PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

87
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Kubutambahan yang lokasinya di Kabupaten Buleleng, merupakan lahan kering yang memiliki potensi untuk pengembangan pertanian, salah satunya adalah kedelai. Secara geografis daerah Kubutambahan terletak pada koordinat antara 08 0 03’37 10” Lintang Selatan (LS) - 08 0 12’37” Lintang Selatan (LS) dan 115 0 09’43” Bujur Timur (BT) - 115 0 13’22” Bujur Timur (BT). Sebagian besar lahan kering di Bali terletak di bagian Utara dan Timur Pulau Bali. Lahan kering bagian Utara meliputi luas 43.333 ha (31,5% dari luas Kabupaten Buleleng) tergolong lahan kering tipe D4 dengan bulan basah 3-4 bulan dan curah hujan berkisar antara 1200 – 1600 mm/tahun (Suprapto dkk., 2001). Lahan kering di daerah Kubutambahan mencapai 5.656 hektar. Jumlah curah hujan terbanyak adalah pada bulan Januari dengan rata-rata curah hujan 698 mm, hari hujan 23 hari. Produksi kedelai di Kubutambahan tahun 2011 adalah 144,90 ton dengan rata- rata hasil 11,59 kwintal per ha (BPPS, 2011) dan tahun 2012 mengalami penurunan dengan rata-rata hasil 8,0 kwintal per ha (BPPS, 2012). Kedelai merupakan sumber protein nabati yang sangat potensial. Permintaan terhadap komoditas ini cenderung meningkat dari tahun ke tahun baik untuk konsumsi masyarakat maupun untuk industri makanan. Produksi kedelai saat ini masih belum mencukupi sehingga Indonesia harus impor kedelai setiap tahun, dengan rata-rata impor sekitar 700.000 ton per tahun (Guntoro, 1998).

Transcript of PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

Page 1: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Daerah Kubutambahan yang lokasinya di Kabupaten Buleleng, merupakan

lahan kering yang memiliki potensi untuk pengembangan pertanian, salah satunya

adalah kedelai. Secara geografis daerah Kubutambahan terletak pada koordinat

antara 08003’37 10” Lintang Selatan (LS) - 08012’37” Lintang Selatan (LS) dan

115009’43” Bujur Timur (BT) - 115013’22” Bujur Timur (BT). Sebagian besar

lahan kering di Bali terletak di bagian Utara dan Timur Pulau Bali. Lahan kering

bagian Utara meliputi luas 43.333 ha (31,5% dari luas Kabupaten Buleleng)

tergolong lahan kering tipe D4 dengan bulan basah 3-4 bulan dan curah hujan

berkisar antara 1200 – 1600 mm/tahun (Suprapto dkk., 2001).

Lahan kering di daerah Kubutambahan mencapai 5.656 hektar. Jumlah curah

hujan terbanyak adalah pada bulan Januari dengan rata-rata curah hujan 698 mm,

hari hujan 23 hari. Produksi kedelai di Kubutambahan tahun 2011 adalah 144,90 ton

dengan rata- rata hasil 11,59 kwintal per ha (BPPS, 2011) dan tahun 2012

mengalami penurunan dengan rata-rata hasil 8,0 kwintal per ha (BPPS, 2012).

Kedelai merupakan sumber protein nabati yang sangat potensial. Permintaan

terhadap komoditas ini cenderung meningkat dari tahun ke tahun baik untuk konsumsi

masyarakat maupun untuk industri makanan. Produksi kedelai saat ini masih belum

mencukupi sehingga Indonesia harus impor kedelai setiap tahun, dengan rata-rata

impor sekitar 700.000 ton per tahun (Guntoro, 1998).

Page 2: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

2

Sektor pertanian memang perlu dilakukan kajian yang mendalam tentang

berbagai aspek. Aspek iklim dan ketersediaan air lahan salah satu aspek yang perlu

dikaji. Didaerah tropis aspek iklim yang paling berperan adalah curah hujan

(Sumiana, 2007 ). Menurut Alissa (1992) sukses atau gagalnya lahan tadah hujan atau

lahan beririgasi, berhubungan erat dengan pola curah hujan. Kawasan lahan kering

yang cukup potensial dan banyak tersedia untuk perluasan areal pertanaman pangan

terutama kedelai di daerah Bali adalah lahan kering di daerah Buleleng. Pemanfaatan

lahan untuk kegiatan pertanian tanaman pangan di Bali digolongkan ke dalam dua tipe,

yaitu pertanian tanaman pangan lahan basah yang diperuntukkan bagi tanaman padi

sawah dan pertanian tanaman pangan lahan kering yang diperuntukkan bagi tanaman

palawija, hortikultura atau tanaman pangan lainnya. Luas lahan sawah tertinggi di Bali

terdapat di Kabupaten Tabanan, sedangkan lahan tegalan yang paling luas terdapat di

Kabupaten Buleleng (Bapedalda Propinsi Bali, 2011). Melihat kondisi lahan kering

yang cukup luas di Buleleng maka daerah ini memiliki potensi yang tinggi untuk

pengembangan pertanian lahan kering, namun sampai saat ini belum ditangani secara

optimal. Oldeman et al., (1980 dalam Daryono. 2003) menyebutkan bahwa curah hujan

sebagai faktor iklim yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan

kedelai terutama pada stadia perkecambahan dan pembungaan. Kebutuhan air akan

bertambah sesuai dengan umur tanaman. Kebutuhan air tertinggi pada saat berbunga

dan pengisian polong. Menurut Adisarwanto (2005) pada umumnya kebutuhan air

tanaman kedelai berkisar 350 – 450 mm selama masa pertumbuhannya, dan Curah

hujan dalam hitungan pertahunnya adalah sekitar 1.500 - 2.500 mm/tahun. Curah

Page 3: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

3

hujan bersama evapotranspirasi yang didukung oleh sifat fisik tanah menentukan

periode surplus – defisit air lahan yang dianalisis melalui analisis neraca Air.

Penyusunan tabel neraca air disuatu tempat pada suatu periode

dimaksudkan untuk mengetahui jumlah neto air yang diperoleh, nilai surplus defisit air,

dan saat terjadinya (Nasir dan Effendy, 1999). Hasil yang diketahui dari periode dan

nilai surplus-defisit air tanah maka dapat ditentukan kapan waktu tanam maupun

pemberian air irigasi sehingga pertanian yang diusahakan akan mampu memberikan

hasil panen yang maksimum. Curah hujan bersama evapotranspirasi yang didukung

oleh sifat fisik tanah akan dapat memberikan keterangan penting tentang jumlah air

yang dapat diperoleh, daya tampung tanah, yang kesemuanya itu dapat dianalisis

melalui perhitungan neraca air, sehingga dengan berdasarkan acuan hasil

perhitungan neraca air diharapkan akan dapat diperoleh hasil pertanian yang lebih

baik. Kegiatan budidaya kedelai di daerah beriklim kering, potensi ketersediaan air

harus dapat diperkirakan dengan baik agar air yang tersedia dapat dimanfaatkan

secara maksimum, dimana dalam setiap proses tumbuh tanaman selalu tidak pernah

lepas dari tersedianya air yang cukup, maka resiko kegagalan usaha dapat ditekan

sekecil mungkin. Air sangat diperlukan tanaman pada hampir setiap proses fisika,

kimia, dan biologi dalam tubuh tanaman. Penelitian ketersediaan air tanah untuk

menentukan waktu tanam belum banyak di dilakukan, di lain pihak sebagai wilayah

dengan lahan kering yang cukup luas perlu diketahui ketersediaan air tanahnya,

periode surplus-defisit, sehingga waktu tanam kedelai yang tepat dapat diketahui.

Daerah tropis hujan lebih bervariasi daripada daerah lintang yang lebih tinggi,

disamping juga tingginya evapotranspirasi, diperparah dengan adanya asumsi

Page 4: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

4

petani bahwa harapan akan turun hujan pada saat tanam namun tidak terjadi

sehingga mengakibatkan sebagian tanaman yang ada di lapangan mati. Curah hujan

dan ketersediaan air dalam tanah merupakan dua faktor penting dalam memenuhi

kebutuhan air tanaman, terutama untuk tanaman-tanaman pertanian yang diusahakan

di lahan tadah hujan beriklim kering.

Slatyer (1991) menyatakan bahwa air sangat penting peranannya dalam

pertumbuhan tanaman terutama pada saat stadia kritis pertumbuhan tanaman.

Pemupukan pada tanaman kurang menunjukkan hasil yang nyata jika tidak disertai

dengan ketersediaan air yang cukup (Suryatna Effendi, 1984). Dasar tinjauan secara

umum kondisi air, saat, lama, banyaknya curah hujan, evaporasi potensial dan aktual,

kelembaban tanah, dan drainase pada suatu daerah sangat perlu diketahui sebagai dasar

penggunaan air yang tepat, besarnya kebutuhan air bagi tanaman serta stadia kritis

pertumbuhan tanaman (Jackson, 1979). Sama halnya seperti tanaman pertanian lainnya,

tanaman kedelai dapat tumbuh dan menghasilkan hasil panen optimal bila kebutuhan

airnya terpenuhi sepanjang pertumbuhan tanaman. Secara umum kebutuhan air

tanaman pada awalnya rendah, kemudian terus meningkat sesuai dengan tingkat

pertumbuhan tanaman, mencapai maksmimum dan selanjutnya menurun hingga panen.

Mengingat pentingnya peranan air dalam pertumbuhan dan perkembangan

tanaman maka penyesuaian waktu tanam merupakan hal yang sangat penting

diperhitungkan. Pengaturan waktu tanam yang tepat berdasarkan pola curah hujan

merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan terutama dalam hubungannya

dengan pemanfaatan air hujan secara maksimal untuk mendukung pertumbuhan dan

hasil tanaman. Penentukan waktu tanam yang tepat, perlu diketahui secara seksama

Page 5: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

5

tentang pola curah hujan dan distribusinya curah hujan tahunan bahkan bulanan pada

daerah-daerah pertanaman yang diteliti. Prakiraan yang tepat berdasarkan perhitungan

dan pengalaman tentang kapan waktu turun hujan didaerah tertentu dan pemahaman

tentang konsep keseimbangan air, dapat pula membantu dalam menetapkan waktu

tanam yang tepat didaerah yang bersangkutan sehingga tanaman terhindar dari water

stress serta kegagalan usaha tani akibat keterbatasan air dapat dihindari. Guna

tercapainya keberhasilan budidaya tanaman kedelai pada daerah yang kurang air

dilakukan penelitian mengenai ”Penentuan Waktu Tanam Tanaman Kedelai (Glycine

max L. Merrill) Berdasarkan Neraca Air di Daerah Kubutambahan, Kabupaten

Buleleng”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya maka rumusan

masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana perbandingan Pola Curah Hujan di Kubutambahan antara periode

tahun 1981- 1995 dan tahun 1996 - 2010.

2. Berapa besar persediaan air berdasarkan Neraca Air di Daerah Kubutambahan.

3. Kapan waktu tanam yang tepat untuk tanaman kedelai, dan apakah ada

pergeseran.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Perubahan Pola curah hujan di daerah Kubutambahan, Kabupaten Buleleng

periode 1981-1995 dan periode 1996 – 2010.

Page 6: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

6

2. Mengetahui besar persediaan Neraca Air di daerah Kubutambahan.

3. Menentukan waktu tanam yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan dan

hasil tanaman kedelai.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini secara praktis adalah dapat memberikan sumbangan

kepada pemerintah daerah Kabupaten Buleleng khususnya Dinas Pertanian Tanaman

Pangan dan Hortikultura Kabupaten Buleleng dan juga petani di daerah Kubutambahan.

Manfaat penelitian secara Ilmiah adalah untuk mengetahui :

1. Perubahan pola Curah Hujan dari periode 15 tahun sebelumnya yakni tahun

1981 – 1995 dibandingkan dengan periode 15 tahun sesudahnya yaitu tahun

1996 – 2010.

2. Kebutuhan air tanaman kedelai dibandingkan ketersediaan air tanah sehingga

memberikan hasil panen yang meningkat dan memperkecil resiko gagal panen.

3. Meningkatkan produktivitas lahan.

Page 7: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Curah Hujan

Karakteristik curah hujan menyangkut intensitas, frekuensi, dan lamanya

hujan. Intensitas curah hujan cenderung tinggi di daerah tropis, namun dalam banyak

hal pola curah hujannya kurang cocok untuk pertanian (Jackson, 1977). Air tanah

yang berasal dari hujan, diuapkan secara langsung di permukaan tanah ke udara

(evaporasi) dan sebagian lagi tersedia untuk tanaman. Sebagian besar dari air yang

diserap oleh tanaman diuapkan melalui bagian-bagian tanaman seperti batang dan

daun (transpirasi), dan hanya sebagian kecil yang digunakan untuk metabolisme

tanaman, evaporasi dan transpirasi dapat juga terjadi bersama-sama yang disebut

evapotranspirasi. Evaporasi merupakan proses fisika dimana penentuan nilainya

menyangkut semua parameter fisik seperti suhu, kelembaban, radiasi, air, dan

komponen tanah (Nuryadi dkk. 2010).

Penyerapan air tanah oleh tanaman terjadi apabila retensi air oleh partikel-

partikel tanah lebih kecil dari energi tanaman atau energi matahari melalui

transpirasi. Hal ini berarti jika keadaan air tanah rendah maka retensi air oleh partikel

tanah sangat kuat, akibatnya tanaman tidak dapat menggunakan air tanah sehingga

layu. Kehilangan air akibat transpirasi dan evaporasi tidak konstan sepanjang tahun.

Dengan melihat karakteristik hujan pada bulan-bulan tertentu saja, tidak dapat

menentukan iklim pada suatu daerah. Suatu iklim hanya dapat ditunjukkan dengan

membandingkan distribusi curah hujan sepanjang tahun dengan evapotranspirasi musiman

sebagai proses penerimaan dan pelepasan air. Evapotranspirasi aktual dari tanaman

Page 8: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

8

bergantung pada iklim yang juga dihubungkan dengan jenis tanaman dan faktor-faktor

tanah. Soesanto, 1986 menyatakan bahwa tersedianya air bawah tanah bagi tanaman

dipengaruhi oleh sifat fisik tanah, sifat tanaman, dan keadaan iklim.

Evaporasi potensial lebih konstan dari tahun ke tahun daripada hujan, sebab

adanya variasi yang kecil dari energi matahari. Variasi awal jatuhnya hujan yang terjadi

pada daerah kering, mempunyai arti yang sangat penting bagi persiapan lahan, pesemaian,

dan awal pertumbuhan. Awal periode pertumbuhan dimulai saat curah hujan sama

dengan setengah dari evaporasi potensial. Keadaan ini menunjukkan bahwa jumlah air

yang dibutuhkan pada awal pertumbuhan berada di bawah evapotranspirasi potensial

(Oldeman dan Frere, 1982).

Variasi ini dapat dikatakan sebagai "water balance"atau keseimbangan air. Saat

curah hujan lebih tinggi daripada evapotranspirasi potensial dan tercapainya kapasitas

lapang, maka curah hujan dikatakan surplus, keadaan dimana curah hujan lebih kecil

daripada evapotranspirasi potensial sehingga sampai pada titik layu permanen maka

curah hujan dikatakan defisit.

Skaggs (1978) telah mengembangkan sebuah model simulasi pengelolaan muka

air bawah tanah dengan model yang menggambarkan semua gerak dan ketersediaan air.

Gerakan air dalam tanah adalah kejadian kompleks. Laju infiltrasi, drainase, evaporasi,

dan penyebaran air dalam profil tanah dapat dihitung, model simulasi inimenyebutkan

bahwa dari curah hujan total tidak semuanya efektif bagi tanaman. Curah hujan efektif

dihitung dengan menggunakan metode konservasi tanah USDA (Departemen Pekerjaan

Umum Provinsi Bali, 1995), yakni dengan mengalikan curah hujan total dengan

persentase keefektifan curah hujan. Menurut Early et al. (1989), curah hujan efektif itu

sendiri merupakan jumlah kedalaman curah hujan yang dapat disimpan di daerah

Page 9: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

9

perakaran dan dapat digunakan oleh tanaman. Cujan hujan efektif untuk palawija dengan

tajuk tanaman tertutup rapat adalah 75%. Kegiatan seperti pengelolaan tanah

(pemanfaatan tanah dan pembuatan guludan), membiarkan sisa-sisa panenan sebagai bahan

organik dan penggunaan mulsa, dapat mengurangi aliran air pada permukaan tanah,

meningkatkan infiltrasi, dan mengurangi penyebaran air dalam profil tanah. Curah hujan

efektif dapat ditingkatkan dengan berbagai cara tersebut.

Tujuan peningkatan efisiensi curah hujan adalah untuk meningkatkan hasil tanaman

(Dastane, 1984). Peningkatan efsiensi curah hujan dapat dicapai dengan perencanaan

pertanaman yang baik, yang disesuaikan dengan jumlah, intensitas, maupun

frekuensi curah hujan, dengan cara :

1. Perencanaan pola tanam yang disesuaikan dengan pola curah hujan;

2. Pemilihan jenis tanaman yang berumur genjah dan berdaya hasil tinggi untuk

memperoleh pendapatan yang maksimal. Pengaturan waktu semai yang

disesuaikan dengan probabilitas curah hujan sehingga pada saat stadia kritis

tidak pada saat air dalam jumlah sedikit;

3. Teknik budidaya yang digunakan disesuaikan dengan probabilitas curah hujan;

4. Mengkombinasikan (tumpang sari) antara tanaman berakar dalam dengan tanaman

berakar dangkal untuk mengurangi terjadinya kerugian akibat kerusakan dan untuk

pemanfaatan air secara maksimal;

5. Mempergunakan ramalan cuaca yang dapat dipertanggungjawabkan dalam

perencanaan pertanaman.

Menurut Jackson (1979) aplikasi konsep keseimbangan air sangat besar

peranannya bagi pertanian yaitu:

1. Untuk menetapkan tinjauan secara umum kondisi air suatu daerah diperlukan

Page 10: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

10

data curah hujan, evaporasi potensial dan aktual, kelembaban tanah dan

drainase;

2. Untuk memperkirakan tanaman yang sesuai pada suatu areal dan

penganalisaan pada tingkat mana kebutuhan air tanaman terpenuhi.

Hal ini sehubungan dengan pendugaan waktu tanam dan waktu panen;

3. Menaksir kebutuhan air irigasi, baik kuantitas maupun intervalnya;

4. Untuk mengetahui hubungan antara air dengan hasil, dalam hubungannya

dengan ketersediaan air. Hasil, lebih dipengaruhi oleh curah hujan efektif

daripada curah hujan total;

5. Untuk menaksir penggunaan air bagi pertanaman dan jenis tanaman tertentu.

Dalam menyusun konsep optimasi pengaturan tata air suatu daerah areal

pertanaman, harus diketahui terlebih dahulu tingkat pertumbuhan tanaman yang

paling peka terhadap kondisi kekurangan air yang dapat mengakibatkan

menurunnya hasil.

Berdasarkan faktor tersebut, Oldeman dan Frere (1982) telah menyusun suatu

konsep yang berhasil dalam optimasi pengaturan air suatu areal pertanaman untuk

mendapatkan hasil yang paling baik. Konsep ini dinamakan konsep indek "stress"

harian (SDI= Stress Day Index), yang merupakan suatu cara kuantitatif untuk

menentukan kekurangan air yang dialami suatu tanaman selama masa

pertumbuhannya.

