Kasus ASKEP 402
-
Upload
wira-wimala -
Category
Documents
-
view
219 -
download
4
Transcript of Kasus ASKEP 402
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M
DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : SIROSIS HEPATIS
DI RUANGAN MARIA 4 KAMAR 402
RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG
disusun untuk memenuhi tugas karyawan magang
disusun oleh :
Anindita
Kiki Amelia Rawulun
Maria Priliantari A
Yuli Triana
Nida Amidah
Feranty Athalia
Tyas
Ni Putri Putu Kharisma
Novie
Ernawati
RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS
BANDUNG
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
tuntunan-Nya hingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan AsKep yang berjudul tentang
”Asuhan Keperawatan pada Ny. M dengan gangguan sistem pencernaan : Sirosis Hepatis”
dalam waktu yang telah ditentukan.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada :
Ibu Ns. Sari Andriani selaku dosen pembimbing praktik bagian Maria 4, yang telah
memberi arahan dalam penyusunan AsKep ini.
Juga bagi bagian keperawatan RS Santo Borromeus yang telah memberikan kesempatan
pada penyusun untuk semakin mahir dalam menyusun asuhan keperawatan melalui
penugasan ini.
Walaupun dalam penyusunannya penyusun telah berupaya untuk mengacu pada
referensi–referensi terbaru yang telah disesuaikan, tetapi penyusun juga menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan AsKep ini. Oleh karena itu, penyusun menerima kritik
dan saran demi perbaikan di dalam penyusunan AsKep berikutnya.
Akhirnya, penyusun berharap semoga makalah AsKep yang telah di susun ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.
Bandung, Mei 2012
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di negara maju, sirosis hatis merupakan penyebab kematian terbesar pada pasien
yang berusia 45 – 46 tahun (setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker). Diseluruh dunia
sirosis menempati urutan ke tujuh penyebab kematian. Sekitar 25.000 orang meninggal
setiap tahun akibat penyakit ini. Sirosis hati merupakan penyakit hati yang sering
ditemukan dalam ruang perawatan Bagian Penyakit Dalam. Perawatan di Rumah Sakit
sebagian besar kasus terutama ditujukan untuk mengatasi berbagai penyakit yang
ditimbulkan seperti perdarahan saluran cerna bagian atas, koma peptikum, hepatorenal
sindrom, dan asites, Spontaneous bacterial peritonitis serta Hepatosellular carsinoma.
Gejala klinis dari sirosis hati sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala sampai
dengan gejala yang sangat jelas. Apabila diperhatikan, laporan di negara maju, maka
kasus sirosis hati yang datang berobat ke dokter hanya kira-kira 30% dari seluruh
populasi penyakit in, dan lebih kurang 30% lainnya ditemukan secara kebetulan ketika
berobat untuk penyakit lain, sisanya ditemukan saat atopsi.
Penderita sirosis hapatis terkadang tidak menyadari akan penyakitnya, maka dari
itu kami kelompok merasa sangat perlu mengangkat kasus ini agar sebagi perawat kita
dapat lebih memahami mengenai penyakit ini dan dapat mengetahui gejala awal sebelum
sampai pada tahap kronis.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Diharapkan dengan adanya makalah ini peserta magang dapat mengetahui dan
memahami mengenai penyakit sirosis hepatis yang pada akhirnya diharapkan mampu
memberikan asuhan keperawatan yang kompeten pada kasus siroris hepatis di rumah
sakit.
2. Tujuan khusus
a. Peserta magang mampu dan memahami mengenai pengertian dari sirosis hepatis.
b. Peserta magang mengerti mengenai anatomi dan fisiologi hepar.
c. Peserta magang mengetahui tentang penyebab atau etilogi dari sirosis hepatis.
d. Peserta magang mangetahui mengenai uji laboratorium untuk penderita sirosis
hepatis.
e. Peserta magang mengetahui mengenai komplikasi dari penyakit sirosis hepatis.
f. Peserta magang mampu mengerti dan mampu membuat patoflow dari sirosis
hepatis.
g. Peserta magang mampu menerapkan tahap-tahap asuhan keperawatan pada pasien
dengan sirosis hepatis.
3. METODE
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan pada Pasien Sirosis Hepatis” yaitu studi pustaka, wawancara langsung
dengan penderita sirosis hepatis, konsultasi pada pembimbing praktek bagian, serta
browsing melalui media elektronik.
4. SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini terdiri dari empat bab, bab pertama yaitu pendahuluan yang
didalamnya terdiri dari latar belakang, tujuan umum dan tujuan khusus, metode yang
digunakan dalam penyusunan makalah, dan sistematika penulisan. Bab kedua berisikan
tentang pengertian dari sirosis hati, anatomi fisiologi hepar, etiologi dari penyakit sirosis
hepatis, komplikasi akibat dari sirosis hepatis, dan patoflow sirosis hepatis. Bab ketiga
berisikan mengenai pengkajian pasien yang terkena penyakit sirosis hepatis, diagnosa
keperawatan pada pasien sirosis hepatis, intervensi serta implementasi penyakit sirosis
hepatis, dan evaluasi hasil dari tindakan yang telah dilakukan pada pasien sirosis hepatis,
sedangkan bab terakhir atau bab empat berisikan kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Sirosis Hepatis
Istilah sirosis hati diberikan oleh Laence tahun 1819, yang berasal dari kata
Khirros yang berarti kuning orange (orange yellow), karena perubahan warna pada nodul
– nodul yang terbentuk. Sirosis hepatis yaitu suatu keadaan disorganisasi yang difuse dari
struktur hati yang normal akibat nodul regeneratif yang dikelilingi jaringan mengalami
fibrosis. ( Rosenack,J, Diagnosis and Therapy of Chronic Liver and Biliarry
Diseases)
Sirosis hati adalah suatu penyakit dimana sirkulasi mikro, anatomi pembuluh
darah besar dan seluruh sistem arsitektur hati mengalami perubahan menjadi tidak teratur
dan terjadi penambahan jaringan ikat (fibrosis) disekitar parenkim hati yang mengalami
regenerasi. ( Lesmana.L.A ).
Sirosis Hepatis ialah terjadinya fibrosis yang sudah meluas dengan terbentuknya
nodul-nodul pada semua bagian hati dan terjadinya fibrosis tidak hanya pada satu lobulus
saja. (Sherlock.S, Penyakit Hati dan Sistem Saluran Empedu, Oxford,England
Blackwell 1997)
Jadi, sirosis hepatis adalah
B. ANATOMI FISIOLOGI HEPAR
Hati merupakan organ terbesar tubuh, dapat dianggap sebagai sebuah pabrik
kimia yang membuat, menyimpan, mengubah dan mengekskresikan sejumlah besar
substansi yang terlibat dalam metabolisme. Hati terletak di belakang tulang iga atau costa
dalam rongga abdomen daerah kanan atas. Hati memiliki berat sekitar 1500 gram dan
dibagi dalam 4 lobus, setiap lobus hati terbungkus oleh lapisan tipis jaringan ikat yang
membentang ke dalam lobus itu sendiri dan membagi masa hati menjadi unit-unit yang
lebih kecil yang disebut lobulus. Sirkulasi darah ke dalam dan keluar hati sangat penting
dalam penyelenggaraan fungsi hati kurang lebih 75% suplai darah datang dari vena porta
yang mengalirkan darah yang kaya akan nutrien dari traktus gastrointestinal. Dalam hati
sel-sel dinamakan sel kupffer. Fungsi utama sel kupffer adalah memakan benda partikel
(seperti bakteri) yang masuk ke dalam hati lewat darah portal.
FUNGSI METABOLISME HATI
Metabolisme glukosa, hati memegang peranan yang penting dalam metabolisme
glukosa dan pengaturan kadar glukosa darah. Sesudah makan, glukosa diambil dari darah
vena portal oleh hati dan diubah menjadi glikogen yang disimpan dalam hepatosit.
Selanjutnya glikogen diubah kembali menjadi glukosa dan jika diperlukan dilepaskan ke
dalam aliran darah untuk mempertahankan kadar glukosa yang normal. Glukosa
tambahan dapat disintesis oleh hati lewat proses yang dinamakan glukoneogenesis. Untuk
melaksanakan proses ini, hati menggunakan asam amino hasil pemecahan protein atau
laktat yang diproduksi oleh otot yang bekerja.
Metabolisme ammonia, penggunaan asam-asam amino untuk glukoneogenesis
akan membentuk ammonia untuk hasil sampingan. Hati mengubah ammonia yang
dihasilkan oleh proses metabolic ini menjadi ureum. Ammonia yang diproduksi oleh
bakteri dalam intestinum juga akan dikeluarkan dari dalam darah portal untuk sintesis
ureum. Dengan cara ini, hati mengubah amonia yang merupakan toksin berbahaya
menjadi ureum yaitu senyawa yang dapat di ekskresikan ke dalam urine.
