katarak juvenil

26
1 Laporan kasus KATARAK JUVENILE OLEH : Andik Sunaryanto S, Ked (0402005114) Try Buana Tunggal Putra S, Ked (0402005030) PEMBIMBING dr. Wayan Gde Jayanegara, Sp. M

description

katarak juvenil

Transcript of katarak juvenil

Page 1: katarak juvenil

1

Laporan kasus

KATARAK JUVENILE

OLEH :

Andik Sunaryanto S, Ked (0402005114)

Try Buana Tunggal Putra S, Ked (0402005030)

PEMBIMBING

dr. Wayan Gde Jayanegara, Sp. M

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

DI BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN MATA RSUP SANGLAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

NOVEMBER 2009

Page 2: katarak juvenil

2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang maha Esa karena berkat rahmat dan

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Paper katarak juvenil tepat pada waktunya. Paper ini

disusun dalam rangka mengikuti kapaniteraan klinik madya di bagian ilmu kesehatan mata

RSUP Sanglah, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Laporan ini tidak mungkin dapat terselesaikan tepat pada waktunya tanpa bantuan dari

berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu penulis baik melalui dukungan moral maupun material antara lain :

1. Dr. Wayan Gde Jayanegara Sp. M sebagai pembimbing kami dalam penulisan

laporan kasus ini.

2. Para residen ilmu penyakit mata yang turut membantu kami.

3. Rekan-rekan dokter muda yang mengikuti kepaniteraan klinik madya di bagian ilmu

penyakit mata RSUP Sanglah,

4. Pihak-pihak terkait yang tidak dapat penulis sampaikan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak luput dari berbagai kekurangan, untuk itu penulis

sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam rangka penyempurnaan laporan

ini baik dari segi isi maupun sistematika penulisan di masa mendatang. Akhir kata semoga

laporan ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi pembaca.

Denpasar, November 2009

Penulis

Page 3: katarak juvenil

3

BAB I

PENDAHULUAN

Katarak adalah penyakit gangguan penglihatan yang dicirikan oleh adanya penebalan

lensa secara gradual dan progresif. Katarak merupakan salah satu penyebab utama kebutaan di

dunia saat ini. Hal ini, sangat disayangkan karena sebenarnya katarak memiliki morbiditas visual

yang bersifat reversibel. Sehingga, deteksi dini, monitor ketat, dan intervensi pembedahan harus

tercakup dalama tata laksana katarak senilis. Istilah katarak berasal dari kata Yunani yaitu

cataractos, berarti air yang mengalir dengan cepat. Saat air bergerak turbulen, maka air yang

awalnya jernih akan menjadi berbuih. Banyak orang tidak waspada terhadap katarak karena

perubahan penglihatan terjadi secara perlahan.1

Katarak merupakan salah satu penyebab utama kebutaan di dunia saat ini. Data dari

World Health Organisation (WHO), saat ini ada sekitar 135 juta penduduk dunia yang memiliki

penglihatan lemah dan 45 juta orang menderita kebutaan di seluruh dunia. Berdasarkan jumlah

tersebut, 90 % diantaranya berada di negara berkembang dan sepertiganya berada di Asia

Tenggara. Penduduk Indonesia yang berada dalam kebutaan sebanyak 1,5 % atau sekitar tiga juta

orang dan jumlah ini menjadikan Indonesia menempati urutan pertama di Asia atau urutan ketiga

penduduk dengan kebutaan terbanyak di dunia. Jumlah penderita katarak selalu bertambah

210.000 orang per tahun, 16 % diantaranya diderita penduduk usia produktif.2 Penelitian

mengidentifikasikan adanya katarak pada sekitar 10 % orang Amerika Serikat, dan prevalensi

ini meningkat sampai sekitar 50 % untuk mereka yang berusia antara 65 dan 74 tahun dan

sampai sekitar 70% untuk mereka yang berusia lebih dari 75 tahun.3

Banyak ahli memperkirakan bahwa disabilitas visual terkait katarak terjadi pada lebih

dari 8 juta kunjungan per tahunnya di Amerika Serikat. Angka ini cenderung meningkat saat

proporsi masyarakat berusia lebih dari 60 tahun meningkat. Pasien dengan katarak mengeluh

penglihatan seperti berasap dan tajam penglihatan yang menurun secara progresif. Saat seseorang

menderita katarak, maka akan muncul gangguan dalam beraktivitas sehari-hari, seperti kesulitan

saat mengendarai mobil pada malam hari, kesulitan dalam membaca, berpartisipasi dalam

kegiatan olah raga dan kegiatan lain yang membutuhkan penglihatan yang jernih.1

Page 4: katarak juvenil

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Lensa

2.1.1. Anatomi Lensa

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan transparan. Tebal

sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Dibelakang iris lensa digantung oleh zonula ( zonula

