Kasus Sci Rm Fixxxxxxx
-
Upload
aiyasoraya -
Category
Documents
-
view
8 -
download
2
description
Transcript of Kasus Sci Rm Fixxxxxxx
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Sdr.P
Umur : 23 tahun
Alamat : Desa Mulya, Kal-Teng
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Status pernikahan : Belum Menikah
Tanggal Masuk RS : 11 Mei 2013
Tanggal Pemeriksaan : 15 Mei 2013
II. ANAMNESIS
Data diperoleh berdasarkan autoanamnesis dan alloanamnesis pada hari Rabu, 15
Mei 2013.
1. Keluhan utama : Nyeri pada bagian punggung
2. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke RSO Prof. DR. R. Soeharso pada tanggal 11 Mei
2013 dengan keluhan nyeri punggung karena kecelakaan lalu lintas tanggal 6
Mei 2013. Nyeri punggung disertai dengan kedua tungkai tidak dapat
digerakan mulai dari pusat sampai ujung kaki. Saat kejadian dam (mobil
angkutan) yang dikendarai pasien saat pulang kerja mengalami kecelakaan
kemudian dan terbalik kekanan, pasien saat itu duduk paling belakang ketika
dam terbalik kekanan pasien dalam posisi duduk kemudian tertimpa kelima
temannya. Pasien saat itu pasien tidak pingsan, nyeri dan tidak bisa
menggerakkan ke-2 anggota gerak tubuh bagian bawah dan mengeluh nyeri
1
punggung. Pasien mengaku tidak mual dan tidak muntah, pandangan tidak
kabur. Tidak ada darah yang keluar baik dari hidung maupun dari telinga.
Pasien rujukan dari RSUD di Kalimantan Tengah dan pernah dirawat selama
5 hari. Tetapi karena keterbatasan alat, pasien dirujuk ke RS Orthopedi Prof.
DR. R. Soeharso.
Dilakukan operasi pada tanggal 14 Mei 2013. Saat ini, pasien
mengeluh sakit pinggang setelah operasi. Pasien mengaku belum BAB sejak
kecelakaan dan BAK dipasang DC..
3. Status Fungsional
a. Mobilitas : Terganggu
b. Aktivitas Kehidupan Sehari-hari :Terganggu, karena pasien sepenuhnya
dibantu orang lain
c. Kognisi : Baik
d. Komunikasi : Baik
e. Pekerjaan : Swasta
4. Status Psikososoial
a. Dukungan Keluarga : Baik
b. Situasi Lingkungan : Baik
c. Riwayat Psikiatri : Tidak ada riwayat gangguan mental
5. Status Sosial Ekonomi
Pasien tinggal dirumah yang sederhana. Pasien merupakan anak ke-3
dari empat bersaudara. Pasien belum menikah,dan pendidikan terakhir SMA.
Pasien berobat menggunakan JAMKESMAS. Dukungan keluarga dan teman-
teman pasien cukup.
Kondisi rumah yang masih menggunakan lantai kasar sehingga
kemungkinan untuk menggunakan kursi roda kesulitan.
6. Riwayat Penyakit Dahulu
2
Riwayat trauma sebelumnya : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat TB tulang : disangkal
Riwayat Pengobatan Jangka Panjang : disangkal
Riwayat Penyakit Neurologis : disangkal
Riwayat Asma : disangkal
7. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat TB tulang : disangkal
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
a. Keadaan Umum : Baik
b. Vital sign : TD :110/70 mmHg,
N : 84 X/mnt,
R :27 X/mnt,
S : 36,5 oC
c. Tinggi badan : 160 cm
d. Berat badan : 46 kg
e. IMT : Berat Badan / (Tinggi Badan (m2))
46: 160 /2 = 17,9 kg/m2
f. Status gizi : Gizi kurang
3
Pemeriksaan Fisik
Kepala : Konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
sianosis (-), pupil isokor uk. 3mm, reflek cahaya (+/+)
Leher : Leher simetris, retraksi suprasternal (-), deviasi trachea
(-), JVP R0, pembesaran kelenjar limfe (-).
