KASUS gagal jantung.docx
-
Upload
arief-munandar-andi -
Category
Documents
-
view
73 -
download
0
Transcript of KASUS gagal jantung.docx
PENDAHULUAN
Peristiwa gagal jantung pada anak menggambarkan terdapatnya sindroma klinik akibat
miokardium tidak mampu memenuhi keperluan metabolik, termasuk pertumbuhan. Keadaan ini
timbul oleh kerja otot jantung yang berlebihan, biasanya karena faktor mekanik yaitu kelainan
struktur jantung pada penyakit jantung bawaan (PJB) maupun didapat yang menimbulkan beban
volume (preload) atau beban tekanan (afterload) yang berlebih dan faktor miokardium yaitu
kelainan otot jantung sendiri atau insufisiensi miokardium seperti pada proses inflamasi atau
gabungan kedua faktor di atas. Pada stadium awal gagal jantung, terjadi berbagai macam
mekanisme kompensasi untuk mempertahankan fungsi metabolik normal, ketika mekanisme
tersebut menjadi tidak efektif, manifestasi klinis yang timbul akan semakin bertambah berat.
Menurut laporan WHO Expert Consultation Geneva 29 Oktober-1 november 2001 yang
diterbitkan tahun 2004 menyebutkan, sekitar 7,6/100.000 penduduk di Asia Tenggara,
8,2/100.000 penduduk di negara berkembang dan 0,5/100.000 penduduk di negara maju
menderita penyakit jantung rematik. Sementara, untuk kasus gagal jantung kongestif akibat
penyakit jantung reumatik tercatat bahwa di Eropa, tiap tahun terjadi 1,3 kasus per 1000
penduduk yang berusia 25 tahun. Kasus ini meningkat 11,6 pada manula dengan usia 85 tahun ke
atas. Di Indonesia berdasarkan data dari RS Jantung Harapan Kita, peningkatan kasus ini
dimulai pada 1997 dengan 248 kasus, kemudian melaju dengan cepat hingga mencapai puncak
pada tahun 2000 dengan 532 kasus. Diperkirakan tahun ini juga akan terjadi peningkatan. Untuk
itu, pihak RS telah mengantisipasi lonjakan kasus tersebut dengan membuka klinik khusus gagal
jantung dan pelayanan One Day Care dengan system Nurse Base Care. Mengenai kematian
tahun lalu terdapat 4,3% kematian yang terjadi. Jumlah yang kecil jika dibandingkan dengan
insiden pada 1999 sejumlah 12,2%.
KASUS
Pasien perempuan berumur 9 tahun 3 bulan bertempat tinggal di Desa Toinasa, Tentena,
Kab. Poso datang ke RSUD Undata pada tanggal 28 januari 2013 dengan keluhan sesak sejak
satu bulan yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluhkan sesak sejak sebulan yang lalu, sesak dirasakan memberat saat pasien
tidur/ berbaring, pasien tidak pernah berbaring sejak keluhan dirasakan pertama kali. Pasien
merasa sering berdebar-debar bila beraktivitas maupun beristirahat, mudah lelah juga
dikeluhkan. Pasien juga mengalami bengkak di kaki, pada awalnya bengkak dimulai dari wajah,
kemudian turun ke bagian perut dan terakhir bengkak pada kaki dan diikuti keluarnya cairan dari
luka yang timbul dari kaki. Panas (-), kejang (-) flu (-), nyeri tenggorokan (-), mual (-), muntah
(-), nyeri perut (-), BAB baik, BAK baik.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengaku sebulan sebelum badannya bengkak, pasien mengeluhkan panas, batuk
dan nyeri pada persendian namun tidak dibawa untuk diobati karena sarana kesehatan sulit
dijangkau. Tidak ada riwayat sesak maupun berdebar-debar sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga
Ayah pasien mengaku sering merasa berdebar-debar dan mudah lelah jika beraktifitas
berat.
Riwayat Kelahiran
Pasien lahir cukup bulan, dengan persalinan spontan di rumah, ditolong oleh bidan. Ibu
pasien mengaku tidak ada kesulitan dan komplikasi saat melahirkan. Tidak ada riwayat bayi biru
sejak dilahirkan hingga sekarang.