Metabolisme protein, hati juga memegang peranan yang penting dalam
metabolisme protein. Organ ini mensistesis hampir seluruh plasma protein (kecuali τ-
globulin), termasuk albumin, α dan β globulin, factor-faktor pembekuan darah, protein
transport yang spesifik dan sebagian besar lipoprotein plasma. Vitamin k diperlukan oleh
hati untuk mensintesis protrombin dan sebagian factor pembekuan lainnya. Asam-asam
amino berfungsi sebagai unsur pembangun bagi sintesis protein.
Metabolisme lemak, asam-asam lemak dapat dipecah untuk memproduksi energi
dan badan keton (asam aseto asetat, asam β-hidroksibutirat serta aseton). Badan keton
merupakan senyawa senyawa kecil yang dapat masuk ke dalam aliran darah dan menjadi
sumber energi bagi otot serta jaringan tubuh lainnya. Pemecahan asam lemak menjadi
badan keton terutama terjadi ketika ketersediaan glukosa untuk metabolisme sangat
terbatas, seperti pada kelaparan atau diabetes tidak terkontrol.
Penyimpanan vitamin dan zat besi. Vitamin A, B12 dan D dan beberapa vitamin
B-komplex disimpan dalam jumlah yang besar dalam hati. Substansi tertentu, seperti zat
besi dan tembaga, juga disimpan dalam hati. Karena hati kaya akan substansi atau zat-zat
tersebut, ekstrak hati banyak digunakan untuk mengobati berbagai macam kelainan
nutrisi.
METABOLISME OBAT
Banyak obat di metabolisasi oleh hati. Metabolisme umumnya menghilangkan
aktivitas obat tersebut meskipun pada sebagian kasus, aktivitas obat dapat terjadi. Salah
satu lintasan penting untuk metabolisme obat meliputi konjugasi ( pengikatan ) obat
tersebut dengan sejumlah senyawa, seperti asam glukoronat atau asam asetat, untuk
membentuk substansi yang lebih larut. Hasil konjugasi tersebut dapat diekskresikan
kedalam feses atau urin seperti ekskresi bilirubin.
EKSKRESI BILIRUBIN
Bilirubin adalah pigmen yang berasal dari pemecahan hemoglobin oleh sel-sel
pada sistem retikuloendotelial yang mencakup sel-sel kupffer dari hati. Hepatosit
mengeluarkan bilirubin dari dalam darah dan melalui reaksi kimia mengubahnya lewat
konjugasi menjadi asam glukoronat yang membuat bilirubin lebih dapat larut didalam
larutan yang encer. Bilirubin terkonjugasi disekresikan oleh hepatosit ke dalam
kanalikulus empedu di dekat dan akhirnya dibawa dalam empedu ke duodenum. Dalam
usus, bilirubin dikonversikan menjadi urobilirubin yang sebagian akan diekskresikan
kedalam feses dan sebagian lagi diabsorbsi lewat mukosa intestin ke dalam darah porta.
Sebagian memasuki sirkulasi sistemik dan diekskresikan oleh ginjal ke dalam urin.
Konsentrasi bilirubin dalam darah dapat meningkat jika terdapat penyakit hati, bila aliran
empedu terhalang (yaitu, bantu empedu dalam saluran empedu) atau terjadi
penghancuran sel-sel darah merah yang berlebihan.
C. KLASIFIKASI SIROSIS
1. Sirosis portal laennec (alkoholik nutrisional), dimana jaringan parut secara khas
mengelilingi daerah portal. Sering disebabkan oleh alkoholis kronis.
2. Sirosis pasca nekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat
lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.
3. Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di sekitar saluran
empedu. Terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi (kolangitis).
D. Etiologi Sirosis Hepatis
Sirosis dapat disebabkan oleh banyak keadaan, termasuk radang kronis
berkepanjangan, racun, infeksi, dan penyakit jantung. Di Amerika sendiri penyebab
sirosis hepatik mulai dari yang paring sering
1. Hepatitis C (26%)
2. Alcoholic Liver Disease (21%)
3. Penyebab Cryptogenik/Tidak diketahui (18%)
4. Hepatitis C + Alkohol (15%)
5. Hepatitis B (15%)
6. Lain-lain (5%)
E. Patofisiologi
Hati dapat terlukai oleh berbagai macam sebab dan kejadian, kejadian tersebut
dapat terjadi dalam waktu yang singkat atau dalam keadaan yang kronis atau perlukaan
hati yang terus menerus yang terjadi pada peminum alcohol aktif. Hati kemudian
merespon kerusakan sel tersebut dengan membentuk ekstraselular matriks yang
mengandung kolagen, glikoprotein, dan proteoglikans. Sel stellata berperan dalam
membentuk ekstraselular matriks ini. Pada cedera yang akut sel stellata membentuk
kembali ekstraselular matriks ini sehingga ditemukan pembengkakan pada hati. Namun,
ada beberapa parakrine faktor yang menyebabkan sel stellata menjadi sel penghasil
kolagen. Faktor parakrine ini mungkin dilepaskan oleh hepatocytes, sel Kupffer, dan
endotel sinusoid sebagai respon terhadap cedera berkepanjangan. Sebagai contoh
peningkatan kadar sitokin transforming growth facto beta 1 (TGF-beta1) ditemukan pada
pasien dengan Hepatitis C kronis dan pasien sirosis. TGF-beta1 kemudian mengaktivasi
sel stellata untuk memproduksi kolagen tipe 1 dan pada akhirnya ukuran hati menyusut.
Peningkatan deposisi kolagen pada perisinusoidal dan berkurangnya ukuran dari
fenestra endotel hepatic menyebabkan kapilerisasi (ukuran pori seperti endotel kapiler)
dari sinusoid. Sel stellata dalam memproduksi kolagen mengalami kontraksi yang cukup
besar untuk menekan daerah perisinusoidal Adanya kapilarisasi dan kontraktilitas sel
stellata inilah yang menyebabkan penekanan pada banyak vena di hati sehingga
mengganggu proses aliran darah ke sel hati dan pada akhirnya sel hati
mati, kematian hepatocytes dalam jumlah yang besar akan menyebabkan banyaknya
fungsi hati yang rusak sehingga menyebabkan banyak gejala klinis. Kompresi dari vena
pada hati akan dapat menyebabkan hipertensi portal yang merupakan keadaan utama
penyebab terjadinya manifestasi klinis.
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering timbul pada penderita Sirosis Hepatis diantaranya adalah:
1. Perdarahan Gastrointestinal
Setiap penderita Sirosis Hepatis dekompensata terjadi hipertensi portal, dan
timbul varises esophagus. Varises esophagus yang terjadi pada suatu waktu mudah
pecah, sehingga timbul perdarahan yang massif. Sifat perdarahan yang ditimbulkan
adalah muntah darah atau hematemesis biasanya mendadak dan massif tanpa
didahului rasa nyeri di epigastrium. Darah yang keluar berwarna kehitam-hitaman
dan tidak akan membeku, karena sudah tercampur dengan asam lambung. Setelah
hematemesis selalu disusul dengan melena (Sujono Hadi). Mungkin juga perdarahan
pada penderita Sirosis Hepatis tidak hanya disebabkan oleh pecahnya varises
esophagus saja. FAINER dan HALSTED pada tahun 1965 melaporkan dari 76
penderita Sirosis Hepatis dengan perdarahan ditemukan 62% disebabkan oleh
pecahnya varises esofagii, 18% karena ulkus peptikum dan 5% karena erosi lambung.
2. Koma hepatikum
Komplikasi yang terbanyak dari penderita Sirosis Hepatis adalah koma
hepatikum. Timbulnya koma hepatikum dapat sebagai akibat dari faal hati sendiri
yang sudah sangat rusak, sehingga hati tidak dapat melakukan fungsinya sama sekali.
Ini disebut sebagai koma hepatikum primer. Dapat pula koma hepatikum timbul
sebagai akibat perdarahan, parasentese, gangguan elektrolit, obat-obatan dan lain-lain,
dan disebut koma hepatikum sekunder.
Pada penyakit hati yang kronis timbullah gangguan metabolisme protein, dan
berkurangnya pembentukan asam glukoronat dan sulfat. Demikian pula proses
detoksifikasi berkurang. Pada keadaan normal, amoniak akan diserap ke dalam
sirkulasi portal masuk ke dalam hati, kemudian oleh sel hati diubah menjadi urea.
Pada penderita dengan kerusakan sel hati yang berat, banyak amoniak yang bebas
beredar dalam darah. Oleh karena sel hati tidak dapat mengubah amoniak menjadi
urea lagi, akhirnya amoniak menuju ke otak dan bersifat toksik/iritatif pada otak.
