KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · seperti permasalahan prilaku, sanitasi dasar,...

55
1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan petunjuk-Nya, sehingga penyusunan buku Kabupaten Sehat Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012 dapat diselesaikan sesuai yang telah direncanakan. Buku Kabupaten Sehat ini disusun untuk menilai dan memantau pencapaian Kabupaten Sehat di Kabupaten Banyuwangi sekaligus sebagai masukan dalam pengukuran pencapaian Indonesia Sehat 2012 dan standar pelayanan minimal bidang kesehatan kabupaten, data bersumber dari lintas program dan sektor terkait seperti Badan Pusat Statistik, Dinas Kesehatan dan sektor terkait lainnya. Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan buku Kabupaten Sehat 2012 ini. Untuk lebih meningkatkan mutu buku Kabupaten Sehat pada masa-masa yang akan datang, saran, kritik, maupun tanggapan sangat diharapkan. Sehingga data atau informasi yang dihasilkan dapat lebih akurat, dan sesuai kebutuhan. Semoga buku Kabupaten Sehat ini dapat menjadi salah satu sumber informasi dan pengetahuan bagi yang sempat membacanya. Banyuwangi, Oktober 2012 Penyusun,

Transcript of KATA PENGANTAR - bappeda.banyuwangikab.go.id · seperti permasalahan prilaku, sanitasi dasar,...

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat

dan petunjuk-Nya, sehingga penyusunan buku Kabupaten Sehat

Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012 dapat diselesaikan sesuai yang

telah direncanakan.

Buku Kabupaten Sehat ini disusun untuk menilai dan memantau

pencapaian Kabupaten Sehat di Kabupaten Banyuwangi sekaligus

sebagai masukan dalam pengukuran pencapaian Indonesia Sehat 2012

dan standar pelayanan minimal bidang kesehatan kabupaten, data

bersumber dari lintas program dan sektor terkait seperti Badan Pusat

Statistik, Dinas Kesehatan dan sektor terkait lainnya.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam

penyusunan buku Kabupaten Sehat 2012 ini.

Untuk lebih meningkatkan mutu buku Kabupaten Sehat pada

masa-masa yang akan datang, saran, kritik, maupun tanggapan sangat

diharapkan. Sehingga data atau informasi yang dihasilkan dapat lebih

akurat, dan sesuai kebutuhan.

Semoga buku Kabupaten Sehat ini dapat menjadi salah satu

sumber informasi dan pengetahuan bagi yang sempat membacanya.

Banyuwangi, Oktober

2012

Penyusun,

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI......... .............................................................................................. ii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ iii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1

1.2 Tujuan dan Sasaran ............................................................... 4

1.3 Manfaat Kegiatan ................................................................... 5

1.4 Referensi Hukum .................................................................... 6

BAB II GAMBARAN UMUM ............................................................................. 8

2.1 LetakGeografisdanAdministratif .............................................. 8

2.2 Kependudukan, Struktur Perekonomian dan Gambaran

Umum Kesehatan .................................................................. 11

BAB III PENYELENGGARAN KABUPATEN SEHAT DI BANYUWANGI .... 35

3.1 Tatanan dan Indikator Penyelenggaraan Kabupaten

Sehat ................................................................................... ...35

3.2 Tahapan Penyelenggaraan Kabupaten Sehat ........................ 37

BAB IVPENUTUP .............................................................................................. 40

4.1 Kesimpulan ............................................................................ 40

4.2 Saran ..................................................................................... 40

TABEL-

TABEL........ ...................................................................................... 42-49

3

ii

DAFTAR TABEL

TABEL

Tabel 1 Jumlah Kelurahan/Desa, Dusun/Lingkungan RW dan RT

Menurut Kecamatan Tahun 2011 ............................................ 42

4

Tabel 2 Jumlah Penduduk Kabupaten Banyuwangi Hasil SP2010

Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan Tahun 2010 ............... 43

Tabel 3 Kepadatan Penduduk Kabupaten BanyuwangiTahun

2011(jiwa/km2) ....................................................................... 44

Tabel 4 PDRB Kecamatan se-Kabupaten Banyuwangi dan

Kontribusinya Tahun 2010 - 2011 ........................................... 45

Tabel 5 Komponen Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten

Banyuwangi Tahun 2009 – 2011 ............................................ 46

Tabel 6 Komponen IPM Menurut Wilayah Kecamatan di Kabupaten

Banyuwangi Tahun 2011 ....................................................... 47

Tabel 7 Sarana Kesehatan di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009 - 2011 .... 48

Tabel 8 Tenaga Medis Kesehatan di Kabupaten Banyuwangi Tahun

2009 - 2011 ............................................................................ 49

Iii

DAFTAR TABEL

5

TABEL

Gambar 2.1 Peta Geografis Banyuwangi .................................................... 8

Gambar 2.2 Peta Administratif Banyuwangi .............................................. … 10

Gambar 2.3 Grafik Pendapatan Perkapitan Kabupaten Banyuwangi

Tahun 2009 – 2011. ............................................................... 13

Gambar 2.4 Grafik Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian

Tahun 2011 ............................................................................ 15

Gambar 2.5 ............. Grafik Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertambangan

Tahun 2011 ............................................................................ 16

Gambar 2.6 Grafik Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri

Tahun 2011 .................................................................. 17

Gambar 2.7 Grafik Pertumbuhan Ekonomi Sektor Listrik, Gas, dan

Air Bersih Tahun 2011 ............................................................ 18

Gambar 2.8 Grafik Pertumbuhan Ekonomi Sektor Konstruksi Tahun

2011 ....................................................................................... 19

Gambar 2.9 Grafik Pertumbuhan Ekonomi Sektor

Perdagangan, Hotel, dan Restoran Tahun 2011 ...................... 20

Gambar 2.10 Grafik Pertumbuhan Ekonomi Sektor Angkutan

dan Komunikasi Tahun 2011 ................................................... 21

6

Gambar 2.11 Grafik Pertumbuhan Ekonomi Sektor Jasa-jasa

Tahun 2011 ............................................................................ 22

Gambar 2.12 Grafik Pertumbuhan Ekonomi Sektor Keuangan

Tahun 2011 ............................................................................ 23

Gambar 2.13 Perkembangan Angka IPM Kabupaten Banyuwangi

dan Provinsi Jawa Timur dari Tahun 2006-2011 ..................... 24

Gambar 2.14 Angka Kematian Bayi Tahun 2007 - 2011 ............................... 27

Gambar 2.15 Angka Kematian Ibu Tahun 2007 - 2011 ................................ 30

iv

7

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Sebagai negara sedang berkembang, Indonesia mempunyai

tantangan yang besar untuk membangun dirinya. Dalam

pembangunan manusia, selain aspek pendidikan dan ekonomi, aspek

kesehatan juga memegang peran yang sangat penting.

Aspek kesehatan masyarakat sangat berperan dalam tata

laksana kehidupan sumberdaya manusia. Hal ini diatur dalam

Undang‐Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal

28 H ayat (1) menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup

sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan

lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh

pelayanan kesehatan. Selain itu juga diatur dalam Undang-undang

Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah

menetapkan bidang kesehatan merupakan salah satu urusan wajib

yang harus dilaksanakan oleh kabupaten/kota.

Prioritas Pembangunan Kabupaten Banyuwangi tercantum

dalam 20 Konsepsi Dasar Pembangunan yang terdiri dari 2 prioritas

wajib yaitu Pendidikan dan Kesehatan, 3 prioritas unggulan yang

terdiri dari Pertanian, Pariwisata, dan UMKM serta 4 prioritas

penunjang yakni Lingkungan, Perlindungan Sosial, Infrastruktur, dan

Tata Kelola pemerintahan yang baik. Kesehatan merupakan salah

satu prioritas wajib yaitu dengan peningkatan akses dan kualitas

kesehatan yang notabene diharapkan akan ikut meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Banyuwangi.

8

Kesehatan merupakan bagian yang terpenting dan diharapkan

dapat menghasilkan derajat kesehatan yang lebih tinggi dan

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial maupun

ekonomis.Dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan

berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan

dalam rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia, serta

peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan

manusia.

Penyediaan sarana pelayanan kesehatan berupa rumah sakit,

puskesmas dan tenaga kesehatan, semakin ditingkatkan jumlahnya

sesuai dengan rencana pertahapannya, sejalan dengan itu

penyediaan obat-obatan, alat kesehatan, pemberantasan penyakit

menular dan peningkatan penyuluhan di bidang kesehatan.

Terdapat 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan

masyarakat menurut Hendrick L. Blumm (1974), yaitu:

a. Perilaku

Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu

kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan.Perilaku

manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas pada manusia itu

sendiri. Perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme

tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau tidak langsung.

b. Lingkungan

Ketinggian, kelembaban, curah hujan, kondisi sawah maupun

tumbuhan memainkan peranan disini.Tetapi bagaimanapun juga,

kondisi lingkungan dapat dimodifikasi dan dapat diperkirakan

9

dampak atau akses buruknya sehingga dapat dicarikan solusi

ataupun kondisi yang paling optimal bagi kesehatan manusia.

c. Keturunan

Merupakan faktor yang sulit untuk diintervensi karena bersifat

bawaan dari orang tua. Penyakit atau kelainan-kelainan tertentu

seperti diabetes militus, buta warna, albino, atau yang lainnya,

bisa diturunkan dari orang tua ke anak-anaknya atau dari generasi

ke generasi.

d. Pelayanan Kesehatan

Lebih terkait dengan kinerja pemerintah yang sedang berkuasa.

Kesungguhan dan keseriusan pemerintah dalam mengelola

pelayanan kesehatan menjadi penentu suksesnya faktor ini. Kader

desa, puskesmas dan posyandu menjadi ujung tombak dalam

peningkatan status kesehatan masyarakat

Banyak permasalahan di daerah yang menjadi fokus perhatian

dan urgent untuk diselesaikan pemerintah. Permasalahan ini terletak

di lingkup kesehatan, lingkungan fisik, sosial, ekonomi dan budaya,

seperti permasalahan prilaku, sanitasi dasar, pelayanan kesehatan

dan sosial, prasarana penunjang, kesediaan pangan dan jaminan

gizi, kebakaran hutan, serta pertambangan liar.

