KARAKTER AGRONOMI KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill)...

104
KARAKTER AGRONOMI KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) HASIL INDUKSI MUTASI DENGAN SODIUM AZIDA PADA TANAH SALIN SKRIPSI Oleh: NURUL FAJRIYAH PROGRAM STUDI S1 AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2018

Transcript of KARAKTER AGRONOMI KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill)...

i

KARAKTER AGRONOMI KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) HASIL

INDUKSI MUTASI DENGAN SODIUM AZIDA PADA TANAH SALIN

SKRIPSI

Oleh:

NURUL FAJRIYAH

PROGRAM STUDI S1 AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2018

ii

KARAKTER AGRONOMI KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) HASIL

INDUKSI MUTASI DENGAN SODIUM AZIDA PADA TANAH SALIN

Oleh

NURUL FAJRIYAH

NIM : 23030113140036

Salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi S1 Agroekoteknologi

Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro

PROGRAM STUDI S1 AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2018

iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA AKHIR

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Nurul Fajriyah

NIM : 23030113140036

Program Studi : S1-Agroekoteknologi

Dengan ini menyatakan sebagai berikut :

1. Skripsi yang berjudul : Karakter Agronomi Kedelai (Glycine max (L.)

Merrill) Hasil Induksi Mutasi dengan Sodium Azida pada Tanah Salin

dan penelitian yang terkait merupakan karya penulis sendiri.

2. Setiap ide atau kutipan dari karya orang lain berupa publikasi atau bentuk

lainnya dalam karya ilmiah ini, telah diakui sesuai dengan standar prosedur

disiplin ilmu.

3. Penulis juga mengakui bahwa karya akhir ini dapat dihasilkan berkat

bimbingan dan dukungan penuh dari pembimbing yaitu :

Ir. Karno, M. Appl, Sc., Ph.D dan Dr. Ir. Florentina Kusmiyati, M.Sc.

Apabila dikemudian hari dalam skripsi ini ditentukan hal-hal yang menunjukkan

telah dilakukannya kecurangan akademik maka penulis bersedia gelar akademik

saya yang telah saya dapatkan ditarik sesuai dengan ketentuan Program Studi S1-

Agroekoteknologi Fakultas Peternakan dan Pertanian Unversitas Diponegoro.

Semarang, Januari 2018

Penulis

Nurul Fajriyah

Mengetahui,

Pembimbing Utama

Ir. Karno, M.Appl, Sc., Ph.D.

NIP. 19630706 198902 1 002

Pembimbing Anggota

Dr. Ir. Florentina Kusmiyati, M.Sc.

NIP. 19650104 199001 2 001

iv

Judul Skripsi : KARAKTER AGRONOMI KEDELAI (Glycine

max (L.) Merrill) HASIL INDUKSI MUTASI

DENGAN SODIUM AZIDA PADA TANAH

SALIN

Nama Mahasiswa : NURUL FAJRIYAH

Nomor Induk Mahasiswa : 23030113140036

Program Studi/Departemen : S1-AGROEKOTEKNOLOGI/PERTANIAN

Fakultas : PETERNAKAN DAN PERTANIAN

Telah disidangkan dihadapkan Tim Penguji dan

dinyatakan lulus pada tanggal ........................

Pembimbing Utama

Ir. Karno, M.Appl, Sc., Ph.D.

Pembimbing Anggota

Dr. Ir. Florentina Kusmiyati, M.Sc.

Ketua Panitia Ujian Akhir Program

Dr. Ir. Budi Adi Kristanto, M.S.

Ketua Program Studi

Ir. Karno, M.Appl, Sc., Ph.D.

Dekan

Fakultas Peternakan dan Pertanian

Prof. Ir. Mukh Arifin, M.Sc., Ph.D.

Ketua Departemen Pertanian

Ir. Didik Wisnu Widjajanto, M. ScRes., Ph.D.

v

RINGKASAN

NURUL FAJRIYAH. 23030113140046. 2018. Karakter Agronomi Kedelai

(Glycine max (L.) Merrill) Hasil Induksi Mutasi dengan Sodium Azida Pada Tanah

Salin (Character of Agronomic Soybean (Glycine max (L.) Merrill) Induction of

Mutation with Sodium Azide on Saline Soil). (Pembimbing : KARNO dan

FLORENTINA KUSMIYATI).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi nilai LD50

tanaman kedelai dengan mutagen sodium azida dan untuk mengkaji keragaman

tanaman kedelai tahan salin varietas Dering berdasarkan karakter agronomi.

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret 2017 sampai Juni 2017, bertempat

di Greenhouse dan Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan Tanaman Fakultas

Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.

Bahan yang digunakan antara lain benih kedelai varietas Dering I, Sodium

Azide (SA), Kalium dihidrogen fosfat (KH2PO4), Hidrogen klorida (HCl), tanah

salin dan aquades. Alat yang digunakan antara lain handsprayer, hot plate stirrer,

shaker, tray, spatula, pH meter EC meter, botol kaca, timbangan analitik, gelas

beker, labu ukur, pipet, erlenmeyer, pot dan alat tulis. Rancangan percobaan yang

digunakan di greenhouse adalah Rancangan Acak Lengkap. Penelitian yang

dilakukan terdiri dari 2 tahap yaitu perkecambahan dan pindah tanam ke polybag.

Perkecambahan kedelai varietas Dering 1 menggunakan tray berdasarkan 11

perlakuan dosis mutagen yaitu 0; 0,05; 0,1; 0,2; 0,4; 0,8; 1,6; 3,2; 6,4; 12,8; dan

25,6 mM. Benih kedelai ditanam menggunakan tray sampai menjelang pindah

tanam pada 3 tingkat salinitas tanah yaitu 0; 2; dan 5 dS/m. Parameter yang diamati

adalah karakter agronomi, meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah polong

total, bobot polong total, jumlah biji, bobot biji per tanaman. Data hasil pengamatan

daya berkecambah selama 7 hari setelah tanam pada tiap taraf dosis mutagen

sodium azida dihitung menggunakan aplikasi Curve Expert 1.4 untuk penentuan

nilai LD50. Data karakter agronomi seperti tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah

polong, berat polong, jumlah biji, dan berat biji kedelai dianalisis secara individu

pada setiap masing – masing tanaman.

Simpulan dari hasil penelitian adalah nilai LD50 kedelai varietas Dering 1

yaitu 0,664 mM. Karakter tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah polong, berat

polong, jumlah biji, berat biji per tanaman yang dihasilkan pada generasi M1

memiliki keragaman pada setiap tanaman. Hasil skoring berdasarkan karakter

agronomi terdapat 5 tanaman dengan kriteria agak tahan, 10 tanaman dengan

kriteria tahan dan 3 tanaman dengan kriteria sangat tahan pada kondisi salinitas 2

dS/m.

vi

KATA PENGANTAR

Kedelai (Glycine max L. Merril) merupakan salah satu dari tiga komoditas

utama selain padi dan jagung. Usaha peningkatan produksi kedelai saat ini

menghadapi kendala berupa penurunan areal tanam dan penyusutan lahan subur

akibat alih fungsi lahan ke sektor nonpertanian. Tanah salin merupakan salah satu

lahan yang belum banyak dimanfaatkan secara luas untuk kegiatan budidaya

tanaman. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kedelai yaitu

dengan pemuliaan tanaman untuk meningkatkan keragaman genetik. Mutasi

merupakan kegiatan pemuliaan yang bermanfaat untuk memperluas keragaman

genetik suatu tanaman dan dengan seleksi terarah diperoleh mutan yang diharapkan.

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah,

dan keberkahan-Nya sehingga penelitian maupun penulisan skripsi dapat berjalan

dengan baik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah

membantu dalam penelitan dan penyusunan skripsi:

1. Dekan Fakultas Peternakan dan Pertanian Prof. Dr. Ir. Mukh Arifin, M.Sc.,

Ketua Departemen Pertanian Ir. Didik Wisnu Widjajanto, M.Sc.Res., Ph.D., dan

Ketua Program Studi S-1 Agroekotenologi Fakultas Peternakan dan Pertanian

Universitas Diponegoro Ir. Karno M.Appl, Sc., Ph.D atas bimbingannya dan

kesempatan untuk melakukan penelitian sehingga penulis dapat menulis skripsi

guna memperoleh gelar Sarjana.

2. Ir. Karno, M. Appl, Sc, Ph.D. dan Dr. Ir. Florentina Kusmiyati, M.Sc. selaku

dosen pembimbing yang telah membimbing dan memberi arahan selama proses

penyusunan proposal seminar sampai penulisan skripsi.

vii

3. Dr. Ir. Widyati Slamet, M.P. dan Dr. Ir. Budi Adi Kristanto, M.S. selaku Panitia

Ujian Akhir Program S-1 Agroekoteknologi

4. Ir. Karno, M. Appl, Sc, Ph.D. selaku dosen wali, yang telah memberikan ilmu,

motivasi dan arahan selama masa studi.

5. Para Dosen Agroekoteknologi Prof. Dr. Ir. Sumarsono, M.Sc., Prof. Syaiful

Anwar, M.Si., Prof. Dr. Ir. Dwi Retno Lukiwati, M.S., Dr. Ir. Adriani Darmawati

Sudarman, M.Sc., Dr. Ir. Endang Dwi Purbayanti, M.S., Dr. Ir. Eny Fuskhah,

M.Si., Dr. Ir. Yafizham, M.S., Ir. Susilo Budiyanto, M.Si., Ir. Sutarno, M.S., dan

Bagus Herwibawa, S.P., M.P yang telah memberikan arahan dan motivasi

kepada penulis selama masa studi.

6. Dr. Ir. Florentina Kusmiyati, M.Sc. dan Bagus Herwibawa, S.P., M.P yang telah

memfasilitasi dan membimbing penelitian, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian.

7. Pak Akhmad Baroha yang telah membantu di laboratorium. Pak Mamor dan Pak

Iskandar yang telah membantu dalam persiapan penelitian.

8. Kedua orang tua (Bapak Yulfit dan Ibu Azemi), Kak Rina, Bang Heru, Uni Depi,

Bang Arip, Nani, Ojan dan keluarga besar penulis serta CISIS (Yeni, Ambar

‘Aisyah, Fira, Lidia, Ncek, Indri, Reni, Yosi) yang selalu mendoakan, memberi

semangat dan mendukung segala hal kepada penulis.

9. Sobat Rantau (Rita, Ria, Nur, Neli, Disna), temen-temen, kakak-kakak, dan

adik-adik wisma FPP, Liqo Muslimah Tangguh (Ila, Mustag, Ria, Khansa, Rena,

Bu Iis) yang selalu membantu, mendo’akan, dan memberi semangat kepada

penulis.

viii

10. Biba, Ika, Frendi, Ian, Awang, Pram, Aris, Maja, Nyoman, Khilmi, Dwi yang

telah membantu penulis selama penelitian

11. Tim KKN Desa Banget (Abi, Dimas, Firman, Ika, Indri, Lidia, Khusnul, Tia,

Veni), Asisten Pemuliaan Tanaman 2017, teman-teman Agroekoteknologi

2013 yang telah memberi pengalaman selama kuliah, dan adik-adik

Agroekoteknologi 2014 dan 2015 yang telah memberi semangat kepada

penulis.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan ilmu bagi

semua pihak.

Semarang, Januari 2018

Penulis

ix

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iv

RINGKASAN .............................................................................................. v

KATA PENGANTAR ................................................................................ vi

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi

DAFTAR ILUSTRASI ................................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3

1.3. Hipotesis Penelitian ............................................................................ 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 4

2.1. Kedelai ............................................................................................... 4

2.2. Salinitas ............................................................................................. 6

2.3. Mutasi ................................................................................................. 8

2.4. Sodium Azida (NaN3) ........................................................................ 9

2.5. Dosis Letal Median ............................................................................ 10

BAB III. MATERI DAN METODE ............................................................ 12

3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ........................................................ 12

3.2. Materi Penelitian ................................................................................ 12

3.3. Metode Penelitian............................................................................... 12

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 17

4.1. Lethal Dose 50 (LD50) ........................................................................ 17

4.2. Tinggi Tanaman Kedelai .................................................................... 22

4.3. Jumlah Daun Tanaman Kedelai ........................................................ 27

4.4. Jumlah Polong Kedelai ...................................................................... 30

4.5. Berat Polong Kedelai ......................................................................... 32

4.6. Jumlah Biji Kedelai ............................................................................ 34

4.7. Berat Biji Kedelai ............................................................................... 36

x

4.8. Skoring Berdasarkan Karakter Agronomi Pada Tanah Salin 2 dS/m 38

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 41

5.1. Simpulan ............................................................................................... 41

5.2. Saran ...................................................................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 42

LAMPIRAN ................................................................................................. 46

RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... 89

xi

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Klasifikasi Tanah Salin ................................................................... 6

2. Kriteria Tanaman ............................................................................ 16

3. Persentase Tanaman Hidup Kedelai Varietas Dering 1 pada 1 MST 18

4. Persamaan Regresi dari Persentase Hidup dan Dosis Mutagen ...... 20

5. Jumlah Tanaman Hidup .................................................................. 21

6. Data Tinggi Tanaman Kedelai 8 MST ............................................ 23

7. Jumlah Tanaman Hasil Skoring Berdasarkan Parameter Tinggi

Tanaman pada Tanah Salin 2 dS/m ................................................. 27

8. Data Jumlah Daun Tanaman Kedelai 8 MST ................................. 27

9. Jumlah Tanaman Hasil Skoring Berdasarkan Parameter Jumlah

Daun padaTanah Salin 2 dS/m ....................................................... 29

10. Data Jumlah Polong Tanaman Kedelai Generasi M1 ................... 30

11. Jumlah Tanaman Hasil Skoring Berdasarkan Parameter Jumlah

Polong padaTanah Salin 2 dS/m ................................................... 31

12. Data Berat Polong Tanaman Kedelai Generasi M1 ...................... 32

13. Jumlah Tanaman Hasil Skoring Berdasarkan Parameter Berat Polong

pada Tanah Salin 2 dS/m .............................................................. 33

14. Data Jumlah Biji Tanaman Kedelai Generasi M1......................... 34

15. Jumlah Tanaman Hasil Skoring Berdasarkan Parameter Jumlah Biji

pada Tanah Salin 2 dS/m .............................................................. 36

16. Data Berat Biji Tanaman Kedelai Generasi M1 ........................... 37

17. Jumlah Tanaman Hasil Skoring Berdasarkan Parameter Berat Biji

pada Tanah Salin 2 dS/m .............................................................. 38

xii

18. Jumlah Tanaman Hasil Skoring Berdasarkan Karakter Agronomi

pada Tanah Salin 2 dS/m ............................................................... 39

xiii

DAFTAR ILUSTRASI

Nomor Halaman

1. Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) ................................. 5

2. Kecambah Abnormal ...................................................................... 17

3. Kurva Rational Function LD50........................................................ 19

4. Tanaman Kedelai di Tanah Salin 5 dS/m ........................................ 22

5. Tinggi Tanaman Kedelai di Tanah Non-Salin ................................ 24

6. Tinggi Tanaman Kedelai di Tanah Salin 2 dS/m ............................ 25

7. Jumlah Biji Kedelai Generasi M1 di Tanah Non-Salin .................. 35

8. Jumlah Biji Kedelai Generasi M1 di Tanah Salin 2 dS/m .............. 35

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Deskripsi Kedelai Varietas Dering 1............................................... 46

2. Perhitungan Sodium Azida (NaN3) ................................................. 48

3. Data Jumlah Benih Kedelai varietas Dering 1 yang Berkecambah

Selama 7 Hari Setelah Tanam.......................................................... 50

4. Jumlah Tanaman Setelah Pindah Tanam ........................................ 51

5. Data Pengamatan Tanaman Kedelai pada Tanah Non-salin .......... 52

6. Data Pengamatan Tanaman Kedelai pada Tanah Salin 2 dS/m ...... 57

7. Skoring Tinggi Tanaman Kedelai Generasi M1 ............................. 60

8. Skoring Jumlah Daun Tanaman Kedelai Generasi M1 ................... 63

9. Skoring Jumlah Polong Kedelai Generasi M1 ................................ 67

10. Skoring Berat Polong Kedelai Generasi M1 ................................. 71

11. Skoring Jumlah Biji Kedelai Generasi M1 ................................... 75

12. Skoring Jumlah Biji Kedelai Generasi M1 ................................... 79

13. Hasil Skoring Karakter Agronomi pada Tanah Non-Salin ........... 883

14. Hasil Skoring Karakter Agronomi pada Tanah Salin 2 dS/m ....... 86

15. Dokumentasi Kegiatan .................................................................. 88

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kedelai (Glycine max L. Merril) merupakan salah satu dari tiga komoditas

utama selain padi dan jagung. Kedelai adalah tanaman pangan yang sangat penting,

memiliki sumber protein nabati yang digunakan sebagai konsumsi utama dalam

bentuk tempe, tahu, kecap, dan pengganti susu. Tanaman kedelai banyak di

budidayakan di Indonesia awalnya terpusat di provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah,

Jawa Barat, Lampung, Nusa Tenggara Barat, dan Bali. Badan Pusat Statistik (2015)

mencatat produksi kedelai tahun 2014 sebanyak 953,96 ribu ton, meningkat 173,96

ribu ton (22,30%) dibanding tahun 2013, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan

kedelai dalam negeri. Kementrian Pertanian Republik Indonesia (2015)

menyatakan, target swasembada tahun 2017 untuk memenuhi kebutuhan kedelai

nasional sebesar 2,2 jt ton/tahun. Kebutuhan akan kedelai masih tinggi sehingga

komoditas kedelai masih membutuhkan penyediaan impor dari luar negeri.

Kebutuhan akan komoditas pangan ini penting untuk mendapatkan perhatian demi

meningkatkan produksi secara bertahap. Usaha peningkatan produksi kedelai saat

ini menghadapi kendala berupa penurunan areal tanam dan penyusutan lahan subur

akibat alih fungsi lahan ke sektor nonpertanian. Ketergantungan pada kedelai impor

sebenarnya dapat diatasi dengan upaya pemanfaatan lahan salin.

Pemanfaatan lahan pertanian di dekat pantai yang memiliki kandungan garam

yang tinggi masih minim digunakan. Masih banyak tanah di Indonesia yang belum

2

dimanfaatkan akibat keterbatasan teknik budidaya, terutama tanah salin. Tanah

salin merupakan suatu kondisi tanah yang memiliki kandungan garam yang terlarut

dalam tanah. Tanah salin merupakan salah satu lahan yang belum banyak

dimanfaatkan secara luas untuk kegiatan budidaya tanaman. Salinitas telah menjadi

salah satu masalah utama dalam pengelolaan lahan pertanian dan ini akan menjadi

masalah serius dibidang pertanian sehubungan dengan perubahan iklim dunia. Hal

ini disebabkan adanya efek toksik dan peningkatan tekanan osmotik akar yang

mengakibatkan terganggunya pertumbuhan tanaman. Selain perluasan areal tanam,

salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kedelai yaitu dengan

pemuliaan tanaman untuk meningkatkan keragaman genetik.

Keunggulan suatu benih atau bibit tanaman pada dasarnya ditentukan oleh

faktor genetik (gen) tanaman itu sendiri. Namun demikian ekspresi genetik tanaman

pada suatu lahan pertanian juga di pengaruhi oleh fakor non-genetik (Iingkungan)

dan adanya interaksi diantara keduanya. Penanaman genetik unggul pada kondisi

lingkungan yang optimal dipastikan dapat meningkatkan produk pertanian secara

nyata. Pemuliaan tanaman bertujuan untuk memperbaiki varietas tanaman yang

sudah ada sehingga menjadi Iebih unggul dalam fokus salinitas. Peningkatan

keragaman genetik tanaman dapat digunakan dalam seleksi untuk mendapatkan

genotipe dengan sifat yang diinginkan.