Zinnii) yang menghubungkannya dengan korpus siliare. Di sebelah anterior lensa terdapat humor

aquaeus dan disebelah posterior terdapat viterus. Kapsul lensa adalah suatu membran

semipermeabel yang dapat dilewati air dan elektrolit. Disebelah depan terdapat selapis epitel

subkapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia,

serat-serat lamelar subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi kurang

elastik. 1

Lensa terdiri dari enam puluh lima persen air, 35% protein, dan sedikit sekali mineral

yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di

kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi

maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah atau pun saraf di lensa.2

Page 5: katarak juvenil

5

Gambar 1 : Anatomi lensa manusia1

2.1.2. Fisiologi Lensa

Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk memfokuskan

cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan serat zonula dan

memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa

diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya

dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa

yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya

biasnya.1

Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris, zonula, dan lensa untuk

memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan

usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang. Selain itu juga terdapat fungsi

refraksi, yang mana sebagai bagian optik bola mata untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning,

lensa menyumbang +18.0- Dioptri.

2.1.3 Metabolisme Lensa Normal

Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium dan kalium).

Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous. Kadar kalium di bagian anterior lensa

lebih tinggi di bandingkan posterior. Dan kadar natrium di bagian posterior lebih besar. Ion K

bergerak ke bagian posterior dan keluar ke aqueous humour, dari luar Ion Na masuk secara difusi

dan bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif Na-K

ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam oleh Ca-ATPase.1

Metabolisme lensa melalui glikolsis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%). Jalur HMP

shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose, juga untuk aktivitas

glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktse adalah enzim yang merubah glukosa

menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi fructose oleh enzim sorbitol dehidrogenase.

Gangguan lensa adalah kekeruhan, distorsi, dislokasi, dan anomali geometrik. Pasien yang

mengalami gangguan-gangguan tersebut akan menderita kekaburan penglihatan tanpa nyeri.

Page 6: katarak juvenil

6

2.2 Gambaran Umum Katarak

Katarak adalah berubahnya kejernihan lensa secara perlahan yang menyebabkan

penurunan kualitas penglihatan. Lensa terletak di belakang iris dan tidak dapat dilihat secara

langsung dengan mata telanjang kecuali lensa menjadi sangat keruh. Lensa memegang peranan

penting dalam memfokuskan cahaya ke retina untuk kemudian retina mengubah cahaya menjadi

sinyal neurologis yang diinterpretasikan oleh otak sebagai penglihatan. Katarak yang signiikan

dapat menghalangi cahaya melewati lensa sehingga menyebabkan gejala gangguan penglihatan.1

Katarak berasal dari terminologi Bangsa Yunani yaitu cataractos, yang berarti air yang

mengalir cepat. Saat air turbulen, maka air akan menjadi berbuih. Orang Yunani pada jaman dulu

juga melihat hal yang sama terjadi pada katarak yaitu penurunan tajam penglihatan akibat

akumulasi cairan turbulen. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti

tertutup air terjun akibat lensa yang keruh.1,2

Kekeruhan lensa pada katarak biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif

ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu lama. Katarak umumnya merupakan

penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat kelainan kongenital, atau penyulit

penyakit mata lokal menahun. Bermacam-macam penyakit mata dapat mengakibatkan katarak,

seperti glaukoma, ablasi, uveitis, dan retinitis pigmentosa. Katarak dapat berhubungan dengan

proses intraokular lainnya.2

Katarak dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu katarak kongenital adalah katarak

yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun.

Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat

penanganan yang kurang tepat. Untuk mengetahui penyebab katarak kongenital diperlukan

pemeriksaan riwayat prenatal ineksi ibu seperti Rubella pada kehamilan trimester pertama dan

pemakaian obat selama kehamilan. Kadang-kadang pada ibu hamil terdapat riwayat kejang,

tetani, ikterus, atau hepatosplenomegali. Pemeriksaan darah pada katarakk kongenital perlu

dilakukan karena ada hubungan katarak kongenital dengan diabetes mellitus, kalsium, dan fosfor.

Hampir 50% katarak kongenital adalah sporadik dan tidak diketahui penyebabnya. Penaganan

katarak kongenital tergantung pada unilateral dan bilateral, adanya kelainan mata lain, dan saat

Page 7: katarak juvenil

7

terjadinya katarak. Katarak kongenital prognosisnya kurang memuaskan karena bergantung pada

bentuk katarak dan munkin sekali pada mata itu terjadi ambliopia.5

Katarak juvenil terjadi pada orang muda yang mulai terbentuknya pada usia kurang dari 9

tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenital.

Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit

lainnya, seperti :5

1. Katarak metabolik

a. Katarak diabetik dan galaktosemia

b. Katarak hipokalsemik

c. Katarak defisiensi gizi

d. Katarak aminoasiduria

e. Penyakit Wilson

f. Katarak berhubungan dengan kelainan metabolik lain

2. Otot

a. Distrofi miotonik

3. Katarak traumatik

4. Katarak komplikata

a. Kelainan kongenital dan herediter (siklopia, koloboma, mikrotalmia, aniridia,

pembuluh haloid persisten, heterokromia iridis)

b. Katarak degeneratif (dengan myopia dan distrofi vitreoretinal)

c. Katarak anoksik

d. Toksik

e. Katarak radiasi

Katarak senilis, terjadi pada orang berusia lanjut yang dicirikan dengan kekeruhan pada

lensa, yang berlanjut menjadi pembengkakan lensa, dan penyusutan dengan hilangnya kejernihan

lensa secara total. Lebih lanjut lagi, korteks akan mencair untuk membentuk cairan putih

(katarak Morgagni) yang akan menyebabkan peradangan berat jika kapsul lensa pecah dan

bocor. Jika tidak ditangani, katarak akan menyebabkan phacomorphic glaucoma. Katarak yang

sangat lanjut dengan zonula yang lemah rentan terhadap dislokasi ke anterior atau posterior.1,5

Page 8: katarak juvenil

8

2.3 Epidemiologi

Penelitian-penelitian di Amerika Serikat mengidentifikasi adanya katarak pada sekitar 10%

orang, dan angka kejadian ini meningkat hingga sekitar 50% untuk mereka yang berusia antara

65 sampai 74 tahun, dan hingga sekitar 70% untuk mereka yang berusia lebih dari 75 tahun.

Sperduto dan Hiller menyatakan bahwa katarak ditemukan lebih sering pada wanita dibanding

pria. Pada penelitian lain oleh Nishikori dan Yamomoto, rasio pria dan wanita adalah 1:8 dengan

dominasi pasien wanita yang berusia lebih dari 65 tahun dan menjalani operasi katarak.4,5

Sama halnya di Indonesia, katarak juga merupakan penyebab utama berkurangnya

penglihatan. Diketahui bahwa prevalensi kebutaan di Indonesia berkisar 1,2 % dari jumlah

penduduk dan katarak menduduki peringkat pertama dengan persentase terbanyak yaitu 0,7 %.

Berdasarkan beberapa penelitian katarak lebih sering terjadi pada wanita dibanding pria dengan

ras kulit hitam paling banyak. 5

2.4 Manifestasi Klinis

Anamnesis

Anamnesis yang cermat penting dalam menentukan progresi dan gangguan fungsional

penglihatan akibat katarak dan juga dalam mengidentifikasi penyebab lain kekeruhan pada lensa.

Penurunan tajam penglihatan  

o Penurunan tajam penglihatan merupakan keluhan paling umum pada pasien

dengan katarak. Keluhan berupa penglihatan berasap dan tajam penglihatan yang

menurun secara progresif. Visus mundur yang derajatnya tergantung pada

lokalisasi dan tebal tipisnya kekeruhan. Bila kekeruhan lensa tipis, kemunduran

visus sedikit atau sebaliknya. Jika kekeruhan terletak di equator, penderita tidak

akan mengalami keluhan penglihatan.

