karakteristik manajer proyek terhadap kualitas kinerja pelaksanaan ...
Transcript of karakteristik manajer proyek terhadap kualitas kinerja pelaksanaan ...
TESIS
KARAKTERISTIK MANAJER PROYEK TERHADAP KUALITAS KINERJA PELAKSANAAN KONSTRUKSI
GEDUNG DI KABUPATEN BADUNG
I PUTU WIDYARSANA
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2015
i
TESIS
KARAKTERISTIK MANAJER PROYEK TERHADAP KUALITAS KINERJA PELAKSANAAN KONSTRUKSI
GEDUNG DI KABUPATEN BADUNG
I PUTU WIDYARSANA 1091561007
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2015
ii
KARAKTERISTIK MANAJER PROYEK TERHADAP
KUALITAS KINERJA PELAKSANAAN KONSTRUKSI
GEDUNG DI KABUPATEN BADUNG
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Teknik Sipil
Program Pascasarjana Universitas Udayana
I PUTU WIDYARSANA NIM 1091561007
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2015
iii
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 20 APRIL 2015
Pembimbing I Pembimbing II
Ir. Nyoman Martha Jaya, MConstMgt, Ir. Gede Astawa Diputra, MT Ph.D, GCInstCES NIP. 19590214 198801 1 001 NIP. 19580916 198702 1 001
Mengetahui :
Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil Direktur Program Pascasarjana Program Pascasarjana Universitas Udayana, Universitas Udayana, Prof. Dr. Ir. I Made Alit Karyawan Salain, DEA NIP. 19620404 199103 1 002
Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP. 19590215 198510 2 001
iv
Tesis ini Telah Diuji pada Tanggal 20 April 2015
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana,
No. : 097/UN.14.4/TU/TS/2015, Tanggal 17 April 2015
Ketua : Ir. Nyoman Martha Jaya, MConstMgt, P.hD, GCInstCES Anggota : 1. Ir. Gede Astawa Diputra, MT 2. Dr. Ir. Dewa Ketut Sudarsana, MT 3. A.A. Diah Parami Dewi, ST, MT, Ph.D 4. Ir. Mayun Nadiasa, MT
v
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
NAMA : I PUTU WIDYARSANA
NIM : 1091561007
PROGRAM STUDI : TEKNIK SIPIL KONSENTRASI MANAJEMEN
PROYEK KONSTRUKSI
JUDUL TESIS : KARAKTERISTIK MANAJER PROYEK
TERHADAP KUALITAS KINERJA
PELAKSANAAN KONSTRUKSI GEDUNG DI
KABUPATEN BADUNG
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila
kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010 dan
peraturan perundangan yang berlaku.
Denpasar, 20 April 2015
(I Putu Widyarsana)
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kehadapan
Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya maka tesis ini dapat
terselesaikan.
Pada kesempatan ini pula, perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada Bapak Ir. Nyoman Martha Jaya, MConstMgt,
Ph.D, GCInstCES sebagai pembimbing utama dan Bapak Ir. Gede Astawa
Diputra, MT sebagai pembimbing kedua yang dengan penuh perhatian telah
memberikan dorongan, semangat, bimbingan dan saran selama dalam melakukan
penulisan proposal penelitian, pengumpulan data dan penulisan laporan hasil tesis.
Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.
PD-KEMD selaku Rektor Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang
diberikan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Pascasarjana
di Universitas Udayana. Ucapan terimakasih juga ditujukan kepada Prof. Dr. dr.
A.A. Raka Sudewi, Sp. S(K) selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas
Udayana atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi
mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tidak lupa pula penulis
ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. I Made Alit Karyawan Salain, DEA
selaku Ketua Program Magister Teknik Sipil atas ijin yang diberikan kepada
penulis untuk mengikuti Program Magister.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Dr. Ir. Dewa Ketut
Sudarsana, MT, A.A. Diah Parami Dewi, ST, MT, Ph.D, Ir. Mayun Nadiasa, MT,
selaku penguji yang telah banyak memberikan masukan serta kritik yang mampu
menyempurnakan tesis yang penulis buat, dan seluruh pegawai sekretariat
Program Studi Magister Teknik Sipil yang telah banyak membantu dalam
melaksanakan perkuliahan, serta keluarga atas segala dukungan dan motivasi
hingga tulisan ini dapat terwujud.
vii
KARAKTERISTIK MANAJER PROYEK TERHADAP KUALITAS KINERJA PELAKSANAAN KONSTRUKSI GEDUNG
DI KABUPATEN BADUNG
Abstrak Kabupaten Badung di Provinsi Bali, dimana industri pariwisatanya berkembang sangat pesat. Pembangunan gedung terus berkembang, seperti hotel, vila, resor, rumah sakit dan lain sebagainya. Pelaksanaan proyek konstruksi gedung di Kabupaten Badung tidak terlepas dari masalah biaya, mutu pelaksanaan dan waktu penyelesain proyek. Permasalahan tersebut muncul akibat kurangnya keahlian/ kompetensi manajer proyek terhadap tanggung-jawab mengintegrasikan dan mengkoordinasikan semua sumber daya yang dimiliki demi pencapaian sasaran proyek. Dalam hal ini peran Manajer Proyek sangat menentukan keberhasilan sebuah proyek. Sehingga, perlu dilakukan penelitian terhadap kemampuan dasar yang mesti dimiliki oleh Manajer Proyek, antara lain: Conceptual Skill (Keterampilan Konsepsual), Technical Skill (Keterampilan Teknis), dan Soft Skill (Keterampilan Sosial). Koleksi data dilakukan dengan metoda observasi dan survei. Analisis faktor dilakukan untuk mengidentifikasi faktor – faktor/ karakteristik Manager Proyek yang berpengaruh terhadap kualitas kinerja pelaksanaan proyek konstruksi. Analisis regresi linier berganda menentukan hubungan karakteristik manajer proyek terhadap kinerja proyek konstruksi gedung di Kabupaten Badung. Analisis faktor menghasilkan identifikasi 22 variabel yang mempengaruhi kualitas kinerja pelaksanaan proyek konstruksi gedung. Analisis regresi linier berganda menentukan karakteristik Manajer Proyek yang berpengaruh paling besar terhadap kualitas kinerja pelaksanaan proyek konstruksi gedung adalah aspek Keterampilan Sosial sebesar 33,08 % dibandingkan dua aspek lainya, yaitu Keterampilan Konsepsual (32,10%) dan Teknikal (9,40%). Nilai total pengaruh ketiga aspek karakteristik manajer proyek sebesar 74,58 % berarti bahwa, masih terdapat sekitar 25,42 % dipengaruhi oleh faktor lainnya, seperti keadaan alam, situasi lingkungan, lokasi, dan sebagainya, terhadap pelaksanaan proyek konstruksi gedung di Kabupaten Badung. Kata Kunci : manajer proyek, kinerja konstruksi gedung, analisis factor, analisis regresi
viii
PERFORMANCE CHARACTERISTICS OF CONSTRUCTION PROJECT MANAGER BUILDING IN THE DISTRICT BADUNG
Abstract
Badung regency in Bali, where the tourism industry is growing very rapidly. Building continues to grow, such as hotels, villas, resorts, hospitals, and so forth. Implementation of building construction projects in Badung not be separated from the issue of costs, quality of execution and completion time of the project. These problems arise due to lack of skills / competencies project manager of the responsibility to integrate and coordinate all available resources for the achievement of project objectives. In this case the role of Project Manager will determine the success of a project. So, there should be a study of the basic capabilities that must be owned by the Project Manager, among others: Conceptual Skills, Technical Skill, and Soft Skills. Data collection is done by the method of observation and surveys. Factor analysis was conducted to identify factors / characteristics Project Manager that affect the quality of the construction project implementation performance. Multiple linear regression analysis determined the relationship of the performance characteristics of the project manager building construction projects in Badung. Factor analysis resulted in the identification of 22 variables that affect the quality of the building construction project implementation performance. Multiple linear regression analysis determines the characteristics of the Project Manager greatest influence on the quality of the building construction project implementation performance is Social Skills aspect of 33.08% compared to the other two aspects, namely the conceptual skills (32.10%) and Technical (9.40%) . The total value of the influence of the three aspects of the characteristics of the project manager of 74.58% means that there are still approximately 25.42% influenced by other factors, such as the state of nature, the environmental situation, location, and so on, the implementation of building construction projects in Badung. Keywords: project manager, the performance of the building construction, factor analysis, regression analysis
ix
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM .................................................................................................... i
PRASYARAT GELAR ............................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ........................................................................ iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ......................................................... v
UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................................... vi
ABSTRAK .............................................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 4
1.5 Batasan Penelitian .................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Proyek Konstruksi ................................................................................ 6
2.2 Tiga Kendala Proyek ............................................................................. 7
x
2.3 Manajemen Biaya................................ ……………………………… 9
2.4 Manajemen Kualitas/Mutu ................ ……………………………… 10
2.5 Pengertian dan Prinsip TQM ............. ……………………………… 12
2.6 Manajemen Waktu(Penjadwalan Proyek) ............................................ 16
2.7 Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja ................................... 17
2.7.1 Dasar Hukum Penerapan K3 ..................................................... 19
2.7.2 Sumber Kecelakaan Kerja pada Industri Konstruksi ................ 20
2.7.3 Pencegahan Kecelakaan Kerja .................................................. 20
2.8 Manajemen Lingkungan ....................................................................... 21
2.8.1 Analisis Amdal pada tahap perencanaan umum ....................... 21
2.8.2 Penjabaran RKL dan RPL pada tahap perencanaan teknis ....... 22
2.8.3 Pelaksanaan RKL dan RPL ....................................................... 22
2.9 Peranan dan Tanggung Jawab Manajer Proyek .................................. 24
2.9.1 Gaya kepemimpinan manajer proyek........................................ 26
2.9.2 Keterampilan Manajer Proyek .................................................. 27
2.10 Analisa Statistik ................................................................................. 29
2.10.1 Analisis Faktor ........................................................................ 31
2.10.2 Analisis Regresi Linier ............................................................ 37
2.10.3 Analisis Regresi Berganda ...................................................... 37
2.11 Penelitian Sejenis ............................................................................... 42
2.12 Penentuan Variabel Penelitian ........................................................... 51
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian .......................................................................... 54
xi
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 56
3.3 Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 57
3.3.1 Jenis Data ................................................................................. 57
3.3.2 Sumber Data ............................................................................. 58
3.4 Variabel Penelitian ............................................................................. 61
3.4.1 Variabel terikat (dependent variable) ....................................... 62
3.4.2 Variabel bebas (independent variable) ..................................... 63
3.5 Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 65
3.6 Instrument Penelitian .......................................................................... 66
3.7 Prosedur Penelitian ............................................................................. 67
3.8 Analisis Data ....................................................................................... 68
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabulasi Data ...................................................................................... 69
4.2 Hasil Penelitian ................................................................................... 70
4.2.1 Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................... 70
4.2.2 Faktor-Faktor Dalam Karakteristik Manajer Proyek Yang
Mempengaruhi Kualitas Kinerja Pelaksanaan Proyek Konstruksi
Gedung………………………………………………………76
4.2.3 Communalities (kebersamaan) ................................................. 82
4.3 Menentukan Hubungan Regresi .......................................................... 84
4.3.1 Hubungan Karakteristik Manajer Proyek terhadap Kinerja Biaya
Pelaksanaan Proyek ................................................................ 84
xii
4.3.2 Hubungan Karakteristik Manajer Proyek terhadap Kinerja Mutu
Pelaksanaan Proyek ................................................................ 95
4.3.3 Hubungan Karakteristik Manajer Proyek terhadap Kinerja
Waktu Pelaksanaan Proyek .................................................. 106
4.3.4 Hubungan Karakteristik Manajer Proyek terhadap Kinerja K3
Pelaksanaan Proyek .............................................................. 117
4.3.5 Hubungan Karakteristik Manajer Proyek terhadap Kinerja
Lingkungan Pelaksanaan Proyek ......................................... 127
4.4 Interpretasi Model terhadap Kinerja Pelaksanaan Proyek .................. 138
4.5 Karakteristik manajer proyek yang berpengaruh terhadap Kinerja
Pelaksanaan Proyek ........................................................................... 147
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ........................................................................................... 150
5.2 Saran .................................................................................................. 151
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 154
LAMPIRAN KUESIONER ................................................................................ 156
LAMPIRAN TABULASI DATA ....................................................................... 165
xiii
DAFTAR TABEL
2.1 Matrik korelasi antar variabel ...................................................................... 33
2.2 Nilai validitas dalam analisis faktor ............................................................. 35
2.3 Pedoman untuk mengidentifikasi loading factor ......................................... 36
2.4 Penelitian sejenis .......................................................................................... 44
2.5 Variabel penelitian ....................................................................................... 51
3.1 Format pengumpulan data conceptual skill.................................................. 60
3.2 Format pengumpulan data technical skill .................................................... 60
3.3 Format pengumpulan data soft skill ............................................................. 61
3.4 Skala kualitas kinerja manajer proyek ......................................................... 62
3.5 Identifikasi indikator kompetensi bagi manajer proyek ............................... 64
4.1 Tabel responden sampel penelitian .............................................................. 69
4.2 Tabel pengalaman kerja responden sampel penelitian ................................. 70
4.3 Uji validitas instrument ................................................................................ 71
4.4 Uji reliabilitas instrument ............................................................................. 73
4.5 Hasil tes KMO and Bartlett’s test tahap 1 .................................................... 76
4.6 Ringkasan tabel anti image correlation tahap 1 ........................................... 77
4.7 Hasil tes KMO and Bartlett’s test tahap II ................................................... 79
4.8 Ringkasan tabel anti image correlation tahap II ........................................... 80
4.9 Nilai communalities ..................................................................................... 82
4.10 Uji multikolonieritas .................................................................................... 86
4.11 Uji goodness of fit ........................................................................................ 87
4.12 Uji F (uji annova) ......................................................................................... 88
xiv
4.13 Uji t (uji parsial) ........................................................................................... 89
4.14 Rekapitulasi uji t-test ................................................................................... 92
4.15 Uji multikolonieritas .................................................................................... 97
4.16 Uji goodness of fit ........................................................................................ 98
4.17 Uji F (uji annova) ......................................................................................... 99
4.18 Uji t (uji parsial) ......................................................................................... 100
4.19 Rekapitulasi uji t-test ................................................................................. 103
4.20 Uji multikolonieritas .................................................................................. 108
4.21 Uji goodness of fit ...................................................................................... 109
4.22 Uji F (uji annova) ....................................................................................... 110
4.23 Uji t (uji parsial) ......................................................................................... 111
4.24 Rekapitulasi uji t-test ................................................................................. 114
4.25 Uji multikolonieritas .................................................................................. 119
4.26 Uji goodness of fit ...................................................................................... 120
4.27 Uji F (uji annova) ....................................................................................... 121
4.28 Uji t (uji parsial) ......................................................................................... 122
4.29 Rekapitulasi uji t-test ................................................................................. 125
4.30 Uji multikolonieritas .................................................................................. 129
4.31 Uji goodness of fit ...................................................................................... 131
4.32 Uji F (uji annova) ....................................................................................... 131
4.33 Uji t (uji parsial) ......................................................................................... 132
4.34 Rekapitulasi uji t-test ................................................................................. 135
xv
4.36 Karakteristik manajer proyek yang berpengaruh terhadap kinerja
pelaksanaan proyek .................................................................................... 148
4.37 Variabel aspek soft skill yang berpengaruh terhadap kinerja pelaksanaan
proyek ......................................................................................................... 149
xvi
DAFTAR GAMBAR
2.1 Tiga kendala proyek ....................................................................................... 8
2.2 Sistem Program TQM .................................................................................. 17
2.4 Proses rotasi faktor ....................................................................................... 37
3.1 Diagram alir kerangka berpikir .................................................................... 55
3.2 Diagram alir rancangan penelitian ............................................................... 56
4.1 Grafik uji normalitas .................................................................................... 85
4.2 Grafik uji normalitas .................................................................................... 96
4.3 Grafik uji normalitas .................................................................................. 107
4.4 Grafik uji normalitas .................................................................................. 118
4.5 Grafik uji normalitas .................................................................................. 128
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proyek merupakan suatu kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu
yang terbatas dengan alokasi sumber daya tertentu. Dalam kegiatan pengelolaan
proyek ada beberapa tahapan yang harus dilalui, yaitu dimulai dari tahap
Perencanaan (Planning), Perekayasaan dan Perancangan (Engineering and
Design), Pengadaan atau Pelelangan (Procurement), Pelaksanaan (Construction),
Tes Operasional (Commisioning), serta tahap Pemanfaatan dan Pemeliharaan
(Operational and Maintenance) (Nurhayati, 2010).
Dalam proyek konstruksi, diperlukan pengelolaan yang baik dan terarah
karena suatu proyek memiliki keterbatasan sehingga tujuan akhir dari suatu
proyek bisa tercapai. Pengelolaan proyek yang diperlukan meliputi tiga hal yang
dikenal dengan istilah tiga kendala proyek (triple constraint), yaitu biaya (cost),
mutu (quality), dan waktu (schedule). Ketiga batasan tersebut saling
mempengaruhi dalam keberhasilan sebuah proyek serta memiliki peran yang
sangat penting dalam pelaksanaan proyek. Kegiatan pelaksanaan proyek tersebut,
diwujudkan melalui kegiatan Perencanaan (Planning), Pengorganisasian
(Organizing), Pelaksanaan (Actuating), dan Pengendalian (Controlling) (Soeharto,
1995).
Kabupaten Badung merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Bali
yang industri pariwisatanya berkembang sangat pesat, dikarenakan banyak lokasi
yang menjadi tujuan wisata terletak di Kabupaten Badung. Dilihat dari
2
perkembangan yang signifikan tersebut, pembangunan gedung terus berkembang
dan bertambah seperti pembangunan hotel, rumah sakit dan lain sebagainya. Oleh
karena itu, pelaksanaan proyek konstruksi di Kabupaten Badung tidak terlepas
dari masalah yaitu mutu pelaksanaan proyek dan ketepatan waktu penyelesain
proyek yang diakibatkan oleh kurangnya keahlian yang dimiliki oleh manajer
proyek dalam mengintegrasikan dan mengkoordinasikan semua sumber daya yang
dimiliki dan bertanggung jawab sepenuhnya atas pencapaian sasaran proyek. Jika
ingin melaksanakan proyek konstruksi yang memenuhi standar waktu, biaya dan
mutu diperlukan suatu sistem manajemen proyek yang baik oleh seorang manajer
proyek. Dalam Total Quality Management System (TQM), Yamit,(2004)
menyebutkan bahwa seorang manajer mempunyai peran yang sangat strategis
dalam implementasi menetapkan tujuan hingga menentukan alokasi waktu yang
cukup. Kepemimpinan seorang manajer proyek sangat berpengaruh terhadap
implementasi program TQM.
Katz,(1979) mengemukakan bahwa setiap Manajer Proyek membutuhkan
minimal tiga keterampilan dasar. Keterampilan dasar tersebut adalah Conceptual
Skills (keterampilan konseptual) adalah kemampuan untuk memahami suatu
persoalan/issue secara keseluruhan untuk kepentingan atau kegiatan organisasi,
Technical Skills (keterampilan teknis) adalah kemampuan untuk mengaplikasikan
pengetahuan, metode, atau teknik spesifik dalam suatu bidang ilmu, dan Soft Skills
(keterampilan sosial) adalah keterampilan mengelola diri sendiri dan bersosialisasi
dengan orang lain, termasuk didalamnya tentang pola pikir (mindset), sistem
3
kepercayaan (belief system), kematangan emosi (emotional maturity) dan
kepercayaan diri (self confidence) seseorang.
Melihat hal tersebut, maka penulis meneliti tentang “Karakteristik
Manajer Proyek Terhadap Kualitas Pelaksanaan Konstruksi Gedung di Kabupaten
Badung” guna meningkatkan daya saing dan profesionalisme Manajer Proyek
untuk dapat memenuhi keinginan stakeholder tanpa mengabaikan standar
kompetensi yang ada sehingga mampu mengantisipasi perkembangan dunia
konstruksi saat ini maupun di masa yang akan datang.
1.2 Rumusan Masalah
Kendala kompetensi seorang manajer proyek untuk memahami
manajemen kualitas dalam melaksanakan pengelolaan proyek sangat berdampak
pada kinerja pelaksanaan proyek. Adapun perumusan masalah dalam penelitian
ini yaitu:
1. Faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap kualitas kinerja pelaksanaan
Proyek Konstruksi Gedung di Kabupaten Badung ?
2. Bagaimana hubungan karakteristik manajer proyek terhadap kualitas kinerja
pelaksanaan proyek konstruksi gedung di Kabupaten Badung ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka dapat
ditentukan tujuan penelitian yaitu:
4
1. Mengidentifikasi faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap kualitas
kinerja pelaksanaan Proyek Konstruksi Gedung di Kabupaten Badung.
2. Menganalisis hubungan antara karakteristik Manajer Proyek terhadap kualitas
kinerja pelaksanaan proyek konstruksi gedung di Kabupaten Badung (biaya-
mutu-waktu-K3-Lingkungan).
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, diharapkan agar hasil penelitian ini dapat
memberikan manfaat dan kontribusi, antara lain:
1. Meningkatkan profesionalisme lingkungan akademik dan praktis terkait
dengan proyek konstruksi. Dalam hal ini, untuk mengukur pemahaman dan
penerapan prinsip manajemen kualitas oleh seorang manajer proyek yang
berpengaruh pada kinerja sebuah proyek.
2. Meningkatkan kapasitas perusahaan jasa konstruksi dalam upaya
meningkatkan kompetensi manajer proyek pada pelaksanaan proyek
konstruksi.
1.5 Batasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada pelaku jasa konstruksi dalam pelaksanaan
proyek konstruksi gedung khususnya terhadap manajer proyek konstruksi pada
perusahaan kontraktor di Kabupaten Badung sehingga masalah dibatasi pada:
1. Persyaratan kompetensi manajer proyek yang diidentifikasi adalah standar
kriteria pada tahap pelaksanaan proyek konstruksi.
5
2. Partisipan dalam penelitian ini adalah para tim proyek, seperti : supervisor
engineer, quality control, quantity surveyor, konsultan manajemen
konstruksi, konsultan MEP, dan konsultan arsitek dalam bidang manajemen
proyek konstruksi gedung.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka atau disebut juga kajian pustaka (literature review)
merupakan sebuah aktivitas untuk meninjau atau mengkaji kembali berbagai
literatur yang telah dipublikasikan oleh akademisi atau peneliti lain sebelumnya
terkait topik yang akan diteliti. Tujuan penulisan Tinjauan Pustaka yaitu: untuk
mendapatkan gambaran dan mempertegas penelitian, membantu pemilihan
prosedur penelitian, mendalami landasan teori karena sebuah penelitian haruslah
berada pada konteks ilmu pengetahuan atau teori yang ada, mengkaji kelebihan
dan kekurangan dalam arti bahwa pembuktian keaslian sebuah penelitian ini
bersumber pada pengkajian terhadap penelitian-penelitian yang pernah dilakukan,
serta menghindari plagiasi dan duplikasi. Adapun beberapa topik tinjauan pustaka
yang akan didiskusikan pada bagian berikut, yaitu: Proyek Konstruksi,
Manajemen Kualitas.
2.1 Proyek Konstruksi
Sebuah proyek merupakan suatu usaha/aktifitas yang kompleks, tidak
rutin, dibatasi oleh waktu, anggaran, resources, dan spesifikasi yang dirancang
untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Sebuah proyek juga dapat diartikan
sebagai upaya atau aktifitas yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan, sasaran,
dan harapan-harapan penting dengan menggunakan anggaran dana serta sumber
daya yang tersedia yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu. Khusus
7
untuk proyek konstruksi, aktivitas utama jenis proyek ini terdiri
dari Perencanaan (Planning), Perekayasaan dan Perancangan (Engineering and
Design), Pengadaan atau Pelelangan (Procurement), Pelaksanaan (Construction),
Test Operasional (Commisioning), serta tahap Pemanfaatan dan Pemeliharaan
(Operational and Maintenance) (Nurhayati, 2010).
Proyek konstruksi mempunyai 3 (tiga) karakteristik yang dapat
dipandang secara tiga dimensi (Ervianto, 2002) yaitu:
1. Bersifat unik
Keunikan dari proyek konstruksi adalah tidak pernah ada rangkaian kegiatan
yang sama persis (tidak ada identik, yang ada adalah sejenis), proyek bersifat
sementara dan selalu terlibat grup pekerja berbeda-beda.
2. Dibutuhkan sumber daya (resources)
Setiap proyek konstruksi membutuhkan sumber daya seperti manusia
(man), bahan (material), alat kerja (machine), uang (money) dan metode kerja
(method).
3. Organisasi
Setiap organisasi proyek mempunyai keragaman tujuan dimana didalamnya
terlibat sejumlah individu dengan keahlian bervariasi dan ketidakpastian.
2.2 Tiga Kendala Proyek
Semua proyek pasti memiliki suatu tujuan, produk akhir atau hasil kerja
akhir sehingga didalam proses mencapai tujuan itu, telah ditentukan beberapa
8
batasan yaitu biaya anggaran, jadwal, serta mutu yang harus dicapai. Ketiga
kendala tersebut dinamakan tiga kendala proyek (Soeharto,1995) diantaranya:
1. Anggaran
Proyek harus diselesaikan sesuai dengan anggaran. Dalam proyek besar dan
jangka waktu yang panjang (tahun jamak) maka anggarannya dipecah
menjadi beberapa kwarta yang jumlahnya disesuaikan dengan keperluan.
2. Jadwal
Setiap proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu yang telah
ditentukan dan disepakati bersama.
3. Mutu
Hasil akhir dari sebuah proyek harus memenuhi spesifikasi yang telah
disyaratkan dan diharapkan dapat beroperasi dengan baik dalam kurun waktu
yang telah ditentukan. Jadi, memenuhi syarat mutu berarti mampu memenuhi
tugas yang dimaksudkan atau dikenal sebagai fit for intended use.
Seperti pada gambar berikut ini yang merupakan parameter penting bagi
penyelenggara proyek yang sering disebut sebagai sasaran proyek:
Gambar 2.1. Tiga Kendala Proyek Sumber: (Soeharto, 1995)
9
Pada gambar di atas digambarkan biaya (cost), mutu (scope) dan waktu
(schedule) sebagai sisi-sisi dari segitiga sama sisi yang saling terkait. Perubahan
pada satu sisi akan berdampak pada sisi lainnya. Oleh karena itu dibutuhkan
pengelolaan dari ketiga hal tersebut.
2.3 Manajemen Biaya.
Menurut Project Mangement Body of Knowledge Guide (PMI, 2004)
Manajemen biaya proyek diperlukan untuk memastikan bahwa perencanaan
proyek sudah mencakup:
1. Estimasi biaya untuk setiap resource
2. Pengalokasian estimasi biaya setiap resource yang dibutuhkan oleh setiap
work item.
Dalam manajemen biaya proyek, terdapat beberapa proses yang
dilibatkan dalam tujuan penyelesaian proyek sesuai dengan anggaran yang
disediakan. Proses tersebut yaitu cost estimating, cost budgeting dan cost control.
1. Cost estimating
Cost estimating melibatkan pengembangan suatu perkiraan atau estimasi
biaya dari resource yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu proyek.
Project manager harus menentukan estimasi biaya dengan teliti jika ingin
menyelesaikan proyek dengan batasan biaya yang ada. Salah satu hasil
penting dari project cost management adalah suatu cost estimate. Secara
normal project manajer mempersiapkan beberapa tipe dari cost estimate
untuk banyak proyek. Ada tiga tipe cost estimating, yaitu : Rough order
10
magnitude (ROM) estimate, Budgetary estimate, dan Definitive estimate.
Cost management plan adalah suatu dokumen yang menggambarkan
bagaimana organisasi akan mengatur perbedaan biaya dalam proyek.
2. Cost budgeting
Cost budgeting melibatkan pengalokasian estimasi biaya untuk pekerjaan
perorangan dalam setiap waktu. Pekerjaan tersebut didasari pada Work
Breakdown Structure (WBS) proyek yang dikerjakan. Tujuan utama dari
cost budgeting adalah untuk menghasilkan suatu cost baseline untuk
memastikan performa proyek dan kebutuhan proyek. Suatu cost baseline
adalah suatu tahapan waktu dari budget yang digunakan oleh project
manager untuk memastikan dan memantau penggunaan biaya. Cost
budgeting juga menyediakan informasi untuk pembiayaan kebutuhan.
3. Cost control
Project cost control termasuk memantau penggunaan biaya, dan memastikan
hanya perubahan proyek yang sesuai yang dimasukkan dalam suatu cost
baseline yang telah ditinjau kembali dan menginformasikan stakeholder
mengenai perubahan proyek yang disahkan yang akan mempengaruhi biaya.
Cost baseline, performance report, perubahan yang diinginkan, dan
pembiayaan kebutuhan proyek merupakan input untuk proses cost control.
2.4 Manajemen Kualitas / Mutu.
Dalam konstruksi maupun jasa lainnya, sering dibicarakan masalah
kualitas oleh produsen dan konsumen. Tingkat pemahaman terhadap kualitas
11
sangat beragam tergantung kepada latar belakang serta sudut pandang mereka.
