KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia...

104
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I 2014 K K A A N N T T O O R R P P E E R R W W A A K K I I L L A A N N B B A A N N K K I I N N D D O O N N E E S S I I A A P P R R O O V V I I N N S S I I N N U U S S A A T T E E N N G G G G A A R R A A B B A A R R A A T T

Transcript of KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia...

Page 1: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

TRIWULAN I 2014

KKKAAANNNTTTOOORRR PPPEEERRRWWWAAAKKKIIILLLAAANNN BBBAAANNNKKK IIINNNDDDOOONNNEEESSSIIIAAA PPPRRROOOVVVIIINNNSSSIII NNNUUUSSSAAA TTTEEENNNGGGGGGAAARRRAAA BBBAAARRRAAATTT

Page 2: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang
Page 3: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

KAJIAN EKONOMI DAN

KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat

Triwulan I-2014

Page 4: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang
Page 5: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Triwulan I-2014

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Page 6: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Penerbit :

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan

Jl. Pejanggik No.2 Mataram

Nusa Tenggara Barat

Telp. : 0370-623600

Fax : 0370-631793

E-mail : [email protected]

[email protected]

[email protected]

[email protected]

Page 7: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Visi Bank Indonesia

Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun

internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

yang rendah dan stabil.

Misi Bank Indonesia

Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter

dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka

panjang yang berkesinambungan.

Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia

Nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen dan pegawai untuk bertindak

atau berperilaku yaitu trust, integrity, profesionalism, excelence, public interest,

coordination dan team work.

Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat

Menjadi Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui

peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan.

Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat

Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan dan

sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada Pemerintah

Daerah dan lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan

ekonomi daerah.

Page 8: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang
Page 9: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

i

KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-

dan Keuangan Regional Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I

ngenai

perkembangan beberapa indIkator perekonoian daerah khususnya bidang moneter,

perbankan, sistem pembayaran, dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk

memenuhi kebutuhan internal Bank Indonesia juga sebagai bahan informasi bagi pihak

eksternal.

Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah

memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami,

hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada

masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih

meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih

besar bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-Nya serta

kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam

pengembangan ekonomi regional khususnya dan pengembangan ekonomi nasional pada

umumnya.

Mataram, Mei 2014 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Ttd

Bambang Himawan Deputi Direktur

Page 10: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang
Page 11: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

ii

2014

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

EKONOMI MAKRO REGIONAL

Indeks Harga Konsumen 144.33 145.62 146.87 146.83 151.81 152.52 156.22 157.13 110.34

-Kota Mataram 144.77 145.79 147.01 147.00 151.89 152.62 156.44 157.17 111.12

-Kota Bima 142.67 145.02 146.32 146.19 151.54 177.48 155.38 156.99 113.35

Laju Inflasi Tahunan (yoy %) 8.84 8.52 6.36 3.99 3.39 5.48 6.37 7.02 7.03

-Kota Mataram 9.14 8.81 6.13 4.10 4.92 5.44 6.41 6.92 6.71

-Kota Bima 7.71 7.45 7.22 3.61 3.66 5.62 6.19 7.39 8.28

PDRB-harga konstan (miliar Rp) 4,533.81 4,718.72 5,036.15 4,932.76 4,746.97 4,885.26 5,359,14 5,270,07 5,062,60

-Pertanian 1,112.31 1,172.49 1,402.47 1,259.75 1,133.92 1,197.17 1,492,73 1,282,06 1,210,22

-Pertambangan dan Penggalian 739.25 744.37 738.68 735.42 739.85 678.10 778.44 874.10 788.23

-Industri Pengolahan 245.08 253.00 265.66 248.36 253.81 262.79 276.05 264.96 266.01

-Listrik, gas dan air bersih 20.05 20.68 21.14 21.50 21.53 22.67 23.28 23.99 24.26

-Bangunan 387.70 410.69 434.82 466.43 431.43 449.38 454.99 473.76 459.45

-Perdagangan, Hotel dan Restoran 808.31 853.27 887.71 895.58 884.64 938.61 951.70 948.74 942.14

-Pengangkutan dan Komunikasi 407.60 426.46 437.97 458.94 428.31 456.54 470.74 489.51 465.49

-Keuangan, Persewaan dan Jasa 288.16 302.92 314.31 311.44 316.34 331.24 338.47 335.50 333.33

-Jasa 525.36 534.84 533.40 535.34 537.12 548.76 572.74 577.46 573.47

Pertumbuhan PDRB (yoy %) (2.36) 2.78 (3.75) (0.81) 5.56 4.02 5.92 6.55 5.37

Pertumbuhan PDRB tanpa Sektor Pertambangan (yoy %) 4.96 6.96 5.74 5.22 6.03 5.66 6.03 4.44 6.30

Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 158.82 136.69 156.22 168.67 38.53 105 110 148 25

Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 78.09 70.83 92.60 96.41 22.07 60.06 18.08 97.70 46.49

Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) 72.24 59.91 54.64 77.90 53.67 43.24 49.89 43.11 85.61

Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 25.60 18.74 23.11 32.65 23.22 18.71 22.83 15.02 159.97

PERBANKAN

Total Aset (Rp triliun) 17.57 18.64 19.42 20.77 20.92 22.02 23.03 24.15 26.09

Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) 11.54 12.42 12.90 13.31 13.34 13.76 14.33 14.68 14.55

Kredit Lokasi Bank (Rp triliun) 12.96 14.17 14.82 15.67 16.38 17.44 18.17 19.08 19.60

Loan to Deposit Ratio 112.29 114.06 114.87 117.72 122.75 126.72 126.78 129.94 134.71

NPL gross (%) 2.30 2.13 2.12 1.86 2.02 1.88 1.91 1.74 1.94

Bank Umum :

Total Aset (Rp triliun) 16.46 17.52 18.25 19.51 19.62 20.71 21.66 22.74 24.59

Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) 11.00 11.90 12.36 12.73 12.75 13.34 13.89 14.14 14.01

-Tabungan (%) 53.01 54.93 54.24 62.46 54.63 55.96 54.3 10.70 51.27

-Giro (%) 22.57 20.45 20.85 13.92 19.00 16.74 19.19 64.23 15.19

-Deposito (%) 24.43 24.62 24.91 23.62 26.37 27.30 26.51 25.07 28.77

Kredit (Rp triliun) - berdasarkan bank pelapor 12.32 13.49 14.12 14.97 15.66 16.70 17.41 18.38 18.92

-Modal Kerja 3.69 4.23 4.29 4.75 5.00 5.23 5.44 5.76 5.95

-Investasi 1.37 1.55 1.75 1.86 1.95 2.27 2.38 2.41 2.47

-Konsumsi 7.26 7.71 8.08 8.37 8.70 9.20 9.58 10.21 10.50

Kredit Mikro (< atau = Rp50 juta) (Rp triliun) 2.73 2.68 2.86 2.83 2.82 2.79 2.74 2.78 2.85

-Kredit Modal Kerja 0.67 0.71 0.78 0.85 0.90 0.92 0.93 1.03 1.13

-Kredit Investasi 0.12 0.10 0.12 0.12 0.11 0.14 0.14 0.14 0.15

-Kredit Konsumsi 1.94 1.87 1.96 1.87 1.81 1.73 1.66 1.61 1.56

Kredit Kecil (Rp 50 < x < Rp500 juta) (Rp triliun) 7.29 8.08 8.34 8.84 9.30 10.00 10.54 11.24 11.54

-Kredit Modal Kerja 1.50 1.74 1.66 1.79 1.85 1.90 1.95 2.01 2.01

-Kredit Investasi 0.75 0.88 0.99 1.05 1.12 1.28 1.32 1.31 1.29

-Kredit Konsumsi 5.04 5.47 5.69 6.00 6.33 6.83 7.27 7.92 8.24

Kredit Menengah (Rp 500 juta < x < Rp5 miliar) (Rp triliun) 1.78 2.07 2.18 2.48 2.63 2.94 3.08 3.26 3.39

-Kredit Modal Kerja 1.26 1.42 1.44 1.64 1.73 1.87 1.97 2.09 2.16

-Kredit Investasi 0.24 0.27 0.31 0.34 0.35 0.44 0.48 0.51 0.56

-Kredit Konsumsi 0.28 0.37 0.43 0.49 0.55 0.62 0.63 0.66 0.67

Total Kredit MKM (Rp triliun) 11.80 12.84 13.38 14.15 14.76 15.73 16.36 17.29 17.78

Loan to Deposit Ratio 111.98 113.35 114.18 117.61 122.80 125.18 125.36 129.94 135.07

NPL (%) 1.80 1.70 1.68 1.42 1.55 1.54 1.57 1.40 1.99

20132012INDIKATOR

INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER

Provinsi Nusa Tenggara Barat

Page 12: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

iii

2014

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

Bank Perkreditan Rakyat :

Total Aset (Rp triliun) 1.11 1.12 1.17 1.26 1.29 1.32 1.37 1.41 1.50

Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) 0.53 0.52 0.53 0.58 0.60 0.42 0.44 0.54 0.60

-Tabungan (%) 56.87 56.84 57.20 57.36 55.97 40.72 42.69 56.50 56.52

-Giro (%)

-Deposito (%) 43.13 43.16 42.80 42.64 44.03 59.91 58.75 43.50 43.52

Kredit (Rp triliun) - berdasarkan bank pelapor 0.64 0.68 0.70 0.69 0.72 0.74 0.76 0.70 0.74

-Modal Kerja 0.39 0.42 0.43 0.43 0.45 0.46 0.46 0.42 0.44

-Investasi 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.04 0.04 0.05 0.07

-Konsumsi 0.22 0.23 0.23 0.23 0.24 0.25 0.25 0.24 0.26

Loan to Deposit Ratio 118.53 130.10 130.73 120.12 121.62 176.10 173.72 129.92 122.67

NPL (%) 12.02 10.77 10.98 11.32 12.14 9.47 9.74 10.94 9.73

SISTEM PEMBAYARAN

Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) 2,402.87 2,376.70 2,814.03 2,528.13 2,349.65 2,523.18 3,282.81 3035.58 2441.36

Volume Transaksi RTGS (lembar) 2,694 2,723 2,763 2,945 2,560 2,774 2,762 2745 2645

Rata-rata Harian Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) 37.54 38.33 46.13 42.14 39.16 39.42 54.71 48.96 40.69

Rata-rata Harian Volume Transaksi RTGS (lembar) 42.09 43.92 45.30 49.08 42.67 43.34 46.03 44.27 44.08

Nominal Kliring Kredit (Rp miliar) 1,331.04 1,360.23 1,387.29 1,641.99 1,564.46 1,536.15 1,630.40 1636.38 1741.14

Volume Kliring Kredit (lembar) 32,247 32,410 31,828 36,479 36,443 37,106 37,271 39,005 32,734

Rata-rata Harian Nominal Kliring Kredit (Rp miliar) 20.80 21.94 22.74 27.37 26.07 24.00 27.17 26.39 29.02

Rata-rata Harian Volume Kliring Kredit (lembar) 503.86 522.74 521.77 607.98 607.38 579.78 621.18 629.11 545.57

20132012INDIKATOR

Page 13: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

iv

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................................... i

Indikator Ekonomi dan Moneter .........................................................................................................ii

Daftar Isi ............................................................................................................................................ iv

Daftar Grafik ..................................................................................................................................... vi

Daftar Tabel........................................................................................................................................x

Daftar Gambar ................................................................................................................................. xi

Ringkasan Eksekutif .......................................................................................................................... xii

Bab 1 Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat ....................................................................... 1

1.1. Kondisi Umum ..................................................................................................................... 1

1.2. Sisi Permintaan .................................................................................................................... 2

1.2.1. Konsumsi ......................................................................................................................... 3

1.2.2. Investasi ............................................................................................................................ 5

1.2.3. Ekspor Impor ................................................................................................................... 7

1.3. Sisi Penawaran .................................................................................................................... 9

1.3.1. Pertanian ....................................................................................................................... 10

1.3.2. Pertambangan ............................................................................................................... 12

1.3.3. Perdagangan, Hotel dan Restauran ................................................................................ 13

Boks 1 Perkembangan Perberasan di Provinsi NTB .......................................................................... 17

Bab 2 Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat ........................................................................... 20

2.1. Kondisi Umum ................................................................................................................... 20

2.2. Inflasi Berdasarkan Komoditas ........................................................................................... 21

2.2.1. Bahan Makanan ............................................................................................................. 22

2.2.2. Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau ........................................................................ 24

2.2.3. Perumahan, Listrik, Air dan Gas ..................................................................................... 25

2.2.4. Sandang ........................................................................................................................ 25

2.2.5. Kesehatan ...................................................................................................................... 26

2.2.6. Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga .............................................................................. 26

2.2.7. Transport, Komunikasi dan Jasa ..................................................................................... 27

2.3. Inflasi Periodikal ................................................................................................................. 28

2.3.1. Inflasi Triwulanan ........................................................................................................... 28

2.3.2. Inflasi Tahunan .............................................................................................................. 28

2.4. Disagregasi Inflasi ............................................................................................................ 29

2.4. 1. Provinsi Nusa Tenggara Barat ......................................................................................... 29

Page 14: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

v

2.4.2. Kota Mataram ............................................................................................................... 30

2.4.3. Kota Bima ...................................................................................................................... 31

Boks 2 Peran TPID Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam Mengontrol Volatilitas Inflasi ...................... 33

Boks 2 Langkah TPID dalam Menjaga Kesinambungan Pasokan Menjelang Hari Raya Idul Fitri ........ 35

Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran ............................................................... 37

3.1. Perkembangan Kinerja Bank Umum ................................................................................... 37

3.1.1. Aset ................................................................................................................................ 38

3.1.2. Dana Pihak Ketiga .......................................................................................................... 39

3.1.3. Kredit ............................................................................................................................. 40

3.1.4. Kredit Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) ................................................................. 42

3.1.5. Kredit Usaha Rakyat (KUR) .............................................................................................. 43

3.2. Stabilitas Sistem Perbankan ............................................................................................... 44

3.3.1. Risiko Kredit ................................................................................................................... 45

3.3. Perbankan Syariah .............................................................................................................. 46

3.4. Perkembangan Sistem Pembayaran .................................................................................... 49

3.4.1. Transaksi Keuangan Secara Tunai.................................................................................... 49

3.4.2. Perkembangan Penukaran Uang Pecahan Kecil ............................................................... 50

3.4.3. Transaksi Pembayaran Secara Non Tunai ......................................................................... 51

3.4.3.1. Transaksi Kliring ........................................................................................................... 51

3.4.3.2. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) ............................................................... 52

Bab 4 Perkembangan Keuangan Daerah .......................................................................................... 53

4.1. Perkembangan Keuangan Daerah ..................................................................................... 53

4.2. Realisasi Pendapatan di Provinsi NTB .................................................................................. 54

4.3. Realisasi Belanja APBD di Provinsi NTB ............................................................................... 55

4.4. Keuangan Pemerintah Pusat di Provinsi NTB ...................................................................... 58

Bab 5 Kesejahteraan Masyarakat ..................................................................................................... 61

5.1. Umum ................................................................................................................................ 61

5.2. Ketenagakerjaan ............................................................................................................... 61

5.3. Nilai Tukar Petani ............................................................................................................... 64

5.4 Tingkat Kemiskinan ............................................................................................................ 64

5.5 Indikator Kesejahteraan Masyarakat Berdasarkan Survei Konsumen ................................... 65

Bab 6 Prospek Ekonomi Dan Harga ................................................................................................. 67

6.1. Prospek Ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat ................................................................. 67

6.2. Perkiraan Inflasi Nusa Tenggara Barat ................................................................................ 69

Page 15: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

vi

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 PDRB (ADHB) Tahunan dan Pertumbuhan PDRB Provinsi NTB dan Nasional Tahunan 1

Grafik 1.2 Perbandingan Pertumbuhan PDRB Tahunan Provinsi NTB dan Nasional .................... 1

Grafik 1.3 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan dari Sisi Permintaan .............................................. 2

Grafik 1.4 Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan dari Sisi Permintaan ........................................... 2

Grafik 1.5 Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga ...................................................... 4

Grafik 1.6 Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor ........................................................... 4

Grafik 1.7 Penyaluran Kredit Konsumsi ................................................................................... 4

Grafik 1.8 Indeks Keyakinan Konsumen .................................................................................. 4

Grafik 1.9 Realisasi Investasi Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri .... 5

Grafik 1.10 Pagu Belanja Modal Pemerintah 2014 dan Realisasi Investasi Triwulan I 2014 ......... 5

Grafik 1.11 Realisasi Konsumsi Semen di Provinsi NTB Triwulan I 2014 ..................................... 6

Grafik 1.12 Penyaluran Kredit Investasi ................................................................................... 6

Grafik 1.13 Arus Komoditas Pangan Masuk dan Keluar ........................................................... 8

Grafik 1.14 Perkembangan Volume Ekspor Impor .................................................................... 8

Grafik 1.15 Perkembangan Arus Penumpang Angkutan Udara ................................................ 8

Grafik 1.16 Arus Bongkar Muat di Pelabuhan Lembar.............................................................. 8

Grafik 1.17 Porsi PDRB Sektoral Dengan atau Tanpa Tambang ................................................. 9

Grafik 1.18 Pertumbuhan PDRB Sektoral Tahunan dan Triwulanan........................................... 9

Grafik 1.19 PDRB Sektor Pertanian ........................................................................................ 10

Grafik 1.20 Produksi Tanaman Padi, Jagung, dan Kedelai NTB ............................................... 10

Grafik 1.21 Realisasi Survei Kegiatan Dunia Usaha Sektor Pertanian Triwulan I 2014 ............... 12

Grafik 1.22 Nilai dan Pertumbuhan Kredit Sektor Pertanian Triwulan I 2014 ........................... 12

Grafik 1.23 PDRB Provinsi NTB Sektor Pertambangan Triwulan I 2014 .................................... 13

Grafik 1.24 Perbandingan Nilai Penjualan Konsentrat Tembaga dibanding PDRB Pertambangan

dan Ekspor ........................................................................................................................... 13

Grafik 1.25 Harga Kosentrat dan Komoditas Internasional Emas, Perak dan Tembaga ............ 13

Grafik 1.26 Penyaluran Kredit Perbankan di Nusa Tenggara Barat ke Sektor Pertambangan . 13

Grafik 1.27 PDRB Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dan Pertumbuhannya .................. 14

Grafik1.28 Aktivitas Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Lembar ........................................... 14

Grafik 1.29 Jumlah Tamu yang Menginap di Hotel Berbintang ............................................... 15

Grafik 1.30 Tingkat Penghunian Kamar dan Rata-Rata Lama Menginap Hotel ........................ 15

Grafik 1.31 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran............. 15

Grafik 1.32 Realisasi Survei Kegiatan Dunia Usaha Sektor PHR Triwulan I 2014 ....................... 15

Grafik Boks 1. Provinsi Penghasil Padi Terbesar di Indonesia .................................................. 17

Grafik Boks 2. Sebaran Kabupaten penghasil Padi di Provinsi Nusa Tenggara Barat ................. 17

Grafik Boks 3. Data Luas Tanam dan Panen Padi di Provinsi NTB ............................................ 17

Grafik Boks 4. Data Komoditas Gabah dan Beras yang keluar Provinsi NTB ............................. 17

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan Provinsi NTB dan Nasional ..................................... 20

Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Bulanan Provinsi NTB dan Nasional ...................................... 20

Page 16: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

vii

Grafik 2.3 Perkembangan Inflasi Kumulatif ............................................................................ 21

Grafik 2.4 Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi NTB dan Nasional .................................. 21

Grafik 2.5 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas Bahan Makanan 23

Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok Komoditas Bahan Makanan23

Grafik 2.7 Perkembangan Inflasi Bulanan, Kumulatif dan Tahunan Komoditas Makanan Jadi,

Minuman dan Tembakau ...................................................................................................... 24

Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas Makanan Jadi,

Minuman dan Tembakau ...................................................................................................... 24

Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi Bulanan, Kumulatif dan Tahunan Komoditas Perumahan,

Listrik, Air dan Gas ............................................................................................................... 25

Grafik 2.10 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas Perumahan,

Listrik, Air dan Gas ............................................................................................................... 25

Grafik 2.11 Perkembangan Inflasi Bulanan, Kumulatif dan Tahunan Komoditas Sandang ........ 26

Grafik 2.12 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas Sandang ......... 26

Grafik 2.13 Perkembangan Inflasi Bulanan, Kumulatif dan Tahunan Komoditas Kesehatan ..... 26

Grafik 2.14 Perkembangan Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok Komoditas Kesehatan ...... 26

Grafik 2.15 Perkembangan Inflasi Bulanan, Kumulatif dan Tahunan Komoditas Pendidikan,

Rekreasi dan Olahraga ......................................................................................................... 27

Grafik2.16 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas Pendidikan,

Rekerasi dan Olahraga ......................................................................................................... 27

Grafik 2.17 Perkembangan Inflasi Bulanan, Kumulatif dan Tahunan Komoditas Transport,

Komunikasi dan Jasa ............................................................................................................ 27

Grafik 2.18 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Komoditas Transport, Komunikasidan

Jasa ..................................................................................................................................... 27

Grafik 2.19 Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi NTB Berdasarkan Komoditas ................ 28

Grafik 2.20Perkembangan Inflasi Tahunan Provinsi NTB Berdasrkan Komoditas ...................... 29

Grafik 2.21 Disagregasi Inflasi Bulanan Provinsi NTB .............................................................. 29

Grafik 2.22 Disagregasi Inflasi Tahunan Provinsi NTB ............................................................ 29

Grafik 2.23 Disagregasi Inflasi Bulanan Kota Mataram ........................................................... 30

Grafik 2.24 Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Mataram .......................................................... 30

Grafik 2.25 Disagregasi Inflasi Bulanan Kota Bima ................................................................. 31

Grafik 2.26 Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Bima ................................................................ 31

Grafik Boks 2.1.a. Inflasi Bulanan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tw I 2014 ............................ 33

Grafik Boks 2.1.b. Komoditas Penyumbang Inflasi Utama Hari Raya Idul Fitri 3 2011-2013 .... 36

Grafik Boks 2.2. Langkah Aksi TPID dalam Mempersiapkan Hari Raya Idul Fitri ....................... 36

Grafik 3.1 Perkembangan LDR dan NPL ................................................................................. 38

Grafik 3.2 Perkembangan LDR per Kelompok Bank ............................................................... 38

Grafik 3.3 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (yoy) ..................................................... 38

Grafik 3.4 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (qtq) ..................................................... 38

Grafik 3.5 Perkembangan Total Aset Bank Umum ................................................................. 39

Grafik 3.6 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (yoy) ................................................................... 39

Grafik 3.7 Perkembangan DPK Per Jenis Simpanan ................................................................ 39

Grafik 3.8 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (yoy) ................................................................... 40

Page 17: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

viii

Grafik 3.9 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (qtq) ................................................................... 40

Grafik 3.10 Pertumbuhan Kredit (yoy) ................................................................................... 41

Grafik 3.11 Pertumbuhan Kredit (qtq) ................................................................................... 41

Grafik 3.12 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan ................................... 41

Grafik 3.13 Proporsi Penyaluran Kredit per Kab/Kota ............................................................. 41

Grafik 3.14 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (Tahunan).......................................... 42

Grafik 3.15 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (Triwulanan) ..................................... 42

Grafik 3.16 Proporsi Kredit Sektoral ...................................................................................... 42

Grafik 3.17 Perkembangan Kredit Sektoral ............................................................................ 42

Grafik 3.18 Perkembangan Kredit UMKM ............................................................................. 43

Grafik 3.19 Perkembangan NPL UMKM ................................................................................ 43

Grafik 3.20 Perkembangan Penyaluran KUR di NTB ............................................................... 44

Grafik 3.21 Pertumbuhan KUR di NTB ................................................................................... 44

Grafik 3.22 NPL Per Kelompok Bank ..................................................................................... 45

Grafik 3.23 NPL Per Jenis Penggunaan .................................................................................. 45

Grafik 3.24 NPL per Sektor Ekonomi Utama .......................................................................... 46

Grafik 3.25 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (yoy) ................................................ 47

Grafik 3.26 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (qtq) ................................................ 47

Grafik 3.27 Proporsi DPK Perbankan Syariah di NTB ............................................................... 47

Grafik 3.28 Perkembangan DPK Perbankan Syariah di NTB .................................................... 47

Grafik 3.29 Proporsi Pembiayaan Perbankan Syariah di NTB ................................................... 48

Grafik 3.30 Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah di NTB......................................... 48

Grafik 3.31 Financing to Deposits Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF) Perbankan

Syariah NTB .......................................................................................................................... 48

Grafik 3.32 Perkembangan Inflow, Outflow dan Netflow (Rp, miliar) ...................................... 49

Grafik 3.33 Perkembangan Penukaran Uang Kecil(Rp, miliar) ................................................. 50

Grafik 3.34 Komposisi Penukaran Uang Kertas Keluar Berdasarkan Jenis Pecahan .................. 50

Grafik 3.35 Perkembangan Transaksi Non Tunai .................................................................... 51

Grafik 3.36 Perkembangan Transaksi Kliring .......................................................................... 52

Grafik 3.37 Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement .......................................... 52

Grafik 4.1 Pendapatan dan Belanja Pemerintah di Provinsi NTB Tahun 2014 ........................... 53

Grafik 4.2 Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintahdi Provinsi NTB Triwulan I 2014 ......... 53

Grafik 4.3 Realisasi Pendapatan APBD Kabupaten/Kota dan Provinsi Triwulan I 2014 .............. 54

Grafik 4.4 Realisasi Pendapatan APBD Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi NTB ................ 54

Grafik 4.5 Realisasi Belanja Pemerintah Kabuapten/Kota dan Provinsi Triwulan I 2014 ............ 56

Grafik 4.6 Realisasi Belanja APBD Pemerintah/Kota di Provinsi NTB ......................................... 56

Grafik 4.7 Simpanan Pemerintah Kabupaten, Kota dan Provinsi dalam Perbankan di Provinsi NTB

........................................................................................................................................... 57

Grafik 4.8 Alokasi Simpanan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi NTB ....................... 57

Grafik 4.9 Realisasi Penerimaan Pendapatan dan Belanja Negaradi Provinsi NTB Triwulan I 2014

........................................................................................................................................... 58

Grafik 4.10 Rincian Realisasi Belanja Negara di Provinsi NTB Triwulan I 2014 .......................... 58

Page 18: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

ix

Grafik 5.1 NTP Provinsi NTB Januari 2012-November 2013 (2007 =100) dan November 2013

April 2014 (2012 = 100) ....................................................................................................... 64

Grafik 5.2 Jumlah Penduduk Miskin Provinsi NTB ................................................................... 65

Grafik 5.3 NTP Provinsi NTB Januari 2012-November 2013 (2007 =100) dan November 2013

April 2014 (2012 = 100) ....................................................................................................... 66

Grafik 6.1 Korelasi Pertumbuhan Ekonomi PDRB Triwulan dengan Peramalan SKDU ............... 67

Grafik 6.2 Peramalan PDRB NTB Tahunan dengan Tambang dan Tanpa Tambang .................. 67

Grafik 6.3 Ramalan Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Sektor Ekonomi secara Triwulanan .. 68

Grafik 6.4 Ramalan Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Sektor Ekonomi Secara Tahunan . 68

Grafik 6.5 Prospek Inflasi Triwulan II 2014 ............................................................................. 70

Grafik 6.6 Indeks Ramalan Perubahan Harga Survei Konsumen ............................................. 70

Page 19: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 PDRB Sisi Permintaan Triwulan I 2014 ...................................................................... 3

Tabel1.2 Pertumbuhan Ekonomi dari Sisi Penawaran ................................................................... 10

Tabel 2.1 Ringkasan Perkembangan Inflasi Provinsi NTB ......................................................... 22

Tabel Boks 2.1. Kesepakatan Aktivitas TPID Provinsi NTB di Triwulan I 2014 ........................... 34

Tabel Boks 2.1. Komoditas Penyumbang Inflasi Utama Hari Raya Idul Fitri 2011-2013 ............ 34

Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Bank Umum di Nusa Tenggara Barat ................................ 37

Tabel 3.2 Perkembangan NPL per-Kelompok Bank ................................................................. 46

Tabel 4.1.RincianPendapatan Daerah Pemerintah Kabupaten dan Provinsi di Wilayah Provinsi

NTB Triwulan I 2014 ............................................................................................................. 55

Tabel 4.2 Rincian Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten dan Provinsi di Wilayah Provinsi NTB 57

Tabel 4.3 Rincian Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat Provinsi NTB .............................. 59

Tabel 5.1 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama 2012-2014 ......... 62

Tabel 5.2 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama

2012-2014. ....................................................................................................................... .. 62

Tabel 5.3 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan. ............. 63

Tabel 5.4 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang

ditamatkan 2012-2014 ......................................................................................................... 63

Page 20: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang
Page 21: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 6.1 Proyeksi Curah Hujan Triwulan I 2014 ................................................................ 69

Page 22: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang
Page 23: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

xii

RINGKASAN EKSEKUTIF

Perkembangan Ekonomi dan Perbankan

Makro Ekonomi Regional Realisasi PDRB Provinsi NTB di triwulan I 2014 mencapai 14,66

trilyun meningkat sebesar 5,37% dibanding periode yang

sama tahun sebelumnya sebesar 12,86 trilyun Sedangkan

apabila dibanding triwulan sebelumnya, pertumbuhan

ekonomi mengalami penurunan 3,94% (qtq). Pencapaian

pertumbuhan ini lebih besar dari capaian pertumbuhan

ekonomi nasional sebesar 5,21%. Pendorong utama adalah

pertumbuhan konsumsi walaupun melambat dibanding

pertumbuhan yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan

tertinggi terjadi pada pengeluaran lembaga non profit seiring

dengan adanya aktivitas kampanye dalam rangka pemilu

legislatif.