Glare

o Keluhan ini berupa menurunnya sensitivitas kontras pada cahaya terang atau silau

pada siang hari atau pada arah datangnya sinar pada malam hari. Gangguan

seperti ini muncul utamanya pada pasien dengan katarak subkapsular posterior

dan pada pasien dengan katarak kortikal.

Page 9: katarak juvenil

9

Myopic shift

o Progresi katarak seringkali meningkatkan kekuatan dioptrik lensa menyebabkan

terjadinya myopia or myopic shift derajat ringan hingga sedang. Akibatnya, ada

pasien presbiopik melaporkan peningkatan penglihatan jarak dekat dan tidak

membutuhkan kacamata baca saat mereka mengalami hal yang disebut second

sight. Namun, munculnya sementara dan saat kualitas optis lensa mengalami

gangguan, maka second sight tersebut akan hilang.

o myopic shift dan second sight tidak terjadi pada katarak kortikal dan subkapsular

posterior.

Monocular diplopia

o Penderita melihat dua bayangan yang disebabkan refraksi dari lensa sehingga

benda-benda yang dilihat penderita akan menyebabkan silau.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan katarak meliputi pemeriksaan mata lengkap dimulai dari tes tajam penglihatan.

Pada katarak senil, tajam penglihatan akan menurun secara perlahan-lahansesuai dengan grading

densitas kekeruhan lensa menurut Burrato. Pada grade 1 visus masih baik > 6/12, dengan lensa

yang tampak sedikit keruh, grade 2: nukleus dengan kekeruhan ringan, visus 6/12 – 6/30, dengan

nukleus yang kekuningan,. Grade 3, nucleus dengan kekeruhan medium, visus 3/60 – 6/30,

korteks telah mengalami kekeruhan. Grade 4. nukleus telah mengeras, visus antara 1/60 – 3/60,

nucleus berwarna kuning kecoklatan. Grade 5, nukleus sangat keras dengan visus 1/60 atau lebih

jelek dengan nukleus berwarna coklat atau hitam.

Pemeriksaan pada lensa dilakukan dengan menyinarinya dari samping. Lensa akan

tampak keruh keabuan atau keputihan dengan latar hitam. Kamera anterior dapat menjadi

dangkal dan iris terdorong kedepan, sudut kamera anterior menyempit sehingga tekanan

intraokuler meningkat, akibatnya akan terjadi glaukoma sekunder.

Pemeriksaan dengan slitlamp juga penting selain untuk memeriksa kekeruhan lensa juga

untuk struktur mata lainnya (misal konjungtiva, kornea, iris, kamera anterior).  Selain itu,

pemeriksaan dengan ophthalmoskopi langsung maupun tak langsung penting untuk

mengevaluasi bagian posterior mata sehingga dapat diketahui prognosis setelah ekstraksi lensa.

Page 10: katarak juvenil

10

Pada fundus reflex dengan pemeriksaan opthalmoskop kekeruhan tersebut tampak hitam dengan

latar oranye. dan pada stadium matur hanya didapatkan warna putih atau tampak kehitaman

tanpa latar orange, hal ini menunjukkan bahwa lensa sudah keruh seluruhnya.6

2.5 Penatalaksanaan

Satu-satunya pengobatan untuk katarak adalah pembedahan. Pembedahan dilakukan jika

penderita tidak dapat melihat dengan baik dengan bantuan kaca mata untuk melakukan kegiatan

sehari-hari. Beberapa penderita mungkin merasa penglihatannya lebih baik hanya dengan

mengganti kaca matanya, menggunakan kaca mata bifokus yang lebih kuat atau menggunakan

lensa pembesar. Jika katarak tidak mengganggu biasanya tidak perlu dilakukan pembedahan.1,2,4

Pembedahan katarak terdiri dari pengangkatan lensa dan menggantinya dengan lensa buatan. 6

1. Pengangkatan lensa

Ada 2 macam pembedahan yang bisa digunakan untuk mengangkat lensa:

1. Intracapsular Cataract Extraction (ICCE) atau ekstraksi intrakapsular

Jenis pembedahan yang sudah jarang dilakukan ini adalah mengangkat lensa in toto,

yakni mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsulnya, melalui insisi limbus superior 140

hingga 160 derajat. Pembedahan ini dapat dilakukan pada zonula Zinn yang telah rapuh

atau berdegenerasi dan mudah putus. Pada ekstraksi ini tidak akan terjadi katarak

sekunder.

