KAJIAN PERCEPATAN DISEMINASI INOVASI M-KRPL...

16
Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 637 KAJIAN PERCEPATAN DISEMINASI INOVASI M-KRPL MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN KELUARGA DI PROVINSI JAWA BARAT Sri Hartati 1 dan Agus Hasbianto 2 1 Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Selatan Jl. A. Yani km. 35 Banjarbaru, Kalimantan Selatan 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan Jl. P. Batur Barat No. 4 Banjarbaru, Kalimantan Selatan e-mail: [email protected] ABSTRAK Pemanfaatan lahan pekarangan untuk tanaman pangan, obat-obatan, ikan, ternak dan lain- lain berprosfek untuk pendapatan jika dikelola dengan baik. Ketahanan dan kemandirian pangan nasional harus dimulai dari rumah tangga (pernyataan Presiden RI, komperensi DKP di JICC, 2010), dengan demikian berarti pemanfaatan lahan pekarangan untuk pengembangan pangan rumah tangga sebagai alternatif mewujudkan kemandirian pangan rumah tangga tersebut. Perhatian/minat masyarakat terhadap pemanfaatan lahan pekarangan relatif masih kurang dan pengembangan berbagai inovasi yang terkait dengan lahan pekarangan belum banyak berkembang seperti yang diharapkan. Makalah ini dibuat bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis aspek sosial, ekonomi dan kelembagaan serta jejaring kerjasama dalam implementasi M-KRPL spesifik lokasi. Data diperoleh melalui survey, FGD dan indepth interview dengan pendekatan PRA pada 30 KK/RPL dari Kecamatan Sindang Sari dan Kecamatan Babakan Jati Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat. Dari hasil kajian diketahui bahwa KRPL mulai dapat diterima masyarakat jawa barat dilihat dari aspek sosial, ekonomi dan kelembagaan serta jejaring kerjasama dalam implementasi karena mempunyai dampak langsung bagi rumah tangga dan menunjang kebutuhan pangan keluarga. Kata kunci : pemanfaatan lahan pekarangan, KRPL, ketahanan pangan. Pendahuluan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) mengacu pada konsep M-KRPL (Model Kawasan Rumah Pangan Lestari) yang merupakan salah satu kegiatan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian melalui BPTP selaku unit pelaksana teknis yang berada di setiap provinsi di Indonesia melalui dengan dukungan inovasi teknologi dan bimbingan teknis spesifik lokasi mendorong optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan yang masih belum optimal dimanfaatkan (10,3 juta ha atau 14 % dari keseluruhan luas lahan pertanian secara nasional) (Anonim, 2011), namun berpotensi sebagai penyedia bahan pangan yang bernilai gizi dan memiliki nilai ekonomis tinggi. Perhatian/minat masyarakat terhadap pemanfaatan lahan pekarangan relatif masih kurang dan pengembangan berbagai inovasi yang terkait dengan lahan pekarangan belum banyak berkembang seperti yang diharapkan. Pemanfaatan lahan pekarangan untuk

Transcript of KAJIAN PERCEPATAN DISEMINASI INOVASI M-KRPL...

Page 1: KAJIAN PERCEPATAN DISEMINASI INOVASI M-KRPL …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/semnas2014/72_srihartati.pdf · Pemanfaatan lahan pekarangan untuk tanaman pangan, obat-obatan,

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”,

Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 637

KAJIAN PERCEPATAN DISEMINASI INOVASI M-KRPL

MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN KELUARGA

DI PROVINSI JAWA BARAT

Sri Hartati1 dan Agus Hasbianto

2

1Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Selatan

Jl. A. Yani km. 35 Banjarbaru, Kalimantan Selatan 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan

Jl. P. Batur Barat No. 4 Banjarbaru, Kalimantan Selatan

e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Pemanfaatan lahan pekarangan untuk tanaman pangan, obat-obatan, ikan, ternak dan lain-

lain berprosfek untuk pendapatan jika dikelola dengan baik. Ketahanan dan kemandirian

pangan nasional harus dimulai dari rumah tangga (pernyataan Presiden RI, komperensi DKP

di JICC, 2010), dengan demikian berarti pemanfaatan lahan pekarangan untuk

pengembangan pangan rumah tangga sebagai alternatif mewujudkan kemandirian pangan

rumah tangga tersebut. Perhatian/minat masyarakat terhadap pemanfaatan lahan pekarangan

relatif masih kurang dan pengembangan berbagai inovasi yang terkait dengan lahan

pekarangan belum banyak berkembang seperti yang diharapkan. Makalah ini dibuat

bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis aspek sosial, ekonomi dan kelembagaan

serta jejaring kerjasama dalam implementasi M-KRPL spesifik lokasi. Data diperoleh

melalui survey, FGD dan indepth interview dengan pendekatan PRA pada 30 KK/RPL dari

Kecamatan Sindang Sari dan Kecamatan Babakan Jati Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa

Barat. Dari hasil kajian diketahui bahwa KRPL mulai dapat diterima masyarakat jawa barat

dilihat dari aspek sosial, ekonomi dan kelembagaan serta jejaring kerjasama dalam

implementasi karena mempunyai dampak langsung bagi rumah tangga dan menunjang

kebutuhan pangan keluarga.

Kata kunci : pemanfaatan lahan pekarangan, KRPL, ketahanan pangan.

Pendahuluan

Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) mengacu pada konsep M-KRPL (Model

Kawasan Rumah Pangan Lestari) yang merupakan salah satu kegiatan dari Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian melalui BPTP selaku unit pelaksana teknis yang berada di

setiap provinsi di Indonesia melalui dengan dukungan inovasi teknologi dan bimbingan

teknis spesifik lokasi mendorong optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan yang masih

belum optimal dimanfaatkan (10,3 juta ha atau 14 % dari keseluruhan luas lahan pertanian

secara nasional) (Anonim, 2011), namun berpotensi sebagai penyedia bahan pangan yang

bernilai gizi dan memiliki nilai ekonomis tinggi.

