makalah rm
-
Upload
diaz-rahmadi -
Category
Documents
-
view
106 -
download
5
description
Transcript of makalah rm
BAB I
Pendahuluan
Tumor tulang merupakan kelainan pada sistem muskuloskeletal yang bersifat neoplastik. Tumor dalam arti sempit berarti benjolan, sedangkan setiap pertumbuhan yang baru dan abnormal disebut neoplasma.
Tumor dapat bersifat jinak atau ganas. Tumor ganas tulang dapat bersifat primer yang berasal dari unsur-unsur tulang itu sendiri atau sekunder dari metastasis (infiltrasi) tumor-tumor ganas organ lain ke dalam tulang.
Angka harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum terjadi metastasis ke paru-paru. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5 tahun setelah penyakitnya terdiagnosis. Sayangnya penderita kanker tulang sering datang dalam keadaan sudah lanjut, sehingga penanganannya menjadi lebih sulit. Jika tidak segera ditangani, maka tumor dapat bermetastasis ke organ lain, sementara penyembuhannya sangat menyakitkan karena terkadang memerlukan pembedahan yang diikuti dengan chemotheraphy.
1
BAB II
Laporan Kasus
Seorang pemuda berusia 16 tahun datang dengan keluhan bengkak pada lutut kanan
sejak 2 bulan yang lalu
Nama : Santoso
Usia : 16 tahun
Pekerjaan : Pelajar SMA kelas 1
Status : Anak pertama dari 2 bersaudara
Alamat : Cirebon
Orang tua : PNS
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Sekitar 2 bulan yang lalu pasien mulai merasakan nyeri dan sedikit bengkak pada
paha kanan bagian bawah. Pasien mengira nyeri disebabkan benturan yang terjadi saat
olahraga atau aktivitas lainnya, sehingga tidak dihiraukan. Dua bulan yang lalu pasien juga
sering merasa tidak enak badan. Menurut orang tua, pasien sudah mengalami penurunan berat
badan. Pasien juga mengeluh tidak nafsu makan. Oleh orang tua sudah ke dokter, mendapat
antibiotik dan antidemam. Keluhan demam dan nyeri sedikit berkurang setelah minum dan
kembali terasa setelah obat habis. Pasien merasa nyeri tambah berat, badan terasa lesu dan
lemah dan bengkak pada paha kanan juga dirasa semakin membesar, dan pasien mengalami
kesulitan berjalan karena nyeri bertambah berat saat kaki menumpu berat badan.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Sebelumnya pasien belum pernah menderita penyakit serius dan tidak pernah dirawat
di RS. Tidak ada riwayat cedera
2
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Keluarga tidak ada yang mengalami penyakit serupa dengan pasien. Tidak ada
riwayat kencing manis pada keluarga.
Dari Pemeriksaan Fisik ditemukan ;
STATUS GENERALIS :
Pasien berjalan masuk ruang periksa dengan pola jalan antalgic gait, raut wajah
menahan sakit.
Tanda vital : T: 120/70 mmHg, suhu: 37o, pernafasan: 14x/menit,
BB: 59kg.
Mata : Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik
THT : Tidak ada kelainan
Fungsi Jantung : Tidak ada kelainan
Fungsi Paru : Tidak ada kelainan
Abdomen : Dalam batas normal
STATUS LOKALIS :
Look ( Inspeksi ) : Tampak massa pada femur distal dextra anterior dan posterior, warna kulit
sama dengan sekitarnya, tidak tampak lacerasi atau lesi lain pada kulit
Feel ( Palpasi ) : Massa pada femur distal teraba keras, melekat pada dasarnya, ukuran 7x8
cm, nyeri tekan (+), teraba hangat.
