KAJIAN SIFAT LISTRIK MEMBRAN TELUR TERHADAP...

download KAJIAN SIFAT LISTRIK MEMBRAN TELUR TERHADAP …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/62166/5/BAB II... · pemisahan, dan pemurnian zat-zat yang peka ... dan biasanya berbentuk

If you can't read please download the document

Transcript of KAJIAN SIFAT LISTRIK MEMBRAN TELUR TERHADAP...

  • 1

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Perkembangan teknologi membran saat ini

    telah meluas pada berbagai kalangan, baik

    kalangan akademis maupun industri. Salah

    satu aplikasi teknologi membran adalah

    teknologi pemisahan zat-zat kimia yang

    sangat penting dalam kehidupan. Teknologi

    membran memiliki banyak keunggulan

    dibandingkan proses-proses pemisahan

    lainnya, antara lain dalam hal energi,

    sederhana, dan ramah lingkungan.

    Keberhasilan proses pemisahan dengan

    membran tergantung pada kualitas membran

    tersebut. Beberapa parameter yang penting

    dalam menentukan kualitas suatu membran

    diantaranya yaitu mempunyai permeabilitas

    yang tinggi, selektifitas yang tinggi, stabil

    pada temperatur yang tinggi, kestabilan

    mekanik dan tahan terhadap zat kimia yang

    akan dipisahkan [1]. Membran dapat

    bertindak sebagai filter yang sangat spesifik

    dimana hanya molekul-molekul dengan

    ukuran tertentu saja yang dapat melewati

    membran, sedangkan molekul lainnya akan

    tertahan di permukaan membran. Oleh karena

    itu, teknologi membran merupakan pilihan

    yang tepat untuk keperluan penyaringan,

    pemisahan, dan pemurnian zat-zat yang peka

    terhadap senyawa kimia dan lingkungan [2].

    Walaupun demikian, membran mempunyai

    keterbatasan seperti terjadinya fenomena

    polarisasi konsentrasi, fouling (penyumbatan),

    terbatasnya volume air terolah yang dihasilkan

    dan juga keterbatasan umur membran [3].

    Membran merupakan suatu lapisan yang

    memisahkan dua fasa dan mengatur

    perpindahan massa dari kedua fasa yang

    dipisahkan. Karakteristik fasa tersebut

    diantaranya perbedaan konsentrasi, tekanan,

    suhu, komposisi larutan dan viskositas [4].

    Membran terdiri dari dua jenis yaitu membran

    alami (membran biologi) dan membran buatan

    (membran sintetik). Membran alami adalah

    membran dalam proses-proses kehidupan

    makhluk hidup dan biasanya terdapat dalam

    sel makhluk hidup. Komponen utama

    membran alami adalah lipid dan protein.

    Membran sintetik adalah membran yang

    terbuat dari berbagai bahan sesuai kebutuhan

    dan biasanya berbentuk padat atau cair [5].

    Membran telur adalah salah satu contoh dari

    membran alami. Membran telur terletak pada

    bagian dalam telur yaitu selaput yang melapisi

    antara cangkang dan putih telur.

    Efektivitas kerja suatu membran dapat

    ditentukan melalui karakteristik membran

    yang digunakan. Karakterisasi membran yang

    banyak dilakukan adalah karakterisasi

    membran secara fisika yang ditinjau dari sifat

    listrik, termal dan mekanik. Sifat kelistrikan

    membran dipengaruhi oleh aliran elektron dan

    ion-ion yang melintasi membran. Aliran ion-

    ion ini dapat menentukan aliran arus dalam

    membran dan proses transport lainnya.

    Berdasarkan karakteristik Arus-Tegangan

    dapat ditentukan ohmik atau tidaknya suatu

    membran di dalam larutan elektrolit, daya

    tahan listrik dan konduktansinya. Informasi

    dari sifat kelistrikan membran tersebut sangat

    berguna untuk mengetahui kualitas membran.

    Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

    mekanisme transport ion yang melewati

    membran telur ayam berdasarkan pengukuran

    sifat kelistrikan dan mempelajari pengaruh

    konsentrasi, valensi ion, suhu dan frekuensi

    terhadap sifat listriknya.

    Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat

    memberikan informasi mengenai karakteristik

    dan mekanisme transport ion pada membran

    telur ayam, sehingga diperoleh masukan yang

    penting untuk kemajuan dalam bidang

    teknologi membran

    Hipotesis

    1. Konsentrasi ion larutan eksternal berbanding lurus dengan tegangan,

    konduktansi dan gradien kurva Arus-

    Tegangan membran.

    2. Valensi ion larutan eksternal mempengaruhi tegangan dan konduktansi listrik membran.

    3. Semakin tinggi suhu larutan eksternal, maka semakin tinggi tegangan, konduktansi dan

    gradien kurva Arus-Tegangan membran.

    4. Semakin besar frekuensi maka semakin besar konduktansi listrik membran.

    TINJAUAN PUSTAKA

    1. Membran Telur

    1.1. Karakteristik Membran

    Membran biologi digambarkan sebagai

    dua dimensi fluida yang terdiri dari dua

    lembaran berisi sebagian besar molekul

    lipid. Model Mosaik Fluida menggambarkan

    membran lipid terbaik. Dalam model ini,

    permukaan terluar terdiri dari ikatan ionik dan

    polar yang berinteraksi dengan larutan air,

    sedangkan bagian dalam membran terdiri dari

    rantai hidrokarbon lipid (Gambar 1) [6].

  • 2

    Gambar 1. Membran lipid berdasarkan Model

    Mosaik Fluida

    Secara umum membran dapat didefinisikan

    sebagai suatu lapisan tipis semipermeable di

    antara dua fasa yang berbeda. Fasa pertama

    disebut feed atau larutan pengumpan dan fasa

    kedua disebut permeate atau hasil pemisahan.

    Fungsi utama dari membran ialah sebagai

    lapisan semipermeable yang dapat

    melewatkan dan menahan komponen tertentu

    dalam suatu campuran [7]. Membran yang

    dipergunakan harus bersifat inert terhadap

    larutan uji, selektif terhadap ion tertentu,

    memiliki kepekaan yang baik, memenuhi

    harga faktor Nernst dan dapat dicetak sesuai

    dengan ukuran yang diinginkan [8].

    Kemampuan pemisahan yang dimiliki

    membran untuk melewatkan suatu komponen

    atau molekul dipengaruhi oleh tekanan,

    potensial listrik dan sifat intrinsik membran.

    Berdasarkan prinsip struktur dan

    pemisahannya, membran dibagi menjadi tiga

    tipe yaitu membran porous (mikrofiltrasi dan

    ultrafiltrasi), membran nonporous (separasi

    gas, pervaporasi, dialisis) dan membran

    carrier [9]. Klasifikasi pori menurut IUPAC

    dapat dikelompokkan menjadi macropores

    (>50nm), mesopores (2-50nm), dan

    micropores (

  • 3

    Gambar 2. Struktur Telur

    struktur telur dapat dibagi menjadi 9 bagian

    yaitu:

    1. Kulit telur dengan permukaan yang agak berbintik-bintik.

    2. Membran kulit luar dan dalam yang tipis, berpisah pada ujung yang tumpul dan

    membentuk ruang udara.

    3. Putih telur bagian luar yang tipis dan berupa cairan.

    4. Putih telur yang kental dan kokoh berbentuk kantung albumen.

    5. Putih telur bagian dalam yang tipis dan berupa cairan.

    6. Struktur keruh berserat yang terlihat pada kedua ujung kuning telur disebut sebagai

    khalaza yang berfungsi memantapkan

    posisi kuning telur.