Mutasi merupakan kegiatan pemuliaan yang bermanfaat untuk memperluas

keragaman genetik suatu tanaman dan dengan seleksi terarah diperoleh mutan yang

diharapkan. Mutasi terdiri dari mutasi alami dan buatan. Mutasi buatan (induksi)

dapat dilakukan menggunakan mutagen fisik maupun mutagen kimia. Induksi

3

mutasi dengan bahan kimia dapat dilakukan menggunakan ethyl methanesulfonate

(EMS), nitrosometil urea (NMU), nitrosoguanidin (NTG), dan Sodium azide (SA).

Induksi mutasi dapat dilakukan pada tanaman dengan perlakuan bahan mutagen

tertentu terhadap organ reproduksi tanaman seperti biji, stek batang, serbuk sari,

akar rhizome dan kultur jaringan.

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi LD50 tanaman

kedelai dengan mutagen sodium azida dan untuk mengkaji keragaman tanaman

kedelai varietas Dering 1 pada kondisi tanah salin berdasarkan karakter agronomi.

1.3. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini bahwa terdapat perbedaan keragaan karakter

agronomi tanaman kedelai pada tanah salin yang di induksi dengan mutagen sodium

azida, dibandingkan kontrol.

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kedelai (Glycine max (L.) Merill.)

Tanaman kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja

dan Soja max. Namun pada tahun 1948 telah disepakati bahwa nama botani yang

dapat diterima dalam istilah ilmiah yaitu Glycine max (L.) Merill. Klasifikasi

tanaman kedelai sebagai berikut:

Divisi : Magnoliophyta

Subdivisi : Spermatophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae

Genus : Glycine

Species : Glycine max (L.) Merill.

Tanaman kedelai dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah tropis.

Tanaman kedelai di Indonesia dapat tumbuh di daerah dataran rendah hingga daerah

dengan ketinggian 1.200 m dpl. Suhu optimal bagi pertumbuhan tanaman kedelai

yaitu antara 25oC – 30oC. Curah hujan berkisar antara 150 mm – 200 mm/bulan,

dan kelembapan rata-rata (RH) 65% (Fachruddin, 2000). Tanaman kedelai

memerlukan intensitas cahaya penuh, dapat tumbuh dengan baik di daerah yang

terkena sinar matahari selama 12 jam dalam sehari (Pitojo, 2003).

5

Kedelai varietas Dering 1 pertama kali dilepas pada tahun 2012. Varietas ini

merupakan kedelai yang unggul adaptif lahan sawah yang toleran kekeringan

selama fase reproduktif hingga kandungan air 30% dari air tersedia (Suhartina,

2013). Dering 1 memiliki tipe pertumbuhan determinate, yaitu pertumbuhan batang

yang terhenti setelah tanaman berbunga. Varietas ini juga memiliki karakteristik

dengan bentuk daun oval, tinggi tanaman hingga 57 cm, bunga berwarna ungu

dengan umur berbunga 35 hari setelah tanam, biji berbentuk oval, dan umur masak

81 hari setelah tanam (Ilustrasi 1). Varietas Dering 1 dalam kondisi relatif

kekeringan mampu memberi hasil rata-rata 1,95 ton per hektar dengan potensi hasil

2,83 ton per hektar, dan bobot biji 10,7 gram per 100 biji, tahan hama penggerek

polong dan penyakit karat daun (Lampiran 1).

Ilustrasi 1. Tanaman Kedelai

Kedelai merupakan bahan pangan yang sangat popular di kalangan

masyarakat, hampir setiap hari banyak orang yang mengonsumsi makanan olahan

dari kedelai seperti tempe, tahu, susu. Kedelai memiliki kadar protein yang tinggi

6

sebesar 37% dan kadar lemak sebesar 16% (Tatipata, 2008). Berdasarkan Badan

Pusat Statistik (2015) menyatakan bahwa produksi kedelai tahun 2014 sebanyak

953,96 ribu ton biji kering, meningkat 173,96 ribu ton (22,30%) dibanding tahun

2013, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri, sehingga

Indonesia masih mengimpor kedelai untuk memenuhi kebutuhan kedelai.

2.2. Salinitas

Salinitas merupakan faktor pembatas produksi tanaman pangan karena dapat

menyebabkan penurunan hasil tanaman. Salinitas dapat diartikan sebagai adanya

garam terlarut dalam konsentrasi yang berlebihan dalam tanah. Satuan pengukuran

salinitas adalah konduktivitas elektrik yang dilambangkan dengan dS/m atau

mmhos/cm pada suhu 25oC (Sunarto, 2004). Pengukuran daya hantar listrik tidak

dapat menentukan jenis garam, tetapi hanya mengetahui daya hantar listrik yang

menunjukkan tingkat salinitas larutan (Kristiono dkk., 2013). Klasifikasi tanah salin

dibagi menjadi 3 kelas : Salin, Sodik, dan Salin-Sodik (Tabel. 1). Pengelolaan lahan

pada setiap kelas tanah tentunya berbeda-beda. Pengelolaan tanah salin yang baik

akan menentukan resapan nutrisi tanaman saat pertumbuhan.

Tabel 1. Klasifikasi Tanah Salin*

Klasifikasi EC (dS/m) pH Tanah SAR Kondisi Fisik

Tanah

Salin >4.0 <8.5 <13 Normal

Sodik (Alkali) <4.0 >8.5 ≥13 Rusak

Salin – Sodik >4.0 <8.5 ≤13 Normal

*Menurut Lamond dan Withney (1992); EC= Electrical Conductivity; SAR= Sodium Adsorption

Ratio.

7

Lahan salin menyebabkan rendahnya ketersediaan N, P, Mn, Cu, Zn, dan Fe

dalam tanah, tekanan osmotik tinggi, lemahnya pergerakan air dan udara, serta

rendahnya aktivitas mikroba tanah (Djufry dkk., 2011). Bila tekanan osmotik di

rhizosfer melebihi tekanan osmotik dalam sel akar, maka akan menghambat

penyerapan air dan hara sehingga tanaman akan layu dan mati karena kekurangan

air (Kristiono dkk., 2013). Secara umum, salinitas memberikan pengaruh negatif

terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pertumbuhan dan hasil

tanaman budidaya umumnya mengalami penurunan pada EC tanah 4 dS/m atau

lebih, bahkan tanaman yang sensitif dapat terpengaruh pada EC 3 dS/m

(McWiliams, 2003).

Kadar salinitas tanaman padi dengan tekanan osmotik 6 dS/m menyebabkan

penurunan hasil produksi sebanyak 25%, hasil yang sama juga terjadi pada tanaman

gandum dengan tekanan osmotik 8 dS/m (Sunarto, 2004). Taufiq (2014)

menyatakan bahwa pada tingkat salinitas 2,32 – 3,86 dS/m bobot biji kedelai

varietas gema mengalami penurunan sebesar 47%. Penanaman kedelai pada tanah

salin akan menurunkan perkecambahan dan pertumbuhan kecambah, serta bobot

basah kecambah. Menurut Amirjani (2010) bobot basah kecambah turun 32, 54 dan

76% pada salinitas berturut-turut 50, 100, dan 200 mM NaCl.

Peningkatan salinitas pada tanaman kedelai menurunkan tinggi tanaman, total

biomasa, dan hasil daun cepat mengalami kerontokan dini (senescense) (Kristiono

dkk., 2013). Salinitas pada kedelai dapat meningkatkan tingkat kematian tanaman,

nekrosis pada daun, dan akumulasi klorida dalam daun dan batang, serta

berkurangnya warna hijau pada daun (Krisnawati dan Adie, 2009). Salinitas juga

8

menyebabkan terhambatnya aktivitas mikroorganisme dalam proses dekomposisi

dan mineralisasi sehingga tidak mencukupi ketersediaan unsur hara.

2.3. Mutasi

Mutasi adalah perubahan pada materi genetik suatu makhluk yang terjadi

secara tiba-tiba dan acak, dan merupakan dasar bagi sumber variasi organisme

hidup yang bersifat terwariskan (heritable). Mutasi dapat terjadi secara spontan di

alam (spontaneous mutation) dan dapat juga terjadi melalui induksi (induced

mutation). Secara mendasar tidak terdapat perbedaan antara mutasi yang terjadi

secara alami dan mutasi hasil induksi. Keduanya dapat menimbulkan variasi

genetik untuk dijadikan dasar seleksi tanaman, baik seleksi secara alami (evolusi)

maupun seleksi secara buatan (pemuliaan) (Suranto, 2013). Mutasi gen terjadi

akibat perubahan dalam gen dan gen yang berubah karena mutasi disebut mutan.

Mutasi gen pada tanaman umumnya dapat diinduksi dengan menggunakan

mutagen fisik atau mutagen kimia. Mutagen kimia yang sering digunakan antara

lain kolkisin untuk penggandaan kromosom dan asam nitroso (HNO2), hydroxyl-

amine (NH2OH), methylmethane sulphonate (MMS), ethylmethane sulphonate

(EMS), dietil sulfat (DES), metil metan silfonat (MMS), nitrosomethyl urea

(NMU), sodium azide (NaN3) untuk menginduksi mutasi acak pada basa-basa

DNA (Purwati dkk., 2008).

Keberhasilan induksi mutasi pada tiap-tiap jenis tanaman tergantung pada

jenis mutagen, konsentrasi mutagen, lama perlakuan dan organ tanaman yang

diperlakukan (Potdukhe, 2004). Beberapa hal yang menentukan keberhasilan

9

mutasi yaitu karakter atau sifat yang ingin diperbaiki harus sudah ditetapkan

terlebih dahulu, metode screening atau seleksi harus tepat kondisi materi yang akan

dimutasikan seperti daya kecambah dan dosis harus diketahui sebelum menginduksi

mutasi, serta waktu aplikasi mutagen yang tepat (Acquaah, 2007).

Hasil penelitian Yunita (2009) mutan somaklon pada padi umur 14 hari pada

media kultur yang bersifat toleran terhadap NaCl menunjukkan kandungan prolin

yang lebih tinggi, kandungan K, Mg, dan Ca pada daun yang cenderung tetap.

Firdausya (2012) menyatakan bahwa induksi mutasi melalui perendaman dalam

EMS 0,77% menghasilkan banyak variasi pada tanaman krisan terutama pada

bentuk bunga, dibandingkan dengan induksi melalui iradiasi sinar gamma. Mutasi

memberi pengaruh terhadap morfologi dan pertumbuhan tanaman. Penyebab

menurunnya jumlah daun, panjang daun, lebar daun, tinggi tanaman dan jumlah

cabang yaitu terjadi kerusakan seluler pada meristem tanaman yang merupakan

lokasi sintesis auksin (Widiastuti dkk., 2010).

2.4. Sodium Azida (NaN3)

Sodium azida (NaN3) merupakan salah satu mutagen kimia yang kuat untuk

induksi mutasi tanaman. Mutasi yang disebabkan oleh sodium azida ialah substitusi

pasangan basa, terutama GC-AT yang mengakibatkan perubahan asam amino

(Olsen dkk., 1993). Sodium azida merupakan senyawa ionik dan termasuk

kelompok N3− sentrosimetrik (Khan dkk., 2009). Induksi mutasi dengan sodium

azida yang dilakukan pada tanaman Eruca sativa menunjukkan variasi dalam tinggi

tanaman, luas daun, berat segar dan kering serta kandungan klorofil (Al-Qurainy,

10

2009). Perendaman biji tomat dengan sodium azida menyebabkan turunnya tinggi

tanaman dan jumlah cabang serta memperpanjang waktu yang diperlukan untuk

mencapai 50% tanaman berbunga (Adamu dan Aliyu, 2007). Perendaman biji

kacang tanah dengan 0.39% sodium azida menghasilkan tanaman dengan biji yang

mengandung oleat yang lebih tinggi (Wang dkk., 2011).

Perendaman benih padi hitam dengan dosis sodium azida 2,5 mM dapat

menurunkan pertumbuhan vegetatif seperti penurunan tinggi tanaman, jumlah daun

perumpun, dan jumlah anakan perumpun (Yumiati, 2016). Perlakuan sodium azida

menyebabkan terjadinya peningkatan tinggi tanaman karena peningkatan

mendadak dalam status metabolisme bibit dan peningkatan aktivitas promotor

pertumbuhan (Alka dan Khan, 2011). Setiap pemberian zat kimia yang

mempengaruhi proses biokimia, misalnya mempengaruhi tingkat auksin, akan

berpengaruh terhadap laju pertumbuhan dan pola diferensiasi (Dhakshanamoorthy

dkk., 2010).

2.5. Dosis Letal Median

Dosis letal median atau LD50 adalah dosis yang menyebabkan 50% kematian

dari populasi tanaman yang diberi mutagen. Nilai LD50 merupakan salah satu

parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat sensitivitas suatu jaringan

tanaman (Aisyah dkk., 2009). Dosis LD50 yang rendah memberikan kemampuan

tanaman untuk bertahan hidup tinggi, namun frekuensi mutasinya rendah. Kisaran

dosis tinggi, kemampuan tanaman untuk bertahan hidup rendah namun frekuensi

mutasinya tinggi.

11

Keberhasilan dari kegiatan mutasi dipengaruhi oleh dosis letal median dari

tanaman yang diinduksi. Dosis letal median merupakan dosis yang dapat mereduksi

pertumbuhan tanaman dan bahkan dapat menyebabkan kematian sebesar 50%

individu yang diinduksi mutagen (Mandasari, 2015). Penentuan dosis induksi yang

tepat merupakan salah satu faktor utama yang mendukung keberhasilan mutasi.

Pemberian dosis mutagen tertentu dapat menghasilkan keragaman varian atau

mutan yang tinggi pada kegiatan mutasi (Karyanti dkk., 2015). Pemberian dosis

mutagen yang sesuai untuk induksi keragaman dapat diketahui melalui pengukuran

nilai LD50. Mutasi yang diinginkan umumnya pada dosis sekitar LD50 atau lebih

tepatnya berada sedikit dibawah LD50 (Zuyasna dkk., 2016)

Penentuan konsentrasi atau dosis mutagen yang akan diinduksikan pada

tanaman sangat penting untuk menghindari kegagalan dalam kegiatan mutasi.

Faktor kunci dalam melakukan induksi mutasi adalah penentuan dosis atau

konsentrasi bahan mutagen yang akan digunakan, yang merupakan banyaknya

mutagen yang diabsorbsi oleh jaringan tanaman (Indrayanti dkk., 2011). Perlakuan

mutagen dengan dosis yang tepat dapat mendorong pembelahan sel tanaman. Dosis

mutagen yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kematian pada sel tanaman

(Qosim, 2012).

12

BAB III

MATERI DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2017 sampai Juni 2017 di

Greenhouse Fakultas Peternakan dan Pertanian. Pembuatan larutan mutagen

dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan Tanaman Fakultas

Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.

3.2. Materi Penelitian

Materi yang digunakan dalam penelitian adalah kedelai varietas Dering I,

Sodium Azida (SA), Kalium dihidrogen fosfat (KH2PO4), Hidrogen klorida (HCl),

tanah salin dan aquades. Alat yang digunakan dalam penelitian adalah hand

sprayer, hot plate stirrer, shaker, tray, spatula, pH meter, EC meter, botol kaca,

timbangan analitik, gelas beker, labu ukur, pipet, erlenmeyer, polybag, gembor, dan

alat tulis.

3.3. Metode Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan di greenhouse adalah Rancangan Acak

Lengkap. Penelitian yang dilakukan terdiri dari 2 tahap yaitu perkecambahan dan

pindah tanam ke polybag. Perkecambahan kedelai varietas Dering 1 menggunakan

tray berdasarkan 11 perlakuan dosis mutagen yaitu 0; 0,05; 0,1; 0,2; 0,4; 0,8; 1,6;

3,2; 6,4; 12,8; dan 25,6 mM. Benih kedelai ditanam menggunakan tray sampai

13

menjelang pindah tanam pada 3 tingkat salinitas tanah yaitu 0; 2; dan 5 dS/m.

3.3.1. Pelaksanaan Penelitian

Pembuatan Larutan Stok. Pembuatan larutan mutagen kimia Sodium azida

(SA) yaitu stok kalium dihidrogen fosfat (KH2PO4) ditimbang sebanyak 13,609 g.

Larutan stok yang telah ditimbang, kemudian dilarutkan ke dalam 1 liter akuades.

Larutan yang telah tercampur diaduk menggunakan stirer, kemudian dicek pH

menggunakan pH meter. Tahap berikutnya, stok mutagen sodium azida ditimbang

menggunakan timbangan analitik sesuai perhitungan volume/massa berdasarkan

dosis perlakuan (Lampiran 2). Masing-masing dosis mutagen yang telah ditimbang,

dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan dilarutkan dengan 200 ml buffer fosfat

hingga homogen, kemudian cek pH awal larutan. Larutan mutagen yang telah

dilarutkan dengan buffer fosfat ditambahkan lagi dengan larutan HCl 0,1 N

menggunakan stirer hingga mencapai pH 3 dan volume 250 ml. Penambahan HCl

0,1 N adalah untuk menurunkan pH larutan hingga mencapai pH 3.

Perendaman Benih. Sebelum benih direndam dengan larutan mutagen

sodium azida, benih direndam terlebih dahulu dengan air mengalir selama 5 jam

dengan suhu 28oC. Benih kedelai varietas Dering direndam sebanyak 100 biji untuk

masing-masing dosis mutagen SA yaitu 0; 0,05; 0,1; 0,2; 0,4; 0,8; 1,6; 3,2; 6,4; 12,8;

dan 25,6 mM. Benih direndam pada larutan mutagen selama 2 jam dengan suhu

25oC. Benih yang telah direndam, kemudian ditiriskan dan dibilas menggunakan

air mengalir selama 1,5 jam, kemudian benih ditiriskan kembali.

Penyemaian Benih. Benih generasi M1 dikecambahkan dalam bak

perkecambahan dengan tray. Perlakuan dosis mutagen dengan benih kedelai

14

varietas Dering membentuk 11 populasi yaitu populasi 1 (Dering 0 mM), populasi

2 (Dering0,05 mM), populasi 3 (Dering 0,1 mM), populasi 4 (Dering 0,2 mM),

populasi 5 (Dering 0,4 mM), populasi 6 (Dering 0,8 mM), populasi 7 (Dering 1,6

mM), populasi 8 (Dering 3,2 mM), populasi 9 (Dering 6,4 mM), populasi 10

(Dering 12,8 mM), populasi 11 (Dering 25,6 mM).

Benih ditanam menggunakan tray yang berisi tanah. Penyemaian benih

sebanyak 100 lubang dalam 1 dosis, kemudian menutup benih dengan tanah. Benih

dirawat dan dilakukan penyemprotan dengan air dua kali sehari. Benih yang sudah

dikecambahkan selama 14 hari, kemudian diseleksi dengan cara melihat kecambah

yang hidup, abnormal, dan yang mati dari masing-masing dosis mutagen.

Pindah Tanam. Bibit kedelai yang hidup pada fase perkecambahan,

kemudian di pindah tanam ke dalam polybag yang berisi 3 tingkat salinitas tanah

yaitu 0; 2; dan 5 dS/m. Tanah 0 dS/m atau tanah non-salin didapatkan dari tanah

tembalang. Tanah salin 2 dan 5 dS/m didapatkan dari tanah dekat tambak garam

yang berada di Rembang, Jawa Tengah. Setiap jumlah bibit yang hidup pada

masing-masing dosis mutagen kemudian ditanam pada 3 tingkat salinitas tanah

(Lampiran 4).

3.3.3. Parameter Pengamatan

Parameter yang diamati meliputi karakter untuk menentukan LD50 dan

karakter agronomi seperti tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah polong, berat

polong (g), jumlah biji, dan berat biji (g) :

1. Karakter untuk menentukan LD50 yaitu menghitung persentase daya

berkecambah yang diamati setiap hari selama 7 HST (hari setelah tanam).

15

2. Tinggi tanaman.

Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah hingga ke titik tumbuh pada

minggu ke-8 menggunakan mistar.

3. Jumlah daun

Menghitung seluruh jumlah daun tanaman kedelai pada minggu ke-8

setelah tanam.