Perhatian/minat masyarakat terhadap pemanfaatan lahan pekarangan relatif masih

kurang dan pengembangan berbagai inovasi yang terkait dengan lahan pekarangan belum

banyak berkembang seperti yang diharapkan. Pemanfaatan lahan pekarangan untuk

Page 2: KAJIAN PERCEPATAN DISEMINASI INOVASI M-KRPL …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/semnas2014/72_srihartati.pdf · Pemanfaatan lahan pekarangan untuk tanaman pangan, obat-obatan,

Sri Hartati dan Agus Hasbianto : Kajian percepatan diseminasi inovasi m-KRPL | 638

tanaman pangan, obat-obatan, ikan, ternak dan lain-lain berprosfek untuk pendapatan jika

dikelola dengan baik.

Ketahanan dan kemandirian pangan nasional harus dimulai dari rumah tangga

(pernyataan Presiden RI, komperensi DKP di JICC, 2010), dengan demikian berarti

pemanfaatan lahan pekarangan untuk pengembangan pangan rumah tangga sebagai

alternatif mewujudkan kemandirian pangan rumah tangga tersebut.

Saat ini kawasan rumah pangan lestari mulai berjalan dan tersebar di wilayah

Indonesia, begitu juga di wilayah provinsi jawa barat. Untuk mendukung ketahanan pangan

keluarga di Jawa Barat, maka Kajian yang berjudul percepatan diseminasi inovasi M-KRPL

Mendukung ketahanan pangan keluarga dilaksanakan dengan tujuan untuk

mengidentifikasikan dan menganalisis aspek sosial, ekonomi dan kelembagaan serta jejaring

kerjasama dalam implementasi M-KRPL spesifik lokasi.

Metodologi

Data diperoleh melalui survey, FGD dan indepth interview (wawancara terstruktur

menggunakan kuesioner) di lokasi kajian dengan pendekatan PRA. Responden merupakan

kooperator awal maupun pengembangan (eskalasi) sebanyak 30 KK (30 RPL) dari

Kecamatan Sindang Sari (15 RPL) dan Kecamatan Babakan Jati (15 RPL) Kabupaten

Kuningan Provinsi Jawa Barat. Analisis data secara deskriptif dan tabulasi, analisis

kelembagaan digunakan untuk merumuskan model kelembagaan dan jejaring kerjasama

dalam implementasi M-KRPL, sedangkan analisis anggaran parsial untuk menghitung

penghematan pengeluaran rumah tangga.

Hasil Dan Pembahasan

Desa Sindangsari berbatasan dengan Desa Ancaran/Kec. Kuningan (Utara), Desa

Lengkong/Kec. Garawangi (Selatan), Desa Kaduagung/Kec. Sindang Agung (Timur) dan

Kelurahan Cijoho/Kec. Kuningan (Barat), dengan membawahi 5 Dusun, yaitu; Dusun

Kaliwon, Dusun Manis, Dusun Pahing, Dusun Puhun dan Dusun Wage. Desa Babakanjati

berbatasan dengan Desa Ciawi Gajah/Kec. Beber (Utara), Desa Timbang/Kec. Ciganda

Mekar (Selatan), Desa Winduhaji /Kec. Sedang (Timur) dan Desa Timbang/Kec. Ciganda

mekar (Barat) yang memiliki empat dusun, yakni Dusun I, Dusun II, Dusun III dan Dusun

IV.

Luas lahan pekarangan dan pemukiman di desa sindangsari 1,72 % dan 22,06 %,

adapun luas pekarangan dan pemukiman di desa babakan jati sebesar 7,09 % dan 11,35 %

dari total luas wilayah masing-masing desa. Luas wilayah menurut penggunaan di dua

lokasi kajian seperti terlihat pada Tabel 1.

Page 3: KAJIAN PERCEPATAN DISEMINASI INOVASI M-KRPL …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/semnas2014/72_srihartati.pdf · Pemanfaatan lahan pekarangan untuk tanaman pangan, obat-obatan,

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”,

Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 639

Tabel 1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Di Kab. Kuningan Provinsi Jabar

Luas Wilayah Menurut

Penggunaan

Desa Sindang sari Kecamatan

Sindang Agung

Desa Babakanjati

Kec. Cigandamekar

Pemukiman 30,793 ha/m2 16,000 ha/m

2

Persawahan 94,005 ha/m2 105,000 ha/m

2

Perkebunan 7,005 ha/m2 2,000 ha/m

2

Kuburan 1,612 ha/m2 3,500 ha/m

2

Pekarangan 2,397 ha/m2 10,000 ha/m

2

Perkantoran 0,079 ha/m2 1,000 ha/m

2

Prasarana umum 3,491 ha/m2 3,488 ha/m

2

Jumlah luas 139,570 ha/m2 140,988 ha/m

2

Sumber : Profil Desa Sindangsari dan Desa Babakanjati, 2011

Keragaan sumber daya manusia di dua lokasi kajian yang berpotensi untuk

mendukung pelaksanaan keglatan M-KRPL terlihat pada tabel 2 dengan jumlah kepala

keluarga masing-masing sebanyak 849 KK (desa sindang sari) dan 603 KK (desa

babakanjati).

Tabel 2. Potensi Sumber Daya Manusia Di Kabupaten Kuningan Provinsi Jabar

Potensi SDM Desa Sindang sari

Kecamatan Sindang

Agung

Desa Babakanjati

Kec. Cigandamekar

1. Laki-laki

1.529 Orang

1.122 Orang

2. Perempuan 1.472 Orang 1.208 Orang

3. Kepala Keluarga 849 KK 603 KK

4. Penduduk usia 18-56 th

Perempuan 828 Orang 900 Orang

Laki-laki 856 Orang 802 Orang

5. Penduduk masih sekolah

(usia 7-18 tahun)

Perempuan 297 Orang 286 Orang

Laki-laki 367 Orang 106 Orang

Sumber : Profil Desa Sindangsari dan Desa Babakanjati, 2011

Sumber mata pencaharian pokok warga desa sindangsari adalah sektor pertanian

dengan komposisi jenis pekerjaan antara lain; petani (24,03 %), buruh tani (27,62 %), PNS

(4,97 %), pedagang keliling (2,35 %) dan peternak (0,07 %). Sektor pertanian juga

merupakan sumber mata pencaharian pokok di desa babakanjati, dimana jenis pekerjaan

yang dilakukan sebagai petani (40,22 %), buruh tani (47,28 %), PNS (2,17 %), pedagang

keliling (0,11 %) dan peternak (1,20 %).