    7. Lapisan tipis yang mengelilingi kuning telur disebut membran fitelin.

    8. Benih atau bastodisc yang terlihat sebagai bintik kecil pada permukaan kuning telur.

    Pada telur yang terbuahi, benih ini

    berkembang menjadi anak ayam.

    9. Kuning telur yang terbagi menjadi kuning telur berwarna putih dari benih ke pusat

    kuning telur dan kuning telur yang

    berlapis yang merupakan bagian terbesar.

    Tabel 1. Komposisi Tiga Komponen Pokok

    Telur (%) [http://www.animalcorner.

    co.uk/.../chicken_eggs.html]

    Bahan

    penyusun

    Kulit Albumin Kuning telur

    Bahan

    organik

    95,1 - -

    Protein 3,3 12,0 17,0

    Glukosa - 0,4 0,2

    Lemak - 0,3 32,2

    Garam - 0,3 0,3

    Air 1,6 87,0 48,5

    2. Larutan Elektrolit

    Larutan adalah campuran yang bersifat

    homogen atau sama. Berdasarkan daya hantar

    listriknya, larutan terbagi menjadi dua

    (Tabel 2), yaitu:

    1. Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik, terdiri

    dari:

    a. Elektrolit Kuat Larutan elektrolit kuat adalah

    larutan yang mempunyai daya hantar

    listrik yang kuat, karena zat terlarutnya

    di dalam pelarut (umumnya air)

    seluruhnya berubah menjadi ion-ion

    ( = 1). Contoh elektrolit kuat adalah

    asam-asam kuat (HCl, H2SO4, dll),

    basa-basa kuat (NaOH, KOH, dll) dan

    garam-garam yang mudah larut, seperti

    NaCl, KCl, dan lain-lain.

    b. Elektrolit Lemah Larutan elektrolit lemah adalah

    larutan yang daya hantar listriknya

    lemah dengan derajat ionisasi sebesar

    < 1. Yang tergolong elektrolit lemah

    adalah asam-asam lemah seperti: AgCl,

    CaCrO4, dan lain-lain

    2. Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik,

    karena zat terlarutnya didalam pelarut

    tidak dapat menghasilkan ion-ion (tidak

    mengion). Contoh larutan non elektrolit

    adalah larutan gula, sukrosa, alkohol, dan

    lain-lain [14].

    Tabel 2. Perbandingan Sifat-Sifat Larutan

    Elektrolit dan Larutan Non

    Elektrolit

    Larutan

    Elektrolit

    Larutan Non

    Elektrolit

    1.

    2.

    3.

    4.

    Dapat

    menghantarkan

    listrik.

    Terjadi proses

    ionisasi

    (terurai

    menjadi ion-

    ion).

    Lampu dapat

    menyala terang

    atau redup dan

    ada gelembung

    gas.

    Contoh: NaCl,

    H2SO4, MgCl2, CH3COOH

    1.

    2.

    3.

    4.

    Tidak dapat

    menghantarkan

    listrik.

    Tidak terjadi proses

    ionisasi.

    Lampu tidak

    menyala dan tidak

    ada gelembung gas.

    Contoh: C12H22O11,

    CO(NH2)2, etanol,

    C6H12O6

    http://www.animalcorner.co.uk/.../chicken_eggs.htmlhttp://www.animalcorner.co.uk/.../chicken_eggs.htmlhttp://www.animalcorner.co.uk/.../chicken_eggs.html

  • 4

    Larutan elektrolit dapat bersumber dari

    senyawa ion (senyawa yang mempunyai

    ikatan ion) atau senyawa kovalen polar

    (senyawa yang mempunyai ikatan kovalen

    polar). Larutan elektrolit mengandung atom-

    atom bermuatan listrik (ion-ion) yang

    bergerak bebas, hingga mampu untuk

    menghantarkan arus listrik melalui larutan.

    Pada tahun 1887, Svante Arrhenius

    mengusulkan sebuah teori ionisasi untuk

    menjelaskan sifat-sifat larutan elektrolit.

