KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia...
Transcript of KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA ... · Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia...
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
TRIWULAN I 2014
KKKAAANNNTTTOOORRR PPPEEERRRWWWAAAKKKIIILLLAAANNN BBBAAANNNKKK IIINNNDDDOOONNNEEESSSIIIAAA PPPRRROOOVVVIIINNNSSSIII NNNUUUSSSAAA TTTEEENNNGGGGGGAAARRRAAA BBBAAARRRAAATTT
KAJIAN EKONOMI DAN
KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat
Triwulan I-2014
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Triwulan I-2014
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Penerbit :
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan
Jl. Pejanggik No.2 Mataram
Nusa Tenggara Barat
Telp. : 0370-623600
Fax : 0370-631793
E-mail : [email protected]
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Visi Bank Indonesia
Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun
internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi
yang rendah dan stabil.
Misi Bank Indonesia
Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter
dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka
panjang yang berkesinambungan.
Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia
Nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen dan pegawai untuk bertindak
atau berperilaku yaitu trust, integrity, profesionalism, excelence, public interest,
coordination dan team work.
Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat
Menjadi Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui
peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan.
Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat
Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan dan
sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada Pemerintah
Daerah dan lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan
ekonomi daerah.
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
i
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-
dan Keuangan Regional Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I
ngenai
perkembangan beberapa indIkator perekonoian daerah khususnya bidang moneter,
perbankan, sistem pembayaran, dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk
memenuhi kebutuhan internal Bank Indonesia juga sebagai bahan informasi bagi pihak
eksternal.
Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami,
hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada
masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih
meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih
besar bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-Nya serta
kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam
pengembangan ekonomi regional khususnya dan pengembangan ekonomi nasional pada
umumnya.
Mataram, Mei 2014 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Ttd
Bambang Himawan Deputi Direktur
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
ii
2014
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
EKONOMI MAKRO REGIONAL
Indeks Harga Konsumen 144.33 145.62 146.87 146.83 151.81 152.52 156.22 157.13 110.34
-Kota Mataram 144.77 145.79 147.01 147.00 151.89 152.62 156.44 157.17 111.12
-Kota Bima 142.67 145.02 146.32 146.19 151.54 177.48 155.38 156.99 113.35
Laju Inflasi Tahunan (yoy %) 8.84 8.52 6.36 3.99 3.39 5.48 6.37 7.02 7.03
-Kota Mataram 9.14 8.81 6.13 4.10 4.92 5.44 6.41 6.92 6.71
-Kota Bima 7.71 7.45 7.22 3.61 3.66 5.62 6.19 7.39 8.28
PDRB-harga konstan (miliar Rp) 4,533.81 4,718.72 5,036.15 4,932.76 4,746.97 4,885.26 5,359,14 5,270,07 5,062,60
-Pertanian 1,112.31 1,172.49 1,402.47 1,259.75 1,133.92 1,197.17 1,492,73 1,282,06 1,210,22
-Pertambangan dan Penggalian 739.25 744.37 738.68 735.42 739.85 678.10 778.44 874.10 788.23
-Industri Pengolahan 245.08 253.00 265.66 248.36 253.81 262.79 276.05 264.96 266.01
-Listrik, gas dan air bersih 20.05 20.68 21.14 21.50 21.53 22.67 23.28 23.99 24.26
-Bangunan 387.70 410.69 434.82 466.43 431.43 449.38 454.99 473.76 459.45
-Perdagangan, Hotel dan Restoran 808.31 853.27 887.71 895.58 884.64 938.61 951.70 948.74 942.14
-Pengangkutan dan Komunikasi 407.60 426.46 437.97 458.94 428.31 456.54 470.74 489.51 465.49
-Keuangan, Persewaan dan Jasa 288.16 302.92 314.31 311.44 316.34 331.24 338.47 335.50 333.33
-Jasa 525.36 534.84 533.40 535.34 537.12 548.76 572.74 577.46 573.47
Pertumbuhan PDRB (yoy %) (2.36) 2.78 (3.75) (0.81) 5.56 4.02 5.92 6.55 5.37
Pertumbuhan PDRB tanpa Sektor Pertambangan (yoy %) 4.96 6.96 5.74 5.22 6.03 5.66 6.03 4.44 6.30
Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 158.82 136.69 156.22 168.67 38.53 105 110 148 25
Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 78.09 70.83 92.60 96.41 22.07 60.06 18.08 97.70 46.49
Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) 72.24 59.91 54.64 77.90 53.67 43.24 49.89 43.11 85.61
Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 25.60 18.74 23.11 32.65 23.22 18.71 22.83 15.02 159.97
PERBANKAN
Total Aset (Rp triliun) 17.57 18.64 19.42 20.77 20.92 22.02 23.03 24.15 26.09
Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) 11.54 12.42 12.90 13.31 13.34 13.76 14.33 14.68 14.55
Kredit Lokasi Bank (Rp triliun) 12.96 14.17 14.82 15.67 16.38 17.44 18.17 19.08 19.60
Loan to Deposit Ratio 112.29 114.06 114.87 117.72 122.75 126.72 126.78 129.94 134.71
NPL gross (%) 2.30 2.13 2.12 1.86 2.02 1.88 1.91 1.74 1.94
Bank Umum :
Total Aset (Rp triliun) 16.46 17.52 18.25 19.51 19.62 20.71 21.66 22.74 24.59
Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) 11.00 11.90 12.36 12.73 12.75 13.34 13.89 14.14 14.01
-Tabungan (%) 53.01 54.93 54.24 62.46 54.63 55.96 54.3 10.70 51.27
-Giro (%) 22.57 20.45 20.85 13.92 19.00 16.74 19.19 64.23 15.19
-Deposito (%) 24.43 24.62 24.91 23.62 26.37 27.30 26.51 25.07 28.77
Kredit (Rp triliun) - berdasarkan bank pelapor 12.32 13.49 14.12 14.97 15.66 16.70 17.41 18.38 18.92
-Modal Kerja 3.69 4.23 4.29 4.75 5.00 5.23 5.44 5.76 5.95
-Investasi 1.37 1.55 1.75 1.86 1.95 2.27 2.38 2.41 2.47
-Konsumsi 7.26 7.71 8.08 8.37 8.70 9.20 9.58 10.21 10.50
Kredit Mikro (< atau = Rp50 juta) (Rp triliun) 2.73 2.68 2.86 2.83 2.82 2.79 2.74 2.78 2.85
-Kredit Modal Kerja 0.67 0.71 0.78 0.85 0.90 0.92 0.93 1.03 1.13
-Kredit Investasi 0.12 0.10 0.12 0.12 0.11 0.14 0.14 0.14 0.15
-Kredit Konsumsi 1.94 1.87 1.96 1.87 1.81 1.73 1.66 1.61 1.56
Kredit Kecil (Rp 50 < x < Rp500 juta) (Rp triliun) 7.29 8.08 8.34 8.84 9.30 10.00 10.54 11.24 11.54
-Kredit Modal Kerja 1.50 1.74 1.66 1.79 1.85 1.90 1.95 2.01 2.01
-Kredit Investasi 0.75 0.88 0.99 1.05 1.12 1.28 1.32 1.31 1.29
-Kredit Konsumsi 5.04 5.47 5.69 6.00 6.33 6.83 7.27 7.92 8.24
Kredit Menengah (Rp 500 juta < x < Rp5 miliar) (Rp triliun) 1.78 2.07 2.18 2.48 2.63 2.94 3.08 3.26 3.39
-Kredit Modal Kerja 1.26 1.42 1.44 1.64 1.73 1.87 1.97 2.09 2.16
-Kredit Investasi 0.24 0.27 0.31 0.34 0.35 0.44 0.48 0.51 0.56
-Kredit Konsumsi 0.28 0.37 0.43 0.49 0.55 0.62 0.63 0.66 0.67
Total Kredit MKM (Rp triliun) 11.80 12.84 13.38 14.15 14.76 15.73 16.36 17.29 17.78
Loan to Deposit Ratio 111.98 113.35 114.18 117.61 122.80 125.18 125.36 129.94 135.07
NPL (%) 1.80 1.70 1.68 1.42 1.55 1.54 1.57 1.40 1.99
20132012INDIKATOR
INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER
Provinsi Nusa Tenggara Barat
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
iii
2014
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
Bank Perkreditan Rakyat :
Total Aset (Rp triliun) 1.11 1.12 1.17 1.26 1.29 1.32 1.37 1.41 1.50
Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) 0.53 0.52 0.53 0.58 0.60 0.42 0.44 0.54 0.60
-Tabungan (%) 56.87 56.84 57.20 57.36 55.97 40.72 42.69 56.50 56.52
-Giro (%)
-Deposito (%) 43.13 43.16 42.80 42.64 44.03 59.91 58.75 43.50 43.52
Kredit (Rp triliun) - berdasarkan bank pelapor 0.64 0.68 0.70 0.69 0.72 0.74 0.76 0.70 0.74
-Modal Kerja 0.39 0.42 0.43 0.43 0.45 0.46 0.46 0.42 0.44
-Investasi 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.04 0.04 0.05 0.07
-Konsumsi 0.22 0.23 0.23 0.23 0.24 0.25 0.25 0.24 0.26
Loan to Deposit Ratio 118.53 130.10 130.73 120.12 121.62 176.10 173.72 129.92 122.67
NPL (%) 12.02 10.77 10.98 11.32 12.14 9.47 9.74 10.94 9.73
SISTEM PEMBAYARAN
Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) 2,402.87 2,376.70 2,814.03 2,528.13 2,349.65 2,523.18 3,282.81 3035.58 2441.36
Volume Transaksi RTGS (lembar) 2,694 2,723 2,763 2,945 2,560 2,774 2,762 2745 2645
Rata-rata Harian Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) 37.54 38.33 46.13 42.14 39.16 39.42 54.71 48.96 40.69
Rata-rata Harian Volume Transaksi RTGS (lembar) 42.09 43.92 45.30 49.08 42.67 43.34 46.03 44.27 44.08
Nominal Kliring Kredit (Rp miliar) 1,331.04 1,360.23 1,387.29 1,641.99 1,564.46 1,536.15 1,630.40 1636.38 1741.14
Volume Kliring Kredit (lembar) 32,247 32,410 31,828 36,479 36,443 37,106 37,271 39,005 32,734
Rata-rata Harian Nominal Kliring Kredit (Rp miliar) 20.80 21.94 22.74 27.37 26.07 24.00 27.17 26.39 29.02
Rata-rata Harian Volume Kliring Kredit (lembar) 503.86 522.74 521.77 607.98 607.38 579.78 621.18 629.11 545.57
20132012INDIKATOR
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
iv
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................................................... i
Indikator Ekonomi dan Moneter .........................................................................................................ii
Daftar Isi ............................................................................................................................................ iv
Daftar Grafik ..................................................................................................................................... vi
Daftar Tabel........................................................................................................................................x
Daftar Gambar ................................................................................................................................. xi
Ringkasan Eksekutif .......................................................................................................................... xii
Bab 1 Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat ....................................................................... 1
1.1. Kondisi Umum ..................................................................................................................... 1
1.2. Sisi Permintaan .................................................................................................................... 2
1.2.1. Konsumsi ......................................................................................................................... 3
1.2.2. Investasi ............................................................................................................................ 5
1.2.3. Ekspor Impor ................................................................................................................... 7
1.3. Sisi Penawaran .................................................................................................................... 9
1.3.1. Pertanian ....................................................................................................................... 10
1.3.2. Pertambangan ............................................................................................................... 12
1.3.3. Perdagangan, Hotel dan Restauran ................................................................................ 13
Boks 1 Perkembangan Perberasan di Provinsi NTB .......................................................................... 17
Bab 2 Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat ........................................................................... 20
2.1. Kondisi Umum ................................................................................................................... 20
2.2. Inflasi Berdasarkan Komoditas ........................................................................................... 21
2.2.1. Bahan Makanan ............................................................................................................. 22
2.2.2. Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau ........................................................................ 24
2.2.3. Perumahan, Listrik, Air dan Gas ..................................................................................... 25
2.2.4. Sandang ........................................................................................................................ 25
2.2.5. Kesehatan ...................................................................................................................... 26
2.2.6. Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga .............................................................................. 26
2.2.7. Transport, Komunikasi dan Jasa ..................................................................................... 27
2.3. Inflasi Periodikal ................................................................................................................. 28
2.3.1. Inflasi Triwulanan ........................................................................................................... 28
2.3.2. Inflasi Tahunan .............................................................................................................. 28
2.4. Disagregasi Inflasi ............................................................................................................ 29
2.4. 1. Provinsi Nusa Tenggara Barat ......................................................................................... 29
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
v
2.4.2. Kota Mataram ............................................................................................................... 30
2.4.3. Kota Bima ...................................................................................................................... 31
Boks 2 Peran TPID Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam Mengontrol Volatilitas Inflasi ...................... 33
Boks 2 Langkah TPID dalam Menjaga Kesinambungan Pasokan Menjelang Hari Raya Idul Fitri ........ 35
Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran ............................................................... 37
3.1. Perkembangan Kinerja Bank Umum ................................................................................... 37
3.1.1. Aset ................................................................................................................................ 38
3.1.2. Dana Pihak Ketiga .......................................................................................................... 39
3.1.3. Kredit ............................................................................................................................. 40
3.1.4. Kredit Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) ................................................................. 42
3.1.5. Kredit Usaha Rakyat (KUR) .............................................................................................. 43
3.2. Stabilitas Sistem Perbankan ............................................................................................... 44
3.3.1. Risiko Kredit ................................................................................................................... 45
3.3. Perbankan Syariah .............................................................................................................. 46
3.4. Perkembangan Sistem Pembayaran .................................................................................... 49
3.4.1. Transaksi Keuangan Secara Tunai.................................................................................... 49
3.4.2. Perkembangan Penukaran Uang Pecahan Kecil ............................................................... 50
3.4.3. Transaksi Pembayaran Secara Non Tunai ......................................................................... 51
3.4.3.1. Transaksi Kliring ........................................................................................................... 51
3.4.3.2. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) ............................................................... 52
Bab 4 Perkembangan Keuangan Daerah .......................................................................................... 53
4.1. Perkembangan Keuangan Daerah ..................................................................................... 53
4.2. Realisasi Pendapatan di Provinsi NTB .................................................................................. 54
4.3. Realisasi Belanja APBD di Provinsi NTB ............................................................................... 55
4.4. Keuangan Pemerintah Pusat di Provinsi NTB ...................................................................... 58
Bab 5 Kesejahteraan Masyarakat ..................................................................................................... 61
5.1. Umum ................................................................................................................................ 61
5.2. Ketenagakerjaan ............................................................................................................... 61
5.3. Nilai Tukar Petani ............................................................................................................... 64
5.4 Tingkat Kemiskinan ............................................................................................................ 64
5.5 Indikator Kesejahteraan Masyarakat Berdasarkan Survei Konsumen ................................... 65
Bab 6 Prospek Ekonomi Dan Harga ................................................................................................. 67
6.1. Prospek Ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat ................................................................. 67
6.2. Perkiraan Inflasi Nusa Tenggara Barat ................................................................................ 69
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
vi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 PDRB (ADHB) Tahunan dan Pertumbuhan PDRB Provinsi NTB dan Nasional Tahunan 1
Grafik 1.2 Perbandingan Pertumbuhan PDRB Tahunan Provinsi NTB dan Nasional .................... 1
Grafik 1.3 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan dari Sisi Permintaan .............................................. 2
Grafik 1.4 Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan dari Sisi Permintaan ........................................... 2
Grafik 1.5 Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga ...................................................... 4
Grafik 1.6 Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor ........................................................... 4
Grafik 1.7 Penyaluran Kredit Konsumsi ................................................................................... 4
Grafik 1.8 Indeks Keyakinan Konsumen .................................................................................. 4
Grafik 1.9 Realisasi Investasi Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri .... 5
Grafik 1.10 Pagu Belanja Modal Pemerintah 2014 dan Realisasi Investasi Triwulan I 2014 ......... 5
Grafik 1.11 Realisasi Konsumsi Semen di Provinsi NTB Triwulan I 2014 ..................................... 6
Grafik 1.12 Penyaluran Kredit Investasi ................................................................................... 6
Grafik 1.13 Arus Komoditas Pangan Masuk dan Keluar ........................................................... 8
Grafik 1.14 Perkembangan Volume Ekspor Impor .................................................................... 8
Grafik 1.15 Perkembangan Arus Penumpang Angkutan Udara ................................................ 8
Grafik 1.16 Arus Bongkar Muat di Pelabuhan Lembar.............................................................. 8
Grafik 1.17 Porsi PDRB Sektoral Dengan atau Tanpa Tambang ................................................. 9
Grafik 1.18 Pertumbuhan PDRB Sektoral Tahunan dan Triwulanan........................................... 9
Grafik 1.19 PDRB Sektor Pertanian ........................................................................................ 10
Grafik 1.20 Produksi Tanaman Padi, Jagung, dan Kedelai NTB ............................................... 10
Grafik 1.21 Realisasi Survei Kegiatan Dunia Usaha Sektor Pertanian Triwulan I 2014 ............... 12
Grafik 1.22 Nilai dan Pertumbuhan Kredit Sektor Pertanian Triwulan I 2014 ........................... 12
Grafik 1.23 PDRB Provinsi NTB Sektor Pertambangan Triwulan I 2014 .................................... 13
Grafik 1.24 Perbandingan Nilai Penjualan Konsentrat Tembaga dibanding PDRB Pertambangan
dan Ekspor ........................................................................................................................... 13
Grafik 1.25 Harga Kosentrat dan Komoditas Internasional Emas, Perak dan Tembaga ............ 13
Grafik 1.26 Penyaluran Kredit Perbankan di Nusa Tenggara Barat ke Sektor Pertambangan . 13
Grafik 1.27 PDRB Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dan Pertumbuhannya .................. 14
Grafik1.28 Aktivitas Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Lembar ........................................... 14
Grafik 1.29 Jumlah Tamu yang Menginap di Hotel Berbintang ............................................... 15
Grafik 1.30 Tingkat Penghunian Kamar dan Rata-Rata Lama Menginap Hotel ........................ 15
Grafik 1.31 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran............. 15
Grafik 1.32 Realisasi Survei Kegiatan Dunia Usaha Sektor PHR Triwulan I 2014 ....................... 15
Grafik Boks 1. Provinsi Penghasil Padi Terbesar di Indonesia .................................................. 17
Grafik Boks 2. Sebaran Kabupaten penghasil Padi di Provinsi Nusa Tenggara Barat ................. 17
Grafik Boks 3. Data Luas Tanam dan Panen Padi di Provinsi NTB ............................................ 17
Grafik Boks 4. Data Komoditas Gabah dan Beras yang keluar Provinsi NTB ............................. 17
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan Provinsi NTB dan Nasional ..................................... 20
Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Bulanan Provinsi NTB dan Nasional ...................................... 20
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
vii
Grafik 2.3 Perkembangan Inflasi Kumulatif ............................................................................ 21
Grafik 2.4 Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi NTB dan Nasional .................................. 21
Grafik 2.5 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas Bahan Makanan 23
Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok Komoditas Bahan Makanan23
Grafik 2.7 Perkembangan Inflasi Bulanan, Kumulatif dan Tahunan Komoditas Makanan Jadi,
Minuman dan Tembakau ...................................................................................................... 24
Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas Makanan Jadi,
Minuman dan Tembakau ...................................................................................................... 24
Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi Bulanan, Kumulatif dan Tahunan Komoditas Perumahan,
Listrik, Air dan Gas ............................................................................................................... 25
Grafik 2.10 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas Perumahan,
Listrik, Air dan Gas ............................................................................................................... 25
Grafik 2.11 Perkembangan Inflasi Bulanan, Kumulatif dan Tahunan Komoditas Sandang ........ 26
Grafik 2.12 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas Sandang ......... 26
Grafik 2.13 Perkembangan Inflasi Bulanan, Kumulatif dan Tahunan Komoditas Kesehatan ..... 26
Grafik 2.14 Perkembangan Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok Komoditas Kesehatan ...... 26
Grafik 2.15 Perkembangan Inflasi Bulanan, Kumulatif dan Tahunan Komoditas Pendidikan,
Rekreasi dan Olahraga ......................................................................................................... 27
Grafik2.16 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas Pendidikan,
Rekerasi dan Olahraga ......................................................................................................... 27
Grafik 2.17 Perkembangan Inflasi Bulanan, Kumulatif dan Tahunan Komoditas Transport,
Komunikasi dan Jasa ............................................................................................................ 27
Grafik 2.18 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Komoditas Transport, Komunikasidan
Jasa ..................................................................................................................................... 27
Grafik 2.19 Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi NTB Berdasarkan Komoditas ................ 28
Grafik 2.20Perkembangan Inflasi Tahunan Provinsi NTB Berdasrkan Komoditas ...................... 29
Grafik 2.21 Disagregasi Inflasi Bulanan Provinsi NTB .............................................................. 29
Grafik 2.22 Disagregasi Inflasi Tahunan Provinsi NTB ............................................................ 29
Grafik 2.23 Disagregasi Inflasi Bulanan Kota Mataram ........................................................... 30
Grafik 2.24 Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Mataram .......................................................... 30
Grafik 2.25 Disagregasi Inflasi Bulanan Kota Bima ................................................................. 31
Grafik 2.26 Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Bima ................................................................ 31
Grafik Boks 2.1.a. Inflasi Bulanan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tw I 2014 ............................ 33
Grafik Boks 2.1.b. Komoditas Penyumbang Inflasi Utama Hari Raya Idul Fitri 3 2011-2013 .... 36
Grafik Boks 2.2. Langkah Aksi TPID dalam Mempersiapkan Hari Raya Idul Fitri ....................... 36
Grafik 3.1 Perkembangan LDR dan NPL ................................................................................. 38
Grafik 3.2 Perkembangan LDR per Kelompok Bank ............................................................... 38
Grafik 3.3 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (yoy) ..................................................... 38
Grafik 3.4 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (qtq) ..................................................... 38
Grafik 3.5 Perkembangan Total Aset Bank Umum ................................................................. 39
Grafik 3.6 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (yoy) ................................................................... 39
Grafik 3.7 Perkembangan DPK Per Jenis Simpanan ................................................................ 39
Grafik 3.8 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (yoy) ................................................................... 40
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
viii
Grafik 3.9 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (qtq) ................................................................... 40
Grafik 3.10 Pertumbuhan Kredit (yoy) ................................................................................... 41
Grafik 3.11 Pertumbuhan Kredit (qtq) ................................................................................... 41
Grafik 3.12 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan ................................... 41
Grafik 3.13 Proporsi Penyaluran Kredit per Kab/Kota ............................................................. 41
Grafik 3.14 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (Tahunan).......................................... 42
Grafik 3.15 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (Triwulanan) ..................................... 42
Grafik 3.16 Proporsi Kredit Sektoral ...................................................................................... 42
Grafik 3.17 Perkembangan Kredit Sektoral ............................................................................ 42
Grafik 3.18 Perkembangan Kredit UMKM ............................................................................. 43
Grafik 3.19 Perkembangan NPL UMKM ................................................................................ 43
Grafik 3.20 Perkembangan Penyaluran KUR di NTB ............................................................... 44
Grafik 3.21 Pertumbuhan KUR di NTB ................................................................................... 44
Grafik 3.22 NPL Per Kelompok Bank ..................................................................................... 45
Grafik 3.23 NPL Per Jenis Penggunaan .................................................................................. 45
Grafik 3.24 NPL per Sektor Ekonomi Utama .......................................................................... 46
Grafik 3.25 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (yoy) ................................................ 47
Grafik 3.26 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (qtq) ................................................ 47
Grafik 3.27 Proporsi DPK Perbankan Syariah di NTB ............................................................... 47
Grafik 3.28 Perkembangan DPK Perbankan Syariah di NTB .................................................... 47
Grafik 3.29 Proporsi Pembiayaan Perbankan Syariah di NTB ................................................... 48
Grafik 3.30 Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah di NTB......................................... 48
Grafik 3.31 Financing to Deposits Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF) Perbankan
Syariah NTB .......................................................................................................................... 48
Grafik 3.32 Perkembangan Inflow, Outflow dan Netflow (Rp, miliar) ...................................... 49
Grafik 3.33 Perkembangan Penukaran Uang Kecil(Rp, miliar) ................................................. 50
Grafik 3.34 Komposisi Penukaran Uang Kertas Keluar Berdasarkan Jenis Pecahan .................. 50
Grafik 3.35 Perkembangan Transaksi Non Tunai .................................................................... 51
Grafik 3.36 Perkembangan Transaksi Kliring .......................................................................... 52
Grafik 3.37 Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement .......................................... 52
Grafik 4.1 Pendapatan dan Belanja Pemerintah di Provinsi NTB Tahun 2014 ........................... 53
Grafik 4.2 Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintahdi Provinsi NTB Triwulan I 2014 ......... 53
Grafik 4.3 Realisasi Pendapatan APBD Kabupaten/Kota dan Provinsi Triwulan I 2014 .............. 54
Grafik 4.4 Realisasi Pendapatan APBD Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi NTB ................ 54
Grafik 4.5 Realisasi Belanja Pemerintah Kabuapten/Kota dan Provinsi Triwulan I 2014 ............ 56
Grafik 4.6 Realisasi Belanja APBD Pemerintah/Kota di Provinsi NTB ......................................... 56
Grafik 4.7 Simpanan Pemerintah Kabupaten, Kota dan Provinsi dalam Perbankan di Provinsi NTB
........................................................................................................................................... 57
Grafik 4.8 Alokasi Simpanan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi NTB ....................... 57
Grafik 4.9 Realisasi Penerimaan Pendapatan dan Belanja Negaradi Provinsi NTB Triwulan I 2014
........................................................................................................................................... 58
Grafik 4.10 Rincian Realisasi Belanja Negara di Provinsi NTB Triwulan I 2014 .......................... 58
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
ix
Grafik 5.1 NTP Provinsi NTB Januari 2012-November 2013 (2007 =100) dan November 2013
April 2014 (2012 = 100) ....................................................................................................... 64
Grafik 5.2 Jumlah Penduduk Miskin Provinsi NTB ................................................................... 65
Grafik 5.3 NTP Provinsi NTB Januari 2012-November 2013 (2007 =100) dan November 2013
April 2014 (2012 = 100) ....................................................................................................... 66
Grafik 6.1 Korelasi Pertumbuhan Ekonomi PDRB Triwulan dengan Peramalan SKDU ............... 67
Grafik 6.2 Peramalan PDRB NTB Tahunan dengan Tambang dan Tanpa Tambang .................. 67
Grafik 6.3 Ramalan Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Sektor Ekonomi secara Triwulanan .. 68
Grafik 6.4 Ramalan Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Sektor Ekonomi Secara Tahunan . 68
Grafik 6.5 Prospek Inflasi Triwulan II 2014 ............................................................................. 70
Grafik 6.6 Indeks Ramalan Perubahan Harga Survei Konsumen ............................................. 70
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 PDRB Sisi Permintaan Triwulan I 2014 ...................................................................... 3
Tabel1.2 Pertumbuhan Ekonomi dari Sisi Penawaran ................................................................... 10
Tabel 2.1 Ringkasan Perkembangan Inflasi Provinsi NTB ......................................................... 22
Tabel Boks 2.1. Kesepakatan Aktivitas TPID Provinsi NTB di Triwulan I 2014 ........................... 34
Tabel Boks 2.1. Komoditas Penyumbang Inflasi Utama Hari Raya Idul Fitri 2011-2013 ............ 34
Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Bank Umum di Nusa Tenggara Barat ................................ 37
Tabel 3.2 Perkembangan NPL per-Kelompok Bank ................................................................. 46
Tabel 4.1.RincianPendapatan Daerah Pemerintah Kabupaten dan Provinsi di Wilayah Provinsi
NTB Triwulan I 2014 ............................................................................................................. 55
Tabel 4.2 Rincian Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten dan Provinsi di Wilayah Provinsi NTB 57
Tabel 4.3 Rincian Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat Provinsi NTB .............................. 59
Tabel 5.1 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama 2012-2014 ......... 62
Tabel 5.2 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama
2012-2014. ....................................................................................................................... .. 62
Tabel 5.3 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan. ............. 63
Tabel 5.4 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang
ditamatkan 2012-2014 ......................................................................................................... 63
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 6.1 Proyeksi Curah Hujan Triwulan I 2014 ................................................................ 69
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
xii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Perkembangan Ekonomi dan Perbankan
Makro Ekonomi Regional Realisasi PDRB Provinsi NTB di triwulan I 2014 mencapai 14,66
trilyun meningkat sebesar 5,37% dibanding periode yang
sama tahun sebelumnya sebesar 12,86 trilyun Sedangkan
apabila dibanding triwulan sebelumnya, pertumbuhan
ekonomi mengalami penurunan 3,94% (qtq). Pencapaian
pertumbuhan ini lebih besar dari capaian pertumbuhan
ekonomi nasional sebesar 5,21%. Pendorong utama adalah
pertumbuhan konsumsi walaupun melambat dibanding
pertumbuhan yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan
tertinggi terjadi pada pengeluaran lembaga non profit seiring
dengan adanya aktivitas kampanye dalam rangka pemilu
legislatif.
Secara triwulanan, hanya perubahan stok, konsumsi lembaga
non profit dan konsumsi rumah tangga yang mengalami
kenaikan, sedangkan aktivitas lainnya mengalami penurunan.
Aktivitas ekonomi di Provinsi NTB triwulan I 2014 lebih
digerakkan oleh tingginya konsumsi terlebih pada saat
perayaan Maulid Nabi Muhammad yang dirayakan selama 1
bulan penuh.
