karakteristik manajer proyek terhadap kualitas kinerja pelaksanaan ...

181
TESIS KARAKTERISTIK MANAJER PROYEK TERHADAP KUALITAS KINERJA PELAKSANAAN KONSTRUKSI GEDUNG DI KABUPATEN BADUNG I PUTU WIDYARSANA PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

Transcript of karakteristik manajer proyek terhadap kualitas kinerja pelaksanaan ...

TESIS

KARAKTERISTIK MANAJER PROYEK TERHADAP KUALITAS KINERJA PELAKSANAAN KONSTRUKSI

GEDUNG DI KABUPATEN BADUNG

I PUTU WIDYARSANA

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2015

i

TESIS

KARAKTERISTIK MANAJER PROYEK TERHADAP KUALITAS KINERJA PELAKSANAAN KONSTRUKSI

GEDUNG DI KABUPATEN BADUNG

I PUTU WIDYARSANA 1091561007

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2015

ii

KARAKTERISTIK MANAJER PROYEK TERHADAP

KUALITAS KINERJA PELAKSANAAN KONSTRUKSI

GEDUNG DI KABUPATEN BADUNG

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Teknik Sipil

Program Pascasarjana Universitas Udayana

I PUTU WIDYARSANA NIM 1091561007

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2015

iii

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 20 APRIL 2015

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Nyoman Martha Jaya, MConstMgt, Ir. Gede Astawa Diputra, MT Ph.D, GCInstCES NIP. 19590214 198801 1 001 NIP. 19580916 198702 1 001

Mengetahui :

Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil Direktur Program Pascasarjana Program Pascasarjana Universitas Udayana, Universitas Udayana, Prof. Dr. Ir. I Made Alit Karyawan Salain, DEA NIP. 19620404 199103 1 002

Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP. 19590215 198510 2 001

iv

Tesis ini Telah Diuji pada Tanggal 20 April 2015

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana,

No. : 097/UN.14.4/TU/TS/2015, Tanggal 17 April 2015

Ketua : Ir. Nyoman Martha Jaya, MConstMgt, P.hD, GCInstCES Anggota : 1. Ir. Gede Astawa Diputra, MT 2. Dr. Ir. Dewa Ketut Sudarsana, MT 3. A.A. Diah Parami Dewi, ST, MT, Ph.D 4. Ir. Mayun Nadiasa, MT

v

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

NAMA : I PUTU WIDYARSANA

NIM : 1091561007

PROGRAM STUDI : TEKNIK SIPIL KONSENTRASI MANAJEMEN

PROYEK KONSTRUKSI

JUDUL TESIS : KARAKTERISTIK MANAJER PROYEK

TERHADAP KUALITAS KINERJA

PELAKSANAAN KONSTRUKSI GEDUNG DI

KABUPATEN BADUNG

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila

kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya

bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010 dan

peraturan perundangan yang berlaku.

Denpasar, 20 April 2015

(I Putu Widyarsana)

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kehadapan

Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya maka tesis ini dapat

terselesaikan.

Pada kesempatan ini pula, perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada Bapak Ir. Nyoman Martha Jaya, MConstMgt,

Ph.D, GCInstCES sebagai pembimbing utama dan Bapak Ir. Gede Astawa

Diputra, MT sebagai pembimbing kedua yang dengan penuh perhatian telah

memberikan dorongan, semangat, bimbingan dan saran selama dalam melakukan

penulisan proposal penelitian, pengumpulan data dan penulisan laporan hasil tesis.

Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.

PD-KEMD selaku Rektor Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang

diberikan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Pascasarjana

di Universitas Udayana. Ucapan terimakasih juga ditujukan kepada Prof. Dr. dr.

A.A. Raka Sudewi, Sp. S(K) selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas

Udayana atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi

mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tidak lupa pula penulis

ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. I Made Alit Karyawan Salain, DEA

selaku Ketua Program Magister Teknik Sipil atas ijin yang diberikan kepada

penulis untuk mengikuti Program Magister.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Dr. Ir. Dewa Ketut

Sudarsana, MT, A.A. Diah Parami Dewi, ST, MT, Ph.D, Ir. Mayun Nadiasa, MT,

selaku penguji yang telah banyak memberikan masukan serta kritik yang mampu

menyempurnakan tesis yang penulis buat, dan seluruh pegawai sekretariat

Program Studi Magister Teknik Sipil yang telah banyak membantu dalam

melaksanakan perkuliahan, serta keluarga atas segala dukungan dan motivasi

hingga tulisan ini dapat terwujud.

vii

KARAKTERISTIK MANAJER PROYEK TERHADAP KUALITAS KINERJA PELAKSANAAN KONSTRUKSI GEDUNG

DI KABUPATEN BADUNG

Abstrak Kabupaten Badung di Provinsi Bali, dimana industri pariwisatanya berkembang sangat pesat. Pembangunan gedung terus berkembang, seperti hotel, vila, resor, rumah sakit dan lain sebagainya. Pelaksanaan proyek konstruksi gedung di Kabupaten Badung tidak terlepas dari masalah biaya, mutu pelaksanaan dan waktu penyelesain proyek. Permasalahan tersebut muncul akibat kurangnya keahlian/ kompetensi manajer proyek terhadap tanggung-jawab mengintegrasikan dan mengkoordinasikan semua sumber daya yang dimiliki demi pencapaian sasaran proyek. Dalam hal ini peran Manajer Proyek sangat menentukan keberhasilan sebuah proyek. Sehingga, perlu dilakukan penelitian terhadap kemampuan dasar yang mesti dimiliki oleh Manajer Proyek, antara lain: Conceptual Skill (Keterampilan Konsepsual), Technical Skill (Keterampilan Teknis), dan Soft Skill (Keterampilan Sosial). Koleksi data dilakukan dengan metoda observasi dan survei. Analisis faktor dilakukan untuk mengidentifikasi faktor – faktor/ karakteristik Manager Proyek yang berpengaruh terhadap kualitas kinerja pelaksanaan proyek konstruksi. Analisis regresi linier berganda menentukan hubungan karakteristik manajer proyek terhadap kinerja proyek konstruksi gedung di Kabupaten Badung. Analisis faktor menghasilkan identifikasi 22 variabel yang mempengaruhi kualitas kinerja pelaksanaan proyek konstruksi gedung. Analisis regresi linier berganda menentukan karakteristik Manajer Proyek yang berpengaruh paling besar terhadap kualitas kinerja pelaksanaan proyek konstruksi gedung adalah aspek Keterampilan Sosial sebesar 33,08 % dibandingkan dua aspek lainya, yaitu Keterampilan Konsepsual (32,10%) dan Teknikal (9,40%). Nilai total pengaruh ketiga aspek karakteristik manajer proyek sebesar 74,58 % berarti bahwa, masih terdapat sekitar 25,42 % dipengaruhi oleh faktor lainnya, seperti keadaan alam, situasi lingkungan, lokasi, dan sebagainya, terhadap pelaksanaan proyek konstruksi gedung di Kabupaten Badung. Kata Kunci : manajer proyek, kinerja konstruksi gedung, analisis factor, analisis regresi

viii

PERFORMANCE CHARACTERISTICS OF CONSTRUCTION PROJECT MANAGER BUILDING IN THE DISTRICT BADUNG

Abstract

Badung regency in Bali, where the tourism industry is growing very rapidly. Building continues to grow, such as hotels, villas, resorts, hospitals, and so forth. Implementation of building construction projects in Badung not be separated from the issue of costs, quality of execution and completion time of the project. These problems arise due to lack of skills / competencies project manager of the responsibility to integrate and coordinate all available resources for the achievement of project objectives. In this case the role of Project Manager will determine the success of a project. So, there should be a study of the basic capabilities that must be owned by the Project Manager, among others: Conceptual Skills, Technical Skill, and Soft Skills. Data collection is done by the method of observation and surveys. Factor analysis was conducted to identify factors / characteristics Project Manager that affect the quality of the construction project implementation performance. Multiple linear regression analysis determined the relationship of the performance characteristics of the project manager building construction projects in Badung. Factor analysis resulted in the identification of 22 variables that affect the quality of the building construction project implementation performance. Multiple linear regression analysis determines the characteristics of the Project Manager greatest influence on the quality of the building construction project implementation performance is Social Skills aspect of 33.08% compared to the other two aspects, namely the conceptual skills (32.10%) and Technical (9.40%) . The total value of the influence of the three aspects of the characteristics of the project manager of 74.58% means that there are still approximately 25.42% influenced by other factors, such as the state of nature, the environmental situation, location, and so on, the implementation of building construction projects in Badung. Keywords: project manager, the performance of the building construction, factor analysis, regression analysis

ix

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM .................................................................................................... i

PRASYARAT GELAR ............................................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ........................................................................ iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ......................................................... v

UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................................... vi

ABSTRAK .............................................................................................................. vii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ix

DAFTAR TABEL .................................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 3

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 4

1.5 Batasan Penelitian .................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proyek Konstruksi ................................................................................ 6

2.2 Tiga Kendala Proyek ............................................................................. 7

x

2.3 Manajemen Biaya................................ ……………………………… 9

2.4 Manajemen Kualitas/Mutu ................ ……………………………… 10

2.5 Pengertian dan Prinsip TQM ............. ……………………………… 12

2.6 Manajemen Waktu(Penjadwalan Proyek) ............................................ 16

2.7 Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja ................................... 17

2.7.1 Dasar Hukum Penerapan K3 ..................................................... 19

2.7.2 Sumber Kecelakaan Kerja pada Industri Konstruksi ................ 20

2.7.3 Pencegahan Kecelakaan Kerja .................................................. 20

2.8 Manajemen Lingkungan ....................................................................... 21

2.8.1 Analisis Amdal pada tahap perencanaan umum ....................... 21

2.8.2 Penjabaran RKL dan RPL pada tahap perencanaan teknis ....... 22

2.8.3 Pelaksanaan RKL dan RPL ....................................................... 22

2.9 Peranan dan Tanggung Jawab Manajer Proyek .................................. 24

2.9.1 Gaya kepemimpinan manajer proyek........................................ 26

2.9.2 Keterampilan Manajer Proyek .................................................. 27

2.10 Analisa Statistik ................................................................................. 29

2.10.1 Analisis Faktor ........................................................................ 31

2.10.2 Analisis Regresi Linier ............................................................ 37

2.10.3 Analisis Regresi Berganda ...................................................... 37

2.11 Penelitian Sejenis ............................................................................... 42

2.12 Penentuan Variabel Penelitian ........................................................... 51

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian .......................................................................... 54

xi

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 56

3.3 Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 57

3.3.1 Jenis Data ................................................................................. 57

3.3.2 Sumber Data ............................................................................. 58

3.4 Variabel Penelitian ............................................................................. 61

3.4.1 Variabel terikat (dependent variable) ....................................... 62

3.4.2 Variabel bebas (independent variable) ..................................... 63

3.5 Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 65

3.6 Instrument Penelitian .......................................................................... 66

3.7 Prosedur Penelitian ............................................................................. 67

3.8 Analisis Data ....................................................................................... 68

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabulasi Data ...................................................................................... 69

4.2 Hasil Penelitian ................................................................................... 70

4.2.1 Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................... 70

4.2.2 Faktor-Faktor Dalam Karakteristik Manajer Proyek Yang

Mempengaruhi Kualitas Kinerja Pelaksanaan Proyek Konstruksi

Gedung………………………………………………………76

4.2.3 Communalities (kebersamaan) ................................................. 82

4.3 Menentukan Hubungan Regresi .......................................................... 84

4.3.1 Hubungan Karakteristik Manajer Proyek terhadap Kinerja Biaya

Pelaksanaan Proyek ................................................................ 84

xii

4.3.2 Hubungan Karakteristik Manajer Proyek terhadap Kinerja Mutu

Pelaksanaan Proyek ................................................................ 95

4.3.3 Hubungan Karakteristik Manajer Proyek terhadap Kinerja

Waktu Pelaksanaan Proyek .................................................. 106

4.3.4 Hubungan Karakteristik Manajer Proyek terhadap Kinerja K3

Pelaksanaan Proyek .............................................................. 117

4.3.5 Hubungan Karakteristik Manajer Proyek terhadap Kinerja

Lingkungan Pelaksanaan Proyek ......................................... 127

4.4 Interpretasi Model terhadap Kinerja Pelaksanaan Proyek .................. 138

4.5 Karakteristik manajer proyek yang berpengaruh terhadap Kinerja

Pelaksanaan Proyek ........................................................................... 147

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ........................................................................................... 150

5.2 Saran .................................................................................................. 151

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 154

LAMPIRAN KUESIONER ................................................................................ 156

LAMPIRAN TABULASI DATA ....................................................................... 165

xiii

DAFTAR TABEL

2.1 Matrik korelasi antar variabel ...................................................................... 33

2.2 Nilai validitas dalam analisis faktor ............................................................. 35

2.3 Pedoman untuk mengidentifikasi loading factor ......................................... 36

2.4 Penelitian sejenis .......................................................................................... 44

2.5 Variabel penelitian ....................................................................................... 51

3.1 Format pengumpulan data conceptual skill.................................................. 60

3.2 Format pengumpulan data technical skill .................................................... 60

3.3 Format pengumpulan data soft skill ............................................................. 61

3.4 Skala kualitas kinerja manajer proyek ......................................................... 62

3.5 Identifikasi indikator kompetensi bagi manajer proyek ............................... 64

4.1 Tabel responden sampel penelitian .............................................................. 69

4.2 Tabel pengalaman kerja responden sampel penelitian ................................. 70

4.3 Uji validitas instrument ................................................................................ 71

4.4 Uji reliabilitas instrument ............................................................................. 73

4.5 Hasil tes KMO and Bartlett’s test tahap 1 .................................................... 76

4.6 Ringkasan tabel anti image correlation tahap 1 ........................................... 77

4.7 Hasil tes KMO and Bartlett’s test tahap II ................................................... 79

4.8 Ringkasan tabel anti image correlation tahap II ........................................... 80

4.9 Nilai communalities ..................................................................................... 82

4.10 Uji multikolonieritas .................................................................................... 86

4.11 Uji goodness of fit ........................................................................................ 87

4.12 Uji F (uji annova) ......................................................................................... 88

xiv

4.13 Uji t (uji parsial) ........................................................................................... 89

4.14 Rekapitulasi uji t-test ................................................................................... 92

4.15 Uji multikolonieritas .................................................................................... 97

4.16 Uji goodness of fit ........................................................................................ 98

4.17 Uji F (uji annova) ......................................................................................... 99

4.18 Uji t (uji parsial) ......................................................................................... 100

4.19 Rekapitulasi uji t-test ................................................................................. 103

4.20 Uji multikolonieritas .................................................................................. 108

4.21 Uji goodness of fit ...................................................................................... 109

4.22 Uji F (uji annova) ....................................................................................... 110

4.23 Uji t (uji parsial) ......................................................................................... 111

4.24 Rekapitulasi uji t-test ................................................................................. 114

4.25 Uji multikolonieritas .................................................................................. 119

4.26 Uji goodness of fit ...................................................................................... 120

4.27 Uji F (uji annova) ....................................................................................... 121

4.28 Uji t (uji parsial) ......................................................................................... 122

4.29 Rekapitulasi uji t-test ................................................................................. 125

4.30 Uji multikolonieritas .................................................................................. 129

4.31 Uji goodness of fit ...................................................................................... 131

4.32 Uji F (uji annova) ....................................................................................... 131

4.33 Uji t (uji parsial) ......................................................................................... 132

4.34 Rekapitulasi uji t-test ................................................................................. 135

xv

4.36 Karakteristik manajer proyek yang berpengaruh terhadap kinerja

pelaksanaan proyek .................................................................................... 148

4.37 Variabel aspek soft skill yang berpengaruh terhadap kinerja pelaksanaan

proyek ......................................................................................................... 149

xvi

DAFTAR GAMBAR

2.1 Tiga kendala proyek ....................................................................................... 8

2.2 Sistem Program TQM .................................................................................. 17

2.4 Proses rotasi faktor ....................................................................................... 37

3.1 Diagram alir kerangka berpikir .................................................................... 55

3.2 Diagram alir rancangan penelitian ............................................................... 56

4.1 Grafik uji normalitas .................................................................................... 85

4.2 Grafik uji normalitas .................................................................................... 96

4.3 Grafik uji normalitas .................................................................................. 107

4.4 Grafik uji normalitas .................................................................................. 118

4.5 Grafik uji normalitas .................................................................................. 128

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proyek merupakan suatu kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu

yang terbatas dengan alokasi sumber daya tertentu. Dalam kegiatan pengelolaan

proyek ada beberapa tahapan yang harus dilalui, yaitu dimulai dari tahap

Perencanaan (Planning), Perekayasaan dan Perancangan (Engineering and

Design), Pengadaan atau Pelelangan (Procurement), Pelaksanaan (Construction),

Tes Operasional (Commisioning), serta tahap Pemanfaatan dan Pemeliharaan

(Operational and Maintenance) (Nurhayati, 2010).

Dalam proyek konstruksi, diperlukan pengelolaan yang baik dan terarah

karena suatu proyek memiliki keterbatasan sehingga tujuan akhir dari suatu

proyek bisa tercapai. Pengelolaan proyek yang diperlukan meliputi tiga hal yang

dikenal dengan istilah tiga kendala proyek (triple constraint), yaitu biaya (cost),

mutu (quality), dan waktu (schedule). Ketiga batasan tersebut saling

mempengaruhi dalam keberhasilan sebuah proyek serta memiliki peran yang

sangat penting dalam pelaksanaan proyek. Kegiatan pelaksanaan proyek tersebut,

diwujudkan melalui kegiatan Perencanaan (Planning), Pengorganisasian

(Organizing), Pelaksanaan (Actuating), dan Pengendalian (Controlling) (Soeharto,

1995).

Kabupaten Badung merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Bali

yang industri pariwisatanya berkembang sangat pesat, dikarenakan banyak lokasi

yang menjadi tujuan wisata terletak di Kabupaten Badung. Dilihat dari

2

perkembangan yang signifikan tersebut, pembangunan gedung terus berkembang

dan bertambah seperti pembangunan hotel, rumah sakit dan lain sebagainya. Oleh

karena itu, pelaksanaan proyek konstruksi di Kabupaten Badung tidak terlepas

dari masalah yaitu mutu pelaksanaan proyek dan ketepatan waktu penyelesain

proyek yang diakibatkan oleh kurangnya keahlian yang dimiliki oleh manajer

proyek dalam mengintegrasikan dan mengkoordinasikan semua sumber daya yang

dimiliki dan bertanggung jawab sepenuhnya atas pencapaian sasaran proyek. Jika

ingin melaksanakan proyek konstruksi yang memenuhi standar waktu, biaya dan

mutu diperlukan suatu sistem manajemen proyek yang baik oleh seorang manajer

proyek. Dalam Total Quality Management System (TQM), Yamit,(2004)

menyebutkan bahwa seorang manajer mempunyai peran yang sangat strategis

dalam implementasi menetapkan tujuan hingga menentukan alokasi waktu yang

cukup. Kepemimpinan seorang manajer proyek sangat berpengaruh terhadap

implementasi program TQM.

Katz,(1979) mengemukakan bahwa setiap Manajer Proyek membutuhkan

minimal tiga keterampilan dasar. Keterampilan dasar tersebut adalah Conceptual

Skills (keterampilan konseptual) adalah kemampuan untuk memahami suatu

persoalan/issue secara keseluruhan untuk kepentingan atau kegiatan organisasi,

Technical Skills (keterampilan teknis) adalah kemampuan untuk mengaplikasikan

pengetahuan, metode, atau teknik spesifik dalam suatu bidang ilmu, dan Soft Skills

(keterampilan sosial) adalah keterampilan mengelola diri sendiri dan bersosialisasi

dengan orang lain, termasuk didalamnya tentang pola pikir (mindset), sistem

3

kepercayaan (belief system), kematangan emosi (emotional maturity) dan

kepercayaan diri (self confidence) seseorang.

Melihat hal tersebut, maka penulis meneliti tentang “Karakteristik

Manajer Proyek Terhadap Kualitas Pelaksanaan Konstruksi Gedung di Kabupaten

Badung” guna meningkatkan daya saing dan profesionalisme Manajer Proyek

untuk dapat memenuhi keinginan stakeholder tanpa mengabaikan standar

kompetensi yang ada sehingga mampu mengantisipasi perkembangan dunia

konstruksi saat ini maupun di masa yang akan datang.

1.2 Rumusan Masalah

Kendala kompetensi seorang manajer proyek untuk memahami

manajemen kualitas dalam melaksanakan pengelolaan proyek sangat berdampak

pada kinerja pelaksanaan proyek. Adapun perumusan masalah dalam penelitian

ini yaitu:

1. Faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap kualitas kinerja pelaksanaan

Proyek Konstruksi Gedung di Kabupaten Badung ?

2. Bagaimana hubungan karakteristik manajer proyek terhadap kualitas kinerja

pelaksanaan proyek konstruksi gedung di Kabupaten Badung ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka dapat

ditentukan tujuan penelitian yaitu:

4

1. Mengidentifikasi faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap kualitas

kinerja pelaksanaan Proyek Konstruksi Gedung di Kabupaten Badung.

2. Menganalisis hubungan antara karakteristik Manajer Proyek terhadap kualitas

kinerja pelaksanaan proyek konstruksi gedung di Kabupaten Badung (biaya-

mutu-waktu-K3-Lingkungan).

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, diharapkan agar hasil penelitian ini dapat

memberikan manfaat dan kontribusi, antara lain:

1. Meningkatkan profesionalisme lingkungan akademik dan praktis terkait

dengan proyek konstruksi. Dalam hal ini, untuk mengukur pemahaman dan

penerapan prinsip manajemen kualitas oleh seorang manajer proyek yang

berpengaruh pada kinerja sebuah proyek.

2. Meningkatkan kapasitas perusahaan jasa konstruksi dalam upaya

meningkatkan kompetensi manajer proyek pada pelaksanaan proyek

konstruksi.

1.5 Batasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada pelaku jasa konstruksi dalam pelaksanaan

proyek konstruksi gedung khususnya terhadap manajer proyek konstruksi pada

perusahaan kontraktor di Kabupaten Badung sehingga masalah dibatasi pada:

1. Persyaratan kompetensi manajer proyek yang diidentifikasi adalah standar

kriteria pada tahap pelaksanaan proyek konstruksi.

5

2. Partisipan dalam penelitian ini adalah para tim proyek, seperti : supervisor

engineer, quality control, quantity surveyor, konsultan manajemen

konstruksi, konsultan MEP, dan konsultan arsitek dalam bidang manajemen

proyek konstruksi gedung.

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka atau disebut juga kajian pustaka (literature review)

merupakan sebuah aktivitas untuk meninjau atau mengkaji kembali berbagai

literatur yang telah dipublikasikan oleh akademisi atau peneliti lain sebelumnya

terkait topik yang akan diteliti. Tujuan penulisan Tinjauan Pustaka yaitu: untuk

mendapatkan gambaran dan mempertegas penelitian, membantu pemilihan

prosedur penelitian, mendalami landasan teori karena sebuah penelitian haruslah

berada pada konteks ilmu pengetahuan atau teori yang ada, mengkaji kelebihan

dan kekurangan dalam arti bahwa pembuktian keaslian sebuah penelitian ini

bersumber pada pengkajian terhadap penelitian-penelitian yang pernah dilakukan,

serta menghindari plagiasi dan duplikasi. Adapun beberapa topik tinjauan pustaka

yang akan didiskusikan pada bagian berikut, yaitu: Proyek Konstruksi,

Manajemen Kualitas.

2.1 Proyek Konstruksi

Sebuah proyek merupakan suatu usaha/aktifitas yang kompleks, tidak

rutin, dibatasi oleh waktu, anggaran, resources, dan spesifikasi yang dirancang

untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Sebuah proyek juga dapat diartikan

sebagai upaya atau aktifitas yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan, sasaran,

dan harapan-harapan penting dengan menggunakan anggaran dana serta sumber

daya yang tersedia yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu. Khusus

7

untuk proyek konstruksi, aktivitas utama jenis proyek ini terdiri

dari Perencanaan (Planning), Perekayasaan dan Perancangan (Engineering and

Design), Pengadaan atau Pelelangan (Procurement), Pelaksanaan (Construction),

Test Operasional (Commisioning), serta tahap Pemanfaatan dan Pemeliharaan

(Operational and Maintenance) (Nurhayati, 2010).

Proyek konstruksi mempunyai 3 (tiga) karakteristik yang dapat

dipandang secara tiga dimensi (Ervianto, 2002) yaitu:

1. Bersifat unik

Keunikan dari proyek konstruksi adalah tidak pernah ada rangkaian kegiatan

yang sama persis (tidak ada identik, yang ada adalah sejenis), proyek bersifat

sementara dan selalu terlibat grup pekerja berbeda-beda.

2. Dibutuhkan sumber daya (resources)

Setiap proyek konstruksi membutuhkan sumber daya seperti manusia

(man), bahan (material), alat kerja (machine), uang (money) dan metode kerja

(method).

3. Organisasi

Setiap organisasi proyek mempunyai keragaman tujuan dimana didalamnya

terlibat sejumlah individu dengan keahlian bervariasi dan ketidakpastian.

2.2 Tiga Kendala Proyek

Semua proyek pasti memiliki suatu tujuan, produk akhir atau hasil kerja

akhir sehingga didalam proses mencapai tujuan itu, telah ditentukan beberapa

8

batasan yaitu biaya anggaran, jadwal, serta mutu yang harus dicapai. Ketiga

kendala tersebut dinamakan tiga kendala proyek (Soeharto,1995) diantaranya:

1. Anggaran

Proyek harus diselesaikan sesuai dengan anggaran. Dalam proyek besar dan

jangka waktu yang panjang (tahun jamak) maka anggarannya dipecah

menjadi beberapa kwarta yang jumlahnya disesuaikan dengan keperluan.

2. Jadwal

Setiap proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu yang telah

ditentukan dan disepakati bersama.

3. Mutu

Hasil akhir dari sebuah proyek harus memenuhi spesifikasi yang telah

disyaratkan dan diharapkan dapat beroperasi dengan baik dalam kurun waktu

yang telah ditentukan. Jadi, memenuhi syarat mutu berarti mampu memenuhi

tugas yang dimaksudkan atau dikenal sebagai fit for intended use.

Seperti pada gambar berikut ini yang merupakan parameter penting bagi

penyelenggara proyek yang sering disebut sebagai sasaran proyek:

Gambar 2.1. Tiga Kendala Proyek Sumber: (Soeharto, 1995)

9

Pada gambar di atas digambarkan biaya (cost), mutu (scope) dan waktu

(schedule) sebagai sisi-sisi dari segitiga sama sisi yang saling terkait. Perubahan

pada satu sisi akan berdampak pada sisi lainnya. Oleh karena itu dibutuhkan

pengelolaan dari ketiga hal tersebut.

2.3 Manajemen Biaya.

Menurut Project Mangement Body of Knowledge Guide (PMI, 2004)

Manajemen biaya proyek diperlukan untuk memastikan bahwa perencanaan

proyek sudah mencakup:

1. Estimasi biaya untuk setiap resource

2. Pengalokasian estimasi biaya setiap resource yang dibutuhkan oleh setiap

work item.

Dalam manajemen biaya proyek, terdapat beberapa proses yang

dilibatkan dalam tujuan penyelesaian proyek sesuai dengan anggaran yang

disediakan. Proses tersebut yaitu cost estimating, cost budgeting dan cost control.

1. Cost estimating

Cost estimating melibatkan pengembangan suatu perkiraan atau estimasi

biaya dari resource yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu proyek.

Project manager harus menentukan estimasi biaya dengan teliti jika ingin

menyelesaikan proyek dengan batasan biaya yang ada. Salah satu hasil

penting dari project cost management adalah suatu cost estimate. Secara

normal project manajer mempersiapkan beberapa tipe dari cost estimate

untuk banyak proyek. Ada tiga tipe cost estimating, yaitu : Rough order

10

magnitude (ROM) estimate, Budgetary estimate, dan Definitive estimate.

Cost management plan adalah suatu dokumen yang menggambarkan

bagaimana organisasi akan mengatur perbedaan biaya dalam proyek.

2. Cost budgeting

Cost budgeting melibatkan pengalokasian estimasi biaya untuk pekerjaan

perorangan dalam setiap waktu. Pekerjaan tersebut didasari pada Work

Breakdown Structure (WBS) proyek yang dikerjakan. Tujuan utama dari

cost budgeting adalah untuk menghasilkan suatu cost baseline untuk

memastikan performa proyek dan kebutuhan proyek. Suatu cost baseline

adalah suatu tahapan waktu dari budget yang digunakan oleh project

manager untuk memastikan dan memantau penggunaan biaya. Cost

budgeting juga menyediakan informasi untuk pembiayaan kebutuhan.

3. Cost control

Project cost control termasuk memantau penggunaan biaya, dan memastikan

hanya perubahan proyek yang sesuai yang dimasukkan dalam suatu cost

baseline yang telah ditinjau kembali dan menginformasikan stakeholder

mengenai perubahan proyek yang disahkan yang akan mempengaruhi biaya.

Cost baseline, performance report, perubahan yang diinginkan, dan

pembiayaan kebutuhan proyek merupakan input untuk proses cost control.

2.4 Manajemen Kualitas / Mutu.

Dalam konstruksi maupun jasa lainnya, sering dibicarakan masalah

kualitas oleh produsen dan konsumen. Tingkat pemahaman terhadap kualitas

11

sangat beragam tergantung kepada latar belakang serta sudut pandang mereka.

