BAB I - Pemimpin Otoriter

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan tantangan kehidupan global, pendidikan merupakan hal yang sangat penting karena pendidikan salah satu penentu mutu Sumber Daya Manusia. Dimana dewasa ini keunggulan suatu bangsa tidak lagi ditandai dengan melimpahnya kekayaan alam, melainkan pada keunggulan Sumber Daya Manusia (SDM). Dimana mutu Sumber Daya Manusia (SDM) berkorelasi positif dengan mutu pendidikan, mutu pendidikan sering diindikasikan dengan kondisi yang baik, memenuhi syarat, dan segala komponen yang harus terdapat dalam pendidikan, komponen-komponen tersebut adalah masukan, proses, keluaran, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana serta biaya. Mutu pendidikan tercapai apabila masukan, proses, keluaran, guru, sarana dan prasarana, biaya serta seluruh komponen tersebut memenuhi syarat tertentu. Pendidikan yang bermutu sangat membutuhkan tenaga kependidikan yang professional. Tenaga kependidkan mempunyai peran yang sangat strategis dalam pembentukan pengetahuan, ketrampilan, dan karakter peserta didik. Oleh karena itu tenaga kependidikan yang professional 1 | Sistem Pemerintahan Otoriter

description

Sejalan dengan tantangan kehidupan global, pendidikan merupakan hal yang sangat penting karena pendidikan salah satu penentu mutu Sumber Daya Manusia. Dimana dewasa ini keunggulan suatu bangsa tidak lagi ditandai dengan melimpahnya kekayaan alam, melainkan pada keunggulan Sumber Daya Manusia (SDM). Dimana mutu Sumber Daya Manusia (SDM) berkorelasi positif dengan mutu pendidikan, mutu pendidikan sering diindikasikan dengan kondisi yang baik, memenuhi syarat, dan segala komponen yang harus terdapat dalam pendidikan, komponen-komponen tersebut adalah masukan, proses, keluaran, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana serta biaya.

Transcript of BAB I - Pemimpin Otoriter

Page 1: BAB I - Pemimpin Otoriter

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejalan dengan tantangan kehidupan global, pendidikan merupakan hal yang

sangat penting karena pendidikan salah satu penentu mutu Sumber Daya Manusia.

Dimana dewasa ini keunggulan suatu bangsa tidak lagi ditandai dengan

melimpahnya kekayaan alam, melainkan pada keunggulan Sumber Daya Manusia

(SDM). Dimana mutu Sumber Daya Manusia (SDM) berkorelasi positif dengan

mutu pendidikan, mutu pendidikan sering diindikasikan dengan kondisi yang

baik, memenuhi syarat, dan segala komponen yang harus terdapat dalam

pendidikan, komponen-komponen tersebut adalah masukan, proses, keluaran,

tenaga kependidikan, sarana dan prasarana serta biaya.

Mutu pendidikan tercapai apabila masukan, proses, keluaran, guru, sarana

dan prasarana, biaya serta seluruh komponen tersebut memenuhi syarat tertentu.

Pendidikan yang bermutu sangat membutuhkan tenaga kependidikan yang

professional. Tenaga kependidkan mempunyai peran yang sangat strategis dalam

pembentukan pengetahuan, ketrampilan, dan karakter peserta didik. Oleh karena

itu tenaga kependidikan yang professional akan melaksanakan tugasnya secara

professional sehingga menghasilkan tamatan yang lebih bermutu.

Dari sedikit penjelasan mengenai berbagai sumber daya yang ada dalam

suatu lembaga pendidikan tersebut. Keseluruhannya tidak dapat berjalan secara

baik tanpa adanya manajemen yang jelas serta adanya seorang pemimpin yang

mengarahkan serta mengawasi jalannya sebuah organisasi.

Oleh karena itu dalam makalah ini akan dijelaskan kepemimpinan dalam

pendidikan dengan pokok pembahasan Pemimpin Otoriter.

