Kasus toksik

2
Kasus Berdasarkan hasil pemantauan BB-POM di Surabaya, dari 91 contoh pangan olahan yang dijual di pasaran, sebanyak 24 di antaranya positif mengandung formalin. Selain mi basah, makanan lain yang mengandung banyak formalin adalah tahu, ikan asin, dan ikan segar. Beberapa kasus telah ditemukan di beberapa daerah, antara lain di daerah Bengkulu, Lampung, Nusa Tenggara Timur dan Jakarta. Beberapa survei menunjukkan, alasan produsen menggunakan formalin dan boraks sebagai bahan pengawet karena daya awet dan mutu mi yang dihasilkan menjadi lebih bagus, serta murah harganya, tanpa peduli bahaya yang dapat ditimbulkan. Hal tersebut ditunjang oleh perilaku konsumen yang cenderung untuk membeli makanan yang harganya murah, tanpa mengindahkan kualitas. Dengan demikian, penggunaan formalin dan boraks pada mi dianggap hal biasa. Sulitnya membedakan mi biasa dan mi yang dibuat dengan penambahan formalin dan boraks, juga menjadi salah satu faktor pendorong perilaku konsumen tersebut. Pemakaian formalin dalam pengolahan ikan asin dan ikan segar juga patut diwaspadai. Kasus peredaran ikan asin berformalin tidak hanya ditemukan di wilayah Jakarta dan sekitarnya, tetapi juga merambah ke sejumlah sentra pengolahan ikan asin di daerah lain, di antaranya Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Paparan Kronik Perhatian utama paparan formaldehid berulang adalah sensitisasi dan kanker. Inhalasi formaldehid

description

kasus keracunan

Transcript of Kasus toksik

Page 1: Kasus toksik

Kasus

Berdasarkan hasil pemantauan BB-POM di Surabaya, dari 91 contoh pangan olahan yang dijual di pasaran, sebanyak 24 di antaranya positif mengandung formalin. Selain mi basah, makanan lain yang mengandung banyak formalin adalah tahu, ikan asin, dan ikan segar. Beberapa kasus telah ditemukan di beberapa daerah, antara lain di daerah Bengkulu, Lampung, Nusa Tenggara Timur dan Jakarta. Beberapa survei menunjukkan, alasan produsen menggunakan formalin dan boraks sebagai bahan pengawet karena daya awet dan mutu mi yang dihasilkan menjadi lebih bagus, serta murah harganya, tanpa peduli bahaya yang dapat ditimbulkan. Hal tersebut ditunjang oleh perilaku konsumen yang cenderung untuk membeli makanan yang harganya murah, tanpa mengindahkan kualitas.Dengan demikian, penggunaan formalin dan boraks pada mi dianggap hal biasa. Sulitnya membedakan mi biasa dan mi yang dibuat dengan penambahan formalin dan boraks, juga menjadi salah satu faktor pendorong perilaku konsumen tersebut. Pemakaian formalin dalam pengolahan ikan asin dan ikan segar juga patut diwaspadai. Kasus peredaran ikan asin berformalin tidak hanya ditemukan di wilayah Jakarta dan sekitarnya, tetapi juga merambah ke sejumlah sentra pengolahan ikan asin di daerah lain, di antaranya Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Paparan Kronik

Perhatian utama paparan formaldehid berulang adalah sensitisasi dan kanker. Inhalasi formaldehid konsentrasi rendah jangka panjang menyebabkan trauma pulmonari kronik.

Efek pada sistem saraf pusat seperti peningkatan prevalensi sakit kepala,depresi, perubahan mood, insomnia, mudah tersinggung, gangguan memori dan keseimbangan akibat paparan yang lama.

Karsinogen. Paparan formaldehid diikuti peningkatan risiko kanker nasaldan tumor nasal diamati pada tikus yang menghirup formaldehid jangka panjang.

Alat untuk mendeteksi formalin dalam makanan atau formalin kit terdiri atas tiga reagen. Target sampel; sayuran segar, makanan laut segar, dan beberapa jenis daging. Sensitivitas mendeteksi 0.5 mg/kg. Penilaian. Jika cairan menjadi merah jambu atau merah menunjukkan adanya formalin dalam makanan.

Page 2: Kasus toksik