Inovasi Teknologi Mendukung Peningkatan Produksi...

19
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 21 Banjarbaru, 20 Juli 2016 Inovasi Teknologi Mendukung Peningkatan Produksi Pertanian Berkelanjutan (Hasil-Hasil Penelitian Mendukung Pajale) Luthfi Fatah Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat E-mail: [email protected] Pendahuluan Kedaulatan pangan bersama-sama dengan kemandirian pangan adalah kondisi yang diperlukan oleh suatu negara untuk dapat mewujudkan ketahanan pangan masyarakat dan perseorangan yang sehat, aktif, dan produktif, secara berkelanjutan. Ketahanan Pangan sendiri adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi suatu negara sampai kepada para individual yang ada di negara tersebut. Pencerminan sebuah negara yang telah mencapai ketahanan pangan adalah tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya. Pangan yang tersedia adalah beragam, aman, dengan kandungan gizi yang baik. Ketersediaan pangan ini bersifat merata dan terjangkau. Selain itu ketersediaan pangan ini tidak bertentangan dengan agama, keyakinan mapun budaya masyarakat, serta memungkinkan masyarakat untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Kedaulatan pangan merupakan hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan Pangan yang menjamin hak rakyat atas pangan dan yang memberikan masyarakat hak menentukan sistem pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal. Sedangkan kemandirian pangan merupakan kemampuan negara dan bangsa untuk memproduksi aneka ragam pangan di dalam negeri yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup sampai di tingkat perseorangan dengan memanfaatkan secara bermartabat segenap potensi sumber daya alam dan manusia, memanfaatkan dan merekayasan faktor-faktor sosial dan ekonomi, serta menggali, memanfaatkan dan mengembangkan kearifan lokal (Permentan No: 15/ Permetan/ HK.140 /4/ 2015). Secara konseptual dan normatif tentang persoalan pangan ini telah diatur dengan sangat baik sebagaimana tercermin dari uraian definisi di atas. Namun demikian negara dan bangsa kita masih harus terus mengupayakan segenap daya untuk dapat mewujudkan konsep dan norma tersebut kedalam implementasi yang aktual, sehingga ketahanan pangan dapat terwujud dari kemampuan kita merealisasikan kondisi kedaulatan dengan kemandirian pangan dengan memanfaatkan segenap sumberdaya dan kemampuan yang kita miliki, bersatu padu bergerak secara sinergi dalam lingkup wilayah negara Republik Indonesia yang maha luas ini. Untuk kebijakan apapun juga yang mengatur berbagai aspek dalam berbangsa dan bernegara untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong royong, termasuk dalam merumuskan kebijakan pangan, konteks luasan wilayah negara Indonesia menjadi faktor strategis. Wilayah dengan luasan yang besar ini membawa perbedaan dalam faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi strategi untuk keberhasilan suatu usaha atau program. Menjadi dilematis ketika kita harus merumuskan sebuah kebijakan untuk wilayah yang luas ini. Di satu sisi ada tuntutan untuk mencapai economy of scale yang memadai untuk memaksimumkan benefit yang dapat diperoleh, di sisi yang lain keragaman wilayah dengan beragam karakteristik fisisk, sosial,

Transcript of Inovasi Teknologi Mendukung Peningkatan Produksi...

Page 1: Inovasi Teknologi Mendukung Peningkatan Produksi …kalsel.litbang.pertanian.go.id/.../Semnas2016/03_dekan_faperta_ulm.pdf · Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 21 Banjarbaru, 20 Juli 2016

Inovasi Teknologi Mendukung Peningkatan Produksi Pertanian Berkelanjutan

(Hasil-Hasil Penelitian Mendukung Pajale)

Luthfi Fatah

Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat

E-mail: [email protected]

Pendahuluan

Kedaulatan pangan bersama-sama dengan kemandirian pangan adalah kondisi yang

diperlukan oleh suatu negara untuk dapat mewujudkan ketahanan pangan masyarakat dan

perseorangan yang sehat, aktif, dan produktif, secara berkelanjutan. Ketahanan Pangan

sendiri adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi suatu negara sampai kepada para individual

yang ada di negara tersebut. Pencerminan sebuah negara yang telah mencapai ketahanan pangan

adalah tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya. Pangan yang tersedia

adalah beragam, aman, dengan kandungan gizi yang baik. Ketersediaan pangan ini bersifat

merata dan terjangkau. Selain itu ketersediaan pangan ini tidak bertentangan dengan agama,

keyakinan mapun budaya masyarakat, serta memungkinkan masyarakat untuk dapat hidup sehat,

aktif, dan produktif secara berkelanjutan.

Kedaulatan pangan merupakan hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan

kebijakan Pangan yang menjamin hak rakyat atas pangan dan yang memberikan masyarakat

hak menentukan sistem pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal. Sedangkan

kemandirian pangan merupakan kemampuan negara dan bangsa untuk memproduksi aneka ragam

pangan di dalam negeri yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup

sampai di tingkat perseorangan dengan memanfaatkan secara bermartabat segenap potensi

sumber daya alam dan manusia, memanfaatkan dan merekayasan faktor-faktor sosial dan

ekonomi, serta menggali, memanfaatkan dan mengembangkan kearifan lokal (Permentan No: 15/

Permetan/ HK.140 /4/ 2015).

Secara konseptual dan normatif tentang persoalan pangan ini telah diatur dengan sangat

baik sebagaimana tercermin dari uraian definisi di atas. Namun demikian negara dan bangsa

kita masih harus terus mengupayakan segenap daya untuk dapat mewujudkan konsep dan norma

tersebut kedalam implementasi yang aktual, sehingga ketahanan pangan dapat terwujud dari

kemampuan kita merealisasikan kondisi kedaulatan dengan kemandirian pangan dengan

memanfaatkan segenap sumberdaya dan kemampuan yang kita miliki, bersatu padu bergerak

secara sinergi dalam lingkup wilayah negara Republik Indonesia yang maha luas ini.

Untuk kebijakan apapun juga yang mengatur berbagai aspek dalam berbangsa dan

bernegara untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang berdaulat, mandiri dan

berkepribadian berlandaskan gotong royong, termasuk dalam merumuskan kebijakan pangan,

konteks luasan wilayah negara Indonesia menjadi faktor strategis. Wilayah dengan luasan

yang besar ini membawa perbedaan dalam faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan

implementasi strategi untuk keberhasilan suatu usaha atau program. Menjadi dilematis

ketika kita harus merumuskan sebuah kebijakan untuk wilayah yang luas ini. Di satu sisi ada

tuntutan untuk mencapai economy of scale yang memadai untuk memaksimumkan benefit yang

dapat diperoleh, di sisi yang lain keragaman wilayah dengan beragam karakteristik fisisk, sosial,

Page 2: Inovasi Teknologi Mendukung Peningkatan Produksi …kalsel.litbang.pertanian.go.id/.../Semnas2016/03_dekan_faperta_ulm.pdf · Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

22 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

Banjarbaru, 20 Juli 2016

ekonomi dan budayanya membuat generalisasi sulit dilakukan dan, seperti yang seringkali

dilakukan, hal itu kemudian harus dipaksakan dengan berbagai metode dan sistem, namun

seringkali pula dengan ongkos ekonomi, sosial, dan ongkos kerugian lingkungan yang tidak

sedikit.

Dari uraian di atas dapatlah dipahami kebutuhan untuk memperhitungkan aspek spesifik

lokasi adalah sebuah keniscayaan bagi Indonesia yang luas ini. Lebih-lebih lagi dalam

perumusan strategi untuk mendukung kedaulatan pangan sebagaima yang diinginkan. Banyak

faktor dari beragam aspek yang memerlukan penanganan dan addressing secara spesifik, tidak

bisa disandarkan pada satu preskripsi generik untuk seluruh wilayah Indonesia. Berbagai

inovasi agronomi telah banyak sekali dihasilkan dalam mendukung pembangunan pertanian.

Namun kita perlu cermat memilih dan mengkombinasikan pilihan agroinovasi yang sesuai, agar

maksud pembangunan pertanian dapat berkelanjutan dan dapat menjadi jalan perwujudan

peningkatan produktivitas pertanian dan perbaikan kesejahteraan petani. Bila tidak dilakukan

dengan cermat pemilihan strategi yang keliru bisa saja berdampak saling meniadakan, atau bahkan

dalam keadaan tertentu yang bersifak ekstrim dapat menghasilkan kondisi yang kontra produktif

bagi upaya pembangunan pertanian.

Inovasi, Teknologi dan Pembangunan

Apa yang dimaksud dengan Inovasi? Menurut Webster innovation is the introduction of

something new: a new idea, method, or device. Jadi inovasi adalah memperkenalkan sesuatu

yang baru, bisa berupa ide, metode maupun peralatan. Orang yang melakukan inovasi disebut

inovator. Ada juga yang memberikan batasan bahwa inovasi adalah sebuah proses pembaruan

dalam unsur kebudayaan masyarakat, yakni teknologi. Inovasi berarti penemuan baru dalam

teknologi manusia. Dalam pengertian yang lain, inovasi juga dapat didefinisikan sebagai

kemampuan untuk memperkenalkan hal-hal baru atau temuan baru yang berbeda dari yang sudah

ada atau sudah dikenal sebelumnya (Alston, 2010).

Sesuatu hal yang inovatif haruslah bermanfaat bagi sang inovator atau orang lain.

Inovasi dapat menyebabkan perubahan berbagai bidang dalam masyarakat. Contoh, penemuan

dalam bidang teknologi pertanian tentu akan mempengaruhi teknik atau cara petani mengolah

pertaniannya. Pada umumnya inovasi dibedakan atas inovasi yang terjadi karena sengaja

(invention) dan inovasi yang terjadi tanpa disengaja (discovery). Invention adalah proses

munculnya suatu hal baru dari kombinasi hal-hal lama yang telah ada yang memang

direncanakan prosesnya. Sedangkan, discovery adalah penemuan hal baru, baik berupa alat,

produk ataupun gagasan yang sebelumnya tidak dirancang secara khusus untuk menghasilkan

hal-hal baru tersebut. Namun demikian discovery dapat menjadi invention jika masyarakat

sudah mengakui, menerima, dan memanfaatkan hasil inovasi tersebut (Fatah, 2007b).