Konsumsi rumah tangga di triwulan I 2014 masih
menunjukkan adanya peningkatan dibanding triwulan
sebelumnya. Konsumsi listrik juga menunjukkan peningkatan
signifikan dibanding tahun sebelumnya yang meningkat
hingga 22,15% (yoy). Permintaan kredit konsumsi juga tampak
masih tinggi dengan pertumbuhan hingga 16,73% (yoy)
Realisasi PDRB Provinsi NTB di triwulan I 2014
mencapai 14,66 trilyun meningkat sebessar 5,37%
dibanding periode yang sama tahun sebelumnya
Aktivitas ekonomi di Provinsi NTB triwulan I
2014 lebih digerakkan oleh tingginya konsumsi terlebih pada saat perayaan Maulid
Nabi Muhammad yang dirayakan selama 1 bulan
penuh.
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
xiii
dibanding tahun sebelumnya. Hasil survei konsumen juga
mengkonfirmasi kondisi keyakinan konsumen yang masih
optimis di triwulan I 2014 yang tampak dari meningkatnya
indeks keyakinan konsumen masyarakat.
Di tahun 2014, terjadi pelambatan investasi dibanding tahun
sebelumnya. Pelambatan investasi juga terlihat dari adanya
pelambatan laju kredit investasi. Walaupun secara tahunan
pertumbuhan kredit investasi masih bertumbuh sebesar
35,38% (yoy), namun pertumbuhan kredit secara triwulanan
terus menunjukkan adanya tren menurun. Total realisasi
investasi pemerintah di triwulan I 2014 mencapai 344,74
milyar dengan pencapaian tertinggi oleh pemerintah
kabupaten/kota dengan realisasi mencapai 9,08% dari
rencana biaya.
Nilai ekspor NTB di triwulan I 2014 sebesar 2,28 trilyun rupiah
mengalami penurunan yang cukup tajam hingga 14,20%
dibanding tahun sebelumnya, dan turun 21,52% dibanding
triwulan sebelumnya. Aktivitas impor barang justru
menunjukkan adanya pertumbuhan sebesar 4,89% dibanding
tahun sebelumnya yang menunjukkan geliat ekonomi yang
terjadi di Provinsi NTB. Provinsi NTB mengalami net ekspor
untuk bahan makanan dan tembakau sedangkan komoditas
makanan jadi, sandang, perumahan dan transportasi
mengalami net impor. Dibanding triwulan sebelumnya, arus
penumpang udara menunjukkan adanya penurunan sebesar
15,84% (qtq).
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi NTB di triwulan I
2014 mengalami penurunan 3,94% (qtq) dengan penurunan
tertinggi di sektor pertambangan dengan penurunan sebesar
9,82% (qtq). Namun demikian terdapat kenaikan di sektor
pertanian dengan kontribusi sebesar 25,34%, diikuti oleh
Di tahun 2014, terjadi pelambatan investasi
dibanding tahun sebelumnya. Pelambatan investasi juga terlihat dari
adanya pelambatan laju kredit investasi
Nilai ekspor NTB di triwulan I 2014 sebesar 2,28 trilyun
rupiah mengalami penurunan yang cukup tajam hingga 14,20%
dibanding tahun sebelumnya
Pada Tw I 2014 terjadi penurunan sebesar 3,94%
(qtq) dengan penurunan tertinggi di sektor
pertambangan dengan penurunan sebesar 9,82%
(qtq).
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
xiv
sektor perdagangan, hotel dan restoran (20,62%) dan sektor
jasa-jasa (15,91%). Pertumbuhan ekonomi sektor pertanian
masih mengalami penurunan namun membaik dibanding
triwulan sebelumnya. Adanya potensi El Nino ringan di bulan
Juni saat ini sudah diantisipasi oleh dinas pertanian dengan
jalan melakukan pendataan bibit varietas padi tahan
kekeringan. Penyaluran kredit pertanian juga relatif tidak
bertumbuh. Bahkan dibanding tahun sebelumnya, penyaluran
kredit pertanian mengalami penurunan hingga 10,53% (yoy).
Pertumbuhan ekonomi sektor perdagangan, hotel dan restoran
(PHR) mengalami sedikit penurunan sebesar 0,70% dibanding
triwulan sebelumnya. Dibanding tahun sebelumnya,
pertumbuhan ekonomi sektor perdagangan, hotel dan
restoran masih menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi
yang menunjukkan secara fundamental, aktivitas ekonomi di
sektor PHR mengalami kenaikan sebesar 6,79% (yoy)
dibanding tahun sebelumnya.
Perkembangan Inflasi Inflasi Provinsi NTB di Triwulan I 2014 dibawah capaian inflasi
nasional. Secara tahunan, inflasi Provinsi NTB mencapai 7,03%
(yoy), lebih rendah dibanding inflasi nasional yang sebesar 7,32%
(yoy). Inflasi di triwulan laporan mengalami sedikit kenaikan
sebesar 1,35% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya, sedangkan
secara tahunan, Inflasi provinsi NTB relatif melambat dibanding
posisi akhir tahun 2013.
Berdasarkan pendekatan disagregasi inflasi, inflasi di triwulan I
2014 disebabkan inflasi administered price terutama akibat dari
adanya kenaikan harga bahan bakar rumah tangga. Sepanjang
triwulan I 2014, kelompok komoditas makanan jadi, minuman
dan tembakau mengalami kenaikan harga tertinggi dibanding
komoditas lainnya dengan nilai inflasi sebesar 2,64% (qtq).
Secara tahunan, inflasi pada kelompok komoditas transportasi
masih menjadi penyumbang inflasi terbesar dengan nilai inflasi
Komoditas bahan makanan mengalami inflasi tertinggi di bulan Januari dibanding
bulan sebelumnya
Pergerakan disagregasi inflasi di Kota Mataram
sangat didorong oleh pergerakan inflasi komoditas volatile
food.yang terimbas perayaan Maulid Nabi
Muhammad SAW
Pertumbuhan ekonomi sektor perdagangan, hotel
dan restoran (PHR) mengalami sedikit
penurunan sebesar 0,70% dibanding triwulan
sebelumnya
Inflasi Provinsi NTB di Triwulan I 2014 dibawah
capaian inflasi nasional.
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
xv
sebesar 11,54% (yoy). Inflasi kelompok komoditas bahan
makanan sepanjang triwulan I 2014 sebesar 1,25% (qtq) relatif
lebih rendah dibanding capaian inflasi bahan makanan di
triwulan yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 11,14%
(qtq).
Komoditas bahan makanan mengalami inflasi tertinggi di bulan
Januari dibanding bulan sebelumnya. Di bulan Februari 2014
masih terjadi inflasi walaupun cukup rendah sebesar 0,41%. Pada bulan Maret 2014, komoditas bahan makanan mengalami
deflasi 2,41% (mtm) yang disebabkan oleh kembali normalnya
harga barang pasca perayaan Maulid dan dimulainya masa panen
padi yang tampak dari penurunan harga beras.
Berdasarkan disagregasi inflasi, inflasi di triwulan I 2014 terutama
disumbang oleh inflasi administered price sebesar 3,00% (qtq).
Secara tahunan, inflasi komoditas volatile food mengalami
penurunan paling besar dari 18,34% (yoy) di akhir tahun 2013
menjadi hanya sebesar 6,40% (yoy) di akhir triwulan I 2014.
Pergerakan disagregasi inflasi di Kota Mataram sangat didorong
oleh pergerakan inflasi komoditas volatile food. Penurunan inflasi
komoditas volatile food tampak dari menurunnya inflasi tahunan
di Kota Mataram yang cukup signifikan dari 19,81% (yoy) di akhir
tahun 2013 menjadi 6,41% (yoy) di triwulan I 2014. Sedangkan
di Kota Bima, pangaruh Inflasi komoditas volatile food pada
triwulan I 2014 tidak sebesar di Kota Mataram yang disebabkan
oleh tidak adanya perayaan Maulid Nabi sebagaimana terjadi di
Kota Mataram.
Perkembangan Sistem Perbankan dan Pembayaran Perkembangan perbankan di Nusa Tenggara Barat sepanjang
triwulan I-2014 terus menunjukkan perkembangan walapun
menunjukkan perlambatan dibandingkan pertumbuhan triwulan
sebelumnya. Rasio LDR yang sangat tinggi dijaga dengan kualitas
Komoditas bahan makanan mengalami inflasi tertinggi di bulan Januari dibanding
bulan sebelumnya
Pergerakan disagregasi inflasi di Kota Mataram
sangat didorong oleh pergerakan inflasi komoditas volatile
food.yang terimbas perayaan Maulid Nabi
Muhammad SAW
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
xvi
kredit yang baik. Hal ini tercermin dari Non Performing Loan (NPL)
atau rasio kredit bermasalah yakni NPL lokasi proyek sebesar
1,38% dan NPL lokasi bank sebesar 1,63%. Dana Pihak Ketiga
(DPK) yang berhasil dihimpun bank umum di Nusa Tenggara Barat
pada triwulan I-2014 terus menunjukkan pertumbuhan positif
walaupun tidak setinggi penyaluran kredit. Penyaluran kredit bank
umum berdasarkan lokasi proyek di Nusa Tenggara Barat pada
triwulan I-2014 masih menunjukkan pertumbuhan. Sebagaimana
periode sebelumnya, pada triwulan I-2014, porsi kredit yang
disalurkan bank umum di Nusa Tenggara Barat masih didominasi
oleh kredit konsumsi yaitu mencapai Rp11,40 triliun. Sektor
utama Provinsi NTB yakni sektor pertanian hanya mendapatkan
kredit sebesar Rp332 milyar. Pertumbuhan kredit UMKM
mengalami perlambatan sejak triwulan III-2012 dan sejak triwulan
II-2013 tren pertumbuhan UMKM berada di bawah tren
pertumbuhan total kredit.
Dari sisi fungsi intermediasi, bank umum menjalankan fungsinya
dengan sangat maksimal yang tercermin dari Loan to Deposit
Ratio (LDR), dimana LDR lokasi proyek sebesar 163,94% dan LDR
lokasi bank sebesar 135,07%. Nilai ini melebihi batas atas LDR
yang ditetapkan Bank Indonesia untuk bank umum yakni sebesar
92%. Semakin tinggi LDR, maka risiko likuiditas perbankan
semakin tinggi. Terus tumbuh dan berkembangnya kegiatan
usaha perbankan syariah di Provinsi Nusa Tenggara Barat
didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang terus menunjukkan
perkembangan positif, serta masih terbukanya potensi
pengembangan pangsa perbankan syariah di NTB.
Provinsi Nusa Tenggara Barat berada pada tren net Inflow. Kondisi
tersebut tercermin dari penurunan jumlah aliran uang keluar (cash
outflow) yang lebih kecil dibandingkan aliran uang masuk (cash
inflow), atau dengan kata lain jumlah penarikan uang tunai lebih
kecil dibandingkan jumlah setoran uang tunai yang dilakukan oleh
perbankan NTB melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Nusa Tenggara Barat.
.
Perkembangan perbankan di Nusa Tenggara Barat
sepanjang triwulan I-2014 terus menunjukkan
perkembangan walapun menunjukkan perlambatan
dibandingkan pertumbuhan triwulan
sebelumnya.
Nilai LDR perbankan NTB melebihi batas atas LDR
yang ditetapkan Bank Indonesia untuk bank
umum yakni sebesar 92%.
Provinsi Nusa Tenggara Barat berada pada tren net
Inflow.
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
xvii
Perkembangan kegiatan transaksi non tunai di Nusa Tenggara
Barat sepanjang triwulan I-2014 relatif menunjukkan penurunan
dibanding triwulan lalu. Kondisi tersebut didorong oleh
menurunnya transaksi keuangan secara non tunai melalui sarana
Real Time Gross Settlement (RTGS), dari sebesar R3,03 triliun pada
triwulan lalu menjadi Rp2,44 triliun pada triwulan I-2014.
Sementara itu, pada triwulan I-2014 transaksi secara kliring
menunjukkan peningkatan yang tercatat mencapai Rp1,74 triliun
(triwulan IV-2013: Rp1,64 triliun).
Kinerja Keuangan Daerah
Total belanja pemerintah di Provinsi NTB pada tahun 2014
direncanakan sebesar 20,72 trilyun rupiah. Jumlah tersebut
mengalami peningkatan 4,68% dibanding rencana belanja tahun
2013 yang sebesar 19,79 trilyun rupiah. Pada triwulan I 2014 baru
terealisasi sebesar 14,3% dari total belanja yang direncanakan.
Secara umum, realisasi belanja pemerintah kabupaten/kota
menunjukkan kualitas belanja yang lebih baik dibanding realisasi
belanja pemerintah provinsi.
Rencana pendapatan daerah di Provinsi NTB tahun 2014
ditargetkan sebesar 14,91 trilyun, meningkat cukup tinggi hingga
13,19% dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 13,18 trilyun.
Realisasi pencapaian kinerja pemerintah provinsi di triwulan I 2014
menunjukkan kinerja yang lebih baik dibanding pencapaian
kinerja pemerintah kabupaten/ kota maupun pemerintah pusat.
Total realisasi pendapatan APBD di provinsi NTB pada triwulan I
2014 mencapai 3,22 trilyun atau sebesar 22,3% dari target yang
direncanakan. Berdasarkan pangsa pendapatan daerah,
pendapatan daerah masih didominasi oleh penerimaan dana
transfer pemerintah pusat dengan pangsa mencapai 63,7% dari
total pendapatan yang diterima.
Berdasarkan data simpanan pemerintah daerah dan pusat di
perbankan, sepanjang triwulan I 2014 terjadi peningkatan dana
pemerintah, baik dalam bentuk giro, tabungan maupun deposito
.
Perkembangan kegiatan transaksi non tunai di Nusa Tenggara Barat sepanjang
triwulan I-2014 relatif menunjukkan penurunan
dibanding triwulan lalu.
Total realisasi pendapatan APBD di provinsi NTB pada triwulan I 2014 mencapai 3,22 trilyun atau sebesar 22,3% dari target yang
direncanakan
Berdasarkan data simpanan pemerintah daerah dan
pusat di perbankan, sepanjang triwulan I 2014 terjadi peningkatan dana
pemerintah, baik dalam bentuk giro, tabungan
maupun deposito hingga 1,36 trilyun rupiah.
.
Berdasarkan data simpanan pemerintah
daerah dan pusat di perbankan, sepanjang triwulan I 2014 terjadi
peningkatan dana pemerintah.
Indikator kesejahteraan di Provinsi NTB menunjukkan adanya tren peningkatan.
Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB di triwulan II
2014 diperkirakan mengalami kenaikan
dibanding triwulan sebelumnya.
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
xviii
hingga 1,36 trilyun rupiah. Total dana simpanan pemerintah
sepanjang triwulan I 2014 mengalami peningkatan hingga 204%
(qtq) dibanding akhir tahun 2013.
Kesejahteraan Masyarakat
Indikator kesejahteraan di Provinsi NTB menunjukkan adanya tren
peningkatan. Searah dengan pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB
yang terutama didorong oleh sektor Pertanian dan PHR, kondisi
ketenagakerjaan juga mengalami peningkatan terutama di dua
sektor tersebut. Nilai Tukar Petani juga mengalami peningkatan
bila dibandingkan dengan rata-rata pada triwulan I tahun
sebelumnya. Jumlah penduduk miskin di provinsi NTB
berdasarkan hasil survei bulan September 2013 juga mengalami
penurunan dibandingkan semester sebelumnya. Penurunan
jumlah penduduk miskin terutama terjadi pada penduduk miskin
perkotaan, hal ini menunjukkan adanya peningkatan
kesejahteraan dan keberhasilan program pengentasan kemiskinan
yang diterapkan. Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia juga
menunjukkan adanya peningkatan yang dilihat dari dua indikator
yaitu ketenagakerjaan dan Indikator penghasilan.
Prospek Ekonomi Triwulan II-2014 Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB di triwulan II 2014
diperkirakan mengalami kenaikan dibanding triwulan
sebelumnya. Adanya peningkatan aktivitas ekonomi sehubungan
dengan persiapan menjelang hari raya dan pemilu presiden
diperkirakan menjadi penyebab utama kenaikan pertumbuhan
ekonomi.
Secara triwulanan, pertumbuhan ekonomi diramalkan akan
berada pada kisaran 2,14% (qtq). Pertumbuhan ekonomi di
sektor perdagangan, hotel dan restoran diperkirakan akan
menjadi penyumbang utama pertumbuhan ekonomi di triwulan II
2014.
Indikator kesejahteraan di Provinsi NTB menunjukkan adanya tren peningkatan.
Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB di triwulan II
2014 diperkirakan mengalami kenaikan
dibanding triwulan sebelumnya.
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
xix
Dibanding tahun sebelumnya, pertumbuhan ekonomi
diperkirakan masih akan bertumbuh di kisaran 3,76% (yoy).
Penopang pertumbuhan ekonomi di triwulan II 2014 tergantung
dari pertumbuhan ekonomi di sektor perdagangan, hotel dan
restoran yang diperkirakan mengalami kenaikan cukup tinggi
seiring dengan adanya persiapan menjelang hari raya Idul Fitri.
Terdapat potensi pelambatan pertumbuhan sektor pertanian
diakibatkan fenomena El Nino ringan di Bulan Juni 2014
terutama di Pulau Sumbawa. Adanya kelangkaan pupuk di
beberapa wilayah dan belum adanya wacana peningkatan subsidi
pupuk oleh pemerintah juga dikhawatirkan akan menurunkan
produktifitas tanaman.
Prospek Inflasi Triwulan II 2014 Inflasi di triwulan II 2014 diperkirakan mengalami pelambatan
dibanding triwulan sebelumnya. Beberapa komoditas yang
persisten mengalami kenaikan di bulan Juni antara lain beras,
tongkol pindang, tomat sayur, dan daging ayam ras seiring
dengan adanya peningkatan permintaan menjelang masa puasa.
Berdasarkan data perkembangan harga survei konsumen, potensi
inflasi diperkirakan juga akan terjadi di triwulan II yang tampak
dari peningkatan potensi perubahan harga dalam 6 bulan ke
depan.
Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB di triwulan II
2014 diperkirakan mengalami kenaikan
dibanding triwulan sebelumnya.
Terdapat potensi pelambatan pertumbuhan
sektor pertanian.
Inflasi di triwulan II 2014 diperkirakan mengalami
pelambatan dibanding triwulan sebelumnya.
Terdapat potensi pelambatan pertumbuhan
sektor pertanian diakibatkan fenomena El Nino ringan di Bulan Juni
2014 terutama di Pulau Sumbawa.
Inflasi di triwulan II 2014 diperkirakan mengalami
pelambatan dibanding triwulan sebelumnya.
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 1
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
1.1 KONDISI UMUM
Realisasi PDRB Provinsi NTB di triwulan I 2014 mencapai 14,66 trilyun meningkat
dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar 12,86 trilyun
Sedangkan apabila dibanding triwulan sebelumnya, pertumbuhan ekonomi
mengalami penurunan 3,94% (qtq). Penurunan ekonomi di awal tahun biasa terjadi seiring
dengan rendahnya penyerapan konsumsi pemerintah dan belum terealisasinya beberapa ijin
investasi dibanding triwulan sebelumnya.Penyebab lain terjadinya penurunan adalahadanya
pelambatan ekspor dikarenakan larangan ekspor tambang terkait UU Minerba tahun 2009.
Berdasarkan sektor ekonomi, hanya 2 sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan yaitu
industri pengolahan dan listrik, air, dan gas, sedangkan 7 sektor ekonomi mengalami
penurunan pertumbuhan.
Dibanding tahun sebelumnya, pertumbuhan ekonomi NTB masih mampu bertumbuh
5,37%, lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya 5,21%.
Tingginya pertumbuhan ekonomi NTB terutama didorong oleh tingginya pertumbuhan sektor
listrik air dan gas seiring dengan meningkatnya tingkat elektrifikasi di NTB, tetap tingginya
pembangunan sektor konstruksi yang tampak dari adanya pembangunan Mall dan hotel dalam
skala besar, tingginya aktivitas perdagangan dan transportasi yang tampak dari padatnya
pelabuhan lembar, ataupun meningkatnya aktivitas pariwisata.
Grafik 1.1 PDRB (ADHB) dan Pertumbuhan PDRB Provinsi NTB
dan Nasional Tahunan
Grafik 1.2 Perbandingan Pertumbuhan PDRB Tahunan Provinsi
NTB dan Nasional
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
12.86 13.55 14.95 14.91 14.66
5.37
6.28
5.21
4.00
4.50
5.00
5.50
6.00
6.50
7.00
11.50
12.00
12.50
13.00
13.50
14.00
14.50
15.00
15.50
Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4* Tw.1
2013*** 2014***
Trily
un
PDRB ADHB g NTB g NTB Non Tambang g Nas
(3.94)
(2.70)
0.95
(12.00)
(7.00)
(2.00)
3.00
8.00
13.00
Tw.1
Tw.2
Tw.3
Tw.4
Tw.1
Tw.2
Tw.3
Tw.4
Tw.1
Tw.2
Tw.3
Tw.4
*
Tw.1
2011* 2012** 2013*** 2014***
NTB NTB tanpa Tambang Nasional
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 2
Sektor tambang masih menunjukkan adanya pertumbuhan ekonomi dibanding tahun
sebelumnya lebih disebabkan oleh peningkatan produksi tambangwalaupun di saat yang
bersamaan terjadi penurunan penjualan karena adanya larangan ekspor lebih. Sehingga
produksi konsentrat yang tidak bias dijual menumpuk dan meningkatkan stok konsentrat PT
NNT.
1.2 SISI PERMINTAAN
Pertumbuhan ekonomi sebesar 5,37% (yoy) terutama disebabkan adanya
pertumbuhan konsumsi walaupun melambat dibanding pertumbuhan yang sama
tahun sebelumnya. Investasi juga menunjukkan adanya penurunan yang disebabkan oleh
belum efektifnya realisasi proyek yang ada. Adanya larangan ekspor dan tingginya impor juga
semakin menekan pertumbuhan ekonomi. Kenaikan cukup besar terjadi pada perubahan stok
antara lain meningkatnya stok konsentrat yang tidak dapat diekspor.
Pertumbuhan tertinggi terjadi pada pengeluaran lembaga non profit seiring dengan
adanya aktivitas kampanye dalam rangka pemilu legislatif. Konsumsi rumah tangga juga
masih menunjukkan adanya peningkatan dibanding tahun sebelumnya, sedangkan konsumsi
pemerintah juga menunjukkan adanya peningkatan walau melambat dibanding realisasi tahun
sebelumnya.
Grafik 1.3 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan dari Sisi Permintaan
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 1.4 Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan dari Sisi Permintaan
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
7.40 6.80 6.64
6.04 5.01
6.03
4.77 5.19 4.95
(1.09)
10.38
3.65
1.81
5.77
(0.70) (0.33)
2.61 3.09
(2.00)
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
Tw.1* Tw.2* Tw.3 Tw.4* Tw.1 Tw.2* Tw.3 Tw.4* Tw.1
2012 2013 2014***
Konsumsi Rumah Tangga
Konsumsi Pemerintah 22.10 21.38
10.65
2.09 (0.12) 0.49 (0.13)
1.64 (0.14)
(5.00)
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
Tw.1* Tw.2* Tw.3 Tw.4* Tw.1 Tw.2* Tw.3 Tw.4* Tw.1
2012 2013 2014***
Investasi
(14.52)
(9.49)
(19.81)
(8.41)(11.40)
(9.10)
(12.96)(12.50)(14.20)
(3.63)(6.23)
10.05
(6.02)(7.65)
(5.71)(10.46)
(0.45)
4.89
(25.00)
(20.00)
(15.00)
(10.00)
(5.00)
-
5.00
10.00
15.00
Tw.1* Tw.2* Tw.3 Tw.4* Tw.1 Tw.2* Tw.3 Tw.4* Tw.1
2012 2013 2014***
Ekspor Impor
1.58 1.47 2.93
(0.05) 0.60
2.45
1.71 0.35 0.36
(11.72)
15.42
(0.55) 0.46
(8.27)
8.35
(0.18)
3.43
(7.84)
(15.00)
(10.00)
(5.00)
-
5.00
10.00
15.00
20.00
Tw.1* Tw.2* Tw.3 Tw.4* Tw.1 Tw.2* Tw.3 Tw.4* Tw.1
2012 2013 2014***
Konsumsi Rumah Tangga
Konsumsi Pemerintah
0.67 1.18
0.61
(0.38)
(1.52)
1.81
(0.01)
1.39
(3.24)
(4.00)
(3.00)
(2.00)
(1.00)
-
1.00
2.00
3.00
Tw.1* Tw.2* Tw.3 Tw.4* Tw.1 Tw.2* Tw.3 Tw.4* Tw.1
2012 2013 2014***
Investasi
(17.27)
4.02 5.58
0.80
(19.97)
6.73
1.09 1.33
(21.52)
(6.12)
2.73
7.41
(9.28)(7.75)
4.89 2.01
0.86
(2.80)
(25.00)
(20.00)
(15.00)
(10.00)
(5.00)
-
5.00
10.00
Tw.1* Tw.2* Tw.3 Tw.4* Tw.1 Tw.2* Tw.3 Tw.4* Tw.1
2012 2013 2014***
EksporImpor
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 3
Secara triwulanan, hanya perubahan stok, konsumsi lembaga non profit dan konsumsi
rumah tangga yang mengalami kenaikan, sedangkan aktivitas lainnya mengalami
penurunan. Turunnya konsumsi dikarenakan tidak adanya even besar setelah pelaksanaan
Maulid Nabi di Bulan Januari 2014. Adanya beberapa even pariwisata seperti Bau Nyale juga
belum berdampak signifikan dikarenakan penyelenggaraan acara yang hanya sesaat. Penurunan
terbesar dialami oleh aktivitas ekspor yang turun hingga 21,52% (qtq) dibanding triwulan
sebelumnya.
Aktivitas ekonomi di Provinsi NTB triwulan I 2014 lebih digerakkan oleh tingginya
konsumsi terlebih pada saat perayaan Maulid Nabi Muhammad yang dirayakan selama
satu bulan penuh. Total Konsumsi memiliki pangsa sebesar 77,3% dari total pengeluaran,
dengan porsi terbesar pada pengeluaran konsumsi rumah tangga yang menyumbang hingga
57,03% dari total aktivitas ekonomi yang ada. Kegiatan investasi mampu menyumbang hingga
28,77% dari total pengeluaran di Provinsi NTB, sedangkan kegiatan ekspor impor justru
menurunkan total PDRB dikarenakan net transaksi perdagangan yang minus yang menunjukkan
impor yang lebih besar dari ekspor yang dilakukan.
Tabel 1.1 PDRB Sisi Permintaan Triwulan IV 2013
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
1.2.1 Konsumsi
Konsumsi rumah tangga di triwulan I 2014 masih menunjukkan adanya peningkatan
dibanding triwulan sebelumnya. Pembelian kendaraan bermotor secara tahunan mengalami
kenaikan hingga 16,03% (yoy) sedangkan secara triwulanan mengalami kenaikan 2,01%
dibanding triwulan sebelumnya. Pembelian kendaraan roda 4 menjadi penunjang pertumbuhan
tertinggi dengan pertumbuhan mencapai 21,03% (yoy) dibanding tahun sebelumnya dan
tumbuh 9,82% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya. Tingginya pembelian mobil menunjukkan
adanya peningkatan rumah tangga berpendapatan menengah di Provinsi NTB yang
menunjukkan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat.
2013** 2014***
2012 2013 Tw.4 Tw.1
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 26,937.45 31,463.54 8,204.77 8,361.79 57.03 4.95 0.36
Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nirlaba (LNP) 559.56 638.76 167.96 172.93 1.18 7.82 1.62
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 10,277.85 11,213.82 3,009.65 2,804.18 19.13 3.09 (7.84)
Pembentukan Modal Tetap Bruto 15,418.09 16,503.04 4,331.77 4,218.25 28.77 (0.14) (3.24)
Perubahan Stok (4,926.67) (2,479.91) (459.69) 270.55 1.85 (106.84) (126.55)
Ekspor 13,618.07 12,017.59 3,112.56 2,275.82 15.52 (14.20) (21.52)
Impor 12,204.66 13,078.86 3,454.34 3,441.41 23.47 4.89 (2.80)
NTB 49,679.69 56,277.97 14,912.69 14,662.11 100.00 5.37 (3.94)
Nasional 8,241,864 9,084,001 2,341,571 2,401,200 0.61 5.21 0.96
Periodeyoy
Bobot yoy qtq
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 4
Konsumsi listrik juga menunjukkan peningkatan signifikan dibanding tahun
sebelumnya yang meningkat hingga 22,15% (yoy). Peningkatan konsumsi lebih
disebabkan oleh adanya penambahan pembangkit listrik baru, sehingga tingkat elektrifikasi
rumah tangga mengalami kenaikan. Dibanding triwulan sebelumnya, penggunaan listrik
mengalami sedikit penurunan sebesar 2,26% (qtq) yang lebih disebabkan oleh tidak adanya
even khusus, sehingga permintaan listrik cenderung normal.
Grafik 1.5 Perkembangan Konsumsi Listrik
Rumah Tangga
Grafik 1.6 Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor
Sumber: PLN, diolah Sumber: Dispenda NTB, diolah
Permintaan kredit konsumsi juga tampak masih tinggi dengan pertumbuhan hingga
16,73% (yoy) dibanding tahun sebelumnya. Namun demikian, pelambatan penyaluran
kredit terlihat dari data pertumbuhan kredit triwulanan yang senantiasa menurun dibanding
triwulan sebelumnya dalam 1 tahun terakhir. Minimnya DPK dan kebijakan pengetatan
likuiditas Bank Indonesia dirasa mulai berdampak terhadap perbankan di Provinsi NTB.
