JURNAL PERC. II.docx

7
PENENTUAN KADAR MULTIKOMPONEN CAMPURAN ASETOSAL DAN KOFEIN SECARA SPEKTROFOTOMETER ULTRAVIOLET Syahrir Mana’an S 1 1 Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Halu Oleo, Kendari e-mail: [email protected] ABSTRAK: asetosal (asam asetil salisilat) dikenal dengan nama dagang Aspirin, merupakan obat pereda nyeri golongan 'anti radang non steroid' (AINS), sering digunakan untuk mengatasi nyeri reumatik, pereda nyeri (analgesik), dan penurun demam (antipiretik). Kafein adalah zat alkaloid yang di temukan pada berbagai jenis tanaman terutama tanaman kopi, cola, teh dan lain sebagainya. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar multikomponen campuran asetosal, dan kofein secara spektrofotometer ultraviolet. Metode yang digunakan adalah metode spektrofotometri UV. Kata Kunci : Asetosal, Kafein, Spektrofotometri UV. PENDAHULUAN Obat yang bersifat analgesik (penahan rasa sakit/ nyeri) dan antipiretik (penurunan panas/demam) adalah obat yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat, karena obat ini dapat berkhasiat untuk menyembuhkan demam, sakit kepala, dan rasa nyeri. Umumnya obat yang bersifat analgesik dan antipiretik mengandung zat aktif yang disebut asetaminofen atau lebih dikenal dengan nama . Obat ini beredar di masyarakat dalam berbagai macam sediaan, yaitu dalam sediaan tablet, kaplet, kapsul, sirup, dan serbuk. bekerja dengan menghambat sistem siklooksigenase yang menyebabkan asam arachidonat dan asam-asam C 20 tak jenuh lainnya menjadi enderoperoksida siklik. Ederoperoksida siklik merupakan prazat dari prostaglandin yang terlibat dalam terjadinya nyeri dan demam serta reaksi-reaksi radang. Adannya kandungan kofein dalam obat yang mengandung berfungsi sebagai zat pembantu yang mempercepat kerja dengan cara mempercepat kerja jantung, di mana kerja janung berbanding lurus dengan peredaran darah dan penyerapan di dalam tubuh. (Rachdiati, 2008). Ilmu kimia analisis saat ini memiliki tantangan dalam pengembangan metode untuk analisisnya dengan bantuan sejumLah teknik analisis yang tersedia untuk penilaian terhadap obat dan kombinasinya. Analisis monitoring produk farmasi atau kandungan spesifik

Transcript of JURNAL PERC. II.docx

Page 1: JURNAL PERC. II.docx

PENENTUAN KADAR MULTIKOMPONEN CAMPURAN ASETOSAL DAN KOFEIN SECARA SPEKTROFOTOMETER ULTRAVIOLET

Syahrir Mana’an S 1

1Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Halu Oleo, Kendarie-mail: [email protected]

ABSTRAK: asetosal (asam asetil salisilat) dikenal dengan nama dagang Aspirin, merupakan obat pereda nyeri golongan 'anti radang non steroid' (AINS), sering digunakan untuk mengatasi nyeri reumatik, pereda nyeri (analgesik), dan penurun demam (antipiretik).  Kafein adalah zat alkaloid yang di temukan pada berbagai jenis tanaman terutama tanaman  kopi, cola, teh dan lain sebagainya. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar multikomponen campuran asetosal, dan kofein secara spektrofotometer ultraviolet. Metode yang digunakan adalah metode spektrofotometri UV.

Kata Kunci : Asetosal, Kafein, Spektrofotometri UV.

PENDAHULUANObat yang bersifat analgesik

(penahan rasa sakit/ nyeri) dan antipiretik (penurunan panas/demam) adalah obat yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat, karena obat ini dapat berkhasiat untuk menyembuhkan demam, sakit kepala, dan rasa nyeri. Umumnya obat yang bersifat analgesik dan antipiretik mengandung zat aktif yang disebut asetaminofen atau lebih dikenal dengan nama . Obat ini beredar di masyarakat dalam berbagai macam sediaan, yaitu dalam sediaan tablet, kaplet, kapsul, sirup, dan serbuk. bekerja dengan menghambat sistem siklooksigenase yang menyebabkan asam arachidonat dan asam-asam C20 tak jenuh lainnya menjadi enderoperoksida siklik. Ederoperoksida siklik merupakan prazat dari prostaglandin yang terlibat dalam terjadinya nyeri dan demam serta reaksi-reaksi radang. Adannya kandungan kofein dalam obat yang mengandung berfungsi sebagai zat pembantu yang mempercepat kerja dengan cara mempercepat kerja jantung, di mana kerja janung berbanding lurus dengan peredaran darah dan penyerapan di dalam tubuh. (Rachdiati, 2008).