Produsen memandang kualitas adalah kepuasan pelanggan (Customer

Satisfaction), sedangkan bagi konsumen adalah produk yang dapat memenuhi

keinginan dan harapannya.

Beberapa pendapat dan teori tentang manajemen kualitas yang

disampaikan beberapa pakar dalam bidang manajemen, diantaranya adalah

sebagai berikut:

1. W. Edwards Deming mengutarakan bahwa “Kualitas berarti pemecahan

masalah untuk mencapai penyempurnaan terus menerus”. Seluruh

komponen yang terlihat dalam pencapaian kualitas merupakan suatu

komuniti yang saling memberi dukungan atau Bottom-Up. Proses ini sering

disebut siklus Deming yaitu Plan (Perencanaan), Do (Pelaksanaan), Check

(Pemeriksaan) dan Action (Tindakan).

2. Crosby mengedepankan bahwa “Kualitas adalah sesuai dengan yang

disyaratkan atau distandarkan”. Suatu produk memiliki kualitas apabila

sesuai dengan standar kualitas yang ditentukan. Crosby juga memandang

masalah kualitas dengan membagi 4 langkah yaitu:

a. Pemenuhan persyaratan (Conformance),

b. Pencegahan timbulnya cacat (Prevention of Defects),

c. Bebas cacat (Zero Defects),

d. Tolak ukur kualitas (Performance Measurement).

Empat langkah yang dikemukakan adalah merupakan rangkaian Top-

Down untuk mencapai kualitas yang diharapkan konsumen. Kebutuhan dan

12

keinginan konsumen harus dikenali terlebih dahulu sebelum melakukan proses

produksi, didalam proses harus menghindari terjadinya kesalahan yang akan

meningkatkan biaya dan waktu. Pencapaian bebas cacat adalah mutlak karena

setiap cacat yang terjadi berarti biaya. Dari proses ini memerlukan tolak ukur yang

digunakan sebagai pedoman dan secara terus menerus ukuran kualitas akan

meningkat (Suardi, 2003).

2.5 Pengertian dan Prinsip Total Quality Management (TQM)

Total Quality Management dapat didefinisikan dari tiga kata yang

dimilikinya, yaitu: Total (keseluruhan), Quality (kualitas, derajat/ tingkat

keunggulan barang atau jasa), dan Management (tindakan, seni, cara menghandel,

pengendalian, pengarahan). Dari ketiga kata yang dimilikinya, definisi TQM

adalah “Sistem manajemen yang berorientasi pada kepuasan pelanggan (costumer

satisfaction) dengan kegiatan yang diupayakan sekali benar (right first time),

melalui perbaikan berkesinambungan (continous improvement) dan memotivasi

karyawan”. (Sadgrove, 1995 dalam Yamit, 2004).

Tjiptono (1996) mendefinisikan bahwa TQM adalah “Suatu pendekatan

dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing

organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses,

dan lingkungannya”.

Terdapat tiga prinsip program TQM agar dapat berhasil dalam

penerapannya. Ketiga prinsip tersebut dijabarkan sebagai berikut:

13

1. Fokus Pelanggan

Menurut filosofi TQM, kepuasan pelanggan adalah tujuan dari seluruh

sistem, dan fokus pelanggan adalah sarana untuk mencapai itu. Pelanggan

dapat berupa internal atau eksternal. Pelanggan eksternal adalah konsumen

atau klien, dengan kata lain pengguna akhir dari produk atau jasa yang

ditawarkan. Pelanggan internal adalah pihak kedua atau departemen dalam

organisasi, yang tergantung pada produk yang pertama.

2. Perbaikan Proses

Proses adalah sebuah cara untuk menyelesaikan pekerjaan yang dilakukan.

Sebuah proses terdiri dari tugas, prosedur, dan kebijakan yang diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan pelanggan internal atau eksternal (Adrian,

1995). Menurut filosofi TQM, jika proses sudah benar, sehingga akan

menjadi hasil akhir (produk). Dengan demikian organisasi harus bekerja

untuk memperbaiki proses sehingga untuk meningkatkan produk akhir atau

jasa. Dengan berfokus pada proses pengukuran dan analisis, proses mungkin

dapat ditingkatkan dengan mengubah "lima M" dari proses: manusia, mesin,

material, metode, dan measurement (pengukuran). Sebuah penekanan yang

kuat pada pusat perbaikan proses pada pengukuran variasi, kontrol variasi,

dan pengetahuan tentang variasi untuk mencari perbaikan. Analisis ini

disebut sebagai pengendalian proses statistik atau analisis statistik. Ini

adalah inti perbaikan proses.

14

3. Perbaikan terus menerus

Tujuan dari perbaikan terus menerus adalah sesuatu yang umum dalam

banyak teori manajerial, tetapi TQM adalah unik karena menyediakan proses

langkah-demi-langkah spesifik untuk mencapai hal ini. Proses ini terdiri dari

sembilan langkah:

a. Mengidentifikasi proses.

b. Mengatur tim multi-disiplin untuk mempelajari proses dan

merekomendasikan perbaikan.

c. Tentukan daerah mana yang membutuhkan data

d. Mengumpulkan data pada proses

e. Menganalisis data yang dikumpulkan dan brainstorming untuk

perbaikan.

f. Menentukan rekomendasi dan metode pelaksanaan.

g. Mengimplementasikan rekomendasi yang diuraikan dalam langkah 6.

h. Mengumpulkan data baru pada proses setelah perubahan diusulkan

yang telah diimplementasikan untuk memverifikasi efektivitas mereka.

i. Berputar kembali ke langkah sebelumnya dan menganalisis data

kembali dan brainstorming untuk perbaikan lebih lanjut. Siklus

sembilan langkah menekankan empat elemen: berfokus pada

kemajuan, pengukuran proses, brainstorming untuk perbaikan, dan

verifikasi dan pengukuran.

15

Creech (1995) dalam Yamit (2004) mengatakan bahwa program TQM

harus mempunyai empat prinsip bila ingin sukses dalam penerapannya. Keempat

prinsip tersebut adalah:

a. Program TQM harus didasarkan pada kesadaran akan kualitas dan

berorientasi pada kualitas dalam semua kegiatannya sepanjang program,

termasuk dalam setiap proses dan produk.

b. Program TQM harus mempunyai sifat kemanusiaan yang kuat dalam

memperlakukan karyawan, mengikutsertakannya, dan memberinya inspirasi.

c. Program TQM harus didasarkan pada pendekatan desentralisasi yang

memberikan wewenang pada semua tingkat, terutama di garis depan,

sehingga antusiasme keterlibatan dan tujuan bersama menjadi kenyataan.

d. Program TQM harus diterapkan secara menyeluruh sehingga semua prinsip,

kebijaksanaan, dan kebiasaan mencapai setiap sudut dan celah organisasi.

Adapun manfaat yang diperoleh dari implementasi program TQM dapat

dilihat pada gambar 2.1 berikut:

Gambar 2.2 Sistem Program TQM

Sumber: Yamit (2004)

16

2.6 Manajemen Waktu (Penjadwalan Proyek)

Menurut Project Mangement Body of Knowledge Guide (PMI, 2004)

penjadwalan proyek adalah kegiatan menetapkan jangka waktu kegiatan proyek

yang harus diselesaikan, bahan baku, tenaga kerja serta waktu yang dibutuhkan

oleh setiap aktivitas.

Beberapa Manfaat dari Penjadwalan Proyek:

1. Menunjukkan hubungan tiap kegiatan lainnya dan terhadap keseluruhan

proyek.

2. Mengidentifikasikan hubungan yang harus didahulukan di antara kegiatan.

3. Menunjukkan perkiraan biaya dan waktu yang realistis untuk tiap kegiatan.

4. Membantu penggunaan tenaga kerja, uang dan sumber daya lainnya dengan

cara hal-hal kritis pada proyek.

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam membuat jadwal

pelaksanaan proyek:

1. Kebutuhan dan fungsi proyek tersebut. Dengan selesainya proyek itu proyek

diharapkan dapat dimanfaatkan sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan.

2. Keterkaitannya dengan proyek berikutnya ataupun kelanjutan dari proyek

selanjutnya.

3. Alasan sosial politis lainnya, apabila proyek tersebut milik pemerintah.

4. Kondisi alam dan lokasi proyek.

5. Keterjangkauan lokasi proyek ditinjau dari fasilitas perhubungannya.

6. Ketersediaan dan keterkaitan sumber daya material, peralatan, dan material

pelengkap lainnya yang menunjang terwujudnya proyek tersebut.

17

7. Kapasitas atau daya tampung area kerja proyek terhadap sumber daya yang

dipergunakan selama operasional pelaksanaan berlangsung.

8. Produktivitas sumber daya, peralatan proyek dan tenaga kerja proyek,

selama operasional berlangsung dengan referensi dan perhitungan yang

memenuhi aturan teknis.

9. Cuaca, musim dan gejala alam lainnya.

10. Referensi hari kerja efektif.

Adapun pendekatan yang lazim digunakan dalam penjadwalan proyek:

1. Gantt Chart,

2. PERT (Project Evaluation and Review Technique), dan

3. CPM (Critical Path Method).

2.7 Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Definisi dari Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dapat dikaji dari

beberapa aspek sebagai berikut (Sudiajeng, 2011):

1. Secara filosofi, K3 dapat diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk

menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rokhaniah

tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan

budayanya menuju masyarakat adil dan makmur.

2. Secara keilmuan juga dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan dan

penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan

dan penyakit akibat kerja.

18

3. Secara praktis, K3 merupakan suatu upaya perlindungan agar tenaga kerja

selalu dalam keadaan selamat dan sehat selama melakukan pekerjaan di

tempat kerja serta bagi orang lain yang memasuki tempat kerja maupun

sumber dan proses produksi dapat secara aman dan efisien dalam

pemakaiannya.

Dari ketiga uraian tersebut, maka secara umum K3 dapat didefinisikan

sebagai suatu pemikiran yang mendasari pengembangan ilmu pengetahuan dan

penerapannya dalam upaya mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat

kerja untuk menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja dan lingkungan

kerjanya (Sudiajeng, 2011).

Berdasarkan definisi umum tersebut, maka tujuan penerapan K3 adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengenali dan memahami berbagai sumber kecelakaan dan penyakit

akibat pekerjaan di lingkungan proyek konstruksi

2. Agar dapat menganalisis tingkat resiko kecelakaan dan penyakit yang ada;

3. Sebagai upaya untuk menekan dan atau mengendalikan sumber kecelakaan

dan penyakit;

4. Sebagai upaya untuk menciptakan kondisi kerja yang mampu menjamin

keselamatan, kesehatan dan kenyamanan pekerja;

5. Secara komprehensif, tujuan penerapan K3 adalah untuk melindungi

keselamatan dan kesehatan pekerja guna mewujudkan produktivitas yang

optimal yang bermuara pada peningkatan kualitas hidup baik bagi pekerja

maupun perusahaan.

19

2.7.1 Dasar Hukum Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Dalam upaya untuk menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja, maka

dengan mengacu pada Undang – Undang Dasar 1945 khususnya pasal 27 ayat 2

yang menyatakan bahwa setiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan

penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Produk hukum yang terkait langsung

dalam pelaksanaan K3 untuk industri konstruksi adalah sebagai berikut:

1. Undang – undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan

Kerja.

2. Undang – undang No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.

3. Surat keputusan bersama Menteri Tenaga Kerja dan menteri pekerjaan

Umum No. 174/MEN/1986 dan 104/KPTS/1986 tentang Keselamata dan

Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi.

4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER.02/MEN/1992 tentang Tata

Cara penunjukan, Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan

Kesehatan Kerja.

5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER.05/MEN/1996 tentang Sistem

Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

6. Keputusan Menteri Kimpraswil No. 384/KPTS/M/2004 tentang Pedoman

Teknis Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan

Konstruksi Bendungan dan

7. Peraruran Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 09/PER/M/2008 tentang

Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3)

Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.

20

2.7.2 Sumber Kecelakaan Kerja pada Industri Konstruksi

Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan dimana akan

berakibat cidera, sakit/ penyakit akibat kerja sampai kepada kematian dan / atau

mengakibatkan kerusakan ataupun kerugian (Sudiajeng, 2011).

Secara umum, sumber kecelakaan akibat kerja dikelompokan menjadi 3

(tiga) yaitu: kondisi/lingkungan kerja, manajemen/organisasi kerja dan perilaku

kerja yang tidak aman.

2.7.3 Pencegahan Kecelakaan Kerja

Secara umum pencegahan kecelakaan kerja dapat dilakukan melalui

beberapa tindakan pencegahan diantaranya:

1. Penerapan manajemen K3.

Menerapkan manajemen K3 berarti mengendalikan potensi hazard yang

ada, mengembangkan system manajemen yang sehat, aman, nyaman, efisien

dan produktif.

2. Komunikasi

Komunikasi merupakan salah satu kunci pokok dari K3.Pemasangan tanda

bahaya, penggunaan APD serta efektifitas penggunaan sarana informasi

harus ditingkatkan.

3. Pelatihan

Program pelatihan baik yang bersifat internal maupun eksternal sangat

efektif untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran pekerja di dalam

menerapkan prinsip – prinsip K3.

21

4. Identifikasi sumber bahaya

Identifikasi sumber bahaya harus dilakukan secara periodik dan

berkelanjutan sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan terjadinya

kecelakaan kerja.

2.8 Manajemen Lingkungan

Proses pengembangan kegiatan konstruksi pada umumnya meliputi

tahapan-tahapan perencanaan umum, studi kelayakan termasuk pra-studi

kelayakan, perencanaan teknis,konstruksi dan tahapan pasca konstruksi yang

mencakup operasi, pemeliharaan serta pemanfaatannya. Sesuai dengan ketentuan

yang berlaku, kegiatan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

merupakan bagian dari proses dari setiap tahapan pengembangan kegiatan

konstruksi tersebut di atas.

2.8.1 Analisis AMDAL pada tahap Perencanaan Umum

Perencanaan umum merupakan awal dari suatu gagasan atau ide untuk

memenuhi suatu kebutuhan atau permintaan masyarakat, dapat berupa rencana

jangka panjang, rencana jangka menengah dan jangka pendek, yang secara terus

menerus menghasilkan rencana dan progaram untuk diimplementasikan. Pada

tahap ini dilakukan penyaringan AMDAL untuk mengetahui secara umum apakah

kegiatan konstruksi tersebut menimbulkan perubahan yang mendasar terhadap

lingkungan, sehingga harus melaksanakan AMDAL, ataukah tidak menimbulkan

22

dampak yang berarti sehingga cukup melaksanakan UKL dan UPL. Besarnya

perubahan lingkungan yang timbul tesebut sangat dipengaruhi oleh:

1. Volume dan besaran rencana kegiatan.

2. Lokasi proyek dan kondisi lingkungannya.

3. Fungsi dan peruntukan lahan di sekitar lokasi proyek.

2.8.2 Penjabaran RKL dan RPL pada Tahap Perencanaan Teknis

Perencanaan teknis dimaksudkan untuk menyiapkan gambar-gambar

teknis, syarat dan spesifikasi teknis, sehingga dapat menggambarkan produk yang

akan dihasilkan, didasarkan atas kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam studi

kelayakan. Untuk mewujudkan suatu perencanaan teknis yang berwawasan

lingkungan, maka perumusan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan

Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) harus dijabarkan dalam gambar-gambar

teknis dan spesifikasi teknis tersebut, serta perlu dituangkan dalam dokumen

kontrak, sehingga mengikat pelaksana kegiatan konstruksi.

2.8.3 Pelaksanaan RKL dan RPL

2.8.3.1. Pada tahap pra konstruksi

Kegiatan pra-konstruksi dalam hal ini pengadaan tanah dan pemindahan

penduduk harus didukung dengan data yang lengkap dan akurat tentang lokasi,

luas, jenis peruntukan serta kondisi penduduk yang memiliki atau menempati

tanah yang dibebaskan tersebut. Ketentuan-ketentuan yang rinci tentang masalah

23

pembebasan tanah dalam RKL dan RPL harus dapat digunakan dan dimanfaatkan

sebagai acuan dalam pelaksanaan pembebasan tanah tersebut.

2.8.3.2. Pada tahap konstruksi.

Kegiatan pada tahap ini merupakan pelaksanaan fisik konstruksi sesuai

dengan gambar dan syarat-syarat teknis yang telah dirumuskan dalam kegiatan

perencanaan teknis. Kegiatan pengelolaan lingkungan yang tercakup pada tahap

ini meliputi penerapan: Metode konstruksi, spesifikasi serta persyaratan kualitas

dan kuantitas pekerjaan yang terkait dengan penanganan dampak penting.

Penerapan Standard Operation Procedure yang mengacu pada dampak

lingkungan. Tata cara penilaian hasil pelaksanaan pengelolaan lingkungan dan

tindak lanjutnya. Sedangkan penerapan RPL pada tahap ini mencakup :

pemantauan pelaksanaan konstruksi agar sesuai dengan gambar dan spesifikasi

teknis yang telah mengikuti kaidah lingkungan, penerapan dan pelaksanaan uji

coba operasional. Penilaian hasil pelaksanaan pengelolaan lingkungan dan

pemantauan lingkungan untuk masukan bagi penyempurnaan pelaksanaan RKL

dan RPL.

2.8.3.3 Evaluasi pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada tahap pasca

konstruksi

Evaluasi pasca konstruksi ditujukan: untuk menilai dan mengupayakan

peningkatan daya guna dan hasil guna dari prasarana yang telah dibangun dan

dioperasikan.

24

Evaluasi pengelolaan dan pemantauan lingkungan dimaksudkan untuk

memantapkan Standard Operation Procedure dengan mengacu pada pengalaman

yang didapat di lapangan selama kegiatan konstruksi berlangsung.

2.9 Peranan dan Tanggung Jawab Manajer Proyek.

Menurut Project Mangement Body of Knowledge Guide (PMI, 2004)

mengatakan bahwa manajer proyek adalah seseorang yang berperan dalam

mengelola sebuah proyek. Peranan Manajer Proyek dalam pelaksanaan proyek

untuk mencapai tujuan proyek yaitu tepat biaya-mutu-waktu, sebagai berikut:

1. Berperan untuk mengintegrasikan beberapa kegiatan yang berbeda untuk

mencapai tujuan tertentu.

2. Berperan juga sebagai seorang komunikator. Dengan ini berarti manajer

proyek menjadi tempat terakhir menujunya laporan-laporan, memo,

permintaan dan keluhan. Manajer proyek juga mengambil input dari banyak

sumber, mengolah dan menyampaikan informasi ke beberapa pihak dan

memastikan bahwa semua orang yang punya peran dalam proyek

mengetahui informasi mengenai kebijaksanaan, tujuan, anggaran, jadwal

kebutuhan, dan perubahan yang ada dalam proyek sesuai peran yang

dimiliki.

3. Merupakan seorang agen pengubah yang mempelopori pemakaian ide yang

baru dan inovatif dan berusaha keras mengatasi halangan untuk melakukan

perubahan.

25

4. Berperan untuk mengambil keputusan yang menjadi wewenangnya, antara

lain mengenai realokasi sumber daya, mengubah lingkup proyek,

menyeimbangkan kriteria biaya, jadwal dan performansi.

Seorang manajer proyek memiliki peran utama yaitu menyerahkan hasil

akhir proyek dalam kriteria waktu, biaya, dan informasi yang telah ditetapkan,

termasuk profit yang ditargetkan. Secara garis besar tanggung jawab manajer

proyek adalah (Soeharto, 1997):

1. Merencanakan kegiatan-kegiatan dalam proyek, tugas-tugas dan hasil akhir,

termasuk pemecahan pekerjaan, penjadwalan dan anggaran.

2. Memonitor status proyek.

3. Mengindentifikasikan masalah-masalah teknis.

4. Menyelesaikan konflik yang terjadi dalam proyek.

5. Merekomendasikan penghentian proyek atau pengerahan kembali sumber

daya.

6. Mengorganisasikan, memilih dan menempatkan orang-orang dalam tim

proyek. Mengorganisasikan dan mengalokasikan sumber daya.

7. Manajer proyek harus dapat belajar dari pengalaman yang sudah didapatnya

dalam pelaksanaan proyek sebelumya untuk dapat diterapkan dalam metode

kerja proyek yang sedang dipimpinnya.

Disamping peran dan tanggung jawab manajer proyek seperti telah

disebutkan di atas, terdapat pula gaya kepemimpinan manajer proyek seperti

disebutkan di bawah ini:

26

2.9.1 Gaya Kepemimpinan Manajer Proyek

Larson, (2008) memberikan contoh gaya kepemimpinan dengan memberi

teladan sebagai syarat menuju manajer proyek yang efektif. Ada enam aspek yang

melingkupinya, antara lain:

1. Prioritas, hal ini berbicara mengenai penggunaan waktu. Manajer proyek

memerlukan banyak waktu untuk mengamati sebuah pengujian kritis

daripada menunggu laporan, menyatakan pentingnya penguji dan pekerjaan

tim.

2. Urgensi, dengan meningkatkan pola interaksi dengan tim seperti laporan dan

rapat penting dengan sering akan membuat tim merasa bahwa pekerjaan ini

sangat penting.

3. Pemecahan masalah, manajer proyek yang efektif akan lebih memusatkan

kepada bagaimana tim dapat mengubah masalah menjadi kesempatan atau

apa yang dipelajari dari suatu kesalahan untuk lebih proaktif dalam

memecahkan maslah.

4. Kerjasama, berbicara mengenai bagaimana manajer proyek bertindak

terhadap orang luar dan memengaruhi bagaimana anggota tim berinteraksi

dengan orang luar.

5. Standar kinerja, manajer proyek harus menetapkan standar yang tinggi untuk

kinerja proyek melalui respon yang cepat atas kebutuhan tim, mengikuti isu-

isu penting, berprinsip teguh, serta hati-hati dalam menjalankan pertemuan-

pertemuan kritis.

27

6. Etika, jika seorang manajer proyek dengan bebas menyalahgunakan atau

menahan informasi penting dari manajemen atas atau pelanggan, hal ini

member isyarat kepada anggota tim bahwa perilaku seperti ini dapat

diterima dan dilakukan.

Setelah menjelaskan gaya kepemimpinan seorang manajer proyek,

dibawah ini akan dijelaskan mengenai keterampilan dasar yang merupakan

karakteristik dari manajer proyek serta berpengaruh terhadap kualitas pelaksanaan

proyek konstruksi gedung.

2.9.2 Keterampilan Manajer Proyek

Katz, (1979) mengemukakan pendapatnya bahwa setiap Manajer Proyek

membutuhkan minimal tiga keterampilan dasar. Keterampilan Dasar tersebut

adalah Technical Skills (keterampilan teknis), Conceptual Skills (keterampilan

konseptual) dan Humanity/Soft Skills (keterampilan sosial).

1. Conceptual Skills (keterampilan konseptual) adalah kemampuan untuk

memandang dan memahami suatu persoalan/issue secara keseluruhan dan

mengkoordinasikan serta memadukan semua bagian-bagiannya yang saling

terkait untuk kepentingan atau kegiatan organisasi. Keterampilan ini

merupakan pemahaman dan kecakapan dalam menjalankan fungsi-fungsi

manajerial, meliputi proses perencanaan, pengorganisasian, pendelegasian,

pengontrolan, evaluasi dan pemecahan masalah.

2. Technical Skills (keterampilan teknis) meliputi pengetahuan dan pengalaman

dalam hal proyek dengan mengetahui prosedur-prosedur dan mekanisme

28

proyek serta kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan, metode, atau

teknik spesifik dalam bidang spesialisasi tertentu. Keterampilan ini

merupakan pemahaman dan kecakapan melakukan aktivitas pekerjaan yang

berhubungan dengan bidang khusus atau pekerjaan terntentu.

3. Soft Skills (keterampilan sosial) merupakan keterampilan mengelola diri

sendiri dan bersosialisasi dengan orang lain yang didasarkan pada nilai-nilai

yang dianut dalam kehidupan seseorang, termasuk didalamnya tentang pola

pikir (mindset), sistem kepercayaan (belief system), kematangan emosi

(emotional maturity) dan kepercayaan diri (self confidence) seseorang. Soft-

skill bersifat intangible, kecakapannya tidak bisa diukur tapi pengaruhnya

dapat dirasakan, dan kadar kualitasnya bisa disadari atau tidak disadari oleh

seseorang.

Keterampilan Teknis merupakan keterampilan yang paling penting bagi

manajer proyek. Keterampilan soft skills penting bagi semua manajer pada setiap

jenjang. Sedangkan keterampilan konseptual akan meningkat kebutuhannya

seiring dengan bertambah tingginya kedudukan seorang manajer dalam suatu

jenjang manajemen, sesuai dengan hirarkis wewenang dan tanggung jawabnya

dalam suatu organisasi. Dengan demikian ketiga karakteristik manajer proyek,

seperti: Technical Skills (keterampilan teknis), Conceptual Skills (keterampilan

konseptual) dan Humanity/Soft Skills (keterampilan sosial) akan dijadikan sebagai

parameter dalam mengukur hubungan karakteristik manajer proyek terhadap

kualitas kinerja pelaksanaan proyek konstruksi gedung di Kabupaten Badung.

29

2.10 Analisa Statistik

Setelah pembahasan mengenai karakteristik manajer proyek dan kualitas

kinerja proyek konstruksi dari segi biaya, mutu, dan waktu, maka dilanjutkan

dengan analisa statistik. Analisa statistik ini dilakukan dengan kegiatan koleksi

data dan tabulasi data. Adapun tahapan dalam analisa statistik tersebut, antara

lain:

1. Sampel

Sampel penelitian adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan teknik purposive sampling. Pengambilan sampel anggota

populasi dilakukan dengan penunjukkan dan memperhatikan strata yang ada

dalam populasi itu (Sugiyono, 2005).

2. Rancangan Kuisioner

Kuisioner merupakan instrumen untuk mendapatkan informasi tentang

persepsi responden terhadap pertanyaan yang ada dalam kuisioner tersebut

melalui sejumlah pertanyaan tertulis dan data-data lain yang dibutuhkan.

Dalam kuisioner akan diberikan penjelasan tentang tujuan penelitian,

manfaat penelitian serta petunjuk pengisian agar memudahkan responden.

3. Pengukuran Variabel Penelitian

Untuk mendapatkan data kuantitatif mengenai tingkat kepentingan suatu

faktor/variabel pada kuisioner untuk mendeskripsikan faktor penentu

keberhasilan, maka dalam pengisian persepsi dibuatkan skala interval yaitu

skala yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lain dan

30

mempunyai bobot yang sama dengan memberikan skor pada masing-masing

jawaban. Untuk itu diskala dengan rating scale, dimana data mentah yang

diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.

Dalam skala model rating scale, responden akan menjawab salah satu

jawaban kuantitatif yang telah disediakan (Sugiyono, 2005), misalnya :

Berilah jawaban angka:

(5 untuk sangat baik, 4 untuk baik, 3 untuk cukup, 2 buruk, dan

1 sangat buruk).

4. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur mampu untuk

mengukur apa yang ingin diukur. Sedangkan reliabilitas adalah istilah yang

dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif

konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih (Singarimbun dan

Effendi, 1989).

a. Uji Validitas

Uji ini digunakan untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukuran itu mengukur apa yang akan diukur. Dalam metode

kuisioner yang menjadi alat ukur adalah pernyataan-pernyataan yang

diajukan kepada responden. Untuk menguji validitas pernyataan pada

kuisioner digunakan Corrected Item to Total Correlation, dan bisa

juga menggunakan Analisis Faktor. Pernyataan dianggap valid apabila

angka korelasi hasil perhitungan lebih besar dari angka r kritik (rhitung ≥

rtabel) pada tabel (α; 5%).

31

Rumus r hitung:

r = 2222 )()(

)()(

YYNXXN

YXXYN

Keterangan:

N = jumlah responden uji

X = skor jawaban pernyataan

Y = skor total

b. Uji Reliabilitas

Suatu instrumen dikatakan reliabel jika memiliki Alpha (Cronbach)

minimal 0,6. Reliabilitas diukur dari koefisien Alpha (Malhotra, 1999).

Bila koefisien alpha (Cronbach’s Alpha) > 0,6 maka instrumen

tersebut dinyatakan reliabel.

2.10.1 Analisis Faktor

Analisis faktor adalah analisis yang digunakan untuk mereduksi atau

meringkas sejumlah variable menjadi lebih sedikit. Disamping itu, analisis faktor

juga bertujuan untuk mengkonfirmasi struktur faktor yang dianalisis berdasarkan

konsep atau teori, atau mengukur validitas konstruk (construct validity) yang

menunjukkan seberapa baik hasil yang diperoleh dari penggunaan pengukur

sesuai dengan teori-teori. Tujuan lain dari analisis faktor adalah untuk

mendapatkan ukuran (berupa skor) dari variabel laten berdasarkan beberapa

variabel terukur.

32

Analisis Faktor ini mencoba menemukan hubungan antar sejumlah

variabel yang saling bebas satu sama lain sehingga dapat dibuat satu atau

beberapa set variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal. Dalam hal ini

variabel yang memiliki korelasi terbesar akan berkelompok membentuk suatu set

variabel. Kumpulan variabel tersebut disebut faktor, dimana faktor-faktor yang

terbentuk tetap mencerminkan variabel-variabel aslinya. Berdasarkan tujuan

analisis faktor, maka analisis faktor yang digunakan adalah:

1. Analisis Faktor Eksploratori (Exploratory Factor Analysis).

Analisa faktor yang bertujuan untuk mereduksi (meringkas) sejumlah

variabel menjadi satu atau beberapa faktor. Analisis faktor eksploratori

adalah meringkas (mereduksi) beberapa variabel menjadi lebih sedikit.

