makalah rm

29
BAB I Pendahuluan Tumor tulang merupakan kelainan pada sistem muskuloskeletal yang bersifat neoplastik. Tumor dalam arti sempit berarti benjolan, sedangkan setiap pertumbuhan yang baru dan abnormal disebut neoplasma. Tumor dapat bersifat jinak atau ganas. Tumor ganas tulang dapat bersifat primer yang berasal dari unsur-unsur tulang itu sendiri atau sekunder dari metastasis (infiltrasi) tumor-tumor ganas organ lain ke dalam tulang. Angka harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum terjadi metastasis ke paru-paru. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5 tahun setelah penyakitnya terdiagnosis. Sayangnya penderita kanker tulang sering datang dalam keadaan sudah lanjut, sehingga penanganannya menjadi lebih sulit. Jika tidak segera ditangani, maka tumor dapat bermetastasis ke organ lain, sementara penyembuhannya sangat menyakitkan karena terkadang memerlukan pembedahan yang diikuti dengan chemotheraphy. 1

description

makalah rm

Transcript of makalah rm

Page 1: makalah rm

BAB I

Pendahuluan

Tumor tulang merupakan kelainan pada sistem muskuloskeletal yang bersifat neoplastik. Tumor dalam arti sempit berarti benjolan, sedangkan setiap pertumbuhan yang baru dan abnormal disebut neoplasma.

Tumor dapat bersifat jinak atau ganas. Tumor ganas tulang dapat bersifat primer yang berasal dari unsur-unsur tulang itu sendiri atau sekunder dari metastasis (infiltrasi) tumor-tumor ganas organ lain ke dalam tulang.

Angka harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum terjadi metastasis ke paru-paru. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5 tahun setelah penyakitnya terdiagnosis. Sayangnya penderita kanker tulang sering datang dalam keadaan sudah lanjut, sehingga penanganannya menjadi lebih sulit. Jika tidak segera ditangani, maka tumor dapat bermetastasis ke organ lain, sementara penyembuhannya sangat menyakitkan karena terkadang memerlukan pembedahan yang diikuti dengan chemotheraphy.

1

Page 2: makalah rm

BAB II

Laporan Kasus

Seorang pemuda berusia 16 tahun datang dengan keluhan bengkak pada lutut kanan

sejak 2 bulan yang lalu

Nama : Santoso

Usia : 16 tahun

Pekerjaan : Pelajar SMA kelas 1

Status : Anak pertama dari 2 bersaudara

Alamat : Cirebon

Orang tua : PNS

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Sekitar 2 bulan yang lalu pasien mulai merasakan nyeri dan sedikit bengkak pada

paha kanan bagian bawah. Pasien mengira nyeri disebabkan benturan yang terjadi saat

olahraga atau aktivitas lainnya, sehingga tidak dihiraukan. Dua bulan yang lalu pasien juga

sering merasa tidak enak badan. Menurut orang tua, pasien sudah mengalami penurunan berat

badan. Pasien juga mengeluh tidak nafsu makan. Oleh orang tua sudah ke dokter, mendapat

antibiotik dan antidemam. Keluhan demam dan nyeri sedikit berkurang setelah minum dan

kembali terasa setelah obat habis. Pasien merasa nyeri tambah berat, badan terasa lesu dan

lemah dan bengkak pada paha kanan juga dirasa semakin membesar, dan pasien mengalami

kesulitan berjalan karena nyeri bertambah berat saat kaki menumpu berat badan.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Sebelumnya pasien belum pernah menderita penyakit serius dan tidak pernah dirawat

di RS. Tidak ada riwayat cedera

2

Page 3: makalah rm

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Keluarga tidak ada yang mengalami penyakit serupa dengan pasien. Tidak ada

riwayat kencing manis pada keluarga.

Dari Pemeriksaan Fisik ditemukan ;

STATUS GENERALIS :

Pasien berjalan masuk ruang periksa dengan pola jalan antalgic gait, raut wajah

menahan sakit.

Tanda vital : T: 120/70 mmHg, suhu: 37o, pernafasan: 14x/menit,

BB: 59kg.

