Kata Pengantarelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000148... · kajian...
Transcript of Kata Pengantarelibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-091500000000148... · kajian...
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir i
Ka
ta
P
en
ga
nt
ar
Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan YME karena atas karunia danberkahNya lah studi dengan judul “Studi Penyusunan Konsep Standar di BidangPrasarana Transportasi Jalan” ini dapat terlaksana dengan baik. Studi inidilaksanakan berdasarkan Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang telah kami terima.
Kegiatan penyusunan konsep standar di bidang prasarana transportasi jalan inidilaksanakan sebagai langkah dalam meningkatkan pelayanan prasarana transportasijalan khususnya yang terkait dengan penyelenggaraan prasarana teminal penumpang,uji berkala kendaraan bermotor, dan prasarana bengkel umum, dan terminal barang,yang juga menjadi latar belakang dilaksanakannya kegiatan ini yang juga dijelaskandalam Bab I.
Untuk mendapatkan acuan dalam penyusunan konsep standar ini, seperti dijelaskanbagian metodologi (Bab III) akan dilakukan kajian akademis, kajian dasar hukum,kajian lapangan, hingga dilakukan pembandingan dengan kondisi pelayanan prasaranatransportasi jalan di negara lain. Beberapa kajian tersebut, pada laporan pendahuluan iniakan dibahas secara umum dalam pembahasan Bab II. Sedangkan gambaran umumpenyelenggaraan prasarana transportasi jalan di wilayah studi akan kami sampaikanpada pembahasan Bab IV.
Konsep standar prasarana jalan akan dijelaskan pada lampiran laporan ini, sedangkananalisis dan evaluasi hasil survey akan disampaikan pada Bab V dan perumusan konsepstandar pada BAB VI. Sedangkan kesimpulan akhir studi dan rekomendasi bagi studilanjutan akan kami sampaikan pada pembahasan Bab VII.
Kami berharap laporan akhir ini telah memuat semua materi sesuai dengan persyaratanyang telah ditetapkan di dalam KAK dan dapat bermanfaat bagi penyelenggaraanprasarana transportasi jalan serta dapat menjadi acuan bagi studi lanjutan yang terkait.
TIM STUDI
KETUA TIM
Kata Pengantar
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir iii
Abstract
ABSTRACT
The development of transportation sector is the crucial part of national development.Transportation development focus on the improvement of the efficient, reliable, secure,and high quality transportation services with the affordable cost, and also focus on therealization of the integrated national transportation system as a part of distributionsystem that can provide services and benefits to the community. The most importantthing should be considered by the government dealing with transportation services istransportation infrastructure. An adequate transportation infrastructure services iswhat people expect from the government. Therefore, the rules and references areneeded in the implementation of transportation infrastructure services, by law or by theexisting standard guidelines.
This study analyzed the level of needs regarding to the road transportationinfrastructure services. It specifies into the terminal services, vehicles periodic testing,cross-road infrastructure, study of literature and law related to the transportationinfrastructure services, and comparative study of transportation system in some othercountries. Then, the result of all the data analysis can be formulated as the standard oftransportation service. To get the data, descriptive analysis was employed. Then, theresult of the study and analysis is being formulated as the standard guidelines oftransportation infrastructure through the standard organizing method published byBadan Standarisasi Nasional Indonesia (BSNI). The formulated transportationinfrastructure standard is expected to be a reliable reference for the improvement oftransportation infrastructure service held by the government, both the centralgovernment and the local government as the regulator and operator of transportationinfrastructure services, specifically, terminal infrastructure service, vehicles periodictesting, and motorized vehicle service station facilities.
Key Word: Standard, Infrasturcture, Road
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir I- 1
BabI-Pendahuluan
Pada Bab I bagian Pendahuluan ini disampaikan cuplikan dari Kerangka Acuan Kerja
(KAK) yang disampaikan pemberi kerja sebagai dasar bagi konsultan untuk
melaksanakan pekerjaan ini.
A. Gambaran Umum
Transportasi mempunyai peranan penting dan strategis untuk memantapkan perwujudan
wawasan nusantara, memperkukuh ketahanan nasional, dan mempererat hubungan
antar bangsa dalam usaha mencapai tujuan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang
Undang Dasar 1945.
Pembangunan sektor transportasi merupakan bagian yang sangat penting dalam
pembangunan nasional. Tujuan pembangunan transportasi adalah meningkatkan
pelayanan jasa transportasi secara efisien, handal, berkualitas, aman dan harga
terjangkau serta mewujudkan sistem transportasi nasional secara intermodal dan
terpadu dengan pembangunan wilayah dan menjadi bagian dari suatu sistem distribusi
yang mampu memberikan pelayanan dan manfaat bagi masyarakat luas, termasuk
meningkatkan jaringan desa-kota yang memadai.
Transportasi jalan merupakan moda transportasi utama yang berperan penting dalam
pendukung pembangunan nasional serta mempunyai kontribusi terbesar dalam pangsa
angkutan dibandingkan moda lain. Oleh karena itu, visi transportasi jalan adalah
sebagai penunjang, penggerak dan pendorong pembangunan nasional serta berperan
sebagai urat nadi kehidupan ekonomi, politik, social budaya dan pertahanan keamanan.
Misi transportasi jalan adalah untuk mewujudkan sistem transportasi jalan yang andal,
berkemampuan tinggi dalam pembangunan serta meningkatkan mobilitas manusia dan
barang, guna mendukung pengembangan wilayah untuk mewujudkan wawasan
nusantara.
PendahuluanBab I
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir I- 2
BabI-Pendahuluan
Dalam melaksanakan visi dan misi tersebut, maka sasaran pembangunan transportasi
jalan terutama adalah untuk menciptakan penyelenggaraan transportasi yang efisien dan
efektif. Efektivitas pelayanan jasa transportasi jalan dapat diukur melalui : (1)
tersedianya kapasitas dan prasarana transportasi jalan yang sesuai dengan
perkembangan permintaan / kebutuhan; (2) tercapainya keterpaduan antar dan intra
moda transportasi jalan dalam jaringan prasarana dan pelayanan; (3) tercapainya
ketertiban yaitu penyelenggaran system transportasi yang sesuai dengan peraturan dan
norma yang berlaku di masyarakat; (4) tercapainya ketepatan dan keteraturan yaitu
sesuai dengan jadwal dan adanya kepastian pelayanan; (5) aman atau terhindar dari
ganguan alam maupun manusia; (6) tercapainya tingkat kecepatan pelayanan yang
diinginkan atau waktu perjalanan yang singkat tetapi dengan tingkat keselamatan
tinggi; (7) tercapainya tingkat keselamatan atau terhindar dari berbagai kecelakaan; (8)
terwujudnya kenyamanan atau ketenangan dan kenikmatan pengguna jasa; dan (9)
tercapainya penyediaan jasa sesuai dengan kemampuan daya beli penguna jasa dan
tariff / biaya yang wajar. Sedangkan efisiensi pelayanan biasanya diukur melalui
perbandingan penggunaan beban public rendah dengan utilitas yang cukup tinggi di
dalam penyelenggaran kesatuan jaringan transportasi jalan.
B. Dasar Hukum
Dasar hukum yang menjadi acuan dalam pelaksanaan kegiatan penyusunan konsep
standar di bidang prasarana transportasi jalan ini antara lain adalah :
1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan.
2) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan.
3) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas
Jalan
C. Uraian Kegiatan yang Dilaksanakan
Uraian kegiatan / ruang lingkup dari studi ini sebagai berikut:
1) Inventarisasi kebijakan mengenai prasarana transportasi jalan.
2) Inventarisasi kebijakan pengembangan prasarana transportasi jalan.
3) Inventarisasi perkembangan teknologi prasarana transportasi jalan.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir I- 3
BabI-Pendahuluan
4) Menganalisis dan mengevaluasi kondisi existing prasarana transportasi jalan di
Indonesia
5) Melakukan studi literatur / benchmarking standar prasarana transportasi bidang
jalan dari negara lain.
6) Merumuskan 6 naskah akademis konsep standar dibidang prasarana transportasi
jalan, yang meliputi:
(a) Standar fasilitas dan peralatan uji berkala kendaraan bermotor;
(b) Standar fasilitas terminal tipe A
(c) Standar fasilitas terminal tipe B
(d) Standar fasilitas terminal tipe C
(e) Standar fasilitas terminal barang
(f) Standar fasilitas bengkel umum
D. Batasan Kegiatan
Studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang Prasarana Transportasi Jalan adalah
berupa penyusunan konsep standar di bidang prasarana transportasi jalan yang efektif
sebagai jaminan keselamatan, kenyamanan, dan keamanan.
E. Maksud dan Tujuan
1) Maksud Kegiatan
Maksud kegiatan adalah melakukan studi Penyusunan Konsep Standar Di
Bidang Prasarana Transportasi Jalan
2) Tujuan Kegiatan
Tujuan kegiatan adalah merumuskan konsep standar di bidang prasarana
transportasi jalan.
F. Indikator Keluaran dan Keluaran
Keluaran (output) dari kegiatan studi ini adalah tersusunnya 4 (empat) laporan studi
yaitu laporan pendahuluan, laporan interim, rancangan laporan akhir dan laporan akhir.
Laporan akhir terdiri dari laporan studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang
Prasarana Transportasi Jalan dan buku Konsep Standar Di Bidang Prasarana
Transportasi Jalan.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir I- 4
BabI-Pendahuluan
G. Cara Pelaksanaan Kegiatan
1) Metode Pelaksanaan
Studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
dilaksanakan melalui survei di lapangan dalam pengumpulan data primer dan
sekunder sesuai dengan lokasi survey dan diskusi interaktif dengan pakar di
bidang prasarana transportasi jalan baik di pusat maupun di daerah.
2) Tahapan Kegiatan
Tahapan pelaksanaan Studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang prasarana
Transportasi Jalan sebagai berikut :
Persiapan pelaksanaan kegiatan
Laporan Pendahuluan (Inception Report)
Laporan Antara (Interim Report)
Konsep Laporan Akhir (Draft Final Report)
Laporan Akhir (Final Report) dan Executive Summary Report.
H. Tempat Pelaksanaan Kegiatan
Studi Penyusunan Konsep Standar Di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
dilaksanakan di Jakarta. Sedangkan lokasi obyek studi ini akan dilaksanakan di Jakarta,
Yogyakarta, Pontianak, Padang, dan Surabaya.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 1
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
Pada Bab II bagian Kajian Literatur ini akan disampaikan mengenai beberapa acuan
dasar hukum dan dasar teori yang mengatur terkait dengan prasarana transportasi jalan,
serta beberapa literatur pendukung sebagai bahan acuan bagi pelaksanaan studi
penyusunan konsep standar di bidang prasarana transportasi jalan ini.
A. Kajian Literatur dan Perundangan Terkait dengan Prasarana
Transportasi Jalan
Dalam melakukan kajian literatur dan perundangan ini akan dibahas mengenai
detail pengaturan terkait dengan penyelenggaraan prasarana transportasi jalan
seperti yang telah dijelaskan dalam KAK.
Beberapa peraturan terkait dengan prasarana transportasi jalan antara lain
adalah sebagai berikut :
a. Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Angkutan Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan;
b. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu
Lintas Jalan;
d. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 61 tahun 1993 tentang Rambu-
rambu Lalu Lintas di Jalan, beserta perubahannya dalam Kepmenhub
Nomor 63 tahun 2004 tentang Perubahan Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor KM 61 tahun 1993 tentang Rambu-rambu Lalu
Lintas di Jalan;
e. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM 62 tahun 1993 tentang
Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas;
Kajian LiteraturBab II
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 2
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
f. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor :
SK.116/AJ.404/DRJD/97 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan
Perlengkapan Jalan.
Sementara untuk kajian literatur terkait dengan penyelenggaraan prasarana
transportasi jalan akan dibahas melalui beberapa sumber-sumber terkait.
Berdasarkan UU 22 tahun 2009 tentang Angkutan Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan, yang dimaksud dengan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah
Ruang Lalu Lintas, Terminal, dan Perlengkapan Jalan yang meliputi marka, rambu,
Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, alat pengendali dan pengaman Pengguna Jalan, alat
pengawasan dan pengamanan Jalan, serta fasilitas pendukung.
Berdasarkan Pasal 25 dalam UU 22/2009 dijelaskan bahwa setiap jalan yang digunakan
untuk lalu lintas umum wajib dilengkapi dengan perlengkapan jalan yang terdiri dari
- Rambu lalu lintas;
- Marka jalan;
- Alat pemberi isyarat lalu lintas (APILL);
- Alat penerangan jalan, dan alat pengendali dan pengaman pengguna jalan;
- Alat pengawasan dan pengamanan jalan;
- Fasilitas untuk sepeda, pejalan kaki, dan penyandang cacat;
- Fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan yang berada di jalan
dan di luar badan jalan.
B. Kajian Literatur dan Perundangan terkait dengan Penyelenggaraan Terminal
Dalam melakukan kajian literatur dan perundangan ini akan dibahas mengenai
detail pengaturan terkait dengan penyelenggaraan prasarana terminal seperti
yang telah dijelaskan dalam KAK.
Beberapa peraturan terkait dengan prasarana terminal antara lain adalah sebagai
berikut :
a. Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Angkutan Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan;
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 3
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
b. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu
Lintas Jalan;
d. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 tahun 1995 tentang
Terminal Transportasi Jalan;
Sementara untuk kajian literatur terkait dengan penyelenggaraan prasarana
terminal akan dibahas melalui beberapa sumber-sumber terkait
1. Terminal dalam UU 22/2009
Dalam Undang-undang nomor 22 tahun 2009 tentang Jalan, dijelaskan beberapa
definisi dan ketentuan terkait dengan penyelenggaraan terminal. Berdasarkan Pasal 33
UU 22 tahun 2009 terminal dapat dibangun dan diselenggarakan untuk menunjang
kelancaran perpindahan orang dan/atau barang serta keterpaduan intramoda dan
antarmoda di tempat tertentu. Terminal sendiri terbagi kedalam 2 (dua) jenis, yaitu
terminal barang dan terminal penumpang.
Untuk terminal penumpang sendiri, dalam Pasal 34 dijelaskan bahwa menurut
pelayanannya terminal penumpang dikelompokkan kedalam 3 (tiga) tipe, yaitu terminal
dengan layanan tipe A, tipe B, dan tipe C. setiap tipe layanan terminal tersebut dibagi
dalam beberapa kelas berdasarkan intensitas kendaraan yang dilayani.
Dalam menetapkan lokasi terminal, maka dalam prosesnya perlu dilakukan dengan
memperhatikan rencana kebutuhan terminal yang merupakan bagian dari Rencana
Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Penetapan lokasi terminal dilakukan
dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut,
a) Tingkat aksesibilitas pengguna jasa angkutan;
b) Kesesuaian lahan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi, dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota.
c) Kesesuaian dengan rencana pengembangan dan/atau kinerja jaringan Jalan,
jaringan trayek, dan jaringan lintas;
d) kesesuaian dengan rencana pengembangan dan/atau pusat kegiatan;
e) keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan lain;
f) Permintaan angkutan;
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 4
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
g) Kelayakan teknis, finansial, dan ekonomi;
h) Keamanan dan Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; dan/atau
i) Kelestarian lingkungan hidup.
Berdasarkan pasal 38 UU 22 tahun 2009, dijelaskan bahwa setiap penyelenggara
terminal wajib menyediakan fasilitas terminal yang memenuhi persyaratan keselamatan
dan keamanan. Fasilitas terminal yang perlu dipenuhi meliputi fasilitas utama dan
fasilitas penunjang, dan untuk menjaga kondisi setiap fasilitas terminal baik utama
maupun penunjang, penyelenggara terminal wajib untuk melakukan pemeliharaan.
Berdasarkan pasal 40 UU 22 tahun 2009 dijelaskan bahwa dalam penyelenggaraan
terminal terbagi kedalam 2 (dua) kegiatan utama, yaitu kegiatan pembangunan terminal
dan pengoperasian terrminal. Dalam kegiatan pembangunan terminal perlu dilengkapi
oleh beberapa hal, antara lain : (1) rancang bangun; (2) buku kerja rancang bangun; (3)
rencana induk terminal; (4) analisis dampak lalu lintas; dan (5) analisis mengenai
dampak lingkungan. Sedangkan dalam proses kegiatan pengoperasian terminal meliputi
beberapa kegiatan antara lain : (1) perencanaan; (2) pelaksanaan; dan (3) pengawasan
operasi terminal.
Dalam pasal 41 UU 22 tahun 2009 dijelaskan pula bahwa setiap penyelenggara terminal
wajib memberikan pelayanan jasa terminal sesuai dengan standar pelayanan yang telah
ditetapkan. Ketentuan mengenai penyelenggaraan terminal secara teknis antara lain
terkait dengan fungsi, klasifikasi, tipe, penetapan lokasi, fasilitas, lingkungan kerja,
pembangunan dan pengoperasian terminal diatur dalam peraturan perundangan di
bawah Undang-Undang.
2. Terminal Transportasi Jalan dalam KM 31/1995
Penyelenggaraan terminal transportasi jalan, dalam hal ini adalah terminal penumpang,
diatur di dalam KM 31/1995 tentang Terminal Transportasi Jalan. Berdasarkan KM
31/1995, yang dimaksud dengan terminal penumpang adalah prasarana transportasi
jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan untra
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 5
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
dan/atau antar moda transportasi serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan
angkutan umum.
2.1. Tipe dan Fungsi Terminal Penumpang
Pada pasal 2 ayat (1) Kepmenhub Nomor KM 31/1995 disampaikan bahwa tipe
terminal penumpang terdiri dari:
a. terminal penumpang tipe A;
b. terminal penumpang tipe B; dan
c. terminal penumpang tipe C.
Adapun fungsi dari masing-masing terminal tersebut sesuai dengan pasal 2 ayat (2, 3,
4) KM 31/1995 adalah sebagai berikut:
- Terminal penumpang tipe A berfungsi melayani kendaraan umum untuk
angkutan antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas negara,
angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan;
- Terminal penumpang tipe B berfungsi melayani kendaraan umum untuk
angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan/atau angkutan pedesaan;
dan
- Terminal penumpang tipe C berfungsi melayani kendaraan umum untuk
angkutan pedesaan.
2.2. Fasilitas terminal penumpang
Fasilitas terminal penumpang terdiri dari fasilitas utama dan fasilitas penunjang,
dimana ketentuan mengenai penyediaannya untuk setiap tipe terminal sesuai dengan
pasal 4, 5, 6 KM 31/1995 disampaikan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Ketentuan mengenai Fasilitas Terminal Penumpang
TerminalFasilitas Terminal
Fasilitas Utama Fasilitas PenunjangTerminalpenumpang(terminal tipeA,B,C)
a) jalur pemberangkatan kendaraanumum;
b) jalur kedatangan kendaraan umum;c) tempat parkir kendaraan umumd) bangunan kantor terminal;e) tempat tunggu penumpang dan/atau
a) kamar kecil/toilet;b) musholla;c) kios/kantin;d) ruang pengobatan;e) ruang informasi dan
pengaduan;
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 6
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
TerminalFasilitas Terminal
Fasilitas Utama Fasilitas Penunjangpengantar;
f) menara pengawas;g) loket penjualan karcis;h) rambu-rambu dan papan informasii) tarif dan jadual perjalanan;j) pelataran parkir kendaraan pengantar
f) telepon umum;g) tempat penitipan
barang;h) taman.
Keterangan:- fasilitas c, f, g, dan i tidak berlaku untuk terminal penumpang tipe C- Fasilitas terminal penumpang dilengkapi dengan fasilitas bagi penumpang
penderita cacat sesuai dengan kebutuhan.
Selain fasilitas utama, di dalam daerah lingkungan kerja terminal penumpang
maupun terminal barang dapat dilakukan kegiatan usaha penunjang, sepanjang
tidak mengganggu fungsi pokok terminal. Kegiatan usaha penunjang dapat
dilakukan oleh badan hukum Indonesia atau warga negara Indonesia setelah
mendapat persetujuan penyelenggara terminal. Usaha penunjang kegiatan
terminal penumpang maupun barang dapar berupa :
a. Usaha rumah makan;
b. Penyediaan fasilitas pos dan telekomunikasi;
c. Penyediaan peralatan bongkar muat pada terminal barang;
d. Penyediaan pelayanan kebersihan;
e. Usaha penunjang lainnya.
2.3. Lokasi terminal
Sesuai dengan Pasal 9 KM 31/1995 bahwa penentuan lokasi terminal penumpang
dilakukan dengan memperhatikan rencana kebutuhan lokasi simpul yang merupakan
bagian dari rencana umum jaringan transportasi jalan. Dalam hal ini, lokasi terminal
penumpang tipe A, tipe B dan tipe C, ditetapkan dengan memperhatikan (pasal 10 KM
31/1995):
a. rencana umum tata ruang;
b. kepadatan lalu lintas dan kapasitas jalan di sekitar terminal;
c. keterpaduan moda transportasi baik intra maupun antar moda;
d. kondisi topografi lokasi terminal;
e. kelestarian lingkungan.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 7
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
Selain itu, penetapan lokasi terminal untuk setiap tipe terminal juga harus
mempertimbangkan beberapa ketentuan sesuai dengan pasal 11, 12, 13 KM 31/1995
sebagaimana dirangkum pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Persyaratan Penentuan Lokasi TerminalNo Terminal Persyaratan Teknis Lokasi1. Terminal
tipe A1. Terletak dalam jaringan trayek antar kota antar propinsi dan/atau
angkutan lalu lintas batas negara;2. Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya
kelas IIIA;3. Jarak antara dua terminal penumpang tipe A, sekurang-kurangnya
20 km di Pulau Jawa, 30 km di Pulau Sumatera dan 50 km dipulau lainnya;
4. Luas lahan yang tersedia sekurang-kurangnya 5 ha untuk terminaldi Pulau Jawa dan Sumatera, dan 3 ha di pulau lainnya;
5. Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dariterminal dengan jarak sekurang-kurangnya 100 m di Pulau Jawadan 50 m di pulau lainnya, dihitung dari jalan ke pintu keluar ataumasuk terminal.
2. Terminaltipe B
1. Terletak dalam jaringan trayek antar kota dalam propinsi;2. Terletak di jalan arteri atau kolektor dengan kelas jalan sekurang-
kurangnya kelas IIIB;3. Jarak antara dua terminal penumpang tipe B atau dengan terminal
penumpang tipe A, sekurang-kurangnya 15 km di Pulau Jawa dan30 km di Pulau lainnya;
4. Tersedia lahan sekurang-kurangnya 3 ha untuk terminal di PulauJawa dan Sumatera, dan 2 ha untuk terminal di pulau lainnya;
5. Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dariterminal dengan jarak sekurang-kurangnya 50 m di Pulau Jawadan 30 m di pulau lainnya, dihitung dari jalan ke pintu keluar ataumasuk terminal.
3. Terminaltipe C
1. Terletak di dalam wilayah Kabupaten daerah Tingkat II dan dalamjaringan trayek pedesaan;
2. Terletak di jalan kolektor atau lokal dengan kelas jalan palingtinggi kelas IIIA;
3. Tersedia lahan sesuai dengan permintaan angkutan;4. Mempunyai akses jalan masuk atau keluar ke dan dari terminal,
sesuai kebutuhan untuk kelancaran lalu lintas di sekitar terminal.Sumber : Kepmenhub KM 31/1995
2.4. Penyelenggaraan Terminal
Berdasarkan Pasal 18 Kepmenhub nomor KM 31 tahun 1995, penyelenggaraan
terminal meliputikegiatan pengelolaan, pemeliharaan, dan penertiban terminal.
Pengelolaan terminal penumpang berdasarkan Pasal 19 KM 31/1995 meliputi
kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan operasional terminal.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 8
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
Gambaran kegiatan pengelolaan terminal penumpang dapat dilihat dalam
Tabel 2.3 berikut,
Tabel 2.3 Kegiatan Pengelolaan Terminal PenumpangPerencanaan operaional Pelaksanaan operasional Pengawasan operasional
a. Penataan pelataranterminal menurut ruteatau jurusan;
b. Penataan fasilitaspenumpang;
c. Penataan fasilitaspenunjang terminal;
d. Penataan arus lalu lintasdi daerah pengawasanterminal;
e. Penyajian daftar ruteperjalanan dan tarifangkutan;
f. Penyusunan jadualperjalanan berdasarkankartu pengawasan;
g. Pengaturan jadualpetugas di terminal;
h. Evaluasi sistempengoperasian terminal.
a. Pengaturan tempattunggu dan aruskendaraan umum didalam terminal;
b. Pemeriksaan kartupegawasan dan jadualperjalanan;
c. Pengaturan kedatangandan pemberangkatankendaraan menurutjadwal ditetapkan;
d. Pemungutan jasapelayanan terminalpenumpang;
e. Pemberitahuan tentangpemberangkatan dankedatangan kendaraanumum penumpang;
f. Pengaturan arus lalulintas di daerahpengawasan terminal;
g. Pencatatan danpelaporan pelanggaran;
h. Pencatatan jumlahkendaraan danpenumpang yang datangdan berangkat.
Pengawasan terhadap :a. Tarif angkutan;b. Kelaikan jalan
kendaraan yangdioperasikan;
c. Kapasitas muatan yangdiizinkan;
d. Pelayanan yangdiberikan oleh penyediajasa angkutan;
e. Pemanfaatan terminalserta fasilitas penunjangsesuai denganperuntukannya.
Sumber : Kepmenhub KM 31/1995
C. Kajian Literatur terkait dengan Penyelenggaraan Terminal Barang
Aturan mengenai penyelenggaraan terminal barang secara normatif diatur pula
dalam Keputusan Menteri Perhubungan nomor KM 31 tahun 1995 tentang
Terminal Transportasi Jalan. Dalam Pasal 1 Kepmenhub KM 31/1995, yang
dimaksud dengan terminal barang adalah prasarana transportasi jalan untuk
keperluan membongkar dan memuat barang serta perpindahan intra dan/atau
antar moda transportasi.
Berdasarkan Pasal 24 Kepmenhub KM 31/1995, terminal barang berfungsi
untuk melayani kegiatan bongkar dan/atau muat barang, serta perpindahan intra
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 9
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
dan/atau moda transportasi. Sedangkan terkait dengan fasilitas terminal barang,
Pasal 25 Kepmenhub KM 31/1995 menjelaskan bahwa seperti pada terminal
penumpang, pada terminal barang terdiri juga dari fasilitas utama dan fasilitas
penunjang terminal barang. Untuk fasilitas utama terminal barang yang harus
tersedia seperti yang dijelaskan dalam Pasal 25 (2) Kepmenhub KM 31/1995
antara lain adalah :
a. Bangunan kantor terminal;
b. Tempat parkir kendaraan untuk melakukan bongkar dan/muat barang;
c. Gudang atau lapangan penumpukan barang;
d. Tempat parkir kendaraan angkutan barang untuk istirahat atau selama
menunggu keberangkatan;
e. Rambu-rambu dan papan informasi;
f. Peralatan bongkar muat barang.
Sedangkan untuk fasilitas penunjang penyelenggaraan terminal barang
dijelaskan dalam Pasal 25 (3) Kepmenhub KM 31/1995 yang antara lain terdiri
dari :
a. Tempat istirahat awak kendaraan
b. Fasilitas parkir kendaraan, selain kendaraan angkutan barang;
c. Alat timbang kendaraan dan muatannya;
d. Kamar kecil/toilet;
e. Mushola;
f. Kios/kantin;
g. Ruang pengobatan;
h. Telepon umum;
i. Taman.
Dalam menentukan lokasi terminal barang harus dilakukan dengan
memperhatikan rencana kebutuhan lokasi simpul yang merupakan bagian dari
rencana umum jaringan transportasi jalan. Penentuan lokasi terminal barang
dilakukan dengan memperhatikan rencana umum tata ruang; kepadatan lalu
lintas dan kapasitas jalan di sekitar terminal; keterpaduan moda transportasi
baik intra maupun antar moda; kondisi topografi lokasi terminal; dan
kelestarian lingkungan.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 10
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
Selain itu lokasi terminal barang juga harus memenuhi beberapa persayaratan
yang antara lain adalah
- terletak dalam jaringan lintas angkutan barang;
- terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya IIIA;
- tersedia lahan sekurang-kurangnya 3 hektare untuk terminal di Pulau
Jawa, dan 2 hektare untuk terminal di pulau lainnya.
- Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal
dengan jarak sekurang-kurangnya 50 meter di Pulau Jawa dan 30 meter
untuk terminal di pulau lainnya, dihitung dari jalan ke pintu keluar atau
masuk terminal.
Penyelenggaraan terminal barang merupakan kewenangan Pemerintah Provinsi,
sehingga operasional terminal barang dapat dilakukan setelah mendapat
persetujuan Gubernur Kepala Daerah tingkat I. Sedangkan untuk pengelolaan
terminal barang dilakukan dalam lingkup kegiatan penrencanaan, pelaksanaan,
dan pengawasan oeprasional terminal. Kegiatan perencanan operasional
terminal meliputi :
a. penataan pelataran terminal;
b. penataan fasilitas gudang atau lapangan penumpukan barang;
c. penataan fasilitas parkir kendaraan untuk melakukan kegiatan bogkar dan/atau
muat barang;
d. penataan fasilitas penunjang terminal;
e. penataan arus lalu lintas di daerah pengawasan terminal;
f. pengaturan jadual petugas di terminal;
g. penyusunan system dan prosedur pengoperasian terminal.
Sedangkan untuk kegiatan pelaksanaan operasional terminal barang, antara lain
meliputi :
a. pengaturan parkir dan arus kendaraan angkutan barang di dalam terminal;
b. pemungutan jasa pelayanan terminal barang;
c. pengoperasian fasilitas/peralatan bongkar muat barang;
d. pengaturan arus lalu lintas di daerah pengawasan terminal;
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 11
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
Dalam kegiatan operasional terminal barang, tentunya sangat perlu dilakukan
kegiatan perawatan terminal untuk menjaga keberlangsungan operasional
terminal dan memberikan pelayanan yang maksimal bagi para penggunanya.
Oleh karena itu terminal barang perlu dipeliharauntuk menjamin agar terminal
dapat berfungsi sesuai dengan fungsi pokoknya. Pemeliharaan terminal barang
meliputi kegiatan :
a. menjaga keutuhan dan kebersihan bangunan terminal;
b. menjaga keutuhan dan kebersihan pelataran terminal serta perawatan rambu,
marka dan papan informasi;
c. merawat dan menjaga fungsi fasilitas/peralatan bongkar muat barang;
d. merawat saluran-saluran air;
e. merawat instalasi listrik dan lampu penerangan; dan
f. merawat sistem hydrant dan alat pemadam kebakaran.
D. Kajian Literatur terkait dengan Penyelenggaraan Prasarana Pengujian
Kendaraan Bermotor
Dalam melakukan kajian literatur dan perundangan ini akan dibahas mengenai
detail pengaturan terkait dengan penyelenggaraan uji berkala kendaraan
bermotor dan penyelenggaraan prasarana jembatan timbang seperti yang telah
dijelaskan dalam KAK.
Beberapa peraturan terkait dengan penyelenggaraan uji berkala kendaraan
bermotor dan penyelenggaraan prasarana jembatan timbang antara lain adalah
sebagai berikut :
a. Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Angkutan Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan;
b. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu
Lintas Jalan;
d. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 5 tahun 1995 tentang
Penyelenggaraan Penimbangan Kendaraan Bermotor di Jalan;
e. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 71 tahun 1993 tentang
Pengujian berkala kendaraan bermotor;
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 12
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
f. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor :
SK.165/HK.206/DRJD/99 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Penyelenggaraan Penimbangan Kendaraan Bermotor di Jalan dengan
Alat Penimbangan yang Dapat Dipindah-pindahkan (Portable).
g. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor :
SK.215/AJ.4011/DRJD/96 tentang Pedoman Teknis Buku dan Tanda Uji
Berkala Serta Tanda Samping Kendaraan.
Sementara untuk kajian literatur terkait dengan penyelenggaraan uji berkala
kendaraan bermotor dan penyelenggaraan prasarana jembatan timbang akan
dibahas melalui beberapa sumber-sumber terkait.
1. Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor berdasarkan Kepmenhub
Nomor KM 71 tahun 1993
Berdasarkan KM 71/1993, pengujian berkala kendaraan bermotor adalah
pengujian kendaraan bermotor yang dilakukan secara berkala terhadap setiap
kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan, dan kendaraan khusus.
Pelaksanaan uji berkala kendaraan bermotor dimaksudkan untuk :
a. Memberikan jaminan keselamatan secara teknis terhadap penggunaan
kendaraan bermotor di jalan;
b. Melestarikan lingkungan dari kemungkinan pencemaran yang
diakibatkan oleh penggunaan kendaraan bermotor di jalan;
c. Memberikan pelayanan umum kepada masyarakat.
1.1. Pelaksanaan Pengujian Berkala
Berdasarkan KM 71 tahun 1993, jenis kendaraan yang diwajibkan untuk
dilakukan kegiatan uji berkala antara lain meliputi mobil bus, mobil barang,
kereta gandengan, kereta tempelan, kendaraan khusus dan kendaraan umum.
Uji berkala kendaraan dilakukan pada unitpelaksana uji berkala kendaraan
bermotor. Pelaksanaan uji berkala kendaraan dilakukan menggunakan peralatan
pengujian yang tersedia, dan setiap peralatan pengujian berkala harus
dipelihara, dirawat, dan dikalibrasi secara periodik.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 13
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
Berdasarkan Pasal 2 ayat (2) KM 71 tahun 1993, terdapat beberapa syarat dan
kondisi dalam kegiatan uji berkala kendaraan bermotor yang akan dilakukan,
beberapa syarat dan kondisi tersebut antara lain adalah :
a. Setiap unitpelaksana uji berkala kendaraan bermotor harus dilengkapi
dengan fasilitas dan peralatan pengujian;
b. Pemilihan jenis, tipe, kapasitas, jumlah, dan teknologi peralatan
pengujian harus dilakukan secara cermat dan tepat;
c. Pengujian dilakukan oleh tenaga penguji yang memiliki kualifikasi
teknis tertentu;
d. Pengujian harus dilakukan sesuai prosedur dan tata cara serta di lokasi
yang telah ditetapkan dengan menggunakan peralatan pengujian yang
tersedia;
e. Hasil uji berkala kendaraan harus akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan;
f. Fasilitas dan peralatan pengujian harus dipelihara/dirawat dengan baik
secara periodik, sehingga semua fasilitas dan peralatan pengujian selalu
dalam kondisi layak pakai;
g. Peralatan pengujian harus dilakukan kalibrasi secara periodik;
h. Kapasitas fasilitas dan peralatan pengujian harus diupayakan sebanding
dengan jumlah kendaraan wajib uji pada wilayah pelayanan yang
bersangkutan.
Untuk memberikan pelayanan umum yang baik kepada masyarakat dalam
melakukan kegiatan uji berkala kendaraan bermotor, perlu diperhatikan
beberapa syarat dan kondisi yang harus dipenuhi, antara lain adalah :
a. Besarnya biaya pengujian yang dipungut dari masyarakat harus sama
dan seragam untuk seluruh indonesia;
b. Tidak diperkenankan memungut biaya dari amsyarakat dalam bentuk
apapun, selain biaya pengujian yang ditetapkan dengan Keputusan
Menteri Perhubungan;
c. Penetapan besarnya biaya pengujian, disamping tidak didasarkan atas
perhitungan pengembalian biaya investasi dan operasional juga tidak
dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan materi dan/atau finansial;
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 14
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
d. Setiap unit pelaksana pengujian kendaraan bermotor harus dilengkapi
dengan papan informasi yang ditempatkan pada tempat-tempat yang
mudah terlihat dan dapat dibaca setiap saat oleh pemohon yang memuat
besarnya biaya yang dipungut dalam rangka pengujian kendaraan
bermotor dan prosedur pengujian kendaraan bermotor;
e. Setiap tenaga penguji yangs edang melaksanakan tugas harus
mengenakan tanda kualifikasi teknis penguji;
f. Jumlah dan kualifikasi tenaga penguji harus diupayakan sebanding
dengan jumlah kendaraan yang diuji dan peralatan pengujian;
g. Unit pelaksana pengujian kendaraan bermotor terletak di daerah tingkat
II.
1.2. Fasilitas dan Peralatan Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor
Berdasarkan Pasal 9 KM 71/1993 dijelaskan bahwa fasilitas pengujian
kendaraan bermotor dapat berupa fasilitas pada lokasi yang bersifat tetap dan
fasilitas pada lokasi yang bersifat tidak tetap. Fasilitas pengujian kendaraan
bermotor pada lokasi yang bersifat tidak tetap antara lain teridi dari :
a. Bangunan beban kerja;
b. Bangunan gedung untuk generator set, kompresor, dan gudang;
c. Jalan keluar-masuk;
d. Lapangan parkir;
e. Bangunan gedung administrasi;
f. Pagar;
g. Fasilitas penunjang untuk umum;
h. Fasilitas listrik;
i. Lampu penerangan; dan
j. Pompa air dan menara air.
Ketentuan mengenai tata letak, ukuran, konstruksi, spesifikasi teknis,
pembangunan, penggunaan, pemeliharaan, perbaikan, dan pengganrian fasilitas
kendaraan bermotor ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Darat
dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sedangkan fasilitas uji berkala kendaraan bermotor pada lokasi yang bersifat
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 15
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
tidak tetap yaitu berupa areal tanah yang permukaannya rata dengan luas sesuai
dengan kebutuhan fasilitas uji berkala kendaraan bermotor yang dimaksud.
Untuk kebutuhan peralatan uji berkala kendaraan bermotor, berdasarkan Pasal
11 KM 71/1993 dijelaskan bahwa peralatan uji berkala kendaraan bermoroe
dapat berupa peralatan pengujian lengkap atau peralatan pengujian dasar atau
peralatan pengujian keliling. Peralatan pengujian lengkap atau peralatan
pengujian dasar dipasang dan digunakan pada lokasi tempat pengujian yang
bersifat tetap. Sedangkan peralatan pengujian keliling digunakan pada lokasi
tempat pengujian yang bersifat tidak tetap dan ditempatkan pada kendaraan
bermotor pengangkut peralatan uji.
Peralatan pengujian kendaraan bermotor yang perlu disediakan dalam
melakukan kegiatan pengujian baik dibagi kedalam 3 (tiga) tingkatan
kelengkapan peralatan pengujian yaitu kelengkapan peralatan pengujian
lengkap; kelengkapan peralatan pengujian dasar; dan kelengkapan peralatan
pengujian keliling. Ketiga tingkat kelengkapan peralatan pengujian kendaraan
bermotor disampaikan dalam Tabel 2.4 berikut,
Tabel 2.4 Kelengkapan Peralatan Pengujian Kendaraan BermotorPengujian Lengkap Pengujian Dasar Pengujian Keliling
a. Alat uji susensi roda (Pit wheelsuspension tester) danpemeriksaan kondisi teknis bagianbawah kendaraan;
b. Alat uji rem;c. Alat uji lampu utama;d. Alat uji speedometer;e. Alat uji emisi gas buang, meliputi
alat uji karbon monoksida (CO),hidro karbon (HC), dan ketebalanasap gas buang;
f. Alat pengukur berat;g. Alat uji kincup roda depan (slide
slip tester);h. Alat pengukur suara (sound level
meter);i. Alat pengukur dimensi;j. Alat pengukur tekanan udara;k. Alat uji kaca;l. Kompresor udara;m. Generator set;n. Peralatan bantu.
a. Alat uji susensi roda (Pitwheel suspension tester)dan pemeriksaan kondisiteknis bagian bawahkendaraan;
b. Alat uji rem;c. Alat pengukur berat;d. Alat pengukur dimensi;e. Alat pengukur tekanan
udara;f. Alat uji emisi gas buang,
meliputi alat uji karbonmonoksida (CO), hidrokarbon (HC), danketebalan asap gas buang;
g. Kompresor udara;h. Generator set;i. Peralatan bantu.
a. Alat uji rem;b. Alat pengukur berat;c. Alat pengukur dimensi;d. Alat pengukur tekanan
udara;e. Alat uji emisi gas buang,
meliputi alat uji karbonmonoksida (CO), hidrokarbon (HC), danketebalan asap gas buang;
f. Kompresor udara;g. Generator set;h. Peralatan bantu.
Sumber : Kepmenhub KM 71/1993
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 16
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
Berdasarkan Pasal 13 Kepmenhub KM 71 tahun 1993, dijelaskan pula bahwa
penggabungan terhadap 2 (dua) jenis atau lebih peralatan pengujian kendaraan
bermotor menjadi satu kombinasi peralatan pengujian dapat dianggap sebagai 2
(dua) jenis atau lebih peralatan pengujian. Kombinasi peralatan pengujoan
harus memiliki unjuk kerja yang sama dengan masing-masing peralatan
pengujian yang digabungkan.
Ketentuan pemenuhan peralatan pengujian kendaraan bermotor yang terdiri dari
peralatan pengujian lengkap, dasar, dan keliling dijelaskan ketentuan
pemenuhan lainnya dalam Pasal 14 Kepmenhub KM 71 tahun 1993 antara lain
adalah :
a. Peralatan pengujian lengkap dipasang dan digunakan pada lokasi tempat
pengujian yang bersifat tetap dengan jumlah kendaraan wajib uji pada
suatu daerah tingkat II sebanyak 4.000 (empat ribu) unit;
b. Peralatan pengujian dasar dipasang dan digunakan pada lokasi tempat
pengujian yang bersifat tetap dengan jumlah kendaraan wajib uji pada
suatu daerah tingkat II kurang dari 4.000 (empat ribu) unit;
c. Peralatan pengujian keliling digunakan pada lokasi tempat pengujian
yang tidak tetap pada suatu daerah tingkat II yang jibdusu geografinya
tidak memungkinkan kendaraan dari tempat-tempat tertentu mencapai
lokasi tempat pelaksanaan uji berkala.
1.3. Buku Uji dan Tanda Uji Berkala
Berdasarkan Pasal 23 Kepmenhub Nomor KM 71 tahun 1993, dijelaskan
bahwa setiap mobil bus, mobil barang, kereta gandengan, kereta tempelan,
kendaraan khusus serta kendaraan umum yang dinyatakan lulus uji berkala,
diberikan tanda bukti lulus uji berkala berupa buku dan tanda uji berkala.
Berdasarkan Pasal 24 Kepmenhub nomor KM 71 tahun 1993, buku uji berkala
kendaraan bermotor sekurang-kurang memuat data antara lain terdiri dari :
a. Nomor uji kendaraan;
b. Nama pemilik;
c. Alamat pemilik;
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 17
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
d. Merek/tipe;
e. Jenis;
f. Tahun pembuatan atau perakitan;
g. Isi silinder;
h. Daya motor penggerak;
i. Nomor rangka landasan kendaraan bermotor;
j. Nomor motor penggerak/mesin;
k. Berat kosong kendaraan;
l. Jumlah berat yang diperbolehkan dan/atau jumlah berat kombinasi yang
diperbolehkan untuk mobil barang dan mobil bus;
m. Jumlah berat yang diizinkan dan/atau jumlah berat kombinasi yang
diizinkan untuk mobil barang dan mobil bus;
n. Konfigurasi sumbu roda;
o. Ukuran ban teringan;
p. Kelas jalan terendah yang boleh dilalui;
q. Ukuran utama kendaraan;
r. Daya angkut;
s. Masa berlakunya;
t. Bahan bakar yang digunakan;
u. Kode wilayah pengujian.
Sedangkan berdasarkan Pasal 25 Kepmenhub nomor KM 71 tahun 2003, yang
dimaksud dengan tanda uji kendaraan bermotor sekurang-kurangnya memuat
data mengenai kode wilayah pengujian, nomor uji kendaraan, dan masa berlaku
uji berkala kendaraan bermotor.
2. Tata Cara Pengujian Kendaraan Bermotor
Sistem pengujian kendaraan bermotor adalah salah satu sub system dari system
transportasi jalan yang berperan sangat menentukan dalam mewujudkan suatu system
transportasi jalan yang efisien. Tolok ukur efisiensi dimaksud antara lain mencakup
pencapaian beberapa kriteria diantaranya sebagai berikut :
1. Biaya ( financial ).
2. Waktu.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 18
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
3. Penghematan energy.
4. Jaminan penyediaan kendaraan bermotor yang memenuhi standar yang
disepakati baik dalam cakupan nasional, regional maupun internasional.
5. Jaminan keselamatan penggunaan fasilitas kendaraan bermotor baik untuk
manusia maupun barang.
6. Proteksi dampak penggunaan kendaraan bermotor terhadap pencemaran
lingkungan.
Peran sistem pengujian dalam pencapaian criteria tersebut adalah sangat menentukan,
walaupun dalam implementasinya akan menghadapai berbagai masalah yang sangat
kompleks, karena memerlukan suatu penanganan yang terpadu dalam memastikan
kelaikan jalan seluruh kendaraan bermotor secara berkesinambungan, sejak berada pada
tahapan prototype desain, selanjutnya pada tahapan produksi dan kemudian pada
tahapan operasional kendaraan bermotor.
Secara teknis, keberhasilan peran sub system pengujian kendaraan bermotor dalam
system transportasi jalan dapat dicerminkan melalui jaminan tersedianya kendaraan
bermotor yang memenuhi standar-standar tertentu secara konsisten sepanjang masa
operasional. Standar tersebut diantaranya meliputi standar keselamatan, standar proteksi
terhadap pencemaran lingkungan dan standar kinerja efisiensi penggunaan energy.
Sistem pengujian yang ideal pada akhirnya akan mewujudkan suatu kondisi system
transportasi jalan sebagai berikut :
1. Meningkatnya efisiensi biaya transportasi yang berhubungan dengan mobilitas
manusia dan barang.
2. Minimalnya distorsi kelancaran lalu lintas jalan yang dikarenakan jaminan
terhadap kelaikan jalan dari seluruh kendaraan bermotor yang beroperasi di
jalan.
3. Mengurangi tingkat kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh factor teknis
kendaraan bermotor.
4. Terkendalinya pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh kendaraan
bermotor.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 19
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
5. Merangsang penggunaan bahan bakar yang aman bagi kesehatan dan
lingkungan.
6. Berkurangnya tingkat kecelakaan yang diakibatkan oleh factor teknis kendaraan
bermotor.
7. Tersosialisasinya criteria laik jalan pada penggunaan kendaraan bermotor di
jalan.
8. Rangsangan terhadap perkembangan teknologi kendaraan bermotor yang
relevan terhadap standar kelaikan jalan yang ditentukan, dikarenakan tuntutan
kebutuhan pasar dan regulasi yang berkembang secara dinamis.
9. Berkembangnya system pengujian kendaraan bermotor yang sejalan dengan
harmonisasi system pengujian kendaraan bermotor secara global.
Idealnya, kualitas kelaikan jalan dan emisi gas buang kendaraan bermotor dapat
diciptakan melalui 2 lembaga, yaitu :
1. Industri kendaraan bermotor dan komponennya yaitu melalui proses desain dan
produksi.
2. Lembaga perawatan kendaraan bermotor, melalui system perawatan yang
berkesinambungan.
Sedangkan fungsi lembaga pengujian kendaraan bermotor didalam konteks tersebut
adalah berperan sebagai lembaga control yang mengendalikan sejauh mana jaminan
kualitas kelaikan jalan dan emisi gas buang kendaraan bermotor yang diproduksi dan
dirawat adalah sesuai dengan yang semestinya. Dimana didalam pelaksanaannya
menggunakan acuan standar tertentu yang disepakati bersama baik dalam skala
domestic, regional maupun global. Dalam pengertian tersebut standard adalah bahasa
satu-satunya yang dapat mengakomodasikan kepentingan pihak-pihak yang terkait,
seperti Pemerintah, industri otomotiv, bengkel perawatan / pemeliharaan, lembaga
pengujian kendaraan bermotor dan pemilik kendaraan bermotor.
Efektivitas fungsi kontrol melalui pengujian kendaraan bermotor terletak pada 3 (tiga)
aspek penting, yaitu :
1. Peralatan uji yang support terhadap teknologi kendaraan bermotor sehingga
mampu menilai performansi kendaraan bermotor.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 20
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
2. Tenaga penguji yang profesional yang adaptif terhadap perkembangan teknologi
otomotif dan teknologi alat uji sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai
seorang decision marker yang menetapkan sebuah kendaraan berada dalam
kondisi laik jalan atau tidak.
3. Mekanisme pelaksanaan uji yang efisien dan transparant sehingga memudahkan
pemilik kendaraan bermotor untuk menguji kendaraannya serta memperoleh
pelayanan yang optimal.
Untuk menjaga profesionalisme penguji, maka penguji kendaraan bermotor dibagi
dalam beberapa jenjang keahlian ( kompetensi ) dimana setiap jenjang kompetensi
memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda sesuai dengan kompetensinya.
Kompetensi jenjang penguji kendaraan bermotor berdasarkan SK MENPAN
No.150/KEP/M.PAN/11/2003, terdiri dari :
1. Penguji Kendaraan Bermotor Pelaksana Pemula
2. Penguji Kendaraan Bermotor Pelaksana
3. Penguji Kendaraan Bermotor Pelaksana Lanjutan
4. Penguji Kendaraan Bermotor Penyelia
Penguji disini dimaksudkan petugas pelaksana pengujian berkala kendaraan bermotor
yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan pengujian kendaraan bermotor (PKB),
dan memiliki kemampuan dan tanda kualifikasi teknis penguji kendaraan bermotor dari
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (SK Dirjen Hubdat No.
177/AJ.108/DRJD/2001). Penguji Kendaraan Bermotor diberi tugas, tanggung jawab,
wewenang dan hak secara penuh oleh Pejabat yang berwenang untuk melakukan tugas
pengujian kendaraan bermotor. (SK MENPAN No.150 / KEP / M.PAN / 11 / 2003).