Lingkungan di sekitar perumahan penduduk di lokasi kajian (desa sindangsari dan

desa babakanjati) sudah tertata rapi dengan cara penataan disesuaikan dengan luasan

pekarangan yang dimiliki. Pada awal kegiatan tanaman-tanaman yang ditanam terutama

sayuran yang ada di pekarangan masih belum termanfaatkan secara optimal, hal ini

dikarenakan para ibu masih sayang untuk memanennya, sehingga cendrung belum

menikmati hasil tanaman yang dipeliharanya. Jadi tanaman dipekarangan hanya dirawat dan

dibiarkan tumbuh baik tapi tidak dikonsumsi. Namun saat kajian dilakukan ibi-ibu sudah

Page 4: KAJIAN PERCEPATAN DISEMINASI INOVASI M-KRPL …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/semnas2014/72_srihartati.pdf · Pemanfaatan lahan pekarangan untuk tanaman pangan, obat-obatan,

Sri Hartati dan Agus Hasbianto : Kajian percepatan diseminasi inovasi m-KRPL | 640

memanen tanaman (sayuran) untuk dikonsumsi, diberikan bagi yang membutuhkan bahkan

dijual dan menggantikannya dengan bibit yang baru. Ketersediaan air di lokasi kajian

terbatas karena hanya memiliki sungai dengan debit kecil. Saat musim kemarau tanaman

yang ada dipekarangan menjadi layu bahkan banyak yang mati, sehingga responden

cendrung tidak melalukan penanaman lanjutan diakibatkan kekurangan air.

Karakteristik responden RPL pada kajian ini pada umumnya adalah ibu – ibu dengan

pekerjaan utama sebagai ibu rumah tangga (70 %), PNS (6,67 %), dan kepala dusun/honor

guru/PTT Swasta (23,33 %). Usia responden berkisar antara 25-46 tahun dengan pendidikan

terakhir antara 9-16 th (53,33 %) dan usia > 46 tahun dengan pendidikan terakhir antara 6-

17 th (46,67 %).

Saat ini kawasan rumah pangan lestari mulai berjalan dan tersebar di wilayah Indonesia,

begitu juga di wilayah provinsi jawa barat. Kajian percepatan diseminasi inovasi M-KRPL

Mendukung ketahanan pangan keluarga yang dilakukan bertujuan untuk

mengidentifikasikan dan menganalisis aspek sosial, ekonomi dan kelembagaan serta jejaring

kerjasama dalam implementasi M-KRPL spesifik lokasi.

Implementasi dan Eskalasi m-KRPL

Pengembangan M-KRPL di Desa Sindangsari, Kecamatan Sindang Agung dimulai

bulan Nopember 2011, sedangkan dan Desa Babakanjati Kecamatan Cigandamekar yang

baru dimulai pada bulan Maret 2012, kedua desa kajian ini berada pada Kabupaten

Kuningan Jawa Barat. Kegiatan M-KRPL dimulai dengan memberdayakan dasawisma (10

KK) yang sudah ada di lokasi kajian yang merupakan kerjasama antara PKK, BKKBN,

Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian melalui program KWT dengan kegiatan UPGK yang

telah berlangsung empat tahun yang lalu, kemudian didukung oleh aparat desa, penyuluh

pertanian, dan tokoh masyarakat.

Tabel 3. Perkembangan dan jumlah peserta M-KRPL menurut strata di Desa Sindangsari,

Kecamatan Sindang Agung-Kuningan-Jawa Barat, 2011-2012

Keterangan Jumlah (KK) Perubahan (%)

1. Perkembangan peserta

a. RPL Awal (Nop’-Des’ 2011) 40 -

b. RPL 3 bulan (Peb’- Mar’ 2011) 60 150

c. RPL saat survey kajian (September

2012) 110 111,36

2. Komposisi menurut strata Jumlah (KK) %

a. Strata sempit (< 100m2) 75 68,18

b. Strata Sedang (100-200 m2) 30 27,27

c. Strata Luas (>200 m2) 5 4,55

Sumber: data primer, diolah.

Jumlah kepala keluarga Masing-masing desa pada awal kegiatan berjumlah 40 KK

(Tabel 3 DAN Tabel 4.). Pada tiga bulan berikutnya jumlah peserta yang menerapkan M-

KRPL di lokasi kajian bertambah hingga 150% - 220%, Jumlah ibu-bu rumah tangga yang

ingin mengimplentasikan program ini juga meningkat pada bulan-bulan selanjutnya. Hal ini

terbukti pada September 2012 peserta program ini menjadi 110 KK (desa sindangsari) dan

98 KK (desa babakanjati) meningkat antara 111,36% - 183,33 % dibandingkan pada bulan

sebelumnya. Dengan demikian, selama bulan Nopember 2011 – September 2012 dan

Page 5: KAJIAN PERCEPATAN DISEMINASI INOVASI M-KRPL …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/semnas2014/72_srihartati.pdf · Pemanfaatan lahan pekarangan untuk tanaman pangan, obat-obatan,

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”,

Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 641

bulan Maret 2012 – September 2012 jumlah peserta M-KRPL (KK) di Desa Sindangsari

Kecamatan Sindang Agung dan Desa Babakanjati Kecamatan Cigandamekar Kabupaten

Kuningan Jawa Barat terus meningkat, seperti juga ditunjukkan oleh Gambar 4 dan 5.

Jumlah peserta ini juga diperkirakan akan meningkat pada bulan-bulan berikutnya.

Gambar 4. Perkembangan jumlah RPL (KK) Desa Sindangsari, Kec. Sindang Agung

2011-2012 (Sumber: Tabel 3 diolah).

Tabel 4. Perkembangan dan jumlah peserta M-KRPL menurut strata di Desa Babakanjati,

Kecamatan Cigandamekar -Kuningan-Jawa Barat, 2012

Keterangan Jumlah (KK) Perubahan (%)

1. Perkembangan peserta

a. RPL Awal (Mar’-Apr’ 2012) 40 -

b. RPL 3 bulan (Juni - Juli 2012) 88 220

c. RPL saat survey kajian (September

2012) 98 183,33

2. Komposisi menurut strata Jumlah (KK) %

a. Strata sempit (< 100m2) 70 71,43

b. Strata Sedang (100-200 m2) 25 25,51

c. Strata Luas (>200 m2) 3 3,06

Sumber: data primer, diolah.