Pengertian inovasi hampir sama dengan pengertian kreatif. Satu hal penting yang

menjadi pembeda kedua istilah tersebut adalah tidak semua orang memiliki sikap inovatif.

Kreativitas adalah naluri sejak lahir, sedangkan inovasi muncul apabila kreativitas terus diasah

dan dikembangkan. Sedangkan teknologi secara umum dapat didefinisikan sebagai entitas, benda

maupun tak benda yang diciptakan secara terpadu melalui perbuatan dan pemikiran untuk

mencapai suatu nilai. Secara etimologis, akar kata teknologi adalah "techne" yang berarti

serangkaian metode rasional yang berkaitan dengan pembuatan sebuah objek, atau kecakapan

tertentu, atau pengetahuan tentang metode dan seni.

Page 3: Inovasi Teknologi Mendukung Peningkatan Produksi …kalsel.litbang.pertanian.go.id/.../Semnas2016/03_dekan_faperta_ulm.pdf · Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 23 Banjarbaru, 20 Juli 2016

Definisi teknologi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990), teknologi adalah

metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis ilmu pengetahuan terapan, merupakan keseluruhan

sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan

hidup manusia. Teknologi dapat dipandang sebagai kegiatan yang membentuk atau mengubah

kebudayaan. Selain itu, teknologi adalah terapan matematika, sains, dan berbagai seni untuk

faedah kehidupan seperti yang dikenal saat ini. Menurut Miarso (2007) : teknologi adalah

proses yang meningkatkan nilai tambah, proses tersebut menggunakan atau menghasilkan

suatu produk , produk yang dihasilkan tidak terpisah dari produk lain yang telah ada, dan karena

itu menjadi bagian integral dari suatu sistem. Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk

menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.

Setiap orang dengan caranya masing-masing tentu ingin mendayagunakan segala

sumberdaya, aset, dan kemampuannya untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

Limpahan sumberdaya yang diterima (resource endowment), jumlah aset yang dikuasai, dan

kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang dan setiap golongan masyarakat tidaklah sama. Ini

akan berimplikasi pada kemampuan orang atau golongan masyarakat tersebut untuk mencapai

tujuan mereka dalam rangka memperbaiki aspek-aspek kehidupannya (Fatah, 2004).

Pembangunan sesungguhnya usaha untuk menerapkan kemampuan dalam pengelolaan

sumberdaya dan aset yang dimiliki untuk mencapai keadaan yang lebih baik. Kemampuan

mengelola, ketersediaan sumberdaya, dan jumlah aset yang dimiliki dengan demikian merupakan

tiga faktor utama yang menentukan keberhasilan pelaksanaan pembangunan. Semakin tinggi

kemampuan mengelola akan membuat semakin banyak alternatif-alternatif yang dapat

dikembangkan untuk melaksanakan pembangunan. Demikian juga dalam hal sumberdaya,

semakin banyak sumberdaya yang dikuasai dan semakin besar tingkat penguasaan terhadap

sumberdaya tersebut, akan semakin besar pula peluang pembangunan yang dilaksanakan akan

berhasil dengan lebih baik. Dalam hal jumlah aset, kecenderungannya adalah bahwa semakin

banyak aset yang dikuasai (misalnya dukungan infrastruktur, sarana, dan prasarana) akan

semakin mudah mewujudkan rencana dalam pelaksanaan pembangunan (Fatah, 2007a).

Pentingnya Inovasi dalam Pembangunan

Pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi landasan

pokok agar pembangunan nasional dapat memberikan kesejahtraan rakyat lahir dan batin yang

setinggi- tingginya, termasuk pembangunan sektor pertanian di bidang pangan.

Penyelenggaraannya perlu menerapkan nilai-nilai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta

mendorong pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi

(IPTEK) secara seksama dan bertanggung jawab dengan memperhatikan nilai-nilai agama serta

nilai-nilai luhur budaya bangsa, sehingga dapat mengupayakan pencapaian sasaran umum

pembangunan jangka panjang yang diselenggarakan melalui berbagai bidang pembangunan.

Ilmu pengetahuan erat hubungannya dengan teknologi. Sering dikatakan bahwa ilmu

pengetahuan adalah kunci rahasia alam dan teknologi disebut-sebut sabagai penerapan ilmu

pengetahuan untuk menghasilkan inovasi di dalam rangka memecahkan permasalahan yang

dihadapi berkait dengan alam, pemanfaatan sumberdaya dan pemeliharaan keseimbangan dan

kelestarian lingkungan.

Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan untuk menghasilkan inovasi

seiring berkembangnnya permasalahan yang dihadapi. Hal ini seperti dinyatakan oleh Fatah

(2010) bahwa teknologi hanya dapat dikembangkan melalui pengaplikasiannya pada masalah

Page 4: Inovasi Teknologi Mendukung Peningkatan Produksi …kalsel.litbang.pertanian.go.id/.../Semnas2016/03_dekan_faperta_ulm.pdf · Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

24 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

Banjarbaru, 20 Juli 2016

yang nyata. Aplikasi rekayasa teknologi yang sesuai pada masalah nyata yang dihadapi

merupkan bentuk inovasi yang mendukung proses pembangunan berjalan dengan baik dan

berkelanjutan. Perkembangan inovasi dan teknologi yang cepat dan dinamis serta berlangsung

secara terus menerus dari waktu ke waktu telah membangkitkan kekuatan besar yang mendorong

terjadinya perubahan-perubahan yang mendasar.

Proses globalisasi adalah perubahan kondisi yang sedang terjadi saat ini. Globalisasi ini

selain dalam tata hubungan antar bangsa, juga meliputi globalisasi dibidang informasi, ilmu

pengetahuan dan teknologi serta ekonomi. Menyikapi perubahan yang terjadi itu diperlukan

inovasi yang sesuai untuk mendukung keberhasilan dan keberlanjutan pelaksanaan pembangunan

(Fatah, 2007b).

Sebagai salah satu dampak langsung proses globalisasi tersebut adalah terciptanya suatu

suasana keterbukaan. Suasana keterbukaan yang membangkitkan persaingan yang kuat.

Kecepatan perkembangan ilmu pengetahuan, inovasi dan teknologi yang sangat pesat telah

membuat persaingan demikian tingginya sehingga terjadilah suatu seleksi dimana hanya bangsa

bangsa yang dapat berinovasi dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

sajalah yang dapat bertahan di arena persaingan tersebut. Satu bangsa yang berkeinginan

untuk bertahan dalam proses globalisasi ini serta terus mempunyai kemampuan untuk

berkembang, harus mampu untuk bersaing secara terbuka. Persaingan dan keterbukaan ini

seyogyanya merupakan tantangan yang harus dijawab oleh bangsa.

Perkembangan ilmu pengetahuan, inovasi dan teknologi yang semakin pesat dan

persaingan antar bangsa yang semakin ketat serta adanya dampak arus globalisasi yang semakin

meluas menuntut pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan

teknologi secara lebih tepat, cepat dan cermat serta bertanggung jawab agar mampu memacu

inovasi untuk menuju terwujudnya masyarakat yang mandiri, maju dan sejahtera (Fatah, 2009a).

Agroinovasi yang Telah di Kembangkan

Inovasi di bidang pertanian terus maju dan berkembang. Perkembangannya di

Indonesia juga sangat dirasakan. Berbagai sudut pandang dan teknik pendekatan, berbagai

disiplin ilmu dan berbagai komponen stakeholders masing-masing berkontribusi terhadap

akumulasi inovasi dan teknologi baru di bidang pertanian. Inovasi ini tersebar di berbagai

tempat termasuk juga lembaga-lembaga riset, di perguruan tinggi, di bagian R&D lembaga atau

institusi pemerintah maupun swasta, dan juga pada beberapa kelompok think tank termasuk di

organisasi LSM.

Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, Balitbangtan telah melaksanakan

berbagai kegiatan penelitian pertanian dan telah menghasilkan pula berbagai inovasi teknologi.

Melalui Balai Penelitian yang menghasilkan teknologi strategis nasional dan Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian (BPTP) di daerah yang menghasilkan teknologi pertanian spesifik lokasi,

Balitbangtan mengarahkan programnya memanfaatkan sumberdaya pertanian secara optimal

sesuai paradigma pembangunan pertanian untuk mendorong sistem dan usaha pertanian yang

efisien.

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian (Balitbangtan) telah mengorganisir dan mendokumentasikan berbagai inovasi di bidang

pertanian ini ke dalam sebuah buku yang diberikan judul 400 Teknologi Inovatif Pertanian. Upaya

proaktif Balitbangtan ini dimaksudkan agar dapat memberikan akselerasi bagi proses alih

teknologi dari hasil-hasil penelitian litbang pertanian dan sekaligus juga agar dapat menarik

Page 5: Inovasi Teknologi Mendukung Peningkatan Produksi …kalsel.litbang.pertanian.go.id/.../Semnas2016/03_dekan_faperta_ulm.pdf · Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 25 Banjarbaru, 20 Juli 2016

berbagai Badan Usaha pemerintah maupun komersial untuk mengembangkannya dalam skala

luas bagi kesejahteraan petani.

Secara garis besar buku 400 Teknologi Inovatif Pertanian ini mencakup informasi dasar,

input produksi, pupuk dan pengendali hayati, perangkat uji, alat dan mesin pertanian,

pengembangan produk pertanian, bioenergi dan lingkungan. Masing-masing bagian tersebut

mempunyai sub bagian lagi yang lebih mendetail. Sehingga sebagai sebuah sumber informasi

buku ini mengkompilasi sangat komprehensif temuan-temuan berbagai inovasi yang sudah

dihasilkan. Buku ini mengandung berbagai inovasi teknologi yang dapat mendukung peningkatan

produksi pertanian berkelanjutan dan untuk memperbaiki perolehan nilai tambah dari komoditas

tanaman pangan yang diusahakan petani. Dengan mendasarkan pada berbagai hasil penelitian

seperti yang dipaparkan dalam buku tersebut program strategis pemerintah untuk mendukung

program Pajale dapat merujuk kepa buku ini untuk menemukan inovasi dan teknologi yang sesuai

dan dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan spesifik yang dihadapi.