Produsen memandang kualitas adalah kepuasan pelanggan (Customer
Satisfaction), sedangkan bagi konsumen adalah produk yang dapat memenuhi
keinginan dan harapannya.
Beberapa pendapat dan teori tentang manajemen kualitas yang
disampaikan beberapa pakar dalam bidang manajemen, diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. W. Edwards Deming mengutarakan bahwa “Kualitas berarti pemecahan
masalah untuk mencapai penyempurnaan terus menerus”. Seluruh
komponen yang terlihat dalam pencapaian kualitas merupakan suatu
komuniti yang saling memberi dukungan atau Bottom-Up. Proses ini sering
disebut siklus Deming yaitu Plan (Perencanaan), Do (Pelaksanaan), Check
(Pemeriksaan) dan Action (Tindakan).
2. Crosby mengedepankan bahwa “Kualitas adalah sesuai dengan yang
disyaratkan atau distandarkan”. Suatu produk memiliki kualitas apabila
sesuai dengan standar kualitas yang ditentukan. Crosby juga memandang
masalah kualitas dengan membagi 4 langkah yaitu:
a. Pemenuhan persyaratan (Conformance),
b. Pencegahan timbulnya cacat (Prevention of Defects),
c. Bebas cacat (Zero Defects),
d. Tolak ukur kualitas (Performance Measurement).
Empat langkah yang dikemukakan adalah merupakan rangkaian Top-
Down untuk mencapai kualitas yang diharapkan konsumen. Kebutuhan dan
12
keinginan konsumen harus dikenali terlebih dahulu sebelum melakukan proses
produksi, didalam proses harus menghindari terjadinya kesalahan yang akan
meningkatkan biaya dan waktu. Pencapaian bebas cacat adalah mutlak karena
setiap cacat yang terjadi berarti biaya. Dari proses ini memerlukan tolak ukur yang
digunakan sebagai pedoman dan secara terus menerus ukuran kualitas akan
meningkat (Suardi, 2003).
2.5 Pengertian dan Prinsip Total Quality Management (TQM)
Total Quality Management dapat didefinisikan dari tiga kata yang
dimilikinya, yaitu: Total (keseluruhan), Quality (kualitas, derajat/ tingkat
keunggulan barang atau jasa), dan Management (tindakan, seni, cara menghandel,
pengendalian, pengarahan). Dari ketiga kata yang dimilikinya, definisi TQM
adalah “Sistem manajemen yang berorientasi pada kepuasan pelanggan (costumer
satisfaction) dengan kegiatan yang diupayakan sekali benar (right first time),
melalui perbaikan berkesinambungan (continous improvement) dan memotivasi
karyawan”. (Sadgrove, 1995 dalam Yamit, 2004).
Tjiptono (1996) mendefinisikan bahwa TQM adalah “Suatu pendekatan
dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing
organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses,
dan lingkungannya”.
Terdapat tiga prinsip program TQM agar dapat berhasil dalam
penerapannya. Ketiga prinsip tersebut dijabarkan sebagai berikut:
13
1. Fokus Pelanggan
Menurut filosofi TQM, kepuasan pelanggan adalah tujuan dari seluruh
sistem, dan fokus pelanggan adalah sarana untuk mencapai itu. Pelanggan
dapat berupa internal atau eksternal. Pelanggan eksternal adalah konsumen
atau klien, dengan kata lain pengguna akhir dari produk atau jasa yang
ditawarkan. Pelanggan internal adalah pihak kedua atau departemen dalam
organisasi, yang tergantung pada produk yang pertama.
2. Perbaikan Proses
Proses adalah sebuah cara untuk menyelesaikan pekerjaan yang dilakukan.
Sebuah proses terdiri dari tugas, prosedur, dan kebijakan yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan pelanggan internal atau eksternal (Adrian,
1995). Menurut filosofi TQM, jika proses sudah benar, sehingga akan
menjadi hasil akhir (produk). Dengan demikian organisasi harus bekerja
untuk memperbaiki proses sehingga untuk meningkatkan produk akhir atau
jasa. Dengan berfokus pada proses pengukuran dan analisis, proses mungkin
dapat ditingkatkan dengan mengubah "lima M" dari proses: manusia, mesin,
material, metode, dan measurement (pengukuran). Sebuah penekanan yang
kuat pada pusat perbaikan proses pada pengukuran variasi, kontrol variasi,
dan pengetahuan tentang variasi untuk mencari perbaikan. Analisis ini
disebut sebagai pengendalian proses statistik atau analisis statistik. Ini
adalah inti perbaikan proses.
14
3. Perbaikan terus menerus
Tujuan dari perbaikan terus menerus adalah sesuatu yang umum dalam
banyak teori manajerial, tetapi TQM adalah unik karena menyediakan proses
langkah-demi-langkah spesifik untuk mencapai hal ini. Proses ini terdiri dari
sembilan langkah:
a. Mengidentifikasi proses.
b. Mengatur tim multi-disiplin untuk mempelajari proses dan
merekomendasikan perbaikan.
c. Tentukan daerah mana yang membutuhkan data
d. Mengumpulkan data pada proses
e. Menganalisis data yang dikumpulkan dan brainstorming untuk
perbaikan.
f. Menentukan rekomendasi dan metode pelaksanaan.
g. Mengimplementasikan rekomendasi yang diuraikan dalam langkah 6.
h. Mengumpulkan data baru pada proses setelah perubahan diusulkan
yang telah diimplementasikan untuk memverifikasi efektivitas mereka.
i. Berputar kembali ke langkah sebelumnya dan menganalisis data
kembali dan brainstorming untuk perbaikan lebih lanjut. Siklus
sembilan langkah menekankan empat elemen: berfokus pada
kemajuan, pengukuran proses, brainstorming untuk perbaikan, dan
verifikasi dan pengukuran.
15
Creech (1995) dalam Yamit (2004) mengatakan bahwa program TQM
harus mempunyai empat prinsip bila ingin sukses dalam penerapannya. Keempat
prinsip tersebut adalah:
a. Program TQM harus didasarkan pada kesadaran akan kualitas dan
berorientasi pada kualitas dalam semua kegiatannya sepanjang program,
termasuk dalam setiap proses dan produk.
b. Program TQM harus mempunyai sifat kemanusiaan yang kuat dalam
memperlakukan karyawan, mengikutsertakannya, dan memberinya inspirasi.
c. Program TQM harus didasarkan pada pendekatan desentralisasi yang
memberikan wewenang pada semua tingkat, terutama di garis depan,
sehingga antusiasme keterlibatan dan tujuan bersama menjadi kenyataan.
d. Program TQM harus diterapkan secara menyeluruh sehingga semua prinsip,
kebijaksanaan, dan kebiasaan mencapai setiap sudut dan celah organisasi.
Adapun manfaat yang diperoleh dari implementasi program TQM dapat
dilihat pada gambar 2.1 berikut:
Gambar 2.2 Sistem Program TQM
Sumber: Yamit (2004)
16
2.6 Manajemen Waktu (Penjadwalan Proyek)
Menurut Project Mangement Body of Knowledge Guide (PMI, 2004)
penjadwalan proyek adalah kegiatan menetapkan jangka waktu kegiatan proyek
yang harus diselesaikan, bahan baku, tenaga kerja serta waktu yang dibutuhkan
oleh setiap aktivitas.
Beberapa Manfaat dari Penjadwalan Proyek:
1. Menunjukkan hubungan tiap kegiatan lainnya dan terhadap keseluruhan
proyek.
2. Mengidentifikasikan hubungan yang harus didahulukan di antara kegiatan.
3. Menunjukkan perkiraan biaya dan waktu yang realistis untuk tiap kegiatan.
4. Membantu penggunaan tenaga kerja, uang dan sumber daya lainnya dengan
cara hal-hal kritis pada proyek.
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam membuat jadwal
pelaksanaan proyek:
1. Kebutuhan dan fungsi proyek tersebut. Dengan selesainya proyek itu proyek
diharapkan dapat dimanfaatkan sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan.
2. Keterkaitannya dengan proyek berikutnya ataupun kelanjutan dari proyek
selanjutnya.
3. Alasan sosial politis lainnya, apabila proyek tersebut milik pemerintah.
4. Kondisi alam dan lokasi proyek.
5. Keterjangkauan lokasi proyek ditinjau dari fasilitas perhubungannya.
6. Ketersediaan dan keterkaitan sumber daya material, peralatan, dan material
pelengkap lainnya yang menunjang terwujudnya proyek tersebut.
17
7. Kapasitas atau daya tampung area kerja proyek terhadap sumber daya yang
dipergunakan selama operasional pelaksanaan berlangsung.
8. Produktivitas sumber daya, peralatan proyek dan tenaga kerja proyek,
selama operasional berlangsung dengan referensi dan perhitungan yang
memenuhi aturan teknis.
9. Cuaca, musim dan gejala alam lainnya.
10. Referensi hari kerja efektif.
Adapun pendekatan yang lazim digunakan dalam penjadwalan proyek:
1. Gantt Chart,
2. PERT (Project Evaluation and Review Technique), dan
3. CPM (Critical Path Method).
2.7 Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Definisi dari Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dapat dikaji dari
beberapa aspek sebagai berikut (Sudiajeng, 2011):
1. Secara filosofi, K3 dapat diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rokhaniah
tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan
budayanya menuju masyarakat adil dan makmur.
2. Secara keilmuan juga dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan
dan penyakit akibat kerja.
18
3. Secara praktis, K3 merupakan suatu upaya perlindungan agar tenaga kerja
selalu dalam keadaan selamat dan sehat selama melakukan pekerjaan di
tempat kerja serta bagi orang lain yang memasuki tempat kerja maupun
sumber dan proses produksi dapat secara aman dan efisien dalam
pemakaiannya.
Dari ketiga uraian tersebut, maka secara umum K3 dapat didefinisikan
sebagai suatu pemikiran yang mendasari pengembangan ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam upaya mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja untuk menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja dan lingkungan
kerjanya (Sudiajeng, 2011).
Berdasarkan definisi umum tersebut, maka tujuan penerapan K3 adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengenali dan memahami berbagai sumber kecelakaan dan penyakit
akibat pekerjaan di lingkungan proyek konstruksi
2. Agar dapat menganalisis tingkat resiko kecelakaan dan penyakit yang ada;
3. Sebagai upaya untuk menekan dan atau mengendalikan sumber kecelakaan
dan penyakit;
4. Sebagai upaya untuk menciptakan kondisi kerja yang mampu menjamin
keselamatan, kesehatan dan kenyamanan pekerja;
5. Secara komprehensif, tujuan penerapan K3 adalah untuk melindungi
keselamatan dan kesehatan pekerja guna mewujudkan produktivitas yang
optimal yang bermuara pada peningkatan kualitas hidup baik bagi pekerja
maupun perusahaan.
19
2.7.1 Dasar Hukum Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Dalam upaya untuk menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja, maka
dengan mengacu pada Undang – Undang Dasar 1945 khususnya pasal 27 ayat 2
yang menyatakan bahwa setiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Produk hukum yang terkait langsung
dalam pelaksanaan K3 untuk industri konstruksi adalah sebagai berikut:
1. Undang – undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
2. Undang – undang No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.
3. Surat keputusan bersama Menteri Tenaga Kerja dan menteri pekerjaan
Umum No. 174/MEN/1986 dan 104/KPTS/1986 tentang Keselamata dan
Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi.
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER.02/MEN/1992 tentang Tata
Cara penunjukan, Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER.05/MEN/1996 tentang Sistem
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
6. Keputusan Menteri Kimpraswil No. 384/KPTS/M/2004 tentang Pedoman
Teknis Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan
Konstruksi Bendungan dan
7. Peraruran Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 09/PER/M/2008 tentang
Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3)
Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.
20
2.7.2 Sumber Kecelakaan Kerja pada Industri Konstruksi
Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan dimana akan
berakibat cidera, sakit/ penyakit akibat kerja sampai kepada kematian dan / atau
mengakibatkan kerusakan ataupun kerugian (Sudiajeng, 2011).
Secara umum, sumber kecelakaan akibat kerja dikelompokan menjadi 3
(tiga) yaitu: kondisi/lingkungan kerja, manajemen/organisasi kerja dan perilaku
kerja yang tidak aman.
2.7.3 Pencegahan Kecelakaan Kerja
Secara umum pencegahan kecelakaan kerja dapat dilakukan melalui
beberapa tindakan pencegahan diantaranya:
1. Penerapan manajemen K3.
Menerapkan manajemen K3 berarti mengendalikan potensi hazard yang
ada, mengembangkan system manajemen yang sehat, aman, nyaman, efisien
dan produktif.
2. Komunikasi
Komunikasi merupakan salah satu kunci pokok dari K3.Pemasangan tanda
bahaya, penggunaan APD serta efektifitas penggunaan sarana informasi
harus ditingkatkan.
3. Pelatihan
Program pelatihan baik yang bersifat internal maupun eksternal sangat
efektif untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran pekerja di dalam
menerapkan prinsip – prinsip K3.
21
4. Identifikasi sumber bahaya
Identifikasi sumber bahaya harus dilakukan secara periodik dan
berkelanjutan sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan terjadinya
kecelakaan kerja.
2.8 Manajemen Lingkungan
Proses pengembangan kegiatan konstruksi pada umumnya meliputi
tahapan-tahapan perencanaan umum, studi kelayakan termasuk pra-studi
kelayakan, perencanaan teknis,konstruksi dan tahapan pasca konstruksi yang
mencakup operasi, pemeliharaan serta pemanfaatannya. Sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, kegiatan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
merupakan bagian dari proses dari setiap tahapan pengembangan kegiatan
konstruksi tersebut di atas.
2.8.1 Analisis AMDAL pada tahap Perencanaan Umum
Perencanaan umum merupakan awal dari suatu gagasan atau ide untuk
memenuhi suatu kebutuhan atau permintaan masyarakat, dapat berupa rencana
jangka panjang, rencana jangka menengah dan jangka pendek, yang secara terus
menerus menghasilkan rencana dan progaram untuk diimplementasikan. Pada
tahap ini dilakukan penyaringan AMDAL untuk mengetahui secara umum apakah
kegiatan konstruksi tersebut menimbulkan perubahan yang mendasar terhadap
lingkungan, sehingga harus melaksanakan AMDAL, ataukah tidak menimbulkan
22
dampak yang berarti sehingga cukup melaksanakan UKL dan UPL. Besarnya
perubahan lingkungan yang timbul tesebut sangat dipengaruhi oleh:
1. Volume dan besaran rencana kegiatan.
2. Lokasi proyek dan kondisi lingkungannya.
3. Fungsi dan peruntukan lahan di sekitar lokasi proyek.
2.8.2 Penjabaran RKL dan RPL pada Tahap Perencanaan Teknis
Perencanaan teknis dimaksudkan untuk menyiapkan gambar-gambar
teknis, syarat dan spesifikasi teknis, sehingga dapat menggambarkan produk yang
akan dihasilkan, didasarkan atas kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam studi
kelayakan. Untuk mewujudkan suatu perencanaan teknis yang berwawasan
lingkungan, maka perumusan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan
Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) harus dijabarkan dalam gambar-gambar
teknis dan spesifikasi teknis tersebut, serta perlu dituangkan dalam dokumen
kontrak, sehingga mengikat pelaksana kegiatan konstruksi.
2.8.3 Pelaksanaan RKL dan RPL
2.8.3.1. Pada tahap pra konstruksi
Kegiatan pra-konstruksi dalam hal ini pengadaan tanah dan pemindahan
penduduk harus didukung dengan data yang lengkap dan akurat tentang lokasi,
luas, jenis peruntukan serta kondisi penduduk yang memiliki atau menempati
tanah yang dibebaskan tersebut. Ketentuan-ketentuan yang rinci tentang masalah
23
pembebasan tanah dalam RKL dan RPL harus dapat digunakan dan dimanfaatkan
sebagai acuan dalam pelaksanaan pembebasan tanah tersebut.
2.8.3.2. Pada tahap konstruksi.
Kegiatan pada tahap ini merupakan pelaksanaan fisik konstruksi sesuai
dengan gambar dan syarat-syarat teknis yang telah dirumuskan dalam kegiatan
perencanaan teknis. Kegiatan pengelolaan lingkungan yang tercakup pada tahap
ini meliputi penerapan: Metode konstruksi, spesifikasi serta persyaratan kualitas
dan kuantitas pekerjaan yang terkait dengan penanganan dampak penting.
Penerapan Standard Operation Procedure yang mengacu pada dampak
lingkungan. Tata cara penilaian hasil pelaksanaan pengelolaan lingkungan dan
tindak lanjutnya. Sedangkan penerapan RPL pada tahap ini mencakup :
pemantauan pelaksanaan konstruksi agar sesuai dengan gambar dan spesifikasi
teknis yang telah mengikuti kaidah lingkungan, penerapan dan pelaksanaan uji
coba operasional. Penilaian hasil pelaksanaan pengelolaan lingkungan dan
pemantauan lingkungan untuk masukan bagi penyempurnaan pelaksanaan RKL
dan RPL.
2.8.3.3 Evaluasi pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada tahap pasca
konstruksi
Evaluasi pasca konstruksi ditujukan: untuk menilai dan mengupayakan
peningkatan daya guna dan hasil guna dari prasarana yang telah dibangun dan
dioperasikan.
24
Evaluasi pengelolaan dan pemantauan lingkungan dimaksudkan untuk
memantapkan Standard Operation Procedure dengan mengacu pada pengalaman
yang didapat di lapangan selama kegiatan konstruksi berlangsung.
2.9 Peranan dan Tanggung Jawab Manajer Proyek.
Menurut Project Mangement Body of Knowledge Guide (PMI, 2004)
mengatakan bahwa manajer proyek adalah seseorang yang berperan dalam
mengelola sebuah proyek. Peranan Manajer Proyek dalam pelaksanaan proyek
untuk mencapai tujuan proyek yaitu tepat biaya-mutu-waktu, sebagai berikut:
1. Berperan untuk mengintegrasikan beberapa kegiatan yang berbeda untuk
mencapai tujuan tertentu.
2. Berperan juga sebagai seorang komunikator. Dengan ini berarti manajer
proyek menjadi tempat terakhir menujunya laporan-laporan, memo,
permintaan dan keluhan. Manajer proyek juga mengambil input dari banyak
sumber, mengolah dan menyampaikan informasi ke beberapa pihak dan
memastikan bahwa semua orang yang punya peran dalam proyek
mengetahui informasi mengenai kebijaksanaan, tujuan, anggaran, jadwal
kebutuhan, dan perubahan yang ada dalam proyek sesuai peran yang
dimiliki.
3. Merupakan seorang agen pengubah yang mempelopori pemakaian ide yang
baru dan inovatif dan berusaha keras mengatasi halangan untuk melakukan
perubahan.
25
4. Berperan untuk mengambil keputusan yang menjadi wewenangnya, antara
lain mengenai realokasi sumber daya, mengubah lingkup proyek,
menyeimbangkan kriteria biaya, jadwal dan performansi.
Seorang manajer proyek memiliki peran utama yaitu menyerahkan hasil
akhir proyek dalam kriteria waktu, biaya, dan informasi yang telah ditetapkan,
termasuk profit yang ditargetkan. Secara garis besar tanggung jawab manajer
proyek adalah (Soeharto, 1997):
1. Merencanakan kegiatan-kegiatan dalam proyek, tugas-tugas dan hasil akhir,
termasuk pemecahan pekerjaan, penjadwalan dan anggaran.
2. Memonitor status proyek.
3. Mengindentifikasikan masalah-masalah teknis.
4. Menyelesaikan konflik yang terjadi dalam proyek.
5. Merekomendasikan penghentian proyek atau pengerahan kembali sumber
daya.
6. Mengorganisasikan, memilih dan menempatkan orang-orang dalam tim
proyek. Mengorganisasikan dan mengalokasikan sumber daya.
7. Manajer proyek harus dapat belajar dari pengalaman yang sudah didapatnya
dalam pelaksanaan proyek sebelumya untuk dapat diterapkan dalam metode
kerja proyek yang sedang dipimpinnya.
Disamping peran dan tanggung jawab manajer proyek seperti telah
disebutkan di atas, terdapat pula gaya kepemimpinan manajer proyek seperti
disebutkan di bawah ini:
26
2.9.1 Gaya Kepemimpinan Manajer Proyek
Larson, (2008) memberikan contoh gaya kepemimpinan dengan memberi
teladan sebagai syarat menuju manajer proyek yang efektif. Ada enam aspek yang
melingkupinya, antara lain:
1. Prioritas, hal ini berbicara mengenai penggunaan waktu. Manajer proyek
memerlukan banyak waktu untuk mengamati sebuah pengujian kritis
daripada menunggu laporan, menyatakan pentingnya penguji dan pekerjaan
tim.
2. Urgensi, dengan meningkatkan pola interaksi dengan tim seperti laporan dan
rapat penting dengan sering akan membuat tim merasa bahwa pekerjaan ini
sangat penting.
3. Pemecahan masalah, manajer proyek yang efektif akan lebih memusatkan
kepada bagaimana tim dapat mengubah masalah menjadi kesempatan atau
apa yang dipelajari dari suatu kesalahan untuk lebih proaktif dalam
memecahkan maslah.
4. Kerjasama, berbicara mengenai bagaimana manajer proyek bertindak
terhadap orang luar dan memengaruhi bagaimana anggota tim berinteraksi
dengan orang luar.
5. Standar kinerja, manajer proyek harus menetapkan standar yang tinggi untuk
kinerja proyek melalui respon yang cepat atas kebutuhan tim, mengikuti isu-
isu penting, berprinsip teguh, serta hati-hati dalam menjalankan pertemuan-
pertemuan kritis.
27
6. Etika, jika seorang manajer proyek dengan bebas menyalahgunakan atau
menahan informasi penting dari manajemen atas atau pelanggan, hal ini
member isyarat kepada anggota tim bahwa perilaku seperti ini dapat
diterima dan dilakukan.
Setelah menjelaskan gaya kepemimpinan seorang manajer proyek,
dibawah ini akan dijelaskan mengenai keterampilan dasar yang merupakan
karakteristik dari manajer proyek serta berpengaruh terhadap kualitas pelaksanaan
proyek konstruksi gedung.
2.9.2 Keterampilan Manajer Proyek
Katz, (1979) mengemukakan pendapatnya bahwa setiap Manajer Proyek
membutuhkan minimal tiga keterampilan dasar. Keterampilan Dasar tersebut
adalah Technical Skills (keterampilan teknis), Conceptual Skills (keterampilan
konseptual) dan Humanity/Soft Skills (keterampilan sosial).
1. Conceptual Skills (keterampilan konseptual) adalah kemampuan untuk
memandang dan memahami suatu persoalan/issue secara keseluruhan dan
mengkoordinasikan serta memadukan semua bagian-bagiannya yang saling
terkait untuk kepentingan atau kegiatan organisasi. Keterampilan ini
merupakan pemahaman dan kecakapan dalam menjalankan fungsi-fungsi
manajerial, meliputi proses perencanaan, pengorganisasian, pendelegasian,
pengontrolan, evaluasi dan pemecahan masalah.
2. Technical Skills (keterampilan teknis) meliputi pengetahuan dan pengalaman
dalam hal proyek dengan mengetahui prosedur-prosedur dan mekanisme
28
proyek serta kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan, metode, atau
teknik spesifik dalam bidang spesialisasi tertentu. Keterampilan ini
merupakan pemahaman dan kecakapan melakukan aktivitas pekerjaan yang
berhubungan dengan bidang khusus atau pekerjaan terntentu.
3. Soft Skills (keterampilan sosial) merupakan keterampilan mengelola diri
sendiri dan bersosialisasi dengan orang lain yang didasarkan pada nilai-nilai
yang dianut dalam kehidupan seseorang, termasuk didalamnya tentang pola
pikir (mindset), sistem kepercayaan (belief system), kematangan emosi
(emotional maturity) dan kepercayaan diri (self confidence) seseorang. Soft-
skill bersifat intangible, kecakapannya tidak bisa diukur tapi pengaruhnya
dapat dirasakan, dan kadar kualitasnya bisa disadari atau tidak disadari oleh
seseorang.
Keterampilan Teknis merupakan keterampilan yang paling penting bagi
manajer proyek. Keterampilan soft skills penting bagi semua manajer pada setiap
jenjang. Sedangkan keterampilan konseptual akan meningkat kebutuhannya
seiring dengan bertambah tingginya kedudukan seorang manajer dalam suatu
jenjang manajemen, sesuai dengan hirarkis wewenang dan tanggung jawabnya
dalam suatu organisasi. Dengan demikian ketiga karakteristik manajer proyek,
seperti: Technical Skills (keterampilan teknis), Conceptual Skills (keterampilan
konseptual) dan Humanity/Soft Skills (keterampilan sosial) akan dijadikan sebagai
parameter dalam mengukur hubungan karakteristik manajer proyek terhadap
kualitas kinerja pelaksanaan proyek konstruksi gedung di Kabupaten Badung.
29
2.10 Analisa Statistik
Setelah pembahasan mengenai karakteristik manajer proyek dan kualitas
kinerja proyek konstruksi dari segi biaya, mutu, dan waktu, maka dilanjutkan
dengan analisa statistik. Analisa statistik ini dilakukan dengan kegiatan koleksi
data dan tabulasi data. Adapun tahapan dalam analisa statistik tersebut, antara
lain:
1. Sampel
Sampel penelitian adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling. Pengambilan sampel anggota
populasi dilakukan dengan penunjukkan dan memperhatikan strata yang ada
dalam populasi itu (Sugiyono, 2005).
2. Rancangan Kuisioner
Kuisioner merupakan instrumen untuk mendapatkan informasi tentang
persepsi responden terhadap pertanyaan yang ada dalam kuisioner tersebut
melalui sejumlah pertanyaan tertulis dan data-data lain yang dibutuhkan.
Dalam kuisioner akan diberikan penjelasan tentang tujuan penelitian,
manfaat penelitian serta petunjuk pengisian agar memudahkan responden.
3. Pengukuran Variabel Penelitian
Untuk mendapatkan data kuantitatif mengenai tingkat kepentingan suatu
faktor/variabel pada kuisioner untuk mendeskripsikan faktor penentu
keberhasilan, maka dalam pengisian persepsi dibuatkan skala interval yaitu
skala yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lain dan
30
mempunyai bobot yang sama dengan memberikan skor pada masing-masing
jawaban. Untuk itu diskala dengan rating scale, dimana data mentah yang
diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.
Dalam skala model rating scale, responden akan menjawab salah satu
jawaban kuantitatif yang telah disediakan (Sugiyono, 2005), misalnya :
Berilah jawaban angka:
(5 untuk sangat baik, 4 untuk baik, 3 untuk cukup, 2 buruk, dan
1 sangat buruk).
4. Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur mampu untuk
mengukur apa yang ingin diukur. Sedangkan reliabilitas adalah istilah yang
dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif
konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih (Singarimbun dan
Effendi, 1989).
a. Uji Validitas
Uji ini digunakan untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukuran itu mengukur apa yang akan diukur. Dalam metode
kuisioner yang menjadi alat ukur adalah pernyataan-pernyataan yang
diajukan kepada responden. Untuk menguji validitas pernyataan pada
kuisioner digunakan Corrected Item to Total Correlation, dan bisa
juga menggunakan Analisis Faktor. Pernyataan dianggap valid apabila
angka korelasi hasil perhitungan lebih besar dari angka r kritik (rhitung ≥
rtabel) pada tabel (α; 5%).
31
Rumus r hitung:
r = 2222 )()(
)()(
YYNXXN
YXXYN
Keterangan:
N = jumlah responden uji
X = skor jawaban pernyataan
Y = skor total
b. Uji Reliabilitas
Suatu instrumen dikatakan reliabel jika memiliki Alpha (Cronbach)
minimal 0,6. Reliabilitas diukur dari koefisien Alpha (Malhotra, 1999).
Bila koefisien alpha (Cronbach’s Alpha) > 0,6 maka instrumen
tersebut dinyatakan reliabel.
2.10.1 Analisis Faktor
Analisis faktor adalah analisis yang digunakan untuk mereduksi atau
meringkas sejumlah variable menjadi lebih sedikit. Disamping itu, analisis faktor
juga bertujuan untuk mengkonfirmasi struktur faktor yang dianalisis berdasarkan
konsep atau teori, atau mengukur validitas konstruk (construct validity) yang
menunjukkan seberapa baik hasil yang diperoleh dari penggunaan pengukur
sesuai dengan teori-teori. Tujuan lain dari analisis faktor adalah untuk
mendapatkan ukuran (berupa skor) dari variabel laten berdasarkan beberapa
variabel terukur.
32
Analisis Faktor ini mencoba menemukan hubungan antar sejumlah
variabel yang saling bebas satu sama lain sehingga dapat dibuat satu atau
beberapa set variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal. Dalam hal ini
variabel yang memiliki korelasi terbesar akan berkelompok membentuk suatu set
variabel. Kumpulan variabel tersebut disebut faktor, dimana faktor-faktor yang
terbentuk tetap mencerminkan variabel-variabel aslinya. Berdasarkan tujuan
analisis faktor, maka analisis faktor yang digunakan adalah:
1. Analisis Faktor Eksploratori (Exploratory Factor Analysis).
Analisa faktor yang bertujuan untuk mereduksi (meringkas) sejumlah
variabel menjadi satu atau beberapa faktor. Analisis faktor eksploratori
adalah meringkas (mereduksi) beberapa variabel menjadi lebih sedikit.