Ilmu kimia analisis saat ini memiliki tantangan dalam pengembangan metode untuk analisisnya dengan bantuan sejumLah teknik analisis yang tersedia untuk penilaian terhadap obat dan kombinasinya. Analisis monitoring produk farmasi atau kandungan spesifik di dalam suatu produk diperlukan untuk memastikan keamanan dan efisiensinya,

termasuk penyimpanan, distribusi, dan pennggunaannya (Kondawar,2011).

Kofein (1,3,7-trimetil xantin) merupakan salah satu drivat xantin yang mempunyai daya kerja sebagai stimulant sistem saraf pusat, stimulant obat jantung, relaksasi otot polos, dan meningkatkan dieresis, dengan tingkatan yang berbeda. Efek kofein dapat meningkat apabila berinteraksi dengan beberapa jenis obat, antara lain obat asma (epinefrin/teofilin), pil KB, antidepresan, antipsikotika, simetidin. Akibatnya mungkin terjadi kofeinisme disertai gejala gelisah dan mudah terangsang, sakit kepala, tremor, pernapasan cepat, dan insomnia. Orang yang minum minuman mengandung kofein dapat menghilangkan rasa letih, lapar, mengantuk (Hartono, 2009).

Metode spektrofotometri derivatif atau metode kurva turunan adalah salah satu metode spektrofotometri yang dapat digunakan untuk analisis campuran beberapa zat secara langsung tanpa harus melakukan pemisahan terlebih dahulu walaupun dengan panjang gelombang yang berdekatan. Penggunaan spektrofotometri derivatif sebagai alat bantu analisis meningkat seiring dengan perkembangan dunia elektronik yang pesat terutama teknologi mikrokomputer dalam tiga puluh tahun terakhir. Akhir-akhir ini penggunaan spektrofotometri derivatif makin mudah dengan meningkatnya daya pisah instrumen analitik yang dilengkapi mikrokomputer dengan perangkat lunak yang sesuai sehingga mampu menghasilkan spectra

Page 2: JURNAL PERC. II.docx

derivatif secara cepat. Fasilitas ini memungkinkan analisis multikomponen dalam

campuran yang spektranya saling tumpang tindih (Nurhidayati, 2007).

METODE PENELITIANAlat dan BahanAlat yang digunakan pada percobaan ini adalah batang pengaduk, filler, gelas kimia 100 ml, kuvet, labu takar 100 ml dan 500 ml, pipet tetes, pipet ukur 10 ml, spektrofotometer UV dan timbangan analitikBahan yang digunakan pada praktikum ini adalah akuades, alkohol 70 %. asetosal murni. kafein murni dan obat yang mengandung asetosal dan kafein .Cara KerjaPembuatan Larutan Induk Kafein dan AsetosalAsetosal murni ditimbang sebanyak 0,1 gram, dimasukkan kedalan labu takar 500 ml, ditambahkan air hingga tanda tera. dikocok perlahan-lahan. Larutan asetosal 20 ppm Diambil 2,5 ml, Dimasukkan kedalam labu takar 100 ml, Ditambahkan akuades hingga tanda tera, Digojog, Dimasukkan kedalam gelas kimia, Diulangi untuk konsentrasi 0,1 ppm, 0,2 ppm, 0,3 ppm dan 0,4 ppm. Diulangi prosedur untuk pembuatan larutan induk kafein murni.Pembuatan Larutan SampelSampel ditimbang sebanyak 0,1 gram, dimasukkan kedalam labu takar 100 ml, ditambahkan akuades dan dikocok perlahan-lahan. Penentuan max

Sampel dimasukkan ke dalam kuvet (sel sampel) dan kuvet lain berisi pelarut tanpa bahan obat (blanko), diukur absorbansi larutan standar dengan konsentrasi yang paling tertinggi terhadap sel blanko menggunakan spektrofotometer UV, digunakan panjang gelombang tertinggi sebagai max.Penentuan Kadar Asetosal dan Kafein dalam SediaanLarutan sampel diukur absorbansinya pada maksimum yang telah ditentukan sebelumnya dan ditentukan kadarnya menggunakan persamaan kurva standar

