KASUS-KARDIOMIOPATI-2
Transcript of KASUS-KARDIOMIOPATI-2
Kasus 1
Tn. Nandi 50 tahun datang ke poliklinik jantung RS C dengan keluhan sakit kepala pada bagian
belakang kepala dan tidak hilang dengan istirahat dan pemberian analgetik. Riwayat kesehatan
mempunyai kebiasaan merokok 4 bungkus/hari. Riwayat keluarga ibu dan ayah menderita
hypertensi. Tn. Nandi tidak pernah datang kembali ke dokter tersebut untuk control
hypertensinya.
Sepuluh tahun kemudian tn. Nandi datang kembali ke RS C dengan keluhan sesak nafas dan kaki
bengkak. Istri tn. Nandi memberitahukan bahwa suaminya jarang minum obat. TD : 170/110
mmhg, n : 120x/menit, p : 30x/menit, s : 36,5 0c, tampak lemah, ronchi +/+, edema pitting +/+.
Pesanan dokter istirahat, furosemide 3x1 ampul, captopril 3x1 tablet, dan digoxin. Belum ada
pemeriksaan penunjang.
Tugas:
a. Buat patofisiologi sampai terjadinya kasus sepuluh tahun kemudian setelah didiagnosa
hypertensi (dari awal hingga saat ini).
b. Sebutkan keluhan-keluhan dan hasil-hasil pemeriksaan fisik yang mungkin ditemukan pada
tn. Nadi (kembangkan berdasarkan teori yang terkait)
c. Sebutkan jenis pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yang sebaiknya dilakukan padan tn.
Nandi (termasuk persiapan dan hasil yang mungkin ditemukan)
d. Buat skema pengobatan atau penanganan kasus diatas
e. Buat data analisa terhadap hasil-hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan data-
data lainnya.
f. Buat prioritas diagnosa keperawatan sesuai kasus
g. Buat rencana keperawatan sesuai kasus
Dari kasus di atas pasien mengalami kasus “Kardiomiopati: Kardiomiopati Dilatasi”
1
TIJAUAN TEORITIS
A. Konsep Teori
1. Definisi
Gambar. 1 Jantung normalkardiomiopati
Kardiomiopati kongestif adalah bentuk kardiomiopati yang ditandai adanya
dilatasi atau pembesaran rongga ventrikel bersama dengan penipisan dinding otot,
pembesaran atrium kiri, dan statis darah dalam ventrikel. (Smeltzer and Bare,Alih bahasa
Agung Waluyo,2001:833).
Kardiomiopati kongestif/Dilatasi adalah suatu penyakit miokard yang primer atau
idiopatik yang ditandai dengan dilatasi ruangan-ruangan jantung dan gagal jantung
kongestif. (FKUI,1996:1072)
Kardiomiopati dilatasi (DCM) adalah kerusakan yang luas pada miofibril dan
mengganggu metabolisme jantung. (Ignatavicus et al,1995:918)
Hasil konsensus panel ahli mengemukakan definisi kardiomiopati yaitu; suatu
kelompok heterogen dari penyakit miokardium yang terkait dengan disfungsi mekanik
dan/atau elektrik yang biasanya (tidak selalu) menunjukkan adanya hipertrofi atau
dilatasi ventrikular yang tidak sesuai dan karena adanya berbagai penyebab yang
biasanya adalah faktor genetik. Kardiomiopati yang terbatas hanya pada jantung atau
yang merupakan bagian dari kelainan sistemik, sering mengakibatkan kematian
kardiovaskular atau gagal jantung progresif (1)
2
Jadi dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kardiomiopati adalah penyakit
miokard yang primer atau idiopatik dengan adanya kerusakan yang luas pada miofibril
jantung yang ditandai dengan dilatasi dilatasi atau pembesaran rongga ventrikel bersama
dengan penipisan dinding otot, pembesaran antrium kiri, dan statis darah dalam ventrikel.
2. Etiologi
Tidak ada etilogi yang pasti dari kardimiopati, tetapi kemungkinan ada hubungan
dengan beberapa hal, yaitu:
a. Primer (penyakit otot jantung tanpa diketahui penyebabnya)
b. Sekunder (penyakit otot dengan adanya penyebab atau kemungkinan penyebab), yaitu:
Kelainan autoimun
Hipertensi sistemik
Autoantibodi yaitu antimyocardial antibodies
Proses infeksi (infeksi bakteri/virus)
Gangguan metabolik (defisiensi thiamine dan scurvy)
Gangguan imunitas (leukimia)
Kehamilan dan kelainan post partum
Toxic proses (alkohol dan chemoterapi)
Proses infiltrasi (amyloidosis dan kanker)
3. Klasifikasi
Klasifikasi terbaru membagi kardiomiopati menjadi 2 kelompok besar berdasarkan
dominasi organ yang terlibat. Kardiomiopati primer (genetik, non-genetik,
didapat/acquired) adalah semata-mata melibatkan otot jantung dan prevalensinya relatif
jarang. Pada Kardiomiopati sekunder ditemukan adanya kelainan miokardium yang
merupakan bagian dari berbagai macam gangguan sistemik (multiorgan)(1).
3
a. Kardiomiopati Primer
Kardiomiopati Primer
(terutama yang melibatkan jantung)
Genetik Campuran Acquired
HCM - DCM - Inflammatory
ARVC/D - Restrictive (non-hypertro- - Stress-provoked
LVNC phied and non-dilated) - Peripartum
Glycogen Storage -Tachycardia-induced
Conduction defects - infant insulin-
Mithocondrial Myopathies dependent diabetic mothers
Ion Channel Disorders
Bagan 1. Klasifikasi kardiomiopati primer.
Secara klinis proses penyakit kardiomiopati primer berkaitan dengan miokardium.
b. Kardiomiopati sekunder
Kardiomiopati sekunder yang penting terdapat di dalam tabel berikut ini.
Kelainan Penyakit
Infiltratif Amyloidosis (primer, familial autosomal dominant†,
senil, bentuk sekunder)
Gaucher disease†
Hurler’s disease†
Hunter’s disease†
Storage‡ Hemochromatosis
Fabry’s disease†
Glycogen storage disease† (tipe II, Pompe)
4
Niemann-Pick disease†
Toksisitas Obat-obatan, Logam berat, agen kimia
Endomyocardial Endomyocardial fibrosis
Hypereosinophilic syndrome (Löeffler’s endocarditis)
Inflamasi (granulomatosa) Sarcoidosis
Endokrin Diabetes mellitus†
Hyperthyroidism
Hypothyroidism
Hyperparathyroidism
Pheochromocytoma
Acromegaly
Cardiofacial Noonan syndrome†
Lentiginosis†
Neuromuscular/neurological Friedreich’s ataxia†
Duchenne-Becker muscular dystrophy†
Emery-Dreifuss muscular dystrophy†
Myotonic dystrophy†
Neurofibromatosis†
Tuberous sclerosis†
Nutritional deficiencies Beriberi (thiamine), pallagra, scurvy, selenium, carnitine,
kwashiorkor
Autoimmune/collagen Systemic lupus erythematosis
Dermatomyositis
Rheumatoid arthritis
Scleroderma
Polyarteritis nodosa
5
Ketidakseimbangan elektrolit Efek terapi kanker
Anthracyclines: doxorubicin (adriamycin), daunorubicin
Cyclophosphamide
Radiasi
Tabel 1. Macam penyakit yang mendasari kardiomiopati sekunder
*Akumulasi dari substansi abnormal di antara miosit.