Dalam Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Darat ada tujuh Kompetensi yang
harus dimiliki oleh seorang Penguji Pelaksana Pemula antara lain :
Etika Profesi
Dasar Hukum
Administrasi Pengujian Kendaraan Bermotor
Pengumpulan dan Pelaporan Hasil Uji
Teknik Menguji Kendaraan Bermotor
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 21
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
Menimbang Sumbu Kendaraan Bermotor
Teknik Kendaraan Bermotor
Tata Cara Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor adalah sebagai berikut:
i. pemohon mengajukan permohonan/pendaftaran di loket pendaftaran dengan
membawa persyaratan administrasi yang telah ditentukan;
ii. petugas loket menerima dan meneliti persyaratan administrasi, apabila tidak
memenuhi, maka petugas loket Pendaftaran dapat metolak
permohonan/pendaftaran dan mengembalikannya kepada pemohon disertai
penjelasan dan meminta kepada pemohon untuk melengkapinya;
iii. apabila memenuhi maka pemohon diberikan formulir permohonan/pendaftaran
untuk diisi dengan benar.
iv. setelah pemohon mengisi formulir dan menyerahkannya kepada petugas loket
pendaftaran, maka petugas loket meminta kepada petugas ruang arsip
selanjutnya menetapkan waktu pelaksanaan pengujian dan memberikan Surat
Ketetapan Retribusi Daerah yang berisi jenis pelayanan dan perhitungan
biaya/retribusi uji untuk dibayar oleh pemohon pada bank atau bendahara yang
ditunjuk;
v. setelah melakukan pembayaran pemohon akan menerima tanda bukti
pembayaran dan selanjutnya menyerahkan tanda bukti tersebut ke petugas loket;
vi. setelah menerima tanda bukti pembayaran, petugas loket menyerahkan surat
pengantar untuk melakukan pra uji dan uji kendaraan bermotor ke loket
administrasi pengujian kendaraan bermotor dan oleh petugas loket diisikan pada
kartu induk pengujian kendaraan sesuai dengan data yang diperlukan dan
selanjutnya diserahkan kepada penguji untuk dilakukan pra uji;
vii. penguji melaksanakan pra uji pada kendaraan milik pemohon dan apabila dari
hasil pra uji ditemukan ketidak sesuaian antara fisik kendaraan dengan surat-
surat kendaraan, maka penguji akan melaporkan ke petugas loket administrasi
pengujian kendaraan bermotor yang selanjutnya diteruskan ke petugas loket
pendaftaran untuk kemudian disampaikan dan dijelaskan kepada pemohon dan
meminta untuk melakukan perbaikan atas ketidaksesuaian tersebut;
viii. Apabila sesuai maka penguji membawa kendaraan dimaksud ke ruang
pengujian berkala kendaraan bermotor yang meliputi pemeriksaan teknis dan
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 22
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
pemeriksaan laik jalan dengan menggunakan alat uji dan mencatat pada lembar
hasil pengujian kendaraan bermotor;
ix. Apabila dari hasil pengujian ditemukan penolakan atas pemeriksaan teknis
dan/atau tidak lulus kelaikan jalannya, maka penguji akan membuat surat
keterangan tidak lulus uji beserta alasan tidak lulus untuk disampaikan kepada
pemohon melalui loket administrasi pengujian kendaraan bermotor dan petugas
loket pendaftaran untuk segera dilakukan perbaikan dan uji ulang dengan
dipungut biaya sepanjang pemohon tidak keberatan atas ketidaklulusan tersebut.
uji ulang dilakukan pada waktu yang telah ditetapkan oleh petugas loket
pendaftaran. Surat keterangan tidak lulus uji tidak dimaksudkan sebagai
pengganti tanda bukti lulus uji dan kendaraannya tidak dibenarkan untuk
dioperasikan di jalan kecuali untuk kepentingan pelaksanaan uji ulang;
x. Apabila dari hasil uji ulang ternyata tetap tidak lulus uji maka pemohon tidak
diberikan kesempatan uji ulang lagi dan selanjutnya diperlakukan sebagai
pemohon baru;
xi. Apabila pemohon mengajukan keberatan atas ketidaklulusannya secara tertulis
disertai alasannya dan diajukan pada kesempatan pertama setelah pada hari itu
juga menerima surat pemberitahuan tidak lulus uji atau selambat-lambatnya hari
berikutnya pada waktu jam kerja,, maka Kepala Unit Pelaksana Teknis meminta
penjelasan kepada penguji yang bersangkutan dan dalam jangka waktu paling
lama 2 (dua) jam harus memberikan jawaban apakah keberatan tersebut diterima
atau ditolak;
xii. Apabila pengajuan tersebut dilakukan setelah melampaui batas waktu yang
ditetapkan, maka pengajuan tersebut ditolak dan pemohon harus tetap
melaksanakan uji ulang;
xiii. Apabila keberatan terhadap ketidaklulusan uji kendaraan ditolak maka
pemohon tidak dapat lagi mengajukan keberatan dan harus melakukan uji ulang;
xiv. Apabila kendaraan dinyatakan lulus uji kendaran, maka penguji memasang
tanda lulus uji berupa plat uji dan stiker tanda samping dan penguji yang
berwenang menandatangani pengesahan buku uji;
xv. Buku uji yang telah ditandatangani selanjutnya diserahkan kepada petugas loket
administrasi pengujian kendaraan bermotor dan selanjutnya diserahkan pada
petugas loket pendaftaran.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 23
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
xvi. Petugas loket pendaftaran melakukan pemanggilan kepada pemohon untuk
mengambil buku uji dan kendaraannya sudah siap untuk dioperasikan.
E. Kajian Literatur terkait Dengan Penyelenggaraan Bengkel Umum
1. Bengkel Umum berdasarkan Kepmenperindag Nomor 551/MPP/Kep/10/1999
Terkait dengan penyelenggaraan bengkel umum, Pemerintah melalui Kementerian
Perindustrian mengeluarkan regulasi berupa Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan Nomor 551/MPP/Kep/10/1999 tentang Bengkel Umum Kendaraan
Bermotor. Berdasarkan Kepmenperindag tersebut, dijelaskan bahwa yang dimaksud
dengan bengkel umum kendaraan bermotor adalah bengkel umum yang berfungsi untuk
membetulkan, memperbaiki, dan merawat kendaraan bermotor agar tetap memenuhi
persyaratan teknis dan laik jalan.
Berdasarkan Kepmenperindag Nomor 551/MPP/Kep/10/1999, bengkel umum terbagi
kedalam 3 klasifikasi yang didasarkan atas tingkat pemenuhan terhadap persyaratan
sistem mutu, mekanik, fasilitas, dan peralatan, serta manajemen informasi sesuai
dengan penilaian masing-masing kelas bengkel. Ketiga klasifikasi bengkel tersebut
antara lain yaitu :
- Bengkel kelas I tipe A, B, C
- Bengkel kelas II, tipe A, B, C
- Bengkel kelas III, tipe A, B, C
Tipe-tipe bengkel tersebut secara teknis didasarkan pada jenis pekerjaan yang mampu
dilakukan oleh bengkel tersebut, dengan penjelasan sebagai berikut :
- Bengkel tipe A, merupakan bengkel yang mampu melakukan jenis pekerjaan
perawatan berkala, perbaikan kecil perbaikan besar, perbaikan chasis dan bodi;
- Bengkel tipe B, merupakan bengkel yang mampu melakukan jenis pekerjaan
perawatan berkala, perbaikan kecil dan perbaikan besar atau jenis pekerjaan
perawatan berkala, perbaikan kecil serta perbaikan chasis dan bodi;
- Bengkel tipe C, merupakan bengkel yang mampu melakukan jenis pekerjaan
perawatan berkala, dan perbaikan kecil.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 24
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
2. Sistem Mutu Bengkel
Berdasarkan Kepmenperin Nomor 551/MPP/Kep/10/1999, sistem mutu bengkel yang
diterapkan pada unit bengkel sekurang-kurangnya dapat memenuhi beberapa
persyaratan sistem mutu, yang antara lain adalah :
- Menjamin identifikasi dan mampu telusur produk (jasa perawatan dan/atau
perbaikan kendaraan bermotor);
- Menjamin transparansi operasional bengkel;
- Menjamin konsistensi kualitas hasil perawatan dan perbaikan bengkel.
Bengkel umum harus memiliki pedoman bengkel yang sekurang-kurangnya
mencantumkan tanggung jawab manajemen, perencanaan sistem mutu, dan produk
mutu bengkel, yang terdiri dari :
g. Prosedur penerimaan order;
h. Prosedur proses pengerjaan perawatan dan perbaikan;
i. Prosedur proses inspeksi/pemeriksaan;
j. Prosedur proses penyerahan;
k. Prosedur suku cadang;
l. Prosedur standar biaya/jam kerja;
m. Prosedur keselamatan kerja;
n. Prosedur pelatihan; dan
o. Prosedur penanganan limbah bengkel.
3. Fasilitas dan Peralatan Bengkel
Berdasarkan Kepmenperin Nomor 551/MPP/Kep/10/1999, dijelaskan pula terkait
dengan fasilitas dan peralatan bengkel yang perlu tersedia di bengkel umum. Bengkel
kendaraan bermotor roda empat atau lebih dan bengkel kendaraan roda dua sekurang-
kurangnya harus memiliki fasilitas yang terdiri dari :
a. Fasilitas umum;
b. Fasilitas penyimpanan;
c. Fasilitas keselamatan; dan \
d. Fasilitas penampung limbah.
Sedangkan untuk keperluan pelayanan terhadap kendaraan, bengkel umum tentunya
haruis memilki stall perbaikan yang disesuaikan dengan tipe bengkel. Batasan
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 25
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
minimum ketersediaan stall perbaikan berdasarkan tipe bengkelnya dapat dilihat dalam
tabel berikut,
Tabel 2.5 Minimum Ketersediaan Stall Perbaikan Bengkel Umum berdasarkan Tipenya
Tipe Bengkel Ketersediaan Stall Minimum
Bengkel kendaraan Rodaempat atau lebih
Tipe A
1.Stall pemeriksaan/diagnosa2.Stall perbaikan dan perawatan3.Stall perbaikan chasis dan bodi4.Stall pengecatan5.Stall pelumasan6.Jalur keluar masuk pada area stall7.Ruang perbaikan motor penggerak
Bengkel kendaraan Rodaempat atau lebih
Tipe B1
1. Stall pemeriksaan/diagnosa2. Stall perbaikan dan perawatan3. Stall perbaikan chasis dan bodi4. Stall pengecatan5. Stall pelumasan6. Jalur keluar masuk pada area stall7. Ruang perbaikan motor penggerak
Bengkel kendaraan Rodaempat atau lebih
Tipe B2
1. Stall pemeriksaan/diagnosa2. Stall perbaikan dan perawatan3. Stall perbaikan chasis dan bodi4. Stall pengecatan5. Stall pelumasan6. Jalur keluar masuk pada area stall7. Ruang perbaikan motor penggerak
Bengkel kendaraan Rodaempat atau lebih
Tipe C
1. Stall pemeriksaan/diagnosa2. Stall perbaikan dan perawatan3. Stall perbaikan chasis dan bodi4. Stall pengecatan5. Stall pelumasan6. Jalur keluar masuk pada area stall7. Ruang perbaikan motor penggerak
Bengkel Kendaraan Roda 2
1. Stall pemeriksaan/diagnosa2. Stall perbaikan dan perawatan3. Stall perbaikan chasis dan bodi4. Stall pengecatan5. Stall pelumasan6. Jalur keluar masuk pada area stall7. Ruang perbaikan motor penggerak
Sumber : Kepmenperin Nomor 551/MPP/Kep/10/1999
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 26
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
Sedangkan untuk ketersediaan peralatan bengkel, untuk tiap-tiap tibe bengkel baik
bengkel kendaraan roda empat maupun kendaraan roda dua dapat dilihat dalam tabel
berikut ini,
Tabel 2.6 Minimum Ketersediaan Peralatan Bengkel Umum berdasarkan Tipenya
Tipe Bengkel Ketersediaan Peralatan Bengkel Minimum
Bengkel kendaraan Rodaempat atau lebih
Tipe A
1. Kelompok peralatan perawatan/ perbaikanumum
2. Kelompok peralatan air service3. Kelompok peralatan hand tools4. Kelompok peralatan pembangkit listrik5. Kelompok peralatan diagnosa kendaraan6. Kelompok peralatan pengangkat7. Kelompok peralatan pelumas8. Kelompok peralatan perbaikan ban/roda9. Kelompok peralatan pencuci kendaraan10. Kelompok peralatan tune up engine11. Kelompok peralatan overhaul engine12. Kelompok peralatan spesial untuk diagnosa
kendaraan13. Kelompok peralatan spesial untuk
perawatan/perbaikan kopling14. Kelompok peralatan spesial untuk
perawatan/perbaikan sistem pengereman15. Kelompok peralatan spesial untuk
perawatan/perbaikan suspensi dan porospenggerak
16. Kelompok peralatan spesial untukperawatan/perbaikan sistem kemudi
17. Kelompok peralatan spesial untukperawatan/perbaikan sistem bahan bakar
18. Kelompok peralatan spesial untukperawatan/perbaikan sistem pelumasan
19. Kelompok peralatan spesial untukperawatan/perbaikan transmisi
20. Kelompok peralatan perbaikan bodi
Bengkel kendaraan Rodaempat atau lebih
Tipe B1
1. Kelompok peralatan perawatan/ perbaikanumum
2. Kelompok peralatan air service3. Kelompok peralatan hand tools
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 27
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
Tipe Bengkel Ketersediaan Peralatan Bengkel Minimum4. Kelompok peralatan pembangkit listrik5. Kelompok peralatan diagnosa kendaraan6. Kelompok peralatan pengangkat7. Kelompok peralatan pelumas8. Kelompok peralatan perbaikan ban/roda9. Kelompok peralatan pencuci kendaraan10. Kelompok peralatan tune up engine11. Kelompok peralatan overhaul engine12. Kelompok peralatan spesial untuk diagnosa
kendaraan13. Kelompok peralatan spesial untuk
perawatan/perbaikan kopling14. Kelompok peralatan spesial untuk
perawatan/perbaikan sistem pengereman15. Kelompok peralatan spesial untuk
perawatan/perbaikan suspensi dan porospenggerak
16. Kelompok peralatan spesial untukperawatan/perbaikan sistem kemudi
17. Kelompok peralatan spesial untukperawatan/perbaikan sistem bahan bakar
18. Kelompok peralatan spesial untukperawatan/perbaikan sistem pelumasan
19. Kelompok peralatan spesial untukperawatan/perbaikan transmisi
20. Kelompok peralatan perbaikan bodi
Bengkel kendaraan Rodaempat atau lebih
Tipe B2
1. Kelompok peralatan perawatan/ perbaikanumum
2. Kelompok peralatan air service3. Kelompok peralatan hand tools4. Kelompok peralatan pembangkit listrik5. Kelompok peralatan diagnosa kendaraan6. Kelompok peralatan pengangkat7. Kelompok peralatan pelumas8. Kelompok peralatan perbaikan ban/roda9. Kelompok peralatan pencuci kendaraan10. Kelompok peralatan tune up engine
Bengkel kendaraan Rodaempat atau lebih
Tipe C
1. Kelompok peralatan perawatan/ perbaikanumum
2. Kelompok peralatan air service3. Kelompok peralatan hand tools4. Kelompok peralatan pembangkit listrik
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 28
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
Tipe Bengkel Ketersediaan Peralatan Bengkel Minimum5. Kelompok peralatan diagnosa kendaraan6. Kelompok peralatan pengangkat7. Kelompok peralatan pelumas8. Kelompok peralatan perbaikan ban/roda9. Kelompok peralatan pencuci kendaraan10. Kelompok peralatan tune up engine
Bengkel Kendaraan Roda 2
1. Kelompok peralatan perawatan/ perbaikanumum
2. Kelompok peralatan hand tools3. Kelompok peralatan air service4. Kelompok peralatan pelumas5. Kelompok peralatan perbaikan ban/roda6. Kelompok peralatan tune up engine7. Kelompok peralatan overhaul engine8. Kelompok peralatan pencuci kendaraan9. Kelompok peralatan spesial untuk
perawatan/perbaikan engine10. Kelompok peralatan spesial untuk
perawatan/perbaikan frame bodi11. Kelompok peralatan spesial untuk
perawatan/perbaikan sistem kemudi12. Kelompok peralatan spesial untuk
perawatan/perbaikan rodaSumber : Kepmenperin Nomor 551/MPP/Kep/10/1999
F. Standar Bangunan Negara
Terkait dengan standar pembangunan bagi gedung negara, Pemeirntah telah
menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 73 tahun 2011 tentang Pembangunan Bangunan
Gedung Negara. Secara teknis terkait dengan standar pembangunan gedung negara
dijelaskan dalam Kepmenkimpraswil Nomor : 322/KPTS/M/2002 tentang pedoman
teknis Pembangunan Gedung Negara.
1. Pembangunan Gedung Negara berdasarkan Perpres 73/2011
Berdasarkan Pasal 1 Perpres 73/2011 yang dimaksud dengan bangunan gedung negara
adalah bangunan gedung untuk keperluan dinas yang menjadi barang milik
negara/daerah dan diadakan dengan sumber pembiayaan yang berasal dari dana APBN,
dan/atau APBD, atau perolehan lainnya yang sah. Pembangunan bangunan gedung
negara adalah kegiatan mendirikan bangunan gedung negara yang diselenggarakan
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 29
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
melalui tahap perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, dan pengawasannya, baik
merupakan pembangunan baru, perawatan bangunan gedung, maupun perluasan
bangunan gedung yang sudah ada, dan/atau lanjutan pembangunan bangunan gedung.
Persyaratan pembangunan bangunan gedung negara dijelaskan dalam Pasal 2 Perpres
73/2011 yang terdiri dari persyaratan administratif dan persyaratan teknis. Persyaratan
administratif bangunan gedung negara meliputi persyaratan status hak atas tanah
dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah; status kepemilikan bangunan
gedung; dan izin mendirikan bangunan gedung, termasuk dokumen analisis dampak
lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain persyaratan
administratif tersebut, bangunan gedung negara juga harus dilengkapi dengan:
a. dokumen pendanaan;
b. dokumen perencanaan;
c. dokumen pembangunan; dan
d. dokumen pendaftaran.
Sedangkan persyaratan teknis pembangunan bangunan gedung negara meliputi tata
bangunan; dan keandalan bangunan. Selain persyaratan teknis bangunan gedung negara
Secara teknis juga harus memenuhi ketentuan antara lain klasifikasi; standar luas; dan
standar jumlah lantai.
Terkait dengan klasifikasi bangunan gedung negara yang menjadi bagian dari
persyaratan teknis pembangunan bangunan gedung negara, didasarkan pada
kompleksitas bangunan gedung. Klasifikasi bangunan gedung negara tersebut meliputi
bangunan sederhana, bangunan tidak sederhana, dan bangunan khusus. Penjelasan
terkait dengan jenis-jenis klasifikasi bangunan gedung tersebut adalah :
a. Bangunan sederhana merupakan bangunan gedung negara dengan teknologi dan
spesifikasi sederhana.
b. Bangunan tidak sederhana merupakan bangunan gedung negara dengan teknologi
dan spesifikasi tidak sederhana.
c. Bangunan khusus merupakan bangunan gedung negara dengan fungsi, teknologi,
dan spesifikasi khusus.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 30
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
Terkait dengan standar luas bangunan gedung negara sebagai salah satu syarat teknis,
dikelompokkan menjadi standar luas gedung kantor; standar luas rumah negara; dan
standar luas bangunan gedung negara lainnya. Standar luas ruang gedung kantor rata-
rata 10 (sepuluh) meter persegi per personel. Bangunan gedung kantor yang
memerlukan ruang pelayanan, luasnya dihitung secara tersendiri berdasarkan analisis
kebutuhan ruang di luar standar luas.
Sedangkan standar luas rumah negara beserta standar luas tanahnya ditetapkan sesuai
dengan tipe rumah negara yang didasarkan pada tingkat jabatan dan golongan
kepangkatan penghuni. Sedangkan terkait dengan standar jumlah lantai bangunan
gedung negara disyaratkan bahwa jumlah lantai bangunan gedung negara ditetapkan
paling banyak 8 (delapan) lantai. Selain itu jumlah lantai rumah negara yang tidak
berupa rumah susun ditetapkan paling banyak 2 (dua) lantai. Bangunan gedung negara
yang dibangun lebih dari 8 (delapan) lantai harus mendapat persetujuan terlebih dahulu
dari Menteri.
2. Pembangunan Gedung Negara berdasarkan Kepmenkimpraswil 332/2002
Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara yang disampaikan melalui
Kepmenkimpraswil 332/2002 ini dimaksudkan sebagai petunjuk pelaksanaan bagi para
penyelenggara dalam melaksanakan pembangunan bangunan gedung negara. Pedoman
Teknis Bangunan Gedung Negara ini bertujuan terwujudnya bangunan gedung negara
sesuai dengan fungsinya, memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kemudahan,
kenyamanan, efisien dalam penggunaan sumber daya, dan serasi dengan
lingkungannya, serta diselenggarakan secara tertib, efektif dan efisien.
Bangunan Gedung Negara adalah bangunan gedung untuk keperluan dinas yang
menjadi/akan menjadi kekayaan milik negara dan diadakan dengan sumber pembiayaan
yang berasal dari dana APBN, dan/atau APBD, dan/atau sumber pembiayaan lainnya,
antara lain seperti: gedung kantor, gedung sekolah, gedung rumah sakit, gudang, dan
rumah negara, yang dapat dibedakan atas:
a. Bangunan Gedung Negara Pusat, yaitu bangunan gedung untuk keperluan dinas
pelaksanaan tugas Pusat/nasional;
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 31
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
b. Bangunan Gedung Negara Provinsi, yaitu bangunan gedung untuk keperluan dinas
pelaksanaan tugas otonomi Provinsi;
c. Bangunan Gedung Negara Kabupaten/Kota, yaitu bangunan gedung untuk
keperluan dinas pelaksanaan tugas otonomi Kabupaten/Kota;
d. Bangunan Gedung Negara BUMN/BUMD, yaitu bangunan gedung untuk keperluan
dinas pelaksanaan tugas BUMN/BUMD.
2.1. Klasifikasi Bangunan Gedung Negara
2.1.1. Bangunan Sederhana
Klasifikasi bangunan sederhana adalah bangunan gedung negara dengan karakter
sederhana serta memiliki kompleksitas dan teknologi sederhana, atau bangunan gedung
negara yang sudah ada disain
prototipenya. Masa penjaminan kegagalan bangunannya adalah selama 10 (sepuluh)
tahun.
Yang termasuk klasifikasi Bangunan Sederhana, antara lain:
gedung kantor yang sudah ada disain prototipenya, atau bangunan gedung
kantor dengan jumlah lantai s.d. 2 lantai dengan luas sampai dengan 500 m2;
bangunan rumah dinas tipe C, D, dan E yang tidak bertingkat;
gedung pelayanan kesehatan: puskesmas;
gedung pendidikan tingkat dasar dan/atau lanjutan dengan jumlah lantai s.d. 2
lantai.
2.1.2. Bangunan Tidak Sederhana
Klasifikasi bangunan tidak sederhana adalah bangunan gedung negara dengan karakter
tidak sederhana serta memiliki kompleksitas dan atau teknologi tidak sederhana. Masa
penjaminan kegagalan bangunannya adalah selama 10 (sepuluh) tahun. Yang termasuk
klasifikasi Bangunan Tidak Sederhana, antara lain:
gedung kantor yang belum ada disain prototipenya, atau gedung kantor dengan
luas di atas dari 500 m2, atau gedung kantor bertingkat di atas 2 lantai.
bangunan rumah dinas tipe A dan B; atau rumah dinas C, D, dan E yang
bertingkat,
gedung Rumah Sakit Klas A, B, C, dan D.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 32
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
gedung pendidikan tinggi universitas/akademi; atau gedung pendidikan
dasar/lanjutan bertingkat di atas 2 lantai.
2.1.3. Bangunan Khusus
Klasifikasi bangunan khusus adalah bangunan gedung negara yang memiliki
penggunaan dan persyaratan khusus, yang dalam perencanaan dan pelaksanaannya
memerlukan penyelesaian/
teknologi khusus. Masa penjaminan kegagalan bangunannya minimum adalah 10
(sepuluh) tahun.
Yang termasuk klasifikasi Bangunan Khusus, antara lain:
Istana negara dan rumah jabatan presiden & wakil presiden
wisma negara
gedung instalasi nuklir
gedung laboratorium
gedung terminal udara/laut/darat
stasiun kereta api
stadion olah raga
rumah tahanan
gudang benda berbahaya
gedung bersifat monumental
gedung untuk pertahanan
gedung kantor perwakilan negara R.I. di luar negeri.
2.2. Standar Luas Bangunan Gedung Negara
Dalam menghitung luas ruang bangunan gedung kantor yang diperlukan, dihitung
berdasarkan ketentuan sebagai berikut:
a. Standar luas ruang gedung kantor pemerintah yang termasuk klasifikasi tidak
sederhana rata-rata sebesar 9,6 m2 per-personil.
b. Standar luas ruang gedung kantor pemerintah yang termasuk klasifikasi sederhana
rata-rata sebesar 8 m2 per-personil. Kebutuhan total luas gedung kantor dihitung
berdasarkan jumlah personil yang akan ditampung dikalikan standar luas sesuai
dengan klasifikasi bangunannya. Untuk bangunan gedung kantor yang memerlukan
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 33
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
ruang-ruang khusus atau ruang pelayanan masyarakat, kebutuhannya dihitung
secara tersendiri di luar luas ruangan untuk seluruh personil yang akan ditampung.
Standar Luas Ruang Kerja Kantor Pemerintah tercantum pada Tabel 2.3.
Standar luas Rumah Negara ditentukan sesuai dengan tipe peruntukannya, sebagai
berikut:
Tabel 2.3 Standar Luas Rumah Negara
Tipe Luas Bangunan Luas Lahan
Khusus 400 m2 1.000 m2
A 250 m2 600 m2
B 120 m2 350 m2
C 70 m2 200 m2
D 50 m2 120 m2
E 36 m2 100 m2
Jenis dan jumlah ruang minimum yang harus ditampung dalam tiap Tipe Rumah
Negara, sesuai dengan yang tercantum dalam Tabel D. Luas teras beratap dihitung
50%, sedangkan luas teras tidak beratap dihitung 30%. Luas lahan disesuaikan dengan
kondisi daerah/ketentuan yang diatur dalam RTRW yang dituangkan dalam Peraturan
Daerah.
2.3. Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Negara
Secara umum, persyaratan teknis bangunan gedung negara mengikuti ketentuan dalam:
1) Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 441/KPTS/1998 tentang
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung,
2) Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 468/KPTS/1998 tentang
Persyaratan Teknis Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan,
3) Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No. 10/KPTS/2000 tentang
Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan
Gedung dan Lingkungan,
4) Peraturan Daerah setempat tentang Bangunan Gedung, serta
5) Standar teknis lainnya yang berlaku.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 34
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
Persyaratan teknis Bangunan Gedung Negara harus tertuang secara lengkap dan jelas
ada Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) dalam Dokumen Perencanaan. Persyaratan
tata bangunan dan lingkungan bangunan gedung negara meliputi ketentuan-ketentuan
yang harus dipenuhi dalam pembangunan bangunan gedung negara dari segi tata
bangunan dan lingkungannya, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota atau Peraturan Daerah tentang Bangunan
Gedung Kabupaten/Kota yang bersangkutan, yaitu:
a. Peruntukan Lokasi
Setiap Bangunan gedung negara harus diselenggarakan sesuai dengan peruntukan
lokasi yang diatur dalam RTRW Kabupaten/Kota tempat dimana bangunan gedung
negara tersebut akan direncanakan untuk dibangun.
b. Jarak antar blok/massa bangunan
Sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah setempat tentang Bangunan
Gedung, maka jarak antar blok/masa bangunan harus mempertimbangkan-kan hal-hal
seperti:
1) Keselamatan terhadap bahaya kebakaran,
2) Kesehatan, termasuk sirkulasi udara dan pencahayaan,
3) Kenyamanan,
4) Keselarasan dan keseimbangan dengan lingkungan.
c. Ketinggian bangunan
Ketinggian bangunan gedung negara, sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan
Daerah setempat tentang ketinggian maksimum bangunan pada lokasi, maksimum
adalah 8 lantai. Untuk bangunan gedung negara yang akan dibangun lebih dari 8 lantai,
harus mendapat persetujuan dari :
1) Menteri Keuangan dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/Ketua Bappenas setelah memperoleh pendapat teknis dari Menteri
Permukiman dan Prasarana Wilayah, untuk bangunan gedung negara yang
pembiayaannya bersumber dari APBN;
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 35
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
2) Gubernur, setelah memperoleh pendapat teknis dari Instansi Teknis setempat,
untuk bangunan gedung negara yang pembiayaannya bersumber pada APBD
Provinsi;
3) Bupati/Walikota, setelah memperoleh pendapat teknis dari Instansi Teknis
setempat, untuk bangunan gedung negara yang pembiayaannya bersumber pada
APBD Kabupaten/Kota.
d. Ketinggian langit-langit
Ketinggian langit-langit bangunan gedung kantor minimum adalah 2,80 meter dihitung
dari permukaan lantai. Untuk bangunan gedung olah-raga, ruang pertemuan, dan
bangunan lainnya dengan fungsi yang memerlukan ketinggian langit-langit khusus, agar
mengikuti Standar Nasional Indonesia yang berlaku.
e. Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
Ketentuan besarnya Koefisien Dasar Bangunan (KDB) mengikuti ketentuan yang diatur
dalam Peraturan Daerah setempat tentang Bangunan Gedung untuk lokasi yang
bersangkutan.
f. Koefisien Lantai bangunan (KLB)
Ketentuan besarnya Koefisien Lantai Bangunan (KLB) mengikuti ketentuan yang
diatur dalam Peraturan Daerah setempat tentang Bangunan Gedung untuk lokasi yang
bersangkutan.
g. Koefisien Daerah Hijau (KDH)
Perbandingan antara luas seluruh daerah hijau dengan luas persil bangunan gedung
negara, sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah Setempat tentang
bangunan, harus diperhitungkan dengan mempertimbangkan:
1) daerah resapan air
2) ruang terbuka hijau
Untuk bangunan gedung yang mempunyai KDB kurang dari 40%, harus mempunyai
KDH minimum sebesar 15%.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 36
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
h. Garis Sempadan Bangunan
Ketentuan besarnya garis sempadan, baik garis sempadan pagar maupun garis
sempadan bangunan harus mengikuti ketentuan yang diatur dalam Peraturan Daerah
setempat tentang Bangunan Gedung untuk lokasi yang bersangkutan.
i. Wujud arsitektur
Wujud arsitektur bangunan gedung negara harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai
berikut:
1) mencerminkan fungsi sebagai bangunan gedung negara;
2) seimbang, serasi, dan selaras dengan lingkungannya;
3) indah namun tidak berlebihan;
4) efisien dalam penggunaan sumber daya dalam pemanfaatan dan pemeliharaannya;
5) memenuhi tuntutan sosial budaya setempat;
6) pelestarian bangunan bersejarah.
j. Kelengkapan Sarana dan Prasarana Lingkungan Bangunan
Bangunan gedung negara harus dilengkapi dengan prasarana dan sarana bangunan yang
memadai, dengan biaya pembangunannya diperhitungkan sebagai pekerjaan non-
standar. Prasarana dan sarana bangunan yang harus ada pada bangunan gedung negara,
seperti:
a. Sarana parkir kendaraan;
b. Sarana untuk penyandang cacat;
c. Sarana penyediaan air bersih;
d. Sarana drainase, limbah, dan sampah;
e. Sarana ruang terbuka hijau;
f. Sarana hidran kebakaran halaman;
g. Sarana penerangan halaman;
h. Sarana jalan masuk dan keluar.
k. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dan Asuransi
Setiap pembangunan bangunan gedung negara harus memenuhi persyaratan K3, sesuai
yang ditetapkan dalam Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor: Kep.174/MEN/1986 dan 104/KPTS/1986 tentang
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 37
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi, dan atau
peraturan penggantinya.
G. Kajian Literatur terkait Dengan Standar Fasilitas Bangunan
Standar fasilitas bangunan yang umum digunakan di Indonesia untuk menentukan
klasifikasi fasilitas sesuai dengan kondisi bangunannya adalah literatur dari Ernst and
Peter Neufert dalam buku Architects’ Data. Secara umum literatur tersebut
menjelaskan standar minimum fasilitas tertentu bagi bangunan tertentu.
1. Standar Jalan
Ruang lalu lintas bagi kendaraan bermotor di sebuah lingkungan tentunya harus
bisa mengakomodir kebutuhan aksesibilas tipikal kendaraan yang akan melintas
baik kendaraan bermotor maupun kendaraan tidak bermotor maupun pejalan kaki.
Beberapa ketentuan lebar jalan bagi kendaraan bermotor, tidak bermotor dan
pejalan kaki dalam standar aturan bangunan, antara lain adalah :
- Standar bagi jalur sepeda minimum lebar adalah 1 meter, dan ketinggian
(clearance) 2,25 meter;
- Jalur Pejalan Kaki lebar minimum 0,75 meter, dan ketinggian (clearance) 2,25
meter
- Jalur mobil, lebar minimum 4 meter dan ketinggian minimum 4,5 meter,
dianjurkan 4,75 meter apabila dilewati mobil dengan ketinggian tidak umum;
Selain mengatur jalur kendaraan bermotor, tidak bermotor, dan pejalan kaki, aturan
bangunan ini menentukan pula jalur aman di sebelah jalur kendaraan bermotor.
Dengan kecepatan maksimum 70 km/jam ruang pengaman di samping jalur
kendaraan adalah selebar minimum 1,25 meter.
2. Standar Tangga dan Lift
2.1.Standar Bangunan Tangga
Peraturan/ketetapan untuk membuat tangga dalam pembangunan gedung berbeda-
beda. Salah satunya adalah aturan DIN 18065 yang menetapkan ukuran yang pasti
untuk membuat tangga. Untuk bangunan yang memiliki tinggi bangunan lebih dari
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 38
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
2 (dua) lantai ukuran luas tangga harus diatas 0,80 m, dengan tinggi 17/28. Menurut
aturan bangunan ukuran tangga yang direkomendasikan adalah 1,00 meter dan
17/28.
Untuk pembuatan tangga untuk model theter atau sejenisnya tentunya memerlukan
perencanaan khusus tertentu. Tingkat datar tangga yang nyaman seperti tangga yang
bebas di taman terbuka/kebun serta untuk keperluan model theater maka perlu
diperhitungkan pembangunan sisipan tangga podium di antara tiap tingkat dengan
ukuran yang lebih kecil. Sehingga terdapat tangga yang dapat dinaiki.
Sedangkan pembuatan tangga untuk jalur darurat di gedung, atau tangga untuk pintu
sambing harus dibuat lebih leluasa untuk memungkinkan orang lebih cepat bergerak
ketika dalam keadaan darurat. Tangga bangunan memiliki bentuk yang berbeda-
beda, tentunya bagi penggunanya memerlukan energi yang lebih untuk naik
maupun menuruni tangga. Standar tangga dalam aturan bangunan gedung dapat
dilihat dalam tabel berikut,
Tabel 2.8 Ketentuan Tangga dalam Aturan Bangunan GedungJenisBangunan
Jenis Tangga Lebar tanggaminimumyangdigunakan(cm)
Tanjakantangga(cm)
Perbandingantanjakan tanggadengan garisjalan
Bangunandengan lantaitidak lebihdari 2
TidakMemerlukantanggamenurut aturanbangunan
Tanggayangmenuju keruangumum
Tanggayang tidakmenujuruangumum
≥ 80
≥ 80
≥ 17 ± 3
≤ 21
28 ± 9
≥ 21
Menurut aturan bangunantidak perlu tangga tambahan(DIN 18064/11/79)
≥ 50 ≤ 21 ≥ 21
Bangunan yang tidak memerlukan tanggatambahan didalam ruang tertutup menurutaturan bangunan.
≥ 50 Tidak ditetapkan
Bangunanlebih dari 2lantai
Memerlukan tangga dalamaturan bangunan DIN18064/11/75
≥ 100 ≤ 21 ≥ 21
Sumber : Architects’ Data, Ernst and Peter Neufert, 1996.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 39
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
2.2.Standar Bangunan Lift
Akses vertikal pada sebuah gedung yang terdiri dari beberapa lantai dapat dialihkan
dengan menggunakan instalasi lift. Biasanya untuk perencanaan instalasi lift ini
dikerjakan oleh arsitek yang ahli dalam bidangnya. Pada gedungyang bersar dan
bertingkat, penempatan lift pada tengah-tengah bangunan sangat cocok terutama di
bagian akses utama bangunan dan pad apersilangan akses bangunan. Sesuai
kegunaannya, lift terbagi menjadi 2 jenis yaitu lift barang dan orang, dan dalam
aplikasinya tentunya lift barang harus dipisahkan dengan lift untuk orang.
Namun dari kedua jenis lift tersebut konstruksinya tidak berbeda, hanya saja dalam
beberapa kasus lift barang tentunya memiliki kapasitas dan ukuran yang lebih besar
daripada lift orang. Lift untuk mengangkut orang pada bangunan tertentu
diklasifikasikan berdasarkan daya tampungnya sebagai berikut :
a. Lift kecil, dengan kapasitas 400 kg, digunakan untuk orang beserta barang
bawaannya;
b. Lift sedang, dengan kapasitas 630 kg, dapat digunakan untuk orang beserta
barang bawaannya, kereta bayi, dan kursi roda;
c. Lift besar, dengan kapasitas 1000 kg, digunakan untuk transportasi alat
pengusung orang sakit, peralatan dan kursi roda untuk orang cacat.
Selain kebutuhan ruangan lift, dalam mebangun lift perlu diperhitungkan pula luas
ruang di depan pintu masuk yang harus memiliki luas dan bentuk tertentu, serta
memenuhi beberapa persyaratan antara lain
- Ruangan di depan lift harus memberikan ruang bagi pemakai lift yang naik dan
turun dengan barang bawaannya
- Ruangan di depan lift harus dapat memberikan ruang bai barang-barang besar
yang dibawa seperti pengusung orang sakit, sehingga dapat memberikan
kelancaran dalam mengeluarkan dan memasukkan barang besar dan tentu tidak
mengganggu akses umum pengguna lift maupun pengguna gedung.
Standar ukuran dan kapasitas lift pengangkut orang maupun barang, serta
spesifikasi lainnya yang mendukung dapat dilihat dalam tabel berikut,
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 40
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
Tabel 2.9 Ukuran konstruksi bangunan, ukuran kotak, dan pintu lift
Kapasitas/muatan (kg) 400 630 1.000Kecepatan mesin (m/s) 0,63 1,00 1,60 0,63 1,00 1,60 2,50 0,63 1,00 1,60 2,50
Rua
ng L
ift
Lebar ruangan tempatlift minimal (mm)
1800 1800 1800
Dalam bagian atas liftminimal (mm)
1500 2100 2600
Dalam bagian bawah liftminimal (mm)
1500 1500 1700 1400 1500 1700 2800 1400 1500 1700 2800
Tinggi bagian utamaruang tempat lift (mm)
3700 3800 4000 3700 3800 4000 5000 3700 3800 4000 5000
Pint
u
Lebar pintu ruang tempatlift bagian dalam (mm)
800 800 800
Tempat pintu ruangtempat lift (mm)
2000 2000 2000
Rua
ng tr
ansm
isi
Luas minimal ruangtransmisi (mm)
8 10 10 12 14 12 14 15
Lebar minimal transmisi(m2)
2400 2400 2700 2700 3000 2700 2700 3000
Dalam minimal transmisi(mm)
3200 3200 3700 3700 3700 4200 4200 4200
Tinggi minimal transmisi(mm)
2000 2200 2000 2200 2600 2000 2200 2600
Kot
ak L
ift
Lebar kotak lift bagiandalam (mm)
1100 1100 1100
Dalam kotak lift bagiandalam (mm)
950 1400 2100
Tinggi kotak lift baguandalam (mm)
2200 2200 2200
Lebar pintu masuk kotaklift bagian dalam (mm)
700700
800800
800800
Tinggi pintu masukkotak lift bagian dalam(mm)
20002000
20002000
200
Jumlah muatan untuk orang 5 8 13
Sumber : Architects’ Data, Ernst and Peter Neufert, 2002.
3. Standar Pendingin Ruangan Umum
Alat pendingin ruangan diperhitungkan memiliki pakasitas yang lebih besar
daripada kebutuhan suhu dinginnya berdasarkan persediaan dan faktor
kepastiannya. Waktu kerja dalam satu ruangan diperkirakan antara 16 hingga 20
jam per hari, untuk kasus tertentu dapat lebih singkat ataupun lebih lama. Untuk
pendinginan ruangan kecil dengan suhu kurang lebih 2oC hingga 4oC dan
pergantian barang atau keluar masuk orang sebesar 50 kg/m2 per hari maka dapat
digunakan acuan kebutuhan suhu dingin dan output instalasi pendingin yang
diperlukan seperti yang disampaikan dalam tabel berikut,
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 41
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
Tabel 2.10 Aturan Pendingin Ruangan Umum
Luas Lahan
(m2)
Kebutuhan suhu dingin
(KJ/hari)
Output Instalasi
pendingn (Watt)
5 50.000 870
10 82.000 1.400
15 111.300 1.900
20 138.600 2.400
25 163.800 2.850
30 187.000 3.250
Sumber : Architects’ Data, Ernst and Peter Neufert, 2002.
4. Standar Ruang Sanitasi
Standar ruang sanitasi yang mencakup standar bagi kamar mandi dan WC, dalam Data
Arsitek mengatur terkait dengan perlengkapan ruang sanitasi. Standar ruang sanitasi
memberikan acuan bagi dimensi perlengkapan ruang sanitasi, dan standar
penempatannya. Secara detail standar bagi perencanaan ruang sanitasi dapat dilihat
dalam Tabel 2.10 berikut,
Tabel 2.11 Kebutuhan perlengkapan ruang sanitasi
Perlengkapan Ruang SanitasiBidang Tempat
Panjang (cm) Tinggi (cm)Washtafel tangan dan washtafel cucianduduk1. Meja toilet tunggal2. Meja toilet ganda3. Meja toilet yang terpasang dengan satu
washtafel dan lemari bawah4. Meja toilet yang terpasang dengan dua
washtafel dan lemari bawah5. Washtafel tangan6. Washtafel duduk (bidet) di atas lantai atau
tergantung di dinding
> 60> 120> 70
> 140
> 5040
> 55> 55> 60
> 60
>4060
Bak-bak1. Bak mandi2. Bak pancuran
> 170> 80
> 75> 90
WC dan tempat buang air kecil
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 42
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
Tabel 2.11 Kebutuhan perlengkapan ruang sanitasi
Perlengkapan Ruang SanitasiBidang Tempat
Panjang (cm) Tinggi (cm)1. WC terpasang di dinding atau alat mencuci
yang bertekanan2. WC tanpa kotak pencuci (dengan kotak
pencuci yang terpasang di dinding)3. Tempat buang air kecil
40
40
40
75
60
40Sumber : Architect’s Data, 2002.
5. Standar Parkir Kendaraan
Ruang parkir merupakan salah satu kebutuhan penunjang dalam pelayanan umum
seperti terminal, fasilitas pengujian kendaraan, maupun bengkel kendaraan. Dalam
Architect’s Data dijelaskan secara umum tentang spesifikasi teknis ruang parkir.
Dalam standar tersebut dijelaskan bahwa ruang parkir biasanya dibatasi oleh garis
berwarna kuning atau putih dengan ketebalan 12 hingga 20 mm. Selain itu untuk
parkir yang menghadap tembok, garis parkir biasanya berjarak 1 meter sebelum
tembok agar kendaraan tidak bersentuhan dengan tembok.
Gambar 2.1 Dimensi Kendaraan secara Umum
Sumber : Architect’s Data, 2002
Untuk menunjang keamanan dalam parkir, khususnya agar tidak terjadi
persinggungan antara kendaraan maupun dengan tembok, diperlukan penahan
kendaraan yang membatasi jarak kendaraan parkir dan ditempatkan di lantai parkir,
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 43
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
biasanya penahan kendaraan tersebut berukuran panjang 50 hingga 60 cm, lebar 20
cm, dan ketinggian 10 cm.
Gambar 2.2. Ruang Bebas Parkir antar Kendaraan
Sumber : Architect’s Data, 2002
Selain itu untuk parkir dengan jumlah ruang parkir yang banyak dan parkir
menghadap tembok, diperlukan ruang kosong untuk memberikan jarak antar
kendaraan. Ruang parkir kendaraan secara umum memiliki panjang sekitar 5 meter
dan lebar minimal 2,3 meter, namun untuk parkir khusus kendaraan penyandang
cacat memiliki lebar minimal 3,5 meter.
Parkir Paralel jalur 1 arah Parkir miring 30o
jalur 1 arah
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 44
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
Parkir miring 45o
jalur 1 arahParkir miring 60o
jalur 1 arah
Parkir miring 90o jalur 2 arahdengan lebar 2,3 m
Parkir miring 90o jalur 2 arahdengan lebar 2,5 m
Gambar 2.3 Bentuk Susunan Parkir Kendaraan
Sumber : Architect’s Data, 2002
6. Standar Terminal Bus
Data Architect’s juga mengatur terkait dengan standar dimensi terminal bus, meskipun
tidak terlalu detail namun cukup mengatur bagi jalur bus, pemberhentian bus, dan
dijelaskan dengan gambar-gambar contoh layout terminal bus. Untuk aturan bagi
pemberhentian bus, dibagi kedalam 3 jenis bus yaitu bus biasa, bus tingkat, dan bus
gandengan seperti yang dijelaskan dalam gambar berikut,
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 45
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
Bus Biasa
Bus Tingkat
Bus Gandengan
Gambar 2.4 Jenis-jenis Bus
Sumber : Architect’s Data, 2002
Perhentian bus, baik perhentian bus di jalan raya maupun perhentian bus di terminal
tentunya memerlukan ruang henti yang cukup yang tidak mengganggu lalu lintas dan
juga memberikan keleluasaan bagi bus untuk berhenti dan bagi penumpang yang akan
menggunakan bus. Titik perhentian bus, untuk memudahkan penumpang, perlu
disediakan ramp yang memiliki beda ketinggian dengan halte setinggi 30 hingga 40 cm,
agar penumpang yang akan naik dapat lebih mudah. Sedangkan untuk lebar ramp henti
bus dan lengkungan ramp untuk tiap-tiap jenis bus dijelaskan dalam gambar berikut
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 46
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
Jenis Bus I L L’Bus Biasa 12.00 40.50 47.62 (49.05)Bus Tingkat 25.00 52.50 60.62 (62.05)Bus Gandengan 18.00 46.50 53.62 (55.05)
Gambar 2.5 Ilustrasi Dimensi Perhentian Bus
Sumber : Architect’s Data, 2002
Untuk standar ukuran parkir bus tentunya menyesuaikan dengan dimensi bus dan jarak
antara parkir bus harus mengakomodir kebutuhan naik tutun penumpang dan bongkar
muat bagasi bus. Posisi parkir bus dapat mennggunakan 3 (tiga) posisi parkir, yaitu
parkir paralel, parkir dengan kemiringan 45o dan parkir dengan kemiringan 90o. Standar
bagi parkir bus di terminal dijelaskan dalam tabel berikut.
Tabel 2.12 Standar Ukuran Parkir Bus
Posisi Parkir paralel Dengan kemiringan 45o Dengan kemiringan 90o
Panjang parkir 32 m 12 m 24 m 12 m 24 mJenis Bus yangdiparkir
1 busgandenganatau 2 bus
biasa
1 bus biasa 1 busgandenganatau 2 bus
biasa
1 bus biasa 1 busgandenganatau 2 bus
biasaLebar ruangparkir
3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
Lebar lajurkedatangan
4,0 8,0 8,0 14 14
Luasan areaparkir :- Per bus- Bus gandeng
88175
135 89178
140 91182
Sumber : Architect’s Data, 2002
Naik/Turun PenumpangRuang Tunggu Penumpang
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 47
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
Berdasarkan keseuaian dengan posisi ruang tunggu terminal, parkir bus terbagi kedalam
2 (dua) jenis parkir, yang pertama parkir bus dengan ruang tunggu lurus dan dengan
ruang tunggu melingkar. Posisi parkir bus tersebut dapat dilihat dalam ilustrasi gambar
berikut ini.
A. Posisi Ruang Tunggu Lurus B. Posisi Ruang Runggu Melingkar
Gambar 2.6 Posisi Parkir bus berdasarkan Posisi Ruang Tunggu Terminal
Sumber : Architect’s Data, 2002
Terkait dengan standar layout terminal, data architect’s tidak memberikan arahan
standar baku secara keseluruhan layout, standar yang diberikan hanya terkait dengan
dimensi detail terutama terkait dengan jalur kedatanagn atau keberangkatan bus dan
jalur parkir bus di terminal. Namun untuk memberikan gambaran layout terminal,
architect’s data memberikan beberapa ilustrasi layout ideal bagi terminal yang dapat
dilihat dalam ilustrasi gambar-gambar berikut ini,
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 48
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
Perhentian dengan luasan
besar dengan area parkir
yang menyatu antara
kedatangan dan
keberangkatan
Perhentian dengan luasan
besar dengan area parkir
yang terpisah antara
kedatangan dan
keberangkatan
Perhentian ukuran kecil
atau perhentian transit
dengan area parkir yang
terpisah antara kedatangan
dan keberangkatan
Gambar 2.7 Ilustrasi Terminal Penumpang
Sumber : Architect’s Data, 2002
Sedangkan untuk fasilitas pelayanan terkait dengan bangunan terminal penumpang,
architect’s data tidak memberikan arahan yang detail terkait dimensi untuk tiap-tiap
fasilitasnya, hanya saja diberikan arahan terkait dengan kebutuhan minimal fasilitas
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 49
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
yang perlu disediakan bagi terminal penumpang yang antara lain terdiri dari
penyimpanan bagasi, ruang kantor, ruang tunggu, loket, ruang informasi, jalur keluar
masuk penumpang, dan utilitas lainnya. Secara ideal namun minimalis, architect’s data
memberikan gambaran ilustrasi bagi ruang terminal penumpang sebagai berikut,
Gambar 2.8 Ilustrasi Ruang Tunggu Temrinal Penumpang
Sumber : Architect’s Data, 2002
H. Standar Terminal Penumpang di Washington
Standar terminal di Washington diterbitkan pada tahun 2008 oleh Washington
Metropolitan Area Transport Authority (WMATA). Dalam standar terminal
penumpang tersebut, diatur mengenai standar fasilitas terminal yang menjadi acuan
dalam perencanaan terminal yang didalamnya mengatur fasilitas di dalam terminal
hingga akses menuju terminal, baik akses kendaraan maupun akses penumpang.
Dalam standar yang diterbitkan WMATA intinya standar terminal harus bisa
mengakomodir kebutuhan transit penumpang atau model transportasi antar moda yang
handal. Dari standar WMATA yang diterbitkan tersebut diharapkan dapat memberikan
manfaat yang antara lain terdiri dari :
- Meningkatkan akses dan kapasitas dari terminal menuju sistem perangkutan rel
metropolitan di Washington;
- Meningkatkan pelayanan bus penumpang, dan memperluas jaringan pelayanan
bus;
- Mengintegrasikan sistem rel metropolitan dengan sistem terminal;
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 50
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
- Menyediakan lebih banyak rute pelayanan bus, terutama bagi area yang belum
terjangkau.
