i
LAPORAN AKHIR TAHUNAN
KAJIAN PELUANG ANALISA USAHATANIINTEGRASI TERNAK SAPI DENGAN
TANAMAN (PADI, SAWIT, KAKAO) DALAMRANGKA MENDUKUNG SWASEMBADA
DAGING SAPI 2014 DI PROVINSI ACEH
Ir. NANI YUNIZARNIP 195906231988032001
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHBALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANKEMENTERIAN PERTANIAN
2012
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena
dengan Karunia-Nya penulis beserta tim telah dapat menyelesaikan laporan
kegiatan Kajian Peluang Analisa Usahatani Integrasi Ternak Sapi dengan
Tanaman (Padi, Sawit, Kakao) dalam rangka mendukung Swasembada Daging
Sapi 2014 di Provinsi Aceh.
Laporan ini disusun berdasarkan kegiatan yang telah dilaksanakan
selama tahun 2012 bertempat di 2 kabupaten wilayah sentra yang meliputi
Bireuen dan Aceh Timur. Kegiatan ini didukung oleh DIPA BPTP Nanggroe Aceh
Darussalam 2012.
Penelitian ini merupakan kegiatan lapangan yang bersifat partisipatif dan
kemitraan antara Peneliti/ Penyuluh BPTP NAD, Universitas Syiah Kuala, PPL dan
Kelompok Tani Kooperator. Kegiatan pengkajian ini juga dalam rangka
mendukung program PSDSK 2014 di Provinsi Aceh.
Kami sangat berterimakasih kepada semua pihak terutama para peternak
yang telah berpartisifasi dalam kegiatan ini. Selain itu ucapan terima kasih juga
kami sampaikan pada semua pihak, dimana atas dukungannya dari awal hingga
pengkajian ini selesai dapat berjalan dengan lancer nantinya.
Banda Aceh, Desember 2012
Penanggung Jawab Kegiatan
Ir. Nani Yunizar
NIP.19590623 198803 2 001
2
RINGKASAN
Kebijakan pembangunan peternakan Propinsi Aceh dewasa ini lebih ditekankanpada upaya untuk menyongsong kecukupan daging 2014. Aceh merupakan daerahprioritas penyumbang ternak sapi potong yang memberi kontribusi terhadap penyediaandaging untuk konsumsi dalam daerah dan memberi pendapatan yang cukup tinggi25,5%. Sapi Aceh merupakan sumber daya genetik lokal yang memiliki keunggulan yangsangat menonjol terutama pada daya reproduksi, tahan terhadap serangan parasitekternal dan dapat beradaptasi dengan pakan berserat tinggi serta memilki cita rasadaging yang manis dan sangat disukai oleh konsumen. Akan tetapi akhir-akhir ini lajupengembangan dan pertumbuhannya sangat lambat, sehingga terjadi penurunanpopulasi ternak mencapai 1,25%. Salah satu penyebabnya yaitu rendahnya dayareproduksi terutama pada usaha peternakan rakyat akibat dari terbatasnya ketersediaanpakan. Upaya memperbaiki ketersediaan pakan dalam jumlah cukup perlu mencari polapakan alternatif yang berasal dari limbah pertanian dan perkebunan yang tersediasepanjang saat. Wilayah Aceh memiliki potensi lahan pertanian dan perkebunan, antaralain kebun sawit 227.590 ha, kebun kakao 105,625 ha dan lahan sawah 352,201 ha.Ketiga komoditi tersebut memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai pakan bahanternak. Tujuan pengkajian ; 1). Meningkatkan produksi dan produktivitas ternak untukmencukupi kebutuhan daging dalam daerah akibat tersedianya pakan yang berasal daribiomas lokal 2).Tercukupi kebutuhan daging dalam daerah akibat harga daging dapatterjangkau oleh masyarakat sehingga dapat memenuhi kebutuhan protein hewani untukmeningkatkan kecerdasan masyarakat 3). Meningkatkan pendapatan petani ternak akibatskala pemeliharaan sekitar 5-10 ekor/KK dalam kurun waktu yang singkat. Keluaran yangdiharapkan ; 1). Adanya teknologi pakan yang berasal dari limbah pertanian (padi, kakao,sawit) sebagai sumber hijauan pakan dan sumber konsentrat dalam meningkatkanproduktivitas ternak dengan kenaikan berat 0,7 1 kg/ekor/hari 2). Meningkatnyapopulasi akibat tingkat kematian pada anak sapi (pedet) dapat ditekan sekitar 5% 3).Adanya sentral kelompok ternak berwawasan agribisnis pembibitan dan penggemukan didaerah daerah. Pengkajian ini dilaksanakan di Kabupaten Aceh Timur dan KabupatenBireuen. Ternak sapi di kelompokkan atas dasar umur dan bobot hidup untuk selanjutnyadiacak sempurna (RAK) untuk mendapat perlakuan yang telah disiapkan. Nilai ekonomisransum dihitung menggunakan R/C ratio. Design perlakuan pakan sebagai berikut :Paket A0 = Perlakuan Petani ; Paket A1 = 50% pelepah sawit fermentasi + 50% hijauanpakan + 1% konsentrat dan Paket B0 =Perlakuan Petani dan Paket B1 = 50% jeramipadi fermetasi + 50% hijauan pakan + 1% konsentrat ; Paket B2 = 50% kulit kakaofermentasi + 50% hijauan pakan + 1% konsentrat. Data yang diambil ; 1). Pertambahanbobot badan harian 2). Daya cerna, 3). Analisis ekonomi (B/C ratio). Hasil pengkajiandiperoleh rata-rata pertambahan bobot badan harian pada perlakuan petani (Paket Ao)sebesar 0,4 kg ; perlakuan pakan pelepah sawit (Paket A1) sebesar 0,759 kg, perlakuanpakan jerami (Paket B1) sebesar 0,801 kg dan perlakuan pakan kulit kakao (Paket B2)sebesar 0,675 kg.