Page 6: KAJIAN PERCEPATAN DISEMINASI INOVASI M-KRPL …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/semnas2014/72_srihartati.pdf · Pemanfaatan lahan pekarangan untuk tanaman pangan, obat-obatan,

Sri Hartati dan Agus Hasbianto : Kajian percepatan diseminasi inovasi m-KRPL | 642

Gambar 5. Perkembangan jumlah RPL (KK) Desa Babakanjati, Kec. Cigandamekar

Kuningan-Jawa Barat, Tahun 2012 (Sumber: Tabel 4 diolah).

Jumlah peserta yang menerapkan program ini tidak hanya pada lokasi kajian, akan

tetapi sejak Maret 2011 dan Juli 2012 telah diadopsi oleh sebanyak 28 KK di luar desa

sindangsari dan babakanjati. Kondisi ini menunjukkan bahwa M-KRPL telah banyak

diminati warga desa terutama oleh ibu-ibu rumah tangga. Dilihat dari strata pengembangan

program ini, tampaknya lebih banyak diimplementasikan dalam strata sempit. Hal ini

terlihat dari sebanyak 110 KK (desa sindangsari) dan 98 KK (desa babakanjati) yang

menerapkan program ini ada 68,18 % dan 71,43 pada strata sempit (<100 m2

) (Tabel 3,4

dan Gambar 6 dan 7.). Sementara yang menerapkan pada strata sedang (100 – 200 m2)

sebesar 27,27% dan 25,51%, sedangkan pada strata luas (> 200 m2 ) hanya 4,55% dan

3,06%.

Gambar 6. Komposisi Jumlah Peserta RPL (%) Menurut Strata di Desa Sindangsari

Kecamatan Sindang Agung Kabupaten Kuningan- Jawa Barat, 2012 (Sumber:

Tabel 3 diolah).

Page 7: KAJIAN PERCEPATAN DISEMINASI INOVASI M-KRPL …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/semnas2014/72_srihartati.pdf · Pemanfaatan lahan pekarangan untuk tanaman pangan, obat-obatan,

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”,

Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 643

Gambar 7. Komposisi Jumlah Peserta RPL (%) Menurut Strata Desa Babakanjati

Kecamatan Cigandamekar Kabupaten Kuningan- Jawa Barat, 2012 (Sumber:

Tabel 4 diolah).

Keragaan sumber informasi untuk mengetahui M-KRPL dan alasan peserta RPL

menerapkannya disajikan pada Tabel 5. Sebagian besar responden (80%) mengatakan

bahwa penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) yang ada di desa Sindangsari dan desa

Babakanjati sebagai sumber informasi tentang adanya program M-KRPL, kemudian sebesar

63,33 % dengan melihat langsung program ini di Kebun Benih Desa (KBD). Responden

juga mengatakan bahwa mereka tahu program ini karena informasi dari BPTP Jabar dan

mendengar dari tetangganya dengan persentase yang sama yakni sebanyak 60 %.

Tabel 5. Sumber informasi dan alasan peserta mengembangkan RPL di Desa Sindangsari,

Kecamatan Sindang Agung 2011-2012 dan Desa Babakanjati, Kecamatan

Cigandamekar Kuningan-Jawa Barat, Tahun 2012

Keterangan %

1. Sumber Informasi

a. Melihat langsung 63,33

b. Tetangga 60,00

c. PPL 80,00

d. BPTP 60,00

2. Alasan tertarik mengembangkan RPL

a. Hobby 80,00

b. Ikut—ikutan 53,33

c. Supaya ada kegiatan 56,67

d. Mendapat ilmu bertanam sayuran 3,33

e. Mengurangi pengeluaran keluarga 13,33

f. Menghilangkan stress 3,33

g. Menambah estetika pekarangan 16,67

Sumber: data primer, diolah.

Page 8: KAJIAN PERCEPATAN DISEMINASI INOVASI M-KRPL …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/semnas2014/72_srihartati.pdf · Pemanfaatan lahan pekarangan untuk tanaman pangan, obat-obatan,

Sri Hartati dan Agus Hasbianto : Kajian percepatan diseminasi inovasi m-KRPL | 644

Informasi awal mengenai M-KRPL pertama kali diperoleh warga Desa Sindangsari

dan Desa Babakanjati pada dasarnya melalui sosialisasi oleh tim MKRPL Badan Litbang

Kementerian Pertanian termasuk BBP2TP dan BPTP Jabar serta sosialisasi oleh PPL yang

dilakukan di salah satu rumah warga (Desa Sindangsari) bulan Nopember - Desember 2011

dan di Balai Desa (Desa Babakanjati) pada bulan Maret - April 2012.

Ada beberapa alasan kenapa responden tertarik untuk mengembangkan M-KRPL.

Diantaranya adalah karena hobby, seperti dikatakan oleh sebanyak 80,0% responden. Selain

karena hobby, alasan lainnya adalah karena ikut-ikutan tetangga, bermanfaat kesehatan

untuk keluarga, menambah estetika pekarangan, menghilangkan stress dan mendapatkan

ilmu bertanam sayuran (tabel. 5).

Peserta dalam hal ini ibu-ibu rumah tangga bahwa dengan menanam sayuran di

pekarangannya akan mengurangi pengeluaran keluarga (beli sayur, biaya transport) dan

tenaga dibandingkan kalau sayuran tersebut di beli di pasar atau supermarket. Program ini

cendrung mampu membatasi penggunaan pestisida sehingga produk akan lebih sehat

dibandingkan sayuran sejenis yang terdapat di pasar disamping tanaman tersebut lebih segar

(karena baru dipetik ketika akan dimasak) selain itu oksigen cendrung lebih tersedia di

lingkungan tempat tinggal.. Oleh karena itu program ini berpotensi untuk menjaga kesehatan

keluarga dan mendukung indonesia sehat disamping untuk memenuhi kebutuhan pangan

keluarga. Disisi lain peserta RPL cendrung mendapatkan ilmu bercocok tanam (teknik

budidaya) di pekarangan juga dapat mengenal jenis sayur-sayuran yang belum pernah dilihat

sebelumnya. Melihat sayuran-sayuran hijau di halaman rumah bisa juga mengurangi emosi

(stress) dan pada saat yang sama juga menambah estetika pekarangan rumah.