Variabel baru yang terbentuk hasil dari reduksi atau ringkasan beberapa

variabel dinamakan faktor.

Langkah-langkah analisis faktor eksploratori adalah:

a. Identifikasi variabel

Variabel yang akan direduksi dalam analisis faktor hendaknya

berdasarkan pada teori yang ada, atau penelitian terdahulu.

b. Memilih variabel

Proses analisis faktor berdasarkan korelasi antar variabel. Oleh karena

dalam analisis faktor akan mengelompokkan sejumlah variabel, maka

seharusnya ada korelasi yang cukup kuat diantara variabel yang akan

dikelompokkan. Jika ada suatu variabel berkorelasi lemah dengan

variabel lainnya akan dikeluarkan. Tabel 2.1. merupakan matriks

33

korelasi antarvariabel dan pengelompokkan variabel sesuai dengan

lemah-kuatnya hubungan antar variabel yang dianalisis.

Tabel 2.1. Matrik Korelasi Antarvariabel

Sumber : Utama (2014)

Berdasarkan tabel 2.1. dapat dilihat bahwa X1, X2, dan X3 saling

berkorelasi yang cukup kuat, namun dengan variabel X4, X5, dan X6

mempunyai korelasi yang sangat lemah. Demikian juga antarvariabel

X4, X5, dan X6 saling berkorelasi yang cukup kuat, namun dengan

variabel X1, X2, dan X3 mempunyai korelasi yang sangat lemah.

Apabila dianalisis dengan analisisfaktor, kemungkinan besar X1, X2,

dan X3 mengelompok dan X4, X5, dan X6 berkelompok sendiri. Metode

statistik yang digunakan untuk menguji model analisis faktor

berdasarkan korelasi adalah Kaiser Meyer Olkin minimal 0,5 dan jika

nilai KMO dibawah 0,5 maka analisis faktor tidak bisa digunakan.

34

c. Ekstraksi variabel sehingga menjadi satu atau beberapa faktor. Metode

yang populer untuk mencari faktor adalah principal

component/komponen utama.

d. Menentukan jumlah faktor

Untuk menentukan jumlah faktor bisa digunakan eigenvalue, priori

determination, scree plot, atau percentase of variance. Berdasarkan

eigenvalue, hanya faktor yang mempunyai eigenvalue > 1 yang

dipakai. Sedangkan berdasarkan percentase of variance, untuk ilmu

social percentase varian kumulatif minimal 60 persen. Faktor yang

terbentuk harus mampu menggambarkan perbedaan diantara faktor

yang terbentuk, dalam arti apakah isi (variabel) suatu faktor benar-

benar layak masuk faktor tersebut ataukah mungkin masuk ke faktor

lain. Jika isi faktor masih diragukan dapat dilakukan proses rotasi.

e. Rotasi Faktor

Alat terpenting untuk interpretasi terhadap faktor adalah rotasi faktor.

Tujuan rotasi faktor adalah untuk memperjelas masuknya variabel ke

dalam faktor tertentu. Ada beberapa metode rotasi : a) Rotasi

Orthogonal yaitu memutar sumbu 900, b) Rotasi Oblique yaitu

memutar sumbu kekanan, tetapi tidak harus 900. Tidak ada aturan

khusus kapan harus memilih rotasi orthogonal atau oblique. Pemilihan

metode rotasi didasarkan pada kebutuhan khusus masalah penelitian.

Jika tujuan penelitian adalah mengurangi jumlah variabel asli (awal),

maka pilihan rotasi yang cocok adalah orthogonal. Namun demikian

35

jika tujuan kita ingin mendapatkan faktor atau konstruk yang sesuai

dengan teori, maka rotasi yang dipilih sebaiknya oblique.

Gambar 2.4. Proses Rotasi Faktor Sumber : Utama (2014)

f. Validitas dan Reliabilitas menggunakan Analisis Faktor

Validitas dalam analisis faktor adalah dengan melihat besarnya nilai-

nilai KMO (Kaiser-Meyer-Olkin, X2 (Chi Square), Significance

Probability, Eigen value, Varians kumulatif, dan Anti-Image seperti

yang diringkas pada tabel 2.2.

36

Tabel 2.2. Nilai Validitas dalam Analisis Faktor

Nilai Validitas Cut-off Value

KMO (Kaiser-Meyer-Olkin) ≥ 0,50

X2 (Chi Square) Diharapkan besar

Significance Probability < 0,05

Eigen value > 1,00

Varians kumulatif ≥ 60%

Anti-Image ≥ 0,50

Sumber : Utama (2014)

Disamping itu, juga perlu diperhatikan kelayakan faktor muatan atau

loading factor dari tiap-tiap variabel dengan menggunakan pedoman

dari Tabel 2.3. berikut:

Tabel 2.3. Pedoman untuk Mengidentifikasi Loading Factor

pada Tingkat Signifikansi 5 %

Sampel Loading Factor 50 0,75 60 0,70 70 0,65 85 0,60 100 0,55 120 0,50 150 0,45 200 0,40

Sumber : Utama (2014)

37

2.10.2 Analisis Regresi Linier

Setelah melakukan reduksi/meringkas variabel menjadi beberapa variabel

saja dengan menggunakan analisa faktor, maka selanjutnya mencari hubungan

antara variabel X dan Y menggunakan analisis regresi linier.

Pengertian regresi secara umum adalah sebuah alat statistik yang

memberikan penjelasan tentang pola hubungan (model) antara dua variabel atau

lebih. Dalam analisis regresi dikenal 2 jenis variabel yaitu:

1. Variabel Respon disebut juga variabel dependen yaitu variabel yang

keberadaannya dipengaruhi oleh variabel lainnya dan dinotasikan dengan

variabel Y.

2. Variabel Prediktor disebut juga dengan variabel independen yaitu variabel

yang bebas (tidak dipengaruhi oleh variabel lainnya) dan dinotasikan

dengan variabel X.

Untuk mempelajari hubugan – hubungan antara variabel bebas maka

regresi linier terdiri dari dua bentuk, yaitu:

1. Analisis regresi sederhana (Simple analysis regresi).

2. Analisis regresi berganda (Multiple analysis regresi).

2.10.3 Analisis Regresi Berganda (Multiple Analysis Regresi)

Regresi linier berganda adalah analisis regresi yang menjelaskan

hubungan antara peubah respon (variabel dependen) dengan faktor-faktor yang

mempengaruhi lebih dari satu prediktor (variabel independen). Regresi linier

berganda hampir sama dengan regresi linier sederhana, hanya saja pada regresi

38

linier berganda variabel bebasnya lebih dari satu variabel penduga. Tujuan analisis

regresi linier berganda adalah untuk mengukur intensitas hubungan antara dua

variabel atau lebih dan membuat prediksi perkiraan nilai Y atas X. Secara umum

model regresi linier berganda adalah sebagai berikut:

Dengan notasi variabel:

Y = Kinerja pelaksanaan proyek konstruksi

X1 = Membangun hubungan/networking di dalam atau diluar organisasi

proyek

β0 = konstanta

β1 = konstanta regresi X1

βn = konstanta regresi Xn

X2 = Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah/problem solving

secara efektif dan efisien dalam hal sumber daya manusia maupun

lingkungan sekitar proyek

β2 = konstanta regresi X2

= residual

39

2.10.3.1 Uji Asumsi Klasik

Terdapat uji asumsi klasik,yaitu uji multikolinearitas, dan uji normalitas.

1. Uji Asumsi Kenormalan

Regresi linier normal klasik mengasumsikan bahwa tiap ui didistribusikan

secara normal dengan:

Rata-rata : E(ui) = 0

Varians : E (ui) = σ2

Cov (ui, uj) : E (uiuj) = 0 i≠j

Asumsi ini secara ringkas bisa dinyatakan sebagai : ui~N (0, σ2)

Tanda ~ berarti “didistribusikan sebagai” dan dimana N berarti

“terdistribusi normal” unsur dalam tanda petik menyatakan dua

parameter distribusi normal, yaitu rata-rata dan varians.Untuk dua

variabel yang didistribusikan secara normal kovarians atau korelasi nol

berarti dua variabel tadi independent (bebas). Jadi dengan asumsi

kenormalan (3) berarti bahwa ui dan uj tidak hanya tak berkorelasi tetapi

juga didistribusikan secara independent (Gujarati, 1995)

2. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah hubungan linier antara variabel bebas dalam

suatu model regresi (regresi berganda). Indikasi terjadinya

multikolinearitas adalah:

40

a. Nilai koefisien determinasi (R2) tinggi, namun tak satupun atau

sedikit variabel bebas yang signifikan bila dilakukan uji t (uji secara

parsial).

b. Dengan melihat besarnya koefisien korelasi antara variabel bebas.

Koefisien korelasi yang cukup tinggi, mengindikasikan adanya

masalah multikolinearitas, dan sebaiknya koefisien korelasi yang

relatif rendah, mengindikasikan tidak terjadi kolinearitas dalam

model regresi.

c. Jika terjadi multikolinearitas maka akan mengakibatkan varian

koefisien regresi menjadi besar, sehingga interval kepercayaan akan

semakin melebar dan kemungkinan taksiran koefisien regresi

menjadi tidak signifikan.

Mengatasi multikolinearitas dapat dilakukan dengan memperbesar

ukuran sampel, transformasi salah satu (atau beberapa) variabel, dan

menghilangkan salah satu variabel bebas, terutama variabel yang

memiliki hubungan yang kuat antara variabel.

2.10.3.2 Uji Goodness of Fit

Uji Goodness of Fit adalah untuk melihat kesesuaian model atau

seberapa besar kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan varians variabel

terikatnya.

41

2.10.3.3 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Untuk menguji apakah koefisien regresi parsial secara serempak atau

bersama-sama berbeda secara signifikan dari nol, atau apakah ada pengaruh yang

signifikan variabel bebas xi secara serempak terhadap variabel terikat y,

digunakan uji F. Uji F dirumuskan sebagai berikut:

Sedangkan rumusan hipotesisnya adalah:

H0 : β1 = β2 = β…= βk = 0

H1 : paling sedikit salah satu dari βi ≠ 0 (i=1,2,3..k)

Daerah kritis untuk pengujian ini adalah F > F α (k-1) (k-n)

2.10.3.4 Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik t)

Untuk menguji apakah koefiien regresi parsial berbeda secara signifikan

(nyata) dari nol atau apakah suatu variabel bebas secara individu berpengaruh

terhadap variabel terikatnya. Digunakan uji t dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

i : Koefisien regresi parsial yang ke-i dari regresi sampel

i : nilai koefisien parsial yang ke-i pada hipotesis nol

iSe : kesalahan standar (standar error) koefisien regresi sampel

i

iii

Set

ˆ

ˆ

knR

kRF

2

2

0 1

1

42

Rumusan hipotesisnya:

H0 : 0i

H1 : 0i atau 0i atau 0i

Keputusan atau kesimpulan adalah terima H0 atau tolak H1, bila statistik

uji jatuh pada daerah penerimaan H0. Tolak H0 atau terima H1, bila statistik uji

jatuh pada daerah penolakan H0.

2.11 Penelitian Sejenis

Beberapa penelitian sejenis yang relevan terkait dengan pemahaman

manajer proyek mengenai kualitas, dapat dilihat pada tabel 2.4 sebagai berikut:

44

No Referensi Topik/Masalah Metode Penelitian Hasil

1. Sifat Dan Gaya Kepemimpinan Manajer Proyek Yang Diharapkan Oleh Tim Proyek Pada Perusahaan Kontraktor. (Caroline Maretha Sujana, Mahasiswa Program Doktoral, Bidang Studi Manajemen Rekayasa Konstruksi Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, ITB, Bandung, 2013)

1. Gaya kepemimpinan apa yang sebenernya diharapkan tim proyek terhadap atasannya ? Hal ini penting karena kepemimpinan yang sesuai dengan persepsi anak buah akan membuat anak buah tersebut lebih termotivasi dan membuat kepemimpinannya akan semakin efektif.

1. Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada anggota tim proyek pada kontraktor baik besar, menengah dan kecil.

2. Gaya kepemimpinan yang digunakan adalah pendekatan sifat, pendekatan kemampuan, pendekatan situasional, Path Goal Theory, Pendekatan Style, Leader Member Exchange, pendekatan transformasional, dan kepemimpinan otentik.

3. Untuk mengukur gaya kepemimpinan digunakan 38 item pertanyaan yang dikembangkan dari variabel yang mencerminkan gaya kepemimpinan yang ada.

4. Kuesioner menggunakan skala likert 1 sampai dengan 5. Angka 1 untuk penilaian tidak penting dan angka 5 bagi yang menilai faktor tersebut sangatlah penting.

5. Pengolahan data digunakan mean rank yang merata-rata nilai yang ada dan mengurutkannya dari nilai terbesar sebagai yang terpenting

1. Dari hasil yang diperoleh, sifat manajer proyek kontraktor yang paling diharapkan oleh bawahannya adalah sifat yang dapat dipercaya, dapat berkomunikasi dengan baik dan dapat diandalkan.

2. Menurut bawahan, kemampuan seorang pemimpin yang paling diperlukan agar proyek berjalan adalah kemampuan konseptual. Mereka berharap pemimpin mereka dapat melihat jauh ke depan, membuat strategi agar proyek berhasil dan dapat melihat keterkaitan antar bagian dalam proyek secara menyeluruh.

3. Gaya kepemimpinan yang diharapkan bawahan terhadap manajer proyeknya diharapkan berorientasi hampir sama pentingnya terhadap tugas dan relasi (task oriented dan partisipative oriented), pemimpin diharapkan terlibat dalam proyek (partisipative), memberikan arahan dan dukungan yang kuat (coaching), berkarisma dan bisa menjadi contoh (idealized

Tabel 2.4. Penelitian Sejenis

45

influence) serta memiliki nilai-nilai moral, integritas, dan transparan (authentic leadership).

4. Namun bawahan sangat tidak mengharapkan pemimpin yang menerapkan Leadership Member Exchange (LMX) dimana adanya grup yang dekat yang mendapatkan tanggung jawab dan fasilitas yang lebih dan adanya grup luar yang bekerja hanya sebatas hubungan kontrak. Dan bawahan juga tidak mengharapkan pemimpin yang acuh terhadap proyek, membiarkan bawahan bekerja sendiri (laissiez faire).

Lanjutan Tabel 2.4.

46

2. Pengaruh Kualitas Manajer Proyek Pada Pihak Kontraktor Terhadap Kinerja Proyek Konstruksi Bangunan Bertingkat Di Jabotabek. (Swastika, I Wayan, Mahasiswa Program Pascasarjana, Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Indonesia, Jakarta, 1997)

1. Bagaimana hubungan pengaruh Kualitas "SDM" terutama Manajer Proyek pada pihak kontraktor selama proses pelaksanaan proyek konstruksi dengan pelaksanaan pengendalian biaya, perencanaan penentuan metode konstruksi, pengendalian material, dan tenaga kerja ?

1. Data diambil dari bangunan gedung bertingkat di Jabotabek dengan menyebarkan kuesioner,

2. Data diolah dengan mencari hubungan korelasi dan regresi berganda sehingga didapat hasil koefisien korelasi dan koefisien regresi.

1. Kinerja penyelesaian proyek memiliki korelasi positif dengan pelaksanaan pengendalian biaya, perencanaan penentuan metoda konstruksi, pengendalian material, tenaga kerja termasuk peralatan serta pendidikan non formal bagi Manajer Proyek pada pihak kontraktor. Terbukti variabel-variabel tersebut mempunyai hubungan linier dengan tingkat korelasi yang sangat kuat dengan kinerja dibandingkan dengan variabel-variabel yang lain. Pengaruh terkuat diantara variabel-variabel tersebut diatas adalah antara kinerja waktu pelaksanaan proyek dengan pengendalian biaya proyek.

2. Peningkatan kualitas perencanaan proyek melalui penelitian akan mempermudah pengendalian suatu proyek gedung bertingkat Sehingga perencanaan metoda konstruksi yang baik akan sangat berpengaruh terhadapkinerja penyelesaian proyek.

3. Pengendalian material, tenaga kerja dan peralatan secara efisien juga sangat mempengaruhi kinerja

Lanjutan Tabel 2.4.

47

penyelesaian proyek Dengan adanya Manajer Proyek pada pihak kontraktor yang mempunyai kualitas tinggi, pada akhirnya terbukti sangat mempengaruhi peningkatan kinerja waktu penyelesaian proyek konstruksi bangunan gedung bertingkat di Jabotabek

4. Pendidikan non formal juga ikut mempengaruhi tingkat keberhasilan pengeadalian jalannya proses konstruksi karena Manajer Proyek pihak kontraktor mempunyai bekal kemampuan manajemen konstruksi

3. Pengaruh Kompetensi Manajer Proyek Terhadap Keberhasilan Proyek Pada Perusahaan Kontraktor Di Kabupaten Malang. (Kusnul Prianto, Mahasiswa Program Pascasarjana, Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Brawijaya, Malang, 2012)

1. Bagaimana pengaruh secara stimultan dan pengaruh secara parsial antara knowledge/ pengetahuan, skill/ kemampuan dan sikap/ perilaku terhadap keberhasilan proyek, serta faktor dominan manakah yang mempengaruhi tingkat keberhasilan suatu proyek.

1. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan kontraktor dengan kualifikasi non kecil dan kualifikasi kecil di Kabupaten Malang

2. Populasi sasaran adalah pihak manajemen pada kontraktor selaku atasan manajer proyek yaitu pimpinan perusahaan kontraktor (direktur) atau yang diberi kuasa oleh pimpinan perusahaan.

3. Uji Instrumen Penelitian dengan menggunakan uji validitas dan reliabilitas.

1. Secara simultan antara variabel pengetahuan, keahlian, komitment

kerja dan top management berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan proyek sebesar 0,831

2. Secara parsial antara variabel pengetahuan, keahlian, komitment kerja dan top management berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan proyek yaitu masing-masing sebesar 0,286, 0,296, 0,280 dan 0,147.

3. Variabel dominan yang mempengaruhi tingkat keberhasilan suatu proyek adalah skill/keahlian.

Lanjutan Tabel 2.4.

48

4. Data primer dikumpulkan dari hasil jawaban kuesioner. Sedangkan data sekunder didapat dari hasil studi pustaka yang dapat berbentuk iteratur, jurnal, dan data-data dari lembaga yang berkepentingan dengan penelitian ini.

5. Analisis menggunakan uji analisis Regresi seperti: Pengujian asumsi normalitas, Pengujian asumsi multikolinearitas, Pengujian asumsi heteroskedastitas, dan Pengujian asumsi autokorelasi

6. Variabel yang digunakan adalah knowledge/ pengetahuan, skill/ kemampuan dan sikap/ perilaku dari seorang manajer proyek.

7. Analisi dilanjutkan dengan menentukan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap keberhasila suatu proyek menggunakan analisis regresi linier berganda.

Lanjutan Tabel 2.4.

49

4. Studi Penerapan

Elemen

Kompetensi

Manajemen

Kualitas Oleh

Manajer

Proyek

Konstruksi

PT. X

(Novia, Mahasiswa Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar, 2013)

1. Bagaimana tingkat penerapan elemen kompetensi manajemen kualitas oleh manajer proyek pada perusahaan konstruksi ?

1. Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara dan pengisian kuesioner oleh responden. Data yang terkumpul diolah menggunakan program SPSS ver. 21 sesuai dengan metode yang digunakan, yaitu pengujian validitas reliabilitas dan analisis deskriptif.

1. Hasil analisis menunjukkan PT. X memperoleh tingkat penerapan elemen kompetensi oleh manajer proyek berkisar antara sering hingga selalu.

2. Beberapa rekomendasi diberikan yaitu agar perusahaan konstruksi membuat pedoman kompetensi manajer proyek yang digunakan sebagai salah satu faktor dalam penilaian kinerja manajer proyek dan untuk penunjukan manajer proyek yang baru.

5. Analisis Pengaruh Gaya Negosiasi Manajer Proyek Terhadap Hasil

1. Gaya dan hasil negosiasi yang paling dominan yang terjadi

pada kontraktor rumah tinggal di

1. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada 32 (tiga puluh dua) Site

1. Gaya negosiasi yang paling dominan di Kota Bandung adalah gaya negosiasi berkompromi

Lanjutan Tabel 2.4.

50

Negosiasi Pada Proyek Pembangunan Rumah Tinggal Di Kota Bandung. (Rizky Aditya Martadipura, Mahasiswa Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, 2013)

kota Bandung ? 2. Bagaimana pengaruh gaya

negosiasi terhadap hasil negosiasi yang didapat dari hasil survei kuesioner?

Manager (SM) yang bekerja pada kontraktor dan sedang terlibat dalam pengerjaan proyek rumah tinggal di Kota Bandung.

2. Kuesioner ini akan dilakukan pengolahan data terlebih dahulu menggunakan uji validitas, reabilitas, dan normalitasnya.

3. Faktor-faktor gaya negosiasi ini diolah lagi dengan menggunakan analisis jalur (path analysis) agar mendapatkan faktor gaya negosiasi apa yang mempengaruhi suatu hasil negosiasi.

4. Gaya negosiasi seorang manajer proyek dibagi menjadi 5 (lima) faktor, yaitu, menghindar (avoiding), bersaing (competing), mengakomodasi (accodating), berkolaborasi (collaborating), dan berkompromi (compromising). Sedangkan hasil negosiasi dibedakan menjadi 7 (tujuh), yaitu terpecahkannya masalah (problem solving), meningkatnya konflik (conflict escalation), memburuknya hubungan (relationship deterioration), kelambanan penyelesaian konflik (inaction),

(compromising). Gaya negosiasi ini dapat dikatakan sebagai gaya negosiasi yang paling dominan di Kota Bandung karena memiliki nilai persentase sebesar 82.813%. Pemimpin proyek untuk proyek perumahan lebih banyak memilih gaya berkompromi (compromising) karena pemimpin proyek perumahan berpendapat bahwa dengan berkompromi (compromising) kebutuhan keduabelah pihak akan terpuaskan. Selain itu, pemimpin proyek lebih memilih untuk berkompromi (compromising) karena dengan cara berkompromi (compromising) akan mendapatkan penyeselasian masalah yang cepat dan murah.

2. Setiap gaya negosiasi memiliki pengaruhnya masing-masing. Walaupun pengaruh yang paling dominan di Kota Bandung adalah berkompromi (compromising) tetapi tidak berarti gaya-gaya yang lain tidak memiliki pengaruh. Artinya, dari setiap gaya negosiasi memiliki pengaruh yang akan mendominasi suatu hasil negosiasi

51

ketidaksetujuan lebih lanjut (further disagreement), serta terpeliharanya hubungan (relationship maintained), dan menurunnya konflik (conflct reduction).

yang dilakukan manajer proyek di Kota Bandung.

Lanjutan Tabel 2.4.

52

2.12 Penentuan Variabel Penelitian

Dari uraian pustaka dan penelitian sejenis di atas, diperoleh beberapa

variabel yang nantinya digunakan sebagai pertanyaan dalam kuisioner serta

dikelompokkan pada beberapa aspek yang merupakan keterampilan dasar dari

seorang manajer proyek, antara lain:

Tabel 2.5. Variabel Penelitian

1. Aspek Konseptual:

No.

Asp

ek

Var

iab

el

Jenis variabel dari aspek konseptual Referensi

1

Con

sept

ual

Ski

lls (

Ket

eram

pil

an K

onse

ptu

al)

X1 Membangun hubungan/networking di dalam atau di luar organisasi proyek

Larson (2008)

2

X2 Memiliki kematangan yang tinggi dalam perencanaan yang baik dalam upaya mengurangi tekanan dan stres sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja tim.

Sujana (2013)

3

X3 Memahami hasil kajian AMDAL sebagai dasar pengelolaan lingkungan sekitar areal proyek.

Observasi lapangan

4

X4

Mampu mengambil keputusan sesuai peraturan dan batasan organisasi.

Larson (2008)

5

X5

Mampu merumuskan cost database system (perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation sebelum pelaksanaan proyek.

Swastika (1997)

6

X6 Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah/ problem solving secara efektif dan efisien dalam hal sumber daya manusia maupun lingkungan sekitar proyek.

Larson (2008)

7 X7 Berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada proyek

yang dipimpin. Brainstorming lapangan

53

2. Aspek Technical:

No. A

spek

Var

iab

el

Jenis variabel dari aspek technical Referensi

1

Tec

hn

ical

Ski

lls (

Ket

eram

pil

an T

ekn

is)

X8

Memiliki pengalaman dan pemahaman yang menyeluruh mengenai teknis pekerjaan dari proyek yang dikelola olehnya.

Swastika (1997)

2

X9 Menentukan metode konstruksi yang sesuai dengan standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak.

Yamit (2004)

3

X10 Melakukan monitoring dan evaluasi perkembangan proyek terhadap lingkup, jadwal, dan anggaran serta sumber daya yang terlibat di dalamnya (man, machine, material).

Swastika (1997)

4

X11

Mampu merumuskan work breakdown structure (rangkaian aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada waktunya.

Swastika (1997)

5 X12 Mampu mengimplementasikan SMK3 konstruksi secara

konsisten dan menyeluruh demi tercapainya zero accident. Brainstorming lapangan

6

X13

Mampu merumuskan project action plan (pengendalian sumberdaya, pengendalian biaya, dan pengendalian waktu/jadwal) sesuai dengan cost database system yang telah dibuat sebelumnya.

Swastika (1997)

7

X14 Mampu menerapkan 7 tools total quality management dalam menyelesaikan permasalahan di lapangan agar terwujud continous improvement.

Yamit (2004)

8 X15 Mampu menerapkan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek.

Observasi lapangan

3. Aspek Soft Skill:

No.

Asp

ek

Var

iab

el

Jenis variabel dari aspek soft skill Referensi

1

Sof

t ski

lls

(Ket

eram

pila

n B

erso

sial

isas

i)

X16 Mampu berkomunikasi dengan tim proyek, dalam hal ini manajer proyek memberikan penjelasan atau mempresentasikan prosedur yang diterapkan dalam menjalankan proyek.

Martadipura (2013)

2

X17 Memiliki kemampuan negosiasi dalam bargaining dengan pemikiran yang tenang dan jernih menggunakan strategi dan loyalitas.

Martadipura (2013)

3 X18 Mampu menjalin komunikasi dengan para supervisi K3 yang

bertugas di lapangan. Sudiajeng (2011)

4

X19 Mampu mempertahankan kinerja maksimal walaupun dalam kondisi yang kurang kondusif.

Larson (2008)

5 X20 Memiliki komitment dalam mencapai tujuan bersama. Sujana (2013)

6

X21 Bersikap terus terang dan jujur. Larson (2008)

Lanjutan Tabel 2.5.

54

7 X22 Memiliki kemampuan membuat tim proyek tetap solid dan bersemangat.

Sujana (2013)

8 X23 Mampu membangun kedisiplinan kerja. Sujana (2013)

9 X24 Mampu mengkomunikasikan prestasi kinerja proyek baik

dengan tim lapangan proyek dan owner. Sujana (2013)

10

X25

Mampu mengkomunikasikan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan kepada seluruh tim proyek sesuai dengan yang tertuang dalam dokumen AMDAL proyek.

Observasi lapangan

Lanjutan Tabel 2.5.

55

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka pada Bab II mengenai kompetensi manajer

proyek dari segi Conceptual Skills (Keterampilan Konseptual), Technical Skills

(Keterampilan Teknis), dan Soft Skills (Keterampilan Sosial), maka disusun

kerangka pemikiran sebagai berikut: yang akan dibahas dalam penelitian ini

adalah mengenai manajemen kualitas yang harus dipahami oleh manajer proyek

sebagai dasar kompetensi untuk mencapai salah satu tolak ukur keberhasilan

proyek konstruksi, dengan harapan dapat memuaskan pemilik proyek/Owner.

Peran manajer proyek yang berkompeten pada proyek konstruksi sangatlah

penting, karena manajer proyek memiliki tugas mengintegrasikan dan

mengkoordinasikan semua sumber daya yang dimiliki dan bertanggung jawab

sepenuhnya atas pencapaian sasaran proyek, maka dari itu diperlukan minimal

tiga keterampilan dasar yaitu: Conceptual Skills, Technical Skills, dan Soft Skills

maka Manajer Proyek tersebut diharapkan dalam pelaksanaannya dilapangan akan

dapat memberikan pelayanan yang optimal terhadap suatu kegiatan konstruksi

yang dikerjakan guna meningkatkan daya saing dan profesionalisme Manajer

Proyek untuk dapat memenuhi keinginan stakeholder tanpa mengabaikan standar

kualitas yang ada. Adapun rancangan penelitian ini, seperti terlihat pada kedua

diagram alir berikut:

56

Gambar 3.1. Diagram Alir Kerangka Berpikir (Sumber: Hasil Olahan)

YA

TIDAK

DATA SEKUNDER: DOKUMENTASI

DATA PRIMER: KUESIONER

KAJIAN PUSTAKA

LATAR BELAKANG

PERUMUSAN MASALAH DAN TUJUAN PENELITIAN

PENGUMPULAN DATA

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

SIMPULAN DAN SARAN

MEMBUAT FORMAT KUESIONER, KONSULTASI & STUDI PENDAHULUAN

MENENTUKAN SAMPEL DAN VARIABEL PENELITIAN

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

57

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai kondisi dan

karakteristik obyek penelitian, maka penjelasan terhadap lokasi dan waktu

penelitian penting untuk dilakukan. Penelitian ini dilakukan pada proyek

konstruksi gedung yang ada di Kabupaten Badung, yang memberikan layanan jasa

Gambar 3.2. Diagram Alir Rancangan Penelitian Menggunakan Analisis Faktor dan Regresi Berganda

(Sumber: Hasil Olahan)

Tidak

Ya

Ya

Identifikasi Variabel

Menentukan validitas dan reliabilitas: - Corrected Item to Total

Correlation (rhitung > rtabel) - Alpha Cronbach > 0,60

Analisis Faktor untuk Meringkas Faktor: - KMO ≥ 0,50 - Signifikansi < 0,05 - Anti Image Correlation > 0,50 - X2 (Chi Square) diharapkan besar

Communalities untuk melihat kelayakan faktor

Analisis Regresi Linier Berganda untuk menentukan model hubungan: Uji Asumsi Klasik, Uji Goodness of Fit, Uji Simultan/Uji F,

Uji Parsial/Uji t

Interpretasi Model

58

pelaksanaan pekerjaan konstruksi untuk periode waktu 5 tahun terakhir.