2. Extracapsular Cataract Extraction (ECCE) atau ekstraksi ekstrakapsular.

Ekstraksi ini adalah tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan

pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga masa

lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut. Jenis pembedahan ini sejak

beberapa tahun silam telah menjadi operasi pembedahan katarak yang paling sering

dilakukan karena apabila kapsul posterior utuh, maka lensa intraokuler dapat dimasukkan

ke dalam kamera posterior. Insidensi komplikasi pasca-operatif lebih kecil terjadi jika

kapsul posteriornya utuh.

3. Fakoemulsifikasi

Page 11: katarak juvenil

11

Fakoemulsifikasi dengan irigasi atau aspirasi (atau keduanya) adalah teknik

ekstrakapsular yang menggunakan getaran - getaran ultrasonik untuk mengangkat

nukleus dan korteks melalui insisi limbus yang kecil (2-5 mm), sehingga mempermudah

penyembuhan luka pasca operasi.

2. Penanaman lensa baru

Penderita yang telah menjalani pembedahan katarak biasanya akan mendapatkan lensa

buatan sebagai pengganti lensa yang telah diangkat. Lensa buatan ini merupakan lempengan

plastik yang disebut lensa intraokular, biasanya lensa intraokular dimasukkan ke dalam kapsul

lensa di dalam mata.

Operasi katarak sering dilakukan dan biasanya aman. Setelah pembedahan jarang sekali

terjadi infeksi atau perdarahan pada mata yang bisa menyebabkan gangguan penglihatan yang

serius. Untuk mencegah infeksi, mengurangi peradangan dan mempercepat penyembuhan,

selama beberapa minggu setelah pembedahan diberikan tetes mata atau salep. Untuk melindungi

mata dari cedera, penderita sebaiknya menggunakan kaca mata atau pelindung mata yang terbuat

dari logam sampai luka pembedahan benar-benar sembuh.

2.6 Komplikasi

Glaukoma dikatakan sebagai komplikasi katarak. Glaukoma ini dapat timbul akibat

intumesenensi atau pembengkakan lensa. Jika katarak ini muncul dengan komplikasi glaukoma

maka diindikasikan ekstraksi lensa secara bedah. Selain itu Uveitis kronik yang terjadi setelah

adanya operasi katarak telah banyak dilaporkan. Hal ini berhubungan dengan terdapatnya bakteri

patogen termasuk Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis. 5,6

2.7 Prognosis

Prognosis penglihatan untuk pasien anak-anak yang memerlukan pembedahan tidak

sebaik prognosis untuk pasien katarak senilis. Adanya ambliopia dan kadang-kadang anomali

saraf optikus atau retina membatasi tingkat pencapaian pengelihatan pada kelompok pasien ini.

Prognosis untuk perbaikan ketajaman pengelihatan setelah operasi paling buruk pada katarak

kongenital unilateral dan paling baik pada katarak kongenital bilateral inkomplit yang progesif

lambat. 6

Page 12: katarak juvenil

12

2.8 Pencegahan

Umumnya katarak terjadi bersamaan dengan bertambahnya umur yang tidak dapat

dicegah. Pemeriksaan mata secara teratur sangat perlu untuk mengetahui adanya katarak. Bila

telah berusia 60 tahun sebaiknya mata diperiksa setiap tahun. Pada saat ini dapat dijaga

kecepatan berkembangnya katarak dengan: 3

- Tidak merokok, karena merokok mengakibatkan meningkatkan radikal bebas dalam

tubuh, sehingga risiko katarak akan bertambah

- Pola makan yang sehat, memperbanyak konsumsi buah dan sayur

- Lindungi mata dari sinar matahari, karena sinar UV mengakibatkan katarak pada mata

- Menjaga kesehatan tubuh seperti kencing manis dan penyakit lainnya

Page 13: katarak juvenil

13

BAB III

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Komang Andika Wahyu Dewantara