Mata : Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik

THT : Tidak ada kelainan

Fungsi Jantung : Tidak ada kelainan

Fungsi Paru : Tidak ada kelainan

Abdomen : Dalam batas normal

STATUS LOKALIS :

Look ( Inspeksi ) : Tampak massa pada femur distal dextra anterior dan posterior, warna kulit

sama dengan sekitarnya, tidak tampak lacerasi atau lesi lain pada kulit

Feel ( Palpasi ) : Massa pada femur distal teraba keras, melekat pada dasarnya, ukuran 7x8

cm, nyeri tekan (+), teraba hangat.

Move ( Gerak ) : Gerak aktif lutut kiri nyeri, lingkup gerak sendi terbatas karena nyeri, gerak

pasif tidak diperiksa karena nyeri

3

Page 4: makalah rm

Laboratorium darah:

Hb : 10,2 g/dL Trombosit : 186.000/µL

Ht : 35% LED : 20 mm/jam

Leukosit : 12.800 /µL Alkali fosfatase : 300 UI

4

Page 5: makalah rm

BAB III

Pembahasan Kasus

I. ANAMNESIS

a. Identitas Pasien

Nama : Santoso

Usia : 16 tahun

Pekerjaan : Pelajar SMA kelas 1

Status : Anak pertama dari 2 bersaudara

Alamat : Cirebon

Orang tua : PNS

b. Keluhan Utama

Bengkak pada lutut kiri sejak 2 bulan yang lalu

c. Keluhan Tambahan

Nyeri yang dirasakan bertambah berat, badan terasa lesu dan lemah, dan

bengkak pada paha kiri juga dirasa semakin membesar sehingga kesulitan

berjalan karena nyeri bertambah berat saat kaki menumpu berat badan.

d. Riwayat Penyakit Sekarang

1. Apakah pernah jatuh atau terkilir?

2. Apakah timbul demam?

3. Bagaimana perkembangan bengkak? Berjalan lambat atau cepat?

4. Bagaimana intensitas terjadinya nyeri?

5. Apakah nyeri tumpul/tajam? Apabila tajam, dimana lokasi nyeri paling

hebat dirasakan?

6. Kapan nyeri paling dirasakan? Apakah ada penurunan nyeri setelah

istirahat?

5

Page 6: makalah rm

7. Apakah aktivitas sebelum timbul bengkak?

8. Adakah tanda tanda radang?

9. Apakah sudah diberi obat?

10. Apakah ada penurunan berat badan?

11. Apakah daya tahan tubuh menjadi lemah?

e. Riwayat Penyakit Dahulu

1. Apakah ada riwayat penyakit sistemik?

2. Apakah pernah jatuh / trauma sebelumnya?

3. Adakah riwayat operasi yang pernah dilakukan?

f. Riwayat Penyakit Keluarga

1. Apakah ada anggota keluarga yang menderita neoplasma?

2. Apakah ada anggota keluarga yang memiliki penyakit sistemik?

g. Riwayat Kebiasaan

1. Apakah kebiasaan yang dilakukan sehari hari?

2. Apakah anda merokok?

3. Apakah anda mengkonsumsi minuman beralkohol?

4. Bagaimana olahraga yang saat ini anda jalani?

II. DIAGNOSIS KERJA

Diagnosis kerja pada pasien ini adalah osteosarkoma. Diagnosis ini ditegakan

berdasarkan keluhan nyeri yang bertambah hebat dan bengkak yang bertambah besar

sejak 2 bulan yang lalu. Juga berdasarkan keluhan demam, penurunan berat badan,

dan tidak nafsu makan. Pada pemeriksaan fisik juga ditemukan adanya massa pada

femur distal dextra yang teraba keras dan melekat pada dasarnya.