Dipilihnya proyek bangunan gedung di Kabupaten Badung sebagai obyek

penelitian didasari atas keingintahuan peneliti untuk mendapatkan gambaran

tentang: keterampilan manajer proyek meliputi Technical Skills (keterampilan

teknis) adalah kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan, metode, atau

teknik spesifik dalam suatu bidang ilmu, Conceptual Skills (keterampilan

konseptual) adalah kemampuan untuk memahami suatu persoalan/issue secara

keseluruhan untuk kepentingan atau kegiatan organisasi, dan Soft Skills

(keterampilan sosial) adalah keterampilan mengelola diri sendiri dan bersosialisasi

dengan orang lain, termasuk didalamnya tentang pola pikir (mindset), sistem

kepercayaan (belief system), kematangan emosi (emotional maturity) dan

kepercayaan diri (self confidence) terhadap pengelolaan kualitas pekerjaan dalam

mengendalikan proyek konstruksi.

3.3 Jenis dan Sumber Data

3.3.1 Jenis Data

Data yang akan diteliti dan dianalisis dalam penelitian ini ada 2 (dua)

jenis data, yaitu:

1. Data primer

Data primer adalah data yang langsung dicari dilapangan oleh peneliti,

dalam hal ini adalah dengan melakukan penyebaran kuesioner kepada

responden, yaitu orang yang terlibat tim proyek dalam bidang proyek

konstruksi gedung yang dilaksanakan di Kabupaten Badung.

59

2. Data sekunder.

Data sekunder adalah data yang dicari secara tidak langsung dilapangan,

dapat bersumber dari dokumentasi instansi terkait, website, buku-

buku/literature, serta aturan-aturan yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.3.2 Sumber Data.

Sumber data untuk jenis data primer yang diperlukan untuk mendukung

penelitian ini diperoleh dari sumber berupa populasi dan sampel, yaitu:

1. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah para tim proyek, seperti:

supervisor engineer, quality control, quantity surveyor, konsultan

manajemen konstruksi, konsultan mep, dan konsultan arsitek dalam bidang

manajemen proyek konstruksi gedung dengan pengalaman kerja minimal 2

tahun. Panduan ukuran sampel yang diambil dapat ditentukan dengan cara

mengalikan jumlah variabel dengan 5, atau 5 kali jumlah variabel.

(Malhotra, 1999)

2. Teknik Sampling

Margono (2004) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan teknik sampling

adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran

sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan

memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel

yang representatif. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam

penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Dalam

60

penelitian ini, teknik sampling yang dipergunakan yaitu: purposive

sampling. Menurut Margono (2004) pemilihan sekelompok subjek dalam

purposive sampling didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang

mempunyai sangkut paut yang erat dengan populasi yang sudah diketahui

sebelumnya. Dengan kata lain, unit sampel yang digunakan disesuaikan

dengan kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian.

Misalnya akan melakukan penelitian tentang kompetensi manajer proyek,

maka sampel yang dipilih adalah para tim proyek, seperti: supervisor

engineer, quality control, quantity surveyor, konsultan manajemen

konstruksi, konsultan mep, dan konsultan arsitek dalam bidang manajemen

proyek konstruksi gedung.

Pada Tabel 3.1 dan 3.2 dapat dilihat contoh format pengumpulan

data/kuisioner untuk mengetahui pemahaman dan kemampuan manajer

proyek berdasarkan 3 keterampilan dasar meliputi technical skills

(keterampilan teknis), conceptual skills (keterampilan konseptual) dan soft

skills (keterampilan sosial) terhadap pengelolaan kualitas pekerjaan dalam

mengendalikan proyek konstruksi.

61

No. Aspek “conceptual skills” Tingkat Pemahaman dan

Penerapannya

1 2 3 4 5

1 Membangun hubungan/networking di dalam atau di luar organisasi proyek

2

Memiliki kematangan yang tinggi dalam perencanaan yang baik dalam upaya mengurangi tekanan dan stres sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja tim.

3 Memahami hasil kajian AMDAL sebagai dasar pengelolaan lingkungan sekitar areal proyek.

Skala pengukuran keterampilan konseptual Manajer Proyek:

(1) Sangat Buruk, (2) Buruk, (3) Cukup, (4) Baik, dan (5) Sangat Baik.

No. Aspek “technical skills” Tingkat Pemahaman dan

Penerapannya

1 2 3 4 5

1 Memiliki pengalaman dan pemahaman yang menyeluruh mengenai teknis pekerjaan dari proyek yang dikelola olehnya.

2 Menentukan metode konstruksi yang sesuai dengan standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak.

3

Melakukan monitoring dan evaluasi perkembangan proyek terhadap lingkup, jadwal, dan anggaran serta sumber daya yang terlibat di dalamnya (man, machine, material).

Tabel 3.1. Contoh Format Pengumpulan Data Berdasarkan Conceptual Skills (Keterampilan Konseptual) Manajer Proyek pada Manajemen Kualitas Proyek Konstruksi

Sumber: Hasil Olahan

Tabel 3.2. Contoh Format Pengumpulan Data Berdasarkan Technical Skills (Keterampilan Teknis) Manajer Proyek terhadap Manajemen Kualitas Proyek Konstruksi

Sumber: Hasil Olahan

62

Skala pengukuran keterampilan teknis Manajer Proyek:

(1) Sangat Buruk, (2) Buruk, (3) Cukup, (4) Baik, dan (5) Sangat Baik.

Skala pengukuran soft skills Manajer Proyek:

(1) Sangat Buruk, (2) Buruk, (3) Cukup, (4) Baik, dan (5) Sangat Baik.

3.4 Variabel Penelitian

Yang dimaksud dengan variabel penelitian adalah suatu gejala yang

menjadi fokus serta arahan bagi setiap peneliti, dimana gejala tersebut nantinya

dapat dilakukan suatu pengamatan secara sistematis. Variabel tersebut merupakan

kelengkapan/atribut dari obyek atau sekelompok orang yang memiliki variasi

antara satu dengan yang lainnya di dalam kelompok itu. Variabel penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua) variabel, yaitu:

No. Aspek “soft skills”

Tingkat Pemahaman dan Penerapannya

1 2 3 4 5

1

Mampu berkomunikasi dengan tim proyek, dalam hal ini manajer proyek memberikan penjelasan atau mempresentasikan prosedur yang diterapkan dalam menjalankan proyek.

2 Memiliki kemampuan negosiasi dalam bargaining dengan pemikiran yang tenang dan jernih menggunakan strategi dan loyalitas.

3 Mampu menjalin komunikasi dengan para supervisi K3 yang bertugas di lapangan.

Tabel 3.3. Contoh Format Pengumpulan Data berdasarkan Soft Skills (Keterampilan Sosial) Manajer Proyek terhadap Manajemen Kualitas Proyek Konstruksi

Sumber: Hasil Olahan

63

1. Variabel terikat (Dependent variable) dalam penelitian ini yaitu manajemen

kualitas yang harus dipahami oleh manajer proyek sebagai dasar kompetensi

untuk mencapai salah satu tolak ukur keberhasilan proyek konstruksi.

2. Variabel bebas (Independent variable) dalam penelitian ini yaitu

keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh manajer proyek meliputi:

Conceptual Skills, Technical Skills, dan Soft Skills.

3.4.1 Variabel terikat (Dependent variable)

Variabel terikat (dependent variable) sebagai obyek pokok yang

difokuskan berupa peningkatan kinerja proyek. Variabel terikat (Variabel Y)

menggambarkan seberapa besar pemahaman dan penerapan manajemen kualitas

oleh manajer proyek pada proyek konstruksi gedung, kemudian diukur

peningkatan kualitasnya dalam lima (5) Skala Likert sebagai berikut:

1 2 3 4 5

Sangat Buruk Buruk Cukup Baik Sangat Baik

Dari tabel 3.4 maka dapat dilihat bahwa pengaruh tingkat kompetensi

yang dimiliki oleh manajer proyek konstruksi terhadap peningkatan kinerja

proyek (variabel terikat) diukur dengan memberikan 5 skala relatif Peningkatan

kualitas kinerja proyek konstruksi, yaitu:

Tabel 3.4. Skala Kualitas Kinerja Manajer Proyek

Sumber: Hasil Olahan

64

1. Sangat Buruk: jika Manajer Proyek tidak pernah mengaplikasikan

manajemen kualitas saat menjalankan proyek konstruksi.

2. Buruk: jika Manajer Proyek agak jarang mengaplikasikan manajemen

kualitas saat menjalankan proyek konstruksi.

3. Cukup: jika Manajer Proyek cukup sering mengaplikasikan manajemen

kualitas saat menjalankan proyek konstruksi.

4. Baik: jika Manajer Proyek lebih sering mengaplikasikan manajemen kualitas

saat menjalankan proyek konstruksi.

5. Sangat Baik: jika Manajer Proyek selalu mengaplikasikan manajemen

kualitas saat menjalankan proyek konstruksi.

3.4.2 Variabel bebas (Independent variable).

Variabel bebas (dependent variable) berupa faktor-faktor kompetensi dan

aplikasinya bagi seorang manajer proyek konstruksi untuk mencapai kualitas

proyek yang baik yang berpengaruh dalam peningkatan kualitas kinerja proyek.

Berikut adalah contoh variabel-variabel untuk mengidentifikasi indikator

kompetensi manajer proyek konstruksi untuk mencapai peningkatan relatif

kualitas kinerja proyek konstruksi, sebagai berikut:

65

No. Bagaimana keterampilan

Manajer Proyek dalam hal:

1 Membangun hubungan/networking di dalam atau di luar organisasi proyek.

2 Memiliki kematangan yang tinggi dalam perencanaan yang baik dalam upaya mengurangi tekanan dan stres sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja tim.

3 Memahami hasil kajian AMDAL sebagai dasar pengelolaan lingkungan sekitar areal proyek.

4 Mampu mengambil keputusan sesuai peraturan dan batasan organisasi.

5 Mampu merumuskan cost database system (perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation sebelum pelaksanaan proyek.

6 Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah/ problem solving secara efektif dan efisien dalam hal sumber daya manusia maupun lingkungan sekitar proyek.

7 Berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada proyek yang dipimpin.

8 Memiliki pengalaman dan pemahaman yang menyeluruh mengenai teknis pekerjaan dari proyek yang dikelola olehnya.

9 Menentukan metode konstruksi yang sesuai dengan standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak.

10 Melakukan monitoring dan evaluasi perkembangan proyek terhadap lingkup, jadwal, dan anggaran serta sumber daya yang terlibat di dalamnya (man, machine, material).

11 Mampu merumuskan work breakdown structure (rangkaian aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada waktunya.

12 Mampu mengimplementasikan SMK3 konstruksi secara konsisten dan menyeluruh demi tercapainya zero accident.

13 Mampu merumuskan project action plan (pengendalian sumberdaya, pengendalian biaya, dan pengendalian waktu/jadwal) sesuai dengan cost database system yang telah dibuat sebelumnya.

Tabel 3.5. Contoh identifikasi indikator kompetensi bagi seorang manajer proyek untuk mencapai peningkatan kualitas kinerja proyek konstruksi yang baik

66

14 Mampu menerapkan 7 tools total quality management dalam menyelesaikan permasalahan di lapangan agar terwujud continous improvement.

15 Mampu menerapkan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek.

16 Mampu berkomunikasi dengan tim proyek, dalam hal ini manajer proyek memberikan penjelasan atau mempresentasikan prosedur yang diterapkan dalam menjalankan proyek.

17 Memiliki kemampuan negosiasi dalam bargaining dengan pemikiran yang tenang dan jernih menggunakan strategi dan loyalitas.

18 Mampu menjalin komunikasi dengan para supervisi K3 yang bertugas di lapangan.

19 Mampu mempertahankan kinerja maksimal walaupun dalam kondisi yang kurang kondusif.

20 Memiliki komitment dalam mencapai tujuan bersama.

21 Bersikap terus terang dan jujur.

22 Memiliki kemampuan membuat tim proyek tetap solid dan bersemangat.

23 Mampu membangun kedisiplinan kerja.

24 Mampu mengkomunikasikan prestasi kinerja proyek baik dengan tim lapangan proyek dan owner.

25 Mampu mengkomunikasikan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan kepada seluruh tim proyek sesuai dengan yang tertuang dalam dokumen AMDAL proyek.

Dari variabel diatas, kemudian dicari tingkat pengaruh dari masing-

masing variabel. Masing-masing variabel tersebut menghasilkan tingkat pengaruh

terhadap peningkatan kualitas kinerja pada proyek konstruksi.

Sumber: Hasil Olahan

Lanjutan Tabel 3.5.

67

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Metode mengumpulkan data yang digunakan adalah dengan metode non-

probability purposive sampling dari para tim proyek, seperti : supervisor

engineer, quality control, quantity surveyor, konsultan manajemen konstruksi,

konsultan mep, dan konsultan arsitek dalam bidang manajemen proyek

konstruksi gedung di Kabupaten Badung tahun 2012-2014. Alat yang digunakan

adalah kuesioner yang diberikan kepada responden yaitu tim proyek (pelaksana,

QS, QC, drafter, site manager, dan lain-lain) untuk mendapatkan jawaban tentang

kompetensi manajer proyek dan kualitas kinerja pekerjaan proyek konstruksi,

Kuesoiner yang disebarkan adalah kuesioner tertutup, dan kuesioner disajikan

dalam bentuk yang sederhana sehingga responden mengerti untuk memilih satu

jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya sebagai unit responden dengan

cara memberikan tanda silang (X) atau tanda checklist (√ ).

3.6 Instrumen Penelitian

Dalam penyusunan instrumen penelitian, ada beberapa faktor yang

menunjang dalam pengumpulan data yaitu:

1. Bentuk kuesioner

Untuk mengefektifkan tingkat pengambilan data dibutuhkan bentuk

kuesioner yang sesuai dengan instrumen penelitian dan mudah dipahami

oleh responden yaitu:

68

a. Bentuk kuesioner tingkat pemahaman (kompetensi) manajer proyek

terhadap aplikasi manajemen kualitas, hal ini untuk memudahkan

dalam mendiskripsikan proyek konstruksi di Kabupaten Badung.

b. Bentuk kuesioner penilaian kompetensi manajer proyek dan kualitas

kinerja pekerjaan proyek konstruksi, hal ini mengukur kompetensi

manajer proyek dan sejauh mana hasil peningkatan kualitas kinerja

proyek yang dikerjakan kontraktor dan untuk menganalisa korelasi

(hubungannya) terhadap kualitas pekerjaan pada pelaksanaan proyek

konstruksi gedung di Kabupaten Badung.

c. Untuk mengetahui ketepatan dan kecermatan pengukuran terhadap

instrument penelitian terlebih dahulu dilakukan studi pendahuluan (uji

coba validitas dan reliabilitas) terhadap instrumen penelitian sebelum

dilakukan pengambilan data lengkap yang sebenarnya

3.7 Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengukur pengaruh dari tingkat

pemahaman manajer proyek konstruksi dari aspek manajemen kualitas dalam

hubungannya dengan kinerja pelaksanaan proyek. Menurut Yin, (1994) bahwa

strategi metode penelitian perlu mempertimbangkan 3 (tiga) hal, yaitu jenis

pertanyaan yang digunakan, kendali terhadap peristiwa yang diteliti dan fokus

terhadap peristiwa yang sedang berjalan atau baru diselesaikan.

Jenis pertanyaan yang diperlukan untuk mendapatkan hasil yang

diinginkan, seperti apa dan berapa besar dapat dikelompokkan sebagai berikut:

69

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kualitas pelaksanaan proyek

konstruksi gedung di Kabupaten Badung ?

2. Bagaimana hubungan karakteristik Manajer Proyek terhadap kualitas

pelaksanaan proyek konstruksi gedung di Kabupaten Badung ?

Mengacu pada strategi penelitian yang disarankan Yin (2008), maka

pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan pendekatan survey

menggunakan kuesioner. Kuesioner akan disebarkan pada pakar dan responden,

seperti para tim proyek, seperti : supervisor engineer, quality control, quantity

surveyor, konsultan manajemen konstruksi, konsultan mep, dan konsultan arsitek

dalam bidang manajemen proyek konstruksi gedung dalam bidang proyek

konstruksi. Kuisioner tersebut akan diolah/dianalisis sehingga mendapatkan faktor

yang paling berpengaruh terhadap kualitas kinerja proyek konstruksi.

3.8 Analisis Data

Analisis data merupakan suatu proses pengolahan data yang diperoleh

melalui survei. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Analisis Faktor

Analisis faktor merupakan suatu analisis yang bertujuan untuk mereduksi

data untuk menemukan hubungan antara variabel yang saling independen

yang kemudian dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, sehingga bisa

terbentuk satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari

jumlah variabel awal.

70

2. Analisis Regresi Linier Berganda

Regresi merupakan suatu alat ukur yang juga dapat digunakan untuk

mengukur ada atau tidaknya korelasi antarvariabel. Jika kita memiliki dua

buah variabel atau lebih maka sudah selayaknya apabila kita ingin

mempelajari bagaimana variabel-variabel itu berhubungan atau dapat

diramalkan.

71

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabulasi Data

Tabulasi data merupakan proses menempatkan data dalam bentuk tabel

dengan cara membuat tabel yang berisikan data sesuai dengan kebutuhan analisis.

Adapun tabulasi data penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 1. Berikut

ringkasan tabulasi data yang telah dikelompokkan berdasarkan jabatan dan

pengalaman kerja responden sampel penelitian:

Tabel 4.1 Tabel responden sampel penelitian

No Jabatan/posisi Jumlah Prosentase

1 Site Manager 8 6.40%

2 Quality Control 8 6.40%

3 Quantity Surveyor 14 11.20%

4 Estimator 12 9.60%

5 Arsitek 3 2.40%

6 Pelaksana 28 22.40%

7 Logistik 12 9.60%

8 Supervisi K3 5 4.00%

9 Ahli Struktur 5 4.00%

10 Administrasi teknik 10 8.00%

11 Supervisi MEP 1 0.80%

12 Supervisi Struktur 2 1.60%

13 Drafter 14 11.20%

14 Supervisi teknik 1 0.80%

15 Supervisi arsitektur 1 0.80%

16 Kabag teknik 1 0.80%

Jumlah total 125 100.00% Sumber: Hasil Penelitian 2015

72

Tabel 4.2 Tabel pengalaman kerja responden sampel penelitian

No Pengalaman kerja (tahun) Jumlah Prosentase

1 1 s/d 5 69 55.20%

2 6 s/d 10 54 43.20%

3 > 10 2 1.60%

Jumlah total 125 100.00% Sumber: Hasil Penelitian 2015

Dari kedua tabel diatas dapat diketahui jumlah prosentase terbanyak

responden penelitian berasal dari jabatan pelaksana proyek sebesar 22,40%. Bila

dilihat dari pengalaman kerja, responden dengan tingkat pengalaman kerja antara

1s/d 5 tahun memiliki jumlah terbanyak sebesar 69 orang (55,20%) dari total

jumlah responden penelitian 125 orang. Jumlah dan prosentase responden di atas

nantinya akan berpengaruh terhadap hasil analisis statistik penelitian dengan

menggunakan bantuan software SPSS versi 17.0.

4.2 Hasil Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan dalam bab 1, maka

dapat dirumuskan hasil penelitian tersebut dengan menggunakan analisa faktor

dan analisa regresi linier berganda.

4.2.1 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas bertujuan untuk mengetahui apakah instrument penelitian

mampu mengukur variabel yang ingin diukur dan dapat mengungkapkan data dari

73

variabel yang diteliti secara tepat. Untuk mengetahui tingkat validitas, perhatikan

angka pada corrected item total correlation yang merupakan korelasi antara skor

item dengan skor total item (nilai rhitung) dibandingkan dengan nilai rtabel.

Jika rhitung > rtabel (Riduwan,2011), maka item tersebut adalah valid dengan

menggunakan distribusi tabel r untuk α = 0,05 dengan df = (N-2) sehingga didapat

rtabel = 0,1478. Rekapitulasi analisis validitas menggunakan corrected item total

correlation dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut:

Tabel 4.3 Uji Validitas instrument

Variabel Koefisien Korelasi

Keterangan

Membangun hubungan/networking di dalam atau di luar organisasi proyek (X1)

0,565 > 0,1478 (Valid)

Memiliki kematangan yang tinggi dalam perencanaan yang baik dalam upaya mengurangi tekanan dan stres sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja tim (X2)

0,694 > 0,1478 (Valid)

Memahami hasil kajian AMDAL sebagai dasar pengelolaan lingkungan sekitar areal proyek (X3)

0,526 > 0,1478 (Valid)

Mampu mengambil keputusan sesuai peraturan dan batasan organisasi (X4)

0,420 > 0,1478 (Valid)

Mampu merumuskan cost database system (perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation sebelum pelaksanaan proyek (X5)

0,242 > 0,1478 (Valid)

Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah/ problem solving secara efektif dan efisien dalam hal sumber daya manusia maupun lingkungan sekitar proyek (X6)

0,214 > 0,1478 (Valid)

Berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada proyek yang dipimpin (X7)

0,457 > 0,1478 (Valid)

74

Memiliki pengalaman dan pemahaman yang menyeluruh mengenai teknis pekerjaan dari proyek yang dikelola olehnya (X8)

0,535 > 0,1478 (Valid)

Menentukan metode konstruksi yang sesuai dengan standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak (X9)

0,562 > 0,1478 (Valid)

Melakukan monitoring dan evaluasi perkembangan proyek terhadap lingkup, jadwal, dan anggaran serta sumber daya yang terlibat di dalamnya (man, machine, material) (X10)

0,591 > 0,1478 (Valid)

Mampu merumuskan work breakdown structure (rangkaian aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada waktunya (X11)

0,567

> 0,1478 (Valid)

Mampu mengimplementasikan SMK3 konstruksi secara konsisten dan menyeluruh demi tercapainya zero accident (X12)

0,631 > 0,1478 (Valid)

Mampu merumuskan project action plan (pengendalian sumberdaya, pengendalian biaya, dan pengendalian waktu/jadwal) sesuai dengan cost database system yang telah dibuat sebelumnya (X13)

0,587 > 0,1478 (Valid)

Mampu menerapkan 7 tools total quality management dalam menyelesaikan permasalahan di lapangan agar terwujud continous improvement (X14)

0,544 > 0,1478 (Valid)

Mampu menerapkan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek (X15)

0,419 > 0,1478 (Valid)

Mampu berkomunikasi dengan tim proyek, dalam hal ini manajer proyek memberikan penjelasan atau mempresentasikan prosedur yang diterapkan dalam menjalankan proyek (X16)

0,697 > 0,1478 (Valid)

Memiliki kemampuan negosiasi dalam bargaining dengan pemikiran yang tenang dan jernih menggunakan strategi dan loyalitas (X17)

0,705 > 0,1478 (Valid)

Mampu menjalin komunikasi dengan para supervisi K3 yang bertugas di lapangan (X18)

0,618 > 0,1478 (Valid)

Mampu mempertahankan kinerja maksimal walaupun dalam kondisi yang kurang kondusif (X19)

0,478 > 0,1478 (Valid)

Memiliki komitment dalam mencapai tujuan bersama (X20)

0,422 > 0,1478 (Valid)

Bersikap terus terang dan jujur (X21) 0,285 > 0,1478 (Valid)

Lanjutan Tabel 4.3.

75

Sumber: Hasil Penelitian 2015

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa instrumen penelitian X1 s/d X25

dapat dinyatakan valid, karena masing-masing butir pertanyaan memiliki

koefisien korelasi lebih besar dari 0,1478.

Sedangkan uji reliabilitas dilakukan dengan menganalisis data yang

berasal dari satu kali pengujian kuisioner. Reliabilitas diukur dari koefisien Alpha

(Malhotra, 1999). Bila koefisien alpha (Cronbach’s Alpha) > 0,60 maka

instrumen tersebut dinyatakan reliabel. Tabel 4.4. menampilkan hasil rekapitulasi

reliabilitas instrumen berdasarkan nilai koefisien Alpha Cronbach.

Tabel 4.4 Uji Reliabilitas Instrumen

Variabel Nilai

Cronbach's Alpha Hitung

Keterangan

Membangun hubungan/networking di dalam dan di luar organisasi proyek (X1)

0,880 > 0,60 (Reliabel)

Memiliki kematangan yang tinggi dalam perencanaan yang baik dalam upaya mengurangi tekanan dan stres sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja tim (X2)

0,861 > 0,60 (Reliabel)

Memahami hasil kajian AMDAL sebagai dasar pengelolaan lingkungan sekitar areal proyek (X3)

0,877 > 0,60 (Reliabel)

Mampu mengambil keputusan sesuai peraturan dan batasan organisasi (X4)

0,869 > 0,60 (Reliabel)

Memiliki kemampuan membuat tim proyek tetap solid dan bersemangat (X22)

0,424 > 0,1478 (Valid)

Mampu membangun kedisiplinan kerja (X23) 0,404 > 0,1478 (Valid) Mampu mengkomunikasikan prestasi kinerja proyek baik dengan tim lapangan proyek dan owner(X24)

0,346 > 0,1478 (Valid)

Mampu mengkomunikasikan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan kepada seluruh tim proyek sesuai dengan yang tertuang dalam dokumen AMDAL proyek (X25)

0,437 > 0,1478 (Valid)

Lanjutan Tabel 4.3.

76

Mampu merumuskan cost database system (perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation sebelum pelaksanaan proyek (X5)

0,873 > 0,60 (Reliabel)

Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah/ problem solving secara efektif dan efisien dalam hal sumber daya manusia maupun lingkungan sekitar proyek (X6)

0,875 > 0,60 (Reliabel)

Berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada proyek yang dipimpin (X7)

0,868 > 0,60 (Reliabel)

Memiliki pengalaman dan pemahaman yang menyeluruh mengenai teknis pekerjaan dari proyek yang dikelola olehnya (X8)

0,866 > 0,60 (Reliabel)

Menentukan metode konstruksi yang sesuai dengan standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak (X9)

0,865 > 0,60 (Reliabel)

Melakukan monitoring dan evaluasi perkembangan proyek terhadap lingkup, jadwal, dan anggaran serta sumber daya yang terlibat di dalamnya (man, machine, material) (X10)

0,865 > 0,60 (Reliabel)

Mampu merumuskan work breakdown structure (rangkaian aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada waktunya (X11)

0,865 > 0,60 (Reliabel)

Mampu mengimplementasikan SMK3 konstruksi secara konsisten dan menyeluruh demi tercapainya zero accident (X12)

0,864 > 0,60 (Reliabel)

Mampu merumuskan project action plan (pengendalian sumberdaya, pengendalian biaya, dan pengendalian waktu/jadwal) sesuai dengan cost database system yang telah dibuat sebelumnya (X13)

0,865 > 0,60 (Reliabel)

Mampu menerapkan 7 tools total quality management dalam menyelesaikan permasalahan di lapangan agar terwujud continous improvement (X14)

0,866 > 0,60 (Reliabel)

Mampu menerapkan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek (X15)

0,870 > 0,60 (Reliabel)

Mampu berkomunikasi dengan tim proyek, dalam hal ini manajer proyek memberikan penjelasan atau mempresentasikan prosedur yang diterapkan dalam menjalankan proyek (X16)

0,861 > 0,60 (Reliabel)

Memiliki kemampuan negosiasi dalam bargaining dengan pemikiran yang tenang dan jernih menggunakan strategi dan loyalitas (X17)

0,860 > 0,60 (Reliabel)

Lanjutan Tabel 4.4.

77

Mampu menjalin komunikasi dengan para supervisi K3 yang bertugas di lapangan (X18)

0,864 > 0,60 (Reliabel)

Mampu mempertahankan kinerja maksimal walaupun dalam kondisi yang kurang kondusif (X19)

0,868 > 0,60 (Reliabel)

Memiliki komitment dalam mencapai tujuan bersama (X20)

0,869 > 0,60 (Reliabel)

Bersikap terus terang dan jujur (X21) 0,873 > 0,60 (Reliabel) Memiliki kemampuan membuat tim proyek tetap solid dan bersemangat (X22)

0,877 > 0,60 (Reliabel)

Mampu membangun kedisiplinan kerja (X23) 0,879 > 0,60 (Reliabel) Mampu mengkomunikasikan prestasi kinerja proyek baik dengan tim lapangan proyek dan owner(X24)

0,872 > 0,60 (Reliabel)

Mampu mengkomunikasikan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan kepada seluruh tim proyek sesuai dengan yang tertuang dalam dokumen AMDAL proyek (X25)

0,869 > 0,60 (Reliabel)

Sumber: Hasil Penelitian 2015

Dari hasil rekapitulasi hasil uji reliabilitas seperti pada tabel 4.4. dapat

diketahui bahwa semua variabel penelitian X1 s/d X25 adalah reliabel, karena

seluruhnya mempunyai koefisien alpha lebih besar dari 0,60.