2.2 Tanaman Kedelai dan Faktor Iklim

Kedelai (Glycine Max L. Merrill) merupakan tanaman semusim berupa semak

rendah, berdaun lebat, dengan beragam morfologi. Tinggi tanaman berkisar antara 10

Page 11: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

11

cm sampai dengan 20 cm, bercabang sedikit atau banyak bergantung pada kultivar

dan lingkungan hidupnya (Hidajat, 1985). Selain media tanam dan ketinggian tempat,

faktor penting lainnya untuk pertumbuhan tanaman kedelai adalah iklim. Menurut

Nuryadi (2010) Optimalisasi produksi komoditas tanaman kedelai sangat dipengaruhi

oleh kondisi iklim. Penentuan lokasi sentra kedelai dan periode waktu tanam yang

sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya sangat penting guna memperoleh

produksi yang maksimal. Informasi iklim yakni neraca air untuk menentukan waktu

tanam sangat diperlukan guna perencanaan alokasi penggunaan lahan, jenis

komoditas yang dibudidayakan (intensifikasi), dan peningkatan produksi nasional

melalui perluasan areal tanam (ekstensifikasi). Terkait dengan hal tersebut, analisis

iklim yang lebih spesifik untuk tanaman kedelai sangat bermanfaat sebagai bahan

pertimbangan penentuan waktu tanam yang lebih tepat. Kedelai merupakan tanaman

daerah sub tropis yang dapat beradaptasi dengan baik didaerah tropis dan dapat

tumbuh baik di antara garis lintang 0º- 52º Unsur iklim yang juga mempengaruhi

pertumbuhan tanaman kedelai antara lain lama penyinaran matahari (day light), suhu,

dan curah hujan.

2.2.1 Pengaruh suhu

Suhu udara yang optimum untuk budidaya kedelai adalah 23 - 30 °C (Nazar

dkk, 2008). Suhu udara berpengaruh terhadap perkembangan dan hasil tanaman

kedelai. Menurut Baharsjah et al. (1985) perkecambahan normal kedelai terjadi

pada suhu 15°, 20°dan 30°C. Suhu diatas 40°C tidak memungkinkan benih tumbuh,

dan pada suhu 10°C menurunkan pemanjangan hipokotil. Pada fase vegetatif suhu

38.8°C merupakan suhu kritis yang dapat menyebabkan kegagalan. Namun demikian

Page 12: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

12

pada suhu 37.1°C dan 24.5°C dapat menyebabkan tertundanya saat pemunculan

kotiledon. Suhu optimum bagi pertumbuhan kedelai 31°-36°C, namun laju

pertumbuhan tercepat terjadi pada suhu 28.5°C dan 30.9°C.

Baharsjah et al. (1985) juga menyatakan bahwa proses pembungaan lebih

banyak pada suhu 26-32°C daripada suhu lebih kecil daripada suhu 26°C. Suhu yang

rendah selama proses pembungaan berakibat kurang baik terhadap kualitas kedelai dan

kematangan biji yang dihasilkan. Kerusakan sering terjadi pada tanaman yang

mengalami suhu rendah sampai 15°C (siang atau malam) selama 2-3 minggu pada saat

mulai stadia pembungaan atau satu minggu setelahnya.

Suhu udara berhubungan dengan ketinggian tempat. Suhu udara akan

menurun dengan semakin tingginya tempat dari permukaan laut. Menurut Guntoro

(1998) semakin tinggi tempat akan mengurangi komponen hasil kedelai (jumlah dan

bobot biji) karena radiasi sinar matahari yang rendah, akibat menurunnya proses

fotosintesis. Berdasarkan ketinggian tempat, umur berbunga tanaman kedelai yang

ditanam pada dataran tinggi mundur 2 - 3 hari dibandingkan tanaman kedelai yang

ditanam didataran rendah (Adisarwanto, 2005).

2.2.2 Curah hujan dan pengairan

Menurut Prihatman (2000) curah hujan yang diperlukan tanaman kedelai

adalah 100 - 200 mm/bln. Menurut Doorenbos & Pruitt (1979) kebutuhan air

tanaman kedelai sebesar 318.93 mm selama pertumbuhannya. Selama fase vegetatif

dibutuhkan sebanyak 125.97 mm dan selama fase generatif sebanyak 192.96 mm.

Dalam penelitian di Boawae-Flores, Guntoro (1998) menemukan bahwa selama fase

vegetatif faktor yang berpengaruh adalah karakteristik hujan berupa tinggi

Page 13: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

13

rendah intensitas hujan dan kejadian hujan. Sedangkan selama fase generatif

peningkatan deret hari kering maksimum akan berpengaruh terhadap penurunan

hasil. Selama pertumbuhan kedelai varietas Wilis dan Malabar, ditentukan oleh

karakter hujan yang terjadi selama fase vegetatif.

Perlakuan selang pemberian air mempengaruhi perbedaan laju

pertumbuhan yang mengakibatkan intersepsi radiasi yang berbeda. Pertumbuhan

tanaman kedelai lebih baik pada musim hujan daripada pertanaman pada musim

kemarau, namun produktivitasnya lebih baik di musim kemarau daripada

pertanaman pada musim hujan (Lumbantoruan, 1992). Hal ini didasarkan pada

penelitian bahwa pemberian air setara 50 mm per bulan akan mempercepat panen

enam hari pada musim kemarau dan empat hari pada musim hujan selama masa tanam

sampai panen. Sedangkan pemberian air setara curah hujan 25 mm per bulan selama

stadia pengisian polong mempercepat panen tiga hari pada musim kemarau dan tujuh

hari pada musim hujan pada varietas kedelai Orba.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan air dalam tanah

mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan produksi tanaman kedelai

(Herawati, 1994; Mar'ah, 1996; Masyhudi et al. 1989). Masyhudi et al. (1989)

menyatakan bahwa pertumbuhan bagian-bagian vegetative (akar, batang dan daun)

dan bagian reproduktif (polong dan biji) mengalami penurunan akibat kekurangan air

tersedia dalam tanah.

Cekaman kekeringan juga berpengaruh terhadap tanaman kedelai. Harnowo

(1992) menyatakan bahwa cekaman kekeringan pada fase reproduktif menghambat

distribusi asimilat ke bagian reproduktif, menurunkan jumlah polong, biji dan bobot biji

per tanaman. Tekanan kekeringan juga berpengaruh terhadap penurunan persentase

Page 14: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

14

akar aktif, berat kering tanaman, jumlah daun dan polong, serta tinggi tanaman.

Penelitian juga menghasilkan kesimpulan bahwa cekaman kekeringan akan menurunkan

luas daun, mempercepat penuaan daun, menurunkan jumlah polong per hektar dan hasil

biji. Cekaman kekeringan pada kondisi 50% di bawah air tersedia selama pertumbuhan

vegetatif tidak mempengaruhi hasil tetapi akan meningkatkan indeks panen dan

effisiensi remobilisasi bahan kering. Pengelolaan air pada tanaman kedelai sangat

penting terutama untuk menjaga ketersediaan air dalam tanah yang sangat

mempengaruhi masa perkecambahan, pertumbuhan vegetatif dan pengisian polong.

2.3 Keseimbangan Air

Air harus dimanfaatkan walau dalam kondisi air terbatas jumlahnya, secara

hemat, maka penghematan penggunaan air sangat penting. Menurut Richard dan

Wedleigh (1992, dalam Sudarta,(2007) pertumbuhan tanaman semakin menurun sejalan

dengan menurunnya kelembaban tanah dan pertumbuhannya akan terhambat sebelum

titik layu permanen tercapai. Hal ini berarti makin dekat kepada keadaan kapasitas

lapang, pertumbuhan tanaman makin baik.

Air tanah yang berasal dari hujan, diuapkan secara langsung di permukaan

tanah ke udara (evaporasi) dan sebagian lagi tersedia untuk tanaman. Sebagian besar

dari air yang diserap oleh tanaman diuapkan melalui bagian-bagian tanaman seperti

batang dan daun (transpirasi), dan hanya sebagian kecil yang digunakan untuk

metabolisme tanaman. Kombinasi evaporasi dari permukaan tanah bersama-sama

transpirasi dari tanaman, yang disebut evapotranspirasi, menunjukkan aliran balik air

dari bumi ke atmosfer dan dari atmosfer ke bumi melalui curah hujan (Thornthwaite &

Mather, 1957 dalam Nuryadi, 2010).

Page 15: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

15

Kehilangan air akibat transpirasi dan evaporasi tidak konstan sepanjang tahun,

kelembaban atau kekeringan suatu iklim hanya dapat ditunjukkan dengan

membandingkan distribusi curah hujan sepanjang tahun dengan evapotranspirasi

musiman sebagai proses penerimaan dan pelepasan air.

Evapotranspirasi atau aliran balik air dari tanah ke atmosfer merupakan

faktor iklim yang sama pentingnya dengan curah hujan. Evapotranspirasi aktual dari

pertanaman tergantung pada iklim yang juga dihubungkan dengan jenis tanaman

dan faktor-faktor tanah; antara lain tipe dan stadium pertumbuhan tanaman,

pengolahan tanah, jenis tanah, dan kandungan air tanah.

Kapasitas lapang (KL) biasanya dianggap sebagai batas atas ketersediaan

air dimana keadaan ini tercapai setelah air berhenti mengalir ke bawah setelah

tercapai keadaan jenuh, sedang titik layu permanen (TLP) adalah kandungan air

tanah (KAT) pada saat tanaman yang ditanam di atasnya telah mengalami layu

permanen dalam arti tanaman telah mengalami sulit hidup kembali meskipun

telah ditambahkan sejumlah air yang mencukupi (Soepardi, 1983).

Data sifat fisik tanah juga diperlukan selain data curah hujan dan data

meteorologi penentu evapotranspirasi, dalam keseimbangan air tanah. Data ini

menyangkut kemampuan tanah memegang air (water holding capacity) yang pada

umumnya ditentukan oleh tekstur dan struktur tanah (Murdiyarso, 1980).

Secara praktis dalam perhitungan keseimbangan air digunakan asumsi dan

penyederhanaan. Asumsi yang sering digunakan adalah bahwa semua curah hujan

mengalami infiltrasi ke dalam tanah atau dapat dikatakan tidak ada limpasan

permukaan, “surplus” hanya terjadi apabila kapasitas lapang tanah telah tercapai

Page 16: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

16

(Jackson, 1979). Curah hujan total, tidak semuanya efektif bagi tanaman, tetapi

sebagian mengalami perkolasi maupun evaporasi (Dastane, 1984).

Daerah tadah hujan, curah hujan efektif akan mengurangi periode “stress” dan

mampu meningkatkan hasil. Daerah beririgasi, curah hujan efektif berarti simpanan air

irigasi yang digunakan untuk mengairi areal yang lebih luas. Curah hujan efektif dapat

ditingkatkan dengan mengurangi “run off” pada permukaan, meningkatkan infiltrasi

dan mengurangi kehilangan air karena perkolasi yang dalam. Pengurangan “run off”

permukaan dapat dicapai dengan cara mengubah topografi tanah, membentuk

penghambat aliran air, dan dengan meningkatkan kemungkinan untuk infiltrasi. Secara

praktis kegiatan ini meliputi: pengolahan dan perataan tanah, pembuatan teras-teras,

membiarkan sisa-sisa tanaman setelah panen. Infiltrasi dapat ditingkatkan dengan jalan

memperbaiki struktur tanah dan kondisi permukaan tanah maupun “sub surface”.

Pelaksanaan ini meliputi: pencangkulan tanah yang dalam atau mencegah lapisan

tanah yang keras, menambahkan bahan-bahan organik, dan penggunaan mulsa

untuk mencegah rusaknya agregat tanah pada permukaan. Memperkecil kehilangan

air karena perkolasi dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kapasitas pegang

tanah pada tanah-tanah ringan dengan menambahkan liat atau bahan organik.

2.4. Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai

Tanaman dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik apabila syarat tumbuh

dapat dipenuhi. Tanaman kedelai dapat tumbuh pada tanah yang tidak begitu subur

sampai yang subur. Struktur tanah tidak merupakan halangan tumbuhnya tanaman

kedelai baik tanah itu berstruktur padat maupun berstruktur remah (Dinas Pertanian

Tanaman Pangan Propinsi Bali, 1995). Produksi kedelai kurang stabil pada jenis tektur

Page 17: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

17

tanah berpasir. Penanaman kedelai pada tanah-tanah liat agak sukar namun setelah

benih berkecambah tanaman biasanya menunjukkan pertumbuhan yang baik. Tanah

yang berstruktur remah sangat baik bagi pertumbuhan tanaman kedelai (Ismail dan

Effendi, 1985).

Tanah yang cocok untuk tanaman kedelai adalah tanah yang mempunyai pH

tanah antara 5.5–7.0 (Badan Penelitian dan Pengembangan Pangan, 1995). Derajat

keasaman (pH) tanah berhubungan erat dengan ketersediaan unsur hara. Rendahnya

pH tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman kedelai, dan dalam batas-batas

tertentu juga berpengaruh terhadap proses fiksasi nitrogen (Ismail & Effendi, 1985).

Suprapto (1985) mengatakan bahwa tanaman kedelai hidup dengan baik di

tempat yang berhawa panas dan terbuka. Pertumbuhan kedelai berbiji besar cocok

ditanam pada lahan dengan ketinggian 300 – 500 m dpl (Prihatman, 2000; Irwan,

2006), Keadaan iklim yang selalu basah (curah hujan tinggi) dapat menyebabkan

tanaman tumbuh subur, akan tetapi tanaman kurang menghasilkan biji.

Daerah yang baik untuk tanaman kedelai adalah daerah yang memiliki curah

hujan 100 – 200 mm perbulan, dan kedelai memerlukan iklim panas dengan jumlah

bulan kering 3 – 6 bulan dan hari hujan berkisar antara 95 – 122 hari per tahun (Dinas

Pertanian Tanaman Pangan Bali, 1995).

Suhu merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan perkembangan

tanaman kedelai. Perkecambahan optimum terjadi pada suhu 30C dan pertumbuhan

terbaik terjadi pada suhu 29.4C dan menurun bila suhu lebih rendah 29.4oC.

Apabila air mencukupi, kedelai masih dapat tumbuh baik pada suhu yang

tinggi (36C) dan akan berhenti tumbuh pada suhu 39C. Suhu yang lebih rendah

Page 18: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

18

dari 23,9C umumnya memperlambat pertumbuhan kedelai (Baharsjah dkk, 1985).

2.5 Kebutuhan Air pada Tanaman Kedelai

Unsur hara dalam tanah yang diperlukan tanaman harus dilarutkan dalam air

sebelum dapat diserap oleh akar tanaman yang selanjutnya diangkut ke seluruh bagian

tanaman. Air diperlukan dalam proses asimilasi dan diperlukan pula sebagai pengatur

setiap proses metabolisme tanaman, baik secara langsung atau tidak langsung juga

dipengaruhi oleh ketersediaan air.

Secara umum kebutuhan air untuk tanaman kedelai, dengan umur panen 90-

100 hari, berkisar antara 350 - 400 mm, atau rata-rata 3,5 mm per hari. Kebutuhan air

tanaman kedelai yang dipanen pada umur 80-90 hari berkisar antara 360-405mm,

setara dengan curah hujan 120-135 mm per bulan. Jumlah air yang dibutuhkan

sangat dipengaruhi oleh kemampuan tanah menyimpan air, besar penguapan, dan

kedalaman lapisan olah tanah (Van Doren and Reicosky, 1987).

Pengairan dilakukan pada awal fase pertumbuhan vegetatif (umur 15-21 hst),

saat berbunga (umur 25-35 hst), dan pada saat pengisian polong (umur 55-70 hst),

pengairan dilakukan apabila curah hujan tidak mencukupi. Berdasarkan perhitungan

Kung dalam Somaatmadja dkk (1985), kebutuhan air tanaman kedelai umur sedang (85

hari) pada setiap periode tumbuh adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Stadia tumbuh tanaman kedelai

Stadia tumbuh Tanaman Kedelai

Periode (hari) Kebutuhan air (mm/periode)

Pertumbuhan awal 15 53 - 62Vegetatif aktif 15 53 - 62Pembuahan-pengisian polong 35 124 - 143Kematangan biji 20 70 - 83

Page 19: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

19

Air yang dapat diserap oleh tanaman tergantung dari yang tersedia didalam

tanah. Air yang tersedia ini berada dalam kisaran kapasitas lapang dan titik layu

permanen. Jumlah air yang berada dalam kisaran tersebut sangat beragam, tergantung

kadar bahan organik, tekstur dan tipe lempung suatu tanah. Kelebihan dan kekurangan

air di media tumbuh kedelai akan mempengaruhi pertumbuhan dan hasil kedelai.

Periode kritis kedelai terhadap air dapat ditentukan dengan menghadapkan tanaman

pada kekeringan atau genangan sejak awal pertumbuhan sampai pertumbuhan akhir.

Satu pertanyaan yang akan dicoba dijawab melalui penelitian ini adalah untuk

mengetahui jumlah air yang paling sesuai untuk tanaman kedelai.

Setiap periode pertumbuhan tanaman bersifat spesifik terhadap kebutuhan air

yang dinyatakan dengan nilai Kc (Koefisien Tanaman) yang berbeda - beda

tergantung dari jenis periode pertumbuhan tanaman. Nilai Kc untuk tanaman Kedelai

tercantum pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Koefisien Tanaman (Kc) tanaman Kedelai

Stadia pertumbuhan kedelai Lama (hari) Kc

Stadia Perkecambahan 20 0,30 – 0,40Stadia pertumbuhan awal 20 0,70 – 0,80

Stadia Medium / Pembungaan 40 1,00 – 1,15

Stadia Pengisian Polong 20 0,70 – 0,80Panen 0,40 – 0,50

Kramer (1980) mengemukakan bahwa air dalam tubuh tanaman berfungsi

sebagai (1) penyusun utama jaringan tanaman yang aktif secara fisiologi (2)

pereaksi dalam fotosintesis dan proses hidrolisis (3) pelarut garam, gula dan senyawa

lainnya (4) pengendali dan stabilisator suhu tanaman (5) unsur yang diperlukan dalam

Sumber : Doorenbos dan Kassam (1979)

Page 20: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

20

mempertahankan turgor tanaman, serta diperlukan dalam pengaturan sel dan

jaringan yang mengalami pertumbuhan.

Air berada di dalam sel tanaman karena terikat pada persenyawaan-

persenyawaan kimia serta mempunyai fungsi mulai dari perkecambahan sampai

pada pembentukan bagian - bagian reproduktif (Kramer, 1980). Dalam

perkecambahan proses yang pertama terjadi adalah pengisian air ke dalam biji.

