KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI...

80
i Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN 2460-490369 e-ISSN 2460-598369 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017

Transcript of KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI...

Page 1: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

i

Vol. 3 No. 3 Triwulanan

Juli - September 2017 (terbit November 2017)

Triwulan III 2017 ISSN 2460-490369

e-ISSN 2460-598369

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017

Page 2: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

ii

-

Dasar Hukum Bank Indonesia

Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung

jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang.

~UUD 1945 Pasal 23 D~

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia.

~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~

Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen, bebas dari campur tangan

Pemerintah dan atau pihak-pihak lainnya, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur

dalam Undang-undang ini.

~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 2~

Visi Bank Indonesia

Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang

stabil

Misi Bank Indonesia

1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan

moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas

2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta

mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung

alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan

dan stabilitas perekonomian nasional

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang

berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem

keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan

nasional

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang

menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan

tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas

yang diamanatkan UU

Page 3: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

iii

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua

dipublikasikan secara triwulanan oleh Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Papua pada bulan Februari, Mei, Agustus,

dan November. Sebelum dipublikasikan, materi Kajian dari

berbagai provinsi telah terlebih dahulu dikompilasi melalui

mekanisme kerja internal Bank Indonesia untuk dijadikan bahan

pertimbangan dalam mengambil kebijakan moneter, sistem

pembayaran, serta pengawasan perbankan dan sistem

keuangan secara makroprudensial. Publikasi ini berfungsi

sebagai media untuk menyampaikan penjelasan kepada para

pemangku kepentingan dan publik di daerah mengenai

perkembangan kondisi terkini, prospek perekonomian, serta isu

yang berkembang dan perlu dicermati.

Untuk informasi lebih lanjut hubungi:

Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua Jalan Dr. Sam Ratulangi No. 9

Jayapura 99111

T +62 967 534 581 F +62 967 535 201

Salinan elektronis publikasi ini dapat diunduh melalui situs www.bi.go.id.

Untuk mendapatkan salinan elektronis publikasi ini pada kesempatan pertama,

silakan mengirimkan surel ke [email protected] dengan subyek

Page 4: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

iv

Dewan Redaksi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua

Penanggung Jawab : Joko Supratikto (Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua)

Pemimpin Redaksi : Fauzan (Deputi Kepala Perwakilan/Kepala Tim Asesmen Ekonomi dan Keuangan)

Mitra Bestari : Evy Marya Deswita Siburian (Peneliti Departemen Regional III Kantor Pusat BI)

Adela Putri Rizkia (Analis / Departemen Regional III Kantor Pusat BI)

Andree Breitner Makahinda (Analis / Departemen Regional III Kantor Pusat BI)

Penyunting : Arya Jodilistyo (Analis / Manajer Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans)

Penulis : Arya Jodilistyo (Analis / Manajer Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans)

Widi Januar Pratama (Analis Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans)

Kontributor : Yudi Prasetiyo (Analis / Manajer Fungsi Data dan Statistik Ekonomi dan Keuangan)

Yon Widiyono (Analis / Manajer Fungsi Pelaksanaan Pengembangan UMKM)

Ferdinand Maluenseng (Kepala Unit Operasional SP)

Jaffry Agust Waluyan (Kasir Senior Unit Pengelolaan Uang Rupiah)

Sekretaris : Luki Riyaningrum (Analis Fungsi Koordinasi dan Komunikasi Kebijakan)

Monika Randalinggi (Pelaksana Yunior Fungsi Data dan Statistik Ekonomi dan Keuangan)

Page 5: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

v

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

KATA PENGANTAR Kami bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, sebab atas rahmat dan berkat-Nya, Kajian

Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua Periode November 2017 ini dapat terbit tepat

waktu. Di tengah upaya mendorong pertumbuhan ekonomi, kajian yang meliputi analisis

makroekonomi daerah, perbankan, sistem pembayaran, ketenagakerjaan dan keuangan daerah

menjadi penting terutama bagi pemerintah, dunia usaha, dan kalangan akademisi, maupun

masyarakat luas.

Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu melalui Kata

Pengantar ini kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

terbitnya Kajian ini. Semoga kerja sama yang telah terjalin baik tersebut tetap dapat terpelihara

di masa mendatang. Akhirnya, besar harapan kami agar Kajian pada triwulan ini bermanfaat bagi

semua pihak dalam memahami kondisi perekonomian Papua.

Jayapura, November 2017

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI PAPUA

Joko Supratikto

Page 6: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

vi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................................................. v

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. vi

DAFTAR GRAFIK ....................................................................................................................viii

DAFTAR TABEL ....................................................................................................................... xi

TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI PAPUA ...................................................................... xii

A. Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi .................................................................................. xii

B. Perbankan .....................................................................................................................xiii

C. Sistem Pembayaran ........................................................................................................xiv

RINGKASAN EKSEKUTIF ......................................................................................................... xv

PERKEMBANGAN ................................................................................................................... 1

MAKRO EKONOMI DAERAH ................................................................................................... 1

1.1 KONDISI UMUM ............................................................................................................ 2

1.2. PERTUMBUHAN EKONOMI SISI PENGGUNAAN ............................................................. 3

1.2.1. Konsumsi .............................................................................................................. 5

1.2.2. Investasi ................................................................................................................ 7

1.2.3. Ekspor Netto .......................................................................................................... 9

1.3. PERTUMBUHAN EKONOMI SISI LAPANGAN USAHA .....................................................12

1.3.1 Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian .....................................................13

1.3.2 Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan ............................................15

1.3.3 Lapangan Usaha Konstruksi ...................................................................................16

1.3.4 Lapangan Usaha Perdagangan Besar Dan Eceran, Reparasi Mobil Dan Sepeda Motor ......................................................................................................................................17

1.3.5 Lapangan Usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan Dan Jaminan Sosial Wajib.18

BOKS PENINGKATAN AKSES KEUANGAN PADA LAPANGAN USAHA PERIKANAN DAN PENGARUHNYA DALAM PEREKONOMIAN PAPUA KEUANGAN PEMERINTAH ..........................25

2.1 REALISASI APBN PROVINSI PAPUA ................................................................................26

2.1.1 Realisasi Pendapatan APBN ....................................................................................26

2.1.2 Realisasi Belanja APBN ...........................................................................................26

2.2 REALISASI APBD PEMERINTAH PROVINSI PAPUA ...........................................................28

2.2.1 Realisasi Pendapatan Pemerintah Provinsi Papua .....................................................28

2.2.2 Realisasi Belanja Pemerintah Provinsi Papua ............................................................30

INFLASI ..................................................................................................................................32

3.1 INFLASI UMUM ............................................................................................................33

3.2 DISAGREGASI INFLASI ..................................................................................................34

3.3 PERAN TIM PENGENDALIAN INFLASI DAERAH (TPID) PROVINSI PAPUA ...........................37

Page 7: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

vii

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

STABILITAS SISTEM ................................................................................................................38

KEUANGAN ...........................................................................................................................38

4.1 ASESMEN SEKTOR KORPORASI .....................................................................................39

4.1.1. Sumber Kerentanan Sektor Korporasi ....................................................................39

4.1.2. Kinerja Korporasi ..................................................................................................39

4.1.3. Eksposure Perbankan dalam Korporasi ...................................................................41

4.2. ASESMEN SEKTOR RUMAH TANGGA ...........................................................................43

4.2.1. Sumber Kerentanan Sektor Rumah Tangga ............................................................43

4.2.2. Kinerja Keuangan Rumah Tangga ..........................................................................44

4.2.3. Eksposure Perbankan dalam Rumah Tangga ..........................................................45

PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH ...................47

5.1 SISTEM PEMBAYARAN .................................................................................................48

5.1.1 Transaksi SKNBI .....................................................................................................48

5.1.2 Transaksi BI-RTGS ..................................................................................................48

5.2 PENGELOLAAN UANG RUPIAH .....................................................................................49

5.2.1 Penyediaan Uang Layak Edar ..................................................................................49

5.2.2 Temuan Uang Tidak Asli .......................................................................................50

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN ...........................................................................52

6.1 KETENAGAKERJAAN ....................................................................................................53

6.1.1 Tenaga Kerja .........................................................................................................53

6.1.1 Pengangguran .......................................................................................................54

6.2 KESEJAHTERAAN..........................................................................................................54

6.2.1 Kemiskinan dan Kesenjangan .................................................................................55

6.2.2 Kesejahteraan Petani ..............................................................................................56

PROSPEK EKONOMI DAERAH .................................................................................................57

7.1. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI ...........................................................................58

7.2. PROSPEK INFLASI.........................................................................................................59

LAMPIRAN TABEL-TABEL ........................................................................................................61

DAFTAR ISTILAH ....................................................................................................................62

Page 8: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

viii

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

DAFTAR GRAFIK Grafik 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Dengan Tambang dan Tanpa Tambang ............................... 2

Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Papua & Nasional ................................................................ 2

Grafik 1.3 Pertumbuhan & Nominal PDRB Papua ..................................................................... 2

Grafik 1.4 Perkembangan IKK dan Penghasilan Saat Ini ............................................................ 5

Grafik 1.5 Indeks Tendensi Konsumen Papua ........................................................................... 5

Grafik 1.6 Perkembangan Penyaluran Kredit Konsumsi ............................................................ 6

Grafik 1.7 Impor Barang Konsumsi di Papua ............................................................................ 6

Grafik 1.8 Ekspektasi Konsumen ............................................................................................. 6

Grafik 1.9 Perkiraan ITK Triwulan IV 2017 ............................................................................... 6

Grafik 1.10 Realisasi Belanja selain Belanja Modal .................................................................... 7

Grafik 1.12 Penyaluran Kredit Investasi .................................................................................... 8

Grafik 1.13 Impor Barang Modal ............................................................................................. 8

Grafik 1.11 Perkembangan PMTB Berdasarkan Jenisnya ........................................................... 8

Grafik 1.14 Perkembangan Ekspor .......................................................................................... 9

Grafik 1.15 Pangsa Ekspor Triwulan III 2017 ............................................................................ 9

Grafik 1.17 Pangsa Impor Triwulan III 2017 ............................................................................10

Grafik 1.16 Perkembangan Impor ..........................................................................................10

Grafik 1.18 Bongkar Muat Barang Papua ...............................................................................10

Grafik 1.19 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah ........................................................................12

Grafik 1.20 Pertumbuhan Ekonomi Lapangan Usaha Provinsi Papua ........................................12

Grafik 1.21 Produksi Konsentrat Tembaga dan Emas ..............................................................14

Grafik 1.22 Penjualan Konsentrat Tembaga dan Emas ............................................................14

Grafik 1.23 Realisasi Usaha Pertanian Papua ...........................................................................15

Grafik 1.24 Perkembangan Kredit Pertanian ...........................................................................15

Grafik 1.25 Belanja Modal dan Pertumbuhan Konstruksi .........................................................16

Grafik 1.26 Penjualan Semen di Provinsi Papua .......................................................................16

Grafik 1.27 Perkembangan Kredit Konstruksi ..........................................................................16

Grafik 1.28 Perkembangan SKDU Perdagangan ......................................................................18

Grafik 1.29 Indeks Pembelian Durable Goods ........................................................................18

Grafik B.1 Pangsa Penggunaan Kapal Nelayan di Papua ..........................................................20

Grafik B.2 Rantai Tata Niaga Pemasaran Ikan Tangkap ............................................................21

Grafik B.3 Rantai Tata Niaga Pemasaran Ikan Budidaya ...........................................................21

Grafik B.4 Prioritas Peningkatan Akses Keuangan Lapangan Usaha Perikanan ..........................21

Grafik 2.1 Struktur Realisasi Belanja APBN Papua ....................................................................27

Grafik 2.2 Realisasi APBN menurut Pos Belanja .......................................................................27

Page 9: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

ix

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

Grafik 2.3 Struktur Realisasi Pendapatan APBD Papua .............................................................29

Grafik 2.4 Perkembangan Realisasi Pendapatan Lain ...............................................................29

Grafik 2.5 Perkembangan Realisasi Dana Perimbangan ...........................................................29

Grafik 2.6 Perkembangan Realisasi PAD .................................................................................29

Grafik 2.7 Struktur Realisasi Belanja APBD ..............................................................................31

Grafik 2.8 Realisasi Belanja per Pos APBD ...............................................................................31

Grafik 3.1 Inflasi Tahunan Provinsi Papua dan Nasional ...........................................................33

Grafik 3.2 Realisasi Inflasi Aktual dan Historis .........................................................................33

Grafik 3.3 Ekspektasi Inflasi Jangka Pendek Papua ..................................................................34

Grafik 3.4 Disagregasi Inflasi Inti Pangan dan Nonpangan .......................................................34

Grafik 3.5 Perkembangan Harga Komoditas VF Utama...........................................................35

Grafik 4.1 Kinerja Korporasi Berdasarkan Liaison.....................................................................39

Grafik 4.2 Perkembangan Akses Kredit, Likuiditas dan Rentabilitas ..........................................39

Grafik 4.3 % Korporasi Berdasar Likuiditas per Sektor .............................................................40

Grafik 4.4 % Korporasi Berdasar Rentabilitas per Sektor .........................................................40

Grafik 4.7 Perkembangan DPK, Kredit dan NPL .......................................................................41

Grafik 4.8 % Proporsi Kredit per Sektor ..................................................................................41

Grafik 4.5 Pertumbuhan Kredit Korporasi per Sektor ...............................................................41

Grafik 4.6 Perkembangan NPL per Sektor ...............................................................................41

Grafik 4.10 Perkembangan DPK, Kredit dan NPL .....................................................................42

Grafik 4.11 % Proporsi Kredit per Sektor ................................................................................42

Grafik 4.9 Perkembangan DPK, Kredit dan NPL .......................................................................42

Grafik 4.12 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen ........................................................43

Grafik 4.13 Perkembangan Indikator SK Lainnya .....................................................................43

Grafik 4.14 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen ........................................................44

Grafik 4.15 Pertumbuhan DPK, Kredit dan NPL Rumah Tangga ...............................................45

Grafik 4.16 % Kredit Rumah Tangga ......................................................................................45

Grafik 4.17 Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga .....................................................................46

Grafik 4.18 Pertumbuhan NPL Rumah Tangga ........................................................................46

Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi SKNBI Papua ...................................................................48

Grafik 5.2 Perkembangan Transaksi RTGS Papua ....................................................................48

Grafik 5.3 Aliran Uang Kartal Melalui KPw BI Papua ................................................................49

Grafik 5.4 Perkembangan Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) di Papua .......................49

Grafik 6.1 Komposisi pekerja berdasarkan lapangan usaha .....................................................53

Grafik 6.2 Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama .......................................54

Grafik 6.3 Penduduk yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja ................................................54

Grafik 6.4 Aliran Uang Kartal Melalui KPw BI Papua ................................................................54

Page 10: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

x

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

Grafik 6.5 Jumlah Penduduk Miskin Papua .............................................................................55

Grafik 6.6 Indeks Gini Papua ..................................................................................................55

Grafik 6.7 Perkembangan Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan Papua .....................55

Grafik 6.8 Perkembangan Garis Kemiskinan di Papua .............................................................55

Grafik 6.9 Perbandingan NTP Papua dengan NTP Nasional ......................................................56

Grafik 6.10 Perkembangan Nilai Tukar Petani Papua ...............................................................56

Grafik 7.1 Ekspektasi Kegiatan Usaha .....................................................................................58

Grafik 7.4 Target Produksi Tambang Papua ............................................................................59

Grafik 7.2 Ekonomi Negara mitra ...........................................................................................59

Grafik 7.3 Harga komoditas global .........................................................................................59

Grafik 7.5 Prakiraan Sifat Hujan 2017/2018 ............................................................................60

Page 11: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

xi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Sisi Penggunaan Provinsi Papua (%yoy) ............ 3

Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan Komponen Penyusun Konsumsi RT Provinsi Papua (% yoy) .......... 5

Tabel 1.3 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Lapangan Usaha Dominan Provinsi Papua (%yoy) .............................................................................................................................................12

Tabel B.1 Karakteristik variabel dalam model GWR .................................................................21

Tabel B.2 Random Effect Kabupaten/Kota ..............................................................................21

Tabel B.4 Hasil Pengujian Signifikansi Parameter Model GWR dengan Kernel Fixed bi-square (distance) terhadap PDRB .......................................................................................................22

Tabel B.3 Ringkasan Mode006C .............................................................................................22

Tabel 2.1 Realisasi Belanja APBN Papua Triwulan III 2017 ........................................................26

Tabel 2.2 Realisasi Pendapatan APBD Papua Triwulan III 2017 .................................................28

Tabel 2.3 Realisasi Belanja APBD Papua Triwulan III 2017 ........................................................30

Tabel 3.1 Disagregasi Inflasi Papua (%yoy)..............................................................................34

Tabel 4.1 Alokasi Utang dan Tabungan Masyarakat ................................................................45

Tabel 5.1 Frekuensi Pelaksanaan Kas Keliling Dalam dan Luar Kota Papua ..............................50

Tabel 6.1 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Utama .....................................53

Page 12: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

xii

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

TABEL INDIKATOR EKONOMI

PROVINSI PAPUA A. Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi

2016Total I II III IV Total I II III

Pertumbuhan Ekonomi (%, yoy) 7,47 (0,72) (5,17) 20,44 21,41 9,21 3,36 4,91 3,40

Menurut Penggunaan

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 6,11 5,56 6,54 6,17 5,14 5,84 5,16 6,55 7,53

Pengeluaran Konsumsi LNPRT 5,89 8,24 5,56 5,39 6,93 6,52 7,07 9,17 9,69

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 5,14 2,61 5,31 0,92 0,05 2,08 0,13 1,37 7,70

Pembentukan Modal Tetap Bruto 7,11 6,75 6,78 5,37 7,01 6,47 6,78 5,78 4,69

Perubahan Inventori (172,26) 89,81 5,11 84,62 448,18 23,51 (408,68) (643,38) 4.913,50

Ekspor Luar Negeri 38,88 (2,27) (38,88) (3,05) 96,07 6,74 (8,78) 50,78 (44,45)

Impor Luar Negeri (20,50) (4,59) 35,79 (12,55) 3,16 4,64 (26,48) (41,30) (32,84)

Net Ekspor Antar Daerah (115,99) (281,23) (16,02) (189,40) 167,61 (488,92) 78,35 (675,39) (10,23)

Menurut Kategori Lapangan Usaha

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 6,03 3,18 3,69 0,02 2,05 2,21 1,35 1,83 2,93

Pertambangan dan Penggalian 6,79 (10,50) (20,80) 40,77 44,50 13,15 0,36 6,75 2,67

Industri Pengolahan 3,77 6,98 1,12 4,94 5,15 4,51 4,56 6,55 6,07

Pengadaan Listrik, Gas 0,63 27,14 12,81 8,53 1,86 11,86 1,21 0,94 8,14

Pengadaan Air 3,99 3,70 3,77 2,59 3,45 3,37 4,96 5,13 6,77

Konstruksi 10,70 4,71 7,00 12,13 10,93 8,81 9,42 3,84 2,99

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8,13 2,54 6,96 9,51 8,39 6,91 5,32 5,46 5,69

Transportasi dan Pergudangan 9,62 4,30 8,08 9,73 10,08 8,13 4,97 5,32 5,52

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 7,52 5,09 8,15 6,83 6,09 6,54 5,35 5,91 6,20

Informasi dan Komunikasi 5,19 6,28 2,95 4,18 0,64 3,42 6,59 5,32 6,92

Jasa Keuangan 2,63 3,60 16,39 (0,01) 6,03 6,08 2,79 5,00 0,89

Real Estate 5,86 5,42 5,86 8,30 8,35 7,02 3,83 4,41 6,06

Jasa Perusahaan 3,97 5,80 6,20 5,42 5,37 5,68 5,43 5,39 5,56

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 10,89 13,91 10,86 9,88 4,98 9,64 4,42 1,86 1,82

Jasa Pendidikan 7,23 6,24 10,66 9,48 5,20 7,83 4,93 5,01 5,01

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8,36 5,91 13,05 10,35 3,60 8,08 4,64 4,73 4,15

Jasa lainnya 7,04 6,06 9,19 7,03 3,83 6,43 4,30 5,22 6,38

Pertumbuhan Ekonomi Nasional (%, yoy) 4,88 4,92 5,18 5,01 4,94 5,02 5,01 5,01 5,06

Inflasi Papua (% yoy) 3,57 3,76 5,23 4,72 3,26 3,26 3,89 3,10 1,43

Kota

Jayapura 2,79 3,81 5,24 4,21 4,13 4,13 3,16 2,58 1,73

Merauke 5,76 3,62 5,19 6,14 0,83 0,83 5,93 4,58 0,57

Disagregasi Komponen

Inflasi Inti (Core Inflation ) 3,64 4,49 4,47 5,70 4,00 3,50 3,11 2,76 2,12

Harga Pangan Bergejolak (Volatile Food ) 3,26 0,66 3,58 11,60 8,13 1,86 5,92 (1,68) (1,70)

Harga Yang Diatur Pemerintah (Administered Prices ) 3,27 6,81 10,99 11,60 5,76 6,24 3,69 10,46 3,86

Kelompok Komoditas

Bahan Makanan 4,34 4,78 8,36 6,84 2,68 2,68 6,58 (0,41) (1,16)

Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 5,26 4,62 4,35 6,74 7,10 7,10 6,47 6,17 3,75

Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 3,16 2,53 1,67 2,80 2,26 2,26 3,18 4,35 3,49

Sandang 3,91 2,43 3,14 3,05 1,03 1,03 1,86 0,95 0,60

Kesehatan 5,93 4,19 3,29 3,06 2,29 2,29 1,41 1,32 0,67

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 3,29 2,63 2,62 0,78 0,59 0,59 1,64 1,81 2,48

Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0,50 4,20 8,66 5,73 6,67 6,67 1,72 6,11 1,07

Indikator2015 2017

Page 13: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

xiii

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

B. Perbankan

I II III IV I II III IV I II III

Total Asset (Rp miliar) 43.569 50.098 55.188 44.833 47.139 52.589 53.135 47.785 47.791 55.057

DPK (Rp miliar) 32.819 35.880 39.017 35.418 35.919 39.108 39.199 37.817 35.925 39.608 40.173

Giro (Rp miliar) 9.972 12.566 14.867 9.475 12.015 13.781 13.246 9.329 10.864 13.782 14.334

Tabungan (Rp miliar) 13.929 13.557 14.002 18.587 15.705 16.309 16.538 20.266 16.884 17.094 17.194

Deposito (Rp miliar) 8.918 9.758 10.148 7.356 8.200 9.018 9.415 8.223 8.177 8.732 8.645

Penyaluran Kredit oleh Kantor Bank di Papua (Rp miliar) 20.171 21.185 21.438 21.934 21.441 22.712 23.282 23.991 23.504 23.785 24.605

Lokasi Proyek di Prov. Papua 19.373 20.317 20.528 20.957 20.511 21.695 22.199 22.855 22.427 22.642 23.399

Lokasi Proyek Luar Prov. Papua 798 868 909 977 930 1.017 na na na

Penyaluran Kredit di Provinsi Papua (Rp miliar) 20.860 22.021 22.364 22.891 22.432 23.705 23.935 24.617 24.366 24.883 25.912

Oleh Kantor Bank di Prov. Papua 19.373 20.317 20.528 20.957 20.511 21.695 22.199 22.855 22.427 22.642 23.399

Oleh Kantor Bank Luar Prov. Papua 1.487 1.704 1.836 1.934 1.921 2.010 1.737 1.762 1.939 2.242 2.513

Kredit Penggunaan (Rp miliar) 20.171 21.185 21.438 21.934 21.441 22.712 23.282 23.991 23.504 23.785 24.605

Modal Kerja 7.435 8.048 9.316 9.388 8.822 9.480 8.952 9.016 8.639 8.907 9.119

Investasi 3.285 3.472 2.172 2.389 2.352 2.535 3.344 3.348 3.299 3.134 3.195

Konsumsi 9.451 9.665 9.949 10.158 10.268 10.697 10.985 11.627 11.566 11.744 12.290

Kredit Sektoral (Rp miliar) 20.171 21.185 21.438 21.934 21.441 22.712 23.282 23.991 23.504 23.785 24.605

1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 733 923 434 695 696 718 691 709 709 580 538

2. Pertambangan dan Penggalian 54 56 5 43 61 59 41 39 31 34 30

3. Industri Pengolahan 315 306 161 327 316 333 334 387 391 405 406

4. Pengadaan Listrik dan Gas 36 43 22 34 33 34 35 24 19 39 39

5. Pengadaan Air 3 6 2 6 5 5 8 5 6 4 6

6. Konstruksi 1.295 1.558 1.175 1.635 1.156 1.534 1.687 1.539 1.258 1.391 1.512

7. Perdagangan Besar dan Eceran 5.252 5.599 6.901 6.135 6.122 6.487 6.571 6.631 6.627 6.778 6.868

8. Transportasi dan Pergudangan 602 586 466 576 589 615 646 609 627 633 761

9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 660 681 365 671 672 694 706 719 716 715 708

10. Informasi dan Komunikasi 18 18 7 9 9 9 9 2 2 14 108

11. Perantara Keuangan 128 124 60 105 94 84 77 76 65 94 80

12. Real Estate dan Usaha Persewaan 184 186 140 210 232 275 282 287 289 285 302

13. Jasa Perusahaan 217 224 220 212 172 171 183 189 186 170 155

14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib 37 2 1 66 17 1 38 82 62 41 20

15. Jasa Pendidikan 12 16 10 14 12 10 11 6 6 7 7

16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 30 36 29 37 33 38 38 39 35 33 36

17. Sektor Lainnya dan Bukan Lapangan Usaha 10.594 10.821 11.438 11.159 11.221 11.645 11.926 12.648 12.474 12.561 13.029

Kredit UMKM 8.780 9.100 6.904 9.209 8.051 8.558 8.481 10.367 9.928 9.851 10.024

Kredit Rumah Tangga 8.828 8.907 6.413 9.200 10.753 10.828 11.465 12.100 6.794 6.615 6.440

KPR/KPA 1.346 1.410 1.529 1.578 1.527 1.683 1.777 1.938 2.036 2.140 2.227

Kredit Ruko/Rukan 349 369 374 394 384 375 371 342 345 349 341

KKB 51 50 56 58 185 191 200 196 196 200 215

Multiguna 6.363 6.364 3.729 6.406 6.984 6.939 7.409 5.090 75 83 93

Lainnya 718 714 725 764 1.673 1.640 1.709 4.534 4.142 3.844 3.566

Non Performing Loan (Rp miliar) 896 1.004 1.288 1.104 1.142 1.260 1.283 1.087 1.373 1.304 1.354

NPL Ratio (%) 4,44 4,74 6,01 5,03 5,33 5,55 5,51 4,53 5,84 5,48 5,50

LDR 61,46 59,04 54,95 61,93 59,69 58,08 59,39 63,44 65,43 60,05 61,25

Suku Bunga Simpanan Tertimbang (% per tahun)

Kantor Bank di Provinsi Papua 3,37 3,30 3,84 3,25 3,31 3,16 3,30 2,67 2,88 2,89 2,86

Nasional 4,77 4,46 4,31 4,23 4,21 3,93 3,97 3,64 3,69 3,62 3,65

Suku Bunga Kredit Tertimbang (% per tahun)

Kantor Bank di Provinsi Papua 12,73 12,80 12,84 12,84 12,76 12,65 12,52 12,33 12,28 12,32 12,24

Nasional 11,53 11,54 11,44 11,54 11,48 11,24 11,11 10,9 10,84 10,71 10,6

Jumlah Kantor Bank

Jumlah Bank

Papua 23 23 26 26 26 26 26

Nasional 1.762 1.762 1.762 1.756 1.753 1.753 1.747

Jumlah Kantor Bank

Papua 287 287 292 294 329 329 329

Nasional 25.036 25.266 25.516 38.067 38.931 38.885 38.836

Jumlah Rekening (dalam ribu)

Rekening Dana Pihak Ketiga

Papua 1.653 1.671 1.707 1.795 1.835 1.898 2.008 2.071 2.189 2.326 2.404

Nasional 161.807 164.919 168.600 173.969 178.087 183.459 194.287 199.403 212.484 228.977 240.871

Rekening Kredit

Papua 195 197 197 202 223 227 228 231 238 237 237

Nasional 40.578 40.673 40.731 41.150 41.440 41.454 41.290 41.862 42.294 42.954 42.893

20172015 2016Provinsi Papua

Page 14: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

xiv

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

C. Sistem Pembayaran

I II III IV I II III IV I II III

Pengelolaan Uang (Kartal) Rupiah

Inflow (Rp miliar) 2.646 3.556 5.053 5.368 2.417 813 1.566 918,21 2.394 1.298 1.520,42

Outflow (Rp miliar) 855 2.707 5.422 6.391 513 2.995 2.015 4.373,26 562 3.213 1.936,11

Pemusnahan UTLE (Rp miliar) 408 709 972 1.051 537 249 142 104,26 366 64 234,12

Kliring

Total

Nominal (Rp juta) 1.123.097 1.202.372 1.553.207 1.756.894 3.988.679 4.501.125 3.405.812 3.871.349 3.050 2.562 2.718

Volume (lembar) 40.587 44.596 47.682 49.393 72.319 83.853 78.073 86.988 79.942 75.560 81.443

1. Kliring Kredit

Nominal (Rp juta) 306.530 219.173 461.277 461.277 2.700.541 3.292.808 2.102.334 2.237.577 1.803 1.729 1.810

Volume (lembar) 19.445 14.488 23.576 23.576 47.396 59.053 53.400 61.479 55.447 54.769 59.438

2. Kliring Debit

Nominal (Rp juta) 816.567 983.198 1.091.930 1.295.617 1.288.139 1.208.317 1.303.478 1.633.772 1.246 833 907

Volume (lembar) 21.142 30.108 24.106 25.817 24.923 24.800 24.673 25.509 24.495 20.791 22.005

2.1 Kliring Debit Penyerahan

Nominal (Rp juta) 1.052.941 1.139.485 1.123.330 1.599.275 1.326.098 1.233.455 1.339.871 1.709.380 1.298 859 927

Volume (lembar) 24.708 32.500 24.720 26.276 25.336 25.288 25.069 25.783 24.865 21.388 22.423

2.2 Kliring Debit Pengembalian

Nominal (Rp juta) 236.375 156.287 31.400 303.658 37.959 25.139 36.393 75.608 52 26 20

Volume (lembar) 3.566 2.392 614 459 413 488 396 274 370 597 418

Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement

Outflow (from)

Nominal (Rp miliar) 7.835 9.650 10.207 10.207 1.094 1.121 1.141 2.152 1.278 1.251 1.736

Volume (lembar) 4.341 4.319 4.239 4.239 584 568 1.349 1.906 1.574 1.713 1.931

Inflow (to)

Nominal (Rp miliar) 9.160 9.007 9.583 9.583

Volume (lembar) 5.687 5.064 4.433 4.433

Intra-Papua

Nominal (Rp miliar) 900 1.906 2.637 2.637

Volume (lembar) 844 881 766 766

20172015 2016Indikator Sistem Pembayaran

Page 15: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

xv

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

RINGKASAN EKSEKUTIF Perkembangan Makro Ekonomi Daerah

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua triwulan III 2017 mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Tercatat pertumbuhan perekonomian Provinsi Papua pada triwulan laporan mencapai 3,40% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,88% (yoy).

Kontraksi ekspor luar negeri menjadi penyebab penurunan pertumbuhan Papua pada triwulan laporan seiring perlambatan kinerja lapangan usaha pertambangan. Perlambatan kinerja juga terjadi pada lapangan usaha konstruksi dan administrasi pemerintahan. Penyerapan belanja pemerintah yang kurang optimal menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perlambatan kinerja di kedua lapangan usaha tersebut.

Sementara, kinerja lapangan usaha pertanian dan perdagangan pada triwulan laporan terpantau mengalami kenaikan, demikian juga dengan kinerja konsumsi rumah tangga sehingga menjadi penopang perekonomian Papua pada triwulan III 2017.

Memasuki triwulan IV 2017, kinerja perekonomian Papua diperkirakan mengalami peningkatan dibanding triwulan III 2017. Optimalisasi kinerja pertambangan dan ekspor diperkirakan menjadi faktor utama pendorong perekonomian Papua.

Sementara untuk keseluruhan tahun 2017, regulasi izin ekspor mineral masih menjadi faktor utama penahan kinerja lapangan usaha pertambangan yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja perekonomian Papua secara keseluruhan.

Keuangan Pemerintah

Perkembangan realisasi pendapatan dan belanja APBN di Papua pada triwulan III 2017 menunjukan penurunan dibandingkan triwulan yang sama di tahun 2016. Penurunan ekspor konsentrat di triwulan ini menjadi faktor utama menurunnya penerimaan pajak terutama Pajak Perdagangan Internasional. Dampak penyesuaian organisasi atas pelaksanaan Pilkada pada 11 kabupaten di Papua masih berlanjut. Hal ini menyebabkan realisasi anggaran belanja yang dikelola pemerintah Provinsi Papua secara keseluruhan belum optimal terutama tercermin dari Belanja Modal yang masih rendah.

Sebaliknya realisasi APBD pemerintah Provinsi Papua pada periode tersebut menunjukkan kinerja yang lebih tinggi. Meningkatnya realisasi APBD di Papua dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pencairan dana desa tahap 3 dan mulai berjalannya proyek pembangunan infrastruktur. Ke depan realisasi APBN dan APBD Papua pada triwulan IV 2017 diperkirakan meningkat sesuai dengan pola historisnya.

Inflasi

Tekanan inflasi agregat di Papua triwulan III 2017 tercatat lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya dan inflasi nasional. Inflasi pada triwulan ini juga berada di bawah target inflasi Nasional 2017 yaitu sebesar 4%±1% (yoy). Secara umum, berlalunya perayaan puasa dan lebaran menjadi salah satu faktor penyebab terkendalinya inflasi Papua selama triwulan III 2017.

Berdasarkan asesemen Bank Indonesia, inflasi triwulan IV 2017 secara umum diperkirakan lebih tinggi dibanding triwulan III 2017. Tekanan inflasi pada triwulan IV 2017 diperkirakan berasal dari perayaan natal dan tahun baru yang berpotensi mendorong permintaan terhadap angkutan udara, komoditas bahan makanan dan makanan jadi.

Secara kumulatif, inflasi Papua pada 2017 diperkirakan lebih rendah dibanding inflasi 2016. Terjaganya pasokan bahan pangan dan ekspektasi masyarakat terhadap inflasi yang terkelola dengan baik menjadi salah satu faktor peredam tekanan inflasi Papua pada 2017.

Page 16: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

xvi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

Stabilitas Sistem Keuangan

Kinerja sektor rumah tangga menjadi penopang stabilitas sistem keuangan di Papua ditengah perlambatan kinerja sektor korporasi. Kinerja sektor korporasi di Papua pada triwulan III 2017 relatif mengalami penurunan dibanding triwulan II 2017. Terdapat dua faktor yang masih mempengaruhi kerentanan korporasi Papua pada triwulan III 2017, yaitu (i) belum optimalnya

kinerja lapangan usaha tambang, dan (ii) rendahnya realisasi belanja pemerintah. Kinerja perbankan di sektor Korporasi Papua pada triwulan III 2017 masih relatif terjaga, terutama Dana Pihak Ketiga (DPK). Sementara kredit masih tumbuh meski lebih lambat dari triwulan sebelumnya. Di sisi lain, kualitas kredit mengalami penurunan, tercermin dari Non Performing Loans (NPL) yang meningkat dan masih berada diatas ketentuan Bank Indonesia sebesar 5%.

Sementara kinerja sektor Rumah Tangga pada triwulan III 2017 masih terjaga dengan positif, tercermin dari kondisi dan risiko keuangan di sektor Rumah Tangga yang relatif terjaga.

Perkembangan indikator perbankan di sektor rumah tangga pada triwulan III 2017 menunjukkan peningkatan, khususnya DPK dan penyaluran kredit. Sementara, kualitas kredit NPL mengalami penurunan, tercermin dari kenaikan NPL.

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

Perkembangan transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) di Papua pada triwulan III 2017 meningkat secara nominal maupun volume dibandingkan triwulan sebelumnya. Transaksi

melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada triwulan laporan juga tercatat meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.

Sementara itu, aliran uang kartal melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi

Papua menunjukan posisi net outflow pada triwulan III 2017 sebesar Rp416 miliar. Pada triwulan ini posisi net outflow dan meningkatnya transaksi SKNBI dan RTGS disebabkan oleh mulai masuknya ajaran baru sekolah sehingga masyarakat cenderung menarik uang kartal untuk keperluan perlengkapan sekolah anak. Meningkatnya realisasi pembayaran proyek pemerintah dan pembangunan infrastruktur menambah peningkatan aliran uang rupiah di Papua.

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Papua tercatat mengalami peningkatan pada triwulan III 2017. Hal tersebut ditunjukkan dengan naiknya TPT dari 3,35% pada Agustus 2016 menjadi 3,62% pada Agustus 2017. Sementara itu, Nilai Tukar Petani (NTP) Papua masih mencatatkan angka defisit sampai akhir triwulan III 2017 dengan kecenderungan menurun sepanjang triwulan laporan. Di sisi lain, angka kemiskinan di Papua pada Maret 2017 mengalami sedikit penurunan dibandingkan periode yang sama tahun 2016.

Prospek Ekonomi Daerah

Perekonomian Papua pada triwulan I 2018 diperkirakan berada pada kisaran 5,3% - 5,7% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2017. Dari sisi lapangan usaha, kinerja tambang pada

triwulan I 2018 diperkirakan masih tumbuh positif dan menjadi motor penggerak perekonomian Papua. Sementara sejalan dengan kinerja lapangan usaha pertambangan, kinerja ekspor diperkirakan berpotensi tumbuh tinggi.

Secara agregat, pertumbuhan ekonomi Papua pada 2018 berpotensi berada di kisaran 5,0% -

5,4% (yoy) lebih tinggi dibanding 2017 yang berkisar 4,0% - 4,4% (yoy). Dari sisi lapangan usaha, kenaikan target penjualan hasil tambang pada 2018 menjadi salah satu indikator optimisme pelaku usaha tambang dominan di Papua terhadap kondisi usaha pada 2018.

Page 17: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

xvii

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

Tekanan inflasi Papua pada triwulan I 2018 diperkirakan berkisar 2,3% - 2,7% (yoy) mengalami

kenaikan dibanding triwulan IV 2017. Kenaikan UMP 2018 sebesar 8,71% (yoy) dan kenaikan

cukai rokok sebesar 10%, menjadi salah satu faktor pemicu tekanan inflasi pada triwulan I 2018. Selain itu, kenaikan harga bahan bakar kapal (marine fuel oil), menambah tekanan inflasi pada triwulan I 2018.

Untuk keseluruhan tahun 2018, inflasi Papua diperkirakan mengalami kenaikan dibanding 2017, dari kisaran 2,1% - 2,5% (yoy) menjadi 4,6% - 5,0% (yoy). Pelaksanaan pilkada pada tahun 2018 yang berpotensi mempengaruhi stabilitas sosial-ekonomi di Papua menjadi salah satu faktor pemicu tekanan inflasi Papua pada tahun 2018.

Page 18: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

1

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

PERKEMBANGAN

MAKRO EKONOMI DAERAH

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua triwulan III 2017 mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Tercatat pertumbuhan perekonomian Provinsi Papua pada triwulan laporan mencapai 3,40% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,88% (yoy).

Kontraksi ekspor luar negeri menjadi penyebab penurunan pertumbuhan Papua pada triwulan laporan seiring perlambatan kinerja lapangan usaha pertambangan. Perlambatan kinerja juga terjadi pada lapangan usaha konstruksi dan administrasi pemerintahan. Penyerapan belanja pemerintah yang kurang optimal menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perlambatan kinerja di kedua lapangan usaha tersebut.

Sementara, kinerja lapangan usaha pertanian dan perdagangan pada triwulan laporan terpantau mengalami kenaikan, demikian juga dengan kinerja konsumsi rumah tangga sehingga menjadi penopang perekonomian Papua pada triwulan III 2017.

Memasuki triwulan IV 2017, kinerja perekonomian Papua diperkirakan mengalami peningkatan dibanding triwulan III 2017. Optimalisasi kinerja pertambangan dan ekspor diperkirakan menjadi faktor utama pendorong perekonomian Papua.

Sementara untuk keseluruhan tahun 2017, regulasi izin ekspor mineral masih menjadi faktor utama penahan kinerja lapangan usaha pertambangan yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja perekonomian Papua secara keseluruhan.

Page 19: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

2

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

1.1 KONDISI UMUM

Realisasi Triwulan III 2017

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua

triwulan III 2017 mengalami perlambatan

dibandingkan triwulan sebelumnya. Tercatat

pertumbuhan perekonomian Provinsi Papua

pada triwulan laporan mencapai 3,40% (yoy),

lebih rendah dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,88%

(yoy). Realisasi pertumbuhan ekonomi Papua

pada periode laporan juga lebih rendah jika

dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi

nasional yang mencapai 5,06% (yoy) pada

triwulan III 2017.

Dari sisi permintaan, kontraksi ekspor luar

negeri menjadi penyebab penurunan

pertumbuhan Papua pada triwulan laporan.

Sementara, kinerja konsumsi rumah tangga

mengalami kenaikan, sehingga dapat menjadi

penopang perekonomian Papua pada triwulan

III 2017.

Dari sisi lapangan usaha, kinerja

pertambangan pada triwulan III 2017 lebih

rendah dibanding triwulan sebelumnya

sehingga menyebabkan penurunan

pertumbuhan ekonomi Papua secara agregat,

seiring dominasi pangsa pertambangan dalam

perekonomian Papua. Namun demikian,

lapangan usaha utama lainnya, yaitu pertanian

dan perdagangan masih mengalami

peningkatan kinerja lebih tinggi dibanding

periode sebelumnya, sehingga menjadi

penopang pertumbuhan perekonomian Papua

pada triwulan III 2017.

Apabila tanpa lapangan usaha pertambangan,

perekonomian Papua pada triwulan III 2017

tumbuh sebesar 4,02% (yoy) lebih tinggi dari

pertumbuhan triwulan sebelumnya yang

mencapai 3,73% (yoy).

Tracking Triwulan IV 2017

Memasuki triwulan IV 2017, kinerja

perekonomian Papua diperkirakan mencapai

kisaran 5,2% - 5,6% (yoy), mengalami

peningkatan dibanding triwulan III 2017.

Optimalisasi kinerja pertambangan dan ekspor

konsentrat tembaga diperkirakan menjadi

faktor utama pendorong perekonomian Papua

pada triwulan IV 2017, seiring peningkatan

penjualan konsentrat tembaga menjelang

berakhirnya batas izin ekspor mineral di akhir

tahun 2017. Selain itu, perayaan natal dan

Sumber: Ditjen Bea Cukai, diolah

Grafik 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Dengan Tambang dan

Tanpa Tambang

sumber: BPS, diolah Sumber: Liaison KPw BI Papua, diolah

Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Papua & Nasional Grafik 1.3 Pertumbuhan & Nominal PDRB Papua

-10

-5

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Pertumbuhan PDRB Pertumbuhan PDRB Nontambang

% yoy

3.0

3.5

4.0

4.5

5.0

5.5

-10

0

10

20

30

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

PDRB Papua PDB Indonesia - Sk. Kanan

% yoy % yoy

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

-

5

10

15

20

25

30

35

40

45

PDRB (triliun Rp) - Sk. Kanan PDRB (% yoy)

triliun Rp %yoy

Page 20: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

3

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

tahun baru juga menjadi faktor yang

memperkuat kenaikan kinerja perekonomian

Papua pada triwulan IV 2017. Namun

demikian, kondisi keamanan di daerah lokasi

tambang yang kurang kondusif pada

pertengahan triwulan IV 2017 berpotensi

menjadi faktor penahan kinerja perekonomian

Papua pada periode tersebut.

Tracking Kumulatif 2017

Berkaca pada dinamika perekonomian yang

telah terjadi sepanjang 2017 dan

mempertimbangkan beberapa faktor yang

potensi memberikan pengaruh pada

perekonomian Papua, pertumbuhan ekonomi

2017 diperkirakan berada pada kisaran 4,0%

- 4,4% (yoy) lebih rendah dibanding 2016

yang tumbuh sebesar 9,2% (yoy).

Regulasi izin ekspor mineral masih menjadi

faktor utama penahan kinerja lapangan usaha

pertambangan yang pada akhirnya

mempengaruhi kinerja perekonomian Papua

selama 2017.

Selain itu, juga terdapat beberapa faktor lain

yang menahan kinerja pertambangan selama

2017. Dari sisi internal, aksi demonstrasi

karyawan, kondisi keamanan yang kurang

kondusif dan tingginya curah hujan membuat

produksi tambang kurang optimal. Selain itu,

kualitas hasil tambang (ore) yang rendah

mempengaruhi kinerja penjualan.

Sementara itu, tekanan dari sisi eksternal

diperkirakan relatif terkendali seiring harga

komoditas di pasar global yang terjaga.

Namun demikian, ketidakpastian kondisi

perekonomian negara mitra dagang

berpotensi mempengaruhi permintaan ekspor.

Selain kinerja tambang yang kurang optimal,

perkembangan lapangan usaha konstruksi

pada 2017 juga lebih rendah dibanding 2016.

Rendahnya realisasi belanja pemerintah

menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi

kinerja konstruksi.

Di sisi lain, perkembangan kinerja konsumsi

rumah tangga yang masih terjaga pada 2017

menjadi salah satu faktor penopang

perekonomian Papua. Inflasi yang terkelola

dengan baik selama 2017 membuat daya beli

masyarakat terjaga.

1.2. PERTUMBUHAN EKONOMI SISI PENGGUNAAN

Realisasi Triwulan III 2017

Struktur perekonomian Provinsi Papua dari sisi

penggunaan masih didominasi oleh konsumsi

swasta. Tercatat pangsa komponen konsumsi

swasta terhadap perekonomian Provinsi Papua

pada triwulan III 2017 mencapai 38,53%.

Sementara pangsa terbesar kedua adalah

komponen investasi yang sebesar 30,48%

serta disusul oleh komponen konsumsi

pemerintah dan ekspor dengan pangsa

masing masing sebesar 16,71% dan

10,93%.

Pada triwulan laporan, tercatat pertumbuhan

konsumsi swasta mencapai 7,64% (yoy), lebih

Tabel 1.1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Sisi Penggunaan Provinsi Papua (%yoy)

Sumber: BPS, diolah

I II III IV I II III IV I II III SoGKonsumsi 6.13 5.53 5.65 5.88 5.80 4.74 6.15 4.55 3.48 4.69 3.75 5.07 7.64 4.17

Konsumsi RT 6.15 6.22 6.24 5.82 6.11 5.56 6.54 6.17 5.14 5.84 5.16 6.55 7.53 2.79

Konsumsi LNPRT 3.19 3.08 6.52 10.62 5.89 8.24 5.56 5.39 6.93 6.52 7.07 9.17 9.69 0.14

Konsumsi Pemerintah 6.35 4.23 4.31 5.63 5.14 2.61 5.31 0.92 0.05 2.08 0.22 1.37 7.70 1.24

Investasi 5.94 8.93 10.12 7.41 8.10 6.36 6.75 5.14 7.83 6.54 10.22 -7.71 28.98 7.08

PMTB 9.01 6.30 6.61 6.65 7.11 6.75 6.78 5.37 7.01 6.47 6.76 5.21 4.69 1.15

Perubahan Inventori -120.90 -650.35 -91.35 -138.51 -172.26 89.81 5.11 84.62 448.18 23.51 408.68 -643.38 4,913.50 5.93

Ekspor Netto -31.13 69.41 -31.45 202.37 16.45 -71.59 -65.84 176.11 182.73 42.46 -118.22 67.74 -37.36 -7.85

PDRB 1.82 13.27 1.76 13.19 7.47 (0.72) (5.17) 20.44 21.41 9.21 2.99 4.88 3.40 3.40

2017KOMPONEN 2015 2016

2015 2016

Page 21: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

4

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

tinggi dari triwulan II 2017 yang tumbuh

sebesar 5,07% (yoy). Sementara investasi

pada triwulan III 2017 tumbuh sebesar

28,98%, naik signifikan dibanding triwulan II

2017 yang mengalami kontraksi sebesar

7,71% (yoy). Peningkatan pertumbuhan juga

terlihat pada komponen konsumsi pemerintah

dari 1,37% (yoy) pada triwulan II 2017

menjadi 7,70% (yoy) di triwulan III 2017. Di sisi

lain, ekspor netto pada triwulan laporan

mengalami kontraksi sebesar 37,36% (yoy)

jauh lebih rendah dari triwulan II 2017 yang

tumbuh sebesar 67,74% (yoy).

Berdasarkan sumbangan terhadap

perekonomian, komponen sisi penggunaan

yang menjadi penopang pertumbuhan

ekonomi Provinsi Papua pada triwulan III 2017

adalah investasi dan konsumsi. Tercatat

sumbangan pertumbuhan kedua komponen

ini pada triwulan laporan masing-masing

mencapai 7,08% (yoy) dan 4,17% (yoy).

Tingginya sumbangan investasi pada tiwulan

III 2017 salah satunya didorong oleh kenaikan

stok hasil produksi tambang seiring

pembatasan ekspor mineral ditengah produksi

yang masih berjalan. Sementara itu, pencairan

gaji ke-13 menjadi salah satu faktor

pendorong kinerja konsumsi, khususnya

rumah tangga dan pemerintah.

Di sisi lain, komponen ekspor netto

memberikan sumbangan negatif dalam

pertumbuhan ekonomi sebesar -7,85% (yoy).

Terdapat korelasi negatif yang kuat dengan

kondisi stok, khususnya pada komoditas hasil

tambang.

Tracking Triwulan IV 2017

Memasuki triwulan IV 2017, kinerja

komponen sisi penggunaan yang dominan

dalam perekonomian Papua diperkirakan

mengalami peningkatan.

Konsumsi diperkirakan tumbuh lebih tinggi

dibanding triwulan III 2017. Perayaan natal

dan tahun baru menjadi pendorong kinerja

konsumsi rumah tangga. Selain itu,

percepatan penyerapan anggaran pemerintah

di akhir tahun juga memperkuat indikasi

kenaikan konsumsi, khususnya pada konsumsi

pemerintah. Kenaikan konsumsi pemerintah

selanjutnya diperkirakan menjadi salah satu

faktor pendorong kinerja investasi seiring

penyelesaian proyek pemerintah maupun

swasta. Kinerja ekspor juga diperkirakan lebih

baik dari triwulan III 2017. Batas izin ekspor

yang berakhir pada akhir tahun 2017 menjadi

faktor pendorong utama bagi pelaku usaha

untuk mengoptimalikan penjualan konsentrat

tembaga.

Namun di sisi lain, pada pertengahan triwulan

IV 2017 kondisi keamanan di daerah produksi

tambang Papua kurang kondusif. Hal ini perlu

mendapat perhatian karena dapat

memberikan pengaruh terhadap kinerja

produksi tambang.

Tracking Kumulatif 2017

Secara agregat selama 2017, konsumsi dan

investasi menjadi penopang utama

perekonomian dari sisi penggunaan. Inflasi

yang terkendali selama 2017 menjadi salah

satu faktor pendukung terjaganya daya beli

masyarakat. Sementara itu, tingginya hasil

produksi tambang yang tersimpan menjadi

faktor utama yang mendorong kinerja

investasi secara agregat pada 2017. Selain itu,

kenaikan jumlah dan nilai proyek baik

penanaman modal asing (PMA) maupun

penanaman modal dalam negeri (PMDN)

memperkuat kenaikan kinerja investasi Papua

selama 2017.

Di sisi lain, kinerja ekspor Papua untuk

keseluruhan tahun 2017 diperkirakan lebih

Page 22: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

5

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

rendah dari 2016. Hingga triwulan III 2017,

kinerja penjualan konsentrat tembaga masih

terbentur regulasi izin ekspor. Di sisi lain, pada

semester II 2016, terdapat relaksasi izin ekspor

sehingga mendorong tingginya kinerja ekspor

hingga akhir 2016. Kondisi tersebut membuat

ekspor Papua secara agregat pada 2017

berpotensi mengalami kontraksi.

1.2.1. Konsumsi

Realisasi Konsumsi Rumah Tangga Triwulan III

2017

Konsumsi pada triwulan III 2017 tumbuh

7,64% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

triwulan II 2017 yang tumbuh sebesar 5,07%

(yoy). Seluruh komponen konsumsi pada

triwulan laporan mengalami kenaikan dan

memberikan sumbangan positif dalam

perekonomian Papua.

Konsumsi rumah tangga pada triwulan III

2017 tumbuh sebesar 7,53% (yoy), lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tumbuh sebesar 6,55% (yoy). Dilihat dari

komponennya, kenaikan tertinggi terjadi pada

kelompok transportasi dan komunikasi, yang

diikuti oleh kelompok makanan dan minuman.

Pelaksanaan even hari besar keagamaan

nasional (idul adha), perayaan HUT RI dan

periode libur di akhir triwulan menjadi salah

satu faktor pendorong konsumsi pada kedua

kelompok tersebut.

Kenaikan konsumsi rumah tangga juga

terkonfirmasi oleh hasil Survei Konsumen yang

masih mencatatkan angka indeks jauh di atas

batas optimisme (garis 100). Indeks Keyakinan

Konsumen (IKK) meningkat signifikan pada

Agustus 2017. Di sisi lain, pasca perayaan

lebaran, indeks penghasilan masyarakat

selama triwulan III 2017 cenderung lebih

rendah dibanding triwulan II 2017, namun

masih berada di level yang tinggi.

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) di triwulan III

2017 turut mengkonfirmasi terjaganya kinerja

konsumsi. Tercatat ITK Provinsi Papua triwulan

Sumber : Survei Konsumen, diolah sumber: BPS, diolah

Grafik 1.4 Perkembangan IKK dan Penghasilan Saat Ini Grafik 1.5 Indeks Tendensi Konsumen Papua

Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan Komponen Penyusun Konsumsi RT Provinsi Papua (% yoy)

Sumber: BPS, diolah

80

100

120

140

160

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2016 2017

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Penghasilan Saat Ini

Garis 100

Optimistis

Pesimistis60

70

80

90

100

110

120

130

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

ITK

Pendapatan RT

Pengaruh Inflasi thdp. Konsumsi

Garis 100

2016 2016 2016 2016

I II III IV I II IIIMakanan dan Minuman selain Restoran 6.82 6.18 7.21 7.10 5.75 6.55 5.86 7.20 8.05

Pakaian dan Alas Kaki 6.37 5.92 6.55 5.94 5.15 5.88 5.17 6.56 6.60

Perumahan dan Perlengkapan RT 6.26 6.01 6.91 5.75 4.73 5.83 4.79 6.93 7.77

Kesehatan dan Pendidikan 3.90 3.71 4.24 3.57 3.26 3.69 3.27 4.26 3.91

Transportasi dan Komunikasi 4.47 3.97 5.02 4.86 4.04 4.47 4.08 5.03 8.12

Restoran dan Hotel 5.89 5.46 6.12 4.74 3.95 5.04 4.02 6.14 4.36

Lainnya 6.95 5.78 7.38 7.60 7.66 7.12 6.58 7.39 8.67

Komponen Konsumsi RT 20152017

2016

Page 23: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

6

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

III 2017 mencapai 107,72 sedikit menurun

dari sebelumnya sebesar 108,83. Sementara

indeks pendapatan rumah tangga pada

triwulan laporan mencapai 108,67 lebih tinggi

dari triwulan sebelumnya yang mencapai

105,83.

Indikator lain yang memperkuat

perkembangan konsumsi rumah tangga

adalah penyaluran kredit konsumsi. Realisasi

kredit konsumsi pada triwulan III 2017

mengalami kenaikan dibanding triwulan

sebelumnya. Tercatat penyaluran kredit

konsumsi secara nominal pada triwulan

laporan mencapai Rp12,85 triliun lebih tinggi

dari triwulan sebelumnya yang mencapai

Rp11,7 triliun.

Tracking Konsumsi Rumah Tangga Triwulan IV

2017

Kinerja konsumsi rumah tangga pada triwulan

IV 2017 diperkirakan semakin meningkat

dibanding triwulan laporan, seiring

berlangsungnya perayaan natal dan tahun

baru. Hasil survei konsumen memperkuat

kondisi tersebut, dimana indeks ekspektasi

konsumen pada Oktober 2017 masih berada

di level optimis mencapai 133,9. Berdasarkan

komponennya, terdapat kenaikan optimisme

masyarakat terhadap penghasilan ke depan.

Selain itu, ITK pada triwulan IV juga

diperkirakan mengalami kenaikan dan berada

di level 109,01. Angka perkiraan ITK tersebut

juga lebih tinggi dari perkiraan ITK nasional

yang mencapai 105,49. Berdasarkan

komponennya, masyarakat mempersepsikan

terdapat kenaikan pendapatan rumah tangga

ke depan dengan angka indeks mencapai

109,22. Selain pengaruh even musiman akhir

tahun, peningkatan realisasi penyerapan

anggaran pemerintah terutama terkait dengan

pencairan Tunjangan Hari Raya (THR) natal

juga menjadi salah satu faktor yang

mendorong kenaikan pendapatan

masyarakat.

sumber: Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Ditjen Bea Cukai, diolah

Grafik 1.6 Perkembangan Penyaluran Kredit Konsumsi Grafik 1.7 Impor Barang Konsumsi di Papua

Sumber : Survei Konsumen, diolah Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.8 Ekspektasi Konsumen Grafik 1.9 Perkiraan ITK Triwulan IV 2017

4

6

8

10

12

14

16

9,000

9,500

10,000

10,500

11,000

11,500

12,000

12,500

I II III IV I II III

2016 2017

Kredit KonsumsiPertumbuhan [sk. kanan]

Rp miliar % yoy

-80

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100

0

1

2

3

4

5

6

7

8

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Nilai Impor Konsumsi

Pertumbuhan [sk. kanan]

juta USD % yoy

50

60

70

80

90

100

110

120

130

140

150

I II III IV I II III Okt

2016 2017

INDEKS EKSPEKTASI KONSUMEN ( IEK ) Indeks Penghasilan Konsumen

Indeks Ketersediaan lapangan kerja Indeks Kegiatan Usaha

Optimistis

Pesimistis

80

85

90

95

100

105

110

115

120

I II III IV I II III IVp

2016 2017

ITK

Pendapatan RT

Page 24: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

7

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

Tracking Konsumsi Rumah Tangga Kumulatif

2017

Untuk keseluruhan tahun 2017, konsumsi

rumah tangga diperkirakan tumbuh lebih

tinggi dibanding tahun 2016. Setidaknya

terdapat dua faktor utama yang menjadi

pendorong peningkatan kinerja konsumsi

rumah tangga secara agregat di 2017, yaitu (1)

Upah minimum provinsi (UMP) tahun 2017

yang mengalami kenaikan sebesar 9,39%

(yoy) dibanding 2016, dan (2) tekanan inflasi

selama 2017 yang cenderung lebih terjaga

dibanding 2016. Hingga posisi Oktober 2017,

inflasi kumulatif Papua mencapai 0,16% (ytd)

jauh lebih rendah dibanding inflasi kumulatif

pada Oktober 2016 yang mencapai 1,80%

(ytd).

Realisasi Konsumsi Pemerintah Triwulan III

2017

Sementara itu, komponen konsumsi

pemerintah pada triwulan III 2017 tumbuh

sebesar 7,7% (yoy), jauh lebih tinggi

dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya

yang mencapai 1,37% (yoy). Sesuai dengan

pola historisnya, realisasi belanja pemerintah

yang cenderung mengalami kenaikan di akhir

tahun menjadi faktor pendorong kinerja

konsumsi pemerintah. Realisasi belanja selain

modal pada triwulan III 2017 secara nominal

tercatat mencapai Rp2,7 triliun mengalami

peningkatan dibanding triwulan II 2017 yang

mencapai Rp2,3 triliun.

Tracking Konsumsi Pemerintah Triwulan IV

2017

Pada triwulan IV 2017, penyerapan realisasi

belanja pemerintah diperkirakan mengalami

kenaikan signifikan seiring penyelesaian

proyek pemerintah.

Selain itu, pencairan THR natal dan penyaluran

dana hibah keagamaan pada akhir tahun

diperkirakan mengalami kenaikan yang

terutama dialokasikan untuk perayaan natal

dan tahun baru.

Tracking Konsumsi Pemerintah Kumulatif

2017

Secara agregat selama 2017, kinerja konsumsi

pemerintah berpotensi tumbuh jauh lebih

tinggi dibanding 2016. Percepatan

pembangunan berbagai infrastruktur di Papua

menjadi salah satu faktor pendorong kenaikan

kinerja konsumsi pemerintah pada 2017.

Selain itu, pelaksanaan pilkada serentak di 10

kabupaten dan 1 kota di Papua pada Juli 2017

juga menjadi salah satu faktor yang

memperkuat kenaikan kinerja konsumsi

pemerintah selama 2017.

1.2.2. Investasi

Realisasi Investasi Triwulan III 2017

Pertumbuhan komponen investasi Papua pada

triwulan III 2017 tumbuh signifikan mencapai

28,98% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding

triwulan sebelumnya yang mengalami

kontraksi sebesar 7,71% (yoy). Berdasarkan

komponennya, perubahan inventori

mengalami pertumbuhan signifikan.

Sementara, kinerja Pembentukan Modal Tetap

Bruto (PMTB) mengalami perlambatan.

Perubahan inventori memiliki pertumbuhan

yang signifikan mencapai 4.913,5% (yoy).

Sumber : BPKAD Prov. Papua, diolah Grafik 1.10 Realisasi Belanja selain Belanja Modal

-10

10

30

50

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

I II III IV I II III

2016 2017

Total Belanja Selain Belanja Modal Pertumbuhan [sk. kanan]

Rp miliar % yoy

Page 25: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

8

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

Angka pertumbuhan pada komponen

perubahan inventori tersebut juga menjadi

yang tertinggi dalam dua tahun terakhir.

Tingginya angka pertumbuhan pada

komponen ini terutama disebabkan oleh

kenaikan hasil produksi tambang yang tidak

dapat di ekspor akibat pemberlakuan regulasi

pembatasan izin ekspor mineral.

Sementara, komponen PMTB pada triwulan III

2017 tumbuh sebesar 4,69% (yoy) lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tumbuh sebesar 5,21% (yoy).

Melambatnya PMTB, terjadi pada bangunan

dan nonbangunan. Pertumbuhan kedua jenis

PMTB tersebut pada triwulan III 2017 masing-

masing mencapai 5,36% dan 3,21% (yoy),

lebih rendah dibandingkan pertumbuhan

triwulan sebelumnya yang mencapai 5,80%

dan 5,73% (yoy).

Melambatnya kinerja PMTB terkait dengan

kinerja investasi pemerintah dan swasta,

dimana realisasi belanja pemerintah pada

triwulan laporan relatif kurang optimal.

Sementara itu, melambatnya investasi swasta

tercermin dari melambatnya pertumbuhan

realisasi kredit investasi dan kontraksi impor

barang modal. Pertumbuhan realisasi

penyaluran kredit investasi melambat dari

23,63% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi

16,48% (yoy) pada triwulan laporan. Nilai

impor barang modal sepanjang triwulan III

2017 mencapai USD26,35 juta terkontraksi

sebesar 12,25% (yoy).

Terkait kondisi perlambatan kredit investasi,

terdapat kecenderungan bahwa pembiayaan

untuk investasi yang dilakukan di Papua lebih

banyak menggunakan biaya yang berasal dari

internal perusahaan. Tendensi tersebut

diperkuat oleh data BKPM. Pada triwulan

laporan, Penanaman Modal Dalam Negeri

(PMDN) yang masuk ke Papua secara nominal

mencapai Rp730,6 miliar jauh lebih tinggi dari

triwulan II 2017 dan triwulan III 2016 yang

masing-masing mencapai Rp31,8 miliar dan

Rp21,8 miliar. Lebih dari 95% dari investasi

PMDN yang masuk pada triwulan laporan

dialokasikan pada sektor tersier, khususnya

listrik. Kondisi serupa juga terlihat pada

Penanaman Modal Asing (PMA), dimana nilai

PMA yang masuk Papua pada triwulan laporan

mencapai USD562,2 juta jauh lebih tinggi dari

triwulan II 2017 dan triwulan III 2016 yang

masing-masing mencapai USD274,1 juta dan

USD58,1 juta. Sektor primer, khususnya

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah sumber: Ditjen Bea Cukai, diolah

Grafik 1.12 Penyaluran Kredit Investasi Grafik 1.13 Impor Barang Modal

sumber: BPS, diolah Grafik 1.11 Perkembangan PMTB Berdasarkan Jenisnya

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

4,500

I II III IV I II III

2016 2017

Kredit Investasi Pertumbuhan [sk. kanan]

Rp miliar % yoy

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

0

5

10

15

20

25

30

35

40

I II III IV I II III

2016 2017

Nilai Impor Barang Modal

Pertumbuhan [sk. kanan]

USD juta % yoy

0

1

2

3

4

5

6

7

8

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

I II III IV I II III

2016 2017

PMTB Bangunan PMTB Nonbangunan

Pertumbuhan Bangunan (sk. Kanan) Pertumbuhan Nonbangunan (sk. Kanan)

Rp Miliar %yoy

Page 26: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

9

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

tambang mendominasi nilai PMA di Papua

dengan pangsa lebih dari 95% terhadap total

nilai PMA pada triwulan III 2017.

Tracking Investasi Triwulan IV 2017

Pertumbuhan investasi pada triwulan IV 2017

diperkirakan masih dapat terjaga positif,

namun lebih rendah dibandingkan triwulan

laporan.

Salah satu faktor utama yang menjadi

penopang pertumbuhan adalah peningkatan

realisasi belanja modal seiring penyelesaian

berbagai proyek pemerintah. Data

perkembangan proyek dari BCI memperkuat

hal tersebut, dimana pada triwulan IV 2017

terdapat 231 proyek baik pemerintah maupun

swasta yang akan selesai dengan nilai

mencapai Rp4,6 triliun. Selain itu, hasil liaison

yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Papua pada triwulan

laporan juga semakin memperkuat tendensi

peningkatan kinerja investasi pada triwulan IV

2017. Mayoritas perusahaan contact liaison

yang bergerak di bidang perhotelan

menyatakan bahwa aktivitas investasi ke

depan diperkirakan mengalami kenaikan yang

utamanya untuk mendukung kebutuhan

operasional.

Tracking Investasi Kumulatif 2017

Kinerja investasi secara kumulatif pada 2017

diperkirakan lebih tinggi dibanding 2016 yang

terutama ditopang oleh kinerja inventori.

Perkembangan komponen perubahan

inventori selama 2017 berpotensi jauh lebih

tinggi dibanding 2016. Minimalnya kendala

produksi tambang ditengah pemberlakuan

regulasi pembatasan izin ekspor menjadi

faktor utama tingginya pertumbuhan

inventori.

Di sisi lain, kinerja PMTB selama 2017

diperkirakan lebih lambat dibanding 2016.

Kurang optimalnya realisasi penyerapan

anggaran pemerintah menjadi penyebab

kondisi tersebut.

1.2.3. Ekspor Netto

Realisasi Ekspor Netto Triwulan III 2017

Ekspor netto pada triwulan III 2017 mengalami

kontraksi sebesar -37,36% (yoy) jauh lebih

rendah dibanding triwulan sebelumnya yang

tumbuh sebesar 67,74% (yoy). Berdasarkan

komponennya, ekspor dan impor luar negeri

mengalami kontraksi masing-masing sebesar

44,45% dan 32,84% (yoy). Sementara ekspor

dan impor antardaerah tumbuh positif pada

triwulan laporan mencapai 72,55% dan

99,38% (yoy).

Berdasarkan komoditasnya, bijih tembaga dan

kayu olahan menjadi komoditas ekspor utama

Papua dengan pangsa ekspor masing-masing

Sumber : Ditjen Bea Cukai, diolah Sumber: Ditjen Bea Cukai, diolah

Grafik 1.14 Perkembangan Ekspor Grafik 1.15 Pangsa Ekspor Triwulan III 2017

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100

120

0

100

200

300

400

500

600

700

800

I II III IV I II III

2016 2017

Nilai ekspor Nontambang

Nilai ekspor pertambangan

Pertumbuhan ekspor tambang [sk. kanan]

USD juta % yoy

28%

22%

34%

10%6%

Filipina

India

Jepang

Tiongkok

Korea Selatan

Page 27: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

10

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

komoditas pada triwulan III 2017 mencapai

93% dan 7%.

Kontraksi ekspor luar negeri terutama

disebabkan oleh penurunan kinerja penjualan

hasil tambang seiring regulasi pembatasan izin

ekspor mineral. Tercatat nilai ekspor

pertambangan pada triwulan laporan

mencapai USD393,93 juta jauh lebih rendah

dari triwulan II 2017 dan triwulan III 2016 yang

mencapai USD583,19 juta dan USD613,36

juta.

Sementara kinerja ekspor komoditas

nontambang pada triwulan laporan tumbuh

sebesar 0,06% (yoy) lebih lambat dibanding

triwulan II 2017 yang mencapai 0,25% (yoy).

Rendahnya produksi kayu dan frekuensi

pengiriman kayu yang tidak stabil menjadi

faktor penahan pertumbuhan ekspor

nontambang.

Berdasarkan tujuan ekspor, negara tujuan

terbesar untuk bijih tembaga adalah Jepang

(34%), Filipina (28%) dan India (22%),

Sementara itu tujuan ekspor komoditas kayu

olahan terbesar pada triwulan laporan adalah

Arab Saudi dan AS, sebesar 49% dan 32%.

Penentuan negara tujuan ekspor ekspor

tersebut salah satunya adalah teknologi

smelter dan kapasitas pengolahan yang

memadai.

Dari sisi impor luar negeri, penurunan kinerja

terjadi pada seluruh komponen impor,

terutama impor bahan baku penolong dan

barang modal yang memiliki pangsa terbesar

mencapai 63% dan 35%, dalam keranjang

impor luar negeri.

Impor bahan baku penolong pada triwulan III

2017 mengalami kontraksi sebesar 57% (yoy).

Kondisi tersebut relatif sejalan dengan

penurunan kinerja lapangan usaha

pertambangan mengingat impor bahan baku

penolong sebagian besar digunakan untuk

memenuhi kebutuhan operasional produksi

perusahaan utama pertambangan. Sementara

itu, impor barang modal terkontraksi sebesar

12,25% (yoy) pada triwulan ini. Penyerapan

anggaran belanja pemerintah yang kurang

optimal menjadi salah satu faktor penurunan

kinerja impor barang modal.

Sumber: Ditjen Bea Cukai, diolah

Grafik 1.17 Pangsa Impor Triwulan III 2017

Sumber : Ditjen Bea Cukai, diolah Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.16 Perkembangan Impor Grafik 1.18 Bongkar Muat Barang Papua

60%23%

4%

2%11%

Australia

Finlandia

Jepang

Amerika Serikat

Lainnya

-60

-50

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

I II III IV I II III

2016 2017

Impor NonmigasImpor Barang Modal dan AntaraPertumbuhan Nonmigas [sk. kanan]

USD juta % yoy

-

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

160,000

180,000

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP

2017

Total Muat Barang

Total Bongkar Barang

Page 28: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

11

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

Berdasarkan negara asalnya, Kebutuhan impor

pada triwulan III 2017 sebagian besar berasal

dari Australia (60%) dengan jenis produk

berupa logam hasil industri. Finlandia pada

triwulan III 2017 masih menjadi salah satu

negara pemasok komoditas, khususnya

peralatan kelistrikan ke Papua dengan pangsa

mencapai 23%.

Penurunan kinerja ekspor impor juga

tercermin dari arus bongkar muat barang yang

melalui pelabuhan Jayapura dan Merauke.

Volume bongkar dan muat di akhir triwulan III

2017 mencapai 87,6 ribu ton dan 13,4 ribu

ton, lebih rendah dibanding akhir triwulan III

2016 yang mencapai 100,2 ribu ton dan 18,9

ribu ton.

Tracking Ekspor Netto Triwulan IV 2017

Pada triwulan IV 2017, ekspor netto

diperkirakan lebih tinggi dibandingkan

triwulan III 2017. Kenaikan komponen ekspor

luar negeri berpotensi terjadi seiring tendensi

pelaku usaha tambang dalam

mengoptimalkan penjualan hasil produksi

tambang sebelum berakhirnya izin ekspor

mineral di akhir triwulan IV 2017. Selain itu,

tingginya pasokan (stok) hasil produksi

tambang pada triwulan III 2017 yang

tercermin dari tingginya pertumbuhan

komponen perubahan inventori yang

mencapai 4.913,5% (yoy) memperkuat

tendensi peningkatan penjualan hasil

tambang.

Kinerja impor pada triwulan IV 2017

diperkirakan juga mengalami kenaikan

dibanding triwulan laporan. Peningkatan ini

sejalan dengan optimisme mayoritas pelaku

usaha dan penyelesaian proyek pemerintah

daerah pada triwulan IV 2017. Hasil liaison

yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Papua terkait

perkembangan investasi pelaku usaha turut

memperkuat hal tersebut. Berdasarkan kondisi

tersebut, kebutuhan bahan baku dan

penolong diperkirakan meningkat sehingga

mendorong impor komoditas ke Papua.

Tracking Ekspor Netto Kumulatif 2017

Sepanjang 2017, ekspor netto Papua

diperkirakan lebih rendah dibanding kinerja

2016. Pembatasan izin ekspor mineral

memberikan pengaruh lebih besar terhadap

kinerja ekspor luar negeri Papua selama 2017

dibandingkan 2016.

Pada triwulan I 2017, kegiatan ekspor

konsentrat tembaga dapat dilakukan hingga

18 Februari 2017. Kemudian pada triwulan II

2017, izin ekspor kembali dibuka pada April

2017 hingga Desember 2017. Namun, pada

Mei 2017 terjadi demonstasi karyawan

sehingga aktivitas produksi, termasuk ekspor,

terganggu. Selain itu, berdasarkan hasil

evaluasi perkembangan proyek smelter setiap

semester yang dilakukan pada triwulan III

2017, proyek smelter dinilai belum sesuai

target perkembangan 20% per tahun,

sehingga optimal kegiatan ekspor tidak dapat

dilakukan pada triwulan III 2017. Dinamika

yang terjadi selama 2017 tersebut

mempengaruhi kinerja ekspor Papua selama

2017.

Kondisi tersebut tercermin dari akumulasi

volume penjualan konsentrat tembaga dari

perusahaan tambang dominan hingga

triwulan III 2017 mencapai 630 juta pound,

lebih rendah dari akumulasi volume penjualan

pada triwulan III 2016 yang mencapai 702 juta

pound. Selain itu, kurang optimalnya kinerja

belanja pemerintah dan penyelesaian berbagai

proyek pembangunan menjadi salah satu

penyebab penurunan kinerja impor Papua

selama 2017.

Page 29: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

12

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

Selain itu, terdapat lonjakan pelemahan nilai

tukar rupiah yang relatif tinggi terhadap

Australian Dollar (AUD) dan US Dollar (USD)

yang digunakan untuk transaksi ekspor/impor

selama 2017. Pada akhir Juli 2017, nilai tukar

rupiah terhadap AUD mengalami pelemahan

secara signifikan mencapai kisaran level

Rp10.500/AUD. Kemudian disusul pelemahan

rupiah terhadap USD pada akhir September

2017 hingga mencapai kisaran level

Rp13.500/USD. Kondisi tersebut tentunya

akan mempengaruhi keputusan pelaku usaha

khususnya lapangan usaha perdagangan,

konstruksi dan kayu dalam melakukan

kegiatan ekspor impor, mengingat komoditas

kayu olahan dan beberapa komoditas bahan

baku penolong memiliki nilai dan frekuensi

ekspor impor yang relatif tinggi.

1.3. PERTUMBUHAN EKONOMI SISI LAPANGAN USAHA

Realisasi Lapangan Usaha Triwulan III 2017

Secara umum perekonomian Papua pada

triwulan laporan masih didominasi oleh

lapangan usaha pertambangan dan

penggalian dengan pangsa mencapai

45,67%. Lapangan usaha pertambangan dan

penggalian juga menjadi lapangan usaha yang

menyumbangkan sumber pertumbuhan

ekonomi terbesar mencapai 1,23% (yoy).

Melihat besarnya pangsa dan sumbangan dari

lapangan usaha pertambangan maka kinerja

perekonomian Papua sangat dipengaruhi oleh

kinerja lapangan usaha tersebut. Pada

triwulan III 2017, kinerja lapangan usaha

pertambangan mengalami perlambatan

dibanding triwulan II 2017 yang terutama

dipengaruhi oleh pembatasan izin ekspor.

Selain lapangan usaha pertambangan,

perlambatan kinerja juga terjadi pada

lapangan usaha konstruksi dan administrasi

pemerintahan. Penyerapan belanja

pemerintah yang kurang optimal menjadi

salah satu faktor yang mempengaruhi

perlambatan kinerja di kedua lapangan usaha

tersebut.

sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 1.19 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah

Tabel 1.3 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Lapangan Usaha Dominan Provinsi Papua (%yoy)

Sumber: BPS, diolah

Sumber : BPS, diolah Grafik 1.20 Pertumbuhan Ekonomi Lapangan Usaha

Provinsi Papua

13.2

13.3

13.4

13.5

13.6

13.7

13.8

9.7

9.9

10.1

10.3

10.5

10.7

10.9

03-J

an-1

7

03-F

eb

-17

03-M

ar-1

7

03-A

pr-1

7

03-M

ay-1

7

03-J

un-1

7

03-J

ul-1

7

03-A

ug

-17

03-S

ep

-17

03-O

ct-1

7

03-N

ov-1

7

Ribu RupiahRibu Rupiah

AUD/IDR USD/IDR [sk. Kanan]

I II III IV I II III IV I II III SoGPertanian, Kehutanan, dan Perikanan 6.00 2.70 6.36 9.01 6.03 3.18 3.69 0.02 2.05 2.21 1.48 1.78 2.93 0.29

Pertambangan dan Penggalian -6.99 24.07 -6.07 19.20 6.79 -10.50 -20.80 40.77 44.50 13.15 0.40 6.88 2.67 1.23

Konstruksi 14.99 7.54 7.79 12.86 10.70 4.71 7.00 12.13 10.93 8.81 6.27 3.10 2.99 0.31

Perdagangan Besar dan Eceran 8.35 7.13 8.72 8.30 8.13 2.54 6.96 9.51 8.39 6.91 5.61 5.46 5.69 0.42

Administrasi Pemerintahan 9.74 12.14 7.63 13.88 10.89 13.91 10.86 9.88 4.98 9.64 3.54 2.02 1.82 0.15

PDRB 1.82 13.27 1.76 13.19 7.47 (0.72) (5.17) 20.44 21.41 9.21 2.99 4.88 3.40 3.40

Ket= SoG : Source of Growth / Sumber Pertumbuhan

20162016

2017KOMPONEN

20152015

-10

-5

0

5

10

15

20

25

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016 2017

Lainnya Adm. Pemerintahan dan Jaminan Sosial

Transportasi dan Pergudangan Perdagangan dan Reparasi

Konstruksi Pertambangan dan Penggalian

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertumbuhan Ekonomi [sk. kanan]

Rp miliar % yoy

Page 30: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

13

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

Sementara itu, kinerja lapangan usaha

pertanian dan perdagangan pada triwulan

laporan terpantau mengalami kenaikan.

Panen yang terjadi pada triwulan III 2017 di

sejumlah daerah sentra produksi pertanian di

Papua menjadi salah satu faktor pendorong

kinerja lapangan usaha pertanian. Sedangkan

pelaksanaan even hari besar keagamaan

nasional (idul adha), perayaan HUT RI dan

periode libur di akhir triwulan menjadi faktor

pendorong kinerja lapangan usaha

perdagangan.

Tracking Lapangan Usaha Triwulan IV 2017

Pada triwulan IV 2017, kinerja perekonomian

Papua diperkirakan mengalami peningkatan

dibanding triwulan III 2017. Optimalisasi

kinerja lapangan usaha pertambangan

diperkirakan menjadi faktor utama pendorong

perekonomian Papua, seiring berakhirnya

batas izin ekspor mineral di akhir 2017.

Namun demikian, kondisi keamanan di daerah

lokasi tambang yang kurang kondusif pada

pertengahan triwulan IV 2017 berpotensi

menjadi faktor penahan kinerja lapangan

usaha pertambangan pada periode tersebut.

Selain itu, perayaan natal dan tahun baru juga

menjadi faktor yang memperkuat kenaikan

kinerja lapangan usaha perdagangan pada

triwulan IV 2017.

Tracking Lapangan Usaha Kumulatif 2017

Secara agregat selama 2017, kinerja lapangan

usaha yang dominan dalam perekonomian

Papua diperkirakan tumbuh lebih rendah

dibanding 2016.

Lapangan usaha pertambangan masih

memberikan pengaruh dominan dalam

perekonomian Papua. Namun demikian,

pertumbuhan lapangan usaha pertambangan

pada 2017 diperkirakan relatif kurang optimal

dibandingkan 2016.

Regulasi izin ekspor mineral menjadi faktor

utama penahan kinerja lapangan usaha

pertambangan. Selain itu, aksi demonstrasi

karyawan, kondisi keamanan yang kurang

kondusif dan tingginya curah hujan serta

kualitas hasil tambang (ore) yang rendah

merupakan faktor internal yang

mempengaruhi kinerja lapangan usaha

pertambangan selama 2017. Sementara

fluktuasi harga komoditas dan permintaan

negara mitra dagang menjadi faktor eksternal

yang berpotensi mempengaruhi kinerja

penjualan hasil tambang.

Potensi pelemahan penjualan hasil tambang di

keseluruhan tahun 2017, juga menjadi salah

satu faktor yang mempengaruhi kinerja

lapangan usaha perdagangan selama 2017

yang diperkirakan lebih rendah dari 2016.

Perlambatan pertumbuhan juga berpotensi

terjadi pada lapangan usaha konstruksi dan

administrasi pemerintah untuk keseluruhan

tahun 2017. Rendahnya realisasi belanja

pemerintah menjadi salah satu faktor yang

mempengaruhi kinerja kedua lapangan usaha

ini.

Di sisi lain, lapangan usaha pertanian

berpotensi mengalami kenaikan kinerja yang

terutama didorong oleh perkiraan produksi

tanaman pangan, khususnya padi selama

2017 yang lebih tinggi dibanding 2016.

1.3.1 Lapangan Usaha Pertambangan dan

Penggalian

Realisasi Lapangan Usaha Pertambangan

Triwulan III 2017

Pertumbuhan lapangan usaha pertambangan

pada triwulan III 2017 tercatat sebesar 2,67%

(yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan II

2017 yang mencapai 6,88% (yoy). Penurunan

kinerja tersebut, terutama disebabkan kurang

optimalnya produksi dan penjualan konsentrat

Page 31: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

14

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

tembaga yang merupakan hasil utama produk

tambang Papua. Selain itu, penjualan

konsentrat emas juga mengalami perlambatan

pada triwulan III 2017.

