KAJIAN PELUANG ANALISA USAHATANI INTEGRASI...

download KAJIAN PELUANG ANALISA USAHATANI INTEGRASI …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/01... · Ketiga komoditi tersebut memiliki potensi untuk dimanfaatkan

If you can't read please download the document

Transcript of KAJIAN PELUANG ANALISA USAHATANI INTEGRASI...

  • i

    LAPORAN AKHIR TAHUNAN

    KAJIAN PELUANG ANALISA USAHATANIINTEGRASI TERNAK SAPI DENGAN

    TANAMAN (PADI, SAWIT, KAKAO) DALAMRANGKA MENDUKUNG SWASEMBADA

    DAGING SAPI 2014 DI PROVINSI ACEH

    Ir. NANI YUNIZARNIP 195906231988032001

    BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHBALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

    BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANKEMENTERIAN PERTANIAN

    2012

  • 1

    KATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena

    dengan Karunia-Nya penulis beserta tim telah dapat menyelesaikan laporan

    kegiatan Kajian Peluang Analisa Usahatani Integrasi Ternak Sapi dengan

    Tanaman (Padi, Sawit, Kakao) dalam rangka mendukung Swasembada Daging

    Sapi 2014 di Provinsi Aceh.

    Laporan ini disusun berdasarkan kegiatan yang telah dilaksanakan

    selama tahun 2012 bertempat di 2 kabupaten wilayah sentra yang meliputi

    Bireuen dan Aceh Timur. Kegiatan ini didukung oleh DIPA BPTP Nanggroe Aceh

    Darussalam 2012.

    Penelitian ini merupakan kegiatan lapangan yang bersifat partisipatif dan

    kemitraan antara Peneliti/ Penyuluh BPTP NAD, Universitas Syiah Kuala, PPL dan

    Kelompok Tani Kooperator. Kegiatan pengkajian ini juga dalam rangka

    mendukung program PSDSK 2014 di Provinsi Aceh.

    Kami sangat berterimakasih kepada semua pihak terutama para peternak

    yang telah berpartisifasi dalam kegiatan ini. Selain itu ucapan terima kasih juga

    kami sampaikan pada semua pihak, dimana atas dukungannya dari awal hingga

    pengkajian ini selesai dapat berjalan dengan lancer nantinya.

    Banda Aceh, Desember 2012

    Penanggung Jawab Kegiatan

    Ir. Nani Yunizar

    NIP.19590623 198803 2 001

  • 2

    RINGKASAN

    Kebijakan pembangunan peternakan Propinsi Aceh dewasa ini lebih ditekankanpada upaya untuk menyongsong kecukupan daging 2014. Aceh merupakan daerahprioritas penyumbang ternak sapi potong yang memberi kontribusi terhadap penyediaandaging untuk konsumsi dalam daerah dan memberi pendapatan yang cukup tinggi25,5%. Sapi Aceh merupakan sumber daya genetik lokal yang memiliki keunggulan yangsangat menonjol terutama pada daya reproduksi, tahan terhadap serangan parasitekternal dan dapat beradaptasi dengan pakan berserat tinggi serta memilki cita rasadaging yang manis dan sangat disukai oleh konsumen. Akan tetapi akhir-akhir ini lajupengembangan dan pertumbuhannya sangat lambat, sehingga terjadi penurunanpopulasi ternak mencapai 1,25%. Salah satu penyebabnya yaitu rendahnya dayareproduksi terutama pada usaha peternakan rakyat akibat dari terbatasnya ketersediaanpakan. Upaya memperbaiki ketersediaan pakan dalam jumlah cukup perlu mencari polapakan alternatif yang berasal dari limbah pertanian dan perkebunan yang tersediasepanjang saat. Wilayah Aceh memiliki potensi lahan pertanian dan perkebunan, antaralain kebun sawit 227.590 ha, kebun kakao 105,625 ha dan lahan sawah 352,201 ha.Ketiga komoditi tersebut memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai pakan bahanternak. Tujuan pengkajian ; 1). Meningkatkan produksi dan produktivitas ternak untukmencukupi kebutuhan daging dalam daerah akibat tersedianya pakan yang berasal daribiomas lokal 2).Tercukupi kebutuhan daging dalam daerah akibat harga daging dapatterjangkau oleh masyarakat sehingga dapat memenuhi kebutuhan protein hewani untukmeningkatkan kecerdasan masyarakat 3). Meningkatkan pendapatan petani ternak akibatskala pemeliharaan sekitar 5-10 ekor/KK dalam kurun waktu yang singkat. Keluaran yangdiharapkan ; 1). Adanya teknologi pakan yang berasal dari limbah pertanian (padi, kakao,sawit) sebagai sumber hijauan pakan dan sumber konsentrat dalam meningkatkanproduktivitas ternak dengan kenaikan berat 0,7 1 kg/ekor/hari 2). Meningkatnyapopulasi akibat tingkat kematian pada anak sapi (pedet) dapat ditekan sekitar 5% 3).Adanya sentral kelompok ternak berwawasan agribisnis pembibitan dan penggemukan didaerah daerah. Pengkajian ini dilaksanakan di Kabupaten Aceh Timur dan KabupatenBireuen. Ternak sapi di kelompokkan atas dasar umur dan bobot hidup untuk selanjutnyadiacak sempurna (RAK) untuk mendapat perlakuan yang telah disiapkan. Nilai ekonomisransum dihitung menggunakan R/C ratio. Design perlakuan pakan sebagai berikut :Paket A0 = Perlakuan Petani ; Paket A1 = 50% pelepah sawit fermentasi + 50% hijauanpakan + 1% konsentrat dan Paket B0 =Perlakuan Petani dan Paket B1 = 50% jeramipadi fermetasi + 50% hijauan pakan + 1% konsentrat ; Paket B2 = 50% kulit kakaofermentasi + 50% hijauan pakan + 1% konsentrat. Data yang diambil ; 1). Pertambahanbobot badan harian 2). Daya cerna, 3). Analisis ekonomi (B/C ratio). Hasil pengkajiandiperoleh rata-rata pertambahan bobot badan harian pada perlakuan petani (Paket Ao)sebesar 0,4 kg ; perlakuan pakan pelepah sawit (Paket A1) sebesar 0,759 kg, perlakuanpakan jerami (Paket B1) sebesar 0,801 kg dan perlakuan pakan kulit kakao (Paket B2)sebesar 0,675 kg.

    Kata kunci : integrasi, sapi, pelepah sawit, jerami padi, kulit kakao

  • 3

    DAFTAR ISI

    LEMBARAN PENGESAHAN.......................................................................... iKATA PENGANTAR.................................................................................... iiRINGKASAN ............................................................................................. iiiDAFTAR ISI.............................................................................................. ivDAFTAR TABEL......................................................................................... vDAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vi

    I. PENDAHULUAN .................................................................................. 11.1. Latar Belakang ............................................................................. 11.2. Perumusan Masalah ...................................................................... 21.3. Tujuan ......................................................................................... 21.4. Keluaran ...................................................................................... 31.5. Perkiraan Dampak Manfaat ............................................................ 3

    II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 4

    III.METODOLOGI...................................................................................... 93.1. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 93.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 93.3. Bahan dan Alat ............................................................................. 93.4. Metode Penelitian ......................................................................... 103.5. Rencana Pelaksanaan Percobaan.................................................... 113.6. Pengamatan ................................................................................. 11

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 124.1. Hasil ........................................................................................... 124.2. Pembahasan................................................................................. 18

    V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 295.1 Kesimpulan .................................................................................. 295.2 Saran-saran.................................................................................. 29

    VI. KINERJA HASIL KEGIATAN................................................................... 30DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 31LAMPIRAN .............................................................................................. 33

  • 4

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Kualitas Jerami Padi sebelum di Amoniasi ...................... 6

    Tabel 2. Kualitas Pelepah Sawit sebelum di Amoniasi................... 7

    Tabel 3. Kualitas Kulit Buah Kakao sebelum di Amoniasi .............. 7

    Tabel 4. Sebaran Jumlah Penduduk Desa Juli MeeTeungoh Berdasarkan Tingkat Umur ............................. 13