4. Jumlah polong

Polong dipanen dan dihitung jumlah polong setiap tanaman pada minggu

ke-8. Pemanenan dilakukan pada saat daun telah menguning dan rontok

serta polong keras dan berubah warna menjadi kecokelatan.

5. Berat polong

Berat polong dihitung setelah proses pemanenan menggunakan

timbangan analitik.

6. Jumlah biji

Menghitung jumlah biji hasil panen pada setiap tanaman

7. Berat biji

Menimbang berat biji setiap tanaman yang telah dihitung menggunakan

timbangan analitik.

3.3.4. Analisis Data

Data hasil pengamatan daya berkecambah pada tiap taraf dosis mutagen

sodium azida dihitung menggunakan aplikasi Curve Expert 1.4 untuk penentuan

nilai LD50. Data karakter agronomi seperti tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah

polong, berat polong, jumlah biji, dan berat biji kedelai dianalisis secara individu

16

pada setiap masing – masing tanaman dengan cara menghitung persentase

kehilangan menurut Soepandi (1990), dengan rumus :

% kehilangan =(a – b)

a× 100%

Keterangan :

a = rata-rata pengukuran parameter pada dosis 0 mM pada tanah non-salin

b = hasil pengukuran parameter/tanaman pada dosis mutagen

Menurut Soepandi (1990), terdapat beberapa kriteria tanaman sesuai

persentase kehilangan pada setiap individu tanaman, diantaranya skor 0 (sangat

rentan) sampai dengan skor 6 (sangat tahan), dan tertera pada Tabel 2.

Tabel 2. Kriteria Tanaman

% kehilangan Skoring Kriteria

>50% 0 Sangat rentan

35 – 49,99% 1 Rentan

15 – 34,99% 2 Moderat

5 – 14% 4 Agak tahan

0 – 4,99% 5 Tahan

<0% 6 Sangat tahan

Sumber : Soepandi (1990)

17

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Lethal Dose 50 (LD50)

Dosis letal median atau Lethal dose 50 adalah dosis yang menunjukkan

kematian tanaman sebanyak 50%. Berdasarkan hasil persentase tanaman kedelai

yang hidup selama 1 MST (minggu setelah tanam) (Tabel 3) menunjukkan bahwa

semakin tinggi pemberian dosis sodium azida (SA), maka persentase daya tumbuh

kedelai semakin menurun setiap harinya.

Ilustrasi 2. Kecambah Abnormal

Keterangan : A. Dosis 0,8 mM. (B). Dosis1,6 mM. (C). Dosis 3,2 mM. (D). Dosis 6,4 mM.

Berdasarkan persentase daya berkecambah terhadap perendaman benih

kedelai menggunakan mutagen sodium azida menunjukkan bahwa perendaman

B A

C D

18

benih dengan dosis 0 mM memiliki daya berkecambah yang rendah dibanding dosis

0,05 dan 0,8 mM (Tabel 3). Daya berkecambah tertinggi terdapat pada dosis 0,8

mM yaitu 55%. Hal ini disebabkan karena dosis 0 mM (tanpa sodium azida) yang

hanya dilakukan perendaman dengan buffer fosfat pH 3, sehingga banyak jumlah

tanaman yang mati dan terserang jamur karena lamanya perendaman.

Tabel 3. Persentase Tanaman Hidup Kedelai Varietas Dering 1 pada 1 MST

Dosis mutagen

(mM) Jumlah benih

Jumlah benih yang

berkecambah

Daya berkecambah

(%)

0 100 48 48

0,05 100 51 51

0,1 100 18 18

0,2 100 37 37

0,4 100 36 36

0,8 100 55 55

1,6 100 34 34

3,2 100 28 28

6,4 100 10 10

12,8 100 0 0

25,6 100 0 0

Benih kedelai yang diberi perlakuan sodium azida, pada dosis 12,8 dan 25,6

mM tidak terdapat benih yang hidup dan berkecambah, sehingga daya berkecambah

0%. Hal ini diduga akibat pengaruh dosis yang semakin tinggi, sehingga

mengganggu perkecambahan benih dan pertumbuhan kedelai. Potdukhe (2004)

menyatakan bahwa keberhasilan induksi mutasi pada tiap jenis tanaman tergantung

pada jenis, konsentrasi atau dosis, lama perlakuan, umur, dan organ yang

diperlakukan mutagen. Pengahambatan pertumbuhan perkecambahan benih

tergantung pada dosis mutagen. Semakin tinggi dosis yang digunakan, maka

19

persentase daya berkecambah tanaman semakin rendah. Hal ini sesuai dengan

pendapat Sari dkk. (2012) yang menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi

mutagen, maka pertumbuhan tanaman akan semakin terganggu dikarenakan

gangguan fisiologis yang semakin meningkat seiring bertambahnya dosis mutagen.

Menurut Olsen dkk. (1993) mutasi yang disebabkan oleh sodium azida ialah

substitusi pasangan basa, terutama GC-AT yang mengakibatkan perubahan asam

amino.

Persamaan hasil curve-fit analysis 1.4 menghasilkan persamaan matematika

Y= a+bx

1+cx+dx2 sehingga diperoleh estimasi LD50 sebesar 0,664 mM (Tabel 4).

Kurva Rational Function LD50 tersaji pada Ilustrasi 3.

Ilustrasi 3. Kurva Rational Function LD50

LD50 kedelai varietas Dering 1 pada penelitian ini yaitu sebesar 0,664 mM.

Hal ini menunjukkan bahwa dosis mutagen yang tepat untuk mendapatkan

S = 13.58190208

r = 0.69695592

Dosis Mutagen

Perse

nta

se H

idu

p

0.0 1.2 2.3 3.5 4.7 5.9 7.05.50

14.50

23.50

32.50

41.50

50.50

59.50

20

kematian benih pada taraf 50% adalah dibawah 0,664 mM. Pada dosis tersebut atau

dibawah dosis 0,664 mM kemungkinan terjadinya mutasi terbanyak. Hal ini sesuai

dengan pendapat Aisyah (2006) yang menyatakan bahwa umumnya mutasi yang

diinginkan terletak pada kisaran LD50 atau lebih tepatnya pada dosis sedikit di

bawah LD50.

Tabel 4. Persamaan Regresi dari Persentase Hidup dan Dosis Mutagen

Model Fungsi Persamaan Persamaan

parameter R LD50

Rational

Function y =

a+bx

1+cx+dx2

a = 38,269

b = 3,923

c = -0,157

d = 0,144

0,6969 0,664

Nilai LD50 diperoleh berdasarkan respon kematian tanaman terhadap dosis

mutagen sodium azida. Zuyasna dkk. (2016) menyatakan bahwa mutasi yang

diinginkan umumnya berada pada dosis sekitar LD50 atau lebih tepatnya berada

sedikit dibawah LD50. Penentuan LD50 harus tepat karena akan berpengaruh

terhadap keberhasilan peningkatan hasil mutasi. Hal ini sesuai dengan pendapat

Aisyah dkk. (2009) bahwa nilai LD50 merupakan salah satu parameter yang

digunakan untuk mengukur tingkat sensitivitas suatu jaringan.

Jumlah bibit yang hidup dari masing-masing dosis mutagen, kemudian

dipindah tanam pada 3 tingkat salinitas tanah. Kondisi tanah non-salin atau 0 dS/m

terdapat 108 tanaman, tanah salin 2 dS/m terdapat 104 tanaman, dan 5 dS/m

terdapat 104 tanaman. Berdasarkan hasil penelitian, tanaman kedelai varietas dering

1 pada generasi M1 dapat bertahan hidup hingga panen yaitu pada tanah non-salin

sebanyak 90 tanaman, tanah salin 2 dS/m sebanyak 46 tanaman, dan tidak mampu

21

bertahan hidup pada salinitas 5 dS/m. Jumlah tanaman yang hidup tertera pada

Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Tanaman Hidup

Dosis

Mutagen

(mM)

Jumlah bibit

yang hidup

Saat pindah tanam Hingga panen

0

dS/m

2

dS/m

5

dS/m

0

dS/m

2

dS/m

5

dS/m

0 48 16 16 16 13 6 0

0,05 51 17 17 17 15 8 0

0,1 18 6 6 6 4 3 0

0,2 37 13 12 12 10 6 0

0,4 36 12 12 12 7 5 0

0,8 55 19 18 18 17 9 0

1,6 34 12 11 11 12 5 0

3,2 27 9 9 9 9 4 0

6,4 10 4 3 3 3 0 0

Jumlah 316 108 104 104 90 46 0

Berdasarkan hasil penelitian, tanaman yang diberi perlakuan mutagen pada

kondisi tanah salin 5 dS/m tidak mampu bertahan hidup atau tumbuh. Hal ini

disebabkan karena tingkatan salinitas yang tinggi. Tanaman kedelai yang diberi

perlakuan mutagen ataupun yang tidak diberi perlakuan mutagen hanya dapat

bertahan hidup hingga umur 5 hari setelah pindah tanam, pada hari ke-5 tersebut

tanaman mulai mengalami cekaman hingga tanaman seperti terbakar, layu, warna

daun lebih gelap dan kemudian mati (Ilustrasi 4). Hal ini menunjukkan bahwa

kondisi salinitas 5 dS/m menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman

kedelai terhambat. Djufry dkk. (2011) menyatakan bahwa lahan salin menyebabkan

rendahnya ketersediaan unsur hara dalam tanah, terjadi tekanan osmotik tinggi,

lemahnya pergerakan air dan udara, serta rendahnya aktivitas mikroba tanah.

Menurut Kristiono dkk. (2013) bila tekanan osmotik di rhizosfer melebihi tekanan

22

osmotik dalam sel akar, maka akan menghambat penyerapan air dan hara sehingga

tanaman akan layu dan mati karena kekurangan air. Krisnawati dan Adie (2009)

menyatakan bahwa salinitas pada kedelai dapat meningkatkan tingkat kematian

tanaman, nekrosis pada daun, dan akumulasi klorida dalam daun dan batang, serta

berkurangnya warna hijau pada daun.

Ilustrasi 4. Tanaman kedelai di tanah salin 5 dS/m

4.2. Tinggi Tanaman Kedelai

Data pengamatan parameter tinggi tanaman kedelai generasi M1 pada tanah

non-salin dan tanah salin 2 dS/m tertera pada Tabel 6 dan Lampiran 5 dan 6.

Berdasarkan data pengamatan tinggi tanaman pada tanah non-salin memiliki

tinggi yang berbeda-beda antar dosis mutagen. Tinggi tanaman pada dosis mutagen

0,05; 0,2; dan 0,8 mM memiliki hasil rerata yang lebih tinggi yaitu 43,65; 40,85;

dan 43,15 cm dibanding dosis 0 mM yaitu 40,32 cm (Tabel 6). Tinggi tanaman pada

dosis 6,4 mM lebih rendah dibanding dosis mutagen lain yaitu 32,50 cm (Ilustrasi

5).

23

Tabel 6. Data Tinggi Tanaman Kedelai 8 Minggu Setelah Tanam (MST)

Dosis mutagen (mM) Tanah Non-Salin Tanah Salin 2 dS/m

----cm----

0 40,32 ± 10,870 (n=13) 44,0 ± 6,868 (n= 6)

0,05 43,65 ± 11,246 (n=15) 36,4 ± 3,206 (n= 8)

0,1 33,63 ± 9,222 (n= 4) 31,8 ± 13,418 (n= 3)

0,2 40,85 ± 11,773 (n=10) 37,4 ± 5,350 (n= 6)

0,4 32,14 ± 2,735 (n= 7) 33,8 ± 5,591 (n= 5)

0,8 43,15 ± 14,782 (n=17) 51,5 ± 5,085 (n= 9)

1,6 33,33 ± 10,174 (n=12) 31,1 ± 3,105 (n= 5)

3,2 37,94 ± 13,714 (n= 9) 22,3 ± 5,019 (n= 4)

6,4 32,50 ± 1,780 (n= 3) 0 Keterangan : ± = nilai standar deviasi, n = banyaknya tanaman

Hal ini menunjukkan bahwa terdapat keragaman atau variasi dari setiap dosis

mutagen yang berbeda-beda. Menurut Al-Qurainy (2009) perlakuan sodium azida

pada konsentrasi 1, 2, 3, 4, dan 5 mM terhadap tanaman Eruca sativa memiliki

tinggi tanaman yang lebih tinggi dibandingkan kontrol. Alka dan Khan (2011)

menyatakan bahwa perlakuan sodium azida menyebabkan terjadinya peningkatan

tinggi tanaman dikarenakan peningkatan status metabolisme bibit dan peningkatan

aktivitas promotor pertumbuhan. Menurut hasil penelitian Adamu dan Aliyu (2007)

bahwa pada tanaman tomat yang diberi perlakuan perendaman biji dengan sodium

azida menyebabkan turunnya tinggi tanaman dan jumlah cabang serta

memperpanjang waktu yang diperlukan untuk mencapai 50% tanaman berbunga.

24

(a) (b) (c) (d)

(e) (f) (g) (h) (i)

Ilustrasi 5. Gambar Tinggi Tanaman Kedelai di Tanah Non-salin. (a). Dosis 0mM.

(b). Dosis 0,05 mM. (c). Dosis 0,1 mM. (d). Dosis 0,2 mM. (e). Dosis

0,4 mM. (f). Dosis 0,8 mM. (g). Dosis 1,6 mM. (h). Dosis 3,2 mM. (i).

Dosis 6,4 mM.

Berdasarkan pengamatan tinggi tanaman pada tanah salin 2 dS/m, diperoleh

data yang berbeda-beda antar dosis mutagen (Lampiran 6). Tinggi tanaman pada

dosis mutagen 0,8 mM memiliki hasil rerata yang lebih tinggi yaitu 51,5 cm

dibandingkan dengan dosis 0 mM yaitu 44 cm (Tabel 6). Hal ini menunjukkan

bahwa dosis 0,8 mM di tanah salin 2 dS/m dapat meningkatkan tinggi tanaman

dibanding dengan dosis 0 mM. Tinggi tanaman dosis 3,2 mM lebih rendah yaitu

25

22,3 cm dibanding dosis 0 mM (Ilustrasi 6). Kristiono dkk. (2013) menyatakan

bahwa peningkatan salinitas pada tanaman kedelai menurunkan tinggi tanaman,

total biomasa dan hasil, daun cepat mengalami kerontokan dini (senescence).

(a) (b) (c) (d)

(e) (f) (g) (h)

Ilustrasi 6. Gambar Tinggi Tanaman Kedelai di Tanah Salin 2 dS/m. (a). Dosis

0mM. (b). Dosis 0,05 mM. (c). Dosis 0,1 mM. (d). Dosis 0,2 mM. (e).

Dosis 0,4 mM. (f). Dosis 0,8 mM. (g). Dosis 1,6 mM. (h). Dosis 3,2

mM.

Penurunan tinggi tanaman dapat disebabkan karena adanya kerusakan selular

pada meristem. Menurut Widiastuti dkk. (2010) penyebab menurunnya jumlah

daun, panjang daun, lebar daun, tinggi tanaman dan jumlah cabang yaitu terjadi

kerusakan seluler pada meristem tanaman yang merupakan lokasi sintesis auksin.

26

Hasil penelitian Yumiati (2016) bahwa tanaman padi hitam pada dosis sodium azida

2,5 mM dapat menurunkan pertumbuhan vegetatif seperti penurunan tinggi

tanaman, jumlah daun perumpun, dan jumlah anakan perumpun.

Berdasarkan hasil penelitian, tanaman kedelai pada dosis mutagen sodium

azida 6,4 mM dengan kondisi salinitas 2 dS/m terdapat 3 tanaman, dan semua

tanaman itu tidak mampu hidup hingga panen tetapi mampu tumbuh hingga 14 hari

setelah pindah tanam. Tanaman mampu hidup pada kondisi non-salin, namun

setelah pindah pada kondisi salinitas 2 dS/m tanaman hanya mampu bertahan 14

hari. Hal ini menunjukkan bahwa pada dosis mutagen 6,4 mM pada tanaman

kedelai tidak mampu tumbuh pada kondisi salin. Sari dkk. (2012) menyatakan

bahwa perlakuan sodium azida cenderung menyebabkan terhambatnya

pertumbuhan tanaman. Menurut Krisnawati dan Adie (2009) bahwa salinitas pada

kedelai dapat meningkatkan tingkat kematian tanaman, nekrosis pada daun, dan

akumulasi klorida dalam daun dan batang, serta berkurangnya warna hijau pada

daun.

Berdasarkan hasil skoring pada Tabel 7, dapat diketahui bahwa terdapat 40

tanaman yang diberi perlakuan mutagen pada tanah salin 2 dS/m. Hasil skoring

tersebut terdiri dari 2 tanaman dengan kriteria sangat rentan, 3 tanaman dengan

kriteria rentan, 9 tanaman dengan kriteria moderat, 8 tanaman dengan kriteria agak

tahan, 4 tanaman dengan kriteria tahan, dan 14 tanaman dengan kriteria sangat

tahan. Data skoring berdasarkan parameter tinggi tanaman pada generasi M1

menunjukkan bahwa dosis sodium azida 0,8 mM memberikan hasil yang sangat

tahan terbanyak yaitu 9 tanaman dibanding dosis 0 mM.

27

Tabel 7. Jumlah Tanaman Hasil Skoring Berdasarkan Parameter Tinggi

Tanaman pada Tanah Salin 2 dS/m

Dosis mutagen

(mM)

Skor

0 1 2 4 5 6

0,05 0 0 1 5 1 2

0,1 1 0 1 0 0 1

0,2 0 0 0 2 1 2

0,4 0 1 2 0 2 0

0,8 0 0 0 0 0 9

1,6 0 0 4 1 0 0

3,2 1 2 1 0 0 0

Jumlah 2 3 9 8 4 14 Keterangan : 0= sangat rentan 4= agak tahan

1= rentan 5= sangat tahan

2= moderat 6= sangat tahan

4.3. Jumlah Daun Tanaman Kedelai

Data pengamatan parameter jumlah daun tanaman kedelai generasi M1 pada

tanah non-salin dan tanah salin 2 dS/m tertera pada Tabel 8 dan Lampiran 5 dan 6.

Tabel 8. Data Jumlah Daun Tanaman Kedelai 8 MST

Dosis mutagen (mM) Tanah Non-Salin Tanah Salin 2 dS/m

----helai----

0 6,3 ± 2,890 (n=13) 7,0 ± 4,679 (n= 6)

0,05 6,3 ± 2,797 (n=15) 3,4 ± 1,111 (n= 8)

0,1 4,8 ± 1,090 (n= 4) 9,7 ± 0,471 (n= 3)

0,2 7,7 ± 3,848 (n=10) 4,8 ± 2,000 (n= 6)

0,4 6,7 ± 0,881 (n= 7) 5,6 ± 2,332 (n= 5)

0,8 5,9 ± 2,928 (n=17) 4,3 ± 0,943 (n= 9)

1,6 7,1 ± 1,706 (n=12) 4,4 ± 1,497 (n= 5)

3,2 5,7 ± 3,162 (n= 9) 3,8 ± 1,299 (n= 4)

6,4 5,5 ± 0,943 (n= 3) 0 Keterangan : ± = nilai standar deviasi, n = banyaknya tanaman

Berdasarkan data pengamatan jumlah daun pada tanah non-salin,

menunjukkan bahwa pengaruh dosis mutagen sodium azida terhadap jumlah daun

memberikan hasil yang berbeda-beda. Jumlah daun terbanyak terdapat pada dosis

28

0,2; 0,4; dan 1,6 mM yaitu 7,7; 6,7; dan 7,1 helai dibanding dosis 0 mM yaitu 6,3

helai, sedangkan jumlah daun terendah pada dosis 0,1 mM yaitu 4,8 helai (Tabel 8).