Pada kasus ini osteomyelitis bisa disingkirkan dilihat dari anamnesis pasien

diberi antipiretik sudah sembuh tapi kembali demam lagi. pada gejala klinis tidak

terdapat infeksi kulit yang biasanya pada osteomyelitis sering terjadi. Pada foto

rontgen juga karena tidak terlihat adanya kavitas pada tulang metafisisnya dimana itu

adalah tanda khas dari osteomyelitis subakut. Jadi osteomyelitis bisa disingkirkan

6

Page 7: makalah rm

Pada kasus ini ewing sarcoma juga bisa disingkirkan karena pada pemeriksaan

rontgen di tulang diaphisis tidak terdapat gambaran onion skin appearance dimana itu

adalah tanda khas dari ewing sarcoma

III. DIAGNOSIS BANDING

1. Osteomyelitis

2. Ewing’s sarcoma

IV. PATOFISIOLOGI

Gambar patofisiologi osteosarcoma1

7

Page 8: makalah rm

V. INTERPRETASI HASILPemeriksaan laboratorium darah2

Pemeriksaan Hasil Normal Keterangan

Hb 10,2 g/dL 13-16 g/dL

Rendah, karena aliran darah terpusat di

tempat osteosarkoma dan karena

kekurangan nutrisi

Ht 35% 45-55%Rendah, karena anemia akibat kekurangan

nutrisi

Leukosit 12.800/µL 5.000-10.000/µLTinggi, karena adanya reaksi imun

sebagai pertahanan tubuh

Trombosit 186.000/µL 150.000-400.000/µL Normal

LED 20 mm/jam <10 mm/jamTinggi, karena adanya reaksi radang dan

keganasan

Alkali Fosfatase 300 UI 50-230 UI Tinggi, karena proses penghacuran tulang

Pemeriksaan foto rontgen os. Femur distal dextra

8

Page 9: makalah rm

Foto di atas layak dibaca, tapi tidak memenuhi prinsip Rule of Two, yaitu tidak

memiliki proyeksi, tidak ada dua sisi sebagai pembanding, tidak kejelasan bagian

kanan atau kiri. Foto diatas juga tidak memiliki kejelasan mengenai identitas pasien.

Pada gambar 1a (foto AP), didapatkan distal femur lebih lusen karena adanya

osteolitik. Terlihat gambaran opaque yang menunjukan adanya penimbunan kalsium

karena adanya osteoblastik. Terlihat adanya soft tissue swelling yang ditandai

dengan gambaran opaque dibandingkan jaringan lunak sekitarnya.

Pada gambar 1b (foto lateral), didapatkan soft tissue swelling. Didapatkan juga

gambaran osteolitik.

VI. PENATALAKSANAAN

1. Managemen rasa nyeri

a. NSAID dengan menggunakan obat golongan bifosfonat

b. Opioid

2. Cek Fungsi Hati dan Paru (Foto rontgen thorax)

3. Rujukan ke dokter Orthopedi dan Radiologi

a. Biopsi

b. Chemoterapi

c. Amputasi dengan indikasi tumor dengan diameter 7-10 cm

d. Kombinasi radiasi dan kemoterapi bila sudah metastasis

VII. KOMPLIKASI

Metastatis ke paru dan hati dengan resiko utama pada paru karena pasien

ini memiliki kadar alkali fosfatase yang tinggi.

VIII. PROGNOSIS

9

Page 10: makalah rm

Ad Vitam : Dubia Ad Malam

Ad Funtionam : Ad Malam

Ad Sanationam : Ad Malam

BAB IV

Tinjauan Pustaka

ANATOMI DAN FISIOLOGI TULANG

Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung jawab

terhadap pergerakan. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, ligamen, tendon, bursa,

dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini.3

Jaringan tulang berfungsi sebagai penyangga tubuh, pelindung organ-organ vital, dan

menampung sumsum tulang, tempat sel-sel darah dibentuk. Tulang juga berfungsi sebagai

cadangan kalsium, fosfat, dan ion-ion lain yang dapat dilepaskan atau disimpan dengan

terkendali untuk mempertahankan konsentrasi ion-ion penting di dalam cairan tubuh.

Hampir semua tulang memiliki rongga di bagian tengahnya. Struktur demikian

memaksimalkan kekuatan struktural tulang dengan bahan yang relatif kecil atau ringan.

Kekuatan tambahan diperoleh dari susunan kolagen dan mineral dalam jaringan tulang.