    Tabel 5. Tataguna Lahan dan Jenis Peruntukan Lahan diDesa Lhok Asahan Kecamatan Idi TimurKabupaten Aceh Timur................................................. 14

    Tabel 6. Susunan Bahan Pakan Berdasarkan Bahan Kering .......... 16

    Tabel 7. Komposisi bahan Pakan Sesuai Jumlah yangDiberikan (Kg)............................................................. 16

    Tabel 8. Jumlah Konsumsi Pakan Per-Individu TernakSelama Penelitian 90 hari/Kg ....................................... 16

    Tabel 9. Harga Satua Bahan Pakan (Rp/Kg) SelamaPenelitian 90 Hari ....................................................... 17

    Tabel 10. Biaya Konsumsi Pakan (Rp/Kg) Selama Penelitian90 hari ....................................................................... 17

    Tabel 11. Total Biaya Produksi Selama Penelitian 90 Hari .............. 17

    Tabel 12. Rataan Pertambahan Bobot badan Sapi selamapenelitian Kg/ekor/hari................................................. 19

    Tabel 13. Rataan Konversi Pakan Ternak Sapi SelamaPenelitian 90 hari/Kg.................................................... 23

    Tabel 14. Hasil Produksi Ternak Sapi Selama Penelitian 90Hari............................................................................ 26

    Tabel 15. Keuntungan Bersih Selama Penelitian 90 Hari ................ 26

    Tabel 16. Nilai B/C Ratio Selama Penelitian 90 Hari ....................... 27

    Tabel 17. Analisis Tingkat keuntungan (%) SelamaPenelitian 90 Hari ........................................................ 27

  • 5

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Kebijakan pembagunan peternakan di Provinsi Aceh dewasa ini lebih

    ditekankan pada upaya untuk menyongsong kecukupan daging 2014. Salah satu

    faktor yang dominan pada keberhasilan pengembangan ternak adalah

    ketersediaan sumber pakan baik secara kuantitas maupun kualitas. Diwyanto et

    al. (1996) menyatakan bahwa sebagai negara tropis di kawasan katulistiwa

    dengan areal yang cukup luas, maka persediaan bahan pakan sebetulnya bukan

    merupakan kendala dalam usaha peternakan sapi potong. Banyak potensi bahan

    baku pakan lokal yang belum diolah atau dimanfaatkan secara maksimal antara

    lain berupa limbah industri perkebunan, dan tanaman pangan.

    Provinsi Aceh sebagai salah satu Provinsi yang memiliki ternak sapi lokal

    dengan populasi sebesar 587,122 ekor memiliki potensi lahan pertanian berupa

    perkebunan, antara lain kebun sawit 227.590 ha, kebun kakao 105,625 ha dan

    lahan sawah 352,201 ha. Ketiga komoditi tersebut memiliki potensi untuk

    dimanfaatkan sebagai pakan ternak. mengingat makin terjepitnya kebutuhan

    hijauan untuk pakan ternak akibat makin terdesaknya lahan pembangunan

    untuk pemukiman perkotaan.

    Disamping itu Aceh merupakan daerah prioritas penyumbang ternak sapi

    potong yang memberi kontribusi terhadap penyediaan daging untuk konsusmsi

    dalam daerah dan memberi pendapatan yang cukup tinggi 25,5%. Sapi Aceh

    merupakan sumber daya genetik lokal yang memiliki keunggulan yang sangat

    menonjol terutama pada daya reproduksi, tahan terhadap penyakit ekternal dan

    dapat beradaptasi dengan pakan berserat tinggi serta memilki cita rasa daging

    yang manis dan sangat disukai oleh konsumen.

    Akan tetapi akhir-akhir ini laju pengembangan dan pertumbuhannya

    sangat lambat, sehingga terjadi penurunan populasi ternak mencapai 1,25%

    (Dinas Peternakan Prov. NAD, 2009). Salah satu penyebabnya yaitu rendahnya

    laju reproduksi daging terutama pada usaha peternakan rakyat akibat

    terbatasnya ketersediaan pakan.

    Salah satu upaya memperbaiki ketersediaan pakan dalam jumlah cukup

    perlu mencari pola pakan alternatif yang berasal dari limbah yang tersedia

    sepanjang saat. Pakan merupakan salah satu hal penting dalam peningkatan

  • 6

    produktivitas selain harus berkualitas, pakan juga harus ekonomis supaya dapat

    memberi keuntungan bagi peternak.

    Berdasarkan peluang dan permasalahan yang ada Balai Pengkajian

    Teknologi Pertanian Aceh sebagai ujung tombak Badan Litbang Pertanian yang

    ada di daerah dapat memberi dukungan yang signifikan terhadap keberhasilan

    program Kementerian Pertanian. Terobosan yang dilakukan melalui keterpaduan

    sub sektor yang saling berkaitan antara ternak dan tanaman secara bersinergis

    dari hasil limbah yang dapat meningkatkan kesejahteraan kehidupan peternak

    yang berwawasan agribisnis.

    1.2. Perumusan Masalah

    Dari uraian di atas maka dapat didentifikasikan masalah yang terjadi di

    dalam teknologi pemanfaatan sumber pakan yang berasal dari limbah pertanian

    dan perkebunan melalui:

    - Inovasi teknologi limbah yang merupakan sumber pakan yang berkualaitas

    dan berpotensi untuk usaha penggemukan secara berkelanjutan.

    - Pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk tanaman untuk meningkatkan

    produksi tanaman sehingga dapat mengurangi biaya produksi.

    1.3. Tujuan

    Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini bertujuan:

    - Meningkatkan produksi dan produktivitas sapi akibat tersedianya pakan yang

    berasal dari biomas lokal.

    - Tercukupi kebutuhan daging sehingga dapat memenuhi kebutuhan protein

    hewani untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat.

    - Dapat meningkatkan pendapatan petani ternak.

  • 7

    1.4. Keluaran

    - Adanya teknologi pakan yang berasal dari limbah pertanian (padi, kakao,

    sawit) sebagai sumber hijauan pakan dan sumber konsentrat dalam

    meningkatkan produktivitas ternak.

    - Tingkat kematian pada anak sapi (pedet) dapat ditekan sekitar 5%.

    - Adanya sentral kelompok ternak berwawasan agribisnis pembibitan dan

    penggemukan di daerah daerah.

    1.5. Perkiraan Dampak Manfaat

    - Tersedianya teknologi pakan ternak yang berasal dari limbah kakao, kelapa

    sawit, dan jerami padi dalam usaha peningkatan produktifitas ternak dan

    tanaman.

    - Adanya pencegahan terhadap pencemaran lingkungan yang memberi

    dampak positif terhadap lingkungan.

    II. METODOLOGI

    2.1. Kerangka Pemikiran

    Ciri utama sistem usahatani yang berintegrasi tanaman ternak adalah

    adanya sifat yang saling menguntungkan antara tanaman dan ternak. Petani

    dapat memanfaatkan kotoran ternak sebagai pupuk organik untuk tanaman

    sedangkan limbah tanaman dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak yang

    bergizi tinggi (Djajanegara, 2004).

    Model integrasi ini mengatasi masalah keterbatasan dengan

    memanfaatkan limbah tanaman pertanian dan perkebunan tersebut mampu

    menyediakan kebutuhan pakan sekitar 33 53 % dari total rumput yang

    diberikan (Haryanto, 2000). Disamping itu keuntungan dalam hal tenaga kerja

    dalam pencari rumput sehingga memberi peluang usahatani dan meningkatkan

    skala pemeliharaan ternak dapat juga mengurangi pemanfaatan terhadap

    pemakaian pupuk anorganik.

  • 8

    Hasil kajian Nasrullah, et.al (1993) melaporkan bahwa pola integrasi

    ternak sapi dan padi di beberapa daerah di Jawa Timur mampu meningkatkan

    pendapatan petani sebesar 41,4% dan menghemat tenaga kerja sekitar 35,44%

    dari total biaya usaha ternak.

    2.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten

    Bireuen dari bulan Februari sampai dengan Desember 2012.

    2.3. Bahan dan Alat

    Bahan yang akan digunakan adalah:

    - Alat pencacah

    - Plastik hitam

    - Aktivator untuk fermentasi dan silase

    - Gembor

  • 9

    2.4. Metode Penelitian

    Tahap kegiatan

    - Renovasi kandang kelompok, 2 unit.

    - Seleksi ternak sapi petani kooperator

    - Pengadaan sarana berupa bahan-bahan pengkajian

    Jumlah

    - Jumlah ternak dengan umur 2 2,5 tahun dan bobot badan 180

    230 kg sebanyak 15 ekor ternak sapi jantan yang terdiri dari 2

    Kabupaten (Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Bireuen)

    Paket Teknologi Inovasi

    1. Perkandangan secara kolektif yang disekat satu sama lain

    2. Fermentasi (jerami padi, limbah kakao, limbah pelepah sawit)

    3. Proses pembuatan pupuk organik

    4. Analisa proksimat bahan biomas

    5. Pengendalian dan pencegahan penyakit

    6. Output dan input analisa usahatani (analisis ekonomi)

    Ternak sapi di kelompokkan atas dasar umur dan bobot hidup

    menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 ulangan dan 5

    perlakuan. Adapun ransum perlakuan sebagai berikut :

    A0 = Perlakuan Petani

    A1 = 50% pelepah sawit fermentasi + 50% hijauan pakan + 1%

    konsentrat

    B0 = Perlakuan Petani

    B1 = 50% jerami padi fermetasi + 50% hijauan pakan + 1%

    konsentrat

    B2 = 50% kulit kakao fermentasi + 50% hijauan pakan + 1%

    konsentrat

    Komposisi konsentrat yang diberikan terdiri dari :

    a. Dedak halus

    b. Ampas sagu

    c. Bungkil kelapa

  • 10

    2.5. Rancangan Pelaksanaan Percobaan

    A. Persiapan di lapangan

    Renovasi kandang kelompok sebanyak 2 unit, dilakukan penyekatan pada

    setiap ternak dan tempat pakan. Kandang berlantaikan semen dan diberi atap

    seng.

    B. Persiapan bahan biomas (pelepah sawit, jerami padi, kulit kakao)

    Proses biomas pelepah sawit dan kulit buah kakao dihaluskan dengan

    pemakaian alat, kemudian difermentasikan dengan bantuan stater starbio dan

    didiamkan selama 21 hari. Sedangkan proses biomas jerami padi yang sudah

    dipanen difermentasikan selama 21 hari dengan bantuan stater probion

    C. Pelaksanaan Perlakuan

    - Sebelum diberikan perlakuan, terlebih dahulu ternak ditimbang dengan

    bobot badan 180 230 kg/ ekor.

    - Setiap ternak diberikan vitamin dan obat cacing.

    - Dilakukan adaptasi selama 10 hari dengan bahan pakan yang akan diuji.

    - Setiap 10 hari ternak ditimbang.

    - Pakan diberikan sebanyak 10% dari bobot badan.

    - Konsentrat diberikan setiap pagi bersama dengan mineral blok.

    2.6. Pengamatan

    - Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhan bobot badan, konsumsi

    ransum dan palatabilitas terhadap pakan yang diuji.

    - Analisis ekonomi (B/C ratio) berdasarkan nilai input dan output.

  • 11

    III. HASIL DAN PEMBAHASAN

    3.1. Hasil

    3.1.1. Karakteristik Fisik Lokasi Pengkajian di Kabupaten Bireuen

    Desa Juli Mee Tengoh merupakan salah satu desa di Kecamatan Juli

    Kabupaten Bireuen dengan luas wilayah 207 Ha. Jarak desa ke ibukota

    kecamatan 3,5 km dan jarak desa ke ibukota kabupaten 5,5 km. Desa ini mudah

    dikunjungi karena transportasi dan sistem komunikasi relatif lancar. Batasan desa

    adalah sebagai berikut :

    Sebelah Utara berbatasan dengan Meunasah Teungoh

    Sebelah Timur berbatasan dengan Blang Keutumba

    Sebelah Selatan berbatasan dengan Bate Raya, Peuraden

    Sebelah Barat berbatasan dengan Seunebok Gunci

    3.1.1.1. Infrastruktur dan Sumber Fisik Lainnya

    Desa Juli Mee Teungoh memiliki sarana dan infarastruktur yang dapat

    mendukung perekonomian masyarakat. Sarana dalam sektor pertanian

    cenderung relatif memadai, terdapat 1 buah Kelompok Tani. Di desa ini terdapat

    1 buah Surau sebagai sarana ibadah masyarakat dan tempat pertemuan.

    Keadaan transportasi di desa ini tergolong baik, sebagian besar jalan -

    jalan dalam bentuk jalan aspal dan jalan pengerasan. Sebagian kecil lainnya

    berupa jalan tanah, terutama jalan yang menuju ke areal tegalan dan

    perkebunan. Kelancaran transportasi berakibat pula kepada mudahnya

    pemasaran hasil pertanian. Produksi pertanian umumnya dijual dalam 3 cara

    yaitu, dijual pada pedagang penampung di desa, ke pedagang pengumpul di

    kecamatan atau ke pasar kabupaten.

    Sarana lainnya yang dimiliki desa adalah listrik negara. Listrik sudah

    menjadi alat penerangan di rumah penduduk, sehingga hampir setiap rumah

    tangga memiliki televisi. Keadaan tersebut mempermudah untuk mendapatkan

    informasi, baik dalam bentuk teknologi usahatani, harga pasar, sistem

    pemasaran maupun informasi tentang politik dan keamanan.

  • 12

    3.1.1.2. Karakteristik Usahatani dan Jenis Usahatani

    Usahatani yang dikelola oleh masyarakat di Desa Juli Mee Teungoh sangat

    beragam dimana umumnya petani mengelola lebih dari satu jenis usahatani.

    Beberapa jenis komoditas utama yang diusahakan masyarakat adalah tanaman

    semusim seperti padi, sayuran dan cabe. Jenis tanaman perkebunan yang

    dominan ditanam adalah kakao, pinang, dan kelapa. Tanaman hortikultura

    berupa rambutan dan pisang. Adapun komoditas ternak yang banyak diusahakan

    adalah sapi, kerbau, kambing, ayam dan itik.

    3.1.1.3. Karakteristik Sosial Ekonomi dan Profil Masyarakat

    Jumlah penduduk Desa Juli Mee Teungoh adalah 1.042 jiwa dengan 239

    Kepala Keluarga yang terdiri dari 508 jiwa laki-laki dan 534 jiwa perempuan.

    Rincian jumlah penduduk berdasarkan tingkat umur di Desa Juli Mee Teungoh

    seperti pada Tabel 10.

    Tabel 4. Sebaran Jumlah Penduduk Desa Juli Mee Teungoh BerdasarkanTingkat Umur.

    No.Tingkat Umur

    (Tahun)Laki-laki(Jiwa)

    Perempuan(Jiwa)

    Jumlah(Jiwa)

    1. 0 9 55 57 112

    2. 10 19 73 81 154

    3. 20 29 102 100 202

    4. 30 39 77 79 156

    5. 40 49 73 71 144

    6. 50 59 54 61 115

    7. > 60 71 88 159

    Sumber : Data Monografi Gampong Juli Mee Teungoh 2011

    Sebagian besar penduduk bermata pencaharian petani. Berdasarkan jumlah

    penduduk, penyebaran jumlah penduduk laki-laki dan perempuan relatif

    berimbang. Dari 1042 jiwa penduduk Juli Mee Teungoh, sekitar 59% merupakan

    penduduk umur kerja produktif (20 59 tahun), remaja (10 19 tahun)

    sejumlah 15%, dan anak-anak (0 9 tahun) berjumlah 11%, dan selebihnya

    (15%) adalah penduduk berusia lanjut yaitu penduduk berusia 60 tahun keatas.

  • 13

    3.1.2. Karakteristik Fisik di Lokasi Pengkajian di Kabupaten Aceh

    Timur

    Desa Lhok Asahan merupakan salah satu desa di Kecamatan Idi Timur

    Kabupaten Aceh Timur dengan luas wilayah 230 Ha. Jarak desa ke ibukota

    kecamatan 1,5 km, dan jarak desa ke ibukota kabupaten 6,5 km.