Grafik 1.7 Penyaluran Kredit Konsumsi
Grafik 1.8 Indeks Keyakinan Konsumen
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
Hasil survei konsumen juga mengkonfirmasi kondisi keyakinan konsumen yang masih
optimis di triwulan I 2014 yang tampak dari meningkatnya indeks keyakinan konsumen
masyarakat. Masyarakat masih optimis bahwa kondisi ekonomi baik saat ini maupun 6 bulan ke
depan akan mengalami pertumbuhan.
(10.00)
(5.00)
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
-
50
100
150
200
250
300
350
I II III IV I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013 2014
Konsumsi Listrik (juta kwh)growth(% yoy)-kanangrowth(% qtq)-kanan
(20.0)
(10.0)
-
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
-
100
200
300
400
500
600
700
I II III IV I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013 2014
Mili
ar
Total Motor (unit)
Mobil (unit) growth motor (%,yoy)-kanan
growth mobil (%,yoy)-kanan growth total (%,yoy)-kanan
0%
5%
10%
15%
20%
25%
0.00
2,000.00
4,000.00
6,000.00
8,000.00
10,000.00
12,000.00
14,000.00
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
Kredit Konsumsi (Rp miliar)-Kiri
Growth (%yoy)-Kanan
Growth (%qtq)-Kanan
95.0
105.0
115.0
125.0
135.0
145.0
155.0
165.0
Jan
Ma
r
Ma
y
Jul
Sep
No
v
Jan
Ma
r
Ma
y
Jul
Sep
No
v
Jan
Ma
r
2012 2013 2014
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 5
1.2.2 Investasi
Aktivitas investasi mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya. Penurunan
investasi lebih dikarenakan oleh status proyek yang masih dalam tahap perijinan dan belum
dilakukan pembangunan fisik, sedangkan investasi pemerintah sedang dalam tahap
penyusunan rencana kerja maupun pelelangan.
Turunnya investasi terjadi baik pada investasi swasta maupun pemerintah. Berdasarkan
data BKPM, realisasi investasi menurun hingga 30,45% (yoy) dibandingkan realisasi di triwulan
yang sama tahun sebelumnya. Namun demikian, dibanding triwulan sebelumnya mengalami
kenaikan 2,26% (qtq). Total realisasi investasi swasta di triwulan I 2014 mencapai 1,52 trilyun
rupiah dengan sumbangan terbesar dari investasi PMA yang mencapai lebih dari 1,4 trilyun
rupiah. Turunnya investasi pemerintah lebih disebabkan oleh siklus realisasi anggaran yang
biasanya baru terjadi realisasi dengan pertumbuhan signifikan pada semester 2 seiring dengan
sudah adanya pemenang tender proyek pemerintah. Selain itu, adanya pemilu legislatif juga
membuat realisasi investasi melambat seiring dengan fokus pemerintah yang terkonsentrasi
pada pelaksanaan pemilu. Jumlah anggaran investasi pemerintah kabupaten/kota dan
pemerintah pusat juga mengalami penurunan seiring dengan rendahnya pertambahan rencana
belanja yang dianggarkan, sehingga harus mengurangi beberapa pos belanja pemerintah.
Adapun total biaya investasi pemerintah mencapai 5,57 trilyun, menurun dibanding DIPA tahun
2013 yang sebesar 5,72 trilyun.
Grafik 1.9
Realisasi Investasi Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri
Grafik 1.10
Pagu Belanja Modal Pemerintah 2014 dan Realisasi Investasi Triwulan I 2014
Sumber: BKPM, diolah Sumber : Biro Keuangan, KPPN Wilayah NTB,
diolah
Pelambatan investasi juga terlihat dari adanya pelambatan laju kredit investasi.
Walaupun secara tahunan pertumbuhan kredit investasi masih bertumbuh sebesar
35,38% (yoy), namun pertumbuhan kredit secara triwulanan terus menunjukkan adanya tren
menurun. Bahkan pertumbuhan kredit triwulan I 2014 mengalami penurunan -0,46% (qtq)
-
50.0
100.0
150.0
200.0
250.0
300.0
350.0
400.0
450.0
-
500.00
1,000.00
1,500.00
2,000.00
2,500.00
3,000.00
3,500.00
4,000.00
4,500.00
I II III IV I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013 2014
TotalPMDNPMA (kanan USD)
4.93
1.23
9.08
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
-
500,000.00
1,000,000.00
1,500,000.00
2,000,000.00
2,500,000.00
3,000,000.00
3,500,000.00
APBN APBD Provinsi APBD Kabupaten
DIPA 2013 DIPA 2014 Realisasi Tw I 2014 % Realisasi
4,3
71
,79
7
5,5
74
,64
4
DIPA 2013DIPA 2014
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 6
dibanding triwulan sebelumnya yang menunjukkan adanya penurunan investasi. Total kredit
investasi yang disalurkan posisi Maret 2014 mencapai 3,08 trilyun rupiah.
Total realisasi investasi pemerintah di triwulan I 2014 mencapai 344,74 milyar dengan
pencapaian tertinggi oleh pemerintah kabupaten/kota dengan realisasi mencapai
9,08% dari rencana biaya. Berdasarkan data historis, realisasi investasi pemerintah biasanya
mengalami percepatan di triwulan III dan IV, dikarenakan masih terdapat proses tender di
semester 1. Namun demikian, apabila pola realisasi dapat dipercepat, maka dampak
pembangunan juga akan lebih dirasakan oleh masyarakat.
Sejak triwulan II 2013, total penjualan semen di wilayah NTB mulai menunjukkan
adanya peningkatan. Dibanding triwulan sebelumnya, penjualan semen di triwulan I 2014
untuk Provinsi NTB meningkat hingga 19,76% (qtq). Namun demikian, dibanding tahun
sebelumnya penjualan semen mengalami penurunan sebesar 9,69%. Relatif lebih rendahnya
penjualan dibanding tahun sebelumnya lebih disebabkan oleh tingginya penjualan di tahun
sebelumnya yang merupakan penjualan semen tertinggi di NTB dibanding tahun-tahun
sebelumnya.
Grafik 1.11 Realisasi Konsumsi semen di Provinsi NTB
Triwulan I 2014
Grafik 1.12 Penyaluran Kredit Investasi
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah
Beberapa proyek investasi besar yang sudah selesai maupun sedang dikerjakan antara lain
pembangunan PPN Awang di Lombok Tengah yang selesai bulan Februari 2014, pembangunan
jalan ke arah Tanjung An kawasan Mandalika resort yang sedang dilakukan, pembangunan
bendungan Pandan Duri yang direncanakan selesai pada bulan Juli 2014. Selain itu juga
dilakukan pemanjangan runway bandara di Bima dan Sumbawa serta peningkatan kapasitas
apron di BIL dan bandara Bima.
Beberapa investasi besar yang tersendat pembangunannya antara lain proyek bendungan
Rababaka Complex yang sempat berhenti karena masalah pembebasan lahan, proyek
(30)
(20)
(10)
-
10
20
30
40
50
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
I II III IV I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013 2014
Volume Penjualan Semen (ton)Pertumbuhan (%,yoy)-KananPertumbuhan (%qtq)-Kanan
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
140%
0.00
500.00
1,000.00
1,500.00
2,000.00
2,500.00
3,000.00
3,500.00
I II III IV I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013 2014
Kredit Investasi (Rp miliar)-Kiri)Growth (yoy %)-KananGrowth (qtq %)-Kanan
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 7
kehutanan, kawasan wisata ecotourism di wilayah pantai pink saat ini juga terkendala masalah
pembebasan lahan.
Proyek investasi besar yang akan dan sudah di-launching antara lain pembangunan 2 mall di
Kota Mataram yang berpotensi membuka ribuan lapangan kerja serta 1 mall di Narmada
Lombok Barat. Selain itu, akan dibangun pemanjangan dermaga lembar dari 105 meter menjadi
170 meter dan diharapkan jumlah kapal bersandar dapat meningkat dari 3 kapal menjadi 5
kapal. Pembangunan Bypass BIL-Kota Mataram juga akan dilanjutkan dan pengukuran tanah
dijadwalkan selesai di Bulan Mei 2014. Akan dilakukan pembangunan pabrik Gula di
Kabupaten Sumbawa dengan luas lahan tanam tebu mencapai 10 ribu hektar. Pembangunan
Hotel di kawasan Mandalika direncanakan pada semester 2 setelah pembangunan jalan selesai.
1.2.3 Ekspor Impor
Nilai ekspor NTB di triwulan I 2014 sebesar 2,28 trilyun rupiahmengalami penurunan
yang cukup tajam hingga 14,20% dibanding tahun sebelumnya, dan turun 21,52%
dibanding triwulan sebelumnya.Penurunan ekspor yang signifikan merupakan dampak dari
penerapan UU Minerba tahun 2009 yang melarang ekspor barang tambang dalam bentuk ore.
Selama ini porsi ekspor terbesar NTB berasal dari pengiriman konsentrat baik ke luar negeri
maupun ke PT Smelting di Gresik.Akibat penerapan UU Minerba, ekspor konsentrat mengalami
penurunan drastis dengan perolehan omset setara rupiah hanya sebesar 276 milyar rupiah
selama triwulan I 2014. Penjualan domestik juga relatif rendah dikarenakan kuota suplai yang
maksimal hanya sebesar 20% dari total produksi PT Newmont. Selanjutnya, berdasarkan data
Badan Ketahanan Pangan (BKP), ekspor komoditas pangan NTB di triwulan I setara lebih kurang
600 milyar rupiah, belum termasuk komoditas pangan keluar yang tidak tercatat oleh balai
karantina.Sumber ekspor yang juga cukup besar adalah besarnya kunjungan wisatawan.
Aktivitas impor barang justru menunjukkan adanya pertumbuhan sebesar 4,89%
dibanding tahun sebelumnya yang menunjukkan geliat ekonomi yang terjadi di
Provinsi NTB. Namun demikian, dibanding triwulan sebelumnya, aktivitas impor mengalami
penurunan sebesar 2,80% (qtq). Komoditas impor utama NTB antara lain komoditas
transportasi, sandang, makanan jadi, pupuk, semen maupun peralatan penunjang konstruksi
seperti aspal, beton dll. Data disperindag menunjukkan nilai impor kendaraan di triwulan I 2014
lebih kurang setara 650 milyar rupiah, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar
630 milyar. Berdasarkan data asosiasi semen Indonesia, nilai impor semen mencapai 230 milyar.
Berdasarkan data Pelindo III Lembar, impor pupuk setara lebih dari 100 milyar, minyak goreng
setara sebesar 130 milyar, belum termasuk pembongkaran 3.297 box kontainer 20 feet.
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 8
Grafik 1.13 Arus Komoditas Pangan Masuk dan keluar
Grafik 1.14 Perkembangan VolumeEkspor Impor (dlm juta)
Sumber: BKP Provinsi NTB, diolah Sumber : Cognos BI, diolah
Provinsi NTB mengalami net ekspor untuk bahan makanan dan tembakau sedangkan
komoditas makanan jadi, sandang, perumahan dan transportasi mengalami net impor.
Net ekspor bahan makanan berdasarkan data BKP mencapai setara 518 milyar, sedangkan net
impor luar negeri di triwulan I 2014 mencapai 195 milyar.
Grafik 1.15 Perkembangan Arus Penumpang Angkutan Udara
Grafik 1.16 Arus Bongkar Muat di Pelabuhan Lembar
Sumber: BPS Provinsi NTB dan Angkasa Pura 1,
diolah
Sumber: BPS Provinsi NTB dan Pelindo III, diolah
Dibanding triwulan sebelumnya, arus penumpang udara menunjukkan adanya
penurunan sebesar 15,84% (qtq). Penurunan terutama disebabkan oleh besarnya penurunan
angkutan domestik sebesar 16,18% (qtq), sedangkan angkutan internasional mengalami
penurunan 12,43% (qtq). Dibanding tahun sebelumnya, angkutan udara mengalami
peningkatan hingga 20,86% terutama disumbang oleh peningkatan angkutan internasional
sebesar 139,63% (yoy) dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya.
Arus bongkar muat di pelabuhan Lembar menunjukkan adanya penurunan sebesar 25,75%
(qtq). Arus perpindahan barang juga masih didominasi oleh kegiatan bongkar yang
menunjukkan adanya net impor yang cukup tinggi.
535
919
598
924
518
-
200
400
600
800
1,000
1,200
I II III IV I
2013 2014
Mily
ar (
Rp
)
Keluar Masuk Net Ekspor
983 845
1,117 998
(117)
541 668
1,219
(195)
-500
0
500
1,000
1,500
2,000
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
Mili
ar
Ekspor Impor Net Ekspor
-20
-10
0
10
20
30
40
50
-
100
200
300
400
500
600
700
I II III IV I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013 2014
Th
ou
san
ds
Total Domestik Internasional Growth (% qtq) Growth (% yoy)
411 411 418 381
408
479
403
500
371
22.53
0.04 1.72
(8.83)
7.12
17.30
(15.82)
24.01
(25.75)(30.00)
(20.00)
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
-
100
200
300
400
500
600
Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1
2012 2013 2014
Tho
usa
nd
s
Barang - LHS Bongkar - LHS Muat - LHS Growth (qtq) - RHS
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 9
1.3 SISI PENAWARAN
Pertumbuhan ekonomi NTB di triwulan I 2014 mampu bertumbuh sebesar 5,37%
dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi tanpa tambang
menunjukkan peningkatan yang lebih tinggi dengan pertumbuhan mencapai 6,30% (yoy).
Tingginya pertumbuhan ekonomi terutama disebabkan oleh tingginya pertumbuhan ekonomi di
sektor tersier sebagai dampak dari meningkatnya kegiatan pariwisata dengan rata-rata
pertumbuhan mencapai 7% (yoy). Peningkatan pertumbuhan dialami sektor perdagangan hotel
dan restoran (6,79%), sektor transportasi dan komunikasi (8,68%), keuangan dan jasa
perusahaan (6,49%) dan sektor jasa-jasa (6,66%). Sektor penunjang pembangunan juga
mengalami kenaikan cukup tinggi antara lain sektor bangunan yang tumbuh 8,40% (yoy) dan
sektor listrik, air dan gas yang tumbuh 12,69% (yoy).
Secara triwulanan, realisasi pertumbuhan ekonomi di provinsi NTB di Triwulan I 2014
mengalami penurunan 3,94% (qtq) dengan penurunan tertinggi di sektor
pertambangan dengan penurunan sebesar 9,82% (qtq). Tanpa komoditas tambang
tembaga, total penurunan ekonomi hanya mengalami penurunan 2,68% (qtq), lebih baik
dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang menurun 4,38% (qtq).
Grafik 1.17 Porsi PDRB Sektoral Dengan dan Tanpa
Tambang
Grafik 1.18 Pertumbuhan PDRB Sektoral Tahunan dan
Triwulanan
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Secara total, kontribusi sektor pertanian di di triwulan I 2014 mengalami kenaikan
dibanding triwulan sebelumnya dengan kontribusi sebesar 25,34%, diikuti oleh sektor
perdagangan, hotel dan restoran (20,62%) dan sektor jasa-jasa (15,91%). Peningkatan
kontribusi 3 sektor utama tersebut lebih disebabkan oleh menurunnya kontribusi sektor
tambang dalam perekonomian. Apabila sektor tambang dikeluarkan, maka kontribusi riil sektor
pertanian justru mengalami sedikit penurunan, dari 29,77% menjadi 29,73%. Kontribusi sektor
perdagangan secara riil mengalami kenaikan sebesar 20,62%. Sektor jasa-jasa sedikit
meningkat dengan kontribusi sebesar 15,91%.
25.34
17.12
3.75 0.58 8.30
17.57
7.81
5.95
13.56 29.73
2.78
4.40 0.68
9.73 20.62
9.17
6.98
15.91
Pertanian
Pertambangan dan PenggalianIndustri Pengolahan
Listrik,Gas & Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel & Restoran Transportasi & Komunikasi
Keuangan, Persewaan & Jasa PerusahaanJasa-jasa
(5)
-
5
10
15
20
Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4* Tw.1
2013*** 2014***
NTB NTB tanpa TambangPertanian Pertambangan dan PenggalianPerdagangan, Hotel & Restoran Jasa-jasa
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 10
Kontribusi sektor ekonomi lainnya terhadap total perekonomian antara lain sektor bangunan
dengan pangsa sebesar 8,30%, sektor transportasi dengan kontribusi sebesar 7,81%, sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dengan kontribusi 5,05%, industri pengolahan
sebesar 3,75%, listrik, air dan gas sebesar 0,58% dari total perekonomian.
Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi dari Sisi Penawaran
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
1.3.1 Pertanian
Pertumbuhan ekonomi sektor pertanian masih mengalami penurunan namun membaik
dibanding triwulan sebelumnya. Secara triwulanan, pertumbuhan ekonomi mengalami
penurunan sebesar 5,60% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya. Pengaruh panen padi dan
jagung akan dirasakan di di triwulan I dan triwulan II seiring dengan sudah dijualnya komoditas
tersebut di pasar. Total hasil panen padi, jagung dan kedelai di triwulan I 2014 berpotensi
menghasilkan omset sebesar sekitar 3,5 trilyun rupiah, dengan pembagian 2,8 trilyun berasal
dari panen padi, 520 milyar hasil panen jagung triwulan I 2014 dan 200 milyar hasil panen
kedelai.
Grafik 1.19 PDRB Sektor Pertanian
Grafik 1.20 Produksi Tanaman Pangan Padi, Jagung dan Kedelai
NTB
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber : Dinas Pertanian Provinsi NTB, diolah
yoy 2013** 2014***
2012 2013 Tw.4 Tw.1
Pertanian 12,831.82 14,716.44 3,717.33 3,715.77 25.34 4.10 (5.60)
Pertambangan dan Penggalian 9,228.51 9,930.05 2,766.48 2,510.36 17.12 1.01 (9.82)
Industri Pengolahan 1,947.80 2,102.85 540.61 550.43 3.75 4.29 0.40
Listrik,Gas & Air Bersih 252.86 293.10 80.07 84.78 0.58 12.69 1.14
Bangunan 4,116.78 4,538.83 1,246.08 1,216.44 8.30 8.40 (3.02)
Perdagangan, Hotel & Restoran 8,302.15 9,545.45 2,507.88 2,576.80 17.57 6.79 (0.70)
Transportasi & Komunikasi 3,808.39 4,329.33 1,200.85 1,145.60 7.81 8.68 (4.91)
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 2,873.32 3,305.97 869.44 873.05 5.95 6.49 (0.65)
Jasa-jasa 6,318.07 7,515.96 1,983.94 1,988.90 13.56 6.66 (0.69)
NTB 49,679.69 56,277.97 14,912.69 14,662.11 100.00 5.37 (3.94)
NTB tanpa Tambang 41,546.26 47,593.32 12,487.27 12,499.44 85.25 6.30 (2.68)
Nasional 8,241,863.00 9,081,670.74 2,341,571 2,401,200 0.61 5.21 0.95
Periode Bobot yoy qtq
-
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
5.00
(20.00)
(15.00)
(10.00)
(5.00)
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1
2011* 2012* 2013** 2014***
Trili
un
Pertanian - Kanan Growth (yoy %)-Kiri
Growth (qtq %)-Kiri Growth (ctc %)-Kiri
831
648
505
131
750 764
545
136
810
243 300
48 53
179
331
67 36
247
-
100
200
300
400
500
600
700
800
900
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
Rib
u t
on
Padi Jagung Kedelai
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 11
Adanya potensi El Nino ringan di bulan Juni saat ini sudah diantisipasi oleh dinas
pertanian dengan jalan melakukan pendataan bibit varietas padi tahan kekeringan.
Selain itu, saat ini juga dilakukan penanaman dini padi dan penggunaan bibit dengan umur
pendek, sehingga pada bulan Juni diharapkan sudah dapat dilakukan panen kedua. Selesainya
bendungan pandan duri di Bulan Juli 2014 diharapkan juga dapat menambah luas areal tanam
pada waktu tanam padi ke-3 dengan potensi penambahan lahan irigasi mencapai lebih dari
2.000 ha. Adanya potensi panen awal tampak dari tingginya hasil panen padi dan jagung yang
meningkat masing-masing sebesar 7,9% (yoy) dan 37,9% (yoy) dibanding tahun sebelumnya.
Selain itu, produksi kedelai di triwulan I 2014 juga mengalami kenaikan tinggi sebesar 24,5%
dibanding tahun sebelumnya. Tingginya kenaikan produksi jagung terutama disebabkan oleh
kenaikan luas tanam di Kabupaten Dompu yang memang memfokuskan diri sebagai penyuplai
jagung nasional. Demikian pula dengan kenaikan produksi kedelai yang disebabkan oleh
ditunjuknya provinsi NTB sebagai penopangan pasokan kedelai nasional, sehingga program
produksi kedelai juga ditingkatkan.
Adanya cuaca buruk di triwulan I menurunkan produksi hasil tangkapan ikan yang
tampak dari berkurangnya pasokan di pasar dan kenaikan harga ikan.Produksi ikan
budidaya juga terkendala oleh kenaikan harga pakan. Rencana kenaikan produksi ayam saat ini
juga terkendala oleh pasokan pakan ternak. Cuaca buruk juga menurunkan produksi sayur dan
bumbu terutama di bulan januari dan Februari 2014.
Penurunan kegiatan usaha pertanian juga tampak dari hasil survei kegiatan dunia
usaha (SKDU) yang menunjukkan adanya pelambatan. Harga jual komoditas masih relatif
meningkat walau sedikit melemah dibanding triwulan sebelumnya dan kebutuhan tenaga kerja
pertanian sedikit mengalami penurunan.
Penyaluran kredit pertanian juga relatif tidak bertumbuh. Bahkan dibanding tahun
sebelumnya, penyaluran kredit pertanian mengalami penurunan hingga 10,53%
(yoy).Momentum pertumbuhan kredit pertanian di tahun 2012 tidak dapat dipertahankan
lebih disebabkan oleh kualitas kredit yang rendah, sehingga perbankan mengerem penyaluran
kredit pertanian dan memperbaiki portfolio kredit yang disalurkan. Penurunan kredit di
sepanjang tahun 2013 dapat diikuti dengan perbaikan NPL yang tampak dari penurunan NPL
sektor pertanian yang sempat mencapai 5,87% di bulan Oktober dan bisa menurun menjadi
3,13% di akhir tahun. Di triwulan I 2014, NPL sektor pertanian kembali mengalami kenaikan
menjadi 3,31%. Dengan besar penyaluran kredit pertanian yang masih hanya sebesar 333
milyar rupiah atau setara dengan 1,45% dari total kredit yang disalurkan, maka peningkatan
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 12
kemampuan petani dalam meminjam dana perbankan dan perbaikan proses analisa kredit oleh
perbankan mutlak diperlukan agar penyaluran kredit pertanian dapat kembali meningkat.
Grafik 1.21 Realisasi Survei Kegiatan Dunia Usaha Sektor
Pertanian Triwulan IV 2013
Grafik 1.22 Nilai dan Pertumbuhan Kredit Sektor Pertanian
Triwulan IV 2013
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
1.3.2 Pertambangan
Adanya penerapan larangan ekspor bahan mentah pertambangan menurunkan
produksi tambang tembaga Provinsi NTB. Dibanding triwulan sebelumnya, pertumbuhan
ekonomi sektor pertambangan mengalami penurunan 9,82% (qtq) dan dibanding tahun
sebelumnya mengalami sedikit kenaikan sebesar 1,01% (yoy).
Berdasarkan data penjualan PT NNT, akibat adanya larangan ekspor konsentrat tembaga,
penjualan PT NNT mengalami penurunan signifikan hingga 63,47% dibanding triwulan
sebelumnya dan menurun 29,10% dibanding penjualan di triwulan yang sama tahun
sebelumnya. Dengan adanya pelarangan ekspor tersebut, saat ini PT NNT hanya mengandalkan
penjualan domestik ke PT Smelting dengan alokasi pengiriman saat ini kurang dari 20% dari
total produksi PT Smelting.
-25.00
-20.00
-15.00
-10.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2011 2012 2013 2014
Tabel 1. Kegiatan Usaha Tabel 2. Harga Jual Tabel 3. Tenaga Kerja
-100%
0%
100%
200%
300%
400%
0
100
200
300
400
I II III IV I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013 2014
Kredit Sektor Pertanian (Rp miliar)-KiriGrowth (%yoy)-KananGrowth (%qtq)-Kanan
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 13
Grafik 1.23 PDRB Provinsi NTB Sektor Pertambangan Triwulan IV
2013
Grafik 1.24 Perbandingan Nilai Penjualan Konsentrat Tembaga
dibanding PDRB Pertambangan dan Ekspor
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: PT Newmont, BPS, diolah
Terkait besarnya perbedaan nilai penurunan PDRB dengan penjualan PT NNT lebih disebabkan
oleh adanya perbedaan methodologi pengukuran. Perhitungan nilai tambah sektor
pertambangan menggunakan data produksi PT NNT, bukan menggunakan data penjualan.
Masih relatif lancarnya produksi tampak dari adanya peningkatan persediaan PT NNT
dikarenakan serapan pasar yang relatif rendah.
Grafik 1.25 Harga konsentrat dan komoditas Internasional
Emas, Perak dan Tembaga
Grafik 1.26 Penyaluran Kredit Perbankan
di Nusa Tenggara Barat ke Sektor Pertambangan
Sumber: PT Newmont dan Bloomberg, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
Harga jual konsentrat secara rata-rata masih mengalami sedikit kenaikan walaupun
menurun di bulan Maret. Penurunan harga di bulan Maret lebih disebabkan oleh penurunan
harga jual tembaga, sedangkan harga jual emas justru sedikit meningkat. Penyaluran kredit
pertambangan juga menunjukkan adanya penurunan seiring dengan adanya pelambatan
kegiatan usaha pertambangan.
-
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
(50.00)
(40.00)
(30.00)
(20.00)
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1
2011* 2012* 2013** 2014***
Trili
un
Pertambangan - Kanan Growth (yoy %)-Kiri
Growth (qtq %)-Kiri Growth (ctc %)-Kiri
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2009 2010 2011 2012 2013 2014
ADHB Newmont ekspor
6500
7000
7500
8000
8500
9000
9500
10000
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 8 10 12 2
2011 2012 2013 2014
Konsentrat (US/ton) Emas (US/Onz)
Perak US sen/Onz) Tembaga (US/ton) RHS
-10000%
0%
10000%
20000%
30000%
40000%
50000%
60000%
70000%
-
500.00
1,000.00
1,500.00
2,000.00
2,500.00
3,000.00
3,500.00
I II III IV I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013 2014
Kredit Sektor Pertambangan (Rp miliar)-Kiri
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 14
1.3.3 Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pertumbuhan ekonomi sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) mengalami
sedikit penurunan sebesar 0,70% dibanding triwulan sebelumnya. Penurunan aktivitas
perdagangan, hotel dan restoran tersebut tampak dari pelambatan aktivitas bongkar muat di
pelabuhan lembar, penurunan jumlah tamu menginap dan tingkat penghunian kamar hotel,
pelambatan penyaluran kredit perdagangan, hotel dan restoran serta hasil survei SKDU yang
juga menunjukkan penurunan pertumbuhan ekonomi. Penurunan aktivitas PHR lebih
disebabkan oleh siklus aktivitas ekonomi yang memang relatif melambat di bulan Januari dan
Februari.
Dibanding tahun sebelumnya, pertumbuhan ekonomi sektor perdagangan, hotel dan
restoran masih menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi yang menunjukkan secara
fundamental, aktivitas ekonomi di sektor PHR mengalami kenaikan sebesar 6,79% (yoy)
dibanding tahun sebelumnya. Kenaikan aktivitas PHR dikonfirmasi oleh pelaku ekonomi di
sektor perhotelan baik tujuan leisure maupun MICE yang rata-rata juga mengalami kenaikan.
Grafik 1.27 PDRB Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
dan Pertumbuhannya
Grafik 1.28 Aktivitas Bongkar Muat Barang di Pelabuhan
Lembar
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber : BPS Provinsi NTB dan Pelindo III, diolah
Aktivitas bongkar muat barang di pelabuhan lembar mengalami penurunan terlihat
dari terjadinya penurunan 25,75% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya dan
penurunan sebesar 9,08% (yoy). Penurunan aktivitas tidak menunjukkan adanya pelambatan
ekonomi dikarenakan adanya permasalahan waktu tunggu bongkar yang cukup lama yang
disebabkan oleh penuhnya kapasitas bongkar pelabuhan lembar. Saat ini PT Pelindo III sudah
berusaha menerapkan aktivitas bongkar 24 jam namun terkendala oleh jam operasional
pergudangan yang tetap beroperasi normal dan tutup di malam hari. Lamanya proses bongkar
yang mencapai 8 hari kerja sempat mengakibatkan kelangkaan pupuk di bulan Januari
dikarenakan kapal pengangkut pupuk tidak dapat membongkar muatannya dikarenakan harus
-
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
(10.00)
(5.00)
-
5.00
10.00
15.00
Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1
2011* 2012* 2013** 2014***
Trili
un
PHR - Kanan Growth (yoy %)-Kiri
Growth (qtq %)-Kiri Growth (ctc %)-Kiri
411 411 418 381
408
479
403
500
371
22.53
0.04 1.72
(8.83)
7.12
17.30
(15.82)
24.01
(25.75)(30.00)
(20.00)
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
-
100
200
300
400
500
600
Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1
2012 2013 2014
Tho
usa
nd
s
Barang - LHS Bongkar - LHS Muat - LHS Growth (qtq) - RHS
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 15
menunggu giliran bongkar. Untuk ini, di tahun 2014, PT Pelindo III mengalokasikan investasi
pemanjangan dermaga sepanjang 65 meter yang diharapkan dapat meningkatkan jumlah kapal
sandar dari 3 kapal menjadi 5 kapal yang diharapkan dapat meningkatkan produktivitas
bongkar muat barang.
