Harmonisasi Percepatan Diseminasi Inovasi Pertanian...

14
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 7 Banjarbaru, 20 Juli 201 Harmonisasi Percepatan Diseminasi Inovasi Pertanian Spesifik Lokasi Retno Sri Hartati Mulyandari Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian E-mail : [email protected] Abstrak Diseminasi inovasi pertanian spesifik lokasi telah dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia melalui berbagai program dan kegiatan, diantaranya adalah pengembangan Taman Sains dan Teknologi Pertanian, Upaya Khusus dan Pengembangan Kawasan Pangan dan Hortikultura, Model Pengembangan Pertanian Bioindustri, Dem Area atau Gelar Teknologi Pertanian Unggulan Balitbangtan, serta beragam kegiatan kemitraan. Namun demikian, teknologi hasil penelitian pertanian belum mencapai sasaran utamanya, yaitu para petani dengan beragam karakteristik dan kondisi sosial ekonomi. Berkaitan dengan hal tersebut, Balitbangtan perlu merancang strategi percepatan diseminasi dengan meningkatkan harmonisasi seluruh pelaksana kegiatan diseminasi termasuk sumber teknologi pertanian, Salah satu upaya penting dalam harmonisasi percepatan diseminasi inovasi pertanian adalah sinergi dengan lembaga terkait termasuk Ditjen Teknis Lingkup Kementerian Pertanian. Di samping itu, percepatan diseminasi inovasi pertanian spesifik lokasi juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, pendampingan mitra binaan, dan pengembangan inkubator teknologi. Kata kunci: diseminasi, harmonisasi percepatan diseminasi teknologi, inovasi pertanian, informasi pertanian, dan komunikasi. Pendahuluan Peran sektor pertanian dalam perekonomian nasional masih tetap penting dan strategis. Hal ini dikarenakan sektor pertanian masih memberikan lapangan pekerjaan bagi sebagian besar penduduk yang ada di perdesaan dan menyediakan bahan pangan bagi penduduk. Peranan lain dari sektor pertanian adalah menyediakan bahan mentah bagi industri dan menghasilkan devisa negara melalui ekspor non migas. Bahkan sektor pertanian mampu menjadi katup pengaman perekonomian nasional dalam menghadapi krisis ekonomi yang melanda Indonesia dalam satu dasawarsa terakhir ini. Pertanian di Indonesia dikuasai oleh petani kecil dengan produk pertanian dan mutu yang bervariasi. Keterbatasan-keterbatasan petani, antara lain dalam bentuk permodalan, penguasaan lahan, keterampilan, pengetahuan, aksesibilitas akan pasar, dan bergaining position akan berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan dalam penentuan komoditas yang akan diusahakan dan teknologi usahatani yang akan diterapkan petani. Rendahnya tingkat kekosmopolitan atau kemampuan petani untuk membuka diri terhadap suatu pembaharuan dan atau informasi yang berkaitan dengan unsur pembaharuan juga semakin memperburuk kondisi petani dalam membuat keputusan untuk menolak atau menerima inovasi. Hal ini akan bermuara pada rendahnya pendapatan dan keadaan usahatani yang sulit berkembang. Dengan demikian, dalam bidang pengembangan pertanian, akses terhadap informasi pasar dan teknologi pertanian menjadi hal yang sangat penting demi kelangsungan usaha tani yang dilaksanakan. Informasi pasar dan informasi teknologi pertanian yang memadai dan tepat waktu dapat digunakan sebagai dasar strategi penguasaan pasar dan dalam melakukan usahatani, sehingga dapat bersaing dengan kompetitor. Di samping itu, sekaligus juga dapat digunakan sebagai dasar perencanaan dan pertimbangan untuk pengembangan usaha tani lebih lanjut. Sementara itu, di sisi lain, begitu

Transcript of Harmonisasi Percepatan Diseminasi Inovasi Pertanian...

Page 1: Harmonisasi Percepatan Diseminasi Inovasi Pertanian ...kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/Semnas2016/02_retno... · Peranan lain dari sektor pertanian adalah menyediakan

Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 7 Banjarbaru, 20 Juli 201

Harmonisasi Percepatan Diseminasi Inovasi Pertanian Spesifik Lokasi

Retno Sri Hartati Mulyandari

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

E-mail : [email protected]

Abstrak

Diseminasi inovasi pertanian spesifik lokasi telah dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia

melalui berbagai program dan kegiatan, diantaranya adalah pengembangan Taman Sains dan

Teknologi Pertanian, Upaya Khusus dan Pengembangan Kawasan Pangan dan Hortikultura, Model

Pengembangan Pertanian Bioindustri, Dem Area atau Gelar Teknologi Pertanian Unggulan

Balitbangtan, serta beragam kegiatan kemitraan. Namun demikian, teknologi hasil penelitian

pertanian belum mencapai sasaran utamanya, yaitu para petani dengan beragam karakteristik dan

kondisi sosial ekonomi. Berkaitan dengan hal tersebut, Balitbangtan perlu merancang strategi

percepatan diseminasi dengan meningkatkan harmonisasi seluruh pelaksana kegiatan diseminasi

termasuk sumber teknologi pertanian, Salah satu upaya penting dalam harmonisasi percepatan

diseminasi inovasi pertanian adalah sinergi dengan lembaga terkait termasuk Ditjen Teknis

Lingkup Kementerian Pertanian. Di samping itu, percepatan diseminasi inovasi pertanian spesifik

lokasi juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi,

pendampingan mitra binaan, dan pengembangan inkubator teknologi.

Kata kunci: diseminasi, harmonisasi percepatan diseminasi teknologi, inovasi pertanian,

informasi pertanian, dan komunikasi.

Pendahuluan

Peran sektor pertanian dalam perekonomian nasional masih tetap penting dan strategis. Hal

ini dikarenakan sektor pertanian masih memberikan lapangan pekerjaan bagi sebagian besar

penduduk yang ada di perdesaan dan menyediakan bahan pangan bagi penduduk. Peranan lain dari

sektor pertanian adalah menyediakan bahan mentah bagi industri dan menghasilkan devisa negara

melalui ekspor non migas. Bahkan sektor pertanian mampu menjadi katup pengaman

perekonomian nasional dalam menghadapi krisis ekonomi yang melanda Indonesia dalam satu

dasawarsa terakhir ini.

