Kajian Geomorfologi Daerah Meureubo, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh

download Kajian Geomorfologi Daerah Meureubo, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh

of 4

Transcript of Kajian Geomorfologi Daerah Meureubo, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh

  • 8/17/2019 Kajian Geomorfologi Daerah Meureubo, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh

    1/4

    YURDA MARVITA

    1104107010006

    TEKNIK GEOFISIKA

    KAJIAN GEOMORFOLOGI DAERAH MEUREUBO,

    KABUPATEN ACEH BARAT, PROVINSI ACEH

    Pulau Sumatra merupakan salah satu pulau di Indonesia yang berada pada zona subduksi,

    sehingga pulau ini mempunyai tingkat aktifitas tektonik dan vulkanik yang cukup tinggi. Zona

    subduksi ini merupakan pertumbukan antara lempeng Samudra yaitu lempeng Indo-Australia dan

    lempeng Benua yaitu lempeng Eurasia, yang mana lempeng Indo-Australia menunjam ke bawah

    lempeng Eurasia dengan arah miring sekitar 45o, dan zona subduksi tersebut terus aktif dengan

    mengalami pergeseran setiap tahunnya sekitar 50-70 cm/tahun (Prawirodirjo, et.al, 2000).

    Kondisi ini mengakibatkan bagian barat pulau Sumatra terangkat dan pada bagian timur relatif

    turun dan terbentuknya deretan Bukit Barisan dengan jalur vulkanik ditengahnya serta

    mengakibatkan terbentuknya Sesar Sumatra yang membelah pulau Sumatra dari Selat Sunda

    hingga dengan Kepulauan Andaman dibagian barat Provinsi Aceh.

    Daerah Meureubo merupakan salah satu kecamatan di Aceh Barat yang berada pada

     pulau Sumatra yang secara regional, daerah Meureubo ini terletak pada zona Sistem Sesar

    Sumatra (Sumatra Fault System) yang berarah barat-selatan, dan daerah Meureubo ini

    merupakan daerah penambangan batubara pertama yang terdapat di Aceh. Sehingga perlu untuk

    mengkaji tentang geomorfologi daerah ini.

    Secara regional menurut penyelidikan terdahulu oleh N.R Cameron dan kawan-kawan

    (1983), daerah Aceh barat dan sekitarnya termasuk di dalam salah satu cekungan Busur muka

    sedimentasi Neogen Aceh Barat, dimana cekungan ini dibentuk oleh sedimentasi yang

    lingkungan pengendapannya Fluviatil sampai Sub Litoral. Batuannya yaitu batupasir, batulanau,

    serpih, sedimen konglomerat, dan batugamping. Formasi-formasi yang ada di dalam cekungan

    ini terletak tidak selaras di atas batuan dasar Formasi Gume (Mugm) yang berumur Kapur

    Bawah . Adapun formasinya secara geologi umum, adalah sebagai berikut:

  • 8/17/2019 Kajian Geomorfologi Daerah Meureubo, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh

    2/4

      Formasi Gume

    Formasi Gume, terdiri dari meta vulkanik, breksi dan basaltik yang berumur Kapur awal,

    lingkungan pengendapan darat.

      Formasi Tangla

    Tidak selaras diatasnya diendapkan Formasi Tangla terdiri dari konglomerat basal, breksi,

     batu lumpur, batu pasir dan vulkanik andesitik berumur Oligosen Akhir, diendapkan di

    lingkungan fluviátil sampai paralik.

      Formasi Kueh

    Selaras diatas Formasi Tangla diendapkan Formasi Kueh, terdiri dari batuan breksi,

    konglomerat batupasir dengan lingkungan pengendapan laut berumur Pra-Tersier,

     berumur Miosen Tengah.

     

    Formasi Calang

    Tidak selaras di atas formasi Kueh diendapkan formasi Calang, terdiri dari batuan ma£ic

    lava basaltik, aglomerat dan piroklastik dalam lingkungan pengendapan laut berumur

    Pra-Tersier.

      Formasi Tutut

    Tidak selaras diatas Formasi Calang diendapkan formasi Tutut yang mempunyai

     penyebaran yang cukup luas di daerah penyelidikan, batuannya terdiri dari perselingan

    antara batupasir, lempung, konglomerat serta lapisan tipis batubara. Ketebalan dariformasi ini adalah lebih kurang 500 meter memberikan indikasi lingkungan pengendapan

    Fluviátil sampai Sublitoral berumur Pliopleistosen.

      Formasi Meulaboh

    Selaras di atas Formasi Tutut diendapkan Formasi Meulaboh berumur Pleistosen, dalam

    lingkungan pengendapan fluviátil, batuannya terdiri dari batupasir dan kerikil. Batupasir

     berwarna coklat kekuningan sampai abu-abu, berbutir halus sampai kasar dan mudah

    diremas.