Selain itu, tulang membentuk suatu sistem pengungkit dengan melipatgandakan kekuatan

yang dibangkitkan selama otot rangka berkontraksi dan mengubahnya menjadi gerakan

tubuh.3

HISTOLOGI

10

Page 11: makalah rm

Sebagai unsur pokok kerangka orang dewasa, jaringan tulang melindungi organ-organ

vital dan menampung sumsum tulang, tempat sel-sel darah dibentuk dan produksi sel

osteogenik dalam regulasi modeling dan remodeling tulang.Tulang juga berfungsi sebagai

cadangan kalsium, fosfat, dan ion lain yang dapat dilepas atau disimpan dengan terkendali

untuk mempertahankan konsentrasi ion-ion penting ini dalam tubuh.4

Tulang adalah jaringan ikat khusus yang terdiri atas materi antar sel berkapur, yaitu

matriks tulang; osteosit, yang terdapat di rongga-rongga (lakuna) di dalam matriks; osteoblas,

yang mensintesis unsur organik matriks; dan osteoklas, yang merupakan sel raksasa

multinuklear yang melakukan resorpsi dan remodelling jaringan tulang.

Permukaan bagian luar dan dalam semua tulang dilapisi lapisan-lapisan jaringan lunak

yang mengandung sel-sel osteogenik, yaitu endosteum pada permukaan dalam dan

periosteum pada permukaan luar. Pertukaran zat antara osteosit dan kapiler darah bergantung

pada komunikasi melalui kanalikuli yang merupakan celah-celah silindris halus yang

menerobos matriks.

SEL TULANG

a. Osteoblas

Sel ini bertanggung jawab atas sintesis komponen organik matriks tulang yang

terdiri dari kolagen tipe I, proteoglikan, dan glikoprotein. Osteoblas hanya terdapat

pada permukaan tulang, dan letaknya bersebelahan, mirip epitel selapis.

Beberapa osteoblas secara berangsur dikelilingi oleh matriks yang baru

terbentuk dan menjadi osteosit. Selama proses ini, terbentuk rongga yang disebut

lakuna.4

b. Osteosit

Osteosit adalah sel-sel tulang pipih kecil yang berasal dari osteoblas dan

terhubung satu sama lain dengan sel-sel osteoblastik pada permukaan tulang oleh

jaringan kanalikular luas yang berisi cairan ekstra seluler tulang. Sel ini terletak

di dalam lakuna yang berada di lamela-lamela matriks. Hanya ada satu osteosit di

dalam satu lakuna. Kanalikuli matriks yang tipis, mengandung tonjolan-tonjolan

sitoplasma osteosit. Tonjolan dari sel-sel yang berdekatan saling berkomunikasi

11

Page 12: makalah rm

melalui gap junction dan molekul-molekul berjalan melalui struktur ini dari sel ke sel.

Sejumlah molekul bertukar tempat dari osteosit ke pembuluh darah melalui sejumlah

kecil substansi ekstrasel yang terletak di antara osteosit dan matriks tulang.4

c. Osteoklas

Osteoklas adalah sel-sel tulang resorbing multinuklear yang berasal dari

prekursor hematopoetik dari monosit atau makrofag keturunan. Osteoklas dibentuk

oleh fusi sel mononuklear dan dicirikan oleh adanya perbatasan kabur, yang terdiri

dari infolding kompleks membran plasma dan sitoskeleton yang menonjol. Sel

osteoklas kaya enzim lisosomal. Bagian badan sel yang melebar mengandung 5-50

inti. Pada daerah terjadinya resorpsi tulang, osteoklas terdapat dalam lekukan yang

terbentuk akibat kerja enzim pada matriks, yang dikenal sebagai lakuna Howship.4

MATRIKS TULANG

Kira-kira 50% berat matriks tulang adalah bahan anorganik. Yang banyak dijumpai

antara lain kalsium dan fosfor yang membentuk kristal hidroksiapatit tidak sempurna dan

tidak identik dengan hidroksiapatit yang ditemukan dalam mineral karang. Pada mikrograf

elektron, kristal hidroksiapatit tulang berbentuk lempengan yang terletak disamping serabut

kolagen dan dikelilingi oleh substansia dasar.