Kebutuhan Kebijakan Inovasi yang Imperatif

Untuk mengoptimalkan kekuatan dari inovasi dalam mendukung tercapainya tujuan dari

kebijakan publik para pengambil keputusan dapat memainkan peran yang penting, untuk itu

kepemimpinan yang kuat merupakan hal yang esensial. Pengembangan inovasi hendaknya

dapat bermuara kepada peningkatan produktivitas, pertumbuhan dan kesejahteraan (OECD,

2015a). Tidak ada satu paket lengkap kebijakan untuk pengembangan inovasi yang paling sesuai.

Yang dibutuhkan adalah kemampuan meramu dan merumuskan kombinasi berbagai kebijakan

untuk mendukung inovasi (Fatah, 2009b). Ini akan bervariasi tergantung pada konteksnya dan

akan meluas melampaui batasan sempit kebijakan pengembangan riset dan inovasi yang lazim,

yakni yang berorientasi pada satu aspek atau fokus dari stakeholder utamanya.

Mengkonsentrasikan kebijakan pada lima bentuk kegiatan akan membantu pemerintah

untuk mempromosikan dan mendorong kemajuan pembangunan menuju terwujudnya masyarakat

yang lebih inovatif, produktif dan makmur, meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas dan

memperkuat perekonomian dalam menghadapi persaingan global (OECD, 2015a). Kelima bentuk

kegiatan yang dimaksud akan diuraikan berikut ini.

Bentuk pertama adalah strategi membangun keterampilan yang efektif (effective skills

strategy). Inovasi sangat bergantung kepada orang-orang yang memiliki pengetahuan dan

keterampilan untuk menghasilkan berbagai inovasi berupa ide-ide baru, metode baru, approach

baru, desain baru serta pengembangan berbagai teknologi baru dan selanjutnya membawa inovasi

tersebut untuk melakukan penetrasi terhadap pasar, agar dapat diterima masyarakat dan

demandnya tumbuh. Berikutnya inovasi ini harus diimplementasikan di tempat kerja dan ketika

itu inovasi yang dikembangkan haruslah mampu beradaptasi dengan perubahan struktur yang

terjadi dalam masyarakat yang luas dan beragam.

Namun demikian harus diingat bahwa pengalaman dan observasi terhadap data

yang ada menunjukkan bahwa duapertiga orang yang bekerja tidak memiliki keterampilan yang

diperlukan untuk berhasil mengarungi belantara lingkungan kerja yang kaya teknologi

(technology-rich environment). Keadaan ini semakin menekankan pentingnya bentuk

kegiatan membangun keterampilan yang efektif ini untuk dilaksanakan (Fatah, 2010).

Bentuk kegiatan yang kedua adalah menciptakan lingkungan bisnis yang kuat, terbuka

dan kompetitif (A sound, open and competitive business environment). Lingkungan bisnis yang

sehat ini akan mendorong investasi dalam teknologi dan dalam modal yang berbasis pengetahuan.

Page 6: Inovasi Teknologi Mendukung Peningkatan Produksi …kalsel.litbang.pertanian.go.id/.../Semnas2016/03_dekan_faperta_ulm.pdf · Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

26 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

Banjarbaru, 20 Juli 2016

Hal tersebut akan memberikan peluang bagi industri yang inovatif untuk bereksperimen dengan

ide- ide baru, teknologi baru, model-model bisnis yang baru sesuai dengan inovasi yang mereka

lakukan dan kembangkan. Lingkungan bisnis yang baik juga akan memungkinkan industri untuk

tumbuh dan berkembang mencapai skala yang lebih stabil, skala ekonomi (economy of scale).

Bentuk kebijakan yang dikembangkan hendaknya menghindari untuk berfokus pada penguatan

petahana (incumbent), karena bentuk kebijakan seperti ini akan menghambat inovasi dan

menurunkan kegiatan-kegiatan percobaan untuk mewujudkan inovasi (Fatah dan Heiriyani,

2011). Kebijakan tersebut dengan sendirinya juga akan memperpanjang proses exit dari

perusahaan atau pelaku usaha yang kurang produktif. Lebih jauh lagi hal tersebut juga akan

membuat proses realokasi sumberdaya dari kegiatan yang kurang produktif kepada yang lebih

produktif berjalan lebih lambat.

Bentuk kegiatan yang ketiga adalah mengembangkan investasi dalam sistem kreasi dan

difusi inovasi yang efisien (investment in an efficient system of innovation creation and

diffusion). Kegiatan ini dimaksudkan untuk menjaga keberlanjutan berlangsungnya proses

inovasi. Dengan investasi yang memadai maka dukungan dana dan insentif kegiatan bagi pelaku

bisnis dan usaha untuk berinovasi akan tersedia. Pengembangan riset dan percobaan percobaan

dapat ditingkatkan, demikian pula mekanisme entry dan akses pasar untuk memanfaatkan dan

membangun demand terhadap produk inovasi yang dihasilkan dapat dilakukan dengan lebih baik.

Pemerintah adalah pihak yang memegang peranan strategis dan menentukan dalam

penyediaan pendanaan untuk mendukung inovasi. Penelitian fundamental secara khusus

adalah menjadi pemicu dan pengendali pertumbuhan produktivitas jangka panjang dengan cara

mempertahankan kemampuan perekonomian untuk mengambil pelajaran dari inovasi-inovasi

termutakhir pada tataran global. Dana publik sangat diperlukan untuk dapat menyelesaikan

persoalan yang menjadi fakta dalam dunia bisnis bahwa kebanyakan pelaku usaha berinvestasi

terlalu rendah (under investment) untuk penelitian-penelitian fundamental. Padahal penelitian itu

justru sangat penting karena dampak tumpahan pengetahuan dan keterampilan yang dihasilkan

melalui kegiatannya sangat besar dan menentukan perkembangan kepuasan di masyarakat, baik

penghasil maupun pengguna dari produk inovasi yang dihasilkan.

Bentuk kegiatan yang keempat adalah meningkatkan akses dan partisipasi dalam digital

ekonomi (Increased access and participation in the digital economy). Teknologi digital

menawarkan potensi yang sangat besar untuk inovasi, untuk pertumbuhan dan untuk kesejahteraan

yang lebih baik lagi. Namun demikian kebijakan yang diimplementasi dalam berbagai kegiatan

yang relevan diperlukan untuk memanfaatkan jaringan internet yang mebuka luas untuk mengatasi

persoalan- persoalan yang terkait dengan privacy dan security sambil tetap membuka lebar akses

dan kompetisi. Inovasi digital juga memerlukan investasi dalam infrastruktur baru seperti

broadband, namun dengan tetap mempertahankan kondisi bahwa kita memiliki spektrum dan

dukungan internet untuk menyelesaikan persoalan dan permasalahan yang dihadapi.

Dewasa ini hampir tidak ada bisnis yang dijalankan tanpa dukungan dari ICT. Sebagai

ilustrasi di tahun 2014 hampir 95% perusahaan di wilayah OECD (Organisation for Economic

Co-operation and Development) sudah memiliki koneksi broadband. Namun demikian hanya

21% perusahaan yang menjalankan e-sales, dan hanya 22% diantara perusahaan ini yang

menggunakan jasa cloud computing (OECD, 2015). Merespon kondisi ini agar tidak tertinggal

dan dapat menjadikan inovasi sebagai basis untuk percepatan perbaikan produktivitas,

pertumbuhan maupun kesejahteraan maka pemerintah perlu proaktif untuk meningkatkan laju

investasi dalam broadband, infrastruktur yang tepat guna, dan pengaturan pelayanan internet

Page 7: Inovasi Teknologi Mendukung Peningkatan Produksi …kalsel.litbang.pertanian.go.id/.../Semnas2016/03_dekan_faperta_ulm.pdf · Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 27 Banjarbaru, 20 Juli 2016

menuju efisiensi, efektifitas dan timing yang sesuai.

Bentuk kegiatan yang terakhir yaitu yang kelima adalah pengaturan dan implementasi

yang konsisten dari kebijakan kebijakan inovasi (strong governance and implementation of

policies for innovation). Dampak dari kebijakan-kebijakan inovasi tergantung sepenuhnya pada

bagaimana pengelolaan kebijakan tersebut dalam penerapannya dan bagaimana adaptasi dan

difusi inovasi tersebut dilakukan supaya dapat diterima masyarakat. Kebijakan harus

konsisten memang , namun tidak berarti bahwa kebijakan inovasi tidak boleh dirubah. Justru

perubahan itulah yang perlu konsisten, sehingga inovasi dapat menangkap dan merefleksikan

perubahan situasi, kondisi dan perbedaan kebutuhan pada titik waktu yang berbeda.

Kebijakan inovasi yang baik akan sangat bergantung pada kerangka institusional yang

terbangun dengan baik, kepabilitas yang kuat untuk monitoring dan evaluasi, penerapan dari

praktik-praktik yang telah terbukti baik dan sesuai disertai dukungan dari sektor publik yang

kapabel dan inovatif.

Proses penyusunan strategi nasional termasuk untuk pengembangan inovasi menuju

perbaikan produktivitas, pertumbuhan dan kesejahteraan memerlukan keterlibat sejak dini dari

komponen- komponen stakeholder, termasuk dunia bisnis, akademis, patner sosial dan pelaku-

pelaku kunci lainnya (OECD, 2015b). Oleh karena banyak sekali kebijakan yang dapat

mempengaruhi inovasi, maka adalah sangat penting agar berbagai kebijakan dengan berbagai

kepentingan dan sudut pandang tersebut dibuat agar berjalan harmonis dan sinergis, tidak hanya

pada tingkat pusat atau level nasional, melainkan juga dalam hubungan antara pusat dan daerah

sampai kepada pihak-pihak otoritas lokal setempat. Karena dari merekalah justru tumbuh dan

berkembangnya ide-ide inovasi dan tuntutan kebutuhan untuk kemudian dicarikan solusinya

melalui pengembangan inovasi yang sesuai.

Dalam perkembangan dunia yang semakin kompleks ini, dengan globalisasi dan dimensi

jarak dan waktu yang relatif semakin pendek, dimana tingkat compleksitas dan ketidakpastian

semakin tinggi, maka peran pemerintah bergeser lebih banyak kepada peran fasilitator. Ini

memungkinkan kordinasi yang lebih dekat antara pelaku-pelaku kegiatan yang terlibat,

memungkinkan lebih berkembangnya percobaan-percobaan untuk pengembangan teknologi

dan inisiasi inovasi. Penekanan dewasa ini kemudian lebih berkembang ke arah pembangunan

network, memperbaiki kordinasi dan pengaturan serta mempromosikan kesadaran untuk self

reliance dan mengurangi ketergantungan kepada pendanaan pemerintah.

Peningkatan Keragaan Sektor Pertanian Secara Berkelanjutan

Untuk kelangsungan hidupnya, manusia tergantung pada produktivitas dari ekosistem

tanah dan air, yang kedua-duanya saling berkaitan dan terpadu dalam keseluruhan sistem daur

biogeokimia. Tetapi dalam beberapa dasawarsa yang terakhir ini manusia telah menemukan

cara-cara untuk peningkatan produksi pertanian dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhan

dengan menggunakan teknik-teknik tertentu yang seringkali sangat produktif namun dengan

mengabaikan dampak-dampak yang mereka sebabkan seperti makin rapuhnya ekosistem-

ekosistem tertentu, kerugian tanah, dan kemungkinan terganggunya peredaran siklus dalam

biosfer (Fatah, 2007a).

Siklus biogeokimia adalah nama yang diberikan kepada bertukarnya peralihan di unsur-

unsur biosfer antara medium an organik dengan benda hidup. Unsur-unsur itu bergerak di

antara reservoir-reservoir utama : atmosfir dan hidrosfir, litosfir dan biosfir. Beberapa siklus

mempunyai fase yang utama dalam atmosfir, yang lain dalam sedimen dari litosfir. Fase yang

Page 8: Inovasi Teknologi Mendukung Peningkatan Produksi …kalsel.litbang.pertanian.go.id/.../Semnas2016/03_dekan_faperta_ulm.pdf · Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

28 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

Banjarbaru, 20 Juli 2016

berlainan itu berlangsung dalam ekosistem. Siklus-siklus biogeokimia dapat mengatur diri sendiri

dan menjamin kelestarian ekosistem. Rangkaian-rangkaian, jaringan dan siklus dari ekosistem

itu saling berkaitan dan disinkronisasikan dalam pola yang lebih luas dari siklus-siklus biogeokimia

yang pokok.

Siklus

Pertanian

Pertanian didasarkan atas proses biologi dan memiliki kemungkinan diperbaharuinya

kemampuan berproduksi dari pengelolaan ekosistem dengan baik. Terlepas dari keadaan

mendesak dan jumlah kebutuhan manusia, produksi tidak dapat ditopang kelangsungannya jika

teknik atau pelaksanaan pertanian mengancam lingkungannya misalnya dengan mencakup siklus-

siklus pada tingkat yang berlainan, mereka membahayakan kemungkinan diperbaharuinya dasar

pertanian itu sendiri : tanah, air dan sumber-sumber genetik. Dengan perkataan lain, kegiatan

pertanian untuk dapat berkelanjutan, harus tidak membebani alam melebihi kapasitasnya dan

karena itu harus memperhatikan kondisi agroekosistem untuk reproduksi.

Kemampuan untuk terus berproduksi dari suatu agro-ekosistem tergantung pada

efektifitas siklus biologinya. Pemupukan tanah akan memperbaiki sifat fisik, kimia fisik dan sifat

biologinya untuk mendorong kegiatan siklus. Dalam konteks ini, ilmu pengetahuan modern

telah menemukan kembali peranan humus yang utama, dengan demikian terjadi daur ulang zat

organik sementara penyimpangan air dan bahan gizi serta pertukaran gas diperbaiki. Humus

yang seimbang membantu berkembangnya pengumpulan yang mengatur kemantapan susunan

tanah dan selanjutnya ketahanannya terhadap pengaruh iklim : hujan lebat dan erosi angin.

Pupuk-pupuk mineral memberikan sumbangan penting untuk memperoleh hasil produksi yang

tinggi, tetapi tidak mampu memulihkan turunnya isi humus dalam tanah jika zat organik tidak

dikembalikan kepada tanah. Merosotnya kesuburan yang seringkali berjalan perlahan dan

membahayakan pada tanah yang demikian itu, memberikan hasil maksimum, diikuti dengan

penurunan panen dan kerawanan tanaman yang meningkat. Agro-ekosistemnya menjadi tidak

seimbang dan siklus nitrogen dan fosfor terganggu.

Misalnya, jika kita mengingat bahwa siklus nitrogen itu dalam sistem produksi yang

linier tanpa pendaurulangan zat organik , nitrogen akan hilang dengan empat cara : penguapan

nitrogen amonium ke dala atmosfir, limpasan permukaan air dan lautan, pelumeran nitrat-nitrat

yang mengotori tanah maupun air permukaan, dan akhirnya denitrifikasi dalam tanah yang

susunannya menjadi tidak sempurna atau kurang baik alirannya. Menurut perkiraan terakhir,

hanya kira-kira 30 sampai 70% pupuk nitrogen yang diberikan kepada tanah sekarang ini

diperoleh kembali dalam tanaman. Kesuburan tanah mungkin berkurang karena suatu proses

asidifikasi rumit yang melibatkan interaksi tanah dengan air. Fiksasi nitrogen secara biologi

mungkin dihambat oleh pupuk N tingkat tinggi.

Sebagai kesimpulan dikatakan bahwa pupuk mineral dan pupuk organik itu

sesungguhnya saling melengkapi, dengan demikian ilmu pengetahuan modern memperkuat

pengajaran yang diperoleh dan pengalaman yang menjadi dasar sistem pertanian yang produktif

dan sangat mantap, baik di daerah-daerah dengan iklim sedang maupun dengan iklim tropis.

Dengan jumlah unsur mineral yang sama, hasil produksi seringkali menjadi lebih tinggi jika dipakai

pupuk organik. Bagaimanapun juga, rasionalitas ekonomi yang menjajarkan beraneka sistem

produksi tidak mengetahui tentang adanya kekacauan yang mungkin terjadi pada salah satu siklus

dan dampak- dampak dari sinergi yang diperoleh karena pupuk campuran. Pupuk yang

Page 9: Inovasi Teknologi Mendukung Peningkatan Produksi …kalsel.litbang.pertanian.go.id/.../Semnas2016/03_dekan_faperta_ulm.pdf · Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 29 Banjarbaru, 20 Juli 2016

menggabungkan bahan-bahan campuran mineral dan organik mendorong faktor pertumbuhan

biotik yang menguntungkan nutrisi dan daya tahan tanaman.

Peningkatan Produksi atau Peningkatan Nilai Tambah

Mengatur dan memanfaatkan siklus pertanian merupakan upaya yang harus dilakukan

untuk dapat memperoleh produksi tanaman, dan agar hal ini dapat berkelanjutan maka diperlukan

rekayasa siklus pertanian yang sesuai dengan prinsip-prinsip keberlanjutan sesuai konsep

pembangunan berkelanjutan.

Dalam rekayasa yang berorientasi peningkatan produksi maka inovasi yang dihasilkan

bisa jadi suatu saat akan menemui titik levelling off, yakni suatu tingkatan dimana peningkatan

sudah tidak dapat lagi diperoleh meskipun input teknologi dan seluruh input lainnya telah

ditingkatkan. Pada kondisi ini maka pencurahan tambahan alokasi sumberdaya tidak lagi

memberikan nilai tambah bagi produk yang dihasilkannya, bahkan sebaliknya pada titik jenuh ini

kecenderungan yang terjadi adalah pemborosan sumberdaya yang dicurahkan, karena

bagaimanapun tambahan input diberikan kepada usahatani yang dilakukan, hasil yang diperoleh

tidak dapat lagi ditingkatkan, dan bahkan dalam kasus-kasus khusus justru mengalami penurunan.

Peningkatan produksi pertanian memang merupakan salah satu tujuan dari

pembangunan pertanian. Namun demikian pemikiran dan pengembangan pembangunan

pertanian sebaiknya tidak dikungkung dengan tujuan ini saja karena seperti telah dikemukakan di

atas, peningkatan produksi semata bisa saja secara natural tertahan atau tidak berjalan.

Pembangunan untuk penataan dan pengembangan subsektor pangan dimaksudkan untuk dapat

mencapai kondisi ketahanan pangan yang dilandasi oleh terwujudnya keadaan kedaulatan pangan

dan kemandirian pangan. Dapat kita pahami bahwa dalam upaya mewujudkan ketahanan

pangan, peningkatan produksi semata-mata belumlah cukup. Peningkatan produksi memang

dapat menggeser tingkat suplai sehingga membuat harga produk yang dihasilkan menjadi

lebih murah. Keadaan ini memang menguntungkan bagi konsumsi dan konsumen yang

menggunakan produk tersebut. Namun bila tidak disertai dengan penanganan yang cermat

untuk membantu menjaga harga bagi produsen agar tetap pada tingkat yang menguntungkan bagi

jenis usahatani yang bersangkutan untuk terus dijalankan, maka produsen bisa terpuruk, dan pada

gilirannya usahatani yang bersangkutan dapat saja terhenti sehingga tidak berkelanjutan.

Bentuk yang lebih baik dari peningkatan produksi berkelanjutan untuk digunakan

sebagaai indikator pengukur keberhasilan pembangunan pertanian adalah peningkatan nilai

tambah berkelanjutan. Berbeda dengan peningkatan produksi, dalam upaya meningkatkan nilai

tambah tidak hanya inovasi pada faktor teknis produksi yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan.