Grafik 1.29 Jumlah Tamu yang Menginap di Hotel
Berbintang
Grafik 1.30 Tingkat Penghunian Kamar dan Rata-Rata Lama
Menginap Hotel
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Jumlah tamu menginap di hotel berbintang di triwulan I 2014 mengalami penurunan
25,56% dibanding triwulan sebelumnya lebih dikarenakan siklus low season dalam
pariwisata. Dibanding tahun sebelumnya, jumlah tamu menginap di hotel berbintang
mengalami kenaikan 30,56% yang menunjukkan adanya pertumbuhan jumlah wisatawan
dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan jumlah tamu menginap didominasi oleh
peningkatan jumlah tamu wisatawan asing menginap yang tumbuh hingga 56,55% dibanding
periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan tingkat penghunian kamar (TPK) tidak
menunjukkan adanya penurunan jumlah tamu menginap dikarenakan adanya penambahan
jumlah kamar.
Grafik 1.31 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor
Perdagangan Hotel dan Restoran
Grafik 1.32 Realisasi Survei Kegiatan Dunia Usaha Sektor
PHRTriwulan IV 2013
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar
2012 2013 2014
rib
u
Total DN LN Growth (% qtq) - kanan
-
1
1
2
2
3
3
4
-
10
20
30
40
50
60
70
Jan
Ma
r
Ma
y
Jul
Se
p
No
v
Jan
Ma
r
Ma
y
Jul
Se
p
No
v
Jan
Ma
r
2012 2013 2014
RLM Bintang (RHS) - kanan RLM Non Bintang (RHS) - kananTPK Bintang (%LHS) TPK Non Bintang (%LHS)
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
I II III IV I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013 2014
Trily
un
Kredit Sektor PHR (Rp trilyun)-KiriGrowth (yoy%)-KananGrowth (qtq%)-Kanan
-10.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2011 2012 2013 2014
Tabel 1. Kegiatan Usaha Tabel 2. Harga Jual Tabel 3. Tenaga Kerja
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 16
Tren pelambatan penyaluran kredit juga terjadi pada penyaluran kredit sektor PHR
yang tampak terjadi penyaluran kredit secara tahunan yang saat ini hanya bertumbuh sebesar
26,65% (yoy) dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya yang mencapai 54,64%
(yoy).Secara triwulanan, penyaluran kredit juga menunjukkan adanya tren melambat.
Pertumbuhan penyaluran kredit di triwulan I hanya tuumbuh sebesar 2,48% (qtq). Berdasarkan
hasil survei SKDU tampak bahwa pelambatan ekonomi di sektor PHR juga terjadi di triwulan I
2014 yang tampak dari nilai SBT realisasi kegiatan usaha bertanda negative. Namun demikian,
pelambatan tersebut tidak mengurangi kebutuhan tenaga kerja, sedangkan harga jual justru
mengalami pelambatan seiring dengan penurunan permintaan masyarakat.
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Boks 1: PerkembanganPerberasan di Provinsi NTB 17
Perkembangan Perberasan di Provinsi NTB
Provinsi NTB saat ini merupakan penghasil padi terbesar ke-10 di Indonesia. Dengan total
produksi padi sebesar 2,1 juta ton atau setara dengan 1,1 juta ton beras dan rata-rata konsumsi per
tahun mencapai 500 ribu ton beras, maka berdasarkan perhitungan, provinsi NTB mampu
menyumbang hingga lebih dari 500 ribu ton ke wilayah lain dalam wilayah NKRI. Berdasarkan
kabupaten penghasil, Kabupaten Lombok Tengah menjadi penghasil padi utama dengan produksi
mencapai 362,6 ribu ton, disusul oleh Kabupaten Sumbawa sebesar 337,4 ribu ton, Kabupaten
Lombok Timur sebesar 300 ribu ton dan Kabupaten Bima sebesar 297,3 ribu ton.
Grafik 1. 10 Provinsi Penghasil Padi Terbesar di Indonesia
Grafik 2. Sebaran Kabupaten penghasil Padi di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Sumber : Dinas Pertanian Sumber : Dinas Pertanian
Produksi padi di triwulan I 2014 mengalami kenaikan cukup tinggi. Puncak panen diprediksi
akan berlangsung pada awal April mengikuti umur hidup padi yang rata-rata 100 hari. Berdasarkan
data BULOG, serapan dan penyaluran komoditas beras dan setara beras sepanjang tahun 2013
mencapai 170 ribu ton. Hingga bulan Maret 2014, serapan beras BULOG dari petani mencapai
12.965 ton. Selain itu, total penyaluran beras termasuk pengiriman ke Kupang mencapai 58.169 ton.
Besarnya penyaluran beras lebih disebabkan oleh adanya operasi pasar yang sudah dilakukan hingga
5 kali sepanjang triwulan I dan pengiriman beras keluar NTB sebagai program Movenas yang
dicanangkan. Pengadaan beras akan meningkat signifikan pada bulan April dan Mei seiring dengan
adanya panen raya dan pengolahan beras pada bulan tersebut.
Grafik 3. Data Luas Tanam dan Panen Padi di Provinsi NTB
Grafik 4. Data Komoditas Gabah dan Beras yang keluar Provinsi NTB
Sumber : Dinas Pertanian Sumber : Badan Ketahanan Pangan
0.00 5.00 10.00 15.00
Nusa Tenggara Barat
Kalimantan Selatan
Sumatera Barat
Lampung
Sumatera Selatan
Sumatera Utara
Sulawesi Selatan
Jawa Tengah
Jawa Timur
Jawa Barat
2.06
2.11
2.45
3.15
3.42
3.60
4.60
10.15
11.69
11.89
Millions 0 100 200 300 400
Kab. Lombok Barat
Kab. Lombok Tengah
Kab. Lombok Timur
Kab. Sumbawa
Kab. Dompu
Kab. Bima
Kab. Sumbawa Barat
Kab. Lombok Utara
Kota Mataram
Kota Bima
149.3
362.6
300.0
337.4
149.6
297.5
71.4
54.1
22.5
30.1
Ribu Ton
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
160000
180000
12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6
2012 2013 2014
Luas lahan panen padi (ha)
Luas lahan tanam padi (ha)
4,540 5,909
3,602
6,907
11,557
10,503
4,308 4,185
3,528
9,792
8,077
4,195 4,627
16,008
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
JAN
FEB
MA
R
AP
R
MA
Y
JUN
JUL
AU
G
SEP
OC
T
NO
V
DEC
JAN
FEB
2013 2014
a. Gabah b. Beras
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Boks 1: PerkembanganPerberasan di Provinsi NTB 18
Berdasarkan data Badan Ketahanan Pangan Provinsi NTB, sepanjang tahun 2013, penyaluran
beras dan setara beras keluar Provinsi NTB mencapai 93 ribu ton. Dengan asumsi penyaluran beras
miskin tidak menurunkan data konsumsi beras penduduk dan total produksi padi sesuai dengan data
dinas pertanian, maka total beras keluar atau produksi yang tidak tercatat mencapai lebih dari 300
ribu ton beras atau sekitar dari 600 ribu gabah kering panen.
Gambar 1. Rantai Distribusi Komoditas Padi
Berdasarkan hasil penelitian Bank Indonesia bekerjasama dengan universitas Mataram (2011),
rantai penjualan beras sebagian besar melalui pengepul, kemudian dijual melalui Penggilingan,
dipasarkan melalui pengecer tradisional baru diterima oleh konsumen. Hanya sebagian kecil yang
penjualannya langsung dijual melalui pengecer tradisional. Adapun sifat struktur pasar adalah
oligopoli di level penggilingan, yaitu hanya beberapa penggilingan besar yang menguasai distribusi
beras di Provinsi NTB. Namun demikian, dikarenakan banyaknya pemain komoditas beras, maka
adanya gangguan pada satu penggilingan tidak terlalu berpengaruh karena langsung dapat diisi oleh
pedagang yang lain.
Berdasarkan informasi dari kelompok tani, panen padi di triwulan I 2014 relatif mengalami
kenaikan dibanding tahun sebelumnya. Kenaikan produksi tidak disebabkan oleh luas tanam yang
meningkat, tetapi disebabkan oleh kenaikan produktifitas sebagai dampak dari penerapan teknologi
baru dalam pertanian. Saat ini, petani sudah mulai mengaktifkan penggunaan pupuk organik. Selain
itu, juga digunakan bakteri penyubur tanah yang terbukti dapat meningkatkan produksi padi.
Dibanding tahun sebelumnya, produksi pada mengalami kenaikan signifikan dari rata-rata 6,4 ton per
hektar menjadi 8-9 ton per hektar. Maka apabila dibandingkan dengan data kenaikan luas tanam
dinas pertanian, produksi padi diperkirakan memang akan mengalami kenaikan cukup tinggi.
Hambatan yang saat ini terjadi adalah munculnya hama wereng di pulau Lombok yang sudah
menyerang puluhan hektar tanaman padi.
12,5 %
Produsen Pengepul
Penggilingan
Grosir
Pengecer
Tradisonal
Pengecer
Modern
Konsumen
Akhir
87,5 %
11,88%
5,72%
61%
24%
15%
100%
14,28%
80%
19,37% 68,75%
100%
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Boks 1: PerkembanganPerberasan di Provinsi NTB 19
Berdasarkan Informasi pengepul gabah, didapatkan bahwa pada saat panen maupun
menjelang panen, terjadi peningkatan penyaluran gabah kering panen dari wilayah Sumbawa ke
Pulau Jawa. Berdasarkan informasi, gabah dari Kabupaten Sumbawa sebagian besar dikirim ke
Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur, sedangkan gabah dari Pulau Lombok selain dikirim ke
Banyuwangi, juga dikirim ke Kabupaten Jember Jawa Timur. Berdasarkan kondisi penggilingan beras
yang ada, sebagian besar penggilingan di Pulau Lombok masih menggunakan mesin kecil,
sedangkan penggilingan di Pulau Sumbawa lebih banyak yang menggunakan pecah kulit ukuran
besar, sehingga diyakini pengiriman gabah ke Kabupaten Banyuwangi dan Jember dari Pulau Lombok
jauh lebih banyak dibandingkan pengiriman gabah dari Pulau Sumbawa. Bahkan berdasarkan
informasi dinas pertanian, penggilingan besar di Kabupaten Banyuwangi dan Jember sudah
mengetahuijadwal panen padi di pulau Lombok, sehingga mereka langsung ke Lombok untuk
melakukan pembelian gabah.
Dalam kondisi panen, pengepuldalam sehari rata-rata mampu mengirimkan hingga 100 ton
gabah ke Banyuwangi. Pengiriman gabah cukup besar biasanya dilakukan mulai bulan Maret hingga
bulan September. Dalam 1 tahun, di Pulau Sumbawa kira-kira disalurkan lebih dari20 ribu ton gabah.
Apabila diyakini pengiriman gabah di Pulau Lombok lebih besar dibanding pulau Sumbawa yang
disebabkan oleh jumlah produksi padi yang juga lebih besar, maka pengiriman gabah keluar diyakini
juga jauh lebih tinggi dibanding pencatatan badan ketahanan pangan yang hanya sebesar 30 ribu ton
per tahun. Adapun kelemahan pencatatan yang dilakukan saat ini lebih disebabkan oleh masih
kurang ketatnya pengawasan angkutan truk keluar provinsi NTB, sehingga banyak angkutan bahan
pangan yang menggunakan truk tidak melaporkan muatannya kepada tim pencatat komoditas
pangan strategis yang ada di sekitar pelabuhan keluar Provinsi NTB. Tidak adanya pencatatan jenis
komoditas keluar oleh ASDP saat ini diduga menjadi sumber utama kebocoran pencatatan komoditas
pangan strategis di Provinsi NTB khususnya komoditas padi.
Dengan kondisi pasokan yang relatif rendah, maka kapasitas utilisasi mesin pecah gabah juga
relatif rendah. Hal ini terutama dialami oleh penggilingan di Pulau Sumbawa dikarenakan kapasitas
produksi yang juga relatif lebih besar dibandingkan rata-rata penggilingan di Pulau Lombok.
Pengiriman beras olahan di Pulau Sumbawa terutama dipasok ke Kota Mataram, Provinsi Bali, Provinsi
Kupang, Jawa Timur dan Kota Makasar. Saat ini di Kabupaten Sumbawa mulai banyak berdiri gudang
penyimpanan gabah untuk disalurkan ke Jawa. Apabila pengolahan gabah dapat dilakukan di dalam
wilayah provinsi NTB, maka potensi nilai tambah yang dihasilkan juga mengalami peningkatan.
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 20
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT
1
1.1 KONDISI UMUM Inflasi Provinsi NTB di Triwulan I 2014 dibawah capaian inflasi nasional. Adanya deflasi
di bulan Maret sebesar 0,38% (mtm) mampu membuat inflasi NTB mengalami pelambatan.
Inflasi NTB mengalami kenaikan cukup tinggi di bulan Januari hingga 1,44% (mtm) disebabkan
oleh adanya perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW selama satu bulan penuh. Adanya
permintaan bahan makanan yang cukup tinggi, membuat harga-harga bahan makanan
meningkat signifikan. Kenaikan harga bahan bakar LPG 12 kg hingga 150 ribu juga membuat
harga makanan jadi mengalami kenaikan.Setelah dilakukan protes dan dilakukan penyesuaian
harga LPG kembali, harga makanan jadi tetap sehingga cukup menunjang terjadinya inflasi.
Inflasi di bulan Februari 2014 masih sedikit meningkat diakibatkan oleh masih adanya perayaan
Maulid Nabi di bulan Februari yang berpotensi meningkatkan permintaan dan harga. Adanya
cuaca buruk juga membuat harga tangkapan ikan meningkat cukup besar dikarenakan
sedikitnya pasokan ikan di pasar. Kenaikan fuel shurcharge pesawat juga membuat biaya
transportasi udara mengalami kenaikan signifikan terutama di Kota Bima. Pada bulan Maret,
harga barang kembali normal yang tampak dari menurunnya harga sayur-sayuran, daging-
dagingan, dan bahan makanan lainnya. Cuaca yang relatif bagus juga membuat harga ikan
mengalami penurunan. Adanya awal musim panen padi, juga membuat harga padi-padian
mengalami penurunan.
Grafik 2.1
Perkembangan Inflasi Tahunan Provinsi NTB
dan Nasional
Grafik 2.2
Perkembangan Inflasi Bulanan Provinsi NTB dan
Nasional
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
3.79
4.30
8.38
7.32
6.55
3.99
9.51
7.03
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
11.00
jan mar may jul sep nov jan mar may jul sep nov jan mar may jul sep nov jan mar
2011 2012 2013 2014
Inflasi Nasional
Inflasi NTB
0.55 0.08
0.60
-0.38
(2.00)
(1.00)
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
jan
mar
may ju
l
sep
nov
jan
mar
may ju
l
sep
nov
jan
mar
2012 2013 2014
Inflasi Nasional
Inflasi NTB
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 21
Secara tahunan, inflasi Provinsi NTB mencapai 7,03% (yoy), lebih rendah dibanding
inflasi nasional yang sebesar 7,32% (yoy). Penurunan inflasi terjadi sejak bulan Januari
2014.Walaupun masih terjadi inflasi yang cukup tinggi di bulan Januari, namun dikarenakan
pencapaian inflasi yang lebih rendah dibanding tahun sebelumnya, inflasi tahunan Provinsi NTB
tetap bergerak turun. Inflasi secara triwulanan dan kumulatif juga menunjukkan tren
pelambatan inflasi dengan nilai inflasi sebesar 1,35% (qtq) lebih rendah dibanding inflasi
nasional yang sebesar 1,42% (qtq).
Grafik 2.3 Perkembangan Inflasi Kumulatif Provinsi NTB
dan Nasional
Grafik 2.4 Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi NTB
dan Nasional
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Berdasarkan pendekatan disagregasi inflasi, inflasi di triwulan I 2014 disebabkan
inflasi administered price terutama akibat dari adanya kenaikan harga bahan bakar
rumah tangga. Inflasi komoditas volatile food menjadi penyumbang inflasi terbesar di bulan
Januari dan Februari 2014, namun harga dapat kembali normal di bulan Maret 2014.Inflasi inti
di triwulan I 2014 juga relatif besar dikarenakan oleh adanya kenaikan harga makanan jadi dan
harga ikan diawetkan.
1.2 INFLASI BERDASARKAN KOMODITAS Sepanjang triwulan I 2014, kelompok komoditas makanan jadi, minuman dan
tembakau mengalami kenaikan harga tertinggi dibanding komoditas lainnya dengan nilai
inflasi sebesar 2,64% (qtq).Adanya kenaikan harga gas di awal tahun menjadi momentum bagi
pedagang makanan jadi untuk menyesuaikan harga di sepanjang triwulan I 2014. Kelompok
komoditas transportasi, komunikasi dan jasa keuangan menjadi komoditas dengan kenaikan
inflasi terbesar ke-2 yang terutama disebabkan oleh adanya kenaikan harga bahan bakar dan
kenaikan airport tax di Bandara Internasional Lombok, yang diikuti denganpenyesuaian harga
tiket pesawat terutama terjadi di kota Bima. Inflasi kelompok komoditas bahan makanan hanya
terjadi di bulan Januari dan Februari seiring dengan adanya perayaan Maulid Nabi.
1.41
1.35
(2.00)
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
jan
apr
jul
oct
jan
apr
jul
oct
jan
apr
jul
oct
jan
apr
jul
oct
jan
2010 2011 2012 2013 2014
Inflasi Nasional Inflasi NTB
0.75
1.42 1.25
1.35
(2.00)
(1.00)
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
jan mar may jul sep nov jan mar may jul sep nov jan mar
2012 2013 2014
Inflasi Nasional
Inflasi NTB
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 22
Tabel 2.1 Ringkasan Perkembangan Inflasi Provinsi NTB
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Secara tahunan, inflasi pada kelompok komoditas transportasi masih menjadi
penyumbang inflasi terbesar dengan nilai inflasi sebesar 11,54% (yoy). Adanya kenaikan
BBM, kenaikan tarif dasar listrik dan kenaikan harga tiket pesawat menjadi penyebab utama
tingginya inflasi pada komoditas transportasi.Inflasi pada komoditas makanan jadi menjadi
inflasi terbesar kedua yang disebabkan oleh adanya penyesuaian harga jual karena
meningkatnya biaya operasional. Inflasi terendah terjadi pada kelompok komoditas sandang
dengan nilai inflasi sebesar 1,40% (yoy). Semakin menjamurnya pedagang pakaian
berpengaruh positif dalam mengontrol kenaikan harga sandang, sehingga harga pakaian dapat
dijaga pada level yang rendah.
1.2.1 Bahan Makanan Inflasi kelompok komoditas bahan makanan sepanjang triwulan I 2014 sebesar 1,25%
(qtq) relatif lebih rendah dibanding capaian inflasi bahan makanan di triwulan yang
sama tahun sebelumnya yang mencapai 11,14% (qtq). Rendahnya inflasi terutama
disebabkan oleh terjadinya deflasi di bulan Maret sebesar 2,41% (mtm), sehingga kenaikan
inflasi yang tinggi di bulan Januari 2014 dapat diturunkan.
Inflasi bahan makanan sangat peka terhadap gangguan permintaan dan pasokan.Adanya
perayaan Maulid Nabi di bulan Januari hingga pertengahan Februari mampu meningkatkan
harga bahan makanan. Namun demikian, harga bahan makanan kembali turun di bulan Maret
2014 seiring dengan tidak adanya even besar keagamaan. Faktor cuaca menjadi penyebab
utama gangguan pasokan di triwulan I 2014. Adanya cuaca buruk di bulan Januari dan Februari
juga membuat harga ikan segar dan diawetkan meningkat cukup besar. Kondisi cuaca yang
masih hujan membuat pasokan cabe rawit di bulan Februari dan Maret mengalami penurunan,
sehingga harga jual mengalami kenaikan signifikan pada bulan Tersebut.
2014 mtm
jan Feb Mar jan feb mar
Nasional 110.99 111.28 111.37 1.07 0.26 0.08 7.32 1.41
UMUM 111.67 111.99 111.57 1.44 0.29 -0.38 7.03 1.35
BAHAN MAKANAN 120.27 120.76 117.85 3.33 0.41 -2.41 7.04 1.25
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 108.51 109.49 109.78 1.45 0.90 0.26 7.53 2.64
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 111.03 111.11 111.11 1.26 0.07 0.00 7.20 1.33
SANDANG 103.54 103.65 103.68 0.11 0.11 0.03 1.40 0.25
KESEHATAN 103.67 103.88 103.72 0.38 0.20 -0.15 1.76 0.43
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 103.71 103.79 103.85 0.00 0.08 0.06 1.92 0.13
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 111.95 112.09 113.34 0.13 0.13 1.12 11.54 1.37
KETERANGAN ytdyoy
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 23
Grafik 2.5
Perkembangan Inflasi Bulanan, Kumulatif dan
Tahunan Komoditas Bahan Makanan
Grafik 2.6
Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan
Kelompok Komoditas Bahan Makanan
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Berdasarkan arah pergerakan harga, baik secara triwulanan, tahunan, kumulatif
maupun secara bulanan menunjukkan adanya tren penurunan harga bahan makanan.
Inflasi bahan makanan terutama terjadi pada bulan Januari sebesar 3,33% (mtm) dikarenakan
oleh meningkatnya permintaan sepanjang perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Perayaan
Maulid Nabi menjadi perayaan besar di provinsi NTB seiring dengan adanya adat untuk
merayakan perayaan tersebut selama 1 bulan penuh. Pada perayaan ini, masing-masing rumah
tangga atau dikoordinasikan dalam satu kampung akan mengundang kerabat dan tetangga
untuk makan bersama. Hal ini berdampak pada tingginya permintaan bahan makanan,
sehingga harga-harga bahan makanan mengalami kenaikan tinggi. Adanya kondisi cuaca buruk
juga membuat pasokan ikan segar dan diawetkan berkurang, yang juga memperbesar kenaikan
harga yang terjadi.
Berdasarkan kelompok komoditas, Ikan diawetkan mengalami kenaikan tertinggi
sebesar 16,15% (mtm) di bulan Januari dibanding bulan sebelumnya. Harga sayur-
sayuran mengalami kenaikan kenaikan terbesar kedua dengan nilai inflasi sebesar 15,51%
(mtm) disusul oleh kenaikan inflasi kacang-kacangan (7,45% (mtm)), daging dan hasil-hasilnya
(6,98% (mtm)), dan ikan segar (4,99% (mtm)). Penurunan harga justru terjadi pada komoditas
bumbu-bumbuan seiring dengan menurunnya harga bawang merah.
Di bulan Februari 2014 masih terjadi inflasi walaupun cukup rendah sebesar 0,41%.
Adanya kenaikan harga beras seiring dengan turunnya pasokan menjadi penyebab utama
terjadinya inflasi pada kelompok bahan makanan. Kondisi cuaca yang buruk juga masih menjadi
penyebab utama meningkatnya harga ikan segar dan diawetkan. Pengaruh perayaan Maulid
Nabi mulai berkurang terutama sejak minggu ke-2 yang tampak dari adanya penurunan harga
pada komoditas sayur-sayuran, daging dan hasil-hasilnya dan telur.
jan feb mar apr may jun jul aug sep oct nov dec jan feb mar
2013 2014
mtm 5.31 2.95 2.50 0.75 -3.1 1.35 10.5 2.10 -6.3 0.48 -0.4 1.33 3.33 0.41 -2.4
ytd 5.31 8.43 11.1 11.9 8.40 9.87 21.4 24.0 16.1 16.6 16.2 17.7 3.33 3.75 1.25
yoy 2.40 3.45 8.89 10.7 9.22 9.34 19.1 20.6 14.2 17.4 17.2 17.7 15.0 12.1 7.04
-10.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
Infl
asi
-20
-10
0
10
20
30Padi-padian, Umbi-…
Daging dan Hasil-…
Ikan Segar
Ikan Diawetkan
Telur, Susu dan …
Sayur-sayuranKacang - kacangan
Buah - buahan
Bumbu - bumbuan
Lemak dan Minyak
Bahan Makanan …
Jan-14
Feb-14
Mar-14
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 24
Pada bulan Maret 2014, komoditas bahan makanan mengalami deflasi 2,41% (mtm)
yang disebabkan oleh kembali normalnya harga barang pasca perayaan Maulid dan dimulainya
masa panen padi yang tampak dari penurunan harga beras. Kondisi cuaca yang membaik juga
mampu menurunkan harga ikan segar dan diawetkan. Kenaikan harga justru terjadi pada
kelompok komoditas bumbu-bumbuan seiring dengan cukup jarangnya pasokan komoditas
tersebut di pasar, sehingga di level pengecer, harga dapat menembus hingga seratus ribu per
kilogramnya.
1.2.2 Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau Sepanjang triwulan I 2014, inflasi kelompok komoditas makanan jadi, minuman dan
tembakau mengalami kenaikan yang cukup besar.Adanya kenaikan harga LPG 12kg
menjadi pemicu utama penyesuaian harga makanan jadi di Provinsi NTB. Penyesuaian harga
terbesar terjadi di Kota Bima dengan kenaikan inflasi kelompok komoditas makanan jadi
sebesar 9,69% di sepanjang triwulan I 2014. Adapun total inflasi kelompok komoditas
makanan jadi, minuman dan tembakau triwulan I 2014 mencapai 2,64%.
Grafik 2.7 Perkembangan Inflasi Bulanan, Kumulatif dan Tahunan Komoditas Makanan Jadi, Minuman
dan Tembakau
Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan
Kelompok Komoditas Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Dibanding tahun sebelumnya, Kenaikan harga makanan jadi, minuman dan tembakau
mencapai 7,53% (yoy), dengan penyumbang utama adalah kenaikan harga makanan jadi
yang naik hingga 8,42% (yoy). Adanya kenaikan harga bahan bakar bersubsidi, kenaikan biaya
listrik dan gas rumah tangga membuat biaya operasional pedagang mengalami peningkatan
yang akhirnya diikuti oleh kenaikan harga komoditas makanan jadi, minuman dan
tembakau.Komoditas penyumbang inflasi utama makanan jadi, minuman dan tembakau di
triwulan I 2014 antara lain komoditas mie, ayam bakar, kopi manis, telur asin, dan kenaikan
harga rokok.
jan feb mar apr may jun jul aug sep oct nov dec jan feb mar
2013 2014
mtm 0.05 0.08 0.20 0.40 0.23 0.66 0.68 0.98 0.34 0.48 0.35 0.27 1.45 0.90 0.26
ytd 0.05 0.13 0.33 0.74 0.97 1.64 2.33 3.33 3.68 4.17 4.53 4.82 1.45 2.37 2.64
yoy 4.11 3.88 3.37 3.25 3.12 3.53 3.50 3.97 4.24 4.59 4.73 4.82 6.81 7.68 7.53
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
Infl
asi
-1.00
-0.50
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU
Makanan Jadi
Minuman yang Tidak Beralkohol
Tembakau dan Minuman Beralkohol
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 25
1.2.3 Perumahan, Listrik, Air dan Gas Inflasi kelompok komoditas Perumahan, Listrik, Air dan Gas di triwulan I 2014 sebesar
1,33% (qtq). Inflasi terutama disebabkan oleh adanya kenaikan harga bahan bakar rumah
tangga hingga 5,72% (qtq), seiring dengan adanya kenaikan harga gas. Secara tahunan, inflasi
komoditas perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar mencapai 7,20% (yoy). Inflasi pada
kelompok komoditas bahan bakar, penerangan dan air menjadi penyumbang inflasi terbesar
dengan nilai inflasi mencapai 15,33% (yoy). Adanya kenaikan tarif listrik di tahun 2013, serta
penyesuaian harga LPG 3kg dan 12 kg menjadi penyebab utama tingginya inflasi di kelompok
komoditas tersebut.
Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi Bulanan, Kumulatif dan
Tahunan Komoditas Perumahan, Listrik, Air dan Gas
Grafik 2.10 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan
Kelompok Komoditas Perumahan, Listrik, Air dan Gas
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
1.2.4 Sandang Inflasi kelompok komoditas sandang relatif tetap dibanding triwulan sebelumnya. Nilai
inflasi di sepanjang triwulan I 2014 hanya sebesar 0,25% (qtq) sedangkan secara tahunan juga
relatif rendah hanya sebesar 1,40% (yoy). Rendahnya inflasi terutama disebabkan oleh semakin
banyaknya pedagang komoditas sandang di Kota Mataram dan Bima, sehingga dengan
banyaknya pilihan pembeli, harga cenderung akan stabil demi mendapatkan dan
mempertahankan pelanggan yang ada. Pembeli pun juga semakin mudah dalam menentukan
pilihan berbelanja, sehingga konsumen diuntungkan oleh banyaknya pilihan dan stabilnya
harga jual. Kondisi deflasi justru terjadi pada kelompok komoditas sandang wanita dan anak-
anak yang mengalami deflasi 0,02 (qtq) dan 0,03% (qtq) sedangkan inflasi terjadi pada
kelompok komoditas barang pribadi dan sandang lain 0,92% (qtq) dan sandang laki-laki 0,23%
(qtq).
jan feb mar apr may jun jul aug sep oct nov dec jan feb mar
2013 2014
mtm 0.21 0.50 0.13 0.30 0.32 0.04 0.67 0.80 1.51 0.63 0.94 0.64 1.26 0.07 0.00
ytd 0.21 0.71 0.83 1.14 1.46 1.50 2.19 3.00 4.55 5.22 6.21 6.89 1.26 1.33 1.33
yoy 8.30 5.15 5.13 4.65 5.22 4.53 4.83 5.17 5.26 5.67 6.67 6.89 7.87 7.33 7.20
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
Infl
asi
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB
Biaya Tempat Tinggal
Bahan Bakar, Penerangan dan Air
Perlengkapan Rumahtangga
Penyelenggaraan Rumahtangga
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 26
Grafik 2.11 Perkembangan Inflasi Bulanan, Kumulatif dan
Tahunan Komoditas Komoditas Sandang
Grafik 2.12 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan
Kelompok Komoditas Sandang
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
1.2.5 Kesehatan Inflasi komoditas Kesehatan juga relatif rendah sepanjang triwulan I 2014 dengan nilai
inflasi sebesar 0,43% (qtq). Kenaikan harga hanya terjadi pada kelompok komoditas obat-
obatan seiring dengan adanya kenaikan biaya bahan baku, sedangkan inflasi pada komoditas
lainnya cenderung tetap. Bahkan, kelompok komoditas perawatan jasmani dan kosmetika
mengalami deflasi seiring dengan adanya penurunan harga shampoo dan sikat gigi.
Grafik 2.13 Perkembangan Inflasi Bulanan, Kumulatif dan
Tahunan Komoditas Kesehatan
Grafik 2.14 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan
Kelompok Komoditas Kesehatan
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
1.2.6 Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga
Inflasi pada kelompok komoditas pendidikan, rekreasi dan olah raga di triwulan I 2014
relatif stabil dengan nilai inflasi hanya sebesar 0,13% (qtq), menjadikan inflasi komoditas
pendidikan, rekreasi dan olah raga sebagai komoditas dengan kenaikan harga terendah di
triwulan I 2014. Rendahnya inflasi lebih disebabkan oleh pola kenaikan biaya pendidikan yang
jan feb mar apr may jun jul aug sep oct nov dec jan feb mar
2013 2014
mtm -0.0 -0.1 -0.4 -0.3 -0.9 0.54 -0.3 0.89 1.54 -0.3 -0.1 0.19 0.11 0.11 0.03
ytd -0.0 -0.1 -0.5 -0.8 -1.7 -1.2 -1.5 -0.7 0.81 0.44 0.34 0.54 0.11 0.21 0.25
yoy 6.17 5.24 4.10 3.91 3.40 3.98 3.43 0.50 1.13 0.18 0.26 0.54 1.08 1.22 1.40
-3.00
-2.00
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
Infl
asi
-4.00
-3.00
-2.00
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00SANDANG Sandang Laki-lakiSandang Wanita Sandang Anak-anakBarang Pribadi dan Sandang Lain
jan feb mar apr may jun jul aug sep oct nov dec jan feb mar
2013 2014
mtm 0.36 -0.0 0.52 0.16 0.00 0.34 0.22 0.07 0.08 0.09 0.13 0.12 0.38 0.20 -0.1
ytd 0.36 0.32 0.84 1.00 1.00 1.35 1.57 1.64 1.72 1.81 1.95 2.06 0.38 0.58 0.43
yoy 2.53 2.17 2.56 2.19 2.10 2.39 2.54 2.63 2.63 1.85 1.95 2.06 2.40 2.60 1.76
-0.50
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
Infl
asi
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00KESEHATANJasa KesehatanObat-obatanJasa Perawatan JasmaniPerawatan Jasmani dan Kosmetika
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 27
biasanya baru terjadi menjelang tahun pelajaran baru dimulai, sehingga inflasi di luar awal
sekolah atau kuliah cenderung stabil. Kenaikan harga hanya terjadi pada kelompok komoditas
rekreasi yang mengalami kenaikan harga di bulan Februari sebesar 0,43% (mtm).
Grafik 2.15 Perkembangan Inflasi Bulanan, Kumulatif dan Tahunan Komoditas Pendidikan, Rekreasi dan
Olah Raga
Grafik 2.16 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan
Kelompok Komoditas Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
1.2.7 Transport, Komunikasi dan Jasa Komoditas transportasi, komunikasi dan jasa mengalami inflasi triwulanan yang cukup
besar di triwulan I 2014. Total inflasi triwulan I 2014 sebesar 1,37% (qtq) dengan pendorong
utama inflasi pada kelompok komoditas transportasi terutama adanya kenaikan harga tiket
pesawat jurusan Bima yang naik hingga 28,49% (mtm) di bulan Maret 2014. Kenaikan harga
tiket tersebut merupakan penyesuaian harga atas kenaikan biaya bahan bakar pesawat di bulan
sebelumnya.
Grafik 2.17 Perkembangan Inflasi Bulanan, Kumulatif dan
Tahunan Komoditas Transport, Komunikasi dan Jasa
Grafik 2.18 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan
Kelompok Komoditas Transport, Komunikasi dan Jasa
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
jan feb mar apr may jun jul aug sep oct nov dec jan feb mar
2013 2014
mtm 0.00 0.00 0.00 0.03 -0.0 0.00 1.04 0.22 0.12 0.61 0.00 0.00 0.00 0.08 0.06
ytd 0.00 0.00 0.00 0.03 -0.0 -0.0 1.04 1.26 1.38 2.00 2.00 2.00 0.00 0.08 0.13
yoy 3.06 3.03 3.05 3.05 2.87 2.87 2.21 2.01 2.11 2.65 2.57 2.00 1.79 1.86 1.92
-0.50
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
Infl
asi
-0.10
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50Pendidikan
Kursus-kursus / Pelatihan
Perlengkapan / Peralatan
PendidikanRekreasi
Olahraga
Dec-13
Jan-14
Feb-14
jan feb mar apr may jun jul aug sep oct nov dec jan feb mar
2013 2014
mtm 0.05 0.29 0.10 -0.1 0.01 3.24 7.46 0.65 0.22 0.20 0.09 0.00 0.13 0.13 1.12
ytd 0.05 0.34 0.44 0.28 0.29 3.54 11.2 11.9 12.2 12.4 12.5 12.5 0.13 0.26 1.37
yoy 1.49 1.98 1.74 1.51 1.49 4.45 12.2 12.6 12.9 13.0 13.1 12.5 10.5 10.4 11.5
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
Infl
asi
-4.00
1.00
6.00
11.00TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KTransporKomunikasi Dan PengirimanSarana dan Penunjang TransporJasa Keuangan
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 28
1.3 INFLASI PERIODIKAL
1.3.1 INFLASI TRIWULANAN Inflasi di triwulan I 2014 mengalami sedikit kenaikan sebesar 1,35% (qtq) dibanding
triwulan sebelumnya. Inflasi terutama disebabkan oleh meningkatnya inflasi komoditas
makanan, minuman dan tembakau sebesar 2,64% (qtq) seiring dengan adanya kenaikan harga
gas. Komoditas transportasi, komunikasi dan jasa mengalami kenaikan terbesar kedua sebesar
1,37% (qtq) seiring dengan adanya kenaikan harga tiket pesawat, disusul oleh kenaikan inflasi
komoditas perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 1,33% (qtq) dan kenaikan
inflasi bahan makanan sebesar 1,25% (qtq).
Grafik 2. 19 Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi NTB Berdasarkan Komoditas
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Tekanan inflasi yang cukup tinggi hanya terjadi di bulan Januari yang disebabkan oleh
adanya lonjakan permintaan bahan makanan karena adanya perayaan Maulid Nabi Muhammad
SAW.Inflasi di bulan Februari sudah melambat, sedangkan di bulan Maret 2014 justru terjadi
deflasi.
1.3.2 Inflasi Tahunan Secara tahunan, Inflasi provinsi NTB relatif melambat dibanding posisi akhir tahun
2013. Inflasi di triwulan I 2014 sebesar 7,03% melambat dibanding inflasi di akhir tahun 2013
sebesar 9,51% (yoy). Besarnya penurunan inflasi terutama disumbang oleh penurunan inflasi
kelompok komoditas bahan makanan yang turun signifikan dari 17,74% (yoy) di akhir tahun
menjadi hanya 7,04% di triwulan I 2014.Penurunan inflasi kelompok komoditas bahan
makanan lebih disebabkan oleh relatif rendahnya inflasi komoditas tersebut pada triwulan I
2014 dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya.
-6.00
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
Tw I
Tw II
Tw II
I
Tw IV Tw
I
Tw II
Tw II
I
Tw IV Tw
I
Tw II
Tw II
I
Tw IV mar
2011 2012 2013
UMUMBAHAN MAKANANMAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAUPERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BBSANDANGKESEHATANPENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGATRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 29
Grafik 2.20 Perkembangan Inflasi Tahunan Provinsi NTB Berdasarkan Komoditas
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Kenaikan inflasi tahunan justru terjadi pada komoditas transportasi, komunikasi dan
jasa-jasa serta komoditas makanan jadi seiring dengan adanya kenaikan biaya bahan bakar
dan kenaikan harga gas di triwulan I 2014.Inflasi relatif tinggi juga terjadi pada komoditas
perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar yang juga disebabkan oleh kenaikan harga LPG 12
kg.Sedangkan tiga kelompok komoditas dengan inflasi rendah antara lain kelompok komoditas
sandang, kesehatan, dan pendidikan, rekreasi dan olah raga.
1.4 DISAGREGASI INFLASI
1.4.1 Provinsi Nusa Tenggara Barat Berdasarkan disagregasi inflasi, inflasi di triwulan I 2014 terutama disumbang oleh
inflasi administered price sebesar 3,00% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya. Relatif
tingginya inflasi administered price terutama disebabkan oleh adanya kenaikan harga gas dan
transportasi udara, sehingga inflasi administered price relatif lebih tinggi dibanding inflasi inti
dan volatile food. Sepanjang dua bulan pertama di triwulan I 2014, inflasi volatile food menjadi
penyumbang inflasi tertinggi.Namun demikian, adanya deflasi komoditas volatile food mampu
kembali menurunkan inflasi volatile food.
Grafik 2.21 Disagregasi Inflasi Bulanan Provinsi NTB
Grafik 2.22 Disagregasi Inflasi Tahunan Provinsi NTB
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
jan
feb
mar apr
may ju
n jul
aug
sep
oct
nov
dec
jan
feb
mar apr
may ju
n jul
aug
sep
oct
nov
dec
jan
feb
mar apr
may ju
n jul
aug
sep
oct
nov
dec
jan
feb
mar
2011 2012 2013 2014
UMUM Bahan Makanan Makanan Jadi PerumahanSandang Kesehatan Pendidikan Transportasi
-6.00
-1.00
4.00
9.00
14.00
jan mar may jul sep nov jan mar may jul sep nov jan mar
2012 2013 2014
UMUM
core inflation
administered price
volatile food
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
jan mar may jul sep nov jan mar may jul sep nov jan mar
2012 2013 2014
UMUM core inflation
administered price volatile food
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 30
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Secara tahunan, inflasi komoditas volatile food mengalami penurunan paling besar
dari 18,34% (yoy) di akhir tahun 2013 menjadi hanya sebesar 6,40% (yoy) di akhir
triwulan I 2014. Dikarenakan sifat komoditas yang sangat dipengaruhi oleh besarnya
permintaan dan pasokan di pasar, maka peran pemerintah dirasa sangat diperlukan dalam
mengendalikan volatilitas kenaikan harga-harga komoditas volatile food tersebut.Untuk itu,
melalui TPID, pemerintah saat ini terus berusaha untuk menjaga sentimen masyarakat melalui
diseminasi kondisi pasokan dan langkah yang dilakukan pemerintah melalui media masa, agar
tercipta kestabilan harga dan mencegah terjadinya permainan harga di pasar.
Tren kenaikan harga saat ini justru terjadi pada komoditas administered price. Sejak
kenaikan harga BBM di bulan Juni 2013, inflasi kelompok komoditas administered price terus
mengalami kenaikan berturut-turut disebabkan oleh kenaikan tarif dasar listrik, kenaikan harga
LPG 3 kg di akhir tahun 2013, kenaikan harga LPG 12 kg di akhir bulan Januari 2014 serta
kenaikan biaya bahan bakar pesawat dan airport tax yang berdampak pada penyesuaian tarif
penerbangan. Inflasi inti juga memiliki kecenderungan meningkat walaupun relatif kecil.
1.4.2 Kota Mataram Pergerakan disagregasi inflasi di Kota Mataram sangat didorong oleh pergerakan
inflasi komoditas volatile food.Tingginya peran komoditas volatile food di kotaMataram
pada triwulan I 2014 lebih disebabkan oleh adanya perayaan Maulid Nabi, sehingga tingginya
permintaan selama hari raya secara langsung berpengaruh pada kenaikan harga komoditas
volatilefood. Peran pemerintah dalam mengatur pasokan dinilai cukup berhasil yang tampak
dari kenaikan harga di bulan Januari yang tidak setinggi bulan yang sama tahun sebelumnya.
Dengan adanya diseminasi informasi dan upaya yang terukur, maka kenaikan harga dapat
diminimalisir.
Grafik 2.23 Disagregasi Inflasi Bulanan Kota Mataram
Grafik 2.24 Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Mataram
-6.00
-1.00
4.00
9.00
14.00
jan mar may jul sep nov jan mar may jul sep nov jan mar
2012 2013 2014
UMUM core inflation
administered price volatile food
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
jan mar may jul sep nov jan mar may jul sep nov jan mar
2012 2013 2014
UMUM core inflation
administered price volatile food
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 31
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Penurunan inflasi komoditas volatile food tampak dari menurunnya inflasi tahunan di
Kota Mataram yang cukup signifikan dari 19,81% (yoy) di akhir tahun 2013 menjadi
6,41% (yoy) di triwulan I 2014. Inflasi kelompok komoditas administered price juga
mengalami kenaikan di Kota Mataram, namun tidak sebesar kenaikan harga di Kota Bima.
Penyebab utama kenaikan inflasi administered price lebih disebabkan oleh adanya kenaikan
harga gas rumah tangga di bulan Januari. Adanya kenaikan harga bahan bakar pesawat juga
meningkatkan harga tiket pesawat namun tidak terlalu signifikan.
1.4.3 Kota Bima Pangaruh Inflasi komoditas volatile food di Kota Bima pada triwulan I 2014 tidak
sebesar di Kota Mataram yang disebabkan oleh tidak adanya budaya perayaan Maulid
Nabi sebagaimana terjadi di Kota Mataram. Pada bulan Januari 2014, inflasi komoditas
volatile food sebesar 1,32% (mtm) relatif rendah dibanding inflasi komoditas yang sama di Kota
Maratam yang mencapai 3,69% (mtm). Kenaikan harga lebih disebabkan oleh adanya kenaikan
pada komoditas yang sama di Kota Mataram yang dikarenakan banyaknya komoditas yang
harus dipenuhi dari Kota Mataram. Selain itu, inflasi yang terjadi juga disebabkan oleh
tangkapan ikan yang minim karena buruknya cuaca di bulan Januari 2014. Pada bulan Februari
dan Maret 2014, komoditas volatile food justru terjadi deflasi, sehingga inflasi komoditas
volatile food sepanjang triwulan I 2014 justru mengalami deflasi sebesar 3,00% (qtq) dan
secara tahunan berhasil turun dari 20,36% (yoy) di akhir tahun 2013 menjadi 7,16% (yoy) pada
triwulan I 2014.
Grafik 2.25 Disagregasi Inflasi Bulanan Kota Bima
Grafik 2.26 Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Bima
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Kenaikan harga yang cukup tinggi justru terjadi pada komoditas administered price
yang dalam triwulan I 2014, mengalami inflasi sebesar 5,70% (qtq). Tingginya inflasi
administered price terus berlanjut sejak kenaikan BBM di bulan Juni 2013. Adapun penyebab
-6.00
-1.00
4.00
9.00
14.00
jan mar may jul sep nov jan mar may jul sep nov jan mar
2012 2013 2014
UMUM core inflation
administered price volatile food
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
jan mar may jul sep nov jan mar may jul sep nov jan mar
2012 2013 2014
UMUM core inflation
administered price volatile food
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 32
tingginya inflasi administered price di triwulan I 2014 lebih disebabkan oleh adanya kenaikan
harga bahan bakar gas di bulan Januari yang mampu menyumbang inflasi administered price
sebesar 2,13% (sumbangan mtm) dan kenaikan biaya transport udara yang mampu
menyumbang inflasi kelompok komoditas transportasi hingga sebesar 2,45% (sumbangan
mtm) di bulan Februari 2014. Secara tahunan, inflasi komoditas administered price di triwulan I
2014 mengalami inflasi hingga 19,31% (yoy) meningkat dibanding posisi akhir tahun 2013
yang sebesar 16,03% (yoy). Inflasi inti juga mengalami kenaikan di triwulan I 2014 namun
relatif kecil.
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Boks 2 : Peran TPID Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam Mengontrol Volatilitas Inflasi 33
Peran TPID Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam Mengontrol
Volatilitas Inflasi
Inflasi Provinsi NTB di triwulan I 2014 dibawah angka inflasi nasional. Secara triwulanan, inflasi
NTB sebesar 1,35% (qtq) lebih rendah dibanding inflasi nasional yang sebesar 1,41% (qtq).
Secara tahunan, inflasi Provinsi NTB juga lebih rendah dengan nilai sebesar 7,03% (yoy)
dibanding nasional yang sebesar 7,32% (yoy). Adapun permasalahan inflasi di tiap bulannya
beraneka ragam meliputi adanya perayaan Maulid di bulan Januari,menurunnya stok beras,
kenaikan HET gas 12 kg hingga adanya cuaca buruk. Di Bulan Februari tekanan permintaan
mereda seiring dengan berakhirnya perayaan Maulid Nabi di Kota Mataram, namun adanya
cuaca buruk dan kenaikan biaya avtur pesawat masih mendorong terjadinya inflasi di bulan
Februari 2014. Kembali normalnya harga bahan makanan pasca perayaan Maulid Nabi dan
dimulainya panen beras mampu mendorong terjadinya deflasi di Provinsi NTB.
Grafik Boks 2.1. Inflasi Bulanan Provinsi Nusa Tenggara Barat TW I 2014
Sumber : BPS, hasil rapat TPID, Diolah
Dikarenakan adanya tren inflasi yang tinggi di saat perayaan Maulid Nabi, maka tim TPID
berusaha melakukan berbagai langkah dalam rangka menjaga volatilitas harga antara lain
dengan melakukan proyeksi inflasi yang akan terjadi setiap pertengahan bulan. Berdasarkan
proyeksi inflasi yang dilakukan, maka tim TPID akan melakukan langkah aksi yang sekiranya
diperlukan untuk mencegah terjadinya inflasi yang lebih tinggi.
1.60
0.50
(0.30)
1.44
0.29
(0.38)
1.07
0.26 0.08
Jan Feb Mar
BA Ramalan Realisasi
Nasional
Januari 2014 Februari 2014 Maret 2014
JanuariPermasalahan-Perayaan Maulid-Masa tanam padi-Kenaikan HET Gas-Cuaca buruk
MaretPanen padiHari raya nyepiKenaikan biaya avtur dan airport tax
FebruariPermasalahan-Berakhirnya Perayaan Maulid-Cuaca buruk-Kenaikan biaya avtur pesawat
NTB Nas
Inflasi Tahunan
7,037,32
NTB Nas
1,35 1,41
Total Inflasi Tw I
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Boks 2 : Peran TPID Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam Mengontrol Volatilitas Inflasi 34
Berdasarkan grafik di atas, tampak bahwa realisasi inflasi dalam triwulan I 2014 dapat tecapai
lebih rendah dibanding proyeksi inflasi yang terjadi. Adanya potensi inflasi yang tinggi di bulan
Januari ditindaklanjuti oleh TPID dengan berupaya melakukan beberapa langkah stabilisasi
harga antara lain penerbitan harga patokan tertinggi melalui SK Gubernur untuk penjualan
eceran gas 3 kg agar harga jual tidak lebih tinggi dari harga yang ditentukan. Selain itu, Perum
BULOG juga melakukan percepatan distribusi raskin, yang diharapkan mengurangi permintaan
beras untuk mengimbangi menurunnya pasokan beras. Selain itu, melalui program kawasan
rumah tangga pangan lestari juga dilakukan penyebaran dan penanaman bibit cabe di masing-
masing rumah tangga untuk mengurangi permintaan cabe di pasar. TPID juga menyepakati
pembentukan roadmap dan program kerja yang akan dilakukan setiap tahunnya serta akan
dilakukan pembuatan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) untuk membantu
mengontrol harga pangan, mencegah adanya disparitas harga akibat dari adanya asimetri
informasi, serta dapat mencegah spekulan mempermainkan harga jual. Secara detil, kegiatan
tim TPID Provinsi NTB di triwulan I 2014 dapat disarikan dalam tabel di bawah.
Tabel Boks 2.1 Kesepakatan Aktivitas TPID Provinsi NTB di Triwulan I 2014
Sumber : hasil rapat TPID, Diolah
Setiap awal rapat, tim TPID mengevaluasi kesepakatan aksi yang akan dilakukan pada rapat
bulan sebelumnya, sehingga program yang dicanangkan dapat direalisasikan.
Bulan Aktivitas/ Kesepakatan
1. Press Release proyeksi inflasi bulan Januari 2014
2. Penerbitan HET gas LPG 3kg
3. Percepatan distribusi raskin
4. Pengendalian jumlah ternak keluar
5. Penyebaran dan penanaman bibit cabe di masing-masing rumah tangga
6. Pembuatan Road Map dan Program kerja TPID
7. Pembuatan PIHPS
1. Press Release proyeksi inflasi bulan Maret 2014
2. Akan dilakukan pertemuan dengan pemain besar
3. Sudah dilakukan rekayasa tanam cabe di Sumbawa
4. Terdapat program tanaman pangan lestari
5. Update data komoditas masuk dan keluar NTB akan dilakukan mingguan
6. Terdapat permasalahan terkait waktu tunggu kapal yang lama
7. Sudah disusun program kerja TPID Provinsi NTB
1. Pembuatan SOP Rapat TPID bulanan
2. Kesepakatan Penilaian kinerja dan program kerja
3. Diusulkan diadakan festival tomat untuk mengatasi penurunan harga
4. Penyaluran raskin sudah dilakukan 5 kali hingga bulan Maret 2014
5. Dilakukan program kampung ternak pada 2.000 KK
6. Juga dilakukan program gemar makan ikan
JAN
UA
RI
FE
BR
UA
RI
MA
RE
T
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Boks 2 : Langkah TPID dalam Menjaga Kesinambungan Pasokan Menjelang Hari Raya Idul Fitri 35
Jenis Barang dan Jasa Jun Jenis Barang dan Jasa Jul Jenis Barang dan Jasa Aug Jenis Barang dan Jasa Jun Jenis Barang dan Jasa Jul Jenis Barang dan Jasa Aug Jenis Barang dan Jasa Jun Jenis Barang dan Jasa Jul Jenis Barang dan Jasa Aug
BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA0.59 BERAS 0.34 BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA1.30 TUKANG BUKAN MANDOR 0.09 DAGING AYAM RAS 0.12 SANDANG 0.22 BENSIN 0.35 CABE RAWIT 0.95 BAWANG MERAH 0.29
BERAS 0.25 TONGKOL PINDANG 0.16 BERAS 0.32 CABE RAWIT 0.08 TUKANG BUKAN MANDOR 0.10 TEMPE 0.11 CABE RAWIT 0.31 BENSIN 0.80 TOMAT SAYUR 0.26
TOMAT SAYUR 0.20 NASI 0.15 SANDANG 0.15 TONGKOL PINDANG 0.08 TELUR AYAM RAS 0.08 DAGING SAPI 0.10 TOMAT SAYUR 0.10 BAWANG MERAH 0.44 TONGKOL PINDANG 0.18
DAGING AYAM RAS 0.15 TELUR AYAM RAS 0.08 EMAS PERHIASAN 0.14 BAWANG PUTIH 0.08 BERAS 0.07 KANGKUNG 0.09 TONGKOL PINDANG 0.08 TOMAT SAYUR 0.36 CUMI-CUMI 0.11
ROKOK KRETEK FILTER 0.12 AKADEMI/PERGURUAN TINGGI0.08 SEWA RUMAH 0.11 BATU BATA/BATU TELA 0.07 DAGING SAPI 0.07 EMAS PERHIASAN 0.07 KANGKUNG 0.07 DAGING AYAM RAS 0.17 DAGING SAPI 0.10
TONGKOL PINDANG 0.10 KANGKUNG 0.06 JERUK 0.09 CABE MERAH 0.04 KANGKUNG 0.05 BAJU MUSLIM 0.06 DAGING AYAM RAS 0.06 DAGING SAPI 0.15 TARIP LISTRIK 0.08
BAWANG MERAH 0.07 SLTA 0.06 TUKANG BUKAN MANDOR 0.08 TARIP PARKIR 0.04 TEMPE 0.05 TUKANG BUKAN MANDOR 0.04 BARONANG 0.05 ANGKUTAN DALAM KOTA 0.11 BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA0.08
SEWA RUMAH 0.04 ROKOK KRETEK FILTER 0.05 ANGKUTAN DALAM KOTA 0.05 BERAS 0.03 APEL 0.05 MUKENA 0.04 ANGKUTAN DALAM KOTA 0.05 BERAS 0.11 BERAS 0.07
MIE 0.04 TERI 0.04 BANDENG 0.04 TELUR AYAM RAS 0.03 JERUK 0.04 CUMI-CUMI 0.04 DAUN KELOR 0.05 JERUK 0.09 SATE 0.07
NASI 0.04 APEL 0.04 ANGKUTAN UDARA 0.04 GULA PASIR 0.03 BANDENG 0.04 BATU BATA/BATU TELA 0.04 BATU BATA/BATU TELA 0.04 KANGKUNG 0.08 TONGKOL 0.07
TOTAL 1.61 TOTAL 1.06 TOTAL 2.33 TOTAL 0.58 TOTAL 0.66 TOTAL 0.81 TOTAL 1.15 TOTAL 3.26 TOTAL 1.30
201320122011
1.02 4.40 1.191.33 0.69 2.27 0.65 0.71 0.74
Langkah TPID dalam Menjaga Kesinambungan Pasokan Menjelang
Hari Raya Idul Fitri
Menjelang dan sepanjang Idul Fitri, di Provinsi NTB dalam lima tahun terakhir selalu
terjadi inflasi yang tinggi, bahkan lebih tinggi dibanding inflasi nasional. Setelah dipetakan,
inflasi tinggi biasa terjadi pada bulan Juni-Agustus seiring dengan adanya kenaikan permintaan
pada saat menjelang bulan puasa hingga perayaan Hari Raya Idul Fitri. Berdasarkan data 10
komoditas utama penyumbang inflasi terbesar pada bulan tersebut dalam 3 tahun terakhir
menunjukkan bahwa sumbangan inflasi hanya dari 10 komoditas utama penyumbang inflasi
lebih tinggi dari realisasi inflasi yang terjadi di bulan tersebut.
Tabel Boks 2.1. Komoditas Penyumbang Inflasi Utama Hari Raya Idul Fitri 3 2011-2013
Sumber : BPS, Diolah
Untuk memfokuskan langkah tim TPID dalam melakukan kegiatan pengendalian, dari
hasil pemetaan didapatkan 23 komoditas yang sering menyebabkan inflasi dalam 9 bulan
pengamatan antara lain komoditas beras yang menyumbang inflasi tertinggi hingga 7 kali
dalam 9 observasi, diikuti oleh komoditas tongkol pindang dan kangkung yang menyumbang
inflasi tertinggi hingga 5 kali dari 9 observasi. Komoditas tukang bukan mandor, tomat sayur,
daging ayam ras dan daging sapi menyumbang inflasi tertinggi 4 kali, dan komoditas telur
ayam ras, gas, angkutan dalam kota, jeruk, bawang merah, batu bata dan cabe rawit
menyumbang inflasi tertinggi hingga 3 kali, sedangkan 9 komoditas lainnya menyumbang
inflasi tertinggi sebanyak 2 kali.
Berdasarkan hasil pemetaan komoditas tersebut, maka dikaji beberapa langkah aksi
yang sekiranya dapat dilakukan dalam jangka menengah dan jangka pendek, agar pengaruh
inflasi dapat diminimalisir dalam waktu yang tersisa. Oleh karena itu, dipetakan beberapa
langkah aksi terkait langkah fundamental dan teknikal yang bisa diambil di tiap bulannya.
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Boks 2 : Langkah TPID dalam Menjaga Kesinambungan Pasokan Menjelang Hari Raya Idul Fitri 36
Grafik Boks 2.1. Komoditas Penyumbang Inflasi Utama Hari Raya Idul Fitri 3 2011-2013
Sumber : BPS, Diolah
Pada bulan April, akan dilaksanakan kegiatan pemetaan produk yang masih dapat
ditingkatkan produksinya untuk menjaga pasokan barang berdasarkan usia tanam komoditas.
Langkah ini masih akan dilanjutkan hingga bulan Juni 2014. Pada bulan Juni, juga mulai
ditingkatkan impor komoditas telur maupun monitoring sapi keluar Provinsi NTB. Pada bulan
Juli, aktivitas TPID akan fokus mengatasi permasalahan jangka pendek dengan melakukan
operasi pasar, monitoring pasokan pangan, maupun kunjungan kepada pemain besar untuk
memastikan ketersediaan pasokan di tangan pemain besar. Hal ini terus dilakukan hingga bulan
Agustus sekaligus sebagai persiapan menjelang Hari Raya Idul Adha.