Setelah air masuk ke dalam biji air berfungsi sebagai perangsang metabolisme

dan sebagai pelarut dalam perombakan dan pengangkutan cadangan makanan ke

bakal batang dan bakal akar, sehingga biji dapat tumbuh. Setelah tanaman tumbuh,

air diperlukan dalam proses pengangkutan zat hara, sintesis karbohidrat, sintesis

protein, sebagai alat angkut zat makanan ke bagian tubuh tanaman yang lainnya,

dan untuk melarutkan garam-garam dalam tanah sehingga dapat diserap oleh

tanaman. Stadia perkecambahan merupakan stadia yang sangat peka terhadap

ketersediaan air tanah, kekurangan atau kelebihan air pada fase ini akan mengurangi

daya kecambah biji sehingga biji-biji tersebut terhambat pertumbuhannya (Jackson,

1979). Air merupakan bagian terbesar penyusun jaringan tumbuhan. Unsur - unsur

hara dari dalam tanah yang diperlukan tanaman harus dilarutkan dalam air sebelum

dihisap oleh akar tanaman dan selanjutnya diangkut keseluruh bagian tanaman oleh air

pula. Pertukaran gas dalam tanah dan udara juga memerlukan air untuk memberi

suplai O2 bagi akar dan mikroorganisme (Riche 2004). Air juga diperlukan dalam

proses asimilasi dan pengatur suhu (Harjadi, 1985). Setiap proses metabolisme

tanaman secara langsung atau tidak dipengaruhi oleh ketersediaan air. Hal ini diperkuat

oleh hasil penelitian Rhine (2006), bahwa terdapat pengaruh negatif yang nyata antara

perlakuan pemberian air yang kurang

Page 21: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

21

dengan fase pertumbuhan kedelai. Pada kondisi kekurangan air, hasil kedelai

menurun 17−43% , pada fase vegetatif dan 50 − 56% pada fase reproduktif

(Oosterhuis et al.1990).

Setiap periode pertumbuhan tanaman bersifat spesifik terhadap kebutuhan air

yang dinyatakan dengan nilai Kc (koefisien tanaman) yang berbeda-beda tergantung

jenis dan periode pertumbuhan tanaman.

2.6. Peranan Air pada Tanaman Kedelai

Masalah air bagi tanaman pangan terutama Tanaman Kedelai tidak hanya

didominasi oleh daerah beriklim kering. Di daerah beriklim basah pun air merupakan

faktor yang menentukan terhadap tingkat pertumbuhan dan produksi tanaman.

Keberhasilan suatu kegiatan pertanian sangat ditentukan oleh perimbangan antara

jumlah air yang tersedia di lahan dengan jumlah air yang dibutuhkan tanaman

selama masa pertumbuhannya. Jumlah air yang tersedia pada suatu lahan pertanian

dapat dilihat dari kondisi curah hujan, sedangkan jumlah air yang dibutuhkan oleh

tanaman dapat digambarkan dengan jumlah air yang dibutuhkan untuk evapotranspirasi

(Heryani et al., 2000).

Air merupakan bagian terbesar penyusun jaringan tumbuhan. Unsur - unsur

hara dari dalam tanah yang diperlukan tanaman harus dilarutkan dalam air sebelum

dihisap oleh akar tanaman dan selanjutnya diangkut keseluruh bagian tanaman oleh

air pula. Pertukaran gas dalam tanah dan udara juga memerlukan air untuk memberi

suplai O2 bagi akar dan mikroorganisme (Riche 2004). Air juga diperlukan dalam

proses asimilasi dan pengatur suhu (Harjadi, 1985). Selanjutnya dikatakan bahwa

hampir setiap proses metabolisme tanaman secara langsung atau tidak langsung

Page 22: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

22

dipengaruhi oleh ketersediaan air. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Rhine (2006),

bahwa terdapat pengaruh negatif yang nyata antara perlakuan pemberian air yang

kurang dengan fase pertumbuhan kedelai. Pada kondisi kekurangan air, hasil kedelai

menurun 17−43% , pada fase vegetatif dan 50 − 56% pada fase reproduktif

(Oosterhuis et al.1990).

Proses perkecambahan yang pertama terjadi penyerapan air karena imbibisi oleh

sel dalam biji, selanjutnya air berfungsi sebagai pelarut dalam perombakan

cadangan makanan ke bakal batang dan bakal akar sehingga biji dapat berkecambah

(Harjadi, 1979).

2.7. Waktu Tanam Tanaman Kedelai

Tanaman kedelai biasanya ditanam pada lahan kering (tegalan) atau tanah

persawahan. Pengolahan tanah bagi pertanaman kedelai di lahan kering sebaiknya

dilakukan pada akhir musim kemarau atau awal musim hujan, sedangkan pada lahan

sawah, umumnya dilakukan pada musim kemarau (Marcha,2007). Pemilihan waktu

tanam kedelai ini harus tepat, tetapi waktu tanam yang tepat pada masing - masing

daerah sangat berbeda. Menurut Yuliana, (2011), umur kedelai sesuai varietas yang

dianjurkan berkisar antara 75 - 120 hari, maka sebaiknya kedelai ditanam menjelang

akhir musim penghujan, yakni saat tanah agak kering tetapi masih mengandung

cukup air. Bila tanaman kedelai ditanam di tanah tegalan, waktu tanam terbaik adalah

permulaan musim penghujan. kedelai yang ditanam dilahan sawah dengan irigasi,

dapat ditanam pada awal sampai pertengahan musim kemarau.

Page 23: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

23

2.8. Konsep Neraca Air di bidang Pertanian

Karakteristik hujan dan tingkat evaporasi yang tinggi di daerah tropis

merupakan masalah utama. Karakteristik curah hujan menyangkut : intensitas,

lamanya, dan frekuensi hujan. Intensitas curah hujan cenderung tinggi di daerah tropis,

namun dalam banyak hal pola curah hujannya kurang cocok untuk pertanian (Jackson,

1979). Sebagian air yang disimpan didalam tanah saat hujan, diuapkan ke udara dari

permukaan tanah (evaporasi) dan sebagian lagi tersedia untuk tanaman. Sebagian besar

dari air masuk ke tanaman melalui akar diuapkan melalui daun dan batang (transpirasi),

dan hanya sebagian kecil saja yang digunakan untuk metabolisme tanaman. Kombinasi

evaporasi dari permukaan tanah dan transpirasi dari tanaman adalah yang biasa disebut

evapotranspirasi, menunjukkan aliran balik air dari bumi ke atmosfer dan begitu pula

sebaliknya melalui curah hujan. Evaporasi merupakan proses fisika dimana penentuan

nilainya menyangkut semua parameter fisik seperti; suhu udara, kelembaban, radiasi, air

dan komponen tanah (Usman, 1980).

Melihat karakter curah hujan pada bulan-bulan tertentu seperti; lamanya,

intensitas, dan frekwensi serta elemen dalam sistem perpindahan dari atmosfer-tanah-

tanaman, tidak memungkinkan untuk menyatakan dengan tepat saat bulan-bulan basah.

Curah hujan tidak menunjukkan keadaan iklim, kelembaban dan kekeringan pada suatu

daerah karena kehilangan air akibat transpirasi dan evaporasi tidak konstan sepanjang

tahun, kelembaban dan kekeringan hanya dapat ditunjukkan dengan membandingkan

distribusi curah hujan sepanjang tahun dengan evapotranspirasi musiman sebagai proses

penerimaan dan pelepasan air. Evapotranspirasi aktual sari pertananaman tergantung

pada iklim yang juga dihubungkan dengan jenis tanaman dan faktor – faktor tanah,

Page 24: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

24

antara lain tipe dan stadium pertumbuhan tanaman, pengolahan tanah, jenis tanah,

dan kandungan air tanah.

Evaporasi potensial lebih konstan dari tahun ke tahun daripada curah hujan

sebab adanya variasi yang kecil dari energi matahari. Variasi awal jatuhnya curah

hujan pada daerah yang sering mengalami keadaan kekurangan air, mempunyai arti

yang sangat penting dimana persiapan persemaian, perkecambahan dan awal

pertumbuhan tanaman sangat tergantung pada jumlah, frekuensi dan distribusi curah

hujan awal tersebut. Awal periode pertumbuhan dimulai saat curah hujan sama dengan

setengah dari evapotraspirasi potensial. Keadaan ini juga menunjukkan bahwa jumlah

air yang dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan awal tanaman jauh dibawah

tingkat evapotranspirasi potensialnya (Oldeman dan Frere, 1982).

Variasi musiman dari curah hujan dan evaporasi dapat digambarkan dalam

pengertian ”water balance” (keseimbangan air) digunakan oleh Thornthwaite dan

Mather dalam Sumiana (2007), Adi(2010), dan Rusmayadi (2011). Persamaan ini

menggunakan input hanya dari curah hujan saja. Pada metode ini semua aliran masuk

dan keluarnya air serta nilai kapasitas cadangan air tanah pada lokasi tanaman tertentu

digunakan untuk mendapatkan besarnya kadar air tanah.

Masalah air bagi tanaman pangan tidak hanya didominasi oleh daerah beriklim

kering. Di daerah beriklim basahpun air merupakan faktor yang menentukan terhadap

tingkat pertumbuhan dan produksi tanaman. Keberhasilan suatu kegiatan pertanian

sangat ditentukan oleh perimbangan antara jumlah air yang tersedia di lahan dengan

jumlah air yang dibutuhkan tanaman selama masa pertumbuhannya. Jumlah air yang

tersedia pada suatu lahan pertanian dapat dilihat dari kondisi curah hujan, sedangkan

Page 25: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

25

jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman dapat digambarkan dengan jumlah air yang

dibutuhkan untuk evapotranspirasi (Heryani et al., 2000).

Jumlah air yang tersedia dan jumlah air yang dibutuhkan akan mengalami

fluktuasi dari waktu ke waktu, sehingga pada suatu peiode dapat terjadi kelebihan air

dan pada periode lainnya dapat terjadi kekurangan air bagi tanaman. Informasi tentang

kelebihan dan kekurangan air tersebut sangat membantu dalam menyusun

perencanaan di lahan pertanian, di samping itu tanah juga mempunyai peranan penting

terhadap ketersediaan air bagi tanaman.

Penelitian analisis neraca air pernah dilakukan di Bali dengan hasil analisisnya

hanya secara umum. Selain itu hal yang menarik untuk daerah ini ditinjau dari sisi

iklimnya adalah bahwa wilayah Bali mempunyai mempunyai kondisi iklim yang

berbeda, dimana bagian utara adalah wilayah yang sangat rentan kekeringan dan sangat

signifikan pengaruh El-Nino, bagian tengah adalah wilayah transisi dan merupakan

daerah pegunungan, dan bagian selatan adalah wilayah yang lebih basah karena

pengaruh angin monsoon baratan yang membawa uap air dalam jumlah besar terutama

pada bulan November-Maret (Daryono, 2002).

Berbagai usaha dilakukan untuk mengurangi resiko kegagalan pertanian

diantaranya adalah dengan menyusun informasi potensi waktu tanam terutama bagi

tanaman semusim. Metode Thornthwaite dan Mather dalam Sumiana, 2007 merupakan

salah satu metode pendekatan yang umum digunakan untuk mengetahui tingkat

ketersediaan air lahan pertanian guna menentukan potensi dan waktu tanam tanaman

kedelai. Dalam perhitungan neraca air tanah diperlukan data suhu udara di lokasi

daerah tersebut untuk menentukan besar kecilnya Evapotranspirasi (ETo).

Page 26: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

26

Saat curah hujan melebihi evaporasi potensial, maka cadangan kelembaban

air tanah terisi. Saat tercapainya keadaan kapasitas lapang (nilainya bervariasi

tergantung karakteristik tanah dan perakaran) maka curah hujan itu disebut surplus.

Jika curah hujan lebih rendah dari kebutuhan evaporasinya, maka cadangan

kelembaban tanah digunakan, dan saat tanah dibawah titik layu permanennya,

maka air tidak tersedia bagi tanaman. Konsep siklus hidrologi adalah bahwa jumlah

air di suatu luasan tertentu di hamparan bumi dipengaruhi oleh masukan (input) dan

keluaran (output) yang terjadi. Kebutuhan air di kehidupan kita sangat luas dan

selalu diinginkan dalam jumlah yang cukup pada saat yang tepat. Penyusunan neraca

air di suatu tempat dan pada suatu tempat dimaksudkan untuk mengetahui jumlah

neto dari air yang diperoleh sehingga dapat diupayakan pemanfaatannya sebaik

mungkin. Neraca air merupakan perimbangan antara masukan (input) dan keluaran

(output) air di suatu tempat pada suatu saat atau periode tertentu. Dalam perhitungan

digunakan satuan tinggi air (mm, atau cm). Satuan waktu yang digunakan dapat dipilih

satuan harian, mingguan, dekade (10 harian), bulanan ataupun tahunan sesuai dengan

keperluan (Nuryadi, 2010).

Neraca air merupakan kebutuhan mutlak bagi tanaman. Jumlah air yang

dibutuhkan atau yang digunakan tanaman tergantung dari beberapa faktor lingkungan

(iklim dan tanah) serta tanaman (jenis, pertumbuhan, dan fase perkembangan).

Fluktuasi ketersediaan air tanah dari bulan ke bulan dapat diketahui dengan

menggunakan metode neraca air. Kesimpulannya adalah bahwa ketersediaan air

sebanding dengan evapotranspirasi, dengan demikian pada taraf 50% dari maksimal

ketersediaan air antara kapasitas lapang dan titik layu permanen, evapotranspirasi

diasumsikan menurun sampai tingkat 50% dari potensialnya.

Page 27: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

27

Perbedaan antara evaporasi potensial dan aktual dinyatakan dalam defisit. (Jackson,

1979).

Secara sederhana dalam perhitungan keseimbangan air, asumsi yang sering

digunakan adalah bahwa semua curah hujan yang disebut hujan efektif mengalami

infiltrasi kedalam tanah / dapat dikatakan tidak ada limpasan permukaan, Hujan efektif

(efective rainfall) atau hujan berlebihan (excess rainfall) adalah bagian dari hujan

yang menjadi aliran langsung di sungai.

Hujan efektif adalah sama dengan hujan total yang jatuh di permukaan

tanah dikurangi dengan kehilangan air atau abstraksi yang meliputi air yang hilang

karena terinfiltrasi, tertahan dalam cekungan-cekungan di permukaan tanah

(depression storage) dan akibat adanya penguapan. surplus hanya terjadi apabila

kapasitas lapang tanah telah tercapai atau defisit terjadi apabila kapasitas lapang tanah

belum tercapai (Widiyanto, 1981).

Page 28: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

28

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

Pertanian lahan kering di di daerah Kubutambahan memiliki potensi yang

untuk di budidayakan Kedelai. Permasalahan utama pada lahan kering adalah

terbatasnya ketersediaan sumber daya air, di samping kondisi lingkungan tanah yang

kurang subur. Petani kedelai bertanam hanya berdasarkan pengalaman turun

temurun dan tidak intensif, juga saat ini petani tidak dan atau belum memanfaatkan

informasi iklim secara optimal. Kondisi ini menyebabkan produksi pertanian

menjadi rendah.

Curah hujan dan neraca air yang terjadi saat ini telah mengalami perubahan,

sehingga dibutuhkan informasi mengenai perubahan pola curah hujan dan neraca air

untuk perencanaan pertanian yang lebih baik dan Informasi Neraca Air jika

dimanfaatkan petani akan mengetahui waktu tanam yang tepat dan cara bertanam secara

intensif maka kebutuhan air tanaman kedelai akan terpenuhi sehingga tidak terjadi

kekeringan pada tanaman kedelai. Pemanfaatan informasi perubahan pola curah hujan

dan informasi surplus dan defisit air tanah dalam pola tanam, akan meningkatkan

pertumbuhan dan produksi tanaman. Meningkatnya produksi pertanian akan

meningkatkan pendapatan petani. Diagram kerangka berfikir dapat dilihat pada

Gambar 3.1.

Page 29: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

29

Gambar 3.1 Diagram kerangka berpikir

Lahan kering di daerahKubutambahan

Sumber air terbatas

Irigasitdk ada

Curah hujan

Lahan marginal

Waktu tanam dan cara bercocok tanam menurut pengalaman saja

Gagal panen / produksi rendah

Pendapatan petani rendah

Sumber air terbatas

Irigasi tdk ada

Mengetahui Curah hujan

Lahan marginal

Waktu tanam tepat, cara bertanam dengan Intensifikasi

Kebutuhan Air Lebih Terpenuhi

produksi meningkat

Pendapatan petani meningkat

Tanpa memanfaatkan informasi Neraca Air Dengan memanfaatkan

informasi Neraca Air

Kebutuhan Air tidak terpenuhi

Page 30: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

30

3.2 Kerangka Konsep Penelitian

Penelitian ini diawali dengan melakukan survei kelokasi penelitian, mengambil

sampel tanah, wawancara dengan petani setempat guna mengetahui kapan waktu tanam,

pemberian air. Langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan kebutuhan air

tanaman periode 15 tahun dari 1981 – 1995 dan 15 tahun berikutnya yakni 1996 -

2010, dilakukan analisa keseimbangan kebutuhan air tanaman dengan persediaan air

tanaman untuk menentukan waktu tanam. Kebutuhan air yang dihitung adalah

kebutuhan air tanaman dengan metode pendugaan.

Tahap berikutnya adalah mengetahui persediaan air dari curah hujan yang

didapat dari penakar curah hujan yang terdapat pada lokasi penelitian (ETo). Curah

hujan efektif diperoleh dengan cara mengalikan antara curah hujan total setiap setengah

bulan dengan prosentase keefektifan curah hujan. Hujan efektif dihitung dengan

menggunakan metode konservasi tanah USDA (Departemen Pekerjaan Umum Provinsi

Bali, 1995).

Tahapan terakhir adalah melakukan analisa penentuan waktu tanam. Dalam hal

ini akan dicari alternatif waktu tanam yang terbaik di daerah penelitian yang didasarkan

kepada keseimbangan antara persediaan air tanaman dengan kebutuhan air tanaman

tersebut. Waktu tanam yang diperoleh pada masing-masing periode yaitu periode I

tahun 1981 – 1995 dan periode II tahun 1996 – 2010 dibandingkan untuk mengetahui

apakah ada pergeseran waktu tanam. Selanjutnya dicari bulan-bulan sebagai alternatif

waktu tanam. Kerangka Konsep Penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Page 31: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

3.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dirumuskan, maka hipotesis

penelitian ini dapat dikemukakan

1. Pola curah hujan di daerah Kubutambahan

1995 dan periode 1996

2. Persediaan di daerah kubutambahan

musim hujan dan mencukupi pada awal musim hujan.

3. Sesuai zone musim, wa

bulan Nopember.

Gambar 3.2. Kerangka Konsep

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dirumuskan, maka hipotesis

dikemukakan sebagai berikut :

ah hujan di daerah Kubutambahan, Kabupaten Buleleng periode 1981

1995 dan periode 1996 - 2010 mengalami perubahan.

di daerah kubutambahan tidak mencukupi pada penanaman akhir

musim hujan dan mencukupi pada awal musim hujan.

Sesuai zone musim, waktu tanam yang tepat adalah awal musim hujan pada

31

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dirumuskan, maka hipotesis

, Kabupaten Buleleng periode 1981-

pada penanaman akhir

ktu tanam yang tepat adalah awal musim hujan pada

Page 32: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

32

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan memerlukan data primer dan sekunder. Data

primer diperoleh dengan melakukan observasi langsung dilapangan, dilokasi

penelitian. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Kantor Balai Besar Meteorologi

Klimatologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar. Data yang digunakan adalah data

selama 15 tahun yaitu dari tahun 1996 – 2010. Data tersebut kemudian dianalisis

berdasarkan rumus neraca air untuk menentukan waktu tanam.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di daerah Kubutambahan, Kabupaten Buleleng. Daerah

Kubutambahan posisi geografisnya terletak pada 08003’37 10” LS - 08012’3739” LS

dan 115009’43” BT - 115013’22 BT dengan ketinggian sekitar 50 meter diatas

permukaan laut (dpl).

Gambar 4.1 Lokasi Penelitian

Page 33: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

33

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Pebruari 2013 sampai dengan bulan

April 2013.

4.3. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas mengenai jenis tanaman, waktu tanam dan kondisi tanah

yang merupakan data primer. Ruang lingkup dibatasi hanya sampai yang

berhubungan dengan pola curah hujan dan ketersediaan air dan kebutuhan air tanaman,

sedangkan data tambahan lainnya diperoleh dari sumber - sumber pustaka.