Riwayat Imunisasi
Pasien telah imunisasi BCG, Hepatitis B, Polio, DPT dan Campak. Kesan imunisasi
lengkap.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sakit berat
Tingkat kesadaran : Composmentis
Status gizi : Gizi kurang
Tinggi badan : 134 cm
Berat badan : 25 kg
Tanda vital
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Nadi : 120 x/menit
Respirasi : 32 x/menit
Suhu : 37,5 oC
Kepala-leher
Wajah tampak bengkak
Palpebra tampak edem
Konjungtiva kanan dan kiri pucat;
Sklera tidak ikterik;
Mata tidak cowong;
Bibir pucat;
Mukosa mulut tidak kering;
Lidah tidak kotor;
Tonsil T1/T1;
Faring tenang/tidak hiperemis;
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening;
Thoraks
Pergerakan dinding dada kanan dan kiri simetris;
Retraksi dinding dada tipe subcosta;
Suara napas bronkovesikuler, tidak terdengar wheezing, tidak terdengar rhonki;
Bunyi jantung 1 murni regular, 2 mengeras.
Murmur (+), pansistolik III/6
Abdomen
Perut tampak cembung, tidak distensi;
Strech mark (+) pada permukaan perut
Peristaltik (+) kesan normal
Hepatomegali 2 jari dibawah arcus costae
Ascites (+)
Ekstremitas
Edema pada ekstermitas bawah, kanan dan kiri disertai keluarnya cairan dari
perlukaan yang timbul
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Ro tampak cardiomegali CTR 65%
EKG sinus takikardi
Kreatinin : 0,8 mg/dL
Pemeriksaan darah lengkap
RBC : 2,93 x 1012/L ()
MCV : 77,5 fl (n)
RDW : 12,9 % (n)
HCT : 28,5 % ()
PLT : 221 x 109/L (n)
WBC : 16,4 x 109/L ()
HGB : 9,1 g/dL ()
MCH : 28,4 pg (n)
MCHC : 36,6 g/dL (n)
LYM : 2,6 x 109/L ()
GRAN : 5,3 x 109/L ()
Pemeriksaan urinalisis
Protein : (+)
Glukosa : (-)
Sedimen leukosit : 2/lpb
Sedimen eritrosit : 6/lpb
Sedimen epitel : (+)
Sedimen kristal : (-)
Diagnosis kerja
Gagal jantung kongestif
Terapi
IVFD Ringer Laktat 24 tpm
Inj. Ceftriaxone 500 mg/12 jam i.v
FOLLOW UP
Follow Up pasien 29 Januari 2013
S : Sesak (+),
Berdebar-debar,
Belum bisa berbaring.
O : Keadaan umum sakit berat
TD : 90/60 mmHg R : 35 x/min
N : 105 x/min S : 36 0C
Edem pada kedua tungkai bawah
A : Gagal jantung kongestif
P : 02 2L/min
IVFD Ringer Laktat 10 tpm
Bed Rest total
Rencana konsul ahli jantung
Laboratorium 29 Januari 2013
1. Fungsi ginjal : Ureum : 53 mg/dL
Kreatin : 0,8 mg/dL
2. Fungsi hati : SGOT : 82 u/L
SGPT : 65 u/L
3. Urinalisis : Protein : (+1)
Glukosa : (-)
Leukosit : 5/ LBP
Eritrosit : 4/ BLP
Kristal : Bilirubin
4. Darah Rutin : Hb : 8,3 g/dL
HCl 29,4 %
WBC 12,2x10 g/dL
Plt : 355x10 g/dL
Follow up pasien 30 Januari 2013
S : Pasien masih merasa sesak + berdebar-debar
Luka membesar mengeluarkan air
O : Keadaan umum sakit berat
TD : 90/60 mmHg
N : 120x/menit
R : 38x/menit
S : 36o C
A : Gagal jantung kongestif
P : Lanjutkan terapi
Perawatan luka
Konsultasi ahli jantung; Echocardiogram
Follow up pasien 31 Januari 2013
S : Sesak sedikit berkurang;
Dada sebelah kiri terasa seperti tertusuk;
Luka berkurang;
Bengkak berkurang
O : Orthopnea menurun
TD : 90/60 mmHg
N : 102 x/menit
R : 34 x/menit
S : 36,3 C
A : Gagal jantung kongestif
P : Lanjutkan terapi;
Hasil konsul kulit Selulitis
Terapi yang ditambahkan gentamisin cream
Follow up 1 Februari 2013
S : Sesak berkurang;
Berdebar berkurang;
Nyeri dada sebelah kiri
O : Keadaan umum lemas
TD : 100/60 mmHg
N : 125 x/m
R : 30 x/menit
