Hubungan antara Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Agresif...

31
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA ANGGOTA GENG MOTOR MATIC 17 SALATIGA OLEH NUGRAHANI CATUR REJEKI 802011038 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015

Transcript of Hubungan antara Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Agresif...

Page 1: Hubungan antara Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Agresif ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9470/2/T1_802011038_Full... · penolakan teman sebaya merupakan pengaruh yang

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER

DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA ANGGOTA GENG MOTOR

MATIC 17 SALATIGA

OLEH

NUGRAHANI CATUR REJEKI

802011038

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk

Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 2: Hubungan antara Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Agresif ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9470/2/T1_802011038_Full... · penolakan teman sebaya merupakan pengaruh yang
Page 3: Hubungan antara Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Agresif ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9470/2/T1_802011038_Full... · penolakan teman sebaya merupakan pengaruh yang
Page 4: Hubungan antara Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Agresif ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9470/2/T1_802011038_Full... · penolakan teman sebaya merupakan pengaruh yang
Page 5: Hubungan antara Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Agresif ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9470/2/T1_802011038_Full... · penolakan teman sebaya merupakan pengaruh yang
Page 6: Hubungan antara Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Agresif ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9470/2/T1_802011038_Full... · penolakan teman sebaya merupakan pengaruh yang
Page 7: Hubungan antara Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Agresif ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9470/2/T1_802011038_Full... · penolakan teman sebaya merupakan pengaruh yang

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER

DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA ANGGOTA GENG MOTOR

MATIC 17 SALATIGA

Nugrahani Catur Rejeki

Chr. Hari. Soetjiningsih

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 8: Hubungan antara Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Agresif ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9470/2/T1_802011038_Full... · penolakan teman sebaya merupakan pengaruh yang

i

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan yang signifikansi antara pola asuh

otoriter dengan perilaku agresif pada anggota geng motor matic17 Salatiga. Partisipan

penelitian berjumlah 45 anggota geng. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan

menyebarkan dua macam skala. Skala yang digunakan adalah skala pola asuh otoriter

diukur dengan menggunakan skala yang disusun oleh Robinson,dkk.(1995) dan skala

perilaku agresif yang disusun oleh Buss dan Perry (1992). Teknik analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi product moment dari Pearson. Hasil

penelitian yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara pola asuh otoriter dengan

perilaku agresif pada anggota geng motor matic17 Salatiga = 0,209, p = 0,084, (p >

0,05).

Kata Kunci : Pola asuh otoriter, perilaku agresif

Page 9: Hubungan antara Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Agresif ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9470/2/T1_802011038_Full... · penolakan teman sebaya merupakan pengaruh yang

ii

Abstract

The purpose of the reseach is to know the positive and significant relationship between

authoritarian parenting and aggressive behavior on gang members motorcycle matic17

Salatiga. The participants of the reseach are 45 gang members. Data collection

techniques conducted by spreading two type scales. The scale used is a scale pattern is

measured using authoritarian custody of the scale of compiled by Robinson et al (1995)

and scale aggressive behavior compiled by Buss and Perry (1992). The technique of

analysis of data used in this research is the correlation product moment of pearson.

The results of research which is not a significant relation exists between authoritarian

parenting with aggressive behavior on gang members motorcycle matic17 Salatiga

= 0,209, p = 0,084, (p > 0,05).

Keywords: Authoritarian Parenting, Aggressive Behavior

Page 10: Hubungan antara Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Agresif ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9470/2/T1_802011038_Full... · penolakan teman sebaya merupakan pengaruh yang

1

PENDAHULUAN

Masa remaja adalah masa menuju kedewasaan. Masa ini merupakan tarap

perkembangan dalam kehidupan manusia, dimana seseorang sudah tidak dapat disebut

anak kecil lagi, tetapi belum dapat disebut orang dewasa. Masa remaja dimulai sekitar

usia 10 hingga 13 tahun dan berakhir pada sekitar usia 18 sampai 22 tahun (Santrock,

2007). Tarap perkembangan ini pada umumnya disebut masa peralihan dari masa

kanak-kanak ke masa peralihan kedewasaan. Menurut Monks (2002) dalam bukunya

Psikologi Perkembangan, mengemukakan bahwa remaja sudah tidak termasuk golongan

anak, dan juga tidak termasuk golongan orang dewasa atau orang tua. Remaja berada di

antara anak dan orang dewasa. Remaja masih belum mampu untuk menguasai fungsi-

fungsi fisik maupun psikisnya. Jika ditinjau dari segi tersebut mereka masih termasuk

golongan kanak-kanak.

Dalam masa ini individu mengalami banyak tantangan dalam perkembangannya,

baik dari dalam diri maupun dari luar diri terutama lingkungan sosial. Menurut Elida

(2006), tingkah laku negatif bukan merupakan ciri perkembangan remaja yang normal,

remaja yang berkembang akan memperlihatkan perilaku yang positif. Sekarang ini

sebagian remaja menunjukkan perilaku negatif, salah satunya adalah perilaku agresif,

yaitu suatu tindakan yang dilakukan secara sengaja pada individu lain sehingga

menyebabkan sakit fisik dan psikis pada individu lain. Kelompok teman sebaya

merupakan hal yang sangat penting bagi remaja, salah satu kelompok teman sebaya

adalah geng motor, dimana umumnya anggota geng motor berusia 14 sampai 22 tahun,

untuk memenuhi kebutuhan pribadi, difahami, dihargai dan diinginkan. Persetujuan atau

penolakan teman sebaya merupakan pengaruh yang kuat dalam dan tingkah laku

maskulin dan identitas seseorang (Santrock, 2003).