†Genetic (familial) origin.
‡Akumulasi substansi abnormal pada miosit.
4. Patofisiologi
Banyak faktor yang mengontrol tekanan darah berkontribusi secara potensial dalam
terbentuknya hipertensi; faktor-faktor tersebut adalah:
₋ Meningkatnya aktifitas sistem saraf simpatik (tonus simpatis dan/atau variasi
diurnal), mungkin berhubungan dengan meningkatnya respons terhadap stress
psikososial dll
₋ Produksi berlebihan hormon yang menahan natrium dan vasokonstriktor
₋ Asupan natrium (garam) berlebihan
₋ Tidak cukupnya asupan kalium dan kalsium
₋ Meningkatnya sekresi renin sehingga mengakibatkan meningkatnya produksi
angiotensin II dan aldosteron
₋ Defisiensi vasodilator seperti prostasiklin, nitrik oxida (NO), dan peptide natriuretik
₋ Perubahan dalam ekspresi sistem kallikrein-kinin yang mempengaruhi tonus vaskular
dan penanganan garam oleh ginjal
₋ Abnormalitas tahanan pembuluh darah, termasuk gangguan pada pembuluh darah
kecil di ginjal
₋ Diabetes mellitus
6
₋ Resistensi insulin
₋ Obesitas
₋ Meningkatnya aktivitas vascular growth factors
₋ Perubahan reseptor adrenergik yang mempengaruhi denyut jantung, karakteristik
inotropik dari jantung, dan tonus vaskular
₋ Berubahnya transpor ion dalam sel
Gambar 2: Mekanisme patofisiologi dari hipertensi
7
PATOFISIOLOGI HIPERTENSI KARDIOMIOPATI DILATASI
8
Kardiomiopati dilatasiOtot jantung melemah , rongga/ru ang jantung melebar
Dilatasi ventrikel
Penurunan elastisitas ventrikel.
ROKOK Nikotin, CO dan tar
merusak endotel PD fibrinogen
plakatherosklerosisDifisiensi vasodilator
Vasokontriksi
Disfungsi Oksida nitric agregasi platelet
HIPERTENSI Aliran darah melambat
Resistensi pemompaan darah ventrikel kiri ↑
↑kontraksi ventrikel kiri
Hipertrofi ventrikel kiri
Penebalan dinding jantung
Penurunan fungsi ventrikelKompensasi
terlampaui
Peningkatan volume cairan ekstracellular
Kerja jantung meningkat
PATOFISIOLOGI KARDIOMIOPATI DILATASI
9
ortopnoe
Myocarditis toksik (rokok, Alkohol) Peripartum Genetik
Dilatasi kedua ventrikelDisfungsi ventrikel kiri dan kanan
Darah residu melebihi batas volume ventrikel kiri
Tekanan ventrikel kiri ↑
Kongesti/Bendungan paru
CO ¯
Residu Ventrikel kanan berlebihan
dyspnoe
Aliran balik vena kava dan vena hepatika terhambat
Tekanan vena portal statis darah di vena porta
vena di hepar membesar
hepatomegali
Darah tidak mencukupi untuk kebutuhan O2 dan Met. tubuh
HR ↑
Hipertropi
JVP meningkat
Gangguanperfusi jaringan
Hipoksia jaringan
Intoleransi aktivitas
Risti gangguanintegritas kulit
Imobilisasi sirkulasi terhambat
Kekuatan kontraksi otot jantung ¯
Suplay darah ke ginjal ¯
Retensi Na dan cairan
Perfusi ginjal ¯ ¯ filtrasi glomerulus
Vasokontriksi PD ginjal aldosteron
Pitting Edema
Kelebihan volume
Aliran CIS dan CES terganggu asites
Suplay darahke otak ¯
Perfusi otak ¯ fungsi serebral
terganggu
Batuk
Ronkhi (+)
Kelemahan
TD
Ket. diagnosa keperawatan
*Risti Kerusakan pertukaran gas
Tekanan atrium kiri ↑
Menghambat darah dari paru-paru
Tekanan atrium kanan ↑
preload
Fungsi hepar ¯ dalam pembentukan protein
plasmagangguan osmotik koloid
Perubahanstatus mental
Metabolisme anaerob
Nyeri kepala
Gangguan tidur
5. Manifestasi klinis
Gambar 3. Kardiomiopati dilatasi
Kelelahan dan kelemahan
Dispneu saat beraktivitas
Paroksimal Nokturnal Dispneu
Batuk dan mudah lelah
Distensi vena jugularis
Kongesti vena sistemik
Disritmia atau blok jantung
Gagal jantung (bagian kiri)
Emboli sistemik/ pulmonary
Kardiomegali sedang-berat
Suara S3 dan S4 gallop pada
auskultasi jantung
Insufisiensi mitral dan tricuspid
Tekanan darah normal/turun
Hepatomegali
Asites
Pittimg edema pada bagian tubuh
bawah
Kulit dingin
6. Komplikasi
Komplikasi dari Kardiomiopati Dilatasi sebagai berikut:
₋ Gagal jantung
Merupakan penyakit yang paling umum terjadi pada DCM. Terjadi ketika otot
jantung tidak cukup kuat untuk memompa darah yang cukup untuk seluruh tubuh,
menyebabkan edema di paru-paru dan/ atau jaringan/ perifer. Beberapa orang
memiliki penyakit yang stabil dan kondisi yang agak sedikit buruk. Sementara yang
lain memiliki gejala berubah-ubah yang disebut gagal jantung. Hal ini
10
mempengaruhi kedua sisi jantung( kiri dan kanan) menyebabkan gejala sesak nafas,
edema tungkai, bendungan vena jugularis dan perut terasa penuh.
₋ Atrial fibrillation (AF)/ fibrilasi atrium
Merupakan kelainan irama jantung yang paling sering pada DCM. Denyut jantung
ireguler dan cepat, menyebabkan rasa berdebar-debar, meningkatkan napas yang
pendek/ sesak nafas. Hal tersebut dapat berkaitan dengan gejala yang semakin
memburuk atau perkembangan dari bekuan darah / emboli. Risiko dari bekuan
tersebut diatasi dengan pemberian warfarin yang digunakan untuk mengencerkan
darah jika terjadi fibrilasi atrium.
₋ Bekuan darah/ Thromboemboli
Pada DCM, aliran darah yang melewati jantung lebih lambat dari biasanya. Hal ini
menyebabkan bekuan darah terbentuk di jantung. Jika bekuan darah tersebut
terlepas dari jantung dan ikut dalam sirkulasi, maka dapat menyebabkan kerusakan
otak/ stroke. Pada DCM dengan pembesaran jantung, diperlukan pengobatan
dengan warfarin/ antikoagulan, untuk mencegah pembentukan bekuan darah.