Dari sisi produksi, volume produksi konsentrat

tembaga pada triwulan laporan mencapai 293

juta pound, relatif lebih rendah dari triwulan III

2016 yang mencapai 321 juta pound,

sehingga angka perubahan produksi tembaga

secara tahunan mengalami kontraksi sebesar

8,72% (yoy), jauh lebih dalam dibandingkan

triwulan II 2017 yang mengalami kontraksi

sebesar 4,33% (yoy). Sementara di sisi lain,

produksi konsentrat emas pada triwulan III

2017 tumbuh sebesar 36,88% (yoy), lebih

rendah dibanding triwulan II 2017 yang

mencapai 120,25% (yoy). Tercatat volume

produksi emasi pada triwulan III 2017

mencapai 412 ribu ounce, lebih tinggi dari

triwulan III 2016 yang mencapai 301 ribu

ounce. Berdasarkan informasi dari rilis resmi

perusahaan tambang dominan di Papua,

kinerja produksi konsentrat tembaga dan

emas tersebut dipengaruhi oleh kualitas hasil

tambang.

Dari sisi penjualan, konsentrat tembaga

mengalami kontraksi penjualan sebesar

22,29% (yoy), jauh lebih rendah dibanding

triwulan II 2017 tumbuh sebesar 26,02%

(yoy). Sementara itu, penjualan konsentrat

emas masih terjaga positif dengan angka

pertumbuhan sebesar 14,66%. Informasi

resmi dari perusahaan tambang dominan di

Papua, hal tersebut salah satunya dikarenakan

adanya penyesuaian waktu pengiriman hasil

tambang sebagai bentuk dari regulasi izin

ekspor mineral.

Tracking Lapangan Usaha Pertambangan

Triwulan IV 2017

Memasuki triwulan IV 2017, kinerja lapangan

usaha pertambangan diperkirakan mengalami

perlambatan dibandingkan triwulan III 2017.

Dari sisi produksi, setidaknya terdapat dua

faktor yang berpotensi menjadi faktor

penghambat kinerja produksi pada triwulan IV

2017, yaitu curah hujan yang relatif tinggi, dan

kondisi keamanan yang kurang kondusif di

daerah sentra produksi tambang di Papua.

Selain itu, rilis resmi perusahaan tambang

dominan di Papua memperkuat indikasi

perlambatan penjualan, dimana diperkirakan

target pertumbuhan penjualan hasil tambang

pada triwulan IV 2017 berkisar 5% (yoy) dalam

kondisi normal.

Sementara dari sisi penjualan, beberapa faktor

seperti kualitas hasil tambang yang

diperkirakan lebih baik, harga komoditas

tambang di pasar global yang cenderung

meningkat dan regulasi izin ekspor mineral

menjadi faktor yang diperkirakan mendorong

Sumber : FCX Quarterly Reports, diolah Sumber: FCX Quarterly Reports, diolah

Grafik 1.21 Produksi Konsentrat Tembaga dan Emas Grafik 1.22 Penjualan Konsentrat Tembaga dan Emas

-100

-50

0

50

100

150

200

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016 2017

Produksi Konsentrat Tembaga (Cu) Produksi Konsentrat Emas (Au)

Pertumbuhan Tembaga [sk. kanan] Pertumbuhan Emas [sk. kanan]

Cu: juta poundAu: ribu ounce

% yoy

-100

-50

0

50

100

150

200

0

100

200

300

400

500

600

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016 2017

Penjualan Konsentrat Tembaga (Cu) Penjualan Konsentrat Emas (Au)

Pertumbuhan Cu [sk. kanan] Pertumbuhan Au [sk. kanan]

Cu: juta poundAu: ribu ounce

% yoy

Page 32: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

15

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

kinerja lapangan usaha pertambangan pada

triwulan IV 2017.

Tracking Lapangan Usaha Pertambangan

Kumulatif 2017

Secara agregat, kinerja lapangan usaha

pertambangan pada 2017 diperkirakan lebih

rendah dari 2016.

Regulasi izin ekspor mineral menjadi faktor

utama kurang optimalnya kinerja lapangan

usaha pertambangan selama 2017. Selain itu,

permasalahan ketenagakerjaan yang terjadi

pada pertengahan 2017 juga memberikan

pengaruh pada kinerja produksi tambang.

Rilis resmi dari perusahaan tambang dominan

di Papua memperkuat adanya indikasi

penurunan kinerja penjualan hasil tambang

selama 2017, khususnya konsentrat tembaga.

Penjualan konsentrat tembaga untuk

keseluruhan 2017 diperkirakan berkisar 1 juta

pound, lebih rendah dari 2016 yang mencapai

1,1 juta pound. Sementara penjualan

konsentrat emas diperkirakan menjadi

penahan tekanan penurunan kinerja

penjualan. Pada 2017, diperkirakan penjualan

konsentrat emas dapat mencapai 1,6 ribu

ounce, lebih tinggi dari 2016 yang mencapai

1,1 ribu ounce.

1.3.2 Lapangan Usaha Pertanian,

Kehutanan dan Perikanan

Realisasi Lapangan Usaha Pertanian Triwulan

III 2017

Lapangan usaha pertanian pada triwulan III

2017 tumbuh sebesar 2,93% (yoy), lebih

tinggi dari pertumbuhan triwulan II 2017 yang

mencapai 1,78% (yoy).

Kenaikan kinerja lapangan usaha pertanian,

salah satunya didorong oleh kenaikan

penjualan kayu. Pada triwulan III 2017, ekspor

kayu olahan tumbuh sebesar 45,1% (yoy)

lebih tinggi dari triwulan II 2017 yang tumbuh

mencapai 30,2% (yoy). Berdasarkan hasil

liaison, hal tersebut salah satunya disebabkan

adanya penambahan tujuan ekspor plywood

ke Korea Selatan.

Kenaikan kinerja lapangan usaha pertanian,

sejalan dengan penyaluran kredit ke lapangan

usaha pertanian yang tumbuh sebesar 60,2%

(yoy). Perkebunan kelapa sawit masih menjadi

komoditas utama dalam penyaluran kredit

pada triwulan laporan.

Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)

pada triwulan III 2017 juga masih berada di

level yang positif sebesar 3,68% (qtq) meski

lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya

yang mencapai 4,52% (qtq).

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Grafik 1.23 Realisasi Usaha Pertanian Papua Grafik 1.24 Perkembangan Kredit Pertanian

-5

0

5

10

15

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Total Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan

% qtq

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Kredit Sektor Pertanian Pertumbuhan [sk. kanan]

Rp miliar % yoy

Page 33: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

16

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

Tracking Lapangan Usaha Pertanian Triwulan

IV 2017

Kinerja lapangan usaha Pertanian pada

triwulan IV 2017 diperkirakan naik signifikan.

Periode panen rendengan yang diperkirakan

berlangsung pada triwulan IV 2017 menjadi

salah satu faktor pendorong kinerja pertanian.

Selain itu, tendensi peningkatan kinerja

lapangan usaha pertanian juga diperkuat oleh

kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP) di beberapa

kelompok komoditas pertanian. Pada Oktober

2017 NTP tanaman pangan, tanaman

perkebunan rakyat dan perikanan mengalami

kenaikan dibandingkan September 2017,

masing-masing sebesar 0,76%, 0,40% dan

0,27% (mtm).

Tracking Lapangan Usaha Pertanian Kumulatif

2017

Selama 2017, kinerja lapangan usaha

pertanian diperkirakan lebih tinggi dari 2016.

Peningkatan realisasi ekspor kayu menjadi

salah satu pendorong kinerja lapangan usaha

pertanian. Secara kumulatif, nilai ekspor kayu

olahan hingga triwulan III 2017 mencapai

USD59,88 juta lebih tinggi dibanding total

nilai ekspor kayu olahan selama 2016 yang

mencapai USD57,36 juta.

Selain itu, data Angka Ramalan (ARAM) II turut

memperkuat kondisi tersebut, dimana

produksi padi Papua pada 2017 diperkirakan

mencapai 264,6 ribu ton, lebih tinggi dari

2016 yang mencapai 233,6 ribu ton atau

meningkat 13,26% (yoy).

1.3.3 Lapangan Usaha Konstruksi

Realisasi Lapangan Usaha Konstruksi Triwulan

III 2017

Pertumbuhan lapangan usaha konstruksi pada

triwulan III 2017 tercatat mencapai 2,99%

(yoy) lebih lambat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,10%

(yoy).

Perlambatan ini utamanya dari sisi pemerintah.

Terkonfirmasi dari rendahnya realisasi belanja

modal APBD Provinsi Papua. Hingga triwulan

III 2017 realisasi belanja modal hanya

mencapai Rp547 miliar, mengalami kontraksi

sebesar 32,10% (yoy). Proses pengadaan

proyek pemerintah yang mengalami

kemunduran akibat pelantikan pejabat baru

menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi

Sumber: BPKAD dan BPS, diolah

Grafik 1.25 Belanja Modal dan Pertumbuhan Konstruksi

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Grafik 1.26 Penjualan Semen di Provinsi Papua Grafik 1.27 Perkembangan Kredit Konstruksi

0

2

4

6

8

10

12

14

16

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Belanja Modal Pertumbuhan Konstruksi (sb. kanan)

Rp triliun % yoy

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

-

20

40

60

80

100

120

140

160

180

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Penjualan Semen Pertumbuhan [sk. kanan]

ribu ton %, yoy

-50

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

1,800

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Kredit Konstruksi Pertumbuhan [sk. kanan]

Rp miliar % yoy

Page 34: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

17

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

realisasi belanja pemerintah. Berdasarkan data

Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE)

Papua, lebih dari 90% penandatanganan

kontrak proyek dilakukan selama periode Juli

Agustus 2017, sehingga pekerjaan

konstruksi efektif baru dikerjakan pada akhir

triwulan III 2017.

Kenaikan penjualan semen yang terjadi pada

triwulan III 2017 memperkuat tendensi

pelaksanaan proyek yang baru dimulai pada

periode laporan. Tercatat penjualan semen

meningkat sebesar 9,21% (yoy) jauh lebih

tinggi dibandingkan triwulan II 2017 yang

mengalami kontraksi sebesar 25% (yoy). Hasil

liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Papua memperkuat

kondisi terbut, dimana mayoritas pelaku usaha

perhotelan melakukan realisasi pembangunan

bangunan untuk mendukung kebutuhan

operasional ke depan.

Perkembangan penyaluran kredit konstruksi

masih mengalami peningkatan pada triwulan

III 2017 mencapai 38,37% (yoy) lebih tinggi

dibanding triwulan II 2017 yang mencapai

34,53% (yoy). Penyaluran kredit konstruksi

sebagian besar digunakan untuk

pembangunan jalan raya, irigasi dan

bangunan sipil lainnya.

Tracking Lapangan Usaha Konstruksi Triwulan

IV 2017

Pada triwulan IV 2017, kinerja lapangan usaha

konstruksi diperkirakan masih tumbuh positif,

namun dalam level yang lebih rendah

dibanding triwulan III 2017.

Penyelesaian sejumlah proyek infrastruktur

menjadi salah satu faktor penyebab

penurunan kinerja lapangan usaha konstruksi.

Data BCI menunjukkan setidaknya terdapat 26

proyek pembangunan yang akan selesai pada

triwulan IV 2017 dengan nilai mencapai

Rp453 miliar.

Tracking Lapangan Usaha Konstruksi

Kumulatif 2017

Secara kumulatif, kinerja lapangan usaha

konstruksi pada 2017 diperkirakan lebih

rendah dibanding 2016. Kurang optimalnya

realisasi penyerapan anggaran pemerintah

menjadi salah satu penyebab kondisi tersebut.

Selain itu, indeks kemahalan konstruksi di

Papua pada 2017 berada di level yang tinggi

mencapai 229,82. Secara spasial, lima daerah

di wilayah pegunungan Papua memiliki nilai

indeks kemahalan konstruksi tertinggi di

Indonesia, kelima daerah tersebut adalah

Puncak (469,96), Puncak Jaya (436,94), Intan

Jaya (412,52), Memberamo Tengah (403,74)

dan Pegunungan Bintang (391,44).

1.3.4 Lapangan Usaha Perdagangan Besar

Dan Eceran, Reparasi Mobil Dan Sepeda

Motor

Realisasi Lapangan Usaha Perdagangan

Triwulan III 2017

Kinerja lapangan usaha perdagangan besar

dan eceran pada triwulan laporan tumbuh

sebesar 5,69% (yoy), lebih tinggi dibanding

triwulan II 2017 yang tumbuh sebesar 5,46%

(yoy). Pelaksanaan even hari besar keagamaan

nasional (idul adha), perayaan HUT RI dan

periode libur di akhir triwulan menjadi salah

satu faktor pendorong kinerja lapangan usaha

ini.

Kondisi peningkatan kinerja lapangan usaha

perdagangan tercermin dari arus bongkar

muat barang pelabuhan di Jayapura dan

Merauke yang relatif tinggi. Volume bongkar

secara kumulatif di kedua kota tersebut pada

akhir triwulan III 2017 mencapai 85,6 ribu ton,

Page 35: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

18

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

sementara volume muat mencapai 13,4 ribu

ton.

Peningkatan kinerja lapangan usaha

perdagangan juga tercermin dari hasil survei

konsumen, dimana fluktuasi indeks

penghasilan masyarakat selama triwulan III

2017 relatif terkendali dan berada di level yang

tinggi. Selain itu, data BPS menunjukkan

indeks pendapatan rumah tangga pada

triwulan laporan yang lebih tinggi lebih tinggi

dari triwulan sebelumnya.

Namun demikian, hasil SKDU menunjukkan

bahwa realisasi usaha perdagangan pada

triwulan III 2017 lebih lambat dibanding

triwulan II 2017. Demikian juga dengan indeks

pembelian barang tahan lama yang

mengalami penurunan di akhir triwulan III

2017. Kondisi tersebut seiring berlalunya

perayaan puasa dan lebaran.

Tracking Lapangan Usaha Perdagangan

Triwulan IV 2017

Pada triwulan IV 2017, pertumbuhan kinerja

lapangan usaha perdagangan meningkat

dibanding triwulan III 2017.

Kinerja ekspor yang diperkirakan lebih tinggi

dari triwulan III 2017 menjadi salah satu faktor

pendorong kinerja lapangan usaha

perdagangan. Selain itu, perayaan natal dan

tahun baru yang berpotensi mendorong

permintaan dan konsumsi masyarakat

memperkuat tendensi peningkatan kinerja

lapangan usaha perdagangan pada triwulan IV

2017.

Tracking Lapangan Usaha Perdagangan

Kumulatif 2017

Secara kumulatif, kinerja lapangan usaha

perdagangan selama 2017 diperkirakan lebih

rendah dibanding 2016.

Pembatasan izin ekspor mineral memberikan

pengaruh terhadap kinerja lapangan usaha

perdagangan seiring penurunan ekspor luar

negeri Papua selama 2017. Namun demikian,

terjaganya konsumsi dan inflasi yang

terkendali menjadi faktor peredam penurunan

kinerja lapangan usaha perdagangan selama

2017.

1.3.5 Lapangan Usaha Administrasi

Pemerintahan, Pertahanan Dan Jaminan

Sosial Wajib

Realisasi Lapangan Usaha Administrasi

Pemerintahan Triwulan III 2017

Lapangan Usaha Administrasi Pemerintahan

pada triwulan III 2017 tumbuh sebesar 1,82%

(yoy) lebih rendah dari triwulan sebelumnya

yang mampu tumbuh sebesar 2,02% (yoy).

Realisasi belanja pemerintah yang kurang

optimal menjadi salah satu faktor penurunan

kinerja lapangan usaha administrasi

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha, diolah Sumber: Survei Konsumen, diolah

Grafik 1.28 Perkembangan SKDU Perdagangan Grafik 1.29 Indeks Pembelian Durable Goods

-4%

-3%

-2%

-1%

0%

1%

2%

3%

4%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Total (qtq) Perdagangan - Sk. Kanan

70

80

90

100

110

120

130

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2016 2017

Optimistis

Pesimistis

Page 36: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

19

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

pemerintahan. Hal ini terlihat dari realisasi

belanja APBD Provinsi Papua sampai triwulan

III 2017 baru mencapai 41,16% terpaut cukup

rendah jika dibandingkan dengan periode

yang sama pada tahun 2016 yang mencapai

49,06%.

Tracking Lapangan Usaha Administrasi

Pemerintahan Triwulan IV 2017

Pada triwulan IV 2017, kinerja lapangan usaha

administrasi pemerintahan diperkirakan

tumbuh signifikan.

Hal tersebut sejalan dengan pola historis

penyerapan anggaran pemerintah, dimana

realisasi pada akhir tahun cenderung

meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya. Selain itu, nilai proyek yang akan

selesai pada akhir tahun tahun 2017 relatif

tinggi mencapai kisaran Rp5,1 triliun.

Tracking Lapangan Usaha Administrasi

Pemerintahan Kumulatif 2017

Secara keseluruhan 2017, kinerja lapangan

usaha administrasi pemerintah diperkirakan

tumbuh lebih lambat dibanding 2016.

Pengadaan lelang yang terlambat akibat

Pilkada 2017, keterlambatan pengesahan

APBD dan adanya Pemungutan Suara Ulang

(PSU) menjadi faktor penghambat kinerja

lapangan usaha administrasi pemerintahan

selama 2017. Namun demikian, percepatan

pembangunan proyek pemerintah pada 2017,

diperkirakan menjadi faktor peredam

penurunan kinerja pada lapangan usaha ini.

Page 37: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

20

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

BOKS

PENINGKATAN AKSES KEUANGAN PADA LAPANGAN USAHA PERIKANAN DAN

PENGARUHNYA DALAM PEREKONOMIAN PAPUA

LATAR BELAKANG

Peranan sektor kelautan dan perikanan dalam

penciptaan PDB nasional pada tahun 2010

adalah sebesar 2,90%. Pada tahun 2013 dan

2014, kontribusi sektor kelautan dan

perikanan mengalami peningkatan yang lebih

cepat bila dibandingkan dengan tahun-tahun

sebelumnya yakni menjadi 3,06% dan 3,25%

(BPS, 2015).

Kondisi tersebut juga relatif searah dengan

kondisi di Papua, dimana tren produksi

perikanan di wilayah Papua dari 2011-2016

cenderung mengalami peningkatan dan

mencapai angka 44,7 juta ton pada 2016.

Dengan melihat potensi sumberdaya

perikanan tersebut dan produksi yang

dihasilkannya menunjukkan bahwa sektor

kelautan dan perikanan memiliki potensi yang

baik untuk berkontribusi di dalam

pertumbuhan perekonomian.

Kegiatan perikanan di Papua, hingga saat ini

masih didominasi oleh usaha mikro, kecil dan

menengah (UMKM). Karakteristik tersebut

dapat dilihat dari statistik perikanan pada

2016 yang menunjukkan bahwa 58% nelayan

menggunakan perahu papan (tanpa motor).

Kondisi ini merupakan salah satu penyebab

kurang optimalnya dukungan lapangan usaha

kelautan dan perikanan terhadap

perekonomian.

Permasalahan utama yang dihadapi UMKM di

lapangan usaha perikanan salah satunya

adalah keterbatasan modal dalam

menjalankan usaha. Akibatnya, usaha yang

dijalankan oleh nelayan masih sangat

bergantung pada tengkulak atau rentenir.

Terkait hal tersebut, Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Papua melakukan kajian

yang bertujuan untuk identifikasi kebutuhan

layanan keuangan dan pengembangan usaha

di lapangan usaha perikanan dan menganalisis

pengaruh faktor keuangan di lapangan usaha

perikanan terhadap perekonomian terutama

di daerah sentra perikanan Papua.

RUANG LINGKUP dan METODE ANALISIS

Kajian dilaksanakan di kabupaten/Kota yang

terdapat di wilayah pesisir Papua, yaitu Kota

Jayapura, Kabupaten Merauke, Kabupaten

Biak Numfor, Kabupaten Nabire dan

Kabupaten Mimika. Kelima daerah ini dipilih

karena merupakan lokasi yang padat kegiatan

perikanan sehingga cukup mewakili usaha

perikanan yang ada di Papua.

Pemilihan responden ditetapkan dengan

menggunakan metode purposive sampling

berdasarkan jenis usaha dengan total jumlah

responden sebanyak 200 orang.

Data responden selanjutnya diolah dengan

menggunakan metode Analytical Hierarchy

Process (AHP) untuk mengetahui faktor

dominan yang mempengaruhi pembiayaan

dan regresi panel data untuk melihat dampak

pembiayaan terhadap perekonomian. Selain

Grafik B.1 Pangsa Penggunaan Kapal Nelayan di Papua

Tanpa perahu1%

Perahu papan58%

Motor Tempel37%

Kapal Motor4%

Page 38: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

21

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

itu, juga dilakukan analisis Geographically

Weighted Regression (GWR) yang

menggunakan unsur matriks pembobot W(i)

yang besarnya tergantung pada jarak antar

lokasi. Semakin dekat suatu lokasi, bobot

pengaruhnya akan semakin besar.

PENGOLAHAN DATA dan ANALISIS

Berdasarkan hasil survei, secara umum dapat

diketahui bahwa terdapat empat pola

penjualan yang berlaku dalam pemasaran

perikanan tangkap dan budidaya di kelima

daerah cakupan analisis.

Rantai tata niaga yang relatif panjang tersebut

akan berpengaruh terhadap tingginya harga

jual produk ikan di tingkat konsumen akhir.

Berdasarkan hasil AHP, dapat diketahui bahwa

prioritas untuk peningkatan akses keuangan di

lapangan usaha perikanan perlu

memperhatikan beberapa hal, terutama

jaminan pembiayaan (0,22) dengan alternatif

pilihan dimensi nilai jaminan. Kemudian diikuti

oleh profil debitur (0,20) dengan alteratif

pilihan karakter debitur. Di posisi ketiga adalah

pendampingan teknis (0,17) dengan alternatif

pilihan permodalan.

Berdasarkan hasil pengolahan random effect

setiap daerah cakupan kajian diketahui bahwa

setiap daerah memiliki nilai PDRB positif,

kecuali untuk Kabupaten Nabire yang negatif.

Hal tersebut mengindikasikan apabila variabel

independent bersifat konstan untuk semua

daerah, maka PDRB Kabupaten Nabire

merupakan yang terendah. Untuk menaikan

PDRB Kabupaten Nabire, maka variabel

independent di Kabupaten Nabire harus lebih

tinggi dari 4 daerah lain. Adapun variabel

independent yang dimaksud adalah tingkat

produksi, nilai penyaluran kredit dan jumlah

rumah tangga perikanan (RTP).

No. Kabupaten/Kota Effect

1 Jayapura 242274.80

2 Biak/Numfor 471520.31

3 Nabire -30687.40

4 Mimika 229759.00

5 Merauke 1158007.20

Tabel B.1 Karakteristik variabel dalam model GWR

Grafik B.2 Rantai Tata Niaga Pemasaran Ikan Tangkap

Grafik B.3 Rantai Tata Niaga Pemasaran Ikan Budidaya

Consistency ratio = 0,37

Grafik B.4 Prioritas Peningkatan Akses Keuangan

Lapangan Usaha Perikanan

Tabel B.2 Random Effect Kabupaten/Kota

Variabel Simbol Makna Value Skala

Koordinat

Kartesius

(X, Y) Koordinat Langitude (X) dan

Lattitude (Y) yang merupakan

variabel lokasi yang menandai posisi

kabupaten atau kota dalam peta

yang diambil dari Google Earth.

-∞ ≤ X ≤ ∞

-∞ ≤ Y ≤ ∞

Rasio

Dependen PDRB Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) Harga Berlaku (juta

rupiah).

PDRB > 0 Rasio

Independen PRODUKSI Produksi Perikanan (jutaan ton). PRODUKSI >0 Rasio

RTP Rumah Tangga Perikanan (RTP)

(ribu orang)

RTP Rasio

KREDIT Kredit Perikanan (miliar rupiah) KREDIT Rasio

NELAYAN KONSUMEN

PEDAGANGPENGUMPUL

PEDAGANGPENGECER

TIPE 1

TIPE 2

TIPE 3

TIPE 4

PEMBUDIDAYA KONSUMEN

PEMBENIH WARUNG

TIPE 1

TIPE 2

TIPE 3

TIPE 4

Page 39: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

22

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

Hasil pengujian untuk setiap daerah mengenai

pengaruh variabel produksi, RTP, dan kredit

terhadap PDRB menunjukkan bahwa model

GWR dengan kernel Fixed Gaussian (distance)

merupakan model terbaik yang ditunjukkan

dengan nilai Coefficient Validation (CV)

minimum dan R-Square mendekati 1.

Model Tipe

Kernel

bandwidth

(h)

CV R-

Square

OLS - - 0,109501 0,329360

GWR Fixed

Gaussian

(distance)

2,424 0,018030 0,916776

GWR Fixed bi-

square

(distance)*

6,309 0.017853 0,920374

GWR Adaptive

bi-square

(NN)

- - -

GWR Adaptive

Gaussian

(NN)

15,000 0,043815 0,754500

Berdasarkan pemilihan model tersebut, RTP

memberikan pengaruh di seluruh daerah.

Sementara, hanya kabupaten Merauke yang

tidak terpengaruh oleh variabel kredit dan

sebaliknya, produksi hanya memberikan

pengaruh negatif di kabupaten Merauke.

Adapun rincian hasil pengujian sebagai

berikut:

1. Di kota Jayapura pengaruh RTP terhadap

PDRB sebesar 0,080185. Hal tersebut

mengindikasikan jika terjadi peningkatan

RTP sebesar 1.000 orang, maka PDRB akan

meningkat sebesar Rp0,080185 juta

(80.185 rupiah). Pada kondisi yang sama,

terdapat pengaruh kredit terhadap PDRB

sebesar 0,002115, artinya jika terjadi

peningkatan kredit Perikanan sebesar Rp1

miliar, maka PDRB akan mengalami

peningkatan sebesar Rp0,002115 juta

(Rp2.115).

2. Di Kabupaten Biak Numfor terdapat

pengaruh RTP terhadap PDRB sebesar

0,082103, artinya jika terjadi peningkatan

RTP sebesar 1.000 orang, maka PDRB akan

mengalami peningkatan sebesar

Rp0,082103 juta (Rp82.103). Pada kondisi

yang sama, terdapat pengaruh kredit

terhadap PDRB sebesar 0,002228, artinya

jika terjadi peningkatan kredit perikanan

sebesar Rp1 miliar, maka PDRB akan

mengalami peningkatan sebesar

Rp0,002228 juta (Rp2.228).

3. Pada Kabupaten Nabire pengaruh RTP

terhadap PDRB sebesar 0,098042, artinya

jika terjadi peningkatan RTP sebesar 1.000

orang, maka PDRB akan mengalami

peningkatan sebesar Rp0,098042 juta

(Rp98.042). Pada kondisi yang sama,

pengaruh kredit terhadap PDRB sebesar

0,00254, artinya jika terjadi peningkatan

kredit perikanan sebesar Rp1 miliar, maka

PDRB akan mengalami peningkatan

sebesar Rp0,00254 juta (Rp2.540).

4. Pada Kabupaten Mimika pengaruh RTP

terhadap PDRB sebesar 0,090513, artinya

jika terjadi peningkatan RTP sebesar 1.000

orang, maka PDRB akan mengalami

peningkatan sebesar Rp0,090513 juta

Tabel B.4 Hasil Pengujian Signifikansi Parameter Model GWR dengan Kernel Fixed bi-square (distance) terhadap PDRB

*Signifikan untuk tingkat signifikan (α) sebesar 5%. (Statistik uji |t| ≥ t-tabel = 2,0930)

Tabel B.3 Ringkasan Model

Kabupaten/ est_ se_ t_ est_ se_ t_ est_ se_ t_ est_ se_ t_

Kota Intercept Intercept Intercept PRODUKSI PRODUKSI PRODUKSI RTP RTP RTP KREDIT KREDIT KREDIT

Jayapura 140,669 -25,916 0,1437 0,204424 0,702948 -0,00098 0,007134 -0,13671 0,080185 0,02651 3,024711* 0,002115 0,000507 4,169398*

Biak

Nabire 1,357,521 -350,955 -0,06412 0,212549 -0,30167 0,0066 0,007706 0,856568 0,098042 0,027706 3,538666* 0,00254 0,000523 4,853634*

Mimika 1,371,362 -445,532 0,090319 0,18253 0,494814 -0,00397 0,006818 -0,58237 0,090513 0,024787 3,65169* 0,002294 0,000458 5,008488*

Merauke 140,405 -849,911 -1,278 0,969171 -131,866 -0,10102 0,00997 -10,1326* 0,418853 0,139662 2,999059* 0,004279 0,00222 1,927,879

0,082103 0,027801 2,953181* 0,002228 0,000532 4,18685*1,359,801 -10,381 0,07562 0,213007 0,355012 0,001276 0,007749 0,164713

x y

Page 40: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

23

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

(Rp90.513). Pengaruh kredit terhadap

PDRB sebesar 0,002294, artinya jika terjadi

peningkatan kredit perikanan sebesar Rp1

miliar, maka PDRB akan mengalami

peningkatan sebesar Rp0,002294 juta

(Rp2.294)

5. Pengaruh produksi terhadap PDRB

Kabupaten Merauke sebesar -0,10102,

artinya jika terjadi peningkatan Produksi

Perikanan sebesar 1 juta ton, maka PDRB

akan mengalami penurunan sebesar

Rp0,10102 juta (Rp101.020). Di sisi lain,

pengaruh RTP terhadap PDRB sebesar

0,418853, artinya jika terjadi peningkatan

RTP sebesar 1.000 orang, maka PDRB akan

mengalami peningkatan sebesar

Rp0,418853 juta (Rp418.853).

Kondisi yang relatif berbeda di kabupaten

Merauke tersebut salah satunya disebabkan

pada periode pengolahan data belum

dilakukan moratorium perikanan, dimana

terdapat beberapa perusahaan perikanan

asing yang melakukan penangkapan ikan di

wilayah perairan Merauke. Hal tersebut

membuat nelayan lokal tidak mampu bersaing

sehingga kinerjanya relatif kurang optimal.

KESIMPULAN

1. Potensi perikanan Papua belum diimbangi

dengan kualitas SDM untuk

mengembangkan usaha. Dari hasil survey,

keterbatasan kualitas SDM tercermin dari

manajerial yang belum professional,

mekanisme pemasaran dan lemahnya

inovasi.

2. Agunan menjadi pertimbangan utama

dalam penyaluran kredit. Di sisi lain,

kepemilikan agunan juga menjadi salah

satu kendala nelayan dalam memperoleh

kredit.

3. Rantai tata niaga perikanan relatif panjang

yang berdampak pada tingginya harga

komoditas perikanan.

4. Pendampingan dan bantuan teknis yang

masih terbatas membuat pengembangan

usaha perikanan kurang optimal.

REKOMENDASI

ASPEK PRIORITAS

PROGRAM DAN

KEBIJAKAN

STRATEGI DAN

SASARAN

PENCAPAIAN

Peralatan dan

Teknologi Ketersediaan

bahan baku dan Bahan Bakar Minyak (BBM)

Melibatkan kelompok usaha perikanan lokal dalam menentukan desain dan teknologi kapal

Dukungan teknologi dan pengawasan

Meningkatkan produksi pelaku usaha perikanan lokal

Kapasitas kapal dan alat tangkap yang memadai

Penguatan kualitas dan hasil perikanan

Pengelolaan

Pasca

Produksi dan

Pemasaran

Penyediaan infrastruktur di Tempat Pendaratan Ikan (TPI)

Pemilihan tempat sentra pasar ikan dengan melibatkan berbagai pihak

Melibatkan pelaku usaha perikanan dalam even pameran

Pelatihan produk olahan

Fasilitas prasarana dan sarana penanganan hasil perikanan

Meningkatkan promosi dan saluran pemasaran produk hasil perikanan

Meningkatkan kerjasama pemasaran

Pengembangan produk perikanan

Penguatan

Kelompok

Usaha

Perikanan

Pembentukan kelompok pelaku usaha

Pemberdayaan SDM melalui penguatan IPTEK

Menciptakan mata pencaharian alternatif

Penguatan peran kelompok melalui koperasi.

Penguatan manajerial kelompok usaha

Meningkatkan inovasi dan penguasaan teknologi tepat guna

Mengembangkan unit usaha

Permodalan Pemberian modal kredit melalui Perbankan

Pemberian fasilitas kredit sesuai kemampuan pelaku usaha

Penyaluran kredit melalui koperasi

Page 41: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

24

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

ASPEK PRIORITAS

PROGRAM DAN

KEBIJAKAN

STRATEGI DAN

SASARAN

PENCAPAIAN

Kelembagaan Penguatan peraturan daerah

Melibatkan kelompok pelaku usaha perikanan dalam proses pengawasan dan penyelesaian konflik

Bimbingan teknis, penyuluhan dan pendampingan

Pembuatan zona rencana tata ruang wilayah (RTRW) perikanan

Menciptakan persaingan usaha yang sehat, kepastian dalam investasi dan jaminan keamanan

Mempermudah perizinan usaha perikanan

Meningkatnya kesadaran terhadap penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan.

Meningkatnya peran kelembagaan nelayan dalam penyelesaian konflik antar pelaku usaha

ASPEK PRIORITAS

PROGRAM DAN

KEBIJAKAN

STRATEGI DAN

SASARAN

PENCAPAIAN

Penguatan IPTEK bagi dalam meningkatkan produksi

Pengaturan area wilayah penangkapan ikan sesuai dengan kapasitas kapal dan kesesuaian lokasi budidaya

Menghindari konflik antar nelayan yang biasanya dipicu akibat perebutan wilayah tangkapan dan penggunaan kapal serta alat tangkap

Page 42: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

25

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

KEUANGAN PEMERINTAH

Perkembangan realisasi pendapatan dan belanja APBN di Papua pada triwulan III 2017 menunjukan penurunan dibandingkan triwulan yang sama di tahun 2016. Penurunan ekspor konsentrat di triwulan ini menjadi faktor utama menurunnya penerimaan pajak terutama Pajak Perdagangan Internasional. Dampak penyesuaian organisasi atas pelaksanaan Pilkada pada 11 kabupaten di Papua masih berlanjut. Hal ini menyebabkan realisasi anggaran belanja yang dikelola pemerintah Provinsi Papua secara keseluruhan belum optimal terutama tercermin dari Belanja Modal yang masih rendah.

Sebaliknya realisasi APBD pemerintah Provinsi Papua pada periode tersebut menunjukkan kinerja yang lebih tinggi. Meningkatnya realisasi APBD di Papua dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pencairan dana desa tahap 3 dan mulai berjalannya proyek pembangunan infrastruktur.

Ke depan realisasi APBN dan APBD Papua pada triwulan IV 2017 diperkirakan meningkat sesuai dengan pola historisnya.

Page 43: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

26

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

2.1 REALISASI APBN PROVINSI PAPUA

Realisasi Pendapatan dan Belanja APBN

Provinsi Papua secara umum lebih rendah

dibandingkan tahun sebelumnya di periode

yang sama.

2.1.1 Realisasi Pendapatan APBN

Secara nominal realisasi triwulan III 2017 turun

-4,87% (yoy) lebih rendah dibandingkan

triwulan yang sama tahun 2016. Berdasarkan

struktur penyumbang realisasi pendapatan

APBN Provinsi Papua triwulan III 2017 masih

didominasi oleh pendapatan dari Pajak Dalam

Negeri dengan pangsa sebesar 70,79%.

Selanjutnya Pajak Perdagangan Internasional

menyumbangkan 21,26% dan Penerimaan

Negara Bukan Pajak menyumbangkan 7,95%

terhadap seluruh realisasi pendapatan APBN

Provinsi Papua triwulan III 2017. Tingginya

kontribusi Pajak Dalam Negeri menyebabkan

fluktuasi pos pendapatan ini dapat

mempengaruhi realisasi pendapatan APBN

Provinsi Papua secara keseluruhan.

Tercatat salah satu penyebab turunnya

realisasi pendapatan APBN Provinsi Papua

hingga triwulan III 2017 disebabkan oleh

realisasi Pajak Dalam Negeri yang turun -

7,43% (yoy) lebih rendah dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya.

Menurunnya ekspor konsentrat di triwulan ini

menjadi faktor utama menurunnya

penerimaan pajak terutama Pajak

Perdagangan Internasional.

2.1.2 Realisasi Belanja APBN

Selanjutnya dari sisi pagu belanja APBN

menunjukkan belanja APBN di lingkup

pemerintahan Provinsi Papua per triwulan III

2017 secara keseluruhan mengalami

peningkatan 5,67% (yoy) dibandingkan

dengan periode yang sama tahun 2016.

Berdasarkan jenis pos belanja, Belanja

Pegawai, Belanja Barang dan Belanja Modal

mengalami kenaikan dibanding periode yang

sama tahun sebelumnya dengan peningkatan

masing-masing sebesar 4,76% (yoy), 9,15%

(yoy) dan 4,51% (yoy). Di sisi lain terdapat

penurunan pada pos belanja Belanja Bantuan

Sosial dan Belanja Lainnya dengan penurunan

masing-masing sebesar -3,18% (yoy) dan -

19,13% (yoy).

Selanjutnya dari sisi realisasi belanja APBN di

lingkup pemerintahan Provinsi Papua per

triwulan III 2017 secara keseluruhan

mengalami peningkatan 9,62% (yoy)

dibandingkan dengan periode yang sama

tahun 2016. Hingga triwulan III tahun 2017

realisasi belanja APBN di lingkup pemerintah

Provinsi Papua mencapai 50,56% (yoy).

Tabel 2.1 Realisasi Belanja APBN Papua Triwulan III 2017

Sumber: Ditjen Perbendaharaan, diolah

Tw III - 2016 Tw III - 2017

Pajak Dalam Negeri 3.860,80 3.574,07 -7,43 70,79%

Pajak Perdagangan Internasional 1.219,89 1.073,34 -12,01 21,26%

Penerimaan Negara Bukan Pajak 226,36 401,26 77,26 7,95%

Total 5.307,06 5.048,67 -4,87 100,00%

sumber: Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan

Realisasi (Rp Miliar)Detail Pendapatan APBN

Perubahan

(%yoy)

Pangsa

Tw-III 2017

Page 44: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

27

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

Berdasarkan jenis realisasi pos belanja, Belanja

Pegawai dan Belanja Barang yang mengalami

kenaikan relatif tinggi dibanding periode yang

sama tahun sebelumnya dengan peningkatan

masing-masing sebesar 10,62% (yoy) dan

29,25% (yoy). Sementara pos belanja Belanja

modal hanya tumbuh 0,57% (yoy). Di sisi lain

terdapat penurunan yang cukup signifikan

pada pos belanja Belanja Bantuan Sosial

dengan penurunan sebesar -97,66% (yoy).

Dampak penyesuaian organisasi atas

pelaksanaan Pilkada pada 11 Kabupaten di

Provinsi Papua nampak masih berlanjut. Hal ini

menyebabkan realisasi anggaran belanja yang

dikelola pemerintah Provinsi Papua secara

keseluruhan belum optimal terutama

ditunjukkan dari Belanja Modal yang masih

rendah.

Di sisi lain, penundaan realisasi Dana Desa dan

DAK Fisik tahap pertama terpantau telah

terealisasi pada triwulan III 2017. Penyaluran

Dana Desa hingga triwulan III 2017 telah

mencapai Rp2,56 triliun dan DAK Fisik

mencapai Rp1,88 triliun. Sehingga total

realisasi pos Transfer ke Daerah dan Dana Desa

triwulan III 2017 mencapai 53,83% dari total

pagu 2017 yang ditetapkan sebesar Rp8,26

triliun.

Sepanjang triwulan IV 2017 diperkirakan

realisasi pendapatan dan belanja APBN di

lingkup pemerintah Provinsi Papua meningkat

lebih tinggi dibandingkan triwulan laporan.

Meningkatnya aktivitas pembangunan

infrastruktur berpengaruh pada peningkatan

kebutuhan impor bahan baku dan penolong

sehingga mampu meningkatkan pendapatan

dari sisi Bea Masuk / Keluar. Dari sisi belanja,

seiring dengan penyaluran Dana Desa tahap

ketiga bulan Oktober 2017, diperkirakan

realisasi belanja mampu terdongkrak lebih

tinggi. Sementara meningkatnya aktivitas

konstruksi pada triwulan IV 2017 juga dinilai

mampu mendorong pos Belanja Modal untuk

tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan

laporan.

Sumber: BPKAD, diolah Sumber: BPKAD, diolah

Grafik 2.1 Struktur Realisasi Belanja APBN Papua Grafik 2.2 Realisasi APBN menurut Pos Belanja

14,00%

14,42%

21,49%

Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal

Belanja Bansos Belanja Lainnya

21,65%

23,82%

19,23%

21,98%

21,86%

16,48%

22,46%

25,15%

22,77%

21,15%

0,53%

Total Belanja

Belanja Pegawai

Belanja Barang

Belanja Modal

Belanja Bansos

Belanja Lainnya

Tw-III 2016 Tw-III 2017

Page 45: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

28

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

2.2 REALISASI APBD PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Hingga triwulan III 2017 kinerja realisasi

pendapatan dan belanja APBD Pemerintah

Provinsi Papua mengalami kenaikan

dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya.

Berdasarkan komponen penyusun pos

pendapatan, terpantau kenaikan tertinggi

terjadi pada pos Dana Otonomi Khusus dan

Dana Tambahan Infrastruktur. Sementara dari

sisi realisasi belanja, tercatat tingginya realisasi

Belanja Modal dan Belanja Barang dan Jasa

menjadi faktor utama penyumbang

pertumbuhan realisasi belanja APBD

Pemerintah Provinsi Papua pada triwulan III

2017. Selain itu, mulai terlaksananya proyek

pembangunan infrastruktur di Papua juga

menjadi pendorong kenaikan realisasi APBD

pada triwulan laporan.

2.2.1 Realisasi Pendapatan Pemerintah

Provinsi Papua

Pagu pendapatan APBD Pemerintah Provinsi

Papua 2017 mencapai Rp 14,11 Triliun. Secara

keseluruhan pagu pendapatan ini meningkat

sebesar 8,04% (yoy) dibandingkan pagu pada

periode yang sama tahun sebelumnya.

Berdasarkan komponennya peningkatan pagu

terbesar pada pos Dana Alokasi Khusus yang

meningkat 160,27% (yoy) lebih tinggi

dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya. Peningkatan ini sejalan dengan

rencana pemerintah Provinsi Papua sepanjang

Tahun Anggaran 2017 yang semakin

memfokuskan program kerja ke bidang

kedaulatan pangan dan bidang transportasi.

Meningkatnya jumlah rencana proyek

pembangunan UPTD Bidang Pertanian dan

pengembangan saluran irigasi menjadi dasar

kebutuhan peningkatan alokasi DAK pada

triwulan berjalan untuk mendukung program

kedaulatan pangan. Selain itu, guna

mendukung program nasional yaitu

penyelesaian jalan trans papua, jumlah proyek

khususnya infrastruktur jalan dan jembatan

pendukung semakin meningkat pada triwulan

laporan.

Tabel 2.2 Realisasi Pendapatan APBD Papua Triwulan III 2017

Sumber: Badan Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah, diolah

Tw-III 2016 Tw-III 2017 Tw-III 2016 Tw-III 2017 Tw-III 2016 Tw-III 2017

PENDAPATAN 4.104,92 4.651,68 13.065,98 14.116,82 8.912,52 9.873,00 69,94%

Pendapatan Asli Daerah 170,36 275,80 1.161,42 1.367,16 528,01 684,26 50,05%

Pajak daerah 114,33 182,93 879,02 1.045,48 338,63 490,95 46,96%

Retribusi daerah 14,39 29,48 83,19 82,93 39,81 56,12 67,67%

Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan - 0,71 52,81 52,81 52,56 0,72 1,36%

Lain-lain PAD yang sah 41,63 62,68 146,40 185,94 97,01 136,48 73,40%

Dana Perimbangan 686,58 665,86 3.949,27 4.543,83 2.872,60 3.004,72 66,13%

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 7,65 67,30 921,39 606,16 609,98 406,92 67,13%

Dana Alokasi Umum 656,89 572,96 2.502,45 2.570,12 2.085,37 2.029,36 78,96%

Dana Alokasi Khusus 22,04 25,61 525,43 1.367,55 177,00 568,44 41,57%

Lain - Lain Pendapatan Daerah Yang Sah 3.247,98 3.710,02 7.955,29 8.205,83 5.511,90 6.184,02 75,36%

Pendapatan Hibah 0,09 0,14 7,50 0,68 - 0,60 88,28%

Dana Otonomi Khusus 2.427,77 2.527,12 5.395,05 5.580,15 4.046,29 4.211,86 75,48%

Dana Tambahan Infrastruktur 540,00 1.181,25 1.987,50 2.625,00 900,00 1.968,75 75,00%

Lain - Lain Pendapatan Daerah Lainnya - 1,51 432,57 - - - -

sumber: Badan Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah (BPKAD)

Realisasi (Rp Miliar)KOMPONEN PENDAPATAN DAERAH

Pagu (Rp Miliar) Realisasi Kumulatif (Rp Miliar) Realisasi Kumulatif

Pagu (%yoy)

Page 46: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

29

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

Realisasi pendapatan Pemdaprov Papua pada

triwulan III 2017 mencapai 32,95% dari

target, lebih tinggi dibandingkan periode yang

sama tahun lalu yang mencapai 31,42%.

Dilihat dari struktur realisasi pendapatan APBD

triwulan III 2017 terpantau pos Lain Lain

Pendapatan Daerah Yang Sah mendominasi

dengan pencapaian sebesar 80%. Sementara

Dana Perimbangan menjadi pos dengan

realisasi terbesar kedua dengan pencapaian

sebesar 14% disusul oleh pos Pendapatan Asli

Daerah (PAD) yang mencapai 6% dari

keseluruhan realisasi pendapatan.

Realisasi pos Lain Lain Pendapatan Daerah

yang Sah pada triwulan III 2017 mencapai

45,21% lebih tinggi dibandingkan realisasi

triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar

40,83%. Peningkatan ini salah satunya

disebabkan oleh peningkatan Dana Tambahan

Infrastruktur yang mencapai 1.181,25 miliar

yang tumbuh sebesar 118,75% (yoy)

dibanding triwulan yang sama di tahun

sebelumnya. Peningkatan dana tambahan

infrastruktur sejalan dengan terus berlanjutnya

pembangunan infrastruktur di Papua sesuai

dengan program prioritas nasional di Papua.

Tercatat terdapat 140 proyek infrastruktur

penghubung yang telah direncanakan hingga

triwulan III 2017.

Pergerakan yang sama juga terjadi pada

realisasi pos PAD yang naik sebesar 61,89%

(yoy) dibanding realisasi pada triwulan III 2016.

Peningkatan pos pendapatan PAD disebabkan

oleh naiknya seluruh komponen

pendapatannya terutama Retribusi Daerah

dan Pajak Daerah dengan pertumbuhan

masing-masing sebesar 104,85% (yoy) dan

60,00% (yoy). Sementara itu, terjadi

penurunan realisasi pada pos Dana

Perimbangan yang mencapai 14,65% lebih

rendah dibandingkan realisasi triwulan III 2016

yang mencapai 17,38%. Penurunan tersebut

disebabkan oleh menurunnya realisasi Dana

Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus.

Sumber: Badan Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah, diolah Sumber: Badan Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah, diolah

Grafik 2.3 Struktur Realisasi Pendapatan APBD Papua Grafik 2.4 Perkembangan Realisasi Pendapatan Lain

Sumber: Badan Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah, diolah Sumber: Badan Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah, diolah

Grafik 2.5 Perkembangan Realisasi Dana Perimbangan Grafik 2.6 Perkembangan Realisasi PAD

Page 47: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

30

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

Ke depan, sejalan dengan pola historisnya

realisasi pendapatan APBD akan tumbuh lebih

tinggi dibandingkan triwulan laporan.

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal

Perbendaharaan Provinsi Papua, realisasi

belanja pemerintah Provinsi Papua mencapai

95% di akhir triwulan IV.

2.2.2 Realisasi Belanja Pemerintah

Provinsi Papua

Pagu belanja APBD Pemerintah Provinsi Papua

sepanjang tahun 2017 sebesar Rp15,65 triliun

atau meningkat 15,1% (yoy) dibandingkan

tahun 2016. Berdasarkan struktur belanja

APBD Papua pada triwulan III 2017 masih di

dominasi pos Belanja Tidak Langsung dengan

proporsi 66% berbanding dengan Belanja

Langsung sebesar 34%.

Apabila dibandingkan dengan tahun 2016,

proporsi pagu belanja langsung cenderung

meningkat di triwulan laporan. Peningkatan

ini terutama didorong oleh meningkatnya

nominal pos Belanja Barang dan Jasa serta pos

Belanja Modal. Peningkatan pagu pada kedua

pos ini sejalan dengan meningkatnya pagu

anggaran pendapatan pada pos Dana

Tambahan Infrastruktur. Peningkatan pagu

pendapatan pos Dana Tambahan Infrastruktur

juga ditujukan untuk mempercepat

pembangunan infrastruktur, seperti jalan,

jembatan, dermaga, sarana transportasi darat,

sungai maupun laut dalam rangka mengatasi

keterisolasian dan kesenjangan penyediaan

infrastruktur antara Papua dengan daerah

lainnya.

Dari sisi belanja, realisasi belanja APBD

Pemerintah Provinsi Papua triwulan III 2017

berada dalam level yang relatif rendah.

Meningkatnya pagu belanja pada tahun 2017

tidak diikuti dengan peningkatan realisasi

belanja yang seimbang. Hal ini terlihat dari

realisasi belanja APBD Provinsi Papua sampai

triwulan III 2017 baru mencapai 41,16%

terpaut cukup rendah jika dibandingkan

dengan periode yang sama pada tahun 2016

yang mencapai 49,06%.

Berdasarkan struktur penyusun realisasi

belanja APBD triwulan III 2017, pos Belanja

Tidak Langsung menjadi komponen dengan

realisasi tertinggi yaitu sebesar 27,03% dari

keseluruhan realisasi belanja. Kondisi ini

menunjukkan bahwa hingga triwulan III 2017

realisasi belanja APBD Provinsi Papua masih

didominasi dengan pengeluaran rutin. Namun

jika dilihat dari nominalnya, realisasi pos

Belanja Tidak Langsung mengalami

penurunan dibandingkan triwulan III 2016. Hal

tersebut disebabkan terjadinya pergeseran

Tabel 2.3 Realisasi Belanja APBD Papua Triwulan III 2017

Sumber: Badan Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah, diolah

Tw-III 2016 Tw-III 2017 Tw-III 2016 Tw-III 2017

Belanja 3.173,45 3.307,82 13.601,16 15.654,66 15,10

Belanja Tidak Langsung 2.496,97 2.189,86 7.563,70 8.102,81 7,13

Belanja Pegawai 236,29 224,97 1.082,74 1.319,85 21,90

Belanja Subsidi dan Bantuan Sosial 36,45 12,94 153,75 141,03 -8,27

Belanja Hibah 385,69 102,55 1.167,66 1.038,39 -11,07

Belanja Bagi Hasil Pajak daerah kepada kabupaten/Kota 59,51 32,99 362,83 390,16 7,53

Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/

Kota/Pemerintah Kampung dan Partai Politik

1.779,04 1.816,41 4.791,21 5.203,38 8,60

Belanja Tidak Terduga - - 5,52 10,00 81,29

Belanja Langsung 676,48 1.117,96 6.037,47 7.551,85 25,08

Belanja Pegawai 46,50 43,54 260,97 274,07 5,02

Belanja Barang dan Jasa 351,45 528,63 2.838,48 3.821,94 34,65

Belanja Modal 278,54 545,80 2.938,03 3.455,85 17,62

Aset lainnya - - - - 0,00

sumber: Badan Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah (BPKAD)

KOMPONEN BELANJA DAERAHPagu (Rp Miliar)Realisasi (Rp Miliar) Perubahan

Pagu (%yoy)

Page 48: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

31

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

hari raya Idul Fitri dari triwulan III 2016 menjadi

triwulan II 2017. Sehingga belanja pegawai

dalam bentuk penyaluran Tunjangan Hari Raya

(THR) pada triwulan III 2016 menjadi lebih

besar dari triwulan III 2017.

Jika dilihat lebih detil pos yang ada di dalam

pos Belanja Tidak Langsung penurunan

realisasi terdalam terjadi pada pos Belanja

Hibah dari 33,03% pada triwulan III 2016

menjadi hanya 9,88% pada triwulan III 2017.

Hal yang sama terjadi pada realisasi pos

Belanja Bagi Hasil Pajak daerah kepada

kabupaten/Kota yang turun cukup dalam dari

16,40% pada triwulan III 2016 menjadi 8,45%

pada triwulan laporan dan menjadi realisasi

terendah dalam pos Belanja Tidak Langsung.

Kemudian pos Belanja Langsung naik secara

nominal maupun persen realisasinya

dibanding triwulan III 2016. Penyerapan pos

Belanja Langsung sebesar Rp1,11 triliun atau

naik sebesar 65,26% (yoy) secara nominal

dibandingkan triwulan sebelumnya, dengan

realisasi penyerapannya mencapai 11,20%

pada triwulan III 2016 menjadi 14,80% pada

triwulan III 2017. Peningkatan pos Belanja

Langsung terutama bersumber dari

peningkatan Belanja Modal dan Belanja

Barang dan Jasa. Realisasi Belanja Modal

meningkat dari 9,48% pada triwulan III 2016

menjadi 15,79% pada triwulan III 2017. Hal

yang sama terjadi pada Belanja Barang dan

Jasa yang meningkat dari 12,38% pada

triwulan III 2016 menjadi triwulan III 2017.

Mulai berjalannya proyek pembangunan

infrastruktur di Papua menjadi faktor utama

peningkatan penyerapan belanja di kedua pos

tersebut. Sejalan dengan hal tersebut

terkonfirmasi dari meningkatnya Dana

Tambahan Infrastruktur pada pos pendapatan

APBD Papua triwulan III 2017. Sampai akhir

November 2017 sudah terdapat 286 lelang

proyek konstruksi dan 55 lelang pengadaan

barang dan jasa yang menunjukan mulai

meningkatnya aktivitas penyerapan pada pos

Belanja Langsung pada triwulan III 2017.

Berdasarkan data dari Kementerian Pekerjaan

Umum dan Perumahan Rakyat, hingga

November 2017 realisasi DAK fisik dalam

bentuk infrastruktur jalan, irigasi, air minum,

sanitasi dan perumahan di Papua baru

mencapai 26,93%. Dengan melihat realisasi

penyerapan DAK yang masih rendah

diperkirakan pada triwulan IV 2017 realisasi

Belanja Modal dan Belanja Barang dan Jasa

akan terus meningkat.

Di sisi lain, terjadi penurunan pada realisasi

Belanja Pegawai dari 17,82% pada triwulan III

2016 menjadi 15,88% pada triwulan III 2017.

Penurunan ini disebabkan oleh baru

terbentuknya perangkat daerah akibat pemilu

ulang, sehingga pelaksanaan program kerja di

daerah belum optimal.

Sumber: Badan Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah, diolah Sumber: Badan Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah, diolah

Grafik 2.7 Struktur Realisasi Belanja APBD Grafik 2.8 Realisasi Belanja per Pos APBD

Page 49: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

32

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

INFLASI

Tekanan inflasi agregat di Papua triwulan III 2017 tercatat lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya dan inflasi nasional. Inflasi pada triwulan ini juga berada di bawah target inflasi Nasional 2017 yaitu sebesar 4%±1% (yoy). Secara umum, berlalunya perayaan puasa dan lebaran menjadi salah satu faktor penyebab terkendalinya inflasi Papua selama triwulan III 2017.

Berdasarkan asesemen Bank Indonesia, inflasi triwulan IV 2017 secara umum diperkirakan lebih tinggi dibanding triwulan III 2017. Tekanan inflasi pada triwulan IV 2017 diperkirakan berasal dari perayaan natal dan tahun baru yang berpotensi mendorong permintaan terhadap angkutan udara, komoditas bahan makanan dan makanan jadi.