Move ( Gerak ) : Gerak aktif lutut kiri nyeri, lingkup gerak sendi terbatas karena nyeri, gerak
pasif tidak diperiksa karena nyeri
3
Laboratorium darah:
Hb : 10,2 g/dL Trombosit : 186.000/µL
Ht : 35% LED : 20 mm/jam
Leukosit : 12.800 /µL Alkali fosfatase : 300 UI
4
BAB III
Pembahasan Kasus
I. ANAMNESIS
a. Identitas Pasien
Nama : Santoso
Usia : 16 tahun
Pekerjaan : Pelajar SMA kelas 1
Status : Anak pertama dari 2 bersaudara
Alamat : Cirebon
Orang tua : PNS
b. Keluhan Utama
Bengkak pada lutut kiri sejak 2 bulan yang lalu
c. Keluhan Tambahan
Nyeri yang dirasakan bertambah berat, badan terasa lesu dan lemah, dan
bengkak pada paha kiri juga dirasa semakin membesar sehingga kesulitan
berjalan karena nyeri bertambah berat saat kaki menumpu berat badan.
d. Riwayat Penyakit Sekarang
1. Apakah pernah jatuh atau terkilir?
2. Apakah timbul demam?
3. Bagaimana perkembangan bengkak? Berjalan lambat atau cepat?
4. Bagaimana intensitas terjadinya nyeri?
5. Apakah nyeri tumpul/tajam? Apabila tajam, dimana lokasi nyeri paling
hebat dirasakan?
6. Kapan nyeri paling dirasakan? Apakah ada penurunan nyeri setelah
istirahat?
5
7. Apakah aktivitas sebelum timbul bengkak?
8. Adakah tanda tanda radang?
9. Apakah sudah diberi obat?
10. Apakah ada penurunan berat badan?
11. Apakah daya tahan tubuh menjadi lemah?
e. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Apakah ada riwayat penyakit sistemik?
2. Apakah pernah jatuh / trauma sebelumnya?
3. Adakah riwayat operasi yang pernah dilakukan?
f. Riwayat Penyakit Keluarga
1. Apakah ada anggota keluarga yang menderita neoplasma?
2. Apakah ada anggota keluarga yang memiliki penyakit sistemik?
g. Riwayat Kebiasaan
1. Apakah kebiasaan yang dilakukan sehari hari?
2. Apakah anda merokok?
3. Apakah anda mengkonsumsi minuman beralkohol?
4. Bagaimana olahraga yang saat ini anda jalani?
II. DIAGNOSIS KERJA
Diagnosis kerja pada pasien ini adalah osteosarkoma. Diagnosis ini ditegakan
berdasarkan keluhan nyeri yang bertambah hebat dan bengkak yang bertambah besar
sejak 2 bulan yang lalu. Juga berdasarkan keluhan demam, penurunan berat badan,
dan tidak nafsu makan. Pada pemeriksaan fisik juga ditemukan adanya massa pada
femur distal dextra yang teraba keras dan melekat pada dasarnya.
Pada kasus ini osteomyelitis bisa disingkirkan dilihat dari anamnesis pasien
diberi antipiretik sudah sembuh tapi kembali demam lagi. pada gejala klinis tidak
terdapat infeksi kulit yang biasanya pada osteomyelitis sering terjadi. Pada foto
rontgen juga karena tidak terlihat adanya kavitas pada tulang metafisisnya dimana itu
adalah tanda khas dari osteomyelitis subakut. Jadi osteomyelitis bisa disingkirkan
6
Pada kasus ini ewing sarcoma juga bisa disingkirkan karena pada pemeriksaan
rontgen di tulang diaphisis tidak terdapat gambaran onion skin appearance dimana itu
adalah tanda khas dari ewing sarcoma
III. DIAGNOSIS BANDING
1. Osteomyelitis
2. Ewing’s sarcoma
IV. PATOFISIOLOGI
Gambar patofisiologi osteosarcoma1
7
V. INTERPRETASI HASILPemeriksaan laboratorium darah2
Pemeriksaan Hasil Normal Keterangan
Hb 10,2 g/dL 13-16 g/dL
Rendah, karena aliran darah terpusat di
tempat osteosarkoma dan karena
kekurangan nutrisi
Ht 35% 45-55%Rendah, karena anemia akibat kekurangan
nutrisi
Leukosit 12.800/µL 5.000-10.000/µLTinggi, karena adanya reaksi imun
sebagai pertahanan tubuh
Trombosit 186.000/µL 150.000-400.000/µL Normal
LED 20 mm/jam <10 mm/jamTinggi, karena adanya reaksi radang dan
keganasan
Alkali Fosfatase 300 UI 50-230 UI Tinggi, karena proses penghacuran tulang
Pemeriksaan foto rontgen os. Femur distal dextra
8
Foto di atas layak dibaca, tapi tidak memenuhi prinsip Rule of Two, yaitu tidak
memiliki proyeksi, tidak ada dua sisi sebagai pembanding, tidak kejelasan bagian
kanan atau kiri. Foto diatas juga tidak memiliki kejelasan mengenai identitas pasien.