Variabel baru yang terbentuk hasil dari reduksi atau ringkasan beberapa
variabel dinamakan faktor.
Langkah-langkah analisis faktor eksploratori adalah:
a. Identifikasi variabel
Variabel yang akan direduksi dalam analisis faktor hendaknya
berdasarkan pada teori yang ada, atau penelitian terdahulu.
b. Memilih variabel
Proses analisis faktor berdasarkan korelasi antar variabel. Oleh karena
dalam analisis faktor akan mengelompokkan sejumlah variabel, maka
seharusnya ada korelasi yang cukup kuat diantara variabel yang akan
dikelompokkan. Jika ada suatu variabel berkorelasi lemah dengan
variabel lainnya akan dikeluarkan. Tabel 2.1. merupakan matriks
33
korelasi antarvariabel dan pengelompokkan variabel sesuai dengan
lemah-kuatnya hubungan antar variabel yang dianalisis.
Tabel 2.1. Matrik Korelasi Antarvariabel
Sumber : Utama (2014)
Berdasarkan tabel 2.1. dapat dilihat bahwa X1, X2, dan X3 saling
berkorelasi yang cukup kuat, namun dengan variabel X4, X5, dan X6
mempunyai korelasi yang sangat lemah. Demikian juga antarvariabel
X4, X5, dan X6 saling berkorelasi yang cukup kuat, namun dengan
variabel X1, X2, dan X3 mempunyai korelasi yang sangat lemah.
Apabila dianalisis dengan analisisfaktor, kemungkinan besar X1, X2,
dan X3 mengelompok dan X4, X5, dan X6 berkelompok sendiri. Metode
statistik yang digunakan untuk menguji model analisis faktor
berdasarkan korelasi adalah Kaiser Meyer Olkin minimal 0,5 dan jika
nilai KMO dibawah 0,5 maka analisis faktor tidak bisa digunakan.
34
c. Ekstraksi variabel sehingga menjadi satu atau beberapa faktor. Metode
yang populer untuk mencari faktor adalah principal
component/komponen utama.
d. Menentukan jumlah faktor
Untuk menentukan jumlah faktor bisa digunakan eigenvalue, priori
determination, scree plot, atau percentase of variance. Berdasarkan
eigenvalue, hanya faktor yang mempunyai eigenvalue > 1 yang
dipakai. Sedangkan berdasarkan percentase of variance, untuk ilmu
social percentase varian kumulatif minimal 60 persen. Faktor yang
terbentuk harus mampu menggambarkan perbedaan diantara faktor
yang terbentuk, dalam arti apakah isi (variabel) suatu faktor benar-
benar layak masuk faktor tersebut ataukah mungkin masuk ke faktor
lain. Jika isi faktor masih diragukan dapat dilakukan proses rotasi.
e. Rotasi Faktor
Alat terpenting untuk interpretasi terhadap faktor adalah rotasi faktor.
Tujuan rotasi faktor adalah untuk memperjelas masuknya variabel ke
dalam faktor tertentu. Ada beberapa metode rotasi : a) Rotasi
Orthogonal yaitu memutar sumbu 900, b) Rotasi Oblique yaitu
memutar sumbu kekanan, tetapi tidak harus 900. Tidak ada aturan
khusus kapan harus memilih rotasi orthogonal atau oblique. Pemilihan
metode rotasi didasarkan pada kebutuhan khusus masalah penelitian.
Jika tujuan penelitian adalah mengurangi jumlah variabel asli (awal),
maka pilihan rotasi yang cocok adalah orthogonal. Namun demikian
35
jika tujuan kita ingin mendapatkan faktor atau konstruk yang sesuai
dengan teori, maka rotasi yang dipilih sebaiknya oblique.
Gambar 2.4. Proses Rotasi Faktor Sumber : Utama (2014)
f. Validitas dan Reliabilitas menggunakan Analisis Faktor
Validitas dalam analisis faktor adalah dengan melihat besarnya nilai-
nilai KMO (Kaiser-Meyer-Olkin, X2 (Chi Square), Significance
Probability, Eigen value, Varians kumulatif, dan Anti-Image seperti
yang diringkas pada tabel 2.2.
36
Tabel 2.2. Nilai Validitas dalam Analisis Faktor
Nilai Validitas Cut-off Value
KMO (Kaiser-Meyer-Olkin) ≥ 0,50
X2 (Chi Square) Diharapkan besar
Significance Probability < 0,05
Eigen value > 1,00
Varians kumulatif ≥ 60%
Anti-Image ≥ 0,50
Sumber : Utama (2014)
Disamping itu, juga perlu diperhatikan kelayakan faktor muatan atau
loading factor dari tiap-tiap variabel dengan menggunakan pedoman
dari Tabel 2.3. berikut:
Tabel 2.3. Pedoman untuk Mengidentifikasi Loading Factor
pada Tingkat Signifikansi 5 %
Sampel Loading Factor 50 0,75 60 0,70 70 0,65 85 0,60 100 0,55 120 0,50 150 0,45 200 0,40
Sumber : Utama (2014)
37
2.10.2 Analisis Regresi Linier
Setelah melakukan reduksi/meringkas variabel menjadi beberapa variabel
saja dengan menggunakan analisa faktor, maka selanjutnya mencari hubungan
antara variabel X dan Y menggunakan analisis regresi linier.
Pengertian regresi secara umum adalah sebuah alat statistik yang
memberikan penjelasan tentang pola hubungan (model) antara dua variabel atau
lebih. Dalam analisis regresi dikenal 2 jenis variabel yaitu:
1. Variabel Respon disebut juga variabel dependen yaitu variabel yang
keberadaannya dipengaruhi oleh variabel lainnya dan dinotasikan dengan
variabel Y.
2. Variabel Prediktor disebut juga dengan variabel independen yaitu variabel
yang bebas (tidak dipengaruhi oleh variabel lainnya) dan dinotasikan
dengan variabel X.
Untuk mempelajari hubugan – hubungan antara variabel bebas maka
regresi linier terdiri dari dua bentuk, yaitu:
1. Analisis regresi sederhana (Simple analysis regresi).
2. Analisis regresi berganda (Multiple analysis regresi).
2.10.3 Analisis Regresi Berganda (Multiple Analysis Regresi)
Regresi linier berganda adalah analisis regresi yang menjelaskan
hubungan antara peubah respon (variabel dependen) dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi lebih dari satu prediktor (variabel independen). Regresi linier
berganda hampir sama dengan regresi linier sederhana, hanya saja pada regresi
38
linier berganda variabel bebasnya lebih dari satu variabel penduga. Tujuan analisis
regresi linier berganda adalah untuk mengukur intensitas hubungan antara dua
variabel atau lebih dan membuat prediksi perkiraan nilai Y atas X. Secara umum
model regresi linier berganda adalah sebagai berikut:
Dengan notasi variabel:
Y = Kinerja pelaksanaan proyek konstruksi
X1 = Membangun hubungan/networking di dalam atau diluar organisasi
proyek
β0 = konstanta
β1 = konstanta regresi X1
βn = konstanta regresi Xn
X2 = Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah/problem solving
secara efektif dan efisien dalam hal sumber daya manusia maupun
lingkungan sekitar proyek
β2 = konstanta regresi X2
= residual
39
2.10.3.1 Uji Asumsi Klasik
Terdapat uji asumsi klasik,yaitu uji multikolinearitas, dan uji normalitas.
1. Uji Asumsi Kenormalan
Regresi linier normal klasik mengasumsikan bahwa tiap ui didistribusikan
secara normal dengan:
Rata-rata : E(ui) = 0
Varians : E (ui) = σ2
Cov (ui, uj) : E (uiuj) = 0 i≠j
Asumsi ini secara ringkas bisa dinyatakan sebagai : ui~N (0, σ2)
Tanda ~ berarti “didistribusikan sebagai” dan dimana N berarti
“terdistribusi normal” unsur dalam tanda petik menyatakan dua
parameter distribusi normal, yaitu rata-rata dan varians.Untuk dua
variabel yang didistribusikan secara normal kovarians atau korelasi nol
berarti dua variabel tadi independent (bebas). Jadi dengan asumsi
kenormalan (3) berarti bahwa ui dan uj tidak hanya tak berkorelasi tetapi
juga didistribusikan secara independent (Gujarati, 1995)
2. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah hubungan linier antara variabel bebas dalam
suatu model regresi (regresi berganda). Indikasi terjadinya
multikolinearitas adalah:
40
a. Nilai koefisien determinasi (R2) tinggi, namun tak satupun atau
sedikit variabel bebas yang signifikan bila dilakukan uji t (uji secara
parsial).
b. Dengan melihat besarnya koefisien korelasi antara variabel bebas.
Koefisien korelasi yang cukup tinggi, mengindikasikan adanya
masalah multikolinearitas, dan sebaiknya koefisien korelasi yang
relatif rendah, mengindikasikan tidak terjadi kolinearitas dalam
model regresi.
c. Jika terjadi multikolinearitas maka akan mengakibatkan varian
koefisien regresi menjadi besar, sehingga interval kepercayaan akan
semakin melebar dan kemungkinan taksiran koefisien regresi
menjadi tidak signifikan.
Mengatasi multikolinearitas dapat dilakukan dengan memperbesar
ukuran sampel, transformasi salah satu (atau beberapa) variabel, dan
menghilangkan salah satu variabel bebas, terutama variabel yang
memiliki hubungan yang kuat antara variabel.
2.10.3.2 Uji Goodness of Fit
Uji Goodness of Fit adalah untuk melihat kesesuaian model atau
seberapa besar kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan varians variabel
terikatnya.
41
2.10.3.3 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Untuk menguji apakah koefisien regresi parsial secara serempak atau
bersama-sama berbeda secara signifikan dari nol, atau apakah ada pengaruh yang
signifikan variabel bebas xi secara serempak terhadap variabel terikat y,
digunakan uji F. Uji F dirumuskan sebagai berikut:
Sedangkan rumusan hipotesisnya adalah:
H0 : β1 = β2 = β…= βk = 0
H1 : paling sedikit salah satu dari βi ≠ 0 (i=1,2,3..k)
Daerah kritis untuk pengujian ini adalah F > F α (k-1) (k-n)
2.10.3.4 Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik t)
Untuk menguji apakah koefiien regresi parsial berbeda secara signifikan
(nyata) dari nol atau apakah suatu variabel bebas secara individu berpengaruh
terhadap variabel terikatnya. Digunakan uji t dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
i : Koefisien regresi parsial yang ke-i dari regresi sampel
i : nilai koefisien parsial yang ke-i pada hipotesis nol
iSe : kesalahan standar (standar error) koefisien regresi sampel
i
iii
Set
ˆ
ˆ
knR
kRF
2
2
0 1
1
42
Rumusan hipotesisnya:
H0 : 0i
H1 : 0i atau 0i atau 0i
Keputusan atau kesimpulan adalah terima H0 atau tolak H1, bila statistik
uji jatuh pada daerah penerimaan H0. Tolak H0 atau terima H1, bila statistik uji
jatuh pada daerah penolakan H0.
2.11 Penelitian Sejenis
Beberapa penelitian sejenis yang relevan terkait dengan pemahaman
manajer proyek mengenai kualitas, dapat dilihat pada tabel 2.4 sebagai berikut:
44
No Referensi Topik/Masalah Metode Penelitian Hasil
1. Sifat Dan Gaya Kepemimpinan Manajer Proyek Yang Diharapkan Oleh Tim Proyek Pada Perusahaan Kontraktor. (Caroline Maretha Sujana, Mahasiswa Program Doktoral, Bidang Studi Manajemen Rekayasa Konstruksi Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, ITB, Bandung, 2013)
1. Gaya kepemimpinan apa yang sebenernya diharapkan tim proyek terhadap atasannya ? Hal ini penting karena kepemimpinan yang sesuai dengan persepsi anak buah akan membuat anak buah tersebut lebih termotivasi dan membuat kepemimpinannya akan semakin efektif.
1. Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada anggota tim proyek pada kontraktor baik besar, menengah dan kecil.
2. Gaya kepemimpinan yang digunakan adalah pendekatan sifat, pendekatan kemampuan, pendekatan situasional, Path Goal Theory, Pendekatan Style, Leader Member Exchange, pendekatan transformasional, dan kepemimpinan otentik.
3. Untuk mengukur gaya kepemimpinan digunakan 38 item pertanyaan yang dikembangkan dari variabel yang mencerminkan gaya kepemimpinan yang ada.
4. Kuesioner menggunakan skala likert 1 sampai dengan 5. Angka 1 untuk penilaian tidak penting dan angka 5 bagi yang menilai faktor tersebut sangatlah penting.
5. Pengolahan data digunakan mean rank yang merata-rata nilai yang ada dan mengurutkannya dari nilai terbesar sebagai yang terpenting
1. Dari hasil yang diperoleh, sifat manajer proyek kontraktor yang paling diharapkan oleh bawahannya adalah sifat yang dapat dipercaya, dapat berkomunikasi dengan baik dan dapat diandalkan.
2. Menurut bawahan, kemampuan seorang pemimpin yang paling diperlukan agar proyek berjalan adalah kemampuan konseptual. Mereka berharap pemimpin mereka dapat melihat jauh ke depan, membuat strategi agar proyek berhasil dan dapat melihat keterkaitan antar bagian dalam proyek secara menyeluruh.
3. Gaya kepemimpinan yang diharapkan bawahan terhadap manajer proyeknya diharapkan berorientasi hampir sama pentingnya terhadap tugas dan relasi (task oriented dan partisipative oriented), pemimpin diharapkan terlibat dalam proyek (partisipative), memberikan arahan dan dukungan yang kuat (coaching), berkarisma dan bisa menjadi contoh (idealized
Tabel 2.4. Penelitian Sejenis
45
influence) serta memiliki nilai-nilai moral, integritas, dan transparan (authentic leadership).
4. Namun bawahan sangat tidak mengharapkan pemimpin yang menerapkan Leadership Member Exchange (LMX) dimana adanya grup yang dekat yang mendapatkan tanggung jawab dan fasilitas yang lebih dan adanya grup luar yang bekerja hanya sebatas hubungan kontrak. Dan bawahan juga tidak mengharapkan pemimpin yang acuh terhadap proyek, membiarkan bawahan bekerja sendiri (laissiez faire).
Lanjutan Tabel 2.4.
46
2. Pengaruh Kualitas Manajer Proyek Pada Pihak Kontraktor Terhadap Kinerja Proyek Konstruksi Bangunan Bertingkat Di Jabotabek. (Swastika, I Wayan, Mahasiswa Program Pascasarjana, Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Indonesia, Jakarta, 1997)
1. Bagaimana hubungan pengaruh Kualitas "SDM" terutama Manajer Proyek pada pihak kontraktor selama proses pelaksanaan proyek konstruksi dengan pelaksanaan pengendalian biaya, perencanaan penentuan metode konstruksi, pengendalian material, dan tenaga kerja ?
1. Data diambil dari bangunan gedung bertingkat di Jabotabek dengan menyebarkan kuesioner,
2. Data diolah dengan mencari hubungan korelasi dan regresi berganda sehingga didapat hasil koefisien korelasi dan koefisien regresi.
1. Kinerja penyelesaian proyek memiliki korelasi positif dengan pelaksanaan pengendalian biaya, perencanaan penentuan metoda konstruksi, pengendalian material, tenaga kerja termasuk peralatan serta pendidikan non formal bagi Manajer Proyek pada pihak kontraktor. Terbukti variabel-variabel tersebut mempunyai hubungan linier dengan tingkat korelasi yang sangat kuat dengan kinerja dibandingkan dengan variabel-variabel yang lain. Pengaruh terkuat diantara variabel-variabel tersebut diatas adalah antara kinerja waktu pelaksanaan proyek dengan pengendalian biaya proyek.
2. Peningkatan kualitas perencanaan proyek melalui penelitian akan mempermudah pengendalian suatu proyek gedung bertingkat Sehingga perencanaan metoda konstruksi yang baik akan sangat berpengaruh terhadapkinerja penyelesaian proyek.
3. Pengendalian material, tenaga kerja dan peralatan secara efisien juga sangat mempengaruhi kinerja
Lanjutan Tabel 2.4.
47
penyelesaian proyek Dengan adanya Manajer Proyek pada pihak kontraktor yang mempunyai kualitas tinggi, pada akhirnya terbukti sangat mempengaruhi peningkatan kinerja waktu penyelesaian proyek konstruksi bangunan gedung bertingkat di Jabotabek
4. Pendidikan non formal juga ikut mempengaruhi tingkat keberhasilan pengeadalian jalannya proses konstruksi karena Manajer Proyek pihak kontraktor mempunyai bekal kemampuan manajemen konstruksi
3. Pengaruh Kompetensi Manajer Proyek Terhadap Keberhasilan Proyek Pada Perusahaan Kontraktor Di Kabupaten Malang. (Kusnul Prianto, Mahasiswa Program Pascasarjana, Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Brawijaya, Malang, 2012)
1. Bagaimana pengaruh secara stimultan dan pengaruh secara parsial antara knowledge/ pengetahuan, skill/ kemampuan dan sikap/ perilaku terhadap keberhasilan proyek, serta faktor dominan manakah yang mempengaruhi tingkat keberhasilan suatu proyek.
1. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan kontraktor dengan kualifikasi non kecil dan kualifikasi kecil di Kabupaten Malang
2. Populasi sasaran adalah pihak manajemen pada kontraktor selaku atasan manajer proyek yaitu pimpinan perusahaan kontraktor (direktur) atau yang diberi kuasa oleh pimpinan perusahaan.
3. Uji Instrumen Penelitian dengan menggunakan uji validitas dan reliabilitas.
1. Secara simultan antara variabel pengetahuan, keahlian, komitment
kerja dan top management berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan proyek sebesar 0,831
2. Secara parsial antara variabel pengetahuan, keahlian, komitment kerja dan top management berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan proyek yaitu masing-masing sebesar 0,286, 0,296, 0,280 dan 0,147.
3. Variabel dominan yang mempengaruhi tingkat keberhasilan suatu proyek adalah skill/keahlian.
Lanjutan Tabel 2.4.
48
4. Data primer dikumpulkan dari hasil jawaban kuesioner. Sedangkan data sekunder didapat dari hasil studi pustaka yang dapat berbentuk iteratur, jurnal, dan data-data dari lembaga yang berkepentingan dengan penelitian ini.
5. Analisis menggunakan uji analisis Regresi seperti: Pengujian asumsi normalitas, Pengujian asumsi multikolinearitas, Pengujian asumsi heteroskedastitas, dan Pengujian asumsi autokorelasi
6. Variabel yang digunakan adalah knowledge/ pengetahuan, skill/ kemampuan dan sikap/ perilaku dari seorang manajer proyek.
7. Analisi dilanjutkan dengan menentukan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap keberhasila suatu proyek menggunakan analisis regresi linier berganda.
Lanjutan Tabel 2.4.
49
4. Studi Penerapan
Elemen
Kompetensi
Manajemen
Kualitas Oleh
Manajer
Proyek
Konstruksi
PT. X
(Novia, Mahasiswa Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar, 2013)
1. Bagaimana tingkat penerapan elemen kompetensi manajemen kualitas oleh manajer proyek pada perusahaan konstruksi ?
1. Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara dan pengisian kuesioner oleh responden. Data yang terkumpul diolah menggunakan program SPSS ver. 21 sesuai dengan metode yang digunakan, yaitu pengujian validitas reliabilitas dan analisis deskriptif.
1. Hasil analisis menunjukkan PT. X memperoleh tingkat penerapan elemen kompetensi oleh manajer proyek berkisar antara sering hingga selalu.
2. Beberapa rekomendasi diberikan yaitu agar perusahaan konstruksi membuat pedoman kompetensi manajer proyek yang digunakan sebagai salah satu faktor dalam penilaian kinerja manajer proyek dan untuk penunjukan manajer proyek yang baru.
5. Analisis Pengaruh Gaya Negosiasi Manajer Proyek Terhadap Hasil
1. Gaya dan hasil negosiasi yang paling dominan yang terjadi
pada kontraktor rumah tinggal di
1. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada 32 (tiga puluh dua) Site
1. Gaya negosiasi yang paling dominan di Kota Bandung adalah gaya negosiasi berkompromi
Lanjutan Tabel 2.4.
50
Negosiasi Pada Proyek Pembangunan Rumah Tinggal Di Kota Bandung. (Rizky Aditya Martadipura, Mahasiswa Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, 2013)
kota Bandung ? 2. Bagaimana pengaruh gaya
negosiasi terhadap hasil negosiasi yang didapat dari hasil survei kuesioner?
Manager (SM) yang bekerja pada kontraktor dan sedang terlibat dalam pengerjaan proyek rumah tinggal di Kota Bandung.
2. Kuesioner ini akan dilakukan pengolahan data terlebih dahulu menggunakan uji validitas, reabilitas, dan normalitasnya.
3. Faktor-faktor gaya negosiasi ini diolah lagi dengan menggunakan analisis jalur (path analysis) agar mendapatkan faktor gaya negosiasi apa yang mempengaruhi suatu hasil negosiasi.
4. Gaya negosiasi seorang manajer proyek dibagi menjadi 5 (lima) faktor, yaitu, menghindar (avoiding), bersaing (competing), mengakomodasi (accodating), berkolaborasi (collaborating), dan berkompromi (compromising). Sedangkan hasil negosiasi dibedakan menjadi 7 (tujuh), yaitu terpecahkannya masalah (problem solving), meningkatnya konflik (conflict escalation), memburuknya hubungan (relationship deterioration), kelambanan penyelesaian konflik (inaction),
(compromising). Gaya negosiasi ini dapat dikatakan sebagai gaya negosiasi yang paling dominan di Kota Bandung karena memiliki nilai persentase sebesar 82.813%. Pemimpin proyek untuk proyek perumahan lebih banyak memilih gaya berkompromi (compromising) karena pemimpin proyek perumahan berpendapat bahwa dengan berkompromi (compromising) kebutuhan keduabelah pihak akan terpuaskan. Selain itu, pemimpin proyek lebih memilih untuk berkompromi (compromising) karena dengan cara berkompromi (compromising) akan mendapatkan penyeselasian masalah yang cepat dan murah.
2. Setiap gaya negosiasi memiliki pengaruhnya masing-masing. Walaupun pengaruh yang paling dominan di Kota Bandung adalah berkompromi (compromising) tetapi tidak berarti gaya-gaya yang lain tidak memiliki pengaruh. Artinya, dari setiap gaya negosiasi memiliki pengaruh yang akan mendominasi suatu hasil negosiasi
51
ketidaksetujuan lebih lanjut (further disagreement), serta terpeliharanya hubungan (relationship maintained), dan menurunnya konflik (conflct reduction).
yang dilakukan manajer proyek di Kota Bandung.
Lanjutan Tabel 2.4.
52
2.12 Penentuan Variabel Penelitian
Dari uraian pustaka dan penelitian sejenis di atas, diperoleh beberapa
variabel yang nantinya digunakan sebagai pertanyaan dalam kuisioner serta
dikelompokkan pada beberapa aspek yang merupakan keterampilan dasar dari
seorang manajer proyek, antara lain:
Tabel 2.5. Variabel Penelitian
1. Aspek Konseptual:
No.
Asp
ek
Var
iab
el
Jenis variabel dari aspek konseptual Referensi
1
Con
sept
ual
Ski
lls (
Ket
eram
pil
an K
onse
ptu
al)
X1 Membangun hubungan/networking di dalam atau di luar organisasi proyek
Larson (2008)
2
X2 Memiliki kematangan yang tinggi dalam perencanaan yang baik dalam upaya mengurangi tekanan dan stres sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja tim.
Sujana (2013)
3
X3 Memahami hasil kajian AMDAL sebagai dasar pengelolaan lingkungan sekitar areal proyek.
Observasi lapangan
4
X4
Mampu mengambil keputusan sesuai peraturan dan batasan organisasi.
Larson (2008)
5
X5
Mampu merumuskan cost database system (perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation sebelum pelaksanaan proyek.
Swastika (1997)
6
X6 Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah/ problem solving secara efektif dan efisien dalam hal sumber daya manusia maupun lingkungan sekitar proyek.
Larson (2008)
7 X7 Berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada proyek
yang dipimpin. Brainstorming lapangan
53
2. Aspek Technical:
No. A
spek
Var
iab
el
Jenis variabel dari aspek technical Referensi
1
Tec
hn
ical
Ski
lls (
Ket
eram
pil
an T
ekn
is)
X8
Memiliki pengalaman dan pemahaman yang menyeluruh mengenai teknis pekerjaan dari proyek yang dikelola olehnya.
Swastika (1997)
2
X9 Menentukan metode konstruksi yang sesuai dengan standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak.
Yamit (2004)
3
X10 Melakukan monitoring dan evaluasi perkembangan proyek terhadap lingkup, jadwal, dan anggaran serta sumber daya yang terlibat di dalamnya (man, machine, material).
Swastika (1997)
4
X11
Mampu merumuskan work breakdown structure (rangkaian aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada waktunya.
Swastika (1997)
5 X12 Mampu mengimplementasikan SMK3 konstruksi secara
konsisten dan menyeluruh demi tercapainya zero accident. Brainstorming lapangan
6
X13
Mampu merumuskan project action plan (pengendalian sumberdaya, pengendalian biaya, dan pengendalian waktu/jadwal) sesuai dengan cost database system yang telah dibuat sebelumnya.
Swastika (1997)
7
X14 Mampu menerapkan 7 tools total quality management dalam menyelesaikan permasalahan di lapangan agar terwujud continous improvement.
Yamit (2004)
8 X15 Mampu menerapkan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek.
Observasi lapangan
3. Aspek Soft Skill:
No.
Asp
ek
Var
iab
el
Jenis variabel dari aspek soft skill Referensi
1
Sof
t ski
lls
(Ket
eram
pila
n B
erso
sial
isas
i)
X16 Mampu berkomunikasi dengan tim proyek, dalam hal ini manajer proyek memberikan penjelasan atau mempresentasikan prosedur yang diterapkan dalam menjalankan proyek.
Martadipura (2013)
2
X17 Memiliki kemampuan negosiasi dalam bargaining dengan pemikiran yang tenang dan jernih menggunakan strategi dan loyalitas.
Martadipura (2013)
3 X18 Mampu menjalin komunikasi dengan para supervisi K3 yang
bertugas di lapangan. Sudiajeng (2011)
4
X19 Mampu mempertahankan kinerja maksimal walaupun dalam kondisi yang kurang kondusif.
Larson (2008)
5 X20 Memiliki komitment dalam mencapai tujuan bersama. Sujana (2013)
6
X21 Bersikap terus terang dan jujur. Larson (2008)
Lanjutan Tabel 2.5.
54
7 X22 Memiliki kemampuan membuat tim proyek tetap solid dan bersemangat.
Sujana (2013)
8 X23 Mampu membangun kedisiplinan kerja. Sujana (2013)
9 X24 Mampu mengkomunikasikan prestasi kinerja proyek baik
dengan tim lapangan proyek dan owner. Sujana (2013)
10
X25
Mampu mengkomunikasikan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan kepada seluruh tim proyek sesuai dengan yang tertuang dalam dokumen AMDAL proyek.
Observasi lapangan
Lanjutan Tabel 2.5.
55
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka pada Bab II mengenai kompetensi manajer
proyek dari segi Conceptual Skills (Keterampilan Konseptual), Technical Skills
(Keterampilan Teknis), dan Soft Skills (Keterampilan Sosial), maka disusun
kerangka pemikiran sebagai berikut: yang akan dibahas dalam penelitian ini
adalah mengenai manajemen kualitas yang harus dipahami oleh manajer proyek
sebagai dasar kompetensi untuk mencapai salah satu tolak ukur keberhasilan
proyek konstruksi, dengan harapan dapat memuaskan pemilik proyek/Owner.
Peran manajer proyek yang berkompeten pada proyek konstruksi sangatlah
penting, karena manajer proyek memiliki tugas mengintegrasikan dan
mengkoordinasikan semua sumber daya yang dimiliki dan bertanggung jawab
sepenuhnya atas pencapaian sasaran proyek, maka dari itu diperlukan minimal
tiga keterampilan dasar yaitu: Conceptual Skills, Technical Skills, dan Soft Skills
maka Manajer Proyek tersebut diharapkan dalam pelaksanaannya dilapangan akan
dapat memberikan pelayanan yang optimal terhadap suatu kegiatan konstruksi
yang dikerjakan guna meningkatkan daya saing dan profesionalisme Manajer
Proyek untuk dapat memenuhi keinginan stakeholder tanpa mengabaikan standar
kualitas yang ada. Adapun rancangan penelitian ini, seperti terlihat pada kedua
diagram alir berikut:
56
Gambar 3.1. Diagram Alir Kerangka Berpikir (Sumber: Hasil Olahan)
YA
TIDAK
DATA SEKUNDER: DOKUMENTASI
DATA PRIMER: KUESIONER
KAJIAN PUSTAKA
LATAR BELAKANG
PERUMUSAN MASALAH DAN TUJUAN PENELITIAN
PENGUMPULAN DATA
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
SIMPULAN DAN SARAN
MEMBUAT FORMAT KUESIONER, KONSULTASI & STUDI PENDAHULUAN
MENENTUKAN SAMPEL DAN VARIABEL PENELITIAN
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
57
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai kondisi dan
karakteristik obyek penelitian, maka penjelasan terhadap lokasi dan waktu
penelitian penting untuk dilakukan. Penelitian ini dilakukan pada proyek
konstruksi gedung yang ada di Kabupaten Badung, yang memberikan layanan jasa
Gambar 3.2. Diagram Alir Rancangan Penelitian Menggunakan Analisis Faktor dan Regresi Berganda
(Sumber: Hasil Olahan)
Tidak
Ya
Ya
Identifikasi Variabel
Menentukan validitas dan reliabilitas: - Corrected Item to Total
Correlation (rhitung > rtabel) - Alpha Cronbach > 0,60
Analisis Faktor untuk Meringkas Faktor: - KMO ≥ 0,50 - Signifikansi < 0,05 - Anti Image Correlation > 0,50 - X2 (Chi Square) diharapkan besar
Communalities untuk melihat kelayakan faktor
Analisis Regresi Linier Berganda untuk menentukan model hubungan: Uji Asumsi Klasik, Uji Goodness of Fit, Uji Simultan/Uji F,
Uji Parsial/Uji t
Interpretasi Model
58
pelaksanaan pekerjaan konstruksi untuk periode waktu 5 tahun terakhir.