Bahan organik pada matriks tulang adalah kolagen tipe I dan substansia dasar yang

mengandung agregat proteoglikan dan beberapa glikoprotein struktural spesifik. Gabungan

mineral dengan serat kolagen memberikan sifat keras dan ketahanan pada jaringan tulang.

Setelah tulang mengalami dekalsifikasi, bentuknya tetap terjaga namun menjadi fleksibel

mirip tendon.4

PERIOSTEUM DAN ENDOSTEUM

Periosteum terdiri atas lapisan kuar serat-serat kolagen dan fibroblas. Berkas serat

kolagen periosteum (serat Sharpey) memasuki matriks tulang dan mengikat periosteum pada

tulang. Lapisan dalam periosteum yang lebih banyak mengandung sel, terdiri atas sel-sel

mirip fibroblas, sel osteoprogenitor, yang berpotensi membelah melalui mitosis dan

berkembang menjadi osteoblas. Sel osteoprogenitor berperan penting pada pertumbuhan dan

perbaikan tulang.

12

Page 13: makalah rm

Endosteum melapisi semua rongga-rongga dalam tulang dan terdiri atas selapis sel

osteoprogenitor gepeng dan sejumlah kecil jaringan ikat. Karena itu, endosteum lebih tipis

daripada periosteum.

Fungsi utama periosteum dan endosteum adalah memberi nutrisi pada jaringan tulang

dan menyediakan osteoblas baru secara kontinu untuk perbaikan dan pertumbuhan tulang.4

OSTEOSARKOMA

Osteosarkoma merupakan neoplasma tulang primer, yaitu tumor yang berasal dari

tulang itu sendiri.5 Tumor ini sangat ganas dan menyebar secara cepat pada periosteum dan

jaringan ikat diluarnya.6 Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang.7 Tempat yang paling

sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama pada femur distal

dan tibia proksimal.6

Osteosarkoma banyak ditemukan pada remaja dan dewasa muda. Sekitar 60% kasus

osteosarkoma terjadi pada umur 10-20 tahun,5 dan lebih sering terjadi pada pria dibanding

wanita.6

Tidak ada faktor resiko tertentu pada osteosarkoma, walaupun umur remaja dapat

menjadi faktor resiko bila pernah menderita Retinoblastoma atau penyakit Paget. Resiko

tinggi juga terjadi bila terpajan radiasi dosis tinggi.5

Patofisiologi

Tumor tulang

Jaringan lunak di invasi oleh tumor

Reaksi Osteolitik (destruksi tulang) dan Osteoblastik (pembentukan tulang)

Destruksi tulang lokal

Penimbunan periosteum tulang baru

13

Page 14: makalah rm

Pertumbuhan tulang abortif

Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor.

Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau

penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi

destruksi tulang lokal. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi

penimbunan periosteum tulang yang baru dekat lempat lesi terjadi sehingga terjadi

pertumbuhan tulang yang abortif.8

Manifestasi Klinis

1. Nyeri dan pembengkakan pada area tumor . Nyeri merupakan gejala utama pada

pasien osteosarkoma.7 Rasa nyeri ini bersifat konstan dan dapat bertambah hebat pada

malam hari dan saat beraktivitas.8 Pembengkakan pada area tumor terjadi beberapa

minggu setelah nyeri timbul.7

Nyeri dan bengkak biasa terjadi di penyakit lain, juga anak-anak yang aktif

berolahraga, sehingga bila terjadi bengkak dan nyeri tidak membuat pasien langsung

membawa keluhan tersebut ke dokter. Hal tersebut dapat membuat keterlambatan

dalam mendiagnosis penyakit ini.7

2. Fraktur patologis . Osteosarkoma menyebabkan tulang menjadi lemah, tapi tidak

sampai menyebabkan fraktur. Osteosarkoma Telangiektasis merupakan pengecualian.

