mengenai sikap orang tua yang otoriter bahwa orang tua yang

menentukan apa yang perlu diperbuat oleh anak, apabila anak melanggar

ketentuan dari orang tua maka anak tidak diberi kesempatan untuk memberikan

alasan sebelum hukuman diterima anak, pada umumnya hukuman berbentuk

hukuman badan dan ketika anak berbuat sesuai dengan harapan, orang tua tidak

atau jarang memberikan hadiah, baik berbentuk kata-kata atau bentuk lain.

Mangoenprasodjo (2004) menyebutkan bahwa pola asuh otoriter

cenderung menegakkan kepatuhan anak kepada orang tuanya. Ada banyak aturan

yang harus dtaati dan ada pula aturan-aturan yang tidak boleh dilanggar oleh anak.

Bila anak melakukan perilaku yang tidak baik, maka anak harus dihukum. Pada

umumnya, orang tua akan menjadi orang yang paling benar dan yang menentukan

apa yang harus dilakukan oleh anak. Sedangkan menurut Dariyo (2002), pola asuh

otoriter merupakan salah satu gaya pengasuhan orang tua yang cenderung

Page 9: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN KECEMASAN

memaksakan kehendak orang tua kepada anak. Ciri lain pola asuh otoriter

diungkapkan pula oleh Baumrind (Zuhri, 2002) yaitu orang tua mengontrol anak

dengan ketat dan kaku. Orang tua juga menuntut anak untuk mematuhi semua

aturan yang telah dibuat dan hubungan orang tua dengan anak tidak hangat. Orang

tua menanamkan disiplin yang terlalu ketat dan kaku. Selain itu, pola asuh otoriter

juga dapat membuat anak tidak aktif dan cenderung pendiam

(http://www.cybertokoh.com/mod.php.10 Juli2006). Pola asuh seperti ini yang

dapat mempengaruhi kondisi sosial anak di sekolah dan berdampak pada

timbulnya kecemasan pada anak.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang

positif antara pola asuh otoriter dengan kecemasan bersekolah pada anak. Jika

pola asuh yang diterapkan orang tua adalah pola asuh otoriter maka anak

cenderung memiliki kecemasan bersekolah.

METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah orang tua yang memiliki karakteristik

sebagai berikut :

1. Memiliki anak berusia 4 hingga 6 tahun

2. Pria dan Wanita

3. Anak yang bersekolah di TK.

Page 10: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN KECEMASAN

Sampel dalam penelitian ini diambil secara Purposive Sampling yaitu

sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan.

B. Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini menggunakan bentuk kuesioner tidak langsung yaitu

dengan memberikan kuesioner kepada narasumber seperti orang tua karena

perilaku kecemasan bersekolah pada anak dapat diamati secara langsung oleh

orang tua. Kecemasan anak bersekolah dalam penelitian ini dilihat dari persepsi

orang tua. Orang tua dianggap dapat mengetahui gejala-gejala apakah anaknya

mengalami kecemasan bersekolah atau tidak. Skala pola asuh otoriter diberikan

juga kepada orang tua, dalam hal ini orang tua sebagai orang yang menerapkan

pola asuh terhadap anak. Sehingga orang tua mengetahui hal-hal apa saja yang

akan dilakukan dalam mendidik anak.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan skala. Peneliti akan menggunakan dua buah skala untuk

mengukur kedua variabel, yaitu:

1. Skala Kecemasan Bersekolah

Alat ukur yang akan digunakan untuk mengukur kecemasan bersekolah

yaitu skala kecemasan bersekolah. Skala kecemasan bersekolah disusun sendiri

oleh peneliti berdasarkan gejala-gejala dari Kartono (1990), D’Alessandro & Huth

(2002) dan aspek-aspek dari Maramis (2004) yaitu komponen somatik yang

berupa sesak napas, sakit kepala, keringat dingin dan komponen psikologis yang

Page 11: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN KECEMASAN

berupa rasa was-was, kekhawatiran akan terjadi sesuatu yang tidak

menyenangkan.