Page 11: Hubungan antara Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Agresif ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9470/2/T1_802011038_Full... · penolakan teman sebaya merupakan pengaruh yang

2

Dari hasi wawancara oleh peneliti, didapatkan adanya tindakan agresif pada

anggota gang motor matic17 sehingga dijadikan sampel penelitian peneliti. Contoh

tindakan yang pernah dilakukan yaitu ada beberapa anggota geng yang terlibat

perkelahian adu jotos dengan orang lain di luar anggota geng motor yang kebetulan

lewat karena salahpaham. Ada juga beberapa anggota geng terlibat adu mulut

mengeluarkan kata-kata kasar pada rekan sesama geng. Pernah juga sesama anggota

geng motor matic17 karena bercanda, saling menyindir dan mengejek kemudian

berakhir dengan perkelahian saling memukul. Sering juga terjadi perkelahian saat

mereka melakukan balap liar dengan kelompok lain karena kalah saat bertanding.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku agresif pada remaja. Salah

satunya gaya pengasuhan, gaya pengasuhan telah dikaitkan dengan sejumlah perilaku

anak-anak maladaptive termasuk kenakalan, prestasi akademik, agresi, serta adaptif

tersebut perilaku sebagai tanggung jawab pribadi, kesadaran, dan prestasi akademik

Baumrind, dkk. (dalam Leilani Greening, dkk. 2010). Salah satu faktor penyebab agresi

yang pertama adalah frustasi. Frustrasi yang sepenuhnya dibenarkan telah terbukti

meningkatkan agresi Dill dan Anderson, (1995). Frustasi dapat menimbulkan

kemarahan dan emosi marah inilah yang dapat memicu seseorang melakukan perilaku

agresi. Frustasi itu sendiri adalah hambatan terhadap pencapaian suatu tujuan (Sarwono,

2002). Frustasi dapat disebabkan oleh pola asuh otoriter. Sikap orang tua yang terlalu

menuntut dapat membuat anak frustasi. Frustasi dapat ditimbulkan oleh orang tua yang

menginginkan anaknya tunduk dan patuh serta selalu menuruti semua kehendak orang

tuanya. Orang tua yang terlalu keras serta tidak responsif pada kebutuhan anak akan

membuat anak cenderung menjadi takut serta murung. Kondisi-kondisi itu bisa

melandasi perilaku agresif. Orang tua yang sering memberikan hukuman fisik pada

Page 12: Hubungan antara Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Agresif ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9470/2/T1_802011038_Full... · penolakan teman sebaya merupakan pengaruh yang

3

anaknya dikarenakan kegagalan memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh orang tua

akan membuat anak marah dan kesal kepada orang tuanya tetapi anak tidak berani

mengungkapkan kemarahannya itu dan melampiaskannya kepada orang lain dalam

bentuk perilaku agresif (Sarwono, 2002).

Pola asuh adalah perlakuan orang tua dalam rangka memenuhi kebutuhan,

memberikan perlindungan dan mendidik anak dalam kehidupan sehari-hari. Khon

(dalam Krisnawaty, 1986) menyatakan bahwa pola asuh merupakan sikap orang tua

dalam berinteraksi dengan anak- anaknya, sikap orang tua ini meliputi cara orang tua

memberikan aturan- aturan, hadiah maupun hukuman, cara orang tua menunjukkan

otoritasnya dan cara orang tua memberikan perhatian dan tanggapan terhadap anaknya.

Pola asuh ini salah satunya adalah pola asuh otoriter. Adapun pola asuh otoriter ini

sendiri adalah sikap otoriter yaitu sikap mau menang sendiri, sikap main kuasa, sikap

paling betul sendiri (Citrobroto 1980). Pola asuh otoriter atau disebut juga

(outhoritarian parenting) adalah pola asuh yang gagasan pengasuhan yang membatassi

dan bersikap menghukum dan mendikte remaja untuk mengikuti petunjuk orang tua dan

menghormati pekerjaan dan usaha yang dilakukan oleh orang tua mereka. Orang tua

yang besifat outhoritarian memberikan batasan dan kendali yang tegas terhadap remaja

dan hanya melakukan sedikit komunikasi verbal (Santrock, 2002).

Penelitian Walters (dalam Tarmudji, 2002) menemukan bahwa orang tua yang

otoriter cenderung memberi hukuman terutama hukuman fisik. Dengan berbagai cara

segala tingkah laku anak dikontrol dengan ketat. Penelitian yang dilakukan Mueker

(dalam Gerungan, 1987) menemukan hasil bahwa anak-anak yang diasuh oleh orang tua

otoriter banyak menunjukkan ciri-ciri adanya sikap menunggu dan menyerahkan segala-

galanya kepada pengasuhnya. Menurut penelitian Watson (dalam Tarmudji, 2002),

Page 13: Hubungan antara Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Agresif ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9470/2/T1_802011038_Full... · penolakan teman sebaya merupakan pengaruh yang

4

pemakai pola asuh otoriter dapat menimbulkan sikap keagresifan, kecemasan dan

mudah putus asa. Penelitian yang dilakukan Wahyu (2005) pola asuh otoriter dengan

perilaku agresif remaja SMA Negeri 1 Getasan berkorelasi dengan koefisien = 0,235

berarti berkorelasi taraf rendah. Stejianny (2000) menemukan bahwa pola asuh otoriter

berkorelasi pada taraf sedang dengan perilaku agresif remaja = 0,636. Sedangkan

menurut penelitian Tarmudji (2001) pola asuh otoriter dengan perilaku agresif remaja

berkorelasi dengan koefisien = 0,291 berarti berkorelasi taraf rendah.