3. Ulkus peptikum
Menurut TUMEN timbulnya ulkus peptikum pada penderita Sirosis Hepatis lebih
besar bila dibandingkan dengan penderita normal. Beberapa kemungkinan disebutkan
diantaranya ialah timbulnya hiperemi pada mukosa gaster dan duodenum, resistensi
yang menurun pada mukosa, dan kemungkinan lain ialah timbulnya defisiensi
makanan.
4. Karsinoma hepatoselular
SHERLOCK (1968) melaporkan dari 1073 penderita karsinoma hati menemukan
61,3 % penderita disertai dengan Sirosis Hepatis. Kemungkinan timbulnya karsinoma
pada Sirosis Hepatis terutama pada bentuk postnekrotik ialah karena adanya
hiperplasi noduler yang akan berubah menjadi adenomata multiple kemudian berubah
menjadi karsinoma yang multiple.
5. Infeksi
Setiap penurunan kondisi badan akan mudah kena infeksi, termasuk juga
penderita sirosis, kondisi badannya menurun. Menurut SCHIFF, SPELLBERG
infeksi yang sering timbul pada penderita sirosis, diantaranya adalah : peritonitis,
bronchopneumonia, pneumonia, tbc paru-paru, glomeluronefritis kronik, pielonefritis,
sistitis, perikarditis, endokarditis, erysipelas maupun septikkus .
G. MANIFESTASI KLINIS
1. Merasa kemampuan jasmani menurun
2. Nausea, nafsu makan menurun dan diikuti dengan penurunan berat badan
3. Mata berwarna kuning dan buang air kecil berwarna gelap
4. Pembesaran perut dan kaki bengkak
5. Perdarahan saluran cerna bagian atas
6. Pada keadaan lanjut dapat dijumpai pasien tidak sadarkan diri (Hepatic
7. Enchephalopathy
H. LABORATORIUM
Pemeriksaan Laboratorium
1. Pada Darah dijumpai HB rendah, anemia normokrom normositer, hipokrom
mikrositer / hipokrom makrositer, anemia dapat dari akibat hipersplemisme dengan
leukopenia dan trombositopenia, kolesterol darah yang selalu rendah mempunyai
prognosis yang kurang baik.
2. Kenaikan kadar enzim transaminase – SGOT, SGPT bukan merupakan petunjuk berat
ringannya kerusakan parenkim hati, kenaikan kadar ini timbul dalam serum akibat
kebocoran dari sel yang rusak, pemeriksaan bilirubin, transaminase dan gamma GT
tidak meningkat pada sirosis inaktif.
3. Albumin akan merendah karena kemampuan sel hati yang berkurang, dan juga
globulin yang naik merupakan cerminan daya tahan sel hati yang kurang dan
menghadapi stress.
4. Pemeriksaan CHE (kolinesterase). Ini penting karena bila kadar CHE turun,
kemampuan sel hati turun, tapi bila CHE normal / tambah turun akan menunjukan
prognasis jelek.
5. Kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretic dan pembatasan garam dalam
diet, bila ensefalopati, kadar Na turun dari 4 meg/L menunjukan kemungkinan telah
terjadi sindrom hepatorenal.
6. Pemanjangan masa protrombin merupakan petunjuk adanya penurunan fungsi hati.
Pemberian vit K baik untuk menilai kemungkinan perdarahan baik dari varises
esophagus, gusi maupun epistaksis.
7. Peningggian kadar gula darah. Hati tidak mampu membentuk glikogen, bila terus
meninggi prognosis jelek.
8. Pemeriksaan marker serologi seperti virus, HbsAg/HbsAb, HbcAg/ HbcAb, HBV
DNA, HCV RNA., untuk menentukan etiologi sirosis hati dan pemeriksaan AFP (alfa
feto protein) penting dalam menentukan apakah telah terjadi transpormasi kearah
keganasan.
I. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SIROSIS HEPATIS
1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Mengapa pasien masuk Rumah Sakit dan apa keluahan utama pasien, sehingga
dapat ditegakkan prioritas masalah keperawatan yang dapat muncul.
b. Riwayat Kesehatan Sebelumnya
Apakah pasien pernah dirawat dengan penyakit yang sama atau penyakit lain
yang berhubungan dengan penyakit hati, sehingga menyebabkan penyakit Sirosis
hepatis. Apakah pernah sebagai pengguna alkohol dalam jangka waktu yang lama
disamping asupan makanan dan perubahan dalam status jasmani serta rohani
pasien.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah penyakit-penyakit yang dalam keluarga sehingga membawa dampak berat
pada keadaan atau yang menyebabkan Sirosis hepatis, seperti keadaan sakit DM,
hipertensi, ginjal yang ada dalam keluarga. Hal ini penting dilakukan bila ada gejala-
gejala yang memang bawaan dari keluarga pasien.
d. Riwayat Tumbuh Kembang
Kelainan-kelainan fisik atau kematangan dari perkembangan dan pertumbuhan
seseorang yang dapat mempengaruhi keadaan penyakit, seperti ada riwayat
pernah icterus saat lahir yang lama, atau lahir premature, kelengkapan imunisasi,
pada form yang tersedia tidak terdapat isian yang berkaitan dengan riwayat
tumbuh kembang.
e. Riwayat Sosial Ekonomi
Apakah pasien suka berkumpul dengan orang-orang sekitar yang pernah
mengalami penyakit hepatitis, berkumpul dengan orang-orang yang dampaknya
mempengaruhi perilaku pasien yaitu peminum alcohol, karena keadaan
lingkungan sekitar yang tidak sehat.
f. Riwayat Psikologi
Bagaimana pasien menghadapi penyakitnya saat ini apakah pasien dapat
menerima, ada tekanan psikologis berhubungan dengan sakitnya. Kita kaji
tingkah laku dan kepribadian, karena pada pasien dengan sirosis hepatis
dimungkinkan terjadi perubahan tingkah laku dan kepribadian, emosi labil,
menarik diri, dan depresi. Fatique dan letargi dapat muncul akibat perasaan pasien
akan sakitnya. Dapat juga terjadi gangguan body image akibat dari edema,
gangguan integument, dan terpasangnya alat-alat invasive (seperti infuse, kateter).
Terjadinya perubahan gaya hidup, perubaha peran dan tanggungjawab keluarga,
dan perubahan status financial (Lewis, Heitkemper, & Dirksen, 2000).
g. Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran dan keadaan umum pasien
Perlu dikaji tingkat kesadaran pasien dari sadar – tidak sadar (composmentis –
coma) untuk mengetahui berat ringannya prognosis penyakit pasien, kekacuan
fungsi dari hepar salah satunya membawa dampak yang tidak langsung
terhadap penurunan kesadaran, salah satunya dengan adanya anemia
menyebabkan pasokan O2 ke jaringan kurang termasuk pada otak.
2) Tanda – tanda vital dan pemeriksaan fisik Kepala – kaki, TD, Nadi, Respirasi,
Temperatur Merupakan tolak ukur dari keadaan umum pasien / kondisi
pasien dan termasuk pemeriksaan dari kepala sampai kaki dan lebih focus
pada pemeriksaan organ seperti hati, abdomen, limpa dengan menggunakan
prinsip-prinsip inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi), disamping itu juga
penimbangan BB dan pengukuran tinggi badan dan LLA untuk mengetahui
adanya penambahan BB karena retreksi cairan dalam tubuh disamping juga
untuk menentukan tingakat gangguan nutrisi yanag terjadi, sehingga dapat
dihitung kebutuhan Nutrisi yang dibutuhkan.
a) Hati : perkiraan besar hati, bila ditemukan hati membesar tanda awal
adanya cirosis hepatis, tapi bila hati mengecil prognosis kurang baik,
konsistensi biasanya kenyal / firm, pinggir hati tumpul dan ada nyeri tekan
pada perabaan hati. Pada pasien tertentu ditemukan adanya pembesaran
walaupun minimal (USG hepar). Dan menunjukkan sirosis hati dengan
hipertensi portal.
b) Limpa: ada pembesaran limpa, dapat diukur dengan 2 cara : Schuffner,
hati membesar ke medial dan ke bawah menuju umbilicus (S-I-IV) dan
dari umbilicus ke SIAS kanan (S V-VIII)-Hacket, bila limpa membesar ke
arah bawah saja.
c) Pada abdomen dan ekstra abdomen dapat diperhatikan adanya vena
kolateral dan acites, manifestasi diluar perut: perhatikan adanya spinder
nevi pada tubuh bagian atas, bahu, leher, dada, pinggang, caput medussae
dan tubuh bagian bawah, perlunya diperhatikan adanya eritema palmaris,
ginekomastia dan atropi testis pada pria, bias juga ditemukan hemoroid.