2. Skala Pola Asuh Otoriter

Alat ukur yang akan digunakan untuk mengukur pola asuh otoriter yaitu

skala pola asuh otoriter. Skala ini susun sendiri oleh peneliti berdasarkan ciri-ciri

pola asuh otoriter menurut Hurlock (1993) dan Lewin dkk (Zuhri, 2002) yaitu :1)

Peraturan yaitu gaya pengasuhan otoriter lebih menekankan pada aturan yang

dibuat sendiri oleh orang tua; 2) Hukuman yaitu orang tua akan memberikan

hukuman kepada anak apabila anak melanggar peraturan yang dibuat oleh orang

tua; 3) Hadiah yaitu pola asuh otoriter biasanya orang tua jarang atau tidak pernah

memberikan hadiah kepada anak.

C. Metode Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini akan menggunakan product moment dari

Pearson untuk mengetahui hubungan pola asuh otoriter dengan kecemasan

bersekolah. Selain itu, untuk mempermudah proses analisisnya, diperlukan juga

program SPSS versi 11.5 for windows.

HASIL PENELITIAN

1. Hasil Uji Asumsi

Sebelum melakukan analisis data penelitian, maka terlebih dahulu

melakukan uji prasyarat analisis yiatu berupa uji asumsi yang terdiri dari uji

normalitas dan uji linieritas. Hal ini merupakan syarat untuk pengetesan nilai

Page 12: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN KECEMASAN

korelasi agar dapat menarik kesimpulan yang tidak menyimpang dari yang diteliti.

Uji asumsi ini dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS

(Statistical Programme for Social Science) 11.5 for Windows.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel penelitian ini

terdistribusi secara normal atau tidak uji normalitas juga dilakukan terhadap dua

skala penelitian yaitu kecemasan bersekolah dan pola asuh otoriter yang akan

menggunakan teknik teknik one sample kolmogrov smirnov test pada program

komputer SPSS for windows 11.5. Untuk mengetahui normal atau tidaknya

sebaran data, maka digunakan kaidah jika p > 0,05 dapat disebut normal

sedangkan jika p < 0,05 disebut sebaran datanya tidak normal. Dari hasil

pengolahan data terhadap kecemasan bersekolah diperoleh koefisien K-SZ =

0,547 dengan p = 0,926 (p > 0,05) dan data dari pola asuh otoriter diperoleh hasil

K-SZ = 1, 078 dengan p = 0,195 (p > 0,05). Dari hasil uji normalitas tersebut

menunjukkan bahwa data kecemasan bersekolah dan pola asuh otoriter memiliki

sebaran normal.

b. Uji Linearitas

Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel kecemasan

bersekolah dan pola asuh otoriter memiliki hubungan yang linier atau tidak.

Hubungan antara dua variabel tersebut dapat dikatakan linier apabila p<0,05

sedangkan hubungan yang dikatakan tidak linier apabila p>0,05. Uji linieritas ini

akan dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS (Statistical

Programme for Social Science) 11.5 for Windows. Dari hasil pengolahan data

Page 13: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN KECEMASAN

dari hubungan kedua skala tersebut, diperoleh F = 7,043 dengan p = 0,011 (p <

0.05). Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara

kecemasan bersekolah dengan pola asuh otoriter, bersifat linier atau mengikuti

garis lurus.

2. Uji Hipotesis

Pada penelitian ini, hipotesis yang diajukan yaitu ada hubungan yang

positif antara pola asuh otoriter dengan kecemasan bersekolah pada anak. Uji

hipotesis ini menggunakan teknik product moment dari Pearson pada program

komputer SPSS 11,5 for windows. Hasil dari pengolahan data mengenai

kecemasan bersekolah dengan pola asuh otoriter diperoleh koefisien korelasi r =

0,325 dengan p = 0,003 (p < 0,01). Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang

positif dari kecemasan bersekolah dengan pola asuh otoriter, sehingga hipotesis

yang diajukan dapat diterima.