HASIL DAN PEMBAHASAN1. Panjang gelombang maksimum

Asetosalλmaks = 240 nm

2. Tabel Hasil Pengamatan Asetosala. Larutan Standar

NO Konsentrasi Absorbansi

1 0.1 0.0712 0.2 0.1183 0.3 0.0654 0.4 0.1085 0.5 0.023

b. Larutan Sampel yang mengandung asetosal

No Sampel Abs. Kons.1 Asetosal® 1.866 4.4245

2Bintang Tujuh®

2.309 5.4756

3 Bodrexin® 2.193 5.20063. Panjang gelombang maksimum

caffeineABS

nm

Smooth: 0 Deri.: 0

190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300 310 320 330 340 350 360 370 380 390 400 410 420 430 440 450

0.0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0.9

1.0

λmaks = 230 nm4. Tabel Hasil Pengamatan Kofein

a. Larutan StandarNO Kons. Abs.1 0.1 0.232 0.2 0.0423 0.3 0.1294 0.4 0.0715 0.5 0.099

b. Larutan SampelNo Sampel Kons Abs.1 Oskadon® 3.431 22 Caffeine® 3.665 2.136

3Bintang Tujuh®

3.035 1.769

ABS

nm

Smooth: 0 Deri.: 0

190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300 310 320 330 340 350 360 370 380 390 400 410 420 430 440 450

0.00

0.01

0.02

0.03

0.04

0.05

0.06

0.07

0.08

0.09

0.10

0.11

0.12

0.13

0.14

Page 3: JURNAL PERC. II.docx

PEMBAHASANPenentuan kadar multikomponen

dari suatu senyawa sangat penting dilakukan dalam analisis obat – obatan. Hal ini bertujuan untuk memastikan kadar obat yang beredar sesuai dengan persyaratan yang telah dibakukan. Pada percobaan ini dilakukan penentuan kadar multikomponen campuran asetosal, , dan kofein dalam suatu sediaan obat, yaitu bintang tuju dengan menggunakan metode spektrofotometri ultraviolet. merupakan salah satu obat yang diguanakan sebagai obat antipiretik (menurunkan panas) dan analgesik (menghilangkan nyeri). sebagian besar, yakni sekitar 95% mengalami proses metabolisme di hati, sehingga tidak dianjurkan untuk dikonsumsi oleh penderita yang memiliki gangguan fungsi hati dan ginjal, glaukoma, hipertrofi prostat, hipertiroid, retensi urin, serta seseorang yang mengkonsumsi alkohol karena dapat meningkaatkan resiko kerusakan hati dan ginjal.

Kadar suatu obat dalam suatu sediaan farmasi mempengaruhi efek terapi yang diharapkan, namun juga kadar yang tidak sesuai dengan kadar yang telah ditetapkan pada suatu senyawa obat tertentu juga dapat berefek buruk, baik ditunjukkan dengan timbulnya efek samping yang tidak diharapkan ataupun timbulnya efek toksisitas. Kadar atau konsentrasi dalam berbagai jenis merk obat generik yang dijual di pasaran umumnya sama, yakni 500 mg, sedangkan asetosal sebesar 500 mg 3 kali sehari sebagai antinyeri dan 1 gram setelah makan 3-4 kali sehari sebagai antiradang. Penggunaan kofein sebagai adjuvant bersama dengan analgetika sebesar 5 mg sekali, bersama ergotamine pada migraine 100 mg.

Dalam percobaan ini, digunakan bahan obat murni, yaitu , asetosal atau asam asetilsalisilat, dan kofein yang dilarutkan dengan menggunakan alkohol. Digunakan pelarut alkohol karena bahan-bahan obat tersebut, memiliki sifat kelarutan yang sukar larut dalam air dan mudah larut dalam etanol. Setiap bahan obat masing-masing dibuat variasi konsentrasi sebesar 0.1mg/mL, 0.2 mg/mL, 0.3 mg/mL, 0.4 mg/mL dan 0.5 mg/mLyang diukur absorbansinya pada spektrofotometri ultra violet dengan panjang gelombang

maksismum yang berbeda-beda pada setiap senyawa.

