Kata Pengantarelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000148... · kajian...

221
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan Laporan Akhir i Kata Pengantar Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan YME karena atas karunia dan berkahNya lah studi dengan judul Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalanini dapat terlaksana dengan baik. Studi ini dilaksanakan berdasarkan Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang telah kami terima. Kegiatan penyusunan konsep standar di bidang prasarana transportasi jalan ini dilaksanakan sebagai langkah dalam meningkatkan pelayanan prasarana transportasi jalan khususnya yang terkait dengan penyelenggaraan prasarana teminal penumpang, uji berkala kendaraan bermotor, dan prasarana bengkel umum, dan terminal barang, yang juga menjadi latar belakang dilaksanakannya kegiatan ini yang juga dijelaskan dalam Bab I. Untuk mendapatkan acuan dalam penyusunan konsep standar ini, seperti dijelaskan bagian metodologi (Bab III) akan dilakukan kajian akademis, kajian dasar hukum, kajian lapangan, hingga dilakukan pembandingan dengan kondisi pelayanan prasarana transportasi jalan di negara lain. Beberapa kajian tersebut, pada laporan pendahuluan ini akan dibahas secara umum dalam pembahasan Bab II. Sedangkan gambaran umum penyelenggaraan prasarana transportasi jalan di wilayah studi akan kami sampaikan pada pembahasan Bab IV. Konsep standar prasarana jalan akan dijelaskan pada lampiran laporan ini, sedangkan analisis dan evaluasi hasil survey akan disampaikan pada Bab V dan perumusan konsep standar pada BAB VI. Sedangkan kesimpulan akhir studi dan rekomendasi bagi studi lanjutan akan kami sampaikan pada pembahasan Bab VII. Kami berharap laporan akhir ini telah memuat semua materi sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan di dalam KAK dan dapat bermanfaat bagi penyelenggaraan prasarana transportasi jalan serta dapat menjadi acuan bagi studi lanjutan yang terkait. TIM STUDI KETUA TIM Kata Pengantar

Transcript of Kata Pengantarelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000148... · kajian...

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir i

Ka

ta

P

en

ga

nt

ar

Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan YME karena atas karunia danberkahNya lah studi dengan judul “Studi Penyusunan Konsep Standar di BidangPrasarana Transportasi Jalan” ini dapat terlaksana dengan baik. Studi inidilaksanakan berdasarkan Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang telah kami terima.

Kegiatan penyusunan konsep standar di bidang prasarana transportasi jalan inidilaksanakan sebagai langkah dalam meningkatkan pelayanan prasarana transportasijalan khususnya yang terkait dengan penyelenggaraan prasarana teminal penumpang,uji berkala kendaraan bermotor, dan prasarana bengkel umum, dan terminal barang,yang juga menjadi latar belakang dilaksanakannya kegiatan ini yang juga dijelaskandalam Bab I.

Untuk mendapatkan acuan dalam penyusunan konsep standar ini, seperti dijelaskanbagian metodologi (Bab III) akan dilakukan kajian akademis, kajian dasar hukum,kajian lapangan, hingga dilakukan pembandingan dengan kondisi pelayanan prasaranatransportasi jalan di negara lain. Beberapa kajian tersebut, pada laporan pendahuluan iniakan dibahas secara umum dalam pembahasan Bab II. Sedangkan gambaran umumpenyelenggaraan prasarana transportasi jalan di wilayah studi akan kami sampaikanpada pembahasan Bab IV.

Konsep standar prasarana jalan akan dijelaskan pada lampiran laporan ini, sedangkananalisis dan evaluasi hasil survey akan disampaikan pada Bab V dan perumusan konsepstandar pada BAB VI. Sedangkan kesimpulan akhir studi dan rekomendasi bagi studilanjutan akan kami sampaikan pada pembahasan Bab VII.

Kami berharap laporan akhir ini telah memuat semua materi sesuai dengan persyaratanyang telah ditetapkan di dalam KAK dan dapat bermanfaat bagi penyelenggaraanprasarana transportasi jalan serta dapat menjadi acuan bagi studi lanjutan yang terkait.

TIM STUDI

KETUA TIM

Kata Pengantar

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir iii

Abstract

ABSTRACT

The development of transportation sector is the crucial part of national development.Transportation development focus on the improvement of the efficient, reliable, secure,and high quality transportation services with the affordable cost, and also focus on therealization of the integrated national transportation system as a part of distributionsystem that can provide services and benefits to the community. The most importantthing should be considered by the government dealing with transportation services istransportation infrastructure. An adequate transportation infrastructure services iswhat people expect from the government. Therefore, the rules and references areneeded in the implementation of transportation infrastructure services, by law or by theexisting standard guidelines.

This study analyzed the level of needs regarding to the road transportationinfrastructure services. It specifies into the terminal services, vehicles periodic testing,cross-road infrastructure, study of literature and law related to the transportationinfrastructure services, and comparative study of transportation system in some othercountries. Then, the result of all the data analysis can be formulated as the standard oftransportation service. To get the data, descriptive analysis was employed. Then, theresult of the study and analysis is being formulated as the standard guidelines oftransportation infrastructure through the standard organizing method published byBadan Standarisasi Nasional Indonesia (BSNI). The formulated transportationinfrastructure standard is expected to be a reliable reference for the improvement oftransportation infrastructure service held by the government, both the centralgovernment and the local government as the regulator and operator of transportationinfrastructure services, specifically, terminal infrastructure service, vehicles periodictesting, and motorized vehicle service station facilities.

Key Word: Standard, Infrasturcture, Road

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir I- 1

BabI-Pendahuluan

Pada Bab I bagian Pendahuluan ini disampaikan cuplikan dari Kerangka Acuan Kerja

(KAK) yang disampaikan pemberi kerja sebagai dasar bagi konsultan untuk

melaksanakan pekerjaan ini.

A. Gambaran Umum

Transportasi mempunyai peranan penting dan strategis untuk memantapkan perwujudan

wawasan nusantara, memperkukuh ketahanan nasional, dan mempererat hubungan

antar bangsa dalam usaha mencapai tujuan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang

Undang Dasar 1945.

Pembangunan sektor transportasi merupakan bagian yang sangat penting dalam

pembangunan nasional. Tujuan pembangunan transportasi adalah meningkatkan

pelayanan jasa transportasi secara efisien, handal, berkualitas, aman dan harga

terjangkau serta mewujudkan sistem transportasi nasional secara intermodal dan

terpadu dengan pembangunan wilayah dan menjadi bagian dari suatu sistem distribusi

yang mampu memberikan pelayanan dan manfaat bagi masyarakat luas, termasuk

meningkatkan jaringan desa-kota yang memadai.

Transportasi jalan merupakan moda transportasi utama yang berperan penting dalam

pendukung pembangunan nasional serta mempunyai kontribusi terbesar dalam pangsa

angkutan dibandingkan moda lain. Oleh karena itu, visi transportasi jalan adalah

sebagai penunjang, penggerak dan pendorong pembangunan nasional serta berperan

sebagai urat nadi kehidupan ekonomi, politik, social budaya dan pertahanan keamanan.

Misi transportasi jalan adalah untuk mewujudkan sistem transportasi jalan yang andal,

berkemampuan tinggi dalam pembangunan serta meningkatkan mobilitas manusia dan

barang, guna mendukung pengembangan wilayah untuk mewujudkan wawasan

nusantara.

PendahuluanBab I

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir I- 2

BabI-Pendahuluan

Dalam melaksanakan visi dan misi tersebut, maka sasaran pembangunan transportasi

jalan terutama adalah untuk menciptakan penyelenggaraan transportasi yang efisien dan

efektif. Efektivitas pelayanan jasa transportasi jalan dapat diukur melalui : (1)

tersedianya kapasitas dan prasarana transportasi jalan yang sesuai dengan

perkembangan permintaan / kebutuhan; (2) tercapainya keterpaduan antar dan intra

moda transportasi jalan dalam jaringan prasarana dan pelayanan; (3) tercapainya

ketertiban yaitu penyelenggaran system transportasi yang sesuai dengan peraturan dan

norma yang berlaku di masyarakat; (4) tercapainya ketepatan dan keteraturan yaitu

sesuai dengan jadwal dan adanya kepastian pelayanan; (5) aman atau terhindar dari

ganguan alam maupun manusia; (6) tercapainya tingkat kecepatan pelayanan yang

diinginkan atau waktu perjalanan yang singkat tetapi dengan tingkat keselamatan

tinggi; (7) tercapainya tingkat keselamatan atau terhindar dari berbagai kecelakaan; (8)

terwujudnya kenyamanan atau ketenangan dan kenikmatan pengguna jasa; dan (9)

tercapainya penyediaan jasa sesuai dengan kemampuan daya beli penguna jasa dan

tariff / biaya yang wajar. Sedangkan efisiensi pelayanan biasanya diukur melalui

perbandingan penggunaan beban public rendah dengan utilitas yang cukup tinggi di

dalam penyelenggaran kesatuan jaringan transportasi jalan.

B. Dasar Hukum

Dasar hukum yang menjadi acuan dalam pelaksanaan kegiatan penyusunan konsep

standar di bidang prasarana transportasi jalan ini antara lain adalah :

1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan.

2) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan.

3) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas

Jalan

C. Uraian Kegiatan yang Dilaksanakan

Uraian kegiatan / ruang lingkup dari studi ini sebagai berikut:

1) Inventarisasi kebijakan mengenai prasarana transportasi jalan.

2) Inventarisasi kebijakan pengembangan prasarana transportasi jalan.

3) Inventarisasi perkembangan teknologi prasarana transportasi jalan.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir I- 3

BabI-Pendahuluan

4) Menganalisis dan mengevaluasi kondisi existing prasarana transportasi jalan di

Indonesia

5) Melakukan studi literatur / benchmarking standar prasarana transportasi bidang

jalan dari negara lain.

6) Merumuskan 6 naskah akademis konsep standar dibidang prasarana transportasi

jalan, yang meliputi:

(a) Standar fasilitas dan peralatan uji berkala kendaraan bermotor;

(b) Standar fasilitas terminal tipe A

(c) Standar fasilitas terminal tipe B

(d) Standar fasilitas terminal tipe C

(e) Standar fasilitas terminal barang

(f) Standar fasilitas bengkel umum

D. Batasan Kegiatan

Studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang Prasarana Transportasi Jalan adalah

berupa penyusunan konsep standar di bidang prasarana transportasi jalan yang efektif

sebagai jaminan keselamatan, kenyamanan, dan keamanan.

E. Maksud dan Tujuan

1) Maksud Kegiatan

Maksud kegiatan adalah melakukan studi Penyusunan Konsep Standar Di

Bidang Prasarana Transportasi Jalan

2) Tujuan Kegiatan

Tujuan kegiatan adalah merumuskan konsep standar di bidang prasarana

transportasi jalan.

F. Indikator Keluaran dan Keluaran

Keluaran (output) dari kegiatan studi ini adalah tersusunnya 4 (empat) laporan studi

yaitu laporan pendahuluan, laporan interim, rancangan laporan akhir dan laporan akhir.

Laporan akhir terdiri dari laporan studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang

Prasarana Transportasi Jalan dan buku Konsep Standar Di Bidang Prasarana

Transportasi Jalan.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir I- 4

BabI-Pendahuluan

G. Cara Pelaksanaan Kegiatan

1) Metode Pelaksanaan

Studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

dilaksanakan melalui survei di lapangan dalam pengumpulan data primer dan

sekunder sesuai dengan lokasi survey dan diskusi interaktif dengan pakar di

bidang prasarana transportasi jalan baik di pusat maupun di daerah.

2) Tahapan Kegiatan

Tahapan pelaksanaan Studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang prasarana

Transportasi Jalan sebagai berikut :

Persiapan pelaksanaan kegiatan

Laporan Pendahuluan (Inception Report)

Laporan Antara (Interim Report)

Konsep Laporan Akhir (Draft Final Report)

Laporan Akhir (Final Report) dan Executive Summary Report.

H. Tempat Pelaksanaan Kegiatan

Studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

dilaksanakan di Jakarta. Sedangkan lokasi obyek studi ini akan dilaksanakan di Jakarta,

Yogyakarta, Pontianak, Padang, dan Surabaya.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 1

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

Pada Bab II bagian Kajian Literatur ini akan disampaikan mengenai beberapa acuan

dasar hukum dan dasar teori yang mengatur terkait dengan prasarana transportasi jalan,

serta beberapa literatur pendukung sebagai bahan acuan bagi pelaksanaan studi

penyusunan konsep standar di bidang prasarana transportasi jalan ini.

A. Kajian Literatur dan Perundangan Terkait dengan Prasarana

Transportasi Jalan

Dalam melakukan kajian literatur dan perundangan ini akan dibahas mengenai

detail pengaturan terkait dengan penyelenggaraan prasarana transportasi jalan

seperti yang telah dijelaskan dalam KAK.

Beberapa peraturan terkait dengan prasarana transportasi jalan antara lain

adalah sebagai berikut :

a. Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Angkutan Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan;

b. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan;

c. Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu

Lintas Jalan;

d. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 61 tahun 1993 tentang Rambu-

rambu Lalu Lintas di Jalan, beserta perubahannya dalam Kepmenhub

Nomor 63 tahun 2004 tentang Perubahan Keputusan Menteri

Perhubungan Nomor KM 61 tahun 1993 tentang Rambu-rambu Lalu

Lintas di Jalan;

e. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM 62 tahun 1993 tentang

Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas;

Kajian LiteraturBab II

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 2

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

f. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor :

SK.116/AJ.404/DRJD/97 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan

Perlengkapan Jalan.

Sementara untuk kajian literatur terkait dengan penyelenggaraan prasarana

transportasi jalan akan dibahas melalui beberapa sumber-sumber terkait.

Berdasarkan UU 22 tahun 2009 tentang Angkutan Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan, yang dimaksud dengan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah

Ruang Lalu Lintas, Terminal, dan Perlengkapan Jalan yang meliputi marka, rambu,

Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, alat pengendali dan pengaman Pengguna Jalan, alat

pengawasan dan pengamanan Jalan, serta fasilitas pendukung.

Berdasarkan Pasal 25 dalam UU 22/2009 dijelaskan bahwa setiap jalan yang digunakan

untuk lalu lintas umum wajib dilengkapi dengan perlengkapan jalan yang terdiri dari

- Rambu lalu lintas;

- Marka jalan;

- Alat pemberi isyarat lalu lintas (APILL);

- Alat penerangan jalan, dan alat pengendali dan pengaman pengguna jalan;

- Alat pengawasan dan pengamanan jalan;

- Fasilitas untuk sepeda, pejalan kaki, dan penyandang cacat;

- Fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan yang berada di jalan

dan di luar badan jalan.

B. Kajian Literatur dan Perundangan terkait dengan Penyelenggaraan Terminal

Dalam melakukan kajian literatur dan perundangan ini akan dibahas mengenai

detail pengaturan terkait dengan penyelenggaraan prasarana terminal seperti

yang telah dijelaskan dalam KAK.

Beberapa peraturan terkait dengan prasarana terminal antara lain adalah sebagai

berikut :

a. Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Angkutan Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan;

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 3

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

b. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan;

c. Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu

Lintas Jalan;

d. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 tahun 1995 tentang

Terminal Transportasi Jalan;

Sementara untuk kajian literatur terkait dengan penyelenggaraan prasarana

terminal akan dibahas melalui beberapa sumber-sumber terkait

1. Terminal dalam UU 22/2009

Dalam Undang-undang nomor 22 tahun 2009 tentang Jalan, dijelaskan beberapa

definisi dan ketentuan terkait dengan penyelenggaraan terminal. Berdasarkan Pasal 33

UU 22 tahun 2009 terminal dapat dibangun dan diselenggarakan untuk menunjang

kelancaran perpindahan orang dan/atau barang serta keterpaduan intramoda dan

antarmoda di tempat tertentu. Terminal sendiri terbagi kedalam 2 (dua) jenis, yaitu

terminal barang dan terminal penumpang.

Untuk terminal penumpang sendiri, dalam Pasal 34 dijelaskan bahwa menurut

pelayanannya terminal penumpang dikelompokkan kedalam 3 (tiga) tipe, yaitu terminal

dengan layanan tipe A, tipe B, dan tipe C. setiap tipe layanan terminal tersebut dibagi

dalam beberapa kelas berdasarkan intensitas kendaraan yang dilayani.

Dalam menetapkan lokasi terminal, maka dalam prosesnya perlu dilakukan dengan

memperhatikan rencana kebutuhan terminal yang merupakan bagian dari Rencana

Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Penetapan lokasi terminal dilakukan

dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut,

a) Tingkat aksesibilitas pengguna jasa angkutan;

b) Kesesuaian lahan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana Tata

Ruang Wilayah Provinsi, dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota.

c) Kesesuaian dengan rencana pengembangan dan/atau kinerja jaringan Jalan,

jaringan trayek, dan jaringan lintas;

d) kesesuaian dengan rencana pengembangan dan/atau pusat kegiatan;

e) keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan lain;

f) Permintaan angkutan;

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 4

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

g) Kelayakan teknis, finansial, dan ekonomi;

h) Keamanan dan Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; dan/atau

i) Kelestarian lingkungan hidup.

Berdasarkan pasal 38 UU 22 tahun 2009, dijelaskan bahwa setiap penyelenggara

terminal wajib menyediakan fasilitas terminal yang memenuhi persyaratan keselamatan

dan keamanan. Fasilitas terminal yang perlu dipenuhi meliputi fasilitas utama dan

fasilitas penunjang, dan untuk menjaga kondisi setiap fasilitas terminal baik utama

maupun penunjang, penyelenggara terminal wajib untuk melakukan pemeliharaan.

Berdasarkan pasal 40 UU 22 tahun 2009 dijelaskan bahwa dalam penyelenggaraan

terminal terbagi kedalam 2 (dua) kegiatan utama, yaitu kegiatan pembangunan terminal

dan pengoperasian terrminal. Dalam kegiatan pembangunan terminal perlu dilengkapi

oleh beberapa hal, antara lain : (1) rancang bangun; (2) buku kerja rancang bangun; (3)

rencana induk terminal; (4) analisis dampak lalu lintas; dan (5) analisis mengenai

dampak lingkungan. Sedangkan dalam proses kegiatan pengoperasian terminal meliputi

beberapa kegiatan antara lain : (1) perencanaan; (2) pelaksanaan; dan (3) pengawasan

operasi terminal.

Dalam pasal 41 UU 22 tahun 2009 dijelaskan pula bahwa setiap penyelenggara terminal

wajib memberikan pelayanan jasa terminal sesuai dengan standar pelayanan yang telah

ditetapkan. Ketentuan mengenai penyelenggaraan terminal secara teknis antara lain

terkait dengan fungsi, klasifikasi, tipe, penetapan lokasi, fasilitas, lingkungan kerja,

pembangunan dan pengoperasian terminal diatur dalam peraturan perundangan di

bawah Undang-Undang.

2. Terminal Transportasi Jalan dalam KM 31/1995

Penyelenggaraan terminal transportasi jalan, dalam hal ini adalah terminal penumpang,

diatur di dalam KM 31/1995 tentang Terminal Transportasi Jalan. Berdasarkan KM

31/1995, yang dimaksud dengan terminal penumpang adalah prasarana transportasi

jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan untra

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 5

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

dan/atau antar moda transportasi serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan

angkutan umum.

2.1. Tipe dan Fungsi Terminal Penumpang

Pada pasal 2 ayat (1) Kepmenhub Nomor KM 31/1995 disampaikan bahwa tipe

terminal penumpang terdiri dari:

a. terminal penumpang tipe A;

b. terminal penumpang tipe B; dan

c. terminal penumpang tipe C.

Adapun fungsi dari masing-masing terminal tersebut sesuai dengan pasal 2 ayat (2, 3,

4) KM 31/1995 adalah sebagai berikut:

- Terminal penumpang tipe A berfungsi melayani kendaraan umum untuk

angkutan antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas negara,

angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan;

- Terminal penumpang tipe B berfungsi melayani kendaraan umum untuk

angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan/atau angkutan pedesaan;

dan

- Terminal penumpang tipe C berfungsi melayani kendaraan umum untuk

angkutan pedesaan.

2.2. Fasilitas terminal penumpang

Fasilitas terminal penumpang terdiri dari fasilitas utama dan fasilitas penunjang,

dimana ketentuan mengenai penyediaannya untuk setiap tipe terminal sesuai dengan

pasal 4, 5, 6 KM 31/1995 disampaikan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Ketentuan mengenai Fasilitas Terminal Penumpang

TerminalFasilitas Terminal

Fasilitas Utama Fasilitas PenunjangTerminalpenumpang(terminal tipeA,B,C)

a) jalur pemberangkatan kendaraanumum;

b) jalur kedatangan kendaraan umum;c) tempat parkir kendaraan umumd) bangunan kantor terminal;e) tempat tunggu penumpang dan/atau

a) kamar kecil/toilet;b) musholla;c) kios/kantin;d) ruang pengobatan;e) ruang informasi dan

pengaduan;

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 6

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

TerminalFasilitas Terminal

Fasilitas Utama Fasilitas Penunjangpengantar;

f) menara pengawas;g) loket penjualan karcis;h) rambu-rambu dan papan informasii) tarif dan jadual perjalanan;j) pelataran parkir kendaraan pengantar

f) telepon umum;g) tempat penitipan

barang;h) taman.

Keterangan:- fasilitas c, f, g, dan i tidak berlaku untuk terminal penumpang tipe C- Fasilitas terminal penumpang dilengkapi dengan fasilitas bagi penumpang

penderita cacat sesuai dengan kebutuhan.

Selain fasilitas utama, di dalam daerah lingkungan kerja terminal penumpang

maupun terminal barang dapat dilakukan kegiatan usaha penunjang, sepanjang

tidak mengganggu fungsi pokok terminal. Kegiatan usaha penunjang dapat

dilakukan oleh badan hukum Indonesia atau warga negara Indonesia setelah

mendapat persetujuan penyelenggara terminal. Usaha penunjang kegiatan

terminal penumpang maupun barang dapar berupa :

a. Usaha rumah makan;

b. Penyediaan fasilitas pos dan telekomunikasi;

c. Penyediaan peralatan bongkar muat pada terminal barang;

d. Penyediaan pelayanan kebersihan;

e. Usaha penunjang lainnya.

2.3. Lokasi terminal

Sesuai dengan Pasal 9 KM 31/1995 bahwa penentuan lokasi terminal penumpang

dilakukan dengan memperhatikan rencana kebutuhan lokasi simpul yang merupakan

bagian dari rencana umum jaringan transportasi jalan. Dalam hal ini, lokasi terminal

penumpang tipe A, tipe B dan tipe C, ditetapkan dengan memperhatikan (pasal 10 KM

31/1995):

a. rencana umum tata ruang;

b. kepadatan lalu lintas dan kapasitas jalan di sekitar terminal;

c. keterpaduan moda transportasi baik intra maupun antar moda;

d. kondisi topografi lokasi terminal;

e. kelestarian lingkungan.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 7

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

Selain itu, penetapan lokasi terminal untuk setiap tipe terminal juga harus

mempertimbangkan beberapa ketentuan sesuai dengan pasal 11, 12, 13 KM 31/1995

sebagaimana dirangkum pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Persyaratan Penentuan Lokasi TerminalNo Terminal Persyaratan Teknis Lokasi1. Terminal

tipe A1. Terletak dalam jaringan trayek antar kota antar propinsi dan/atau

angkutan lalu lintas batas negara;2. Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya

kelas IIIA;3. Jarak antara dua terminal penumpang tipe A, sekurang-kurangnya

20 km di Pulau Jawa, 30 km di Pulau Sumatera dan 50 km dipulau lainnya;

4. Luas lahan yang tersedia sekurang-kurangnya 5 ha untuk terminaldi Pulau Jawa dan Sumatera, dan 3 ha di pulau lainnya;

5. Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dariterminal dengan jarak sekurang-kurangnya 100 m di Pulau Jawadan 50 m di pulau lainnya, dihitung dari jalan ke pintu keluar ataumasuk terminal.

2. Terminaltipe B

1. Terletak dalam jaringan trayek antar kota dalam propinsi;2. Terletak di jalan arteri atau kolektor dengan kelas jalan sekurang-

kurangnya kelas IIIB;3. Jarak antara dua terminal penumpang tipe B atau dengan terminal

penumpang tipe A, sekurang-kurangnya 15 km di Pulau Jawa dan30 km di Pulau lainnya;

4. Tersedia lahan sekurang-kurangnya 3 ha untuk terminal di PulauJawa dan Sumatera, dan 2 ha untuk terminal di pulau lainnya;

5. Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dariterminal dengan jarak sekurang-kurangnya 50 m di Pulau Jawadan 30 m di pulau lainnya, dihitung dari jalan ke pintu keluar ataumasuk terminal.

3. Terminaltipe C

1. Terletak di dalam wilayah Kabupaten daerah Tingkat II dan dalamjaringan trayek pedesaan;

2. Terletak di jalan kolektor atau lokal dengan kelas jalan palingtinggi kelas IIIA;

3. Tersedia lahan sesuai dengan permintaan angkutan;4. Mempunyai akses jalan masuk atau keluar ke dan dari terminal,

sesuai kebutuhan untuk kelancaran lalu lintas di sekitar terminal.Sumber : Kepmenhub KM 31/1995

2.4. Penyelenggaraan Terminal

Berdasarkan Pasal 18 Kepmenhub nomor KM 31 tahun 1995, penyelenggaraan

terminal meliputikegiatan pengelolaan, pemeliharaan, dan penertiban terminal.

Pengelolaan terminal penumpang berdasarkan Pasal 19 KM 31/1995 meliputi

kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan operasional terminal.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 8

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

Gambaran kegiatan pengelolaan terminal penumpang dapat dilihat dalam

Tabel 2.3 berikut,

Tabel 2.3 Kegiatan Pengelolaan Terminal PenumpangPerencanaan operaional Pelaksanaan operasional Pengawasan operasional

a. Penataan pelataranterminal menurut ruteatau jurusan;

b. Penataan fasilitaspenumpang;

c. Penataan fasilitaspenunjang terminal;

d. Penataan arus lalu lintasdi daerah pengawasanterminal;

e. Penyajian daftar ruteperjalanan dan tarifangkutan;

f. Penyusunan jadualperjalanan berdasarkankartu pengawasan;

g. Pengaturan jadualpetugas di terminal;

h. Evaluasi sistempengoperasian terminal.

a. Pengaturan tempattunggu dan aruskendaraan umum didalam terminal;

b. Pemeriksaan kartupegawasan dan jadualperjalanan;

c. Pengaturan kedatangandan pemberangkatankendaraan menurutjadwal ditetapkan;

d. Pemungutan jasapelayanan terminalpenumpang;

e. Pemberitahuan tentangpemberangkatan dankedatangan kendaraanumum penumpang;

f. Pengaturan arus lalulintas di daerahpengawasan terminal;

g. Pencatatan danpelaporan pelanggaran;

h. Pencatatan jumlahkendaraan danpenumpang yang datangdan berangkat.

Pengawasan terhadap :a. Tarif angkutan;b. Kelaikan jalan

kendaraan yangdioperasikan;

c. Kapasitas muatan yangdiizinkan;

d. Pelayanan yangdiberikan oleh penyediajasa angkutan;

e. Pemanfaatan terminalserta fasilitas penunjangsesuai denganperuntukannya.

Sumber : Kepmenhub KM 31/1995

C. Kajian Literatur terkait dengan Penyelenggaraan Terminal Barang

Aturan mengenai penyelenggaraan terminal barang secara normatif diatur pula

dalam Keputusan Menteri Perhubungan nomor KM 31 tahun 1995 tentang

Terminal Transportasi Jalan. Dalam Pasal 1 Kepmenhub KM 31/1995, yang

dimaksud dengan terminal barang adalah prasarana transportasi jalan untuk

keperluan membongkar dan memuat barang serta perpindahan intra dan/atau

antar moda transportasi.

Berdasarkan Pasal 24 Kepmenhub KM 31/1995, terminal barang berfungsi

untuk melayani kegiatan bongkar dan/atau muat barang, serta perpindahan intra

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 9

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

dan/atau moda transportasi. Sedangkan terkait dengan fasilitas terminal barang,

Pasal 25 Kepmenhub KM 31/1995 menjelaskan bahwa seperti pada terminal

penumpang, pada terminal barang terdiri juga dari fasilitas utama dan fasilitas

penunjang terminal barang. Untuk fasilitas utama terminal barang yang harus

tersedia seperti yang dijelaskan dalam Pasal 25 (2) Kepmenhub KM 31/1995

antara lain adalah :

a. Bangunan kantor terminal;

b. Tempat parkir kendaraan untuk melakukan bongkar dan/muat barang;

c. Gudang atau lapangan penumpukan barang;

d. Tempat parkir kendaraan angkutan barang untuk istirahat atau selama

menunggu keberangkatan;

e. Rambu-rambu dan papan informasi;

f. Peralatan bongkar muat barang.

Sedangkan untuk fasilitas penunjang penyelenggaraan terminal barang

dijelaskan dalam Pasal 25 (3) Kepmenhub KM 31/1995 yang antara lain terdiri

dari :

a. Tempat istirahat awak kendaraan

b. Fasilitas parkir kendaraan, selain kendaraan angkutan barang;

c. Alat timbang kendaraan dan muatannya;

d. Kamar kecil/toilet;

e. Mushola;

f. Kios/kantin;

g. Ruang pengobatan;

h. Telepon umum;

i. Taman.

Dalam menentukan lokasi terminal barang harus dilakukan dengan

memperhatikan rencana kebutuhan lokasi simpul yang merupakan bagian dari

rencana umum jaringan transportasi jalan. Penentuan lokasi terminal barang

dilakukan dengan memperhatikan rencana umum tata ruang; kepadatan lalu

lintas dan kapasitas jalan di sekitar terminal; keterpaduan moda transportasi

baik intra maupun antar moda; kondisi topografi lokasi terminal; dan

kelestarian lingkungan.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 10

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

Selain itu lokasi terminal barang juga harus memenuhi beberapa persayaratan

yang antara lain adalah

- terletak dalam jaringan lintas angkutan barang;

- terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya IIIA;

- tersedia lahan sekurang-kurangnya 3 hektare untuk terminal di Pulau

Jawa, dan 2 hektare untuk terminal di pulau lainnya.

- Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal

dengan jarak sekurang-kurangnya 50 meter di Pulau Jawa dan 30 meter

untuk terminal di pulau lainnya, dihitung dari jalan ke pintu keluar atau

masuk terminal.

Penyelenggaraan terminal barang merupakan kewenangan Pemerintah Provinsi,

sehingga operasional terminal barang dapat dilakukan setelah mendapat

persetujuan Gubernur Kepala Daerah tingkat I. Sedangkan untuk pengelolaan

terminal barang dilakukan dalam lingkup kegiatan penrencanaan, pelaksanaan,

dan pengawasan oeprasional terminal. Kegiatan perencanan operasional

terminal meliputi :

a. penataan pelataran terminal;

b. penataan fasilitas gudang atau lapangan penumpukan barang;

c. penataan fasilitas parkir kendaraan untuk melakukan kegiatan bogkar dan/atau

muat barang;

d. penataan fasilitas penunjang terminal;

e. penataan arus lalu lintas di daerah pengawasan terminal;

f. pengaturan jadual petugas di terminal;

g. penyusunan system dan prosedur pengoperasian terminal.

Sedangkan untuk kegiatan pelaksanaan operasional terminal barang, antara lain

meliputi :

a. pengaturan parkir dan arus kendaraan angkutan barang di dalam terminal;

b. pemungutan jasa pelayanan terminal barang;

c. pengoperasian fasilitas/peralatan bongkar muat barang;

d. pengaturan arus lalu lintas di daerah pengawasan terminal;

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 11

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

Dalam kegiatan operasional terminal barang, tentunya sangat perlu dilakukan

kegiatan perawatan terminal untuk menjaga keberlangsungan operasional

terminal dan memberikan pelayanan yang maksimal bagi para penggunanya.

Oleh karena itu terminal barang perlu dipeliharauntuk menjamin agar terminal

dapat berfungsi sesuai dengan fungsi pokoknya. Pemeliharaan terminal barang

meliputi kegiatan :

a. menjaga keutuhan dan kebersihan bangunan terminal;

b. menjaga keutuhan dan kebersihan pelataran terminal serta perawatan rambu,

marka dan papan informasi;

c. merawat dan menjaga fungsi fasilitas/peralatan bongkar muat barang;

d. merawat saluran-saluran air;

e. merawat instalasi listrik dan lampu penerangan; dan

f. merawat sistem hydrant dan alat pemadam kebakaran.

D. Kajian Literatur terkait dengan Penyelenggaraan Prasarana Pengujian

Kendaraan Bermotor

Dalam melakukan kajian literatur dan perundangan ini akan dibahas mengenai

detail pengaturan terkait dengan penyelenggaraan uji berkala kendaraan

bermotor dan penyelenggaraan prasarana jembatan timbang seperti yang telah

dijelaskan dalam KAK.

Beberapa peraturan terkait dengan penyelenggaraan uji berkala kendaraan

bermotor dan penyelenggaraan prasarana jembatan timbang antara lain adalah

sebagai berikut :

a. Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Angkutan Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan;

b. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan;

c. Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu

Lintas Jalan;

d. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 5 tahun 1995 tentang

Penyelenggaraan Penimbangan Kendaraan Bermotor di Jalan;

e. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 71 tahun 1993 tentang

Pengujian berkala kendaraan bermotor;

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 12

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

f. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor :

SK.165/HK.206/DRJD/99 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Penyelenggaraan Penimbangan Kendaraan Bermotor di Jalan dengan

Alat Penimbangan yang Dapat Dipindah-pindahkan (Portable).

g. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor :

SK.215/AJ.4011/DRJD/96 tentang Pedoman Teknis Buku dan Tanda Uji

Berkala Serta Tanda Samping Kendaraan.

Sementara untuk kajian literatur terkait dengan penyelenggaraan uji berkala

kendaraan bermotor dan penyelenggaraan prasarana jembatan timbang akan

dibahas melalui beberapa sumber-sumber terkait.

1. Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor berdasarkan Kepmenhub

Nomor KM 71 tahun 1993

Berdasarkan KM 71/1993, pengujian berkala kendaraan bermotor adalah

pengujian kendaraan bermotor yang dilakukan secara berkala terhadap setiap

kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan, dan kendaraan khusus.

Pelaksanaan uji berkala kendaraan bermotor dimaksudkan untuk :

a. Memberikan jaminan keselamatan secara teknis terhadap penggunaan

kendaraan bermotor di jalan;

b. Melestarikan lingkungan dari kemungkinan pencemaran yang

diakibatkan oleh penggunaan kendaraan bermotor di jalan;

c. Memberikan pelayanan umum kepada masyarakat.

1.1. Pelaksanaan Pengujian Berkala

Berdasarkan KM 71 tahun 1993, jenis kendaraan yang diwajibkan untuk

dilakukan kegiatan uji berkala antara lain meliputi mobil bus, mobil barang,

kereta gandengan, kereta tempelan, kendaraan khusus dan kendaraan umum.

Uji berkala kendaraan dilakukan pada unitpelaksana uji berkala kendaraan

bermotor. Pelaksanaan uji berkala kendaraan dilakukan menggunakan peralatan

pengujian yang tersedia, dan setiap peralatan pengujian berkala harus

dipelihara, dirawat, dan dikalibrasi secara periodik.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 13

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

Berdasarkan Pasal 2 ayat (2) KM 71 tahun 1993, terdapat beberapa syarat dan

kondisi dalam kegiatan uji berkala kendaraan bermotor yang akan dilakukan,

beberapa syarat dan kondisi tersebut antara lain adalah :

a. Setiap unitpelaksana uji berkala kendaraan bermotor harus dilengkapi

dengan fasilitas dan peralatan pengujian;

b. Pemilihan jenis, tipe, kapasitas, jumlah, dan teknologi peralatan

pengujian harus dilakukan secara cermat dan tepat;

c. Pengujian dilakukan oleh tenaga penguji yang memiliki kualifikasi

teknis tertentu;

d. Pengujian harus dilakukan sesuai prosedur dan tata cara serta di lokasi

yang telah ditetapkan dengan menggunakan peralatan pengujian yang

tersedia;

e. Hasil uji berkala kendaraan harus akurat dan dapat

dipertanggungjawabkan;

f. Fasilitas dan peralatan pengujian harus dipelihara/dirawat dengan baik

secara periodik, sehingga semua fasilitas dan peralatan pengujian selalu

dalam kondisi layak pakai;

g. Peralatan pengujian harus dilakukan kalibrasi secara periodik;

h. Kapasitas fasilitas dan peralatan pengujian harus diupayakan sebanding

dengan jumlah kendaraan wajib uji pada wilayah pelayanan yang

bersangkutan.

Untuk memberikan pelayanan umum yang baik kepada masyarakat dalam

melakukan kegiatan uji berkala kendaraan bermotor, perlu diperhatikan

beberapa syarat dan kondisi yang harus dipenuhi, antara lain adalah :

a. Besarnya biaya pengujian yang dipungut dari masyarakat harus sama

dan seragam untuk seluruh indonesia;

b. Tidak diperkenankan memungut biaya dari amsyarakat dalam bentuk

apapun, selain biaya pengujian yang ditetapkan dengan Keputusan

Menteri Perhubungan;

c. Penetapan besarnya biaya pengujian, disamping tidak didasarkan atas

perhitungan pengembalian biaya investasi dan operasional juga tidak

dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan materi dan/atau finansial;

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 14

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

d. Setiap unit pelaksana pengujian kendaraan bermotor harus dilengkapi

dengan papan informasi yang ditempatkan pada tempat-tempat yang

mudah terlihat dan dapat dibaca setiap saat oleh pemohon yang memuat

besarnya biaya yang dipungut dalam rangka pengujian kendaraan

bermotor dan prosedur pengujian kendaraan bermotor;

e. Setiap tenaga penguji yangs edang melaksanakan tugas harus

mengenakan tanda kualifikasi teknis penguji;

f. Jumlah dan kualifikasi tenaga penguji harus diupayakan sebanding

dengan jumlah kendaraan yang diuji dan peralatan pengujian;

g. Unit pelaksana pengujian kendaraan bermotor terletak di daerah tingkat

II.

1.2. Fasilitas dan Peralatan Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor

Berdasarkan Pasal 9 KM 71/1993 dijelaskan bahwa fasilitas pengujian

kendaraan bermotor dapat berupa fasilitas pada lokasi yang bersifat tetap dan

fasilitas pada lokasi yang bersifat tidak tetap. Fasilitas pengujian kendaraan

bermotor pada lokasi yang bersifat tidak tetap antara lain teridi dari :

a. Bangunan beban kerja;

b. Bangunan gedung untuk generator set, kompresor, dan gudang;

c. Jalan keluar-masuk;

d. Lapangan parkir;

e. Bangunan gedung administrasi;

f. Pagar;

g. Fasilitas penunjang untuk umum;

h. Fasilitas listrik;

i. Lampu penerangan; dan

j. Pompa air dan menara air.

Ketentuan mengenai tata letak, ukuran, konstruksi, spesifikasi teknis,

pembangunan, penggunaan, pemeliharaan, perbaikan, dan pengganrian fasilitas

kendaraan bermotor ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Darat

dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sedangkan fasilitas uji berkala kendaraan bermotor pada lokasi yang bersifat

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 15

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

tidak tetap yaitu berupa areal tanah yang permukaannya rata dengan luas sesuai

dengan kebutuhan fasilitas uji berkala kendaraan bermotor yang dimaksud.

Untuk kebutuhan peralatan uji berkala kendaraan bermotor, berdasarkan Pasal

11 KM 71/1993 dijelaskan bahwa peralatan uji berkala kendaraan bermoroe

dapat berupa peralatan pengujian lengkap atau peralatan pengujian dasar atau

peralatan pengujian keliling. Peralatan pengujian lengkap atau peralatan

pengujian dasar dipasang dan digunakan pada lokasi tempat pengujian yang

bersifat tetap. Sedangkan peralatan pengujian keliling digunakan pada lokasi

tempat pengujian yang bersifat tidak tetap dan ditempatkan pada kendaraan

bermotor pengangkut peralatan uji.

Peralatan pengujian kendaraan bermotor yang perlu disediakan dalam

melakukan kegiatan pengujian baik dibagi kedalam 3 (tiga) tingkatan

kelengkapan peralatan pengujian yaitu kelengkapan peralatan pengujian

lengkap; kelengkapan peralatan pengujian dasar; dan kelengkapan peralatan

pengujian keliling. Ketiga tingkat kelengkapan peralatan pengujian kendaraan

bermotor disampaikan dalam Tabel 2.4 berikut,

Tabel 2.4 Kelengkapan Peralatan Pengujian Kendaraan BermotorPengujian Lengkap Pengujian Dasar Pengujian Keliling

a. Alat uji susensi roda (Pit wheelsuspension tester) danpemeriksaan kondisi teknis bagianbawah kendaraan;

b. Alat uji rem;c. Alat uji lampu utama;d. Alat uji speedometer;e. Alat uji emisi gas buang, meliputi

alat uji karbon monoksida (CO),hidro karbon (HC), dan ketebalanasap gas buang;

f. Alat pengukur berat;g. Alat uji kincup roda depan (slide

slip tester);h. Alat pengukur suara (sound level

meter);i. Alat pengukur dimensi;j. Alat pengukur tekanan udara;k. Alat uji kaca;l. Kompresor udara;m. Generator set;n. Peralatan bantu.

a. Alat uji susensi roda (Pitwheel suspension tester)dan pemeriksaan kondisiteknis bagian bawahkendaraan;

b. Alat uji rem;c. Alat pengukur berat;d. Alat pengukur dimensi;e. Alat pengukur tekanan

udara;f. Alat uji emisi gas buang,

meliputi alat uji karbonmonoksida (CO), hidrokarbon (HC), danketebalan asap gas buang;

g. Kompresor udara;h. Generator set;i. Peralatan bantu.

a. Alat uji rem;b. Alat pengukur berat;c. Alat pengukur dimensi;d. Alat pengukur tekanan

udara;e. Alat uji emisi gas buang,

meliputi alat uji karbonmonoksida (CO), hidrokarbon (HC), danketebalan asap gas buang;

f. Kompresor udara;g. Generator set;h. Peralatan bantu.

Sumber : Kepmenhub KM 71/1993

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 16

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

Berdasarkan Pasal 13 Kepmenhub KM 71 tahun 1993, dijelaskan pula bahwa

penggabungan terhadap 2 (dua) jenis atau lebih peralatan pengujian kendaraan

bermotor menjadi satu kombinasi peralatan pengujian dapat dianggap sebagai 2

(dua) jenis atau lebih peralatan pengujian. Kombinasi peralatan pengujoan

harus memiliki unjuk kerja yang sama dengan masing-masing peralatan

pengujian yang digabungkan.

Ketentuan pemenuhan peralatan pengujian kendaraan bermotor yang terdiri dari

peralatan pengujian lengkap, dasar, dan keliling dijelaskan ketentuan

pemenuhan lainnya dalam Pasal 14 Kepmenhub KM 71 tahun 1993 antara lain

adalah :

a. Peralatan pengujian lengkap dipasang dan digunakan pada lokasi tempat

pengujian yang bersifat tetap dengan jumlah kendaraan wajib uji pada

suatu daerah tingkat II sebanyak 4.000 (empat ribu) unit;

b. Peralatan pengujian dasar dipasang dan digunakan pada lokasi tempat

pengujian yang bersifat tetap dengan jumlah kendaraan wajib uji pada

suatu daerah tingkat II kurang dari 4.000 (empat ribu) unit;

c. Peralatan pengujian keliling digunakan pada lokasi tempat pengujian

yang tidak tetap pada suatu daerah tingkat II yang jibdusu geografinya

tidak memungkinkan kendaraan dari tempat-tempat tertentu mencapai

lokasi tempat pelaksanaan uji berkala.

1.3. Buku Uji dan Tanda Uji Berkala

Berdasarkan Pasal 23 Kepmenhub Nomor KM 71 tahun 1993, dijelaskan

bahwa setiap mobil bus, mobil barang, kereta gandengan, kereta tempelan,

kendaraan khusus serta kendaraan umum yang dinyatakan lulus uji berkala,

diberikan tanda bukti lulus uji berkala berupa buku dan tanda uji berkala.

Berdasarkan Pasal 24 Kepmenhub nomor KM 71 tahun 1993, buku uji berkala

kendaraan bermotor sekurang-kurang memuat data antara lain terdiri dari :

a. Nomor uji kendaraan;

b. Nama pemilik;

c. Alamat pemilik;

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 17

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

d. Merek/tipe;

e. Jenis;

f. Tahun pembuatan atau perakitan;

g. Isi silinder;

h. Daya motor penggerak;

i. Nomor rangka landasan kendaraan bermotor;

j. Nomor motor penggerak/mesin;

k. Berat kosong kendaraan;

l. Jumlah berat yang diperbolehkan dan/atau jumlah berat kombinasi yang

diperbolehkan untuk mobil barang dan mobil bus;

m. Jumlah berat yang diizinkan dan/atau jumlah berat kombinasi yang

diizinkan untuk mobil barang dan mobil bus;

n. Konfigurasi sumbu roda;

o. Ukuran ban teringan;

p. Kelas jalan terendah yang boleh dilalui;

q. Ukuran utama kendaraan;

r. Daya angkut;

s. Masa berlakunya;

t. Bahan bakar yang digunakan;

u. Kode wilayah pengujian.

Sedangkan berdasarkan Pasal 25 Kepmenhub nomor KM 71 tahun 2003, yang

dimaksud dengan tanda uji kendaraan bermotor sekurang-kurangnya memuat

data mengenai kode wilayah pengujian, nomor uji kendaraan, dan masa berlaku

uji berkala kendaraan bermotor.

2. Tata Cara Pengujian Kendaraan Bermotor

Sistem pengujian kendaraan bermotor adalah salah satu sub system dari system

transportasi jalan yang berperan sangat menentukan dalam mewujudkan suatu system

transportasi jalan yang efisien. Tolok ukur efisiensi dimaksud antara lain mencakup

pencapaian beberapa kriteria diantaranya sebagai berikut :

1. Biaya ( financial ).

2. Waktu.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 18

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

3. Penghematan energy.

4. Jaminan penyediaan kendaraan bermotor yang memenuhi standar yang

disepakati baik dalam cakupan nasional, regional maupun internasional.

5. Jaminan keselamatan penggunaan fasilitas kendaraan bermotor baik untuk

manusia maupun barang.

6. Proteksi dampak penggunaan kendaraan bermotor terhadap pencemaran

lingkungan.

Peran sistem pengujian dalam pencapaian criteria tersebut adalah sangat menentukan,

walaupun dalam implementasinya akan menghadapai berbagai masalah yang sangat

kompleks, karena memerlukan suatu penanganan yang terpadu dalam memastikan

kelaikan jalan seluruh kendaraan bermotor secara berkesinambungan, sejak berada pada

tahapan prototype desain, selanjutnya pada tahapan produksi dan kemudian pada

tahapan operasional kendaraan bermotor.

Secara teknis, keberhasilan peran sub system pengujian kendaraan bermotor dalam

system transportasi jalan dapat dicerminkan melalui jaminan tersedianya kendaraan

bermotor yang memenuhi standar-standar tertentu secara konsisten sepanjang masa

operasional. Standar tersebut diantaranya meliputi standar keselamatan, standar proteksi

terhadap pencemaran lingkungan dan standar kinerja efisiensi penggunaan energy.

Sistem pengujian yang ideal pada akhirnya akan mewujudkan suatu kondisi system

transportasi jalan sebagai berikut :

1. Meningkatnya efisiensi biaya transportasi yang berhubungan dengan mobilitas

manusia dan barang.

2. Minimalnya distorsi kelancaran lalu lintas jalan yang dikarenakan jaminan

terhadap kelaikan jalan dari seluruh kendaraan bermotor yang beroperasi di

jalan.

3. Mengurangi tingkat kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh factor teknis

kendaraan bermotor.

4. Terkendalinya pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh kendaraan

bermotor.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 19

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

5. Merangsang penggunaan bahan bakar yang aman bagi kesehatan dan

lingkungan.

6. Berkurangnya tingkat kecelakaan yang diakibatkan oleh factor teknis kendaraan

bermotor.

7. Tersosialisasinya criteria laik jalan pada penggunaan kendaraan bermotor di

jalan.

8. Rangsangan terhadap perkembangan teknologi kendaraan bermotor yang

relevan terhadap standar kelaikan jalan yang ditentukan, dikarenakan tuntutan

kebutuhan pasar dan regulasi yang berkembang secara dinamis.

9. Berkembangnya system pengujian kendaraan bermotor yang sejalan dengan

harmonisasi system pengujian kendaraan bermotor secara global.

Idealnya, kualitas kelaikan jalan dan emisi gas buang kendaraan bermotor dapat

diciptakan melalui 2 lembaga, yaitu :

1. Industri kendaraan bermotor dan komponennya yaitu melalui proses desain dan

produksi.

2. Lembaga perawatan kendaraan bermotor, melalui system perawatan yang

berkesinambungan.

Sedangkan fungsi lembaga pengujian kendaraan bermotor didalam konteks tersebut

adalah berperan sebagai lembaga control yang mengendalikan sejauh mana jaminan

kualitas kelaikan jalan dan emisi gas buang kendaraan bermotor yang diproduksi dan

dirawat adalah sesuai dengan yang semestinya. Dimana didalam pelaksanaannya

menggunakan acuan standar tertentu yang disepakati bersama baik dalam skala

domestic, regional maupun global. Dalam pengertian tersebut standard adalah bahasa

satu-satunya yang dapat mengakomodasikan kepentingan pihak-pihak yang terkait,

seperti Pemerintah, industri otomotiv, bengkel perawatan / pemeliharaan, lembaga

pengujian kendaraan bermotor dan pemilik kendaraan bermotor.

Efektivitas fungsi kontrol melalui pengujian kendaraan bermotor terletak pada 3 (tiga)

aspek penting, yaitu :

1. Peralatan uji yang support terhadap teknologi kendaraan bermotor sehingga

mampu menilai performansi kendaraan bermotor.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 20

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

2. Tenaga penguji yang profesional yang adaptif terhadap perkembangan teknologi

otomotif dan teknologi alat uji sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai

seorang decision marker yang menetapkan sebuah kendaraan berada dalam

kondisi laik jalan atau tidak.

3. Mekanisme pelaksanaan uji yang efisien dan transparant sehingga memudahkan

pemilik kendaraan bermotor untuk menguji kendaraannya serta memperoleh

pelayanan yang optimal.

Untuk menjaga profesionalisme penguji, maka penguji kendaraan bermotor dibagi

dalam beberapa jenjang keahlian ( kompetensi ) dimana setiap jenjang kompetensi

memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda sesuai dengan kompetensinya.