2. Diagnosa dan intervensi keperawatan
Diagnosa Keperawatan
1) Kekurangan volume cairan intrasel b.d kehilangan cairan berlebih, melalui muntah
dan perpindahan ke ruangan ke tiga (asites)
2) Kelebihan volume cairan b.d asites dan pembentukan edema.
3) Kerusakan integritas kulit b.d adanya ikterus dan odema serta akumulasi garam
empedu dalam jaringan.
4) Resiko tinggi kurangnya nutrisi b.d intake yang inadekuat.
5) Intoleransi aktifitas b.d kelelahan, letargi dan malaise (tidak enak badan)
Intervensi Keperawatan
DIAGNOSAKEPERAWATAN
HASIL YANGDIHARAPKAN
RENCANATINDAKAN
1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan berlebih, melalui muntah dan perpindahan ke ruangan ke tiga (asites)
Yang ditandai dengan :DS : - Pasien mengeluh lemas- Pasien mengeluh perut
terasa kembung dan tidak enak di perut
-DO :- Suhu :
Nadi :TD :
- Pasien tampak lemas- Abdomen tampak asites :
LP : cm- Teraba pembesaran Hepar
Tujuan :Kebutuhan akan volum cairan terpenuhi selama perawatan
Kriteria :- Tanda-tanda vital dalam
batas normal 36 C- 37C- Turgor kulit normal- Mukosa mulut dan bibir
lembab- Keluhan muntah dan diare
berkurang s.d hilang
1. Kaji status hidrasi pasien : turgor kulit, keluhan haus, membran mucosa mulut dan bibir, urine output tiap shift.
2. Observasi TTV tiap 2-4 jam
3. Catat I/O tiap shift4. Kaji tanda2 dehidrasi
(oliguri, penurunan BB, perubahan tingkat kesadaran)
5. Kaji adanya asites atau pembentukan udem, ungkur lingkar perut tiap shift
6. Observasi tanda2 perdarahan : hematuri, melena n perdarahan gusi
7. Ciptakan lingkungan yang nyaman
8. Kompres air hangat bila terjadi hipertensi
9. Berikan banyak minum bila tidak ada kontraindikasi
10. Berikan terapi sesuai program medis
(Antibiotik, antipiretik, cairan parenteral)
2. Kerusakan integritas kulit b.d adanya ikterus dan udema serta akumulasi garam empedu dalam jaringan
Yang ditandai dengan :DS : - Pasien mengeluh kulit
gatal-gatal - Pasien mengeluh kulit
berwarna kuning
DO :- Pasien tampak ikterik- Kulit tampak kering- Terdapat udema- Pasien tampak menggaruk-
garuk kulitnya
Tujuan :Tidak terjadi kerusakan kulit selama perawatan
Kriteria :- Bibir, mukosa mulut utuh,
bersih dan lembab- Kulit tidak lecet
1. Kaji rasa tidak nyaman yang berhubungan dengan keluhan gatal dan udem
2. Perhatikan dan catat derajat ikterus dan udem
3. Kaji keluhan atau integritas kulit tiap shift
4. Lakukan perawatan kulit dengan minyak atau lotion
5. Ajurkan menggunakan pakaian yang longgar
6. Lakukan mika-miki dan gosok punggung tiap shift
7. Berikan penjelasan kepadfa pasien tentang penyebab keluhan gatal dan cara mengatasasinya
8. Laksanakan program dokter untuk pemberian : antihistamin, rsalep atau cream.
3. Resiko tinggi kurangnya nutrisi b.d intake yang inadekuat
Yang ditandai dengan :DS : - Pasien mengeluh lemas- Pasien mengeluh tidak
enak badan- Pasien mengeluh mualDO :- Pasien tampak berbaring
lemas- BB : kg- Abdomen tampak
kembung, tegang dan asites
- Teraba pembesaran hepar- Makan…. porsi- Pasien tampak muntah …x
Tujuan :Kebutuhan nutrisi optimal selama perawatan
Kriteria :- Keluhan lemas, tidak enak
badan dan mual berkurang sampai dengan hilang
- Tidak terjadi penurunan BB
- Porsi makan yg disediakan dihabiskan secara bertahap
1. Kaji kebutuhan pemasukan kalori dan protein pasien
2. Catat dan ukur intake makanan tiap shift
3. Berikan diit sesuai indikasi diet tinggi karbohidrat dengan asupan protein yang konsisten dengan fungsi hati
4. Berikan makan dalam porsi sedikit tapi sering dan tawarkan makan pagi paling besar.
5. Berikan makan secara bertahap sampai diit normal
6. Anjurkan untuk oral hygiene
7. Tinggikan bagian kepala tempat tidur selama pasien makan.
8. Berikan suasana nyaman saat makan
9. Lakukan monitoring dan
pengukuran status gizi atau tanda perubahan nutrisi seperti : Timbang BB tiap hari Periksa bising usus dan
turgor kulit tiap shift10. Berikan terapi sesuai
program dokter Antiemetik Antacid Vitamin Nutrisi tambahan :
parsial/total sesuai kebutuhan
4. Intoleransi aktifitas b.d kelelahan, letargi dan malaise (tidak enak badan)
Yang ditandai dengan :DS : - Pasien mengeluh badan
terasa lemas - Pasien mengeluh tidak
enak badan- Pasien mengatakan tidak
mampu melakukan aktifitas sehari-hari sendiri
DO :- Pasien tampak berbaring
lemah- Semua kebutuhan pasien
dibantu oleh perawat
Tujuan :Kebutuhan aktifitas sehari-hari terpenuhi secara mandiri dalam waktu…. hari
Kriteria :- Pasien mampu melakukan
aktifitas sehari-hari tanpa ada keluhan
- Pasien mengatakan badan tidak lemas lagi
1. Kaji keluhan lemas pasien tiap shift
2. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari di tempat tidur : personal hygiene, eliminasi, mengganti pakaian, pemenuhan nutrisi ,dll
3. Pertahankan sirkulasi daerah punggung dengan massage di daerah tertekan saat memandikan dan mencuci muka
4. Ubah posisi pasien tiap 2 jam
5. Evaluasi respon pasien setelah melakukan aktifitas, catat adanya dyspneu, peningkatan kelemahan , dan perubahan TTV
6. Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi, bantu pasien melakukan latihan rentang gerak sendi pasif/aktif
7. Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan pasien
8. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan pentingnya keseimbangan
antara aktiitas dan istirahat9. Libatkan keluarga dalam
pemenuhan kebutuhan aktifitas sehari-hari pasien.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M
DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : SIROSIS HEPATIS
DI RUANGAN MARIA 4 KAMAR 402
RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG
I. PENGKAJIAN
A. Pengumpulan Data
1. Data Umum
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. M
Umur : 33 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Sunda
Status Perkawinan : Kawin
Tanggal, jam masuk : 23/05/12
Tanggal, jam pengkajian : 23/05/12 s/d 31/05/12
No register : B12xxxxx
Diagnosa Medis : Oedema anasarka + icterus
Alamat : Batam
b. Identitas Keluarga / Penanggung Jawab
Nama : Tn. T
Umur : 44 tahun
Jenis Kelamin : Laki- Laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan pasien : Suami
Alamat : Batam
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Pasien
1) Riwayat Kesehatan sekarang
a) Alasan masuk rumah sakit : tanggal 23/05/12 keluarga mengatakan
seluruh badan pasien bengkak- bengkak sudah kurang lebih 1 bulan yang
lalu, ada mual, muntah ada 1x. Mata dan badan terlihat kuning.
b) Keluhan utama : saat dikaji tanggal 24/05/12 pasien tidak kooperatif, saat
dikaji tanggal 26/05/12 pasien mengeluh mual.
c) Riwayat Penyakit Sekarang (PQRST)
saat dikaji tanggal 24/05/12 pasien tidak kooperatif, saat dikaji tanggal
26/05/12, pasien mengatakan mual- mual, mual dirasakan saat akan makan
dan berkurang bila pasien minum air hangat. Mual dirasakan terus
menerus. Skala mual 5.
Skala mual:
1. Mual tidak mengganggu aktivitas
2. Mual, masih bisa melakukan aktivitas, makan terganggu
3. Mual, aktivitas agak terganggu tetapi tidak muntah
4. Mual, aktivitas terganggu
5. Mual, muntah, aktivitas sangat terganggu
b) Keluhan yang menyertai
Saat dikaji tanggal 24/05/12 pasien tidak kooperatif, saat dikaji tanggal
26/05/12, pasien mengatakan badan terasa lemas dan pegal- pegal, tegang
di daerah perut, gatal- gatal pada daerah punggung, nyeri ulu hati dan
pusing.
c) Riwayat kesehatan konservatif dan pengobatan yang telah pasien dapat:
Pasien tidak kooperatif, menurut rekam medis, pasien sudah di ambil
darah, dilakukan EKG di klinik dan thorax foto.