Penelitian Stejianny (2000), Tarmudji (2001) dan Wahyu (2005) ada korelasi yang

signifikan antara pola asuh otoriter dengan perilaku agresif remaja namum ada

perbedaan taraf korelasinya yaitu taraf rendah dan sedang. Untuk memestikan

korelasinya berada taraf rendah atau sedang antara pola asuh orang tua otoriter dengan

perilaku agresif remaja perlu dilakukan penelitian ulang namun dalam penelitian kali ini

partisipan yang dipakai adalah anggota geng motor.

Rumusan masalah

Dalam penelitian ini apakah ada hubungan yang positif signifikan antara pola asuh

otoriter dengan perilaku agresif pada anggota geng motor matic17 Salatiga?

Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pola asuh

otoriter dengan perilaku agrsif pada anggota geng motor matic17 Salatiga.

Page 14: Hubungan antara Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Agresif ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9470/2/T1_802011038_Full... · penolakan teman sebaya merupakan pengaruh yang

5

Manfaat penelitian

1. Manfaat toritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu psikologi

khususnya yang berkaitan dengan upaya menghadapi permasalahan remaja yang

terdapat dalam mata kuliah psikologi sosial dan psikologi perkembangan.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian diharapkkan dapat memberikan pandangan kepada orang tua

dan guru untuk memberi bimbingan yang optimal kepada remaja serta

melakukan tindak lanjut yang sesuai untuk menghadapi perilaku agresif. Bagi

penelitian mendatang dapat menjadi bahan rujukan kepada peneliti yang akan

melakukan penelitian terhadap permasalahan yang sama.

TINJAUAN PUSTAKA

Perilaku Agresif

Agresivitas merupakan salah satu bentuk perilaku yang dimiliki oleh setiap orang.

Buss (dalam Gasa, 2005) menyebutkan bahwa suatu perilaku disebut agresif bila

individu memberikan stimulus yang berbahaya secara fisik maupun moral kepada

individu lain. Setiap perilaku yang ditujukan untuk menyakiti pihak lain, baik secara

langsung seperti memukul atau secara tidak langsung seperti menyebarkan berita

bohong mengenai seseorang dapat disebut sebagai agresi.

Krahe (2005) menambahkan bahwa suatu perilaku dapat digolongkan sebagai

perilaku agresif bila dilakukan dengan niat menimbulkan akibat negative terhadap

targetnya, dan sebaliknya menimbulkan harapan bahwa tindakan itu akan

Page 15: Hubungan antara Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Agresif ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9470/2/T1_802011038_Full... · penolakan teman sebaya merupakan pengaruh yang

6

menghasilkan sesuatu. Spesifikasi ini mengesampingkan perilaku yang mengakibatkan

sakit ataupun cedera yang terjadi di luar kehendak, misal yang terjadi secara kebetulan

atau akibat kecerobohan, ataupun agresi yang diarahkan pada diri sendiri.

Maka dapat disimpulkan perilaku agresif adalah suatu perilaku yang dilakukan

secara sengaja yang dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung (secara fisik

atau verbal) yang dimaksudkan untuk menyakiti yang dapat menimbulkan akibat

negative terhadap makhluk hidup lain.

Aspek- Aspek Perilaku Agresif

Menurut Buss dan Perry (1961), aspek-aspek perilaku agresif, yaitu:

a. Agresi fisik

Yaitu perilaku yang bertujuan untuk menyerang, melukai, dan melanggar hak

orang lain yang dilakukan secara fisik.

b. Agresi verbal

Yaitu perilaku yang bertujuan unutk menyerang, meluai, dan melanggar hak

orang lain berupa perkataan dan ucapan kasar atau kotor.

c. Amarah

Yaitu reaksi emosional akut yang ditimbulkan oleh sejumlah situasi yang

merangsang termasuk ancaman, agresi lahiriah, pertengkaran diri secara lisan,

kekecewaan atau frustrasi.

d. Permusuhan

Yaitu kecenderungan untuk menimbulkan kerugian, kejahatan, gangguan atau

kerusakan pada orang lain, kecenderungan melontarkan ras amarah pada orang

lain.

Page 16: Hubungan antara Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Agresif ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9470/2/T1_802011038_Full... · penolakan teman sebaya merupakan pengaruh yang

7

Faktor - Faktor yang Memengaruhi Perilaku Agresif

Menurut David G. Myers (2012) faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku agresi

antara lain:

a. Pengalaman tidak menyenangkan (aversive) seperti rasa sakit

Menurut Berkowitz (1983, 1989, 1998) menyatakan bahwa pengalaman yang

tidak mengenakkan merupakan pemicu dasar dari agresi permusuhan. Frustrasi

jelas merupakan salah satu bentuk ketidaknyamanan. Namun, semua peristiwa

tidak mengenakan, baik harapan yang hancur, penghinaan, meupun rasa sakit

pada bagian tubuh dapat menimbulkan ledakan emosional. Bahkan siksaan yang

berasal dari kondisi depresi dapat meningkatkan kemungkinan permusuhan dan

perilaku agresif.

b. Serangan personal, baik fisik maupun verbal.

Diserang atau dihina oleh orang lain sangat mendorong terjadinya agresi.

Beberpa penelitian, termasuk yang dilakukan di Osaka University oleh

Keennichi Ohbuchi dan Toshihiro Kambara (1995), memperkuat pendapat

bahwa penyerangan yang disengaja melahirkan serangan balasan.

c. Isyarat agresi, seperti keberadaan senjata, dapat meningkatan perilaku agresif.