Sedangkan dalam meningkatkan pelayanan bagi para penumpang bus standar WMATA
ini diutamakan untuk memberikan kenyamanan dan keamanan bagi calon penumpang
yang akan menuju terminal. Peningkatan kualitas pedestrian dan peningkatan fasilitas
penumpang lainnya menjadi fokus utama dalam meberikan pelayanan bagi penumpang.
Tujuan khusus dalam menngkatkan kualitas akses terhadap penumpang antara lain
adalah :
- Meningkatkan kualitas jalur pedestrian di terminal dengan kenyamanan dan
keamanan yang lebih baik;
- Meningkatkan level pelayanan yang lebih baik untuk fasilitas menuju halte
angkutan antarmoda;
- Mengakomodir kebutuhan peningkatan pertumbuhan jumlah penumpang di
masa yang akan datang;
- Menjadikan pelayanan terminal menjadi lebih baik, nyaman, dan aman.
Standar fasilitas pelayanan terminal yang ditetapkan oleh WMATA mengatur mulai
dari pedestrian, parkir kendaraan, parkir sepeda, pemberhentian bus, hingga jalan akses
menuju terminal. Beberapa standar tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut,
Tabel 2.13 Standar Fasilitas Terminal di Washington, AS
RefFasilitas
Fasilitas Standar
2.1.1 Lebar Jalur Pedestrian Minimum lebar 6 kaki dan tambahan 1 kaki 6inci dari tembok samping hingga batas jalan
2.1.1 Lebar Jalur pejalan menujubus dan lebar tempatmenunggu bus (Peron)
Jumlah Jalur Bus Min. Jalur Tunggu
1 6 kaki2 6 kaki3 8 kaki4 8 kaki5 10 kaki6 12 kaki
2.6.2 Tempat menurunkan danmenjemput penumpangdari kendaraan
Minimum lebar 6 kaki dan tambahan 1 kaki 6inci dari tembok samping hingga batas jalan
2.4.1 Lebar Jalur Sepeda Minimum 8 kaki2.4.2 Tempat penyimpanan
sepeda3 kaki 2 inci X 6 kaki
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 51
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
RefFasilitas
Fasilitas Standar
2.3.3 Penyeberangan orang Minimum lebar 6 kaki dan tambahan 1 kaki 6inci dari tembok samping hingga batas jalan
2.5.2 Lorong Bus 70 kaki dengan lorong bagi trotoar selebar 6kaki
2.5.1 Jalur Bus 15 kaki4.1.3 Selter Bus Minimum 6 kaki X 12 kaki per parkir bus2.6.2 Tempat Pick Up/Drop Off Mobil kecil : 8 kaki X 30 kaki
Shuttle Bus : 8 kaki X 25 kakiTaksi : 8 kaki X 22 kaki
2.6.3 Tempat Parkir di mukaterminal
Kendaraan dengan pengemudi :8 kaki X 30 kaki, dengan sudut parkir 45o
Parkir Singkat :8.5 kaki X 18 kaki dengan sudut parkir 90o
2.7 Tempat parkir di tamanparkir
8,5 kaki X 18 kaki untuk tiap satu bagiankendaraan.
2.8.3 Ketinggian Jalan Akses keatap
Minimum 16 kaki 9 inci
2.8.3 Lebar jalan akses 1 lajur Min 15 kaki untuk jalur kendaraan kecilMin 18 kaki untuk jalur bus
2.8.3 Lebar jalan akses 2 lajur Min 11 kaki per lajurSumber : WMATA, 2008.
Gambar 2.9 Contoh Layout Parkir Bus di Terminal, Washington
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir II- 52
Ba
b II
–K
aji
an
L
ite
ra
tu
r
Gambar 2.10 Contoh Layout Parkir Kendaraan di Terminal, Washington
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir III- 1
Ba
b III
–M
et
od
olo
gi
Pada Bab III bagian Metodologi ini disampaikan mengenai pendekatan pelaksanaan
kegiatan, framework of analysis, dan metodologi pelaksanaan kegiatan sebagai langkah
penyelesaian lingkup kegiatan yang telah disampaikan dalam KAK untuk kegiatan studi
penyusunan konsep standar di bidang transportasi jalan ini.
A. Pendekatan pelaksanaan kegiatan
1. Pendefinisian Kata Kunci
Untuk memahami inti dari pekerjaan, maka perlu dipahami terlebih dahulu arti dari
judul pekerjaan, sehingga proses pelaksanaan pekerjaan dapat sesuai dengan yang
diharapkan. Berdasarkan judul pekerjaan yaitu Studi Penyusunan Konsep Standar di
Bidang Prasarana Transportasi Jalan, terdapat beberapa kata kunci yang perlu
diterjemahkan/didefinisikan terlebih dahulu. Beberapa kata kunci tersebut disampaikan
pada Tabel 3.1. Definisi kata kunci tersebut diusahakan diambil dari peraturan
perundangan yang berlaku. Jika definisi kata kunci tidak diperoleh di peraturan
perundangan, maka pendefinisian kata kunci diambil dari kamus bahasa Indonesia.
Tabel 3.1 Pendefinisian kata kunciNo Kata Kunci Definisi Sumber
1 Standar spesifikasi teknis atau sesuatu yangdibakukan termasuk tata cara dan metodeyang disusun berdasarkan konsensus semuapihak yang terkait dengan memperhatikansyarat-syaratkeselamatan, keamanan, kesehatan,lingkungan hidup, perkembangan ilmupengetahuan dan teknologi,serta pengalaman, perkembangan masa kinidan masa yang akan datang untukmemperoleh manfaat yang sebesar-besarnya
Pasal 1 PP 102/2000
2 Prasarana segala sesuatu yg merupakan penunjangutama terselenggaranya suatu prosespembangunan
Kamus Besar BahasaIndonesia
3 Jalan prasarana transportasi darat yang meliputisegala bagian jalan, termasuk bangunanpelengkap dan perlengkapannya yang
Pasal 1 PP 34/2006
Bab III Metodologi
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir III- 2
Ba
b III
–M
et
od
olo
gi
Tabel 3.1 Pendefinisian kata kunciNo Kata Kunci Definisi Sumber
diperuntukkan bagi lalu lintas, yang beradapada permukaan tanah, di atas permukaantanah, di bawah permukaan tanah dan/atauair, serta di atas permukaan air, kecualijalan kereta api, jalan lori, danjalan kabel
2. Pendekatan Teoritis
2.1. Konsep Dasar Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor
Dari berbagai data dan studi yang pernah dilakukan sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa sebenarnya konsep pengujian kendaraan bermotor adalah konsep yang
dibutuhkan dalam rangka memberikan jaminan keselamatan, perlindungan lingkungan,
dan mencegah terjadinya dampak negatif lainnya dari pengoperasian suatu kendaraan.
Secara sosiologis, pengaturan yang tidak memperhatikan aspek lingkungan dan aspek
laik jalan dari kendaraan bermotor, akan berdampak negatif terhadap kondisi sosial
masyarakat. Pengaturan Pengujian Kendaraan Bermotor melalui Peraturan (di Pusat
maupun di Daerah) dapat dipandang sebagai solusi maupun sebagai upaya pencegahan
dampak negatif yang berpotensi merugikan kepentingan masyarakat.
Pengujian kendaraan bermotor pada dasarnya merupakan aplikasi dari prinsip good
governance. Dalam penyusunan standar maupun peraturan aplikasi terkait dengan uji
kendaraan bermotor, Pemerintah (diwakili panitian teknis dan tim penyusun) perlu
melibatkan unsur lainnya (yakni swasta dan masyarakat melalui diskusi panel)
diharapkan bersama-sama menentukan dan menetapkan alternatif pemecahan masalah
transportasi, khususnya kelaikan berkendaraan. Sehingga transportasi yang bersendi
keamanan, keselamatan, ramah lingkungan, dan kenyamanan dapat diupayakan secara
maksimal. Untuk mewujudkan hal tersebut perlu suatu perencanaan, pengaturan, dan
pelaksanaan yang memenuhi prinsip transparansi, demokratis, aspiratif, akuntabel,
formal/hukum, efisien dan afektif.
Secara substantif, bahwa dalam upaya menjamin keselamatan lalu lintas dan angkutan
jalan serta mengendalikan pencemaran lingkungan yang diakibatkan meningkatnya
jumlah kendaraan bermotor, perlu diselenggarakan Pengujian Kendaraan Bermotor.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir III- 3
Ba
b III
–M
et
od
olo
gi
Dan penyelenggaraan pengujian kendaraan bermotor tersebut, diperuntukan bagi semua
kendaraan wajib uji dan kendaraan dapat uji yang beroperasi di jalan agar sarana
angkutan memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan.
Secara teknis, pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor mempunyai peran dan
manfaat sebagai berikut:
1. Mencegah atau memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan lalu lintas,
kebakaran, pencemaran lingkungan, kerusakan berat pada waktu pemakaian;
2. Kendaraan bermotor yang telah lulus uji telah melalui serangkaian
pemeriksaan dengan peralatan mekanis akan terdeteksi dini adanya kerusakan
– kerusakan teknis agar tidak terjadi hal – hal yang membahayakan atau
kecelakaan. Misalnya ketika efisiensi rem setelah diuji dengan brake tester
hanya menunjukkan 40% padahal menurut ketentuan minimal adalah 50%,
secara teknis sangat mungkin terjadi rem blong ketika beroperasi di jalan;
3. Pemeriksaan emisi gas buang dimaksudkan untuk mencegah pencemaran
udara, terhadap kendaraan mesin diesel misalnya dipersyaratkan maksimal
50% opasitas ketebalan asap;
4. Memberikan informasi kepada pengusaha/ pemilik tentang daya angkut
kendaraan, Muatan Sumbu Terberat serta Kelas jalan yang terendah yang
dapat dilalui;
5. Setiap kendaraan yang diuji akan diukur kemampuan daya angkut maupun
MST dipertimbangkan dari kelas jalan terendah yang akan dilalui berikut
kemampuan ban yang tersedia, sehingga dapat mencegah kerusakan jalan dan
jembatan maupun kendaraan itu sendiri (dengan prasyarat pengusaha/ pemilik
mematuhi ketentuan daya angkut yang diberikan);
6. Memberikan saran – saran perbaikan kepada pengusaha/ pemilik kendaraan.
Ketika diketahui terdapat penyimpangan dari standar/ambang batas yang
ditentukan dan diperkirakan dapat berakibat fatal maka disarankan perbaikan –
perbaikan yang harus dilaksanakan sebelum terjadi kerusakan yang lebih
besar. Hal kecil saja misalnya lampu, bila dibiarkan mati dapat membahayakan
pengguna jalan lainnya.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir III- 4
Ba
b III
–M
et
od
olo
gi
7. Pengujian kendaraan bermotor akan menjadi saksi ahli dalam kecelakaan yang
melibatkan kendaraan wajib uji dan terdapat korban tewas, dalam penelitian
maupun persidangan akan dibuktikan apakah kecelakaan tersebut diakibatkan
oleh kesalahan Penguji. Sebagaimana diketahui, keselamatan transportasi
tentunya tidak dapat lepas dari faktor – faktor lain. Menurut data yang ada
pada Departemen Perhubungan maupun Kepolisian RI angka kecelakaan yang
paling besar yakni sebesar lebih dari 90% diakibatkan oleh kelalaian maupun
ketidak disiplinan pengguna jalan atau manusia itu sendiri, sedangkan faktor
lain adalah jalan 4%, teknis 3% dan lingkungan 1%
2.2. Konsep Dasar Penyelenggaraan Terminal Penumpang
Terminal penumpang adalah bagian dari infrastruktur transportasi yang merupakan titik
lokasi perpindahan penumpang. Pada lokasi itu terjadi konektivitas antar lokasi tujuan,
antar modal, dan antar berbagai kepentingan dalam system transportasi dan
infrastruktur. Terminal penumpang secara fungsional dapat didefinisikan secara
berbeda-beda oleh penumpang, kendaraan umum (dan operatornya), serta regulator,
dimana:
- Dalam pandangan pengguna angkutan, terminal adalah sebagai tempat
melakukan alih moda
- Dalam pandangan operator angkutan, terminal berfungsi sebagai asal-tujuan dari
suatu trayek pelayanan angkutan umum penumpang
- Dalam pandangan regulator, terminal berfungsi sebagai lokasi pengaturan
keberangkatan (manajemen operasional) maupun pengawasan terhadap
pelayanan angkutan umum penumpang agar tercipta sistem angkutan umum
yang baik.
Menurut Budi (2005: 182-183) dalam buku pembangunan kota tinjauan regional dan
lokasi terminal, fungsi terminal adalah sebagai berikut :
1. Menyediakan tempat dan kemudahan perpindahan moda transportasi.
2. Menyediakan sarana untuk simpul lalu lintas.
3. Menyediakan tempat utuk menyiapkan kendaraan.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir III- 5
Ba
b III
–M
et
od
olo
gi
Terminal penumpang merupakan simpul dalam sistem jaringan transportasi jalan yang
berfungsi pokok sebagai pelayanan umum yaitu tempat untuk naik turun penumpang
untuk pengendalian lalu lintas dan angkutan kendaraan umum, serta sebagai tempat
pemberhentian intra atau antar moda transportasi. Sesuai dengan fungsi tersebut, maka
penyelenggaraan terminal berperan menunjang tersedianya jasa transportasi yang sesuai
dengan kebutuhan lalu lintas dan pelayanan angkutan aman, cepat, tepat, teratur dan
biaya yang terjangkau masyarakat.
Untuk menjalankan fungsi tersebut, maka terminal harus dilengkapi dengan fasilitas.
Fasilitas terminal dapat dikelompokkan atas fasilitas utama dan fasilitas pendukung,
semakin besar suatu terminal semakin banyak fasilitas yang harus disediakan untuk
menfasilitasi pergerakan penumpang maupun kendaraan.
1. Fasilitas utama: adalah fasilitas dasar yang diperlukan oleh penumpang,
kendaraan, dan regulator untuk menjalankan aktivitas utamanya, misalnya: jalur
keberangkatan, tempat parkir, ruang tunggu, bangunan kantor, dlsb;
2. Fasilitas pendukung: adalah fasilitas tambahan yang diperlukan oleh
penumpang, kendaraan, dan juga regulator untuk membantu pelaksanaan
aktivitas utamanya atau pelaksanaan aktivitas tambahan, misalnya; toilet,
musholla, klinik, dan lain sebagainya.
Keberhasilan pelaksanaan fungsi dari suatu terminal sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor diantaranya:
1. Lokasi yang tepat yang memang merupakan lokasi ideal bagi proses
perpindahan moda;
2. Dukungan pemerintah sebagai otoritas, eksekutif yang mengatur semua
kepentingan stakeholder dan keperluan pembangunan wilayah;
3. Infrastruktur atau kondisi fasilitas utama dan fasilitas pendukung;
4. Kerjasama antara otoritas dengan berbagai pihak, dalam hal ini kerjasama antara
pihak terminal dengan perusahaan bis, penyewa lokasi dan reklame serta pihak
lain;
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir III- 6
Ba
b III
–M
et
od
olo
gi
5. Kualitas sumber daya manusia (SDM) terminal;
6. Perkembangan system informasi manajemen, mekanisme pelaporan,
perencanaan, dan pertanggungjawaban (akuntabilitas dan disclosure).
2.3. Konsep Dasar Penyelenggaraan Terminal Barang
Terminal barang adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan
membongkar dan memuat barang serta perpindahan intra dan/atau antar moda
transportasi. Terminal barang berfungsi untuk melayani kegiatan bongkar
dan/atau muat barang, serta perpindahan intra dan/atau moda transportasi.
Sedangkan terkait dengan fasilitas terminal barang, pada terminal barang terdiri
juga dari fasilitas utama dan fasilitas penunjang terminal barang Untuk fasilitas
utama terminal barang yang harus tersedia antara lain adalah :
a. Bangunan kantor terminal;
b. Tempat parkir kendaraan untuk melakukan bongkar dan/muat
barang;
c. Gudang atau lapangan penumpukan barang;
d. Tempat parkir kendaraan angkutan barang untuk istirahat atau
selama menunggu keberangkatan;
e. Rambu-rambu dan papan informasi;
f. Peralatan bongkar muat barang.
Sedangkan untuk fasilitas penunjang penyelenggaraan terminal barang
dijelaskan dalam Pasal 25 (3) Kepmenhub KM 31/1995 yang antara lain terdiri
dari :
a. Tempat istirahat awak kendaraan
b. Fasilitas parkir kendaraan, selain kendaraan angkutan barang;
c. Alat timbang kendaraan dan muatannya;
d. Kamar kecil/toilet;
e. Mushola;
f. Kios/kantin;
g. Ruang pengobatan;
h. Telepon umum;
i. Taman.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir III- 7
Ba
b III
–M
et
od
olo
gi
Penyelenggaraan terminal barang merupakan kewenangan Pemerintah Provinsi,
sehingga operasional terminal barang dapat dilakukan setelah mendapat
persetujuan Gubernur Kepala Daerah tingkat I. Sedangkan untuk pengelolaan
terminal barang dilakukan dalam lingkup kegiatan penrencanaan, pelaksanaan,
dan pengawasan oeprasional terminal.
2.4. Konsep Dasar Penyelenggaraan Bengkel Umum
Bengkel umum kendaraan bermotor adalah bengkel umum yang berfungsi untuk
membetulkan, memperbaiki, dan merawat kendaraan bermotor agar tetap memenuhi
persyaratan teknis dan laik jalan. Bengkel umum terbagi kedalam 3 klasifikasi yang
didasarkan atas tingkat pemenuhan terhadap persyaratan sistem mutu, mekanik,
fasilitas, dan peralatan, serta manajemen informasi sesuai dengan penilaian masing-
masing kelas bengkel. Ketiga klasifikasi bengkel tersebut antara lain yaitu :
- Bengkel kelas I tipe A, B, C
- Bengkel kelas II, tipe A, B, C
- Bengkel kelas III, tipe A, B, C
Tipe-tipe bengkel tersebut secara teknis didasarkan pada jenis pekerjaan yang mampu
dilakukan oleh bengkel tersebut, dengan penjelasan sebagai berikut :
- Bengkel tipe A, merupakan bengkel yang mampu melakukan jenis pekerjaan
perawatan berkala, perbaikan kecil perbaikan besar, perbaikan chasis dan bodi;
- Bengkel tipe B, merupakan bengkel yang mampu melakukan jenis pekerjaan
perawatan berkala, perbaikan kecil dan perbaikan besar atau jenis pekerjaan
perawatan berkala, perbaikan kecil serta perbaikan chasis dan bodi;
- Bengkel tipe C, merupakan bengkel yang mampu melakukan jenis pekerjaan
perawatan berkala, dan perbaikan kecil.
2.5. Konsep Dasar Penyusunan Naskah Akademis dan Buku Standar
Berdasarkan uraian lingkup kegiatan yang diminta dalam Kerangka Acuan Kerja,
sebagian besar kegiatan yang dilakukan adalah melakukan inventarisasi dan identifikasi
terhadap legalitas, pelayanan dan keberadaan fasilitas prasarana transportasi jalan yang
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir III- 8
Ba
b III
–M
et
od
olo
gi
selanjutnya diolah dan dianalisis untuk digunakan sebagai bahan penyusunan 6 konsep
standar.
Perumusan naskah akademis akan mengikuti prosedur yang ada dalam Perpres Nomor
68 Tahun 2005 dan Keputusan Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional Nomor G-
159.PR.09.10 Tahun 1994 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Naskah Akademik
Peraturan Perundang-undangan.
Sedangkan untuk penyusunan buku standar, dijelaskan dalam buku Pengembangan
Standar Nasional Indonesia (PSN 01 Tahun 2007) yang dikeluarkan oleh BSN (Badan
Standarisasi Nasional) disebutkan bahwa penyusunan pengembangan standar nasional
Indonesia memperhatikan:
1) kebijakan nasional di bidang standarisasi;
2) kebutuhan pasar
3) perkembangan standarisasi internasional;
4) kesepakatan regional dan internasional;
5) kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi
Oleh karena itu, maka dalam proses penyusunan 6 standar di bidang transportasi jalan
ini akan dilakukan komparasi antara aspek legal yang berlaku di Indonesia berikut
dengan standar-standar yang terkait fokus studi dengan standar internasional dari
negara-negara maju yang sudah memfasilitasi kegiatan alih moda pada simpul stasiun,
bandar udara, dan pelabuhan di negaranya dan memasukkan kebutuhan pasar untuk
mendapatkan keluaran standar yang sesuai dengan kondisi dan peraturan yang berlaku
di Indonesia.
B. Metodologi Kerja
1. Uraian Kegiatan dan Metoda Pelaksanaannya
Sesuai dengan KAK Butir 2.a disampaikan sebanyak 6 buah item kegiatan yang
diembankan kepada konsultan untuk dilakukan dalam kerangka waktu yang disediakan
sehingga menghasilkan keluaran yang mencerminkan tercapainya maksud dan tujuan
yang diinginkan dalam KAK.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir III- 9
Ba
b III
–M
et
od
olo
gi
Pendekatan/metoda pelaksanaan yang diusulkan konsultan untuk melaksanakan setiap
item uraian kegiatan/ruang lingkup dalam KAK Butir 2.a tersebut disampaikan pada
Tabel 3.2. Dalam tabel ini disampaikan apa saja masukan (input) yang diperlukan,
metoda analisis/metoda kerja (process) yang dilakukan, serta hasil (output) yang akan
dihasilkan dari setiap tahapan kegiatan tersebut, sedemikian sehingga dapat diperoleh
benang merah keterkaitan antara satu kegiatan dengan kegiatan yang lainnya. Secara
prinsip metoda yang diusulkan tersebut tidak terlepas dari pendekatan proses
pelaksanaan kegiatan yang dideskripsikan sebelumnya.
Gambar 3.1 Pendekatan proses pelaksanaan kegiatan
KAJIAN AKADEMIS1) Studi literatur2) Benchmarking3) Kajian perkembangan teknologi
IDENTIFIKASI DASAR HUKUM1) Inventarisasi kebijakan/ peraturanperundangan2) Inventarisasi kebijakanpengembangan
PENELITIAN LAPANGANAnalisis dan evaluasi kondisi eksistingprasarana transportasi darat yang akandistandarkan
NASKAH AKADEMIS dasar filosofis dasar sosiologis dasar yuridis pokok dan lingkup materi yang akandiatur
KONSEP AWAL STANDAR Ruang lingkup Acuan normatif Definisi dan istilah Pokok pengaturan Lampiran
Diskusi interaktif 1: brain-storming(lingkup standar)
Diskusi interaktif 2: teknis (spesifikasiumum, teknis, dan fungsional)
KONSEP STANDAR (RSNI 1)Diskusi interaktif 3: tata naskah(bahasa dan tata urutan standar)
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir III- 10
Ba
b III
–M
et
od
olo
gi
Tabel 3.2 Uraian kegiatan/ruang lingkup dan metoda pelaksanaannya
No
Uraiankegiatan/
ruang lingkup
Metoda pelaksanaanInput Proses Output
1 Inventarisasikebijakanmengenaiprasaranatransportasijalan
UU LLAJ (dan PP-nya)UU Jalan (dan PP-nya)UU Tata RuangKepmen/Permen, SK
Dirjen terkait
Desk study(contentanalysis)
Prinsip dasar penyelengga-raanprasarana transportasi jalanKriteria/standar umum
penyediaan dan kinerjaprasarana transportasi jalan
2 Inventarisasikebijakanpengembanganprasaranatransportasijalan
Rencana StrategisKementerianPerhubunganRoadmap KeselamatanDokumen lainnya
Desk study(contentanalysis)
Strategi, program, dan kegiatanpengembangan prasaranatransportasi jalan Target penyediaan, kondisi, dan
kinerja prasarana transportasijalan (jangka pendek,menengah, panjang)
3 Inventarisasiperkembanganteknologiprasaranatransportasijalan
Data hasil penelitianData vendor/ penyedia
teknologiData aplikasi terkini
Desk study(descriptiveanalysis)
Perkembangan riset dan aplikasiteknologi prasarana transportasijalan terkiniKeunggulan dan kelemahan dari
teknologi prasarana transportasijalan terkini (biaya, operability,manfaat, resiko, dampak)
4 Menganalisisdanmengevaluasikondisi existingprasaranatransportasijalan diIndonesia
Output No. 1, 2, 3Data hasil survei
sekunder dan primer:- Data fasilitas danperalatan uji berkalakendaraan bermotor- Data fasilitas terminal(Tipe A, B, C)- Data fasilitas terminalbarang- Data fasilitas danperalatan bengkelumum
Gap analysis Deviasi antara kondisi eksistingdengan kondisi ideal diperaturan perundanganDeviasi antara kondisi eksisting
dengan target yang ada di dalamdokumen rencanaDeviasi antara kondisi eksisting
dengan perkembanganteknologi terkini
5 Melakukan studiliteratur/benchmarkingstandarprasaranatransportasijalan dari negaralainnya
Literatur terkait Standar prasarana di
negara lain International standarKondisi prasarana
transportasi jalan dinegara lain
Benckmarking
Best practice standar (ruanglingkup, spesifikasi, danaplikasi) Potensi aplikasi standar di
Indonesia (kesesuaiankarakteristik fisik, teknis,kelembagaan, dlsb)
6 Merumuskan 6naskahakademiskonsep standardi bidangprasaranatransportasijalan
Output No 1, 2, 3, 4, 5 Pedoman penulisan
naskah akademis (Perpres68/2005) Pedoman standarisasi
nasional (PSN 01-2005)Diskusi interaktif dengan
pakar
Perumusan Naskah akademis (dasarfilosofis-sosiologis-yuridis danpokok dan lingkup materi yangakan diatur)Konsep standar (ruang lingkup,
acuan normatif, definisi danistilah, pokok pengaturan,lampiran)
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir III- 11
Ba
b III
–M
et
od
olo
gi
2. Bagan Alir Pelaksanaan Analisis (Framework of Analysis)
Berdasarkan hasil pemetaan terhadap ruang lingkup kegiatan serta metoda pelaksanaan
yang diusulkan pada Tabel 3.2 di atas, maka dapat disusun suatu bagan alir kerangka
kerja (framework) pelaksanaan analisis yang akan dilakukan seperti yang disampaikan
pada Gambar 3.2. Bagan alir analisis ini menggambarkan mengenai flow pelaksanaan
ruang lingkup kegiatan sesuai pemetaan yang dilakukan pada bagian sebelumnya,
sehingga diperoleh benang merah keterkaitan antara satu proses dengan proses lainnya
dari awal hingga menghasilkan produk yang diinginkan sesuai dengan KAK, yakni 6
konsep standar di bidang prasarana transportasi jalan yang terdiri dari :- Standar fasilitas peralatan uji kendaraan bermotor;- Standar fasilitas terminal tipe A;- Standar fasilitas terminal tipe B;- Standar fasilitas terminal tipe C;- Standar fasilitas terminal barang;- Standar fasilitas dan peralatan bengkel umum.
Proses pelaksanaan pekerjaan tersebut membutuhkan sejumlah data baik yang
bersumber dari data primer maupun sekunder, serta terdapat beberapa
metoda/pendekatan analisis yang diaplikasikan. Penjelasan mengenai metoda
pengumpulan data serta metoda analisis yang digunakan disampaikan pada
Bagian C. Bagan alir proses ini menjadi dasar dalam menyusun program kerja, jadual
pelaksanaan kegiatan, serta jadual alokasi sumber daya yang akan dibahas pada BAB 7
laporan studi ini.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir III- 12
Ba
b III
–M
et
od
olo
gi
Gambar 3.2 Tahapan pelaksanaan kegiatan (framework-of-analysis)
SURVEI SEKUNDERKEBIJAKANTERKAIT
UU LLAJ UU Jalan UU Tata ruang PP, KM/PM,SK Dirjen terkait
KEBIJAKANPENGEMBANGAN Renstra Kemenhub RoadmapKeselamatanTransportasi Dokumen terkait
DATA PERKEMBANGANTEKNOLOGI PRASARANA Data hasil penelitian Data vendor/penyediateknologi prasarana Data aplikasi terkini
DATA KONDISIPRASARANA EKSISTING Data fasilitas danperalatan uji berkalakendaraan bermotor Data fasilitas terminal(Tipe A, B, C) Data fasilitas terminalbarang Data fasilitas danperalatan bengkel umum
DATA LITERATUR DANSTANDAR NEGARA LAIN Literatur terkait International standar Standar dan kondisiprasarana transportasijalan negara lain
CONTENTANALYSISINVENTARISASIKEBIJAKAN TERKAIT
Prinsip dasarpenyelenggaraanprasaranatransportasi jalan Kriteria/standarumum penyediaandan kinerjaprasaranatransportasi jalan
CONTENTANALYSISINVENTARISASI KEBIJA-KAN PENGEMBANGAN Strategi, program,kegiatan pengembanganprasarana transportasijalan Target penyediaan,kondisi, dan kinerjaprasarana transportasijalan (jangka pendek,menengah, panjang)
DESCRIPTIVEANALYSISINVENTARISASI PERKEM-BANGAN TEKNOLOGI Perkembangan riset danaplikasi teknologi prasa-rana transportasi jalanterkini Keunggulan dan kelema-han dari teknologi prasa-rana transportasi jalanterkini (biaya, operability,manfaat, resiko, dampak)
GAP ANALYSISANALISIS DAN EVALUASIKONDISI EKSISTINGDeviasi antara kondisieksisting dengan: Kondisi ideal yangdiharapkan dalamperaturan perundangan Target yang ada didalam dokumen rencana Perkembangan teknologiterkini
COMPARISONBENCHMARKINGSTANDAR
Best practice standar(ruang lingkup,spesifikasi, dan aplikasi) Potensi aplikasi standardi Indonesia (kesesuaiankarakteristik fisik,teknis, kelembagaan,dlsb)
PERUMUSAN Naskah akademis (dasarfilosofis-sosiologis-yuridis dan pokok danlingkup materi yangakan diatur) Konsep standar (ruanglingkup, acuan normatif,definisi dan istilah,pokok pengaturan,lampiran)
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir III- 13
Ba
b III
–M
et
od
olo
gi
C. Penjelasan Pendekatan/Metoda yang Digunakan
Dari Gambar 3.2 di atas terdapat beberapa metoda yang diusulkan konsultan untuk
diterapkan dalam rangka melaksanakan seluruh ruang lingkup kegiatan. Pada beberapa
sub bab berikut ini dijelaskan/dibahas detail dari setiap pendekatan/metoda kerja yang
digunakan tersebut.
1. Metoda Pengumpulan Data
Untuk menyelesaikan seluruh ruang lingkup kegiatan pada studi ini sesuai dengan
framework of analysis yang telah disusun pada Gambar 3.1 dibutuhkan data-data
penunjang. Data-data ini dikumpulkan dengan berbagai metoda pegumpulan data.
Namun untuk lebih mengefektifkan waktu dan biaya perlu diidentifikasi terlebih dahulu
kebutuhan data sesuai dengan analisis yang akan dilakukan. Dari listing kebutuhan data
tersebut dapat diidentifikasi metoda pengumpulan data sesuai.
a. Data yang dibutuhkan
Jenis data dan sumber potensial untuk setiap data yang dibutuhkan untuk kegiatan ini
disampaikan pada Tabel 3.3. Data yang dibutuhkan dikelompokkan sesuai dengan
karakteristiknya seperti data dokumen perencanaan, peraturan terkait, data dan
informasi lapangan, dan literatur/studi terdahulu.
Tabel 3.3 Jenis Data yang Dibutuhkan dan Potensi SumbernyaNo Kelompok Data Jenis Data Sumber Potensial1. Data kebijakan
(peraturanperundangan)
1.a UU 22/2009 tentang LLAJ1.b UU 38/2004 tentang Jalan1.c UU 26/2007 tentang Penataan Ruang1.d PP, PM/KM, SK Dirjen terkait
- Kementerian Perhubungan- Kementerian Pekerjaan
Umum
2. Data kebijakanpengembangan(dokumenperencanaan)
2.a Renstra Kementerian Perhubungan2.b Road Map Keselamatan Transportasi2.c Renstra Dinas (Di wilayah kajian)2.d RUJTJ/Tatralok (Di wilayah kajian)2.e RTRW (Di wilayah kajian)
- Kementerian Perhubungan- Dinas Perhubungan
Provinsi, Kab/Kota- Bappeda Provinsi, Kab/Kota
3. Data perkem-bangan teknologiprasararanatransportasi jalan
3.a Hasil-hasil penelitian3.b Data teknis teknologi terkini dari
vendor3.c Data pemanfaatan teknologi terkini
- Kementerian Perhubungan- Lembaga Penelitian (Dalam
Negeri dan Luar Negeri)- Vendor prasarana
4. Data kondisiprasaranatransportasi jalaneksisting
4.a Data fasilitas dan peralatan uji berkalakendaraan bermotor
4.b Data fasilitas terminal (Tipe A, B, C)4.c Data fasilitas terminal barang4.d Data fasilitas dan peralatan bengkel
umum
- Dinas Perhubungan- Dinas Pekerjaan Umum- Hasil survei lapangan
5. Data literatur danstandar negaralain
5.a Literatur terkait5.b International standar5.c Standar negara lain5.d Kondisi prasarana transportasi jalan
negara lain
- Perpustakaan Kemenhub- TRRL, TRB, AASTHO, dll- Website dan korenspondensi
dengan Department ofTransportation negara lain
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir III- 14
Ba
b III
–M
et
od
olo
gi
b. Metoda survei yang digunakan
Untuk mempermudah proses mendapatkan data yang dibutuhkan sesuai Tabel 3.3,
maka perlu disusun suatu metoda pengumpulan data yang komprehensif dan terstruktur
sehingga dapat memanfaatkan waktu yang disediakan sesuai arahan dalam KAK. Untuk
itu dalam kegiatan ini digunakan sejumlah metoda survei sebagai berikut:
i. Survei instansional dilakukan untuk mengumpulkan literatur serta data sekunder
di instansi terkait baik di pusat maupun di daerah. Data-data sekunder ini
meliputi:
Instansi Kementerian Perhubungan untuk memperoleh data mengenai
UU, PP, KM/PM dan SK Dirjen terkait, Renstra Kemenhub 2010-2014,
Roadmap Keselamatan, data statistik perhubungan, data terkait lainnya;
Instansi Kementerian Pekerjaan Umum untuk memperoleh data
mengenai UU jalan dan penataan ruang serta peraturan pelaksanaannya
terkait dengan kegiatan ini;
Instansi Bappeda Provinsi/Kab-Kota untuk memperoleh data mengenai
RTRW Provinsi/Kab-Kota serta rencana pembangunan daerah yang
terkait (RPJP dan RPJM Daerah) terkait dengan kegiatan ini;
Instansi Dinas Perhubungan Provinsi/Kab-Kota untuk memperoleh data
mengenai kondisi, kinerja, dan rencana pengembangan prasarana
transportasi jalan yang akan dibuat standarnya (fasilitas uji berkala,
terminal, penyeberangan/zebra cross, dan jembatan timbang);
Instansi Dinas Pekerjaan Umum Provinsi/Kab-Kota untuk memperoleh
data mengenai kondisi jalan, kinerja jalan (volume, kecepatan), dan
rencana pengembangan jaringan jalan;
Instansi BPS dan instansi terkait lainnya untuk mengumpulkan data-data
statistik serta data terkait yang diperlukan.
ii. Survei lapangan untuk mendapatkan gambaran kondisi aktual dari setiap jenis
prasarana jalan yang akan distandarkan, yang meliputi:
Survei penyediaan, kondisi, dan operasional dari fasilitas dan peralatan
uji berkala kendaraan yang ada di wilayah kajian;
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir III- 15
Ba
b III
–M
et
od
olo
gi
Survei penyediaan, kondisi, dan operasional dari fasilitas terminal tipe
A, B, atau C yang ada di wilayah kajian;
Survei penyediaan, kondisi, dan operasional dari fasilitas terminal
barang yang ada di wilayah kajian;
Survei penyediaan, kondisi, dan operasional dari fasilitas dan peralatan
bengkel umum yang ada di wilayah kajian;
Pengambilan gambar sebagai dokumentasi kegiatan.
iii. Survei wawancara/kuisioner stakeholders (Pejabat instansi terkait, masyarakat)
yang meliputi:
Survei kepada masyarakat pengguna mengenai penilaian serta harapan
terhadap kondisi dan kinerja dari setiap prasarana transportasi jalan yang
akan distandarkan fasilitasnya;
Survei kepada pejabat terkait di Daerah dan Pusat mengenai berbagai
permasalahan berkenaan dengan setiap prasarana transportasi jalan yang
akan distandarkan fasilitasnya;
Survei wawancara kepada para pakar tentang lingkup, spesifikasi, dan
pengaturan dari standar yang akan ditetapkan;
iv. Pelaksanaan diskusi interaktif dengan para pakar menggunakan metoda diskusi
panel yang meliputi substansi mengenai:
diskusi awal (brain storming) untuk merumuskan lingkup pengaturan
yang distandarisasi,
diskusi kedua (teknis) untuk menetapkan spesifikasi umum, teknis, dan
fungsional dari masing-masing fasilitas/prasarana,
diskusi ketiga (tata penulisan) untuk memastikan penyampaian standar
dilakukan dengan benar.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir III- 16
Ba
b III
–M
et
od
olo
gi
c. Metoda Analisis Kepuasan Masyarakat
1) Penilaian Harapan terhadap Pelayanan
Sama halnya dengan perhitungan tingkat pelayanan dalam tahap awal perlu
diidentifikasi terlebih dahulu jenis prasarana dalam penyelenggaraan pelayanan
terminal, penyeberangan orang, kegiatan uji berkala, serta penyelenggaraan
jembatan timbang. Unsur-unsur pelayanan ini pada dasarnya merupakan indikator
kinerja pelayanan yang selanjutnya dinilai berdasarkan tingkat kepuasan
masyarakat pada saat survei wawancara pengguna jasa.
2) Analisis Perbandingan Kepuasan dan Harapan Masyarakat
Kepuasan merupakan indikator terpenting dalam hal pelayanan, dalam melihat
tingkat kepuasan maka masyarakat pengguna jasa perlu diberi kesempatan untuk
menilai kinerja pelayanan operasional prasarana transportasi jalan. Salah satu alat
bantu dalam melakukan analisis yang digunakan untuk membandingkan sampai
sejauh mana antara kepuasan masyarakat terhadap kinerja pelayanan yang
dirasakan oleh pengguna jasa dengan harapan masyarakat terhadap kinerja
pelayanan yang diinginkan oleh pengguna jasa adalah dengan menggunakan
pendekatan Importance-Performance Analysis (IPA).
Dari hasil penilaian kepuasan dan harapan masyarakat terhadap pelayanan maka
akan diperoleh suatu perhitungan mengenai tingkat kesesuaian antara tingkat
kepuasan dan harapan masyarakat terhadap kinerja pelayanan. Tingkat kesesuaian
merupakan hasil perbandingan antara tingkat kepuasan masyarakat dengan
tingkat harapan masyarakat, sehingga tingkat kesesuaian inilah yang akan
menentukan skala prioritas yang akan dipakai dalam penanganan faktor-faktor
yang mempengaruhi kepuasan pengguna jasa.
2. Metoda Inventarisasi Kebijakan Terkait (Content Analysis)
Inventarisasi kebijakan terkait dengan prasarana transportasi jalan merupakan
pelaksanaan dari uraian kegiatan/ruang lingkup pada KAK Butir 2.a point 1). Tujuan
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir III- 17
Ba
b III
–M
et
od
olo
gi
dari pelaksanaan inventarisasi kebijakan ini adalah untuk mengetahui konsep dasar
pengaturan yang terkait dengan setiap jenis prasarana transportasi jalan yang akan
dibuat standar fasilitasnya.
Dalam konteks penyusunan suatu naskah akademis, proses inventarisasi kebijakan
terkait ini disebut sebagai proses identifikasi dasar hukum. Identifikasi dasar hukum ini
sangat diperlukan agar konsep standar yang disusun akan memiliki landasan
kontekstual yang kuat dan relevan dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Proses inventarisasi kebijakan terkait ini dilakukan dengan metoda content analysis,
yakni suatu metoda untuk menafsirkan teks yang dimuat, dalam hal ini dimuat dalam
peraturan perundangan yang berlaku di bidang transportasi jalan (UU, PP, KM/PM, dan
SK Dirjen terkait). Adapun deskripsi aplikasi dari proses content analysis untuk
inventarisasi kebijakan mengenai prasarana transportasi jalan dalam studi ini
disampaikan pada Tabel 3.4 yang membandingkan muatan pengaturan untuk setiap
jenis prasarana transportasi jalan yang akan disusun konsep standarnya, sehingga dapat
disimpulkan mengenai prinsip dasar dari pengaturan yang diinginkan dalam berbagai
peraturan perundangan yang berlaku.
Tabel 3.4 Ilustrasi proses content analysis dalam inventarisasi kebijakan terkait
No Konsep pengaturandalam peraturanperundang-undangan
Jenis prasarana transportasi yang disusun konsep standarnyaFasilitas danprasarana uji
berkalakendaraanbermotor
Fasilitasterminal
tipe A, B, C
Fasilitaspenyeberangan
dan zebra-cross
Fasilitasdan
peralatanjembatantimbang
A MUATANPENGATURANDALAM PERATURANPERUNDANGAN
1 Pengaturan menurut UU(UU 22/2009 tentangLLAJ dan UU 38/2004tentang Jalan)
2 Pengaturan menurut PP(PP 41/1993 tentangAngkutan Jalan dan PP43/1993 tentangPrasarana dan Lalu LintasJalan
3 Pengaturan menurutKM/PM:KM 31/1995 tentang
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir III- 18
Ba
b III
–M
et
od
olo
gi
No Konsep pengaturandalam peraturanperundang-undangan
Jenis prasarana transportasi yang disusun konsep standarnyaFasilitas danprasarana uji
berkalakendaraanbermotor
Fasilitasterminal
tipe A, B, C
Fasilitaspenyeberangan
dan zebra-cross
Fasilitasdan
peralatanjembatantimbang
Terminal TransportasiJalan, KM 71/1993tentang Uji BerkalaKendaraan Bermotor, KM60/1993 tentang MarkaJalan, KM 65 Tahun 1993tentang FasilitasPendukung Kegiatan LaluLintas dan AngkutanJalan, KM 5 Tahun 1995tentang PenyelenggaraanPenimbangan KendaraanBermotor di Jalan
B KESIMPULAN DARIHASIL CONTENTANALYSIS
5 Prinsip dasarpenyelenggaraanprasarana transportasijalan
6 Kriteria/standar umumdari penyediaan setiapjenis prasaranatransportasi jalan
Penjelasan: - Tabel ini hanya sebagai ilustrasi, akan diisi dengan data hasil analisis.- Setiap sel di dalam tabel akan diisi dengan pokok-pokok pengaturan berkenaan
dengan definisi, tujuan/prinsip dasar fungsi dari setiap prasarana transportasi jalan,kebutuhan lokasi/skala dari setiap jenis prasarana, spesifikasi umum-teknis-fungsional setiap jenis prasarana transportasi jalan
3. Metoda Inventarisasi Kebijakan Pengembangan (Content Analysis)
Inventarisasi kebijakan pengembangan prasarana transportasi jalan merupakan
pelaksanaan dari uraian kegiatan/ruang lingkup pada KAK Butir 2.a point 2). Tujuan
dari pelaksanaan inventarisasi ini adalah untuk mengetahui kebijakan pengembangan
serta strategi, program, dan kegiatan (dalam sejumlah dokumen perencanaan) yang
direncanakan untuk mengembangkan setiap jenis prasarana transportasi jalan yang akan
disusun konsep standar fasilitasnya.
Proses inventarisasi kebijakan pengembangan ini dilakukan dengan metoda content
analysis, yakni suatu metoda untuk menafsirkan teks yang dimuat, dalam hal ini dimuat
dalam sejumlah dokumen perencanaan yang terkait (Cetak biru, Renstra, serta dokumen
yang ada di Daerah dalam Tatralok, RUJTJ atau dokumen terkait lainnya).
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir III- 19
Ba
b III
–M
et
od
olo
gi
Adapun deskripsi aplikasi dari proses content analysis dalam melakukan inventarisasi
kebijakan pengembangan prasarana transportasi jalan disampaikan pada Tabel 3.5 yang
membandingkan arahan/target penyelenggaraan setiap jenis prasarana yang akan
distandarisasi, sehingga diperoleh gambaran mengenai arahan kondisi dan kinerja yang
diharapkan.
Tabel 3.5 Ilustrasi proses content analysis dalam inventarisasi kebijakan pengembangan
No Kebijakan/dokumen rencanapengembangan
Jenis prasarana transportasi yang disusun konsep standarnyaFasilitas danprasarana uji
berkala kendaraanbermotor
Fasilitasterminal
tipe A, B, C
Fasilitaspenyeberang
an danzebra-cross
Fasilitas danperalatanjembatantimbang
A MUATAN KEBIJAKANPENGEMBANGAN DALAMDOKUMEN PUSAT
1 Renstra Kementerian Perhubungan2010-2014
2 Cetak Biru Keselamatan Transportasi3 Renstra Perhubungan Darat
B MUATAN KEBIJAKANPENGEMBANGAN DALAMDOKUMEN DAERAH
4 Renstra Dinas Perhubungan5 Tatrawil/lok6 Rencana Umum Jaringan Transportasi
Jalan (RUJTJ)7 Dokumen lainnyaC KESIMPULAN HASIL CONTENT
ANALYSIS8 Arah kebijakan pengembangan
prasarana transportasi jalan9 Target penyediaan dan kinerja
prasarana transportasi jalan (pendek,menengah, panjang)
10 Strategi, program, dan kegiatanpengembangan prasarana transportasijalan
Penjelasan: - Tabel ini hanya sebagai ilustrasi, akan diisi dengan data hasil analisis.- Setiap sel di dalam tabel akan diisi dengan pokok-pokok kebijakan pengembangan dalam
setiap dokumen berupa arah kebijakan, sasaran/target pengembangan, serta strategi-pogram-kegiatan yang direncanakan untuk mencapai target yang dimaksud
4. Metoda Inventarisasi Perkembangan Teknologi (Descriptive Analysis)
Inventarisasi perkembangan teknologi prasarana transportasi jalan merupakan
pelaksanaan dari uraian kegiatan/ruang lingkup pada KAK Butir 2.a point 3). Tujuan
dari pelaksanaan inventarisasi perkembangan teknologi ini adalah untuk mengetahui
perkembangan terkini dalam konteks penelitian (state-of-the art) serta dalam konteks
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir III- 20
Ba
b III
–M
et
od
olo
gi
aplikasi (state-of-practice) dari teknologi setiap prasarana/fasilitas dan peralatan yang
akan disusun konsep standarnya.
Dalam konteks penyusunan suatu naskah akademis, proses inventarisasi perkembangan
teknologi prasarana ini disebut sebagai proses kajian akademis. Kajian akademis ini
sangat diperlukan agar konsep standar yang disusun konsepnya akan memiliki landasan
teroetis yang kuat dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Metoda analisis
yang digunakan dalam melakukan inventarisasi perkembangan teknologi ini adalah
descriptive analysis yakni suatu metoda untuk memberikan gambaran dengan jelas
makna dari indikator-indikator yang ada, membandingkan dan menghubungkan antara
indikator yang satu dengan indikator lain terkait dengan perkembangan teknologi
prasarana transportasi jalan yang dikaji sehingga diperoleh gambaran mengenai arahan
standarisasi dari konteks kesesuaian dengan aplikasi saat ini dan masa datang, sehingga
standar yang disusun tidak ketinggalan jaman. Adapun gambaran mengenai aplikasi
dari pendekatan descriptive-analysis dalam inventarisasi perkembangan teknologi
prasarana jalan ini disampaikan ilustrasinya pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Ilustrasi proses descriptive-analysis untuk inventarisasi perkembangan teknologi
No Perkembangan teknologi terbaru Jenis prasarana transportasi yang disusun konsep standarnyaFasilitas danprasarana uji
berkalakendaraanbermotor
Fasilitasterminaltipe A, B,
C
Fasilitaspenyeberangandan zebra-cross
Fasilitas danperalatanjembatantimbang
A TAHAP PENELITIAN DANPENGEMBANGAN (STATE OF THEART)
1 Hasil penelitian/studi terdahulu dilingkungan Kementerian Perhubungan
2 Hasil penelitian/studi terdahulu di instansipenelitian dalam negeri (Puslitbang Jalan,Perguruan Tinggi, dlsb)
3 Hasil penelitian dari lembaga internasional/negara lain (TRRL, TRB, dlsb)
B TAHAP UJICOBA DAN APLIKASI(STATE OF PRACTICE)
4 Contoh ujicoba aplikasi teknologi terbaruprasarana transportasi jalan
5 Aplikasi yang terbanyak (statewide) disejumlah negara
C KESIMPULAN HASIL DESCRIPTIVEANALYSIS
6 Klasifikasi jenis teknologi prasarana- sudah tidak digunakan,- masih banyak digunakan- sedang dikembangkan7 Perbandingan antar jenis teknologi
(keunggulan/ kelemahan):
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir III- 21
Ba
b III
–M
et
od
olo
gi
Tabel 3.6 Ilustrasi proses descriptive-analysis untuk inventarisasi perkembangan teknologi
No Perkembangan teknologi terbaru Jenis prasarana transportasi yang disusun konsep standarnyaFasilitas danprasarana uji
berkalakendaraanbermotor
Fasilitasterminaltipe A, B,
C
Fasilitaspenyeberangandan zebra-cross
Fasilitas danperalatanjembatantimbang- Biaya- Operability- Resiko- Manfaat dan dampak
Penjelasan: - Tabel ini hanya sebagai ilustrasi, akan diisi dengan data hasil analisis.- Setiap sel di dalam tabel akan diisi dengan data terkait dengan spesifikasi umum-
spesifikasi teknis-spesifikasi fungsi dari setiap jenis teknologi prasarana transportasi jalan(fasilitas/peralatan uji berkala, terminal, penyeberangan, dan jembatan timbang) mulai dariyang paling konvensional s.d yang paling canggih/teknologi terbaru
5. Metoda Analisis dan Evaluasi Kondisi Eksisiting (Gap Analysis)
Analisis dan evaluasi terhadap kondisi eksisting prasarana transportasi jalan di
Indonesia merupakan pelaksanaan dari uraian kegiatan/ruang lingkup pada KAK Butir
2.a point 4). Tujuan dari pelaksanaan analisis dan evaluasi kondisi eksisting ini adalah
untuk mengetahui perkembangan aplikasi penyediaan prasarana transportasi jalan
(eksistensi, lokasi/jumlah/skala, fungsional, dan pemanfaatannya) dibandingkan dengan
indikator/kriteria umum yang diharapkan dalam (1) peraturan perundangan, (2)
kebijakan pengembangan dari sejumlah dokumen perencanaan, dan perkembangan
teknologi terkini. Sehingga dapat diketahui positioning dari kondisi saat ini
dibandingkan dengan harapan, dengan demikian standarisasi yang dibentuk diharapkan
merupakan salah satu bagian dari upaya untuk mencapai harapan tersebut.