Secara triwulanan, hanya perubahan stok, konsumsi lembaga

non profit dan konsumsi rumah tangga yang mengalami

kenaikan, sedangkan aktivitas lainnya mengalami penurunan.

Aktivitas ekonomi di Provinsi NTB triwulan I 2014 lebih

digerakkan oleh tingginya konsumsi terlebih pada saat

perayaan Maulid Nabi Muhammad yang dirayakan selama 1

bulan penuh.

Konsumsi rumah tangga di triwulan I 2014 masih

menunjukkan adanya peningkatan dibanding triwulan

sebelumnya. Konsumsi listrik juga menunjukkan peningkatan

signifikan dibanding tahun sebelumnya yang meningkat

hingga 22,15% (yoy). Permintaan kredit konsumsi juga tampak

masih tinggi dengan pertumbuhan hingga 16,73% (yoy)

Realisasi PDRB Provinsi NTB di triwulan I 2014

mencapai 14,66 trilyun meningkat sebessar 5,37%

dibanding periode yang sama tahun sebelumnya

Aktivitas ekonomi di Provinsi NTB triwulan I

2014 lebih digerakkan oleh tingginya konsumsi terlebih pada saat perayaan Maulid

Nabi Muhammad yang dirayakan selama 1 bulan

penuh.

Page 24: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

xiii

dibanding tahun sebelumnya. Hasil survei konsumen juga

mengkonfirmasi kondisi keyakinan konsumen yang masih

optimis di triwulan I 2014 yang tampak dari meningkatnya

indeks keyakinan konsumen masyarakat.

Di tahun 2014, terjadi pelambatan investasi dibanding tahun

sebelumnya. Pelambatan investasi juga terlihat dari adanya

pelambatan laju kredit investasi. Walaupun secara tahunan

pertumbuhan kredit investasi masih bertumbuh sebesar

35,38% (yoy), namun pertumbuhan kredit secara triwulanan

terus menunjukkan adanya tren menurun. Total realisasi

investasi pemerintah di triwulan I 2014 mencapai 344,74

milyar dengan pencapaian tertinggi oleh pemerintah

kabupaten/kota dengan realisasi mencapai 9,08% dari

rencana biaya.

Nilai ekspor NTB di triwulan I 2014 sebesar 2,28 trilyun rupiah

mengalami penurunan yang cukup tajam hingga 14,20%

dibanding tahun sebelumnya, dan turun 21,52% dibanding

triwulan sebelumnya. Aktivitas impor barang justru

menunjukkan adanya pertumbuhan sebesar 4,89% dibanding

tahun sebelumnya yang menunjukkan geliat ekonomi yang

terjadi di Provinsi NTB. Provinsi NTB mengalami net ekspor

untuk bahan makanan dan tembakau sedangkan komoditas

makanan jadi, sandang, perumahan dan transportasi

mengalami net impor. Dibanding triwulan sebelumnya, arus

penumpang udara menunjukkan adanya penurunan sebesar

15,84% (qtq).

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi NTB di triwulan I

2014 mengalami penurunan 3,94% (qtq) dengan penurunan

tertinggi di sektor pertambangan dengan penurunan sebesar

9,82% (qtq). Namun demikian terdapat kenaikan di sektor

pertanian dengan kontribusi sebesar 25,34%, diikuti oleh

Di tahun 2014, terjadi pelambatan investasi

dibanding tahun sebelumnya. Pelambatan investasi juga terlihat dari

adanya pelambatan laju kredit investasi

Nilai ekspor NTB di triwulan I 2014 sebesar 2,28 trilyun

rupiah mengalami penurunan yang cukup tajam hingga 14,20%

dibanding tahun sebelumnya

Pada Tw I 2014 terjadi penurunan sebesar 3,94%

(qtq) dengan penurunan tertinggi di sektor

pertambangan dengan penurunan sebesar 9,82%

(qtq).

Page 25: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

xiv

sektor perdagangan, hotel dan restoran (20,62%) dan sektor

jasa-jasa (15,91%). Pertumbuhan ekonomi sektor pertanian

masih mengalami penurunan namun membaik dibanding

triwulan sebelumnya. Adanya potensi El Nino ringan di bulan

Juni saat ini sudah diantisipasi oleh dinas pertanian dengan

jalan melakukan pendataan bibit varietas padi tahan

kekeringan. Penyaluran kredit pertanian juga relatif tidak

bertumbuh. Bahkan dibanding tahun sebelumnya, penyaluran

kredit pertanian mengalami penurunan hingga 10,53% (yoy).

Pertumbuhan ekonomi sektor perdagangan, hotel dan restoran

(PHR) mengalami sedikit penurunan sebesar 0,70% dibanding

triwulan sebelumnya. Dibanding tahun sebelumnya,

pertumbuhan ekonomi sektor perdagangan, hotel dan

restoran masih menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi

yang menunjukkan secara fundamental, aktivitas ekonomi di

sektor PHR mengalami kenaikan sebesar 6,79% (yoy)

dibanding tahun sebelumnya.

Perkembangan Inflasi Inflasi Provinsi NTB di Triwulan I 2014 dibawah capaian inflasi

nasional. Secara tahunan, inflasi Provinsi NTB mencapai 7,03%

(yoy), lebih rendah dibanding inflasi nasional yang sebesar 7,32%

(yoy). Inflasi di triwulan laporan mengalami sedikit kenaikan

sebesar 1,35% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya, sedangkan

secara tahunan, Inflasi provinsi NTB relatif melambat dibanding

posisi akhir tahun 2013.

Berdasarkan pendekatan disagregasi inflasi, inflasi di triwulan I

2014 disebabkan inflasi administered price terutama akibat dari

adanya kenaikan harga bahan bakar rumah tangga. Sepanjang

triwulan I 2014, kelompok komoditas makanan jadi, minuman

dan tembakau mengalami kenaikan harga tertinggi dibanding

komoditas lainnya dengan nilai inflasi sebesar 2,64% (qtq).

Secara tahunan, inflasi pada kelompok komoditas transportasi

masih menjadi penyumbang inflasi terbesar dengan nilai inflasi

Komoditas bahan makanan mengalami inflasi tertinggi di bulan Januari dibanding

bulan sebelumnya

Pergerakan disagregasi inflasi di Kota Mataram

sangat didorong oleh pergerakan inflasi komoditas volatile

food.yang terimbas perayaan Maulid Nabi

Muhammad SAW

Pertumbuhan ekonomi sektor perdagangan, hotel

dan restoran (PHR) mengalami sedikit

penurunan sebesar 0,70% dibanding triwulan

sebelumnya

Inflasi Provinsi NTB di Triwulan I 2014 dibawah

capaian inflasi nasional.

Page 26: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

xv

sebesar 11,54% (yoy). Inflasi kelompok komoditas bahan

makanan sepanjang triwulan I 2014 sebesar 1,25% (qtq) relatif

lebih rendah dibanding capaian inflasi bahan makanan di

triwulan yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 11,14%

(qtq).

Komoditas bahan makanan mengalami inflasi tertinggi di bulan

Januari dibanding bulan sebelumnya. Di bulan Februari 2014

masih terjadi inflasi walaupun cukup rendah sebesar 0,41%. Pada bulan Maret 2014, komoditas bahan makanan mengalami

deflasi 2,41% (mtm) yang disebabkan oleh kembali normalnya

harga barang pasca perayaan Maulid dan dimulainya masa panen

padi yang tampak dari penurunan harga beras.

Berdasarkan disagregasi inflasi, inflasi di triwulan I 2014 terutama

disumbang oleh inflasi administered price sebesar 3,00% (qtq).

Secara tahunan, inflasi komoditas volatile food mengalami

penurunan paling besar dari 18,34% (yoy) di akhir tahun 2013

menjadi hanya sebesar 6,40% (yoy) di akhir triwulan I 2014.

Pergerakan disagregasi inflasi di Kota Mataram sangat didorong

oleh pergerakan inflasi komoditas volatile food. Penurunan inflasi

komoditas volatile food tampak dari menurunnya inflasi tahunan

di Kota Mataram yang cukup signifikan dari 19,81% (yoy) di akhir

tahun 2013 menjadi 6,41% (yoy) di triwulan I 2014. Sedangkan

di Kota Bima, pangaruh Inflasi komoditas volatile food pada

triwulan I 2014 tidak sebesar di Kota Mataram yang disebabkan

oleh tidak adanya perayaan Maulid Nabi sebagaimana terjadi di

Kota Mataram.

Perkembangan Sistem Perbankan dan Pembayaran Perkembangan perbankan di Nusa Tenggara Barat sepanjang

triwulan I-2014 terus menunjukkan perkembangan walapun

menunjukkan perlambatan dibandingkan pertumbuhan triwulan

sebelumnya. Rasio LDR yang sangat tinggi dijaga dengan kualitas

Komoditas bahan makanan mengalami inflasi tertinggi di bulan Januari dibanding

bulan sebelumnya

Pergerakan disagregasi inflasi di Kota Mataram

sangat didorong oleh pergerakan inflasi komoditas volatile

food.yang terimbas perayaan Maulid Nabi

Muhammad SAW

Page 27: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

xvi

kredit yang baik. Hal ini tercermin dari Non Performing Loan (NPL)

atau rasio kredit bermasalah yakni NPL lokasi proyek sebesar

1,38% dan NPL lokasi bank sebesar 1,63%. Dana Pihak Ketiga

(DPK) yang berhasil dihimpun bank umum di Nusa Tenggara Barat

pada triwulan I-2014 terus menunjukkan pertumbuhan positif

walaupun tidak setinggi penyaluran kredit. Penyaluran kredit bank

umum berdasarkan lokasi proyek di Nusa Tenggara Barat pada

triwulan I-2014 masih menunjukkan pertumbuhan. Sebagaimana

periode sebelumnya, pada triwulan I-2014, porsi kredit yang

disalurkan bank umum di Nusa Tenggara Barat masih didominasi

oleh kredit konsumsi yaitu mencapai Rp11,40 triliun. Sektor

utama Provinsi NTB yakni sektor pertanian hanya mendapatkan

kredit sebesar Rp332 milyar. Pertumbuhan kredit UMKM

mengalami perlambatan sejak triwulan III-2012 dan sejak triwulan

II-2013 tren pertumbuhan UMKM berada di bawah tren

pertumbuhan total kredit.

Dari sisi fungsi intermediasi, bank umum menjalankan fungsinya

dengan sangat maksimal yang tercermin dari Loan to Deposit

Ratio (LDR), dimana LDR lokasi proyek sebesar 163,94% dan LDR

lokasi bank sebesar 135,07%. Nilai ini melebihi batas atas LDR

yang ditetapkan Bank Indonesia untuk bank umum yakni sebesar

92%. Semakin tinggi LDR, maka risiko likuiditas perbankan

semakin tinggi. Terus tumbuh dan berkembangnya kegiatan

usaha perbankan syariah di Provinsi Nusa Tenggara Barat

didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang terus menunjukkan

perkembangan positif, serta masih terbukanya potensi

pengembangan pangsa perbankan syariah di NTB.

Provinsi Nusa Tenggara Barat berada pada tren net Inflow. Kondisi

tersebut tercermin dari penurunan jumlah aliran uang keluar (cash

outflow) yang lebih kecil dibandingkan aliran uang masuk (cash

inflow), atau dengan kata lain jumlah penarikan uang tunai lebih

kecil dibandingkan jumlah setoran uang tunai yang dilakukan oleh

perbankan NTB melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Nusa Tenggara Barat.

.

Perkembangan perbankan di Nusa Tenggara Barat

sepanjang triwulan I-2014 terus menunjukkan

perkembangan walapun menunjukkan perlambatan

dibandingkan pertumbuhan triwulan

sebelumnya.

Nilai LDR perbankan NTB melebihi batas atas LDR

yang ditetapkan Bank Indonesia untuk bank

umum yakni sebesar 92%.

Provinsi Nusa Tenggara Barat berada pada tren net

Inflow.

Page 28: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

xvii

Perkembangan kegiatan transaksi non tunai di Nusa Tenggara

Barat sepanjang triwulan I-2014 relatif menunjukkan penurunan

dibanding triwulan lalu. Kondisi tersebut didorong oleh

menurunnya transaksi keuangan secara non tunai melalui sarana

Real Time Gross Settlement (RTGS), dari sebesar R3,03 triliun pada

triwulan lalu menjadi Rp2,44 triliun pada triwulan I-2014.

Sementara itu, pada triwulan I-2014 transaksi secara kliring

menunjukkan peningkatan yang tercatat mencapai Rp1,74 triliun

(triwulan IV-2013: Rp1,64 triliun).

Kinerja Keuangan Daerah

Total belanja pemerintah di Provinsi NTB pada tahun 2014

direncanakan sebesar 20,72 trilyun rupiah. Jumlah tersebut

mengalami peningkatan 4,68% dibanding rencana belanja tahun

2013 yang sebesar 19,79 trilyun rupiah. Pada triwulan I 2014 baru

terealisasi sebesar 14,3% dari total belanja yang direncanakan.

Secara umum, realisasi belanja pemerintah kabupaten/kota

menunjukkan kualitas belanja yang lebih baik dibanding realisasi

belanja pemerintah provinsi.

Rencana pendapatan daerah di Provinsi NTB tahun 2014

ditargetkan sebesar 14,91 trilyun, meningkat cukup tinggi hingga

13,19% dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 13,18 trilyun.

Realisasi pencapaian kinerja pemerintah provinsi di triwulan I 2014

menunjukkan kinerja yang lebih baik dibanding pencapaian

kinerja pemerintah kabupaten/ kota maupun pemerintah pusat.

Total realisasi pendapatan APBD di provinsi NTB pada triwulan I

2014 mencapai 3,22 trilyun atau sebesar 22,3% dari target yang

direncanakan. Berdasarkan pangsa pendapatan daerah,

pendapatan daerah masih didominasi oleh penerimaan dana

transfer pemerintah pusat dengan pangsa mencapai 63,7% dari

total pendapatan yang diterima.

Berdasarkan data simpanan pemerintah daerah dan pusat di

perbankan, sepanjang triwulan I 2014 terjadi peningkatan dana

pemerintah, baik dalam bentuk giro, tabungan maupun deposito

.

Perkembangan kegiatan transaksi non tunai di Nusa Tenggara Barat sepanjang

triwulan I-2014 relatif menunjukkan penurunan

dibanding triwulan lalu.

Total realisasi pendapatan APBD di provinsi NTB pada triwulan I 2014 mencapai 3,22 trilyun atau sebesar 22,3% dari target yang

direncanakan

Berdasarkan data simpanan pemerintah daerah dan

pusat di perbankan, sepanjang triwulan I 2014 terjadi peningkatan dana

pemerintah, baik dalam bentuk giro, tabungan

maupun deposito hingga 1,36 trilyun rupiah.

.

Berdasarkan data simpanan pemerintah

daerah dan pusat di perbankan, sepanjang triwulan I 2014 terjadi

peningkatan dana pemerintah.

Indikator kesejahteraan di Provinsi NTB menunjukkan adanya tren peningkatan.

Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB di triwulan II

2014 diperkirakan mengalami kenaikan

dibanding triwulan sebelumnya.

Page 29: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

xviii

hingga 1,36 trilyun rupiah. Total dana simpanan pemerintah

sepanjang triwulan I 2014 mengalami peningkatan hingga 204%

(qtq) dibanding akhir tahun 2013.

Kesejahteraan Masyarakat

Indikator kesejahteraan di Provinsi NTB menunjukkan adanya tren

peningkatan. Searah dengan pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB

yang terutama didorong oleh sektor Pertanian dan PHR, kondisi

ketenagakerjaan juga mengalami peningkatan terutama di dua

sektor tersebut. Nilai Tukar Petani juga mengalami peningkatan

bila dibandingkan dengan rata-rata pada triwulan I tahun

sebelumnya. Jumlah penduduk miskin di provinsi NTB

berdasarkan hasil survei bulan September 2013 juga mengalami

penurunan dibandingkan semester sebelumnya. Penurunan

jumlah penduduk miskin terutama terjadi pada penduduk miskin

perkotaan, hal ini menunjukkan adanya peningkatan

kesejahteraan dan keberhasilan program pengentasan kemiskinan

yang diterapkan. Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia juga

menunjukkan adanya peningkatan yang dilihat dari dua indikator

yaitu ketenagakerjaan dan Indikator penghasilan.

Prospek Ekonomi Triwulan II-2014 Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB di triwulan II 2014

diperkirakan mengalami kenaikan dibanding triwulan

sebelumnya. Adanya peningkatan aktivitas ekonomi sehubungan

dengan persiapan menjelang hari raya dan pemilu presiden

diperkirakan menjadi penyebab utama kenaikan pertumbuhan

ekonomi.

Secara triwulanan, pertumbuhan ekonomi diramalkan akan

berada pada kisaran 2,14% (qtq). Pertumbuhan ekonomi di

sektor perdagangan, hotel dan restoran diperkirakan akan

menjadi penyumbang utama pertumbuhan ekonomi di triwulan II

2014.

Indikator kesejahteraan di Provinsi NTB menunjukkan adanya tren peningkatan.

Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB di triwulan II

2014 diperkirakan mengalami kenaikan

dibanding triwulan sebelumnya.

Page 30: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

xix

Dibanding tahun sebelumnya, pertumbuhan ekonomi

diperkirakan masih akan bertumbuh di kisaran 3,76% (yoy).

Penopang pertumbuhan ekonomi di triwulan II 2014 tergantung

dari pertumbuhan ekonomi di sektor perdagangan, hotel dan

restoran yang diperkirakan mengalami kenaikan cukup tinggi

seiring dengan adanya persiapan menjelang hari raya Idul Fitri.

Terdapat potensi pelambatan pertumbuhan sektor pertanian

diakibatkan fenomena El Nino ringan di Bulan Juni 2014

terutama di Pulau Sumbawa. Adanya kelangkaan pupuk di

beberapa wilayah dan belum adanya wacana peningkatan subsidi

pupuk oleh pemerintah juga dikhawatirkan akan menurunkan

produktifitas tanaman.

Prospek Inflasi Triwulan II 2014 Inflasi di triwulan II 2014 diperkirakan mengalami pelambatan

dibanding triwulan sebelumnya. Beberapa komoditas yang

persisten mengalami kenaikan di bulan Juni antara lain beras,

tongkol pindang, tomat sayur, dan daging ayam ras seiring

dengan adanya peningkatan permintaan menjelang masa puasa.

Berdasarkan data perkembangan harga survei konsumen, potensi

inflasi diperkirakan juga akan terjadi di triwulan II yang tampak

dari peningkatan potensi perubahan harga dalam 6 bulan ke

depan.

Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB di triwulan II

2014 diperkirakan mengalami kenaikan

dibanding triwulan sebelumnya.

Terdapat potensi pelambatan pertumbuhan

sektor pertanian.

Inflasi di triwulan II 2014 diperkirakan mengalami

pelambatan dibanding triwulan sebelumnya.

Terdapat potensi pelambatan pertumbuhan

sektor pertanian diakibatkan fenomena El Nino ringan di Bulan Juni

2014 terutama di Pulau Sumbawa.

Inflasi di triwulan II 2014 diperkirakan mengalami

pelambatan dibanding triwulan sebelumnya.

Page 31: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 1

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

1.1 KONDISI UMUM

Realisasi PDRB Provinsi NTB di triwulan I 2014 mencapai 14,66 trilyun meningkat

dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar 12,86 trilyun

Sedangkan apabila dibanding triwulan sebelumnya, pertumbuhan ekonomi

mengalami penurunan 3,94% (qtq). Penurunan ekonomi di awal tahun biasa terjadi seiring

dengan rendahnya penyerapan konsumsi pemerintah dan belum terealisasinya beberapa ijin

investasi dibanding triwulan sebelumnya.Penyebab lain terjadinya penurunan adalahadanya

pelambatan ekspor dikarenakan larangan ekspor tambang terkait UU Minerba tahun 2009.

Berdasarkan sektor ekonomi, hanya 2 sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan yaitu

industri pengolahan dan listrik, air, dan gas, sedangkan 7 sektor ekonomi mengalami

penurunan pertumbuhan.

Dibanding tahun sebelumnya, pertumbuhan ekonomi NTB masih mampu bertumbuh

5,37%, lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya 5,21%.

Tingginya pertumbuhan ekonomi NTB terutama didorong oleh tingginya pertumbuhan sektor

listrik air dan gas seiring dengan meningkatnya tingkat elektrifikasi di NTB, tetap tingginya

pembangunan sektor konstruksi yang tampak dari adanya pembangunan Mall dan hotel dalam

skala besar, tingginya aktivitas perdagangan dan transportasi yang tampak dari padatnya

pelabuhan lembar, ataupun meningkatnya aktivitas pariwisata.

Grafik 1.1 PDRB (ADHB) dan Pertumbuhan PDRB Provinsi NTB

dan Nasional Tahunan

Grafik 1.2 Perbandingan Pertumbuhan PDRB Tahunan Provinsi

NTB dan Nasional

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

12.86 13.55 14.95 14.91 14.66

5.37

6.28

5.21

4.00

4.50

5.00

5.50

6.00

6.50

7.00

11.50

12.00

12.50

13.00

13.50

14.00

14.50

15.00

15.50

Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4* Tw.1

2013*** 2014***

Trily

un

PDRB ADHB g NTB g NTB Non Tambang g Nas

(3.94)

(2.70)

0.95

(12.00)

(7.00)

(2.00)

3.00

8.00

13.00

Tw.1

Tw.2

Tw.3

Tw.4

Tw.1

Tw.2

Tw.3

Tw.4

Tw.1

Tw.2

Tw.3

Tw.4

*

Tw.1

2011* 2012** 2013*** 2014***

NTB NTB tanpa Tambang Nasional

Page 32: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 2

Sektor tambang masih menunjukkan adanya pertumbuhan ekonomi dibanding tahun

sebelumnya lebih disebabkan oleh peningkatan produksi tambangwalaupun di saat yang

bersamaan terjadi penurunan penjualan karena adanya larangan ekspor lebih. Sehingga

produksi konsentrat yang tidak bias dijual menumpuk dan meningkatkan stok konsentrat PT

NNT.

1.2 SISI PERMINTAAN

Pertumbuhan ekonomi sebesar 5,37% (yoy) terutama disebabkan adanya

pertumbuhan konsumsi walaupun melambat dibanding pertumbuhan yang sama

tahun sebelumnya. Investasi juga menunjukkan adanya penurunan yang disebabkan oleh

belum efektifnya realisasi proyek yang ada. Adanya larangan ekspor dan tingginya impor juga

semakin menekan pertumbuhan ekonomi. Kenaikan cukup besar terjadi pada perubahan stok

antara lain meningkatnya stok konsentrat yang tidak dapat diekspor.

Pertumbuhan tertinggi terjadi pada pengeluaran lembaga non profit seiring dengan

adanya aktivitas kampanye dalam rangka pemilu legislatif. Konsumsi rumah tangga juga

masih menunjukkan adanya peningkatan dibanding tahun sebelumnya, sedangkan konsumsi

pemerintah juga menunjukkan adanya peningkatan walau melambat dibanding realisasi tahun

sebelumnya.

Grafik 1.3 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan dari Sisi Permintaan

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 1.4 Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan dari Sisi Permintaan

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

7.40 6.80 6.64

6.04 5.01

6.03

4.77 5.19 4.95

(1.09)

10.38

3.65

1.81

5.77

(0.70) (0.33)

2.61 3.09

(2.00)

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

Tw.1* Tw.2* Tw.3 Tw.4* Tw.1 Tw.2* Tw.3 Tw.4* Tw.1

2012 2013 2014***

Konsumsi Rumah Tangga

Konsumsi Pemerintah 22.10 21.38

10.65

2.09 (0.12) 0.49 (0.13)

1.64 (0.14)

(5.00)

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

Tw.1* Tw.2* Tw.3 Tw.4* Tw.1 Tw.2* Tw.3 Tw.4* Tw.1

2012 2013 2014***

Investasi

(14.52)

(9.49)

(19.81)

(8.41)(11.40)

(9.10)

(12.96)(12.50)(14.20)

(3.63)(6.23)

10.05

(6.02)(7.65)

(5.71)(10.46)

(0.45)

4.89

(25.00)

(20.00)

(15.00)

(10.00)

(5.00)

-

5.00

10.00

15.00

Tw.1* Tw.2* Tw.3 Tw.4* Tw.1 Tw.2* Tw.3 Tw.4* Tw.1

2012 2013 2014***

Ekspor Impor

1.58 1.47 2.93

(0.05) 0.60

2.45

1.71 0.35 0.36

(11.72)

15.42

(0.55) 0.46

(8.27)

8.35

(0.18)

3.43

(7.84)

(15.00)

(10.00)

(5.00)

-

5.00

10.00

15.00

20.00

Tw.1* Tw.2* Tw.3 Tw.4* Tw.1 Tw.2* Tw.3 Tw.4* Tw.1

2012 2013 2014***

Konsumsi Rumah Tangga

Konsumsi Pemerintah

0.67 1.18

0.61

(0.38)

(1.52)

1.81

(0.01)

1.39

(3.24)

(4.00)

(3.00)

(2.00)

(1.00)

-

1.00

2.00

3.00

Tw.1* Tw.2* Tw.3 Tw.4* Tw.1 Tw.2* Tw.3 Tw.4* Tw.1

2012 2013 2014***

Investasi

(17.27)

4.02 5.58

0.80

(19.97)

6.73

1.09 1.33

(21.52)

(6.12)

2.73

7.41

(9.28)(7.75)

4.89 2.01

0.86

(2.80)

(25.00)

(20.00)

(15.00)

(10.00)

(5.00)

-

5.00

10.00

Tw.1* Tw.2* Tw.3 Tw.4* Tw.1 Tw.2* Tw.3 Tw.4* Tw.1

2012 2013 2014***

EksporImpor

Page 33: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 3

Secara triwulanan, hanya perubahan stok, konsumsi lembaga non profit dan konsumsi

rumah tangga yang mengalami kenaikan, sedangkan aktivitas lainnya mengalami

penurunan. Turunnya konsumsi dikarenakan tidak adanya even besar setelah pelaksanaan

Maulid Nabi di Bulan Januari 2014. Adanya beberapa even pariwisata seperti Bau Nyale juga

belum berdampak signifikan dikarenakan penyelenggaraan acara yang hanya sesaat. Penurunan

terbesar dialami oleh aktivitas ekspor yang turun hingga 21,52% (qtq) dibanding triwulan

sebelumnya.

Aktivitas ekonomi di Provinsi NTB triwulan I 2014 lebih digerakkan oleh tingginya

konsumsi terlebih pada saat perayaan Maulid Nabi Muhammad yang dirayakan selama

satu bulan penuh. Total Konsumsi memiliki pangsa sebesar 77,3% dari total pengeluaran,

dengan porsi terbesar pada pengeluaran konsumsi rumah tangga yang menyumbang hingga

57,03% dari total aktivitas ekonomi yang ada. Kegiatan investasi mampu menyumbang hingga

28,77% dari total pengeluaran di Provinsi NTB, sedangkan kegiatan ekspor impor justru

menurunkan total PDRB dikarenakan net transaksi perdagangan yang minus yang menunjukkan

impor yang lebih besar dari ekspor yang dilakukan.

Tabel 1.1 PDRB Sisi Permintaan Triwulan IV 2013

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

1.2.1 Konsumsi

Konsumsi rumah tangga di triwulan I 2014 masih menunjukkan adanya peningkatan

dibanding triwulan sebelumnya. Pembelian kendaraan bermotor secara tahunan mengalami

kenaikan hingga 16,03% (yoy) sedangkan secara triwulanan mengalami kenaikan 2,01%

dibanding triwulan sebelumnya. Pembelian kendaraan roda 4 menjadi penunjang pertumbuhan

tertinggi dengan pertumbuhan mencapai 21,03% (yoy) dibanding tahun sebelumnya dan

tumbuh 9,82% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya. Tingginya pembelian mobil menunjukkan

adanya peningkatan rumah tangga berpendapatan menengah di Provinsi NTB yang

menunjukkan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat.

2013** 2014***

2012 2013 Tw.4 Tw.1

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 26,937.45 31,463.54 8,204.77 8,361.79 57.03 4.95 0.36

Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nirlaba (LNP) 559.56 638.76 167.96 172.93 1.18 7.82 1.62

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 10,277.85 11,213.82 3,009.65 2,804.18 19.13 3.09 (7.84)

Pembentukan Modal Tetap Bruto 15,418.09 16,503.04 4,331.77 4,218.25 28.77 (0.14) (3.24)

Perubahan Stok (4,926.67) (2,479.91) (459.69) 270.55 1.85 (106.84) (126.55)

Ekspor 13,618.07 12,017.59 3,112.56 2,275.82 15.52 (14.20) (21.52)

Impor 12,204.66 13,078.86 3,454.34 3,441.41 23.47 4.89 (2.80)

NTB 49,679.69 56,277.97 14,912.69 14,662.11 100.00 5.37 (3.94)

Nasional 8,241,864 9,084,001 2,341,571 2,401,200 0.61 5.21 0.96

Periodeyoy

Bobot yoy qtq

Page 34: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 4

Konsumsi listrik juga menunjukkan peningkatan signifikan dibanding tahun

sebelumnya yang meningkat hingga 22,15% (yoy). Peningkatan konsumsi lebih

disebabkan oleh adanya penambahan pembangkit listrik baru, sehingga tingkat elektrifikasi

rumah tangga mengalami kenaikan. Dibanding triwulan sebelumnya, penggunaan listrik

mengalami sedikit penurunan sebesar 2,26% (qtq) yang lebih disebabkan oleh tidak adanya

even khusus, sehingga permintaan listrik cenderung normal.