Struktur masing-masing senyawa obat digambarkan sebagai berikut :

Kofein) (Asetosal)Pengukuran atau penentuan kadar

dilakukan dengan metode spektrofotometri visibel menggunakan spektrofotometri derivatif yang prinsipnya berdasarkan penyerapan dalam emisi radiasi oleh molekul dalam senyawa obat yang diidentifikasi. Secara eksperimental, dilakukan pengukuran terhadap banyaknya sinar yang diserap terhadap frekuensi atau panjang gelombang yang digunakan sinar dan dinyatakan sebagai suatu spekrta absorpsi. Spektra absorpsi tersebut kemudian dapat dijadikan sebagai bahan informasi dalam analisis kualitatif dan kuantitaif kadar obat yang diamati, dalam hal ini ialah kadar . Untuk pengukuran absorbansi senyawa asetosal digunakan panjang gelobang maksimum sebesar 240 nm dan kofein sebesar 284,8 nm. Penentuan panjang gelombang maksimum berdasarkan panjang gelombang yang ditunjukkan saat pengukuran absorbansi masing-masing larutan standar dengan perlakuan konsentrasi yang paling tertinggi, yaitu 0.5 mg/mL. Grafik dari pengukuran panjang gelombang maksimum untuk senyawa asetosal dan kofein masing-masing dapat dilihat pada grafik hasil pengamatan di atas.

Pertimbangan penggunaan panjang gelombang maksimum dalam pengukuran absorbansi ialah karena pada panjang gelombang maksimum, kepekaan larutan sampel yang diidentifikasi juga lebih maksimal dibanding pada panjang gelombang yang lain, sehingga pengukuran pada senyawa yang dimaksudkan dalam larutan sampel tidak dipengaruhi oleh komponen lain yang juga terdapat dalam sampel. Di samping itu, pada panjang gelombang maksimum, pembacaan absorbansi sampel dapat memenuhi hukum Lamber-Beer yang digunakan sebagai dasar dalam perhitungan matematis dengan menggunakan alat spektrofotometer.

Berdasarkan hasil pengamatan pada larutan standar asetosal dan kofein

H3O

Page 4: JURNAL PERC. II.docx

dengan perlakuan konsnetrasi yang sama, menunjukkan nilai absorbansi yang meningkat terhadap peningkatan konsentrasi pada senyawa asetosal dan parasetamol, sedangkan absorbansi kofein menunjukkan grafik yangsama pada setiap peningkatan konsnetrasi.. Hal tersebut menunjukkan bahwa absorbansi larutan standar asetosal berbanding lurus dengan nilai konsentrasinya dan absorbansi kofein berbanding lurus dengan konsentrasi yang digunakan.

Data dari kurva baku yang diperoleh dari masing-masing larutan standar yang digunakan, yaitu asetosal, dan kofein menunjukkan persamaan regresi yang berbeda-beda. Senyawa asetosal pada max = 240 nm menunjukkan absorbansi asetosal sebesar 1.866dan nilai konsentrasi asetosal dalam campuran obat sebesar 2.309mg/mL. Senyawa kofein dengan menggunakan max = 230 nm, diperoleh nilai absorbansi sebesar 2dan konsentrasi kofein dalam campuran obat sebesar 2.136mg/mL.

KESIMPULANBerdasarkan percobaan yang telah

dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa kadar komponen asetosal dan kofein dalam sampel obat yang mengandung campuran obat di atas berturut-turut adalah 2.309mg/mLdan 2.136mg/mL.

DAFTAR PUSTAKAHartono, Elina. 2009. Penetapan Kadar

Kofein dalam Biji Kopi Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Biomedika. Vol.2 (1). Surakarta.

Kondawar, M.S., R.R. Shah, J. J. Waghmare, N. D. Shah, M. K. Malusare. UV Spectrophotometric estimation of Paracetamol and Lornoxicam in Bulk drug and Tablet dosage form using Multiwavelength method. International Journal of PharmTech Research. Vol. 3(3). Maharashtra. India.

Nurhidayati, Liliek, 2007, Spektofotometri Derivatif dan Aplikasinya dalam Bidang Farmasi. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, Vol. 5 (2). Jakarta Selatan.

Rachdiati, H., Ricson P. Hutagaol, Erna Rosdiana. 2008. Penentuan Waktu Kelarutan pada Uji Disolusi. Jurnal Nusa Kimia. Vol.8 (1). Bandung.

Page 5: JURNAL PERC. II.docx