Pembahasan kardiomiopati dan gagal jantung

34
Bab 2. Pembahasan 2.1 Kardiomiopati 2.1.1 Definisi Kardiomiopati Kardiomiopati adalah suatu kelainan akut, subakut atau kronis pada otot jantung yang merupakan gangguan otot jantung yang menyebabkan jantung tidak bisa lagi berkontraksi secara memadai. Kardiomiopati berarti penyakit miokardium atau otot jantung ditandai dengan hilangnya kemampuan jantung untuk memompa darah dan berdenyut secara normal. Kondisi ini cenderung mulai dengan gejala ringan, selanjutnya memburuk dengan cepat. Pada keadaan ini terjadi kerusakan atau gangguan pada otot-otot jantung, sehingga jantung tidak mampu berkontraksi secara normal. Sebagai kompensasi, otot jantung menebal atau hipertrofi dan rongga jantung membesar. Kelainan ini tidak memiliki etiologi atau kaitan yang diketahui dan sering disertai dengan kelainan endokardium atau kadang dengan kelainan perikardium. Menurut Dorland, toxic kardiomiopati adalah kardiomiopati yang disebabkan oleh suatu zat yang menyebabkan kerusakan toksik terhadap miokardium seperti alkohol, agen anti tumor tertentu, katekolamin, dan beberapa logam.

description

Kardiomiopati adalah suatu kelainan akut, subakut atau kronis pada otot jantung yang merupakan gangguan otot jantung yang menyebabkan jantung tidak bisa lagi berkontraksi secara memadai.

Transcript of Pembahasan kardiomiopati dan gagal jantung

Page 1: Pembahasan kardiomiopati dan gagal jantung

Bab 2. Pembahasan

2.1 Kardiomiopati

2.1.1 Definisi Kardiomiopati

Kardiomiopati adalah suatu kelainan akut, subakut atau kronis pada otot

jantung yang merupakan gangguan otot jantung yang menyebabkan jantung  tidak

bisa lagi berkontraksi secara memadai. Kardiomiopati berarti penyakit

miokardium atau otot jantung ditandai dengan hilangnya kemampuan jantung

untuk memompa darah dan berdenyut secara normal. Kondisi ini cenderung mulai

dengan gejala ringan, selanjutnya memburuk dengan cepat. Pada keadaan ini

terjadi kerusakan atau gangguan pada otot-otot jantung, sehingga jantung tidak

mampu berkontraksi secara normal. Sebagai kompensasi, otot jantung menebal

atau hipertrofi dan rongga jantung membesar. Kelainan ini tidak memiliki etiologi

atau kaitan yang diketahui dan sering disertai dengan kelainan endokardium atau

kadang dengan kelainan perikardium. Menurut Dorland, toxic kardiomiopati

adalah kardiomiopati yang disebabkan oleh suatu zat yang menyebabkan

kerusakan toksik terhadap miokardium seperti alkohol, agen anti tumor tertentu,

katekolamin, dan beberapa logam.

Menurut Sjaifoellah Noer kardiomiopati ada 3 macam, yaitu:

1. Kardiomiopati kongestif atau dilatasi

Kardiomiopati kongestif adalah suatu penyakit miokard yang primer atau

idiopatik yang ditandai dengan dilatasi ruangan-ruangan jantung dan gagal

jantung kongestif karena fungsi sistolik terganggu (hipokinesis ventrikel

kiri biasanya dominan). Kadang-kadang ada aritmia dan gangguan

hantaran.

2. Kardiomiopati Hipertrofik

Kardiomiopti hipertrofik ada 2 bentuk yaitu:

a. Hipertrofi yang simetris atau konsentri

Page 2: Pembahasan kardiomiopati dan gagal jantung

4

b. Hipertrofi septal asimetris

Kardiomiopati hipertrofik adalah hipertrof ventrikel tanpa penyakit

jantung atau sistematik lain yang dapat menyebabkan hipertropi ventrikel.

Perubahan mikroskopik ini dapat ditemukan pada daerah septum,

interventrikularis. Hipertrofi asimetris pada septum ini, bisa ditemukan

pada daerah distal katup aorta, di tengah-tengah septum saja, difus atau

septum di daerah apeks.

3. Kardiomiopati Restriktif

Tanda khas untuk kardiomiopati ini adalah adanya gangguan pada fungsi

diastolik, kurang lentur, serupa dengan perikarditis konstriktiva, tetapi

biasanya terbatas pada ventrikel kiri, dinding ventrikel sangat kaku dan

menghalangi pengisian ventrikel ditandai dengan fungsi diastolik

abnormal tetapi dengan fungsi sistolik yang normal atau hampir normal.

Pada pemeriksaan patologi-anatomis ditemukan adanya fibrosis, hipertrofi

atau infiltrasi pada otot jantung yang menyebabkan gangguan fungsi

diastolik.

2.1.2 Tanda dan Gejala Kardiomiopati

Tanda atau gejala kardiomiopati biasanya meliputi:

a. Kehabisan nafas sewaktu beraktivitas atau bahkan sewaktu istirahat

b. Pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki

c. Perut kembung berisi air

d. Merasa lelah

e. Jantung berdebar dengan irama jantung abnormal

f. Pusing, kepala ringan dan pingsan

g. Nyeri dada atau tekanan

Page 3: Pembahasan kardiomiopati dan gagal jantung

5

2.1.3 Pemeriksaan Diagnostik pada Kardiomiopati

a. Kardiomiopati Dilatasi

1. Elektrokardiografi

Mayoritas kasus kardiomipati dilatasi terjadi perubahan segmen S-T dan

gelombang T, terutama pada hantaran lateral dan prekordial kiri. kelainan ini

khasnya adlah gelombang T dengan inverse dengan segmen S-T depresi.

ditemukan juga volatase rendah pada beberapa kasus. lebih dari 50% bayi dengan

kardiomiopati dilatasi mempunyai gambaran hipertrofi ventrikel kiri dan 85%

sumbu QRS-nya inferior. kadang juga miokarditis setempat dapat menyerupai

infark, dengan kelainan gelombang Q terlokalisasi elevasi segmen S-T.