1.1.1 Pemimpin ” menurut pandangan kuno dan modern

Menurut pandangan kepemimpinan kuno, yang dipilih sebagai pemimpin

ialah orang yang memiliki segala kelebihan dari orang-orang yang lain, seperti

1 | S i s t e m P e m e r i n t a h a n O t o r i t e r

Page 2: BAB I - Pemimpin Otoriter

orang yang terkuat, paling pemberani, terpandai, dan sebagainya dan juga

dianggap orang yang terpandai tentang segala sesuatu yang ada hubungannya

dengan kebutuhan kelompok, dan pemimpin itu sendiri harus pandai

melakukannya.

Di zaman modern seperti sekarang ini, tidak mungkin lagi seorang kepala

atau pemimpin menjalankan semua peranan yang diperlukan oleh kelompoknya.

Jadi, persamaannya antara pemimpin dahulu dan sekarang ini adalah mereka

bersama-sama memenuhi kebutuhan kelompok.

Tugas seorang pemimpin antara lain:

1.    Menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompoknya dan keinginan kelompoknya

2.    Dari keinginan-keinginan itu dapat dipetiknya kehendak-kehendak yang realistis

dan yang benar-benar dapat dicapai

3.    Meyakinkan kelompoknya mengenai apa-apa yang menjadi kehendak mereka,

mana yang realistis dan mana yang sebenarnya merupakan khayalan

4.    Menemukan jalan yang dapat ditempuh untuk mencapai/mewujudkan kehendak-

kehendak tersebut

1.1.2 Peranan seorang Pemimpin

Seorang ahli ilmu jiwa berpendapat bahwa peranan seorang pemimpin yang

baik dapat disimpulkan menjadi 13 macam, yaitu:

1.      Sebagai pelaksana (executive)

2.      Sebagai perencana (planner)

3.      Sebagai seorang ahli (expert)

4.      Mewakili kelompok dalam tindakannya ke luar (external group representative)

5.      Mengawasi hubungan antar anggota kelompok (controller of internal relationship)

6.      Bertindak sebagai pemberi ganjaran/pujian dan hukuman (purveyor of rewards

and punishments)

7.      Bertindak sebagai wasit dan penengah (arbitrator and mediator)

8.      Merupakan bagian dari kelompok (exemplar)

9.      Merupakan lambang kelompok (symbol of the group)

2 | S i s t e m P e m e r i n t a h a n O t o r i t e r

Page 3: BAB I - Pemimpin Otoriter

10.  Pemegang tanggung jawab para anggota kelompoknya (surrogete or individual

responsibility)

11.  Sebagai pencipta/memiliki cita-cita (ideologist)

12.  Bertindak sebagai seorang ayah (father figure)

13.  Sebagai “kambing hitam” (scape goat)  

1.1.3 Pengambilan Putusan

Pengambilan putusan merupakan fungsi kepemimpinan yang turut

menentukan proses dan tingkat keberhasilan kepemimpinan itu sendiri.

Langkah-langkah Pengambilan Putusan:

1.         Mendefinisikan/ menetapkan masalah

2.         Menentukan pedoman pemecahan masalah

3.         Mengidentifikasi alternatif

4.         Mengadakan penilain terhadap alternatif yang telah didapat

5.         Memilih alternatif yang “baik”

6.         Implementasi alternatif yang dipilih

Model-model Pengambilan Putusan:

1.       Model prilaku

Model prilaku adalah model pengambilan keputusan yang di dasarkan atas pola

tingkah laku orang yang terlibat dalam organisasi atau lembaga itu.

2.       Model informasi

Model ini didasarkan pada asumsi sebagai berikut:

a.    Informasi merupakan kondisi yang harus dipenuhi dalam proses pengambilan

putusan

b.    Informasi yang berasal dari dalam organisasi yang diberikan oleh seorang yang

mempunyai posisi tinggi dan dikenal

c.    Informasi yang diperoleh sehubungan dengan proses pengambilan putusan selalu

di uji dengan informasi yang sudah ada

3.       Model normatif

3 | S i s t e m P e m e r i n t a h a n O t o r i t e r

Page 4: BAB I - Pemimpin Otoriter

Model normatif yaitu dimulai dari mengidentifikasi apa yang dilakukan oleh

manajer atau pemimpin yang baik, dan kemudian memberikan pedoman tentang

bagaimana seorang manajer yang baik itu mengambil putusan.