Berdasarkan data di atas, analisis koefisien determinasi pada korelasi

antara kecemasan bersekolah dengan pola asuh otoriter menunjukkan angka

sebesar 0, 106 yang berarti pola asuh otoriter memberikan sumbangan sebesar

10,6 % terhadap kecemasan bersekolah.

PEMBAHASAN

Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara

pola asuh otoriter dengan kecemasan bersekolah pada anak dipilih dalam

penelitian ini dan hipotesis penelitian yang berbunyi apakah ada hubungan positif

antara kecemasan bersekolah dengan pola asuh otoriter, diterima. Setelah

Page 14: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN KECEMASAN

pengambilan data dengan memberikan kuesioner kepada 68 subjek yang

kemudian dilakukan proses pengolahan data, diperoleh hasil yang mendukung

hipotesis tersebut.

Proses pengolahan data tersebut diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa

hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima, terbukti melalui nilai

koefisien korelasi yang diperoleh r = 0,325 dengan p = 0,003 (p < 0,05). Adanya

hubungan yang sangat signifikan antara kecemasan bersekolah dengan pola asuh

otoriter.

Ada beberapa kategorisasi yang dihasilkan oleh subjek dalam penelitian

ini. Hasil pengkategorian dilakukan dengan cara membandingkan mean Hipotetik

dan mean Empirik. Pada skala kecemasan bersekolah berada dalam kategori

sedang sebanyak 51,3 % dan yang berada pada kategori tinggi hanya 23,6 %.

Sedangkan untuk skala pola asuh otoriter berada dalam kategori sedang dengan

persentase 66,3 %, hal ini menunjukkan bahwa mengalami kecemasan bersekolah

berada dikategori sedang.

Dalam penelitian ini kecemasan bersekolah yang dialami anak berada

dalam kategori sedang, hal ini disebabkan karena beberapa dari orang tua yang

menunggui anaknya di sekolah bukan karena anak mengalami kecemasan

bersekolah tapi dikarenakan orang tua yang tidak ada kegiatan lain dan pada saat

orang tua menunggui anaknya adalah tempat dimana para orang tua dapat

bertukar pikiran tentang perkembangan anak-anak mereka. Hal ini berlawanan

dengan asumsi awal peneliti yang menduga bahwa terdapat banyak kasus

kecemasan bersekolah di kalangan anak-anak karena peneliti melihat cukup

Page 15: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN KECEMASAN

banyak orang tua yang menunggui anaknya. Ternyata, setelah penelti melakukan

wawancara dan observasi terhadap beberapa subjek yang menunggui anaknya di

sekolah, hasilnya menyatakan bahwa subjek menunggui anaknya di sekolah

dikarenakan tidak adanya kegiatan lain dan kebanyakan subjek yang menunggui

anaknya adalah ibu-ibu rumah tangga yang tidak bekerja. Pada penelitian ini,

tidak semua subjek menerapkan pola asuh otoriter kepada anaknya sehingga

kecemasan bersekolah pada anak dapat berada di kategori sedang.

Pola asuh otoriter terbukti sangat signifikan mempengaruhi kecemasan

bersekolah. Sumbangan efektif dari pola asuh otoriter yaitu 10,6 % (r²= 0,106)

yang mempengaruhi kecemasan bersekolah. Sebanyak 10,6 % kecemasan

bersekolah dipengaruhi oleh pola asuh otoriter. Sedangkan sisanya sebesar 89,4 %

dipengaruhi variabel lain di luar dari kedua variabel dalam penelitian ini. Selain

faktor pola asuh yang otoriter, terdapat beberapa faktor lain yang dapat

mempengaruhi kecemasan bersekolah pada anak yaitu keadaan diri individu,

pengalaman yang tidak menyenangkan, lingkungan keluarga, faktor genetik,

suasana emosional sekolah. Menurut Supratiknya (1995) bahwa kecemasan dapat

muncul karena pernah mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan

terutama dalam pergaulan sehingga pengalaman tersebut selalu diingat dan ada

perasaan cemas ketika mengingat atau melakukan sesuatu mengenai pengalaman

yang buruk tersebut. Adanya kemungkinan anak yang mengalami kecemasan

bersekolah disebabkan karena pernah mengalami pengalaman yang tidak

menyenangkan di lingkungan sosialnya.