Pada permulaannya tampak aritmia, seperti blockade atrioventrikular

(AV), blockade cabang berkas atau blokase serabut (fasikular), atau ektopi atrium

atau ventrikel berurutan, kelainan ini ditemuka pada 15% bayi dengan

kardiomiopati. 42% menderita ektopi ventrikel, dari satu denyut premature

ventrikel sampai takikardia ventricular, 31% menderita takikardia supraventikular,

dan 12% menderita blockade AV derajat dua atau disosiasi AV.

2. Radiologi

Jantung membesar dan biasanya terdapat tanda-tanda kongesti vena

walaupun keadaan ini dapat menyesatkan, terutama pada miokarditis yang

mendadak karena ventrikel belum cukuo wakt untuk dilatasi. Hal tersebut akna

menyebabkan gambaran infiltrate udem paru (kadang teracukan oleh pneumonia).

Siluat jantung sangat membesar, kadang-kadang masif, berbentuk seeprti botol air

efusi pericardium.

3. Ekokardiografi

Dua dimensinya menampakkan ventrikel kiri dilatasi, dinding tipis, dan

hipokinetik secara keseluruhan. analisis dengan M-mode menilai kontraktilitas

dan berguna untuk pemantauan secara seri, terutama sudah pemberian terapi

pengurang beban pasta (afterload). ventrikel kiri sering tidak jelas (dilatasi atau

disfungsi). pada beberapa kasus miokarditis akut, ventrikel kiri sangat hipokinetik

meskipun tidak ada dilatasi, ditemukan fase hipertrofi ventrikel yang berlebihan

Page 4: Pembahasan kardiomiopati dan gagal jantung

6

selama penyembuhan miokarditis. thrombus mungkin ada pada sisi kiri jantung

dan harus dicari dengan teliti.

Pemeriksaan Doppler menampakkan adanya regurgitasi mitral dan atau

trikuspidal. pada pemeriksaan ekokardiografi pada anakdidapatkan bahwa sekitar

50% anak ukuran ventrikelnya melebihi rata-rataukuran normal. Parameter ejeksi

menurun 25%-50%. Pada penelitian lain dengan anak dugaan kardiomiopati pasta

miokarditis menunjukkan penurunan parameter ejeksi sampai dengan 25% atau

lebih. Pemeriksaan Doppler digunakan untuk memeriksa dinamika ejeksi ventrikrl

kiri. pada kardiomiopati, biasanya keceptan puncak dan percepatan puncak

menurun, baik pada saat istirahaht maupun latihan fisik. pemantauan

kardiomiopati terbatas . pemeriksaan ini bertujuan untuk evaluai fungsi ventrikel,

juga berguna dalam mengesampingkan lesi obstruksi struktur, seperti penyakit

katup aorta atau koarktasio yang juga menurunkan fungsi ventrikel kiri.

4. Prognosis

Indeks jantung kurang dari 31/menit/m3, dan sumbu QRS kea rah kanan

dan superior pada EKG. adanya regurgitasi mitral, sedang gejala virus dalam tiga

bulan disertai ketahanan hidup yang lebih baik. pada sebagian penderita

ditemukan pada 23% penderita, sedang emboli arteri sistemik terjadi pada 8%

penderita.

b. Kardiomiopati hipertrofik

1. Elektrokardiografi

Pada 25% penderita tanpa obstruksi mempunyai gambaran EKG normal,

namun sangat sedikit yang mengalami hal ini. sebagian besar mengalami kleainan

EKG berupa hipertrofi ventrikel kiri, perubahan pada segmen S-T dan gelombang

T, serta gelombang Q abnormal.

2. Radiologi

Biasanya foto rontgen tidak membantu karena menampakkan siluat

jantung dan vaskularisasi normal. jika ada pembesaran jantung umumnya

menggambrakan pembesaran atrium.

Page 5: Pembahasan kardiomiopati dan gagal jantung

7

3. Ekokardiografi

Digunakan untuk baku diagnostic karena memungkinkan menampakkan

ukuran ventrikel ketebalannya dan fungsi sistoliknya secara langsung. Dengan

ekokardiografi M-mode banyak yang dapt ditampakkan, ekokardiografi dua

dimensi lebih memberikan gambaran kelainan anatomik seluruhnya, dan bila

digabung dengan pemeriksaan Doppler, fisiologinya dapat juga dimengerti.

Seluruh jantung dapat ditampakkan pada banyak bidang tomografi,

memungkinkan penggambaran sepenuhnya hipertrofi sebagian.

Dengan ekokardiograf dapat dilihat adanya gerakan anterior aparatus

mitral serta adanya gerakan dan luasnya aposisi sekat mitral. Ekokardiografi

Doppler dapat digunakan untuk menemukan luas obstruksi aliran keluar ventrikel

kiri dan atau/ kanan, serta luas regurgitasi mitral dan atau/ aorta. Dengan teknik

ekokardiograf M-mode maupun doppler dapat ditunjukkan kelainan sifat-sifat

pengisisan pada kebanyakan penderita. Angka puncak penipisan dinding dan

perluasan ruang sering subnormal pada ekokardiograf M-mode.

c. Kardiomiopati Restriktif

1. Pemeriksaan foto toraks

Pada pemeriksaan ini ditemukan kardiomegali jantung, hipertensi vena

pulmonal, dan efusi pleura. Pada foto rontgen dada terlihat pembesaran jantung

disertai hipertensi vena pulmonal.