Umur : 5 tahun 9 bulan

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Jl. Nakula 30 Denpasar

Agama : Hindu

Suku bangsa : Bali

II. ANAMNESIS

1. Keluhan Utama: Kedua mata terasa kabur

2. Riwyat Penyakit Sekarang

Pasien dikeluhkan kedua mata kabur semenjak masuk TK (1 tahun) yang lalu. Sejak

masuk TK, dikatakan sering menabrak-nabrak sesuatu, dan tidak mampu menerima

pelajaran (sehingga orang tua dipanggil guru). Pasien sering silau, kalau dirumah sering

menabrak benda disekitarnya.

3. Riwayat Penyakit dahulu

Pasien memiliki riwayat operasi pertama kali tahun 2007 di Sp. M. Pasien pertama kali

ketahuan mengalami keluhan seperti ini pada umur 3,5 tahun pada kedua mata. Pada saat

usia itu, mata dikatakan kelihatan putih. Keluhan sakit waktu hamil pada 3 bulan pertama

kehamilan disangkal.

4. Riwayat Sosial

Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama yaitu bapak dan kakek.

Page 14: katarak juvenil

14

III. PEMERIKSAAN FISIK

a. FISIK UMUM

Dalam batas normal

b. FISIK KHUSUS

OD OS

2/60 Visus 2/60

Normal Palpebra normal

Tenang Konjungtiva tenang

Jernih Kornea jernih

Normal Kamera okuli anterior normal

reguler, RP(+) Iris/pupil reguler,RP(+)

IOL, Keruh Lensa IOL, Keruh

IV. RESUME

Pasien laki-laki, 5 tahun 9 bulan, dikeluhkan kedua mata kabur sejak 1 tahun yang lalu.

Dikatakan sering menabrak-nabrak sesuatu, dan tidak mampu menerima pelajaran. Pasien

sering silau, kalau dirumah sering menabrak benda disekitarnya. Pasien memiliki riwayat

operasi pertama kali tahun 2007 di Sp. M. Pasien pertama kali ketahuan mengalami

keluhan seperti ini pada umur 3,5 tahun pada kedua mata. Pada saat usia itu, mata

dikatakan kelihatan putih. Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama yaitu bapak dan

kakek.

Page 15: katarak juvenil

15

V. DIAGNOSIS KERJA

ODS pseudopakia + PCO (Posterior Capsul Opacity)

VI. USULAN PEMERIKSAAN

- Slitlamp

- Funduskopi

VII. TERAPI

Pro Laser neonymium: YAG

VIII. PROGNOSIS

Dubius ad bonam

Page 16: katarak juvenil

16

BAB 4

PEMBAHASAN

Pasien laki-laki, 5 tahun 9 bulan, dikeluhkan kedua mata kabur sejak 1 tahun yang lalu.

Dikatakan sering menabrak-nabrak sesuatu, dan tidak mampu menerima pelajaran. Pasien sering

silau, kalau dirumah sering menabrak benda disekitarnya. Pasien memiliki riwayat operasi

pertama kali tahun 2007 di Sp. M. Pasien pertama kali ketahuan mengalami keluhan seperti ini

pada umur 3,5 tahun pada kedua mata. Pada saat usia itu, mata dikatakan kelihatan putih.

Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama yaitu bapak dan kakek.

Pasien awalnya didiagnosa sebagai katarak juvenil karena keluhan pandangan kabur

terjadi pada umur 3,5 tahun, dimana baru disadari ibu pasien ketika melihat mata pasien putih.

Kemungkinan terjadinya katarak pada pasien ini adalah kelainan genetik, dimana bapak dan

kakek pasien juga memiliki keluhan yang sama.