₋ Kelainan irama/ rhythm/ aritmia :
Hal tersebut secara umum menyebabkan pusing, sesak nafas, palpitasi dan dapat
juga asimtomatik. Beberapa kelainan irama yang dapat terjadi pada DCM :
1. Ektopik ventrikular
Kadang-kadang ada 1 denyut tambahan di luar denyut jantung. Tidak
memerlukan pengobatan, tidak berbahaya, dan dapat ditemukan pada orang
normal.
2. Ventrikular takikardia
Merupakan denyut jantung yang sangat cepat. Berkaitan dengan penurunan
drastis dari tekanan darah dan gejala dari pusing sesak nafas atau bahkan
pingsan. Tapi dapat juga asimtomatik. Dapat berespon terhadap obat atau ICD/
implantable cardioventer defibrillator.
3. Ventricular fibrillation (VF)/ fibrilasi ventrikel
11
Jarang terjadi. Kelainan yang berat dan serius dari aktivitas elektrik irama
jantung. Dapat menyebabkan kolaps dan bahkan kematian jika tidak
disembuhkan.
₋ Sudden death/ kematian mendadak
Terjadi karena aritmia yang berat atau perkembangan bekuan darah yang besar.
Obat- obatan dan/ atau ICD dapat mengurangi risiko ini.
₋ Heart block
Jika sistem konduksi elektrikal jantung dalam jantung gagal untuk berfungsi dengan
baik, jantung akan menjadi terlalu lambat. Jika terjadi pandangan mata terasa
gelap/ tidak sadar, maka diperlukan pacemaker.
₋ Efek samping dari pengobatan, meliputi :
1. hipotensi
2. pandangan gelap dan pingsan
3. reaksi lupus ( kumpulan gejala berupa bintik-bintik merah pada kulit dan
artritis)
4. pusing
5. gangguan pencernaan
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi: Pada foto rontgen dada, terlihat adanya kardiomegali, terutama ventrikel
kiri. Juga ditemukan adanya bendungan paru dan efusi pleura
b. Elektrokardiografi: ditemukan adanya sinus takikardia, aritmia atrial dan ventrikel,
kelainan segmen ST dan gelombang T dan gangguan konduksi intraventrikular.
Kadang-kadang ditemukan voltase QRS yang rendah, atau gelombang Q patologis,
akibat nekrosis miokard.
c. Ekokardiografi : Tampak ventrikel kiri membesar, disfungsi ventrikel kiri, dan
kelainan katup mitral waktu diastolik, akibat complience dan tekanan pengisian
yang abnormal.
d. Bila terdapat insufisiensi trikuspid, pergerakan septum menjadi paradoksal. Volume
akhir diastolik dan akhir sistolik membesar dan parameter fungsi pompa ventrikel,
fraksi ejeksi (EF) mengurang. Penutupan katup mitral terlambat dan penutupan
12
katup aorta bisa terjadi lebih dini dari normal. Trombus ventrikel kiri dapat
ditemukan dengan pemeriksaan 2D-ekokardiografi, juga aneurisma ventrikel kiri
dapat disingkirkan dengan pemeriksaan ini.
e. Radionuklear: pada pemeriksaan radionuklear tampak ventrikel kiri disertai
fungsinya yang berkurang, menunjukkan dilatasi dan disfungsi ventrikel kiri ( RVG
= ; ventrikulogram radionuklid ; TI = thaliun 201)
f. Sadapan jantung: pada sadapan jantung ditemukan ventrikel kiri membesar serta
fungsinya berkurang, regurgitasi mitral dan atau trikuspid, curah jantung berkurang
dan tekanan pengisian intraventrikular meninggi dan tekanan atrium meningkat.
g. Bila terdapat pula gagal ventrikel kanan, tekanan akhir diastolik ventrikel kanan,
atrium kanan dan desakan vena sentralis akan tinggi. Dengan angiografi ventrikel
kiri dapat disingkirkan dana neurisma ventrikel sebagai penyebab gagal jantung.
h. Kateterisasi jantung
1. Dilatasi dan disfungsi ventrikel kiri dan kanan
2. Curah jantung menurun
i. Angiografi : berkesan ventrikel kiri hipokinetik difus serta dilatasi, sering disertai
dengan regurgitasi mitral
j. Biopsi Endomiokard transvenus
1. Digunakan pada kondisi seperti infiltrasi miokard oleh amiloid
2. Berkesan inflamasi sel bundar miokardium
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Paracentesisi : untuk mengangkat kelebihan cairan di perut.
Rotating tourniquets
Memberikan tourniquet pada tungkai menurunkan kembalinya darah vena.
Sirkulasi darah vena di tungkai bawah dibatasi, dan muatan kerja dari jantung
diperkecil/dikurangi. Tourniquet biasanya digunakan selama dekompensasi dan
edema pulmonary keras dan hanya sampai kekuatan kardiak ditingkatkan.
Beberapa ahli menentang penggunaan ini karena menyebabkan darah berkumpul
pada ekstremitas bagian bawah, tergantung pada posisi.
Pembedahan
13
Transplantasi jantung adalah pilihan pengobatan pada klien dengan
kardiomiopati dilatasi berat (DCM) Kriteria untuk seleksi dilakukannya
transplantasi jantung adalah:
₋ Harapan hidup kurang dari 1 tahun
₋ Umur lebih muda dari 65 tahun
₋ New York Heart Association (NYHA) kelas III-IV
₋ Normal atau dengan peningkatan resistensi pulmonal yang sedikit
₋ Tidak adanya infeksi aktif
₋ Status psikososial yang stabil
₋ Tidak adanya penyalahgunaan obat atau alkohol
Perangkat Implan
₋ Biventricular alat pacu jantung, yang menggunakan sengatan listrik untuk
mengkoordinasikan tindakan ventrikel kiri dan kanan.
₋ Implan cardioverter-defibrillator (ICDs), yang memonitor irama jantung dan
memberikan kejutan listrik bila diperlukan. Alat juga dapat berfungsi sebagai
alat pacu jantung.
₋ Pemompa Jantung (perangkat pembantu ventrikel kiri, atau LVADs).
Ini perangkat mekanik yang ditanamkan ke dalam perut atau dada dan melekat
pada jantung yang melemah untuk membantu pompa pada jantung.
b. Penatalaksaan Farmakologis
Terapi kardiomiopati dilatasi ini ditujukan untuk pengutangan garam dan
penggunaan digitalis glikosida, vasodilator, dan diuretik. Antikoagulan diberikan
untuk mencegah emboli sistemik atau pulmonal. Penggunaan diuretika, ACE
inhibitor, vasodilator, digitalis, suplemen nutrisi, dan obat lain yang dapat
mengurangi gejala. Penyebab penyakit harus dihilangkan. Penggunaan defibrilator
implan diperlukan untuk mengatasi aritmia berat. Sebagian kecil dari pasien
bertambah parah dengan pengobatan dan memerlukan transplantasi jantung.