2. Ekokardiograf

Terdapat penebalan dinding ventrikel kiri, ruangan ventrikel normal atau

mengecil dan fungsi sistolik normal. Pada pemeriksaan ekokardiografi tampak

dinding ventrikel kiri menebal serta penambahan massa di dalam ventrikel.

Ruangan ventrikel normal atau mengecil dan fungsi sistolik yang masih normal.

3. Elektrokardiografi

Pada pemerioksaan eletrokardiografi ditemukan low voltage.terlihat juga

gangguan kondusi intra-ventrikuler dan gangguan konduksi atrio-ventrikuler.

Page 6: Pembahasan kardiomiopati dan gagal jantung

8

4. Pemeriksaan Radionuklir

Pada pemeriksaan radionuklir terlihat adanya infiltrasi pada otot jantung.

Ventrikel kiri normal atau mengecil, dan fungsi sistolik yang normal.

5. Sadapan Jantung

Pada sadapan jantung ditemukan compliance ventrikel kiri mengurang dan

peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri dan kanan.

2.1.4 Penatalaksaan Kardiomiopati

a. Kardiomiopati Dilatasi

Menggunakan obat-obatan pendukung miokardium dan sirkulasi. Preparat

digitalis digunakan dengan sangat hati-hati karena dapat menyebabkan aritmia dan

mioardium yang meradang. dapat dipakai pula diuretic, oksigen, pengaturan

elektrolit, pengurangan beban pasca, ventilasi buatan dan sedasi. obat-obatan

aritmia diperlukan, namun sangat berbahaya karena reaksi silang obat-obatan

tersebut dengan obat-obat jantung yang lain. Perlu ditekankan bahwa

kardiomiopati hipertrofik tidak boleh ditangani, seperti kardiomiopati dilatasi

karena ada risiko dalam pemakaian obat-obat inotropik dan dalam manipulasi

volume darah pada penderita ini. Tidak ada pengobatan spesifik. Bila diketahui

etiologinya diberikan terapi sesuai penyebab. Namun jika idiopatik, dilakukan

terapi sesuai gagal jantung kongestif.

b. Kardiomiopati Hipertrofi

Pemberian beta blocker untuk gejala dispnea yang muncul. Selain itu,

untuk menangani nyeri dada dan dispnea diberikan propanolol, namun jarang

menambah toleransi terhadap latihan fisik. Respon terhadap beta blocker

bergantung pada dosis yang yang digunakan. Efek samping dari penggunaan obat

tersebut degan dosis tinggi adalah lelah dan depresi yang sulit ditoleransi. Baru-

baru ini penyekat kalsium verampili digunakan secara luas. Hasilnya adalah

perbaikan dalam relaksasi diastolik dengan akibat penurunan diastolik dan

Page 7: Pembahasan kardiomiopati dan gagal jantung

9

tekanan rata-rata atrium kiri. Hasil ini diduga mengurangi dispnea dan

menambahkemampuan latihan fisik. Dosis verampili 1-10 mg/kg berat badan per

oral.

c. Kardiomiopati Restriktif

Pada pasien kardiomiopati diberikan istirahat yang cukup, diet,

medikamentosa. Diberikan obat pertama berupa Antiaritmi (bila terjadi gangguan

irama) dan obat alternative berupa pacemaker (apabila ada gangguan konduksi

berat). Kardiomiopati jenis ini biasanya sulit diobati, tergantung pada penyakit

yang mendasarinya. Dapat diberikan obat sistematik berupa diuretik untuk

mengurangi kongesti. Bila terdapat gangguan irama diberikan obat anti aritmia.

2.1.5 Asuhan Keperawatan Pada Kardiomiopati

a. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada anak (pasien) dengan mengukur tanda tanda

vital meliputi frekuensi jantung, tekanan darah, dan indeks pertukaran

oksigen. Selain itu juga perlu dikaji sistem kardiovaskularnya. Pada pasien

kardiomiopati akan ditemukan murmur, adanya suara 3 (S3) atau suara 4

(S4), ektopi, DVJ dan edema. Pengkajian pulmoner juga diperlukan untuk

mengetahui adakah batuk kering dan krekel yang menandakan adanya

kardiomiopati. Evaluasi status volume cairan yang cermat, tanda vital

(mencakup perhitungan tekanan nadi) dan askultasi adanya S3 sangat

penting sebagai dasar pengkajian.

b. Diagnosa

a. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan disfungsi ventrikel

kiri dan disritmia

b. Ketidakefektifan perkusi jaringan yang berhubungan dengan

penurunan suplai oksigen sekunder akibat obstruksi saluran air keluar

(HC) atau gangguan fungsi sistolik (DC) yang menyebabkan

penurunan curah jantung

Page 8: Pembahasan kardiomiopati dan gagal jantung

10

c. Gangguan pertukaran gas uang berhubungan dengan peningkatan

kongesti paru sekunder akibat peningkatan tekanan diastolik akhir

ventrikel kiri (LVED) yang berkaitan dengan gagal ventrikel.

c. Intervensi

Dx. 1

Kriteria hasil: Pasien sadar dan berorientasi, kulit hangat dan kering,

denyut nadi kuat dan sama secara bilateral, pengisian kapiler <3 detik,

TDS 90-140 mm Hg, MAP 70-105 mm Hg, TD 30-40mm Hg, tidak ada

disritmia yang mengancam jiwa.