Dipilihnya proyek bangunan gedung di Kabupaten Badung sebagai obyek
penelitian didasari atas keingintahuan peneliti untuk mendapatkan gambaran
tentang: keterampilan manajer proyek meliputi Technical Skills (keterampilan
teknis) adalah kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan, metode, atau
teknik spesifik dalam suatu bidang ilmu, Conceptual Skills (keterampilan
konseptual) adalah kemampuan untuk memahami suatu persoalan/issue secara
keseluruhan untuk kepentingan atau kegiatan organisasi, dan Soft Skills
(keterampilan sosial) adalah keterampilan mengelola diri sendiri dan bersosialisasi
dengan orang lain, termasuk didalamnya tentang pola pikir (mindset), sistem
kepercayaan (belief system), kematangan emosi (emotional maturity) dan
kepercayaan diri (self confidence) terhadap pengelolaan kualitas pekerjaan dalam
mengendalikan proyek konstruksi.
3.3 Jenis dan Sumber Data
3.3.1 Jenis Data
Data yang akan diteliti dan dianalisis dalam penelitian ini ada 2 (dua)
jenis data, yaitu:
1. Data primer
Data primer adalah data yang langsung dicari dilapangan oleh peneliti,
dalam hal ini adalah dengan melakukan penyebaran kuesioner kepada
responden, yaitu orang yang terlibat tim proyek dalam bidang proyek
konstruksi gedung yang dilaksanakan di Kabupaten Badung.
59
2. Data sekunder.
Data sekunder adalah data yang dicari secara tidak langsung dilapangan,
dapat bersumber dari dokumentasi instansi terkait, website, buku-
buku/literature, serta aturan-aturan yang berkaitan dengan penelitian ini.
3.3.2 Sumber Data.
Sumber data untuk jenis data primer yang diperlukan untuk mendukung
penelitian ini diperoleh dari sumber berupa populasi dan sampel, yaitu:
1. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah para tim proyek, seperti:
supervisor engineer, quality control, quantity surveyor, konsultan
manajemen konstruksi, konsultan mep, dan konsultan arsitek dalam bidang
manajemen proyek konstruksi gedung dengan pengalaman kerja minimal 2
tahun. Panduan ukuran sampel yang diambil dapat ditentukan dengan cara
mengalikan jumlah variabel dengan 5, atau 5 kali jumlah variabel.
(Malhotra, 1999)
2. Teknik Sampling
Margono (2004) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan teknik sampling
adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran
sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan
memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel
yang representatif. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam
penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Dalam
60
penelitian ini, teknik sampling yang dipergunakan yaitu: purposive
sampling. Menurut Margono (2004) pemilihan sekelompok subjek dalam
purposive sampling didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang
mempunyai sangkut paut yang erat dengan populasi yang sudah diketahui
sebelumnya. Dengan kata lain, unit sampel yang digunakan disesuaikan
dengan kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian.
Misalnya akan melakukan penelitian tentang kompetensi manajer proyek,
maka sampel yang dipilih adalah para tim proyek, seperti: supervisor
engineer, quality control, quantity surveyor, konsultan manajemen
konstruksi, konsultan mep, dan konsultan arsitek dalam bidang manajemen
proyek konstruksi gedung.
Pada Tabel 3.1 dan 3.2 dapat dilihat contoh format pengumpulan
data/kuisioner untuk mengetahui pemahaman dan kemampuan manajer
proyek berdasarkan 3 keterampilan dasar meliputi technical skills
(keterampilan teknis), conceptual skills (keterampilan konseptual) dan soft
skills (keterampilan sosial) terhadap pengelolaan kualitas pekerjaan dalam
mengendalikan proyek konstruksi.
61
No. Aspek “conceptual skills” Tingkat Pemahaman dan
Penerapannya
1 2 3 4 5
1 Membangun hubungan/networking di dalam atau di luar organisasi proyek
2
Memiliki kematangan yang tinggi dalam perencanaan yang baik dalam upaya mengurangi tekanan dan stres sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja tim.
3 Memahami hasil kajian AMDAL sebagai dasar pengelolaan lingkungan sekitar areal proyek.
Skala pengukuran keterampilan konseptual Manajer Proyek:
(1) Sangat Buruk, (2) Buruk, (3) Cukup, (4) Baik, dan (5) Sangat Baik.
No. Aspek “technical skills” Tingkat Pemahaman dan
Penerapannya
1 2 3 4 5
1 Memiliki pengalaman dan pemahaman yang menyeluruh mengenai teknis pekerjaan dari proyek yang dikelola olehnya.
2 Menentukan metode konstruksi yang sesuai dengan standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak.
3
Melakukan monitoring dan evaluasi perkembangan proyek terhadap lingkup, jadwal, dan anggaran serta sumber daya yang terlibat di dalamnya (man, machine, material).
Tabel 3.1. Contoh Format Pengumpulan Data Berdasarkan Conceptual Skills (Keterampilan Konseptual) Manajer Proyek pada Manajemen Kualitas Proyek Konstruksi
Sumber: Hasil Olahan
Tabel 3.2. Contoh Format Pengumpulan Data Berdasarkan Technical Skills (Keterampilan Teknis) Manajer Proyek terhadap Manajemen Kualitas Proyek Konstruksi
Sumber: Hasil Olahan
62
Skala pengukuran keterampilan teknis Manajer Proyek:
(1) Sangat Buruk, (2) Buruk, (3) Cukup, (4) Baik, dan (5) Sangat Baik.
Skala pengukuran soft skills Manajer Proyek:
(1) Sangat Buruk, (2) Buruk, (3) Cukup, (4) Baik, dan (5) Sangat Baik.
3.4 Variabel Penelitian
Yang dimaksud dengan variabel penelitian adalah suatu gejala yang
menjadi fokus serta arahan bagi setiap peneliti, dimana gejala tersebut nantinya
dapat dilakukan suatu pengamatan secara sistematis. Variabel tersebut merupakan
kelengkapan/atribut dari obyek atau sekelompok orang yang memiliki variasi
antara satu dengan yang lainnya di dalam kelompok itu. Variabel penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua) variabel, yaitu:
No. Aspek “soft skills”
Tingkat Pemahaman dan Penerapannya
1 2 3 4 5
1
Mampu berkomunikasi dengan tim proyek, dalam hal ini manajer proyek memberikan penjelasan atau mempresentasikan prosedur yang diterapkan dalam menjalankan proyek.
2 Memiliki kemampuan negosiasi dalam bargaining dengan pemikiran yang tenang dan jernih menggunakan strategi dan loyalitas.
3 Mampu menjalin komunikasi dengan para supervisi K3 yang bertugas di lapangan.
Tabel 3.3. Contoh Format Pengumpulan Data berdasarkan Soft Skills (Keterampilan Sosial) Manajer Proyek terhadap Manajemen Kualitas Proyek Konstruksi
Sumber: Hasil Olahan
63
1. Variabel terikat (Dependent variable) dalam penelitian ini yaitu manajemen
kualitas yang harus dipahami oleh manajer proyek sebagai dasar kompetensi
untuk mencapai salah satu tolak ukur keberhasilan proyek konstruksi.
2. Variabel bebas (Independent variable) dalam penelitian ini yaitu
keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh manajer proyek meliputi:
Conceptual Skills, Technical Skills, dan Soft Skills.
3.4.1 Variabel terikat (Dependent variable)
Variabel terikat (dependent variable) sebagai obyek pokok yang
difokuskan berupa peningkatan kinerja proyek. Variabel terikat (Variabel Y)
menggambarkan seberapa besar pemahaman dan penerapan manajemen kualitas
oleh manajer proyek pada proyek konstruksi gedung, kemudian diukur
peningkatan kualitasnya dalam lima (5) Skala Likert sebagai berikut:
1 2 3 4 5
Sangat Buruk Buruk Cukup Baik Sangat Baik
Dari tabel 3.4 maka dapat dilihat bahwa pengaruh tingkat kompetensi
yang dimiliki oleh manajer proyek konstruksi terhadap peningkatan kinerja
proyek (variabel terikat) diukur dengan memberikan 5 skala relatif Peningkatan
kualitas kinerja proyek konstruksi, yaitu:
Tabel 3.4. Skala Kualitas Kinerja Manajer Proyek
Sumber: Hasil Olahan
64
1. Sangat Buruk: jika Manajer Proyek tidak pernah mengaplikasikan
manajemen kualitas saat menjalankan proyek konstruksi.
2. Buruk: jika Manajer Proyek agak jarang mengaplikasikan manajemen
kualitas saat menjalankan proyek konstruksi.
3. Cukup: jika Manajer Proyek cukup sering mengaplikasikan manajemen
kualitas saat menjalankan proyek konstruksi.
4. Baik: jika Manajer Proyek lebih sering mengaplikasikan manajemen kualitas
saat menjalankan proyek konstruksi.
5. Sangat Baik: jika Manajer Proyek selalu mengaplikasikan manajemen
kualitas saat menjalankan proyek konstruksi.
3.4.2 Variabel bebas (Independent variable).
Variabel bebas (dependent variable) berupa faktor-faktor kompetensi dan
aplikasinya bagi seorang manajer proyek konstruksi untuk mencapai kualitas
proyek yang baik yang berpengaruh dalam peningkatan kualitas kinerja proyek.
Berikut adalah contoh variabel-variabel untuk mengidentifikasi indikator
kompetensi manajer proyek konstruksi untuk mencapai peningkatan relatif
kualitas kinerja proyek konstruksi, sebagai berikut:
65
No. Bagaimana keterampilan
Manajer Proyek dalam hal:
1 Membangun hubungan/networking di dalam atau di luar organisasi proyek.
2 Memiliki kematangan yang tinggi dalam perencanaan yang baik dalam upaya mengurangi tekanan dan stres sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja tim.
3 Memahami hasil kajian AMDAL sebagai dasar pengelolaan lingkungan sekitar areal proyek.
4 Mampu mengambil keputusan sesuai peraturan dan batasan organisasi.
5 Mampu merumuskan cost database system (perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation sebelum pelaksanaan proyek.
6 Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah/ problem solving secara efektif dan efisien dalam hal sumber daya manusia maupun lingkungan sekitar proyek.
7 Berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada proyek yang dipimpin.
8 Memiliki pengalaman dan pemahaman yang menyeluruh mengenai teknis pekerjaan dari proyek yang dikelola olehnya.
9 Menentukan metode konstruksi yang sesuai dengan standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak.
10 Melakukan monitoring dan evaluasi perkembangan proyek terhadap lingkup, jadwal, dan anggaran serta sumber daya yang terlibat di dalamnya (man, machine, material).
11 Mampu merumuskan work breakdown structure (rangkaian aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada waktunya.
12 Mampu mengimplementasikan SMK3 konstruksi secara konsisten dan menyeluruh demi tercapainya zero accident.
13 Mampu merumuskan project action plan (pengendalian sumberdaya, pengendalian biaya, dan pengendalian waktu/jadwal) sesuai dengan cost database system yang telah dibuat sebelumnya.
Tabel 3.5. Contoh identifikasi indikator kompetensi bagi seorang manajer proyek untuk mencapai peningkatan kualitas kinerja proyek konstruksi yang baik
66
14 Mampu menerapkan 7 tools total quality management dalam menyelesaikan permasalahan di lapangan agar terwujud continous improvement.
15 Mampu menerapkan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek.
16 Mampu berkomunikasi dengan tim proyek, dalam hal ini manajer proyek memberikan penjelasan atau mempresentasikan prosedur yang diterapkan dalam menjalankan proyek.
17 Memiliki kemampuan negosiasi dalam bargaining dengan pemikiran yang tenang dan jernih menggunakan strategi dan loyalitas.
18 Mampu menjalin komunikasi dengan para supervisi K3 yang bertugas di lapangan.
19 Mampu mempertahankan kinerja maksimal walaupun dalam kondisi yang kurang kondusif.
20 Memiliki komitment dalam mencapai tujuan bersama.
21 Bersikap terus terang dan jujur.
22 Memiliki kemampuan membuat tim proyek tetap solid dan bersemangat.
23 Mampu membangun kedisiplinan kerja.
24 Mampu mengkomunikasikan prestasi kinerja proyek baik dengan tim lapangan proyek dan owner.
25 Mampu mengkomunikasikan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan kepada seluruh tim proyek sesuai dengan yang tertuang dalam dokumen AMDAL proyek.
Dari variabel diatas, kemudian dicari tingkat pengaruh dari masing-
masing variabel. Masing-masing variabel tersebut menghasilkan tingkat pengaruh
terhadap peningkatan kualitas kinerja pada proyek konstruksi.
Sumber: Hasil Olahan
Lanjutan Tabel 3.5.
67
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Metode mengumpulkan data yang digunakan adalah dengan metode non-
probability purposive sampling dari para tim proyek, seperti : supervisor
engineer, quality control, quantity surveyor, konsultan manajemen konstruksi,
konsultan mep, dan konsultan arsitek dalam bidang manajemen proyek
konstruksi gedung di Kabupaten Badung tahun 2012-2014. Alat yang digunakan
adalah kuesioner yang diberikan kepada responden yaitu tim proyek (pelaksana,
QS, QC, drafter, site manager, dan lain-lain) untuk mendapatkan jawaban tentang
kompetensi manajer proyek dan kualitas kinerja pekerjaan proyek konstruksi,
Kuesoiner yang disebarkan adalah kuesioner tertutup, dan kuesioner disajikan
dalam bentuk yang sederhana sehingga responden mengerti untuk memilih satu
jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya sebagai unit responden dengan
cara memberikan tanda silang (X) atau tanda checklist (√ ).
3.6 Instrumen Penelitian
Dalam penyusunan instrumen penelitian, ada beberapa faktor yang
menunjang dalam pengumpulan data yaitu:
1. Bentuk kuesioner
Untuk mengefektifkan tingkat pengambilan data dibutuhkan bentuk
kuesioner yang sesuai dengan instrumen penelitian dan mudah dipahami
oleh responden yaitu:
68
a. Bentuk kuesioner tingkat pemahaman (kompetensi) manajer proyek
terhadap aplikasi manajemen kualitas, hal ini untuk memudahkan
dalam mendiskripsikan proyek konstruksi di Kabupaten Badung.
b. Bentuk kuesioner penilaian kompetensi manajer proyek dan kualitas
kinerja pekerjaan proyek konstruksi, hal ini mengukur kompetensi
manajer proyek dan sejauh mana hasil peningkatan kualitas kinerja
proyek yang dikerjakan kontraktor dan untuk menganalisa korelasi
(hubungannya) terhadap kualitas pekerjaan pada pelaksanaan proyek
konstruksi gedung di Kabupaten Badung.
c. Untuk mengetahui ketepatan dan kecermatan pengukuran terhadap
instrument penelitian terlebih dahulu dilakukan studi pendahuluan (uji
coba validitas dan reliabilitas) terhadap instrumen penelitian sebelum
dilakukan pengambilan data lengkap yang sebenarnya
3.7 Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengukur pengaruh dari tingkat
pemahaman manajer proyek konstruksi dari aspek manajemen kualitas dalam
hubungannya dengan kinerja pelaksanaan proyek. Menurut Yin, (1994) bahwa
strategi metode penelitian perlu mempertimbangkan 3 (tiga) hal, yaitu jenis
pertanyaan yang digunakan, kendali terhadap peristiwa yang diteliti dan fokus
terhadap peristiwa yang sedang berjalan atau baru diselesaikan.
Jenis pertanyaan yang diperlukan untuk mendapatkan hasil yang
diinginkan, seperti apa dan berapa besar dapat dikelompokkan sebagai berikut:
69
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kualitas pelaksanaan proyek
konstruksi gedung di Kabupaten Badung ?
2. Bagaimana hubungan karakteristik Manajer Proyek terhadap kualitas
pelaksanaan proyek konstruksi gedung di Kabupaten Badung ?
Mengacu pada strategi penelitian yang disarankan Yin (2008), maka
pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan pendekatan survey
menggunakan kuesioner. Kuesioner akan disebarkan pada pakar dan responden,
seperti para tim proyek, seperti : supervisor engineer, quality control, quantity
surveyor, konsultan manajemen konstruksi, konsultan mep, dan konsultan arsitek
dalam bidang manajemen proyek konstruksi gedung dalam bidang proyek
konstruksi. Kuisioner tersebut akan diolah/dianalisis sehingga mendapatkan faktor
yang paling berpengaruh terhadap kualitas kinerja proyek konstruksi.
3.8 Analisis Data
Analisis data merupakan suatu proses pengolahan data yang diperoleh
melalui survei. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Analisis Faktor
Analisis faktor merupakan suatu analisis yang bertujuan untuk mereduksi
data untuk menemukan hubungan antara variabel yang saling independen
yang kemudian dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, sehingga bisa
terbentuk satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari
jumlah variabel awal.
70
2. Analisis Regresi Linier Berganda
Regresi merupakan suatu alat ukur yang juga dapat digunakan untuk
mengukur ada atau tidaknya korelasi antarvariabel. Jika kita memiliki dua
buah variabel atau lebih maka sudah selayaknya apabila kita ingin
mempelajari bagaimana variabel-variabel itu berhubungan atau dapat
diramalkan.
71
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabulasi Data
Tabulasi data merupakan proses menempatkan data dalam bentuk tabel
dengan cara membuat tabel yang berisikan data sesuai dengan kebutuhan analisis.
Adapun tabulasi data penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 1. Berikut
ringkasan tabulasi data yang telah dikelompokkan berdasarkan jabatan dan
pengalaman kerja responden sampel penelitian:
Tabel 4.1 Tabel responden sampel penelitian
No Jabatan/posisi Jumlah Prosentase
1 Site Manager 8 6.40%
2 Quality Control 8 6.40%
3 Quantity Surveyor 14 11.20%
4 Estimator 12 9.60%
5 Arsitek 3 2.40%
6 Pelaksana 28 22.40%
7 Logistik 12 9.60%
8 Supervisi K3 5 4.00%
9 Ahli Struktur 5 4.00%
10 Administrasi teknik 10 8.00%
11 Supervisi MEP 1 0.80%
12 Supervisi Struktur 2 1.60%
13 Drafter 14 11.20%
14 Supervisi teknik 1 0.80%
15 Supervisi arsitektur 1 0.80%
16 Kabag teknik 1 0.80%
Jumlah total 125 100.00% Sumber: Hasil Penelitian 2015
72
Tabel 4.2 Tabel pengalaman kerja responden sampel penelitian
No Pengalaman kerja (tahun) Jumlah Prosentase
1 1 s/d 5 69 55.20%
2 6 s/d 10 54 43.20%
3 > 10 2 1.60%
Jumlah total 125 100.00% Sumber: Hasil Penelitian 2015
Dari kedua tabel diatas dapat diketahui jumlah prosentase terbanyak
responden penelitian berasal dari jabatan pelaksana proyek sebesar 22,40%. Bila
dilihat dari pengalaman kerja, responden dengan tingkat pengalaman kerja antara
1s/d 5 tahun memiliki jumlah terbanyak sebesar 69 orang (55,20%) dari total
jumlah responden penelitian 125 orang. Jumlah dan prosentase responden di atas
nantinya akan berpengaruh terhadap hasil analisis statistik penelitian dengan
menggunakan bantuan software SPSS versi 17.0.
4.2 Hasil Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan dalam bab 1, maka
dapat dirumuskan hasil penelitian tersebut dengan menggunakan analisa faktor
dan analisa regresi linier berganda.
4.2.1 Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas bertujuan untuk mengetahui apakah instrument penelitian
mampu mengukur variabel yang ingin diukur dan dapat mengungkapkan data dari
73
variabel yang diteliti secara tepat. Untuk mengetahui tingkat validitas, perhatikan
angka pada corrected item total correlation yang merupakan korelasi antara skor
item dengan skor total item (nilai rhitung) dibandingkan dengan nilai rtabel.
Jika rhitung > rtabel (Riduwan,2011), maka item tersebut adalah valid dengan
menggunakan distribusi tabel r untuk α = 0,05 dengan df = (N-2) sehingga didapat
rtabel = 0,1478. Rekapitulasi analisis validitas menggunakan corrected item total
correlation dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut:
Tabel 4.3 Uji Validitas instrument
Variabel Koefisien Korelasi
Keterangan
Membangun hubungan/networking di dalam atau di luar organisasi proyek (X1)
0,565 > 0,1478 (Valid)
Memiliki kematangan yang tinggi dalam perencanaan yang baik dalam upaya mengurangi tekanan dan stres sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja tim (X2)
0,694 > 0,1478 (Valid)
Memahami hasil kajian AMDAL sebagai dasar pengelolaan lingkungan sekitar areal proyek (X3)
0,526 > 0,1478 (Valid)
Mampu mengambil keputusan sesuai peraturan dan batasan organisasi (X4)
0,420 > 0,1478 (Valid)
Mampu merumuskan cost database system (perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation sebelum pelaksanaan proyek (X5)
0,242 > 0,1478 (Valid)
Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah/ problem solving secara efektif dan efisien dalam hal sumber daya manusia maupun lingkungan sekitar proyek (X6)
0,214 > 0,1478 (Valid)
Berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada proyek yang dipimpin (X7)
0,457 > 0,1478 (Valid)
74
Memiliki pengalaman dan pemahaman yang menyeluruh mengenai teknis pekerjaan dari proyek yang dikelola olehnya (X8)
0,535 > 0,1478 (Valid)
Menentukan metode konstruksi yang sesuai dengan standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak (X9)
0,562 > 0,1478 (Valid)
Melakukan monitoring dan evaluasi perkembangan proyek terhadap lingkup, jadwal, dan anggaran serta sumber daya yang terlibat di dalamnya (man, machine, material) (X10)
0,591 > 0,1478 (Valid)
Mampu merumuskan work breakdown structure (rangkaian aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada waktunya (X11)
0,567
> 0,1478 (Valid)
Mampu mengimplementasikan SMK3 konstruksi secara konsisten dan menyeluruh demi tercapainya zero accident (X12)
0,631 > 0,1478 (Valid)
Mampu merumuskan project action plan (pengendalian sumberdaya, pengendalian biaya, dan pengendalian waktu/jadwal) sesuai dengan cost database system yang telah dibuat sebelumnya (X13)
0,587 > 0,1478 (Valid)
Mampu menerapkan 7 tools total quality management dalam menyelesaikan permasalahan di lapangan agar terwujud continous improvement (X14)
0,544 > 0,1478 (Valid)
Mampu menerapkan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek (X15)
0,419 > 0,1478 (Valid)
Mampu berkomunikasi dengan tim proyek, dalam hal ini manajer proyek memberikan penjelasan atau mempresentasikan prosedur yang diterapkan dalam menjalankan proyek (X16)
0,697 > 0,1478 (Valid)
Memiliki kemampuan negosiasi dalam bargaining dengan pemikiran yang tenang dan jernih menggunakan strategi dan loyalitas (X17)
0,705 > 0,1478 (Valid)
Mampu menjalin komunikasi dengan para supervisi K3 yang bertugas di lapangan (X18)
0,618 > 0,1478 (Valid)
Mampu mempertahankan kinerja maksimal walaupun dalam kondisi yang kurang kondusif (X19)
0,478 > 0,1478 (Valid)
Memiliki komitment dalam mencapai tujuan bersama (X20)
0,422 > 0,1478 (Valid)
Bersikap terus terang dan jujur (X21) 0,285 > 0,1478 (Valid)
Lanjutan Tabel 4.3.
75
Sumber: Hasil Penelitian 2015
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa instrumen penelitian X1 s/d X25
dapat dinyatakan valid, karena masing-masing butir pertanyaan memiliki
koefisien korelasi lebih besar dari 0,1478.
Sedangkan uji reliabilitas dilakukan dengan menganalisis data yang
berasal dari satu kali pengujian kuisioner. Reliabilitas diukur dari koefisien Alpha
(Malhotra, 1999). Bila koefisien alpha (Cronbach’s Alpha) > 0,60 maka
instrumen tersebut dinyatakan reliabel. Tabel 4.4. menampilkan hasil rekapitulasi
reliabilitas instrumen berdasarkan nilai koefisien Alpha Cronbach.
Tabel 4.4 Uji Reliabilitas Instrumen
Variabel Nilai
Cronbach's Alpha Hitung
Keterangan
Membangun hubungan/networking di dalam dan di luar organisasi proyek (X1)
0,880 > 0,60 (Reliabel)
Memiliki kematangan yang tinggi dalam perencanaan yang baik dalam upaya mengurangi tekanan dan stres sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja tim (X2)
0,861 > 0,60 (Reliabel)
Memahami hasil kajian AMDAL sebagai dasar pengelolaan lingkungan sekitar areal proyek (X3)
0,877 > 0,60 (Reliabel)
Mampu mengambil keputusan sesuai peraturan dan batasan organisasi (X4)
0,869 > 0,60 (Reliabel)
Memiliki kemampuan membuat tim proyek tetap solid dan bersemangat (X22)
0,424 > 0,1478 (Valid)
Mampu membangun kedisiplinan kerja (X23) 0,404 > 0,1478 (Valid) Mampu mengkomunikasikan prestasi kinerja proyek baik dengan tim lapangan proyek dan owner(X24)
0,346 > 0,1478 (Valid)
Mampu mengkomunikasikan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan kepada seluruh tim proyek sesuai dengan yang tertuang dalam dokumen AMDAL proyek (X25)
0,437 > 0,1478 (Valid)
Lanjutan Tabel 4.3.
76
Mampu merumuskan cost database system (perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation sebelum pelaksanaan proyek (X5)
0,873 > 0,60 (Reliabel)
Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah/ problem solving secara efektif dan efisien dalam hal sumber daya manusia maupun lingkungan sekitar proyek (X6)
0,875 > 0,60 (Reliabel)
Berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada proyek yang dipimpin (X7)
0,868 > 0,60 (Reliabel)
Memiliki pengalaman dan pemahaman yang menyeluruh mengenai teknis pekerjaan dari proyek yang dikelola olehnya (X8)
0,866 > 0,60 (Reliabel)
Menentukan metode konstruksi yang sesuai dengan standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak (X9)
0,865 > 0,60 (Reliabel)
Melakukan monitoring dan evaluasi perkembangan proyek terhadap lingkup, jadwal, dan anggaran serta sumber daya yang terlibat di dalamnya (man, machine, material) (X10)
0,865 > 0,60 (Reliabel)
Mampu merumuskan work breakdown structure (rangkaian aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada waktunya (X11)
0,865 > 0,60 (Reliabel)
Mampu mengimplementasikan SMK3 konstruksi secara konsisten dan menyeluruh demi tercapainya zero accident (X12)
0,864 > 0,60 (Reliabel)
Mampu merumuskan project action plan (pengendalian sumberdaya, pengendalian biaya, dan pengendalian waktu/jadwal) sesuai dengan cost database system yang telah dibuat sebelumnya (X13)
0,865 > 0,60 (Reliabel)
Mampu menerapkan 7 tools total quality management dalam menyelesaikan permasalahan di lapangan agar terwujud continous improvement (X14)
0,866 > 0,60 (Reliabel)
Mampu menerapkan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek (X15)
0,870 > 0,60 (Reliabel)
Mampu berkomunikasi dengan tim proyek, dalam hal ini manajer proyek memberikan penjelasan atau mempresentasikan prosedur yang diterapkan dalam menjalankan proyek (X16)
0,861 > 0,60 (Reliabel)
Memiliki kemampuan negosiasi dalam bargaining dengan pemikiran yang tenang dan jernih menggunakan strategi dan loyalitas (X17)
0,860 > 0,60 (Reliabel)
Lanjutan Tabel 4.4.
77
Mampu menjalin komunikasi dengan para supervisi K3 yang bertugas di lapangan (X18)
0,864 > 0,60 (Reliabel)
Mampu mempertahankan kinerja maksimal walaupun dalam kondisi yang kurang kondusif (X19)
0,868 > 0,60 (Reliabel)
Memiliki komitment dalam mencapai tujuan bersama (X20)
0,869 > 0,60 (Reliabel)
Bersikap terus terang dan jujur (X21) 0,873 > 0,60 (Reliabel) Memiliki kemampuan membuat tim proyek tetap solid dan bersemangat (X22)
0,877 > 0,60 (Reliabel)
Mampu membangun kedisiplinan kerja (X23) 0,879 > 0,60 (Reliabel) Mampu mengkomunikasikan prestasi kinerja proyek baik dengan tim lapangan proyek dan owner(X24)
0,872 > 0,60 (Reliabel)
Mampu mengkomunikasikan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan kepada seluruh tim proyek sesuai dengan yang tertuang dalam dokumen AMDAL proyek (X25)
0,869 > 0,60 (Reliabel)
Sumber: Hasil Penelitian 2015
Dari hasil rekapitulasi hasil uji reliabilitas seperti pada tabel 4.4. dapat
diketahui bahwa semua variabel penelitian X1 s/d X25 adalah reliabel, karena
seluruhnya mempunyai koefisien alpha lebih besar dari 0,60.