Hal ini menunjukkan bahwa pada dosis 0,2; 0,4; dan 1,6 mM dapat meningkatkan

jumlah daun tanaman kedelai. Hasil penelitian Saraswati dkk. (2012) menunjukkan

bahwa perlakuan sodium azida pada konsentrasi 2 mM dan 5 mM menghasilkan

tanaman cabai rawit dengan jumlah daun lebih banyak dibandingkan dengan

kontrol dan konsentrasi lainnya. Widiastuti dkk. (2010) menyatakan bahwa

penyebab menurunnya tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, lebar daun, dan

jumlah cabang yaitu terjadi kerusakan seluler pada meristem tanaman yang

merupakan lokasi sintesis auksin.

Berdasarkan data pengamatan jumlah daun pada tanah salin 2 dS/m

menghasilkan jumlah yang rendah dibanding tanah non-salin. Jumlah daun

terbanyak pada tanah salin 2 dS/m terdapat pada dosis 0,1 mM yaitu 9,7 helai

dibanding dosis 0 mM yaitu 7,0 helai (Tabel 8). Jumlah daun pada perlakuan

mutagen di tanah salin 2 dS/m mengalami kerontokan. Hal ini disebabkan karena

unsur garam yang terdapat dalam tanah salin, sehingga mengakibatkan daun rontok.

Hal ini sesuai dengan Kristono dkk. (2013) bahwa peningkatan salinitas pada

tanaman kedelai menurunkan tinggi tanaman, total biomasa dan hasil, daun cepat

mengalami kerontokan dini (senescence). Dogar (2012) menyatakan bahwa natrium

(Na) merupakan unsur non esensial tetapi sangat dibutuhkan, sedangkan khlor (Cl)

adalah hara mikro penting, kedua ion tersebut akan terakumulasi terutama pada

daun yang bersifat toksik pada konsentrasi berlebih. Jumlah daun semakin menurun

juga disebabkan karena seiring dengan peningkatan dosis sodium azida yang

29

digunakan. Sari dkk. (2012) menyatakan bahwa perlakuan sodium azida cenderung

menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman seperti penurunan tinggi

tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, panjang dan lebar daun pada beberapa

konsentrasi sodium azida.

Berdasarkan hasil skoring pada Tabel 9, dapat diketahui bahwa terdapat 40

tanaman yang diberi perlakuan mutagen pada tanah salin 2 dS/m. Hasil skoring

tersebut terdiri dari 12 tanaman dengan kriteria sangat rentan, 7 tanaman dengan

kriteria rentan, 10 tanaman dengan kriteria moderat, 3 tanaman dengan kriteria

tahan, dan 8 tanaman dengan kriteria sangat tahan. Tidak adanya kriteria agak tahan

terhadap data skoring berdasarkan parameter jumlah daun pada generasi M1.

Tanaman pada dosis 0,05 mM memiliki kriteria sangat rentan terbanyak yaitu 4

tanaman dibanding dosis mutagen lain.

Tabel 9. Jumlah Tanaman Hasil Skoring Berdasarkan Parameter Jumlah Daun

pada Tanah Salin 2 dS/m

Dosis mutagen

(mM)

Skor

0 1 2 4 5 6

0,05 4 3 1 0 0 0

0,1 0 0 0 0 0 3

0,2 1 0 3 0 1 1

0,4 1 0 0 0 1 3

0,8 2 3 3 0 1 0

1,6 2 1 1 0 0 1

3,2 2 0 2 0 0 0

Jumlah 12 7 10 0 3 8 Keterangan : 0= sangat rentan 4= agak tahan

1= rentan 5= tahan

2= moderat 6= sangat tahan

30

4.4. Jumlah Polong Kedelai

Data pengamatan parameter jumlah polong per tanaman kedelai generasi M1

pada tanah non-salin dan tanah salin 2 dS/m tertera pada Tabel 10 dan Lampiran 5

dan 6.

Tabel 10. Data Jumlah Polong Tanaman Kedelai Generasi M1

Dosis mutagen (mM) Tanah Non Salin Tanah Salin 2 dS/m

----buah----

0 5,2 ± 3,085 (n=13) 8,3 ± 5,343 (n= 6)

0,05 5,9 ± 3,201 (n=15) 2,8 ± 1,199 (n= 8)

0,1 8,5 ± 0,500 (n= 4) 8,0 ± 0,000 (n= 3)

0,2 7,9 ± 3,754 (n=10) 6,3 ± 2,427 (n= 6)

0,4 5,0 ± 2,390 (n= 7) 8,0 ± 3,162 (n= 5)

0,8 7,9 ± 3,411 (n=17) 3,3 ± 2,108 (n= 9)

1,6 7,8 ± 5,063 (n=12) 4,6 ± 2,939 (n= 5)

3,2 7,6 ± 4,924 (n= 9) 5,0 ± 2,449 (n= 4)

6,4 5,7 ± 1,247 (n= 3) 0 Keterangan : ± = nilai standar deviasi. n = banyaknya tanaman

Berdasarkan data pengamatan jumlah polong pada tanah non-salin,

menunjukkan bahwa pengaruh dosis mutagen sodium azida terhadap jumlah polong

memberikan hasil yang berbeda-beda. Jumlah polong pada dosis 0,05; 0,1; 0,2; 0,8;

1,6; dan 3,2 mM memiliki hasil rerata tertinggi yaitu 5,9; 8,5; 7,9; 7,9; 7,8; dan 7,6

buah dibanding dosis 0 mM yaitu 5,2 buah (Tabel 10). Hal ini menunjukkan bahwa

pada dosis tersebut dapat meningkatkan jumlah polong kedelai pada kondisi tanah

non-salin. Hasil penelitian Rohmah (2014) menunjukkan bahwa sodium azida

dengan dosis 2 mM menghasilkan rata-rata jumlah polong total dan isi kedelai

paling tinggi dibandingkan dengan kontrol dan dosis 1 mM.

Kondisi tanah salin 2 dS/m memberikan hasil jumlah polong yang berbeda-

beda pada masing-masing perlakuan dosis mutagen. Jumlah polong pada dosis 0

31

mM lebih tinggi dibanding dosis mutagen yang lain yaitu 8,3 buah (Tabel 10). Hal

ini menunjukkan bahwa dosis mutagen sodium azida memberikan pengaruh

terhadap jumlah polong pada tanah salin 2 dS/m, sehingga menurunkan jumlah

polong. Jumlah polong pada kondisi salin juga memberikan hasil yang rendah

dibanding kondisi non salin. Hal ini disebabkan karena adanya garam yang terlarut

pada tanah salin, sehingga menurunkan hasil panen. Yuniati (2004) menyatakan

bahwa pada kondisi salin, pertumbuhan dan perkembangan tanaman terhambat

karena akumulasi berlebihan Na dan Cl dalam sitoplasma, menyebabkan perubahan

metabolisme di dalam sel dan menghambat aktivitas enzim.

Berdasarkan hasil skoring pada Tabel 11, menunjukkan bahwa terdapat 40

tanaman yang diberi perlakuan mutagen pada tanah salin 2 dS/m. Hasil skoring

tersebut terdiri dari 10 tanaman dengan kriteria sangat rentan, 6 tanaman dengan

kriteria rentan, 4 tanaman dengan kriteria moderat, 5 tanaman dengan kriteria tahan,

dan 14 tanaman dengan kriteria sangat tahan. Tidak adanya kriteria agak tahan pada

hasil skoring berdasarkan parameter jumlah polong pada generasi M1.

Tabel 11. Jumlah Tanaman Hasil Skoring Berdasarkan Parameter Jumlah

Polong Pada Tanah Salin 2 dS/m

Dosis mutagen

(mM)

Skor

0 1 2 4 5 6

0,05 4 2 1 0 1 0

0,1 0 0 0 0 0 3

0,2 0 1 0 0 2 3

0,4 0 0 1 0 0 4

0,8 4 1 2 0 1 1

1,6 2 0 0 0 0 2

3,2 0 2 0 0 1 1

Jumlah 10 6 4 0 5 14 Keterangan : 0= sangat rentan 4= agak tahan

1= rentan 5= tahan

2= moderat 6= sangat tahan

32

4.5. Berat Polong Kedelai

Data pengamatan parameter berat polong per tanaman kedelai generasi M1

pada tanah non-salin dan tanah salin 2 dS/m tertera pada Tabel 12 dan Lampiran 5

dan 6.

Tabel 12. Data Berat Polong Tanaman Kedelai Generasi M1

Dosis mutagen (mM) Tanah Non Salin Tanah Salin 2 dS/m

----g----

0 1,3 ± 0,857 (n=13) 2,3 ± 1,510 (n= 6)

0,05 1,5 ± 0,905 (n=15) 0,5 ± 0,277 (n= 8)

0,1 2,2 ± 0,629 (n= 4) 1,2 ± 0,062 (n= 3)

0,2 2,0 ± 1,271 (n=10) 1,4 ± 0,430 (n= 6)

0,4 1,3 ± 0,774 (n= 7) 1,9 ± 0,569 (n= 5)

0,8 2,2 ± 1,230 (n=17) 0,9 ± 0,819 (n= 9)

1,6 2,3 ± 1,658 (n=12) 1,4 ± 1,188 (n= 5)

3,2 2,6 ± 3,100 (n= 9) 1,2 ± 0,858 (n= 4)

6,4 1,1 ± 0,585 (n= 3) 0 Keterangan : ± = nilai standar deviasi, n = banyaknya tanaman

Berdasarkan data pengamatan berat polong yang diperoleh pada kondisi tanah

non-salin. Berat polong pada dosis 0,05; 0,1; 0,2; 0,8; 1,6; dan 3,2 mM memiliki

hasil rerata tertinggi yaitu 1,5; 2,2; 2,0; 2,2; 2,3; dan 2,6 g dibanding dosis 0 mM

yaitu 1,3 g (Tabel 12). Berat polong pada dosis 6,4 mM memiliki hasil rerata

terendah dibanding dosis mutagen yang lain yaitu 1,1 g. Hasil rerata menunjukkan

bahwa semakin tinggi dosis mutagen, maka akan meningkatkan berat polong,

namun ini tidak terjadi pada dosis 6,4 mM. Hasil penelitian Rohmah (2014) bahwa

rata-rata berat polong panen dan kering tertinggi pada dosis SA 2 mM. Berat polong

pada dosis 0,4 mM memiliki hasil rerata yang tidak berbeda jauh dengan 0 mM.

Berdasarkan Tabel 12, hasil rerata berat polong pada kondisi tanah salin 2

dS/m menunjukkan bahwa tanaman pada perlakuan dosis 0 mM memiliki hasil

33

yang lebih tinggi dibanding dosis mutagen yang lain yaitu 2,3 g. Hal ini

menunjukkan bahwa pemberian mutagen sodium azida belum dapat meningkatkan

berat polong kedelai pada tanah salin 2 dS/m.

Berdasarkan hasil skoring pada Tabel 13, menunjukkan bahwa terdapat 40

tanaman yang diberi perlakuan mutagen pada tanah salin 2 dS/m. Hasil skoring

tersebut terdiri dari 14 tanaman dengan kriteria sangat rentan, 4 tanaman dengan

kriteria rentan, 4 tanaman dengan kriteria moderat, 4 tanaman dengan kriteria agak

tahan, 1 tanaman dengan kriteria tahan, dan 13 tanaman dengan kriteria sangat

tahan. Semua hasil skoring berdasarkan parameter berat polong pada generasi M1

menunjukkan bahwa dosis 0,05 mM memiliki kriteria sangat rentan lebih banyak

yaitu 7 tanaman dibanding dengan dosis mutagen lain, dan terdapat 1 tanaman yang

memiliki kriteria tahan yaitu dosis 0,1 mM pada tanaman ke 2 (Lampiran 10).

Tabel 13. Jumlah Tanaman Hasil Skoring Berdasarkan Parameter Berat

Polong pada Tanah Salin 2 dS/m

Dosis mutagen

(mM)

Skor

0 1 2 4 5 6

0,05 7 0 1 0 0 0

0,1 0 0 0 2 1 0

0,2 0 1 0 2 0 3

0,4 0 0 1 0 0 4

0,8 4 1 1 0 0 3

1,6 2 1 0 0 0 2

3,2 1 1 1 0 0 1

Jumlah 14 4 4 4 1 13 Keterangan : 0= sangat rentan 4= agak tahan

1= rentan 5= tahan

2= moderat 6= sangat tahan

34

4.6. Jumlah Biji Kedelai

Data pengamatan parameter jumlah biji kedelai per tanaman generasi M1

pada tanah non-salin dan tanah salin 2 dS/m tertera pada Tabel 14 dan Lampiran 5

dan 6.

Tabel 14. Data Jumlah Biji Tanaman Kedelai Generasi M1

Dosis mutagen (mM) Tanah Non Salin Tanah Salin 2 dS/m

----buah----

0 8,8 ± 5,503 (n=13) 15,7 ±10,061 (n= 6)

0,05 9,8 ± 4,819 (n=15) 3,4 ± 1,111 (n= 8)

0,1 15,8 ± 0,829 (n= 4) 11,0 ± 0,816 (n= 3)

0,2 12,3 ± 5,866 (n=10) 8,7 ± 5,821 (n= 6)

0,4 8,4 ± 3,923 (n= 7) 14,0 ± 4,940 (n= 5)

0,8 13,9 ± 6,282 (n=17) 6,1 ± 4,202 (n= 9)

1,6 14,8 ±10,207 (n=12) 7,8 ± 5,600 (n= 5)

3,2 13,8 ± 9,175 (n= 9) 7,5 ± 6,225 (n= 4)

6,4 8,0 ± 4,320 (n= 3) 0 Keterangan : ± = nilai standar deviasi, n= banyaknya tanaman

Berdasarkan hasil panen terhadap jumlah biji kedelai pada masing-masing

dosis mutagen pada kondisi tanah non-salin. Tanaman yang tidak diberi perlakuan

mutagen atau dosis 0 mM memiliki hasil rerata jumlah biji yang lebih rendah

dibanding dosis mutagen lain yaitu 8,8 buah, sedangkan dosis 6,4 mM memiliki

hasil rerata jumlah biji terendah yaitu 8,0 buah (Tabel 14). Hal ini menunjukkan

bahwa dosis mutagen yang digunakan dapat meningkatkan hasil panen terutama

pada jumlah biji kedelai di tanah non-salin. Menurut Rohmah (2014) dosis sodium

azida 2 mM memiliki rata-rata jumlah biji dan berat biji kedelai tertinggi dibanding

dosis 0 dan 1 mM.

35

Ilustrasi 7. Jumlah Biji Kedelai Generasi M1 di Tanah Non-Salin

Berdasarkan hasil panen terhadap jumlah biji kedelai pada masing-masing

dosis mutagen yang ada di tanah salin 2 dS/m, menunjukkan bahwa hasil rerata

jumlah biji pada perlakuan yang diberi mutagen memiliki jumlah biji yang rendah

dibandingkan dengan dosis 0 mM. Hasil rerata jumlah biji tertinggi terdapat pada

dosis 0 mM yaitu 15,7 buah dan terendah pada dosis 0,05 mM yaitu 3,4 buah (Tabel

14). Hal ini menunjukkan bahwa dosis mutagen yang digunakan tidak mampu

menghasilkan benih yang banyak dibanding dosis 0 mM (tanpa perlakuan

mutagen). Hasil penelitian Adamu dan Aliyu (2007) bahwa pada tanaman tomat

dengan dosis 0 mM menghasilkan jumlah buah per tanaman tertinggi dibanding

dosis 1, 2, dan 4 mM. Salinitas 2 dS/m memberi pengaruh terhadap hasil biji

kedelai. Menurut Katireji dkk. (2003) dalam Pathan dkk. (2007) menyatakan bahwa

pada salinitas tanah 0,8 dS/m tidak menyebabkan penurunan hasil biji kedelai.

Ilustrasi 8. Jumlah Biji Kedelai Generasi M1 di Tanah Salin 2 dS/m

Berdaarkan hasil skoring pada Tabel 15, dapat diketahui bahwa terdapat 40

tanaman yang diberi perlakuan mutagen pada tanah salin 2 dS/m. Hasil skoring

36

tersebut diperoleh 17 tanaman yang menunjukkan kriteria sangat rentan, 2 tanaman

dengan kriteria rentan, 2 tanaman dengan kriteria moderat, 4 tanaman dengan

kriteria agak tahan, 4 tanaman dengan kriteria tahan, dan 14 tanaman dengan

kriteria sangat tahan. Semua hasil skoring berdasarkan parameter jumlah biji pada

generasi M1 menunjukkan bahwa tidak terdapat tanaman yang memiliki kriteria

tahan. Hasil skoring pada dosis 0,05 mM terdapat kriteria sangat rentan terbanyak

yaitu 7 tanaman, dibanding dengan dosis mutagen lain, dan pada dosis ini tidak

terdapat jumlah biji yang memiliki kriteria tahan.

Tabel 15. Jumlah Tanaman Hasil Skoring Berdasarkan Parameter Jumlah Biji

pada Tanah Salin 2 dS/m

Dosis mutagen

(mM)

Skor

0 1 2 4 5 6

0,05 7 1 0 0 0 0

0,1 0 0 0 0 0 3

0,2 1 1 1 1 0 2

0,4 0 0 0 1 0 4

0,8 4 0 1 2 0 2

1,6 3 0 0 0 0 2

3,2 2 0 0 0 0 1

Jumlah 17 2 2 4 0 14 Keterangan : 0= sangat rentan, 1= rentan, 2= moderat, 4= agak tahan, 5= tahan, 6= sangat tahan

4.7. Berat Biji Kedelai

Data pengamatan parameter berat biji kedelai per tanaman generasi M1 pada

tanah non-salin dan tanah salin 2 dS/m tertera pada Tabel 16 dan Lampiran 5 dan

6.

37

Tabel 16. Data Berat Biji Kedelai Generasi M1

Dosis mutagen (mM) Tanah Non Salin Tanah Salin 2 dS/m

----g----

0 0,8 ± 0,517 (n=13) 1,3 ± 0,905 (n= 6)

0,05 0,9 ± 0,459 (n=15) 0,2 ± 0,121 (n= 8)

0,1 1,4 ± 0,421 (n= 4) 0,7 ± 0,018 (n= 3)

0,2 1,0 ± 0,598 (n=10) 0,7 ± 0,464 (n= 6)

0,4 0,7 ± 0,400 (n= 7) 1,2 ± 0,316 (n= 5)

0,8 1,4 ± 0,786 (n=17) 0,7 ± 0,604 (n= 9)

1,6 1,3 ± 1,024 (n=12) 0,6 ± 0,391 (n= 5)

3,2 1,1 ± 0,993 (n= 9) 0,7 ± 0,548 (n= 4)

6,4 0,6 ± 0,383 (n= 3) 0 Keterangan : ± = nilai standar deviasi, n = banyaknya tanaman

Berdasarkan hasil panen terhadap berat biji kedelai per tanaman generasu M1

pada masing-masing dosis mutagen di tanah non-salin, menunjukkan bahwa dosis

mutagen yang digunakan mampu meningkatkan berat biji dibanding dosis 0 mM

atau kontrol. Hal ini tidak terjadi pada dosis 0,4 dan 6,4 mM yang memiliki hasil

rerata berat biji yang rendah yaitu 0,7 dan 0,6 g, sedangkan berat biji tertinggi

terdapat pada dosis 0,1 dan 0,8 mM yang memiliki hasil rerata sama yaitu 1,4 g

(Tabel 16). Hal ini menunjukkan bahwa pada dosis 0,1 dan 0,8 mM dapat

meningkatkan berat biji kedelai.

Berdasarkan hasil rerata berat biji kedelai hasil M1 pada tanah salin 2 dS/m,

menunjukkan bahwa dosis 0 mM memiliki berat biji tertinggi dibandingkan

perlakuan yang diberi mutagen yaitu 1,3 g (Tabel 16). Hal ini menunjukkan bahwa

pemberian mutagen sodium azida tidak dapat meningkatkan berat biji kedelai pada

salin 2 dS/m. Menurut Taufiq (2014) pada tingkat salinitas 2,32 – 3,86 dS/m bobot

biji kedelai varietas gema mengalami penurunan sebesar 47%.