- Obat Digitalis
Cardiak Output seperti digitalis mempunyai efek isotropic positif dan
digunakan untuk meninngalkan miokardium contractility dan cardiac output.
Kegiatan mereka dengan peningkatan cardiac output berlanjut dengan waktu
14
kondisi, dan peningkatan refractory period . Permulaan obat-obat tersebut
diberikan dalam digitalis dosis untuk memperoleh efisiensi cardiac output yang
maksimal. Jika efektivitas obat itu diperoleh sangat besar, dosis lebih rendah
digunakan untuk pemeliharaan. Efek samping obat ini adalah mual dan
muntah.
- Vasodilator
Vasodilator menyebabkan relaksasi otot secara halus oleh karena
mempersatukan vena, menurunkan resistensi peripheral, dan akhirnya
menurunkan daya kerja jantung. Vasodilator dalam dosis rendah adalah
aktivitas penurunan kapiler pulmonary dan ventrikel kiri sudut tekanan, dalam
dosis tinggi, hal itu menurunkan kelebihan daya. Efek samping obat ini
diantaranya hipotensi, mual, muntah, sakit kepala atau compensatory.
₋ ACE inhibitor (seperti Captopril, Enalapril, Lisinopril, Enalapril )
ACE ( Angiotensin-converting enzyme) inhibitor terbukti dapat digunakan
untuk mencegah perkembangan dilatasi jantung dan berguna untuk pasien
DCM. Merupakan suatu vasodilator. Efek sampingnya adalah batuk kering
(akibat peningkatan sintesis bradikinin), rash, rasa mengecap logam, dan
jarang terjadi bengkak lidah.
₋ Beta-blockers (seperti Metoprolol, Carvedilol, Bisoprolol )
Jika timbul gagal jantung, maka terjadi peningkatan produksi adrenalin yang
dapat menyebabkan kerusakan jantung yang lebih parah. Hal tersebut dapat
dicegah dengan penggunaan beta bloker. Dengan penggunaan jangka panjang
akan mengembangkan penyembuhan dari DCM. Efek samping terjadi pada
sebagian kecil pasien dan termasuk kelelahan yang memburuk, tangan menjadi
dingin dan wheezing. Pemberian golongan ini dimulai dengan dosis rendah dan
bertahap secara perlahan.
₋ Digoxin
Digunakan untuk mengontrol denyut jantung jika terjadi fibrilasi atrium.
Meskipun denyut jantung normal, Digoxin diberikan utnuk membantu
meningkatkan kontraksi otot jantung (inotropik positif). Tapi hanya diberikan
15
jika gejala penyakit tidak dapat diatasi dengan pemberian ACEi dan beta
bloker.
₋ Diuretika (seperti Furosemide, Bumetamide, Amiloride )
Obat ini dikenal sebagai “pil air” dan digunakan untuk mengurangi retensi
cairan dalam tubuh dengan meningkatkan produksi urine. Jika gejala sudah
teratasi, penggunaan obat ini dapat dikurangi. Efek sampingnya hipokalemia,
dan diatasi dengan kombinasi antara Furosemide dengan Spironolakton, atau
diberikan suplemen kalium atau diuretik hemat kalium. Bila pasien diberi
diuretic, biasanya pasien menjadi lemah atau kebimbangan. Harus diobservasi
kehilangan elektrolit, ketika diuretic digunakan. Kehilangan tersebut dapat
berupa kehilangan potassium, klorida, sodium, dan calsium. Kehilangan
pitasium dan klorida dapat menajdi asidosis metabolic. Observasi juga tanda-
tanda kehilangan elektrolit yaitu haus, kram, pada poerut, lemah, banyak tidur,
kejang otot.
₋ Antagonis aldosteron (Spironolakton )
Merupakan salah satu tipe dari obat diuretika yang dapat mengurangi
pembentukan jaringan parut pada ventrikel dan dapat memperbaiki prognosis
pada penyakit ini.
₋ Warfarin/ antikoagulan
Untuk mencegah pembentukan bekuan darah. Obat ini mengencerkan darah
dan bekerja dengan baik untuk mencegah stroke. Tapi, penggunaan warfarin
yang berlebihan juga menyebabkan darah tidak dapat membeku.
₋ Amiodarone( anti aritmia)
Digunakan untuk penatalaksanaan kelainan irama jantung/ aritmia.
Mengurangi insidensi untuk fibrilasi atrium. Mengurangi risiko kematian
mendadak. Efek samping yang dapat terjadi adalah dilatasi pembuluh darah
perifer, sensitivitas terhadap matahari,dan kelainan pada hormone tiroid.
Kortikosteroid dan immunosupressan dapat berguna bagi orang yang
mengalami inflamasi, serta vasodilator digunakan untuk melawan kongesti.
Golongan kalsium antagonis tidak dianjurkan untuk dikombinasi pemberiannya
dengan pengobatan standar seperti di atas, dan bukan merupakan pengobatan
16
lini pertama. Secara umum penggunaan obat-obat golongan ini dapat
ditoleransi dengan baik, walaupun efek depresi miokardium yang merupakan
efek samping penting yang harus dipertimbangkan dalam pilihan pengobatan.
c. Penatalaksanaan Perawat
Observasi tanda-tanda kehilangan elektrolit yaitu haus, kram, pada perut, lemah,
banyak tidur, kejang otot.
Anjurkan Istirahat total bagi klien yang menjalani perawatan jangka panjang agar
terjadi penurunan beban kerja jantung yang melemah.
Bantu Pasien melanjutkan aktivitas regulernya yang masih dapat ditoleransi.
Mengontrol berat badan klien
berat badan yang meningkat 3-4 kg lebih dari 1 atau 2 hari menunjukkan
akumulasi cairan.
Memberitahu klien untuk mengurangi penggunaan rokok dan konsumsi alkohol
dengan memberikan penkes.
Jika pasien dalam ortopnea harus didukung dalam posisi fowler yang tinggi.
Melakukan mobilisasi secara teratur pada klien untuk meningkatkan sirkulasi dan
mencegah robeknya jaringan dikarenakan tekanan dari edema.
d. Penatalaksanaan Non Farmakologis (diet)
- Exercise sederhana (contohnya berjalan, bersepeda) Pemenuhan oksigen ke
jaringan Penambahan oksigen digunakan untuk menjamin secara adekuat
oksigen ke sel-sel. Selama pemberian oksigen ini, harus diobservasi warna,
respirasi dan tanda-tanda vital.
- Diet pembatasan sodium/Diet rendah garam (< 4 g/hari)
Membatasi pemasukan sodium dalam cara lain, sehingga darah dapat
diturunkan. Sodium menyeabkan retensi air, sumber eliminasi diet dari sodium
dapat mencegah dan mengontrol retensi cairan.
- Istirahat
Pasien harus diletakan pada posisi untuk menghindari ketidakperluan
membuang energi. Jika pasien dalam ortopneu harus didukung dalam posisi
fowler yang tingi. Pasien harus dimobilisasi secara teratur untuk meningkatkan
sirkulasi dan mencegah robeknyajaringan dikarenakan tekanan dari edema.