Melainkan juga diperlukan inovasi berkait dengan beberapa faktor lain yang juga sangat besar

pengaruhnya, seperti harga produk, serapan pasar, distribusi dan pengangkutan, proses

pengolahan dan pengemasan dan bahkan tidak kalah penting juga adalah kelembagaan

pendukung yang sesuai misalnya pelayanan lembaga keuangan yang dapat diakses petani,

asuransi usahatani baik untuk cuaca maupun untuk serangan hama dan penyakit. Satu hal lagi

yang juga tidak kalah pentingnya adalah rekayasa dan pembinaan kelompok tani yang kuat,

harmonis dan tepat waktu. Inovasi pada faktor-faktor yang disebutkan di atas merupakan ranah

pembinaan yang tidak dapat ditinggalkan dalam upaya mewjudkan pertanian pangan yang lebih

baik yakni yang bernilai tambah lebih tinggi.

Masalah-Masalah Lingkungan dalam Upaya Peningkatan Produksi Pertanian

Page 10: Inovasi Teknologi Mendukung Peningkatan Produksi …kalsel.litbang.pertanian.go.id/.../Semnas2016/03_dekan_faperta_ulm.pdf · Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

30 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

Banjarbaru, 20 Juli 2016

Berkelanjutan

Akibat dari over eksploitasi manusia terhadap sumberdaya-sumberdaya yang dikandung

oleh lingkungan itu dapat disatukan dalam sebutan pollution (polusi atau pencemaran). Kata

polusi biasa dihubungkan dengan substansi-substansi yang membahayakan yang disebarkan ke

dalam lingkungan oleh aktivitas manusia. Dengan makin banyaknya jenis polutan makin

beraneka pula bahaya yang ditimbulkannya; bencana polusi dapat dibagi atas 3 katagori

sebagai berikut :

1. Mengganggu manusia, misalnya persoalan kesehatan berupa peracunan paru-

paru lewat polusi udara;

2. Mengganggu properti yang dimiliki manusia, misalnya efek korosif dari polusi

udara dan pengaruh negatifnya terhadap gedung-gedung serta luas lahan yang

dipanen;

3. Mengganggu lingkungan yang mengancam kualitas kehidupan manusia

seperti onggokan pupuk kandang, peceran, dll.

Dalam usaha pengambilan dan penggunaan sumber-sumber alam dalam pembangunan

perlu juga dijaga agar lingkungan hidup tidak menjadi rusak sehingga pembangunan

dapat berkelanjutan. Penggunaan sumber-sumber alam untuk pembangunan apabila dilakukan

secara tidak bijaksana dapat merusak lingkungan hidup. Sebaliknya keterbelakangan dalam

pembangunan dapat menyebabkan buruknya lingkungan hidup. Oleh karena itu agar dapat

berkelanjutan maka pengembangan lingkungan hidup perlu dilakukan baik dalam lingkungan

pembangunan maupun dalam pembangunan lingkungan.

Dengan pendek kata dapat dikatakan bahwa pembangunan yang mengabaikan kaitan

ekologis akan mengakibatkan goncangan-goncangan ekologis yang pada masanya nanti akan

memusnahkan manusia sendiri, dan karena itu pembangunannya sendiri bukan pembangunan

yang berkelanjutan. Dalam uraian di muka secara sederhana sudah digambarkan kait-

mengkaitnya dan saling ketergantungan antara manusia dan lingkungan hidupnya. Perubahan

pada satu sub system dalam ekosistem akan dapat menimbulkan goncangan ekologis. Alam

sendiri menyediakan mekanisme keseimbangan alamiah, namun kadang-kadang perubahan

tersebut tidak dapat dinetralisir oleh mekanisme tadi, terlebih lagi apabila perubahan itu dibuat

oleh manusia.

Apabila perubahan lingkungan hidup tadi menimbulkan masalah yang langsung atau tidak

langsung menyebabkan pengaruh negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia, maka di

sinilah kita mulai menghadapi apa yang dinamakan masalah lingkungan hidup. Sebagian besar

penyebab banjir dan erosi adalah karena luasnya tanah kritis, pertambangan yang salah kelola, cara

bercocok tanam yang kurang baik dan pola tata guna tanah yang belum sesuai dengan prinsip

pengelolaan lingkungan yang baik. Perluasan tanah pertanian punya batas tertentu yang tak

dapat dilanggar untuk tidak merusak lingkungan hidup.

Program peningkatan produksi pangan memperkenalkan unsur revolusi hijau : bibit unggul,

herbisida, inesktisida dan pupuk dapat membawa pula perusakan lingkungan. Pestisida untuk

pemberantasan hama di sawah membawa akibat sampingan lain yang dulu merupakan komponen

penjaga keseimbangan alam : matinya jenis burung, ular dan sebagainya. Lain daripada itu

menumpuknya sisa-sisa pestisida di laut atau sungai menyebabkan gangguan proses fotosintesis

algae, produksi oksigen di laut berkurang menyebabkan tata kehidupan laut terganggu; ikan mati.

Page 11: Inovasi Teknologi Mendukung Peningkatan Produksi …kalsel.litbang.pertanian.go.id/.../Semnas2016/03_dekan_faperta_ulm.pdf · Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 31 Banjarbaru, 20 Juli 2016

Penggunaan pupuk yang berlebihan dan sisa-sisa pupuk yang juga terbawa air sungai

akan merugikan kepentingan lain daripada manusia. Dari segi pangan, pertumbuhan penduduk

yang cepat dan sempitnya tanah garapan mengakibatkan kelaparan, karena memang tanah

garapan tersebut tidak akan dapat menghidupi. Dengan kata lain ada batas kemampuan alam

(habitat) untuk dapat menghidupi manusia dengan baik.

Kemiskinan dan tingkat pendidikan yang rendah dari masyarakat desa di satu pihak

memang menyebabkan pemanfaatan kelewat batas atas sumber-sumber alami ( tanah, perikanan

air sungai/ danau/laut, hutan) di pihak lain ternyata belum dipergunakan secara penuh sumber daya

yang tersedia di desa : tanah, air, matahari, angin, tanaman, ikan, ternak dan tenaga manusia.

Tingkat ketrampilan pemanfaatan sumber daya yang rendah ini erat hubungannya dengan

tingkat gizi yang rendah. Mutu gizi yang rendah erat hubungannya dengan kemiskinan karena

tingkat pendapatan per kapita yang rendah.

Usaha-Usaha untuk Pelestarian Lingkungan

Pelestarian alam lingkungan hidup manusia pada hakekatnya adalah menjalin hubungan

yang selaras antara kebutuhan hidup manusia dengan sumber daya alam yang tersedia.

Melestarikan alam tidak berarti alam dibiarkan tidak terusik, dimana manusia tidak menarik

manfaat apapun. Melestarikan alam lingkungan hidup harus diartikan memanfaatkan terus

menerus dengan senantiasa memperhatikan dinamika dan polusi dan produktivitas daripada

sumber daya alami tersebut.

Apabila pengelolaan lingkungan hidup kita hubungkan dengan rencana pembangunan

baik yang sifatnya nasional maupun yang regional maka dalam proses pembuatan rencana

pembangunan harus dipertimbangkan lingkungan hidup manusia. Apakah ternyata suatu

rencana pembangunan dipandang dari sudur kebijakan lingkungan hidup mempunyai impak yang

positif maka rencana tersebut dapat dilanjutkan untuk dilaksanakan. Sebaliknya apabila suatu

rencana pembangunan mempunyai impak yang negative terhadap lingkungan hidup maka

rencana tersebut semestinya akan ditolak untuk dilaksanakan.

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam usaha pelestarian dan pendayagunaan

sumber daya alami antara lain:

1. Kait mengkaitnya sumber daya alam mengandung pendekatan yang integral dan

interdisipliner dalam usaha pelestarian dan pendayagunaan sumber-sumber daya alami.

2. Prinsip in optimum. Tidak ada sumber daya alam, terutama yang hayati, yang bisa

berkembang dalam suatu lingkungan yang optimum bagi semua faktor lingkungan yang

mempengaruhinya. Akibatnya dapat kita lihat adalah adanya kecenderungan manusia

untuk mengubah lingkungan suatu sumber alam hayati menuju ke arah optimum suatu

faktor lingkungan tertentu demi memenuhi kebutuhan jangka pendek tanpa memperhatikan

akibat buruk jangka panjangnya. Misal: pemupukan yang terus menerus.

3. Prinsip daya toleransi. Tiap jenis sumber alam hayati mempunyai daya toleransi sendiri

(yang dibatasi oleh faktor genetic dan ekologis) terhadap berbagai faktor lingkungan yang

ekstrim yang ditimbulkan oleh berbagai bentuk perubahan, apakah oleh aktivitas manusia atau

oleh alam sendiri. Selama batas toleransi itu belum terlampaui maka sumber daya alam

hayati masih mampu memperbaharui diri (natural recycling). Seringkali terjadi perubahan

lingkungan itu yang diakibatkan oleh aktivitas manusia sedemikian cepat dan drastisnya

sehingga daya toleransi terlampaui dan akibatnya daya produksi turun malah dapat punah

sama sekali.

Page 12: Inovasi Teknologi Mendukung Peningkatan Produksi …kalsel.litbang.pertanian.go.id/.../Semnas2016/03_dekan_faperta_ulm.pdf · Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

32 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

Banjarbaru, 20 Juli 2016

4. Prinsip faktor pengontrol. Semua sumber daya alam hayati itu memberikan respon

secara menyeluruh terhadap pelbagai faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Namun ada

pula faktor lingkungan tertentu yang mempunyai daya pengontrol. Faktor pengontrol ini

bekerja baik melalui ukurannya yang terlalu sedikit atau terlalu banyak tetapi mampu

menentukan dinamika populasi dari suatu jenis sumber alam hayati. Contoh: pencemaran

udara, pestisida, pupuk, air tanah dapat menjadi faktor pen

5. gontrol dinamika populasi tanaman pertanian dalanm takarannya satu persatu. Prinsip

ketanpabalikan. Beberapa sumber daya alami tidak bisa dan tidak mungkin

memperbaharui diri lagi, baik karena proses fisis biologis maupun karena ekosistemnya

tidak berfungsi lagi. Akibatnya sumber daya alami ini tak dapat diperbaharui dan akan

habis atau punah. Dalam menghadapi sumber alam yang demikian ini pengelolaan

lingkungan tidak bisa lain daripada menghemat pemanfaatannya dan mencari backstop

technology dan sumber-sumber baru : minyak, batubara dan mineral.

6. Prinsip pembudidayaan. Sumber-sumber alam hayati (tumbuh-tumbuhan dan hewan)

yang telah dibudidayakan oleh manusia harus dipelihara dan dilindungi. Usaha demikian

perlu untuk kelangsungan dari pemanfaatan sumber-sumber hayati tersebut demi kehidupan

manusia sendiri. Dalam rangka inilah kita memahami adanya hutan lindung, hutan

produksi dan hutan suaka alam.

Dengan memperhatikan prinsip-prinsip tersebut maka dalam pengelolaan sumber daya

alam dapat lebih mempertimbangkan kelestarian lingkungan untuk memperoleh produksi yang

optimum. Berlawanan dengan sistem produksi linier yang dijajarkan, yang mulai dari sumber

daya alam dan terus-menerus berlanjut sampai berakhir dengan konsumsi (tanpa mengakui

residu-residu yang dikeluarkan dari sistem), suatu sistem produksi yang terpadu dipahami

sebagai terjadinya saling pengaruh antar siklus yang berlangsung dalam keseimbangan dinamika

yang cocok dan serasi dengan keseluruhan siklus biogeokimia.

Tanaman tumpang sari misalnya merupakan penanaman jenis-jenis tanaman yang

berlainan untuk mempertinggi cara-cara penangkapan tenaga dan unsur-unsur gizi yang

berlainan. Beberapa jenis tanaman dibudidayakan bersama di lahan yang sama dengan banyak

sekali variasi dari yang paling sederhana sampai yang paling rumit, yang menggabungkan

tanaman campuran, tanaman penutup, tanaman tumpang gilir yang semuanya dimaksudkan untuk

sebanyak mungkin memanfaatkan waktu dan ruang agar dapat terus menutupi tanah, yang

menghasilkan panen berturut-turut sepanjang tahun.

Tanaman tumpang sari mempunyai dua tujuan rangkap- ekologis dan ekonomis.

Pemanfaatan komponen-komponen lingkungan dengan baik : air, bahan gizi, cahaya matahari;

kombinasi terbaik dalam waktu dan ruang bagi daun dan akar, persyaratan gizi, penutupan tanah

dan sebagainya, telah mengurangi erosi dan pengikisan tanah. Pengurangan serangan dan resiko,

karena keanekaragaman serangan hama dan penyakit lainnya telah berkurang. Pertumbuhan

gulma jadi terkendali. Keanekaragaman yang luas dari tumbuh-tumbuhan yang ditanam

mengurangi resiko, oleh karena tidak semua tanaman dipengaruhi pada tingkat yang sama oleh

perubahan iklim yang mana memberikan suatu jaminan yang nyata bagi produsen. Penyebaran

tenaga kerja yang lebih teratur sepanjang tahun dan juga peningkatan produksi, hasil dan

pendapatan petani.

Agrisilvikultur merupakan contoh yang lain. Sistem ini merupakan pertanian dalam

beberapa tahap didasarkan atas cara susunan umum hutan tropis yang jauh lebih sederhana.

Page 13: Inovasi Teknologi Mendukung Peningkatan Produksi …kalsel.litbang.pertanian.go.id/.../Semnas2016/03_dekan_faperta_ulm.pdf · Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 33 Banjarbaru, 20 Juli 2016

Tujuannya untuk memperoleh perbandingan terbaik; daun-daun permukaan, produk bermanfaat.

Kombinasi tanaman yang paling cocok hendaknya dicari supaya dapat memenuhi persyaratan

pelengkap (kedalaman akar yang berbeda dan kebutuhan gizi yang cocok) dan supaya dapat

memberikan masukan bergizi atau ekonomis, umbi-umbian, akar-akar, semak-semak, pohon-

pohon.

Adapun manfaat ekologis dari agrislvikultur ini :

1. Penyerapan unsur-unsur gizi : tanaman penutup melindungi tanah terhadap radiasi

matahari yangb berlebihan dan khususnya terhadap sinar ultraviolet yang

intensitasnya akan mengakibatkan perubahan nitrogen dan karbondioksida menjadi gas,

yang akan lenyap di udara.

2. Penyimpanan unsur-unsur nutrisi : ini berkat produksi bertambah terus menerus yang

membantu siklus nitrogen berkembang terus menerus.

3. Perlindungan tanah terhadap erosi : ancaman yang gawat dan tetap bagi tanah tropis atau

gersang jika hujan jatuh mendadak dengan lebatnya maka dapat terjadi erosi.

4. Mengisi celah-celah dalam suhu, yang merusak baik tanaman maupun tanah dimana suhu

yang berlebihan dapat menghambat atau bahkan menghentikan timbunan humus yang

mengakibatkan demineralisasi tanah. Singkatnya, sudur tanaman yang berlapis

memperlunak suhu (dengan mengurangi lompatan-lompatan mendadak dari suhu pada saat

matahari terbit).

Wisata Ranch Peternakan merupakan contoh selanjutnya. Di lahan yang digunakan

dikembangkan tanaman rumput untuk pakan ternak, disediakan ternak yang menjadi objek

wisata dan dapat dijual juga sebagai souvenir, misalnya pemerahan susu, kelinci, ayam khusus

yang aneh dan menarik dan jenis hewan lainnya. Pada lahan peternakan wisata ini juga akan

terdiri dari penanaman pohon dan belukar untuk tempat berteduh, makanan atau sudut tanaman.

Wisata Pemancingan dan Tambak ikan. Usaha tani ikan secara intensif di kolam-

kolam oleh petani merupakan sarana yang berpotensi untuk memproduksi protein hewani. Ada

dua metode yang dapat dipilih untuk menggiatkan produksi: dengan makanan tambahan

atau de ngan penggunaan pupuk berbasis posfat. Dari sudut pandang ekologi, kolam-kolam

ikan dengan mudah dipadukan dengan kehidupan petani. Pada tempat ini juga diberikan

pelayanan rekreasi untuk pemancingan.

Sistem kombinasi berbagai cabang usaha tani. Sistem yang berdasarkan susunan

dan fungsi padang rumput atau hutan yang dibuka, mengkombinasikan penanaman pohon untuk

konsumsi manusia atau hewan dengan lapisan tanaman makanan ternak. Pendaurulangan

bahan sisa organik, baik hewani maupun tumbuh-tumbuhan menjadi tepat guna, dan oleh

karena itu kesuburan meningkat bersama dengan produksi.

INOVASI UNTUK PEMBANGUNAN PANGAN BERKELANJUTAN

Ketahanan fisik Indonesia, yaitu daya dukung sumber-sumber alam negara ini,

telah amat dirugikan oleh model pembangunan konvensional; sehingga bila model pembangunan

tersebut terus berlangsung tanpa suatu perubahan atau penyesuaian hanya dalam beberapa tahun

saja Indonesia akan kehilangan ketahanannya dan kondisi itu tidak mungkin lagi dibalikkan.

Penyusutan hutan, persediaan air yang semakin kecil akibat kebutuhan yang melonjak

tinggi, kebutuhan udara bersih akibat desakan asap polusi, pertumbuhan jumlah penduduk

Page 14: Inovasi Teknologi Mendukung Peningkatan Produksi …kalsel.litbang.pertanian.go.id/.../Semnas2016/03_dekan_faperta_ulm.pdf · Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

34 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

Banjarbaru, 20 Juli 2016

dengan berbagai kebutuhan domestiknya, semua hal tersebut berpengaruh kepada subsektor

pangan khususnya dan sektor pertanian pada umumnya. Karena pembangunan subsektor

pangan bertumpu sepenuhnya pada luasan lahan yang dapat digunakan untuk pembangunan

pangan tersebut serta pada ketersediaan air yang cukup untuk mengembangan berbagai jenis

tanaman pangan pada lahan tersebut.

Konsep Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan atau sustainable development adalah suatu proses

pembangunan yang mengoptimalkan pengambilan berlanjut manfaat dari sumber daya alam dan

sumber daya manusia, dengan menyerasikan sumber alam dengan manusia dalam pembangunan.

(Emil Salim, 2006). Ada beberapa ide pokok yang mendasari paham ini, yaitu:

1. Pertama, proses pembangunan itu mesti berlangsung secara berlanjut terus-

menerus, kontinyu, ditopang oleh sumber alam yang berlanjut dan manusia yang

berkembang secara berlanjut.

2. Kedua, Sumber alam terutama udara, air dan tanah memiliki ambang batas, diatas

mana penggunaannya akan menciutkan kuantitasnya. Penciutan itu berarti berkurang

kemampuan sumber alam tersebut untuk menopang pembangunan secara berlanjut

sehingga menimbulkan gangguan pada keserasian sumber alam dengan sumber daya

manusia.

3. Ketiga, kualitas lingkungan berkorelasi langsung dengan kualitas hidup. Semakin baik

kualitas lingkungan, semakin positif pengaruhnya pada kualitas hidup yang antara lain

tercermin pada meningkatnya kualitas fisik pada harapan usia hidup, pada turunnya

tingkat kematian dan lain-sebagainya. Oleh karena itu pembangunan berkelanjutan

mengandaikan pembangunan berkualitas lingkungan secara berkelanjutan supaya

memberi pengaruh posiitif terhadap kualitas hidup

4. Keempat, Dalam pembangunan berkelanjutan pola penggunaan sumber daya alam

masa kini mestinya tidak menutup kemungkinan pilihan lain dimasa depan. Karena

berbagai aspek masa yang akan datang belum kita ketahui sepenuhnya sekarang ini,

penggunaan sumber alam bagi arah pilihan masa depan harus terbuka.

5. Kelima, Pembangunan berkelanjutan mengandaikan solidaritas transgenerasi,

dimana pembangunan ini memungkinkan generasi sekarang untuk meningkatkan

kesejahteraannya, tanpa mengurangi kemungkinan bagi generasi masa depan untuk

meningkatkan kesejahteraannya.

Keterbatasan sumber-sumber alam pada gilirannya akan mendesakkan suatu langkah

untuk menyelamatkan ketahanan sosial. Jelas bahwa daya dukung sektor pertanian akan

segera mencapai ambang batasnya. Mengingat pertumbuhan penduduk yang masih terus

meningkat, serta menyusutnya persediaan air dan tanah, Indonesia sudah cukup lama tidak lagi

dapat mengandalkan produksi gula dan beras. Swa sembada beras yang pernah dicapai tahun

1984 misalnya pada dewasa ini sangat sulit untuk diwujudkan kembali. Alhamdulillah sudah

dibuktikan bahwa tahun-tahun terakhir ini Indonesia dapat tidak mengimpor beras untuk

memenuhi kebutuhannya, melainkan menggunakan sumber-sumber di dalam negeri.

Agar Indonesia mampu untuk menghentikan dan mengatasi berbagai dampak

pembangunan yang tidak berkelanjutan, aspek ketahanan sosial harus juga ditangani. Jelaslah

kiranya bakwa reditribusi penduduk, dengan cara apaun tidak akan amat membantu, bila hal itu

Page 15: Inovasi Teknologi Mendukung Peningkatan Produksi …kalsel.litbang.pertanian.go.id/.../Semnas2016/03_dekan_faperta_ulm.pdf · Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 35 Banjarbaru, 20 Juli 2016

tidak secara simultan disertai dengan redistribusi kekayaan. Sejauh menyangkut Indonesia,

redistribusi itu telah dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui kebijakan fiskal, dan melalui

perbaikan term of trade antara produk pertanian dan produk industri. Dengan kebijakan fiskal

itu diharapkan bahwa meraka yang mendapatkan keuntungan lebih besar dari pembangunan akan

membayar lebih banyak demi mereka yang hanya memiliki sedikit (atau sama sekali tidak

memiliki) akses terhadap berbagai keuntungan pembangunan; sementara itu, melalui perbaikan

term of trade diharapkan bahwa perdagangan yang tidak berimbang antara sektor pertanian yang

terikat oleh harga yang tetap dan sektor industri, yang harga produksinya dapat dengan bebas

mengikuti dinamika pasar dapat diganti dengan perdagangan yang berimbang.

Penggunaan sumberdaya alam untuk masa datang secara langsung dihubungkan dengan

apa yang disebut imbangan antara penduduk dengan sumberdaya alam. Apabila penduduk

membutuhkan terlalu banyak sumberdaya alam, maka muncullah kebutuhan untuk meningkatkan

penggalian sumberdaya alam ekstraktif dan meningkatkan permintaan akan sumberdaya alam

seperti lapangan terbuka, tempat reekreasi dan udara yang bersih. Namun dampaknya adalah

memburuknya kondisi fisik dari dunia ini, dan sayangnya masyarakat sangat lamban dalam

menemukan pemecahan masalah yang timbul itu.

Mengingat kesulitan dalam ekologi, perlulah dicari perbaikan usaha penanggulangan

masalah. Usaha perbaikan dan pencarian alternatif baru haruslah ditujukan pada pemecahan

sumber masalah, yaitu sedapatnya mengurangi, atau bila mungkin meniadakan, tekanan

penduduk yang melampaui daya dukung lingkungan. Tekanan penduduk dapat dikurangi

dengan menaikan daya dukung atau dan mengurangi jumlah petani. Usaha pengurangan

penduduk merupakan usaha baik untuk mengatasi lahan kritis maupun urbanisasi. Karena itu

penanggulangan lahan kritis bukanlah masalah kehutanan yang sempit, melainkam masalah

pembangunan yang luas.

Over eksploitasi mengakibatkan terganggunya keseimbangan ekologis dalam arti

menyederhanakan ekosistem sebagai akibat dari aktivitas manusia yang masif dalam

memanfaatkan sumberdaya alam dengan bersenjatakan teknologi baik jenis yang tradisional

maupun yang modern. Sebenarnya modifikasi terhadap ekosistem sudah dimulai sejak manusia

mengusahakan pertanian; dengan bertambahnya jumlah manusia, terjadi kegiatan-kegiatan seperti

pembakaran rumput, penebangan hutan, pemasangan dam, pendirian kota dengan gedung

dan jalan raya, industri dan seterusnya.

Strategi Pembangunan Pangan Berkelanjutan

Pertanian pangan berusaha mengelola ekosistem lewat usaha pemupukan, obat-obatan,

irigasi, bibit unggul dan sebagainya untuk memaksimalkan produktivitas sedang alam sendiri

mengelola ekosistem untuk memaksimalkan stabilitas lingkungan. Manusia dalam pembangunan

subsektor pangan tidak dapat melepaskan diri dari siklus pertanian yakni kaitan-kaitan ekologis

dalam ekosistem. Karena pembangunan, juga pembangunan pedesaan adalah bagi manusia

maka rencana-rencana pembangunan tidak boleh mengabaikan pertimbangan ekologis,

industrialisasi, pemakaian teknologi baru, perencanaan kota yang mengatur tempat mana daerah

industri dan di mana letak perkantoran. Eksplorasi dan eksploitasi sumber-sumber alami yang

biasanya terkait pada rencana pembangunan, apabila tidak memperhatikan akibat-akibat ekologis

yang ditimbulkannya akan mengakibatkan hal yang tidak diinginkan. Kebijakan lingkungan

tidaklah membenarkan pembangunan hanya demi kemajuan karena akan dapat memusnahkan

manusia sendiri.

Page 16: Inovasi Teknologi Mendukung Peningkatan Produksi …kalsel.litbang.pertanian.go.id/.../Semnas2016/03_dekan_faperta_ulm.pdf · Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

36 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

Banjarbaru, 20 Juli 2016

Akibat-akibat fatal dapat terjadi apabila pembangunan melalaikan pertimbangan

ekologis; rusaknya alam, terkuras habisnya sumber alam, polusi : baik udara, air, maupun suara;

habisnya tanah pertanian, penggundulan hutan, dan lain-lain. Pengelolaan dan penggunaan

sumber- sumber alam yang tidak efisien dan efektif dan keadaan lingkungan yang buruk akan

menghambat pembangunan. Efisiensi yang tinggi dalam penggunaan sumber-sumber alam

sangat diperlukan untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa.

Dalam Pembangunan berkelanjutan atau pembangunan berwawasan lingkungan atau

sustainable development rumusan strategi yang perlu dikembangkan adalah meliputi beberapa

komponen sebagaimana diuraikan berikut ini.

1. Pembangunan berwawasan lingkungan harus memenuhi kebutuhan masa kini dan

memperhitungan kepentingan generasi yang akan datang.

2. Oleh karena pembangunan harus berkelanjutan dan merata dan berkeadilan sosial,

maka pembangunan dengan pemerataan masih perlu menduduki posisi sentral dalam

pembangunan.

3. Proses mengelola sumber alam agar pada satu pihak menopang proses pembangunan dan

dilain pihak proses tidak menghasilkan limbah yang mencemarkan sehingga kualitas

lingkungan menurunkan kualitas hidup.

4. Apabila terjadi penurunan kualitas lingkungan, maka yang pertama menderita

akibatnya adalah para penduduk yang miskin yang tidak memiliki kemampuan untuk

menangkalnya. Maka pertimbangan keadilan sosial mendesak pula dilaksanakannya

pembangunan dengan wawasan lingkungan.

5. Dimensi lingkungan akan semakin menonjol dalam 25 tahun yang akan datang karena

perkiraan bahwa dunia menghadapi krisis lingkungan global yang serius seperti a)

Kekurangan air tawar, b) Ancaman naiknya suhu bumi, c) Ancaman naiknya permukaan

laut, d) Ancaman perubahan iklim, e) Sehingga sentra produksi pertanian akan

mengalami pergeseran.

6. Ancaman-ancaman lingkungan ini akan sungguh terjadi apabila ditempuh pola

pendekatan yang konvensional yang dikenal dunia selama 25 tahun terakhir ini.

7. Oleh karena itu pola pembangunan 25 tahun yang akan datang harus berpegang pada pola

pembangunan yang berkelanjutan. Dalam kontek ini maka kebijakan energi, industri,

pertanian dan pemukiman harus bertumpu pada pengembangan teknologi yang

memungkinkan pemanfaatan sumber alam secara berkelanjutan (sustainable)

8. Sejalan dengan itu pembangunan kualitas manusia dan kualitas masyarakat

perluditingkatkan.

9. Proses pembangunan berkelanjutan dalam 25 tahun yang akan datang bergeser dari

penggunaan sumber alam secara besar-besaran menjadi penggunaan sumber daya manusia

sebagai penggerak pembangunan.

Arahan Kebijakan Inovasi

Untuk mendukung peningkatan produksi pertanian berkelanjutan di Indonesia bentuk

kebijakan inovasi yang perlu dikembangkan dapat dikelompokkan menjadi empat area, yaitu:

1. Inovasi untuk Pelayanan masyarakat. Agenda pelayanan masyarakat pada dasarnya

merupakan perwujudan prinsip sosial ekonomi pembangunan berkelanjutan. Agenda ini

mendapat penekanan didasarkan atas fakta masih banyaknya penduduk dunia yang hidup

dalam tingkat kesejahteraan yang minim. Di Indonesia, agenda pelayanan masyarakat

Page 17: Inovasi Teknologi Mendukung Peningkatan Produksi …kalsel.litbang.pertanian.go.id/.../Semnas2016/03_dekan_faperta_ulm.pdf · Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 37 Banjarbaru, 20 Juli 2016

diletakkan sebagai agenda pertama menyiratkan bahwa fokus pembangunan dan

pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia memang diarahkan pada dimensi sosial-

ekonomi, tanpa mengabaikan dimensi lain. Enam sub agenda dirumuskan dalam agenda

pelayanan masyarakat ini, yaitu menyangkut pengentasan kemiskinan, perubahan pola

produksi dan konsumsi, dinamika kependudukan, pengelolaan dan kesehatan,

pengembangan perumahan dan pemukiman serta sistem perdagangan global, instrumen

ekonomi serta neraca ekonomi dan lingkungan terpadu.