S : 36,5O C
A : Hasil konsul jantung CHF derajat III e.c valvular heart disease
P : Catopril 3x62,5 mg
Bisoprolol 2,5 mg 1-0-0
Furesemid 2x20 mg i.v
Hasil Echocardiogram
1. Situs solitus
2. AV-VA Corcordanea
3. Kontraktilitas LU-RV baik
4. IAS & IVS incak
5. PDA (-)
Follow up 2 Februari 2013
S : Sesak berkurang;
Berdebar berkurang;
Nyeri dada menjalar sepanjang arcus costa kiri
O : TD : 90/60 mmHg
N : 115 x/menit
R : 28 x/menit
S : 36,9 C
Luka pada tungkai bawah menurun
Striae pada area bekas edema
A : CHF derajat III e.c valvular heart disease e.c penyakit jantung rematik
P : Lanjutkan terapi
Follow up 3 Februari 2013
S : Sesak berkurang;
Berdebar berkurang;
Nyeri dada datang-datangan;
O : TD : 90/50
N : 95
R : 35
S : 38
Luka pada tungkai bawah membaik
A : CHF derajat III e.c valvular heart disease e.c penyakit jantung rematik
P : Lanjutkan terapi
Follow up 4 Februari 2013
S : Sesak berkurang;
Berdebar berkurang;
Nyeri dada (+);
Batuk; panas
O : TD : 120/70 mmHg
N : 100 x/menit
R : 53
S : 37,9 C
Luka membaik
A : CHF derajat III e.c valvular heart disease e.c penyakit jantung rematik
P : Lanjut terapi
Follow up 5 Februari 2013
S : Sesak berkurang;
Nyeri dada berkurang;
Sakit perut
O : Keadaan umum lemas,
Edem anasarka (+)
Ascites (+)
TD : 90/50 mmHg
N : 98 x/menit
R : 42 x/menit
S : 36,3 C
A : CHF derajat III e.c valvular heart disease e.c penyakit jantung rematik
P : O2 2 L/mnt
IVFD Ringer Laktat 8 tpm
Catopril 3x6,25 mg
Bisoprolol 2,5 mg (1-0-0)
Fusosemid 2x20 mg/12 jam i.v
Ampicilin inj. 4x500 mg
Bed rest total
DISKUSI
Gagal jantung pada anak merupakan suatu sindrom klinis yang disebabkan oleh
gagalnya mekanisme kompensasi otot miokard dalam mengantisipasi peningkatan beban
volume berlebih ataupun beban tekanan berlebih yang tengah dihadapinya, sehingga
tidak mampu memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan
tubuh. Kemampuan jantung untuk memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh
ditentukan oleh curah jantung, yang dipengaruhi oleh 4 faktor penting:
1. Preload (beban volume)
2. Afterload (beban tekanan)
3. Kontraklitas otot jantung
4. Frekuensi denyut jantung
Tanda dan gejala gagal jantung kongestif pada anak yang lebih besar serupa dengan tanda
dan gejala yang timbul pada orang dewasa. Anak biasanya tampak sesak, sukar menarik nafas
secara leluasa, disertai frekuensi pernapasan lebih dari 40 x/menit. Dispnea dan takipnea mula-
mula tampak rigan, tetapi bisa pula bertambah berat, disertai retraksi interkostal dan suprasternal.
Anak akan tampak berkeringat banyak, yang disebabkan oleh meningkatnya metabolism
tubuh dan berkurangnya aliran darah pada pembuluh darah perifer. Pada gagal jantung yang
sudah lanjut, anak akan tampak edem karena retensi cairan yang berlebihan.
Pada kasus ini gagal jantung ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, foto
thoraks, EKG, dan echocardiografi. Dari anamnesa dan pemeriksaan fisik didapatkan adanya:
sesak, jantung berdebar, takipnea, orthopnea, kardiomegali, bising jantung, peningkatan tekanan
vena jugulare, hepatomegali. Pada pemeriksaan foto thoraks didapatkan kardiomegali dengan
CTR 65%. Dari hasil pemeriksaan EKG didapatkan sinus takikardi. Pada pemeriksaan
echocardiografi didapatkan adanya gangguan pada katup mitral.