    Batasan desa adalah sebagai berikut :

    Sebelah Utara berbatasan dengan Seunebok Kuyun

    Sebelah Timur berbatasan dengan Meunasah Jempa

    Sebelah Selatan berbatasan dengan Keutapang Dua

    Sebelah Barat berbatasan dengan Seunebok Tengoh

    3.1.2.1. Topografi dan Karakteristik Tanah

    Topografi dan karakteristik tanah di Kecamatan Idi Timur sangat

    bervariasi. Ketinggian tempat berkisar antara 15 100 m dpl, dengan tingkat

    kemiringan lahan antara 0% (datar) sampai 60%. Topografi datar umumnya

    terdapat areal sawah, daerah pemukiman, selebihnya areal perkebunan, tegalan

    dan padang pengembalaan.

    Sebagian besar lahan usahatani di Desa Lhok Asahan tergolong subur,

    jenis tanah Alluvial dengan tekstur liat lempung berpasir dan liat lempung

    berpasir.

    3.1.2.2. Lahan dan Tataguna Lahan

    Keragaan lahan dan tata guna lahan di Desa Lhok Asahan Kecamatan Idi

    Timur Kabupaten Aceh Timur seperti pada tabel berikut ini.

    Tabel 5. Tataguna Lahan dan Jenis Peruntukan Lahan di Desa Lhok AsahanKecamatan Idi Timur Kabupaten Aceh Timur.

    No. Jenis Peruntukan Lahan Luas (ha) (%)

    1. Pemukiman dan Pekarangan 162 70,43

    2. Tanah Sawah 15 6,52

    3. Tanah Ladang 2 0,87

    4. Perkebunan Rakyat 44 19,13

    5. Lainnya 7 3,04

  • 14

    Dapat dilihat bahwa Desa Lhok Asahan tergolong sangat potensial sebagai

    daerah pengembangan berbagai komoditas pertanian. Berdasarkan tingkat

    penggunaan lahan, desa ini memiliki luas sekitar 230 ha, terdiri dari 6,52% tanah

    sawah, 0,87% tanah ladang, 19,13% perkebunan rakyat, 70,43% pemukiman

    dan pekarangan, dan 3,04% areal lainnya.

    3.1.2.3. Infrastruktur dan Sumber Fisik Lainnya

    Desa Lhok Asahan terdapat sarana dan infarastruktur di tingkat desa relatif

    tersedia. Di desa ini terdapat 1 buah Surau sebagai sarana ibadah masyarakat

    dan tempat pertemuan. Sarana dalam sektor pertanian cenderung relatif

    memadai, terdapat 1 buah Kelompok Tani.

    Keadaan transportasi di desa ini tergolong baik, sebagian besar jalan -

    jalan dalam bentuk jalan aspal dan jalan pengerasan. Sebagian kecil lainnya

    berupa jalan tanah, terutama jalan yang menuju ke areal tegalan dan

    perkebunan. Kelancaran transportasi berakibat pula kepada mudahnya

    pemasaran hasil pertanian. Produksi pertanian umunya dijual dalam 3 cara yaitu,

    dijual pada pedagang penampung di desa, ke pedagang pengumpul di

    kecamatan, atau ke pasar kabupaten.

    Sarana lainnya yang dimiliki desa adalah listrik negara. Listrik sudah

    menjadi alat penerangan di rumah penduduk, sehingga hampir setiap rumah

    tangga di desa tersebut memiliki televisi. Keadaan tersebut mempermudah

    diserapnya berbagai informasi, baik dalam bentuk teknologi usahatani, harga

    pasar dan sistem pemasaran, maupun informasi tentang politik dan keamanan.

    3.1.2.4. Karakteristik Usahatani dan Jenis Usahatani

    Usahatani yang dikelola oleh masyarakat di Desa Lhok Asahan sangat

    beragam dimana umumnya petani mengelola lebih dari satu jenis usahatani.

    Beberapa jenis komoditas utama yang diusahakan masyarakat adalah tanaman

    semusim seperti padi, sayuran dan cabe. Jenis tanaman perkebunan yang

    dominan ditanam adalah kelapa sawit, kakao, pinang, dan kelapa. Tanaman

    hortikultura berupa rambutan dan pisang. Adapun komoditi ternak yang banyak

    diusahakan adalah sapi, kerbau, kambing, ayam dan itik.

  • 15

    3.1.2.5. Karakteristik Sosial Ekonomi dan Profil Masyarakat

    Jumlah penduduk Desa Lhok Asahan adalah 331 jiwa dengan 62 Rumah

    Tangga yang terdiri dari 180 jiwa laki-laki dan 151 jiwa perempuan. Sebagian

    besar penduduk bermata pencaharian petani. Hubungan sosial masyarakat di

    Lhok Asahan tergolong akrab, hubungan komunikasi antar masyarakat berjalan

    baik .

    Tabel. 6 Susunan pakan berdasarkan bahan kering

    Bahan pakansusunan Formulasi ransum (%)

    A0 A1 B0 B1 B2Hijauan 100 79.6 100 81.7 76.3

    Pelepah sawit fermentasi 0 20.1 0 0 0

    jerami padi fermentasi 0 0 0 18 0

    kulit kakao fermentasi 0 0 0 0 23.4

    Konsentrat 0 0.3 0 0.3 0.3

    Total 100 100 100 100 100Berdasarkan dari jumlah bahan kering dari setiap ternak yang dilakukan

    penelitian dimana pelepah sawit, jerami padi, dan kulit kakao. Hasil dari biomas

    lokal yang terfermentasi.

    Tabel. 7. Komposisi bahan pakan sesuai jumlah yang diberikan (Kg)

    Bahan pakan Susunan Formulasi Ransum (Kg)

    A0 A1 B0 B1 B2

    Hijauan 18.63 15.49 18.46 15.36 14.44

    Pelepah sawit fermentasi 0 3.91 0 0 0

    jerami padi fermentasi 0 0 0 3.38 0

    kulit kakao fermentasi 0 0 0 0 4.43

    Konsentrat 0 0.06 0 0.06 0.06

    Total 18.63 19.46 18.46 18.8 18.93Terlihat komposisi pakan yang diberikan berdasarkan dari berat badan dari

    masing-masing ternak dalam penelitian.

  • 16

    Tabel. 8. Jumlah konsumsi pakan per-individu ternak selama penelitian 90 hari

    (Kg)

    BahanPakan

    Ransum Perlakuan

    A0 A1 B0 B1 B2PemberianPada Ternak 1676.7 1751.4 1661.4 1692 1703.7Sisa pakanyang diKonsumsi 0 0 0 0 0JumlahKonsumsiPakan 1676.7 1751.4 1661.4 1692 1703.7

    Jumlah pakan diberikan untuk masing-masing ternak berdasarkan berat badan

    selama dalam perlakuan.

  • 17

    Tabel. 9 Harga satuan bahan pakan (Rp/Kg) selama penelitian 90 hari

    Bahan pakanHarga Perlakuan

    Rp/Kg A0 A1 B0 B1 B2Hijauan Rp. 500 500 398 500 408 381Pelepah sawitfermentasi Rp. 3.500 0 713 0 0 0

    jerami padi fermentasi Rp. 2.500 0 0 0 421 0

    kulit kakao fermentasi Rp. 3.000 0 0 0 0 703

    Konsentrat Rp. 1.290 0 3.87 0 3.87 3.87

    Total 500 1114.9 500 862.9 1087.9

    Tabel. 10 biaya konsumsi pakan (Rp/Kg) selama penelitian 90 hari

    Perlakuan konsumsi Harga pakan Biaya Pakan(Kg) (Rp/Kg) (Rp)

    A0 1676.7 Rp. 500 838,350A1 1751.4 Rp. 1114.9 1,952,636B0 1661.4 Rp. 500 830,700B1 1692.0 Rp. 862.9 1,458,504B2 1703.7 Rp. 1087.9 1,853,455

    Tabel. 11 Total biaya produksi selama penelitian 90 hari

    BiayaProduksi

    Perlakuan

    A0 A1 B0 B1 B2Bakalan 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000Obat-obatan 80,000 80,000 80,000 80,000 80,000Alat Produksi 140,000 140,000 140,000 140,000 140,000Upah 210,854 210,854 210,854 210,854 210,854Pakan 838,350 1,952,636 830,700 1,458.504 1,853,455Total 5,269,204 6,383,490 5,261,554 5,889,358 6,284,309