4.4. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa data iklim, yang meliputi

curah hujan harian dan bulanan, hasil pengamatan Pos Hujan Kubutambahan,

selama 30 tahun (1981 – 2010), terdapat pada lampiran 1, suhu udara didaerah

Kubutambahan diperoleh dari konversi suhu udara terhadap ketinggian. Didaerah

Kubutambahan tidak ada pengamatan suhu maka sebagai acuan adalah hasil

pengamatan di Stasiun Meteorologi Klas I Ngurah Rai di Tuban. (Lampiran 3).

4.5. Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini adalah dengan survai lokasi penelitian,

pengambilan sampel tanah untuk mengetahui sifat fisik tanah yakni kadar air, tektur

tanah, kemudian wawancara dengan petani setempat meliputi jenis tanaman, varietas,

waktu tanam yang dilakukan saat ini, dan juga hasil panen.

Page 34: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

34

Prosedur berikutnya adalah menghitung data curah hujan harian dan bulanan

yang didapat dari Pos Hujan Kubutambahan dengan merata-rata data curah hujan

selama 15 tahun yaitu periode tahun 1996 sampai 2010, sebagai berikut :

.........................................(1)

dimana :

M = Rata-rata curah hujan bulananMi = Jumlah curah hujan bulanan tahun ke-ii = 1, 2, 3, …….., nn = Jumlah data

Penghitungan konversi suhu terhadap ketinggian, karena di lokasi penelitian tidak

ada pengamatan suhu maka memakai suhu Stasiun Meteorologi Klas I Ngurah rai.

Setelah itu dimasukkan ke rumus - rumus Neraca Air metode Thornthwaite and Mather

yang dikemukakan oleh Purnomo (2007).

4.6. Analisis Data

Analisa data dilakukan dengan mempertemukan dua hal yaitu, mengetahui

kebutuhan air tanaman kedelai (ETc) dengan persediaan air tanaman kedelai (KSa) di

lokasi penelitian pada masing-masing musim tanam.

4.6.1. Penghitungan Kebutuhan Air Tanaman (ETc)

Kebutuhan air tanaman dihitung dengan menggunakan metode pendugaan

menurut Doorenbos dan Pruitt yang dikemukaan Purnomo (2007), besarnya

Page 35: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

35

pendugaan kebutuhan air tanaman (ETc) sama dengan nilai evapotranspirasi (ETo)

dikalikan dengan Koefisien tanaman (Kc) sesuai persamaan berikut :

ETc = Kc . ETo (mm / hari) ……………………………(2)

Dimana :

ETc = Evapotranspirasi tanaman / kebutuhan air tanaman (mm / hari)

Kc = Koefisien tanaman

ETo = Evapotranspirasi potensial (mm / hari)

Nilai Koefisien tanaman (Kc) untuk tanaman kedelai mengacu pada

(Doorenbos and Kassam, 1979 dalam Purnomo, 2007). ETo (Evapotranspirasi Standar)

dihitung dengan rumus :

ETo = 1,6 F (10 T/I )a ............................................................(3)

Dimana :

ETo : Evapotranspirasi Standar (mm/hari)

F : Faktor panjang hari (dari bulan ke bulan dalam setahun)

T : suhu rata-rata bulanan (0C)

I : akumulasi indeks panas dalam setahun (12 bulan) yaitu ∑(T/5)1.54

a : 0,675 x 10-6 x I3 - 0,771 x 10-4 x I2 + 0,01792 x I + 0,49239

ETc (Kebutuhan Air tanaman) dihitung setiap sepuluh harian, seperti pada

Lampiran 7 dan Lampiran 8.

4.6.2. Metode perhitungan Neraca Air Tanaman

Perhitungan Neraca Air Tanaman yang dilakukan sesuai dengan metode yang

mengacu pada metode Thornthwaite and Mather yang dikemukakan Purnomo, (2007)

Dalam perhitungan neraca air lahan, data masukan yang diperlukan yaitu :

Page 36: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

36

• Curah Hujan;

• Evapotranspirasi potensial (ETo);

• Kandungan air tanah yang disediakan untuk tumbuh dalam hal ini adalah

Curah Hujan efektif atau Ketersediaan air (KSa) dengan rumus :

CHe = 0,75 .(0.82X – 30)....................................................... (4)

Ket :

CHe = Curah hujan efektif (mm/hari)

X = Curah hujan rata-rata bulanan (mm/bulan);

Jika X < dari 30 rumusnya adalah

Cheff = 0,75 . X ...........................................................(5)

Untuk pengolahan dan analisis neraca air dasarian digunakan Metode

Thornthwaite dan Mather dalam Purnomo (2007) dengan langkah – langkah sebagai

berikut :

1. Mengisi kolom curah hujan (CH) rata-rata bulanan;

2. Mengisi kolom evapotranspirasi potensial (ETo).

3. Mengisi kolom Koefisien Tanaman (Kc) yang didapat dari Doorenboss dan

Kassam (1979)

4. Mengisi kolom ETc yang merupakan hasil perkalian antara Kc dan ETo,

ETc merupakan kebutuhan air konsumtif untuk tanaman pada masa

pertumbuhan hingga panen. Rumus ETc = ETo . Kc

5. Mengisi kolom Curah hujan efektif yang merupakan hasil kali curah hujan

total setiap dasarian dikalikan keefektifan (%).

6. Mengisi kolom Surplus dan Defisit, yang merupakan pengurangan

Page 37: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

37

KSa-ETc. Bila curah hujan efektif (Ksa) lebih tinggi dibanding (ETc) maka

air yang dibutuhkan untuk fase pertumbuhan terpenuhi, begitu pula

sebaliknya.

7. Selanjutnya dilakukan analisis waktu tanam yang tepat dengan

membandingkan antara ketersediaan air (KSa) tanaman dan kebutuhan air

(ETc) tanaman, dengan membuat grafik hubungan keduanya.

Untuk menghindari kesalahan dalam perhitungan ETo, maka untuk perhitungan

ini digunakan program perhitungan dengan menggunakan Microsoft Excel agar

diperolah perhitungan yang lebih teliti ( Lampiran 4 ).

4.6.3. Penentuan Waktu Tanam

Berdasarkan penghitungan diatas dapat ditentukan persediaan air (KSa) yang

dapat memenuhi kebutuhan air (ETc) tanaman kedelai selama masa

pertumbuhannya. Penentuan waktu tanam yang tepat adalah waktu dimana selama

masa pertumbuhannya terpenuhi kebutuhan airnya, sedangkan waktu tanam yang tidak

tepat adalah persediaan air tidak dapat memenuhi kebutuhan air tanaman selama

masa pertumbuhannya.

Page 38: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

38

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Hasil Survei di Daerah Penelitian.

Hasil survei di tempat penelitian adalah petani bertanam kedelai hanya

sekali dalam setahun yakni pada awal bulan Desember saja. Petani bertanam

kedelai berdasarkan pengalaman turun temurun, varietas yang ditanam adalah

varietas wilis, dan hasil panen kurang dari yang diinginkan petani. Hasil panen

kedelai 7,1 kwintal/ha, dibanding tahun 2012 terjadi penurunan 0,9

kwintal/ha, (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Buleleng),

luas lahan pertanian di daerah Kubutambahan juga semakin sempit dikarenakan

banyak dibangun rumah-rumah dan hotel-hotel, waktu tanam tanaman kedelai yang

dilakukan awal bulan Desember dan dipanen bulan Pebruari.

5.2 Curah Hujan

Curah hujan di Kubutambahan memiliki pola monsoon (Gambar 5.1) dengan

curah hujan tertinggi jatuh pada bulan Pebruari sebesar 376 mm. Bulan paling

kering tanpa ada turun hujan jatuh pada bulan September. Sehingga dapat

dinyatakan bahwa curah hujan maksimum di Kubutambahan jatuh pada bulan

Pebruari dan minimumnya terjadi pada bulan September pada setiap tahunnya.

Sedangkan rata-rata total curah hujan dalam setahun di Kubutambahan 1313 mm.

Aldrian, (2011) menyatakan bahwa bila suatu daerah sudah terjadi curah hujan

150 mm per bulan atau 50 mm per dasarian maka daerah tersebut telah memasuki

Page 39: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

39

musim hujan, sebaliknya jika daerah tersebut sudah terjadi curah hujan 150 mm

per bulan atau 50 mm per dasarian, maka daerah tersebut telah memasuki musim

kemarau. Berdasarkan acuan pendapat ini maka daerah Kubutambahan periode

musimnya dapat diketahui.

Rata-rata curah hujan 150 mm/bulan di Kubutambahan terjadi antara bulan

Desember hingga Maret pada semua dasarian, sehingga pada periode tersebut di daerah

Kubutambahan akan mengalami musim hujan. Sedangkan rata-rata curah hujan

150 mm/bulan terjadi pada bulan April hingga Nopember, Sehingga pada

periode ini, daerah Kubutambahan mengalami musim kemarau.

Gambar 5.1. Pola curah hujan di Kubutambahan

Page 40: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

40

5.3. Suhu

Daerah Kubutambahan tidak terdapat pengamatan suhu udara, sementara

dalam perhitungan Evapotranspirasi Potensial (ETo) dengan metoda Thornthwaite

memerlukan input data rata-rata suhu udara. Sehingga untuk membangkitkan

data suhu di Kubutambahan digunakan metoda Barry & Chorley tentang

penurunan suhu udara terhadap peningkatan ketinggian (Purnomo, 2007). Tabel

5.1. adalah hasil data suhu udara di Kubutambahan (50 meter dpl) yang

dibangkitkan dari data suhu acuan pada Stasiun Ngurah Rai (3 meter dpl) dapat

dilihat pada lampiran 3. Suhu udara rata-rata maksimum periode I tahun 1981 –

1995 jatuh pada bulan Desember, sementara suhu udara rata-rata minimum jatuh

pada bulan Juli. Suhu udara rata-rata maksimum periode II tahun 1996 – 2010 jatuh

bulan Pebruari, sementara suhu udara rata - rata minimum jatuh bulan Agustus.

Tabel 5.1 Konversi Suhu Udara Kubutambahan (0C)Tahun/Bulan Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des

Periode I 1981-1995 27,7 27,8 27,7 27,7 27,2 26,6 26,0 26,0 26,5 27,2 27,9 27,9

selisih dpl 47 47 47 47 47 47 47 47 47 47 47 47

suhu konversi 27,4 27,5 27,4 27,4 26,9 26,3 25,7 25,7 26,2 26,9 27,6 27,6

Periode II 1996-2010 27,2 27,9 27,6 27,5 27,1 26,6 26,1 25,9 26,4 26,8 27,5 27,7selisih dpl 47 47 47 47 47 47 47 47 47 47 47 47suhu konversi 26,9 27,6 27,3 27,2 26,8 26,3 25,8 25,6 26,0 26,5 27,2 27,4

5.4 Evapotranspirasi potensial (ETo)

Setelah dihitung berdasarkan data iklim yang tersedia, diperoleh nilai

evapotranspirasi potensial (ETo) didaerah Kubutambahan dari bulan Januari

sampai Desember yang disajikan pada Tabel 5.2, sedangkan data perhitungan

selengkapnya disajikan pada Lampiran 4.

Page 41: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

41

Tabel 5.2. Tabel ETo Periode I dan Periode II (mm/hr)

Sts / Periode Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des

Kubutambahan

Periode I (1981-1995)

Kubutambahan

Periode I (1996-2010)

5,45,2 5,3 5,1 5,0 4,5 4,2 3,8 3,9 4,2 4,9 5,3

5,55,0 5,6 5,2 5,1 4,7 4,3 3,7 3,9 4,3 5,1 5,6

5.5 Penghitungan Nilai Koefisien Tanaman (Kc).

Koefisien tanaman (Kc) pada Penelitian ini, nilai koefisien tanaman (Kc)

kedelai belum menggunakan hasil penelitian setempat, hal ini disebabkan karena

penelitian mengenai koefisien tanaman pada lokasi penelitian belum ada.

Suroso, (2008) menyatakan nilai koefisien tanaman kedelai

direkomendasikan oleh kritera perencanaan irigasi seperti terlihat pada Tabel 5.3.

yang disesuaikan dengan umur tanaman. Nilai koefisien tanaman kedelai

diperhitungkan setiap setengah bulan, tetapi disesuaikan penghitungan setiap

dasarian atau 10 harian disajikan dalam Tabel 5.4.

Tabel 5.3 Koefisien Tanaman (kc) tanaman Palawija

SetengahKedelai Jagung Kac.tanah Bawang Buncis

bulan ke

1 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5

2 0,75 0,59 0,51 0,51 0,64

3 0,8 0,96 0,66 0,69 0,89

4 1,05 1,05 0,85 0,9 0,95

5 0,8 1,02 0,95 0,95 0,88

6 0,45 0,95 0,95

7 0,55

8 0,55

Page 42: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

42

Tabel 5.4 Penyesuaian nilai Kc terhadap stadia tumbuh kedelai (dasarian)

Setengahkedelai

sepuluhkedelai

bulan ke hari ke

1 15 0.5 1 10 0.502 15 0.75 2 10 0.633 15 0.8 3 10 0.754 15 1.05 4 10 0.805 15 0.8 5 10 0.936 15 0.45 6 10 1.057 7 10 0.808 8 10 0.639 9 10 0.45

Hasil penyesuaian nilai Kc pada Tabel 5.4 diatas kemudian dihitung dalam

setahun dua kali tanam, perkiraan waktu tanam kedelai dalam penelitian ini adalah

awal Nopember sampai panen yakni akhir bulan Januari. Perhitungan Kc disajikan

dalam Lampiran 5.

5.6 Penghitungan Kebutuhan Air Tanaman (ETc)

Kebutuhan air tanaman (ETc) diperoleh dengan cara mengalikan nilai

evapotranspirasi potensial (ETo) dengan nilai koefisien tanaman (Kc) (Doorenbos

dan Pruitt, 1979). Sesuai dengan rumus (2), untuk menghitung kebutuhan air

tanaman kedelai diperlukan data nilai koefisien tanaman kedelai (Kc) yang di

peroleh dari Doorenbos dan Kassam (1979) dan telah disesuaikan dengan umur

tanaman kedelai 90 hari. Hasil perhitungan lengkap dari kebutuhan air tanaman

kedelai di daerah Kubutambahan ini disajikan pada Lampiran 6 dan 7.

Penanaman kedelai diasumsikan di Kubutambahan dilakukan sebanyak

setahun dua kali yaitu pada awal musim hujan dan akhir musim hujan, disajikan

pada Tabel 5.5 dan Tabel 5.6.

Page 43: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

43

Tabel 5.5 Kebutuhan Air Tanaman (ETc) Periode Penanaman I Tahun 1981-1995Bulan/ Hari ETo Kc ETc / Bulan/ Hari ETo Kc ETc /

Dasarian hari dasarian Dasarian hari dasarian

Nop I 10 5,4 0,50 2,7 26,8 Des I 10 5,3 0,50 2,6 26,3

Nop II 10 5,4 0,63 3,4 33,5 Des II 10 5,3 0,63 3,3 32,8

Nop III 10 5,4 0,75 4,0 40,2 Des III 11 5,3 0,75 3,9 43,3

Des I 10 5,3 0,80 4,2 42,0 Jan I 10 5,2 0,80 4,1 41,4

Des II 10 5,3 0,93 4,9 48,6 Jan II 10 5,2 0,93 4,8 47,8

Des III 11 5,3 1,05 5,5 60,6 Jan III 11 5,2 1,05 5,4 59,7

Jan I 10 5,2 0,80 4,1 41,4 Peb I 10 5,3 0,80 4,2 42,0

Jan II 10 5,2 0,63 3,2 32,3 Peb II 10 5,3 0,63 3,3 32,8

Jan III 11 5,2 0,45 2,3 25,6 Peb III 8 5,3 0,45 2,4 18,9

total 351,1 total 345,0

Bulan/ Hari ETo Kc ETc / Bulan/ Hari ETo Kc ETc /

Dasarian hari dasarian Dasarian hari dasarian

Nop II 10 5,4 0,50 2,7 26,8 Des II 10 5,3 0,50 2,6 26,3

Nop III 10 5,4 0,63 3,4 33,5 Des III 11 5,3 0,63 3,3 36,1

Des I 10 5,3 0,75 3,9 39,4 Jan I 10 5,2 0,75 3,9 38,8

Des II 10 5,3 0,80 4,2 42,0 Jan II 10 5,2 0,80 4,1 41,4

Des III 10 5,3 0,93 4,9 48,6 Jan III 11 5,2 0,93 4,8 52,6

Jan I 10 5,2 1,05 5,4 54,3 Peb I 10 5,3 1,05 5,5 55,1

Jan II 10 5,2 0,80 4,1 41,4 Peb II 10 5,3 0,80 4,2 42,0

Jan III 11 5,2 0,63 3,2 35,6 Peb III 8 5,3 0,63 3,3 26,3

Peb I 10 5,3 0,45 2,4 23,6 Mar I 10 5,0 0,45 2,2 22,4

total 345,1 total 340,9

Bulan/ Hari ETo Kc ETc / Bulan/ Hari ETo Kc ETc /

Dasarian hari dasarian Dasarian hari dasarian

Nop III 10 5,4 0,50 2,7 26,8 Des III 11 5,3 0,50 2,6 26,3

Des I 10 5,3 0,63 3,3 32,8 Jan I 10 5,2 0,63 3,2 32,3

Des II 10 5,3 0,75 3,9 39,4 Jan II 10 5,2 0,75 3,9 38,8

Des III 11 5,3 0,80 4,2 46,2 Jan III 11 5,2 0,80 4,1 45,5

Jan I 10 5,2 0,93 4,8 47,8 Peb I 10 5,3 0,93 4,9 48,6

Jan II 10 5,2 1,05 5,4 54,3 Peb II 10 5,3 1,05 5,5 55,1

Jan III 11 5,2 0,80 4,1 45,5 Peb III 8 5,3 0,80 4,2 33,6

Peb I 10 5,3 0,63 3,3 32,8 Mar I 10 5,0 0,63 3,1 31,1

Peb II 10 5,3 0,45 2,4 23,6 Mar II 10 5,0 0,45 2,2 22,4

total 349,3 total 333,6

Page 44: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

44

Hasil perhitungan diatas (tabel 5.5) menunjukkan bahwa kedelai yang

ditanam pada Nop I – Des III masing-masing kebutuhan airnya adalah 351,1 mm,

345,1 mm, 349,3 mm, 345,0 mm, 340,9 mm, 333,6 mm.

. Kebutuhan air tanaman kedelai periode I tahun 1981-1995 tertinggi adalah

jatuh pada Nopember dasarian I dan kebutuhan air tanaman kedelai terendah adalah

pada Desember dasarian III.