Berdasarkan hasil skoring pada Tabel 17, terdapat 40 tanaman yang diberi

38

perlakuan mutagen pada tanah salin 2 dS/m. Hasil skoring tersebut terdiri dari 16

tanaman dengan kriteria sangat rentan, 4 tanaman dengan kriteria rentan, 7 tanaman

dengan kriteria moderat, 2 tanaman dengan kriteria tahan, dan 11 tanaman dengan

kriteria sangat tahan.

Tidak adanya kriteria agak tahan terhadap hasil skoring berdasarkan

parameter berat biji pada generasi M1 dan terdapat 2 tanaman dengan kriteria tahan

yaitu dosis 0,2 mM tanaman ke-4 dan 1,6 mM tanaman ke 3 (Lampiran 12). Hal ini

menunjukkan bahwa pada dosis 0,2 mM dan 1,6 mM dapat menghasilkan berat biji

pada tanah salin 2 dS/m yang lebih tinggi dibanding dosis 0 mM.

Tabel 17. Jumlah Tanaman Hasil Skoring Berdasarkan Parameter Berat Biji

pada Tanah Salin 2 dS/m

Dosis mutagen

(mM)

Skor

0 1 2 4 5 6

0,05 7 1 0 0 0 0

0,1 0 0 3 0 0 0

0,2 2 0 1 0 1 2

0,4 0 0 1 0 0 4

0,8 4 1 1 0 0 3

1,6 1 2 0 0 1 1

3,2 2 0 1 0 0 1

Jumlah 16 4 7 0 2 11 Keterangan : 0= sangat rentan 4= agak tahan

1= rentan 5= tahan

2= moderat 6= sangat tahan

4.8. Hasil Skoring Berdasarkan Karakter Agronomi pada Tanah Salin 2 dS/m

Berdasarkan data pengamatan karakter agronomi meliputi parameter tinggi

tanaman, jumlah daun, jumlah polong, berat polong, jumlah biji, dan berat biji,

diperoleh hasil skoring dari masing-masing tanaman yang diberi perlakuan mutagen

sodium azida pada kondisi tanah salin 2 dS/m. Jumlah tanaman hasil skoring tertera

39

pada Tabel 18 dan Lampiran 14.

Tabel 18. Jumlah Tanaman Hasil Skoring Berdasarkan Karakter Agronomi

pada Tanah Salin 2 dS/m

Dosis mutagen

(mM)

Skor

0 1 2 4 5 6

0,05 1 5 2 0 0 1

0,1 0 0 0 2 1 0

0,2 0 0 3 1 1 1

0,4 0 0 1 0 3 1

0,8 0 4 1 2 2 0

1,6 2 1 0 0 2 0

3,2 2 0 1 0 1 0

Jumlah 5 10 8 5 10 3 Keterangan : 0= sangat rentan 4= agak tahan

1= rentan 5= tahan

2= moderat 6= sangat tahan

Hasil skoring dari 40 tanaman pada tanah salin 2 dS/m menunjukkan bahwa

terdapat 5 tanaman dengan kriteria sangan rentan, 10 tanaman dengan kriteria

rentan, 8 tanaman dengan kriteria moderat, 5 tanaman dengan kriteria agak tahan,

10 tanaman dengan kriteria tahan, dan 3 tanaman dengan kriteria sangat tahan

(Tabel 18). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat keragaman atau variasi pada

individu tanaman dari setiap dosis mutagen yang berbeda-beda.

Hasil skoring berdasarkan parameter karakter agronomi yang memiliki nilai

4 – 6 merupakan tanaman agak tahan, tahan dan sangat tahan pada kondisi salinitas

2 dS/m, akan dilanjutkan pada generasi M2. Adanya mutasi atau terjadinya tanaman

yang mutan dapat diketahui pada generasi M2 dan seterusnya. Srivastava dkk.

(2011) dalam Kumar dan Dwivedi (2013) menyatakan bahwa strategi utama

pemuliaan mutasi adalah untuk meningkatkan varietas tanaman yang disesuaikan

dengan baik, dengan mengubah satu atau dua ciri utama yang membatasi

40

produktivitas atau meningkatkan kualitas tanaman.

Semakin tinggi dosis mutagen, maka akan semakin banyak terjadi mutasi dan

banyak keragaman. Hasil penelitian Adamu dan Aliyu (2007), bahwa konsentrasi 4

mM natrium azida sangat efektif dalam menginduksi mutasi berkaitan dengan

persentase perkecambahan, panjang akar, tinggi bibit, kelangsungan hidup bibit,

jumlah cabang per tanaman, dan hasil per tanaman pada tomat.

41

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Simpulan dari hasil penelitian adalah nilai LD50 kedelai varietas Dering 1

yaitu 0,664 mM. Karakter tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah polong, berat

polong, jumlah biji, berat biji per tanaman yang dihasilkan pada generasi M1

memiliki keragaman pada setiap tanaman. Hasil skoring berdasarkan karakter

agronomi terdapat 5 tanaman dengan kriteria agak tahan, 10 tanaman dengan

kriteria tahan dan 3 tanaman dengan kriteria sangat tahan pada kondisi salinitas 2

dS/m.

5.2. Saran

Saran untuk penelitian mutasi kedelai selanjutnya, sebaiknya menggunakan

dosis mutagen sodium azida untuk pada kisaran LD50 yaitu 0,664 mM. Benih yang

dihasilkan dari generasi M1 yang masuk kriteria agak tahan, tahan, dan sangat tahan

sebaiknya ditanam kembali untuk melihat keragaman genetik kedelai varietas

Dering 1 pada generasi selanjutnya.

42

DAFTAR PUSTAKA

Acquaah, G. 2007. Principles of Plant Genentics and Breeding. Blackwell

Publishing. USA, UK, Australia. Halaman 569.

Aisyah, S.I. 2006. Induksi Mutagen Fisik pada Anyelir (Dianthus caryophillus

Linn.) dan Pengujian Stabilitas Mutannya yang Diperbanyak Secara

Vegetatif. [Disertasi]. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

[tidak dipublikasikan].

Aisyah, S.I., H. Aswidinnoor, dan A. Saefuddin. 2009. Induksi mutasi pada stek

pucuk anyelir (Dianthus caryophyllus Linn.) melalui iradiasi sinar gamma. J.

Agronomi Indonesia. 37 (1): 62-70.

Adamu, A. K. and H. Aliyu. 2007. Morphological effects of sodium azide on tomato

(Lycopersicon esculentum Mill.). J. Science World. 1 (2):9-12.

Alka, S. and K. Khan. 2011 Induced Variation in Quantitative Traits Due to

Chemical Mutagen (Hydrazine Hydrate) Treatment in Lentil (Lens culinaris

Medik). Aligarh Muslim University.

Al-Qurainy, F. 2009. Effects of sodium azide on growth and yield traits of Eruca

sativa (L.). J. Science World App. 7 (1):220-226.

Amirjani, M.R. 2010. Effect of salinity stress on growth mineral composition,

proline content, antioxidant enzymes of soybean. Am. J. of Plant Physiol 5

(1):350-360.

Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi Kedelai Menurut Provinsi (ton). Badan Pusat

Statistik, Jakarta.

Dhakshanamoorthy, D., R. Selvaraj. and A. Chidambaram. 2010. Physical and

chemical mutagenesis in Jatropha curcas L. to induce variability in seed

germination, growth and yield traits. J. Biology. Plant Biology. 55 (2):13-125.

Djufry, F., Sudarsono, dan M. S. Lestari. 2011. Tingkat toleransi beberapa galur

harapan padi pada kondisi salinitas di lahan rawa pasang surut. J. Agrivigor

10 (2): 196 – 207.

Dogar U.F., N. Naila, A. Maira, A. Iqra, I. Maryam, H. Khalid, N. Khalid, H.S. Ejaz,

and H.B Khizar. 2012. Noxious effect of NaCl salinity on plants. Botany Res.

Intern 5 (1): 20-23.

43

Fachruddin, L. 2000. Budidaya Kacang-kacangan. Kanisius. Yogyakarta.

Firdausya, A.F. 2012. Analisis Pertumbuhan, Morfologi, dan Kualitas Tanaman

Hias Krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev) Hasil Induksi Mutasi.

[Skripsi]. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.[tidak

dipublikasikan].

Indrayanti, R., N. A. Mattjik, A. Setiawan, dan Sudarsono. 2011. Radiosesitivitas

pisang cv. Ampyang dan potensi penggunaan iradiasi gamma untuk induksi

varian. J. Agronomi Indonesia. 39 (2) : 112 – 118.

Karyanti, A. Purwito, dan A. Husni. 2015. Radiosensitivitas dan seleksi mutan

putatif jeruk keprok Garut (Citrus reticulata L.) berdasarkan penanda

morfologi. J. Agronomi Indonesia. 43 (2) : 126 – 132.

Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2015. Strategi Pencapaian

Swasembada Kedelai 2017. Kementerian Pertanian Republik Indonesia,

Bogor.

Khan, S., F. Al-Qurainy. and F. Anwar. 2009. Sodium azide a chemical mutagen for

enhancement of agronomic traits of crop plants. Environ. We Int. J. Science.

Tech. 4 (1):1-2.

Krisnawati, A., dan M.M. Adie. 2009. Kendali genetik dan karakter penentuan

toleransi kedelai terhadap salinitas. Iptek Tanaman Pangan. 4 (2): 222-235.

Kristiono, A., R.D. purwaningrahayu, dan A. Taufiq. 2013. Respon tanaman

kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau terhadap cekaman salinitas. Buletin

Palwija. 26 (1):45 – 60.

Kumar, G and Dwivedi, K. 2013. Sodium azide induced complementary effect

chromosomal stickiness in Brassica campestris L. Jordan J. of Biological

Sciences. 6 (2): 85-90.

Lamond, R.E and D.A Withney. 1992. Manajement of Saline and Sodic Soils.

Cooperative Extention Service. Kansas State University 4-6.

Mandasari, A. A., S. P. A. Wahyuningsih, dan W. Darmanto. 2015. Uji toksisitas

akut polisakarida krestin dari ekstrak Coriolus versicolor dengan parameter

kerusakan hepatosit, enzim SGPT dan SGOT pada mencit. J. Sain Veteriner.

33 (1) : 69 – 74.

McWilliams, D. 2003. Soil Salinity and Sodicity Limits Efficient Plant Growth and

44

Water Use. New Mexico State University through USDA Cooperative state

research. Electronic distribution.

Olsen, O., X. Wang. and D.V. Wettstein. 1993. Sodium azide mutagenesis:

preferential generation of at-gc transitions in the barley antl8 gene. Proc. Natl.

Acad. Sci. 90 (1):8043-8047.

Pitojo, S. 2003. Benih Kedelai. Kanisius. Yogyakarta.

Potdukhe, N.R. 2004. Effect of physical and chemical mutagens in M1 generation

in red gram (Cajanus cajan) Nat. J. Pl.Improve. 6 (2): 108-111.

Purwati, R. D., Sudjindro, E. Kartini, dan Sudarsono. 2008. Keragaman genetika

varian yang diinduksi dengan Ethylmethane Sulphonate (EMS). J. Littri 14

(1): 16-24.

Qosim, W. A., N. Istifadah, I. Djatnika, dan Yunitasari. 2012. Pengaruh mutagen

etil metan sulfonat terhadap kapasitas regenerasi tunas hibrida Phalaenopsis

in vitro. J. Hortikultura. 22 (4) : 360 – 365.

Rohmah, A.N. 2014. Respon Pertumbuhan, Hasil dan Kandungan Karbohidrat

Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) Akibat Mutasi dengan Menggunakan

Sodium Azide (SA). [Skripsi]. Fakultas Pertanian. Universitas Jember.

Jember. [tidak dipublikasikan]

Saraswati, I.G.A.E., M. Pharmawati, dan I.K. Junitha. 2012. Karakter morfologi

tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) yang dipengaruhi sodium azida

pada fase generatif generasi M1. J. Biologi 16 (1): 23-26.

Sari, N.K.Y., M. Pharmawati, dan I.K. Junitha. 2012. Pengaruh mutagen kimia

sodium azida terhadap morfologi tanaman cabai besar (Capsicum annum L.).

J. Metamorfosa. 1 (1): 25-28.

Soepandi, D. 1990. Studies On Plant Responses To Salt Stress. [Disertasi].

Okayama University. Japan.

Srivastava, P., S. Marker, P. Pandey, and Z.D.K. Tiwari. 2011. Mutagenic effect of

sodium azida on the growth and yield characteristics in wheat (Triticum

aestivum L. em. Thell). Asian J. Plant Sciences. 10 (3): 190-201

Suhartina. 2013. Dering 1, Varietas Kedelai Toleran Kekeringan Pada Fase

Reproduktif. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

(BALITKABI). Malang, Jawa Timur.

45

Sunarto. 2004. The tolerance of soybean on saline soil. Buletin Agronomi. 29 (1):27

– 30.

Suranto, H. 2013. Peran Iptek Nuklir dalam Pemuliaan Tanaman untuk Mendukung

Industri Pertanian. Prosidlng Pertemuan dan Presentasi llmiah Penelitian

Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologl Nukllr P3TM-BATAN Yogyakarta, 8

Juli 2003. 308-316.

Tatipata, Aurellia. 2008. Pengaruh kadar air awal , kemasan dan lama simpan

terhadap protein membran dalam mitokondria benih kedelai. J. Agronomi

Indonesia 16 (36): 8–16.

Taufiq, A. 2014. Toleransi Kacang Tanah, Kacang Hijau, dan Kedelai Terhadap

Salinitas. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. Malang, Jawa

Timur

Wang, C.T., Y. Y. Tang, X. Z. Wang, S. W. Zhang, G. J. Li, J. C. Zhang,· and S. L.

Yu. 2011. Sodium azide mutagenesis resulted in a peanut plant with elevated

oleate content electronic J. Biotech. 14 (2).

Widiastuti, A., Sobir, dan M. R. Suhartono. 2010. Analisis keragaman manggis

(Garcinia mangostana) diiradiasi dengan sinar gamma berdasarkan

karakteristik morfologi dan anatomi. Nusantara Bioscience. 2 (1) : 23 – 33.

Yumiati, I. 2016. Pertumbuhan Vegetatif dan Determinasi Kandungan Hormon

Pada Padi Hitam (Oryza sativa L. ‘Cempo Ireng’) Hasil Perlakuan Sodium

Azida (NaN3). [Skripsi]. Fakultas Biologi. Universitas Gajah Mada.

Yogyakarta. [tidak dipublikasikan].

Yunita, R. 2009. Pemanfaatn veriasi somaklonal dan seleksi in vitro dalam

perakitan tanaman toleran cekaman abiotik. J. Litbang Pertanian 28(4): 142-

148.

Zuyasna., Effendi., Chairunnas., dan Arwin. 2016. Efektivitas polietilen glikol

seabagai bahan penyeleki kedelai kipas merah bireunyang diradiasi sinar

gamma untuk toleransi terhadap cekaman kekeringan. J. Floratek. 11 (1) : 66

- 74.

46

LAMPIRAN

Lampiran 1. Deskripsi Kedelai Varietas Dering I

DERING 1

Dilepas Tahun : 25 September 2012

SK Mentan : 3259/Kpts/SR.120/9/2012

Nomor galur asal : DV/2984-330

Asal : Silang tunggal var unggul Davros x MLG 2984

Umur berbunga : ±35 hari setelah tanam

Umur masak : ±81 hari setelah tanam

Tinggi tanaman : ±57 cm

Tipe pertumbuhan : Determinit

Warna daun : Hijau

Warna bulu : Coklat

Bentuk daun : Oval

Warna hipokotil : Ungu

Warna epikotil : Ungu

Warna bunga : Ungu

Warna kulit polong : Coklat tua

Bentuk biji : Oval

Warna kulit biji : Kuning

Warna hilum biji : Coklat tua

Warna kotiledon : Putih

Kecerahan kulit biji : Tidak mengkilap

Kerebahan : Tahan rebah

Percabangan : 2–6

Jumlah polong/tanaman : ±38

Bobot 100 butir : 10,7 gram

Kandungan protein : ±34,2% bk

Kandungan lemak : ±17,1% bk

47

Lampiran 1. (lanjutan)

Potensi hasil : 2,8 ton/ha

Rata-rata hasil biji : 2,0 ton/ha

Ketahanan thd hama : Tahan hama penggerek polong (Etiella zincke-Penyakit

nella) dan rentan ulat grayak (Spodoptera litura), tahan

penyakit karat daun (Phakopsora pachyrhizi)

Keterangan : Toleran kekeringan selama fase reproduktif

Wilayah adaptasi : Lahan sawah dan lahan kering (tegal)

Pemulia : Suhartina, Purwantoro, N. Nugrahaeni, Suyamto, Arifin,

dan M. Muchlish Adie

Peneliti : A. Taufiq, W. Tengkano, dan Sri Hardaningsih

Pengusul : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

48

Lampiran 2. Perhitungan Sodium Azida (NaN3)

Mr NaN3 = 65,02 g/mol

Volume = 250 ml = 0,25 L

Dosis 0,05 mM = dosis x Mr NaN3 x volume

= 0,00005 M x 65,02 x 0,25 L

= 0,0008 g

Dosis 0,1 mM = dosis x Mr NaN3 x volume

= 0,0001 M x 65,02 x 0,25 L

= 0,0016 g

Dosis 0,2 mM = dosis x Mr NaN3 x volume

= 0,0002 M x 65,02 x 0,25 L

= 0,0032 g

Dosis 0,4 mM = dosis x Mr NaN3 x volume

= 0,0004 M x 65,02 x 0,25 L

= 0,0065 g

Dosis 0,8 mM = dosis x Mr NaN3 x volume

= 0,0008 M x 65,02 x 0,25 L

= 0,0130 g

Dosis 1,6 mM = dosis x Mr NaN3 x volume

= 0,0016 M x 65,02 x 0,25 L

= 0,0260 g

Dosis 3,2 mM = dosis x Mr NaN3 x volume

= 0,0032 M x 65,02 x 0,25 L

49

Lampiran 2. (lanjutan)

= 0,0520 g

Dosis 6,4 mM = dosis x Mr NaN3 x volume

= 0,0064 M x 65,02 x 0,25 L

= 0,1040 g

Dosis 12,8 mM = dosis x Mr NaN3 x volume

= 0,0128 M x 65,02 x 0,25 L

= 0,2080 g

Dosis 25,6 mM = dosis x Mr NaN3 x volume

= 0,0256 M x 65,02 x 0,25 L

= 0,4161 g

50

Lampiran 3. Data jumlah benih kedelai varietas dering 1 yang berkecambah pada

sebelas dosis mutagen sodium azida (NaN3) selama 7 hari

Dosis Mutagen

(mM)

Pengamatan hari ke-

1 2 3 4 5 6 7

0 0 19 25 29 41 44 48

0,05 0 20 31 45 48 50 51

0,1 0 9 11 12 12 14 18

0,2 0 4 15 21 29 34 37

0,4 0 1 10 19 27 36 36

0,8 0 2 18 44 47 53 55

1,6 0 0 9 17 32 34 34

3,2 0 0 0 4 19 24 27

6,4 0 0 0 0 3 8 10

12,8 0 0 0 0 0 0 0

25,6 0 0 0 0 0 0 0

51

Lampiran 4. Jumlah tanaman setelah pindah tanam

Dosis Mutagen (mM) Jumlah bibit

yang hidup

Jumlah bibit

0 dS/m 2 dS/m 5 dS/m

0 48 16 16 16

0,05 51 17 17 17

0,1 18 6 6 6

0,2 37 13 12 12

0,4 36 12 12 12

0,8 55 19 18 18

1,6 34 12 11 11

3,2 27 9 9 9

6,4 10 4 3 3

Jumlah 316 108 104 104

Jumlah tanaman yang hidup hingga panen

Dosis Mutagen (mM) Jumlah tanaman

0 dS/m 2 dS/m 5 dS/m

0 13 6 0

0,05 15 8 0

0,1 4 3 0

0,2 10 6 0

0,4 7 5 0

0,8 17 9 0

1,6 12 5 0

3,2 9 4 0

6,4 3 0 0

Jumlah 90 46 0

52

Lampiran 5. Data Pengamatan Tanaman Kedelai Generasi M1 Pada Tanah Non-Salin

Dosis Mutagen

(mM)