Pertanian di Indonesia dikuasai oleh petani kecil dengan produk pertanian dan mutu yang

bervariasi. Keterbatasan-keterbatasan petani, antara lain dalam bentuk permodalan, penguasaan

lahan, keterampilan, pengetahuan, aksesibilitas akan pasar, dan bergaining position akan

berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan dalam penentuan komoditas yang akan

diusahakan dan teknologi usahatani yang akan diterapkan petani. Rendahnya tingkat

kekosmopolitan atau kemampuan petani untuk membuka diri terhadap suatu pembaharuan dan

atau informasi yang berkaitan dengan unsur pembaharuan juga semakin memperburuk kondisi

petani dalam membuat keputusan untuk menolak atau menerima inovasi. Hal ini akan bermuara

pada rendahnya pendapatan dan keadaan usahatani yang sulit berkembang. Dengan demikian,

dalam bidang pengembangan pertanian, akses terhadap informasi pasar dan teknologi pertanian

menjadi hal yang sangat penting demi kelangsungan usaha tani yang dilaksanakan. Informasi

pasar dan informasi teknologi pertanian yang memadai dan tepat waktu dapat digunakan sebagai

dasar strategi penguasaan pasar dan dalam melakukan usahatani, sehingga dapat bersaing dengan

kompetitor. Di samping itu, sekaligus juga dapat digunakan sebagai dasar perencanaan dan

pertimbangan untuk pengembangan usaha tani lebih lanjut. Sementara itu, di sisi lain, begitu

Page 2: Harmonisasi Percepatan Diseminasi Inovasi Pertanian ...kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/Semnas2016/02_retno... · Peranan lain dari sektor pertanian adalah menyediakan

8 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 201

banyak hasil penelitian bidang pertanian yang telah dan sedang dilaksanakan, serta akan terus ada

penelitian-penelitian pertanian lain di masa depan, di dalam maupun di luar negeri.

Hasil penelitian bidang pertanian yang berupa informasi pertanian baik dalam hal teknik

produksi dan pemasaran pada hakekatnya adalah untuk memperbaiki atau memecahkan masalah

yang ada dalam bidang pertanian. Informasi tersebut bukan hanya sekedar konsumsi bagi para

peneliti lain untuk dijadikan bahan acuan, akan tetapi jauh ke depan adalah untuk para petani,

terutama untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraannya, yang pada akhirnya juga untuk

memenuhi kebutuhan hidup seluruh umat manusia. Namun demikian, hasil penelitian pertanian

tersebut pada kenyataannya belum mencapai sasaran utamanya, yaitu para petani dengan beragam

karakteristik dan kondisi sosial ekonomi. Hal ini diantaranya disebabkan oleh kurang

harmonisnya antara sumber atau penghasil teknologi dengan stakeholders, pelaksana diseminasi

dan pelaku akhir dalam penerapan teknologi (masyarakat/petani). Berkaitan dengan hal tersebut,

Balitbangtan perlu merancang strategi percepatan diseminasi teknologi pertanian dengan

mengharmoniskan seluruh pelaksana kegiatan diseminasi termasuk sumber teknologi pertanian.

Konsep dan Program Diseminasi Inovasi Pertanian Spesifik Lokasi

Petani menggunakan sumber-sumber yang berbeda untuk mendapatkan informasi yang

diperlukan dalam mengelola usahataninya. Gagasan tersebut yang melandasi konsep “sistem

pengetahuan dan informasi pertanian atau agricultural knowledge and information system (AKIS)

yang dirumuskan sebagai: peningkatan keserasian antar pengetahuan, lingkungan, dan teknologi

yang diperlukan melalui sinergi dari berbagai pelaku, jejaring kerja, dan lembaga yang akan

menciptakan proses kesinambungan dalam transformasi, transmisi, dokumentasi (documentation),

pencarian informasi (search), pemanggilan (retrieval), integrasi, difusi, serta pemanfaatan bersama

(sharing) inovasi (Leeuwis, 2004). Salah satu sumber informasi penting yang diperlukan petani,

di antaranya adalah hasil penelitian dari berbagai disiplin ilmu.

Sistem pengetahuan dan informasi pertanian dapat berperan dalam membantu petani

dengan melibatkannya secara langsung dengan sejumlah besar kesempatan, sehingga mampu

memilih kesempatan yang sesuai dengan situasi dan kondisi faktual di lapangan. Perkembangan

jejaring pertukaran informasi diantara pelaku yang terkait merupakan aspek penting untuk

mewujudkan sistem pengetahuan dan informasi pertanian. Dengan dukungan teknologi dari Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian, upaya untuk mewujudkan jaringan informasi bidang

pertanian sampai di tingkat petani diharapkan dapat diwujudkan. Dengan demikian, sebagaimana

disampaikan oleh Soedijanto (2003), mellaui dukungan dan pendampingan dalam proses

penerapan teknologi pertanian yang spesifik lokasi, hasilnya adalah petani yang berkualifikasi

sebagai manusia pembelajar, manusia peneliti, manusia penyelenggara agribisnis, manusia

pemimpin, dan manusia pemandu petani lainnya.

Pola komunikasi yang dikembangkan dalam penyuluhan pertanian di Indonesia mengalami

perkembangan dari waktu ke waktu. Pada awalnya pola yang diterapkan adalah melalui tahapan

processing, experiencing generalizing, dan applying. Pada awalnya pun, komunikasi yang

dikembangkan adalah pola komunikasi yang bersifat linear dari pemerintah/peneliti melalui

penyuluh kepada petani. Sejalan dengan perkembangan pemahaman pemerintah atau peneliti,

kemajuan yang dialami oleh petani, tuntutan demokratisasi di berbagai bidang, maka pola

komunikasi yang dikembangkan dalam penyuluhan pertanian juga mengalami perubahan ke arah

Page 3: Harmonisasi Percepatan Diseminasi Inovasi Pertanian ...kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/Semnas2016/02_retno... · Peranan lain dari sektor pertanian adalah menyediakan

Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 9 Banjarbaru, 20 Juli 201

pola komunikasi yang partisipatif dan dialogis sehingga diharapkan akan lebih mampu memenuhi

kebutuhan petani (Sadono, 2009).

Diseminasi inovasi pertanian dapat diartikan secara parsial menurut unsur kata

pembentuknya yang terdiri atas kata diseminasi dan rangkaian kata inovasi pertanian. Diseminasi,

sudah menjadi istilah umum yang digunakan sebagai sinonim dari “penyebaran”. Istilah tersebut

dapat digunakan dalam berbagai bidang, baik di sektor pertanian maupun sektor di luar pertanian.