2. Inovasi dalam Pengelolaan limbah. Agenda ini dirumuskan terutama dengan sasaran untuk

memperbaiki kondisi dan kualitas lingkungan hidup manusia serta mencegah proses

degradasi lingkungan hidup secara keseluruhan. Lima aspek menjadi sasaran utama

pengelolaan limbah yakni : (1) perlindungan atmosfer, (2) pengelolaan bahan kimia beracun,

(3) pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun, (4) pengelolaan limbah radioaktif,

serta (5) pengelolaan limbah padat dan cair.

3. Inovasi dalam Pengelolaan sumberdaya tanah. Pengelolaan sumberdaya tanah

dipandang penting dan didasari oleh pertimbangan bahwa proses-proses pembangunan yang

akan terjadi di Indonesia masih akan ditumpukan pada sumberdaya tanah. Oleh karenanya,

sumberdaya tanah dengan segala komponen yang ada didalamnya termasuk air, biota dan

lainnya harus dikelola secara baik. Empat sub-agenda dirumuskan dalam hal ini yakni : (1)

penatagunaan sumberdaya tanah, (2) pengelolaan hutan, (3) pengembangan pertanian dan

perdesaan, dan (4) pengelolaan sumberdaya air.

4. Inovasi dalam Pengelolaan sumberdaya alam. Tiga sub-agenda dirumuskan dalam

agenda ini, yakni : (1) konservasi keanekaragaman hayati, (2) pengembangan bioteknologi,

dan (3) pengelolaan terpadu wilayah pesisir dan lautan. Penanganan bagi ketiga aspek ini

diarahkan pada upaya-upaya pelestarian dan perlindungan keanekaragaman biologi pada

tingkat genetik, spesies dan ekosistem, serta menjamin kekayaan alam, binatang dan

tumbuhan di seluruh kepulauan Indonesia (Mitchell,2000).

Dari pemaparan di atas dapat dilihat bahwa sumberdaya pertanian dan lingkungan

memegang peranan penting dalam pembangunan, khususnya di Indonesia. Sektor pertanian

menjadi salah satu parameter yang menjadi ukuran keberhasilan pelaksanaan pembangunan di

Indonesia.

Kesimpulan

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian (Balitbangtan) telah mengorganisir dan mendokumentasikan berbagai inovasi di bidang

pertanian ini ke dalam sebuah buku yang diberikan judul 400 Teknologi Inovatif Pertanian. Secara

garis besar buku 400 Teknologi Inovatif Pertanian ini mencakup informasi dasar, input produksi,

pupuk dan pengendali hayati, perangkat uji, alat dan mesin pertanian, pengembangan produk

pertanian, bioenergi dan lingkungan. Masing-masing bagian tersebut mempunyai sub bagian lagi

yang lebih mendetail.

Untuk mengoptimalkan kekuatan dari inovasi dalam mendukung tercapainya tujuan dari

kebijakan publik para pengambil keputusan dapat memainkan peran yang penting, untuk itu

kepemimpinan yang kuat merupakan hal yang esensial. Pengembangan inovasi hendaknya

dapat bermuara kepada peningkatan produktivitas, pertumbuhan dan kesejahteraan. Ini akan

bervariasi tergantung pada konteksnya. Ada lima bentuk kegiatan yang perlu dilakukan

Page 18: Inovasi Teknologi Mendukung Peningkatan Produksi …kalsel.litbang.pertanian.go.id/.../Semnas2016/03_dekan_faperta_ulm.pdf · Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

38 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

Banjarbaru, 20 Juli 2016

pemerintah meliputi: 1) strategi membangun keterampilan yang efektif, 2) menciptakan

lingkungan bisnis yang kuat, terbuka dan kompetitif, 3) mengembangkan investasi dalam sistem

kreasi dan difusi inovasi yang efisien, 4) meningkatkan akses dan partisipasi dalam digital

ekonomi dan 5) pengaturan dan implementasi yang konsisten dari kebijakan kebijakan inovasi.

Pertanian didasarkan atas proses biologi dan memiliki kemungkinan diperbaharuinya

kemampuan berproduksi dari pengelolaan ekosistem dengan baik. Mengatur dan

memanfaatkan siklus pertanian merupakan upaya yang harus dilakukan untuk dapat memperoleh

produksi tanaman, dan agar hal ini dapat berkelanjutan maka diperlukan rekayasa siklus pertanian

yang sesuai dengan prinsip-prinsip keberlanjutan sesuai konsep pembangunan berkelanjutan.

Bentuk yang lebih baik dari peningkatan produksi berkelanjutan untuk digunakan sebagaai

indikator pengukur keberhasilan pembangunan pertanian adalah peningkatan nilai tambah

berkelanjutan.

Pelestarian alam lingkungan hidup manusia pada hakekatnya adalah menjalin hubungan

yang selaras antara kebutuhan hidup manusia dengan sumber daya alam yang tersedia. Prinsip-

prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan sumberdaya alam meliputi: 1) Prinsip Kait

mengkaitnya sumber daya alam, 2) Prinsip in optimum, 3) Prinsip daya toleransi. 4) Prinsip faktor

pengontrol, 5) Prinsip ketanpabalikan, 6) Prinsip pembudidayaan. Dengan memperhatikan

prinsip-prinsip tersebut maka dalam pengelolaan sumber daya alam dapat lebih

mempertimbangkan kelestarian lingkungan untuk memperoleh produksi yang optimum.

Untuk pembangunan berkelanjutan ada beberapa ide pokok: 1) pembangunan itu harus

berlanjut terus menerus, 2) ada ambang batas SDA, 3) kualiatas lingkungan berkorelasi langsung

dengan kualitas hidup, 4) keseimbangan transgenerasi, 5) solidaritas transgenerasi.

Untuk mewujudkan hal tersebut strategi yang perlu dikembangkan meliputi beberapa komponen

sebagai berikut: 1) Memenuhi kebutuhan masa kini dengan memperhitungkan masa datang, 2)

pemerataan, 3) pengelolaan SDA untuk menjaga kualitas lingkungan, 4) pertimbangan keadilan

sosial, 5) dimensi lingkungan semakin dominan, 6) merubah pendekatan konvensional

pembangunan, 7) teknologi untuk keberlanjutan pemanfaatan SDA, 8) pembangunan SDM, 9)

Bergeser dari SDA ke SDM.

Rekomendasi

Berdasarkan uraian dan pembahasan di atas dapat dipahami bahwa untuk inovasi

teknologi mendukung peningkatan nilai tambah dari produk pertanian secara berkelanjutan dan

juga untuk inovasi yang didasarkan dari hasil-hasil penelitian dalam rangka mendukung program

pajale, maka arahan kebijakan inovasi yang disarankan meliputi: 1) Inovasi untuk pelayanan

masyarakat, 2) Inovasi pengelolaan limbah, 3) Inovasi dalam pengelolaan sumberdaya tanah,

dan 4) Inovasi dalam pengelolaan SDA.

Daftar Pustaka

Alston, J. M. 2010. “The Benefits from Agricultural Research and Development, Innovation, and

Productivity Growth”, OECD Food, Agriculture and Fisheries Papers, No. 31, OECD

Publishing.

Luthfi Fatah. 2004. The Utilization of Social Accounting Matrix (SAM) for Poverty Monitoring

and for Investigating the Implications of a Poverty Alleviation Strategy. Book

Page 19: Inovasi Teknologi Mendukung Peningkatan Produksi …kalsel.litbang.pertanian.go.id/.../Semnas2016/03_dekan_faperta_ulm.pdf · Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 39 Banjarbaru, 20 Juli 2016

Section in Poverty Monitoring in Asia (Edited By Hans Gsanger and Myriam

Fernando). Centre for Poverty Analysis. Colombo.

Luthfi Fatah. 2007a. Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (Dynamics of Agricultural

and Rural Development). Pustaka Banua. Banjarmasin.

Luthfi Fatah. 2007b. The Potentials of Agro-Industry for Growth Promotion and Equality

Improvement in Indonesia. Asian Journal of Agriculture and Development, 2007, vol. 4,

issue 1, pages 57-74

Luthfi Fatah. 2009a. Building Communication in Agricultural Research Adaptive to Accelerate

the Improvement of Farmer Welfare. Paper presented at the Australasia Pacific

Extension Networks 5th International Conference “Shaping Change in Communities”,

on Tuesday 17th November 2009, in Busselton, Western Australia.

Luthfi Fatah. 2009b. The Roles of Agroindustries in Regional Economic Development (Study

Case in South Kalimantan). Economic Journal of Emerging Market. Special Edition on

Regional Economics. September 2009. Page 79-89.

Luthfi Fatah. 2010. Sumberdaya Alam, Pembangunan Pertanian dan Pengembangan Wilayah –

Mengelola Eksternalitas untuk Memperbaiki Kesejahteraan (Natural Resource,

Agricultural Development and Regional Development – Managing Eksternality to

Improve Welafare). A book Chapter in Pengelolaan Sumberdaya Alam dalam Perspektif

Kesejahteraan dan Keberlanjutan (Natural Resource Management in the Perspective of

Welfare and Sustainability). Lambung Mangkurat University Press. Banjarmasin.

Luthfi Fatah and Tuti Heiriyani. 2011. The Identification of Leading Agroindustries in

South Kalimantan. Jurnal Agrides Volume 1 No 1 June 2011. Page 114-128.

Mitchell, D. 2000. Cultural Geography - A Critical Introduction, 2000, Oxford / Malden

(Mass.), Blackwell, 325 p.

Miarso, Yusufhadi. (2007) Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Cetakan Ketiga. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

OECD. 2015a. “The Innovation Imperative Contributing to Productivity, Growth and Well -

being”. OECD STI Policy Note.

OECD. 2015b. “Innovation Policies for Inclusive Growth Main Findings”. International

Conference on Innovation for Inclusive Growth. India. February, 2015.

OECD. 2015c. “Oecd Innovation Strategy 2015 An Agenda For Policy Action.” Meeting of

the OECD Council at Ministerial Level Paris, 3-4 June 2015.

Salim, E. 2006. Pengelolaan Lingkungan dalam Pembangunan. Disampaikan sebagai bahan kuliah

Pasca Sarjana (S3) Program Studi PSL di IPB, Bogor, pada tanggal 12 Agustus 2006.