17
9. Pencegahan
1) Pencegahan primer
a. Anjurkan klien untuk mengurangi konsumsi alkohol dan kebiasaan
merokok.
b. Cegah proses infeksi
c. Monitor terjadinya hipertensi sistemik
d. Monitor keadaan wanita selama masa kehamilan
2) Pencegahan sekunder
a. Monitor tanda awal dari gagal jantung kongestif.
b. Evaluasi klien dengan disritmia.
3) Pencegahan tersier.
a. Perhatikan petunjuk spesifik pemakaian obat
b. Pertimbangkan untuk dilakukan transplantasi jantung
c. Evaluasi pemberian terapi antikoagulasi untuk mengurangi embolisme
sistemik.
10. Faktor Risiko
Tak semua orang dengan kardiomiopati juga punya gejala yang terlihat. U.S. National
Heart, Lung, and Blood Institute mengatakan pentingnya mempelajari beberapa faktor
risiko mayor, seperti:
1. Punya anggota keluarga dengan riwayat kardiomiopati, gagal jantung atau
serangan jantung.
2. Mempunyai kondisi lain yang bisa memicu kardiomiopati seperti serangan
jantung, penyakit jantung atau peradangan jantung akibat infeksi virus.
3. Mengidap diabetes melitus, menderita kelainan metabolik atau mengalami
obesitas berat.
4. Mengidap penyakit yang menyebabkan kerusakan jantung.
5. Mengalami ketergantungan terhadap alkohol dalam waktu lama.
6. Mengalami tekanan darah tinggi dalam waktu yang lama.
Banyak faktor yang dapat mengubah dan memperbesar ruang utama jantung Anda
memompa (kiri ventrikel). Faktor risiko untuk kardiomiopati dilatasi meliputi:
18
1. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
2. Pengerasan dan penyempitan arteri (aterosklerosis)
3. Masalah katup jantung
4. Kerusakan pada otot jantung dari serangan jantung sebelumnya
5. Tingkat jantung yang cepat (takikardia)
6. Riwayat keluarga kardiomiopati dilatasi
7. Alkoholisme
8. Beberapa obat kemoterapi untuk mengobati kanker
9. Kokain penyalahgunaan
10. Virus atau bakteri infeksi pada otot jantung
11. Gangguan metabolik, seperti penyakit tiroid atau diabetes
12. Menyerap terlalu banyak zat besi dari makanan yang Anda makan
(hemachromatosis)
13. Kekurangan nutrisi dari vitamin esensial dan mineral
14. Peradangan otot jantung dari gangguan sistem kekebalan
15. Logam dan senyawa beracun lainnya, seperti timah, merkuri dan arsen
16. Gangguan neuromuskular, seperti distrofi otot
B. KonsepAsuhan Keperawatan
1. Pengkajian
DS DO
Klien mengeluh:
- sesak
- kaki bengkak
- mengeluh lemah
- Pasien mengatakan sulit berjalan dan
bangun dari tempat tidur
- Klien mengatakan tidur siang tidak teratur,
sebentar-sebentar.
- Klien mengatakan tidur sering terbangun
karena sesak.
Tn. Nandi, 60 thn
TD: 170/110 mmHg
N: 120 x/menit
P: 30 x/menit
S: 36,5 0C
Tampak lemah
Ronkhi (+)
Edema pitting (++/++)
orthopnea
Asites pada abdomen
19
- Klien mengatakan tidur malam 4 jam S3 da S4 (+)
JVD (+)
Klien tampak gelisah
Klien tampak cemas saat menanyakan penyakitnya
Klien sudah 2 X akibat komplikasi hipertensinya
Denyut dan irama jantung berubah
Kulit teraba dingin/lembab
Nadi perifer tidak teraba
Distensi vena jugularis (+)
Rongten dada: Kardiomegali ventrikel kiri
a. Pengumpulan Data
1) Data Demografi
Angka kejadian kardiomiopati dilatasi adalah 2 X terjadi pada laki-laki dan
terjadi pada usia pertengahan. (Ignatavicius et al, 1995:919)
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Umumnya klien datang dengan keluhan adanya sesak. Sesa yang
dirasakan bertambah bila dilakukan aktivitas dan tidur terlentang dan
berkurang bila diistirahatkan dan memakai 2-3 bantal. Sesak dirasakan pada
daerah dada dan seperti tertindih benda berat. Skala sesak 0-4 dan dirasakan
sering pada siang dan malam hari.
b) Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji adanya Kelainan autoimun, Hipertensi sistemik, Autoantibodi yaitu
antimyocardial antibodies, Proses infeksi (infeksi bakteri/virus), Gangguan
metabolik (defisiensi thiamine dan scurvy), gangguan imunitas (leukimia),
Kehamilan dan kelainan post partum, toxic proses (alkohol dan chemoterapi),
proses infiltrasi (amyloidosis dan kanker)
c) Riwayat kesehatan keluarga
20
Kaji adanya anggota keluarga / lingkungan yang mempunyai penyakit
menular infeksi seperti TB dan hepatitis. Kaji adanya riwayat penyakit
hipertensi, jantung dan diabetes melitus di keluarga, bila ada cantumkan
dalam genogram.
3) Pola Aktivitas Sehari-hari
Nutrisi klien dikaji adanya konsumsi garam, lemak, gula dan kafein dan jenis
makanan. Klien mungkin akan merasa haus dan minum berlebihan (4000-5000
mL) akibat sekresi aldosteron. Adanya penurunan aktivitas dan aktivitas sehari-
harinya (ADL) akibat adanya lemah, letih dan adanya dispneu. Istirahat terganggu
akibat dispneu dan sering terbangun pada malam hari untuk eliminasi BAK.
4) Pemeriksaan Fisik
a. Sistem Pernafasan/breath
Dispneu saat beraktivitas, Paroksimal Nokturnal Dispneu, tidur sambil duduk
atau dengan beberapa bnatal, Batuk dengan/ tanpa pembentukan sputum,
riwayat paru kronis, penggunaan bantuan pernafasan (oksigen dan medikasi),
nafas dangkal,takipneu, penggunaan otot aksesori pernafasan.bunyi nafas
mungkin tidak terdengar, dengan krakels basilar dan mengi.
b. Sistem Kardiovaskular/blood
Distensi vena jugularis, pembesaran jantung, adanya nyeri dada, suara s3 dan
s4 pada auskultasi jantung ,tekanan darah normal/turun, takikardi, disritmia
(fibril atrium, blok jnatung dll)nadi perifer mungkin berkurang,;perubahan
denyutan dapat terjadi;nadi sentral mungkin kuat, punggung kuku pucat atau
sianotik dengan pengisian kapiler lambat.
c. Sistem Pencernaan/bowel
Kaji adanya peningkatan berat badan secara signifikan, mual dan muntah,
anorexia, adanya nyeri abdomen kanan atas, hepatomegali dan asites
d. Sistem Muskuloskeletal/bone
Kelelahan, kelemahan, sakit pada otot dan kehilangan kekuatan/ tonus otot.
e. Sistem Persyarafan/brain
21
Kaji adanya rasa pening, perubahan prilaku, penurunana kesadaran dan
disorientasi
f. Sistem Perkemihan/bladder
Kaji adanya nokturia dan penurunanan berkemih, urine berwarna gelap,
penggunaan dan keadaan kateterisasi .
g. Sistem Integumen
Pittimg edema pada bagian tubuh bawah, dan kulit teraba dingin, adanya
kebiruan, pucat, abu-abu dan sianotik , dan adanya kulit yang lecet.
h. Aktivitas
kelelahan otot, peningkatan kebutuhan tidur, kelemahan
i. Seksualitas
Perubahan libido,perubahan aliran mensturasi
j. Nyeri/kenyamanan
Edema ekstermitas
5) Data psikologis
Kaji adanya kecemasan, gelisah dan konsep diri dan koping klien akibat
penyakit, keprihatinan finansial dan hospitalisasi.