Setelah semua variabel dinyatakan valid dan reliabel maka dapat

dilanjutkan dengan analisis faktor untuk mencari/menganalisis faktor-faktor dalam

karakteristik manajer proyek yang mempengaruhi kualitas kinerja pelaksanaan

proyek konstruksi gedung di Kabupaten Badung.

4.2.2 Faktor-Faktor dalam Karakteristik Manajer Proyek yang

Mempengaruhi Kinerja Pelaksanaan Proyek Konstruksi Gedung

Untuk keperluan pembuatan matrix korelasi maka digunakan Kaiser

Mayer-Olkin and Bartlett’s test dan Anti Image Correlation test. Besarnya KMO

minimal 0,5 dan jika nilai KMO dibawah 0,5 maka analisis faktor tidak bisa

Lanjutan Tabel 4.4.

78

digunakan. Maka untuk menguji ke- 25 variabel tersebut, hal ini dapat dilihat dari

KMO MSA (Kaiser Meyer Olkin Measure of Sampling Adequancy) > 0,5 dan

nilai signifikansi < 0,05 yang memiliki arti bahwa antar variabel cukup kuat

sehingga analisis faktor dapat dilanjutkan (Utama,2014).

Berikut dapat ditampilkan pada tabel 4.5 yang memuat nilai KMO dan

Bartlett’s test (MSA) dengan pengolahan data menggunakan SPSS for windows

versi 17.0, yaitu:

Tabel 4.5 Hasil Tes KMO and Bartlett's Test Tahap I

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy.

.789

Bartlett's Test of Sphericity

Approx. Chi-Square 1664.709

df 300

Sig. .000

Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0

Pada tabel KMO dan Bartlett’s Test, nilai KMO Measure of Sampling

Adequacy (MSA) sebesar 0,789. Oleh karena 0,789 > 0,5 dan dilihat dari

Bartlett’s Test of sphericity dengan nilai chi square sebesar 1664.709 dengan

signifikansi 0,000 < 0,05 (5%) berarti kumpulan variabel dapat diproses lebih

lanjut, maka proses analisis faktor dapat dilanjutkan.

Proses selanjutnya adalah melihat nilai anti image matrix untuk

menentukan variabel mana saja yang layak digunakan dalam analisis lanjutan.

Bila nilai anti image correlation variabel > 0,5 maka variabel tersebut dapat

dianalisis lebih lanjut. Sedangkan bila nilai anti image correlation < 0,5 maka

79

variabel tersebut harus dikeluarkan. Tabel 4.6 menunjukkan nilai anti image

correlation, sebagai berikut:

Tabel 4.6 Ringkasan Tabel Anti Image Correlation Tahap I

Variabel MSA

Membangun hubungan yang kuat/networking di dalam atau di luar organisasi proyek (X1)

0,406

Memiliki kematangan yang tinggi dalam perencanaan yang baik dalam upaya mengurangi tekanan dan stres sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja tim (X2)

0,864

Memahami hasil kajian AMDAL sebagai dasar pengelolaan lingkungan sekitar areal proyek (X3)

0,484

Mampu mengambil keputusan sesuai peraturan dan batasan organisasi (X4)

0,867

Mampu merumuskan cost database system (perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation sebelum pelaksanaan proyek (X5)

0,738

Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah/ problem solving secara efektif dan efisien dalam hal sumber daya manusia maupun lingkungan sekitar proyek (X6)

0,702

Berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada proyek yang dipimpin (X7)

0,769

Memiliki pengalaman dan pemahaman yang menyeluruh mengenai teknis pekerjaan dari proyek yang dikelola olehnya (X8)

0,779

Menentukan metode konstruksi yang sesuai dengan standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak (X9)

0,731

Melakukan monitoring dan evaluasi perkembangan proyek terhadap lingkup, jadwal, dan anggaran serta sumber daya yang terlibat di dalamnya (man, machine, material) (X10)

0,830

Mampu merumuskan work breakdown structure (rangkaian aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada waktunya (X11)

0,790

Mampu mengimplementasikan SMK3 konstruksi secara konsisten dan menyeluruh demi tercapainya zero accident (X12)

0,836

Mampu merumuskan project action plan (pengendalian sumberdaya, pengendalian biaya, dan pengendalian waktu/jadwal) sesuai dengan cost database system yang telah dibuat sebelumnya (X13)

0,823

80

Mampu menerapkan 7 tools total quality management dalam menyelesaikan permasalahan di lapangan agar terwujud continous improvement (X14)

0,869

Mampu menerapkan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek (X15)

0,811

Mampu berkomunikasi dengan tim proyek, dalam hal ini manajer proyek memberikan penjelasan atau mempresentasikan prosedur yang diterapkan dalam menjalankan proyek (X16)

0,844

Memiliki kemampuan negosiasi dalam bargaining dengan pemikiran yang tenang dan jernih menggunakan strategi dan loyalitas (X17)

0,845

Mampu menjalin komunikasi dengan para supervisi K3 yang bertugas di lapangan (X18)

0,858

Mampu mempertahankan kinerja maksimal walaupun dalam kondisi yang kurang kondusif (X19)

0,861

Memiliki komitment dalam mencapai tujuan bersama (X20) 0,795

Bersikap terus terang dan jujur (X21) 0,749 Memiliki kemampuan membuat tim proyek tetap solid dan bersemangat (X22)

0,493

Mampu membangun kedisiplinan kerja (X23) 0,614

Mampu mengkomunikasikan prestasi kinerja proyek baik dengan tim lapangan proyek dan owner (X24)

0,836

Mampu mengkomunikasikan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan kepada seluruh tim proyek sesuai dengan yang tertuang dalam dokumen AMDAL proyek (X25)

0,845

Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0

Dari olah statistik pada tabel 4.6 dapat terlihat bahwa terdapat 3 variabel

yang memiliki nilai MSA < 0,5 yaitu: X1, X3,dan X22 sehingga ketiga variabel

tersebut harus dikeluarkan dan tidak dapat analisis lebih lanjut. Sedangkan 22

variabel lainnya memiliki nilai MSA > 0,5 dan memenuhi syarat untuk dianalisis

lebih lanjut. Namun secara fakta di lapangan variabel X1, X3,dan X22

mempunyai hubungan dan pengaruh terhadap kualitas kinerja pelaksanaan proyek

konstruksi gedung di Kabupaten Badung.

Lanjutan Tabel 4.6.

81

Pada analisis faktor tahap 2, variabel X1, X3,dan X22 tidak

diikutsertakan. Dari hasil pengolahan tahap 2 dapat ditampilkan nilai MSA pada

tabel 4.7 sebagai berikut:

Tabel 4.7 Hasil Tes KMO and Bartlett's Test Tahap II

Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0

Pada tabel KMO dan Bartlett’s Test, nilai KMO Measure of Sampling

Adequacy (MSA) sebesar 0,835. Oleh karena 0,835 > 0,5 dan dilihat dari

Bartlett’s Test of sphericity dengan nilai chi square sebesar 1294.447 dengan

signifikansi 0,000 < 0,05 (5%) berarti kumpulan variabel dapat diproses lebih

lanjut, maka proses analisis faktor dapat dilanjutkan.

Proses selanjutnya adalah melihat nilai anti image matrix untuk

menentukan variabel mana saja yang layak digunakan dalam analisis lanjutan.

Bila nilai anti image correlation variabel > 0,5 maka variabel tersebut dapat

dianalisis lebih lanjut. Sedangkan bila nilai anti image correlation < 0,5 maka

variabel tersebut harus dikeluarkan. Tabel 4.8 menunjukkan nilai anti image

correlation, sebagai berikut:

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy.

.835

Bartlett's Test of Sphericity

Approx. Chi-Square 1294.447

Df 231

Sig. .000

82

Tabel 4.8 Ringkasan Tabel Anti Image Correlation Tahap II

Variabel MSA

Memiliki kematangan yang tinggi dalam perencanaan yang baik dalam upaya mengurangi tekanan dan stres sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja tim (X2)

0,892

Mampu mengambil keputusan sesuai peraturan dan batasan organisasi (X4)

0,885

Mampu merumuskan cost database system (perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation sebelum pelaksanaan proyek (X5)

0,739

Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah/ problem solving secara efektif dan efisien dalam hal sumber daya manusia maupun lingkungan sekitar proyek (X6)

0,713

Berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada proyek yang dipimpin (X7)

0,787

Memiliki pengalaman dan pemahaman yang menyeluruh mengenai teknis pekerjaan dari proyek yang dikelola olehnya (X8)

0,798

Menentukan metode konstruksi yang sesuai dengan standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak (X9)

0,759

Melakukan monitoring dan evaluasi perkembangan proyek terhadap lingkup, jadwal, dan anggaran serta sumber daya yang terlibat di dalamnya (man, machine, material) (X10)

0,869

Mampu merumuskan work breakdown structure (rangkaian aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada waktunya (X11)

0,804

Mampu mengimplementasikan SMK3 konstruksi secara konsisten dan menyeluruh demi tercapainya zero accident (X12)

0,852

Mampu merumuskan project action plan (pengendalian sumberdaya, pengendalian biaya, dan pengendalian waktu/jadwal) sesuai dengan cost database system yang telah dibuat sebelumnya (X13)

0,841

Mampu menerapkan 7 tools total quality management dalam menyelesaikan permasalahan di lapangan agar terwujud continous improvement (X14)

0,889

Mampu menerapkan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek (X15)

0,844

Mampu berkomunikasi dengan tim proyek, dalam hal ini manajer proyek memberikan penjelasan atau mempresentasikan prosedur yang diterapkan dalam menjalankan proyek (X16)

0,848

Memiliki kemampuan negosiasi dalam bargaining dengan pemikiran yang tenang dan jernih menggunakan strategi dan loyalitas (X17)

0,876

83

Mampu menjalin komunikasi dengan para supervisi K3 yang bertugas di lapangan (X18) 0,872

Mampu mempertahankan kinerja maksimal walaupun dalam kondisi yang kurang kondusif (X19)

0,847

Memiliki komitment dalam mencapai tujuan bersama (X20) 0,825

Bersikap terus terang dan jujur (X21) 0,755

Mampu membangun kedisiplinan kerja (X23) 0,544

Mampu mengkomunikasikan prestasi kinerja proyek baik dengan tim lapangan proyek dan owner (X24)

0,850

Mampu mengkomunikasikan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan kepada seluruh tim proyek sesuai dengan yang tertuang dalam dokumen AMDAL proyek (X25)

0,840

Pada tabel anti image matrix, terlihat bahwa tidak ada variabel dengan

MSA yang kurang dari 0,5 sehingga seluruh variabel (22 variabel) tersebut

memenuhi syarat untuk analisis faktor. Maka proses analisis faktor dapat

dilanjutkan dengan mencari nilai communalities dari 22 variabel dengan metode

Principal Component Analysis.

4.2.3 Communalities (kebersamaan)

Angka communalities merupakan sebuah nilai yang menunjukkan

seberapa baik suatu variabel yang diwakili oleh setiap kelompok faktor yang

terbentuk (Santosa, 2004). Angka communalities untuk variabel X2 = 0,668.

Angka communalities sebesar 0,668 berarti sekitar 66,8 % varians dari variabel

X2 dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Sedangkan angka communalities

untuk variabel X4 sebesar 0,596 berarti sekitar 59,6 % varians dari variabel X4

dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Demikian juga untuk variabel lainnya

Lanjutan Tabel 4.8.

84

dapat dilihat pada tabel 4.9 dibawah ini. Semakin kecil angka communalities suatu

variabel, berarti semakin lemah hubungannya dengan faktor yang terbentuk.

Tabel 4.9. Nilai Communalities (kebersamaan)

Variabel Communalities

Memiliki kematangan yang tinggi dalam perencanaan yang baik dalam upaya mengurangi tekanan dan stres sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja tim (X2)

0,668

Mampu mengambil keputusan sesuai peraturan dan batasan organisasi (X4)

0,596

Mampu merumuskan cost database system (perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation sebelum pelaksanaan proyek (X5)

0,754

Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah/ problem solving secara efektif dan efisien dalam hal sumber daya manusia maupun lingkungan sekitar proyek (X6)

0,657

Berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada proyek yang dipimpin (X7)

0,787

Memiliki pengalaman dan pemahaman yang menyeluruh mengenai teknis pekerjaan dari proyek yang dikelola olehnya (X8)

0,761

Menentukan metode konstruksi yang sesuai dengan standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak (X9)

0,826

Melakukan monitoring dan evaluasi perkembangan proyek terhadap lingkup, jadwal, dan anggaran serta sumber daya yang terlibat di dalamnya (man, machine, material) (X10)

0,615

Mampu merumuskan work breakdown structure (rangkaian aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada waktunya (X11)

0,830

Mampu mengimplementasikan SMK3 konstruksi secara konsisten dan menyeluruh demi tercapainya zero accident (X12)

0,729

Mampu merumuskan project action plan (pengendalian sumberdaya, pengendalian biaya, dan pengendalian waktu/jadwal) sesuai dengan cost database system yang telah dibuat sebelumnya (X13)

0,705

Mampu menerapkan 7 tools total quality management dalam menyelesaikan permasalahan di lapangan agar terwujud continous improvement (X14)

0,604

Mampu menerapkan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek (X15)

0,590

85

Mampu berkomunikasi dengan tim proyek, dalam hal ini manajer proyek memberikan penjelasan atau mempresentasikan prosedur yang diterapkan dalam menjalankan proyek (X16)

0,801

Memiliki kemampuan negosiasi dalam bargaining dengan pemikiran yang tenang dan jernih menggunakan strategi dan loyalitas (X17)

0,752

Mampu menjalin komunikasi dengan para supervisi K3 yang bertugas di lapangan (X18)

0,778

Mampu mempertahankan kinerja maksimal walaupun dalam kondisi yang kurang kondusif (X19)

0,736

Memiliki komitment dalam mencapai tujuan bersama (X20) 0,714

Bersikap terus terang dan jujur (X21) 0,643

Mampu membangun kedisiplinan kerja (X23) 0,640

Mampu mengkomunikasikan prestasi kinerja proyek baik dengan tim lapangan proyek dan owner (X24)

0,640

Mampu mengkomunikasikan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan kepada seluruh tim proyek sesuai dengan yang tertuang dalam dokumen AMDAL proyek (X25)

0,644

Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0

4.3 Menentukan Hubungan Regresi

4.3.1 Hubungan Karakteristik Manajer Proyek terhadap Kinerja Biaya

Pelaksanaan Proyek

Dalam menentukan hubungan karakteristik manajer proyek dengan

kinerja biaya pelaksanaan konstruksi gedung menggunakan analisis regresi linier

berganda. Pada analisis ini variabel terikat adalah kinerja biaya pelaksanaan

proyek dan variabel bebas terdiri dari 22 variabel. Sebelum dilakukan analisis

terhadap variabel-variabel tersebut, akan diuraikan terlebih dahulu uji asumsi

klasik, uji goodness of fit, uji simultan/serempak (uji F), serta uji parsial (uji t).

Lanjutan Tabel 4.9.

86

1. Uji Asumsi Klasik:

Uji asumsi klasik diperlukan agar model regresi yang disusun memberikan

hasil yang tidak bias/nilai sebenarnya dengan nilai dugaan tidak sama,

maka perlu dilakukan uji asumsi klasik (Gujarati, 1995).

a. Uji Normalitas

Uji normalitas data dipergunakan untuk menentukan apakah data

terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas yang

dipergunakan adalah plot grafik yaitu asumsi normalitas terpenuhi jika

titik-titik pada grafik mendekati sumbu diagonalnya.

Gambar 4.1. Grafik Uji Normalitas

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa titik-titik pada grafik telah

mendekati atau hampir berhimpit dengan sumbu diagonal atau

membentuk sudut 450 dengan garis mendatar. Interpretasinya adalah

87

bahwa nilai residual pada model penelitian telah terdistribusi secara

normal.

b. Uji Multikolinearitas

Penelitian ini mempergunakan uji asumsi klasik yang dianggap

penting yaitu tidak terdapat multikolinearitas antar variabel

independen. Multikolinearitas berarti adanya hubungan linear yang

sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang

menjelaskan model regresi.

Uji multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan nilai variance

inflation factor (VIF). Model dinyatakan terbebas dari gangguan

multikolinearitas jika mempunyai nilai VIF dibawah 10 atau tolerance

diatas 0,1 (Santoso, 2000). Berikut adalah uji multikolinearitas dalam

penelitian ini:

Tabel 4.10. Uji Multikolinearitas

Model Sig.

Colinearity Statistics

Tolerance VIF

1 Constant 0.012

X2 0,142 0,335 2,982

X4 0,042 0,655 1,528

X5 0,001 0,752 1,331

X6 0,227 0,775 1,291

X7 0,000 0,295 3,395

X8 0,766 0,286 3,496

X9 0,018 0,240 4,162

X10 0,514 0,438 2,283

X11 0,006 0,233 4,297

88

X12 0,319 0,312 3,209

X13 0,880 0,344 2,907

X14 0,161 0,520 1,924

X15 0,035 0,562 1,780

X16 0,469 0,252 3,972

X17 0,616 0,313 3,190

X18 0,437 0,318 3,148

X19 0,000 0,611 1,635

X20 0,002 0,620 1,614

X21 0,019 0,726 1,377

X23 0,447 0,801 1,248

X24 0,086 0,756 1,323

X25 0,664 0,615 1,627

a. Dependent Variable: Ybiaya

Tabel diatas memberikan semua nilai VIF dibawah 10, berarti tidak

terdapat gejala multikolinearitas atau dengan kata lain tidak terdapat

korelasi antar variabel bebas pada model dalam penelitian ini sehingga

analisis dapat dilakukan lebih lanjut.

2. Uji Goodness of Fit

Uji goodness of fit adalah untuk melihat kesesuaian model, atau seberapa

besar kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan varians variabel

terikatnya. Berikut adalah hasil perhitungan nilai R dan koefisien

determinasi dalam penelitian ini:

Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0

Lanjutan Tabel 4.10.

89

Tabel 4.11 Uji Goodness of Fit

Model R R Square

Adjusted

R Square

Std. Error of

the Estimate

Change Statistics

Durbin-

Watson

R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F

Change

1 0,821a 0,674 0,604 0,370 0,674 9,601 22 102 0,000 1,880

a. Predictors: (Constant), X25, X23, X5, X24, X8, X21, X6, X15, X19, X4, X20, X10, X14, X7, X13, X17, X2, X18, X12, X16, X9, X11

b. Dependent Variable: Ybiaya

Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0

Tabel tersebut memberikan nilai R sebesar 0,821 pada model penelitian.

Hal ini menunjukkan pengertian bahwa variabel terikat (Y) dipengaruhi

sebesar 82,1% oleh variabel-variabel bebas, sedangkan sisanya 17,9%

dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain. Koefisien determinasi (R square)

berkisar pada angka 0 sampai 1, dengan catatan semakin kecil angka R

square semakin lemah hubungan kedua atau lebih variabel tersebut.

3. Uji Simultan/serempak (uji F)

Pada tabel 4.12 dapat dilihat hasil dari uji Anova/uji ‘F’ sebagai berikut:

Tabel 4.12. Uji ‘F’ (uji Annova)

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 28,938 22 1,315 9,601 0,000a

Residual 13,974 102 0,137

Total 42,912 124 a. Predictors: (Constant), X25, X23, X5, X24, X8, X21, X6, X15, X19, X4, X20, X10, X14, X7, X13, X17, X2, X18, X12, X16, X9, X11

b. Dependent Variable: Ybiaya

Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0

90

Adapun keputusan yang dapat diambil dimana F (9,601) > Ftabel (1,7110),

atau dapat dilihat dari nilai signifikansi yaitu signifikansi < α (0,000 <

0,05) maka keputusannya adalah H0 ditolak, artinya paling tidak salah

satu dari βi dimana i=1,2,3,…..,22 berpengaruh signifikan. Oleh sebab itu

perlu dilakukan uji parsial untuk mengetahui variabel mana yang

berpengaruh signifikan terhadap kinerja biaya pelaksanaan proyek (YI).

4. Uji Parsial (uji ‘t’)

Uji ‘t’ (uji parsial) adalah untuk melihat pengaruh variabel-variabel bebas

secara parsial terhadap variabel terikatnya. Berikut ini adalah hasil

perhitungan uji t dan signifikansinya dalam penelitian ini:

Tabel 4.13. Uji ‘t’ (uji parsial)

Model

Unstandardized Coefficients

t Sig.

B Std.

Error (Constant) 0,973 0,382 2,549 0,012

X2 0,099 0,067 1,481 0,142 X4 0,108 0,052 2,060 0,042

X5 -0,224 0,065 -3,417 0,001 X6 0,058 0,048 1,215 0,227 X7 0,333 0,078 4,262 0,000

X8 0,024 0,080 0,298 0,766 X9 0,207 0,086 2,406 0,018

X10 -0,048 0,073 -0,655 0,514

X11 -0,238 0,086 -2,782 0,006 X12 -0,086 0,086 -1,001 0,319 X13 -0,012 0,082 -0,151 0,888

X14 0,092 0,065 1,413 0,161

91

X15 -0,106 0,050 -2,132 0,035

X16 -0,055 0,076 -0,728 0,469 X17 -0,031 0,062 -0,503 0,616

X18 0,058 0,075 0,781 0,437 X19 0,329 0,051 6,489 0,000

X20 0,188 0,058 3,225 0,002 X21 0,148 0,062 2,385 0,019 X23 -0,034 0,045 -0,763 0,447

X24 -0,077 0,044 -1,733 0,086 X25 0,022 0,051 0,435 0,664

a. Dependent Variable: Ybiaya Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0

Dapat dilihat pada tabel output SPSS regresi berganda di atas bahwa yang

dikatakan signifikan/berpengaruh terhadap kinerja biaya pelaksanaan

adalah variabel bebas yang memiliki nilai signifikansi α < 0,05 (tingkat

kesalahan 5%).

Selanjutnya dapat dilakukan uji t-test atau Student-t Distribution, dengan

tujuan untuk mengetahui tingkat kepercayaan tiap variabel bebas dalam

persamaan atau model regresi dipergunakan dalam memprediksi nilai Y,

Uji t dilakukan dengan cara uji hipotesis nol yaitu bahwa konstanta dan

koefisien variabel Xi sama dengan nol.

b. Menguji pengaruh variabel (X5) terhadap kinerja biaya pelaksanaan

proyek (YI)

Hipotesis:

H0 : β1 = 0 (Mampu merumuskan cost database system (perencanaan

sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan pekerjaan)

Lanjutan Tabel 4.13.

92

sebagai acuan dalam proses cost estimation sebelum pelaksanaan

proyek tidak berpengaruh terhadap kinerja biaya pelaksanaan proyek)

H1 : β1 > 0 (Mampu merumuskan cost database system (perencanaan

sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan pekerjaan)

sebagai acuan dalam proses cost estimation sebelum pelaksanaan

proyek berpengaruh signifikan terhadap kinerja biaya pelaksanaan

proyek).

Level of signifikan α = 0,05

Kriteria pengujian:

H0 ditolak jika t-value > t tabel (berpengaruh)

H0 diterima jika t-value < t tabel (tidak ada pengaruh)

Perhitungan: 417,3)ˆ(

ˆ

1

11

SEt

Keputusan: oleh karena t-value (3,417) > 1,708 dan jika dilihat dari

nilai signifikansi (0,001) < α (0,05) maka keputusannya adalah H0

ditolak, artinya variabel X5 berpengaruh secara signifikan terhadap

kinerja biaya pelaksanaan proyek (YI).

93

c. Menguji pengaruh variabel (X2) terhadap kinerja biaya pelaksanaan

proyek (YI)

Hipotesis:

H0 : β1 = 0 (Membangun hubungan yang kuat/networking di dalam

dan di luar organisasi proyek tidak berpengaruh terhadap kinerja biaya

pelaksanaan proyek)

H1 : β1 > 0 (Membangun hubungan yang kuat/networking di dalam

dan di luar organisasi proyek berpengaruh signifikan terhadap kinerja

biaya pelaksanaan)

Level of signifikan α = 0,05

Kriteria pengujian:

H0 ditolak jika t-value > t tabel (berpengaruh)

H0 diterima jika t-value < t tabel (tidak ada pengaruh)

Perhitungan: 481,1)ˆ(

ˆ

1

11

SEt

Keputusan: oleh karena t-value (1,481) < 1,708 dan jika dilihat dari

nilai signifikansi (0,291) > α (0,05) maka keputusannya adalah H0

diterima, artinya variabel X2 tidak berpengaruh signifikan terhadap

kinerja biaya pelaksanaan proyek (YI).

94

Adapun rekapitulasi uji t-test berupa pengaruh variabel-variabel bebas

secara parsial terhadap variabel terikatnya sebagai berikut:

Tabel 4.14 Rekapitulasi Uji t-test

Variabel Bebas

thitung ttabel Signifikansi Keputusan Keterangan

X2 1.481 1,708 0.142 Terima H0 Tidak berpengaruh

X4 2.06 1,708 0.042 Tolak H0 Berpengaruh

X5 -3.417 1,708 0.001 Tolak H0 Berpengaruh

X6 1.215 1,708 0.227 Terima H0 Tidak Berpengaruh

X7 4.262 1,708 0.000 Tolak H0 Berpengaruh

X8 0.298 1,708 0.766 Terima H0 Tidak Berpengaruh

X9 2.406 1,708 0.018 Tolak H0 Berpengaruh

X10 -0.655 1,708 0.514 Terima H0 Tidak berpengaruh

X11 -2.782 1,708 0.006 Tolak H0 Berpengaruh

X12 -1.001 1,708 0.319 Terima H0 Tidak berpengaruh

X13 -0.151 1,708 0.888 Terima H0 Tidak berpengaruh

X14 1.413 1,708 0.161 Terima H0 Tidak berpengaruh

X15 -2.132 1,708 0.035 Tolak H0 Berpengaruh

X16 -0.728 1,708 0.469 Terima H0 Tidak berpengaruh

X17 -0.503 1,708 0.616 Terima H0 Tidak berpengaruh

X18 0.781 1,708 0.437 Terima H0 Tidak berpengaruh

X19 6.489 1,708 0.000 Tolak H0 Berpengaruh

X20 3.225 1,708 0.002 Tolak H0 Berpengaruh

X21 2.385 1,708 0.019 Tolak H0 Berpengaruh

X23 -0.763 1,708 0.447 Terima H0 Tidak berpengaruh

X24 -1.733 1,708 0.086 Terima H0 Tidak berpengaruh

X25 0.435 1,708 0.664 Terima H0 Tidak berpengaruh

Sumber: Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0

Analisa regresi berganda ini dilakukan terhadap kombinasi variabel

penentu yang telah ditetapkan, dan dihasilkan model regresi berganda

secara linier.

95

Persamaan regresi berganda didapat:

Keterangan:

YI : Kinerja biaya pelaksanaan proyek

X4 : Mampu mengambil keputusan sesuai peraturan dan batasan

organisasi.

X5 : Mampu merumuskan cost database system (perencanaan

sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan

pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation sebelum

pelaksanaan proyek.

X7 : Berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada proyek

yang dipimpin.

X9 : Menentukan metode konstruksi yang sesuai dengan standar

kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak.

X11 : Mampu merumuskan work breakdown structure (rangkaian

aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan

pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada

waktunya.

X15 : Mampu menerapkan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan

sesuai dengan dokumen AMDAL proyek.

YI = 0,973 + 0,108X4 – 0,224X5 + 0,333X7 + 0,207X9 – 0,238X11 – 0,106X15 + 0,329X19

+ 0,188X20 + 0,148X21

96

X19 : Mampu mempertahankan kinerja maksimal walaupun dalam

kondisi yang kurang kondusif.

X20 : Memiliki komitmen dalam mencapai tujuan bersama.

X21 : Bersikap terus terang dan jujur.

Penjelasan:

Koefisien regresi sebesar -0,224 menyatakan bahwa setiap penurunan

(karena tanda -) yaitu mampu merumuskan cost database system

(perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan

pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation sebelum

pelaksanaan proyek senilai -0,224 akan mengakibatkan menurunnya

kinerja biaya pelaksanaan proyek sebesar - 0,224. Sebaliknya jika terjadi

peningkatan (+) kemampuan merumuskan cost database system

(perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan

pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation sebelum

pelaksanaan proyek senilai 0,224 juga diprediksi mengalami peningkatan

sebesar + 0,224. Jadi, dalam hal ini kenaikan atau penurunan variabel

bebas (X5) akan mengakibatkan kenaikan atau penurunan variabel terikat

(YI), dan seterusnya (Riduwan, 2011).