Secara kumulatif, inflasi Papua pada 2017 diperkirakan lebih rendah dibanding inflasi 2016. Terjaganya pasokan bahan pangan dan ekspektasi masyarakat terhadap inflasi yang terkelola dengan baik menjadi salah satu faktor peredam tekanan inflasi Papua pada 2017.

Page 50: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

33

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

3.1 INFLASI UMUM

Realisasi Inflasi Triwulan III 2017

Tekanan inflasi agregat di Papua triwulan III

2017 tercatat sebesar 1,43% (yoy), lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya

yang mencapai 3,10% (yoy), bahkan lebih

rendah dari inflasi nasional yang sebesar

3,72% (yoy). Inflasi pada triwulan ini juga

berada di bawah target inflasi Nasional 2017

yaitu sebesar 4%±1% (yoy).

Sepanjang triwulan III 2017, pergerakan inflasi

cenderung menurun, dari level 2,69% (yoy)

pada Juli 2017, kemudian inflasi mengalami

penurunan bertahap pada Agustus 2917

menjadi 2,57% (yoy) hingga mencapai level

1,43% (yoy) pada September 2017.

Secara umum, berlalunya perayaan puasa dan

lebaran menjadi salah satu faktor penyebab

terkendalinya inflasi Papua selama triwulan III

2017. Penurunan tekanan harga terutama

terjadi pada kelompok komoditas volatile

foods yang mengalami deflasi sebesar 1,70%

(yoy). Selain itu, tekanan inflasi inti (core) dan

administered price pada triwulan laporan juga

relatif terkendali pada level 2,12% dan 3,86%

(yoy), lebih rendah dari triwulan II 2017 yang

mencapai 2,76% dan 10,46% (yoy).

Secara spasial, dua kota IHK di Papua (Kota

Jayapura dan Merauke) menunjukkan

penurunan inflasi pada triwulan III 2017.

Tercatat inflasi Kota Jayapura pada triwulan III

2017 sebesar 1,74% (yoy). Sebagian besar

komoditas volatile food seperti daging sapi,

telur ayam ras dan kangkung menjadi

penyumbang utama inflasi di Jayapura.

Sedangkan ikan ekor kuning, cabai rawit dan

tarif angkutan udara yang mengalami deflasi

cukup dalam menjadi peredam inflasi

Jayapura secara umum. Kemudian Kabupaten

Merauke mengalami inflasi yang jauh lebih

rendah dari Jayapura sebesar 0,57% (yoy).

Inflasi di Merauke terutama disumbang oleh

komoditas rokok kretek filter, paku dan telur

ayam ras sedangkan komoditas yang

mengalami deflasi cukup dalam adalah

kelompok volatile food seperti mujair, bayam

dan kacang panjang.

Tracking Inflasi Triwulan IV 2017

Berdasarkan asesemen Bank Indonesia,

Sepanjang triwulan IV 2017 inflasi secara

umum diperkirakan mencapai 2,1% - 2,5%

(yoy), lebih tinggi dibanding triwulan III 2017.

Tekanan inflasi pada triwulan IV 2017

diperkirakan berasal dari perayaan natal dan

tahun baru yang berpotensi mendorong

permintaan terhadap angkutan udara,

komoditas bahan makanan dan makanan jadi.

Dalam perkembangannya, inflasi Papua pada

Oktober 2017 tercatat mencapai 1,57% (yoy)

lebih tinggi dari September 2017.

Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah

Grafik 3.1 Inflasi Tahunan Provinsi Papua dan Nasional Grafik 3.2 Realisasi Inflasi Aktual dan Historis

0

2

4

6

8

10

12

14

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016 2017

Papua NasionalJayapura Merauke

%yoy

1Inflasi Papua dihitung dengan menggunakan metode rerata tertimbang berdasarkan bobot kota dari inflasi Indeks

Harga Konsumen (IHK) di Kota Jayapura (0,45) dan Kabupaten Merauke (0,16).

Page 51: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

34

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

Peningkatan kelompok inti dan administered

prices menjadi penyebab utama inflasi Papua

pada Oktober 2017. Sedangkan penurunan

harga kelompok volatile foods menjadi

peredam inflasi pada bulan laporan. Stabilnya

pasokan barang dan makanan menyebabkan

harga barang dan jasa cukup terkendali.

Kenaikan harga terjadi pada beras, ekor

kuning dan tarif angkutan udara sedangkan

cabai merah, bawang merah dan telur ayam

ras penurunan.

Tracking Inflasi Kumulatif 2017

Secara kumulatif, inflasi Papua pada 2017

diperkirakan berkisar 2,1% - 2,5% (yoy), lebih

rendah dibanding inflasi 2016 yang mencapai

3,48%. Hingga Oktober 2017, inflasi

kumulatif Papua mencapai 0,36% (ytd). Jauh

lebih rendah dibandingkan posisi Oktober

2016 yang mencapai 2,02% (ytd).

Dalam perkembangannya, tingkat inflasi

Papua selama semester I 2017 sempat

mengalami tekanan yang terutama berasal

dari penyesuaian tarif listrik yang diberlakukan

secara berkala oleh pemerintah dan faktor

musiman perayaan puasa-lebaran. Namun,

terjaganya pasokan bahan pangan dan

ekspektasi masyarakat terhadap inflasi yang

terkelola dengan baik menjadi salah satu

faktor peredam tekanan inflasi Papua pada

2017. Selain itu, cuaca yang relatif kondusif

dan berbagai kebijakan pemerintah dalam

penyediaan infrastruktur distribusi, seperti tol

laut dan jalan trans Papua, menambah

terkendalinya inflasi Papua selama 2017.

3.2 DISAGREGASI INFLASI

Realisasi Inflasi Inti Triwulan III 2017

Tekanan inflasi inti Papua pada triwulan III

2017 mencapai 2,13% (yoy), lebih rendah

dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya

yang mencapai 2,76% (yoy).

Ekspektasi masyarakat yang terkelola dengan

baik menjadi salah satu faktor penurunan

tekanan inflasi inti pada triwulan III 2017.

Kondisi tersebut terkonfirmasi dari hasil Survei

Konsumen, dimana indeks ekspektasi inflasi

jangka pendek pada September 2017

mencapai 156,67 relatif lebih rendah

Sumber:Survei Konsumen, diolah Sumber: BPS, diolah

Grafik 3.3 Ekspektasi Inflasi Jangka Pendek Papua Grafik 3.4 Disagregasi Inflasi Inti Pangan dan

Nonpangan

Tabel 3.1 Disagregasi Inflasi Papua (%yoy)

Sumber: BPS, diolah

100

110

120

130

140

150

160

170

180

Jan FebMar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan FebMar Apr Mei Jun Jul Ags Sep

2016 2017

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2016 2017

CoreCore PanganCore Nonpangan

% yoy

I II III IV I II III IV I II III

Core Inflation 5.39 5.72 4.60 3.64 3.24 3.24 4.00 3.50 3.11 2.76 2.12

Volatile Food 5.95 10.45 12.02 3.26 4.98 8.49 8.13 1.86 5.92 (1.68) (1.70)

Administered Prices 12.82 14.49 9.78 3.27 4.59 8.07 5.76 6.24 3.69 10.46 3.86

Inflasi Umum 6.85 8.20 7.07 3.57 3.76 5.23 4.72 3.26 3.89 3.10 1.43

201720162015Disagregasi Komponen

Page 52: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

35

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

dibanding bulan sebelumnya yang mencapai

159,33. Selain itu, tingkat fluktuasi indeks

ekspektasi inflasi hingga triwulan III 2017 juga

relatif rendah (stabil).

Jika diuraikan berdasarkan kelompok

komoditas pangan dan nonpangan,

kelompok inflasi inti pangan pada triwulan III

2017 mencapai level 2,59% (yoy), jauh lebih

rendah bila dibandingkan pada triwulan

sebelumnya yang mencapai 6,18% (yoy).

Penurunan tersebut seiring dengan kembali

normalnya permintaan masyarakat pasca

perayaan lebaran. Sementara itu, komponen

inflasi inti komoditas non pangan mengalami

kenaikan dibandingkan triwulan II tahun 2017

yaitu dari 1,62% (yoy) menjadi 2,06% (yoy)

pada triwulan III 2017.

Selain itu penurunan tekanan inflasi pada

kelompok inti juga dipengaruhi oleh deflasi

yang terjadi pada komoditas semen. Lebih

lanjut, penurunan harga semen sejalan

dengan realisasi program pemerintah dan

sinergi BUMN antara PT. Perusahaan

Perdagangan Indonesia (Persero), PT. Semen

Indonesia (Persero) dan PT. Pelindo IV (Persero)

terkait dengan optimalisasi distribusi semen

ke Papua menggunakan kapal yang

mereplikasi kebijakan BBM satu harga agar

harga semen di Papua lebih terkendali.

Tracking Inflasi Inti Triwulan IV 2017

Pada triwulan IV 2017, tekanan inflasi inti

diperkirakan lebih tinggi dibanding triwulan III

2017.

Berlangsungnya perayaan natal dan tahun

baru diperkirakan menjadi faktor utama

pemicu inflasi pada triwulan IV 2017. Hasil

survei konsumen memperkuat kondisi

tersebut, dimana ekspektasi masyarakat

terhadap inflasi jangka pendek pada Oktober

2017 mencapai level 172,48 lebih tinggi

dibandingkan September 2017 yang

mencapai 169,52.

Berdasarkan komoditasnya, ekspektasi

masyarakat terhadap inflasi komoditas

makanan masih merupakan yang tertinggi,

mencapai level 183,34. Kemudian disusul

dengan inflasi komoditas energi dengan

tingkat indeks ekspektasi inflasi mencapai

176,99.

Tracking Inflasi Inti Kumulatif 2017

Secara keseluruhan 2017, inflasi inti

diperkirakan mengalami penurunan

dibanding 2016. Hingga Oktober 2017, inflasi

inti secara kumulatif tercatat mencapai 1,52%

(ytd), jauh lebih rendah dibandingkan inflasi

pada posisi yang sama tahun sebelumnya

yang secara kumulatif mencapai 3,12% (ytd).

Selain itu, deflasi yang terjadi sebanyak 6

periode selama 2017 membuat ekspektasi

masyarakat terhadap inflasi dalam jangka

pendek selama 2017 terkelola dengan baik

dan tekanan inflasi inti pada periode ini

menjadi terkendali.

Realisasi Inflasi Volatile Foods Triwulan III 2017

Selama periode triwulan III 2017, kelompok

volatile food mengalami deflasi yang terjadi

sejak Juli 2017 yang mencapai 0,47% (yoy),

kemudian kembali mengalami deflasi pada

Agustus 2017 sebesar 0,21% (yoy) dan

Sumber : PIHPS, diolah

Grafik 3.5 Perkembangan Harga Komoditas VF Utama

Page 53: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

36

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

berlanjut hingga September 2017 dengan

tingkat deflasi mencapai 1,79% (yoy).

Membaiknya produksi tangkapan ikan oleh

nelayan yang didukung oleh kondisi cuaca

yang kondusif menjadi salah satu faktor

terjadinya deflasi selama triwulan III 2017.

Tercatat curah hujan selama triwulan laporan

berada pada kisaran <50 mm dan tinggi

gelombang laut di sekitar laut Arafuru dan

laut utara papua berkisar 0,5 - 1,25 m. Kondisi

ini dapat dikatakan ideal untuk melakukan

kegiatan penangkapan ikan serta menjaga

pasokan komoditas.

Sejalan dengan hal tersebut, berdasarkan hasil

survei pemantauan harga (SPH) yang

dilakukan oleh Bank Indonesia, mayoritas

komoditas volatile food pada tingkatan harga

yang stabil pada triwulan III 2017 terutama

pada komoditas beras.

Tracking Inflasi Volatile Foods Triwulan IV

2017

Memasuki triwulan IV 2017 tekanan harga

volatile foods diperkirakan terkendali dan

berpotensi kembali mengalami deflasi.

Terjaganya pasokan menjadi faktor utama

terkendalinya inflasi volatile foods.

Panen yang diperkirakan terjadi di beberapa

daerah sentra produksi membuat pasokan

komoditas bahan pangan relatif terjaga.

Selain itu kondisi cuaca pada triwulan laporan

masih kondusif. Terkait kondisi tersebut,

tekanan harga secara kumulatif volatile foods

hingga Oktober 2017 sangat terkendali dan

mengalami deflasi pada level 2,61% (ytd).

Tracking Inflasi Volatile Foods Kumulatif 2017

Selama 2017, inflasi volatile foods

diperkirakan lebih rendah dibanding 2016

dan berpotensi mengalami deflasi.

Pasokan yang terjaga menjadi faktor utama

terjaganya inflasi volatile foods. Hal tersebut

diperkuat oleh data Angka Ramalan (ARAM)

II, dimana produksi padi Papua pada 2017

diperkirakan mencapai 264,6 ribu ton, lebih

tinggi dari 2016 yang mencapai 233,6 ribu

ton atau meningkat 13,26% (yoy).

Realisasi Inflasi Administered Price Triwulan III

2017

Tekanan inflasi kelompok administered price

pada triwulan III 2017 mencapai 3,79% (yoy)

jauh lebih rendah jika dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mencapai 9,87% (yoy).

Penurunan tingkat harga kelompok ini

terutama dipengaruhi oleh penyesuaian tarif

angkutan udara pasca perayaan lebaran.

Selain itu, relatif sedikitnya even kegiatan libur

pada triwulan III sehingga berdampak pada

frekuensi permintaan tiket angkutan udara

yang kembali normal.

Di sisi lain, komoditas rokok kretek filter dan

rokok putih mengalami kenaikan harga

sejalan dengan kebijakan penyesuaian tarif

cukai rokok sebesar 8,9% yang pada bulan

September 2017.

Tracking Inflasi Administered Price Triwulan IV

2017

Ditengah potensi risiko tekanan perayaan

natal dan tahun baru, inflasi kelompok

administered price pada triwulan IV 2017

diperkirakan lebih rendah dibanding triwulan

III 2017.

Pelaksanaan even promosi penerbangan oleh

sejumlah maskapai di akhir triwulan III 2017

diperkirakan dimanfaatkan oleh masyarakat

untuk membeli tiket pesawat dengan harga

murah dalam menghadapi natal dan tahun

baru. Kondisi tersebut menjadi salah satu

Page 54: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

37

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

faktor peredam tekanan inflasi administered

price di triwulan IV 2017.

Tracking Inflasi Administered Price Kumulatif

2017

Selama 2017, tekanan inflasi administered

price diperkirakan jauh lebih rendah

dibandingkan 2016. Hingga Oktober 2017,

inflasi kumulatif pada kelompok komoditas ini

mengalami deflasi sebesar 1,86% (ytd), lebih

dalam dibanding posisi yang sama tahun

sebelumnya yang juga mengalami deflasi

sebesar 1,06% (ytd).

Penambahan jalur penerbangan dan

maraknya even promosi oleh beberapa

maskapai menjadi salah satu faktor peredam

tekanan inflasi administered price selama

2017.

Di sisi lain, penyesuaian tarif listrik secara

berkala yang diberlakukan hingga

pertengahan 2017 dan kenaikan cukai rokok

menjadi faktor pemicu inflasi administered

price selama 2017.

3.3 PERAN TIM PENGENDALIAN INFLASI DAERAH (TPID) PROVINSI PAPUA

Koordinasi kebijakan Pemerintah dan Bank

Indonesia dalam pengendalian inflasi perlu

terus diperkuat terutama dalam menghadapi

berbagai resiko yang dapat terjadi baik karena

faktor alam seperti cuaca yang tidak menentu

yang dapat mengakibatkan gagal panen serta

resiko kenaikan harga menjelang Natal dan

Tahun Baru. Selama periode triwulan III 2017

Bank Indonesia bersama dengan TPID di

papua melaksanakan berbagai kegiatan

yaitu :

Mendorong Klaster padi binaan di nabire

untuk mensuplai beras ke Bulog

sebanyak 80 ton untuk dapat mencukupi

kebutuhan konsumsi masyarakat dan

meredam peningkatan harga beras

akibat kurangnya pasokan.

Membentuk klaster cabai di Keerom

sebagai antisipasi meningkatnya

kebutuhan cabai seiring dengan

ketidakpastian cuaca dan meningkatnya

konsumsi masyarakat menjelang hari

natal dan tahun baru.

Melaksankan rapat koordinasi dengan

Dewan Ketahanan Pangan Papua bersama

pemerintah provinsi Papua, pemerintah se-

kabupaten di Papua dan perwakilan

kementerian.

Dalam mengantisipasi tekanan inflasi ke

depan, TPID akan melaksanakan berbagai

kegiatan guna melaksanakan pengendalian

harga di daerah yaitu:

Melaksanakan rapat penyusunan

rekomendasi terkait pengendalian harga

menjelang natal dan tahun baru.

Melaksanakan rapat koordinasi terkait

evaluasi harga eceran tertinggi (HET)

beras di Papua.

Selain itu, upaya pembentukan TPID tetap

perlu direalisasikan dalam upaya sinkronisasi

program pengendalian inflasi di daerah.

Sebagai informasi, hingga triwulan III 2017

telah terbentuk terbentuk 24 TPID dari 29

kabupaten/kota di Papua. Terkait hal

tersebut, KPwBI Provinsi Papua akan terus

mendorong pembentukan TPID di 5

kabupaten yang belum memiliki TPID yaitu

Kabupaten Deiyai, Kabupaten Paniai,

Kabupaten Mappi, Kabupaten Tolikara dan

Kabupaten Yalimo.

Page 55: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

38

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

STABILITAS SISTEM

KEUANGAN

Kinerja sektor rumah tangga menjadi penopang stabilitas sistem keuangan di Papua ditengah perlambatan kinerja sektor korporasi.

Kinerja sektor korporasi di Papua pada triwulan III 2017 relatif mengalami penurunan dibanding triwulan II 2017. Terdapat dua faktor yang masih mempengaruhi kerentanan korporasi Papua pada triwulan III 2017, yaitu (i) belum optimalnya kinerja lapangan usaha tambang, dan (ii) rendahnya realisasi belanja pemerintah. Kinerja perbankan di sektor Korporasi Papua pada triwulan III 2017 masih relatif terjaga, terutama Dana Pihak Ketiga (DPK). Sementara kredit masih tumbuh meski lebih lambat dari triwulan sebelumnya. Di sisi lain, kualitas kredit mengalami penurunan, tercermin dari Non Performing Loans (NPL) yang meningkat dan masih berada diatas ketentuan Bank Indonesia sebesar 5%.

Sementara kinerja sektor Rumah Tangga pada triwulan III 2017 masih terjaga dengan positif, tercermin dari kondisi dan risiko keuangan di sektor Rumah Tangga yang relatif terjaga. Perkembangan indikator perbankan di sektor rumah tangga pada triwulan III 2017 menunjukkan peningkatan, khususnya DPK dan penyaluran kredit. Sementara, kualitas kredit NPL mengalami penurunan, tercermin dari kenaikan NPL.

Page 56: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

39

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

4.1 ASESMEN SEKTOR KORPORASI

4.1.1. Sumber Kerentanan Sektor

Korporasi

Terdapat dua faktor yang masih

mempengaruhi kerentanan korporasi Papua

pada triwulan III 2017, yaitu (i) belum

optimalnya kinerja lapangan usaha

tambang, dan (ii) rendahnya realisasi belanja

pemerintah.

Rilis resmi BPS menunjukan bahwa kinerja

lapangan usaha pertambangan pada

triwulan III 2017 masih belum optimal pasca

berlalunya aksi unjukrasa pekerja tambang

pada Mei 2017. Bahkan data produksi

tembaga pada periode laporan mengalami

kontraksi. Selain itu, ekspor konsentrat

tembaga kembali tidak dapat dilakukan

karena proses pembangunan smelter belum

memenuhi kriteria dalam peraturan ekspor

minerba. Kondisi tersebut menunjukkan

bahwa kondisi pertambangan di Papua

masih diliputi ketidakpastian usaha.

Sementara itu, realisasi belanja pemerintah

pada triwulan III 2017 yang baru mencapai

41,16% dari pagu anggaran 2017. Dalam

dua tahun terakhir, penyerapan belanja

tersebut relatif lebih rendah. Tercatat

penyerapan belanja pada triwulan III di tahun

2015 dan tahun 2016 masing-masing

mencapai 42,37% dan 49,06% Kondisi

tersebut perlu mendapat perhatian,

mengingat keterlambatan penyerapan

belanja dapat berdampak pada kinerja

finansial korporasi. Hal tersebut diperkuat

oleh data penjualan semen yang tumbuh

terbatas.

Sementara itu, hasil liaison yang dilakukan

oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Papua menunjukkan bahwa tingkat

penjualan domestik kembali mengalami

penurunan. Rata-rata utilisasi mesin produksi

juga tidak terlihat mengalami kenaikan yang

signifikan dan cenderung konstan.

Sementara, hasil Survei Konsumen

menunjukkan bahwa optimisme masyarakat

terhadap kondisi ekonomi mengalami

penurunan.

4.1.2. Kinerja Korporasi

Kinerja sektor korporasi di Papua pada

triwulan III 2017 memperkuat

perkembangan ekonomi Papua yang kurang

optimal pada triwulan III 2017. Hal tersebut

tercermin dari hasil liaison yang dilakukan

oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Papua. Beberapa indikator kinerja

perusahaan menunjukkan kondisi

penurunan.

Sumber : Liaison KPw BI Papua, diolah Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha KPw BI Papua, diolah

Grafik 4.1 Kinerja Korporasi Berdasarkan Liaison Grafik 4.2 Perkembangan Akses Kredit, Likuiditas dan

Rentabilitas

-1.5

-1.0

-0.5

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

PenjualanDomestik

utilisasi Investasi Harga Jual TenagaKerja

Upah BiayaBahan Baku

BiayaEnergi

QI 2016 s.d. QIII 2017Likert Scale

18

.18

0

11

.76

-2.6

7

-15

.38 -9

.38

-7.6

9

35

.85

28

.13

42

.86

46

.38

22

.73

32

.76

24

.32

37

.74

29

.69

40

.00

49

.28

32

.73

37

.93

25

.68

-20

-10

0

10

20

30

40

50

I II III IV I II III

2016 2017

Akses Kredit Likuiditas korporasi Rentabilitas korporasi

% SBT

Page 57: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

40

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

Penjualan Domestik dan Investasi

Penjualan domestik pada triwulan III 2017

mengalami penurunan dibanding triwulan II

2017. Tercatat likert scale pada triwulan III

2017 berada di level -0,5. Penurunan

penjualan domestik terutama terjadi pada

lapangan usaha Perdagangan Besar. Contact

liaison menyatakan bahwa hal tersebut salah

satunya disebabkan oleh realisasi belanja

pemerintah yang belum optimal. Selain itu,

berlalunya even perayaan Puasa dan Lebaran

pada triwulan II 2017 membuat permintaan

masyarakat mengalami penurunan.

Di sisi lain, kinerja komponen investasi pada

triwulan III 2017 berada di level positif

sebesar 0,63, lebih tinggi dari triwulan II

2017 yang mencapai 0,29. Peningkatan

investasi dilakukan oleh contact liaison di

bidang perhotelan. Persiapan menjelang

PON 2020 menjadi salah satu faktor

pendorong peningkatan investasi yang

terdiri atas menambah jumlah kamar, lahan

parkir, dan beberapa ruangan publik lainnya.

Sementara, contact liaison di lapangan

usaha lainnya, seperti kehutanan,

pengangkutan dan perdagangan

menyatakan bahwa investasi cenderung

stabil.

Biaya dan Harga Jual

Dari sisi biaya, hasil liaison menunjukkan

bahwa komponen biaya bahan baku

mengalami kenaikan pada triwulan III 2017.

Hasil survei pemantauan harga (SPH) yang

dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Papua memperkuat kondisi tersebut,

dimana harga material khususnya batu bata

dan besi beton mengalami kenaikan sebesar

1,8% dan 8,7% (mtm).

Di sisi lain, harga jual mengalami penurunan.

Contact liaison menyatakan bahwa

penurunan tersebut salah satunya

disebabkan oleh penurunan permintaan

seiring berlalunya even puasa dan lebaran.

Selain itu, persaingan usaha yang semakin

ketat juga menjadi faktor pertimbangan

dalam penentuan harga jual.

Kondisi Keuangan

Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)

yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Papua menunjukkan

bahwa kondisi keuangan korporasi pada

triwulan III 2017 secara umum masih relatif

terjaga. Aspek likuiditas dan rentabilitas

pada triwulan laporan masih dalam kondisi

positif, meskipun lebih rendah dari triwulan

sebelumnya. Sementara di sisi lain,

komponen akses kredit masih mengalami

Sumber : Liaison KPw BI Papua, diolah Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha KPw BI Papua, diolah

Grafik 4.3 % Korporasi Berdasar Likuiditas per Sektor Grafik 4.4 % Korporasi Berdasar Rentabilitas per Sektor

25%

18%

21%

38%

33%

44%

75%

82%

79%

63%

67%

56%

0% 20% 40% 60% 80% 100%

LGA

Bangunan

Perdagangan

Hotel

Angkutan

Jasa

Naik Stabil

50%

18%

14%

38%

33%

44%

50%

82%

86%

63%

67%

56%

0% 20% 40% 60% 80% 100%

LGA

Bangunan

Perdagangan

Hotel

Angkutan

Jasa

Naik Stabil

Page 58: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

41

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

penurunan meski tidak sedalam triwulan II

2017.

Dari sisi likuiditas, 73% korporasi

menyatakan bahwa kondisi likuiditas

perusahaan masih stabil. Sementara itu,

kenaikan tingkat likuiditas terutama terjadi

pada pelaku usaha di sektor Jasa, dimana

44% pelaku usaha menyatakan bahwa

likuiditas perusahaan mengalami kenaikan.

Jasa percetakan menjadi salah satu usaha

yang mengalami kenaikan likuiditas seiring

peningkatan permintaan selama

berlangsungnya tahun ajaran baru pada

periode laporan.

Dari sisi rentabilitas, 74% korporasi

menyatakan bahwa laba yang dihasilkan

melalui pemanfaatan aset/modal pada

triwulan III 2017 relatif stabil. Kenaikan

tingkat rentabilitas terutama terjadi pada

korporasi di sektor Listrik, Gas dan Air yang

dinyatakan oleh 50% responden. Kenaikan

tersebut sejalan dengan kebijakan

penyesuaian tarif listrik oleh pemerintah.

4.1.3. Eksposure Perbankan dalam

Korporasi

Kinerja perbankan di sektor Korporasi Papua

pada triwulan III 2017 masih relatif terjaga,

terutama Dana Pihak Ketiga (DPK).

Pada periode laporan, DPK korporasi secara

signifikan tumbuh sebesar 144,4% (yoy)

lebih tinggi dibanding pertumbuhan

triwulan II 2017 yang mencapai 130,79%

(yoy). Sementara kredit masih tumbuh meski

lebih lambat dari triwulan sebelumnya. Di sisi

lain, kualitas kredit mengalami penurunan,

tercermin dari Non Performing Loans (NPL)

yang meningkat dan masih berada diatas

ketentuan Bank Indonesia sebesar 5%.