2) Riwayat Kesehatan Masa lalu
a) Riwayat Alergi : saat dikaji tanggal 24/05/12 pasien tidak kooperatif, saat
dikaji tanggal 26/05/12, pasien mengatakan tidak ada alergi makanan,
cuaca, ataupun obat- obatan.
b) Riwayat penyakit sebelumnya: saat dikaji tanggal 24/05/12 pasien tidak
kooperatif, saat dikaji tanggal 26/05/12, pasien mengatakan memiliki
riwayat penyakit TBC usus tahun 1998.
c) Riwayat rawat inap sebelumnya
saat dikaji tanggal 24/05/12 pasien tidak kooperatif, saat dikaji tanggal
26/05/12, Pasien mengatakan bulan April 2012 pasien sempat dirawat di
RS. Sentosa dan RSHS dengan kasus yang sama (perut pasien semakin
membesar)
d) Riwayat operasi
Tanggal 23/05/12 keluarga pasien mengatakan belum pernah dioperasi
e) Riwayat Transfusi
Tanggal 23/05/12 keluarga pasien mengatakan belum pernah mendapat
transfusi.
f) Riwayat Pengobatan
Tanggal 23/05/12 keluarga mengatakan pasien mempunyai riwayat
pengobatan TB Usus tahun 1998.
b. Riwayat kesehatan keluarga
1) Riwayat penyakit anggota keluarga keturunan
Tanggal 23/05/12 keluarga (ibu pasien) mengatakan dirinya memiliki penyakit
diabetes.
2) Keadaan kesehatan di lingkungan rumah
Tanggal 23/05/12 keluarga mengatakan pasien tinggal di rumah yang padat
penduduk dan memiliki ventilasi udara yang cukup.
3) Genogram 3 generasi:
= Pasien
= Laki-laki
= perempuan
= tinggal serumah
= Meninggal
3. Data Biologis
a. Penampilan umum: tanggal 24/05/12 KU pasien tampak sakit sedang, kesadaran :
CM cenderung inkoheren, MFS : 50, Pasien terpasang CVC dalam posisi baik.
Infus terpasang 2 line, Ringer Asetat: Nacl 0,9% tetesan lancar, folley cateter
terpasang no 16 posisi baik, pasien tampak icterik, pasien tampak edema anasarca,
tampak bedrest, terbaring lemah, terpasang O2 3L/ mnt. Tanggal 25/05/12, KU
tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, terpasang infus Comafusin Hepar
500cc/ 24 jam : NaCl 3 % 500/ 24 jam : Ringer asetat 500/24 jam, ,asih terpasang
cvc posisi baik, terpasang folley kateter, masih tampak ikterik dan tampak edema
anasarka, terbaring lemah, terpasang O2 3L/mnt.
b. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 130/ 60 mmHg, di lengan kanan
Nadi : 100X/menit, di arteri radialis kanan, teratur.
Suhu : 36, 40C per axilla
Pernapasan : 24 X / menit, jenis pernapasan dada.
c. Tinggi badan : 145 cm
Berat badan : 45 Kg
IMT : 45 / ( 1.45 )2 = 21, 40
Pasien dalam kategori normal.
33
Belum memiliki anak
DM
d. Anamnese dan Pemeriksaan Fisik Persistem
1) Sistem pernapasan
Anamnese : Saat dikaji tanggal 24/05/12 pasien tidak kooperatif, saat dikaji
tanggal 26/06/12 pasien mengatakan terasa sesak saat bernafas sejak perut
membesar, dahak tidak ada, batuk tidak ada.
Inspeksi : tanggal 24/05/12 pasien tampak menggunakan otot- otot bantu
pernafasan. O2 terpasang via BC 3L/ mnt. Tidak ada pernafasan cupping
hidung, tidak ada deviasi septum nasi. Bentuk dada simetris, pergerakan dada
simetris. Pasien menggunakan otot tambahan saat bernafas, ada dypsnea.
Palpasi : Vocal rensonan kanan dan kiri sama. Tidak ada nyeri pada sinus
paranasalis.
Perkusi : Terdengar bunyi sonor, batas paru di ICS 1-ICS 6 midklavikularis
kiri dan kanan.
Auskultasi : Suara nafas vesicular: terdengar hamper diseluruh lapang paru.
Bronchial: terdengar di suprasternal notch.
Broncovesicular : terdengar dipercabangan trakea.
Masalah Keperawatan : Gangguan pola nafas
2) Sistem Kardiovaskular
a) Anamnesa
Saat dikaji tanggal 24/05/12 pasien tidak kooperatif, saat dikaji tanggal
26/06/12 pasien mengatakan minum minuman beralkohol sehari 2 kali,
dan merokok (sehari 5-6 batang). Pasien mengatakan minum alkohol dan
merokok sejak duduk di bangku SMA, tidak ada keluhan nyeri dada, sesak
nafas ada tetapi masih bisa ditoleransi.
b) Inspeksi
Ictus cordis tidak terlihat, tampak ada edema diseluruh tubuh.
c) Palpasi
Pasien tampak edema diseluruh tubuh +++ 6mm, capillary refil time 3
detik
d) Perkusi
Terdengar bunyi pekak di ics 2-5 sebelah kiri.
Batas jantung : Atas : ICS 2 linea sternalis kanan dan kiri
Bawah : ICS 5 linea midclavicularis kiri
Kiri : linea midclavicularis kiri
Kanan : linea sternalis kanan
e) Auskultasi
Bunyi jantung : bunyi jantung 1 terdengar lebih keras di ics 4 linea
sternalis kiri dan ics 5 linea midclavikularis kiri, tunggal, teratur,
HR :100x/mnt.
Bunyi jantung 2 : terdengar lebih keras di ics 2 linea sternalis kanan dan
ics 2 linea sternalis kiri, tunggal, teratur.
3) Sistem Pencernaan
a) Anamnesa
Saat dikaji tanggal 24/05/12 pasien tidak kooperatif, saat dikaji tanggal
26/06/12 pasien mengatakan saat di rumah makan 2 kali per hari,
sedangkan saat di kaji dirumah sakit pasien mengatakan tidak ada nafsu
makan, ada keluhan mual. Pasien mengatakan biasa BAB di rumah sehari
sekali sedangkan saat dikaji di rumah sakit BAB menjadi tidak teratur,
pasien mengatakan ada nyeri dan tegang di bagian perut.
b) Inspeksi
Mulut : Bibir pasien tampak kering dan pecah-pecah, tidak ada
stomatitis, lidah tampak kotor, tonsil berada pada T1,tampak ada karies
gigi dan tidak ada gigi yang tanggal.
Abdomen : Tampak cembung dan tegang.
Anus : Tampak ada hemoroid interna grade 3 yatu keluar
benjolan dari anus saat mengedan, dan tidak masuk kembali secara spontan
saat berhenti mengedan (harus didorong dengan jari agar dapat masuk).
c) Auskultasi
Bunyi peristaltik usus selama 1menit kuat yaitu 8x/ menit.
d) Palpasi
Ada nyeri tekan diulu hati, abdomen teraba tegang. Hepar teraba sampai 3
jari di bawah arcus costae kanan, ada nyeri tekan
e) Perkusi
Tampak terdengar bunyi pekak
4) SistemPerkemihan
a) Anamnesa
Saat dikaji tanggal 24/05/12 pasien tidak kooperatif, saat dikaji tanggal
26/06/12 pasien mengatakan BAK sering, tidak terasa nyeri namun bila
BAK terasa tidak tuntas. Warna urine kuning pekat, urine berbau tajam.
Pasien mengatakan dalam 1 hari pasien minum 3 gelas, jenis minuman
yang sering diminum oleh pasien adalah teh manis. Pasien mengatakan
tidak ada nyeri daerah pinggang.
b) Inspeksi
Pada dearah suprapubic tidak terdapat distensi, Pasien terpasang kateter
urine. Warna urine kuning pekat.
c) Palpasi
Tidak ada nyeri di daerah suprapubic
d) Perkusi
Pada daerah suprapubic terdengar bunyi tympani, idak ada nyeri ketuk
didaerah costo vertebral angel kanan dan kiri.
5) Sistem Persarafan
a) Anamnesa
Saat dikaji tanggal 24/05/12 pasien tidak kooperatif, saat dikaji tanggal
26/06/12 pasien mengatakan pada malam hari merasa susah tidur, tidur
hanya sebentar-sebentar saja, pasien mengatakan pusing, tidak ada
kelemahan atau kejang. Terjadi penurunan fungsi kognitif daya ingat.
b) Inspeksi
Bentuk muka simetris, pasien tampak tidak tremor. GCS 15( E:4, M:6,
V:5).
- Uji syaraf cranial: Saat dikaji tanggal 24/05/12 pasien tidak kooperatif,
saat dikaji tanggal 26/06/12:
- Nervus I (olvaktorius) : pasien mampu mencium minyak kayu
putih dan alcohol.