Grafik Boks 2.2 Neraca Produksi lima Komoditas Utama
Sumber : Dinas Pertanian, Dinas Peternakan, Badan Ketahanan Pangan, Diolah
-2.00
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
jan feb mar apr may jun jul aug sep oct nov dec
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
5
5
7
0 2 4 6 8
TEMPE
SEWA RUMAH
CUMI-CUMI
BANDENG
EMAS PERHIASAN
APEL
NASI
BENSIN
ROKOK KRETEK FILTER
CABE RAWIT
BATU BATA/BATU TELA
BAWANG MERAH
JERUK
ANGKUTAN DALAM KOTA
BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA
TELUR AYAM RAS
DAGING SAPI
DAGING AYAM RAS
TOMAT SAYUR
TUKANG BUKAN MANDOR
KANGKUNG
TONGKOL PINDANG
BERAS
Produksi :
• Ayam ras
• Kangkung
• Bayam
• Pembatasan sapi keluar
• Impor telur
• Tingkatkan ikan tangkapan
Fokus Fundamental
Produksi :
• Cabe merah,
• Cabe rawit
• Tomat Sayur
• Wortel
• Bawang merah
• Semangka
• Terong
Fokus Fundamental Mixed Strategy
Produksi :
• Lele,
• Kacang panjang
• Kubis
• Ketimun
• Sawi Hijau
• Tingkatkan ikan tangkapan
Technical trategy
Aksi :
• Operasi pasar
• Kunjungan pemain besar
• Monitoring pasokan pangan
• Monitoring sapi keluar
Mixed Strategy
Aksi :
• Jaga pasokan pangan
• Persiapan Idul Adha
• Monitoring sapi keluar
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 37
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Perkembangan perbankan di Nusa Tenggara Barat sepanjang triwulan I-2014 terus
menunjukkan perkembangan walapun menunjukkan perlambatan dibandingkan
pertumbuhan triwulan sebelumnya. Kondisi tersebut tercermin dari peningkatan kinerja
indikator utama perbankan meliputi total aset bank umum, kredit lokasi, kredit lokasi bank dan
simpanan dana masyarakat/DPK yang mampu tumbuh walapun cenderung melambat
dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Fungsi intermediasi perbankan berjalan baik
dan didukung dengan kinerja kredit yang baik dengan Non Performing Loan (NPL) yang masih
sesuai dengan ketentuan.
3.1. PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM
Perkembangan kinerja bank umum menunjukkan perkembangan positif walapun
menunjukkan perlambatan. Kinerja Bank Umum di Nusa Tenggara Barat tercermin dari
pertumbuhan total aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan kredit (kredit lokasi proyek1 dan kredit
lokasi bank2) dengan pertumbuhan tahunan masing-masing sebesar 23,48% (yoy), 12,57%
(yoy), 26,27% (yoy) dan 18,22% (yoy). Kinerja bank umum yang terus tumbuh mendorong
peningkatan Loan to Deposti Ratio (LDR) lokasi proyek sebesar 163,94% dan LDR lokasi bank
sebesar 135,07. Tingginya nilai masing-masing LDR (rasio kredit terhadap dana yang dihimpun)
menandakan masih belum optimalnya pengumpulan dana di wilayah Provinsi NTB.
Tabel 3.1
Perkembangan Indikator Bank Umum di Nusa Tenggara Barat
Sumber : Bank Indonesia, diolah
1 Kredit lokasi proyek adalah kredit yang bersumber dari seluruh perbankan di Indonesia untuk pelaksanaan proyek di wilayah Nusa
Tenggara Barat. 2 Kredit lokasi bank adalah kredit yang bersumber dari perbankan yang berkantor pusat atau memiliki kantor cabang di wilayah Nusa Tenggara Barat.
2014
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
Aset (Rp Juta) 16,782,552 17,766,444 18,541,061 19,793,294 19,912,268 20,948,188 21,911,051 22,741,283 24,587,229
Pertumbuhan tahunan (yoy) 23.45% 22.97% 21.45% 22.49% 18.65% 17.91% 18.18% 14.89% 23.48%
Pertumbuhan triwulanan (qtq) 3.85% 5.86% 4.36% 6.75% 0.60% 5.20% 4.60% 3.79% 8.12%
DPK (Rp Juta) 10,719,077 11,586,317 12,050,858 12,350,207 12,441,913 13,036,742 13,931,277 14,142,630 14,006,341
Pertumbuhan tahunan (yoy) 27.68% 27.52% 24.11% 16.94% 16.07% 12.52% 15.60% 14.51% 12.57%
Pertumbuhan triwulanan (qtq) 1.49% 8.09% 4.01% 2.48% 0.74% 4.78% 6.86% 1.52% -0.96%
Kredit Lokasi Proyek (Rp Juta) 13,757,226 14,900,280 15,577,775 17,144,491 18,184,758 19,491,390 20,843,079 22,670,008 22,962,673
Pertumbuhan tahunan (yoy) 24.92% 25.93% 23.92% 29.25% 32.18% 30.81% 33.80% 32.23% 26.27%
Pertumbuhan triwulanan (qtq) 3.71% 8.31% 4.55% 10.06% 6.07% 7.19% 6.93% 8.77% 1.29%
Kredit Lokasi Bank (Rp Juta) 12,678,967 13,773,643 14,457,403 15,321,834 16,002,514 17,034,196 17,734,632 18,377,482 18,917,705
Pertumbuhan tahunan (yoy) 24.65% 26.12% 25.34% 26.43% 26.21% 23.67% 22.67% 19.94% 18.22%
Pertumbuhan triwulanan (qtq) 4.62% 8.63% 4.96% 5.98% 4.44% 6.45% 4.11% 3.62% 2.94%
LDR Lokasi Proyek 128.34% 128.60% 129.27% 138.82% 146.87% 150.18% 150.31% 160.30% 163.94%
LDR Lokasi Bank 118.28% 118.88% 119.97% 124.06% 129.24% 131.25% 127.89% 129.94% 135.07%
2012 2013Indikator Bank Umum
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 38
Rasio LDR yang sangat tinggi dijaga dengan kualitas kredit yang baik. Hal ini tercermin
dari Non Performing Loan (NPL) atau rasio kredit bermasalah yakni NPL lokasi proyek sebesar
1,38% dan NPL lokasi bank sebesar 1,63%. Nilai ini masih berada di bawah ketentuan yang
ditetapkan yakni sebesar 5%.
Grafik 3.1 Perkembngan LDR dan NPL
Grafik 3.2 Perkembangan LDR per Kelompok Bank
0.00%
0.20%
0.40%
0.60%
0.80%
1.00%
1.20%
1.40%
1.60%
1.80%
2.00%
-20.00%
30.00%
80.00%
130.00%
180.00%
230.00%
280.00%
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2012 2013 2014
LDR Lokasi Proyek LDR Lokasi Bank
NPL Lokasi Proyek NPL Lokasi Bank0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
140%
160%
180%
200%
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2012 2013 2014Bank Pemerintah Bank Swasta
Bank Asing dan Campuran LDR Lokasi Proyek Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah
Peningkatan LDR pada triwulan I-2014 terjadi pada semua kelompok bank umum
terutama dipicu oleh pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dari pada pertumbuhan
dana. Kredit lokasi proyek mampu tumbuh secara tahunan dan triwulanan yakni sebesar
26,27% (yoy) dan 1,29% yoy, kredit lokasi bank juga mampu tumbuh secara tahunan masing-
masing sebesar 18,22%(yoy) dan 2,94% (qtq). Di sisi lain, dana pihak ketiga hanya mampu
tumbuh secara sebesar 12,57% (yoy) dan 0,96% (qtq).
Grafik 3.3 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (yoy)
Grafik 3.4 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2012 2013 2014
%,yoyRp Milyar
Aset DPKKredit Lokasi Proyek Kredit Lokasi BankG Aset (yoy)- kanan G DPK (yoy)- kananG Kredit Lok. Proyek (yoy)- kanan G Kredit Lok. Bank (yoy)- kanan
-2.00%
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
12.00%
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2012 2013 2014
G Aset (qtq) G DPK (qtq)G Kredit Lok. Proyek (qtq) G Kredit Lok. Bank (qtq)
Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah
3.1.1. ASET
Kinerja aset tumbuh sangat tinggi. Pada triwulan I-2014, total aset bank umum
menunjukkan pertumbuhan sebesar 23,48% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
pertumbuhan pada triwulan IV-2013 yang tercatat sebesar 14,89% (yoy). Pertumbuhan total
aset juga mengalami peningkatan secara triwulanan yakni dari 3,79% (qtq) pada triwulan IV-
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 39
2013, menjadi 8,12% (qtq) pada triwulan laporan. Secara nominal, total aset bank umum di
wilayah NTB pada triwulan I-2014 sebesar Rp24,59 triliun. Nilai tersebut jauh meningkat
dibandingkan aset sebelumnya yang sebesar Rp22,74 triliun pada trwiulan IV-2013 dan sebesar
Rp19,91 triliun pada triwulan I-2013. Peningkatan pertumbuhan aset bank umum terutama
berasal dari Bank Pemerintah Daerah melalui penambahan penyertaan modal dan
meningkatnya dana giro untuk APBD 2014.
Grafik 3.5 Perkembangan Total Aset Bank Umum
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2012 2013 2014
Rp Milyar
Aset G Aset (yoy)- kanan G Aset (qtq)- kanan
Sumber : Bank Indonesia, diolah
3.1.2. Dana Pihak Ketiga
Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun bank umum di Nusa Tenggara Barat
pada triwulan I-2014 terus menunjukkan pertumbuhan positif walaupun tidak setinggi
penyaluran kredit. Jumlah DPK pada triwulan I-2014 tercatat sebesar Rp 14,01 triliun atau
tumbuh sebesar 12,57% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Secara
kuartalan, DPK mengalami kontraksi (penurunan) sebesar 0,96% (qtq). Nilai DPK triwulan I-
2013 sebesar Rp12,44 triliun dan triwulan IV-2013 sebesar Rp14,14 triliun.
Grafik 3.6 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (yoy)
Grafik 3.7 Perkembangan DPK Per Jenis Simpanan
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2012 2013 2014
Rp Milyar
DPK G DPK (yoy)- kanan G DPK (qtq)- kanan
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
10,000
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2012 2013 2014
Rp Milyar
giro tabungan deposito
Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah
Struktur DPK bank umum di Nusa Tenggara Barat masih didominasi oleh tabungan
dengan nominal mencapai Rp 7,85 triliun dari total DPK. Menyusul kemudian deposito dengan
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 40
nominal Rp 4,03 triliun, serta giro dengan nominal Rp 2,13 triliun. Berdasarkan pertumbuhan
tahunan, deposito mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 19,88% (yoy), disusul oleh
tabungan sebesar 14,21% (yoy), sedangkan giro mengalami kontraksi sebesar 3,63% (yoy).
Berdasarkan pertumbuhan kuartalan, giro mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 40,69%
(qtq), disusul oleh deposito sebesar 13,66% (yoy), sedangkan tabungan mengalami kontraksi
yang cukup besar yakni 13,61% (yoy). Pertumbuhan kuartalan giro yang tinggi berasal dari
dana APBD tahun berjalan dan secara siklus akan meningkat pada triwulan I (dana APBD) dan
triwulan III (revisi APBD).
Grafik 3.8 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (yoy)
Grafik 3.9 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (qtq)
-20.00%
-10.00%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2012 2013 2014
G DPK (yoy) G giro (yoy) G tabungan (yoy) G deposito (yoy)
-40.00%
-30.00%
-20.00%
-10.00%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2012 2013 2014
G DPK (qtq) G giro (qtq)G tabungan (qtq) G deposito (qtq)
Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah
3.1.3. KREDIT
Penyaluran kredit bank umum berdasarkan lokasi proyek di Nusa Tenggara Barat pada
triwulan I-2014 masih menunjukkan pertumbuhan. Pada periode laporan, kredit lokasi
proyek tumbuh sebesar 26,27% (yoy) dan 1,29% (qtq) hingga mencapai Rp22,96 triliun.
Dibandingkan periode sebelumnya, pertumbuhan kredit lokasi proyek pada periode laporan
mengalami perlambatan baik secara tahunan dan triwulan. Periode triwulan IV-2013, kredit
mampu tumbuh sebesar 32,23% (yoy) dan 8,77% (qtq) hingga mencapai Rp22,67triliun. Tren
perlambatan kredit yang berlanjut pada triwulan ini diperkirakan merupakan dampak
peningkatan suku bunga kredit dan perubahan kebijakan Loan To Value (LV) yang berdampak
pada perlambatan kredit sektor konstruksi.
Masih tingginya pertumbuhan kredit didukung oleh terjaganya risiko kredit yang
tercermin dari besar Non Performance Loan (NPL) sebesar 1,38% pada triwulan I-2014 atau
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,17%. Risiko tersebut masih berada di
bawah ambang batas maksimum kredit bermasalah yang ditetapkan yakni sebesar 5%. Hal
tersebut mencerminkan masih baiknya kualitas penyaluran kredit di Nusa Tenggara Barat
karena bank menerapkan prinsip kehati-hatian.
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 41
Grafik 3.10 Pertumbuhan Kredit (yoy)
Grafik 3.11 Pertumbuhan Kredit (qtq)
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2012 2013 2014
%,yoyRp Milyar
Kredit Lokasi Proyek Kredit Lokasi Bank
G Kredit Lok. Proyek (yoy)- kanan G Kredit Lok. Bank (yoy)- kanan
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2012 2013 2014
%,qtqRp Milyar
Kredit Lokasi Proyek Kredit Lokasi Bank
G Kredit Lok. Proyek (qtq)- kanan G Kredit Lok. Bank (qtq)- kanan
Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah
Sebagaimana periode sebelumnya, pada triwulan I-2014, porsi kredit yang disalurkan
bank umum di Nusa Tenggara Barat masih didominasi oleh kredit konsumsi yaitu
mencapai Rp11,40 triliun. Porsi selanjutnya adalah kredit produktif yaitu kredit modal kerja dan
kredit investasi yakni masing-masing sebesar Rp8,50 triliun dan Rp3,07 triliun. Berdasarkan
pertumbuhan tahunan, kredit modal kerja mengalami pertumbuhan tertinggi yakni sebesar
38,16% (yoy), disusul kredit investasi dan kredit konsumsi yang masing-masing tumbuh sebesar
35,36% (yoy) dan 16,68% (yoy). Pertumbuhan tahunan tersebut mengalami perlambatan jika
dibandingkan periode triwulan IV-2013 yang mampu tumbuh lebih besar yakni modal kerja,
investasi dan konsumsi masing-masing sebesar 51,72% (yoy), 50,66% (yoy) dan 16,70% (yoy).
Berdasarkan pertumbuhan triwulanan, hanya kredit konsumsi yang mengalami pertumbuhan
yakni sebesar 3,01% (qtq). Sementara itu, kredit modal kerja dan kredit investasi masing-
masing mengalami kontraksi sebesar 0,31% (qtq) dan 0,47% (qtq).
Grafik 3.12 Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis
Penggunaan
Grafik 3.13 Proporsi Penyaluran Kredit per Kabupaten /Kota
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2012 2013 2014
Rp Milyar
Modal Kerja Investasi Konsumsi
2.24
2.15
2.52
4.661.15
0.990.80
0.17
7.17
1.11
Kab. Lombok Barat Kab. Lombok Tengah Kab. Lombok Timur
Kab. Sumbawa Kab. Bima Kab. Dompu
Kab. Sumbawa Barat Kab. Lombok Utara Kota Mataram
Kota. Bima
Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah
Berdasarkan wilayah lokasi proyek, penyaluran kredit terbesar adalah di Kota
Mataram dengan nominal sebesar Rp 7,17 triliun. Proporsi terbesar selanjutnya adalah di
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 42
wilayah Kabupaten Sumbawa (Rp4,66 triliun), Kabupaten Lombok Timur (Rp2,52 triliun) dan
Kabupaten Lombok Barat (Rp2,24 triliun).
Grafik 3.14 Pertumbuhan Kredit PerJenis Penggunaan
(Tahunan)
Grafik 3.15 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan
(Triwulanan)
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
120.00%
140.00%
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2012 2013 2014
G Kredit Lokasi Proyek G Kredit Modal Kerja (yoy)
G Kredit Investasi (yoy) G Kredit Konsumsi (yoy)
-5.00%
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2012 2013 2014
G Kredit Lokasi Proyek G Kredit Modal Kerja (qtq)
G Kredit Investasi (qtq) G Kredit Konsumsi (qtq)
Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah
Pertumbuhan dan porsi kredit sektor utama Provinsi NTB belum mengikuti porsi sesuai
sumbangan sektor Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). Sektor utama Provinsi
NTB yakni sektor pertanian hanya mendapatkan kredit sebesar Rp332 milyar. Selanjutnya,
sektor PHR mendapatkan kredit sebesar Rp6,50 triliun dan menjadi sektor dengan porsi kredit
produktif terbesar. Sektor pertambangan dan jasa-jasa mendapatkan kredit masing-masing
sebesar Rp2,72 triliun dan Rp357 milyar.
Grafik 3.16
Proporsi Kredit Sektoral (Rp Triliun) Grafik 3.17
Perkembangan Kredit Sektoral
0.33
2.72
0.22
0.05
0.71
6.49
0.200.48 0.36
Pertanian PertambanganIndustri Pengolahan Listrik, gas dan airBangunan PHRTransportasi dan Komunikasi Keuangan dan Jasa PerusahaanJasa-jasa
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2011 2012 2013 2014
Rp Milyar
Pertanian Pertambangan PHR Jasa-jasa
Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah
3.1.4. KREDIT USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM)
Peran perbankan dalam mendorong perkembangan UMKM di Nusa Tenggara Barat
terus menunjukkan peningkatkan. Hal tersebut tercermin dari nilai kredit UMKM yang terus
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 43
menunjukkan peningkatan. Pada triwulan I-2014, besar kredit yang disalurkan untuk UMKM di
wilayah NTB mencapai Rp6,75 triliun. Nilai tersebut meningkat dari triwulan sebelumnya yang
sebesar Rp6,60 triliun.
Pertumbuhan kredit UMKM mengalami perlambatan sejak triwulan III-2012 dan sejak
triwulan II-2013 tren pertumbuhan UMKM berada di bawah tren pertumbuhan total kredit. Hal
ini menandakan bahwa akses UMKM kepada perbankan cenderung mengalami penurunan
yang bisa disebabkan oleh rendahnya pertumbuhan UMKM yang memenuhi kriteria
pembiayaan oleh bank.
Grafik 3.18 Perkembangan Kredit UMKM
Grafik 3.19 Perkembangan NPL UMKM
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2012 2013 2014
Rp Milyar
Nilai Kredit UMKM G Kredit Lokasi Proyek G Kredit UMKM (yoy)
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
0.00%
0.50%
1.00%
1.50%
2.00%
2.50%
3.00%
3.50%
4.00%
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2012 2013 2014
Rp Milyar
Nilai Kredit UMKM NPL Kredit UMKM
Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah
Berdasarkan angka pertumbuhan, triwulan I-2014 kredit UMKM mampu tumbuh sebesar
18,23% (yoy) dan 2,29% (qtq). Pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya yang sebesar 23,69% (yoy) dan 3,15% (qtq.
3.1.5. KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)
Sampai dengan triwulan IV-2013, kinerja penyaluran KUR di Nusa Tenggara Barat
masih konsisten menunjukkan perkembangan yang positif. Kredit Usaha Rakyat (KUR)
merupakan kredit/pembiayaan kepada kelompok Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
dalam bentuk pemberian kredit modal kerja dan kredit investasi yang didukung dengan fasilitas
penjaminan untuk usaha produktif. Plafon KUR yang disiapkan oleh bank umum pelaksana KUR
di Nusa Tenggara Barat hingga periode laporan mencapai Rp1,69 triliun dengan jumlah debitur
mencapai 79.316 debitur. Plafon KUR yang disalurkan tersebut tumbuh 44,71% (yoy) dan
7,06% (qtq), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh mencapai 44,84%
(yoy) dan 11,76% (qtq. Jumlah outstanding kredit atau baki debet KUR bank pelaksana di NTB
pada periode laporan adalah sebesar Rp 796 miliar, tumbuh sebesar 48,29% (yoy) dan 10,53%
(qtq), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 24,39% (yoy) dan
2,03% (qtq).
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 44
Grafik 3.20 Perkembangan Penyaluran KUR di NTB
Grafik 3.21 Pertumbuhan KUR di NTB
Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah
KUR merupakan program dari pemerintah untuk membantu usaha mikro/kecil produktif yang
mengalami kesulitan akses permodalan ke perbankan karena keterbatasan penyediaan agunan
atau UMKM yang feasible/layak namun belum bankable (belum memiliki akses ke perbankan).
Sumber dana penyaluran KUR adalah 100% (seratus persen) dari bank pelaksana yang
dihimpun dari dana masyarakat berupa tabungan, deposito dan giro. Sementara itu, plafon
KUR Mikro yang saat ini dapat disalurkan oleh seluruh bank penyalur KUR nilainya sampai
dengan Rp20 juta dan KUR Ritel dengan plafon di atas Rp20 juta sampai dengan Rp500 juta.
Meskipun sudah ada sejak tahun 2009, program penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) masih
memiliki kendala dalam pelaksanaannya, antara lain dari faktor calon debitur yaitu: usaha
belum feasible, masih memiliki tunggakan kredit program, adanya persepsi dari masyarakat
bahwa KUR adalah bantuan (hibah) sehingga calon debitur berani menunggak, sebagian besar
calon debitur belum memiliki aspek legalitas usaha. Di sisi lain, bank sebagai penyelenggara
KUR harus tetap menjalankan prinsip prudensial (kehati-hatian) dalam memberikan kredit.
Kendala dari faktor internal bank adalah keterbatasan jaringan kantor cabang bank dan sulitnya
proses pencairan agunan dari pihak penjamin kredit.
3.2. STABILITAS SISTEM PERBANKAN
Stabilitas sistem perbankan yang tercermin dari berbagai risiko yang dihadapi dalam
pelaksanaan transaksi selama triwulan I-2014 relatif stabil. Dari sisi fungsi intermediasi,
bank umum menjalankan fungsinya dengan sangat maksimal yang tercermin dari Loan to
Deposit Ratio (LDR), dimana LDR lokasi proyek sebesar 163,94% dan LDR lokasi bank sebesar
135,07%. Nilai ini melebihi batas atas LDR yang ditetapkan Bank Indonesia untuk bank umum
yakni sebesar 92%. Semakin tinggi LDR, maka risiko likuiditas perbankan semakin tinggi.
Namun demikian, risiko likuiditas perbankan di NTB masih bisa diatasi menggunakan
pendanaan antar kantor dari luar daerah. Tingginya LDR di NTB lebih menekankan pada masih
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 45
rendahnya minat masyarakat untuk menyimpan uang di bank dan juga terbatasnya
kemampuan bank untuk menghimpun dana masyarakat.
Tingginya penyaluran kredit masih terjaga dengan rasio NPL lokasi proyek sebesar
1,38% dan NPL lokasi bank sebesar 1,63%. Nilai tersebut masih berada di bawah batas
maksimum NPL perbankan yakni sebesar 5%. Hal ini mengindikasikan bahwa tingginya
penyaluran kredit di wilayah NTB masih tetap memperhatikan prinsip prudensial/kehati-hatian.
Namun demikian, beberapa risiko lain yang tetap harus diwaspadai perbankan adalah risiko
operasional yang terkait dengan mekanisme proses internal, kesalahan manusia, kegagalan
sistem dan atau kejadian kejadian yang mempengaruhi operasional bank. Untuk itu,perlu
adanya optimalisasi fungsi pengawasan atas kegiatan operasional perbankan baik oleh internal
bank melalui fungsi Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) maupun oleh pihak eksternal sebagai
regulator dan masyarakat sebagai pengguna jasa perbankan.
3.2.1. RISIKO KREDIT
Tabel 3.2
Perkembangan NPL per-Kelompok Bank
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Risiko kredit perbankan di Nusa Tenggara Barat secara umum menunjukkan adanya
peningkatan di triwulan I 2014. NPL bank umum berdasarkan lokasi proyek menunjukkan
sedikit peningkatan dari 1,17% pada triwulan IV-2013 menjadi 1,38% pada triwulan I-2014.
Demikian hal nya dengan NPL lokasi bank mengalami peningkatan dari triwulan IV-2013
sebesar 1,40% menjadi 1,63% pada triwulan I-2014.
Grafik 3.22 NPL Per Kelompok Bank
Grafik 3.23 NPL Per Jenis Penggunaan
0.00%
0.50%
1.00%
1.50%
2.00%
2.50%
3.00%
3.50%
4.00%
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2012 2013 2014
NPL Lokasi Proyek Konsumsi
Bank Swasta Bank Pemerintah0.00%
0.50%
1.00%
1.50%
2.00%
2.50%
3.00%
3.50%
4.00%
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2012 2013 2014
NPL Lokasi Proyek Konsumsi
Investasi Modal Kerja
Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 46
Berdasarkan kelompok bank, NPL lokasi proyek tertinggi adalah bank pemerintah dengan NPL
sebesar 1,45%. NPL bank swasta di Nusa Tenggara Barat memiliki NPL lebih rendah yaitu
sebesar 1,35%. Sedangkan bank asing memiliki NPL 0,03%. Berdasarkan jenis penggunaannya,
NPL lokasi proyek tertinggi terjadi pada kredit modal kerja sebesar 1,93%, disusul oleh kredit
investasi sebesar 1,09%. Sementara kredit konsumsi mencatat NPL terkecil yaitu sebesar
1,05%.
Berdasarkan sektor ekonomi, NPL lokasi proyek terbesar adalah sektor pertanian yakni sebesar
3,31% dan sektor dengan NPL terkecil adalah sektor pertambangan. Sektor utama NTB lainnya
yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor jasa-jasa memiliki risiko kredit dengan
NPL masing-masing sebesar 2,17% dan 2,73%.
Grafik 3.24
NPL Sektor Ekonomi Utama
-2.00%
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
12.00%
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2012 2013 2014
NPL Lokasi Proyek Perdagangan, hotel dan restoranPertambangan PertanianJasa-jasa
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Secara umum NPL kredit dari sektor utama menunjukkan tren penurunan walapun pada
triwulan I-2014 masing-masing sektor menunjukkan sedikit peningkatan. NPL sektor pertanian juga
bergerak mendekati sektor lainnya sehingga hal ini diharapkan bisa memberikan keyakinan kepada
perbankan khususnya bank umum untuk terus memberikan peluang penyaluran kredit kepada
sektor pertanian sebagai sektor utama Provinsi Nusa Tenggara Barat.
3.3. PERBANKAN SYARIAH
Terus tumbuh dan berkembangnya kegiatan usaha perbankan syariah di Provinsi Nusa Tenggara
Barat didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang terus menunjukkan perkembangan positif,
serta masih terbukanya potensi pengembangan pangsa perbankan syariah di NTB. Selain itu,
peningkatan kinerja perbankan syariah di NTB juga menjadi indikasi meningkatnya kepercayaan
masyarakat terhadap perbankan syariah.
Secara tahunan, indikator kinerja utama bank umum Syariah di Nusa Tenggara Barat
yang terdiri atas aset, DPK dan pembiayaan pada triwulan I-2014 mencatat
pertumbuhan. Aset perbankan syariah tumbuh tinggi sebesar 61,84% (yoy) dan 28,69%
(qtq), jauh melebihi pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 28,79% (yoy) dan7,61%
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 47
(qtq). Secara nominal, aset perbankan syariah triwulan I-2014 sebesar Rp2,51 triliun meningkat
dari triwulan IV-2013 yang sebesar Rp 1,95 triliun. Sementara itu, dana masyarakat yang
disimpan pada bank umum Syariah di NTB tumbuh 16,89% (yoy lebih rendah dari triwulan
sebelumnya yang tumbuh sebesar 18,32% (yoy). secara triwulanan, DPK mengalami kontraksi
4,5% (qtq) menjadi Rp834 milyar dari triwulan sebelumnya yang sebesar Rp873 milyar.
Grafik 3.25 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah
(yoy)
Grafik 3.26 Perkembangan IndikatorPerbankan Syariah
(qtq)
-
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
3,000,000
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2012 2013 2014
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
Rp
Ju
ta
%, y
oy
Aset DPK Pembiayaan Lokasi ProyekG Aset (yoy) G Dana (yoy) G Pembiayaan (yoy)
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2012 2013 2014
-10.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
%, q
tq
G Aset (qtq) G Dana (qtq) G Pembiayaan (qtq)
Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah
Berdasarkan komposisinya, peningkatan dana perbankan syariah didorong oleh
tingginya pertumbuhan simpanan dalam bentuk deposito dan tabungan yang mampu
tumbuh masing masing sebesar 34,89% dan 12,65% (yoy). Simpanan giro terus mengalami
perlambatan selama setahun terakhir bahkan pada triwulan I-2014 mengalami kontraksi
sebesar 10,84% (yoy) mengalami perbaikan dibandingkan triwulan IV-2013 yang mengalami
kontraksi sebesar 41,01% (yoy). Secara triwulanan, dana perbankan syariah yang mengalami
kontraksi berasal dari tabungan yang turun sebesar 9,55% (qtq). Sedangkan deposito dan giro
masih mampu tumbuh secara kuartalan masing-masing sebesar 9,64% (qtq) dan 3,85% (qtq).