Pasien setelah dilakukan operasi katarak ternyata kambuh kembali. hal ini disebut after

katarak (membran sekunder).3 Katarak sekunder (after katarak) menunjukkan kekeruhan kapsul

posterior akibat katarak traumatik yang terserap sebagian atau setelah terjadinya ekstraksi

katarak ekstrakapsular. Katarak sekunder terjadi akibat terbentuknya jaringan fibrosis pada sisa

lensa yang tertinggal, paling cepat keadaan ini terlihat sesudah 2 hari EKEK. Bentuk lain yang

merupakan proliferasi epitel lensa pada katarak sekunder berupa mutiara Elsching dan cincin

Soemmering. 6 Epitel lensa subkapsul yang tersisa akan melakukan regenerasi serat-serat lensa,

sehingga memberikan gambaran ”fish egg” pada kapsul posterior (mutiara Elsching).3 Mutiara

Elsching adalah epitel subkapsular yang berproliferasi dan membesar sehingga tampak sebagai

busa sabun atau telur kodok.6

Cincin Soemmering mungkin akan bertambah besar oleh karena daya regenerasi epitel

yang terdapat didalamnya. Cincin Sommering terjadi akibat kapsul anterior yang pecah dan

traksi ke arah pinggir-pinggir melekat pada kapsula posterior meninggalkan daerah yang jernih

ditengah, dan membentuk gambaran cincin. Pada cincin ini tertimbun serabut lensa epitel yang

berproliferasi.6

Page 17: katarak juvenil

17

Elsching pearl ini mungkin akan menghilang dalam beberapa tahun oleh karena pecah

dindingnya. Pengobatan katarak sekunder adalah pembedahan seperti disisio katarak sekunder,

kapsulotomi, membranektomi, atau mengeluarkan seluruh membran keruh.6

Lapisan epitel yang berproliferasi tersebut menghasilkan banyak lapisan, sehingga

menimbulkan kekeruhan. Sel-sel ini mengalami diferensiasi miofibroblastik. Kontraksi serat-

serat ini menimbulkan banyak kerutan-kerutan kecil (tiny wrinkled) di kapsul posterior, yang

menimbulkan distorsi penglihatan. Semua faktor ini dapat menyebabkan penurunan ketajaman

penglihatan setelah ekstraksi katarak ekstrakapsular.

Katarak sekunder merupakan suatu masalah yang besar pada hampir semua pasien

pediatrik kecuali kalau kapsul posterior dan vitreous anterior diangkat pada saat operasi. Sampai

setengah dari semua pasien dewasa mengalami membran sekunder keruh ini setelah menjalani

EKEK. Sebelum laser neonymium; YAG digunakan, kondisi ini diobati dengan melakukan

kapsulotomi kecil dengan pisau jarum atau jarum 27-gauge berkait, baik pada saat operasi

utamanya atau sebagai prosedur sekunder.

Pada pasien ini akan dilakukan rencana (pro) laser YAG. Laser YAG telah populer

sebagai metode noninvasif untuk melakukan disisi kapsul posterior. Pulse energi laser akan

menyebabkan ”small explosions” di jaringan target, sehingga menimbulkan sebuah lubang kecil

di kapsul posterior disumbu pupil. Komplikasi teknik ini antara lain naiknya tekanan intra okuler

sementara, kerusakan lensa intraokuler, dan ruptur hialoid anterior dengan penggeseran vitreous

ke COA. Kenaikan tekanan biasanya dapat diketahui dalam 3 jam setelah terapi dan akan

menghilang setelah beberapa hari. Lubang kecil atau retakan kecil dapat terjadi pada lensa

intraokuler, tetapi biasanya tidak mengganggu ketajaman penglihatan. Pada penelitian terakhir,

dikatakan tidak ada kerusakan yang nyata pada endotel kornea pada pemakain laser neodyium:

YAG. 3,6

DAFTAR PUSTAKA

Page 18: katarak juvenil

18

1. Olver J, Cassidy L. Ophthalmology at A Glance. Hongkong: SNP Best-set Typesetter

Ltd; 2005. p36-9.

2. KBI Gemari. 2002. Penderita katarak di Indonesia selalu bertambah 210.000 orang per

tahun. Available at: http://kbi.gemari.or.id/beritadetail.php.

3. Vaughan, DG dkk.2000.Oftalmologi Umum edisi 14, Jakarta: Widya Medika.

4. PERDAMI. 2006. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum & Mahasiswa Kedokteran,

PERDAMI.

5. Fajaru. Semua Tetang Katarak. Available at: http://kinton.multiply.com/reviews/item/5.

Accessed : 9 th Oktober 2009 .

6. Iljas, S. 2007. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia.