PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN...

12
Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 401 PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN PENGGUNAAN MULSA PLASTIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI Afrilia Tri Widyawati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Timur Jl. P.M Noor-Sempaja Samarinda, Kalimantan Timur e-mail: [email protected] ABSTRAK Cabai merupakan tanaman cukup penting karena dapat diandalkan sebagai komoditas ekspor. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh konsentrasi pupuk organik cair dan penggunaan mulsa plastik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai. Penelitian menggunakan 2 faktorial dalam Rancangan Acak Kelompok. Faktor pertama adalah konsentrasi pupuk organik cair. Faktor kedua adalah penggunaan mulsa plastik. Apabila terdapat perbedaan nyata maka dilakukan uji lanjut BNT taraf 5%. Berat buah segar per hektar tertinggi diperoleh pada perlakuan pupuk organik cair tertinggi diperoleh pada perlakuan 7,5 g l -1 air yaitu 23,70 mg ha -1 . Berat buah segar per hektar tertinggi diperoleh pada perlakuan dengan mulsa plastik adalah 23,92 mg ha -1 . Tidak ada interaksi antara konsentrasi pupuk organik cair dan penggunaan mulsa plastik terhadap semua parameter pengamatan. Kata kunci : mulsa plastik, pupuk organik cair, tanaman cabai Pendahuluan Cabai besar (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang cukup penting di Indonesia karena banyak dikonsumsi oleh masyarakat sehari-hari sebagai penyebab masakan dan banyak mengandung zat gizi yang sangat diperlukan untuk kesehatan manusia. Kandungan zat gizi setiap 100 g buah cabai besar adalah sebagai berikut : energi 31 kalori, protein 1 g, lemak 0,3 g, karbohidrat 7,3 g, kalsium 29 g, zat besi 0,5 mg, fosfor 24 mg, vitamin A 71 RE, vitamin B1 0,05 mg dan vitamin B2 85% (Final Prajnanta, 1999). Selain itu, buah cabai besar mengandung minyak eteris cukup tinggi dan dapat menyebabkan rasa pedas yang disebut zat capsaicin. Zat capsaicin pada buah cabai besar dapat menimbulkan rasa pedas dan sangat bermanfaat untuk mengatur peredaran darah, memperkuat denyut nadi dan saraf, mencegah flu, mencegah demam, membangkitkan semangat dalam tubuh (tanpa efek narkotik), mengurangi nyeri encok dan rematik. Selain zat capsaicin, cabai juga mengandung zat ekspektoran yang berfungsi untuk meredakan batuk, mengencerkan lendir dan meringankan penyakit asma (Setiadi, 1996). Cabai juga digunakan dalam industri penghasil minyak atsiri yang bermanfaat untuk bahan baku kosmetika dan obat-obatan (Bambang Cahyono, 1996). Meskipun banyak manfaatnya, cabai besar juga diduga mempunyai efek kurang menguntungkan bagi kesehatan. Orang yang kondisi tumbuhnya sangat sensitif apabila

Transcript of PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN...

Page 1: PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/semnas2014/45... · PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN ... produksi cabai 15,970

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”,

Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 401

PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN

PENGGUNAAN MULSA PLASTIK TERHADAP PERTUMBUHAN

DAN HASIL TANAMAN CABAI

Afrilia Tri Widyawati

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Timur

Jl. P.M Noor-Sempaja Samarinda, Kalimantan Timur

e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Cabai merupakan tanaman cukup penting karena dapat diandalkan sebagai komoditas

ekspor. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh konsentrasi pupuk organik cair

dan penggunaan mulsa plastik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai. Penelitian

menggunakan 2 faktorial dalam Rancangan Acak Kelompok. Faktor pertama adalah

konsentrasi pupuk organik cair. Faktor kedua adalah penggunaan mulsa plastik. Apabila

terdapat perbedaan nyata maka dilakukan uji lanjut BNT taraf 5%. Berat buah segar per

hektar tertinggi diperoleh pada perlakuan pupuk organik cair tertinggi diperoleh pada

perlakuan 7,5 g l-1

air yaitu 23,70 mg ha-1

. Berat buah segar per hektar tertinggi diperoleh

pada perlakuan dengan mulsa plastik adalah 23,92 mg ha-1

. Tidak ada interaksi antara

konsentrasi pupuk organik cair dan penggunaan mulsa plastik terhadap semua parameter

pengamatan.

Kata kunci : mulsa plastik, pupuk organik cair, tanaman cabai

Pendahuluan

Cabai besar (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang

cukup penting di Indonesia karena banyak dikonsumsi oleh masyarakat sehari-hari sebagai

penyebab masakan dan banyak mengandung zat gizi yang sangat diperlukan untuk

kesehatan manusia.

Kandungan zat gizi setiap 100 g buah cabai besar adalah sebagai berikut : energi 31

kalori, protein 1 g, lemak 0,3 g, karbohidrat 7,3 g, kalsium 29 g, zat besi 0,5 mg, fosfor 24

mg, vitamin A 71 RE, vitamin B1 0,05 mg dan vitamin B2 85% (Final Prajnanta, 1999).

Selain itu, buah cabai besar mengandung minyak eteris cukup tinggi dan dapat

menyebabkan rasa pedas yang disebut zat capsaicin. Zat capsaicin pada buah cabai besar

dapat menimbulkan rasa pedas dan sangat bermanfaat untuk mengatur peredaran darah,

memperkuat denyut nadi dan saraf, mencegah flu, mencegah demam, membangkitkan

semangat dalam tubuh (tanpa efek narkotik), mengurangi nyeri encok dan rematik. Selain

zat capsaicin, cabai juga mengandung zat ekspektoran yang berfungsi untuk meredakan

batuk, mengencerkan lendir dan meringankan penyakit asma (Setiadi, 1996). Cabai juga

digunakan dalam industri penghasil minyak atsiri yang bermanfaat untuk bahan baku

kosmetika dan obat-obatan (Bambang Cahyono, 1996).

Meskipun banyak manfaatnya, cabai besar juga diduga mempunyai efek kurang

menguntungkan bagi kesehatan. Orang yang kondisi tumbuhnya sangat sensitif apabila

Page 2: PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/semnas2014/45... · PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN ... produksi cabai 15,970

Afrilia Tri Widyawati : Pengaruh konsentrasi pupuk organik cair | 402

memakan masakan pedas akan mudah mengalami kejang perut dan diare sehingga dapat

berakibat fatal bagi kesehatan (Setiadi, 1996).

Prospek pengembangan cabai besar semakin cerah karena permintaan pasar tinggi

dan didukung oleh minat petani dalam membudidayakan cabai besar tidak pernah surut,

walaupun harga cabai tidak stabil (sering naik turun). Daya tarik pengembangan budidaya

cabai terletak pada nilai ekonominya karena permintaan produksi cabai dari waktu ke waktu

cenderung meningkat sehingga dapat diandalkan sebagai komoditas ekspor.

Berdasarkan laporan data Badan Pusat Statistik pada tahun 2009, luas panen cabai

3,247 ha, produksi cabai 15,970 ton, dengan produktivitas 4,92 ton ha-1

(BPS, 2010). Di

Kalimantan Timur produkuksi cabai masih jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan

daerah lain yang produksinya mencapai 18-27 ton per ha (Final Prajnanta, 1999).

Kendala utama penyebab rendahnya produksi cabai besar di Kalimantan Timur

karena keterbatasan teknologi budidaya yang disebabkan kurangnya informasi teknologi.

Pada umumnya petani masih menggunakan benih lokal yang diturunkan terus menerus

sehingga dapat menyebabkan kualitas dari benih tidak murni dan akan berpengaruh terhadap

keseragaman tumbuh, produktivitas serta kerentanan terhadap hama penyakit tanaman.

Penyebab lainnya adalah faktor lingkungan dan iklim yang kurang menguntungkan

karena di Kalimantan Timur memiliki curah hujan yang cukup tinggi, sehingga dapat

mengakibatkan hilangnya unsur hara dalam tanah akibat pencucian yang disebabkan air

hujan.

Agar unsur hara dalam tanah dapat terjaga dengan baik dapat diupayakan dengan

pemupukan cabai besar secara berimbang. Pemupukan dapat dilakukan melalui daun

sebagai larutan yang disemprotkan. Salah satu pupuk daun yang dapat diberikan untuk

tanaman cabai besar adalah Plant Catalyst yang merupakan merk dagang dari PT.

Centranusa Insan Cemerlang. Pupuk ini memiliki kandungan unsur hara makro dan mikro

antara lain Nitrogen 0,23%, Phosphate 12,70%, Kalium 0,88%, Kalsium <0,05 ppm,

Magnesium 25,92 ppm, Sulphur 0,02%, Ferum 36,45 ppm, Mangan 2,37 ppm, Chlor 0,11%,

Copper <0,03 ppm, Zinc 11,15 ppm, Boron 0,25%, Molibdenum 35,37 ppm, Carbon 6,47%,

Kobalt 9,59 ppm, Natrium 27,42% dan Alumunium <0,4 ppm. Oleh karena itu, pupuk ini

mempunyai keunggulan seperti dapat mengatasi kekurangan nutrisi pada tanaman karena

mengandung unsur hara lengkap baik makro maupun mikro serta memiliki legalitas dan

rekomendasi setelah melalui serangkaian penelitian, uji efektifitas dan tinjauan hasil

pemakaian pupuk. Pupuk organik berbentuk tepung dilarutkan dalam air sampai konsentrasi

tertentu sesuai dengan jenis komoditi tanamannya sehingga akan lebih mudah diserap oleh

tanaman (CNI, 2010).

Selain pemupukan, untuk mendapatkan hasil yang tinggi dalam budidaya cabai besar

sangat diperlukan perawatan dengan menggunakan mulsa plastik hitam perak. Sesuai

pendapat Umboh (1999) penggunaan mulsa plastik mempunyai manfaat diantaranya

menekan pertumbuhan gulma, berkurangnya kerusakan tanah akibat air hujan yang menerpa

tanah, menjaga ketersediaan air tanah dan mempermudah dalam pemeliharaan tanaman.

Sedangkan menurut Ahmad (1991) bahwa usaha untuk mengatasi hilangnya air dari

permukaan tanah sangat perlu menggunakan mulsa plastik hitam perak.

Oleh sebab itu, sangat perlu diadakan penelitian mengenai pengaruh konsentasi

pupuk organik cair dan penggunaan mulsa plastik hitam perak terhadap pertumbuhan dan

hasil tanaman cabai besar (Capsicum annuum L. Cv. Hot Beauty).

Page 3: PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/semnas2014/45... · PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN ... produksi cabai 15,970

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”,

Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 403

Metodologi

Penelitian dilaksanakan di desa Muang Lempake, Kecamatan Samarinda Utara,

Kalimantan Timur, pada bulan Juni 2010 sampai November 2010. Bahan dan alat yang

digunakan dalam penelitian ini dapat dibeli di toko saprodi. Bahan dan alat yang digunakan

antara lain benih cabai besar hibrida varietas Hot Beauty, mulsa plastik hitam perak, pupuk

organik Plant Catalyst.

Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok diulang 3 kali.

Faktor pertama adalah Konsentrasi pupuk organik Plant Catalyst dalam bentuk serbuk

kemudian dilarutkan dalam air terdiri dari lima taraf yaitu 0 g L-1

air, 2,5 g L-1

air, 5 g L-1

air, 7,5 g L-1

air dan 10 g L-1

air. Faktor kedua adalah penggunaan mulsa plastik terdiri dari

dua taraf, yaitu tanpa mulsa plastik hitam perak dan menggunakan mulsa plastik hitam

perak.

Pengamatan dilakukan terhadap tinggi tanaman umur 20 hari setelah tanam (hst), 40

hst, 60 hst, dan 80 hst; jumlah cabang produktif per tanaman; umur tanaman saat berbunga

80%; umur tanaman saat panen pertama; jumlah buah per tanaman; berat buah segar per

tanaman; berat buah segar per hektar. Data yang diperoleh dianalisis sidik ragam. Apabila

ada beda nyata antar perlakuan dilanjutkan dengan BNT 5%.

Benih cabai terlebih dahulu disemai dengan media semai campuran tanah subur,

pasir dan pupuk kandang dalam polibag dengan perbandingan 2:1:1. Perawatan bibit

dilakukan setiap hari. Persiapan lahan dengan pengolahan tanah dan pemberian pupuk

kandang sebagai pupuk dasar dan ditambah dengan pemberian kapur dolomit. Pemasangan

mulsa plastik dilakukan setelah pengolahan tanah selesai dan dilakukan pada sore hari agar

mulsa plastik dapat merekat erat dengan permukaan tanah bedengan. Penanaman bibit

dilakukan pada bibit yang telah siap dipindahkan adalah bibit yang telah mencapai umur 30

hari setelah semai (hss). Pemberian pupuk organik dalam bentuk cair untuk tanaman cabai

besar diberikan pada saat tanaman beumur 14, 28, 42, 56 dan 70 hst, penyemprotan pupuk

dilakukan pagi hari dengan menggunakan alat solo sprayer keseluruh bagian tanaman cabai

besar, khususnya pada bagian bawah daun yang merupakan bagian terbanyak terdapat

stomata. Hal ini dimaksudkan agar penyerapan unsur hara dari pupuk berjalan cepat yaitu

sesuai dengan konsentrasi perlakuan masing-masing seperti 0 g L-1

air, 2,5 g L-1 air, 5 g L

-1

air, 7,5 g L-1

air, dan 10 g L-1

air. Pemeliharaan tanaman seperti penyiraman setiap hari,

pemasangan ajir untuk memperkuat batang tanaman, penyulaman terhadap tanaman yang

mengalami kemunduran pertumbuhan sampai dengan tanaman berumur 7 hst, penyiangan

gulma dengan cara dicangkul, perempelan berakhir sampai dengan tanaman membentuk

percabangan berumur 50 hst, dan pengendalian hama penyakit secara nabati dihentikan

berakhir sampai dengan tanaman berumur 75 hst. Pemanenan dimulai pada saat tanaman

berumur 80 hst dan dilakukan sebanyak 8 kali panen dengan interval waktu 2 hari sekali.

Cara pemanenan buah dipetik menggunakan tangan dengan menyertakan tangkai buah.

Hasil dan Pembahasan

Hasil pengamatan cabai besar secara visual di lapangan selama penelitian tanaman

cabai besar mempunyai bentuk tanaman yang baik, seperti tinggi tanaman yang berkembang

dengan pesat setiap minggunya, daun yang berwarna hijau cerah menandakan terpenuhinya

unsur-unsur hara dengan baik dan buah besar berwarna merah menyala.

Page 4: PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/semnas2014/45... · PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN ... produksi cabai 15,970

Afrilia Tri Widyawati : Pengaruh konsentrasi pupuk organik cair | 404

Hambatan yang dialami selama penelitian adalah terjadinya keriting pada daun daun

tanaman cabai dan penyakit patek (antraknosa) karena cendawan Colleotrichum capsici dan

Gloesoporium piperatum yang dikendalikan dengan penyemprotan pestisida nabati.

Tinggi tanaman umur 20, 40, 60 dan 80 hst

Gambar 1. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair Terhadap Tinggi Tanaman Cabai

Konsentrasi pupuk organik terhadap variabel tinggi tanaman 20, 40, 60 dan 80 hst

berbeda sangat nyata (Gambar 1). Perlakuan 7,5 g L-1

air menghasilkan tinggi tanaman

tertinggi pada umur 20, 40, 60 dan 80 hst berturut-turut 20,05 cm; 64,49 cm; 74,16 cm dan

84,39 cm. Hal ini disebabkan konsentrasi pupuk organik sudah mempengaruhi karena

berdasarkan hasil analisis tanah pada lahan penelitian unsur-unsur hara 0,13% Nitrogen;

5,15 ppm P; 85,6 ppm K tidak mencukupi kebutuhan untuk pertumbuhan tinggi tanaman

cabai besar. Sesuai pendapat Final Prajnanta (1999) bahwa tanaman cabai hibrida sampai

umur 30 hari setelah tanam atau menjelang pembentukan bunga memerlukan unsur hara

Nitrogen ≥ 0,15%.

Gambar 2. Pengaruh Penggunaan Mulsa Plastik Terhadap Tinggi Tanaman Cabai

0

20

40

60

80

100

20 HST 40 HST 60 HST 80 HST

Tin

ggi T

anam

an (

cm)

Umur Tanaman (Hari Setelah Tanam)

p0 (0 g L-1 air)

p1 (2,5 g L-1 air)

p2 (5 g L-1 air)

p3 (7,5 g L-1 air)

p4 (10 g L-1 air)

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

20 HST 40 HST 60 HST 80 HST

Tin

ggi T

anam

an (

cm)

Umur Tanaman (Hari Setelah Tanam)

(m0) TanpaMulsa Plastik

(m1) DenganMulsa Plastik

Page 5: PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/semnas2014/45... · PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN ... produksi cabai 15,970

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”,

Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 405

Penggunaan mulsa plastik terhadap variabel tinggi tanaman cabai besar pada saat

umur 20, 40, 60 dan 80 hst berbeda nyata (Gambar 2). Perlakuan dengan mulsa plastik

menghasilkan tinggi tanaman tertinggi pada saat umur 20, 40, 60 dan 80 hst berturut-turut

yaitu 21,80 cm; 64,75 cm; 74,85 cm dan 84,66 cm. Hal ini disebabkan manfaat dari

penggunaan mulsa plastik memantulkan cahaya yang datang ke bagian bawah permukaan

daun, sehingga lebih banyak cahaya yang diterima oleh tanaman, akibatnya penampakan

tanaman lebih tinggi dan proses respirasi lebih sedikit dibandingkan proses fotosintesis

sehigga mempengaruhi hasil. Sesuai dengan pendapat Abjad Asih Nawangsih, dkk. (2001)

bahwa warna hitam pada mulsa plastik dapat memberikan kondisi yang lebih gelap terhadap

media memungkinkan pertumbuhan perakaran tanaman menjadi lebih baik, sedangkan

warna perak pada mulsa plastik dapat memantulkan sinar matahari sehingga jumlah panas

yang mengenai permukaan media dapat dikurangi. Disamping itu, pantulan cahaya dapat

membantu mempercepat hilangnya uap air yang menempel dipermukaan daun tanaman.

Oleh karena itu, penggunaan mulsa plastik memberikan pengaruh yang lebih terhadap

proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman, khususnya tinggi tanaman cabai besar.

Tanpa penggunaan mulsa plastik kondisi pertumbuhan tinggi tanaman agak terhambat

karena permukaan tanah atau media langsung terkena sinar matahari sehingga menyebabkan

kelembaban tanah menjadi rendah akibat proses evaporasi pada permukaan tanah. Suplai air

hanya berasal dari penyiraman dan air hujan. Sesuai dengan pendapat Rosenberg, dkk.

(1983) bahwa air merupakan komponen penting dalam reaksi fotosintesis. Kekurangan

kelembaban tanah atau kekeringan yang ekstrim menyebabkan terjadinya stress air pada

tanaman. Pengaruh langsung dari adanya stress air pada tanaman adalah menutupnya lubang

stomata yang dapat mempengaruhi proses fotosintesis tanaman.

Jumlah Cabang Produktif Per Tanaman Umur 50 HST

Untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan yang berpengaruh berbeda sangat

nyata terhadap jumlah cabang produktif per tanaman 50 HST, dilakukan Uji BNT pada taraf

5% yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah cabang produktif per tanaman umur 50 HST

Pupuk Organik Plant

Catalyst (P)

Mulsa Plastik (M) Rata-rata

m0 (Tanpa Mulsa) m1 (Dengan Mulsa)

................cabang.................

p0 (0 g L-1

air) 18,33 20,78 19,56a

p1 (2,5 g L-1

air) 19,11 22,11 20,61b

p2 (5,0 g L-1

air) 19,56 22,89 21,22bc

p3 (7,5 g L-1

air) 20,67 23,89 22,28d

p4 (10 g L-1

air) 20,00 23,44 21,73cd

Rata – rata 19,53a 22,62

b

Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata pada uji BNT

5% (BNT p = 0,77; BNT m = 0,49)

Hasil uji BNT 5% terhadap konsentrasi pupuk organik menunjukkan bahwa

perlakuan 0 g L-1

air berbeda sangat nyata terhadap semua perlakuan. Perlakuan 2,5 g L-1

air

berbeda tidak nyata dengan perlakuan 5 g L-1

air. Perlakuan 5 g L-1

air berbeda tidak nyata

dengan perlakuan 10 g L-1

air. Perlakuan 7,5 g L-1

air berbeda tidak nyata terhadap

perlakuan 10 g L-1

air.

Page 6: PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/semnas2014/45... · PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN ... produksi cabai 15,970

Afrilia Tri Widyawati : Pengaruh konsentrasi pupuk organik cair | 406

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi pupuk organik terhadap variabel

jumlah cabang produktif per tanaman umur 50 hst berbeda sangat nyata. Hal ini disebabkan

unsur hara di dalam tanah tidak mencukupi kebutuhan tanaman, sehingga pemberian

konsentrasi pupuk organik sudah memberikan respon terhadap jumlah cabang produktif per

tanaman. Sesuai pendapat CNI (2010), pupuk organik memiliki sifat sebagai katalisator

sehingga dapat mengefektifkan dan mengoptimalkan pemakaian unsur-unsur hara baik

makro maupun unsur hara mikro.

Hasil uji BNT 5% terhadap penggunaan mulsa plastik menunjukkan bahwa

perlakuan tanpa mulsa plastik berbeda sangat nyata terhadap pelakuan dengan mulsa plastik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan mulsa plastik terhadap variabel jumlah

cabang produktif per tanaman sangat berbeda nyata. Hal ini disebabkan lingkungan tumbuh

yang mendukung sehingga tanaman mampu melaksanakan berbagai aktivitas metabolisme

dengan baik seperti proses fotosintesis. Fotosintesis yang berjalan dengan lancar akan

menghasilkan lebih banyak karbohidrat. Sesuai dengan pendapat Sri Setyati Hardjadi (1996)

bahwa pada masa pertumbuhan hasil dari proses fotosintesis tersebut digunakan dalam

pembelahan dan pemanjangan sel pada jaringan meristematik. Bentuk pertumbuhan tampak

dengan bertambah tinggi dan terbentuknya cabang tanaman.

Umur Tanaman Saat Berbunga 80%

Untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan yang berpengaruh berbeda sangat

nyata terhadap umur tanaman saat berbunga 80%, dilakukan Uji BNT pada taraf 5% yang

hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Umur tanaman saat berbunga 80%

Pupuk Organik Plant

Catalyst (P)

Mulsa Plastik (M) Rata-rata

m0 (Tanpa Mulsa) m1 (Dengan Mulsa)

................hari.................

p0 (0 g L-1

air) 22,83 20,89 21,86

p1 (2,5 g L-1

air) 22,83 20,61 21,72

p2 (5,0 g L-1

air) 22,72 20,50 21,61

p3 (7,5 g L-1

air) 22,39 20,17 21,28

p4 (10 g L-1

air) 22,67 20,39 21,53

Rata – rata 22,69a 20,51

b

Keterangan : nilai rata-rata yang diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata pada uji

BNT 5% (BNT m = 0,41)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi pupuk organik terhadap variabel

umur tanaman saat berbunga 80% berbeda tidak nyata. Hal ini sebabkan faktor dominan

yang berpengaruh pada fase pembungaan adalah faktor genetik. Sesuai pendapat Heddy,

dkk., (1994), bahwa pada tanaman tertentu umur tanaman berbunga ditentukan oleh sifat

genetik tanaman tersebut.

Hasil uji BNT 5% terhadap penggunaan mulsa plastik menunjukkan bahwa

perlakuan tanpa mulsa plastik berbeda sangat nyata terhadap pelakuan dengan mulsa plastik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan mulsa plastik terhadap variabel umur

tanaman saat berbunga 80%. Hal ini disebabkan tanaman sudah memasuki fase generatif

dan penggunaan mulsa plastik memungkinkan peningkatan cahaya yang diterima oleh

tanaman, sehingga berpengaruh terhadap hasil fotosintesis yang digunakan tanaman dalam

memasuki fase generatif. Sesuai pendapat Wilkins (1989), bahwa meningkatnya hasil

fotosintesis menyebabkan pertumbuhan generatif akan berpengaruh pada pembentukan

Page 7: PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/semnas2014/45... · PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN ... produksi cabai 15,970

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”,

Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 407

bunga dan buah. Ditambahkan oleh Sri Setyati Hardjadi (1996), bahwa fase generatif

berhubungan dengan beberapa proses penting, salah satunya adalah perkembangan kuncup,

bunga, buah dan biji. Semakin cepat waktu berbunga maka waktu panen akan dipercepat

pula.

Umur Tanaman Saat Panen Pertama

Untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan yang berpengaruh berbeda sangat

nyata terhadap umur tanaman saat panen pertama, dilakukan Uji BNT pada taraf 5% yang

hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Umur tanaman saat panen pertama

Pupuk Organik

Plant Catalyst (P)

Mulsa Plastik (M) Rata-rata

m0 (Tanpa Mulsa) m1 (Dengan Mulsa)

................hari.................

p0 (0 g L-1

air) 84,44 82,56 83,56d

p1 (2,5 g L-1

air) 84,44 82,22 83,33cd

p2 (5,0 g L-1

air) 82,56 82,11 82,50b

p3 (7,5 g L-1

air) 82,11 80,33 81,22a

p4 (10 g L-1

air) 82,44 80,44 81,44a

Rata – rata 83,27a 81,53

b

Keterangan : nilai rata-rata yang diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata pada uji BNT

5% (BNT p = 0,49; BNT m = 0,31)

Hasil uji BNT 5% terhadap konsentrasi pupuk organik menunjukkan bahwa

perlakuan 0 g L-1

air berbeda tidak nyata dengan perlakuan 2,5 g L-1

air. Perlakuan 5 g L-1

air berbeda sangat nyata terhadap semua perlakuan. Perlakuan 5 g L-1

air berbeda tidak

nyata dengan perlakuan 10 g L-1

air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi pupuk

organik terhadap variabel umur tanaman saat panen pertama berbeda sangat nyata. Hal ini

disebabkan konsentrasi pupuk organik perlakuan 7,5 g L-1

air lebih mampu memenuhi

kebutuhan unsur hara Nitrogen, P dan K yang dapat membantu mempercepat pembentukan

buah. Sesuai pendapat Rinsema (1989), bahwa unsur fosfor membantu mempercepat

pembentukan buah. Ditambahkan oleh Final Prajnanta (1999), bahwa peningkatan unsur

fosfor dan kalium pada fase generatif berhubungan dengan beberapa proses penting, salah

satunya adalah perkembangan buah cabai.

Hasil uji BNT 5% terhadap penggunaan mulsa plastik menunjukkan bahwa

perlakuan m0 tanpa mulsa plastik berbeda sangat nyata terhadap pelakuan dengan mulsa

plastik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan mulsa plastik terhadap variabel

umur tanaman saat panen pertama sangat berbeda nyata. Hal ini disebabkan tanaman sudah

memasuki fase generatif dan penggunaan mulsa plastik memungkinkan peningkatan cahaya

yang diterima oleh tanaman, sehingga berpengaruh terhadap hasil fotosintesis yang

digunakan tanaman dalam memasuki fase generatif. Sesuai pendapat Wilkins (1989), bahwa

meningkatnya hasil fotosintesis menyebabkan pertumbuhan generatif akan berpengaruh

pada pembentukan bunga dan buah. Ditambahkan oleh Sri Setyati Hardjadi (1996), bahwa

fase generatif berhubungan dengan beberapa proses penting, salah satunya adalah

perkembangan kuncup, bunga, buah dan biji. Semakin cepat waktu berbunga maka waktu

panen akan dipercepat pula.

Page 8: PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/semnas2014/45... · PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN ... produksi cabai 15,970

Afrilia Tri Widyawati : Pengaruh konsentrasi pupuk organik cair | 408

Jumlah Buah Per Tanaman

Untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan yang berpengaruh berbeda sangat

nyata terhadap jumlah buah per tanaman, dilakukan Uji BNT pada taraf 5% yang hasilnya

dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Buah Per Tanaman

Pupuk Organik

Plant Catalyst (P)

Mulsa Plastik (M) Rata-rata

m0 (Tanpa Mulsa) m1 (Dengan Mulsa)

................buah.................

p0 (0 g L-1

air) 90,17 94,39 92,28a

p1 (2,5 g L-1

air) 90,39 94,67 92,53a

p2 (5,0 g L-1

air) 90,50 94,72 92,61a

p3 (7,5 g L-1

air) 90,83 95,89 93,36b

p4 (10 g L-1

air) 90,61 94,83 92,72a

Rata – rata 90,50a 94,90

b

Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata pada uji BNT 5% (BNT p =

0,51; BNT m = 0,33)

Hasil uji BNT 5% terhadap konsentrasi pupuk organik menunjukkan bahwa

perlakuan p0 (0 g L-1

air) berbeda tidak nyata dengan perlakuan 2,5 g L-1

air, 5 g L-1

air dan

10 g L-1

air. Sedangkan perlakuan 7,5 g L-1

air berbeda sangat nyata terhadap semua

perlakuan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi pupuk organik terhadap variabel

jumlah buah per tanaman berbeda sangat nyata. Hal ini disebabkan bahwa pada pemberian

perlakuan 7,5 g L-1

air menunjukkan kondisi tanaman lebih baik sehingga proses fotosintesis

berjalan baik dan lancar, kemudian hasil fotosintesis tersebut disimpan diseluruh bagian

tanaman termasuk buah sehingga mempengaruhi jumlah buah per tanaman. Sesuai dengan

pendapat Zainal Abidin (1987), bahwa ketersediaan unsur-unsur hara yang cukup

menyebabkan proses fotosintesis menjadi aktif, kemudian hasil fotosintesis akan

ditranslokasikan ketempat penyimpanan makanan.

Hasil uji BNT 5% terhadap penggunaan mulsa plastik menunjukkan bahwa

perlakuan tanpa mulsa plastik berbeda sangat nyata terhadap pelakuan dengan mulsa plastik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan mulsa plastik terhadap variabel jumlah

buah per tanaman berbeda sangat nyata. Hal ini disebabkan proses fotosintesis yang berjalan

baik menghasilkan karbohidrat tinggi akibat dari penggunaan mulsa plastik. Pada fase

generatif, karbohidrat dipergunakan dalam pembentukan bunga dan buah. Tanaman cabai

besar yang memiliki kandungan karbohidrat tinggi cenderung menghasilkan jumlah buah

yang lebih banyak. Sesuai pendapat Sri Setyati Hardjadi (1996), bahwa apabila taaman

mengembangkan alat penyimpanan makanan maka karbohidrat ditranslokasikan ke alat

penyimpanan makanan maka karbohidrat ditranslokasikan ke alat penyimpanan makanan

tersebut. Banyaknya jumlah buah terbentuk kemungkinan dipengaruhi oleh jumlah cabang

produktif yang terbentuk, karena pembentukan bunga meningkat dengan semakin

banyaknya jumlah cabang tanaman.

Page 9: PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/semnas2014/45... · PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN ... produksi cabai 15,970

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”,

Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 409

Berat Buah Segar Per Tanaman

Gambar 3. Pengaruh konsentrasi pupuk organik cair terhadap berat buah segar per tanaman

dan berat buah segar per hektar pada tanaman cabai

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi pupuk organik terhadap variabel

berat buah segar per tanaman berbeda sangat nyata. Hal ini disebabkan bahwa pada

pemberian perlakuan 7,5 g L-1

air lebih mampu memenuhi akan ketersediaan unsur hara,

sehingga proses fotosintesis menghasilkan zat makanan yang meningkat, termasuk

pertumbuhan tanaman dan berat segar buah per tanaman. Sesuai pendapat Sri Setyati

Hardjadi (1996), bahwa meningkatnya ketersediaan unsur-unsur hara maka proses

fotosintesis akan semakin meningkat dan berpengaruh pada berat buah segar.

Sedangkan hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi pupuk organik terhadap

variabel berat buah segar per hektar berbeda sangat nyata. Hal ini disebabkan berat segar

buah per hektar erat kaitannya dengan berat buah per tanaman dan jumlah buah per tanaman

yang dihasilkan. Apabila berat segar buah per tanaman dan jumlah buah per tanaman yang

lebih banyak meningkatkan berat segar buah per hektar, tentunya bila persyaratan tumbuh

tanaman dalam keadaan cukup dalam arti tanaman tidak mengalami ganguan baik mengenai

cahaya, unsur hara dan air. Kondisi tersebut memungkinkan proses fotosintesis berjalan

dengan sempurna dan karbohidrat yang dihasilkan akan digunakan untuk pertumbuhan

vegetatif dan generatif tanaman yang akhirnya akan mempengaruhi hasil (Sri Setyadi

Hardjadi, 1996).

p0 (0 g L-1air)

p1 (2,5 g L-1air)

p2 (5 g L-1air) p3 (7,5 g L-1

air) p4 (10 g L-1air)

673,33 682,26 690,25 710,94 692,69

22,45 22,74

23,03 23,70

23,09

Berat Buah Segar Per Tanaman (g) Berat Buah Segar Per Hektar (Mg ha-1)

Page 10: PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/semnas2014/45... · PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN ... produksi cabai 15,970

Afrilia Tri Widyawati : Pengaruh konsentrasi pupuk organik cair | 410

Gambar 4. Berat Buah Segar Per Tanaman

Gambar 5. Berat Buah Segar Per Hektar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan mulsa plastik terhadap variabel

berat buah segar per tanaman dan berat buah per hektar berbeda sangat nyata. Hal ini

disebabkan terdapatnya hubungan kompenen hasil yang lain yaitu jumlah cabang produktif

per tanaman dan jumlah buah per tanaman. Tanpa penggunaan mulsa plastik menunjukkan

kondisi lingkungan kurang baik dan curah hujan cukup tinggi pada saat penelitian

menyebabkan unsur-unsur hara tersedia ikut larut terbawa oleh air hujan, sehingga unsur-

unsur hara yang diserap tanaman tidak mencukupi kebutuhan tanaman menyebabkan proses

fotosintesis untuk menghasilkan zat makanan berkurang, sehingga pertumbuhan tanaman

termasuk pembentukan cabang produktif per tanaman dan jumlah buah per tanaman tidak

maksimal. Sesuai dengan pendapat Rahmat Rukmana (2000), bahwa penggunaan mulsa

plastik dapat menghindari hilangnya sebagian unsur-unsur hara karena air hujan, sehingga

kebutuhan unsur-unsur hara yang cukup dapat meningkatkan potensi tanaman termasuk

jumlah cabang.

(m0) TanpaMulsaPlastik

(m1)DenganMulsaPlastik

662,16

717,62

Berat Buah Segar Per Tanaman (g)

(m0) TanpaMulsaPlastik

(m1)DenganMulsaPlastik

22,08

23,92

Berat Buah Segar Per Hektar (Mg ha-1)

Page 11: PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/semnas2014/45... · PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN ... produksi cabai 15,970

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”,

Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 411

Interaksi Antara Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Plant Catalyst dan

Penggunaan Mulsa Plastik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Besar

Dari hasil analisis sidik ragam dapat diketahui bahwa antara konsentrasi pupuk

organik Plant Catalyst dan penggunaan mulsa plastik memberikan interaksi tidak berbeda

nyata terhadap semua variabel. Hal ini disebabkan masing-masing faktor memberikan faktor

secara terpisah terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sehingga apabila dikombinasikan

tidak saling mempengaruhi. Sesuai pendapat Steel dan Torrie (1993), bahwa apabila

interaksi antara dua faktor tidak berbeda nyata maka disimpulkan faktor-faktor tersebut

bertindak bebas satu dengan lainnya.

Meskipun berbeda nyata tetapi kombinasi antara konsentrasi pupuk organik pada

konsentrasi 7,5 g L-1

air dan penggunaan mulsa plastik cenderung memperlihatkan hasil

terbaik terhadap semua variabel yang diamati dibandingkan perlakuan lainnya.

Kesimpulan

Perlakuan konsentrasi pupuk organik berbeda sangat nyata terhadap variabel tinggi

tanaman, jumlah cabang produktif per tanaman umur 50 hst, umur tanaman saat panen

pertama, jumlah buah per tanaman, berat segar buah per tanaman dan berat segar buah per

hektar. Sedangkan, perlakuan konsentrasi pupuk organik berbeda tidak nyata terhadap

variabel umur tanaman saat berbunga 80%. Perlakuan 7,5 g L-1

air memberikan hasil

produksi cabai besar tertinggi yaitu 23,70 Mg ha-1

. Sedangkan perlakuan mulsa plastik

hitam perak berbeda sangat nyata terhadap semua variabel yang diamati dan memberikan

hasil produsi cabai besar tertinggi yaitu 23,92 Mg ha-1

. Tidak terdapat interaksi antara

perlakuan konsentasi pupuk organik dan penggunaan mulsa plastik terhadap semua variabel

yang diamati.

Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Ir. Rina Shintawati Asra, MP. dan ibu

Ir. Yetti Elidar, MP. yang telah banyak memberikan bimbingan penulisan, masukan dan

saran serta diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini.

Daftar Pustaka

Prajnanta, F. 1999. Bercocok Tanam Cabai Besar. Penebar Swadaya. Jakarta. 105 halaman.

Setiadi. 1996. Jenis dan Budidaya Cabai. Penebar Swadaya. Jakarta. 88 halaman.

Cahyono, B. 1996. Analisis Kelayakan Usaha Tani Cabai Besar Yang Berhasil Varietas Hot

Beauty dan Varietas Lokal. Aneka. Solo. 125 halaman

Badan Pusat Statistik. http ://www.bps.go.id

CNI. 2000. Catalogue Panduan Pupuk Organik Plant Catalyst. Jakarta. Centranusa Insan

Cemerlang. 88 halaman.

Page 12: PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/semnas2014/45... · PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN ... produksi cabai 15,970

Afrilia Tri Widyawati : Pengaruh konsentrasi pupuk organik cair | 412

Umboh, A.H. 1999. Petunjuk Penggunaan Mulsa. Jakarta. Penebar Swadaya. 86 halaman.

Ahmad, F. 1991. Permasalahan dan Pengelolaan Air Tanah di Lahan Kering. Padang.

Pusat Penelitian Universitas Andalas. 133 halaman.

Heddy, S.W.H Susanto dan Metty, K. 1994. Pengantar Produksi Tanaman dan Penangaan

Pasca Panen. Jakarta. Grafindo Persada. 229 halaman.

Rinsema, W.T,. 1989. Beemesting en Mustoffen. Pupuk dan Cara Pemupukannya.

Terjemahan. H,M. Saleh. Jakarta. Bharata Karya Aksara. 232 halaman.

Abidin, Z. 1987. Dasar Pengetahuan Ilmu Tanaman. Bandung. Angkasa. 177 halaman.

Sri Setyadi Hardjadi. 1996. Pengantar Agronomi. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. 197

halaman.

Nawangsih, A.A., Imdad, HP dan Wahyudi, A. 2001. Cabai Hot Beauty. Jakarta. Penebar

Swadaya. 128 halaman

Rosenberg, N.J., B. L. Blad, S.B, Verma. 1983. Microclimate The Biological Enviroment.

USA. 2nd

ed. A Wiley Interscience Publ. Chapter 7 : 209 – 287.16.

Wilkins, M.B. 1989. Phisiology of Plant Growth and Development, Fisologi Tanaman

Terjemahan Sutedjo, M.M dan A. G. Kartasapoetra. Jakarta. Bumi Aksara. 454

halaman.

Rukmana, R. 2000. Usaha Tani Cabai Hibrida Sistem Mulsa Plastik. Yogyakarta. Kanisius.

92 halaman

Steel, Robert G.D and James H. Torrie. 1993. Principle and Procedures of Statistics,

Prinsip dan Prosedur Statistik Terjemahan Bambang Sumantri. Jakarta Gramedia

Pustaka Utama. 663 halaman.