Tabel 5.6 Kebutuhan Air Tanaman (ETc) Periode Penanaman II Tahun 1981-1995Bulan/ Hari ETo Kc Bulan/ Hari ETo KcDasarian hari dasarian Dasarian hari dasarianMar I 10,0 5,0 0,5 2,5 24,9 Apr I 10,0 4,9 0,5 2,4 24,3Mar II 10,0 5,0 0,6 3,1 31,1 Apr II 10,0 4,9 0,6 3,0 30,4Mar III 11,0 5,0 0,8 3,7 41,0 Apr III 10,0 4,9 0,8 3,6 36,5Apr I 10,0 4,9 0,8 3,9 38,9 Mei I 10,0 4,5 0,8 3,6 35,7Apr II 10,0 4,9 0,9 4,5 45,0 Mei II 10,0 4,5 0,9 4,1 41,3Apr III 10,0 4,9 1,1 5,1 51,1 Mei III 11,0 4,5 1,1 4,7 51,6Mei I 10,0 4,5 0,8 3,6 35,7 Jun I 10,0 4,1 0,8 3,3 33,2Mei II 10,0 4,5 0,6 2,8 27,9 Jun II 10,0 4,1 0,6 2,6 25,9Mei III 11,0 4,5 0,5 2,0 22,1 Jun III 10,0 4,1 0,5 1,9 18,7total 317,7 total 297,6

Bulan/ Hari ETo Kc Bulan/ Hari ETo KcDasarian hari dasarian Dasarian hari dasarianMar II 10,0 5,0 0,5 2,5 24,9 Apr II 10,0 4,9 0,5 2,4 24,3Mar III 11,0 5,0 0,6 3,1 34,2 Apr III 10,0 4,9 0,6 3,0 30,4Apr I 10,0 4,9 0,8 3,6 36,5 Mei I 10,0 4,5 0,8 3,4 33,5Apr II 10,0 4,9 0,8 3,9 38,9 Mei II 10,0 4,5 0,8 3,6 35,7Apr III 10,0 4,9 0,9 4,5 45,0 Mei III 11,0 4,5 0,9 4,1 45,5Mei I 10,0 4,5 1,1 4,7 46,9 Jun I 10,0 4,1 1,1 4,4 43,6Mei II 10,0 4,5 0,8 3,6 35,7 Jun II 10,0 4,1 0,8 3,3 33,2Mei III 11,0 4,5 0,6 2,8 30,7 Jun III 10,0 4,1 0,6 2,6 25,9Jun I 10,0 4,1 0,5 1,9 18,7 Jul I 10,0 3,9 0,5 1,7 17,4total 311,5 total 289,5

ETc / ETc /

ETc /ETc /

Page 45: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

45

Lanjutan Tabel 5.6 Kebutuhan Air Tanaman (ETc) Periode Penanaman II 1981-1995

Bulan/ Hari ETo Kc Bulan/ Hari ETo KcDasarian hari dasarian Dasarian hari dasarianMar III 11,0 5,0 0,5 2,5 27,4 Apr III 10,0 4,9 0,5 2,4 24,3Apr I 10,0 3,8 0,6 2,4 23,7 Mei I 10,0 4,5 0,6 2,8 27,9Apr II 10,0 3,8 0,8 2,8 28,4 Mei II 10,0 4,5 0,8 3,4 33,5Apr III 10,0 3,8 0,8 3,0 30,3 Mei III 11,0 4,5 0,8 3,6 39,3Mei I 10,0 4,1 0,9 3,8 38,2 Jun I 10,0 4,1 0,9 3,8 38,4Mei II 10,0 4,1 1,1 4,3 43,4 Jun II 10,0 4,1 1,1 4,4 43,6Mei III 11,0 4,1 0,8 3,3 36,4 Jun III 10,0 4,1 0,8 3,3 33,2Jun I 10,0 4,9 0,6 3,1 30,6 Jul I 10,0 3,9 0,6 2,4 24,2Jun II 10,0 4,9 0,5 2,2 22,0 Jul II 10,0 3,9 0,5 1,7 17,4total 280,4 total 281,7

ETc /ETc /

Hasil perhitungan diatas (Tabel 5.6) menunjukkan bahwa kedelai yang

ditanam pada Mar I – Apr III masing-masing kebutuhan airnya adalah 317,7 mm,

311,5 mm, 280,4 mm, 297,6 mm, 289,5 mm, 281,7 mm. Kebutuhan air tanaman

kedelai tertinggi adalah pada Maret dasarian I dan kebutuhan air tanaman kedelai

terendah adalah pada Maret dasarian III.

Periode II Tahun 1996-2010 juga dilakukan analisis seperti periode

sebelumnya, disajikan pada tabel 5.7. Periode penanaman kedua atau penanaman

pada akhir musim hujan antara bulan Maret dan bulan April disajikan pada

Tabel 5.8.

Hasil perhitungan (Tabel 5.7) menunjukkan bahwa kedelai yang ditanam

pada Nop I – Des III masing-masing kebutuhan airnya adalah 334,6 mm, 329,7 mm,

335,4 mm, 322,1 mm, 332,2 mm, 329,9 mm. Kebutuhan air tanaman kedelai

tertinggi adalah pada Nopember dasarian III dan kebutuhan air tanaman kedelai

terendah adalah pada Desember dasarian II.

Page 46: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

46

Tabel 5.7 Kebutuhan Air Tanaman (ETc) Periode Penanaman I Tahun 1996-2010Bulan/ Hari ETo Kc ETc / Bulan/ Hari ETo Kc ETc /

Dasarian hari dasarian Dasarian hari dasarian

Nop I 10 5,1 0,5 2,5 25,4 Des I 10 5,1 0,50 2,5 25,4

Nop II 10 5,1 0,6 3,2 31,8 Des II 10 5,1 0,63 3,2 31,8

Nop III 10 5,1 0,8 3,8 38,1 Des III 11 5,1 0,75 3,8 41,9

Des I 10 5,1 0,8 4,1 40,7 Jan I 10 3,9 0,80 3,1 31,2

Des II 10 5,1 0,9 4,7 47,0 Jan II 10 4,8 0,93 4,5 44,7

Des III 11 5,1 1,1 5,3 58,7 Jan III 11 4,8 1,05 5,1 55,9

Jan I 10 4,8 0,8 3,9 38,7 Peb I 10 4,8 0,80 3,9 38,7

Jan II 10 4,8 0,6 3,0 30,2 Peb II 10 5,3 0,63 3,3 33,3

Jan III 11 4,8 0,5 2,2 23,9 Peb III 8 5,3 0,45 2,4 19,2

total 334,6 total 322,1

Bulan/ Hari ETo Kc ETc / Bulan/ Hari ETo Kc ETc /

Dasarian hari dasarian Dasarian hari dasarian

Nop II 10 5,1 0,5 2,5 25,4 Des II 10 5,1 0,5 2,5 25,4

Nop III 10 5,1 0,6 3,2 31,8 Des III 11 5,1 0,6 3,2 35,0

Des I 10 5,1 0,8 3,8 38,1 Jan I 10 4,8 0,8 3,6 36,3

Des II 10 5,1 0,8 4,1 40,7 Jan II 10 4,8 0,8 3,9 38,7

Des III 10 5,1 0,9 4,7 47,0 Jan III 11 4,8 0,9 4,5 49,2

Jan I 10 4,8 1,1 5,1 50,8 Peb I 10 5,3 1,1 5,6 56,0

Jan II 10 4,8 0,8 3,9 38,7 Peb II 10 5,3 0,8 4,3 42,6

Jan III 11 4,8 0,6 3,0 33,2 Peb III 8 5,3 0,6 3,3 26,7

Peb I 10 5,3 0,5 2,4 24,0 Mar I 10 5,0 0,5 2,2 22,4

total 329,7 total 332,2

Bulan/ Hari ETo Kc ETc / Bulan/ Hari ETo Kc ETc /

Dasarian hari dasarian Dasarian hari dasarian

Nop III 10 5,1 0,5 2,5 25,4 Des III 11 5,1 0,50 2,5 28,0

Des I 10 5,1 0,6 3,2 31,8 Jan I 10 4,8 0,63 3,0 30,2

Des II 10 5,1 0,8 3,8 38,1 Jan II 10 4,8 0,75 3,6 36,3

Des III 11 5,1 0,8 4,1 44,7 Jan III 11 4,8 0,80 3,9 42,6

Jan I 10 4,8 0,9 4,5 44,7 Peb I 10 5,3 0,93 4,9 49,3

Jan II 10 4,8 1,1 5,1 50,8 Peb II 10 5,3 1,05 5,6 56,0

Jan III 11 4,8 0,8 3,9 42,6 Peb III 8 5,3 0,80 4,3 34,1

Peb I 10 5,3 0,6 3,3 33,3 Mar I 10 5,0 0,63 3,1 31,1

Peb II 10 5,3 0,5 2,4 24,0 Mar II 10 5,0 0,45 2,2 22,4

total 335,4 total 329,9.

Page 47: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

47

Tabel 5.8 Kebutuhan Air Tanaman (ETc) Periode Penanaman II Tahun 1996-2010

Bulan/ Hari ETo Kc Bulan/ Hari ETo KcDasarian hari dasarian Dasarian hari dasarianMar I 10 5,0 0,5 2,5 24,9 Apr I 10 4,9 0,50 2,4 24,3Mar II 10 5,0 0,6 3,1 31,1 Apr II 10 4,9 0,63 3,0 30,4Mar III 11 5,0 0,8 3,7 41,1 Apr III 10 4,9 0,75 3,7 36,5Apr I 10 4,9 0,8 3,9 38,9 Mei I 10 4,5 0,80 3,6 35,8Apr II 10 4,9 0,9 4,5 45,0 Mei II 10 4,5 0,93 4,1 41,4Apr III 10 4,9 1,1 5,1 51,1 Mei III 11 4,5 1,05 4,7 51,7Mei I 10 4,5 0,8 3,6 35,8 Jun I 10 4,2 0,80 3,3 33,3Mei II 10 4,5 0,6 2,8 28,0 Jun II 10 4,2 0,63 2,6 26,0Mei III 11 4,5 0,5 2,0 22,1 Jun III 10 4,2 0,45 1,9 18,7

318,1 298,1

Bulan/ Hari ETo Kc Bulan/ Hari ETo KcDasarian hari dasarian Dasarian hari dasarianMar II 10 5,0 0,50 2,5 24,9 Apr II 10 4,9 0,50 2,4 24,3Mar III 11 5,0 0,63 3,1 34,2 Apr III 10 4,9 0,63 3,0 30,4Apr I 10 4,9 0,75 3,7 36,5 Mei I 10 4,5 0,75 3,4 33,6Apr II 10 4,9 0,80 3,9 38,9 Mei II 10 4,5 0,80 3,6 35,8Apr III 10 4,9 0,93 4,5 45,0 Mei III 11 4,5 0,93 4,1 45,5Mei I 10 4,5 1,05 4,7 47,0 Jun I 10 4,2 1,05 4,4 43,7Mei II 10 4,5 0,80 3,6 35,8 Jun II 10 4,2 0,80 3,3 33,3Mei III 11 4,5 0,63 2,8 30,8 Jun III 10 4,2 0,63 2,6 26,0Jun I 10 4,2 0,45 1,9 18,7 Jul I 10 3,9 0,45 1,7 17,5

311,9 290,0

Bulan/ Hari ETo Kc Bulan/ Hari ETo KcDasarian hari dasarian Dasarian hari dasarianMar III 11 5,0 0,50 2,5 27,4 Apr III 10 4,9 0,50 2,4 24,3Apr I 10 4,9 0,63 3,0 30,4 Mei I 10 4,5 0,63 2,8 28,0Apr II 10 4,9 0,75 3,7 36,5 Mei II 10 4,5 0,75 3,4 33,6Apr III 10 4,9 0,80 3,9 38,9 Mei III 11 4,5 0,80 3,6 39,4Mei I 10 4,5 0,93 4,1 41,4 Jun I 10 4,2 0,93 3,8 38,5Mei II 10 4,5 1,05 4,7 47,0 Jun II 10 4,2 1,05 4,4 43,7Mei III 11 4,5 0,80 3,6 39,4 Jun III 10 4,2 0,80 3,3 33,3Jun I 10 4,2 0,63 2,6 26,0 Jul I 10 3,9 0,63 2,4 24,2Jun II 10 4,2 0,45 1,9 18,7 Jul II 10 3,9 0,45 1,7 17,5

305,7 282,3

ETc / ETc /

total total

ETc / ETc /

total total

ETc / ETc /

total total

Hasil perhitungan diatas (Tabel 5.8) menunjukkan bahwa kedelai yang ditanam

pada Mar I – Apr III masing-masing kebutuhan airnya adalah 318,1 mm, 311,9

mm,

Page 48: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

48

305,7 mm, 298,1 mm, 290 mm, 282,3 mm. Kebutuhan air tanaman kedelai tertinggi

adalah pada Maret Dasarian I dan kebutuhan air tanaman kedelai terendah adalah

pada April Dasarian III.

5.6.1 Ketersediaan air (KSa)

Air hujan merupakan satu - satunya sumber air alami di lokasi penelitian.

Seluruh curah hujan yang jatuh tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan oleh tanaman.

Curah hujan yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman disebut curah hujan efektif

(CHeff). Curah hujan efektif adalah curah hujan yang jatuh di suatu daerah yang

dapat digunakan tanaman untuk pertumbuhan. Curah hujan tersebut merupakan curah

hujan wilayah yang harus diperkirakan dari titik pengamatan yang dinyatakan dalam

milimeter (Sosrodarsono dan Takeda, 2005). Penentukan besaran curah hujan efektif

untuk tanaman kedelai menurut Oldeman dan Syarifuddin yang dikemukakan oleh Sari,

N, Y, 2004, bahwa curah hujan yang jatuh dan efisien untuk pertumbuhan tanaman

tergantung pada curah hujan, topografi, sistem penanaman dan stadia pertumbuhan.

Curah hujan efektif dapat dihitung secara empiris yang rumus : (4) dan (5) di atas dan

perhitungan secara lengkap disajikan dalam Lampiran 9. Curah hujan efektif setiap

dasarian atau sepuluh harian di daerah Kubutambahan disajikan pada Tabel 5.9 dan

Tabel 5.10.

Ketersediaan air tanaman kedelai periode I tahun 1981-1995 tertinggi

adalah jatuh pada masa tanam Desember III – Maret II dan ketersediaan air tanaman

kedelai terendah adalah jatuh pada masa tanam bulan Nopember I – Januari III.

Hasil perhitungan dibawah (Tabel 5.9) menunjukkan bahwa ketersediaan air untuk

Page 49: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

49

penanaman kedelai yang ditanam pada Nopember I – Desember III masing-masing

adalah 352,6 mm, 409,8 mm, 440,2 mm, 456,9 mm, 484,9 mm, 486,1 mm.

Tabel 5.9 Ketersediaan Air Tanaman (KSa) Periode Penanaman I Tahun 1981-1995.Bulan/

DasarianHari Total

C HKSa Bulan/

DasarianHari Total

C HKSa

Nop I 10 11,5 8,7 Des I 10 54,0 25,7Nop II 10 28,4 21,3 Des II 10 66,3 33,3Nop III 10 62,9 31,2 Des III 11 92,3 49,3Des I 10 54,0 25,7 Jan I 10 144,2 81,2Des II 10 66,3 33,3 Jan II 10 89,6 47,6Des III 11 92,3 49,3 Jan III 11 100,5 54,3Jan I 10 144,2 81,2 Peb I 10 119,3 65,9Jan II 10 89,6 47,6 Peb II 10 96,3 51,7Jan III 11 100,5 54,3 Peb III 8 90,1 47,9Total 352,6 Total 456,9

Bulan/Dasarian

Hari TotalC H

KSa Bulan/Dasarian

Hari TotalC H

KSa

Nop II 10 28,4 21,3 Des II 10 66,3 33,3Nop III 10 62,9 31,2 Des III 11 92,3 49,3Des I 10 54,0 25,7 Jan I 10 144,2 81,2Des II 10 66,3 33,3 Jan II 10 89,6 47,6Des III 11 92,3 49,3 Jan III 11 100,5 54,3Jan I 10 144,2 81,2 Peb I 10 119,3 65,9Jan II 10 89,6 47,6 Peb II 10 96,3 51,7Jan III 11 100,5 54,3 Peb III 8 90,1 47,9Peb I 10 119,3 65,9 Mar I 10 99,5 53,7Total 409,8 Total 484,9

Bulan/Dasarian

Hari TotalC H

KSa Bulan/Dasarian

Hari TotalC H

KSa

Nop III 10 62,9 31,2 Des III 11 92,3 49,3Des I 10 54,0 25,7 Jan I 10 144,2 81,2Des II 10 66,3 33,3 Jan II 10 89,6 47,6Des III 11 92,3 49,3 Jan III 11 100,5 54,3Jan I 10 144,2 81,2 Peb I 10 119,3 65,9Jan II 10 89,6 47,6 Peb II 10 96,3 51,7Jan III 11 100,5 54,3 Peb III 8 90,1 47,9Peb I 10 119,3 65,9 Mar I 10 99,5 53,7Peb II 10 96,3 51,7 Mar II 10 68,3 34,5Total 440,2 Total 486,1

Page 50: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

50

Tabel 5.10 Ketersediaan Air Tanaman (KSa) Periode Penanaman II Tahun 1981-1995

Bulan/Dasarian

Hari TotalC H

KSa Bulan/Dasarian

Hari TotalC H

KSa

Mar I 10 99,5 53,7 Apr I 10 25,4 19,1Mar II 10 68,3 34,5 Apr II 10 36,6 27,5Mar III 11 80,7 42,2 Apr III 10 25,9 19,4Apr I 10 25,4 19,1 Mei I 10 18,4 13,8Apr II 10 36,6 27,5 Mei II 10 14,7 11,1Apr III 10 25,9 19,4 Mei III 11 13,9 10,5Mei I 10 18,4 13,8 Jun I 10 2,7 2,0Mei II 10 14,7 11,1 Jun II 10 5,0 3,8Mei III 11 13,9 10,5 Jun III 10 2,3 1,8Total 231,5 Total 108,7

Bulan/Dasarian

Hari TotalC H

KSa Bulan/Dasarian

Hari TotalC H

KSa

Mar II 10 68,3 34,5 Apr II 10 36,6 27,5Mar III 11 80,7 42,2 Apr III 10 25,9 19,4Apr I 10 25,4 19,1 Mei I 10 18,4 13,8Apr II 10 36,6 27,5 Mei II 10 14,7 11,1Apr III 10 25,9 19,4 Mei III 11 13,9 10,5Mei I 10 18,4 13,8 Jun I 10 2,7 2,0Mei II 10 14,7 11,1 Jun II 10 5,0 3,8Mei III 11 13,9 10,5 Jun III 10 2,3 1,8Jun I 10 2,7 2,0 Jul I 10 2,0 1,5Total 179,8 Total 91,2

Bulan/Dasarian

Hari TotalC H

KSa Bulan/Dasarian

Hari TotalC H

KSa

Mar III 11 80,7 42,2 Apr III 10 25,9 19,4Apr I 10 25,4 19,1 Mei I 10 18,4 13,8Apr II 10 36,6 27,5 Mei II 10 14,7 11,1Apr III 10 25,9 19,4 Mei III 11 13,9 10,5Mei I 10 18,4 13,8 Jun I 10 2,7 2,0Mei II 10 14,7 11,1 Jun II 10 5,0 3,8Mei III 11 13,9 10,5 Jun III 10 2,3 1,8Jun I 10 2,7 2,0 Jul I 10 2,0 1,5Jun II 10 5,0 3,8 Jul II 10 0,9 0,7Total 149,1 Total 64,4

Hasil perhitungan didalam tabel diatas (Tabel 5.10) menunjukkan bahwa

ketersediaan air untuk penanaman kedelai yang ditanam pada Maret I – April III

masing – masing adalah 231,5 mm, 179,8 mm, 149,1 mm, 108,7 mm, 91,2 mm,

64,4 mm. Ketersediaan air tanaman kedelai periode II tahun 1981-1995 tertinggi

Page 51: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

51

adalah jatuh pada masa tanam Maret I – Mei III dan ketersediaan air tanaman

kedelai terendah adalah jatuh pada masa tanam bulan April III – Juli II.

Tabel 5.11 Ketersediaan Air Tanaman (KSa) Periode Penanaman I Tahun 1996-2010.

Bulan/ Hari Total KSa Bulan/ Hari Total KSa

Dasarian CH Dasarian CH

Nop I 10 16,3 12,3 Des I 10 44,8 20,1

Nop II 10 13,7 10,3 Des II 10 96,0 51,5

Nop III 10 39,0 16,5 Des III 11 86,7 45,8

Des I 10 44,8 20,1 Jan I 10 98,9 53,3

Des II 10 96,0 51,5 Jan II 10 78,2 40,6

Des III 11 86,7 45,8 Jan III 11 87,2 46,1

Jan I 10 98,9 53,3 Peb I 10 133,5 74,6

Jan II 10 78,2 40,6 Peb II 10 106,0 57,7

Jan III 11 87,2 46,1 Peb III 8 99,6 53,8

total 296,4 total 443,5

Bulan/ Hari Total KSa Bulan/ Hari Total KSa

Dasarian CH Dasarian CH

Nop II 10 13,7 10,3 Des II 10 96,0 51,5

Nop III 10 39,0 16,5 Des III 11 86,7 45,8

Des I 10 44,8 20,1 Jan I 10 98,9 53,3

Des II 10 96,0 51,5 Jan II 10 78,2 40,6

Des III 10 86,7 45,8 Jan III 11 87,2 46,1

Jan I 10 98,9 53,3 Peb I 10 133,5 74,6

Jan II 10 78,2 40,6 Peb II 10 106,0 57,7

Jan III 11 87,2 46,1 Peb III 8 99,6 53,8

Peb I 10 133,5 74,6 Mar I 10 95,9 51,5

total 358,7 total 474,9

Lanjutan Tabel 5.11 Ketersediaan Air Tanaman (KSa) Periode Penanaman I Tahun 1996-2010.

Page 52: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

52

Bulan/ Hari Total KSa Bulan/ Hari Total KSaDasarian CH Dasarian CH

Nop III 10 39,0 16,5 Des III 11 86,7 49,3

Des I 10 44,8 20,1 Jan I 10 98,9 53,3

Des II 10 96,0 51,5 Jan II 10 78,2 40,6

Des III 11 86,7 45,8 Jan III 11 87,2 46,1

Jan I 10 98,9 53,3 Peb I 10 133,5 74,6

Jan II 10 78,2 40,6 Peb II 10 106,0 57,7

Jan III 11 87,2 46,1 Peb III 8 99,6 53,8

Peb I 10 133,5 74,6 Mar I 10 95,9 51,5

Peb II 10 106,0 57,7 Mar II 10 66,6 33,5

total 406,2 total 460,3

Hasil perhitungan didalam tabel diatas (Tabel 5.11) menunjukkan bahwa

ketersediaan air untuk penanaman kedelai yang ditanam pada Maret I – April III

masing – masing adalah 296,4 mm, 358,7 mm, 406,2 mm, 443,5 mm, 474,9 mm,

460,3 mm. Ketersediaan air tanaman kedelai periode I tahun 1996-2010 tertinggi

adalah jatuh pada masa tanam Desember II – Maret I dan ketersediaan air tanaman

kedelai terendah adalah jatuh pada masa tanam bulan Nopember I – Januari III.

Tabel 5.12 Ketersediaan Air Tanaman (KSa) Periode Penanaman II Tahun 1996-2010

Bulan/ Hari Total KSa Bulan/ Hari Total KSa

Dasarian CH Dasarian CH

Mar I 10 95,9 51,5 Apr I 10 63,5 47,6

Mar II 10 66,6 33,5 Apr II 10 42,8 32,1

Mar III 11 61,6 30,4 Apr III 10 23,4 17,6

Apr I 10 63,5 47,6 Mei I 10 12,9 9,7

Apr II 10 42,8 32,1 Mei II 10 29,1 21,9

Apr III 10 23,4 17,6 Mei III 11 14,3 10,8

Mei I 10 12,9 9,7 Jun I 10 5,9 4,5

Mei II 10 29,1 21,9 Jun II 10 6,7 5,0

Mei III 11 14,3 10,8 Jun III 10 7,0 5,3

total 254,9 total 154,3

Tabel 5.12 Ketersediaan Air Tanaman (KSa) Periode Penanaman II Tahun 1996-2010

Page 53: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

53

Bulan/ Hari Total KSa Bulan/ Hari Total KSaDasarian CH Dasarian CH

Mar II 10 66,6 33,5 Apr II 10 42,8 32,1Mar III 11 61,6 30,4 Apr III 10 23,4 17,6Apr I 10 63,5 47,6 Mei I 10 12,9 9,7Apr II 10 42,8 32,1 Mei II 10 29,1 21,9Apr III 10 23,4 17,6 Mei III 11 14,3 10,8Mei I 10 12,9 9,7 Jun I 10 5,9 4,5Mei II 10 29,1 21,9 Jun II 10 6,7 5,0Mei III 11 14,3 10,8 Jun III 10 7,0 5,3Jun I 10 5,9 4,5 Jul I 10 0,0 0,0total 207,8 total 106,7

Bulan/ Hari Total KSa Bulan/ Hari Total KSaDasarian CH Dasarian CH

Mar III 11 61,6 30,4 Apr III 10 23,4 17,6Apr I 10 63,5 47,6 Mei I 10 12,9 9,7Apr II 10 42,8 32,1 Mei II 10 29,1 21,9Apr III 10 23,4 17,6 Mei III 11 14,3 10,8Mei I 10 12,9 9,7 Jun I 10 5,9 4,5Mei II 10 29,1 21,9 Jun II 10 6,7 5,0Mei III 11 14,3 10,8 Jun III 10 7,0 5,3Jun I 10 5,9 4,5 Jul I 10 0,0 0,0Jun II 10 6,7 5,0 Jul II 10 1,3 1,0total 179,4 total 75,5

Ketersediaan air tanaman kedelai periode II tahun 1996-2010 tertinggi

adalah jatuh pada masa tanam Maret I – Mei III dan ketersediaan air tanaman

kedelai terendah adalah jatuh pada masa tanam bulan April III – Juli II.

Hasil perhitungan didalam tabel diatas (Tabel 5.12) menunjukkan bahwa

ketersediaan air untuk penanaman kedelai yang ditanam pada Maret I – April III

masing – masing adalah 254,9 mm, 207,8 mm, 179,4 mm, 154,3 mm, 106,7 mm,

75,5 mm.

Page 54: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

54

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Perubahan Pola Curah Hujan di Daerah Kubutambahan

Pola Curah Hujan di Kubutambahan berdasarkan analisis jumlah curah

hujan tahunan, menunjukkan adanya penurunan dari periode 1981-1995 sebesar

1370.1 mm terhadap periode 1996-2010 sebesar 1322 mm. Penurunan curah hujan

tahunan dengan selisih 48.1 mm.

Musim hujan di Daerah Kubutambahan pada periode 1981-1995 berlangsung

selama 13 dasarian atau 127 hari, yang dimulai dari bulan Nopember dasarian III

sampai bulan Maret dasarian III dengan curah hujan sebesar 1164.1 mm. Musim

hujan periode 1996 - 2010 berlangsung selama 12 dasarian atau 120 hari yaitu dari

bulan Desember dasarian II sampai bulan April dasarian I dengan jumlah curah hujan

1073.6 mm.

Musim kemarau Periode 1981-1995 berlangsung selama 23 dasarian yang

dimulai dari bulan April dasarian I sampai bulan November dasarian II dengan

jumlah curah hujan sebesar 205.9 mm. Musim kemarau periode 1996-2010

berlangsung selama 24 dasarian dari bulan April dasarian II sampai bulan

Desember dasarian I dengan jumlah curah hujan 278.4 mm. Perubahan pola curah

hujan di daerah Kubutambahan seperti pada Tabel 6.1.

Page 55: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

55

Tabel 6.1 Perubahan Musim Hujan dan Musim Kemarau Daerah KubutambahanPeriode Tahun 1981 -2010

Periode

Musim Hujan Musim Kemarau Total

Periode Musim

Panjang Curah Periode Musim

Panjang Curah Curah

Musim Hujan Musim Hujan Hujan

(Dasarian) (mm) (Dasarian) (mm) (mm)

Periode INop III - Mar III 13 1164,1 Apr I - Nop II 23 205,9 1370

(1981-1995)Periode II

Des II - April I 12 1073,6 Apr II - Des I 24 278,4 1351,9(1996-2010)

6.2 Ketersediaan air tanaman dan kebutuhan air tanaman

Penanaman kedelai di daerah Kubutambahan diasumsikan dilakukan setahun

sebanyak dua kali yaitu pada awal musim hujan dan akhir musim hujan. Periode

penanaman pertama atau penanaman pada awal musim hujan dilakukan antara bulan

Nopember dan bulan Desember pada setiap tahunnya, sedangkan periode penanaman

kedua dilakukan pada akhir musim hujan yang dilakukan antara bulan Maret dan

bulan April.

Perimbangan kebutuhan air dengan ketersediaan air tanaman dapat diketahui

pada setiap waktu tanam yang akan direncanakan, untuk mengetahui perimbangan

kebutuhan air dengan persediaan air tanaman kedelai di Kubutambahan disajikan

dalam bentuk Tabel yang juga disertai dengan Gambar Grafik. Perimbangan

kebutuhan air dengan persediaan air tanaman kedelai secara keseluruhan dapat

dilihat pada Lampiran 6. Persediaan air tanaman tertinggi terdapat pada waktu tanam

awal musim hujan yaitu 532.3 mm (Desember II), dan terendah terdapat pada waktu

tanam diakhir musim hujan yaitu 60.7 mm (April III).

Page 56: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

56

I II III I II III I II III I II III

ketersediaan air 377,6 332,6 380,2 506,6 532,3 526,7 229,7 172,3 139,4 96,9 83,4 60,7

kebutuhan air 391,4 389,0 387,7 386,5 382,5 379,3 362,3 357,5 350,6 343,5 336,8 328,6

surplus - - - 120,1 149,8 147,4 - - - - - -

defisit -13,8 -56,4 -7,5 -132,6 -185,3 -211,2 -246,6 -253,4 -267,8

Nop Des Mar Apr

Kebutuhan air tanaman kedelai (ETc) tertinggi terdapat pada waktu tanam

awal musim hujan yaitu 395.3 mm (Desember II), dan terendah terdapat pada waktu

tanam diakhir musim hujan yaitu 339.2 mm (April III). Secara komulatif pada

masing-masing waktu tanam maka dapat dijelaskan bahwa jika penanaman

dilakukan di awal musim hujan yaitu awal Nopember maka sebagian kebutuhan air

tanaman tidak dapat terpenuhi. Total kekurangan air selama pertumbuhannya

sebanyak -13.8 mm (Nopember I), kecuali waktu tanam pertengahan Nopember,

sampai akhir Desember terdapat kelebihan air sebesar 43.6 mm 92.6 mm dan 120.1

mm. Perimbangan antara kebutuhan air dan persediaan air tanaman kedelai per

periode waktu tanam disajikan pada Tabel 6.2.

Tabel 6.2 Ketersediaan dan Kebutuhan Air tanaman Kedelai Waktu Tanam 90-100 Hari

Hasil perhitungan periode tanam kedua akhir musim hujan bulan Maret –

April menunjukkan bahwa disemua dasarian kebutuhan air (ETc) lebih besar

dibandingkan ketersediaan air (KSa).

Persediaan air apabila dikaitkan dengan kebutuhan air tanaman kedelai

secara komulatif pada masing-masing waktu tanam maka dapat dijelaskan bahwa

jika penanaman dilakukan di awal musim hujan yaitu awal Nopember maka

sebagian kebutuhan air tanaman mengalami defisit atau tidak dapat terpenuhi, tetapi

Page 57: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

57

jika penanaman dilakukan pada bulan Desember pada Dasarian I, II dan III terdapat

Surplus air.

6.3. Waktu tanam

6.3.1 Waktu tanam Periode I Tahun 1981 – 1995

Waktu tanam kedelai yang dilaksanakan pada awal Nopember Dasarian I

menunjukkan, kekurangan air tanaman kedelai mulai terjadi sejak awal

pertumbuhannya. Sejak awal bulan Nopember hingga akhir Nopember tanaman

mengalami defisit air yang cukup besar, hal ini tidak lepas dari kondisi iklimnya,

dimana pada bulan Nopember masih dalam kondisi periode musim kemarau,

meskipun pada akhir musim kemarau namun curah hujan yang ada tetap masih

belum mencukupi kebutuhan untuk pertumbuhan tanaman kedelai. Tanaman kedelai

yang ditanam awal bulan Nopember mengalami defisit sampai akhir stadia

vegetatif selama masa pertumbuhannya sehingga waktu tanam awal bulan Nopember

bukan saat yang tepat untuk memulai menanam kedelai. (Gambar 6.1).

Gambar 6.1 Waktu tanam Nopember I - Januari III.

Page 58: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

58

Waktu Tanam bulan Nopember II – Pebruari I pada stadia awal terjadi

kekurangan air, sehingga stadia ini akan mengalami kekeringan, jadi tidak

memungkinkan untuk melakukan penanaman (Gambar 6.2).

Gambar 6.2 Waktu tanam Nopember II - Pebruari I

Waktu Tanam bulan Nopember III – Pebruari II pada stadia awal terjadi

kekurangan air sebesar 13,2 mm, sehingga stadia ini akan mengalami kurang air,

jadi tidak memungkinkan untuk melakukan penanaman (Gambar 6.3), walaupun

sebenarnya jika dilihat dari jumlah total ketersediaan air (KSa) yakni 440,2 mm

lebih besar dari kebutuhan air (ETc) yakni 349,3 mm.

Gambar 6.3 Waktu tanam Nopember III - Pebruari II

Page 59: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

59

Gambar 6.4 Waktu tanam Desember I - Pebruari III

Waktu Tanam bulan Desember I – Pebruari III keseluruhan stadia

pertumbuhan mengalami kelebihan air sebesar 111,9 mm, , pada awal stadia

berbunga Januari II sampai Januari III hanya sedikit kekurangan air tetapi tidak

terlalu signifikan yakni sebesar 5,4 mm, jadi tanaman kedelai memungkinkan untuk

ditanam (Gambar 6.4).

Gambar 6.5 Waktu tanam Desember II – Maret I

Waktu tanam bulan Desember sampai akhir Desember menunjukkan kecukupan air

selama masa pertumbuhannya jadi waktu tanam yang tepat adalah

Page 60: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

60

bulan Desember dasarian II dan dasarian III ( Gambar 6.5 dan Gambar 6.6 ).

Gambar 6.6 Waktu tanam Desember III – Maret II

Waktu tanam kedelai yang ditanam bulan Maret I – Mei III mengalami

defisit air yang parah walaupun 20 hari pertama mengalami surplus, jadi waktu

tanam bulan Maret I – Mei III bukan saat yang tepat untuk memulai menanam

kedelai. (Gambar 6.7).

Gambar 6.7 Waktu tanam Maret I - Mei III

Page 61: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

61

Waktu tanam kedelai yang ditanam bulan Maret II – Juni I juga mengalami

defisit air yang parah walaupun 13 hari pertama mengalami surplus, jadi waktu

tanam bulan Maret I – Mei III bukan saat yang tepat untuk memulai menanam

kedelai karena tanaman kedelai akan kekeringan. (Gambar 6.8).

Gambar 6.8 Waktu tanam Maret II – Juni I

Waktu tanam kedelai yang ditanam bulan Maret III – Juni II sama dengan

waktu tanam sebelumnya juga mengalami defisit air yang parah, jadi waktu tanam

bulan Maret III – Juni II bukan saat yang tepat untuk memulai menanam kedelai

karena tanaman kedelai akan kekeringan. (Gambar 6.9).

Gambar 6.9 Waktu tanam Maret III – Juni II

Page 62: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

62

Waktu tanam kedelai yang ditanam bulan April I – Juni III sampai dengan

waktu tanam April III – Juli II mengalami defisit air yang sangat parah, dari awal

masa pertumbuhan sudah mengalami defisit, jadi waktu tanam dari ketiga Dasarian

ini bukan saat yang tepat untuk memulai menanam kedelai karena tanaman

kedelai akan kekeringan atau cekaman yang ekstrim (Gambar 6.10).

Gambar 6.10 Waktu tanam Bulan April

Page 63: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

63

6.3.2 Waktu tanam Periode II Tahun 1996 - 2010

Waktu tanam kedelai yang dilaksanakan pada awal Nopember dasarian I

menunjukkan, kekurangan air tanaman kedelai mulai terjadi sejak awal pertumbuhan

sampai akhir fase vegetatif, walaupun pada fase generatif air tercukupi tetapi

tanaman kedelai sudah tidak bisa tumbuh lagi karena cekaman di awal

pertumbuhannya. Bulan Nopember tanaman mengalami defisit air yang cukup

besar, hal ini tidak lepas dari kondisi iklimnya, dimana pada bulan Nopember masih

dalam kondisi periode musim kemarau, sehingga waktu tanam awal bulan Nopember

bukan saat yang tepat untuk memulai menanam kedelai. (Gambar 6.11).

Gambar 6.11 Waktu tanam Nopember I - Januari III.

Waktu Tanam bulan Nopember II – Pebruari I pada stadia awal terjadi

kekurangan air, sehingga stadia ini akan mengalami kekeringan, jadi tidak

memungkinkan untuk melakukan penanaman (Gambar 6.12).

Page 64: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

64

Gambar 6.12 Waktu tanam Nopember II - Pebruari I

Waktu Tanam bulan Nopember III – Pebruari II pada Gambar 6.13 dapat

dilihat bahwa seluruh stadia pertumbuhannya sudah terpenuhi kebutuhan airnya,

sehingga memungkinkan untuk melakukan penanaman, jumlah total ketersediaan air

(Cheff) yakni 440,2 mm lebih besar dari kebutuhan air (ETc) yakni 349,3 mm.

Gambar 6.13 Waktu tanam Nopember III - Pebruari II

Page 65: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

65

Gambar 6.14 Waktu tanam Desember I - Pebruari III

Waktu Tanam bulan Desember I – Pebruari III keseluruhan stadia

pertumbuhan mengalami kelebihan air atau surplus sebesar 134,9 mm, jadi tanaman

kedelai memungkinkan untuk ditanam (Gambar 6.14).

Gambar 6.15 Waktu tanam Desember II – Maret I

Alternatif waktu tanam dari bulan Nopember dasarian III sampai dengan

bulan Desember dasarian III menunjukkan kecukupan air atau surplus selama masa

Page 66: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

66

pertumbuhannya jadi waktu tanam yang tepat adalah bulan Nopember dasarian III

sampai bulan Desember dasarian III ( Gambar 6.14 sampai Gambar 6.16 ).

Gambar 6.16 Waktu tanam Desember III – Maret II

Waktu tanam kedelai yang ditanam bulan Maret I – Mei III mengalami

defisit air yang parah walaupun 20 hari pertama mengalami surplus, jadi waktu

tanam bulan Maret I – Mei III bukan saat yang tepat untuk memulai menanam

kedelai. (Gambar 6.17).

Gambar 6.17 Waktu tanam Maret I - Mei III

Waktu tanam kedelai yang ditanam bulan Maret II – Juni I juga mengalami

defisit air yang parah walaupun 13 hari pertama mengalami surplus, jadi waktu

Page 67: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

67

tanam bulan Maret I – Mei III bukan saat yang tepat untuk memulai menanam

kedelai karena tanaman kedelai akan kekeringan. (Gambar 6.18).

Gambar 6.18 Waktu tanam Maret II – Juni I

Waktu tanam kedelai yang ditanam bulan Maret III – Juni II sama dengan

waktu tanam sebelumnya juga mengalami defisit air yang parah, jadi waktu tanam

bulan Maret III – Juni II bukan saat yang tepat untuk memulai menanam kedelai

karena tanaman kedelai akan kekeringan. (Gambar 6.19).

Gambar 6.19 Waktu tanam Maret III – Juni II

Waktu tanam kedelai yang ditanam bulan April I – Juni III sampai dengan

waktu tanam April III – Juli II mengalami defisit air yang sangat parah, dari awal

Page 68: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

68

masa pertumbuhan sudah mengalami defisit, jadi waktu tanam dari ketiga Dasarian

ini bukan saat yang tepat untuk memulai menanam kedelai karena tanaman kedelai

akan kekeringan atau cekaman yang ekstrim (Gambar 6.20).

Gambar 6.20 Waktu tanam Bulan April

Page 69: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

69

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian dan pembahasan maka dapat di

simpulkan dan disarankan sebagai berikut :

1. Terjadi perubahan pola curah hujan di daerah Kubutambahan dari periode I

(1981-1995) ke periode II (1996-2010). Terjadi pergeseran awal musim, baik

awal musim hujan maupun musim kemarau, yang mana awal musim hujan

bergeser dari Nopember Dasarian III menjadi bulan Desember Dasarian II.

2. Persediaan Air pada kedua periode yakni Periode I 1981-1995 mengalami

surplus terbesar pada masa pertumbuhan bulan Desember Dasarian II sebesar

196,2 mm dan Defisit terbesar bulan April Dasarian III sebesar -210,6 mm.

Periode II 1996-2010 mengalami surplus terbesar pada masa pertumbuhan bulan

Desember Dasarian III sebesar 152,4 mm dan Defisit terbesar bulan April

Dasarian III sebesar -198,3 mm.

3. Waktu tanam yang paling tepat tanaman kedelai di daerah Kubutambahan pada

periode I Tahun 1981-1995 adalah bulan Desember II dan waktu tanam yang

paling tepat periode II Tahun 1996-2010 adalah bulan Nopember III. Waktu

tanam antara kedua periode ini mengalami pergeseran maju dua Dasarian, dari

Nopember III menjadi Desember II.

Page 70: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

70

7.2 Saran

1. Penanaman Kedelai didaerah kubutambahan agar dapat mengurangi resiko

kekurangan air yang dapat memyebabkan gagal panen, maka waktu tanam

yang tepat adalah bulan Desember.

2. Tanaman kedelai agar bisa ditanam 2 kali dalam setahun perlu dilakukan

konservasi air yakni pembuatan kolam tadah hujan, mengaktifkan sumur-

sumur agar tidak sepenuhnya tergantung turunnya hujan, sehingga air hujan

dapat dipanen untuk pengairan pada saat musim kemarau, dilakukan

konservasi tanah dengan memakai mulsa, terasiring, pemberian pupuk

organik sejenis kascing yang menjadikan tanah banyak memiliki

microorganik yang bisa mengikat air.

3. Penelitian ini perlu diperdalam lagi dengan melakukan penelitian dilapangan

agar dapat diketahui hasil tanaman kedelai yang sebenarnya pada setiap

waktu tanam.

Page 71: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

71

DAFTAR PUSTAKA

Arsana, IGK. Dana, IN. Adijaya dan Suprapto. 2012. Pengkajian Sistem Usahatani Pada Lahan Kering Dataran Rendah Beriklim Kering Daerah Buleleng – Bali,Balai Pengkajian Teknologi Pertanian – Bali.

Aldrian, E., Mimin Karmini dan Budiman. 2011. Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim di Indonesia. BMKG. Jakarta.

Alissa. 1992. Pengaruh Genangan dan kekeringan terhadap tanaman Kedelai Bandung. Hal 52.

. Badan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.1985. Tanaman Kedelai. Bogor.

Baharsyah, J.S., Didi S. dan Irsal L. 1985. Hubungan Iklim dengan Pertumbuhan Kedelai. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pangan. Bogor. hal 87-101.B

Bali Irrigation Project. 2002. Feasibility Study Part 2. Appendix 2c Agronomy ELC-ADC.

Bapedalda Propinsi Bali. 2003. Status Lingkungan Hidup Daerah Propinsi Bali.

Bali Dalam Angka. 2012. Hasil Pertanian di Kabupaten Buleleng Bali

Dastane, N.G. dalam Purnomo. 2007. Effective Rainfall in Irrigated Agriculture Drainage. Paper no 25, FAO, Rome.62 p.

Daryono, D.K. Suanda, dan I G.A.M.Sri Agung. 2003. Evaluasi Zone Agroklimat Oldeman Daerah Bali Berdasarkan Pemutahiran Data Curah Hujan Hingga Tahun 2000. Jurnal Agritrop, Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Vol. 22 No. 3 Sept. 2003.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Bali. 1985. Laporan Pertanian. Denpasar.

Doorenbos, J. and A.H. Kassam. 1979. Yield Response to Water. Food and Agriculture Organization of The United Nation. Rome.

Doorenbos, J. and W.O. Pruitt. 1980. Crop Water Requirement. Food and Agriculture Organization of The United Nation. Rome.

Page 72: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

72

Early, A., N.S. Le and C. Dany. 1989. Effective Use of Rainfall in Irigated Cropping System. Backround Paper on Water Requirements. Agronomic, Soil and YieldResponce Concept in Irrigation Water Departement. International Rice Institute Las Bonas, Lagune, Philippines. 33 pp.

Guntoro. 2008. Produksi, Konsumsi, dan Impor Kedelai Indonesia. Republika. Jakarta.

Harnowo, D. 1992. Respon Tanaman Kedelai Terhadap Pemupukan Kalium dan Cekaman Kekeringan Pada Fase Reproduktif. Program Pascasarjana. IPB. Bogor.

Herawati. 1994. Karakteristik Pertumbuhan dan Hasil Empat Varietas Kedelai Pada Berbagai Taraf Pemupukan Kalium dan Ketersediaan Air Tanah. Jurusan GEOMET, FMIPA, IPB. Bogor.

Hidajat. 1985. Morfologi Tanaman Jagung. Puslitbangtan. Bogor.

Hillel, D. 1990. Soil and Water Physical Priciples and Processes. Academic Press Inc. London.

Ismail dan Effendi, 1985. Pertanaman jagung pada Lahan Kering. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Hal 103-119.

Jackson, L.J. 1979. Climate, Weather and Agriculture in The Tropics. Longman Corp Ltd. London and New York. 229 p.

Jannah, Wardatul. 2011. “Pengelolaan Sumber Daya Air Daerah Irigasi Waduk Batujai Kabupaten Lombok Tengah Untuk Peningkatan Produksi Padi”(tesis).Yogjakarta: Universitas Gajah Mada.

Jumakir. 2011. BPTP.Jambi. Teknologi budidaya kedelai di lahan kering (serialonline), URL:http://epetani.deptan.go.id/budidaya/list/Kedelai2011.

Kramer,P.J.1980. Water Requirement of Plant. Academic Press. New York.300 p.

Lumbantoruan, N. 1992. Pengaruh Selang Pemberian Air Terhadap Dinamika Lengas Tanah, Suhu Tanah, Pertumbuhan dan Hasil Jagung di Lahan Sawah Tadah Hujan. Jurusan GEOMET, FMIPA IPB. Bogor.

Mar’ah, M. 1996. Perbedaan Tingkat Air Tersedia dan Pemberian Pupuk Kaliun Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung. Jurusan GEOMET, FMIPA IPB. Bogor.

Masyhudi, M.F., Hidayat & A. Choliluddin. 1989. Pengaruh Kekeringan Pada Pertumbuhan Tanaman Jagung dan Fiksasi Nitrogen. Dalam Seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan Balittan Bogor.

Page 73: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

73

Mohammad. 1999. Strategi Penentuan Waktu Tanam Kedelai Pada Saat Kondisi Iklim Normal dan Ekstrim di Flores NTT. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 19 hal.

Murjiyarso, D. 1980. Pengantar Hidrometeorologi. Jurusan Agrometeorologi. IPB. Bogor. 59 hal.

Nasir dan Effendi. 1999. Praktek Neraca Air dengan pengisian Tabel. Jember Jawa Timur.

Nurhayati. Nuryadi. dkk. 2010. Analisis Karakteristik Iklim Untuk Optimalisasi Produksi Kedelai di Provinsi Lampung.

Oldeman dan Frere. 1982. Report on the Agroecological Zones Project. Vol. 1, Methodology and Result for Africa. Rome.

Purbawa, I.G. dan Wiryajaya. 2009. Analisis Spasial Normal Ketersediaan Air Tanah Bulanan di Propinsi Bali. Bulletin Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika Wilayah III. Vol.5: 152-155.

Purnomo. 2007. “Analisis Neraca Air Lahan di Daerah Jembrana Propinsi Bali”(skripsi). Denpasar. Universitas Mahasaraswati.

Rukmana, S. K. dan Y. Yuniarsih. 1996. Kedelai, Budidaya Pasca Panen. PenerbitKanisius. Yogyakarta. 92 hal.

Slatyer. 1991 Management of Water for support the plant growth on phase its growth.Report George Over Ltd. London

Skaggs, R.W. 1978. A Water Management Model for Shalow Water Table Soils. Report no. 134. Water Resources Reseach Institute of University of North Carolina.

Soepardi, 1983. Metode Keseimbangan Air. LIPI. Jakarta.

Soesanto, B. 1986. Respon Hasil Tanaman Kedelai terhadap Kondisi Kelebihan Air. Tidak Dipublikasikan. Tesis Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. 82 Hal.

Santosa, I.G.N. 2006. “Perencanaan Pola Tanam Berdasarkan Kebutuhan Dan Persediaan Air Pada Lahan Kering Di Bali Utara”.(desertasi). Malang.Universitas Brawijaya.

Sari, N, Y, 2004. Optimasi Pola Tanam Berdasarkan Ketersediaan Debit Air Irigasi di Daerah Irigasi Situbala Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Skripsi). Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor.

Sosrodarsono dan Takeda, 2005. Pemanfaatan air alami untuk irigasi dengan berdasarkan metode-metode neraca air. Institut Teknologi Bandung.

Page 74: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

74

Subandi. S. Saenong. Zubachtirodin. dan A. Najamuddin. 2003. Peningkatan Produktivitas Tanaman Kedelai pada Wilayah Pengembangan melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Laporan Penelitian 2003. Balitsereal.

Suroso. 2008. Analisis Kebutuhan Air Irigasi Tanaman Dan Kriteria Perencanaan Irigasi. Jember.

Suprapto, H.S. 2001. Bertanam Kedelai. PT. Penebar Swadaya Jakarta.

Sumiana. 2007.” Neraca Air Lahan dan cara Penghitungannya”. Yogjakarta. Universitas Gajah Mada.

Page 75: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

Lampiran 1 : Data Curah Hujan Kubutambahan tahun 1981 -1995

Page 76: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

76

Lampiran 2 : Data Curah Hujan Kubutambahan tahun 1996 – 2010

Page 77: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

77

Lampiran : 3 Data Suhu Udara Stasiun Meteorologi Ngurah Rai dan konversinya ( 0C)

Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des

1981 27,9 27,8 28,0 27,6 27,0 27,0 26,5 26,4 27,2 27,8 27,4 27,91982 28,0 27,6 27,5 27,6 26,6 26,3 24,7 25,5 25,9 27,1 28,4 28,81983 28,3 28,7 28,6 28,4 27,2 26,5 25,5 26,0 26,6 27,5 27,7 27,41984 27,1 27,1 27,1 27,4 27,0 26,3 25,8 25,8 25,8 26,8 27,8 26,91985 28,0 27,2 27,4 27,4 27,6 26,4 25,8 25,9 26,5 27,4 28,0 27,71986 27,2 27,3 27,4 27,6 26,8 26,5 25,8 25,5 26,5 27,3 27,9 27,91987 27,3 27,8 27,6 27,5 27,3 27,0 25,6 25,9 26,0 27,5 27,6 27,51988 27,7 28,0 28,5 27,5 27,3 27,0 26,3 26,0 27,1 28,4 28,1 28,21989 27,7 27,5 27,6 27,3 27,5 27,2 27,0 26,7 27,0 27,1 28,9 28,81990 27,6 28,2 27,8 27,8 27,5 26,5 26,7 26,2 27,2 27,4 28,3 27,91991 27,3 28,0 27,5 27,6 27,3 26,5 25,7 25,5 26,1 27,1 27,1 28,01992 28,1 28,0 27,8 27,5 27,1 26,7 26,6 26,3 26,8 27,2 27,7 27,41993 28,2 28,0 27,6 29,7 27,3 27,2 25,1 26,7 26,8 25,2 27,1 27,31994 27,6 28,1 27,2 27,1 26,3 25,3 25,7 25,6 25,6 27,1 28,5 28,51995 27,9 27,8 27,6 27,6 27,5 27,3 26,9 26,4 26,8 27,9 27,6 28,0

rata-rata 1981-1995

27,7 27,8 27,7 27,7 27,2 26,6 26,0 26,0 26,5 27,2 27,9 27,9

1996 27,9 27,7 28,1 28,0 26,9 27,2 26,6 26,7 26,8 28,1 27,8 28,31997 27,8 27,6 27,7 28,0 27,2 26,8 25,9 25,3 26,0 27,5 28,3 28,71998 29,2 29,2 28,9 29,2 28,4 28,0 27,8 28,0 27,9 28,4 28,3 27,91999 27,7 28,2 27,4 27,4 26,9 26,6 25,9 25,9 26,7 27,5 27,3 27,22000 27,2 27,0 27,2 27,0 26,8 26,4 25,7 25,7 27,0 27,2 27,3 28,02001 27,2 27,7 27,2 27,1 26,8 26,9 25,8 25,8 26,9 27,5 28,0 27,22002 27,4 27,5 27,4 27,3 27,2 26,3 26,0 25,4 25,7 27,0 28,5 28,12003 27,5 27,7 27,3 27,5 27,0 26,3 25,5 25,1 25,7 26,6 27,9 27,42004 27,7 28,8 27,7 27,8 26,8 25,5 25,7 25,1 26,0 26,9 27,9 27,62005 27,8 28,2 27,8 27,4 26,5 26,8 26,4 25,6 26,4 27,2 27,4 27,12006 27,3 27,2 27,4 27,3 26,8 26,2 25,4 25,4 25,2 26,8 28,2 28,22007 27,7 27,7 27,6 27,1 27,1 26,7 25,8 25,4 25,5 27,1 27,6 27,32008 27,3 27,3 26,7 26,8 26,7 26,0 25,6 26,0 26,3 27,6 27,5 27,22009 27,5 27,2 27,2 27,5 27,1 26,3 26,1 26,0 26,0 27,2 28,3 28,32010 28,1 28,0 28,2 27,8 27,9 27,2 26,9 26,8 27,1 27,7 28,0 27,5

rata-rata 1996-2010

27,2 27,9 27,6 27,5 27,1 26,6 26,1 25,9 26,4 26,8 27,5 27,7

THN\BLN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES

periode I 1981-1995 27,7 27,8 27,7 27,4 27,2 26,6 26,0 26,0 26,5 27,2 27,9 27,9selisih dpl 47 47 47 47 47 47 47 47 47 47 47 47

suhu konversi 27,4 27,5 27,4 27,1 26,9 26,3 25,7 25,7 26,2 26,9 27,6 27,6periode II 1996-2010 27,2 27,9 27,6 27,5 27,1 26,6 26,1 25,9 26,4 26,8 27,5 27,7selisih dpl 47 47 47 47 47 47 47 47 47 47 47 47

suhu konversi 26,9 27,6 27,3 27,2 26,8 26,3 25,8 25,6 26,0 26,5 27,2 27,4

Page 78: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

78

Dengan Rata-rata Suhu 1981-1995Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

Suhu (T) 27,4 27,5 27,4 27,4 26,8 26,3 25,7 25,8 26,2 27,0 27,6 27,6I 13,1 13,2 13,1 13,1 12,7 12,3 11,9 12,0 12,3 12,9 13,3 13,3ETo/30hari/12jam(cm) 15,0 15,2 15,0 15,0 13,7 12,9 11,8 11,9 12,7 14,3 15,4 15,5ETo/30hari/12jam(mm) 150,1 152,4 150,5 150,1 137,3 128,6 117,6 119,3 126,6 143,1 154,4 154,8Cpanjang hari (jam) 12,4 12,4 12,1 11,9 11,7 11,6 11,7 11,8 12,0 12,3 12,5 12,5C/12jam 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0ETo/30hari 155,1 157,5 151,7 148,8 133,9 124,3 114,6 117,3 126,6 146,7 160,9 161,2jumlah hari 31,0 28,0 31,0 30,0 31,0 30,0 31,0 31,0 30,0 31,0 30,0 31,0ETo 160,2 147,0 156,8 148,8 138,3 124,3 118,4 121,3 126,6 151,5 160,9 166,6

Perhitungan Evapotranspirasi Berdasarkan Metode Thornwaite Dan Matter

Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov DesSuhu (T) 26,9 27,6 27,3 27,2 26,8 26,3 25,8 25,6 26,0 26,5 27,2 27,4I 12,8 13,3 13,1 13,0 12,7 12,3 12,0 11,9 12,1 12,5 13,0 13,1ETo/30hari/12jam(cm) 14,0 15,5 14,9 14,7 13,9 12,9 12,0 11,6 12,3 13,3 14,7 15,1ETo/30hari/12jam(mm)140,5 154,9 148,6 146,5 138,5 129,0 119,9 116,4 123,5 132,7 146,5 150,7Cpanjang hari (jam) 12,4 12,4 12,1 11,9 11,7 11,6 11,7 11,8 12,0 12,3 12,5 12,5C/12jam 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0ETo/30hari 145,2 160,0 149,8 145,3 135,1 124,7 116,9 114,5 123,5 136,0 152,6 156,9jumlah hari 31,0 28,0 31,0 30,0 31,0 30,0 31,0 31,0 30,0 31,0 30,0 31,0ETo 150,0 160,0 154,8 145,3 139,6 124,7 120,8 118,3 123,5 140,6 152,6 162,2

Lampiran : 4 Penghitungan ETo

Dengan Rata-rata Suhu 1996 – 2010

Rumus : Periode I Tahun 1981- 1995I : (T/5)1,514 I = 153,23a : 675x10^-9xI^3-771x10^-7xI^2+1792x10^-5xI+0,49239 a = 3,9

ETo : 1,6x(10T/I)a

Periode I Tahun 1996 - 2010I : (T/5)1,514 I = 151,8a : 675x10^-9xI^3-771x10^-7xI^2+1792x10^-5xI+0,49239 a = 3,8

ETo : 1,6x(10T/I)a

Page 79: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

79

Lampiran : 5 Penghitungan Kc Periode I Tahun 1981 - 1995

Bulan Koefisien Tanaman KedelaidasarianJanuari I 0,80 1,05 0,93 0,80 0,75 0,63

II 0,63 0,80 1,05 0,93 0,80 0,75III 0,45 0,63 0,80 1,05 0,93 0,80

Pebruari I 0,45 0,63 0,80 1,05 0,93II 0,45 0,63 0,80 1,05III 0,45 0,63 0,80

Maret I 0,50 0,45 0,63II 0,63 0,50 0,45III 0,75 0,63 0,50

April I 0,80 0,75 0,63 0,50II 0,93 0,80 0,75 0,63 0,50III 1,05 0,93 0,80 0,75 0,63 0,50