Grafik 1.5 Perkembangan Konsumsi Listrik

Rumah Tangga

Grafik 1.6 Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor

Sumber: PLN, diolah Sumber: Dispenda NTB, diolah

Permintaan kredit konsumsi juga tampak masih tinggi dengan pertumbuhan hingga

16,73% (yoy) dibanding tahun sebelumnya. Namun demikian, pelambatan penyaluran

kredit terlihat dari data pertumbuhan kredit triwulanan yang senantiasa menurun dibanding

triwulan sebelumnya dalam 1 tahun terakhir. Minimnya DPK dan kebijakan pengetatan

likuiditas Bank Indonesia dirasa mulai berdampak terhadap perbankan di Provinsi NTB.

Grafik 1.7 Penyaluran Kredit Konsumsi

Grafik 1.8 Indeks Keyakinan Konsumen

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Hasil survei konsumen juga mengkonfirmasi kondisi keyakinan konsumen yang masih

optimis di triwulan I 2014 yang tampak dari meningkatnya indeks keyakinan konsumen

masyarakat. Masyarakat masih optimis bahwa kondisi ekonomi baik saat ini maupun 6 bulan ke

depan akan mengalami pertumbuhan.

(10.00)

(5.00)

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

-

50

100

150

200

250

300

350

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

Konsumsi Listrik (juta kwh)growth(% yoy)-kanangrowth(% qtq)-kanan

(20.0)

(10.0)

-

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

70.0

-

100

200

300

400

500

600

700

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

Mili

ar

Total Motor (unit)

Mobil (unit) growth motor (%,yoy)-kanan

growth mobil (%,yoy)-kanan growth total (%,yoy)-kanan

0%

5%

10%

15%

20%

25%

0.00

2,000.00

4,000.00

6,000.00

8,000.00

10,000.00

12,000.00

14,000.00

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

Kredit Konsumsi (Rp miliar)-Kiri

Growth (%yoy)-Kanan

Growth (%qtq)-Kanan

95.0

105.0

115.0

125.0

135.0

145.0

155.0

165.0

Jan

Ma

r

Ma

y

Jul

Sep

No

v

Jan

Ma

r

Ma

y

Jul

Sep

No

v

Jan

Ma

r

2012 2013 2014

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

Page 35: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 5

1.2.2 Investasi

Aktivitas investasi mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya. Penurunan

investasi lebih dikarenakan oleh status proyek yang masih dalam tahap perijinan dan belum

dilakukan pembangunan fisik, sedangkan investasi pemerintah sedang dalam tahap

penyusunan rencana kerja maupun pelelangan.

Turunnya investasi terjadi baik pada investasi swasta maupun pemerintah. Berdasarkan

data BKPM, realisasi investasi menurun hingga 30,45% (yoy) dibandingkan realisasi di triwulan

yang sama tahun sebelumnya. Namun demikian, dibanding triwulan sebelumnya mengalami

kenaikan 2,26% (qtq). Total realisasi investasi swasta di triwulan I 2014 mencapai 1,52 trilyun

rupiah dengan sumbangan terbesar dari investasi PMA yang mencapai lebih dari 1,4 trilyun

rupiah. Turunnya investasi pemerintah lebih disebabkan oleh siklus realisasi anggaran yang

biasanya baru terjadi realisasi dengan pertumbuhan signifikan pada semester 2 seiring dengan

sudah adanya pemenang tender proyek pemerintah. Selain itu, adanya pemilu legislatif juga

membuat realisasi investasi melambat seiring dengan fokus pemerintah yang terkonsentrasi

pada pelaksanaan pemilu. Jumlah anggaran investasi pemerintah kabupaten/kota dan

pemerintah pusat juga mengalami penurunan seiring dengan rendahnya pertambahan rencana

belanja yang dianggarkan, sehingga harus mengurangi beberapa pos belanja pemerintah.

Adapun total biaya investasi pemerintah mencapai 5,57 trilyun, menurun dibanding DIPA tahun

2013 yang sebesar 5,72 trilyun.

Grafik 1.9

Realisasi Investasi Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri

Grafik 1.10

Pagu Belanja Modal Pemerintah 2014 dan Realisasi Investasi Triwulan I 2014

Sumber: BKPM, diolah Sumber : Biro Keuangan, KPPN Wilayah NTB,

diolah

Pelambatan investasi juga terlihat dari adanya pelambatan laju kredit investasi.

Walaupun secara tahunan pertumbuhan kredit investasi masih bertumbuh sebesar

35,38% (yoy), namun pertumbuhan kredit secara triwulanan terus menunjukkan adanya tren

menurun. Bahkan pertumbuhan kredit triwulan I 2014 mengalami penurunan -0,46% (qtq)

-

50.0

100.0

150.0

200.0

250.0

300.0

350.0

400.0

450.0

-

500.00

1,000.00

1,500.00

2,000.00

2,500.00

3,000.00

3,500.00

4,000.00

4,500.00

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

TotalPMDNPMA (kanan USD)

4.93

1.23

9.08

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

10.00

-

500,000.00

1,000,000.00

1,500,000.00

2,000,000.00

2,500,000.00

3,000,000.00

3,500,000.00

APBN APBD Provinsi APBD Kabupaten

DIPA 2013 DIPA 2014 Realisasi Tw I 2014 % Realisasi

4,3

71

,79

7

5,5

74

,64

4

DIPA 2013DIPA 2014

Page 36: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 6

dibanding triwulan sebelumnya yang menunjukkan adanya penurunan investasi. Total kredit

investasi yang disalurkan posisi Maret 2014 mencapai 3,08 trilyun rupiah.

Total realisasi investasi pemerintah di triwulan I 2014 mencapai 344,74 milyar dengan

pencapaian tertinggi oleh pemerintah kabupaten/kota dengan realisasi mencapai

9,08% dari rencana biaya. Berdasarkan data historis, realisasi investasi pemerintah biasanya

mengalami percepatan di triwulan III dan IV, dikarenakan masih terdapat proses tender di

semester 1. Namun demikian, apabila pola realisasi dapat dipercepat, maka dampak

pembangunan juga akan lebih dirasakan oleh masyarakat.

Sejak triwulan II 2013, total penjualan semen di wilayah NTB mulai menunjukkan

adanya peningkatan. Dibanding triwulan sebelumnya, penjualan semen di triwulan I 2014

untuk Provinsi NTB meningkat hingga 19,76% (qtq). Namun demikian, dibanding tahun

sebelumnya penjualan semen mengalami penurunan sebesar 9,69%. Relatif lebih rendahnya

penjualan dibanding tahun sebelumnya lebih disebabkan oleh tingginya penjualan di tahun

sebelumnya yang merupakan penjualan semen tertinggi di NTB dibanding tahun-tahun

sebelumnya.

Grafik 1.11 Realisasi Konsumsi semen di Provinsi NTB

Triwulan I 2014

Grafik 1.12 Penyaluran Kredit Investasi

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah

Beberapa proyek investasi besar yang sudah selesai maupun sedang dikerjakan antara lain

pembangunan PPN Awang di Lombok Tengah yang selesai bulan Februari 2014, pembangunan

jalan ke arah Tanjung An kawasan Mandalika resort yang sedang dilakukan, pembangunan

bendungan Pandan Duri yang direncanakan selesai pada bulan Juli 2014. Selain itu juga

dilakukan pemanjangan runway bandara di Bima dan Sumbawa serta peningkatan kapasitas

apron di BIL dan bandara Bima.

Beberapa investasi besar yang tersendat pembangunannya antara lain proyek bendungan

Rababaka Complex yang sempat berhenti karena masalah pembebasan lahan, proyek

(30)

(20)

(10)

-

10

20

30

40

50

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

Volume Penjualan Semen (ton)Pertumbuhan (%,yoy)-KananPertumbuhan (%qtq)-Kanan

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

0.00

500.00

1,000.00

1,500.00

2,000.00

2,500.00

3,000.00

3,500.00

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

Kredit Investasi (Rp miliar)-Kiri)Growth (yoy %)-KananGrowth (qtq %)-Kanan

Page 37: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 7

kehutanan, kawasan wisata ecotourism di wilayah pantai pink saat ini juga terkendala masalah

pembebasan lahan.

Proyek investasi besar yang akan dan sudah di-launching antara lain pembangunan 2 mall di

Kota Mataram yang berpotensi membuka ribuan lapangan kerja serta 1 mall di Narmada

Lombok Barat. Selain itu, akan dibangun pemanjangan dermaga lembar dari 105 meter menjadi

170 meter dan diharapkan jumlah kapal bersandar dapat meningkat dari 3 kapal menjadi 5

kapal. Pembangunan Bypass BIL-Kota Mataram juga akan dilanjutkan dan pengukuran tanah

dijadwalkan selesai di Bulan Mei 2014. Akan dilakukan pembangunan pabrik Gula di

Kabupaten Sumbawa dengan luas lahan tanam tebu mencapai 10 ribu hektar. Pembangunan

Hotel di kawasan Mandalika direncanakan pada semester 2 setelah pembangunan jalan selesai.

1.2.3 Ekspor Impor

Nilai ekspor NTB di triwulan I 2014 sebesar 2,28 trilyun rupiahmengalami penurunan

yang cukup tajam hingga 14,20% dibanding tahun sebelumnya, dan turun 21,52%

dibanding triwulan sebelumnya.Penurunan ekspor yang signifikan merupakan dampak dari

penerapan UU Minerba tahun 2009 yang melarang ekspor barang tambang dalam bentuk ore.

Selama ini porsi ekspor terbesar NTB berasal dari pengiriman konsentrat baik ke luar negeri

maupun ke PT Smelting di Gresik.Akibat penerapan UU Minerba, ekspor konsentrat mengalami

penurunan drastis dengan perolehan omset setara rupiah hanya sebesar 276 milyar rupiah

selama triwulan I 2014. Penjualan domestik juga relatif rendah dikarenakan kuota suplai yang

maksimal hanya sebesar 20% dari total produksi PT Newmont. Selanjutnya, berdasarkan data

Badan Ketahanan Pangan (BKP), ekspor komoditas pangan NTB di triwulan I setara lebih kurang

600 milyar rupiah, belum termasuk komoditas pangan keluar yang tidak tercatat oleh balai

karantina.Sumber ekspor yang juga cukup besar adalah besarnya kunjungan wisatawan.

Aktivitas impor barang justru menunjukkan adanya pertumbuhan sebesar 4,89%

dibanding tahun sebelumnya yang menunjukkan geliat ekonomi yang terjadi di

Provinsi NTB. Namun demikian, dibanding triwulan sebelumnya, aktivitas impor mengalami

penurunan sebesar 2,80% (qtq). Komoditas impor utama NTB antara lain komoditas

transportasi, sandang, makanan jadi, pupuk, semen maupun peralatan penunjang konstruksi

seperti aspal, beton dll. Data disperindag menunjukkan nilai impor kendaraan di triwulan I 2014

lebih kurang setara 650 milyar rupiah, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar

630 milyar. Berdasarkan data asosiasi semen Indonesia, nilai impor semen mencapai 230 milyar.

Berdasarkan data Pelindo III Lembar, impor pupuk setara lebih dari 100 milyar, minyak goreng

setara sebesar 130 milyar, belum termasuk pembongkaran 3.297 box kontainer 20 feet.

Page 38: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 8

Grafik 1.13 Arus Komoditas Pangan Masuk dan keluar

Grafik 1.14 Perkembangan VolumeEkspor Impor (dlm juta)

Sumber: BKP Provinsi NTB, diolah Sumber : Cognos BI, diolah

Provinsi NTB mengalami net ekspor untuk bahan makanan dan tembakau sedangkan

komoditas makanan jadi, sandang, perumahan dan transportasi mengalami net impor.

Net ekspor bahan makanan berdasarkan data BKP mencapai setara 518 milyar, sedangkan net

impor luar negeri di triwulan I 2014 mencapai 195 milyar.

Grafik 1.15 Perkembangan Arus Penumpang Angkutan Udara

Grafik 1.16 Arus Bongkar Muat di Pelabuhan Lembar

Sumber: BPS Provinsi NTB dan Angkasa Pura 1,

diolah

Sumber: BPS Provinsi NTB dan Pelindo III, diolah

Dibanding triwulan sebelumnya, arus penumpang udara menunjukkan adanya

penurunan sebesar 15,84% (qtq). Penurunan terutama disebabkan oleh besarnya penurunan

angkutan domestik sebesar 16,18% (qtq), sedangkan angkutan internasional mengalami

penurunan 12,43% (qtq). Dibanding tahun sebelumnya, angkutan udara mengalami

peningkatan hingga 20,86% terutama disumbang oleh peningkatan angkutan internasional

sebesar 139,63% (yoy) dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya.

Arus bongkar muat di pelabuhan Lembar menunjukkan adanya penurunan sebesar 25,75%

(qtq). Arus perpindahan barang juga masih didominasi oleh kegiatan bongkar yang

menunjukkan adanya net impor yang cukup tinggi.

535

919

598

924

518

-

200

400

600

800

1,000

1,200

I II III IV I

2013 2014

Mily

ar (

Rp

)

Keluar Masuk Net Ekspor

983 845

1,117 998

(117)

541 668

1,219

(195)

-500

0

500

1,000

1,500

2,000

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

Mili

ar

Ekspor Impor Net Ekspor

-20

-10

0

10

20

30

40

50

-

100

200

300

400

500

600

700

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

Th

ou

san

ds

Total Domestik Internasional Growth (% qtq) Growth (% yoy)

411 411 418 381

408

479

403

500

371

22.53

0.04 1.72

(8.83)

7.12

17.30

(15.82)

24.01

(25.75)(30.00)

(20.00)

(10.00)

-

10.00

20.00

30.00

-

100

200

300

400

500

600

Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1

2012 2013 2014

Tho

usa

nd

s

Barang - LHS Bongkar - LHS Muat - LHS Growth (qtq) - RHS

Page 39: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 9

1.3 SISI PENAWARAN

Pertumbuhan ekonomi NTB di triwulan I 2014 mampu bertumbuh sebesar 5,37%

dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi tanpa tambang

menunjukkan peningkatan yang lebih tinggi dengan pertumbuhan mencapai 6,30% (yoy).

Tingginya pertumbuhan ekonomi terutama disebabkan oleh tingginya pertumbuhan ekonomi di

sektor tersier sebagai dampak dari meningkatnya kegiatan pariwisata dengan rata-rata

pertumbuhan mencapai 7% (yoy). Peningkatan pertumbuhan dialami sektor perdagangan hotel

dan restoran (6,79%), sektor transportasi dan komunikasi (8,68%), keuangan dan jasa

perusahaan (6,49%) dan sektor jasa-jasa (6,66%). Sektor penunjang pembangunan juga

mengalami kenaikan cukup tinggi antara lain sektor bangunan yang tumbuh 8,40% (yoy) dan

sektor listrik, air dan gas yang tumbuh 12,69% (yoy).

Secara triwulanan, realisasi pertumbuhan ekonomi di provinsi NTB di Triwulan I 2014

mengalami penurunan 3,94% (qtq) dengan penurunan tertinggi di sektor

pertambangan dengan penurunan sebesar 9,82% (qtq). Tanpa komoditas tambang

tembaga, total penurunan ekonomi hanya mengalami penurunan 2,68% (qtq), lebih baik

dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang menurun 4,38% (qtq).

Grafik 1.17 Porsi PDRB Sektoral Dengan dan Tanpa

Tambang

Grafik 1.18 Pertumbuhan PDRB Sektoral Tahunan dan

Triwulanan

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Secara total, kontribusi sektor pertanian di di triwulan I 2014 mengalami kenaikan

dibanding triwulan sebelumnya dengan kontribusi sebesar 25,34%, diikuti oleh sektor

perdagangan, hotel dan restoran (20,62%) dan sektor jasa-jasa (15,91%). Peningkatan

kontribusi 3 sektor utama tersebut lebih disebabkan oleh menurunnya kontribusi sektor

tambang dalam perekonomian. Apabila sektor tambang dikeluarkan, maka kontribusi riil sektor

pertanian justru mengalami sedikit penurunan, dari 29,77% menjadi 29,73%. Kontribusi sektor

perdagangan secara riil mengalami kenaikan sebesar 20,62%. Sektor jasa-jasa sedikit

meningkat dengan kontribusi sebesar 15,91%.

25.34

17.12

3.75 0.58 8.30

17.57

7.81

5.95

13.56 29.73

2.78

4.40 0.68

9.73 20.62

9.17

6.98

15.91

Pertanian

Pertambangan dan PenggalianIndustri Pengolahan

Listrik,Gas & Air Bersih

Bangunan

Perdagangan, Hotel & Restoran Transportasi & Komunikasi

Keuangan, Persewaan & Jasa PerusahaanJasa-jasa

(5)

-

5

10

15

20

Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4* Tw.1

2013*** 2014***

NTB NTB tanpa TambangPertanian Pertambangan dan PenggalianPerdagangan, Hotel & Restoran Jasa-jasa

Page 40: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 10

Kontribusi sektor ekonomi lainnya terhadap total perekonomian antara lain sektor bangunan

dengan pangsa sebesar 8,30%, sektor transportasi dengan kontribusi sebesar 7,81%, sektor

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dengan kontribusi 5,05%, industri pengolahan

sebesar 3,75%, listrik, air dan gas sebesar 0,58% dari total perekonomian.

Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi dari Sisi Penawaran

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

1.3.1 Pertanian

Pertumbuhan ekonomi sektor pertanian masih mengalami penurunan namun membaik

dibanding triwulan sebelumnya. Secara triwulanan, pertumbuhan ekonomi mengalami

penurunan sebesar 5,60% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya. Pengaruh panen padi dan

jagung akan dirasakan di di triwulan I dan triwulan II seiring dengan sudah dijualnya komoditas

tersebut di pasar. Total hasil panen padi, jagung dan kedelai di triwulan I 2014 berpotensi

menghasilkan omset sebesar sekitar 3,5 trilyun rupiah, dengan pembagian 2,8 trilyun berasal

dari panen padi, 520 milyar hasil panen jagung triwulan I 2014 dan 200 milyar hasil panen

kedelai.

Grafik 1.19 PDRB Sektor Pertanian

Grafik 1.20 Produksi Tanaman Pangan Padi, Jagung dan Kedelai

NTB

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber : Dinas Pertanian Provinsi NTB, diolah

yoy 2013** 2014***

2012 2013 Tw.4 Tw.1

Pertanian 12,831.82 14,716.44 3,717.33 3,715.77 25.34 4.10 (5.60)

Pertambangan dan Penggalian 9,228.51 9,930.05 2,766.48 2,510.36 17.12 1.01 (9.82)

Industri Pengolahan 1,947.80 2,102.85 540.61 550.43 3.75 4.29 0.40

Listrik,Gas & Air Bersih 252.86 293.10 80.07 84.78 0.58 12.69 1.14

Bangunan 4,116.78 4,538.83 1,246.08 1,216.44 8.30 8.40 (3.02)

Perdagangan, Hotel & Restoran 8,302.15 9,545.45 2,507.88 2,576.80 17.57 6.79 (0.70)

Transportasi & Komunikasi 3,808.39 4,329.33 1,200.85 1,145.60 7.81 8.68 (4.91)

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 2,873.32 3,305.97 869.44 873.05 5.95 6.49 (0.65)

Jasa-jasa 6,318.07 7,515.96 1,983.94 1,988.90 13.56 6.66 (0.69)

NTB 49,679.69 56,277.97 14,912.69 14,662.11 100.00 5.37 (3.94)

NTB tanpa Tambang 41,546.26 47,593.32 12,487.27 12,499.44 85.25 6.30 (2.68)

Nasional 8,241,863.00 9,081,670.74 2,341,571 2,401,200 0.61 5.21 0.95

Periode Bobot yoy qtq

-

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

4.50

5.00

(20.00)

(15.00)

(10.00)

(5.00)

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1

2011* 2012* 2013** 2014***

Trili

un

Pertanian - Kanan Growth (yoy %)-Kiri

Growth (qtq %)-Kiri Growth (ctc %)-Kiri

831

648

505

131

750 764

545

136

810

243 300

48 53

179

331

67 36

247

-

100

200

300

400

500

600

700

800

900

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

Rib

u t

on

Padi Jagung Kedelai

Page 41: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 11

Adanya potensi El Nino ringan di bulan Juni saat ini sudah diantisipasi oleh dinas

pertanian dengan jalan melakukan pendataan bibit varietas padi tahan kekeringan.

Selain itu, saat ini juga dilakukan penanaman dini padi dan penggunaan bibit dengan umur

pendek, sehingga pada bulan Juni diharapkan sudah dapat dilakukan panen kedua. Selesainya

bendungan pandan duri di Bulan Juli 2014 diharapkan juga dapat menambah luas areal tanam

pada waktu tanam padi ke-3 dengan potensi penambahan lahan irigasi mencapai lebih dari

2.000 ha. Adanya potensi panen awal tampak dari tingginya hasil panen padi dan jagung yang

meningkat masing-masing sebesar 7,9% (yoy) dan 37,9% (yoy) dibanding tahun sebelumnya.

Selain itu, produksi kedelai di triwulan I 2014 juga mengalami kenaikan tinggi sebesar 24,5%

dibanding tahun sebelumnya. Tingginya kenaikan produksi jagung terutama disebabkan oleh

kenaikan luas tanam di Kabupaten Dompu yang memang memfokuskan diri sebagai penyuplai

jagung nasional. Demikian pula dengan kenaikan produksi kedelai yang disebabkan oleh

ditunjuknya provinsi NTB sebagai penopangan pasokan kedelai nasional, sehingga program

produksi kedelai juga ditingkatkan.

Adanya cuaca buruk di triwulan I menurunkan produksi hasil tangkapan ikan yang

tampak dari berkurangnya pasokan di pasar dan kenaikan harga ikan.Produksi ikan

budidaya juga terkendala oleh kenaikan harga pakan. Rencana kenaikan produksi ayam saat ini

juga terkendala oleh pasokan pakan ternak. Cuaca buruk juga menurunkan produksi sayur dan

bumbu terutama di bulan januari dan Februari 2014.

Penurunan kegiatan usaha pertanian juga tampak dari hasil survei kegiatan dunia

usaha (SKDU) yang menunjukkan adanya pelambatan. Harga jual komoditas masih relatif

meningkat walau sedikit melemah dibanding triwulan sebelumnya dan kebutuhan tenaga kerja

pertanian sedikit mengalami penurunan.

Penyaluran kredit pertanian juga relatif tidak bertumbuh. Bahkan dibanding tahun

sebelumnya, penyaluran kredit pertanian mengalami penurunan hingga 10,53%

(yoy).Momentum pertumbuhan kredit pertanian di tahun 2012 tidak dapat dipertahankan

lebih disebabkan oleh kualitas kredit yang rendah, sehingga perbankan mengerem penyaluran

kredit pertanian dan memperbaiki portfolio kredit yang disalurkan. Penurunan kredit di

sepanjang tahun 2013 dapat diikuti dengan perbaikan NPL yang tampak dari penurunan NPL

sektor pertanian yang sempat mencapai 5,87% di bulan Oktober dan bisa menurun menjadi

3,13% di akhir tahun. Di triwulan I 2014, NPL sektor pertanian kembali mengalami kenaikan

menjadi 3,31%. Dengan besar penyaluran kredit pertanian yang masih hanya sebesar 333

milyar rupiah atau setara dengan 1,45% dari total kredit yang disalurkan, maka peningkatan

Page 42: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 12

kemampuan petani dalam meminjam dana perbankan dan perbaikan proses analisa kredit oleh

perbankan mutlak diperlukan agar penyaluran kredit pertanian dapat kembali meningkat.

Grafik 1.21 Realisasi Survei Kegiatan Dunia Usaha Sektor

Pertanian Triwulan IV 2013

Grafik 1.22 Nilai dan Pertumbuhan Kredit Sektor Pertanian

Triwulan IV 2013

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

1.3.2 Pertambangan

Adanya penerapan larangan ekspor bahan mentah pertambangan menurunkan

produksi tambang tembaga Provinsi NTB. Dibanding triwulan sebelumnya, pertumbuhan

ekonomi sektor pertambangan mengalami penurunan 9,82% (qtq) dan dibanding tahun

sebelumnya mengalami sedikit kenaikan sebesar 1,01% (yoy).

Berdasarkan data penjualan PT NNT, akibat adanya larangan ekspor konsentrat tembaga,

penjualan PT NNT mengalami penurunan signifikan hingga 63,47% dibanding triwulan

sebelumnya dan menurun 29,10% dibanding penjualan di triwulan yang sama tahun

sebelumnya. Dengan adanya pelarangan ekspor tersebut, saat ini PT NNT hanya mengandalkan

penjualan domestik ke PT Smelting dengan alokasi pengiriman saat ini kurang dari 20% dari

total produksi PT Smelting.

-25.00

-20.00

-15.00

-10.00

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

2011 2012 2013 2014

Tabel 1. Kegiatan Usaha Tabel 2. Harga Jual Tabel 3. Tenaga Kerja

-100%

0%

100%

200%

300%

400%

0

100

200

300

400

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

Kredit Sektor Pertanian (Rp miliar)-KiriGrowth (%yoy)-KananGrowth (%qtq)-Kanan

Page 43: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 13

Grafik 1.23 PDRB Provinsi NTB Sektor Pertambangan Triwulan IV

2013

Grafik 1.24 Perbandingan Nilai Penjualan Konsentrat Tembaga

dibanding PDRB Pertambangan dan Ekspor

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: PT Newmont, BPS, diolah

Terkait besarnya perbedaan nilai penurunan PDRB dengan penjualan PT NNT lebih disebabkan

oleh adanya perbedaan methodologi pengukuran. Perhitungan nilai tambah sektor

pertambangan menggunakan data produksi PT NNT, bukan menggunakan data penjualan.

Masih relatif lancarnya produksi tampak dari adanya peningkatan persediaan PT NNT

dikarenakan serapan pasar yang relatif rendah.

Grafik 1.25 Harga konsentrat dan komoditas Internasional

Emas, Perak dan Tembaga

Grafik 1.26 Penyaluran Kredit Perbankan

di Nusa Tenggara Barat ke Sektor Pertambangan

Sumber: PT Newmont dan Bloomberg, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Harga jual konsentrat secara rata-rata masih mengalami sedikit kenaikan walaupun

menurun di bulan Maret. Penurunan harga di bulan Maret lebih disebabkan oleh penurunan

harga jual tembaga, sedangkan harga jual emas justru sedikit meningkat. Penyaluran kredit

pertambangan juga menunjukkan adanya penurunan seiring dengan adanya pelambatan

kegiatan usaha pertambangan.

-

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

(50.00)

(40.00)

(30.00)

(20.00)

(10.00)

-

10.00

20.00

30.00

40.00

Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1

2011* 2012* 2013** 2014***

Trili

un

Pertambangan - Kanan Growth (yoy %)-Kiri

Growth (qtq %)-Kiri Growth (ctc %)-Kiri

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2009 2010 2011 2012 2013 2014

ADHB Newmont ekspor

6500

7000

7500

8000

8500

9000

9500

10000

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 8 10 12 2

2011 2012 2013 2014

Konsentrat (US/ton) Emas (US/Onz)

Perak US sen/Onz) Tembaga (US/ton) RHS

-10000%

0%

10000%

20000%

30000%

40000%

50000%

60000%

70000%

-

500.00

1,000.00

1,500.00

2,000.00

2,500.00

3,000.00

3,500.00

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

Kredit Sektor Pertambangan (Rp miliar)-Kiri

Page 44: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 14

1.3.3 Perdagangan, Hotel dan Restoran

Pertumbuhan ekonomi sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) mengalami

sedikit penurunan sebesar 0,70% dibanding triwulan sebelumnya. Penurunan aktivitas

perdagangan, hotel dan restoran tersebut tampak dari pelambatan aktivitas bongkar muat di

pelabuhan lembar, penurunan jumlah tamu menginap dan tingkat penghunian kamar hotel,

pelambatan penyaluran kredit perdagangan, hotel dan restoran serta hasil survei SKDU yang

juga menunjukkan penurunan pertumbuhan ekonomi. Penurunan aktivitas PHR lebih

disebabkan oleh siklus aktivitas ekonomi yang memang relatif melambat di bulan Januari dan

Februari.

Dibanding tahun sebelumnya, pertumbuhan ekonomi sektor perdagangan, hotel dan

restoran masih menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi yang menunjukkan secara

fundamental, aktivitas ekonomi di sektor PHR mengalami kenaikan sebesar 6,79% (yoy)

dibanding tahun sebelumnya. Kenaikan aktivitas PHR dikonfirmasi oleh pelaku ekonomi di

sektor perhotelan baik tujuan leisure maupun MICE yang rata-rata juga mengalami kenaikan.

Grafik 1.27 PDRB Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

dan Pertumbuhannya

Grafik 1.28 Aktivitas Bongkar Muat Barang di Pelabuhan

Lembar

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber : BPS Provinsi NTB dan Pelindo III, diolah

Aktivitas bongkar muat barang di pelabuhan lembar mengalami penurunan terlihat

dari terjadinya penurunan 25,75% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya dan

penurunan sebesar 9,08% (yoy). Penurunan aktivitas tidak menunjukkan adanya pelambatan

ekonomi dikarenakan adanya permasalahan waktu tunggu bongkar yang cukup lama yang

disebabkan oleh penuhnya kapasitas bongkar pelabuhan lembar. Saat ini PT Pelindo III sudah

berusaha menerapkan aktivitas bongkar 24 jam namun terkendala oleh jam operasional

pergudangan yang tetap beroperasi normal dan tutup di malam hari. Lamanya proses bongkar

yang mencapai 8 hari kerja sempat mengakibatkan kelangkaan pupuk di bulan Januari

dikarenakan kapal pengangkut pupuk tidak dapat membongkar muatannya dikarenakan harus

-

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

(10.00)

(5.00)

-

5.00

10.00

15.00

Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1

2011* 2012* 2013** 2014***

Trili

un

PHR - Kanan Growth (yoy %)-Kiri

Growth (qtq %)-Kiri Growth (ctc %)-Kiri

411 411 418 381

408

479

403

500

371

22.53

0.04 1.72

(8.83)

7.12

17.30

(15.82)

24.01

(25.75)(30.00)

(20.00)

(10.00)

-

10.00

20.00

30.00

-

100

200

300

400

500

600

Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1

2012 2013 2014

Tho

usa

nd

s

Barang - LHS Bongkar - LHS Muat - LHS Growth (qtq) - RHS

Page 45: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 15

menunggu giliran bongkar. Untuk ini, di tahun 2014, PT Pelindo III mengalokasikan investasi

pemanjangan dermaga sepanjang 65 meter yang diharapkan dapat meningkatkan jumlah kapal

sandar dari 3 kapal menjadi 5 kapal yang diharapkan dapat meningkatkan produktivitas

bongkar muat barang.