97

4.3.2 Hubungan Karakteristik Manajer Proyek terhadap Kinerja Mutu

Pelaksanaan Proyek

Dalam menentukan hubungan karakteristik manajer proyek dengan

kinerja mutu pelaksanaan konstruksi gedung menggunakan analisis regresi linier

berganda. Pada analisis ini variabel terikat adalah kinerja mutu pelaksanaan

proyek dan variabel bebas terdiri dari 22 variabel. Sebelum dilakukan analisis

terhadap variabel-variabel tersebut, akan diuraikan terlebih dahulu uji asumsi

klasik, uji goodness of fit, uji simultan/serempak (uji F), serta uji parsial (uji t).

1. Uji Asumsi Klasik:

Uji asumsi klasik diperlukan agar model regresi yang disusun

memberikan hasil yang tidak bias/nilai sebenarnya dengan nilai dugaan

tidak sama, maka perlu dilakukan uji asumsi klasik (Gujarati, 1995).

a. Uji Normalitas

Uji normalitas data dipergunakan untuk menentukan apakah data

terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas yang

dipergunakan adalah plot grafik yaitu asumsi normalitas terpenuhi

jika titik-titik pada grafik mendekati sumbu diagonalnya.

98

Gambar 4.2. Grafik Uji Normalitas

Gambar 4.2 menunjukkan bahwa titik-titik pada grafik telah

mendekati atau hampir berhimpit dengan sumbu diagonal atau

membentuk sudut 450 dengan garis mendatar. Interpretasinya adalah

bahwa nilai residual pada model penelitian telah terdistribusi secara

normal.

b. Uji Multikolinearitas

Penelitian ini mempergunakan uji asumsi klasik yang dianggap

penting yaitu tidak terdapat multikolinearitas antar variabel

independen. Multikolinearitas berarti adanya hubungan linear yang

sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang

menjelaskan model regresi.

Uji multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan nilai variance

inflation factor (VIF). Model dinyatakan terbebas dari gangguan

99

multikolinearitas jika mempunyai nilai VIF dibawah 10 atau

tolerance diatas 0,1 (Santoso, 2000). Berikut adalah uji

multikolinearitas dalam penelitian ini:

Tabel 4.15. Uji Multikolinearitas

Model Sig. Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant) 0,012

X2 0,291 0,335 2,982

X4 0,047 0,655 1,528

X5 0,001 0,752 1,331

X6 0,088 0,775 1,291

X7 0,001 0,295 3,395

X8 0,822 0,286 3,496

X9 0,000 0,240 4,162

X10 0,983 0,438 2,283

X11 0,029 0,233 4,297

X12 0,963 0,312 3,209

X13 0,717 0,344 2,907

X14 0,597 0,520 1,924

X15 0,038 0,562 1,780

X16 0,766 0,252 3,972

X17 0,063 0,313 3,190

X18 0,689 0,318 3,148

X19 0,000 0,611 1,635

X20 0,398 0,620 1,614

X21 0,867 0,726 1,377

X23 0,003 0,801 1,248

X24 0,055 0,756 1,323

X25 0,123 0,615 1,627

Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0

100

Tabel diatas memberikan semua nilai VIF dibawah 10, berarti tidak

terdapat gejala multikolinearitas atau dengan kata lain tidak terdapat

korelasi antar variabel bebas pada model dalam penelitian ini

sehingga analisis dapat dilakukan lebih lanjut.

2. Uji Goodness of Fit

Uji goodness of fit adalah untuk melihat kesesuaian model, atau seberapa

besar kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan varians variabel

terikatnya. Berikut adalah hasil perhitungan nilai R dan koefisien

determinasi dalam penelitian ini:

Tabel 4.16. Uji Goodness of Fit

Model R R

Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate

Change Statistics

Durbin-Watson

R Square Change

F Change

df1 df2 Sig. F

Change

1 0,834a 0,696 0,630 0,417 0,696 10,593 22 102 0,000 2,011

a. Predictors: (Constant), X25, X23, X5, X24, X8, X21, X6, X15, X19, X4, X20, X10, X14, X7, X13, X17, X2, X18, X12, X16, X9, X11

b. Dependent Variable: Y

Sumber: Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0

Tabel tersebut memberikan nilai R sebesar 0,834 pada model penelitian.

Hal ini menunjukkan pengertian bahwa variabel terikat (YII) dipengaruhi

sebesar 83,4 % oleh variabel-variabel bebas, sedangkan sisanya 16,6 %

dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain. Koefisien determinasi (R square)

101

berkisar pada angka 0 sampai 1, dengan catatan semakin kecil angka R

square semakin lemah hubungan kedua atau lebih variabel tersebut.

3. Uji Simultan/serempak (uji F)

Pada tabel 4.17 dapat dilihat hasil dari uji Anova/uji ‘F’ sebagai berikut:

Tabel 4.17. Uji ‘F’ (uji Annova)

Model Sum of Squares

df Mean

Square F Sig.

1 Regression 40,476 22 1,840 10,593 0,000a

Residual 17,716 102 0,174

Total 58,192 124

Sumber: Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0

Adapun keputusan yang dapat diambil dimana F (10,593) > Ftabel

(1,7110), atau dapat dilihat dari nilai signifikansi yaitu signifikansi < α

(0,000 < 0,05) maka keputusannya adalah H0 ditolak, artinya paling tidak

salah satu dari βi dimana i=1,2,3,…..,22 berpengaruh signifikan. Oleh

sebab itu perlu dilakukan uji parsial untuk mengetahui variabel mana

yang berpengaruh signifikan terhadap kinerja mutu pelaksanaan proyek

(YII).

a. Predictors: (Constant), X25, X23, X5, X24, X8, X21, X6, X15, X19, X4, X20, X10, X14, X7, X13, X17, X2, X18, X12, X16, X9, X11

b. Dependent Variable: Y

102

4. Uji Parsial (uji ‘t’)

Uji ‘t’ (uji parsial) adalah untuk melihat pengaruh variabel-variabel bebas

secara parsial terhadap variabel terikatnya. Berikut ini adalah hasil

perhitungan uji t dan signifikansinya dalam penelitian ini:

Tabel 4.18. Uji ‘t’ (uji parsial)

Model

Unstandardized Coefficients

t Sig. B

Std. Error

1 (Constant) 1,094 0,430 2,547 0,012

X2 0,080 0,076 1,061 0,291 X4 0,118 0,059 2,010 0,047 X5 -0,247 0,074 -3,347 0,001 X6 0,093 0,054 1,722 0,088 X7 X8

0,311 -0,020

0,088 0,090

3,541 -0,225

0,001 0,822

X9 0,369 0,097 3,811 0,000 X10 0,002 0,082 0,022 0,983 X11 -0,213 0,096 -2,218 0,029 X12 -0,005 0,097 -0,047 0,963 X13 0,033 0,092 0,363 0,717 X14 -0,039 0,073 -0,531 0,597 X15 -0,117 0,056 -2,097 0,038 X16 0,026 0,085 0,299 0,766 X17 0,131 0,070 1,879 0,063 X18 -0,034 0,084 -0,402 0,689 X19 0,263 0,057 4,621 0,000 X20 0,056 0,066 0,848 0,398 X21 -0,012 0,070 -0,168 0,867 X23 -0,155 0,051 -3,067 0,003 X24 -0,097 0,050 -1,941 0,055 X25 0,090 0,058 1,556 0,123

Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0

103

Dapat dilihat pada tabel output SPSS regresi berganda di atas bahwa

yang dikatakan signifikan/berpengaruh terhadap kinerja mutu

pelaksanaan adalah variabel bebas yang memiliki nilai signifikansi α <

0,05 (tingkat kesalahan 5%).

Selanjutnya dapat dilakukan uji t-test atau Student-t Distribution, dengan

tujuan untuk mengetahui tingkat kepercayaan tiap variabel bebas dalam

persamaan atau model regresi dipergunakan dalam memprediksi nilai Y,

Uji t dilakukan dengan cara uji hipotesis nol yaitu bahwa konstanta dan

koefisien variabel Xi sama dengan nol.

a. Menguji pengaruh variabel (X9) terhadap kinerja mutu pelaksanaan

proyek (Y)

Hipotesis:

H0 : β1 = 0 (Mampu menentukan metode konstruksi yang tepat

dengan standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak tidak

berpengaruh terhadap kinerja mutu pelaksanaan proyek)

H1 : β1 > 0 (Mampu menentukan metode konstruksi yang tepat

dengan standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak

berpengaruh signifikan terhadap kinerja mutu pelaksanaan proyek)

Level of signifikan α = 0,05

Kriteria pengujian:

H0 ditolak jika t-value > t tabel (berpengaruh)

H0 diterima jika t-value < t tabel (tidak ada pengaruh)

104

Perhitungan: 811,3)ˆ(

ˆ

1

11

SEt

Keputusan: oleh karena t-value (3,811) > 1,708 dan jika dilihat dari

nilai signifikansi (0,000) < α (0,05) maka keputusannya adalah H0

ditolak, artinya variabel X9 berpengaruh secara signifikan terhadap

kinerja mutu pelaksanaan proyek (YII).

b. Menguji pengaruh variabel (X2) terhadap kinerja mutu pelaksanaan

proyek (YII)

Hipotesis:

H0 : β1 = 0 (Membangun hubungan yang kuat/networking di dalam

dan di luar organisasi proyek tidak berpengaruh terhadap kinerja

mutu pelaksanaan proyek)

H1 : β1 > 0 (Membangun hubungan yang kuat/networking di dalam

dan di luar organisasi proyek berpengaruh signifikan terhadap

kinerja mutu pelaksanaan proyek)

Level of signifikan α = 0,05

Kriteria pengujian:

H0 ditolak jika t-value > t tabel (berpengaruh)

H0 diterima jika t-value < t tabel (tidak ada pengaruh)

Perhitungan: 061,1)ˆ(

ˆ

1

11

SEt

Keputusan: oleh karena t-value (1,061) < 1,708 dan jika dilihat dari

nilai signifikansi (0,291) > α (0,05) maka keputusannya adalah H0

105

diterima, artinya variabel X2 tidak berpengaruh signifikan terhadap

kinerja mutu pelaksanaan proyek (YII).

Adapun rekapitulasi uji t-test berupa pengaruh variabel-variabel bebas

secara parsial terhadap variabel terikatnya sebagai berikut:

Tabel 4.19 Rekapitulasi Uji t-test

Variabel Bebas

thitung ttabel Signifikansi Keputusan Keterangan

X2 1.061 1,708 .291 Terima H0 Tidak berpengaruh

X4 2.010 1,708 .047 Tolak H0 Berpengaruh

X5 -3.347 1,708 .001 Tolak H0 Berpengaruh

X6 1.722 1,708 .088 Terima H0 Tidak berpengaruh

X7 3.541 1,708 .001 Tolak H0 Berpengaruh

X8 -.225 1,708 .822 Terima H0 Tidak berpengaruh

X9 3.811 1,708 .000 Tolak H0 Berpengaruh

X10 .022 1,708 .983 Terima H0 Tidak berpengaruh

X11 -2.218 1,708 .029 Tolak H0 Berpengaruh

X12 -.047 1,708 .963 Terima H0 Tidak berpengaruh

X13 .363 1,708 .717 Terima H0 Tidak berpengaruh

X14 -.531 1,708 .597 Terima H0 Tidak berpengaruh

X15 -2.097 1,708 .038 Tolak H0 Berpengaruh

X16 .299 1,708 .766 Terima H0 Tidak berpengaruh

X17 1.879 1,708 .063 Terima H0 Tidak berpengaruh

X18 -.402 1,708 .689 Terima H0 Tidak berpengaruh

X19 4.621 1,708 .000 Tolak H0 Berpengaruh

X20 .848 1,708 .398 Terima H0 Tidak berpengaruh

X21 -.168 1,708 .867 Terima H0 Tidak berpengaruh

X23 -3.067 1,708 .003 Tolak H0 Berpengaruh

X24 -1.941 1,708 .055 Tolak H0 Berpengaruh

X25 1.556 1,708 .123 Terima H0 Tidak berpengaruh

Sumber: Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0

106

Analisa regresi berganda ini dilakukan terhadap kombinasi variabel

penentu yang telah ditetapkan, dan dihasilkan model regresi berganda

secara linier.

Persamaan regresi berganda didapat:

Keterangan:

YII : Kinerja mutu pelaksanaan proyek

X4 : Mampu mengambil keputusan sesuai peraturan dan batasan

organisasi.

X5 : Mampu merumuskan cost database system (perencanaan

sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan

pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation

sebelum pelaksanaan proyek.

X7 : Berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada proyek

yang dipimpin.

X9 : Menentukan metode konstruksi yang tepat dengan standar

kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak.

X11 : Mampu merumuskan work breakdown structure (rangkaian

aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan

pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada

waktunya..

YII = 1,094 + 0,118X4 – 0,247X5 + 0,311X7 + 0,369X9 – 0,117X15 + 0,263X19

– 0,155X23 – 0,097X24

107

X15 : Mampu menerapkan prinsip manajemen pengelolaan

lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek.

X19 : Mampu mempertahankan kinerja maksimal walaupun dalam

kondisi yang kurang kondusif.

X23 : Mampu membangun kedisiplinan kerja.

X24 : Mampu mengkomunikasikan prestasi kinerja proyek baik

dengan tim lapangan proyek dan owner.

Penjelasan:

Koefisien regresi sebesar 0,369 menyatakan bahwa setiap peningkatan

(karena tanda +) yaitu mampu menentukan metode konstruksi yang tepat

dengan standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak senilai 0,369

akan mengakibatkan meningkatnya kinerja mutu pelaksanaan proyek

sebesar +0,369. Sebaliknya jika terjadi penurunan (-) kemampuan

menentukan metode konstruksi yang tepat dengan standar kualitas sesuai

dengan rencana mutu kontrak senilai -0,369 juga diprediksi mengalami

penurunan sebesar -0,369. Jadi, dalam hal ini kenaikan atau penurunan

variabel bebas (X9) akan mengakibatkan kenaikan atau penurunan variabel

terikat (YII), dan seterusnya (Riduwan, 2011).

108

4.3.3 Hubungan Karakteristik Manajer Proyek terhadap Kinerja Waktu

Pelaksanaan Proyek

Dalam menentukan hubungan karakteristik manajer proyek dengan

kinerja waktu pelaksanaan konstruksi gedung menggunakan analisis regresi linier

berganda. Pada analisis ini variabel terikat adalah kinerja waktu pelaksanaan

proyek dan variabel bebas terdiri dari 22 variabel. Sebelum dilakukan analisis

terhadap variabel-variabel tersebut, akan diuraikan terlebih dahulu uji asumsi

klasik, uji goodness of fit, uji simultan/serempak (uji F), serta uji parsial (uji t).

1. Uji Asumsi Klasik:

Uji asumsi klasik diperlukan agar model regresi yang disusun memberikan

hasil yang tidak bias/nilai sebenarnya dengan nilai dugaan tidak sama,

maka perlu dilakukan uji asumsi klasik (Gujarati, 1995).

a. Uji Normalitas

Uji normalitas data dipergunakan untuk menentukan apakah data

terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas yang

dipergunakan adalah plot grafik yaitu asumsi normalitas terpenuhi

jika titik-titik pada grafik mendekati sumbu diagonalnya.

109

Gambar 4.3. Grafik Uji Normalitas

Gambar 4.3 menunjukkan bahwa titik-titik pada grafik telah

mendekati atau hampir berhimpit dengan sumbu diagonal atau

membentuk sudut 450 dengan garis mendatar. Interpretasinya adalah

bahwa nilai residual pada model penelitian telah terdistribusi secara

normal.

b. Uji Multikolinearitas

Penelitian ini mempergunakan uji asumsi klasik yang dianggap

penting yaitu tidak terdapat multikolinearitas antar variabel

independen. Multikolinearitas berarti adanya hubungan linear yang

sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang

menjelaskan model regresi.

Uji multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan nilai variance

inflation factor (VIF). Model dinyatakan terbebas dari gangguan

110

multikolinearitas jika mempunyai nilai VIF dibawah 10 atau

tolerance diatas 0,1 (Santoso, 2000). Berikut adalah uji

multikolinearitas dalam penelitian ini:

Tabel 4.20. Uji Multikolinearitas

Model Sig.

Collinearity Statistics

Tolerance VIF 1 (Constant) 0,000

X2 0,011 0,335 2,982

X4 0,010 0,655 1,528

X5 0,014 0,752 1,331

X6 0,610 0,775 1,291

X7 0,000 0,295 3,395

X8 0,232 0,286 3,496

X9 0,061 0,240 4,162

X10 0,084 0,438 2,283

X11 0,001 0,233 4,297

X12 0,352 0,312 3,209

X13 0,528 0,344 2,907

X14 0,129 0,520 1,924

X15 0,000 0,562 1,780

X16 0,499 0,252 3,972

X17 0,975 0,313 3,190

X18 0,166 0,318 3,148

X19 0,000 0,611 1,635

X20 0,115 0,620 1,614

X21 0,043 0,726 1,377

X23 0,203 0,801 1,248

X24 0,083 0,756 1,323

X25 0,078 0,615 1,627

a. Dependent Variable: Ywaktu Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0

111

Tabel diatas memberikan semua nilai VIF dibawah 10, berarti tidak

terdapat gejala multikolinearitas atau dengan kata lain tidak terdapat

korelasi antar variabel bebas pada model dalam penelitian ini

sehingga analisis dapat dilakukan lebih lanjut.

2. Uji Goodness of Fit

Uji goodness of fit adalah untuk melihat kesesuaian model, atau seberapa

besar kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan varians variabel

terikatnya. Berikut adalah hasil perhitungan nilai R dan koefisien

determinasi dalam penelitian ini:

Tabel 4.21 Uji Goodness of Fit

Model R R

Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Change Statistics

Durbin-Watson

R Square Change

F Change df1 df2

Sig. F Change

1

0,804a

0,646

0,570

0,384

0,646

8,464

22

102

0,000

1,575

Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0

Tabel tersebut memberikan nilai R sebesar 0,804 pada model penelitian.

Hal ini menunjukkan pengertian bahwa variabel terikat (Y) dipengaruhi

sebesar 80,4 % oleh variabel-variabel bebas, sedangkan sisanya 19,6 %

dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain. Koefisien determinasi (R square)

berkisar pada angka 0 sampai 1, dengan catatan semakin kecil angka R

square semakin lemah hubungan kedua atau lebih variabel tersebut.

112

3. Uji Simultan/serempak (uji F)

Pada tabel 4.22 dapat dilihat hasil dari uji Anova/uji ‘F’ sebagai berikut:

Tabel 4.22. Uji ‘F’ (uji Annova)

Model Sum of Squares df

Mean Square F Sig.

1 Regression 27,477 22 1,249 8,464 0,000a

Residual 15,051 102 0,148 Total 42,528 124

Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0

Adapun keputusan yang dapat diambil dimana F (8,464) > Ftabel (1,7110),

atau dapat dilihat dari nilai signifikansi yaitu signifikansi < α (0,000 <

0,05) maka keputusannya adalah H0 ditolak, artinya paling tidak salah satu

dari βi dimana i=1,2,3,…..,22 berpengaruh signifikan. Oleh sebab itu perlu

dilakukan uji parsial untuk mengetahui variabel yang berpengaruh

signifikan terhadap kinerja waktu pelaksanaan proyek (YIII).

4. Uji Parsial (uji ‘t’)

Uji ‘t’ (uji parsial) adalah untuk melihat pengaruh variabel-variabel bebas

secara parsial terhadap variabel terikatnya. Berikut ini adalah hasil

perhitungan uji t dan signifikansinya dalam penelitian ini:

113

Tabel 4.23. Uji ‘t’ (uji parsial)

Model

Unstandardized Coefficients

t Sig. B Std. Error 1 (Constant) 1,448 0,396 3,657 0,000

X2 0,181 0,070 2,605 0,011

X4 0,142 0,054 2,609 0,010

X5 -0,169 0,068 -2,491 0,014

X6 0,025 0,050 0,511 0,610

X7 0,330 0,081 4,072 0,000

X8 0,100 0,083 1,202 0,232

X9 0,169 0,089 1,891 0,061

X10 -0,132 0,075 -1,747 0,084

X11 -0,304 0,089 -3,427 0,001

X12 -0,084 0,089 -0,935 0,352

X13 -0,054 0,085 -0,634 0,528

X14 0,103 0,067 1,531 0,129

X15 -0,195 0,051 -3,786 0,000

X16 -0,053 0,079 -0,678 0,499

X17 -0,002 0,064 -0,032 0,975

X18 0,109 0,078 1,396 0,166

X19 0,259 0,053 4,930 0,000

X20 0,096 0,060 1,588 0,115

X21 0,132 0,065 2,045 0,043

X23 -0,060 0,047 -1,282 0,203

X24 -0,080 0,046 -1,749 0,083

X25 0,095 0,053 1,779 0,078

a. Dependent Variable: Y waktu

Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0

Dapat dilihat pada tabel output SPSS regresi berganda di atas bahwa yang

dikatakan signifikan/berpengaruh terhadap kinerja waktu pelaksanaan

adalah variabel bebas yang memiliki nilai signifikansi α < 0,05 (tingkat

kesalahan 5%).

114

Selanjutnya dapat dilakukan uji t-test atau Student-t Distribution, dengan

tujuan untuk mengetahui tingkat kepercayaan tiap variabel bebas dalam

persamaan atau model regresi dipergunakan dalam memprediksi nilai Y,

Uji t dilakukan dengan cara uji hipotesis nol yaitu bahwa konstanta dan

koefisien variabel Xi sama dengan nol.

a. Menguji pengaruh variabel (X11) terhadap kinerja waktu pelaksanaan

proyek (YIII)

Hipotesis:

H0 : β1 = 0 (Mampu merumuskan work breakdown structure

(rangkaian aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan

pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada

waktunya tidak berpengaruh terhadap kinerja waktu pelaksanaan

proyek)

H1 : β1 > 0 (Mampu merumuskan work breakdown structure

(rangkaian aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan

pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada

waktunya berpengaruh signifikan terhadap kinerja waktu pelaksanaan

proyek)

Level of signifikan α = 0,05

Kriteria pengujian:

H0 ditolak jika t-value > t tabel (berpengaruh)

H0 diterima jika t-value < t tabel (tidak ada pengaruh)

115

Perhitungan: 427,3)ˆ(

ˆ

1

11

SEt

Keputusan: oleh karena t-value (3,427) > 1,708 dan jika dilihat dari

nilai signifikansi (0,001) < α (0,05) maka keputusannya adalah H0

ditolak, artinya variabel X11 berpengaruh signifikan terhadap kinerja

waktu pelaksanaan proyek (YIII).

b. Menguji pengaruh variabel (X16) terhadap kinerja waktu pelaksanaan

proyek (YIII)

Hipotesis:

H0 : β1 = 0 (Mampu berkomunikasi dengan tim proyek, dalam hal ini

manajer proyek memberikan penjelasan atau mempresentasikan

prosedur yang diterapkan dalam menjalankan proyek tidak

berpengaruh signifikan terhadap kinerja waktu pelaksanaan proyek)

H1 : β1 > 0 (Mampu berkomunikasi dengan tim proyek, dalam hal ini

manajer proyek memberikan penjelasan atau mempresentasikan

prosedur yang diterapkan dalam menjalankan proyek berpengaruh

signifikan terhadap kinerja waktu pelaksanaan proyek)

Level of signifikan α = 0,05

Kriteria pengujian:

H0 ditolak jika t-value > t tabel (berpengaruh)

H0 diterima jika t-value < t tabel (tidak ada pengaruh)

Perhitungan: 678,0)ˆ(

ˆ

1

11

SEt

116

Keputusan: oleh karena t-value (0,678) < 1,708 dan jika dilihat dari

nilai signifikansi (0,499) > α (0,05) maka keputusannya adalah H0

diterima, artinya variabel X16 tidak berpengaruh signifikan terhadap

kinerja waktu pelaksanaan proyek (YIII).

Adapun rekapitulasi uji t-test berupa pengaruh variabel-variabel bebas

secara parsial terhadap variabel terikatnya sebagai berikut:

Tabel 4.24 Rekapitulasi Uji t-test

Variabel Bebas

thitung ttabel Signifikansi Keputusan Keterangan

X2 2.605 1,708 .011 Tolak H0 Berpengaruh

X4 2.609 1,708 .010 Tolak H0 Berpengaruh

X5 -2.491 1,708 .014 Tolak H0 Berpengaruh

X6 .511 1,708 .610 Terima H0 Tidak Berpengaruh

X7 4.072 1,708 .000 Tolak H0 Berpengaruh

X8 1.202 1,708 .232 Terima H0 Tidak Berpengaruh

X9 1.891 1,708 .061 Terima H0 Tidak Berpengaruh

X10 -1.747 1,708 .084 Terima H0 Tidak Berpengaruh

X11 -3.427 1,708 .001 Tolak H0 Berpengaruh

X12 -.935 1,708 .352 Terima H0 Tidak Berpengaruh

X13 -.634 1,708 .528 Terima H0 Tidak berpengaruh

X14 1.531 1,708 .129 Terima H0 Tidak berpengaruh

X15 -3.786 1,708 .000 Tolak H0 Berpengaruh

X16 -.678 1,708 .499 Terima H0 Tidak Berpengaruh

X17 -.032 1,708 .975 Terima H0 Tidak Berpengaruh

X18 1.396 1,708 .166 Terima H0 Tidak Berpengaruh

X19 4.930 1,708 .000 Tolak H0 Berpengaruh

X20 1.588 1,708 .115 Terima H0 Tidak Berpengaruh

X21 2.045 1,708 .043 Tolak H0 Berpengaruh

X23 -1.282 1,708 .203 Terima H0 Tidak Berpengaruh

X24 -1.749 1,708 .083 Terima H0 Tidak berpengaruh

X25 1.779 1,708 .078 Terima H0 Tidak berpengaruh

Sumber: Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0

117

Analisa regresi berganda ini dilakukan terhadap kombinasi variabel

penentu yang telah ditetapkan, dan dihasilkan model regresi berganda

secara linier.

Persamaan regresi berganda didapat:

Keterangan:

YIII : Kinerja waktu pelaksanaan proyek

X2 : Memiliki kematangan yang tinggi dalam perencanaan yang

baik dalam upaya mengurangi tekanan dan stres sehingga

dapat meningkatkan produktifitas kerja tim

X4 : Mampu mengambil keputusan sesuai peraturan dan batasan

organisasi.

X5 : Mampu merumuskan cost database system (perencanaan

sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan

pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation

sebelum pelaksanaan proyek.

X7 : Berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada proyek

yang dipimpin.

X11 : Mampu merumuskan work breakdown structure (rangkaian

aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan

YIII = 1,448 + 0,181X2 + 0,142X4 – 0,169X5 + 0,330X7 – 0,304X11 – 0,195X15 + 0,259X19

+ 0,132X21

118

pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada

waktunya.

X15 : Mampu menerapkan prinsip manajemen pengelolaan

lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek.

X19 : Mampu mempertahankan kinerja maksimal walaupun dalam

kondisi yang kurang kondusif.

X21 : Bersikap terus terang dan jujur.

Penjelasan:

Koefisien regresi sebesar -0,304 menyatakan bahwa setiap penurunan

(karena tanda -) yaitu mampu merumuskan work breakdown structure

(rangkaian aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan

pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada waktunya

senilai -0,304 akan mengakibatkan menurunnya kinerja waktu pelaksanaan

proyek sebesar -0,304. Sebaliknya jika terjadi peningkatan (+) yaitu

kemampuan merumuskan work breakdown structure (rangkaian aktifitas,

perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan pengendalian jadwal)

sehingga penyelesaian proyek tepat pada waktunya senilai 0,304 juga

diprediksi mengalami peningkatan sebesar +0,304. Jadi, dalam hal ini

kenaikan atau penurunan variabel bebas (X11) akan mengakibatkan

kenaikan atau penurunan variabel terikat (YIII), dan seterusnya (Riduwan,

2011).

119

4.3.4 Hubungan Karakteristik Manajer Proyek terhadap Kinerja

K3/Keselamatan Kerja Pelaksanaan Proyek

Dalam menentukan hubungan karakteristik manajer proyek dengan

kinerja K3 pelaksanaan proyek konstruksi yaitu menggunakan analisis regresi

linier berganda. Pada analisis ini variabel terikat adalah kinerja K3 pelaksanaan

proyek dan variabel bebas terdiri dari 22 variabel. Sebelum dilakukan analisis

terhadap variabel-variabel tersebut, akan diuraikan terlebih dahulu uji asumsi

klasik, uji goodness of fit, uji simultan/serempak (uji F), serta uji parsial (uji t).

1. Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik diperlukan agar model regresi yang disusun memberikan

hasil yang tidak bias/nilai sebenarnya dengan nilai dugaan tidak sama,

maka perlu dilakukan uji asumsi klasik (Gujarati, 1995).

a. Uji Normalitas

Uji normalitas data dipergunakan untuk menentukan apakah data

terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas yang

dipergunakan adalah plot grafik yaitu asumsi normalitas terpenuhi jika

titik-titik pada grafik mendekati sumbu diagonalnya.

120

Gambar 4.4. Grafik Uji Normalitas

Gambar 4.4 menunjukkan bahwa titik-titik pada grafik telah

mendekati atau hampir berhimpit dengan sumbu diagonal atau

membentuk sudut 450 dengan garis mendatar. Interpretasinya adalah

bahwa nilai residual pada model penelitian telah terdistribusi secara

normal.

b. Uji Multikolinearitas

Penelitian ini mempergunakan uji asumsi klasik yang dianggap

penting yaitu tidak terdapat multikolinearitas antar variabel

independen. Multikolinearitas berarti adanya hubungan linear yang

sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang

menjelaskan model regresi.