Mei I 0,80 1,05 0,93 0,80 0,75 0,63II 0,63 0,80 1,05 0,93 0,80 0,75III 0,45 0,63 0,80 1,05 0,93 0,80

Juni I 0,45 0,63 0,80 1,05 0,93II 0,45 0,63 0,80 1,05III 0,45 0,63 0,80

Juli I 0,45 0,63II 0,45III

Agustus IIIIII

September IIIIII

Oktober IIIIII

Nopember I 0,50II 0,63 0,50III 0,75 0,63 0,50

Desember I 0,80 0,75 0,63 0,50II 0,93 0,80 0,75 0,63 0,50III 1,05 0,93 0,80 0,75 0,63 0,50

Page 80: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

80

Lampiran : 6 Penghitungan Kc Periode II Tahun 1996-2010

Perhitungan Kc Periode II Tahun1996 -2010Bulan Koefisien Tanaman Kedelai

dasarianJanuari I 0,80 1,05 0,93 0,80 0,75 0,63

II 0,63 0,80 1,05 0,93 0,80 0,75III 0,45 0,63 0,80 1,05 0,93 0,80

Pebruari I 0,45 0,63 0,80 1,05 0,93II 0,45 0,63 0,80 1,05III 0,45 0,63 0,80

Maret I 0,50 0,45 0,63II 0,63 0,50 0,45III 0,75 0,63 0,50

April I 0,80 0,75 0,63 0,50II 0,93 0,80 0,75 0,63 0,50III 1,05 0,93 0,80 0,75 0,63 0,50

Mei I 0,80 1,05 0,93 0,80 0,75 0,63II 0,63 0,80 1,05 0,93 0,80 0,75III 0,45 0,63 0,80 1,05 0,93 0,80

Juni I 0,45 0,63 0,80 1,05 0,93II 0,45 0,63 0,80 1,05III 0,45 0,63 0,80

Juli I 0,45 0,63II 0,45III

Agustus IIIIII

September IIIIII

Oktober IIIIII

Nopember I 0,50II 0,63 0,50III 0,75 0,63 0,50

Desember I 0,80 0,75 0,63 0,50II 0,93 0,80 0,75 0,63 0,50III 1,05 0,93 0,80 0,75 0,63 0,50

Page 81: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

Lampiran : 7 Penghitungan kebutuhan air tanaman ( ETc ). Periode I (1981- 1995)Eto

(mm/hr) Tiap Hari (mm) Tiap sepuluh hariJanuari I 5,4 1,1 1,0 1,0 0,8 0,7 0,4 5,8 5,6 5,4 4,3 3,8 2,2 58,1 56,1 54,1 43,3 37,8 21,6

II 1,2 1,1 1,0 1,0 0,8 0,7 6,2 5,8 5,6 5,4 4,3 3,8 62,2 58,1 56,1 54,1 43,3 37,8III 0,8 1,2 1,1 1,0 1,0 0,8 4,1 6,2 5,8 5,6 5,4 4,3 44,6 62,2 58,1 56,1 54,1 43,3

Pebruari I 5,2 0,8 1,2 1,1 1,0 1,0 3,9 6,0 5,6 5,4 5,2 38,9 59,7 55,8 53,8 51,9II 0,8 1,2 1,1 1,0 3,9 6,0 5,6 5,4 38,9 59,7 55,8 53,8III 0,8 1,2 1,1 3,9 6,0 5,6 38,9 59,7 55,8

Maret I 5,1 0,3 0,8 1,2 1,5 3,8 5,9 15,4 38,4 59,0II 0,4 0,3 0,8 2,1 1,5 3,8 20,5 15,4 38,4III 0,7 0,4 0,3 3,6 2,1 1,5 39,5 22,6 16,9

April I 4,9 0,8 0,7 0,4 0,3 3,9 3,4 2,0 1,5 39,4 34,5 19,7 14,8II 1,0 0,8 0,7 0,4 0,3 4,9 3,9 3,4 2,0 1,5 49,2 39,4 34,5 19,7 14,8III 1,0 1,0 0,8 0,7 0,4 0,3 5,1 4,9 3,9 3,4 2,0 1,5 51,1 49,2 39,4 34,5 19,7 14,8

Mei I 4,8 1,1 1,0 1,0 0,8 0,7 0,4 5,2 5,0 4,8 3,9 3,4 1,9 51,9 50,1 48,3 38,6 33,8 19,3II 1,2 1,1 1,0 1,0 0,8 0,7 5,6 5,2 5,0 4,8 3,9 3,4 55,5 51,9 50,1 48,3 38,6 33,8III 0,8 1,2 1,1 1,0 1,0 0,8 3,6 5,6 5,2 5,0 4,8 3,9 39,8 61,1 57,1 55,1 53,1 42,5

Juni I 4,5 0,8 1,2 1,1 1,0 1,0 3,3 5,1 4,8 4,6 4,5 33,4 51,2 47,9 46,2 44,6II 0,8 1,2 1,1 1,0 3,3 5,1 4,8 4,6 33,4 51,2 47,9 46,2III 0,8 1,2 1,1 3,3 5,1 4,8 33,4 51,2 47,9

Juli I 4,2 0,8 1,2 3,1 4,8 31,4 48,1II 0,8 3,1 31,4III

Agustus I 3,9IIIII

September I 3,9IIIII

Oktober I 4,3IIIII

Nopember I 4,9 0,3 1,5 14,8II 0,4 0,3 2,0 1,5 19,7 14,8III 0,7 0,4 0,3 3,5 2,0 1,5 34,5 19,7 14,8

Desember I 5,4 0,8 0,7 0,4 0,3 4,3 3,7 2,1 1,6 42,8 37,5 21,4 16,1II 1,0 0,8 0,7 0,4 0,3 5,4 4,3 3,7 2,1 1,6 53,5 42,8 37,5 21,4 16,1III 1,0 1,0 0,8 0,7 0,4 0,3 5,6 5,4 4,3 3,7 2,1 1,6 61,1 58,9 47,1 41,2 23,6 17,7

Koefisien Tanaman KedelaiKebutuhan Air Tanaman

DasarianBulan

81

Page 82: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

82

Lampiran : 8 Penghitungan kebutuhan air tanaman ( ETc ). Periode II (1996-2010)

BulanEto

Koefisien Tanaman KedelaiKebutuhan Air Tanaman

(mm/hr) Tiap Hari (mm) Tiap sepuluh hariJanuari I 5.4 1.1 1.0 1.0 0.8 0.7 0.4 5.8 5.6 5.4 4.3 3.8 2.2 57.9 55.9 53.9 43.1 37.7 21.6

II 1.2 1.1 1.0 1.0 0.8 0.7 6.2 5.8 5.6 5.4 4.3 3.8 62.0 57.9 55.9 53.9 43.1 37.7III 0.8 1.2 1.1 1.0 1.0 0.8 4.0 6.2 5.8 5.6 5.4 4.3 40.4 62.0 57.9 55.9 53.9 43.1

Pebruari I 5.9 0.8 1.2 1.1 1.0 1.0 4.4 6.7 6.3 6.1 5.9 44.0 67.4 63.0 60.8 58.6II 0.8 1.2 1.1 1.0 4.4 6.7 6.3 6.1 44.0 67.4 63.0 60.8III 0.8 1.2 1.1 4.4 6.7 6.3 44.0 67.4 63.0

Maret I 5.1 0.3 0.8 1.2 1.5 3.8 5.9 15.3 38.2 58.6II 0.4 0.3 0.8 2.0 1.5 3.8 20.4 15.3 38.2III 0.7 0.4 0.3 3.6 2.0 1.5 35.7 20.4 15.3

April I 4.9 0.8 0.7 0.4 0.3 3.9 3.4 1.9 1.5 38.9 34.1 19.5 14.6II 1.0 0.8 0.7 0.4 0.3 4.9 3.9 3.4 1.9 1.5 48.7 38.9 34.1 19.5 14.6III 1.0 1.0 0.8 0.7 0.4 0.3 5.0 4.9 3.9 3.4 1.9 1.5 50.5 48.7 38.9 34.1 19.5 14.6

Mei I 4.6 1.1 1.0 1.0 0.8 0.7 0.4 4.9 4.8 4.6 3.7 3.2 1.8 49.2 47.5 45.8 36.6 32.1 18.3II 1.2 1.1 1.0 1.0 0.8 0.7 5.3 4.9 4.8 4.6 3.7 3.2 52.7 49.2 47.5 45.8 36.6 32.1III 0.8 1.2 1.1 1.0 1.0 0.8 3.4 5.3 4.9 4.8 4.6 3.7 34.4 52.7 49.2 47.5 45.8 36.6

Juni I 4.3 0.8 1.2 1.1 1.0 1.0 3.2 4.9 4.6 4.5 4.3 32.3 49.5 46.2 44.6 43.0II 0.8 1.2 1.1 1.0 3.2 4.9 4.6 4.5 32.3 49.5 46.2 44.6III 0.8 1.2 1.1 3.2 4.9 4.6 32.3 49.5 46.2

Juli I 4.0 0.8 1.2 3.0 4.6 30.0 46.0II 0.8 3.0 30.0III

Agustus I 3.9IIIII

September I 4.3IIIII

Oktober I 5.3IIIII

Nopember I 5.3 0.3 1.6 15.9II 0.4 0.3 2.1 1.6 21.2 15.9III 0.7 0.4 0.3 3.7 2.1 1.6 37.1 21.2 15.9

Desember I 5.5 0.8 0.7 0.4 0.3 4.4 3.9 2.2 1.7 44.4 38.8 22.2 16.6II 1.0 0.8 0.7 0.4 0.3 5.5 4.4 3.9 2.2 1.7 55.5 44.4 38.8 22.2 16.6III 1.0 1.0 0.8 0.7 0.4 0.3 5.8 5.5 4.4 3.9 2.2 1.7 57.6 55.5 44.4 38.8 22.2 16.6

Page 83: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

83

Lampiran : 9 Penghitungan Curah Hujan Efektif Periode I ( 1981 - 1995 )

Bulan DasarianCurah Curah Hujan Keefektifan HujanTotal % efektif

Januari I 144,2 53 81,2II 89,6 53 47,6III 100,5 58 54,3

Februari I 119,3 52 65,9II 96,3 69 51,7III 90,1 69 47,9

Maret I 99,5 60 53,7II 68,3 54 34,5III 80,7 55 42,2

April I 25,4 60 19,1II 36,6 64 27,5III 25,9 69 19,4

Mei I 18,4 70 13,8II 14,7 68 11,1III 13,9 67 10,5

Juni I 2,7 84 2,0II 5,0 80 3,8III 2,3 82 1,8

Juli I 2,0 86 1,5II 0,9 85 0,7III 0,3 88 0,3

Agustus I 0,2 87 0,2II 0,1 86 0,1III 0,3 83 0,2

September I 0,1 95 0,1II 0,3 93 0,3III 0,2 92 0,2

Oktober I 0,1 90 0,1II 1,8 81 1,4III 8,1 94 6,1

Nopember I 11,5 61 8,7II 28,4 66 21,3III 62,9 57 31,2

Desember I 54,0 63 25,7II 66,3 64 33,3III 92,3 62 49,3

Page 84: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

84

Lampiran : 10 Penghitungan Curah Hujan Efektif Periode II ( 1996-2010 )

Bulan DasarianCurah Curah Hujan Keefektifan HujanTotal % efektif

Januari I 98,9 53 52,4II 78,2 53 41,4III 87,2 58 50,6

Februari I 133,5 52 69,4II 106,0 69 73,1III 99,6 69 68,7

Maret I 95,9 60 57,5II 66,6 54 36,0III 61,6 55 33,9

April I 63,5 60 38,1II 42,8 64 27,4III 23,4 69 16,1

Mei I 12,9 70 9,1II 29,1 68 19,8III 14,3 67 9,6

Juni I 5,9 84 5,0II 6,7 80 5,3III 7,0 82 5,7

Juli I 0,0 86 0,0II 1,3 85 1,1III 9,9 88 8,7

Agustus I 0,0 87 0,0II 1,2 86 1,0III 0,0 83 0,0

September I 0,0 95 0,0II 0,0 93 0,0III 0,3 92 0,2

Oktober I 1,8 90 1,6II 3,8 81 3,1III 4,4 94 4,1

Nopember I 16,3 61 10,0II 13,7 66 9,0III 39,0 57 22,2

Desember I 44,8 63 28,2II 96,0 64 61,4III 86,7 62 53,7

Page 85: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

85

Bulan Ketersediaan

Dasarian Air

JAN I 76,4 58,1 56,1 54,1 43,3 37,8 21,6 18,3 20,3 22,4 33,2 38,6 54,8

JAN II 47,5 62,2 58,1 56,1 54,1 43,3 37,8 14,3 18,3 20,3 22,4 33,2 38,6

JAN III 58,3 44,6 62,2 58,1 56,1 54,1 43,3 31,8 14,3 18,3 20,3 22,4 33,2

FEB I 62,1 38,9 59,7 55,8 53,8 51,9 37,5 16,8 20,6 22,6 24,5

FEB II 66,4 38,9 59,7 55,8 53,8 37,5 16,8 20,6 22,6

FEB III 62,2 38,9 59,7 55,8 37,5 16,8 20,6

MAR I 59,7 15,4 38,4 59,0 44,3 38,0 17,5

MAR II 36,9 20,5 15,4 38,4 16,4 5,1 38,0

MAR III 44,4 39,5 22,6 16,9 4,9 16,9 5,6

APR I 15,2 39,4 34,5 19,7 14,8 -24,1 4,9 14,8 4,9

APR II 23,4 49,2 39,4 34,5 19,7 14,8 -25,8 9,8 4,9 14,8 4,9

APR III 17,8 51,1 49,2 39,4 34,5 19,7 14,8 -33,2 1,8 9,8 4,9 14,8 4,9

MEI I 12,9 51,9 50,1 48,3 38,6 33,8 19,3 -39,0 1,8 1,8 9,7 4,8 14,5

MEI II 10,0 55,5 51,9 50,1 48,3 38,6 33,8 -45,5 3,6 1,8 1,8 9,7 4,8

MEI III 9,3 39,8 61,1 57,1 55,1 53,1 42,5 -30,5 -21,2 4,0 2,0 2,0 10,6

JUN I 2,2 33,4 51,2 47,9 46,2 44,6 -33,4 -17,8 3,3 1,7 1,7

JUN II 4,0 33,4 51,2 47,9 46,2 -33,4 -17,8 3,3 1,7

JUN III 1,9 33,4 51,2 47,9 -33,4 -17,8 3,3

JUL I 1,7 31,4 48,1 -31,4 -16,7

JUL II 0,8 31,4 -31,4

JUL III 0,3

AGT I 0,2

AGT II 0,1

AGT III 0,2

SEP I 0,1

SEP II 0,3

SEP III 0,2

OKT I 0,1

OKT II 1,5

OKT III 7,6

NOP I 7,0 14,8 -7,8

NOP II 18,7 19,7 14,8 -1,0 4,9

NOP III 35,9 34,5 19,7 14,8 1,3 14,8 4,9

DES I 34,0 42,8 37,5 21,4 16,1 -8,8 5,4 16,1 5,4

DES II 42,5 53,5 42,8 37,5 21,4 16,1 -11,1 10,7 5,4 16,1 5,4

DES III 57,2 61,1 58,9 47,1 41,2 23,6 17,7 -3,9 2,2 11,8 5,9 17,7 5,9

Kebutuhan air tanaman kedelai defisit / surplus

( mm ) ( mm )

Lampiran : 11 Keseimbangan air antara kebutuhan air dan ketersediaan air Tahun 1981-1995

Page 86: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

86

Lampiran : 12 Keseimbangan air antara kebutuhan air dan ketersediaan air Tahun 1996 - 2010

Bulan Ketersediaan

Dasarian Air

JAN I 52,4 57,9 55,9 53,9 43,1 37,7 21,6 5,49 3,47 1,45 -9,33 -14,7 -30,9

JAN II 41,4 62,0 57,9 55,9 53,9 43,1 37,7 -9,53 -5,49 -3,47 -1,45 9,33 14,7

JAN III 50,6 40,4 62,0 57,9 55,9 53,9 43,1 12 -9,53 -5,49 -3,47 -1,45 9,33

FEB I 81,0 44,0 67,4 63,0 60,8 58,6 8,46 -15 -10,6 -8,4 -6,2

FEB II 73,1 44,0 67,4 63,0 60,8 8,46 -15 -10,6 -8,4

FEB III 68,7 44,0 67,4 63,0 8,46 -15 -10,6

MAR I 57,5 15,3 38,2 58,6 42,2 14,2 -6,18

MAR II 36,0 20,4 15,3 38,2 15,6 5,1 14,2

MAR III 33,9 35,7 20,4 15,3 -1,82 15,3 5,1

APR I 38,1 38,9 34,1 19,5 14,6 -0,83 4,87 14,6 4,87

APR II 27,4 48,7 38,9 34,1 19,5 14,6 -21,3 9,73 4,87 14,6 4,87

APR III 16,1 50,5 48,7 38,9 34,1 19,5 14,6 -34,3 1,83 9,73 4,87 14,6 4,87

MEI I 9,1 49,2 47,5 45,8 36,6 32,1 18,3 -40,2 1,72 1,72 9,16 4,58 13,7

MEI II 19,8 52,7 49,2 47,5 45,8 36,6 32,1 -32,9 3,44 1,72 1,72 9,16 4,58

MEI III 9,6 34,4 52,7 49,2 47,5 45,8 36,6 -24,8 -18,3 3,44 1,72 1,72 9,16

JUN I 5,0 32,3 49,5 46,2 44,6 43,0 -32,3 -17,2 3,23 1,61 1,61

JUN II 5,3 32,3 49,5 46,2 44,6 -32,3 -17,2 3,23 1,61

JUN III 5,7 32,3 49,5 46,2 -32,3 -17,2 3,23

JUL I 0,0 30,0 46,0 -30 -16

JUL II 1,1 30,0 -30

JUL III 8,7

AGT I 0,0

AGT II 1,0

AGT III 0,0

SEP I 0,0

SEP II 0,0

SEP III 0,2

OKT I 1,6

OKT II 3,1

OKT III 4,1

NOP I 10,0 15,9 -5,94

NOP II 9,0 21,2 15,9 -12,2 5,3

NOP III 22,2 37,1 21,2 15,9 -14,9 15,9 5,3

DES I 28,2 44,4 38,8 22,2 16,6 -16,2 5,55 16,6 5,55

DES II 61,4 55,5 44,4 38,8 22,2 16,6 5,96 11,1 5,55 16,6 5,55

DES III 53,7 57,6 55,5 44,4 38,8 22,2 16,6 -3,83 2,08 11,1 5,55 16,6 5,55

Kebutuhan air tanaman kedelai

( mm )

defisit / surplus

( mm )

Page 87: PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

87

Lampiran : 13. Hasil Analisis Tanah di daerah Kubutambahan

Hasil Analisis Tanah di daerah Kubutambahan

Analisis Tanah Metode Hasil KeteranganC Organik Walkley & Black 1,81 % RendahKadar Air - Kering Udara

(KU)- Kapasitas Lapang

(KL)

Gravimetri

Gravimetri

6,41 %

32,16 %

Tekstur- Pasir- Debu- Liat

PipetPipetPipet

45,40 %38,74 %15,86 %

Lempung Berdebu

(Sumber : Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Udayana,2013)