4.         Participative Decision Making

Model ini mengemukakan bagaimana cara pengambilan putusan dengan

mengikutsertakan bawahan.

Jenis-jenis Partisipasi

1.         Sentralisasi demokratis

2.         Parlementer

3.         Penentuan oleh peserta

Konsep pengambilan keputusan

Ada beberapa konsep pengambilan putusan yang harus diperhatikan oleh

seorang pemimpin pendidikan misalnya ketika ia harus mengambil sebuah

keputusan yaitu sebagai berikut:

1.   Kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi keputusan, mencakup:

a.         Dinamika individu di dalam organisasi

b.        Dinamika kelompok di dalam organisasi

c.         Dinamika lingkungan di dalam organisasi

2.    Ketrampilan pribadi dalam pengambilan keputusan

Bawahan harus banyak berperan aktif (dilibatkan) dalam pengambilan

keputusan, sekalipun “palu” ada pada pemimpin (kepala).

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa definisi dari pemimpin itu?

2. Apa saja sifat-sifat kepemimpinan?

3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemimpin?

4. Apa pemimpin otoriter itu?

5. Apa ciri-ciri pemimpin otoriter?

4 | S i s t e m P e m e r i n t a h a n O t o r i t e r

Page 5: BAB I - Pemimpin Otoriter

6. Bagaimana cara pengambilan putusan?

7. Apa kelebihan dan kekurangan pemimpin yang otoriter?

1.3 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah

1. Untuk mengetahui tipe atau gaya kepemimpinan dalam pendidikan

2. Untuk mengetahui sifat-sifat kepemimpinan

3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemimpin

4. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan antara kepala dan pemimpin

5. Untuk mengetahui peranan seorang pemimpin

6. Untuk mengetahui cara pengambilan putusan

5 | S i s t e m P e m e r i n t a h a n O t o r i t e r

Page 6: BAB I - Pemimpin Otoriter

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tipe atau Gaya Kepemimpinan

Didalam kepemimpinan ada tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu unsur

manusia, unsur sarana, dan unsur tujuan. Untuk dapat memperlakukan ketiga

unsur tersebut secara seimbang, seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan

atau kecakapan dan keterampilan yang diperlukan dalam melaksanakan

kepemimpinannya. Cara atau teknik seseorang dalam menjalankan suatu

kepemimpinan disebut tipe atau gaya kepemimpinan.

Adapun gaya-gaya kepemimpinan yang pokok, atau dapat juga disebut juga

ekstrem, ada tiga yaitu:

2.1.1 Kepemimpinan yang otoriter

Disebut juga tipe kepemimpinan authoritarian. Dalam kepemimpinan yang

otokratis, pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota-anggota

kelompoknya. Baginya, memimpin adalah menggerakkan dan memaksa

kelompok. Pemimpin yang otokratis tidak menghendaki rapat-rapat atau

musyawarah. Dalam tindakan dan perbuatannya ia tidak dapat di ganggu gugat.

Supervisi bagi pemimpin yang otokratis hanyalah berarti mengontrol, apakah

segala perintah yang telah di berikan itu ditaati atau dijalankan dengan baik oleh

angota-anggotanya.

2.1.2 Kepemimpinan yang laissez faire

Dalam tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak memberikan

pimpinan. Tipe ini diartikan sebagai membiarkan orang-orang berbuat

sekehendaknya. Pemimpin yang termasuk tipe ini sama sekali tidak memberikan

kontrol dan koreksi terhadap pekerjaan anggota-anggotanya. Tingkat keberhasilan

organisasi atau lembaga yang dipimpin dengan Gaya Laissez Faire semata-mata

disebabkan karena kesadaran dan dedikasi beberapa anggota kelompok, dan

bukan karena pengaruh dari pemimpinnya. Di dalam tipe kepemimpinan ini,

6 | S i s t e m P e m e r i n t a h a n O t o r i t e r

Page 7: BAB I - Pemimpin Otoriter

biasanya struktur organisasinya tidak jelas dan kabur. Segala kegiatan dilakukan

tanpa rencana yang terarah dan tanpa pengawasan dari pimpinan.