Thorax
Inspeksi : Atropi musculus pectoralis (-), spider nevi (-), rontok
bulu ketiak (-).
a. Paru-paru
Inspeksi : Gerakan pernafasan simetris kanan kiri, retraksi
intercostae (-), ketinggalan gerak (-).
Palpasi : - Ketinggalan gerak
Depan Belakang
- - - -
- - - -
- - - -
- Fremitus
Depan Belakang
N N N N
N N N N
N N N N
Perkusi :
4
Depan Belakang
S S S S
S S S S
S S S S
S : sonor
Auskultasi : - Suara dasar vesikuler
Depan Belakang
+ + + +
+ + + +
+ + + +
-Suara tambahan : wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
b. Jantung
Inspeksi : Dinding dada pada daerah precordium tidak
cembung/cekung, ictus cordis tampak.
Palpasi : Ictus kordis teraba kuat angkat pada SIC V linea
midclavicula sinistra.
Perkusi : Batas jantung.
Batas kiri jantung :
- Atas : SIC II di sisi lateral linea parasternalis sinistra.
- Bawah : SIC V linea midclavicula sinistra
- Batas kanan jantung
- Atas : SIC II linea parasternalis dextra
- Bawah : SIC IV linea parasternalis dextra
Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, bising(-)
5
Abdomen :
Inspeksi : Simetris dinding abdomen, distended (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) normal.
Perkusi : Timpani.
Palpasi : Supel, defans muskuler (-), nyeri tekan (-), lien tidak teraba,
hepar tidak teraba, ginjal tidak teraba, nyeri ketok
costovertebrae (-)
Ekstrimitas : Clubbing finger tidak ditemukan, palmar eritema (-), edema
pada ekstremitas superior dan inferior (-/-), pitting oedem
(-/-), akral hangat (+/+).
B. Status Neurologi
1. Kesadaran : GCS E4V5M6
1. Fungsi Luhur : Normal
2. Fungsi Vegetatif : BAB (-), BAK memakai DC
3. Fungsi Sensorik
Rasa Eksteroseptik lengan Tungkai
Nyeri (+/+) (-/-)
Raba (+/+) (-/-)
6
Rasa Propioseptik lengan Tungkai
Gerak/posisi (+/+) (-/-)
Tekan (+/+) (-/-)
4. Fungsi Motorik :
55555 55555
00000 00000
5. Refleks Fisiologis
Refleks Biseps (+2/+2)
Refleks Triseps (+2/+2)
Refleks antebrachii (+2/+2)
Refleks Patella (+1/+1)
Refleks Achieles (+1/+1)
6. Reflek Patologis
a. Hoffman Trommer : -/-
b. Babinsky : -/-
c. Chaddock : -/-
d. Gordon : -/-
e. Gonda : -/-
f. Stransky : -/-
g. Mandel Bachtrew : -/-
h. Rosolimo : -/-
7
7. Range Of Motion (ROM)
KeteranganEkstremitas Superior
Dextra Sinistra
ROM Pasif Aktif Pasif Aktif
Elbow : flexi-extensi 0-1350 0-1350 0-1350 0-1350
Flexi Shoulder 0-900 0-900 0-900 0-900
Extensi shoulder 0-450 0-450 0-450 0-450
Abduksi shoulder 0-1800 0-1800 0-1800 0-1800
Adduksi shoulder 0-450 0-450 0-450 0-450
Endorotasi shoulder 0-350 0-350 0-350 0-350
Eksorotasi Shoulder 0-400 0-400 0-400 0-400
Pronasi-supinasi forearm 0-900 0-900 0-900 0-900
Jari-jari Full Full Full Full
8
KeteranganEkstremtas Inferior
Dextra Sinistra
ROM Pasif Aktif Pasif Aktif
Fleksi HIP 0-1000 0 0-1000 0
Ekstensi HIP 0-300 0 0-300 0
Fleksi knee 0-900 0 0-900 0
Ekstensi knee 90-00 0 90-00 0
Dorso fleksi 0-500 0 0-500 0
Jari-jari Full 0 Full 0
8. Status Lokalis Regio Vertebra
a. Look : Tertutup perban (+), deformitas (-).