- Nervus II(optikus) : Pasien mampu melihat dengan jarak 30
cm.
- Nervus III (okulomotoris) : Pasien mampu menggerakkan bola mata
ke kanan dan ke kiri.
- Nervus IV(Troklearis) : Pasien mampu menggerakkan bola mata
ke atas dan ke bawah.
- Nervus V (trigeminal) : Pasien mampu menunjukkan letak
sentuhan kapas di pipi.
- Nervus VI (Abdosen) : Pasien mampu menggerakkan mata secara
rotasi.
- Nervus VII (Fasialis) : Pasien dapat merasakan rasa manis, dapat
tersenyum dan mengangkat alis.
- Nervus VIII
(Vestibulokoklearis)
: Pasien mampu mendengarkan gesekan
tangan perawat di telinga kanan dan kiri.
- Nervus IX
(Glosofaringeus)
: Pasien mampu merasakan makanan yang
dimakannya.
- Nervus X (Vagus) : Pasien mampu menelan makanannya.
- Nervus XI (asesorius) : Pasien dapat mengangkat bahu dan
5
5
5 5
menggerakkan kepala ke kiri dan kanan.
- Nervus XII (hipoglosus) : Pasien dapat menjulurkan lidah,
mendorong ke pipi kiri dan kanan.
c) Perkusi
Reflek Fisiologi : Tendon biceps (+/+), Tendon Triceps (+/+)
Reflek Patologis : Babinsky (-/-)
6) Sistem Muskuloskeletal
a) Anamnesa
Saat dikaji tanggal 24/05/12 pasien tidak kooperatif, saat dikaji tanggal
26/06/12 pasien mengatakan tidak bisa beraktifitas seperti biasanya karena
lemas.
b) Inspeksi
Tanggal 24/05/12 extremitas tampak simetris. Saat dikaji tidak tampak
atrofi, kekuatan otot 5, pasien tidak menggunakan alat bantu. Bentuk
columna vetebralis : tidak ada kelainan (tidak skoliosis dan tidak lordosis).
ROM=
c) Palpasi
Saat dikaji tanggal 24/05/12 pasien tidak kooperatif, saat dikaji tanggal
26/06/12 tidak terdapat nyeri tekan di daerah prosesus spinosus dari
cervical sampai lumbal sacral.
7) Sistem Endokrin
a) Ananmesa
Saat dikaji tanggal 24/05/12 pasien tidak kooperatif, saat dikaji tanggal
26/06/12 pasien mengatakan selama ini tidak pernah berkeringat banyak
dan tidak ada luka yang lama sembuh.
b) Inspeksi
Tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid, kaki tidak ada luka ganggren.
c) Palpasi
Saat dikaji tanggal 24/05/12 pasien tidak kooperatif, saat dikaji tanggal
26/06/12 tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid.
8) Sistem Reproduksi
a) Anamnese
Saat dikaji tanggal 24/05/12 pasien tidak kooperatif, saat dikaji tanggal
26/06/12 pasien mengatakan masih menstruasi, menstruasi pasien teratur,
saat menstruasi tidak terdapat nyeri. tidak ada perdarahan berlebih saat
menstruasi, pasien mengatakan tidak menggnakan KB. Pasien belum
memiliki anak.
b) Inspeksi
Tanggal 24/05/12 genetalia pasien tampak sedikit kotor, tampak ada
keluar keputihan.
c) Palpasi
Saat dikaji tanggal 24/05/12 pasien tidak kooperatif, saat dikaji tanggal
26/06/12Tidak ada benjolan abnormal di mamae.
9) Sistem Integumen
a) Anamnesa
Saat dikaji tanggal 24/05/12 pasien tidak kooperatif, saat dikaji tanggal
26/06/12 pasien mengatakan jarang melakukan perawatan tubuh seperti
memotong kuku, pasien mengatakan perawatan rambut dilakukan 3 kali
dalam seminggu. keluhan gatal pada kulit kepala ada, rontok ada, tidak
ada luka. Pasien mengatakan kulit dan mata tampak kuning.
b) Inspeksi
Rambut : Kebersihan rambut kurang, warna merah, distribusi tidak
merata, mudah patah.
Bentuk kuku : bentuk kuku cekung
Kulit : Kulit pasien tampak ikterik dan kering, tidak ada luka atau
tanda-tanda peradangan
c) Palpasi
Kulit : Tekstur tampak bersisik dan kering, turgor kulit setelah
dicubit kembali lambat.
Clubbing of finger : 3 detik
Masalah keperawatan: resti terjadi kerusakan integritas kulit
10) System panca indera
Anamnesa : Saat dikaji tanggal 24/05/12 pasien tidak kooperatif, saat dikaji
tanggal 26/06/12 pasien mengatakan tidak menggunakan kaca mata. Tidak ada
keluhan gangguan pada mata. Pasien mengatakan tidak pernah menggyunakan
alat bantu pendengaran.
Inspeksi : penglihatan : konjungtiva tampak anemis, sclera icterik, reaksi
cahaya +/+, pupil isokor.
Pendengaran: bentuk pinna tidak tampak adanya kelainan, kebersihan canalis
( CAE) : tampak adanya serumen, membrane tympani tampak utuh.
Palpasi : Saat dikaji tanggal 24/05/12 pasien tidak kooperatif, saat dikaji
tanggal 26/06/12 tekanan intraokuler kanan dan kiri sama.
4. Data Psikologis
a. Status emosi
Tanggal 24/05/12 emosi pasien tidak dapat dikontrol, ekspresi tampak marah dan
kadang-kadang mengamuk ingin pulang. Tanggal 26/05/12 emosi pasien sudah bisa
terkendali, ekspresi tampak tenang, keluhan ingin pulang masih ada tapi sudah
berkurang.
b. Konsep Diri
Saat dikaji tanggal 24/05/12 pasien tidak kooperatif, saat dikaji tanggal 26/06/12:
Gambaran Diri : pasien mengatakan dirinya seorang wanita, bagian anggota tubuh
yang pasien sukai adalah bagian wajah.
Harga Diri : pasien mengatakan tidak tau
Ideal Diri : pasien mengatakan ingin memiliki anak
Identitas Diri : Pasien mengatakan dirinya saat ini adalah seorang wiraswasta,
pasien mengatakan pernah bekerja di bar.
Peran : Pasien mengatakan karena sakit pasien tidak bisa bersama dengan
suami, tidak bisa menjalankan kewajiban sebagai seorang isteri .
c. Gaya Komunikasi
Tanggal 24/05/12 gaya komunikasi kasar, bicara sedikit, informasi yang diberikan
terbatas, disampaikan dengan tidak jelas, nada bicara tinggi dan berubah-rubah, sikap
agak tertutup. Tanggal 26/05/12 gaya komunikasi tenang, informasi yang diberikan
banyak, nada bicara lemah lembut.
d. Pola Interaksi
Tanggal 24/05/12 komunikasi pasien dengan keluarga dan orang lain tidak baik,
kasar. Tanggal 26/05/12 komunikasi pasien dengan keluarga dan orang lain berangsur
membaik.
e. Pola Mengatasi Masalah
Tanggal 26/05/12 pasien mengatakan bila mengatasi masalah dengan merokok dan
minum minuman beralkohol.
5. Data Sosio-Spiritual
Saat dikaji tanggal 24/05/12 pasien tidak kooperatif, saat dikaji tanggal 26/06/12:
a. Pendidikan Pekerjaan : Seorang ibu rumah tangga
b. Hubungan Sosial : Pasien mengatakan dekat dengan ibunya dan dekat
dengan tetangga rumah
c. Gaya Hidup : Pasien sekarang tinggal dengan ibunya dan suka
untuk jalan-jalan
d. Arti Kehidupan : Pasien mengatakan hidupnya selama ini untuk
bersenang-senang
e. Arti Kematian : Pasien mengatakan kematian adalah akhir dari
segalanya.
f. Arti Sehat : Pasien mengatakan sehat itu sangat berharga.
g. Hubungan Dengan Tuhan : Pasien mengatakan hubungannya dengan Tuhan
kurang dekat.
h. Harapan Tentang Sehat, Sakit : Pasien mengatakan dirinya ingin sehat seperti dulu
karena sakit itu sangat menyiksa.
i. Kegiatan Agama Yang Diikuti : Pasien mengatakan tidak memiliki kegiatan
agama.
6. Persepsi Pasien Terhadap Penyakitnya
Pasien mengatakan penyakitnya saat ini sangat parah karena pasien tidak bisa melakukan
aktivitasnya sehari hari secara mandiri. Pasien mengatakan ingin mati saja.