Tanaman

ke-

Tinggi

Tanaman

(cm)

Jumlah Daun Jumlah

Polong

Berat Polong

(gram) Jumlah Biji

Berat Biji

(gram)

0

1 44,5 4 8 0,620 7 0,372

2 60 11 11 2,516 18 1,455

3 51 11 6 2,774 14 1,631

4 45,5 6 5 0,591 4 0,324

5 46 9 10 2,075 18 1,358

6 57 10 8 2,742 16 1,813

7 33,5 6 5 1,150 11 0,742

8 34,2 4 2 0,643 4 0,444

9 25,5 4 2 0,597 4 0,435

10 30 4 2 0,589 4 0,427

11 39 7 3 1,157 6 0,800

12 26,5 3 2 0,582 4 0,413

13 31,5 3 3 0,794 5 0,553

Jumlah 524, 2 82 67 16,8 115,0 10,8

Rerata 40,32±10,87 6,31±2,89 5,15 ± 3,085 1,29 ± 0,857 8,85 ± 5,503 0,83 ± 0,517

0,05

1 54 11 7 1,378 8 0,487

2 55,7 4 10 3,490 19 1,660

3 56,5 12 13 2,027 16 1,199

4 40 4 6 0,816 8 0,509

53

5 22,6 7 2 0,635 4 0,466

6 60 6 6 1,899 12 1,257

7 45.5 7 6 2,704 13 0,852

8 31,3 5 4 1,135 8 0,791

10 46,5 10 11 3,154 19 2,022

11 40,5 3 3 0,762 6 0,520

12 35 4 4 0,956 8 0,676

13 32,5 3 3 0,692 5 0,487

14 36,5 4 2 0,627 4 0,438

16 42 7 7 1,472 10 0,940

17 58 8 4 1,200 7 0,822

Jumlah 611,1 95 88 22,948 147 13,126

Rerata 43,65±11,246 6,33±2,797 5,87 ± 3,201 1,53 ± 0,905 9,80 ± 4,819 0,88 ± 0,459

0,1

2 24 5 8 1,569 15 0,916

3 48,5 3 9 2,753 15 1,550

4 28,5 6 8 1,603 16 1,078

5 33,5 5 9 2,923 17 1,991

Jumlah 134,5 19 34 8,848 63 5,535

Rerata 33,63±9,222 4,75±1,090 8,50 ± 0,5 2,21±0,629 15,75 ± 0,829 1,38±0,421

0,2

2 40,5 8 4 0,623 7 0,379

3 27,5 6 10 2,063 20 1,305

4 57 15 7 2,173 14 1,383

5 46,5 10 2 0,249 4 0,094

6 55 7 7 1,530 10 0,901

54

7 47 3 10 1,448 10 0,697

8 19,5 4 3 0,709 5 0,443

9 34,5 8 14 3,150 21 1,730

11 31 3 11 3,303 19 1,880

12 50 13 11 4,438 13 1,660

Jumlah 408,5 77 79 19,683 123 10,472

Rerata 40,85±11,773 7,70±3,848 7,90 ± 3,754 1,97 ± 1,271 12,30±5,866 1,05±0,598

0,4

3 28 7 6 1,911 10 1,017

4 30 6 1 0,187 2 0,083

5 34 7 5 1,785 10 1,139

6 30 7 3 0,408 5 0,232

7 34 7 8 2,497 14 1,167

8 36,5 8 4 0,981 6 0,601

9 32,5 5 8 1,132 12 0,671

Jumlah 225 47 35 8,902 59 4,910

Rerata 32,14 ± 2,735 6,71±0,881 5,00 ± 2,390 1,27 ±0,774 8,43 ±3,923 0,70 ±0,4

0,8

1 59 7 3 0,372 7 0,192

2 44 7 8 1,361 11 0,768

3 26,5 5 10 2,760 16 1,546

4 50 9 10 3,375 20 2,079

5 49 8 11 2,711 17 1,649

6 58 8 1 0,253 2 0,175

7 42,5 7 9 2,929 16 1,585

8 55 0 7 1,174 10 0,672

55

9 55,5 3 3 1,040 6 0,775

10 60 9 10 3,662 20 2,462

11 62 11 12 4,635 25 2,884

12 25 2 3 0,907 5 0,531

13 24,6 2 7 1,306 11 0,813

14 49 3 12 3,454 20 2,257

15 14,5 6 9 2,411 16 1,264

16 24,5 5 12 3,100 21 2,066

17 34,5 8 7 2,362 14 1,589

Jumlah 733,6 100 134 37,810 237 23,307

Rerata 43,15±14,782 5,88±2,928 7,88 ± 3,411 2,22 ±1,230 13,94 ±6,282 1,37 ±0,786

1,6

2 34 9 2 0,478 3 0,094

3 26 6 1 0,224 2 0,039

4 33,5 5 13 4,376 26 2,337

5 24 9 2 0,503 5 0,071

6 29,5 4 12 2,957 22 1,855

7 40,5 7 10 3,070 16 2,020

8 31,5 7 13 3,039 24 1,919

9 30 10 15 3,902 30 2,201

10 22,5 6 2 0,441 3 0,289

11 24,5 6 8 2,516 12 1,002

12 60 8 12 5,068 27 3,009

13 44 8 4 0,710 7 0,347

Jumlah 400,0 85 94 27,284 177 15,183

56

Rerata 33,33±10,174 7,08±1,706 7,83 ± 5,063 2,27 ±1,658 14,75±10,207 1,27 ±1,024

3,2

1 43 3 8 1,554 15 1,012

2 40 8 3 0,452 6 0,265

3 17 1 9 2,196 17 1,393

4 34,5 2 4 1,050 8 0,661

5 35 4 2 0,295 4 0,113

6 61 6 7 1,369 10 0,813

7 58 7 4 0,402 6 0,187

8 28,5 10 18 10,066 32 2,807

9 24,5 10 13 5,887 26 2,856

Jumlah 341,5 51 68 23,272 124 10,107

Rerata 37,94±13,714 5,67±3,162 7,56 ± 4,924 2,59 ± 3,100 13,78±9,175 1,12±0,993

6,4

1 34 5 4 0,354 2 0,093

3 33,5 3 7 1,781 12 0,956

4 30 3 6 1,177 10 0,843

Jumlah 97,5 11 17 3,312 24 1,892

Rerata 32,50 ± 1,780 5,50±0,943 5,67 ± 1,247 1,10 ±0,585 8,00 ±4,320 0,63 ±0,383

57

Lampiran 6. Data Pengamatan Tanaman Kedelai Generasi M1 Pada Tanah Salin 2 ds/m

Dosis Mutagen

(mM)

Tanaman

ke-

Tinggi

Tanaman (cm) Jumlah Daun

Jumlah

Polong

Berat Polong

(gram) Jumlah Biji

Berat Biji

(gram)

0

1 39,5 8 10 3,715 19 2,121

2 47 17 19 4,702 35 2,851

3 55,5 6 7 2,053 15 0,885

4 44,5 5 7 1,945 14 1,356

8 44,5 6 5 1,065 8 0,700

11 33 2 2 0,252 3 0,153

Jumlah 264 44 50 13,732 94 8,066

Rerata 44,00 ± 6,868 7,33 ± 4,679 8,33 ± 5,343 2,29 ±1,510 15,67±10,061 1,34±0,905

0,05

1 36,5 5 5 0,612 4 0,283

2 37 4 4 1,062 4 0,443

7 39 3 2 0,404 4 0,264

10 43 4 3 0,420 5 0,219

11 35 3 1 0,105 2 0,056

12 34,5 3 2 0,217 2 0,105

13 31,5 1 2 0,304 2 0,189

17 35 4 3 0,578 4 0,372

Jumlah 291,5 27 22 3,702 27 1,931

Rerata 36,44 ± 3,206 3,38 ± 1,111 2,75 ± 1,199 0,46 ±0,277 3,38 ±1,111 0,24 ±0,121

0,1

1 49,5 10 8 1,143 10 0,637

2 17 9 8 1,288 12 0,678

5 29 10 8 1,175 11 0,672

Jumlah 95,5 29 24 3,606 33 1,987

58

Rerata 31,83 ± 13,418 9,67 ± 0,471 8,00 ± 0 1,20 ±0,062 11,00 ±0,816 0,66 ±0,018

0,2

1 39 8 10 1,967 19 1,306

3 27 6 9 1,498 0 0,000

4 44,5 0 5 1,189 8 0,820

5 37 5 3 1,117 6 0,598

6 40,5 5 5 0,656 7 0,319

7 36,5 5 6 1,733 12 1,217

Jumlah 224,5 29 38 8,161 52 4,26

Rerata 37,42 ± 5,350 4,83 ± 2 6,33 ± 2,427 1,36 ±0,430 8,67 ±5,821 0,71 ±0,464

0,4

1 40 7 10 2,556 19 1,663

3 31 7 7 1,878 14 1,242

4 39,5 1 4 1,008 8 0,691

7 25 7 13 2,523 20 1,190

8 33,5 6 6 1,770 9 1,021

Jumlah 169 28 40 9,735 70 5,807

Rerata 33,80 ± 5,591 5,60 ± 2,332 8,00 ± 3,162 1,95 ±0,569 14,00 ±4,940 1,16 ±0,316

0,8

4 45,5 3 8 2,626 15 1,907

6 60 4 5 1,746 9 1,246

8 48,5 5 1 0,183 2 0,104

10 46 4 2 0,138 2 0,052

11 51 5 4 1,496 8 1,094

13 52 4 1 0,119 1 0,078

14 46 3 3 0,675 6 0,460

17 59 5 2 0,424 4 0,294

18 51,5 6 4 0,997 8 0,690

Jumlah 459,5 39 30 8,402 55 5,925

Rerata 51,06 ± 5,085 4,33 ± 0,943 3,33 ± 2,108 0,93 ±0,819 6,11 ±4,202 0,66 ± 0,604

59

1,6

1 31 7 8 1,930 13 1,234

3 37 5 8 3,419 16 0,800

5 28 4 4 0,637 4 0,452

8 30 3 1 0,128 2 0,075

12 29,5 3 2 0,687 4 0,446

Jumlah 155,5 22 23 6,801 39 3,007

Rerata 31,10 ± 3,105 4,40 ± 1,497 4,60 ± 2,939 1,36 ± 1,188 7,80 ± 5,6 0,60 ± 0,391

3,2

1 30 5 9 2,617 18 1,593

3 22 2 3 0,364 4 0,259

4 21 5 5 1,018 6 0,644

8 16 3 3 0,750 2 0,247

Jumlah 89 15 20 4,750 30 2,743

Rerata 22,25 ± 5,019 3,75 ± 1,299 5,00 ± 2,449 1,19 ± 0,858 7,50 ± 6,225 0,69 ± 0,548