Grafik 1.29 Jumlah Tamu yang Menginap di Hotel

Berbintang

Grafik 1.30 Tingkat Penghunian Kamar dan Rata-Rata Lama

Menginap Hotel

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Jumlah tamu menginap di hotel berbintang di triwulan I 2014 mengalami penurunan

25,56% dibanding triwulan sebelumnya lebih dikarenakan siklus low season dalam

pariwisata. Dibanding tahun sebelumnya, jumlah tamu menginap di hotel berbintang

mengalami kenaikan 30,56% yang menunjukkan adanya pertumbuhan jumlah wisatawan

dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan jumlah tamu menginap didominasi oleh

peningkatan jumlah tamu wisatawan asing menginap yang tumbuh hingga 56,55% dibanding

periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan tingkat penghunian kamar (TPK) tidak

menunjukkan adanya penurunan jumlah tamu menginap dikarenakan adanya penambahan

jumlah kamar.

Grafik 1.31 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor

Perdagangan Hotel dan Restoran

Grafik 1.32 Realisasi Survei Kegiatan Dunia Usaha Sektor

PHRTriwulan IV 2013

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar

2012 2013 2014

rib

u

Total DN LN Growth (% qtq) - kanan

-

1

1

2

2

3

3

4

-

10

20

30

40

50

60

70

Jan

Ma

r

Ma

y

Jul

Se

p

No

v

Jan

Ma

r

Ma

y

Jul

Se

p

No

v

Jan

Ma

r

2012 2013 2014

RLM Bintang (RHS) - kanan RLM Non Bintang (RHS) - kananTPK Bintang (%LHS) TPK Non Bintang (%LHS)

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

Trily

un

Kredit Sektor PHR (Rp trilyun)-KiriGrowth (yoy%)-KananGrowth (qtq%)-Kanan

-10.00

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

2011 2012 2013 2014

Tabel 1. Kegiatan Usaha Tabel 2. Harga Jual Tabel 3. Tenaga Kerja

Page 46: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 16

Tren pelambatan penyaluran kredit juga terjadi pada penyaluran kredit sektor PHR

yang tampak terjadi penyaluran kredit secara tahunan yang saat ini hanya bertumbuh sebesar

26,65% (yoy) dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya yang mencapai 54,64%

(yoy).Secara triwulanan, penyaluran kredit juga menunjukkan adanya tren melambat.

Pertumbuhan penyaluran kredit di triwulan I hanya tuumbuh sebesar 2,48% (qtq). Berdasarkan

hasil survei SKDU tampak bahwa pelambatan ekonomi di sektor PHR juga terjadi di triwulan I

2014 yang tampak dari nilai SBT realisasi kegiatan usaha bertanda negative. Namun demikian,

pelambatan tersebut tidak mengurangi kebutuhan tenaga kerja, sedangkan harga jual justru

mengalami pelambatan seiring dengan penurunan permintaan masyarakat.

Page 47: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Boks 1: PerkembanganPerberasan di Provinsi NTB 17

Perkembangan Perberasan di Provinsi NTB

Provinsi NTB saat ini merupakan penghasil padi terbesar ke-10 di Indonesia. Dengan total

produksi padi sebesar 2,1 juta ton atau setara dengan 1,1 juta ton beras dan rata-rata konsumsi per

tahun mencapai 500 ribu ton beras, maka berdasarkan perhitungan, provinsi NTB mampu

menyumbang hingga lebih dari 500 ribu ton ke wilayah lain dalam wilayah NKRI. Berdasarkan

kabupaten penghasil, Kabupaten Lombok Tengah menjadi penghasil padi utama dengan produksi

mencapai 362,6 ribu ton, disusul oleh Kabupaten Sumbawa sebesar 337,4 ribu ton, Kabupaten

Lombok Timur sebesar 300 ribu ton dan Kabupaten Bima sebesar 297,3 ribu ton.

Grafik 1. 10 Provinsi Penghasil Padi Terbesar di Indonesia

Grafik 2. Sebaran Kabupaten penghasil Padi di Provinsi Nusa Tenggara Barat

Sumber : Dinas Pertanian Sumber : Dinas Pertanian

Produksi padi di triwulan I 2014 mengalami kenaikan cukup tinggi. Puncak panen diprediksi

akan berlangsung pada awal April mengikuti umur hidup padi yang rata-rata 100 hari. Berdasarkan

data BULOG, serapan dan penyaluran komoditas beras dan setara beras sepanjang tahun 2013

mencapai 170 ribu ton. Hingga bulan Maret 2014, serapan beras BULOG dari petani mencapai

12.965 ton. Selain itu, total penyaluran beras termasuk pengiriman ke Kupang mencapai 58.169 ton.

Besarnya penyaluran beras lebih disebabkan oleh adanya operasi pasar yang sudah dilakukan hingga

5 kali sepanjang triwulan I dan pengiriman beras keluar NTB sebagai program Movenas yang

dicanangkan. Pengadaan beras akan meningkat signifikan pada bulan April dan Mei seiring dengan

adanya panen raya dan pengolahan beras pada bulan tersebut.

Grafik 3. Data Luas Tanam dan Panen Padi di Provinsi NTB

Grafik 4. Data Komoditas Gabah dan Beras yang keluar Provinsi NTB

Sumber : Dinas Pertanian Sumber : Badan Ketahanan Pangan

0.00 5.00 10.00 15.00

Nusa Tenggara Barat

Kalimantan Selatan

Sumatera Barat

Lampung

Sumatera Selatan

Sumatera Utara

Sulawesi Selatan

Jawa Tengah

Jawa Timur

Jawa Barat

2.06

2.11

2.45

3.15

3.42

3.60

4.60

10.15

11.69

11.89

Millions 0 100 200 300 400

Kab. Lombok Barat

Kab. Lombok Tengah

Kab. Lombok Timur

Kab. Sumbawa

Kab. Dompu

Kab. Bima

Kab. Sumbawa Barat

Kab. Lombok Utara

Kota Mataram

Kota Bima

149.3

362.6

300.0

337.4

149.6

297.5

71.4

54.1

22.5

30.1

Ribu Ton

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

160000

180000

12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6

2012 2013 2014

Luas lahan panen padi (ha)

Luas lahan tanam padi (ha)

4,540 5,909

3,602

6,907

11,557

10,503

4,308 4,185

3,528

9,792

8,077

4,195 4,627

16,008

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

JAN

FEB

MA

R

AP

R

MA

Y

JUN

JUL

AU

G

SEP

OC

T

NO

V

DEC

JAN

FEB

2013 2014

a. Gabah b. Beras

Page 48: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Boks 1: PerkembanganPerberasan di Provinsi NTB 18

Berdasarkan data Badan Ketahanan Pangan Provinsi NTB, sepanjang tahun 2013, penyaluran

beras dan setara beras keluar Provinsi NTB mencapai 93 ribu ton. Dengan asumsi penyaluran beras

miskin tidak menurunkan data konsumsi beras penduduk dan total produksi padi sesuai dengan data

dinas pertanian, maka total beras keluar atau produksi yang tidak tercatat mencapai lebih dari 300

ribu ton beras atau sekitar dari 600 ribu gabah kering panen.

Gambar 1. Rantai Distribusi Komoditas Padi

Berdasarkan hasil penelitian Bank Indonesia bekerjasama dengan universitas Mataram (2011),

rantai penjualan beras sebagian besar melalui pengepul, kemudian dijual melalui Penggilingan,

dipasarkan melalui pengecer tradisional baru diterima oleh konsumen. Hanya sebagian kecil yang

penjualannya langsung dijual melalui pengecer tradisional. Adapun sifat struktur pasar adalah

oligopoli di level penggilingan, yaitu hanya beberapa penggilingan besar yang menguasai distribusi

beras di Provinsi NTB. Namun demikian, dikarenakan banyaknya pemain komoditas beras, maka

adanya gangguan pada satu penggilingan tidak terlalu berpengaruh karena langsung dapat diisi oleh

pedagang yang lain.

Berdasarkan informasi dari kelompok tani, panen padi di triwulan I 2014 relatif mengalami

kenaikan dibanding tahun sebelumnya. Kenaikan produksi tidak disebabkan oleh luas tanam yang

meningkat, tetapi disebabkan oleh kenaikan produktifitas sebagai dampak dari penerapan teknologi

baru dalam pertanian. Saat ini, petani sudah mulai mengaktifkan penggunaan pupuk organik. Selain

itu, juga digunakan bakteri penyubur tanah yang terbukti dapat meningkatkan produksi padi.

Dibanding tahun sebelumnya, produksi pada mengalami kenaikan signifikan dari rata-rata 6,4 ton per

hektar menjadi 8-9 ton per hektar. Maka apabila dibandingkan dengan data kenaikan luas tanam

dinas pertanian, produksi padi diperkirakan memang akan mengalami kenaikan cukup tinggi.

Hambatan yang saat ini terjadi adalah munculnya hama wereng di pulau Lombok yang sudah

menyerang puluhan hektar tanaman padi.

12,5 %

Produsen Pengepul

Penggilingan

Grosir

Pengecer

Tradisonal

Pengecer

Modern

Konsumen

Akhir

87,5 %

11,88%

5,72%

61%

24%

15%

100%

14,28%

80%

19,37% 68,75%

100%

Page 49: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Boks 1: PerkembanganPerberasan di Provinsi NTB 19

Berdasarkan Informasi pengepul gabah, didapatkan bahwa pada saat panen maupun

menjelang panen, terjadi peningkatan penyaluran gabah kering panen dari wilayah Sumbawa ke

Pulau Jawa. Berdasarkan informasi, gabah dari Kabupaten Sumbawa sebagian besar dikirim ke

Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur, sedangkan gabah dari Pulau Lombok selain dikirim ke

Banyuwangi, juga dikirim ke Kabupaten Jember Jawa Timur. Berdasarkan kondisi penggilingan beras

yang ada, sebagian besar penggilingan di Pulau Lombok masih menggunakan mesin kecil,

sedangkan penggilingan di Pulau Sumbawa lebih banyak yang menggunakan pecah kulit ukuran

besar, sehingga diyakini pengiriman gabah ke Kabupaten Banyuwangi dan Jember dari Pulau Lombok

jauh lebih banyak dibandingkan pengiriman gabah dari Pulau Sumbawa. Bahkan berdasarkan

informasi dinas pertanian, penggilingan besar di Kabupaten Banyuwangi dan Jember sudah

mengetahuijadwal panen padi di pulau Lombok, sehingga mereka langsung ke Lombok untuk

melakukan pembelian gabah.

Dalam kondisi panen, pengepuldalam sehari rata-rata mampu mengirimkan hingga 100 ton

gabah ke Banyuwangi. Pengiriman gabah cukup besar biasanya dilakukan mulai bulan Maret hingga

bulan September. Dalam 1 tahun, di Pulau Sumbawa kira-kira disalurkan lebih dari20 ribu ton gabah.

Apabila diyakini pengiriman gabah di Pulau Lombok lebih besar dibanding pulau Sumbawa yang

disebabkan oleh jumlah produksi padi yang juga lebih besar, maka pengiriman gabah keluar diyakini

juga jauh lebih tinggi dibanding pencatatan badan ketahanan pangan yang hanya sebesar 30 ribu ton

per tahun. Adapun kelemahan pencatatan yang dilakukan saat ini lebih disebabkan oleh masih

kurang ketatnya pengawasan angkutan truk keluar provinsi NTB, sehingga banyak angkutan bahan

pangan yang menggunakan truk tidak melaporkan muatannya kepada tim pencatat komoditas

pangan strategis yang ada di sekitar pelabuhan keluar Provinsi NTB. Tidak adanya pencatatan jenis

komoditas keluar oleh ASDP saat ini diduga menjadi sumber utama kebocoran pencatatan komoditas

pangan strategis di Provinsi NTB khususnya komoditas padi.

Dengan kondisi pasokan yang relatif rendah, maka kapasitas utilisasi mesin pecah gabah juga

relatif rendah. Hal ini terutama dialami oleh penggilingan di Pulau Sumbawa dikarenakan kapasitas

produksi yang juga relatif lebih besar dibandingkan rata-rata penggilingan di Pulau Lombok.

Pengiriman beras olahan di Pulau Sumbawa terutama dipasok ke Kota Mataram, Provinsi Bali, Provinsi

Kupang, Jawa Timur dan Kota Makasar. Saat ini di Kabupaten Sumbawa mulai banyak berdiri gudang

penyimpanan gabah untuk disalurkan ke Jawa. Apabila pengolahan gabah dapat dilakukan di dalam

wilayah provinsi NTB, maka potensi nilai tambah yang dihasilkan juga mengalami peningkatan.

Page 50: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang
Page 51: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 20

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT

1

1.1 KONDISI UMUM Inflasi Provinsi NTB di Triwulan I 2014 dibawah capaian inflasi nasional. Adanya deflasi

di bulan Maret sebesar 0,38% (mtm) mampu membuat inflasi NTB mengalami pelambatan.

Inflasi NTB mengalami kenaikan cukup tinggi di bulan Januari hingga 1,44% (mtm) disebabkan

oleh adanya perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW selama satu bulan penuh. Adanya

permintaan bahan makanan yang cukup tinggi, membuat harga-harga bahan makanan

meningkat signifikan. Kenaikan harga bahan bakar LPG 12 kg hingga 150 ribu juga membuat

harga makanan jadi mengalami kenaikan.Setelah dilakukan protes dan dilakukan penyesuaian

harga LPG kembali, harga makanan jadi tetap sehingga cukup menunjang terjadinya inflasi.

Inflasi di bulan Februari 2014 masih sedikit meningkat diakibatkan oleh masih adanya perayaan

Maulid Nabi di bulan Februari yang berpotensi meningkatkan permintaan dan harga. Adanya

cuaca buruk juga membuat harga tangkapan ikan meningkat cukup besar dikarenakan

sedikitnya pasokan ikan di pasar. Kenaikan fuel shurcharge pesawat juga membuat biaya

transportasi udara mengalami kenaikan signifikan terutama di Kota Bima. Pada bulan Maret,

harga barang kembali normal yang tampak dari menurunnya harga sayur-sayuran, daging-

dagingan, dan bahan makanan lainnya. Cuaca yang relatif bagus juga membuat harga ikan

mengalami penurunan. Adanya awal musim panen padi, juga membuat harga padi-padian

mengalami penurunan.

Grafik 2.1

Perkembangan Inflasi Tahunan Provinsi NTB

dan Nasional

Grafik 2.2

Perkembangan Inflasi Bulanan Provinsi NTB dan

Nasional

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

3.79

4.30

8.38

7.32

6.55

3.99

9.51

7.03

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

10.00

11.00

jan mar may jul sep nov jan mar may jul sep nov jan mar may jul sep nov jan mar

2011 2012 2013 2014

Inflasi Nasional

Inflasi NTB

0.55 0.08

0.60

-0.38

(2.00)

(1.00)

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

jan

mar

may ju

l

sep

nov

jan

mar

may ju

l

sep

nov

jan

mar

2012 2013 2014

Inflasi Nasional

Inflasi NTB

Page 52: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 21

Secara tahunan, inflasi Provinsi NTB mencapai 7,03% (yoy), lebih rendah dibanding

inflasi nasional yang sebesar 7,32% (yoy). Penurunan inflasi terjadi sejak bulan Januari

2014.Walaupun masih terjadi inflasi yang cukup tinggi di bulan Januari, namun dikarenakan

pencapaian inflasi yang lebih rendah dibanding tahun sebelumnya, inflasi tahunan Provinsi NTB

tetap bergerak turun. Inflasi secara triwulanan dan kumulatif juga menunjukkan tren

pelambatan inflasi dengan nilai inflasi sebesar 1,35% (qtq) lebih rendah dibanding inflasi

nasional yang sebesar 1,42% (qtq).

Grafik 2.3 Perkembangan Inflasi Kumulatif Provinsi NTB

dan Nasional

Grafik 2.4 Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi NTB

dan Nasional

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Berdasarkan pendekatan disagregasi inflasi, inflasi di triwulan I 2014 disebabkan

inflasi administered price terutama akibat dari adanya kenaikan harga bahan bakar

rumah tangga. Inflasi komoditas volatile food menjadi penyumbang inflasi terbesar di bulan

Januari dan Februari 2014, namun harga dapat kembali normal di bulan Maret 2014.Inflasi inti

di triwulan I 2014 juga relatif besar dikarenakan oleh adanya kenaikan harga makanan jadi dan

harga ikan diawetkan.

1.2 INFLASI BERDASARKAN KOMODITAS Sepanjang triwulan I 2014, kelompok komoditas makanan jadi, minuman dan

tembakau mengalami kenaikan harga tertinggi dibanding komoditas lainnya dengan nilai

inflasi sebesar 2,64% (qtq).Adanya kenaikan harga gas di awal tahun menjadi momentum bagi

pedagang makanan jadi untuk menyesuaikan harga di sepanjang triwulan I 2014. Kelompok

komoditas transportasi, komunikasi dan jasa keuangan menjadi komoditas dengan kenaikan

inflasi terbesar ke-2 yang terutama disebabkan oleh adanya kenaikan harga bahan bakar dan

kenaikan airport tax di Bandara Internasional Lombok, yang diikuti denganpenyesuaian harga

tiket pesawat terutama terjadi di kota Bima. Inflasi kelompok komoditas bahan makanan hanya

terjadi di bulan Januari dan Februari seiring dengan adanya perayaan Maulid Nabi.

1.41

1.35

(2.00)

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

jan

apr

jul

oct

jan

apr

jul

oct

jan

apr

jul

oct

jan

apr

jul

oct

jan

2010 2011 2012 2013 2014

Inflasi Nasional Inflasi NTB

0.75

1.42 1.25

1.35

(2.00)

(1.00)

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

jan mar may jul sep nov jan mar may jul sep nov jan mar

2012 2013 2014

Inflasi Nasional

Inflasi NTB

Page 53: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 22

Tabel 2.1 Ringkasan Perkembangan Inflasi Provinsi NTB

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Secara tahunan, inflasi pada kelompok komoditas transportasi masih menjadi

penyumbang inflasi terbesar dengan nilai inflasi sebesar 11,54% (yoy). Adanya kenaikan

BBM, kenaikan tarif dasar listrik dan kenaikan harga tiket pesawat menjadi penyebab utama

tingginya inflasi pada komoditas transportasi.Inflasi pada komoditas makanan jadi menjadi

inflasi terbesar kedua yang disebabkan oleh adanya penyesuaian harga jual karena

meningkatnya biaya operasional. Inflasi terendah terjadi pada kelompok komoditas sandang

dengan nilai inflasi sebesar 1,40% (yoy). Semakin menjamurnya pedagang pakaian

berpengaruh positif dalam mengontrol kenaikan harga sandang, sehingga harga pakaian dapat

dijaga pada level yang rendah.

1.2.1 Bahan Makanan Inflasi kelompok komoditas bahan makanan sepanjang triwulan I 2014 sebesar 1,25%

(qtq) relatif lebih rendah dibanding capaian inflasi bahan makanan di triwulan yang

sama tahun sebelumnya yang mencapai 11,14% (qtq). Rendahnya inflasi terutama

disebabkan oleh terjadinya deflasi di bulan Maret sebesar 2,41% (mtm), sehingga kenaikan

inflasi yang tinggi di bulan Januari 2014 dapat diturunkan.

Inflasi bahan makanan sangat peka terhadap gangguan permintaan dan pasokan.Adanya

perayaan Maulid Nabi di bulan Januari hingga pertengahan Februari mampu meningkatkan

harga bahan makanan. Namun demikian, harga bahan makanan kembali turun di bulan Maret

2014 seiring dengan tidak adanya even besar keagamaan. Faktor cuaca menjadi penyebab

utama gangguan pasokan di triwulan I 2014. Adanya cuaca buruk di bulan Januari dan Februari

juga membuat harga ikan segar dan diawetkan meningkat cukup besar. Kondisi cuaca yang

masih hujan membuat pasokan cabe rawit di bulan Februari dan Maret mengalami penurunan,

sehingga harga jual mengalami kenaikan signifikan pada bulan Tersebut.

2014 mtm

jan Feb Mar jan feb mar

Nasional 110.99 111.28 111.37 1.07 0.26 0.08 7.32 1.41

UMUM 111.67 111.99 111.57 1.44 0.29 -0.38 7.03 1.35

BAHAN MAKANAN 120.27 120.76 117.85 3.33 0.41 -2.41 7.04 1.25

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 108.51 109.49 109.78 1.45 0.90 0.26 7.53 2.64

PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 111.03 111.11 111.11 1.26 0.07 0.00 7.20 1.33

SANDANG 103.54 103.65 103.68 0.11 0.11 0.03 1.40 0.25

KESEHATAN 103.67 103.88 103.72 0.38 0.20 -0.15 1.76 0.43

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 103.71 103.79 103.85 0.00 0.08 0.06 1.92 0.13

TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 111.95 112.09 113.34 0.13 0.13 1.12 11.54 1.37

KETERANGAN ytdyoy

Page 54: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 23

Grafik 2.5

Perkembangan Inflasi Bulanan, Kumulatif dan

Tahunan Komoditas Bahan Makanan

Grafik 2.6

Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan

Kelompok Komoditas Bahan Makanan

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Berdasarkan arah pergerakan harga, baik secara triwulanan, tahunan, kumulatif

maupun secara bulanan menunjukkan adanya tren penurunan harga bahan makanan.

Inflasi bahan makanan terutama terjadi pada bulan Januari sebesar 3,33% (mtm) dikarenakan

oleh meningkatnya permintaan sepanjang perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Perayaan

Maulid Nabi menjadi perayaan besar di provinsi NTB seiring dengan adanya adat untuk

merayakan perayaan tersebut selama 1 bulan penuh. Pada perayaan ini, masing-masing rumah

tangga atau dikoordinasikan dalam satu kampung akan mengundang kerabat dan tetangga

untuk makan bersama. Hal ini berdampak pada tingginya permintaan bahan makanan,

sehingga harga-harga bahan makanan mengalami kenaikan tinggi. Adanya kondisi cuaca buruk

juga membuat pasokan ikan segar dan diawetkan berkurang, yang juga memperbesar kenaikan

harga yang terjadi.

Berdasarkan kelompok komoditas, Ikan diawetkan mengalami kenaikan tertinggi

sebesar 16,15% (mtm) di bulan Januari dibanding bulan sebelumnya. Harga sayur-

sayuran mengalami kenaikan kenaikan terbesar kedua dengan nilai inflasi sebesar 15,51%

(mtm) disusul oleh kenaikan inflasi kacang-kacangan (7,45% (mtm)), daging dan hasil-hasilnya

(6,98% (mtm)), dan ikan segar (4,99% (mtm)). Penurunan harga justru terjadi pada komoditas

bumbu-bumbuan seiring dengan menurunnya harga bawang merah.

Di bulan Februari 2014 masih terjadi inflasi walaupun cukup rendah sebesar 0,41%.

Adanya kenaikan harga beras seiring dengan turunnya pasokan menjadi penyebab utama

terjadinya inflasi pada kelompok bahan makanan. Kondisi cuaca yang buruk juga masih menjadi

penyebab utama meningkatnya harga ikan segar dan diawetkan. Pengaruh perayaan Maulid

Nabi mulai berkurang terutama sejak minggu ke-2 yang tampak dari adanya penurunan harga

pada komoditas sayur-sayuran, daging dan hasil-hasilnya dan telur.

jan feb mar apr may jun jul aug sep oct nov dec jan feb mar

2013 2014

mtm 5.31 2.95 2.50 0.75 -3.1 1.35 10.5 2.10 -6.3 0.48 -0.4 1.33 3.33 0.41 -2.4

ytd 5.31 8.43 11.1 11.9 8.40 9.87 21.4 24.0 16.1 16.6 16.2 17.7 3.33 3.75 1.25

yoy 2.40 3.45 8.89 10.7 9.22 9.34 19.1 20.6 14.2 17.4 17.2 17.7 15.0 12.1 7.04

-10.00

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

Infl

asi

-20

-10

0

10

20

30Padi-padian, Umbi-…

Daging dan Hasil-…

Ikan Segar

Ikan Diawetkan

Telur, Susu dan …

Sayur-sayuranKacang - kacangan

Buah - buahan

Bumbu - bumbuan

Lemak dan Minyak

Bahan Makanan …

Jan-14

Feb-14

Mar-14

Page 55: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 24

Pada bulan Maret 2014, komoditas bahan makanan mengalami deflasi 2,41% (mtm)

yang disebabkan oleh kembali normalnya harga barang pasca perayaan Maulid dan dimulainya

masa panen padi yang tampak dari penurunan harga beras. Kondisi cuaca yang membaik juga

mampu menurunkan harga ikan segar dan diawetkan. Kenaikan harga justru terjadi pada

kelompok komoditas bumbu-bumbuan seiring dengan cukup jarangnya pasokan komoditas

tersebut di pasar, sehingga di level pengecer, harga dapat menembus hingga seratus ribu per

kilogramnya.

1.2.2 Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau Sepanjang triwulan I 2014, inflasi kelompok komoditas makanan jadi, minuman dan

tembakau mengalami kenaikan yang cukup besar.Adanya kenaikan harga LPG 12kg

menjadi pemicu utama penyesuaian harga makanan jadi di Provinsi NTB. Penyesuaian harga

terbesar terjadi di Kota Bima dengan kenaikan inflasi kelompok komoditas makanan jadi

sebesar 9,69% di sepanjang triwulan I 2014. Adapun total inflasi kelompok komoditas

makanan jadi, minuman dan tembakau triwulan I 2014 mencapai 2,64%.

Grafik 2.7 Perkembangan Inflasi Bulanan, Kumulatif dan Tahunan Komoditas Makanan Jadi, Minuman

dan Tembakau

Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan

Kelompok Komoditas Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Dibanding tahun sebelumnya, Kenaikan harga makanan jadi, minuman dan tembakau

mencapai 7,53% (yoy), dengan penyumbang utama adalah kenaikan harga makanan jadi

yang naik hingga 8,42% (yoy). Adanya kenaikan harga bahan bakar bersubsidi, kenaikan biaya

listrik dan gas rumah tangga membuat biaya operasional pedagang mengalami peningkatan

yang akhirnya diikuti oleh kenaikan harga komoditas makanan jadi, minuman dan

tembakau.Komoditas penyumbang inflasi utama makanan jadi, minuman dan tembakau di

triwulan I 2014 antara lain komoditas mie, ayam bakar, kopi manis, telur asin, dan kenaikan

harga rokok.

jan feb mar apr may jun jul aug sep oct nov dec jan feb mar

2013 2014

mtm 0.05 0.08 0.20 0.40 0.23 0.66 0.68 0.98 0.34 0.48 0.35 0.27 1.45 0.90 0.26

ytd 0.05 0.13 0.33 0.74 0.97 1.64 2.33 3.33 3.68 4.17 4.53 4.82 1.45 2.37 2.64

yoy 4.11 3.88 3.37 3.25 3.12 3.53 3.50 3.97 4.24 4.59 4.73 4.82 6.81 7.68 7.53

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

Infl

asi

-1.00

-0.50

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU

Makanan Jadi

Minuman yang Tidak Beralkohol

Tembakau dan Minuman Beralkohol

Page 56: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 25

1.2.3 Perumahan, Listrik, Air dan Gas Inflasi kelompok komoditas Perumahan, Listrik, Air dan Gas di triwulan I 2014 sebesar

1,33% (qtq). Inflasi terutama disebabkan oleh adanya kenaikan harga bahan bakar rumah

tangga hingga 5,72% (qtq), seiring dengan adanya kenaikan harga gas. Secara tahunan, inflasi

komoditas perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar mencapai 7,20% (yoy). Inflasi pada

kelompok komoditas bahan bakar, penerangan dan air menjadi penyumbang inflasi terbesar

dengan nilai inflasi mencapai 15,33% (yoy). Adanya kenaikan tarif listrik di tahun 2013, serta

penyesuaian harga LPG 3kg dan 12 kg menjadi penyebab utama tingginya inflasi di kelompok

komoditas tersebut.

Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi Bulanan, Kumulatif dan

Tahunan Komoditas Perumahan, Listrik, Air dan Gas

Grafik 2.10 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan

Kelompok Komoditas Perumahan, Listrik, Air dan Gas

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

1.2.4 Sandang Inflasi kelompok komoditas sandang relatif tetap dibanding triwulan sebelumnya. Nilai

inflasi di sepanjang triwulan I 2014 hanya sebesar 0,25% (qtq) sedangkan secara tahunan juga

relatif rendah hanya sebesar 1,40% (yoy). Rendahnya inflasi terutama disebabkan oleh semakin

banyaknya pedagang komoditas sandang di Kota Mataram dan Bima, sehingga dengan

banyaknya pilihan pembeli, harga cenderung akan stabil demi mendapatkan dan

mempertahankan pelanggan yang ada. Pembeli pun juga semakin mudah dalam menentukan

pilihan berbelanja, sehingga konsumen diuntungkan oleh banyaknya pilihan dan stabilnya

harga jual. Kondisi deflasi justru terjadi pada kelompok komoditas sandang wanita dan anak-

anak yang mengalami deflasi 0,02 (qtq) dan 0,03% (qtq) sedangkan inflasi terjadi pada

kelompok komoditas barang pribadi dan sandang lain 0,92% (qtq) dan sandang laki-laki 0,23%

(qtq).

jan feb mar apr may jun jul aug sep oct nov dec jan feb mar

2013 2014

mtm 0.21 0.50 0.13 0.30 0.32 0.04 0.67 0.80 1.51 0.63 0.94 0.64 1.26 0.07 0.00

ytd 0.21 0.71 0.83 1.14 1.46 1.50 2.19 3.00 4.55 5.22 6.21 6.89 1.26 1.33 1.33

yoy 8.30 5.15 5.13 4.65 5.22 4.53 4.83 5.17 5.26 5.67 6.67 6.89 7.87 7.33 7.20

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

Infl

asi

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB

Biaya Tempat Tinggal

Bahan Bakar, Penerangan dan Air

Perlengkapan Rumahtangga

Penyelenggaraan Rumahtangga

Page 57: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 26

Grafik 2.11 Perkembangan Inflasi Bulanan, Kumulatif dan

Tahunan Komoditas Komoditas Sandang

Grafik 2.12 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan

Kelompok Komoditas Sandang

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

1.2.5 Kesehatan Inflasi komoditas Kesehatan juga relatif rendah sepanjang triwulan I 2014 dengan nilai

inflasi sebesar 0,43% (qtq). Kenaikan harga hanya terjadi pada kelompok komoditas obat-

obatan seiring dengan adanya kenaikan biaya bahan baku, sedangkan inflasi pada komoditas

lainnya cenderung tetap. Bahkan, kelompok komoditas perawatan jasmani dan kosmetika

mengalami deflasi seiring dengan adanya penurunan harga shampoo dan sikat gigi.

Grafik 2.13 Perkembangan Inflasi Bulanan, Kumulatif dan

Tahunan Komoditas Kesehatan

Grafik 2.14 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan

Kelompok Komoditas Kesehatan

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

1.2.6 Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga

Inflasi pada kelompok komoditas pendidikan, rekreasi dan olah raga di triwulan I 2014

relatif stabil dengan nilai inflasi hanya sebesar 0,13% (qtq), menjadikan inflasi komoditas

pendidikan, rekreasi dan olah raga sebagai komoditas dengan kenaikan harga terendah di

triwulan I 2014. Rendahnya inflasi lebih disebabkan oleh pola kenaikan biaya pendidikan yang

jan feb mar apr may jun jul aug sep oct nov dec jan feb mar

2013 2014

mtm -0.0 -0.1 -0.4 -0.3 -0.9 0.54 -0.3 0.89 1.54 -0.3 -0.1 0.19 0.11 0.11 0.03

ytd -0.0 -0.1 -0.5 -0.8 -1.7 -1.2 -1.5 -0.7 0.81 0.44 0.34 0.54 0.11 0.21 0.25

yoy 6.17 5.24 4.10 3.91 3.40 3.98 3.43 0.50 1.13 0.18 0.26 0.54 1.08 1.22 1.40

-3.00

-2.00

-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

Infl

asi

-4.00

-3.00

-2.00

-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00SANDANG Sandang Laki-lakiSandang Wanita Sandang Anak-anakBarang Pribadi dan Sandang Lain

jan feb mar apr may jun jul aug sep oct nov dec jan feb mar

2013 2014

mtm 0.36 -0.0 0.52 0.16 0.00 0.34 0.22 0.07 0.08 0.09 0.13 0.12 0.38 0.20 -0.1

ytd 0.36 0.32 0.84 1.00 1.00 1.35 1.57 1.64 1.72 1.81 1.95 2.06 0.38 0.58 0.43

yoy 2.53 2.17 2.56 2.19 2.10 2.39 2.54 2.63 2.63 1.85 1.95 2.06 2.40 2.60 1.76

-0.50

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

Infl

asi

-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00KESEHATANJasa KesehatanObat-obatanJasa Perawatan JasmaniPerawatan Jasmani dan Kosmetika

Page 58: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 27

biasanya baru terjadi menjelang tahun pelajaran baru dimulai, sehingga inflasi di luar awal

sekolah atau kuliah cenderung stabil. Kenaikan harga hanya terjadi pada kelompok komoditas

rekreasi yang mengalami kenaikan harga di bulan Februari sebesar 0,43% (mtm).

Grafik 2.15 Perkembangan Inflasi Bulanan, Kumulatif dan Tahunan Komoditas Pendidikan, Rekreasi dan

Olah Raga

Grafik 2.16 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan

Kelompok Komoditas Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

1.2.7 Transport, Komunikasi dan Jasa Komoditas transportasi, komunikasi dan jasa mengalami inflasi triwulanan yang cukup

besar di triwulan I 2014. Total inflasi triwulan I 2014 sebesar 1,37% (qtq) dengan pendorong

utama inflasi pada kelompok komoditas transportasi terutama adanya kenaikan harga tiket

pesawat jurusan Bima yang naik hingga 28,49% (mtm) di bulan Maret 2014. Kenaikan harga

tiket tersebut merupakan penyesuaian harga atas kenaikan biaya bahan bakar pesawat di bulan

sebelumnya.

Grafik 2.17 Perkembangan Inflasi Bulanan, Kumulatif dan

Tahunan Komoditas Transport, Komunikasi dan Jasa

Grafik 2.18 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan

Kelompok Komoditas Transport, Komunikasi dan Jasa

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

jan feb mar apr may jun jul aug sep oct nov dec jan feb mar

2013 2014

mtm 0.00 0.00 0.00 0.03 -0.0 0.00 1.04 0.22 0.12 0.61 0.00 0.00 0.00 0.08 0.06

ytd 0.00 0.00 0.00 0.03 -0.0 -0.0 1.04 1.26 1.38 2.00 2.00 2.00 0.00 0.08 0.13

yoy 3.06 3.03 3.05 3.05 2.87 2.87 2.21 2.01 2.11 2.65 2.57 2.00 1.79 1.86 1.92

-0.50

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

Infl

asi

-0.10

0.00

0.10

0.20

0.30

0.40

0.50Pendidikan

Kursus-kursus / Pelatihan

Perlengkapan / Peralatan

PendidikanRekreasi

Olahraga

Dec-13

Jan-14

Feb-14

jan feb mar apr may jun jul aug sep oct nov dec jan feb mar

2013 2014

mtm 0.05 0.29 0.10 -0.1 0.01 3.24 7.46 0.65 0.22 0.20 0.09 0.00 0.13 0.13 1.12

ytd 0.05 0.34 0.44 0.28 0.29 3.54 11.2 11.9 12.2 12.4 12.5 12.5 0.13 0.26 1.37

yoy 1.49 1.98 1.74 1.51 1.49 4.45 12.2 12.6 12.9 13.0 13.1 12.5 10.5 10.4 11.5

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

Infl

asi

-4.00

1.00

6.00

11.00TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KTransporKomunikasi Dan PengirimanSarana dan Penunjang TransporJasa Keuangan

Page 59: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 28

1.3 INFLASI PERIODIKAL

1.3.1 INFLASI TRIWULANAN Inflasi di triwulan I 2014 mengalami sedikit kenaikan sebesar 1,35% (qtq) dibanding

triwulan sebelumnya. Inflasi terutama disebabkan oleh meningkatnya inflasi komoditas

makanan, minuman dan tembakau sebesar 2,64% (qtq) seiring dengan adanya kenaikan harga

gas. Komoditas transportasi, komunikasi dan jasa mengalami kenaikan terbesar kedua sebesar

1,37% (qtq) seiring dengan adanya kenaikan harga tiket pesawat, disusul oleh kenaikan inflasi

komoditas perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 1,33% (qtq) dan kenaikan

inflasi bahan makanan sebesar 1,25% (qtq).

Grafik 2. 19 Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi NTB Berdasarkan Komoditas

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Tekanan inflasi yang cukup tinggi hanya terjadi di bulan Januari yang disebabkan oleh

adanya lonjakan permintaan bahan makanan karena adanya perayaan Maulid Nabi Muhammad

SAW.Inflasi di bulan Februari sudah melambat, sedangkan di bulan Maret 2014 justru terjadi

deflasi.

1.3.2 Inflasi Tahunan Secara tahunan, Inflasi provinsi NTB relatif melambat dibanding posisi akhir tahun

2013. Inflasi di triwulan I 2014 sebesar 7,03% melambat dibanding inflasi di akhir tahun 2013

sebesar 9,51% (yoy). Besarnya penurunan inflasi terutama disumbang oleh penurunan inflasi

kelompok komoditas bahan makanan yang turun signifikan dari 17,74% (yoy) di akhir tahun

menjadi hanya 7,04% di triwulan I 2014.Penurunan inflasi kelompok komoditas bahan

makanan lebih disebabkan oleh relatif rendahnya inflasi komoditas tersebut pada triwulan I

2014 dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya.

-6.00

-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

Tw I

Tw II

Tw II

I

Tw IV Tw

I

Tw II

Tw II

I

Tw IV Tw

I

Tw II

Tw II

I

Tw IV mar

2011 2012 2013

UMUMBAHAN MAKANANMAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAUPERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BBSANDANGKESEHATANPENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGATRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K

Page 60: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 29

Grafik 2.20 Perkembangan Inflasi Tahunan Provinsi NTB Berdasarkan Komoditas

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Kenaikan inflasi tahunan justru terjadi pada komoditas transportasi, komunikasi dan

jasa-jasa serta komoditas makanan jadi seiring dengan adanya kenaikan biaya bahan bakar

dan kenaikan harga gas di triwulan I 2014.Inflasi relatif tinggi juga terjadi pada komoditas

perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar yang juga disebabkan oleh kenaikan harga LPG 12

kg.Sedangkan tiga kelompok komoditas dengan inflasi rendah antara lain kelompok komoditas

sandang, kesehatan, dan pendidikan, rekreasi dan olah raga.

1.4 DISAGREGASI INFLASI

1.4.1 Provinsi Nusa Tenggara Barat Berdasarkan disagregasi inflasi, inflasi di triwulan I 2014 terutama disumbang oleh

inflasi administered price sebesar 3,00% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya. Relatif

tingginya inflasi administered price terutama disebabkan oleh adanya kenaikan harga gas dan

transportasi udara, sehingga inflasi administered price relatif lebih tinggi dibanding inflasi inti

dan volatile food. Sepanjang dua bulan pertama di triwulan I 2014, inflasi volatile food menjadi

penyumbang inflasi tertinggi.Namun demikian, adanya deflasi komoditas volatile food mampu

kembali menurunkan inflasi volatile food.

Grafik 2.21 Disagregasi Inflasi Bulanan Provinsi NTB

Grafik 2.22 Disagregasi Inflasi Tahunan Provinsi NTB

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

jan

feb

mar apr

may ju

n jul

aug

sep

oct

nov

dec

jan

feb

mar apr

may ju

n jul

aug

sep

oct

nov

dec

jan

feb

mar apr

may ju

n jul

aug

sep

oct

nov

dec

jan

feb

mar

2011 2012 2013 2014

UMUM Bahan Makanan Makanan Jadi PerumahanSandang Kesehatan Pendidikan Transportasi

-6.00

-1.00

4.00

9.00

14.00

jan mar may jul sep nov jan mar may jul sep nov jan mar

2012 2013 2014

UMUM

core inflation

administered price

volatile food

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

jan mar may jul sep nov jan mar may jul sep nov jan mar

2012 2013 2014

UMUM core inflation

administered price volatile food

Page 61: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 30

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Secara tahunan, inflasi komoditas volatile food mengalami penurunan paling besar

dari 18,34% (yoy) di akhir tahun 2013 menjadi hanya sebesar 6,40% (yoy) di akhir

triwulan I 2014. Dikarenakan sifat komoditas yang sangat dipengaruhi oleh besarnya

permintaan dan pasokan di pasar, maka peran pemerintah dirasa sangat diperlukan dalam

mengendalikan volatilitas kenaikan harga-harga komoditas volatile food tersebut.Untuk itu,

melalui TPID, pemerintah saat ini terus berusaha untuk menjaga sentimen masyarakat melalui

diseminasi kondisi pasokan dan langkah yang dilakukan pemerintah melalui media masa, agar

tercipta kestabilan harga dan mencegah terjadinya permainan harga di pasar.

Tren kenaikan harga saat ini justru terjadi pada komoditas administered price. Sejak

kenaikan harga BBM di bulan Juni 2013, inflasi kelompok komoditas administered price terus

mengalami kenaikan berturut-turut disebabkan oleh kenaikan tarif dasar listrik, kenaikan harga

LPG 3 kg di akhir tahun 2013, kenaikan harga LPG 12 kg di akhir bulan Januari 2014 serta

kenaikan biaya bahan bakar pesawat dan airport tax yang berdampak pada penyesuaian tarif

penerbangan. Inflasi inti juga memiliki kecenderungan meningkat walaupun relatif kecil.

1.4.2 Kota Mataram Pergerakan disagregasi inflasi di Kota Mataram sangat didorong oleh pergerakan

inflasi komoditas volatile food.Tingginya peran komoditas volatile food di kotaMataram

pada triwulan I 2014 lebih disebabkan oleh adanya perayaan Maulid Nabi, sehingga tingginya

permintaan selama hari raya secara langsung berpengaruh pada kenaikan harga komoditas

volatilefood. Peran pemerintah dalam mengatur pasokan dinilai cukup berhasil yang tampak

dari kenaikan harga di bulan Januari yang tidak setinggi bulan yang sama tahun sebelumnya.

Dengan adanya diseminasi informasi dan upaya yang terukur, maka kenaikan harga dapat

diminimalisir.

Grafik 2.23 Disagregasi Inflasi Bulanan Kota Mataram

Grafik 2.24 Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Mataram

-6.00

-1.00

4.00

9.00

14.00

jan mar may jul sep nov jan mar may jul sep nov jan mar

2012 2013 2014

UMUM core inflation

administered price volatile food

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

jan mar may jul sep nov jan mar may jul sep nov jan mar

2012 2013 2014

UMUM core inflation

administered price volatile food

Page 62: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 31

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Penurunan inflasi komoditas volatile food tampak dari menurunnya inflasi tahunan di

Kota Mataram yang cukup signifikan dari 19,81% (yoy) di akhir tahun 2013 menjadi

6,41% (yoy) di triwulan I 2014. Inflasi kelompok komoditas administered price juga

mengalami kenaikan di Kota Mataram, namun tidak sebesar kenaikan harga di Kota Bima.

Penyebab utama kenaikan inflasi administered price lebih disebabkan oleh adanya kenaikan

harga gas rumah tangga di bulan Januari. Adanya kenaikan harga bahan bakar pesawat juga

meningkatkan harga tiket pesawat namun tidak terlalu signifikan.

1.4.3 Kota Bima Pangaruh Inflasi komoditas volatile food di Kota Bima pada triwulan I 2014 tidak

sebesar di Kota Mataram yang disebabkan oleh tidak adanya budaya perayaan Maulid

Nabi sebagaimana terjadi di Kota Mataram. Pada bulan Januari 2014, inflasi komoditas

volatile food sebesar 1,32% (mtm) relatif rendah dibanding inflasi komoditas yang sama di Kota

Maratam yang mencapai 3,69% (mtm). Kenaikan harga lebih disebabkan oleh adanya kenaikan

pada komoditas yang sama di Kota Mataram yang dikarenakan banyaknya komoditas yang

harus dipenuhi dari Kota Mataram. Selain itu, inflasi yang terjadi juga disebabkan oleh

tangkapan ikan yang minim karena buruknya cuaca di bulan Januari 2014. Pada bulan Februari

dan Maret 2014, komoditas volatile food justru terjadi deflasi, sehingga inflasi komoditas

volatile food sepanjang triwulan I 2014 justru mengalami deflasi sebesar 3,00% (qtq) dan

secara tahunan berhasil turun dari 20,36% (yoy) di akhir tahun 2013 menjadi 7,16% (yoy) pada

triwulan I 2014.

Grafik 2.25 Disagregasi Inflasi Bulanan Kota Bima

Grafik 2.26 Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Bima

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Kenaikan harga yang cukup tinggi justru terjadi pada komoditas administered price

yang dalam triwulan I 2014, mengalami inflasi sebesar 5,70% (qtq). Tingginya inflasi

administered price terus berlanjut sejak kenaikan BBM di bulan Juni 2013. Adapun penyebab

-6.00

-1.00

4.00

9.00

14.00

jan mar may jul sep nov jan mar may jul sep nov jan mar

2012 2013 2014

UMUM core inflation

administered price volatile food

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

jan mar may jul sep nov jan mar may jul sep nov jan mar

2012 2013 2014

UMUM core inflation

administered price volatile food

Page 63: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 32

tingginya inflasi administered price di triwulan I 2014 lebih disebabkan oleh adanya kenaikan

harga bahan bakar gas di bulan Januari yang mampu menyumbang inflasi administered price

sebesar 2,13% (sumbangan mtm) dan kenaikan biaya transport udara yang mampu

menyumbang inflasi kelompok komoditas transportasi hingga sebesar 2,45% (sumbangan

mtm) di bulan Februari 2014. Secara tahunan, inflasi komoditas administered price di triwulan I

2014 mengalami inflasi hingga 19,31% (yoy) meningkat dibanding posisi akhir tahun 2013

yang sebesar 16,03% (yoy). Inflasi inti juga mengalami kenaikan di triwulan I 2014 namun

relatif kecil.

Page 64: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang
Page 65: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Boks 2 : Peran TPID Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam Mengontrol Volatilitas Inflasi 33

Peran TPID Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam Mengontrol

Volatilitas Inflasi

Inflasi Provinsi NTB di triwulan I 2014 dibawah angka inflasi nasional. Secara triwulanan, inflasi

NTB sebesar 1,35% (qtq) lebih rendah dibanding inflasi nasional yang sebesar 1,41% (qtq).

Secara tahunan, inflasi Provinsi NTB juga lebih rendah dengan nilai sebesar 7,03% (yoy)

dibanding nasional yang sebesar 7,32% (yoy). Adapun permasalahan inflasi di tiap bulannya

beraneka ragam meliputi adanya perayaan Maulid di bulan Januari,menurunnya stok beras,

kenaikan HET gas 12 kg hingga adanya cuaca buruk. Di Bulan Februari tekanan permintaan

mereda seiring dengan berakhirnya perayaan Maulid Nabi di Kota Mataram, namun adanya

cuaca buruk dan kenaikan biaya avtur pesawat masih mendorong terjadinya inflasi di bulan

Februari 2014. Kembali normalnya harga bahan makanan pasca perayaan Maulid Nabi dan

dimulainya panen beras mampu mendorong terjadinya deflasi di Provinsi NTB.

Grafik Boks 2.1. Inflasi Bulanan Provinsi Nusa Tenggara Barat TW I 2014

Sumber : BPS, hasil rapat TPID, Diolah

Dikarenakan adanya tren inflasi yang tinggi di saat perayaan Maulid Nabi, maka tim TPID

berusaha melakukan berbagai langkah dalam rangka menjaga volatilitas harga antara lain

dengan melakukan proyeksi inflasi yang akan terjadi setiap pertengahan bulan. Berdasarkan

proyeksi inflasi yang dilakukan, maka tim TPID akan melakukan langkah aksi yang sekiranya

diperlukan untuk mencegah terjadinya inflasi yang lebih tinggi.

1.60

0.50

(0.30)

1.44

0.29

(0.38)

1.07

0.26 0.08

Jan Feb Mar

BA Ramalan Realisasi

Nasional

Januari 2014 Februari 2014 Maret 2014

JanuariPermasalahan-Perayaan Maulid-Masa tanam padi-Kenaikan HET Gas-Cuaca buruk

MaretPanen padiHari raya nyepiKenaikan biaya avtur dan airport tax

FebruariPermasalahan-Berakhirnya Perayaan Maulid-Cuaca buruk-Kenaikan biaya avtur pesawat

NTB Nas

Inflasi Tahunan

7,037,32

NTB Nas

1,35 1,41

Total Inflasi Tw I

Page 66: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Boks 2 : Peran TPID Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam Mengontrol Volatilitas Inflasi 34

Berdasarkan grafik di atas, tampak bahwa realisasi inflasi dalam triwulan I 2014 dapat tecapai

lebih rendah dibanding proyeksi inflasi yang terjadi. Adanya potensi inflasi yang tinggi di bulan

Januari ditindaklanjuti oleh TPID dengan berupaya melakukan beberapa langkah stabilisasi

harga antara lain penerbitan harga patokan tertinggi melalui SK Gubernur untuk penjualan

eceran gas 3 kg agar harga jual tidak lebih tinggi dari harga yang ditentukan. Selain itu, Perum

BULOG juga melakukan percepatan distribusi raskin, yang diharapkan mengurangi permintaan

beras untuk mengimbangi menurunnya pasokan beras. Selain itu, melalui program kawasan

rumah tangga pangan lestari juga dilakukan penyebaran dan penanaman bibit cabe di masing-

masing rumah tangga untuk mengurangi permintaan cabe di pasar. TPID juga menyepakati

pembentukan roadmap dan program kerja yang akan dilakukan setiap tahunnya serta akan

dilakukan pembuatan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) untuk membantu

mengontrol harga pangan, mencegah adanya disparitas harga akibat dari adanya asimetri

informasi, serta dapat mencegah spekulan mempermainkan harga jual. Secara detil, kegiatan

tim TPID Provinsi NTB di triwulan I 2014 dapat disarikan dalam tabel di bawah.

Tabel Boks 2.1 Kesepakatan Aktivitas TPID Provinsi NTB di Triwulan I 2014

Sumber : hasil rapat TPID, Diolah

Setiap awal rapat, tim TPID mengevaluasi kesepakatan aksi yang akan dilakukan pada rapat

bulan sebelumnya, sehingga program yang dicanangkan dapat direalisasikan.

Bulan Aktivitas/ Kesepakatan

1.      Press Release proyeksi inflasi bulan Januari 2014

2.      Penerbitan HET gas LPG 3kg

3.      Percepatan distribusi raskin

4.      Pengendalian jumlah ternak keluar

5.      Penyebaran dan penanaman bibit cabe di masing-masing rumah tangga

6.      Pembuatan Road Map dan Program kerja TPID

7.      Pembuatan PIHPS

1.      Press Release proyeksi inflasi bulan Maret 2014

2.      Akan dilakukan pertemuan dengan pemain besar

3.      Sudah dilakukan rekayasa tanam cabe di Sumbawa

4.      Terdapat program tanaman pangan lestari

5.      Update data komoditas masuk dan keluar NTB akan dilakukan mingguan

6.      Terdapat permasalahan terkait waktu tunggu kapal yang lama

7.      Sudah disusun program kerja TPID Provinsi NTB

1.      Pembuatan SOP Rapat TPID bulanan

2.      Kesepakatan Penilaian kinerja dan program kerja

3.      Diusulkan diadakan festival tomat untuk mengatasi penurunan harga

4.      Penyaluran raskin sudah dilakukan 5 kali hingga bulan Maret 2014

5.      Dilakukan program kampung ternak pada 2.000 KK

6.      Juga dilakukan program gemar makan ikan

JAN

UA

RI

FE

BR

UA

RI

MA

RE

T

Page 67: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Boks 2 : Langkah TPID dalam Menjaga Kesinambungan Pasokan Menjelang Hari Raya Idul Fitri 35

Jenis Barang dan Jasa Jun Jenis Barang dan Jasa Jul Jenis Barang dan Jasa Aug Jenis Barang dan Jasa Jun Jenis Barang dan Jasa Jul Jenis Barang dan Jasa Aug Jenis Barang dan Jasa Jun Jenis Barang dan Jasa Jul Jenis Barang dan Jasa Aug

BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA0.59 BERAS 0.34 BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA1.30 TUKANG BUKAN MANDOR 0.09 DAGING AYAM RAS 0.12 SANDANG 0.22 BENSIN 0.35 CABE RAWIT 0.95 BAWANG MERAH 0.29

BERAS 0.25 TONGKOL PINDANG 0.16 BERAS 0.32 CABE RAWIT 0.08 TUKANG BUKAN MANDOR 0.10 TEMPE 0.11 CABE RAWIT 0.31 BENSIN 0.80 TOMAT SAYUR 0.26

TOMAT SAYUR 0.20 NASI 0.15 SANDANG 0.15 TONGKOL PINDANG 0.08 TELUR AYAM RAS 0.08 DAGING SAPI 0.10 TOMAT SAYUR 0.10 BAWANG MERAH 0.44 TONGKOL PINDANG 0.18

DAGING AYAM RAS 0.15 TELUR AYAM RAS 0.08 EMAS PERHIASAN 0.14 BAWANG PUTIH 0.08 BERAS 0.07 KANGKUNG 0.09 TONGKOL PINDANG 0.08 TOMAT SAYUR 0.36 CUMI-CUMI 0.11

ROKOK KRETEK FILTER 0.12 AKADEMI/PERGURUAN TINGGI0.08 SEWA RUMAH 0.11 BATU BATA/BATU TELA 0.07 DAGING SAPI 0.07 EMAS PERHIASAN 0.07 KANGKUNG 0.07 DAGING AYAM RAS 0.17 DAGING SAPI 0.10

TONGKOL PINDANG 0.10 KANGKUNG 0.06 JERUK 0.09 CABE MERAH 0.04 KANGKUNG 0.05 BAJU MUSLIM 0.06 DAGING AYAM RAS 0.06 DAGING SAPI 0.15 TARIP LISTRIK 0.08

BAWANG MERAH 0.07 SLTA 0.06 TUKANG BUKAN MANDOR 0.08 TARIP PARKIR 0.04 TEMPE 0.05 TUKANG BUKAN MANDOR 0.04 BARONANG 0.05 ANGKUTAN DALAM KOTA 0.11 BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA0.08

SEWA RUMAH 0.04 ROKOK KRETEK FILTER 0.05 ANGKUTAN DALAM KOTA 0.05 BERAS 0.03 APEL 0.05 MUKENA 0.04 ANGKUTAN DALAM KOTA 0.05 BERAS 0.11 BERAS 0.07

MIE 0.04 TERI 0.04 BANDENG 0.04 TELUR AYAM RAS 0.03 JERUK 0.04 CUMI-CUMI 0.04 DAUN KELOR 0.05 JERUK 0.09 SATE 0.07

NASI 0.04 APEL 0.04 ANGKUTAN UDARA 0.04 GULA PASIR 0.03 BANDENG 0.04 BATU BATA/BATU TELA 0.04 BATU BATA/BATU TELA 0.04 KANGKUNG 0.08 TONGKOL 0.07

TOTAL 1.61 TOTAL 1.06 TOTAL 2.33 TOTAL 0.58 TOTAL 0.66 TOTAL 0.81 TOTAL 1.15 TOTAL 3.26 TOTAL 1.30

201320122011

1.02 4.40 1.191.33 0.69 2.27 0.65 0.71 0.74

Langkah TPID dalam Menjaga Kesinambungan Pasokan Menjelang

Hari Raya Idul Fitri

Menjelang dan sepanjang Idul Fitri, di Provinsi NTB dalam lima tahun terakhir selalu

terjadi inflasi yang tinggi, bahkan lebih tinggi dibanding inflasi nasional. Setelah dipetakan,

inflasi tinggi biasa terjadi pada bulan Juni-Agustus seiring dengan adanya kenaikan permintaan

pada saat menjelang bulan puasa hingga perayaan Hari Raya Idul Fitri. Berdasarkan data 10

komoditas utama penyumbang inflasi terbesar pada bulan tersebut dalam 3 tahun terakhir

menunjukkan bahwa sumbangan inflasi hanya dari 10 komoditas utama penyumbang inflasi

lebih tinggi dari realisasi inflasi yang terjadi di bulan tersebut.

Tabel Boks 2.1. Komoditas Penyumbang Inflasi Utama Hari Raya Idul Fitri 3 2011-2013

Sumber : BPS, Diolah

Untuk memfokuskan langkah tim TPID dalam melakukan kegiatan pengendalian, dari

hasil pemetaan didapatkan 23 komoditas yang sering menyebabkan inflasi dalam 9 bulan

pengamatan antara lain komoditas beras yang menyumbang inflasi tertinggi hingga 7 kali

dalam 9 observasi, diikuti oleh komoditas tongkol pindang dan kangkung yang menyumbang

inflasi tertinggi hingga 5 kali dari 9 observasi. Komoditas tukang bukan mandor, tomat sayur,

daging ayam ras dan daging sapi menyumbang inflasi tertinggi 4 kali, dan komoditas telur

ayam ras, gas, angkutan dalam kota, jeruk, bawang merah, batu bata dan cabe rawit

menyumbang inflasi tertinggi hingga 3 kali, sedangkan 9 komoditas lainnya menyumbang

inflasi tertinggi sebanyak 2 kali.

Berdasarkan hasil pemetaan komoditas tersebut, maka dikaji beberapa langkah aksi

yang sekiranya dapat dilakukan dalam jangka menengah dan jangka pendek, agar pengaruh

inflasi dapat diminimalisir dalam waktu yang tersisa. Oleh karena itu, dipetakan beberapa

langkah aksi terkait langkah fundamental dan teknikal yang bisa diambil di tiap bulannya.

Page 68: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Boks 2 : Langkah TPID dalam Menjaga Kesinambungan Pasokan Menjelang Hari Raya Idul Fitri 36

Grafik Boks 2.1. Komoditas Penyumbang Inflasi Utama Hari Raya Idul Fitri 3 2011-2013

Sumber : BPS, Diolah

Pada bulan April, akan dilaksanakan kegiatan pemetaan produk yang masih dapat

ditingkatkan produksinya untuk menjaga pasokan barang berdasarkan usia tanam komoditas.

Langkah ini masih akan dilanjutkan hingga bulan Juni 2014. Pada bulan Juni, juga mulai

ditingkatkan impor komoditas telur maupun monitoring sapi keluar Provinsi NTB. Pada bulan

Juli, aktivitas TPID akan fokus mengatasi permasalahan jangka pendek dengan melakukan

operasi pasar, monitoring pasokan pangan, maupun kunjungan kepada pemain besar untuk

memastikan ketersediaan pasokan di tangan pemain besar. Hal ini terus dilakukan hingga bulan

Agustus sekaligus sebagai persiapan menjelang Hari Raya Idul Adha.