Dari sisi kredit, mayoritas kredit korporasi

masih disalurkan ke lapangan usaha

perdagangan, konstruksi dan pertanian,

Sumber : Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Grafik 4.7 Perkembangan DPK, Kredit dan NPL Grafik 4.8 % Proporsi Kredit per Sektor

Sumber : Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Grafik 4.5 Pertumbuhan Kredit Korporasi per Sektor Grafik 4.6 Perkembangan NPL per Sektor

10%

11%

12%

13%

14%

15%

16%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

160%

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

DPK (yoy) Kredit (yoy) NPL (sb.kanan)

yoy NPL

16.12% 15.04% 14.24% 11.12%14.98% 12.61% 12.42%

21.33% 24.39% 26.83%19.96% 14.35% 18.70% 20.99%

26.87%26.66% 25.87%

31.97% 32.50% 34.56% 32.49%

6.87% 5.89% 5.98% 4.68% 5.17% 5.00% 7.68%11.95% 10.28% 8.92% 8.22% 7.91% 7.20% 6.75%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

I 2016 II 2016 III 2016 IV 2016 I 2017 II 2017 III 2017

Pertanian Konstruksi Perdagangan TransKomGud Jasa Masy

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

I II III IV I II III

2016 2017

Pertanian Konstruksi Perdagangan TransKomGud Jasa Masy

yoy

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

Pertanian Konstruksi Perdagangan TransKomGud Jasa Masy

I 2016 II 2016 III 2016 IV 2016

Page 59: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

42

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

masing-masing mencapai 32,49%, 20,99%

dan 12,42% dengan tingkat pertumbuhan

masing-masing mencapai 64,79%, 2,67%

dan 14,44% (yoy). Angka pertumbuhan

kredit ketiga sektor tersebut pada triwulan III

2017 relatif mengalami perlambatan

dibanding triwulan sebelumnya.

Pada lapangan usaha konstruksi,

perlambatan kredit tersebut disebabkan oleh

dua hal, yaitu kinerja keuangan daerah yang

kurang optimal dan perlambatan kinerja

perekonomian akibat pelemahan lapangan

usaha pertambangan. Sementara,

perlambatan kredit pada lapangan usaha

perdagangan dan lapangan usaha pertanian

seiring pergeseran pelaksanaan perayaan

even puasa dan lebaran serta belum

berlangsungnya masa panen pada periode

laporan.

Dari sisi kualitas kredit, terlihat bahwa

mayoritas lapangan usaha memiliki NPL

diatas 5%. Hanya lapangan usaha pertanian

yang memiliki NPL dibawah 5%, sebesar

0,22%. Secara mendalam dapat diketahui

bahwa penurunan NPL lapangan usaha

pertanian terjadi sejak triwulan II 2017.

Berdasarkan informasi dari Otoritas Jasa

Keuangan (OJK), penurunan NPL yang

signifikan tersebut lebih disebabkan oleh

koreksi pembukuan oleh pihak perbankan.

Sementara NPL lapangan usaha

perdagangan pada triwulan III 2017

mencapai 8,86%, lebih tinggi dari triwulan

sebelumnya yang mencapai 6,51%.

Sementara NPL lapangan usaha konstruksi

periode yang sama relatif stabil pada kisaran

17%.

Dari sisi penggunaan, tidak terdapat

perubahan struktur penyaluran kredit,

dimana lebih dari 60% kredit korporasi yang

disalurkan digunakan untuk modal kerja dan

lebih dari 30% untuk kredit investasi.

Penyaluran kredit korporasi untuk modal

kerja pada triwulan III 2017 mencapai

26,01% (yoy), lebih tinggi dibanding

triwulan II 2017 yang tumbuh sebesar

22,01% (yoy). Di sisi lain, kredit investasi

mengalami perlambatan dari 111,44% (yoy)

pada triwulan II 2017 menjadi 56,72% (yoy)

pada triwulan III 2017.

Sementara itu, kualitas kredit baik modal

kerja maupun investasi pada triwulan

Sumber : Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Grafik 4.10 Perkembangan DPK, Kredit dan NPL Grafik 4.11 % Proporsi Kredit per Sektor

Sumber : Laporan Bank Umum, diolah

Grafik 4.9 Perkembangan DPK, Kredit dan NPL

74.79% 74.47%66.44% 65.22% 61.54% 65.41% 64.27%

23.22% 22.35%29.44% 30.43% 35.24%

34.02% 35.16%

1.99% 3.18% 4.12% 4.36% 3.22% 0.57% 0.57%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

I 2016 II 2016 III 2016 IV 2016 I 2017 II 2017 III 2017

Modal Kerja Investasi Konsumsi

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

160%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

I II III IV I II III

2016 2017

g Modal Kerja (sb.kanan) g Investasi (sb.kanan) NPL Modal Kerja NPL Investasi

yoy

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Giro (sb.kanan) Tabungan (sb.kanan) Deposito (sb.kanan)

g Giro g Tabungan g Deposito

yoy Pangsa

Page 60: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

43

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

laporan belum menunjukkan perbaikan yang

signifikan dan masih berada diatas 5%,

masing-masing mencapai 14,97% dan

12,08%.

Dari sisi DPK, komposisi giro masih menjadi

yang paling dominan pada triwulan III 2017

dengan persentase penempatan lebih dari

60%. Sementara penempatan dana pada

komponen tabungan dan deposito di

triwulan III 2017 masing-masing sebesar

22,5% dan 13,7%.

Dalam perkembangannya, giro tumbuh

signifikan mencapai 187,57% (yoy) pada

triwulan laporan. Demikian juga dengan

deposito yang tumbuh positif sebesar

89,36% (yoy). Sementara, tabungan

mengalami perlambatan dari 167,28% (yoy)

pada triwulan II 2017, menjadi 95,52% (yoy)

pada triwulan laporan. Kondisi tersebut

membuat DPK korporasi secara total

mengalami kenaikan sebesar 144,40% (yoy).

Tingginya pertumbuhan DPK ditengah

perlambatan penyaluran kredit pada

triwulan III 2017 mengindikasikan ekspansi

usaha korporasi masih tertahan dan

cenderung menunggu perkembangan

aktivitas ekonomi.

4.2. ASESMEN SEKTOR RUMAH TANGGA

4.2.1. Sumber Kerentanan Sektor

Rumah Tangga

Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi

kerentanan sektor Rumah Tangga, yaitu

pendapatan, tingkat konsumsi dan persepsi

terhadap harga. Berdasarkan hasil Survei

Konsumen (SK) pada triwulan III 2017 yang

dilakukan oleh KPwBI Provinsi Papua, dapat

diketahui bahwa tingkat keyakinan

masyarakat terhadap kondisi perekonomian

cenderung mengalami penurunan. Tercatat

bahwa indeks keyakinan masyarakat

terhadap kondisi ekonomi saat ini (IKE)

mencapai level 120,44, lebih rendah

dibanding triwulan II 2017 yang mencapai

130,44.

Dibandingkan dengan triwulan II 2017,

optimisme masyarakat di ketiga komponen

pembentuk IKE pada periode laporan

mengalami penurunan, terutama indeks

konsumsi barang tahan lama dan indeks

ketersediaan lapangan kerja. Tercatat kedua

indeks tersebut berada di level 102,7 dan

116. Sementara, optimisme masyarakat

terhadap penghasilan saat ini masih berada

di level yang tinggi, mencapai 142,7,

meskipun relatif lebih rendah dari triwulan II

2017. Berlalunya even puasa dan lebaran

yang berlangsung pada triwulan sebelumnya

Sumber : Survei Konsumen, diolah Sumber: Survei Konsumen, diolah

Grafik 4.12 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 4.13 Perkembangan Indikator SK Lainnya

100

105

110

115

120

125

130

135

140

145

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN ( IKK )

INDEKS KONDISI EKONOMI SAAT INI ( IKE )

INDEKS EKSPEKTASI KONSUMEN ( IEK )

70

80

90

100

110

120

130

140

150

160

I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017 2015 2016 2017

Ekspektasi EkonomiKondisi Ekonomi Saat Ini

Pe

sim

isO

pti

mis

Indeks

Indeks Penghasilan Konsumen

Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama

Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja

Indeks Penghasilan Konsumen (Ekspektasi)

Indeks Kegiatan Usaha

Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (Ekspektasi)

Page 61: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

44

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

secara umum menjadi salah satu faktor

penurunan optimisme masyarakat.

Sementara itu, ekspektasi masyarakat

terhadap kondisi ekonomi ke depan (IEK)

masih terjaga, dimana angka indeks pada

triwulan III 2017 mencapai 138,67 lebih

tinggi dibanding triwulan II 2017 yang

mencapai 136,44.

Dari ketiga komponen pembentuk IEK,

masyarakat sangat optimis bahwa

ketersediaan lapangan kerja ke depan akan

relatif lebih baik yang juga didukung oleh

kondisi dunia usaha yang semakin membaik.

Namun di sisi lain, tingkat pendapatan ke

depan dipersepsikan menurun. Perayaan

natal dan tahun baru menjadi salah satu

faktor yang mempengaruhi kondisi tersebut,

dimana kinerja perekonomian cenderung

meningkat, namun juga diiringi dengan

potensi tekanan kenaikan inflasi.

Dari sisi pengeluaran, tidak terdapat

perubahan struktur alokasi pengeluaran

pada triwulan III 2017. Komponen konsumsi

masih mendominasi dengan pangsa berkisar

60%. Sementara, alokasi pengeluaran untuk

tabungan dan pembayaran cicilan masing-

masing, mencapai kisaran 28% dan 14%.

Berdasarkan tingkat pengeluaran per bulan

dapat diketahui bahwa seluruh tingkatan

pengeluaran memiliki persentase alokasi

konsumsi yang relatif merata pada kisaran

diatas 58% dari total pengeluaran. Demikian

juga dengan alokasi tabungan yang merata

pada kisaran 25% hingga 32% dari total

pengeluaran. Sementara, alokasi

pembayaran cicilan berkisar 10% hingga

15% dari total pengeluaran. Hanya

masyarakat dengan tingkat pengeluaran

hingga Rp4 juta hingga Rp5 juta yang

memiliki persentase cicilan terbesar

mencapai 32% dari total pengeluaran.

Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa

daya beli masyarakat relatif terjaga dan

mampu untuk memenuhi berbagai

kewajibannya.

Sumber kerentanan pada sektor Rumah

Tangga juga berpotensi berasal dari tekanan

harga. Namun demikian, rendahnya realisasi

inflasi hingga triwulan III 2017 membuat

persepsi masyarakat terhadap inflasi dalam

jangka pendek relatif stabil.

4.2.2. Kinerja Keuangan Rumah Tangga

Pada triwulan III 2017, pengelolaan

keuangan rumah tangga relatif stabil jika

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Persentase alokasi tabungan di atas 10%

dari pengeluaran masih dominan dan berada

pada kisaran 26% hingga 31%. Kondisi

tersebut mengindikasikan bahwa

masyarakat masih menjaga prinsip kehati-

hatian dalam pengelolaan keuangan.

Dilihat dari perilaku berutang, terdapat

kenaikan nilai utang masyarakat, dimana

jumlah masyarakat yang memiliki debt to

service ratio (DSR) >10% mengalami

kenaikan dibanding triwulan sebelumnya. Di

sisi lain, persentase masyarakat dengan DSR

<10% mengalami penurunan, meskipun

jumlahnya masih masih mendominasi.

Sumber : Survei Konsumen, diolah

Grafik 4.14 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen

100

110

120

130

140

150

160

170

180

190

200

1 2 3 4 5 6 7 8 9

2017

Makanan Non makanan Peralatan rumah tangga

Energi Perumahan Jasa

Perubahan harga 3 bln ke depan

Page 62: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

45

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

Kondisi tersebut perlu diwaspadai karena

berpotensi menyebabkan kenaikan NPL.

4.2.3. Eksposure Perbankan dalam

Rumah Tangga

Perkembangan indikator perbankan di

sektor rumah tangga pada triwulan III 2017

menunjukkan peningkatan. DPK tumbuh

signifikan sebesar 5,67% (yoy) lebih tinggi

dari triwulan II 2017 yang tumbuh sebesar

0,15% (yoy). Demikian juga dengan kredit

yang tumbuh 3,64% (yoy) pada triwulan

laporan, lebih tinggi dari triwulan II 2016

yang mencapai 2,07% (yoy). Sementara, NPL

cenderung meningkat dan mencapai 2,89%

pada triwulan III 2017. Meskipun demikian,

tingkat NPL tersebut masih berada di bawah

batas ketentuan Bank Indonesia (5%).

Secara lebih mendalam terlihat bahwa

pangsa kredit KPR dan kredit lainnya pada

triwulan III 2017 masih dominan, masing-

masing mencapai 21,01% dan 28,22%.

Sementara untuk pangsa kredit kendaraan

bermotor (KKB) relatif kecil, hanya mencapai

1,76%. Pertumbuhan kredit KPR pada

triwulan laporan mencapai 26,38% (yoy),

relatif stabil dari triwulan sebelumnya yang

tumbuh sebesar 26,70% (yoy).

Pertumbuhan penyaluran kredit KPR

terutama terjadi untuk KPR dengan tipe 70

yang mencapai 44,90% (yoy) pada triwulan

laporan.

Kualitas penyaluran KPR secara umum

terjaga dengan baik, tercermin dari tingkat

NPL yang stabil pada kisaran level 3,3%.

Kondisi yang sama juga terlihat pada KKB,

dimana NPL stabil pada kisaran 1,3%.

Sementara itu, NPL kredit mutiguna

cenderung membaik, seiring pengurangan

penyaluran kredit. Di sisi lain, kredit lainnya

mengalami kenaikan signifikan sebesar

4,27%, hampir mencapai batas ketentuan

Bank Indonesia (5%). Ke depan, kenaikan

Tabel 4.1 Alokasi Utang dan Tabungan Masyarakat

sumber : Survei Konsumen, diolah

Sumber : Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Grafik 4.15 Pertumbuhan DPK, Kredit dan NPL Rumah

Tangga Grafik 4.16 % Kredit Rumah Tangga

0-1

0%

10%

-20%

20%

-30%

>30%

0-1

0%

10%

-20%

20%

-30%

>30%

Rp1 - 2 jt 28.2% 5.1% 4.4% 2.7% 5.3% 7.6% 12.4% 15.1%

Rp2,1 - 3 jt 27.8% 3.1% 4.2% 3.3% 5.6% 8.0% 10.9% 14.0%

Rp3,1 - 4 jt 7.8% 2.0% 1.6% 1.6% 1.6% 3.3% 5.1% 2.9%

Rp4,1 - 5 jt 1.6% 0.4% 0.9% 1.1% 1.3% 1.1% 0.7% 0.9%

Rp5,1-6 jt 1.8% 0.0% 0.4% 0.4% 0.2% 0.9% 0.9% 0.7%

Rp6,1-7 jt 0.0% 0.0% 0.2% 0.2% 0.2% 0.2% 0.0% 0.0%

Rp7,1-8 jt 0.0% 0.0% 0.2% 0.4% 0.2% 0.2% 0.2% 0.0%

>Rp8 jt 0.2% 0.2% 0.0% 0.0% 0.0% 0.2% 0.2% 0.0%

Total 67.3% 10.9% 12.0% 9.8% 14.4% 21.6% 30.4% 33.6%

Rp1 - 2 jt 38.9% 2.9% 6.7% 2.7% 5.3% 15.6% 15.1% 15.1%

Rp2,1 - 3 jt 22.4% 4.2% 4.4% 2.2% 6.2% 8.0% 8.0% 11.1%

Rp3,1 - 4 jt 8.2% 1.1% 1.8% 1.3% 2.0% 1.8% 3.6% 5.1%

Rp4,1 - 5 jt 2.2% 0.0% 0.0% 0.4% 0.0% 0.9% 0.9% 0.9%

Rp5,1-6 jt 0.4% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.4%

Rp6,1-7 jt 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

Rp7,1-8 jt 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

>Rp8 jt 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

Total 72.2% 8.2% 12.9% 6.7% 13.6% 26.2% 27.6% 32.7%

Rp1 - 2 jt 31.8% 4.4% 5.8% 4.0% 4.2% 12.4% 12.7% 16.7%

Rp2,1 - 3 jt 18.2% 7.3% 8.2% 4.7% 7.1% 12.9% 10.9% 7.6%

Rp3,1 - 4 jt 8.9% 2.2% 2.2% 1.3% 2.4% 6.0% 4.7% 1.6%

Rp4,1 - 5 jt 0.0% 0.0% 0.2% 0.2% 0.2% 0.0% 0.0% 0.2%

Rp5,1-6 jt 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

Rp6,1-7 jt 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

Rp7,1-8 jt 0.0% 0.2% 0.0% 0.0% 0.2% 0.0% 0.0% 0.0%

>Rp8 jt 0.2% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.2% 0.0%

Total 59.1% 14.2% 16.4% 10.2% 14.2% 31.3% 28.4% 26.0%

III 2017

II 2017

PeriodePengeluaran/

bln

Debt Service Ratio (DSR)

I 2017

Tabungan

0%

1%

2%

3%

4%

5%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

18%

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

DPK Kredit NPL (sb.kanan)

yoy NPL

18.06% 18.82% 19.22% 19.24%

20.33% 20.28% 21.01%

65.14% 64.83% 63.98%

41.18%

14.94% 14.44% 14.84%

37.79%

34.93% 33.69%28.22%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

I 2016 II 2016 III 2016 IV 2016 I 2017 II 2017 III 2017

KPR KKB Perlengkapan RT. Multiguna Lainnya

Page 63: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

46

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

NPL pada kredit lainnya perlu diwaspadai

mengingat 75% dari kredit ini disalurkan

untuk kredit nonlapangan usaha yang

kurang diketahui secara jelas

penggunaannya.

Di sisi penghimpunan dana, DPK rumah

tangga di Papua pada triwulan III 2017

secara umum mengalami kenaikan.

Berdasarkan komponennya, tabungan yang

merupakan komponen dengan pangsa

dominan dalam DPK rumah tangga pada

triwulan III 2017 tumbuh sebesar 4,49%

(yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan

II 2017 yang mencapai 2,92% (yoy). Kinerja

deposito pada periode laporan juga

mengalami kenaikan sebesar 1,51% (yoy)

setelah kontraksi sebesar 2,90% (yoy) pada

triwulan II 2017. Pertumbuhan signifikan

terjadi pada komponen giro yang mencapai

22,38% (yoy) jauh lebih tinggi dari triwulan

II 2017 yang mengalami kontraksi -9,62%

(yoy). Kondisi tersebut mengindikasikan

bahwa pengelolaan keuangan masyarakat

relatif baik dengan melakukan peningkatan

penempatan dana ke dalam instrumen

perbankan yang lebih aman seiring

berlalunya perayaan lebaran.

Sumber : Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Grafik 4.17 Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga Grafik 4.18 Pertumbuhan NPL Rumah Tangga

-2%

-1%

-1%

0%

1%

1%

2%

2%

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

KPR KKB RT. Multiguna Lainnya

yoy

-1%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

KPR KKB Perlengkapan RT. Multiguna Lainnya

Page 64: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

47

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

PENYELENGGARAAN SISTEM

PEMBAYARAN DAN

PENGELOLAAN UANG

RUPIAH

Perkembangan transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) di Papua pada triwulan III

2017 meningkat secara nominal maupun volume dibandingkan triwulan sebelumnya. Transaksi

melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada triwulan laporan juga tercatat

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.

Sementara itu, aliran uang kartal melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Papua

menunjukan posisi net outflow pada triwulan III 2017 sebesar Rp416 miliar. Pada triwulan ini posisi

net outflow dan meningkatnya transaksi SKNBI dan RTGS disebabkan oleh mulai masuknya ajaran

baru sekolah sehingga masyarakat cenderung menarik uang kartal untuk keperluan perlengkapan

sekolah anak. Meningkatnya realisasi pembayaran proyek pemerintah dan pembangunan

infrastruktur menambah peningkatan aliran uang rupiah di Papua.

Page 65: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

48

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

5.1 SISTEM PEMBAYARAN

Di tengah perlambatan kinerja

perekonomian Papua, perkembangan

transaksi nontunai di Papua cenderung

mengalami peningkatan dibandingkan

triwulan II 2017.

Pada triwulan III 2017, terjadi peningkatan

secara volume maupun nominal transaksi

yang dilakukan melalui SKNBI dengan nilai

yang mencapai Rp2,71 triliun dan volume

81.443 lembar warkat. Jumlah tersebut

meningkat dibanding triwulan sebelumnya

yang mencatatkan nilai sebesar Rp2,56

triliun dengan volume 75.560 lembar

warkat. Bila dibandingkan dengan periode

yang sama tahun lalu, volume transaksi

SKNBI mengalami peningkatan 4,32% (yoy)

sedangkan nilai transaksi mengalami

penurunan sebesar 20,2% (yoy). Penurunan

ini sejalan dengan rendahnya realisasi

anggaran pemerintah Provinsi Papua

sehingga menyebabkan aktivitas

pembayaran proyek belum terealisasi

dengan optimal.

5.1.1 Transaksi SKNBI

Secara spasial, penatausahaan transaksi

kliring di Provinsi Papua masih diakomodasi

dari dua wilayah yaitu di Kota Jayapura dan

Kabupaten Biak. Proporsi transaksi kliring

masih didominasi oleh pemenuhan dari Kota

Jayapura sebesar 91,16% terhadap

keseluruhan transaksi kliring, sementara dari

Kabupaten Biak hanya mengakomodasi

sebesar 8,84%. Berdasarkan nominalnya,

transaksi kliring di Kota Jayapura mencapai

Rp2,47 triliun sedangkan di Kabupaten Biak

hanya sebesar Rp240 miliar. Sementara

apabila dilihat dari fisik penukaran warkat, di

Kabupaten Biak sepanjang triwulan III 2017

sebanyak 2.795 lembar warkat yang

ditukarkan atau jauh lebih rendah

dibandingkan Kota Jayapura yang mencapai

79.484 lembar warkat.

5.1.2 Transaksi BI-RTGS

Sementara untuk transaksi yang dilakukan

melalui Bank Indonesia Real Time Gross

Settlemen (BI-RTGS) Generasi II di Papua

pada triwulan III 2017 juga mengalami

peningkatan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Dibandingkan dengan Sistem

Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI),

jumlah transaksi RTGS lebih sedikit namun

dengan nominal transaksi rata rata yang

jauh lebih tinggi dan kebutuhan warkat yang

jauh lebih banyak.

Jumlah nilai yang ditransaksikan melalui BI-

RTGS selama triwulan III 2017 sebesar

Rp1,73 triliun, naik 52,09% (yoy) lebih tinggi

dari triwulan yang sama pada tahun

sebelumnya. Kemudian jumlah ini juga naik

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi SKNBI Papua Grafik 5.2 Perkembangan Transaksi RTGS Papua

Page 66: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

49

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

dibandingkan dengan transaksi triwulan II

2017 sebesar Rp1,25 triliun.

Volume transaksi yang terjadi pada di

triwulan III 2017 sebanyak 1.931 transaksi,

meningkat 43,14% (yoy) lebih tinggi dari

triwulan yang sama pada tahun sebelumnya.

5.2 PENGELOLAAN UANG RUPIAH

5.2.1 Penyediaan Uang Layak Edar

Aliran uang kartal melalui Kantor Perwakilan

Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Papua

menunjukan posisi net outflow pada

triwulan III 2017 sebesar Rp416 miliar. Hal

tersebut sejalan dengan pola historis dimana

pada triwulan sebelumnya juga mengalami

net outflow sejalan dengan perayaan hari

raya Idul Fitri dan memasuki libur semester

bagi anak sekolah. sehingga masyarakat

cenderung menarik uang kartal dalam

jumlah besar. Sedangkan pada triwulan ini

posisi net outflow disebabkan adanya

kebutuhan untuk memasuki ajaran baru

sekolah dan perayaan Idul Adha sehingga

masyarakat cenderung menarik uang kartal

dalam jumlah besar untuk memenuhi

kebutuhan hari raya tersebut.

Bila dilihat lebih lanjut, net outflow uang dari

KPw BI Provinsi Papua pada triwulan II 2017

bersumber dari uang keluar sebesar Rp 1,9

triliun, lebih banyak dibandingkan uang

masuk yang tercatat sebesar 1,5 triliun.

Dibandingkan dengan kondisi net outflow

sepanjang triwulan III 2016 yang sebesar Rp

2,9 triliun, kondisi pada triwulan III 2017

relatif lebih rendah.

Sementara itu, jumlah Uang Tidak Layak

Edar (UTLE) yang dimusnahkan di KPw BI

Provinsi Papua pada triwulan laporan sebesar

Rp234,11 miliar, naik 64,92% dibandingkan

triwulan yang sama pada tahun lalu yang

mencapai Rp141,96 miliar. Hal ini

mengindikasikan bahwa UTLE yang beredar

di Provinsi Papua relatif menurun.

Pemusnahan UTLE tersebut merupakan

bagian dari kebijakan Clean Money Policy,

yaitu upaya Bank Indonesia untuk menjaga

kualitas uang yang beredar di tengah

masyarakat. Untuk itu secara rutin KPw BI

Provinsi Papua melakukan pemusnahan

terhadap UTLE yang dilakukan berdasarkan

prinsip good governance. Selain melakukan

pemusnahan UTLE, dalam melaksanakan

kebijakan kas keliling yang terdiri dari kas

keliling dalam kota yang rutin diadakan 2

kali seminggu di 4 tempat di Kota Jayapura,

serta kas keliling luar kota yang dilakukan

diseluruh kabupaten Provinsi Papua.

Selama triwulan III 2017, kegiatan kas

keliling yang dilaksanakan oleh KPw BI

Provinsi Papua mengalami penurunan.

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.3 Aliran Uang Kartal Melalui KPw BI Papua Grafik 5.4 Perkembangan Pemusnahan Uang Tidak Layak

Edar (UTLE) di Papua

Page 67: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

50

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

Selama triwulan III 2016 kas keliling yang

dilakukan sebanyak 58 kali sedangkan pada

triwulan III 2017 total kas keliling yang

dilaksanakan tercatat sebanyak 43 kali.

Dengan rincian 37 kali kas keliling dalam

kota dan 6 kali kas keliling luar kota.

Selain dalam bentuk kas keliling, distribusi

uang di luar kantor perwakilan Bank

Indonesia juga dilakukan dalam bentuk kas

titipan. Hingga triwulan III 2017, KPw BI

Provinsi Papua telah membuka 7 (lima) lokasi

kas titipan, yakni di wilayah Sorong,

Merauke, Timika, Biak, Wamena, Serui dan

Nabire. Tujuan pembentukan kas titipan

adalah untuk melayani tingginya kebutuhan

uang layak edar di Provinsi Papua.

Untuk mengoptimalkan pengedaran ULE

hingga ke daerah terdalam di Papua, Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua

juga melakukan program BI Jangkau yang di

mulai sejak Agustus 2017. Program ini

merupakan program nasional, dimana Papua

menjadi salah satu dari tujuh wilayah pilot

project. Dalam pelaksanaan program ini,

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Papua bekerjasama dengan BPD Papua. BI

Jangkau di Papua saat ini dilakukan di 4

distrik di kabupaten Boven Digoel yaitu

Mindiptana, Jair, Bomakia, dan Mandobo.

Sementara di Kabupaten Mappi dilakukan di

Assue, Haju, Obaa dan Nambion Bapia.

KPw Bank Indonesia Provinsi Papua saat ini

tengah gencar melakukan sosialisasi kepada

pelaku usaha KUPVA, dan masyarakat di

perbatasan Papua mengenai Peraturan Bank

Indonesia terbaru nomor 19/7/PBI/2017

tentang Pembawaan Uang Kertas Asing Ke

Dalam dan Keluar Daerah Pabean Indonesia.

PBI ini mengatur jumlah maksimal

pembawaan Uang Kertas Asing (UKA) oleh

perorangan ke dalam maupun keluar

wilayah Indonesia yang jumlahnya lebih

besar atau sama dengan satu milyar rupiah

harus menggunakan bank atau melalui

KUPVA yang telah mendapatkan ijin dari

Bank Indonesia. Selama ini pelaku usaha

KUPVA di Papua masih bersifat tradisional,

mereka kebanyakan membeli Kina di Papua

Nugini kemudian membawa sendiri ke

Papua untuk kemudian diperjual belikan.

Cara seperti ini memiliki resiko yang cukup

besar karena Bank Indonesia kesulitan untuk

melacak dan mengetahui secara pasti jumlah

UKA yang beredar di Indonesia, ditambah

resiko adanya peredaran uang asing palsu.

Oleh karena itu PBI ini diberlakukan untuk

meminimalisir resiko tersebut dan mulai

berlaku 8 Maret 2018.