60

Lampiran 7. Skoring tinggi tanaman kedelai generasi M1

Perlakuan

Tinggi Tanaman

Non %

Skor Kriteria

Salin %

Skor Kriteria Salin Kehilangan

2

dS/m Kehilangan

0 mM 40,32 44,00 -9,13 6 Sangat

tahan

0,0

5 m

M

(1) 54,0 -33,93 6 Sangat

tahan

36,5

(1) 9,47 4

Agak

tahan

(2) 55,7 -38,14 6 Sangat

tahan 37 (2) 8,23 4

Agak

tahan

(3) 56,5 -40,13 6 Sangat

tahan 39 (7) 3,27 5 Tahan

(4) 40,0 0,79 5 Tahan 43

(10) -6,65 6

Sangat

tahan

(5) 22,6 43,95 1 Rentan 35

(11) 13,19 4

Agak

tahan

(6) 60,0 -48,81 6 Sangat

tahan

34,5

(12) 14,43 4

Agak

tahan

(7) 45,1 -11,86 6 Sangat

tahan

31,5

(13) 21,88 2 Moderat

(8) 31,3 22,37 2 moderat 35

(17) 13,19 4

Agak

tahan

(10) 46,5 -15,33 6 Sangat

tahan

(11) 40,5 -0,45 6 Sangat

tahan

(12) 35,0 13,19 4 Agak

tahan

(13) 32,5 19,39 2 Moderat

(14) 36,5 9,47 4 Agak

tahan

(16) 42,0 -4,17 6 Sangat

tahan

(17) 58,0 -43,85 6 Sangat

tahan

0,1

mM

(2) 24 40,48 1 Rentan 49,5

(1) -22,77 6

Sangat

tahan

(3) 48,5 -20,29 6 Sangat

tahan 17 (2) 57,84 0

Sangat

rentan

(4) 28,5 29,32 2 Moderat 29 (5) 28,08 2 Moderat

(5) 33,5 16,91 2 moderat

61

(2) 40,5 -0,45 6 Sangat

tahan 39 (1) 3,27 5 Tahan

(3) 27,5 31,80 2 Moderat 27 (3) 33,04 2 Moderat

(4) 57 -41,37 6

Sangat

tahan

44,5

(4) -10,37 6

Sangat

tahan

(5) 46,5 -15,33 6 Sangat

tahan 37 (5) 8,23 4

Agak

tahan

(6) 55 -36,41 6 Sangat

tahan

40,5

(6) -0,45 6

Sangat

tahan

(7) 47 -16,57 6 Sangat

tahan

36,5

(7) 9,47 4

Agak

tahan

(8) 19,5 51,64 0 Sangat

rentan

(9) 34,5 14,43 4 Agak

tahan

(11) 31 23,12 2 moderat

(12) 50 -24,01 6 Sangat

tahan

0,4

mM

(3) 28 30,56 2 Moderat 40 (1) 0,79 5 Tahan

(4) 30 25,60 2 Moderat 31 (3) 23,12 2 Moderat

(5) 34 15,67 2 Moderat 39,5

(4) 2,03 5 Tahan

(6) 30 25,60 2 Moderat 25 (7) 38,00 1 Rentan

(7) 34 15,67 2 Moderat 33,5

(8) 16,91 2 Moderat

(8) 36,5 9,47 4 Agak

tahan

(9) 32,5 19,39 2 Moderat

0,8

mM

(1) 59 -46,33 6 Sangat

tahan

45,5

(4) -12,85 6

Sangat

tahan

(2) 44 -9,13 6 Sangat

tahan 60 (6) -48,81 6

Sangat

tahan

(3) 26,5 34,28 2 Moderat 48,5

(8) -20,29 6

Sangat

tahan

(4) 50 -24,01 6 Sangat

tahan

46

(10) -14,09 6

Sangat

tahan

(5) 49 -21,53 6 Sangat

tahan

51

(11) -26,49 6

Sangat

tahan

(6) 58 -43,85 6 Sangat

tahan

52

(13) -28,97 6

Sangat

tahan

(7) 42,5 -5,41 6 Sangat

tahan

46

(14) -14,09 6

Sangat

tahan

0,2

mM

62

(8) 55 -36,41 6 Sangat

tahan

59

(17) -46,33 6

Sangat

tahan

0,8

mM

(9) 55,5 -37,65 6 Sangat

tahan

51,5

(18) -27,73 6

Sangat

tahan

(10) 60 -48,81 6 Sangat

tahan

(11) 62 -53,77 6 Sangat

tahan

(12) 25 38,00 1 Rentan

(13) 24,6 38,99 1 Rentan

(14) 49 -21,53 6 Sangat

tahan

(15) 14,5 64,04 0 Sangat

rentan

(16) 24,5 39,24 1 Rentan

(17) 34,5 14,43 4 Agak

tahan

1,6

mM

(2) 34 15,67 2 Moderat 31 (1) 23,12 2 Moderat

(3) 26 35,52 1 Rentan 37 (3) 8,23 4 Agak

tahan

(4) 33,5 16,91 2 Moderat 28 (5) 30,56 2 Moderat

(5) 24 40,48 1 Rentan 30 (8) 25,60 2 Moderat

(6) 29,5 26,84 2 Moderat 29,5

(12) 26,84 2 Moderat

(7) 40,5 -0,45 6 Sangat

tahan

(8) 31,5 21,88 2 Moderat

(9) 30 25,60 2 Moderat

(10) 22,5 44,20 1 Rentan

(11) 24,5 39,24 1 Rentan

(12) 60 -48,81 6 Sangat

tahan

(13) 44 -9,13 6 Sangat

tahan

3,2

mM

(1) 43 -6,65 6 Sangat

tahan 30 (1) 25,60 2 Moderat

(2) 40 0,79 5 Tahan 22 (3) 45,44 1 Rentan

(3) 17 57,84 0 Sangat

rentan 21 (4) 47,92 1 Rentan

(4) 34,5 14,43 4 Agak

tahan 16 (8) 60,32 0

Sangat

rentan

(5) 35 13,19 4 Agak

tahan

63

(6) 61 -51,29 6 Sangat

tahan

(7) 58 -43,85 6 Sangat

tahan

(8) 28,5 29,32 2 Moderat

(9) 24,5 39,24 1 rentan

6,4

mM

(1) 34 15,67 2 Moderat

(3) 33,5 16,91 2 Moderat

(4) 30 25,60 2 Moderat Keterangan: () = tanaman ke-n

64

Lampiran 8. Skoring jumlah daun tanaman kedelai generasi M1

Perlakuan

Jumlah Daun

Non

Salin

% Skor Kriteria

Salin

2

dS/m

% Skor Kriteria

Kehilangan Kehilangan

0 mM 6,31 7,33 -16,16 6 Sangat

tahan

0,0

5 m

M

(1) 11 -74,33 6 Sangat

tahan 5 (1) 20,76 2 Moderat

(2) 4 36,61 1 Rentan 4 (2) 36,61 1 Rentan

(3) 12 -90,17 6 Sangat

tahan 3 (7) 52,46 0

Sangat

rentan

(4) 4 36,61 1 rentan 4 (10) 36,61 1 Rentan

(5) 7 -10,94 6 Sangat

tahan 3 (11) 52,46 0

Sangat

rentan

(6) 6 4,91 5 Tahan 3 (12) 52,46 0 Sangat

rentan

(7) 7 -10,94 6 Sangat

tahan 1 (13) 84,15 0

Sangat

rentan

(8) 5 20,76 2 Moderat 4 (17) 36,61 1 rentan

(10) 10 -58,48 6 Sangat

tahan

(11) 3 52,46 0 Sangat

rentan

(12) 4 36,61 1 Rentan

(13) 3 52,46 0 Sangatn

rentan

(14) 4 36,61 1 Rentan

(16) 7 -10,94 6 Sangat

tahan

(17) 8 -26,78 6 Sangat

tahan

0,1

mM

(2) 5 20,76 2 Moderat 10 (1) -58,48 6 Sangat

tahan

(3) 3 52,46 0 Sangat

rentan 9 (2) -42,63 6

Sangat

tahan

(4) 6 4,91 5 Tahan 10 (5) -58,48 6 Sangat

tahan

(5) 5 20,76 2 moderat

(2) 8 -26,78 6 Sangat

tahan 8 (1) -26,78 6

Sangat

tahan

65

(3) 6 4,91 5 Tahan 6 (3) 4,91 5 Tahan

(4) 15 -137,72 6 Sangat

tahan 0 (4) 100,00 0

Sangat

rentan

(5) 10 -58,48 6 Sangat

tahan 5 (5) 20,76 2 Moderat

(6) 7 -10,94 6

Sangat

tahan 5 (6) 20,76 2 Moderat

(7) 3 52,46 0 Sangat

rentan 5 (7) 20,76 2 Moderat

(8) 4 36,61 1 Rentan

(9) 8 -26,78 6 Rentan

(11) 3 52,46 0 Sangatn

rentan

(12) 13 -106,02 6 Sangat

tahan

0,4

mM

(3) 7 -10,94 6 Sangat

tahan 7 (1) -10,94 6

Sangat

tahan

(4) 6 4,91 5 Tahan 7 (3) -10,94 6 Sangat

tahan

(5) 7 -10,94 6 Sangat

tahan 1 (4) 84,15 0

Sangat

rentan

(6) 7 -10,94 6 Sangat

tahan 7 (7) -10,94 6

Sangat

tahan

(7) 7 -10,94 6 Sangat

tahan 6 (8) 4,91 5 Tahan

(8) 8 -26,78 6 Sangat

tahan

(9) 5 20,76 2 Moderat

0,8

mM

(1) 7 -10,94 6 Sangat

tahan 3 (4) 52,46 0

Sangatn

rentan

(2) 7 -10,94 6 Sangat

tahan 4 (6) 36,61 1 Rentan

(3) 5 20,76 2 Moderat 5 (8) 20,76 2 Moderat

(4) 9 -42,63 6 Sangat

tahan 4 (10) 36,61 1 Rentan

(5) 8 -26,78 6 Sangat

tahan 5 (11) 20,76 2 Moderat

(6) 8 -26,78 6 Sangat

tahan 4 (13) 36,61 1 Rentan

(7) 7 -10,94 6 Sangat

tahan 3 (14) 52,46 0

Sangat

rentan

(8) 2 68,30 0 Sangat

rentan 5 (17) 20,76 2 Moderat

0,2

mM

66

(9) 3 52,46 0 Sangat

rentan 6 (18) 4,91 5 Tahan

(10) 9 -42,63 6 Sangat

tahan

(11) 11 -74,33 6 Sangat

tahan

(12) 2 68,30 0 Sangat

rentan

(13) 2 68,30 0 Sangat

rentan

(14) 3 52,46 0 Sangat

rentan

(15) 6 4,91 5 Tahan

(16) 5 20,76 2 Moderat

(17) 8 -26,78 6 Sangat

tahan

1,6

mM

(2) 9 -42,63 6 Sangat

tahan 7 (1) -10,94 6

Sangat

tahan

(3) 6 4,91 5 Tahan 5 (3) 20,76 2 Moderat

(4) 5 20,76 2 Moderat 4 (5) 36,61 1 Rentan

(5) 9 -42,63 6 Sangat

tahan 3 (8) 52,46 0

Sangat

rentan

(6) 4 36,61 1 Rentan 3 (12) 52,46 0 Sangat

rentan

(7) 7 -10,94 6 Sangat

tahan

(8) 7 -10,94 6 Sangat

tahan

(9) 10 -58,48 6 Sangat

tahan

(10) 6 4,91 5 Tahan

(11) 6 4,91 5 Tahan

(12) 8 -26,78 6 Sangat

tahan

(13) 8 -26,78 6 Sangat

tahan

3,2

mM

(1) 3 52,46 0 Sangat

rentan 5 (1) 20,76 2 Moderat

(2) 8 -26,78 6 Sangat

tahan 2 (3) 68,30 0

Sangat

rentan

(3) 1 84,15 0 Sangat

rentan 5 (4) 20,76 2 Moderat

(4) 2 68,30 0 Sangat 3 (8) 52,46 0 Sangat

67

rentan rentan

(5) 4 36,61 1 Rentan

(6) 6 4,91 5 Tahan

(7) 7 -10,94 6 Sangat

tahan

(8) 10 -58,48 6 Sangat

tahan

(9) 10 -58,48 6 Sangat

tahan

6,4

mM

(1) 5 20,76 2 Moderat

(3) 3 52,46 0 Sangat

rentan

(4) 3 52,46 0 Sangat

renta

Keterangan: () = tanaman ke-n

68

Lampiran 9. Skoring jumlah polong kedelai generasi M1

Perlakuan

Jumlah Polong

Non

Salin

% Skor Kriteria

Salin % Skor Kriteria

Kehilangan 2 dS/m Kehilangan

0 mM 5,15 8,33 -61,75 6 Sangat

tahan

0,0

5 m

M

(1) 7 -35,92 6 Sangat

tahan 5 (1) 2,91 5 Tahan

(2) 10 -94,17 6 Sangat

tahan 4 (2) 22,33 2 Moderat

(3) 13 -152,43 6 Sangat

tahan 2 (7) 61,17 0

Sangat

rentan

(4) 6 -16,50 6 Sangat

tahan 3 (10) 41,75 1 Rentan

(5) 2 61,17 0 Sangat

rentan 1 (11) 80,58 0

Sangat

rentan

(6) 6 -16,50 6 Sangat

tahan 2 (12) 61,17 0

Sangat

rentan

(7) 6 -16,50 6 Sangat

tahan 2 (13) 61,17 0

Sangat

rentan

(8) 4 22,33 2 Moderat 3 (17) 41,75 1 Rentan

(10) 11 -113,59 6 Sangat

tahan

(11) 3 41,75 1 Rentan

(12) 4 22,33 2 Moderat

(13) 3 41,75 1 Rentan

(14) 2 61,17 0 Sangat

rentan

(16) 7 -35,92 6

(17) 4 22,33 2

0,1

mM

(2) 8 -55,34 6 Sangat

tahan 8 (1) -55,34 6

Sangat

tahan

(3) 9 -74,76 6 Sangat

tahan 8 (2) -55,34 6

Sangat

tahan

(4) 8 -55,34 6 Sangat

tahan 8 (5) -55,34 6

Sangat

tahan

(5) 9 -74,76 6 Sangat

tahan

(2) 4 22,33 2 Moderat 10 (1) -94,17 6 Sangat

tahan

69

(3) 10 -94,17 6 Sangat

tahan 9 (3) -74,76 6

Sangat

tahan

(4) 7 -35,92 6 Sangat

tahan 5 (4) 2,91 5 Tahan

(5) 2 61,17 0

Sangat

rentan 3 (5) 41,75 1 Rentan

(6) 7 -35,92 6 Sangat

tahan 5 (6) 2,91 5 Tahan

(7) 10 -94,17 6 Sangat

tahan 6 (7) -16,50 6

Sangat

tahan

(8) 3 41,75 1 Rentan

(9) 14 -171,84 6 Sangat

tahan

(11) 11 -113,59 6 Sangat

tahan

(12) 11 -113,59 6 Sangat

tahan

0,4

mM

(3) 6 -16,50 6 Sangat

tahan 10 (1) -94,17 6

Sangat

tahan

(4) 1 80,58 0 Sangat

rentan 7 (3) -35,92 6

Sangat

tahan

(5) 5 2,91 5 Tahan 4 (4) 22,33 2 Moderat

(6) 3 41,75 1 Rentan 13 (7) -152,43 6 Sangat

tahan

(7) 8 -55,34 6 Sangat

tahan 6 (8) -16,50 6

Sangat

tahan

(8) 4 22,33 2 Moderat

(9) 8 -55,34 6 Sangat

tahan

0,8

mM

(1) 3 41,75 1 Rentan 8 (4) -55,34 6 Sangat

tahan

(2) 8 -55,34 6 Sangat

tahan 5 (6) 2,91 5 Tahan

(3) 10 -94,17 6 Sangat

tahan 1 (8) 80,58 0

Sangat

rentan

(4) 10 -94,17 6 Sangat

tahan 2 (10) 61,17 0

Sangat

rentan

(5) 11 -113,59 6 Sangat

tahan 4 (11) 22,33 2 Moderat

(6) 1 80,58 0 Sangat

rentan 1 (13) 80,58 0

Sangat

rentan

(7) 9 -74,76 6 Sangat

tahan 3 (14) 41,75 1 rentan

0,2

mM

70

(8) 7 -35,92 6 Sangat

tahan 2 (17) 61,17 0

Sangat

rentan

(9) 3 41,75 1 Rentan 4 (18) 22,33 2 Moderat

(10) 10 -94,17 6 Sangat

tahan

(11) 12 -133,01 6 Sangat

tahan

(12) 3 41,75 1 Rentan

(13) 7 -35,92 6 Sangat

tahan

(14) 12 -133,01 6 Sangat

tahan

(15) 9 -74,76 6 Sangat

tahan

(16) 12 -133,01 6 Sangat

tahan

(17) 7 -35,92 6 Sangat

tahan

1,6

mM

(2) 2 61,17 0 Sangat

rentan 8 (1) -55,34 6

Sangat

tahan

(3) 1 80,58 0 Sangat

rentan 8 (3) -55,34 6

Sangat

tahan

(4) 13 -152,43 6 Sangat

tahan 4 (5) 22,33 2 Moderat

(5) 2 61,17 0 Sangat

rentan 1 (8) 80,58 0

Sangat

rentan

(6) 12 -133,01 6 Sangat

tahan 2 (12) 61,17 0

Sangat

rentan

(7) 10 -94,17 6 Sangat

tahan

(8) 13 -152,43 6 Sangat

tahan

(9) 15 -191,26 6 Sangat

tahan

(10) 2 61,17 0 Sangat

rentan

(11) 8 -55,34 6 Sangat

tahan

(12) 12 -133,01 6 Sangat

tahan

(13) 4 22,33 2

(1) 8 -55,34 6 Sangat

tahan 9 (1) -74,76 6

Sangat

tahan

71

(2) 3 41,75 1 Rentan 3 (3) 41,75 1 Rentan

(3) 9 -74,76 6

Sangat

tahan 5 (4) 2,91 5 Tahan

(4) 4 22,33 2 Moderat 3 (8) 41,75 1 Rentan

(5) 2 61,17 0 Sangat

rentan

(6) 7 -35,92 6 Sangat

tahan

(7) 4 22,33 2 Moderat

(8) 18 -249,51 6 Sangat

tahan

(9) 13 -152,43 6 Sangat

tahan

6,4

mM

(1) 4 22,33 2 Moderat

(3) 7 -35,92 6 Sangat

tahan

(4) 6 -16,50 6 Sangat

tahan

Keterangan: () = tanaman ke-n

3,2

mM

72

Lampiran 10. Skoring berat polong kedelai generasi M1

Perlakuan

Berat Polong

Non % Skor Kriteria

Salin

2 dS/m

% Skor Kriteria

Salin Kehilangan Kehilangan

0 mM 1,29 2,29 -77,52 6 Sangat

tahan

0,0

5 m

M

(1) 1,378 -6,84 6 Sangat

tahan

0,612

(1) 52,59 0

Sangat

rentan

(2) 3,490 -170,52 6 Sangat

tahan

1,062

(2) 17,64 2 Moderat

(3) 2,027 -57,12 6 Sangat

tahan

0,404

(7) 68,70 0

Sangat

rentan

(4) 0,816 36,71 1 Rentan 0,420

(10) 67,43 0

Sangat

rentan

(5) 0,635 50,76 0 Sangat

rentan

0,105

(11) 91,84 0

Sangat

rentan

(6) 1,899 -47,20 6 Sangat

tahan

0,217

(12) 83,21 0

Sangat

rentan

(7) 2,704 -109,57 6 Sangat

tahan

0,304

(13) 76,44 0

Sangat

rentan

(8) 1,135 12,00 4 Agak

tahan

0,578

(17) 55,19 0

Sangat

rentan

(10) 3,154 -144,47 6 Sangat

tahan

(11) 0,762 40,93 1 Rentan

(12) 0,956 25,89 2 Moderat

(13) 0,692 46,33 1 Rentan

(14) 0,627 51,37 0 Sangat

rentan

(16) 1,472 -14,13 6 Sangat

tahan

(17) 1,200 6,97 4 Agak

tahan

0,1

mM

(2) 1,569 -21,61 6 Sangat

tahan

1,143

(1) 11,40 4

Agak

tahan

(3) 2,753 -113,38 6 Sangat

tahan

1,288

(2) 0,16 5 Tahan

(4) 1,603 -24,26 6 Sangat

tahan

1,175

(5) 8,91 4

Agak

tahan

(5) 2,923 -126,60 6 Sangat

tahan

73

(2) 0,623 51,71 0

Sangat

rentan

1,967

(1) -52,48 6

Sangat

tahan

(3) 2,063 -59,88 6 Sangat

tahan

1,498

(3) -16,12 6

Sangat

tahan

(4) 2,173 -68,41 6 Sangat

tahan

1,189

(4) 7,81 4

Agak

tahan

(5) 0,249 80,74 0

Sangat

rentan

1,117

(5) 13,41 4

Agak

tahan

(6) 1,530 -18,61 6 Sangat

tahan

0,656

(6) 49,15 1 Rentan

(7) 1,448 -12,21 6 Sangat

tahan

1,733

(7) -34,36 6

Sangat

tahan

(8) 0,709 45,07 1 Rentan

(9) 3,150 -144,20 6 Sangat

tahan

(11) 3,303 -156,04 6 Sangat

tahan

(12) 4,438 -243,99 6 Sangat

tahan

0,4

mM

(3) 1,911 -48,15 6 Sangat

tahan

2,556

(1) -98,14 6

Sangat

tahan

(4) 0,187 85,48 0 Sangat

rentan

1,878

(3) -45,58 6

Sangat

tahan

(5) 1,785 -38,37 6 Sangat

tahan

1,007

(4) 21,87 2 Moderat

(6) 0,408 68,36 0 Sangat

rentan

2,523

(7) -95,54 6

Sangat

tahan

(7) 2,497 -93,56 6 Sangat

tahan

1,770

(8) -37,22 6

Sangat

tahan

(8) 0,981 23,94 2 Moderat

(9) 1,132 12,22 4 Agak

tahan

0,8

mM

(1) 0,372 71,14 0 Sangat

rentan

2,626

(4) -103,54 6

Sangat

tahan

(2) 1,361 -5,51 6 Sangat

tahan

1,746

(6) -35,35 6

Sangat

tahan

(3) 2,760 -113,98 6 Sangat

tahan

0,183

(8) 85,82 0

Sangat

rentan

(4) 3,375 -161,60 6 Sangat

tahan

0,138

(10) 89,34 0

Sangat

rentan

(5) 2,711 -110,15 6 Sangat

tahan

1,496

(11) -15,97 6

Sangat

tahan

(6) 0,253 80,40 0 Sangat

rentan

0,119

(13) 90,81 0

Sangat

rentan

0,2

mM

74

(7) 2,929 -127,02 6 Sangat

tahan

0,675

(14) 47,71 1 Rentan

(8) 1,174 9,03 4 Agak

tahan

0,424

(17) 67,15 0

Sangat

rentan

(9) 1,040 19,40 2 Moderat 0,997

(18) 22,74 2 Moderat

(10) 3,662 -183,85 6 Sangat

tahan

(11) 4,635 -259,29 6 Sangat

tahan

(12) 0,907 29,71 2 Moderat

(13) 1,306 -1,27 6 Sangat

tahan

(14) 3,454 -167,76 6 Sangat

tahan

(15) 2,411 -86,88 6 Sangat

tahan

(16) 3,100 -140,27 6 Sangat

tahan

(17) 2,362 -83,12 6 Sangat

tahan

1,6

mM

(2) 0,478 62,97 0 Sangat

rentan

1,930

(1) -49,61 6

Sangat

tahan

(3) 0,224 82,64 0 Sangat

rentan

3,419

(3) -165,06 6

Sangat

tahan

(4) 4,376 -239,25 6 Sangat

tahan

0,637

(5) 50,62 0

Sangat

rentan

(5) 0,503 61,04 0 Sangat

rentan

0,128

(8) 90,09 0

Sangat

rentan

(6) 2,957 -129,23 6 Sangat

tahan

0,687

(12) 46,73 1 Rentan

(7) 3,070 -137,99 6 Sangat

tahan

(8) 3,039 -135,60 6 Sangat

tahan

(9) 3,902 -202,46 6 Sangat