  • 18

    3.2. Pembahasan

    4.2.1. Hasil Pengkajian

    4.2.1.1. Pertambahan Bobot Badan Selama Penelitian

    Rata-rata pertambahan bobot badan sapi selama penelitian 90 hari

    perlakuan A0 (perlakuan petani) mencapai pertambahan bobot badan sebesar

    36.09 Kg/ekor/hari, perlakuan A1 ( 50% pelepah sawit, tambah 50% hijauan

    tambah 1% konsentrat) menghasilkan penambahan bobot badan mencapai

    68.01 Kg/ekor/hari. Dari hasil data penelitian yang diperoleh dari kedua

    perlakuan A (A0, A1) memberikan perbedaan tingkat pertambahan bobot badan

    sapi yang nyata. Hal ini menunjukkan bahwa Perlakuan A1 dengan penambahan

    bahan pakan pelepah sawit hasil fermentasi lebih baik dibandingkan dengan

    perlakuan A0 (perlakuan petani). Proses fermentasi dengan menambahkan

    probiotik bertujuan untuk memutuskan ikatan selulosa atau hemiselulosa dengan

    lignin sehingga mampu menurunkan kadar lignin yang terdapat dalam pelepah

    sawit segar, pada perlakuan petani dengan pemberian hijauan dikhawatirkan

    masih tingginya kandungan serat kasar bahan pakan.

    Hassan dan Ishida (1992) melaporkan bahwa tingkat kecernaan bahan

    kering pelepah sawit dapat mencapai 45% dalam bentuk perlakuan fermentasi

    yang dikombinasikan dengan bahan lain atau konsentrat.

    Rata - rata pertambahan bobot badan selama pemeliharaan 90 hari

    perlakuan B0 (perlakuan petani) sebesar 38.97 kg/ekor/hari, perlakuan B1

    (pemakaian 50% jerami padi permentasi tambah 50% hijauan tambah 1%

    konsentrat) sebesar 72.66 Kg/ekor/hari dan perlakuan B2 (kulit buah kakao

    permentasi hjauan tambah 1% Konsentat) sebesar 60.66 Kg/ekor/hari.

    Dari hasil data penelitian yang diperoleh B0, B1, dan B2 secara statistik

    menunjukkan perbedaan tingkat pertambahan bobot badan ternak sapi yang

    nyata terutama antara perlakuan petani (B0) dengan perlakuan penambahan

    bahan pakan hasil fermentasi yaitu B1 dan B2. Namun perbedaan pertambahan

    bobot bobot badan ternak sapi yang diberikan pakan perlakuan hasil fermentasi

    antara B1 dengan B2 memperlihatkan selisih yang tidak terlalu jauh. Hal ini

    disebabkan karena pengaruh hasil proses fermentasi jerami padi (B1) yang

    menunjukkan serat-seratnya sudah terurai semua sehingga memberikan daya

  • 19

    cerna lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan petani maupun perlakuan

    penambahan kulit buah kakao difermentasi.

    Tingkat daya cerna pakan yang dikonsumsi dapat menunjukkan tingkat

    tinggi rendahnya penambahan bobot badan, karena dapat memberikan

    gambaran seberapa banyak pakan yang dikonsumsi ternak dapat diserap oleh

    pili-pili usus untuk membentuk otot daging dan tidak banyak di buang dalam

    bentuk feses. Fitriani (2003) menyatakan bahwa perlakuan amoniasi jerami padi

    dengan aditif mikroba dapat meningkatkan nilai kecernaan NDF dan

    hemisellulosa rumput.

    Pada sistem pemeliharaan yang dilakukan petani atau perlakuan petani

    (perlakuan A0, perlakuan B0) dapat memberikan pertambahan bobot badan

    harian sapi sebesar 400 433 gram, perbaikan tatalaksana dalam hal

    pengelolaan sistem pengolahan bahan pakan dan pemberikan pakan bernilai gizi

    tinggi dapat memberikan tingkat pertambahan bobot badan harian antara 700

    1000 gram (perlakuan adopsi).

    Tabel 12. Rataan Pertambahan Bobot Badan Sapi Selama Penelitian(Kilogram/Ekor/hari).

    PerlakuanUlangan

    Total Rata-rata1 2 3

    A0 32.31 36.99 38.97 108.27 36.09a

    A1 66.96 68.04 69.03 204.03 68.01c

    B0 38.97 39.96 37.98 116.91 38.97a

    B1 69.03 37.98 74.97 217.98 72.66c

    B2 56.97 62.01 63.0 181.98 60.66b

    Ket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan B1 berbeda nyata dengan perlakuan A1 dan B2(P>0,05)

  • 20

    Gambar 1. Grafik rata rata Pertambahan Bobot badan ternak sapi selamapenelitian.

    Keterangan: A0: Perlakuan petani

    A1: Perlakuan pelepah sawit terfermentasi

    B0: Perlakuan petani

    B1: Perlakuan jerami terfermentasi

    B2: Perlakuan kakao terfermentasi

    Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa tingkat pertambahan bobot badan

    sapi selama penelitian antara perlakuan petani dan teknologi yang diberikan

    meningkat, artinya penambahan bahan pakan ternak hasil proses fermentasi

    dengan memanfaatkan limbah hasil pertanian dalam ransum pakan memegang

    peranan penting dalam meningkatkan bobot badan ternak sapi dalam usaha tani

    ternak terutama pemakaian hasil fermentasi jerami padi dalam pakan ternak.

    4.2.1.2. Konsumsi Ransum Selama Penelitian

    Pemberian pakan pada sapi ini sebanyak 10% dari bobot badan. Untuk

    perlakuan A komposisi bahan pakan yang disusun terdiri dari dua macam

    perlakuan yaitu ; perlakuan A0 pemberian pakan dilakukan oleh petani peternak

    atau perlakuan petani berupa hijauan segar 100%, dan perlakuan A1 (50%

    Pertambahan Berat Badan Sapi (Kg)

    A0A1B0B1B2

  • 21

    Hijauan, 50% pelepah sawit difermentasi, 1% konsentrat). Selama penelitian

    pakan yang diberikan semua habis dimakan oleh ternak sapi tidak ada yang

    tersisa dari sejumlah pakan yang diberikan. Berdasarkan jumlah perhitungan

    10% dari bobot badan menunjukkan perbedaan yang tidak terlalu jauh antara

    perlakuan A0 dengan perlakuan A1 dari jumlah pemberian pakan per-hari sampai

    akhir penelitian.

    Hasil data penelitian menunjukkan bahwa perlakuan A0 konsumsi pakan

    sebanyak 1676.7 Kg, dan perlakuan A1 lebih tinggi yaitu sebanyak 1751.4 kg.

    Adanya perbedaan antar perlakuan disebabkan karena pakan perlakuan dengan

    penambahan bahan pakan pelepah sawit hasil fermetasi memiliki daya kecernaan

    yang tinggi sehingga dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh ternak untuk

    metabolisme tubuh baik itu untuk reproduksi, dan produksi serta meningkatkan

    bobot tubuh. Daya cerna terhadap pakan yang dikonsumsi oleh ternak dapat

    menunjukkan tingkat kualitas pakan yang diberikan baik itu palatabilitas,

    kesegaran, maupun daya tahan penyimpanan pakan.

    Untuk perlakuan B komposisi bahan pakan yang disusun terdiri dari tiga

    macam perlakuan yaitu ; perlakuan B0 : pemberian pakan dilakukan oleh petani

    peternak atau perlakuan petani berupa hijauan segar 100%, perlakuan B1 : (50%

    Hijauan, 50% jerami padi difermentasi, 1% konsentrat), dan perlakuan B2 : (50%

    Hijauan, 50% kulit buah kakao difermentasi, 1% konsentrat). Selama penelitian

    pakan yang diberikan semua habis dimakan oleh ternak sapi tidak ada yang

    tersisa. Berdasarkan jumlah perhitungan 10% dari bobot badan menunjukkan

    perbedaan yang tidak terlalu jauh antara perlakuan B0 dengan perlakuan

    memakai bahan pakan hasil fermentasi yaitu ; perlakuan B1 dan perlakuan B2

    dari jumlah pemberian pakan per-hari sampai akhir penelitian.

    Konsumsi pakan selama penelitian menunjukkan bahwa pada perlakuan

    B0 mengkonsumsi pakan sebanyak 1661.4 Kg, perlakuan B1 sebanyak 1692 Kg,

    dan perlakuan B2 sebanyak 1703.7 Kg. Berdasarkan hasil penelitian didapat

    bahwa tingkat konsumsi pakan perlakuan B1 dan B2 lebih tinggi dibandingkan

    pakan perlakuan B0. Disebabkan karena tingkat daya cerna bahan pakan hasil

    fermentasi terutama kulit buah kakao dan jerami padi sehingga dimanfaatkan

    oleh ternak. Hasil fermentasi jerami padi juga membuat tingkat daya cerna serat

    kasar tinggi dibandingkan perlakuan pakan penelitian lainnya (A0, A1, B0, dan B2).

  • 22

    Menurut Zainuddin (1995), kulit buah kakao mengandung 16.5% protein dan

    9.8% lemak dan setelah dilakukan fermentasi kandungan protein meningkat

    menjadi 21.9% serta mampu menurunkan kadar serat kasar dari 16.42 menjadi

    10.15%.

    Konsumsi pakan ditentukan oleh, kualitas pakan dan frekuensi pemberian

    pakan yang memberikan pengaruh besar terhadap pertambahan bobot badan

    dan biaya produksi selama pemeliharaan sapi atau penelitian berlangsung.

    Walaupun seekor ternak memiliki potensi genetik tinggi, akan tetapi apabila tidak

    didukung oleh makanan yang baik mutu dan cukup jumlahnya, maka ternak

    kurang dapat menampilkan potensi tersebut.

    4.2.1.3. Konversi Ransum Selama Penelitian

    Hasil penelitian pada pakan perlakuan A menunjukkan bahwa tingkat

    konversi pakan untuk pakan perlakuan petani A0 sebesar 46,4 Kg dan perlakuan

    A1 (pelepah sawit fermentasi) 25,7 Kg. Berdasarkan hasil data selama penelitian

    terlihat bahwa nilai konversi ransum pakan perlakuan dengan penambahan

    bahan pakan hasil fermentasi lebih rendah dibandingkan dengan pakan

    perlakuan petani artinya pakan perlakuan penelitian disukai oleh ternak karena

    memiliki tingkat palatabilitas pakan yang tinggi dan mudah dicerna oleh ternak.

    Konversi ransum merupakan perbandingan jumlah ransum yang

    dikonsumsi ternak sapi dengan pertambahan bobot badan yang diperoleh selama

    waktu tertentu atau selama penelitian berlangsung. Semakin tinggi nilai konversi

    ransum maka semakin banyak pakan yang dibutuhkan untuk menaikkan bobot

    badan persatuan bobot ternak sapi. Pada dasarnya konversi ransum

    menggambarkan kemampuan ternak sapi dalam memanfaatkan pakan yang

    diberikan.

    Sedangkan pada pakan perlakuan B menunjukkan bahwa tingkat konversi

    pakan untuk pakan perlakuan petani B0 sebesar 42,6 Kg, perlakuan B1 (jerami

    padi fermentasi) 23,3 Kg dan perlakuan B2 (kulit buah kakao fermentasi) sebesar

    28,1 Kg. Selisih hasil data selama penelitian terlihat bahwa nilai konversi ransum

    paling bagus (rendah) adalah pakan perlakuan penelitian B1 bila dibandingkan

    dengan pakan perlakuan B0 dan pakan perlakuan B2 ini berarti pemanfaatan

    pakan perlakuan B1 yang dikonsumsi oleh ternak sapi dalam meningkatkan

  • 23

    pertambahan bobot badan atau pembentukkan otot daging sangat efisien

    dibandingkan dengan dengan pakan perlakuan lainnya (B0, B2). Menurut

    Ensminger dan Olentine (1978), semakin kecil angka konversi pakan berarti

    semakin hemat biaya usaha peternakan dan semakin tinggi keuntungan yang

    diperoleh.

    Tabel. 13 Rataan Konversi pakan selama penelitian 90 hari (Kg)

    PerlakuanKonsumsi PBB Konversi ransum

    (Kg) (Kg) (Kg)

    A0 1676.7 36.09 46.7c

    A1 1751.4 68.01 25.7a

    B0 1661.4 38.97 42.6c

    B1 1692 72.66 23.3a

    B2 1703.7 60.66 28.1b

    Ket. Data perlakuan menunjukkan bahwa perlakuan B1 berbeda nyata dengan perlakuan A1 danB2 (P>0,05)

    Gambar.2 Rata-rata tingkat konversi pakan sapi selama penelitian

    Konversi ransum (Kg)

    A0A1B0B1B2

  • 24

    4.2.1.4. Palatabilitas ransum

    Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa ternak sapi selama

    penelitian memperlihatkan palatabilitas sama terhadapa semua perlakuan baik itu

    pakan perlakuan A0, A1. B0, B1, dan B2 disebabkan setiap jumlah pakan yang

    diberikan selalu habis tanpa tersisa ditempat pakan, namun pada pakan

    perlakuan B1 (jerami padi difermentasi) lebih disukai ternak sapi dibandingkan

    pakan perlakuan lainnya karena tingkat daya cerna yang tinggi.

    4.2.1.5. Angka Mortalitas

    Tidak ada mortalitas atau terjadi kematian pada ternak.

    4.2.1.6. Kesehatan ternak

    Dalam mengatasi penyakit ternak sapi selama penelitian dari penyakit

    internal dan eksternal, dilakukan dengan menggunakan obat-obatan yang ada di

    pasaran jenis obat-obatan yang digunakan menpunyai efikasi di atas 80%.

    Ternak yang secara klinis sudah menunjukkan tanda-tanda akan berjangkit

    penyakit dipindahkan ke kandang isolasi utnuk diobati. Selain itu diberikan juga

    vitamin B-complek dengan cara injeksi muscular yang bertujuan untuk

    menambah nafsu makan ternak sapi dengan demikian dapat membantu

    percepatan pertambahan bobot badan dan menpertahankan daya tahan tubuh

    terhadap serangan penyakit. Selain itu juga dilakukan sanitasi secara rutin

    terhadap lokasi, ternak, dan kandang untuk mencegah berkembangnya penyakit

    baik yang disebabkan oleh bakteri, virus, maupun lingkungan

    4.2.1.7. Analisa ekonomi (B/C Ratio)

    Telah diketahui bahwa pakan merupakan biaya produksi terbesar dalam

    suatu usaha peternakan baik itu ternak ruminansia maupun non ruminansia. Oleh

    karena itu biaya pakan perlu ditekan serendah mungkin agar diperoleh

    pendapatan yang lebih baik atau setinggi mungkin. Pendapatan merupakan

    selisih antara penerimaan dan biaya produksi selama penelitian, dimana semakin

    besar produksi yang dihasilkan semakin besar pula penerimaannya. Faktor-faktor

    yang mempengaruhi perhitungan analisis ekonomi (B/C ratio) adalah : konsumsi

    ransum, bobot badan akhir, harga beli sapi, harga lainya dianggap sama.

  • 25

    Pemanfaatan limbah hasil pertanian (pelepah sawit, jerami padi, kulit

    buah kakao) yang dilakukan pengolahan dengan cara fermentasi ternyata

    memberikan dampak positif terhadap percepatan pertambahan bobot badan

    ternak sapi penelitian, yang memberikan selisih tingkat keuntungan yang tinggi

    yang diperoleh dari masing- masing pakan pelakuan dengan penambahan bahan

    pakan hasil fermentasi tersebut. Dari hasil analisis ekonomi terhadap berbagai

    jenis pakan perlakuan penelitian (A0,A1,B0,B1,B2) ; Pakan perlakuan A0

    menghabiskan biaya produksi Rp. 5.269.204,- , keuntungan Rp. 2.514.446,-

    dengan B/C ratio 1,47 ; Pakan perlakuan A1 biaya produksi Rp. 7.774.049,-

    keuntungan Rp. 1.417.301,- dengan B/C ratio 1,18 ; Pakan perlakuan B0 biaya

    produksi Rp. 5.261.554,-, keuntungan Rp 2.563.396,- dengan B/C ratio 1,48 ;

    Pakan perlakuan B1 biaya produksi Rp. 7.259.658,-, Keuntungan Rp. 1.863.442, -

    , dengan B/C ratio 1,25 ; dan pakan perlakuan B2 Biaya produksi Rp. 7.877.217,-

    , keuntungan Rp. 871.383,- B/C ratio 1,11.

    Berdasarkan data hasil penelitian usaha ternak sapi tentang perhitungan

    analisis ekonomi menunjukkan bahwa pakan perlakuan B1 (jerami padi

    difermentasi), memberikan keuntungan yang lebih besar dengan biaya produksi

    rendah serta B/C ratio yang tinggi dibandingkan dengan pakan perlakuan

    penelitian dengan penambahan bahan pakan hasil fermentasi lainnya (A1, B2).

    Dapat disimpulkan perlakuan pakan B1 dengan memanfaatkan jerami padi yang

    diolah dengan cara fermentasi dapat membantu petani ternak dalam

    memanfaatkan produk limbah pertanian, sehingga dapat menurunkan

    ketergantungan terhadap ketersediaan hijauan pakan. Pemanfaatan limbah

    pertanian dapat dilakukan sejalan dengan pengolahan lahan pertanian dan

    pengaturan penanaman hijauan makanan ternak.

    Pakan perlakuan yang dilakukan petani atau perlakuan petani (A0, B0)

    berdasarkan data tingkat analisis ekonominya lebih tinggi dibandingkan pakan

    perlakuan penelitian dengan penambahan bahan pakan hasil fermentasi lainnya,

    hal ini disebabkan karena pakan perlakuan petani jumlah biaya produksi lebih

    rendah dengan hanya memakai pakan hijauan saja tanpa penambahan pakan

    lainnya namun tidak memberikan tingkat pertambahan bobot badan yang tinggi

    seperti pada perlakuan penelitian dengan memakai bahan pakan hasil fermentasi

    lainnya (A1, B1, B1).

  • 26

    Biaya produksi adalah sejumlah kompensasi yang diterima pemilik faktor

    produksi, yang digunakan dalam proses produksi, dan biaya adalah suatu nilai

    yang dikorbankan untuk produksi (Teken dan Asnawi, 1977). Penerimaan adalah

    hasil perkalian antara jumlah produksi fisik dengan harga satuan dari produksi

    tersebut. Dalam hal ini jelas bahwa harga dari jumlah produksi sangat

    menentukan besar kecilnya penerimaan (Bishop dan Toussaint, 1979).

    Sedangkan pendapatan adalah jumlah penerimaan total dari hasil usaha setelah

    dikurangi biaya riil usaha (Adiwilaga, 19820).

    Untuk menilai kelayakan ekonomi dari hasil penelitian maka digunakan

    analisa tingkat keuntungan dan rasio manfaat biaya (B/C Ratio).

    Tabel. 14 Hasil produksi ternak sapi selama penelitian 90 hari

    PerlakuanBobot

    Badan AwalPBB

    BobotBadanAkhir

    Harga KarkasRp/Kg

    Penerimaan

    A0 186.3 36.09 222.39 Rp. 35.000 Rp. 7.783.650

    A1 194.6 68.01 262.61 Rp. 35.000 Rp. 9.191.350

    B0 184.6 38.97 223.57 Rp. 35.000 Rp. 7.824.950

    B1 188.0 72.66 260.66 Rp. 35.000 Rp. 9.123.100

    B2 189.3 60.66 249.96 Rp. 35.000 Rp. 8.748.600

    Tabel. 15 keuntungan bersih selama penelitian 90 hari

    Perlakuan PenerimaanBiaya produksi Keuntungan

    (Rp) (Rp)

    A0 Rp. 7.783.650 Rp. 5.269.204 Rp. 2.514.446

    A1 Rp. 9.191.350 Rp. 6.383.490 Rp. 2.807.860

    B0 Rp. 7.824.950 Rp. 5.261.554 Rp. 2.563.396

    B1 Rp. 9.123.100 Rp. 5.889.358 Rp. 3.233.742

    B2 Rp. 8.748.600 Rp. 6.284.309 Rp. 2.464.291

  • 27

    Tabel. 16 Nilai B/C Ratio selama penelitian 90 Hari

    Perlakuan PenerimaanBiaya produksi

    B/C Ratio(Rp)

    A0 Rp. 7.783.650 Rp. 5.269.204 1.47

    A1 Rp. 9.191.350 Rp. 6.383.490 1.44

    B0 Rp. 7.824.950 Rp. 5.261.554 1.48

    B1 Rp. 9.123.100 Rp. 5.889.358 1.55

    B2 Rp. 8.748.600 Rp. 6.284.309 1.39

    Tabel. 17 Analisis tingkat keuntungan (%) selama penelitian 90 hari

    Perlakuan KeuntunganBiaya

    produksi Tingkat Kelayakan(Rp) (Rp) Keuntungan (%) Usaha

    A0 Rp. 2.514.446 Rp. 5.269.204 47.72 Layak

    A1 Rp. 2.807.860 Rp. 6.383.490 43.98 Layak

    B0 Rp. 2.563.396 Rp. 5.261.554 48.72 Layak

    B1 Rp. 3.233.742 Rp. 5.889.358 54.90 Layak

    B2 Rp. 2.464.291 Rp. 6.284.309 39.21 Layak

    4.2.2. Temu Lapang dan Workshop

    4.2.2.1. Temu Lapang

    Kegiatan temu lapang dilaksanakan pada tanggal 14 November 2012 di

    Aula Puskeswan Alue Bu Kecamatan Peureulak Barat, dan peserta yang

    mengikuti acara ini sebanyak 60 orang terdiri dari : Kepala Dinas Peternakan,

    Kepala Badan Penyuluhan Pertanian, anggota kelompok Asahan Jaya dan

    anggota kelompok ternak desa lainnya, petugas lapangan, penyuluh BPP Idi

    Timur. Tujuan temu lapang adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan

    keterampilan peternak dalam pengelolaan jerami padi sebagai pakan alternatif

    sapi.

    Selanjutnya melakukan demontrasi pembuatan pakan dari bahan jerami

    padi yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan sapi. Dalam upaya memperbaiki

  • 28

    ketersediaan pakan dalam jumlah cukup perlu mencari pola pakan alternatif yang

    berasal dari limbah yang tersedia sepanjang saat.

    Temu lapang selanjutnya pada tanggal 27 November 2012 berlokasi di

    kelompok tani ternak Sabena Rahmat Desa Juli Mee Tengoh yang diikuti oleh 60

    anggota kelompok. Kegiatan yang dilakukan berupa demontarsi pembuatan urea

    mineral blok sebagai feed suplemen. Pada umumnya petani peternak yang ada

    dalam kelompok sistem budidayanya masih tradisional dimana sumber pakan

    hanya berasal dari rumput lapang sehingga pada musim kemarau menyebabkan

    kekurangan pakan.

    Dengan adanya demontrasi tersebut peternak telah dapat memanfaatkan

    jerami padi sebagai pakan alternatif. Pakan merupakan salah satu hal penting

    dalam peningkatan produktivitas selain harus berkualitas, pakan juga harus

    ekonomis supaya dapat memberi keuntungan bagi peternak.

    4.2.2.2. Workshop

    Pelaksanaan workshop telah dilakukan pada tanggal 5 Desember 2012

    bertempat di Aula Dinas Pertanian Peternakan Perkebunan dan Kehutanan

    Kabupaten Bireuen dan acara dibuka oleh Bapak Sekretaris Dinas Pertanian

    Peternakan Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bireuen. Peserta yang

    mengikuti acara ini terdiri dari lingkup Dinas Pertanian Peternakan Perkebunan

    dan Kehutanan, Badan Penyuluhan, koordinator penyuluh kecamatan, petugas

    IB/Puskeswan, penyuluh lapangan berjumlah 60 orang.

    Tujuan workshop adalah sosialisasi hasil kegiatan kajian peluang analisa

    usahatani integrasi ternak sapi dengan tanaman dalam rangka mendukung

    swasembada daging sapi 2014 di provisi aceh pada Penyuluh Peternakan.