    Pokok-pokok teori Arrhenius adalah sebagai

    berikut [2]:

    1. Molekul elektrolit pada larutan dengan pelarut air akan berdissosiasi menjadi dua

    partikel atau lebih yang disebut ion.

    2. Ion-ion bermuatan listrik (positif atau negatif) dan muatan-muatan inilah yang

    dapat menyebabkan arus listrik dapat

    mengaliri larutan.

    Sifat suatu larutan ditentukan oleh

    konsentrasi. Konsentrasi adalah jumlah zat

    terlarut dalam satuan pelarut atau larutan.

    Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dalam

    persen, molar, molal, fraksi mol, persen mol,

    dan ppm. Konsentrasi molar atau molaritas

    (M) menyatakan banyaknya partikel zat

    terlarut dalam 1 liter larutan, yaitu [15]:

    tan1 laruliter

    terlarutzatmolM (1)

    3. Pemodelan Membran

    Secara elektronik bahan dielektrik pada

    plat paralel bisa dianalisis dengan rangkaian

    paralel antara resistor dan kapasitor.

    Hubungan perubahan nilai kapasitansi sebesar

    0CCC terkait dengan perubahan muatan

    q dapat diilustrasikan dalam aliran arus

    maupun dalam bentuk impedansinya:

    CVj

    dt

    dVC

    dt

    qdi

    V

    qC

    (2)

    Gambar 3. Bahan Dielektrik dengan Sumber

    Tegangan AC serta Rangkaian

    Ekivalennya [16]

    Hasil pengukuran kapasitansi bisa diubah ke

    dalam besaran listrik lainnya seperti tegangan

    atau arus. Perubahan arus total pada rangkaian

    adalah penjumlahan arus pada kapasitor dan

    resistor (Gambar 3), sehingga:

    VR

    Cji

    R

    VCVjiii s

    1

    (3)

    Nilai arusnya menjadi:

    VR

    CjI

    VR

    CjCjiII

    1

    100

    (4)

    Atau dalam impedansinya menjadi: 1

    1

    RCj

    I

    V

    Y

    iZ (5)

    Membran netral dapat dimodelkan sebagai

    rangkaian elektronik antara R dan C yang

    tersusun paralel seperti pada Gambar 4 [5].

    Dari pemodelan membran maka dapat

    ditentukan konduktansi dan kapasitansinya

    sebagai berikut:

    mm CiGZ

    1 (6)

    Gambar 4. Model Elektronika Membran

    4. Karakteristik Kelistrikan Membran

    4.1. Konduktansi Membran

    Salah satu sifat listrik yang dimiliki

    membran adalah konduktivitas. Sifat ini

    muncul karena adanya interaksi antara ion

    dengan membran. Besarnya konduktansi

    membran dapat diperoleh dengan

    menggunakan pendekatan persamaan sebagai

    berikut:

    pGnG (7)

    dengan, G = konduktansi

    pG = konduktansi tiap pori

    n = jumlah pori membran [7]

    Nilai pG ditentukan oleh beberapa faktor

    diantaranya geometri pori, konsentrasi pori

    dan mobilitas ionnya. Dengan asumsi bahwa

    ion di dalam suatu medium dielektrik akan

    mengalami interaksi elektrostatik dengan

    membran, maka ion tersebut memiliki energi

  • 5

    diri sebesar U. Energi ini merupakan integral

    dari medan listrik permukaan membran. Maka

    besarnya energi diri (U) untuk suatu ion dalam

    medium terbatas dengan konstanta dielektrik

    yang bervalensi z dan berjarak a adalah :

    a

    qzU

    0

    22

    8 (8)

    dengan:

    z = bilangan valensi ion

    = konstanta dielektrik

    q = muatan ion

    = tergantung konstanta geometri dan

    dielektrik (pendekatan 0,2)

    0 = konstanta resapan

    m = konstanta dielektrik membran

    b = jari-jari pori

    Nilai U sangat tergantung pada . Nilai

    membran berkisar dari 3-4 dan larutan 78,5

    [17].