Untuk mengatasi hal ini, berbagai upaya telah dilakukan oleh

Pemerintah, baik pusat, provinsi maupun kabupaten. Salah satu cara

adalah dengan penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat.

Kabupaten/Kota Sehat adalah salah satu kondisi kabupaten/kota

yang bersih, nyaman, aman dan sehat untuk dihuni penduduk, yang

dicapai melalui terselenggaranya penerapan beberapa tatanan

dengan kegiatan yang terintegrasi yang disepakati masyarakat dan

10

pemerintah. Program ini merupakan salah satu bagian dari dinamika

semangat pemerintah daerah serta lembaga legislatif di daerah

untuk meningkatkan kualitas lingkungan baik fisik, sosial, budaya

serta ekonomi masyarakat dengan mengembangkan potensi yang

ada pada masyarakat.

MenurutPeraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri

Kesehatan Nomor : 34 Tahun 2005, Nomor : 1138/Menkes/

PB/VIII/2005 tentang Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat, perlu

dukungan kualitas lingkungan fisik, sosial, perubahan prilaku

masyarakat melalui peran aktif masyarakat dan swasta serta

pemerintah daerah secara terarah, terkoordinasi, terpadu dan

berkesinambungan.

Menyelenggarakan Kabupaten Sehat tidak hanya mengejar

penghargaan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat melalui

Kepala Daerah atas keberhasilan dalam menyelenggaraan

Kabupaten Sehat. Tetapi juga tercapainya kondisi kabupaten untuk

hidup sehat, bersih, nyaman, aman, serta layak sebagai tempat

tinggal dan tempat bekerja bagi warganya dengan cara

terlaksananya berbagai program-program kesehatan dan sektor lain,

sehingga dapat meningkatkan sarana dan produktivitas dan

perekonomian masyarakat.

1.2. Tujuan dan Sasaran

1.2.1. Tujuan

Tercapainya kondisi Kabupaten/Kota untuk hidup dengan

bersih, nyaman, aman dan sehat untuk dihuni dan sebagai tempat

bekerja bagi warganya dengan cara terlaksananya berbagai

program-program kesehatan dan sektor lain, sehingga dapat

11

meningkatkan sarana dan produktivitas dan perekonomian

masyarakat.

1.2.2. Sasaran

a. Terlaksananya Program Kesehatan dan sektor terkait yang

sinkron dengan kebutuhan masyarakat, melalui

pemberdayaan Forum yang disepakati masyarakat.

b. Terbentuknya Forum masyarakat yang mampu menjalin

kerjasama antar masyarakat, Pemerintah Daerah dan pihak

swasta, serta dapat menampung aspirasi masyarakat dan

kebijakan pemerintah secara seimbang dan berkelanjutan

dalam mewujudkan sinergi pembangunan yang baik.

c. Terselenggaranya upaya peningkatan lingkungan fisik, sosial

dan budaya, serta perilaku dan pelayanan kesehatan yang

dilaksanakan secara adil, merata dan terjangkau dengan

memaksimalkan seluruh potensi sumber daya di

Kabupaten/Kota tersebut secara mandiri.

d. Terwujudnya kondisi yang kondusif bagi masyarakat untuk

meningkatkan produktifitas dan ekonomi wilayah dan

masyarakatnya sehingga mampu meningkatkan kehidupan

dan penghidupan masyarakat menjadi lebih baik.

1.3. Manfaat Kegiatan

Ada dua manfaat dari terselenggaranya Kabupaten Sehat di

Kabupaten Banyuwangi antara lain:

a. Bagi Pemerintah Daerah

Meningkatkan kelancaran penyelenggaraan program –

program dalam upaya peningkatan derajat kesehatan dan

kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Banyuwangi.

12

b. Bagi masyarakat

Masyarakat terlibat dalam proses pembangunan mulai dari

perencanaan pelaksanaan dan monitoring.

Masyarakat akan lebih mandiri dan ikut bertanggung jawab

terhadap terselenggaranya program kegiatan dari

Pemerintah Daerah.

1.4. Referensi Hukum

Dasar hukum Penyelenggaraan Kabupaten Sehat di Kabupaten

Banyuwangi adalah:

1. Konstitusi WHO 1948 : derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

adalah hak mendasar bagi setiap orang tanpa membedakan ras,

golongan, agama, paham politik dan tingkat sosial ekonomi.

2. UUD 1945 pasal 28 H ayat 1 : setiap orang berhak hidup

sejahtera lahir batin, bertempat tinggal dan mendapat

lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh

pelayanan kesehatan.

3. UU No 25 tahun 2000 tentang Propenas, yaitu dalam bentuk

Penyelenggaraan Kawasan Sehat dan Bebas Rokok.

4. UU Nomor : 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

5. UU Nomor: 25 Tahun 2004 Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional.

6. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan

Nomor : 34 Tahun 2005, Nomor : 1138/Menkes/PB/ VIII/2005

tentang Penyelenggaraan Kabupaten/Kota sehat.

13

7. KepMendagri No. 650/174 Tahun 1998 Tentang Pembentukan

Kelompok Kerja Pembinaan Pelaksanaan Program

Kabupaten/Kota Sehat.

8. KepMendagri No. 650-185 Tahun 2002 Tentang Pembentukan

Kelompok Kerja Pembinaan Pelaksanaan Program

Kabupaten/Kota Sehat.

9. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 15 Tahun 2011

Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Kabupaten Banyuwangi Tahun 2005 – 2025.

10. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 7 Tahun 2011

Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Kabupaten Banyuwangi Tahun 2010 – 2015.

11. Keputusan Bupati Banyuwangi Nomor : 188/564/KEP/429.011/

2011 Tentang Forum Kabupaten Sehat Kabupaten Banyuwangi.

12. Keputusan Bupati Banyuwangi Nomor : 188/283/KEP/ 429.011/

2012 Tentang Tim Pembina Teknis Kabupaten Sehat Kabupaten

Banyuwangi.

14

BAB II GAMBARAN UMUM

2.1. Letak Geografis dan Administratif

Gambar 2.1. Peta Geografis Banyuwangi

Kabupaten Banyuwangi merupakan bagian wilayah Provinsi

Jawa Timur yang berada pada ujung Pulau Jawa Paling Timur.

Kabupaten Banyuwangi terletak diantara 7043’ s/d 8046’ Lintang Selatan

dan 113053’ s/d 114038’ Bujur Timur. Dengan batas wilayah sebagai

berikut:

- Sebelah utara : Kabupaten Situbondo,

- Sebelah timur : Selat Bali,

- Sebelah selatan : Samudera Indonesia,

- Sebelah barat : Kabupaten Jember dan Bondowoso.

15

Luas wilayah Kabupaten Banyuwangi sekitar 578.250 hektar

(5.782,0 km2), dengan panjang garis pantai sekitar 175,8 km. Secara

geografis wilayahnya terdiri atas wilayah daratan dan kepulauan

dengan jumlah pulau Pulau sebanyak 10 buah.

Wilayah daratannya terdiri atas dataran tinggi berupa

pegunungan yang merupakan daerah penghasil produk perkebunan.

Dataran rendah dengan berbagai potensi produk hasil pertanian serta

daerah sekitar garis pantai yang membujur dari arah utara ke selatan

yang merupakan daerah penghasil berbagai biota laut.

Secara topografi, bagian barat dan utara pada umumnya

merupakan pegunungan, dan bagian selatan sebagian besar

merupakan dataran rendah.Tingkat kemiringan rata-rata pada wilayah

bagian barat dan utara 40°, dengan rata-rata curah hujan lebih tinggi

bila dibanding dengan bagian wilayah lainnya.

Daratan yang datar sebagian besar mempunyai tingkat

kemiringan kurang dari 15°, dengan rata-rata curah hujan cukup

memadai sehingga bisa menambah tingkat kesuburan tanah.

Dataran rendah yang terbentang luas dari selatan hingga

utara dimana di dalamnya terdapat banyak sungai yang selalu mengalir

di sepanjang tahun.Di Kabupaten Banyuwangi tercatat 35 DAS,

sehingga disamping dapat mengairi hamparan sawah yang sangat luas

juga berpengaruh positif terhadap tingkat kesuburan tanah.

Disamping potensi di bidang pertanian, Kabupaten

Banyuwangi merupakan daerah produksi tanaman perkebunan dan

kehutanan, serta memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai daerah

penghasil ternak yang merupakan sumber pertumbuhan baru

perekonomian rakyat.

16

Dengan bentangan pantai yang cukup panjang, dalam

perspektif ke depan, pengembangan sumberdaya kelautan dapat

dilakukan dengan berbagai upaya intensifikasi dan diversifikasi

pengelolaan kawasan pantai dan wilayah perairan laut.

Secara administratif terdiri dari 24 kecamatan, 28 kelurahan

dan 189 desa. Untuk lebih lengkapnya mengenai data pembagian

wilayah administrasi Kabupaten Banyuwangi ke dalam unit – unit

wilayah yang lebih kecil dapat dilihat pada tabel 1.

Secara grafis wilayah Kabupaten Banyuwangi dapat digambarkan

dengan peta berikut.

Gambar 2.2. Peta Administratif Banyuwangi

17

2.2. Kependudukan, Struktur Perekonomian dan Gambaran

Umum Kesehatan

2.2.1. Kependudukan

a. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk merupakan salah satu variabel

yangdapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, baik

dari sisi kebutuhan pelayanan maupun kerentanan terhadap resiko

kesehatan. Jumlah penduduk yang besar dengan lingkungan yang

tidak baik akan menjadi sumber masalah bagi kesehatan.

Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 (SP2010), jumlah

penduduk Kabupaten Banyuwangi tahun 2010 dapat dilihat pada

tabel 2.