  • 29

    V. KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    1. Pertambahan bobot badan sapi selama penelitian mengalami kenaikan

    yg signifikan dengan pemberian ransum perlakuan yang terdiri dari

    pakan perlakuan A0 36.09 Kg/ekor/hari ; Perlakuan A1 68.01

    kg/ekor/hari ; Perlakuan B0 38.97 kg/ekor/hari ; Perlakuan B1 72.66

    kg/ekor /hari ; dan perlakuan B2 60.66 Kg/ekor/hari.

    2. Pemberian pakan perlakuan B1 (jerami padi 50%, hijauan %,

    konsentrat 1%) memberikan tingkat keuntungan yang besar dengan

    biaya produksi yang rendah dibandingkan dengan pemberian pakan

    perlakuan lainnya (A1, B2).

    3. Pemanfaatan limbah pertanian seperti pelepah sawit, jerami padi,

    kulit buah kakao yang di olah dengan cara fermentasi memberikan

    tingkat palatabilitas yang tinggi dibandingkan perlakuan petani.

    5.2 Saran - saran

    Perlu diupayakan penelitian yang keberlanjutan sehingga dapat

    memberikan data yang akurat dan sistematis dalam perbaikan data statistik

    kepada masyarakat. Selain itu juga adanya peningkatan mutu genetik ternak

    lokal.

  • 30

    VI. KINERJA HASIL KEGIATAN

    Pelaksanaan kegiatan kajian peluang analisa usaha tani integrasi ternak

    sapi dengan tanaman (padi, sawit, kakao). Dalam rangka mendukung

    swasembada daging 2014 di Propinsi Aceh merupakan suatu kajian yang

    memberi dampak yang sangat baik dan berjalan lancar. Kegiatan ini merupakan

    kajian yang memberi dampak yang positif terhadap lingkungan yang mana

    biomas yang tersisa atau terbuang merupakan salah satu alternatif dalam

    penyediaan hijauan pakan guna mengganti kebutuhan hijauan pada ternak.

    Kajian ini telah di adopsi oleh kelompok tani yang berada di sekitar lokasi kajian.

    Keluaran yang diperoleh dari hasil kegiatan Tingkat kematian pada anak

    sapi (pedet) dapat ditekan sekitar 5%. Adanya sentral kelompok ternak

    berwawasan agribisnis pembibitan dan penggemukan di daerah daerah.

  • 31

    DAFTAR PUSTAKA

    Hassan dan Ishida. 1992. Pola Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi Sebagai Penjamin Ketersediaan Pakan Ternak. Juornal UripSantoso.

    Adiwilaga, A. 1982. Ilmu Usaha Tani. Alumni, Bandung.

    Anonymous. 1983. Hijauan Makanan Ternak, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

    Batubara, 2003. Potensi Integrasi Peternakan dengan Perkebunan Kelapa Sawitsebagai Simpul Agribisnis Ruminan. Wartazoa 13 (3): 83-91.

    Bishop,C.L dan W.D. Toussaint. 1979. Pengantar Analisa Ekonomi (BPFE),Yogyakarta.

    Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan, 2011. Data Base Peternakan ProvinsiAceh. Banda Aceh.

    Diwyanto, K., Priyanti dan Zainuddin. 1996. Pengembangan ternak berwawasanagribisnis di pedesaan dengan memanfaatkan limbah pertanian danpemilihan bibit yang tepat. J. Litbang Pertanian.

    Djajanegara, A., B. Risdiono, Priyanti, D. Lubis dan K. Diwiyanto. 2001. Crop-Animal Systems Research Network (CASREN) Indonesia. LaporanPenelitian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.

    Ensmingert, M.E dan Ollentin. 1978. Feed And Nutrition Complete. First Edition.The Ensminger Publishing Company, Cloves, California.

    Fitriani. 2003. Analisis Usaha Penggemukan Sapi Yang Diberi pakan Jerami padiFermentasi ditambah Aktivator Mikroorganisme. Skripsi JurusanPeternakan Unsyiah, Darussalam Banda Aceh.

    Haryanto, B. 2000. Pemanfaatan Jerami Padi untuk Pakan Ternak dan StrategiPemberian Pakan Sapi Potong. Materi Pelatihan. RevitalisasiKeterpaduan Usaha Ternak dalam Sistem Usahatani. Pusat Penelitiandan Pengembangan Peternakan. Bogor.

    Lubis, D.A. 1953. Ilmu Makanan Ternak. PT.Pembangunan, Jakarta

    Marsetyo, 2009. Dinamika Penellitian Sawit terhadap Pengembangan Integrasidengan Ternak Sapi. Workshop Nasional. Pusat Penelitian dan Pengem-bangan Peternakan, Bogor.

    Musofie, A. 2002. Peran Ternak Sapi Potong dalam Sistem Usaha PertanianOrganik. Lokakarya SIPT-2. Strategi dan Teknologi Sistem IntegrasiPadi Ternak. Dinas Pertanian Pemerintahan Provinsi D I Yogyakarta.

  • 32

    Nasrullah dan A.Ella. 1993. Limbah Pertanian dan Prospeknya Sebagai SumberPakan Ternak di Sulawesi Selatan, Makalah, Ujung Pandang.

    Priyanti, A. dan Djajanegara. 2004. Pengembangan Usaha Sapi Potong PolaIntegrasi. Prosiding Lokakarya Nasional Sapi Potong Menuju 2020.Strategi Pengembangan Sapi Potong dengan Pendekatan Agribisnis danBerkelan-jutan, Yogyakarta, 8-9 Oktober 2004. Badan LitbangPertanian. Puslitbang Peternakan Bogor, 77 83.

    Syamsu. 2006. Kajian Penggunaan Starter Mikroba dalam Fermentasi Jerami PadiSebagai Sumber Pakan pada Peternakan Rakyat di Sulawesi Tenggara,Seminar Nasional Bioteknology, Puslit Bioteknology LIPI, Bogor.

    Teken, I.G.B. dan Asnawi. 1977. Teori Ekonomi Mikro. Departemen Ilmu-IlmuSosial Ekonomi, Fakultas Pertanian IPB. Erlangga, Bogor.

    Usman, DJ. H. 1999. Kondisi Sapi Potong dan Program Peningkatan Mutu SapiPotong di NTB. Makalah pada Seminar Pengembangan Sapi Potong diBagian Timur Indonesia. Kerjasama Dirjen Peternakan dan PemerintahJepang. 18 Februari.

    Wahyu. 1991. Ilmu Nutrisi Ternak. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

    Winamo. 1979. Biofermentasiclan Biosintesa Protein, Angkasa. Bandung.

    Yacop. 1998. Study Kelayakan Bisnis, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

    Zainuddin. 1995. Kecernaan dan Fermentasi Limbah Kakao serta Manfaatnya.Kumpulan Hasil-hasil Pertanian APBN TA 94/95, Balia Penelitian TernakCiawi, Bogor.

  • 33

    Lampiran 3. Organisasi Pelaksana Kegiatan

    No NamaJabatan dalam

    KegiatanUraian Tugas

    Alokasi

    Waktu

    (Jam/mg)

    1. Ir. Nani Yunizar Penjab Kegiatan Mengkoordinir kegiatan mulai

    perencanaan sampai laporan

    10

    2. Ir. Elviwirda Pelaksana - Menyusun proposal danlaporan

    5

    3. Ir. Syarifah Raihana Pelaksana - Mengolah dan menganalisisdata

    - Mengumpulkan data

    5

    4. Bardi Ali, S.Pt Pelaksana - Pelaksana 5

    5. Ratna Ellis Rajab Pelaksana - Pelaksana 5

    6. Eka Fitria, SP Pelaksana - Pelaksana 5

    7. Rizki Ardiansyah, SP Pelaksana - Pelaksana 5

    8. Masykura, S.ST Pelaksana - Pelaksana 5

    9. Suryani Novita Pelaksana - Pelaksana 5

  • 34

    Kandang Koloni

    Monitoring KA BPTP dan Program

  • 35

    Pemberian Obat Cacing

    Pembuatan Kosentrat

  • 36

    Pengolahan Pelepah Sawit

    Penimbangan Ternak

  • 37

    Hasil Olahan Pelepah Sawit

    Penimbangan Ternak

  • 38

    Pemberian Jerami Padi

    Nara Sumber Temu Lapang

    Kegiatan Temu Lapang