Kompetensi jenjang penguji kendaraan bermotor berdasarkan SK MENPAN

No.150/KEP/M.PAN/11/2003, terdiri dari :

1. Penguji Kendaraan Bermotor Pelaksana Pemula

2. Penguji Kendaraan Bermotor Pelaksana

3. Penguji Kendaraan Bermotor Pelaksana Lanjutan

4. Penguji Kendaraan Bermotor Penyelia

Penguji disini dimaksudkan petugas pelaksana pengujian berkala kendaraan bermotor

yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan pengujian kendaraan bermotor (PKB),

dan memiliki kemampuan dan tanda kualifikasi teknis penguji kendaraan bermotor dari

Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (SK Dirjen Hubdat No.

177/AJ.108/DRJD/2001). Penguji Kendaraan Bermotor diberi tugas, tanggung jawab,

wewenang dan hak secara penuh oleh Pejabat yang berwenang untuk melakukan tugas

pengujian kendaraan bermotor. (SK MENPAN No.150 / KEP / M.PAN / 11 / 2003).

Dalam Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Darat ada tujuh Kompetensi yang

harus dimiliki oleh seorang Penguji Pelaksana Pemula antara lain :

Etika Profesi

Dasar Hukum

Administrasi Pengujian Kendaraan Bermotor

Pengumpulan dan Pelaporan Hasil Uji

Teknik Menguji Kendaraan Bermotor

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 21

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

Menimbang Sumbu Kendaraan Bermotor

Teknik Kendaraan Bermotor

Tata Cara Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor adalah sebagai berikut:

i. pemohon mengajukan permohonan/pendaftaran di loket pendaftaran dengan

membawa persyaratan administrasi yang telah ditentukan;

ii. petugas loket menerima dan meneliti persyaratan administrasi, apabila tidak

memenuhi, maka petugas loket Pendaftaran dapat metolak

permohonan/pendaftaran dan mengembalikannya kepada pemohon disertai

penjelasan dan meminta kepada pemohon untuk melengkapinya;

iii. apabila memenuhi maka pemohon diberikan formulir permohonan/pendaftaran

untuk diisi dengan benar.

iv. setelah pemohon mengisi formulir dan menyerahkannya kepada petugas loket

pendaftaran, maka petugas loket meminta kepada petugas ruang arsip

selanjutnya menetapkan waktu pelaksanaan pengujian dan memberikan Surat

Ketetapan Retribusi Daerah yang berisi jenis pelayanan dan perhitungan

biaya/retribusi uji untuk dibayar oleh pemohon pada bank atau bendahara yang

ditunjuk;

v. setelah melakukan pembayaran pemohon akan menerima tanda bukti

pembayaran dan selanjutnya menyerahkan tanda bukti tersebut ke petugas loket;

vi. setelah menerima tanda bukti pembayaran, petugas loket menyerahkan surat

pengantar untuk melakukan pra uji dan uji kendaraan bermotor ke loket

administrasi pengujian kendaraan bermotor dan oleh petugas loket diisikan pada

kartu induk pengujian kendaraan sesuai dengan data yang diperlukan dan

selanjutnya diserahkan kepada penguji untuk dilakukan pra uji;

vii. penguji melaksanakan pra uji pada kendaraan milik pemohon dan apabila dari

hasil pra uji ditemukan ketidak sesuaian antara fisik kendaraan dengan surat-

surat kendaraan, maka penguji akan melaporkan ke petugas loket administrasi

pengujian kendaraan bermotor yang selanjutnya diteruskan ke petugas loket

pendaftaran untuk kemudian disampaikan dan dijelaskan kepada pemohon dan

meminta untuk melakukan perbaikan atas ketidaksesuaian tersebut;

viii. Apabila sesuai maka penguji membawa kendaraan dimaksud ke ruang

pengujian berkala kendaraan bermotor yang meliputi pemeriksaan teknis dan

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 22

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

pemeriksaan laik jalan dengan menggunakan alat uji dan mencatat pada lembar

hasil pengujian kendaraan bermotor;

ix. Apabila dari hasil pengujian ditemukan penolakan atas pemeriksaan teknis

dan/atau tidak lulus kelaikan jalannya, maka penguji akan membuat surat

keterangan tidak lulus uji beserta alasan tidak lulus untuk disampaikan kepada

pemohon melalui loket administrasi pengujian kendaraan bermotor dan petugas

loket pendaftaran untuk segera dilakukan perbaikan dan uji ulang dengan

dipungut biaya sepanjang pemohon tidak keberatan atas ketidaklulusan tersebut.

uji ulang dilakukan pada waktu yang telah ditetapkan oleh petugas loket

pendaftaran. Surat keterangan tidak lulus uji tidak dimaksudkan sebagai

pengganti tanda bukti lulus uji dan kendaraannya tidak dibenarkan untuk

dioperasikan di jalan kecuali untuk kepentingan pelaksanaan uji ulang;

x. Apabila dari hasil uji ulang ternyata tetap tidak lulus uji maka pemohon tidak

diberikan kesempatan uji ulang lagi dan selanjutnya diperlakukan sebagai

pemohon baru;

xi. Apabila pemohon mengajukan keberatan atas ketidaklulusannya secara tertulis

disertai alasannya dan diajukan pada kesempatan pertama setelah pada hari itu

juga menerima surat pemberitahuan tidak lulus uji atau selambat-lambatnya hari

berikutnya pada waktu jam kerja,, maka Kepala Unit Pelaksana Teknis meminta

penjelasan kepada penguji yang bersangkutan dan dalam jangka waktu paling

lama 2 (dua) jam harus memberikan jawaban apakah keberatan tersebut diterima

atau ditolak;

xii. Apabila pengajuan tersebut dilakukan setelah melampaui batas waktu yang

ditetapkan, maka pengajuan tersebut ditolak dan pemohon harus tetap

melaksanakan uji ulang;

xiii. Apabila keberatan terhadap ketidaklulusan uji kendaraan ditolak maka

pemohon tidak dapat lagi mengajukan keberatan dan harus melakukan uji ulang;

xiv. Apabila kendaraan dinyatakan lulus uji kendaran, maka penguji memasang

tanda lulus uji berupa plat uji dan stiker tanda samping dan penguji yang

berwenang menandatangani pengesahan buku uji;

xv. Buku uji yang telah ditandatangani selanjutnya diserahkan kepada petugas loket

administrasi pengujian kendaraan bermotor dan selanjutnya diserahkan pada

petugas loket pendaftaran.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 23

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

xvi. Petugas loket pendaftaran melakukan pemanggilan kepada pemohon untuk

mengambil buku uji dan kendaraannya sudah siap untuk dioperasikan.

E. Kajian Literatur terkait Dengan Penyelenggaraan Bengkel Umum

1. Bengkel Umum berdasarkan Kepmenperindag Nomor 551/MPP/Kep/10/1999

Terkait dengan penyelenggaraan bengkel umum, Pemerintah melalui Kementerian

Perindustrian mengeluarkan regulasi berupa Keputusan Menteri Perindustrian dan

Perdagangan Nomor 551/MPP/Kep/10/1999 tentang Bengkel Umum Kendaraan

Bermotor. Berdasarkan Kepmenperindag tersebut, dijelaskan bahwa yang dimaksud

dengan bengkel umum kendaraan bermotor adalah bengkel umum yang berfungsi untuk

membetulkan, memperbaiki, dan merawat kendaraan bermotor agar tetap memenuhi

persyaratan teknis dan laik jalan.

Berdasarkan Kepmenperindag Nomor 551/MPP/Kep/10/1999, bengkel umum terbagi

kedalam 3 klasifikasi yang didasarkan atas tingkat pemenuhan terhadap persyaratan

sistem mutu, mekanik, fasilitas, dan peralatan, serta manajemen informasi sesuai

dengan penilaian masing-masing kelas bengkel. Ketiga klasifikasi bengkel tersebut

antara lain yaitu :

- Bengkel kelas I tipe A, B, C

- Bengkel kelas II, tipe A, B, C

- Bengkel kelas III, tipe A, B, C

Tipe-tipe bengkel tersebut secara teknis didasarkan pada jenis pekerjaan yang mampu

dilakukan oleh bengkel tersebut, dengan penjelasan sebagai berikut :

- Bengkel tipe A, merupakan bengkel yang mampu melakukan jenis pekerjaan

perawatan berkala, perbaikan kecil perbaikan besar, perbaikan chasis dan bodi;

- Bengkel tipe B, merupakan bengkel yang mampu melakukan jenis pekerjaan

perawatan berkala, perbaikan kecil dan perbaikan besar atau jenis pekerjaan

perawatan berkala, perbaikan kecil serta perbaikan chasis dan bodi;

- Bengkel tipe C, merupakan bengkel yang mampu melakukan jenis pekerjaan

perawatan berkala, dan perbaikan kecil.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 24

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

2. Sistem Mutu Bengkel

Berdasarkan Kepmenperin Nomor 551/MPP/Kep/10/1999, sistem mutu bengkel yang

diterapkan pada unit bengkel sekurang-kurangnya dapat memenuhi beberapa

persyaratan sistem mutu, yang antara lain adalah :

- Menjamin identifikasi dan mampu telusur produk (jasa perawatan dan/atau

perbaikan kendaraan bermotor);

- Menjamin transparansi operasional bengkel;

- Menjamin konsistensi kualitas hasil perawatan dan perbaikan bengkel.

Bengkel umum harus memiliki pedoman bengkel yang sekurang-kurangnya

mencantumkan tanggung jawab manajemen, perencanaan sistem mutu, dan produk

mutu bengkel, yang terdiri dari :

g. Prosedur penerimaan order;

h. Prosedur proses pengerjaan perawatan dan perbaikan;

i. Prosedur proses inspeksi/pemeriksaan;

j. Prosedur proses penyerahan;

k. Prosedur suku cadang;

l. Prosedur standar biaya/jam kerja;

m. Prosedur keselamatan kerja;

n. Prosedur pelatihan; dan

o. Prosedur penanganan limbah bengkel.

3. Fasilitas dan Peralatan Bengkel

Berdasarkan Kepmenperin Nomor 551/MPP/Kep/10/1999, dijelaskan pula terkait

dengan fasilitas dan peralatan bengkel yang perlu tersedia di bengkel umum. Bengkel

kendaraan bermotor roda empat atau lebih dan bengkel kendaraan roda dua sekurang-

kurangnya harus memiliki fasilitas yang terdiri dari :

a. Fasilitas umum;

b. Fasilitas penyimpanan;

c. Fasilitas keselamatan; dan \

d. Fasilitas penampung limbah.

Sedangkan untuk keperluan pelayanan terhadap kendaraan, bengkel umum tentunya

haruis memilki stall perbaikan yang disesuaikan dengan tipe bengkel. Batasan

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 25

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

minimum ketersediaan stall perbaikan berdasarkan tipe bengkelnya dapat dilihat dalam

tabel berikut,

Tabel 2.5 Minimum Ketersediaan Stall Perbaikan Bengkel Umum berdasarkan Tipenya

Tipe Bengkel Ketersediaan Stall Minimum

Bengkel kendaraan Rodaempat atau lebih

Tipe A

1.Stall pemeriksaan/diagnosa2.Stall perbaikan dan perawatan3.Stall perbaikan chasis dan bodi4.Stall pengecatan5.Stall pelumasan6.Jalur keluar masuk pada area stall7.Ruang perbaikan motor penggerak

Bengkel kendaraan Rodaempat atau lebih

Tipe B1

1. Stall pemeriksaan/diagnosa2. Stall perbaikan dan perawatan3. Stall perbaikan chasis dan bodi4. Stall pengecatan5. Stall pelumasan6. Jalur keluar masuk pada area stall7. Ruang perbaikan motor penggerak

Bengkel kendaraan Rodaempat atau lebih

Tipe B2

1. Stall pemeriksaan/diagnosa2. Stall perbaikan dan perawatan3. Stall perbaikan chasis dan bodi4. Stall pengecatan5. Stall pelumasan6. Jalur keluar masuk pada area stall7. Ruang perbaikan motor penggerak

Bengkel kendaraan Rodaempat atau lebih

Tipe C

1. Stall pemeriksaan/diagnosa2. Stall perbaikan dan perawatan3. Stall perbaikan chasis dan bodi4. Stall pengecatan5. Stall pelumasan6. Jalur keluar masuk pada area stall7. Ruang perbaikan motor penggerak

Bengkel Kendaraan Roda 2

1. Stall pemeriksaan/diagnosa2. Stall perbaikan dan perawatan3. Stall perbaikan chasis dan bodi4. Stall pengecatan5. Stall pelumasan6. Jalur keluar masuk pada area stall7. Ruang perbaikan motor penggerak

Sumber : Kepmenperin Nomor 551/MPP/Kep/10/1999

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 26

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

Sedangkan untuk ketersediaan peralatan bengkel, untuk tiap-tiap tibe bengkel baik

bengkel kendaraan roda empat maupun kendaraan roda dua dapat dilihat dalam tabel

berikut ini,

Tabel 2.6 Minimum Ketersediaan Peralatan Bengkel Umum berdasarkan Tipenya

Tipe Bengkel Ketersediaan Peralatan Bengkel Minimum

Bengkel kendaraan Rodaempat atau lebih

Tipe A

1. Kelompok peralatan perawatan/ perbaikanumum

2. Kelompok peralatan air service3. Kelompok peralatan hand tools4. Kelompok peralatan pembangkit listrik5. Kelompok peralatan diagnosa kendaraan6. Kelompok peralatan pengangkat7. Kelompok peralatan pelumas8. Kelompok peralatan perbaikan ban/roda9. Kelompok peralatan pencuci kendaraan10. Kelompok peralatan tune up engine11. Kelompok peralatan overhaul engine12. Kelompok peralatan spesial untuk diagnosa

kendaraan13. Kelompok peralatan spesial untuk

perawatan/perbaikan kopling14. Kelompok peralatan spesial untuk

perawatan/perbaikan sistem pengereman15. Kelompok peralatan spesial untuk

perawatan/perbaikan suspensi dan porospenggerak

16. Kelompok peralatan spesial untukperawatan/perbaikan sistem kemudi

17. Kelompok peralatan spesial untukperawatan/perbaikan sistem bahan bakar

18. Kelompok peralatan spesial untukperawatan/perbaikan sistem pelumasan

19. Kelompok peralatan spesial untukperawatan/perbaikan transmisi

20. Kelompok peralatan perbaikan bodi

Bengkel kendaraan Rodaempat atau lebih

Tipe B1

1. Kelompok peralatan perawatan/ perbaikanumum

2. Kelompok peralatan air service3. Kelompok peralatan hand tools

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 27

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

Tipe Bengkel Ketersediaan Peralatan Bengkel Minimum4. Kelompok peralatan pembangkit listrik5. Kelompok peralatan diagnosa kendaraan6. Kelompok peralatan pengangkat7. Kelompok peralatan pelumas8. Kelompok peralatan perbaikan ban/roda9. Kelompok peralatan pencuci kendaraan10. Kelompok peralatan tune up engine11. Kelompok peralatan overhaul engine12. Kelompok peralatan spesial untuk diagnosa

kendaraan13. Kelompok peralatan spesial untuk

perawatan/perbaikan kopling14. Kelompok peralatan spesial untuk

perawatan/perbaikan sistem pengereman15. Kelompok peralatan spesial untuk

perawatan/perbaikan suspensi dan porospenggerak

16. Kelompok peralatan spesial untukperawatan/perbaikan sistem kemudi

17. Kelompok peralatan spesial untukperawatan/perbaikan sistem bahan bakar

18. Kelompok peralatan spesial untukperawatan/perbaikan sistem pelumasan

19. Kelompok peralatan spesial untukperawatan/perbaikan transmisi

20. Kelompok peralatan perbaikan bodi

Bengkel kendaraan Rodaempat atau lebih

Tipe B2

1. Kelompok peralatan perawatan/ perbaikanumum

2. Kelompok peralatan air service3. Kelompok peralatan hand tools4. Kelompok peralatan pembangkit listrik5. Kelompok peralatan diagnosa kendaraan6. Kelompok peralatan pengangkat7. Kelompok peralatan pelumas8. Kelompok peralatan perbaikan ban/roda9. Kelompok peralatan pencuci kendaraan10. Kelompok peralatan tune up engine

Bengkel kendaraan Rodaempat atau lebih

Tipe C

1. Kelompok peralatan perawatan/ perbaikanumum

2. Kelompok peralatan air service3. Kelompok peralatan hand tools4. Kelompok peralatan pembangkit listrik

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 28

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

Tipe Bengkel Ketersediaan Peralatan Bengkel Minimum5. Kelompok peralatan diagnosa kendaraan6. Kelompok peralatan pengangkat7. Kelompok peralatan pelumas8. Kelompok peralatan perbaikan ban/roda9. Kelompok peralatan pencuci kendaraan10. Kelompok peralatan tune up engine

Bengkel Kendaraan Roda 2

1. Kelompok peralatan perawatan/ perbaikanumum

2. Kelompok peralatan hand tools3. Kelompok peralatan air service4. Kelompok peralatan pelumas5. Kelompok peralatan perbaikan ban/roda6. Kelompok peralatan tune up engine7. Kelompok peralatan overhaul engine8. Kelompok peralatan pencuci kendaraan9. Kelompok peralatan spesial untuk

perawatan/perbaikan engine10. Kelompok peralatan spesial untuk

perawatan/perbaikan frame bodi11. Kelompok peralatan spesial untuk

perawatan/perbaikan sistem kemudi12. Kelompok peralatan spesial untuk

perawatan/perbaikan rodaSumber : Kepmenperin Nomor 551/MPP/Kep/10/1999

F. Standar Bangunan Negara

Terkait dengan standar pembangunan bagi gedung negara, Pemeirntah telah

menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 73 tahun 2011 tentang Pembangunan Bangunan

Gedung Negara. Secara teknis terkait dengan standar pembangunan gedung negara

dijelaskan dalam Kepmenkimpraswil Nomor : 322/KPTS/M/2002 tentang pedoman

teknis Pembangunan Gedung Negara.

1. Pembangunan Gedung Negara berdasarkan Perpres 73/2011

Berdasarkan Pasal 1 Perpres 73/2011 yang dimaksud dengan bangunan gedung negara

adalah bangunan gedung untuk keperluan dinas yang menjadi barang milik

negara/daerah dan diadakan dengan sumber pembiayaan yang berasal dari dana APBN,

dan/atau APBD, atau perolehan lainnya yang sah. Pembangunan bangunan gedung

negara adalah kegiatan mendirikan bangunan gedung negara yang diselenggarakan

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 29

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

melalui tahap perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, dan pengawasannya, baik

merupakan pembangunan baru, perawatan bangunan gedung, maupun perluasan

bangunan gedung yang sudah ada, dan/atau lanjutan pembangunan bangunan gedung.

Persyaratan pembangunan bangunan gedung negara dijelaskan dalam Pasal 2 Perpres

73/2011 yang terdiri dari persyaratan administratif dan persyaratan teknis. Persyaratan

administratif bangunan gedung negara meliputi persyaratan status hak atas tanah

dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah; status kepemilikan bangunan

gedung; dan izin mendirikan bangunan gedung, termasuk dokumen analisis dampak

lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain persyaratan

administratif tersebut, bangunan gedung negara juga harus dilengkapi dengan:

a. dokumen pendanaan;

b. dokumen perencanaan;

c. dokumen pembangunan; dan

d. dokumen pendaftaran.

Sedangkan persyaratan teknis pembangunan bangunan gedung negara meliputi tata

bangunan; dan keandalan bangunan. Selain persyaratan teknis bangunan gedung negara

Secara teknis juga harus memenuhi ketentuan antara lain klasifikasi; standar luas; dan

standar jumlah lantai.

Terkait dengan klasifikasi bangunan gedung negara yang menjadi bagian dari

persyaratan teknis pembangunan bangunan gedung negara, didasarkan pada

kompleksitas bangunan gedung. Klasifikasi bangunan gedung negara tersebut meliputi

bangunan sederhana, bangunan tidak sederhana, dan bangunan khusus. Penjelasan

terkait dengan jenis-jenis klasifikasi bangunan gedung tersebut adalah :

a. Bangunan sederhana merupakan bangunan gedung negara dengan teknologi dan

spesifikasi sederhana.

b. Bangunan tidak sederhana merupakan bangunan gedung negara dengan teknologi

dan spesifikasi tidak sederhana.

c. Bangunan khusus merupakan bangunan gedung negara dengan fungsi, teknologi,

dan spesifikasi khusus.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 30

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

Terkait dengan standar luas bangunan gedung negara sebagai salah satu syarat teknis,

dikelompokkan menjadi standar luas gedung kantor; standar luas rumah negara; dan

standar luas bangunan gedung negara lainnya. Standar luas ruang gedung kantor rata-

rata 10 (sepuluh) meter persegi per personel. Bangunan gedung kantor yang

memerlukan ruang pelayanan, luasnya dihitung secara tersendiri berdasarkan analisis

kebutuhan ruang di luar standar luas.

Sedangkan standar luas rumah negara beserta standar luas tanahnya ditetapkan sesuai

dengan tipe rumah negara yang didasarkan pada tingkat jabatan dan golongan

kepangkatan penghuni. Sedangkan terkait dengan standar jumlah lantai bangunan

gedung negara disyaratkan bahwa jumlah lantai bangunan gedung negara ditetapkan

paling banyak 8 (delapan) lantai. Selain itu jumlah lantai rumah negara yang tidak

berupa rumah susun ditetapkan paling banyak 2 (dua) lantai. Bangunan gedung negara

yang dibangun lebih dari 8 (delapan) lantai harus mendapat persetujuan terlebih dahulu

dari Menteri.

2. Pembangunan Gedung Negara berdasarkan Kepmenkimpraswil 332/2002

Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara yang disampaikan melalui

Kepmenkimpraswil 332/2002 ini dimaksudkan sebagai petunjuk pelaksanaan bagi para

penyelenggara dalam melaksanakan pembangunan bangunan gedung negara. Pedoman

Teknis Bangunan Gedung Negara ini bertujuan terwujudnya bangunan gedung negara

sesuai dengan fungsinya, memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kemudahan,

kenyamanan, efisien dalam penggunaan sumber daya, dan serasi dengan

lingkungannya, serta diselenggarakan secara tertib, efektif dan efisien.

Bangunan Gedung Negara adalah bangunan gedung untuk keperluan dinas yang

menjadi/akan menjadi kekayaan milik negara dan diadakan dengan sumber pembiayaan

yang berasal dari dana APBN, dan/atau APBD, dan/atau sumber pembiayaan lainnya,

antara lain seperti: gedung kantor, gedung sekolah, gedung rumah sakit, gudang, dan

rumah negara, yang dapat dibedakan atas:

a. Bangunan Gedung Negara Pusat, yaitu bangunan gedung untuk keperluan dinas

pelaksanaan tugas Pusat/nasional;

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 31

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

b. Bangunan Gedung Negara Provinsi, yaitu bangunan gedung untuk keperluan dinas

pelaksanaan tugas otonomi Provinsi;

c. Bangunan Gedung Negara Kabupaten/Kota, yaitu bangunan gedung untuk

keperluan dinas pelaksanaan tugas otonomi Kabupaten/Kota;

d. Bangunan Gedung Negara BUMN/BUMD, yaitu bangunan gedung untuk keperluan

dinas pelaksanaan tugas BUMN/BUMD.

2.1. Klasifikasi Bangunan Gedung Negara

2.1.1. Bangunan Sederhana

Klasifikasi bangunan sederhana adalah bangunan gedung negara dengan karakter

sederhana serta memiliki kompleksitas dan teknologi sederhana, atau bangunan gedung

negara yang sudah ada disain

prototipenya. Masa penjaminan kegagalan bangunannya adalah selama 10 (sepuluh)

tahun.

Yang termasuk klasifikasi Bangunan Sederhana, antara lain:

gedung kantor yang sudah ada disain prototipenya, atau bangunan gedung

kantor dengan jumlah lantai s.d. 2 lantai dengan luas sampai dengan 500 m2;

bangunan rumah dinas tipe C, D, dan E yang tidak bertingkat;

gedung pelayanan kesehatan: puskesmas;

gedung pendidikan tingkat dasar dan/atau lanjutan dengan jumlah lantai s.d. 2

lantai.

2.1.2. Bangunan Tidak Sederhana

Klasifikasi bangunan tidak sederhana adalah bangunan gedung negara dengan karakter

tidak sederhana serta memiliki kompleksitas dan atau teknologi tidak sederhana. Masa

penjaminan kegagalan bangunannya adalah selama 10 (sepuluh) tahun. Yang termasuk

klasifikasi Bangunan Tidak Sederhana, antara lain:

gedung kantor yang belum ada disain prototipenya, atau gedung kantor dengan

luas di atas dari 500 m2, atau gedung kantor bertingkat di atas 2 lantai.

bangunan rumah dinas tipe A dan B; atau rumah dinas C, D, dan E yang

bertingkat,

gedung Rumah Sakit Klas A, B, C, dan D.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 32

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

gedung pendidikan tinggi universitas/akademi; atau gedung pendidikan

dasar/lanjutan bertingkat di atas 2 lantai.

2.1.3. Bangunan Khusus

Klasifikasi bangunan khusus adalah bangunan gedung negara yang memiliki

penggunaan dan persyaratan khusus, yang dalam perencanaan dan pelaksanaannya

memerlukan penyelesaian/

teknologi khusus. Masa penjaminan kegagalan bangunannya minimum adalah 10

(sepuluh) tahun.

Yang termasuk klasifikasi Bangunan Khusus, antara lain:

Istana negara dan rumah jabatan presiden & wakil presiden

wisma negara

gedung instalasi nuklir

gedung laboratorium

gedung terminal udara/laut/darat

stasiun kereta api

stadion olah raga

rumah tahanan

gudang benda berbahaya

gedung bersifat monumental

gedung untuk pertahanan

gedung kantor perwakilan negara R.I. di luar negeri.

2.2. Standar Luas Bangunan Gedung Negara

Dalam menghitung luas ruang bangunan gedung kantor yang diperlukan, dihitung

berdasarkan ketentuan sebagai berikut:

a. Standar luas ruang gedung kantor pemerintah yang termasuk klasifikasi tidak

sederhana rata-rata sebesar 9,6 m2 per-personil.

b. Standar luas ruang gedung kantor pemerintah yang termasuk klasifikasi sederhana

rata-rata sebesar 8 m2 per-personil. Kebutuhan total luas gedung kantor dihitung

berdasarkan jumlah personil yang akan ditampung dikalikan standar luas sesuai

dengan klasifikasi bangunannya. Untuk bangunan gedung kantor yang memerlukan

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 33

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

ruang-ruang khusus atau ruang pelayanan masyarakat, kebutuhannya dihitung

secara tersendiri di luar luas ruangan untuk seluruh personil yang akan ditampung.

Standar Luas Ruang Kerja Kantor Pemerintah tercantum pada Tabel 2.3.

Standar luas Rumah Negara ditentukan sesuai dengan tipe peruntukannya, sebagai

berikut:

Tabel 2.3 Standar Luas Rumah Negara

Tipe Luas Bangunan Luas Lahan

Khusus 400 m2 1.000 m2

A 250 m2 600 m2

B 120 m2 350 m2

C 70 m2 200 m2

D 50 m2 120 m2

E 36 m2 100 m2

Jenis dan jumlah ruang minimum yang harus ditampung dalam tiap Tipe Rumah

Negara, sesuai dengan yang tercantum dalam Tabel D. Luas teras beratap dihitung

50%, sedangkan luas teras tidak beratap dihitung 30%. Luas lahan disesuaikan dengan

kondisi daerah/ketentuan yang diatur dalam RTRW yang dituangkan dalam Peraturan

Daerah.

2.3. Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Negara

Secara umum, persyaratan teknis bangunan gedung negara mengikuti ketentuan dalam:

1) Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 441/KPTS/1998 tentang

Persyaratan Teknis Bangunan Gedung,

2) Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 468/KPTS/1998 tentang

Persyaratan Teknis Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan,

3) Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No. 10/KPTS/2000 tentang

Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan

Gedung dan Lingkungan,

4) Peraturan Daerah setempat tentang Bangunan Gedung, serta

5) Standar teknis lainnya yang berlaku.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 34

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

Persyaratan teknis Bangunan Gedung Negara harus tertuang secara lengkap dan jelas

ada Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) dalam Dokumen Perencanaan. Persyaratan

tata bangunan dan lingkungan bangunan gedung negara meliputi ketentuan-ketentuan

yang harus dipenuhi dalam pembangunan bangunan gedung negara dari segi tata

bangunan dan lingkungannya, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Rencana Tata

Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota atau Peraturan Daerah tentang Bangunan

Gedung Kabupaten/Kota yang bersangkutan, yaitu:

a. Peruntukan Lokasi

Setiap Bangunan gedung negara harus diselenggarakan sesuai dengan peruntukan

lokasi yang diatur dalam RTRW Kabupaten/Kota tempat dimana bangunan gedung

negara tersebut akan direncanakan untuk dibangun.

b. Jarak antar blok/massa bangunan

Sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah setempat tentang Bangunan

Gedung, maka jarak antar blok/masa bangunan harus mempertimbangkan-kan hal-hal

seperti:

1) Keselamatan terhadap bahaya kebakaran,

2) Kesehatan, termasuk sirkulasi udara dan pencahayaan,

3) Kenyamanan,

4) Keselarasan dan keseimbangan dengan lingkungan.

c. Ketinggian bangunan

Ketinggian bangunan gedung negara, sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan

Daerah setempat tentang ketinggian maksimum bangunan pada lokasi, maksimum

adalah 8 lantai. Untuk bangunan gedung negara yang akan dibangun lebih dari 8 lantai,

harus mendapat persetujuan dari :

1) Menteri Keuangan dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional/Ketua Bappenas setelah memperoleh pendapat teknis dari Menteri

Permukiman dan Prasarana Wilayah, untuk bangunan gedung negara yang

pembiayaannya bersumber dari APBN;

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 35

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

2) Gubernur, setelah memperoleh pendapat teknis dari Instansi Teknis setempat,

untuk bangunan gedung negara yang pembiayaannya bersumber pada APBD

Provinsi;

3) Bupati/Walikota, setelah memperoleh pendapat teknis dari Instansi Teknis

setempat, untuk bangunan gedung negara yang pembiayaannya bersumber pada

APBD Kabupaten/Kota.

d. Ketinggian langit-langit

Ketinggian langit-langit bangunan gedung kantor minimum adalah 2,80 meter dihitung

dari permukaan lantai. Untuk bangunan gedung olah-raga, ruang pertemuan, dan

bangunan lainnya dengan fungsi yang memerlukan ketinggian langit-langit khusus, agar

mengikuti Standar Nasional Indonesia yang berlaku.

e. Koefisien Dasar Bangunan (KDB)

Ketentuan besarnya Koefisien Dasar Bangunan (KDB) mengikuti ketentuan yang diatur

dalam Peraturan Daerah setempat tentang Bangunan Gedung untuk lokasi yang

bersangkutan.

f. Koefisien Lantai bangunan (KLB)

Ketentuan besarnya Koefisien Lantai Bangunan (KLB) mengikuti ketentuan yang

diatur dalam Peraturan Daerah setempat tentang Bangunan Gedung untuk lokasi yang

bersangkutan.

g. Koefisien Daerah Hijau (KDH)

Perbandingan antara luas seluruh daerah hijau dengan luas persil bangunan gedung

negara, sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah Setempat tentang

bangunan, harus diperhitungkan dengan mempertimbangkan:

1) daerah resapan air

2) ruang terbuka hijau

Untuk bangunan gedung yang mempunyai KDB kurang dari 40%, harus mempunyai

KDH minimum sebesar 15%.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 36

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

h. Garis Sempadan Bangunan

Ketentuan besarnya garis sempadan, baik garis sempadan pagar maupun garis

sempadan bangunan harus mengikuti ketentuan yang diatur dalam Peraturan Daerah

setempat tentang Bangunan Gedung untuk lokasi yang bersangkutan.

i. Wujud arsitektur

Wujud arsitektur bangunan gedung negara harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai

berikut:

1) mencerminkan fungsi sebagai bangunan gedung negara;

2) seimbang, serasi, dan selaras dengan lingkungannya;

3) indah namun tidak berlebihan;

4) efisien dalam penggunaan sumber daya dalam pemanfaatan dan pemeliharaannya;

5) memenuhi tuntutan sosial budaya setempat;

6) pelestarian bangunan bersejarah.

j. Kelengkapan Sarana dan Prasarana Lingkungan Bangunan

Bangunan gedung negara harus dilengkapi dengan prasarana dan sarana bangunan yang

memadai, dengan biaya pembangunannya diperhitungkan sebagai pekerjaan non-

standar. Prasarana dan sarana bangunan yang harus ada pada bangunan gedung negara,

seperti:

a. Sarana parkir kendaraan;

b. Sarana untuk penyandang cacat;

c. Sarana penyediaan air bersih;

d. Sarana drainase, limbah, dan sampah;

e. Sarana ruang terbuka hijau;

f. Sarana hidran kebakaran halaman;

g. Sarana penerangan halaman;

h. Sarana jalan masuk dan keluar.

k. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dan Asuransi

Setiap pembangunan bangunan gedung negara harus memenuhi persyaratan K3, sesuai

yang ditetapkan dalam Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri

Pekerjaan Umum Nomor: Kep.174/MEN/1986 dan 104/KPTS/1986 tentang

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 37

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi, dan atau

peraturan penggantinya.

G. Kajian Literatur terkait Dengan Standar Fasilitas Bangunan

Standar fasilitas bangunan yang umum digunakan di Indonesia untuk menentukan

klasifikasi fasilitas sesuai dengan kondisi bangunannya adalah literatur dari Ernst and

Peter Neufert dalam buku Architects’ Data. Secara umum literatur tersebut

menjelaskan standar minimum fasilitas tertentu bagi bangunan tertentu.

1. Standar Jalan

Ruang lalu lintas bagi kendaraan bermotor di sebuah lingkungan tentunya harus

bisa mengakomodir kebutuhan aksesibilas tipikal kendaraan yang akan melintas

baik kendaraan bermotor maupun kendaraan tidak bermotor maupun pejalan kaki.

Beberapa ketentuan lebar jalan bagi kendaraan bermotor, tidak bermotor dan

pejalan kaki dalam standar aturan bangunan, antara lain adalah :

- Standar bagi jalur sepeda minimum lebar adalah 1 meter, dan ketinggian

(clearance) 2,25 meter;

- Jalur Pejalan Kaki lebar minimum 0,75 meter, dan ketinggian (clearance) 2,25

meter

- Jalur mobil, lebar minimum 4 meter dan ketinggian minimum 4,5 meter,

dianjurkan 4,75 meter apabila dilewati mobil dengan ketinggian tidak umum;

Selain mengatur jalur kendaraan bermotor, tidak bermotor, dan pejalan kaki, aturan

bangunan ini menentukan pula jalur aman di sebelah jalur kendaraan bermotor.

Dengan kecepatan maksimum 70 km/jam ruang pengaman di samping jalur

kendaraan adalah selebar minimum 1,25 meter.

2. Standar Tangga dan Lift

2.1.Standar Bangunan Tangga

Peraturan/ketetapan untuk membuat tangga dalam pembangunan gedung berbeda-

beda. Salah satunya adalah aturan DIN 18065 yang menetapkan ukuran yang pasti

untuk membuat tangga. Untuk bangunan yang memiliki tinggi bangunan lebih dari

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 38

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

2 (dua) lantai ukuran luas tangga harus diatas 0,80 m, dengan tinggi 17/28. Menurut

aturan bangunan ukuran tangga yang direkomendasikan adalah 1,00 meter dan

17/28.

Untuk pembuatan tangga untuk model theter atau sejenisnya tentunya memerlukan

perencanaan khusus tertentu. Tingkat datar tangga yang nyaman seperti tangga yang

bebas di taman terbuka/kebun serta untuk keperluan model theater maka perlu

diperhitungkan pembangunan sisipan tangga podium di antara tiap tingkat dengan

ukuran yang lebih kecil. Sehingga terdapat tangga yang dapat dinaiki.

Sedangkan pembuatan tangga untuk jalur darurat di gedung, atau tangga untuk pintu

sambing harus dibuat lebih leluasa untuk memungkinkan orang lebih cepat bergerak

ketika dalam keadaan darurat. Tangga bangunan memiliki bentuk yang berbeda-

beda, tentunya bagi penggunanya memerlukan energi yang lebih untuk naik

maupun menuruni tangga. Standar tangga dalam aturan bangunan gedung dapat

dilihat dalam tabel berikut,

Tabel 2.8 Ketentuan Tangga dalam Aturan Bangunan GedungJenisBangunan

Jenis Tangga Lebar tanggaminimumyangdigunakan(cm)

Tanjakantangga(cm)

Perbandingantanjakan tanggadengan garisjalan

Bangunandengan lantaitidak lebihdari 2

TidakMemerlukantanggamenurut aturanbangunan

Tanggayangmenuju keruangumum

Tanggayang tidakmenujuruangumum

≥ 80

≥ 80

≥ 17 ± 3

≤ 21

28 ± 9

≥ 21

Menurut aturan bangunantidak perlu tangga tambahan(DIN 18064/11/79)

≥ 50 ≤ 21 ≥ 21

Bangunan yang tidak memerlukan tanggatambahan didalam ruang tertutup menurutaturan bangunan.

≥ 50 Tidak ditetapkan

Bangunanlebih dari 2lantai

Memerlukan tangga dalamaturan bangunan DIN18064/11/75

≥ 100 ≤ 21 ≥ 21

Sumber : Architects’ Data, Ernst and Peter Neufert, 1996.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 39

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

2.2.Standar Bangunan Lift

Akses vertikal pada sebuah gedung yang terdiri dari beberapa lantai dapat dialihkan

dengan menggunakan instalasi lift. Biasanya untuk perencanaan instalasi lift ini

dikerjakan oleh arsitek yang ahli dalam bidangnya. Pada gedungyang bersar dan

bertingkat, penempatan lift pada tengah-tengah bangunan sangat cocok terutama di

bagian akses utama bangunan dan pad apersilangan akses bangunan. Sesuai

kegunaannya, lift terbagi menjadi 2 jenis yaitu lift barang dan orang, dan dalam

aplikasinya tentunya lift barang harus dipisahkan dengan lift untuk orang.

Namun dari kedua jenis lift tersebut konstruksinya tidak berbeda, hanya saja dalam

beberapa kasus lift barang tentunya memiliki kapasitas dan ukuran yang lebih besar

daripada lift orang. Lift untuk mengangkut orang pada bangunan tertentu

diklasifikasikan berdasarkan daya tampungnya sebagai berikut :

a. Lift kecil, dengan kapasitas 400 kg, digunakan untuk orang beserta barang

bawaannya;

b. Lift sedang, dengan kapasitas 630 kg, dapat digunakan untuk orang beserta

barang bawaannya, kereta bayi, dan kursi roda;

c. Lift besar, dengan kapasitas 1000 kg, digunakan untuk transportasi alat

pengusung orang sakit, peralatan dan kursi roda untuk orang cacat.

Selain kebutuhan ruangan lift, dalam mebangun lift perlu diperhitungkan pula luas

ruang di depan pintu masuk yang harus memiliki luas dan bentuk tertentu, serta

memenuhi beberapa persyaratan antara lain

- Ruangan di depan lift harus memberikan ruang bagi pemakai lift yang naik dan

turun dengan barang bawaannya

- Ruangan di depan lift harus dapat memberikan ruang bai barang-barang besar

yang dibawa seperti pengusung orang sakit, sehingga dapat memberikan

kelancaran dalam mengeluarkan dan memasukkan barang besar dan tentu tidak

mengganggu akses umum pengguna lift maupun pengguna gedung.

Standar ukuran dan kapasitas lift pengangkut orang maupun barang, serta

spesifikasi lainnya yang mendukung dapat dilihat dalam tabel berikut,

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 40

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

Tabel 2.9 Ukuran konstruksi bangunan, ukuran kotak, dan pintu lift

Kapasitas/muatan (kg) 400 630 1.000Kecepatan mesin (m/s) 0,63 1,00 1,60 0,63 1,00 1,60 2,50 0,63 1,00 1,60 2,50

Rua

ng L

ift

Lebar ruangan tempatlift minimal (mm)

1800 1800 1800

Dalam bagian atas liftminimal (mm)

1500 2100 2600

Dalam bagian bawah liftminimal (mm)

1500 1500 1700 1400 1500 1700 2800 1400 1500 1700 2800

Tinggi bagian utamaruang tempat lift (mm)

3700 3800 4000 3700 3800 4000 5000 3700 3800 4000 5000

Pint

u

Lebar pintu ruang tempatlift bagian dalam (mm)

800 800 800

Tempat pintu ruangtempat lift (mm)

2000 2000 2000

Rua

ng tr

ansm

isi

Luas minimal ruangtransmisi (mm)

8 10 10 12 14 12 14 15

Lebar minimal transmisi(m2)

2400 2400 2700 2700 3000 2700 2700 3000

Dalam minimal transmisi(mm)

3200 3200 3700 3700 3700 4200 4200 4200

Tinggi minimal transmisi(mm)

2000 2200 2000 2200 2600 2000 2200 2600

Kot

ak L

ift

Lebar kotak lift bagiandalam (mm)

1100 1100 1100

Dalam kotak lift bagiandalam (mm)

950 1400 2100

Tinggi kotak lift baguandalam (mm)

2200 2200 2200

Lebar pintu masuk kotaklift bagian dalam (mm)

700700

800800

800800

Tinggi pintu masukkotak lift bagian dalam(mm)

20002000

20002000

200

Jumlah muatan untuk orang 5 8 13

Sumber : Architects’ Data, Ernst and Peter Neufert, 2002.

3. Standar Pendingin Ruangan Umum

Alat pendingin ruangan diperhitungkan memiliki pakasitas yang lebih besar

daripada kebutuhan suhu dinginnya berdasarkan persediaan dan faktor

kepastiannya. Waktu kerja dalam satu ruangan diperkirakan antara 16 hingga 20

jam per hari, untuk kasus tertentu dapat lebih singkat ataupun lebih lama. Untuk

pendinginan ruangan kecil dengan suhu kurang lebih 2oC hingga 4oC dan

pergantian barang atau keluar masuk orang sebesar 50 kg/m2 per hari maka dapat

digunakan acuan kebutuhan suhu dingin dan output instalasi pendingin yang

diperlukan seperti yang disampaikan dalam tabel berikut,

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 41

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

Tabel 2.10 Aturan Pendingin Ruangan Umum

Luas Lahan

(m2)

Kebutuhan suhu dingin

(KJ/hari)

Output Instalasi

pendingn (Watt)

5 50.000 870

10 82.000 1.400

15 111.300 1.900

20 138.600 2.400

25 163.800 2.850

30 187.000 3.250

Sumber : Architects’ Data, Ernst and Peter Neufert, 2002.

4. Standar Ruang Sanitasi

Standar ruang sanitasi yang mencakup standar bagi kamar mandi dan WC, dalam Data

Arsitek mengatur terkait dengan perlengkapan ruang sanitasi. Standar ruang sanitasi

memberikan acuan bagi dimensi perlengkapan ruang sanitasi, dan standar

penempatannya. Secara detail standar bagi perencanaan ruang sanitasi dapat dilihat

dalam Tabel 2.10 berikut,

Tabel 2.11 Kebutuhan perlengkapan ruang sanitasi

Perlengkapan Ruang SanitasiBidang Tempat

Panjang (cm) Tinggi (cm)Washtafel tangan dan washtafel cucianduduk1. Meja toilet tunggal2. Meja toilet ganda3. Meja toilet yang terpasang dengan satu

washtafel dan lemari bawah4. Meja toilet yang terpasang dengan dua

washtafel dan lemari bawah5. Washtafel tangan6. Washtafel duduk (bidet) di atas lantai atau

tergantung di dinding

> 60> 120> 70

> 140

> 5040

> 55> 55> 60

> 60

>4060

Bak-bak1. Bak mandi2. Bak pancuran

> 170> 80

> 75> 90

WC dan tempat buang air kecil

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 42

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

Tabel 2.11 Kebutuhan perlengkapan ruang sanitasi

Perlengkapan Ruang SanitasiBidang Tempat

Panjang (cm) Tinggi (cm)1. WC terpasang di dinding atau alat mencuci

yang bertekanan2. WC tanpa kotak pencuci (dengan kotak

pencuci yang terpasang di dinding)3. Tempat buang air kecil

40

40

40

75

60

40Sumber : Architect’s Data, 2002.

5. Standar Parkir Kendaraan

Ruang parkir merupakan salah satu kebutuhan penunjang dalam pelayanan umum

seperti terminal, fasilitas pengujian kendaraan, maupun bengkel kendaraan. Dalam

Architect’s Data dijelaskan secara umum tentang spesifikasi teknis ruang parkir.

Dalam standar tersebut dijelaskan bahwa ruang parkir biasanya dibatasi oleh garis

berwarna kuning atau putih dengan ketebalan 12 hingga 20 mm. Selain itu untuk

parkir yang menghadap tembok, garis parkir biasanya berjarak 1 meter sebelum

tembok agar kendaraan tidak bersentuhan dengan tembok.

Gambar 2.1 Dimensi Kendaraan secara Umum

Sumber : Architect’s Data, 2002

Untuk menunjang keamanan dalam parkir, khususnya agar tidak terjadi

persinggungan antara kendaraan maupun dengan tembok, diperlukan penahan

kendaraan yang membatasi jarak kendaraan parkir dan ditempatkan di lantai parkir,

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 43

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

biasanya penahan kendaraan tersebut berukuran panjang 50 hingga 60 cm, lebar 20

cm, dan ketinggian 10 cm.

Gambar 2.2. Ruang Bebas Parkir antar Kendaraan

Sumber : Architect’s Data, 2002

Selain itu untuk parkir dengan jumlah ruang parkir yang banyak dan parkir

menghadap tembok, diperlukan ruang kosong untuk memberikan jarak antar

kendaraan. Ruang parkir kendaraan secara umum memiliki panjang sekitar 5 meter

dan lebar minimal 2,3 meter, namun untuk parkir khusus kendaraan penyandang

cacat memiliki lebar minimal 3,5 meter.

Parkir Paralel jalur 1 arah Parkir miring 30o

jalur 1 arah

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 44

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

Parkir miring 45o

jalur 1 arahParkir miring 60o

jalur 1 arah

Parkir miring 90o jalur 2 arahdengan lebar 2,3 m

Parkir miring 90o jalur 2 arahdengan lebar 2,5 m

Gambar 2.3 Bentuk Susunan Parkir Kendaraan

Sumber : Architect’s Data, 2002

6. Standar Terminal Bus

Data Architect’s juga mengatur terkait dengan standar dimensi terminal bus, meskipun

tidak terlalu detail namun cukup mengatur bagi jalur bus, pemberhentian bus, dan

dijelaskan dengan gambar-gambar contoh layout terminal bus. Untuk aturan bagi

pemberhentian bus, dibagi kedalam 3 jenis bus yaitu bus biasa, bus tingkat, dan bus

gandengan seperti yang dijelaskan dalam gambar berikut,

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 45

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

Bus Biasa

Bus Tingkat

Bus Gandengan

Gambar 2.4 Jenis-jenis Bus

Sumber : Architect’s Data, 2002

Perhentian bus, baik perhentian bus di jalan raya maupun perhentian bus di terminal

tentunya memerlukan ruang henti yang cukup yang tidak mengganggu lalu lintas dan

juga memberikan keleluasaan bagi bus untuk berhenti dan bagi penumpang yang akan

menggunakan bus. Titik perhentian bus, untuk memudahkan penumpang, perlu

disediakan ramp yang memiliki beda ketinggian dengan halte setinggi 30 hingga 40 cm,

agar penumpang yang akan naik dapat lebih mudah. Sedangkan untuk lebar ramp henti

bus dan lengkungan ramp untuk tiap-tiap jenis bus dijelaskan dalam gambar berikut

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 46

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

Jenis Bus I L L’Bus Biasa 12.00 40.50 47.62 (49.05)Bus Tingkat 25.00 52.50 60.62 (62.05)Bus Gandengan 18.00 46.50 53.62 (55.05)

Gambar 2.5 Ilustrasi Dimensi Perhentian Bus

Sumber : Architect’s Data, 2002

Untuk standar ukuran parkir bus tentunya menyesuaikan dengan dimensi bus dan jarak

antara parkir bus harus mengakomodir kebutuhan naik tutun penumpang dan bongkar

muat bagasi bus. Posisi parkir bus dapat mennggunakan 3 (tiga) posisi parkir, yaitu

parkir paralel, parkir dengan kemiringan 45o dan parkir dengan kemiringan 90o. Standar

bagi parkir bus di terminal dijelaskan dalam tabel berikut.

Tabel 2.12 Standar Ukuran Parkir Bus

Posisi Parkir paralel Dengan kemiringan 45o Dengan kemiringan 90o

Panjang parkir 32 m 12 m 24 m 12 m 24 mJenis Bus yangdiparkir

1 busgandenganatau 2 bus

biasa

1 bus biasa 1 busgandenganatau 2 bus

biasa

1 bus biasa 1 busgandenganatau 2 bus

biasaLebar ruangparkir

3,5 3,5 3,5 3,5 3,5

Lebar lajurkedatangan

4,0 8,0 8,0 14 14

Luasan areaparkir :- Per bus- Bus gandeng

88175

135 89178

140 91182

Sumber : Architect’s Data, 2002

Naik/Turun PenumpangRuang Tunggu Penumpang

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 47

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

Berdasarkan keseuaian dengan posisi ruang tunggu terminal, parkir bus terbagi kedalam

2 (dua) jenis parkir, yang pertama parkir bus dengan ruang tunggu lurus dan dengan

ruang tunggu melingkar. Posisi parkir bus tersebut dapat dilihat dalam ilustrasi gambar

berikut ini.

A. Posisi Ruang Tunggu Lurus B. Posisi Ruang Runggu Melingkar

Gambar 2.6 Posisi Parkir bus berdasarkan Posisi Ruang Tunggu Terminal

Sumber : Architect’s Data, 2002

Terkait dengan standar layout terminal, data architect’s tidak memberikan arahan

standar baku secara keseluruhan layout, standar yang diberikan hanya terkait dengan

dimensi detail terutama terkait dengan jalur kedatanagn atau keberangkatan bus dan

jalur parkir bus di terminal. Namun untuk memberikan gambaran layout terminal,

architect’s data memberikan beberapa ilustrasi layout ideal bagi terminal yang dapat

dilihat dalam ilustrasi gambar-gambar berikut ini,

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 48

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

Perhentian dengan luasan

besar dengan area parkir

yang menyatu antara

kedatangan dan

keberangkatan

Perhentian dengan luasan

besar dengan area parkir

yang terpisah antara

kedatangan dan

keberangkatan

Perhentian ukuran kecil

atau perhentian transit

dengan area parkir yang

terpisah antara kedatangan

dan keberangkatan

Gambar 2.7 Ilustrasi Terminal Penumpang

Sumber : Architect’s Data, 2002

Sedangkan untuk fasilitas pelayanan terkait dengan bangunan terminal penumpang,

architect’s data tidak memberikan arahan yang detail terkait dimensi untuk tiap-tiap

fasilitasnya, hanya saja diberikan arahan terkait dengan kebutuhan minimal fasilitas

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 49

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

yang perlu disediakan bagi terminal penumpang yang antara lain terdiri dari

penyimpanan bagasi, ruang kantor, ruang tunggu, loket, ruang informasi, jalur keluar

masuk penumpang, dan utilitas lainnya. Secara ideal namun minimalis, architect’s data

memberikan gambaran ilustrasi bagi ruang terminal penumpang sebagai berikut,

Gambar 2.8 Ilustrasi Ruang Tunggu Temrinal Penumpang

Sumber : Architect’s Data, 2002

H. Standar Terminal Penumpang di Washington

Standar terminal di Washington diterbitkan pada tahun 2008 oleh Washington

Metropolitan Area Transport Authority (WMATA). Dalam standar terminal

penumpang tersebut, diatur mengenai standar fasilitas terminal yang menjadi acuan

dalam perencanaan terminal yang didalamnya mengatur fasilitas di dalam terminal

hingga akses menuju terminal, baik akses kendaraan maupun akses penumpang.