Setelah semua variabel dinyatakan valid dan reliabel maka dapat
dilanjutkan dengan analisis faktor untuk mencari/menganalisis faktor-faktor dalam
karakteristik manajer proyek yang mempengaruhi kualitas kinerja pelaksanaan
proyek konstruksi gedung di Kabupaten Badung.
4.2.2 Faktor-Faktor dalam Karakteristik Manajer Proyek yang
Mempengaruhi Kinerja Pelaksanaan Proyek Konstruksi Gedung
Untuk keperluan pembuatan matrix korelasi maka digunakan Kaiser
Mayer-Olkin and Bartlett’s test dan Anti Image Correlation test. Besarnya KMO
minimal 0,5 dan jika nilai KMO dibawah 0,5 maka analisis faktor tidak bisa
Lanjutan Tabel 4.4.
78
digunakan. Maka untuk menguji ke- 25 variabel tersebut, hal ini dapat dilihat dari
KMO MSA (Kaiser Meyer Olkin Measure of Sampling Adequancy) > 0,5 dan
nilai signifikansi < 0,05 yang memiliki arti bahwa antar variabel cukup kuat
sehingga analisis faktor dapat dilanjutkan (Utama,2014).
Berikut dapat ditampilkan pada tabel 4.5 yang memuat nilai KMO dan
Bartlett’s test (MSA) dengan pengolahan data menggunakan SPSS for windows
versi 17.0, yaitu:
Tabel 4.5 Hasil Tes KMO and Bartlett's Test Tahap I
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy.
.789
Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square 1664.709
df 300
Sig. .000
Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
Pada tabel KMO dan Bartlett’s Test, nilai KMO Measure of Sampling
Adequacy (MSA) sebesar 0,789. Oleh karena 0,789 > 0,5 dan dilihat dari
Bartlett’s Test of sphericity dengan nilai chi square sebesar 1664.709 dengan
signifikansi 0,000 < 0,05 (5%) berarti kumpulan variabel dapat diproses lebih
lanjut, maka proses analisis faktor dapat dilanjutkan.
Proses selanjutnya adalah melihat nilai anti image matrix untuk
menentukan variabel mana saja yang layak digunakan dalam analisis lanjutan.
Bila nilai anti image correlation variabel > 0,5 maka variabel tersebut dapat
dianalisis lebih lanjut. Sedangkan bila nilai anti image correlation < 0,5 maka
79
variabel tersebut harus dikeluarkan. Tabel 4.6 menunjukkan nilai anti image
correlation, sebagai berikut:
Tabel 4.6 Ringkasan Tabel Anti Image Correlation Tahap I
Variabel MSA
Membangun hubungan yang kuat/networking di dalam atau di luar organisasi proyek (X1)
0,406
Memiliki kematangan yang tinggi dalam perencanaan yang baik dalam upaya mengurangi tekanan dan stres sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja tim (X2)
0,864
Memahami hasil kajian AMDAL sebagai dasar pengelolaan lingkungan sekitar areal proyek (X3)
0,484
Mampu mengambil keputusan sesuai peraturan dan batasan organisasi (X4)
0,867
Mampu merumuskan cost database system (perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation sebelum pelaksanaan proyek (X5)
0,738
Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah/ problem solving secara efektif dan efisien dalam hal sumber daya manusia maupun lingkungan sekitar proyek (X6)
0,702
Berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada proyek yang dipimpin (X7)
0,769
Memiliki pengalaman dan pemahaman yang menyeluruh mengenai teknis pekerjaan dari proyek yang dikelola olehnya (X8)
0,779
Menentukan metode konstruksi yang sesuai dengan standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak (X9)
0,731
Melakukan monitoring dan evaluasi perkembangan proyek terhadap lingkup, jadwal, dan anggaran serta sumber daya yang terlibat di dalamnya (man, machine, material) (X10)
0,830
Mampu merumuskan work breakdown structure (rangkaian aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada waktunya (X11)
0,790
Mampu mengimplementasikan SMK3 konstruksi secara konsisten dan menyeluruh demi tercapainya zero accident (X12)
0,836
Mampu merumuskan project action plan (pengendalian sumberdaya, pengendalian biaya, dan pengendalian waktu/jadwal) sesuai dengan cost database system yang telah dibuat sebelumnya (X13)
0,823
80
Mampu menerapkan 7 tools total quality management dalam menyelesaikan permasalahan di lapangan agar terwujud continous improvement (X14)
0,869
Mampu menerapkan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek (X15)
0,811
Mampu berkomunikasi dengan tim proyek, dalam hal ini manajer proyek memberikan penjelasan atau mempresentasikan prosedur yang diterapkan dalam menjalankan proyek (X16)
0,844
Memiliki kemampuan negosiasi dalam bargaining dengan pemikiran yang tenang dan jernih menggunakan strategi dan loyalitas (X17)
0,845
Mampu menjalin komunikasi dengan para supervisi K3 yang bertugas di lapangan (X18)
0,858
Mampu mempertahankan kinerja maksimal walaupun dalam kondisi yang kurang kondusif (X19)
0,861
Memiliki komitment dalam mencapai tujuan bersama (X20) 0,795
Bersikap terus terang dan jujur (X21) 0,749 Memiliki kemampuan membuat tim proyek tetap solid dan bersemangat (X22)
0,493
Mampu membangun kedisiplinan kerja (X23) 0,614
Mampu mengkomunikasikan prestasi kinerja proyek baik dengan tim lapangan proyek dan owner (X24)
0,836
Mampu mengkomunikasikan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan kepada seluruh tim proyek sesuai dengan yang tertuang dalam dokumen AMDAL proyek (X25)
0,845
Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
Dari olah statistik pada tabel 4.6 dapat terlihat bahwa terdapat 3 variabel
yang memiliki nilai MSA < 0,5 yaitu: X1, X3,dan X22 sehingga ketiga variabel
tersebut harus dikeluarkan dan tidak dapat analisis lebih lanjut. Sedangkan 22
variabel lainnya memiliki nilai MSA > 0,5 dan memenuhi syarat untuk dianalisis
lebih lanjut. Namun secara fakta di lapangan variabel X1, X3,dan X22
mempunyai hubungan dan pengaruh terhadap kualitas kinerja pelaksanaan proyek
konstruksi gedung di Kabupaten Badung.
Lanjutan Tabel 4.6.
81
Pada analisis faktor tahap 2, variabel X1, X3,dan X22 tidak
diikutsertakan. Dari hasil pengolahan tahap 2 dapat ditampilkan nilai MSA pada
tabel 4.7 sebagai berikut:
Tabel 4.7 Hasil Tes KMO and Bartlett's Test Tahap II
Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
Pada tabel KMO dan Bartlett’s Test, nilai KMO Measure of Sampling
Adequacy (MSA) sebesar 0,835. Oleh karena 0,835 > 0,5 dan dilihat dari
Bartlett’s Test of sphericity dengan nilai chi square sebesar 1294.447 dengan
signifikansi 0,000 < 0,05 (5%) berarti kumpulan variabel dapat diproses lebih
lanjut, maka proses analisis faktor dapat dilanjutkan.
Proses selanjutnya adalah melihat nilai anti image matrix untuk
menentukan variabel mana saja yang layak digunakan dalam analisis lanjutan.
Bila nilai anti image correlation variabel > 0,5 maka variabel tersebut dapat
dianalisis lebih lanjut. Sedangkan bila nilai anti image correlation < 0,5 maka
variabel tersebut harus dikeluarkan. Tabel 4.8 menunjukkan nilai anti image
correlation, sebagai berikut:
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy.
.835
Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square 1294.447
Df 231
Sig. .000
82
Tabel 4.8 Ringkasan Tabel Anti Image Correlation Tahap II
Variabel MSA
Memiliki kematangan yang tinggi dalam perencanaan yang baik dalam upaya mengurangi tekanan dan stres sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja tim (X2)
0,892
Mampu mengambil keputusan sesuai peraturan dan batasan organisasi (X4)
0,885
Mampu merumuskan cost database system (perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation sebelum pelaksanaan proyek (X5)
0,739
Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah/ problem solving secara efektif dan efisien dalam hal sumber daya manusia maupun lingkungan sekitar proyek (X6)
0,713
Berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada proyek yang dipimpin (X7)
0,787
Memiliki pengalaman dan pemahaman yang menyeluruh mengenai teknis pekerjaan dari proyek yang dikelola olehnya (X8)
0,798
Menentukan metode konstruksi yang sesuai dengan standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak (X9)
0,759
Melakukan monitoring dan evaluasi perkembangan proyek terhadap lingkup, jadwal, dan anggaran serta sumber daya yang terlibat di dalamnya (man, machine, material) (X10)
0,869
Mampu merumuskan work breakdown structure (rangkaian aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada waktunya (X11)
0,804
Mampu mengimplementasikan SMK3 konstruksi secara konsisten dan menyeluruh demi tercapainya zero accident (X12)
0,852
Mampu merumuskan project action plan (pengendalian sumberdaya, pengendalian biaya, dan pengendalian waktu/jadwal) sesuai dengan cost database system yang telah dibuat sebelumnya (X13)
0,841
Mampu menerapkan 7 tools total quality management dalam menyelesaikan permasalahan di lapangan agar terwujud continous improvement (X14)
0,889
Mampu menerapkan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek (X15)
0,844
Mampu berkomunikasi dengan tim proyek, dalam hal ini manajer proyek memberikan penjelasan atau mempresentasikan prosedur yang diterapkan dalam menjalankan proyek (X16)
0,848
Memiliki kemampuan negosiasi dalam bargaining dengan pemikiran yang tenang dan jernih menggunakan strategi dan loyalitas (X17)
0,876
83
Mampu menjalin komunikasi dengan para supervisi K3 yang bertugas di lapangan (X18) 0,872
Mampu mempertahankan kinerja maksimal walaupun dalam kondisi yang kurang kondusif (X19)
0,847
Memiliki komitment dalam mencapai tujuan bersama (X20) 0,825
Bersikap terus terang dan jujur (X21) 0,755
Mampu membangun kedisiplinan kerja (X23) 0,544
Mampu mengkomunikasikan prestasi kinerja proyek baik dengan tim lapangan proyek dan owner (X24)
0,850
Mampu mengkomunikasikan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan kepada seluruh tim proyek sesuai dengan yang tertuang dalam dokumen AMDAL proyek (X25)
0,840
Pada tabel anti image matrix, terlihat bahwa tidak ada variabel dengan
MSA yang kurang dari 0,5 sehingga seluruh variabel (22 variabel) tersebut
memenuhi syarat untuk analisis faktor. Maka proses analisis faktor dapat
dilanjutkan dengan mencari nilai communalities dari 22 variabel dengan metode
Principal Component Analysis.
4.2.3 Communalities (kebersamaan)
Angka communalities merupakan sebuah nilai yang menunjukkan
seberapa baik suatu variabel yang diwakili oleh setiap kelompok faktor yang
terbentuk (Santosa, 2004). Angka communalities untuk variabel X2 = 0,668.
Angka communalities sebesar 0,668 berarti sekitar 66,8 % varians dari variabel
X2 dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Sedangkan angka communalities
untuk variabel X4 sebesar 0,596 berarti sekitar 59,6 % varians dari variabel X4
dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Demikian juga untuk variabel lainnya
Lanjutan Tabel 4.8.
84
dapat dilihat pada tabel 4.9 dibawah ini. Semakin kecil angka communalities suatu
variabel, berarti semakin lemah hubungannya dengan faktor yang terbentuk.
Tabel 4.9. Nilai Communalities (kebersamaan)
Variabel Communalities
Memiliki kematangan yang tinggi dalam perencanaan yang baik dalam upaya mengurangi tekanan dan stres sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja tim (X2)
0,668
Mampu mengambil keputusan sesuai peraturan dan batasan organisasi (X4)
0,596
Mampu merumuskan cost database system (perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation sebelum pelaksanaan proyek (X5)
0,754
Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah/ problem solving secara efektif dan efisien dalam hal sumber daya manusia maupun lingkungan sekitar proyek (X6)
0,657
Berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada proyek yang dipimpin (X7)
0,787
Memiliki pengalaman dan pemahaman yang menyeluruh mengenai teknis pekerjaan dari proyek yang dikelola olehnya (X8)
0,761
Menentukan metode konstruksi yang sesuai dengan standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak (X9)
0,826
Melakukan monitoring dan evaluasi perkembangan proyek terhadap lingkup, jadwal, dan anggaran serta sumber daya yang terlibat di dalamnya (man, machine, material) (X10)
0,615
Mampu merumuskan work breakdown structure (rangkaian aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada waktunya (X11)
0,830
Mampu mengimplementasikan SMK3 konstruksi secara konsisten dan menyeluruh demi tercapainya zero accident (X12)
0,729
Mampu merumuskan project action plan (pengendalian sumberdaya, pengendalian biaya, dan pengendalian waktu/jadwal) sesuai dengan cost database system yang telah dibuat sebelumnya (X13)
0,705
Mampu menerapkan 7 tools total quality management dalam menyelesaikan permasalahan di lapangan agar terwujud continous improvement (X14)
0,604
Mampu menerapkan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek (X15)
0,590
85
Mampu berkomunikasi dengan tim proyek, dalam hal ini manajer proyek memberikan penjelasan atau mempresentasikan prosedur yang diterapkan dalam menjalankan proyek (X16)
0,801
Memiliki kemampuan negosiasi dalam bargaining dengan pemikiran yang tenang dan jernih menggunakan strategi dan loyalitas (X17)
0,752
Mampu menjalin komunikasi dengan para supervisi K3 yang bertugas di lapangan (X18)
0,778
Mampu mempertahankan kinerja maksimal walaupun dalam kondisi yang kurang kondusif (X19)
0,736
Memiliki komitment dalam mencapai tujuan bersama (X20) 0,714
Bersikap terus terang dan jujur (X21) 0,643
Mampu membangun kedisiplinan kerja (X23) 0,640
Mampu mengkomunikasikan prestasi kinerja proyek baik dengan tim lapangan proyek dan owner (X24)
0,640
Mampu mengkomunikasikan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan kepada seluruh tim proyek sesuai dengan yang tertuang dalam dokumen AMDAL proyek (X25)
0,644
Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
4.3 Menentukan Hubungan Regresi
4.3.1 Hubungan Karakteristik Manajer Proyek terhadap Kinerja Biaya
Pelaksanaan Proyek
Dalam menentukan hubungan karakteristik manajer proyek dengan
kinerja biaya pelaksanaan konstruksi gedung menggunakan analisis regresi linier
berganda. Pada analisis ini variabel terikat adalah kinerja biaya pelaksanaan
proyek dan variabel bebas terdiri dari 22 variabel. Sebelum dilakukan analisis
terhadap variabel-variabel tersebut, akan diuraikan terlebih dahulu uji asumsi
klasik, uji goodness of fit, uji simultan/serempak (uji F), serta uji parsial (uji t).
Lanjutan Tabel 4.9.
86
1. Uji Asumsi Klasik:
Uji asumsi klasik diperlukan agar model regresi yang disusun memberikan
hasil yang tidak bias/nilai sebenarnya dengan nilai dugaan tidak sama,
maka perlu dilakukan uji asumsi klasik (Gujarati, 1995).
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data dipergunakan untuk menentukan apakah data
terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas yang
dipergunakan adalah plot grafik yaitu asumsi normalitas terpenuhi jika
titik-titik pada grafik mendekati sumbu diagonalnya.
Gambar 4.1. Grafik Uji Normalitas
Gambar 4.1 menunjukkan bahwa titik-titik pada grafik telah
mendekati atau hampir berhimpit dengan sumbu diagonal atau
membentuk sudut 450 dengan garis mendatar. Interpretasinya adalah
87
bahwa nilai residual pada model penelitian telah terdistribusi secara
normal.
b. Uji Multikolinearitas
Penelitian ini mempergunakan uji asumsi klasik yang dianggap
penting yaitu tidak terdapat multikolinearitas antar variabel
independen. Multikolinearitas berarti adanya hubungan linear yang
sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang
menjelaskan model regresi.
Uji multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan nilai variance
inflation factor (VIF). Model dinyatakan terbebas dari gangguan
multikolinearitas jika mempunyai nilai VIF dibawah 10 atau tolerance
diatas 0,1 (Santoso, 2000). Berikut adalah uji multikolinearitas dalam
penelitian ini:
Tabel 4.10. Uji Multikolinearitas
Model Sig.
Colinearity Statistics
Tolerance VIF
1 Constant 0.012
X2 0,142 0,335 2,982
X4 0,042 0,655 1,528
X5 0,001 0,752 1,331
X6 0,227 0,775 1,291
X7 0,000 0,295 3,395
X8 0,766 0,286 3,496
X9 0,018 0,240 4,162
X10 0,514 0,438 2,283
X11 0,006 0,233 4,297
88
X12 0,319 0,312 3,209
X13 0,880 0,344 2,907
X14 0,161 0,520 1,924
X15 0,035 0,562 1,780
X16 0,469 0,252 3,972
X17 0,616 0,313 3,190
X18 0,437 0,318 3,148
X19 0,000 0,611 1,635
X20 0,002 0,620 1,614
X21 0,019 0,726 1,377
X23 0,447 0,801 1,248
X24 0,086 0,756 1,323
X25 0,664 0,615 1,627
a. Dependent Variable: Ybiaya
Tabel diatas memberikan semua nilai VIF dibawah 10, berarti tidak
terdapat gejala multikolinearitas atau dengan kata lain tidak terdapat
korelasi antar variabel bebas pada model dalam penelitian ini sehingga
analisis dapat dilakukan lebih lanjut.
2. Uji Goodness of Fit
Uji goodness of fit adalah untuk melihat kesesuaian model, atau seberapa
besar kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan varians variabel
terikatnya. Berikut adalah hasil perhitungan nilai R dan koefisien
determinasi dalam penelitian ini:
Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
Lanjutan Tabel 4.10.
89
Tabel 4.11 Uji Goodness of Fit
Model R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
Durbin-
Watson
R Square
Change F Change df1 df2
Sig. F
Change
1 0,821a 0,674 0,604 0,370 0,674 9,601 22 102 0,000 1,880
a. Predictors: (Constant), X25, X23, X5, X24, X8, X21, X6, X15, X19, X4, X20, X10, X14, X7, X13, X17, X2, X18, X12, X16, X9, X11
b. Dependent Variable: Ybiaya
Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
Tabel tersebut memberikan nilai R sebesar 0,821 pada model penelitian.
Hal ini menunjukkan pengertian bahwa variabel terikat (Y) dipengaruhi
sebesar 82,1% oleh variabel-variabel bebas, sedangkan sisanya 17,9%
dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain. Koefisien determinasi (R square)
berkisar pada angka 0 sampai 1, dengan catatan semakin kecil angka R
square semakin lemah hubungan kedua atau lebih variabel tersebut.
3. Uji Simultan/serempak (uji F)
Pada tabel 4.12 dapat dilihat hasil dari uji Anova/uji ‘F’ sebagai berikut:
Tabel 4.12. Uji ‘F’ (uji Annova)
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 28,938 22 1,315 9,601 0,000a
Residual 13,974 102 0,137
Total 42,912 124 a. Predictors: (Constant), X25, X23, X5, X24, X8, X21, X6, X15, X19, X4, X20, X10, X14, X7, X13, X17, X2, X18, X12, X16, X9, X11
b. Dependent Variable: Ybiaya
Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
90
Adapun keputusan yang dapat diambil dimana F (9,601) > Ftabel (1,7110),
atau dapat dilihat dari nilai signifikansi yaitu signifikansi < α (0,000 <
0,05) maka keputusannya adalah H0 ditolak, artinya paling tidak salah
satu dari βi dimana i=1,2,3,…..,22 berpengaruh signifikan. Oleh sebab itu
perlu dilakukan uji parsial untuk mengetahui variabel mana yang
berpengaruh signifikan terhadap kinerja biaya pelaksanaan proyek (YI).
4. Uji Parsial (uji ‘t’)
Uji ‘t’ (uji parsial) adalah untuk melihat pengaruh variabel-variabel bebas
secara parsial terhadap variabel terikatnya. Berikut ini adalah hasil
perhitungan uji t dan signifikansinya dalam penelitian ini:
Tabel 4.13. Uji ‘t’ (uji parsial)
Model
Unstandardized Coefficients
t Sig.
B Std.
Error (Constant) 0,973 0,382 2,549 0,012
X2 0,099 0,067 1,481 0,142 X4 0,108 0,052 2,060 0,042
X5 -0,224 0,065 -3,417 0,001 X6 0,058 0,048 1,215 0,227 X7 0,333 0,078 4,262 0,000
X8 0,024 0,080 0,298 0,766 X9 0,207 0,086 2,406 0,018
X10 -0,048 0,073 -0,655 0,514
X11 -0,238 0,086 -2,782 0,006 X12 -0,086 0,086 -1,001 0,319 X13 -0,012 0,082 -0,151 0,888
X14 0,092 0,065 1,413 0,161
91
X15 -0,106 0,050 -2,132 0,035
X16 -0,055 0,076 -0,728 0,469 X17 -0,031 0,062 -0,503 0,616
X18 0,058 0,075 0,781 0,437 X19 0,329 0,051 6,489 0,000
X20 0,188 0,058 3,225 0,002 X21 0,148 0,062 2,385 0,019 X23 -0,034 0,045 -0,763 0,447
X24 -0,077 0,044 -1,733 0,086 X25 0,022 0,051 0,435 0,664
a. Dependent Variable: Ybiaya Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
Dapat dilihat pada tabel output SPSS regresi berganda di atas bahwa yang
dikatakan signifikan/berpengaruh terhadap kinerja biaya pelaksanaan
adalah variabel bebas yang memiliki nilai signifikansi α < 0,05 (tingkat
kesalahan 5%).
Selanjutnya dapat dilakukan uji t-test atau Student-t Distribution, dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat kepercayaan tiap variabel bebas dalam
persamaan atau model regresi dipergunakan dalam memprediksi nilai Y,
Uji t dilakukan dengan cara uji hipotesis nol yaitu bahwa konstanta dan
koefisien variabel Xi sama dengan nol.
b. Menguji pengaruh variabel (X5) terhadap kinerja biaya pelaksanaan
proyek (YI)
Hipotesis:
H0 : β1 = 0 (Mampu merumuskan cost database system (perencanaan
sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan pekerjaan)
Lanjutan Tabel 4.13.
92
sebagai acuan dalam proses cost estimation sebelum pelaksanaan
proyek tidak berpengaruh terhadap kinerja biaya pelaksanaan proyek)
H1 : β1 > 0 (Mampu merumuskan cost database system (perencanaan
sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan pekerjaan)
sebagai acuan dalam proses cost estimation sebelum pelaksanaan
proyek berpengaruh signifikan terhadap kinerja biaya pelaksanaan
proyek).
Level of signifikan α = 0,05
Kriteria pengujian:
H0 ditolak jika t-value > t tabel (berpengaruh)
H0 diterima jika t-value < t tabel (tidak ada pengaruh)
Perhitungan: 417,3)ˆ(
ˆ
1
11
SEt
Keputusan: oleh karena t-value (3,417) > 1,708 dan jika dilihat dari
nilai signifikansi (0,001) < α (0,05) maka keputusannya adalah H0
ditolak, artinya variabel X5 berpengaruh secara signifikan terhadap
kinerja biaya pelaksanaan proyek (YI).
93
c. Menguji pengaruh variabel (X2) terhadap kinerja biaya pelaksanaan
proyek (YI)
Hipotesis:
H0 : β1 = 0 (Membangun hubungan yang kuat/networking di dalam
dan di luar organisasi proyek tidak berpengaruh terhadap kinerja biaya
pelaksanaan proyek)
H1 : β1 > 0 (Membangun hubungan yang kuat/networking di dalam
dan di luar organisasi proyek berpengaruh signifikan terhadap kinerja
biaya pelaksanaan)
Level of signifikan α = 0,05
Kriteria pengujian:
H0 ditolak jika t-value > t tabel (berpengaruh)
H0 diterima jika t-value < t tabel (tidak ada pengaruh)
Perhitungan: 481,1)ˆ(
ˆ
1
11
SEt
Keputusan: oleh karena t-value (1,481) < 1,708 dan jika dilihat dari
nilai signifikansi (0,291) > α (0,05) maka keputusannya adalah H0
diterima, artinya variabel X2 tidak berpengaruh signifikan terhadap
kinerja biaya pelaksanaan proyek (YI).
94
Adapun rekapitulasi uji t-test berupa pengaruh variabel-variabel bebas
secara parsial terhadap variabel terikatnya sebagai berikut:
Tabel 4.14 Rekapitulasi Uji t-test
Variabel Bebas
thitung ttabel Signifikansi Keputusan Keterangan
X2 1.481 1,708 0.142 Terima H0 Tidak berpengaruh
X4 2.06 1,708 0.042 Tolak H0 Berpengaruh
X5 -3.417 1,708 0.001 Tolak H0 Berpengaruh
X6 1.215 1,708 0.227 Terima H0 Tidak Berpengaruh
X7 4.262 1,708 0.000 Tolak H0 Berpengaruh
X8 0.298 1,708 0.766 Terima H0 Tidak Berpengaruh
X9 2.406 1,708 0.018 Tolak H0 Berpengaruh
X10 -0.655 1,708 0.514 Terima H0 Tidak berpengaruh
X11 -2.782 1,708 0.006 Tolak H0 Berpengaruh
X12 -1.001 1,708 0.319 Terima H0 Tidak berpengaruh
X13 -0.151 1,708 0.888 Terima H0 Tidak berpengaruh
X14 1.413 1,708 0.161 Terima H0 Tidak berpengaruh
X15 -2.132 1,708 0.035 Tolak H0 Berpengaruh
X16 -0.728 1,708 0.469 Terima H0 Tidak berpengaruh
X17 -0.503 1,708 0.616 Terima H0 Tidak berpengaruh
X18 0.781 1,708 0.437 Terima H0 Tidak berpengaruh
X19 6.489 1,708 0.000 Tolak H0 Berpengaruh
X20 3.225 1,708 0.002 Tolak H0 Berpengaruh
X21 2.385 1,708 0.019 Tolak H0 Berpengaruh
X23 -0.763 1,708 0.447 Terima H0 Tidak berpengaruh
X24 -1.733 1,708 0.086 Terima H0 Tidak berpengaruh
X25 0.435 1,708 0.664 Terima H0 Tidak berpengaruh
Sumber: Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
Analisa regresi berganda ini dilakukan terhadap kombinasi variabel
penentu yang telah ditetapkan, dan dihasilkan model regresi berganda
secara linier.
95
Persamaan regresi berganda didapat:
Keterangan:
YI : Kinerja biaya pelaksanaan proyek
X4 : Mampu mengambil keputusan sesuai peraturan dan batasan
organisasi.
X5 : Mampu merumuskan cost database system (perencanaan
sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan
pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation sebelum
pelaksanaan proyek.
X7 : Berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada proyek
yang dipimpin.
X9 : Menentukan metode konstruksi yang sesuai dengan standar
kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak.
X11 : Mampu merumuskan work breakdown structure (rangkaian
aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan
pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada
waktunya.
X15 : Mampu menerapkan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan
sesuai dengan dokumen AMDAL proyek.
YI = 0,973 + 0,108X4 – 0,224X5 + 0,333X7 + 0,207X9 – 0,238X11 – 0,106X15 + 0,329X19
+ 0,188X20 + 0,148X21
96
X19 : Mampu mempertahankan kinerja maksimal walaupun dalam
kondisi yang kurang kondusif.
X20 : Memiliki komitmen dalam mencapai tujuan bersama.
X21 : Bersikap terus terang dan jujur.
Penjelasan:
Koefisien regresi sebesar -0,224 menyatakan bahwa setiap penurunan
(karena tanda -) yaitu mampu merumuskan cost database system
(perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan
pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation sebelum
pelaksanaan proyek senilai -0,224 akan mengakibatkan menurunnya
kinerja biaya pelaksanaan proyek sebesar - 0,224. Sebaliknya jika terjadi
peningkatan (+) kemampuan merumuskan cost database system
(perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan
pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation sebelum
pelaksanaan proyek senilai 0,224 juga diprediksi mengalami peningkatan
sebesar + 0,224. Jadi, dalam hal ini kenaikan atau penurunan variabel
bebas (X5) akan mengakibatkan kenaikan atau penurunan variabel terikat
(YI), dan seterusnya (Riduwan, 2011).
97
4.3.2 Hubungan Karakteristik Manajer Proyek terhadap Kinerja Mutu
Pelaksanaan Proyek
Dalam menentukan hubungan karakteristik manajer proyek dengan
kinerja mutu pelaksanaan konstruksi gedung menggunakan analisis regresi linier
berganda. Pada analisis ini variabel terikat adalah kinerja mutu pelaksanaan
proyek dan variabel bebas terdiri dari 22 variabel. Sebelum dilakukan analisis
terhadap variabel-variabel tersebut, akan diuraikan terlebih dahulu uji asumsi
klasik, uji goodness of fit, uji simultan/serempak (uji F), serta uji parsial (uji t).