Senjata memancing pikiran bermusuhan dan keputusan memberi hukuman

(Aderson dkk.,1998; Dienstbier dkk., 1998). Senjata tidak hanya memberikan

sinyal agresi, tetapi juga jarak psikologis antara agresor dan korbannya.

d. Melihat tayangan kekerasan ditelevisi dapat menimbulkan peningkatan perilaku

agresif, terutama pada orang yang diprovokasi.

e. Memainkan video game yang berisi kekerasan secara berulang dapat

meningkatkan pikiran, perasaan, dan perilaku agresif, bahkan lebih rentan

Page 17: Hubungan antara Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Agresif ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9470/2/T1_802011038_Full... · penolakan teman sebaya merupakan pengaruh yang

8

dibandingkan dengan menonton televisi atau film, karena video games

melibatkan partisipan secara aktif dibandingkan media lainnya.

f. Agresi lebih banyak dilakukan oleh kelompok. Keadaan yang memicu individu

dapat memicu kelompok juga. Dengan adanya penyebaran tanggung jawab dan

tindakan polarisasi, kondisi dalam kelompok memperkuat reaksi agresif.

Selain itu menurut Rodriguez (2010) perilaku agresi disebabkan oleh gaya

pengasuhan disfungsional, terutama yang overreactive, gaya pengasuhan otoriter.

Menurut penelitian Stejiannny (2000) bahwa pola asuh otoriter berkorelasi pada taraf

sedang dengan perilaku agresif remaja. Menurut penelitian Watson (dalam Tarmudji,

2002), pemakai pola asuh otoriter dapat menimbulkan sikap keagresifan, kecemasan

dan mudah putus asa.

Pengertian Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter merupakan pola asuh dengan gaya pengasuhan yang

membatasi, memberi hukuman, mengatur remaja untuk mengikuti petunjuk orang

tuanya. Menurut Baumrind (1966), pola asuh otoriter yaitu cara pengasuhan orang tua

yang cenderung lebih suka menghukum, bersikap dictator, dan disiplin tinggi. Tidak

mengenal take and give, karena keyakinan mereka adalah bahwa anak harus menerima

sesuatu tanpa mempersoalkan aturan yang dibangun orangtua. Ketatnya aturan yang

ditetapkan dalam pengasuhan otoriter, remaja cenderung memberontak dan membuat

perlawanan terhadap ketergantungan remaja terhadap orangtua, definisi ini juga

dipakai oleh Robinson, dkk. (1995).

Page 18: Hubungan antara Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Agresif ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9470/2/T1_802011038_Full... · penolakan teman sebaya merupakan pengaruh yang

9

Maka dapat disimpulkan pola asuh otoriter adalah gaya pengasuhan yang

membatasi, memberi hukuman, mengharuskan remaja untuk mengikuti petunjuk dan

peraturan yang ditetapkan orang tuanya.

Aspek- Aspek Pola Asuh Otoriter

Aspek- aspek pola asuh otoriter menurut Robinson, dkk. (1995) yaitu:

a. Verbal Hostility

Sikap orang tua memarahi, berteriak atau membentak kepada anak, dan

tindakan- tindakan yang menandakan tidak adanya persetujuan dengan anaknya

seperti beradu mulut dengan anaknya.

b. Corporal Punishment

Menggunakan hukuman fisik yang dilakukan orangtua terhadap anak untuk

mendisiplin anak, seperti memukul, menamparm menghukum anak tanpa alasan

yang jelas, memaksa anak ketika anak tidak patuh.

c. Nonreasoning Punitive Strategies

Memberi anak hukuman tanpa memberi alasan yang jelas, memberikan

hukuman seperti meninggalkan anak di suatu tempat sendirian, dan ketika ada

perkelahian antar anak- anak orangtua memberikan hukuman tanpa bertanya

alasan mereka terlebih dahulu.

d. Directiveness

Mengatur anak dengan cara memberi tahu anak apa yang harus dilakukan sesuai

dengan kehendak orangtua. Orangtua selalu menyela, mengkritik dan memarahi

anak jika perilaku anak tidak sesuai dengan kehendak orangtua dan aturan yang

ditetapkan orangtua.

Page 19: Hubungan antara Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Agresif ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9470/2/T1_802011038_Full... · penolakan teman sebaya merupakan pengaruh yang

10

Anggota Geng Motor Matic17

Geng motor adalah kumpulan orang-orang pecinta motor yang gemar kebut-

kebutan, tanpa membedakan jenis motor yang dikendarai. Perlu dibedakan antara geng

motor dengan club motor. Club Motor biasanya mengusung merek tertentu atau

spesifikasi jenis motor tertentu dengan perangkat organisasi formal. Tapi kalau soal

aksi jalanan, semuanya sama saja. Kebanyakan sama-sama merasa jadi raja jalanan, tak

mau didahului, apalagi disalip oleh pengendara lain.

Geng motor matic17 adalah geng yang berisikan anggota anak remaja dengan usia

minimal 17 tahun dan mempunyai motor metic segala merek. Motor matic harus sudah

dimodifikasi sedemikan rupa supaya dapat melaju kencang untuk balapan sesama

anggota geng motor atau dengan anggota geng lain.

Hubungan Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Agresif

Dalam melakukan tugas-tugas perkembangannya, individu banyak dipengaruhi

oleh peranan orang tua. Peranan orang tua itu memberikan lingkungan yang

memungkinkan anak dapat menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya, terutama

pada masa awal (kanak-kanak) sampai masa remaja. Keluarga merupakan kelompok

sosial yang pertama dimana anak dapat berinteraksi.