Pada gambar 1a (foto AP), didapatkan distal femur lebih lusen karena adanya
osteolitik. Terlihat gambaran opaque yang menunjukan adanya penimbunan kalsium
karena adanya osteoblastik. Terlihat adanya soft tissue swelling yang ditandai
dengan gambaran opaque dibandingkan jaringan lunak sekitarnya.
Pada gambar 1b (foto lateral), didapatkan soft tissue swelling. Didapatkan juga
gambaran osteolitik.
VI. PENATALAKSANAAN
1. Managemen rasa nyeri
a. NSAID dengan menggunakan obat golongan bifosfonat
b. Opioid
2. Cek Fungsi Hati dan Paru (Foto rontgen thorax)
3. Rujukan ke dokter Orthopedi dan Radiologi
a. Biopsi
b. Chemoterapi
c. Amputasi dengan indikasi tumor dengan diameter 7-10 cm
d. Kombinasi radiasi dan kemoterapi bila sudah metastasis
VII. KOMPLIKASI
Metastatis ke paru dan hati dengan resiko utama pada paru karena pasien
ini memiliki kadar alkali fosfatase yang tinggi.
VIII. PROGNOSIS
9
Ad Vitam : Dubia Ad Malam
Ad Funtionam : Ad Malam
Ad Sanationam : Ad Malam
BAB IV
Tinjauan Pustaka
ANATOMI DAN FISIOLOGI TULANG
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung jawab
terhadap pergerakan. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, ligamen, tendon, bursa,
dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini.3
Jaringan tulang berfungsi sebagai penyangga tubuh, pelindung organ-organ vital, dan
menampung sumsum tulang, tempat sel-sel darah dibentuk. Tulang juga berfungsi sebagai
cadangan kalsium, fosfat, dan ion-ion lain yang dapat dilepaskan atau disimpan dengan
terkendali untuk mempertahankan konsentrasi ion-ion penting di dalam cairan tubuh.
Hampir semua tulang memiliki rongga di bagian tengahnya. Struktur demikian
memaksimalkan kekuatan struktural tulang dengan bahan yang relatif kecil atau ringan.
Kekuatan tambahan diperoleh dari susunan kolagen dan mineral dalam jaringan tulang.
Selain itu, tulang membentuk suatu sistem pengungkit dengan melipatgandakan kekuatan
yang dibangkitkan selama otot rangka berkontraksi dan mengubahnya menjadi gerakan
tubuh.3
HISTOLOGI
10
Sebagai unsur pokok kerangka orang dewasa, jaringan tulang melindungi organ-organ
vital dan menampung sumsum tulang, tempat sel-sel darah dibentuk dan produksi sel
osteogenik dalam regulasi modeling dan remodeling tulang.Tulang juga berfungsi sebagai
cadangan kalsium, fosfat, dan ion lain yang dapat dilepas atau disimpan dengan terkendali
untuk mempertahankan konsentrasi ion-ion penting ini dalam tubuh.4
Tulang adalah jaringan ikat khusus yang terdiri atas materi antar sel berkapur, yaitu
matriks tulang; osteosit, yang terdapat di rongga-rongga (lakuna) di dalam matriks; osteoblas,
yang mensintesis unsur organik matriks; dan osteoklas, yang merupakan sel raksasa
multinuklear yang melakukan resorpsi dan remodelling jaringan tulang.