Dalam konteks penyusunan suatu naskah akademis, proses analisis dan evaluasi
prasarana transportasi jalan saat ini disebut sebagai proses penelitian lapangan.
Penelitian lapangan ini sangat diperlukan agar standar yang disusun konsepnya akan
memiliki landasan sosiologis yang kuat sehingga tidak akan banyak menemui
permasalahan dalam implementasinya.
Metoda analisis yang digunakan dalam melakukan analisis dan evaluasi kondisi
eksisting ini adalah gap analysis yakni suatu metoda untuk mengukur perbedaan antara
suatu kondisi (umumnya adalah kondisi saat ini) dengan suatu kondisi yang dianggap
lebih baik (intendeed conditions). Dengan gap analysis ini diharapkan diperoleh suatu
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir III- 22
Ba
b III
–M
et
od
olo
gi
penilaian positioning dari kondisi aktual sehingga dapat diketahui apa saja yang perlu
diperbaiki atau ditingkatkan.
Adapun gambaran mengenai aplikasi dari pendekatan gap analysis dalam analisis dan
evaluasi kondisi eksisting prasarana transportasi jalan ini disampaikan ilustrasinya pada
Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Ilustrasi proses gap-analysis untuk analisis dan evaluasi kondisi eksistingNo Perbandingan kondisi Jenis prasarana transportasi yang disusun konsep standarnya
Fasilitas danprasarana uji
berkala kendaraanbermotor
Fasilitasterminal tipe
A, B, C
Fasilitaspenyeberangan
dan zebra-cross
Fasilitas danperalatanjembatantimbang
A KONDISI EKSISTING1 Spesifikasi AKTUAL
(umum, teknis, fungsional)2 Kinerja pemanfaatan
AKTUAL (efektivitasmanfaat, dampak)
B KONDISI IDEAL (DARIHASIL ANALISISKEBIJAKAN)
3 Spesifikasi IDEAL (umum,teknis, fungsional)
4 Kinerja pemanfaatan IDEAL(efektivitas manfaat, dampak)
C KONDISIHARAPAN/MASADATANG (DARI HASILANALISIS KEBIJAKANPENGEMBANGAN)
5 Spesifikasi HARAPAN(umum, teknis, fungsional)
6 Kinerja pemanfaatanHARAPAN (efektivitasmanfaat, dampak)
C KONDISI TEKNOLOGITERBARU (DARI HASILINVENTARISASIPERKEMBANGANTEKNOLOGI)
7 Spesifikasi TERBARU(umum, teknis, fungsional)
8 Kinerja pemanfaatanTERBARU (efektivitasmanfaat, dampak)
D KESIMPULAN HASILGAP ANALYSIS
9 Deviasi spesifikasi kondisiterkini dengan:- Kondisi ideal- Kondisi harapan- Kondisi terbaru
10 Deviasi kinerja pemanfaatankondisi terkini dengan:- Kondisi ideal- Kondisi harapan- Kondisi terbaru
Penjelasan: - Tabel ini hanya sebagai ilustrasi, akan diisi dengan data hasil analisis.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir III- 23
Ba
b III
–M
et
od
olo
gi
- Setiap sel di dalam tabel akan diisi dengan data terkait dengan spesifikasi umum-spesifikasi teknis-spesifikasi fungsi serta kinerja pemanfaatan dari setiap jenis teknologiprasarana transportasi jalan dari data survei lapangan (kondisi terkini) maupun hasilpengumpulan data dan analisis pada tahap sebelumnya
6. Metoda Benchmarking Standar
Studi perbandingan/benchmarking standar prasarana transportasi jalan merupakan
pelaksanaan dari uraian kegiatan/ruang lingkup pada KAK Butir 2.a point 5). Tujuan
dari pelaksanaan studi perbandingan/benchmarking ini adalah untuk memperoleh
gambaran mengenai lingkup, spesifikasi, dan aplikasi standar di luar negeri dan untuk
memperkirakan apakah standar tersebut dapat diaplikasikan di Indonesia.
Dalam konteks penyusunan suatu naskah akademis, proses benchmarking ini termasuk
ke dalam proses kajian akademis. Kajian akademis ini sangat diperlukan agar standar
yang disusun konsepnya akan memiliki landasan teoretis aplikatif yang kuat dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Metoda analisis yang digunakan dalam melakukan perbandingan/benchmarking standar
ini adalah comparison study yakni suatu metoda untuk membandingkan kondisi atau
pengaturan dari suatu lokasi dengan lokasi lainnya. Dengan studi perbandingan ini akan
diperoleh suatu kecenderungan aplikasi serta contoh aplikasi terbaik yang kemungkinan
dapat diadopsi dalam standar yang akan disusun konsepnya. Berdasarkan lokasi studi
yang telah disampaikan dalam KAK, kegiatan benchmarking ini akan dilakukan di
Malaysia. Adapun gambaran mengenai aplikasi dari pendekatan comparison-study
dalam benchmarking standar ini disampaikan ilustrasinya pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8 Ilustrasi proses comparison-study untuk benchmarking standar
No Perbandingan KondisiIndonesia Malaysia
KesimpulanPengaturan
KondisiEksisting Pengaturan
KondisiEksisting
A FASILITAS PENGUJIANKENDARAAN BERMOTOR
1 Standar fasilitas dasar2 Standar fasilitas pendukungB FASILITAS TERMINAL3 Standar fasilitas dasar4 Standar fasilitas pendukungC FASILITAS
PENYEBERANGAN ORANG/ZEBRA-CROSS
5 Standar fasilitas jembatanpenyeberangan orang
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir III- 24
Ba
b III
–M
et
od
olo
gi
6 Standar fasiltas zebra-crossD FASILITAS JEMBATAN
TIMBANG7 Standar fasilitas dasar8 Standar fasilitas pendukung
Penjelasan: - Tabel ini hanya sebagai ilustrasi, akan diisi dengan data hasil analisis.- Setiap sel di dalam tabel akan diisi dengan data terkait dengan pengaturan standar fasilitas
prasarana jalan dan kondisi eksisting prasarana jalan dari data survei lapangan (kondisiterkini) maupun hasil pengumpulan data dan analisis pada tahap sebelumnya
7. Metoda Perumusan dan Penulisan Naskah Akademis
Penyusunan naskah akademis dari setiap standar yang akan dirumuskan konsepnya
merupakan upaya untuk melaksanakan ruang lingkup/uraian kegiatan yang disampaikan
dalam KAK Butir 2.a point 6). Perumusan naskah akademis akan mengikuti prosedur
yang ada dalam Perpres Nomor 68 Tahun 2005 dan Keputusan Kepala Badan
Pembinaan Hukum Nasional Nomor G-159.PR.09.10 Tahun 1994 tentang Petunjuk
Teknis Penyusunan Naskah Akademik Peraturan Perundang-undangan.
Adapun hasilnya akan berupa suatu dokumen naskah akademis yang berisi beberapa
substansi. Dengan isi dan muatan dari naskah akademis tersebut diharapkan pengaturan
yang disusun dalam konsep standar dapat dipertanggungjawabkan secara legal dan
akademis serta implementable.
Tabel 3.9 Ilustrasi isi dari dokumen naskah akademisBab Daftar Isi Muatan pokokA. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
2. Tujuan dan Kegunaan yang ingin dicapai3. Metode Pendekatan4. Materi Muatan5. Inventarisasi Peraturan Perundang-undangan
Apa yang menjadi landasan daristandar yang disusun, baik secaraakademis, sosiologis, maupunlegal
B. RUANG LINGKUPNASKAHAKADEMIK
1. Umuma. Pengertian-pengertianb. Asas-asas
2. Materi3. Sanksi4. Peralihan5. Penutup
Apa saja pokok-pokokpengaturan yang harus dimuatsebagai standar/acuan dalammenyediakan danmengoperasikan prasaranatransportasi jalan
C. KESIMPULANDAN SARAN
1. Perlunya pengaturan2. Jenis/bentuk pengaturan3. Pokok-pokok materi yang perlu diatur
Apa saja hal-hal utama yangharus diperhatikan dari produkstandar yang disusun
D. LAMPIRAN 1. Daftar kepustakaan2. Inventarisasi Peraturan Perundang-undangan3. Hasil kajian atau penelitian atau makalah-
makalah yang membahas materi standar yangbersangkutan.
Data-data dan informasi yangdiperlukan sebagai pendukungdari standar yang disusun
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir III- 25
Ba
b III
–M
et
od
olo
gi
8. Metoda Perumusan dan Penulisan Konsep Standar
Penyusunan setiap standar prasarana transportasi jalan yang akan dirumuskan
konsepnya merupakan upaya untuk melaksanakan ruang lingkup/uraian kegiatan yang
disampaikan dalam KAK Butir 2.a point 6) dan sebagai tindak lanjut dari hasil
penyusunan naskah akademis dari Bagian 7 sebelumnya.
Proses perumusan konsep standar mengikuti proses yang direkomendasikan dalam PSN
01-2005 tentang Penyusunan SNI. Sebagaimana telah dijelaskan pada Bagian A bahwa
penyusunan konsep standar (penyiapan RSNI 1) ini merupakan tahapan pertama dari
proses penyusunan SNI.
Perumusan konsep standar dilakukan setelah proses penyusunan naskah akademis
selesai dilakukan, namun demikian pada tahapan sebelumnya dan setelahnya akan
dilakukan proses diskusi interaktif dengan para pakar melalui proses diskusi panel yang
akan dilakukan selama 3 kali, yakni:
1. Diskusi panel pertama bertema brain storming akan dilakukan setelah
presentasi pendahuluan (sebelum dilakukan proses survei lapangan). Diskusi
ini akan membahas mengenai lingkup cakupan dari standar yang akan disusun
serta membahas beberapa hal yang harus dipersiapkan, dikumpulkan datanya,
dianalisis dan seterusnya. Rekomendasi dari hasil diskusi panel pertama ini
akan ditindaklanjuti dalam proses analisis dan penyusunan naskah akademis;
2. Diskusi panel kedua, bertema diskusi teknis akan dilakukan setelah naskah
akademis diselesaikan dan konsep awal dari standar disusun. Diskusi ini akan
membahas hal-hal teknis terkait dengan spesifikasi umum-teknis-fungsional
dari setiap item fasilitas dan peralatan yang perlu disediakan pada setiap
prasarana transportasi jalan yang akan disusun konsep standarnya;
3. Diskusi panel ketiga, bertema diskusi tata penyampaian konsep
standar/finalisasi, yang akan dilakukan setelah laporan konsep akhir disusun
(sebelum laporan akhir). Diskusi ini akan membahas tata penyampaian dan
tata bahasa dari konsep standar (dan perbaikan teknis jika masih ada) sehingga
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir III- 26
Ba
b III
–M
et
od
olo
gi
layak untuk diteruskan dalam pembahasan lanjutan (RSNI 2), konsensun
(RSNI 3), sampai dengan penetapan.
Adapun penulisan konsep standar akan mengacu kepada Pedoman BSN Nomor 8-2000
tentang Penulisan Standar Nasional Indonesia (SNI) di mana cakupan muatan dari
setiap konsep standar yang akan disusun disampaikan pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10 Ilustrasi isi dari konsep standar prasarana transportasi jalanBagian Muatan pokok1. RUANG LINGKUP Menjelaskan mengenai cakupan obyek dan spesifikasi standar yang akan diatur di
dalam konsep standar2. ACUAN NORMATIF Menjelaskan acuan peraturan perundangan, standar lainnya (nasional maupun
internasional) yang digunakan sebagai rujukan atau dasar dari konsep standar yangdisusun
3. ISTILAH DAN DEFINISI Menjelaskan apa saja pengertian/pendefinisian dari setiap istilah yang digunakandalam konsep standar agar menjadi kesamaan persepsi dalam penggunaan standar
4. SPESIFIKASI UMUM Menjelaskan persyaratan umum dan fungsional yang diharapkan dari setiap jenisfasilitas dan peralatan yang harus disediakan di setiap jenis prasarana transportasijalan yang disusun konsep standarnya
5. SPESIFIKASI TEKNIS Menjelaskan persyaratan teknis yang harus dipenuhi (terkait dengan material,ukuran, jenis, lokasi, kapasitas, dlsb) dari setiap jenis fasilitas dan peralatan yangharus disediakan di setiap jenis prasarana transportasi jalan yang disusun konsepstandarnya
6. PENUTUP Menjelaskan mengenai apa saja yang perlu diperhatikan dalam mengimplementasidari konsep standar yang disusun
LAMPIRAN-LAMPIRAN Menjelaskan mengenai lampiran normatif (wajib dipertimbangkan) dan lampiraninformatif (bersifat penjelasan atau contoh) sebagai pelengkap dari konsep standaryang disusun
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 1
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
Pada Bab IV bagian Gambaran Penyelenggaraan Prasarana Jalan ini disampaikan
mengenai gambaran penyelenggaraan prasarana transportasi jalan di wilayah yang
menjadi lokasi studi ini yaitu di DKI Jakarta, Kota Pontianak, Kota Yogyakarta, Kota
Padang, dan Kota Surabaya. Dalam bagian ini akan dibahas mengenai gambaran umum
tiap wilayah, gambaran penyelenggaraan prasarana jalan, gambaran penyelenggaraan
transportasi umum, gambaran penyelenggaraan terminal penumpang maupun barang,
penyelenggaraan pengujian kendaraan bermotor, dan penyelenggaraan bengkel umum.
A. Gambaran Penyelenggaraan Prasarana Transportasi Jalan di DKI Jakarta
1. Gambaran Umum Wilayah Studi
Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi 5 wilayah Kota administrasi dan satu Kabupaten
administratif, yakni: Kota administrasi Jakarta Pusat dengan luas 47,90 km2, Jakarta
Utara dengan luas 142,20 km2, Jakarta Barat dengan luas 126,15 km2, Jakarta Selatan
dengan luas 145,73 km2, dan Kota administrasi Jakarta Timur dengan luas 187,73 km2,
serta Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu dengan luas 11,81 km2. Di sebelah
utara membentang pantai sepanjang 35 km, yang menjadi tempat bermuaranya 13 buah
sungai dan 2 buah kanal. Di sebelah selatan dan timur berbatasan dengan Kota Depok,
Kabupaten Bogor, Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi, sebelah barat dengan Kota
Tangerang dan Kabupaten Tangerang, serta di sebelah utara dengan Laut Jawa.
Secara geologis, seluruh dataran terdiri dari endapan pleistocene yang terdapat pada
±50 m di bawah permukaan tanah. Bagian selatan terdiri atas lapisanalluvial, sedang
dataran rendah pantai merentang ke bagian pedalaman sekitar 10 km. Di bawahnya
terdapat lapisan endapan yang lebih tua yang tidak tampak pada permukaan tanah
karena tertimbun seluruhnya oleh endapan alluvium. Di wilayah bagian utara baru
terdapat pada kedalaman 10-25 m, makin ke selatan permukaan keras semakin dangkal
Gambaran Penyelengaraan Prasarana Transportasi JalanBab IV
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 2
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
8-15 m. Pada bagian tertentu juga terdapat lapisan permukaan tanah yang keras dengan
kedalaman 40 m.
Jumlah penduduk dalam periode 2002-2006 terus mengalami peningkatan walaupun
pertumbuhannya mengalami penurunan. Tahun 2002 jumlah penduduk sekitar 8,50 juta
jiwa, tahun 2006 meningkat menjadi 8,96 juta jiwa, dan dalam lima tahun ke depan
jumlahnya diperkirakan mencapai 9,1 juta orang. Kepadatan penduduk pada tahun 2002
mencapai 12.664 penduduk per km2, tahun 2006 mencapai 13.545 penduduk per km2
dan diperkirakan dalam lima tahun kedepan mencapai 13.756 penduduk per km2. Laju
pertumbuhan penduduk pada periode tahun 1980-1990 sebesar 2,42 persen per tahun,
menurun pada periode 1990-2000 dengan laju 0,16 persen. Pada periode 2000-2005,
laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,06 persen per tahun.
Kondisi sosial ekonomi Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta didominasi oleh
pertumbuhan seluruh lapangan usaha yang positif kecuali pertanian. Perkembangan
nilai PDRB pada tahun 2010 sampai dengan 2011 sebagian besar menunjukkan
peningkatan atau rata-rata meningkat setiap tahunnya, untuk nilai PDRB Atas Dasar
Harga Berlaku dan Tanpa Migas Atas Dasar Harga Berlaku mengalami peningkatan
11,8% dan 10,9% pada tahun 2010 sampai 2011.
2. Gambaran Prasarana Jalan
Berdasarkan data dari Ditjen Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum,
2012, panjang jalan di Provinsi DKI Jakarta secara keseluruhan adalah
sepanjang 6.427 km. Berdasarkan status kewenangan pengelolaannya, jalan di
Provinsi DKI Jakarta dapat dilihat dalam Tabel 4.1 berikut,
Tabel 4.1 Panjang Jalan di DKI Jakarta Berdasarkan StatusNo Status Jalan Panjang (km)1 Jalan Nasional 163,782 Jalan Provinsi 1.326,553 Jalan Kota 4.936,93Total Panjang Jalan 6.427
Sumber : Profil dan Kinerja Transportasi Darat DKI Jakarta, 2011
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 3
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
Gambar 4.1 Jaringan Jalan DKI JakartaSumber : Profil dan Kinerja Transportasi Darat DKI Jakarta, 2011.
Terkait dengan penyediaan prasarana pelengkap jalan penyeberangan orang
yang terdiri dari jembatan penyeberangan dan zebra cross, umumnya untuk
penyediaan prasarana penyeberangan orang di Provinsi DKI Jakarta sudah lebih
baik apabila dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia. Penyalahgunaan
jembatan penyeberangan tetap masih ada namun relatif masih lebih baik apabila
dibandingkan dengan pelayanan jembatan penyeberangan di daerah lain.
Gambaran penyelenggaraan pelayanan penyeberangan orang di Provinsi DKI
Jakarta dapat dilihat dalam gambat berikut,
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 4
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
Jembatan Penyeberangan Orang di Kawasan JL.MH.Thamrin
Zebra Cross di Kawasan MonasGambar 4.2 Contoh Fasilitas Penyeberangan di DKI Jakarta
3. Gambaran Prasarana Terminal Penumpang
Dalam melayani kebutuhan transportasi umum bagi masyarakat, di DKI Jakarta
terdapat 11 (sebelas) terminal yang tersebar di 5 wilayah administratif kota di
DKI Jakarta. Dari 11 (sebelas) terminal tersebut 5 terminal merupakan terminal
tipe A dan 6 terminal merupakan terminal tipe B. Daftar terminal yang
melayani transportasi penumpang umum di DKI Jakarta dapat dilihat dalam
tabel berikut,
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 5
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
Tabel 4.2 Terminal di DKI JakartaNo Kota Nama Terminal Tipe Luas (m2)1 Jakarta Selatan Lebak bulus A 6.1502 Jakarta Barat Kalideres A 4.3003 Jakarta Timur Rawamangun A 2.3004 Jakarta Timur Kampung Rambutan A 4.5005 Jakarta Timur Pulo Gadung A 5.4506 Jakarta Selatan Blok M B 2.1007 Jakarta Selatan Pasar Minggu B 1.7508 Jakarta Timur Cililitan B 7509 Jakarta Timur Kampung Melayu B 1.50010 Jakarta Pusat Senen B 2.10011 Jakarta Utara Tanjung Priok B 2.750
Sumber : Profil dan Kinerja Transportasi Darat DKI Jakarta, 2011.
Dari tabel diatas terlihat bahwa terminal lebak bulus merupakan terminal tipe A
dengan luas terminal terbesar dan disusul kemudian dengan terminal Kampung
Rambutan. Kedua terminal ini khususnya terminal Kampung Rambutan,
melayani perjalanan bus antar kota antar Provinsi yang menuju arah timur
maupun selatan dari DKI Jakarta.
Sabagai ibukota negara, dengan jumlah penduduk yang cukup besar,
keberadaan terminal sebagai salah satu simpul transportasi umum di Provinsi
DKI Jakarta tentulah sangat vital. Jumlah armada angkutan umum yang
melayani masyarakat melalui simpul terminal di Provinsi ini pun cukup besar,
sebagai gambaran, jumlah armada angkutan umum yang melayani DKI Jakarta
melalui simpul-simpul terminal yang ada dapat dilihat dalam Tabel 4.3 berikut,
Tabel 4.3 Jumlah Armada Angkutan Umum di Provinsi DKI Jakarta
JenisAngkutan
Tahun – Jumlah PO dan Armada2009 2010 2011
PO Armada PO Armada PO ArmadaAKAP 71 3.449 69 3.669 67 3.704AKDP - 91.082 - 92.113 - 92.241Taksi - 24.324 - 24.541 - 25.312Jumlah 71 118.855 69 120.323 67 121.257Sumber : Profil dan Kinerja Transportasi Darat DKI Jakarta, 2011.
Salah satu terminal tipe A yang cukup besar di DKI Jakarta yaitu Terminal
Lebak Bulus merupakan terminal yang melayani keberangkatan dan kedatangan
angkutan penumpang Antar Kota Antar Provinsi (AKAP), Trayek DKI, dan
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 6
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
Trayek non DKI. Secara rinci, data pelayanan terminal Lebak Bulus dapat
dilihat dalam tabel berikut,
Tabel 4.4. Data Terminal Lebak Bulus
No Deskripsi Penjelasan
1
Jumlah Bus yang melayani 1.024 kendaraan/hariBus AKAP 206 kendaraan/hariTrayek DKI 565 kendaraan/hariTrayek Non DKI 253 kendaraan/hari
2Jumlah RIT Operasi/hari 3.703 RITJumlah RIT AKAP/hari 206 RIT
3
Jumlah Penumpang/hari Masuk = 24.639 orangKeluar = 41.607 orang
Jumlah Penumpang AKAP Berangkat = 2.500 orangTiba = 1.522 orang
4 Jumlah Perusahaan Bus 66 PO
5
Jumlah TrayekAKAP 44 trayekTrayek DKI 16 trayekTrayek non DKI 6 trayek
Sumber : Profil Terminal Lebak Bulus, 2012
Gambar 4.3 Terminal Lebak Bulus, DKI Jakarta
Dalam melayani calon penumpang yang datang maupun berangkat dari
terminal Lebak Bulus, terminal ini dilengkapi dengan 78 loket penjualan tiket
dan fasilitas penunjang lainnya yang mendukung kelancaran pelayanan terminal
terhadap penumpangnya. Gambaran pelayanan fasilitas terminal Lebak Bulus
dapat dilihat dalam tabel berikut,
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 7
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
Tabel 4.5 Fasilitas Terminal Lebak BulusNo Fasilitas Penjelasan1 Luas Terminal 2 Hektare2 Luas Emplasement Terminal 24.070 m2
3 Ruang Tunggu/Kios 510 m2
4 Kantor 1.540 m2
5 Taman 1.839 m2
Gambar 4.4 Fasilitas Terminal Lebak Bulus
4. Gambaran Penyelenggaraan Terminal Barang
DKI Jakarta memiliki satu terminal barang, yaitu terminal angkutan barang
Tanah Merdeka yang terletak di Kalibaru, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara.
Terminal Angkutan Barang Tanah Merdeka ini menjadi tempat transit bagi truk-truk
kontainer yang akan menuju Pelabuhan Tanjung Priok. Umumnya truk-truk pengangkut
barang yang menggunakan terminal angkutan barang ini adalah truk yang tidak
memiliki pool truk atau truk-truk dari wilayah diluar DKI Jakarta.
Terminal angkutan barang Tanah Merdeka ini memiliki luas terminal 50.227 m2.
Dengan kapasitas dapat menampung hingga kurang lebih 250 truk kontainer. Tarif
retribusi bagi truk-truk yang transit di terminal angkutan barang ini adalah sebesar
Rp.20.000 per hari/truk.
5. Gambaran Penyelenggaraan Pengujian Kendaraan Bermotor
Penyelenggaraan pengukuran kendaraan hanya difokuskan pada pengukuran
kendaraan di jembatan timbang. Namun wilayah DKI Jakarta tidak memiliki
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 8
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
jembatan timbang, padahal untuk wilayah Jakarta Utara diperlukan alat
pengukuran kendaraan seperti jembatan timbang, karena untuk wilayah Jakarta
Utara aktivitas kendaraan berat paling tinggi dibandingkan dengan kawasan
Jakarta lainnya, di Jakarta Utara kendaraan yang melintas setiap harinya ada
kurang lebih 6.000 – 7.000 kendaraan berat, namun kapasitas jalan di kawasan
tersebut hanya didesain untuk kapasitas beban kendaraan 10-20 ton. Untuk
Pengujian Kendaraan bermotor di wilayah DKI Jakarta bedasarkan data
Perhubungan Darat Dalam Angka tahun 2010, adalah sebagai berikut :
Tabel 4.6 Data Jumlah Penguji Fungsional
No. LokasiJembatan Fungsional
Pemula PelaksanaPelaksanaLanjutan
Penyedia
1 Kab. Adm. Kepulauan Seribu2 Kota Jakarta Selatan 2 223 Kota Jakarta Timur 12 624 Kota Jakarta Pusat5 Kota Jakarta Barat 5 32 36 Kota Jakarta Utara 2 19 1
Sumber : Perhubungan Darat Dalam Angka, 2011
Untuk Jenis alat pengujian yang digunakan dalan pengujian kendaraan
bermotor adalah dengan menggunakan alat non mekanis, mekanis dan keliling.
Pengujian dengan menggunakan alat pengujuan non mekanis terdapat di Kab.
Adm Kepulauan Seribu dan Kota Jakarta Pusat dengan jumlah alat masing-
masing 1 buah. Untuk alat pengujian mekanis tedapat di Jakarta selatan dengan
jumlah alat sebanyak 5 buah, Jakarta Timur dengan jumlah alat sebanyak 5
buah, Jakarta Barat dengan alat pengujian sebanyak 2 buah dan Jakarta Utara
dengan jumlah alat pengujian sebanyak 1 buah. Jumlah kendaraan yang wajib
uji di DKI jakarta seperti yang tercantum dalam Perhubungan Darat Dalam
Angka pada tahun 2010 adalah sebagi berikut :
Tabel 4.7 Data Jumlah Kendaraan Wajib Uji
No. LokasiJumlah Kendaraan Wajib Uji
Merk AlatUjiMP M.Bus M.Brg KK
Krt.Gan
Krt.Tem
1 Kota Jakarta Selatan - - - - - - -2 Kota Jakarta Timur 11.430 68.207 76.639 - - - CARTEG3 Kota Jakarta Pusat - - - - - - -4 Kota Jakarta Barat - - - - - - -5 Kota Jakarta Utara - - - - - - -Sumber : Perhubungan Darat Dalam Angka, 2010
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 9
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
Berdasarkan data Dinas Perhubungan DKI Jakarta, saat ini terdapat 5 seksi uji
PKB di DKI Jakarta, dan 2 diantaranya dilengkapi pula dengan fasilitas
pengujian berkala, yaitu
- PKB Pulogadung melayani uji berkala dan uji khusus mobil bus; dan
- PKB Cilincing melayani uji berkala kendaraan khusus (truk, trailer,
mobil box, dan kendaraan wajib uji lainnya)
Lokasi PKB Pulogadung yang terletak di Jl.Raya Bekasi Km.1, beroperasi
sejak tahun 1971 dengan luas 1,5 hektare. Peralatan yang ada di lokasi PKB
Pulogadung antara lain adalah 2 (dua) lajur uji mekanis yang dilengkapi dengan
peralatan uji mekanis sistem digital dengan merek Cartec produksi Jerman dan
merek Iyasaka produksi Korea dan Jepang.
Gambar 4.5 UPT PKB seksi Pulogadung, DKI Jakarta
Jenis-jenis peralatan uji kendaraan yang dimiliki oleh UPT PKB seksi
Pulogadung ini antara lain terdiri dari :
a. Alat uji emisi gas buang kendaraan bermotor
b. Alat uji akurasi speedometer kendaraan
c. Alat uji kebisingan suara
d. Alat uji kekuatan intensitas cahaya
e. Alat uji kincup roda depan kendaraan
f. Alat pengukur berat sumbu kendaraan
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 10
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
g. Alat uji rem utama kendaraan
h. Alat uji deteksi sistem-sitsem roda depan
Gambar 4.6 Alat Pengukur beban kendaraan UPT PKB Seksi Pulogadung
Untuk menunjang kelancaran pengiriman data-data hasil pengujian kendaraan
bermotor, maka unit PKB di Pulogadung dilengkapi dengan SIM-komputer
pengujian yang terdiri atas SIM-Komputer Uji Teknis yang dilengkapi dengan
C-Ter (alat untuk memasukkan data identitas kendaraan uji), C-Con (alat untuk
mentransfer hasil data uji teknis ke komputer induk uji teknis yang dinamakan
C-Net. Keseluruhan hasil uji teknis dari C-Net ini dotransfer kembali ke sistem
komputer administrasi (C-Adm).
C-Adm adalah sistem komputer yang merekam dan mengolah data-data
administrasi dari loket-loket pelayanan, yaitu dari komputer pendaftaran uji,
pembayaran retribusi, penetapan uji, pemberian nomor uji, dan dari komputer
pengisian data kartu induk kendaraan, serta mengirimkannya ke komputer hasil
uji. Selain itu C-Adm UPT PKB seksi Pulogadung juga terkoneksi dengan
komputer induk (server computer) yang dikelola oleh seksi fasilitas, sarana dan
prasarana yang mengelola data induk kendaraan wajib uji seluruh Jakarta.
6. Gambaran Penyelenggaraan Bengkel Umum
Penyelenggaraan bengkel umum di DKI Jakarta secara teknis belum diatur
terutama menyangkut spesifikasi teknis peralatan yang harus dimiliki bengkel
umum yang bersangkutan. Beberapa bengkel dengan kualifikasi besar memang
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 11
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
sudah mengadopsi aturan yang dikeluarkan oleh Kementerian Perindustrian
terkait dengan klasifikasi bengkel umum, namun banyak juga yang tidak
berpedoman kepada aturan tersebut.
Namun secara umum, pelayanan bengkel umum di DKI Jakarta sudah cukup
baik, keberadaan bengkel umum yang cukup banyak menjadikan persaingan
usaha di bidang perbengkelan menjadi tinggi, sehingga tiap-tiap bengkel umum
berusaha untuk memberikan pelayanan terbaiknya dengan melengkapi
bengkelnya dengan stall maupun peralatan yang baik, sehingga dapat
memberikan pelayanan yang maksimal dan memberikan pelayanan yang
lengkap bagi kendaraan yang melakukan perbaikan maupun perawatan.
Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan DKI Jakarta, saat ini terdapat sekitar
472 bengkel umum yang tercatat, dan 240 diantaranya merupakan bengkel
umum yang juga sebagai mitra Dinas Perhubungan DKI Jakarta sebagai tempat
pengujian kendaraan bermotor. Meskipun tercatat di Dinas Perhubungan,
namun untuk ketersediaan fasilitas masih belum terstandarisasi, disamping
pedoman yang belum ada, Pemerintah pun masih belum mengadopsi aturan
umum yang sudah ditetapkan dalam KM Perindag No. 551/1999 tentang
Begkel Umum Kendaraan Bermotor. Beberapa bengkel umum yang terdapat di
DKI Jakarta dapat dilihat dalam tabel berikut
Tabel 4.8 Contoh Bengkel Umum di DKI Jakarta
No Nama Bengkel JenisPelayanan
Gambar
1 Aliang Motor - PerbaikanMesin
- PerbaikanChassis
- PerawatanRutin
- Ganti Oli- Engine Tune
Up- Spooring dan
BalancingRoda
- Pengecatan
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 12
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
2 Budi Motor - PebaikanMesin
- PerawatanRutin
- Ganti Oli
3 CK Motorsport - BengkelAksesoriKendaraan
- Ban dan Roda
Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan, 2012.
B. Gambaran Penyelenggaraan Prasarana Transportasi Jalan di Yogyakarta
1. Gambaran Umum Wilayah Studi
Wilayah Kota Yogyakarta terbentang antara 1101524 sampai dengan 1102853 BT
dan 701524 sampai dengan 74926 LS dengan ketinggian rata-rata 114 meter
diatas permukaan laut. Luas wilayah Yogyakarta adalah seluas 325 km2.
Kota Yogyakarta telah terintegrasi dengan sejumlah kawasan disekitarnya, sehingga
batas-batas administratif Kota Yogyakarta adalah :
Barat : Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Kecamatan Kasihan dan
Kabupaten Bantul
Timur : Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman dan Kecamatan Banguntapan
serta Kabupaten Bantul
Utara : Kecamatan Melati dan Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman
Selatan : Kecamatan Banguntapan, Kecamatan Sewon, Kecamatan Kasihan dan
Kabupaten Bantul
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 13
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
Gambar 4.7 Peta Wilayah Yogyakarta
Jumlah penduduk Kota Yogyakarta, berdasarkan Sensus Penduduk 2010, berjumlah
388.088 jiwa, dengan proporsi laki-laki dan perempuan yang hampir setara. Islam
merupakan agama mayoritas yang dianut masyarakat Yogyakarta, dengan jumlah
penganut Kristen dan Katolik yang relatif signifikan. Seperti kebanyakan dari Islam
kebanyakan di kota-kota pedalaman Jawa, mayoritas masih mempertahankan tradisi
Kejawen yang cukup kuat.
Tabel 4.9 Jumlah Penduduk Kota Yogyakarta
T a h u n Jumlah Penduduk Luas Wilayah(KM²)
Kepadatan Penduduk(Jiwa/KM²)
2000 3.121.701 325,00 9.605,232001 3.169.006 326,00 9.720,882002 3.217.028 327,00 9.838,012003 3.265.778 328,00 9.956,642004 3.315.267 329,00 10.076,802005 3.365.506 330,00 10.198,502006 3.400.107 331,00 10.272,232007 3.434.534 332,00 10.344,98
Sumber : DI Yogyakarta Dalam Angka, 2008
Berdasarkan perhitungan PDRB atas harga konstan, perekonomian Provinsi D.I
Yogyakarta tahun 2007 tumbuh sekitar 4.31 %, lebih tinggi dibandingkan tahun
sebelumnya yang mencapai 3.70 % (angka yang diperbaiki).
Ekonomi D.I Yogyakarta tahun 2007 adalah pertumbuhan positif dari seluruh sektor.
Sektor pertambangan/penggalian mengalami pertumbuhan paling besar yaitu sebesar
9.69 %, disusul dengan sektor bangunan dan listrik/gas/air masing-masing sebesar 9.66
% dan 8.45 %. Sektor keuangan, angkutan/komunikasi, sektor perdagangan dan sektor
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 14
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
jasa-jasa tahun ini tumbuh positif sebesar 6.49 %, 6.45 % dan 5.06 % dan 3.61 %.
Sedangkan pertumbuhan sektor industri pengolahan dan sektor pertanian relatif kecil,
tercatat sebesar 1.89 % dan 0.80 %. Dengan pendapatan seperti itu maka pendapatan
perkapita untuk Kota Yogyakarta adalah sebesar 2.503.823,81 Rp/jiwa/tahun.
Tabel 4.10 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku D.I Yogyakarta
No. Sektor Usaha /Lapangan Usaha
Tahun ( Rp. Jutaan)2006 2007
1 Pertanian 28.772 28.7512 Pertambangan dan Penggalian 451 4973 Industri Pengolahan 797.702 866.7474 Listrik, Gas dan Air Bersih 145.225 158.7835 Bangunan 623.423 740.3686 Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.715.860 1.908.2997 Angkutan dan Komunikasi 1.393.144 1.508.3998 Keuangan, Sewa & Jasa Perusahaan 1.107.768 1.269.5799 Jasa 1.920.294 2.118.045
PDRB 7.732.639 8.599.468Sumber : D.I Yogyakarta Dalam Angka, 2008
2. Gambaran Penyelenggaraan Prasarana Jalan
Secara umum berdasarkan data Ditjen Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum, total
panjang jalan di Provinsi ini adalah sepanjang 4.598,1 km dengan rincian panjang jalan
nasional 168,8 km, dan jalan provinsi 621,6 km. Sedangkan berdasarkan data dari DI.
Yogyakarta Dalam Angka 2010, panjang jalan khusus untuk di wilayah Kota
Yogyakarta dapat dilihat dalam Tabel 4.8 berikut
Tabel 4.11 Panjang Jalan di DI Yogyakarta Berdasarkan StatusNo Status Jalan Panjang (km)1 Jalan Nasional 18,13 km2 Jalan Provinsi -3 Jalan Kota 244.142 kmTotal Panjang Jalan 244.160,13 km
Sumber : DI Yogyakarta Dalam Angka 2010, 2011.
Terkait dengan penyediaan prasarana pelengkap jalan penyeberangan orang
yang terdiri dari jembatan penyeberangan orang serta zebra cross, secara umum
kondisi jembatan penyeberangan orang di Kota Yogyakarta relative cukup baik
meskipun jumlahnya belum mencukupi, sedangkan untuk penyediaan zebra
cross kondisinya cukup baik hanya saja banyak penempatan zebra cross yang
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 15
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
tidak digunakan dengan baik oleh pemakai jalan, khususnya di kawasan ramai
pedestrian seperti di jalan Malioboro.
Zebra Cross sekitar Malioboro
Rambu Sekitar Keraton YogyaGambar 4.8 Sarana Transportasi di Yogyakarta
3. Gambaran Penyelenggaraan Terminal Penumpang
Untuk melayani kebutuhan mobilitas masyarakat Kota Yogyakarta khususnya
bagi masyarakat pengguna angkutan umum, di Kota Yogyakarta terdapat
beberapa terminal sebagai simpul transportasi angkutan umum. Terminal
terbesar di Kota Yogyakarta adalah terminal Giwangan yang berlokasi di Pusat
Kota Yogyakarta menggantikan terminal Umbulharjo yang saat ini diopersikan
untuk melayani angkutan dalam Kota. Secara umum di wilayah Provinsi DI.
Yogyakarta terdapat 5 (lima) terminal, satu terminal tipe A, tiga terminal tipe
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 16
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
B, dan satu terminal tipe C. Data terkait terminal di Provinsi DI Yogyakarta
dapat dilihat dalam Tabel 4.12 berikut,
Tabel 4.12 Terminal Penumpang di DI.YogyakartaNo Nama Terminal Tipe Luas Lokasi1 Giwangan A 50.000 Kota Yogyakarta2 Wates B 450 Kab. Kulon Progo3 Wonosari B 400 Kab. Sleman4 Pasar Klopo C 300 Kab. Sleman
Sumber : Perhubungan Dalam Angka 2011
Terminal yang berada di Kota Yogyakarta adalah terminal Giwangan yang
merupakan terminal tipe A yang melayani kedatangan dan keberangkatan bus
AKAP, AKDB, bus perkotaan, dan angkutan kota. Detail data terminal
giwangan di Kota Yogyakarta dapat dilihat dalam tabel berikut,
Tabel 4.13. Data Terminal Giwangan
No Deskripsi Penjelasan1 Lalu Lintas Orang 2.658.359 org/tahun2 Lalu Lintas Kendaraan 810.639 kend/tahun3 Tipe Terminal A4 Luas Terminal 58.850 m2
Sumber : Perhubungan Dalam Angka 2011
Aktifitas Naik Turun Penumpang Terminal Giwangan
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 17
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
Akses Masuk Terminal GiwanganGambar 4.9 Terminal Giwangan, Yogyakarta
Untuk melayani penumpang, terminal Giwangan memiliki bangunan gedung
terminal yang cukup representatif. Ruang tunggu yang cukup nyaman, papan
informasi keberangkatan, serta keberadaan petugas terminal cukup membantu
dan memberikan kenyamanan bagi calon penumpang yang akan bepergian
maupun datang dari terminal Giwangan ini. Pada tabel berikut dapat dilihat
beberapa fasilitas yang dimiliki oleh terminal Giwangan Kota Yogyakarta,
Tabel 4.14 Fasilitas Terminal Giwangan
No Deskripsi Penjelasan1 Luas Ruang Tunggu Terminal 920,80 m2
Kapasitas Ruang Tunggu Terminal 600 orang2 Fasilitas Parkir Kendaraan
Bus AKAP 116Bus AKDP 25Bus Perkotaan 50Taksi 70Kendaraan Pribadi Roda 2 240Kendaraan Probadi Roda 4 125
3 Fasilitas PenunjangWartel 12 unitATM 2 unitLoker 1 unitTempat Ibadah 1 Mesjid, 2 MusholaToilet 16 buah
Sumber : Perhubungan Dalam Angka, 2011
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 18
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
4. Gambaran Penyelenggaraan Pengujian Kendaraan Bermotor
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta No. 17 Tahun 2009 mengenai
Retribusi Pengujian Kendaraan bermotor, menyatakan bahwa pengujian
kendaraan bermotor adalah serangkaian kegiatan menguji dan atau memeriksa
bagian-bagian kendaraan wajib uji dan kendaraan dapat uji, dalam rangka
pemenuhan persyaratan teknis dan laik jalan. Pengujian berkala kendaraan
bermotor yang disebut juga dengan uji berkala adalah pengujian kendaraan
bermotor yang dilakukan secara berkala oleh setiap kendaraan yang wajib uji,
kendaraan yang wajib uji adalah bus, mobil barang, kendaraan khusus, kereta
gandengan, kereta tempelan dan kendaraan umum yang dioperasikan di jalan.
Jumlah kendaraan yang wajib uji di DI Yogyakarta seperti yang tercantum
dalam Perhubungan Darat Dalam Angka pada tahun 2010 adalah sebagi berikut
:
Tabel 4.15 Data Jumlah Kendaraan Wajib Uji
No. LokasiJumlah Kendaraan Wajib Uji
Merk Alat UjiMP M.Bus M.Brg KK
Krt.Gan
Krt.Tem
1 Kab. Kulon Progo 93 379 1.521 10 1 HPA2 Kab. Bantul 128 488 4.780 2 ANZEN3 Kab. Gunung Kidul MULLER
BEAM4 Kab. Sleman 99 528 4.012 2 HPA5 Kab. Yogyakarta 811 1.230 9.754 10 33 IYASAKASumber ; Perhubungan Darat Dalam Angka, 2011
Sejak tahun 2000 beberapa kabupaten yang ada di DI. Yogyakarta telah
menaikan jumlah retribusi untuk uji kendaraan namun tidak untuk Kabupaten
Gunung Kidul. Pada tahun 2011 Kabupaten Gunung Kidul menaikan jumlah
retribusi yang di bebankan kepada pemilik kendaraan ketika uji kendaraan.
Berdasarkan data Perhubungan Dalam Angka Tahun 2010 jenis alat untuk
pengujian kendaraan yang di gunakan di DI Yogyakarta adalah dengan alat
mekanis dengan jumlah alat masing-masing di setiap kabupatennya berjumlah 1
buah tetapi untuk di Kabupaten Yogyakarta terdapat 2 alat uji mekanis dan 1
buah alat uji kendaraan keliling yang hanya ada di Kabupaten Kulon Progo.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 19
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
Pemeriksaan teknis kendaraan bermotor dilakukan melalui beberapa tahapan
yaitu :
1. Pemeriksaan sistem kemudi
2. Pemeriksaan as roda depan dan belakang
3. Pemeriksaan suspensi
4. Pemeriksaan rangka
5. Pemeriksaan Body, Cabin, Dashboard, Tempat Duduk, dan Bak Muatan
6. Pemeriksaan Penerus Daya
7. Pemeriksaan penggerak dan sistem pembuangan
8. Pemeriksaan peralatan kendaraan minimal (dongkrak, alat pembuka ban,
Kipas)
9. Pemeriksaan perlengkapan minimal (ban cadangan, segitiga pengaman)
10.Pemeriksaan sabuk keselamatan
11.Pengukuran dimensi kendaraan (untuk kendaraan baru, mutasi, dan
rubah bentuk)
Gambar 4.10 Denah UPTD PKB Kota Yogyakarta
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 20
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
Sedangkan peralatan pemeriksaan yang dimiliki oleh UPTD Pengujian
Kendaraan Bermotor Kota Yogyakarta antara lain terdiri dari :
a. Carlift
Digunakan untuk melakukan pemeriksaan bagian bawah kendaraan.
Bagian yang dilakukan pemeriksaan antara lain. Alat Carlift yang
dimiliki oleh UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor bermerk Iyasaka.
Gambar 4.11 Carlift milik UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor Kota
Yogyakarta
b. Side Slip Tester
Digunakan untuk melakukan penyimpangan sikap roda depan (kincup
roda depan). Pemeriksaan penyimpangan sikap roda depan dengan
ambang batas antara -5 mm/m +5 mm/m diukur pada kecepatan 5
km/jam. Alat Side Slip Tester yang dimiliki oleh UPTD Pengujian
Kendaraan Bermotor Kota Yogyakarta bermerek Iyasaka.
c. Head Light Tester
Dilakukan untuk mengukur identitas Cahaya pada Lampu Utama Jauh
beserta penyimpangannya. Pengukuran identitas cahaya pada lampu
utama jauh pada kendaraan bermotor dengan standar 12.000 cd untuk
lampu utama jauh. Alat Head Light Tester milik UPTD Pengujian
Kendaraan Bermotor bermerk Cartec.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 21
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
Gambar 4.12 Head Light Tester milik UPTD Pengujian Kendaraan
Bermotor Kota Yogyakarta
d. Axle Load Weight Beam
Digunakan untuk menimbang berat kendaraan, penimbangan kendaraan
pada masing-masing sumbu kendaraan untuk menentukan daya angkut
dan muatan sumbu. Alat Axle Load Weight Beam yang dimiliki oleh
UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor Kota Yogyakarta bermerk Cartec
produksi Jerman.
Gambar 4.13 Axle Load Weight Beam milik UPTD Pengujian
Kendaraan Bermotor Kota Yogyakarta
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 22
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
e. Brake Tester
Digunakan untuk mengukur efisiensi gaya pengereman dan
penyimpangan kendaraan. Pengukuran dengan standar efisiensi kekuatan
rem minimal 50% dengan catatan penyimpangan roda kanan dengan kiri
maksimal 30 % untuk standar kendaraan pabrikan Eropa (MEE) dan 8 %
untuk standar kendaraan pabrikan Jepang (JIS). Alat Brake Tester yang
dimiliki oleh UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor Kota Yogyakarta
bermerek Iyasaka.
f. Speedometer Tester
Digunakan untuk mengukur penyimpangan kecepatan kendaraan dan
memeriksa kelayakan dan ketepatan pengukuran kecepatan di kendaraan.
Pengukuran penyimpangan kecepatan kendaraan dengan ambang batas -
10% sampai +15% pada kecepatan 40 km/jam. Alat Speedometer Tester
yang dimiliki oleh UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor Yogyakarta
bermerek Iyasaka.
g. Smoke Tester
Smoke Tester ini Digunakan untuk menguji emisi gas buang dan
ketebalan asap. Pemeriksaan terhadap ambang batas emisi gas buang
kendaraan bermotor di UPTD pengujian kendaraan bermotor Pontianak
menggunakan alat uji emisi dari pabrikan Iyasaka, yang tersedia alat uji
untuk kendaraan diesel dan kendaraan bensin.
5. Gambaran Penyelenggaraan Bengkel Umum
Seperti halnya daerah-daerah lain pada umumnya, penyelenggaraan bengkel umum di
Kota Yogyakarta tidak diatur secara teknis. Penyelenggaraan bengkel umum cukup
memiliki izin dari Dinas Teknis daerah yang terkait dengan perijinan dan retribusi,
sedangkan untuk standarisasi peralatan bengkel belum diatur secara spesifik oleh Dinas
Perhubungan Kota Yogyakarta.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 23
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
Untuk mendapatkan gambaran terkait dengan penyelenggaraan bengkel umum di Kota
Yogyakarta, dilakukan pengamatan pada beberapa bengkel umum yang melayani
kendaraan roda dua maupun roda empat. Dari hasil pengamatan dan wawancara
pemilik, peralatan yang dimiliki oleh bengkel umum tersebut hanya menyesuaikan
kepada kebutuhan pelayanan berdasarkan penilaian pemilik bengkel dan masukan dari
pelanggan, dan tidak mengikuti standar yang ditetapkan oleh KM Perindag No
551/1999. Sebagai gambaran, pada tabel berikut dapat dilihat beberapa bengkel
umum di Kota Yogyakarta.
Tabel 4.16 Contoh Bengkel Umum di Kota YogyakartaNo Nama Bengkel Jenis Pelayanan Gambar1 Ucok Motor
(Bengkel UmumKendaraan RodaDua)
- PerbaikanMesin
- PerawatanRutin
- Ganti Oli- Engine Tune
Up
2 DAM Motor
(Bengkel UmumKendaraan RodaEmpat)
- PerbaikanMesin
- PerawatanRutin
- Ganti Oli- Engine Tune
Up- Pengecatan
Sumber : Hasil Survey, 2012.
C. Gambaran Penyelenggaraan Prasarana Transportasi Jalan di Kota Padang
1. Gambaran Umum Wilayah Studi
Kota Padang adalah ibukota Propinsi Sumatera Barat yang terletak di pantai barat Pulau
Sumatera dan berada antara 0o 44' 00" dan 1o 08' 35" Lintang Selatan serta antara 100o
05' 05" dan 100o 34' 09" Bujur Timur. Menurut PP No. 17 Tahun 1980, luas Kota
Padang adalah 694,96 km2 atau setara dengan 1,65 persen dari luas Propinsi Sumatera
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 24
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
Barat. Kota Padang terdiri dari 11 kecamatan dengan kecamatan terluas adalah Kota
Tangah yang mencapai 232,25 km2.
Gambar 4.14 Peta wilayah Kota Padang
Secara administratif Kota Padang berbatasan langsung dengan Kabupaten Solok di
sebeah utara, sebelah barat berbatasan langsung dnegan Samedera Hindia dan Selat
Mentawai, sebelah utara berbatasan langusung dengan Kabupaten Padang Pariaman,
dan untuk sebelah selatan berbatasan langsung dengan Pesisir Selatan.