Pengaruh keluarga dalam pembentukan dan perkembangan kepribadian sangatlah

besar artinya. Keluarga yang dilandasi kasih sayang sangat penting bagi anak supaya

anak dapat mengembangkan tingkah laku sosial yang baik. Bila kasih sayang tersebut

tidak ada, maka seringkali anak akan mengalami kesulitan dalam hubungan sosial, dan

kesulitan ini akan mengakibatkan berbagai macam kelainan tingkah laku sebagai upaya

Page 20: Hubungan antara Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Agresif ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9470/2/T1_802011038_Full... · penolakan teman sebaya merupakan pengaruh yang

11

kompensasi dari anak. Sebenarnya, setiap orang tua itu menyayangi anaknya, akan

tetapi manifestasi dari rasa sayang itu berbeda-beda dalam penerapannya, perbedaan

itu akan nampak dalam pola asuh yang diterapkan. Menurut ahli psikologi

perkembangan Baumrind (dalam Buri, 1991), pola asuh dapat dikelompokan menjadi

tiga kelompok authoritative, authoritarian, permissive, dan kesemuanya memiliki

kontribusi yang berbeda dalam tingkah laku anak.

Sejumlah penelitian mengungkap anak yang diasuh menggunakan pola asuh

ototriter menjadi bergantung atau pasif, kurang bisa bersosialisai, kurang percaya diri,

kurang memiliki rasa ingin tau dan kurang mandiri, bahkan anak dapat menjadi

berperilaku agresif. Menurut penelitian Watson (dalam Tarmudji, 2002), pemakai pola

asuh otoriter dapat menimbulkan sikap keagresifan, kecemasan dan mudah putus asa.

Santrock (2002) menyatakan bahwa pola asuh otoriter adalah suatu gaya membatasi

dan menghukum yang menuntut anak untuk mengikuti perintah-perintah orang tua dan

menghormati pekerjaan dan usaha. Orang tua yang otoriter menerapkan batas-batas

yang tegas dan tidak member peluang yang besar kepada anak-anak untuk berbicara

(bermusyawarah). Sarwono (1997) berpendapat bahwa perilaku agresif yang dilakukan

oleh remaja sangat dipengaruhi oleh pola asuh orang tuannya. Orang tua yang terlalu

menuntut anaknya untuk selalu mengikuti segala kemauannya akan membuat anak

frustasi sehingga anak bila berada di luar rumah akan berindak seenaknya dan

berperilaku agresif.

Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka penyusunan hipotesis penelitian ini

adalah ada hubungan yang positif signifikan antara pola asuh otoriter dengan perilaku

agresif pada anggota geng motor matic17. Semakin tinggi pola asuh otoriter dalam

Page 21: Hubungan antara Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Agresif ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9470/2/T1_802011038_Full... · penolakan teman sebaya merupakan pengaruh yang

12

pengasuhan maka semakin tinggi pula perilaku agresif dan sebaliknya semakin rendah

pola asuh otoriter dalam pengasuhan maka semakin rendah pula perilaku agresif.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan strategi korelasional.

Menurut Arikunto (2002) penelitian korelasional merupakan penelitian untuk

mengetahui ada atau tidak adanya hubungan antara dua variabel dengan variabel lain.

Besar atau tingginya hubungan tersebut dinyatakan dalam koefisien korelasi.

Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini adalah anggota geng motor matic17 Salatiga yang

berjumlah 45 anggota. Teknik sampling yang digunakan adalah sampling jenuh, yaitu

teknik di mana semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiono, 2011).

Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam skala likert,

yaitu:

1. Skala Pola Asuh Otoriter

Sedangkan Pola Asuh Otoriter diukur dengan menggunakan skala yang disusun

oleh Robinson, dkk. (1995) yang telah dimodifikasi oleh penulis, berdasarkan

aspek- aspeknya antara lain yaitu Verbal Hostility, Corporal Punishment,

Nonreasoning Punitive Strategies, dan Directivenes, yang tersusun dalam 20

pernyataan. Responden diminta untuk menjawab setiap item kedalam 4 skala Likert

Page 22: Hubungan antara Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Agresif ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9470/2/T1_802011038_Full... · penolakan teman sebaya merupakan pengaruh yang

13

yaitu dari angka 1= „sangat tidak sesuai dengan diri saya‟; 2= „tidak sesuai dengan

diri saya‟; 3= „sesuai dengan diri saya‟; 4=‟sangat sesuai dengan diri saya‟.

Berdasarkan seleksi item skala pola asuh otoriter yang semula tersusun 20 item

sesudah dilakukan pengujian daya deskriminasi menjadi 19 (1 item gugur) yang

kemudian akan digunakan dalam analisis selanjutnya. Berdasarkan uji reliabilitas

Alpha Cronbach diperoleh hasil r=0,899, menurut Azwar (2000) jika reliabilitas

antara 0,8 ≤ α ≤ 0,9 dikategorikan bagus.

2. Skala Perilaku Agresif

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur Perilaku Agresif adalah skala

agresivitas yang terdiri dari empat aspek, sesuai dengan Aggression Questionnaire

yang disusun oleh Buss dan Perry (1992) yang penulis jadikan sebagai bahan acuan

yaitu: Agresi fisik, agresi verval, kemarahan, permusuhan. Skala telah

dimodifikasi oleh peneliti dengan cara menerjemahkan skala asli ke dalam

Bahasa Indonesia terlebih dahulu kemudian peneliti juga mengubah kalimat

supaya mudah unutk dipahami. Jumlah item yang diuji sebanyak 29 item,

Responden diminta untuk menjawab setiap item kedalam 4 skala Likert yaitu dari

angka 1= „sangat tidak sesuai dengan diri saya‟; 2= „tidak sesuai dengan diri saya‟;

3= „sesuai dengan diri saya‟; 4=‟sangat sesuai dengan diri saya‟. Semakin tinggi

skor yang diperoleh subjek, semakin tinggi pula subjek untuk berperilaku agresif.

Sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh, maka semakin rendah pula subjek

untuk berperilaku agresif.

Berdasarkan seleksi item skala perilaku agresif yang semula tersusun 29 item

sesudah dilakukan pengujian daya deskriminasi menjadi 24 (5 item gugur) yang

kemudian akan digunakan dalam analisis selanjutnya. Berdasarkan uji reliabilitas

Page 23: Hubungan antara Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Agresif ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9470/2/T1_802011038_Full... · penolakan teman sebaya merupakan pengaruh yang

14

Alpha Cronbach diperoleh hasil r=0,874, menurut Azwar (2000) jika reliabilitas

antara 0,8 ≤ α ≤ 0,9 dikategorikan bagus.

Prosedur Pengumpulan Data

Pelaksanaan pengumpulan data dilaksanakan pada jam dan tempat yang telah

disepakati bersama anggota geng motor matic17 Salatiga. Proses pengumpulan data

dilakukan mulai pada tanggal 1 Juni 2015 dengan cara menyebarkan kuesioner pola

asuh otoriter dan kuesioner perilaku agresif pada anggota geng motor matic17 Salatiga.

Berdasarkan hasil pengumpulan data didapatkan partisipan sebanyak 45

partisipan. Pada penelitian ini menggunakan try out terpakai yaitu subjek yang

digunakan untuk try out digunakan sekaligus untuk penelitian. Data yang diperoleh

dalam penelitian ini kemudian diolah menggunakan bantuan program SPSS 16.0 for

windows.

Teknik Analisa Data

Metode analisis menggunakan uji korelasi untuk melihat hubungan pola asuh

otoriter dengan perilaku agresif pada anggota geng motor matic17 Salatiga. Analisis

data dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisis Deskriptif

Variabel pola asuh otoriter mempunyai 19 item yang baik dengan pemberian skor

antara 1 sampai 4, sehingga dalam pembagiannya ditemukan adanya skor tertinggi

Page 24: Hubungan antara Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Agresif ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9470/2/T1_802011038_Full... · penolakan teman sebaya merupakan pengaruh yang

15

yaitu 76 dan skor terendahnya adalah 19. Sedangkan perilaku agresif mempunyai 24

item yang baik dengan pemberian skor antara 1 sampai 4, sehingga dalam

pembagiannya ditemukan adanya skor tertinggi yaitu 96 dan skor terndahnya adalah

24.Dalam penelitian ini akan dibuat sebanyak 5 kategori yaitu sangat tinggi, tinggi,

cukup, rendah dan sangat rendah.

Pola Asuh Otoriter

Berdasarkan jumlah item skala pola asuh otoriter 19 item dengan rentan nilai 1-

4 dan dibantu dalam lima kategori, diperolah interval 11,4 interval, maka

ketegorisasinya sebagai berikut:

Tabel 1.1 Kategorisasi pengukuran skala pola asuh otoriter

No INTERVAL KATEGORI N MEAN PERSENTASE

1. 64,6 < x ≤ 76 Sangat Tinggi 1 2,22 %

2. 53,2 < x ≤ 64, 6 Tinggi 4 8.88 %

3. 41,8 < x ≤ 53, 2 Cukup 13 28,88 %

4. 30,4 < x ≤ 41,8 Rendah 23 41,8 51,11 %

5. 19 < x ≤ 30,4 Sangat Rendah 4 8,88 %

JUMLAH 45 100%

Berdasarkan Tabel 1.1 di atas, menunjukkan bahwa sebagaian besar anggota (51,11%)

pola asuh otoriter ada pada kategori rendah.

Perilaku Agresif

Berdasarkan jumlah item skala perilaku agresif yaitu 24 item dengan rentang

nialai 1 – 4 dan dibuat dalam lima kategori diperoleh intervalnya, 14,4 interval, maka

kategorinya sebagai berikut: Table 1.2 Kategorisasi pengukuran skala perlaku agresif

No INTERVAL KATEGORI N MEAN PERSENTASE

1. 81,6 < x ≤ 96 Sangat Tinggi 0 0 %

2. 67,2 < x ≤ 81,6 Tinggi 3 6.66 %

Page 25: Hubungan antara Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Agresif ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9470/2/T1_802011038_Full... · penolakan teman sebaya merupakan pengaruh yang

16

3. 52,8 < x ≤ 67,2 Cukup 18 40 %

4. 38,4 < x ≤ 52,8 Rendah 20 52, 31 44.44 %

5. 24 < x ≤ 38,4 Sangat Rendah 4 8.89 %

JUMLAH 45 100 %

Berdasarkan Tabel 1.2 di atas, menunjukkan bahwa sebagian besar anggota (44,44%)

perilaku agresifnya ada pada kategori rendah.

Uji Asumsi

1. Uji Normalitas

Dari uji normalitas menunjukkan bahwa, variable pola asuh otoriter

memiliki nilai Kolmogrov-Smirnov sebesar 1,096 dengan p atau signifikansi sebesar

0,181 (p > 0,05). Maka distribusi data pola asuh otoriter berdistribusi normal.

Demikian juga untuk variable perilaku agresif yang memiliki nilai Kolmogrov-

Smirnov sebesar 0,561 dengan p atau signifikansi sebesar 0,911 (p > 0,05). Karena

signifikasi untuk kedua variabel lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan

bahwa distribusi data pada kedua variabel tersebut dinyatakan normal.

2. Uji Linearitas

Dari hasi uji linieritas maka diperoleh nilai F beda sebesar 1,603 dengan

signifikansi 0,138 (p >0,05) yang menunjukkan hubungan antara pola asuh otoriter

dengan perilaku agresif adalah linier.