    Struktur geologi daerah Meureubo relatif masih sederhana, terutama pada Formasi Tutut

    dan Formasi Meulaboh, keadaan perlapisannya pada umumnya mempunyai kemiringan yang

    landai yaitu berkisar antara 4° - 10°. Hal ini menunjukan pengaruh gaya regional di cekungan ini

    kecil saja mengingat umur dari cekungan relatif tergolong muda yaitu Tersier Atas.

  • 8/17/2019 Kajian Geomorfologi Daerah Meureubo, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh

    3/4

     

    Gambar Citra Google Earth daerah Meureubo (Diakses tanggal 4 Januari 2014)

    Geomorfologi

    Daerah Meureubo merupakan daratan berbukit-bukit landai dibagian utara dan bagian

    selatan dibatasi oleh laut. Kemiringan lereng perbukitan berkisar antara 10o  hingga 20o, akan

    tetapi pada beberapa tempat dapat mencapai lebih dari 20o, ditempati oleh batupasir, lempung

    dan konglomerat yang membentuk perbukitan bergelombang. Daerah penyelidikan mempunyai

    ketinggian rata-rata antara 50 meter hingga 100 meter, akan tetapi di beberapa tempat dapat

    mencapai ketinggian >100 meter di atas permukaan laut.

    Pola aliran sungai yang berkembang di daerah Meureubo, yaitu sungai Meureubo yang

    membelah kota Meulaboh umumnya membentuk pola aliran radial dan sub dendritik, dimana

     pola aliran ini dikontrol oleh litologi dan struktur geologi yang terjadi. Sungai ini memiliki luas

    DAS sekitar 1.885 Km2 dengan panjang sungai utama kurang lebih 148 Km yang mana bagian

    hulu DAS sedikit curam dan pada hilir sungai yang relative datar merupakan daerah rawan banjir.

    Stadium erosi yang umum dijumpai merupakan stadium tua dengan lembah-lembah landai dan

    lebar.

    Stratigrafi daerah Meureubo adalah sebagai berikut:

  • 8/17/2019 Kajian Geomorfologi Daerah Meureubo, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh

    4/4

     Formasi Tutut , di daerah Meureubo merupakan formasi pembawa batubara, posisi

     batubaranya merupakan sisipan-sisipan diantara lempung dan batupasir, karena faktor erosi

    sangat kuat pada singkapan-singkapan tertentu maka di atas batubara di dapati batu pasir

    konglomeratan. Formasi Tutut yang mempunyai penyebaran yang cukup luas di daerah

    Meureubo, batuannya terdiri dari perselingan antara batupasir, lempung, konglomerat serta

    lapisan tipis batubara. Ketebalan dari formasi ini adalah lebih kurang 500 meter (N.R.Cameron,

    1983). Batupasir terdiri dari batupasir halus sampai kasar yang berwarna abu-abu muda sampai

    coklat, mempunyai perlapisan kurang baik, Batupasir, berwarna abu-abu terang hingga coklat

    kehitaman, umumnya membentuk perlapisan dengan ketebalan 20 cm hingga 1 meter, berbutir

    halus – kasar, terpilah sedang. Struktur sedimen yang terdapat di dalam batupasir antara lain

    struktur silang siur, perlapisan sejajar dan penghalusan keatas ( graded bedding ), ini memberikan

    indikasi lingkungan pengendapan Fluviatil. Lempung berada di bagian bawah. batupasir dan

    kadang-kadang pada tempat-tempat tertentu keadaan berselang seling antara batupasir  –  lempung

    dan menyerpih. Lempung berwarna abu abu dan masif serta tidak dijumpai adanya fosil.

    Menurut N.R. Cameron, 1983 formasi ini berumur Pliopleistosen, mempunyai

    lingkungan pengendapan fluviatil sampai Sub Litoral. Konglomerat mempunyai komponen

    utama adalah batuan beku dan pasir dengan ukuran 0,5-10 cm, tersingkap di atas serta berselang

    seling dengan batupasir. Batulanau, berwarna abu-abu kecoklatan, kompak sampai mudah

    hancur, berlapis tipis agak menyerpih dengan ketebalan perlapisan antara 2 meter hingga 3 meter.

    Batulempung, berwarna abu-abu kehitaman, agak kompak dengan ketebalan perlapisan 0,1 meter

    hingga 0,5 meter.

     Endapan Aluvium, aluvium merupakan endapan termuda terdiri atas kerakal, kerikil,

     pasir dan lumpur. Endapan ini masih terus berlangsung sebagai hasil dari pengikisan sungai saat

    ini. Di daerah penyelidikan endapan aluvium umumnya menempati meander-meander sungai

    Seunagan dan sungai Meurebo.