Luas kepemilikan lahan pekarangan ternyata berpengaruh terhadap tujuan penerapan

RPL. Keragaan tujuan menerapkan RPL menurut katagori strata disajikan pada Tabel 6

berikut. Tampak bahwa responden pada strata sempit dan strata sedang mengatakan bahwa

tujuan utama mereka menerapkan RPL cendrung untuk menambah pendapatan keluarga, hal

ini terlihat dari persentase cendrung lebih besar (46,67 % dan 16,67 %) dibanding tujuan

yang lain. Hal ini diduga karena sebagian tanaman yang dihasilkan diharapkan dapat dijual

nantinya, walaupun saat ini masih cendrung untuk keperluan rumah tangga sendiri, minimal

biaya pengeluaran rutin untuk membeli kebutuhan pangan, terutama sayur-sayuran dapat

disimpan/dialokasikan untuk keperluan lain dalam keluarga.

Kemudian persentase dari tujuan responden dalam pengembangan RPL juga untuk

mengurangi biaya membeli kebutuhan pangan, terutama sayuran dan meningkatkan

ketersediaan pangan keluarga yang masing-masing sebesar 33,33 % pada strata sempit,

13,33 % pada strata sedang dan strata luas (6,67 %). Hal ini dengan mudah dapat dimengerti

bahwa dengan luasan lahan yang relatif sempitpun apalagi luasan lahan yang lebih luas

(strata 2,3), jika pengelolaanya dilakukan dengan benar dan baik, berkelanjutan yang

tentunya didukung dengan motivasi kerja yang tinggi serta dilakukan secara intensif

melalui pendekatan GAP (Good Agricultural Practices) tentunya akan ada kelebihan hasil

yang bisa dijual sebagai sumber baru pendapatan keluarga.

Page 9: KAJIAN PERCEPATAN DISEMINASI INOVASI M-KRPL …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/semnas2014/72_srihartati.pdf · Pemanfaatan lahan pekarangan untuk tanaman pangan, obat-obatan,

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”,

Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 645

Tabel 6. Tujuan utama peserta mengembangkan RPL di Desa Sindangsari, Kecamatan

Sindang Agung 2011-2012 dan Desa Babakanjati, Kecamatan Cigandamekar

Kuningan-Jawa Barat, Tahun 2012

Keterangan

Strata

Sempit (%) Sedang (%) Luas

(%)

1. Tujuan mengembangkan KRPL

a. Meningkatkan ketersediaan pangan

keluarga 33.33 13,33 6,67

b. Mengurangi biaya membeli kebutuhan

pangan 33,33 13,33 6,67

c. Menambah pendapatan keluarga 46,67 16,67 6,67

2. RPL dapat mengurangi pengangguran

a. Ya 56.67 23,33 10.00

b. Tidak 10,00 10.00 00.00

Sumber: data primer, diolah.

Selain berpotensi untuk menambah pendapatan keluarga, mampu mengurangi biaya

untuk membeli pangan (terutama sayur-sayuran) dan menambah ketersediaan pangan,

ternyata program ini juga diperkirakan mampu menyediakan kesempatan kerja bagi

masyarakat setempat. Responden dari katagori strata sedang dan luas mengatakan setuju

kalau program ini mampu mengurangi jumlah pengangguran jika lahan yang dimiliki

dikelola secara profesional. Pendapat ini juga didukung oleh sebanyak 56,67% responden

katagori strata sempit. Kondisi ini menunjukkan bahwa program KRPL selain mempu

menambahkan ketahanan pangan keluarga juga cukup membantu program pemerintah

dalam mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan.

Tanaman yang paling digemari peserta RPL dari desa sindangsari adalah (1) Kailan,

(2) Pakcoy, (3) Kubis, (4) Cabe rawit, (5) Brunko/bunga kol, sedangkan pada desa

babakanjati ; (1) Pakcoy, (2) Kailan, (3) Selada, (4) Brunko/bunga kol, (5) Cabe besar.

Tabel 7 menyajikan jenis tanaman yang ditanam oleh Responden RPL (KK) menurut

katagori strata. Pada strata 1 rata-rata setiap rumah tangga responden menanam 5 sampai 7

jenis komoditas yang ditanam dalam polibag ataupun pot. Dari jumlah tersebut cendrung

semua dari tanaman sayuran (100 %). Sementara Rumah tangga responden yang memiliki

lahan sedang (strata 2) rata-rata menanam 11 komoditas, yang terdiri dari sebanyak 80%

tanaman sayuran, dan tanaman buah-buahan dan ternak/ikan masing-masing 10% dan 10%.

Sedang lahan luas (strata 3) hingga mencapai 18 komoditas. Pola penataan yang digunakan

juga bervariasi seperti dalam polibag, pot, bedengan, langsung di lahan pekarangan, dan ada

juga yang menggunakan rak vertikultur (bamboo, talang air). Sebagai pengganti polibag,

warga memanfaatkan botol aqua (plastik) dan ember cor bekas sebagai pengganti pot,

sehingga bisa menekan biaya peralatan disamping mengurangi pencemaran lingkungan.

Page 10: KAJIAN PERCEPATAN DISEMINASI INOVASI M-KRPL …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/semnas2014/72_srihartati.pdf · Pemanfaatan lahan pekarangan untuk tanaman pangan, obat-obatan,

Sri Hartati dan Agus Hasbianto : Kajian percepatan diseminasi inovasi m-KRPL | 646

Tabel 7. Jenis komoditas yang ditanam peserta RPL Menurut Strata M-KRPL di Desa

Sindangsari, Kecamatan Sindang Agung 2011-2012 dan Desa Babakanjati,

Kecamatan Cigandamekar Kuningan-Jawa Barat, Tahun 2012

Lokasi kajian Katagori Jenis komoditas Komoditas

Prioritas

Alasan memilih

komoditas

prioritas

Desa

Sindangsari,

Kecamatan

Sindang

Agung

Strata 1

(Lahan

sempit)

Seledri, Caysim, Cabe

merah/hijau Cabe rawit,

Tomat, Selada, Pakcoy

Bayam hijau/merah.