Jumlah penduduk Kabupaten Banyuwangi secara

keseluruhan mencapai 1.564.833 jiwa. Diantara 24 kecamatan,

Kecamatan Muncar dan Kota Banyuwangi memiliki jumlah

penduduk penduduk paling banyak yaitu 129.641 jiwa (8,28%)

dan 106.600 jiwa (6,81%). Sedangkan yang terkecil adalah

Kecamatan Licin hanya sebanyak 28.029 jiwa (1,79%).

b. Kepadatan Penduduk

Jumlah penduduk yang tinggi akan menjadi semakin rentan

terhadap gangguan masalah kesehatan, apabila kepadatannya

relatif tinggi. Semakin tinggi kepadatan, maka akan berpotensi

semakin beratnya beban lingkungan permukiman penduduk,

sehigga dapat menjadi sumber gangguan kesehatan.

Tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Banyuwangi yang

menyebar ke wilayah-wilayah kecamatan dapat dilihat pada

rincian tabel 3.

18

Kepadatan jumlah penduduk Kabupaten Banyuwangi

secara keseluruhan mencapai 271 jiwa/km2. Diantara 24

kecamatan, Kecamatan Kota Banyuwangi dengan kepadatan

jumlah penduduk paling tinggi yaitu 3.538 jiwa/km2, kemudian

Kecamatan Giri dengan kepadatan 1.345 jiwa/km2. Sedangkan

wilayah kecamatan yang memiliki tingkat kepadatan terendah

terkecil adalah Kecamatan Tegaldlimo hanya sebanyak 46

jiwa/km2.

2.2.2. Struktur Perekonomian

1. Pendapatan Per Kapita

Ukuran kesejahteraan rakyat yang sering digunakan oleh

para pengambil kebijakan salah satunya bisa berupa pendapatan

per kapita.Walaupun kurang representatif pendapatan per kapita

harus tetap disajikan untuk memperoleh gambaran sejauh mana

pendapatan masyarakat secara rata-rata.Selain itu besaran

pendapatan per kapita bisa digunakan untuk membandingkan

tingkat kesejahteraan daerah satu dengan yang lain.

Intepretasinya bila diperoleh angka pendapatan per kapitanya

lebih tinggi bila dibandingkan dengan daerah yang lain, maka

daerah yang lebih tinggi angka pendapatan per kapitanya tersebut

lebih tinggi pula tingkat kesejahteraan masyarakatnya.

Gambar 2.3

19

Sumber : BPS Kabupaten Banyuwangi

Dari tabel di atas, pendapatan per kapita Kabupaten

Banyuwangi mengalami peningkatan pada tahun 2011 dibandingkan

2 tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan, bahwa tingkat

kesejahteraan masyarakat Banyuwangi pada umumnya mengalami

peningkatan dibanding tahun-tahun sebelumnya.

2. Produk Domestik Regional Bruto

PDRB merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk

mengetahui sejauh mana kinerja perekonomian di suatu wilayah,

karena PDRB memberikan gambaran mengenai perkembangan

ekonomi di wilayah tersebut dalam kurun waktu tertentu berdasarkan

nilai tambah yang dihasilkan oleh masing-masing lapangan

usaha.Keterbandingan antar wilayah ini dapat dilihat melalu beberapa

besaran turunan dari PDRB, diantaranya adalah kontribusi masing-

masing kecamatan terhadap pembentukan PDRB Kabupaten

Banyuwangi serta laju pertumbuhan ekonominya.

0.00

5,000,000.00

10,000,000.00

15,000,000.00

20,000,000.00

2009 2010 2011

13,364,598.76 15,139,614.36 16,849,968.91

GRAFIK PENDAPATAN PERKAPITA KABUPATEN BANYUWANGI

TAHUN 2009 - 2011

20

Tumpuan perekonomian pada masing-masing kecamatan

sangat tergantung pada sumber daya alam dan sumber daya

manusia di setiap kecamatan sehingga perkembangan ekonominya

seiring dengan bagaimana sumber daya manusia di kecamatan

tersebut mengelola sumber daya alamnya yang pada gilirannya

memunculkan beragam kegiatan ekonomi di wilayah tersebut.

Kabupaten Banyuwangi terbagi menjadi 24 wilayah

administrasi, dengan kondisi geografis yang berbeda-beda, serta

kondisi sosial budaya yang berbeda pula, sehingga berdampak pada

keragaman kegiatan ekonomi di wilayah tersebut.Masing-masing

daerah mempunyai keunggulan dalam memberikan perannya untuk

perekonomian Kabupaten Banyuwangi.

Gambaran secara deskriptif akan besaran PDRB Kecamatan

se-Kabupaten Banyuwangi selama periode 2010-2011, dan

bagaimana keterbandingannya antar kecamatan pada periode

tersebut dapat dilihat pada tabel 4.

Pada tahun 2010 dan tahun 2011 lima kecamatan yang

menjadi pendukung utama perekonomian Kabupaten Banyuwangi

adalah Kecamatan Muncar yang memberikan kontribusi sebesar Rp.

2.226,3 miliar atau 9,45 persen pada tahun 2010, diikuti Kecamatan

Wongsorejo (8,12 persen), Kecamatan Kalipuro (6,37 persen),

Kecamatan banyuwangi dan Kecamatan Rogojampi yang masing-

masing memberikan kontribusi sebesar 6,20 persen. Sementara itu

19 kecamatan lainnya memberikan kontribusi di bawah 5 persen.

Pada tahun 2011 kondisi ini tidak banyak berubah, Kecamatan

Muncar, Kecamatan Wongsorejo, Kecamatan kalipuro, Kecamatan

Rogojampi dan Kecamatan Banyuwangi masih menjadi lima

kecamatan dengan kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB

Kabupaten Banyuwangi, dengan kontribusi berturut-turut sebesar

21

Rp. 2.529,3 miliar (9,59 persen), Rp. 2.077,2 miliar (7,88 persen),

Rp. 1.752,8 miliar (6,65 persen), Rp. 1.645,7 miliar (6,24 persen),

dan Rp. 1.643,1 miliar (6,23 persen).

Gambar 2.4.

Sektor pertanian merupakan sektor tumpuan dalam

perekonomian Kabupaten Banyuwangi meskipun dengan persentase

yang cenderung menurun tiap tahunnya. Pada tahun 2011 sektor

pertanian menghasilkan nilai tambah sebesar Rp. 12.010,9 miliar

atau setara dengan 45,55 persen dari total nilai tambah di Kabupaten

Banyuwangi. Dari gambar grafik 2.4, maka dapat disimpulkan bahwa

Kecamatan Wongsorejo dan Kecamatan Muncar masih menjadi

penyumbang terbesar dalam pembentukan nilai tambah sektor

12.68

11.41

6.11

5.27

4.68

4.634.504.40

4.084.06

3.73

3.73

3.28

3.11

3.05

2.90

2.732.65

2.59

2.552.23

2.07 1.93 1.64

GRAFIK PERTUMBUHAN EKONOMI SEKTOR PERTANIAN TAHUN 2011

Kecamatan WongsorejoKecamatan MuncarKecamatan RogojampiKecamatan PurwoharjoKecamatan KalipuroKecamatan TegaldlimoKecamatan GlenmoreKecamatan KabatKecamatan SronoKecamatan SonggonKecamatan PesanggaranKecamatan BangorejoKecamatan SiliragungKecamatan KalibaruKecamatan CluringKecamatan SempuKecamatan LicinKecamatan GambiranKecamatan SingojuruhKecamatan TegalsariKecamatan GlagahKecamatan BanyuwangiKecamatan GentengKecamatan Giri

22

pertanian, masing-masing menghasilkan nilai tambah sebesar Rp.

1.522,6 miliar (12,68 persen) dan Rp. 1.370,8 miliar (11,41 persen),

diikuti Kecamatan Rogojampi (6,11 persen) dan Kecamatan

Purwoharjo (5,27 persen).

Gambar 2.5.

Pembentukan nilai tambah sektor pertambangan dan

penggalian menghasilkan nilai tambah sebesar Rp. 1.219,1 miliar

atau setara dengan 4,62 persen dari total nilai tambah di Kabupaten

Banyuwangi. Sektor pertambangan ini masih didominasi oleh

Kecamatan Licin dengan nilai tambah sebesar Rp. 527,6 miliar (43,28

persen) pada tahun 2011. Sementara itu, kecamatan lainnya

memberikan kontribusi di bawah 10 persen.

43.28

9.599.23

7.57

7.34

6.66

4.97

2.992.99

2.83 1.44 0.850.25

GRAFIK PERTUMBUHAN EKONOMI SEKTOR PERTAMBANGAN TAHUN 2011

Kecamatan Licin

Kecamatan Genteng

Kecamatan Kabat

Kecamatan Wongsorejo

Kecamatan Gambiran

Kecamatan Srono

Kecamatan Sempu

Kecamatan Rogojampi

Kecamatan Cluring

Kecamatan Glagah

Kecamatan Siliragung

Kecamatan Kalibaru

Kecamatan Purwoharjo

23

Gambar 2.6.

Kegiatan industri masih terpusat di Kecamatan Muncar dan

Kecamatan Banyuwangi, dengan nilai tambah yang dihasilkan selama

tahun 2011 masing-masing sebesar Rp. Rp. 288,9 miliar (20,37

persen) dan Rp. 190,9 miliar (13,47 persen). Sektor industri di

Kecamatan Muncar lebih didorong oleh kegiatan industri makanan,

minuman dan tembakau, sedangkan di Kecamatan Banyuwangi

didukung oleh kegiatan industri kertas dan barang cetakan.

Kecamatan Srono, Kecamatan Rogojampi, dan Kecamatan Genteng

masing-masing memberikan kontribusi sebesar 8,53 persen, 8,50

persen, dan 7,57 persen.