Grafik 3.27 Proporsi DPK Perbankan Syariah di NTB
Grafik 3.28 Perkembangan DPK PerbankanSyariah di NTB
3.51%
68.88%
27.61%
giro tabungan deposito
-60.00
-40.00
-20.00
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2012 2013 2014
%, y
oy
Giro Tabungan Deposito
Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 48
Pembiayaan yang disalurkan oleh Bank umum Syariah berdasarkan lokasi proyek di Nusa
Tenggara Barat selama triwulan I-2014 tumbuh sebesar 25,00% (yoy) dan 2,53% (qtq).
Pertumbuhan tersebut mengalami perlambatan dibandingkan triwulan IV-2013 yang mampu
tumbuh sebesar 31,62% (yoy) dan 6,38% (qtq) dengan baki debet sebesar Rp 1,89 triliun.
Berdasarkan jenisnya, penyaluran pembiayaan konsumsi memperoleh porsi tertinggi dengan
prosentase sebesar 53,39% dari total pembiayaan. Sementara kredit produktif yaitu modal
kerja dan investasi memperoleh prosentase yang lebih kecil yaitu masing-masing sebesar
24,92% dan 21,49%.
Grafik 3.29 Proporsi Pembiayaan PerbankanSyariah di NTB
Grafik 3.30 Perkembangan Pembiayaan Syariah di NTB
24.92%
21.49%
53.59%
Modal Kerja Investasi Konsumsi
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
100.00
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2012 2013 2014
%, y
oy
Modal Kerja Investasi Konsumsi
Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah
Tingginya pembiayaan konsumsi bank umum Syariah di NTB menunjukkan bahwa masyarakat
telah mulai mempercayai perbankan syariah untuk memenuhi kebutuhan sehari harinya. Kinerja
penyaluran pembiayaan yang meningkat didukung dengan kualitas pembiayaan yang terjaga,
yang tercermin dari rasio Non Performing Financing (NPF) atau tingkat kredit bermasalah
sebesar 2,13%. Rasio tersebut mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya
yang sebesar 1,36% akan tetapi masih dalam batas aman.
Grafik 3.31
Financingto Deposits Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF)
Perbankan Syariah NTB
0.00
0.01
0.01
0.02
0.02
0.03
0.00%
50.00%
100.00%
150.00%
200.00%
250.00%
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2012 2013 2014
%%
FDR NPF - kanan
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 49
Fungsi intermediasi bank sebagai lembaga yang menghimpun dana masyarakat dan
menyalurkan kembali dalam bentuk kredit, atau yang biasa disebiut Financing to Deposit Ratio
(FDR), menunjukkan kinerja yang sangat tinggi yang tercermin dari FDR sebesar 226,60%, jauh
dari ambang maksimal yang dianjurkan yakni sebesar 92%.
3.4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Pada triwulan I-2014, perkembangan sistem pembayaran di Nusa Tenggara Barat terkait
kegiatan transaksi keuangan secara tunai mengalami net inflow, sedangkan perkembangan
transaksi secara non tunai didominasi oleh layanan transaksi RTGS.
3.4.1. Transaksi Keuangan Secara Tunai
Pada triwulan I-2014 perkembangan transaksi keuangan secara tunai di Nusa Tenggara
Barat berada pada tren net outflow. Kondisi tersebut tercermin dari penurunan jumlah
aliran uang keluar (cash outflow) yang lebih kecil dibandingkan aliran uang masuk (cash inflow),
atau dengan kata lain jumlah penarikan uang tunai lebih kecil dibandingkan jumlah setoran
uang tunai yang dilakukan oleh perbankan NTB melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Pada triwulan I-2014, jumlah aliran uang tunai yang masuk ke kas Bank Indonesia yang berasal
dari setoran perbankan di NTB masih berada pada tren peningkatan yang tercatat sebesar
Rp1,59 triliun atau tumbuh signifikan sebesar 12,07% (yoy), jauh lebih rendah dibanding
pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh hingga 31,35% (yoy) dengan nominal tercatat sebesar
Rp971,75 miliar.
Grafik 3.32
Perkembangan Inflow, Outflow dan Netflow (Rp, miliar)
(1,050)
(900)
(750)
(600)
(450)
(300)
(150)
0
150
300
450
600
750
900
1,050
0.00
200.00
400.00
600.00
800.00
1,000.00
1,200.00
1,400.00
1,600.00
1,800.00
Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2011 2012 2013 2014
Rp. Miliar
Inflow Outflow Netflow (kanan)
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 50
Di sisi lain, jumlah aliran uang tunai yang keluar (cash outflow) yang berasal dari kas Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat tercatat mencapai Rp718,97 miliar
yang tumbuh negatif sebesar 21,84% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan lalu
yang tercatat tumbuh positif sebesar 23,48% (yoy) dengan nominal sebesar Rp1,43 triliun.
Jumlah aliran uang keluar yang lebih besar dibanding aliran jumlah uang masuk menyebabkan
terjadinya net outflow dengan jumlah mencapai Rp872,46 miliar.
3.4.2. Perkembangan Penukaran Uang Pecahan Kecil
Secara umum, kegiatan penukaran uang pecahan kecil di NTB menunjukkan
peningkatan. Selama triwulan IV-2013, penukaran uang pecahan kecil melalui kegiatan kas
keliling yang melingkupi seluruh wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan penukaran langsung
ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat mencapai Rp45,83 miliar
atau tumbuh positif sebesar 4,21% (yoy), namun tumbuh lebih tinggi dibanding pertumbuhan
triwulan lalu yang juga tumbuh negatif sebesar 3,96% (yoy) yang tercatat sebesar Rp35,51
miliar.
Berdasarkan lokasi, penukaran uang pecahan kecil secara langsung melalui Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat mencapai Rp38,43 miliar atau tumbuh sebesar
6,90% (yoy), meningkat dibanding triwulan lalu yang tumbuh negatif sebesar 6,24% (yoy).
Sementara itu, penukaran uang pecahan kecil melalui kegiatan kas keliling mengalami
penurunan atau tumbuh negatif juga sebesar 7,86% (yoy) atau sebanyak Rp7,40 miliar, lebih
rendah dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh positif sebesar 16,14% (yoy).
Grafik 3.33
Perkembangan Penukaran Uang Kecil (Rp,
miliar)
Grafik 3.34
Komposisi Penukaran Uang Kertas Keluar
Berdasarkan Jenis Pecahan
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2012 2013 2014
Penukaran di BI Kas keliling - kanan
Rp20.000; 7%
Rp10.000; 14%
Rp5.000; 23%
Rp2.000; 38%
Rp1.000; 18%
Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah
Berdasarkan komposisinya, penukaran uang kertas pecahan kecil (s.d Rp20.000) sepanjang
triwulan I-2014 jumlahnya mencapai Rp35,578 miliar. Penukaran uang kertas masih didominasi
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 51
jenis Rp2.000,00 dengan jumlah mencapai 2,91 juta lembar, disusul pecahan Rp5.000,00
sebanyak 1,61 juta lembar, pecahan Rp10.000,00 sebanyak 1,05 juta lembar, pecahan
Rp1.000,00 sebanyak 0,75 juta lembar dan pecahan Rp20.000,00 sebanyak 0,42 juta lembar.
Sementara secara nominal, jumlah penukaran tertinggi dialami uang pecahan Rp10.000,00
yang mencapai Rp10,51 miliar kemudian disusul uang pecahan Rp5.000,00 yang mencapai
uang pecahan Rp8,08 miliar.
3.4.3. Transaksi Pembayaran Secara Non Tunai Perkembangan kegiatan transaksi non tunai di Nusa Tenggara Barat sepanjang
triwulan I-2014 relatif menunjukkan penurunan dibanding triwulan lalu. Kondisi
tersebut didorong oleh menurunnya transaksi keuangan secara non tunai melalui sarana Real
Time Gross Settlement (RTGS), dari sebesar R3,03 triliun pada triwulan lalu menjadi Rp2,44
triliun pada triwulan I-2014. Sementara itu, pada triwulan I-2014 transaksi secara kliring
menunjukkan peningkatan yang tercatat mencapai Rp1,74 triliun (triwulan IV-2013: Rp1,64
triliun).
Grafik 3.35
Perkembangan Transaksi Non Tunai
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
45.00
0.00
500.00
1000.00
1500.00
2000.00
2500.00
3000.00
3500.00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2011 2012 2013 2014
lbr
Rp
, mili
ar
RTGS (kiri) Kliring (kiri)
warkat kliring(ribu) kanan warkat RTGS(ribu) kanan
Sumber : Bank Indonesia, diolah
3.4.3.1. Transaksi Kliring
Sepanjang triwulan IV-2013, nilai transaksi kliring mencapai Rp1,64 triliun atau
tumbuh negatif sebesar 0,34 % (yoy), lebih rendah dibanding dengan triwulan III-2013 yang
tumbuh sebesar 17,52% (yoy). Berdasarkan frekuensi transaksinya, jumlah warkat kliring yang
diproses sepanjang triwulan IV-2013 menunjukkan peningkatan yang tercatat sebanyak 36,38
ribu lembar atau tumbuh negatif sebesar 0,29% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan lalu
yang tercatat sebanyak 37,27 ribu lembar.
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 52
Grafik 3.36
Perkembangan Transaksi Kliring
-
2
4
6
8
10
12
14
16
0
100
200
300
400
500
600
700
4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3
2011 2012 2013 2014
Nominal (Rp milyar) Warkat (ribu lembar)-kanan
Sumber : Bank Indonesia, diolah
3.4.3.2. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) Kegiatan transaksi sarana RTGS tetap mendominasi sistem pembayaran non tunai pada
perbankan di Nusa Tenggara Barat. Sepanjang triwulan I-2014, jumlah transaksi pembayaran
melalui RTGS tercatat sebanyak Rp2,44 triliun yang tumbuh positif sebesar 3,90% (yoy),
menurun dibanding triwulan IV-2013 ( Rp3,03 triliun) yang tumbuh sebesar 20,07% (yoy).
Dari sisi volume transaksi, jumlah transaksi RTGS menunjukkan penurunan, dari 2.745 lembar
pada triwulan IV-2013 menjadi 2.645 lembar pada periode laporan. Berbagai keunggulan yang
dimiliki sarana RTGS seperti kecepatan dan ketepatan dalam penyelesaian transaksi serta
rendahnya risiko settlement-nya turut mempengaruhi jumlah transaksi RTGS di Nusa Tenggara
Barat.
Grafik 3.37
Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3
2011 2012 2013 2014
lem
bar
Rp,
mili
ar
RTGS (milyar) kiri Volume (lbr) kanan
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Perkembangan Keuangan Daerah 53
BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 1
2
3
4
4.1 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Total belanja pemerintah di Provinsi NTB pada tahun 2014 direncanakan sebesar 20,72
trilyun rupiah. Jumlah tersebut mengalami peningkatan 4,68% dibanding rencana
belanja tahun 2013 yang sebesar 19,79 trilyun rupiah. Total belanja Kabupaten/Kota
menyumbang porsi belanja terbesar dengan pangsa mencapai 48,8%, disusul oleh belanja
pemerintah pusat dengan pangsa mencapai 37,5% dan belanja pemerintah provinsi dengan
pangsa mencapai 13,7%. Sumber pertumbuhan belanja pemerintah terutama disebabkan oleh
meningkatnya belanja tidak langsung, sedangkan rencana investasi pemerintah di tahun 2014
justru mengalami penurunan. Adanya pemilu menyebabkan anggaran investasi sedikit menurun
dikarenakan kebutuhan pembiayaan operasional yang meningkat selama pesta demokrasi.
Rencana pendapatan daerah di Provinsi NTB tahun 2014 ditargetkan sebesar 14,91
trilyun, meningkat cukup tinggi hingga 13,19% dibanding tahun sebelumnya yang
sebesar 13,18 trilyun. Besarnya kenaikan target pendapatan terutama disumbang oleh
peningkatan target capaian pendapatan pajak oleh pemerintah pusat menyesuaikan tingginya
capaian pendapatan pajak di tahun 2013.
Grafik 4.1 Pendapatan dan Belanja Pemerintah di Provinsi
NTB Tahun 2014
Grafik 4.2 Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah di
Provinsi NTB Triwulan I 2014
Sumber : Kementrian Keuangan, Biro Keuangan,
diolah
Sumber : Biro Keuangan dan Ditjen
Perbendaharaan Negara Wilayah NTB, diolah
Realisasi pencapaian kinerja pemerintah provinsi di triwulan I 2014 menunjukkan
kinerja yang lebih baik dibanding pencapaian kinerja pemerintah kabupaten/
11.0
12.611.5
12.9
15.0
8.610.4
21.2
15.414.7 14.4
15.3
10.78.7
21.0
14.516.3
12.4
0
5
10
15
20
25
4
6
8
10
12
14
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Tri
lyu
n
Pendapatan Belanja Growth Pendapatan Growth Belanja
1.462.33
7.51 7.78
0
2
4
6
8
10
2013 2014
AP
BN
(Tr
ily
un
)
Pendapatan Belanja
-
5
10
15
20
25
PROVINSI NTB TOTAL KABUPATEN
ALOKASI APBN
22.3 21.6 20.6
14.313.1
9.2
Re
ali
sasi
(%
)
% PENDAPATAN % BELANJA
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Perkembangan Keuangan Daerah 54
kotamaupun pemerintah pusat. Realisasi pendapatan pemerintah provinsi mampu mencapai
22,3%, lebih tinggi dibanding capaian pendapatan total pemerintah kabupaten/kota yang
sebesar 21,6% dan pemerintah pusat yang mencapai 20,6%. Demikian pula dengan capaian
belanja, pemerintah provinsi menunjukkan kinerja penyerapan anggaran yang lebih baik
dengan realisasi penyerapan anggaran mencapai 14,31%, lebih baik dibanding penyerapan
anggaran pemerintah Kabupaten/Kota yang sebesar 13,1% dan penyerapan anggaran APBN
yang hanya 9,2%.Namun demikian, realisasi penyerapan anggaran di triwulan I 2014 relatif
lebih rendah dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya. Rendahnya penyerapan
disebabkan oleh adanya penundaan penyaluran dana bansos menjelang pemilu legislatif,
sehingga penyerapan anggaran yang dapat disalurkan secara normal hanya terjadi pada biaya
gaji pegawai yang sesuai jadwal realisasi. Penyerapan biaya modal relatif rendah lebih
disebabkan oleh proses pengadaan yang masih dalam tahap penyusunan dokumen, sehingga
realisasi proyek baru bisa dilakukan setelah melalui proses tender yang biasanya baru akan
meningkat cukup tinggi di semester dua.
4.2 REALISASI PENDAPATAN APBD DI PROVINSI NTB
Total realisasi pendapatan APBD di provinsi NTB pada triwulan I 2014 mencapai 3,22
trilyun atau sebesar 22,3% dari target yang direncanakan.Pencapaian realisasi
pendapatan lebih disebabkan oleh realisasi dana transfer berupa dana alokasi umum (DAU)
dapat diterima sesuai jadwal penerimaan sebesar 25% dari total DAU yang diterima. Bahkan
Provinsi NTB telah menerima 33% dari total DAU yang ditetapkan.
Berdasarkan pangsa pendapatan daerah, pendapatan daerah masih didominasi oleh
penerimaan dana transfer pemerintah pusat dengan pangsa mencapai 63,7% dari total
pendapatan yang diterima. Peran PAD juga menunjukkan adanya peningkatan dengan pangsa
mencapai 15,8% dari total pendapatan daerah, meningkat dibanding peran PAD 5 tahun
sebelumnya yang hanya 11,5% dari total pendapatan daerah.
Grafik 4.3 Realisasi Pendapatan APBD Kabupaten/Kota
dan Provinsi Triwulan I 2014
Grafik 4.4 Realisasi Pendapatan APBD Pemerintah
Kabupaten/Kota di Provinsi NTB
Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTB, diolah Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTB, diolah
1.2 1.3 1.6
2.2 2.5
2.9
1.2 1
2
2 2
0.64
99.2 97.0105.6
100.1 95.8
22.3
-
20
40
60
80
100
120
-
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
3.5
2009 2010 2011 2012 2013 2014
Trily
un
Pendapatan Provinsi Realisasi % Realisasi
9611,134
1,296
1,641
509590
1,109
768
1,137
574
115 267 307 271 99 146 317 153 274 151
12.0
23.5 23.7
16.5
19.4
24.8 28.6
19.9
24.126.3
-
5
10
15
20
25
30
35
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
1,800
Mili
ar
Pendapatan Daerah Realisasi Pendapatan % PENDAPATAN
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Perkembangan Keuangan Daerah 55
Di tingkat kabupaten/ kota, pencapaian terbesar diraih Kabupaten Sumbawa dengan
realisasi pendapatan daerah mencapai 28,6%, diikuti Kota Bima sebesar 26,3% dan Kabupaten
Bima dengan capaian realisasi sebesar 24,1%. Tingginya realisasi pendapatan sebagian besar
disebabkan oleh realisasi DAU yang mencapai 33,33% dari nilai DAU yang diajukan, sehingga
pencapaian realisasi pendapatan relatif tinggi. Realisasi pendapatan terendah dialami oleh Kota
Mataram yang disebabkan oleh pencairan DAU yang hanya sebesar 16,67% dari total DAU
yang direncanakan. Realisasi pendapatan Kabupaten Lombok Timur menempati peringkat
terendah kedua yang lebih disebabkan oleh pencapaian pendapatan asli daerah PAD yang
rendah di triwulan I 2014 sehingga berdampak pada realisasi pendapatan total.
Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTB, diolah
4.3 REALISASI BELANJA APBD DI PROVINSI NTB
Rencana belanja pemerintah daerah di Provinsi NTB pada triwulan I 2014 baru
terealisasi sebesar 14,3% dari total belanja yang direncanakan. Rendahnya realisasi
belanja lebih disebabkan oleh aktifitas kantor masih dalam tahap persiapan pekerjaan, sehingga
belanja APBD juga relatif rendah. Belanja pegawai sebagai sumber utama pengeluaran dengan
pangsa sebesar 50,0% hingga triwulan I 2014 baru terealisasi sebesar 15,89%. Realisasi belanja
lebih rendah terjadi pada pos belanja modal dengan realisasi sebesar 7,75% dan realisasi
belanja barang yang baru terealisasi 8,60%. Realisasi belanja terendah terjadi pada pos belanja
NO URAIAN
TOTAL KAB TOTAL PROV TOTAL APBD TOTAL KAB TOTAL PROV TOTAL APBD
I. PENDAPATAN
1.1. Pendapatan Asli Daerah 849,093 1,144,588 1,993,681 108,215 196,347 304,562 12.7 17.2 15.3
1.1.1 Pajak Daerah 260,550 928,074 1,188,624 48,207 161,806 210,013 18.5 17.4 17.7
1.1.2 Retribusi Daerah 243,741 13,221 256,962 39,200 2,590 41,790 16.1 19.6 16.3
1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg dipisahkan 92,241 93,287 185,528 232 - 232 0.3 0.1
1.1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 252,561 110,006 362,567 20,577 31,950 52,527 8.1 29.0 14.5
1.2 PENDAPATAN TRANSFER 8,632,605 1,680,998 10,308,603 1,987,487 441,565 2,429,052 23.0 26.3 23.6
1.2.1 Transfer Pem.Pusat Dana Perimbangan 7,423,800 1,215,276 8,639,076 1,882,325 326,797 2,209,121 25.4 26.9 25.6
1.2.1.1 Bagi Hasil Pajak 409,386 165,721 575,107 - - -
1.2.1.2 Bagi Hasil Bukan Pajak 33,368 14,501 47,869 - - -
1.2.1.3 Dana Alokasi Umum 6,271,980 980,390 7,252,370 1,838,151 326,797 2,164,947 29.3 33.3 29.9
1.2.1.4 Dana Alokasi Khusus 709,066 54,663 763,730 44,174 - 44,174 6.2 5.8
1.2.2 Transfer Pemerintah Pusat Lainnya 972,766 465,722 1,438,488 22,053 114,768 136,821 2.3 24.6 9.5
1.2.3.1 Dana Otonomi Khusus - - - - - -
1.2.3.2 Dana Penyesuaian 972,766 465,722 1,438,488 22,053 114,768 136,821 2.3 24.6 9.5
1.2.3 Transfer Pemerintah Provinsi 236,039 - 231,039 83,109 - 83,109 35.2 36.0
1.2.2.1 Pendapatan Bagi Hasil Pajak 231,039 - 231,039 83,109 - 83,109 36.0 36.0
1.2.2.2 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya - - - - - -
1.3 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 236,861 37,969 274,830 5,180 186 5,366 2.2 0.5 2.0
1.3.1 Pendapatan hibah 79,135 37,969 117,104 271 186 457 0.3 0.5 0.4
1.3.2 Pendapatan Dana Darurat - - - - - -
1.3.3 Pendapatan Lainnya 41,766 - 41,766 4,909 - 4,909 11.8 11.8
JUMLAH PENDAPATAN 9,718,559 2,863,555 12,577,114 2,100,881 638,098 2,738,980 21.6 22.3 21.8
Real NTB
Tw I 2014
REAL Total
Tw I 2014
APBD REALISASI ANGGARANReal KAB
Tw I 2014
Tabel 4.1 Rincian Pendapatan Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota dan
Provinsi NTB Triwulan I 2014
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Perkembangan Keuangan Daerah 56
bantuan sosial dengan realisasi hanya sebesar 2,12% seiring dengan adanya anjuran dari
menteri dalam negeri untuk menangguhkan penyaluran bantuan sosial sebelum dan selama
pemilihan umum guna mencegah persepsi negatif publik terkait dugaan dukungan pada salah
satu partai politik.
Secara umum, realisasi belanja pemerintah kabupaten/kota menunjukkan kualitas
belanja yang lebih baik dibanding realisasi belanja pemerintah provinsi. Walaupun
realisasi total belanja pemerintah provinsi lebih tinggi dibanding pemerintah kabupaten/kota,
namun pencapaian tersebut disumbang oleh tingginya pencapaian dana transfer bagi hasil ke
desa yang tidak menunjukkan indikator peningkatan aktivitas birokrasi. Kualitas aktivitas belanja
pemerintah kabupaten/kota dinilai lebih bagus dikarenakan relatif lebih tingginya realisasi
belanja modal dan belanja pegawai dibanding realisasi pemerintah provinsi.
Grafik 4.5
Realisasi Belanja Pemerintah Kabupaten/Kota
dan Provinsi Triwulan I 2014
Grafik 4.6
Realisasi Belanja APBD Pemerintah
Kabupaten/Kota di Provinsi NTB
Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTB , diolah Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTB, diolah
Nilai nominal realisasi belanja konsumsi pemerintah daerah pada triwulan I 2014
sebesar 1,53 trilyun rupiah, sedangkan realisasi belanja modal mencapai 199,38 milyar
rupiah. Di tingkat kabupaten/kota, aktivitas belanja Kabupaten Lombok Tengah di triwulan I
2014 mencapai realisasi tertinggi sebesar 17,0% dari total rencana belanja, disusul realisasi
belanja Kabupaten Lombok Timur dengan realisasi sebesar 16,3%. Relatif tingginya realisasi
belanja lebih disebabkan oleh realisasi belanja modal yang relatif tinggi dibanding kabupaten
lainnya. Realisasi belanja terendah terjadi di Kabupaten Lombok Utara dengan realisasi sebesar
9,1% terutama disebabkan oleh realisasi investasi yang rendah di triwulan I 2014. Berdasarkan
capaian pendapatan dan belanja yang dilakukan, maka sepanjang triwulan I 2014 terjadi
surplus pendapatan daerah hingga satu trilyun rupiah.
1.2 1.4
1.7
2.3 2.5
2.8
1.1 1
1
2
2
0.41
85.479.2
88.9 88.4
95.6
14.3-
20
40
60
80
100
120
-
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
2009 2010 2011 2012 2013 2014
Tril
yu
n
Belanja Provinsi Realisasi % Realisasi
1,0831,236 1,298
1,648
541 592
1,161
769
1,173
605
162 108 221268
49 83 120 82 147 87
14.9
8.8
17.0 16.3
9.1
14.1
10.3 10.712.5
14.4
-
2
4
6
8
10
12
14
16
18
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
1,800
Mili
ar
Belanja Daerah Realisasi Belanja % BELANJA
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Perkembangan Keuangan Daerah 57
Tabel 4.2 Rincian Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota dan
Provinsi NTB Triwulan I 2014
Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTB, diolah
Berdasarkan data simpanan pemerintah daerah dan pusat di perbankan, sepanjang
triwulan I 2014 terjadi peningkatan dana pemerintah, baik dalam bentuk giro,
tabungan maupun deposito hingga 1,36 trilyun rupiah. Peningkatan DPK diduga berasal
dari surplus pendapatan pemerintah daerah sepanjang triwulan I sebesar 1 trilyun ditambah
peningkatan simpanan pemerintah pusat sebesar 116 milyar rupiah dan simpanan atas SILPA
tahun sebelumnya.
Grafik 4.7 Simpanan Pemerintah Kabupaten, Kota dan
Provinsi dalam Perbankan di Provinsi NTB
Grafik 4.8 Alokasi Simpanan Pemerintah Kabupaten dan
Kota di Provinsi NTB
Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah
NO URAIAN
TOTAL KAB TOTAL PROV TOTAL APBD TOTAL KAB TOTAL PROV TOTAL APBD
II. BELANJA
2.1 BELANJA OPERASI 7,900,468 1,868,987 9,769,455 1,113,388 245,216 1,358,604 14.09 13.12 13.91
2.1.1 Belanja Pegawai 5,832,986 642,385 6,475,370 927,122 107,341 1,034,463 15.89 16.71 15.98
2.1.2 Belanja Barang 1,519,907 352,953 1,872,861 140,480 20,611 161,091 9.24 5.84 8.60
2.1.3 Belanja Bunga 9,640 - 9,640 1,921 - 1,921 19.93 19.93
2.1.4 Belanja Subsidi 250 250 500 - - -
2.1.5 Belanja Hibah 171,308 747,290 918,598 14,775 117,032 131,807 8.62 15.66 14.35
2.1.6 Belanja Bantuan Sosial 155,442 60,975 216,417 4,354 232 4,585 2.80 0.38 2.12
2.1.7 Belanja Bantuan Keuangan 210,934 65,134 276,068 24,736 - 24,736 11.73 8.96
- - -
2.2 BELANJA MODAL 2,075,446 498,540 2,573,986 193,255 6,128 199,383 9.31 1.23 7.75
2.2.1 Belanja Tanah 62,794 11,340 74,134 23,016 - 23,016 36.65 31.05
2.2.2 Belanja Peralatan dan Mesin 180,795 50,985 231,780 8,754 1,135 9,889 4.84 2.23 4.27
2,2,3 Belanja Gedung dan Bangunan 434,861 262,127 696,988 14,796 221 15,017 3.40 0.08 2.15
2.2.4 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 559,790 170,838 730,629 87,279 4,772 92,051 15.59 2.79 12.60
2.2.5 Belanja Aset Tetap Lainnya 18,900 1,284 20,184 744 - 744 3.94 3.69
2.2.6 Belanja Aset Lainnya - 1,966 1,966 - - -
- - -
2.3 BELANJA TAK TERDUGA 37,258 9,000 46,258 3,563 - 3,563 9.56 7.70
2.3.1 Belanja Tidak Terduga 37,258 9,000 46,258 3,563 - 3,563 9.56 7.70
- - -
2.4 TRANSFER - - - - - -
2.4.1 TRANSFER BAGI HASIL KE DESA 92,937 457,678 550,615 17,247 154,153 171,400 18.56 33.68 31.13
2.4.1.1 Bagi Hasil Pajak 3,892 457,659 461,552 - 154,153 154,153 33.68 33.40
2.4.1.2 Bagi Hasil Retribusi 3,069 19 3,087 - - -
2.4.1.3 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya 85,976 - 85,976 17,247 - 17,247 20.06 20.06
- - -
JUMLAH BELANJA 10,106,109 2,834,205 12,940,314 1,327,453 405,498 1,732,951 13.14 14.31 13.39
SURFLUS/DEFISIT (387,550) 29,350 (363,200) 773,428 232,601 1,006,029
Real NTB
Tw I 2014
REAL Total
Tw I 2014
APBD REALISASI ANGGARAN Real KAB
Tw I 2014
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
I II III IV I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013 2014
Mili
ar
Pusat Provinsi Pemkot Pemkab
163
18 8
-64
208
5 2
-67
185
-620
-70
204
17 20
56
20
40
2618
102
-9
6
-33
(30.00)
(10.00)
10.00
30.00
50.00
70.00
(100.00)
-
100.00
200.00
300.00 % qtq % yoy PEMERINTAH Giro Tabungan Deposito Total DPK
PUSAT 240,438 68,286 28,175 336,900
PROVINSI 105,306 209 145,301 250,816
KOTA 134,810 2,178 147,215 284,202
KABUPATEN 996,782 8,707 155,500 1,160,989
TOTAL 1,477,336 79,380 476,191 2,032,907
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Perkembangan Keuangan Daerah 58
Total dana simpanan pemerintah sepanjang triwulan I 2014 mengalami peningkatan
hingga 204% (qtq) dibanding akhir tahun 2013. Namun demikian, berdasarkan data
pertumbuhan tabungan secara tahunan, pertumbuhan tabungan menunjukkan adanya tren
melambat bahkan mengalami penurunan di triwulan I 2013 dan triwulan IV 2013. Pada
triwulan I 2014, pertumbuhan jumlah simpanan pemerintah hanya tumbuh sebesar 3,12%
dibanding tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah semakin efektif
dan aktif dalam membelanjakan pendapatan yang berhasil dihimpun dari masyarakat, sehingga
proses pembangunan dapat dilakukan lebih awal.