6) Data sosial
Perlu dikaji tentang persepsi klien terhadap dirinya sehubungan dengan
kondisi sekitarnya, hubungan klien dengan perawat, dokter dan tim kesehatan
lainnya. Biasanya klien akan ikut serta dalam aktivitas sosial atau menarik diri
akibat adanya dispneu, kelemahan dan kelelahan.
7) Data spiritual
Kaji tentang keyakinan atau persepsi klien terhadap penyakitnya dihubungkan
dengan agama yang dianutnya.. Biasanya klien akan merasa kesulitan dalam
menjalankan ibadahnya.
8) Data Penunjang
(a) Pemeriksaan Laboratorium
22
Radiologi: Pada foto rontgen dada, terlihat adanya kardiomegali, terutama
ventrikel kiri. Juga ditemukan adanya bendungan paru dan efusi pleura
Elektrokardiografi: ditemukan adanya sinus takikardia, aritmia atrial dan
ventrikel, kelainan segmen ST dan gelombang T dan gangguan konduksi
intraventrikular. Kadang-kadang ditemukan voltase QRS yang rendah, atau
gelombang Q patologis, akibat nekrosis miokard.
Ekokardiografi : Tampak ventrikel kiri membesar, disfungsi ventrikel kiri,
dan kelainan katup mitral waktu diastolik, akibat complience dan tekanan
pengisian yang abnormal.
Bila terdapat insufisiensi trikuspid, pergerakan septum menjadi paradoksal.
Volume akhir diastolik dan akhir sistolik membesar dan parameter fungsi
pompa ventrikel, fraksi ejeksi (EF) mengurang. Penutupan katup mitral
terlambat dan penutupan katup aorta bisa terjadi lebih dini dari normal.
Trombus ventrikel kiri dapat ditemukan dengan pemeriksaan 2D-
ekokardiografi, juga aneurisma ventrikel kiri dapat disingkirkan dengan
pemeriksaan ini.
Radionuklear: pada pemeriksaan radionuklear tampak ventrikel kiri disertai
fungsinya yang berkurang.
23
Sadapan jantung: pada sadapan jantung ditemukan ventrikel kiri membesar
serta fungsinya berkurang, regurgitasi mitral dan atau trikuspid, curah jantung
berkurang dan tekanan pengisian intraventrikular meninggi dan tekanan
atrium meningkat.
Bila terdapat pula gagal ventrikel kanan, tekanan akhir diastolik ventrikel
kanan, atrium kanan dan desakan vena sentralis akan tinggi. Dengan
angiografi ventrikel kiri dapat disingkirkan dana neurisma ventrikel sebagai
penyebab gagal jantung.
2. Analisa data
Problem Etiologi SymptomPenurunan curah jantung
Perubahan kontraktilitas miokardial/perubahan inotropik
DO:TD: 170/110 mmHgN: 120 x/menitP: 30 x/menitJVP (+)Denyut dan irama jnatung berubahS3 &S4 (+)Nadi perifer tidak terabaKulit dinginJVD (+)Pitting Edema (+/+)DS:Mengeluh sesak
Risti Kerusakan pertukaran gas
Perubahan membran kapiler-alveolus, contoh pengumpulan/perpindahan cairan kedalam area interstitial/alveoli
DS: - Klien mengeluh sesak DO:Batuk (+),P: 30 x/menit. Ronkhi (+), orthopnea (+)
24
Kelebihan volume cairan
menurunnya laju filtrasi glomerulus atau meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium /air.
DO:Edema (+/+)TD: 170/110 mmHgN: 120 x/menitJVP (+)Asites pada abdomen S3 orthopneaDS:Mengeluh Sesak
Intoleransi aktivitas Ketidakseimbangan antara suplai oksigen/kebutuhan, kelemahan umum, tirah baring lama/immobilisasi.
DS:- Klien mengeluh sesak dan mudah capek saat
beraktivitas- Klien mengatakan aktivitasnya dibantu oleh
keluargaDO:- Klien tampak berbaring lemah- TD: 170/110 mmHg- N: 110 X/menit
R= 30X/menitGangguan pola tidur Napas pendek/statis sekresi DS:
- Klien mengatakan tidur siang tidak teratur, sebentar-sebentar.
- Klien mengatakan tidur sering terbangun karena sesak.
- Klien mengatakan tidur malam 4 jamDO:- Mata tampak sembab - Klien tampak lemah
Risti gangguan integritas kulit
Tirah baring lama, edema, penurunan perfusi jaringan.
DO:Pasien hanya di tempat tidur
Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi, program pengobatan
Kurang pemahaman/kesalahan persepsi tentang hubungan fungsi jantung/penyakit
DS:- Klien mengatakan takut dan cemas penyakitnya
tak dapat disembuhkan- Klien selalu bertanya tentang kondisi
penyakitnyaDO:- Klien tampak gelisah- Klien tampak cemas saat menanyakan
penyakitnya
25
- Klien sudah 2 X akibat komplikasi hipertensinya
26
3. Intervensi Keperawatan
No.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan KH Intervensi Rasional
1 Penurunan curah jantung b.d Perubahan kontraktilitas miokardial/perubahan inotropikDO:TD: 170/110 mmHgN: 120 x/menitP: 30 x/menitJVP (+)Denyut dan irama jnatung berubahS3 &S4 (+)Nadi perifer tidak terabaKulit dinginPitting Edema (+/+)DS:Mengeluh sesak
Tujuan:Curah jantung tidak menurun setelah dilakukan perawatan 2x 24 jamKH:TD: 125/90mmHgN: 90 x/menitP: 20 x/menitJVP(-)Denyut dan irama jantung normalS3 dan S4 (-)Kulit hangatEdema (-)Sesak (-)
MandiriAuskultasi nadi apical, kaji frekwensi, irama jantung.