Grafik Boks 2.2 Neraca Produksi lima Komoditas Utama

Sumber : Dinas Pertanian, Dinas Peternakan, Badan Ketahanan Pangan, Diolah

-2.00

-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

jan feb mar apr may jun jul aug sep oct nov dec

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2

2

2

2

2

2

2

2

2

3

3

3

3

3

3

3

4

4

4

4

5

5

7

0 2 4 6 8

TEMPE

SEWA RUMAH

CUMI-CUMI

BANDENG

EMAS PERHIASAN

APEL

NASI

BENSIN

ROKOK KRETEK FILTER

CABE RAWIT

BATU BATA/BATU TELA

BAWANG MERAH

JERUK

ANGKUTAN DALAM KOTA

BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA

TELUR AYAM RAS

DAGING SAPI

DAGING AYAM RAS

TOMAT SAYUR

TUKANG BUKAN MANDOR

KANGKUNG

TONGKOL PINDANG

BERAS

Produksi :

• Ayam ras

• Kangkung

• Bayam

• Pembatasan sapi keluar

• Impor telur

• Tingkatkan ikan tangkapan

Fokus Fundamental

Produksi :

• Cabe merah,

• Cabe rawit

• Tomat Sayur

• Wortel

• Bawang merah

• Semangka

• Terong

Fokus Fundamental Mixed Strategy

Produksi :

• Lele,

• Kacang panjang

• Kubis

• Ketimun

• Sawi Hijau

• Tingkatkan ikan tangkapan

Technical trategy

Aksi :

• Operasi pasar

• Kunjungan pemain besar

• Monitoring pasokan pangan

• Monitoring sapi keluar

Mixed Strategy

Aksi :

• Jaga pasokan pangan

• Persiapan Idul Adha

• Monitoring sapi keluar

Page 69: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 37

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Perkembangan perbankan di Nusa Tenggara Barat sepanjang triwulan I-2014 terus

menunjukkan perkembangan walapun menunjukkan perlambatan dibandingkan

pertumbuhan triwulan sebelumnya. Kondisi tersebut tercermin dari peningkatan kinerja

indikator utama perbankan meliputi total aset bank umum, kredit lokasi, kredit lokasi bank dan

simpanan dana masyarakat/DPK yang mampu tumbuh walapun cenderung melambat

dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Fungsi intermediasi perbankan berjalan baik

dan didukung dengan kinerja kredit yang baik dengan Non Performing Loan (NPL) yang masih

sesuai dengan ketentuan.

3.1. PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM

Perkembangan kinerja bank umum menunjukkan perkembangan positif walapun

menunjukkan perlambatan. Kinerja Bank Umum di Nusa Tenggara Barat tercermin dari

pertumbuhan total aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan kredit (kredit lokasi proyek1 dan kredit

lokasi bank2) dengan pertumbuhan tahunan masing-masing sebesar 23,48% (yoy), 12,57%

(yoy), 26,27% (yoy) dan 18,22% (yoy). Kinerja bank umum yang terus tumbuh mendorong

peningkatan Loan to Deposti Ratio (LDR) lokasi proyek sebesar 163,94% dan LDR lokasi bank

sebesar 135,07. Tingginya nilai masing-masing LDR (rasio kredit terhadap dana yang dihimpun)

menandakan masih belum optimalnya pengumpulan dana di wilayah Provinsi NTB.

Tabel 3.1

Perkembangan Indikator Bank Umum di Nusa Tenggara Barat

Sumber : Bank Indonesia, diolah

1 Kredit lokasi proyek adalah kredit yang bersumber dari seluruh perbankan di Indonesia untuk pelaksanaan proyek di wilayah Nusa

Tenggara Barat. 2 Kredit lokasi bank adalah kredit yang bersumber dari perbankan yang berkantor pusat atau memiliki kantor cabang di wilayah Nusa Tenggara Barat.

2014

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

Aset (Rp Juta) 16,782,552 17,766,444 18,541,061 19,793,294 19,912,268 20,948,188 21,911,051 22,741,283 24,587,229

Pertumbuhan tahunan (yoy) 23.45% 22.97% 21.45% 22.49% 18.65% 17.91% 18.18% 14.89% 23.48%

Pertumbuhan triwulanan (qtq) 3.85% 5.86% 4.36% 6.75% 0.60% 5.20% 4.60% 3.79% 8.12%

DPK (Rp Juta) 10,719,077 11,586,317 12,050,858 12,350,207 12,441,913 13,036,742 13,931,277 14,142,630 14,006,341

Pertumbuhan tahunan (yoy) 27.68% 27.52% 24.11% 16.94% 16.07% 12.52% 15.60% 14.51% 12.57%

Pertumbuhan triwulanan (qtq) 1.49% 8.09% 4.01% 2.48% 0.74% 4.78% 6.86% 1.52% -0.96%

Kredit Lokasi Proyek (Rp Juta) 13,757,226 14,900,280 15,577,775 17,144,491 18,184,758 19,491,390 20,843,079 22,670,008 22,962,673

Pertumbuhan tahunan (yoy) 24.92% 25.93% 23.92% 29.25% 32.18% 30.81% 33.80% 32.23% 26.27%

Pertumbuhan triwulanan (qtq) 3.71% 8.31% 4.55% 10.06% 6.07% 7.19% 6.93% 8.77% 1.29%

Kredit Lokasi Bank (Rp Juta) 12,678,967 13,773,643 14,457,403 15,321,834 16,002,514 17,034,196 17,734,632 18,377,482 18,917,705

Pertumbuhan tahunan (yoy) 24.65% 26.12% 25.34% 26.43% 26.21% 23.67% 22.67% 19.94% 18.22%

Pertumbuhan triwulanan (qtq) 4.62% 8.63% 4.96% 5.98% 4.44% 6.45% 4.11% 3.62% 2.94%

LDR Lokasi Proyek 128.34% 128.60% 129.27% 138.82% 146.87% 150.18% 150.31% 160.30% 163.94%

LDR Lokasi Bank 118.28% 118.88% 119.97% 124.06% 129.24% 131.25% 127.89% 129.94% 135.07%

2012 2013Indikator Bank Umum

Page 70: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 38

Rasio LDR yang sangat tinggi dijaga dengan kualitas kredit yang baik. Hal ini tercermin

dari Non Performing Loan (NPL) atau rasio kredit bermasalah yakni NPL lokasi proyek sebesar

1,38% dan NPL lokasi bank sebesar 1,63%. Nilai ini masih berada di bawah ketentuan yang

ditetapkan yakni sebesar 5%.

Grafik 3.1 Perkembngan LDR dan NPL

Grafik 3.2 Perkembangan LDR per Kelompok Bank

0.00%

0.20%

0.40%

0.60%

0.80%

1.00%

1.20%

1.40%

1.60%

1.80%

2.00%

-20.00%

30.00%

80.00%

130.00%

180.00%

230.00%

280.00%

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2012 2013 2014

LDR Lokasi Proyek LDR Lokasi Bank

NPL Lokasi Proyek NPL Lokasi Bank0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

160%

180%

200%

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2012 2013 2014Bank Pemerintah Bank Swasta

Bank Asing dan Campuran LDR Lokasi Proyek Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah

Peningkatan LDR pada triwulan I-2014 terjadi pada semua kelompok bank umum

terutama dipicu oleh pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dari pada pertumbuhan

dana. Kredit lokasi proyek mampu tumbuh secara tahunan dan triwulanan yakni sebesar

26,27% (yoy) dan 1,29% yoy, kredit lokasi bank juga mampu tumbuh secara tahunan masing-

masing sebesar 18,22%(yoy) dan 2,94% (qtq). Di sisi lain, dana pihak ketiga hanya mampu

tumbuh secara sebesar 12,57% (yoy) dan 0,96% (qtq).

Grafik 3.3 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (yoy)

Grafik 3.4 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2012 2013 2014

%,yoyRp Milyar

Aset DPKKredit Lokasi Proyek Kredit Lokasi BankG Aset (yoy)- kanan G DPK (yoy)- kananG Kredit Lok. Proyek (yoy)- kanan G Kredit Lok. Bank (yoy)- kanan

-2.00%

0.00%

2.00%

4.00%

6.00%

8.00%

10.00%

12.00%

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2012 2013 2014

G Aset (qtq) G DPK (qtq)G Kredit Lok. Proyek (qtq) G Kredit Lok. Bank (qtq)

Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah

3.1.1. ASET

Kinerja aset tumbuh sangat tinggi. Pada triwulan I-2014, total aset bank umum

menunjukkan pertumbuhan sebesar 23,48% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan dengan

pertumbuhan pada triwulan IV-2013 yang tercatat sebesar 14,89% (yoy). Pertumbuhan total

aset juga mengalami peningkatan secara triwulanan yakni dari 3,79% (qtq) pada triwulan IV-

Page 71: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 39

2013, menjadi 8,12% (qtq) pada triwulan laporan. Secara nominal, total aset bank umum di

wilayah NTB pada triwulan I-2014 sebesar Rp24,59 triliun. Nilai tersebut jauh meningkat

dibandingkan aset sebelumnya yang sebesar Rp22,74 triliun pada trwiulan IV-2013 dan sebesar

Rp19,91 triliun pada triwulan I-2013. Peningkatan pertumbuhan aset bank umum terutama

berasal dari Bank Pemerintah Daerah melalui penambahan penyertaan modal dan

meningkatnya dana giro untuk APBD 2014.

Grafik 3.5 Perkembangan Total Aset Bank Umum

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2012 2013 2014

Rp Milyar

Aset G Aset (yoy)- kanan G Aset (qtq)- kanan

Sumber : Bank Indonesia, diolah

3.1.2. Dana Pihak Ketiga

Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun bank umum di Nusa Tenggara Barat

pada triwulan I-2014 terus menunjukkan pertumbuhan positif walaupun tidak setinggi

penyaluran kredit. Jumlah DPK pada triwulan I-2014 tercatat sebesar Rp 14,01 triliun atau

tumbuh sebesar 12,57% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Secara

kuartalan, DPK mengalami kontraksi (penurunan) sebesar 0,96% (qtq). Nilai DPK triwulan I-

2013 sebesar Rp12,44 triliun dan triwulan IV-2013 sebesar Rp14,14 triliun.

Grafik 3.6 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (yoy)

Grafik 3.7 Perkembangan DPK Per Jenis Simpanan

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2012 2013 2014

Rp Milyar

DPK G DPK (yoy)- kanan G DPK (qtq)- kanan

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

10,000

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2012 2013 2014

Rp Milyar

giro tabungan deposito

Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah

Struktur DPK bank umum di Nusa Tenggara Barat masih didominasi oleh tabungan

dengan nominal mencapai Rp 7,85 triliun dari total DPK. Menyusul kemudian deposito dengan

Page 72: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 40

nominal Rp 4,03 triliun, serta giro dengan nominal Rp 2,13 triliun. Berdasarkan pertumbuhan

tahunan, deposito mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 19,88% (yoy), disusul oleh

tabungan sebesar 14,21% (yoy), sedangkan giro mengalami kontraksi sebesar 3,63% (yoy).

Berdasarkan pertumbuhan kuartalan, giro mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 40,69%

(qtq), disusul oleh deposito sebesar 13,66% (yoy), sedangkan tabungan mengalami kontraksi

yang cukup besar yakni 13,61% (yoy). Pertumbuhan kuartalan giro yang tinggi berasal dari

dana APBD tahun berjalan dan secara siklus akan meningkat pada triwulan I (dana APBD) dan

triwulan III (revisi APBD).

Grafik 3.8 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (yoy)

Grafik 3.9 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (qtq)

-20.00%

-10.00%

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2012 2013 2014

G DPK (yoy) G giro (yoy) G tabungan (yoy) G deposito (yoy)

-40.00%

-30.00%

-20.00%

-10.00%

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2012 2013 2014

G DPK (qtq) G giro (qtq)G tabungan (qtq) G deposito (qtq)

Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah

3.1.3. KREDIT

Penyaluran kredit bank umum berdasarkan lokasi proyek di Nusa Tenggara Barat pada

triwulan I-2014 masih menunjukkan pertumbuhan. Pada periode laporan, kredit lokasi

proyek tumbuh sebesar 26,27% (yoy) dan 1,29% (qtq) hingga mencapai Rp22,96 triliun.

Dibandingkan periode sebelumnya, pertumbuhan kredit lokasi proyek pada periode laporan

mengalami perlambatan baik secara tahunan dan triwulan. Periode triwulan IV-2013, kredit

mampu tumbuh sebesar 32,23% (yoy) dan 8,77% (qtq) hingga mencapai Rp22,67triliun. Tren

perlambatan kredit yang berlanjut pada triwulan ini diperkirakan merupakan dampak

peningkatan suku bunga kredit dan perubahan kebijakan Loan To Value (LV) yang berdampak

pada perlambatan kredit sektor konstruksi.

Masih tingginya pertumbuhan kredit didukung oleh terjaganya risiko kredit yang

tercermin dari besar Non Performance Loan (NPL) sebesar 1,38% pada triwulan I-2014 atau

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,17%. Risiko tersebut masih berada di

bawah ambang batas maksimum kredit bermasalah yang ditetapkan yakni sebesar 5%. Hal

tersebut mencerminkan masih baiknya kualitas penyaluran kredit di Nusa Tenggara Barat

karena bank menerapkan prinsip kehati-hatian.

Page 73: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 41

Grafik 3.10 Pertumbuhan Kredit (yoy)

Grafik 3.11 Pertumbuhan Kredit (qtq)

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2012 2013 2014

%,yoyRp Milyar

Kredit Lokasi Proyek Kredit Lokasi Bank

G Kredit Lok. Proyek (yoy)- kanan G Kredit Lok. Bank (yoy)- kanan

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2012 2013 2014

%,qtqRp Milyar

Kredit Lokasi Proyek Kredit Lokasi Bank

G Kredit Lok. Proyek (qtq)- kanan G Kredit Lok. Bank (qtq)- kanan

Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah

Sebagaimana periode sebelumnya, pada triwulan I-2014, porsi kredit yang disalurkan

bank umum di Nusa Tenggara Barat masih didominasi oleh kredit konsumsi yaitu

mencapai Rp11,40 triliun. Porsi selanjutnya adalah kredit produktif yaitu kredit modal kerja dan

kredit investasi yakni masing-masing sebesar Rp8,50 triliun dan Rp3,07 triliun. Berdasarkan

pertumbuhan tahunan, kredit modal kerja mengalami pertumbuhan tertinggi yakni sebesar

38,16% (yoy), disusul kredit investasi dan kredit konsumsi yang masing-masing tumbuh sebesar

35,36% (yoy) dan 16,68% (yoy). Pertumbuhan tahunan tersebut mengalami perlambatan jika

dibandingkan periode triwulan IV-2013 yang mampu tumbuh lebih besar yakni modal kerja,

investasi dan konsumsi masing-masing sebesar 51,72% (yoy), 50,66% (yoy) dan 16,70% (yoy).

Berdasarkan pertumbuhan triwulanan, hanya kredit konsumsi yang mengalami pertumbuhan

yakni sebesar 3,01% (qtq). Sementara itu, kredit modal kerja dan kredit investasi masing-

masing mengalami kontraksi sebesar 0,31% (qtq) dan 0,47% (qtq).

Grafik 3.12 Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis

Penggunaan

Grafik 3.13 Proporsi Penyaluran Kredit per Kabupaten /Kota

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2012 2013 2014

Rp Milyar

Modal Kerja Investasi Konsumsi

2.24

2.15

2.52

4.661.15

0.990.80

0.17

7.17

1.11

Kab. Lombok Barat Kab. Lombok Tengah Kab. Lombok Timur

Kab. Sumbawa Kab. Bima Kab. Dompu

Kab. Sumbawa Barat Kab. Lombok Utara Kota Mataram

Kota. Bima

Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah

Berdasarkan wilayah lokasi proyek, penyaluran kredit terbesar adalah di Kota

Mataram dengan nominal sebesar Rp 7,17 triliun. Proporsi terbesar selanjutnya adalah di

Page 74: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 42

wilayah Kabupaten Sumbawa (Rp4,66 triliun), Kabupaten Lombok Timur (Rp2,52 triliun) dan

Kabupaten Lombok Barat (Rp2,24 triliun).

Grafik 3.14 Pertumbuhan Kredit PerJenis Penggunaan

(Tahunan)

Grafik 3.15 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan

(Triwulanan)

0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

100.00%

120.00%

140.00%

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2012 2013 2014

G Kredit Lokasi Proyek G Kredit Modal Kerja (yoy)

G Kredit Investasi (yoy) G Kredit Konsumsi (yoy)

-5.00%

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2012 2013 2014

G Kredit Lokasi Proyek G Kredit Modal Kerja (qtq)

G Kredit Investasi (qtq) G Kredit Konsumsi (qtq)

Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah

Pertumbuhan dan porsi kredit sektor utama Provinsi NTB belum mengikuti porsi sesuai

sumbangan sektor Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). Sektor utama Provinsi

NTB yakni sektor pertanian hanya mendapatkan kredit sebesar Rp332 milyar. Selanjutnya,

sektor PHR mendapatkan kredit sebesar Rp6,50 triliun dan menjadi sektor dengan porsi kredit

produktif terbesar. Sektor pertambangan dan jasa-jasa mendapatkan kredit masing-masing

sebesar Rp2,72 triliun dan Rp357 milyar.

Grafik 3.16

Proporsi Kredit Sektoral (Rp Triliun) Grafik 3.17

Perkembangan Kredit Sektoral

0.33

2.72

0.22

0.05

0.71

6.49

0.200.48 0.36

Pertanian PertambanganIndustri Pengolahan Listrik, gas dan airBangunan PHRTransportasi dan Komunikasi Keuangan dan Jasa PerusahaanJasa-jasa

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2011 2012 2013 2014

Rp Milyar

Pertanian Pertambangan PHR Jasa-jasa

Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah

3.1.4. KREDIT USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM)

Peran perbankan dalam mendorong perkembangan UMKM di Nusa Tenggara Barat

terus menunjukkan peningkatkan. Hal tersebut tercermin dari nilai kredit UMKM yang terus

Page 75: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 43

menunjukkan peningkatan. Pada triwulan I-2014, besar kredit yang disalurkan untuk UMKM di

wilayah NTB mencapai Rp6,75 triliun. Nilai tersebut meningkat dari triwulan sebelumnya yang

sebesar Rp6,60 triliun.

Pertumbuhan kredit UMKM mengalami perlambatan sejak triwulan III-2012 dan sejak

triwulan II-2013 tren pertumbuhan UMKM berada di bawah tren pertumbuhan total kredit. Hal

ini menandakan bahwa akses UMKM kepada perbankan cenderung mengalami penurunan

yang bisa disebabkan oleh rendahnya pertumbuhan UMKM yang memenuhi kriteria

pembiayaan oleh bank.

Grafik 3.18 Perkembangan Kredit UMKM

Grafik 3.19 Perkembangan NPL UMKM

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2012 2013 2014

Rp Milyar

Nilai Kredit UMKM G Kredit Lokasi Proyek G Kredit UMKM (yoy)

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

0.00%

0.50%

1.00%

1.50%

2.00%

2.50%

3.00%

3.50%

4.00%

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2012 2013 2014

Rp Milyar

Nilai Kredit UMKM NPL Kredit UMKM

Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah

Berdasarkan angka pertumbuhan, triwulan I-2014 kredit UMKM mampu tumbuh sebesar

18,23% (yoy) dan 2,29% (qtq). Pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan triwulan

sebelumnya yang sebesar 23,69% (yoy) dan 3,15% (qtq.

3.1.5. KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)

Sampai dengan triwulan IV-2013, kinerja penyaluran KUR di Nusa Tenggara Barat

masih konsisten menunjukkan perkembangan yang positif. Kredit Usaha Rakyat (KUR)

merupakan kredit/pembiayaan kepada kelompok Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

dalam bentuk pemberian kredit modal kerja dan kredit investasi yang didukung dengan fasilitas

penjaminan untuk usaha produktif. Plafon KUR yang disiapkan oleh bank umum pelaksana KUR

di Nusa Tenggara Barat hingga periode laporan mencapai Rp1,69 triliun dengan jumlah debitur

mencapai 79.316 debitur. Plafon KUR yang disalurkan tersebut tumbuh 44,71% (yoy) dan

7,06% (qtq), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh mencapai 44,84%

(yoy) dan 11,76% (qtq. Jumlah outstanding kredit atau baki debet KUR bank pelaksana di NTB

pada periode laporan adalah sebesar Rp 796 miliar, tumbuh sebesar 48,29% (yoy) dan 10,53%

(qtq), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 24,39% (yoy) dan

2,03% (qtq).

Page 76: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 44

Grafik 3.20 Perkembangan Penyaluran KUR di NTB

Grafik 3.21 Pertumbuhan KUR di NTB

Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah

KUR merupakan program dari pemerintah untuk membantu usaha mikro/kecil produktif yang

mengalami kesulitan akses permodalan ke perbankan karena keterbatasan penyediaan agunan

atau UMKM yang feasible/layak namun belum bankable (belum memiliki akses ke perbankan).

Sumber dana penyaluran KUR adalah 100% (seratus persen) dari bank pelaksana yang

dihimpun dari dana masyarakat berupa tabungan, deposito dan giro. Sementara itu, plafon

KUR Mikro yang saat ini dapat disalurkan oleh seluruh bank penyalur KUR nilainya sampai

dengan Rp20 juta dan KUR Ritel dengan plafon di atas Rp20 juta sampai dengan Rp500 juta.

Meskipun sudah ada sejak tahun 2009, program penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) masih

memiliki kendala dalam pelaksanaannya, antara lain dari faktor calon debitur yaitu: usaha

belum feasible, masih memiliki tunggakan kredit program, adanya persepsi dari masyarakat

bahwa KUR adalah bantuan (hibah) sehingga calon debitur berani menunggak, sebagian besar

calon debitur belum memiliki aspek legalitas usaha. Di sisi lain, bank sebagai penyelenggara

KUR harus tetap menjalankan prinsip prudensial (kehati-hatian) dalam memberikan kredit.

Kendala dari faktor internal bank adalah keterbatasan jaringan kantor cabang bank dan sulitnya

proses pencairan agunan dari pihak penjamin kredit.

3.2. STABILITAS SISTEM PERBANKAN

Stabilitas sistem perbankan yang tercermin dari berbagai risiko yang dihadapi dalam

pelaksanaan transaksi selama triwulan I-2014 relatif stabil. Dari sisi fungsi intermediasi,

bank umum menjalankan fungsinya dengan sangat maksimal yang tercermin dari Loan to

Deposit Ratio (LDR), dimana LDR lokasi proyek sebesar 163,94% dan LDR lokasi bank sebesar

135,07%. Nilai ini melebihi batas atas LDR yang ditetapkan Bank Indonesia untuk bank umum

yakni sebesar 92%. Semakin tinggi LDR, maka risiko likuiditas perbankan semakin tinggi.

Namun demikian, risiko likuiditas perbankan di NTB masih bisa diatasi menggunakan

pendanaan antar kantor dari luar daerah. Tingginya LDR di NTB lebih menekankan pada masih

Page 77: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 45

rendahnya minat masyarakat untuk menyimpan uang di bank dan juga terbatasnya

kemampuan bank untuk menghimpun dana masyarakat.

Tingginya penyaluran kredit masih terjaga dengan rasio NPL lokasi proyek sebesar

1,38% dan NPL lokasi bank sebesar 1,63%. Nilai tersebut masih berada di bawah batas

maksimum NPL perbankan yakni sebesar 5%. Hal ini mengindikasikan bahwa tingginya

penyaluran kredit di wilayah NTB masih tetap memperhatikan prinsip prudensial/kehati-hatian.

Namun demikian, beberapa risiko lain yang tetap harus diwaspadai perbankan adalah risiko

operasional yang terkait dengan mekanisme proses internal, kesalahan manusia, kegagalan

sistem dan atau kejadian kejadian yang mempengaruhi operasional bank. Untuk itu,perlu

adanya optimalisasi fungsi pengawasan atas kegiatan operasional perbankan baik oleh internal

bank melalui fungsi Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) maupun oleh pihak eksternal sebagai

regulator dan masyarakat sebagai pengguna jasa perbankan.

3.2.1. RISIKO KREDIT

Tabel 3.2

Perkembangan NPL per-Kelompok Bank

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Risiko kredit perbankan di Nusa Tenggara Barat secara umum menunjukkan adanya

peningkatan di triwulan I 2014. NPL bank umum berdasarkan lokasi proyek menunjukkan

sedikit peningkatan dari 1,17% pada triwulan IV-2013 menjadi 1,38% pada triwulan I-2014.

Demikian hal nya dengan NPL lokasi bank mengalami peningkatan dari triwulan IV-2013

sebesar 1,40% menjadi 1,63% pada triwulan I-2014.

Grafik 3.22 NPL Per Kelompok Bank

Grafik 3.23 NPL Per Jenis Penggunaan

0.00%

0.50%

1.00%

1.50%

2.00%

2.50%

3.00%

3.50%

4.00%

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2012 2013 2014

NPL Lokasi Proyek Konsumsi

Bank Swasta Bank Pemerintah0.00%

0.50%

1.00%

1.50%

2.00%

2.50%

3.00%

3.50%

4.00%

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2012 2013 2014

NPL Lokasi Proyek Konsumsi

Investasi Modal Kerja

Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah

Page 78: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 46

Berdasarkan kelompok bank, NPL lokasi proyek tertinggi adalah bank pemerintah dengan NPL

sebesar 1,45%. NPL bank swasta di Nusa Tenggara Barat memiliki NPL lebih rendah yaitu

sebesar 1,35%. Sedangkan bank asing memiliki NPL 0,03%. Berdasarkan jenis penggunaannya,

NPL lokasi proyek tertinggi terjadi pada kredit modal kerja sebesar 1,93%, disusul oleh kredit

investasi sebesar 1,09%. Sementara kredit konsumsi mencatat NPL terkecil yaitu sebesar

1,05%.

Berdasarkan sektor ekonomi, NPL lokasi proyek terbesar adalah sektor pertanian yakni sebesar

3,31% dan sektor dengan NPL terkecil adalah sektor pertambangan. Sektor utama NTB lainnya

yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor jasa-jasa memiliki risiko kredit dengan

NPL masing-masing sebesar 2,17% dan 2,73%.

Grafik 3.24

NPL Sektor Ekonomi Utama

-2.00%

0.00%

2.00%

4.00%

6.00%

8.00%

10.00%

12.00%

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2012 2013 2014

NPL Lokasi Proyek Perdagangan, hotel dan restoranPertambangan PertanianJasa-jasa

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Secara umum NPL kredit dari sektor utama menunjukkan tren penurunan walapun pada

triwulan I-2014 masing-masing sektor menunjukkan sedikit peningkatan. NPL sektor pertanian juga

bergerak mendekati sektor lainnya sehingga hal ini diharapkan bisa memberikan keyakinan kepada

perbankan khususnya bank umum untuk terus memberikan peluang penyaluran kredit kepada

sektor pertanian sebagai sektor utama Provinsi Nusa Tenggara Barat.

3.3. PERBANKAN SYARIAH

Terus tumbuh dan berkembangnya kegiatan usaha perbankan syariah di Provinsi Nusa Tenggara

Barat didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang terus menunjukkan perkembangan positif,

serta masih terbukanya potensi pengembangan pangsa perbankan syariah di NTB. Selain itu,

peningkatan kinerja perbankan syariah di NTB juga menjadi indikasi meningkatnya kepercayaan

masyarakat terhadap perbankan syariah.

Secara tahunan, indikator kinerja utama bank umum Syariah di Nusa Tenggara Barat

yang terdiri atas aset, DPK dan pembiayaan pada triwulan I-2014 mencatat

pertumbuhan. Aset perbankan syariah tumbuh tinggi sebesar 61,84% (yoy) dan 28,69%

(qtq), jauh melebihi pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 28,79% (yoy) dan7,61%

Page 79: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 47

(qtq). Secara nominal, aset perbankan syariah triwulan I-2014 sebesar Rp2,51 triliun meningkat

dari triwulan IV-2013 yang sebesar Rp 1,95 triliun. Sementara itu, dana masyarakat yang

disimpan pada bank umum Syariah di NTB tumbuh 16,89% (yoy lebih rendah dari triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 18,32% (yoy). secara triwulanan, DPK mengalami kontraksi

4,5% (qtq) menjadi Rp834 milyar dari triwulan sebelumnya yang sebesar Rp873 milyar.

Grafik 3.25 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah

(yoy)

Grafik 3.26 Perkembangan IndikatorPerbankan Syariah

(qtq)

-

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

3,000,000

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2012 2013 2014

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

Rp

Ju

ta

%, y

oy

Aset DPK Pembiayaan Lokasi ProyekG Aset (yoy) G Dana (yoy) G Pembiayaan (yoy)

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2012 2013 2014

-10.00

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

%, q

tq

G Aset (qtq) G Dana (qtq) G Pembiayaan (qtq)

Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah

Berdasarkan komposisinya, peningkatan dana perbankan syariah didorong oleh

tingginya pertumbuhan simpanan dalam bentuk deposito dan tabungan yang mampu

tumbuh masing masing sebesar 34,89% dan 12,65% (yoy). Simpanan giro terus mengalami

perlambatan selama setahun terakhir bahkan pada triwulan I-2014 mengalami kontraksi

sebesar 10,84% (yoy) mengalami perbaikan dibandingkan triwulan IV-2013 yang mengalami

kontraksi sebesar 41,01% (yoy). Secara triwulanan, dana perbankan syariah yang mengalami

kontraksi berasal dari tabungan yang turun sebesar 9,55% (qtq). Sedangkan deposito dan giro

masih mampu tumbuh secara kuartalan masing-masing sebesar 9,64% (qtq) dan 3,85% (qtq).