1. Periksa FJ, frekuensi pernapasan, dan TD setiap 15 menit selama fase

akut dan ketika menyesuaikan dosis obat vasoaktif.

2. Kaji nyeri dada karena iskemia miokardium dapat disebabkan oleh

perfusi yang buruk akibat penurunan curah jantung.

3. Kaji bunyi jantung dan suara paru untuk mengevaluasi tingkat gagal

jantung

4. Berikan oksigen 2-4 L/menituntuk mempertahankan atau memperbaiki

oksigenasi

5. Minimalkan kebutuhan oksigen: pertahankan tirah baring, kurangi

ansietas, dan berikan diet cairan pada fase akut.

6. Berikan agen diuretik (misal furosemid dan bumetamida) untuk

mengurangi preload dan afterload

7. Sesuaikan dosis agen inotropik sesuai instruksi untuk meningkatkan

kontraktilitas (misal dobutamin, amrion, milrion, dopamin, dan

digoxin)

Dx.2

Kriteria Hasil: Pasien sadar dan berorientasi, kulit hangat dan kering,

denyut nadi perifer kuat, FJ 60-100 kali per menit, saturasi oksigen

>=95%, tidak ada disritmia yang mengancam jiwa.

1. Periksa FJ, frekuensi pernapasan, dan tekanan darah setiap 115 menit

untuk mengetahui respon pasien terhadap terapi

Page 9: Pembahasan kardiomiopati dan gagal jantung

11

2. Berikan oksigen tambahan dan minimalkan kebutuhan oksigen, misal

dengan membatasi aktivitas dan tirah baring

3. Berikan inotropi seperti dobutamin dan dopamin untuk meningkatkan

kontraktilitas dan memperbaiki curah jantung

4. Berikan morfin sulfat dosis rendah sesuai instruksi untuk

meningkatkan pooling vena dan mengurangi dispnea, anxietas, dan

nyeri

5. Berikan diuretik (fluorosemid, bumetanida) sesuai instruksi untuk

menurunkan volume sirkulasi dan menurunkan preload sesuai

kebutuhan

6. Koreksi asidosis karena asidosis dapat menghambat atau mengurangi

respon terhadap terapi obat dan mengurangi kontraktilitas

d. Implementasi

Dx.1

1. Memeriksa FJ, frekuensi pernapasan, dan TD setiap 15 menit selama

fase akut dan ketika menyesuaikan dosis obat vasoaktif.

2. mengkaji nyeri dada karena iskemia miokardium dapat disebabkan

oleh perfusi yang buruk akibat penurunan curah jantung.

3. mengkaji bunyi jantung dan suara paru untuk mengevaluasi tingkat

gagal jantung

4. memberikan oksigen 2-4 L/menituntuk mempertahankan atau

memperbaiki oksigenasi

5. meminimalkan kebutuhan oksigen: pertahankan tirah baring, kurangi

ansietas, dan berikan diet cairan pada fase akut.

6. memberikan agen diuretik (misal furosemid dan bumetamida) untuk

mengurangi preload dan afterload

7. menyesuaikan dosis agen inotropik sesuai instruksi untuk

meningkatkan kontraktilitas (misal dobutamin, amrion, milrion,

dopamin, dan digoxin).

Page 10: Pembahasan kardiomiopati dan gagal jantung

12

Dx.2

1. memeriksa FJ, frekuensi pernapasan, dan tekanan darah setiap 115

menit untuk mengetahui respon pasien terhadap terapi

2. memberikan oksigen tambahan dan minimalkan kebutuhan oksigen,

misal dengan membatasi aktivitas dan tirah baring

3. memberikan inotropi seperti dobutamin dan dopamin untuk

meningkatkan kontraktilitas dan memperbaiki curah jantung

4. memberikan morfin sulfat dosis rendah sesuai instruksi untuk

meningkatkan pooling vena dan mengurangi dispnea, anxietas, dan

nyeri

5. memberikan diuretik (fluorosemid, bumetanida) sesuai instruksi untuk

menurunkan volume sirkulasi dan menurunkan preload sesuai

kebutuhan

6. mengoreksi asidosis karena asidosis dapat menghambat atau

mengurangi respon terhadap terapi obat dan mengurangi kontraktilitas.

e. Evaluasi

a. Curah jantung meningkat dan adekuat

b. Perkusi jaringan kembali efektif, suplai oksigen sekunder meningkat,

dan tidak ada penurunan saluran air keluar (HC) atau gangguan fungsi

sistolik (DC) yang menyebabkan penurunan curah jantung

2.2 Gagal Jantung

2.2.1 Definisi Gagal Jantung

Beban awal adalah derajat peregangan serabut miokardium pada ahkir

pengisian ventrikel atau diastolik. Beban akhir adalah besarnya tegangan dinding

ventrikel yang harus dicapai selama sistole untuk mengejeksi darah. Gagal jantung

adalah keadaan patofisiologis ketika jantung sebagai pompa tidak

mampumemenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan.Ciri penting dari

definisi ini adalah:

Page 11: Pembahasan kardiomiopati dan gagal jantung

13

1. Gagal didefinisikanr elatif terhadap kebutuhan metabolik tubuh

2. Penekanan arti gagal ditujukan pada fungsi pompa jantung secara

keseluruhan.

Istilah gagal sirkulasi lebih bersifat umum dibandingkan dengan gagal

jantung. Gagal sirkulasi menunjukan ketidakmampuan sistem kardiovaskuler

untuk melakukan perfusi jaringan memadai. Definisi ini mencakup segala

kelainan sirkulasi yang mengakibatkan tidak memadainya perfusi jaringan,

termasuk perubahan volume darah, tonus vascular dan jantung.