7. Data Penunjang
a) Laboratorium
Tgl 24 Mei 2012
Hb 2,6 g/ dl 12,0- 16,0 g/dl L
Leukosit 4,75 g/ dl 10^3 5,00- 10,00 g/dl 10^3 L
Trombosit 25 ribu 150- 450 ribu L
Albumin 2,96 g/ dl 3,4- 5,0 g/dl L
Bilirubin Total 9,9 mg/dl 0,0-1,0 mg/dl H
Bilirubin Direct 8,7 mg/ dl 0,0- 0,025 mg/dl H
Bilirubin Indirect 1,72 mg/ dl <0,6 mg/dl H
SGOT 147 <27 H
SGPT 61 <34 H
Gamma GT 161 <39 H
Alkali fosfatase 1,6 6,3- 12,9 L
HbA1C 8,1 PreDm : 5,7-6,4DM : >= 6,5
H
Natrium 111 mmol/l 135- 145 mmol/l L
Klorida 83 98- 107 L
Kalsium 6,8 mg/ dl 8,1- 10,4 mg/ dl L
Hasil urine voll dalam batas
normalDengue NS 1 Negatif
PENANDA TUMOR
CEA 6.28 mg/ml <= 5 H
AFP 21.23 iu/ml <5.80 H
Tgl 25 Mei 2012
Hb 8,5 g/ dl 12- 16 g/dl L
Natrium 123 mmol/L 135- 145 L
Kalium 2,8mmol/L 3,5- 5,3 L
Kalsium 6,8 mg/dl 8.1-10.4 L
Kalium*post koreksi
2.9 mmol/l 3.5-5.3 L
Anti HCV 66.83 s/co
(reaktif)
Tanggal 26 Mei 2012
Natrium 129 mmol/L 135-145 LKalsium 7.1mg/dl 8.1-10,4 L
Tgl. 27 Mei 2012
Hb 10.0 g/dl 12- 16 g/dl LTrombosit 23 rb/ul 150- 450 ribu L
Tgl. 28 Mei 2012
Protein total 5.91 gr/dl 6.6 – 8.7 LAlbumin 2.49 gr/dl 3.4-5.0 LKalium 3.2mmol/l 3.5-5.3 LKalsium 7.8mg/dl 8.1-10.4 L
Tgl. 29 Mei 2012
Natrium 129mmol/l 135-145 mmol/l L
b) Radiologi
Thorax Foto Tgl 23/ 05/12
Paru kiri kanan corakan bronkovaskular merapat karena kurang inspirasi. Tidak
tampak tanda- tanda edema paru, bronkopneumoni, KP aktif, atau kelainan lain.
Pleura kiri kanan dan kiri tidak tampak effusi. Vertebra torakal tidak tampak
destruksi.
USG Abdomen UTR Tgl 23/05/12
Intra abdomen terlihat ascites cukup banyak.
Hepar, PanKras, dan Limpa : Terlihat normal
Sistem Porta dan vv Hepatika : tidak terlihat kelainan.
Gall bladder : Terlihat batu kecil soliter.
Saluran Empedu Intra Hepatik dan CBD, tidak terlihat melebar
Ginjal kanan. Kiri dan Visica Urinaria: Tidak Kelainan.
Uterus, acnesa, ovarium kanan dan kiri, terlihat normal.
Pungsi Ascites Tgl. 25.05.2012
Pungsi ascites dengan tuntunan USG, dikeluarkan sebanyak kurang lebih 2.9
Liter cairan kuning encer.
Thorax Foto Tgl. 29.05.12
Kardiomegali ? dengan edema paru interstitial dan awal edema paru havelar,
serta pleural effusion kanan dalam jumlah tidak banyak
c) Therapi
Therapi Oral
3 x 1 tab Hepamax
o Indikasi = Suplemen untuk memelihara & memperbaiki fungsi hati, mencegah &
mengobati penyakit hati.
oKontraindikasi= Epilepsi, hipertensi kronik, TIK tinggi
1 x 1 tab Cetinal
o Indikasi= CETINAL diindikasikan untuk mengatasi gejala-gejala rinitis alergi
musiman, rinitis alergi perennial, dan urtikaria idiopatik kronik pada orang
dewasa dan anak-anak usia 6 tahun atau lebih dari 6 tahun.
oKontraindikasi= Pasien dengan hipersensitivitas terhadap Cetirizine atau
Hydroxyzine atau komponen lain dari CETINAL.
3x2 cap Vip Albumin
o Indikasi:
Therapi Injeksi
2 x1 vial Pranza
o Indikasi: pengobatan ulkus lambung, ulkus duodenum, refluks esofagitis derajat
sedang sampai berat. Digunakan sebagai terapi alternatif pada pasien yang tidak
diindikasikan pemberian oral.
oKontraindikasi: pasien yang diketahui hipersensitif terhadap salah satu
komponen obat.
2 x 1 amp Vomceran
o Indikasi: Untuk untuk menangani mual dan muntah yang diinduksi oleh obat
kemoterapi dan radioterapi sitotoksik.
2-0-0 amp Lasix det Impugan
o Indikasi: edema pada jantung dan hipertensi.
o Kontraindikasi: Gangguan ginjal dan hati yang berat.
2 x 1 amp Ca Gluconas
o Indikasi: Terapi hipokalsemi dan hiperkalsemi.
1x1 Fles Octalbin 25%
o Indikasi: Pemulihan & pemeliharaan pada sirkulasi volume darah.
o Kontraindikasi: Insufisiensi dekompensasi jantung, hipertensi, varises esofageal,
edema paru, haemorrhagic diathesis, anemia berat, anuria ginjal & paska ginjal,
dehidrasi (jika cairan yang cukup tidak diberikan secara serempak).
1x 2gr Broadced
o Indikasi: Infeksi saluran nafas, infeksi saluran kemih, infeksi tulang dan sendi,
infeksi dalam perut, infeksi kulit, gonore, septemika bacterial (keracunan darah
oleh bakteri patogenik dan atau zat-zat yang sihasilkan oleh bakteri tersebut),
pencegahan infeksi peri operasi, jika betul-betul dipertimbangkan adanya
kemungkinan komplikasi infeksi berat
o Kontraindikasi: hipersensitivitas terhadap sefalosporin
d) Diit
Lunak Biasa Lauk Cincang
Nasi Protein LaukCincang + Ekstra Hepatosol Lola
e) Acara Infus
Ringer Asetat 500/24 jam: NaCl 3% 500cc/24 jam : Comafusin Hepar 500cc/24 jam.
f) Mobilisasi: Bedrest
B. PENGELOMPOKAN DATA
Data subjektif Data objektif- Pasien mengatakan nyeri di daerah
perut atasPasien tampak meringis kesakitan
- Pasien mengatakan seluruh badan bengkak- bengkak sudah kurang lebih 1 bulan yang lalu,
Pasien tampak oedema anasarka dan tampak ascites.
- Pasien mengatakan mual ada, muntah 1 x.
Pasien tampak mutah 1x, porsi makan yang disediakan tidak dihabiskan.
-Pasien mengatakan mata dan kulit menjadi kuning
Pasien tampak icterik dan jaundice
Tekanan darah : 130/60 mmHg di lengan kanan
Nadi : 100x / menit, kuat , teratur , di arteri radialis kanan
Suhu : 36,40C per axilla
Pasien mengatakan terasa sesak saat bernafas sejak perut membesar
Respirasi : 24x / menit teraturO2 3 l/ mnt via BC
-Pasien mengatakan mengkonsumsi alkohol dan rokok sejak SMA kelas 2
Bibir pasien tampak berwarna gelap (keunguan)
-Pasien mengatakan BAK sering, namun bila BAK terasa tidak tuntas.
Pasien terpasang folley cateter , warna urine kuning pekat
-
C. ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
Kekurangan volume
cairan di intrasel b.d
kehilangan cairan
berlebih, melalui
muntah dan
perpindahan ke
ruangan ke tiga
(asites)
Kelebihan volume
cairan b.d asites dan
pempentukan edema.