Pada anak-anak, remaja dan dewasa muda gagal jantung umumnya disebabkann karena
penyakit yang didapat antara lain deman rematik dan penyakit jantung rematik. Cedera sisa pada
katup jantung akibat demam rematik paling sering adalah katup mitral, baik insufisiensi maupun
stenosis. Pada kasus ini gagal jantung disebabkan oleh penyakit jantung rematik.
Penyakit jantung rematik adalah suatu sindroma klinik kelainan jantng sebagai akibat
demam rematik atau kelainan jantung yang memenuhi criteria Jones yang dimodifikasi, yaitu
terdapat 2 atau lebih manifestasi mayor; atau terdapat 1 manifestasi mayor dan disertai 2 atau
lebih manifestasi minor; ditambah dengan adanya riwayat infeksi streptokokus beta hemolitikus
grup A sebelumnya.
Manifestasi mayor Manifestasi minor
Karditis
Poliarthritis migrans
Nodul subkuta
Eritema marginatum
Khorea
Demam
Atralgia
Riwayat demam rematik atau penyakit jantung rematik
LED yeng meningkat
CRP meningkat
Interval P-R yang memanjang pada EKG
Diagnosis penyakit jantung rematik pada kasus ini ditegakkan berdasarkan 1 kriteria mayor
yaitu karditis yang ditandai dengan adanya bising jantung dan pemeriksaan echocardiogram; dan
2 kriteri minor yaitu adanya demam dan atralgia.
Penatalaksanaan gagal jantung yang utama ditujukan terhadap:
1. Mengatasi keadaan gagal jantung
2. Melakukan koreksi terhadap faktor yang memperberat
3. Mengobati penyebab utama penyakit yang mendasari.
Untuk mengatasi keadaan gagal jantung yaitu dengan perawatan umum berupa istirahat,
pasien dirawat inap, bed rest total dengan posisi setengah duduk, pemberian oksigen, pemberian
cairan; diet yang diberikan yaitu rendah garam, cukup kalori dan protein; medikamentosa, untuk
memperbaiki preload, afterload dan perbaikan kontraktilitas mikardium. Pada penderita ini
dilakukan bed rest total dengan posisi setengah duduk, pemberian oksigen, dengan diet rendah
garam. Pada pemberian medikamentosa diberikan obat vasodilator, diuretic dan antibiotik. Obat
vasodilator yang digunakan adalah captopril dengan dosis 3 x 6,25 mg. Captopril adalah suatu
inhibitor ACE yang akhir-akhir ini paling banyak dipakai untuk menurunkan preload dan afterload.
Enzym angiotensin converting mengkatalisis konversi angiotensin I yang inaktif menjadi angiotensin II,
yang memegang peran dalam pengaturan tekanan darah dan keseimbangan air dan natrium. Captopri
menghambat konversi tersebut sehingga kadar angiotensin II rendah, dengan perantara sistem kinin,
prostaglandin dan kalikrin terjadilah vasodilatasi, sekresi aldosteron menurun, aliran darah ke ginjal
meningkat sehingga sekresi natrium meningkat. Pada proses terapi diberikan juga bisoprolol 2,5 mg
diberikan pada pagi hari, mekanisme kerja dari obat ini adalah dengan menurunkan curah jantung,
menghambat pelepasan rennin oleh ginjal dan mengurai aliran tonus simpatis dari pusat vasomotor pada
otak. Diuretik juga digunakan dalam tatalaksana gagal jantung. Furosemid menghambat retensi air dan
natrium di ginjal sehingga mengurangi volume sirkulasi dan mngurangi preload jantung. Untuk
mengobati penyebab utama penyakit yang mendasari dilakukan eradikasi streptokokus dengan pemberian
ampicilin 4 x 500 mg.
Prognosis gagal jantung pada penyakit jantung rematik bergantung pada derajat kelainan katup dan
gagal jantung. Pada insufisiensi mitral biasanya hanya sebagian kecil yang memburuk tanpa serangan
ulang, sedangkan komplikasi endokarditis berkisar 5% dari kasus. Stenosis mitral biasanya cenderung
progresif.