Biasanya terjadi takikardi untuk mengkonpensasi penurunan kontraktilitas ventrikuler
Catat bunyi jantung, palpasi nadi perifer, pantau tekanan darah tiap 1 jam
Indikator klinis dari keadequatan curah jantung. Pemantauan memungkinkan tindakan terhadap dekompensasi
Kaji kulit terhadap pucat, dan sianosis. Pucat indikasi penurunan perfusi ferifer, cyanosis karena kongseti vena
Tinggikan kaki dengan mengganjal bagian tumit kaki dengan bantal/ gulungan kain
Menurunkan stasis vena dan dapat menurunkan insiden trombus/pembentukan embolus
Pantau haluaran urine, catat penurunan haluaran dan konsentrasi urine setiap 8 jam
Ginjal berespon untuk meningkatkan curah jantung dengan menahan natrium dan cairan. Haluaran urine biasa menurun
Tingkatkan/ dorong tirah baring dengan kepala ditinggikan 45 0
Menurunkan volume darah yang kembali ke jantung yang memungkinkan oksigenasi, menurunkan dispneu dan regangan jantung
Pantau tingkat kesadaran dan GCS setiap 8 jam
Dapat menunjukkan tidak adequatnya perfusi serebral sekunder terhadap penurunan curah jantung
Kolaborasi:1. Berikan oksigen tambahan sesuai
indikasi2. Obat sesuai indikasi:, Diuretik, co.
Furosemid, bumetanid dll, Vasodilator, co. Nitrat, arterio-dilator:hidralazin dll, Digoxin
1. Meningkatkan kebutuhan O2 untuk miokardium untuk melawan hipoksia/iskemia
2. Meningkatkan kekuatan kontraksi miokard dan memperlambat frekuensi jantung dengan menurunkan konduksidan memperlama periode refaktori pada hubungan AV untuk meningkatkan efisiensi/curah jantung.
27
3. Captopril, lisonopril, enalapril4. Tranquilizer
5. Pemberian Antikoagulan6. Pantau/ganti elektrolit, Pantau hasil
Lab, Pemeriksaan fungsi Hati , koagulasi/PT/APTT
3. Menurunkan tekanan darah4. Meningkatkan istirahat/relaksasi dan
menurunkan kebutuhan oksigen dan kerja mikardium
5. Untuk mencegah pembentukan trombus6. Peningkatan BUN/Kreatinin menunjukan
hiperfungsi/gagal ginjal. AST/LDH dapat meningkat sehubungan dengan kongesti hati dan menunjukan kebutuhan untuk obat dengan dosis lebih kecil yang didetoksikasi oleh hati. Mengukur perubahan pada proses koagulasi atau keefektifan terapi antikoagulan.
2 Risti kerusakan pertukaran gas b.d Perubahan membran kapiler-alveolus, contoh pengumpulan/perpindahan cairan kedalam area interstitial/alveoli
DS: - Klien mengeluh sesak DO:Batuk (+),P: 30 x/menit. Ronkhi (+), orthopnea (=)
Tujuan:Kerusakan pertukaran gas tidak terjadi 2x24 jam dan selama perawatan KH:Sesak (-)Ronkhi (-)P: 20 x/menitOrthopnea (-)
MandiriAuskultasi bunyi napas, catat krekels, mengi
Menyatakan adanya kongesti paru
Anjurkan klien batuk efektif, napas dalam jika timbul sesak
Membersihkan jalan napas dan memberikan oksigen
Pertahankan tirah baring dengan head up 20-30 derajat
Menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan dan meningkatkan inflamasi paru maksimal
Kolaborasi1. Pemeriksaan GDA, nadi
oksimetri setiap hari2. Berikan oksigen tambahan
sesuai indikasi3. Obat sesuai indikasi:- Diureti, co, furosemid- Bronkodilator co, aminofilin
1. Hipoksemia dapat menjadi berat selama edema paru
2. Meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar yang dapat menurunkan hipoksemia jaringan
3. Diuretik untuk menurunkan kongesti alveolar. Bronkodilator untuk mendilatasi jalan napas.
3 Kelebihan volume cairan b.d menurunnya laju filtrasi glomerulus atau meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium
Tujuan:Kelebihan cairan tidak terjadi setelah diberi aske 2x24 jamKH:
MandiriPantau haluaran urin, catat jumlah dan warna saat hari dimana diuresis terjadi
Haluan urin mungkin sedikit fdan pekat karena penurunan perfusi ginjal.posisi terlentang membantu diuresis
Pantau/hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24
Mengetahui balance kelebihan cairan setiap harinya dan untuk pedoman ketentuan intake klien
28
/air.DO:Edema (+/+)TD: 170/110 mmHgN: 120 x/menitJVP (+)Asites pada abdomen S3 orthopneaDS:Mengeluh Sesak
Edema (-)TD: 125/90 mmHgN: 90 x/menitJVP (-)Asites (-)S3 (-)Orthopnea (-)Sesak (-)
jam. selanjutnyaPertahankan duduk atau tirah baring dengan posisi semi fowler selama fase akut.
Posisi terlentang meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan produksi ADH sehingga meningkatkan diuresis
Pantau peningkatan vena jugular dan derajat edema setiap 1 hari
Retensi cairan berlebihan dapat dimanifestasikan oleh pembendungan vena dan pembentukan edema. Edema perifer mulai pada kaki/mata kaki ( atau area dependen ) dan meningkat sebagai kegagalan paling buruk. Edema pitting adalah gambaran secara umum hanya setelah retensi sedikitnya 5 kg cairan. Peningkatan kongesti vascular ( sehubungan dsengan gagal jantung kanan ) secara nyata mengakibatkan edema jaringan sistemik.
Buat jadwal pemasukan cairan, digabung dengan keinginan minum bila mungkin.
Melibatkan pasien dalam program terapi dapat meningkatkan perasaan mengontrol dan kerjasama dalam pembatasan.
Timbang BB setiap hari Peningkatan 2,5 kg menunjukkan kurang lebih 2 L cairan. Sebaliknya diuretic dapat mengakibatkan cepatnya kehilangan/perpindahan cairan dan kehilangan berat badan.
Ubah posisi dengan sering. Tinggikan kaki bila duduk
Pembentukan edema, sirkulasi melambat, imobilisasi/tirah baring. Kegiata tersebut akan meningkatkan sirkulasi.