2.2.2 Tanda dan Gejala Gagal Jantung

1. Dispnea, atau perasaan sulit bernafas, adalah manifestasi gagal jantung

yang paling umum. Dispnea disebabkan oleh peningkatan kerja pernafasan

akibat kongesti vascular paru yang mengurangi kelenturan paru.

Meningkatnya tahanan aliran udara juga menimbulkan dispnea. Dispnea

saat beraktivitas menunjukkan gejala awal dari gagal jantung

kiri.Ortopnea (dispneasaatberbaring) terutama disebabkan oleh redistribusi

aliran darah dari bagian-bagian tubuh yang dibawah ke arah sirkulasi

sentral. Reabsorpsi cairan interstisial dari ekstremitas bawah juga akan

nmenyebabkan kongesti vascular paru-paru lebih lanjut. Dispnea

nokturnal paroksismal (paroxysmal nocturnal dyspnea, PND) atau

mendadak terbangun karena dyspnea, dipicu oleh timbulnya edema paru.

PND merupakan manifestasi yang paling spesifik dari gagal jantung kiri

dibandingkan dengan dyspnea atau ortopnea.

2. Batuk non produktif juga dapat terjadi akibat kongesti paru, terutama pada

posisi berbaring. Timbulnya ronki yang disebabkan oleh transu dan cairan

paru adalah ciri khas dari gagal jantung, ronki pada awalnya terdengar di

bagian bawah paru-paru karena pengaruh gaya gravitasi. Semua gejala dan

tanda ini dapat dikaitkan dengan gagal kebelakang pada gagal jantung kiri.

Page 12: Pembahasan kardiomiopati dan gagal jantung

14

3. Gagal kebelakang pada sisi kanan jantung menimbulkan gejala dan tanda

kongesti vena sistemik. Dapat terjadi hepatomegaly (pembesaran hati),

nyeri tekan hati dapat terjadi akibat peregangan kapsula hati. Gejala

saluran cerna yang lain (sepertianoreksia, rasa penuh, ataumual) dapat

disebabkan oleh kongesti hati dan usus.

4. Edema perifer terjadi akibat penimbunan cairan dalam ruang interstisial.

Edema mula-mula tampak pada bagian tubuh yang tergantung, dan

terutama pada malam hari, dapat terjadi nokturia (diuresis malam hari)

yang mengurangi retensi cairan. Nokturia disebabkan oleh redistribusi

cairan dan reabsorpsi pada waktu berbaring, dan juga berkurangnya

vosokonstriksi ginjal pada waktu istirahat. Gagal jantung yang berlanjut

dapat menimbulkan asitesatau edema anaraksa (edema tubuh

generalisata)

5. Gagal kedepan pada ventrikel kiri menimbulkan tanda-tanda berkurangnya

perfusike organ-organ. Aliran darah dialihkan dari organ-organ nonvital

demi mempertahankan perfusi kejantung dan otak sehingga manifestasi

paling dini dari gagal kedepan adalah berkurangnya perfusike organ

(missal kuit dan otot rangka). Kulit pucat dan dingin disebabkan oleh

vasokonstriksi perifer, makin berkurangnya curah jantung dan

meningkatnya kadar hemoglobin tereduksi menyebabkan terjadinya

sianosis. Vasokonstrisi kulit menghambat kemampuan tubuh untuk

melepaskan panas, oleh karena itu dapat ditemukan demam ringan dan

keringat yang berlebihan. Kurangnya perfusi dari otot rangka

menyebabkan kelemahan dan keletihan. Gejala dapat di perberat oleh

ketidakseimbangan cairan dan elektrolit atau anoreksia. Makin

menurunnnya curah jantung dapat disertai insomnia, kegelisahan, atau

kebingungan.

Page 13: Pembahasan kardiomiopati dan gagal jantung

15

2.2.3 Pemeriksaan Diagnostik pada Gagal Jantung

1. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut:

a. Mengukur RR pasien. Karena pada penderita gagal jantung akan

mengalami peningkatan nafas.

b. Menghitung denyut jantung pasien. Karena pada penderita gagal

jantung mengalami takikardia atau percepatan denyut jantung.

c. Meraba permukaan perut bagian kanan atas (tepat pada organ hati).

Karena pada penderita gagal jantung akan mengalami hepatomegali

(pembesaran hati).

d. Melakukan auskultasi guna mendeteksi munculnya irama galop yaitu

irama jantung S3 dan S4, dimana bunyi tersebut merupakan bunyi

yang tidak normal dalam kerja jantung.

e. Melakukan perkusi guna mendeteksi terjadinya pembengkakan pada

udem tungkai. Hal ini menandakan bahwa pasien mengalami gagal

jantung kanan.

f. Mendeteksi gejala pertumbuhan anak yang tidak normal.

2. Pemeriksaan penunjang

a. Foto rontgen. Foto rontgen diperlukan untuk mengetahui terjadinya

kardiomegali atau pembengkakan jantung

b. Elektrokardiografi. Elektrokardiografi diperlukan untuk mengetahui

pembesaran ruang-ruang jantung serta tanda-tanda terjadinya

miokardium.

c. Ekokardiografi. Ekokardiografi dapat mengidentifikasi gangguan

fungsi sistolik, fungsi diastolik, mengetahui adanya gangguan katup,

serta mengetahui risiko emboli.

d. Pemeriksaan darah. Pemeriksaan darah diperlukan untuk mengetahui

adanya anemia yang dapat menambah beban jantung dan pemeriksaan

fungsi ginjal akibat dari menurunnya kemampuan tubuh dalam

pengaturan keseimbangan air.