Kata kunci : integrasi, sapi, pelepah sawit, jerami padi, kulit kakao
3
DAFTAR ISI
LEMBARAN PENGESAHAN.......................................................................... iKATA PENGANTAR.................................................................................... iiRINGKASAN ............................................................................................. iiiDAFTAR ISI.............................................................................................. ivDAFTAR TABEL......................................................................................... vDAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vi
I. PENDAHULUAN .................................................................................. 11.1. Latar Belakang ............................................................................. 11.2. Perumusan Masalah ...................................................................... 21.3. Tujuan ......................................................................................... 21.4. Keluaran ...................................................................................... 31.5. Perkiraan Dampak Manfaat ............................................................ 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 4
III.METODOLOGI...................................................................................... 93.1. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 93.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 93.3. Bahan dan Alat ............................................................................. 93.4. Metode Penelitian ......................................................................... 103.5. Rencana Pelaksanaan Percobaan.................................................... 113.6. Pengamatan ................................................................................. 11
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 124.1. Hasil ........................................................................................... 124.2. Pembahasan................................................................................. 18
V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 295.1 Kesimpulan .................................................................................. 295.2 Saran-saran.................................................................................. 29
VI. KINERJA HASIL KEGIATAN................................................................... 30DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 31LAMPIRAN .............................................................................................. 33
4
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kualitas Jerami Padi sebelum di Amoniasi ...................... 6
Tabel 2. Kualitas Pelepah Sawit sebelum di Amoniasi................... 7
Tabel 3. Kualitas Kulit Buah Kakao sebelum di Amoniasi .............. 7
Tabel 4. Sebaran Jumlah Penduduk Desa Juli MeeTeungoh Berdasarkan Tingkat Umur ............................. 13
Tabel 5. Tataguna Lahan dan Jenis Peruntukan Lahan diDesa Lhok Asahan Kecamatan Idi TimurKabupaten Aceh Timur................................................. 14
Tabel 6. Susunan Bahan Pakan Berdasarkan Bahan Kering .......... 16
Tabel 7. Komposisi bahan Pakan Sesuai Jumlah yangDiberikan (Kg)............................................................. 16
Tabel 8. Jumlah Konsumsi Pakan Per-Individu TernakSelama Penelitian 90 hari/Kg ....................................... 16
Tabel 9. Harga Satua Bahan Pakan (Rp/Kg) SelamaPenelitian 90 Hari ....................................................... 17
Tabel 10. Biaya Konsumsi Pakan (Rp/Kg) Selama Penelitian90 hari ....................................................................... 17
Tabel 11. Total Biaya Produksi Selama Penelitian 90 Hari .............. 17
Tabel 12. Rataan Pertambahan Bobot badan Sapi selamapenelitian Kg/ekor/hari................................................. 19
Tabel 13. Rataan Konversi Pakan Ternak Sapi SelamaPenelitian 90 hari/Kg.................................................... 23
Tabel 14. Hasil Produksi Ternak Sapi Selama Penelitian 90Hari............................................................................ 26
Tabel 15. Keuntungan Bersih Selama Penelitian 90 Hari ................ 26
Tabel 16. Nilai B/C Ratio Selama Penelitian 90 Hari ....................... 27
Tabel 17. Analisis Tingkat keuntungan (%) SelamaPenelitian 90 Hari ........................................................ 27
5
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kebijakan pembagunan peternakan di Provinsi Aceh dewasa ini lebih
ditekankan pada upaya untuk menyongsong kecukupan daging 2014. Salah satu
faktor yang dominan pada keberhasilan pengembangan ternak adalah
ketersediaan sumber pakan baik secara kuantitas maupun kualitas. Diwyanto et
al. (1996) menyatakan bahwa sebagai negara tropis di kawasan katulistiwa
dengan areal yang cukup luas, maka persediaan bahan pakan sebetulnya bukan
merupakan kendala dalam usaha peternakan sapi potong. Banyak potensi bahan
baku pakan lokal yang belum diolah atau dimanfaatkan secara maksimal antara
lain berupa limbah industri perkebunan, dan tanaman pangan.
Provinsi Aceh sebagai salah satu Provinsi yang memiliki ternak sapi lokal
dengan populasi sebesar 587,122 ekor memiliki potensi lahan pertanian berupa
perkebunan, antara lain kebun sawit 227.590 ha, kebun kakao 105,625 ha dan
lahan sawah 352,201 ha. Ketiga komoditi tersebut memiliki potensi untuk
dimanfaatkan sebagai pakan ternak. mengingat makin terjepitnya kebutuhan
hijauan untuk pakan ternak akibat makin terdesaknya lahan pembangunan
untuk pemukiman perkotaan.
Disamping itu Aceh merupakan daerah prioritas penyumbang ternak sapi
potong yang memberi kontribusi terhadap penyediaan daging untuk konsusmsi
dalam daerah dan memberi pendapatan yang cukup tinggi 25,5%. Sapi Aceh
merupakan sumber daya genetik lokal yang memiliki keunggulan yang sangat
menonjol terutama pada daya reproduksi, tahan terhadap penyakit ekternal dan
dapat beradaptasi dengan pakan berserat tinggi serta memilki cita rasa daging
yang manis dan sangat disukai oleh konsumen.
Akan tetapi akhir-akhir ini laju pengembangan dan pertumbuhannya
sangat lambat, sehingga terjadi penurunan populasi ternak mencapai 1,25%
(Dinas Peternakan Prov. NAD, 2009). Salah satu penyebabnya yaitu rendahnya
laju reproduksi daging terutama pada usaha peternakan rakyat akibat
terbatasnya ketersediaan pakan.
Salah satu upaya memperbaiki ketersediaan pakan dalam jumlah cukup
perlu mencari pola pakan alternatif yang berasal dari limbah yang tersedia
sepanjang saat. Pakan merupakan salah satu hal penting dalam peningkatan
6
produktivitas selain harus berkualitas, pakan juga harus ekonomis supaya dapat
memberi keuntungan bagi peternak.
Berdasarkan peluang dan permasalahan yang ada Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Aceh sebagai ujung tombak Badan Litbang Pertanian yang
ada di daerah dapat memberi dukungan yang signifikan terhadap keberhasilan
program Kementerian Pertanian. Terobosan yang dilakukan melalui keterpaduan
sub sektor yang saling berkaitan antara ternak dan tanaman secara bersinergis
dari hasil limbah yang dapat meningkatkan kesejahteraan kehidupan peternak
yang berwawasan agribisnis.
1.2. Perumusan Masalah
Dari uraian di atas maka dapat didentifikasikan masalah yang terjadi di
dalam teknologi pemanfaatan sumber pakan yang berasal dari limbah pertanian
dan perkebunan melalui:
- Inovasi teknologi limbah yang merupakan sumber pakan yang berkualaitas
dan berpotensi untuk usaha penggemukan secara berkelanjutan.
- Pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk tanaman untuk meningkatkan
produksi tanaman sehingga dapat mengurangi biaya produksi.
1.3. Tujuan
Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini bertujuan:
- Meningkatkan produksi dan produktivitas sapi akibat tersedianya pakan yang
berasal dari biomas lokal.
- Tercukupi kebutuhan daging sehingga dapat memenuhi kebutuhan protein
hewani untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat.
- Dapat meningkatkan pendapatan petani ternak.
7
1.4. Keluaran
- Adanya teknologi pakan yang berasal dari limbah pertanian (padi, kakao,
sawit) sebagai sumber hijauan pakan dan sumber konsentrat dalam
meningkatkan produktivitas ternak.
- Tingkat kematian pada anak sapi (pedet) dapat ditekan sekitar 5%.
- Adanya sentral kelompok ternak berwawasan agribisnis pembibitan dan
penggemukan di daerah daerah.
1.5. Perkiraan Dampak Manfaat
- Tersedianya teknologi pakan ternak yang berasal dari limbah kakao, kelapa
sawit, dan jerami padi dalam usaha peningkatan produktifitas ternak dan
tanaman.
- Adanya pencegahan terhadap pencemaran lingkungan yang memberi
dampak positif terhadap lingkungan.
II. METODOLOGI
2.1. Kerangka Pemikiran
Ciri utama sistem usahatani yang berintegrasi tanaman ternak adalah
adanya sifat yang saling menguntungkan antara tanaman dan ternak. Petani
dapat memanfaatkan kotoran ternak sebagai pupuk organik untuk tanaman
sedangkan limbah tanaman dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak yang
bergizi tinggi (Djajanegara, 2004).
Model integrasi ini mengatasi masalah keterbatasan dengan
memanfaatkan limbah tanaman pertanian dan perkebunan tersebut mampu
menyediakan kebutuhan pakan sekitar 33 53 % dari total rumput yang
diberikan (Haryanto, 2000). Disamping itu keuntungan dalam hal tenaga kerja
dalam pencari rumput sehingga memberi peluang usahatani dan meningkatkan
skala pemeliharaan ternak dapat juga mengurangi pemanfaatan terhadap
pemakaian pupuk anorganik.
8
Hasil kajian Nasrullah, et.al (1993) melaporkan bahwa pola integrasi
ternak sapi dan padi di beberapa daerah di Jawa Timur mampu meningkatkan
pendapatan petani sebesar 41,4% dan menghemat tenaga kerja sekitar 35,44%
dari total biaya usaha ternak.
2.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten
Bireuen dari bulan Februari sampai dengan Desember 2012.
2.3. Bahan dan Alat
Bahan yang akan digunakan adalah:
- Alat pencacah
- Plastik hitam
- Aktivator untuk fermentasi dan silase
- Gembor
9
2.4. Metode Penelitian
Tahap kegiatan
- Renovasi kandang kelompok, 2 unit.