Dalam standar yang diterbitkan WMATA intinya standar terminal harus bisa

mengakomodir kebutuhan transit penumpang atau model transportasi antar moda yang

handal. Dari standar WMATA yang diterbitkan tersebut diharapkan dapat memberikan

manfaat yang antara lain terdiri dari :

- Meningkatkan akses dan kapasitas dari terminal menuju sistem perangkutan rel

metropolitan di Washington;

- Meningkatkan pelayanan bus penumpang, dan memperluas jaringan pelayanan

bus;

- Mengintegrasikan sistem rel metropolitan dengan sistem terminal;

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 50

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

- Menyediakan lebih banyak rute pelayanan bus, terutama bagi area yang belum

terjangkau.

Sedangkan dalam meningkatkan pelayanan bagi para penumpang bus standar WMATA

ini diutamakan untuk memberikan kenyamanan dan keamanan bagi calon penumpang

yang akan menuju terminal. Peningkatan kualitas pedestrian dan peningkatan fasilitas

penumpang lainnya menjadi fokus utama dalam meberikan pelayanan bagi penumpang.

Tujuan khusus dalam menngkatkan kualitas akses terhadap penumpang antara lain

adalah :

- Meningkatkan kualitas jalur pedestrian di terminal dengan kenyamanan dan

keamanan yang lebih baik;

- Meningkatkan level pelayanan yang lebih baik untuk fasilitas menuju halte

angkutan antarmoda;

- Mengakomodir kebutuhan peningkatan pertumbuhan jumlah penumpang di

masa yang akan datang;

- Menjadikan pelayanan terminal menjadi lebih baik, nyaman, dan aman.

Standar fasilitas pelayanan terminal yang ditetapkan oleh WMATA mengatur mulai

dari pedestrian, parkir kendaraan, parkir sepeda, pemberhentian bus, hingga jalan akses

menuju terminal. Beberapa standar tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut,

Tabel 2.13 Standar Fasilitas Terminal di Washington, AS

RefFasilitas

Fasilitas Standar

2.1.1 Lebar Jalur Pedestrian Minimum lebar 6 kaki dan tambahan 1 kaki 6inci dari tembok samping hingga batas jalan

2.1.1 Lebar Jalur pejalan menujubus dan lebar tempatmenunggu bus (Peron)

Jumlah Jalur Bus Min. Jalur Tunggu

1 6 kaki2 6 kaki3 8 kaki4 8 kaki5 10 kaki6 12 kaki

2.6.2 Tempat menurunkan danmenjemput penumpangdari kendaraan

Minimum lebar 6 kaki dan tambahan 1 kaki 6inci dari tembok samping hingga batas jalan

2.4.1 Lebar Jalur Sepeda Minimum 8 kaki2.4.2 Tempat penyimpanan

sepeda3 kaki 2 inci X 6 kaki

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 51

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

RefFasilitas

Fasilitas Standar

2.3.3 Penyeberangan orang Minimum lebar 6 kaki dan tambahan 1 kaki 6inci dari tembok samping hingga batas jalan

2.5.2 Lorong Bus 70 kaki dengan lorong bagi trotoar selebar 6kaki

2.5.1 Jalur Bus 15 kaki4.1.3 Selter Bus Minimum 6 kaki X 12 kaki per parkir bus2.6.2 Tempat Pick Up/Drop Off Mobil kecil : 8 kaki X 30 kaki

Shuttle Bus : 8 kaki X 25 kakiTaksi : 8 kaki X 22 kaki

2.6.3 Tempat Parkir di mukaterminal

Kendaraan dengan pengemudi :8 kaki X 30 kaki, dengan sudut parkir 45o

Parkir Singkat :8.5 kaki X 18 kaki dengan sudut parkir 90o

2.7 Tempat parkir di tamanparkir

8,5 kaki X 18 kaki untuk tiap satu bagiankendaraan.

2.8.3 Ketinggian Jalan Akses keatap

Minimum 16 kaki 9 inci

2.8.3 Lebar jalan akses 1 lajur Min 15 kaki untuk jalur kendaraan kecilMin 18 kaki untuk jalur bus

2.8.3 Lebar jalan akses 2 lajur Min 11 kaki per lajurSumber : WMATA, 2008.

Gambar 2.9 Contoh Layout Parkir Bus di Terminal, Washington

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir II- 52

Ba

b II

–K

aji

an

L

ite

ra

tu

r

Gambar 2.10 Contoh Layout Parkir Kendaraan di Terminal, Washington

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir III- 1

Ba

b III

–M

et

od

olo

gi

Pada Bab III bagian Metodologi ini disampaikan mengenai pendekatan pelaksanaan

kegiatan, framework of analysis, dan metodologi pelaksanaan kegiatan sebagai langkah

penyelesaian lingkup kegiatan yang telah disampaikan dalam KAK untuk kegiatan studi

penyusunan konsep standar di bidang transportasi jalan ini.

A. Pendekatan pelaksanaan kegiatan

1. Pendefinisian Kata Kunci

Untuk memahami inti dari pekerjaan, maka perlu dipahami terlebih dahulu arti dari

judul pekerjaan, sehingga proses pelaksanaan pekerjaan dapat sesuai dengan yang

diharapkan. Berdasarkan judul pekerjaan yaitu Studi Penyusunan Konsep Standar di

Bidang Prasarana Transportasi Jalan, terdapat beberapa kata kunci yang perlu

diterjemahkan/didefinisikan terlebih dahulu. Beberapa kata kunci tersebut disampaikan

pada Tabel 3.1. Definisi kata kunci tersebut diusahakan diambil dari peraturan

perundangan yang berlaku. Jika definisi kata kunci tidak diperoleh di peraturan

perundangan, maka pendefinisian kata kunci diambil dari kamus bahasa Indonesia.

Tabel 3.1 Pendefinisian kata kunciNo Kata Kunci Definisi Sumber

1 Standar spesifikasi teknis atau sesuatu yangdibakukan termasuk tata cara dan metodeyang disusun berdasarkan konsensus semuapihak yang terkait dengan memperhatikansyarat-syaratkeselamatan, keamanan, kesehatan,lingkungan hidup, perkembangan ilmupengetahuan dan teknologi,serta pengalaman, perkembangan masa kinidan masa yang akan datang untukmemperoleh manfaat yang sebesar-besarnya

Pasal 1 PP 102/2000

2 Prasarana segala sesuatu yg merupakan penunjangutama terselenggaranya suatu prosespembangunan

Kamus Besar BahasaIndonesia

3 Jalan prasarana transportasi darat yang meliputisegala bagian jalan, termasuk bangunanpelengkap dan perlengkapannya yang

Pasal 1 PP 34/2006

Bab III Metodologi

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir III- 2

Ba

b III

–M

et

od

olo

gi

Tabel 3.1 Pendefinisian kata kunciNo Kata Kunci Definisi Sumber

diperuntukkan bagi lalu lintas, yang beradapada permukaan tanah, di atas permukaantanah, di bawah permukaan tanah dan/atauair, serta di atas permukaan air, kecualijalan kereta api, jalan lori, danjalan kabel

2. Pendekatan Teoritis

2.1. Konsep Dasar Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor

Dari berbagai data dan studi yang pernah dilakukan sebelumnya dapat disimpulkan

bahwa sebenarnya konsep pengujian kendaraan bermotor adalah konsep yang

dibutuhkan dalam rangka memberikan jaminan keselamatan, perlindungan lingkungan,

dan mencegah terjadinya dampak negatif lainnya dari pengoperasian suatu kendaraan.

Secara sosiologis, pengaturan yang tidak memperhatikan aspek lingkungan dan aspek

laik jalan dari kendaraan bermotor, akan berdampak negatif terhadap kondisi sosial

masyarakat. Pengaturan Pengujian Kendaraan Bermotor melalui Peraturan (di Pusat

maupun di Daerah) dapat dipandang sebagai solusi maupun sebagai upaya pencegahan

dampak negatif yang berpotensi merugikan kepentingan masyarakat.

Pengujian kendaraan bermotor pada dasarnya merupakan aplikasi dari prinsip good

governance. Dalam penyusunan standar maupun peraturan aplikasi terkait dengan uji

kendaraan bermotor, Pemerintah (diwakili panitian teknis dan tim penyusun) perlu

melibatkan unsur lainnya (yakni swasta dan masyarakat melalui diskusi panel)

diharapkan bersama-sama menentukan dan menetapkan alternatif pemecahan masalah

transportasi, khususnya kelaikan berkendaraan. Sehingga transportasi yang bersendi

keamanan, keselamatan, ramah lingkungan, dan kenyamanan dapat diupayakan secara

maksimal. Untuk mewujudkan hal tersebut perlu suatu perencanaan, pengaturan, dan

pelaksanaan yang memenuhi prinsip transparansi, demokratis, aspiratif, akuntabel,

formal/hukum, efisien dan afektif.

Secara substantif, bahwa dalam upaya menjamin keselamatan lalu lintas dan angkutan

jalan serta mengendalikan pencemaran lingkungan yang diakibatkan meningkatnya

jumlah kendaraan bermotor, perlu diselenggarakan Pengujian Kendaraan Bermotor.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir III- 3

Ba

b III

–M

et

od

olo

gi

Dan penyelenggaraan pengujian kendaraan bermotor tersebut, diperuntukan bagi semua

kendaraan wajib uji dan kendaraan dapat uji yang beroperasi di jalan agar sarana

angkutan memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan.

Secara teknis, pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor mempunyai peran dan

manfaat sebagai berikut:

1. Mencegah atau memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan lalu lintas,

kebakaran, pencemaran lingkungan, kerusakan berat pada waktu pemakaian;

2. Kendaraan bermotor yang telah lulus uji telah melalui serangkaian

pemeriksaan dengan peralatan mekanis akan terdeteksi dini adanya kerusakan

– kerusakan teknis agar tidak terjadi hal – hal yang membahayakan atau

kecelakaan. Misalnya ketika efisiensi rem setelah diuji dengan brake tester

hanya menunjukkan 40% padahal menurut ketentuan minimal adalah 50%,

secara teknis sangat mungkin terjadi rem blong ketika beroperasi di jalan;

3. Pemeriksaan emisi gas buang dimaksudkan untuk mencegah pencemaran

udara, terhadap kendaraan mesin diesel misalnya dipersyaratkan maksimal

50% opasitas ketebalan asap;

4. Memberikan informasi kepada pengusaha/ pemilik tentang daya angkut

kendaraan, Muatan Sumbu Terberat serta Kelas jalan yang terendah yang

dapat dilalui;

5. Setiap kendaraan yang diuji akan diukur kemampuan daya angkut maupun

MST dipertimbangkan dari kelas jalan terendah yang akan dilalui berikut

kemampuan ban yang tersedia, sehingga dapat mencegah kerusakan jalan dan

jembatan maupun kendaraan itu sendiri (dengan prasyarat pengusaha/ pemilik

mematuhi ketentuan daya angkut yang diberikan);

6. Memberikan saran – saran perbaikan kepada pengusaha/ pemilik kendaraan.

Ketika diketahui terdapat penyimpangan dari standar/ambang batas yang

ditentukan dan diperkirakan dapat berakibat fatal maka disarankan perbaikan –

perbaikan yang harus dilaksanakan sebelum terjadi kerusakan yang lebih

besar. Hal kecil saja misalnya lampu, bila dibiarkan mati dapat membahayakan

pengguna jalan lainnya.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir III- 4

Ba

b III

–M

et

od

olo

gi

7. Pengujian kendaraan bermotor akan menjadi saksi ahli dalam kecelakaan yang

melibatkan kendaraan wajib uji dan terdapat korban tewas, dalam penelitian

maupun persidangan akan dibuktikan apakah kecelakaan tersebut diakibatkan

oleh kesalahan Penguji. Sebagaimana diketahui, keselamatan transportasi

tentunya tidak dapat lepas dari faktor – faktor lain. Menurut data yang ada

pada Departemen Perhubungan maupun Kepolisian RI angka kecelakaan yang

paling besar yakni sebesar lebih dari 90% diakibatkan oleh kelalaian maupun

ketidak disiplinan pengguna jalan atau manusia itu sendiri, sedangkan faktor

lain adalah jalan 4%, teknis 3% dan lingkungan 1%

2.2. Konsep Dasar Penyelenggaraan Terminal Penumpang

Terminal penumpang adalah bagian dari infrastruktur transportasi yang merupakan titik

lokasi perpindahan penumpang. Pada lokasi itu terjadi konektivitas antar lokasi tujuan,

antar modal, dan antar berbagai kepentingan dalam system transportasi dan

infrastruktur. Terminal penumpang secara fungsional dapat didefinisikan secara

berbeda-beda oleh penumpang, kendaraan umum (dan operatornya), serta regulator,

dimana:

- Dalam pandangan pengguna angkutan, terminal adalah sebagai tempat

melakukan alih moda

- Dalam pandangan operator angkutan, terminal berfungsi sebagai asal-tujuan dari

suatu trayek pelayanan angkutan umum penumpang

- Dalam pandangan regulator, terminal berfungsi sebagai lokasi pengaturan

keberangkatan (manajemen operasional) maupun pengawasan terhadap

pelayanan angkutan umum penumpang agar tercipta sistem angkutan umum

yang baik.

Menurut Budi (2005: 182-183) dalam buku pembangunan kota tinjauan regional dan

lokasi terminal, fungsi terminal adalah sebagai berikut :

1. Menyediakan tempat dan kemudahan perpindahan moda transportasi.

2. Menyediakan sarana untuk simpul lalu lintas.

3. Menyediakan tempat utuk menyiapkan kendaraan.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir III- 5

Ba

b III

–M

et

od

olo

gi

Terminal penumpang merupakan simpul dalam sistem jaringan transportasi jalan yang

berfungsi pokok sebagai pelayanan umum yaitu tempat untuk naik turun penumpang

untuk pengendalian lalu lintas dan angkutan kendaraan umum, serta sebagai tempat

pemberhentian intra atau antar moda transportasi. Sesuai dengan fungsi tersebut, maka

penyelenggaraan terminal berperan menunjang tersedianya jasa transportasi yang sesuai

dengan kebutuhan lalu lintas dan pelayanan angkutan aman, cepat, tepat, teratur dan

biaya yang terjangkau masyarakat.

Untuk menjalankan fungsi tersebut, maka terminal harus dilengkapi dengan fasilitas.

Fasilitas terminal dapat dikelompokkan atas fasilitas utama dan fasilitas pendukung,

semakin besar suatu terminal semakin banyak fasilitas yang harus disediakan untuk

menfasilitasi pergerakan penumpang maupun kendaraan.

1. Fasilitas utama: adalah fasilitas dasar yang diperlukan oleh penumpang,

kendaraan, dan regulator untuk menjalankan aktivitas utamanya, misalnya: jalur

keberangkatan, tempat parkir, ruang tunggu, bangunan kantor, dlsb;

2. Fasilitas pendukung: adalah fasilitas tambahan yang diperlukan oleh

penumpang, kendaraan, dan juga regulator untuk membantu pelaksanaan

aktivitas utamanya atau pelaksanaan aktivitas tambahan, misalnya; toilet,

musholla, klinik, dan lain sebagainya.

Keberhasilan pelaksanaan fungsi dari suatu terminal sangat dipengaruhi oleh berbagai

faktor diantaranya:

1. Lokasi yang tepat yang memang merupakan lokasi ideal bagi proses

perpindahan moda;

2. Dukungan pemerintah sebagai otoritas, eksekutif yang mengatur semua

kepentingan stakeholder dan keperluan pembangunan wilayah;

3. Infrastruktur atau kondisi fasilitas utama dan fasilitas pendukung;

4. Kerjasama antara otoritas dengan berbagai pihak, dalam hal ini kerjasama antara

pihak terminal dengan perusahaan bis, penyewa lokasi dan reklame serta pihak

lain;

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir III- 6

Ba

b III

–M

et

od

olo

gi

5. Kualitas sumber daya manusia (SDM) terminal;

6. Perkembangan system informasi manajemen, mekanisme pelaporan,

perencanaan, dan pertanggungjawaban (akuntabilitas dan disclosure).

2.3. Konsep Dasar Penyelenggaraan Terminal Barang

Terminal barang adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan

membongkar dan memuat barang serta perpindahan intra dan/atau antar moda

transportasi. Terminal barang berfungsi untuk melayani kegiatan bongkar

dan/atau muat barang, serta perpindahan intra dan/atau moda transportasi.

Sedangkan terkait dengan fasilitas terminal barang, pada terminal barang terdiri

juga dari fasilitas utama dan fasilitas penunjang terminal barang Untuk fasilitas

utama terminal barang yang harus tersedia antara lain adalah :

a. Bangunan kantor terminal;

b. Tempat parkir kendaraan untuk melakukan bongkar dan/muat

barang;

c. Gudang atau lapangan penumpukan barang;

d. Tempat parkir kendaraan angkutan barang untuk istirahat atau

selama menunggu keberangkatan;

e. Rambu-rambu dan papan informasi;

f. Peralatan bongkar muat barang.

Sedangkan untuk fasilitas penunjang penyelenggaraan terminal barang

dijelaskan dalam Pasal 25 (3) Kepmenhub KM 31/1995 yang antara lain terdiri

dari :

a. Tempat istirahat awak kendaraan

b. Fasilitas parkir kendaraan, selain kendaraan angkutan barang;

c. Alat timbang kendaraan dan muatannya;

d. Kamar kecil/toilet;

e. Mushola;

f. Kios/kantin;

g. Ruang pengobatan;

h. Telepon umum;

i. Taman.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir III- 7

Ba

b III

–M

et

od

olo

gi

Penyelenggaraan terminal barang merupakan kewenangan Pemerintah Provinsi,

sehingga operasional terminal barang dapat dilakukan setelah mendapat

persetujuan Gubernur Kepala Daerah tingkat I. Sedangkan untuk pengelolaan

terminal barang dilakukan dalam lingkup kegiatan penrencanaan, pelaksanaan,

dan pengawasan oeprasional terminal.

2.4. Konsep Dasar Penyelenggaraan Bengkel Umum

Bengkel umum kendaraan bermotor adalah bengkel umum yang berfungsi untuk

membetulkan, memperbaiki, dan merawat kendaraan bermotor agar tetap memenuhi

persyaratan teknis dan laik jalan. Bengkel umum terbagi kedalam 3 klasifikasi yang

didasarkan atas tingkat pemenuhan terhadap persyaratan sistem mutu, mekanik,

fasilitas, dan peralatan, serta manajemen informasi sesuai dengan penilaian masing-

masing kelas bengkel. Ketiga klasifikasi bengkel tersebut antara lain yaitu :

- Bengkel kelas I tipe A, B, C

- Bengkel kelas II, tipe A, B, C

- Bengkel kelas III, tipe A, B, C

Tipe-tipe bengkel tersebut secara teknis didasarkan pada jenis pekerjaan yang mampu

dilakukan oleh bengkel tersebut, dengan penjelasan sebagai berikut :

- Bengkel tipe A, merupakan bengkel yang mampu melakukan jenis pekerjaan

perawatan berkala, perbaikan kecil perbaikan besar, perbaikan chasis dan bodi;

- Bengkel tipe B, merupakan bengkel yang mampu melakukan jenis pekerjaan

perawatan berkala, perbaikan kecil dan perbaikan besar atau jenis pekerjaan

perawatan berkala, perbaikan kecil serta perbaikan chasis dan bodi;

- Bengkel tipe C, merupakan bengkel yang mampu melakukan jenis pekerjaan

perawatan berkala, dan perbaikan kecil.

2.5. Konsep Dasar Penyusunan Naskah Akademis dan Buku Standar

Berdasarkan uraian lingkup kegiatan yang diminta dalam Kerangka Acuan Kerja,

sebagian besar kegiatan yang dilakukan adalah melakukan inventarisasi dan identifikasi

terhadap legalitas, pelayanan dan keberadaan fasilitas prasarana transportasi jalan yang

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir III- 8

Ba

b III

–M

et

od

olo

gi

selanjutnya diolah dan dianalisis untuk digunakan sebagai bahan penyusunan 6 konsep

standar.

Perumusan naskah akademis akan mengikuti prosedur yang ada dalam Perpres Nomor

68 Tahun 2005 dan Keputusan Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional Nomor G-

159.PR.09.10 Tahun 1994 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Naskah Akademik

Peraturan Perundang-undangan.

Sedangkan untuk penyusunan buku standar, dijelaskan dalam buku Pengembangan

Standar Nasional Indonesia (PSN 01 Tahun 2007) yang dikeluarkan oleh BSN (Badan

Standarisasi Nasional) disebutkan bahwa penyusunan pengembangan standar nasional

Indonesia memperhatikan:

1) kebijakan nasional di bidang standarisasi;

2) kebutuhan pasar

3) perkembangan standarisasi internasional;

4) kesepakatan regional dan internasional;

5) kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi

Oleh karena itu, maka dalam proses penyusunan 6 standar di bidang transportasi jalan

ini akan dilakukan komparasi antara aspek legal yang berlaku di Indonesia berikut

dengan standar-standar yang terkait fokus studi dengan standar internasional dari

negara-negara maju yang sudah memfasilitasi kegiatan alih moda pada simpul stasiun,

bandar udara, dan pelabuhan di negaranya dan memasukkan kebutuhan pasar untuk

mendapatkan keluaran standar yang sesuai dengan kondisi dan peraturan yang berlaku

di Indonesia.

B. Metodologi Kerja

1. Uraian Kegiatan dan Metoda Pelaksanaannya

Sesuai dengan KAK Butir 2.a disampaikan sebanyak 6 buah item kegiatan yang

diembankan kepada konsultan untuk dilakukan dalam kerangka waktu yang disediakan

sehingga menghasilkan keluaran yang mencerminkan tercapainya maksud dan tujuan

yang diinginkan dalam KAK.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir III- 9

Ba

b III

–M

et

od

olo

gi

Pendekatan/metoda pelaksanaan yang diusulkan konsultan untuk melaksanakan setiap

item uraian kegiatan/ruang lingkup dalam KAK Butir 2.a tersebut disampaikan pada

Tabel 3.2. Dalam tabel ini disampaikan apa saja masukan (input) yang diperlukan,

metoda analisis/metoda kerja (process) yang dilakukan, serta hasil (output) yang akan

dihasilkan dari setiap tahapan kegiatan tersebut, sedemikian sehingga dapat diperoleh

benang merah keterkaitan antara satu kegiatan dengan kegiatan yang lainnya. Secara

prinsip metoda yang diusulkan tersebut tidak terlepas dari pendekatan proses

pelaksanaan kegiatan yang dideskripsikan sebelumnya.

Gambar 3.1 Pendekatan proses pelaksanaan kegiatan

KAJIAN AKADEMIS1) Studi literatur2) Benchmarking3) Kajian perkembangan teknologi

IDENTIFIKASI DASAR HUKUM1) Inventarisasi kebijakan/ peraturanperundangan2) Inventarisasi kebijakanpengembangan

PENELITIAN LAPANGANAnalisis dan evaluasi kondisi eksistingprasarana transportasi darat yang akandistandarkan

NASKAH AKADEMIS dasar filosofis dasar sosiologis dasar yuridis pokok dan lingkup materi yang akandiatur

KONSEP AWAL STANDAR Ruang lingkup Acuan normatif Definisi dan istilah Pokok pengaturan Lampiran

Diskusi interaktif 1: brain-storming(lingkup standar)

Diskusi interaktif 2: teknis (spesifikasiumum, teknis, dan fungsional)

KONSEP STANDAR (RSNI 1)Diskusi interaktif 3: tata naskah(bahasa dan tata urutan standar)

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir III- 10

Ba

b III

–M

et

od

olo

gi

Tabel 3.2 Uraian kegiatan/ruang lingkup dan metoda pelaksanaannya

No

Uraiankegiatan/

ruang lingkup

Metoda pelaksanaanInput Proses Output

1 Inventarisasikebijakanmengenaiprasaranatransportasijalan

UU LLAJ (dan PP-nya)UU Jalan (dan PP-nya)UU Tata RuangKepmen/Permen, SK

Dirjen terkait

Desk study(contentanalysis)

Prinsip dasar penyelengga-raanprasarana transportasi jalanKriteria/standar umum

penyediaan dan kinerjaprasarana transportasi jalan

2 Inventarisasikebijakanpengembanganprasaranatransportasijalan

Rencana StrategisKementerianPerhubunganRoadmap KeselamatanDokumen lainnya

Desk study(contentanalysis)

Strategi, program, dan kegiatanpengembangan prasaranatransportasi jalan Target penyediaan, kondisi, dan

kinerja prasarana transportasijalan (jangka pendek,menengah, panjang)

3 Inventarisasiperkembanganteknologiprasaranatransportasijalan

Data hasil penelitianData vendor/ penyedia

teknologiData aplikasi terkini

Desk study(descriptiveanalysis)

Perkembangan riset dan aplikasiteknologi prasarana transportasijalan terkiniKeunggulan dan kelemahan dari

teknologi prasarana transportasijalan terkini (biaya, operability,manfaat, resiko, dampak)

4 Menganalisisdanmengevaluasikondisi existingprasaranatransportasijalan diIndonesia

Output No. 1, 2, 3Data hasil survei

sekunder dan primer:- Data fasilitas danperalatan uji berkalakendaraan bermotor- Data fasilitas terminal(Tipe A, B, C)- Data fasilitas terminalbarang- Data fasilitas danperalatan bengkelumum

Gap analysis Deviasi antara kondisi eksistingdengan kondisi ideal diperaturan perundanganDeviasi antara kondisi eksisting

dengan target yang ada di dalamdokumen rencanaDeviasi antara kondisi eksisting

dengan perkembanganteknologi terkini

5 Melakukan studiliteratur/benchmarkingstandarprasaranatransportasijalan dari negaralainnya

Literatur terkait Standar prasarana di

negara lain International standarKondisi prasarana

transportasi jalan dinegara lain

Benckmarking

Best practice standar (ruanglingkup, spesifikasi, danaplikasi) Potensi aplikasi standar di

Indonesia (kesesuaiankarakteristik fisik, teknis,kelembagaan, dlsb)

6 Merumuskan 6naskahakademiskonsep standardi bidangprasaranatransportasijalan

Output No 1, 2, 3, 4, 5 Pedoman penulisan

naskah akademis (Perpres68/2005) Pedoman standarisasi

nasional (PSN 01-2005)Diskusi interaktif dengan

pakar

Perumusan Naskah akademis (dasarfilosofis-sosiologis-yuridis danpokok dan lingkup materi yangakan diatur)Konsep standar (ruang lingkup,

acuan normatif, definisi danistilah, pokok pengaturan,lampiran)

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir III- 11

Ba

b III

–M

et

od

olo

gi

2. Bagan Alir Pelaksanaan Analisis (Framework of Analysis)

Berdasarkan hasil pemetaan terhadap ruang lingkup kegiatan serta metoda pelaksanaan

yang diusulkan pada Tabel 3.2 di atas, maka dapat disusun suatu bagan alir kerangka

kerja (framework) pelaksanaan analisis yang akan dilakukan seperti yang disampaikan

pada Gambar 3.2. Bagan alir analisis ini menggambarkan mengenai flow pelaksanaan

ruang lingkup kegiatan sesuai pemetaan yang dilakukan pada bagian sebelumnya,

sehingga diperoleh benang merah keterkaitan antara satu proses dengan proses lainnya

dari awal hingga menghasilkan produk yang diinginkan sesuai dengan KAK, yakni 6

konsep standar di bidang prasarana transportasi jalan yang terdiri dari :- Standar fasilitas peralatan uji kendaraan bermotor;- Standar fasilitas terminal tipe A;- Standar fasilitas terminal tipe B;- Standar fasilitas terminal tipe C;- Standar fasilitas terminal barang;- Standar fasilitas dan peralatan bengkel umum.

Proses pelaksanaan pekerjaan tersebut membutuhkan sejumlah data baik yang

bersumber dari data primer maupun sekunder, serta terdapat beberapa

metoda/pendekatan analisis yang diaplikasikan. Penjelasan mengenai metoda

pengumpulan data serta metoda analisis yang digunakan disampaikan pada

Bagian C. Bagan alir proses ini menjadi dasar dalam menyusun program kerja, jadual

pelaksanaan kegiatan, serta jadual alokasi sumber daya yang akan dibahas pada BAB 7

laporan studi ini.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir III- 12

Ba

b III

–M

et

od

olo

gi

Gambar 3.2 Tahapan pelaksanaan kegiatan (framework-of-analysis)

SURVEI SEKUNDERKEBIJAKANTERKAIT

UU LLAJ UU Jalan UU Tata ruang PP, KM/PM,SK Dirjen terkait

KEBIJAKANPENGEMBANGAN Renstra Kemenhub RoadmapKeselamatanTransportasi Dokumen terkait

DATA PERKEMBANGANTEKNOLOGI PRASARANA Data hasil penelitian Data vendor/penyediateknologi prasarana Data aplikasi terkini

DATA KONDISIPRASARANA EKSISTING Data fasilitas danperalatan uji berkalakendaraan bermotor Data fasilitas terminal(Tipe A, B, C) Data fasilitas terminalbarang Data fasilitas danperalatan bengkel umum

DATA LITERATUR DANSTANDAR NEGARA LAIN Literatur terkait International standar Standar dan kondisiprasarana transportasijalan negara lain

CONTENTANALYSISINVENTARISASIKEBIJAKAN TERKAIT

Prinsip dasarpenyelenggaraanprasaranatransportasi jalan Kriteria/standarumum penyediaandan kinerjaprasaranatransportasi jalan

CONTENTANALYSISINVENTARISASI KEBIJA-KAN PENGEMBANGAN Strategi, program,kegiatan pengembanganprasarana transportasijalan Target penyediaan,kondisi, dan kinerjaprasarana transportasijalan (jangka pendek,menengah, panjang)

DESCRIPTIVEANALYSISINVENTARISASI PERKEM-BANGAN TEKNOLOGI Perkembangan riset danaplikasi teknologi prasa-rana transportasi jalanterkini Keunggulan dan kelema-han dari teknologi prasa-rana transportasi jalanterkini (biaya, operability,manfaat, resiko, dampak)

GAP ANALYSISANALISIS DAN EVALUASIKONDISI EKSISTINGDeviasi antara kondisieksisting dengan: Kondisi ideal yangdiharapkan dalamperaturan perundangan Target yang ada didalam dokumen rencana Perkembangan teknologiterkini

COMPARISONBENCHMARKINGSTANDAR

Best practice standar(ruang lingkup,spesifikasi, dan aplikasi) Potensi aplikasi standardi Indonesia (kesesuaiankarakteristik fisik,teknis, kelembagaan,dlsb)

PERUMUSAN Naskah akademis (dasarfilosofis-sosiologis-yuridis dan pokok danlingkup materi yangakan diatur) Konsep standar (ruanglingkup, acuan normatif,definisi dan istilah,pokok pengaturan,lampiran)

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir III- 13

Ba

b III

–M

et

od

olo

gi

C. Penjelasan Pendekatan/Metoda yang Digunakan

Dari Gambar 3.2 di atas terdapat beberapa metoda yang diusulkan konsultan untuk

diterapkan dalam rangka melaksanakan seluruh ruang lingkup kegiatan. Pada beberapa

sub bab berikut ini dijelaskan/dibahas detail dari setiap pendekatan/metoda kerja yang

digunakan tersebut.

1. Metoda Pengumpulan Data

Untuk menyelesaikan seluruh ruang lingkup kegiatan pada studi ini sesuai dengan

framework of analysis yang telah disusun pada Gambar 3.1 dibutuhkan data-data

penunjang. Data-data ini dikumpulkan dengan berbagai metoda pegumpulan data.

Namun untuk lebih mengefektifkan waktu dan biaya perlu diidentifikasi terlebih dahulu

kebutuhan data sesuai dengan analisis yang akan dilakukan. Dari listing kebutuhan data

tersebut dapat diidentifikasi metoda pengumpulan data sesuai.

a. Data yang dibutuhkan

Jenis data dan sumber potensial untuk setiap data yang dibutuhkan untuk kegiatan ini

disampaikan pada Tabel 3.3. Data yang dibutuhkan dikelompokkan sesuai dengan

karakteristiknya seperti data dokumen perencanaan, peraturan terkait, data dan

informasi lapangan, dan literatur/studi terdahulu.

Tabel 3.3 Jenis Data yang Dibutuhkan dan Potensi SumbernyaNo Kelompok Data Jenis Data Sumber Potensial1. Data kebijakan

(peraturanperundangan)

1.a UU 22/2009 tentang LLAJ1.b UU 38/2004 tentang Jalan1.c UU 26/2007 tentang Penataan Ruang1.d PP, PM/KM, SK Dirjen terkait

- Kementerian Perhubungan- Kementerian Pekerjaan

Umum

2. Data kebijakanpengembangan(dokumenperencanaan)

2.a Renstra Kementerian Perhubungan2.b Road Map Keselamatan Transportasi2.c Renstra Dinas (Di wilayah kajian)2.d RUJTJ/Tatralok (Di wilayah kajian)2.e RTRW (Di wilayah kajian)

- Kementerian Perhubungan- Dinas Perhubungan

Provinsi, Kab/Kota- Bappeda Provinsi, Kab/Kota

3. Data perkem-bangan teknologiprasararanatransportasi jalan

3.a Hasil-hasil penelitian3.b Data teknis teknologi terkini dari

vendor3.c Data pemanfaatan teknologi terkini

- Kementerian Perhubungan- Lembaga Penelitian (Dalam

Negeri dan Luar Negeri)- Vendor prasarana

4. Data kondisiprasaranatransportasi jalaneksisting

4.a Data fasilitas dan peralatan uji berkalakendaraan bermotor

4.b Data fasilitas terminal (Tipe A, B, C)4.c Data fasilitas terminal barang4.d Data fasilitas dan peralatan bengkel

umum

- Dinas Perhubungan- Dinas Pekerjaan Umum- Hasil survei lapangan

5. Data literatur danstandar negaralain

5.a Literatur terkait5.b International standar5.c Standar negara lain5.d Kondisi prasarana transportasi jalan

negara lain

- Perpustakaan Kemenhub- TRRL, TRB, AASTHO, dll- Website dan korenspondensi

dengan Department ofTransportation negara lain

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir III- 14

Ba

b III

–M

et

od

olo

gi

b. Metoda survei yang digunakan

Untuk mempermudah proses mendapatkan data yang dibutuhkan sesuai Tabel 3.3,

maka perlu disusun suatu metoda pengumpulan data yang komprehensif dan terstruktur

sehingga dapat memanfaatkan waktu yang disediakan sesuai arahan dalam KAK. Untuk

itu dalam kegiatan ini digunakan sejumlah metoda survei sebagai berikut:

i. Survei instansional dilakukan untuk mengumpulkan literatur serta data sekunder

di instansi terkait baik di pusat maupun di daerah. Data-data sekunder ini

meliputi:

Instansi Kementerian Perhubungan untuk memperoleh data mengenai

UU, PP, KM/PM dan SK Dirjen terkait, Renstra Kemenhub 2010-2014,

Roadmap Keselamatan, data statistik perhubungan, data terkait lainnya;

Instansi Kementerian Pekerjaan Umum untuk memperoleh data

mengenai UU jalan dan penataan ruang serta peraturan pelaksanaannya

terkait dengan kegiatan ini;

Instansi Bappeda Provinsi/Kab-Kota untuk memperoleh data mengenai

RTRW Provinsi/Kab-Kota serta rencana pembangunan daerah yang

terkait (RPJP dan RPJM Daerah) terkait dengan kegiatan ini;

Instansi Dinas Perhubungan Provinsi/Kab-Kota untuk memperoleh data

mengenai kondisi, kinerja, dan rencana pengembangan prasarana

transportasi jalan yang akan dibuat standarnya (fasilitas uji berkala,

terminal, penyeberangan/zebra cross, dan jembatan timbang);

Instansi Dinas Pekerjaan Umum Provinsi/Kab-Kota untuk memperoleh

data mengenai kondisi jalan, kinerja jalan (volume, kecepatan), dan

rencana pengembangan jaringan jalan;

Instansi BPS dan instansi terkait lainnya untuk mengumpulkan data-data

statistik serta data terkait yang diperlukan.

ii. Survei lapangan untuk mendapatkan gambaran kondisi aktual dari setiap jenis

prasarana jalan yang akan distandarkan, yang meliputi:

Survei penyediaan, kondisi, dan operasional dari fasilitas dan peralatan

uji berkala kendaraan yang ada di wilayah kajian;

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir III- 15

Ba

b III

–M

et

od

olo

gi

Survei penyediaan, kondisi, dan operasional dari fasilitas terminal tipe

A, B, atau C yang ada di wilayah kajian;

Survei penyediaan, kondisi, dan operasional dari fasilitas terminal

barang yang ada di wilayah kajian;

Survei penyediaan, kondisi, dan operasional dari fasilitas dan peralatan

bengkel umum yang ada di wilayah kajian;

Pengambilan gambar sebagai dokumentasi kegiatan.

iii. Survei wawancara/kuisioner stakeholders (Pejabat instansi terkait, masyarakat)

yang meliputi:

Survei kepada masyarakat pengguna mengenai penilaian serta harapan

terhadap kondisi dan kinerja dari setiap prasarana transportasi jalan yang

akan distandarkan fasilitasnya;

Survei kepada pejabat terkait di Daerah dan Pusat mengenai berbagai

permasalahan berkenaan dengan setiap prasarana transportasi jalan yang

akan distandarkan fasilitasnya;

Survei wawancara kepada para pakar tentang lingkup, spesifikasi, dan

pengaturan dari standar yang akan ditetapkan;

iv. Pelaksanaan diskusi interaktif dengan para pakar menggunakan metoda diskusi

panel yang meliputi substansi mengenai:

diskusi awal (brain storming) untuk merumuskan lingkup pengaturan

yang distandarisasi,

diskusi kedua (teknis) untuk menetapkan spesifikasi umum, teknis, dan

fungsional dari masing-masing fasilitas/prasarana,

diskusi ketiga (tata penulisan) untuk memastikan penyampaian standar

dilakukan dengan benar.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir III- 16

Ba

b III

–M

et

od

olo

gi

c. Metoda Analisis Kepuasan Masyarakat

1) Penilaian Harapan terhadap Pelayanan

Sama halnya dengan perhitungan tingkat pelayanan dalam tahap awal perlu

diidentifikasi terlebih dahulu jenis prasarana dalam penyelenggaraan pelayanan

terminal, penyeberangan orang, kegiatan uji berkala, serta penyelenggaraan

jembatan timbang. Unsur-unsur pelayanan ini pada dasarnya merupakan indikator

kinerja pelayanan yang selanjutnya dinilai berdasarkan tingkat kepuasan

masyarakat pada saat survei wawancara pengguna jasa.

2) Analisis Perbandingan Kepuasan dan Harapan Masyarakat

Kepuasan merupakan indikator terpenting dalam hal pelayanan, dalam melihat

tingkat kepuasan maka masyarakat pengguna jasa perlu diberi kesempatan untuk

menilai kinerja pelayanan operasional prasarana transportasi jalan. Salah satu alat

bantu dalam melakukan analisis yang digunakan untuk membandingkan sampai

sejauh mana antara kepuasan masyarakat terhadap kinerja pelayanan yang

dirasakan oleh pengguna jasa dengan harapan masyarakat terhadap kinerja

pelayanan yang diinginkan oleh pengguna jasa adalah dengan menggunakan

pendekatan Importance-Performance Analysis (IPA).

Dari hasil penilaian kepuasan dan harapan masyarakat terhadap pelayanan maka

akan diperoleh suatu perhitungan mengenai tingkat kesesuaian antara tingkat

kepuasan dan harapan masyarakat terhadap kinerja pelayanan. Tingkat kesesuaian

merupakan hasil perbandingan antara tingkat kepuasan masyarakat dengan

tingkat harapan masyarakat, sehingga tingkat kesesuaian inilah yang akan

menentukan skala prioritas yang akan dipakai dalam penanganan faktor-faktor

yang mempengaruhi kepuasan pengguna jasa.

2. Metoda Inventarisasi Kebijakan Terkait (Content Analysis)

Inventarisasi kebijakan terkait dengan prasarana transportasi jalan merupakan

pelaksanaan dari uraian kegiatan/ruang lingkup pada KAK Butir 2.a point 1). Tujuan

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir III- 17

Ba

b III

–M

et

od

olo

gi

dari pelaksanaan inventarisasi kebijakan ini adalah untuk mengetahui konsep dasar

pengaturan yang terkait dengan setiap jenis prasarana transportasi jalan yang akan

dibuat standar fasilitasnya.

Dalam konteks penyusunan suatu naskah akademis, proses inventarisasi kebijakan

terkait ini disebut sebagai proses identifikasi dasar hukum. Identifikasi dasar hukum ini

sangat diperlukan agar konsep standar yang disusun akan memiliki landasan

kontekstual yang kuat dan relevan dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Proses inventarisasi kebijakan terkait ini dilakukan dengan metoda content analysis,

yakni suatu metoda untuk menafsirkan teks yang dimuat, dalam hal ini dimuat dalam

peraturan perundangan yang berlaku di bidang transportasi jalan (UU, PP, KM/PM, dan

SK Dirjen terkait). Adapun deskripsi aplikasi dari proses content analysis untuk

inventarisasi kebijakan mengenai prasarana transportasi jalan dalam studi ini

disampaikan pada Tabel 3.4 yang membandingkan muatan pengaturan untuk setiap

jenis prasarana transportasi jalan yang akan disusun konsep standarnya, sehingga dapat

disimpulkan mengenai prinsip dasar dari pengaturan yang diinginkan dalam berbagai

peraturan perundangan yang berlaku.

Tabel 3.4 Ilustrasi proses content analysis dalam inventarisasi kebijakan terkait

No Konsep pengaturandalam peraturanperundang-undangan

Jenis prasarana transportasi yang disusun konsep standarnyaFasilitas danprasarana uji

berkalakendaraanbermotor

Fasilitasterminal

tipe A, B, C

Fasilitaspenyeberangan

dan zebra-cross

Fasilitasdan

peralatanjembatantimbang

A MUATANPENGATURANDALAM PERATURANPERUNDANGAN

1 Pengaturan menurut UU(UU 22/2009 tentangLLAJ dan UU 38/2004tentang Jalan)

2 Pengaturan menurut PP(PP 41/1993 tentangAngkutan Jalan dan PP43/1993 tentangPrasarana dan Lalu LintasJalan

3 Pengaturan menurutKM/PM:KM 31/1995 tentang

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir III- 18

Ba

b III

–M

et

od

olo

gi

No Konsep pengaturandalam peraturanperundang-undangan

Jenis prasarana transportasi yang disusun konsep standarnyaFasilitas danprasarana uji

berkalakendaraanbermotor

Fasilitasterminal

tipe A, B, C

Fasilitaspenyeberangan

dan zebra-cross

Fasilitasdan

peralatanjembatantimbang

Terminal TransportasiJalan, KM 71/1993tentang Uji BerkalaKendaraan Bermotor, KM60/1993 tentang MarkaJalan, KM 65 Tahun 1993tentang FasilitasPendukung Kegiatan LaluLintas dan AngkutanJalan, KM 5 Tahun 1995tentang PenyelenggaraanPenimbangan KendaraanBermotor di Jalan

B KESIMPULAN DARIHASIL CONTENTANALYSIS

5 Prinsip dasarpenyelenggaraanprasarana transportasijalan

6 Kriteria/standar umumdari penyediaan setiapjenis prasaranatransportasi jalan

Penjelasan: - Tabel ini hanya sebagai ilustrasi, akan diisi dengan data hasil analisis.- Setiap sel di dalam tabel akan diisi dengan pokok-pokok pengaturan berkenaan

dengan definisi, tujuan/prinsip dasar fungsi dari setiap prasarana transportasi jalan,kebutuhan lokasi/skala dari setiap jenis prasarana, spesifikasi umum-teknis-fungsional setiap jenis prasarana transportasi jalan

3. Metoda Inventarisasi Kebijakan Pengembangan (Content Analysis)

Inventarisasi kebijakan pengembangan prasarana transportasi jalan merupakan

pelaksanaan dari uraian kegiatan/ruang lingkup pada KAK Butir 2.a point 2). Tujuan

dari pelaksanaan inventarisasi ini adalah untuk mengetahui kebijakan pengembangan

serta strategi, program, dan kegiatan (dalam sejumlah dokumen perencanaan) yang

direncanakan untuk mengembangkan setiap jenis prasarana transportasi jalan yang akan

disusun konsep standar fasilitasnya.

Proses inventarisasi kebijakan pengembangan ini dilakukan dengan metoda content

analysis, yakni suatu metoda untuk menafsirkan teks yang dimuat, dalam hal ini dimuat

dalam sejumlah dokumen perencanaan yang terkait (Cetak biru, Renstra, serta dokumen

yang ada di Daerah dalam Tatralok, RUJTJ atau dokumen terkait lainnya).

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir III- 19

Ba

b III

–M

et

od

olo

gi

Adapun deskripsi aplikasi dari proses content analysis dalam melakukan inventarisasi

kebijakan pengembangan prasarana transportasi jalan disampaikan pada Tabel 3.5 yang

membandingkan arahan/target penyelenggaraan setiap jenis prasarana yang akan

distandarisasi, sehingga diperoleh gambaran mengenai arahan kondisi dan kinerja yang

diharapkan.

Tabel 3.5 Ilustrasi proses content analysis dalam inventarisasi kebijakan pengembangan

No Kebijakan/dokumen rencanapengembangan

Jenis prasarana transportasi yang disusun konsep standarnyaFasilitas danprasarana uji

berkala kendaraanbermotor

Fasilitasterminal

tipe A, B, C

Fasilitaspenyeberang

an danzebra-cross

Fasilitas danperalatanjembatantimbang

A MUATAN KEBIJAKANPENGEMBANGAN DALAMDOKUMEN PUSAT

1 Renstra Kementerian Perhubungan2010-2014

2 Cetak Biru Keselamatan Transportasi3 Renstra Perhubungan Darat

B MUATAN KEBIJAKANPENGEMBANGAN DALAMDOKUMEN DAERAH

4 Renstra Dinas Perhubungan5 Tatrawil/lok6 Rencana Umum Jaringan Transportasi

Jalan (RUJTJ)7 Dokumen lainnyaC KESIMPULAN HASIL CONTENT

ANALYSIS8 Arah kebijakan pengembangan

prasarana transportasi jalan9 Target penyediaan dan kinerja

prasarana transportasi jalan (pendek,menengah, panjang)

10 Strategi, program, dan kegiatanpengembangan prasarana transportasijalan

Penjelasan: - Tabel ini hanya sebagai ilustrasi, akan diisi dengan data hasil analisis.- Setiap sel di dalam tabel akan diisi dengan pokok-pokok kebijakan pengembangan dalam

setiap dokumen berupa arah kebijakan, sasaran/target pengembangan, serta strategi-pogram-kegiatan yang direncanakan untuk mencapai target yang dimaksud

4. Metoda Inventarisasi Perkembangan Teknologi (Descriptive Analysis)

Inventarisasi perkembangan teknologi prasarana transportasi jalan merupakan

pelaksanaan dari uraian kegiatan/ruang lingkup pada KAK Butir 2.a point 3). Tujuan

dari pelaksanaan inventarisasi perkembangan teknologi ini adalah untuk mengetahui

perkembangan terkini dalam konteks penelitian (state-of-the art) serta dalam konteks

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir III- 20

Ba

b III

–M

et

od

olo

gi

aplikasi (state-of-practice) dari teknologi setiap prasarana/fasilitas dan peralatan yang

akan disusun konsep standarnya.

Dalam konteks penyusunan suatu naskah akademis, proses inventarisasi perkembangan

teknologi prasarana ini disebut sebagai proses kajian akademis. Kajian akademis ini

sangat diperlukan agar konsep standar yang disusun konsepnya akan memiliki landasan

teroetis yang kuat dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Metoda analisis

yang digunakan dalam melakukan inventarisasi perkembangan teknologi ini adalah

descriptive analysis yakni suatu metoda untuk memberikan gambaran dengan jelas

makna dari indikator-indikator yang ada, membandingkan dan menghubungkan antara

indikator yang satu dengan indikator lain terkait dengan perkembangan teknologi

prasarana transportasi jalan yang dikaji sehingga diperoleh gambaran mengenai arahan

standarisasi dari konteks kesesuaian dengan aplikasi saat ini dan masa datang, sehingga

standar yang disusun tidak ketinggalan jaman. Adapun gambaran mengenai aplikasi

dari pendekatan descriptive-analysis dalam inventarisasi perkembangan teknologi

prasarana jalan ini disampaikan ilustrasinya pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6 Ilustrasi proses descriptive-analysis untuk inventarisasi perkembangan teknologi

No Perkembangan teknologi terbaru Jenis prasarana transportasi yang disusun konsep standarnyaFasilitas danprasarana uji

berkalakendaraanbermotor

Fasilitasterminaltipe A, B,

C

Fasilitaspenyeberangandan zebra-cross

Fasilitas danperalatanjembatantimbang

A TAHAP PENELITIAN DANPENGEMBANGAN (STATE OF THEART)

1 Hasil penelitian/studi terdahulu dilingkungan Kementerian Perhubungan

2 Hasil penelitian/studi terdahulu di instansipenelitian dalam negeri (Puslitbang Jalan,Perguruan Tinggi, dlsb)

3 Hasil penelitian dari lembaga internasional/negara lain (TRRL, TRB, dlsb)

B TAHAP UJICOBA DAN APLIKASI(STATE OF PRACTICE)

4 Contoh ujicoba aplikasi teknologi terbaruprasarana transportasi jalan

5 Aplikasi yang terbanyak (statewide) disejumlah negara

C KESIMPULAN HASIL DESCRIPTIVEANALYSIS

6 Klasifikasi jenis teknologi prasarana- sudah tidak digunakan,- masih banyak digunakan- sedang dikembangkan7 Perbandingan antar jenis teknologi

(keunggulan/ kelemahan):

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir III- 21

Ba

b III

–M

et

od

olo

gi

Tabel 3.6 Ilustrasi proses descriptive-analysis untuk inventarisasi perkembangan teknologi

No Perkembangan teknologi terbaru Jenis prasarana transportasi yang disusun konsep standarnyaFasilitas danprasarana uji

berkalakendaraanbermotor

Fasilitasterminaltipe A, B,

C

Fasilitaspenyeberangandan zebra-cross

Fasilitas danperalatanjembatantimbang- Biaya- Operability- Resiko- Manfaat dan dampak

Penjelasan: - Tabel ini hanya sebagai ilustrasi, akan diisi dengan data hasil analisis.- Setiap sel di dalam tabel akan diisi dengan data terkait dengan spesifikasi umum-

spesifikasi teknis-spesifikasi fungsi dari setiap jenis teknologi prasarana transportasi jalan(fasilitas/peralatan uji berkala, terminal, penyeberangan, dan jembatan timbang) mulai dariyang paling konvensional s.d yang paling canggih/teknologi terbaru

5. Metoda Analisis dan Evaluasi Kondisi Eksisiting (Gap Analysis)

Analisis dan evaluasi terhadap kondisi eksisting prasarana transportasi jalan di

Indonesia merupakan pelaksanaan dari uraian kegiatan/ruang lingkup pada KAK Butir

2.a point 4). Tujuan dari pelaksanaan analisis dan evaluasi kondisi eksisting ini adalah

untuk mengetahui perkembangan aplikasi penyediaan prasarana transportasi jalan

(eksistensi, lokasi/jumlah/skala, fungsional, dan pemanfaatannya) dibandingkan dengan

indikator/kriteria umum yang diharapkan dalam (1) peraturan perundangan, (2)

kebijakan pengembangan dari sejumlah dokumen perencanaan, dan perkembangan

teknologi terkini. Sehingga dapat diketahui positioning dari kondisi saat ini

dibandingkan dengan harapan, dengan demikian standarisasi yang dibentuk diharapkan

merupakan salah satu bagian dari upaya untuk mencapai harapan tersebut.

Dalam konteks penyusunan suatu naskah akademis, proses analisis dan evaluasi

prasarana transportasi jalan saat ini disebut sebagai proses penelitian lapangan.

Penelitian lapangan ini sangat diperlukan agar standar yang disusun konsepnya akan

memiliki landasan sosiologis yang kuat sehingga tidak akan banyak menemui

permasalahan dalam implementasinya.

Metoda analisis yang digunakan dalam melakukan analisis dan evaluasi kondisi

eksisting ini adalah gap analysis yakni suatu metoda untuk mengukur perbedaan antara

suatu kondisi (umumnya adalah kondisi saat ini) dengan suatu kondisi yang dianggap

lebih baik (intendeed conditions). Dengan gap analysis ini diharapkan diperoleh suatu

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir III- 22

Ba

b III

–M

et

od

olo

gi

penilaian positioning dari kondisi aktual sehingga dapat diketahui apa saja yang perlu

diperbaiki atau ditingkatkan.

Adapun gambaran mengenai aplikasi dari pendekatan gap analysis dalam analisis dan

evaluasi kondisi eksisting prasarana transportasi jalan ini disampaikan ilustrasinya pada

Tabel 3.7.

Tabel 3.7 Ilustrasi proses gap-analysis untuk analisis dan evaluasi kondisi eksistingNo Perbandingan kondisi Jenis prasarana transportasi yang disusun konsep standarnya

Fasilitas danprasarana uji

berkala kendaraanbermotor

Fasilitasterminal tipe

A, B, C

Fasilitaspenyeberangan

dan zebra-cross

Fasilitas danperalatanjembatantimbang

A KONDISI EKSISTING1 Spesifikasi AKTUAL

(umum, teknis, fungsional)2 Kinerja pemanfaatan

AKTUAL (efektivitasmanfaat, dampak)

B KONDISI IDEAL (DARIHASIL ANALISISKEBIJAKAN)

3 Spesifikasi IDEAL (umum,teknis, fungsional)

4 Kinerja pemanfaatan IDEAL(efektivitas manfaat, dampak)

C KONDISIHARAPAN/MASADATANG (DARI HASILANALISIS KEBIJAKANPENGEMBANGAN)

5 Spesifikasi HARAPAN(umum, teknis, fungsional)

6 Kinerja pemanfaatanHARAPAN (efektivitasmanfaat, dampak)

C KONDISI TEKNOLOGITERBARU (DARI HASILINVENTARISASIPERKEMBANGANTEKNOLOGI)

7 Spesifikasi TERBARU(umum, teknis, fungsional)

8 Kinerja pemanfaatanTERBARU (efektivitasmanfaat, dampak)

D KESIMPULAN HASILGAP ANALYSIS

9 Deviasi spesifikasi kondisiterkini dengan:- Kondisi ideal- Kondisi harapan- Kondisi terbaru

10 Deviasi kinerja pemanfaatankondisi terkini dengan:- Kondisi ideal- Kondisi harapan- Kondisi terbaru

Penjelasan: - Tabel ini hanya sebagai ilustrasi, akan diisi dengan data hasil analisis.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir III- 23

Ba

b III

–M

et

od

olo

gi

- Setiap sel di dalam tabel akan diisi dengan data terkait dengan spesifikasi umum-spesifikasi teknis-spesifikasi fungsi serta kinerja pemanfaatan dari setiap jenis teknologiprasarana transportasi jalan dari data survei lapangan (kondisi terkini) maupun hasilpengumpulan data dan analisis pada tahap sebelumnya

6. Metoda Benchmarking Standar

Studi perbandingan/benchmarking standar prasarana transportasi jalan merupakan

pelaksanaan dari uraian kegiatan/ruang lingkup pada KAK Butir 2.a point 5). Tujuan

dari pelaksanaan studi perbandingan/benchmarking ini adalah untuk memperoleh

gambaran mengenai lingkup, spesifikasi, dan aplikasi standar di luar negeri dan untuk

memperkirakan apakah standar tersebut dapat diaplikasikan di Indonesia.

Dalam konteks penyusunan suatu naskah akademis, proses benchmarking ini termasuk

ke dalam proses kajian akademis. Kajian akademis ini sangat diperlukan agar standar

yang disusun konsepnya akan memiliki landasan teoretis aplikatif yang kuat dan dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Metoda analisis yang digunakan dalam melakukan perbandingan/benchmarking standar

ini adalah comparison study yakni suatu metoda untuk membandingkan kondisi atau

pengaturan dari suatu lokasi dengan lokasi lainnya. Dengan studi perbandingan ini akan

diperoleh suatu kecenderungan aplikasi serta contoh aplikasi terbaik yang kemungkinan

dapat diadopsi dalam standar yang akan disusun konsepnya. Berdasarkan lokasi studi

yang telah disampaikan dalam KAK, kegiatan benchmarking ini akan dilakukan di

Malaysia. Adapun gambaran mengenai aplikasi dari pendekatan comparison-study

dalam benchmarking standar ini disampaikan ilustrasinya pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8 Ilustrasi proses comparison-study untuk benchmarking standar

No Perbandingan KondisiIndonesia Malaysia

KesimpulanPengaturan

KondisiEksisting Pengaturan

KondisiEksisting

A FASILITAS PENGUJIANKENDARAAN BERMOTOR

1 Standar fasilitas dasar2 Standar fasilitas pendukungB FASILITAS TERMINAL3 Standar fasilitas dasar4 Standar fasilitas pendukungC FASILITAS

PENYEBERANGAN ORANG/ZEBRA-CROSS

5 Standar fasilitas jembatanpenyeberangan orang

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir III- 24

Ba

b III

–M

et

od

olo

gi

6 Standar fasiltas zebra-crossD FASILITAS JEMBATAN

TIMBANG7 Standar fasilitas dasar8 Standar fasilitas pendukung

Penjelasan: - Tabel ini hanya sebagai ilustrasi, akan diisi dengan data hasil analisis.- Setiap sel di dalam tabel akan diisi dengan data terkait dengan pengaturan standar fasilitas

prasarana jalan dan kondisi eksisting prasarana jalan dari data survei lapangan (kondisiterkini) maupun hasil pengumpulan data dan analisis pada tahap sebelumnya

7. Metoda Perumusan dan Penulisan Naskah Akademis

Penyusunan naskah akademis dari setiap standar yang akan dirumuskan konsepnya

merupakan upaya untuk melaksanakan ruang lingkup/uraian kegiatan yang disampaikan

dalam KAK Butir 2.a point 6). Perumusan naskah akademis akan mengikuti prosedur

yang ada dalam Perpres Nomor 68 Tahun 2005 dan Keputusan Kepala Badan

Pembinaan Hukum Nasional Nomor G-159.PR.09.10 Tahun 1994 tentang Petunjuk

Teknis Penyusunan Naskah Akademik Peraturan Perundang-undangan.

Adapun hasilnya akan berupa suatu dokumen naskah akademis yang berisi beberapa

substansi. Dengan isi dan muatan dari naskah akademis tersebut diharapkan pengaturan

yang disusun dalam konsep standar dapat dipertanggungjawabkan secara legal dan

akademis serta implementable.

Tabel 3.9 Ilustrasi isi dari dokumen naskah akademisBab Daftar Isi Muatan pokokA. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

2. Tujuan dan Kegunaan yang ingin dicapai3. Metode Pendekatan4. Materi Muatan5. Inventarisasi Peraturan Perundang-undangan

Apa yang menjadi landasan daristandar yang disusun, baik secaraakademis, sosiologis, maupunlegal

B. RUANG LINGKUPNASKAHAKADEMIK

1. Umuma. Pengertian-pengertianb. Asas-asas

2. Materi3. Sanksi4. Peralihan5. Penutup

Apa saja pokok-pokokpengaturan yang harus dimuatsebagai standar/acuan dalammenyediakan danmengoperasikan prasaranatransportasi jalan

C. KESIMPULANDAN SARAN

1. Perlunya pengaturan2. Jenis/bentuk pengaturan3. Pokok-pokok materi yang perlu diatur

Apa saja hal-hal utama yangharus diperhatikan dari produkstandar yang disusun

D. LAMPIRAN 1. Daftar kepustakaan2. Inventarisasi Peraturan Perundang-undangan3. Hasil kajian atau penelitian atau makalah-

makalah yang membahas materi standar yangbersangkutan.

Data-data dan informasi yangdiperlukan sebagai pendukungdari standar yang disusun

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir III- 25

Ba

b III

–M

et

od

olo

gi

8. Metoda Perumusan dan Penulisan Konsep Standar

Penyusunan setiap standar prasarana transportasi jalan yang akan dirumuskan

konsepnya merupakan upaya untuk melaksanakan ruang lingkup/uraian kegiatan yang

disampaikan dalam KAK Butir 2.a point 6) dan sebagai tindak lanjut dari hasil

penyusunan naskah akademis dari Bagian 7 sebelumnya.

Proses perumusan konsep standar mengikuti proses yang direkomendasikan dalam PSN

01-2005 tentang Penyusunan SNI. Sebagaimana telah dijelaskan pada Bagian A bahwa

penyusunan konsep standar (penyiapan RSNI 1) ini merupakan tahapan pertama dari

proses penyusunan SNI.

Perumusan konsep standar dilakukan setelah proses penyusunan naskah akademis

selesai dilakukan, namun demikian pada tahapan sebelumnya dan setelahnya akan

dilakukan proses diskusi interaktif dengan para pakar melalui proses diskusi panel yang

akan dilakukan selama 3 kali, yakni:

1. Diskusi panel pertama bertema brain storming akan dilakukan setelah

presentasi pendahuluan (sebelum dilakukan proses survei lapangan). Diskusi

ini akan membahas mengenai lingkup cakupan dari standar yang akan disusun

serta membahas beberapa hal yang harus dipersiapkan, dikumpulkan datanya,

dianalisis dan seterusnya. Rekomendasi dari hasil diskusi panel pertama ini

akan ditindaklanjuti dalam proses analisis dan penyusunan naskah akademis;

2. Diskusi panel kedua, bertema diskusi teknis akan dilakukan setelah naskah

akademis diselesaikan dan konsep awal dari standar disusun. Diskusi ini akan

membahas hal-hal teknis terkait dengan spesifikasi umum-teknis-fungsional

dari setiap item fasilitas dan peralatan yang perlu disediakan pada setiap

prasarana transportasi jalan yang akan disusun konsep standarnya;

3. Diskusi panel ketiga, bertema diskusi tata penyampaian konsep

standar/finalisasi, yang akan dilakukan setelah laporan konsep akhir disusun

(sebelum laporan akhir). Diskusi ini akan membahas tata penyampaian dan

tata bahasa dari konsep standar (dan perbaikan teknis jika masih ada) sehingga

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir III- 26

Ba

b III

–M

et

od

olo

gi

layak untuk diteruskan dalam pembahasan lanjutan (RSNI 2), konsensun

(RSNI 3), sampai dengan penetapan.

Adapun penulisan konsep standar akan mengacu kepada Pedoman BSN Nomor 8-2000

tentang Penulisan Standar Nasional Indonesia (SNI) di mana cakupan muatan dari

setiap konsep standar yang akan disusun disampaikan pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10 Ilustrasi isi dari konsep standar prasarana transportasi jalanBagian Muatan pokok1. RUANG LINGKUP Menjelaskan mengenai cakupan obyek dan spesifikasi standar yang akan diatur di

dalam konsep standar2. ACUAN NORMATIF Menjelaskan acuan peraturan perundangan, standar lainnya (nasional maupun

internasional) yang digunakan sebagai rujukan atau dasar dari konsep standar yangdisusun

3. ISTILAH DAN DEFINISI Menjelaskan apa saja pengertian/pendefinisian dari setiap istilah yang digunakandalam konsep standar agar menjadi kesamaan persepsi dalam penggunaan standar

4. SPESIFIKASI UMUM Menjelaskan persyaratan umum dan fungsional yang diharapkan dari setiap jenisfasilitas dan peralatan yang harus disediakan di setiap jenis prasarana transportasijalan yang disusun konsep standarnya

5. SPESIFIKASI TEKNIS Menjelaskan persyaratan teknis yang harus dipenuhi (terkait dengan material,ukuran, jenis, lokasi, kapasitas, dlsb) dari setiap jenis fasilitas dan peralatan yangharus disediakan di setiap jenis prasarana transportasi jalan yang disusun konsepstandarnya

6. PENUTUP Menjelaskan mengenai apa saja yang perlu diperhatikan dalam mengimplementasidari konsep standar yang disusun

LAMPIRAN-LAMPIRAN Menjelaskan mengenai lampiran normatif (wajib dipertimbangkan) dan lampiraninformatif (bersifat penjelasan atau contoh) sebagai pelengkap dari konsep standaryang disusun

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 1

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

Pada Bab IV bagian Gambaran Penyelenggaraan Prasarana Jalan ini disampaikan

mengenai gambaran penyelenggaraan prasarana transportasi jalan di wilayah yang

menjadi lokasi studi ini yaitu di DKI Jakarta, Kota Pontianak, Kota Yogyakarta, Kota

Padang, dan Kota Surabaya. Dalam bagian ini akan dibahas mengenai gambaran umum

tiap wilayah, gambaran penyelenggaraan prasarana jalan, gambaran penyelenggaraan

transportasi umum, gambaran penyelenggaraan terminal penumpang maupun barang,

penyelenggaraan pengujian kendaraan bermotor, dan penyelenggaraan bengkel umum.

A. Gambaran Penyelenggaraan Prasarana Transportasi Jalan di DKI Jakarta

1. Gambaran Umum Wilayah Studi

Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi 5 wilayah Kota administrasi dan satu Kabupaten

administratif, yakni: Kota administrasi Jakarta Pusat dengan luas 47,90 km2, Jakarta

Utara dengan luas 142,20 km2, Jakarta Barat dengan luas 126,15 km2, Jakarta Selatan

dengan luas 145,73 km2, dan Kota administrasi Jakarta Timur dengan luas 187,73 km2,

serta Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu dengan luas 11,81 km2. Di sebelah

utara membentang pantai sepanjang 35 km, yang menjadi tempat bermuaranya 13 buah

sungai dan 2 buah kanal. Di sebelah selatan dan timur berbatasan dengan Kota Depok,

Kabupaten Bogor, Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi, sebelah barat dengan Kota

Tangerang dan Kabupaten Tangerang, serta di sebelah utara dengan Laut Jawa.

Secara geologis, seluruh dataran terdiri dari endapan pleistocene yang terdapat pada

±50 m di bawah permukaan tanah. Bagian selatan terdiri atas lapisanalluvial, sedang

dataran rendah pantai merentang ke bagian pedalaman sekitar 10 km. Di bawahnya

terdapat lapisan endapan yang lebih tua yang tidak tampak pada permukaan tanah

karena tertimbun seluruhnya oleh endapan alluvium. Di wilayah bagian utara baru

terdapat pada kedalaman 10-25 m, makin ke selatan permukaan keras semakin dangkal

Gambaran Penyelengaraan Prasarana Transportasi JalanBab IV

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 2

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

8-15 m. Pada bagian tertentu juga terdapat lapisan permukaan tanah yang keras dengan

kedalaman 40 m.

Jumlah penduduk dalam periode 2002-2006 terus mengalami peningkatan walaupun

pertumbuhannya mengalami penurunan. Tahun 2002 jumlah penduduk sekitar 8,50 juta

jiwa, tahun 2006 meningkat menjadi 8,96 juta jiwa, dan dalam lima tahun ke depan

jumlahnya diperkirakan mencapai 9,1 juta orang. Kepadatan penduduk pada tahun 2002

mencapai 12.664 penduduk per km2, tahun 2006 mencapai 13.545 penduduk per km2

dan diperkirakan dalam lima tahun kedepan mencapai 13.756 penduduk per km2. Laju

pertumbuhan penduduk pada periode tahun 1980-1990 sebesar 2,42 persen per tahun,

menurun pada periode 1990-2000 dengan laju 0,16 persen. Pada periode 2000-2005,

laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,06 persen per tahun.

Kondisi sosial ekonomi Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta didominasi oleh

pertumbuhan seluruh lapangan usaha yang positif kecuali pertanian. Perkembangan

nilai PDRB pada tahun 2010 sampai dengan 2011 sebagian besar menunjukkan

peningkatan atau rata-rata meningkat setiap tahunnya, untuk nilai PDRB Atas Dasar

Harga Berlaku dan Tanpa Migas Atas Dasar Harga Berlaku mengalami peningkatan

11,8% dan 10,9% pada tahun 2010 sampai 2011.

2. Gambaran Prasarana Jalan

Berdasarkan data dari Ditjen Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum,

2012, panjang jalan di Provinsi DKI Jakarta secara keseluruhan adalah

sepanjang 6.427 km. Berdasarkan status kewenangan pengelolaannya, jalan di

Provinsi DKI Jakarta dapat dilihat dalam Tabel 4.1 berikut,

Tabel 4.1 Panjang Jalan di DKI Jakarta Berdasarkan StatusNo Status Jalan Panjang (km)1 Jalan Nasional 163,782 Jalan Provinsi 1.326,553 Jalan Kota 4.936,93Total Panjang Jalan 6.427

Sumber : Profil dan Kinerja Transportasi Darat DKI Jakarta, 2011

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 3

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

Gambar 4.1 Jaringan Jalan DKI JakartaSumber : Profil dan Kinerja Transportasi Darat DKI Jakarta, 2011.

Terkait dengan penyediaan prasarana pelengkap jalan penyeberangan orang

yang terdiri dari jembatan penyeberangan dan zebra cross, umumnya untuk

penyediaan prasarana penyeberangan orang di Provinsi DKI Jakarta sudah lebih

baik apabila dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia. Penyalahgunaan

jembatan penyeberangan tetap masih ada namun relatif masih lebih baik apabila

dibandingkan dengan pelayanan jembatan penyeberangan di daerah lain.

Gambaran penyelenggaraan pelayanan penyeberangan orang di Provinsi DKI

Jakarta dapat dilihat dalam gambat berikut,

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 4

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

Jembatan Penyeberangan Orang di Kawasan JL.MH.Thamrin

Zebra Cross di Kawasan MonasGambar 4.2 Contoh Fasilitas Penyeberangan di DKI Jakarta

3. Gambaran Prasarana Terminal Penumpang

Dalam melayani kebutuhan transportasi umum bagi masyarakat, di DKI Jakarta

terdapat 11 (sebelas) terminal yang tersebar di 5 wilayah administratif kota di

DKI Jakarta. Dari 11 (sebelas) terminal tersebut 5 terminal merupakan terminal

tipe A dan 6 terminal merupakan terminal tipe B. Daftar terminal yang

melayani transportasi penumpang umum di DKI Jakarta dapat dilihat dalam

tabel berikut,

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 5

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

Tabel 4.2 Terminal di DKI JakartaNo Kota Nama Terminal Tipe Luas (m2)1 Jakarta Selatan Lebak bulus A 6.1502 Jakarta Barat Kalideres A 4.3003 Jakarta Timur Rawamangun A 2.3004 Jakarta Timur Kampung Rambutan A 4.5005 Jakarta Timur Pulo Gadung A 5.4506 Jakarta Selatan Blok M B 2.1007 Jakarta Selatan Pasar Minggu B 1.7508 Jakarta Timur Cililitan B 7509 Jakarta Timur Kampung Melayu B 1.50010 Jakarta Pusat Senen B 2.10011 Jakarta Utara Tanjung Priok B 2.750

Sumber : Profil dan Kinerja Transportasi Darat DKI Jakarta, 2011.

Dari tabel diatas terlihat bahwa terminal lebak bulus merupakan terminal tipe A

dengan luas terminal terbesar dan disusul kemudian dengan terminal Kampung

Rambutan. Kedua terminal ini khususnya terminal Kampung Rambutan,

melayani perjalanan bus antar kota antar Provinsi yang menuju arah timur

maupun selatan dari DKI Jakarta.

Sabagai ibukota negara, dengan jumlah penduduk yang cukup besar,

keberadaan terminal sebagai salah satu simpul transportasi umum di Provinsi

DKI Jakarta tentulah sangat vital. Jumlah armada angkutan umum yang

melayani masyarakat melalui simpul terminal di Provinsi ini pun cukup besar,

sebagai gambaran, jumlah armada angkutan umum yang melayani DKI Jakarta

melalui simpul-simpul terminal yang ada dapat dilihat dalam Tabel 4.3 berikut,

Tabel 4.3 Jumlah Armada Angkutan Umum di Provinsi DKI Jakarta

JenisAngkutan

Tahun – Jumlah PO dan Armada2009 2010 2011

PO Armada PO Armada PO ArmadaAKAP 71 3.449 69 3.669 67 3.704AKDP - 91.082 - 92.113 - 92.241Taksi - 24.324 - 24.541 - 25.312Jumlah 71 118.855 69 120.323 67 121.257Sumber : Profil dan Kinerja Transportasi Darat DKI Jakarta, 2011.

Salah satu terminal tipe A yang cukup besar di DKI Jakarta yaitu Terminal

Lebak Bulus merupakan terminal yang melayani keberangkatan dan kedatangan

angkutan penumpang Antar Kota Antar Provinsi (AKAP), Trayek DKI, dan

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 6

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

Trayek non DKI. Secara rinci, data pelayanan terminal Lebak Bulus dapat

dilihat dalam tabel berikut,

Tabel 4.4. Data Terminal Lebak Bulus

No Deskripsi Penjelasan

1

Jumlah Bus yang melayani 1.024 kendaraan/hariBus AKAP 206 kendaraan/hariTrayek DKI 565 kendaraan/hariTrayek Non DKI 253 kendaraan/hari

2Jumlah RIT Operasi/hari 3.703 RITJumlah RIT AKAP/hari 206 RIT

3

Jumlah Penumpang/hari Masuk = 24.639 orangKeluar = 41.607 orang

Jumlah Penumpang AKAP Berangkat = 2.500 orangTiba = 1.522 orang

4 Jumlah Perusahaan Bus 66 PO

5

Jumlah TrayekAKAP 44 trayekTrayek DKI 16 trayekTrayek non DKI 6 trayek

Sumber : Profil Terminal Lebak Bulus, 2012

Gambar 4.3 Terminal Lebak Bulus, DKI Jakarta

Dalam melayani calon penumpang yang datang maupun berangkat dari

terminal Lebak Bulus, terminal ini dilengkapi dengan 78 loket penjualan tiket

dan fasilitas penunjang lainnya yang mendukung kelancaran pelayanan terminal

terhadap penumpangnya. Gambaran pelayanan fasilitas terminal Lebak Bulus

dapat dilihat dalam tabel berikut,

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 7

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

Tabel 4.5 Fasilitas Terminal Lebak BulusNo Fasilitas Penjelasan1 Luas Terminal 2 Hektare2 Luas Emplasement Terminal 24.070 m2

3 Ruang Tunggu/Kios 510 m2

4 Kantor 1.540 m2

5 Taman 1.839 m2

Gambar 4.4 Fasilitas Terminal Lebak Bulus

4. Gambaran Penyelenggaraan Terminal Barang

DKI Jakarta memiliki satu terminal barang, yaitu terminal angkutan barang

Tanah Merdeka yang terletak di Kalibaru, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara.

Terminal Angkutan Barang Tanah Merdeka ini menjadi tempat transit bagi truk-truk

kontainer yang akan menuju Pelabuhan Tanjung Priok. Umumnya truk-truk pengangkut

barang yang menggunakan terminal angkutan barang ini adalah truk yang tidak

memiliki pool truk atau truk-truk dari wilayah diluar DKI Jakarta.

Terminal angkutan barang Tanah Merdeka ini memiliki luas terminal 50.227 m2.

Dengan kapasitas dapat menampung hingga kurang lebih 250 truk kontainer. Tarif

retribusi bagi truk-truk yang transit di terminal angkutan barang ini adalah sebesar

Rp.20.000 per hari/truk.

5. Gambaran Penyelenggaraan Pengujian Kendaraan Bermotor

Penyelenggaraan pengukuran kendaraan hanya difokuskan pada pengukuran

kendaraan di jembatan timbang. Namun wilayah DKI Jakarta tidak memiliki

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 8

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

jembatan timbang, padahal untuk wilayah Jakarta Utara diperlukan alat

pengukuran kendaraan seperti jembatan timbang, karena untuk wilayah Jakarta

Utara aktivitas kendaraan berat paling tinggi dibandingkan dengan kawasan

Jakarta lainnya, di Jakarta Utara kendaraan yang melintas setiap harinya ada

kurang lebih 6.000 – 7.000 kendaraan berat, namun kapasitas jalan di kawasan

tersebut hanya didesain untuk kapasitas beban kendaraan 10-20 ton. Untuk

Pengujian Kendaraan bermotor di wilayah DKI Jakarta bedasarkan data

Perhubungan Darat Dalam Angka tahun 2010, adalah sebagai berikut :

Tabel 4.6 Data Jumlah Penguji Fungsional

No. LokasiJembatan Fungsional

Pemula PelaksanaPelaksanaLanjutan

Penyedia

1 Kab. Adm. Kepulauan Seribu2 Kota Jakarta Selatan 2 223 Kota Jakarta Timur 12 624 Kota Jakarta Pusat5 Kota Jakarta Barat 5 32 36 Kota Jakarta Utara 2 19 1

Sumber : Perhubungan Darat Dalam Angka, 2011

Untuk Jenis alat pengujian yang digunakan dalan pengujian kendaraan

bermotor adalah dengan menggunakan alat non mekanis, mekanis dan keliling.

Pengujian dengan menggunakan alat pengujuan non mekanis terdapat di Kab.

Adm Kepulauan Seribu dan Kota Jakarta Pusat dengan jumlah alat masing-

masing 1 buah. Untuk alat pengujian mekanis tedapat di Jakarta selatan dengan

jumlah alat sebanyak 5 buah, Jakarta Timur dengan jumlah alat sebanyak 5

buah, Jakarta Barat dengan alat pengujian sebanyak 2 buah dan Jakarta Utara

dengan jumlah alat pengujian sebanyak 1 buah. Jumlah kendaraan yang wajib

uji di DKI jakarta seperti yang tercantum dalam Perhubungan Darat Dalam

Angka pada tahun 2010 adalah sebagi berikut :

Tabel 4.7 Data Jumlah Kendaraan Wajib Uji

No. LokasiJumlah Kendaraan Wajib Uji

Merk AlatUjiMP M.Bus M.Brg KK

Krt.Gan

Krt.Tem

1 Kota Jakarta Selatan - - - - - - -2 Kota Jakarta Timur 11.430 68.207 76.639 - - - CARTEG3 Kota Jakarta Pusat - - - - - - -4 Kota Jakarta Barat - - - - - - -5 Kota Jakarta Utara - - - - - - -Sumber : Perhubungan Darat Dalam Angka, 2010

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 9

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

Berdasarkan data Dinas Perhubungan DKI Jakarta, saat ini terdapat 5 seksi uji

PKB di DKI Jakarta, dan 2 diantaranya dilengkapi pula dengan fasilitas

pengujian berkala, yaitu

- PKB Pulogadung melayani uji berkala dan uji khusus mobil bus; dan

- PKB Cilincing melayani uji berkala kendaraan khusus (truk, trailer,

mobil box, dan kendaraan wajib uji lainnya)

Lokasi PKB Pulogadung yang terletak di Jl.Raya Bekasi Km.1, beroperasi

sejak tahun 1971 dengan luas 1,5 hektare. Peralatan yang ada di lokasi PKB

Pulogadung antara lain adalah 2 (dua) lajur uji mekanis yang dilengkapi dengan

peralatan uji mekanis sistem digital dengan merek Cartec produksi Jerman dan

merek Iyasaka produksi Korea dan Jepang.

Gambar 4.5 UPT PKB seksi Pulogadung, DKI Jakarta

Jenis-jenis peralatan uji kendaraan yang dimiliki oleh UPT PKB seksi

Pulogadung ini antara lain terdiri dari :

a. Alat uji emisi gas buang kendaraan bermotor

b. Alat uji akurasi speedometer kendaraan

c. Alat uji kebisingan suara

d. Alat uji kekuatan intensitas cahaya

e. Alat uji kincup roda depan kendaraan

f. Alat pengukur berat sumbu kendaraan

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 10

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

g. Alat uji rem utama kendaraan

h. Alat uji deteksi sistem-sitsem roda depan

Gambar 4.6 Alat Pengukur beban kendaraan UPT PKB Seksi Pulogadung

Untuk menunjang kelancaran pengiriman data-data hasil pengujian kendaraan

bermotor, maka unit PKB di Pulogadung dilengkapi dengan SIM-komputer

pengujian yang terdiri atas SIM-Komputer Uji Teknis yang dilengkapi dengan

C-Ter (alat untuk memasukkan data identitas kendaraan uji), C-Con (alat untuk

mentransfer hasil data uji teknis ke komputer induk uji teknis yang dinamakan

C-Net. Keseluruhan hasil uji teknis dari C-Net ini dotransfer kembali ke sistem

komputer administrasi (C-Adm).

C-Adm adalah sistem komputer yang merekam dan mengolah data-data

administrasi dari loket-loket pelayanan, yaitu dari komputer pendaftaran uji,

pembayaran retribusi, penetapan uji, pemberian nomor uji, dan dari komputer

pengisian data kartu induk kendaraan, serta mengirimkannya ke komputer hasil

uji. Selain itu C-Adm UPT PKB seksi Pulogadung juga terkoneksi dengan

komputer induk (server computer) yang dikelola oleh seksi fasilitas, sarana dan

prasarana yang mengelola data induk kendaraan wajib uji seluruh Jakarta.

6. Gambaran Penyelenggaraan Bengkel Umum

Penyelenggaraan bengkel umum di DKI Jakarta secara teknis belum diatur

terutama menyangkut spesifikasi teknis peralatan yang harus dimiliki bengkel

umum yang bersangkutan. Beberapa bengkel dengan kualifikasi besar memang

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 11

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

sudah mengadopsi aturan yang dikeluarkan oleh Kementerian Perindustrian

terkait dengan klasifikasi bengkel umum, namun banyak juga yang tidak

berpedoman kepada aturan tersebut.

Namun secara umum, pelayanan bengkel umum di DKI Jakarta sudah cukup

baik, keberadaan bengkel umum yang cukup banyak menjadikan persaingan

usaha di bidang perbengkelan menjadi tinggi, sehingga tiap-tiap bengkel umum

berusaha untuk memberikan pelayanan terbaiknya dengan melengkapi

bengkelnya dengan stall maupun peralatan yang baik, sehingga dapat

memberikan pelayanan yang maksimal dan memberikan pelayanan yang

lengkap bagi kendaraan yang melakukan perbaikan maupun perawatan.

Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan DKI Jakarta, saat ini terdapat sekitar

472 bengkel umum yang tercatat, dan 240 diantaranya merupakan bengkel

umum yang juga sebagai mitra Dinas Perhubungan DKI Jakarta sebagai tempat

pengujian kendaraan bermotor. Meskipun tercatat di Dinas Perhubungan,

namun untuk ketersediaan fasilitas masih belum terstandarisasi, disamping

pedoman yang belum ada, Pemerintah pun masih belum mengadopsi aturan

umum yang sudah ditetapkan dalam KM Perindag No. 551/1999 tentang

Begkel Umum Kendaraan Bermotor. Beberapa bengkel umum yang terdapat di

DKI Jakarta dapat dilihat dalam tabel berikut

Tabel 4.8 Contoh Bengkel Umum di DKI Jakarta

No Nama Bengkel JenisPelayanan

Gambar

1 Aliang Motor - PerbaikanMesin

- PerbaikanChassis

- PerawatanRutin

- Ganti Oli- Engine Tune

Up- Spooring dan

BalancingRoda

- Pengecatan

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 12

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

2 Budi Motor - PebaikanMesin

- PerawatanRutin

- Ganti Oli

3 CK Motorsport - BengkelAksesoriKendaraan

- Ban dan Roda

Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan, 2012.

B. Gambaran Penyelenggaraan Prasarana Transportasi Jalan di Yogyakarta

1. Gambaran Umum Wilayah Studi

Wilayah Kota Yogyakarta terbentang antara 1101524 sampai dengan 1102853 BT

dan 701524 sampai dengan 74926 LS dengan ketinggian rata-rata 114 meter

diatas permukaan laut. Luas wilayah Yogyakarta adalah seluas 325 km2.

Kota Yogyakarta telah terintegrasi dengan sejumlah kawasan disekitarnya, sehingga

batas-batas administratif Kota Yogyakarta adalah :

Barat : Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Kecamatan Kasihan dan

Kabupaten Bantul

Timur : Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman dan Kecamatan Banguntapan

serta Kabupaten Bantul

Utara : Kecamatan Melati dan Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

Selatan : Kecamatan Banguntapan, Kecamatan Sewon, Kecamatan Kasihan dan

Kabupaten Bantul

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 13

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

Gambar 4.7 Peta Wilayah Yogyakarta

Jumlah penduduk Kota Yogyakarta, berdasarkan Sensus Penduduk 2010, berjumlah

388.088 jiwa, dengan proporsi laki-laki dan perempuan yang hampir setara. Islam

merupakan agama mayoritas yang dianut masyarakat Yogyakarta, dengan jumlah

penganut Kristen dan Katolik yang relatif signifikan. Seperti kebanyakan dari Islam

kebanyakan di kota-kota pedalaman Jawa, mayoritas masih mempertahankan tradisi

Kejawen yang cukup kuat.

Tabel 4.9 Jumlah Penduduk Kota Yogyakarta

T a h u n Jumlah Penduduk Luas Wilayah(KM²)

Kepadatan Penduduk(Jiwa/KM²)

2000 3.121.701 325,00 9.605,232001 3.169.006 326,00 9.720,882002 3.217.028 327,00 9.838,012003 3.265.778 328,00 9.956,642004 3.315.267 329,00 10.076,802005 3.365.506 330,00 10.198,502006 3.400.107 331,00 10.272,232007 3.434.534 332,00 10.344,98

Sumber : DI Yogyakarta Dalam Angka, 2008

Berdasarkan perhitungan PDRB atas harga konstan, perekonomian Provinsi D.I

Yogyakarta tahun 2007 tumbuh sekitar 4.31 %, lebih tinggi dibandingkan tahun

sebelumnya yang mencapai 3.70 % (angka yang diperbaiki).

Ekonomi D.I Yogyakarta tahun 2007 adalah pertumbuhan positif dari seluruh sektor.

Sektor pertambangan/penggalian mengalami pertumbuhan paling besar yaitu sebesar

9.69 %, disusul dengan sektor bangunan dan listrik/gas/air masing-masing sebesar 9.66

% dan 8.45 %. Sektor keuangan, angkutan/komunikasi, sektor perdagangan dan sektor

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 14

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

jasa-jasa tahun ini tumbuh positif sebesar 6.49 %, 6.45 % dan 5.06 % dan 3.61 %.

Sedangkan pertumbuhan sektor industri pengolahan dan sektor pertanian relatif kecil,

tercatat sebesar 1.89 % dan 0.80 %. Dengan pendapatan seperti itu maka pendapatan

perkapita untuk Kota Yogyakarta adalah sebesar 2.503.823,81 Rp/jiwa/tahun.

Tabel 4.10 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku D.I Yogyakarta

No. Sektor Usaha /Lapangan Usaha

Tahun ( Rp. Jutaan)2006 2007

1 Pertanian 28.772 28.7512 Pertambangan dan Penggalian 451 4973 Industri Pengolahan 797.702 866.7474 Listrik, Gas dan Air Bersih 145.225 158.7835 Bangunan 623.423 740.3686 Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.715.860 1.908.2997 Angkutan dan Komunikasi 1.393.144 1.508.3998 Keuangan, Sewa & Jasa Perusahaan 1.107.768 1.269.5799 Jasa 1.920.294 2.118.045

PDRB 7.732.639 8.599.468Sumber : D.I Yogyakarta Dalam Angka, 2008

2. Gambaran Penyelenggaraan Prasarana Jalan

Secara umum berdasarkan data Ditjen Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum, total

panjang jalan di Provinsi ini adalah sepanjang 4.598,1 km dengan rincian panjang jalan

nasional 168,8 km, dan jalan provinsi 621,6 km. Sedangkan berdasarkan data dari DI.

Yogyakarta Dalam Angka 2010, panjang jalan khusus untuk di wilayah Kota

Yogyakarta dapat dilihat dalam Tabel 4.8 berikut

Tabel 4.11 Panjang Jalan di DI Yogyakarta Berdasarkan StatusNo Status Jalan Panjang (km)1 Jalan Nasional 18,13 km2 Jalan Provinsi -3 Jalan Kota 244.142 kmTotal Panjang Jalan 244.160,13 km

Sumber : DI Yogyakarta Dalam Angka 2010, 2011.

Terkait dengan penyediaan prasarana pelengkap jalan penyeberangan orang

yang terdiri dari jembatan penyeberangan orang serta zebra cross, secara umum

kondisi jembatan penyeberangan orang di Kota Yogyakarta relative cukup baik

meskipun jumlahnya belum mencukupi, sedangkan untuk penyediaan zebra

cross kondisinya cukup baik hanya saja banyak penempatan zebra cross yang

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 15

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

tidak digunakan dengan baik oleh pemakai jalan, khususnya di kawasan ramai

pedestrian seperti di jalan Malioboro.

Zebra Cross sekitar Malioboro

Rambu Sekitar Keraton YogyaGambar 4.8 Sarana Transportasi di Yogyakarta

3. Gambaran Penyelenggaraan Terminal Penumpang

Untuk melayani kebutuhan mobilitas masyarakat Kota Yogyakarta khususnya

bagi masyarakat pengguna angkutan umum, di Kota Yogyakarta terdapat

beberapa terminal sebagai simpul transportasi angkutan umum. Terminal

terbesar di Kota Yogyakarta adalah terminal Giwangan yang berlokasi di Pusat

Kota Yogyakarta menggantikan terminal Umbulharjo yang saat ini diopersikan

untuk melayani angkutan dalam Kota. Secara umum di wilayah Provinsi DI.

Yogyakarta terdapat 5 (lima) terminal, satu terminal tipe A, tiga terminal tipe

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 16

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

B, dan satu terminal tipe C. Data terkait terminal di Provinsi DI Yogyakarta

dapat dilihat dalam Tabel 4.12 berikut,

Tabel 4.12 Terminal Penumpang di DI.YogyakartaNo Nama Terminal Tipe Luas Lokasi1 Giwangan A 50.000 Kota Yogyakarta2 Wates B 450 Kab. Kulon Progo3 Wonosari B 400 Kab. Sleman4 Pasar Klopo C 300 Kab. Sleman

Sumber : Perhubungan Dalam Angka 2011

Terminal yang berada di Kota Yogyakarta adalah terminal Giwangan yang

merupakan terminal tipe A yang melayani kedatangan dan keberangkatan bus

AKAP, AKDB, bus perkotaan, dan angkutan kota. Detail data terminal

giwangan di Kota Yogyakarta dapat dilihat dalam tabel berikut,

Tabel 4.13. Data Terminal Giwangan

No Deskripsi Penjelasan1 Lalu Lintas Orang 2.658.359 org/tahun2 Lalu Lintas Kendaraan 810.639 kend/tahun3 Tipe Terminal A4 Luas Terminal 58.850 m2

Sumber : Perhubungan Dalam Angka 2011

Aktifitas Naik Turun Penumpang Terminal Giwangan

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 17

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

Akses Masuk Terminal GiwanganGambar 4.9 Terminal Giwangan, Yogyakarta

Untuk melayani penumpang, terminal Giwangan memiliki bangunan gedung

terminal yang cukup representatif. Ruang tunggu yang cukup nyaman, papan

informasi keberangkatan, serta keberadaan petugas terminal cukup membantu

dan memberikan kenyamanan bagi calon penumpang yang akan bepergian

maupun datang dari terminal Giwangan ini. Pada tabel berikut dapat dilihat

beberapa fasilitas yang dimiliki oleh terminal Giwangan Kota Yogyakarta,

Tabel 4.14 Fasilitas Terminal Giwangan

No Deskripsi Penjelasan1 Luas Ruang Tunggu Terminal 920,80 m2

Kapasitas Ruang Tunggu Terminal 600 orang2 Fasilitas Parkir Kendaraan

Bus AKAP 116Bus AKDP 25Bus Perkotaan 50Taksi 70Kendaraan Pribadi Roda 2 240Kendaraan Probadi Roda 4 125

3 Fasilitas PenunjangWartel 12 unitATM 2 unitLoker 1 unitTempat Ibadah 1 Mesjid, 2 MusholaToilet 16 buah

Sumber : Perhubungan Dalam Angka, 2011

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 18

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

4. Gambaran Penyelenggaraan Pengujian Kendaraan Bermotor

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta No. 17 Tahun 2009 mengenai

Retribusi Pengujian Kendaraan bermotor, menyatakan bahwa pengujian

kendaraan bermotor adalah serangkaian kegiatan menguji dan atau memeriksa

bagian-bagian kendaraan wajib uji dan kendaraan dapat uji, dalam rangka

pemenuhan persyaratan teknis dan laik jalan. Pengujian berkala kendaraan

bermotor yang disebut juga dengan uji berkala adalah pengujian kendaraan

bermotor yang dilakukan secara berkala oleh setiap kendaraan yang wajib uji,

kendaraan yang wajib uji adalah bus, mobil barang, kendaraan khusus, kereta

gandengan, kereta tempelan dan kendaraan umum yang dioperasikan di jalan.

Jumlah kendaraan yang wajib uji di DI Yogyakarta seperti yang tercantum

dalam Perhubungan Darat Dalam Angka pada tahun 2010 adalah sebagi berikut

:

Tabel 4.15 Data Jumlah Kendaraan Wajib Uji

No. LokasiJumlah Kendaraan Wajib Uji

Merk Alat UjiMP M.Bus M.Brg KK

Krt.Gan

Krt.Tem

1 Kab. Kulon Progo 93 379 1.521 10 1 HPA2 Kab. Bantul 128 488 4.780 2 ANZEN3 Kab. Gunung Kidul MULLER

BEAM4 Kab. Sleman 99 528 4.012 2 HPA5 Kab. Yogyakarta 811 1.230 9.754 10 33 IYASAKASumber ; Perhubungan Darat Dalam Angka, 2011

Sejak tahun 2000 beberapa kabupaten yang ada di DI. Yogyakarta telah

menaikan jumlah retribusi untuk uji kendaraan namun tidak untuk Kabupaten

Gunung Kidul. Pada tahun 2011 Kabupaten Gunung Kidul menaikan jumlah

retribusi yang di bebankan kepada pemilik kendaraan ketika uji kendaraan.

Berdasarkan data Perhubungan Dalam Angka Tahun 2010 jenis alat untuk

pengujian kendaraan yang di gunakan di DI Yogyakarta adalah dengan alat

mekanis dengan jumlah alat masing-masing di setiap kabupatennya berjumlah 1

buah tetapi untuk di Kabupaten Yogyakarta terdapat 2 alat uji mekanis dan 1

buah alat uji kendaraan keliling yang hanya ada di Kabupaten Kulon Progo.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 19

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

Pemeriksaan teknis kendaraan bermotor dilakukan melalui beberapa tahapan

yaitu :

1. Pemeriksaan sistem kemudi

2. Pemeriksaan as roda depan dan belakang

3. Pemeriksaan suspensi

4. Pemeriksaan rangka

5. Pemeriksaan Body, Cabin, Dashboard, Tempat Duduk, dan Bak Muatan

6. Pemeriksaan Penerus Daya

7. Pemeriksaan penggerak dan sistem pembuangan

8. Pemeriksaan peralatan kendaraan minimal (dongkrak, alat pembuka ban,

Kipas)

9. Pemeriksaan perlengkapan minimal (ban cadangan, segitiga pengaman)

10.Pemeriksaan sabuk keselamatan

11.Pengukuran dimensi kendaraan (untuk kendaraan baru, mutasi, dan

rubah bentuk)

Gambar 4.10 Denah UPTD PKB Kota Yogyakarta

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 20

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

Sedangkan peralatan pemeriksaan yang dimiliki oleh UPTD Pengujian

Kendaraan Bermotor Kota Yogyakarta antara lain terdiri dari :

a. Carlift

Digunakan untuk melakukan pemeriksaan bagian bawah kendaraan.

Bagian yang dilakukan pemeriksaan antara lain. Alat Carlift yang

dimiliki oleh UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor bermerk Iyasaka.

Gambar 4.11 Carlift milik UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor Kota

Yogyakarta

b. Side Slip Tester

Digunakan untuk melakukan penyimpangan sikap roda depan (kincup

roda depan). Pemeriksaan penyimpangan sikap roda depan dengan

ambang batas antara -5 mm/m +5 mm/m diukur pada kecepatan 5

km/jam. Alat Side Slip Tester yang dimiliki oleh UPTD Pengujian

Kendaraan Bermotor Kota Yogyakarta bermerek Iyasaka.

c. Head Light Tester

Dilakukan untuk mengukur identitas Cahaya pada Lampu Utama Jauh

beserta penyimpangannya. Pengukuran identitas cahaya pada lampu

utama jauh pada kendaraan bermotor dengan standar 12.000 cd untuk

lampu utama jauh. Alat Head Light Tester milik UPTD Pengujian

Kendaraan Bermotor bermerk Cartec.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 21

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

Gambar 4.12 Head Light Tester milik UPTD Pengujian Kendaraan

Bermotor Kota Yogyakarta

d. Axle Load Weight Beam

Digunakan untuk menimbang berat kendaraan, penimbangan kendaraan

pada masing-masing sumbu kendaraan untuk menentukan daya angkut

dan muatan sumbu. Alat Axle Load Weight Beam yang dimiliki oleh

UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor Kota Yogyakarta bermerk Cartec

produksi Jerman.

Gambar 4.13 Axle Load Weight Beam milik UPTD Pengujian

Kendaraan Bermotor Kota Yogyakarta

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 22

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

e. Brake Tester

Digunakan untuk mengukur efisiensi gaya pengereman dan

penyimpangan kendaraan. Pengukuran dengan standar efisiensi kekuatan

rem minimal 50% dengan catatan penyimpangan roda kanan dengan kiri

maksimal 30 % untuk standar kendaraan pabrikan Eropa (MEE) dan 8 %

untuk standar kendaraan pabrikan Jepang (JIS). Alat Brake Tester yang

dimiliki oleh UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor Kota Yogyakarta

bermerek Iyasaka.

f. Speedometer Tester

Digunakan untuk mengukur penyimpangan kecepatan kendaraan dan

memeriksa kelayakan dan ketepatan pengukuran kecepatan di kendaraan.

Pengukuran penyimpangan kecepatan kendaraan dengan ambang batas -

10% sampai +15% pada kecepatan 40 km/jam. Alat Speedometer Tester

yang dimiliki oleh UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor Yogyakarta

bermerek Iyasaka.

g. Smoke Tester

Smoke Tester ini Digunakan untuk menguji emisi gas buang dan

ketebalan asap. Pemeriksaan terhadap ambang batas emisi gas buang

kendaraan bermotor di UPTD pengujian kendaraan bermotor Pontianak

menggunakan alat uji emisi dari pabrikan Iyasaka, yang tersedia alat uji

untuk kendaraan diesel dan kendaraan bensin.

5. Gambaran Penyelenggaraan Bengkel Umum

Seperti halnya daerah-daerah lain pada umumnya, penyelenggaraan bengkel umum di

Kota Yogyakarta tidak diatur secara teknis. Penyelenggaraan bengkel umum cukup

memiliki izin dari Dinas Teknis daerah yang terkait dengan perijinan dan retribusi,

sedangkan untuk standarisasi peralatan bengkel belum diatur secara spesifik oleh Dinas

Perhubungan Kota Yogyakarta.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 23

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

Untuk mendapatkan gambaran terkait dengan penyelenggaraan bengkel umum di Kota

Yogyakarta, dilakukan pengamatan pada beberapa bengkel umum yang melayani

kendaraan roda dua maupun roda empat. Dari hasil pengamatan dan wawancara

pemilik, peralatan yang dimiliki oleh bengkel umum tersebut hanya menyesuaikan

kepada kebutuhan pelayanan berdasarkan penilaian pemilik bengkel dan masukan dari

pelanggan, dan tidak mengikuti standar yang ditetapkan oleh KM Perindag No

551/1999. Sebagai gambaran, pada tabel berikut dapat dilihat beberapa bengkel

umum di Kota Yogyakarta.

Tabel 4.16 Contoh Bengkel Umum di Kota YogyakartaNo Nama Bengkel Jenis Pelayanan Gambar1 Ucok Motor

(Bengkel UmumKendaraan RodaDua)

- PerbaikanMesin

- PerawatanRutin

- Ganti Oli- Engine Tune

Up

2 DAM Motor

(Bengkel UmumKendaraan RodaEmpat)

- PerbaikanMesin

- PerawatanRutin

- Ganti Oli- Engine Tune

Up- Pengecatan

Sumber : Hasil Survey, 2012.

C. Gambaran Penyelenggaraan Prasarana Transportasi Jalan di Kota Padang

1. Gambaran Umum Wilayah Studi

Kota Padang adalah ibukota Propinsi Sumatera Barat yang terletak di pantai barat Pulau

Sumatera dan berada antara 0o 44' 00" dan 1o 08' 35" Lintang Selatan serta antara 100o

05' 05" dan 100o 34' 09" Bujur Timur. Menurut PP No. 17 Tahun 1980, luas Kota

Padang adalah 694,96 km2 atau setara dengan 1,65 persen dari luas Propinsi Sumatera

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 24

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

Barat. Kota Padang terdiri dari 11 kecamatan dengan kecamatan terluas adalah Kota

Tangah yang mencapai 232,25 km2.

Gambar 4.14 Peta wilayah Kota Padang

Secara administratif Kota Padang berbatasan langsung dengan Kabupaten Solok di

sebeah utara, sebelah barat berbatasan langsung dnegan Samedera Hindia dan Selat

Mentawai, sebelah utara berbatasan langusung dengan Kabupaten Padang Pariaman,

dan untuk sebelah selatan berbatasan langsung dengan Pesisir Selatan.

Kota Padang merupakan kota dengan jumlah penduduk paling banyak di provinsi

Sumatera Barat, berdasarkan data kependudukan tahun 2010, jumlah penduduk kota

Padang mencapai 838.190 jiwa dari tahun sebelumnya. Data dari jumlah penduduk

Kota Padang disampaikan dengan tabel berikut ini:

Produk daerah yang dihasilkan sangat terkait dengan aktifitas perekonomian daerah.

Semakin tinggi produktivitas daerah maka Produk Domesti Regional Bruto (PDRB)

nya semakin tinggi. Pada tahun 2010 perekonomian Kota Padang masih terlihat tetap

mengalami peningkatan. Ini ditandai dengan tingkat pertumbuhan PDRB pada tahun

2010 sebesar 6.14 % yaitu dari 9.577,49 milyar rupiah menjadi 10.165,74 milyar rupiah

pada tahun 2010 atau secara nominal naik sebesar 588,25 milyar rupiah.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 25

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

Tabel 4.17 Jumlah Penduduk Kota Padang

T a h u n Jumlah PendudukLuas Wilayah

(KM²)Kepadatan Penduduk

(Jiwa/KM²)2006 765.450 694,96 1.101,432007 784.740 694,96 1.129,192008 801.344 694,96 1.153,082009 819.740 694,96 1.179,552010 838.190 694,96 1.206,10

Sumber : Padang Dalam Angka, 2011

Tabel 4.18 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kota Padang

No. Sektor Usaha /Lapangan Usaha

Tahun ( Rp. Jutaan)2008 2009 2010

1 Pertanian 677,84 835,72 978,262 Pertambangan dan Penggalian 217,09 259,85 300,953 Industri Pengolahan 2.022,96 2.396,88 2.668,744 Listrik, Gas dan Air Bersih 310,73 350,45 392,705 Bangunan 592,09 714,40 792,996 Perdagangan, Hotel dan Restoran 2.827,74 3.147,24 3.607,727 Angkutan dan Komunikasi 3.390,75 3.797,93 4.251,108 Keuangan, Sewa & Jasa Perusahaan 1.050,90 1.256,83 1.467,699 Jasa 2.175,97 2.534,97 2.909,03

PDRB 13.266,07 15.294,27 17.369,18Sumber: Padang dalam Angka, tahun 2011

Dari data PDRB Kota Padang dapat dlihat bahwa sektor usaha yang paling besar

didapat dari angkutan dan komunikasi yang mecapai 25,56% dari total PDRB Kota

Medan, sedangkan untuk pendapatan terbesar kedua diperoleh dari sektor perdagangan,

hotel dan restoran yang mencapai angka 21,32% dari total PDRB, untuk sektor indstri

pengolahan, jasa dan keuangan, sewa dan jasa perusahaan berada pada nilai yang

hampir sama untuk perolahan pendapatan yang menunjang PDRB Kota Medan,

sedangkan untuk usaha lain berada di bawah angka 10%. Dari jumlah PDRB Kota

Padang pada tahun 2007 maka pendapatan Kota Padang perkapita adalah sebesar Rp.

20.722.246 jiwa/tahun.

2. Gambaran Penyelenggaraan Prasarana Jalan

Berdasarkan data yang terdapat Padang Dalam Angka kondisi jalan Kota

Padang tahun 2010 tidak mengalami perubahan yang signifikan bila di

bandingkan dengan tahun sebelumnya. Menurut jenis permukaan, jalan di Kota

Padang sebagian besar telah beraspal yaitu sebesar 79,53 persen (748,6 km),

namun bila dilihat menurut kondisinya, sebagian besar jalan yang ada di Kota

Padang dengan kondisi daik yaitu sebesar 72,18 persen (677,22 km). Untuk

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 26

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

panjang jalan di Kota Padang jika di lihat berdasarkan statusnya, dapat di liat

pada tabel 4.19 berikut.

Tabel 4.19 Panjang Jalan di Kota Padang Berdasarkan StatusNo Status Jalan Panjang (km)1 Jalan Nasional 100,60 km2 Jalan Provinsi -3 Jalan Kota 1642,43 kmTotal Panjang Jalan 1743,03 km

Sumber : Kota Padang Dalam Angka 2011.

Secara umum transportasi dalam kota di Kota Padang di donminasi oleh

angkutan kota dengan jumlah yang cukup banyak, sedangkan untuk transportasi

Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) menggunakan bis kecil. Transportasi darat

untuk angkutan umum di Kota Padang berpusat di Terminal Bingkuang Air Pacah.

Terminal ini melayani kendaraan umum antar kota antar provinsi (AKAP) dan antar

kota dalam provinsi (AKDP). Distribusi jalur antar kota dalam provinsi dari Terminal

Bingkuang Air Pacah akan berakhir di terminal angkutan umum tiap kota atau

kabupaten di Sumatera Barat.

Zebra Cross Jl.A. Yani

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 27

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

Trotoar sekitar Jl. A. Yani PadangGambar 4.15 Prasarana Transportasi Kota Padang

3. Gambaran Penyelenggaraan Terminal Penumpang

Terminal yang ada di Kota Padang berdasarkan Perhubungan Darat Dalam

Angka tahun 2010 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.20 Terminal Penumpang di Kota PadangNo Nama Terminal Tipe Luas (m2) Lokasi1 Andalas A 6.200 Kota Padang2 Jl. Pemuda B 16.650 Kota Padang3 Pasar Goan Hoat C 7.200 Kota PadangSumber : Perhubungan Darat Dalam Angka, 2011

Namun pada kenyataannya terminal Andalas saaat ini sudah tidak ada dan

berubah fungsi menjadi Plaza Andalas. Saat ini terminal bus yang ada di Kota

Padang dan berfungsi melayani kendaraan umum antar kota antar provinsi (AKAP)

dan antar kota dalam provinsi (AKDP) adalah Terminal Bingkuang Air Pacah dan saat

ini pun terminal tersebut sudah tidak beroperasi lagi.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 28

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

Bangunan Depan terminal Bingkuang Air Pacah

Bagian Dalam terminal Bingkuang Air Pacah

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 29

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

Aktivitas dalam Terminal Bingkuang Air Pacah Tahun 2008Gambar 4.16 Eks Terminal Bingkuang Air Pacah Kota Padang

4. Gambaran Penyelenggaraan Pengujian Kendaraan Bermotor

Pada saat ini Kota Padang sedang meningkatkan pelayanan pengujian

kendaraan bermotor dengan menetapkan standar waktu 25 menit untuk

pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor. Penetapan standar waktu minimal

pengujian itu berdasarkan Perda Kota Padang No. 7 Tahun 2005 Tentang

retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor.

Fasilitas pengujian kendaraan bermotor di Kota Padang terdapat di Jl.St Syahrir

Kota Padang. Berdasarkan data di buku Perhubungan Dalam Angka tahun 2010

untuk Kota Padang jumlah penguji Unit Pengujian Kendaraan bermotor

terdapat 3 penguji pelaksana, 21 penguji pelaksana lanjutan dan 3 penyedia.

Jenis alat yang digunakan adalah alat mekanik yang berjumlah 1 buah dengan

merk alat uji Iyasaka dengan tahun pembuatan 2007.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 30

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

Gambar 4.17 Fasilitas pengujian Kendaraan Bermotor Kota Padang

5. Gambaran Penyelenggaraan Bengkel Umum

Seperti halnya daerah-daerah lain pada umumnya, penyelenggaraan bengkel umum di

Kota Padang belum diatur secara teknis. Penyelenggaraan bengkel umum yang cukup

besar umumnya mengacu kepada KM Perindag No 551/1999, namun sebagian

besar belum mengacu kepada aturan tersebut. Sedangkan terkait standar bagi

bengkel umum secara teknis, Dinas Perhubungan Kota Padang belum

menerbitkan aturan yang menjadi pegangan bagi para pemilik bengkel umum di

Kota Padang

Untuk mendapatkan gambaran terkait dengan penyelenggaraan bengkel umum di Kota

Padang, dilakukan pengamatan pada beberapa bengkel umum yang melayani kendaraan

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 31

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

roda dua maupun roda empat. Sebagai gambaran, pada tabel berikut dapat dilihat

beberapa bengkel umum di Kota Padang.

Tabel 4.21 Contoh Bengkel Umum di Kota Padang

No Nama BengkelJenis

Pelayanan Gambar

1 Dayu Motor

(BengkelUmumKendaraanBermotor RodaEmpat)

- PerbaikanMesin

- PerbaikanChassis

- PerawatanRutin

- Ganti Oli- Engine Tune

Up- Balancing

Roda2 Duku Motor

(BengkelUmumKendaraanBermotor RodaDua)

- PerbaikanMesin

- PerawatanRutin

- Ganti Oli- Engine Tune

Up- Perbaikan

Roda- Aksesori

Motor3 Bengkel

Capella Medan

(BengkelUmumKendaraanBermotor RodaEmpat)

- PerbaikanMesin

- PerbaikanChassis

- PerawatanRutin

- Ganti Oli- Engine Tune

Up- Spooring dan

BalancingRoda

- PengecatanSumber : Hasil Pengamatan Lapangan, 2012

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 32

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

D. Gambaran Penyelenggaraan Prasarana Transportasi Jalan di Kota Pontianak

1. Gambaran Umum Wilayah Studi

Kota Pontianak merupakan Ibukota Propinsi Kalimantan Barat yang terdiri dari 6

(enam) kecamatan dan terbagi menjadi 29 (dua puluh sembilan) kelurahan dengan luas

107,82 km² . Kota Pontianak terletak pada Lintasan Garis Khatulistiwa dengan

ketinggian berkisar antara 0,10 meter sampai 1,50 meter diatas permukaan

laut. Kota Pontianak dipisahkan oleh Sungai Kapuas Besar, Sungai Kapuas Kecil dan

Sungai Landak dengan lebar = 400 meter, kedalaman air antara 12 s/d 16 meter,

sedangkan cabangnya mempunyai lebar 250 meter.

Adapun jumlah penduduk tetap Kota Pontianak Tahun 2010 hasil proyeksi yang

menggunakan data Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun 2008 dan Sensus

Penduduk Tahun 2000 berjumlah 521.569 jiwa. Sedangkan dari hasil Sensus Penduduk

Tahun 2000 penduduk Kota Pontianak berjumlah 464.534 jiwa, sedangkan jumlah

penduduk untuk Tahun 2008 adalah 521.569 jiwa. Jumlah penduduk dan luas daerah

per Kecamatan di Kota Pontianak selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.20.

Tabel 4.22 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk per Kecamatandi Kota Pontianak

No. KecamatanLuas

Wilayah(Km2)

JumlahPenduduk

1. Pontianak Selatan 14,54 85.5602. Pontianak Tenggara 14,83 34.7423. Pontianak Timur 8,78 70.5414. Pontianak Barat 16,94 112.6675. Pontianak Kota 15,51 104.7696. Pontianak Utara 37,22 108.291

Sumber: Kota Pontianak dalam Angka, Tahun 2011

Kota Pontianak terdiri dari 6 (enam) kecamatan, yaitu Pontianak Selatan, Pontianak

Tenggara, Pontianak Timur, Pontianak Barat, Pontianak Kota dan Pontianak Utara. Peta

administrasi Kota Pontianak dapat dilihat pada Gambar 4.12

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 33

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

Gambar 4.18 Peta Administrasi Kota Pontianak

Berdasarkan penghitungan PDRB atas dasar harga konstan 2000, laju pertumbuhan

ekonomi Kota Pontianak tahun 2010 adalah sebesar 5,29 persen. Angka ini didapat dari

adanya peningkatan PDRB Kota Pontianak menurut harga konstan 2000, dimana pada

tahun 2009 sebesar Rp.5.477.863,73 juta meningkat menjadi Rp. 5.767.721,69 juta di

tahun 2010.

Hampir seluruh sektor ekonomi pada tahun 2010 mengalami pertumbuhan. Laju

pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 ini antara lain didukung oleh pertumbuhan di

sektor dominan seperti sektor Industri Pengolahan, sektor Bangunan, sektor

Perdagangan, Hotel dan Restoran serta sektor-sektor lain yang peranannya lebih kecil.

Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang merupakan sektor yang paling dominan

pada perekonomian Kota Pontianak, di tahun 2010 pertumbuhannya meningkat

dibandingkan pertumbuhan di tahun 2009. Pada tahun 2009 pertumbuhan di sektor

Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 5,55 persen dan di tahun 2010 meningkat

menjadi 5,82 persen. Peningkatan pertumbuhan disektor Perdagangan, Hotel dan

Restoran ini tentunya tidak terlepas dari adanya peningkatan volume perdagangan serta

peningkatan jumlah tamu hotel serta rumah makan dan restoran di kota Pontianak.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 34

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

Struktur perekonomian di Kota Pontianak sampai dengan tahun 2010 masih di dominasi

oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dengan peranannya sebesar 22,32 persen.

Hal ini berarti bahwa naik turunnya pertumbuhan di sektor Perdagangan, Hotel dan

Restoran akan sangat mempengaruhi naik turunnya pertumbuhan perekonomian secara

keseluruhan di Kota Pontianak. Sektor lain yang peranannya cukup penting dalam

pembentukan PDRB Kota Pontianak adalah sektor Jasa-jasa dengan peranannya sebesar

20,70 persen dan sektor Pengangkutan dan Komunikasi dengan peranan sebesar 20,07

persen.

Nilai PDRB per Kapita di suatu wilayah di dapat dari pembagian antara nilai Produk

Domestik Regional Bruto dengan jumlah penduduk per tengahan tahun di wilayah

tersebut. Jika di bandingkan dengan nilai yang sama dengan wilayah lain dalam kurun

waktu yang sama maka nilai PDRB per Kapita ini dengan cepat akan memperlihatkan

secara relatif tingkat kemakmuran wilayah tersebut dibandingkan dengan wilayah lain.

Artinya adalah jika nilai PDRB per Kapita-nya lebih besar dari nilai PDRB per Kapita

di wilayah lain maka penduduk wilayah tersebut dapat dikatakan relatif lebih makmur

demikian juga sebaliknya.

Untuk wilayah kota Pontianak, nilai PDRB per Kapitanya selalu memperlihatkan

adanya kenaikan bila dibandingkan dengan periode terdahulu. Di tahun 2010 misalnya

nilainya adalah sebesar Rp. 14.819.653 yang berarti meningkat sebesar 7,76 %

dibandingkan dengan nilai di tahun 2004 yang sebesar Rp. 13.751.736.

2. Gambaran Prasarana Jalan

Berdasarkan data BPS Kota Pontianak Dalam Angka tahun 2011 bahwa panjang jalan

yang ada di Kota Pontianak adalah 291,65 km dengan rincian menurut statusnya seperti

pada tabel berikut.

Tabel 4.23 Data Panjang Jalan Kota Pontianak Berdasarkan StatusNo Status Jalan Panjang (km)1 Jalan Nasional 37,52 Jalan Provinsi 10,63 Jalan Kota 243,55

Total Panjang Jalan 291,65Sumber : Kota Pontianak Dalam Angka 2011

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 35

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

Jika dilihat menurut jenis permukaannya hampir 64,81% jalan dengan permukaan aspal,

8,60% permukaan kerikil, 8,82% permukaan tanah dan 1,82% permukaann lainnya.

Zebra Cross di Simpang Jl. A. YaniGambar 4.19 Prasarana Transportasi Kota Pontianak

3. Gambaran Penyelenggaraan Terminal Penumpang

Sistem transportasi darat Kota Pontianak dilayani oleh minibus, angkutan kota yang

biasa disebut dengan oplet, taksi dan bus melayani beberapa trayek lainnya. Sebagian

besar rute dalam kota yang dilayani oleh oplet dapat menghubungkan antara beberapa

terminal yang ada di Kota Pontianak.

Pontianak merupakan kota yang dekat dengan perbatasan anatara Indonesia dengan

Malaysia, melalui jalan darat dari Kota Pontianak tersedia bus yang dapat

menghubungan antara Indonesia dengan Malaysia yaitu ke Kota Kuching dan Serawak.

Bus yang digunakan untuk lintas negara ini disediakan oleh berbagai penyedia layanan

termasuk Perum DAMRI, perusahaan swasta Indonesia, dan perusahaan swasta

Malaysia.

Terdapat 2 terminal di Kota Pontianak yang digunakan untuk melayani penumpang

dengan trayek dalam kota dan antar kota seperti tabel 4.28 berikut.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 36

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

Tabel 4.24 Terminal Penumpang di Kota Pontianak

No Nama Terminal TipeLuas(m2)

Lokasi

1 Pontianak A 240 Kota Pontianak2 Batu Layang B 3.500 Kota Pontianak

Sumber : Perhubungan Darat Dalam Angka, 2010

Saat ini terminal terbesar di Kota Pontianak yang dikelola oleh Dinas Perhubungan

Kota Pontianak melalui UPTD Terminal adalah terminal Batulayang. Namun kondisi

pelayanan terminal Batulayang saat ini sangat memprihatinkan, jumlah penumpang

semakin menurun, dan fasilitas terminal pun tidak terawat. Keberadaan angkutan travel,

dan lokasi terminal yang cukup jauh dari pusat kota menjadi salah satu penyebab

menurunnya tingkat pelayanan terminal Batulayang ini.

Kantor Terminal terminal Batu Layang

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 37

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

Bagian Dalam terminal Batu Layang

Jalan Akses Terminal BatulayangGambar 4.20 Kondisi Terminal Batulayang Pontianak

4. Gambaran Penyelenggaraan Pengujian Kendaraan Bermotor

Pengujian kendaraan bermotor merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang

berperan penting dalam menunjang kelancaran mobilitas masyarakat untuk beraktivitas

di sektor-sektor lain. Penyelenggaraan pengujian kendaraan bermotor di Kota

Pontianak dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pengujian

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 38

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

Kendaraan Bermotor, yang berada di Jl.Khatulistiwa KM 4,2 Batulayang, Kota

Pontianak.

Tahapan pengujian kendaraan bermotor terdiri dari 2 (dua) tahap yaitu tahap

pemeriksaan awal dan pemeriksaan secara teknis. Dalam melakukan pengujian,

dilakukan pemeriksaan awal secara visual (non teknis/Pra Uji) yang meliputi :

a. Pemeriksaan identitas kendaraan (Nomor kendaraan, Nomor mesin,

Nomor rangka dan nomor uji);

b. Pemeriksaan kondisi body dan pengujian dimensi kendaraan;

c. Pemeriksaan lampu-lampu, kaca, tabir matahari, penghapus kaca, pintu-

pintu, tempat duduk, ban (kedalaman alur) dan roda-roda, kaca spion,

peralatan dan perlengkapan, dan lain-lain.

d. Pemeriksaan penyambung (coupling) kereta gandengan.

Bila kendaraan dinyatakan lulus pra uji kendaraan, maka kendaraan yang

bersangkutan dapat langsung menuju gedung pengujian dan dilakukan

pemeriksaan secara teknis dengan menggunakan peralatan uji mekanis yang

bersertifikasi nasional apabila kendaraan tidak dinyatakan lulus pra uji maka

harus dilakukan perbaikan terlebih dahulu. Pemeriksaan teknis kendaraan

bermotor dilakukan melalui beberapa peralatan pemeriksaan, yang antara lain

adalah :

a. Carlift

Digunakan untuk melakukan pemeriksaan bagian bawah kendaraan.

Bagian yang dilakukan pemeriksaan antara lain pemeriksaan tingkat

kelonggaran/spelling/keausan sistem suspensi, sistem kemudi, poros

roda, dan bagian bawah kendaraan lainnya. Alat Carlift yang dimiliki

UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor Kota Pontianak ini bermerek

Cartec produksi Jerman

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 39

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

Gambar 4.21 Carlift milik UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor Kota

Pontianak

b. Side Slip Tester

Digunakan untuk melakukan penyimpangan sikap roda depan (kincup

roda depan). Pemeriksaan penyimpangan sikap roda depan dengan

ambang batas antara -5 mm/m +5 mm/m diukur pada kecepatan 5

km/jam (Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 63 tahun 1993).

Alat Side Slip Tester yang dimiliki UPTD Pengujian Kendaraan

Bermotor Kota Pontianak ini bermerek Iyasaka produksi Jepang.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 40

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

Gambar 4.22 Side Slip Tester milik UPTD Pengujian Kendaraan

Bermotor Kota Pontianak

c. Head Light Tester

Dilakukan untuk mengukur identitas Cahaya pada Lampu Utama Jauh

beserta penyimpangannya. Pengukuran identitas cahaya pada lampu

utama jauh pada kendaraan bermotor dengan standar 12.000 cd untuk

lampu utama jauh dengan penyimpangan kekanan 0o34” dan

penyimpangan kekiri 1o09”. Alat Head Light Tester yang dimiliki UPTD

Pengujian Kendaraan Bermotor Kota Pontianak ini bermerek Iyasaka

produksi Jepang.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 41

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

Gambar 4.23 Head Light Tester milik UPTD Pengujian Kendaraan

Bermotor Kota Pontianak

d. Axle Load Weight Beam

Digunakan untuk menimbang berat kendaraan, penimbangan kendaraan

pada masing-masing sumbu kendaraan untuk menentukan daya angkut

dan muatan sumbu. Alat Axle Load Weight Beam yang dimiliki UPTD

Pengujian Kendaraan Bermotor Kota Pontianak ini bermerek Iyasaka

produksi Jepang.

Gambar 4.24 Axle Load Weight Beam milik UPTD Pengujian

Kendaraan Bermotor Kota Pontianak

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 42

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

e. Brake Tester

Digunakan untuk mengukur efisiensi gaya pengereman dan

penyimpangan kendaraan. Pengukuran dengan standar efisiensi kekuatan

rem minimal 50% dengan catatan penyimpangan roda kanan dengan kiri

maksimal 30 % untuk standar kendaraan pabrikan Eropa (MEE) dan 8 %

untuk standar kendaraan pabrikan Jepang (JIS). Alat Brake Tester yang

dimiliki UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor Kota Pontianak ini

bermerek Iyasaka produksi Jepang. Saat ini alat pengujian rem

kendaraan milik UPTD PKB Kota Pontianak ini sedang mengalami

kerusakan, dan sedang dalam proses perbaikan.

Gambar 4.25 Break Tester milik UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor

Kota Pontianak

f. Speedometer Tester

Alat ini Digunakan untuk mengukur penyimpangan kecepatan

kendaraan. Pengukuran penyimpangan kecepatan kendaraan dengan

ambang batas -10% sampai +15% pada kecepatan 40 km/jam. Alat

Speedometer Tester yang dimiliki UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor

Kota Pontianak ini bermerek Iyasaka produksi Jepang

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 43

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

Gambar 4.26 Speedometer Tester milik UPTD Pengujian Kendaraan

Bermotor Kota Pontianak

g. Smoke Tester

Digunakan untuk menguji emisi gas buang dan ketebalan asap.

Pemeriksaan terhadap ambang batas emisi gas buang kendaraan

bermotor di UPTD pengujian kendaraan bermotor Pontianak dibagi

menjadi 2 (dua) yaitu untuk kendaraan dengan bahan bakar bensin dan

solar, sesuai dengan alat yang dimiliki oleh UPTD pengujian kendaraan

bermotor kota Pontianak. Alat Smoke Tester yang dimiliki UPTD

Pengujian Kendaraan Bermotor Kota Pontianak ini bermerek Iyasaka

produksi Jepang

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 44

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

Gambar 4.27 Smoke Tester milik UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor Kota

Pontianak

5. Gambaran Penyelenggaraan Bengkel Umum

Penyelenggaraan Bengkel Umum Kendaraan Bermotor di Kota Pontianak, baik

roda dua maupun roda empat secara teknis belum diatur oleh Dinas

Perhubungan Kota Pontianak, baik untuk pemungutan retribusi maupun terkait

dengan standarisasi peralatan bengkel umum.

Ketiadaan aturan tersebut menjadinkan belum ada standar baku bagi

pelaksanaan bengkel umum di Kota Pontianak. KM Perindag No.551/1999

yang menjadi acuan bagi pemilik bengkel umum untuk men-standarkan

fasilitasnya pun belum diadaptasi oleh sebagian besar pemilik bengkel di Kota

Pontianak, sehingga bengkel-bengkel di Kota Pontianak belum memiliki

penilaian kelas. Kualitas pelayanan bengkel hanya ditentukan oleh masukan

dari pelanggan dan tentunya keinginan pemilik bengkel dalam memberikan

pelayanan terbaik. Keberadaan bengkel umum di Kota Pontianak masih belum

terlalu banyak, sehingga persaingan usaha bengkel umum di Kota Pontianak

pun masih belum terlalu tinggi, maka dari itu kualitas pelayanan maupun

kepemilikan peralatan bengkel di Kota Pontianak beberapa masih kurang baik.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 45

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

Tabel 4.25 Contoh Bengkel Umum di Kota Pontianak

No Nama Bengkel JenisPelayanan

Gambar

1 Istana Mobil

(BengkelUmumKendaraanBermotor RodaEmpat)

- PerbaikanMesin

- PerbaikanChassis

- PerawatanRutin

- Ganti Oli- Engine Tune

Up- Spooring

danBalancingRoda

2 SerikatMotor

(BengkelUmumKendaraanBermotor RodaEmpat)

- PerbaikanMesin

- PerbaikanChassis

- PerawatanRutin

- Ganti Oli- Engine Tune

Up

3 NSS Pontianak

(BengkelUmumKendaraanBermotor RodaDua)

- PerbaikanMesin

- PerbaikanBody

- PerawatanRutin

- Ganti Oli- Engine Tune

Up

Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan, 2012

E. Gambaran Penyelenggaraan Prasarana Transportasi Jalan di Kota

Surabaya

1. Gambaran Umum Wilayah Studi

Luas wilayah Kota Surabaya adalah 520,87 km2 atau sebesar 52.087 Ha dengan 63,45%

atau sebesar 330,48 km2 merupakan luas wilayah daratan dan selebihnya sekitar

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 46

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

36,55% atau seluas 190,39 km2 merupakan wilayah laut yang dikelola oleh Pemerintah

Kota Surabaya. Letak geografik Kota Surabaya berada pada 07º09ʹ - 07º21ʹ LS dan

112º36ʹ - 112º54ʹ BT. Kota Surabaya terletak di tepi pantai utara provinsi Jawa Timur.

Secara administratif Kota Surabaya berbatasan dengan Selat Madura di utara dan

timur, Kabupaten Sidoarjo di Selatan, serta Kabupaten Gresik di Barat. Kota Surabaya

memiliki 31 Kecamatan dan memiliki 160 Desa/Kelurahan.

Kota Surabaya erada di ketinggian 3 – 6 meter diatas permukaan air laut (daratan

rendah), kecuali di bagian selatan Kota Surabaya terdapat dua bukit landai di daerah

lidan dan gayungan dengan ketinggian 25 -50 meter diatas permukaan laut.

Gambar 4.28 Peta Wilayah Kota Surabaya

Berdasarkan data yang tercatat di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, sampai

dengan Bulan Desember 2010. Jumlah penduduk Kota Surabaya yang terdaftar di Kartu

keluarga hingga Desember 2010 adalah 2.861.928 jiwa atau sebanyak 755.914 Kepala

keluarga. Komposisi penduduk Kota Surabaya pada Tahun 2010 berdasarkan jenis

kelamin sebanyak 1.437.682 jiwa penduduk laki-laki (50,23 %) dan 1.424.246 (49,77

%) jiwa penduduk perempuan.

Tabel 4.26 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Surabaya

No. TahunJumlah Penduduk

(jiwa)Luas Wilayah

(km2)Kepadatan Penduduk

(jiwa/ km2)1 1980 2.017.527 326,27 6183,612 1990 2.473.272 326,27 7580,453 2000 2.599.796 326,27 7968,234 2010 2.861.928 326,27 8771,66

Sumber : Kota Surabaya Dalam Angka, Tahun 2011

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 47

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

Dalam kurun waktu sepuluh tahun laju pertumbuhan penduduk tidak menunjukan

angka yang naik secara drastis dari sepuluh tahun sebelumnya. Surabaya merupakan

salah satu pintu gerbang perdagangan utama di wilayah Indonesia Timur. Dengan

segala potensi, fasilitas, dan keunggulan geografisnya Surabaya memiliki potensi

ekonomi yang sangat besar. Sektor primer, sekunder, dan tersier di kota ini sangat

mendukung untuk semakin memperkokoh sebutan Surabaya sebagai kota perdagangan

dan ekonomi.

Berdasarkan data PDRB Kota Surabaya pada tahun 2010, sektor usaha yang menjadi

penopang utama sektor ekonomi Kota Surabaya adalah dari sektor Perdagangan, Hotel

dan Restoran yang mencapai angka Rp. 58.541.380,17 atau sebesar 38,09% dari jumlah

PDRB Kota Surabaya dan dari sektor usaha Industri Pengolahan sebesar Rp.

44.045.823,86 atau sebesar 29,40% dari total PDRB.

Tabel 4.27 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kota Surabaya

No.Sektor Usaha / Tahun ( Rp. Jutaan)

Lapangan Usaha 2009 2010

1 Pertanian 45.477,53 152.999,162 Pertambangan dan Penggalian 8.345,55 9.614,093 Industri Pengolahan 38.699.277,05 44.045.823,864 Listrik, Gas dan Air Bersih 4.635.406,46 5.836.205,335 Bangunan 8.294.575,55 9.631.006,136 Perdagangan, Hotel dan Restoran 48.770.050,95 58.541.380,17

58.541.380,177 Angkutan dan Komunikasi 11.164.050,29 12.501.649,1212.501.649,128 Keuangan, Sewa & Jasa Perusahaan 7.700.419,31 8.864.368,54

9 Jasa 8.860.539,51 10.209.569,0510.209.569,05PDRB 128.278.142,20 149.792.615,45

Sumber : Kota Surabaya Dalam Angka, 2011

2. Gambaran Penyelenggaraan Terminal Penumpang

Kota Surabaya memiliki terminal yang cukup representatif, dan merupakan

salah satu terminal yang cukup baik di Indonesia, yaitu terminal Purabaya yang

merupakan terminal tipe A. Terminal ini terdapat di kecamatan Bungurasih

Kota Surabaya, dan melayani keberangkatan serta kedatangan bus AKAP,

AKDP, maupun angkutan perkotaan. Selain terminal Purabaya yang merupakan

terminal tipe A, Kota Surabaya juga terdapat 1 (satu) terminal tipe B, dan 8

(delapan) terminal tipe C yang melayani angkutan perkotaan dan angkutan

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 48

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

regional jarak dekat. Terminal di kota Surabaya dapat dilihat dalam tabel

berikut,

Tabel 4.28 Terminal di Kota Surabaya

No Nama Terminal Kelas Pelayanan Angkutan Luas1 Purabaya A AKAP, AKDP,

Angkutan Kota115.000 m2

2 Tambak Oso Wilangun B AKDP, Angkutan Kota 30.000 m2

3 Bratang C Angkutan Kota 2.760 m2

4 Benowo C Angkutan Kota 2.886 m2

5 Dukuh Kupang C Angkutan Kota 2.974 m2

6 Kalimas Barat C Angkutan Kota 1.845 m2

7 Menanggal C Angkutan Kota 2.072 m2

8 Balong Sari C Angkutan Kota 1.578 m2

9 Kedungcowek C Angkutan Kota 7.000 m2

10 Manukan C Angkutan Kota 4.485 m2

Sumber : Dinas Perhubungan Kota Surabaya, 2012

Terminal Purabaya merupakan pengembangan dari Terminal Joyoboyo yang

kapasitasnya sudah tidak memadai serta berada dipusat kota yang tidak memungkinkan

dilakukan pengembangan. Pembangunan terminal Type A Purabaya sudah

direncanakan sejak tahun 1982 berdasarkan surat Persetujuan Gubernur Jawa Timur

namun baru dapat dilaksanakan pembangunan pada 1989 serta diresmikan

pengoperasiannya oleh Menteri Perhubungan RI pada tahun 1991.

Lokasi pembangunan Terminal Purabaya berada di desa Bungurasih Kecamatan Waru

Kabupaten Sidoarjo dengan luas ± 12 Ha. Dipilihnya lokasi tersebut karena mempunyai

akses yang sangat baik dan strategis sebagai pintu masuk ke kota Surabaya serta berada

pada jalur keluar kota Surabaya arah timur selatan dan barat. Walaupun lokasi Terminal

Purabaya berada di Kabupaten Sidoarjo namun pengelolaan terminal dilakukan oleh

Pemerintah Kota Surabaya. Hal tersebut berdasarkan perjanjian kerjasama (MOU)

antara Pemerintah Kabupaten Sidoarjo dengan Pemerintah Kota Surabaya.

Terminal Purabaya, yang merupakan terminal tipe A di Kota Surabaya,

terhitung memiliki fasilitas yang cukup lengkap. Dengan luas keseluruhan yang

mencapai 12 hektare, terminal ini selalu terjaga keamanan dan kebersihannya.

Saat ini terminal Purabaya Surabaya sedang dilakukan peningkatan terminal,

dengan dilakukannya pembangunan gedung terminal baru dengan sistem

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 49

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

selasar yang langsung dapat mengakses parkir bus untuk tiap-tiap jurusan.

Fasilitas yang terdapat di temrinal bus Purabaya baik fasilitas utama maupun

fasilitas penunjang, antara lain adalah sebagai berikut,

Tabel 4.29 Fasilitas Teminal Bus Purabaya

No Fasilitas Utama No Fasilitas Penunjang1 Ruang Tunggu Penumpang 1 Toilet2 Selasar Kedatangan AKAP/AKDP 2 Kantin3 Pos Kedatangan Bus 3 Wartel4 Pos Keberangkatan Bus 4 Ruang Ibu Menyusui5 Parkir Bus Kota 5 Bank6 Parkir Bus Patas 6 Pos Kesehatan7 Jalur Pemberangkatan AKAP & AKDP 7 Pos Informasi8 Tempat Parkir Bus Malam 8 Pos Polisi9 Pintu Masuk Terminal 9 Ruang Tunggu Penumpang10 Pintu Keluar Terminal 10 Pos Ruang Tunggu11 Bus DAMRI Bandara Juanda 11 Tempat Parkir MAT12 Peron13 Gedung Kantor TerminalSumber : Profil Terminal Bus Purabaya Surabaya, 2012

Beberapa gambaran terkait dengan penyelenggaraan terminal Bus Purabaya

Surabaya, yang mencakup kegiatan pelayanan terminal baik pelayanan fasilitas

utama dan penunjang, dapat dilihat dalam gambar-gambar berikut,

Pos Kedatangan Bus Kedatangan Bus

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 50

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

Ruang Tunggu Penumpang Ruang Merokok

Ruang Ibu Menyusui Pos Informasi

Pos Kesehatan Pos PolisiGambar 4.29 Fasilitas Pelayanan Terminal Bus Purabaya, Surabaya

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 51

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

Gambar 4.30 Denah Terminal Purabaya, Surabaya

3. Gambaran Penyelenggaraan Prasarana Pengujian Kendaraan

Bermotor

Pengujian kendaraan bermotor di Kota Surabaya berada di bawah koordinasi

Dinas Perhubungan Kota Surabaya yang secara teknis diselenggarakan oleh

UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor Dishub Kota Surabaya. Terdapat 2 (dua)

lokasi pengujian kendaraan bermotor di Kota Surabaya, yaitu di Tandes dan

Wiyung. UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor Tandes Kota Surabaya

merupakan salah lokasi pengujian kendaran bermotor dengan fasilitas yang

cukup lengkap di Indonesia. Dengan luas

Peralatan dan fasilitas penunjang di UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor

Tandes Kota Surabaya terhitung cukup lengkap, dengan kondisi yang cukup

baik. Terdapat 2 (dua) jalur pengujian kendaraan bermotor di Tandes, yaitu

jalur 15 ton dengan peralatan yang bermerek Muller Beam produksi Jerman,

dan jalur 10 ton dengan peralatan yang bermerek Iyasaka produksi Korea.

Peralatan pengujian yang dimiliki oleh UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor

Tandes antara lain adalah sebagai berikut

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 52

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

Tabel 4.30 Peralatan Pengujian Kendaraan Bermotor UPTD Pengujian

Kendaraan Bermotor Tandes Kota Surabaya CIS I - Jalur 10 Ton

No Alat Spesifikasi1 Smoke Tester Nanhua YD-12 Side Slip Tester Iyasaka KSST-1550SIS/0883 Head Light Tester Iyasaka ALT 8004 Axle Load + Brake Tester Iyasaka KBT-1550SIS-AW-1/0885 Speedometer Tester Iyasaka KSMT-1500SIS-A/088Sumber : UPTD PKB Tandes Surabaya, 2012

Tabel 4.31 Peralatan Pengujian Kendaraan Bermotor UPTD Pengujian

Kendaraan Bermotor Tandes Kota Surabaya CIS II - Jalur 15 Ton

No Alat Spesifikasi1 Smoke Tester Muller Beam OPACIMETER AT 6052 Side Slip Tester Muller Beam BILAMANTIC 10003 Head Light Tester Muller Beam 764-54 Axle Load + Brake Tester Muller Beam BILAMANTIC 10005 Speedometer Tester Muller Beam BILAMANTIC 10006 CO-HC Muller Beam AT 5057 Sound Level Tester Lutron SL-4012Sumber : UPTD PKB Tandes Surabaya, 2012

Sementara untuk menunjang pelaksanaan pelayanan pengujian kendaraan

bermotor, di UPTD Tandes ini dilengkapi pula dengan fasilitas penunjang

lainnya, yang antara lain dapat dilihat dalam tabel berikut,

Tabel 4.32 Fasilitas UPTD PKB Tandes, Surabaya

No Fasilitas Jumlah Luas1 Ruang Kantor 3 58 m2

2 Ruang Admnistrasi Penguji 1 60 m2

3 Ruang Pelayanan (Loket) 1 50 m2

4 Gedung CIS (Pengujian) 2 1890 m2

5 Gedung Generator Set 2 60 m2

6 Ruang IT 1 16 m2

7 Ruang Arsip 1 8 m2

8 Gudang 1 20 m2

9 Ruang Tunggu 1 60 m2

10 Lapangan Parkir 1 13.452 m2

11 Toilet 3 6 m2

12 Musholla 1 25 m2

13 Kantin 1 1.890 m2

Sumber : UPTD PKB Tandes Surabaya, 2012

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 53

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

Lapangan Parkir Ruang Tunggu

Loket Pelayanan Toilet

Telepon Umum Ruang Pengujian KendaraanGambar 4.31 Fasilitas UPTD PKB Tandes, Surabaya

Sedangkan gambaran terkait dengan penempatan fasilitas, baik fasilitas utama

maupun fasilitas pendukung di UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor Tandes

Surabaya ini dapat dilihat dalam denah fasilitas berikut ini,

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 54

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

4. Gambaran Penyelenggaraan Prasarana Bengkel Umum

Sepeti halnya wilayah studi lain, penyelenggaraan bengkel umum di Kota

Surabaya secara umum masih belum berada di bawah pembinaan Dinas

Perhubungan, baik Dinas Perhubungan Kota Surabaya maupun Dinas

Perhubungan Provinsi Jawa Timur.

Bengkel umum yang beroperasi saat ini, secara legal berjalan berdasarkan izin

usaha biasa, dan belum ada bengkel yang memiliki sertifikasi khusus dari Dinas

Perhubungan dan juga belum ada pelibatan bengkel umum yang menjadi lokasi

pengujian kendaraan bermotor.

Sebetulnya saat ini di Pemerintahan Kota Surabaya sedang disusun rancangan

Peraturan Daerah terkait dengan Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan

Bengkel Umum Kendaraan Bermotor. Namun karena masih dalam tahap

penyusunan Raperda, tentunya belum ada kegiatan pembinaan maupun

pengawasan terkait dengan penyelenggaraan bengkel umum di Kota Surabaya.

Tabel 4.33 Contoh Bengkel Umum di Kota SurabayaNo Nama Bengkel Jenis Pelayanan Gambar1 Agoes Motor

(Bengkel UmumKendaraan RodaDua)

- PerbaikanMesin

- PerawatanRutin

- Ganti Oli- Engine Tune

Up- Perbaikan Roda

2 Liek Motor

(Bengkel UmumKendaraan RodaEmpat)

- PerbaikanMesin

- PerawatanRutin

- Ganti Oli- Engine Tune

Up- Pengecatan- Perbaikan Roda

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 55

Ba

b IV

–G

am

ba

ra

n P

ra

sa

ra

na

J

ala

n

3 M Speed

(Bengkel UmumKendaraan RodaEmpat)

- PerbaikanMesin

- PerawatanRutin

- Ganti Oli- Engine Tune

Up- Pengecatan

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir V- 1

Ba

b V

–A

na

lis

is d

an

E

va

lua

si

Pada Bab V bagian Analisis dan Evaluasi ini disampaikan mengenai hasil dari

kegiatan pengumpulan data, yang kemudian dilakukan analisis untuk mendapatkan

masukan dan gambaran bagi penyusunan konsep standar pasarana transportasi jalan.

Data yang dianalisis berupa data hasil pengamatan lapangan dan data hasil survey

sekunder ke beberapa instansi.

Pada bagian ini akan dibahas juga terkait dengan hasil evaluasi dan analisis pemenuhan

kebutuhan prasarana transportasi jalan, khususnya terkait dengan pemenuhan

kebutuhan prasarana transportasi jalan di wilayah studi, yang terkait dengan pemenuhan

prasarana terminal penumpang, terminal barang, fasilitas pengujian kendaraan

bermotor, dan bengkel umum.

A. Analisis dan Evaluasi Penyelenggaraan Terminal Penumpang

Dalam menggali masukan bagi penyusunan standar bagi terminal penumpang,

dilakukan survey persepsi terhadap pengguna terminal penumpang dan juga

survey prefenensi terhadap operator terminal terkait dengan layanan yang

diberikan terhadap penumpang, baik kendala dalam melakukan pelayanan,

maupun capaian yang sudah diraih dalam memberikan pelayanan bagi para

pengguna terminal penumpang.

1. Persepsi Pengguna Terminal Penumpang

Dalam menggali persepsi pengguna terminal penumpang terkait dengan

penyelenggaraan pelayanan terminal penumpang, baik dari sisi pelayanan

fasilitas utama dan juga fasilitas penunjang, dilakukan wawancara terhada

responden di lokasi-lokasi terminal penumpang di lokasi yang ditetapkan

sebagai wilayah studi, yaitu terminal Giwangan di Kota Yogyakarta, terminal

Batulayang di Kota Pontinanak, dan terminal Lebak Bulus di DKI Jakarta.

Khusus untuk Kota Padang tidak dilakukan survey pengguna terminal, karena

Analisis dan EvaluasiBab V

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir V- 2

Ba

b V

–A

na

lis

is d

an

E

va

lua

si

di Kota Padang ini sudah tidak terdapat lagi terminal penumpang semenjak

bencana gempa bumi di tahun 2009.

Secara umum, pelayanan terminal di ketiga kota yang dilakukan pengamatan,

belum memberikan pelayanan yang cukup baik meskipun apabila merujuk

kepada persepsi penggunanya tidak juga terlalu mengecewakan. Gambaran

hasil dari pengamatan lapangan dan wawancara terhadap para pengguna dapat

khususnya terkait dengan pelayanan fasilitas utama terminal penumpang yang

berhubungan langsung dengan aktifitas calon penumpang dilihat dalam gambar

dan penjelasan berikut,

Gambar 5.1 Persepsi mengenai ruang tunggu terminal penumpang

Terkait dengan fasilitas ruang tunggu terminal penumpang, terlihat dari

persepsi pengguna, terminal Purabaya dan selanjutnya terminal Giwangan

memberikan pelayanan yang cukup baik dengan masing-masing memberikan

kepuasan terhadap 63% dan 62% dari total responden yang memberikan

penilaian terhadap pelayanan fasilitas ruang tunggu penumpang, sementara

terminal Batulayang Pontianak berdasarkan persepsi pengguna memiliki ruang

tunggu yang memberikan pelayanan yang kurang baik. Sedangkan untuk

terminal lebak bulus, berdasarkan persepsi yang ada terlihat bahwa pelayanan

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

Giwangan Batulayang Lebak Bulus Purabaya

61%

3%

36%

63%

16%

15%

26%

23%

23%

82%

38%

13%

Kurang

Cukup

Baik

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir V- 3

Ba

b V

–A

na

lis

is d

an

E

va

lua

si

ruang tunggu penumpang cukup berimbang antara pengguna yang merasa

cukup, kurang, maupun merasa puas dengan pelayanan yang ada.

Gambar 5.2 Persepsi mengenai loket penjualan karcis terminal penumpang

Terkait dengan pelayanan loket penjualan karcis terminal penumpang, terlihat

bahwa terminal Purabaya Surabaya dan kemudian dilanjutkan dengan terminal

Giwangan Yogyakarta memberikan pelayanan yang cukup baik bagi calon

penumpang, ini terlihat dari sekitar 70% responden di terminal Purabaya dan

62% di terminal Giwangan merasa cukup puas dengan pelayanan loket

penumpang. Sementara terminal Batulayang berdasarkan persepsi masyarakat

kondisinya kurang, ini terlihat dari 82 % responden yang merasa tidak puas

dengan pelayanan loket penjualan karcis. Sementara terminal Lebak Bulus,

sebagian besar atau 49% responden merasa kurang puas dengan pelayanan

loket penjualan karcis yg ada.

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

Giwangan Batulayang Lebak Bulus Purabaya

66%

1%

38%

70%

18%

13%

12%

23%16%

86%

49%

7%

Kurang

Cukup

Baik

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir V- 4

Ba

b V

–A

na

lis

is d

an

E

va

lua

si

Gambar 5.3 Persepsi mengenai parkir kendaraan terminal penumpang

Terkait dengan penyediaan pelayanan parkir kendaraan, terminal Giwangan

Yogyakarta memberikan pelayanan yang cukup baik, ini terlihat dari sebagian

besar atau 73 % responden memiliki pandangan bahwa pelayanan hal ini cukup

baik, kemudian dilanjutkan denagn terminal Purabaya Surabay dimana 57%

pengguna merasa cukup puas dengan pelayanan parkir kendaraan. Sementara

untuk terminal Batulayang sebanyak 44 % responden merasa cukup dengan

fasilitas parkir kendaraan, sedangkan untuk terminal Lebak Bulus, sebagian

besar responden atau 39% juga merasa cukup dengan pelayanan parkir

kendaraan, meskipun terdapat juga 31% responden yang merasa kurang puas.

Sementara itu terkait dengan penyelenggaraan prasarana penunjang, beberapa

persepsi masyarakat terkait dengan penyelenggaraan prasarana penunjang

terminal penumpang, khususnya yang terkait langsung dengan aktifitas calon

penumpang bus, dapat dilihat dalam tabel berikut,

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

Giwangan Batulayang Lebak Bulus Purabaya

73%

18%30%

57%

22%

44%39%

27%

4%

38% 31%17%

Kurang

Cukup

Baik

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir V- 5

Ba

b V

–A

na

lis

is d

an

E

va

lua

si

Gambar 5.4 Persepsi mengenai fasilitas kamar kecil/toilet terminal penumpang

Untuk pelayanan toilet di terminal penumpang, terlihat bahwa terminal Purabaya

Surabaya memberikan pelayanan yang lebih baik dengan 70% responden menyatakan

puas dan kemudian dilanjutkan dengan terminal Giwangan Yogyakarta yang juga

menyediakan pelayanan toilet dengan cukup baik, ini terlihat dari hasil wawancara yang

meyatakan bahwa 55% responden merasa puas dengan kondisi toilet yang ada.

Sedangkan untuk terminal Batulayang, sebanyak 80% responden merasa kurang puas,

atau dalam artian pelayanan terkait penyediaan toilet masih kurang baik. Sementara itu

untuk terminal lebak bulus, sebagian besar responden atau sebesar 39% responden

merasa bahwa pelayanan penyediaan toilet di terminal ini masih kurang baik,

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Giwangan Batulayang Lebak Bulus Purabaya

55%

4%

28%

70%

35%

16%

33%

27%

10%

80%

39%

3%

Kurang

Cukup

Baik

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir V- 6

Ba

b V

–A

na

lis

is d

an

E

va

lua

si

Gambar 5.5 Persepsi mengenai fasilitas ruang ibadah terminal penumpang

Mengenai fasilitas ruang ibadah di terminal penumpang, terlihat dari hasil wawancara,

terminal Purabaya Surabaya dan Giwangan Yogyakarta memiliki fasilitas ibadah yang

cukup memuaskan para pengguna terminal, ini terlihat dari 87% responden di terminal

Purabaya dan 76% responden di terminal Giwangan yang merasa bahwa fasilitas ruang

ibadah yang ada sudah cukup baik. Sedangkan untuk terminal Batulayang, sebanyak

79% responden merasa bahwa ketersediaan fasilitas ruang ibadah masih kurang.

Sedangkan untuk terminal Lebak Bulus, sebagian besar calon penumpang merasa

bahwa pelayanan terkait fasilitas ruang ibada sudah cukup dan beberapa berpendapat

sudah baik dengan persentase 38% dan 36%.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Giwangan Batulayang Lebak Bulus Purabaya

76%

2%

36%

87%

19%

19%

39%

10%5%

79%

25%

3%

Kurang

Cukup

Baik

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir V- 7

Ba

b V

–A

na

lis

is d

an

E

va

lua

si

Gambar 5.6 Persepsi mengenai fasilitas kantin terminal penumpang

Terkait dengan fasilitas kantin terminal penumpang, terminal Purabaya Surabaya

memberikan pelayanan yang lebih baik terlihat dari sekitar 63% responden menyatakan

puas dengan pelayanan kantin dan kemudian dilanjutkan dengan pelayanan kantin di

terminal Giwangan memberikan pelayanan yang cukup baik dengan sebanyak 51%

responden merasa bahwa pelayanan kantin sudah cukup baik. Sedangkan terminal

Batulayang 65% reponden berpendapat bahwa pelayanan kantin masih kurang.