Page 14: Pembahasan kardiomiopati dan gagal jantung

16

2.2.4 Penatalaksaan Gagal Jantung

Fungsi dari terapi pada penderita gagal jantung, yaitu:

1. Meningkatkan fungsi sistemik jantung;

2. Menurunkan kelebihan volume cairan;

3. Mencegah timbulnya komplikasi;

4. Memperbaiki kelainan anatomi jantung.

Penatalaksaan Medik:

1. Istirahat

Kerja jantung dalam keadaan dekompensasi harus benar-benar dikurangi

dengan tirah baring (bedrest) karena konsumsi oksigen yang relatif

meningkat. Dengan istirahat gejala-gejala gagal jantung dapat berkurang.

2. Digitalisasi

Digitalisasi secara kronotropik dan inotropik akan memperbaiki kerja

jantung, memperkuat kontraksi otot, dan meninggikan curah jantung.

Digoksin merupakan preparat yang banyak dipakai. Dosis digitalis

disesuaikan pada keadaan gagal jantung sesuai dengan umur dan berat

badan. Car apemberian obat ini dapat diberikan secara oral,

intramuskuler/vena.

3. Diuretik

Diuretika diberikan secara dini. Furosemid merupakan obat pilihan yang

dapat diberikan secara intravena. Rute oral dapat digunakan jika baik

mengalami pemulihan. Kehilangan kalium dapat ditangani dengan

pemberian kalium klorida atau spironolakton.

4. Diet

Umumnya diberikan makanan lunak dengan kadar garam yang rendah.

Pasien dengan kurang gizi diberikan makanan tinggi kalori dan tinggi

protein.

Page 15: Pembahasan kardiomiopati dan gagal jantung

17

Penatalaksanaan Keperawatan:

1. Tirah baring.

Tirah baring dimaksudkan untuk mengurangi kerja jantung, menurunkan

tekanan darah. Pada tirah baring anak diposisikan dalam kondisi tegak,

ditopang oleh bantal.

2. Oksigen

Pemberian oksigen biasanya diperlukan 2 liter per menit, dalam keadaan

sianosis dilakukan penambahan kadar oksigen. Pada bayi pemberian

oksigen menggunakan corong. Sikap berbaring sebaiknya adalah sikap semi

fowler yaitu sekitar 20-30 derajat. Pemberian oksigen dapat mengurangi

miokard, memperbaiki aliran darah paru, dan memenuhi kebutuhan oksigen

dalam tubuh.

3. Pemberian diet

Pasien harus makan dengan kadar garam yang rendah. Ketika pasien sesak

nafas maka nafsu makan pasien akan menurun sehingga diperlukan

pendekatan secara baik. Sajikan makanan dalam porsi kecil, dalam keadaan

hangat, dan dengan penyajian yang menarik bagi anak. Pada pasien yang

tidak mau makan pemberian susu sebaiknya ditambah untuk memenuhi

nutrisi dalam tubuhnya. Sebaiknya makanan divariasi seperti kentang, roti,

dan sayuran.

4. Eliminasi

Pasien dengan gagal jantung perlu diperhatikan pemasukn/pengeluaran

cairan selama 24 jam. Pasien sangat dianjurkan untuk makan sayuran yang

berguna untuk mencegah opstipasi dan memudahkan defekasi.

5. Mobilisasi

Bila keadaan gagal jantung telah teratasi pasien mulai di ajarkan untuk

duduk di pinggir tempat tidur dengan menggoyang-goyangkan kaki.

Selanjutnya belajar berdiri dan berjalan perlahan-lahan. Pemeriksaan nadi

harus dilakukan sebelum dan setelah latihan.

Page 16: Pembahasan kardiomiopati dan gagal jantung

18

6. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit

Orang tua pasien perlu diberi penjelasan mengenai penyakit anaknya dan

mengatakan bahwa anaknya tidak dapat melakukan aktivitas berat yang

membuat dirinya kelelahan. Perlu diberikan penjelasan mengenai makanan

yang harus dimakan dirumah yaitu makanan yang mengandung sayur

untuk menghindari opstipasi yang menyebabkan penyakitnya kambuh.

Istirahat yang cukup dan mengkonsultasikan kepada dokter mengenai

kegiatan yang boleh dilakukan setelah pulang kerumah.

2.2.5 Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gagal Jantung

a. Pengkajian

Data Objektif :

1.       Gawat napas

2.    Dispnea

3.      Banyak memakai obat – obatan pernapasan

3.       Distensi vena jugularis

4.       Ada bunyi napas adventitius

5.       Bunyi jantung irama gallop

6.       Edema : lokasi dan beratnya pitting

7.       Extremitas teraba dingin

8.       Perubahan nadi

9.       Berat badan bertambah

10.       Tingkat kesadaran

Data Subjektif

1.       Pasien mengatakan sesak napas dan batuk

2.       Pasien mengatakan berat badan bertambah

3.       Pasien mengatakan sering pusing, bingung, dan cepat lelah

4. Pasien mengatakan nyeri pada bagian perut

5. Pasien mengatakan sering merasa cemas 

Page 17: Pembahasan kardiomiopati dan gagal jantung

19

b. Diagnosa keperawatan

1. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan kurang ventilasi,

perfusi

2. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan kurangnya volume

sekuncup, syok kardiogenik, insufisiensi katup, hipertensi.

3. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan suplai oksigen tidak

mensukupi kebutuhannya.

4. Cemas yang berhubungan dengan ancaman kematian, perubahan status

kesehatan, perubahan peran, status sosio-ekonomi.

5. Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan kontrakstilitas jantung

yang terganggu.