Auskultasi bunyi napas, catat bunyi tambahan
Kelebihan volume cairan sering mangakibatkan kongesti paru
Pantau TD dan CVP Hipertensi dan CVP (+) menunjukkan kelebihan volume cairan
Kolaborasi:a. Obat sesuai indikasi:1. Diuretik, co. Furosemid2. Tiazid 3. Tambahan kalium
a. Obat1. Meningkatkan laju aliran darahdan dapat
menghambat reabsorbsi Na2. Meningkatkan diuresis tanpa kehilangan
kalium
29
b. Mempertahankan cairan dan pembatasan Na
c. Pantau foto thorax
3. Mengganti kehilangan kaliumb. Menurukan air total tubuh dan mencegahb
reakumulasi Nac. Menunjukkan perubahan indikasif
peningkatan/perbaikan kongesti paru4 Intoleransi aktivitas b.d
Ketidakseimbangan antara suplai oksigen/kebutuhan, kelemahan umum, tirah baring lama/immobilisasi. DS:- Klien mengeluh sesak
dan mudah capek saat beraktivitas
- Klien mengatakan aktivitasnya dibantu oleh keluarga
DO:- Klien tampak berbaring
lemah- TD: 170/110 mmHg- N: 110 X/menitR= 30X/menit
Tujuan:Setelah dilakukan perawatan selama 2xjam klien dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuanKH:- Kline mengatakan
lelah berkurang- Klien berpartisipasi
dalam aktivitas yang diinginkan
- Kebutuhan sehari-hari dan perawatan diri klien terpenuhi
- TD: 125/90 menit - Nadi 90 x/menit- R: 20 x/menit
Berikan bantuan untuk memenuhi aktivitas klien diselingi istirahat
Adanya istirahat dapat membantu klien untuk tetap melakukan aktivitas dan mengurangi beban jantung
Bantu klien dalam perawatan diri sesuai dengan kemampuan
Klien akan merasa nyaman karena kebutuhannya terpenuhi
Kaji respon pasien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20x/menit diatas frekuensi istirahat
Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respons fisiologis terhadap stres aktivitas
Pantau tanda-tanda vital : TD, nadi dan respirasi sebelum dan sesudah aktivitas
Untuk mengetahui toleransi klien terhadap aktivitas yang dilakukan
Pantau adanya sesak yang lebih berat, pucat , berkeringat setelah melakukan aktivitas
Mengetahui keadaan klien setelah melakukan aktivitas
5 Gangguan pola tidur b.d Napas pendek/sesak/statis sekresiDS:- Klien mengatakan tidur
siang tidak teratur, sebentar-sebentar.
- Klien mengatakan tidur sering terbangun karena
Tujuan:Setelah diberikan perawatan selama 1 hari klien dapat istirahat tidurKH:- Klien dapat tidur
nyenyak- Klien dapat tidur 6-7
jam
1. Latih klien untuk melakukan tehnik relaksasi
2. Anjurkan klien untuk melakukan kebiasaannya sebelum tidur : berdoa
3. Ciptakan lingkungan yang nyaman bagi klien
4. Anjurkan klien mengatur posisi tidur senyaman mungkin
1. Relaksasi akan mempercepat proses menjadi tidur
2. Meningkatkan relaksasi dan kesiapan tidur serta memberi kenyamanan dan ketenangan
3. Lingkungan tenang membantu klien untuk tidur dan menurunkan saraf simpatis klien
4. Membantu proses relaksasi
30
sesak.- Klien mengatakan tidur
malam 4 jamDO:- Mata tampak sembab- Klien tampak lemah
- Klien tidak sering terjaga sewaktu tidur
- Klien tampak segar pada pagi hari
6 Risti gangguan integritas kulit b.d Tirah baring lama, edema, penurunan perfusi jaringan.DO:Pasien hanya di tempat tidur
Tujuan:Gangguan integritas kulit tidak terjadi selama perawatan/setelahnyaKH:- Mendemontrasikan
perilaku/teknik mencegah kerusakan kulit
- Pasien sudah bisa berpindah posisi
Mandiri
Lihat kulit, catat penonjolan tulang, adanya edema, area sirkulasinya terganggu atau kegemukan/kurus
Kulit berisiko karena gangguan sirkulasi perifer, imobilisasi fisik dan gangguan status nutrisi
Pijat area kemerahan atau yang memutih
Meningkatkan aliran darah dan meminimalkan hipoksia jaringan
Menganjurkan /bantuuntuk mengubah posisi sering di tempat tidur/kursi, bantu rentang gerak pasif dan aktif
Memberbaiki sirkulasi/menurunkan waktu satu area yang mengganggu aliran darah
Berikan perawatan kulit sering, meminimalkan kelembaban
Terlalu kering dan lembab merusak kulit dan mempercepat kerusakan
Periksa sepatu kesempitan/sandal dan ubah sesuai kebutuhan
Edema dependen dapat menyebabkan sepatu terlalu sempit, meningkatkan resiko tertekan dan kerusakan kulit pada kaki
Kolaborasi
Berikan tekanan alternatif/kasur, perlindungan siku/tumit
Menurunkan tekanan pada kulit dan dapat memperbaiki sirkulasi
7 Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi, program pengobatan b.d Kurang pemahaman /kesalahan persepsi tentang hubungan fungsi jantung/penyakitDS:
Tujuan:Setelah dilakukan perawatan selama 2 hari pengetahuan klien bertambah mengenai pengobatan dan perawatan
1. Jelaskan secara umum tentang penyakit klien dan dampaknya terhadap keadaan klien
2. Jelaskan pada klien tentang pentingnya minum obat secara
1. Pengetahuan proses penyakit dan dampaknya diharapkan akan memudahkan ketaatan klien terhadap program pengobatan dan perawatan.
2. Dapat meningkatkan kerja sama dengan terapi obat dan mencegah penghentian sendiri pada
31
- Klien mengatakan takut dan cemas penyakitnya tak dapat disembuhkan
- Klien selalu bertanya tentang kondisi penyakitnya
DO:- Klien tampak gelisah- Klien tampak cemas saat
menanyakan penyakitnya- Klien sudah 2 X akibat
komplikasi hipertensinya
KH:- Klien mengetahui
proses penyakitnya secara umum
- Klien mengetahui tentang pentingnya pengobatan : obat dan pemeriksaan laboratorium
- Klien dapat bekerja sama selama perawatan
teratur sesuai program
3. Jelaskan pada klien proses perawatan yang akan dijalani klien
4. Motivasi klien untuk patuh terhadap program pengobatan dan perawatan
obat
3. Memudahkan intervensi yang akan diberikan
4. Mengurangi kecemasan klien karena program pengobatan dan perawatan klien yang lama.
32
Daftar Pustaka
Doengoes, Marilynn.E. Alih bahasa I Made Kariasa. Rencana Asuhan Keperwatan. Jakarta:
EGC. 2001.
Eryana, Nanang. Askep Kardiomiopati. http://nezs.edublogs.org/2011/01/02/askep-
kardiomiopati/ diterbitkan tanggal 22 Januari 2011 diakses tanggal 14 Desember 2011
Lewis, Sharon Mantik , Margaret McLean Heitkemper and Shannon Ruff Dirksen. 2000.
Medical Surgical Nursing : Assestment and Management of Clinical Problems Fifth
Edition. St Louis Missouri : Mosby
FKUI. Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1. Jakarta:FKUI. 1996.
Smeltzer and Bare. Alih bahasa Agung Nugroho. Buku Ajar Medikal Bedah Volume 2. Jakarta:
EGC. 2001.
http://www.starberita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=23647:6-faktor-
risiko-kardiomiopati-&catid=156:gaya-hidup&Itemid=745
http://www.anzcp.org/CCP/Pathophysiology/Cardiomyopathy.htm
http://www.mayoclinic.com/health/cardiomyopathy/DS00519
http://www.starberita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=23647:6-faktor-
risiko-kardiomiopati-&catid=156:gaya-hidup&Itemid=745
http://www.scribd.com/document_downloads/direct/36187354?extension=doc&ft=1323
http://www.scribd.com/document_downloads/direct/74725277?extension=docx&ft=1323
1 Maron BJ dkk, 2006, “Contemporary Definitions and Classification of The Cardiomyopathies”,
Circulation, 113, 1807-1816.
33