1. Uji Asumsi Klasik:
Uji asumsi klasik diperlukan agar model regresi yang disusun
memberikan hasil yang tidak bias/nilai sebenarnya dengan nilai dugaan
tidak sama, maka perlu dilakukan uji asumsi klasik (Gujarati, 1995).
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data dipergunakan untuk menentukan apakah data
terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas yang
dipergunakan adalah plot grafik yaitu asumsi normalitas terpenuhi
jika titik-titik pada grafik mendekati sumbu diagonalnya.
98
Gambar 4.2. Grafik Uji Normalitas
Gambar 4.2 menunjukkan bahwa titik-titik pada grafik telah
mendekati atau hampir berhimpit dengan sumbu diagonal atau
membentuk sudut 450 dengan garis mendatar. Interpretasinya adalah
bahwa nilai residual pada model penelitian telah terdistribusi secara
normal.
b. Uji Multikolinearitas
Penelitian ini mempergunakan uji asumsi klasik yang dianggap
penting yaitu tidak terdapat multikolinearitas antar variabel
independen. Multikolinearitas berarti adanya hubungan linear yang
sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang
menjelaskan model regresi.
Uji multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan nilai variance
inflation factor (VIF). Model dinyatakan terbebas dari gangguan
99
multikolinearitas jika mempunyai nilai VIF dibawah 10 atau
tolerance diatas 0,1 (Santoso, 2000). Berikut adalah uji
multikolinearitas dalam penelitian ini:
Tabel 4.15. Uji Multikolinearitas
Model Sig. Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant) 0,012
X2 0,291 0,335 2,982
X4 0,047 0,655 1,528
X5 0,001 0,752 1,331
X6 0,088 0,775 1,291
X7 0,001 0,295 3,395
X8 0,822 0,286 3,496
X9 0,000 0,240 4,162
X10 0,983 0,438 2,283
X11 0,029 0,233 4,297
X12 0,963 0,312 3,209
X13 0,717 0,344 2,907
X14 0,597 0,520 1,924
X15 0,038 0,562 1,780
X16 0,766 0,252 3,972
X17 0,063 0,313 3,190
X18 0,689 0,318 3,148
X19 0,000 0,611 1,635
X20 0,398 0,620 1,614
X21 0,867 0,726 1,377
X23 0,003 0,801 1,248
X24 0,055 0,756 1,323
X25 0,123 0,615 1,627
Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
100
Tabel diatas memberikan semua nilai VIF dibawah 10, berarti tidak
terdapat gejala multikolinearitas atau dengan kata lain tidak terdapat
korelasi antar variabel bebas pada model dalam penelitian ini
sehingga analisis dapat dilakukan lebih lanjut.
2. Uji Goodness of Fit
Uji goodness of fit adalah untuk melihat kesesuaian model, atau seberapa
besar kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan varians variabel
terikatnya. Berikut adalah hasil perhitungan nilai R dan koefisien
determinasi dalam penelitian ini:
Tabel 4.16. Uji Goodness of Fit
Model R R
Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
Change Statistics
Durbin-Watson
R Square Change
F Change
df1 df2 Sig. F
Change
1 0,834a 0,696 0,630 0,417 0,696 10,593 22 102 0,000 2,011
a. Predictors: (Constant), X25, X23, X5, X24, X8, X21, X6, X15, X19, X4, X20, X10, X14, X7, X13, X17, X2, X18, X12, X16, X9, X11
b. Dependent Variable: Y
Sumber: Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
Tabel tersebut memberikan nilai R sebesar 0,834 pada model penelitian.
Hal ini menunjukkan pengertian bahwa variabel terikat (YII) dipengaruhi
sebesar 83,4 % oleh variabel-variabel bebas, sedangkan sisanya 16,6 %
dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain. Koefisien determinasi (R square)
101
berkisar pada angka 0 sampai 1, dengan catatan semakin kecil angka R
square semakin lemah hubungan kedua atau lebih variabel tersebut.
3. Uji Simultan/serempak (uji F)
Pada tabel 4.17 dapat dilihat hasil dari uji Anova/uji ‘F’ sebagai berikut:
Tabel 4.17. Uji ‘F’ (uji Annova)
Model Sum of Squares
df Mean
Square F Sig.
1 Regression 40,476 22 1,840 10,593 0,000a
Residual 17,716 102 0,174
Total 58,192 124
Sumber: Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
Adapun keputusan yang dapat diambil dimana F (10,593) > Ftabel
(1,7110), atau dapat dilihat dari nilai signifikansi yaitu signifikansi < α
(0,000 < 0,05) maka keputusannya adalah H0 ditolak, artinya paling tidak
salah satu dari βi dimana i=1,2,3,…..,22 berpengaruh signifikan. Oleh
sebab itu perlu dilakukan uji parsial untuk mengetahui variabel mana
yang berpengaruh signifikan terhadap kinerja mutu pelaksanaan proyek
(YII).
a. Predictors: (Constant), X25, X23, X5, X24, X8, X21, X6, X15, X19, X4, X20, X10, X14, X7, X13, X17, X2, X18, X12, X16, X9, X11
b. Dependent Variable: Y
102
4. Uji Parsial (uji ‘t’)
Uji ‘t’ (uji parsial) adalah untuk melihat pengaruh variabel-variabel bebas
secara parsial terhadap variabel terikatnya. Berikut ini adalah hasil
perhitungan uji t dan signifikansinya dalam penelitian ini:
Tabel 4.18. Uji ‘t’ (uji parsial)
Model
Unstandardized Coefficients
t Sig. B
Std. Error
1 (Constant) 1,094 0,430 2,547 0,012
X2 0,080 0,076 1,061 0,291 X4 0,118 0,059 2,010 0,047 X5 -0,247 0,074 -3,347 0,001 X6 0,093 0,054 1,722 0,088 X7 X8
0,311 -0,020
0,088 0,090
3,541 -0,225
0,001 0,822
X9 0,369 0,097 3,811 0,000 X10 0,002 0,082 0,022 0,983 X11 -0,213 0,096 -2,218 0,029 X12 -0,005 0,097 -0,047 0,963 X13 0,033 0,092 0,363 0,717 X14 -0,039 0,073 -0,531 0,597 X15 -0,117 0,056 -2,097 0,038 X16 0,026 0,085 0,299 0,766 X17 0,131 0,070 1,879 0,063 X18 -0,034 0,084 -0,402 0,689 X19 0,263 0,057 4,621 0,000 X20 0,056 0,066 0,848 0,398 X21 -0,012 0,070 -0,168 0,867 X23 -0,155 0,051 -3,067 0,003 X24 -0,097 0,050 -1,941 0,055 X25 0,090 0,058 1,556 0,123
Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
103
Dapat dilihat pada tabel output SPSS regresi berganda di atas bahwa
yang dikatakan signifikan/berpengaruh terhadap kinerja mutu
pelaksanaan adalah variabel bebas yang memiliki nilai signifikansi α <
0,05 (tingkat kesalahan 5%).
Selanjutnya dapat dilakukan uji t-test atau Student-t Distribution, dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat kepercayaan tiap variabel bebas dalam
persamaan atau model regresi dipergunakan dalam memprediksi nilai Y,
Uji t dilakukan dengan cara uji hipotesis nol yaitu bahwa konstanta dan
koefisien variabel Xi sama dengan nol.
a. Menguji pengaruh variabel (X9) terhadap kinerja mutu pelaksanaan
proyek (Y)
Hipotesis:
H0 : β1 = 0 (Mampu menentukan metode konstruksi yang tepat
dengan standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak tidak
berpengaruh terhadap kinerja mutu pelaksanaan proyek)
H1 : β1 > 0 (Mampu menentukan metode konstruksi yang tepat
dengan standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja mutu pelaksanaan proyek)
Level of signifikan α = 0,05
Kriteria pengujian:
H0 ditolak jika t-value > t tabel (berpengaruh)
H0 diterima jika t-value < t tabel (tidak ada pengaruh)
104
Perhitungan: 811,3)ˆ(
ˆ
1
11
SEt
Keputusan: oleh karena t-value (3,811) > 1,708 dan jika dilihat dari
nilai signifikansi (0,000) < α (0,05) maka keputusannya adalah H0
ditolak, artinya variabel X9 berpengaruh secara signifikan terhadap
kinerja mutu pelaksanaan proyek (YII).
b. Menguji pengaruh variabel (X2) terhadap kinerja mutu pelaksanaan
proyek (YII)
Hipotesis:
H0 : β1 = 0 (Membangun hubungan yang kuat/networking di dalam
dan di luar organisasi proyek tidak berpengaruh terhadap kinerja
mutu pelaksanaan proyek)
H1 : β1 > 0 (Membangun hubungan yang kuat/networking di dalam
dan di luar organisasi proyek berpengaruh signifikan terhadap
kinerja mutu pelaksanaan proyek)
Level of signifikan α = 0,05
Kriteria pengujian:
H0 ditolak jika t-value > t tabel (berpengaruh)
H0 diterima jika t-value < t tabel (tidak ada pengaruh)
Perhitungan: 061,1)ˆ(
ˆ
1
11
SEt
Keputusan: oleh karena t-value (1,061) < 1,708 dan jika dilihat dari
nilai signifikansi (0,291) > α (0,05) maka keputusannya adalah H0
105
diterima, artinya variabel X2 tidak berpengaruh signifikan terhadap
kinerja mutu pelaksanaan proyek (YII).
Adapun rekapitulasi uji t-test berupa pengaruh variabel-variabel bebas
secara parsial terhadap variabel terikatnya sebagai berikut:
Tabel 4.19 Rekapitulasi Uji t-test
Variabel Bebas
thitung ttabel Signifikansi Keputusan Keterangan
X2 1.061 1,708 .291 Terima H0 Tidak berpengaruh
X4 2.010 1,708 .047 Tolak H0 Berpengaruh
X5 -3.347 1,708 .001 Tolak H0 Berpengaruh
X6 1.722 1,708 .088 Terima H0 Tidak berpengaruh
X7 3.541 1,708 .001 Tolak H0 Berpengaruh
X8 -.225 1,708 .822 Terima H0 Tidak berpengaruh
X9 3.811 1,708 .000 Tolak H0 Berpengaruh
X10 .022 1,708 .983 Terima H0 Tidak berpengaruh
X11 -2.218 1,708 .029 Tolak H0 Berpengaruh
X12 -.047 1,708 .963 Terima H0 Tidak berpengaruh
X13 .363 1,708 .717 Terima H0 Tidak berpengaruh
X14 -.531 1,708 .597 Terima H0 Tidak berpengaruh
X15 -2.097 1,708 .038 Tolak H0 Berpengaruh
X16 .299 1,708 .766 Terima H0 Tidak berpengaruh
X17 1.879 1,708 .063 Terima H0 Tidak berpengaruh
X18 -.402 1,708 .689 Terima H0 Tidak berpengaruh
X19 4.621 1,708 .000 Tolak H0 Berpengaruh
X20 .848 1,708 .398 Terima H0 Tidak berpengaruh
X21 -.168 1,708 .867 Terima H0 Tidak berpengaruh
X23 -3.067 1,708 .003 Tolak H0 Berpengaruh
X24 -1.941 1,708 .055 Tolak H0 Berpengaruh
X25 1.556 1,708 .123 Terima H0 Tidak berpengaruh
Sumber: Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
106
Analisa regresi berganda ini dilakukan terhadap kombinasi variabel
penentu yang telah ditetapkan, dan dihasilkan model regresi berganda
secara linier.
Persamaan regresi berganda didapat:
Keterangan:
YII : Kinerja mutu pelaksanaan proyek
X4 : Mampu mengambil keputusan sesuai peraturan dan batasan
organisasi.
X5 : Mampu merumuskan cost database system (perencanaan
sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan
pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation
sebelum pelaksanaan proyek.
X7 : Berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada proyek
yang dipimpin.
X9 : Menentukan metode konstruksi yang tepat dengan standar
kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak.
X11 : Mampu merumuskan work breakdown structure (rangkaian
aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan
pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada
waktunya..
YII = 1,094 + 0,118X4 – 0,247X5 + 0,311X7 + 0,369X9 – 0,117X15 + 0,263X19
– 0,155X23 – 0,097X24
107
X15 : Mampu menerapkan prinsip manajemen pengelolaan
lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek.
X19 : Mampu mempertahankan kinerja maksimal walaupun dalam
kondisi yang kurang kondusif.
X23 : Mampu membangun kedisiplinan kerja.
X24 : Mampu mengkomunikasikan prestasi kinerja proyek baik
dengan tim lapangan proyek dan owner.
Penjelasan:
Koefisien regresi sebesar 0,369 menyatakan bahwa setiap peningkatan
(karena tanda +) yaitu mampu menentukan metode konstruksi yang tepat
dengan standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak senilai 0,369
akan mengakibatkan meningkatnya kinerja mutu pelaksanaan proyek
sebesar +0,369. Sebaliknya jika terjadi penurunan (-) kemampuan
menentukan metode konstruksi yang tepat dengan standar kualitas sesuai
dengan rencana mutu kontrak senilai -0,369 juga diprediksi mengalami
penurunan sebesar -0,369. Jadi, dalam hal ini kenaikan atau penurunan
variabel bebas (X9) akan mengakibatkan kenaikan atau penurunan variabel
terikat (YII), dan seterusnya (Riduwan, 2011).
108
4.3.3 Hubungan Karakteristik Manajer Proyek terhadap Kinerja Waktu
Pelaksanaan Proyek
Dalam menentukan hubungan karakteristik manajer proyek dengan
kinerja waktu pelaksanaan konstruksi gedung menggunakan analisis regresi linier
berganda. Pada analisis ini variabel terikat adalah kinerja waktu pelaksanaan
proyek dan variabel bebas terdiri dari 22 variabel. Sebelum dilakukan analisis
terhadap variabel-variabel tersebut, akan diuraikan terlebih dahulu uji asumsi
klasik, uji goodness of fit, uji simultan/serempak (uji F), serta uji parsial (uji t).
1. Uji Asumsi Klasik:
Uji asumsi klasik diperlukan agar model regresi yang disusun memberikan
hasil yang tidak bias/nilai sebenarnya dengan nilai dugaan tidak sama,
maka perlu dilakukan uji asumsi klasik (Gujarati, 1995).
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data dipergunakan untuk menentukan apakah data
terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas yang
dipergunakan adalah plot grafik yaitu asumsi normalitas terpenuhi
jika titik-titik pada grafik mendekati sumbu diagonalnya.
109
Gambar 4.3. Grafik Uji Normalitas
Gambar 4.3 menunjukkan bahwa titik-titik pada grafik telah
mendekati atau hampir berhimpit dengan sumbu diagonal atau
membentuk sudut 450 dengan garis mendatar. Interpretasinya adalah
bahwa nilai residual pada model penelitian telah terdistribusi secara
normal.
b. Uji Multikolinearitas
Penelitian ini mempergunakan uji asumsi klasik yang dianggap
penting yaitu tidak terdapat multikolinearitas antar variabel
independen. Multikolinearitas berarti adanya hubungan linear yang
sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang
menjelaskan model regresi.
Uji multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan nilai variance
inflation factor (VIF). Model dinyatakan terbebas dari gangguan
110
multikolinearitas jika mempunyai nilai VIF dibawah 10 atau
tolerance diatas 0,1 (Santoso, 2000). Berikut adalah uji
multikolinearitas dalam penelitian ini:
Tabel 4.20. Uji Multikolinearitas
Model Sig.
Collinearity Statistics
Tolerance VIF 1 (Constant) 0,000
X2 0,011 0,335 2,982
X4 0,010 0,655 1,528
X5 0,014 0,752 1,331
X6 0,610 0,775 1,291
X7 0,000 0,295 3,395
X8 0,232 0,286 3,496
X9 0,061 0,240 4,162
X10 0,084 0,438 2,283
X11 0,001 0,233 4,297
X12 0,352 0,312 3,209
X13 0,528 0,344 2,907
X14 0,129 0,520 1,924
X15 0,000 0,562 1,780
X16 0,499 0,252 3,972
X17 0,975 0,313 3,190
X18 0,166 0,318 3,148
X19 0,000 0,611 1,635
X20 0,115 0,620 1,614
X21 0,043 0,726 1,377
X23 0,203 0,801 1,248
X24 0,083 0,756 1,323
X25 0,078 0,615 1,627
a. Dependent Variable: Ywaktu Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
111
Tabel diatas memberikan semua nilai VIF dibawah 10, berarti tidak
terdapat gejala multikolinearitas atau dengan kata lain tidak terdapat
korelasi antar variabel bebas pada model dalam penelitian ini
sehingga analisis dapat dilakukan lebih lanjut.
2. Uji Goodness of Fit
Uji goodness of fit adalah untuk melihat kesesuaian model, atau seberapa
besar kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan varians variabel
terikatnya. Berikut adalah hasil perhitungan nilai R dan koefisien
determinasi dalam penelitian ini:
Tabel 4.21 Uji Goodness of Fit
Model R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
Durbin-Watson
R Square Change
F Change df1 df2
Sig. F Change
1
0,804a
0,646
0,570
0,384
0,646
8,464
22
102
0,000
1,575
Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
Tabel tersebut memberikan nilai R sebesar 0,804 pada model penelitian.
Hal ini menunjukkan pengertian bahwa variabel terikat (Y) dipengaruhi
sebesar 80,4 % oleh variabel-variabel bebas, sedangkan sisanya 19,6 %
dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain. Koefisien determinasi (R square)
berkisar pada angka 0 sampai 1, dengan catatan semakin kecil angka R
square semakin lemah hubungan kedua atau lebih variabel tersebut.
112
3. Uji Simultan/serempak (uji F)
Pada tabel 4.22 dapat dilihat hasil dari uji Anova/uji ‘F’ sebagai berikut:
Tabel 4.22. Uji ‘F’ (uji Annova)
Model Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
1 Regression 27,477 22 1,249 8,464 0,000a
Residual 15,051 102 0,148 Total 42,528 124
Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
Adapun keputusan yang dapat diambil dimana F (8,464) > Ftabel (1,7110),
atau dapat dilihat dari nilai signifikansi yaitu signifikansi < α (0,000 <
0,05) maka keputusannya adalah H0 ditolak, artinya paling tidak salah satu
dari βi dimana i=1,2,3,…..,22 berpengaruh signifikan. Oleh sebab itu perlu
dilakukan uji parsial untuk mengetahui variabel yang berpengaruh
signifikan terhadap kinerja waktu pelaksanaan proyek (YIII).
4. Uji Parsial (uji ‘t’)
Uji ‘t’ (uji parsial) adalah untuk melihat pengaruh variabel-variabel bebas
secara parsial terhadap variabel terikatnya. Berikut ini adalah hasil
perhitungan uji t dan signifikansinya dalam penelitian ini:
113
Tabel 4.23. Uji ‘t’ (uji parsial)
Model
Unstandardized Coefficients
t Sig. B Std. Error 1 (Constant) 1,448 0,396 3,657 0,000
X2 0,181 0,070 2,605 0,011
X4 0,142 0,054 2,609 0,010
X5 -0,169 0,068 -2,491 0,014
X6 0,025 0,050 0,511 0,610
X7 0,330 0,081 4,072 0,000
X8 0,100 0,083 1,202 0,232
X9 0,169 0,089 1,891 0,061
X10 -0,132 0,075 -1,747 0,084
X11 -0,304 0,089 -3,427 0,001
X12 -0,084 0,089 -0,935 0,352
X13 -0,054 0,085 -0,634 0,528
X14 0,103 0,067 1,531 0,129
X15 -0,195 0,051 -3,786 0,000
X16 -0,053 0,079 -0,678 0,499
X17 -0,002 0,064 -0,032 0,975
X18 0,109 0,078 1,396 0,166
X19 0,259 0,053 4,930 0,000
X20 0,096 0,060 1,588 0,115
X21 0,132 0,065 2,045 0,043
X23 -0,060 0,047 -1,282 0,203
X24 -0,080 0,046 -1,749 0,083
X25 0,095 0,053 1,779 0,078
a. Dependent Variable: Y waktu
Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
Dapat dilihat pada tabel output SPSS regresi berganda di atas bahwa yang
dikatakan signifikan/berpengaruh terhadap kinerja waktu pelaksanaan
adalah variabel bebas yang memiliki nilai signifikansi α < 0,05 (tingkat
kesalahan 5%).
114
Selanjutnya dapat dilakukan uji t-test atau Student-t Distribution, dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat kepercayaan tiap variabel bebas dalam
persamaan atau model regresi dipergunakan dalam memprediksi nilai Y,
Uji t dilakukan dengan cara uji hipotesis nol yaitu bahwa konstanta dan
koefisien variabel Xi sama dengan nol.
a. Menguji pengaruh variabel (X11) terhadap kinerja waktu pelaksanaan
proyek (YIII)
Hipotesis:
H0 : β1 = 0 (Mampu merumuskan work breakdown structure
(rangkaian aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan
pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada
waktunya tidak berpengaruh terhadap kinerja waktu pelaksanaan
proyek)
H1 : β1 > 0 (Mampu merumuskan work breakdown structure
(rangkaian aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan
pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada
waktunya berpengaruh signifikan terhadap kinerja waktu pelaksanaan
proyek)
Level of signifikan α = 0,05
Kriteria pengujian:
H0 ditolak jika t-value > t tabel (berpengaruh)
H0 diterima jika t-value < t tabel (tidak ada pengaruh)
115
Perhitungan: 427,3)ˆ(
ˆ
1
11
SEt
Keputusan: oleh karena t-value (3,427) > 1,708 dan jika dilihat dari
nilai signifikansi (0,001) < α (0,05) maka keputusannya adalah H0
ditolak, artinya variabel X11 berpengaruh signifikan terhadap kinerja
waktu pelaksanaan proyek (YIII).
b. Menguji pengaruh variabel (X16) terhadap kinerja waktu pelaksanaan
proyek (YIII)
Hipotesis:
H0 : β1 = 0 (Mampu berkomunikasi dengan tim proyek, dalam hal ini
manajer proyek memberikan penjelasan atau mempresentasikan
prosedur yang diterapkan dalam menjalankan proyek tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja waktu pelaksanaan proyek)
H1 : β1 > 0 (Mampu berkomunikasi dengan tim proyek, dalam hal ini
manajer proyek memberikan penjelasan atau mempresentasikan
prosedur yang diterapkan dalam menjalankan proyek berpengaruh
signifikan terhadap kinerja waktu pelaksanaan proyek)
Level of signifikan α = 0,05
Kriteria pengujian:
H0 ditolak jika t-value > t tabel (berpengaruh)
H0 diterima jika t-value < t tabel (tidak ada pengaruh)
Perhitungan: 678,0)ˆ(
ˆ
1
11
SEt
116
Keputusan: oleh karena t-value (0,678) < 1,708 dan jika dilihat dari
nilai signifikansi (0,499) > α (0,05) maka keputusannya adalah H0
diterima, artinya variabel X16 tidak berpengaruh signifikan terhadap
kinerja waktu pelaksanaan proyek (YIII).
Adapun rekapitulasi uji t-test berupa pengaruh variabel-variabel bebas
secara parsial terhadap variabel terikatnya sebagai berikut:
Tabel 4.24 Rekapitulasi Uji t-test
Variabel Bebas
thitung ttabel Signifikansi Keputusan Keterangan
X2 2.605 1,708 .011 Tolak H0 Berpengaruh
X4 2.609 1,708 .010 Tolak H0 Berpengaruh
X5 -2.491 1,708 .014 Tolak H0 Berpengaruh
X6 .511 1,708 .610 Terima H0 Tidak Berpengaruh
X7 4.072 1,708 .000 Tolak H0 Berpengaruh
X8 1.202 1,708 .232 Terima H0 Tidak Berpengaruh
X9 1.891 1,708 .061 Terima H0 Tidak Berpengaruh
X10 -1.747 1,708 .084 Terima H0 Tidak Berpengaruh
X11 -3.427 1,708 .001 Tolak H0 Berpengaruh
X12 -.935 1,708 .352 Terima H0 Tidak Berpengaruh
X13 -.634 1,708 .528 Terima H0 Tidak berpengaruh
X14 1.531 1,708 .129 Terima H0 Tidak berpengaruh
X15 -3.786 1,708 .000 Tolak H0 Berpengaruh
X16 -.678 1,708 .499 Terima H0 Tidak Berpengaruh
X17 -.032 1,708 .975 Terima H0 Tidak Berpengaruh
X18 1.396 1,708 .166 Terima H0 Tidak Berpengaruh
X19 4.930 1,708 .000 Tolak H0 Berpengaruh
X20 1.588 1,708 .115 Terima H0 Tidak Berpengaruh
X21 2.045 1,708 .043 Tolak H0 Berpengaruh
X23 -1.282 1,708 .203 Terima H0 Tidak Berpengaruh
X24 -1.749 1,708 .083 Terima H0 Tidak berpengaruh
X25 1.779 1,708 .078 Terima H0 Tidak berpengaruh
Sumber: Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
117
Analisa regresi berganda ini dilakukan terhadap kombinasi variabel
penentu yang telah ditetapkan, dan dihasilkan model regresi berganda
secara linier.
Persamaan regresi berganda didapat:
Keterangan:
YIII : Kinerja waktu pelaksanaan proyek
X2 : Memiliki kematangan yang tinggi dalam perencanaan yang
baik dalam upaya mengurangi tekanan dan stres sehingga
dapat meningkatkan produktifitas kerja tim
X4 : Mampu mengambil keputusan sesuai peraturan dan batasan
organisasi.
X5 : Mampu merumuskan cost database system (perencanaan
sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan
pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation
sebelum pelaksanaan proyek.
X7 : Berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada proyek
yang dipimpin.
X11 : Mampu merumuskan work breakdown structure (rangkaian
aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan
YIII = 1,448 + 0,181X2 + 0,142X4 – 0,169X5 + 0,330X7 – 0,304X11 – 0,195X15 + 0,259X19
+ 0,132X21
118
pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada
waktunya.
X15 : Mampu menerapkan prinsip manajemen pengelolaan
lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek.
X19 : Mampu mempertahankan kinerja maksimal walaupun dalam
kondisi yang kurang kondusif.
X21 : Bersikap terus terang dan jujur.
Penjelasan:
Koefisien regresi sebesar -0,304 menyatakan bahwa setiap penurunan
(karena tanda -) yaitu mampu merumuskan work breakdown structure
(rangkaian aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan
pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada waktunya
senilai -0,304 akan mengakibatkan menurunnya kinerja waktu pelaksanaan
proyek sebesar -0,304. Sebaliknya jika terjadi peningkatan (+) yaitu
kemampuan merumuskan work breakdown structure (rangkaian aktifitas,
perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan pengendalian jadwal)
sehingga penyelesaian proyek tepat pada waktunya senilai 0,304 juga
diprediksi mengalami peningkatan sebesar +0,304. Jadi, dalam hal ini
kenaikan atau penurunan variabel bebas (X11) akan mengakibatkan
kenaikan atau penurunan variabel terikat (YIII), dan seterusnya (Riduwan,
2011).
119
4.3.4 Hubungan Karakteristik Manajer Proyek terhadap Kinerja
K3/Keselamatan Kerja Pelaksanaan Proyek
Dalam menentukan hubungan karakteristik manajer proyek dengan
kinerja K3 pelaksanaan proyek konstruksi yaitu menggunakan analisis regresi
linier berganda. Pada analisis ini variabel terikat adalah kinerja K3 pelaksanaan
proyek dan variabel bebas terdiri dari 22 variabel. Sebelum dilakukan analisis
terhadap variabel-variabel tersebut, akan diuraikan terlebih dahulu uji asumsi
klasik, uji goodness of fit, uji simultan/serempak (uji F), serta uji parsial (uji t).
1. Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik diperlukan agar model regresi yang disusun memberikan
hasil yang tidak bias/nilai sebenarnya dengan nilai dugaan tidak sama,
maka perlu dilakukan uji asumsi klasik (Gujarati, 1995).
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data dipergunakan untuk menentukan apakah data
terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas yang
dipergunakan adalah plot grafik yaitu asumsi normalitas terpenuhi jika
titik-titik pada grafik mendekati sumbu diagonalnya.
120
Gambar 4.4. Grafik Uji Normalitas
Gambar 4.4 menunjukkan bahwa titik-titik pada grafik telah
mendekati atau hampir berhimpit dengan sumbu diagonal atau
membentuk sudut 450 dengan garis mendatar. Interpretasinya adalah
bahwa nilai residual pada model penelitian telah terdistribusi secara
normal.
b. Uji Multikolinearitas
Penelitian ini mempergunakan uji asumsi klasik yang dianggap
penting yaitu tidak terdapat multikolinearitas antar variabel
independen. Multikolinearitas berarti adanya hubungan linear yang
sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang
menjelaskan model regresi.