Uji Hipotesis

Uji hipotesis dengan teknik korelasi produk moment dari Pearson hasilnya sebagai

berikut:

Table 1.3: Hasil Uji Korelasi antara Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Agresif

Page 26: Hubungan antara Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Agresif ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9470/2/T1_802011038_Full... · penolakan teman sebaya merupakan pengaruh yang

17

Dari hasil analisis data diperoleh nilai koefisien korelasi = 0,209, p = 0,084,

(p > 0,05). Berdasarkan hasil tersebut berarti hipotesis yang berbunyi “ada hubungan

yang positif signifikan antara pola asuh otoriter dengan perilaku agresif pada anggota

geng motor matic17” ditolak.

Pembahasan

Berdasarkan hasil perhitungan korelasi Product Moment oleh Karl Pearson antara

variabel pola asuh otoriter dengan perilaku agresif menunjukkan korelasi r = 0,209

dengan signifikan sebesar 0,084 (p > 0,05) yang berarti bahwa tidak ada hubungan

yang signifikan antara pola asuh otoriter dengan perilaku agresif pada anggota geng

motor matic17 Salatiga.

Menurut Stewart dan Koch (1983), orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter

mempunyai ciri antara lain: kaku, tegas, suka menghukum, kurang ada kasih sayang

serta simpatik. Orang tua memaksa anak-anak untuk patuh pada nilai-nilai mereka,

serta mencoba membentuk lingkah laku sesuai dengan tingkah lakunya serta cenderung

mengekang keinginan anak. Orang tua tidak mendorong serta memberi kesempatan

Correlations

AGRESIF OTORITER

AGRESIF Pearson Correlation 1 .209

Sig. (1-tailed) .084

N 45 45

OTORITER Pearson Correlation .209 1

Sig. (1-tailed) .084

N 45 45

Page 27: Hubungan antara Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Agresif ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9470/2/T1_802011038_Full... · penolakan teman sebaya merupakan pengaruh yang

18

kepada anak untuk mandiri dan jarang memberi pujian. Hak anak dibatasi tetapi

dituntut tanggung jawab seperti anak dewasa. Orang tua yang otoriter cenderung

memberi hukuman terutama hukuman fisik. Orang tua yang otoriter amat berkuasa

terhadap anak, memegang kekuasaaan tertinggi serta mengharuskan anak patuh pada

perintah-perintahnya. Dengan berbagai cara, segala tingkah laku anak dikontrol dengan

ketat. Balsom (dikutip dari Arifin,1996) menambahkan bahwa sikap orang tua yang

otoriter seringkali bercirikan sebagai berikut: orang tua ingin mengubah perilaku

remaja dengan memaksakan keyakinan, tata nilai, perilaku dan standar perilaku pada

remaja, orang tua merasa kedudukannya lebih tinggi dari anaknya sehingga bebas

melakukan sesuatu tanpa kompromi, tidak jarang otang tua menggunakan pendektan

yang mengandung unsur paksaan, serta hukuman fisik. Jika anak melakukan sesuai

dengan yang diperintahkan orang tuanya, anak bahkan tidak mendapat pujian ataupun

hadiah. Orang tua yang cenderung memberikan hukuman terutama hukuman fisik

menyebabkan anak mempunyai sifat pemarah dan untuk sementara ditekan karena

norma sosial, namun suatu saat akan meluapkan amarahnya sebagai perilaku yang

agresif.

Berdasarkan hasil penelitian ini, ada beberapa alasan yang mungkin menyebabkan

pola asuh otoriter tidak memiliki hubungan positif dan signifikan dengan perilaku

agresif. Mungkin faktor-faktor lain yang lebih kuat hubungannya dengan perilaku

agresif yaitu, faktor pribadi, faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan teman

sebaya, faktor lingkungan sekolah, dan faktor lingkungan masyarakat (Martono &

Joewono, 2006).

Variabel situasional lainnya yang dapat meningkatkan atau mempengaruhi

perilaku agresi, seperti terpapar kekerasan televisi, film, atau video game (Anderson

Page 28: Hubungan antara Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Agresif ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9470/2/T1_802011038_Full... · penolakan teman sebaya merupakan pengaruh yang

19

dan Dill 2000). Sama halnya menurut penelitian Niken (2012) yang menyatakan

perilaku agresif dipengaruhi oleh ekposur kekerasan dalam video game dengan korelasi

= 0,110. Sehingga dalam penelitian ini tidak ditemukan hubungan yang signifikan

antara pola asuh otoriter dengan perilaku agresif pada anggota geng motor matic17

Salatiga.

Anderson dan Dill (2000) membuktikan bahwa subjek menunjukkan perilaku

agresivitas secara kognitif maupun afektif, setelah terpapar kekerasan media

bermuatan kekerasan di laboratorium. Krahe dan Moller (2004) mencoba

menjelaskan mekanisme yang melatarbelakangi penemuan Anderson dan Dill

(2000) tersebut. Dalam studinya terbukti bahwa makin sering subjek terekspos pada

kekerasan, subjek secara kognitif, makin mudah memandang agresi sebagai suatu

hal yang normatif. Penelitian Funk, dkk.(2004) menemukan hasil yang senada.

Eksposur kekerasan di film menyebabkan efek desentisisasi. Dengan kata lain,

subjek yang mendapatkan eksposur kekerasan terbukti memiliki tingkat empati

yang lebih rendah terhadap target kekerasan. Artinya, agresi tidak dipandang

sebagai suatu hal yang salah. Hal tersebut sejalan dengan kebiasaan beberapa

anggota geng motor matic17 Salatiga yang senang dengan memainkan game,

menonton film atau acara televisi yang mengandung unsur kekerasan.