Page 16: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN KECEMASAN

Pada penelitian ini, kecemasan bersekolah dan pola asuh otoriter terbukti

memiliki hubungan yang positif. Kecemasan bersekolah dipengaruhi oleh pola

asuh yang diterapkan orang tua kepada anak. Hal ini sejalan dengan Supriyadi

(2006) bahwa orang tua sangat berperan dalam setiap tahap perkembangan anak

karena apabila tahap perkembangan anak mengalami hambatan maka akan

terganggu pula tumbuh kembang anak. Orang tua sebagai lingkungan pertama

yang dapat menunjuang perkembangan anak, harus dapat membantu dalam

menciptakan suasana yang mendukung tercapainya perkembangan anak.

Sejalan dengan hal di atas, gangguan kecemasan yang dialami anak dapat

disebabkan dari pola asuh yang diterapkan orang tua kepada anak sehingga dapat

berpengaruh besar dalam kehidupan anak terutama pada setiap tahap-tahap

perkembangannya (Yusuf, 2000). Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter

akan menghasilkan anak yang cenderung yang memiliki kepatuhan yang

berlebihan, mengalah, kurang inisiatif, dan mempunyai harga diri rendah. Anak

cenderung penurut terhadap orang tua sehingga sulit mengambil keputusan

sendiri.

Kasih sayang orang tua selama tahun-tahun pertama perkembangan anak,

sangat penting karena merupakan kunci utama perkembangan sosial anak,

meningkatkan kemungkinan anak memiliki kompetensi secara sosial dan memiliki

penyesuaian diri yang baik pada tahun-tahun pertama di masa prasekolah dan

sesudahnya. Akibat dari penerapan pola asuh otoriter adalah dapat menimbulkan

gejala-gejala kecemasan, mudah putus asa, tidak dapat merencanakan sesuatu dan

adanya penolakan terhadap orang lain, hal ini diungkapkan oleh Ginnot (Savitri,

Page 17: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN KECEMASAN

2007). Maka, anak akan menolak untuk sekolah karena anak yang dididik dengan

pola asuh seperti ini akan mudah cemas apabila memasuki lingkungan baru

terutama pada awal masuk sekolah.

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan

antara pola asuh otoriter dengan kecemasan bersekolah pada anak. Hal ini berarti

bahwa pola asuh yang diterapkan orang tua adalah pola asuh otoriter maka anak

cenderung memiliki kecemasan bersekolah. Jadi hipotesis yang menyatakan ada

hubungan yang positif antara pola asuh otoriter dengan kecemasan bersekolah

pada anak dapat diterima.

SARAN

1. Bagi Subyek Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat membantu orang tua dalam

mengenali gejala-gejala kecemasan anak bersekolah. Penelitian ini juga

melibatkan orang tua untuk mengisi angket. Hasil observasi yang dilakukan

peneliti saat pengambilan data bahwa terdapat orang tua yang menunggui

anaknya di sekolah dikarenakan tidak ada kegiatan lain. Bagi orang tua

tersebut, diharapkan dapat membiarkan anaknya untuk lebih mandiri dan tidak

menunggui anaknya di sekolah apabila anak tersebut tidak memiliki

kecenderungan mengalami kecemasan masuk sekolah dan orang tua juga

Page 18: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN KECEMASAN

dapat mencari kegiatan lain selain menunggui anak di sekolah. Orang tua dari

anak yang memiliki gejala-gejala kecemasan bersekolah, hendaknya dapat

mengubah pola asuh yang diterapkan dalam mendidik anak karena didikan

orang tua terhadap anak dapat mempengaruhi perkembangan anak pada tahap

berikutnya. Orang tua juga dapat mengajarkan anak untuk lebih mengenali

lingkungan sekitar terutama lingkungan sekolah karena lingkungan sekolah

adalah tempat selain lingkungan keluarga dimana anak dapat berinteraksi

dengan orang lain sehingga anak tidak takut apabila dihadapkan dengan

lingkungan baru.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Saran bagi peneliti yang akan menggunakan tema yang sama yaitu pertama,

peneliti sebaiknya lebih cermat dalam memilih waktu pengambilan data.