Secara etimology kata diseminasi bisa dilihat dalam Merriam Webster Online Dictionary

(2008). Di dalam kamus tersebut dijelaskan bahwa diseminasi berasal dari bahasa Latin

disseminatus yang mengandung makna to spread a broad dan to disperse throughout. Pengertian

tersebut sejalan dengan istilah dissemination yang juga bermakna to spread atau to distribute .

Atas dasar pengertian tersebut dan dalam kaitannya dengan inovasi teknologi pertanian,

diseminasi dapat diartikan sebagai kegiatan penyebarluasan teknologi pertanian spesifik lokasi.

Kegiatan diseminasi teknologi pertanian bertujuan untuk meningkatkan adopsi inovasi pertanian

hasil litkaji melalui berbagai kegiatan komunikasi, promosi dan komersialisasi serta penyebaran

paket teknologi unggul yang dibutuhkan dan menghasilkan nilai tambah bagi berbagai khalayak

pengguna dan menyelenggarakan kegiatan penyebarluasan materi penyuluhan baik secara tercetak

maupun media elektronik (Sulaiman, 2003). Dalam penyebarluasan itu tersirat adanya harapan

atau respon terhadap materi yang disebarluaskan itu. Jadi diseminasi merupakan proses

penyampaian inovasi yang interaktif, dapat mengubah pola pikir dan tindakan orang yang terlibat

di dalamnya, termasuk orang yang membawa inovasi itu sendiri (Rogers, 2003). Dalam kegiatan

penelitian, diseminasi dapat dipandang sebagai sebuah proses mengkomunikasikan teknologi hasil

penelitian menggunakan beberapa metode penyuluhan melalui media dan bersifat lebih luas

dengan tujuan untuk mengubah perilaku sasaran. Perubahan yang diharapkan dari kegiatan

diseminasi adalah akan terjadi pada aspek kognitif (pengetahuan – P), afektif (sikap – S) dan

psikomotorik (keterampilan – K). Perubahan tersebut menuju ke arah yang sesuai dengan konsep

dan cara yang benar atau seharusnya.

Dalam konteks pembangunan pertanian, diseminasi diartikan secara praktis sebagai cara

dan proses penyampaian hasil-hasil pengkajian teknologi kepada masyarakat atau pengguna untuk

diketahui dan dimanfaatkan (Permentan No 20 tahun 2008). Dalam Permentan No. 03/

Kpts/HK.060/1/2005, dijelaskan bahwa hasil-hasil pengkajian teknologi di bidang pertanian

tersebut merupakan inovasi yang mengandung ilmu pengetahuan baru atau cara baru untuk

menerapkan pengetahuan dan teknologi ke dalam produk atau proses produksi. Inovasi yang

dimaksud mencakup teknologi pertanian dan kelembagaan agribisnis unggul mutakhir hasil

temuan atau ciptaan Badan Litbang Pertanian (Simatupang, 2004). Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan diseminasi inovasi pertanian spesifik lokasi adalah

kegiatan menyebarluaskan teknologi dan rekayasa kelembagaan yang unggul, temuan daeri

lembaga penelitian dan pengembangan, khususnya adalah dari Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian (Hendayana, 2011).

Semakin besarnya tuntutan terhadap BPTP terkait diseminasi teknologi spesifik lokasi,

memerlukan penelaahan yang seksama tentang bagaimana seharusnya kegiatan diseminasi yang

efektif dilakukan. Penelaahan dilakukan melalui review terhadap kegiatan diseminasi yang selama

ini telah dilaksanakan BPTP, baik terkait dengan pengujian teknologi spesifik lokasi, maupun

kegiatan BPTP dalam mengawal program strategis Kementerian Pertanian, seperti Prima Tani, dan

SL-PTT. Disamping itu, pengalaman kegiatan diseminasi juga diperkaya melalui kegiatan

kerjasama dengan pihak asing seperti PRO-ACIAR, FEATI, IRRC, dan IPNI. Hasil telaahan

Page 4: Harmonisasi Percepatan Diseminasi Inovasi Pertanian ...kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/Semnas2016/02_retno... · Peranan lain dari sektor pertanian adalah menyediakan

10 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 201

menunjukkan bahwa: (a) pelaksanaan kegiatan cenderung dibuat seragam untuk semua BPTP dan

kurang memberi ruang pada BPTP untuk menginisiasi suatu pola atau pendekatan yang khas

wilayah sehingga rasa memiliki terhadap kegiatan/program yang diintroduksi relatif kecil dan

dalam banyak kasus pelaksanaannya terjebak dalam pendekatan proyek, (b) hampir semua

kegiatan tidak didukung oleh suatu data base dan dokumentasi yang baik, terutama terkait dengan

stock inovasi yang tersedia, data kelompok sasaran yang diperbaharui secara berkala, dan hasil

yang didapat serta data dukung lainnya, dan (c) pengkajian dan diseminasi belum terencana dalam

satu agenda yang saling mengait, termasuk pengkajian untuk percepatan diseminasi suatu inovasi.

Perbaikan ke depan dapat dilakukan dengan memberi keleluasaan bagi BPTP untuk merencanakan

kegiatan diseminasi, dengan memperhatikan keterkaitan antara kegiatan pengkajian-diseminasi-

penyebaran informasi, sehingga indikator pencapaian untuk masing-masing porsi kegiatan tersebut

dapat diukur dengan jelas. Pengembangan sistem informasi diseminasi inovasi teknologi spesifik

lokasi menjadi sangat penting untuk dikedepankan. (Muhrizal Sarwani et al, 2011).

Pada era 2014-2019, program diseminasi inovasi pertanian yang dilaksanakan oleh

kementan lebih mengarah langsung diimplementasikan di tingkat pengguna melalui pendampingan

dan praktek langsung dengan petani. Beberapa program strategis terkait diseminasi inovasi

pertanian di lapangan, sebagaimana disajikan pada Gambar 1 di antaranya adalah: 1, Taman

Sains dan Teknologi Pertanian (20 TSP dan 46 TTP), 2) Upaya Khusus dan Pengembangan

Kawasan Pangan dan Hortikultura, 3) Model pengembangan pertanian bioindustri di kabupaten

terpilih (>90 kabupaten), 4) Produksi logistik teknologi pertanian spesifik lokasi, 5) Dem area

teknologi pertanian unggulan Balitbangtan, 6) Kemitraan dengan swasta, lembaga, maupun

komunitas untuk penguatan diseminasi inovasi pertanian , dan 7) Pengembangan Unit Pelaksana

Benih Sumber dan Pembinaan Produsen Benih (Gambar 1).

Gambar 1. Program diseminasi inovasi pertanian spesifik lokasi.

Strategi Percepatan Diseminasi Inovasi Pertanian Berbasis TIK

Teknologi informasi dan Komunikasi (TIK) memiliki peran penting untuk mendukung

petani dalam proses pengambilan keputusan usahatani. Kelembagaan lokal berperan sebagai

media forum, penyaring informasi, inovator pelaksana uji coba teknologi baru, sumber informasi

Page 5: Harmonisasi Percepatan Diseminasi Inovasi Pertanian ...kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/Semnas2016/02_retno... · Peranan lain dari sektor pertanian adalah menyediakan

Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 11 Banjarbaru, 20 Juli 201

terdekat, valid, dan mutakhir, serta sebagai penghubung dan pengembang jaringan komunikasi

dengan stakeholders terkait pemasaran hasil pertanian. Model diseminasi inovasi berbasis TI

dengan memanfaatkan penyuluh dan kelembagaan lokal merupakan model ideal dengan beberapa

penyempurnaan peran dari masing-masing pelaku diseminasi sesuai dengan lingkungan strategis.

Strategi implementasi sistem diseminasi inovasi pertanian berbasis TI dapat dilaksanakan dengan

mengoptimalkan kelembagaan formal (penyuluh) bersinergi dengan kelembagaan lokal serta

didukung dengan revitalisasi kelembagaan informal di tingkat lokal (Sumardjo et al, 2012)

Proses komunikasi inovasi pertanian tidak dapat dipisahkan dengan media komunikasi, baik

media massa, terprogram, maupun media hibrida (hybrid media). Cyber extension merupakan

salah satu sistem komunikasi inovasi pertanian yang mensinergikan aplikasi teknologi informasi

dengan beragam media komunikasi lainnya yang memanfaatkan media hibrida (hybrid media).

Cyber Extension ini memanfaatkan kekuatan jaringan, komunikasi komputer dan multimedia

interaktif didukung dengan media komunikasi eksisting yang ada di tingkat lokal untuk

memfasilitasi mekanisme berbagi informasi atau pengetahuan.

Model komunikasi inovasi melalui cyber extension dilakukan dengan cara mengumpulkan

atau memusatkan informasi yang diterima oleh petani dari berbagai sumber yang berbeda maupun

yang sama dan disederhanakan dalam bahasa lokal disertai dengan teks dan ilustrasi audio visual

yang dapat disajikan atau diperlihatkan kepada seluruh masyarakat desa khususnya petani

semacam papan pengumuman (bulletin board) pada kios-kios atau pusat-pusat informasi

pertanian sehingga tercipta konvergensi. Keuntungan potensial dari komunikasi cyber extension

adalah ketersediaan yang secara terus menerus, kekayaan informasi (informasi nyaris tanpa batas),

jangkauan wilayah internasional secara instan, pendekatan yang berorientasi kepada penerima,

bersifat pribadi (individual), dan menghemat biaya, waktu, dan tenaga.

Meskipun model komunikasi melalui cyber extension memiliki banyak keunggulan, namun

pemanfaatan cyber extension masih terbatas terutama karena terbatasnya sarana yang dapat diakses

oleh petani dan belum mampunya lembaga yang berkompeten mendukung content yang relevan.

Secara konseptual Cyber extension dapat dioptimalkan apabila penyuluh atau pendamping petani

memiliki kapasitas yang memadai untuk pengelolaan dan akses informasi dengan dukungan

pemanfaatan teknologi informasi. Informasi yang diakses melalui media hibrida oleh penyuluh

atau pengguna antara lainnya disederhanakan dan dikemas kembali sebagai bahan atau materi

penyuluhan dan selanjutnya disebarkan melalui jejaring sosial atau sebagai bahan untuk pertemuan

kelompok.

Upaya untuk meningkatkan peran pemerintah terutama untuk menjaga konsekuensi logis

dari permainan simbol budaya yang ditampilkan oleh media konvergen agar tidak terjadi konflik

kepentingan terutama bagi petani sebagai pengguna akhir dari cyber extension sangat diperlukan.

Disamping itu, pengembangan content yang tepat waktu oleh lembaga terkait serta pengembangan

koneksi dengan teknologi jaringan merupakan prasyarat dan kunci pendorong keberhasilan dalam

model komunikasi melalui Cyber extension. Disamping itu, penyuluh atau pendamping petani

juga dapat memanfaatkan komunitas yang telah memiliki media komunikasi lokal yang dapat

digunakan untuk mengomunikasikan inovasi yang telah dikembangkan kepada petani di

lingkungannya.

Strategi yang perlu dikembangkan berkaitan dengan pencapaian sasaran dari kegiatan

diseminasi inovasi pertanian berbasis teknologi informasi dan komunikasi adalah mengoptimalkan

sinergi dari unsur kelembagaan dan aspek kegiatan yang terkait. Beberapa hal yang secara

operasional akan diperhatikan, adalah sebagai berikut:

Page 6: Harmonisasi Percepatan Diseminasi Inovasi Pertanian ...kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/Semnas2016/02_retno... · Peranan lain dari sektor pertanian adalah menyediakan

12 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 201

1. Secara fungsional, banyak instansi yang terlibat dalam pengembangan sistem diseminasi

inovasi pertanian di tingkat pusat (Balai Penelitian) maupun daerah (Dinas Pertanian),

sehingga sinergi tupoksi diantara instansi perlu diintensifkan.

2. Pengembangan sistem informasi pasar dan teknologi pertanian harus mengarah pada

mekanisme keberlanjutannya dengan memperhatikan unsur: kedinamisan, pemeliharaan, dan

kepekaannya terhadap inovasi. Di samping itu, diperlukan analisis permintaan daripengguna

(user need assessment) secara regular apakah sistem yang dikembangkan sudah sesuai dengan

pengguna.

3. Infrastruktur dan content pengembangan sistem informasi pertanian harus saling berintegrasi

dan bersinergi dengan memperhatikan jaminan keberlanjutannya setelah proyek berakhir

melalui komitment dukungan manajemen, sumber daya manusia, maupun pendanaannya dari

institusi struktural yang terlibat.

4. Mekanisme pengembangan sistem informasi inovasi pertanian ini adalah dengan

menyempurnakan sistem yang telah ada berkoordinasi dengan instansi terkait.

5. Pengembangan infrastruktur sistem informasi inovasi pertanian berbasis web interaktif

dilaksanakan oleh Balitbangtan. Sedangkan pengembangan content-nya oleh Unit Kerja dan

Unit Pelayanan Teknis lingkup Balitbangtan yang dibantu oleh konsultan manajemen

informasi. .

6. Pengembangan service online melalui websiteBalitbangtan yang dilengkapi dengan direktori

ahli (ekspertis) di bidangnya untuk membuka peluang dan memudahkan komunikasi dengan

ekspertis yang dibutuhkan.

7. Untuk menjamin kedinamisan website pertanian, masing-masing instansi yang terlibat dalam

mendukung content harus memiliki komitmen tinggi dalam pemutakhiran dan pengembangan

data yang disajikan.

8. Informasi yang dikembangkan di tingkat lokal harus bersifat sederhana, menggunakan media

yang murah, terjangkau, dan sesuai dengan sumberdaya yang tersedia di daerah. Di samping

itu, pengguna antara (intermediate user) di antaranya adalah fasilitator (LSM) dan penyuluh

pertanian sangat diperlukan untuk meningkatkan akses petani terhadap informasi yang diakses

melalui TIK..

9. Pengembangan pusat-pusat informasi dan pusat-pusat pengembangan pertanian di kabupaten,

perlu dukungan informasi teknologi tepat guna dalam berbagai media. Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian (BPTP) dan Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian

(PUSTAKA) perlu melakukan konversi informasi teknologi pertanian ke dalam berbagai

media yang user-friendly sehingga mudah didiseminasikan dan dimanfaatkan oleh pengguna.

Balitbangtan juga perlu mengembangkan website BPTP dan meningkatkan kapasitas staf

BPTP dalam melakukan konversi informasi teknologi tepat guna ke dalam media elektronis

(CD-ROM interaktif dan website). Website BPTP ini diharapkan dapat menjadi pusat

informasi teknologi pertanian spesifik lokasi di tingkat regional.

10. Dalam mendukung content sistem informasi teknologi pertanian di pusat, PUSTAKA

mengkoordinasikan informasi teknologi pertanian spesifik lokasi dari BPTP dan unit kerja

lingkup Kementan lainnya ke dalam sistem informasi teknologi pertanian yang mantap, yang

dapat disajikan secara cepat dan akurat melalui website dan media relevan.

Hasil kajian Gartina (2015) menyatakan bahwa kenyamanan, kemudahan dan kecepatan

dalam mendapatkan informasi pada portal web Balitbangtan akan memberi kesan lebih kepada

Page 7: Harmonisasi Percepatan Diseminasi Inovasi Pertanian ...kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/Semnas2016/02_retno... · Peranan lain dari sektor pertanian adalah menyediakan

Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 13 Banjarbaru, 20 Juli 201

pengunjung. Hal lain yang mempengaruhi ketiga aspek tersebut yaitu peta hasil litbang, kebijakan,

integrasi sistem, layanan publik, dan pegembangan sistem. Peta hasil litbang menjadi penting

dalam pengembangan portal web sebagai media diseminasi, seberapa banyak hasil litbang dan

dukungan informasinya. Balitbangtan didukung oleh satker yang menghasilkan inovasi teknologi,

bagaimana mengintegrasikan satker Balitbangtan dalam mendukung informasi serta komunikasi

bila pengunjung portal web berkonsultasi terkait inovasi teknologi sebagai layanan terhadap

publik. Pengembangan sistem dapat dilakukan secara berkerjasama dengan pihak ke tiga yaitu

outsourcing. Pengembangan sistem tidak perlu dikembangkan sepenuhnya oleh internal, dengan

pihak eksternal akan lebih cepat dan keterkinian terhadap teknologi sistem portal menjadi titik

beratnya.

Percepatan Adopsi Melalui Pengembangan Inkubator Teknologi

Kata inkubator diadopsi dari inkubator yang biasa digunakan dalam merawat bayi. Menurut

Midland Bank dalam Bank Indonesia (2006), inkubator dibedakan dalam empat tipe, yaitu

Pertama, Technopoles incubator, biasanya melibatkan perguruan tinggi, lembaga riset, dan

lembaga lainnya dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi regional. Kedua, Sector-specific

incubator, diarahkan pada optimalisasi sumberdaya lokal untuk mengembangkan usaha baru

dalam sektor tertentu atau mengarah pada pembentukan klaster-klaster. Ketiga, General

incubators, lebih terfokus pada upaya mengembangkan bisnis secara umum, dan keempat,

Building incubators, bertujuan menciptakan peluang bisnis melalui pemanfaatan tim manajemen

yang akan mengelola dan mengembangkan bisnis tersebut. Inkubator teknologi sendiri dapat

termasuk dalam jenis technopoles incubator karena lebih diarahkan pada upaya menumbuhkan

ekonomi berbasis riset (inovasi teknologi).

Dalam konteks pembangunan ekonomi, inkubator adalah suatu alat pengembangan

ekonomi yang dirancang untuk membantu pembentukan dan penumbuhan perusahaan-perusahaan

baru dalam suatu masyarakat, suatu gedung atau wilayah khusus. Inkubator menyediakan beberapa

dukungan pelayanan, selain ruangan fleksibel untuk disewa, peralatan bersama dan pelayanan

administratif dalam suatu tempat kerja yang terpimpin (Mahnke, 2010). Menurut Jamaran (2009),

peranan inkubator (bisnis) terhadap pertumbuhan ekonomi adalah memfasilitasi penerapan inovasi

pada industri terkait sehingga berdaya dan berhasil guna. Inkubator juga dapat dijadikan jembatan

interaksi antara sumber inovasi (komunitas lembaga riset) dengan pengguna (khususnya

pengusaha) dalam pengembangan inovasi lebih lanjut.

Berbagai perkembangan inkubator di beberapa negara telah menunjukkan perannya dalam

menginkubasi para wirausahawan pada fase awal (start up) untuk berkembang yang pada akhirnya

menjadi wirausaha yang handal dan maju dengan berbagai kegiatan yang dilakukannya. Kehadiran

inkubator menjadi sangat penting karena pada umumnya usaha kecil sangat rentan terhadap

kebangkrutan terutama pada fase start-up. Sejumlah ahli menyatakan bahwa pada fase start-up

usaha kecil diibaratkan sebagai bayi yang masih premature. Pada kondisi ini biasanya perlu

perlakuan khusus, antara lain melalui inkubasi sehingga dapat hidup sebagaimana bayi yang lahir

normal dan dapat terhindar dari resiko kematian.

Sistem inkubasi inilah yang terbukti dapat diadopsi sebagai bagian dari strategi pembinaan

usaha kecil di sejumlah negara, sekaligus sebagai upaya mempercepat alih teknologi. Inilah

menjadi alasan yang mendasari didirikannya inkubator, dimana pada umumnya adalah sebagian

besar usaha yang baru berdiri gagal tumbuh dan berkembang. Tidak semua orang berbakat

Page 8: Harmonisasi Percepatan Diseminasi Inovasi Pertanian ...kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/Semnas2016/02_retno... · Peranan lain dari sektor pertanian adalah menyediakan

14 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 201

menjadi pengusaha dan kondisi perekonomian dunia yang semakin kompetitif. Di Indonesia

sendiri, sudah cukup banyak lembaga inkubator, baik yang dididirikan oleh Perguruan Tinggi,

swasta maupun pemerintah. Namun dalam pengembangannya, kegiatan Inkubator juga

menghadapi beberapa masalah. Menurut Dipta (2003), beberapa faktor yang menyebabkan kurang

berkembangnya inkubator di Indonesia adalah: (a) keterbatasan dalam penyediaan fasilitas

operasional yang berdampak pada rendahnya kemampuan menyerap inwall tenants, (b) kurangnya

dukungan modal awal (seed capital) sehingga inkubator belum ditangani secara profesional dan

banyak inwall tenants yang tidak bisa mendapatkan modal awal walaupun usahanya layak untuk

dibiayai, (c) komitmen dan dukungan pemerintah relatif kurang dan tidak konsisten dalam

mengembangkan inkubator.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian sebagai lembaga penelitian dan

pengembangan melakukan kegiatan alih teknologi. Dengan dasar amanah Perpres No. 27 tahun

2013 tentang Pengembangan Wirausaha, Balitbangtan melakukan kegiatan inkubator sebagai salah

upaya alih teknologi. Tak sedikit dalam tiap tahunnya, Balitbangtan telah menghasilkan teknologi

yang potensial komersial dan telah dilindungi KI. Akhir tahun 2016, tercatat jumlah pendaftaran

rezim KI paten mencapai 262, Cipta 110, Merek 49 dan PVT 82. Kesemuanya teknologi

berpotensial komersial dan membutuhkan mitra atau tangan-tangan handal untuk menjadikan

teknologi tersebut berdaya guna baik bagi dirinya sendiri sebagai bentuk usaha maupun bagi orang

lain. Pada konteks kegiatan ini, inisiasi pemanfaatannya telah dicoba pada kegiatan Pra-inkubasi

dengan mengikutsertakan alumni perguruan tinggi yang telah memiliki usaha (wirausahawan

muda) yang mengembangkan usahanya dan tertarik untuk memanfaatkan teknologi Balitbangtan.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) merupakan Unit Pelayanan Teknis (UPT)

yang sangat strategis dalam pelaksanaan inkubator teknologi karena dapat langsung bersentuhan

dengan pengguna akhir. Di tengah banyaknya peran yang harus dijalankan BPTP, seperti

menjalankan visi dan misi pengkajian dan diseminasi, melaksanakan program-program pusat (on

top), dan ditambah dengan banyaknya program-program kementerian yang juga dibebankan ke

BPTP, wacana memperluas peran BPTP melalui inkubator tentu menjadi tantangan tersendiri.

Perluasan peran BPTP akan membutuhkan tambahan SDM, waktu, bahkan mungkin pendanaan.

Namun demikian, penyediaan inovasi senyatanya sudah menjadi misi dan visi yang melekat di

BPTP sehingga inkubator dapat menjadi salah satu peluang baru yang menarik untuk diupayakan.

Peran BPTP untuk menunjukkan kinerja penyediaan inovasi melalui inkubator cukup terbuka dan

melalui partisipasi dalam pengembangan inkubator teknologi, maka inovasi BPTP akan lebih

dekat lagi ke pengguna serta menjangkau wilayah yang lebih luas lagi. Terbukanya peluang bagi

BPTP karena fungsi penyediaan inovasi sesuai mandat yang dibebankan kepada BPTP sebagai

lembaga penelitian yang mengkaji dan mengembangkan inovasi. Peran tersebut, juga didorong

dengan strategisnya kedudukan BPTP dalam pembangunan pertanian yang bertujuan untuk

mengembangkan ekonomi lokal melalui inovasi. Peran penyediaan inovasi dari BPTP bahkan

diharapkan dapat mendorong terjadinya peningkatan nilai tambah dan daya saing dari produk-

produk inkubator, sehingga inkubator tidak hanya menghasilkan produk yang tepat guna namun

juga berhasil guna. Pada tahap awal, BPTP dapat menjadi inisiator, namun demikian, dalam

prosesnya BPTP tidak bisa bergerak sendirian sehingga membutuhkan dukungan banyak pihak.

BPTP dapat bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk mengawali kerja sama dan selanjutnya

menggandeng kementerian lain serta perbankan. Sebagai sebuah kerja sama, maka diharapkan

semua pihak yang terlibat dapat memberikan sharing, tidak hanya dukungan program dan

Page 9: Harmonisasi Percepatan Diseminasi Inovasi Pertanian ...kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/Semnas2016/02_retno... · Peranan lain dari sektor pertanian adalah menyediakan

Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 15 Banjarbaru, 20 Juli 201

kebijakan namun juga pendanaan sesuai dengan tupoksi masing-masing lembaga (Anggita, 2012).

Secara terstruktur, mekanisme pengembangan inkubator teknologi disajikan pada Gambar 2.

Sumber: Hendayana et al (2010) dan Aggita (2012)

Gambar 2. Peta jalan pengembangan inkubator teknologi spesifik lokasi dengan dukungan inovasi

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.

Pengawalan Adopsi Melalui Peningkatan Kapasitas Mitra Binaan

Produk unggulan binaan Balitbangtan, khususnya BPTP sudah banyak dihasilkan melalui

beragam kegiatan pendampingan. Namun demikian, sebagian besar mitra binaan tersebut tidak

mampu bertahan pasca pendampingan. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh belum siapnya

mitra dalam melakukan pengembangan pemasaran secara mandiri, sehingga masih perlu dilakukan

Page 10: Harmonisasi Percepatan Diseminasi Inovasi Pertanian ...kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/Semnas2016/02_retno... · Peranan lain dari sektor pertanian adalah menyediakan

16 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 201

tahap pendampingan dalam implementasi teknologi dan dalam melakukan pemasaran produk.

Beberapa tahapan yang perlu dilakukan dalam peningkatan kapasitas mitra binaan adalah:

1. Inventarisasi mitra-mitra binaan BPTP/LPTP

2. Identifikasi mitra potensial binaan BPTP/LPTP (2-3 mitra tiap BPTP/LPTP)

3. Seleksi dan penentuan mitra potensial untuk didampingi dengan kriteria seleksi didasarkan

atas beberapa pertimbangan antara lain:

(i) produk yang unik dan layak secara ekonomi, sosial, dan kesehatan untuk dipromosikan

dan diproduksi secara massif;

(ii) memiliki sustainability ketersediaan row material di tingkat lokal untuk menjada

kontinuitas produksi; dan

(iii) memiliki peluang untuk dapat secara cepat dimassifkan dengan teknologi sederhana.

4. Survei lapangan ke mitra binaan, untuk mengetahui:

(i) proses produksi termasuk ketersediaan bahan baku (row material) dan kemasan;

(ii) mekanisme pengambilan produk yang untuk memperoleh SNI, sertifikasi halal; uji

kesehatan (Kemenkes), uji organoleptik dan pengembangan pasar;

(iii) eksisting kapasitas produksi, penjualan, keuntungan, sertifikasi yang telah dimiliki, nilai

kekuatan produk dibandingkan dengan pesaing, permasalahan dan tantangan yang

dihadapi, serta potensi peningkatan nilai lebih pada produk mitra binaan,

(iv) rantai pasok dan eksisting produk,

(v) hipotesis bisnis kanvas, dan

(vi) analisis finansial untuk mengetahui HPP.

5. Penentuan target responden yang akan dibidik untuk analisis pengembangan pasar

6. Penyusunan kuesioner analisis pengembangan pasar

7. Analisis organoleptik: BB Pascapanen dan Kementerian Kesehatan

8. Analisis pengembangan pasar untuk mengetahui seberapa besar potensi pasar yang ada dan

seberapa tinggi minat konsumen terhadap produk

9. Penyusunan rekomendasi bagi tindak lanjut pendampingan dalam pengembangan pasar:

terkait fitur-fitur produk, seperti rasa, aroma, kemasan, label, harga, sertifikasi lanjutan serrta

menciptakan branding produk.

10. 10. Upaya marketing dan negosiasi mencari mitra dalam permodalan : perbankan, BUMN,

swasta (CSR) untuk memediasikan pemenuhan kebutuhan modal bagi pengembangan skala

produksi, peluang diversifikasi produk dan pengembangan pasar

11. Mencari mitra yang menjadi marketing atau franchise di daerah-daerah yang dianggap

sebagai kantong-kantong konsumen/pasar potensial

Optimalisasi Laboratorium Diseminasi Untuk Percepatan Diseminasi

Laboratorium Diseminasi adalah unit fugsional dari BPTP yang melakukan kegiatanp

pengkajian dan pengembangan informasi maupun perakitan materi diseminasi teknologi pertanian

yang siap disebarluaskan kepada penyuluh, petani, dan pengguna lainnya di wilayah kerja BPTP.

Laboratorium Diseminasi perlu ditingkatkan perannya dalam menyediakan materi diseminasi

Penyuluhan Pertanian termasuk menyajikan show window implementasi teknologi Balitbangtan.

Tugas Laboratorium Diseminasi adalah menyebarluaskan temuan ilmiah (Science) hasil

Litbang Pertanian agar dapat dimanfaatkan, dengan kata lain adalah mempercepat proses

mengubah Invensi menjadi Inovasi. Secara spesifik, tujuan dari laboratorium diseminasi adalah

Page 11: Harmonisasi Percepatan Diseminasi Inovasi Pertanian ...kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/Semnas2016/02_retno... · Peranan lain dari sektor pertanian adalah menyediakan

Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 17 Banjarbaru, 20 Juli 201

untuk: a) Memanfaatkan sarana dan prasarana diseminasi hasil Litkaji yang telah tersedia; b)

Sarana penunjang untuk pencapaian rencana strategis Balitbangtan, dan 3) Pengamanan Asset

Kementerian Pertanian., Sedangkan fungsinya adalah: sebagai unit Pendukung Diseminasi

Teknologi Pertanian, sebagai unit Produksi Informasi Teknologi Pertanian, serta diharapkan

munculnya daya dukung pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi Laboratorium dengan

mengoptimalkan pemanfaatannya.

Secara terstruktur, Laboratorium DIseminasi terdiri atas tiga komponen pokok dan satu

komponen pendukung di lapangan, yaitu production house, konsultasi agribisnis termasuk magang

dan pelatihan, dan show window atau display produk maupun teknologi unggulan. Di samping itu

terdapat fasilitas lapangan untuk mendukung implementasi teknologi unggulan di lapangan

(Gambar 3). Sedangkan optimalisasi laboratorium diseminasi sebagai house of change disajikan

pada Gambar 4.

Gambar 3. Komponen laboratorium diseminasi untuk mendukung percepatan disemimasi inovasi

pertanian.

Gambar 4. Aktivitas laboratorium diseminasi sebagai house of change dalam percepatan

diseminasi inovasi pertanian

Page 12: Harmonisasi Percepatan Diseminasi Inovasi Pertanian ...kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/Semnas2016/02_retno... · Peranan lain dari sektor pertanian adalah menyediakan

18 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 201

Peta Jalan Harmonisasi Percepatan Diseminasi Inovasi Pertanian Spesifik Lokasi

Peta jalan atau milestone kegiatan dalam harmonisasi percepatan diseminasi

inovasi pertanian spesifik lokasi digambarkan secara bertahap berdasarkan output setiap

kegiatan dan langkah-langkahnya untuk jangka pendek, menengah, dan panjang

sebagaimana disajikan pada Gambar 5 dengan target sasaran akhir adalah adopsi inovasi

pertanian spesifik lokasi meningkat.

Gambar 5. Harmonisasi percepatan diseminasi inovasi pertanian spesifik lokasi.