Grafik 3.27 Proporsi DPK Perbankan Syariah di NTB

Grafik 3.28 Perkembangan DPK PerbankanSyariah di NTB

3.51%

68.88%

27.61%

giro tabungan deposito

-60.00

-40.00

-20.00

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2012 2013 2014

%, y

oy

Giro Tabungan Deposito

Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah

Page 80: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 48

Pembiayaan yang disalurkan oleh Bank umum Syariah berdasarkan lokasi proyek di Nusa

Tenggara Barat selama triwulan I-2014 tumbuh sebesar 25,00% (yoy) dan 2,53% (qtq).

Pertumbuhan tersebut mengalami perlambatan dibandingkan triwulan IV-2013 yang mampu

tumbuh sebesar 31,62% (yoy) dan 6,38% (qtq) dengan baki debet sebesar Rp 1,89 triliun.

Berdasarkan jenisnya, penyaluran pembiayaan konsumsi memperoleh porsi tertinggi dengan

prosentase sebesar 53,39% dari total pembiayaan. Sementara kredit produktif yaitu modal

kerja dan investasi memperoleh prosentase yang lebih kecil yaitu masing-masing sebesar

24,92% dan 21,49%.

Grafik 3.29 Proporsi Pembiayaan PerbankanSyariah di NTB

Grafik 3.30 Perkembangan Pembiayaan Syariah di NTB

24.92%

21.49%

53.59%

Modal Kerja Investasi Konsumsi

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

90.00

100.00

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2012 2013 2014

%, y

oy

Modal Kerja Investasi Konsumsi

Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah

Tingginya pembiayaan konsumsi bank umum Syariah di NTB menunjukkan bahwa masyarakat

telah mulai mempercayai perbankan syariah untuk memenuhi kebutuhan sehari harinya. Kinerja

penyaluran pembiayaan yang meningkat didukung dengan kualitas pembiayaan yang terjaga,

yang tercermin dari rasio Non Performing Financing (NPF) atau tingkat kredit bermasalah

sebesar 2,13%. Rasio tersebut mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya

yang sebesar 1,36% akan tetapi masih dalam batas aman.

Grafik 3.31

Financingto Deposits Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF)

Perbankan Syariah NTB

0.00

0.01

0.01

0.02

0.02

0.03

0.00%

50.00%

100.00%

150.00%

200.00%

250.00%

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2012 2013 2014

%%

FDR NPF - kanan

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Page 81: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 49

Fungsi intermediasi bank sebagai lembaga yang menghimpun dana masyarakat dan

menyalurkan kembali dalam bentuk kredit, atau yang biasa disebiut Financing to Deposit Ratio

(FDR), menunjukkan kinerja yang sangat tinggi yang tercermin dari FDR sebesar 226,60%, jauh

dari ambang maksimal yang dianjurkan yakni sebesar 92%.

3.4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Pada triwulan I-2014, perkembangan sistem pembayaran di Nusa Tenggara Barat terkait

kegiatan transaksi keuangan secara tunai mengalami net inflow, sedangkan perkembangan

transaksi secara non tunai didominasi oleh layanan transaksi RTGS.

3.4.1. Transaksi Keuangan Secara Tunai

Pada triwulan I-2014 perkembangan transaksi keuangan secara tunai di Nusa Tenggara

Barat berada pada tren net outflow. Kondisi tersebut tercermin dari penurunan jumlah

aliran uang keluar (cash outflow) yang lebih kecil dibandingkan aliran uang masuk (cash inflow),

atau dengan kata lain jumlah penarikan uang tunai lebih kecil dibandingkan jumlah setoran

uang tunai yang dilakukan oleh perbankan NTB melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Pada triwulan I-2014, jumlah aliran uang tunai yang masuk ke kas Bank Indonesia yang berasal

dari setoran perbankan di NTB masih berada pada tren peningkatan yang tercatat sebesar

Rp1,59 triliun atau tumbuh signifikan sebesar 12,07% (yoy), jauh lebih rendah dibanding

pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh hingga 31,35% (yoy) dengan nominal tercatat sebesar

Rp971,75 miliar.

Grafik 3.32

Perkembangan Inflow, Outflow dan Netflow (Rp, miliar)

(1,050)

(900)

(750)

(600)

(450)

(300)

(150)

0

150

300

450

600

750

900

1,050

0.00

200.00

400.00

600.00

800.00

1,000.00

1,200.00

1,400.00

1,600.00

1,800.00

Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2011 2012 2013 2014

Rp. Miliar

Inflow Outflow Netflow (kanan)

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Page 82: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 50

Di sisi lain, jumlah aliran uang tunai yang keluar (cash outflow) yang berasal dari kas Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat tercatat mencapai Rp718,97 miliar

yang tumbuh negatif sebesar 21,84% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan lalu

yang tercatat tumbuh positif sebesar 23,48% (yoy) dengan nominal sebesar Rp1,43 triliun.

Jumlah aliran uang keluar yang lebih besar dibanding aliran jumlah uang masuk menyebabkan

terjadinya net outflow dengan jumlah mencapai Rp872,46 miliar.

3.4.2. Perkembangan Penukaran Uang Pecahan Kecil

Secara umum, kegiatan penukaran uang pecahan kecil di NTB menunjukkan

peningkatan. Selama triwulan IV-2013, penukaran uang pecahan kecil melalui kegiatan kas

keliling yang melingkupi seluruh wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan penukaran langsung

ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat mencapai Rp45,83 miliar

atau tumbuh positif sebesar 4,21% (yoy), namun tumbuh lebih tinggi dibanding pertumbuhan

triwulan lalu yang juga tumbuh negatif sebesar 3,96% (yoy) yang tercatat sebesar Rp35,51

miliar.

Berdasarkan lokasi, penukaran uang pecahan kecil secara langsung melalui Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat mencapai Rp38,43 miliar atau tumbuh sebesar

6,90% (yoy), meningkat dibanding triwulan lalu yang tumbuh negatif sebesar 6,24% (yoy).

Sementara itu, penukaran uang pecahan kecil melalui kegiatan kas keliling mengalami

penurunan atau tumbuh negatif juga sebesar 7,86% (yoy) atau sebanyak Rp7,40 miliar, lebih

rendah dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh positif sebesar 16,14% (yoy).

Grafik 3.33

Perkembangan Penukaran Uang Kecil (Rp,

miliar)

Grafik 3.34

Komposisi Penukaran Uang Kertas Keluar

Berdasarkan Jenis Pecahan

0

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2012 2013 2014

Penukaran di BI Kas keliling - kanan

Rp20.000; 7%

Rp10.000; 14%

Rp5.000; 23%

Rp2.000; 38%

Rp1.000; 18%

Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah

Berdasarkan komposisinya, penukaran uang kertas pecahan kecil (s.d Rp20.000) sepanjang

triwulan I-2014 jumlahnya mencapai Rp35,578 miliar. Penukaran uang kertas masih didominasi

Page 83: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 51

jenis Rp2.000,00 dengan jumlah mencapai 2,91 juta lembar, disusul pecahan Rp5.000,00

sebanyak 1,61 juta lembar, pecahan Rp10.000,00 sebanyak 1,05 juta lembar, pecahan

Rp1.000,00 sebanyak 0,75 juta lembar dan pecahan Rp20.000,00 sebanyak 0,42 juta lembar.

Sementara secara nominal, jumlah penukaran tertinggi dialami uang pecahan Rp10.000,00

yang mencapai Rp10,51 miliar kemudian disusul uang pecahan Rp5.000,00 yang mencapai

uang pecahan Rp8,08 miliar.

3.4.3. Transaksi Pembayaran Secara Non Tunai Perkembangan kegiatan transaksi non tunai di Nusa Tenggara Barat sepanjang

triwulan I-2014 relatif menunjukkan penurunan dibanding triwulan lalu. Kondisi

tersebut didorong oleh menurunnya transaksi keuangan secara non tunai melalui sarana Real

Time Gross Settlement (RTGS), dari sebesar R3,03 triliun pada triwulan lalu menjadi Rp2,44

triliun pada triwulan I-2014. Sementara itu, pada triwulan I-2014 transaksi secara kliring

menunjukkan peningkatan yang tercatat mencapai Rp1,74 triliun (triwulan IV-2013: Rp1,64

triliun).

Grafik 3.35

Perkembangan Transaksi Non Tunai

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

45.00

0.00

500.00

1000.00

1500.00

2000.00

2500.00

3000.00

3500.00

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2011 2012 2013 2014

lbr

Rp

, mili

ar

RTGS (kiri) Kliring (kiri)

warkat kliring(ribu) kanan warkat RTGS(ribu) kanan

Sumber : Bank Indonesia, diolah

3.4.3.1. Transaksi Kliring

Sepanjang triwulan IV-2013, nilai transaksi kliring mencapai Rp1,64 triliun atau

tumbuh negatif sebesar 0,34 % (yoy), lebih rendah dibanding dengan triwulan III-2013 yang

tumbuh sebesar 17,52% (yoy). Berdasarkan frekuensi transaksinya, jumlah warkat kliring yang

diproses sepanjang triwulan IV-2013 menunjukkan peningkatan yang tercatat sebanyak 36,38

ribu lembar atau tumbuh negatif sebesar 0,29% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan lalu

yang tercatat sebanyak 37,27 ribu lembar.

Page 84: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 52

Grafik 3.36

Perkembangan Transaksi Kliring

-

2

4

6

8

10

12

14

16

0

100

200

300

400

500

600

700

4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3

2011 2012 2013 2014

Nominal (Rp milyar) Warkat (ribu lembar)-kanan

Sumber : Bank Indonesia, diolah

3.4.3.2. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) Kegiatan transaksi sarana RTGS tetap mendominasi sistem pembayaran non tunai pada

perbankan di Nusa Tenggara Barat. Sepanjang triwulan I-2014, jumlah transaksi pembayaran

melalui RTGS tercatat sebanyak Rp2,44 triliun yang tumbuh positif sebesar 3,90% (yoy),

menurun dibanding triwulan IV-2013 ( Rp3,03 triliun) yang tumbuh sebesar 20,07% (yoy).

Dari sisi volume transaksi, jumlah transaksi RTGS menunjukkan penurunan, dari 2.745 lembar

pada triwulan IV-2013 menjadi 2.645 lembar pada periode laporan. Berbagai keunggulan yang

dimiliki sarana RTGS seperti kecepatan dan ketepatan dalam penyelesaian transaksi serta

rendahnya risiko settlement-nya turut mempengaruhi jumlah transaksi RTGS di Nusa Tenggara

Barat.

Grafik 3.37

Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

2000

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3

2011 2012 2013 2014

lem

bar

Rp,

mili

ar

RTGS (milyar) kiri Volume (lbr) kanan

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Page 85: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Perkembangan Keuangan Daerah 53

BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 1

2

3

4

4.1 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Total belanja pemerintah di Provinsi NTB pada tahun 2014 direncanakan sebesar 20,72

trilyun rupiah. Jumlah tersebut mengalami peningkatan 4,68% dibanding rencana

belanja tahun 2013 yang sebesar 19,79 trilyun rupiah. Total belanja Kabupaten/Kota

menyumbang porsi belanja terbesar dengan pangsa mencapai 48,8%, disusul oleh belanja

pemerintah pusat dengan pangsa mencapai 37,5% dan belanja pemerintah provinsi dengan

pangsa mencapai 13,7%. Sumber pertumbuhan belanja pemerintah terutama disebabkan oleh

meningkatnya belanja tidak langsung, sedangkan rencana investasi pemerintah di tahun 2014

justru mengalami penurunan. Adanya pemilu menyebabkan anggaran investasi sedikit menurun

dikarenakan kebutuhan pembiayaan operasional yang meningkat selama pesta demokrasi.

Rencana pendapatan daerah di Provinsi NTB tahun 2014 ditargetkan sebesar 14,91

trilyun, meningkat cukup tinggi hingga 13,19% dibanding tahun sebelumnya yang

sebesar 13,18 trilyun. Besarnya kenaikan target pendapatan terutama disumbang oleh

peningkatan target capaian pendapatan pajak oleh pemerintah pusat menyesuaikan tingginya

capaian pendapatan pajak di tahun 2013.

Grafik 4.1 Pendapatan dan Belanja Pemerintah di Provinsi

NTB Tahun 2014

Grafik 4.2 Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah di

Provinsi NTB Triwulan I 2014

Sumber : Kementrian Keuangan, Biro Keuangan,

diolah

Sumber : Biro Keuangan dan Ditjen

Perbendaharaan Negara Wilayah NTB, diolah

Realisasi pencapaian kinerja pemerintah provinsi di triwulan I 2014 menunjukkan

kinerja yang lebih baik dibanding pencapaian kinerja pemerintah kabupaten/

11.0

12.611.5

12.9

15.0

8.610.4

21.2

15.414.7 14.4

15.3

10.78.7

21.0

14.516.3

12.4

0

5

10

15

20

25

4

6

8

10

12

14

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Tri

lyu

n

Pendapatan Belanja Growth Pendapatan Growth Belanja

1.462.33

7.51 7.78

0

2

4

6

8

10

2013 2014

AP

BN

(Tr

ily

un

)

Pendapatan Belanja

-

5

10

15

20

25

PROVINSI NTB TOTAL KABUPATEN

ALOKASI APBN

22.3 21.6 20.6

14.313.1

9.2

Re

ali

sasi

(%

)

% PENDAPATAN % BELANJA

Page 86: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Perkembangan Keuangan Daerah 54

kotamaupun pemerintah pusat. Realisasi pendapatan pemerintah provinsi mampu mencapai

22,3%, lebih tinggi dibanding capaian pendapatan total pemerintah kabupaten/kota yang

sebesar 21,6% dan pemerintah pusat yang mencapai 20,6%. Demikian pula dengan capaian

belanja, pemerintah provinsi menunjukkan kinerja penyerapan anggaran yang lebih baik

dengan realisasi penyerapan anggaran mencapai 14,31%, lebih baik dibanding penyerapan

anggaran pemerintah Kabupaten/Kota yang sebesar 13,1% dan penyerapan anggaran APBN

yang hanya 9,2%.Namun demikian, realisasi penyerapan anggaran di triwulan I 2014 relatif

lebih rendah dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya. Rendahnya penyerapan

disebabkan oleh adanya penundaan penyaluran dana bansos menjelang pemilu legislatif,

sehingga penyerapan anggaran yang dapat disalurkan secara normal hanya terjadi pada biaya

gaji pegawai yang sesuai jadwal realisasi. Penyerapan biaya modal relatif rendah lebih

disebabkan oleh proses pengadaan yang masih dalam tahap penyusunan dokumen, sehingga

realisasi proyek baru bisa dilakukan setelah melalui proses tender yang biasanya baru akan

meningkat cukup tinggi di semester dua.

4.2 REALISASI PENDAPATAN APBD DI PROVINSI NTB

Total realisasi pendapatan APBD di provinsi NTB pada triwulan I 2014 mencapai 3,22

trilyun atau sebesar 22,3% dari target yang direncanakan.Pencapaian realisasi

pendapatan lebih disebabkan oleh realisasi dana transfer berupa dana alokasi umum (DAU)

dapat diterima sesuai jadwal penerimaan sebesar 25% dari total DAU yang diterima. Bahkan

Provinsi NTB telah menerima 33% dari total DAU yang ditetapkan.

Berdasarkan pangsa pendapatan daerah, pendapatan daerah masih didominasi oleh

penerimaan dana transfer pemerintah pusat dengan pangsa mencapai 63,7% dari total

pendapatan yang diterima. Peran PAD juga menunjukkan adanya peningkatan dengan pangsa

mencapai 15,8% dari total pendapatan daerah, meningkat dibanding peran PAD 5 tahun

sebelumnya yang hanya 11,5% dari total pendapatan daerah.

Grafik 4.3 Realisasi Pendapatan APBD Kabupaten/Kota

dan Provinsi Triwulan I 2014

Grafik 4.4 Realisasi Pendapatan APBD Pemerintah

Kabupaten/Kota di Provinsi NTB

Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTB, diolah Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTB, diolah

1.2 1.3 1.6

2.2 2.5

2.9

1.2 1

2

2 2

0.64

99.2 97.0105.6

100.1 95.8

22.3

-

20

40

60

80

100

120

-

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

2009 2010 2011 2012 2013 2014

Trily

un

Pendapatan Provinsi Realisasi % Realisasi

9611,134

1,296

1,641

509590

1,109

768

1,137

574

115 267 307 271 99 146 317 153 274 151

12.0

23.5 23.7

16.5

19.4

24.8 28.6

19.9

24.126.3

-

5

10

15

20

25

30

35

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

1,800

Mili

ar

Pendapatan Daerah Realisasi Pendapatan % PENDAPATAN

Page 87: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Perkembangan Keuangan Daerah 55

Di tingkat kabupaten/ kota, pencapaian terbesar diraih Kabupaten Sumbawa dengan

realisasi pendapatan daerah mencapai 28,6%, diikuti Kota Bima sebesar 26,3% dan Kabupaten

Bima dengan capaian realisasi sebesar 24,1%. Tingginya realisasi pendapatan sebagian besar

disebabkan oleh realisasi DAU yang mencapai 33,33% dari nilai DAU yang diajukan, sehingga

pencapaian realisasi pendapatan relatif tinggi. Realisasi pendapatan terendah dialami oleh Kota

Mataram yang disebabkan oleh pencairan DAU yang hanya sebesar 16,67% dari total DAU

yang direncanakan. Realisasi pendapatan Kabupaten Lombok Timur menempati peringkat

terendah kedua yang lebih disebabkan oleh pencapaian pendapatan asli daerah PAD yang

rendah di triwulan I 2014 sehingga berdampak pada realisasi pendapatan total.

Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTB, diolah

4.3 REALISASI BELANJA APBD DI PROVINSI NTB

Rencana belanja pemerintah daerah di Provinsi NTB pada triwulan I 2014 baru

terealisasi sebesar 14,3% dari total belanja yang direncanakan. Rendahnya realisasi

belanja lebih disebabkan oleh aktifitas kantor masih dalam tahap persiapan pekerjaan, sehingga

belanja APBD juga relatif rendah. Belanja pegawai sebagai sumber utama pengeluaran dengan

pangsa sebesar 50,0% hingga triwulan I 2014 baru terealisasi sebesar 15,89%. Realisasi belanja

lebih rendah terjadi pada pos belanja modal dengan realisasi sebesar 7,75% dan realisasi

belanja barang yang baru terealisasi 8,60%. Realisasi belanja terendah terjadi pada pos belanja

NO URAIAN

TOTAL KAB TOTAL PROV TOTAL APBD TOTAL KAB TOTAL PROV TOTAL APBD

I. PENDAPATAN

1.1. Pendapatan Asli Daerah 849,093 1,144,588 1,993,681 108,215 196,347 304,562 12.7 17.2 15.3

1.1.1 Pajak Daerah 260,550 928,074 1,188,624 48,207 161,806 210,013 18.5 17.4 17.7

1.1.2 Retribusi Daerah 243,741 13,221 256,962 39,200 2,590 41,790 16.1 19.6 16.3

1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg dipisahkan 92,241 93,287 185,528 232 - 232 0.3 0.1

1.1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 252,561 110,006 362,567 20,577 31,950 52,527 8.1 29.0 14.5

1.2 PENDAPATAN TRANSFER 8,632,605 1,680,998 10,308,603 1,987,487 441,565 2,429,052 23.0 26.3 23.6

1.2.1 Transfer Pem.Pusat Dana Perimbangan 7,423,800 1,215,276 8,639,076 1,882,325 326,797 2,209,121 25.4 26.9 25.6

1.2.1.1 Bagi Hasil Pajak 409,386 165,721 575,107 - - -

1.2.1.2 Bagi Hasil Bukan Pajak 33,368 14,501 47,869 - - -

1.2.1.3 Dana Alokasi Umum 6,271,980 980,390 7,252,370 1,838,151 326,797 2,164,947 29.3 33.3 29.9

1.2.1.4 Dana Alokasi Khusus 709,066 54,663 763,730 44,174 - 44,174 6.2 5.8

1.2.2 Transfer Pemerintah Pusat Lainnya 972,766 465,722 1,438,488 22,053 114,768 136,821 2.3 24.6 9.5

1.2.3.1 Dana Otonomi Khusus - - - - - -

1.2.3.2 Dana Penyesuaian 972,766 465,722 1,438,488 22,053 114,768 136,821 2.3 24.6 9.5

1.2.3 Transfer Pemerintah Provinsi 236,039 - 231,039 83,109 - 83,109 35.2 36.0

1.2.2.1 Pendapatan Bagi Hasil Pajak 231,039 - 231,039 83,109 - 83,109 36.0 36.0

1.2.2.2 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya - - - - - -

1.3 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 236,861 37,969 274,830 5,180 186 5,366 2.2 0.5 2.0

1.3.1 Pendapatan hibah 79,135 37,969 117,104 271 186 457 0.3 0.5 0.4

1.3.2 Pendapatan Dana Darurat - - - - - -

1.3.3 Pendapatan Lainnya 41,766 - 41,766 4,909 - 4,909 11.8 11.8

JUMLAH PENDAPATAN 9,718,559 2,863,555 12,577,114 2,100,881 638,098 2,738,980 21.6 22.3 21.8

Real NTB

Tw I 2014

REAL Total

Tw I 2014

APBD REALISASI ANGGARANReal KAB

Tw I 2014

Tabel 4.1 Rincian Pendapatan Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota dan

Provinsi NTB Triwulan I 2014

Page 88: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Perkembangan Keuangan Daerah 56

bantuan sosial dengan realisasi hanya sebesar 2,12% seiring dengan adanya anjuran dari

menteri dalam negeri untuk menangguhkan penyaluran bantuan sosial sebelum dan selama

pemilihan umum guna mencegah persepsi negatif publik terkait dugaan dukungan pada salah

satu partai politik.

Secara umum, realisasi belanja pemerintah kabupaten/kota menunjukkan kualitas

belanja yang lebih baik dibanding realisasi belanja pemerintah provinsi. Walaupun

realisasi total belanja pemerintah provinsi lebih tinggi dibanding pemerintah kabupaten/kota,

namun pencapaian tersebut disumbang oleh tingginya pencapaian dana transfer bagi hasil ke

desa yang tidak menunjukkan indikator peningkatan aktivitas birokrasi. Kualitas aktivitas belanja

pemerintah kabupaten/kota dinilai lebih bagus dikarenakan relatif lebih tingginya realisasi

belanja modal dan belanja pegawai dibanding realisasi pemerintah provinsi.

Grafik 4.5

Realisasi Belanja Pemerintah Kabupaten/Kota

dan Provinsi Triwulan I 2014

Grafik 4.6

Realisasi Belanja APBD Pemerintah

Kabupaten/Kota di Provinsi NTB

Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTB , diolah Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTB, diolah

Nilai nominal realisasi belanja konsumsi pemerintah daerah pada triwulan I 2014

sebesar 1,53 trilyun rupiah, sedangkan realisasi belanja modal mencapai 199,38 milyar

rupiah. Di tingkat kabupaten/kota, aktivitas belanja Kabupaten Lombok Tengah di triwulan I

2014 mencapai realisasi tertinggi sebesar 17,0% dari total rencana belanja, disusul realisasi

belanja Kabupaten Lombok Timur dengan realisasi sebesar 16,3%. Relatif tingginya realisasi

belanja lebih disebabkan oleh realisasi belanja modal yang relatif tinggi dibanding kabupaten

lainnya. Realisasi belanja terendah terjadi di Kabupaten Lombok Utara dengan realisasi sebesar

9,1% terutama disebabkan oleh realisasi investasi yang rendah di triwulan I 2014. Berdasarkan

capaian pendapatan dan belanja yang dilakukan, maka sepanjang triwulan I 2014 terjadi

surplus pendapatan daerah hingga satu trilyun rupiah.

1.2 1.4

1.7

2.3 2.5

2.8

1.1 1

1

2

2

0.41

85.479.2

88.9 88.4

95.6

14.3-

20

40

60

80

100

120

-

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

2009 2010 2011 2012 2013 2014

Tril

yu

n

Belanja Provinsi Realisasi % Realisasi

1,0831,236 1,298

1,648

541 592

1,161

769

1,173

605

162 108 221268

49 83 120 82 147 87

14.9

8.8

17.0 16.3

9.1

14.1

10.3 10.712.5

14.4

-

2

4

6

8

10

12

14

16

18

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

1,800

Mili

ar

Belanja Daerah Realisasi Belanja % BELANJA

Page 89: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Perkembangan Keuangan Daerah 57

Tabel 4.2 Rincian Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota dan

Provinsi NTB Triwulan I 2014

Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTB, diolah

Berdasarkan data simpanan pemerintah daerah dan pusat di perbankan, sepanjang

triwulan I 2014 terjadi peningkatan dana pemerintah, baik dalam bentuk giro,

tabungan maupun deposito hingga 1,36 trilyun rupiah. Peningkatan DPK diduga berasal

dari surplus pendapatan pemerintah daerah sepanjang triwulan I sebesar 1 trilyun ditambah

peningkatan simpanan pemerintah pusat sebesar 116 milyar rupiah dan simpanan atas SILPA

tahun sebelumnya.

Grafik 4.7 Simpanan Pemerintah Kabupaten, Kota dan

Provinsi dalam Perbankan di Provinsi NTB

Grafik 4.8 Alokasi Simpanan Pemerintah Kabupaten dan

Kota di Provinsi NTB

Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah

NO URAIAN

TOTAL KAB TOTAL PROV TOTAL APBD TOTAL KAB TOTAL PROV TOTAL APBD

II. BELANJA

2.1 BELANJA OPERASI 7,900,468 1,868,987 9,769,455 1,113,388 245,216 1,358,604 14.09 13.12 13.91

2.1.1 Belanja Pegawai 5,832,986 642,385 6,475,370 927,122 107,341 1,034,463 15.89 16.71 15.98

2.1.2 Belanja Barang 1,519,907 352,953 1,872,861 140,480 20,611 161,091 9.24 5.84 8.60

2.1.3 Belanja Bunga 9,640 - 9,640 1,921 - 1,921 19.93 19.93

2.1.4 Belanja Subsidi 250 250 500 - - -

2.1.5 Belanja Hibah 171,308 747,290 918,598 14,775 117,032 131,807 8.62 15.66 14.35

2.1.6 Belanja Bantuan Sosial 155,442 60,975 216,417 4,354 232 4,585 2.80 0.38 2.12

2.1.7 Belanja Bantuan Keuangan 210,934 65,134 276,068 24,736 - 24,736 11.73 8.96

- - -

2.2 BELANJA MODAL 2,075,446 498,540 2,573,986 193,255 6,128 199,383 9.31 1.23 7.75

2.2.1 Belanja Tanah 62,794 11,340 74,134 23,016 - 23,016 36.65 31.05

2.2.2 Belanja Peralatan dan Mesin 180,795 50,985 231,780 8,754 1,135 9,889 4.84 2.23 4.27

2,2,3 Belanja Gedung dan Bangunan 434,861 262,127 696,988 14,796 221 15,017 3.40 0.08 2.15

2.2.4 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 559,790 170,838 730,629 87,279 4,772 92,051 15.59 2.79 12.60

2.2.5 Belanja Aset Tetap Lainnya 18,900 1,284 20,184 744 - 744 3.94 3.69

2.2.6 Belanja Aset Lainnya - 1,966 1,966 - - -

- - -

2.3 BELANJA TAK TERDUGA 37,258 9,000 46,258 3,563 - 3,563 9.56 7.70

2.3.1 Belanja Tidak Terduga 37,258 9,000 46,258 3,563 - 3,563 9.56 7.70

- - -

2.4 TRANSFER - - - - - -

2.4.1 TRANSFER BAGI HASIL KE DESA 92,937 457,678 550,615 17,247 154,153 171,400 18.56 33.68 31.13

2.4.1.1 Bagi Hasil Pajak 3,892 457,659 461,552 - 154,153 154,153 33.68 33.40

2.4.1.2 Bagi Hasil Retribusi 3,069 19 3,087 - - -

2.4.1.3 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya 85,976 - 85,976 17,247 - 17,247 20.06 20.06

- - -

JUMLAH BELANJA 10,106,109 2,834,205 12,940,314 1,327,453 405,498 1,732,951 13.14 14.31 13.39

SURFLUS/DEFISIT (387,550) 29,350 (363,200) 773,428 232,601 1,006,029

Real NTB

Tw I 2014

REAL Total

Tw I 2014

APBD REALISASI ANGGARAN Real KAB

Tw I 2014

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

Mili

ar

Pusat Provinsi Pemkot Pemkab

163

18 8

-64

208

5 2

-67

185

-620

-70

204

17 20

56

20

40

2618

102

-9

6

-33

(30.00)

(10.00)

10.00

30.00

50.00

70.00

(100.00)

-

100.00

200.00

300.00 % qtq % yoy PEMERINTAH Giro Tabungan Deposito Total DPK

PUSAT 240,438 68,286 28,175 336,900

PROVINSI 105,306 209 145,301 250,816

KOTA 134,810 2,178 147,215 284,202

KABUPATEN 996,782 8,707 155,500 1,160,989

TOTAL 1,477,336 79,380 476,191 2,032,907

Page 90: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Perkembangan Keuangan Daerah 58

Total dana simpanan pemerintah sepanjang triwulan I 2014 mengalami peningkatan

hingga 204% (qtq) dibanding akhir tahun 2013. Namun demikian, berdasarkan data

pertumbuhan tabungan secara tahunan, pertumbuhan tabungan menunjukkan adanya tren

melambat bahkan mengalami penurunan di triwulan I 2013 dan triwulan IV 2013. Pada

triwulan I 2014, pertumbuhan jumlah simpanan pemerintah hanya tumbuh sebesar 3,12%

dibanding tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah semakin efektif

dan aktif dalam membelanjakan pendapatan yang berhasil dihimpun dari masyarakat, sehingga

proses pembangunan dapat dilakukan lebih awal.