Permukaan bagian luar dan dalam semua tulang dilapisi lapisan-lapisan jaringan lunak
yang mengandung sel-sel osteogenik, yaitu endosteum pada permukaan dalam dan
periosteum pada permukaan luar. Pertukaran zat antara osteosit dan kapiler darah bergantung
pada komunikasi melalui kanalikuli yang merupakan celah-celah silindris halus yang
menerobos matriks.
SEL TULANG
a. Osteoblas
Sel ini bertanggung jawab atas sintesis komponen organik matriks tulang yang
terdiri dari kolagen tipe I, proteoglikan, dan glikoprotein. Osteoblas hanya terdapat
pada permukaan tulang, dan letaknya bersebelahan, mirip epitel selapis.
Beberapa osteoblas secara berangsur dikelilingi oleh matriks yang baru
terbentuk dan menjadi osteosit. Selama proses ini, terbentuk rongga yang disebut
lakuna.4
b. Osteosit
Osteosit adalah sel-sel tulang pipih kecil yang berasal dari osteoblas dan
terhubung satu sama lain dengan sel-sel osteoblastik pada permukaan tulang oleh
jaringan kanalikular luas yang berisi cairan ekstra seluler tulang. Sel ini terletak
di dalam lakuna yang berada di lamela-lamela matriks. Hanya ada satu osteosit di
dalam satu lakuna. Kanalikuli matriks yang tipis, mengandung tonjolan-tonjolan
sitoplasma osteosit. Tonjolan dari sel-sel yang berdekatan saling berkomunikasi
11
melalui gap junction dan molekul-molekul berjalan melalui struktur ini dari sel ke sel.
Sejumlah molekul bertukar tempat dari osteosit ke pembuluh darah melalui sejumlah
kecil substansi ekstrasel yang terletak di antara osteosit dan matriks tulang.4
c. Osteoklas
Osteoklas adalah sel-sel tulang resorbing multinuklear yang berasal dari
prekursor hematopoetik dari monosit atau makrofag keturunan. Osteoklas dibentuk
oleh fusi sel mononuklear dan dicirikan oleh adanya perbatasan kabur, yang terdiri
dari infolding kompleks membran plasma dan sitoskeleton yang menonjol. Sel
osteoklas kaya enzim lisosomal. Bagian badan sel yang melebar mengandung 5-50
inti. Pada daerah terjadinya resorpsi tulang, osteoklas terdapat dalam lekukan yang
terbentuk akibat kerja enzim pada matriks, yang dikenal sebagai lakuna Howship.4
MATRIKS TULANG
Kira-kira 50% berat matriks tulang adalah bahan anorganik. Yang banyak dijumpai
antara lain kalsium dan fosfor yang membentuk kristal hidroksiapatit tidak sempurna dan
tidak identik dengan hidroksiapatit yang ditemukan dalam mineral karang. Pada mikrograf
elektron, kristal hidroksiapatit tulang berbentuk lempengan yang terletak disamping serabut
kolagen dan dikelilingi oleh substansia dasar.
Bahan organik pada matriks tulang adalah kolagen tipe I dan substansia dasar yang
mengandung agregat proteoglikan dan beberapa glikoprotein struktural spesifik. Gabungan
mineral dengan serat kolagen memberikan sifat keras dan ketahanan pada jaringan tulang.