2.1.3 Kepemimpinan yang demokratis

Pemimpin yang bertipe demokratis menafsirkan kepemimpinannya bukan

sebagai diktator, melainkan sebagai pemimpin di tengah-tengah anggota

kelompoknya. Dalam melaksanakan tugasnya, ia mau menerima dan bahkan

mengharapkan pendapat dan saran-saran dari kelompoknya. Juga kritik-kritik

yang membangun dari para anggota diterimanya sebagai umpan balik dan

dijadikan bahan pertimbangan dalam tindakan-tindakan berikutnya.

2.1.4 Kepemimpinan yang Pseudo-demokratis

Tipe ini disebut juga semi demokratis atau manipulasi diplomatik.

Kepemimpinan model ini sebenarnya pemimpin yang mempunyai sifat dan sikap

otokratis, tetapi ia pandai memberikan kesan seolah-olah demokratis. Pemimpin

yang bertipe pseudo-demokratis hanya tampaknya saja bersikap demokratis

padahal sebenarnya dia bersikap otokratis.

2.2 Sifat-sifat Kepemimpinan

Untuk menjadi pemimpin diperlukan adanya syarat-syarat tertentu dan

syarat-syarat serta sifat-sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin berbeda-beda

menurut golongan dan fungsi jabatan yang dipegangnya.

Prof. Dr. A Abdurrachman menyimpulkan macam-macam sifat

kepemimpinan menjadi lima sifat pokok yang disebutnya pancasifat, yaitu:

1. Adil.

2. Suka melindungi.

3. Penuh Inisiatif.

4. Penuh daya tarik.

5. Penuh kepercayaan pada diri sendiri.

Ordway Tead, mengemukakan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang

pemimpin sebagai berikut:

1. Berbadan sehat, kuat dan penuh energi.

2. Yakin akan maksud dan tujuan organisasi.

7 | S i s t e m P e m e r i n t a h a n O t o r i t e r

Page 8: BAB I - Pemimpin Otoriter

3. Selalu bergairah.

4. Bersifat ramah-tamah.

5. Mempunyai keteguhan hati.

6. Unggul dalam teknik bekerja.

7. Sanggup bertindak tegas.

8. Memiliki kecerdasan.

9. Pandai mengajari bawahan.

10. Percaya pada diri sendiri.

Elsbree dan Reutter, sebagai seorang ahli administrasi pendidikan

mengemukakan, syarat-syarat bagi seorang pemimpin yang baik harus memiliki:

1. Sifat-sifat personal dan sosial yang baik.

2. Kecakapan Intelektual.

3. Latar belakang pengetahuan yang sesuai.

4. Filsafat Pendidikan dan bimbingan.

5. Kecakapan dan sikap terhadap pengajaran dan teknik-teknik mengajar.

6. Pengalaman profesional dan nonprofessional.

7. Potensi untuk mengembangkan profesinya.

8. Kesehatan fisik dan mental.

Menurut Suprapto, yang mendasarkan uraiannya kepada asas kepemimpinan

yang dirumuskan Ki Hajar Dewantara, yaitu ing ngarso sung tulodo, ing madyo

mangun karso, tut wuri handayani. Dari asas kepemimpinan tersebut

diturunkannya 17 sifat kepemimpinan yang semuanya dimulai dengan huruf “ T ”,

yaitu:

1. Takwa

2. Taat

3. Temen (jujur)

4. Tekun

5. Terampil

6. Tanggap

8 | S i s t e m P e m e r i n t a h a n O t o r i t e r

Page 9: BAB I - Pemimpin Otoriter

7. Trengginas (lincah)

8. Tegas

9. Tangguh

10. Tanggon (iman)

11. Terbuka

12. Toleran

13. Teliti

14. Tertib

15. Tepo seliro

16. Tanpa pamrih

17. Tanggung jawab

Menurut Sutarto, dari hasil rangkumannya terhadap pendapat para ahli

administrasi dan manajemen tentang sifat-sifat kepemimpinan yang baik,

menyimpulkan menjadi 30 sifat yang sebaiknya dimiliki oleh seorang pemimpin,

yaitu:

1.      Takwa

2.      Sehat

3.      Cakap

4.      Jujur

5.      Tegas

6.      Setia

7.      Cerdik

8.      Berani

9.      Berilmu

10.  Efisien

11.  Disiplin

12.  Manusiawi

13.     Bijaksana

14.     Bersemangat

15.     Percaya diri

9 | S i s t e m P e m e r i n t a h a n O t o r i t e r

Page 10: BAB I - Pemimpin Otoriter

16.     Berjiwa matang

17.     Bertindak adil

18.     Berkemauan keras

19.     Berdaya cipta asli

20.     Berwawasan situasi

21.     Berpengharapan baik

22.     Mampu berkomunikasi

23.     Berdaya tanggap tajam

24.     Mampu menyusun rencana

25.     Mampu membuat putusan

26.     Mampu melakukan kontrol

27.     Bermotivasi kerja sehat

28.     Memiliki rasa tanggung   jawab

29.     Satunya kata dengan perbuatan

30.     Mendahulukan kepentingan orang lain

Sifat-sifat yang diperlukan dalam kepemimpinan pendidikan, yaitu:

1.      Rendah hati dan sederhana

2.      Bersifat suka menolong

3.      Sabar dan memiliki kestabilan emosi

4.      Percaya kepada diri sendiri

5.      Jujur, adil dan dapat dipercaya

6.      Keahlian dalam jabatan

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pemimpin

Di antara pemimpin banyak yang memiliki keahlian dan jabatan dalam

pekerjaaan yang sama, selalu kita lihat adanya perbedaan-perbedaan dalam

perilaku dan sikap serta gaya kepemimpinannya. Hal ini disebabkan karena

adanya berbagai faktor yang dapat mempengaruhinya.

Adapun faktor-faktor yang dimaksud, yaitu:

10 | S i s t e m P e m e r i n t a h a n O t o r i t e r

Page 11: BAB I - Pemimpin Otoriter

a. Keahlian dan pengetahuan yang dimilikinya oleh pemimpin untuk

menjalankan kepemimpinannya. Pemimpin yang ideal tidak akan merasa puas

dengan hanya mengandalkan pada latar belakang pendidikan dan pengalamannya

saja.

b. Jenis pekerjaan atau lembaga tempat pemimpin itu melaksanakan tugas

jabatannya. Tiap jenis lembaga memerlukan perilaku dan sikap kepemimpinan

yang berbeda pula.

c. Sifat-sifat kepribadian pemimpin. Watak dan sifat-sifat pribadi seorang

pemimpin turut menentukan bagaimana sikap dan prilakunya dalam menjalankan

kepemimpinan.

d. Sifat-sifat kepribadian pengikut atau kelompok yang dipimpinnya. Untuk

dapat menjalankan kepemimpinannya dengan baik. Sangat penting bagi seorang

pemimpin untuk mengetahui dan mempeljari sifat atau tipe kepengikutan yang

ada pada kelompoknya.

e. Sangsi-sangsi yang ada di tangan pemimpin. Tinggi-rendahnya tingkat

kekuasaan menentukan tinggi rendahnya sangsi seorang pemimpin.

11 | S i s t e m P e m e r i n t a h a n O t o r i t e r

Page 12: BAB I - Pemimpin Otoriter

2.4 Kepemimpinan Otoriter

Kepemimpinan gaya otoriter, otokratis, atau diktator adalah kemampuan

mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan dengan cara segala kegiatan yang akan dilakukan diputuskan oleh

pimpinan. 

Seorang diktator jelas tidak menyukai adanya meeting, rapat apalagi musyawarah

karena bagi seorang diktator tidak menghendaki adanya perbedaan dan pastinya

suka dengan memaksakan kehendaknya.

Dengan kepemimpinan diktator semua kebijakan ada di tangan pemimpin,

semua keputusan ada di tangan pemimpin, semua bentuk hukuman, larangan

peraturan dapat juga berubah sesuai dengan suasana hati pemimpin.