Pengambilan data dapat dilakukan pada awal tahun ajaran baru untuk lebih

mengetahui kondisi subjek ketika awal masuk sekolah. Kedua, yaitu peneliti

diharapkan dapat mengumpulkan data sebanyak-banyaknya. Pemberian

angket sebaiknya hanya diberikan kepada orang tua yang menunggui anaknya

saja dan angket dapat diberikan kepada guru sehingga dapat mengetahui

keadaan anak di lingkungan sekolah. Selain itu, dapat juga menggunakan

behavior check list atau mencoba untuk menggunakan metode kualitatif agar

dapat menghasilkan data yang lebih akurat lagi karena terdapat metode

wawancara mendalam, juga terdapat metode observasi dan wawancara dengan

pihak lain yang bersangkutan dengan subjek sehingga skala kecemasan anak

bersekolah tidak hanya dilihat dari persepsi orang tua saja.

Page 19: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN KECEMASAN

DAFTAR PUSTAKA

Aqsyaluddin,. J. 2007. Anak Mogok Sekolah. 3 September 2007.

http://www.mail-archive.com/[email protected]/msg06303.html

Dariyo, A. 2002. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor : Ghalia Indonesia

D’Alessandro, D., Huth, Lindsay. 2002. Children and School Anxiety.

http://www.vh.org

Endah. 2006. Pola Asuh Otoriter, Anak Enggan Sekolah. http://www.cybertokoh.com/mod.php

Harry, M. 2007. Psikologi Keluarga: Fobia Sekolah. http://www.tabloid-wanita-indonesia.com/921/psikologikeluarga.htm. Edisi 921/ 30 Juli-5 Agustus/ 2007

Hurlock, E., B. 1993. Perkembangan Anak Jilid 2. Terjemahan Med Meitasari Tjandrasa & Muslichah Zarkasih. Jakarta : Erlangga

Kartono,.K & Andari,. J. 1989. Hygiene Mental dan Kesehatan Mental Dalam

Islam. Bandung : Mandar Maju Kaplan, H. I., Sadock. B. J., Grebb, J. A. 1997. Sinopsis Psikiatri: Ilmu

Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Edisi Ketujuh. Jilid 2. Jakarta: Bina Rupa Aksara.

Kruger, Pamela. 2003. School Anxiety. http//www.vh.org.20/08/08

Mangoenprasodjo,. A. S. 2004. Pengasuhan Anak di Era Internet: Mitos TV, Komputer, Spiritual Parenting Hingga Sex Education. Yogyakarta: Thinkfresh

Mash, E. & Wolfe,.D.A 2005. Abnormal Child Psychology. Edisi 3

Nevid, J.S., Rathus, S.A., Greene, B. 2005. Psikologi Abnormal Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Page 20: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN KECEMASAN

Ningsih, T. 2004. Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Somatisasi pada Remaja. Skripsi ( tidak diterbitkan ). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia

Santrock, J. W. 2002. Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup. Edisi

Kelima. Jakarta: Erlangga

Savitri, I. 2007. Hubungan Persepsi Remaja terhadap Pola Asuh Otoriter dengan Kecemasan Komunikasi pada Remaja. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia

Supriyadi. 2006. Peranan Orang Tua Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Media Informasi Penelitian. 185: 45-54

Yusuf, S. 2000. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya

Zuhri,. A. N. 2002. Hubungan Antara Kekerasan terhadap Istri dengan Pola Asuh Otoriter Ibu. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia

Identitas Penulis

Nama : Devie Natalia

Alamat : Jl. Kaliurang Km 13,5 Perum Griya Perwita Wisata blok

Rosalia no 12 Ngaglik, Sleman, Yogyakarta

No HP : 085643377661

Page 21: NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN KECEMASAN