Kesimpulan

Harmonisasi percepatan diseminasi inovasi pertanian spesifik lokasi yang dapat

dikembangkan untuk mencapai sasaran dari kegiatan diseminasi inovasi pertanian secara umum

adalah lalui dukungan pemanfaatam teknologi informasi dan komunikasi. Pengembangan

infrastruktur sistem informasi inovasi pertanian berbasis web interaktif perlu dilaksanakan oleh

Balitbangtan dengan pengembangan content-nya oleh Unit Kerja dan Unit Pelayanan Teknis

lingkup Balitbangtan yang dibantu oleh konsultan manajemen informasi; pengembangan service

online melalui website Balitbangtan yang dilengkapi dengan direktori ahli (ekspertis) di

bidangnya untuk membuka peluang dan memudahkan komunikasi dengan ekspertis yang

dibutuhkan; untuk menjamin kedinamisan website pertanian, masing-masing instansi yang terlibat

dalam mendukung content harus memiliki komitmen tinggi dalam pemutakhiran dan

pengembangan data yang disajikan; informasi yang dikembangkan di tingkat lokal harus bersifat

sederhana, menggunakan media yang murah, terjangkau, dan sesuai dengan sumberdaya yang

tersedia di daerah; pengembangan pusat-pusat informasi dan pusat-pusat pengembangan pertanian

Page 13: Harmonisasi Percepatan Diseminasi Inovasi Pertanian ...kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/Semnas2016/02_retno... · Peranan lain dari sektor pertanian adalah menyediakan

Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 19 Banjarbaru, 20 Juli 201

di kabupaten, perlu dukungan informasi teknologi tepat guna dalam berbagai media. Balitbangtan

juga perlu mengembangkan website BPTP dan meningkatkan kapasitas staf BPTP dalam

melakukan konversi informasi teknologi tepat guna ke dalam media elektronis (CD-ROM

interaktif dan website). Website BPTP ini diharapkan dapat menjadi pusat informasi teknologi

pertanian spesifik lokasi di tingkat regional, dalam mendukung content sistem informasi teknologi

pertanian di pusat, PUSTAKA mengkoordinasikan informasi teknologi pertanian spesifik lokasi

dari BPTP dan unit kerja lingkup Kementan lainnya secara terintegrasi ke dalam sistem informasi

teknologi pertanian yang mantap, yang dapat disajikan secara cepat dan akurat melalui website dan

media relevan.

Salah satu upaya penting dalam harmonisasi percepatan diseminasi inovasi pertanian adalah

sinergi dengan lembaga terkait termasuk Ditjen Teknis Lingkup Kementerian Pertanian. Di

samping itu, percepatan diseminasi inovasi pertanian spesifik lokasi juga dapat dilakukan dengan

pendampingan mitra binaan, dan pengembangan inkubator teknologi.

Daftar Pustaka

Hendayana, Rahmat. 2011. Apa itu diseminasi? Tulisan dalam word press diakses secara online

pada 27 Februari 2017. https://diseminasi.wordpress.com/2011/01/04/halo-dunia/

Hendayana, R., W. Sudana, A. Razak, H. Andryanita, Zakiah, A. Supriatna, Y.A. Dewi, V.W.

Hanifah, R. Indrasti, dan Sundari. 2010. Laporan Hasil Penelitian Pengkajian Strategi

Percepatan Adopsi Varietas Padi Unggul di Lokasi Pasang Surut dan Rawa Untuk

Meningkatkan 200% Adopter di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Program

Insentif Terapan Kegiatan Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.

Kerja sama Badan Litbang Pertanian dan Kementerian Riset dan Teknologi.

Jamaran, I. 2009. Studi Awal Pengembangan Jaringan Inkubator Teknologi dan Bisnis Pada

Institusi Pendidikan Tinggi di Indonesia. Jurnal Matematika, Sains, dan Teknologi. Vol. 9

(1): 47-53. Maret 2009.

Gartina, Dhani. 2015. Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian Melalui Portal Web Badan

Penelitian Dan Pengembangan Pertanian . Informatika Pertanian, Vol. 24 No.1, Juni 2015 :

121 – 132.

Gartina, D. dan F. Thalib. 2012. Kajian pengembangan infrastruktur TIK mendukung

implementasi e-Government : studi kasus badan litbang pertanian. Jurnal Informatika

Pertanian 21 (1) : 27-39. Leeuwis, Cees 2004. Communication for Rural Innovation: Rethinking Agricultural Extension.

Blackwell Publishing, Oxford.

Mahnke, L. 2010. Promotion of Start-Ups and Entrepreneurship. Bahan Presentasi Workshop

National Steering of Regional Economic Development RED Steer 2010 Germany. 9 Juli –

8 Agustus 2010. Germany.

Merriam. 2008. Webster Online Dictionary

Muhrizal Sarwani, Erizal Jamal, Kasdi Subagyono, Enti Sirnawati, dan Vyta W. Hanifah. 2011.

Diseminasi di BPTP: Pemikiran Inovatif Transfer Teknologi Spesifik Lokasi. Analisis

Kebijakan Pertanian Vo. 09 No 01, 2011.

Rogers, Everett M. Diffusion of innovations. Rev. ed. of: Communication of innovations. 2nd ed.

Page 14: Harmonisasi Percepatan Diseminasi Inovasi Pertanian ...kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/Semnas2016/02_retno... · Peranan lain dari sektor pertanian adalah menyediakan

20 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 201

Rokhani Hasbullah1, Memen Surahman, Ahmad Yani, Deva Primadia Almada, Elisa Nur Faizaty.

Model Pendampingan UMKM Pangan Melalui Inkubator Bisnis Perguruan Tinggi Jurnal

Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), April 2014 Vol. 19 (1): 43 49 ISSN 0853 – 4217

Sulaiman, F., A, Subaidi., M. Mardiharin., R. Hendayana., J. Hardi., S. Bahrein., I.W.Rusasastra

dan N.S Dimyati., 2003 BPPTP. Bogor

Sumardjo, Mulyandari, Retno Sri Hartati, Prawiranegara, Darojat, Darmawan, Leo. 2012. Sistem

Diseminasi Inovasi Pertanian Berbasis Teknologi Informasi Untuk Meningkatkan

Keberdayaan Petani Sayuran.

Yovita Anggita Dewi. 2014. Inovasi Spesifik Lokasi Untukinkubator Teknologi Mendukung

Pengembangan Ekonomi Lokal. Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 10 No. 4,

Desember 2012 : 299-312

Rokhani Hasbullah1, Memen Surahman, Ahmad Yani, Deva Primadia Almada, Elisa Nur Faizaty.

Model Pendampingan UMKM Pangan Melalui Inkubator Bisnis Perguruan Tinggi Jurnal

Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), April 2014 Vol. 19 (1): 43 49 ISSN 0853 – 4217