4.4 KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI PROVINSI NTB
Pada tahun 2014, pemerintah pusat mengalokasikan peningkatan belanja sebesar
3,52% (yoy) dan peningkatan pendapatan sebesar 59,59% (yoy). Peningkatan belanja
terutama disebabkan oleh peningkatan belanja barang dan belanja pegawai, sedangkan belanja
modal dan bantuan sosial justru mengalami penurunan anggaran. Peningkatan belanja barang
seiring dengan adanya pemilu yang dilaksanakan pada bulan Maret. Adanya batasan alokasi
anggaran menyebabkan terjadinya penurunan biaya modal, seiring dengan adanya peningkatan
biaya pembelian barang yang cukup tinggi. Sedangkan kenaikan rencana pendapatan yang
signifikan lebih disebabkan oleh capaian realisasi pendapatan di tahun sebelumnya yang
mencapai 184,83% dari target, sehingga pada tahun 2014 target penerimaan dinaikkan cukup
besar. Berdasarkan target penerimaan dan belanja yang dilakukan, defisit penerimaan APBN
yang dialokasikan di Provinsi NTB menurun dari defisit 6,05 trilyun menjadi sebesar 5,45 trilyun.
Grafik 4. 9 Realisasi Penerimaan Pendapatan dan Belanja
Negara di Provinsi NTB Triwulan I 2014
Grafik 4.10 Rincian Realisasi Belanja Negara di Provinsi NTB
Triwulan I 2014
Sumber : Ditjen Perbendaharaan Negara Wilayah
NTB, diolah
Sumber : Ditjen Perbendaharaan Negara Wilayah
NTB, diolah
Berdasarkan realisasi triwulan I 2014, baik pencapaian pendapatan maupun realisasi
belanja menunjukkan pencapaian yang relatif rendah. Rendahnya pencapaian pendapatan
2,332
7,778
-5,446
479 717-238
20.56
9.22
4.36
.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
-8,000
-6,000
-4,000
-2,000
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
JUMLAH PENDAPATAN
JUMLAH BELANJA SURFLUS/DEFISIT
Mil
ya
r
DIPA Realisasi %
1,771 1,890
2,947
1,170
-
374 178 145
20 -
21.11
9.41
4.93
1.71 -
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Modal
Belanja Bantuan
Sosial
Bagi Hasil Pajak
Mily
ar
DIPA Revisi 2013 Realisasi Tw III-13 Capaian Tw III-13 (RHS)
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Perkembangan Keuangan Daerah 59
kemungkinan besar lebih disebabkan oleh meningkatnya target pencapaian, sehingga
prosentase realisasi mengalami penurunan, sedangkan realisasi belanja yang rendah lebih
disebabkan oleh belum dimulainya aktivitas belanja modal sehingga realisasi belanja relatif
rendah. Dengan porsi belanja yang lebih didominasi oleh belanja modal hingga 37,89%, maka
pencapaian realisasi investasi akan sangat mempengaruhi pencapaian belanja secara total.
Berdasarkan rincian aktivitas belanja, belanja pegawai mencapai realisasi tertinggi
hingga 21,11% dari rencana belanja. Cukup tingginya realisasi belanja pegawai dinilai wajar
dikarenakan sebagian besar belanja digunakan untuk membayar gaji pegawai yang memang
sudah terjadwal. Pencapaian terbesar kedua berupa realisasi belanja barang, seiring dengan
adanya aktivitas pemilihan umum di Indonesia. Rendahnya realisasi investasi lebih disebabkan
oleh masalah tahapan pengadaan yang baru dalam tahap pembuatan proposal, sedangkan
rendahnya belanja bantuan sosial lebih disebabkan oleh himbauan Mendagri untuk menunda
penyaluran bantuan sosial pada saat menjelang dan selama pemilu guna mencegah
penyalahgunaan penyaluran bantuan untuk kepentingan politik.
Tabel 4.3 Rincian Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi NTB
Capaian
DIPA 2014 Tw 1-14
( % )
1 2 14
I. PENDAPATAN NEGARA
1.1. Penerimaan Dalam Negeri 1,461,037 2,331,715 479,403 20.56
1.1.1 Penerimaan Perpajakan 1,216,038 393,426
1.1.1.1 Pendapatan Pajak Dalam Negeri 1,043,865 393,426
1.1.1.2 Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional 172,173
1.1.2 Penerimaan Negara Bukan Pajak 244,999 2,331,715 85,977 3.69
1.1.2.1 Penerimaan Sumber Daya Alam 516 17,500 91 0.52
1.1.2.2 Pendapatan Bagian Laba BUMN
1.1.2.3 Pendapatan PNBP Lainnya 244,483 2,314,215 85,886 3.71
1.2. Penerimaan Hibah
JUMLAH PENDAPATAN 1,461,037 2,331,715 479,403 20.56
Realisasi
Tw I-14NO URAIAN
DIPA Revisi
2013
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Perkembangan Keuangan Daerah 60
Sumber : Ditjen Perbendaharaan Negara Wilayah NTB, diolah
Capaian
Tw 1-14
( % )
II. BELANJA NEGARA
2.1 BELANJA OPERASI 7,461,903 7,778,093 717,006 9.22
2.1.1 Belanja Pegawai 1,708,146 1,771,073 373,896 21.11
2.1.2 Belanja Barang 1,540,329 1,889,607 177,722 9.41
2.1.3 Belanja Modal 3,019,851 2,947,228 145,352 4.93
2.1.4 Belanja Bunga
2.1.5 Belanja Subsidi
2.1.6 Belanja Hibah
2.1.7 Belanja Bantuan Sosial 1,193,576 1,170,184 20,036 1.71
2.1.8 Belanja Lain-Lain
2.4 TRANSFER KE DAERAH 51,946
2.4.1 TRANSFER BAGI HASIL 51,946
2.4.1.1 Bagi Hasil Pajak 51,946
JUMLAH BELANJA 7,513,849 7,778,093 717,006 9.22
SURFLUS/DEFISIT -6,052,812 -5,446,377 -237,603 4.36
III. PEMBIAYAAN
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) -6,052,812 -5,446,377 -237,603 4.36
DIPA 2014Realisasi
Tw I-14NO URAIAN DIPA Revisi
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Kesejahteraan Masyarakat 61
1
2
3 4 5
BAB 5 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
5.1 UMUM
Indikator kesejahteraan di Provinsi NTB menunjukkan adanya tren peningkatan. Searah dengan
pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB yang terutama didorong oleh sektor Pertanian dan PHR,
kondisi ketenagakerjaan juga mengalami peningkatan terutama di dua sektor tersebut. Nilai
Tukar Petani juga mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan rata-rata pada triwulan I
tahun sebelumnya. Jumlah penduduk miskin di provinsi NTB berdasarkan hasil survei bulan
September 2013 juga mengalami penurunan dibandingkan semester sebelumnya. Penurunan
jumlah penduduk miskin terutama terjadi pada penduduk miskin perkotaan, hal ini
menunjukkan adanya peningkatan kesejahteraan dan keberhasilan program pengentasan
kemiskinan yang diterapkan. Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia juga menunjukkan adanya
peningkatan yang dilihat dari dua indikator yaitu ketenagakerjaan dan Indikator penghasilan.
5.2 Ketenagakerjaan
Kondisi ketenagakerjaan di Nusa Tenggara Barat sangat dipengaruhi siklus di dunia
pendidikan dan struktur sektor ekonomi utama. Dua sektor dominan dari perekonomian
NTB yaitu sektor Pertanian, Perdagangan Hotel dan Restoran yang memiliki siklus peningkatan
dan penurunan produksi mempengaruhi pola penyerapan tenaga kerja di NTB. Demikian pula
dengan siklus dunia pendidikan dimana lulusan dunia pendidikan akan tercatat menambah
jumlah tenaga kerja di Semester I dan penerimaan pendidikan tinggi di semester II akan
mengurangi jumlah tenaga kerja.
Pada Februari 2014 jumlah tenaga kerja menunjukkan adanya perbaikan yang
digambarkan dengan peningkatan jumlah angkatan kerja maupun jumlah penduduk
bekerja. Jumlah angkatan kerja pada Februari 2014 bertambah sebanyak 189.179 orang
dibanding keadaan Agustus 2013 dan bertambah sebanyak 37.008 orang dibanding keadaan
Februari 2013. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Februari 2014 sebesar 70,71%
juga mengalami peningkatan dibandingkan TPAK di bulan Agustus 2013 yang tercatat 65,42%
dan 70,53 untuk TPAK di bulan Februari 2013.
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Kesejahteraan Masyarakat 62
Peningkatan jumlah angkatan kerja juga dibarengi dengan peningkatan angka
pengangguran, sehingga angka Tingkat Penggangguran Terbuka (TPT) relatif tetap.
Angka pengangguran pada Februari 2014 sebesar 123,760 orang atau meningkat sebanyak
10.040 orang dibandingkan Agustus 2014 dan meningkat sebanyak 3.283 orang dibandingkan
Februari 2013.
Tabel 5.1 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama, 2012-
2014
2012 2013 2014
Kegiatan Utama Februari Agustus Februari Agustus Februari
1. Angkatan Kerja 2,232,823 2,135,332 2,298,173 2,146,002 2,335,181
a. Bekerja 2,116,529 2,024,611 2,177,696 2,032,282 2,211,421
b. Pengangguran 116,294 110,721 120,477 113,720 123,760
2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK = %) 69.74 65.99 70.53 65.42 70.71
3. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT = %) 5.21 5.19 5.24 5.30 5.30
4. Setengah Penganggur 827,101 901,216 849,397 950,505 876,012
a. Setengah penganggur 448,467 519,851 412,861 503,849 394,112
b. Paruh waktu 378,634 381,365 436,536 446,656 481,900
Sumber: BPS Nusa Tenggara Barat
Sebagian besar tenaga kerja NTB bekerja di sektor utama daerah. Sektor Pertanian,
Perdagangan dan Jasa Kemasyarakatan masih menjadi penyerap utama tenaga kerja daerah.
Jumlah penduduk yang di sektor utama tersebut mencapai 1,8 juta orang atau sekitar 82% dari
total tenaga kerja. Dibandingkan periode sebelumnya, jumlah tenaga kerja di ketiga sektor
utama tersebut mengalami peningkatan terutama di sektor perdagangan, hal ini sejalan dengan
laju pertumbuhan ekonomi pada sektor tersebut.
Tabel 5.2 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja
Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, 2012-2014
2012 2013 2014
Februari Agustus Februari Agustus Februari
Pertanian 961,053 897,224 948,699 920,401 1,005,690
Industri Pengolahan 141,378 171,869 175,724 163,533 146,017
Kontruks i 103,351 95,486 121,628 108,364 117,809
Perdagangan 449,453 384,473 489,246 383,756 470,470
Transportas i , Pergudangan dan Komunikas i 91,711 71,293 87,716 72,154 87,936
Keuangan 25,790 28,222 29,926 30,982 29,122
Jasa – Jasa 305,184 323,139 303,528 317,354 329,266
La innya *) 38,609 52,905 21,229 35,738 25,111
Total 2,116,529 2,024,611 2,177,696 2,032,282 2,211,421
Lapangan Pekerjaan Utama
Sumber: BPS Nusa Tenggara Barat
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Kesejahteraan Masyarakat 63
Seluruh sektor yaitu sektor formal dan informal menunjukkan peningkatan jumlah
tenaga kerja, namun demikian secara persentase pekerja informal berkurang dari 76,04
persen pada Februari 2013 menjadi 75,31 persen pada Februari 2014. Kegiatan formal terdiri
dari mereka yang berstatus berusaha dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan, sementara
kegiatan inofmal adalah yang berstatus di luar itu. Penurunan persentase pekerja informal ini
disebabkan oleh penurunan dari hampir seluruh komponen pekerja informal, kecuali penduduk
yang bekerja sebagai pekerja bebas di non pertanian dan Pekerja keluarga/tak dibayar.
Tabel 5.3 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Status
Pekerjaan
2012 2013 2014
Februari Agustus Februari Agustus Februari
1. Berusaha Sendiri 407,906 380,202 384,860 345,899 368,391
2. Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap 511,035 445,255 528,425 462,598 504,281
3. Berusaha Dibantu Buruh Tetap 38,414 55,751 63,932 53,306 57,255
4. Buruh/Karyawan 452,685 425,225 457,768 439,756 488,817
5. Pekerja Bebas Pertanian 146,208 242,685 155,186 239,326 146,977
6. Pekerja Bebas Non Pertanian 131,279 132,187 135,430 149,686 138,457
7. Pekerja Tidak Dibayar 429,002 343,306 452,095 341,711 507,243
Total 2,116,529 2,024,611 2,177,696 2,032,282 2,211,421
Kegiatan Utama
Sumber: BPS Nusa Tenggara Barat
Penyerapan tenaga kerja sebagian besar masih didominasi oleh penduduk yang
berpendidikan rendah (SD ke bawah), dengan porsi 52,97 persen. Pekerja yang
berpendidikan tinggi sebesar 7,52 persen dari total tenaga kerja sedangkan sisanya sebesar
39,51 persen adalah tenaga kerja dengan pendidikan menengah. Komposisi ini tidak
mengalami perubahan signifikan dibandingkan periode sebelumnya, namun demikian khusus
terdapat tren peningkatan untuk pekerja dengan pendidikan tinggi selama periode 2012-2014.
Tabel 5.4 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja
Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2012-2014
2012 2013 2014
Februari Agustus Februari Agustus Februari
SD Kebawah 1,226,782 1,161,863 1,205,758 1,150,738 1,171,434
Sekolah Menengah Pertama 285,678 306,442 354,495 298,014 337,773
Sekolah Menengah Atas 353,451 304,687 363,188 296,804 420,766
Sekolah Menengah Kejuruan 86,437 60,026 76,608 78,455 84,769
Diploma I/II/III 47,726 45,202 34,763 54,042 30,395
Univers i tas (D IV/S1/S2/S3) 116,455 146,391 142,884 154,229 166,284
Total 2,116,529 2,024,611 2,177,696 2,032,282 2,211,421
Tingkat Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan
Sumber: BPS Nusa Tenggara Barat
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Kesejahteraan Masyarakat 64
5.3 Nilai Tukar Petani
Nilai Tukar Petani (NTP) relatif stagnan dan sedikit mengalami penurunan di bulan
April dengan NTP sebesar 99,33 namun demikian terjadi peningkatan apabila
dibandingkan rata-rata NTP pada triwulan yang sama tahun sebelumnya. NTP adalah
suatu indikator pengukur kemampuan tukar produk pertanian dengan barang dan jasa yang
diperlukan petani untuk konsumsi rumah tangganya dan untuk keperluan dalam memproduksi
produk pertanian. Rata-rata NTP pada triwulan I 2014 sebesar 99.82 yang menunjukkan bahwa
daya beli petani naik sekitar 5.20 dibanding rata-rata triwulan sebelumnya sebesar 94.61.
Tumbuhnya perekonomian di sektor pertanian pada trwiulan laporan dibandingkan triwulan
yang sama tahun sebelumnya terlihat juga berdampak dengan peningkatan NTP.
Subsektor peternakan di NTB selalu memiliki capaian tertinggi dan di bulan April 2014
tercatat sebesar 108,76 mengalami kenaikan dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 108.19.
Subsektor berikutnya yang mengalami peningkatan adalah subsektor Hortikultura dengan NTP
sebesar 101.44 atau dengan peningkatan sebesar 0.33 dibanding NTP bulan sebelumnya.
Grafik 5.1 NTP Provinsi NTB Januari 2012-November 2013 (2007 =100)
Dan November 2013 April 2014 (2012 = 100)
80
85
90
95
100
105
110
115
120
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2012 2013 2014
Nilai Tukar Petani NTPP (Padi & Plwj)
NTPH (Horti) NTPR (Kebun)
NTPT (Ternak) NTN (Nelayan)
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
5.4 Tingkat Kemiskinan Jumlah penduduk miskin di provinsi NTB berdasarkan hasil survei bulan September 2013
sebesar 802,45 ribu orang, berkurang 3,42% dibanding semester sebelumnya yang berjumlah
830,84 ribu orang. Penurunan jumlah penduduk miskin terutama terjadi pada penduduk miskin
perkotaan yang turun hingga 6,98% dibanding semester sebelumnya dan turun 12,35%
dibanding tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kesejahteraan dan
keberhasilan program pengentasan kemiskinan yang diterapkan. Total jumlah penduduk miskin
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Kesejahteraan Masyarakat 65
di provinsi NTB sebesar 17,3% dari total jumlah penduduk, menurun dibanding semester dan
tahun sebelumnya yang masih sebesar 18,0% dari total jumlah penduduk.
Grafik 5.2 Jumlah Penduduk Miskin Provinsi NTB
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
5.5 Indikator Kesejahteraan Masyarakat Berdasarkan Survei Konsumen
Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa
Tenggara Barat mencatat setidaknya ada 2 (dua) pengukuran yang dapat dijadikan indikator
kesejahteraan masyarakat, yaitu Indikator Ketenagakerjaan dan Indikator Penghasilan. Survei
yang dilakukan secara bulanan tersebut melibatkan 300 responden setiap bulannya dari
berbagai kalangan pekerjaan dan pendidikan di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Indikator Ketenagakerjaan dari SK searah dengan data ketenagakerjaan yang dirilis
oleh BPS. Indeks hasil survey menunjukkan arah kenaikan. Nilai indeks sebesar 131,5
menunjukkan lebih banyak responden yang menyatakan bahwa ketersediaan lapangan kerja
lebih baik dibanding pernyataan sebaliknya. Dari grafik terlihat terjadi kenaikan yang signifikan
pada triwulan laporan dibandingkan trwiulan sebelumnya maupun periode yang sama taun
sebelumnya yang tercatat sebesar 123,5.
Indikator penghasilan dari SK juga menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan
triwulan sebelumnya dan juga periode yang sama tahun sebelumnya. Pada Maret 2014,
nilai indeks penghasilan sebesar 148,5 sedikit lebih tinggi dari indeks pada bulan Maret 2013
Triwulan I 2014 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Kesejahteraan Masyarakat 66
sebesar 146,0. Sepanjang triwulan laporan, indeks menunjukkan tendensi positif, tren ini
terutama didorong oleh ekspektasi akan kenaikan gaji/upah yang biasanya terjadi pada awal
tahun.
Indeks Pengeluaran dalam membeli barang tahan lama mengalami peningkatan. Indeks
atas indikator ini meningkat dari 112,5 menjadi pada periode yang sama antar tahun 136,0 .
Dalam triwulan laporan juga terlihat adanya pergerakan positif pada indicator ini sehingga
dapat menjadi indikasi kesejahteraan masyarakat karena mampu menggambarkan kemampuan
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan tersiernya.
Grafik 5.3 NTP Provinsi NTB Januari 2012-November 2013 (2007 =100)
Dan November 2013 April 2014 (2012 = 100)
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia
Triwulan IV 2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Prospek Ekonomi dan Harga 67
BAB 6 PROSPEK EKONOMI DAN HARGA
6.1. PROSPEK EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB di triwulan II 2014 diperkirakan mengalami
kenaikan dibanding triwulan sebelumnya. Adanya peningkatan aktivitas ekonomi
sehubungan dengan persiapan menjelang hari raya dan pemilu presiden diperkirakan menjadi
penyebab utama kenaikan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, adanya awal musim libur sekolah
dan panen raya padi di bulan April diperkirakan juga akan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi triwulan II 2014. Namun demikian, adanya ancaman perumahan karyawan PT NNT per
tanggal 1 Juni 2014 diperkirakan akan memperlambat laju pertumbuhan ekonomi. Adanya
panen awal padi di triwulan I 2014 dan ancaman El Nino di bulan Juni diperkirakan membuat
pertumbuhan sektor pertanian juga tidak sebesar tahun sebelumnya.
Grafik 6.1 Korelasi pertumbuhan Ekonomi PDRB Triwulanan
dengan Peramalan SKDU
Grafik 6.2 Peramalan PDRB NTB Tahunan dengan Tambang dan
Tanpa Tambang
Sumber : BPS dan Ramalan Bank Indonesia, diolah
Secara triwulanan, pertumbuhan ekonomi diramalkan akan berada pada kisaran
2,14% (qtq). Pertumbuhan ekonomi di sektor perdagangan, hotel dan restoran
diperkirakan akan menjadi penyumbang utama pertumbuhan ekonomi di triwulan II
2014. Adanya awal tahun ajaran baru di pertengahan bulan Juni, dan adanya persiapan
menjelang hari raya Idul Fitri diperkirakan akan meningkatkan aktivitas perdagangan dan
pariwisata. Penyelenggaraan pemilu presiden diperkirakan akan meningkatkan konsumsi
walaupun tidak sebesar pemilu legislatif. Sektor keuangan diperkirakan juga akan mengalami
peningkatan seiring dengan adanya peningkatan pinjaman guna memenuhi kebutuhan
peningkatan modal kerja dan konsumsi dalam rangka menyambut hari raya Idul Fitri. Panen
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
(15.00)
(10.00)
(5.00)
-
5.00
10.00
15.00
20.00
Tw I Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I Tw II*
2011 2012 2013 2014
PDRB, % qtq (kiri) Nilai SBT SKDU (kanan)(4.00)
(2.00)
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014
NTB (% yoy) NTB Non Tambang (% yoy)
Triwulan IV 2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Prospek Ekonomi dan Harga 68
raya padi yang jatuh pada bulan April diperkirakan juga akan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi di sektor pertanian. Namun demikian, adanya potensi El Nino di Bulan Juni
diperkirakan akan cukup mengganggu hasil panen padi di bulan tersebut. Selain itu, adanya
panen yang dipercepat di triwulan I 2014 juga akan membuat pertumbuhan ekonomi sektor
pertanian tidak setinggi triwulan yang sama tahun sebelumnya.
Grafik 6.3 Ramalan Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Sektor
Ekonomi Secara Triwulanan
Grafik 6.4 Ramalan Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Sektor
Ekonomi Secara Tahunan
Sumber: BPS Provinsi NTB dan BI, diolah Sumber: : BPS Provinsi NTB dan BI, diolah
Dibanding tahun sebelumnya, pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih akan
bertumbuh di kisaran 3,76% (yoy). Tanpa tambang, pertumbuhan ekonomi
diperkirakan masih dapat tumbuh 4,69% (yoy). Pertumbuhan ekonomi diperkirakan
melambat dibanding pertumbuhan ekonomi pada triwulan yang sama dalam 2 tahun terakhir
lebih disebabkan oleh adanya sentimen negatif penurunan produksi tambang, seiring dengan
belum keluarnya ijin ekspor bagi perusahaan tambang yang berkomitmen membangun smelter
di dalam negeri. Aadanya rencana perumahan karyawan per tanggal 1 Juni 2014 diperkirakan
menurunkan daya beli pegawai PT NNT, pelambatan aktivitas bagi daerah terdampak dan
menurunkan aktivitas jasa seiring dengan adanya pemberhentian kerja sektor pendukung PT
NNT. Pertumbuhan sektor jasa di triwulan II diharapkan masih dapat meningkat seiring dengan
adanya peningkatan kunjungan pariwisata. Adanya panen awal padi disertai dengan ancaman
El Nino di bulan Juni 2014 diperkirakan juga akan memperlambat pertumbuhan ekonomi sektor
pertanian.
Penopang pertumbuhan ekonomi di triwulan II 2014 terutama berasal dari
pertumbuhan ekonomi di sektor perdagangan, hotel dan restoran yang diperkirakan
mengalami kenaikan cukup tinggi seiring dengan adanya persiapan menjelang hari raya Idul
Fitri. Peningkatan pertumbuhan ekonomi kemungkinan besar juga terjadi pada sektor
keuangan, transportasi dan komunikasi serta sektor industri pengolahan seiring dengan adanya
peningkatan permintaan barang menjelang hari raya serta peningkatan kunjungan wisata
4.29
(10.16)
4.16
(4.46)
1.22
7.97
4.34
7.36
0.18
2.14
4.10
Pertanian Pertambangan
Industri Pengolahan Listrik,Gas & Air
Bangunan Perdagangan
Transportasi Keuangan
Jasa-jasa NTB
NTB Non Tambang
1.36
(2.17)
5.32
1.43
4.75
8.73
6.79
8.65
1.73
3.76 4.69
Pertanian Pertambangan Industri PengolahanListrik,Gas & Air Bangunan PerdaganganTransportasi Keuangan Jasa-jasaNTB NTB Non Tambang
Triwulan IV 2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Prospek Ekonomi dan Harga 69
seiring dengan adanya awal libur sekolah. Berdasarkan informasi sub sektor perhotelan, tingkat
okupansi juga akan meningkat setelah low season di triwulan I.
Gambar 6.1 Proyeksi Curah Hujan Triwulan I 2013
Sumber: BMKG, diolah
Potensi pelambatan pertumbuhan sektor pertanian juga tampak dari data BMKG yang
menunjukkan adanya tanda El Nino ringan di Bulan Juni 2014 terutama di Pulau
Sumbawa. Belum selesainya panen musim tanam kedua di bulan Juni berpotensi
menyebabkan gagal panen komoditas padi tadah hujan di bulan tersebut. Untuk
menanggulangi potensi gagal panen, dinas pertanian sudah mendata varietas padi dengan
masa tanam pendek untuk ditanam di triwulan I 2014 dengan harapan masa panen padi dapat
dipercepat. Namun demikian, dampak dari musim kering sedikit banyak akan tetap
berpengaruh terhadap hasil panen padi.
Adanya kelangkaan pupuk di beberapa wilayah dan belum adanya wacana peningkatan subsidi
pupuk oleh pemerintah juga dikhawatirkan akan menurunkan produktifitas tanaman. Petani
saat ini juga dihadapkan dengan potensi pengurangan pupuk seiring dengan belum adanya
kepastian peningkatan subsidi pupuk oleh pemerintah pusat.
6.2. PERKIRAAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT Inflasi di triwulan II 2014 diperkirakan mengalami pelambatan dibanding triwulan
sebelumnya. Rendahnya inflasi diperkirakan terjadi salah satunya karena adanya deflasi di
bulan April 2014 seiring dengan adanya panen raya padi di bulan tersebut. Pada bulan Mei
diperkirakan terjadi sedikit inflasi terutama disebabkan oleh kenaikan harga komoditas daging
dan hasil-hasilnya dan kenaikan inflasi yang cukup besar diperkirakan terjadi di bulan Juni
seiring dengan adanya peningkatan permintaan menyambut datangnya masa puasa Ramadhan.
Beberapa komoditas yang persisten mengalami kenaikan di bulan Juni antara lain
beras, tongkol pindang, tomat sayur, dan daging ayam ras seiring dengan adanya
peningkatan permintaan menjelang masa puasa. Berhubung waktu perayaan Hari Raya
Idul Fitri maju 11 hari dibanding tahun sebelumnya dan akan jatuh pada akhir bulan Juli 2014,
maka tekanan inflasi komoditas pangan diperkirakan juga akan lebih tinggi dibanding tahun-
tahun sebelumnya. Oleh karena itu, kesiapan pemerintah dalam mengantisipasi adanya
Triwulan IV 2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT
Prospek Ekonomi dan Harga 70
lonjakan permintaan perlu lebih disiapkan. Adanya musim libur sekolah juga diperkirakan akan
meningkatkan kunjungan wisatawan yang berdampak pada peningkatan kebutuhan pangan
dan transportasi. Pada triwulan II diperkirakan kebutuhan perbaikan dan pembangunan rumah
juga akan mengalami permintaan yang berpotensi meningkatkan harga batu bata.
Grafik 6.5 Prospek Inflasi Triwulan II 2014
Grafik 6.6 Indeks Ramalan Perubahan Harga Survei Konsumen
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
Berdasarkan data perkembangan harga survei konsumen, potensi inflasi diperkirakan
juga akan terjadi di triwulan II yang tampak dari peningkatan potensi perubahan
harga dalam 6 bulan ke depan. Namun demikian, perubahan harga 3 bulan ke depan
menunjukkan adanya pelambatan yang secara total diperkirakan masih akan meningkat namun
tidak terlalu besar.
-0.50
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
Tw I Tw II Tw III Tw IV
Tw I Tw II Tw III Tw IV
Tw I Tw II Tw III Tw IV
Tw I Tw II
2011 2012 2013 2014
Inflasi Triwulanan
130
140
150
160
170
180
190
200
-2.00
-1.00
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
Jan
Fe
bM
ar
Ap
rM
ei
Jun
Jul
Ag
ust
Se
pO
kt
No
pD
es
Jan
Fe
bM
ar
Ap
rM
ay
Jun
Jul
Au
gS
ep
Oct
No
vD
ec
Jan
Fe
bM
ar
Ap
rM
ei
Jun
Jul
Au
gS
ep
Oct
No
vD
ec
Jan
Fe
bM
ar
Ap
rM
ei
Jun
Jul
Au
gS
ep
2011 2012 2013 2014
Inflasi Mataram
Perubahan harga umum 3 bulan yad
Perubahan harga umum 6 bulan yad
KKAANNTTOORR PPEERRWWAAKKIILLAANN BBAANNKK IINNDDOONNEESSIIAA
PPRROOVVIINNSSII NNUUSSAA TTEENNGGGGAARRAA BBAARRAATT JJLL.. PPEEJJAANNGGGGIIKK NNOO.. 22 TTEELLPP.. 00337700--662233660000 FFAAXX.. 00337700--663311779933 MMAATTAARRAAMM -- NNTTBB