Sedangkan untuk terminal lebak bulus, sebanyak 49% responden berpendapat bahwa

kantin yang ada dalam taraf cukup memberikan pelayanan.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Giwangan Batulayang Lebak Bulus Purabaya

51%

8%22%

63%

41%

26%

49%

30%

7%

65%

29%

7%

Kurang

Cukup

Baik

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir V- 8

Ba

b V

–A

na

lis

is d

an

E

va

lua

si

Gambar 5.7 Persepsi mengenai fasilitas ruang pengobatan terminal

penumpang

Terkait dengan fasilitas ruang pengobatan terminal penumpang, di terminal Purabaya

memberikan pelayanan lebih baik terlihat dari 73% responden menyatakan puas dengan

pelayanan ruang pengobatan. Kemudian dilanjutkan dengan terminal Giwangan dimana

fasilitas tersebut sudah cukup baik dengan 52% dari responden berpendapat bahwa

pelayanan ruang pengobatan terminal penumpang di terminal ini sudah cukup baik.

Sedangkan untuk terminal Batulayang pelayanan masih kurang dengan 89% responden

merasa bahwa pelayanan ruang pengobatan di terminal ini masih kurang. Sementara

terminal Lebak Bulus relatif cukup dengan 32 % reponden menjawab cukup, dan 30%

menjawab baik.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Giwangan Batulayang Lebak Bulus Purabaya

52%

2%

30%

73%

34%

8%

32%

23%14%

89%

38%

3%

Kurang

Cukup

Baik

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir V- 9

Ba

b V

–A

na

lis

is d

an

E

va

lua

si

Gambar 5.8 Persepsi mengenai fasilitas ruang informasi dan pengaduan

terminal penumpang

Terkait dengan pelayanan ruang informasi dan pengaduan terminal penumpang, dari

hasil survey terlihat bahwa terminal Batulayang Pontianak memebrikan pelayanan yang

kurang, ini terlihat dari 88% responden merasa kurang. Sedangkan untuk terminal

Purabaya Surabaya sudah memberikan pelayanan dengan baik dimana sebanyak 83%

responden menyatakan puas dan dilanjutkan dengan pelayanan terminal Giwangan

sudah cukup baik terlihat dari 57% responden berpendapat ketersediaan fasilitas ruang

informasi dan pengaduan ini sudah cukup baik. Sedangkan terminal Lebak Bulus

cenderung seimbang antara responden yang berpendapat cukup dan baik dengan

persentase 34% dan 33%.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Giwangan Batulayang Lebak Bulus Purabaya

57%

2%

33%

83%

31%

9%

34%

13%12%

88%

33%

3%

Kurang

Cukup

Baik

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir V- 10

Ba

b V

–A

na

lis

is d

an

E

va

lua

si

Gambar 5.9 Persepsi mengenai fasilitas telepon umum terminal penumpang

Penilaian untuk fasilitas telepon umum di terminal, terlihat terminal Purabaya Surabaya

memberikan pelayanan yang baik dimana 77% responden menyatakan puas dengan

pelayanan telepon umum di Purabaya. Selain itu terminal Giwangan pula masih

memberikan pelayanan yang cukup baik, begitu pula terminal Lebak Bulus yang

memberikan pelayanan yang cukup pula. Sedangkan untuk terminal Batulayang tidak

memberikan pelayanan yang baik, ini terlihat dari 97% responden yang memberikan

penilaian kurang terhadap penyediaan fasilitas ini.

Gambar 5.10 Persepsi mengenai fasilitas penitipan barang terminal

penumpang

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Giwangan Batulayang Lebak Bulus Purabaya

47%

1%

34%

77%

34%

2%

39%

17%19%

97%

27%

7%

Kurang

Cukup

Baik

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

Giwangan Batulayang Lebak Bulus Purabaya

24%

1%

38%

60%29%

2%

12%

30%47%

97%

49%

10%

Kurang

Cukup

Baik

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir V- 11

Ba

b V

–A

na

lis

is d

an

E

va

lua

si

Terkait dengan penilaian fasilitas penitipan barang terminal penumpang, terlihat bahwa

terminal Purabaya memberikan pelayanan yang baik dengan sebanyak 60% responden

merasa puas, namu untuk terminal lainnya yang menjadi lokasi studi hampir di seluruh

terminal lainnya belum memberikan pelayanan yang baik. Di terminal Giwangan 47%

responden menjawab kurang, di terminal Lebak Bulus sebanyak 49% responden

menjawab kurang, dan di terminal Batulayang yang terbanyak atau 97% responden

menjawab kurang.

Gambar 5.11 Persepsi mengenai fasilitas taman terminal penumpang

Untuk persepsi mengenai fasilitas taman di terminal penumpang, terlihat bahwa

terminal Giwangan dan terminal Purabaya cukup memberikan pelayanan yang

baik, ini terlihat di kedua terminal tersebut sebanyak 63% responden

menyatakan bahwa kondisi taman di terminal Giwangan dan Purabaya sudah

cukup baik, sedangkan untuk terminal Batulayang, sebanyak 86% responden

menyatakan bahwa kondisi taman di terminal ini masih kurang, dan di terminal

lebak bulus sebanyak 53 % menyatakan bahwa ketersediaan taman di terminal

Lebak Bulus masih kurang.

2. Penilaian Operator Bus terhadap Penyelenggaraan Terminal

Terkait dengan masukan dan pendapat dari operator bus angkutan penumpang

terkait dengan penyelenggaraan terminal nya di masing-masing lokasi terminal,

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

Giwangan Batulayang Lebak Bulus Purabaya

63%

3%22%

63%

34%

11%

26%

20%

3%

86%

53%

17%

Kurang

Cukup

Baik

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir V- 12

Ba

b V

–A

na

lis

is d

an

E

va

lua

si

ditanyakan beberapa kegiatan penyelenggaraan terkait terminal yang mereka

manfaatkan, permasalahan yang ada terkait dengan penyelenggaraan terminal,

dan masukan terhadap penyelenggaraan terminal penumpang khususnya

masukan bagi penyusunan standar prasarana transportasi jalan yang akan

disusun.

2.1. Terminal Giwangan

Terkait dengan pelaksanaan temrinal Giwangan di Kota Yogyakarta,

berdasarkan masukan dan pendapat dari operator bus penumpang di terminal

Giwangan, didapatkan kondisi bahwa sebagai terminal penumpang terbesar di

Pulau Jawa, terminal Giwangan belum bisa memberikan pelayanan terbaik bagi

para penumpang maupun pada pengusaha otobus.

Ketersediaan fasilitas pelayanan di terminal ini sudah cukup baik, namun masih

banyak fasiliitas yang belum digunakan secara optimal, dan perawatan dari tiap

fasilitas tersebut yang masih kurang. Terminal Giwangan ini merupakan salah

satu terminal dengan model selasar penumpang yang menggunakan sistem

selasar yang langsung menuju lokasi pemberangkatan bus tiap-tiap jurusan,

namun saat ini fasilitas tersebut tidak berfungsi secara optimal, sebagian besar

calon penumpang banyak yang langsung menuju bus tanpa melalui lorong

selasar penumpang.

Beberapa masukan dan pendapat terkait penyelenggaraan terminal Giwangan

dari sisi operator bus penumpang antara lain adalah :

a. Perlu adanya perbaikan beberapa fasilitas yang sudah ada, seperti

memperpendek jarak dari pintu masuk menuju bus melalui lorong

selasar, agar para penumpang tidak memilih untuk lewat langsung

lapangan terminal;

b. Perlu adanya peningkatan kualitas ruang tunggu dan lorong selasar,

seperti penambahan pendingin ruangan atau pemasangan travelator,

agar para calon penumpang dapat lebih nyaman menggunakan fasilitas

ini;

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir V- 13

Ba

b V

–A

na

lis

is d

an

E

va

lua

si

c. Perlu adanya petugas khusus yang mengatur dan juga dapat menindak

para calon penumpang yang tidak menggunakan fasilitas ruang tunggu

lantai dua dan lorong selasar menuju bus.

d. Sebagai masukan bagi penyusunan standar prasarana terminal

penumpang, perlu adanya standar bagi lebar selasar dan juga standar

jarak maksimal dari pintu masuk hingga menuju bus, standar

penggunaan eskalator dan travelator untuk kondisi tertentu.

2.2. Terminal Batulayang

Terminal Batulayang saat ini kondisinya sangat memprihatinkan, ketersediaan

fasilitas di terminal ini sangat minim. Jalan akses menuju terminal dan juga

lapangan parkir bus maupun parkir kendaraan lainnya kondisinya kurang baik.

Semakin menurunnya jumlah angkutan umum yang masuk ke terminal dan juga

jarak terminal Batulayang yang cukup jauh dari pusat kota Pontianak menjadi

salah satu penyebab sepi nya terminal ini dan berdampak pada menurunnya

pula kualitas pelayanan terminal ini.

Beberapa masukan dan pendapat terkait penyelenggaraan terminal Batulayang

dari sisi operator bus penumpang antara lain adalah

a. Pelayanan terminal semakin menurun karena jumlah angkutan dan

penumpang yang semakin menurun;

b. Perlu adanya perbaikan fasilitas antarmoda yang dapat mengakses dari

pusat kota Pontianak menuju terminal Batulayang untuk memudahkan

aksesibilitas penumpang yang akan menggunakan fasilitas terminal

Batulayang;

c. Masukan bagi penyusunan standar ini menurut operator terminal

Batulayang, perlu adanya standar terkait dengan penyediaan fasilitas

antarmoda.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir V- 14

Ba

b V

–A

na

lis

is d

an

E

va

lua

si

2.3. Terminal Lebak Bulus

Terminal Lebak Bulus merupakan salah satu terminal dengan frekuensi

lalulintas penumpang maupun lalulintas angkutan yang cukup tinggi seperti

halnya terminal Kampung Rambutan yang memiliki lokasi yang tidak terlalu

jauh.

Kondisi prasarana utama maupun penunjang di terminal Lebak Bulus pada

umumnya sudah cukup tersedia, namun kondisinya yang masih kurang baik.

Keterbatasan lahan dan juga keterbatasan kewenangan operator terminal dalam

mengembangkan terminal menjadi kendala dalam meningkatkan pelayanan

terminal Lebak Bulus. Saat ini kapasitas pelayanan terminal Lebak Bulus

sebetulnya sudah tidak mencukupi lagi, dan Pemerintah pun sebetulnya sudah

merencanakan pembangunan terminal baru di DKI Jakarta namun belum

terselesaikan dan belum dapat difungsikan.

Berdasarkan wawancara terhadap operator bus penumpang didapatkan beberapa

pendapat dan masukan terkait dengan penyelenggaraan terminal, antara lain

adalah

a. Ketersediaan fasilitas di terminal lebak bulus tersedia cukup lengkap,

namun dari segi kualitas masih kurang.

b. Sebagai masukan bagi penyusunan standar prasarana terminal

penumpang, perlu disusun standar bagi penyediaan ruang tunggu

beserta fasilitas pendukungnya yang nyaman, dan juga selasar

penumpang yang nyaman dan aman untuk mengantarkan penumpang

langsung menuju bus masing-masing.

3. Analisis Pemenuhan Kelengkapan Fasilitas Terminal Penumpang

Dalam melakukan analisis pemenuhan kelengkapan fasilitas terminal

penumpang ini dilakukan dengan membandingkan persyaratan pemenuhan

kelengkapan fasilitas terminal penumpang yang diamanatkan dalam

Kepmenhub Nomor 31 tahun 1995 tentang Terminal Transportasi Jalan, baik

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir V- 15

Ba

b V

–A

na

lis

is d

an

E

va

lua

si

yang terkait dengan pemenuhan fasilitas utama terminal penumpang maupun

fasilitas penunjang terminal penumpang.

Pembandingan pemenuhan kelengkapan fasilitas terminal dilakukan dengan

membuat matriks perbandingan antara syarat kelengkapan fasilitas terminal

penumpang dengan kondisi kelengkapan fasilitas terminal penumpang di

wilayah studi, yang dapat dilihat dalam tabel berikut,

Tabel 5.1 Analisis Pemenuhan Kelengkapan Prasarana Utama Terminal

Penumpang di Wilayah Studi

Kelengkapan PrasaanaTerminal Penumpang

Berdasarkan KM31/1995

Terminal PenumpangBatulayang,

KotaPontianak

Lebak Bulus,DKI Jakarta

Giwangan,Kota

Yogyakarta

Purabaya,Kota

SurabayaJalur Pemberangkatan 1 jalur 8 jalur 16 jalur 15 jalurJalur Kedatangan 1 jalur 2 jalur 4 jalur 3 jalurParkir Kendaraan Umum 6.000 m2 24.070 m2 58.850 m2 32.000 m2

Bangunan KantorTerminal

100 m2 1.540 m2 1.850 m2 1.700 m2

Tempat tunggupenumpang/ pengantar

120 m2 510 m2 920,8 m2 600 m2

Menara PengawasTidak tersedia Tersedia Tersedia Tersedia dan

dilengkapidengan CCTV

Loket PenjualanKarcis

Tidak tersedia 78 loket/hari 128 loket/hari 102 loket/hari

Parkir kendaraanpengantar

1.200 m2 720 m2 2.485 m2 1.800 m2

Sumber : KM 31/1995, Hasil Pengamatan Lapangan 2012

Dari keempat terminal yang menjadi lokasi wilayah studi dan dilakukan

pengamatan, secara umum fasilitas utama terminal penumpang sudah tersedia,

hanya di terminal Batulayang Kota Pontianak yang tidak tersedia menara

pengawas dan loket penjualan karcis yang sudah tidak berfungsi lagi. Dari tabel

diatas terlihat pula terminal dengan fasilitas terlengkap dengan kuantitas

pemenuhan ketersediaan fasilitas utamanya yang cukup banyak adalah terminal

Purabaya di Kota Surabaya.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir V- 16

Ba

b V

–A

na

lis

is d

an

E

va

lua

si

Sedangkan terkait dengan pemenuhan prasarana penunjang terminal

penumpang di 4 (empat) lokasi terminal yang menjadi wilayah studi ini dapat

dilihat dalam tabel berikut,

Tabel 5.2 Analisis Pemenuhan Kelengkapan Prasarana Penunjang Terminal

Penumpang di Wilayah Studi

KelengkapanPrasaana Terminal

PenumpangBerdasarkan KM

31/1995

Terminal Penumpang

Batulayang,Kota

Pontianak

Lebak Bulus,DKI Jakarta

Giwangan,Kota

Yogyakarta

Purabaya,Kota

Surabaya

Kamar kecil/toilet 2 unit (2 m2) 7 unit (2 m2) 16 unit 22 unit

Musholla1 unit (20 m2) 1 unit (24 m2) 1 Masjid,

2 Musholla1 Masjid,

2 Musholla

Kios/Kantin12 unit (120

m2)25 unit 32 unit 42 unit

Ruang pengobatan TIdak tersedia 12 m2 18 m2 20 m2

Ruang informasi danpengaduan

20 m2 24 m2 32 m2 42 m2

Telepon umum Tidak tersedia 1 unit 12 unit 15 unitTempat penitipanbarang

Tidak tersedia Tidak tersedia 1 unit 2 unit

Taman 250 m2 1.839 m2 2.880 m2 3.250 m2

Sumber : KM 31/1995, Hasil Pengamatan Lapangan 2012

Dari tabel diatas terlihat bahra terminal Batulayang di Kota Pontianak tidak

memiliki fasilitas penunjang yang lengkap, terlihat dari tidak tersedianya ruang

pengobatan, telepon umum, dan tempat penitipan barang. Sedangkan terminal

Lebak Bulus tidak tersedia tempat penitipan barang. Dari keempat terminal

yang menjadi lokasi wilayah studi, terminal Purabaya di Kota Surabaya

memilili fasilitas penunjang yang cukup baik, terlihat dari kuantitas

ketersediaan fasilitas yang cukup besar.

B. Analisis dan Evaluasi Penyelenggaraan Terminal Barang

1. Persepsi Pengguna Terminal Barang Tanah Merdeka

Dari 4 (empat) lokasi studi, terminal barang hanya tersedia di DKI Jakarta,

dimana terdapat 2 (dua) terminal barang yaitu terminal angkutan barang Pulo

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir V- 17

Ba

b V

–A

na

lis

is d

an

E

va

lua

si

Gebang dan terminal angkutan barang Tanah Merdeka. Terkait dengan

penyelenggaraan terminal barang Tanah Merdeka dilakukan wawancara

terhadap operator angkutan barang agar didapatkan persepsi operator angkutan

barang yang merupakan pengguna dari terminal barang. Gambaran persepsi

pengguna terminal barang dapat dilihat dalam gambar berikut ini,

Gambar 5.12 Persepsi Pengguna Terminal Barang

Dari gambar diatas terlihat bahwa fasilitas pelayanan terminal barang Tanah

Merdeka masih kurang memenuhi harapan penggunanya, terlihat dari fasilitas

yang ada umumnya pengguna memberikan penilaian sedang, sedangkan

beberapa fasilitas seperti kantin, taman, dan tempat istirahat dirasakan masih

kurang.

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil wawancara terhadap

pengguna terminal angkutan barang Tanah Merdeka, Cilincing, Jakarta Utara,

didapatkan beberapa masukan dan pendapat terkait dengan penyelenggaraan

terminal angkutan penumpang, yang antara lain adalah :

a. Fasilitas pendukung terminal angkutan barang masih kurang

memadai, seperti ruang tunggu kru angkutan barang, toilet, dan

kondisi lapangan parkir kendaraan masih kurang baik.

0%

20%

40%

60%

80%

100%

5.56% 5.56% 5.56% 5.56% 5.56% 5.56% 5.56%

66.67%83.33%

11.11%

55.56%

88.89%

44.44%27.78%

27.78%11.11%

83.33%

38.89%

5.56%

50.00%66.67%

Jenis Pelayanan

kurang

sedang

baik

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir V- 18

Ba

b V

–A

na

lis

is d

an

E

va

lua

si

b. Terminal angkutan barang ini seringkali difungsikan pula sebagai

terminal angkutan penumpang, kondisi ini menyebabkan angkutan

terminal barang yang akan masuk dan menggunakan fasilitas

terminal barang ini sedikit terganggu, sebagai masukan bagi

Pemerintah agar kiranya dapat dilakukan penindakan bagi angkutan

penumpang yang menggunakan fasilitas angkutan barnag ini.

c. Perlu adanya fasilitas yang cukup baik bagi tempat istirahat kru

angkutan barang, agar para pengemudi angkutan barang dapat

beristirahat dengan cukup baik dan nyaman sebelum melanjutkan

perjalanan.

d. Masukan bagi penyusunan standar prasarana terminal barang ini

antara lain perlu adanya standar yang baku bagi penyediaan fasilitas

terminal barang baik fasilitas utama maupun fasilitas penunjang, agar

kualitas terminal barang yang ada dapat lebih baik, dan terminal

angkutan barang yang ada bukan hanya sekedar tempat parkir

angkutan barang tanpa memberikan pelayanan tambahan bagi para

kru kendaraan angkutan barang.

2. Analisis Pemenuhan Kelengkapan Fasilitas Terminal Barang

Dalam melakukan analisis pemenuhan kelengkapan fasilitas terminal barang ini

dilakukan dengan membandingkan persyaratan pemenuhan kelengkapan

fasilitas terminal barang yang diamanatkan dalam Kepmenhub Nomor 31 tahun

1995 tentang Terminal Transportasi Jalan, baik yang terkait dengan pemenuhan

fasilitas utama terminal barang maupun fasilitas penunjang terminal barang.

Pembandingan pemenuhan kelengkapan fasilitas terminal dilakukan dengan

membuat matriks perbandingan antara syarat kelengkapan fasilitas terminal

barang dengan kondisi kelengkapan fasilitas terminal barang di wilayah studi,

yang dapat dilihat dalam tabel berikut,

Tabel 5.3 Analisis Pemenuhan Kelengkapan Prasarana Utama Terminal Barang

di Wilayah Studi

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir V- 19

Ba

b V

–A

na

lis

is d

an

E

va

lua

si

Kelengkapan Prasaana Terminal BarangBerdasarkan KM 31/1995

Kondisi PrasaranaTerminal Tanah

MerdekaBangunan Kantor Terminal 120 m2

Parkir kendaraan untuk melakukan bongkar dan muatbarang

1.200 m2

Gudang atau lapangan penumpukan barang Tidak tersediaTempat parkir kendaraan angkutan barang untukistirahat

12.000 m2

Papan informasi Tidak tersediaPeralatan bongkar muat barang Tidak tersedia

Sumber : KM 31/1995, Hasil Pengamatan Lapangan 2012

Tabel 5.4 Analisis Pemenuhan Kelengkapan Prasarana Penunjang Terminal

Barang di Wilayah Studi

Kelengkapan Prasaana Terminal BarangBerdasarkan KM 31/1995

Kondisi PrasaranaEksisting

Tempat istirahat awak kendaraan Tersedia (180 m2)Parkir kendaraan selain kendaraan angkutan barang 1.600 m2

Alat timbang kendaraan dan muatannya Tidak TersediaKamar kecil/toilet 8 unitMusholla 1 unitKios/kantin 4 unitRuang pengobatan Tidak tersediaTaman 400 m2

Sumber : KM 31/1995, Hasil Pengamatan Lapangan 2012

Dari kedua tabel diatas terlihat bahwa ketersediaan fasilitas di terminal barang

Tanah Merdeka masih cukup minim. Terlihat dari tidak tersedianya

gudang/lapangan penumpukan barang, papan informasi, dan peralatan bongkar

muat barang sebagai fasilitas utama. Selain itu untuk fasilitas penunjang yang

tidak tersedia adalah alat timbang dan ruang pengobatan.

C. Pengamatan dan Penilaian Fasilitas Pengujian Kendaraan Bermotor

(PKB)

1. Persepsi Pengguna Fasilitas Pengujian Kendaraan Bermotor

Untuk mendapatkan persepsi terkait dengan penyelenggaraan fasilitas

pengujian kendaraan bermotor dilakukan pengamatan lapangan di fasilitas PKB

Kota Pontianak, Kota Padang, Kota Yogyakarta, DKI Jakarta, dan PKB di Kota

Surabaya.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir V- 20

Ba

b V

–A

na

lis

is d

an

E

va

lua

si

1.1. PKB Kota Pontianak

Secara umum pelayanan UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor di Kota

Pontianak sudah cukup baik, namun memang apabila melihat kondisi fasilitas

baik fasilitas utama maupun fasilitas penunjang pengujian kendaraan bermotor

di Kota Pontianak masih perlu banyak perbaikan dan peningkatan kualitas

pelayanannya.

Kerusakan peralatan menjadi salah satu kendala yang sering terjadi dalam

kegiatan pelayanan pengujian kendaraan bermotor di Kota Pontianak, kesulitan

spare part alat dan pembelian spare part yang harus ke Jakarta menjadikan

beberapa kali fasilitas pengujian kendaraan bermotor di Kota Pontianak ini

harus terganggu pelayanannya. Gambaran penilaian pengguna fasilitas PKB di

Kota Padang dapat dilihat dalam gambar berikut,

Gambar 5.13 Penilaian Pengguna Fasilitas PKB di Kota Pontianak

Terkait dengan fasilitas penunjang pengujian kendaraan bermotor di Kota

Pontianak secara umum belum tersedia dengan kuantitas maupun kualitas yang

cukup baik. Kondisi ruang tunggu, toilet, dan lapangan parkir masih kurang

representatif.

0%

20%

40%

60%

80%

100%

14% 8% 17%0%

29%

32% 45%48%

18%

43%

54% 48%35%

82%

28%

Prasarana PKB

Kurang

Sedang

Baik

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir V- 21

Ba

b V

–A

na

lis

is d

an

E

va

lua

si

Beberapa masukan dan pendapat terkait dengan penyelenggaraan pengujian

kendaraan bermotor khususnya terkait dengan masukan terhadap penyusunan

standar prasarana pengujian kendaraan bermotor yang sedang disusun ini antara

lain adalah,

a. Perlu adanya penyusunan standar fasilitas penunjang pengujian

kendaraan bermotor yang lebih teknis mengatur standar minimum

fasilitas penunjang pengujian kendaraan bermotor, seperti toilet, ruang

tunggu, loket, kantin, dan lapangan parkir agar lebih representatif.

b. Terkait standar peralatan pengujian kendaraan bermotor perlu disusun

pula standar perawatan peralatan, agar tidak terjadi keruakan alat

dengan waktu yang cukup lama, sehingga mengganggu pelayanan

pengujian kendaraan bermotor.

1.2. PKB Kota Padang

Terkait dengan fasilitas pengujian kendaraan bermotor di Kota Padang, secara

umum sudah cukup baik. Beberapa kekurangan yang ada di fasilitas ini antara

lain mencakup penyediaan fasilitas penunjang, seperti toilet dan ruang tunggu

yang kurang representatif. Gambaran penilaian pengguna fasilitas PKB di Kota

Padang dapat dilihat dalam gambar berikut,

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir V- 22

Ba

b V

–A

na

lis

is d

an

E

va

lua

si

Gambar 5.14 Penilaian Pengguna Fasilitas PKB di Kota Padang

Sebagai masukan bagi penyusunan standar prasarana fasilitas pengujian

kendaraan bermotor, dilakukan wawancara terhadap pengguna fasilitas

pengujian kendaraan bermotor, dan didapat beberapa masukan dan pendapat

yang antara lain adalah,

a. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan pengujian kendaraan bermotor,

khususnya terkait dengan penyediaan fasilitas penunjang, perlu adanya

standar bagi fasilitas penunjang fasilitas pengujian kendaraan bermotor

seperti toilet, ruang tunggu, dan lapangan parkir yang lebih nyaman dan

representatif.

b. Bantuan dari Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Pusat sangat

diharapkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan fasilitas pengujian

kendaraan bermotor

c. Perlu adanya aturan terkait dengan kompensasi yang bisa diterima oleh

Dinas Perhubungan Kota Padang apabila terdapat kendaraan-kendaraan

luar Kota Padang yang beroperasi secara reguler di Kota Padang.

1.3. PKB Kota Yogyakarta

Fasilitas pengujian kendaraan bermotor di Kota Yogyakarta, baik fasilitas

utama maupun fasilitas penunjang sudah cukup baik. Fasilitas pengujian

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

18%35% 34% 29% 34%

38%

46% 49%40%

48%

43%18% 17% 31% 18%

Prasarana PKB

Kurang

Sedang

Baik

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir V- 23

Ba

b V

–A

na

lis

is d

an

E

va

lua

si

kendaraan bermotor di Kota Yogyakarta dikelola oleh UPTD Pengujian

Kendaraan Bermotor, Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta. Gambaran

penilaian pengguna fasilitas PKB di Kota Yogyakarta dapatdilihat dalam

gambar berikut,

Gambar 5.15 Penilaian Pengguna Fasilitas PKB di Kota Yogyakarta

Berdasarkan wawancara kepada beberapa pengguna, atau pemilik kendaraan

yang sedang melakukan pengujian kendaraan bermotor, didapat beberapa

persepsi dan preferensi terkait dengan penyelenggaraan pengujian kendaraan

bermotor di Kota Yogyakarta, baik prasarana utama maupun fasilitas

penunjang. Beberapa persepsi dari pengguna pengujian kendaraan antara lain

adalah sebagai berikut,

a. Secara umum, ketersediaan fasilitas pengujian kendaraan bermotor

sudah cukup baik, baik fasilitas utama dan penunjang. Beberapa

perbaikan maupun peningkatan memang perlu dilakukan, khususnya

terakait dengan fasilitas penunjang seperti perbaikan kualitas toilet,

ruang tunggu, maupun ketersediaan lapangan parkir yang representatif.

b. Terkait dengan standar prasarana pengujian kendaraan bermotor, yang

sering kurang diperhatikan adalah prasarana penunjang, sehingga

masukan bagi penyusunan standar prasarana fasilitas pengujian

0%

20%

40%

60%

80%

100%

45% 38% 48%32%

57%

40% 45%42%

54%

40%

15% 17% 11% 14% 3%

Prasarana PKB

Kurang

Sedang

Baik

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir V- 24

Ba

b V

–A

na

lis

is d

an

E

va

lua

si

kendaraan bermotor ada baiknya fokus pula kepada standar prasarana

fasilitas pendukung pengujian kendaraan bermotor.

1.4. PKB DKI Jakarta

Terkait dengan penyelenggaraan pengujian kendaraan bermotor di DKI Jakarta,

secara umum pelayanan pengujian kendaraan bermotor tersebut sudah cukup

baik. Beberapa kekurangan yang ada di fasilitas pengujian kendaraan bermotor

ini umumnya tidak jauh berbeda dengan lokasi pengujian kendaraan bermotor

di kota lain, yang antara lain mencakup penyediaan fasilitas penunjang, seperti

toilet dan ruang tunggu, dan lapangan parkir yang kurang representatif.

Gambaran penilaian pengguna fasilitas PKB di DKI Jakarta dapatdilihat dalam

gambar berikut,

Gambar 5.16 Penilaian Pengguna Fasilitas PKB di DKI Jakarta

Sebagai masukan bagi penyusunan standar prasarana fasilitas pengujian

kendaraan bermotor, dilakukan wawancara terhadap pengguna fasilitas

pengujian kendaraan bermotor di DKI Jakarta, dan didapat beberapa masukan

dan pendapat yang antara lain adalah,

a. Perlu adanya peningkatan terkait dengan kualitas maupun kuantitas

fasilitas pendukung pengujian kendaraan bermotor, seperti toilet, ruang

tunggu, kantin, dan juga lapangan parkir kendaraan.

0%

20%

40%

60%

80%

100%

35% 29% 37% 26%11%

34% 49% 28%32%

29%

31% 22%35% 42%

60%

Prasarana PKB

Kurang

Sedang

Baik

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir V- 25

Ba

b V

–A

na

lis

is d

an

E

va

lua

si

b. Sebagai masukan bagi penyusunan standar prasarana pengujian

kendaraan bermotor, perlu kiranya standar yang akan disusun fokus pula

kepada pengaturan standar prasarana pendukung seperti toilet, ruang

tunggu, kantin, maupun parkir kendaraan. Hal tersebut dimaksudkan

agar pelayanan tiap fasilitas pengujian kendaraan bermotor dapat

memberikan pelayanan terbaik dan memiliki standar yang sama di tiap-

tiap lokasi pengujian kendaraan bermotor.

1.5. PKB Kota Surabaya

Terkait dengan penyelenggaraan pengujian kendaraan bermotor di Kota

Surabaya, secara umum pelayanan pengujian kendaraan bermotor tersebut

sudah sangat baik. Pelayanan fasilitas penunjang seperti toilet dan ruang

tunggu, dan lapangan parkir sudah cukup baik. Penilaian pengguna fasilitas

PKB di Kota Surabaya, terkait dengan fasilitas penunjang dapat dilihat dalam

gambar berikut,

Gambar 5.17 Penilaian Pengguna Fasilitas PKB di Kota Surabaya

Sebagai masukan bagi penyusunan standar prasarana fasilitas pengujian

kendaraan bermotor, dilakukan wawancara terhadap pengguna fasilitas

0%

20%

40%

60%

80%

100%

60% 65%48% 45%

75%

37% 32%

34% 40%

25%3% 3%

18% 15%0%

Prasarana PKB

Kurang

Sedang

Baik

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir V- 26

Ba

b V

–A

na

lis

is d

an

E

va

lua

si

pengujian kendaraan bermotor di Kota Surabaya, dan didapat beberapa

masukan dan pendapat yang antara lain adalah,

a. Perlu adanya peningkatan terkait dengan kualitas pelayanan terkait

kegiatan pengujian, terutama penambahan SDM penguji agar waktu

dalam pelaksanaan proses pengujian dapat lebih singkat.

b. Sebagai masukan bagi penyusunan standar prasarana pengujian

kendaraan bermotor, perlu kiranya standar yang akan disusun fokus pula

kepada pengaturan standar prasarana pendukung seperti toilet, ruang

tunggu, kantin, maupun parkir kendaraan. Selain itu standarisasi

peralatan pun perlu dilakukan agar dapat digunakan untuk kendaraan

dari semua pabrikan.

2. Analisis Pemenuhan Kelengkapan Fasilitas Pengujian Kendaraan

Bermotor

Dalam melakukan analisis pemenuhan kelengkapan fasilitas pengujian

kendaraan bermotor ini dilakukan dengan membandingkan persyaratan

pemenuhan kelengkapan fasilitas pengujian kendaraan bermotor yang

diamanatkan dalam Kepmenhub Nomor KM 71 tahun 1993 tentang Pengujian

Berkala Kendaraan Bermotor, baik yang terkait dengan pemenuhan fasilitas

utama pengujian kendaraan bermotor maupun fasilitas penunjang pengujian

kendaraan bermotor.

Pembandingan pemenuhan kelengkapan fasilitas pengujian kendaraan bermotor

dilakukan dengan membuat matriks perbandingan antara syarat kelengkapan

fasilitas pengujian kendaraan bermotor dengan kondisi kelengkapan fasilitas

pengujian kendaraan bermotor di wilayah studi, yang dapat dilihat dalam tabel

berikut,

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir IV- 27

Tabel 5.5 Analisis Pemenuhan Kelengkapan Prasarana Pengujian Kendaraan Bermotor di Wilayah Studi

KelengkapanPrasaana PKB

Berdasarkan KM71/1993

Pengujian Kendaraan Bermotor

Kota PontianakPulo Gadung,

Jakarta Kota YogyakartaTandes, Kota

Surabaya

Kota Padang

Bangunan bebankerja

Tersedia dengan 1jalur PKB 15 ton

Tersedia dengan 2jalur PKB 10 ton dan15 ton

Tersedia dengan 2 jalurPKB 10 ton dan 15 ton

Tersedia dengan 2jalur PKB 10 ton dan15 ton

Tersedia dengan 1 jalurPKB 15 ton

Bangunan gedung Tersedia, untukpenempatan gensetdan kompresor

Tersedia Gudangnamun tidakberfungsi

Tersedia, untukpenempatan gensetdan kompresor

Tersedia Gudangdengan luas 12 m2

Tersedia, untukpenempatan gensetdan kompresor

Tersedia Gudangdengan luas 40 m2

Tersedia, untukpenempatan gensetdan kompresor

Tersedia Gudangdengan luas 50 m2

Tersedia, untukpenempatan gensetdan kompresor

Tersedia Gudangdengan luas 40 m2

Jalan keluar masuk Lebar Jalan Keluar4,5 m

Lebar Jalan Masuk4,5 m

Lebar Jalan Keluar4,5 m

Lebar Jalan Masuk4,5 m

Lebar Jalan Keluar4,5 m

Lebar Jalan Masuk4,5 m

Lebar Jalan Keluar5 m

Lebar Jalan Masuk5 m

Lebar Jalan Keluar4,5 m

Lebar Jalan Masuk4,5 m

Lapangan parkir Luas lapangan parkir2.100 m2

Luas Lapangan parkir4.200 m2

Luas Lapangan parkir5.055 m2

Luas lapangan parkir8.200 m2

Luas lapangan parkir3.500 m2

Bangunan gedungadministrasi

Tersedia fasilitas : ruangan petugas loket pendaftaran ruang tunggu

Tersedia fasilitas : ruangan petugas loket pendaftaran ruang tunggu

Tersedia fasilitas : ruangan petugas loket pendaftaran ruang tunggu

Tersedia fasilitas : ruangan petugas loket pendaftaran ruang tunggu

Tersedia fasilitas : ruangan petugas loket pendaftaran ruang tunggu

Pagar Pagar setinggi 2 m Pagar setinggi 1,5 m Pagar setinggi 1,5 m Pagar setinggi 1,2 m Pagar setinggi 1,2 mFasilitas penunjanguntuk umum

Toilet Toilet Kantin

Toilet Kantin

Toilet Kantin Telp. Umum Toko ATK dan

Fotokopi Ruang Tunggu AC

Toilet Kantin

Sumber : KM 71/1995, Hasil Pengamatan Lapangan 2012

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir V- 28

Ba

b V

–A

na

lis

is d

an

E

va

lua

si

D. Pengamatan dan Penilaian Bengkel Umum

1. Penilaian terkait Penyelenggaraan Bengkel Umum

Dalam melakukan penilaian terhadap penyelenggaraan bengkel umum,

dilakukan pengamatan lapangan dan wawancara yang dilakukan di bengkel

umum di Kota Pontianak, Kota Padang, Kota Yogyakarta, DKI Jakarta, dan

Kota Surabaya yang menjadi locus wilayah studi ini.

1.1. Bengkel Umum Kota Pontianak

Penyelenggaraan bengkel umum di kota Pontianak masih belum sebaik

bengkel-bengkel di kota lain khususnya bengkel di kota Jakarta. Jumlah

bengkel di kota Pontianak saat ini belum terlalu banyak, standar peralatan

bengkel maupun stall perbaikan kendaraan di bengkel-bengkel di kota

Pontianak sebagian besar masih kurang memadai.

Dinas Perhubungan kota Pontianak belum menerbitkan aturan apapun terkait

dengan pelaksanaan bengkel umum ini, termasuk aturan terkait dengan retribusi

bagi penyelenggaraan bengkel umum. Bengkel umum yang sudah cukup besar,

saat ini hanya berbadan hukum dan memiliki izin usaha secara umum dari

instansi terkait, sedangkan untuk kegiatan operasional mauapun teknis belum

ada aturan terkait izin dari instansi terkait. Untuk mendapatkan gambaran

penyelenggaraan bengkel umum di Kota Pontianak, diakukan wawancara untuk

mendapatkan penilaian masyarakat terkait penyelenggaraan bengkel umum.

Gambaran penilaian tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut,

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir V- 29

Ba

b V

–A

na

lis

is d

an

E

va

lua

si

Gambar 5.18 Penilaian Masyarakat terkait Bengkel Umum di Kota Pontianak

Selain dilakukan penilaian terhadap pelayanan bengkel umum oleh masyarakat,

dilakukan pula wawancara terhadap pemilik bengkel untuk mendapatkan

persepsi mereka terkait standarisasi fasilitas dan pelayanan bengkel umum.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap pengusaha pemilik bengkel umum di

Kota Pontianak, didapat beberapa persepsi maupun preferensi terkait dengan

penyelenggaraan bengkel umum di Kota Pontianak, yang antara lain adalah :

a. Secara umum, para pengusaha pemilik bengkel umum di kota Pontianak

berpendapat bahwa aturan terkait dengan standarisasi bengkel sangat

didukung, namun diharapkan tidak menjadi ganjalan bagi para

pengusaha bengkel untuk mengembangkan usahanya, terutama bagi

pengusaha baru yang akan membangun bengkel baru.

b. Pada umumnya para pengusaha pemilik bengkel berpendapat bahwa

retribusi terkait dengan perizinan bengkel umum tidak masalah apabila

akan diterapkan, namun perlu ada timbal baliknya bagi pengusaha

bengkel, seperti bantuan teknis ataupun konsultasi bagi para pengusaha

yang akan mendirikan ataupun meningkatkan kualitas bengkelnya.

c. Standarisasi bengkel umum oleh Dinas Perhubungan sangat baik untuk

dilakukan, namun standarisasi tersebut harus beriringan dengan

penerbitan sertifikasi bengkel umum dari Dinas Perhubungan, dan

diharapkan dapat menjadi tolak ukur pula bagi bengkel-bengkel umum

0%

20%

40%

60%

80%

100%

33% 28% 20% 27% 35%18%

40%17%

18%48%

33% 32%32%

32%

47%

47%

48%23%

47% 42% 33%50%

13%37%

Fasilitas dan Pelayanan Bengkel Umum

Kurang

Sedang

Baik

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir V- 30

Ba

b V

–A

na

lis

is d

an

E

va

lua

si

yang berminat untuk bekerjasama dalam kegiatan pengujian emisi

kendaraan bermotor ataupun dalam lingkup yang lebih besar dapat

menjadi mitra Dinas Perhubungan sebagai bengkel atau pihak ketiga

yang dapat terlibat dalam pengujian kendaraan bermotor secara umum.

1.2. Bengkel Umum di Kota Padang

Penyelenggaraan bengkel umum di Kota Padang secara umum masih belum

berada di bawah pengawasan Dinas Perhubungan Kota Padang, karena sampai

saat ini belum ada pengaturan terkait penyelenggaraan bengkel umum maupun

peraturan terkait dengan penarikan retribusi bagi bengkel umum.

Bengkel umum yang beroperasi di Kota Padang secara umum belum diatur

terkait dengan penyelenggaraan secara teknis, izin yang perlu diurus terkait

dengan penyelenggaraan bengkel umum di Kota Padang sebatas izin usaha.

Untuk mendapatkan gambaran penyelenggaraan bengkel umum di Kota

Padang, diakukan wawancara untuk mendapatkan penilaian masyarakat terkait

penyelenggaraan bengkel umum. Gambaran penilaian tersebut dapat dilihat

dalam gambar berikut,

Gambar 5.19 Penilaian Masyarakat terkait Bengkel Umum di Kota Padang

0%

20%

40%

60%

80%

100%

41% 30% 31% 23% 33%20%

37% 31%

30%37% 34% 41%

40%

31%

41%40%

29% 33% 34% 36% 27%49%

21% 29%

Fasilitas dan Pelayanan Bengkel Umum

Kurang

Sedang

Baik

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir V- 31

Ba

b V

–A

na

lis

is d

an

E

va

lua

si

Selain dilakukan penilaian terhadap pelayanan bengkel umum oleh masyarakat,

dilakukan pula wawancara terhadap pemilik bengkel untuk mendapatkan

persepsi mereka terkait standarisasi fasilitas dan pelayanan bengkel umum. Dari

wawancara tersebut didapat beberapa masukan, yang antara lain adalah :

a. Penyelenggaraan bengkel umum secara makro saat ini di Kota Padang

sudah cukup baik, meskipun belum ada lembaga ataupun unsur

Pemerintahan yang menerbitkan aturan terkait dengan standarisasi

bengkel umum secara teknis.

b. Terkait dengan rencana penyusunan standarisasi fasilitas bengkel umum,

diharapkan dengan adanya standarisasi ini dapat memberikan acuan bagi

pemilik bengkel untuk meningkatkan layanannya.

c. Standarisasi yang disusun diharapkan pula dapat memberikan nilai

tambah bagi bengkel umum untuk dapat bersaing secara sehat dengan

bengkel lain khususnya bengkel ATPM yang tentunya memiliki standar

yang lebih baik yang diterbitkan dari ATPM yang bersangkutan.

d. Standarisasi fasilitas bengkel umum di Kota Padang sebaiknya diikuti

pula dengan sertifikasi bengkel oleh Dinas Perhubungan, agar

masyarakat ataupun pelanggan dapat lebih mudah menilai kualitas suatu

bengkel dengan melihat klasifikasi dari standar fasilitas peralatan

bengkel yang ada.

1.3. Bengkel Umum di Kota Yogyakarta

Penyelenggaraan bengkel umum di Kota Yogyakarta secara umum sudah cukup

baik namun masih belum berada di bawah pengawasan Dinas Perhubungan

Kota Yogakarta. Ketiadaan acuan dalam mengatur usaha bengkel umum

menjadi kendala Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta dalam melakukan

pembinaan terkait dengan penyelenggaraan bengkel umum di Kota Yogyakarta.

Bengkel umum yang beroperasi di Kota Yogyakarta terkait dengan

penyelenggaraannya secara teknis masih belum diatur khususnya yang terkait

dengan program pembinaan dari Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta,

penyelenggaraan bengkel umum di Kota Yogyakarta saat ini hanya

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir V- 32

Ba

b V

–A

na

lis

is d

an

E

va

lua

si

berpegangan pada izin usaha secara umum. Untuk mendapatkan gambaran

penyelenggaraan bengkel umum di Kota Yogyakarta, diakukan wawancara

untuk mendapatkan penilaian masyarakat terkait penyelenggaraan bengkel

umum. Gambaran penilaian tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut,

Gambar 5.20 Penilaian Fasilitas dan Pelayanan Bengkel Umum di Kota

Yogyakarta

Selain dilakukan penilaian terhadap pelayanan bengkel umum oleh masyarakat,

dilakukan pula wawancara terhadap pemilik bengkel untuk mendapatkan

persepsi mereka terkait standarisasi fasilitas dan pelayanan bengkel umum.

Masukan terkait dengan penyelenggaraan bengkel umum di Kota Yogyakarta

berdasarkan hasil wawancara terhadap pengusaha atau pemilik bengkel umum

antara lain adalah :

a. Penyelenggaraan bengkel umum saat ini di Kota Yogakarta sudah cukup

baik, meskipun belum ada lembaga ataupun unsur Pemerintahan yang

menerbitkan aturan terkait dengan standarisasi bengkel umum secara

teknis.

b. Terkait dengan rencana penyusunan standarisasi fasilitas bengkel umum,

diharapkan dengan adanya standarisasi ini dapat memberikan acuan bagi

pemilik bengkel untuk meningkatkan layanannya dan memberikan

klasifikasi bagi bengkel yang ada sebagai acuan bagi pemilik kendaraan

0%

20%

40%

60%

80%

100%

34% 32% 39%24% 32% 39% 36% 37%

23%43% 34%

38% 30%31% 43%

30%

42%24% 27%

38% 38% 30% 21%33%

Fasilitas dan Pelayanan Bengkel Umum

Kurang

Sedang

Baik

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir V- 33

Ba

b V

–A

na

lis

is d

an

E

va

lua

si

dalam memilih bengkel umum yang akan dituju untuk memperbaiki

kendaraannya.

c. Standarisasi fasilitas bengkel umum di Kota Yogyakarta sebaiknya

diikuti pula dengan sertifikasi kualitas bengkel oleh Dinas Perhubungan,

agar masyakarta ataupun pelanggan dapat lebih mudah menilai kualitas

suatu bengkel dengan melihat klasifikasi dari standar fasilitas peralatan

bengkel yang ada. Namun diharapkan dari standarisasi yang disusun

tidak membuat pengusahaan bengkel umum di Kota Yogyakarta menjadi

lebih sulit, khususnya terkait dengan standar prosedur perizinan bengkel

umum.

1.4. Bengkel Umum di DKI Jakarta

Sebagai kota metropolitan dengan jumlah kendaraan yang cukup banyak,

keberadaan bengkel umum menjadi suatu usaha yang sangat menjanjikan.

Persaingan penyelenggaraan bengkel umum di Jakarta sangat tinggi, sehingga

tiap-tiap bengkel umum berusaha untuk melengkapi bengkelnya dengan

peralatan terbaik dan stall perbaikan yang terlengkap.

Terlepas dari persaingan yang menyebabkan dampak positif yaitu banyaknya

bengkel umum yang memiliki kualitas yang cukup baik di Jakarta, saat ini

Dinas Perhubungan seprerti kota-kota lainnya belum mengatur terkait dengan

standarisasi peralatan teknis bengkel umum, namun sebagai langkah pembinaan

terhadap penyelenggaraan bengkel umum di Jakarta, Dinas Perhubungan

mengatur terkait dengan penyelenggaraan.

Penyelenggaraan bengkel umum di Jakarta, secara umum mengacu kepada

Kepmenperin No 551/1993. Berdasarkan aturan tersebut, Dinas Perhubungan

Provinsi DKI Jakarta menetapkan beberapa bengkel umum di Kota Jakarta

yang memiliki kualifikasi cukup bagi bengkel tersebut untuk diikutsertakan

dalam kegiatan pengujian kendaraan bermotor.

Untuk mendapatkan gambaran penyelenggaraan bengkel umum di Kota

Jakarta, diakukan wawancara untuk mendapatkan penilaian masyarakat terkait

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir V- 34

Ba

b V

–A

na

lis

is d

an

E

va

lua

si

penyelenggaraan bengkel umum. Gambaran penilaian tersebut dapat dilihat

dalam gambar berikut,

Gambar 5.21 Penilaian Masyarakat terkait Bengkel Umum di DKI Jakarta

Selain dilakukan penilaian terhadap pelayanan bengkel umum oleh masyarakat,

dilakukan pula wawancara terhadap pemilik bengkel untuk mendapatkan

persepsi mereka terkait standarisasi fasilitas dan pelayanan bengkel umum.

Masukan terkait dengan penyelenggaraan bengkel umum di Jakarta, yang

didasarkan dari wawancara yang dilakukan terhadap beberapa pengusaha

ataupun pemilik bengkel umum di Jakarta antara lain adalah :

a. Kualitas bengkel umum di Jakarta saat ini umumnya sudah cukup baik,

namun yang perlu diatur adalah terkait dengan penempatan lokasi

bengkel umum, karena bisa terjadi dalam satu wilayah terdapat bengkel

umum dengan jenis pelayanan yang sama berdekatan lokasinya, apabila

dimungkinkan dapat disusun aturan terkait dengan penempatan bengkel

umum tersebu.

b. Terkait dengan standarisasi fasilitas bengkel umum yang akan disusun,

sebaiknya tidak tumpang tindih dengan aturan yang telah dikeluarkan

oleh Menperin melalui keputusan Menteri nya yang bernomor 551 tahun

1993. Sebaiknya standar yang disusun justru berkesinambungan, dan

pada akhirnya tidak memberatka bagi pengusaha bengkel.

0%

20%

40%

60%

80%

100%

42% 43% 39% 34% 30% 37% 41% 34%

35% 42% 44%41% 47% 32% 35%

36%

23% 15% 17% 25% 23% 31% 24% 30%

Fasilitas dan Pelayanan Bengkel Umum

Kurang

Sedang

Baik

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir V- 35

Ba

b V

–A

na

lis

is d

an

E

va

lua

si

c. Terkait dengan retribusi bagi pengusaha bengkel, sebaiknya ada rumusan

konsep timbal balik bagi dunia usaha perbengkelan, seperti kemudahan

dalam pengajuan usaha, ataupun kompensasi lainnya.

1.5. Bengkel Umum di Kota Surabaya

Sebagai kota metropolitan terbesar setelah Jakarta, Kota Surabaya memiliki

jumlah kendaraan yang cukup banyak, keberadaan bengkel umum menjadi

suatu usaha yang sangat menjanjikan. Penyelenggaraan bengkel umum di

Surabaya sangat tinggi meskipun masih belum sebanyak di Jakarta.