4.4 KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI PROVINSI NTB

Pada tahun 2014, pemerintah pusat mengalokasikan peningkatan belanja sebesar

3,52% (yoy) dan peningkatan pendapatan sebesar 59,59% (yoy). Peningkatan belanja

terutama disebabkan oleh peningkatan belanja barang dan belanja pegawai, sedangkan belanja

modal dan bantuan sosial justru mengalami penurunan anggaran. Peningkatan belanja barang

seiring dengan adanya pemilu yang dilaksanakan pada bulan Maret. Adanya batasan alokasi

anggaran menyebabkan terjadinya penurunan biaya modal, seiring dengan adanya peningkatan

biaya pembelian barang yang cukup tinggi. Sedangkan kenaikan rencana pendapatan yang

signifikan lebih disebabkan oleh capaian realisasi pendapatan di tahun sebelumnya yang

mencapai 184,83% dari target, sehingga pada tahun 2014 target penerimaan dinaikkan cukup

besar. Berdasarkan target penerimaan dan belanja yang dilakukan, defisit penerimaan APBN

yang dialokasikan di Provinsi NTB menurun dari defisit 6,05 trilyun menjadi sebesar 5,45 trilyun.

Grafik 4. 9 Realisasi Penerimaan Pendapatan dan Belanja

Negara di Provinsi NTB Triwulan I 2014

Grafik 4.10 Rincian Realisasi Belanja Negara di Provinsi NTB

Triwulan I 2014

Sumber : Ditjen Perbendaharaan Negara Wilayah

NTB, diolah

Sumber : Ditjen Perbendaharaan Negara Wilayah

NTB, diolah

Berdasarkan realisasi triwulan I 2014, baik pencapaian pendapatan maupun realisasi

belanja menunjukkan pencapaian yang relatif rendah. Rendahnya pencapaian pendapatan

2,332

7,778

-5,446

479 717-238

20.56

9.22

4.36

.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

-8,000

-6,000

-4,000

-2,000

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

JUMLAH PENDAPATAN

JUMLAH BELANJA SURFLUS/DEFISIT

Mil

ya

r

DIPA Realisasi %

1,771 1,890

2,947

1,170

-

374 178 145

20 -

21.11

9.41

4.93

1.71 -

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

Belanja Pegawai

Belanja Barang

Belanja Modal

Belanja Bantuan

Sosial

Bagi Hasil Pajak

Mily

ar

DIPA Revisi 2013 Realisasi Tw III-13 Capaian Tw III-13 (RHS)

Page 91: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Perkembangan Keuangan Daerah 59

kemungkinan besar lebih disebabkan oleh meningkatnya target pencapaian, sehingga

prosentase realisasi mengalami penurunan, sedangkan realisasi belanja yang rendah lebih

disebabkan oleh belum dimulainya aktivitas belanja modal sehingga realisasi belanja relatif

rendah. Dengan porsi belanja yang lebih didominasi oleh belanja modal hingga 37,89%, maka

pencapaian realisasi investasi akan sangat mempengaruhi pencapaian belanja secara total.

Berdasarkan rincian aktivitas belanja, belanja pegawai mencapai realisasi tertinggi

hingga 21,11% dari rencana belanja. Cukup tingginya realisasi belanja pegawai dinilai wajar

dikarenakan sebagian besar belanja digunakan untuk membayar gaji pegawai yang memang

sudah terjadwal. Pencapaian terbesar kedua berupa realisasi belanja barang, seiring dengan

adanya aktivitas pemilihan umum di Indonesia. Rendahnya realisasi investasi lebih disebabkan

oleh masalah tahapan pengadaan yang baru dalam tahap pembuatan proposal, sedangkan

rendahnya belanja bantuan sosial lebih disebabkan oleh himbauan Mendagri untuk menunda

penyaluran bantuan sosial pada saat menjelang dan selama pemilu guna mencegah

penyalahgunaan penyaluran bantuan untuk kepentingan politik.

Tabel 4.3 Rincian Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi NTB

Capaian

DIPA 2014 Tw 1-14

( % )

1 2 14

I. PENDAPATAN NEGARA

1.1. Penerimaan Dalam Negeri 1,461,037 2,331,715 479,403 20.56

1.1.1 Penerimaan Perpajakan 1,216,038 393,426

1.1.1.1 Pendapatan Pajak Dalam Negeri 1,043,865 393,426

1.1.1.2 Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional 172,173

1.1.2 Penerimaan Negara Bukan Pajak 244,999 2,331,715 85,977 3.69

1.1.2.1 Penerimaan Sumber Daya Alam 516 17,500 91 0.52

1.1.2.2 Pendapatan Bagian Laba BUMN

1.1.2.3 Pendapatan PNBP Lainnya 244,483 2,314,215 85,886 3.71

1.2. Penerimaan Hibah

JUMLAH PENDAPATAN 1,461,037 2,331,715 479,403 20.56

Realisasi

Tw I-14NO URAIAN

DIPA Revisi

2013

Page 92: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Perkembangan Keuangan Daerah 60

Sumber : Ditjen Perbendaharaan Negara Wilayah NTB, diolah

Capaian

Tw 1-14

( % )

II. BELANJA NEGARA

2.1 BELANJA OPERASI 7,461,903 7,778,093 717,006 9.22

2.1.1 Belanja Pegawai 1,708,146 1,771,073 373,896 21.11

2.1.2 Belanja Barang 1,540,329 1,889,607 177,722 9.41

2.1.3 Belanja Modal 3,019,851 2,947,228 145,352 4.93

2.1.4 Belanja Bunga

2.1.5 Belanja Subsidi

2.1.6 Belanja Hibah

2.1.7 Belanja Bantuan Sosial 1,193,576 1,170,184 20,036 1.71

2.1.8 Belanja Lain-Lain

2.4 TRANSFER KE DAERAH 51,946

2.4.1 TRANSFER BAGI HASIL 51,946

2.4.1.1 Bagi Hasil Pajak 51,946

JUMLAH BELANJA 7,513,849 7,778,093 717,006 9.22

SURFLUS/DEFISIT -6,052,812 -5,446,377 -237,603 4.36

III. PEMBIAYAAN

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) -6,052,812 -5,446,377 -237,603 4.36

DIPA 2014Realisasi

Tw I-14NO URAIAN DIPA Revisi

Page 93: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Kesejahteraan Masyarakat 61

1

2

3 4 5

BAB 5 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

5.1 UMUM

Indikator kesejahteraan di Provinsi NTB menunjukkan adanya tren peningkatan. Searah dengan

pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB yang terutama didorong oleh sektor Pertanian dan PHR,

kondisi ketenagakerjaan juga mengalami peningkatan terutama di dua sektor tersebut. Nilai

Tukar Petani juga mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan rata-rata pada triwulan I

tahun sebelumnya. Jumlah penduduk miskin di provinsi NTB berdasarkan hasil survei bulan

September 2013 juga mengalami penurunan dibandingkan semester sebelumnya. Penurunan

jumlah penduduk miskin terutama terjadi pada penduduk miskin perkotaan, hal ini

menunjukkan adanya peningkatan kesejahteraan dan keberhasilan program pengentasan

kemiskinan yang diterapkan. Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia juga menunjukkan adanya

peningkatan yang dilihat dari dua indikator yaitu ketenagakerjaan dan Indikator penghasilan.

5.2 Ketenagakerjaan

Kondisi ketenagakerjaan di Nusa Tenggara Barat sangat dipengaruhi siklus di dunia

pendidikan dan struktur sektor ekonomi utama. Dua sektor dominan dari perekonomian

NTB yaitu sektor Pertanian, Perdagangan Hotel dan Restoran yang memiliki siklus peningkatan

dan penurunan produksi mempengaruhi pola penyerapan tenaga kerja di NTB. Demikian pula

dengan siklus dunia pendidikan dimana lulusan dunia pendidikan akan tercatat menambah

jumlah tenaga kerja di Semester I dan penerimaan pendidikan tinggi di semester II akan

mengurangi jumlah tenaga kerja.

Pada Februari 2014 jumlah tenaga kerja menunjukkan adanya perbaikan yang

digambarkan dengan peningkatan jumlah angkatan kerja maupun jumlah penduduk

bekerja. Jumlah angkatan kerja pada Februari 2014 bertambah sebanyak 189.179 orang

dibanding keadaan Agustus 2013 dan bertambah sebanyak 37.008 orang dibanding keadaan

Februari 2013. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Februari 2014 sebesar 70,71%

juga mengalami peningkatan dibandingkan TPAK di bulan Agustus 2013 yang tercatat 65,42%

dan 70,53 untuk TPAK di bulan Februari 2013.

Page 94: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Kesejahteraan Masyarakat 62

Peningkatan jumlah angkatan kerja juga dibarengi dengan peningkatan angka

pengangguran, sehingga angka Tingkat Penggangguran Terbuka (TPT) relatif tetap.

Angka pengangguran pada Februari 2014 sebesar 123,760 orang atau meningkat sebanyak

10.040 orang dibandingkan Agustus 2014 dan meningkat sebanyak 3.283 orang dibandingkan

Februari 2013.

Tabel 5.1 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama, 2012-

2014

2012 2013 2014

Kegiatan Utama Februari Agustus Februari Agustus Februari

1.   Angkatan Kerja 2,232,823 2,135,332 2,298,173 2,146,002 2,335,181

a.        Bekerja 2,116,529 2,024,611 2,177,696 2,032,282 2,211,421

b.        Pengangguran 116,294 110,721 120,477 113,720 123,760

2.   Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK = %) 69.74 65.99 70.53 65.42 70.71

3.   Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT = %) 5.21 5.19 5.24 5.30 5.30

4.   Setengah Penganggur 827,101 901,216 849,397 950,505 876,012

a.     Setengah penganggur 448,467 519,851 412,861 503,849 394,112

b.        Paruh waktu 378,634 381,365 436,536 446,656 481,900

Sumber: BPS Nusa Tenggara Barat

Sebagian besar tenaga kerja NTB bekerja di sektor utama daerah. Sektor Pertanian,

Perdagangan dan Jasa Kemasyarakatan masih menjadi penyerap utama tenaga kerja daerah.

Jumlah penduduk yang di sektor utama tersebut mencapai 1,8 juta orang atau sekitar 82% dari

total tenaga kerja. Dibandingkan periode sebelumnya, jumlah tenaga kerja di ketiga sektor

utama tersebut mengalami peningkatan terutama di sektor perdagangan, hal ini sejalan dengan

laju pertumbuhan ekonomi pada sektor tersebut.

Tabel 5.2 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja

Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, 2012-2014

2012 2013 2014

Februari Agustus Februari Agustus Februari

Pertanian 961,053 897,224 948,699 920,401 1,005,690

Industri Pengolahan 141,378 171,869 175,724 163,533 146,017

Kontruks i 103,351 95,486 121,628 108,364 117,809

Perdagangan 449,453 384,473 489,246 383,756 470,470

Transportas i , Pergudangan dan Komunikas i 91,711 71,293 87,716 72,154 87,936

Keuangan 25,790 28,222 29,926 30,982 29,122

Jasa – Jasa 305,184 323,139 303,528 317,354 329,266

La innya *) 38,609 52,905 21,229 35,738 25,111

Total 2,116,529 2,024,611 2,177,696 2,032,282 2,211,421

Lapangan Pekerjaan Utama

Sumber: BPS Nusa Tenggara Barat

Page 95: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Kesejahteraan Masyarakat 63

Seluruh sektor yaitu sektor formal dan informal menunjukkan peningkatan jumlah

tenaga kerja, namun demikian secara persentase pekerja informal berkurang dari 76,04

persen pada Februari 2013 menjadi 75,31 persen pada Februari 2014. Kegiatan formal terdiri

dari mereka yang berstatus berusaha dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan, sementara

kegiatan inofmal adalah yang berstatus di luar itu. Penurunan persentase pekerja informal ini

disebabkan oleh penurunan dari hampir seluruh komponen pekerja informal, kecuali penduduk

yang bekerja sebagai pekerja bebas di non pertanian dan Pekerja keluarga/tak dibayar.

Tabel 5.3 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Status

Pekerjaan

2012 2013 2014

Februari Agustus Februari Agustus Februari

1.   Berusaha Sendiri 407,906 380,202 384,860 345,899 368,391

2.   Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap 511,035 445,255 528,425 462,598 504,281

3.   Berusaha Dibantu Buruh Tetap 38,414 55,751 63,932 53,306 57,255

4.   Buruh/Karyawan 452,685 425,225 457,768 439,756 488,817

5.   Pekerja Bebas Pertanian 146,208 242,685 155,186 239,326 146,977

6.   Pekerja Bebas Non Pertanian 131,279 132,187 135,430 149,686 138,457

7.   Pekerja Tidak Dibayar 429,002 343,306 452,095 341,711 507,243

Total 2,116,529 2,024,611 2,177,696 2,032,282 2,211,421

Kegiatan Utama

Sumber: BPS Nusa Tenggara Barat

Penyerapan tenaga kerja sebagian besar masih didominasi oleh penduduk yang

berpendidikan rendah (SD ke bawah), dengan porsi 52,97 persen. Pekerja yang

berpendidikan tinggi sebesar 7,52 persen dari total tenaga kerja sedangkan sisanya sebesar

39,51 persen adalah tenaga kerja dengan pendidikan menengah. Komposisi ini tidak

mengalami perubahan signifikan dibandingkan periode sebelumnya, namun demikian khusus

terdapat tren peningkatan untuk pekerja dengan pendidikan tinggi selama periode 2012-2014.

Tabel 5.4 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja

Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2012-2014

2012 2013 2014

Februari Agustus Februari Agustus Februari

SD Kebawah 1,226,782 1,161,863 1,205,758 1,150,738 1,171,434

Sekolah Menengah Pertama 285,678 306,442 354,495 298,014 337,773

Sekolah Menengah Atas 353,451 304,687 363,188 296,804 420,766

Sekolah Menengah Kejuruan 86,437 60,026 76,608 78,455 84,769

Diploma I/II/III 47,726 45,202 34,763 54,042 30,395

Univers i tas (D IV/S1/S2/S3) 116,455 146,391 142,884 154,229 166,284

Total 2,116,529 2,024,611 2,177,696 2,032,282 2,211,421

Tingkat Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan

Sumber: BPS Nusa Tenggara Barat

Page 96: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Kesejahteraan Masyarakat 64

5.3 Nilai Tukar Petani

Nilai Tukar Petani (NTP) relatif stagnan dan sedikit mengalami penurunan di bulan

April dengan NTP sebesar 99,33 namun demikian terjadi peningkatan apabila

dibandingkan rata-rata NTP pada triwulan yang sama tahun sebelumnya. NTP adalah

suatu indikator pengukur kemampuan tukar produk pertanian dengan barang dan jasa yang

diperlukan petani untuk konsumsi rumah tangganya dan untuk keperluan dalam memproduksi

produk pertanian. Rata-rata NTP pada triwulan I 2014 sebesar 99.82 yang menunjukkan bahwa

daya beli petani naik sekitar 5.20 dibanding rata-rata triwulan sebelumnya sebesar 94.61.

Tumbuhnya perekonomian di sektor pertanian pada trwiulan laporan dibandingkan triwulan

yang sama tahun sebelumnya terlihat juga berdampak dengan peningkatan NTP.

Subsektor peternakan di NTB selalu memiliki capaian tertinggi dan di bulan April 2014

tercatat sebesar 108,76 mengalami kenaikan dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 108.19.

Subsektor berikutnya yang mengalami peningkatan adalah subsektor Hortikultura dengan NTP

sebesar 101.44 atau dengan peningkatan sebesar 0.33 dibanding NTP bulan sebelumnya.

Grafik 5.1 NTP Provinsi NTB Januari 2012-November 2013 (2007 =100)

Dan November 2013 April 2014 (2012 = 100)

80

85

90

95

100

105

110

115

120

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2012 2013 2014

Nilai Tukar Petani NTPP (Padi & Plwj)

NTPH (Horti) NTPR (Kebun)

NTPT (Ternak) NTN (Nelayan)

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

5.4 Tingkat Kemiskinan Jumlah penduduk miskin di provinsi NTB berdasarkan hasil survei bulan September 2013

sebesar 802,45 ribu orang, berkurang 3,42% dibanding semester sebelumnya yang berjumlah

830,84 ribu orang. Penurunan jumlah penduduk miskin terutama terjadi pada penduduk miskin

perkotaan yang turun hingga 6,98% dibanding semester sebelumnya dan turun 12,35%

dibanding tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kesejahteraan dan

keberhasilan program pengentasan kemiskinan yang diterapkan. Total jumlah penduduk miskin

Page 97: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Kesejahteraan Masyarakat 65

di provinsi NTB sebesar 17,3% dari total jumlah penduduk, menurun dibanding semester dan

tahun sebelumnya yang masih sebesar 18,0% dari total jumlah penduduk.

Grafik 5.2 Jumlah Penduduk Miskin Provinsi NTB

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

5.5 Indikator Kesejahteraan Masyarakat Berdasarkan Survei Konsumen

Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa

Tenggara Barat mencatat setidaknya ada 2 (dua) pengukuran yang dapat dijadikan indikator

kesejahteraan masyarakat, yaitu Indikator Ketenagakerjaan dan Indikator Penghasilan. Survei

yang dilakukan secara bulanan tersebut melibatkan 300 responden setiap bulannya dari

berbagai kalangan pekerjaan dan pendidikan di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Indikator Ketenagakerjaan dari SK searah dengan data ketenagakerjaan yang dirilis

oleh BPS. Indeks hasil survey menunjukkan arah kenaikan. Nilai indeks sebesar 131,5

menunjukkan lebih banyak responden yang menyatakan bahwa ketersediaan lapangan kerja

lebih baik dibanding pernyataan sebaliknya. Dari grafik terlihat terjadi kenaikan yang signifikan

pada triwulan laporan dibandingkan trwiulan sebelumnya maupun periode yang sama taun

sebelumnya yang tercatat sebesar 123,5.

Indikator penghasilan dari SK juga menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan

triwulan sebelumnya dan juga periode yang sama tahun sebelumnya. Pada Maret 2014,

nilai indeks penghasilan sebesar 148,5 sedikit lebih tinggi dari indeks pada bulan Maret 2013

Page 98: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Kesejahteraan Masyarakat 66

sebesar 146,0. Sepanjang triwulan laporan, indeks menunjukkan tendensi positif, tren ini

terutama didorong oleh ekspektasi akan kenaikan gaji/upah yang biasanya terjadi pada awal

tahun.

Indeks Pengeluaran dalam membeli barang tahan lama mengalami peningkatan. Indeks

atas indikator ini meningkat dari 112,5 menjadi pada periode yang sama antar tahun 136,0 .

Dalam triwulan laporan juga terlihat adanya pergerakan positif pada indicator ini sehingga

dapat menjadi indikasi kesejahteraan masyarakat karena mampu menggambarkan kemampuan

masyarakat dalam memenuhi kebutuhan tersiernya.

Grafik 5.3 NTP Provinsi NTB Januari 2012-November 2013 (2007 =100)

Dan November 2013 April 2014 (2012 = 100)

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Page 99: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan IV 2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Prospek Ekonomi dan Harga 67

BAB 6 PROSPEK EKONOMI DAN HARGA

6.1. PROSPEK EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB di triwulan II 2014 diperkirakan mengalami

kenaikan dibanding triwulan sebelumnya. Adanya peningkatan aktivitas ekonomi

sehubungan dengan persiapan menjelang hari raya dan pemilu presiden diperkirakan menjadi

penyebab utama kenaikan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, adanya awal musim libur sekolah

dan panen raya padi di bulan April diperkirakan juga akan meningkatkan pertumbuhan

ekonomi triwulan II 2014. Namun demikian, adanya ancaman perumahan karyawan PT NNT per

tanggal 1 Juni 2014 diperkirakan akan memperlambat laju pertumbuhan ekonomi. Adanya

panen awal padi di triwulan I 2014 dan ancaman El Nino di bulan Juni diperkirakan membuat

pertumbuhan sektor pertanian juga tidak sebesar tahun sebelumnya.

Grafik 6.1 Korelasi pertumbuhan Ekonomi PDRB Triwulanan

dengan Peramalan SKDU

Grafik 6.2 Peramalan PDRB NTB Tahunan dengan Tambang dan

Tanpa Tambang

Sumber : BPS dan Ramalan Bank Indonesia, diolah

Secara triwulanan, pertumbuhan ekonomi diramalkan akan berada pada kisaran

2,14% (qtq). Pertumbuhan ekonomi di sektor perdagangan, hotel dan restoran

diperkirakan akan menjadi penyumbang utama pertumbuhan ekonomi di triwulan II

2014. Adanya awal tahun ajaran baru di pertengahan bulan Juni, dan adanya persiapan

menjelang hari raya Idul Fitri diperkirakan akan meningkatkan aktivitas perdagangan dan

pariwisata. Penyelenggaraan pemilu presiden diperkirakan akan meningkatkan konsumsi

walaupun tidak sebesar pemilu legislatif. Sektor keuangan diperkirakan juga akan mengalami

peningkatan seiring dengan adanya peningkatan pinjaman guna memenuhi kebutuhan

peningkatan modal kerja dan konsumsi dalam rangka menyambut hari raya Idul Fitri. Panen

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

(15.00)

(10.00)

(5.00)

-

5.00

10.00

15.00

20.00

Tw I Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I Tw II*

2011 2012 2013 2014

PDRB, % qtq (kiri) Nilai SBT SKDU (kanan)(4.00)

(2.00)

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014

NTB (% yoy) NTB Non Tambang (% yoy)

Page 100: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan IV 2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Prospek Ekonomi dan Harga 68

raya padi yang jatuh pada bulan April diperkirakan juga akan meningkatkan pertumbuhan

ekonomi di sektor pertanian. Namun demikian, adanya potensi El Nino di Bulan Juni

diperkirakan akan cukup mengganggu hasil panen padi di bulan tersebut. Selain itu, adanya

panen yang dipercepat di triwulan I 2014 juga akan membuat pertumbuhan ekonomi sektor

pertanian tidak setinggi triwulan yang sama tahun sebelumnya.

Grafik 6.3 Ramalan Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Sektor

Ekonomi Secara Triwulanan

Grafik 6.4 Ramalan Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Sektor

Ekonomi Secara Tahunan

Sumber: BPS Provinsi NTB dan BI, diolah Sumber: : BPS Provinsi NTB dan BI, diolah

Dibanding tahun sebelumnya, pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih akan

bertumbuh di kisaran 3,76% (yoy). Tanpa tambang, pertumbuhan ekonomi

diperkirakan masih dapat tumbuh 4,69% (yoy). Pertumbuhan ekonomi diperkirakan

melambat dibanding pertumbuhan ekonomi pada triwulan yang sama dalam 2 tahun terakhir

lebih disebabkan oleh adanya sentimen negatif penurunan produksi tambang, seiring dengan

belum keluarnya ijin ekspor bagi perusahaan tambang yang berkomitmen membangun smelter

di dalam negeri. Aadanya rencana perumahan karyawan per tanggal 1 Juni 2014 diperkirakan

menurunkan daya beli pegawai PT NNT, pelambatan aktivitas bagi daerah terdampak dan

menurunkan aktivitas jasa seiring dengan adanya pemberhentian kerja sektor pendukung PT

NNT. Pertumbuhan sektor jasa di triwulan II diharapkan masih dapat meningkat seiring dengan

adanya peningkatan kunjungan pariwisata. Adanya panen awal padi disertai dengan ancaman

El Nino di bulan Juni 2014 diperkirakan juga akan memperlambat pertumbuhan ekonomi sektor

pertanian.

Penopang pertumbuhan ekonomi di triwulan II 2014 terutama berasal dari

pertumbuhan ekonomi di sektor perdagangan, hotel dan restoran yang diperkirakan

mengalami kenaikan cukup tinggi seiring dengan adanya persiapan menjelang hari raya Idul

Fitri. Peningkatan pertumbuhan ekonomi kemungkinan besar juga terjadi pada sektor

keuangan, transportasi dan komunikasi serta sektor industri pengolahan seiring dengan adanya

peningkatan permintaan barang menjelang hari raya serta peningkatan kunjungan wisata

4.29

(10.16)

4.16

(4.46)

1.22

7.97

4.34

7.36

0.18

2.14

4.10

Pertanian Pertambangan

Industri Pengolahan Listrik,Gas & Air

Bangunan Perdagangan

Transportasi Keuangan

Jasa-jasa NTB

NTB Non Tambang

1.36

(2.17)

5.32

1.43

4.75

8.73

6.79

8.65

1.73

3.76 4.69

Pertanian Pertambangan Industri PengolahanListrik,Gas & Air Bangunan PerdaganganTransportasi Keuangan Jasa-jasaNTB NTB Non Tambang

Page 101: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan IV 2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Prospek Ekonomi dan Harga 69

seiring dengan adanya awal libur sekolah. Berdasarkan informasi sub sektor perhotelan, tingkat

okupansi juga akan meningkat setelah low season di triwulan I.

Gambar 6.1 Proyeksi Curah Hujan Triwulan I 2013

Sumber: BMKG, diolah

Potensi pelambatan pertumbuhan sektor pertanian juga tampak dari data BMKG yang

menunjukkan adanya tanda El Nino ringan di Bulan Juni 2014 terutama di Pulau

Sumbawa. Belum selesainya panen musim tanam kedua di bulan Juni berpotensi

menyebabkan gagal panen komoditas padi tadah hujan di bulan tersebut. Untuk

menanggulangi potensi gagal panen, dinas pertanian sudah mendata varietas padi dengan

masa tanam pendek untuk ditanam di triwulan I 2014 dengan harapan masa panen padi dapat

dipercepat. Namun demikian, dampak dari musim kering sedikit banyak akan tetap

berpengaruh terhadap hasil panen padi.

Adanya kelangkaan pupuk di beberapa wilayah dan belum adanya wacana peningkatan subsidi

pupuk oleh pemerintah juga dikhawatirkan akan menurunkan produktifitas tanaman. Petani

saat ini juga dihadapkan dengan potensi pengurangan pupuk seiring dengan belum adanya

kepastian peningkatan subsidi pupuk oleh pemerintah pusat.

6.2. PERKIRAAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT Inflasi di triwulan II 2014 diperkirakan mengalami pelambatan dibanding triwulan

sebelumnya. Rendahnya inflasi diperkirakan terjadi salah satunya karena adanya deflasi di

bulan April 2014 seiring dengan adanya panen raya padi di bulan tersebut. Pada bulan Mei

diperkirakan terjadi sedikit inflasi terutama disebabkan oleh kenaikan harga komoditas daging

dan hasil-hasilnya dan kenaikan inflasi yang cukup besar diperkirakan terjadi di bulan Juni

seiring dengan adanya peningkatan permintaan menyambut datangnya masa puasa Ramadhan.

Beberapa komoditas yang persisten mengalami kenaikan di bulan Juni antara lain

beras, tongkol pindang, tomat sayur, dan daging ayam ras seiring dengan adanya

peningkatan permintaan menjelang masa puasa. Berhubung waktu perayaan Hari Raya

Idul Fitri maju 11 hari dibanding tahun sebelumnya dan akan jatuh pada akhir bulan Juli 2014,

maka tekanan inflasi komoditas pangan diperkirakan juga akan lebih tinggi dibanding tahun-

tahun sebelumnya. Oleh karena itu, kesiapan pemerintah dalam mengantisipasi adanya

Page 102: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

Triwulan IV 2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT

Prospek Ekonomi dan Harga 70

lonjakan permintaan perlu lebih disiapkan. Adanya musim libur sekolah juga diperkirakan akan

meningkatkan kunjungan wisatawan yang berdampak pada peningkatan kebutuhan pangan

dan transportasi. Pada triwulan II diperkirakan kebutuhan perbaikan dan pembangunan rumah

juga akan mengalami permintaan yang berpotensi meningkatkan harga batu bata.

Grafik 6.5 Prospek Inflasi Triwulan II 2014

Grafik 6.6 Indeks Ramalan Perubahan Harga Survei Konsumen

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

Berdasarkan data perkembangan harga survei konsumen, potensi inflasi diperkirakan

juga akan terjadi di triwulan II yang tampak dari peningkatan potensi perubahan

harga dalam 6 bulan ke depan. Namun demikian, perubahan harga 3 bulan ke depan

menunjukkan adanya pelambatan yang secara total diperkirakan masih akan meningkat namun

tidak terlalu besar.

-0.50

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

4.50

Tw I Tw II Tw III Tw IV

Tw I Tw II Tw III Tw IV

Tw I Tw II Tw III Tw IV

Tw I Tw II

2011 2012 2013 2014

Inflasi Triwulanan

130

140

150

160

170

180

190

200

-2.00

-1.00

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

Jan

Fe

bM

ar

Ap

rM

ei

Jun

Jul

Ag

ust

Se

pO

kt

No

pD

es

Jan

Fe

bM

ar

Ap

rM

ay

Jun

Jul

Au

gS

ep

Oct

No

vD

ec

Jan

Fe

bM

ar

Ap

rM

ei

Jun

Jul

Au

gS

ep

Oct

No

vD

ec

Jan

Fe

bM

ar

Ap

rM

ei

Jun

Jul

Au

gS

ep

2011 2012 2013 2014

Inflasi Mataram

Perubahan harga umum 3 bulan yad

Perubahan harga umum 6 bulan yad

Page 103: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang
Page 104: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang

KKAANNTTOORR PPEERRWWAAKKIILLAANN BBAANNKK IINNDDOONNEESSIIAA

PPRROOVVIINNSSII NNUUSSAA TTEENNGGGGAARRAA BBAARRAATT JJLL.. PPEEJJAANNGGGGIIKK NNOO.. 22 TTEELLPP.. 00337700--662233660000 FFAAXX.. 00337700--663311779933 MMAATTAARRAAMM -- NNTTBB