Kota Padang merupakan kota dengan jumlah penduduk paling banyak di provinsi
Sumatera Barat, berdasarkan data kependudukan tahun 2010, jumlah penduduk kota
Padang mencapai 838.190 jiwa dari tahun sebelumnya. Data dari jumlah penduduk
Kota Padang disampaikan dengan tabel berikut ini:
Produk daerah yang dihasilkan sangat terkait dengan aktifitas perekonomian daerah.
Semakin tinggi produktivitas daerah maka Produk Domesti Regional Bruto (PDRB)
nya semakin tinggi. Pada tahun 2010 perekonomian Kota Padang masih terlihat tetap
mengalami peningkatan. Ini ditandai dengan tingkat pertumbuhan PDRB pada tahun
2010 sebesar 6.14 % yaitu dari 9.577,49 milyar rupiah menjadi 10.165,74 milyar rupiah
pada tahun 2010 atau secara nominal naik sebesar 588,25 milyar rupiah.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 25
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
Tabel 4.17 Jumlah Penduduk Kota Padang
T a h u n Jumlah PendudukLuas Wilayah
(KM²)Kepadatan Penduduk
(Jiwa/KM²)2006 765.450 694,96 1.101,432007 784.740 694,96 1.129,192008 801.344 694,96 1.153,082009 819.740 694,96 1.179,552010 838.190 694,96 1.206,10
Sumber : Padang Dalam Angka, 2011
Tabel 4.18 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kota Padang
No. Sektor Usaha /Lapangan Usaha
Tahun ( Rp. Jutaan)2008 2009 2010
1 Pertanian 677,84 835,72 978,262 Pertambangan dan Penggalian 217,09 259,85 300,953 Industri Pengolahan 2.022,96 2.396,88 2.668,744 Listrik, Gas dan Air Bersih 310,73 350,45 392,705 Bangunan 592,09 714,40 792,996 Perdagangan, Hotel dan Restoran 2.827,74 3.147,24 3.607,727 Angkutan dan Komunikasi 3.390,75 3.797,93 4.251,108 Keuangan, Sewa & Jasa Perusahaan 1.050,90 1.256,83 1.467,699 Jasa 2.175,97 2.534,97 2.909,03
PDRB 13.266,07 15.294,27 17.369,18Sumber: Padang dalam Angka, tahun 2011
Dari data PDRB Kota Padang dapat dlihat bahwa sektor usaha yang paling besar
didapat dari angkutan dan komunikasi yang mecapai 25,56% dari total PDRB Kota
Medan, sedangkan untuk pendapatan terbesar kedua diperoleh dari sektor perdagangan,
hotel dan restoran yang mencapai angka 21,32% dari total PDRB, untuk sektor indstri
pengolahan, jasa dan keuangan, sewa dan jasa perusahaan berada pada nilai yang
hampir sama untuk perolahan pendapatan yang menunjang PDRB Kota Medan,
sedangkan untuk usaha lain berada di bawah angka 10%. Dari jumlah PDRB Kota
Padang pada tahun 2007 maka pendapatan Kota Padang perkapita adalah sebesar Rp.
20.722.246 jiwa/tahun.
2. Gambaran Penyelenggaraan Prasarana Jalan
Berdasarkan data yang terdapat Padang Dalam Angka kondisi jalan Kota
Padang tahun 2010 tidak mengalami perubahan yang signifikan bila di
bandingkan dengan tahun sebelumnya. Menurut jenis permukaan, jalan di Kota
Padang sebagian besar telah beraspal yaitu sebesar 79,53 persen (748,6 km),
namun bila dilihat menurut kondisinya, sebagian besar jalan yang ada di Kota
Padang dengan kondisi daik yaitu sebesar 72,18 persen (677,22 km). Untuk
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 26
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
panjang jalan di Kota Padang jika di lihat berdasarkan statusnya, dapat di liat
pada tabel 4.19 berikut.
Tabel 4.19 Panjang Jalan di Kota Padang Berdasarkan StatusNo Status Jalan Panjang (km)1 Jalan Nasional 100,60 km2 Jalan Provinsi -3 Jalan Kota 1642,43 kmTotal Panjang Jalan 1743,03 km
Sumber : Kota Padang Dalam Angka 2011.
Secara umum transportasi dalam kota di Kota Padang di donminasi oleh
angkutan kota dengan jumlah yang cukup banyak, sedangkan untuk transportasi
Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) menggunakan bis kecil. Transportasi darat
untuk angkutan umum di Kota Padang berpusat di Terminal Bingkuang Air Pacah.
Terminal ini melayani kendaraan umum antar kota antar provinsi (AKAP) dan antar
kota dalam provinsi (AKDP). Distribusi jalur antar kota dalam provinsi dari Terminal
Bingkuang Air Pacah akan berakhir di terminal angkutan umum tiap kota atau
kabupaten di Sumatera Barat.
Zebra Cross Jl.A. Yani
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 27
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
Trotoar sekitar Jl. A. Yani PadangGambar 4.15 Prasarana Transportasi Kota Padang
3. Gambaran Penyelenggaraan Terminal Penumpang
Terminal yang ada di Kota Padang berdasarkan Perhubungan Darat Dalam
Angka tahun 2010 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.20 Terminal Penumpang di Kota PadangNo Nama Terminal Tipe Luas (m2) Lokasi1 Andalas A 6.200 Kota Padang2 Jl. Pemuda B 16.650 Kota Padang3 Pasar Goan Hoat C 7.200 Kota PadangSumber : Perhubungan Darat Dalam Angka, 2011
Namun pada kenyataannya terminal Andalas saaat ini sudah tidak ada dan
berubah fungsi menjadi Plaza Andalas. Saat ini terminal bus yang ada di Kota
Padang dan berfungsi melayani kendaraan umum antar kota antar provinsi (AKAP)
dan antar kota dalam provinsi (AKDP) adalah Terminal Bingkuang Air Pacah dan saat
ini pun terminal tersebut sudah tidak beroperasi lagi.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 28
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
Bangunan Depan terminal Bingkuang Air Pacah
Bagian Dalam terminal Bingkuang Air Pacah
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 29
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
Aktivitas dalam Terminal Bingkuang Air Pacah Tahun 2008Gambar 4.16 Eks Terminal Bingkuang Air Pacah Kota Padang
4. Gambaran Penyelenggaraan Pengujian Kendaraan Bermotor
Pada saat ini Kota Padang sedang meningkatkan pelayanan pengujian
kendaraan bermotor dengan menetapkan standar waktu 25 menit untuk
pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor. Penetapan standar waktu minimal
pengujian itu berdasarkan Perda Kota Padang No. 7 Tahun 2005 Tentang
retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor.
Fasilitas pengujian kendaraan bermotor di Kota Padang terdapat di Jl.St Syahrir
Kota Padang. Berdasarkan data di buku Perhubungan Dalam Angka tahun 2010
untuk Kota Padang jumlah penguji Unit Pengujian Kendaraan bermotor
terdapat 3 penguji pelaksana, 21 penguji pelaksana lanjutan dan 3 penyedia.
Jenis alat yang digunakan adalah alat mekanik yang berjumlah 1 buah dengan
merk alat uji Iyasaka dengan tahun pembuatan 2007.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 30
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
Gambar 4.17 Fasilitas pengujian Kendaraan Bermotor Kota Padang
5. Gambaran Penyelenggaraan Bengkel Umum
Seperti halnya daerah-daerah lain pada umumnya, penyelenggaraan bengkel umum di
Kota Padang belum diatur secara teknis. Penyelenggaraan bengkel umum yang cukup
besar umumnya mengacu kepada KM Perindag No 551/1999, namun sebagian
besar belum mengacu kepada aturan tersebut. Sedangkan terkait standar bagi
bengkel umum secara teknis, Dinas Perhubungan Kota Padang belum
menerbitkan aturan yang menjadi pegangan bagi para pemilik bengkel umum di
Kota Padang
Untuk mendapatkan gambaran terkait dengan penyelenggaraan bengkel umum di Kota
Padang, dilakukan pengamatan pada beberapa bengkel umum yang melayani kendaraan
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 31
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
roda dua maupun roda empat. Sebagai gambaran, pada tabel berikut dapat dilihat
beberapa bengkel umum di Kota Padang.
Tabel 4.21 Contoh Bengkel Umum di Kota Padang
No Nama BengkelJenis
Pelayanan Gambar
1 Dayu Motor
(BengkelUmumKendaraanBermotor RodaEmpat)
- PerbaikanMesin
- PerbaikanChassis
- PerawatanRutin
- Ganti Oli- Engine Tune
Up- Balancing
Roda2 Duku Motor
(BengkelUmumKendaraanBermotor RodaDua)
- PerbaikanMesin
- PerawatanRutin
- Ganti Oli- Engine Tune
Up- Perbaikan
Roda- Aksesori
Motor3 Bengkel
Capella Medan
(BengkelUmumKendaraanBermotor RodaEmpat)
- PerbaikanMesin
- PerbaikanChassis
- PerawatanRutin
- Ganti Oli- Engine Tune
Up- Spooring dan
BalancingRoda
- PengecatanSumber : Hasil Pengamatan Lapangan, 2012
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 32
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
D. Gambaran Penyelenggaraan Prasarana Transportasi Jalan di Kota Pontianak
1. Gambaran Umum Wilayah Studi
Kota Pontianak merupakan Ibukota Propinsi Kalimantan Barat yang terdiri dari 6
(enam) kecamatan dan terbagi menjadi 29 (dua puluh sembilan) kelurahan dengan luas
107,82 km² . Kota Pontianak terletak pada Lintasan Garis Khatulistiwa dengan
ketinggian berkisar antara 0,10 meter sampai 1,50 meter diatas permukaan
laut. Kota Pontianak dipisahkan oleh Sungai Kapuas Besar, Sungai Kapuas Kecil dan
Sungai Landak dengan lebar = 400 meter, kedalaman air antara 12 s/d 16 meter,
sedangkan cabangnya mempunyai lebar 250 meter.
Adapun jumlah penduduk tetap Kota Pontianak Tahun 2010 hasil proyeksi yang
menggunakan data Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun 2008 dan Sensus
Penduduk Tahun 2000 berjumlah 521.569 jiwa. Sedangkan dari hasil Sensus Penduduk
Tahun 2000 penduduk Kota Pontianak berjumlah 464.534 jiwa, sedangkan jumlah
penduduk untuk Tahun 2008 adalah 521.569 jiwa. Jumlah penduduk dan luas daerah
per Kecamatan di Kota Pontianak selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.20.
Tabel 4.22 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk per Kecamatandi Kota Pontianak
No. KecamatanLuas
Wilayah(Km2)
JumlahPenduduk
1. Pontianak Selatan 14,54 85.5602. Pontianak Tenggara 14,83 34.7423. Pontianak Timur 8,78 70.5414. Pontianak Barat 16,94 112.6675. Pontianak Kota 15,51 104.7696. Pontianak Utara 37,22 108.291
Sumber: Kota Pontianak dalam Angka, Tahun 2011
Kota Pontianak terdiri dari 6 (enam) kecamatan, yaitu Pontianak Selatan, Pontianak
Tenggara, Pontianak Timur, Pontianak Barat, Pontianak Kota dan Pontianak Utara. Peta
administrasi Kota Pontianak dapat dilihat pada Gambar 4.12
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 33
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
Gambar 4.18 Peta Administrasi Kota Pontianak
Berdasarkan penghitungan PDRB atas dasar harga konstan 2000, laju pertumbuhan
ekonomi Kota Pontianak tahun 2010 adalah sebesar 5,29 persen. Angka ini didapat dari
adanya peningkatan PDRB Kota Pontianak menurut harga konstan 2000, dimana pada
tahun 2009 sebesar Rp.5.477.863,73 juta meningkat menjadi Rp. 5.767.721,69 juta di
tahun 2010.
Hampir seluruh sektor ekonomi pada tahun 2010 mengalami pertumbuhan. Laju
pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 ini antara lain didukung oleh pertumbuhan di
sektor dominan seperti sektor Industri Pengolahan, sektor Bangunan, sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran serta sektor-sektor lain yang peranannya lebih kecil.
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang merupakan sektor yang paling dominan
pada perekonomian Kota Pontianak, di tahun 2010 pertumbuhannya meningkat
dibandingkan pertumbuhan di tahun 2009. Pada tahun 2009 pertumbuhan di sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 5,55 persen dan di tahun 2010 meningkat
menjadi 5,82 persen. Peningkatan pertumbuhan disektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran ini tentunya tidak terlepas dari adanya peningkatan volume perdagangan serta
peningkatan jumlah tamu hotel serta rumah makan dan restoran di kota Pontianak.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 34
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
Struktur perekonomian di Kota Pontianak sampai dengan tahun 2010 masih di dominasi
oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dengan peranannya sebesar 22,32 persen.
Hal ini berarti bahwa naik turunnya pertumbuhan di sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran akan sangat mempengaruhi naik turunnya pertumbuhan perekonomian secara
keseluruhan di Kota Pontianak. Sektor lain yang peranannya cukup penting dalam
pembentukan PDRB Kota Pontianak adalah sektor Jasa-jasa dengan peranannya sebesar
20,70 persen dan sektor Pengangkutan dan Komunikasi dengan peranan sebesar 20,07
persen.
Nilai PDRB per Kapita di suatu wilayah di dapat dari pembagian antara nilai Produk
Domestik Regional Bruto dengan jumlah penduduk per tengahan tahun di wilayah
tersebut. Jika di bandingkan dengan nilai yang sama dengan wilayah lain dalam kurun
waktu yang sama maka nilai PDRB per Kapita ini dengan cepat akan memperlihatkan
secara relatif tingkat kemakmuran wilayah tersebut dibandingkan dengan wilayah lain.
Artinya adalah jika nilai PDRB per Kapita-nya lebih besar dari nilai PDRB per Kapita
di wilayah lain maka penduduk wilayah tersebut dapat dikatakan relatif lebih makmur
demikian juga sebaliknya.
Untuk wilayah kota Pontianak, nilai PDRB per Kapitanya selalu memperlihatkan
adanya kenaikan bila dibandingkan dengan periode terdahulu. Di tahun 2010 misalnya
nilainya adalah sebesar Rp. 14.819.653 yang berarti meningkat sebesar 7,76 %
dibandingkan dengan nilai di tahun 2004 yang sebesar Rp. 13.751.736.
2. Gambaran Prasarana Jalan
Berdasarkan data BPS Kota Pontianak Dalam Angka tahun 2011 bahwa panjang jalan
yang ada di Kota Pontianak adalah 291,65 km dengan rincian menurut statusnya seperti
pada tabel berikut.
Tabel 4.23 Data Panjang Jalan Kota Pontianak Berdasarkan StatusNo Status Jalan Panjang (km)1 Jalan Nasional 37,52 Jalan Provinsi 10,63 Jalan Kota 243,55
Total Panjang Jalan 291,65Sumber : Kota Pontianak Dalam Angka 2011
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 35
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
Jika dilihat menurut jenis permukaannya hampir 64,81% jalan dengan permukaan aspal,
8,60% permukaan kerikil, 8,82% permukaan tanah dan 1,82% permukaann lainnya.
Zebra Cross di Simpang Jl. A. YaniGambar 4.19 Prasarana Transportasi Kota Pontianak
3. Gambaran Penyelenggaraan Terminal Penumpang
Sistem transportasi darat Kota Pontianak dilayani oleh minibus, angkutan kota yang
biasa disebut dengan oplet, taksi dan bus melayani beberapa trayek lainnya. Sebagian
besar rute dalam kota yang dilayani oleh oplet dapat menghubungkan antara beberapa
terminal yang ada di Kota Pontianak.
Pontianak merupakan kota yang dekat dengan perbatasan anatara Indonesia dengan
Malaysia, melalui jalan darat dari Kota Pontianak tersedia bus yang dapat
menghubungan antara Indonesia dengan Malaysia yaitu ke Kota Kuching dan Serawak.
Bus yang digunakan untuk lintas negara ini disediakan oleh berbagai penyedia layanan
termasuk Perum DAMRI, perusahaan swasta Indonesia, dan perusahaan swasta
Malaysia.
Terdapat 2 terminal di Kota Pontianak yang digunakan untuk melayani penumpang
dengan trayek dalam kota dan antar kota seperti tabel 4.28 berikut.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 36
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
Tabel 4.24 Terminal Penumpang di Kota Pontianak
No Nama Terminal TipeLuas(m2)
Lokasi
1 Pontianak A 240 Kota Pontianak2 Batu Layang B 3.500 Kota Pontianak
Sumber : Perhubungan Darat Dalam Angka, 2010
Saat ini terminal terbesar di Kota Pontianak yang dikelola oleh Dinas Perhubungan
Kota Pontianak melalui UPTD Terminal adalah terminal Batulayang. Namun kondisi
pelayanan terminal Batulayang saat ini sangat memprihatinkan, jumlah penumpang
semakin menurun, dan fasilitas terminal pun tidak terawat. Keberadaan angkutan travel,
dan lokasi terminal yang cukup jauh dari pusat kota menjadi salah satu penyebab
menurunnya tingkat pelayanan terminal Batulayang ini.
Kantor Terminal terminal Batu Layang
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 37
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
Bagian Dalam terminal Batu Layang
Jalan Akses Terminal BatulayangGambar 4.20 Kondisi Terminal Batulayang Pontianak
4. Gambaran Penyelenggaraan Pengujian Kendaraan Bermotor
Pengujian kendaraan bermotor merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang
berperan penting dalam menunjang kelancaran mobilitas masyarakat untuk beraktivitas
di sektor-sektor lain. Penyelenggaraan pengujian kendaraan bermotor di Kota
Pontianak dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pengujian
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 38
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
Kendaraan Bermotor, yang berada di Jl.Khatulistiwa KM 4,2 Batulayang, Kota
Pontianak.
Tahapan pengujian kendaraan bermotor terdiri dari 2 (dua) tahap yaitu tahap
pemeriksaan awal dan pemeriksaan secara teknis. Dalam melakukan pengujian,
dilakukan pemeriksaan awal secara visual (non teknis/Pra Uji) yang meliputi :
a. Pemeriksaan identitas kendaraan (Nomor kendaraan, Nomor mesin,
Nomor rangka dan nomor uji);
b. Pemeriksaan kondisi body dan pengujian dimensi kendaraan;
c. Pemeriksaan lampu-lampu, kaca, tabir matahari, penghapus kaca, pintu-
pintu, tempat duduk, ban (kedalaman alur) dan roda-roda, kaca spion,
peralatan dan perlengkapan, dan lain-lain.
d. Pemeriksaan penyambung (coupling) kereta gandengan.
Bila kendaraan dinyatakan lulus pra uji kendaraan, maka kendaraan yang
bersangkutan dapat langsung menuju gedung pengujian dan dilakukan
pemeriksaan secara teknis dengan menggunakan peralatan uji mekanis yang
bersertifikasi nasional apabila kendaraan tidak dinyatakan lulus pra uji maka
harus dilakukan perbaikan terlebih dahulu. Pemeriksaan teknis kendaraan
bermotor dilakukan melalui beberapa peralatan pemeriksaan, yang antara lain
adalah :
a. Carlift
Digunakan untuk melakukan pemeriksaan bagian bawah kendaraan.
Bagian yang dilakukan pemeriksaan antara lain pemeriksaan tingkat
kelonggaran/spelling/keausan sistem suspensi, sistem kemudi, poros
roda, dan bagian bawah kendaraan lainnya. Alat Carlift yang dimiliki
UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor Kota Pontianak ini bermerek
Cartec produksi Jerman
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 39
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
Gambar 4.21 Carlift milik UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor Kota
Pontianak
b. Side Slip Tester
Digunakan untuk melakukan penyimpangan sikap roda depan (kincup
roda depan). Pemeriksaan penyimpangan sikap roda depan dengan
ambang batas antara -5 mm/m +5 mm/m diukur pada kecepatan 5
km/jam (Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 63 tahun 1993).
Alat Side Slip Tester yang dimiliki UPTD Pengujian Kendaraan
Bermotor Kota Pontianak ini bermerek Iyasaka produksi Jepang.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 40
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
Gambar 4.22 Side Slip Tester milik UPTD Pengujian Kendaraan
Bermotor Kota Pontianak
c. Head Light Tester
Dilakukan untuk mengukur identitas Cahaya pada Lampu Utama Jauh
beserta penyimpangannya. Pengukuran identitas cahaya pada lampu
utama jauh pada kendaraan bermotor dengan standar 12.000 cd untuk
lampu utama jauh dengan penyimpangan kekanan 0o34” dan
penyimpangan kekiri 1o09”. Alat Head Light Tester yang dimiliki UPTD
Pengujian Kendaraan Bermotor Kota Pontianak ini bermerek Iyasaka
produksi Jepang.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 41
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
Gambar 4.23 Head Light Tester milik UPTD Pengujian Kendaraan
Bermotor Kota Pontianak
d. Axle Load Weight Beam
Digunakan untuk menimbang berat kendaraan, penimbangan kendaraan
pada masing-masing sumbu kendaraan untuk menentukan daya angkut
dan muatan sumbu. Alat Axle Load Weight Beam yang dimiliki UPTD
Pengujian Kendaraan Bermotor Kota Pontianak ini bermerek Iyasaka
produksi Jepang.
Gambar 4.24 Axle Load Weight Beam milik UPTD Pengujian
Kendaraan Bermotor Kota Pontianak
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 42
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
e. Brake Tester
Digunakan untuk mengukur efisiensi gaya pengereman dan
penyimpangan kendaraan. Pengukuran dengan standar efisiensi kekuatan
rem minimal 50% dengan catatan penyimpangan roda kanan dengan kiri
maksimal 30 % untuk standar kendaraan pabrikan Eropa (MEE) dan 8 %
untuk standar kendaraan pabrikan Jepang (JIS). Alat Brake Tester yang
dimiliki UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor Kota Pontianak ini
bermerek Iyasaka produksi Jepang. Saat ini alat pengujian rem
kendaraan milik UPTD PKB Kota Pontianak ini sedang mengalami
kerusakan, dan sedang dalam proses perbaikan.
Gambar 4.25 Break Tester milik UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor
Kota Pontianak
f. Speedometer Tester
Alat ini Digunakan untuk mengukur penyimpangan kecepatan
kendaraan. Pengukuran penyimpangan kecepatan kendaraan dengan
ambang batas -10% sampai +15% pada kecepatan 40 km/jam. Alat
Speedometer Tester yang dimiliki UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor
Kota Pontianak ini bermerek Iyasaka produksi Jepang
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 43
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
Gambar 4.26 Speedometer Tester milik UPTD Pengujian Kendaraan
Bermotor Kota Pontianak
g. Smoke Tester
Digunakan untuk menguji emisi gas buang dan ketebalan asap.
Pemeriksaan terhadap ambang batas emisi gas buang kendaraan
bermotor di UPTD pengujian kendaraan bermotor Pontianak dibagi
menjadi 2 (dua) yaitu untuk kendaraan dengan bahan bakar bensin dan
solar, sesuai dengan alat yang dimiliki oleh UPTD pengujian kendaraan
bermotor kota Pontianak. Alat Smoke Tester yang dimiliki UPTD
Pengujian Kendaraan Bermotor Kota Pontianak ini bermerek Iyasaka
produksi Jepang
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 44
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
Gambar 4.27 Smoke Tester milik UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor Kota
Pontianak
5. Gambaran Penyelenggaraan Bengkel Umum
Penyelenggaraan Bengkel Umum Kendaraan Bermotor di Kota Pontianak, baik
roda dua maupun roda empat secara teknis belum diatur oleh Dinas
Perhubungan Kota Pontianak, baik untuk pemungutan retribusi maupun terkait
dengan standarisasi peralatan bengkel umum.
Ketiadaan aturan tersebut menjadinkan belum ada standar baku bagi
pelaksanaan bengkel umum di Kota Pontianak. KM Perindag No.551/1999
yang menjadi acuan bagi pemilik bengkel umum untuk men-standarkan
fasilitasnya pun belum diadaptasi oleh sebagian besar pemilik bengkel di Kota
Pontianak, sehingga bengkel-bengkel di Kota Pontianak belum memiliki
penilaian kelas. Kualitas pelayanan bengkel hanya ditentukan oleh masukan
dari pelanggan dan tentunya keinginan pemilik bengkel dalam memberikan
pelayanan terbaik. Keberadaan bengkel umum di Kota Pontianak masih belum
terlalu banyak, sehingga persaingan usaha bengkel umum di Kota Pontianak
pun masih belum terlalu tinggi, maka dari itu kualitas pelayanan maupun
kepemilikan peralatan bengkel di Kota Pontianak beberapa masih kurang baik.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 45
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
Tabel 4.25 Contoh Bengkel Umum di Kota Pontianak
No Nama Bengkel JenisPelayanan
Gambar
1 Istana Mobil
(BengkelUmumKendaraanBermotor RodaEmpat)
- PerbaikanMesin
- PerbaikanChassis
- PerawatanRutin
- Ganti Oli- Engine Tune
Up- Spooring
danBalancingRoda
2 SerikatMotor
(BengkelUmumKendaraanBermotor RodaEmpat)
- PerbaikanMesin
- PerbaikanChassis
- PerawatanRutin
- Ganti Oli- Engine Tune
Up
3 NSS Pontianak
(BengkelUmumKendaraanBermotor RodaDua)
- PerbaikanMesin
- PerbaikanBody
- PerawatanRutin
- Ganti Oli- Engine Tune
Up
Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan, 2012
E. Gambaran Penyelenggaraan Prasarana Transportasi Jalan di Kota
Surabaya
1. Gambaran Umum Wilayah Studi
Luas wilayah Kota Surabaya adalah 520,87 km2 atau sebesar 52.087 Ha dengan 63,45%
atau sebesar 330,48 km2 merupakan luas wilayah daratan dan selebihnya sekitar
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 46
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
36,55% atau seluas 190,39 km2 merupakan wilayah laut yang dikelola oleh Pemerintah
Kota Surabaya. Letak geografik Kota Surabaya berada pada 07º09ʹ - 07º21ʹ LS dan
112º36ʹ - 112º54ʹ BT. Kota Surabaya terletak di tepi pantai utara provinsi Jawa Timur.
Secara administratif Kota Surabaya berbatasan dengan Selat Madura di utara dan
timur, Kabupaten Sidoarjo di Selatan, serta Kabupaten Gresik di Barat. Kota Surabaya
memiliki 31 Kecamatan dan memiliki 160 Desa/Kelurahan.
Kota Surabaya erada di ketinggian 3 – 6 meter diatas permukaan air laut (daratan
rendah), kecuali di bagian selatan Kota Surabaya terdapat dua bukit landai di daerah
lidan dan gayungan dengan ketinggian 25 -50 meter diatas permukaan laut.
Gambar 4.28 Peta Wilayah Kota Surabaya
Berdasarkan data yang tercatat di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, sampai
dengan Bulan Desember 2010. Jumlah penduduk Kota Surabaya yang terdaftar di Kartu
keluarga hingga Desember 2010 adalah 2.861.928 jiwa atau sebanyak 755.914 Kepala
keluarga. Komposisi penduduk Kota Surabaya pada Tahun 2010 berdasarkan jenis
kelamin sebanyak 1.437.682 jiwa penduduk laki-laki (50,23 %) dan 1.424.246 (49,77
%) jiwa penduduk perempuan.
Tabel 4.26 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Surabaya
No. TahunJumlah Penduduk
(jiwa)Luas Wilayah
(km2)Kepadatan Penduduk
(jiwa/ km2)1 1980 2.017.527 326,27 6183,612 1990 2.473.272 326,27 7580,453 2000 2.599.796 326,27 7968,234 2010 2.861.928 326,27 8771,66
Sumber : Kota Surabaya Dalam Angka, Tahun 2011
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 47
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
Dalam kurun waktu sepuluh tahun laju pertumbuhan penduduk tidak menunjukan
angka yang naik secara drastis dari sepuluh tahun sebelumnya. Surabaya merupakan
salah satu pintu gerbang perdagangan utama di wilayah Indonesia Timur. Dengan
segala potensi, fasilitas, dan keunggulan geografisnya Surabaya memiliki potensi
ekonomi yang sangat besar. Sektor primer, sekunder, dan tersier di kota ini sangat
mendukung untuk semakin memperkokoh sebutan Surabaya sebagai kota perdagangan
dan ekonomi.
Berdasarkan data PDRB Kota Surabaya pada tahun 2010, sektor usaha yang menjadi
penopang utama sektor ekonomi Kota Surabaya adalah dari sektor Perdagangan, Hotel
dan Restoran yang mencapai angka Rp. 58.541.380,17 atau sebesar 38,09% dari jumlah
PDRB Kota Surabaya dan dari sektor usaha Industri Pengolahan sebesar Rp.
44.045.823,86 atau sebesar 29,40% dari total PDRB.
Tabel 4.27 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kota Surabaya
No.Sektor Usaha / Tahun ( Rp. Jutaan)
Lapangan Usaha 2009 2010
1 Pertanian 45.477,53 152.999,162 Pertambangan dan Penggalian 8.345,55 9.614,093 Industri Pengolahan 38.699.277,05 44.045.823,864 Listrik, Gas dan Air Bersih 4.635.406,46 5.836.205,335 Bangunan 8.294.575,55 9.631.006,136 Perdagangan, Hotel dan Restoran 48.770.050,95 58.541.380,17
58.541.380,177 Angkutan dan Komunikasi 11.164.050,29 12.501.649,1212.501.649,128 Keuangan, Sewa & Jasa Perusahaan 7.700.419,31 8.864.368,54
9 Jasa 8.860.539,51 10.209.569,0510.209.569,05PDRB 128.278.142,20 149.792.615,45
Sumber : Kota Surabaya Dalam Angka, 2011
2. Gambaran Penyelenggaraan Terminal Penumpang
Kota Surabaya memiliki terminal yang cukup representatif, dan merupakan
salah satu terminal yang cukup baik di Indonesia, yaitu terminal Purabaya yang
merupakan terminal tipe A. Terminal ini terdapat di kecamatan Bungurasih
Kota Surabaya, dan melayani keberangkatan serta kedatangan bus AKAP,
AKDP, maupun angkutan perkotaan. Selain terminal Purabaya yang merupakan
terminal tipe A, Kota Surabaya juga terdapat 1 (satu) terminal tipe B, dan 8
(delapan) terminal tipe C yang melayani angkutan perkotaan dan angkutan
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 48
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
regional jarak dekat. Terminal di kota Surabaya dapat dilihat dalam tabel
berikut,
Tabel 4.28 Terminal di Kota Surabaya
No Nama Terminal Kelas Pelayanan Angkutan Luas1 Purabaya A AKAP, AKDP,
Angkutan Kota115.000 m2
2 Tambak Oso Wilangun B AKDP, Angkutan Kota 30.000 m2
3 Bratang C Angkutan Kota 2.760 m2
4 Benowo C Angkutan Kota 2.886 m2
5 Dukuh Kupang C Angkutan Kota 2.974 m2
6 Kalimas Barat C Angkutan Kota 1.845 m2
7 Menanggal C Angkutan Kota 2.072 m2
8 Balong Sari C Angkutan Kota 1.578 m2
9 Kedungcowek C Angkutan Kota 7.000 m2
10 Manukan C Angkutan Kota 4.485 m2
Sumber : Dinas Perhubungan Kota Surabaya, 2012
Terminal Purabaya merupakan pengembangan dari Terminal Joyoboyo yang
kapasitasnya sudah tidak memadai serta berada dipusat kota yang tidak memungkinkan
dilakukan pengembangan. Pembangunan terminal Type A Purabaya sudah
direncanakan sejak tahun 1982 berdasarkan surat Persetujuan Gubernur Jawa Timur
namun baru dapat dilaksanakan pembangunan pada 1989 serta diresmikan
pengoperasiannya oleh Menteri Perhubungan RI pada tahun 1991.
Lokasi pembangunan Terminal Purabaya berada di desa Bungurasih Kecamatan Waru
Kabupaten Sidoarjo dengan luas ± 12 Ha. Dipilihnya lokasi tersebut karena mempunyai
akses yang sangat baik dan strategis sebagai pintu masuk ke kota Surabaya serta berada
pada jalur keluar kota Surabaya arah timur selatan dan barat. Walaupun lokasi Terminal
Purabaya berada di Kabupaten Sidoarjo namun pengelolaan terminal dilakukan oleh
Pemerintah Kota Surabaya. Hal tersebut berdasarkan perjanjian kerjasama (MOU)
antara Pemerintah Kabupaten Sidoarjo dengan Pemerintah Kota Surabaya.
Terminal Purabaya, yang merupakan terminal tipe A di Kota Surabaya,
terhitung memiliki fasilitas yang cukup lengkap. Dengan luas keseluruhan yang
mencapai 12 hektare, terminal ini selalu terjaga keamanan dan kebersihannya.
Saat ini terminal Purabaya Surabaya sedang dilakukan peningkatan terminal,
dengan dilakukannya pembangunan gedung terminal baru dengan sistem
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 49
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
selasar yang langsung dapat mengakses parkir bus untuk tiap-tiap jurusan.
Fasilitas yang terdapat di temrinal bus Purabaya baik fasilitas utama maupun
fasilitas penunjang, antara lain adalah sebagai berikut,
Tabel 4.29 Fasilitas Teminal Bus Purabaya
No Fasilitas Utama No Fasilitas Penunjang1 Ruang Tunggu Penumpang 1 Toilet2 Selasar Kedatangan AKAP/AKDP 2 Kantin3 Pos Kedatangan Bus 3 Wartel4 Pos Keberangkatan Bus 4 Ruang Ibu Menyusui5 Parkir Bus Kota 5 Bank6 Parkir Bus Patas 6 Pos Kesehatan7 Jalur Pemberangkatan AKAP & AKDP 7 Pos Informasi8 Tempat Parkir Bus Malam 8 Pos Polisi9 Pintu Masuk Terminal 9 Ruang Tunggu Penumpang10 Pintu Keluar Terminal 10 Pos Ruang Tunggu11 Bus DAMRI Bandara Juanda 11 Tempat Parkir MAT12 Peron13 Gedung Kantor TerminalSumber : Profil Terminal Bus Purabaya Surabaya, 2012
Beberapa gambaran terkait dengan penyelenggaraan terminal Bus Purabaya
Surabaya, yang mencakup kegiatan pelayanan terminal baik pelayanan fasilitas
utama dan penunjang, dapat dilihat dalam gambar-gambar berikut,
Pos Kedatangan Bus Kedatangan Bus
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 50
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
Ruang Tunggu Penumpang Ruang Merokok
Ruang Ibu Menyusui Pos Informasi
Pos Kesehatan Pos PolisiGambar 4.29 Fasilitas Pelayanan Terminal Bus Purabaya, Surabaya
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 51
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
Gambar 4.30 Denah Terminal Purabaya, Surabaya
3. Gambaran Penyelenggaraan Prasarana Pengujian Kendaraan
Bermotor
Pengujian kendaraan bermotor di Kota Surabaya berada di bawah koordinasi
Dinas Perhubungan Kota Surabaya yang secara teknis diselenggarakan oleh
UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor Dishub Kota Surabaya. Terdapat 2 (dua)
lokasi pengujian kendaraan bermotor di Kota Surabaya, yaitu di Tandes dan
Wiyung. UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor Tandes Kota Surabaya
merupakan salah lokasi pengujian kendaran bermotor dengan fasilitas yang
cukup lengkap di Indonesia. Dengan luas
Peralatan dan fasilitas penunjang di UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor
Tandes Kota Surabaya terhitung cukup lengkap, dengan kondisi yang cukup
baik. Terdapat 2 (dua) jalur pengujian kendaraan bermotor di Tandes, yaitu
jalur 15 ton dengan peralatan yang bermerek Muller Beam produksi Jerman,
dan jalur 10 ton dengan peralatan yang bermerek Iyasaka produksi Korea.
Peralatan pengujian yang dimiliki oleh UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor
Tandes antara lain adalah sebagai berikut
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 52
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
Tabel 4.30 Peralatan Pengujian Kendaraan Bermotor UPTD Pengujian
Kendaraan Bermotor Tandes Kota Surabaya CIS I - Jalur 10 Ton
No Alat Spesifikasi1 Smoke Tester Nanhua YD-12 Side Slip Tester Iyasaka KSST-1550SIS/0883 Head Light Tester Iyasaka ALT 8004 Axle Load + Brake Tester Iyasaka KBT-1550SIS-AW-1/0885 Speedometer Tester Iyasaka KSMT-1500SIS-A/088Sumber : UPTD PKB Tandes Surabaya, 2012
Tabel 4.31 Peralatan Pengujian Kendaraan Bermotor UPTD Pengujian
Kendaraan Bermotor Tandes Kota Surabaya CIS II - Jalur 15 Ton
No Alat Spesifikasi1 Smoke Tester Muller Beam OPACIMETER AT 6052 Side Slip Tester Muller Beam BILAMANTIC 10003 Head Light Tester Muller Beam 764-54 Axle Load + Brake Tester Muller Beam BILAMANTIC 10005 Speedometer Tester Muller Beam BILAMANTIC 10006 CO-HC Muller Beam AT 5057 Sound Level Tester Lutron SL-4012Sumber : UPTD PKB Tandes Surabaya, 2012
Sementara untuk menunjang pelaksanaan pelayanan pengujian kendaraan
bermotor, di UPTD Tandes ini dilengkapi pula dengan fasilitas penunjang
lainnya, yang antara lain dapat dilihat dalam tabel berikut,
Tabel 4.32 Fasilitas UPTD PKB Tandes, Surabaya
No Fasilitas Jumlah Luas1 Ruang Kantor 3 58 m2
2 Ruang Admnistrasi Penguji 1 60 m2
3 Ruang Pelayanan (Loket) 1 50 m2
4 Gedung CIS (Pengujian) 2 1890 m2
5 Gedung Generator Set 2 60 m2
6 Ruang IT 1 16 m2
7 Ruang Arsip 1 8 m2
8 Gudang 1 20 m2
9 Ruang Tunggu 1 60 m2
10 Lapangan Parkir 1 13.452 m2
11 Toilet 3 6 m2
12 Musholla 1 25 m2
13 Kantin 1 1.890 m2
Sumber : UPTD PKB Tandes Surabaya, 2012
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 53
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
Lapangan Parkir Ruang Tunggu
Loket Pelayanan Toilet
Telepon Umum Ruang Pengujian KendaraanGambar 4.31 Fasilitas UPTD PKB Tandes, Surabaya
Sedangkan gambaran terkait dengan penempatan fasilitas, baik fasilitas utama
maupun fasilitas pendukung di UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor Tandes
Surabaya ini dapat dilihat dalam denah fasilitas berikut ini,
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 54
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
4. Gambaran Penyelenggaraan Prasarana Bengkel Umum
Sepeti halnya wilayah studi lain, penyelenggaraan bengkel umum di Kota
Surabaya secara umum masih belum berada di bawah pembinaan Dinas
Perhubungan, baik Dinas Perhubungan Kota Surabaya maupun Dinas
Perhubungan Provinsi Jawa Timur.
Bengkel umum yang beroperasi saat ini, secara legal berjalan berdasarkan izin
usaha biasa, dan belum ada bengkel yang memiliki sertifikasi khusus dari Dinas
Perhubungan dan juga belum ada pelibatan bengkel umum yang menjadi lokasi
pengujian kendaraan bermotor.
Sebetulnya saat ini di Pemerintahan Kota Surabaya sedang disusun rancangan
Peraturan Daerah terkait dengan Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Bengkel Umum Kendaraan Bermotor. Namun karena masih dalam tahap
penyusunan Raperda, tentunya belum ada kegiatan pembinaan maupun
pengawasan terkait dengan penyelenggaraan bengkel umum di Kota Surabaya.
Tabel 4.33 Contoh Bengkel Umum di Kota SurabayaNo Nama Bengkel Jenis Pelayanan Gambar1 Agoes Motor
(Bengkel UmumKendaraan RodaDua)
- PerbaikanMesin
- PerawatanRutin
- Ganti Oli- Engine Tune
Up- Perbaikan Roda
2 Liek Motor
(Bengkel UmumKendaraan RodaEmpat)
- PerbaikanMesin
- PerawatanRutin
- Ganti Oli- Engine Tune
Up- Pengecatan- Perbaikan Roda
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 55
Ba
b IV
–G
am
ba
ra
n P
ra
sa
ra
na
J
ala
n
3 M Speed
(Bengkel UmumKendaraan RodaEmpat)
- PerbaikanMesin
- PerawatanRutin
- Ganti Oli- Engine Tune
Up- Pengecatan
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir V- 1
Ba
b V
–A
na
lis
is d
an
E
va
lua
si
Pada Bab V bagian Analisis dan Evaluasi ini disampaikan mengenai hasil dari
kegiatan pengumpulan data, yang kemudian dilakukan analisis untuk mendapatkan
masukan dan gambaran bagi penyusunan konsep standar pasarana transportasi jalan.
Data yang dianalisis berupa data hasil pengamatan lapangan dan data hasil survey
sekunder ke beberapa instansi.
Pada bagian ini akan dibahas juga terkait dengan hasil evaluasi dan analisis pemenuhan
kebutuhan prasarana transportasi jalan, khususnya terkait dengan pemenuhan
kebutuhan prasarana transportasi jalan di wilayah studi, yang terkait dengan pemenuhan
prasarana terminal penumpang, terminal barang, fasilitas pengujian kendaraan
bermotor, dan bengkel umum.
A. Analisis dan Evaluasi Penyelenggaraan Terminal Penumpang
Dalam menggali masukan bagi penyusunan standar bagi terminal penumpang,
dilakukan survey persepsi terhadap pengguna terminal penumpang dan juga
survey prefenensi terhadap operator terminal terkait dengan layanan yang
diberikan terhadap penumpang, baik kendala dalam melakukan pelayanan,
maupun capaian yang sudah diraih dalam memberikan pelayanan bagi para
pengguna terminal penumpang.
1. Persepsi Pengguna Terminal Penumpang
Dalam menggali persepsi pengguna terminal penumpang terkait dengan
penyelenggaraan pelayanan terminal penumpang, baik dari sisi pelayanan
fasilitas utama dan juga fasilitas penunjang, dilakukan wawancara terhada
responden di lokasi-lokasi terminal penumpang di lokasi yang ditetapkan
sebagai wilayah studi, yaitu terminal Giwangan di Kota Yogyakarta, terminal
Batulayang di Kota Pontinanak, dan terminal Lebak Bulus di DKI Jakarta.
Khusus untuk Kota Padang tidak dilakukan survey pengguna terminal, karena
Analisis dan EvaluasiBab V
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir V- 2
Ba
b V
–A
na
lis
is d
an
E
va
lua
si
di Kota Padang ini sudah tidak terdapat lagi terminal penumpang semenjak
bencana gempa bumi di tahun 2009.
Secara umum, pelayanan terminal di ketiga kota yang dilakukan pengamatan,
belum memberikan pelayanan yang cukup baik meskipun apabila merujuk
kepada persepsi penggunanya tidak juga terlalu mengecewakan. Gambaran
hasil dari pengamatan lapangan dan wawancara terhadap para pengguna dapat
khususnya terkait dengan pelayanan fasilitas utama terminal penumpang yang
berhubungan langsung dengan aktifitas calon penumpang dilihat dalam gambar
dan penjelasan berikut,
Gambar 5.1 Persepsi mengenai ruang tunggu terminal penumpang
Terkait dengan fasilitas ruang tunggu terminal penumpang, terlihat dari
persepsi pengguna, terminal Purabaya dan selanjutnya terminal Giwangan
memberikan pelayanan yang cukup baik dengan masing-masing memberikan
kepuasan terhadap 63% dan 62% dari total responden yang memberikan
penilaian terhadap pelayanan fasilitas ruang tunggu penumpang, sementara
terminal Batulayang Pontianak berdasarkan persepsi pengguna memiliki ruang
tunggu yang memberikan pelayanan yang kurang baik. Sedangkan untuk
terminal lebak bulus, berdasarkan persepsi yang ada terlihat bahwa pelayanan
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
Giwangan Batulayang Lebak Bulus Purabaya
61%
3%
36%
63%
16%
15%
26%
23%
23%
82%
38%
13%
Kurang
Cukup
Baik
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir V- 3
Ba
b V
–A
na
lis
is d
an
E
va
lua
si
ruang tunggu penumpang cukup berimbang antara pengguna yang merasa
cukup, kurang, maupun merasa puas dengan pelayanan yang ada.
Gambar 5.2 Persepsi mengenai loket penjualan karcis terminal penumpang
Terkait dengan pelayanan loket penjualan karcis terminal penumpang, terlihat
bahwa terminal Purabaya Surabaya dan kemudian dilanjutkan dengan terminal
Giwangan Yogyakarta memberikan pelayanan yang cukup baik bagi calon
penumpang, ini terlihat dari sekitar 70% responden di terminal Purabaya dan
62% di terminal Giwangan merasa cukup puas dengan pelayanan loket
penumpang. Sementara terminal Batulayang berdasarkan persepsi masyarakat
kondisinya kurang, ini terlihat dari 82 % responden yang merasa tidak puas
dengan pelayanan loket penjualan karcis. Sementara terminal Lebak Bulus,
sebagian besar atau 49% responden merasa kurang puas dengan pelayanan
loket penjualan karcis yg ada.
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
Giwangan Batulayang Lebak Bulus Purabaya
66%
1%
38%
70%
18%
13%
12%
23%16%
86%
49%
7%
Kurang
Cukup
Baik
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir V- 4
Ba
b V
–A
na
lis
is d
an
E
va
lua
si
Gambar 5.3 Persepsi mengenai parkir kendaraan terminal penumpang
Terkait dengan penyediaan pelayanan parkir kendaraan, terminal Giwangan
Yogyakarta memberikan pelayanan yang cukup baik, ini terlihat dari sebagian
besar atau 73 % responden memiliki pandangan bahwa pelayanan hal ini cukup
baik, kemudian dilanjutkan denagn terminal Purabaya Surabay dimana 57%
pengguna merasa cukup puas dengan pelayanan parkir kendaraan. Sementara
untuk terminal Batulayang sebanyak 44 % responden merasa cukup dengan
fasilitas parkir kendaraan, sedangkan untuk terminal Lebak Bulus, sebagian
besar responden atau 39% juga merasa cukup dengan pelayanan parkir
kendaraan, meskipun terdapat juga 31% responden yang merasa kurang puas.
Sementara itu terkait dengan penyelenggaraan prasarana penunjang, beberapa
persepsi masyarakat terkait dengan penyelenggaraan prasarana penunjang
terminal penumpang, khususnya yang terkait langsung dengan aktifitas calon
penumpang bus, dapat dilihat dalam tabel berikut,
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
Giwangan Batulayang Lebak Bulus Purabaya
73%
18%30%
57%
22%
44%39%
27%
4%
38% 31%17%
Kurang
Cukup
Baik
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir V- 5
Ba
b V
–A
na
lis
is d
an
E
va
lua
si
Gambar 5.4 Persepsi mengenai fasilitas kamar kecil/toilet terminal penumpang
Untuk pelayanan toilet di terminal penumpang, terlihat bahwa terminal Purabaya
Surabaya memberikan pelayanan yang lebih baik dengan 70% responden menyatakan
puas dan kemudian dilanjutkan dengan terminal Giwangan Yogyakarta yang juga
menyediakan pelayanan toilet dengan cukup baik, ini terlihat dari hasil wawancara yang
meyatakan bahwa 55% responden merasa puas dengan kondisi toilet yang ada.
Sedangkan untuk terminal Batulayang, sebanyak 80% responden merasa kurang puas,
atau dalam artian pelayanan terkait penyediaan toilet masih kurang baik. Sementara itu
untuk terminal lebak bulus, sebagian besar responden atau sebesar 39% responden
merasa bahwa pelayanan penyediaan toilet di terminal ini masih kurang baik,
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Giwangan Batulayang Lebak Bulus Purabaya
55%
4%
28%
70%
35%
16%
33%
27%
10%
80%
39%
3%
Kurang
Cukup
Baik
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir V- 6
Ba
b V
–A
na
lis
is d
an
E
va
lua
si
Gambar 5.5 Persepsi mengenai fasilitas ruang ibadah terminal penumpang
Mengenai fasilitas ruang ibadah di terminal penumpang, terlihat dari hasil wawancara,
terminal Purabaya Surabaya dan Giwangan Yogyakarta memiliki fasilitas ibadah yang
cukup memuaskan para pengguna terminal, ini terlihat dari 87% responden di terminal
Purabaya dan 76% responden di terminal Giwangan yang merasa bahwa fasilitas ruang
ibadah yang ada sudah cukup baik. Sedangkan untuk terminal Batulayang, sebanyak
79% responden merasa bahwa ketersediaan fasilitas ruang ibadah masih kurang.
Sedangkan untuk terminal Lebak Bulus, sebagian besar calon penumpang merasa
bahwa pelayanan terkait fasilitas ruang ibada sudah cukup dan beberapa berpendapat
sudah baik dengan persentase 38% dan 36%.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Giwangan Batulayang Lebak Bulus Purabaya
76%
2%
36%
87%
19%
19%
39%
10%5%
79%
25%
3%
Kurang
Cukup
Baik
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir V- 7
Ba
b V
–A
na
lis
is d
an
E
va
lua
si
Gambar 5.6 Persepsi mengenai fasilitas kantin terminal penumpang
Terkait dengan fasilitas kantin terminal penumpang, terminal Purabaya Surabaya
memberikan pelayanan yang lebih baik terlihat dari sekitar 63% responden menyatakan
puas dengan pelayanan kantin dan kemudian dilanjutkan dengan pelayanan kantin di
terminal Giwangan memberikan pelayanan yang cukup baik dengan sebanyak 51%
responden merasa bahwa pelayanan kantin sudah cukup baik. Sedangkan terminal
Batulayang 65% reponden berpendapat bahwa pelayanan kantin masih kurang.
Sedangkan untuk terminal lebak bulus, sebanyak 49% responden berpendapat bahwa
kantin yang ada dalam taraf cukup memberikan pelayanan.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Giwangan Batulayang Lebak Bulus Purabaya
51%
8%22%
63%
41%
26%
49%
30%
7%
65%
29%
7%
Kurang
Cukup
Baik
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir V- 8
Ba
b V
–A
na
lis
is d
an
E
va
lua
si
Gambar 5.7 Persepsi mengenai fasilitas ruang pengobatan terminal
penumpang
Terkait dengan fasilitas ruang pengobatan terminal penumpang, di terminal Purabaya
memberikan pelayanan lebih baik terlihat dari 73% responden menyatakan puas dengan
pelayanan ruang pengobatan. Kemudian dilanjutkan dengan terminal Giwangan dimana
fasilitas tersebut sudah cukup baik dengan 52% dari responden berpendapat bahwa
pelayanan ruang pengobatan terminal penumpang di terminal ini sudah cukup baik.