Kangkung Kalian, Kembang

kol, bawang daun, brokoli,

terong, kemangi, kembang

kol, paria, Mentimun, kol,

labu siam, sesin, sirih/sereh,

nangka, sawi, kacang

panjang, lenca, kencur, jahe,

kabocha, zhucini.

- Seledri

- Selada

- Cabe rawit

- Kailan

Mudah dijual dan

enak dimakan.

Mencoba

budidaya tanaman

yang baru dikenal

untuk konsumsi

sendiri.

Strata 2

(Lahan

sedang)

Seledri, Caysim, Cabe

merah/hijau Cabe rawit,

Tomat, Selada, Pakcoy

Bayam hijau/merah.

Kangkung Kalian, Kembang

kol, bawang daun, brokoli,

terong, kemangi, kembang

kol, paria, Mentimun, kol,

labu siam, sesin, sirih/sereh,

nangka, sawi, kacang

panjang, lenca, kencur, jahe,

kabocha, zhucini, Brotowali,

lavende, sirih/sereh merah,

lavender, jeruk nipis,

rambutan, alpukat, pisang,

anggur, kolam ikan (lele,

nila,gurame dll),, ayam,

sepia, kedondong, jambu

bol, roya, belimbing, daun

katuk.

- Ikan nila

- Ayam

kampung

Harga mahal,

mudah

memeliharanya

dan bisa

dikonsumsi

sendiri/tidak beli

ikan/ayam untuk

keluarga.

Strata 3

(Lahan

Luas)

Aneka Sayuran petik, Aneka

sayuran buah (oyong,dll)

kolam ikan, ternak ayam

kampung

Komoditas

Sesuai

keperluan

keluarga dan

kebutuhan

masyarakat

Mudah dijual dan

dipasarkan

disamping

konsumsi

keluarga sendiri

Page 11: KAJIAN PERCEPATAN DISEMINASI INOVASI M-KRPL …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/semnas2014/72_srihartati.pdf · Pemanfaatan lahan pekarangan untuk tanaman pangan, obat-obatan,

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”,

Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 647

Lokasi kajian Katagori Jenis komoditas Komoditas

Prioritas

Alasan

memilih

komoditas

prioritas

Desa Babakan

jati,

Kecamatan

Cigandamekar

Strata 1

(Lahan

sempit)

Pokcoy, Cabe merah,

Cabe rawit, kalian,

Tomat, Selada, terong,

selada, Kangkung,

timun suri, paria,

seledri, cukini, timun

suri, daun bawang, kol,

caysim,bayamhijau/me

rah, kaboca.

- Cabe rawit

- Kangkung

- Seledri

Untuk

konsumsi

sendiri

Strata 2

(Lahan

sedang)

Pokcoy, Cabe merah,

Cabe rawit, kalian,

kacang panjang,Tomat,

Selada, terong, selada,

Kangkung, timun suru,

paria, ikan nila, seledri,

cukini, timun suri, daun

bawang, kol,

caysim,bayam

hijau/merah,

kaboca.Lenca, kacang

panjang, sirih/sereh,

jahe, pisang, ikan lele

- Kacang

panjang

- Cabe rawit

- Kangkung

- pisang

Untuk

konsumsi

sendiri dan

mudah dijual

Strata 3

(Lahan

Luas)

Aneka Sayuran petik,

Aneka sayuran buah

(oyong,dll) kolam

ikan, ternak ayam

kampung

Ayam kampong dan

kolam ikan (lele, nila,

mas), domba.

- Ayam

Kampung

- Ikan lele dan

nila

Untuk

konsumsi

sendiri dan

mudah

dipasarkan

Sumber: data primer, diolah

Page 12: KAJIAN PERCEPATAN DISEMINASI INOVASI M-KRPL …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/semnas2014/72_srihartati.pdf · Pemanfaatan lahan pekarangan untuk tanaman pangan, obat-obatan,

Sri Hartati dan Agus Hasbianto : Kajian percepatan diseminasi inovasi m-KRPL | 648

Selain informasi di atas, kajian ini juga menunjukkan bahwa hingga bulan

September 2012, sayuran petik yang sudah dipanen antara lain kangkung, caysim, pakcoy,

seledri, cabe rawit, kacang panjang, kalian, kembang kol, kangkung, terong, ikan

lele/gurame/mas, ayam kampung dan selada. Hasil panen sayuran pada umumnya (80%)

dikonsumsi oleh setiap rumah tangga. Kelebihan hasil panen diberikan kepada sanak

saudara dan tetangga (6,66%). Namun, komoditas seperti seledri, terong, kangkung, selada

bokor, kembang kol, brokoli,kalian dan tomat memiliki nilai ekonomi dan mudah untuk

dijual kepada pedagang keliling atau dibawa langsung ke pasar sayuran. Jumlah komoditas

ini sebesar 13,34%, seperti tertera pada Gambar 8.

Page 13: KAJIAN PERCEPATAN DISEMINASI INOVASI M-KRPL …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/semnas2014/72_srihartati.pdf · Pemanfaatan lahan pekarangan untuk tanaman pangan, obat-obatan,

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”,

Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 649

Gambar 8. Penggunaan Produk RPL di Kabupaten Kuningan Provinsi Jabar tahun 2012

(Sumber: data primer, diolah)

Aspek Sosial dan Ekonomi Dalam Pengembangan m-KRPL

Seperti diungkapkan sebelumnya bahwa pengembangan KRPL mampu mengurangi

biaya untuk membeli pangan (terutama sayur-sayuran), meningkatkan ketersediaan pangan,

dan juga untuk beberapa peserta menambah pendapatan keluarga. Kontribusi program ini

terhadap pengeluaran rumah tangga disajikan pada Tabel 8.

Hasil kajian menunjukkan bahwa nilai produk dari pengembangan program ini, kalau

disetarakan dalam bentuk rupiah pada katagori strata sempit rata-rata Rp 100.150,- per

bulan. Jumlah pengeluaran pangan (diluar minum dan rokok) untuk responden katagori ini

sekitar Rp 1.087.219,-. Oleh karena itu, program ini telah diperkirakan mampu

berkontribusi terhadap pengeluaran pangan keluarga sebesar 9,21%. Dengan kata lain,

pengembangan KRPL mampu mengurangi biaya pengeluaran pangan sebesar Rp 100.150,-

(seratus ribu seratus lima puluh rupiah) per bulan.