Uji multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan nilai variance
inflation factor (VIF). Model dinyatakan terbebas dari gangguan
121
multikolinearitas jika mempunyai nilai VIF dibawah 10 atau tolerance
diatas 0,1 (Santoso, 2000). Berikut adalah uji multikolinearitas dalam
penelitian ini:
Tabel 4.25. Uji Multikolinearitas
Model Sig. Collinearity Statistics
Tolerance VIF 1 (Constant) 0,000
X2 0,047 0,335 2,982 X4 0,590 0,655 1,528 X5 0,006 0,752 1,331 X6 0,106 0,775 1,291 X7 0,003 0,295 3,395 X8 0,000 0,286 3,496 X9 0,000 0,240 4,162 X10 0,081 0,438 2,283 X11 0,221 0,233 4,297 X12 0,881 0,312 3,209 X13 0,862 0,344 2,907 X14 0,414 0,520 1,924 X15 0,002 0,562 1,780 X16 0,956 0,252 3,972 X17 0,003 0,313 3,190 X18 0,084 0,318 3,148 X19 0,002 0,611 1,635 X20 0,015 0,620 1,614 X21 0,137 0,726 1,377 X23 0,039 0,801 1,248 X24 0,431 0,756 1,323 X25 0,001 0,615 1,627
Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
122
Tabel diatas memberikan semua nilai VIF dibawah 10, berarti tidak
terdapat gejala multikolinearitas atau dengan kata lain tidak terdapat
korelasi antar variabel bebas pada model dalam penelitian ini sehingga
analisis dapat dilakukan lebih lanjut.
2. Uji Goodness of Fit
Uji goodness of fit adalah untuk melihat kesesuaian model, atau seberapa
besar kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan varians variabel
terikatnya. Berikut adalah hasil perhitungan nilai R dan koefisien
determinasi dalam penelitian ini:
Tabel 4.26 Uji Goodness of Fit
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Change Statistics Durbin-Watson
R Square Change
F Change
df1 df2 Sig. F
Change
1
0,781
a
0,610
0,525
0,430
0,610
7,237
22
102
0,000
2,227
Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
Tabel tersebut memberikan nilai R sebesar 0,781 pada model penelitian.
Hal ini menunjukkan pengertian bahwa variabel terikat (Y) dipengaruhi
sebesar 78,1 % oleh variabel-variabel bebas, sedangkan sisanya 21,9 %
dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain. Koefisien determinasi (R square)
berkisar pada angka 0 sampai 1, dengan catatan semakin kecil angka R
square semakin lemah hubungan kedua atau lebih variabel tersebut.
123
3. Uji Simultan/serempak (uji F)
Pada tabel 4.27 dapat dilihat hasil dari uji Anova/uji ‘F’ sebagai berikut:
Tabel 4.27. Uji ‘F’ (uji Annova)
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 29,482 22 1,340 7,237 0,000a
Residual 18,886 102 0,185
Total 48,368 124
a. Predictors: (Constant), X25, X23, X5, X24, X8, X21, X6, X15, X19, X4, X20, X10, X14, X7, X13, X17, X2, X18, X12, X16, X9, X11
b. Dependent Variable: Yk3
Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
Adapun keputusan yang dapat diambil dimana F (7,237) > Ftabel (1,7110),
atau dapat dilihat dari nilai signifikansi yaitu signifikansi < α (0,000 <
0,05) maka keputusannya adalah H0 ditolak, artinya paling tidak salah
satu dari βi dimana i=1,2,3,…..,22 berpengaruh signifikan. Oleh sebab itu
perlu dilakukan uji parsial untuk mengetahui variabel yang berpengaruh
signifikan terhadap kinerja K3 pelaksanaan proyek (YIV).
4. Uji Parsial (uji ‘t’)
Uji ‘t’ (uji parsial) adalah untuk melihat pengaruh variabel-variabel bebas
secara parsial terhadap variabel terikatnya. Berikut ini adalah hasil
perhitungan uji t dan signifikansinya dalam penelitian ini:
124
Tabel 4.28. Uji ‘t’ (uji parsial)
Model
Unstandardized Coefficients
t Sig. B Std.
Error 1 (Constant) 2,246 0,444 5,064 0,000
X2 0,157 0,078 2,007 0,047
X4 0,033 0,061 0,540 0,590
X5 -0,212 0,076 -2,785 0,006
X6 0,091 0,056 1,631 0,106
X7 0,277 0,091 3,052 0,003
X8 -0,399 0,093 -4,272 0,000
X9 0,501 0,100 5,015 0,000
X10 -0,149 0,084 -1,763 0,081
X11 0,123 0,099 1,233 0,221
X12 0,015 0,100 0,150 0,881
X13 0,017 0,095 0,174 0,862
X14 0,062 0,075 0,820 0,414
X15 -0,180 0,058 -3,122 0,002
X16 0,005 0,088 0,055 0,956
X17 0,217 0,072 3,021 0,003
X18 -0,152 0,087 -1,742 0,084
X19 0,186 0,059 3,152 0,002
X20 0,167 0,068 2,467 0,015
X21 -0,108 0,072 -1,500 0,137
X23 -0,109 0,052 -2,090 0,039
X24 -0,041 0,051 -0,790 0,431
X25 -0,196 0,060 -3,287 0,001
a. Dependent Variable: Y k3 Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
Dapat dilihat pada tabel output SPSS regresi berganda di atas bahwa
yang dikatakan signifikan/berpengaruh terhadap kinerja K3 pelaksanaan
adalah variabel bebas yang memiliki nilai signifikansi α < 0,05 (tingkat
kesalahan 5%).
125
Selanjutnya dapat dilakukan uji t-test atau Student-t Distribution, dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat kepercayaan tiap variabel bebas dalam
persamaan atau model regresi dipergunakan dalam memprediksi nilai Y,
Uji t dilakukan dengan cara uji hipotesis nol yaitu bahwa konstanta dan
koefisien variabel Xi sama dengan nol.
a. Menguji pengaruh variabel (X7) terhadap kinerja K3 pelaksanaan
proyek (YIV)
Hipotesis:
H0 : β1 = 0 (Berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada
proyek yang dipimpin tidak berpengaruh terhadap kinerja K3
pelaksanaan proyek)
H1 : β1 > 0 (Berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada
proyek yang dipimpin berpengaruh signifikan terhadap kinerja K3
pelaksanaan proyek)
Level of signifikan α = 0,05
Kriteria pengujian:
H0 ditolak jika t-value > t tabel (berpengaruh)
H0 diterima jika t-value < t tabel (tidak ada pengaruh)
Perhitungan: 052,3)ˆ(
ˆ
1
11
SEt
Keputusan: oleh karena t-value (3,052) > 1,708 dan jika dilihat dari
nilai signifikansi (0,003) < α (0,05) maka keputusannya adalah H0
126
ditolak, artinya variabel X7 berpengaruh signifikan terhadap kinerja
K3 pelaksanaan proyek (YIV).
b. Menguji pengaruh variabel (X4) terhadap kinerja K3 pelaksanaan
proyek (YIV)
Hipotesis:
H0 : β1 = 0 (Mampu mengambil keputusan sesuai peraturan dan
batasan organisasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja K3
pelaksanaan proyek)
H1 : β1 > 0 (Mampu mengambil keputusan sesuai peraturan dan
batasan organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja K3
pelaksanaan proyek)
Level of signifikan α = 0,05
Kriteria pengujian:
H0 ditolak jika t-value > t tabel (berpengaruh)
H0 diterima jika t-value < t tabel (tidak ada pengaruh)
Perhitungan: 540,0)ˆ(
ˆ
1
11
SEt
Keputusan: oleh karena t-value (0,540) < 1,708 dan jika dilihat dari
nilai signifikansi (0,590) > α (0,05) maka keputusannya adalah H0
diterima, artinya variabel X4 tidak berpengaruh signifikan terhadap
kinerja K3 pelaksanaan proyek (YIV).
127
Adapun rekapitulasi uji t-test berupa pengaruh variabel-variabel bebas
secara parsial terhadap variabel terikatnya sebagai berikut:
Tabel 4.29. Rekapitulasi Uji t-test
Variabel Bebas
thitung ttabel Signifikansi Keputusan Keterangan
X2 5,064 1,708 0,000 Tolak H0 Berpengaruh
X4 2,007 1,708 0,047 Terima H0 Tidak Berpengaruh
X5 0,540 1,708 0,590 Tolak H0 Berpengaruh
X6 -2,785 1,708 0,006 Terima H0 Tidak Berpengaruh
X7 1,631 1,708 0,106 Tolak H0 Berpengaruh
X8 3,052 1,708 0,003 Tolak H0 Berpengaruh
X9 -4,272 1,708 0,000 Tolak H0 Berpengaruh
X10 5,015 1,708 0,000 Terima H0 Tidak Berpengaruh
X11 -1,763 1,708 0,081 Terima H0 Tidak Berpengaruh
X12 1,233 1,708 0,221 Terima H0 Tidak Berpengaruh
X13 0,150 1,708 0,881 Terima H0 Tidak berpengaruh
X14 0,174 1,708 0,862 Terima H0 Tidak berpengaruh
X15 0,820 1,708 0,414 Tolak H0 Berpengaruh
X16 -3,122 1,708 0,002 Terima H0 Tidak Berpengaruh
X17 0,055 1,708 0,956 Tolak H0 Berpengaruh
X18 3,021 1,708 0,003 Terima H0 Tidak Berpengaruh
X19 -1,742 1,708 0,084 Tolak H0 Berpengaruh
X20 3,152 1,708 0,002 Tolak H0 Berpengaruh
X21 2,467 1,708 0,015 Terima H0 Tidak Berpengaruh
X23 -1,500 1,708 0,137 Tolak H0 Berpengaruh
X24 -2,090 1,708 0,039 Terima H0 Tidak berpengaruh
X25 -0,790 1,708 0,431 Tolak H0 Berpengaruh
Sumber: Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
Analisa regresi berganda ini dilakukan terhadap kombinasi variabel
penentu yang telah ditetapkan, dan dihasilkan model regresi berganda
secara linier.
128
Persamaan regresi berganda didapat:
Keterangan:
YIV : Kinerja K3 pelaksanaan proyek
X2 : Memiliki kematangan yang tinggi dalam perencanaan yang
baik dalam upaya mengurangi tekanan dan stres sehingga
dapat meningkatkan produktifitas kerja tim.
X5 : Mampu merumuskan cost database system (perencanaan
sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan
pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation
sebelum pelaksanaan proyek.
X7 : Berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada proyek
yang dipimpin.
X8 : Memiliki pengalaman dan pemahaman yang menyeluruh
mengenai teknis pekerjaan dari proyek yang dikelola olehnya
X9 : Menentukan metode konstruksi yang sesuai dengan standar
kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak
X15 : Mampu menerapkan prinsip manajemen pengelolaan
lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek.
X17 : Mampu menerapkan prinsip manajemen pengelolaan
lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek.
YIV = 2,246 + 0,157X2 – 0,212X5 + 0,277X7 – 0,399X8 + 0,501X9 – 0,180X15
+ 0,329X19 + 0,186X19 + 0,167X20 – 0,109X23 – 0,196X25
129
X19 : Mampu mempertahankan kinerja maksimal walaupun dalam
kondisi yang kurang kondusif.
X20 : Memiliki komitment dalam mencapai tujuan bersama
X23 : Mampu membangun kedisiplinan kerja
X25 : Mampu mengkomunikasikan prinsip manajemen pengelolaan
lingkungan kepada seluruh tim proyek sesuai dengan yang
tertuang dalam dokumen AMDAL proyek.
Penjelasan:
Koefisien regresi sebesar 0,277 menyatakan bahwa setiap peningkatan
(karena tanda +) yaitu berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3
pada proyek yang dipimpin senilai +0,277 akan mengakibatkan
meningkatnya kinerja K3 pelaksanaan proyek sebesar +0,277.
Sebaliknya jika terjadi penurunan (-) yaitu berkomitmen dalam
menjalankan safety plan K3 pada proyek yang dipimpin senilai -0,277
juga diprediksi mengalami penurunan sebesar -0,277. Jadi, dalam hal ini
kenaikan atau penurunan variabel bebas (X7) akan mengakibatkan
kenaikan atau penurunan variabel terikat (YIV), dan seterusnya (Riduwan,
2011).
130
4.3.5 Hubungan Karakteristik Manajer Proyek terhadap Kinerja
Lingkungan Pelaksanaan Proyek
Dalam menentukan hubungan karakteristik manajer proyek dengan
kinerja lingkungan pelaksanaan proyek konstruksi yaitu menggunakan analisis
regresi linier berganda. Pada analisis ini variabel terikat adalah kinerja lingkungan
pelaksanaan proyek dan variabel bebas terdiri dari 22 variabel. Sebelum
dilakukan analisis terhadap variabel-variabel tersebut, akan diuraikan terlebih
dahulu uji asumsi klasik, uji goodness of fit, uji simultan/serempak (uji F), serta
uji parsial (uji t).
1. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik diperlukan agar model regresi yang disusun memberikan
hasil yang tidak bias/nilai sebenarnya dengan nilai dugaan tidak sama,
maka perlu dilakukan uji asumsi klasik (Gujarati, 1995).
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data dipergunakan untuk menentukan apakah data
terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas yang
dipergunakan adalah plot grafik yaitu asumsi normalitas terpenuhi jika
titik-titik pada grafik mendekati sumbu diagonalnya.
131
Gambar 4.5. Grafik Uji Normalitas
Gambar 4.5 menunjukkan bahwa titik-titik pada grafik telah
mendekati atau hampir berhimpit dengan sumbu diagonal atau
membentuk sudut 450 dengan garis mendatar. Interpretasinya adalah
bahwa nilai residual pada model penelitian telah terdistribusi secara
normal.
b. Uji Multikolinearitas
Penelitian ini mempergunakan uji asumsi klasik yang dianggap
penting yaitu tidak terdapat multikolinearitas antar variabel
independen. Multikolinearitas berarti adanya hubungan linear yang
sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang
menjelaskan model regresi.
Uji multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan nilai variance
inflation factor (VIF). Model dinyatakan terbebas dari gangguan
132
multikolinearitas jika mempunyai nilai VIF dibawah 10 atau tolerance
diatas 0,1 (Santoso, 2000). Berikut adalah uji multikolinearitas dalam
penelitian ini:
Tabel 4.30. Uji Multikolinearitas
Model Sig. Collinearity Statistics
Tolerance VIF 1 (Constant) 0,023
X2 0,007 0,335 2,982 X4 0,281 0,655 1,528 X5 0,029 0,752 1,331 X6 0,746 0,775 1,291 X7 0,000 0,295 3,395 X8 0,294 0,286 3,496 X9 0,002 0,240 4,162 X10 0,661 0,438 2,283 X11 0,028 0,233 4,297 X12 0,134 0,312 3,209 X13 0,947 0,344 2,907 X14 0,322 0,520 1,924 X15 0,003 0,562 1,780 X16 0,844 0,252 3,972 X17 0,680 0,313 3,190 X18 0,285 0,318 3,148 X19 0,000 0,611 1,635 X20 0,006 0,620 1,614 X21 0,158 0,726 1,377 X23 0,007 0,801 1,248 X24 0,748 0,756 1,323 X25 0,625 0,615 1,627
Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
133
Tabel diatas memberikan semua nilai VIF dibawah 10, berarti tidak
terdapat gejala multikolinearitas atau dengan kata lain tidak terdapat
korelasi antar variabel bebas pada model dalam penelitian ini sehingga
analisis dapat dilakukan lebih lanjut.
2. Uji Goodness of Fit
Uji goodness of fit adalah untuk melihat kesesuaian model, atau seberapa
besar kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan varians variabel
terikatnya. Berikut adalah hasil perhitungan nilai R dan koefisien
determinasi dalam penelitian ini:
Tabel 4.31 Uji Goodness of Fit
Model R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics Durbin-Watson
R Square Change
F Change
df1 df2 Sig. F
Change
1 0,801a 0,642 0,565 0,423 0,642 8,313 22 102 0,000 1,931
Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
Tabel tersebut memberikan nilai R sebesar 0,801 pada model penelitian.
Hal ini menunjukkan pengertian bahwa variabel terikat (Y) dipengaruhi
sebesar 80,1 % oleh variabel-variabel bebas, sedangkan sisanya 19,9 %
dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain. Koefisien determinasi (R square)
berkisar pada angka 0 sampai 1, dengan catatan semakin kecil angka R
square semakin lemah hubungan kedua atau lebih variabel tersebut.
134
3. Uji Simultan/serempak (uji F)
Pada tabel 4.32 dapat dilihat hasil dari uji Anova/uji ‘F’ sebagai berikut:
Tabel 4.32. Uji ‘F’ (uji Annova)
Model Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
1 Regression 32,745 22 1.488 8,313 0,000a
Residual 18,263 102 0,179 Total 51,008 124
Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
Adapun keputusan yang dapat diambil dimana F (8,313) > Ftabel (1,7110),
atau dapat dilihat dari nilai signifikansi yaitu signifikansi < α (0,000 <
0,05) maka keputusannya adalah H0 ditolak, artinya paling tidak salah
satu dari βi dimana i=1,2,3,…..,22 berpengaruh signifikan. Oleh sebab itu
perlu dilakukan uji parsial untuk mengetahui variabel yang berpengaruh
signifikan terhadap kinerja lingkungan pelaksanaan proyek (YV).
4. Uji Parsial (uji ‘t’)
Uji ‘t’ (uji parsial) adalah untuk melihat pengaruh variabel-variabel bebas
secara parsial terhadap variabel terikatnya. Berikut ini adalah hasil
perhitungan uji t dan signifikansinya dalam penelitian ini:
135
Tabel 4.34. Uji ‘t’ (uji parsial)
Model
Unstandardized Coefficients
t Sig.
B Std.
Error
1 (Constant) 1,007 0,436 2,309 0,023
X2 0,209 0,077 2,730 0,007
X4 0,065 0,060 1,083 0,281
X5 -0,166 0,075 -2,220 0,029
X6 0,018 0,055 ,3250 0,746
X7 0,457 0,089 5,116 0,000
X8 -0,097 0,092 -1,055 0,294
X9 0,320 0,098 3,262 0,002
X10 -0,037 0,083 -,4400 0,661
X11 -0,218 0,098 -2,235 0,028
X12 -0,149 0,098 -1,510 0,134
X13 -0,006 0,093 -0,066 0,947
X14 0,074 0,074 ,9950 0,322
X15 -0,170 0,057 -3,010 0,003
X16 -0,017 0,087 -0,197 0,844
X17 0,029 0,071 0,413 0,680
X18 -0,092 0,086 -1,075 0,285
X19 0,274 0,058 4,726 0,000
X20 0,189 0,067 2,832 0,006
X21 0,101 0,071 1,421 0,158
X23 -0,141 0,051 -2,742 0,007
X24 0,016 0,051 0,322 0,748
X25 0,029 0,059 0,491 0,625
a. Dependent Variable: Y lingkungan Sumber : Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
136
Dapat dilihat pada tabel output SPSS regresi berganda di atas bahwa
yang dikatakan signifikan/berpengaruh terhadap kinerja lingkungan
pelaksanaan adalah variabel bebas yang memiliki nilai signifikansi α <
0,05 (tingkat kesalahan 5%).
Selanjutnya dapat dilakukan uji t-test atau Student-t Distribution, dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat kepercayaan tiap variabel bebas dalam
persamaan atau model regresi dipergunakan dalam memprediksi nilai Y,
Uji t dilakukan dengan cara uji hipotesis nol yaitu bahwa konstanta dan
koefisien variabel Xi sama dengan nol.
a. Menguji pengaruh variabel (X15) terhadap kinerja lingkungan
pelaksanaan proyek (YV)
Hipotesis:
H0 : β1 = 0 (Mampu menerapkan prinsip manajemen pengelolaan
lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek tidak
berpengaruh terhadap kinerja lingkungan pelaksanaan proyek)
H1 : β1 > 0 (Mampu menerapkan prinsip manajemen pengelolaan
lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek berpengaruh
signifikan terhadap kinerja lingkungan pelaksanaan proyek)
Level of signifikan α = 0,05
Kriteria pengujian:
H0 ditolak jika t-value > t tabel (berpengaruh)
H0 diterima jika t-value < t tabel (tidak ada pengaruh)
137
Perhitungan: 010,3)ˆ(
ˆ
1
11
SEt
Keputusan: oleh karena t-value (3,010) > 1,708 dan jika dilihat dari
nilai signifikansi (0,003) < α (0,05) maka keputusannya adalah H0
ditolak, artinya variabel X15 berpengaruh signifikan terhadap kinerja
lingkungan pelaksanaan proyek (YV).
b. Menguji pengaruh variabel (X16) terhadap kinerja lingkungan
pelaksanaan proyek (YV)
Hipotesis:
H0 : β1 = 0 (Mampu berkomunikasi dengan tim proyek, dalam hal ini
manajer proyek memberikan penjelasan atau mempresentasikan
prosedur yang diterapkan dalam menjalankan proyek tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja lingkungan pelaksanaan
proyek)
H1 : β1 > 0 (Mampu berkomunikasi dengan tim proyek, dalam hal ini
manajer proyek memberikan penjelasan atau mempresentasikan
prosedur yang diterapkan dalam menjalankan proyek berpengaruh
signifikan terhadap kinerja lingkungan pelaksanaan proyek)
Level of signifikan α = 0,05
Kriteria pengujian:
H0 ditolak jika t-value > t tabel (berpengaruh)
H0 diterima jika t-value < t tabel (tidak ada pengaruh)
138
Perhitungan: 197,0)ˆ(
ˆ
1
11
SEt
Keputusan: oleh karena t-value (0,197) < 1,708 dan jika dilihat dari
nilai signifikansi (0,844) > α (0,05) maka keputusannya adalah H0
diterima, artinya variabel X16 tidak berpengaruh signifikan terhadap
kinerja lingkungan pelaksanaan proyek (YV).
Adapun rekapitulasi uji t-test berupa pengaruh variabel-variabel bebas
secara parsial terhadap variabel terikatnya sebagai berikut:
Tabel 4.34 Rekapitulasi Uji t-test
Variabel Bebas
thitung ttabel Signifikansi Keputusan Keterangan
X2 2,730 1,708 0,007 Tolak H0 Berpengaruh
X4 1,083 1,708 0,281 Terima H0 Tidak Berpengaruh
X5 -2,220 1,708 0,029 Tolak H0 Berpengaruh
X6 ,3250 1,708 0,746 Terima H0 Tidak Berpengaruh
X7 5,116 1,708 0,000 Tolak H0 Berpengaruh
X8 -1,055 1,708 0,294 Terima H0 Tidak Berpengaruh
X9 3,262 1,708 0,002 Tolak H0 Berpengaruh
X10 -,4400 1,708 0,661 Terima H0 Tidak Berpengaruh
X11 -2,235 1,708 0,028 Tolak H0 Berpengaruh
X12 -1,510 1,708 0,134 Terima H0 Tidak Berpengaruh
X13 -,066 1,708 0,947 Terima H0 Tidak berpengaruh
X14 ,9950 1,708 0,322 Terima H0 Tidak berpengaruh
X15 -3,010 1,708 0,003 Tolak H0 Berpengaruh
X16 -,197 1,708 0,844 Terima H0 Tidak Berpengaruh
X17 ,4130 1,708 0,680 Terima H0 Tidak Berpengaruh
X18 -1,075 1,708 0,285 Terima H0 Tidak Berpengaruh
X19 4,726 1,708 0,000 Tolak H0 Berpengaruh
X20 2,832 1,708 0,006 Tolak H0 Berpengaruh
X21 1,421 1,708 0,158 Terima H0 Tidak Berpengaruh
139
X23 -2,742 1,708 0,007 Tolak H0 Berpengaruh
X24 ,3220 1,708 0,748 Terima H0 Tidak berpengaruh
X25 ,4910 1,708 0,625 Terima H0 Tidak berpengaruh
Sumber: Hasil Analisis menggunakan SPSS versi 17.0
Analisa regresi berganda ini dilakukan terhadap kombinasi variabel
penentu yang telah ditetapkan, dan dihasilkan model regresi berganda
secara linier.
Persamaan regresi berganda didapat:
Keterangan:
YV : Kinerja lingkungan pelaksanaan proyek
X2 : Memiliki kematangan yang tinggi dalam perencanaan yang
baik dalam upaya mengurangi tekanan dan stres sehingga
dapat meningkatkan produktifitas kerja tim.
X5 : Mampu merumuskan cost database system (perencanaan
sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan
pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation
sebelum pelaksanaan proyek.
X7 : Berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3 pada proyek
yang dipimpin.
X9 : Mampu merumuskan work breakdown structure (rangkaian
aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan
YV = 1,007 + 0,209X2 – 0,166X5 + 0,457X7 + 0,320X9 – 0,218X11 – 0,170X15
+ 0,329X19 + 0,189X20 – 0,141X23
Lanjutan Tabel 4.34
140
pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat
pada waktunya..
X11 : Mampu merumuskan work breakdown structure (rangkaian
aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan
pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada
waktunya.
X15 : Mampu menerapkan prinsip manajemen pengelolaan
lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek.
X19 : Mampu mempertahankan kinerja maksimal walaupun dalam
kondisi yang kurang kondusif.
X20 : Memiliki komitment dalam mencapai tujuan bersama
X23 : Mampu membangun kedisiplinan kerja
Penjelasan:
Koefisien regresi pada variabel X15 yaitu mampu menerapkan prinsip
manajemen pengelolaan lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL
menyatakan bahwa setiap penurunan senilai -0,170 akan mengakibatkan
menurunnya kinerja lingkungan pelaksanaan proyek sebesar -0,170.
Sebaliknya jika terjadi peningkatan (+) senilai 0,170 juga diprediksi
mengalami peningkatan sebesar +0,170. Jadi, dalam hal ini kenaikan
atau penurunan variabel bebas (X15) akan mengakibatkan kenaikan atau
penurunan variabel terikat (YV), dan seterusnya (Riduwan, 2011).
141
4.4 Interpretasi Model terhadap Kinerja Pelaksanaan Proyek (Biaya-
Mutu-Waktu-K3-Lingkungan)
Model Regresi linier berganda yang diperoleh adalah:
1. Hubungan karakteristik manajer proyek terhadap kinerja biaya
menghasilkan persamaan sebagai berikut:
Penjelasan:
a. Jika variabel (X4) mampu mengambil keputusan sesuai peraturan
dan batasan organisasi meningkat (+0,108) maka kinerja biaya juga
akan meningkat senilai (+0,108), begitu pula sebaliknya.
b. Jika variabel (X5) mampu merumuskan cost database system
(perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga
satuan pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation
sebelum pelaksanaan proyek menurun (-0,224) maka kinerja biaya
juga akan mengalami penurunan senilai (-0,224), begitu pula
sebaliknya.
c. Jika variabel (X7) berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3
pada proyek yang dipimpin meningkat (+0,333) maka kinerja biaya
juga akan meningkat senilai (+0,333), begitu pula sebaliknya.
d. Jika variabel (X9) menentukan metode konstruksi yang sesuai
dengan standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak
YI = 0,973 + 0,108X4 – 0,224X5 + 0,333X7 + 0,207X9 – 0,238X11 – 0,106X15
+ 0,329X19 + 0,188X20 + 0,148X21
142
meningkat (+0,207) maka kinerja biaya juga akan meningkat senilai
(+0,207), begitu pula sebaliknya.
e. Jika variabel (X11) mampu merumuskan work breakdown structure
(rangkaian aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan
pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada
waktunya menurun (-0,238) maka kinerja biaya juga akan
mengalami penurunan senilai (-0,238), begitu pula sebaliknya.
f. Jika variabel (X15) mampu menerapkan prinsip manajemen
pengelolaan lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek
menurun (-0,106) maka kinerja biaya juga akan mengalami
penurunan senilai (-0,106), begitu pula sebaliknya.
g. Jika variabel (X19) mampu mempertahankan kinerja maksimal
walaupun dalam kondisi yang kurang kondusif meningkat (+0,329)
maka kinerja biaya juga akan meningkat senilai (+0,329), begitu pula
sebaliknya.
h. Jika variabel (X20) memiliki komitment dalam mencapai tujuan
bersama meningkat (+0,188) maka kinerja biaya juga akan
meningkat senilai (+0,188), begitu pula sebaliknya.
i. Jika variabel (X21) bersikap terus terang dan jujur meningkat
(+0,148) maka kinerja biaya juga akan meningkat senilai (+0,148),
begitu pula sebaliknya.
143
2. Hubungan Karakteristik Manajer Proyek terhadap Kinerja Mutu
Penjelasan:
a. Jika variabel (X4) mampu mengambil keputusan sesuai peraturan
dan batasan organisasi meningkat (+0,118) maka kinerja mutu juga
akan meningkat senilai (+0,118), begitu pula sebaliknya.
b. Jika variabel (X5) mampu merumuskan cost database system
(perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga
satuan pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation
sebelum pelaksanaan proyek menurun (-0,247) maka kinerja mutu
juga akan mengalami penurunan senilai (-0,247), begitu pula
sebaliknya.
c. Jika variabel (X7) berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3
pada proyek yang dipimpin meningkat (+0,311) maka kinerja mutu
juga akan meningkat senilai (+0,311), begitu pula sebaliknya.
d. Jika variabel (X9) menentukan metode konstruksi yang sesuai
dengan standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak
meningkat (+0,369) maka kinerja mutu juga akan meningkat senilai
(+0,369), begitu pula sebaliknya.
e. Jika variabel (X15) mampu menerapkan prinsip manajemen
pengelolaan lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek
YII = 1,094 + 0,118X4 – 0,247X5 + 0,311X7 + 0,369X9 – 0,117X15 + 0,263X19
– 0,155X23 – 0,097X24
144
menurun (-0,117) maka kinerja mutu juga akan mengalami
penurunan senilai (-0,117), begitu pula sebaliknya.
f. Jika variabel (X19) mampu mempertahankan kinerja maksimal
walaupun dalam kondisi yang kurang kondusif meningkat (+0,263)
maka kinerja mutu juga akan meningkat senilai (+0,263), begitu pula
sebaliknya.
g. Jika variabel (X23) mampu membangun kedisiplinan kerja menurun
(-0,155) maka kinerja mutu juga akan mengalami penurunan senilai
(-0,155), begitu pula sebaliknya.
h. Jika variabel (X24) mampu mengkomunikasikan prestasi kinerja
proyek baik dengan tim lapangan proyek dan owner menurun
(-0,097) maka kinerja mutu juga akan mengalami penurunan senilai
(-0,097), begitu pula sebaliknya.