Sedangkan untuk terminal Batulayang pelayanan masih kurang dengan 89% responden
merasa bahwa pelayanan ruang pengobatan di terminal ini masih kurang. Sementara
terminal Lebak Bulus relatif cukup dengan 32 % reponden menjawab cukup, dan 30%
menjawab baik.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Giwangan Batulayang Lebak Bulus Purabaya
52%
2%
30%
73%
34%
8%
32%
23%14%
89%
38%
3%
Kurang
Cukup
Baik
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir V- 9
Ba
b V
–A
na
lis
is d
an
E
va
lua
si
Gambar 5.8 Persepsi mengenai fasilitas ruang informasi dan pengaduan
terminal penumpang
Terkait dengan pelayanan ruang informasi dan pengaduan terminal penumpang, dari
hasil survey terlihat bahwa terminal Batulayang Pontianak memebrikan pelayanan yang
kurang, ini terlihat dari 88% responden merasa kurang. Sedangkan untuk terminal
Purabaya Surabaya sudah memberikan pelayanan dengan baik dimana sebanyak 83%
responden menyatakan puas dan dilanjutkan dengan pelayanan terminal Giwangan
sudah cukup baik terlihat dari 57% responden berpendapat ketersediaan fasilitas ruang
informasi dan pengaduan ini sudah cukup baik. Sedangkan terminal Lebak Bulus
cenderung seimbang antara responden yang berpendapat cukup dan baik dengan
persentase 34% dan 33%.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Giwangan Batulayang Lebak Bulus Purabaya
57%
2%
33%
83%
31%
9%
34%
13%12%
88%
33%
3%
Kurang
Cukup
Baik
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir V- 10
Ba
b V
–A
na
lis
is d
an
E
va
lua
si
Gambar 5.9 Persepsi mengenai fasilitas telepon umum terminal penumpang
Penilaian untuk fasilitas telepon umum di terminal, terlihat terminal Purabaya Surabaya
memberikan pelayanan yang baik dimana 77% responden menyatakan puas dengan
pelayanan telepon umum di Purabaya. Selain itu terminal Giwangan pula masih
memberikan pelayanan yang cukup baik, begitu pula terminal Lebak Bulus yang
memberikan pelayanan yang cukup pula. Sedangkan untuk terminal Batulayang tidak
memberikan pelayanan yang baik, ini terlihat dari 97% responden yang memberikan
penilaian kurang terhadap penyediaan fasilitas ini.
Gambar 5.10 Persepsi mengenai fasilitas penitipan barang terminal
penumpang
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Giwangan Batulayang Lebak Bulus Purabaya
47%
1%
34%
77%
34%
2%
39%
17%19%
97%
27%
7%
Kurang
Cukup
Baik
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
Giwangan Batulayang Lebak Bulus Purabaya
24%
1%
38%
60%29%
2%
12%
30%47%
97%
49%
10%
Kurang
Cukup
Baik
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir V- 11
Ba
b V
–A
na
lis
is d
an
E
va
lua
si
Terkait dengan penilaian fasilitas penitipan barang terminal penumpang, terlihat bahwa
terminal Purabaya memberikan pelayanan yang baik dengan sebanyak 60% responden
merasa puas, namu untuk terminal lainnya yang menjadi lokasi studi hampir di seluruh
terminal lainnya belum memberikan pelayanan yang baik. Di terminal Giwangan 47%
responden menjawab kurang, di terminal Lebak Bulus sebanyak 49% responden
menjawab kurang, dan di terminal Batulayang yang terbanyak atau 97% responden
menjawab kurang.
Gambar 5.11 Persepsi mengenai fasilitas taman terminal penumpang
Untuk persepsi mengenai fasilitas taman di terminal penumpang, terlihat bahwa
terminal Giwangan dan terminal Purabaya cukup memberikan pelayanan yang
baik, ini terlihat di kedua terminal tersebut sebanyak 63% responden
menyatakan bahwa kondisi taman di terminal Giwangan dan Purabaya sudah
cukup baik, sedangkan untuk terminal Batulayang, sebanyak 86% responden
menyatakan bahwa kondisi taman di terminal ini masih kurang, dan di terminal
lebak bulus sebanyak 53 % menyatakan bahwa ketersediaan taman di terminal
Lebak Bulus masih kurang.
2. Penilaian Operator Bus terhadap Penyelenggaraan Terminal
Terkait dengan masukan dan pendapat dari operator bus angkutan penumpang
terkait dengan penyelenggaraan terminal nya di masing-masing lokasi terminal,
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
Giwangan Batulayang Lebak Bulus Purabaya
63%
3%22%
63%
34%
11%
26%
20%
3%
86%
53%
17%
Kurang
Cukup
Baik
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir V- 12
Ba
b V
–A
na
lis
is d
an
E
va
lua
si
ditanyakan beberapa kegiatan penyelenggaraan terkait terminal yang mereka
manfaatkan, permasalahan yang ada terkait dengan penyelenggaraan terminal,
dan masukan terhadap penyelenggaraan terminal penumpang khususnya
masukan bagi penyusunan standar prasarana transportasi jalan yang akan
disusun.
2.1. Terminal Giwangan
Terkait dengan pelaksanaan temrinal Giwangan di Kota Yogyakarta,
berdasarkan masukan dan pendapat dari operator bus penumpang di terminal
Giwangan, didapatkan kondisi bahwa sebagai terminal penumpang terbesar di
Pulau Jawa, terminal Giwangan belum bisa memberikan pelayanan terbaik bagi
para penumpang maupun pada pengusaha otobus.
Ketersediaan fasilitas pelayanan di terminal ini sudah cukup baik, namun masih
banyak fasiliitas yang belum digunakan secara optimal, dan perawatan dari tiap
fasilitas tersebut yang masih kurang. Terminal Giwangan ini merupakan salah
satu terminal dengan model selasar penumpang yang menggunakan sistem
selasar yang langsung menuju lokasi pemberangkatan bus tiap-tiap jurusan,
namun saat ini fasilitas tersebut tidak berfungsi secara optimal, sebagian besar
calon penumpang banyak yang langsung menuju bus tanpa melalui lorong
selasar penumpang.
Beberapa masukan dan pendapat terkait penyelenggaraan terminal Giwangan
dari sisi operator bus penumpang antara lain adalah :
a. Perlu adanya perbaikan beberapa fasilitas yang sudah ada, seperti
memperpendek jarak dari pintu masuk menuju bus melalui lorong
selasar, agar para penumpang tidak memilih untuk lewat langsung
lapangan terminal;
b. Perlu adanya peningkatan kualitas ruang tunggu dan lorong selasar,
seperti penambahan pendingin ruangan atau pemasangan travelator,
agar para calon penumpang dapat lebih nyaman menggunakan fasilitas
ini;
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir V- 13
Ba
b V
–A
na
lis
is d
an
E
va
lua
si
c. Perlu adanya petugas khusus yang mengatur dan juga dapat menindak
para calon penumpang yang tidak menggunakan fasilitas ruang tunggu
lantai dua dan lorong selasar menuju bus.
d. Sebagai masukan bagi penyusunan standar prasarana terminal
penumpang, perlu adanya standar bagi lebar selasar dan juga standar
jarak maksimal dari pintu masuk hingga menuju bus, standar
penggunaan eskalator dan travelator untuk kondisi tertentu.
2.2. Terminal Batulayang
Terminal Batulayang saat ini kondisinya sangat memprihatinkan, ketersediaan
fasilitas di terminal ini sangat minim. Jalan akses menuju terminal dan juga
lapangan parkir bus maupun parkir kendaraan lainnya kondisinya kurang baik.
Semakin menurunnya jumlah angkutan umum yang masuk ke terminal dan juga
jarak terminal Batulayang yang cukup jauh dari pusat kota Pontianak menjadi
salah satu penyebab sepi nya terminal ini dan berdampak pada menurunnya
pula kualitas pelayanan terminal ini.
Beberapa masukan dan pendapat terkait penyelenggaraan terminal Batulayang
dari sisi operator bus penumpang antara lain adalah
a. Pelayanan terminal semakin menurun karena jumlah angkutan dan
penumpang yang semakin menurun;
b. Perlu adanya perbaikan fasilitas antarmoda yang dapat mengakses dari
pusat kota Pontianak menuju terminal Batulayang untuk memudahkan
aksesibilitas penumpang yang akan menggunakan fasilitas terminal
Batulayang;
c. Masukan bagi penyusunan standar ini menurut operator terminal
Batulayang, perlu adanya standar terkait dengan penyediaan fasilitas
antarmoda.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir V- 14
Ba
b V
–A
na
lis
is d
an
E
va
lua
si
2.3. Terminal Lebak Bulus
Terminal Lebak Bulus merupakan salah satu terminal dengan frekuensi
lalulintas penumpang maupun lalulintas angkutan yang cukup tinggi seperti
halnya terminal Kampung Rambutan yang memiliki lokasi yang tidak terlalu
jauh.
Kondisi prasarana utama maupun penunjang di terminal Lebak Bulus pada
umumnya sudah cukup tersedia, namun kondisinya yang masih kurang baik.
Keterbatasan lahan dan juga keterbatasan kewenangan operator terminal dalam
mengembangkan terminal menjadi kendala dalam meningkatkan pelayanan
terminal Lebak Bulus. Saat ini kapasitas pelayanan terminal Lebak Bulus
sebetulnya sudah tidak mencukupi lagi, dan Pemerintah pun sebetulnya sudah
merencanakan pembangunan terminal baru di DKI Jakarta namun belum
terselesaikan dan belum dapat difungsikan.
Berdasarkan wawancara terhadap operator bus penumpang didapatkan beberapa
pendapat dan masukan terkait dengan penyelenggaraan terminal, antara lain
adalah
a. Ketersediaan fasilitas di terminal lebak bulus tersedia cukup lengkap,
namun dari segi kualitas masih kurang.
b. Sebagai masukan bagi penyusunan standar prasarana terminal
penumpang, perlu disusun standar bagi penyediaan ruang tunggu
beserta fasilitas pendukungnya yang nyaman, dan juga selasar
penumpang yang nyaman dan aman untuk mengantarkan penumpang
langsung menuju bus masing-masing.
3. Analisis Pemenuhan Kelengkapan Fasilitas Terminal Penumpang
Dalam melakukan analisis pemenuhan kelengkapan fasilitas terminal
penumpang ini dilakukan dengan membandingkan persyaratan pemenuhan
kelengkapan fasilitas terminal penumpang yang diamanatkan dalam
Kepmenhub Nomor 31 tahun 1995 tentang Terminal Transportasi Jalan, baik
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir V- 15
Ba
b V
–A
na
lis
is d
an
E
va
lua
si
yang terkait dengan pemenuhan fasilitas utama terminal penumpang maupun
fasilitas penunjang terminal penumpang.
Pembandingan pemenuhan kelengkapan fasilitas terminal dilakukan dengan
membuat matriks perbandingan antara syarat kelengkapan fasilitas terminal
penumpang dengan kondisi kelengkapan fasilitas terminal penumpang di
wilayah studi, yang dapat dilihat dalam tabel berikut,
Tabel 5.1 Analisis Pemenuhan Kelengkapan Prasarana Utama Terminal
Penumpang di Wilayah Studi
Kelengkapan PrasaanaTerminal Penumpang
Berdasarkan KM31/1995
Terminal PenumpangBatulayang,
KotaPontianak
Lebak Bulus,DKI Jakarta
Giwangan,Kota
Yogyakarta
Purabaya,Kota
SurabayaJalur Pemberangkatan 1 jalur 8 jalur 16 jalur 15 jalurJalur Kedatangan 1 jalur 2 jalur 4 jalur 3 jalurParkir Kendaraan Umum 6.000 m2 24.070 m2 58.850 m2 32.000 m2
Bangunan KantorTerminal
100 m2 1.540 m2 1.850 m2 1.700 m2
Tempat tunggupenumpang/ pengantar
120 m2 510 m2 920,8 m2 600 m2
Menara PengawasTidak tersedia Tersedia Tersedia Tersedia dan
dilengkapidengan CCTV
Loket PenjualanKarcis
Tidak tersedia 78 loket/hari 128 loket/hari 102 loket/hari
Parkir kendaraanpengantar
1.200 m2 720 m2 2.485 m2 1.800 m2
Sumber : KM 31/1995, Hasil Pengamatan Lapangan 2012
Dari keempat terminal yang menjadi lokasi wilayah studi dan dilakukan
pengamatan, secara umum fasilitas utama terminal penumpang sudah tersedia,
hanya di terminal Batulayang Kota Pontianak yang tidak tersedia menara
pengawas dan loket penjualan karcis yang sudah tidak berfungsi lagi. Dari tabel
diatas terlihat pula terminal dengan fasilitas terlengkap dengan kuantitas
pemenuhan ketersediaan fasilitas utamanya yang cukup banyak adalah terminal
Purabaya di Kota Surabaya.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir V- 16
Ba
b V
–A
na
lis
is d
an
E
va
lua
si
Sedangkan terkait dengan pemenuhan prasarana penunjang terminal
penumpang di 4 (empat) lokasi terminal yang menjadi wilayah studi ini dapat
dilihat dalam tabel berikut,
Tabel 5.2 Analisis Pemenuhan Kelengkapan Prasarana Penunjang Terminal
Penumpang di Wilayah Studi
KelengkapanPrasaana Terminal
PenumpangBerdasarkan KM
31/1995
Terminal Penumpang
Batulayang,Kota
Pontianak
Lebak Bulus,DKI Jakarta
Giwangan,Kota
Yogyakarta
Purabaya,Kota
Surabaya
Kamar kecil/toilet 2 unit (2 m2) 7 unit (2 m2) 16 unit 22 unit
Musholla1 unit (20 m2) 1 unit (24 m2) 1 Masjid,
2 Musholla1 Masjid,
2 Musholla
Kios/Kantin12 unit (120
m2)25 unit 32 unit 42 unit
Ruang pengobatan TIdak tersedia 12 m2 18 m2 20 m2
Ruang informasi danpengaduan
20 m2 24 m2 32 m2 42 m2
Telepon umum Tidak tersedia 1 unit 12 unit 15 unitTempat penitipanbarang
Tidak tersedia Tidak tersedia 1 unit 2 unit
Taman 250 m2 1.839 m2 2.880 m2 3.250 m2
Sumber : KM 31/1995, Hasil Pengamatan Lapangan 2012
Dari tabel diatas terlihat bahra terminal Batulayang di Kota Pontianak tidak
memiliki fasilitas penunjang yang lengkap, terlihat dari tidak tersedianya ruang
pengobatan, telepon umum, dan tempat penitipan barang. Sedangkan terminal
Lebak Bulus tidak tersedia tempat penitipan barang. Dari keempat terminal
yang menjadi lokasi wilayah studi, terminal Purabaya di Kota Surabaya
memilili fasilitas penunjang yang cukup baik, terlihat dari kuantitas
ketersediaan fasilitas yang cukup besar.
B. Analisis dan Evaluasi Penyelenggaraan Terminal Barang
1. Persepsi Pengguna Terminal Barang Tanah Merdeka
Dari 4 (empat) lokasi studi, terminal barang hanya tersedia di DKI Jakarta,
dimana terdapat 2 (dua) terminal barang yaitu terminal angkutan barang Pulo
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir V- 17
Ba
b V
–A
na
lis
is d
an
E
va
lua
si
Gebang dan terminal angkutan barang Tanah Merdeka. Terkait dengan
penyelenggaraan terminal barang Tanah Merdeka dilakukan wawancara
terhadap operator angkutan barang agar didapatkan persepsi operator angkutan
barang yang merupakan pengguna dari terminal barang. Gambaran persepsi
pengguna terminal barang dapat dilihat dalam gambar berikut ini,
Gambar 5.12 Persepsi Pengguna Terminal Barang
Dari gambar diatas terlihat bahwa fasilitas pelayanan terminal barang Tanah
Merdeka masih kurang memenuhi harapan penggunanya, terlihat dari fasilitas
yang ada umumnya pengguna memberikan penilaian sedang, sedangkan
beberapa fasilitas seperti kantin, taman, dan tempat istirahat dirasakan masih
kurang.
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil wawancara terhadap
pengguna terminal angkutan barang Tanah Merdeka, Cilincing, Jakarta Utara,
didapatkan beberapa masukan dan pendapat terkait dengan penyelenggaraan
terminal angkutan penumpang, yang antara lain adalah :
a. Fasilitas pendukung terminal angkutan barang masih kurang
memadai, seperti ruang tunggu kru angkutan barang, toilet, dan
kondisi lapangan parkir kendaraan masih kurang baik.
0%
20%
40%
60%
80%
100%
5.56% 5.56% 5.56% 5.56% 5.56% 5.56% 5.56%
66.67%83.33%
11.11%
55.56%
88.89%
44.44%27.78%
27.78%11.11%
83.33%
38.89%
5.56%
50.00%66.67%
Jenis Pelayanan
kurang
sedang
baik
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir V- 18
Ba
b V
–A
na
lis
is d
an
E
va
lua
si
b. Terminal angkutan barang ini seringkali difungsikan pula sebagai
terminal angkutan penumpang, kondisi ini menyebabkan angkutan
terminal barang yang akan masuk dan menggunakan fasilitas
terminal barang ini sedikit terganggu, sebagai masukan bagi
Pemerintah agar kiranya dapat dilakukan penindakan bagi angkutan
penumpang yang menggunakan fasilitas angkutan barnag ini.
c. Perlu adanya fasilitas yang cukup baik bagi tempat istirahat kru
angkutan barang, agar para pengemudi angkutan barang dapat
beristirahat dengan cukup baik dan nyaman sebelum melanjutkan
perjalanan.
d. Masukan bagi penyusunan standar prasarana terminal barang ini
antara lain perlu adanya standar yang baku bagi penyediaan fasilitas
terminal barang baik fasilitas utama maupun fasilitas penunjang, agar
kualitas terminal barang yang ada dapat lebih baik, dan terminal
angkutan barang yang ada bukan hanya sekedar tempat parkir
angkutan barang tanpa memberikan pelayanan tambahan bagi para
kru kendaraan angkutan barang.
2. Analisis Pemenuhan Kelengkapan Fasilitas Terminal Barang
Dalam melakukan analisis pemenuhan kelengkapan fasilitas terminal barang ini
dilakukan dengan membandingkan persyaratan pemenuhan kelengkapan
fasilitas terminal barang yang diamanatkan dalam Kepmenhub Nomor 31 tahun
1995 tentang Terminal Transportasi Jalan, baik yang terkait dengan pemenuhan
fasilitas utama terminal barang maupun fasilitas penunjang terminal barang.
Pembandingan pemenuhan kelengkapan fasilitas terminal dilakukan dengan
membuat matriks perbandingan antara syarat kelengkapan fasilitas terminal
barang dengan kondisi kelengkapan fasilitas terminal barang di wilayah studi,
yang dapat dilihat dalam tabel berikut,
Tabel 5.3 Analisis Pemenuhan Kelengkapan Prasarana Utama Terminal Barang
di Wilayah Studi
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir V- 19
Ba
b V
–A
na
lis
is d
an
E
va
lua
si
Kelengkapan Prasaana Terminal BarangBerdasarkan KM 31/1995
Kondisi PrasaranaTerminal Tanah
MerdekaBangunan Kantor Terminal 120 m2
Parkir kendaraan untuk melakukan bongkar dan muatbarang
1.200 m2
Gudang atau lapangan penumpukan barang Tidak tersediaTempat parkir kendaraan angkutan barang untukistirahat
12.000 m2
Papan informasi Tidak tersediaPeralatan bongkar muat barang Tidak tersedia
Sumber : KM 31/1995, Hasil Pengamatan Lapangan 2012
Tabel 5.4 Analisis Pemenuhan Kelengkapan Prasarana Penunjang Terminal
Barang di Wilayah Studi
Kelengkapan Prasaana Terminal BarangBerdasarkan KM 31/1995
Kondisi PrasaranaEksisting
Tempat istirahat awak kendaraan Tersedia (180 m2)Parkir kendaraan selain kendaraan angkutan barang 1.600 m2
Alat timbang kendaraan dan muatannya Tidak TersediaKamar kecil/toilet 8 unitMusholla 1 unitKios/kantin 4 unitRuang pengobatan Tidak tersediaTaman 400 m2
Sumber : KM 31/1995, Hasil Pengamatan Lapangan 2012
Dari kedua tabel diatas terlihat bahwa ketersediaan fasilitas di terminal barang
Tanah Merdeka masih cukup minim. Terlihat dari tidak tersedianya
gudang/lapangan penumpukan barang, papan informasi, dan peralatan bongkar
muat barang sebagai fasilitas utama. Selain itu untuk fasilitas penunjang yang
tidak tersedia adalah alat timbang dan ruang pengobatan.
C. Pengamatan dan Penilaian Fasilitas Pengujian Kendaraan Bermotor
(PKB)
1. Persepsi Pengguna Fasilitas Pengujian Kendaraan Bermotor
Untuk mendapatkan persepsi terkait dengan penyelenggaraan fasilitas
pengujian kendaraan bermotor dilakukan pengamatan lapangan di fasilitas PKB
Kota Pontianak, Kota Padang, Kota Yogyakarta, DKI Jakarta, dan PKB di Kota
Surabaya.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir V- 20
Ba
b V
–A
na
lis
is d
an
E
va
lua
si
1.1. PKB Kota Pontianak
Secara umum pelayanan UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor di Kota
Pontianak sudah cukup baik, namun memang apabila melihat kondisi fasilitas
baik fasilitas utama maupun fasilitas penunjang pengujian kendaraan bermotor
di Kota Pontianak masih perlu banyak perbaikan dan peningkatan kualitas
pelayanannya.
Kerusakan peralatan menjadi salah satu kendala yang sering terjadi dalam
kegiatan pelayanan pengujian kendaraan bermotor di Kota Pontianak, kesulitan
spare part alat dan pembelian spare part yang harus ke Jakarta menjadikan
beberapa kali fasilitas pengujian kendaraan bermotor di Kota Pontianak ini
harus terganggu pelayanannya. Gambaran penilaian pengguna fasilitas PKB di
Kota Padang dapat dilihat dalam gambar berikut,
Gambar 5.13 Penilaian Pengguna Fasilitas PKB di Kota Pontianak
Terkait dengan fasilitas penunjang pengujian kendaraan bermotor di Kota
Pontianak secara umum belum tersedia dengan kuantitas maupun kualitas yang
cukup baik. Kondisi ruang tunggu, toilet, dan lapangan parkir masih kurang
representatif.
0%
20%
40%
60%
80%
100%
14% 8% 17%0%
29%
32% 45%48%
18%
43%
54% 48%35%
82%
28%
Prasarana PKB
Kurang
Sedang
Baik
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir V- 21
Ba
b V
–A
na
lis
is d
an
E
va
lua
si
Beberapa masukan dan pendapat terkait dengan penyelenggaraan pengujian
kendaraan bermotor khususnya terkait dengan masukan terhadap penyusunan
standar prasarana pengujian kendaraan bermotor yang sedang disusun ini antara
lain adalah,
a. Perlu adanya penyusunan standar fasilitas penunjang pengujian
kendaraan bermotor yang lebih teknis mengatur standar minimum
fasilitas penunjang pengujian kendaraan bermotor, seperti toilet, ruang
tunggu, loket, kantin, dan lapangan parkir agar lebih representatif.
b. Terkait standar peralatan pengujian kendaraan bermotor perlu disusun
pula standar perawatan peralatan, agar tidak terjadi keruakan alat
dengan waktu yang cukup lama, sehingga mengganggu pelayanan
pengujian kendaraan bermotor.
1.2. PKB Kota Padang
Terkait dengan fasilitas pengujian kendaraan bermotor di Kota Padang, secara
umum sudah cukup baik. Beberapa kekurangan yang ada di fasilitas ini antara
lain mencakup penyediaan fasilitas penunjang, seperti toilet dan ruang tunggu
yang kurang representatif. Gambaran penilaian pengguna fasilitas PKB di Kota
Padang dapat dilihat dalam gambar berikut,
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir V- 22
Ba
b V
–A
na
lis
is d
an
E
va
lua
si
Gambar 5.14 Penilaian Pengguna Fasilitas PKB di Kota Padang
Sebagai masukan bagi penyusunan standar prasarana fasilitas pengujian
kendaraan bermotor, dilakukan wawancara terhadap pengguna fasilitas
pengujian kendaraan bermotor, dan didapat beberapa masukan dan pendapat
yang antara lain adalah,
a. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan pengujian kendaraan bermotor,
khususnya terkait dengan penyediaan fasilitas penunjang, perlu adanya
standar bagi fasilitas penunjang fasilitas pengujian kendaraan bermotor
seperti toilet, ruang tunggu, dan lapangan parkir yang lebih nyaman dan
representatif.
b. Bantuan dari Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Pusat sangat
diharapkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan fasilitas pengujian
kendaraan bermotor
c. Perlu adanya aturan terkait dengan kompensasi yang bisa diterima oleh
Dinas Perhubungan Kota Padang apabila terdapat kendaraan-kendaraan
luar Kota Padang yang beroperasi secara reguler di Kota Padang.
1.3. PKB Kota Yogyakarta
Fasilitas pengujian kendaraan bermotor di Kota Yogyakarta, baik fasilitas
utama maupun fasilitas penunjang sudah cukup baik. Fasilitas pengujian
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
18%35% 34% 29% 34%
38%
46% 49%40%
48%
43%18% 17% 31% 18%
Prasarana PKB
Kurang
Sedang
Baik
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir V- 23
Ba
b V
–A
na
lis
is d
an
E
va
lua
si
kendaraan bermotor di Kota Yogyakarta dikelola oleh UPTD Pengujian
Kendaraan Bermotor, Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta. Gambaran
penilaian pengguna fasilitas PKB di Kota Yogyakarta dapatdilihat dalam
gambar berikut,
Gambar 5.15 Penilaian Pengguna Fasilitas PKB di Kota Yogyakarta
Berdasarkan wawancara kepada beberapa pengguna, atau pemilik kendaraan
yang sedang melakukan pengujian kendaraan bermotor, didapat beberapa
persepsi dan preferensi terkait dengan penyelenggaraan pengujian kendaraan
bermotor di Kota Yogyakarta, baik prasarana utama maupun fasilitas
penunjang. Beberapa persepsi dari pengguna pengujian kendaraan antara lain
adalah sebagai berikut,
a. Secara umum, ketersediaan fasilitas pengujian kendaraan bermotor
sudah cukup baik, baik fasilitas utama dan penunjang. Beberapa
perbaikan maupun peningkatan memang perlu dilakukan, khususnya
terakait dengan fasilitas penunjang seperti perbaikan kualitas toilet,
ruang tunggu, maupun ketersediaan lapangan parkir yang representatif.
b. Terkait dengan standar prasarana pengujian kendaraan bermotor, yang
sering kurang diperhatikan adalah prasarana penunjang, sehingga
masukan bagi penyusunan standar prasarana fasilitas pengujian
0%
20%
40%
60%
80%
100%
45% 38% 48%32%
57%
40% 45%42%
54%
40%
15% 17% 11% 14% 3%
Prasarana PKB
Kurang
Sedang
Baik
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir V- 24
Ba
b V
–A
na
lis
is d
an
E
va
lua
si
kendaraan bermotor ada baiknya fokus pula kepada standar prasarana
fasilitas pendukung pengujian kendaraan bermotor.
1.4. PKB DKI Jakarta
Terkait dengan penyelenggaraan pengujian kendaraan bermotor di DKI Jakarta,
secara umum pelayanan pengujian kendaraan bermotor tersebut sudah cukup
baik. Beberapa kekurangan yang ada di fasilitas pengujian kendaraan bermotor
ini umumnya tidak jauh berbeda dengan lokasi pengujian kendaraan bermotor
di kota lain, yang antara lain mencakup penyediaan fasilitas penunjang, seperti
toilet dan ruang tunggu, dan lapangan parkir yang kurang representatif.
Gambaran penilaian pengguna fasilitas PKB di DKI Jakarta dapatdilihat dalam
gambar berikut,
Gambar 5.16 Penilaian Pengguna Fasilitas PKB di DKI Jakarta
Sebagai masukan bagi penyusunan standar prasarana fasilitas pengujian
kendaraan bermotor, dilakukan wawancara terhadap pengguna fasilitas
pengujian kendaraan bermotor di DKI Jakarta, dan didapat beberapa masukan
dan pendapat yang antara lain adalah,
a. Perlu adanya peningkatan terkait dengan kualitas maupun kuantitas
fasilitas pendukung pengujian kendaraan bermotor, seperti toilet, ruang
tunggu, kantin, dan juga lapangan parkir kendaraan.
0%
20%
40%
60%
80%
100%
35% 29% 37% 26%11%
34% 49% 28%32%
29%
31% 22%35% 42%
60%
Prasarana PKB
Kurang
Sedang
Baik
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir V- 25
Ba
b V
–A
na
lis
is d
an
E
va
lua
si
b. Sebagai masukan bagi penyusunan standar prasarana pengujian
kendaraan bermotor, perlu kiranya standar yang akan disusun fokus pula
kepada pengaturan standar prasarana pendukung seperti toilet, ruang
tunggu, kantin, maupun parkir kendaraan. Hal tersebut dimaksudkan
agar pelayanan tiap fasilitas pengujian kendaraan bermotor dapat
memberikan pelayanan terbaik dan memiliki standar yang sama di tiap-
tiap lokasi pengujian kendaraan bermotor.
1.5. PKB Kota Surabaya
Terkait dengan penyelenggaraan pengujian kendaraan bermotor di Kota
Surabaya, secara umum pelayanan pengujian kendaraan bermotor tersebut
sudah sangat baik. Pelayanan fasilitas penunjang seperti toilet dan ruang
tunggu, dan lapangan parkir sudah cukup baik. Penilaian pengguna fasilitas
PKB di Kota Surabaya, terkait dengan fasilitas penunjang dapat dilihat dalam
gambar berikut,
Gambar 5.17 Penilaian Pengguna Fasilitas PKB di Kota Surabaya
Sebagai masukan bagi penyusunan standar prasarana fasilitas pengujian
kendaraan bermotor, dilakukan wawancara terhadap pengguna fasilitas
0%
20%
40%
60%
80%
100%
60% 65%48% 45%
75%
37% 32%
34% 40%
25%3% 3%
18% 15%0%
Prasarana PKB
Kurang
Sedang
Baik
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir V- 26
Ba
b V
–A
na
lis
is d
an
E
va
lua
si
pengujian kendaraan bermotor di Kota Surabaya, dan didapat beberapa
masukan dan pendapat yang antara lain adalah,
a. Perlu adanya peningkatan terkait dengan kualitas pelayanan terkait
kegiatan pengujian, terutama penambahan SDM penguji agar waktu
dalam pelaksanaan proses pengujian dapat lebih singkat.
b. Sebagai masukan bagi penyusunan standar prasarana pengujian
kendaraan bermotor, perlu kiranya standar yang akan disusun fokus pula
kepada pengaturan standar prasarana pendukung seperti toilet, ruang
tunggu, kantin, maupun parkir kendaraan. Selain itu standarisasi
peralatan pun perlu dilakukan agar dapat digunakan untuk kendaraan
dari semua pabrikan.
2. Analisis Pemenuhan Kelengkapan Fasilitas Pengujian Kendaraan
Bermotor
Dalam melakukan analisis pemenuhan kelengkapan fasilitas pengujian
kendaraan bermotor ini dilakukan dengan membandingkan persyaratan
pemenuhan kelengkapan fasilitas pengujian kendaraan bermotor yang
diamanatkan dalam Kepmenhub Nomor KM 71 tahun 1993 tentang Pengujian
Berkala Kendaraan Bermotor, baik yang terkait dengan pemenuhan fasilitas
utama pengujian kendaraan bermotor maupun fasilitas penunjang pengujian
kendaraan bermotor.
Pembandingan pemenuhan kelengkapan fasilitas pengujian kendaraan bermotor
dilakukan dengan membuat matriks perbandingan antara syarat kelengkapan
fasilitas pengujian kendaraan bermotor dengan kondisi kelengkapan fasilitas
pengujian kendaraan bermotor di wilayah studi, yang dapat dilihat dalam tabel
berikut,
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir IV- 27
Tabel 5.5 Analisis Pemenuhan Kelengkapan Prasarana Pengujian Kendaraan Bermotor di Wilayah Studi
KelengkapanPrasaana PKB
Berdasarkan KM71/1993
Pengujian Kendaraan Bermotor
Kota PontianakPulo Gadung,
Jakarta Kota YogyakartaTandes, Kota
Surabaya
Kota Padang
Bangunan bebankerja
Tersedia dengan 1jalur PKB 15 ton
Tersedia dengan 2jalur PKB 10 ton dan15 ton
Tersedia dengan 2 jalurPKB 10 ton dan 15 ton
Tersedia dengan 2jalur PKB 10 ton dan15 ton
Tersedia dengan 1 jalurPKB 15 ton
Bangunan gedung Tersedia, untukpenempatan gensetdan kompresor
Tersedia Gudangnamun tidakberfungsi
Tersedia, untukpenempatan gensetdan kompresor
Tersedia Gudangdengan luas 12 m2
Tersedia, untukpenempatan gensetdan kompresor
Tersedia Gudangdengan luas 40 m2
Tersedia, untukpenempatan gensetdan kompresor
Tersedia Gudangdengan luas 50 m2
Tersedia, untukpenempatan gensetdan kompresor
Tersedia Gudangdengan luas 40 m2
Jalan keluar masuk Lebar Jalan Keluar4,5 m
Lebar Jalan Masuk4,5 m
Lebar Jalan Keluar4,5 m
Lebar Jalan Masuk4,5 m
Lebar Jalan Keluar4,5 m
Lebar Jalan Masuk4,5 m
Lebar Jalan Keluar5 m
Lebar Jalan Masuk5 m
Lebar Jalan Keluar4,5 m
Lebar Jalan Masuk4,5 m
Lapangan parkir Luas lapangan parkir2.100 m2
Luas Lapangan parkir4.200 m2
Luas Lapangan parkir5.055 m2
Luas lapangan parkir8.200 m2
Luas lapangan parkir3.500 m2
Bangunan gedungadministrasi
Tersedia fasilitas : ruangan petugas loket pendaftaran ruang tunggu
Tersedia fasilitas : ruangan petugas loket pendaftaran ruang tunggu
Tersedia fasilitas : ruangan petugas loket pendaftaran ruang tunggu
Tersedia fasilitas : ruangan petugas loket pendaftaran ruang tunggu
Tersedia fasilitas : ruangan petugas loket pendaftaran ruang tunggu
Pagar Pagar setinggi 2 m Pagar setinggi 1,5 m Pagar setinggi 1,5 m Pagar setinggi 1,2 m Pagar setinggi 1,2 mFasilitas penunjanguntuk umum
Toilet Toilet Kantin
Toilet Kantin
Toilet Kantin Telp. Umum Toko ATK dan
Fotokopi Ruang Tunggu AC
Toilet Kantin
Sumber : KM 71/1995, Hasil Pengamatan Lapangan 2012
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir V- 28
Ba
b V
–A
na
lis
is d
an
E
va
lua
si
D. Pengamatan dan Penilaian Bengkel Umum
1. Penilaian terkait Penyelenggaraan Bengkel Umum
Dalam melakukan penilaian terhadap penyelenggaraan bengkel umum,
dilakukan pengamatan lapangan dan wawancara yang dilakukan di bengkel
umum di Kota Pontianak, Kota Padang, Kota Yogyakarta, DKI Jakarta, dan
Kota Surabaya yang menjadi locus wilayah studi ini.
1.1. Bengkel Umum Kota Pontianak
Penyelenggaraan bengkel umum di kota Pontianak masih belum sebaik
bengkel-bengkel di kota lain khususnya bengkel di kota Jakarta. Jumlah
bengkel di kota Pontianak saat ini belum terlalu banyak, standar peralatan
bengkel maupun stall perbaikan kendaraan di bengkel-bengkel di kota
Pontianak sebagian besar masih kurang memadai.
Dinas Perhubungan kota Pontianak belum menerbitkan aturan apapun terkait
dengan pelaksanaan bengkel umum ini, termasuk aturan terkait dengan retribusi
bagi penyelenggaraan bengkel umum. Bengkel umum yang sudah cukup besar,
saat ini hanya berbadan hukum dan memiliki izin usaha secara umum dari
instansi terkait, sedangkan untuk kegiatan operasional mauapun teknis belum
ada aturan terkait izin dari instansi terkait. Untuk mendapatkan gambaran
penyelenggaraan bengkel umum di Kota Pontianak, diakukan wawancara untuk
mendapatkan penilaian masyarakat terkait penyelenggaraan bengkel umum.
Gambaran penilaian tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut,
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir V- 29
Ba
b V
–A
na
lis
is d
an
E
va
lua
si
Gambar 5.18 Penilaian Masyarakat terkait Bengkel Umum di Kota Pontianak
Selain dilakukan penilaian terhadap pelayanan bengkel umum oleh masyarakat,
dilakukan pula wawancara terhadap pemilik bengkel untuk mendapatkan
persepsi mereka terkait standarisasi fasilitas dan pelayanan bengkel umum.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap pengusaha pemilik bengkel umum di
Kota Pontianak, didapat beberapa persepsi maupun preferensi terkait dengan
penyelenggaraan bengkel umum di Kota Pontianak, yang antara lain adalah :
a. Secara umum, para pengusaha pemilik bengkel umum di kota Pontianak
berpendapat bahwa aturan terkait dengan standarisasi bengkel sangat
didukung, namun diharapkan tidak menjadi ganjalan bagi para
pengusaha bengkel untuk mengembangkan usahanya, terutama bagi
pengusaha baru yang akan membangun bengkel baru.
b. Pada umumnya para pengusaha pemilik bengkel berpendapat bahwa
retribusi terkait dengan perizinan bengkel umum tidak masalah apabila
akan diterapkan, namun perlu ada timbal baliknya bagi pengusaha
bengkel, seperti bantuan teknis ataupun konsultasi bagi para pengusaha
yang akan mendirikan ataupun meningkatkan kualitas bengkelnya.
c. Standarisasi bengkel umum oleh Dinas Perhubungan sangat baik untuk
dilakukan, namun standarisasi tersebut harus beriringan dengan
penerbitan sertifikasi bengkel umum dari Dinas Perhubungan, dan
diharapkan dapat menjadi tolak ukur pula bagi bengkel-bengkel umum
0%
20%
40%
60%
80%
100%
33% 28% 20% 27% 35%18%
40%17%
18%48%
33% 32%32%
32%
47%
47%
48%23%
47% 42% 33%50%
13%37%
Fasilitas dan Pelayanan Bengkel Umum
Kurang
Sedang
Baik
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir V- 30
Ba
b V
–A
na
lis
is d
an
E
va
lua
si
yang berminat untuk bekerjasama dalam kegiatan pengujian emisi
kendaraan bermotor ataupun dalam lingkup yang lebih besar dapat
menjadi mitra Dinas Perhubungan sebagai bengkel atau pihak ketiga
yang dapat terlibat dalam pengujian kendaraan bermotor secara umum.
1.2. Bengkel Umum di Kota Padang
Penyelenggaraan bengkel umum di Kota Padang secara umum masih belum
berada di bawah pengawasan Dinas Perhubungan Kota Padang, karena sampai
saat ini belum ada pengaturan terkait penyelenggaraan bengkel umum maupun
peraturan terkait dengan penarikan retribusi bagi bengkel umum.
Bengkel umum yang beroperasi di Kota Padang secara umum belum diatur
terkait dengan penyelenggaraan secara teknis, izin yang perlu diurus terkait
dengan penyelenggaraan bengkel umum di Kota Padang sebatas izin usaha.
Untuk mendapatkan gambaran penyelenggaraan bengkel umum di Kota
Padang, diakukan wawancara untuk mendapatkan penilaian masyarakat terkait
penyelenggaraan bengkel umum. Gambaran penilaian tersebut dapat dilihat
dalam gambar berikut,
Gambar 5.19 Penilaian Masyarakat terkait Bengkel Umum di Kota Padang
0%
20%
40%
60%
80%
100%
41% 30% 31% 23% 33%20%
37% 31%
30%37% 34% 41%
40%
31%
41%40%
29% 33% 34% 36% 27%49%
21% 29%
Fasilitas dan Pelayanan Bengkel Umum
Kurang
Sedang
Baik
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir V- 31
Ba
b V
–A
na
lis
is d
an
E
va
lua
si
Selain dilakukan penilaian terhadap pelayanan bengkel umum oleh masyarakat,
dilakukan pula wawancara terhadap pemilik bengkel untuk mendapatkan
persepsi mereka terkait standarisasi fasilitas dan pelayanan bengkel umum. Dari
wawancara tersebut didapat beberapa masukan, yang antara lain adalah :
a. Penyelenggaraan bengkel umum secara makro saat ini di Kota Padang
sudah cukup baik, meskipun belum ada lembaga ataupun unsur
Pemerintahan yang menerbitkan aturan terkait dengan standarisasi
bengkel umum secara teknis.
b. Terkait dengan rencana penyusunan standarisasi fasilitas bengkel umum,
diharapkan dengan adanya standarisasi ini dapat memberikan acuan bagi
pemilik bengkel untuk meningkatkan layanannya.
c. Standarisasi yang disusun diharapkan pula dapat memberikan nilai
tambah bagi bengkel umum untuk dapat bersaing secara sehat dengan
bengkel lain khususnya bengkel ATPM yang tentunya memiliki standar
yang lebih baik yang diterbitkan dari ATPM yang bersangkutan.
d. Standarisasi fasilitas bengkel umum di Kota Padang sebaiknya diikuti
pula dengan sertifikasi bengkel oleh Dinas Perhubungan, agar
masyarakat ataupun pelanggan dapat lebih mudah menilai kualitas suatu
bengkel dengan melihat klasifikasi dari standar fasilitas peralatan
bengkel yang ada.
1.3. Bengkel Umum di Kota Yogyakarta
Penyelenggaraan bengkel umum di Kota Yogyakarta secara umum sudah cukup
baik namun masih belum berada di bawah pengawasan Dinas Perhubungan
Kota Yogakarta. Ketiadaan acuan dalam mengatur usaha bengkel umum
menjadi kendala Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta dalam melakukan
pembinaan terkait dengan penyelenggaraan bengkel umum di Kota Yogyakarta.
Bengkel umum yang beroperasi di Kota Yogyakarta terkait dengan
penyelenggaraannya secara teknis masih belum diatur khususnya yang terkait
dengan program pembinaan dari Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta,
penyelenggaraan bengkel umum di Kota Yogyakarta saat ini hanya
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir V- 32
Ba
b V
–A
na
lis
is d
an
E
va
lua
si
berpegangan pada izin usaha secara umum. Untuk mendapatkan gambaran
penyelenggaraan bengkel umum di Kota Yogyakarta, diakukan wawancara
untuk mendapatkan penilaian masyarakat terkait penyelenggaraan bengkel
umum. Gambaran penilaian tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut,
Gambar 5.20 Penilaian Fasilitas dan Pelayanan Bengkel Umum di Kota
Yogyakarta
Selain dilakukan penilaian terhadap pelayanan bengkel umum oleh masyarakat,
dilakukan pula wawancara terhadap pemilik bengkel untuk mendapatkan
persepsi mereka terkait standarisasi fasilitas dan pelayanan bengkel umum.
Masukan terkait dengan penyelenggaraan bengkel umum di Kota Yogyakarta
berdasarkan hasil wawancara terhadap pengusaha atau pemilik bengkel umum
antara lain adalah :
a. Penyelenggaraan bengkel umum saat ini di Kota Yogakarta sudah cukup
baik, meskipun belum ada lembaga ataupun unsur Pemerintahan yang
menerbitkan aturan terkait dengan standarisasi bengkel umum secara
teknis.
b. Terkait dengan rencana penyusunan standarisasi fasilitas bengkel umum,
diharapkan dengan adanya standarisasi ini dapat memberikan acuan bagi
pemilik bengkel untuk meningkatkan layanannya dan memberikan
klasifikasi bagi bengkel yang ada sebagai acuan bagi pemilik kendaraan
0%
20%
40%
60%
80%
100%
34% 32% 39%24% 32% 39% 36% 37%
23%43% 34%
38% 30%31% 43%
30%
42%24% 27%
38% 38% 30% 21%33%
Fasilitas dan Pelayanan Bengkel Umum
Kurang
Sedang
Baik
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir V- 33
Ba
b V
–A
na
lis
is d
an
E
va
lua
si
dalam memilih bengkel umum yang akan dituju untuk memperbaiki
kendaraannya.
c. Standarisasi fasilitas bengkel umum di Kota Yogyakarta sebaiknya
diikuti pula dengan sertifikasi kualitas bengkel oleh Dinas Perhubungan,
agar masyakarta ataupun pelanggan dapat lebih mudah menilai kualitas
suatu bengkel dengan melihat klasifikasi dari standar fasilitas peralatan
bengkel yang ada. Namun diharapkan dari standarisasi yang disusun
tidak membuat pengusahaan bengkel umum di Kota Yogyakarta menjadi
lebih sulit, khususnya terkait dengan standar prosedur perizinan bengkel
umum.
1.4. Bengkel Umum di DKI Jakarta
Sebagai kota metropolitan dengan jumlah kendaraan yang cukup banyak,
keberadaan bengkel umum menjadi suatu usaha yang sangat menjanjikan.
Persaingan penyelenggaraan bengkel umum di Jakarta sangat tinggi, sehingga
tiap-tiap bengkel umum berusaha untuk melengkapi bengkelnya dengan
peralatan terbaik dan stall perbaikan yang terlengkap.
Terlepas dari persaingan yang menyebabkan dampak positif yaitu banyaknya
bengkel umum yang memiliki kualitas yang cukup baik di Jakarta, saat ini
Dinas Perhubungan seprerti kota-kota lainnya belum mengatur terkait dengan
standarisasi peralatan teknis bengkel umum, namun sebagai langkah pembinaan
terhadap penyelenggaraan bengkel umum di Jakarta, Dinas Perhubungan
mengatur terkait dengan penyelenggaraan.
Penyelenggaraan bengkel umum di Jakarta, secara umum mengacu kepada
Kepmenperin No 551/1993. Berdasarkan aturan tersebut, Dinas Perhubungan
Provinsi DKI Jakarta menetapkan beberapa bengkel umum di Kota Jakarta
yang memiliki kualifikasi cukup bagi bengkel tersebut untuk diikutsertakan
dalam kegiatan pengujian kendaraan bermotor.
Untuk mendapatkan gambaran penyelenggaraan bengkel umum di Kota
Jakarta, diakukan wawancara untuk mendapatkan penilaian masyarakat terkait
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir V- 34
Ba
b V
–A
na
lis
is d
an
E
va
lua
si
penyelenggaraan bengkel umum. Gambaran penilaian tersebut dapat dilihat
dalam gambar berikut,
Gambar 5.21 Penilaian Masyarakat terkait Bengkel Umum di DKI Jakarta
Selain dilakukan penilaian terhadap pelayanan bengkel umum oleh masyarakat,
dilakukan pula wawancara terhadap pemilik bengkel untuk mendapatkan
persepsi mereka terkait standarisasi fasilitas dan pelayanan bengkel umum.
Masukan terkait dengan penyelenggaraan bengkel umum di Jakarta, yang
didasarkan dari wawancara yang dilakukan terhadap beberapa pengusaha
ataupun pemilik bengkel umum di Jakarta antara lain adalah :
a. Kualitas bengkel umum di Jakarta saat ini umumnya sudah cukup baik,
namun yang perlu diatur adalah terkait dengan penempatan lokasi
bengkel umum, karena bisa terjadi dalam satu wilayah terdapat bengkel
umum dengan jenis pelayanan yang sama berdekatan lokasinya, apabila
dimungkinkan dapat disusun aturan terkait dengan penempatan bengkel
umum tersebu.
b. Terkait dengan standarisasi fasilitas bengkel umum yang akan disusun,
sebaiknya tidak tumpang tindih dengan aturan yang telah dikeluarkan
oleh Menperin melalui keputusan Menteri nya yang bernomor 551 tahun
1993. Sebaiknya standar yang disusun justru berkesinambungan, dan
pada akhirnya tidak memberatka bagi pengusaha bengkel.
0%
20%
40%
60%
80%
100%
42% 43% 39% 34% 30% 37% 41% 34%
35% 42% 44%41% 47% 32% 35%
36%
23% 15% 17% 25% 23% 31% 24% 30%
Fasilitas dan Pelayanan Bengkel Umum
Kurang
Sedang
Baik
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir V- 35
Ba
b V
–A
na
lis
is d
an
E
va
lua
si
c. Terkait dengan retribusi bagi pengusaha bengkel, sebaiknya ada rumusan
konsep timbal balik bagi dunia usaha perbengkelan, seperti kemudahan
dalam pengajuan usaha, ataupun kompensasi lainnya.
1.5. Bengkel Umum di Kota Surabaya
Sebagai kota metropolitan terbesar setelah Jakarta, Kota Surabaya memiliki
jumlah kendaraan yang cukup banyak, keberadaan bengkel umum menjadi
suatu usaha yang sangat menjanjikan. Penyelenggaraan bengkel umum di
Surabaya sangat tinggi meskipun masih belum sebanyak di Jakarta.
Untuk mendapatkan gambaran penyelenggaraan bengkel umum di Kota
Jakarta, diakukan wawancara untuk mendapatkan penilaian masyarakat terkait
penyelenggaraan bengkel umum. Gambaran penilaian tersebut dapat dilihat
dalam gambar berikut,
Gambar 5.22 Penilaian Masyarakat terkait Bengkel Umum di Surabaya
Terlepas dari persaingan yang menyebabkan dampak positif yaitu banyaknya
bengkel umum yang memiliki kualitas yang cukup baik di Surabaya, saat ini
Dinas Perhubungan Kota Surabaya seperti kota-kota lainnya belum mengatur
terkait dengan standarisasi peralatan teknis bengkel umum, namun sebagai
langkah pembinaan terhadap penyelenggaraan bengkel umum di Surabaya,
0%
20%
40%
60%
80%
100%
40% 49% 39% 36% 28% 25% 35% 25%
43%44%
48% 41%38% 36%
44%43%
18% 8% 14% 23% 35% 39%21% 33%
Fasilitas dan Pelayanan Bengkel Umum
Kurang
Sedang
Baik
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir V- 36
Ba
b V
–A
na
lis
is d
an
E
va
lua
si
Dinas Perhubungan sedang menyusun Perda terkait dengan penyelenggaraan
bengkel umum di Kota Surabaya.
Selain dilakukan penilaian terhadap pelayanan bengkel umum oleh masyarakat,
dilakukan pula wawancara terhadap pemilik bengkel untuk mendapatkan
persepsi mereka terkait standarisasi fasilitas dan pelayanan bengkel umum.
Masukan terkait dengan penyelenggaraan bengkel umum di Surabaya, yang
didasarkan pada hasil wawancara terhadap beberapa pengusaha ataupun
pemilik bengkel umum di Surabaya antara lain adalah :
a. Kualitas bengkel umum di Surabaya saat ini umumnya sudah cukup
baik, jika akan diatur sebaiknya lebih kepad apengaturan penempatan
lokasi bengkel dan penanganan limbah bengkel.
b. Terkait dengan standarisasi fasilitas bengkel umum yang akan disusun,
sebaiknya berkeseinambungan dengan aturan yang telah dikeluarkan
oleh Menperindag melalui keputusan Menteri nya yang bernomor 551
tahun 1993 yang sudah terlebih dahulu diterbitkan.
c. Terkait dengan retribusi bagi pengusaha bengkel, sebaiknya ada rumusan
konsep timbal balik bagi dunia usaha perbengkelan, seperti kemudahan
dalam pengajuan usaha, ataupun kompensasi lainnya. Serta tidak
memberatkan pengusaha bengkel, terutama pengusaha baru di bidang
bengkel umum.
E. Analisis Penyediaan Fasilitas
1. Pengujian Kendaraan Bermotor
Untuk mendapatkan batasan angka penyediaan fasilitas pengujian kendaraan
bermotor, maka dilakukan analisis dan evaluasi dengan cara menganalisis data-
data hasil lapangan yang kemudian dilakukan analisis statistik. Analisis
dilakukan untuk tiap-tiap item fasilitas sehingga didapatkan angka yang
menjadi acuan batasan dalam penyusunan standar pedoman fasilitas pengujian
kendaraan bermotor. Hasil analisis terhadap penyediaan fasilitas di wilayah
studi dapat dilihat dalam gambar-gambar berikut,
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir V- 37
Ba
b V
–A
na
lis
is d
an
E
va
lua
si
Gambar 5.23 Grafik Analisis Penilaian Fasilitas PKB
Berdasarkan hasil analisis penilaian fasilitas pengujian kendaraan bermotor dari kondisi
wilayah studi didapatkan kesimpulan batasan kuantitas untuk tiap-tiap item fasilitas
PKB yang dijelaskan dalam tabel berikut,
y = 3.335x2 - 16.69x + 73.01R² = 0.906
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00
m2/
kend
Penilaian
Penilaian penyediaan lapangan parkir
y = 0.741x0.238
R² = 0.914
1.00
1.05
1.10
1.15
1.20
1.25
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00
kend
/m2
Penilaian
Penilaian penyediaan ruang tunggu
y = 1714.x-2.39
R² = 0.964
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00
kend
/jal
ur
Penilaian
Penilaian penyediaan jalur pelayanan
y = 0.899x0.232
R² = 0.975
1.20
1.25
1.30
1.35
1.40
1.45
1.50
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00
kend
/m2
Penilaian
Penilaian penyediaan ruang pendaftaran
y = 0.109x2.667
R² = 1
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00
kend
/m2
Penilaian
Penilaian penyediaan toilet
y = 71764x-8.13
R² = 0.588
-
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
0.30
0.35
0.40
0.45
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00
kend
/m2
Penilaian
Penilaian penyediaan kantin
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir V- 38
Ba
b V
–A
na
lis
is d
an
E
va
lua
si
Tabel 5.6 Hasil Analisis Penyediaan Fasilitas PKB
FasilitasPersamaanpenyediaan
R2 Rangepenyediaan
Datapembanding
Kesimpulan
Lapanganparkir
m2/kend =3,335*(nilai)^2-16,69*(nilai)+73,01
0,906 Min = 92,93m2/kendMax = 152,93m2/kend
1 SRP mobil(sesuai272/HK.105/DRJD/96) = 15 m2
100 m2 perkendaraan
Ruangtunggu
m2/kend =0,741*(nilai)^(0,238)
0,914 Min = 1,135m2/kendMax = 1,215m2/kend
SPM Stasiun KA(PM 9/2011) =0,6 m2/orang
Minimal 1,2m2 perkendaraan
Jalurpelayanan
kend/jalur =1714*(nilai)^(-2,39)
0,964 Min = 23,67kend/jalurMax = 11,9kend/jalur
Tidak ada datapembanding
Minimal 1jalur per 20kendaraan
Ruangpendaftaran
m2/kend =0,899*(nilai)^(0,235)
0,975 Min = 1,362m2/kendMax = 1,456m2/kend
Tidak ada datapembanding
Minimal 1,4m2 perkendaraan
Toilet kend/m2 =0,109*(nilai)^(2,667)
1,000 Min = 12,96kend/m2
Max = 27,92kend/m2
Sesuai Perpres73/2011, bahwa1 toilet (2 m2)untuk 25 orang
Minimal 1toilet (2 m2)untuk 15kendaraan
Kantin m2/kend =71764*(nilai)^(-8,13)
0,588 Min = 0,034m2/kendMax = 0,032m2/kend
Tidak ada datapembanding
Minimal0,033 m2 perkendaraan
2. Terminal Penumpang
Untuk mendapatkan batasan angka penyediaan fasilitas terminal penumpang,
maka dilakukan analisis dan evaluasi dengan cara menganalisis data-data hasil
lapangan yang kemudian dilakukan analisis statistik. Analisis dilakukan untuk
tiap-tiap item fasilitas sehingga didapatkan angka yang menjadi acuan batasan
dalam penyusunan standar pedoman fasilitas terminal penumpang baik fasilitas
utama maupun fasilitas penunjang. Penilaian fasilitas dilakukan baik terminal
untuk penumpang tipe A, tipe B, maupun tipe C.
Berdasarkan hasil analisis penilaian fasilitas terminal penumpang dari kondisi wilayah
studi didapatkan kesimpulan batasan kuantitas untuk tiap-tiap item fasilitas terminal
penumpang baik terminal tipe A, tipe B, maupun tipe C yang dijelaskan dalam tabel
berikut,
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir V- 39
Ba
b V
–A
na
lis
is d
an
E
va
lua
si
Tabel 5.7 Hasil Analisis Penyediaan Fasilitas Utama Terminal Penumpang
FasilitasPersamaanpenyediaan
R2 Rangepenyediaan
Data pembanding Kesimpulan
pelataranparkirkendaraanpengantar
Pnp/m2 =28708*(nilai)^(-3,63)
0,837 Min = 42,99pnp/m2
Max = 15,13pnp/m2
Pedoman parkir(272/HK.105/DRJD/96) 1 SRP mobil= 15 m2. 1 jamdiperlukan 5 SRP =75m2 ≈ 7,5 m2/bus
1 SRP bus (15m2) untuksetiap 2kendaraan(6 orang)
menarapengawas
Ketingggianmenarapengawasditentukan dariluas terminal
Jarak pandangmanusia (Std.Perenc Geom Jalan,No.038/TBM/1997) =15 meter untukketinggian 105 cm
Ketinggianmenarapengawas =Akar (Luasterminal)/15meter
bangunankantorterminal
Luas bangunankantorditentukan olehjumlah petugas
Ketentuan dalamPerpres 73/2011adalah 4 m2/orang
Minimal luasbangunankantor = 4m2* jmlpetugas
rambu-rambudan papaninformasi
Ukuran, warna,dan simbolsesuai standarpenempatanrambu
Mengikutiketentuandalam KM 60Tahun 1993
tarif danjadualperjalanan
Ukuran, warna,dan simbolsesuai standarpenempatanrambu
Mengikutiketentuandalam KM 60Tahun 1993
Sedangkan terkait penilaian terhadap fasilitas penunjang terminal penumpang
yang nantinya menjadi acuan bagi batasan kebutuhan fasilitas terminal tipe A,
tipe B, maupun ype C, hasil analisisnya dapat dilhat dalam gambar-gambar
berikut ini,
y = 149.6x-1.00
R² = 0.370
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
35.0
40.0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
pnp/
m2
Penilaian
Penilaian fasilitas taman
y = 99419x-3.40
R² = 0.877
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
pnp/
m2
Penilaian
Penilaian penyediaan kamar kecil
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir V- 40
Ba
b V
–A
na
lis
is d
an
E
va
lua
siGambar 5.24 Grafik Analisis Penilaian Fasilitas Penunjang Terminal Penumpang
Berdasarkan hasil analisis penilaian fasilitas terminal penumpang dari kondisi wilayah
studi didapatkan kesimpulan batasan kuantitas untuk tiap-tiap item fasilitas penunjang
terminal penumpang baik terminal tipe A, tipe B, maupun tipe C yang dijelaskan dalam
tabel berikut,
y = 1E+07x-5.11
R² = 0.988
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
pnp/
m2
Penilaian
Penilaian penyediaan tempat ibadah
y = 4057.x-1.69
R² = 0.411
0
100
200
300
400
500
600
700
800
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
pnp/
m2
Penilaian
Penilaian kantin
y = 10659x-1.84
R² = 0.786
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
18000
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
pnp/
m2
Penilaian
Penilaian penyediaan ruang pengobatan
y = 64616x-1.89
R² = 0.722
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
pnp/
m2
Penilaian
Penilaian penyediaan ruang informasi dan pengaduan
y = 3E+11x-9.65
R² = 0.79
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
pnp/
unit
Penilaian
Penilaian penyediaan telepon umum
y = 1E+07x-3.21
R² = 1
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
80000
90000
100000
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
pnp/
unit
Penilaian
Penilaian fasilitas penitipan barang
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir V- 41
Ba
b V
–A
na
lis
is d
an
E
va
lua
si
Tabel 5.8 Hasil Analisis Penyediaan Fasilitas Penunjang Terminal Penumpang
FasilitasPersamaanpenyediaan
R2 Rangepenyediaan
Data pembanding Kesimpulan
kamarkecil/toilet
Pnp/m2 =99419*(nilai)^(-3,40)
0,877 Min = 225pnp/m2Max = 84,5pnp/m2
SPM Stasiun KA(PM 9/2011) = 16toilet per 10000pnp/hr≈ 312 pnp/m2
Minimal 1 toilet(2m2) untuk tiap500 pnp/hari
musholla Pnp/m2 =1^(10^(7))*(nilai)^(-5,11)
0,988 Min = 1056pnp/m2
Max = 243 pnp/m2
SPM Stasiun KA(PM 9/2011) =kapasitas 8 orang per10000 pnp/hr ≈625pnp/m2
Minimal 1musholla (2m2)untuk tiap 1250pnp/hari
kios/kantin pnp/m2
=4057*(nilai)^(-1,69)
0,411 Min = 196pnp/m2
Max = 121pnp/m2
Tidak ada datapembanding
1 kantin (4 m2)per 750 pnp/hr
ruangpengobatan
pnp/m2
=10659*(nilai)^(-1,84)
0,786 Min = 3944pnp/m2
Max = 2323pnp/m2
Tidak ada datapembanding
1 ruang (4 m2)per 10000pnp/hr
ruanginformasi danpengaduan
pnp/m2
=64616*(nilai)^(-1,89)
0,722 Min = 2186pnp/m2
Max = 1269pnp/m2
Tidak ada datapembanding
1 ruang (4 m2)per 7500 pnp/hr
teleponumum
pnp/unit =(3*10^(11))*(nilai)^(-9,65)
0,790 Min = 9288pnp/unitMax = 578pnp/unit
Standar Nasional, 5unit /1000 orang
1 telepon umumper 2000 pnp/hr
tempatpenitipanbarang
pnp/unit =(1*10^(7))*(nilai)^(-3,21)
1,000 Min=317779pnp/unitMax=12620pnp/unit
Tidak ada datapembanding
1 tempat per100000 pnp/hr
taman pnp/m2=149*(nilai)^(-1,00)
0,370 Min = 24,83pnp/m2Max = 18,63pnp/m2
Sesuai UU TataRuang, RTH min =30 % luas area
30% luas areaterminal
3. Terminal Barang
Untuk mendapatkan batasan angka penyediaan fasilitas terminal barang, maka
dilakukan analisis dan evaluasi dengan cara menganalisis data-data hasil
lapangan yang kemudian dilakukan analisis statistik. Analisis dilakukan untuk
tiap-tiap item fasilitas sehingga didapatkan angka yang menjadi acuan batasan
dalam penyusunan standar pedoman fasilitas terminal barang. Hasil analisis
terhadap penyediaan fasilitas di wilayah studi dapat dilihat dalam tabel berikut,
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir V- 42
Ba
b V
–A
na
lis
is d
an
E
va
lua
si
Tabel 5.9 Hasil Analisis Penyediaan Fasilitas Terminal Barang
Fasilitas Penyediaan PenilaianRate
penyediaanData pembanding Kesimpulan
Parkirbongkarmuat
1.200 m2 4,445 Min = 21,60m2/trukMax = 28,80m2/truk
1 SRP truck (sesuai272/HK.105/DRJD/96)= 42,5 m2
1 SRP utk 2truk ≈ 21,25m2
parkiristirahat
12.000 m2 4,861 Min = 97,48m2/trukMax = 263,31m2/truk
1 SRP truck (sesuai272/HK.105/DRJD/96)= 42,5 m2
1 SRP utk 1truk ≈ 42,5m2
tempatistirahat
180 m2 3,056 Min = 4,71m2/trukMax = 6,28m2/truk
1 truk = 2 awak = 2ruang (2 m2) ruangistirahat
5m2 ruangistirahat pertruk
Toilet 8 Unit 4,167 Min = 0,15m2/trukMax = 0,20m2/truk
Sesuai Perpres73/2011, bahwa 1toilet (2 m2) untuk 25orang = 0,16 m2/truk
0,175m2/truk
Musholla 1 Unit 5,001 0,02 m2/truk Sesuai Perpres73/2011, bahwa 1musholla = 0,8m2/orang = 0,4 m2/truk
0,4 m2/truk
Kantin 4 Unit 3,889 Min = 0,08m2/trukMax = 0,11m2/truk
Tidak ada datapembanding
0,1 m2/truk
Taman 400 m2 3,473 Min = 9,21m2/trukMax = 12,29m2/truk
Sesuai UU tata ruang,RTH minimum 30%dari luas
30% luasareaterminal
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir VI- 1
Ba
b V
I–
Pe
ru
mu
sa
n S
ta
nd
ar
Pada Bab VI bagian penyusunan Perumusan Kerangka Standar Pedoman ini
disampaikan mengenai kerangka pedoman standar prasarana jalan yang menjadi acuan
dalam penyusunan standar pedoman prasarana jalan yang akan disusun. Dalam bagian
ini akan dibahas mengenai acuan normatif yang berkaitan dengan penyelenggaraan
orasarana transportasi jalan sebagai acuan dalam penyusunan konsep standar pedoman
prasarana jalan ini
A. Kerangka Konsep Standar Prasarana Terminal Penumpang
1. Pendahuluan
Dari dasar hukum yang berlaku saat ini, antara lain UU 22/2009 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan, PP 41/1993 tentang Angkutan Jalan, dan PP 43/1995 tentang
Prasarana dan Lalu lintas Jalan, kesemuanya memberikan arahan tentang pelaksanaan
prasarana transportasi jalan namun dari kesemua aturan tersebut belum ada yang
mengatur secara teknis tekait dengan standar spesifikasi prasarana jalan yang perlu
disediakan khususnya terkait dengan standar fasilitas prasarana terminal penumpang.
Artinya perlu disusun standar pedoman prasarana terminal penumpang yang
menjelaskan lebih spesifik sebagai penjabaran dari peraturan perundangan yang telah
ada dan disusun sebelumnya.
Dalam UU, beserta PP yang menjelaskan pelaksanaannya yang terkait dengan
prasarana transportasi jalan, khususnya terminal penumpang terdapat beberapa mandat
pengaturan lebih lanjut dalam bentuk Peraturan Menteri seperti yang dipaparkan pada
Tabel 6.1. Karena pengaturan dalam kegiatan penyelenggaraan prasarana terminal
penumpang yang disusun ini bersifat tidak spesifik, maka dimungkinkan bahwa dapat
disusun standar pedoman yang mengatur lebih teknis dan lebih spesifik dalam
penentuan standar dalam penyediaan prasarana terminal penumpang.
Perumusan Kerangka StandarBab VI
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir VI- 2
Ba
b V
I–
Pe
ru
mu
sa
n S
ta
nd
ar
Tabel 6.1 Mandat pengaturan lebih lanjut dalam UU dan PP pelaksanaannya terkaitterminal penumpang
Pasal PengaturanUU 22/2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALANBAB VI Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan JalanPasal 33 Fungsi, Klasifikasi, dan Tipe TerminalPasal 37 Penetapan Lokasi TerminalPasal 38 Fasilitas TerminalPasal 39 Lingkungan Kerja TerminalPasal 40 Pembangunan TerminalBAB VII KendaraanPasal 47 Jenis-jenis KendaraanPasal 48 Persyaratan Teknis dan Laik Jalan Kendaraan BermotorPasal 49-55 Pengujian Kendaraan BermotorPasal 57 Perlengkapan Kendaraan BermotorPasal 60 Definisi dan Penjelasan Bengkel Umum Kendaraan BermotorPP 43/1993 TENTANG PRASARANA DAN LALU LINTAS JALANBAB III Jaringan Transportasi JalanPasal 7 Rencana jaringan transportasi jalanPasal 14 Jaringan TrayekBAB VI TerminalPasal 40 Jenis-jenis terminalPasal 41 Pengelompokkan terminal penumpangPasal 42 Penentuan Lokasi terminalPasal 44 Kegiatan usaha penunjang pada terminalKepmenhub 31/1995 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALANBAB II Terminal PenumpangPasal 2 Tipe dan Fungsi TerminalPasal 3 Fasilitas TerminalPasal 9 Lokasi TerminalPasal 15 Pembangunan dan Pengoperasian terminalPasal 17 Penyelenggaraan TerminalPasal 44 Kegiatan usaha penunjang pada terminalBAB III Terminal BarangPasal 24 Definisi Terminal BarangPasal 25 Fasilitas TerminalPasal 26 Daerah Kewenangan TerminalPasal 27 Lokasi TerminalPasal 31 Pembangunan TerminalPasal 33 Penyelenggaraan TerminalBAB III Usaha Penunjang di TerminalPasal 40 Penjelasan terkait kegiatan usaha penunjang di terminal
Penyelenggaraan terminal yang telah diamanatkan dalam UU 22/2009 dan PP 43/1995
dijelaskan pula dengan Kepmenhub Nomor KM 31/1995 tentang terminal transportasi
jalan dimana disampaikan beberapa fasilitas baik fasilitas utama maupun fasilitas
penunjang dalam penyelenggaraan terminal penumpang, namun secara teknis,
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir VI- 3
Ba
b V
I–
Pe
ru
mu
sa
n S
ta
nd
ar
penjelasan terkait dengan standar fasilitas terminal penumpang belum dijelaskan lebih
detail.
2. Materi muatan
Muatan pengaturan dalam standar prasarana transportasi jalan ini adalah untuk
menindaklanjuti amanat UU 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan serta PP
43/1995 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan . Di dalam UU dan PP tersebut
terdapat amanat pengaturan lebih lanjut dalam Peraturan Menteri berkenaan dengan
penjelasan secara teknis terkait dengan penyelenggaraan terminal termasuk penjelasan
secara teknis terkait dengan standar spesifikasi dari tiap-tiap item prasarana terminal
penumpang.
Sesuai dengan ilustrasi kerangka standar prasarana terminal, khususnya terkait dengan
spesifikasi teknis tiap-tiap item prasarana utama serta penunjang penyelenggaraan
terminal penumpang, maka terlihat bahwa materi muatan dari pedoman ini akan
menyangkut beberapa hal pokok berikut ini:
1) Jenis dan spesifikasi teknis prasarana utama bagi terminal tipe A, tipe B, dan
tipe C;
2) Jenis dan spesifikasi teknis prasarana penunjang bagi terminal tipe A, tipe B,
dan tipe C;
3) Kriteria teknis standar penyediaan prasarana utama dan penunjang bagi terminal
tipa A, tipe B, dan tipe C;
Artinya bahwa lingkup materi ini sifatnya adalah acuan bagi kegiatan teknis
operasional dalam menentukan kriteria dan jenis prasarana terminal yang harus
disediakan untuk tiap-tiap tipe terminal baik itu prasarana utama maupun penunjang.
3. Latar belakang serta tujuan disusunnya standar pedoman
a. Latar Belakang
Latar belakang yang menjadi alasan pokok penyusunan konsep standar
pedoman teknis prasarana terminal penumpang ini antara lain :
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir VI- 4
Ba
b V
I–
Pe
ru
mu
sa
n S
ta
nd
ar
1. Adanya kebutuhan penjelasan secara teknis dan lebih mendetail terkait
dengan penyediaan prasarana terminal penumpang baik prasarana utama
maupun penunjang. Dalam peraturan yang ada saat ini belum menjelaskan
secara detail dan spesifik terkait dengan penyediaan prasarana terminal, baik
untuk terminal tipe A, tipe B, maupun tipe C.
2. Kondisi hasil pengamatan lapangan menunjukkan kondisi yang masih
sangat memprihatinkan dimana pengelolaan terminal saat ini masih banyak
yang standar pelayanan prasarananya masih belum bias memuaskan para
calon penumpang terminal, terutama di kota-kota kecil di daerah.
3. Peraturan perundangan yang ada saat ini yang mengatur penyelenggaraan
terminal penumpang yaitu Kepmenhub KM 31 tahun 1995, sudah
mensyaratkan penyediaan fasilitas utama dan penunjang terminal
penumpang, namun belum mengatur terkait dengan standar kualitas dan
kuantitas dari prasarana terminal penumpang yang perlu disediakan;
b. Tujuan dan kegunaan yang hendak dicapai
Sesuai definisi pedoman adalah acuan yang bersifat umum yang harus
dijabarkan lebih lanjut dan dapat disesuaikan dengan karakteristik dan
kemampuan daerah setempat (PP 25/2000), maka tujuan disusunnya standar
pedoman prasarana terminal penumpang ini adalah:
Menyediakan acuan bagi para pihak terkait untuk menentukan jenis dan kriteria
prasarana terminal penumpang tipe A, tipe B, dan tipe C.
Adapun kegunaan yang hendak dicapai dengan adanya pedoman prasarana
terminal penumpang ini adalah:
Adanya kejelasan jenis dan kriteria standar fasilitas prasarana terminal
penumpang, khususnya berkenaan dengan:
1. Fasilitas utama terminal penumpang
2. Fasilitas penunjang terminal penumpang
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir VI- 5
Ba
b V
I–
Pe
ru
mu
sa
n S
ta
nd
ar
3. Indikator dan kriteria dalam menetapkan spesifikasi fasilitas prasarana
terminal penumpang sesuai dengan lingkup pelayanan dan tipe terminalnya
4. Metoda pendekatan
Penulisan standar pedoman ini dilakukan dengan menggabungkan 3 pendekatan yang
umum dilakukan, yakni:
1) Dengan melakukan proses pengkajian dan penelitian yang dilakukan pada
beberapa lokasi terminal penumpang di Indonesia;
2) Melakukan kajian literatur dan perundangan yang terkait dengan
penyelenggaraan terminal penumpang;
3) Melakukan serangkaian diskusi dengan pihak terkait, khususnya pejabat di
lingkungan Balitbang Perhubungan Darat dan Perkeretaapian, Kementerian
Perhubungan;
4) Melakukan benchmarking dengan memperhatikan lingkup pengaturan mengenai
standar penyediaan fasilitas dan prasarana terminal penumpang yang ada di
negara lain.
5) Melakukan analisis dan evaluasi hasil dari kajian lapangan, kajian literatur dan
perundangan, serta benchmarking sebagai masukan bagi perumusan konsep
standar prasarana terminal penumpang;
6) perumusan standar dan kriteria penyediaan fasilitas utama dan penunjang
terminal penumpang tipe A, tipe B, dan tipe C.
5. Ruang lingkup Naskah Akademis Standar Prasarana Terminal
Penumpang
5.1 Pengertian-pengertian terkait
Terdapat beberapa pengertian pokok yang harus disepakati kesamaan pengertian atau
definisinya terlebih dahulu. Pengertian pokok ini sebagian besar diadopsi dari UU
22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan serta PP 43/1995 tentang Prasarana
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, serta dari Kepmenhub 31/1995 tentang Terminal
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir VI- 6
Ba
b V
I–
Pe
ru
mu
sa
n S
ta
nd
ar
Transportasi Jalan, serta diadopsi dari peraturan lain yang relevan dan peraturan lain
yang berlaku secara internasional, dan hasil pendefinisian oleh tim penyusunan. Pada
Tabel 6.2 disampaikan daftar pengertian terkait yang digunakan dalam pedoman yang
disusun.
Tabel 6.2 Daftar istilah dan pengertiannya/definisinyadalam penetapan standar pedoman prasarana terminal penumpang
No Istilah Sumber Pengertian/Definisi1 Terminal
PenumpangDiadaptasidari Pasal 1(1) KM31/1995
Prasarana transportasi jalan untuk keperluanmenurunkan dan menaikkan penumpang,perpindahan intra dan/atau moda transportasiserta mengatur kedatangan danpemberangkatan kendaraan umum
2 JalurPemberangkatanKendaraanUmum
Diadaptasidari Pasal 1(3) KM31/1995
Pelataran di dalam terminal penumpang yangdisediakan bagi kendaraan umum untukmenurunkan penumpang
3 Jalur KedatanganKendaraanUmum
Diadaptasidari Pasal 1(4) KM31/1995
Pelataran di dalam terminal penumpang yangdisediakan bagi kendaraan umum untukmenurunkan penumpang
4 Tempat TungguKendaraanUmum
Diadaptasidari Pasal 1(5) KM31/1995
Pelataran di dalam terminal penumpang yangdisediakan bagi kendaraan umum untukmenunggu dan siap menuju jalurpemberangkatan
5 Tempat istirahatkendaraan
Diadaptasidari Pasal 1(6) KM31/1995
Pelataran di dalam terminal yang disediakanbagi mobil bus dan mobil barang untukberistirahat sementara dan membersihkankendaraan sebelum melakukan perjalanan
6 Tempat tunggupenumpang
Diadaptasidari Pasal 1(8) KM31/1995
Bangunan berupa ruang tunggu di dalamterminal penumpang yang disediakan bagipenumpang yang akan melakukan perjalanan
7 Kepala terminal Diadaptasidari Pasal 1(11) KM31/1995
Kepala Unit Pelaksana Teknis Terminal dariDinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
5.2. Materi (substansi standar pedoman)
Secara teoretis bagian ini akan mengungkapkan semua substansi apa yang perlu diatur,
termasuk kelembagaan, kewenangan, hak-hak, dan kewajiban, persyaratan, hal-hal
yang dilarang dan dibolehkan disusun secara sistematis. Substansi pengaturan di dalam
penyusunan satandar pedoman prasarana terminal penumpang ini yang mencakup
beberapa bagian, seperti yang disampaikan pada Tabel 6.3.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir VI- 7
Ba
b V
I–
Pe
ru
mu
sa
n S
ta
nd
ar
Tabel 6.3 Pokok-pokok materi/substansi standar pedoman terminal penumpangBagian Materi/substansi standar pedoman
Standarprasarana utamaterminalpenumpang
a) Standar teknis jalur pemberangkatan kendaraan umumb) Standar teknis jalur kedatangan kendaraan umumc) Standar parkir kendaraan umumd) Standar teknis bangunan kantor terminale) Tempat tunggu penumpang dan/atau pengantarf) Menara pengawasag) Loket penjualan karcish) Parkir kendaraan pengantar
Standarprasaranapenunjangterminalpenumpang
a) Kamar kecil/toiletb) Mushollac) Kios/kantind) Ruang pengobatane) Ruang informasi dan pengaduanf) Telepon umumg) Tempat penitipan barangh) Taman
Indikator dankriteriaprasaranaterminalpenumpangberdasarkan tipeterminal
a) Standar fasilitas utama terminal penumpang berdasarkantipe terminal dan lingkup pelayanan
b) Standar fasilitas penunjang terminal penumpangberdasarkan tipe terminal dan lingkup pelayanan
Lebih lengkap substansi pengaturan yang pokok-pokoknya disampaikan pada tabel
tersebut dalam bentuk konsep standar prasarana terminal penumpang yang disampaikan
dalam lampiran buku laporan ini. Konsep standar terminal penumpang ini akan terbagi
menjadi 3 (tiga) buku konsep standar, yang dipisahkan berdasarkan klasifikasi terminal
yang dijelaskan dalam Kepmenhub KM 31 tahun 1995. Ketiga buku konsep standar
tersebut adalah :
- Konsep standar pedoman prasarana terminal penumpang tipe A;
- Konsep standar pedoman prasarana terminal penumpang tipe B; dan
- Konsep standar pedoman prasarana terminal penumpang tipe C.
Item standar fasilitas yang akan diatur dalam buku konsep standar pedoman prasarana
terminal penumpang berdasarkan klasifikasinya tidak memiliki item yang berbeda
untuk setiap kelas terminal, perbedaan hanya terletak pada sisi kuantitas item fasilitas
prasarana terminal penumpang.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir VI- 8
Ba
b V
I–
Pe
ru
mu
sa
n S
ta
nd
ar
6. Daftar acuan dalam kajian literatur
Dalam menyusun pedoman standar prasarana terminal penumpang ini mengacu kepada
sejumlah kepustakaan baik secara teoretis maupun perundang-undangan yang berlaku.
Adapun daftar kepustakaan yang diacu antara lain adalah:
a. UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
b. PP No. 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan;
c. PP No. 43 Tahun 1995 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan;
d. Kepmenhub No. 31 Tahun 1995 tentang Terminal Transportasi Jalan.
B. Kerangka Konsep Standar Prasarana Terminal Barang
1. Pendahuluan
Dasar hukum yang secara umum berkaitan dengan prasarana transportasi jalan
khususnya terminal barang, antara lain UU 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan, PP 41/1993 tentang Angkutan Jalan, dan PP 43/1995 tentang Prasarana dan Lalu
lintas Jalan, kesemuanya memberikan arahan tentang pelaksanaan prasarana
transportasi jalan namun dari kesemua aturan tersebut belum ada yang mengatur secara
teknis tekait dengan standar spesifikasi prasarana jalan yang perlu disediakan
khususnya terkait dengan standar fasilitas prasarana terminal barang. Artinya perlu
disusun standar pedoman prasarana terminal barang yang menjelaskan lebih spesifik
sebagai penjabaran dari peraturan perundangan yang telah ada dan disusun sebelumnya.
Dalam UU, beserta PP yang menjelaskan pelaksanaannya yang terkait dengan
prasarana transportasi jalan, khususnya terminal barang terdapat beberapa mandat
pengaturan lebih lanjut dalam bentuk Peraturan Menteri seperti yang dipaparkan pada
Tabel 6.4. Karena pengaturan dalam kegiatan penyelenggaraan prasarana terminal
barang yang disusun ini bersifat tidak spesifik, maka dimungkinkan bahwa dapat
disusun standar pedoman yang mengatur lebih teknis dan lebih spesifik dalam
penentuan standar dalam penyediaan prasarana terminal barang.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir VI- 9
Ba
b V
I–
Pe
ru
mu
sa
n S
ta
nd
ar
Tabel 6.4 Mandat pengaturan lebih lanjut dalam UU dan PP pelaksanaannya terkaitterminal barang.
Pasal PengaturanUU 22/2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALANBAB VI Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan JalanPasal 33 Fungsi, Klasifikasi, dan Tipe TerminalPasal 37 Penetapan Lokasi TerminalPasal 38 Fasilitas TerminalPasal 39 Lingkungan Kerja TerminalPasal 40 Pembangunan TerminalBAB VII KendaraanPasal 47 Jenis-jenis KendaraanPasal 48 Persyaratan Teknis dan Laik Jalan Kendaraan BermotorPasal 49-55 Pengujian Kendaraan BermotorPasal 57 Perlengkapan Kendaraan BermotorPasal 60 Definisi dan Penjelasan Bengkel Umum Kendaraan BermotorPP 43/1993 TENTANG PRASARANA DAN LALU LINTAS JALANBAB III Jaringan Transportasi JalanPasal 7 Rencana jaringan transportasi jalanPasal 14 Jaringan TrayekBAB VI TerminalPasal 40 Jenis-jenis terminalPasal 41 Pengelompokkan terminal penumpangPasal 42 Penentuan Lokasi terminalPasal 44 Kegiatan usaha penunjang pada terminalKepmenhub 31/1995 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALANBAB II Terminal PenumpangPasal 2 Tipe dan Fungsi TerminalPasal 3 Fasilitas TerminalPasal 9 Lokasi TerminalPasal 15 Pembangunan dan Pengoperasian terminalPasal 17 Penyelenggaraan TerminalPasal 44 Kegiatan usaha penunjang pada terminalBAB III Terminal BarangPasal 24 Definisi Terminal BarangPasal 25 Fasilitas TerminalPasal 26 Daerah Kewenangan TerminalPasal 27 Lokasi TerminalPasal 31 Pembangunan TerminalPasal 33 Penyelenggaraan TerminalBAB III Usaha Penunjang di TerminalPasal 40 Penjelasan terkait kegiatan usaha penunjang di terminal
Penyelenggaraan terminal barang yang telah diamanatkan dalam UU 22/2009 dan PP
43/1995 dijelaskan pula dengan Kepmenhub Nomor KM 31/1995 tentang terminal
transportasi jalan dimana disampaikan beberapa fasilitas baik fasilitas utama maupun
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir VI- 10
Ba
b V
I–
Pe
ru
mu
sa
n S
ta
nd
ar
fasilitas penunjang dalam penyelenggaraan terminal barang, namun secara teknis,
penjelasan terkait dengan standar fasilitas terminal barang belum dijelaskan lebih detail.
2. Materi muatan
Muatan pengaturan dalam standar prasarana transportasi jalan khususnya yang terkait
dengan penyelenggaraan terminal barang ini adalah untuk menindaklanjuti amanat UU
22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan serta PP 43/1995 tentang Prasarana
dan Lalu Lintas Jalan . Di dalam UU dan PP tersebut terdapat amanat pengaturan lebih
lanjut dalam Peraturan Menteri berkenaan dengan penjelasan secara teknis terkait
dengan penyelenggaraan terminal barang termasuk penjelasan secara teknis terkait
dengan standar spesifikasi dari tiap-tiap item prasarana terminal barang.
Sesuai dengan ilustrasi kerangka standar prasarana terminal, khususnya terkait dengan
spesifikasi teknis tiap-tiap item prasarana utama serta penunjang penyelenggaraan
terminal barang, maka terlihat bahwa materi muatan dari pedoman ini akan menyangkut
beberapa hal pokok berikut ini:
1) Jenis dan spesifikasi teknis prasarana utama bagi terminal barang;
2) Jenis dan spesifikasi teknis prasarana penunjang bagi terminal barang;
3) Kriteria teknis standar penyediaan prasarana utama dan penunjang bagi terminal
barang;
Artinya bahwa lingkup materi ini sifatnya adalah acuan bagi kegiatan teknis
operasional dalam menentukan kriteria dan jenis prasarana terminal barang yang harus
disediakan untuk tiap-tiap tipe terminal baik itu prasarana utama maupun penunjang.
3. Latar belakang serta tujuan disusunnya standar pedoman
a. Latar Belakang
Latar belakang yang menjadi alasan pokok penyusunan konsep standar
pedoman teknis prasarana terminal barang ini antara lain :
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir VI- 11
Ba
b V
I–
Pe
ru
mu
sa
n S
ta
nd
ar
1. Adanya kebutuhan penjelasan secara teknis dan lebih mendetail terkait
dengan penyediaan prasarana terminal barang baik prasarana utama maupun
penunjang. Dalam peraturan yang ada saat ini belum menjelaskan secara
detail dan spesifik terkait dengan penyediaan prasarana terminal barang.
2. Kondisi hasil pengamatan lapangan menunjukkan kondisi yang masih
sangat memprihatinkan dimana pengelolaan terminal barang saat ini masih
banyak yang standar pelayanan prasarananya masih belum bias memuaskan
para pengguna terminal barang, keberadaan terminal barang kurang
diperhatikan karena pada umumnya Pemerintah lebih memperhatikan
keberlangsungan pengelolaan terminal penumpang dibangding terminal
barang, terutama di kota-kota kecil di daerah. Bahkan untuk beberapa daerah
keberadaan terminal barang ini belum terlalu penting sehingga di beberapa
wilayah studi tidak terdapat terminal barang.
3. Peraturan perundangan yang ada saat ini yang mengatur penyelenggaraan
terminal abrang yaitu Kepmenhub KM 31 tahun 1995, sudah mensyaratkan
penyediaan fasilitas utama dan penunjang terminal barang, namun belum
mengatur terkait dengan standar kualitas dan kuantitas dari prasarana
terminal barang yang perlu disediakan.
b. Tujuan dan kegunaan yang hendak dicapai
Sesuai definisi pedoman adalah acuan yang bersifat umum yang harus
dijabarkan lebih lanjut dan dapat disesuaikan dengan karakteristik dan
kemampuan daerah setempat (PP 25/2000), maka tujuan disusunnya standar
pedoman prasarana terminal barang ini adalah:
Menyediakan acuan bagi para pihak terkait untuk menentukan jenis dan kriteria
prasarana terminal barang.
Adapun kegunaan yang hendak dicapai dengan adanya pedoman prasarana
terminal barang ini adalah:
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir VI- 12
Ba
b V
I–
Pe
ru
mu
sa
n S
ta
nd
ar
Adanya kejelasan jenis dan kriteria standar fasilitas prasarana terminal
penumpang, khususnya berkenaan dengan:
1. Fasilitas utama terminal barang
2. Fasilitas penunjang terminal barang
3. Indikator dan kriteria dalam menetapkan standar spesifikasi fasilitas prasarana
terminal barang sesuai dengan lingkup pelayanan
4. Metoda pendekatan
Penulisan standar pedoman ini dilakukan dengan menggabungkan 3 pendekatan yang
umum dilakukan, yakni:
1) Dengan melakukan proses pengkajian dan penelitian yang dilakukan pada
beberapa lokasi terminal barang di Indonesia;
2) Melakukan kajian literatur dan perundangan yang terkait dengan
penyelenggaraan terminal barang;
3) Melakukan serangkaian diskusi dengan pihak terkait, khususnya pejabat di
lingkungan Balitbang Perhubungan Darat dan Perkeretaapian, Kementerian
Perhubungan;
4) Melakukan benchmarking dengan memperhatikan lingkup pengaturan mengenai
standar penyediaan fasilitas dan prasarana terminal barang yang ada di negara
lain.
5) Melakukan analisis dan evaluasi hasil dari kajian lapangan, kajian literatur dan
perundangan, serta benchmarking sebagai masukan bagi perumusan konsep
standar prasarana terminal barang;
6) perumusan standar dan kriteria penyediaan fasilitas utama dan penunjang
terminal barang.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir VI- 13
Ba
b V
I–
Pe
ru
mu
sa
n S
ta
nd
ar
5. Ruang lingkup Naskah Akademis Standar Prasarana Terminal Barang
5.1 Pengertian-pengertian terkait
Terdapat beberapa pengertian pokok yang harus disepakati kesamaan pengertian atau
definisinya terlebih dahulu. Pengertian pokok ini sebagian besar diadopsi dari UU
22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan serta PP 43/1995 tentang Prasarana
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, serta dari Kepmenhub 31/1995 tentang Terminal
Transportasi Jalan, serta diadopsi dari peraturan lain yang relevan dan peraturan lain
yang berlaku secara internasional, dan hasil pendefinisian oleh tim penyusunan. Pada
Tabel 6.5 disampaikan daftar pengertian terkait yang digunakan dalam pedoman yang
disusun.
Tabel 6.5 Daftar istilah dan pengertiannya/definisinyadalam penetapan standar pedoman prasarana terminal barang
No Istilah Sumber Pengertian/Definisi1 Terminal Barang Diadaptasi
dari Pasal 1(2) KM31/1995
Prasarana transportasi jalan untuk keperluanmembongkar dan memuat barang sertaperpindahan intra dan/atau antar modatransportasi
2 Tempat BongkarMuat
Diadaptasidari Pasal 1(3) KM31/1995
Pelataran di dalam terminal barang yangdisediakan bagi mobil barang untukmembongkar dan/atau memuat barang
3 Tempat istirahatkendaraan
Diadaptasidari Pasal 1(6) KM31/1995
Pelataran di dalam terminal yang disediakanbagi mobil bus dan mobil barang untukberistirahat sementara dan membersihkankendaraan sebelum melakukan perjalanan
4 Gudang atauLapanganPenumpukanBarang
Diadaptasidari Pasal 1(9) KM31/1995
Bangunan berupa dan/atau pelataran di dalamterminal barang yang disediakan untukmenempatkan barang yang bersifat sementara
5 Kepala terminal Diadaptasidari Pasal 1(11) KM31/1995
Kepala Unit Pelaksana Teknis Terminal dariDinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
5.2. Materi (substansi standar pedoman)
Secara teoretis bagian ini akan mengungkapkan semua substansi apa yang perlu diatur,
termasuk kelembagaan, kewenangan, hak-hak, dan kewajiban, persyaratan, hal-hal
yang dilarang dan dibolehkan disusun secara sistematis. Substansi pengaturan di dalam
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir VI- 14
Ba
b V
I–
Pe
ru
mu
sa
n S
ta
nd
ar
penyusunan satandar pedoman prasarana terminal barang ini yang mencakup beberapa
bagian, seperti yang disampaikan pada Tabel 6.6.
Tabel 6.6 Pokok-pokok materi/substansi standar pedoman terminal barangBagian Materi/substansi standar pedoman
Standarprasarana utamaterminal barang
a) Standar teknis bangunan kantor terminalb) Standar teknis parkir kendaraan untuk melakukan bongkar
dan muat barangc) Standar gudang atau lapangan penumpukan barangd) Standar tempat parkir kendaraan angkutan barang untuk
istirahate) Papan informasif) Peralatan bongkar muat barang
Standarprasaranapenunjangterminal barang
a) Tempat istirahat awak kendaraanb) Fasilitas parkir kendaraan, selain kendaraan angkutan
barangc) Alat timbang kendaraan dan muatannyad) Kamar kecil/toilete) Mushollaf) Kios/kanting) Ruang pengobatanh) Taman
Indikator dankriteriapenetapanstandarprasaranaterminal barang
a) Standar fasilitas utama terminal barang berdasarkan lingkuppelayanannya
b) Standar fasilitas penunjang terminal barang berdasarkanlingkup pelayanannya
Lebih lengkap substansi pengaturan yang pokok-pokoknya disampaikan pada tabel
tersebut dalam bentuk konsep standar prasarana terminal barang yang disampaikan
dalam lampiran buku laporan ini.
6. Daftar acuan dalam kajian literatur
Dalam menyusun pedoman standar prasarana terminal barang ini mengacu kepada
sejumlah kepustakaan baik secara teoretis maupun perundang-undangan yang berlaku.
Adapun daftar kepustakaan yang diacu antara lain adalah:
a. UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
b. PP No. 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan;
c. PP No. 43 Tahun 1995 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan;
d. Kepmenhub No. 31 Tahun 1995 tentang Terminal Transportasi Jalan.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir VI- 15
Ba
b V
I–
Pe
ru
mu
sa
n S
ta
nd
ar
C. Kerangka Konsep Standar Prasarana Pengujian Kendaraan
Bermotor
1. Pendahuluan
Dasar hukum yang secara umum berkaitan dengan prasarana transportasi jalan
khususnya fasilitas pengujian kendaraan bermotor, antara lain UU 22/2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan, PP 41/1993 tentang Angkutan Jalan, dan PP 44/1993
tentang Kendaraan dan Pengemudi, kesemuanya memberikan arahan tentang
pelaksanaan prasarana transportasi jalan namun dari kesemua aturan tersebut belum ada
yang mengatur secara teknis tekait dengan standar spesifikasi prasarana jalan yang
perlu disediakan khususnya terkait dengan standar fasilitas pengujian kendaraan
bermotor. Artinya perlu disusun standar pedoman prasarana pengujian kendaraan
bermotor yang menjelaskan lebih spesifik sebagai penjabaran dari peraturan
perundangan yang telah ada dan disusun sebelumnya.
Dalam UU, beserta PP yang menjelaskan pelaksanaannya yang terkait dengan
prasarana transportasi jalan, khususnya prasarana pengujian kendaraan bermotor
terdapat beberapa mandat pengaturan lebih lanjut dalam bentuk Peraturan Menteri
seperti yang dipaparkan pada Tabel 6.7 Karena pengaturan dalam kegiatan
penyelenggaraan prasarana terminal barang yang disusun ini bersifat tidak spesifik,
maka dimungkinkan bahwa dapat disusun standar pedoman yang mengatur lebih teknis
dan lebih spesifik dalam penentuan standar dalam penyediaan prasarana terminal
barang.
Tabel 6.7 Mandat pengaturan lebih lanjut dalam UU dan PP pelaksanaannya.Pasal Pengaturan
UU 22/2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALANBAB V PenyelenggaraanPasal 12 Penyelenggaraan di bidang registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor
dan pengemudi, penegakan hukum, operasional manajemen dan rekayasalalu lintas
BAB VII Jenis dan Fungsi KendaraanPasal 47 Jenis-jenis KendaraanPasal 48 Persyaratan Teknis dan Laik Jalan Kendaraan BermotorPasal 49-55 Pengujian Kendaraan BermotorPasal 57 Perlengkapan Kendaraan Bermotor
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir VI- 16
Ba
b V
I–
Pe
ru
mu
sa
n S
ta
nd
ar
Pasal PengaturanPasal 60 Definisi dan Penjelasan Bengkel Umum Kendaraan BermotorPP 44/1993 TENTANG KENDARAAN DAN PENGEMUDIBAB II Persyaratan Teknis Laik Jalan Kendaraan Bermotor, Kereta Gandengan, dan KeretaTempelanPasal 2 Pengelompokkan kendaraan BermotorPasal 7 Motor Penggerak Kendaraan BermotorPasal 13 Sistem Pembuangan Kendaraan BermotorPasal 14 Penerus Daya Kendaraan BermotorPasal 15 Sistem Roda Kendaraan BermotorPasal 16 Sistem Suspensi Kendaraan BermotorPasal 17 Alat Kemudi Kendaraan BermotorPasal 18 Sistem Rem Kendaraan BermotorPasal 29 Lampu-lampu dan Alat Pemantul CahayaPasal 70 Komponen Pendukung Kendaraan BermotorPasal 89 Peralatan dan Perlengkapan Kendaraan BermotorPasal 91 Persyaratan Tambahan Khusus untuk Mobil BusPasal 101 Persyaratan Tambahan Khusus untuk Mobil Bus SekolahPasal 105 Persyaratan Tambahan Khusus untuk Mobil BarangPasal 108 Persyaratan Tambahan Khusus untuk Rangkaian Kendaraan, Kereta
Gandengan, dan Kereta TempelanPasal 115 Ukuran dan Muatan Kendaraan BermotorPasal 127 Ambang Batas Laik Jalan Kendaraan BermotorBAB III Pengujian Kendaraan BermotorPasal 132 Jenis Pengujian Kendaraan BermotorPasal 133 Persyaratan Umum Pengujian Kendaraan BermotorPasal 139 Uji Tipe Kendaraan BermotorPasal 148 Uji Berkala Kendaraan BermotorKepmenhub 71/1993 TENTANG PENGUJIAN BERKALA KENDARAANBERMOTORBAB II Persyaratan Umum Pengujian Berkala Kendaraan BermotorPasal 2 Maksud dan Tujuan Pelaksanaan Pengujian Kendaraan BermotorBAB III Lokasi Tempat Pelaksanaan Pengujian BerkalaPasal 24 Lokasi Tempat Pelaksanaan Pengujian Berkala Kendaraan BermotorBAB III Fasilitas dan Peralatan Pengujian Berkala Kendaraan BermotorPasal 9 Fasilitas Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor yang Bersifat TetapPasal 12 (1) Peralatan Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor yang lengkapPasal 12 (2) Peralatan Dasar Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor
Penyelenggaraan pengujian kendaraan bermotor yang telah diamanatkan dalam UU
22/2009 dan PP 44/1993 dijelaskan pula dengan Kepmenhub Nomor KM 71/1993
tentang pengujian berkala kendaraan bermotor dimana disampaikan beberapa fasilitas
dalam penyelenggaraan pengujian kendaraan bermotor, namun secara teknis, penjelasan
terkait dengan standar fasilitas pengujian kendaraan bermotor belum dijelaskan lebih
detail.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir VI- 17
Ba
b V
I–
Pe
ru
mu
sa
n S
ta
nd
ar
2. Materi muatan
Muatan pengaturan dalam standar prasarana transportasi jalan khususnya yang terkait
dengan penyelenggaraan fasilitas pengujian kendaraan bermotor ini adalah untuk
menindaklanjuti amanat UU 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan serta PP
44/1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi. Di dalam UU dan PP tersebut terdapat
amanat pengaturan lebih lanjut dalam Peraturan Menteri berkenaan dengan penjelasan
secara teknis terkait dengan penyelenggaraan terminal barang termasuk penjelasan
secara teknis terkait dengan standar spesifikasi dari tiap-tiap item prasarana pengujian
kendaraan bermotor.