20.37

13.47

8.53

8.507.575.78

4.85

4.34

4.19

3.24

2.352.22

2.15

2.112.07

2.061.86

1.531.05

0.68 0.470.40

0.380.03

GRAFIK PERTUMBUHAN EKONOMI SEKTOR INDUSTRI TAHUN 2011

Kecamatan MuncarKecamatan BanyuwangiKecamatan SronoKecamatan RogojampiKecamatan GentengKecamatan KalipuroKecamatan SempuKecamatan SingojuruhKecamatan GlenmoreKecamatan KabatKecamatan BangorejoKecamatan WongsorejoKecamatan CluringKecamatan GambiranKecamatan KalibaruKecamatan TegaldlimoKecamatan GiriKecamatan GlagahKecamatan SonggonKecamatan PurwoharjoKecamatan LicinKecamatan PesanggaranKecamatan SiliragungKecamatan Tegalsari

24

Gambar 2.7.

Kecamatan Banyuwangi sebagai pusat pemerintahan

Kabupaten Banyuwangi menghasilkan nilai tambah sektor listrik, gas

dan air bersih terbesar, yaitu Rp. 8,4 miliar (10,55 persen), disusul

Kecamatan Rogojampi sebesar Rp. 6,0 miliar (7,53 persen),

sedangkan Kecamatan Muncar yang menjadi pusat perekonomian

menghasilkan nilai tambah sebesar Rp. 5,9 miliar (7,44

persen).Sementara itu, kecamatan lainnya memberikan kontribusi di

bawah 7 persen.

10.557.53

7.44

6.54

5.96

5.48

5.174.07

3.95

3.87

3.84

3.50

3.32

3.28

3.25

3.09

3.07

2.54

2.542.51

2.502.18 2.161.65

GRAFIK PERTUMBUHAN EKONOMI SEKTOR LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH TAHUN

2011Kecamatan BanyuwangiKecamatan RogojampiKecamatan MuncarKecamatan KalipuroKecamatan GentengKecamatan SronoKecamatan WongsorejoKecamatan SempuKecamatan KabatKecamatan GlenmoreKecamatan PurwoharjoKecamatan CluringKecamatan GlagahKecamatan KalibaruKecamatan BangorejoKecamatan TegaldlimoKecamatan GambiranKecamatan SingojuruhKecamatan SonggonKecamatan PesanggaranKecamatan GiriKecamatan TegalsariKecamatan SiliragungKecamatan Licin

25

Gambar 2.8.

Nilai tambah sektor konstruksi paling besar dihasilkan oleh

Kecamatan Banyuwangi sebesar 77,7 miliar (26,69 persen), diikuti

Kecamatan Kalipuro yang menjadi pusat angkutan dan komunikasi

sebesar31,6 miliar (10,86 persen) dan diikuti Kecamatan Giri dan

Kecamatan Genteng masing-masing 21,1 miliar (7,25 persen) dan

17,9 miliar (6,15 persen), sementara kecamatan lainnya memberikan

kontribusi di bawah 6 persen.

26.69

10.86

7.256.154.50

3.90

3.893.84

3.67

3.48

2.79

2.692.65

2.512.37

2.21

2.011.78

1.561.23

1.081.08 0.980.83

GRAFIK PERTUMBUHAN EKONOMI SEKTOR KONSTRUKSI TAHUN 2011

Kecamatan BanyuwangiKecamatan KalipuroKecamatan GiriKecamatan GentengKecamatan MuncarKecamatan SronoKecamatan CluringKecamatan RogojampiKecamatan KabatKecamatan TegaldlimoKecamatan GambiranKecamatan PurwoharjoKecamatan SiliragungKecamatan SempuKecamatan GlenmoreKecamatan TegalsariKecamatan WongsorejoKecamatan KalibaruKecamatan GlagahKecamatan SonggonKecamatan BangorejoKecamatan LicinKecamatan SingojuruhKecamatan Pesanggaran

26

Gambar 2.9.

Sektor perdagangan, hotel, dan restoran menjadi sektor

kedua yang memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan

PDRB Kabupaten Banyuwangi. Jika dilihat sebarannya di kecamatan,

tampak tidak terlalu berfluktuasi, kontribusi terbesar diberikan oleh

Kecamatan Muncar (8,92 persen), diikuti Kecamatan Banyuwangi

(7,46 persen), Kecamatan Rogojampi (6,96 persen), Kecamatan

Genteng (6,94 persen), Kecamatan Srono (5,97 persen), dan

Kecamatan Kalipuro (5,93), sementara kecamatan lain memberikan

kontribusi antara 1-5 persen.

8.92

7.46

6.96

6.94

5.97

5.934.62

4.394.35

4.184.06

4.04

4.03

4.02

3.44

2.45

2.37

2.27

2.242.21

2.012.01 1.79 1.51

GRAFIK PERTUMBUHAN EKONOMI SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL, DAN

RESTORAN TAHUN 2011Kecamatan MuncarKecamatan BanyuwangiKecamatan RogojampiKecamatan GentengKecamatan SronoKecamatan KalipuroKecamatan BangorejoKecamatan CluringKecamatan GambiranKecamatan WongsorejoKecamatan KabatKecamatan PurwoharjoKecamatan SempuKecamatan KalibaruKecamatan TegaldlimoKecamatan SonggonKecamatan GlenmoreKecamatan SingojuruhKecamatan PesanggaranKecamatan TegalsariKecamatan SiliragungKecamatan GlagahKecamatan GiriKecamatan Licin

27

Gambar 2.10.

Nilai tambah sektor angkutan dan komunikasi paling besar

dihasilkan di Kecamatan Kalipuro, karena disana terdapat angkutan

rel, angkutan jalan raya, angkutan laut, dan angkutan sungai, danau,

dan penyeberangan. Nilai tambah sektor angkutan dan komunikasi

yang dihasilkan Kecamatan Kalipuro pada tahun 2011 sebesar Rp.

502,7 miliar atau setara dengan 62,03 persen dan diikuti dengan

Kecamatan Banyuwangi sebesar 47,9 miliar (5,92), sementara

kecamatan lain memberikan kontribusi dibawah 4 persen.

Gambar 2.11.

62.03

5.92

3.80

3.46

3.18

2.251.85

1.831.731.72

1.641.36

1.331.13

0.980.88

0.870.760.72 0.62

0.560.54 0.43

0.43

GRAFIK PERTUMBUHAN EKONOMI SEKTOR ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI TAHUN 2011

Kecamatan KalipuroKecamatan BanyuwangiKecamatan GentengKecamatan RogojampiKecamatan MuncarKecamatan SronoKecamatan GambiranKecamatan WongsorejoKecamatan SempuKecamatan KabatKecamatan GlenmoreKecamatan KalibaruKecamatan CluringKecamatan PurwoharjoKecamatan GlagahKecamatan GiriKecamatan TegaldlimoKecamatan SonggonKecamatan BangorejoKecamatan SingojuruhKecamatan LicinKecamatan PesanggaranKecamatan TegalsariKecamatan Siliragung

28

Pembentukan nilai tambah sektor jasa-jasa lebih banyak

didominasi oleh kecamatan dengan ciri-ciri perkotaan, seperti

Kecamatan Banyuwangi. Sebagai ibukota Kabupaten Banyuwangi,

Kecamatan Banyuwangi memberikan kontribusi sebesar 17,60

persen dalam pembentukan nilai tambah sektor jasa-jasa, kemudian

diikuti oleh Kecamatan Genteng (9,31 persen), Kecamatan

Rogojampi (5,76 persen), Kecamatan Muncar (5,32 persen),

Kecamatan Cluring (5,31 persen) dan kecamatan Kalipuro (5,18

persen). Sedangkan kecamatan lainnya dibawah 5 persen.

Gambar 2.12.

17.60

9.31

5.76

5.32

5.315.18

4.684.103.94

3.85

3.84

3.08

3.03

2.98

2.76

2.55

2.55

2.47

2.32

2.27 2.02 1.991.82 1.28

GRAFIK PERTUMBUHAN EKONOMI SEKTOR JASA-JASA TAHUN 2011

Kecamatan BanyuwangiKecamatan GentengKecamatan RogojampiKecamatan MuncarKecamatan CluringKecamatan KalipuroKecamatan KabatKecamatan PurwoharjoKecamatan SronoKecamatan GambiranKecamatan TegaldlimoKecamatan KalibaruKecamatan SempuKecamatan GlenmoreKecamatan BangorejoKecamatan PesanggaranKecamatan GiriKecamatan GlagahKecamatan WongsorejoKecamatan TegalsariKecamatan SiliragungKecamatan SonggonKecamatan SingojuruhKecamatan Licin

29

Sektor keuangan paling besar terdapat di Kecamatan

Banyuwangi dan Kecamatan Genteng, yang masing-masing

memberikan kontribusi sebesar 17,40 persen dan 10,52 persen pada

tahun 2011.

3. Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dihitung secara

komposit berdasarkan tiga indeks yang terdiri dari indeks pendidikan,

kesehatan dan daya beli. Trend dari angka IPM Kabupaten

Banyuwangi pada Tahun 2006-2011 seperti pada gambar berikut.

17.40

10.52

6.61

5.855.08

4.724.644.24

4.18

3.96

3.82

3.55

3.27

2.66

2.542.50

2.42

2.29

2.10

1.97 1.84 1.721.490.63

GRAFIK PERTUMBUHAN EKONOMI SEKTOR KEUANGAN TAHUN 2011

Kecamatan BanyuwangiKecamatan GentengKecamatan RogojampiKecamatan GlagahKecamatan PurwoharjoKecamatan SronoKecamatan SingojuruhKecamatan KabatKecamatan MuncarKecamatan CluringKecamatan WongsorejoKecamatan KalibaruKecamatan GambiranKecamatan GlenmoreKecamatan SempuKecamatan KalipuroKecamatan TegaldlimoKecamatan PesanggaranKecamatan GiriKecamatan TegalsariKecamatan BangorejoKecamatan SonggonKecamatan LicinKecamatan Siliragung

30

Dari gambar 2.13. dapat digambarkan bahwa angka IPM

Kabupaten Banyuwangi secara konsisten naik.