Hasil analisa deskriptif menunjukkan bahwa sebagaian besar anggota pola asuh

otoriter ada pada kategori rendah yaitu 23 anggota (51,11%). Sedangkan hasil analisa

deskriptif menunjukkan bahwa sebagian besar anggota perilaku agresifnya ada pada

kategori rendah yaitu 20 anggota (44,44%).

Page 29: Hubungan antara Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Agresif ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9470/2/T1_802011038_Full... · penolakan teman sebaya merupakan pengaruh yang

20

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan tidak ada hubungan

positif signifikan antara pola asuh otoriter dengan perilaku agresif pada anggota geng

motor matic17 Salatiga.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, serta mengingat masih banyaknya

keterbatasan dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Saran bagi peneliti selanjutnya

a. Walaupun hasil analisis menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan

antara pola asuh otoriter dengan perilaku agresif pada anggota geng motor

matic17 Salatiga, orang tua harus tetap memperhatikan faktor – faktor lain

yang dapat meningkatkan perilaku agresif anaknya, seperti terpapar

kekerasan televisi, film, atau video game.

b. Penelitian ini masih terbatas, karena hanya meneliti pola asuh otoriter

dengan perilaku agresif. Dengan demikian masih ada faktor-faktor lain

yang turut memberi pengaruh pada perilaku agresif yang belum dijelaskan

dan diteliti. Sehingga disarankan untuk dapat mengkaji lebih dalam lagi

faktor-faktor lain penyebab perilaku agresif agar dapat meningkatkan

kualitas penelitian sebelumnya.

c. Bagi peneliti selanjutnya juga bisa memberikan variasi subjek tidak hanya

di geng motor yang sama sehingga bila penelitian ini dilakukan pada

subjek yang berbeda akan menambah kualitas penelitian tersebut.

Page 30: Hubungan antara Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Agresif ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9470/2/T1_802011038_Full... · penolakan teman sebaya merupakan pengaruh yang

21

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, C.A., & Dill, K.E (2000). Video Game and Aggressive Thoughts, Feelings,

and Behavior in the Laboratory and in Life. Journal of Personality and Social

Psychology 78, 772-790.

Azwar.(2000).Reliabilitas dan Validitas (edisi ketiga).Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Buss, A. H (1961). The psychology of aggression. New York:Wiley.

Buss, A. H., & Perry, M. P. (1992). The aggression questionnaire. Journal of

Personality and Social Psychologi, 63, 452-459.

Citrobroto, R.I.S.(1980).Cara mendidik anak dalam keluarga masa

kini.Jakarta:Baratara.Kraya Aksara.

Elida Prayitno.(2006).Psikologi Perkembangan remaja. Padang:Angkasa Raya.

Funk, J.B., Baldacci, H.B., Pasold, t., &Baumgardner. (2004). Voilence Exposure in

Real Life, Video Games, Television, Movies, and the Internet: Is there

Desentiziation?. Journal of Adolescence 27, 23-24.

Gerungan.(1987).Psikologi sosial.Bandung:PT Erasco.

Gasa, V.S. (2005).Leaners aggressive behaviour in secondary school: a psycho-social

perspective. desertasi : Uneversity of South Africa.

Krahe,B., & Moller, I. (2004). Playing violent electronic games, hostile attribute style,

and aggression-related norms in German adolescents. Journal of Adolescence 27,

53-69.

Krahe, B. (2005). Perilaku Agresi disadur dari The Social Psychology of Agression oleh

Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Leilani Greening, Laura Stoppelbein, Aaron Luebbe.(2010).The moderating effects of

parenting styles on african-american and caucasian children‟s suicidal behaviors.

Journal Youth Adolescence (2010) 39:357–369.

Martono, L.H & Joewana.(2006). Menangkal narkoba & kekerasan. Jakarta: Balai

Pustaka

Monks, F.J. (2002).Psikologi perkembangan pengantar dalam berbagai bagiannya,

cetakan ke-16.Penerjemah: Siti Rahayu H.Yogyakarta:Gajah Mada University

Press.

Pagiarsih, Wahyu.(2005).Hubungan pola asuh orang tua otoriter dengan perilaku

agresifitas di SMA Negeri 1 Getasan (semester 2 tahun ajaran

2004/2005).Skripsi.Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP-

UKSW:Salatiga

Page 31: Hubungan antara Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Agresif ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9470/2/T1_802011038_Full... · penolakan teman sebaya merupakan pengaruh yang

22

Proborini Niken.(2012).Hubungan eksposur kekerasan dalam video game dengan

perilaku agresif siswa kelas VII SMP Negeri 1 Suruh Kabupaten

Semarang.Skripsi.Program Studi Bimbingan dan konseling FKIP-UKSW:Salatiga

Robinson,c.c., Mandleco, b., olsen, s. f., & hart, c. h. (1955).

Authoritative,authoritarian, and permissive perentig practices: development of a

new measure. Psychological reports 77,819-830.

Santrock,J.W.(2002).Life-spam development:perkembangan masa

hidup.Penerjemah:juda Dumanik.Edidi 5.Jakarta:Erlangga.

Santrock, J.W.(2003).Adolescence Perkembangan Remaja.Jakarta:Erlangga.

Santrock, J.W.(2007).Perkembangan Anak.Edisi ke-11 jilid 1.Jakarta:Erlangga.

Sarwono, S. W.(1997).Psikologi sosial: individu & teori-teori psikologi sosial. Jakarta:

PT Balai Pustaka.

Stewart & Koch. (1983). Chidren Development Throught Adolescence. Canada: John

Wiley and Sons, Inc.

Sugiyono. (2011).Statistika untuk penelitian.Bandung:Alfabeta.