Setelah tulang mengalami dekalsifikasi, bentuknya tetap terjaga namun menjadi fleksibel
mirip tendon.4
PERIOSTEUM DAN ENDOSTEUM
Periosteum terdiri atas lapisan kuar serat-serat kolagen dan fibroblas. Berkas serat
kolagen periosteum (serat Sharpey) memasuki matriks tulang dan mengikat periosteum pada
tulang. Lapisan dalam periosteum yang lebih banyak mengandung sel, terdiri atas sel-sel
mirip fibroblas, sel osteoprogenitor, yang berpotensi membelah melalui mitosis dan
berkembang menjadi osteoblas. Sel osteoprogenitor berperan penting pada pertumbuhan dan
perbaikan tulang.
12
Endosteum melapisi semua rongga-rongga dalam tulang dan terdiri atas selapis sel
osteoprogenitor gepeng dan sejumlah kecil jaringan ikat. Karena itu, endosteum lebih tipis
daripada periosteum.
Fungsi utama periosteum dan endosteum adalah memberi nutrisi pada jaringan tulang
dan menyediakan osteoblas baru secara kontinu untuk perbaikan dan pertumbuhan tulang.4
OSTEOSARKOMA
Osteosarkoma merupakan neoplasma tulang primer, yaitu tumor yang berasal dari
tulang itu sendiri.5 Tumor ini sangat ganas dan menyebar secara cepat pada periosteum dan
jaringan ikat diluarnya.6 Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang.7 Tempat yang paling
sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama pada femur distal
dan tibia proksimal.6
Osteosarkoma banyak ditemukan pada remaja dan dewasa muda. Sekitar 60% kasus
osteosarkoma terjadi pada umur 10-20 tahun,5 dan lebih sering terjadi pada pria dibanding
wanita.6
Tidak ada faktor resiko tertentu pada osteosarkoma, walaupun umur remaja dapat
menjadi faktor resiko bila pernah menderita Retinoblastoma atau penyakit Paget. Resiko
tinggi juga terjadi bila terpajan radiasi dosis tinggi.5
Patofisiologi
Tumor tulang
Jaringan lunak di invasi oleh tumor
Reaksi Osteolitik (destruksi tulang) dan Osteoblastik (pembentukan tulang)
Destruksi tulang lokal
Penimbunan periosteum tulang baru
13
Pertumbuhan tulang abortif
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor.
Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau
penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi
destruksi tulang lokal. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi
penimbunan periosteum tulang yang baru dekat lempat lesi terjadi sehingga terjadi
pertumbuhan tulang yang abortif.8
Manifestasi Klinis
1. Nyeri dan pembengkakan pada area tumor . Nyeri merupakan gejala utama pada
pasien osteosarkoma.7 Rasa nyeri ini bersifat konstan dan dapat bertambah hebat pada
malam hari dan saat beraktivitas.8 Pembengkakan pada area tumor terjadi beberapa
minggu setelah nyeri timbul.7
Nyeri dan bengkak biasa terjadi di penyakit lain, juga anak-anak yang aktif
berolahraga, sehingga bila terjadi bengkak dan nyeri tidak membuat pasien langsung
membawa keluhan tersebut ke dokter. Hal tersebut dapat membuat keterlambatan
dalam mendiagnosis penyakit ini.7
2. Fraktur patologis . Osteosarkoma menyebabkan tulang menjadi lemah, tapi tidak
sampai menyebabkan fraktur. Osteosarkoma Telangiektasis merupakan pengecualian.