Berdasarkan Tabel 5 bahwa dari tahun 2009 hingga 2011 IPM

Kabupaten Banyuwangi nilainyamakin naik meskipun masih berada

di bawah angka rata-rata Provinsi Jawa Timur. Kenaikan ini sebagai

akibat dari naiknya ketiga indeks komponen IPM yang terdiri dari

Indeks Harapan Hidup, Indeks Pendidikan dan Indeks Daya Beli.

Namun apabila IPM Kabupaten Banyuwangi inidibandingkan dengan

IPM Provinsi Jawa Timur, akan menghasilkan ketertinggalan

pembangunan manusia di bidang pendidikan, kesehatan dan daya

beli. Artinya jalan untuk menuju sasaran ideal yang berupa

pembangunan manusia seutuhnya yang ditandai dengan kualitas

sumber daya manusia, terciptanya lapangan kerja dan kesempatan

berusaha, terpenuhinya kebutuhan pokok minimal dan kebutuhan

dasar lainnya secara layak, serta meningkatnya pendapatan dan

daya beli masyarakat Kabupaten Banyuwangi untuk bisa segera

terwujud masih membutuhkan waktu yang relatif lama.

Ketertinggalan pembangunan manusia di Kabupaten

Banyuwangi ini yang biasanya disebut dengan kinerja pembangunan

manusia, apabila dikaji secara spasial berdasarkan wilayah

kecamatan yang ada, maka Kecamatan Kabat merupakan

kecamatan yang mempunyai kinerja pembangunan manusia

66.80 67.24 67.80 68.36 68.81 69.6169.18 69.78 70.38 71.06 71.55 72.15

60.00

65.00

70.00

75.00

2006 2007 2008 2009 2010 2011

Gambar 2.13.Perkembangan Angka IPM Kabupaten Banyuwangi dan Provinsi Jawa

Timur dari Tahun 2006-2011

Banyuwangi Jawa Timur

31

terendah dengan IPM sebesar 64,40, sedang yang tertinggi kinerja

pembangunan manusianya berada di Kecamatan Banyuwangi

dengan IPM sebesar 80,06. Secara rinci bisa diperhatikan pada Tabel

6.

Apabila seluruh nilai IPM dari setiap kabupaten/kota di

Provinsi Jawa Timur diurutkan dari nilai IPM tertinggi hingga

terendah, maka IPM Kabupaten Banyuwangi yang sebesar 69,61 itu

menduduki urutan ke 26 dari 38 kabupaten/kota yang ada di Provinsi

Jawa Timur. Urutan ke 26 ini masih merupakan urutan yang relatif

tertinggal karena menempati di tiga perempat bagian terbawah.

Selain urutan IPM sebagai status kinerja pembangunan manusia,

menurut klasifikasi UNDP terhadap nilai IPM Kabupaten Banyuwangi

adalah dengan status kinerja pembangunan manusia pada tingkat

menengah atas (66 IPM 80). Komparasi posisi IPM Kabupaten

Banyuwangi Tahun 2011 ini relatif sama dengan tahun sebelumnya,

yaitu Tahun 2010.

2.2.3. Gambaran Umum Kesehatan

Berdasarkan Undang-undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009

bahwa tujuan Pembangunan Kesehatan adalah untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap

orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumberdaya manusia

yang produktif secara sosial dan ekonomis.

Derajat kesehatan masyarakat ditentukan oleh banyak faktor.

Indikator keberhasilan pencapaian program ini dapat dilihat dari: 1)

Mortalitas, morbiditas, dan status gizi 2) keadaan lingkungan,

perilaku hidup sehat, akses dan mutu pelayanan kesehatan 3)

32

Pelayanan kesehatan, Sumber Daya Kesehatan, manajemen

kesehatan dan sektor terkait.

Perhatian khusus harus diberikan terhadap peningkatan

kesehatan ibu termasuk bayi baru lahir, bayi dan balita dengan

menyelenggarakan berbagai upaya dan program inovasi terobosan

yang diharapkan dapat mempercepat pencapaian tujuan global

sebagaimana tercantum dalam tujuan MDGs terkait dengan

kesehatan ibu dan anak. upaya ini juga harus di dukung oleh

kemampuan manajemen tenaga pengelola dan pelaksana program

KIA.

2.2.3.1. ANGKA KEMATIAN

Kejadian kematian dalam suatu kelompok populasi dapat

mencerminkan kondisi kesehatan masyarakat dan keberhasilan

pelayanan kesehatan serta berbaggai program pembangunan

kesehatan. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan

kesehatan di bidang kesehatan Ibu, bayi baru lahir dan anak balita

dapat dilihat dari besarnya angka kematian Ibu, bayi dan balita.

Indikator Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 Kelahiran Hidup,

Angka Kematian Balita (AKBAL)per 1.000 Kelahiran Hidup dan Angka

Kematian Ibu (AKI) per 100.000 Kelahiran Hidup. Kabupaten

Banyuwangi telah memiliki dua program inovasi unggulan di bidang

kesehatan ibu dan anak yaitu HarGa PAS dan Anak TOKCer ini

diharapkan mampu menjadi salah satu upaya percepatan pencapaian

target MDGs. Melalui inovasi promosi kesehatan, peningkatan akses

layanan dan mutu pelayanan kesehatan menjadi strategi untuk

mewujudkan tujuan program selain itu, diharapkan program ini dapat

menjadi tolak ukur dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.

1. ANGKA KEMATIAN BAYI

33

Infant Mortality Rate atau Angka Kematian Bayi (AKB) adalah

banyaknya bayi yang meninggal sebelum usia 1 bulan yang

dinyatakan dalam 1000 kelahiran Hidup pada tahun yang sama.

Angka Kematian Bayi merupakan aspek penting dalam menilai

keberhasilan pembangunan kesehatan.

Antara tahun 2007 sampai tahun 2009 terjadi penurunan

AngkaKematian Bayi, sedangkan pada tahun 2011 terjadi kenaikan

Angka Kematian bayi sebesar 0.08 dari tahun 2010, sebagaimana

digambarkan ada grafik berikut ini :

Gambar 2.14.

Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa tahun

2007 sampaitahun 2009 terjadi penurunan Angka Kematian Bayi dan

pada tahun 2010 sampai tahun 2011 terjadi kenaikan Angka

Kematian Bayi yang cukup drastis. Kecenderungan kenaikan Angka

Kematian Bayi banyak faktor yang menjadipenyebab kematian bayi

yaitu komplikasi yang terjadi selama periodekehamilan, persalinan

maupun pasca lahir, selain daripada itu faktor pemerataan dan akses

pelayanan kesehatan berikut fasilitasnya. Penyebab terbesar adalah

6

4.94.4

7.2 7.3

1

2

4

8

2007 2008 2009 2010 2011

ANGKA KEMATIAN BAYI TAHUN 2007-2011

34

BBLR sebanyak 71 dan asfiksia sebanyak 29. Data ini di dapatdari

jumlah kematian bayi yang dilaporkan selama tahun 2011.

2. ANGKA KEMATIAN BALITA

Angka Kematian Balita (AKABA) menggambarkan peluang

untukmeninggal pada fase antara kelahiran dan sebelum umur 5

tahun.Berdasarkan hasil dari kompilasi data yang didapatkan khusus

dari LB3KIA selama tahun 2011 terdapat 12 yang dilaporkan dari

23.451 kelahiranhidup (0.5 dari 1.000 kelahiran hidup).

Secara ideal angka kematian tersebut harus mencakup

seluruh pelayanan kesehatan swasta (BP, BKIA, RS Swasta) dan

pemerintah. Harus ditekankan pula pada sistem pencatatan dan

pelaporan terkait dengan kematian balita, sehingga akan di dapatkan

solusi yang lebih baik dari permasalahan terbanyak penyebab angka

kematian balita.

3. ANGKA KEMATIAN IBU

Tujuan Milleneum Development Goals yang kelima, yaitu

dalam upaya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), berbagai

program kebijakan atau program inovasi dicanangkan dan

dilaksanakan secara progresif oleh pemerintah pusat maupun

daerah. Melaui program Safe Motherhood Initiative yang mendapat

dukungan dari berbagai pihak baik dalam maupun luar negeri.

Kabupaten Banyuwangi telah melaksanakan berbagai upaya terkait

pencapaian target MDGs dengan program inovatif. Dua program

inovatif ini yaitu HarGa PAS dan Anak TOKCer yang merupakan

inovasi unggulan di bidang kesehatan ibu dan anak ini dharapkan

mampu menjadi salah satu upaya percepatan pencapaian target

MDGs. Melalui inovasi promosi kesehatan, peningkatan akses

35

layanan dan mutu pelayanan kesehatan menjadi strategi untuk

mewujudkan tujuan program. Selain itu, diharapkan program ini

dapat menjadi tolak ukur dalam peningkatan kesejahteraan

masyarakat.

Angka kematian ibu mengacu pada jumlah kematian ibu yang

terkaitdengan kehamilan, persalinan dan nifas. Angka kematian ibu

sendiri adalah banyaknya wanita yang meninggal dari suatu

penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau

penanganannya (tidak termasuk kasus kecelakaan atau insidentil)

selama kehamilan, melahirkan dan masa nifas (42hari setelah

melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000

kelahiran hidup. Berdasarkan kasus kematian ibu terkait dengan

masa kehamilan, persalinan dan nifas yang dilaporkan di Kabupaten

Banyuwangi pada tahun 2011 terdapat 19 kasus dari 23.451

kelahiran hidup. Secara ideal angka kematian ibu dihitung per

100.000 kelahiran hidup mencakup seluruh pelayanan kesehatan

swasta. Berdasarkan data yang dilaporkan penyebab kematian ibu

terbanyak adalah ibu dengan kasus Pre-eklampsia/eklampsia

sebanyak 42,11% dan perdarahan sebesar 29%.

Berikut ini gambaran grafik penurunan dan kenaikan Angka

KematianIbu sepanjang tahun 2007-2011 :

Gambar 2.15.

36

Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi

kenaikan jumlah kematian ibu di tahun 2011. Hal ini dikaitkan dengan

sistem manajemen asuhan kebidanan yang mungkin diantaranya

yaitu deteksi resiko tinggi ibu hamil dengan resiko tinggi yang belum

optimal. Seharusnya ada kolaborasi yang terjalin antara masyarakat

khususnya kader dan tenaga kesehatan untuk melakukan survey di

wilayah. Selain itu, pengambilan keputusan yang terlambat juga

berperan mengenai tindakan klinis pada ibudengan komplikasi masa

kehamilan, persalinan dan masa nifas. Strategi yang terus

dikembangkan dan ditingkatan adalah peningkatan akses dan

cakupan layanan kesehatan ibu, membangun kemitraan yang efektif

melalui kerjasama lintas program, lintas sektor dan mitra lainnya

dalam melakukan advokasi untuk memaksimalkan sumber daya yang

ada, selain itu yang takkalah pentingnya adalah mendorong dan

menggerakkan masyarakat dalam penyediaan dan pemanfaatan

pelayanan kesehatan ibu.

2.2.3.2 ANGKA KESAKITAN

64.74

103.0497.04

59.45

81

0

20

40

60

80

100

120

2007 2008 2009 2010 2011

ANGKA KEMATIAN IBU TAHUN 2007-2011

37

Morbiditas adalah angka kesakitan (insidensi atau prevalensi)

dari suatupenyakit yang terjadi pada populasi dalam kurun waktu

tertentu. Morbiditas berhubungan dengan terjadinya penyakit di dalam

populasi, baik fatal maupunnon fatal. Angka morbiditas lebih cepat

menentukan keadaan kesehatan masyarakat daripada angka

mortalitas, karena banyak penyakit yang mempengaruhi kesehatan

hanya mempunyai mortalitas yang rendah (Depkes, RI2009).

Selain menghadapi transisi demografi, Indonesia juga

dihadapkan padatransisi epidemiologi yang menyebabkan beban ganda

(double burden). Di satusisi masih dihadapi masih tingginya penyakit

infeksi (baik re-emerging maupun new emerging) serta gizi kurang,

namun di sisi lain dihadapi pula meningkatnya penyakit non infeksi dan

degeneratif. Bagi kelompok usia produktif, kesakitan sangat

mempengaruhi produktivitas dan pendapatan keluarga, yang pada

akhirnya menyebabkan kemiskinan.

2.2.3.3 STATUS GIZI

Status gizi seseorang mempunyai hubungan yang erat dengan

permasalahan kesehatan secara umum, di samping merupakan faktor

predisposisi yang dapat memperparah penyakit infeksi secara langsung

juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan individu.

Status gizi masyarakat dapat diukur melalui beberapa indikator yang

dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Berat Badan Bayi Lahir Rendah

Pemerintah telah berupaya keras untuk menurunkan Angka

Kematian bayi yang sebagian besar penyebabnya adalah bayi dengan

berat badan lahir rendah. Bayi dikatakan lahir dengan berat badan

rendah bilamana berat lahir bayi kurang dari 2500 gram. Banyak faktor

yang menjadi penyebab bayi lahir dengan berat badan rendah, BBLR

38

juga dibedakan dalam 2 kategori, yaitu BBLR karena premature atau

BBLR karena Intrauterine Growth Retardation (IUGR), yaitu bayi yang

lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang. Di negara berkembang,

banyak BBLR dengan IUGR karena ibu berstatus giziburuk, anemia,

malaria, dan menderita penyakit menular seksual (PMS) sebelum

konsepsi atau pada saat kehamilan.

Jumlah BBLR yang dilaporkan di Kabupaten Banyuwangi pada

tahun 2011 dari 45 puskesmas menurut laporan khusus LB3 KIA

sebanyak 437 (1,9%) dari23.451 kelahiran hidup. Jika dibandingkan

dengan tahun 2010 mengalami penurunan jumlah bayi lahir dengan

berat badan rendah. Jumlah kasus bayilahir dengan berat badan rendah

terbanyak terdapat di wilayah kerja Puskesmas Tapanrejo 4.7%

sedangkan di Puskesmas Tembokrejo dan Yosomulyo tidak terdapat

bayi dengan BBLR.

2. Status Gizi Balita menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan

Puskesmas

Penilaian status gizi masyarakat dengan antropometri pada

dasarnya adalah mengukur perubahan pertumbuhan anak yang

mencakup pengukuran berat badan dan panjang badan atau tinggi

badan dengan membandingkan hasil pengukuran dengan baku sesuai

indeks antropometri yang digunakan , seperti indeks Berat Badan

menurut umur (BB/U), Berat Badan menurut Panjang Badan atau Tinggi

Badan (BB/PB, BB/TB), Panjang Badan atau Tinggi Badan menurut

Umur (PB/U atau TB/U), atau dengan indeks antropometri lainnya.

Dalam perkembangannya, penggunaan baku antropometri di Indonesia

telah beberapakali mengalami perubahan, untuk saat ini yang

digunakan adalah standar WHO 2005 yang telah ditetapkan dalam

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor1995/MenKes/SK/ XIII/2010

tentang Standar Antropometri Penilaian Status GiziAnak.

39

Kondisi status gizi balita di Kabupaten Banyuwangi berdasarkan

indeks Berat Badan menurut umur yang didapatkan dari hasil

pemantauan pertumbuhan 87.343 balita di posyandu digambarkan

sebagai berikut : Balita dengan status gizi lebih 1,38 %, balita dengan

status gizi baik 95,15 %, balita status gizi kurang 1,86 % dan balita

status gizi buruk 1,61 %. Jika dibandingkan dengan target pencapaian

program berbaikan gizi pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah

(RPJM) tahun 2015 yaitu menurunkan prevalensi gizi kurang sampai

dengan 18,5 % , maka Kabupaten Banyuwangi sudah melampaui target

tersebut.

2.2.3.4 SARANA PRASARANA KESEHATAN

Sarana pelayanan kesehatan di Kabupaten Banyuwangi ada

beberapa jenis dan tersebar di beberapa kecamatan. Rumah sakit

merupakan pusat pelayanan umum dengan peralatan dan pelayanan

yang relatif lengkap. Keberadaan rumah sakit dalam suatu wilayah

memliki arti penting sebagai kelengkapan pelayanan penduduk. Di

Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2009 terdapat 6 (enam) buah

rumah sakit umum, sedangkan di tahun 2010 terdapat 7 (tujuh) dan

tahun 2011 terdapat 8 (delapan), baik yang dimiliki oleh pemerintah

daerah, BUMN maupun swasta. Sedangkan untuk Rumah Sakit Khusus

terdapat 4 (empat) rumah sakit khusus pada tahun 2009 dan 2010,

sedangkan pada tahun 2011 terdapat 3 (tiga) rumah sakit khusus.

Pada tingkatan cakupan pelayanan secara kewilayahan maupun

jenis pelayanan kesehatannya, dapat dilihat dari ketersediaan unit

pelayanan mulai dari puskesmas, puskesmas pembantu, polindes,

poskesdes dan posyandu. Untuk jenis sarana ini dapat dilihat jumlahnya

semakin lebih besar (konteks kabupaten), apabila unit pelayanannya

semakin kecil, misal jumlah puskesmas perawatan hanya 15 (lima

40

belas) pada tahun 2011, menurun dibandingkan tahun 2010 yang

berjumlah 16 (enam belas) tetapi jumlah posyandu mengalami

peningkatan dibanding tahun 2009 yang berjumlah 2.180 unit, tahun

2010 berjumlah 2.184 dan tahun 2011 mencapai 2.224 unit. Hal ini

karena posyandu memiliki lingkup lokasi dan jenis pelayanan yang

relatif kecil dibandingkan puskesmas perawatan.

Poskesdes/kel dan posyandu merupakan sarana pelayanan

kesehatan yang diusahan oleh masyarakat sebagai upaya kesehatan

masyarakat. Persebaran kedua jenis fasilitas kesehatan ini merata

keseluruh wilayah kecamatan. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 7.

2.2.3.5TENAGA MEDIS KESEHATAN

Pembangunan kesehatan berkelanjutan membutuhkan tenaga

kesehatan yang memadai baik dari segi jumlah maupun kualitas.

Tenaga kesehatan yang berkualitas diiringi dengan pendidikan yang

berkualitas pula sehingga menghasilkan tenaga kesehatan yang

profesional dalam bidangnya.

Persebaran ketersediaan tenaga kesehatan baik yang bekerja

disektor pemerintah maupun swasta perlu diketahui agar

pendistribusian ketenagaan di masing-masing pelayanan kesehatan

dapat terkoordinir.

Adapun jumlah SDM Kesehatan dibedakan menurut 9 kelompok

yaitumedis sebanyak 211 orang, keperawatan sejumlah 675 orang,

Kebidanan 566 orang farmasi sejumlah 93 orang, gizi 36 orang, teknisi

medis sebanyak 56 orang, sanitasi sebanyak 27 orang, kesehatan

masyarakat sebanyak 14 orang, dan tenaga keterapian fisik sebanyak

10 orang, sebagaimana tabel 8.