Kerusakan integritas
kulit b.d adanya ikterus
dan udema serta
akumulasi garam
empedu dalam jaringan
Resiko tinggi
kurangnya nutrisi b.d
intake yang inadekuat
Intoleransi aktifitas
b.d kelelahan, letargi
dan malaise (tidak
enak badan)
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS MASALAH
1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan berlebih, melalui muntah dan
perpindahan ke ruangan ke tiga (asites)
2. Kerusakan integritas kulit b.d adanya ikterus dan udema serta akumulasi garam empedu
dalam jaringan
3. Resiko tinggi kurangnya nutrisi b.d intake yang inadekuat
4. Intoleransi aktifitas b.d kelelahan, letargi dan malaise (tidak enak badan)
III. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
TANGGAL DIAGNOSAKEPERAWATAN
HASIL YANGDIHARAPKAN
RENCANATINDAKAN
RASIONAL
24 Mei 2012
1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan berlebih, melalui muntah dan perpindahan ke ruangan ke tiga (asites)
Yang ditandai dengan :DS : - Pasien mengeluh lemas- Pasien mengeluh perut
terasa kembung dan tidak enak di perut
-DO :- Suhu :
Nadi :TD :
- Pasien tampak lemas- Abdomen tampak asites :
LP : cm- Teraba pembesaran
Hepar
Tujuan :Kebutuhan akan volum cairan terpenuhi selama perawatan
Kriteria :- Tanda-tanda vital dalam
batas normal 36 C- 37C- Turgor kulit normal- Mukosa mulut dan bibir
lembab- Keluhan muntah dan
diare berkurang s.d hilang
1. Kaji status hidrasi pasien : turgor kulit, keluhan haus, membran mucosa mulut dan bibir, urine output tiap shift.
2. Observasi TTV tiap 2-4 jam
3. Catat I/O tiap shift4. Kaji tanda2 dehidrasi
(oliguri, penurunan BB, perubahan tingkat kesadaran)
5. Kaji adanya asites atau pembentukan udem, ungkur lingkar perut tiap shift
6. Observasi tanda2 perdarahan : hematuri, melena n perdarahan gusi
7. Ciptakan lingkungan yang nyaman
8. Berikan banyak minum bila tidak ada kontraindikasi
9. Berikan terapi sesuai
program medis (Antibiotik, antipiretik, cairan parenteral)
24 Mei 2012
2. Kebutuhab Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang inadekuat
Yang ditandai dengan :DS : - Pasien mengeluh lemas- Pasien mengeluh tidak
enak badan- Pasien mengeluh mualDO :- Pasien tampak berbaring
lemas- BB : kg- Abdomen tampak
kembung, tegang dan asites
- Teraba pembesaran hepar- Makan…. porsi- Pasien tampak muntah …
x
Tujuan :Kebutuhan nutrisi optimal selama perawatan
Kriteria :- Keluhan lemas, tidak
enak badan dan mual berkurang sampai dengan hilang
- Tidak terjadi penurunan BB
- Porsi makan yg disediakan dihabiskan secara bertahap
1. Kaji rasa tidak nyaman yang berhubungan dengan keluhan gatal dan udem
2. Perhatikan dan catat derajat ikterus dan udem
3. Kaji keluhan atau integritas kulit tiap shift
4. Lakukan perawatan kulit dengan minyak atau lotion
5. Ajurkan menggunakan pakaian yang longgar
6. Lakukan mika-miki dan gosok punggung tiap shift
7. Berikan penjelasan kepadfa pasien tentang penyebab keluhan gatal dan cara mengatasasinya
8. Laksanakan program dokter untuk pemberian : antihistamin, salep
24 Mei 2012
3. Kerusakan integritas kulit b.d adanya ikterus dan udema serta akumulasi garam empedu dalam jaringan
Yang ditandai dengan :DS : - Pasien mengeluh kulit
gatal-gatal - Pasien mengeluh kulit
berwarna kuning
DO :- Pasien tampak ikterik- Kulit tampak kering- Terdapat udema- Pasien tampak
menggaruk-garuk kulitnya
Tujuan :Tidak terjadi kerusakan kulit selama perawatan
Kriteria :- Bibir, mukosa mulut
utuh, bersih dan lembab- Kulit tidak lecet
atau cream.
- 1. Kaji kebutuhan pemasukan kalori dan protein pasien
2. Catat dan ukur intake makanan tiap shift
3. Berikan diit sesuai indikasi diet tinggi karbohidrat dengan asupan protein yang konsisten dengan fungsi hati
4. Berikan makan dalam porsi sedikit tapi sering
dan tawarkan makan pagi paling besar.
5. Berikan makan secara bertahap sampai diit normal
6. Anjurkan untuk oral hygiene
7. Tinggikan bagian kepala tempat tidur selama pasien makan.
8. Berikan suasana nyaman saat makan
9. Lakukan monitoring dan pengukuran status gizi atau tanda perubahan nutrisi seperti : Timbang BB tiap hari Periksa bising usus
dan turgor kulit tiap shift
10. Berikan terapi sesuai program dokter Antiemetik Antacid Vitamin Nutrisi tambahan :
parsial/total sesuai kebutuhan
24 Mei 2012
4. Intoleransi aktifitas b.d kelelahan, letargi dan malaise (tidak enak badan)
Yang ditandai dengan :
Tujuan :Kebutuhan aktifitas sehari-hari terpenuhi secara mandiri dalam waktu…. hari
1. Kaji keluhan lemas pasien tiap shift
2. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari di tempat
10.
DS : - Pasien mengeluh badan
terasa lemas - Pasien mengeluh tidak
enak badan- Pasien mengatakan tidak
mampu melakukan aktifitas sehari-hari sendiri
DO :- Pasien tampak berbaring
lemah- Semua kebutuhan pasien
dibantu oleh perawat
Kriteria :- Pasien mampu
melakukan aktifitas sehari-hari tanpa ada keluhan
- Pasien mengatakan badan tidak lemas lagi
tidur : personal hygiene, eliminasi, mengganti pakaian, pemenuhan nutrisi ,dll
3. Pertahankan sirkulasi daerah punggung dengan massage di daerah tertekan saat memandikan dan mencuci muka
4. Ubah posisi pasien tiap 2 jam
5. Evaluasi respon pasien setelah melakukan aktifitas, catat adanya dyspneu, peningkatan kelemahan , dan perubahan TTV
6. Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi, bantu pasien melakukan latihan rentang gerak sendi pasif/aktif
7. Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan pasien
8. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan pentingnya keseimbangan antara aktiitas dan istirahat
9. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan
aktifitas sehari-hari pasien.
IV. CATATAN PENGEMBANGAN
NoDK
Tanggal JamImplementasi
Evaluasi Nama dan TTDRespon Hasil
23/05/12 18.30 Menjemput PD diKlinik dr. Widy menggunakan rostule. KU tampak sakit sedang, kesadaran CM, tidak terpasang apa-apa. Sudah dilakukan EKG dan Thoraks Foto. Pasien tampak ikterik, tampak udema anasarka. Pasien tampak lemas. Pasien mengeluh mual-mual, tidak nafsu makan, pusing dan tidak enak badan.
Kiky
19.00 Mengobservasi TTV dan GDS Sesuai SPO
Pasien kooperatif TD : 130/60 mmHg,S : 36.4°C/ AksillaN : 100 x/mnt,GDS : 193 mg/dL
Kiky
20.00 Mengambil darah sesuai SPO untuk pemeriksaan Lab rutin interni, HbA1C, Fe Serum, AFP, CEA, Fe Serum, Urine Voll, Dengue NS 1. Bahan Sudah diantar ke Laboratorium.
Pasien Kooperatif Hasil Terlampir KikySr. Heni
21.30 Melakukan kontroling Pasien tampak sesak, mengobservasi Sat. O2
Memberikan Injeksi : 2 x 1 amp vomceran 4 mg1 x 1 Vial Pranza2 – 0 – 0 amp Lasix
Pasien Kooperatif Sat. O2 tanpa oksigen 88%- 89% dan dengan Oksigen Sat. O2 95%-96%. Oksigen terpasang 2 ltr/mnt.
Pasien mengatakan mual-mual berkurang
Sr. Evi
22.00 Phone dr. Wiyastuti melaporkan hasil lab, advis :2 x 1 amp Cal Glukonas3 labu WRCNacl 3% 500cc/ 24 jamCatat I/OMobilisasi : BedrestDiit : Lunak Biasa Lauk Cincang
Pasien tampak susah tidur
Pasien tampak gelisah
Memberikan 2 labu WRC tetesan lancer
Pasien tampak belum tidur
Sr. Evi
24/05/12 05.00 Mengobservasi TTV sesuai SPO Pasien tampak tidur
TD : 120/80 mmHg, S : 36.2 °C/ Axilla, N : 76 x/mnt. Sat. O2 95%-96%
Sr Suri
08.00 Dr. Widy visite ada tambahan therapy :Daag curve tiap hariExtra hepatosololaWRC 1 labu
Pasien tampak
V. EVALUASI
Tanggal No. DK Evaluasi Nama dan tanda
tangan
25/05/12 I S
O
A
P
25/05/12 II S
O
A
P
25/05/12 III S
O
A
P
25/05/12 IV S
O
A
P
26/05/12 I S
O
A
P
26/05/12 II S
O
A
P
26/05/12 III S
O
A
P
26/05/12 IV S
O
A
P
27/05/12 I S
O
A
P
27/05/12 II S
O
A
P
27/05/12 III S
O
A
P
27/05/12 IV S
O
A
P
28/05/12 I S
O
A
P
28/05/12 II S
O
A
P
28/05/12 III S
O
A
P
28/05/12 IV S
O
A
P
29/05/12 I,II,III,IV S
O
A
P