Pada tipe Osteosarkoma Telangiekstasis, tulang menjadi lebih lemah dibandingkan
pada tipe osteosarkoma lain, dan bisa sampai terjadi fraktur karenanya.7
3. Gejala lain . Gejala umum lain yang dapat ditemukan pada penderita osteosarkoma
adalah adanya anemia, penurunan berat badan, dan nafsu makan berkurang.8
Klasifikasi Osteosarkoma
Berdasarkan atas gradasi, lokasi, jumlah dari lesinya, penyebabnya, maka
osteosarkoma dibagi atas beberapa klasifikasi atau variasi yaitu:
1. Osteosarkoma klasik
14
2. Osteosarkoma hemoragi atau telangiektasis
3. Parosteal osteosarkoma
4. Periosteal osteosarkoma
5. Osteosarkoma sekunder
6. Osteosarkoma intrameduler derajat rendah
7. Osteosarkoma akibat radiasi
8. Multifokal osteosarkoma
a. Osteosarkoma Klasik
Osteosarkoma klasik merupakan tipe yang paling sering dijumpai. Tipe ini
disebut juga:osteosarkoma intrameduler derajat tinggi (High-Grade Intramedullary
Osteosarcoma). Tipe ini sering terdapat di daerah lutut pada anak-anak dan dewasa
muda, terbanyak pada distal dari femur. Sangat jarang ditemukan pada tulang kecil di
kaki maupun di tangan, begitu juga pada kolumna vertebralis.
Apabila terdapat pada kaki biasanya mengenai tulang besar pada kaki bagian
belakang (hind foot) yaitu pada tulang talus dan calcaneus, dengan prognosis yang
tidak bagus.9
b. Telangiectasis Osteosarkoma
Telangiectasis osteosarkoma pada plain radiografi kelihatan gambaran lesi
yang radio lusen dengan sedikit kalsifikasi atau pembentukan tulang. Dengan
gambaran seperti ini sering dikelirukan dengan lesi benigna pada tulang seperti
aneurysmal bone cyst. Terjadi pada umur yang sama dengan klasik osteosarkoma.
Tumor ini mempunyai derajat keganasan yang sangat tinggi dan sangat agresif.
Diagnosis dengan biopsi sangat sulit oleh karena tumor sedikit jaringan yang padat,
dan sangat vaskuler. Pengobatannya sama dengan osteosarkoma klasik, dan sangat
resposif terhadap adjuvant chemotherapy.9
c. Parosteal Osteosarkoma
Parosteal osteosarkoma yang tipikal ditandai dengan lesi pada permukaan
tulang, dengan terjadinya diferensiasi derajat rendah dari fibroblas dan membentuk
woven bone atau lamellar bone. Biasanya terjadi pada umur 10 sampai 50 tahun.5
Frekuensi kejadian pada pria dan wanita sama. Bagian posterior dari distal femur
merupakan daerah predileksi yang paling sering, selain itu juga bisa mengenai tulang-
15
tulang panjang lainnya. Pertumbuhan parosteal osteosarkoma sangat lambat serta
terbentuk suatu massa tulang yang keras.5 Pengobatannya adalah dengan cara operasi,
melakukan eksisi dari tumor dan survival ratenya bisa mencapai 80 - 90%.9
d. Periosteal Osteosarkoma
Periosteal osteosarkoma merupakan osteosarkoma derajat sedang (moderate-
grade) yang merupakan lesi pada permukaan tulang bersifat kondroblastik, dan sering
terdapat pada daerah proksimal tibia. Sering juga terdapat pada diafise tulang panjang
seperti pada femur dan bahkan bisa pada tulang pipih seperti mandibula. Terjadi pada
umur yang sama dengan pada klasik osteosarkoma. Derajat metastasisnya lebih
rendah dari osteosarkoma klasik yaitu 20%-35%, terutama ke paru-paru.