6. Perfusi jaringan kurang yang berhubungan dengan kurang darah dalam

sirkulasi, imobilisasi, edema paru.

7. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) yang berhubungan

dengan anorexia, ketidakseimbangan natrium.

8. Konstipasi yang berhubungan dengan imobilisasi, edema gastrointestinal.

9. Defisit pengetahuan (tentang sifat penyakit, pegobatan) yang berhubungan

dengan tidak adanya informasi, tidak responsif terhadap informasi.

c. Intervensi keperawatan

1.       Berikan oksigenasi. Pasien mengalami kekurangan oksigen karena

pertukaran gas terganggu akibat edema paru.pemberian oksigen

sebanyak 2-6 liter per menit dapat mengurangi dispnea dan kelelahan.

Nilai gas darah dan arteri perlu dipantau. Posisi fowler juga dapat

membantu ekspansi paru.

2.       Perbaiki kegiatan dan istirahat. Istirahat dan kegiatan dapat diatur

sehingga kebutuhan oksigen tidak melebihi suplai oksigen dan

mengurangi beban pada jantung. Kegiatan – kegiatan seperti aktifitas

sehari – hari dapat disesuaikan pada dispnea dan kelelahan yang dialami

pasien. Pasien juga mengalami ortopnea dan cenderung untuk duduk di

kursi daripada berbaring di tempat tidur. Kedua kaki pasien ditinggikan

Page 18: Pembahasan kardiomiopati dan gagal jantung

20

untuk mengurangi edema pitting. Di tempat tidur posisi yang enak

untuk pasien adalah posisi fowler untuk ekspansi paru. Pemberian obat

– obat sedatif dilakukan dengan sangat hati – hati karena dapat

menyembunyikan tanda – tanda memberatnya kegagalan jantung.

Imobilitas ditempat tidur karena pemberian obat sedatif dapat

mengakibatkan trombosis vena dan embolus. Tindakan keperawatan

untuk membantu pasien tidur tanpa obat sedatif sangat dianjurkan.

3.       Lakukan ambulasi. Hal ini dilakukan secara perlahan untuk mencegah

overloading jantung. Peningkatan kegiatan dilakukan secara bertahap

mulai dari duduk di tempat tidur, di kursi, dan jalan – jalan di dalam

kamar.

4.       Kurangi rasa cemas. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perasaan

cemasnya dan apa yang dapat ditimbulkan rasa cemas tersebut.

Bersama klien mencoba identifikasi kekuatan dan mekanisme koping

yang dapat dipakainya. Keluarga dan kelompok pendukung dapat pula

membantu pasien menangani rasa cemas.

5.       Pertahankan keseimbangan cairan. Pembatasan cairan sudah tidak

dilaksanakan asal pasien dapat membatasi asupan garam atau natrium,

serta mendapat obat digitalis atau diuretik. Akan tetapi apabila dokter

ingin melakukan pembatasan cairan, perawat dan pasien perlu membuat

rencana pembagian jumlah cairan yang diprogramkan dokter selama

24jam . biasanya separuh dari jumlah cairan berasal dari makanan dan

separuh lagi diberikan di antara jam makan. Higiene oral yang sering

juga dapat mengurangi rasa haus. Berat badan ditimbang tiap hari.setiap

tambahan 1kg berat badan adalah sama dengan 1 liter retensi cairan.

Waktu yang baik untuk menimbang pasien adalah pagi setelah vesika

urinaria dan sebelum pasien makan pagi.

6.       Pertahankan Integritas kulit. Bokong yang edema cepat sekali

menimbulkan duktus dekubitus. Posisi pasien perlu diubah setiap 2-3 jam

untuk mengurangi tekanan pada bokong.

Page 19: Pembahasan kardiomiopati dan gagal jantung

21

7.       Pertahankan nutrisi yang adekuat. Makanan harus lunak, rendah kalori,

rendah garam dan serat, dan tidak menimbulkan gas. Pasien diberi

vitamin sebagai tambahan. Pasien mengalami anoreksia karena

gastroinrestinal yang juga mengalami edema, ditambah adanya dispnea

dan kelelahan. Dianjurkan pasien makan sedikit – sedikit, tetapi sering

untuk mencegah atau mengurangi distensi abdomen.

8. Berikan asupan Natrium. Asupan garam perlu dikurangi untuk

mengendalikan edema. Banyak garam dalam diet yang normal adalah 3-

10 g/hari. Natrium yang diberikan kepada pasien yang juga menerima

obat diuretik, tidak boleh lebih dari 3 g/ hari karena perlu dihindari

hiponatremia. Tujuan modifikasi diet harus dijelaskan kepada pasien dan

keluarganya.

9.       Perbaiki eliminasi. Mengejan keras (manuver valsalva) ketika defekasi

akan memberi beban tambahan pada jantung, feses dapat dibuat lembut

dengan pemberian obat susu magnesia, metamucil, dan colate.

Pemakaian pispot kursi dapat juga membantu pasien yang tidak mau

memakai pispot sorong. Pasien perlu dibantu turun dari tempat tidur

apabila mau memakai pispot kursi.

10.   Berikan Penyuluhan kesehatan. Tujuannya adalah mencegah

terulanginya serangan kegagalan jantung, perlu diterangkan sifat

penyakitnya, faktor-faktor pencetus, modifikasi diet, efek dan efek

samping dari obat-obatan, program dari kegiatan/istirahat, dan tanda-

tanda yang perlu dilaporkan kepada dokternya.

d. Implementasi

1. memberikan oksigenasi. Pasien mengalami kekurangan oksigen karena

pertukaran gas terganggu akibat edema paru.pemberian oksigen

sebanyak 2-6 liter per menit dapat mengurangi dispnea dan kelelahan.