BAB III PENYELENGGARAAN KABUPATEN SEHAT DI

BANYUWANGI

41

3.1. Tatanan dan Indikator Penyelenggaraan Kabupaten Sehat

3.1.1. Tatanan Kabupaten Sehat

Tatanan adalah sasaran Kabupaten Sehat yang sesuai dengan

potensi dan permasalahan pada masing-masing kecamatan di

Kabupaten. Ada 9 tatanan yang yang dikelompokkan berdasarkan

kawasan dan permasalahan khusus, terdiri dari :

1. Kawasan Permukiman, Sarana dan Prasarana Umum

2. Kawasan Sarana Lalu Lintas Tertib & Pelayanan Transportasi

3. Kawasan Industri & Perkantoran yang Sehat

4. Kawasan Kawasan Pariwisata Sehat

5. Kawasan Pertambangan Sehat

6. Kawasan Hutan Sehat

7. Kehidupan Masyarakat Sehat yang Mandiri

8. Ketahanan Pangan dan Gizi

9. Kehidupan Sosial yang Sehat.

3.1.2. Indikator Penyelenggaraan Kabupaten Sehat

Untuk mengukur kemajuan kegiatan pada setiap tatanan yang dipilih

masyarakat dibutuhkan indikator.Indikator tersebut merupakan alat

bagi semua pihak yang ikut terlibat sehingga dapat menilai sendiri

kemajuan yang sudah dicapai dan menjadi tolak ukur untuk

merencanakan kegiatan selanjutnya. Ada 3 indikator yang digunakan

dalam penilaian kabupaten/kota sehat yang terdiri dari :

42

A. Indikator Pokok, ada 8 indikator :

1. Wajib Belajar 9 Tahun

2. Angka Melek Huruf yang Meningkat

3. Pendapatan Perkapita Domestik yang meningkat

4. Angka Kematian Bayi per 1000 kelahiran hidup yang menurun

5. Angka Kematian Balita per 1000 kelahiran hidup yang

menurun

6. Angka Kematian Ibu Melahirkan per 100.000 kelahiran hidup

yang menurun

7. Adanya RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah)

8. Program Dana Sehat dan Jaminan Sosial Nasional bagi

Masyarakat Miskin

B. Indikator Umum, ada 10 indikator

1. Adanya dukungan pemda

2. Adanya program pendukung di sektor

3. Berfungsinya tim pembina Kab/Kota dan kecamatan

4. Berfungsinya Forum Kab/Kota Sehat

5. Adanya sekretariat forum

6. Berfungsinya forum komunikasi desa/kelurahan

7. Berfungsinya Pokja kelurahan/desa

8. Adanya kesepakatan masyarakat dan pemda tentang pilihan

tatanan dan kegiatan

43

9. Adanya perencanaan forum yang disepakati masyarakt dan

pemda

3.2. Tahapan Penyelenggaraan Kabupaten Sehat

3.2.1. Tahapan penyelenggaraan Kabupaten Sehat

Ada beberapa tahapan yang dilaksanakan dalam penyelenggaraan

Kabupaten sehat antara lain:

a. Membentuk Tim Pembina tingkat Kabupaten dengan referensi

dari Provinsi.

Pembentukan Tim Pembina Tingkat Kabupaten dibentuk dengan

diterbitkan Surat Keputusan Bupati Nomor: 188/1495/KEP/

429.011/2010 yang diperbaharui dengan Surat Keputusan Bupati

Nomor : 188/283/KEP/429.011/2012 tanggal 3 Februari 2012

tentang Tim Pembina Teknis Kabupaten Sehat di Kabupaten

Banyuwangi. Bappeda dalam susunan ini ditunjuk sebagai

Leading dari Tim Pembina Teknis Kabupaten ini dengan

beranggotakan 40 SKPD baik dari vertical maupun Horizontal

(Daerah).

b. Membentuk Forum Kabupaten Sehat yang merupakan

keterwakilan dari unsur masyarakat.

Forum adalah wadah bagi masyarakat untuk menyalurkan

aspirasinya dan berpartisipasi. Dalam hal penyelenggaraan

kabupaten sehat di Banyuwangi sudah terbentuk Forum Forum

Kabupaten Sehat dengan diterbitkannya Surat Keputusan Bupati

Nomor: 188/564/KEP/429.011/2011 Tanggal 12 Juli 2011 tentang

Forum Kabupaten Sehat di Kabupaten Banyuwangi. Forum ini

terdiri dari Unsur perguruan tinggi, LSM dan organisasi

masyarakat.

c. Mempersiapkan Kantor sekretariat untuk forum.

44

Demi memperlancar kegiatan Forum Kabupaten Sehat, maka

Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi menyiapkan kantor

ex Kantor BKKBN Kabupaten Banyuwangi untuk dijadikan

secretariat Forum Kabupaten Sehat.

d. Membentuk Forum Komunikasi Kecamatan dan Kelompok kerja di

tingkat desa/ kelurahan.

Pada tahapan pembentukan forum komunikasi kecamatan dan

Pokja Desa/Kelurahan di Kabupaten Banyuwangi masih dalam

proses, dan masih belum terbentuk secara keseluruhan.

Dalam rangka proses pembentukan Forum Komunikasi

Kecamatan dan Kelompok kerja di tingkat desa/ kelurahan telah

dilaksanakan rapat yang melibatkan Desa, Tokoh Masyarakat,

Tokoh Agama, Lembaga Swadaya Masyarakat yang peduli pada

kesehatan dan lingkungan.

Kecamatan yang sudah membentuk Forum Komunikasi

Desa/Kelurahan Sehat adalah : Kecamatan Pesanggaran,

Kecamatan Purwoharjo, Kecamatan Kalipuro, Kecamatan

Bangorejo, Kecamatan Glagah, Kecamatan Rogojampi,

Kecamatan Singojuruh, Kecamatan Tegaldlimo, Kecamatan

Cluring, Kecamatan Tegalsari, Kecamatan Siliragung, Kecamatan

Genteng dan Kecamatan Giri.

e. Pengidentifikasian program kegiatan.

Dalam hal pengidentifikasian program kegiatan yang nantinya

akan dijadikan tatanan, sudah dilakukan oleh pemerintah daerah

dalam hal ini adalah Tim Pembina Teknis Kabupaten Sehat.

Penyelenggaraantatananyang dapat diintegrasikan dengan

program – program yang sudah berjalan seperti Anak Tumbuh

Optimal BerKualitas dan Cerdas (AnakTokcer), Harapan

Keluarga Peduli Anak Sejak Dini (Harga Pas), Gemar Makan

45

Ikan (Gemarikan), Desa Siaga/Gerakan Masyarakat Mandiri

Sehat (GEMMAS), Car Free Day, Hijau dan Bersih(Green and

Clean), Penataan Pedagang Kaki Lima, Ruang Terbuka Hijau,

Toga dan program / kegiatan lain yang terkait.

f. Penentuan Tatanan.

Tim Pembina Teknis dan Forum Kabupaten Sehat telah sepakat

untuk membentuk 2 tatanan yang akan dijadikan andalan dalam

penyelenggaraan kabupaten sehat yaitu:

Kawasan permukiman, sarana dan prasarana sehat;

Kehidupan masyarakat sehat yang mandiri.

g. Rencana Tindak Lanjut.

Koordinasi integrasi program Kegiatan SKPD yang dapat

mendukung pencapaian Kabupaten Sehat;

Sosialisasi tingkat kecamatan tentang penyelenggaraan

Kabupaten Sehat;

Pembentukan Forum Komunikasi Desa/Kelurahan Sehat bagi

kecamatan yang membelum membentuk;

Pembentukan Pokja Desa Sehat dengan mengoptimalkan

pokja dan organisasi yang ada di desa/kelurahan;

Penentuan lokasi Kecamatan Sehat dan Desa Sehat sebanyak

sepertiga Kecamatan yang ada di Banyuwangi atau 8

kecamatan dari 24 kecamatan yang sudah membentuk

Kecamatan Sehat dan Desa Sehat.

BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan

1. Program Penyelenggaraan Kabupaten/ Kota Sehat merupakan suatu

program dalam mewujudkan suatu kondisi kabupaten atau kota yang

46

bersih, nyaman, aman, dan sehat untuk dihuni penduduk, yang

dapat dicapai melalui terselenggaranya penerapan beberapa tatanan

dengan kegiatan yang terintegrasi yang disepakati masyarakat dan

pemerintah daerah.

2. Bentuk kerjasama pada pelaksanaan Program Penyelenggaraan

Kabupaten/Kota Sehat adalah bentuk CBP dimana pemerintah dan

Dinkes sebagai fasilitator dan kegiatannya sepenuhnya dilaksanakan

oleh Kelompok kerja (Tokoh masyarakat dan LSM yang

menggerakkan masyarakat).

3. Peranan pihak yang terlibat dalam Program Penyelenggaraan

Kabupaten/ Kota Sehat . Pemerintah (Gubernur, Bupati/ Walikota

(dalam hal ini Bappeda) sebagai fasilitator, Dinkes sebagai pihak

yang menentukan kawasan potensial dalam pelaksanaan program,

LSM dan Masyarakat sebagai pelaksana kegiatan.

4.2.Saran

1. Pemerintah diharapkan lebih memperhatikan dan mengawasi

pelaksanaan kegiatan ini yaitu dengan cara melakukan pemantauan

jalannya kegiatan secara rutin.

2. Masyarakat diharapkan untuk berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan

program ini. Hal itu dapat dilakukan melalui perilaku hidup sehat baik

terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan.

47

TABEL - TABEL

Tabel 1 Jumlah Kelurahan/Desa, Dusun/Lingkungan RW dan RT

Menurut Kecamatan, Tahun 2011

No Kecamatan Desa/

Kelurahan Dusun RW RT

1 Pesanggaran 5 16 64 282

2 Siliragung 5 17 50 245

48

No Kecamatan Desa/

Kelurahan Dusun RW RT

3 Bangorejo 7 22 96 381

4 Purwoharjo 8 29 107 519

5 Tegaldlimo 9 26 57 400

6 Muncar 10 28 195 753

7 Cluring 9 33 153 522

8 Gambiran 6 25 90 394

9 Tegalsari 6 17 64 318

10 Glenmore 7 38 153 469

11 Kalibaru 6 23 109 439

12 Genteng 5 29 132 553

13 Srono 10 40 145 551

14 Rogojampi 18 84 252 759

15 Kabat 16 60 213 526

16 Singojuruh 11 52 124 363

17 Sempu 7 33 130 547

18 Songgon 9 50 120 391

19 Glagah 8/2 29/8 84 301

20 Licin 8 37 83 269

21 Banyuwangi 18 48 151 540

22 Giri 2/4 13/17 51 151

23 Kalipuro 5/4 19/14 111 383

24 Wongsorejo 12 31 105 509

Jumlah 189/28 751/87 2.839 10.569

Sumber : Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka 2012, Bagian Pemerintahan Setda Kabupaten Banyuwangi.