tahan

(10) 0,441 65,79 0 Sangat

rentan

(11) 2,516 -95,05 6 Sangat

tahan

(12) 5,068 -292,88 6 Sangat

tahan

(13) 0,710 44,97 1 Rentan

0,8

mM

75

3,2

mM

(1) 1,554 -20,47 6

Sangat

tahan

2,617

(1) -102,89 6

Sangat

tahan

(2) 0,452 64,98 0 Sangat

rentan

0,364

(3) 71,77 0

Sangat

rentan

(3) 2,196 -70,26 6 Sangat

tahan

1,018

(4) 21,06 2 Moderat

(4) 1,050 18,60 2 Moderat 0,750

(8) 41,83 1 Rentan

(5) 0,295 77,12 0 Sangat

rentan

(6) 1,369 -6,10 6 Sangat

tahan

(7) 0,402 68,81 0 Sangat

rentan

(8) 10,066 -680,31 6 Sangat

tahan

(9) 5,887 -356,36 6 Sangat

tahan

6,4

mM

(1) 0,354 72,56 0 Sangat

rentan

(3) 1,7806 -38,03 6 Sangat

tahan

(4) 1,177 8,76 4 Agak

tahan

Keterangan: () = tanaman ke-n

76

Lampiran 11. Skoring jumlah biji kedelai generasi M1

Perlakuan

Jumlah Biji

Non

Salin

% Skor Kriteria

Salin % Skor Kriteria

Kehilangan 2 dS/m Kehilangan

0 mM 8,85 15,67 -77,06 6 Sangat

tahan

0,0

5 m

M

(1) 8 9,60 4 Agak

tahan 4 (1) 54,80 0

Sangat

rentan

(2) 19 -114,69 6 Sangat

tahan 4 (2) 54,80 0

Sangat

rentan

(3) 16 -80,79 6 Sangat

tahan 4 (7) 54,80 0

Sangat

rentan

(4) 8 9,60 4 Agak

tahan 5 (10) 43,50 1 Rentan

(5) 4 54,80 0 Sangat

rentan 2 (11) 77,40 0

Sangat

rentan

(6) 12 -35,59 6 Sangat

tahan 2 (12) 77,40 0

Sangat

rentan

(7) 13 -46,89 6 Sangat

tahan 2 (13) 77,40 0

Sangat

rentan

(8) 8 9,60 4 Agak

tahan 4 (17) 54,80 0

Sangat

rentan

(10) 19 -114,69 6 Sangat

tahan

(11) 6 32,20 2 Moderat

(12) 8 9,60 4 Agak

tahan

(13) 5 43,50 1 Rentan

(14) 4 54,80 0 Sangat

rentan

(16) 10 -12,99 6 Sangat

tahan

(17) 7 20,90 2 Moderat

0,1

mM

(2) 15 -69,49 6 Sangat

tahan 10 (1) -12,99 6

Sangat

tahan

(3) 15 -69,49 6 Sangat

tahan 12 (2) -35,59 6

Sangat

tahan

(4) 16 -80,79 6 Sangat

tahan 11 (5) -24,29 6

Sangat

tahan

(5) 17 -92,09 6 Sangat

tahan

77

(2) 7 20,90 2 Moderat 19 (1) -114,69 6

Sangat

tahan

(3) 20 -125,99 6 Sangat

tahan 0 (3) 100,00 0

Sangat

rentan

(4) 14 -58,19 6 Sangat

tahan 8 (4) 9,60 4

Agak

tahan

(5) 4 54,80 0 Sangat

rentan 6 (5) 32,20 1 Rentan

(6) 10 -12,99 6 Sangat

tahan 7 (6) 20,90 2 Moderat

(7) 10 -12,99 6 Sangat

tahan 12 (7) -35,59 6

Sangat

tahan

(8) 5 43,50 1 Rentan

(9) 21 -137,29 6 Sangat

tahan

(11) 19 -114,69 6 Sangat

tahan

(12) 13 -46,89 6 Sangat

tahan

0,4

mM

(3) 10 -12,99 6 Sangat

tahan 19 (1) -114,69 6

Sangat

tahan

(4) 2 77,40 0 Sangat

rentan 14 (3) -58,19 6

Sangat

tahan

(5) 10 -12,99 6 Sangat

tahan 8 (4) 9,60 4

Agak

tahan

(6) 5 43,50 1 rentan 20 (7) -125,99 6 Sangat

tahan

(7) 14 -58,19 6 Sangat

tahan 9 (8) -1,69 6

Sangat

tahan

(8) 6 32,20 2 Moderat

(9) 12 -35,59 6 Sangat

tahan

0,8

mM

(1) 7 20,90 2 Moderat 15 (4) -69,49 6 Sangat

tahan

(2) 11 -24,29 6 Sangat

tahan 9 (6) -1,69 6

Sangat

tahan

(3) 16 -80,79 6 Sangat

tahan 2 (8) 77,40 0

Sangat

rentan

(4) 20 -125,99 6 Sangat

tahan 2 (10) 77,40 0

Sangat

rentan

(5) 17 -92,09 6 Sangat

tahan 8 (11) 9,60 4

Agak

tahan

(6) 2 77,40 0 Sangat

rentan 1 (13) 88,70 0

Sangat

rentan

78

(7) 16 -80,79 6 Sangat

tahan 6 (14) 32,20 2 Moderat

(8) 10 -12,99 6 Sangat

tahan 4 (17) 54,80 0

Sangat

rentan

(9) 6 32,20 2 Moderat 8 (18) 9,60 4 Agak

tahan

(10) 20 -125,99 6 Sangat

tahan

(11) 25 -182,49 6 Sangat

tahan

(12) 5 43,50 1 Rentan

(13) 11 -24,29 6 Sangat

tahan

(14) 20 -125,99 6 Sangat

tahan

(15) 16 -80,79 6 Sangat

tahan

(16) 21 -137,29 6 Sangat

tahan

(17) 14 -58,19 6 Sangat

tahan

1,6

mM

(2) 3 66,10 0 Sangat

rentan 13 (1) -46,89 6

Sangat

tahan

(3) 2 77,40 0 Sangat

rentan 16 (3) -80,79 6

Sangat

tahan

(4) 26 -193,79 6 Sangat

tahan 4 (5) 54,80 0

Sangat

rentan

(5) 5 43,50 1 Rentan 2 (8) 77,40 0 Sangat

rentan

(6) 22 -148,59 6 Sangat

tahan 4 (12) 54,80 0

Sangat

rentan

(7) 16 -80,79 6 Sangat

tahan

(8) 24 -171,19 6 Sangat

tahan

(9) 30 -238,98 6 Sangat

tahan

(10) 3 66,10 0 Sangat

rentan

(11) 12 -35,59 6 Sangat

tahan

(12) 27 -205,08 6 Sangat

tahan

(13) 7 20,90 2 Moderat

79

3,2

mM

(1) 15 -69,49 6

Sangat

tahan 18 (1) -103,39 6

Sangat

tahan

(2) 6 32,20 2 Moderat 4 (3) 54,80 0 Sangat

rentan

(3) 17 -92,09 6 Sangat

tahan 6 (4) 32,20 2 Moderat

(4) 8 9,60 4 Agak

tahan 2 (5) 77,40 0

Sangat

rentan

(5) 4 54,80 0 Sangat

rentan

(6) 10 -12,99 6 Sangat

tahan

(7) 6 32,20 2 Moderat

(8) 32 -261,58 6 Sangat

tahan

(9) 26 -193,79 6 Sangat

tahan

6,4

mM

(1) 2

77,40 0

Sangat

rentan

(3) 12

-35,59 6

Sangat

tahan

(4) 10

-12,99 6

Sangat

tahan

Keterangan: () = tanaman ke-n

80

Lampiran 12. Skoring berat biji kedelai generasi M1

Perlakuan

Berat Biji

Non % Skor Kriteria

Salin % Skor Kriteria

Salin Kehilangan 2 dS/m Kehilangan

0 mM 0,83 1,34 -61,45 6 Sangat

tahan

0,0

5 m

M

(1) 0,487 41,33 1 Rentan 0,283

(1) 65,90 0

Sangat

rentan

(2) 1,66 -100,00 6 Sangat

tahan

0,443

(2) 46,63 1 Rentan

(3) 1,199 -44,46 6 Sangat

tahan

0,264

(7) 68,19 0

Sangat

rentan

(4) 0,509 38,67 1 Rentan 0,219

(10) 73,61 0

Sangat

rentan

(5) 0,466 43,86 1 Rentan 0,056

(11) 93,25 0

Sangat

rentan

(6) 1,257 -51,45 6 Sangat

tahan

0,105

(12) 87,35 0

Sangat

rentan

(7) 0,852 -2,65 6 Sangat

tahan

0,189

(13) 77,23 0

Sangat

rentan

(8) 0,791 4,70 5 Tahan 0,372

(17) 55,18 0

Sangat

rentan

(10) 2,022 -143,61 6 Sangat

tahan

(11) 0,52 37,35 1 Rentan

(12) 0,676 18,55 2 Moderat

(13) 0,487 41,33 1 Rentan

(14) 0,438 47,23 1 Rentan

(16) 0,94 -13,25 6 Sangat

tahan

(17) 0,822 0,96 5 Tahan

0,1

mM

(2) 0,916 -10,36 6 Sangat

tahan

0,637

(1) 23,25 2 Moderat

(3) 1,55 -86,75 6 Sangat

tahan

0,678

(2) 18,31 2 Moderat

(4) 1,078 -29,88 6 Sangat

tahan

0,672

(5) 19,04 2 moderat

(5) 1,991 -139,88 6 Sangat

tahan

(2) 0,379 54,34 0 Sangat 1,306 -57,35 6 Sangat

81

rentan (1) tahan

(3) 1,305 -57,23 6 Sangat

tahan 0 (3) 100,00 0

Sangat

rentan

(4) 1,383 -66,63 6 Sangat

tahan

0,820

(4) 1,20 5 Tahan

(5) 0,094 88,67 0 Sangat

rentan

0,598

(5) 27,95 2 Moderat

(6) 0,901 -8,55 6 Sangat

tahan

0,319

(6) 61,57 0

Sangat

rentan

(7) 0,697 16,02 2 Moderat 1,217

(7) -46,63 6

Sangat

tahan

(8) 0,443 46,63 1 Rentan

(9) 1,73 -108,43 6 Sangat

tahan

(11) 1,88 -126,51 6 Sangat

tahan

(12) 1,66 -100,00 6 Sangat

tahan

0,4

mM

(3) 1,017 -22,53 6 Sangat

tahan

1,663

(1) -100,36 6

Sangat

tahan

(4) 0,083 90,00 0 Sangat

rentan

1,242

(3) -49,64 6

Sangat

tahan

(5) 1,139 -37,23 6 Sangat

tahan

0,691

(4) 16,75 2 Moderat

(6) 0,232 72,05 0 Sangat

rentan

1,190

(7) -43,37 6

Sangat

tahan

(7) 1,167 -40,60 6 Sangat

tahan

1,021

(8) -23,01 6

Sangat

tahan

(8) 0,601 27,59 2 Moderat

(9) 0,671 19,16 2 Moderat

0,8

mM

(1) 0,192 76,87 0 Sangat

rentan

1,907

(4) -129,76 6

Sangat

tahan

(2) 0,768 7,47 4 Agak

tahan

1,246

(6) -50,12 6

Sangat

tahan

(3) 1,546 -86,27 6 Sangat

tahan

0,104

(8) 87,47 0

Sangat

rentan

(4) 2,079 -150,48 6 Sangat

tahan

0,052

(10) 93,73 0

Sangat

rentan

(5) 1,649 -98,67 6 Sangat

tahan

1,094

(11) -31,81 6

Sangat

tahan

(6) 0,175 78,92 0 Sangat

rentan

0,078

(13) 90,60 0

Sangat

rentan

(7) 1,585 -90,96 6 Sangat 0,460 44,58 1 Rentan

82

tahan (14)

(8) 0,672 19,04 2 Moderat 0,294

(17) 64,58 0

Sangat

rentan

(9) 0,775 6,63 4 Agak

tahan

0,690

(18) 16,87 2 Moderat

(10) 2,462 -196,63 6 Sangat

tahan

(11) 2,884 -247,47 6 Sangat

tahan

(12) 0,531 36,02 1 Rentan

(13) 0,813 2,05 5 Tahan

(14) 2,257 -171,93 6 Sangat

tahan

(15) 1,264 -52,29 6 Sangat

tahan

(16) 2,066 -148,92 6 Sangat

tahan

(17) 1,589 -91,45 6 Sangat

tahan

1,6

mM

(2) 0,094 88,67 0 Sangat

rentan

1,234

(1) -48,67 6

Sangat

tahan

(3) 0,039 95,30 0 Sangat

rentan

0,800

(3) 3,61 5 Tahan

(4) 2,337 -181,57 6 Sangat

tahan

0,452

(5) 45,54 1 Rentan

(5) 0,071 91,45 0 Sangat

rentan

0,075

(8) 90,96 0

Sangat

rentan

(6) 1,855 -123,49 6 Sangat

tahan

0,446

(12) 46,27 1 Rentan

(7) 2,02 -143,37 6 Sangat

tahan

(8) 1,919 -131,20 6 Sangat

tahan

(9) 2,201 -165,18 6 Sangat

tahan

(10) 0,289 65,18 0 Sangat

rentan

(11) 1,002 -20,72 6 Sangat

tahan

(12) 3,009 -262,53 6 Sangat

tahan

(13) 0,347 58,19 0 Sangat

rentan

83

3,2

mM

(1) 1,012 -21,93 6

Sangat

tahan

1,593

(1) -91,93 6

Sangat

tahan

(2) 0,265 68,07 0 Sangat

rentan

0,259

(3) 68,80 0

Sangat

rentan

(3) 1,393 -67,83 6 Sangat

tahan

0,644

(4) 22,41 2 Moderat

(4) 0,661 20,36 2 Moderat 0,247

(8) 70,24 0

Sangat

rentan

(5) 0,113 86,39 0 Sangat

rentan

(6) 0,813 2,05 5 Tahan

(7) 0,187 77,47 0 Sangat

rentan

(8) 2,807 -238,19 6 Sangat

tahan

(9) 2,856 -244,10 6 Sangat

tahan

6,4

mM

(1) 0,093 88,80 0 Sangat

rentan

(3) 0,956 -15,18 6 Sangat

tahan

(4) 0,843 -1,57 6 Sangat

tahan

Keterangan: () = tanaman ke-n

84

Lampiran 13. Hasil skoring karakter agronomi pada tanah non-salin

Perlakuan TT JD JP BP JB BB Rata-rata Kriteria

0,0

5 M

m

(1) 6 6 6 6 4 1 4,8 Tahan

(2) 6 1 6 6 6 6 5,2 Tahan

(3) 6 6 6 6 6 6 6,0 Sangat

tahan

(4) 5 1 6 1 4 1 3,0 Moderat

(5) 1 6 0 0 0 1 1,3 Rentan

(6) 6 5 6 6 6 6 5,8 Sangat

tahan

(7) 6 6 6 6 6 6 6,0 Sangat

tahan

(8) 2 2 2 4 4 5 3,2 Moderat

(10) 6 6 6 6 6 6 6,0 Sangat

tahan

(11) 6 0 1 1 2 1 1,8 Moderat

(12) 4 1 2 2 4 2 2,5 Moderat

(13) 2 0 1 1 1 1 1,0 Rentan

(14) 4 1 0 0 0 1 1,0 Rentan

(16) 6 6 6 6 6 6 6,0 Sangat

tahan

(17) 6 6 2 4 2 5 4,2 Agak tahan

0,1

mM

(2) 1 2 6 6 6 6 4,5 Tahan

(3) 6 0 6 6 6 6 5,0 Tahan

(4) 2 5 6 6 6 6 5,2 Tahan

(5) 2 2 6 6 6 6 4,7 Tahan

(2) 6 6 2 0 2 0 2,7 Moderat

(3) 2 5 6 6 6 6 5,2 Tahan

(4) 6 6 6 6 6 6 6,0 Sangat

tahan

(5) 6 6 0 0 0 0 2,0 Moderat

(6) 6 6 6 6 6 6 6,0 Sangat

tahan

(7) 6 0 6 6 6 2 4,3 Agak tahan

(8) 0 1 1 1 1 1 0,8 Rentan

(9) 4 6 6 6 6 6 5,7 Sangat

tahan

(11) 2 0 6 6 6 6 4,3 Agak tahan

85

(12) 6 6 6 6 6 6 6,0 Sangat

tahan

0,4

mM

(3) 2 6 6 6 6 6 5,3 Tahan

(4) 2 5 0 0 0 0 1,2 Rentan

(5) 2 6 5 6 6 6 5,2 Tahan

(6) 2 6 1 0 1 0 1,7 Moderat

0,4

mM

(7) 2 6 6 6 6 6 5,3 Tahan

(8) 4 6 2 2 2 2 3,0 Moderat

(9) 2 2 6 4 6 2 3,7 Agak tahan

0,8

mM

(1) 6 6 1 0 2 0 2,5 Moderat

(2) 6 6 6 6 6 4 5,7 Sangat

tahan

(3) 2 2 6 6 6 6 4,7 Tahan

(4) 6 6 6 6 6 6 6,0 Sangat

tahan

(5) 6 6 6 6 6 6 6,0 Sangat

tahan

(6) 6 6 0 0 0 0 2,0 Moderat

(7) 6 6 6 6 6 6 6,0 Sangat

tahan

(8) 6 0 6 4 6 2 4,0 Agak tahan

(9) 6 0 1 2 2 4 2,5 Moderat

(10) 6 6 6 6 6 6 6,0 Sangat

tahan

(11) 6 6 6 6 6 6 6,0 Sangat

tahan

(12) 1 0 1 2 1 1 1,0 Rentan

(13) 1 0 6 6 6 5 4,0 Agak tahan

(14) 6 0 6 6 6 6 5,0 Tahan

(15) 0 5 6 6 6 6 4,8 Tahan

(16) 1 2 6 6 6 6 4,5 Agak tahan

(17) 4 6 6 6 6 6 5,7 Sangat

tahan

1,6

mM

(2) 2 6 0 0 0 0 1,3 Rentan

(3) 1 5 0 0 0 0 1,0 Rentan

(4) 2 2 6 6 6 6 4,7 Tahan

(5) 1 6 0 0 1 0 1,3 Rentan

(6) 2 1 6 6 6 6 4,5 Tahan

(7) 6 6 6 6 6 6 6,0 Sangat

tahan

86

(8) 2 6 6 6 6 6 5,3 Tahan

(9) 2 6 6 6 6 6 5,3 Tahan

(10) 1 5 0 0 0 0 1,0 Rentan

(11) 1 5 6 6 6 6 5,0 Tahan

(12) 6 6 6 6 6 6 6,0 Sangat

tahan

(13) 6 6 2 1 2 0 2,8 Moderat

(1) 6 0 6 6 6 6 5,0 Tahan

(2) 5 6 1 0 2 0 2,3 Moderat

(3) 0 0 6 6 6 6 4,0 Agak tahan

(4) 4 0 2 2 4 2 2,3 Moderat

(5) 4 1 0 0 0 0 0,8 Rentan

(6) 6 5 6 6 6 5 5,7 Sangat

tahan

(7) 6 6 2 0 2 0 2,7 Moderat

(8) 2 6 6 6 6 6 5,3 Tahan

(9) 1 6 6 6 6 6 5,2 Tahan

6,4

mM

(1) 2 2 2 0 0 0 1,0 Rentan

(3) 2 0 6 6 6 6 4,3 Agak tahan

(4) 2 0 6 4 6 6 4,0 Agak tahan Keterangan: () = tanaman ke-n, TT= tinggi tanaman, JD= jumlah daun, JP= jumlah polong, BP=

berat polong, JB= jumlah biji, BB= berat biji

87

Lampiran 14. Hasil skoring karakter agronomi pada tanah salin 2 dS/m

Perlakuan TT JD JP BP JB BB Rata-rata Kriteria

0 mM 6 6 6 6 6 6 6,0 Sangat tahan

0,0

5 m

M

(1) 4 2 5 0 0 0 1,8 Moderat

(2) 4 1 2 2 0 1 1,7 Moderat

(7) 5 0 0 0 0 0 0,8 Rentan

(10) 6 1 1 0 1 0 1,5 Rentan

(11) 4 0 0 0 0 0 0,7 Rentan

(12) 4 0 0 0 0 0 0,7 Rentan

(13) 2 0 0 0 0 0 0,3 Sangat rentan

(17) 4 1 1 0 0 0 1,0 Rentan

0,1

mM

(1) 6 6 6 4 6 2 5,0 Tahan

(2) 0 6 6 5 6 2 4,2 Agak tahan

(5) 2 6 6 4 6 2 4,3 Agak tahan

0,2

mM

(1) 5 6 6 6 6 6 5,8 Sangat tahan

(2) 2 5 6 6 0 0 3,2 Moderat

(3) 6 0 5 4 4 5 4,0 Agak tahan

(4) 4 2 1 4 1 2 2,3 Moderat

(5) 6 2 5 1 2 0 2,7 Moderat

(6) 4 2 6 6 6 6 5,0 Tahan

0,4

mM

(1) 5 6 6 6 6 6 5,8 Sangat tahan

(3) 2 6 6 6 6 6 5,3 Tahan

(4) 5 0 2 2 4 2 2,5 Moderat

(7) 1 6 6 6 6 6 5,2 Tahan

(8) 2 5 6 6 6 6 5,2 Tahan

0,8

mM

(4) 6 0 6 6 6 6 5,0 Tahan

(6) 6 1 5 6 6 6 5,0 Tahan

(8) 6 2 0 0 0 0 1,3 Rentan

(10) 6 1 0 0 0 0 1,2 Rentan

(11) 6 2 2 6 4 6 4,3 Agak tahan

(13) 6 1 0 0 0 0 1,2 Rentan

(14) 6 0 1 1 2 1 1,8 Moderat

(17) 6 2 0 0 0 0 1,3 Rentan

(18) 6 5 2 2 4 2 3,5 Agak tahan

88

1,6

mM

(1) 2 6 6 6 6 6 5,3 Tahan

(3) 4 2 6 6 6 5 4,8 Tahan

(5) 2 1 2 0 0 1 1,0 Rentan

(8) 2 0 0 0 0 0 0,3 Sangat rentan

(12) 2 0 0 1 0 1 0,7 Sangat rentan

3,2

Mm

(1) 2 2 6 6 6 6 4,7 Tahan

(3) 1 0 1 0 0 0 0,3 Sangat rentan

(4) 1 2 5 2 2 2 2,3 Moderat

(8) 0 0 1 1 0 0 0,3 Sangat rentan Keterangan: () = tanaman ke-n, TT= tinggi tanaman, JD= jumlah daun, JP= jumlah polong, BP=

berat polong, JB= jumlah biji, BB= berat biji

89

Lampiran 15. Dokumentasi Kegiatan

Analisis tanah salin Pembuatan larutan mutagen

Perendaman benih ke dalam larutan

mutagen

Tanaman kedelai pada tanah non-salin

Tanaman kedelai pada tanah salin

2 dS/m

Tanaman kedelai pada tanah salin

5 dS/m

90

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Nurul Fajriyah, lahir di

Tangerang pada tanggal 23 Mei 1995. Penulis

merupakan anak ke-8 dari 8 bersaudara. Penulis lahir

dari pasangan suami istri Bapak Yulfit Ahmad dengan

Ibu Azemi. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di

MI. Manba’ul Khair lulus pada tahun 2007, MTs Negeri

13 Jakarta lulus pada tahun 2010, dan SMA Muhammadiyah 18 Jakarta lulus pada

tahun 2013.

Tahun 2013 pula penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Diponegoro

Semarang pada Program Studi S1 Agroekoteknologi, Departemen Pertanian,

Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro. Penulis berhasil

mempertahankan Laporan Praktek Kerja Lapang yang berjudul “Perbanyakan In

Vitro Tanaman Pisang (Musa paradisiaca L.) Varietas Cavendish di PT.

Natural Resources Indonesia, Depok, Jawa Barat” pada tanggal 7 Januari 2017.

Penulis aktif menjadi asisten praktikum mata kuliah Kultur Jaringan Tanaman dan

Pemuliaan Tanaman. Sampai saat ini penulis masih terdaftar sebagai mahasiswa

Program Studi S1 Agroekoteknologi Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas

Diponegoro, Semarang.