Pada tipe Osteosarkoma Telangiekstasis, tulang menjadi lebih lemah dibandingkan

pada tipe osteosarkoma lain, dan bisa sampai terjadi fraktur karenanya.7

3. Gejala lain . Gejala umum lain yang dapat ditemukan pada penderita osteosarkoma

adalah adanya anemia, penurunan berat badan, dan nafsu makan berkurang.8

Klasifikasi Osteosarkoma

Berdasarkan atas gradasi, lokasi, jumlah dari lesinya, penyebabnya, maka

osteosarkoma dibagi atas beberapa klasifikasi atau variasi yaitu:

1. Osteosarkoma klasik

14

Page 15: makalah rm

2. Osteosarkoma hemoragi atau telangiektasis

3. Parosteal osteosarkoma

4. Periosteal osteosarkoma

5. Osteosarkoma sekunder

6. Osteosarkoma intrameduler derajat rendah

7. Osteosarkoma akibat radiasi

8. Multifokal osteosarkoma

a. Osteosarkoma Klasik 

Osteosarkoma klasik merupakan tipe yang paling sering dijumpai. Tipe ini

disebut juga:osteosarkoma intrameduler derajat tinggi (High-Grade Intramedullary

Osteosarcoma). Tipe ini sering terdapat di daerah lutut pada anak-anak dan dewasa

muda, terbanyak pada distal dari femur. Sangat jarang ditemukan pada tulang kecil di

kaki maupun di tangan, begitu juga pada kolumna vertebralis.

Apabila terdapat pada kaki biasanya mengenai tulang besar pada kaki bagian

belakang (hind foot) yaitu pada tulang talus dan calcaneus, dengan prognosis yang

tidak bagus.9

b. Telangiectasis Osteosarkoma

Telangiectasis osteosarkoma pada plain radiografi kelihatan gambaran lesi

yang radio lusen dengan sedikit kalsifikasi atau pembentukan tulang. Dengan

gambaran seperti ini sering dikelirukan dengan lesi benigna pada tulang seperti

aneurysmal bone cyst. Terjadi pada umur yang sama dengan klasik osteosarkoma.

Tumor ini mempunyai derajat keganasan yang sangat tinggi dan sangat agresif.

Diagnosis dengan biopsi sangat sulit oleh karena tumor sedikit jaringan yang padat,

dan sangat vaskuler. Pengobatannya sama dengan osteosarkoma klasik, dan sangat

resposif terhadap adjuvant chemotherapy.9

 

c. Parosteal Osteosarkoma

Parosteal osteosarkoma yang tipikal ditandai dengan lesi pada permukaan

tulang, dengan terjadinya diferensiasi derajat rendah dari fibroblas dan membentuk

woven bone atau lamellar  bone. Biasanya terjadi pada umur 10 sampai 50 tahun.5

Frekuensi kejadian pada pria dan wanita sama. Bagian posterior dari distal femur

merupakan daerah predileksi yang paling sering, selain itu juga bisa mengenai tulang-

15

Page 16: makalah rm

tulang panjang lainnya. Pertumbuhan parosteal osteosarkoma sangat lambat serta

terbentuk suatu massa tulang yang keras.5 Pengobatannya adalah dengan cara operasi,

melakukan eksisi dari tumor dan survival ratenya bisa mencapai 80 - 90%.9

d. Periosteal Osteosarkoma

Periosteal osteosarkoma merupakan osteosarkoma derajat sedang (moderate-

grade) yang merupakan lesi pada permukaan tulang bersifat kondroblastik, dan sering

terdapat pada daerah proksimal tibia. Sering juga terdapat pada diafise tulang panjang

seperti pada femur dan bahkan bisa pada tulang pipih seperti mandibula. Terjadi pada

umur yang sama dengan pada klasik osteosarkoma. Derajat metastasisnya lebih

rendah dari osteosarkoma klasik yaitu 20%-35%, terutama ke paru-paru.

