PROSPEK DAN KENDALA LAHAN KERING DI...

12
Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 323 PROSPEK DAN KENDALA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI SUMBER PRODUKSI JAGUNG Aidi Noor, Khairudin, dan M. Yasin Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan Jl. P. Batur Barat No. 4 Banjarbaru, Kalimantan Selatan e-mail : [email protected] ABSTRAK Lahan kering yang cukup luas di Kalimantan Selatan mempunyai potensi sebagai sumber produksi jagung, mengingat permintaan akan jagung terus meningkat seiring dengan meningkatnya keperluan untuk pangan maupun untuk keperluan pakan ternak dan bahan baku beberapa industri. Hasil pemetaan agro ekologi zone Kalimantan Selatan skala 1:250.000 menunjukkan lahan yang cukup sesuai dan berpotensi untuk tanaman pangan semusim seperti jagung dengan kemiringan lahan < 8% adalah seluas 769.948 ha (20,52% dari luas total Kalimantan Selatan). Luas panen jagung di Kalimantan Selatan tahun 2013 baru mencapai 20.629 ha dengan produktivitas cukup tinggi 5,19 t/ha. Produkasi jagung di Kalimantan Selatan masih memungkinkan untuk ditingkatkan baik melalui perluasan areal tanam, peningkatan indeks pertanaman maupun peningkatan produktivitas. Peningkatan luas tanam jagung masih memungkinkan pada lahan ladang/huma seluas 280.606 dan lahan yang sementara tidak diusahakan seluas 160.731 ha. Pengembangan areal tanaman jagung mempunyai kendala terutama dalam hal persaingan penggunaan lahan dengan komoditas lain, baik tanaman pangan maupun tanaman perkebunan. Peningkatan luas tanam jagung dapat dilakukan dengan meningkatkan indeks pertanaman dalam pola tanam menyesuaikan dengan karakteristik curah hujan. Pemanfaatan lahan diantara tanaman perkebunan yang masih muda juga mempunyai potensi untuk pertanaman jagung. Peningkatan produktivitas jagung di lahan kering Kalimantan Selatan masih memungkinkan dengan teknologi pemupukan yang tepat antara penggunaan pupuk kimia dan pupuk organik, serta penggunaan varietas jagung adaptif dengan potensi hasil tinggi. Kata kunci : jagung, lahan kering, produktivitas, perluasan areal Pendahuluan Kalimantan Selatan mempunyai potensi lahan kering yang cukup luas, yang sesuai untuk tanaman pangan semusim seperti padi gogo, jagung, kedelai, kacang tanah seluas 769.948 ha (20,52%) dengan kemiringan lahan 0-8%, sedangkan lahan kering yang berpotensi untuk tahunan/pangan dengan kemiringan lahan 8-15% adalah seluas 688.032 ha (18,34%) (Mulyani et al., 2013). Lahan kering yang cukup luas di Kalimantan Selatan mempunyai potensi sebagai sumber produksi jagung, mengingat permintaan akan jagung terus meningkat seiring dengan meningkatnya keperluan untuk pangan maupun untuk keperluan pakan ternak dan bahan baku beberapa industri. Luas panen jagung Indonesia tahun 2013 seluas 3,82 juta ha dengan produksi pipilan mencapai 1,85 juta ton dan produktivitas 4,84 t/ha (BPS, 2014). Untuk memenuhi

Transcript of PROSPEK DAN KENDALA LAHAN KERING DI...

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”,

Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 323

PROSPEK DAN KENDALA LAHAN KERING DI KALIMANTAN

SELATAN SEBAGAI SUMBER PRODUKSI JAGUNG

Aidi Noor, Khairudin, dan M. Yasin

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan

Jl. P. Batur Barat No. 4 – Banjarbaru, Kalimantan Selatan

e-mail : [email protected]

ABSTRAK

Lahan kering yang cukup luas di Kalimantan Selatan mempunyai potensi sebagai sumber

produksi jagung, mengingat permintaan akan jagung terus meningkat seiring dengan

meningkatnya keperluan untuk pangan maupun untuk keperluan pakan ternak dan bahan

baku beberapa industri. Hasil pemetaan agro ekologi zone Kalimantan Selatan skala

1:250.000 menunjukkan lahan yang cukup sesuai dan berpotensi untuk tanaman pangan

semusim seperti jagung dengan kemiringan lahan < 8% adalah seluas 769.948 ha (20,52%

dari luas total Kalimantan Selatan). Luas panen jagung di Kalimantan Selatan tahun 2013

baru mencapai 20.629 ha dengan produktivitas cukup tinggi 5,19 t/ha. Produkasi jagung di

Kalimantan Selatan masih memungkinkan untuk ditingkatkan baik melalui perluasan areal

tanam, peningkatan indeks pertanaman maupun peningkatan produktivitas. Peningkatan

luas tanam jagung masih memungkinkan pada lahan ladang/huma seluas 280.606 dan lahan

yang sementara tidak diusahakan seluas 160.731 ha. Pengembangan areal tanaman jagung

mempunyai kendala terutama dalam hal persaingan penggunaan lahan dengan komoditas

lain, baik tanaman pangan maupun tanaman perkebunan. Peningkatan luas tanam jagung

dapat dilakukan dengan meningkatkan indeks pertanaman dalam pola tanam menyesuaikan

dengan karakteristik curah hujan. Pemanfaatan lahan diantara tanaman perkebunan yang

masih muda juga mempunyai potensi untuk pertanaman jagung. Peningkatan produktivitas

jagung di lahan kering Kalimantan Selatan masih memungkinkan dengan teknologi

pemupukan yang tepat antara penggunaan pupuk kimia dan pupuk organik, serta

penggunaan varietas jagung adaptif dengan potensi hasil tinggi.

Kata kunci : jagung, lahan kering, produktivitas, perluasan areal

Pendahuluan

Kalimantan Selatan mempunyai potensi lahan kering yang cukup luas, yang sesuai

untuk tanaman pangan semusim seperti padi gogo, jagung, kedelai, kacang tanah seluas

769.948 ha (20,52%) dengan kemiringan lahan 0-8%, sedangkan lahan kering yang

berpotensi untuk tahunan/pangan dengan kemiringan lahan 8-15% adalah seluas 688.032 ha

(18,34%) (Mulyani et al., 2013). Lahan kering yang cukup luas di Kalimantan Selatan

mempunyai potensi sebagai sumber produksi jagung, mengingat permintaan akan jagung

terus meningkat seiring dengan meningkatnya keperluan untuk pangan maupun untuk

keperluan pakan ternak dan bahan baku beberapa industri.

Luas panen jagung Indonesia tahun 2013 seluas 3,82 juta ha dengan produksi pipilan

mencapai 1,85 juta ton dan produktivitas 4,84 t/ha (BPS, 2014). Untuk memenuhi

Aidi Noor et al. : Prospek dan kendala lahan kering di Kalimantan Selatan | 324

kebutuhan jagung yang terus meningkat pemerintah Indonesia menargetkan produksi jagung

pada tahun 2014 adalah 29,0 juta ton atau meningkat 64% dibandingkan produksi jagung

pada tahun 2011. Produksi jagung propinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2013 mencapai

107.043 ton dari luas areal panen 20.629 ha dengan produktivitas rata-rata cukup tinggi

yaitu 5,19 t/ha (BPS, 2014). Dari total luas areal panen jagung di Kalimantan Selatan 61,8

% (12.052 ha) terdapat di kabupaten Tanah Laut yang merupakan sentra produksi jagung,

rata-rata produktivitas jagung di kabupaten Tanah Laut sudah mencapai 5,6 t/ha (BPS

Kalimantan Selatan, 2013) lebih tinggi dari rata-rata produktivitas di Kalimantan Selatan

maupun Nasional.

Peningkatan produkasi jagung di Kalimantan Selatan masih memungkinkan untuk

ditingkatkan baik melalui perluasan areal tanam, peningkatan indeks pertanaman maupun

peningkatan produktivitas. Sebagian besar petani di kabupaten Tanah Laut sudah

menggunakan jagung hibrida dengan potensi hasil > 10 t/ha, hal ini menunjukkan dengan

teknologi yang tepat produktivitas jagung di lahan kering Kalimantan Selatan masih bisa

ditingkatkan. Petani di kabupaten Tanah Laut dalam melakukan pertanaman juga sudah

terbiasa menggunakan pupuk organik (kotoran ayam maupun kotoran sapi), pupuk organik

diperkirakan dapat mengurangi dosis pemupukan kimia dan juga meningkatkan

produktivitas tanah dan tanaman jagung.

Perkembangan Luas dan Produktivitas Jagung

Luas pertanaman jagung di Kalimantan Selatan selama 10 tahun terakhir cukup

berfluktuasi yaitu pada tahun 2002 luas panen jagung baru mencapai 15.491 ha dan tertinggi

yang pernah dicapai adalah seluas 22.979 ha pada tahun 2009. Luas panen jagung pada

tahun 2012 mencapai 21.723 ha, pada tahun 2013 luas panen jagung mengalami penurunan

menjadi sekitar 20.629 ha. Produktivitas jagung di Kalimantan Selatan pada tahun 2004

kebawah hanya mencapai 1,34-2,95 t/ha, tetapi sejak mulai tahun 2005-2007 peningkatan

produktivitas meningkat tajam yaitu 3.08-4,54 t/ha, setelah tahun 2010 peningkatan

produktivitas mulai melandai dan mencapai hasil tertinggi 5,19 t/ha pada tahun 2013

(Gambar 1).

Sumber : BPS Kal-Sel (2003-2013)

Gambar 1. Luas panen dan produktivitas jagung Kalmantan Selatan 2002-2013

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

3,50

4,00

4,50

5,00

5,50

-

3.000

6.000

9.000

12.000

15.000

18.000

21.000

24.000

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Pro

du

ktiv

itas

(t/

ha)

Luas

pan

en

(h

a)

Tahun

Luas panen produktivitas

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”,

Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 325

Peningkatan produktivitas jagung sejak mulai tahun 2006 karena petani mulai

mengenal jagung hibrida dengan potensi hasil tinggi, sebelimnya petani hanya menanam

jagung non hibrida atau jagung lokal dengan potensi hasil masih rendah. Selain itu petani

juga mulai menggunakan pupuk organik dan pupuk kimia, sehingga produktivitas jagung

terus meningkat.

Pertanaman jagung di Kalimantan Selatan tersebar di 11 kabupaten, dari luas panen

jagung Kaimantan Selatan 21.723 ha pada tahun 2012, Kabupaten Tanah Laut merupakan

kabupaten dengan luas panen jagung terluas yaitu 14.034 ha (64,6%), kemudian diikuti oleh

Kabupaten Kotabaru seluas 3.722 ha (17,1%), sedangkan kabupaten lainnya hanya berkisar

antara 127-802 ha (Gambar 2).

Sumber : BPS Kal-Sel (2013)

Gambar 2. Luas panen jagung di masing-masing kabupaten, Kalimantan Selatan tahun

2012

Kabupaten Tanah Laut dan Kotabaru selain mempunyai pertanaman jagung terluas,

juga mempunyai produktivitas jagung yang lebih tinggi dari kabupaten lainnya. Pada tahun

2012 produktivitas jagung di kabupaten Tanah Laut dan Kotabaru adalah 5,5 t/ha lebih

tinggi dari rata-rata propinsi (5,16 t/ha), sedangkan kabupaten lainnya hanya berkisar antara

3,0-4,6 t/ha (Gambar 3).

[VALUE](64.6%)

[VALUE](17.1%)

574 127 315

[VALUE](3.7%)

460 217 530 593 349

21.723

-

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

16.000

18.000

20.000

22.000

Luas

Pan

en

Jag

un

g (

Ha)

Kabupaten - Kalimantan Selatan

Aidi Noor et al. : Prospek dan kendala lahan kering di Kalimantan Selatan | 326

Sumber : BPS Kal-Sel (2013)

Gambar 3. Produktivitas jagung jagung kalsel 2012

Perkembangan luas panen jagung di kedua Kabupaten Tanah Laut dan Kotabaru

pada 5 tahun terakhir menunjukkan pertambahan luas tanam atau panen jagung memang

tidak begitu meningkat bahkan ada kecenderungan menurun pada tahun-tahun tertentu. Pada

kabupaten Tanah Laut luas panen jagung sejak tahun 2008-2012 berkisar antara 12.052-

14.034 ha dengan luas panen mengalami penurunan cukup luas terjadi pada tahun 2011

(sekitar 2.000 ha) dari tahun sebelumnya. Pada kabupaten Kota Baru selama 5 tahun tarakhir

berkisar antara 3.658-4.355 ha. Produktivitas jagung tahun 2008-2012 Kabupaten Tanah

Laut berkisar antara 5,20-5,69 t/ha, sedangkan Kota Baru berkisar antara 4,78-5,66 t/ha

(Gambar 4).

Sumber : BPS Kalsel (2009-2013)

Gambar 4. Luas panen dan produktivitas jagung di kabupaten Tanah Laut dan Kota

Baru tahun 2008-2012.

5,5 5,5

4,1

3,2

4,6

3,7 3,5 3,1 3,0

3,7 3,1

5,16

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

Pro

du

ktiv

itas

(t/

ha)

Kabupaten-Kalimantan Selatan

13.884 14.982

14.215

12.052

14.034

3.913 4.355 4.248 3.658 3.722

3,00

3,50

4,00

4,50

5,00

5,50

6,00

-

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

16.000

2008 2009 2010 2011 2012 2008 2009 2010 2011 2012

Pro

du

ktiv

itas

(t/

ha

Luas

pan

en

(h

a)

Tanah Laut Kota Baru

Luas panen Produktivitas

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”,

Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 327

Potensi Lahan Kering

Kalimantan Selatan mempunyai potensi lahan kering yang cukup luas yaitu sekitar 3

juta ha dan lahan basah sekitar 0,75 juta. Lahan kering di Kalimantan Selatan berdasarkan

penggunaannya lebih banyak diusahakan untuk tanaman tahunan seluas 706.318 ha (18,8%),

sedangkan tegalan/ladang/huma yang biasanya digunakan untuk tanaman semusim seperti

jagung, padi gogo, jenis kacang-kacangan, sayuran dan lain-lainnya sekitar 370.687 ha

(9,9%). Luas pertanaman jagung baru mencapai sekitar 21 ribu ha, pengembangan jagung

masih memungkinkan pada lahan tegalan/ladang ini, selain itu masih ada lahan kering yang

belum diusahakan/dimanfaatkan seluas 167.108 ha (4,5%) (BPS Kal-Sel, 2012).

Walaupun lahan kering datar dengan kelerengan <8% yang berpotensi untuk tanaman

panagan sebenarnya cukup luas, namun lahan-lahan tersebut sebagian telah ditanami

tanaman tahunan/perkebunan. Peningkatan luas tanaman perkebunan seperti karet dan sawit

di Kalimantan Selatan cukup cepat. Tanaman perkebunan karet dan sawit yang masih muda

(umur <4 tahun) sebenarnya juga bisa dimanfaatkan untuk pertanaman jagung sebagai

tanaman sela.

Tabel 1. Penggunaan lahan di Kalimantan Selatan tahun 2011

Tipe penggunaan lahan Luas (Ha) %

- Sawah diusahakan 456,246 12.2

- Sawah sementara tidak diusahakan 207,212 5.5

- Tegalan/kebun 258,791 6.9

- Ladang/huma 111,896 3.0

- Perkebunan 706,318 18.8

- Hutan rakyat 216,892 5.8

- Tambak 14,181 0.4

- Kolam/Tabat/Empang 5,424 0.1

- Padang penggembalaan rumput 182,596 4.9

- Lahan kering sementara tidak diusahakan 167,108 4.5

- Lahan untuk rumah, bangunan dan halaman sekitarnya 144,478 3.9

- Rawa-rawa (tidak ditanami) 111,934 3.0

- Hutan negara 921,596 24.6

- Lainnya (jalan, sungai, danau, lahan tandus) 247,665 6.6

TOTAL 3,752,337 100

Sumber : Penggunaan lahan Kalimantan Selatan tahun 2011 (BPS Kal-Sel, 2012)

Selain lahan yang masih cukup luas, untuk pertanaman jagung di Kalimantan Selatan

didukung oleh curah hujan yang cukup tinggi dan memungkinkan untuk tanam 2 kali

setahun. Data rata-rata 5 tahun terakhir menunjukkan jumlah curah hujan di Kalimantan

Selatan tergolong cukup tinggi yaitu 2.767 mm/tahun, dengan rata-rata curah hujan 230

mm/bulan. Bulan-bulan basah (curah hujan ≥ 200 ml) terjadi selama 6 bulan mulai bulan

Nopember sampai dengan April, sedangkan bulan dengan curah hujan terendah terjadi pada

bulan Juni-September (Gambar 5).

Aidi Noor et al. : Prospek dan kendala lahan kering di Kalimantan Selatan | 328

Gambar 5. Rata-rata curah hujan bulan Kalimantan Selatan 5 tahun terakhir

(2008-2012)

Kendala Usahatani Jagung di Lahan Kering

Lahan kering di Kalimantan Selatan merupakan salah satu agroekosistem yang

memiliki potensi cukup besar untuk pengembangan produksi pertanian seperti jagung

Dalam pemanfaatan lahan ini, kendala utama yang dihadapi adalah rendahnya kesuburan

tanah, kemasaman tanah, kandungan bahan organik rendah, dan distribusi curah hujan yang

tidak merata sehingga kadang-kadang tidak tersedianya air yang cukup, dan pada curah

hujan yang tinggi dapat mengakibatkan erosis tanah pada lahan-lahan yang berlereng.

Bahan organik dan beberapa unsur hara tanah yang rendah, tingginya kemasaman dan

unsur meracun Al-dd merupakan salah satu kendala dalam meningkatkan produktivitas

jagung di lahan kering Kalimantan Selatan. Karakteristik tanah lahan kering di Kalimantan

Selatan dapat dilihat pada Tabel berikut ini (Tabel 2).

Pengelolaan kesuburan tanah merupakan hal yang penting dalam usahatani di lahan

kering, yang meliputi tidak saja peningkatan kesuburan kimiawi, tetapi juga kesuburan fisik

dan biologi tanah. Salah satu teknologi pengelolaan kesuburan tanah yang penting adalah

pemupukan berimbang, yang mampu memantapkan produktivitas tanah pada level yang

tinggi. Penggunaan pupuk anorganik yang tidak tepat, misalnya takaran tidak seimbang,

serta waktu pemberian dan penempatan pupuk yang salah, dapat mengakibatkan kehilangan

unsur hara sehingga respons tanaman menurun. Di samping pemupukan, pengapuran juga

penting untuk meningkatkan produktivitas tanah masam, antara lain untuk mengurangi

keracunan aluminium Al pada tanaman yang peka terhadap kadar Al tinggi (Santoso dan

Sofyan, 2005).

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500C

ura

h H

uja

n (

mm

)

Bulan

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”,

Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 329

Tabel 2. Karakteritik tanah lahan kering di Kalimantan Selatan

Sifat Tanah Batu Ampar Tanah

Laut 1)

Sungai Loban

Tanah Bumbu 2)

pH 5.02 4,50

C. Organik (%) 1.86 1,65

N total (%) 0.19 0,18

P Bray I (ppm P2O

5) 3.40 4,53

P total (mg/100g P2O

5) 5.80 8,46

K total (mg/100 g K2O) 10.18 -

Ca 0.35 0,23

Mg 0.41 0,13

K 0.08 0,18

Na 0.25 0,06

Al-dd (me/100 g) 2.02 1,20

KTK (me/100 g) 20.15 7,50

Tekstur (%):

Liat 49.47 26,15

Debu 28.82 40,58

Pasir 21.71 26,15

Sumber : 1 )

Noor et al. (2013), 2)

Ningsih et al. (1999)

Penerapan teknologi pemupukan organik juga sangat penting dalam pengelolaan

kesuburan tanah di lahan kering. Pupuk organik dapat bersumber dari sisa panen, pupuk

kandang, kompos atau sumber bahan organik lainnya. Selain menyumbang pupuk

anorganik, seperti unsur hara mikro, pupuk organik juga penting untuk memperbaiki sifat

fisik dan biologi tanah. Lahan kering akan mampu menyediakan air dan hara yang cukup

bagi tanaman bila struktur tanahnya baik sehingga mendukung peningkatan efisiensi

pemupukan. Hasil-hasil penelitian di lahan kering menunjukkan bahwa penggunaan bahan

organik seperti pupuk kandang, pupuk hijau dan limbah panen dapat meningkatkan hasil

tanaman pangan, mengurangi penggunaan pupuk N, P, K dan meningkatkan efisiensinya

(Karama, 1990; Badan Litbang Pertanian, 1996; Ningsih dan Noor, 1997). Menurut

Santoso (1996) bahan organik juga dapat menstimulasi pertumbuhan akar dan selanjutnya

menyebabkan pengambilan P lebih besar.

Kendala pengembangan jagung di Kalimantan Selatan selain masalah kondisi

kualitas lahan, juga masalah kompetisi dengan komoditas lain baik tanaman semusim

lainnya maupun dengan tanaman perkebunan. Sebagian tanaman perkebunan yang

seharusnya ditanam pada lahan-lahan dengan kelerengan > 8 % ditanami juga pada lahan-

lahan dengan kemiringan < 8% yang sebenarnya sesuai untuk tanaman semusim seperti

jagung. Peningkatan perkembangan tanaman perkebunan di Kalimantan Selatan cukup

cepat dibandingkan tanaman pangan, hal ini juga berhubungan dengan nilai ekonomis

tanaman perkebunan yang lebih tinggi dari komoditas jagung. Luas areal tanaman karet

pada tahun 2005 seluas 173.256 ha meningkat menjadi 249.016 ha pada tahun 2012,

sedangkan tanaman sawit pada tahun 2006 seluas 173.392 ha meningkat menjadi 358.190 ha

Aidi Noor et al. : Prospek dan kendala lahan kering di Kalimantan Selatan | 330

pada tahun 2012. Selama kurun waktu 8 tahun karet meningkat seluas 75.760 ha dan sawit

meningkat seluas 184.798 ha (Gambar 6)

Sumber : BPS Kal-Sel (2006-2013)

Gambar 6. Perkembangan luas areal tanam tanaman karet dan sawit di

Kalimantan Selatan tahun 2005-2012

Peluang Peningkatan Produksi Jagung

Produksi jagung di Kalimantan Selatan tahun 2013 sebesar 107.043 ton (BPS, 2014)

masih memungkinkan untuk ditingkatkan, baik melalui peningkatan luas areal tanam,

peningkatan intensitas tanam, maupun peningkatan produktivitas.

Peningkatan produktivitas jagung di lahan kering berhubungan erat dengan perbaikan

kualitas tanah seperti pemupukan dan penggunaan bahan amelioran. Penambahan pupuk

dalam usaha pertanian merupakan salah satu input produksi yang menentukan dalam

peningkatan poduktivitas tanaman, terutama pada lahan-lahan marginal dengan kandungan

unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah yang relatif rendah. Pupuk adalah

bahan yang yang mengandung satu atau lebih unsur hara tanaman yang jika diberikan ke

pertanaman dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Sedangkan pemupukan

adalah pemberian pupuk ke pertanaman dalam jumlah yang rasional guna meningkatkan

hasil panen dan atau keuntungan usahatani (Taslim et al., 1993). Hasil penelitian Purnomo

et al. (2007) menunjukkan pemupukan fosfat dengan dosis 20 kg P (TSP) pada tanah Ultisol

meningkatkan hasil tongkol jagung dari 5,04 t/ha (tanpa dipupuk P) menjadi 9,89 t/ha.

Peningkatan dosis pupuk fosfat menjadi 40-80 kg P/ha tidak meningkatkan hasil jagung

secara nyata.

Penggunaan pupuk secara rasional dan berimbang adalah salah satu faktor kunci

untuk dapat memperbaiki dan meningkatkan produktivitas lahan pertanian, khususnya di

daerah tropika dimana tersedianya unsur hara yang cukup merupakan salah satu faktor

pembatas. Penggunaan pupuk secara rasional dan berimbang harus memperhatikan kadar

unsur hara di dalam tanah, jenis dan mutu pupuk, dan keadaan pedo-agroklimat serta

0

50.000

100.000

150.000

200.000

250.000

300.000

350.000

400.000

2005 2006 2007 2.008 2.009 2010 2011 2012

Luas

(h

a)

Tahun

Karet Sawit

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”,

Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 331

produksi optimal. Pendekatan ini dapat dilaksanakan dengan baik dan menguntungkan jika

rekomendasi pemupukan dilandasi oleh kegiatan uji tanah (analisis tanah) (Tim Uji Tanah,

1999). Secara umum uji tanah adalah suatu kegiatan analisis kimia yang sederhana, cepat,

murah, tepat dan dapat diulangi untuk menduga ketersediaan unsur hara tertentu dalam

tanah, apakah dalam keadaan kahat, normal, atau berlebih sehingga dapat digunakan sebagai

dasar rekomendasi pemupukan. Disamping itu uji tanah dapat pula digunakan dalam usaha

mencegah dan memantau pencemaran lingkungan misalnya oleh tindakan pemupukan yang

tidak tepat (Rochayati et al., 2000).

Tingkat ketersediaan hara dalam tanah mencerminkan tingkat kesuburan tanah dan

berkorelasi sangat positif dengan hasil tanaman. Makin tinggi kesuburan tanah akan makin

rendah pupuk yang diberikan dan bahkan tidak perlu lagi penambahan pupuk (Suyamto

2010). Hasil penelitian uji tanah yang telah dilakukan oleh Syafruddin (2008) pada lahan

kering tanah Inceptisol diperoleh dosis pupuk P optimum untuk tanaman jagung

dikelompokkan menjadi tiga kelompok masing masing terdiri atas status hara P tanah

rendah membutuhkan pupuk sebanyak 76 kg P2O5/ha, status hara P tanah sedang

membutuhkan pupuk sebanyak 41 kg P2O5/ha, dan status hara P tinggi hingga sangat

tinggi tidak membutuhkan pupuk P.

Pemberian bahan organik selain pupuk kimia di lahan kering dapat meningkatkan

pertumbuhan dan produksi jagung. Hasil penelitian Supryono et al. (1998) pada tanah

Ultisol di Bumi Asih Kalimantan Selatan, pemberian pupuk kandang sampai takaran 10 t/ha

dapat meningkatkan hasil jagung dari 0,76 t/ha menjadi 3,47 t/ha pipilan kering. Inkubasi

TSP dengan menggunakan kotoran sapi dapat meningkatkan efisiensi penyerapan P dan

hasil jagung (Yasin et al., 1997). Pemberian kotoran ayam 5 t/ha + 50 kg TSP memberikan

serapan hara N, P, dan K yang sama baiknya dengan pemberian 100 kg TSP tanpa pupuk

kandang (Djamaluddin, 1995). Hasil penelitian Akil (2011) menunjukkan pemupukan yang

rasional untuk tanaman jagung pada tanah Inceptisol Endoaquepts di Kalaserena, Gowa,

adalah 225 kg N dan 36 kgP2O5/ha dengan hasil biji 11,52 t/ha dan keuntungan Rp.

17.243.500 dengan B/C rasio sebesar 5,94.

Peningkatan produktivitas jagung di Kalimantan Selatan dapat dilakukan dengan

perbaikan kesuburan tanah dan penggunaan varietas unggul adaptif berdaya hasil tinggi.

Produktivitas jagung di Kalimantan Selatan pada tahun 2013 mencapai 5,19 t/ha masih

memungkinkan untuk ditingkatkan, karena potensi hasil jagung yang ada sekarang ini

mencapai > 10 t/ha (Tabel 3).

Beberapa varietas jagung hibirida yang telah dilepas mempunyai umur genjah,

sehingga penggunaan varietas ini dapat ditanam 2-3 kali setahun di lahan kering Kalimantan

Selatan. Hasil penelitian analisis neraca air untuk tanaman jagung di lahan kering

menunjukkan beberapa lokasi di lahan kering kabupaten Tanah Laut dapat ditanami jagung

2-3 kali dengan ketersediaan air yang cukup untuk tanaman jagung sampai panen. Hasil

analisis air menunjukkan kecamatan Panyipatan dapat ditanami jagung 3 kali setahun,

sedangkan kecamatan Pelaihari dan Batu Ampar dapat ditanami jagung 2 kali setahun (Noor

et al., 2007).

Beberapa varietas jagung yang ada juga pada saat panen daunnya masih hijau

sehingga dapat dimanfaatkan oleh petani sebagai pakan ternak sapi. Pengembangan jagung

di lahan kering perlu mengintegrasikan dengan pengembangan ternak sapi, sehingga

pengelolaan jagung dan ternak sapi menjadi lebih efisien dan menguntungkan bagi petani.

Sisa brangkasan jagung bermanfaat untuk pakan ternak, sedangkan kotoran ternak dapat

dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk jagung.

Aidi Noor et al. : Prospek dan kendala lahan kering di Kalimantan Selatan | 332

Tabel 3. Varietas jagung dengan potensi hasil tinggi

No. Nama

Varietas

Umur

panen

(hari)

Potensi

hasil

(t/ha)

Tahun

dilepas Keterangan

1. Bima-2

Bantimurung

100 11 2007 Agak toleran bulai, daun dapat

dimanfaatkan untuk pakan,

beradaptasi baik di lahan sub-

optimal

2. Bima-3

Bantimurung

100 10 2007 Toleran bulai, beradaptasi baik

di lahan sub-optimal

3. Bima-5 103 11.09 2008 Agak peka bulai, daun dapat

dimanfaatkan untuk pakan

4. Bima-6 104 10.6 2008 Agak peka bulai, daun dapat

dimanfaatkan untuk pakan,

beradaptasi baik di lahan sub-

optimal

5. Bima-7 89 12,1 2010 Umur genjah, agak toleran

bulai

6. Bima-8 88 11.7 2010

Umur genjah, toleran bulai,

daun dapat dimanfaatkan untuk

pakan

7. Bima-9 95 13.4 2010 Umur genjah, toleran bulai

8. Bima-10 100 13.1 2010 Agak peka bulai

9. Bima-11 94 13,2 2010 Umur genjah, sangat peka bulai

10. Bima-14

Batara 95 12.9 2011 Tahan bulai

11 P31 109 13.9 2010

Tahan bulai, beradaptasi baik di

lahan dengan kesuburan

optimal

12. P28 120 11.1 2010

Tahan busuk tongkol,

beradaptasi baik di lahan

marginal

13 Bisi-18 100 12 2004 Tahan penyakit karat daun

14 Bisi-15 99 12.8 2001 Tahan bulai, baik ditanam pada

musim hujan dan kemarau

15. NK-82 92 11.09 2004 Umur genjah, tahan karat daun

Sumber : Aqil et al. (2012)

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”,

Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 333

Kesimpulan

1. Produksi jagung di Kalimantan Selatan masih memungkinkan untuk ditingkatkan baik

melalui perluasan areal tanam, peningkatan indeks pertanaman maupun peningkatan

produktivitas.

2. Peningkatan luas tanam jagung dapat dilakukan pada lahan ladang/huma seluas

280.606 dan lahan yang sementara tidak diusahakan seluas 160.731 ha ataupun di

lahan tanaman perkebunan yang masih muda sebagai tanaman sela.

3. Peningkatan produktivitas jagung dapat dilakukan dengan pendekatan PTT jagung

(teknologi pemupukan, varietas jagung dengan potensi hasil tinggi)

Daftar Pustaka

Badan Litbang Pertanian. 1996. Efisiensi penggunaan pupuk dalam strategi peningkatan

produksi menuju pertanian tangguh. Dalam : prosiding Lokakarya Nasional

Efisiensi Pupuk, Di Cipayung, 16-17 Nopember 1987. Badan Litbang Pertanian.

Puslittanak. Bogor.

BPS Kal-Sel. 2003-2013. Kalimantan Selatan Dalam Angka. Badan Pusat Statistik

Propinsi Kalimantan Selatan. Banjarbaru.

BPS. 2014. Statistik Pertanian. Badan Pusat Statistik. Jakarta.

Djamaluddin. 1985. Pemberian pupuk kandang dan fosfat serta pengaruh residualnya

terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung (Zea mays L.) di daerah

transmigrasi Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Disertasi Doktor pada Fakultas

Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 200p

Santoso, D. 1996. Development of phosphorus fertilizers use on acid soils in Indonesia. In.

Nutrient Management for Sustainable Food Production in Asia. International

Conference in Asia, at December 9-12, 1996, Bali, Indonesia. Agency for

Agricultural Research and Development (AARD). Ministry of Agriculture-

Republic of Indonesia.

Santoso, D. dan A. Sofyan. 2005. Pengelolaan hara tanaman pada lahan kering. hlm.

73−100. Dalam Teknologi Pengelolaan Lahan Kering: Menuju pertanian produktif

dan ramah lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat,

Bogor.

Karama, A.S. 1990. Penggunaan pupuk organik dalam produksi pertanian. Makalah

disampaikan pada Seminar Puslitbangtan tanggal 4 Agustus 1990. Bogor.

Mulyani, A., M. Yasin, A. Noor, dan L. Amalia. 2013. Peta zona agroekologi provinsi

Kalimantan Selatan skala 1:250.000. Edisi 2013. Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian.

Aidi Noor et al. : Prospek dan kendala lahan kering di Kalimantan Selatan | 334

Ningsih, R.D. dan A. Noor. 1997. Pengaruh pemberian bahan organik dan Nitrogen

terhadap pertumbuhan an hasil padi gogo di lahan kering beriklim basah. Dalam:

prosiding Seminar Regional Pengkajian Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kendari. Badan Litbang Pertanian.

Ningsih, R.D., B. Prayudi, Norginayuwati, D. Ismadi Saderi, A. Noor, Murwati, dan A.

Ibrahim. 1999. Pengkajian Sistem Usaha Pertanian di Kalimantan Selatan. Laporan

Akhir Hasil Pengkajian T. A. 1998/99. Instalasi Penelitian dan Pengkajian

Teknologi Pertanian. Banjarbaru.

Noor, A. , R.D. Ningsih dan N. Pudjilestari. 2007. Potensi waktu tanam jagung

berdasarkan analisis neraca air di lahan kering kabupaten Tanah Laut. Dalam.

Prosiding Seminar Nasional Lahan Kering dan Lahan Rawa. Badan Litbang

Pertanian.

Rochayati, S., D. Setyorini, dan A. Kasno. 2000. Rekomendasi Pupuk Berdasarkan Taraf

Kecukupan Hara (Sufficiency Level). Pembinaan Pengembangan Program Uji

Tanah, Ciawi, 25 September - 21 Oktober 2000.

Tim Uji Tanah. 1999. Laporan Kegiatan Pemantapan Program Uji Tanah dan Analisis

Tanaman di BPTP. Kerjasama Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat dengan

ARMP-II- Badan Litbang Pertanian. Jakarta.

Taslim, H., S. Partohardjono, dan Subandi. 1993. Pemupukan padi Sawah. Dalam.

Ismunadji et al. Buku 2 : Padi. Badan Litbang Pertanian. Puslitbangtan.

Akil, M. 2011. Pemupukan rasional pada tanaman jagung hibrida pada Inceptisol

Endoaquepts. Dalam. Prosiding Seminar Nasional Serealia 2011. Balai Penelitian

Jagung dan Serealia, Maros. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Purnomo, J., A. Kasno, dan D. Setyorini. 2007. Pengaruh pemberian pupuk TSP terhadap

produksi jagung dan kadar P dalam tanah Ultisol Lampung Utara. Dalam.

Prosiding Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Mendukung Hari

Pangan Sedunia 2007. Bandar Lampung, 25-26 Oktober 2007. Buku I : Teknologi

Padi dan Palawija. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi

Pertanian. Badan Litbang Pertanian.

Supriyo, A., R. Sutanto, dan S. Raihan. 1998. Pengelolaan bahan organik untuk

keberlanjutan produktivitas tumpang gilir jagung-kacang tanah pada lahan kering

masam. Dalam. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung. Balitjas.

Maros. p:412-423.

Suyamto. 2010. Strategi dan implementasi pemupukan rasional spesifik lokasi.

Pengembangan Inovasi Pertanian. 3(4):306-318. Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.

Yasin, S., Yulanafatmawati, dan N. Hakim. 1997. Teknologi inkubasi TSP dengan pupuk

kandang untuk meningkatkan efisiensi pemupukan jagung pada tanah masam.

Stigma. V:129-135.

Syafruddin. 2008. Rekomendasi pemupukan P untuk tanaman jagung pada tanah

Inceptisols menggunakan pendekatan uji tanah. J.Tanah Trop. Vol. 13. No. 2: 95-

102