- Seleksi ternak sapi petani kooperator
- Pengadaan sarana berupa bahan-bahan pengkajian
Jumlah
- Jumlah ternak dengan umur 2 2,5 tahun dan bobot badan 180
230 kg sebanyak 15 ekor ternak sapi jantan yang terdiri dari 2
Kabupaten (Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Bireuen)
Paket Teknologi Inovasi
1. Perkandangan secara kolektif yang disekat satu sama lain
2. Fermentasi (jerami padi, limbah kakao, limbah pelepah sawit)
3. Proses pembuatan pupuk organik
4. Analisa proksimat bahan biomas
5. Pengendalian dan pencegahan penyakit
6. Output dan input analisa usahatani (analisis ekonomi)
Ternak sapi di kelompokkan atas dasar umur dan bobot hidup
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 ulangan dan 5
perlakuan. Adapun ransum perlakuan sebagai berikut :
A0 = Perlakuan Petani
A1 = 50% pelepah sawit fermentasi + 50% hijauan pakan + 1%
konsentrat
B0 = Perlakuan Petani
B1 = 50% jerami padi fermetasi + 50% hijauan pakan + 1%
konsentrat
B2 = 50% kulit kakao fermentasi + 50% hijauan pakan + 1%
konsentrat
Komposisi konsentrat yang diberikan terdiri dari :
a. Dedak halus
b. Ampas sagu
c. Bungkil kelapa
10
2.5. Rancangan Pelaksanaan Percobaan
A. Persiapan di lapangan
Renovasi kandang kelompok sebanyak 2 unit, dilakukan penyekatan pada
setiap ternak dan tempat pakan. Kandang berlantaikan semen dan diberi atap
seng.
B. Persiapan bahan biomas (pelepah sawit, jerami padi, kulit kakao)
Proses biomas pelepah sawit dan kulit buah kakao dihaluskan dengan
pemakaian alat, kemudian difermentasikan dengan bantuan stater starbio dan
didiamkan selama 21 hari. Sedangkan proses biomas jerami padi yang sudah
dipanen difermentasikan selama 21 hari dengan bantuan stater probion
C. Pelaksanaan Perlakuan
- Sebelum diberikan perlakuan, terlebih dahulu ternak ditimbang dengan
bobot badan 180 230 kg/ ekor.
- Setiap ternak diberikan vitamin dan obat cacing.
- Dilakukan adaptasi selama 10 hari dengan bahan pakan yang akan diuji.
- Setiap 10 hari ternak ditimbang.
- Pakan diberikan sebanyak 10% dari bobot badan.
- Konsentrat diberikan setiap pagi bersama dengan mineral blok.
2.6. Pengamatan
- Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhan bobot badan, konsumsi
ransum dan palatabilitas terhadap pakan yang diuji.
- Analisis ekonomi (B/C ratio) berdasarkan nilai input dan output.
11
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
3.1.1. Karakteristik Fisik Lokasi Pengkajian di Kabupaten Bireuen
Desa Juli Mee Tengoh merupakan salah satu desa di Kecamatan Juli
Kabupaten Bireuen dengan luas wilayah 207 Ha. Jarak desa ke ibukota
kecamatan 3,5 km dan jarak desa ke ibukota kabupaten 5,5 km. Desa ini mudah
dikunjungi karena transportasi dan sistem komunikasi relatif lancar. Batasan desa
adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Meunasah Teungoh
Sebelah Timur berbatasan dengan Blang Keutumba
Sebelah Selatan berbatasan dengan Bate Raya, Peuraden
Sebelah Barat berbatasan dengan Seunebok Gunci
3.1.1.1. Infrastruktur dan Sumber Fisik Lainnya
Desa Juli Mee Teungoh memiliki sarana dan infarastruktur yang dapat
mendukung perekonomian masyarakat. Sarana dalam sektor pertanian
cenderung relatif memadai, terdapat 1 buah Kelompok Tani. Di desa ini terdapat
1 buah Surau sebagai sarana ibadah masyarakat dan tempat pertemuan.
Keadaan transportasi di desa ini tergolong baik, sebagian besar jalan -
jalan dalam bentuk jalan aspal dan jalan pengerasan. Sebagian kecil lainnya
berupa jalan tanah, terutama jalan yang menuju ke areal tegalan dan
perkebunan. Kelancaran transportasi berakibat pula kepada mudahnya
pemasaran hasil pertanian. Produksi pertanian umumnya dijual dalam 3 cara
yaitu, dijual pada pedagang penampung di desa, ke pedagang pengumpul di
kecamatan atau ke pasar kabupaten.
Sarana lainnya yang dimiliki desa adalah listrik negara. Listrik sudah
menjadi alat penerangan di rumah penduduk, sehingga hampir setiap rumah
tangga memiliki televisi. Keadaan tersebut mempermudah untuk mendapatkan
informasi, baik dalam bentuk teknologi usahatani, harga pasar, sistem
pemasaran maupun informasi tentang politik dan keamanan.
12
3.1.1.2. Karakteristik Usahatani dan Jenis Usahatani
Usahatani yang dikelola oleh masyarakat di Desa Juli Mee Teungoh sangat
beragam dimana umumnya petani mengelola lebih dari satu jenis usahatani.
Beberapa jenis komoditas utama yang diusahakan masyarakat adalah tanaman
semusim seperti padi, sayuran dan cabe. Jenis tanaman perkebunan yang
dominan ditanam adalah kakao, pinang, dan kelapa. Tanaman hortikultura
berupa rambutan dan pisang. Adapun komoditas ternak yang banyak diusahakan
adalah sapi, kerbau, kambing, ayam dan itik.
3.1.1.3. Karakteristik Sosial Ekonomi dan Profil Masyarakat
Jumlah penduduk Desa Juli Mee Teungoh adalah 1.042 jiwa dengan 239
Kepala Keluarga yang terdiri dari 508 jiwa laki-laki dan 534 jiwa perempuan.
Rincian jumlah penduduk berdasarkan tingkat umur di Desa Juli Mee Teungoh
seperti pada Tabel 10.
Tabel 4. Sebaran Jumlah Penduduk Desa Juli Mee Teungoh BerdasarkanTingkat Umur.
No.Tingkat Umur
(Tahun)Laki-laki(Jiwa)
Perempuan(Jiwa)
Jumlah(Jiwa)
1. 0 9 55 57 112
2. 10 19 73 81 154
3. 20 29 102 100 202
4. 30 39 77 79 156
5. 40 49 73 71 144
6. 50 59 54 61 115
7. > 60 71 88 159
Sumber : Data Monografi Gampong Juli Mee Teungoh 2011
Sebagian besar penduduk bermata pencaharian petani. Berdasarkan jumlah
penduduk, penyebaran jumlah penduduk laki-laki dan perempuan relatif
berimbang. Dari 1042 jiwa penduduk Juli Mee Teungoh, sekitar 59% merupakan
penduduk umur kerja produktif (20 59 tahun), remaja (10 19 tahun)
sejumlah 15%, dan anak-anak (0 9 tahun) berjumlah 11%, dan selebihnya
(15%) adalah penduduk berusia lanjut yaitu penduduk berusia 60 tahun keatas.
13
3.1.2. Karakteristik Fisik di Lokasi Pengkajian di Kabupaten Aceh
Timur
Desa Lhok Asahan merupakan salah satu desa di Kecamatan Idi Timur
Kabupaten Aceh Timur dengan luas wilayah 230 Ha. Jarak desa ke ibukota
kecamatan 1,5 km, dan jarak desa ke ibukota kabupaten 6,5 km.
Batasan desa adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Seunebok Kuyun
Sebelah Timur berbatasan dengan Meunasah Jempa
Sebelah Selatan berbatasan dengan Keutapang Dua
Sebelah Barat berbatasan dengan Seunebok Tengoh
3.1.2.1. Topografi dan Karakteristik Tanah
Topografi dan karakteristik tanah di Kecamatan Idi Timur sangat
bervariasi. Ketinggian tempat berkisar antara 15 100 m dpl, dengan tingkat
kemiringan lahan antara 0% (datar) sampai 60%. Topografi datar umumnya
terdapat areal sawah, daerah pemukiman, selebihnya areal perkebunan, tegalan
dan padang pengembalaan.