Nilai gas darah dan arteri perlu dipantau. Posisi fowler juga dapat

membantu ekspansi paru.

Page 20: Pembahasan kardiomiopati dan gagal jantung

22

2.       memperbaiki kegiatan dan istirahat. Istirahat dan kegiatan dapat diatur

sehingga kebutuhan oksigen tidak melebihi suplai oksigen dan

mengurangi beban pada jantung. Kegiatan – kegiatan seperti aktifitas

sehari – hari dapat disesuaikan pada dispnea dan kelelahan yang dialami

pasien. Pasien juga mengalami ortopnea dan cenderung untuk duduk di

kursi daripada berbaring di tempat tidur. Kedua kaki pasien ditinggikan

untuk mengurangi edema pitting. Di tempat tidur posisi yang enak

untuk pasien adalah posisi fowler untuk ekspansi paru. Pemberian obat

– obat sedatif dilakukan dengan sangat hati – hati karena dapat

menyembunyikan tanda – tanda memberatnya kegagalan jantung.

Imobilitas ditempat tidur karena pemberian obat sedatif dapat

mengakibatkan trombosis vena dan embolus. Tindakan keperawatan

untuk membantu pasien tidur tanpa obat sedatif sangat dianjurkan.

3.       melakukan ambulasi. Hal ini dilakukan secara perlahan untuk

mencegah overloading jantung. Peningkatan kegiatan dilakukan secara

bertahap mulai dari duduk di tempat tidur, di kursi, dan jalan – jalan di

dalam kamar.

4.       mengurangi rasa cemas. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perasaan

cemasnya dan apa yang dapat ditimbulkan rasa cemas tersebut.

Bersama klien mencoba identifikasi kekuatan dan mekanisme koping

yang dapat dipakainya. Keluarga dan kelompok pendukung dapat pula

membantu pasien menangani rasa cemas.

5.       mempertahankan keseimbangan cairan. Pembatasan cairan sudah tidak

dilaksanakan asal pasien dapat membatasi asupan garam atau natrium,

serta mendapat obat digitalis atau diuretik. Akan tetapi apabila dokter

ingin melakukan pembatasan cairan, perawat dan pasien perlu membuat

rencana pembagian jumlah cairan yang diprogramkan dokter selama

24jam . biasanya separuh dari jumlah cairan berasal dari makanan dan

separuh lagi diberikan di antara jam makan. Higiene oral yang sering

juga dapat mengurangi rasa haus. Berat badan ditimbang tiap hari.setiap

tambahan 1kg berat badan adalah sama dengan 1 liter retensi cairan.

Page 21: Pembahasan kardiomiopati dan gagal jantung

23

Waktu yang baik untuk menimbang pasien adalah pagi setelah vesika

urinaria dan sebelum pasien makan pagi.

6.       mempertahankan Integritas kulit. Bokong yang edema cepat sekali

menimbulkan duktus dekubitus. Posisi pasien perlu diubah setiap 2-3 jam

untuk mengurangi tekanan pada bokong.

7.       mempertahankan nutrisi yang adekuat. Makanan harus lunak, rendah

kalori, rendah garam dan serat, dan tidak menimbulkan gas. Pasien diberi

vitamin sebagai tambahan. Pasien mengalami anoreksia karena

gastroinrestinal yang juga mengalami edema, ditambah adanya dispnea

dan kelelahan. Dianjurkan pasien makan sedikit – sedikit, tetapi sering

untuk mencegah atau mengurangi distensi abdomen.

8. memberikan asupan Natrium. Asupan garam perlu dikurangi untuk

mengendalikan edema. Banyak garam dalam diet yang normal adalah 3-

10 g/hari. Natrium yang diberikan kepada pasien yang juga menerima

obat diuretik, tidak boleh lebih dari 3 g/ hari karena perlu dihindari

hiponatremia. Tujuan modifikasi diet harus dijelaskan kepada pasien dan

keluarganya.

9.       memperbaiki eliminasi. Mengejan keras (manuver valsalva) ketika

defekasi akan memberi beban tambahan pada jantung, feses dapat

dibuat lembut dengan pemberian obat susu magnesia, metamucil, dan

colate. Pemakaian pispot kursi dapat juga membantu pasien yang tidak

mau memakai pispot sorong. Pasien perlu dibantu turun dari tempat

tidur apabila mau memakai pispot kursi.

10.   memberikan Penyuluhan kesehatan. Tujuannya adalah mencegah

terulanginya serangan kegagalan jantung, perlu diterangkan sifat

penyakitnya, faktor – faktor pencetus, modifikasi diet, efek dan efek

samping dari obat – obatan, program dari kegiatan/istirahat, dan tanda –

tanda yang perlu dilaporkan kepada dokternya.

Page 22: Pembahasan kardiomiopati dan gagal jantung

24

e. Evaluasi

Selama evaluasi perawat harus membandingkan tingkah pasien dengan apa yang

dinyatakan dalam hasil yang diharapkan, misalnya:

1. Kecepatan pernapasannya normal, tidak memerlukan terapi oksigen dan

tidak tampak bingung

2. Dapat mentoleransi kegiatan hidup sehari – hari tanpa membebani jantung

3. Dapat menggunakan mekanisme jantung yang efektif.

4. Mempertahankan berat badan pada nilai sebelum timbulnya edema

5. Tidak ada dekubitus

6. Menerima modifikasi diet.

7. Feses lunak

8. Dapat menjelaskan sifat penyakitnya, efek dan efek samping dari obat-

obatannya dan program istirahat/kegiatan.