Jika kita lihat dari sisi gaya kepemimpinan secara ekstrim kepemimpinaan

otoriter menempati urutan pertama karena di lihat dari seberapa besar pengaruh

atau campur tangan pemimpin dibandingkan kepemimpinan demokratis dan

kepemimpinan laissez faire.

Jika di tinjau menurut sistem kepemimpinan menurut likert maka sistem

otoriter menempati sistem pertama (I), berikutan lengkap sistem

kepemimpinan menurut likert 

(1) sistem l : otoriter (explosive/authoritative).

(2) sistem ll : otoriter bijaksana (benevolent authoritative).

(3) sistem lll : konsultatif 

(4) sisten lV : partisipatif.

2.5 Gaya Kepemimpinan Otoriter

Gaya kepemimpinan otoriter :

1. Wewenang mutlak terpusat pada pimpinan

2. Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan

3. Kebijakan selalu dibuat oleh pimpinan

4. Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan ke bawahan

5. Pengawasan dilakukan secara ketat

12 | S i s t e m P e m e r i n t a h a n O t o r i t e r

Page 13: BAB I - Pemimpin Otoriter

6. Prakarsa harus selalu datang dari pimpinan

7. Tiada kesempatan bagi bawahan untuk mengeluarkan pendapat

8. Tugas diberikan dengan intruksi

9. Banyak kritik daripada pujian

10. Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan

11. Pemimpin menuntut kesetiaan mutlak dari bawahan

12. Cenderung adanya paksaan, ancaman, dan hukuman

13. Kasar dalam bertindak

14. Kaku dalam bersikap

15. Tanggung jawab dipikul oleh pimpinan

2.6 Ciri Kepemimpinan Otoriter

Adapun ciri kepemimpinan otoriter sistem l menurut likert dalam buku

wahjosumidjo: kepemimpinan dan motivasi terbitan PT. Ghalia tahun 1987 adalah

sebagai berikut : 

(1) manajer menentukan semua keputusan yang bertalian dengan seluruh

pekerjaan, dan memerintahkan semua bawahan untuk melaksanakannya.

(2) manajer menentukan semua standart bagaimana bawahan melakukan tugas.

(3) manajer memberikan ancaman dan hukuman kepada bawahan yang tidak

berhasil melaksanakan tugas-tugas yang telah di tentukan.

(4) manajer kurang percaya terhadap bawahan dan sebaliknya bawahan tidak atau

sedikit sekali terlibat dalam proses pengambilan keputusan.

(5) atasan dan bawahan bekerja dalam suasana yang saling mencurigai.

2.7 Contoh Kepemimpinan Otoriter

Kasus 1 : Hartoyo sebagai Manajer

Drs. Hartoyo telah menjadi manajer tingkat menengah dalam departemen

produksi suatu perusahaan kurang lebih 6 bulan. Hartoyo bekerja pada perusahaan

setelah dia pensiun dari tentar. Semangat kerja departemennya rendah sejak dia

bergabung dalam perusahaan. Beberapa dari karyawan menunjukkan sikap tidak

puas dan agresif.

13 | S i s t e m P e m e r i n t a h a n O t o r i t e r

Page 14: BAB I - Pemimpin Otoriter

        Pada jam istirahat makan siang, Hartoyo bertanya kepada Drs. Abdul Hakim,

AK, manajer departemen keuangan, apakah dia mengetahui tentang semangat

kerja yang rendah dalam departemen produksi. Abdul Halim menjawab bahwa dia

telah mendengar secara informal melalui komunikasi “grapevine”, bahwa para

karyawan Hartoyo merasa tidak senang dengan pengambilan semua keputusan

yang dibuat sendiri olehnya. Dia (Hartoyo) menyatakan, “dalam tentara, saya

membuat semua keputusan untuk bagian saya, dan semua bawahan mengharapkan

saya untuk berbuat seperti itu.”

Pertanyaan kasus : 

1. Gaya kepemimpinan macam apa yang digunakan oleh Hartoyo? Bagaimana

keuntungan dan kelemahannya? Bandingkan motivasi bawahan Hartoyo sekarang

dan dulu sewaktu di tentara.