Sebagian besar lahan usahatani di Desa Lhok Asahan tergolong subur,
jenis tanah Alluvial dengan tekstur liat lempung berpasir dan liat lempung
berpasir.
3.1.2.2. Lahan dan Tataguna Lahan
Keragaan lahan dan tata guna lahan di Desa Lhok Asahan Kecamatan Idi
Timur Kabupaten Aceh Timur seperti pada tabel berikut ini.
Tabel 5. Tataguna Lahan dan Jenis Peruntukan Lahan di Desa Lhok AsahanKecamatan Idi Timur Kabupaten Aceh Timur.
No. Jenis Peruntukan Lahan Luas (ha) (%)
1. Pemukiman dan Pekarangan 162 70,43
2. Tanah Sawah 15 6,52
3. Tanah Ladang 2 0,87
4. Perkebunan Rakyat 44 19,13
5. Lainnya 7 3,04
14
Dapat dilihat bahwa Desa Lhok Asahan tergolong sangat potensial sebagai
daerah pengembangan berbagai komoditas pertanian. Berdasarkan tingkat
penggunaan lahan, desa ini memiliki luas sekitar 230 ha, terdiri dari 6,52% tanah
sawah, 0,87% tanah ladang, 19,13% perkebunan rakyat, 70,43% pemukiman
dan pekarangan, dan 3,04% areal lainnya.
3.1.2.3. Infrastruktur dan Sumber Fisik Lainnya
Desa Lhok Asahan terdapat sarana dan infarastruktur di tingkat desa relatif
tersedia. Di desa ini terdapat 1 buah Surau sebagai sarana ibadah masyarakat
dan tempat pertemuan. Sarana dalam sektor pertanian cenderung relatif
memadai, terdapat 1 buah Kelompok Tani.
Keadaan transportasi di desa ini tergolong baik, sebagian besar jalan -
jalan dalam bentuk jalan aspal dan jalan pengerasan. Sebagian kecil lainnya
berupa jalan tanah, terutama jalan yang menuju ke areal tegalan dan
perkebunan. Kelancaran transportasi berakibat pula kepada mudahnya
pemasaran hasil pertanian. Produksi pertanian umunya dijual dalam 3 cara yaitu,
dijual pada pedagang penampung di desa, ke pedagang pengumpul di
kecamatan, atau ke pasar kabupaten.
Sarana lainnya yang dimiliki desa adalah listrik negara. Listrik sudah
menjadi alat penerangan di rumah penduduk, sehingga hampir setiap rumah
tangga di desa tersebut memiliki televisi. Keadaan tersebut mempermudah
diserapnya berbagai informasi, baik dalam bentuk teknologi usahatani, harga
pasar dan sistem pemasaran, maupun informasi tentang politik dan keamanan.
3.1.2.4. Karakteristik Usahatani dan Jenis Usahatani
Usahatani yang dikelola oleh masyarakat di Desa Lhok Asahan sangat
beragam dimana umumnya petani mengelola lebih dari satu jenis usahatani.
Beberapa jenis komoditas utama yang diusahakan masyarakat adalah tanaman
semusim seperti padi, sayuran dan cabe. Jenis tanaman perkebunan yang
dominan ditanam adalah kelapa sawit, kakao, pinang, dan kelapa. Tanaman
hortikultura berupa rambutan dan pisang. Adapun komoditi ternak yang banyak
diusahakan adalah sapi, kerbau, kambing, ayam dan itik.
15
3.1.2.5. Karakteristik Sosial Ekonomi dan Profil Masyarakat
Jumlah penduduk Desa Lhok Asahan adalah 331 jiwa dengan 62 Rumah
Tangga yang terdiri dari 180 jiwa laki-laki dan 151 jiwa perempuan. Sebagian
besar penduduk bermata pencaharian petani. Hubungan sosial masyarakat di
Lhok Asahan tergolong akrab, hubungan komunikasi antar masyarakat berjalan
baik .
Tabel. 6 Susunan pakan berdasarkan bahan kering
Bahan pakansusunan Formulasi ransum (%)
A0 A1 B0 B1 B2Hijauan 100 79.6 100 81.7 76.3
Pelepah sawit fermentasi 0 20.1 0 0 0
jerami padi fermentasi 0 0 0 18 0
kulit kakao fermentasi 0 0 0 0 23.4
Konsentrat 0 0.3 0 0.3 0.3
Total 100 100 100 100 100Berdasarkan dari jumlah bahan kering dari setiap ternak yang dilakukan
penelitian dimana pelepah sawit, jerami padi, dan kulit kakao. Hasil dari biomas
lokal yang terfermentasi.
Tabel. 7. Komposisi bahan pakan sesuai jumlah yang diberikan (Kg)
Bahan pakan Susunan Formulasi Ransum (Kg)
A0 A1 B0 B1 B2
Hijauan 18.63 15.49 18.46 15.36 14.44
Pelepah sawit fermentasi 0 3.91 0 0 0
jerami padi fermentasi 0 0 0 3.38 0
kulit kakao fermentasi 0 0 0 0 4.43
Konsentrat 0 0.06 0 0.06 0.06
Total 18.63 19.46 18.46 18.8 18.93Terlihat komposisi pakan yang diberikan berdasarkan dari berat badan dari
masing-masing ternak dalam penelitian.
16
Tabel. 8. Jumlah konsumsi pakan per-individu ternak selama penelitian 90 hari
(Kg)
BahanPakan
Ransum Perlakuan
A0 A1 B0 B1 B2PemberianPada Ternak 1676.7 1751.4 1661.4 1692 1703.7Sisa pakanyang diKonsumsi 0 0 0 0 0JumlahKonsumsiPakan 1676.7 1751.4 1661.4 1692 1703.7
Jumlah pakan diberikan untuk masing-masing ternak berdasarkan berat badan
selama dalam perlakuan.
17
Tabel. 9 Harga satuan bahan pakan (Rp/Kg) selama penelitian 90 hari
Bahan pakanHarga Perlakuan
Rp/Kg A0 A1 B0 B1 B2Hijauan Rp. 500 500 398 500 408 381Pelepah sawitfermentasi Rp. 3.500 0 713 0 0 0
jerami padi fermentasi Rp. 2.500 0 0 0 421 0
kulit kakao fermentasi Rp. 3.000 0 0 0 0 703
Konsentrat Rp. 1.290 0 3.87 0 3.87 3.87
Total 500 1114.9 500 862.9 1087.9
Tabel. 10 biaya konsumsi pakan (Rp/Kg) selama penelitian 90 hari
Perlakuan konsumsi Harga pakan Biaya Pakan(Kg) (Rp/Kg) (Rp)
A0 1676.7 Rp. 500 838,350A1 1751.4 Rp. 1114.9 1,952,636B0 1661.4 Rp. 500 830,700B1 1692.0 Rp. 862.9 1,458,504B2 1703.7 Rp. 1087.9 1,853,455
Tabel. 11 Total biaya produksi selama penelitian 90 hari
BiayaProduksi
Perlakuan
A0 A1 B0 B1 B2Bakalan 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000Obat-obatan 80,000 80,000 80,000 80,000 80,000Alat Produksi 140,000 140,000 140,000 140,000 140,000Upah 210,854 210,854 210,854 210,854 210,854Pakan 838,350 1,952,636 830,700 1,458.504 1,853,455Total 5,269,204 6,383,490 5,261,554 5,889,358 6,284,309
18
3.2. Pembahasan
4.2.1. Hasil Pengkajian
4.2.1.1. Pertambahan Bobot Badan Selama Penelitian
Rata-rata pertambahan bobot badan sapi selama penelitian 90 hari
perlakuan A0 (perlakuan petani) mencapai pertambahan bobot badan sebesar
36.09 Kg/ekor/hari, perlakuan A1 ( 50% pelepah sawit, tambah 50% hijauan
tambah 1% konsentrat) menghasilkan penambahan bobot badan mencapai
68.01 Kg/ekor/hari. Dari hasil data penelitian yang diperoleh dari kedua
perlakuan A (A0, A1) memberikan perbedaan tingkat pertambahan bobot badan
sapi yang nyata. Hal ini menunjukkan bahwa Perlakuan A1 dengan penambahan
bahan pakan pelepah sawit hasil fermentasi lebih baik dibandingkan dengan
perlakuan A0 (perlakuan petani). Proses fermentasi dengan menambahkan
probiotik bertujuan untuk memutuskan ikatan selulosa atau hemiselulosa dengan
lignin sehingga mampu menurunkan kadar lignin yang terdapat dalam pelepah
sawit segar, pada perlakuan petani dengan pemberian hijauan dikhawatirkan
masih tingginya kandungan serat kasar bahan pakan.