Untuk mendapatkan gambaran penyelenggaraan bengkel umum di Kota

Jakarta, diakukan wawancara untuk mendapatkan penilaian masyarakat terkait

penyelenggaraan bengkel umum. Gambaran penilaian tersebut dapat dilihat

dalam gambar berikut,

Gambar 5.22 Penilaian Masyarakat terkait Bengkel Umum di Surabaya

Terlepas dari persaingan yang menyebabkan dampak positif yaitu banyaknya

bengkel umum yang memiliki kualitas yang cukup baik di Surabaya, saat ini

Dinas Perhubungan Kota Surabaya seperti kota-kota lainnya belum mengatur

terkait dengan standarisasi peralatan teknis bengkel umum, namun sebagai

langkah pembinaan terhadap penyelenggaraan bengkel umum di Surabaya,

0%

20%

40%

60%

80%

100%

40% 49% 39% 36% 28% 25% 35% 25%

43%44%

48% 41%38% 36%

44%43%

18% 8% 14% 23% 35% 39%21% 33%

Fasilitas dan Pelayanan Bengkel Umum

Kurang

Sedang

Baik

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir V- 36

Ba

b V

–A

na

lis

is d

an

E

va

lua

si

Dinas Perhubungan sedang menyusun Perda terkait dengan penyelenggaraan

bengkel umum di Kota Surabaya.

Selain dilakukan penilaian terhadap pelayanan bengkel umum oleh masyarakat,

dilakukan pula wawancara terhadap pemilik bengkel untuk mendapatkan

persepsi mereka terkait standarisasi fasilitas dan pelayanan bengkel umum.

Masukan terkait dengan penyelenggaraan bengkel umum di Surabaya, yang

didasarkan pada hasil wawancara terhadap beberapa pengusaha ataupun

pemilik bengkel umum di Surabaya antara lain adalah :

a. Kualitas bengkel umum di Surabaya saat ini umumnya sudah cukup

baik, jika akan diatur sebaiknya lebih kepad apengaturan penempatan

lokasi bengkel dan penanganan limbah bengkel.

b. Terkait dengan standarisasi fasilitas bengkel umum yang akan disusun,

sebaiknya berkeseinambungan dengan aturan yang telah dikeluarkan

oleh Menperindag melalui keputusan Menteri nya yang bernomor 551

tahun 1993 yang sudah terlebih dahulu diterbitkan.

c. Terkait dengan retribusi bagi pengusaha bengkel, sebaiknya ada rumusan

konsep timbal balik bagi dunia usaha perbengkelan, seperti kemudahan

dalam pengajuan usaha, ataupun kompensasi lainnya. Serta tidak

memberatkan pengusaha bengkel, terutama pengusaha baru di bidang

bengkel umum.

E. Analisis Penyediaan Fasilitas

1. Pengujian Kendaraan Bermotor

Untuk mendapatkan batasan angka penyediaan fasilitas pengujian kendaraan

bermotor, maka dilakukan analisis dan evaluasi dengan cara menganalisis data-

data hasil lapangan yang kemudian dilakukan analisis statistik. Analisis

dilakukan untuk tiap-tiap item fasilitas sehingga didapatkan angka yang

menjadi acuan batasan dalam penyusunan standar pedoman fasilitas pengujian

kendaraan bermotor. Hasil analisis terhadap penyediaan fasilitas di wilayah

studi dapat dilihat dalam gambar-gambar berikut,

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir V- 37

Ba

b V

–A

na

lis

is d

an

E

va

lua

si

Gambar 5.23 Grafik Analisis Penilaian Fasilitas PKB

Berdasarkan hasil analisis penilaian fasilitas pengujian kendaraan bermotor dari kondisi

wilayah studi didapatkan kesimpulan batasan kuantitas untuk tiap-tiap item fasilitas

PKB yang dijelaskan dalam tabel berikut,

y = 3.335x2 - 16.69x + 73.01R² = 0.906

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00

m2/

kend

Penilaian

Penilaian penyediaan lapangan parkir

y = 0.741x0.238

R² = 0.914

1.00

1.05

1.10

1.15

1.20

1.25

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00

kend

/m2

Penilaian

Penilaian penyediaan ruang tunggu

y = 1714.x-2.39

R² = 0.964

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00

kend

/jal

ur

Penilaian

Penilaian penyediaan jalur pelayanan

y = 0.899x0.232

R² = 0.975

1.20

1.25

1.30

1.35

1.40

1.45

1.50

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00

kend

/m2

Penilaian

Penilaian penyediaan ruang pendaftaran

y = 0.109x2.667

R² = 1

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00

kend

/m2

Penilaian

Penilaian penyediaan toilet

y = 71764x-8.13

R² = 0.588

-

0.05

0.10

0.15

0.20

0.25

0.30

0.35

0.40

0.45

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00

kend

/m2

Penilaian

Penilaian penyediaan kantin

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir V- 38

Ba

b V

–A

na

lis

is d

an

E

va

lua

si

Tabel 5.6 Hasil Analisis Penyediaan Fasilitas PKB

FasilitasPersamaanpenyediaan

R2 Rangepenyediaan

Datapembanding

Kesimpulan

Lapanganparkir

m2/kend =3,335*(nilai)^2-16,69*(nilai)+73,01

0,906 Min = 92,93m2/kendMax = 152,93m2/kend

1 SRP mobil(sesuai272/HK.105/DRJD/96) = 15 m2

100 m2 perkendaraan

Ruangtunggu

m2/kend =0,741*(nilai)^(0,238)

0,914 Min = 1,135m2/kendMax = 1,215m2/kend

SPM Stasiun KA(PM 9/2011) =0,6 m2/orang

Minimal 1,2m2 perkendaraan

Jalurpelayanan

kend/jalur =1714*(nilai)^(-2,39)

0,964 Min = 23,67kend/jalurMax = 11,9kend/jalur

Tidak ada datapembanding

Minimal 1jalur per 20kendaraan

Ruangpendaftaran

m2/kend =0,899*(nilai)^(0,235)

0,975 Min = 1,362m2/kendMax = 1,456m2/kend

Tidak ada datapembanding

Minimal 1,4m2 perkendaraan

Toilet kend/m2 =0,109*(nilai)^(2,667)

1,000 Min = 12,96kend/m2

Max = 27,92kend/m2

Sesuai Perpres73/2011, bahwa1 toilet (2 m2)untuk 25 orang

Minimal 1toilet (2 m2)untuk 15kendaraan

Kantin m2/kend =71764*(nilai)^(-8,13)

0,588 Min = 0,034m2/kendMax = 0,032m2/kend

Tidak ada datapembanding

Minimal0,033 m2 perkendaraan

2. Terminal Penumpang

Untuk mendapatkan batasan angka penyediaan fasilitas terminal penumpang,

maka dilakukan analisis dan evaluasi dengan cara menganalisis data-data hasil

lapangan yang kemudian dilakukan analisis statistik. Analisis dilakukan untuk

tiap-tiap item fasilitas sehingga didapatkan angka yang menjadi acuan batasan

dalam penyusunan standar pedoman fasilitas terminal penumpang baik fasilitas

utama maupun fasilitas penunjang. Penilaian fasilitas dilakukan baik terminal

untuk penumpang tipe A, tipe B, maupun tipe C.

Berdasarkan hasil analisis penilaian fasilitas terminal penumpang dari kondisi wilayah

studi didapatkan kesimpulan batasan kuantitas untuk tiap-tiap item fasilitas terminal

penumpang baik terminal tipe A, tipe B, maupun tipe C yang dijelaskan dalam tabel

berikut,

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir V- 39

Ba

b V

–A

na

lis

is d

an

E

va

lua

si

Tabel 5.7 Hasil Analisis Penyediaan Fasilitas Utama Terminal Penumpang

FasilitasPersamaanpenyediaan

R2 Rangepenyediaan

Data pembanding Kesimpulan

pelataranparkirkendaraanpengantar

Pnp/m2 =28708*(nilai)^(-3,63)

0,837 Min = 42,99pnp/m2

Max = 15,13pnp/m2

Pedoman parkir(272/HK.105/DRJD/96) 1 SRP mobil= 15 m2. 1 jamdiperlukan 5 SRP =75m2 ≈ 7,5 m2/bus

1 SRP bus (15m2) untuksetiap 2kendaraan(6 orang)

menarapengawas

Ketingggianmenarapengawasditentukan dariluas terminal

Jarak pandangmanusia (Std.Perenc Geom Jalan,No.038/TBM/1997) =15 meter untukketinggian 105 cm

Ketinggianmenarapengawas =Akar (Luasterminal)/15meter

bangunankantorterminal

Luas bangunankantorditentukan olehjumlah petugas

Ketentuan dalamPerpres 73/2011adalah 4 m2/orang

Minimal luasbangunankantor = 4m2* jmlpetugas

rambu-rambudan papaninformasi

Ukuran, warna,dan simbolsesuai standarpenempatanrambu

Mengikutiketentuandalam KM 60Tahun 1993

tarif danjadualperjalanan

Ukuran, warna,dan simbolsesuai standarpenempatanrambu

Mengikutiketentuandalam KM 60Tahun 1993

Sedangkan terkait penilaian terhadap fasilitas penunjang terminal penumpang

yang nantinya menjadi acuan bagi batasan kebutuhan fasilitas terminal tipe A,

tipe B, maupun ype C, hasil analisisnya dapat dilhat dalam gambar-gambar

berikut ini,

y = 149.6x-1.00

R² = 0.370

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

35.0

40.0

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

pnp/

m2

Penilaian

Penilaian fasilitas taman

y = 99419x-3.40

R² = 0.877

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

pnp/

m2

Penilaian

Penilaian penyediaan kamar kecil

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir V- 40

Ba

b V

–A

na

lis

is d

an

E

va

lua

siGambar 5.24 Grafik Analisis Penilaian Fasilitas Penunjang Terminal Penumpang

Berdasarkan hasil analisis penilaian fasilitas terminal penumpang dari kondisi wilayah

studi didapatkan kesimpulan batasan kuantitas untuk tiap-tiap item fasilitas penunjang

terminal penumpang baik terminal tipe A, tipe B, maupun tipe C yang dijelaskan dalam

tabel berikut,

y = 1E+07x-5.11

R² = 0.988

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

pnp/

m2

Penilaian

Penilaian penyediaan tempat ibadah

y = 4057.x-1.69

R² = 0.411

0

100

200

300

400

500

600

700

800

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

pnp/

m2

Penilaian

Penilaian kantin

y = 10659x-1.84

R² = 0.786

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000

18000

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

pnp/

m2

Penilaian

Penilaian penyediaan ruang pengobatan

y = 64616x-1.89

R² = 0.722

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

9000

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

pnp/

m2

Penilaian

Penilaian penyediaan ruang informasi dan pengaduan

y = 3E+11x-9.65

R² = 0.79

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

pnp/

unit

Penilaian

Penilaian penyediaan telepon umum

y = 1E+07x-3.21

R² = 1

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

90000

100000

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

pnp/

unit

Penilaian

Penilaian fasilitas penitipan barang

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir V- 41

Ba

b V

–A

na

lis

is d

an

E

va

lua

si

Tabel 5.8 Hasil Analisis Penyediaan Fasilitas Penunjang Terminal Penumpang

FasilitasPersamaanpenyediaan

R2 Rangepenyediaan

Data pembanding Kesimpulan

kamarkecil/toilet

Pnp/m2 =99419*(nilai)^(-3,40)

0,877 Min = 225pnp/m2Max = 84,5pnp/m2

SPM Stasiun KA(PM 9/2011) = 16toilet per 10000pnp/hr≈ 312 pnp/m2

Minimal 1 toilet(2m2) untuk tiap500 pnp/hari

musholla Pnp/m2 =1^(10^(7))*(nilai)^(-5,11)

0,988 Min = 1056pnp/m2

Max = 243 pnp/m2

SPM Stasiun KA(PM 9/2011) =kapasitas 8 orang per10000 pnp/hr ≈625pnp/m2

Minimal 1musholla (2m2)untuk tiap 1250pnp/hari

kios/kantin pnp/m2

=4057*(nilai)^(-1,69)

0,411 Min = 196pnp/m2

Max = 121pnp/m2

Tidak ada datapembanding

1 kantin (4 m2)per 750 pnp/hr

ruangpengobatan

pnp/m2

=10659*(nilai)^(-1,84)

0,786 Min = 3944pnp/m2

Max = 2323pnp/m2

Tidak ada datapembanding

1 ruang (4 m2)per 10000pnp/hr

ruanginformasi danpengaduan

pnp/m2

=64616*(nilai)^(-1,89)

0,722 Min = 2186pnp/m2

Max = 1269pnp/m2

Tidak ada datapembanding

1 ruang (4 m2)per 7500 pnp/hr

teleponumum

pnp/unit =(3*10^(11))*(nilai)^(-9,65)

0,790 Min = 9288pnp/unitMax = 578pnp/unit

Standar Nasional, 5unit /1000 orang

1 telepon umumper 2000 pnp/hr

tempatpenitipanbarang

pnp/unit =(1*10^(7))*(nilai)^(-3,21)

1,000 Min=317779pnp/unitMax=12620pnp/unit

Tidak ada datapembanding

1 tempat per100000 pnp/hr

taman pnp/m2=149*(nilai)^(-1,00)

0,370 Min = 24,83pnp/m2Max = 18,63pnp/m2

Sesuai UU TataRuang, RTH min =30 % luas area

30% luas areaterminal

3. Terminal Barang

Untuk mendapatkan batasan angka penyediaan fasilitas terminal barang, maka

dilakukan analisis dan evaluasi dengan cara menganalisis data-data hasil

lapangan yang kemudian dilakukan analisis statistik. Analisis dilakukan untuk

tiap-tiap item fasilitas sehingga didapatkan angka yang menjadi acuan batasan

dalam penyusunan standar pedoman fasilitas terminal barang. Hasil analisis

terhadap penyediaan fasilitas di wilayah studi dapat dilihat dalam tabel berikut,

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir V- 42

Ba

b V

–A

na

lis

is d

an

E

va

lua

si

Tabel 5.9 Hasil Analisis Penyediaan Fasilitas Terminal Barang

Fasilitas Penyediaan PenilaianRate

penyediaanData pembanding Kesimpulan

Parkirbongkarmuat

1.200 m2 4,445 Min = 21,60m2/trukMax = 28,80m2/truk

1 SRP truck (sesuai272/HK.105/DRJD/96)= 42,5 m2

1 SRP utk 2truk ≈ 21,25m2

parkiristirahat

12.000 m2 4,861 Min = 97,48m2/trukMax = 263,31m2/truk

1 SRP truck (sesuai272/HK.105/DRJD/96)= 42,5 m2

1 SRP utk 1truk ≈ 42,5m2

tempatistirahat

180 m2 3,056 Min = 4,71m2/trukMax = 6,28m2/truk

1 truk = 2 awak = 2ruang (2 m2) ruangistirahat

5m2 ruangistirahat pertruk

Toilet 8 Unit 4,167 Min = 0,15m2/trukMax = 0,20m2/truk

Sesuai Perpres73/2011, bahwa 1toilet (2 m2) untuk 25orang = 0,16 m2/truk

0,175m2/truk

Musholla 1 Unit 5,001 0,02 m2/truk Sesuai Perpres73/2011, bahwa 1musholla = 0,8m2/orang = 0,4 m2/truk

0,4 m2/truk

Kantin 4 Unit 3,889 Min = 0,08m2/trukMax = 0,11m2/truk

Tidak ada datapembanding

0,1 m2/truk

Taman 400 m2 3,473 Min = 9,21m2/trukMax = 12,29m2/truk

Sesuai UU tata ruang,RTH minimum 30%dari luas

30% luasareaterminal

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir VI- 1

Ba

b V

I–

Pe

ru

mu

sa

n S

ta

nd

ar

Pada Bab VI bagian penyusunan Perumusan Kerangka Standar Pedoman ini

disampaikan mengenai kerangka pedoman standar prasarana jalan yang menjadi acuan

dalam penyusunan standar pedoman prasarana jalan yang akan disusun. Dalam bagian

ini akan dibahas mengenai acuan normatif yang berkaitan dengan penyelenggaraan

orasarana transportasi jalan sebagai acuan dalam penyusunan konsep standar pedoman

prasarana jalan ini

A. Kerangka Konsep Standar Prasarana Terminal Penumpang

1. Pendahuluan

Dari dasar hukum yang berlaku saat ini, antara lain UU 22/2009 tentang Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan, PP 41/1993 tentang Angkutan Jalan, dan PP 43/1995 tentang

Prasarana dan Lalu lintas Jalan, kesemuanya memberikan arahan tentang pelaksanaan

prasarana transportasi jalan namun dari kesemua aturan tersebut belum ada yang

mengatur secara teknis tekait dengan standar spesifikasi prasarana jalan yang perlu

disediakan khususnya terkait dengan standar fasilitas prasarana terminal penumpang.

Artinya perlu disusun standar pedoman prasarana terminal penumpang yang

menjelaskan lebih spesifik sebagai penjabaran dari peraturan perundangan yang telah

ada dan disusun sebelumnya.

Dalam UU, beserta PP yang menjelaskan pelaksanaannya yang terkait dengan

prasarana transportasi jalan, khususnya terminal penumpang terdapat beberapa mandat

pengaturan lebih lanjut dalam bentuk Peraturan Menteri seperti yang dipaparkan pada

Tabel 6.1. Karena pengaturan dalam kegiatan penyelenggaraan prasarana terminal

penumpang yang disusun ini bersifat tidak spesifik, maka dimungkinkan bahwa dapat

disusun standar pedoman yang mengatur lebih teknis dan lebih spesifik dalam

penentuan standar dalam penyediaan prasarana terminal penumpang.

Perumusan Kerangka StandarBab VI

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir VI- 2

Ba

b V

I–

Pe

ru

mu

sa

n S

ta

nd

ar

Tabel 6.1 Mandat pengaturan lebih lanjut dalam UU dan PP pelaksanaannya terkaitterminal penumpang

Pasal PengaturanUU 22/2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALANBAB VI Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan JalanPasal 33 Fungsi, Klasifikasi, dan Tipe TerminalPasal 37 Penetapan Lokasi TerminalPasal 38 Fasilitas TerminalPasal 39 Lingkungan Kerja TerminalPasal 40 Pembangunan TerminalBAB VII KendaraanPasal 47 Jenis-jenis KendaraanPasal 48 Persyaratan Teknis dan Laik Jalan Kendaraan BermotorPasal 49-55 Pengujian Kendaraan BermotorPasal 57 Perlengkapan Kendaraan BermotorPasal 60 Definisi dan Penjelasan Bengkel Umum Kendaraan BermotorPP 43/1993 TENTANG PRASARANA DAN LALU LINTAS JALANBAB III Jaringan Transportasi JalanPasal 7 Rencana jaringan transportasi jalanPasal 14 Jaringan TrayekBAB VI TerminalPasal 40 Jenis-jenis terminalPasal 41 Pengelompokkan terminal penumpangPasal 42 Penentuan Lokasi terminalPasal 44 Kegiatan usaha penunjang pada terminalKepmenhub 31/1995 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALANBAB II Terminal PenumpangPasal 2 Tipe dan Fungsi TerminalPasal 3 Fasilitas TerminalPasal 9 Lokasi TerminalPasal 15 Pembangunan dan Pengoperasian terminalPasal 17 Penyelenggaraan TerminalPasal 44 Kegiatan usaha penunjang pada terminalBAB III Terminal BarangPasal 24 Definisi Terminal BarangPasal 25 Fasilitas TerminalPasal 26 Daerah Kewenangan TerminalPasal 27 Lokasi TerminalPasal 31 Pembangunan TerminalPasal 33 Penyelenggaraan TerminalBAB III Usaha Penunjang di TerminalPasal 40 Penjelasan terkait kegiatan usaha penunjang di terminal

Penyelenggaraan terminal yang telah diamanatkan dalam UU 22/2009 dan PP 43/1995

dijelaskan pula dengan Kepmenhub Nomor KM 31/1995 tentang terminal transportasi

jalan dimana disampaikan beberapa fasilitas baik fasilitas utama maupun fasilitas

penunjang dalam penyelenggaraan terminal penumpang, namun secara teknis,

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir VI- 3

Ba

b V

I–

Pe

ru

mu

sa

n S

ta

nd

ar

penjelasan terkait dengan standar fasilitas terminal penumpang belum dijelaskan lebih

detail.

2. Materi muatan

Muatan pengaturan dalam standar prasarana transportasi jalan ini adalah untuk

menindaklanjuti amanat UU 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan serta PP

43/1995 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan . Di dalam UU dan PP tersebut

terdapat amanat pengaturan lebih lanjut dalam Peraturan Menteri berkenaan dengan

penjelasan secara teknis terkait dengan penyelenggaraan terminal termasuk penjelasan

secara teknis terkait dengan standar spesifikasi dari tiap-tiap item prasarana terminal

penumpang.

Sesuai dengan ilustrasi kerangka standar prasarana terminal, khususnya terkait dengan

spesifikasi teknis tiap-tiap item prasarana utama serta penunjang penyelenggaraan

terminal penumpang, maka terlihat bahwa materi muatan dari pedoman ini akan

menyangkut beberapa hal pokok berikut ini:

1) Jenis dan spesifikasi teknis prasarana utama bagi terminal tipe A, tipe B, dan

tipe C;

2) Jenis dan spesifikasi teknis prasarana penunjang bagi terminal tipe A, tipe B,

dan tipe C;

3) Kriteria teknis standar penyediaan prasarana utama dan penunjang bagi terminal

tipa A, tipe B, dan tipe C;

Artinya bahwa lingkup materi ini sifatnya adalah acuan bagi kegiatan teknis

operasional dalam menentukan kriteria dan jenis prasarana terminal yang harus

disediakan untuk tiap-tiap tipe terminal baik itu prasarana utama maupun penunjang.

3. Latar belakang serta tujuan disusunnya standar pedoman

a. Latar Belakang

Latar belakang yang menjadi alasan pokok penyusunan konsep standar

pedoman teknis prasarana terminal penumpang ini antara lain :

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir VI- 4

Ba

b V

I–

Pe

ru

mu

sa

n S

ta

nd

ar

1. Adanya kebutuhan penjelasan secara teknis dan lebih mendetail terkait

dengan penyediaan prasarana terminal penumpang baik prasarana utama

maupun penunjang. Dalam peraturan yang ada saat ini belum menjelaskan

secara detail dan spesifik terkait dengan penyediaan prasarana terminal, baik

untuk terminal tipe A, tipe B, maupun tipe C.

2. Kondisi hasil pengamatan lapangan menunjukkan kondisi yang masih

sangat memprihatinkan dimana pengelolaan terminal saat ini masih banyak

yang standar pelayanan prasarananya masih belum bias memuaskan para

calon penumpang terminal, terutama di kota-kota kecil di daerah.

3. Peraturan perundangan yang ada saat ini yang mengatur penyelenggaraan

terminal penumpang yaitu Kepmenhub KM 31 tahun 1995, sudah

mensyaratkan penyediaan fasilitas utama dan penunjang terminal

penumpang, namun belum mengatur terkait dengan standar kualitas dan

kuantitas dari prasarana terminal penumpang yang perlu disediakan;

b. Tujuan dan kegunaan yang hendak dicapai

Sesuai definisi pedoman adalah acuan yang bersifat umum yang harus

dijabarkan lebih lanjut dan dapat disesuaikan dengan karakteristik dan

kemampuan daerah setempat (PP 25/2000), maka tujuan disusunnya standar

pedoman prasarana terminal penumpang ini adalah:

Menyediakan acuan bagi para pihak terkait untuk menentukan jenis dan kriteria

prasarana terminal penumpang tipe A, tipe B, dan tipe C.

Adapun kegunaan yang hendak dicapai dengan adanya pedoman prasarana

terminal penumpang ini adalah:

Adanya kejelasan jenis dan kriteria standar fasilitas prasarana terminal

penumpang, khususnya berkenaan dengan:

1. Fasilitas utama terminal penumpang

2. Fasilitas penunjang terminal penumpang

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir VI- 5

Ba

b V

I–

Pe

ru

mu

sa

n S

ta

nd

ar

3. Indikator dan kriteria dalam menetapkan spesifikasi fasilitas prasarana

terminal penumpang sesuai dengan lingkup pelayanan dan tipe terminalnya

4. Metoda pendekatan

Penulisan standar pedoman ini dilakukan dengan menggabungkan 3 pendekatan yang

umum dilakukan, yakni:

1) Dengan melakukan proses pengkajian dan penelitian yang dilakukan pada

beberapa lokasi terminal penumpang di Indonesia;

2) Melakukan kajian literatur dan perundangan yang terkait dengan

penyelenggaraan terminal penumpang;

3) Melakukan serangkaian diskusi dengan pihak terkait, khususnya pejabat di

lingkungan Balitbang Perhubungan Darat dan Perkeretaapian, Kementerian

Perhubungan;

4) Melakukan benchmarking dengan memperhatikan lingkup pengaturan mengenai

standar penyediaan fasilitas dan prasarana terminal penumpang yang ada di

negara lain.

5) Melakukan analisis dan evaluasi hasil dari kajian lapangan, kajian literatur dan

perundangan, serta benchmarking sebagai masukan bagi perumusan konsep

standar prasarana terminal penumpang;

6) perumusan standar dan kriteria penyediaan fasilitas utama dan penunjang

terminal penumpang tipe A, tipe B, dan tipe C.

5. Ruang lingkup Naskah Akademis Standar Prasarana Terminal

Penumpang

5.1 Pengertian-pengertian terkait

Terdapat beberapa pengertian pokok yang harus disepakati kesamaan pengertian atau

definisinya terlebih dahulu. Pengertian pokok ini sebagian besar diadopsi dari UU

22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan serta PP 43/1995 tentang Prasarana

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, serta dari Kepmenhub 31/1995 tentang Terminal

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir VI- 6

Ba

b V

I–

Pe

ru

mu

sa

n S

ta

nd

ar

Transportasi Jalan, serta diadopsi dari peraturan lain yang relevan dan peraturan lain

yang berlaku secara internasional, dan hasil pendefinisian oleh tim penyusunan. Pada

Tabel 6.2 disampaikan daftar pengertian terkait yang digunakan dalam pedoman yang

disusun.

Tabel 6.2 Daftar istilah dan pengertiannya/definisinyadalam penetapan standar pedoman prasarana terminal penumpang

No Istilah Sumber Pengertian/Definisi1 Terminal

PenumpangDiadaptasidari Pasal 1(1) KM31/1995

Prasarana transportasi jalan untuk keperluanmenurunkan dan menaikkan penumpang,perpindahan intra dan/atau moda transportasiserta mengatur kedatangan danpemberangkatan kendaraan umum

2 JalurPemberangkatanKendaraanUmum

Diadaptasidari Pasal 1(3) KM31/1995

Pelataran di dalam terminal penumpang yangdisediakan bagi kendaraan umum untukmenurunkan penumpang

3 Jalur KedatanganKendaraanUmum

Diadaptasidari Pasal 1(4) KM31/1995

Pelataran di dalam terminal penumpang yangdisediakan bagi kendaraan umum untukmenurunkan penumpang

4 Tempat TungguKendaraanUmum

Diadaptasidari Pasal 1(5) KM31/1995

Pelataran di dalam terminal penumpang yangdisediakan bagi kendaraan umum untukmenunggu dan siap menuju jalurpemberangkatan

5 Tempat istirahatkendaraan

Diadaptasidari Pasal 1(6) KM31/1995

Pelataran di dalam terminal yang disediakanbagi mobil bus dan mobil barang untukberistirahat sementara dan membersihkankendaraan sebelum melakukan perjalanan

6 Tempat tunggupenumpang

Diadaptasidari Pasal 1(8) KM31/1995

Bangunan berupa ruang tunggu di dalamterminal penumpang yang disediakan bagipenumpang yang akan melakukan perjalanan

7 Kepala terminal Diadaptasidari Pasal 1(11) KM31/1995

Kepala Unit Pelaksana Teknis Terminal dariDinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

5.2. Materi (substansi standar pedoman)

Secara teoretis bagian ini akan mengungkapkan semua substansi apa yang perlu diatur,

termasuk kelembagaan, kewenangan, hak-hak, dan kewajiban, persyaratan, hal-hal

yang dilarang dan dibolehkan disusun secara sistematis. Substansi pengaturan di dalam

penyusunan satandar pedoman prasarana terminal penumpang ini yang mencakup

beberapa bagian, seperti yang disampaikan pada Tabel 6.3.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir VI- 7

Ba

b V

I–

Pe

ru

mu

sa

n S

ta

nd

ar

Tabel 6.3 Pokok-pokok materi/substansi standar pedoman terminal penumpangBagian Materi/substansi standar pedoman

Standarprasarana utamaterminalpenumpang

a) Standar teknis jalur pemberangkatan kendaraan umumb) Standar teknis jalur kedatangan kendaraan umumc) Standar parkir kendaraan umumd) Standar teknis bangunan kantor terminale) Tempat tunggu penumpang dan/atau pengantarf) Menara pengawasag) Loket penjualan karcish) Parkir kendaraan pengantar

Standarprasaranapenunjangterminalpenumpang

a) Kamar kecil/toiletb) Mushollac) Kios/kantind) Ruang pengobatane) Ruang informasi dan pengaduanf) Telepon umumg) Tempat penitipan barangh) Taman

Indikator dankriteriaprasaranaterminalpenumpangberdasarkan tipeterminal

a) Standar fasilitas utama terminal penumpang berdasarkantipe terminal dan lingkup pelayanan

b) Standar fasilitas penunjang terminal penumpangberdasarkan tipe terminal dan lingkup pelayanan

Lebih lengkap substansi pengaturan yang pokok-pokoknya disampaikan pada tabel

tersebut dalam bentuk konsep standar prasarana terminal penumpang yang disampaikan

dalam lampiran buku laporan ini. Konsep standar terminal penumpang ini akan terbagi

menjadi 3 (tiga) buku konsep standar, yang dipisahkan berdasarkan klasifikasi terminal

yang dijelaskan dalam Kepmenhub KM 31 tahun 1995. Ketiga buku konsep standar

tersebut adalah :

- Konsep standar pedoman prasarana terminal penumpang tipe A;

- Konsep standar pedoman prasarana terminal penumpang tipe B; dan

- Konsep standar pedoman prasarana terminal penumpang tipe C.

Item standar fasilitas yang akan diatur dalam buku konsep standar pedoman prasarana

terminal penumpang berdasarkan klasifikasinya tidak memiliki item yang berbeda

untuk setiap kelas terminal, perbedaan hanya terletak pada sisi kuantitas item fasilitas

prasarana terminal penumpang.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir VI- 8

Ba

b V

I–

Pe

ru

mu

sa

n S

ta

nd

ar

6. Daftar acuan dalam kajian literatur

Dalam menyusun pedoman standar prasarana terminal penumpang ini mengacu kepada

sejumlah kepustakaan baik secara teoretis maupun perundang-undangan yang berlaku.

Adapun daftar kepustakaan yang diacu antara lain adalah:

a. UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;

b. PP No. 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan;

c. PP No. 43 Tahun 1995 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan;

d. Kepmenhub No. 31 Tahun 1995 tentang Terminal Transportasi Jalan.

B. Kerangka Konsep Standar Prasarana Terminal Barang

1. Pendahuluan

Dasar hukum yang secara umum berkaitan dengan prasarana transportasi jalan

khususnya terminal barang, antara lain UU 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan, PP 41/1993 tentang Angkutan Jalan, dan PP 43/1995 tentang Prasarana dan Lalu

lintas Jalan, kesemuanya memberikan arahan tentang pelaksanaan prasarana

transportasi jalan namun dari kesemua aturan tersebut belum ada yang mengatur secara

teknis tekait dengan standar spesifikasi prasarana jalan yang perlu disediakan

khususnya terkait dengan standar fasilitas prasarana terminal barang. Artinya perlu

disusun standar pedoman prasarana terminal barang yang menjelaskan lebih spesifik

sebagai penjabaran dari peraturan perundangan yang telah ada dan disusun sebelumnya.

Dalam UU, beserta PP yang menjelaskan pelaksanaannya yang terkait dengan

prasarana transportasi jalan, khususnya terminal barang terdapat beberapa mandat

pengaturan lebih lanjut dalam bentuk Peraturan Menteri seperti yang dipaparkan pada

Tabel 6.4. Karena pengaturan dalam kegiatan penyelenggaraan prasarana terminal

barang yang disusun ini bersifat tidak spesifik, maka dimungkinkan bahwa dapat

disusun standar pedoman yang mengatur lebih teknis dan lebih spesifik dalam

penentuan standar dalam penyediaan prasarana terminal barang.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir VI- 9

Ba

b V

I–

Pe

ru

mu

sa

n S

ta

nd

ar

Tabel 6.4 Mandat pengaturan lebih lanjut dalam UU dan PP pelaksanaannya terkaitterminal barang.

Pasal PengaturanUU 22/2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALANBAB VI Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan JalanPasal 33 Fungsi, Klasifikasi, dan Tipe TerminalPasal 37 Penetapan Lokasi TerminalPasal 38 Fasilitas TerminalPasal 39 Lingkungan Kerja TerminalPasal 40 Pembangunan TerminalBAB VII KendaraanPasal 47 Jenis-jenis KendaraanPasal 48 Persyaratan Teknis dan Laik Jalan Kendaraan BermotorPasal 49-55 Pengujian Kendaraan BermotorPasal 57 Perlengkapan Kendaraan BermotorPasal 60 Definisi dan Penjelasan Bengkel Umum Kendaraan BermotorPP 43/1993 TENTANG PRASARANA DAN LALU LINTAS JALANBAB III Jaringan Transportasi JalanPasal 7 Rencana jaringan transportasi jalanPasal 14 Jaringan TrayekBAB VI TerminalPasal 40 Jenis-jenis terminalPasal 41 Pengelompokkan terminal penumpangPasal 42 Penentuan Lokasi terminalPasal 44 Kegiatan usaha penunjang pada terminalKepmenhub 31/1995 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALANBAB II Terminal PenumpangPasal 2 Tipe dan Fungsi TerminalPasal 3 Fasilitas TerminalPasal 9 Lokasi TerminalPasal 15 Pembangunan dan Pengoperasian terminalPasal 17 Penyelenggaraan TerminalPasal 44 Kegiatan usaha penunjang pada terminalBAB III Terminal BarangPasal 24 Definisi Terminal BarangPasal 25 Fasilitas TerminalPasal 26 Daerah Kewenangan TerminalPasal 27 Lokasi TerminalPasal 31 Pembangunan TerminalPasal 33 Penyelenggaraan TerminalBAB III Usaha Penunjang di TerminalPasal 40 Penjelasan terkait kegiatan usaha penunjang di terminal

Penyelenggaraan terminal barang yang telah diamanatkan dalam UU 22/2009 dan PP

43/1995 dijelaskan pula dengan Kepmenhub Nomor KM 31/1995 tentang terminal

transportasi jalan dimana disampaikan beberapa fasilitas baik fasilitas utama maupun

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir VI- 10

Ba

b V

I–

Pe

ru

mu

sa

n S

ta

nd

ar

fasilitas penunjang dalam penyelenggaraan terminal barang, namun secara teknis,

penjelasan terkait dengan standar fasilitas terminal barang belum dijelaskan lebih detail.

2. Materi muatan

Muatan pengaturan dalam standar prasarana transportasi jalan khususnya yang terkait

dengan penyelenggaraan terminal barang ini adalah untuk menindaklanjuti amanat UU

22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan serta PP 43/1995 tentang Prasarana

dan Lalu Lintas Jalan . Di dalam UU dan PP tersebut terdapat amanat pengaturan lebih

lanjut dalam Peraturan Menteri berkenaan dengan penjelasan secara teknis terkait

dengan penyelenggaraan terminal barang termasuk penjelasan secara teknis terkait

dengan standar spesifikasi dari tiap-tiap item prasarana terminal barang.

Sesuai dengan ilustrasi kerangka standar prasarana terminal, khususnya terkait dengan

spesifikasi teknis tiap-tiap item prasarana utama serta penunjang penyelenggaraan

terminal barang, maka terlihat bahwa materi muatan dari pedoman ini akan menyangkut

beberapa hal pokok berikut ini:

1) Jenis dan spesifikasi teknis prasarana utama bagi terminal barang;

2) Jenis dan spesifikasi teknis prasarana penunjang bagi terminal barang;

3) Kriteria teknis standar penyediaan prasarana utama dan penunjang bagi terminal

barang;

Artinya bahwa lingkup materi ini sifatnya adalah acuan bagi kegiatan teknis

operasional dalam menentukan kriteria dan jenis prasarana terminal barang yang harus

disediakan untuk tiap-tiap tipe terminal baik itu prasarana utama maupun penunjang.

3. Latar belakang serta tujuan disusunnya standar pedoman

a. Latar Belakang

Latar belakang yang menjadi alasan pokok penyusunan konsep standar

pedoman teknis prasarana terminal barang ini antara lain :

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir VI- 11

Ba

b V

I–

Pe

ru

mu

sa

n S

ta

nd

ar

1. Adanya kebutuhan penjelasan secara teknis dan lebih mendetail terkait

dengan penyediaan prasarana terminal barang baik prasarana utama maupun

penunjang. Dalam peraturan yang ada saat ini belum menjelaskan secara

detail dan spesifik terkait dengan penyediaan prasarana terminal barang.

2. Kondisi hasil pengamatan lapangan menunjukkan kondisi yang masih

sangat memprihatinkan dimana pengelolaan terminal barang saat ini masih

banyak yang standar pelayanan prasarananya masih belum bias memuaskan

para pengguna terminal barang, keberadaan terminal barang kurang

diperhatikan karena pada umumnya Pemerintah lebih memperhatikan

keberlangsungan pengelolaan terminal penumpang dibangding terminal

barang, terutama di kota-kota kecil di daerah. Bahkan untuk beberapa daerah

keberadaan terminal barang ini belum terlalu penting sehingga di beberapa

wilayah studi tidak terdapat terminal barang.

3. Peraturan perundangan yang ada saat ini yang mengatur penyelenggaraan

terminal abrang yaitu Kepmenhub KM 31 tahun 1995, sudah mensyaratkan

penyediaan fasilitas utama dan penunjang terminal barang, namun belum

mengatur terkait dengan standar kualitas dan kuantitas dari prasarana

terminal barang yang perlu disediakan.

b. Tujuan dan kegunaan yang hendak dicapai

Sesuai definisi pedoman adalah acuan yang bersifat umum yang harus

dijabarkan lebih lanjut dan dapat disesuaikan dengan karakteristik dan

kemampuan daerah setempat (PP 25/2000), maka tujuan disusunnya standar

pedoman prasarana terminal barang ini adalah:

Menyediakan acuan bagi para pihak terkait untuk menentukan jenis dan kriteria

prasarana terminal barang.

Adapun kegunaan yang hendak dicapai dengan adanya pedoman prasarana

terminal barang ini adalah:

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir VI- 12

Ba

b V

I–

Pe

ru

mu

sa

n S

ta

nd

ar

Adanya kejelasan jenis dan kriteria standar fasilitas prasarana terminal

penumpang, khususnya berkenaan dengan:

1. Fasilitas utama terminal barang

2. Fasilitas penunjang terminal barang

3. Indikator dan kriteria dalam menetapkan standar spesifikasi fasilitas prasarana

terminal barang sesuai dengan lingkup pelayanan

4. Metoda pendekatan

Penulisan standar pedoman ini dilakukan dengan menggabungkan 3 pendekatan yang

umum dilakukan, yakni:

1) Dengan melakukan proses pengkajian dan penelitian yang dilakukan pada

beberapa lokasi terminal barang di Indonesia;

2) Melakukan kajian literatur dan perundangan yang terkait dengan

penyelenggaraan terminal barang;

3) Melakukan serangkaian diskusi dengan pihak terkait, khususnya pejabat di

lingkungan Balitbang Perhubungan Darat dan Perkeretaapian, Kementerian

Perhubungan;

4) Melakukan benchmarking dengan memperhatikan lingkup pengaturan mengenai

standar penyediaan fasilitas dan prasarana terminal barang yang ada di negara

lain.

5) Melakukan analisis dan evaluasi hasil dari kajian lapangan, kajian literatur dan

perundangan, serta benchmarking sebagai masukan bagi perumusan konsep

standar prasarana terminal barang;

6) perumusan standar dan kriteria penyediaan fasilitas utama dan penunjang

terminal barang.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir VI- 13

Ba

b V

I–

Pe

ru

mu

sa

n S

ta

nd

ar

5. Ruang lingkup Naskah Akademis Standar Prasarana Terminal Barang

5.1 Pengertian-pengertian terkait

Terdapat beberapa pengertian pokok yang harus disepakati kesamaan pengertian atau

definisinya terlebih dahulu. Pengertian pokok ini sebagian besar diadopsi dari UU

22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan serta PP 43/1995 tentang Prasarana

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, serta dari Kepmenhub 31/1995 tentang Terminal

Transportasi Jalan, serta diadopsi dari peraturan lain yang relevan dan peraturan lain

yang berlaku secara internasional, dan hasil pendefinisian oleh tim penyusunan. Pada

Tabel 6.5 disampaikan daftar pengertian terkait yang digunakan dalam pedoman yang

disusun.

Tabel 6.5 Daftar istilah dan pengertiannya/definisinyadalam penetapan standar pedoman prasarana terminal barang

No Istilah Sumber Pengertian/Definisi1 Terminal Barang Diadaptasi

dari Pasal 1(2) KM31/1995

Prasarana transportasi jalan untuk keperluanmembongkar dan memuat barang sertaperpindahan intra dan/atau antar modatransportasi

2 Tempat BongkarMuat

Diadaptasidari Pasal 1(3) KM31/1995

Pelataran di dalam terminal barang yangdisediakan bagi mobil barang untukmembongkar dan/atau memuat barang

3 Tempat istirahatkendaraan

Diadaptasidari Pasal 1(6) KM31/1995

Pelataran di dalam terminal yang disediakanbagi mobil bus dan mobil barang untukberistirahat sementara dan membersihkankendaraan sebelum melakukan perjalanan

4 Gudang atauLapanganPenumpukanBarang

Diadaptasidari Pasal 1(9) KM31/1995

Bangunan berupa dan/atau pelataran di dalamterminal barang yang disediakan untukmenempatkan barang yang bersifat sementara

5 Kepala terminal Diadaptasidari Pasal 1(11) KM31/1995

Kepala Unit Pelaksana Teknis Terminal dariDinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

5.2. Materi (substansi standar pedoman)

Secara teoretis bagian ini akan mengungkapkan semua substansi apa yang perlu diatur,

termasuk kelembagaan, kewenangan, hak-hak, dan kewajiban, persyaratan, hal-hal

yang dilarang dan dibolehkan disusun secara sistematis. Substansi pengaturan di dalam

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir VI- 14

Ba

b V

I–

Pe

ru

mu

sa

n S

ta

nd

ar

penyusunan satandar pedoman prasarana terminal barang ini yang mencakup beberapa

bagian, seperti yang disampaikan pada Tabel 6.6.

Tabel 6.6 Pokok-pokok materi/substansi standar pedoman terminal barangBagian Materi/substansi standar pedoman

Standarprasarana utamaterminal barang

a) Standar teknis bangunan kantor terminalb) Standar teknis parkir kendaraan untuk melakukan bongkar

dan muat barangc) Standar gudang atau lapangan penumpukan barangd) Standar tempat parkir kendaraan angkutan barang untuk

istirahate) Papan informasif) Peralatan bongkar muat barang

Standarprasaranapenunjangterminal barang

a) Tempat istirahat awak kendaraanb) Fasilitas parkir kendaraan, selain kendaraan angkutan

barangc) Alat timbang kendaraan dan muatannyad) Kamar kecil/toilete) Mushollaf) Kios/kanting) Ruang pengobatanh) Taman

Indikator dankriteriapenetapanstandarprasaranaterminal barang

a) Standar fasilitas utama terminal barang berdasarkan lingkuppelayanannya

b) Standar fasilitas penunjang terminal barang berdasarkanlingkup pelayanannya

Lebih lengkap substansi pengaturan yang pokok-pokoknya disampaikan pada tabel

tersebut dalam bentuk konsep standar prasarana terminal barang yang disampaikan

dalam lampiran buku laporan ini.

6. Daftar acuan dalam kajian literatur

Dalam menyusun pedoman standar prasarana terminal barang ini mengacu kepada

sejumlah kepustakaan baik secara teoretis maupun perundang-undangan yang berlaku.

Adapun daftar kepustakaan yang diacu antara lain adalah:

a. UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;

b. PP No. 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan;

c. PP No. 43 Tahun 1995 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan;

d. Kepmenhub No. 31 Tahun 1995 tentang Terminal Transportasi Jalan.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir VI- 15

Ba

b V

I–

Pe

ru

mu

sa

n S

ta

nd

ar

C. Kerangka Konsep Standar Prasarana Pengujian Kendaraan

Bermotor

1. Pendahuluan

Dasar hukum yang secara umum berkaitan dengan prasarana transportasi jalan

khususnya fasilitas pengujian kendaraan bermotor, antara lain UU 22/2009 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan, PP 41/1993 tentang Angkutan Jalan, dan PP 44/1993

tentang Kendaraan dan Pengemudi, kesemuanya memberikan arahan tentang

pelaksanaan prasarana transportasi jalan namun dari kesemua aturan tersebut belum ada

yang mengatur secara teknis tekait dengan standar spesifikasi prasarana jalan yang

perlu disediakan khususnya terkait dengan standar fasilitas pengujian kendaraan

bermotor. Artinya perlu disusun standar pedoman prasarana pengujian kendaraan

bermotor yang menjelaskan lebih spesifik sebagai penjabaran dari peraturan

perundangan yang telah ada dan disusun sebelumnya.

Dalam UU, beserta PP yang menjelaskan pelaksanaannya yang terkait dengan

prasarana transportasi jalan, khususnya prasarana pengujian kendaraan bermotor

terdapat beberapa mandat pengaturan lebih lanjut dalam bentuk Peraturan Menteri

seperti yang dipaparkan pada Tabel 6.7 Karena pengaturan dalam kegiatan

penyelenggaraan prasarana terminal barang yang disusun ini bersifat tidak spesifik,

maka dimungkinkan bahwa dapat disusun standar pedoman yang mengatur lebih teknis

dan lebih spesifik dalam penentuan standar dalam penyediaan prasarana terminal

barang.

Tabel 6.7 Mandat pengaturan lebih lanjut dalam UU dan PP pelaksanaannya.Pasal Pengaturan

UU 22/2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALANBAB V PenyelenggaraanPasal 12 Penyelenggaraan di bidang registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor

dan pengemudi, penegakan hukum, operasional manajemen dan rekayasalalu lintas

BAB VII Jenis dan Fungsi KendaraanPasal 47 Jenis-jenis KendaraanPasal 48 Persyaratan Teknis dan Laik Jalan Kendaraan BermotorPasal 49-55 Pengujian Kendaraan BermotorPasal 57 Perlengkapan Kendaraan Bermotor

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir VI- 16

Ba

b V

I–

Pe

ru

mu

sa

n S

ta

nd

ar

Pasal PengaturanPasal 60 Definisi dan Penjelasan Bengkel Umum Kendaraan BermotorPP 44/1993 TENTANG KENDARAAN DAN PENGEMUDIBAB II Persyaratan Teknis Laik Jalan Kendaraan Bermotor, Kereta Gandengan, dan KeretaTempelanPasal 2 Pengelompokkan kendaraan BermotorPasal 7 Motor Penggerak Kendaraan BermotorPasal 13 Sistem Pembuangan Kendaraan BermotorPasal 14 Penerus Daya Kendaraan BermotorPasal 15 Sistem Roda Kendaraan BermotorPasal 16 Sistem Suspensi Kendaraan BermotorPasal 17 Alat Kemudi Kendaraan BermotorPasal 18 Sistem Rem Kendaraan BermotorPasal 29 Lampu-lampu dan Alat Pemantul CahayaPasal 70 Komponen Pendukung Kendaraan BermotorPasal 89 Peralatan dan Perlengkapan Kendaraan BermotorPasal 91 Persyaratan Tambahan Khusus untuk Mobil BusPasal 101 Persyaratan Tambahan Khusus untuk Mobil Bus SekolahPasal 105 Persyaratan Tambahan Khusus untuk Mobil BarangPasal 108 Persyaratan Tambahan Khusus untuk Rangkaian Kendaraan, Kereta

Gandengan, dan Kereta TempelanPasal 115 Ukuran dan Muatan Kendaraan BermotorPasal 127 Ambang Batas Laik Jalan Kendaraan BermotorBAB III Pengujian Kendaraan BermotorPasal 132 Jenis Pengujian Kendaraan BermotorPasal 133 Persyaratan Umum Pengujian Kendaraan BermotorPasal 139 Uji Tipe Kendaraan BermotorPasal 148 Uji Berkala Kendaraan BermotorKepmenhub 71/1993 TENTANG PENGUJIAN BERKALA KENDARAANBERMOTORBAB II Persyaratan Umum Pengujian Berkala Kendaraan BermotorPasal 2 Maksud dan Tujuan Pelaksanaan Pengujian Kendaraan BermotorBAB III Lokasi Tempat Pelaksanaan Pengujian BerkalaPasal 24 Lokasi Tempat Pelaksanaan Pengujian Berkala Kendaraan BermotorBAB III Fasilitas dan Peralatan Pengujian Berkala Kendaraan BermotorPasal 9 Fasilitas Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor yang Bersifat TetapPasal 12 (1) Peralatan Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor yang lengkapPasal 12 (2) Peralatan Dasar Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor

Penyelenggaraan pengujian kendaraan bermotor yang telah diamanatkan dalam UU

22/2009 dan PP 44/1993 dijelaskan pula dengan Kepmenhub Nomor KM 71/1993

tentang pengujian berkala kendaraan bermotor dimana disampaikan beberapa fasilitas

dalam penyelenggaraan pengujian kendaraan bermotor, namun secara teknis, penjelasan

terkait dengan standar fasilitas pengujian kendaraan bermotor belum dijelaskan lebih

detail.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir VI- 17

Ba

b V

I–

Pe

ru

mu

sa

n S

ta

nd

ar

2. Materi muatan

Muatan pengaturan dalam standar prasarana transportasi jalan khususnya yang terkait

dengan penyelenggaraan fasilitas pengujian kendaraan bermotor ini adalah untuk

menindaklanjuti amanat UU 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan serta PP

44/1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi. Di dalam UU dan PP tersebut terdapat

amanat pengaturan lebih lanjut dalam Peraturan Menteri berkenaan dengan penjelasan

secara teknis terkait dengan penyelenggaraan terminal barang termasuk penjelasan

secara teknis terkait dengan standar spesifikasi dari tiap-tiap item prasarana pengujian

kendaraan bermotor.

Sesuai dengan ilustrasi kerangka standar prasarana pengujian kendaraan bermotor,

khususnya terkait dengan spesifikasi teknis tiap-tiap item prasarana utama serta

penunjang penyelenggaraan terminal barang, maka terlihat bahwa materi muatan dari

pedoman ini akan menyangkut beberapa hal pokok berikut ini:

1) Jenis pengujian berkala kendaraan bermotor

2) Jenis dan spesifikasi teknis prasarana utama bagi pengujian kendaraan

bermotor;

3) Jenis dan spesifikasi teknis prasarana penunjang bagi fasilitas pengujian berkala

kendaraan bermotor;

4) Kriteria teknis standar penyediaan prasarana utama dan penunjang bagi fasilitas

pengujian berkala kendaraan bermotor;

Artinya bahwa lingkup materi ini sifatnya adalah acuan bagi kegiatan teknis

operasional dalam menentukan kriteria dan jenis prasarana fasilitas pengujian berkala

kendaraan bermotor yang harus disediakan untuk tiap-tiap fasilitas baik itu prasarana

utama maupun penunjang.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir VI- 18

Ba

b V

I–

Pe

ru

mu

sa

n S

ta

nd

ar

3. Latar belakang serta tujuan disusunnya standar pedoman

a. Latar Belakang

Latar belakang yang menjadi alasan pokok penyusunan konsep standar

pedoman teknis prasarana pengujian berkala kendaraan bermotor ini antara lain

adalah :

1. Adanya kebutuhan penjelasan secara teknis dan lebih mendetail terkait

dengan penyediaan prasarana pengujian berkala kendaraan bermotor baik

jenis pengujian, prasarana utama maupun penunjang pengujian berkala

kendaraan bermotor. Dalam peraturan yang ada saat ini belum menjelaskan

secara detail dan spesifik terkait dengan penyediaan prasarana pengujian

berkala kendaraan bermotor.

2. Kondisi hasil pengamatan lapangan menunjukkan kondisi yang masih

sangat memprihatinkan dimana pengelolaan fasilitas pengujian kendaraan

bermotor saat ini masih banyak yang standar pelayanan prasarananya masih

memiliki kualitas pelayanan yang kurang baik, kualitas dari failitas

pengujian berkala kendaraan bermotor terutama fasilitas penunjangnya

kurang diperhatikan karena pada umumnya Pemerintah lebih

memperhatikan fokus kepada target pendapatan daripada meningkatkan

pelayanan pengujian kendaraan bermotor, terutama di kota-kota kecil di

daerah.

b. Tujuan dan kegunaan yang hendak dicapai

Sesuai definisi pedoman adalah acuan yang bersifat umum yang harus

dijabarkan lebih lanjut dan dapat disesuaikan dengan karakteristik dan

kemampuan daerah setempat (PP 25/2000), maka tujuan disusunnya standar

pedoman prasarana pengujian berkala kendaraan bermotor ini adalah:

Menyediakan acuan bagi para pihak terkait untuk menentukan jenis dan kriteria

prasarana fasilitas pengujian kendaraan bermotor.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir VI- 19

Ba

b V

I–

Pe

ru

mu

sa

n S

ta

nd

ar

Adapun kegunaan yang hendak dicapai dengan adanya pedoman prasarana

fasilitas pengujian kendaraan bermotor ini adalah:

Adanya kejelasan jenis dan kriteria standar fasilitas prasarana pengujian

kendaraan bermotor, khususnya berkenaan dengan:

1. Fasilitas utama pengujian kendaraan bermotor

2. Fasilitas pendukung pengujian kendaraan bermotor

3. Indikator dan kriteria dalam menetapkan standar spesifikasi fasilitas prasarana

pengujian kendaraan bermotor sesuai dengan lingkup pelayanannya

4. Metoda pendekatan

Penulisan standar pedoman ini dilakukan dengan menggabungkan 3 pendekatan yang

umum dilakukan, yakni:

1) Dengan melakukan proses pengkajian dan penelitian yang dilakukan pada

beberapa lokasi pengujian berkala kendaraan bermotor di Indonesia;

2) Melakukan serangkaian diskusi dengan pihak terkait, khususnya pejabat di

lingkungan Balitbang Perhubungan Darat dan Perkeretaapian, Kementerian

Perhubungan;

3) Melakukan benchmarking dengan memperhatikan lingkup pengaturan mengenai

standar penyediaan fasilitas dan prasarana pengujian kendaraan bermotor yang

ada di negara lain.

4) Melakukan perumusan konsep standar pedoman prasarana fasilitas pengujian

kendaraan bermotor

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir VI- 20

Ba

b V

I–

Pe

ru

mu

sa

n S

ta

nd

ar

5. Ruang lingkup Naskah Akademis Standar Prasarana Pengujian

Kendaraan Bermotor

5.1 Pengertian-pengertian terkait

Terdapat beberapa pengertian pokok yang harus disepakati kesamaan pengertian atau

definisinya terlebih dahulu. Pengertian pokok ini sebagian besar diadopsi dari UU

22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan serta PP 44/1993 tentang Prasarana

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, serta dari Kepmenhub 71/1993 Pengujian Berkala

Kendaraan Bermotor, serta diadopsi dari peraturan lain yang relevan dan peraturan lain

yang berlaku secara internasional, dan hasil pendefinisian oleh tim penyusunan. Pada

Tabel 6.8 disampaikan daftar pengertian terkait yang digunakan dalam pedoman yang

disusun.

Tabel 6.8 Daftar istilah dan pengertiannya/definisinyadalam penetapan standar pedoman prasarana terminal barang

No Istilah Sumber Pengertian/Definisi1 Kendaraan

BermotorDiadaptasi dariPasal 1 (1) PP44/1993

Kendaraan yang digerakkan oleh peralatanteknik yang berada pada kendaraan itu

2 MobilPenumpang

Diadaptasi dariPasal 1 (3) PP44/1993

Setiap kendaraan bermotor yang dilengkapisebanyak-banyaknya 8 (delapan) tempat duduktidak termasuk tempat duduk pengemudi, baikdengan maupun tanpa perlengkapanpengangkutan bagasi.

3 Mobil Bus Diadaptasi dariPasal 1 (4) PP44/1993

Setiap kendaraan bermotor yang dilengkapilebih dari 8 (delapan) tempat duduk tidaktermasuk tempat duduk pengemudi baikdengan maupun tanpa perlengkapanpengangkutan bagasi.

4 KendaraanUmum

Diadaptasi dariPasal 1 (7) PP44/1993

Setiap Kendaraan bermotor yang disediakanuntuk dipergunakan oleh umum dengandipungut bayaran

5 Jumlah Beratyangdiperbolehkan

Diadaptasi dariPasal 1 (15) PP44/1993

Berat maksimum kendaraan bermotor berikutmuatannya yang diperbolehkan menurutrancangannya

6 Jumlah beratkombinasi yangdiperbolehkan

Diadaptasi dariPasal 1 (16) PP44/1993

Berat maksimum rangkaian kendaraanbermotor berikut muatannya yangdiperbolehkan menurut rancangannya

7 Jumlah beratyang diizinkan

Diadaptasi dariPasal 1 (17) PP44/1993

Berat maksimum kendaraan bermotor berikutmuatannya yang diizinkan berdasarkan kelasjalan yang dilalui

8 Jumlah beratkombinasi yang

Diadaptasi dariPasal 1 (18) PP

Berat maksimum rangkaian kendaraanbermotor berikut muatannya yang diizinkan

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir VI- 21

Ba

b V

I–

Pe

ru

mu

sa

n S

ta

nd

ar

No Istilah Sumber Pengertian/Definisidiizinkan 44/1993 berdasarkan kelas jalan yang dilalui

9 Pelaksanapengujian

Diadaptasi dariPasal 1 (19) PP44/1993

Unit pengujian berkala kendaraan bermotoryang diberi wewenang melaksanakan pengujianberkala kendaraan bermotor

5.2. Materi (substansi standar pedoman)

Secara teoretis bagian ini akan mengungkapkan semua substansi apa yang perlu diatur,

termasuk kelembagaan, kewenangan, hak-hak, dan kewajiban, persyaratan, hal-hal

yang dilarang dan dibolehkan disusun secara sistematis. Substansi pengaturan di dalam

penyusunan satandar pedoman prasarana terminal barang ini yang mencakup beberapa

bagian, seperti yang disampaikan pada Tabel 6.9.

Tabel 6.9 Pokok-pokok materi/substansi standar pedoman pengujian kendaraanbermotor

Bagian Materi/substansi standar pedomanStandarprasarana utamafasilitaspengujianberkalakendaraanbermotor

a) Standar teknis bangunan kantor pengujian berkalakendaraan bermotor

b) Standar teknis peralatan pengujian kendaraan bermotorc) Papan informasi

Standarprasaranapenunjangpengujianberkalakendaraanbermotor

a) Fasilitas parkir kendaraanb) Kamar kecil/toiletc) Mushollad) Kios/kantine) Ruang pengobatanf) Taman

Indikator dankriteriapenetapanstandarprasaranaprasaranapengujianberkalakendaraanbermotor

a) Standar fasilitas utama pengujian berkala kendaraanbermotor berdasarkan lingkup pelayanannya

b) Standar fasilitas penunjang pengujian berkala kendaraanbermotor berdasarkan lingkup pelayanannya

Lebih lengkap substansi pengaturan yang pokok-pokoknya disampaikan pada tabel

tersebut dalam bentuk konsep standar prasarana terminal barang yang disampaikan

dalam lampiran buku laporan ini.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir VI- 22

Ba

b V

I–

Pe

ru

mu

sa

n S

ta

nd

ar

6. Daftar acuan dalam kajian literatur

Dalam menyusun pedoman standar prasarana terminal barang ini mengacu kepada

sejumlah kepustakaan baik secara teoretis maupun perundang-undangan yang berlaku.

Adapun daftar kepustakaan yang diacu antara lain adalah:

a. UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;

b. PP No. 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan;

c. PP No. 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi;

d. Kepmenhub No. 71 Tahun 1993 tentang Pengujian Berkala Kendaraan

Bermotor.

D. Kerangka Konsep Standar Prasarana Bengkel Umum

1. Pendahuluan

Dasar hukum yang secara umum berkaitan dengan prasarana transportasi jalan

khususnya fasilitas bengkel umum kendaraan bermotor, antara lain UU 22/2009 tentang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, PP 41/1993 tentang Angkutan Jalan, dan PP 44/1993

tentang Kendaraan dan Pengemudi, kesemuanya memberikan arahan tentang

pelaksanaan prasarana transportasi jalan namun dari kesemua aturan tersebut belum ada

yang mengatur secara teknis tekait dengan standar spesifikasi prasarana jalan yang

perlu disediakan khususnya terkait dengan standar fasilitas bengkel umum kendaraan

bermotor. Artinya perlu disusun standar pedoman prasarana bengkel umum kendaraan

bermotor yang menjelaskan lebih spesifik sebagai penjabaran dari peraturan

perundangan yang telah ada dan disusun sebelumnya.

Dalam UU, beserta PP yang menjelaskan pelaksanaannya yang terkait dengan

prasarana transportasi jalan, khususnya prasarana pengujian kendaraan bermotor

terdapat beberapa mandat pengaturan lebih lanjut dalam bentuk Peraturan Menteri

seperti yang dipaparkan pada Tabel 6.10. Karena pengaturan dalam kegiatan

penyelenggaraan prasarana terminal barang yang disusun ini bersifat tidak spesifik,

maka dimungkinkan bahwa dapat disusun standar pedoman yang mengatur lebih teknis

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir VI- 23

Ba

b V

I–

Pe

ru

mu

sa

n S

ta

nd

ar

dan lebih spesifik dalam penentuan standar dalam penyediaan prasarana terminal

barang.

Tabel 6.10 Mandat pengaturan lebih lanjut dalam UU dan PP pelaksanaannya terkaitbengkel umum

Pasal PengaturanUU 22/2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALANBAB VII KendaraanPasal 47 Jenis-jenis KendaraanPasal 48 Persyaratan Teknis dan Laik Jalan Kendaraan BermotorPasal 49-55 Pengujian Kendaraan BermotorPasal 57 Perlengkapan Kendaraan BermotorPasal 60 Definisi dan Penjelasan Bengkel Umum Kendaraan BermotorPP 44/1993 TENTANG KENDARAAN DAN PENGEMUDIBAB II Persyaratan Teknis Laik Jalan Kendaraan Bermotor, Kereta Gandengan, dan KeretaTempelanPasal 2 Pengelompokkan kendaraan BermotorPasal 7 Motor Penggerak Kendaraan BermotorPasal 13 Sistem Pembuangan Kendaraan BermotorPasal 14 Penerus Daya Kendaraan BermotorPasal 15 Sistem Roda Kendaraan BermotorPasal 16 Sistem Suspensi Kendaraan BermotorPasal 17 Alat Kemudi Kendaraan BermotorPasal 18 Sistem Rem Kendaraan BermotorPasal 29 Lampu-lampu dan Alat Pemantul CahayaPasal 70 Komponen Pendukung Kendaraan BermotorPasal 89 Peralatan dan Perlengkapan Kendaraan BermotorPasal 91 Persyaratan Tambahan Khusus untuk Mobil BusPasal 101 Persyaratan Tambahan Khusus untuk Mobil Bus SekolahPasal 105 Persyaratan Tambahan Khusus untuk Mobil BarangPasal 108 Persyaratan Tambahan Khusus untuk Rangkaian Kendaraan, Kereta

Gandengan, dan Kereta TempelanPasal 115 Ukuran dan Muatan Kendaraan BermotorPasal 127 Ambang Batas Laik Jalan Kendaraan BermotorBAB V Bengkel Umum Kendaraan BermotorPasal 204 Definisi dan fungsi bengkel umum kendaraan bermotorPasal 205 Penyelenggaraan usaha bengkel umum kendaraan bermotorPasal 206 Izin usaha bengkel umum kendaraan bermotor

Pengaturan terkait dengan penyelenggaraan bengkel umum kendaraan bermotor yang

telah diamanatkan dalam UU 22/2009 dan PP 44/1993 dimana disampaikan beberapa

fasilitas dalam penyelenggaraan bengkel umum kendaraan bermotor, namun secara

teknis, penjelasan terkait dengan standar fasilitas bengkel umum kendaraan bermotor

belum dijelaskan lebih detail.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir VI- 24

Ba

b V

I–

Pe

ru

mu

sa

n S

ta

nd

ar

2. Materi muatan

Muatan pengaturan dalam standar prasarana transportasi jalan khususnya yang terkait

dengan penyelenggaraan bengkel umum kendaraan bermotor ini adalah untuk

menindaklanjuti amanat UU 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan serta PP

44/1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi. Di dalam UU dan PP tersebut terdapat

amanat pengaturan lebih lanjut dalam Peraturan Menteri berkenaan dengan penjelasan

secara teknis terkait dengan penyelenggaraan bengkel umum kendaraan bermotor

termasuk penjelasan secara teknis terkait dengan standar spesifikasi dari tiap-tiap item

prasarana bengkel umum kendaraan bermotor.

Sesuai dengan ilustrasi kerangka standar prasarana bengkel umum kendaraan bermotor,

khususnya terkait dengan spesifikasi teknis tiap-tiap item prasarana utama serta

penunjang penyelenggaraan bengkel umum kendaraan bermotor, maka terlihat bahwa

materi muatan dari pedoman ini akan menyangkut beberapa hal pokok berikut ini:

1) Jenis dan spesifikasi teknis prasarana utama bagi bengkel umum kendaraan

bermotor;

2) Jenis dan spesifikasi teknis prasarana penunjang bagi bengkel umum kendaraan

bermotor;

3) Kriteria teknis standar penyediaan prasarana utama dan penunjang bagi bengkel

umum kendaraan bermotor;

Artinya bahwa lingkup materi ini sifatnya adalah acuan bagi kegiatan teknis

operasional dalam menentukan kriteria dan jenis prasarana bengkel umum kendaraan

bermotor yang harus disediakan untuk tiap-tiap tipe terminal baik itu prasarana utama

maupun penunjang.

3. Latar belakang serta tujuan disusunnya standar pedoman

a. Latar Belakang

Latar belakang yang menjadi alasan pokok penyusunan konsep standar

pedoman teknis prasarana bengkel umum kendaraan bermotor ini antara lain :

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir VI- 25

Ba

b V

I–

Pe

ru

mu

sa

n S

ta

nd

ar

1. Adanya kebutuhan penjelasan secara teknis dan lebih mendetail terkait

dengan penyediaan prasarana bengkel umum kendaraan bermotor baik

prasarana utama maupun penunjang. Dalam peraturan yang ada saat ini

belum menjelaskan secara detail dan spesifik terkait dengan standar

penyediaan prasarana bengkel umum kendaraan bermotor.

2. Pada umumnya pengelolaan bengkel umum kendaraan bermotor yang ada

saat ini sudah cukup baik, pengelolaan oleh pihak swasta dan persaingan

usaha menjadikan para pengelola bengkel umum terus meningkatkan

kualitas layanannya. Namun kondisi saat ini, tiap-tiap bengkel umum

kendaraan bermotor masih banyak yang tidak memenuhi standar baik dari

pemenuhan fasilitas maupun dari sisi penanganan limbah bengkel, sehingga

diperlukan standarisasi fasilitas bengkel dan juga fasilitas pendukung

lainnya dalam penyelenggaraan bengkel umum baik oleh swasta maupun

pemerintah.

b. Tujuan dan kegunaan yang hendak dicapai

Sesuai definisi pedoman adalah acuan yang bersifat umum yang harus

dijabarkan lebih lanjut dan dapat disesuaikan dengan karakteristik dan

kemampuan daerah setempat (PP 25/2000), maka tujuan disusunnya standar

pedoman prasarana terminal barang ini adalah:

Menyediakan acuan bagi para pihak terkait untuk menentukan jenis dan kriteria

prasarana fasilitas bengkel umum kendaraan bermotor sesuai dengan kelas

pelayanannya.

Adapun kegunaan yang hendak dicapai dengan adanya pedoman prasarana

fasilitas pengujian kendaraan bermotor ini adalah:

Adanya kejelasan jenis dan kriteria standar fasilitas prasarana bengkel umum

kendaraan bermotor, khususnya berkenaan dengan:

1. Fasilitas utama bengkel umum kendaraan bermotor

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir VI- 26

Ba

b V

I–

Pe

ru

mu

sa

n S

ta

nd

ar

2. Fasilitas pendukung bengkel umum kendaraan bermotor

3. Indikator dan kriteria dalam menetapkan standar spesifikasi fasilitas prasarana

bengkel umum kendaraan bermotor sesuai dengan lingkup pelayanannya

4. Metoda pendekatan

Penulisan standar pedoman ini dilakukan dengan menggabungkan 3 pendekatan yang

umum dilakukan, yakni:

1) Dengan melakukan proses pengkajian dan penelitian yang dilakukan pada

beberapa lokasi bengkel umum kendaraan bermotor di Indonesia;

2) Melakukan serangkaian diskusi dengan pihak terkait, khususnya pejabat di

lingkungan Balitbang Perhubungan Darat dan Perkeretaapian, Kementerian

Perhubungan;

3) Melakukan benchmarking dengan memperhatikan lingkup pengaturan mengenai

standar penyediaan fasilitas dan prasarana bengkel umum kendaraan bermotor

yang ada di negara lain.

4) Melakukan perumusan konsep standar pedoman fasilitas bengkel umum.

5. Ruang lingkup Naskah Akademis Standar Prasarana bengkel umum

kendaraan bermotor

5.1 Pengertian-pengertian terkait

Terdapat beberapa pengertian pokok yang harus disepakati kesamaan pengertian atau

definisinya terlebih dahulu. Pengertian pokok ini sebagian besar diadopsi dari UU

22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan serta PP 44/1993 tentang Kendaraan

dan Pengemudi, serta diadopsi dari peraturan lain yang relevan dan peraturan lain yang

berlaku secara internasional, dan hasil pendefinisian oleh tim penyusunan. Pada Tabel

6.11 disampaikan daftar pengertian terkait yang digunakan dalam pedoman yang

disusun.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir VI- 27

Ba

b V

I–

Pe

ru

mu

sa

n S

ta

nd

ar

Tabel 6.11 Daftar istilah dan pengertiannya/definisinyadalam penetapan standar pedoman prasarana bengkel umum kendaraan bermotor

No Istilah Sumber Pengertian/Definisi1 Kendaraan

BermotorDiadaptasi dari Pasal1 (1) PP 44/1993

Kendaraan yang digerakkan oleh peralatanteknik yang berada pada kendaraan itu

2 Sepeda Motor Diadaptasi dari Pasal1 (2) PP 44/1993

Kendaraan bermotor beroda dua, atau tigatanpa rumah-rumah baik dengan atau tanpakereta samping

3 MobilPenumpang

Diadaptasi dari Pasal1 (3) PP 44/1993

Setiap kendaraan bermotor yang dilengkapisebanyak-banyaknya 8 (delapan) tempat duduktidak termasuk tempat duduk pengemudi, baikdengan maupun tanpa perlengkapanpengangkutan bagasi.

4 Mobil Bus Diadaptasi dari Pasal1 (4) PP 44/1993

Setiap kendaraan bermotor yang dilengkapilebih dari 8 (delapan) tempat duduk tidaktermasuk tempat duduk pengemudi baikdengan maupun tanpa perlengkapanpengangkutan bagasi.

5 KendaraanUmum

Diadaptasi dari Pasal1 (7) PP 44/1993

Setiap Kendaraan bermotor yang disediakanuntuk dipergunakan oleh umum dengandipungut bayaran

6 Bengkel UmumKendaraanBermotor

Diadaptasi dari Pasal1 (8) PP 44/1993

Bengkel umum yang berfungsi untukmembetulkan, memperbaiki, dan merawatkendaraan bermotor agar tetap memenuhipersyaratan teknis dan laik jalan

5.2. Materi (substansi standar pedoman)

Secara teoretis bagian ini akan mengungkapkan semua substansi apa yang perlu diatur,

termasuk kelembagaan, kewenangan, hak-hak, dan kewajiban, persyaratan, hal-hal

yang dilarang dan dibolehkan disusun secara sistematis. Substansi pengaturan di dalam

penyusunan satandar pedoman prasarana bengkel umum kendaraan bermotor ini yang

mencakup beberapa bagian, seperti yang disampaikan pada Tabel 6.12.

Tabel 6.12 Pokok-pokok materi/substansi standar pedomanBagian Materi/substansi standar pedoman

Standar prasaranautama bengkelumum kendaraanbermotor

a) Standar teknis bangunan bengkel umum kendaraan bermotorb) Standar teknis stall perbaikan kendaraan bermotorc) Standar teknis peralatan bengkel perbaikan kendaraan

bermotord) Standar parkir kendaraan yang diperbaikie) Standar penanganan limbah bengkel kendaraan bermotor

Standar prasaranapenunjang bengkelumum kendaraan

a) Tempat tunggu konsumen bengkel umum kendaraanbermotor

b) Fasilitas parkir kendaraan, selain kendaraan yang diperbaiki

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir VI- 28

Ba

b V

I–

Pe

ru

mu

sa

n S

ta

nd

ar

Bagian Materi/substansi standar pedomanbermotor c) Kamar kecil/toilet

d) Mushollae) Kios/kantinf) Ruang pengobatang) Taman

Indikator dankriteria penetapanstandar prasaranabengkel umumkendaraan bermotor

a) Standar fasilitas utama bengkel umum kendaraan bermotorberdasarkan lingkup pelayanannya dan kelas bengkel umum

b) Standar fasilitas penunjang bengkel umum kendaraanbermotor berdasarkan lingkup pelayanannya dan kelasbengkel umum

Lebih lengkap substansi pengaturan yang pokok-pokoknya disampaikan pada tabel

tersebut dalam bentuk konsep standar prasarana bengkel umum kendaraan bermotor

yang disampaikan dalam lampiran buku laporan ini.

6. Daftar acuan dalam kajian literatur

Dalam menyusun pedoman standar prasarana bengkel umum kendaraan bermotor ini

mengacu kepada sejumlah kepustakaan baik secara teoretis maupun perundang-

undangan yang berlaku. Adapun daftar kepustakaan yang diacu antara lain adalah:

a. UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;

b. PP No. 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan;

c. PP No. 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi;

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor : 551/MPP/Kep/10/1999

tentang Bengkel Umum Kendaraan Bermotor.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir VII- 1

Ba

b V

II

–K

es

imp

ula

n

Pada Bab VII bagian Kesimpulan ini disampaikan mengenai temuan-temuan dari hasil

studi ini, baik terkait dengan penyelenggaraan prasarana transportasi jalan maupun

temuan terkait dengan hasil analisis dan evaluasi yang telah dilakukan. Selain itu pada

bagian ini akan disampaikan pula rekomendasi dan saran terhadap hasil studi yang telah

disusun

A. Temuan Studi

Berdasarkan hasil studi terkait dengan penyusunan konsep standar pedoman prasarana

di bidang transportasi jalan yang mencakup penyelenggaraan terminal penumpang,

terminal barang, pengujian kendaraan bermotor, dan penyelenggaraan bengkel umum,

didapat beberapa temuan-temuan studi ini, yang akad dijelaskan dalam bagian-bagian

berikut.

1. Penyelenggaraan Terminal Penumpang

Terkait dengan penyelenggaraan terminal penumpang, dari hasil studi ini didapat

beberapa temuan-temuan, yang antara lain adalah :

a. Terkait dengan penyelenggaraan prasarana terminal transportasi jalan, terdapat

kebijakan dan perundangan yang mengatur baik secara regulasi, maupun

mengatur secara teknis, yang antara lain

- Dalam Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Jalan yang

disampaikan dalam Pasal 33, Pasal 34, Pasal 38, Pasal 40, dan Pasal 41;

- Dalam KM 31 tahun 1995 tentang Terminal Transportasi Jalan dijelaskan

terkait dengan penyelenggaraan terminal penumpang secara teknis, mulai

dari tipe dan fungsi terminal penumpang, fasilitas terminal penumpang,

penetapan lokasi terminal penumpang, dan penyelengaraan terminal

penumpang.

b. Terkait dengan kondisi eksisting penyelenggaraan terminal penumpang,

khususnya di wilayah studi didapat beberapa kondisi yang antara lain adalah :

- Secara pelayanan, terminal di wilayah studi sudah cukup untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat dalam penyediaan prasarana yang menunjang

penyelenggaraan angkutan bus;

KesimpulanBab VII

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir VII- 2

Ba

b V

II

–K

es

imp

ula

n

- Terkait dengan penyediaan fasilitas, berdasarkan pengamatan lapangan dan

uji preferensi masyarakat berdasarkan wawancara, didapatkan gap antara

pemenuhan kepuasan masyarakat, dan aturan teknis dalam pemenuhan

kelengkapan fasilitas, dengan kondisi eksisting di lapangan;

- Dari hasil pengamatan lapangan, di beberapa lokasi seperti di terminal

Giwangan Yogyakarta dan Terminal Bungurasih Surabaya yang memiliki

luas terminal yang cukup besar, terlihat bahwa luasnya terminal tersebut

tidak termanfaatkan secara optimal. Namun di sisi lain pemenuhan fasilitas

bagi penumpang masih terdapat kekurangan, kondisi demikian memberikan

gambaran bahwa luasan terminal di beberapa lokasi tidak berdampak secara

signifikan terhadap pemenuhan kualitas pelayanan terminal itu sendiri.

c. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan di wilayah studi terkait dengan

pemenuhan fasilitas utama dan penunjang terminal penumpang, didapat

beberapa kondisi yang dapat dilihat dalam tabel-tabel berikut,

Tabel 7.1 Pemenuhan Kelengkapan Prasarana Utama Terminal Penumpang di

Wilayah Studi

Kelengkapan PrasaanaTerminal Penumpang

Berdasarkan KM31/1995

Terminal PenumpangBatulayang,

KotaPontianak

Lebak Bulus,DKI Jakarta

Giwangan,Kota

Yogyakarta

Purabaya,Kota

SurabayaJalur Pemberangkatan 1 jalur 8 jalur 16 jalur 15 jalurJalur Kedatangan 1 jalur 2 jalur 4 jalur 3 jalurParkir Kendaraan Umum 6.000 m2 24.070 m2 58.850 m2 32.000 m2

Bangunan KantorTerminal

100 m2 1.540 m2 1.850 m2 1.700 m2

Tempat tunggupenumpang/ pengantar

120 m2 510 m2 920,8 m2 600 m2

Menara PengawasTidak tersedia Tersedia Tersedia Tersedia dan

dilengkapidengan CCTV

Loket PenjualanKarcis

Tidak tersedia 78 loket/hari 128 loket/hari 102 loket/hari

Parkir kendaraanpengantar

1.200 m2 720 m2 2.485 m2 1.800 m2

Sumber : KM 31/1995, Hasil Pengamatan Lapangan 2012

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir VII- 3

Ba

b V

II

–K

es

imp

ula

n

Tabel 7.2 Pemenuhan Kelengkapan Prasarana Penunjang Terminal Penumpang

di Wilayah Studi

KelengkapanPrasaana Terminal

PenumpangBerdasarkan KM

31/1995

Terminal Penumpang

Batulayang,Kota

Pontianak

Lebak Bulus,DKI Jakarta

Giwangan,Kota

Yogyakarta

Purabaya,Kota

Surabaya

Kamar kecil/toilet 2 unit (2 m2) 7 unit (2 m2) 16 unit 22 unit

Musholla1 unit (20 m2) 1 unit (24 m2) 1 Masjid,

2 Musholla1 Masjid,

2 Musholla

Kios/Kantin12 unit (120

m2)25 unit 32 unit 42 unit

Ruang pengobatan TIdak tersedia 12 m2 18 m2 20 m2

Ruang informasi danpengaduan

20 m2 24 m2 32 m2 42 m2

Telepon umum Tidak tersedia 1 unit 12 unit 15 unitTempat penitipanbarang

Tidak tersedia Tidak tersedia 1 unit 2 unit

Taman 250 m2 1.839 m2 2.880 m2 3.250 m2

Sumber : KM 31/1995, Hasil Pengamatan Lapangan 2012

2. Penyelenggaraan Terminal Barang

Dari hasil pengamatan lapangan, analisis, dan kegiatan evaluasi terkait dengan

penyelenggaraan terminal barang, didapati beberapa temuan yang antara lain adalah :

a. Terkait dengan penyelenggaraan prasarana terminal barang, terdapat kebijakan

dan perundangan yang mengatur baik secara regulasi, maupun mengatur secara

teknis, yang antara lain dalam KM 31 tahun 1995 tentang Terminal Transportasi

Jalan dijelaskan terkait dengan penyelenggaraan terminal barang secara teknis,

mulai dari fungsi terminal barang, fasilitas terminal barang, penetapan lokasi

terminal barang, dan penyelengaraan terminal barang.

b. Dari keempat lokasi studi, keberadaan temrinal barang hanya berada di DKI

Jakarta yang berlokasi di Jakarta Utara, yaitu terminal Barang Tanah Merdeka.

Fasilitas pendukung terminal barang Tanah Merdeka di DKI Jakarta masih

kurang memadai, seperti ruang tunggu, toilet, dan kondisi lapangan parkir masih

kurang baik. Selain itu terminal barang Tanah Merdeka ini seringkali digunakan

sebagai terminal penumpang, yang bukan peruntukannya.

c. Dari hasil analisis pemenuhan kelengkapan prasarana utama terminal barang di

Tanah Merdeka berdasarkan KM 31/1995, terlihat bahwa fasilitas gudang,

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir VII- 4

Ba

b V

II

–K

es

imp

ula

n

papan informasi, dan peralatan bongkar muat belum tersedia. Dan prasarana

utama terminal barang yang tersedia secara kuantitas dan kualitas belum

memadai.

d. Dari hasil analisis pemenuhan kelengkapan prasarana penunjang terminal

barang berdasarkan KM 31/1995 dan pengamatan lapangan di Tanah merdeka

terlihat bahwa fasilitas alat timbang dan ruang pengobatan masih belum

tersedia, dan fasilitas penunjang yang ada masih kurang memadai. Secara detail

terkait dengan pemenuhan fasilitas terminal barang dapat dilihat dalam tabel-

table berikut,

Tabel 7.3 Pemenuhan Kelengkapan Prasarana Utama Terminal Barang di

Wilayah Studi

Kelengkapan Prasaana Terminal BarangBerdasarkan KM 31/1995

Kondisi PrasaranaTerminal Tanah

MerdekaBangunan Kantor Terminal 120 m2

Parkir kendaraan untuk melakukan bongkar dan muatbarang

1.200 m2

Gudang atau lapangan penumpukan barang Tidak tersediaTempat parkir kendaraan angkutan barang untukistirahat

12.000 m2

Papan informasi Tidak tersediaPeralatan bongkar muat barang Tidak tersedia

Sumber : KM 31/1995, Hasil Pengamatan Lapangan 2012

Tabel 7.4 Pemenuhan Kelengkapan Prasarana Penunjang Terminal Barang di

Wilayah Studi

Kelengkapan Prasaana Terminal BarangBerdasarkan KM 31/1995

Kondisi PrasaranaEksisting

Tempat istirahat awak kendaraan Tersedia (180 m2)Parkir kendaraan selain kendaraan angkutan barang 1.600 m2

Alat timbang kendaraan dan muatannya Tidak TersediaKamar kecil/toilet 8 unitMusholla 1 unitKios/kantin 4 unitRuang pengobatan Tidak tersediaTaman 400 m2

Sumber : KM 31/1995, Hasil Pengamatan Lapangan 2012

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir VII- 5

Ba

b V

II

–K

es

imp

ula

n

3. Penyelenggaraan Pengujian Kendaraan Bermotor

Dari hasil pengamatan lapangan, analisis, dan kegiatan evaluasi terkait dengan

penyelenggaraan fasilitas pengujian kendaraan bermotor, didapati beberapa temuan

studi yang antara lain adalah :

a. Terkait dengan penyelenggaraan prasarana fasilitas pengujian kendaraan

bermotor, terdapat kebijakan dan perundangan yang mengatur baik secara

regulasi, maupun mengatur secara teknis, yang antara lain dalam UU 22 tahun

2009; UU 38 tahun 2004; PP 43 tahun 1993; Kepmenhub KM 5 tahun 1995;

Kepmenhub KM 71 tahun 1993; Kepdirjen Hubdat nomor

SK.165/HK.206/DRJD/99; dan Kepdirjen Hubdat nomor

SK.215/AJ.4011/DRJD/96.

b. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan di fasilitas PKB Kota Pontianak dan

Kota Padang terlihat bahwa secara umum kelengkapan peralatan pengujian

sudah tercukupi, namun permasalahan di PKB Pontianak dan Padang ini adalah

perawatan berkala yang kurang, sulitnya mendapatkan sparepart peralatan

pengujian, dan kurangnya fasilitas penunjang pengujian kendaraan bermotor;

c. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan di fasilitas PKB di wilayah lain (DKI

Jakarta, dan Surabaya) peralatan pengujian sudah cukup baik, fasilitas

penunjang pun tersedia namun secara kuantitas masih belum mencukupi, seperti

lapangan parkir yang kurang, ruang tunggu yang kurang luas, dan ketersediaan

fasilitas penunjang lain yang masih kurang secara kuantitas.

d. Dari hasil pengamatan lapangan di wilayah studi terkait dengan pemenuhan

fasilitas PKB secara umum di seluruh fasilitas PKB sudah terpenuhi terutama

untuk prasarana utama, sedagkan untuk prasarana penunjang di beberapa lokasi

masih kurang memadai meskipun sudah tersedia. Secara detail terkait dengan

fasilitas utama dan penunjang fasilitas pengujian kendaraan bermotor dapat

tergambar kondisi pemenuhan prasarana PKB seperti terlihat dalam tabel-tabel

berikut,

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir VII- 6

Ba

b V

II

–K

es

imp

ula

n

Tabel 7.5 Pemenuhan Kelengkapan Prasarana Pengujian Kendaraan Bermotor

di Wilayah Studi

KelengkapanPrasaana PKBBerdasarkanKM 71/1993

Pengujian Kendaraan Bermotor

Kota Pontianak Pulo Gadung,Jakarta

KotaYogyakarta

Tandes, KotaSurabaya

Kota Padang

Bangunan bebankerja

Tersedia dengan1 jalur PKB 15ton

Tersedia dengan2 jalur PKB 10ton dan 15 ton

Tersedia dengan2 jalur PKB 10ton dan 15 ton

Tersedia dengan2 jalur PKB 10ton dan 15 ton

Tersedia dengan1 jalur PKB 15ton

Bangunangedung

Tersedia,untukpenempatangenset dankompresor

TersediaGudangnamun tidakberfungsi

Tersedia,untukpenempatangenset dankompresor

TersediaGudangdengan luas12 m2

Tersedia,untukpenempatangenset dankompresor

TersediaGudangdengan luas40 m2

Tersedia,untukpenempatangenset dankompresor

TersediaGudangdengan luas50 m2

Tersedia,untukpenempatangenset dankompresor

TersediaGudangdengan luas40 m2

Jalan keluarmasuk

Lebar JalanKeluar 4,5 m

Lebar JalanMasuk 4,5 m

Lebar JalanKeluar 4,5 m

Lebar JalanMasuk 4,5 m

Lebar JalanKeluar 4,5 m

Lebar JalanMasuk 4,5 m

Lebar JalanKeluar 5 m

Lebar JalanMasuk 5 m

Lebar JalanKeluar 4,5 m

Lebar JalanMasuk 4,5 m

Lapangan parkir Luas lapanganparkir 2.100 m2

Luas Lapanganparkir 4.200 m2

Luas Lapanganparkir 5.055 m2

Luas lapanganparkir 8.200 m2

Luas lapanganparkir 3.500 m2

Bangunangedungadministrasi

Tersedia fasilitas: ruangan

petugas loket

pendaftaran ruang tunggu

Tersediafasilitas : ruangan

petugas loket

pendaftaran ruang tunggu

Tersedia fasilitas: ruangan

petugas loket

pendaftaran ruang tunggu

Tersediafasilitas : ruangan

petugas loket

pendaftaran ruang tunggu

Tersediafasilitas : ruangan

petugas loket

pendaftaran ruang tunggu

Pagar Pagar setinggi 2m

Pagar setinggi1,5 m

Pagar setinggi1,5 m

Pagar setinggi1,2 m

Pagar setinggi1,2 m

Fasilitaspenunjang untukumum

Toilet Toilet Kantin

Toilet Kantin

Toilet Kantin Telp. Umum Toko ATK

dan Fotokopi Ruang

Tunggu AC

Toilet Kantin

Sumber : KM 71/1995, Hasil Pengamatan Lapangan 2012

4. Penyelenggaraan Bengkel Umum

Dari hasil pengamatan lapangan, analisis, dan kegiatan evaluasi terkait dengan

penyelenggaraan fasilitas bengkel umum kendaraan bermotor, didapati beberapa

temuan studi yang antara lain adalah :

a. Terkait dengan peraturan perundangan, terdapat kebijakan dan perundangan

yang mengatur baik secara regulasi, maupun mengatur secara teknis bagi

penyelenggaraan bengkel umum, yang antara lain dalam.Keputusan Menteri

Perindustrian dan Perdagangan Nomor 551/MPP/Kep/10/1999 tentang bengkel

umum.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir VII- 7

Ba

b V

II

–K

es

imp

ula

n

b. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan di wilayah studi, sebagian besar

bengkel umum belum tersertifikasi, baik dari instansi perindustrian dan

perdagangan, maupun Dinas Perhubungan setempat;

B. Kesimpulan

Berdasarkan temuan-temuan studi ini serta hasil analisis, dan evaluasi, maka didapat

beberapa kesimpulan terkait dengan penyusunan konsep pedoman standar prasarana

transportasi jalan yang akan disusun. Beberapa kesimpulan tersebut antara laina dalah :

1. Hampir semua prasarana transportasi jalan di lokasi kajian belum menyediakan

secara lengkap seluruh item fasilitas dan/atau peralatan yang ditetapkan dalam

pedoman yang ditetapkan oleh peraturan menteri

2. Fungsi prasarana transportasi jalan yang dikaji (terminal, fasilitas uji berkala,

dan bengkel umum) tidak berjalan sebagaimana mestinya karena belum terdapat

standarisasi dalam penyediaan fasilitas dan peralatannya (termasuk dalam

standar pelayanan minimumnya)

3. Rentang kondisi penyediaan dan kinerja setiap jenis prasarana di masing-masing

lokasi kajian sangat berbeda, tergantung dari keseimbangan demand-supply

yang ada (sehingga diperlukan standarisasi yang sesuai dengan tingkat utilisasi

masing-masing prasarana)

4. Penilaian penyediaan setiap jenis fasilitas berdasarkan hasil penilaian pengguna

sebagian besar berada pada range yang wajar dibandingkan dengan data

pembanding (standar nasional/internasional lain)

5. Terkait dengan penyusunan konsep standar pedoman fasilitas prasarana terminal

penumpang disimpulkan beberapa hal, yang antara lain adalah :

- Dari kondisi eksisting yang didapatkan berdasarkan hasil pengamatan

lapangan, dan pemenuhan kebutuhan berdasarkan hasil analisis dan evaluasi

terlihat bahwa pemenuhan fasilitas belum mengakomodir kebutuhan para

calon penumpang, sehingga terkait dengan hal tersebut maka perlu

diakomodir dalam standar pedoman terkait dengan item fasilitas dan angka

pemenuhan fasilitas terminal penumpang yang optimal dan efisien.

- Dalam KM 31/1995 tentang Terminal Transportasi Jalan, Klasifikasi bagi

terminal penumpang tipe A, tipe B, maupun tipe C tidak mensyaratkan

perbedaan yang cukup signifikan dalam penyediaan fasilitasnya, hal tersebut

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir VII- 8

Ba

b V

II

–K

es

imp

ula

n

tentunya menjadi masukan bagi penyusunan standar pedoman fasilitas

terminal penumpang, agar kriteria standar pemenuhan fasilitas tidak hanya

berdasarkan klasifikasinya tapi berdasarkan tingkat pelayanan terminal

berdasarkan jumlah penumpang, jumlah trayek, dan jumlah armada bus

yang memanfaatkan fasilitas terminal;

- Terkait kondisi sulitnya pengembangan terminal di Indonesia karena

keterbatasan lahan, maka dalam penyusunan standar pedoman fasilitas

terminal ini luasan terminal tidak menjadi patokan kriteria, namun tingkat

pelayanan terminal dan pemenuhan ketersediaan fasilitas yang menjadi

kriteria utama.

- Dari KM 31/1995 sudah mensyaratkan pemenuhan fasilitas utama maupun

penunjang terminal penumpang, namun belum mengatur terkait dengan

kuantitas fasilitas utama maupun penunjang yang berdasarkan jumlah

penumpang ataupun armada bus yang menggunakan fasilitas terminal

penumpang, sehingga dalam standar pedoman yang akan disusun perlu

ditetapkan pemenuhan fasilitas berdasarkan kuantitas penumpang dan

armada bus.

6. Terkait dengan penyusunan konsep standar pedoman fasilitas prasarana terminal

barang disimpulkan beberapa hal, yang antara lain adalah :

- Kondisi eksisting terminal barang di wilayah studi menunjukkan masih

kurangnya pemenuhan fasilitas penunjang terminal barang yang dibutuhkan

bagi penggunanya, sehingga dalam konsep standar pedoman yang akan

disusun tentunya perlu mengakomodir seluruh kebutuhan fasilitas penunjang

terminal barang;

- Terkait dengan pemilihan lokasi, perlu disusun standar penetapan lokasi

terminal barang yang efektif, agar terminal barang dapat dimanfaatkan bagi

angkutan barang, baik untuk kegiatan transit maupun bongkar muat barang

menuju moda lanjutan;

- Selain pemenuhan fasilitas penunjang, perlu juga disusun standar bagi

pemenuhan kelengkapan peralatan bongkar muat terminal barang, agar

terminal barang yanga dan tidak hanya berfungsi sebagai tempat transit

ataupun tempat parkir angkutan barang, tapi bisa sebagai titik peralihan

moda angkutan barang.

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir VII- 9

Ba

b V

II

–K

es

imp

ula

n

- Dari acuan normatif terkait dengan penyediaan prasarana utama dan

penunjang terminal barang yang tercantum dalam KM 31/1995, belum

dijelaskan terkait dengan jumlah pemenuhan fasilitas terminal barang

berdasarkan jumlah angkutan ataupun pengguna terminal barang, kondisi

demikian menyebabkan fasilitas yang sudah tersedia belum dapat

memberikan pelayanan secara optimal karena secara kuantitas jumlahnya

yang tidak sesuai dengan jumlah angkutan yang ada.

7. Terkait dengan penyusunan standar pedoman fasilitas pengujian kendaraan

bermotor, didapat beberapa kesimpulan yang antara lain terdiri dari :

- Secara teknis, penyediaan fasilitas utama fasilitas PKB di beberapa wilayah

sudah cukup baik, hanya dalam kegiatan perawatan masih terdapat beberapa

kekurangan, terutama untuk fasilitas PKB diluar Pulau Jawa, sehingga perlu

adanya standar perawatan fasilitas PKB.

- Secara umum, fasilitas utama PKB sudah cukup tersedia, namun dari hasil

pengamatan lapangan masih banyak fasilitas PKB dengan fasilitas

penunjang yang masih kurang baik, sehingga dalam penyusunan standar

pedoman perlu dilakukan pendalaman standar pemenuhan fasilitas

penunjang bagi kegiatan fasilitas PKB.

- Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, fasilitas PKB banyak terkendala

kurangnya ketersediaan lapangan parkir kendaraan yang diuji sehingga

seringkali memanfaatkan badan jalan di sekitar fasilitas PKB, kondisi

demikian memberikan gambaran bahwa pentingnya standar bagi penyediaan

lahan parkir kendaraan yang akan diuji di fasilitas PKB.

- Terkait dengan pemenuhan fasilitas utama dan penunjang PKB, aturan

normatif yang ada belum mengatur terkait dengan penyediaan fasilitas

secara kuantitas yang disesuaikan dengan jumlah kendaraan yang diuji

maupun pemilik kendaraan yang datang. Sehingga dalam penyusunan

konsep standar pedoman fasilitas PKB perlu dikaji terkait dengan

pemenuhan fasilitas berdasarkan kuantitas pelayanannya.

8. Terkait dengan penyusunan konsep standar pedoman fasilitas bengkel umum,

berdasarkan hasil pengamatan lapangan, analisis, dan evaluasi didapat beberapa

kesimpulan yang antara lain adalah :

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir VII- 10

Ba

b V

II

–K

es

imp

ula

n

- Secara umum ketersediaan fasilitas bengkel umum sudah cukup baik, hal

tersebut didorong oleh kondisi persaingan usaha bengkel umum sehingga

para pemilik bengkel berusaha untuk memberikan pelayanan terbaik bagi

pelanggannya;

- Terlepas dari ketersediaan fasilitas bengkel umum yang sudah cukup baik,

masih terdapat beberapa hal yang menjadi catatan antara lain ketersediaan

fasilitas sanitasi yang belum memadai di beberapa bengkel yang menjadi

lokasi studi, ketersediaan peralatan bengkel yang tidak sesuai dengan

klasifikasi bengkel berdasarkan Kepmenperindag 220/MPP/Kep/10/1999

tentang bengkel umum. Dengan demikian, dalam penyusunan konsep

standar pedoman bengkel umum perlu dipertajam terkait dengan pemenuhan

fasilitas bengkel umum baik fasilitas utama maupun penunjang.

C. Rekomendasi

Berdasarkan hasil studi ini termasuk kegiatan evaluasi dan analisis, serta kesimpulan

akhir yang telah tersusun, maka sebagai rekomendasi bagi studi lanjutan yang mungkin

akan disusun terkait prasarana transportasi jalan, disimpulkan beberapa rekomendasi

yang antara lain,

1. Idealnya, penyediaan fasilitas dan peralatan yang disediakan di setiap jenis

prasarana transportasi jalan disesuaikan fungsi yang dijalankan serta skala

utilisasinya, sehingga penyediaan kelengkapan dan kapasitasnya memenuhi

syarat dan kebutuhan

2. Perlu ditetapkan SPM (Standar Pelayanan Minimal) untuk setiap jenis prasarana

transportasi jalan sebagai salah satu acuan dalam standar penyediaan fasilitas

yang diharuskan

3. Konsep standar yang disusun dalam kajian ini perlu ditindaklanjuti ke dalam

proses penetapan sebagainya disyaratkan dalam PSN 01-2005

4. Diperlukan regulasi pendukung untuk implementasi dari standar yang disusun

dalam kajian ini

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir

Da

ft

ar

P

us

ta

ka

Badan Pusat Statistik Kota Padang. (2010). “Kota Padang Dalam Angka 2010”.

Padang : BPS Kota Padang.

Badan Pusat Statistik Kota Pontianak. (2010). “Kota Pontianak Dalam Angka

2010”. Pontianak : BPS Kota Pontianak.

Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta. (2010). “Kota Yogyakarta Dalam Angka

2010”. Yogyakarta : BPS Kota Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. (2010). “DKI Jakarta Dalam Angka

2010”. Jakarta : BPS Provinsi DKI Jakarta.

Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Kementerian Perhubungan. (2011).

“Perhubungan Darat Dalam Angka 2010”. Jakarta : Ditjen Hubdat Kemenhub.

Neufert, Peter and Ernst, Kementerian Perhubungan. (2002). “Architects’ Data –

Third Edition”. Malden : Blackwell Science.

______________, (2009). “UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan”. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.

______________, (2004). “UU Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan”. Menteri Hukum

dan Hak Asasi Manusia.

______________, (1993). “PP Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu

Lintas Jalan”. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.

______________,(1993). “PP Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan”.

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.

______________,(2004). “Kepmenhub Nomor KM 9 Tahun 2004 tentang Pengujian

Tipe Kendaraan Bermotor”. Menteri Perhubungan.

______________,(1995). “Kepmenhub Nomor KM 5 Tahun 1995 tentang

Penyelenggaraan Penimbangan Kendaraan Bermotor di Jalan”. Menteri

Perhubungan.

Daftar Pustaka

Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan

Laporan Akhir

Da

ft

ar

P

us

ta

ka

______________,(1995). “Kepmenhub Nomor KM 31 Tahun 1995 tentang Terminal

Transportasi Jalan”. Menteri Perhubungan.

______________,(1993). “Kepmenhub Nomor KM 61 Tahun 1993 tentang Rambu-

rambu Lalu LIntas di Jalan”. Menteri Perhubungan.

______________,(1993). “Kepmenhub Nomor KM 69 Tahun 1993 tentang

Penyelenggaraan Angkutan Barang di Jalan”. Menteri Perhubungan.

______________,(1993). “Kepmenhub Nomor KM 71 Tahun 1993 tentang Pengujian

Berkala Kendaraan Bermotor”. Menteri Perhubungan.

______________,(2004). “Kepdirjen Hubdat Nomor SK.81/AJ.108/DRJD/2004 tentang

Penyelenggaraan Uji Coba Metode Baru Pengelolaan Jembatan Timbang

Dalam Rangka Penegakan Hukum Ukuran dan Berat Kendaraan di Provinsi

Sumatera Barat dan Naggroe Aceh Darussalam”. Direktur Jenderal

Perhubungan Darat.

______________,(1997). “Kepdirjen Hubdat Nomor SK.165/AJ.404/DRJD/97 tentang

Penyelenggaraan Penimbangan Kendaraan Bermotor di Jalan dengan Alat

Penimbangan yang Dapat Dipindah-pindahkan (portable)”. Direktur Jenderal

Perhubungan Darat.