Tabel 2 Jumlah Penduduk Kabupaten Banyuwangi Hasil SP2010

Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan Tahun 2010

No Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa) Proporsi

49

Laki-laki Perempuan Jumlah (%)

1 Pesanggaran 24.628 24.049 48.677 3,11

2 Siliragung 22.655 21.984 44.639 2,85

3 Bangorejo 30.063 29.724 59.787 3,82

4 Purwoharjo 32.632 32.706 65.338 4,18

5 Tegaldlimo 31.050 30.480 61.530 3,93

6 Muncar 65.437 64.204 129.641 8,28

7 Cluring 35.101 35.358 70.459 4,50

8 Gambiran 29.090 29.648 58.738 3,75

9 Tegalsari 23.259 23.149 46.408 2,97

10 Glenmore 34.233 35.629 69.862 4,46

11 Kalibaru 30.383 31.142 61.525 3,93

12 Genteng 41.705 41.877 83.582 5,34

13 Srono 43.732 43.921 87.703 5,60

14 Rogojampi 46.069 46.815 92.884 5,94

15 Kabat 33.450 34.065 67.515 4,31

16 Singojuruh 22.213 23.308 45.521 2,91

17 Sempu 35.683 35.995 71.678 4,58

18 Songgon 24.939 25.620 50.559 3,23

19 Glagah 16.701 17.466 34.167 2,18

20 Licin 13.892 14.137 28.029 1,79

21 Banyuwangi 52.328 54.272 106.600 6,81

22 Giri 14.613 14.054 28.667 1,83

23 Kalipuro 38.000 38.610 76.610 4,90

24 Wongsorejo 36.907 37.807 74.714 4,77

Jumlah 778.763 786.070 1.564.833 100,00

Sumber : Publikasi Penduduk Hasil SP2010, BPS Kabupaten Banyuwangi

Tabel 3 Kepadatan Penduduk Kabupaten Banyuwangi

Tahun 2011 (jiwa/km2)

50

No Kecamatan Luas

Wilayah (km2)

Jumlah Penduduk

(Jiwa) Kepadatan

1 Pesanggaran 802,50 48.677 61

2 Siliragung 95,15 44.639 469

3 Bangorejo 137,43 59.787 435

4 Purwoharjo 200,30 65.338 326

5 Tegaldlimo 1.341,48 61.530 46

6 Muncar 146,07 129.641 888

7 Cluring 97,44 70.459 723

8 Gambiran 66,77 58.738 880

9 Tegalsari 65,23 46.408 711

10 Glenmore 421,98 69.862 166

11 Kalibaru 406,76 61.525 151

12 Genteng 82,34 83.582 1.015

13 Srono 100,77 87.703 870

14 Rogojampi 102,33 92.884 908

15 Kabat 107,48 67.515 628

16 Singojuruh 59,89 45.521 760

17 Sempu 174,83 71.678 410

18 Songgon 301,84 50.559 168

19 Glagah 76,75 34.167 445

20 Licin 169,25 28.029 166

21 Banyuwangi 30,13 106.600 3.538

22 Giri 21,31 28.667 1.345

23 Kalipuro 310,03 76.610 247

24 Wongsorejo 464,80 74.714 161

Jumlah 5.782,86 1.564.833 271

Sumber : Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka 2012 dan Sensus Penduduk 2011, BPS.

Tabel 4

51

PDRB Kecamatan se-Kabupaten Banyuwangi dan

KontribusinyaTahun 2010-2011

KECAMATAN 2010 2011

PDRB ADHB % PDRB ADHB %

1 PESANGGARAN 628.870,23 2,67 704.171,37 2,67

2 SILIRAGUNG 557.493,87 2,37 624.609,02 2,37

3 BANGOREJO 820.055,63 3,48 917.146,48 3,48

4 PURWOHARJO 987.582,31 4,19 1.104.632,46 4,19

5 TEGALDLIMO 856.448,91 3,64 961.196,62 3,65

6 MUNCAR 2.226.344,27 9,45 2.529.349,19 9,59

7 CLURING 829.672,39 3,52 929.940,02 3,53

8 GAMBIRAN 807.878,85 3,43 901.068,29 3,42

9 TEGALSARI 485.403,62 2,06 549.691,20 2,08

10 GLENMORE 914.068,76 3,88 1.025.811,78 3,89

11 KALIBARU 744.299,92 3,16 834.603,05 3,17

12 GENTENG 1.170.098,19 4,97 1.321.739,58 5,01

13 SRONO 1.152.775,63 4,89 1.307.006,07 4,96

14 ROGOJAMPI 1.461.709,49 6,20 1.645.708,71 6,24

15 KABAT 1.025.466,82 4,35 1.155.011,85 4,38

16 SINGOJURUH 578.105,58 2,45 642.883,36 2,44

17 SEMPU 802.392,56 3,41 892.950,82 3,39

18 SONGGON 688.342,53 2,92 758.327,98 2,88

19 GLAGAH 535.711,12 2,27 604.806,96 2,29

20 LICIN 918.242,91 3,90 1.025.677,40 3,89

21 BANYUWANGI 1.459.813,01 6,20 1.643.196,49 6,23

22 GIRI 410.086,84 1,74 457.756,38 1,74

23 KALIPURO 1.585.128,19 6,73 1.752.821,14 6,65

24 WONGSOREJO 1.912.429,20 8,12 2.077.281,20 7,88

JUMLAH 23.558.420,84 100,00 26.367.387,40 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Banyuwangi

52

Tabel 5

Komponen IPM Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009 – 2011

Keterangan:

1. eo : Life Expectancy at Birth/Angka Harapan Hidup (tahun)

2. LIT : Adult Literacy Rate/Angka Melek Huruf (%)

3. MYS : Mean Years of Schooling/Rata-rata Lama Sekolah

(tahun)

4. PPP : Purchasing Power Parity/Paritas Daya Beli (ribu rupiah)

Tabel 6

Ko

mp

on

en

IP

M

Nilai Indeks Shortfall Reduction

2009 2010 2011 2009 2010 2011

2006 –

2011

2010 –

2011

1. eo

2. LIT

3. MYS

4. PPP

66,93

87,33

6,73

643,40

66,72

86,57

6,79

631,14

68,05

87,87

6,96

632,81

69,72

72,91

62,09

69,54

72,81

62,66

71,75

74,04

63,05

IPM

Banyuwangi 68,36 68,81 69,61 1.43 1,60

Prop. Jatim 71,06 71,55 72,15 1.46 1.45

53

Komponen IPM Menurut Wilayah Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

No. Kecamatan IPM

Indeks

Pen-

didikan

Indeks

Ke-

sehatan

Indeks

PPP

Ranking

IPM

1. BANYUWANGI 80,06 80,61 85,40 74,17 1

2. GENTENG 76,01 78,72 76,07 73,24 2

3. GIRI 73,56 78,36 73,87 68,44 3

4. GAMBIRAN 73,16 78,39 74,72 66,37 4

5. SRONO 72,03 78,30 71,97 65,83 5

6. CLURING 71,34 73,78 75,15 65,09 6

7. PURWOHARJO 71,20 80,37 72,12 61,12 7

8. BANGOREJO 70,72 77,05 72,52 62,60 8

9. ROGOJAMPI 70,44 72,71 66,88 71,71 9

10. TEGALDLIMO 70,39 77,82 70,70 62,67 10

11. TEGALSARI 70,38 70,95 75,78 64,40 11

12. MUNCAR 69,81 75,03 67,62 66,79 12

13. GLAGAH 68,57 65,99 75,68 64,05 13

14. KALIPURO 68,50 77,63 62,43 65,44 14

15. GLENMORE 67,30 69,51 66,78 65,61 15

16. SILIRAGUNG 66,95 77,86 70,12 52,88 16

17. PESANGGARAN 66,91 69,62 73,43 57,68 17

18. SONGGON 66,81 67,12 72,73 60,57 18

19. SINGOJURUH 66,67 70,36 71,90 57,75 19

20. SEMPU 66,66 72,56 67,28 60,12 20

21. KALIBARU 66,49 69,40 73,85 56,23 21

22. WONGSOREJO 66,09 65,56 69,25 63,47 22

23. LICIN 65,92 65,14 75,68 56,93 23

24. KABAT 64,40 70,82 61,68 60,68 24

Kab. Banyuwangi 69,61 71,75 63,05 69,61

Sumber Data: BPS Kabupaten Banyuwangi

54

Tabel 7 Sarana Kesehatan di Kabupaten Banyuwangi

Tahun 2009 - 2011

NO Jenis Sarana Banyaknya

2009 2010 2011

1. Rumah Sakit Umum 6 7 8

2. Rumah Sakit Khusus 4 4 3

3. RS. Bersalin / Pondok Bersalin 1 8 18

4. Puskesmas Dengan Tempat Tidur 15 16 15

5. Puskesmas Tanpa Tempat Tidur 30 29 30

6. Puskesmas Dengan Dokter 45 45 45

7. Poliklinik/BP 36 37 37

8. Apotik 60 61 69

9. Toko Obat Berijin 4 4 4

10. Laboratorium Klinik / Medis 15 18 24

11. Desa/Kel. Siaga 217 217 217

12. Poskesdes/kel. 217 217 217

13. Posyandu 2.180 2.184 2.224

Sumber : Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka 2012

55

Tabel 8 Tenaga Medis di Kabupaten Banyuwangi

Tahun 2009 - 2011

NO Tenaga Media Banyaknya

2009 2010 2011

1. Dokter Umum 113 111 119

2. Dokter Gigi 46 48 48

3. Dokter Spesialis 36 44 44

4. Bidan 533 539 566

5. Paramedis :

Tenaga Keperawatan 731 695 675

Tenaga Kefarmasian 82 94 93

Tenaga Kesehatan Masyarakat 19 49 14

Tenaga Sanitarian 22 45 27

Tenaga Gizi 40 37 36

Tenaga Keterapian Fisik 9 10 10

Tenaga Keteknisan Medis 61 57 56

Sumber : Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka 2012