Hassan dan Ishida (1992) melaporkan bahwa tingkat kecernaan bahan
kering pelepah sawit dapat mencapai 45% dalam bentuk perlakuan fermentasi
yang dikombinasikan dengan bahan lain atau konsentrat.
Rata - rata pertambahan bobot badan selama pemeliharaan 90 hari
perlakuan B0 (perlakuan petani) sebesar 38.97 kg/ekor/hari, perlakuan B1
(pemakaian 50% jerami padi permentasi tambah 50% hijauan tambah 1%
konsentrat) sebesar 72.66 Kg/ekor/hari dan perlakuan B2 (kulit buah kakao
permentasi hjauan tambah 1% Konsentat) sebesar 60.66 Kg/ekor/hari.
Dari hasil data penelitian yang diperoleh B0, B1, dan B2 secara statistik
menunjukkan perbedaan tingkat pertambahan bobot badan ternak sapi yang
nyata terutama antara perlakuan petani (B0) dengan perlakuan penambahan
bahan pakan hasil fermentasi yaitu B1 dan B2. Namun perbedaan pertambahan
bobot bobot badan ternak sapi yang diberikan pakan perlakuan hasil fermentasi
antara B1 dengan B2 memperlihatkan selisih yang tidak terlalu jauh. Hal ini
disebabkan karena pengaruh hasil proses fermentasi jerami padi (B1) yang
menunjukkan serat-seratnya sudah terurai semua sehingga memberikan daya
19
cerna lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan petani maupun perlakuan
penambahan kulit buah kakao difermentasi.
Tingkat daya cerna pakan yang dikonsumsi dapat menunjukkan tingkat
tinggi rendahnya penambahan bobot badan, karena dapat memberikan
gambaran seberapa banyak pakan yang dikonsumsi ternak dapat diserap oleh
pili-pili usus untuk membentuk otot daging dan tidak banyak di buang dalam
bentuk feses. Fitriani (2003) menyatakan bahwa perlakuan amoniasi jerami padi
dengan aditif mikroba dapat meningkatkan nilai kecernaan NDF dan
hemisellulosa rumput.
Pada sistem pemeliharaan yang dilakukan petani atau perlakuan petani
(perlakuan A0, perlakuan B0) dapat memberikan pertambahan bobot badan
harian sapi sebesar 400 433 gram, perbaikan tatalaksana dalam hal
pengelolaan sistem pengolahan bahan pakan dan pemberikan pakan bernilai gizi
tinggi dapat memberikan tingkat pertambahan bobot badan harian antara 700
1000 gram (perlakuan adopsi).
Tabel 12. Rataan Pertambahan Bobot Badan Sapi Selama Penelitian(Kilogram/Ekor/hari).
PerlakuanUlangan
Total Rata-rata1 2 3
A0 32.31 36.99 38.97 108.27 36.09a
A1 66.96 68.04 69.03 204.03 68.01c
B0 38.97 39.96 37.98 116.91 38.97a
B1 69.03 37.98 74.97 217.98 72.66c
B2 56.97 62.01 63.0 181.98 60.66b
Ket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan B1 berbeda nyata dengan perlakuan A1 dan B2(P>0,05)
20
Gambar 1. Grafik rata rata Pertambahan Bobot badan ternak sapi selamapenelitian.
Keterangan: A0: Perlakuan petani
A1: Perlakuan pelepah sawit terfermentasi
B0: Perlakuan petani
B1: Perlakuan jerami terfermentasi
B2: Perlakuan kakao terfermentasi
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa tingkat pertambahan bobot badan
sapi selama penelitian antara perlakuan petani dan teknologi yang diberikan
meningkat, artinya penambahan bahan pakan ternak hasil proses fermentasi
dengan memanfaatkan limbah hasil pertanian dalam ransum pakan memegang
peranan penting dalam meningkatkan bobot badan ternak sapi dalam usaha tani
ternak terutama pemakaian hasil fermentasi jerami padi dalam pakan ternak.
4.2.1.2. Konsumsi Ransum Selama Penelitian
Pemberian pakan pada sapi ini sebanyak 10% dari bobot badan. Untuk
perlakuan A komposisi bahan pakan yang disusun terdiri dari dua macam
perlakuan yaitu ; perlakuan A0 pemberian pakan dilakukan oleh petani peternak
atau perlakuan petani berupa hijauan segar 100%, dan perlakuan A1 (50%
Pertambahan Berat Badan Sapi (Kg)
A0A1B0B1B2
21
Hijauan, 50% pelepah sawit difermentasi, 1% konsentrat). Selama penelitian
pakan yang diberikan semua habis dimakan oleh ternak sapi tidak ada yang
tersisa dari sejumlah pakan yang diberikan. Berdasarkan jumlah perhitungan
10% dari bobot badan menunjukkan perbedaan yang tidak terlalu jauh antara
perlakuan A0 dengan perlakuan A1 dari jumlah pemberian pakan per-hari sampai
akhir penelitian.
Hasil data penelitian menunjukkan bahwa perlakuan A0 konsumsi pakan
sebanyak 1676.7 Kg, dan perlakuan A1 lebih tinggi yaitu sebanyak 1751.4 kg.
Adanya perbedaan antar perlakuan disebabkan karena pakan perlakuan dengan
penambahan bahan pakan pelepah sawit hasil fermetasi memiliki daya kecernaan
yang tinggi sehingga dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh ternak untuk
metabolisme tubuh baik itu untuk reproduksi, dan produksi serta meningkatkan
bobot tubuh. Daya cerna terhadap pakan yang dikonsumsi oleh ternak dapat
menunjukkan tingkat kualitas pakan yang diberikan baik itu palatabilitas,
kesegaran, maupun daya tahan penyimpanan pakan.
Untuk perlakuan B komposisi bahan pakan yang disusun terdiri dari tiga
macam perlakuan yaitu ; perlakuan B0 : pemberian pakan dilakukan oleh petani
peternak atau perlakuan petani berupa hijauan segar 100%, perlakuan B1 : (50%
Hijauan, 50% jerami padi difermentasi, 1% konsentrat), dan perlakuan B2 : (50%
Hijauan, 50% kulit buah kakao difermentasi, 1% konsentrat). Selama penelitian
pakan yang diberikan semua habis dimakan oleh ternak sapi tidak ada yang
tersisa. Berdasarkan jumlah perhitungan 10% dari bobot badan menunjukkan
perbedaan yang tidak terlalu jauh antara perlakuan B0 dengan perlakuan
memakai bahan pakan hasil fermentasi yaitu ; perlakuan B1 dan perlakuan B2
dari jumlah pemberian pakan per-hari sampai akhir penelitian.
Konsumsi pakan selama penelitian menunjukkan bahwa pada perlakuan
B0 mengkonsumsi pakan sebanyak 1661.4 Kg, perlakuan B1 sebanyak 1692 Kg,
dan perlakuan B2 sebanyak 1703.7 Kg. Berdasarkan hasil penelitian didapat
bahwa tingkat konsumsi pakan perlakuan B1 dan B2 lebih tinggi dibandingkan
pakan perlakuan B0. Disebabkan karena tingkat daya cerna bahan pakan hasil
fermentasi terutama kulit buah kakao dan jerami padi sehingga dimanfaatkan
oleh ternak. Hasil fermentasi jerami padi juga membuat tingkat daya cerna serat
kasar tinggi dibandingkan perlakuan pakan penelitian lainnya (A0, A1, B0, dan B2).
22
Menurut Zainuddin (1995), kulit buah kakao mengandung 16.5% protein dan
9.8% lemak dan setelah dilakukan fermentasi kandungan protein meningkat
menjadi 21.9% serta mampu menurunkan kadar serat kasar dari 16.42 menjadi
10.15%.
Konsumsi pakan ditentukan oleh, kualitas pakan dan frekuensi pemberian
pakan yang memberikan pengaruh besar terhadap pertambahan bobot badan
dan biaya produksi selama pemeliharaan sapi atau penelitian berlangsung.
Walaupun seekor ternak memiliki potensi genetik tinggi, akan tetapi apabila tidak
didukung oleh makanan yang baik mutu dan cukup jumlahnya, maka ternak
kurang dapat menampilkan potensi tersebut.
4.2.1.3. Konversi Ransum Selama Penelitian
Hasil penelitian pada pakan perlakuan A menunjukkan bahwa tingkat
konversi pakan untuk pakan perlakuan petani A0 sebesar 46,4 Kg dan perlakuan
A1 (pelepah sawit fermentasi) 25,7 Kg. Berdasarkan hasil data selama penelitian
terlihat bahwa nilai konversi ransum pakan perlakuan dengan penambahan
bahan pakan hasil fermentasi lebih rendah dibandingkan dengan pakan
perlakuan petani artinya pakan perlakuan penelitian disukai oleh ternak karena
memiliki tingkat palatabilitas pakan yang tinggi dan mudah dicerna oleh ternak.
Konversi ransum merupakan perbandingan jumlah ransum yang
dikonsumsi ternak sapi dengan pertambahan bobot badan yang diperoleh selama
waktu tertentu atau selama penelitian berlangsung. Semakin tinggi nilai konversi
ransum maka semakin banyak pakan yang dibutuhkan untuk menaikkan bobot
badan persatuan bobot ternak sapi. Pada dasarnya konversi ransum
menggambarkan kemampuan ternak sapi dalam memanfaatkan pakan yang
diberikan.
Sedangkan pada pakan perlakuan B menunjukkan bahwa tingkat konversi
pakan untuk pakan perlakuan petani B0 sebesar 42,6 Kg, perlakuan B1 (jerami
padi fermentasi) 23,3 Kg dan perlakuan B2 (kulit buah kakao fermentasi) sebesar
28,1 Kg. Selisih hasil data selama penelitian terlihat bahwa nilai konversi ransum
paling bagus (rendah) adalah pakan perlakuan penelitian B1 bila dibandingkan
dengan pakan perlakuan B0 dan pakan perlakuan B2 ini berarti pemanfaatan
pakan perlakuan B1 yang dikonsumsi oleh ternak sapi dalam meningkatkan
23
pertambahan bobot badan atau pembentukkan otot daging sangat efisien
dibandingkan dengan dengan pakan perlakuan lainnya (B0, B2). Menurut
Ensminger dan Olentine (1978), semakin kecil angka konversi pakan berarti
semakin hemat biaya usaha peternakan dan semakin tinggi keuntungan yang
diperoleh.
Tabel. 13 Rataan Konversi pakan selama penelitian 90 hari (Kg)
PerlakuanKonsumsi PBB Konversi ransum
(Kg) (Kg) (Kg)
A0 1676.7 36.09 46.7c
A1 1751.4 68.01 25.7a
B0 1661.4 38.97 42.6c
B1 1692 72.66 23.3a
B2 1703.7 60.66 28.1b
Ket. Data perlakuan menunjukkan bahwa perlakuan B1 berbeda nyata dengan perlakuan A1 danB2 (P>0,05)
Gambar.2 Rata-rata tingkat konversi pakan sapi selama penelitian
Konversi ransum (Kg)
A0A1B0B1B2
24
4.2.1.4. Palatabilitas ransum
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa ternak sapi selama
penelitian memperlihatkan palatabilitas sama terhadapa semua perlakuan baik itu
pakan perlakuan A0, A1. B0, B1, dan B2 disebabkan setiap jumlah pakan yang
diberikan selalu habis tanpa tersisa ditempat pakan, namun pada pakan
perlakuan B1 (jerami padi difermentasi) lebih disukai ternak sapi dibandingkan
pakan perlakuan lainnya karena tingkat daya cerna yang tinggi.
4.2.1.5. Angka Mortalitas
Tidak ada mortalitas atau terjadi kematian pada ternak.
4.2.1.6. Kesehatan ternak
Dalam mengatasi penyakit ternak sapi selama penelitian dari penyakit
internal dan eksternal, dilakukan dengan menggunakan obat-obatan yang ada di
pasaran jenis obat-obatan yang digunakan menpunyai efikasi di atas 80%.
Ternak yang secara klinis sudah menunjukkan tanda-tanda akan berjangkit
penyakit dipindahkan ke kandang isolasi utnuk diobati. Selain itu diberikan juga
vitamin B-complek dengan cara injeksi muscular yang bertujuan untuk
menambah nafsu makan ternak sapi dengan demikian dapat membantu
percepatan pertambahan bobot badan dan menpertahankan daya tahan tubuh
terhadap serangan penyakit. Selain itu juga dilakukan sanitasi secara rutin
terhadap lokasi, ternak, dan kandang untuk mencegah berkembangnya penyakit
baik yang disebabkan oleh bakteri, virus, maupun lingkungan
4.2.1.7. Analisa ekonomi (B/C Ratio)
Telah diketahui bahwa pakan merupakan biaya produksi terbesar dalam
suatu usaha peternakan baik itu ternak ruminansia maupun non ruminansia. Oleh
karena itu biaya pakan perlu ditekan serendah mungkin agar diperoleh
pendapatan yang lebih baik atau setinggi mungkin. Pendapatan merupakan
selisih antara penerimaan dan biaya produksi selama penelitian, dimana semakin
besar produksi yang dihasilkan semakin besar pula penerimaannya. Faktor-faktor
yang mempengaruhi perhitungan analisis ekonomi (B/C ratio) adalah : konsumsi
ransum, bobot badan akhir, harga beli sapi, harga lainya dianggap sama.
25
Pemanfaatan limbah hasil pertanian (pelepah sawit, jerami padi, kulit
buah kakao) yang dilakukan pengolahan dengan cara fermentasi ternyata
memberikan dampak positif terhadap percepatan pertambahan bobot badan
ternak sapi penelitian, yang memberikan selisih tingkat keuntungan yang tinggi
yang diperoleh dari masing- masing pakan pelakuan dengan penambahan bahan
pakan hasil fermentasi tersebut. Dari hasil analisis ekonomi terhadap berbagai
jenis pakan perlakuan penelitian (A0,A1,B0,B1,B2) ; Pakan perlakuan A0
menghabiskan biaya produksi Rp. 5.269.204,- , keuntungan Rp. 2.514.446,-
dengan B/C ratio 1,47 ; Pakan perlakuan A1 biaya produksi Rp. 7.774.049,-
keuntungan Rp. 1.417.301,- dengan B/C ratio 1,18 ; Pakan perlakuan B0 biaya
produksi Rp. 5.261.554,-, keuntungan Rp 2.563.396,- dengan B/C ratio 1,48 ;
Pakan perlakuan B1 biaya produksi Rp. 7.259.658,-, Keuntungan Rp. 1.863.442, -
, dengan B/C ratio 1,25 ; dan pakan perlakuan B2 Biaya produksi Rp. 7.877.217,-
, keuntungan Rp. 871.383,- B/C ratio 1,11.
Berdasarkan data hasil penelitian usaha ternak sapi tentang perhitungan
analisis ekonomi menunjukkan bahwa pakan perlakuan B1 (jerami padi
difermentasi), memberikan keuntungan yang lebih besar dengan biaya produksi
rendah serta B/C ratio yang tinggi dibandingkan dengan pakan perlakuan
penelitian dengan penambahan bahan pakan hasil fermentasi lainnya (A1, B2).
Dapat disimpulkan perlakuan pakan B1 dengan memanfaatkan jerami padi yang
diolah dengan cara fermentasi dapat membantu petani ternak dalam
memanfaatkan produk limbah pertanian, sehingga dapat menurunkan
ketergantungan terhadap ketersediaan hijauan pakan. Pemanfaatan limbah
pertanian dapat dilakukan sejalan dengan pengolahan lahan pertanian dan
pengaturan penanaman hijauan makanan ternak.
Pakan perlakuan yang dilakukan petani atau perlakuan petani (A0, B0)
berdasarkan data tingkat analisis ekonominya lebih tinggi dibandingkan pakan
perlakuan penelitian dengan penambahan bahan pakan hasil fermentasi lainnya,
hal ini disebabkan karena pakan perlakuan petani jumlah biaya produksi lebih
rendah dengan hanya memakai pakan hijauan saja tanpa penambahan pakan
lainnya namun tidak memberikan tingkat pertambahan bobot badan yang tinggi
seperti pada perlakuan penelitian dengan memakai bahan pakan hasil fermentasi
lainnya (A1, B1, B1).
26
Biaya produksi adalah sejumlah kompensasi yang diterima pemilik faktor
produksi, yang digunakan dalam proses produksi, dan biaya adalah suatu nilai
yang dikorbankan untuk produksi (Teken dan Asnawi, 1977). Penerimaan adalah
hasil perkalian antara jumlah produksi fisik dengan harga satuan dari produksi
tersebut. Dalam hal ini jelas bahwa harga dari jumlah produksi sangat
menentukan besar kecilnya penerimaan (Bishop dan Toussaint, 1979).
Sedangkan pendapatan adalah jumlah penerimaan total dari hasil usaha setelah
dikurangi biaya riil usaha (Adiwilaga, 19820).
Untuk menilai kelayakan ekonomi dari hasil penelitian maka digunakan
analisa tingkat keuntungan dan rasio manfaat biaya (B/C Ratio).
Tabel. 14 Hasil produksi ternak sapi selama penelitian 90 hari
PerlakuanBobot
Badan AwalPBB
BobotBadanAkhir
Harga KarkasRp/Kg
Penerimaan
A0 186.3 36.09 222.39 Rp. 35.000 Rp. 7.783.650
A1 194.6 68.01 262.61 Rp. 35.000 Rp. 9.191.350
B0 184.6 38.97 223.57 Rp. 35.000 Rp. 7.824.950
B1 188.0 72.66 260.66 Rp. 35.000 Rp. 9.123.100
B2 189.3 60.66 249.96 Rp. 35.000 Rp. 8.748.600
Tabel. 15 keuntungan bersih selama penelitian 90 hari
Perlakuan PenerimaanBiaya produksi Keuntungan
(Rp) (Rp)
A0 Rp. 7.783.650 Rp. 5.269.204 Rp. 2.514.446
A1 Rp. 9.191.350 Rp. 6.383.490 Rp. 2.807.860
B0 Rp. 7.824.950 Rp. 5.261.554 Rp. 2.563.396
B1 Rp. 9.123.100 Rp. 5.889.358 Rp. 3.233.742
B2 Rp. 8.748.600 Rp. 6.284.309 Rp. 2.464.291
27
Tabel. 16 Nilai B/C Ratio selama penelitian 90 Hari
Perlakuan PenerimaanBiaya produksi
B/C Ratio(Rp)
A0 Rp. 7.783.650 Rp. 5.269.204 1.47
A1 Rp. 9.191.350 Rp. 6.383.490 1.44
B0 Rp. 7.824.950 Rp. 5.261.554 1.48
B1 Rp. 9.123.100 Rp. 5.889.358 1.55
B2 Rp. 8.748.600 Rp. 6.284.309 1.39
Tabel. 17 Analisis tingkat keuntungan (%) selama penelitian 90 hari
Perlakuan KeuntunganBiaya
produksi Tingkat Kelayakan(Rp) (Rp) Keuntungan (%) Usaha
A0 Rp. 2.514.446 Rp. 5.269.204 47.72 Layak
A1 Rp. 2.807.860 Rp. 6.383.490 43.98 Layak
B0 Rp. 2.563.396 Rp. 5.261.554 48.72 Layak
B1 Rp. 3.233.742 Rp. 5.889.358 54.90 Layak
B2 Rp. 2.464.291 Rp. 6.284.309 39.21 Layak
4.2.2. Temu Lapang dan Workshop
4.2.2.1. Temu Lapang
Kegiatan temu lapang dilaksanakan pada tanggal 14 November 2012 di
Aula Puskeswan Alue Bu Kecamatan Peureulak Barat, dan peserta yang
mengikuti acara ini sebanyak 60 orang terdiri dari : Kepala Dinas Peternakan,
Kepala Badan Penyuluhan Pertanian, anggota kelompok Asahan Jaya dan
anggota kelompok ternak desa lainnya, petugas lapangan, penyuluh BPP Idi
Timur. Tujuan temu lapang adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan peternak dalam pengelolaan jerami padi sebagai pakan alternatif
sapi.
Selanjutnya melakukan demontrasi pembuatan pakan dari bahan jerami
padi yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan sapi. Dalam upaya memperbaiki
28
ketersediaan pakan dalam jumlah cukup perlu mencari pola pakan alternatif yang
berasal dari limbah yang tersedia sepanjang saat.
Temu lapang selanjutnya pada tanggal 27 November 2012 berlokasi di
kelompok tani ternak Sabena Rahmat Desa Juli Mee Tengoh yang diikuti oleh 60
anggota kelompok. Kegiatan yang dilakukan berupa demontarsi pembuatan urea
mineral blok sebagai feed suplemen. Pada umumnya petani peternak yang ada
dalam kelompok sistem budidayanya masih tradisional dimana sumber pakan
hanya berasal dari rumput lapang sehingga pada musim kemarau menyebabkan
kekurangan pakan.
Dengan adanya demontrasi tersebut peternak telah dapat memanfaatkan
jerami padi sebagai pakan alternatif. Pakan merupakan salah satu hal penting
dalam peningkatan produktivitas selain harus berkualitas, pakan juga harus
ekonomis supaya dapat memberi keuntungan bagi peternak.
4.2.2.2. Workshop
Pelaksanaan workshop telah dilakukan pada tanggal 5 Desember 2012
bertempat di Aula Dinas Pertanian Peternakan Perkebunan dan Kehutanan
Kabupaten Bireuen dan acara dibuka oleh Bapak Sekretaris Dinas Pertanian
Peternakan Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bireuen. Peserta yang
mengikuti acara ini terdiri dari lingkup Dinas Pertanian Peternakan Perkebunan
dan Kehutanan, Badan Penyuluhan, koordinator penyuluh kecamatan, petugas
IB/Puskeswan, penyuluh lapangan berjumlah 60 orang.
Tujuan workshop adalah sosialisasi hasil kegiatan kajian peluang analisa
usahatani integrasi ternak sapi dengan tanaman dalam rangka mendukung
swasembada daging sapi 2014 di provisi aceh pada Penyuluh Peternakan.
29
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pertambahan bobot badan sapi selama penelitian mengalami kenaikan
yg signifikan dengan pemberian ransum perlakuan yang terdiri dari
pakan perlakuan A0 36.09 Kg/ekor/hari ; Perlakuan A1 68.01
kg/ekor/hari ; Perlakuan B0 38.97 kg/ekor/hari ; Perlakuan B1 72.66
kg/ekor /hari ; dan perlakuan B2 60.66 Kg/ekor/hari.
2. Pemberian pakan perlakuan B1 (jerami padi 50%, hijauan %,
konsentrat 1%) memberikan tingkat keuntungan yang besar dengan
biaya produksi yang rendah dibandingkan dengan pemberian pakan
perlakuan lainnya (A1, B2).
3. Pemanfaatan limbah pertanian seperti pelepah sawit, jerami padi,
kulit buah kakao yang di olah dengan cara fermentasi memberikan
tingkat palatabilitas yang tinggi dibandingkan perlakuan petani.
5.2 Saran - saran
Perlu diupayakan penelitian yang keberlanjutan sehingga dapat
memberikan data yang akurat dan sistematis dalam perbaikan data statistik
kepada masyarakat. Selain itu juga adanya peningkatan mutu genetik ternak
lokal.
30
VI. KINERJA HASIL KEGIATAN
Pelaksanaan kegiatan kajian peluang analisa usaha tani integrasi ternak
sapi dengan tanaman (padi, sawit, kakao). Dalam rangka mendukung
swasembada daging 2014 di Propinsi Aceh merupakan suatu kajian yang
memberi dampak yang sangat baik dan berjalan lancar. Kegiatan ini merupakan
kajian yang memberi dampak yang positif terhadap lingkungan yang mana
biomas yang tersisa atau terbuang merupakan salah satu alternatif dalam
penyediaan hijauan pakan guna mengganti kebutuhan hijauan pada ternak.
Kajian ini telah di adopsi oleh kelompok tani yang berada di sekitar lokasi kajian.
Keluaran yang diperoleh dari hasil kegiatan Tingkat kematian pada anak
sapi (pedet) dapat ditekan sekitar 5%. Adanya sentral kelompok ternak
berwawasan agribisnis pembibitan dan penggemukan di daerah daerah.
31
DAFTAR PUSTAKA
Hassan dan Ishida. 1992. Pola Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi Sebagai Penjamin Ketersediaan Pakan Ternak. Juornal UripSantoso.
Adiwilaga, A. 1982. Ilmu Usaha Tani. Alumni, Bandung.
Anonymous. 1983. Hijauan Makanan Ternak, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Batubara, 2003. Potensi Integrasi Peternakan dengan Perkebunan Kelapa Sawitsebagai Simpul Agribisnis Ruminan. Wartazoa 13 (3): 83-91.
Bishop,C.L dan W.D. Toussaint. 1979. Pengantar Analisa Ekonomi (BPFE),Yogyakarta.
Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan, 2011. Data Base Peternakan ProvinsiAceh. Banda Aceh.
Diwyanto, K., Priyanti dan Zainuddin. 1996. Pengembangan ternak berwawasanagribisnis di pedesaan dengan memanfaatkan limbah pertanian danpemilihan bibit yang tepat. J. Litbang Pertanian.
Djajanegara, A., B. Risdiono, Priyanti, D. Lubis dan K. Diwiyanto. 2001. Crop-Animal Systems Research Network (CASREN) Indonesia. LaporanPenelitian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.
Ensmingert, M.E dan Ollentin. 1978. Feed And Nutrition Complete. First Edition.The Ensminger Publishing Company, Cloves, California.
Fitriani. 2003. Analisis Usaha Penggemukan Sapi Yang Diberi pakan Jerami padiFermentasi ditambah Aktivator Mikroorganisme. Skripsi JurusanPeternakan Unsyiah, Darussalam Banda Aceh.
Haryanto, B. 2000. Pemanfaatan Jerami Padi untuk Pakan Ternak dan StrategiPemberian Pakan Sapi Potong. Materi Pelatihan. RevitalisasiKeterpaduan Usaha Ternak dalam Sistem Usahatani. Pusat Penelitiandan Pengembangan Peternakan. Bogor.
Lubis, D.A. 1953. Ilmu Makanan Ternak. PT.Pembangunan, Jakarta
Marsetyo, 2009. Dinamika Penellitian Sawit terhadap Pengembangan Integrasidengan Ternak Sapi. Workshop Nasional. Pusat Penelitian dan Pengem-bangan Peternakan, Bogor.
Musofie, A. 2002. Peran Ternak Sapi Potong dalam Sistem Usaha PertanianOrganik. Lokakarya SIPT-2. Strategi dan Teknologi Sistem IntegrasiPadi Ternak. Dinas Pertanian Pemerintahan Provinsi D I Yogyakarta.
32
Nasrullah dan A.Ella. 1993. Limbah Pertanian dan Prospeknya Sebagai SumberPakan Ternak di Sulawesi Selatan, Makalah, Ujung Pandang.
Priyanti, A. dan Djajanegara. 2004. Pengembangan Usaha Sapi Potong PolaIntegrasi. Prosiding Lokakarya Nasional Sapi Potong Menuju 2020.Strategi Pengembangan Sapi Potong dengan Pendekatan Agribisnis danBerkelan-jutan, Yogyakarta, 8-9 Oktober 2004. Badan LitbangPertanian. Puslitbang Peternakan Bogor, 77 83.
Syamsu. 2006. Kajian Penggunaan Starter Mikroba dalam Fermentasi Jerami PadiSebagai Sumber Pakan pada Peternakan Rakyat di Sulawesi Tenggara,Seminar Nasional Bioteknology, Puslit Bioteknology LIPI, Bogor.
Teken, I.G.B. dan Asnawi. 1977. Teori Ekonomi Mikro. Departemen Ilmu-IlmuSosial Ekonomi, Fakultas Pertanian IPB. Erlangga, Bogor.
Usman, DJ. H. 1999. Kondisi Sapi Potong dan Program Peningkatan Mutu SapiPotong di NTB. Makalah pada Seminar Pengembangan Sapi Potong diBagian Timur Indonesia. Kerjasama Dirjen Peternakan dan PemerintahJepang. 18 Februari.
Wahyu. 1991. Ilmu Nutrisi Ternak. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Winamo. 1979. Biofermentasiclan Biosintesa Protein, Angkasa. Bandung.
Yacop. 1998. Study Kelayakan Bisnis, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Zainuddin. 1995. Kecernaan dan Fermentasi Limbah Kakao serta Manfaatnya.Kumpulan Hasil-hasil Pertanian APBN TA 94/95, Balia Penelitian TernakCiawi, Bogor.
33
Lampiran 3. Organisasi Pelaksana Kegiatan
No NamaJabatan dalam
KegiatanUraian Tugas
Alokasi
Waktu
(Jam/mg)
1. Ir. Nani Yunizar Penjab Kegiatan Mengkoordinir kegiatan mulai
perencanaan sampai laporan
10
2. Ir. Elviwirda Pelaksana - Menyusun proposal danlaporan
5
3. Ir. Syarifah Raihana Pelaksana - Mengolah dan menganalisisdata
- Mengumpulkan data
5
4. Bardi Ali, S.Pt Pelaksana - Pelaksana 5
5. Ratna Ellis Rajab Pelaksana - Pelaksana 5
6. Eka Fitria, SP Pelaksana - Pelaksana 5
7. Rizki Ardiansyah, SP Pelaksana - Pelaksana 5
8. Masykura, S.ST Pelaksana - Pelaksana 5
9. Suryani Novita Pelaksana - Pelaksana 5
34
Kandang Koloni
Monitoring KA BPTP dan Program
35
Pemberian Obat Cacing
Pembuatan Kosentrat
36
Pengolahan Pelepah Sawit
Penimbangan Ternak
37
Hasil Olahan Pelepah Sawit
Penimbangan Ternak
38
Pemberian Jerami Padi
Nara Sumber Temu Lapang
Kegiatan Temu Lapang
Top Related