Sementara pada strata sedang, program ini telah mampu mengurangi biaya untuk

membeli pangan sekitar Rp 155.571,- per bulan atau sekitar 20,25% dari biaya pangan yang

diperlukan. Kontribusi program ini menurun pada pada strata luas. Kontribusinya hanya

mencapai 7,58% terhadap total pengeluaran pangan rumah tangga atau sekitar Rp

69.167,- rupiah per bulan. Hal ini terjadi karena ketersediaan air sangat terbatas, jumlah

tenaga kerja keluarga sedikit (2-3 orang) disamping itu peserta RPL bekerja sebagai guru.

Khusus pada strata luas, pengembangan program membutuhkan biaya dan tenaga yang lebih

besar dari pada strata sempit dan sedang, akan tetapi jika dikelola dengan benar dan baik

sesuai anjuran maka akan berpeluang untuk dijadikan sumber tambahan pendapatan

keluarga.

Page 14: KAJIAN PERCEPATAN DISEMINASI INOVASI M-KRPL …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/semnas2014/72_srihartati.pdf · Pemanfaatan lahan pekarangan untuk tanaman pangan, obat-obatan,

Sri Hartati dan Agus Hasbianto : Kajian percepatan diseminasi inovasi m-KRPL | 650

Tabel 8. Kontribusi KRPL terhadap pengeluaran pangan rumah tangga di Desa

Sindangsari, Kecamatan Sindang Agung 2011-2012 dan Desa Babakanjati,

Kecamatan Cigandamekar Kuningan-Jawa Barat, Tahun 2012

Keterangan Strata

Sempit Sedang Luas

1. Nilai produksi KRPL (Rp/bln)

a. Minimum 28.000 30.000 90.000

b. Maksimum 300.000 300.000 180.000

c. Rata-rata 100.150 155.571 69.167

2. Rasio antara nilai produk KRPL dan

pengeluaran pangan

a. Rata2 pengeluaran untuk pangan (Rp/bln) 1.087.219 758.143 912.300

b. Rasio nilai produksi KRPL dg pangan (%) 9,21 20,52 7,58

Sumber: data primer, diolah.

Selain mempunyai nilai ekonomi seperti ditunjukkan kontribusi terhadap

pengeluaran pangan keluarga, pengembangan program ini juga mempunyai dampak dan

manfaat lain bagi kehidupan masyarakat setempat, seperti:

1. Memanfaatkan waktu luang yang digunakan untuk menyiram dan mengurus tanaman

2. Mendapat pengetahuan baru terutama budidaya sayuran. Pada umumnya warga hanya

mengetahui bahwa sayuran itu hanya dapat dibudidayakan di dataran tinggi saja.

3. Membangun kepekaan sosial dengan membagikan hasil panen di rumah seperti

sayuran petik, ikan, buah kepada tetangga yang membutuhkan.

4. Llingkungan pemilik kandang ternak sapi jadi bersih, karena kotoran sapi nya diambil

oleh warga yang membutuhkan untuk pemupukan tanaman di RPL nya.

5. Membuat lingkungan tempat tinggal sejuk dan nyaman serta menimbulkan estetika

dan sumber oksigen menjadi lebih tersedia setiap saat.

6. Sarana pembelajaran dan studi banding untuk masyarakat (ibu-ibu) termasuk bagi

pelajar (TK, SD, SMP, SMA dll) dalam mengenal tanaman (pangan, ternak,

hortikultura dan biomedicine)

Aspek Kelembagaan Dan Proses Pelembagaan

Secara umum, aspek kelembagaan input, produksi, pemasaran, dan keuangan belum

berjalan seperti yang diharapkan. Namun demikian, proses pelembagaan pada beberapa

aspek sudah mulai dan potensi berjalan.

Saat ini peserta RPL dapat memanfaatkan dan memilih bibit yang ada di KBD.

Lokasi KBD di kampung Pahing RT. 02/RW.05 Desa Sindangsari dan Desa Babakanjati,

dengaidak kesulitan dalam mencari bibit tanaman. KBD dikelola oleh kelompok dan hasil

penjualan dijadikan modal kelompok karena KBD tidak hanya diperuntukkan untuk

kelompok saja namun siapapun yang memerlukan bibit tersebut dapat membelinya. Selain

KBD desa ada juga KBD dusun yang terdapat disetiap dusun dengan tujuan agar tidak harus

mencari bibit ke KBD desa namun peserta RPL sudah lebih dekat memperolehnya. KBD

desa sindang sari tidak hanya dimanfaatkan oleh warga desa sindang sari saja, namun

masyarakat dari luar desa bahkan luar kecamatan sudah memanfaatkan, seperti Desa Karang

Tunggal, Desa Purwawinangun, Desa Sindang Agung, Desa Taraju, Desa Sadamantra dan

Page 15: KAJIAN PERCEPATAN DISEMINASI INOVASI M-KRPL …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/semnas2014/72_srihartati.pdf · Pemanfaatan lahan pekarangan untuk tanaman pangan, obat-obatan,

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”,

Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 651

Desa Winduherang. Namun bibit-bibit yang tersedia baru bibit sayuran, sedangkan bibit-

bibit lainnya seperti tanaman obat dan umbi-umbian belum tersedia.

Kelembagaan produksi relatif sudah berjalan bagus. Ibu-ibu sudah mulai akses

terhadap ketersediaan teknologi produksi. Hal ini ditunjukkan ketika peserta RPL punya

masalah dalam mengelola tanamannya, mereka dengan mudah mengubungi atau

berkonsultasi dengan PPL dan petugas dari BPTP Lembang melalui handphone, selain itu

pertemuan rutin 2 mingguan dilakukan peserta RPL untuk saling berdiskusi tentang tanaman

yang dipelihara.