Sesuai dengan ilustrasi kerangka standar prasarana pengujian kendaraan bermotor,
khususnya terkait dengan spesifikasi teknis tiap-tiap item prasarana utama serta
penunjang penyelenggaraan terminal barang, maka terlihat bahwa materi muatan dari
pedoman ini akan menyangkut beberapa hal pokok berikut ini:
1) Jenis pengujian berkala kendaraan bermotor
2) Jenis dan spesifikasi teknis prasarana utama bagi pengujian kendaraan
bermotor;
3) Jenis dan spesifikasi teknis prasarana penunjang bagi fasilitas pengujian berkala
kendaraan bermotor;
4) Kriteria teknis standar penyediaan prasarana utama dan penunjang bagi fasilitas
pengujian berkala kendaraan bermotor;
Artinya bahwa lingkup materi ini sifatnya adalah acuan bagi kegiatan teknis
operasional dalam menentukan kriteria dan jenis prasarana fasilitas pengujian berkala
kendaraan bermotor yang harus disediakan untuk tiap-tiap fasilitas baik itu prasarana
utama maupun penunjang.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir VI- 18
Ba
b V
I–
Pe
ru
mu
sa
n S
ta
nd
ar
3. Latar belakang serta tujuan disusunnya standar pedoman
a. Latar Belakang
Latar belakang yang menjadi alasan pokok penyusunan konsep standar
pedoman teknis prasarana pengujian berkala kendaraan bermotor ini antara lain
adalah :
1. Adanya kebutuhan penjelasan secara teknis dan lebih mendetail terkait
dengan penyediaan prasarana pengujian berkala kendaraan bermotor baik
jenis pengujian, prasarana utama maupun penunjang pengujian berkala
kendaraan bermotor. Dalam peraturan yang ada saat ini belum menjelaskan
secara detail dan spesifik terkait dengan penyediaan prasarana pengujian
berkala kendaraan bermotor.
2. Kondisi hasil pengamatan lapangan menunjukkan kondisi yang masih
sangat memprihatinkan dimana pengelolaan fasilitas pengujian kendaraan
bermotor saat ini masih banyak yang standar pelayanan prasarananya masih
memiliki kualitas pelayanan yang kurang baik, kualitas dari failitas
pengujian berkala kendaraan bermotor terutama fasilitas penunjangnya
kurang diperhatikan karena pada umumnya Pemerintah lebih
memperhatikan fokus kepada target pendapatan daripada meningkatkan
pelayanan pengujian kendaraan bermotor, terutama di kota-kota kecil di
daerah.
b. Tujuan dan kegunaan yang hendak dicapai
Sesuai definisi pedoman adalah acuan yang bersifat umum yang harus
dijabarkan lebih lanjut dan dapat disesuaikan dengan karakteristik dan
kemampuan daerah setempat (PP 25/2000), maka tujuan disusunnya standar
pedoman prasarana pengujian berkala kendaraan bermotor ini adalah:
Menyediakan acuan bagi para pihak terkait untuk menentukan jenis dan kriteria
prasarana fasilitas pengujian kendaraan bermotor.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir VI- 19
Ba
b V
I–
Pe
ru
mu
sa
n S
ta
nd
ar
Adapun kegunaan yang hendak dicapai dengan adanya pedoman prasarana
fasilitas pengujian kendaraan bermotor ini adalah:
Adanya kejelasan jenis dan kriteria standar fasilitas prasarana pengujian
kendaraan bermotor, khususnya berkenaan dengan:
1. Fasilitas utama pengujian kendaraan bermotor
2. Fasilitas pendukung pengujian kendaraan bermotor
3. Indikator dan kriteria dalam menetapkan standar spesifikasi fasilitas prasarana
pengujian kendaraan bermotor sesuai dengan lingkup pelayanannya
4. Metoda pendekatan
Penulisan standar pedoman ini dilakukan dengan menggabungkan 3 pendekatan yang
umum dilakukan, yakni:
1) Dengan melakukan proses pengkajian dan penelitian yang dilakukan pada
beberapa lokasi pengujian berkala kendaraan bermotor di Indonesia;
2) Melakukan serangkaian diskusi dengan pihak terkait, khususnya pejabat di
lingkungan Balitbang Perhubungan Darat dan Perkeretaapian, Kementerian
Perhubungan;
3) Melakukan benchmarking dengan memperhatikan lingkup pengaturan mengenai
standar penyediaan fasilitas dan prasarana pengujian kendaraan bermotor yang
ada di negara lain.
4) Melakukan perumusan konsep standar pedoman prasarana fasilitas pengujian
kendaraan bermotor
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir VI- 20
Ba
b V
I–
Pe
ru
mu
sa
n S
ta
nd
ar
5. Ruang lingkup Naskah Akademis Standar Prasarana Pengujian
Kendaraan Bermotor
5.1 Pengertian-pengertian terkait
Terdapat beberapa pengertian pokok yang harus disepakati kesamaan pengertian atau
definisinya terlebih dahulu. Pengertian pokok ini sebagian besar diadopsi dari UU
22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan serta PP 44/1993 tentang Prasarana
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, serta dari Kepmenhub 71/1993 Pengujian Berkala
Kendaraan Bermotor, serta diadopsi dari peraturan lain yang relevan dan peraturan lain
yang berlaku secara internasional, dan hasil pendefinisian oleh tim penyusunan. Pada
Tabel 6.8 disampaikan daftar pengertian terkait yang digunakan dalam pedoman yang
disusun.
Tabel 6.8 Daftar istilah dan pengertiannya/definisinyadalam penetapan standar pedoman prasarana terminal barang
No Istilah Sumber Pengertian/Definisi1 Kendaraan
BermotorDiadaptasi dariPasal 1 (1) PP44/1993
Kendaraan yang digerakkan oleh peralatanteknik yang berada pada kendaraan itu
2 MobilPenumpang
Diadaptasi dariPasal 1 (3) PP44/1993
Setiap kendaraan bermotor yang dilengkapisebanyak-banyaknya 8 (delapan) tempat duduktidak termasuk tempat duduk pengemudi, baikdengan maupun tanpa perlengkapanpengangkutan bagasi.
3 Mobil Bus Diadaptasi dariPasal 1 (4) PP44/1993
Setiap kendaraan bermotor yang dilengkapilebih dari 8 (delapan) tempat duduk tidaktermasuk tempat duduk pengemudi baikdengan maupun tanpa perlengkapanpengangkutan bagasi.
4 KendaraanUmum
Diadaptasi dariPasal 1 (7) PP44/1993
Setiap Kendaraan bermotor yang disediakanuntuk dipergunakan oleh umum dengandipungut bayaran
5 Jumlah Beratyangdiperbolehkan
Diadaptasi dariPasal 1 (15) PP44/1993
Berat maksimum kendaraan bermotor berikutmuatannya yang diperbolehkan menurutrancangannya
6 Jumlah beratkombinasi yangdiperbolehkan
Diadaptasi dariPasal 1 (16) PP44/1993
Berat maksimum rangkaian kendaraanbermotor berikut muatannya yangdiperbolehkan menurut rancangannya
7 Jumlah beratyang diizinkan
Diadaptasi dariPasal 1 (17) PP44/1993
Berat maksimum kendaraan bermotor berikutmuatannya yang diizinkan berdasarkan kelasjalan yang dilalui
8 Jumlah beratkombinasi yang
Diadaptasi dariPasal 1 (18) PP
Berat maksimum rangkaian kendaraanbermotor berikut muatannya yang diizinkan
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir VI- 21
Ba
b V
I–
Pe
ru
mu
sa
n S
ta
nd
ar
No Istilah Sumber Pengertian/Definisidiizinkan 44/1993 berdasarkan kelas jalan yang dilalui
9 Pelaksanapengujian
Diadaptasi dariPasal 1 (19) PP44/1993
Unit pengujian berkala kendaraan bermotoryang diberi wewenang melaksanakan pengujianberkala kendaraan bermotor
5.2. Materi (substansi standar pedoman)
Secara teoretis bagian ini akan mengungkapkan semua substansi apa yang perlu diatur,
termasuk kelembagaan, kewenangan, hak-hak, dan kewajiban, persyaratan, hal-hal
yang dilarang dan dibolehkan disusun secara sistematis. Substansi pengaturan di dalam
penyusunan satandar pedoman prasarana terminal barang ini yang mencakup beberapa
bagian, seperti yang disampaikan pada Tabel 6.9.
Tabel 6.9 Pokok-pokok materi/substansi standar pedoman pengujian kendaraanbermotor
Bagian Materi/substansi standar pedomanStandarprasarana utamafasilitaspengujianberkalakendaraanbermotor
a) Standar teknis bangunan kantor pengujian berkalakendaraan bermotor
b) Standar teknis peralatan pengujian kendaraan bermotorc) Papan informasi
Standarprasaranapenunjangpengujianberkalakendaraanbermotor
a) Fasilitas parkir kendaraanb) Kamar kecil/toiletc) Mushollad) Kios/kantine) Ruang pengobatanf) Taman
Indikator dankriteriapenetapanstandarprasaranaprasaranapengujianberkalakendaraanbermotor
a) Standar fasilitas utama pengujian berkala kendaraanbermotor berdasarkan lingkup pelayanannya
b) Standar fasilitas penunjang pengujian berkala kendaraanbermotor berdasarkan lingkup pelayanannya
Lebih lengkap substansi pengaturan yang pokok-pokoknya disampaikan pada tabel
tersebut dalam bentuk konsep standar prasarana terminal barang yang disampaikan
dalam lampiran buku laporan ini.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir VI- 22
Ba
b V
I–
Pe
ru
mu
sa
n S
ta
nd
ar
6. Daftar acuan dalam kajian literatur
Dalam menyusun pedoman standar prasarana terminal barang ini mengacu kepada
sejumlah kepustakaan baik secara teoretis maupun perundang-undangan yang berlaku.
Adapun daftar kepustakaan yang diacu antara lain adalah:
a. UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
b. PP No. 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan;
c. PP No. 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi;
d. Kepmenhub No. 71 Tahun 1993 tentang Pengujian Berkala Kendaraan
Bermotor.
D. Kerangka Konsep Standar Prasarana Bengkel Umum
1. Pendahuluan
Dasar hukum yang secara umum berkaitan dengan prasarana transportasi jalan
khususnya fasilitas bengkel umum kendaraan bermotor, antara lain UU 22/2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, PP 41/1993 tentang Angkutan Jalan, dan PP 44/1993
tentang Kendaraan dan Pengemudi, kesemuanya memberikan arahan tentang
pelaksanaan prasarana transportasi jalan namun dari kesemua aturan tersebut belum ada
yang mengatur secara teknis tekait dengan standar spesifikasi prasarana jalan yang
perlu disediakan khususnya terkait dengan standar fasilitas bengkel umum kendaraan
bermotor. Artinya perlu disusun standar pedoman prasarana bengkel umum kendaraan
bermotor yang menjelaskan lebih spesifik sebagai penjabaran dari peraturan
perundangan yang telah ada dan disusun sebelumnya.
Dalam UU, beserta PP yang menjelaskan pelaksanaannya yang terkait dengan
prasarana transportasi jalan, khususnya prasarana pengujian kendaraan bermotor
terdapat beberapa mandat pengaturan lebih lanjut dalam bentuk Peraturan Menteri
seperti yang dipaparkan pada Tabel 6.10. Karena pengaturan dalam kegiatan
penyelenggaraan prasarana terminal barang yang disusun ini bersifat tidak spesifik,
maka dimungkinkan bahwa dapat disusun standar pedoman yang mengatur lebih teknis
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir VI- 23
Ba
b V
I–
Pe
ru
mu
sa
n S
ta
nd
ar
dan lebih spesifik dalam penentuan standar dalam penyediaan prasarana terminal
barang.
Tabel 6.10 Mandat pengaturan lebih lanjut dalam UU dan PP pelaksanaannya terkaitbengkel umum
Pasal PengaturanUU 22/2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALANBAB VII KendaraanPasal 47 Jenis-jenis KendaraanPasal 48 Persyaratan Teknis dan Laik Jalan Kendaraan BermotorPasal 49-55 Pengujian Kendaraan BermotorPasal 57 Perlengkapan Kendaraan BermotorPasal 60 Definisi dan Penjelasan Bengkel Umum Kendaraan BermotorPP 44/1993 TENTANG KENDARAAN DAN PENGEMUDIBAB II Persyaratan Teknis Laik Jalan Kendaraan Bermotor, Kereta Gandengan, dan KeretaTempelanPasal 2 Pengelompokkan kendaraan BermotorPasal 7 Motor Penggerak Kendaraan BermotorPasal 13 Sistem Pembuangan Kendaraan BermotorPasal 14 Penerus Daya Kendaraan BermotorPasal 15 Sistem Roda Kendaraan BermotorPasal 16 Sistem Suspensi Kendaraan BermotorPasal 17 Alat Kemudi Kendaraan BermotorPasal 18 Sistem Rem Kendaraan BermotorPasal 29 Lampu-lampu dan Alat Pemantul CahayaPasal 70 Komponen Pendukung Kendaraan BermotorPasal 89 Peralatan dan Perlengkapan Kendaraan BermotorPasal 91 Persyaratan Tambahan Khusus untuk Mobil BusPasal 101 Persyaratan Tambahan Khusus untuk Mobil Bus SekolahPasal 105 Persyaratan Tambahan Khusus untuk Mobil BarangPasal 108 Persyaratan Tambahan Khusus untuk Rangkaian Kendaraan, Kereta
Gandengan, dan Kereta TempelanPasal 115 Ukuran dan Muatan Kendaraan BermotorPasal 127 Ambang Batas Laik Jalan Kendaraan BermotorBAB V Bengkel Umum Kendaraan BermotorPasal 204 Definisi dan fungsi bengkel umum kendaraan bermotorPasal 205 Penyelenggaraan usaha bengkel umum kendaraan bermotorPasal 206 Izin usaha bengkel umum kendaraan bermotor
Pengaturan terkait dengan penyelenggaraan bengkel umum kendaraan bermotor yang
telah diamanatkan dalam UU 22/2009 dan PP 44/1993 dimana disampaikan beberapa
fasilitas dalam penyelenggaraan bengkel umum kendaraan bermotor, namun secara
teknis, penjelasan terkait dengan standar fasilitas bengkel umum kendaraan bermotor
belum dijelaskan lebih detail.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir VI- 24
Ba
b V
I–
Pe
ru
mu
sa
n S
ta
nd
ar
2. Materi muatan
Muatan pengaturan dalam standar prasarana transportasi jalan khususnya yang terkait
dengan penyelenggaraan bengkel umum kendaraan bermotor ini adalah untuk
menindaklanjuti amanat UU 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan serta PP
44/1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi. Di dalam UU dan PP tersebut terdapat
amanat pengaturan lebih lanjut dalam Peraturan Menteri berkenaan dengan penjelasan
secara teknis terkait dengan penyelenggaraan bengkel umum kendaraan bermotor
termasuk penjelasan secara teknis terkait dengan standar spesifikasi dari tiap-tiap item
prasarana bengkel umum kendaraan bermotor.
Sesuai dengan ilustrasi kerangka standar prasarana bengkel umum kendaraan bermotor,
khususnya terkait dengan spesifikasi teknis tiap-tiap item prasarana utama serta
penunjang penyelenggaraan bengkel umum kendaraan bermotor, maka terlihat bahwa
materi muatan dari pedoman ini akan menyangkut beberapa hal pokok berikut ini:
1) Jenis dan spesifikasi teknis prasarana utama bagi bengkel umum kendaraan
bermotor;
2) Jenis dan spesifikasi teknis prasarana penunjang bagi bengkel umum kendaraan
bermotor;
3) Kriteria teknis standar penyediaan prasarana utama dan penunjang bagi bengkel
umum kendaraan bermotor;
Artinya bahwa lingkup materi ini sifatnya adalah acuan bagi kegiatan teknis
operasional dalam menentukan kriteria dan jenis prasarana bengkel umum kendaraan
bermotor yang harus disediakan untuk tiap-tiap tipe terminal baik itu prasarana utama
maupun penunjang.
3. Latar belakang serta tujuan disusunnya standar pedoman
a. Latar Belakang
Latar belakang yang menjadi alasan pokok penyusunan konsep standar
pedoman teknis prasarana bengkel umum kendaraan bermotor ini antara lain :
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir VI- 25
Ba
b V
I–
Pe
ru
mu
sa
n S
ta
nd
ar
1. Adanya kebutuhan penjelasan secara teknis dan lebih mendetail terkait
dengan penyediaan prasarana bengkel umum kendaraan bermotor baik
prasarana utama maupun penunjang. Dalam peraturan yang ada saat ini
belum menjelaskan secara detail dan spesifik terkait dengan standar
penyediaan prasarana bengkel umum kendaraan bermotor.
2. Pada umumnya pengelolaan bengkel umum kendaraan bermotor yang ada
saat ini sudah cukup baik, pengelolaan oleh pihak swasta dan persaingan
usaha menjadikan para pengelola bengkel umum terus meningkatkan
kualitas layanannya. Namun kondisi saat ini, tiap-tiap bengkel umum
kendaraan bermotor masih banyak yang tidak memenuhi standar baik dari
pemenuhan fasilitas maupun dari sisi penanganan limbah bengkel, sehingga
diperlukan standarisasi fasilitas bengkel dan juga fasilitas pendukung
lainnya dalam penyelenggaraan bengkel umum baik oleh swasta maupun
pemerintah.
b. Tujuan dan kegunaan yang hendak dicapai
Sesuai definisi pedoman adalah acuan yang bersifat umum yang harus
dijabarkan lebih lanjut dan dapat disesuaikan dengan karakteristik dan
kemampuan daerah setempat (PP 25/2000), maka tujuan disusunnya standar
pedoman prasarana terminal barang ini adalah:
Menyediakan acuan bagi para pihak terkait untuk menentukan jenis dan kriteria
prasarana fasilitas bengkel umum kendaraan bermotor sesuai dengan kelas
pelayanannya.
Adapun kegunaan yang hendak dicapai dengan adanya pedoman prasarana
fasilitas pengujian kendaraan bermotor ini adalah:
Adanya kejelasan jenis dan kriteria standar fasilitas prasarana bengkel umum
kendaraan bermotor, khususnya berkenaan dengan:
1. Fasilitas utama bengkel umum kendaraan bermotor
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir VI- 26
Ba
b V
I–
Pe
ru
mu
sa
n S
ta
nd
ar
2. Fasilitas pendukung bengkel umum kendaraan bermotor
3. Indikator dan kriteria dalam menetapkan standar spesifikasi fasilitas prasarana
bengkel umum kendaraan bermotor sesuai dengan lingkup pelayanannya
4. Metoda pendekatan
Penulisan standar pedoman ini dilakukan dengan menggabungkan 3 pendekatan yang
umum dilakukan, yakni:
1) Dengan melakukan proses pengkajian dan penelitian yang dilakukan pada
beberapa lokasi bengkel umum kendaraan bermotor di Indonesia;
2) Melakukan serangkaian diskusi dengan pihak terkait, khususnya pejabat di
lingkungan Balitbang Perhubungan Darat dan Perkeretaapian, Kementerian
Perhubungan;
3) Melakukan benchmarking dengan memperhatikan lingkup pengaturan mengenai
standar penyediaan fasilitas dan prasarana bengkel umum kendaraan bermotor
yang ada di negara lain.
4) Melakukan perumusan konsep standar pedoman fasilitas bengkel umum.
5. Ruang lingkup Naskah Akademis Standar Prasarana bengkel umum
kendaraan bermotor
5.1 Pengertian-pengertian terkait
Terdapat beberapa pengertian pokok yang harus disepakati kesamaan pengertian atau
definisinya terlebih dahulu. Pengertian pokok ini sebagian besar diadopsi dari UU
22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan serta PP 44/1993 tentang Kendaraan
dan Pengemudi, serta diadopsi dari peraturan lain yang relevan dan peraturan lain yang
berlaku secara internasional, dan hasil pendefinisian oleh tim penyusunan. Pada Tabel
6.11 disampaikan daftar pengertian terkait yang digunakan dalam pedoman yang
disusun.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir VI- 27
Ba
b V
I–
Pe
ru
mu
sa
n S
ta
nd
ar
Tabel 6.11 Daftar istilah dan pengertiannya/definisinyadalam penetapan standar pedoman prasarana bengkel umum kendaraan bermotor
No Istilah Sumber Pengertian/Definisi1 Kendaraan
BermotorDiadaptasi dari Pasal1 (1) PP 44/1993
Kendaraan yang digerakkan oleh peralatanteknik yang berada pada kendaraan itu
2 Sepeda Motor Diadaptasi dari Pasal1 (2) PP 44/1993
Kendaraan bermotor beroda dua, atau tigatanpa rumah-rumah baik dengan atau tanpakereta samping
3 MobilPenumpang
Diadaptasi dari Pasal1 (3) PP 44/1993
Setiap kendaraan bermotor yang dilengkapisebanyak-banyaknya 8 (delapan) tempat duduktidak termasuk tempat duduk pengemudi, baikdengan maupun tanpa perlengkapanpengangkutan bagasi.
4 Mobil Bus Diadaptasi dari Pasal1 (4) PP 44/1993
Setiap kendaraan bermotor yang dilengkapilebih dari 8 (delapan) tempat duduk tidaktermasuk tempat duduk pengemudi baikdengan maupun tanpa perlengkapanpengangkutan bagasi.
5 KendaraanUmum
Diadaptasi dari Pasal1 (7) PP 44/1993
Setiap Kendaraan bermotor yang disediakanuntuk dipergunakan oleh umum dengandipungut bayaran
6 Bengkel UmumKendaraanBermotor
Diadaptasi dari Pasal1 (8) PP 44/1993
Bengkel umum yang berfungsi untukmembetulkan, memperbaiki, dan merawatkendaraan bermotor agar tetap memenuhipersyaratan teknis dan laik jalan
5.2. Materi (substansi standar pedoman)
Secara teoretis bagian ini akan mengungkapkan semua substansi apa yang perlu diatur,
termasuk kelembagaan, kewenangan, hak-hak, dan kewajiban, persyaratan, hal-hal
yang dilarang dan dibolehkan disusun secara sistematis. Substansi pengaturan di dalam
penyusunan satandar pedoman prasarana bengkel umum kendaraan bermotor ini yang
mencakup beberapa bagian, seperti yang disampaikan pada Tabel 6.12.
Tabel 6.12 Pokok-pokok materi/substansi standar pedomanBagian Materi/substansi standar pedoman
Standar prasaranautama bengkelumum kendaraanbermotor
a) Standar teknis bangunan bengkel umum kendaraan bermotorb) Standar teknis stall perbaikan kendaraan bermotorc) Standar teknis peralatan bengkel perbaikan kendaraan
bermotord) Standar parkir kendaraan yang diperbaikie) Standar penanganan limbah bengkel kendaraan bermotor
Standar prasaranapenunjang bengkelumum kendaraan
a) Tempat tunggu konsumen bengkel umum kendaraanbermotor
b) Fasilitas parkir kendaraan, selain kendaraan yang diperbaiki
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir VI- 28
Ba
b V
I–
Pe
ru
mu
sa
n S
ta
nd
ar
Bagian Materi/substansi standar pedomanbermotor c) Kamar kecil/toilet
d) Mushollae) Kios/kantinf) Ruang pengobatang) Taman
Indikator dankriteria penetapanstandar prasaranabengkel umumkendaraan bermotor
a) Standar fasilitas utama bengkel umum kendaraan bermotorberdasarkan lingkup pelayanannya dan kelas bengkel umum
b) Standar fasilitas penunjang bengkel umum kendaraanbermotor berdasarkan lingkup pelayanannya dan kelasbengkel umum
Lebih lengkap substansi pengaturan yang pokok-pokoknya disampaikan pada tabel
tersebut dalam bentuk konsep standar prasarana bengkel umum kendaraan bermotor
yang disampaikan dalam lampiran buku laporan ini.
6. Daftar acuan dalam kajian literatur
Dalam menyusun pedoman standar prasarana bengkel umum kendaraan bermotor ini
mengacu kepada sejumlah kepustakaan baik secara teoretis maupun perundang-
undangan yang berlaku. Adapun daftar kepustakaan yang diacu antara lain adalah:
a. UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
b. PP No. 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan;
c. PP No. 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi;
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor : 551/MPP/Kep/10/1999
tentang Bengkel Umum Kendaraan Bermotor.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir VII- 1
Ba
b V
II
–K
es
imp
ula
n
Pada Bab VII bagian Kesimpulan ini disampaikan mengenai temuan-temuan dari hasil
studi ini, baik terkait dengan penyelenggaraan prasarana transportasi jalan maupun
temuan terkait dengan hasil analisis dan evaluasi yang telah dilakukan. Selain itu pada
bagian ini akan disampaikan pula rekomendasi dan saran terhadap hasil studi yang telah
disusun
A. Temuan Studi
Berdasarkan hasil studi terkait dengan penyusunan konsep standar pedoman prasarana
di bidang transportasi jalan yang mencakup penyelenggaraan terminal penumpang,
terminal barang, pengujian kendaraan bermotor, dan penyelenggaraan bengkel umum,
didapat beberapa temuan-temuan studi ini, yang akad dijelaskan dalam bagian-bagian
berikut.
1. Penyelenggaraan Terminal Penumpang
Terkait dengan penyelenggaraan terminal penumpang, dari hasil studi ini didapat
beberapa temuan-temuan, yang antara lain adalah :
a. Terkait dengan penyelenggaraan prasarana terminal transportasi jalan, terdapat
kebijakan dan perundangan yang mengatur baik secara regulasi, maupun
mengatur secara teknis, yang antara lain
- Dalam Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Jalan yang
disampaikan dalam Pasal 33, Pasal 34, Pasal 38, Pasal 40, dan Pasal 41;
- Dalam KM 31 tahun 1995 tentang Terminal Transportasi Jalan dijelaskan
terkait dengan penyelenggaraan terminal penumpang secara teknis, mulai
dari tipe dan fungsi terminal penumpang, fasilitas terminal penumpang,
penetapan lokasi terminal penumpang, dan penyelengaraan terminal
penumpang.
b. Terkait dengan kondisi eksisting penyelenggaraan terminal penumpang,
khususnya di wilayah studi didapat beberapa kondisi yang antara lain adalah :
- Secara pelayanan, terminal di wilayah studi sudah cukup untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam penyediaan prasarana yang menunjang
penyelenggaraan angkutan bus;
KesimpulanBab VII
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir VII- 2
Ba
b V
II
–K
es
imp
ula
n
- Terkait dengan penyediaan fasilitas, berdasarkan pengamatan lapangan dan
uji preferensi masyarakat berdasarkan wawancara, didapatkan gap antara
pemenuhan kepuasan masyarakat, dan aturan teknis dalam pemenuhan
kelengkapan fasilitas, dengan kondisi eksisting di lapangan;
- Dari hasil pengamatan lapangan, di beberapa lokasi seperti di terminal
Giwangan Yogyakarta dan Terminal Bungurasih Surabaya yang memiliki
luas terminal yang cukup besar, terlihat bahwa luasnya terminal tersebut
tidak termanfaatkan secara optimal. Namun di sisi lain pemenuhan fasilitas
bagi penumpang masih terdapat kekurangan, kondisi demikian memberikan
gambaran bahwa luasan terminal di beberapa lokasi tidak berdampak secara
signifikan terhadap pemenuhan kualitas pelayanan terminal itu sendiri.
c. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan di wilayah studi terkait dengan
pemenuhan fasilitas utama dan penunjang terminal penumpang, didapat
beberapa kondisi yang dapat dilihat dalam tabel-tabel berikut,
Tabel 7.1 Pemenuhan Kelengkapan Prasarana Utama Terminal Penumpang di
Wilayah Studi
Kelengkapan PrasaanaTerminal Penumpang
Berdasarkan KM31/1995
Terminal PenumpangBatulayang,
KotaPontianak
Lebak Bulus,DKI Jakarta
Giwangan,Kota
Yogyakarta
Purabaya,Kota
SurabayaJalur Pemberangkatan 1 jalur 8 jalur 16 jalur 15 jalurJalur Kedatangan 1 jalur 2 jalur 4 jalur 3 jalurParkir Kendaraan Umum 6.000 m2 24.070 m2 58.850 m2 32.000 m2
Bangunan KantorTerminal
100 m2 1.540 m2 1.850 m2 1.700 m2
Tempat tunggupenumpang/ pengantar
120 m2 510 m2 920,8 m2 600 m2
Menara PengawasTidak tersedia Tersedia Tersedia Tersedia dan
dilengkapidengan CCTV
Loket PenjualanKarcis
Tidak tersedia 78 loket/hari 128 loket/hari 102 loket/hari
Parkir kendaraanpengantar
1.200 m2 720 m2 2.485 m2 1.800 m2
Sumber : KM 31/1995, Hasil Pengamatan Lapangan 2012
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir VII- 3
Ba
b V
II
–K
es
imp
ula
n
Tabel 7.2 Pemenuhan Kelengkapan Prasarana Penunjang Terminal Penumpang
di Wilayah Studi
KelengkapanPrasaana Terminal
PenumpangBerdasarkan KM
31/1995
Terminal Penumpang
Batulayang,Kota
Pontianak
Lebak Bulus,DKI Jakarta
Giwangan,Kota
Yogyakarta
Purabaya,Kota
Surabaya
Kamar kecil/toilet 2 unit (2 m2) 7 unit (2 m2) 16 unit 22 unit
Musholla1 unit (20 m2) 1 unit (24 m2) 1 Masjid,
2 Musholla1 Masjid,
2 Musholla
Kios/Kantin12 unit (120
m2)25 unit 32 unit 42 unit
Ruang pengobatan TIdak tersedia 12 m2 18 m2 20 m2
Ruang informasi danpengaduan
20 m2 24 m2 32 m2 42 m2
Telepon umum Tidak tersedia 1 unit 12 unit 15 unitTempat penitipanbarang
Tidak tersedia Tidak tersedia 1 unit 2 unit
Taman 250 m2 1.839 m2 2.880 m2 3.250 m2
Sumber : KM 31/1995, Hasil Pengamatan Lapangan 2012
2. Penyelenggaraan Terminal Barang
Dari hasil pengamatan lapangan, analisis, dan kegiatan evaluasi terkait dengan
penyelenggaraan terminal barang, didapati beberapa temuan yang antara lain adalah :
a. Terkait dengan penyelenggaraan prasarana terminal barang, terdapat kebijakan
dan perundangan yang mengatur baik secara regulasi, maupun mengatur secara
teknis, yang antara lain dalam KM 31 tahun 1995 tentang Terminal Transportasi
Jalan dijelaskan terkait dengan penyelenggaraan terminal barang secara teknis,
mulai dari fungsi terminal barang, fasilitas terminal barang, penetapan lokasi
terminal barang, dan penyelengaraan terminal barang.
b. Dari keempat lokasi studi, keberadaan temrinal barang hanya berada di DKI
Jakarta yang berlokasi di Jakarta Utara, yaitu terminal Barang Tanah Merdeka.
Fasilitas pendukung terminal barang Tanah Merdeka di DKI Jakarta masih
kurang memadai, seperti ruang tunggu, toilet, dan kondisi lapangan parkir masih
kurang baik. Selain itu terminal barang Tanah Merdeka ini seringkali digunakan
sebagai terminal penumpang, yang bukan peruntukannya.
c. Dari hasil analisis pemenuhan kelengkapan prasarana utama terminal barang di
Tanah Merdeka berdasarkan KM 31/1995, terlihat bahwa fasilitas gudang,
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir VII- 4
Ba
b V
II
–K
es
imp
ula
n
papan informasi, dan peralatan bongkar muat belum tersedia. Dan prasarana
utama terminal barang yang tersedia secara kuantitas dan kualitas belum
memadai.
d. Dari hasil analisis pemenuhan kelengkapan prasarana penunjang terminal
barang berdasarkan KM 31/1995 dan pengamatan lapangan di Tanah merdeka
terlihat bahwa fasilitas alat timbang dan ruang pengobatan masih belum
tersedia, dan fasilitas penunjang yang ada masih kurang memadai. Secara detail
terkait dengan pemenuhan fasilitas terminal barang dapat dilihat dalam tabel-
table berikut,
Tabel 7.3 Pemenuhan Kelengkapan Prasarana Utama Terminal Barang di
Wilayah Studi
Kelengkapan Prasaana Terminal BarangBerdasarkan KM 31/1995
Kondisi PrasaranaTerminal Tanah
MerdekaBangunan Kantor Terminal 120 m2
Parkir kendaraan untuk melakukan bongkar dan muatbarang
1.200 m2
Gudang atau lapangan penumpukan barang Tidak tersediaTempat parkir kendaraan angkutan barang untukistirahat
12.000 m2
Papan informasi Tidak tersediaPeralatan bongkar muat barang Tidak tersedia
Sumber : KM 31/1995, Hasil Pengamatan Lapangan 2012
Tabel 7.4 Pemenuhan Kelengkapan Prasarana Penunjang Terminal Barang di
Wilayah Studi
Kelengkapan Prasaana Terminal BarangBerdasarkan KM 31/1995
Kondisi PrasaranaEksisting
Tempat istirahat awak kendaraan Tersedia (180 m2)Parkir kendaraan selain kendaraan angkutan barang 1.600 m2
Alat timbang kendaraan dan muatannya Tidak TersediaKamar kecil/toilet 8 unitMusholla 1 unitKios/kantin 4 unitRuang pengobatan Tidak tersediaTaman 400 m2
Sumber : KM 31/1995, Hasil Pengamatan Lapangan 2012
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir VII- 5
Ba
b V
II
–K
es
imp
ula
n
3. Penyelenggaraan Pengujian Kendaraan Bermotor
Dari hasil pengamatan lapangan, analisis, dan kegiatan evaluasi terkait dengan
penyelenggaraan fasilitas pengujian kendaraan bermotor, didapati beberapa temuan
studi yang antara lain adalah :
a. Terkait dengan penyelenggaraan prasarana fasilitas pengujian kendaraan
bermotor, terdapat kebijakan dan perundangan yang mengatur baik secara
regulasi, maupun mengatur secara teknis, yang antara lain dalam UU 22 tahun
2009; UU 38 tahun 2004; PP 43 tahun 1993; Kepmenhub KM 5 tahun 1995;
Kepmenhub KM 71 tahun 1993; Kepdirjen Hubdat nomor
SK.165/HK.206/DRJD/99; dan Kepdirjen Hubdat nomor
SK.215/AJ.4011/DRJD/96.
b. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan di fasilitas PKB Kota Pontianak dan
Kota Padang terlihat bahwa secara umum kelengkapan peralatan pengujian
sudah tercukupi, namun permasalahan di PKB Pontianak dan Padang ini adalah
perawatan berkala yang kurang, sulitnya mendapatkan sparepart peralatan
pengujian, dan kurangnya fasilitas penunjang pengujian kendaraan bermotor;
c. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan di fasilitas PKB di wilayah lain (DKI
Jakarta, dan Surabaya) peralatan pengujian sudah cukup baik, fasilitas
penunjang pun tersedia namun secara kuantitas masih belum mencukupi, seperti
lapangan parkir yang kurang, ruang tunggu yang kurang luas, dan ketersediaan
fasilitas penunjang lain yang masih kurang secara kuantitas.
d. Dari hasil pengamatan lapangan di wilayah studi terkait dengan pemenuhan
fasilitas PKB secara umum di seluruh fasilitas PKB sudah terpenuhi terutama
untuk prasarana utama, sedagkan untuk prasarana penunjang di beberapa lokasi
masih kurang memadai meskipun sudah tersedia. Secara detail terkait dengan
fasilitas utama dan penunjang fasilitas pengujian kendaraan bermotor dapat
tergambar kondisi pemenuhan prasarana PKB seperti terlihat dalam tabel-tabel
berikut,
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir VII- 6
Ba
b V
II
–K
es
imp
ula
n
Tabel 7.5 Pemenuhan Kelengkapan Prasarana Pengujian Kendaraan Bermotor
di Wilayah Studi
KelengkapanPrasaana PKBBerdasarkanKM 71/1993
Pengujian Kendaraan Bermotor
Kota Pontianak Pulo Gadung,Jakarta
KotaYogyakarta
Tandes, KotaSurabaya
Kota Padang
Bangunan bebankerja
Tersedia dengan1 jalur PKB 15ton
Tersedia dengan2 jalur PKB 10ton dan 15 ton
Tersedia dengan2 jalur PKB 10ton dan 15 ton
Tersedia dengan2 jalur PKB 10ton dan 15 ton
Tersedia dengan1 jalur PKB 15ton
Bangunangedung
Tersedia,untukpenempatangenset dankompresor
TersediaGudangnamun tidakberfungsi
Tersedia,untukpenempatangenset dankompresor
TersediaGudangdengan luas12 m2
Tersedia,untukpenempatangenset dankompresor
TersediaGudangdengan luas40 m2
Tersedia,untukpenempatangenset dankompresor
TersediaGudangdengan luas50 m2
Tersedia,untukpenempatangenset dankompresor
TersediaGudangdengan luas40 m2
Jalan keluarmasuk
Lebar JalanKeluar 4,5 m
Lebar JalanMasuk 4,5 m
Lebar JalanKeluar 4,5 m
Lebar JalanMasuk 4,5 m
Lebar JalanKeluar 4,5 m
Lebar JalanMasuk 4,5 m
Lebar JalanKeluar 5 m
Lebar JalanMasuk 5 m
Lebar JalanKeluar 4,5 m
Lebar JalanMasuk 4,5 m
Lapangan parkir Luas lapanganparkir 2.100 m2
Luas Lapanganparkir 4.200 m2
Luas Lapanganparkir 5.055 m2
Luas lapanganparkir 8.200 m2
Luas lapanganparkir 3.500 m2
Bangunangedungadministrasi
Tersedia fasilitas: ruangan
petugas loket
pendaftaran ruang tunggu
Tersediafasilitas : ruangan
petugas loket
pendaftaran ruang tunggu
Tersedia fasilitas: ruangan
petugas loket
pendaftaran ruang tunggu
Tersediafasilitas : ruangan
petugas loket
pendaftaran ruang tunggu
Tersediafasilitas : ruangan
petugas loket
pendaftaran ruang tunggu
Pagar Pagar setinggi 2m
Pagar setinggi1,5 m
Pagar setinggi1,5 m
Pagar setinggi1,2 m
Pagar setinggi1,2 m
Fasilitaspenunjang untukumum
Toilet Toilet Kantin
Toilet Kantin
Toilet Kantin Telp. Umum Toko ATK
dan Fotokopi Ruang
Tunggu AC
Toilet Kantin
Sumber : KM 71/1995, Hasil Pengamatan Lapangan 2012
4. Penyelenggaraan Bengkel Umum
Dari hasil pengamatan lapangan, analisis, dan kegiatan evaluasi terkait dengan
penyelenggaraan fasilitas bengkel umum kendaraan bermotor, didapati beberapa
temuan studi yang antara lain adalah :
a. Terkait dengan peraturan perundangan, terdapat kebijakan dan perundangan
yang mengatur baik secara regulasi, maupun mengatur secara teknis bagi
penyelenggaraan bengkel umum, yang antara lain dalam.Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan Nomor 551/MPP/Kep/10/1999 tentang bengkel
umum.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir VII- 7
Ba
b V
II
–K
es
imp
ula
n
b. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan di wilayah studi, sebagian besar
bengkel umum belum tersertifikasi, baik dari instansi perindustrian dan
perdagangan, maupun Dinas Perhubungan setempat;
B. Kesimpulan
Berdasarkan temuan-temuan studi ini serta hasil analisis, dan evaluasi, maka didapat
beberapa kesimpulan terkait dengan penyusunan konsep pedoman standar prasarana
transportasi jalan yang akan disusun. Beberapa kesimpulan tersebut antara laina dalah :
1. Hampir semua prasarana transportasi jalan di lokasi kajian belum menyediakan
secara lengkap seluruh item fasilitas dan/atau peralatan yang ditetapkan dalam
pedoman yang ditetapkan oleh peraturan menteri
2. Fungsi prasarana transportasi jalan yang dikaji (terminal, fasilitas uji berkala,
dan bengkel umum) tidak berjalan sebagaimana mestinya karena belum terdapat
standarisasi dalam penyediaan fasilitas dan peralatannya (termasuk dalam
standar pelayanan minimumnya)
3. Rentang kondisi penyediaan dan kinerja setiap jenis prasarana di masing-masing
lokasi kajian sangat berbeda, tergantung dari keseimbangan demand-supply
yang ada (sehingga diperlukan standarisasi yang sesuai dengan tingkat utilisasi
masing-masing prasarana)
4. Penilaian penyediaan setiap jenis fasilitas berdasarkan hasil penilaian pengguna
sebagian besar berada pada range yang wajar dibandingkan dengan data
pembanding (standar nasional/internasional lain)
5. Terkait dengan penyusunan konsep standar pedoman fasilitas prasarana terminal
penumpang disimpulkan beberapa hal, yang antara lain adalah :
- Dari kondisi eksisting yang didapatkan berdasarkan hasil pengamatan
lapangan, dan pemenuhan kebutuhan berdasarkan hasil analisis dan evaluasi
terlihat bahwa pemenuhan fasilitas belum mengakomodir kebutuhan para
calon penumpang, sehingga terkait dengan hal tersebut maka perlu
diakomodir dalam standar pedoman terkait dengan item fasilitas dan angka
pemenuhan fasilitas terminal penumpang yang optimal dan efisien.
- Dalam KM 31/1995 tentang Terminal Transportasi Jalan, Klasifikasi bagi
terminal penumpang tipe A, tipe B, maupun tipe C tidak mensyaratkan
perbedaan yang cukup signifikan dalam penyediaan fasilitasnya, hal tersebut
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir VII- 8
Ba
b V
II
–K
es
imp
ula
n
tentunya menjadi masukan bagi penyusunan standar pedoman fasilitas
terminal penumpang, agar kriteria standar pemenuhan fasilitas tidak hanya
berdasarkan klasifikasinya tapi berdasarkan tingkat pelayanan terminal
berdasarkan jumlah penumpang, jumlah trayek, dan jumlah armada bus
yang memanfaatkan fasilitas terminal;
- Terkait kondisi sulitnya pengembangan terminal di Indonesia karena
keterbatasan lahan, maka dalam penyusunan standar pedoman fasilitas
terminal ini luasan terminal tidak menjadi patokan kriteria, namun tingkat
pelayanan terminal dan pemenuhan ketersediaan fasilitas yang menjadi
kriteria utama.
- Dari KM 31/1995 sudah mensyaratkan pemenuhan fasilitas utama maupun
penunjang terminal penumpang, namun belum mengatur terkait dengan
kuantitas fasilitas utama maupun penunjang yang berdasarkan jumlah
penumpang ataupun armada bus yang menggunakan fasilitas terminal
penumpang, sehingga dalam standar pedoman yang akan disusun perlu
ditetapkan pemenuhan fasilitas berdasarkan kuantitas penumpang dan
armada bus.
6. Terkait dengan penyusunan konsep standar pedoman fasilitas prasarana terminal
barang disimpulkan beberapa hal, yang antara lain adalah :
- Kondisi eksisting terminal barang di wilayah studi menunjukkan masih
kurangnya pemenuhan fasilitas penunjang terminal barang yang dibutuhkan
bagi penggunanya, sehingga dalam konsep standar pedoman yang akan
disusun tentunya perlu mengakomodir seluruh kebutuhan fasilitas penunjang
terminal barang;
- Terkait dengan pemilihan lokasi, perlu disusun standar penetapan lokasi
terminal barang yang efektif, agar terminal barang dapat dimanfaatkan bagi
angkutan barang, baik untuk kegiatan transit maupun bongkar muat barang
menuju moda lanjutan;
- Selain pemenuhan fasilitas penunjang, perlu juga disusun standar bagi
pemenuhan kelengkapan peralatan bongkar muat terminal barang, agar
terminal barang yanga dan tidak hanya berfungsi sebagai tempat transit
ataupun tempat parkir angkutan barang, tapi bisa sebagai titik peralihan
moda angkutan barang.
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir VII- 9
Ba
b V
II
–K
es
imp
ula
n
- Dari acuan normatif terkait dengan penyediaan prasarana utama dan
penunjang terminal barang yang tercantum dalam KM 31/1995, belum
dijelaskan terkait dengan jumlah pemenuhan fasilitas terminal barang
berdasarkan jumlah angkutan ataupun pengguna terminal barang, kondisi
demikian menyebabkan fasilitas yang sudah tersedia belum dapat
memberikan pelayanan secara optimal karena secara kuantitas jumlahnya
yang tidak sesuai dengan jumlah angkutan yang ada.
7. Terkait dengan penyusunan standar pedoman fasilitas pengujian kendaraan
bermotor, didapat beberapa kesimpulan yang antara lain terdiri dari :
- Secara teknis, penyediaan fasilitas utama fasilitas PKB di beberapa wilayah
sudah cukup baik, hanya dalam kegiatan perawatan masih terdapat beberapa
kekurangan, terutama untuk fasilitas PKB diluar Pulau Jawa, sehingga perlu
adanya standar perawatan fasilitas PKB.
- Secara umum, fasilitas utama PKB sudah cukup tersedia, namun dari hasil
pengamatan lapangan masih banyak fasilitas PKB dengan fasilitas
penunjang yang masih kurang baik, sehingga dalam penyusunan standar
pedoman perlu dilakukan pendalaman standar pemenuhan fasilitas
penunjang bagi kegiatan fasilitas PKB.
- Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, fasilitas PKB banyak terkendala
kurangnya ketersediaan lapangan parkir kendaraan yang diuji sehingga
seringkali memanfaatkan badan jalan di sekitar fasilitas PKB, kondisi
demikian memberikan gambaran bahwa pentingnya standar bagi penyediaan
lahan parkir kendaraan yang akan diuji di fasilitas PKB.
- Terkait dengan pemenuhan fasilitas utama dan penunjang PKB, aturan
normatif yang ada belum mengatur terkait dengan penyediaan fasilitas
secara kuantitas yang disesuaikan dengan jumlah kendaraan yang diuji
maupun pemilik kendaraan yang datang. Sehingga dalam penyusunan
konsep standar pedoman fasilitas PKB perlu dikaji terkait dengan
pemenuhan fasilitas berdasarkan kuantitas pelayanannya.
8. Terkait dengan penyusunan konsep standar pedoman fasilitas bengkel umum,
berdasarkan hasil pengamatan lapangan, analisis, dan evaluasi didapat beberapa
kesimpulan yang antara lain adalah :
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir VII- 10
Ba
b V
II
–K
es
imp
ula
n
- Secara umum ketersediaan fasilitas bengkel umum sudah cukup baik, hal
tersebut didorong oleh kondisi persaingan usaha bengkel umum sehingga
para pemilik bengkel berusaha untuk memberikan pelayanan terbaik bagi
pelanggannya;
- Terlepas dari ketersediaan fasilitas bengkel umum yang sudah cukup baik,
masih terdapat beberapa hal yang menjadi catatan antara lain ketersediaan
fasilitas sanitasi yang belum memadai di beberapa bengkel yang menjadi
lokasi studi, ketersediaan peralatan bengkel yang tidak sesuai dengan
klasifikasi bengkel berdasarkan Kepmenperindag 220/MPP/Kep/10/1999
tentang bengkel umum. Dengan demikian, dalam penyusunan konsep
standar pedoman bengkel umum perlu dipertajam terkait dengan pemenuhan
fasilitas bengkel umum baik fasilitas utama maupun penunjang.
C. Rekomendasi
Berdasarkan hasil studi ini termasuk kegiatan evaluasi dan analisis, serta kesimpulan
akhir yang telah tersusun, maka sebagai rekomendasi bagi studi lanjutan yang mungkin
akan disusun terkait prasarana transportasi jalan, disimpulkan beberapa rekomendasi
yang antara lain,
1. Idealnya, penyediaan fasilitas dan peralatan yang disediakan di setiap jenis
prasarana transportasi jalan disesuaikan fungsi yang dijalankan serta skala
utilisasinya, sehingga penyediaan kelengkapan dan kapasitasnya memenuhi
syarat dan kebutuhan
2. Perlu ditetapkan SPM (Standar Pelayanan Minimal) untuk setiap jenis prasarana
transportasi jalan sebagai salah satu acuan dalam standar penyediaan fasilitas
yang diharuskan
3. Konsep standar yang disusun dalam kajian ini perlu ditindaklanjuti ke dalam
proses penetapan sebagainya disyaratkan dalam PSN 01-2005
4. Diperlukan regulasi pendukung untuk implementasi dari standar yang disusun
dalam kajian ini
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir
Da
ft
ar
P
us
ta
ka
Badan Pusat Statistik Kota Padang. (2010). “Kota Padang Dalam Angka 2010”.
Padang : BPS Kota Padang.
Badan Pusat Statistik Kota Pontianak. (2010). “Kota Pontianak Dalam Angka
2010”. Pontianak : BPS Kota Pontianak.
Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta. (2010). “Kota Yogyakarta Dalam Angka
2010”. Yogyakarta : BPS Kota Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. (2010). “DKI Jakarta Dalam Angka
2010”. Jakarta : BPS Provinsi DKI Jakarta.
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Kementerian Perhubungan. (2011).
“Perhubungan Darat Dalam Angka 2010”. Jakarta : Ditjen Hubdat Kemenhub.
Neufert, Peter and Ernst, Kementerian Perhubungan. (2002). “Architects’ Data –
Third Edition”. Malden : Blackwell Science.
______________, (2009). “UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan”. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.
______________, (2004). “UU Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan”. Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia.
______________, (1993). “PP Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu
Lintas Jalan”. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.
______________,(1993). “PP Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan”.
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.
______________,(2004). “Kepmenhub Nomor KM 9 Tahun 2004 tentang Pengujian
Tipe Kendaraan Bermotor”. Menteri Perhubungan.
______________,(1995). “Kepmenhub Nomor KM 5 Tahun 1995 tentang
Penyelenggaraan Penimbangan Kendaraan Bermotor di Jalan”. Menteri
Perhubungan.
Daftar Pustaka
Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Transportasi Jalan
Laporan Akhir
Da
ft
ar
P
us
ta
ka
______________,(1995). “Kepmenhub Nomor KM 31 Tahun 1995 tentang Terminal
Transportasi Jalan”. Menteri Perhubungan.
______________,(1993). “Kepmenhub Nomor KM 61 Tahun 1993 tentang Rambu-
rambu Lalu LIntas di Jalan”. Menteri Perhubungan.
______________,(1993). “Kepmenhub Nomor KM 69 Tahun 1993 tentang
Penyelenggaraan Angkutan Barang di Jalan”. Menteri Perhubungan.
______________,(1993). “Kepmenhub Nomor KM 71 Tahun 1993 tentang Pengujian
Berkala Kendaraan Bermotor”. Menteri Perhubungan.
______________,(2004). “Kepdirjen Hubdat Nomor SK.81/AJ.108/DRJD/2004 tentang
Penyelenggaraan Uji Coba Metode Baru Pengelolaan Jembatan Timbang
Dalam Rangka Penegakan Hukum Ukuran dan Berat Kendaraan di Provinsi
Sumatera Barat dan Naggroe Aceh Darussalam”. Direktur Jenderal
Perhubungan Darat.
______________,(1997). “Kepdirjen Hubdat Nomor SK.165/AJ.404/DRJD/97 tentang
Penyelenggaraan Penimbangan Kendaraan Bermotor di Jalan dengan Alat
Penimbangan yang Dapat Dipindah-pindahkan (portable)”. Direktur Jenderal
Perhubungan Darat.