3. Hubungan Karakteristik Manajer Proyek terhadap Kinerja Waktu
Penjelasan:
a. Jika variabel (X2) memiliki kematangan yang tinggi dalam
perencanaan yang baik dalam upaya mengurangi tekanan dan stres
sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja tim meningkat
YIII = 1,448 + 0,181X2 + 0,142X4 – 0,169X5 + 0,330X7 – 0,304X11 – 0,195X15
+ 0,259X19 + 0,132X21
145
(+0,181) maka kinerja waktu juga akan meningkat senilai (+0,181),
begitu pula sebaliknya.
b. Jika variabel (X4) mampu mengambil keputusan sesuai peraturan
dan batasan organisasi meningkat (+0,142) maka kinerja waktu juga
akan meningkat senilai (+0,142), begitu pula sebaliknya.
c. Jika variabel (X5) mampu merumuskan cost database system
(perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga
satuan pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation
sebelum pelaksanaan proyek menurun (-0,169) maka kinerja waktu
juga akan mengalami penurunan senilai (-0,169), begitu pula
sebaliknya.
d. Jika variabel (X7) berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3
pada proyek yang dipimpin meningkat (+0,330) maka kinerja waktu
juga akan meningkat senilai (+0,330), begitu pula sebaliknya.
e. Jika variabel (X11) mampu merumuskan work breakdown structure
(rangkaian aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan
pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada
waktunya menurun (-0,304) maka kinerja waktu juga akan
mengalami penurunan senilai (-0,304), begitu pula sebaliknya.
f. Jika variabel (X15) mampu menerapkan prinsip manajemen
pengelolaan lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek
menurun (-0,195) maka kinerja waktu juga akan mengalami
penurunan senilai (-0,195), begitu pula sebaliknya.
146
g. Jika variabel (X19) mampu mempertahankan kinerja maksimal
walaupun dalam kondisi yang kurang kondusif meningkat (+0,259)
maka kinerja waktu juga akan meningkat senilai (+0,259), begitu
pula sebaliknya.
h. Jika variabel (X21) bersikap terus terang dan jujur meningkat
(+0,132) maka kinerja waktu juga akan meningkat senilai (+0,132),
begitu pula sebaliknya.
4. Hubungan Karakteristik Manajer Proyek terhadap Kinerja
K3/keselamatan dan kesehatan kerja
Penjelasan:
a. Jika variabel (X2) memiliki kematangan yang tinggi dalam
perencanaan yang baik dalam upaya mengurangi tekanan dan stres
sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja tim meningkat
(+0,157) maka kinerja K3 juga akan meningkat senilai (+0,157),
begitu pula sebaliknya.
b. Jika variabel (X5) mampu merumuskan cost database system
(perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga
satuan pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation
YIV = 2,246 + 0,157X2 – 0,212X5 + 0,277X7 – 0,399X8 + 0,501X9 – 0,180X15
+ 0,217X17 + 0,186X19 + 0,167X20 – 0,109X23 – 0,196X25
147
sebelum pelaksanaan proyek menurun (-0,212) maka kinerja K3 juga
akan mengalami penurunan senilai (-0,212), begitu pula sebaliknya.
c. Jika variabel (X7) berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3
pada proyek yang dipimpin meningkat (+0,277) maka kinerja K3
juga akan meningkat senilai (+0,277), begitu pula sebaliknya
d. Jika variabel (X8) memiliki pengalaman dan pemahaman yang
menyeluruh mengenai teknis pekerjaan dari proyek yang dikelola
olehnya menurun (-0,399) maka kinerja K3 juga akan mengalami
penurunan senilai (-0,399), begitu pula sebaliknya.
e. Jika variabel (X9) menentukan metode konstruksi yang sesuai
dengan standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak
meningkat (+0,501) maka kinerja K3 juga akan meningkat senilai
(+0,501), begitu pula sebaliknya.
f. Jika variabel (X15) mampu menerapkan prinsip manajemen
pengelolaan lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek
menurun (-0,180) maka kinerja K3 juga akan mengalami penurunan
senilai (-0,180), begitu pula sebaliknya.
g. Jika variabel (X17) memiliki kemampuan negosiasi dalam bargaining
dengan pemikiran yang tenang dan jernih menggunakan strategi dan
loyalitas meningkat (+0,217) maka kinerja K3 juga akan meningkat
senilai (+0,217), begitu pula sebaliknya.
h. Jika variabel (X19) mampu mempertahankan kinerja maksimal
walaupun dalam kondisi yang kurang kondusif meningkat (+0,186)
148
maka kinerja K3 juga akan meningkat senilai (+0,186), begitu pula
sebaliknya.
i. Jika variabel (X20) memiliki komitment dalam mencapai tujuan
bersama meningkat (+0,167) maka kinerja K3 juga akan meningkat
senilai (+0,167), begitu pula sebaliknya.
j. Jika variabel (X23) mampu membangun kedisiplinan kerja menurun
(-0,109) maka kinerja K3 juga akan mengalami penurunan senilai (-
0,109), begitu pula sebaliknya.
k. Jika variabel (X25) mampu mengkomunikasikan prinsip manajemen
pengelolaan K3 kepada seluruh tim proyek sesuai dengan yang
tertuang dalam dokumen AMDAL proyek menurun (-0,196) maka
kinerja lingkungan juga akan mengalami penurunan senilai (-0,196),
begitu pula sebaliknya.
5. Hubungan Karakteristik Manajer Proyek terhadap Kinerja Pengelolaan
Lingkungan
Penjelasan:
a. Jika variabel (X2) memiliki kematangan yang tinggi dalam
perencanaan yang baik dalam upaya mengurangi tekanan dan stres
sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja tim meningkat
YV = 1,007 + 0,209X2 – 0,166X5 + 0,457X7 + 0,320X9 – 0,218X11 – 0,170X15
+ 0,274X19 + 0,189X20 – 0,141X23
149
(+0,209) maka kinerja lingkungan juga akan meningkat senilai
(+0,209), begitu pula sebaliknya.
b. Jika variabel (X5) mampu merumuskan cost database system
(perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga
satuan pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation
sebelum pelaksanaan proyek menurun (-0,166) maka kinerja
lingkungan juga akan mengalami penurunan senilai (-0,166), begitu
pula sebaliknya.
c. Jika variabel (X7) berkomitmen dalam menjalankan safety plan K3
pada proyek yang dipimpin meningkat (+0,457) maka kinerja
lingkungan juga akan meningkat senilai (+0,457), begitu pula
sebaliknya.
d. Jika variabel (X9) menentukan metode konstruksi yang sesuai dengan
standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak meningkat
(+0,320) maka kinerja lingkungan juga akan meningkat senilai
(+0,320), begitu pula sebaliknya.
e. Jika variabel (X11) mampu merumuskan work breakdown structure
(rangkaian aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan
pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada
waktunya menurun (-0,218) maka kinerja lingkungan juga akan
mengalami penurunan senilai (-0,218), begitu pula sebaliknya.
f. Jika variabel (X15) mampu menerapkan prinsip manajemen
pengelolaan lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek
150
menurun (-0,170) maka kinerja lingkungan juga akan mengalami
penurunan senilai (-0,170), begitu pula sebaliknya
g. Jika variabel (X19) mampu mempertahankan kinerja maksimal
walaupun dalam kondisi yang kurang kondusif meningkat (+0,274)
maka kinerja lingkungan juga akan meningkat senilai (+0,274),
begitu pula sebaliknya.
h. Jika variabel (X20) memiliki komitment dalam mencapai tujuan
bersama meningkat (+0,189) maka kinerja lingkungan juga akan
meningkat senilai (+0,189), begitu pula sebaliknya.
i. Jika variabel (X23) mampu membangun kedisiplinan kerja menurun (-
0,141) maka kinerja lingkungan juga akan mengalami penurunan
senilai (-0,141), begitu pula sebaliknya.
4.5 Karakteristik manajer proyek yang berpengaruh terhadap Kinerja
Pelaksanaan Proyek (Biaya-Mutu-Waktu-K3-Lingkungan)
Dari uraian persamaan regresi diatas dapat diketahui bahwa karakteristik
manajer proyek yang berpengaruh terhadap Kinerja Pelaksanaan Proyek (Biaya-
Mutu-Waktu-K3-Lingkungan), antara lain:
151
Tabel 4.36. Karakteristik manajer proyek yang berpengaruh terhadap kinerja pelaksanaan proyek
Aspek Variabel Biaya Mutu Waktu K3 Lingkungan Kinerja Proyek
YI YII YIII YIV YV Jumlah Nilai rata-
rata
Asp
ek K
onse
ptu
al
Ski
ll
X2 0,181 0,157 0,209 0,547 10,94%
X4 0,108 0,118 0,142 0,368 7,36%
X5 -0,224 -0,247 -0,169 -0,212 -0,166 -1,018 -20,36%
X7 0,333 0,311 0,330 0,277 0,457 1,708 34,16%
Jumlah nilai rata232,10%
Asp
ek T
ech
nic
al
Ski
ll
X8 -0,339 -0,339 -6,780%
X9 0,207 0,369 0,501 0,320 1,397 27,94%
X11 -0,238 -0,304 -0,218 -0,760 -15,20%
X15 -0,106 -0,117 -0,195 -0,180 -0,170 -0,768 -15,36%
Jumlah nilai rata2 -9,40%
Asp
ek S
oft S
kill
X17 0,217 0,217 4,34%
X19 0,329 0,263 0,259 0,186 0,274 1,311 26,22%
X20 0,188 0,167 0,189 0,544 10,88%
X21 0,148 0,132 0,280 5,60%
X23 -0,155 -0,109 -0,141 -0,405 -8,10%
X24 -0,097 -0,097 -1,94%
X25 -0,196 -0,196 -3,92%
Jumlah nilai rata2 33,08%
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Dari uraian tabel di atas dapat dijelaskan bahwa besarnya pengaruh aspek
konseptual skill sebesar 32,10%, aspek technical skill 9,40%, dan aspek
soft skill 33,08%. Aspek soft skill mempunyai pengaruh yang lebih besar
terhadap kualitas kinerja pelaksanaan proyek konstruksi sebesar 33,08%
dari semua aspek yang masuk dalam karakteristik manajer proyek. Nilai
152
total prosentase pengaruh ketiga karakteristik manajer proyek sebesar
74,58% terhadap kualitas kinerja pelaksanaan proyek konstruksi. Hal ini
dapat diartikan bahwa sisa sekitar 25,42% dipengaruhi oleh faktor lainnya
diluar ketiga karakteristik manajer proyek tersebut dengan menyesuaikan
terhadap situasi, lokasi dan karakteristik proyek konstruksi itu sendiri.
Tabel 4.37 Variabel dalam aspek soft skill yang berpengaruh terhadap kinerja pelaksanaan proyek.
Aspek Soft Skills
Variabel Nama Variabel
X17 Memiliki kemampuan negosiasi dalam bargaining dengan pemikiran yang tenang dan jernih menggunakan strategi dan loyalitas
X19 Mampu mempertahankan kinerja maksimal walaupun dalam kondisi yang kurang kondusif
X20 Memiliki komitmen dalam mencapai tujuan bersama
X21 Bersikap terus terang dan jujur
X23 Mampu membangun kedisiplinan kerja
X24 Mampu mengkomunikasikan prestasi kinerja proyek baik dengan tim lapangan proyek dan owner.
X25 Mampu mengkomunikasikan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan(AMDAL) kepada seluruh tim proyek
153
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1. Hasil identifikasi dan analisis data dengan analisa faktor menunjukkan
bahwa dari 25 variabel dalam karakteristik manajer proyek hanya terdapat
22 variabel yang masuk sebagai variabel yang mempengaruhi kinerja
pelaksanaan proyek konstruksi berdasarkan hasil pengolahan jawaban
kuisioner yang telah disebar ke responden. Berdasarkan olah data statistik
terdapat 3 variabel yang tereliminasi dan tidak termasuk dalam 22
variabel tersebut, antara lain: variabel X1 (Membangun
hubungan/networking di dalam atau di luar organisasi proyek), X3
(Memahami hasil kajian AMDAL sebagai dasar pengelolaan lingkungan
sekitar areal proyek),dan X22 (Memiliki kemampuan membuat tim proyek
tetap solid dan bersemangat). Namun secara fakta di lapangan variabel
X1, X3,dan X22 mempunyai hubungan dan pengaruh terhadap kualitas
kinerja pelaksanaan proyek konstruksi gedung di Kabupaten Badung.
2. Bila dilihat dari hubungan dan pengaruh dapat disimpulkan bahwa
besarnya pengaruh tiap aspek karakteristik manajer proyek terhadap
kinerja pelaksanaan proyek konstruksi adalah aspek konseptual skill
sebesar 32,10%, aspek technical skill 9,40%, dan aspek soft skill 33,08%,
Nilai total prosentase pengaruh ketiga karakteristik manajer proyek
sebesar 74,58% terhadap kualitas kinerja pelaksanaan proyek konstruksi.
154
Hal ini dapat diartikan bahwa sisa sekitar 25,42% dipengaruhi oleh faktor
lainnya yang menyesuaikan terhadap situasi, lokasi dan karakteristik
proyek konstruksi itu sendiri. Dilihat dari besarnya nilai prosentase
hubungan dan pengaruhnya terhadap kualitas kinerja pelaksanaan proyek
konstruksi di Kabupaten Badung, terlihat bahwa aspek soft skill
mempunyai pengaruh dominan bila dibandingkan dengan aspek
konseptual skill dan technical skill.
5.2 Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, penulis
menyarankan beberapa hal sebagai berikut:
Sebaiknya dalam proses recruitment seorang manajer proyek, perusahaan
jasa konstruksi merumuskan standar kompetensi yang dilihat dari aspek
konseptual skill, aspek technical skill, dan aspek soft skill. Ketiga aspek tersebut
digunakan sebagai standar kompetensi dasar yang mesti dimiliki oleh seorang
manajer proyek sebagai parameter utama yang mempengaruhi kualitas kinerja
pelaksanaan proyek konstruksi.
155
DAFTAR PUSTAKA
Adrian, 1995, The Essence of Service Marketing, Andi, Yogyakarta Ervianto, W. I., 2002. Teori Aplikasi Manajemen Proyek konstruksi, Cetakan
Pertama, Andi Offset, Yogyakarta Gujarati,N. 1995, Basic Econometric, third edition, Mc Graw - Hill, New York Katz, 1979, The Social Psychology of Organizations, Wiley Eqstern Private
Limited, New Delhi Larson, 2008, People and Organizations ; An Introduction to Organizational
Behavior, Mc Graw Hill Inc, Singapore Malhotra. N.K., 1999, Marketing Research an Applied Orientation, Third
Edition, Prentice Hall, New Jersey Martadipura, 2013, Analisis Pengaruh Gaya Negosiasi Manajer Proyek
Terhadap Hasil Negosiasi Pada Proyek Pembangunan Rumah
Tinggal di Kota Bandung, Fakultas Teknik, Universitas Katolik
Parahyangan, Bandung
Novia, 2013, Studi Penerapan Elemen Kompetensi Manajemen Kualitas
Oleh Manajer Proyek Konstruksi PT. X, Fakultas Teknik,
Universitas Hasanuddin, Makassar
Nurhayati, 2010, Manajemen Proyek Konstruksi, Cetakan pertama, Andi Offset,
Yogyakarta Nurgiyantoro, Burhan., 2002, Pengkajian Fiksi, Gadjahmada University Press,
Yogyakarta PMI, 2004, A Guide To The Project Management Body Of Knowledge
(PMBOK), 3rd edition, Project Management Institute Inc, Newtown Square, Pennsylvania, USA
156
Prianto, 2012, Pengaruh Kompetensi Manajer Proyek Terhadap Keberhasilan Proyek Pada Perusahaan Kontraktor Di Kabupaten Malang, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, Malang
Riduan, 2011, Cara Mudah Belajar SPSS Versi 17.0 dan Aplikasi Statistik
Penelitian, Alfabeta, Bandung Santoso, 2000, Latihan SPSS Statistik Parametrik, PT Elek Media Komputindo,
Jakarta Sudiajeng, L (2011). Intervensi Ergonomi pada Organisasi dan Stasiun Kerja
Meningkatkan Kinerja Mahasiswa dan Efisiensi Penggunaan Daya Listrik di Bengkel Kayu Politeknik Negeri Bali. Universitas Udayana, Denpasar
Sugiyono, 2005. Statistika untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung Soeharto, I., 1995, Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional,
Cetakan pertama, Gelora Aksara Pratama, Jakarta Soeharto, I., 1997, Manajemen Proyek, Cetakan kedua, Erlangga, Jakarta Suardi, R., 2003, Sistem Manajemen Mutu ISO 9000:2000 (Penerapannya
untuk mencapai TQM), PPM, Jakarta Singarimbun, dan Effendi, 1989, Metode Penelitian Survey, Cetakan Pertama,
PT. Pusaka LP3ES Indonesia, Jakarta Sujana, 2013, Sifat Dan Gaya Kepemimpinan Manajer Proyek Yang Diharapkan Oleh
Tim Proyek Pada Perusahaan Kontraktor, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, ITB, Bandung
Swastika, 1997, Pengaruh Kualitas Manajer Proyek Pada Pihak Kontraktor Terhadap
Kinerja Proyek Konstruksi Bangunan Bertingkat Di Jabotabek, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Jakarta
Tjiptono, 1996, Manajemen Jasa, Andi, Yogyakarta Utama, 2014, Statistika Bisnis, Program Magister Akuntansi, Program
Pascasarjana, Universitas Udayana, Denpasar Yamit, Z., 2004, Manajemen Kualitas Produk dan Jasa, Cetakan ketiga,
Ekonisia, Yogyakarta Yin, Robert K., 2008, Case Study Research: Design and Methods (Applied
Social Research Methods), Illinois, Sage Publications, Inc
157
Kuisioner
KARAKTERISTIK MANAJER PROYEK TERHADAP KUALITAS
PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DI KABUPATEN
BADUNG
Survey: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Karakteristik Manajer Proyek
Terhadap Kualitas Pelaksanaan Konstruksi Gedung Di Kabupaten
Badung.
PENDAHULUAN
Pengelolaan proyek yang efektif dan efisien dapat dicapai melalui
peningkatan kualitas sumber daya manusia terutama manajer proyek untuk
meningkatkan profesionalisme dan mampu bersaing menghadapi era globalisasi.
Manajer Proyek adalah orang yang bertanggung jawab terhadap keseluruhan
proses pelaksanaan proyek, antara lain: mengintegrasikan dan mengkoordinasikan
semua sumber daya yang dimiliki dan bertanggung jawab sepenuhnya atas
pencapaian sasaran proyek. Salah satu tugas dari manajer proyek adalah
pengendalian kualitas selama proses pelaksanaan konstruksi.
Manajemen kualitas merupakan penerapan standar dan proses yang
obyektif melalui penerapan perencanaan kualitas, pengendalian kualitas, jaminan
kualitas, dan perbaikan secara terus-menerus. Dalam total quality management
system (TQM), Yamit,(2001) menyebutkan bahwa seorang manajer mempunyai
peran yang sangat strategis dalam implementasi menetapkan tujuan hingga
158
menentukan alokasi waktu yang cukup. Gaya kepemimpinan seorang manajer
sangat berpengaruh terhadap implementasi program TQM.
Katz,(1970) mengemukakan bahwa setiap manajer proyek membutuhkan
minimal tiga keterampilan dasar. Keterampilan dasar tersebut adalah conceptual
Skills (keterampilan konseptual), technical skills (keterampilan teknis), dan soft
skills (keterampilan sosial).
Melihat hal tersebut, maka penulis meneliti tentang “Karakteristik
Manajer Proyek Terhadap Kualitas Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi di
Kabupaten Badung” guna meningkatkan daya saing dan profesionalisme manajer
proyek untuk dapat memenuhi keinginan stakeholder tanpa mengabaikan standar
kompetensi yang ada sehingga mampu mengantisipasi perkembangan dunia
konstruksi saat ini maupun di masa yang akan datang.
TUJUAN PELAKSANAAN VALIDASI
Tujuan utama dari survey ini adalah untuk mendapatkan hasil penelitian
yang valid untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik
manajer proyek terhadap kualitas pelaksanaan konstruksi gedung di Kabupaten
Badung dari aspek manajemen kualitas yang diimplementasikan/diterapkan dalam
pembangunan proyek dan dampaknya terhadap kualitas pelaksanaan proyek
tersebut (biaya-mutu-waktu).
159
KERAHASIAAN INFORMASI
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, mohon kiranya Bapak/Ibu dapat
meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini. Seluruh informasi yang anda
berikan dalam survey ini akan dirahasiakan dan hanya akan dipakai untuk
keperluan akademis sesuai dengan peraturan pada Program Studi Teknik Sipil
Bidang Manajemen Konstruksi Universitas Udayana.
Apabila Bapak/Ibu memiliki pertanyaan dan memerlukan keterangan lebih
lanjut mengenai survey ini, silahkan hubungi saya pada:
• I Putu Widyarsana.: Telp: 0821 4501 0965
Terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu meluangkan waktu untuk
mengisi kuesioner penelitian ini
160
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER
1. Pengisian kuesioner dilakukan dengan memberikan tanda ” √ ” pada kolom
”validasi” apabila Bapak/Ibu setuju dengan penyataan hasil analisa penelitian.
2. Jika Bapak/Ibu tidak memahami pertanyaan agar melingkari nomor
pertanyaan
Mohon lengkapi data responden dan data proyek di bawah ini untuk
memudahkan kami menghubungi kembali bila klarifikasi data diperlukan.
Nama Proyek/Perusahaan: ___________________________________________
Alamat Proyek: ___________________________________________
Kode pos: ___________________
Telepon: ________________ Fax: ( ) ____________________
E-mail: ___________________________________________
Nama responden: ___________________________________________
Posisi: ________________ Pendidikan: ________________
Berapa lama anda sudah bekerja pada perusahaan ini? ________________ tahun.
Berapa lama anda sudah bekerja dalam dunia konstruksi? ______________ tahun.
Sistem mutu yang dimiliki perusahaan (berikan tanda ”√” pada kotak yang sesuai):
1. Memiliki sertifikat ISO 9000 3. ”In-house” sistem mutu
2. Dalam proses mendapatkan ISO 9000 4. Belum memiliki sertifikat ISO
9000
161
Semua informasi yang Bapak/Ibu berikan dalam survey ini dijamin kerahasiaannya dan hanya akan dipakai untuk keperluan penelitian saja.
Mohon diberi tanda √ sesuai dengan jawaban Bapak/Ibu
No.
Asp
ek
Var
iab
el
Bagaimana keterampilam konseptual Manajer Proyek dalam hal:
1 2 3 4 5
1
Con
sept
ual
Ski
lls
(Ket
eram
pil
an K
onse
ptu
al)
X1
Membangun hubungan/networking di dalam dan di luar organisasi proyek
2
X2
Memiliki kematangan yang tinggi dalam perencanaan yang baik dalam upaya mengurangi tekanan dan stres sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja tim.
3
X3
Memahami hasil kajian AMDAL sebagai dasar pengelolaan lingkungan sekitar areal proyek.
4 X4 Mampu mengambil keputusan sesuai
peraturan dan batasan organisasi.
5
X5
Mampu merumuskan cost database system (perencanaan sumberdaya, perencanaan jadwal, dan analisa harga satuan pekerjaan) sebagai acuan dalam proses cost estimation sebelum pelaksanaan proyek.
6
X6
Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah/ problem solving secara efektif dan efisien dalam hal sumber daya manusia maupun lingkungan sekitar proyek.
7 X7 Berkomitmen dalam menjalankan safety
plan K3 pada proyek yang dipimpin.
Mohon diberi tanda √ sesuai dengan jawaban Bapak/Ibu
1. Sangat buruk
4. Baik 2. Buruk
3. Cukup 5. Sangat Baik
162
No.
Asp
ek
Var
iab
el
Bagaimana keterampilan teknis Manajer Proyek dalam hal:
1 2 3 4 5
8
Tec
hn
ical
Ski
lls
(Ket
eram
pil
an T
ekn
is)
X8
Memiliki pengalaman dan pemahaman yang menyeluruh mengenai teknis pekerjaan dari proyek yang dikelola olehnya.
9
X9 Menentukan metode konstruksi yang sesuai dengan standar kualitas sesuai dengan rencana mutu kontrak.
10
X10
Melakukan monitoring dan evaluasi perkembangan proyek terhadap lingkup, jadwal, dan anggaran serta sumber daya yang terlibat di dalamnya (man, machine, material).
11
X11
Mampu merumuskan work breakdown structure (rangkaian aktifitas, perkiraan durasi aktifitas, pengembangan dan pengendalian jadwal) sehingga penyelesaian proyek tepat pada waktunya.
12
X12
Mampu mengimplementasikan SMK3 konstruksi secara konsisten dan menyeluruh demi tercapainya zero accident.
13
X13
Mampu merumuskan project action plan (pengendalian sumberdaya, pengendalian biaya, dan pengendalian waktu/jadwal) sesuai dengan cost database system yang telah dibuat sebelumnya.
14
X14
Mampu menerapkan 7 tools total quality management dalam menyelesaikan permasalahan di lapangan agar terwujud continous improvement.
15 X15 Mampu menerapkan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL proyek.
1. Sangat buruk
4. Baik 2. Buruk
3. Cukup 5. Sangat Baik
163
Mohon diberi tanda √ sesuai dengan jawaban Bapak/Ibu
No.
Asp
ek
Var
iab
el
Bagaimana keterampilan bersosialisasi Manajer Proyek dalam hal:
1 2 3 4 5
16
Sof
t ski
lls
(Ket
eram
pil
an B
erso
sial
isas
i)
X16
Mampu berkomunikasi dengan tim proyek, dalam hal ini manajer proyek memberikan penjelasan atau mempresentasikan prosedur yang diterapkan dalam menjalankan proyek.
17
X17
Memiliki kemampuan negosiasi dalam bargaining dengan pemikiran yang tenang dan jernih menggunakan strategi dan loyalitas.
18 X18 Mampu menjalin komunikasi dengan para
supervisi K3 yang bertugas di lapangan.
19
X19 Mampu mempertahankan kinerja maksimal walaupun dalam kondisi yang kurang kondusif.
20 X20 Memiliki komitment dalam mencapai tujuan
bersama.
21 X21 Bersikap terus terang dan jujur.
22 X22 Memiliki kemampuan membuat tim proyek
tetap solid dan bersemangat.
23 X23 Mampu membangun kedisiplinan kerja.
24
X24 Mampu mengkomunikasikan prestasi kinerja proyek baik dengan tim lapangan proyek dan owner.
25
X25
Mampu mengkomunikasikan prinsip manajemen pengelolaan lingkungan kepada seluruh tim proyek sesuai dengan yang tertuang dalam dokumen AMDAL proyek.
1. Sangat buruk
4. Baik 2. Buruk
3. Cukup 5. Sangat Baik
164
No. V
aria
bel
Kinerja Manajer Proyek terhadap:
1 2 3 4 5
1
YI (Biaya)
Bagaimana kinerja Manajer Proyek di proyek tempat anda bekerja terkait dengan pengelolaan dan pengendalian biaya
2
YII (Mutu) Bagaimana kinerja Manajer Proyek di proyek tempat anda bekerja terkait dengan aplikasi pengelolaan manajemen mutu
3
YIII (Waktu) Bagaimana kinerja Manajer Proyek di proyek tempat anda bekerja terkait dengan penjadwalan dan pelaksanaan item pekerjaan
4
YIV (K3) Bagaimana kinerja Manajer Proyek di proyek tempat anda bekerja dalam menjalankan Sistem Manajemen K3 demi tercapainya zero accident.
5
YV
(environment) Bagaimana kinerja Manajer Proyek di proyek tempat anda bekerja dalam menjalankan prinsip manajemen lingkungan
165
Saran dan Komentar
I. Saran dan komentar terhadap kuesioner ini:
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
___________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
____________
II. Catatan:
a. Mengharap Anda berkenan memeriksa kembali, apakah masih ada jawaban
yang belum terisi.
b. Kuesioner yang belum terisi lengkap tidak dapat diolah dan akan
kehilangan masukan yang sangat berharga dari partisipasi Anda dalam
menyelesaikan penelitian ini.
Terima Kasih atas Partisipasi dan Kerjasamanya
Denpasar, ............................... 2015
_______________________________ (Tanda tangan Responden)