5.2.2 Temuan Uang Tidak Asli

Pada triwulan III 2017, volume peredaran

uang tidak asli di Papua relatif kecil dengan

sejumlah 12 lembar, turun dibanding volume

triwulan II 2017 yang sebesar 32 lembar.

Peredaran uang tidak asli di Papua pada

triwulan laporan didominasi oleh pecahan

Rp50.000 sebanyak 8 lembar. Sementara,

uang tidak asli untuk pecahan Rp100.000

ditemukan sebanyak 4 lembar.

Tabel 5.1 Frekuensi Pelaksanaan Kas Keliling Dalam dan Luar Kota Papua

Sumber:Bank Indonesia, diolah

I II III IV I II III

Dalam Kota 27 27 38 39 49 35 37

Luar Kota 12 15 18 21 7 10 6

TOTAL 39 42 56 60 56 45 43

Kas Keliling2016 2017

Page 68: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

51

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

Meskipun temuan uang tidak asli di wilayah

Papua masih relatif sedikit, namun Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua

senantiasa melakukan berbagai upaya

pencegahan melalui kegiatan edukasi

sosialisasi cici-ciri keaslian uang rupiah dalam

berbagai kesempatan. Selain itu, kerjasama

dengan berbagai instansi, khususnya

kepolisian juga terus ditingkatkan.

Page 69: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

52

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

KETENAGAKERJAAN DAN

KESEJAHTERAAN

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Papua tercatat mengalami peningkatan

pada triwulan III 2017. Hal tersebut ditunjukkan dengan naiknya TPT dari 3,35% pada

Agustus 2016 menjadi 3,62% pada Agustus 2017. Sementara itu, Nilai Tukar Petani

(NTP) Papua masih mencatatkan angka defisit sampai akhir triwulan III 2017 dengan

kecenderungan menurun sepanjang triwulan laporan. Di sisi lain, angka kemiskinan di

Papua pada Maret 2017 mengalami sedikit penurunan dibandingkan periode yang

sama tahun 2016.

Page 70: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

53

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

6.1 KETENAGAKERJAAN

Keadaan ketenagakerjaan di Papua pada

triwulan III 2017 meningkat dibandingkan

triwulan I 2017 walaupun tidak signifikan.

Jumlah orang bekerja meningkat sebesar

0,87% pada rilis Agustus dibandingkan rilis

Februari. Selain itu Tingkat Pengangguran

Terbuka pada rilis Agustus 2017 naik

dibandingkan Agustus 2016 dari 3,35%

menjadi 3,62%.

6.1.1 Tenaga Kerja

Tidak terdapat perubahan signifikan secara

komposisi penyerapan tenaga kerja, pada

triwulan III 20171.

Mayoritas penduduk Papua bekerja di sektor

Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan

dan Perikanan (68,5%). Kemudian, sebagian

besar lainnya bekerja di sektor Jasa

Kemasyarakatan, Sosial, dan Perorangan

(13,6%), khususnya di bidang pemerintahan.

Dibandingkan dengan rilis Agustus 2016,

penyerapan tenaga kerja pada rilis Agustus

2017 di lapangan usaha pertanian, lapangan

usaha industri serta lapangan usaha jasa

kemasyarakatan meningkat masing-masing

sebesar 6,2%, 16,5% dan 3,7%. Hal tersebut

sejalan dengan masuknya musim panen

komoditas pertanian di daerah sentra produksi

dan tinggi gelombang laut yang ideal dalam

mendukung kinerja perikanan tangkap. Selain

itu realisasi beberapa proyek pemerintah

mendorong peningkatan penyerapan tenaga

kerja di lapangan usaha industri dan jasa

kemasyarakatan.

Sementara penyerapan tenaga kerja di

lapangan usaha perdagangan dan lapangan

usaha lainnya mengalami penurunan sebesar -

14,9%. Hal tersebut seiring berlalunya even

perayaan lebaran di triwulan sebelumnya.

Kondisi yang relatif berbeda terlihat dari hasil

survei kegiatan dunia usaha (SKDU) yang

dilakukan oleh Bank Indonesia di Papua

selama triwulan III 2017.

Penyerapan tenaga kerja di lapangan usaha

pertanian relatif stabil jika dibandingkan

kondisi triwulan II 2017. Peningkatan

penyerapan tenaga kerja terjadi pada

lapangan usaha Listrik, Gas dan Air Bersih dan

lapangan usaha perdagangan. Sedangkan

sektor lainnya mengalami penurunan pada

triwulan III 2017.

Tabel 6.1 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Utama

Sumber:BPS, diolah

Sumber: BPS, diolah

Grafik 6.1 Komposisi pekerja berdasarkan lapangan

usaha

Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb Ags

Penduduk Usia 15+ (ribu orang) 2.057 2.073 2.097 2.129 2.157 2.189 2.213 2.245 2.269 2.291

Angkatan Kerja (ribu orang) 1.645 1.610 1.689 1.675 1.710 1.742 1.743 1.722 1.754 1.763

Bekerja (ribu orang) 1.598 1.560 1.630 1.617 1.646 1.672 1.691 1.664 1.684 1.699

Penganggur (ribu orang) 47 51 59 58 64 69 52 58 69 64

Bukan Angkatan Kerja (ribu Orang) 412 462 408 454 447 447 470 523 515 528

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 79,98 77,70 80,54 78,67 79,26 79,57 78,77 74,13 77,3 76,94

Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 2,86 3,15 3,48 3,44 3,72 3,99 2,97 3,35 3,96 3,62

2017201620152013 2014Uraian

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

1,800

Feb Agu Feb Agu Feb Agu Feb Agu

2014 2015 2016 2017

Lainnya

Jasa kemasyarakatan

Perdagangan

Industri

Pertanian

ribu orang

Page 71: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

54

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

Berdasarkan perkiraan kegiatan dunia usaha di

Papua pada triwulan IV 2017 diperkirakan

lapangan usaha perdagangan dan lapangan

usaha pengangkutan akan mengalami

kenaikan penyerapan tenaga kerja seiring

dengan berlangsungnya perayaan Natal dan

tahun baru serta libur panjang akhir tahun.

Berdasarkan status pekerjaannya mayoritas

bekerja di sektor informal dengan persentase

sebesar 78,2%, dimana 32,4% merupakan

pekerja keluarga/ tak dibayar. Sementara

pekerja di sektor formal hanya 21,8%.

Kemudian jika dilihat dari lama waktu

bekerjanya, 58,81% bekerja secara penuh

waktu, sementara sisanya (41,19%) adalah

pekerja tidak penuh waktu.

6.1.1 Pengangguran

Tingkat pengangguran terbuka di Papua pada

Agustus 2017 mencapai 3,62%, lebih tinggi

dari Agustus 2016 yang mencapai 3,35%,

namun masih lebih rendah dibanding angka

nasional yang mencapai 5,5%.

Berdasarkan tingkat pendidikannya, tingkat

pengangguran angkatan kerja yang

berpendidikan Sekolah Menengah Atas

mengalami kenaikan tertinggi pada Agustus

2017 dari 5,71% pada Agustus 2016 menjadi

9,13%. Hal yang sama terjadi pada tingkat

pendidikan universitas dari 5,74% pada

Agustus 2016 menjadi 9,13% pada Agustus

2017 serta pada tingkat pendidikan Sekolah

Menengah Pertama yang meningkat dari

3,02% menjadi 3,37% pada Agustus 2017.

Di sisi lain, tingkat pengangguran terbuka

pada tingkatan Sekolah Menengah Kejuruan

mengalami penurunan dari 16,41% pada

Agustus 2016 menjadi 8,73% pada Agustus

2017. Hal yang sama juga terjadi pada tingkat

pendidikan Diploma I/II/III yang turun dari

7,04% pada Agustus 2016 menjadi 5,87%

pada Agustus 2017. Hal tersebut sejalan

dengan rencana pemerintah untuk

meningkatkan penyerapan kerja dari sekolah

kejuruan dan sekolah vokasi.

6.2 KESEJAHTERAAN

Secara umum kesejahteraan masyarakat

Papua cenderung membaik dan jumlah

penduduk miskin terus menurun. Tingkat

kesenjangan menunjukan kecenderung

menurun walaupun masih berada di atas nilai

Sumber: BPS, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Grafik 6.2 Penduduk yang Bekerja Menurut Status

Pekerjaan Utama Grafik 6.3 Penduduk yang Bekerja Menurut Jumlah Jam

Kerja

Sumber: BPS, diolah

Grafik 6.4 Aliran Uang Kartal Melalui KPw BI Papua

Page 72: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

55

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

rata-rata nasional. Kemudian dilihat dari garis

kemiskinan juga mengalami peningkatan

walaupun tidak signifikan. Di sisi lain

penurunan terjadi pada nilai tukar petani yang

menandakan terjadinya penurunan

kesejahteraan petani di Papua.

6.2.1 Kemiskinan dan Kesenjangan

Terkait dengan tingkat kemiskinan, rilis BPS

dalam dua tahun terakhir menunjukkan

kecenderungan adanya penurunan penduduk

miskin.

Angka kemiskinan pada rilis BPS bulan Maret

2017 menunjukkan 27,62% penduduk Papua

masih dibawah garis kemiskinan, jauh diatas

angka kemiskinan Nasional yang sebesar

10,64%. Angka tersebut sedikit menurun

dibandingkan rilis BPS bulan Maret 2016 yang

sebesar 28,5%.

Selain itu, tingkat kesenjangan pendapatan

yang tercermin dari indeks Gini menunjukan

kenaikan dari 0,39 pada Maret 2016 menjadi

0,397 pada Maret 2017. Angka pada Maret

2017 tersebut juga berada di atas rata-rata

nilai Gini Nasional sebesar 0,393.

Sementara itu, kesenjangan antara

pengeluaran rata-rata penduduk miskin

dengan Garis Kemiskinan (GK) yang

ditunjukkan oleh Indeks Kedalaman

Kemiskinan (P1) mencapai 7,49 mengalami

penurunan dibandingkan dengan periode

yang sama tahun sebelumnya yang mencapai

9,37. Kemudian, ketimpangan kesejahteraan

di antara kelompok penduduk miskin (P2) juga

mengalami penurunan, tercermin dari Indeks

Keparahan Kemiskinan yang dirilis oleh BPS

pada bulan Maret 2017 turun menjadi 2,82

dari 4,19 pada Maret 2016.

Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah

Grafik 6.5 Jumlah Penduduk Miskin Papua Grafik 6.6 Indeks Gini Papua

Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah

Grafik 6.7 Perkembangan Indeks Kedalaman dan

Keparahan Kemiskinan Papua Grafik 6.8 Perkembangan Garis Kemiskinan di Papua

Page 73: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

56

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

Sementara itu, garis kemiskinan Papua

mengalami kenaikan dari periode sebelumnya

(September 2016) sebesar Rp427.176 menjadi

Rp457.541 pada Maret 2017. Peranan

komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan

jauh lebih besar dibandingkan peranan

komoditi bukan makanan (perumahan,

sandang, pendidikan, dan kesehatan), dimana

komoditi makanan menyumbang 72,57%

terhadap garis kemiskinan.

6.2.2 Kesejahteraan Petani

Tingkat NTP Papua pada triwulan III 2017

turun menjadi 93,75 dari triwulan sebelumnya

yang mencapai 95,04. Berdasarkan

komponennya, perubahan indeks harga

diterima petani (It) lebih kecil dari indeks harga

dibayar petani (Ib) dimana It mengalami

penurunan -0,38% dan Ib yang meningkat

sebesar 0,07%.

Penurunan terdalam terjadi pada subsektor

hortikultura, dimana subsektor tersebut

mengalami penurunan indeks cukup dalam

mencapai -1,47%. Penurunan tersebut

didorong oleh turunnya indeks kelompok

sayur sayuran sebesar -1,90%. Di sisi lain

terjadi peningkatan Ib subsektor Hortikultura

yang disebabkan oleh naiknya indeks

konsumsi rumah tangga (IKRT) sebesar 0,03%

dan biaya produksi dan penambahan barang

modal (BPPBM) yang juga mengalami

kenaikan sebesar 0,02%. Subsektor

peternakan juga mengalami penurunan indeks

sebesar 0,02%. Sementara NTP subsektor

Perikanan naik 0,22 %.

Deflasi yang terjadi pada komoditas volatile

foods menyebabkan penurunan pendapatan

produsen (petani). Di sisi lain, biaya produksi

dan modal yang cenderung meningkat.

Kondisi tersebut menyebabkan NTP secara

umum mengalami penurunan.

Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah

Grafik 6.9 Perbandingan NTP Papua dengan NTP

Nasional Grafik 6.10 Perkembangan Nilai Tukar Petani Papua

Page 74: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

57

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

PROSPEK EKONOMI

DAERAH Perekonomian Papua pada triwulan I 2018 diperkirakan berada pada kisaran 5,3% -

5,7% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2017. Dari sisi lapangan usaha, kinerja

tambang pada triwulan I 2018 diperkirakan masih tumbuh positif dan menjadi motor

penggerak perekonomian Papua. Sementara sejalan dengan kinerja lapangan usaha

pertambangan, kinerja ekspor diperkirakan berpotensi tumbuh tinggi.

Secara agregat, pertumbuhan ekonomi Papua pada 2018 berpotensi berada di kisaran

5,0% - 5,4% (yoy) lebih tinggi dibanding 2017 yang berkisar 4,0% - 4,4% (yoy). Dari sisi

lapangan usaha, kenaikan target penjualan hasil tambang pada 2018 menjadi salah satu

indikator optimisme pelaku usaha tambang dominan di Papua terhadap kondisi usaha

pada 2018.

Tekanan inflasi Papua pada triwulan I 2018 diperkirakan berkisar 2,3% - 2,7% (yoy)

mengalami kenaikan dibanding triwulan IV 2017. Kenaikan UMP 2018 sebesar 8,71%

(yoy) dan kenaikan cukai rokok sebesar 10%, menjadi salah satu faktor pemicu tekanan

inflasi pada triwulan I 2018. Selain itu, kenaikan harga bahan bakar kapal (marine fuel

oil), menambah tekanan inflasi pada triwulan I 2018.

Untuk keseluruhan tahun 2018, inflasi Papua diperkirakan mengalami kenaikan

dibanding 2017, dari kisaran 2,1% - 2,5% (yoy) menjadi 4,6% - 5,0% (yoy). Pelaksanaan

pilkada pada tahun 2018 yang berpotensi mempengaruhi stabilitas sosial-ekonomi di

Papua menjadi salah satu faktor pemicu tekanan inflasi Papua pada tahun 2018.

Page 75: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

58

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

7.1. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI

Prospek Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I

2018

Perekonomian Papua pada triwulan I 2018

diperkirakan berada pada kisaran 5,3% -

5,7% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

triwulan IV 2017 yang berkisar 5,2% - 5,6%

(yoy). Hasil survei konsumen terkait dengan

ekspektasi kondisi usaha ke depan

memperkuat tendensi peningkatan

perekonomian Papua pada triwulan I 2018.

Dari sisi lapangan usaha, kinerja tambang

pada triwulan I 2018 diperkirakan masih

tumbuh positif dan menjadi motor

penggerak perekonomian Papua.

Kondisi permintaan global yang relatif positif

dan perkiraan harga komoditas tambang

yang cenderung membaik menjadi faktor

yang memberikan sentimen positif bagi

perusahaan tambang terbesar di Papua.

Selain itu, tekanan operasional tambang

yang diperkirakan miniman dan kondisi

cuaca yang cenderung kondusif menjadi

faktor pendukung kinerja tambang. Namun

demikian, proses negosiasi divestasi saham

yang hingga saat ini belum menemui

kesepatakan berpotensi memberikan

dampak terutama dari sisi penjualan dan

ekspor konsentrat tambang pada triwulan I

2018.

Sementara itu, lapangan usaha konstruksi

diperkirakan tumbuh positif seiring hasil

lelang beberapa proyek pembangunan yang

baru selesai di triwulan III 2017. Kondisi

tersebut membuat proyek dapat mulai

berjalan sejak awal tahun sehingga menjadi

faktor pendorong kinerja lapangan usaha

konstruksi. Namun demikian, pola historis

rendahnya realisasi anggaran pemerintah di

awal tahun berpotensi menjadi faktor

penghambat kinerja lapangan usaha

konstruksi.

Dari sisi permintaan, kinerja konsumsi rumah

tangga diperkirakan masih terjaga. Tekanan

inflasi yang diperkirakan terkendali dan

siklus perayaan tahun baru menjadi faktor

pendukung kinerja konsumsi rumah tangga.

Sementara sejalan dengan kinerja lapangan

usaha pertambangan, kinerja ekspor

diperkirakan berpotensi tumbuh tinggi. Izin

ekspor komoditas tambang diperkirakan

masih dapat dilakukan hingga Januari 2018.

Hal tersebut membuat pelaku usaha

cenderung mengoptimalkan penjualan hasil

tambang.

Investasi pada triwulan I 2018 berpotensi

meningkat sejalan dengan kinerja lapangan

usaha konstruksi. Pembangunan

infrastruktur pendukung PON 2020

diperkirakan akan mulai dipercepat.

Sumber: Survei Konsumen, diolah

Grafik 7.1 Ekspektasi Kegiatan Usaha

110

115

120

125

130

135

140

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2017

Page 76: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

59

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

Prospek Pertumbuhan Ekonomi 2018

Secara agregat, pertumbuhan ekonomi

Papua pada 2018 berpotensi berada di

kisaran 5,0% - 5,4% (yoy) lebih tinggi

dibanding 2017 yang berkisar 4,0% - 4,4%

(yoy).

Dari sisi lapangan usaha, kenaikan target

penjualan hasil tambang pada 2018 menjadi

salah satu indikator optimisme pelaku usaha

tambang dominan di Papua terhadap kondisi

usaha pada 2018. Tercatat, target penjualan

untuk tembaga dan emasi naik 20% dan

50% (yoy) dibandingkan 2017. Kondisi

tersebut berpotensi mendorong kinerja

lapangan usaha pertambangan.

Sementara itu, kinerja konstruksi juga

diperkirakan mengalami kenaikan yang salah

satunya didorong oleh peningkatan realisasi

proyek persiapan PON 2020. Kondisi

tersebut juga akan memberikan pengaruh

positif terhadap kinerja lapangan usaha

administrasi pemerintahan. Selain itu,

pelaksanaan pilkada pada 2018 juga

semakin memperkuat tendensi peningkatan

kinerja pada lapangan usaha administrasi

pemerintahan.

Dari sisi permintaan, pertumbuhan konsumsi

rumah tangga pada 2018 diperkirakan lebih

rendah dibanding 2017. Kecenderungan

kenaikan inflasi pada 2018 menjadi salah

satu faktor melemahnya konsumsi rumah

tangga. Selain itu, stabilitas sosial politik

terkait pelaksanaan pilkada 2018

diperkirakan juga mempengaruhi ekspektasi

konsumsi masyarakat.

Sementara itu, sejalan dengan kinerja

lapangan usaha pertambangan dan

konstruksi, pertumbuhan investasi dan

ekspor pada 2018 diperkirakan meningkat.

7.2. PROSPEK INFLASI

Prospek Inflasi Triwulan I 2018

Tekanan inflasi Papua pada triwulan I 2018

diperkirakan berkisar 2,3% - 2,7% (yoy)

mengalami kenaikan dibanding triwulan IV

2017 yang berkisar 2,1% - 2,5% (yoy),

namun masih dalam level yang terkendali.

Kenaikan UMP 2018 sebesar 8,71% (yoy)

dan kenaikan cukai rokok sebesar 10%,

menjadi salah satu faktor pemicu tekanan

inflasi pada triwulan I 2018, khususnya pada

inflasi inti (core) dan administered price.

Selain itu, kenaikan harga bahan bakar kapal

(marine fuel oil), menambah tekanan inflasi

Sumber: FCX dan BPS, diolah

Grafik 7.4 Target Produksi Tambang Papua

Sumber: World bank dan IMF, diolah Sumber: World bank, diolah

Grafik 7.2 Ekonomi Negara mitra Grafik 7.3 Harga komoditas global

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017** 2018**

Tembaga [Target] Tembaga [Riil]Emas [Target] Emas [Riil]NTB Tambang (sk. kanan)

Cu: juta poundAu: juta ounce

Rp milyar

2017 2018 2017 2018 2017 2018 2017 2018

Dunia 3.5 3.6 3.6 3.7 3.9 3.9 3.8 3.8

AS 2.1 2.1 2.2 2.3 2.1 2.4 2.2 2.4

Eropa 1.9 1.6 2.1 1.9 2 1.8 2.2 1.8

Jepang 1.3 0.8 1.5 0.7 1.4 1.1 1.5 1.2

Tiongkok 6.7 6.5 6.8 6.5 6.7 6.3 6.8 6.3

India 7.2 7.2 6.7 7.4 7.3 7.6 6.5 7.6

Negara

Weo IMF

Jul-17 Oct-17

Consensus Forecast

Jul-17 Oct-17

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

2014 2015 2016 2017 2018

Tembaga ($/mt) Emas ($/toz)

Page 77: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

60

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

pada triwulan I 2018. Marine fuel oil

mengalami kenaikan dari Rp3.800/liter

menjadi Rp5.600/liter. Kondisi tersebut

berpotensi meningkatkan biaya angkut

kapal.

Namun demikian, berlalunya perayaan natal

dan tahun baru serta panen di daerah sentra

produksi berpotensi menjadi peredam

tekanan inflasi pada triwulan I 2018.

Prospek Inflasi 2018

Untuk keseluruhan tahun 2018, inflasi Papua

diperkirakan mengalami kenaikan dibanding

2017, dari kisaran 2,1% - 2,5% (yoy)

menjadi 4,6% - 5,0% (yoy).

Pelaksanaan pilkada pada tahun 2018 yang

berpotensi mempengaruhi stabilitas sosial-

ekonomi di Papua menjadi salah satu faktor

pemicu tekanan inflasi Papua pada tahun

2018. Selain itu, laju inflasi Papua pada

tahun 2018 juga terpengaruh oleh base

effect, seiring relatif rendahnya tekanan

inflasi pada tahun 2017.

Meskipun demikian, kondisi cuaca yang

diperkirakan normal menjadi salah satu

faktor peredam inflasi seiring pasokan yang

berpotensi terjaga.

Selain itu, berbagai kebijakan pemerintah

pusat maupun pemerintah daerah dalam hal

percepatan realisasi pembangunan

infrastruktur distribusi, seperti jalan trans

Papua, tol laut, dan rencana implementasi

Jembatan Udara diprakirakan dapat menjadi

peredam tekanan inflasi ke depan. Terlebih

kebijakan BBM satu harga dan upaya

pengendalian harga semen melalui

kerjasama antara pelaku usaha dengan

perusahaan pengiriman barang (Cargo)

termasuk juga penggunaan pesawat TNI AU

diharapkan dapat menurunkan dan menjaga

kestabilan harga barang. Berbagai upaya

tersebut diperkuat juga oleh pembentukan

Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) yang

saat ini telah melingkupi 24 daerah dari 29

kabupaten/kota di Papua membuat upaya

koordinasi dan sinergi program kebijakan

diharapkan menjadi lebih optimal dan tepat

sasaran.

Dalam upaya mengendalikan inflasi ke

depan, pembentukan TPID di seluruh

kabupaten/kota akan tetap dilakukan. Selain

itu, beberapa hal yang perlu ditempuh oleh

TPID diantaranya adalah

(a) Menginformasikan secara luas terkait

ketersediaan pasokan barang untuk

mengelola ekspektasi masyarakat

terhadap harga.

(b) Melakukan kegiatan rutin pengendalian

harga seperti pasar murah, operasi

pasar dan inspeksi.

(c) Melakukan realisasi kerjasama

perdagangan dengan daerah pemasok

maupun produsen.

(d) Mengantisipasi potensi perubahan

cuaca terhadap pasokan komoditas,

misalnya melalui peningkatan produksi

dengan dilengkapi penambahan fasilitas

pergudangan dan penyimpanan (cold

storage).

Sumber: BMKG

Grafik 7.5 Prakiraan Sifat Hujan 2017/2018

Page 78: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

61

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

LAMPIRAN TABEL-TABEL

Page 79: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

62

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

DAFTAR ISTILAH Administered price

Harga barang/jasa yang diatur oleh pemerintah,

misalnya harga bahan bakar minyak dan tarif

dasar listrik.

Base Effect

Efek kenaikan/penurunan nilai pertumbuhan

yang cukup tinggi sebagai akibat dari nilai level

variabel yang dijadikan dasar

perhitungan/perbandingan mempunyai nilai

yang cukup rendah/tinggi.

Dana Pihak Ketiga (DPK)

Adalah simpanan pihak ketiga bukan bank yang

terdiri dari giro, tabungan dan simpanan

berjangka.

Debt to Service Ratio (DSR)

Rasio utang terhadap pendapatan yang

mencerminkan kemampuan

individu/korporasi/negara untuk menyelesaikan

kewajiban membayar hutang.

Inflasi IHK

Perubahan harga barang dan jasa dalam satu

periode, yang diukur dengan perubahan Indeks

Harga Konsumen (IHK).

Inflasi inti

Inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen

volatile foods dan administered prices.

Inflow

Adalah uang yang diedarkan aliran masuk uang

kartal ke Bank Indonesia.

Kontraksi

Kondisi dimana pertumbuhan benilai negatif.

Loan to Value (LTV)

Rasio antara nilai kredit/pembiayaan yang dapat

diberikan oleh bank terhadap nilai agunan

berupa properti pada saat pemberian

kredit/pembiayaan berdasarkan harga penilaian

terakhir.

Month to month (mtm)

Perubahan nilai pada bulan bersangkutan

dibandingkan bulan sebelumnya.

Net Inflow

Uang yang diedarkan inflow lebih besar dari

outflow.

Non Performing Loan (NPL)

Rasio pembiayaan atau kredit macet terhadap

total penyaluran pembiayaan atau kredit oleh

bank, baik dalam rupiah dan valas. Kriteria NPL

adalah (1) kurang lancar, (2) diragukan, dan (3)

macet.

Outflow

Adalah aliran keluar uang kartal dari Bank

Indonesia.

Pasar Uang Antar Bank (PUAB)

Kegiatan pinjam meminjam dana jangka pendek

(dalam satuan malam) antar bank yang

dilakukan melalui jaringan komunikasi

elektronis.

Rentabilitas

kemampuan dari suatu perusahaan dalam

menghasilkan laba melalui pemanfaatan

aset/modal.

Page 80: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 . ii - Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank

63

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA November 2017

Liaison

Kegiatan pengumpulan data/statistik dan

informasi yang dilakukan secara periodik melalui

wawancara langsung/tidak langsung kepada

pelaku usaha/institusi lainnya mengenai

perkembangan dan arah kegiatan usaha dengan

cara yang sitematis dan didokumentasikan

dalam bentuk laporan dan likert scale.

Likert Scale

Alat statistik untuk menilai variable/indicator

dengan skala -5 hingga 5. Metode ini disusun

dengan mengacu pada pelaksanaan di Reserve

Bank of Australia (RBA).

Likuiditas

Posisi uang atau kas perusahaan yang

mencerminkan kemampuan untuk memenuhi

kewajiban tepat pada waktunya.

Repo

Transaksi penjualan instrumen keuangan antara

dua belah pihak dengan perjanjian dimana pada

tanggal yang telah ditentukan akan

dilaksanakan pembelian kembali atas instrumen

yang sama dengan harga tertentu.

Saldo Bersih Tertimbang (SBT)

dengan

Selisih tersebut kemudian dikalikan bobot tiap

sektor. SBT mencerminkan perkembangan usaha

dari tiap sektor.

Year to Date (ytd)

Sering disebut perubahan kumulatif, adalah

perubahan nilai pada bulan bersangkutan

dibandingkan bulan Desember tahun

sebelumnya.

Year on Year (yoy)

Sering disebut perubahan tahunan, adalah

perubahan nilai pada bulan bersangkutan

dibandingkan bulan yang sama tahun

sebelumnya.