Pengobatannya adalah dilakukan operasi marginal-wide eksisi (wide-margin surgical
resection), dengan didahului preoperatif kemoterapi dan dilanjutkan sampai post-
operasi.9
e. Osteosarkoma Sekunder
Osteosarkoma dapat terjadi dari lesi jinak pada tulang, yang mengalami mutasi
sekunder dan biasanya terjadi pada umur lebih tua, misalnya bisa berasal dari paget’s
disease, osteoblastoma, fibous dysplasia, benign giant cell tumor. Contoh klasik dari
osteosarkoma sekuder adalah yang berasal dari paget’s disease yang disebut pagetic
osteosarcomas. Lokasi yang tersering adalah di humerus, kemudian di daerah pelvis
dan femur. Perjalanan penyakit sampai mengalami degenerasi ganas memakan waktu
cukup lama berkisar 15-25 tahun dengan keluhan nyeri pada daerah inflamasi dari
paget’s disease. Selanjutnya rasa nyeri bertambah dan disusul oleh terjadinya
destruksi tulang. Prognosis dari pagetic osteosarcoma sangat jelek dengan five years
survival rate rata-ratanya 8%. Oleh karena terjadi pada orang tua, maka pengobatan
dengan kemoterapi tidak merupakan pilihan karena toleransinya rendah.9
f. Osteosarkoma Intrameduler
Tipe ini sangat jarang dan merupakan variasi osseofibrous derajat rendah yang
terletak intrameduler. Secara mikroskopik gambarannya mirip parosteal
osteosarkoma. Lokasinya pada daerah metafisis tulang dan terbanyak pada daerah
lutut. Penderita biasanya mempunyai umur yang lebih tua yaitu antara 15- 65 tahun,
mengenai laki-laki dan wanita hampir sama. Pada pemeriksaan radiografi, tampak
16
gambaran sklerotik pada daerah intrameduler metafisis tulang panjang. Seperti pada
parosteal osteosarkoma, osteosarkoma tipe ini mempunyai prognosis yang baik
dengan hanya melakukan lokal eksisi saja.9
g. Osteosarkoma Akibat Radiasi
Osteosarkoma bisa terjadi setelah mendapatkan radiasi melebihi dari 30Gy.
Onsetnya biasanya sangat lama berkisar antara 3- 35 tahun, dan derajat keganasannya
sangat tinggi dengan prognosis jelek dengan angka metastasisnya tinggi.9
h. Multisentrik Osteosarkoma
Disebut juga Multifocal Osteosarcoma. Variasi ini sangat jarang yaitu
terdapatnya lesi tumor yang secara bersamaan pada lebih dari satu tempat. Hal ini
sangat sulit membedakan apakah sarkoma memang terjadi bersamaan pada lebih dari
satu tempat atau lesi tersebut merupakan suatu metastasis. Ada dua tipe yaitu: tipe
Synchronous dimana terdapatnya lesi secara bersamaan pada lebih dari satu tulang.
Tipe ini sering terdapat pada anak-anak dan remaja dengan tingkat keganasannya
sangat tinggi. Tipe lainnya adalah tipe Metachronous yang terdapat pada orang
dewasa, yaitu terdapat tumor pada tulang lain setelah beberapa waktu atau setelah
pengobatan tumor pertama. Pada tipe ini tingkat keganasannya lebih rendah.9
Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis didasarkan pada riwayat, pemeriksaan fisik, dan penunjang diagnosis
seperti CT, mielogram, asteriografi, MRI, biopsi, dan pemeriksaan biokimia darah dan urine.
Pemeriksaan foto toraks dilakukan sebagai prosedur rutin serta untuk follow-up adanya stasis
pada paru-paru. Fosfatase alkali biasanya meningkat pada sarkoma osteogenik.
Hiperkalsemia terjadi pada kanker tulang metastasis dari payudara, paru, dan ginjal. Gejala
hiperkalsemia meliputi kelemahan otot, keletihan, anoreksia, mual, muntah, poliuria, kejang
dan koma. Hiperkalsemia harus diidentifikasi dan ditangani segera. Biopsi bedah dilakukan
untuk identifikasi histologik. Biopsi harus dilakukan untuk mencegah terjadinya penyebaran
dan kekambuhan yang terjadi setelah eksesi tumor.8
Penatalaksanaan
17
a. Penatalaksanaan medika mentosa
Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat
didiagnosis. Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan tumor,
pencegahan amputasi jika memungkinkan dan pemeliharaan fungsi secara maksimal
dari anggota tubuh atau ekstremitas yang sakit. Penatalaksanaan meliputi
pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau terapi kombinasi.
Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan atau radiasi dan
kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi adriamycin
(doksorubisin) cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid) atau metrotexate dosis tinggi
(MTX) dengan leukovorin. Agen ini mungkin digunakan secara tersendiri atau dalam
kombinasi.
Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan pemberian
cairan normal intravena, diurelika, mobilisasi dan obat-obatan seperti fosfat,
mitramisin, kalsitonin atau kortikosteroid. Untuk mengatasi nyeri, dapat diberikan
obat analgetik.8
b. Penatalaksanaan non medika mentosa
1. Manajemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam,
visualisasi, dan bimbingan imajinasi).
2. Mengajarkan mekanisme koping yang efektif
Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan
berikan dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke
ahli psikologi atau rohaniawan.
3. Memberikan nutrisi yang adekuat
Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek
samping kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat.
18
Antiemetika dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi gastrointestinal.
Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter.
4. Pendidikan kesehatan
Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan
terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan luka di rumah.8
BAB V
Kesimpulan
Pada kasus ini, pasien didiagnosis menderita osteosarkoma. Diagnosis ini ditegakan
berdasarkan keluhan nyeri yang semakin hebat dan bengkak yang bertambah besar. Juga
keluhan demam, adanya penurunan berat badan, dan tidak adanya nafsu untuk makan. Dari
pemeriksaan fisik juga didapatkan adanya massa pada femur distal dextra yang teraba keras
dan melekat pada dasar. Penatalaksanaan untuk mengurangi rasa nyeri dapat diberikan
19
analgetik golongan NSAID dan opioid. Melakukan cek fungsi hati dan paru untuk
mengetahui adanya metastasis ke organ-organ tersebut, juga melakukan rujukan ke ortopedi
dan radiologi untuk dilakukan biopsi, chemotheraphy, dan amputasi bila diperlukan.
Komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien ini adalah adanya metastasis ke paru.
Prognosis untuk pasien ini kurang baik karena ada kemungkinan metastasis ke organ lain dan
bila dilakukan pengobatan, area yang terinfeksi tidak akan sembuh total.
Daftar Pustaka
1. Patofisiologi Osteosarcoma. Available at :
http://www.scribd.com/patofisiologiosteosarcoma.htm. Accessed on: October 31th,
2011.
2. Priyana A. Pemeriksaan Hemoglobin; Hitung Leukosit; Hematokrit dan Laju Endap
Darah (LED). Patologi Klinik. Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti; 2010.p.7;15;21.
20
3. Carter MA. Anatomi dan Fisiologi Tulang dan Sendi. In: Price SA, Wilson LM,
Editors. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. 6th ed. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2006.p.1356-60;1365.
4. Junqueira LC, Carneiro J. Tulang. In: Dany F, Editor. Histologi Dasar. 10th ed.
Jakarta: 2007.p.134-43.
5. Bone and Cancer Foundation. 2009. Osteosarcoma. Available at:
http://www.boneandcancerfoundation.org/pdfs/Osteosarcoma-2.pdf. Accessed on :
October 31th, 2011.
6. Rasjad C. Tumor dan Sejenisnya. Pengantar Bedah Ilmu Ortopedi. Jakarta: Yarsif
Watampone; 2009.p.285-7.
7. American Cancer Society. 2011. Osteosarcoma. Available at:
http://www.cancer.org/Cancer/Osteosarcoma/DetailedGuide/index. Accessed on:
October 31th, 2011.
8. Konsep Dasar Osteosarcoma. Available at: http://healthreference-
ilham.blogspot.com/2008/07/kondas-osteosarkoma.html. Accessed on: October 31th,
2011.
9. Referat osteosarkoma. Available at: http://www.scribd.com/doc/48231729/Referat-
Osteosarcoma. Accessed on: October 31th, 2011
21