Jawab :

Gaya kepemimpinan yang digunakan oleh hartoyo adalah gaya kepemimpinan

otoriter, yaitu gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan

yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Pada gaya kepemimpinan otoriter

ini, pemimpin mengendalikan semua aspek kegiatan. Pemimpin memberitahukan

sasaran apa saja yang ingin dicapai dan cara untuk mencapai sasaran tersebut, baik

itu sasaran utama maupun sasaran minornya.

2.8 Pemimpin Otoriter Terkait Beberapa Hal Dalam Kewirausahaan

Terkait Produksi

Dalam produksi, karyawan sangat produktif dalam bekerja karena gaya

kepemimpinan otoriter menuntut karyawan untuk memenuhi target yang

telah ditentukan.

Terkait Pemasaran

Perkembangan pemasaran dalam perusahaan akan cenderung stabil bahkan

menurun karena kreativitas dan inovasi karyawan sangat dibatasi.

14 | S i s t e m P e m e r i n t a h a n O t o r i t e r

Page 15: BAB I - Pemimpin Otoriter

Terkait Kemampulabaan

Karena kreativitas dan inovasi dari karyawan yang dibatasi oleh pemimpin

yang bersifat otoriter tersebut sehingga akan berpengaruh pada

kemampulabaan yang juga akan menurun.

Terkait Manajemen

Dengan sifat otoriter yang dimiliki seorang pemimpin juga berpengaruh

dalam hal mengatur yang akan cenderung memegang kendali penuh dalam

perusahaan, kepemimpinan tidak transparan, kreativitas dan inovasi

karyawan dibatasi, namun karyawan taat pada perintah pemimpin sehingga

perusahaan dapat mendapatkan target produksi yang diinginkan.

2.7 Keuntungan dan Kerugian Kepemiminan Otoriter

Keuntungan Gaya Otoriter:

Ketepatan serta ketegasan dalam pembuatan keputusan dan bertindak

sehingga untuk sementara mungkin produktivitas dapat naik.

Hanya tepat diterapkan dalam organisasi yang sedang menghadapi

keadaan darurat karena sendi-sendi kelangsungan hidup organisasi

terancam, apabila keadaan darurat telah selesai gaya ini harus segera

ditinggalkan.

Kerugian Gaya Otoriter:

Suasana kaku, tegang, mencekam, menakutkan sehingga dapat berakibat

lebih lanjut timbulnya ketidak puasan.

Merusak moral, meniadakan inisiatif, menimbulkan permusuhan,

agresivitas, keluhan, absen, pindah, dan tidak puas.

15 | S i s t e m P e m e r i n t a h a n O t o r i t e r

Page 16: BAB I - Pemimpin Otoriter

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Tipe kepemimpinan otoriter jika di terapkan sekarang mungkin kurang relevan,

namun jika di lihat lagi menurut gaya kepemimpinan situasional tipe

kepemimpinan ini bisa di terapkan terhadap anggota atau bawahan dengan tingkat

kematangan rendah yaitu ketika seorang pemimpin menghadapi bawahan yang

belum bisa atau belum menguasai hampir semua bidang yang menjadi tanggung

jawabnya.

16 | S i s t e m P e m e r i n t a h a n O t o r i t e r

Page 17: BAB I - Pemimpin Otoriter

DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, ngalim, drs. M. Mp. 2008. Administrasi  dan Supervisi Pendidikan.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya

http://www.duniaremaja.org/makalah-f59/tipe-tipe-kepemimpinan-dalam-

pendidikan-t145.htm

http://file.upi.edu/Direktori/C%20-%20FPBS/JUR.%20PEND.%20BAHASA

%20DAERAH/195906141986011%20-%20DEDI%20KOSWARA/MAKALAH

%20KEPEMIMPINAN%20DALAM%20PENDIDIKAN.pdf

Argawal, Organization and  Management, Tata McGraw-Hill

Publishing Company Limited, New Delhi, 1982, p 226.

17 | S i s t e m P e m e r i n t a h a n O t o r i t e r