Uji multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan nilai variance

inflation factor (VIF). Model dinyatakan terbebas dari gangguan

121

multikolinearitas jika mempunyai nilai VIF dibawah 10 atau tolerance

diatas 0,1 (Santoso, 2000). Berikut adalah uji multikolinearitas dalam

penelitian ini:

Tabel 4.25. Uji Multikolinearitas

Model Sig. Collinearity Statistics

Tolerance VIF 1 (Constant) 0,000

X2 0,047 0,335 2,982 X4 0,590 0,655 1,528 X5 0,006 0,752 1,331 X6 0,106 0,775 1,291 X7 0,003 0,295 3,395 X8 0,000 0,286 3,496 X9 0,000 0,240 4,162 X10 0,081 0,438 2,283 X11 0,221 0,233 4,297 X12 0,881 0,312 3,209 X13 0,862 0,344 2,907 X14 0,414 0,520 1,924 X15 0,002 0,562 1,780 X16 0,956 0,252 3,972 X17 0,003 0,313 3,190 X18 0,084 0,318 3,148 X19 0,002 0,611 1,635 X20 0,015 0,620 1,614 X21 0,137 0,726 1,377 X23 0,039 0,801 1,248 X24 0,431 0,756 1,323 X25 0,001 0,615 1,627

Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0

122

Tabel diatas memberikan semua nilai VIF dibawah 10, berarti tidak

terdapat gejala multikolinearitas atau dengan kata lain tidak terdapat

korelasi antar variabel bebas pada model dalam penelitian ini sehingga

analisis dapat dilakukan lebih lanjut.

2. Uji Goodness of Fit

Uji goodness of fit adalah untuk melihat kesesuaian model, atau seberapa

besar kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan varians variabel

terikatnya. Berikut adalah hasil perhitungan nilai R dan koefisien

determinasi dalam penelitian ini:

Tabel 4.26 Uji Goodness of Fit

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

Change Statistics Durbin-Watson

R Square Change

F Change

df1 df2 Sig. F

Change

1

0,781

a

0,610

0,525

0,430

0,610

7,237

22

102

0,000

2,227

Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0

Tabel tersebut memberikan nilai R sebesar 0,781 pada model penelitian.

Hal ini menunjukkan pengertian bahwa variabel terikat (Y) dipengaruhi

sebesar 78,1 % oleh variabel-variabel bebas, sedangkan sisanya 21,9 %

dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain. Koefisien determinasi (R square)

berkisar pada angka 0 sampai 1, dengan catatan semakin kecil angka R

square semakin lemah hubungan kedua atau lebih variabel tersebut.

123

3. Uji Simultan/serempak (uji F)

Pada tabel 4.27 dapat dilihat hasil dari uji Anova/uji ‘F’ sebagai berikut:

Tabel 4.27. Uji ‘F’ (uji Annova)

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 29,482 22 1,340 7,237 0,000a

Residual 18,886 102 0,185

Total 48,368 124

a. Predictors: (Constant), X25, X23, X5, X24, X8, X21, X6, X15, X19, X4, X20, X10, X14, X7, X13, X17, X2, X18, X12, X16, X9, X11

b. Dependent Variable: Yk3

Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0

Adapun keputusan yang dapat diambil dimana F (7,237) > Ftabel (1,7110),

atau dapat dilihat dari nilai signifikansi yaitu signifikansi < α (0,000 <

0,05) maka keputusannya adalah H0 ditolak, artinya paling tidak salah

satu dari βi dimana i=1,2,3,…..,22 berpengaruh signifikan. Oleh sebab itu

perlu dilakukan uji parsial untuk mengetahui variabel yang berpengaruh

signifikan terhadap kinerja K3 pelaksanaan proyek (YIV).

4. Uji Parsial (uji ‘t’)

Uji ‘t’ (uji parsial) adalah untuk melihat pengaruh variabel-variabel bebas

secara parsial terhadap variabel terikatnya. Berikut ini adalah hasil

perhitungan uji t dan signifikansinya dalam penelitian ini:

124

Tabel 4.28. Uji ‘t’ (uji parsial)

Model

Unstandardized Coefficients

t Sig. B Std.

Error 1 (Constant) 2,246 0,444 5,064 0,000

X2 0,157 0,078 2,007 0,047

X4 0,033 0,061 0,540 0,590

X5 -0,212 0,076 -2,785 0,006

X6 0,091 0,056 1,631 0,106

X7 0,277 0,091 3,052 0,003

X8 -0,399 0,093 -4,272 0,000

X9 0,501 0,100 5,015 0,000

X10 -0,149 0,084 -1,763 0,081

X11 0,123 0,099 1,233 0,221

X12 0,015 0,100 0,150 0,881

X13 0,017 0,095 0,174 0,862

X14 0,062 0,075 0,820 0,414

X15 -0,180 0,058 -3,122 0,002

X16 0,005 0,088 0,055 0,956

X17 0,217 0,072 3,021 0,003

X18 -0,152 0,087 -1,742 0,084

X19 0,186 0,059 3,152 0,002

X20 0,167 0,068 2,467 0,015

X21 -0,108 0,072 -1,500 0,137

X23 -0,109 0,052 -2,090 0,039

X24 -0,041 0,051 -0,790 0,431

X25 -0,196 0,060 -3,287 0,001

a. Dependent Variable: Y k3 Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0

Dapat dilihat pada tabel output SPSS regresi berganda di atas bahwa

yang dikatakan signifikan/berpengaruh terhadap kinerja K3 pelaksanaan

adalah variabel bebas yang memiliki nilai signifikansi α < 0,05 (tingkat

kesalahan 5%).

125

Selanjutnya dapat dilakukan uji t-test atau Student-t Distribution, dengan

tujuan untuk mengetahui tingkat kepercayaan tiap variabel bebas dalam

persamaan atau model regresi dipergunakan dalam memprediksi nilai Y,

Uji t dilakukan dengan cara uji hipotesis nol yaitu bahwa konstanta dan

koefisien variabel Xi sama dengan nol.

a. Menguji pengaruh variabel (X7) terhadap kinerja K3 pelaksanaan

proyek (YIV)

Hipotesis:

H0 : β1 = 0 (Berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada

proyek yang dipimpin tidak berpengaruh terhadap kinerja K3

pelaksanaan proyek)

H1 : β1 > 0 (Berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada

proyek yang dipimpin berpengaruh signifikan terhadap kinerja K3

pelaksanaan proyek)

Level of signifikan α = 0,05

Kriteria pengujian:

H0 ditolak jika t-value > t tabel (berpengaruh)

H0 diterima jika t-value < t tabel (tidak ada pengaruh)

Perhitungan: 052,3)ˆ(

ˆ

1

11

SEt

Keputusan: oleh karena t-value (3,052) > 1,708 dan jika dilihat dari

nilai signifikansi (0,003) < α (0,05) maka keputusannya adalah H0

126

ditolak, artinya variabel X7 berpengaruh signifikan terhadap kinerja

K3 pelaksanaan proyek (YIV).

b. Menguji pengaruh variabel (X4) terhadap kinerja K3 pelaksanaan

proyek (YIV)

Hipotesis:

H0 : β1 = 0 (Mampu mengambil keputusan sesuai peraturan dan

batasan organisasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja K3

pelaksanaan proyek)

H1 : β1 > 0 (Mampu mengambil keputusan sesuai peraturan dan

batasan organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja K3

pelaksanaan proyek)

Level of signifikan α = 0,05

Kriteria pengujian:

H0 ditolak jika t-value > t tabel (berpengaruh)

H0 diterima jika t-value < t tabel (tidak ada pengaruh)

Perhitungan: 540,0)ˆ(

ˆ

1

11

SEt

Keputusan: oleh karena t-value (0,540) < 1,708 dan jika dilihat dari

nilai signifikansi (0,590) > α (0,05) maka keputusannya adalah H0

diterima, artinya variabel X4 tidak berpengaruh signifikan terhadap

kinerja K3 pelaksanaan proyek (YIV).

127

Adapun rekapitulasi uji t-test berupa pengaruh variabel-variabel bebas

secara parsial terhadap variabel terikatnya sebagai berikut:

Tabel 4.29. Rekapitulasi Uji t-test

Variabel Bebas

thitung ttabel Signifikansi Keputusan Keterangan

X2 5,064 1,708 0,000 Tolak H0 Berpengaruh

X4 2,007 1,708 0,047 Terima H0 Tidak Berpengaruh

X5 0,540 1,708 0,590 Tolak H0 Berpengaruh

X6 -2,785 1,708 0,006 Terima H0 Tidak Berpengaruh

X7 1,631 1,708 0,106 Tolak H0 Berpengaruh

X8 3,052 1,708 0,003 Tolak H0 Berpengaruh

X9 -4,272 1,708 0,000 Tolak H0 Berpengaruh

X10 5,015 1,708 0,000 Terima H0 Tidak Berpengaruh

X11 -1,763 1,708 0,081 Terima H0 Tidak Berpengaruh

X12 1,233 1,708 0,221 Terima H0 Tidak Berpengaruh

X13 0,150 1,708 0,881 Terima H0 Tidak berpengaruh

X14 0,174 1,708 0,862 Terima H0 Tidak berpengaruh

X15 0,820 1,708 0,414 Tolak H0 Berpengaruh

X16 -3,122 1,708 0,002 Terima H0 Tidak Berpengaruh

X17 0,055 1,708 0,956 Tolak H0 Berpengaruh

X18 3,021 1,708 0,003 Terima H0 Tidak Berpengaruh

X19 -1,742 1,708 0,084 Tolak H0 Berpengaruh

X20 3,152 1,708 0,002 Tolak H0 Berpengaruh

X21 2,467 1,708 0,015 Terima H0 Tidak Berpengaruh

X23 -1,500 1,708 0,137 Tolak H0 Berpengaruh

X24 -2,090 1,708 0,039 Terima H0 Tidak berpengaruh

X25 -0,790 1,708 0,431 Tolak H0 Berpengaruh

Sumber: Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0

Analisa regresi berganda ini dilakukan terhadap kombinasi variabel

penentu yang telah ditetapkan, dan dihasilkan model regresi berganda

secara linier.

128

Persamaan regresi berganda didapat:

Keterangan:

YIV : Kinerja K3 pelaksanaan proyek

X2 : Memiliki kematangan yang tinggi dalam perencanaan yang

baik dalam upaya mengurangi tekanan dan stres sehingga

dapat meningkatkan produktifitas kerja tim.

X5 : Mampu merumuskan cost database system (perencanaan

sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan

pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation

sebelum pelaksanaan proyek.

X7 : Berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada proyek

yang dipimpin.

X8 : Memiliki pengalaman dan pemahaman yang menyeluruh

mengenai teknis pekerjaan dari proyek yang dikelola olehnya

X9 : Menentukan metode konstruksi yang sesuai dengan standar

kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak

X15 : Mampu menerapkan prinsip manajemen pengelolaan

lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek.

X17 : Mampu menerapkan prinsip manajemen pengelolaan

lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek.

YIV = 2,246 + 0,157X2 – 0,212X5 + 0,277X7 – 0,399X8 + 0,501X9 – 0,180X15

+ 0,329X19 + 0,186X19 + 0,167X20 – 0,109X23 – 0,196X25

129

X19 : Mampu mempertahankan kinerja maksimal walaupun dalam

kondisi yang kurang kondusif.

X20 : Memiliki komitment dalam mencapai tujuan bersama

X23 : Mampu membangun kedisiplinan kerja

X25 : Mampu mengkomunikasikan prinsip manajemen pengelolaan

lingkungan kepada seluruh tim proyek sesuai dengan yang

tertuang dalam dokumen AMDAL proyek.

Penjelasan:

Koefisien regresi sebesar 0,277 menyatakan bahwa setiap peningkatan

(karena tanda +) yaitu berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3

pada proyek yang dipimpin senilai +0,277 akan mengakibatkan

meningkatnya kinerja K3 pelaksanaan proyek sebesar +0,277.

Sebaliknya jika terjadi penurunan (-) yaitu berkomitmen dalam

menjalankan safety plan K3 pada proyek yang dipimpin senilai -0,277

juga diprediksi mengalami penurunan sebesar -0,277. Jadi, dalam hal ini

kenaikan atau penurunan variabel bebas (X7) akan mengakibatkan

kenaikan atau penurunan variabel terikat (YIV), dan seterusnya (Riduwan,

2011).

130

4.3.5 Hubungan Karakteristik Manajer Proyek terhadap Kinerja

Lingkungan Pelaksanaan Proyek

Dalam menentukan hubungan karakteristik manajer proyek dengan

kinerja lingkungan pelaksanaan proyek konstruksi yaitu menggunakan analisis

regresi linier berganda. Pada analisis ini variabel terikat adalah kinerja lingkungan

pelaksanaan proyek dan variabel bebas terdiri dari 22 variabel. Sebelum

dilakukan analisis terhadap variabel-variabel tersebut, akan diuraikan terlebih

dahulu uji asumsi klasik, uji goodness of fit, uji simultan/serempak (uji F), serta

uji parsial (uji t).

1. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik diperlukan agar model regresi yang disusun memberikan

hasil yang tidak bias/nilai sebenarnya dengan nilai dugaan tidak sama,

maka perlu dilakukan uji asumsi klasik (Gujarati, 1995).

a. Uji Normalitas

Uji normalitas data dipergunakan untuk menentukan apakah data

terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas yang

dipergunakan adalah plot grafik yaitu asumsi normalitas terpenuhi jika

titik-titik pada grafik mendekati sumbu diagonalnya.

131

Gambar 4.5. Grafik Uji Normalitas

Gambar 4.5 menunjukkan bahwa titik-titik pada grafik telah

mendekati atau hampir berhimpit dengan sumbu diagonal atau

membentuk sudut 450 dengan garis mendatar. Interpretasinya adalah

bahwa nilai residual pada model penelitian telah terdistribusi secara

normal.

b. Uji Multikolinearitas

Penelitian ini mempergunakan uji asumsi klasik yang dianggap

penting yaitu tidak terdapat multikolinearitas antar variabel

independen. Multikolinearitas berarti adanya hubungan linear yang

sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang

menjelaskan model regresi.

Uji multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan nilai variance

inflation factor (VIF). Model dinyatakan terbebas dari gangguan

132

multikolinearitas jika mempunyai nilai VIF dibawah 10 atau tolerance

diatas 0,1 (Santoso, 2000). Berikut adalah uji multikolinearitas dalam

penelitian ini:

Tabel 4.30. Uji Multikolinearitas

Model Sig. Collinearity Statistics

Tolerance VIF 1 (Constant) 0,023

X2 0,007 0,335 2,982 X4 0,281 0,655 1,528 X5 0,029 0,752 1,331 X6 0,746 0,775 1,291 X7 0,000 0,295 3,395 X8 0,294 0,286 3,496 X9 0,002 0,240 4,162 X10 0,661 0,438 2,283 X11 0,028 0,233 4,297 X12 0,134 0,312 3,209 X13 0,947 0,344 2,907 X14 0,322 0,520 1,924 X15 0,003 0,562 1,780 X16 0,844 0,252 3,972 X17 0,680 0,313 3,190 X18 0,285 0,318 3,148 X19 0,000 0,611 1,635 X20 0,006 0,620 1,614 X21 0,158 0,726 1,377 X23 0,007 0,801 1,248 X24 0,748 0,756 1,323 X25 0,625 0,615 1,627

Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0

133

Tabel diatas memberikan semua nilai VIF dibawah 10, berarti tidak

terdapat gejala multikolinearitas atau dengan kata lain tidak terdapat

korelasi antar variabel bebas pada model dalam penelitian ini sehingga

analisis dapat dilakukan lebih lanjut.

2. Uji Goodness of Fit

Uji goodness of fit adalah untuk melihat kesesuaian model, atau seberapa

besar kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan varians variabel

terikatnya. Berikut adalah hasil perhitungan nilai R dan koefisien

determinasi dalam penelitian ini:

Tabel 4.31 Uji Goodness of Fit

Model R R

Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Change Statistics Durbin-Watson

R Square Change

F Change

df1 df2 Sig. F

Change

1 0,801a 0,642 0,565 0,423 0,642 8,313 22 102 0,000 1,931

Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0

Tabel tersebut memberikan nilai R sebesar 0,801 pada model penelitian.

Hal ini menunjukkan pengertian bahwa variabel terikat (Y) dipengaruhi

sebesar 80,1 % oleh variabel-variabel bebas, sedangkan sisanya 19,9 %

dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain. Koefisien determinasi (R square)

berkisar pada angka 0 sampai 1, dengan catatan semakin kecil angka R

square semakin lemah hubungan kedua atau lebih variabel tersebut.

134

3. Uji Simultan/serempak (uji F)

Pada tabel 4.32 dapat dilihat hasil dari uji Anova/uji ‘F’ sebagai berikut:

Tabel 4.32. Uji ‘F’ (uji Annova)

Model Sum of Squares df

Mean Square F Sig.

1 Regression 32,745 22 1.488 8,313 0,000a

Residual 18,263 102 0,179 Total 51,008 124

Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0

Adapun keputusan yang dapat diambil dimana F (8,313) > Ftabel (1,7110),

atau dapat dilihat dari nilai signifikansi yaitu signifikansi < α (0,000 <

0,05) maka keputusannya adalah H0 ditolak, artinya paling tidak salah

satu dari βi dimana i=1,2,3,…..,22 berpengaruh signifikan. Oleh sebab itu

perlu dilakukan uji parsial untuk mengetahui variabel yang berpengaruh

signifikan terhadap kinerja lingkungan pelaksanaan proyek (YV).

4. Uji Parsial (uji ‘t’)

Uji ‘t’ (uji parsial) adalah untuk melihat pengaruh variabel-variabel bebas

secara parsial terhadap variabel terikatnya. Berikut ini adalah hasil

perhitungan uji t dan signifikansinya dalam penelitian ini:

135

Tabel 4.34. Uji ‘t’ (uji parsial)

Model

Unstandardized Coefficients

t Sig.

B Std.

Error

1 (Constant) 1,007 0,436 2,309 0,023

X2 0,209 0,077 2,730 0,007

X4 0,065 0,060 1,083 0,281

X5 -0,166 0,075 -2,220 0,029

X6 0,018 0,055 ,3250 0,746

X7 0,457 0,089 5,116 0,000

X8 -0,097 0,092 -1,055 0,294

X9 0,320 0,098 3,262 0,002

X10 -0,037 0,083 -,4400 0,661

X11 -0,218 0,098 -2,235 0,028

X12 -0,149 0,098 -1,510 0,134

X13 -0,006 0,093 -0,066 0,947

X14 0,074 0,074 ,9950 0,322

X15 -0,170 0,057 -3,010 0,003

X16 -0,017 0,087 -0,197 0,844

X17 0,029 0,071 0,413 0,680

X18 -0,092 0,086 -1,075 0,285

X19 0,274 0,058 4,726 0,000

X20 0,189 0,067 2,832 0,006

X21 0,101 0,071 1,421 0,158

X23 -0,141 0,051 -2,742 0,007

X24 0,016 0,051 0,322 0,748

X25 0,029 0,059 0,491 0,625

a. Dependent Variable: Y lingkungan Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0

136

Dapat dilihat pada tabel output SPSS regresi berganda di atas bahwa

yang dikatakan signifikan/berpengaruh terhadap kinerja lingkungan

pelaksanaan adalah variabel bebas yang memiliki nilai signifikansi α <

0,05 (tingkat kesalahan 5%).

Selanjutnya dapat dilakukan uji t-test atau Student-t Distribution, dengan

tujuan untuk mengetahui tingkat kepercayaan tiap variabel bebas dalam

persamaan atau model regresi dipergunakan dalam memprediksi nilai Y,

Uji t dilakukan dengan cara uji hipotesis nol yaitu bahwa konstanta dan

koefisien variabel Xi sama dengan nol.

a. Menguji pengaruh variabel (X15) terhadap kinerja lingkungan

pelaksanaan proyek (YV)

Hipotesis:

H0 : β1 = 0 (Mampu menerapkan prinsip manajemen pengelolaan

lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek tidak

berpengaruh terhadap kinerja lingkungan pelaksanaan proyek)

H1 : β1 > 0 (Mampu menerapkan prinsip manajemen pengelolaan

lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek berpengaruh

signifikan terhadap kinerja lingkungan pelaksanaan proyek)

Level of signifikan α = 0,05

Kriteria pengujian:

H0 ditolak jika t-value > t tabel (berpengaruh)

H0 diterima jika t-value < t tabel (tidak ada pengaruh)

137

Perhitungan: 010,3)ˆ(

ˆ

1

11

SEt

Keputusan: oleh karena t-value (3,010) > 1,708 dan jika dilihat dari

nilai signifikansi (0,003) < α (0,05) maka keputusannya adalah H0

ditolak, artinya variabel X15 berpengaruh signifikan terhadap kinerja

lingkungan pelaksanaan proyek (YV).

b. Menguji pengaruh variabel (X16) terhadap kinerja lingkungan

pelaksanaan proyek (YV)

Hipotesis:

H0 : β1 = 0 (Mampu berkomunikasi dengan tim proyek, dalam hal ini

manajer proyek memberikan penjelasan atau mempresentasikan

prosedur yang diterapkan dalam menjalankan proyek tidak

berpengaruh signifikan terhadap kinerja lingkungan pelaksanaan

proyek)

H1 : β1 > 0 (Mampu berkomunikasi dengan tim proyek, dalam hal ini

manajer proyek memberikan penjelasan atau mempresentasikan

prosedur yang diterapkan dalam menjalankan proyek berpengaruh

signifikan terhadap kinerja lingkungan pelaksanaan proyek)

Level of signifikan α = 0,05

Kriteria pengujian:

H0 ditolak jika t-value > t tabel (berpengaruh)

H0 diterima jika t-value < t tabel (tidak ada pengaruh)

138

Perhitungan: 197,0)ˆ(

ˆ

1

11

SEt

Keputusan: oleh karena t-value (0,197) < 1,708 dan jika dilihat dari

nilai signifikansi (0,844) > α (0,05) maka keputusannya adalah H0

diterima, artinya variabel X16 tidak berpengaruh signifikan terhadap

kinerja lingkungan pelaksanaan proyek (YV).

Adapun rekapitulasi uji t-test berupa pengaruh variabel-variabel bebas

secara parsial terhadap variabel terikatnya sebagai berikut:

Tabel 4.34 Rekapitulasi Uji t-test

Variabel Bebas

thitung ttabel Signifikansi Keputusan Keterangan

X2 2,730 1,708 0,007 Tolak H0 Berpengaruh

X4 1,083 1,708 0,281 Terima H0 Tidak Berpengaruh

X5 -2,220 1,708 0,029 Tolak H0 Berpengaruh

X6 ,3250 1,708 0,746 Terima H0 Tidak Berpengaruh

X7 5,116 1,708 0,000 Tolak H0 Berpengaruh

X8 -1,055 1,708 0,294 Terima H0 Tidak Berpengaruh

X9 3,262 1,708 0,002 Tolak H0 Berpengaruh

X10 -,4400 1,708 0,661 Terima H0 Tidak Berpengaruh

X11 -2,235 1,708 0,028 Tolak H0 Berpengaruh

X12 -1,510 1,708 0,134 Terima H0 Tidak Berpengaruh

X13 -,066 1,708 0,947 Terima H0 Tidak berpengaruh

X14 ,9950 1,708 0,322 Terima H0 Tidak berpengaruh

X15 -3,010 1,708 0,003 Tolak H0 Berpengaruh

X16 -,197 1,708 0,844 Terima H0 Tidak Berpengaruh

X17 ,4130 1,708 0,680 Terima H0 Tidak Berpengaruh

X18 -1,075 1,708 0,285 Terima H0 Tidak Berpengaruh

X19 4,726 1,708 0,000 Tolak H0 Berpengaruh

X20 2,832 1,708 0,006 Tolak H0 Berpengaruh

X21 1,421 1,708 0,158 Terima H0 Tidak Berpengaruh

139

X23 -2,742 1,708 0,007 Tolak H0 Berpengaruh

X24 ,3220 1,708 0,748 Terima H0 Tidak berpengaruh

X25 ,4910 1,708 0,625 Terima H0 Tidak berpengaruh

Sumber: Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0

Analisa regresi berganda ini dilakukan terhadap kombinasi variabel

penentu yang telah ditetapkan, dan dihasilkan model regresi berganda

secara linier.

Persamaan regresi berganda didapat:

Keterangan:

YV : Kinerja lingkungan pelaksanaan proyek

X2 : Memiliki kematangan yang tinggi dalam perencanaan yang

baik dalam upaya mengurangi tekanan dan stres sehingga

dapat meningkatkan produktifitas kerja tim.

X5 : Mampu merumuskan cost database system (perencanaan

sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan

pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation

sebelum pelaksanaan proyek.

X7 : Berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada proyek

yang dipimpin.

X9 : Mampu merumuskan work breakdown structure (rangkaian

aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan

YV = 1,007 + 0,209X2 – 0,166X5 + 0,457X7 + 0,320X9 – 0,218X11 – 0,170X15

+ 0,329X19 + 0,189X20 – 0,141X23

Lanjutan Tabel 4.34

140

pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat

pada waktunya..

X11 : Mampu merumuskan work breakdown structure (rangkaian

aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan

pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada

waktunya.

X15 : Mampu menerapkan prinsip manajemen pengelolaan

lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek.

X19 : Mampu mempertahankan kinerja maksimal walaupun dalam

kondisi yang kurang kondusif.

X20 : Memiliki komitment dalam mencapai tujuan bersama

X23 : Mampu membangun kedisiplinan kerja

Penjelasan:

Koefisien regresi pada variabel X15 yaitu mampu menerapkan prinsip

manajemen pengelolaan lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL

menyatakan bahwa setiap penurunan senilai -0,170 akan mengakibatkan

menurunnya kinerja lingkungan pelaksanaan proyek sebesar -0,170.

Sebaliknya jika terjadi peningkatan (+) senilai 0,170 juga diprediksi

mengalami peningkatan sebesar +0,170. Jadi, dalam hal ini kenaikan

atau penurunan variabel bebas (X15) akan mengakibatkan kenaikan atau

penurunan variabel terikat (YV), dan seterusnya (Riduwan, 2011).

141

4.4 Interpretasi Model terhadap Kinerja Pelaksanaan Proyek (Biaya-

Mutu-Waktu-K3-Lingkungan)

Model Regresi linier berganda yang diperoleh adalah:

1. Hubungan karakteristik manajer proyek terhadap kinerja biaya

menghasilkan persamaan sebagai berikut:

Penjelasan:

a. Jika variabel (X4) mampu mengambil keputusan sesuai peraturan

dan batasan organisasi meningkat (+0,108) maka kinerja biaya juga

akan meningkat senilai (+0,108), begitu pula sebaliknya.

b. Jika variabel (X5) mampu merumuskan cost database system

(perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga

satuan pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation

sebelum pelaksanaan proyek menurun (-0,224) maka kinerja biaya

juga akan mengalami penurunan senilai (-0,224), begitu pula

sebaliknya.

c. Jika variabel (X7) berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3

pada proyek yang dipimpin meningkat (+0,333) maka kinerja biaya

juga akan meningkat senilai (+0,333), begitu pula sebaliknya.

d. Jika variabel (X9) menentukan metode konstruksi yang sesuai

dengan standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak

YI = 0,973 + 0,108X4 – 0,224X5 + 0,333X7 + 0,207X9 – 0,238X11 – 0,106X15

+ 0,329X19 + 0,188X20 + 0,148X21

142

meningkat (+0,207) maka kinerja biaya juga akan meningkat senilai

(+0,207), begitu pula sebaliknya.

e. Jika variabel (X11) mampu merumuskan work breakdown structure

(rangkaian aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan

pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada

waktunya menurun (-0,238) maka kinerja biaya juga akan

mengalami penurunan senilai (-0,238), begitu pula sebaliknya.

f. Jika variabel (X15) mampu menerapkan prinsip manajemen

pengelolaan lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek

menurun (-0,106) maka kinerja biaya juga akan mengalami

penurunan senilai (-0,106), begitu pula sebaliknya.

g. Jika variabel (X19) mampu mempertahankan kinerja maksimal

walaupun dalam kondisi yang kurang kondusif meningkat (+0,329)

maka kinerja biaya juga akan meningkat senilai (+0,329), begitu pula

sebaliknya.

h. Jika variabel (X20) memiliki komitment dalam mencapai tujuan

bersama meningkat (+0,188) maka kinerja biaya juga akan

meningkat senilai (+0,188), begitu pula sebaliknya.

i. Jika variabel (X21) bersikap terus terang dan jujur meningkat

(+0,148) maka kinerja biaya juga akan meningkat senilai (+0,148),

begitu pula sebaliknya.