Penggunaan produksi KRPL masih lebih terkonsentrasi pada pemenuhan kebutuhan

pangan keluarga, maka menyebabkan kelembagaan pemasaran produk belum berjalan

secara baik. Namun demikian, kelembagaan ini pada dasarnya belum terbangun, misalnya

dengan warung nasi, pedagang mei, dan pedagang sayur-sayur keliling. Kelebihan produk

KRPL dengan mudah dapat dijual kepada pelaku-pelaku tersebut. Apalagi sebenarnya

sayur-sayuran hasil KRPL mempunyai kwalitas lebih baik dibandingkan sayur-sayuran

lainnya, karena bebas dari pestisida serta menggunakan pupuk organik. Oleh karena itu,

konsumer akan lebih memilih produk ini sehingga pasarnya pun lebih terjamin.

Biaya yang dibutuhkan dalam mengelola M-KRPL relatif tidak banyak dan lebih

banyak disesuaikan dengan kondisi keuangan keluarga. Dengan demikian, sampai saat ini

peserta belum bersentuhan dengan kelembagaan keuangan yang ada saat ini. Namun

demikian, jika peserta butuh tambahan modal pada dasarnya kelembagaan keuangan yang

existing bisa dimanfaatkan, seperti BRI, dan beberapa jenis lembagaan keuangan lainnya.

Permasalahan Dalam Implementasi m-KRPL

Ada beberapa permasalahan yang menjadi hambatan dalam pengembangan program

ini, antara lain serangan hama yang hampir terjadi pada RPL (90 %) di lokasi kajian,

selebihnya (10%) berupa ; tenaga kerja, air, modal, ketersediaan pasar, ragam bibit dan

waktu untuk pemeliharaanya dan alsintan.

Peserta KRPL berusia > 46 tahun sebanyak 46,67 % dan 53,33% responden RPL

berumur ≤ 60 tahun. Dilihat dari usia cendrung membutuhkan tenaga kerja yang lebih

produktif untuk mendukung pengelolaan tanaman yang ditanam karena tenaga fisik

cendrung lebih banyak yang diperlukan, walaupun responden RPL masih memiliki motivasi

kerja yang tinggi. Pendidikan terakhir yang dimiliki adalah SD (23,34%), SMP (33,33%),

SMA (23,33 %) dan S1 (20 %), sehingga sebagian besar peserta RPL bekerja untuk

mendukung pendapatan keluarga..

Untuk keberlanjutan program ini diperlukan pengetahuan tentang teknologi

pengelolaan air dimusim kemarau dan adanya mesin pompa air, pendampingan oleh petugas

secara rutin/berkala baik dari PPL setempat, petugas BPTP Jabar, ibu kuwu atau tokoh

masyarakat. Selain itu ketersediaan bibit dengan jenis yang beragam tersedia agar peserta

RPL dapat memilih bibit sesuai dengan lokasi yang dimilikinya, kekompakan

kelompok/kawasan juga sangat diharapkan agar produk yang dihasilkan (kuantitas dan

kualitas) kedepan mudah untuk dijual ke pasar. KBD yang berada di desa dan KBD yang

berada di dusun hendaknya mampu melayani permintaan benih dalam jumlah yang cukup

banyak dan tersedia setiap saat paling tidak ada prioritas komoditas yang harus tersedia.

Pemasaran produk ke depan juga akan menghadapi masalah, terutama dari aspek

harga. Ketika hasil produksi melimpah maka peserta RPL akan mempunyai posisi relatif

lemah dibandingkan pedagang. Oleh karena itu, ke depan perlu dibentuk kelompok

pemasaran bersama (produk dikumpul dengan skala kawasan), sehingga pasarnya tidak

hanya sebatas warung nasi, tukang mie dan pedagang sayur keliling. Peserta KRPL melalui

Page 16: KAJIAN PERCEPATAN DISEMINASI INOVASI M-KRPL …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/semnas2014/72_srihartati.pdf · Pemanfaatan lahan pekarangan untuk tanaman pangan, obat-obatan,

Sri Hartati dan Agus Hasbianto : Kajian percepatan diseminasi inovasi m-KRPL | 652

kelompok tersebut diharapkan mampu mempunyai akses untuk memasarkan produksinya

sendiri ke pasar-pasar lainnya, dan bahkan diharapkan juga akses terhadap pasar modern

(supermarket).

Kesimpulan Dan Saran

Kesimpulan

1. Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) mulai dapat diterima masyarakat (kelompok

sasaran) karena mempunyai dampak langsung bagi rumah tangga dan menunjang

kebutuhan pangan keluarga.

2. Motivasi masyarakat dan respon positif Pemangku kebijakan (stakeholders) mendukung

dalam percepatan Diseminasi inovasi Model Kawasan Rumah Pangan Lestari.

Saran

1. Penyuluh pertanian di lokasi agar selalu dilibatkan dalam kegiatan percepatan dan

perluasan KRPL untuk mendukung ketahanan pangan keluarga.

2. Peran pemerintah daerah (instansi terkait) diharapkan konsisten, komitmen dan

berkesinambungan dalam pelaksanaan program dan pendampingan.

Daftar Pustaka

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian RI. 2011. Pedoman

Umum Model Kawasan Rumah Pangan Lestari. Jakarta.

Sayogya. 1994. Menuju Gizi Baik yang Merata di Pedesaan dan di Kota. Gajah Mada Press.

Yogyakarta.

Sri Hartati. 2011. Tanaman Hias Berkhasiat Obat. IPB Press. Bogor.

Sri Hartati. 2011. Gulma dan Rempah Berkhasiat Obat. IPB Press. Bogor

Sumaryanto. 2009. Diversifikasi sebagai Salah Satu Pilar Ketahanan Pangan. Makalah

disampaikan dalam Seminar Memperingati Hari Pangan Sedunia Yang

Diselenggarakan Di Jakarta Pada Tanggal 01 Oktober 2009

Zakaria,F.R. 2006. Ketahanan Pangan Sebagai Wujud Hak Asasi Manusia Atas Kecukupan

Pangan. Revitalisasi Pertanian Dan Dialog Peradapan. Kompas. Jakarta.

Suryana. 2010. Konsumsi Beras RI di Atas Rata-rata Dunia.

http://www.suaramerdeka.com/smcetak/index.php?fuseaction=beritacetak.detailberit

acetak&id beritacetak=124-248