    Untuk melewati pori membran akibat

    adanya interaksi dengan membran, energi

    bebas (U) bergantung dari seberapa dekat

    ion pada membran, maka dapat dituliskan

    energi bebasnya sebagai berikut:

    b

    qzU

    m

    0

    22

    4 (9)

    Secara umum konduktansi membran

    merupakan fungsi suhu, yang merupakan

    fungsi eksponensial dan terkait dengan

    perubahan energi diri ionnya [4]. Konduktansi

    membran tersebut dapat dituliskan sebagai

    berikut :

    kT

    dUGG exp0 (10)

    Berdasarkan Gambar 3, membran yang

    tersusun seri oleh dua lapisan berbeda

    (skinlayer dan sublayer) memiliki kapasitansi

    (Cm) dan konduktansi (Gm) sebagai berikut:

    22122

    21

    1222

    212121

    2

    CCGG

    CGCGCCCCCm

    (11)

    221

    2221

    1222

    21

    22121

    CCGG

    GCGCGGGGGm

    (12)

    dengan:

    C1 = kapasitansi skin layer

    C2 = kapasitansi sub layer

    G1 = konduktansi skin layer

    G2 = konduktansi sub layer

    = frekuensi angular

    Pada frekuensi sangat rendah ( ~ 0),

    kapasitansi membran adalah sebesar:

    mC ( ~ 0) = 221

    1222

    21

    GG

    CGCG

    (13)

    Kapasitansi membran akan menurun

    dengan peningkatan nilai frekuensi menuju

    nilai minimum yang setara dengan kapasitansi

    dua kapasitor yang dihubungkan secara seri,

    yaitu:

    mC ( ~ ) = 21

    21

    CC

    CC

    (14)

    Sebaliknya, pada frekuensi rendah ( ~ 0)

    konduktansi membran akan memiliki nilai

    minimum setara dengan dua konduktor yang

    dihubungkan secara seri:

    mG ( ~ 0) = 21

    21

    GG

    GG

    (15)

    Nilai konduktansi ini akan naik dengan

    peningkatan nilai frekuensi menuju nilai

    maksimum (pada frekuensi sangat tinggi)

    sebesar :

    mG ( ~ ) = 221

    1212

    21

    CC

    GCGC

    (16)

    Spektra konduktansi dan kapasitansi

    membran dalam larutan eksternal seperti

    terlihat pada Gambar 5. Solusi total

    kapasitansi dan konduktansi dari rangkaian

    seri untuk membran ditambah elektrolit

    (Gambar 6) adalah [18]:

    222

    2

    mem

    em

    CGG

    GCC

    (17)

    22222

    mem

    ememem

    CGG

    GCGGGGG

    (18)

    Konduktansi merupakan ukuran terpenting

    yang menggambarkan kemampuan suatu

    bahan untuk membawa arus listrik.

    Konduktansi (G) adalah kebalikan dari

    resistansi (R), yang dihubungkan oleh [19]:

    RG

    1 (19)

    Gambar 5. Konduktansi dan Kapasitansi

    Membran dalam Larutan

    Eksternal

    Cm

    Gm

    f

    f

  • 6

    Gambar 6. Rangkaian dalam Sistem Membran

    dan Elektrolit, skinlayer dan

    sublayer Tersusun Kombinasi C

    dan G

    dengan I

    VR , dimana R adalah resistansi

    (ohm), V adalah tegangan membran (Volt)

    dan I adalah arus yang diberikan (Ampere).

    Satuan internasional untuk konduktansi adalah

    ohm1 atau Siemen (S).

    Bila suatu larutan elektrolit dialiri arus

    maka akan terjadi proses transport ion.