143

2. Hubungan Karakteristik Manajer Proyek terhadap Kinerja Mutu

Penjelasan:

a. Jika variabel (X4) mampu mengambil keputusan sesuai peraturan

dan batasan organisasi meningkat (+0,118) maka kinerja mutu juga

akan meningkat senilai (+0,118), begitu pula sebaliknya.

b. Jika variabel (X5) mampu merumuskan cost database system

(perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga

satuan pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation

sebelum pelaksanaan proyek menurun (-0,247) maka kinerja mutu

juga akan mengalami penurunan senilai (-0,247), begitu pula

sebaliknya.

c. Jika variabel (X7) berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3

pada proyek yang dipimpin meningkat (+0,311) maka kinerja mutu

juga akan meningkat senilai (+0,311), begitu pula sebaliknya.

d. Jika variabel (X9) menentukan metode konstruksi yang sesuai

dengan standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak

meningkat (+0,369) maka kinerja mutu juga akan meningkat senilai

(+0,369), begitu pula sebaliknya.

e. Jika variabel (X15) mampu menerapkan prinsip manajemen

pengelolaan lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek

YII = 1,094 + 0,118X4 – 0,247X5 + 0,311X7 + 0,369X9 – 0,117X15 + 0,263X19

– 0,155X23 – 0,097X24

144

menurun (-0,117) maka kinerja mutu juga akan mengalami

penurunan senilai (-0,117), begitu pula sebaliknya.

f. Jika variabel (X19) mampu mempertahankan kinerja maksimal

walaupun dalam kondisi yang kurang kondusif meningkat (+0,263)

maka kinerja mutu juga akan meningkat senilai (+0,263), begitu pula

sebaliknya.

g. Jika variabel (X23) mampu membangun kedisiplinan kerja menurun

(-0,155) maka kinerja mutu juga akan mengalami penurunan senilai

(-0,155), begitu pula sebaliknya.

h. Jika variabel (X24) mampu mengkomunikasikan prestasi kinerja

proyek baik dengan tim lapangan proyek dan owner menurun

(-0,097) maka kinerja mutu juga akan mengalami penurunan senilai

(-0,097), begitu pula sebaliknya.

3. Hubungan Karakteristik Manajer Proyek terhadap Kinerja Waktu

Penjelasan:

a. Jika variabel (X2) memiliki kematangan yang tinggi dalam

perencanaan yang baik dalam upaya mengurangi tekanan dan stres

sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja tim meningkat

YIII = 1,448 + 0,181X2 + 0,142X4 – 0,169X5 + 0,330X7 – 0,304X11 – 0,195X15

+ 0,259X19 + 0,132X21

145

(+0,181) maka kinerja waktu juga akan meningkat senilai (+0,181),

begitu pula sebaliknya.

b. Jika variabel (X4) mampu mengambil keputusan sesuai peraturan

dan batasan organisasi meningkat (+0,142) maka kinerja waktu juga

akan meningkat senilai (+0,142), begitu pula sebaliknya.

c. Jika variabel (X5) mampu merumuskan cost database system

(perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga

satuan pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation

sebelum pelaksanaan proyek menurun (-0,169) maka kinerja waktu

juga akan mengalami penurunan senilai (-0,169), begitu pula

sebaliknya.

d. Jika variabel (X7) berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3

pada proyek yang dipimpin meningkat (+0,330) maka kinerja waktu

juga akan meningkat senilai (+0,330), begitu pula sebaliknya.

e. Jika variabel (X11) mampu merumuskan work breakdown structure

(rangkaian aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan

pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada

waktunya menurun (-0,304) maka kinerja waktu juga akan

mengalami penurunan senilai (-0,304), begitu pula sebaliknya.

f. Jika variabel (X15) mampu menerapkan prinsip manajemen

pengelolaan lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek

menurun (-0,195) maka kinerja waktu juga akan mengalami

penurunan senilai (-0,195), begitu pula sebaliknya.

146

g. Jika variabel (X19) mampu mempertahankan kinerja maksimal

walaupun dalam kondisi yang kurang kondusif meningkat (+0,259)

maka kinerja waktu juga akan meningkat senilai (+0,259), begitu

pula sebaliknya.

h. Jika variabel (X21) bersikap terus terang dan jujur meningkat

(+0,132) maka kinerja waktu juga akan meningkat senilai (+0,132),

begitu pula sebaliknya.

4. Hubungan Karakteristik Manajer Proyek terhadap Kinerja

K3/keselamatan dan kesehatan kerja

Penjelasan:

a. Jika variabel (X2) memiliki kematangan yang tinggi dalam

perencanaan yang baik dalam upaya mengurangi tekanan dan stres

sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja tim meningkat

(+0,157) maka kinerja K3 juga akan meningkat senilai (+0,157),

begitu pula sebaliknya.

b. Jika variabel (X5) mampu merumuskan cost database system

(perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga

satuan pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation

YIV = 2,246 + 0,157X2 – 0,212X5 + 0,277X7 – 0,399X8 + 0,501X9 – 0,180X15

+ 0,217X17 + 0,186X19 + 0,167X20 – 0,109X23 – 0,196X25

147

sebelum pelaksanaan proyek menurun (-0,212) maka kinerja K3 juga

akan mengalami penurunan senilai (-0,212), begitu pula sebaliknya.

c. Jika variabel (X7) berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3

pada proyek yang dipimpin meningkat (+0,277) maka kinerja K3

juga akan meningkat senilai (+0,277), begitu pula sebaliknya

d. Jika variabel (X8) memiliki pengalaman dan pemahaman yang

menyeluruh mengenai teknis pekerjaan dari proyek yang dikelola

olehnya menurun (-0,399) maka kinerja K3 juga akan mengalami

penurunan senilai (-0,399), begitu pula sebaliknya.

e. Jika variabel (X9) menentukan metode konstruksi yang sesuai

dengan standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak

meningkat (+0,501) maka kinerja K3 juga akan meningkat senilai

(+0,501), begitu pula sebaliknya.

f. Jika variabel (X15) mampu menerapkan prinsip manajemen

pengelolaan lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek

menurun (-0,180) maka kinerja K3 juga akan mengalami penurunan

senilai (-0,180), begitu pula sebaliknya.

g. Jika variabel (X17) memiliki kemampuan negosiasi dalam bargaining

dengan pemikiran yang tenang dan jernih menggunakan strategi dan

loyalitas meningkat (+0,217) maka kinerja K3 juga akan meningkat

senilai (+0,217), begitu pula sebaliknya.

h. Jika variabel (X19) mampu mempertahankan kinerja maksimal

walaupun dalam kondisi yang kurang kondusif meningkat (+0,186)

148

maka kinerja K3 juga akan meningkat senilai (+0,186), begitu pula

sebaliknya.

i. Jika variabel (X20) memiliki komitment dalam mencapai tujuan

bersama meningkat (+0,167) maka kinerja K3 juga akan meningkat

senilai (+0,167), begitu pula sebaliknya.

j. Jika variabel (X23) mampu membangun kedisiplinan kerja menurun

(-0,109) maka kinerja K3 juga akan mengalami penurunan senilai (-

0,109), begitu pula sebaliknya.

k. Jika variabel (X25) mampu mengkomunikasikan prinsip manajemen

pengelolaan K3 kepada seluruh tim proyek sesuai dengan yang

tertuang dalam dokumen AMDAL proyek menurun (-0,196) maka

kinerja lingkungan juga akan mengalami penurunan senilai (-0,196),

begitu pula sebaliknya.

5. Hubungan Karakteristik Manajer Proyek terhadap Kinerja Pengelolaan

Lingkungan

Penjelasan:

a. Jika variabel (X2) memiliki kematangan yang tinggi dalam

perencanaan yang baik dalam upaya mengurangi tekanan dan stres

sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja tim meningkat

YV = 1,007 + 0,209X2 – 0,166X5 + 0,457X7 + 0,320X9 – 0,218X11 – 0,170X15

+ 0,274X19 + 0,189X20 – 0,141X23

149

(+0,209) maka kinerja lingkungan juga akan meningkat senilai

(+0,209), begitu pula sebaliknya.

b. Jika variabel (X5) mampu merumuskan cost database system

(perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga

satuan pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation

sebelum pelaksanaan proyek menurun (-0,166) maka kinerja

lingkungan juga akan mengalami penurunan senilai (-0,166), begitu

pula sebaliknya.

c. Jika variabel (X7) berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3

pada proyek yang dipimpin meningkat (+0,457) maka kinerja

lingkungan juga akan meningkat senilai (+0,457), begitu pula

sebaliknya.

d. Jika variabel (X9) menentukan metode konstruksi yang sesuai dengan

standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak meningkat

(+0,320) maka kinerja lingkungan juga akan meningkat senilai

(+0,320), begitu pula sebaliknya.

e. Jika variabel (X11) mampu merumuskan work breakdown structure

(rangkaian aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan

pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada

waktunya menurun (-0,218) maka kinerja lingkungan juga akan

mengalami penurunan senilai (-0,218), begitu pula sebaliknya.

f. Jika variabel (X15) mampu menerapkan prinsip manajemen

pengelolaan lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek

150

menurun (-0,170) maka kinerja lingkungan juga akan mengalami

penurunan senilai (-0,170), begitu pula sebaliknya

g. Jika variabel (X19) mampu mempertahankan kinerja maksimal

walaupun dalam kondisi yang kurang kondusif meningkat (+0,274)

maka kinerja lingkungan juga akan meningkat senilai (+0,274),

begitu pula sebaliknya.

h. Jika variabel (X20) memiliki komitment dalam mencapai tujuan

bersama meningkat (+0,189) maka kinerja lingkungan juga akan

meningkat senilai (+0,189), begitu pula sebaliknya.

i. Jika variabel (X23) mampu membangun kedisiplinan kerja menurun (-

0,141) maka kinerja lingkungan juga akan mengalami penurunan

senilai (-0,141), begitu pula sebaliknya.

4.5 Karakteristik manajer proyek yang berpengaruh terhadap Kinerja

Pelaksanaan Proyek (Biaya-Mutu-Waktu-K3-Lingkungan)

Dari uraian persamaan regresi diatas dapat diketahui bahwa karakteristik

manajer proyek yang berpengaruh terhadap Kinerja Pelaksanaan Proyek (Biaya-

Mutu-Waktu-K3-Lingkungan), antara lain:

151

Tabel 4.36. Karakteristik manajer proyek yang berpengaruh terhadap kinerja pelaksanaan proyek

Aspek Variabel Biaya Mutu Waktu K3 Lingkungan Kinerja Proyek

YI YII YIII YIV YV Jumlah Nilai rata-

rata

Asp

ek K

onse

ptu

al

Ski

ll

X2 0,181 0,157 0,209 0,547 10,94%

X4 0,108 0,118 0,142 0,368 7,36%

X5 -0,224 -0,247 -0,169 -0,212 -0,166 -1,018 -20,36%

X7 0,333 0,311 0,330 0,277 0,457 1,708 34,16%

Jumlah nilai rata232,10%

Asp

ek T

ech

nic

al

Ski

ll

X8 -0,339 -0,339 -6,780%

X9 0,207 0,369 0,501 0,320 1,397 27,94%

X11 -0,238 -0,304 -0,218 -0,760 -15,20%

X15 -0,106 -0,117 -0,195 -0,180 -0,170 -0,768 -15,36%

Jumlah nilai rata2 -9,40%

Asp

ek S

oft S

kill

X17 0,217 0,217 4,34%

X19 0,329 0,263 0,259 0,186 0,274 1,311 26,22%

X20 0,188 0,167 0,189 0,544 10,88%

X21 0,148 0,132 0,280 5,60%

X23 -0,155 -0,109 -0,141 -0,405 -8,10%

X24 -0,097 -0,097 -1,94%

X25 -0,196 -0,196 -3,92%

Jumlah nilai rata2 33,08%

Sumber: Hasil Penelitian, 2015

Dari uraian tabel di atas dapat dijelaskan bahwa besarnya pengaruh aspek

konseptual skill sebesar 32,10%, aspek technical skill 9,40%, dan aspek

soft skill 33,08%. Aspek soft skill mempunyai pengaruh yang lebih besar

terhadap kualitas kinerja pelaksanaan proyek konstruksi sebesar 33,08%

dari semua aspek yang masuk dalam karakteristik manajer proyek. Nilai

152

total prosentase pengaruh ketiga karakteristik manajer proyek sebesar

74,58% terhadap kualitas kinerja pelaksanaan proyek konstruksi. Hal ini

dapat diartikan bahwa sisa sekitar 25,42% dipengaruhi oleh faktor lainnya

diluar ketiga karakteristik manajer proyek tersebut dengan menyesuaikan

terhadap situasi, lokasi dan karakteristik proyek konstruksi itu sendiri.

Tabel 4.37 Variabel dalam aspek soft skill yang berpengaruh terhadap kinerja pelaksanaan proyek.

Aspek Soft Skills

Variabel Nama Variabel

X17 Memiliki kemampuan negosiasi dalam bargaining dengan pemikiran yang tenang dan jernih menggunakan strategi dan loyalitas

X19 Mampu mempertahankan kinerja maksimal walaupun dalam kondisi yang kurang kondusif

X20 Memiliki komitmen dalam mencapai tujuan bersama

X21 Bersikap terus terang dan jujur

X23 Mampu membangun kedisiplinan kerja

X24 Mampu mengkomunikasikan prestasi kinerja proyek baik dengan tim lapangan proyek dan owner.

X25 Mampu mengkomunikasikan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan(AMDAL) kepada seluruh tim proyek

153

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Hasil identifikasi dan analisis data dengan analisa faktor menunjukkan

bahwa dari 25 variabel dalam karakteristik manajer proyek hanya terdapat

22 variabel yang masuk sebagai variabel yang mempengaruhi kinerja

pelaksanaan proyek konstruksi berdasarkan hasil pengolahan jawaban

kuisioner yang telah disebar ke responden. Berdasarkan olah data statistik

terdapat 3 variabel yang tereliminasi dan tidak termasuk dalam 22

variabel tersebut, antara lain: variabel X1 (Membangun

hubungan/networking di dalam atau di luar organisasi proyek), X3

(Memahami hasil kajian AMDAL sebagai dasar pengelolaan lingkungan

sekitar areal proyek),dan X22 (Memiliki kemampuan membuat tim proyek

tetap solid dan bersemangat). Namun secara fakta di lapangan variabel

X1, X3,dan X22 mempunyai hubungan dan pengaruh terhadap kualitas

kinerja pelaksanaan proyek konstruksi gedung di Kabupaten Badung.

2. Bila dilihat dari hubungan dan pengaruh dapat disimpulkan bahwa

besarnya pengaruh tiap aspek karakteristik manajer proyek terhadap

kinerja pelaksanaan proyek konstruksi adalah aspek konseptual skill

sebesar 32,10%, aspek technical skill 9,40%, dan aspek soft skill 33,08%,

Nilai total prosentase pengaruh ketiga karakteristik manajer proyek

sebesar 74,58% terhadap kualitas kinerja pelaksanaan proyek konstruksi.

154

Hal ini dapat diartikan bahwa sisa sekitar 25,42% dipengaruhi oleh faktor

lainnya yang menyesuaikan terhadap situasi, lokasi dan karakteristik

proyek konstruksi itu sendiri. Dilihat dari besarnya nilai prosentase

hubungan dan pengaruhnya terhadap kualitas kinerja pelaksanaan proyek

konstruksi di Kabupaten Badung, terlihat bahwa aspek soft skill

mempunyai pengaruh dominan bila dibandingkan dengan aspek

konseptual skill dan technical skill.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, penulis

menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

Sebaiknya dalam proses recruitment seorang manajer proyek, perusahaan

jasa konstruksi merumuskan standar kompetensi yang dilihat dari aspek

konseptual skill, aspek technical skill, dan aspek soft skill. Ketiga aspek tersebut

digunakan sebagai standar kompetensi dasar yang mesti dimiliki oleh seorang

manajer proyek sebagai parameter utama yang mempengaruhi kualitas kinerja

pelaksanaan proyek konstruksi.

155

DAFTAR PUSTAKA

Adrian, 1995, The Essence of Service Marketing, Andi, Yogyakarta Ervianto, W. I., 2002. Teori Aplikasi Manajemen Proyek konstruksi, Cetakan

Pertama, Andi Offset, Yogyakarta Gujarati,N. 1995, Basic Econometric, third edition, Mc Graw - Hill, New York Katz, 1979, The Social Psychology of Organizations, Wiley Eqstern Private

Limited, New Delhi Larson, 2008, People and Organizations ; An Introduction to Organizational

Behavior, Mc Graw Hill Inc, Singapore Malhotra. N.K., 1999, Marketing Research an Applied Orientation, Third

Edition, Prentice Hall, New Jersey Martadipura, 2013, Analisis Pengaruh Gaya Negosiasi Manajer Proyek

Terhadap Hasil Negosiasi Pada Proyek Pembangunan Rumah

Tinggal di Kota Bandung, Fakultas Teknik, Universitas Katolik

Parahyangan, Bandung

Novia, 2013, Studi Penerapan Elemen Kompetensi Manajemen Kualitas

Oleh Manajer Proyek Konstruksi PT. X, Fakultas Teknik,

Universitas Hasanuddin, Makassar

Nurhayati, 2010, Manajemen Proyek Konstruksi, Cetakan pertama, Andi Offset,

Yogyakarta Nurgiyantoro, Burhan., 2002, Pengkajian Fiksi, Gadjahmada University Press,

Yogyakarta PMI, 2004, A Guide To The Project Management Body Of Knowledge

(PMBOK), 3rd edition, Project Management Institute Inc, Newtown Square, Pennsylvania, USA

156

Prianto, 2012, Pengaruh Kompetensi Manajer Proyek Terhadap Keberhasilan Proyek Pada Perusahaan Kontraktor Di Kabupaten Malang, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, Malang

Riduan, 2011, Cara Mudah Belajar SPSS Versi 17.0 dan Aplikasi Statistik

Penelitian, Alfabeta, Bandung Santoso, 2000, Latihan SPSS Statistik Parametrik, PT Elek Media Komputindo,

Jakarta Sudiajeng, L (2011). Intervensi Ergonomi pada Organisasi dan Stasiun Kerja

Meningkatkan Kinerja Mahasiswa dan Efisiensi Penggunaan Daya Listrik di Bengkel Kayu Politeknik Negeri Bali. Universitas Udayana, Denpasar

Sugiyono, 2005. Statistika untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung Soeharto, I., 1995, Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional,

Cetakan pertama, Gelora Aksara Pratama, Jakarta Soeharto, I., 1997, Manajemen Proyek, Cetakan kedua, Erlangga, Jakarta Suardi, R., 2003, Sistem Manajemen Mutu ISO 9000:2000 (Penerapannya

untuk mencapai TQM), PPM, Jakarta Singarimbun, dan Effendi, 1989, Metode Penelitian Survey, Cetakan Pertama,

PT. Pusaka LP3ES Indonesia, Jakarta Sujana, 2013, Sifat Dan Gaya Kepemimpinan Manajer Proyek Yang Diharapkan Oleh

Tim Proyek Pada Perusahaan Kontraktor, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, ITB, Bandung

Swastika, 1997, Pengaruh Kualitas Manajer Proyek Pada Pihak Kontraktor Terhadap

Kinerja Proyek Konstruksi Bangunan Bertingkat Di Jabotabek, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Jakarta

Tjiptono, 1996, Manajemen Jasa, Andi, Yogyakarta Utama, 2014, Statistika Bisnis, Program Magister Akuntansi, Program

Pascasarjana, Universitas Udayana, Denpasar Yamit, Z., 2004, Manajemen Kualitas Produk dan Jasa, Cetakan ketiga,

Ekonisia, Yogyakarta Yin, Robert K., 2008, Case Study Research: Design and Methods (Applied

Social Research Methods), Illinois, Sage Publications, Inc

157

Kuisioner

KARAKTERISTIK MANAJER PROYEK TERHADAP KUALITAS

PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DI KABUPATEN

BADUNG

Survey: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Karakteristik Manajer Proyek

Terhadap Kualitas Pelaksanaan Konstruksi Gedung Di Kabupaten

Badung.

PENDAHULUAN

Pengelolaan proyek yang efektif dan efisien dapat dicapai melalui

peningkatan kualitas sumber daya manusia terutama manajer proyek untuk

meningkatkan profesionalisme dan mampu bersaing menghadapi era globalisasi.

Manajer Proyek adalah orang yang bertanggung jawab terhadap keseluruhan

proses pelaksanaan proyek, antara lain: mengintegrasikan dan mengkoordinasikan

semua sumber daya yang dimiliki dan bertanggung jawab sepenuhnya atas

pencapaian sasaran proyek. Salah satu tugas dari manajer proyek adalah

pengendalian kualitas selama proses pelaksanaan konstruksi.

Manajemen kualitas merupakan penerapan standar dan proses yang

obyektif melalui penerapan perencanaan kualitas, pengendalian kualitas, jaminan

kualitas, dan perbaikan secara terus-menerus. Dalam total quality management

system (TQM), Yamit,(2001) menyebutkan bahwa seorang manajer mempunyai

peran yang sangat strategis dalam implementasi menetapkan tujuan hingga

158

menentukan alokasi waktu yang cukup. Gaya kepemimpinan seorang manajer

sangat berpengaruh terhadap implementasi program TQM.

Katz,(1970) mengemukakan bahwa setiap manajer proyek membutuhkan

minimal tiga keterampilan dasar. Keterampilan dasar tersebut adalah conceptual

Skills (keterampilan konseptual), technical skills (keterampilan teknis), dan soft

skills (keterampilan sosial).

Melihat hal tersebut, maka penulis meneliti tentang “Karakteristik

Manajer Proyek Terhadap Kualitas Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi di

Kabupaten Badung” guna meningkatkan daya saing dan profesionalisme manajer

proyek untuk dapat memenuhi keinginan stakeholder tanpa mengabaikan standar

kompetensi yang ada sehingga mampu mengantisipasi perkembangan dunia

konstruksi saat ini maupun di masa yang akan datang.

TUJUAN PELAKSANAAN VALIDASI

Tujuan utama dari survey ini adalah untuk mendapatkan hasil penelitian

yang valid untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik

manajer proyek terhadap kualitas pelaksanaan konstruksi gedung di Kabupaten

Badung dari aspek manajemen kualitas yang diimplementasikan/diterapkan dalam

pembangunan proyek dan dampaknya terhadap kualitas pelaksanaan proyek

tersebut (biaya-mutu-waktu).

159

KERAHASIAAN INFORMASI

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, mohon kiranya Bapak/Ibu dapat

meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini. Seluruh informasi yang anda

berikan dalam survey ini akan dirahasiakan dan hanya akan dipakai untuk

keperluan akademis sesuai dengan peraturan pada Program Studi Teknik Sipil

Bidang Manajemen Konstruksi Universitas Udayana.

Apabila Bapak/Ibu memiliki pertanyaan dan memerlukan keterangan lebih

lanjut mengenai survey ini, silahkan hubungi saya pada:

• I Putu Widyarsana.: Telp: 0821 4501 0965

Terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu meluangkan waktu untuk

mengisi kuesioner penelitian ini

160

PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER

1. Pengisian kuesioner dilakukan dengan memberikan tanda ” √ ” pada kolom

”validasi” apabila Bapak/Ibu setuju dengan penyataan hasil analisa penelitian.

2. Jika Bapak/Ibu tidak memahami pertanyaan agar melingkari nomor

pertanyaan

Mohon lengkapi data responden dan data proyek di bawah ini untuk

memudahkan kami menghubungi kembali bila klarifikasi data diperlukan.

Nama Proyek/Perusahaan: ___________________________________________

Alamat Proyek: ___________________________________________

Kode pos: ___________________

Telepon: ________________ Fax: ( ) ____________________

E-mail: ___________________________________________

Nama responden: ___________________________________________

Posisi: ________________ Pendidikan: ________________

Berapa lama anda sudah bekerja pada perusahaan ini? ________________ tahun.

Berapa lama anda sudah bekerja dalam dunia konstruksi? ______________ tahun.

Sistem mutu yang dimiliki perusahaan (berikan tanda ”√” pada kotak yang sesuai):

1. Memiliki sertifikat ISO 9000 3. ”In-house” sistem mutu

2. Dalam proses mendapatkan ISO 9000 4. Belum memiliki sertifikat ISO

9000

161

Semua informasi yang Bapak/Ibu berikan dalam survey ini dijamin kerahasiaannya dan hanya akan dipakai untuk keperluan penelitian saja.

Mohon diberi tanda √ sesuai dengan jawaban Bapak/Ibu

No.

Asp

ek

Var

iab

el

Bagaimana keterampilam konseptual Manajer Proyek dalam hal:

1 2 3 4 5

1

Con

sept

ual

Ski

lls

(Ket

eram

pil

an K

onse

ptu

al)

X1

Membangun hubungan/networking di dalam dan di luar organisasi proyek

2

X2

Memiliki kematangan yang tinggi dalam perencanaan yang baik dalam upaya mengurangi tekanan dan stres sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja tim.

3

X3

Memahami hasil kajian AMDAL sebagai dasar pengelolaan lingkungan sekitar areal proyek.

4 X4 Mampu mengambil keputusan sesuai

peraturan dan batasan organisasi.

5

X5

Mampu merumuskan cost database system (perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation sebelum pelaksanaan proyek.

6

X6

Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah/ problem solving secara efektif dan efisien dalam hal sumber daya manusia maupun lingkungan sekitar proyek.

7 X7 Berkomitmen dalam menjalankan safety

plan K3 pada proyek yang dipimpin.

Mohon diberi tanda √ sesuai dengan jawaban Bapak/Ibu

1. Sangat buruk

4. Baik 2. Buruk

3. Cukup 5. Sangat Baik

162

No.

Asp

ek

Var

iab

el

Bagaimana keterampilan teknis Manajer Proyek dalam hal:

1 2 3 4 5

8

Tec

hn

ical

Ski

lls

(Ket

eram

pil

an T

ekn

is)

X8

Memiliki pengalaman dan pemahaman yang menyeluruh mengenai teknis pekerjaan dari proyek yang dikelola olehnya.

9

X9 Menentukan metode konstruksi yang sesuai dengan standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak.

10

X10

Melakukan monitoring dan evaluasi perkembangan proyek terhadap lingkup, jadwal, dan anggaran serta sumber daya yang terlibat di dalamnya (man, machine, material).

11

X11

Mampu merumuskan work breakdown structure (rangkaian aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada waktunya.

12

X12

Mampu mengimplementasikan SMK3 konstruksi secara konsisten dan menyeluruh demi tercapainya zero accident.

13

X13

Mampu merumuskan project action plan (pengendalian sumberdaya, pengendalian biaya, dan pengendalian waktu/jadwal) sesuai dengan cost database system yang telah dibuat sebelumnya.

14

X14

Mampu menerapkan 7 tools total quality management dalam menyelesaikan permasalahan di lapangan agar terwujud continous improvement.

15 X15 Mampu menerapkan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek.

1. Sangat buruk

4. Baik 2. Buruk

3. Cukup 5. Sangat Baik

163

Mohon diberi tanda √ sesuai dengan jawaban Bapak/Ibu

No.

Asp

ek

Var

iab

el

Bagaimana keterampilan bersosialisasi Manajer Proyek dalam hal:

1 2 3 4 5

16

Sof

t ski

lls

(Ket

eram

pil

an B

erso

sial

isas

i)

X16

Mampu berkomunikasi dengan tim proyek, dalam hal ini manajer proyek memberikan penjelasan atau mempresentasikan prosedur yang diterapkan dalam menjalankan proyek.

17

X17

Memiliki kemampuan negosiasi dalam bargaining dengan pemikiran yang tenang dan jernih menggunakan strategi dan loyalitas.

18 X18 Mampu menjalin komunikasi dengan para

supervisi K3 yang bertugas di lapangan.

19

X19 Mampu mempertahankan kinerja maksimal walaupun dalam kondisi yang kurang kondusif.

20 X20 Memiliki komitment dalam mencapai tujuan

bersama.

21 X21 Bersikap terus terang dan jujur.

22 X22 Memiliki kemampuan membuat tim proyek

tetap solid dan bersemangat.

23 X23 Mampu membangun kedisiplinan kerja.

24

X24 Mampu mengkomunikasikan prestasi kinerja proyek baik dengan tim lapangan proyek dan owner.

25

X25

Mampu mengkomunikasikan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan kepada seluruh tim proyek sesuai dengan yang tertuang dalam dokumen AMDAL proyek.

1. Sangat buruk

4. Baik 2. Buruk

3. Cukup 5. Sangat Baik

164

No. V

aria

bel

Kinerja Manajer Proyek terhadap:

1 2 3 4 5

1

YI (Biaya)

Bagaimana kinerja Manajer Proyek di proyek tempat anda bekerja terkait dengan pengelolaan dan pengendalian biaya

2

YII (Mutu) Bagaimana kinerja Manajer Proyek di proyek tempat anda bekerja terkait dengan aplikasi pengelolaan manajemen mutu

3

YIII (Waktu) Bagaimana kinerja Manajer Proyek di proyek tempat anda bekerja terkait dengan penjadwalan dan pelaksanaan item pekerjaan

4

YIV (K3) Bagaimana kinerja Manajer Proyek di proyek tempat anda bekerja dalam menjalankan Sistem Manajemen K3 demi tercapainya zero accident.

5

YV

(environment) Bagaimana kinerja Manajer Proyek di proyek tempat anda bekerja dalam menjalankan prinsip manajemen lingkungan

165

Saran dan Komentar

I. Saran dan komentar terhadap kuesioner ini:

______________________________________________________________

______________________________________________________________

______________________________________________________________

___________

______________________________________________________________

______________________________________________________________

______________________________________________________________

____________

II. Catatan:

a. Mengharap Anda berkenan memeriksa kembali, apakah masih ada jawaban

yang belum terisi.

b. Kuesioner yang belum terisi lengkap tidak dapat diolah dan akan

kehilangan masukan yang sangat berharga dari partisipasi Anda dalam

menyelesaikan penelitian ini.

Terima Kasih atas Partisipasi dan Kerjasamanya

Denpasar, ............................... 2015

_______________________________ (Tanda tangan Responden)