Pengobatannya adalah dilakukan operasi marginal-wide eksisi (wide-margin surgical

resection), dengan didahului preoperatif kemoterapi dan dilanjutkan sampai post-

operasi.9

e. Osteosarkoma Sekunder 

Osteosarkoma dapat terjadi dari lesi jinak pada tulang, yang mengalami mutasi

sekunder dan biasanya terjadi pada umur lebih tua, misalnya bisa berasal dari paget’s

disease, osteoblastoma, fibous dysplasia, benign giant cell tumor. Contoh klasik dari

osteosarkoma sekuder adalah yang berasal dari paget’s disease yang disebut pagetic

osteosarcomas. Lokasi yang tersering adalah di humerus, kemudian di daerah pelvis

dan femur. Perjalanan penyakit sampai mengalami degenerasi ganas memakan waktu

cukup lama berkisar 15-25 tahun dengan keluhan nyeri pada daerah inflamasi dari

paget’s disease. Selanjutnya rasa nyeri bertambah dan disusul oleh terjadinya

destruksi tulang. Prognosis dari pagetic osteosarcoma sangat jelek dengan five years

survival rate rata-ratanya 8%. Oleh karena terjadi pada orang tua, maka pengobatan

dengan kemoterapi tidak merupakan pilihan karena toleransinya rendah.9

f. Osteosarkoma Intrameduler

Tipe ini sangat jarang dan merupakan variasi osseofibrous derajat rendah yang

terletak intrameduler. Secara mikroskopik gambarannya mirip parosteal

osteosarkoma. Lokasinya pada daerah metafisis tulang dan terbanyak pada daerah

lutut. Penderita biasanya mempunyai umur yang lebih tua yaitu antara 15- 65 tahun,

mengenai laki-laki dan wanita hampir sama. Pada pemeriksaan radiografi, tampak

16

Page 17: makalah rm

gambaran sklerotik pada daerah intrameduler metafisis tulang panjang. Seperti pada

parosteal osteosarkoma, osteosarkoma tipe ini mempunyai prognosis yang baik

dengan hanya melakukan lokal eksisi saja.9

g. Osteosarkoma Akibat Radiasi

Osteosarkoma bisa terjadi setelah mendapatkan radiasi melebihi dari 30Gy.

Onsetnya biasanya sangat lama berkisar antara 3- 35 tahun, dan derajat keganasannya

sangat tinggi dengan prognosis jelek dengan angka metastasisnya tinggi.9

h. Multisentrik Osteosarkoma

Disebut juga Multifocal Osteosarcoma. Variasi ini sangat jarang yaitu

terdapatnya lesi tumor yang secara bersamaan pada lebih dari satu tempat. Hal ini

sangat sulit membedakan apakah sarkoma memang terjadi bersamaan pada lebih dari

satu tempat atau lesi tersebut merupakan suatu metastasis. Ada dua tipe yaitu: tipe

Synchronous dimana terdapatnya lesi secara bersamaan pada lebih dari satu tulang.

Tipe ini sering terdapat pada anak-anak dan remaja dengan tingkat keganasannya

sangat tinggi. Tipe lainnya adalah tipe Metachronous yang terdapat pada orang

dewasa, yaitu terdapat tumor pada tulang lain setelah beberapa waktu atau setelah

pengobatan tumor pertama. Pada tipe ini tingkat keganasannya lebih rendah.9

Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis didasarkan pada riwayat, pemeriksaan fisik, dan penunjang diagnosis

seperti CT, mielogram, asteriografi, MRI, biopsi, dan pemeriksaan biokimia darah dan urine.

Pemeriksaan foto toraks dilakukan sebagai prosedur rutin serta untuk follow-up adanya stasis

pada paru-paru. Fosfatase alkali biasanya meningkat pada sarkoma osteogenik.

Hiperkalsemia terjadi pada kanker tulang metastasis dari payudara, paru, dan ginjal. Gejala

hiperkalsemia meliputi kelemahan otot, keletihan, anoreksia, mual, muntah, poliuria, kejang

dan koma. Hiperkalsemia harus diidentifikasi dan ditangani segera. Biopsi bedah dilakukan

untuk identifikasi histologik. Biopsi harus dilakukan untuk mencegah terjadinya penyebaran

dan kekambuhan yang terjadi setelah eksesi tumor.8

Penatalaksanaan

17

Page 18: makalah rm

a. Penatalaksanaan medika mentosa

Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat

didiagnosis. Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan tumor,

pencegahan amputasi jika memungkinkan dan pemeliharaan fungsi secara maksimal

dari anggota tubuh atau ekstremitas yang sakit. Penatalaksanaan meliputi

pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau terapi kombinasi.

Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan atau radiasi dan

kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi adriamycin

(doksorubisin) cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid) atau metrotexate dosis tinggi

(MTX) dengan leukovorin. Agen ini mungkin digunakan secara tersendiri atau dalam

kombinasi.

Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan pemberian

cairan normal intravena, diurelika, mobilisasi dan obat-obatan seperti fosfat,

mitramisin, kalsitonin atau kortikosteroid. Untuk mengatasi nyeri, dapat diberikan

obat analgetik.8

b. Penatalaksanaan non medika mentosa

1. Manajemen nyeri

Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam,

visualisasi, dan bimbingan imajinasi).

2. Mengajarkan mekanisme koping yang efektif

Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan

berikan dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke

ahli psikologi atau rohaniawan.

3. Memberikan nutrisi yang adekuat

Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek

samping kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat.

18

Page 19: makalah rm

Antiemetika dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi gastrointestinal.

Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter.

4. Pendidikan kesehatan

Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan

terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan luka di rumah.8

BAB V

Kesimpulan

Pada kasus ini, pasien didiagnosis menderita osteosarkoma. Diagnosis ini ditegakan

berdasarkan keluhan nyeri yang semakin hebat dan bengkak yang bertambah besar. Juga

keluhan demam, adanya penurunan berat badan, dan tidak adanya nafsu untuk makan. Dari

pemeriksaan fisik juga didapatkan adanya massa pada femur distal dextra yang teraba keras

dan melekat pada dasar. Penatalaksanaan untuk mengurangi rasa nyeri dapat diberikan

19

Page 20: makalah rm

analgetik golongan NSAID dan opioid. Melakukan cek fungsi hati dan paru untuk

mengetahui adanya metastasis ke organ-organ tersebut, juga melakukan rujukan ke ortopedi

dan radiologi untuk dilakukan biopsi, chemotheraphy, dan amputasi bila diperlukan.

Komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien ini adalah adanya metastasis ke paru.

Prognosis untuk pasien ini kurang baik karena ada kemungkinan metastasis ke organ lain dan

bila dilakukan pengobatan, area yang terinfeksi tidak akan sembuh total.

Daftar Pustaka

1. Patofisiologi Osteosarcoma. Available at :

http://www.scribd.com/patofisiologiosteosarcoma.htm. Accessed on: October 31th,

2011.

2. Priyana A. Pemeriksaan Hemoglobin; Hitung Leukosit; Hematokrit dan Laju Endap

Darah (LED). Patologi Klinik. Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti; 2010.p.7;15;21.

20

Page 21: makalah rm

3. Carter MA. Anatomi dan Fisiologi Tulang dan Sendi. In: Price SA, Wilson LM,

Editors. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. 6th ed. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC; 2006.p.1356-60;1365.

4. Junqueira LC, Carneiro J. Tulang. In: Dany F, Editor. Histologi Dasar. 10th ed.

Jakarta: 2007.p.134-43.

5. Bone and Cancer Foundation. 2009. Osteosarcoma. Available at:

http://www.boneandcancerfoundation.org/pdfs/Osteosarcoma-2.pdf. Accessed on :

October 31th, 2011.

6. Rasjad C. Tumor dan Sejenisnya. Pengantar Bedah Ilmu Ortopedi. Jakarta: Yarsif

Watampone; 2009.p.285-7.

7. American Cancer Society. 2011. Osteosarcoma. Available at:

http://www.cancer.org/Cancer/Osteosarcoma/DetailedGuide/index. Accessed on:

October 31th, 2011.

8. Konsep Dasar Osteosarcoma. Available at: http://healthreference-

ilham.blogspot.com/2008/07/kondas-osteosarkoma.html. Accessed on: October 31th,

2011.

9. Referat osteosarkoma. Available at: http://www.scribd.com/doc/48231729/Referat-

Osteosarcoma. Accessed on: October 31th, 2011

21