b. Feel : Nyeri tekan (+)
c. Movement : Sulit dievaluasi
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Foto Rotgen
b. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap ( 11 Mei 2013)
9
N
o
Paramete
r
Hasil
1. WBC 7,310 /mm3
2. HB 12,3 gr/dl
3. Eritrosit 4, 22 juta/mm3
4. hematokrit 34 vol%
5. Trb 190.000/mm3
6. Pt 12,2 detik
7. APTT 81,0 %
8. INR 0,96
Pemeriksaan Kimia Darah
10
No Parameter Hasil
1 GDS 124
2 SGOT 74
3 SGPT 63
4 Protein toltal 5,9
8 Albumin 3, 5
9 Globulin 2.4
10 Urea 60
11 Kreatinin 1,00
V. DIAGNOSIS
a. Diagnosis Klinis : Paraplegia et causa Cedera Medula Spinalis dengan
Neurologi Level T9, ASIA A.
b. Diagnosis Etiologi : Fraktur dislokasi Vertebra Thorakal XI-XII.
VI. PROBLEM
a. Problem Medik
1.Lesi komplit pada vertebra thorakal XI-XII
2.Anastesi
3.Post stabilisasi posterior
4.Fraktur dislokasi
5.Pencegahan komplikasi berupa kontraktur dan infeksi saluran kencing.
b. Problem Rehabilitasi Medik
1. Impairment :
- Paraplegia
- Neurogenik bowel
- Neurogenik bladder
- Disfungsi seksual
- Gangguan metabolik
2. Disabilitas:
- ADL terganggu
- Gangguan mobilisasi
3. Problem Psikologi dan sosial
- Pasien juga mencari nafkah untuk keluarga.
- Pasien berobat menggunakan JAMKESMAS.
- Keadaan rumah yang belum sesuai dengan kondisi pasien.
11
- Kurangnya anggota keluarga yang dapat merawat pasien.
VII. PENATALAKSANAAN
1. Terapi Medikamentosa
a. Infus NaCl 0,9% 16 tpm
b. Injeksi Cefazoline 2x1g
c. Injeksi Neurotropik 1x1
d. Injeksi Ketorolac 2x1
2. Terapi Nonmedikamentosa
Program Rehabilitasi Medik:
1. Fisioterapi :
- Passive ROM exercise extremitas inferior.
- Mencegah ulkus decubitus: positioning dan turning setiap 2 jam selama
terjaga dan bed anti decubitus
- Strengthening excercise extremitas superior.
2. Ocupasi Terapi:
- Activity Dailly Living Exercis
3. Ortotik Prosteotik:
- Ambulasi : Manual wheel chair
4. Pekerja Sosial medik:
- Mengadakan evaluasi keadaan rumah, keadaan ekonomi, dan
mempersiapkan pasien untuk berinteraksi dengan masyarakat.
- Memberikan arahan mengenai penyesuaian tempat tinggal dan lingkungan
sekitar pasien guna meminimalkan handicap yang mungkin dialami pasien.
- Membantu kesulitan penyelesaian administrasi dan pembiayaan yang
dialami pasien dan keluarga.
5. Psikologi :
- Psikosupport mental bagi pasien dan keluarga.
- Konseling berkaitan dengan masalah seksual yang dihadapi.
12
- Motivasi dan edukasi keluarga untuk membantu dan merawat penderita
dengan selalu berusaha menjalankan program di RS dan Home
program.
6. Perawat Rehabilitasi Medik :
- Bowel & Blader Training
7. Edukasi
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai keadaan pasien
termasuk didalamnya menjelaskan tentang komplikasi yang mungkin
dialami pasien.
- Menjelaskan kepada keluarga mengenai tata cara merawat pasien seperti
alih baring dan bowel bladder training.
- Menjelaskan kepada keluarga pasien supaya menghindari komplikasi
selama di rumah.
VIII. PROGNOSIS
a. Quo ad vitam : dubia ad bonam
b. Quo ad sanationam : dubia ad malam
c. Quo ad fungsionam : dubia ad malam
d. Quo ad cosmetics : dubia ad malam
IX. REFLEKSI KASUS
Paraplegi adalah suatu kelumpuhan anggota gerak bawah karena
adanya cedera tulang belakang yang merusak fungsi sensorik dan motorik
disebabkan oleh kecelakaan, trauma, atau karena suatu penyakit. Tingkat
kelumpuhan bervariasi mulai dari kelemahan gerak pada kaki, kelayuan pada
kaki, hilangnya rasa sakit dan bahkan kelumpuhan total mulai dari bawah
umbilicus sampai ujung jari kaki. Pada kasus ini, Sdr “P” mengalami sensasi
hilangnya rasa sakit dan kelumpuhan total. Kondisi ini membuat Sdr “P” bisa
13
lumpuh seumur hidup. Hal ini tidak mudah diterima sehingga berbagai
masalah akan timbul, yaitu termasuk keterbatasan gerak dan kesulitan dalam
beraktifitas.selain itu, kondisi psikiatri juga akan mengalami perubahan,
seperti depresi yang mendalam, hilangnya percaya diri, kehilangan semangat
hidup, dan akan mengalami keputusasaan yang mendalam. Dari segi finansial
pun akan terpengaruh terutama jika penderita menjadi tulang punggung
keluarga. Beban penderita juga akan bertambah karena seperti kita ketahui
bahwa penderita ini membutuhkan kursi roda, biaya pengobatan, dan biaya
kontrol ke rumah sakit hingga biaya renovasi rumah demi penunjang
kemudahan penderita dalam beraktivitas di atas kursi roda.
(www.Apparelyzed.com, Jenis Kelumpuhan-Quadriplegia (Tetraplegi) dan
Paraplegi, Diakses Pada Mei 20013)
Seorang penderita paraplegi jika mengalami trauma di bawah T12
yang mempengaruhi otot-otot kaki, usus besar serta kandung kemih sementara
bagian perut ke atas masih berfungsi dengan baik. Penderita paraplegi yang
disebabkan karena suatu kecelakaan membutuhkan waktu untuk sembuh
antara delapan sampai empat belas minggu. Selama perawatan harus berhati-
hati terutama saat duduk atau bangun dari tidur karena bisa menyebabkan
kerusakan yang makin parah.
Salah satu penatalaksanaan pada pasien ini adalah program rehabilitasi
medik yang bertujuan untuk memaksimalkan fungsi yang ada menuju
kemandirian. Salah satu program ini adalah penggunaan kursi roda (wheel
chair). Kursi roda merupakan salah satu alat bantu bagi penyandang cacat
terutama penderita yang cacat kaki untuk dapat berpindah dari satu tempat ke
tempat lain, baik di tempat datar maupun dari tempat rendah ke tempat yang
lebih tinggi (tempat menanjak). Sering juga dimaksudkan, bahwa kursi roda
digunakan untuk meningkatkan kemampuan mobilitas bagi pasien yang
memiliki kekurangan seperti: orang yang cacat fisik (khususnya penyandang
cacat kaki), pasien rumah sakit yang tidak diperbolehkan untuk melakukan
14
banyak aktivitas fisik, orang tua (manula), dan orang–orang yang memiliki
resiko tinggi untuk terluka, bila berjalan sendiri (Jenny & Batan, I Made
Londen, 2006, Perancangan Mekanisme Pengubah Ketinggian Tempat Duduk
Kursi Roda. Tugas Akhir Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin FTI ITS).
Pada pasien ini mengaku bahwa kondisi rumahnya tidak memadai
untuk penggunaan kursi roda karena lantai rumah masih menggunakan lantai
yang masih plasteran sehingga perlu edukasi dan pengawasan keluarga yang
lebih. Selain itu, rancangan kursi roda dapat direalisasi untuk dikembangkan
sebagai sarana transportasi yang aman dipakai penderita dalam beraktifitas.
(Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen
Petra http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?
DepartmentID=IND,JURNAL TEKNIK INDUSTRI VOL. 8, NO. 2,
DESEMBER 2006: 97-10)
15