    Transport ini dipengaruhi oleh resistansi dan

    konduktansi larutan elektrolit. Konduktansi

    larutan elektrolit didefinisikan sebagai suatu

    ukuran kemampuan larutan untuk membawa

    arus listrik. Konduktansi larutan dipengaruhi

    oleh konsentrasi atau jumlah ion, mobilitas

    ion, ion valensi, transport ion, aktivitas ion

    dan suhu. Ion-ion dalam larutan akan mengalir

    dan menembus membran dengan aktivitas

    berbeda-beda. Semakin besar nilai

    konduktansi listrik berarti kemampuan dalam

    menghantarkan listrik semakin besar.

    Umumnya semakin tinggi konsentrasi atau

    semakin banyak jumlah ion, maka

    konduktansi listrik akan semakin tinggi.

    Hubungan ini terus berlaku hingga larutan

    menjadi jenuh dan mobilitas menurun. Suhu

    yang tinggi mengakibatkan viskositas air

    menjadi turun dan ion-ion dalam air bergerak

    cepat [20]. Energi yang dibutuhkan agar

    elektron valensi masuk ke elektron bebas juga

    semakin besar sehingga mempengaruhi nilai

    konduktansi listrik yang juga semakin

    meningkat.

    4.2. Arus dan Tegangan Membran

    Rapat arus dari ion pembawa yang

    bergerak di dalam larutan yang menembus

    membran diberikan oleh persamaan berikut:

    dx

    dPq

    dx

    dPkTJ ppp

    (20)

    dx

    dNq

    dx

    dNkTJ nnn

    (21)

    N, P adalah konsentrasi ion pembawa

    muatan negatif dan positif. T adalah suhu, J

    adalah rapat arus, np , masing-masing

    merupakan mobilitas ion positif dan negatif,

    adalah beda potensial (beda tegangan), k

    adalah konstanta Boltzman. Persamaan diatas

    menunjukkan bahwa arus dipengaruhi oleh

    besarnya beda tegangan dan beda konsentrasi

    muatan pembawa. Semakin besar beda

    konsentrasi muatan pembawa dan beda

    tegangan maka semakin besar pula arus yang

    mengalir pada membran. Bila konsentrasi

    muatan pembawa dibiarkan konstan maka

    dapat dibuat hubungan beda tegangan dan

    arus. Dengan memplotkan beda tegangan

    membran dan arus maka akan didapat

    karakteristik Arus-Tegangan dari membran

    beserta persamaannya. Pada keadaan

    setimbang dan arus yang mengalir kecil

    sekali, maka konsentrasi pembawa muatan

    mengikuti persamaan distribusi Maxwell-

    Boltzman, yaitu:

    )exp(

    )exp(

    kToi

    kToi

    i

    i

    qNN

    qPP

    (22)

    Untuk membran yang hanya dapat dilalui

    oleh satu jenis ion saja dan tidak ada sumber

    arus, maka beda tegangan diberikan oleh

    persamaan Nernst berikut:

    i

    IIi

    i

    Ii

    i

    jia

    jia

    F

    RTln (23)

    dengan ia adalah aktivitas ion, ji

    adalah

    nisbah permeabilitas ion i terhadap ion j yang

    harganya tidak gayut larutan. Jika larutannya

    hanya terdiri atas satu jenis anion atau kation

    saja, maka beda tegangan ditulis sebagai

    berikut:

    II

    I

    II

    I

    iC

    C

    F

    RT

    C

    C

    F

    RTlnln (24)

    dengan C menyatakan konsentrasi ion, indeks

    I dan II menyatakan larutan, sedangkan + dan

    - menyatakan jenis muatan ion. Dengan

    memodifikasi konsentrasi larutan maka akan

    didapat variasi beda tegangan pada membran.

    Dari persamaan (24) beda tegangan hanya

    dapat dihubungkan secara linier dengan

    konsentrasi [21].

    BAHAN DAN METODE

    Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium

    Biofisika Departemen Fisika Fakultas

    Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam